instalasi radiologi adalah salah satu instalasi penunjang medis di suatu rumah sakit.docx
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
Bangunan/unit untuk Instalasi Radiologi. Kegiatan radiologi medik
memerlukan bangunan khusus yang luas serta bentuk dan konstruksinya
disesuaikan dengan pekerjaan radiologi yang dilakukan. Karena didalam radiologi
digunakan radiasi pengion yang dapat membahayakan lingkungan, maka dalam
perencanaan ruang penyinaran harus diperhatikan sungguh-sungguh keselamatan
kerja terhadap bahaya radiasi. Pada pengamanan radiologi terdapat bagian-bagian
utama dan bagian pelengkap.
1). Bagian Utama.
Bagian utama pada bangunan radiologi adalah ruangan dimana diletakkan
atau dipasang alat/pesawat pemancar radiasi serta alat pengendalinya, yang dapat
diletakkan dalam satu ruangan atau dapat juga ditempatkan dalam ruangan yang
terpisah. Dalam hal ini ada dua yakni :
a). Ruang Penyinaran.
Luas serta bentuk ruang penyinaran tergantung pada jenis peralatan yang
dipasang didalamnya. Disini dilakukan pekerjaan penyinaran terhadap pasien untuk
pemeriksaan diagnostik maupun pelayanan radioterapi. Dinding ruang penyinaran
termasuk pintu-pintunya harus memberikan perlindungan yang memadai terhadap
radiasi, sehingga tidak membahayakan mereka yang berada diluar ruang
penyinaran.
b). Ruang Operator
Disini ditempatkan kmponen pengendalian dari pesawat/alat pemancar
radiasi dan merupakan tempat operator melakukan tugasnya dalam mengendalikan
penyinaran pasien untuk diagnostik maupun terapi. Ruang operator sebaiknya harus
terpisah dari ruang penyinaran dengan dinding yang menjamin keselamatan
operator radiasi, tetapi harus memungkinkan operator selalu dapat mengawasi
pasien yang mendapat penyinaran, operator.
2). Bagian-bagian Pelengkap
Untuk meningkatkan efisiensi pelayanan radiologi diperlukan sejumlah ruang
pelengkap seperti misalnya antara lain :
a). Kabin pasien, dimana pasien dapat mempersiapkan diri untuk mendapatkan
palayanan radiologi.
b). Toilet pasien dalam ruang penyinaran radiologi, khusus untuk pemeriksaan
diagnostik saluran pencernaan.
c). Ruang proses film pada diagnostik rontgen.
d). Ruang periksa, ruang tunggu dan sebagainya
e). Ruang administrasi, ruang loket pendaftaranpasien, ruang arsip dan sebagainya.
f). Ruang mesin atau komputer untuk alat-alat radiologi yang cangih.
g). Workshop
Syarat-syarat umum untuk ruang penyinaran :
1. Luas lantai.
Ruang penyinaran harus mempunyai luas lantai dan tinggi langit-langit
(plafon) yang cukup, sehingga didalamnya dapat dipasang alat/pesawat pembangkit
radiasi dengan baik dan memungkinkan pemanfaatan seluruh potensi alat/pesawat
tersebut untuk pelayanan diagnostik maupun terapi.
2. Pondasi Alat dan Saluran Kabel.
Pada lantai harus tersedia pondasi untuk mendirikan pesawat serta saluran-
saluran kabel yang menghubungkan komponen pemancar radiasi dengan komponen
mesin dan alat-alat pengendali penyinaran di ruang operator. Ukuran ruang
penyinaran sangat ditentukan oleh jenis alat/pemancar rasiasi yang dipasang
didalamanya.
3. Konstruksi plafon.
Untuk alat/pesawat pemancar radiasi yang dipasang pada plafon (ceiling
suspended) diperlukan konstruksi langit-langit bangunan penyinaran yang khusus
diperhitungkan untuk dapat memikul beban pesawat dengan batas keamanan yang
dikehendaki sesuai prosedur yang berlaku. Untuk daerah yag rawan gempa,
konstruksi pondasi dan langit-langit ruang penyinaran memerlukan perhatian yang
khusus.
4. Dinding Ruang Penyinaran.
Dinding Ruang penyinaran harus dapat menahan radiasi yang berasal dari
alat/pesawat pemancar radiasi (radiasi primer) dan radiasi yang dihambur oleh
pasien atau benda-benda lain yang terkena radiasi dari alat/pesawat (radiasi
sekunder).
Pada umunya hanya dinding tertentu saja bahkan ada kalanya hanya
sebagian dari dinding tersebut, yang terkena berkas radiasi primer merupakan
penahan radiasui primer (primer barrier).
Dinding-dinding ruang penyinaran yang hanya terkena radiasi hambur merupakan
penahan radiasi sekunder). Tabel penahan radiasi primer dan sekunder tergantung
pada :
a). Kekuatan sumber radiasi
b). Jarak sumber radiasi ke dinding penahan radiasi.
c). Beban kerja pesawat.
d). Bahan pembuat dinding ruang penyinaran.
e). Faktor penempatan ruangan yang dilindungi oleh penahan radiasi yang
bersangkutan.
f). Jenis kelompok orang berada di ruang yang dilindungi.
g). Limit dosis radiasi menurut peraturan yang berlaku untuk orang yang dilindungi
terhadap radiasi.
5. Syarat-syarat umum untuk ruang operator :
a. Kebutuhan Luas Lantai.
Untuk operator harus disediakan luas lantai yang cukup untuk dapat bergerak
leluasa dari panel pengendali ke dalam ruang penyinaran atau bagian pelengkap
lainnya dari bangunan radiologi. Ruangan operator dapat mempunyai sembarang
bentuk geometri dengan ketentuan tidak ada ukuran yang terlalu sempit untuk
bergerak bebas. Luas lantai yang disediakan untuk kebebasan bergerak operator
tidak termasuk tempat meja atau panel pengendali pesawat, saluran-saluran kabel
serta bagian-bagian perlengkapan pesawat. Letak dan konstruksi ruang operator
harus menjamin keselamatan operator terhadap bahaya radiasi yang berasal dari
ruang radiasi yang diawasinya maupun ruang radiasi lain disekitarnya.
b. Kebutuhan Perintang Radiasi.
Dinding ruang operator harus merupakan penahan radiasi yang tetap
(structure permanent). Ruang operator harus diberikan perisai radiasi yang
menjamin keselamatan operator terhadap kebanyakan radiasi. Fondasi dinding
ruang operator serta fondasi lantai ruang penyinaran harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga terjamin tidak ada radiasi dari dalam ruang radiasi setelah menembus
lantai dapat dihamburkan keluar kembali ke ruang operator.
c. Sistem Observasi pasien pada saat penyinaran.
Dinding ruang operator harus disediakan sekurang-kurangnya satu cara
observasi pasien yang sedang mendapatkan pelayanan radiologi. Alat untuk
observasi ditempatkan sedemikian rupa, sehingga operator selalu dapat melihat
setiap jalan masuk ke dalam ruang penyinaran. Apabila sistem untuk observasi
pasien berupa suatu jendela, maka luas penglihatan hendaknya sekurang-30 cm x
30 cm dengan tepi bawah serendah-rendahnya 125 cm diatas lantai ruang operator.
Kaca jendela ini harus mempunyai nilai timbal sama seperti yang diperlukan untuk
dinding ruang operator dimana kaca jendela itu dipasang. Apabila untuk observasi
pasien digunakan sistem elektronik, sprt CCTV, maka harus disediakan sistem
observasi yang lain sebagai cadangan, misalnya seperangkat cermin pemantul
sebagai cadangan dalam hal terjadi kegagalan pada sistem elektronik.
d. Filter/Saringan Radiasi pada Pesawat Radiologi
Alat-alat pelindung proteksi. Diafragma cahaya (light beam diaphragm).
Konus (conus). Pelindung Gonad (gonad shield) Pelindung Ovarium (ovarium
shield). Apron Timbal ( Lead Apron). Sarung tangan Timbal ( lead gloves). Pencegah
Pelindung (protective shielding). Kaca Timbal (Lead Glass). Karet Timbal ( lead
rubber). Filter yang digunakan :
- Filter untuk pesawat diagnostik secara umum :
Tegangan kerja maksimum nilai minimum saringan total dalam kesetaraan
saringan. Dibawah 50 KV Sampai dengan 70 KV. Diatas 70 KV –100 KV
Diatas 110 KV 0,5 mm Al 1,5 mm Al 2,0 mm Al 2,5 mm Al.
Tabung rintgen dengan jendela Berrylium harus mempunyai saringan permanen
sekurang-kurangnya setara dengan 0,5 mm Al. Alat dengan pembangkit tegangan
tinggi jenis kondensator discharge harus dilengkapi dengan alat pengatur
penyinaran berbentuk rana atau shutter untuk menahan sinar-x gelap (dark x ray).
1. Filter untuk sinar tembus (Fluoroscopy).
Harus dilengkapi pula dengan Apron pelindung radiasi dengan kesetaraan
tidak kurang dari 0,5 mm Pb untuk setiap penambahan tegangan 10 KV pada
daerah yang dilindungi tarhadap radiasi hambur diukur dari kedua sisi tabir
fluoroscopy membentang sekurang-kurangnya 60 cm kebawah.
Alat yang menggunakan penguat gambar (Image Intensifier tube) dan TV monitor
harus dilengkapi dengan tabir proteksi yang setara dengan ketebalan 2,0 mm Pb
sampai dengan 100 KV dan harus ditambah 0,001 mm Pb untuk setiap penambahan
1 KV sampai 150 KV
2. Filter untuk Rontgen Gigi.
Harus dilengkapi dengan applicator atau kerucut-kerucut yang mempunyai
derajat perlindungan sama dengan dinding tabung, sehingga jarak antara fokus dan
permukaan kulit mempunyai jarak tertentu untuk itu harus sesuai dengan tabel
dibawah ini : KV Maksimum Jarak Fokus Kulit Minimum. Sampai dengan 60 KV.
Diatas 60 KV – 75 KV. Diatas 75 KV -- 100 KV 10 cm 20 cm
30 cm. Untuk Panorama dengan tabung intra oral. Susunan tabung sinar x harus
diberikan saringan yang cukup untuk memperkecil dosis bagi pasien. Nilai minimum
kesetaraan saringan didalam berkas sinar guna tidak boleh kurang dari 2,5 mm Al.
Perisai proteksi yang sesuai seperti palikator harus tersedia untuk memperkecil
dosis kepada jaringan- jaringan yang tidak perlu disinari untuk memperoleh hasil
radiografy yang memuaskan.
Untuk Panoramic lapangan Lengkung (Panoramic Dental X-ray Unit) :
(1). Selama penyinaran harus dapat terjamin jarak fokus ke kulit minimum sebesar
20 cm
(2). Penyinaran harus dikendalikan hanya oleh kotak penutup rangkaian sebuah
sakelar yang dibuat sedemikian rupa sehingga penyinaran hanya dapat
terselenggara dengan menekan sekelar terus menerus.
(3). Alat ini memerlukan alat proteksi sekitar alat, bila alat digunakan tidak berada
disuatu ruangan khusus untuk itu.
e. Proteksi Radiasi pada Penggunaan Sinar x.
Proteksi terhadap Radiasi. Penempatan pesawat-pesawat rontgen di dalam bagian
radiologi atau pembangunan atau perombakan/renovasi kamar-kamar pelayanan
rontgen harus memenuhi peraturan-peraturan nasional tentang proteksi radiasi atau
rekomendasi-rekomendasi internasional. Proteksi terhadap radiasi tidak saja
terjamin bagi pekerja, tetapi berlaku juga bagi penduduk secara keseluruhan, dan
bahkan dapat diperluas hingga meliputi hewan-hewan. Yang sangat memerlukan
perhatian ialah efek somatik (kerusakan pada mereka yang terkena radiasi) dan efek
genetik (kerusakan hanya pada keturunan dari mereka yang telah terkena radiasi)
yang dapat ditimbulkan oleh dosis-dosis radiasi yang relatif kecil.
Dosis maksimum perorangan yang diperkenankan yang menurut peraturan terbaru
boleh diterima oleh manusia tanpa merusak kesehatan berjumlah 5 R pertahun, asal
saja tubuh tidak terkena radiasi yang berarti sampai umur 18 tahun.
Untuk dosis akumulasi bagi seorang pekerja radiasi berlaku rumus sbb : D= (N-
18)x5R. Dimana N menyatakan umur dalam satuan tahun. Jadi jumlah radiasi yang
boleh diterima oleh seorang pekerja yang berusia 30 tahun menurut rumus tadi
adalah : (30-18)x5R = 12x5R= 60 R. Hendaknya dicatat, bahwaa yang harus
diperhatikan bukan hanya eksposi tunggal tetapi jumlah semua dosis eksposi yang
lebih diterima. Sewaktu direncanakan pembangunan gedung baru bagian roentgen
yang penting diperhatikan adalah rencana proteksi sebagai pelengkap gambar
denah bangunan dengan syarat-syarat penggunaan disamping gambar-gambar
instalasi dan bangunan. Rencana proteksi radiasi mengelompokan antara daerah
terkendali yang mencakup semua kamar dan daerah luar (misalnya ruangan kantor
kamar ketik, kamar tinggal, jalan atau kebun) yang berdekatan letaknya dengan
daerah-daerah terkendali. Seterusnya daerah pengawasan meliputi setiap kamar
yang sewaktu-waktu ditempati oleh orang dan yang letak berdekatan dengan bagian
rontgen (misalnya kamar arsip, kamar gudang pada lantai diatas kamar rontgen atau
dibawahnya). Daerah diluar bagian radiologi memerlukan pengawasan untuk
melindungi penduduk terhadap bahaya radiasi. Dosis lokal maksimum yang
diperkenankan didaerah terkendali brjumlah : 5R pertahun = 0,4R perbulan = 0,1R
perminggu untuk para pekerja radiasi, seperti radiologi dan staf medis dibagian
radiologi, berkenan dengan penyinaran seluruh tubuh yang meliputi alat-alat tubuh
yang kritis seperti gonad. Kalau tangan, lengan dan kaki yang terkena penyinaran,
maka dosis lokal maksimum yang diperkenankan adalah 60R pertahun=5R,
perbulan=1,2R perminggu. Untuk penduduk dan orang-orang yang bukan pekerja
radiasi (tidak termasuk pasien) dosis lokal maksimum yang diperkenankan didalam
pengawasan berjumlah 0,5 R pertahun = 0,01 R perminggu.
Dosis perorangan atau dosis lokal maksimum yang diperkenankan sebagai
satu-satunya pedoman bukanlah merupakan satu-satunya ukuran yang dapat
dijadikan patokan untuk proteksi radiasi, yang juga harus diperhatikan ialah faktor
waktu.
Sebab itu, waktu selama generator rontgen dihidupkan harus juga
dimasukkan sebagai faktor tambahan dalam perhitungan. Ini terlihat pada rumus
untuk apa yang disebut “kecepatan dosis lokal”. Kecepatan dosis lokal maksimum
yang diperkenankan : Dosis bulanan maksimum yang diperkenankan Waktu
pemancaran sinar. Ini berarti bahwa untuk waktu pemancaran yang lebih singkat
dosis lokal dapat dinaikkan. Mereka yang hanya sewaktu-waktu menempati kamar
pelengkap seperti kamar arsip, ruangan bawah lantai dan loteng, dianggap berada
ditempat itu tidak lebih dari 1/10 waktu pemancaran sinar. Dengan demikian dosis
lokal yang diperkenankan dapat diambil 10 kali dosis yang diperkenankan didalam
daerah pengawasan, yaitu 10 x 0,5R peretahun = 5R pertahun.
Uraian-uraian diatas hanya berkenan dengan standard-standard yang mengikat bagi
pembuatan dan pemasangan pesawat rontgen dan untuk bangunan bagian-bagian
radiologi. Tetapi dengan memenuhi peraturan-peraturan ini saja elumlah terjamin
dapat dihindarinya dosis-dosis tinggi yang tidak diperkenankan atau kerusakan-
kerusakan akibat radiasi. Semua orang yang dalam pekerjaannya berhubungan
dengan sinar rontgen harus mengetahui bagaimana bertindak untuk kepentingan
mereka sendiri dan kepentingan pasien, dan tindakan-tindakan perlindungan
perorangan mana yang harus dilaksanakan. Walaupun kerusakan-kerusakan yang
serius akibat radiasi dalam pekerjaan diagnostik rontgen merupakan suatu yang
telah lampau dan jika terjadi adalah akibat kelalaian, namun menjadi kewajiban
pertama bagi semua pekerja radiasi untuk menekan eksposi terhadap radiasi yang
merusak sampai serendah mungkin dan berusaha untuk menghindari setiap resiko
radiasi, walalupun yang sekecil-kecilnya. Ini adalah suatu keharusan mutlak
berhuung dengan kerusakan yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor biologi
keturunan.
Perlindungan perorangan terhadap radiasi, harus dikendalikan menurut
penggarisan yang sama seperti pada pembangunan bagian-bagian radiologi
ataupun pada pembuatan dan pemasangan pesawat-pesawat rontgen. Sebab itu
diperhatikan hal-halk berikut :
- Proteksi sinar x untuk para pemakai pesawat rontgen (radiolog dan staff bagian
radiologi).
- Proteksi sinar x terhadap para pekerja didaerah yang mengelilingi bagian radiologi..
Proteksi sinar x untuk para pemakai pesawat rontgen. Dalam pekerjaan
diagnostik rontgen yang melakukan pemeriksaan khususnya, yang terkena bahaya
radiasi, karena ia bekerja sangatberdekatan dengan pasien di dalam kamar sinar x.
Bahaya radiasi akan sagat berkurang apabila digunakan pesawat-pesawat
pemeriksa yang dapat dikendalikan dari jarak jauh diperlengkapi dengan pesawat
terapi sinar x, misalnya Ioskop, Sireskop, Siregraph. Perlindungan bagi pemeriksa
terhadap radiasi yang telah diperlemah sesudah menembus pasien terjamin apabila
meja pemeriksaan diciptakan sesuai standar. Arah dan pembatasan berkas sinar
guna ditetapkan dengan jelas. Perisai kaca timbal dari tabir fluorescen yang
dipasang ada pemegang kaset atau peralatan spot film (explorator) menahan berkas
sinar guna yang arahnya menuju pemeriksa. Nilai timbal yang dianjurkan untuk
perisai kaca timbal : 1,5 mm pada potensial pembebanan Fluoroscopy sampai 70
KV. 2 mm pada potensial pembebanan Fluoroscopy sampai 100 KV. Pembebasan
berkas sinar secara lateral dilakukan dengan diaphragma yang digerakkan dengan
kabel atau motor. Tabung selalu menghendaki pemusatan yang tepat, yaitu sumbu
sinar harus dipusatkan ke titik tengah tabir fluorescen. Daun-daun penutup pada
kolimator berkaqs sinar primer harus membuka hanya sampai suatu luas tertentu,
sehingga pembatasan berkas sinar guna masih dapat terlihat pada pasien dengan
diameter 25 cm. Sinar-sinar diluar kerucut berkas sinar guna perlu diperhatikan
secara khusus, terutama radiasi sekunder yang keluar dari tubuh pasien dan
memancar ke segala jurusan. Radiasi hambur yang dipancarkan dari belakang
pasien yang sedang berdiri (ditinjau dari si pemeriksa) menurut pemeriksaan dua
kali lebih kuat dibanding dengan radiasi hambur yang keluar dari bagian depan
pasien. Daerah disamping pasien merupakan wilayah radiasi khususnya sangat
kuat. Radiasi sekunder juga dihambur oleh udara atau bahan-bahan lain. Lantai,
langit-langit dan dinding kamar rontgen juga menambah penghamburan yang
menghasilkan radiasi tingkat tiga. Radiasi yang bocor keluar menembus perisai
tabung sama sekali tidak boleh diabaikan. Nilai maksimum yang diperkenankan
untuk radiasi bocor seperti ini adalah : 100 mR perjam pada jarah 1 m dari bidang
fokus pada pembenanan potensial 150 KV dan arus tabung yang terus menerus.
Radiasi bocor hambur sekunder dan hambur tingkat 3 secara gabung disebut radiasi
taburan.
Orang awam sering menyatakan rasa takut untuk memasuki kamar rontgen
karena menyangka bahwa seluruh ruangan penuh dengan sinar ganas. Mereka
menduga bahwa walaupun pekerjaan fluoroscopy atau radiography telah dihentikan,
radiasi ganas itu masih berada untuk beberapa waktu didalam kamar. Sebenarnya,
setiap radiasi sekunder, tersier atau radiasi bocor segera lenyap dengan
dihentiknnya berkas radiasi primer. Saat : Sebagian proteksi bagi si pemeriksa
terhadap radiasi sekunder diperoleh dengan pembuatan meja pemeriksaan secara
khusus, seperti bingkai tabir fluorescen dimana dipasang peralatan pengendali yang
terlindung terhadap radiasi, dan pelindung dada dari bahan karet timbal. (Nilai timbal
sekurang-kurangnya setara 0,25 mm pada 70 KV dan 0,5 mm pada 100KV).
Proteksi perorangan dibuat menjadi lengkap dengan kursi proteksi radiasi yang
dapat dipakai oleh sipemeriksa untuk duduk sewaktu membuat spot film dari pasien,
dan dengan sarung tangan karet timbal sertta mengenakan pakaian proteksi sesuai
dengan aturan internasional. Kecepatan dosis lokal maksimum yang diperkenankan
pada fluoroscopy dari pasien-pasien yang berdiri atau duduk dan dengan waktu
pemancaran sinar 1,5 mm dalam sehari (30 jam/bulan) adalah sebagai berikut ; 42
mR perjam utk seluruh organ termasuk organ kritis 170 mR perjam utk tangan,
lengan dan pergelangan kaki. Sebagai pengganti teknik fluoroscopy konvensional
klasik maka penggunaan penguatan gambaran dengan televisi makin banyak
dilakukan (keuntungannya penglihatanya lebih baik, pekerjaan lebih cepat,
pekerjaan dilakukan dalam keadaan cahaya terang pada siang hari atau pada
cahaya penerangan yang agak redam tanpa kehilangan waktu untuk mengadaptasi
gelap, dan bahaya radiasi yang lebih kecil). Pada fluoroscopy dengantelevisi, si
pemeriksa tidak lagi duduk atau berdiri secara sentral dibelakang peralatan spotfilm
(explorator), tetapi berada agak kesebelah kiri disampingnya. Sebab itu bagian
ruangan disebelah kiri ini harus diberi perisai terhadap radiasi sekunder yang keluar
dari pasien. Proteksi radiasi untuk pemeriksaan radiografy telah menncukupi apabila
peraturan-peraturan proteksi yang diterapkan untuk pekerjaan fluoroscopy dipenuhi.
Sedapat mungkin operator rontgen hendaknya menekan tombol elsposi dari kabin
proteksi. Jika eksposi harus dilakukan didalam kamar rontgen itu sendiri, maka
operator hendaknya melakukannya dari belakang tabir proteksi radiasi.
Kalau sekiranya tidak tersedia kabin atau tabir proteksi radiasi, eksposi hendaknya
dilepaskan dari suatu jarak dengan menggunakan seluruh panjang kabel yang
dihubungkan dengan peralatan sakelar. Dengan demikian proteksi radiasi diperoleh
dari jarak minimum 1,5 mm dari tabung rontgen dan dari tubuh yang mendapat sinar
tembus.
Pengendalian eksposi dari jarak seperti ini sama sekali tidaklah berarti
bahwa operator dibebaskan dari kewajiban mengenakan pakaian proteksi dari karet
timbal.
Tetapi sayang sekali peraturan-peraturan keselamatan kerja seringkali
diabaikan sewaktu melakukan pemotretan dengan pesawat-pesawat rontgen kecil
yang mobile. Sikap tidak mengindahkan proteksi radiasi sering terlihat pada radiologi
dental. Kebiasaan lain yang dianjurkan pada staf bagian gigi untuk meningkatkan
proteksi radiasi ialah agar dokter gigi atau asistennya jangan sekali-kali memegang
sendiri film dental. Pada pemeriksaan radiografy yang sulit dilakukan, dimana staf
medis harus berada sangat dekat dengan pasien (misalnya memegang anak kecil)
harus digunakan perisai proteksi tambahan. Dalam hal ini sangat penting untuk
mengenakan pakaian proteksi yang berat (nilai timbal 0,5 mm) dan sarung tangan
dari karet timbal (nilai timbal 0,5 mm). Kalau pasien anak kecil tersebut mungkin
dipegang oleh orang yang mengantarnya, maka orang inipun harus mengenakan
pakaian proteksi yang sama. Orang yang berumur dibawah 18 tahun dan wanita
hamil atau yang sedang menyusui sama sekali tidak dibenarkan untuk bekerja
ditempat dimana ada resiko terkena radiasi bagi mereka. Pelaksanaan proteksi
radiasi dan pengawasan keselamatan kerja terhadap proteksi radiasi bagi para
pekerja yang terkena radiasi merupakan persoalan hukum dan pendidikan. Untuk
pengukuran dosis tidaklah cukup dengan memasukkan sebuah film dental ke dalam
saku seseorang dan menafsirkan setiap penghitaman film sebagai suatu petunjuk
yang pasti tentang bahaya radiasi yang terlalu tinggi. Tetapi sebaliknya diperlukan
tatacara yang lebih majemuk untuk memeperkirakan bahaya yang sebenarnya, yang
tergantung pada kualitas radiasi, lamanya waktu penyinaran film, jenis film dan
waktu pengolahan film. Dengan diketahuinya faktor-faktor ini, operator dapat
memeriksa apakah persediaan film yang disimpan didalam kamar gelap atau
ditempat lain terkena radiasi yang tidak dikehendaki.
Suatu cara yang sangat lebih baik untuk pengukuran dosis ialah dengan
memakai bungkusan atau film badge pada tubuh (dosimetri film). Didalam film bagde
ini terdapat dua buah film dengan kepekaan yang berbeda untuk menjangkau jarak
pengukuran yang luas. Bungkusan plastik ini berisikan sekumpulan filter logam,
sehingga apabila film-film itu menjadi hitam, tidak hanya dapat ditentukan jumlah
radiasi, tetapi juga kualitas radiasi Proteksi radiasi terhadap Pasien.
Upaya untuk menekan dosis radiasi serendah mungkin dapat dicapai
apabila pedoman-pedoman dibawah ini diperhatikan antara lain :
a). Pemeriksaan dengan sinar rontgen hanya boleh dilakukan atas perintah seorang
dokter.
b). Ukuran lapangan radiografy harus dibuat sekecil mungkin.
Bahaya radiasi, ada 2 efek sinar-X yang merusak sel :
1. Efek ionisasi
2. Efek biokimia
Pengaruh radiasi sinar-X terhadap organ tubuh manusia disebut, Efek
biologis, meliputi : Efek Somatis dan genetis, contohnya :
a. Terhadap kulit:
- Dermatitis akuta:
Tingkat I : Dermatitis erythematosa
II : Radiodermatitis bullosa
III: Radiodermatitis eskhoriatik
- Late effect dari dermatitis akuta
- Dermatitis khronis: brittleness of nail, ulkus krhronis, karsinoma sel
skuamosa
b. Terhadap sumsum tulang dan sistim hematopoietik:
- Leukopenia, Limfopenia, anemia, leukemia, kehilangan respons
immun / daya tahan tubuh spesifik
c. Jaringan genitalia
- Dosis 600 rad: sterilitas pada lelaki
- Pd wanita hamil: kematian fetus, anomali/kelainan kongenital bayi
d. Terhadap paru :
Batuk, sesak napas, fibrosis paru
e. Terhadap tulang: gangguan pertumbuhan pada anak, osteoporosis.
f. Terhadap saraf: Myelitis, degenerasi jaringan otak.
g. Induksi keganasan: Leukemia, sarkoma,
karsinoma.
h. Genetic aberration:
- Mutasi gen pada dosis 25 – 150 Rem
- Chromosome alteration.
i. Efek-efek lainnya:
- Katarak lentikuler
- Obesitas
- Sterilitas temporer / permanen
- Reduction of life span
- Lemah
- Kurang nafsu makan
- Nousea
- Nyeri kepala
- Mudah mencret.
Dalam hal bagaimanapun juga tidak boleh ukuran film menentukan lapangan
radiography. Penggunaan grid radiasi primer, kolimator dan diafragma dengan
penunjuk berkas sinar sangat perlu, walaupun pada pesawat rontgen yang kecil.
Konus untuk radiography harus cukup panjang, sehingga ujungnya dapat mendekati
kulit pasien.
Pada radiography dental hendaknya diperhatikan agar tersedia konus yang
diperlengkapi dengan diafragma lubang jarum dari timbal, sehingga diameter
lapangan radiografy dapat diperkecil sampai maksimum 6 cm
c). Pengerasan berkas sinar dengan filter.
Pada fluoroscopy dan radiografy untuk menyingkirkan sinar- sinar lunak
yang berdaya tembus rendah. Sinar-sinar ini tidak menambah penghitaman film, dan
apabila tidak disaring hanya menambah pembebanan radiasi yang tidak berguna
bagi pasien. Menururt aturan filter total harus sekurang-kurangnya setara dengan 2
mm Al. Pada fluoroscopy, jarak folus kulit tidak kurang dari 35 cm, ini dapat dicapai
dengan mengunakan panel pendukung pada pesawat pemeriksa atau dengan
pertolongan tongkat pengukur jarak. Pada Radiografy tidak diperkenankan
penggunaan jarak fokus film yang angat kecil, karena hal ini akan memberikan
eksposi kulit pasien dengan dosis yang lebih tinggi dari apa yang diperoleh pada
jarak fokus film yang lazim sebesar 70 cm atau lebih.
d). Teknik eksposi yang teliti dan pengolahan film yang efisien sangat penting, tidak
saja untuk peningkatan kualitas gambar, tetapi juga untuk memperkecil dosis pada
pasien.
Kelebihan eksposi dan waktu pengolahan yang terlalu singkat tidak saja
menghasilkan foto rintgen dengan kontras yang buruk, tetapi juga menaikan dosis
yang tidak perlu. Tetapi juga menaikkan dosis yang tidak perlu bagi pasien (dan
pembebanan extra pada tabung rontgen). Sebab itu penyelesaian yang ideal adalah
dengan penggunaan alat pengukur waktu pencucian film, dirangkaikan dengan
mesin pengolahan film otomatis. Seringkali dilakukan pemotretan ulangan yang
berarti menambah dosis kepada pasien. Pemotretan ulangan merupakan juga
suatau pemborosan dipandang dari sudut ekonomi.
e). Jika belum dilaksanakan dengan benar seperti hal diatas, hendaknya cara
pengolahan film distandarisir :
(1). Pemilihan bahan-bahan pemotretan hendaknya tidak dikendalikan semata-mata
oleh pandangan ekonomi, tetapi dilakukan dengan lebih memperhatikan norma-
norma keselamatan, yaitu pembebanan radiasi yang lebh kecil (penggunaan film
rontgen yang sangat peka). Film yang lebih pekana dan yang memberi hasil yang
tetap hendaknya selalu diutamakan. Penggunaan screen film untuk menekan dosis
pada pasien, film yang dikombinasikan denga lembaran penguat berdefinisi tinggi
(Jenis Ruby), meningkatkan kualitas diagnostik dan proteksi pasien.
(2). Pemeriksan kaset dan lembaran penguat.
Untuk menjamin agar kondisi-kondisi pemotretan dapat selalu diulang,
hilangkan semua yang mungkin selalu dapat mengubah dosis yang jatuh pada film.
Sebab itu dianjurkanpenggunaan kaset dari jenis yang sama. Kaset-kaset
hendaknya diberi tanda yang jels untuk menyatakan yang jenis lembaran penguat
yang diletakkan didalamnya (pada kaset kaset Siemens).
Lembaran-lembaran penguat yang bersamaan jenis harus mempunyai efek
penguatan yang sama, tetapi “lembaran-lembaran universal” dari sumber-sumber
yang berbeda tidak seluruhnya mempunyai efek-efek yang sama. Sebab itu
sebaiknya digunakan lembaran-lembaran penguat dari sumber yang sama jika
mungkin denbgan tanggal pembuatan yang sama.
(3). Cairan pembangkit dengan kualitas yang tetap adalah penting untuk
memeperolah gambar yang bermutu dan membantu memperkecil dosis kepada
pasien. Untuk mencapai tujuan ini, tangki pembangkit harus setiap hari ditambah
sampai penuh dengan cairan penambah (replenisher) untuk mengganti cairan yang
terbawa keluar oleh film. Yang penting juga ialah, bahwa pembangkit dipertahankan
pada suhu sebesar 20 derajat celcius dengan pertolongan suatu tangki induk atau
lebih baik dengan pertolongan pengendalian termostatik..
f). Peletakan posisi pasien secara hati-hati dapat membantu hasil yang dicapai.
g). Gonad harus dilindungi terhadap radiasi primer dan radiasi sekunder. Dengan
pelindung gonad atau perisai ovarium, atau dengan lembaran karet timbal yang
menutupi daeral panggul, dengan baju karet timbal atau celana karet timbal pada
pemeriksaan anak-anak. Pemotretan paru-paru dari pasien.
B. Pencegahan atau proteksi radiasi
Tujuan : Agar radiasi sinar-X yang diberikan kepada pasien tidak membahayakan
baik terhadap pasien, petugas radiasi maupun terhadap masyarakat disekitar area
radiasi.
Nilai batas yang diijinkan : Adalah dosis yg terakumulasi selama jangka waktu
panjang atau dari penyinaran tunggal, yang mengandung kemungkinan
kerusakan somatik atau genetik yg dapat diabaikan.
Wanita hamil terakumulasi selama kehamilan tak lebih dari 1 Rem
Kelenjar gondok anak sampai usia 16 tahun: 1.5 rem/tahun
Nilai-nilai yang diijinkan ICRP ( Komisi Internasional tentang Proteksi Radiasi)
Organ/Jaringan Pekerja Radiasi
(Rem/Tahun)Anggota Masyarakat
(Rem/Tahun)
Gonad, sutul 5 0.5
KUlit, tulang 30 3.0
Kelenj. gondok 30 3.0
Extremitas 75 7.5
Organ lainnya 15 1.5
Alat-alat pencatat Dosis Radiasi :
Film badge
Mencatat radiasi yg diterima petugas yg terkena berbagai jenis radiasi
Dosimeter saku
Elemen pendeteksi berespons terhadap radiasi sebanding dgn jumlah
pasangan ion yg dihasilkan selama perjalanan sinar
Alat pengukur radiasi Geiger-Muller Surveymeter
Geiger-Muller Surveymeter
- Bacaan dalam mR/jam atau count/menit
- Mengukur paparan radiasi didaerah:
. Personil bekerja
. Dinding-dinding luar ruang sinar-X
. Bila memakai pesawat tanpa perisai, mis. * Pesawat sinar-X
dental, * Mobil X-ray unit
Petugas harus sejauh mungkin dari pasien / sinar guna
C. Lokasi Bagian Radiologi, sama seperti Laboratorium Klinik, yaitu ditempatkan
sentral, sehingga mudah dicapai dari poliklinik, kamar bedah, bangsal, unit
perawatan intensif, dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui, tipe rumah sakit menurut ketentuan Departemen
Kesehatan yang terakhir ialah :
- Rumah sakit kelas A
- Rumah sakit kelas B
- Rumah sakit kelas C1
- Rumah sakit kelas C2 (dulu kelas D)
Rumah sakit kelas A dan B tidak dibahas lebih lanjut, karena pada umumnya
rumah sakit tipe tersebut sudah mempunyai ahli radiologi dan penata Roentgen
berijazah, sehingga diharapkan sudah mengetahui tentang syarat-syarat Bagian
Radiologi suatu rumah sakit.
Pengaman pada masa lampau menunjukkan, bahwa kadangkala sebuah
alat Roentgen yang sangat besar ditempatkan di rumah sakit tipe C, sedangkan
ruangan yang memadai tidak ada dan kapasitas listrik tidak mencukupi. Lagipula ahli
radiologi dan penata Roentgennya belum tersedia. Penempatan alat Roentgen
seperti di atas merupakan pemborosan yang sia-sia, karena alat itu akan
terbengkalai dan rusak berkarat tanpa dapat dimanfaatkan oleh pasien yang sangat
memerlukan jasa pemeriksaan radiologis. Hal semacam ini harus dicegah demi
efisiensi pemakaian dana pemerintah dan swasta yang terbatas. Peralatan untuk,
rumah sakit tipe Ci dan C2 akan dibahas tersendiri.
D. Proteksi radiasi peralatan Roentgen dan dinding ruangan harus dapat
dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, karyawan, dan
penduduk pada umumnya.
Tabung Roentgen, gelas timah hitam, tabir fluoroskopi konvensional,
diafragma, filter tambahan, karet timah hitam pada tabir, meja Bucky, harus dapat
dipertanggungjawabkan dan memenuhi persyaratan International Committee on
Radiation Protection (ICRP), yaitu sebuah badan dari International Society of
Radiology.
Alat-alat untuk proteksi radiasi yang dipakai oleh ahli radiologi atau
karyawan, seperti sarung tangan yang dilapisi timah hitam dan jubah proteksi yang
terbuat dari karet timah hitam setebal 0,5 mm Pb harus tersedia. Meja pengontrol
alat Roentgen harus berada di belakang dinding proteksi yang tebalnya ekuivalen
dengan 2 mm Pb. Demikian juga jika dipakai gelas timah hitam, tebalnya harus 2
mm Pb. Was ruangan menurut ketentuan Departemen Kesehatan harus 5 x 6 m
sehingga memberikan kemungkinan untuk memasukkan tempat tidur pasien secara
leluasa. Dinding ruangan terbuat dari bata yang dipasang melintang lartinya 1 bata;
jika dipasang memanjang harus dipakai 2 batal. Bata yang dipakai harus berkualitas
baik, berukuran 10 x 20 cm. Plesteran dengan campuran semen dan pasir yang
tertentu. Dinding yang dibuat menurut aturan ini ekivalen dengan 2 mm Pb.
Arah penempatan pesawat harus sesuai dengan petunjuk ahli-ahli
Departemen Kesehatan atau ahli radiologi. Tinggi ruangan minimum 300 cm.
Jendela boleh ditempatkan 2 m di atas dinding untuk meringankan biaya proteksi.
Kawat listrik yang dipakai besarnya menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan
harus dihubungkan dengan tanah.
E. Asesoris yang dipakai untuk pemeriksaan Roentgen seperti karet, tabir
penguat (intensifying screen), film, mutlak harus baik keadaannya untuk
mencegah timbulnya artefak-artefak.
Dalam pengalaman sehari-hari tidak jarang ditemukan pemeriksaan yang
penuh dengan artefak. Bukankah ini berarti, bahwa pemeriksaan semacam ini akan
memberikan kemungkinan diagnosis yang salah, yang berarti juga pasien yang
sehat dapat didiagnosis dalam keadaan patologis tertentu. Hal ini tentu tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu setiap kaset harus dibersihkan secara rutin
setiap bulan dengan sabun mandi atau cairan khusus untuk itu dan jangan
menggunakan sabun deterjen.
Perlu juga diperhatikan dengan teliti identifikasi pasien pada film, paling
sedikit harus dapat dilihat mana yang kanan, mana yang kiri dari pasien, dan kode
pemeriksaan pasien. Nama pasien, tanggal pemeriksaan dan nomor urut
pemeriksaan kemudian ditulis dengan huruf yang jelas setelah film dikeringkan.
Lebih baik lagi jika data pasien diketik dan kemudian diproyeksikan secara elektris di
kamar gelap dengan sebuah alat sederhana yang dapat dibuat sendiri. Hasilnya
memuaskan dan akan memberi bobot yang lebih baik bagi bagian Roentgen yang
bersangkutan.
F. Kamar gelap yang dipakai luasnya kira-kira 10 m2 dan dibuat juga bak-bak
pencucian film dengan dinding porselin putih. Lantai dibuat dari bahan yang
mudah dibersihkan.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa kamar gelap yang dipakai di
rumah sakit di Indonesia merupakan salah satu matarantai yang lemah sedemikian
rupa sehingga untuk menilai baik atau tidaknya Bagian Roentgen di Indonesia cukup
dengan menilai kamar gelapnya. Kamar gelap harus selalu bersih dan ini
mencerminkan kualitas petugas yang bekerja di dalamnya. Air yang dipakai, harus
bersih dan mengalir.
Perlengkapan lain yang diperlukan ialah termometer untuk mengukur suhu
cairan developer, kipas angin atau exhauster agar udara dalam kamar gelap selalu
bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang bekerja di dalamnya selama berjam-
jam.
Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai sistem lorong yang melingkar tanpa
pintu atau sistem 2 pintu untuk menjamin supaya cahaya tidak masuk. Warna
dinding kamar gelap tidak perlu hitam, sebaiknya dipakai warna yang cerah, kecuali
lorong lingkar ke kamar gelap dicat hitam untuk mengadsorpsi cahaya sebanyak
mungkin.
G. Tipe alat Roentgen untuk rumah sakit kelas CZ sebaiknya Basic X-ray Unit
(BXU) sesuai dengan Basic Radiology System yang dikembangkan dengan
anjuran WHO. Sistem ini dinamakan Basic Radiology System (BRS) yang
dikembangkan sejak 1970.
Pengoperasian alat ini sederhana dan dibuat sedemikian rupa sehingga
aman sekali dari segi bahaya radiasi. Dalam praktek di beberapa negara, ternyata
alat ini dapat menampung 70% dari semua pemeriksaan yang dibuat di rumah sakit
besar. Tenaga listrik yang diperlukan berasal dari listrik PLN atau jika belum ada
aliran listrik yang cukup atau tidak ada sama sekali, bisa juga dioperasikan dengan
baterai. Alat ini tidak dilengkapi dengan fluoroskopi yang banyak memancarkan
radiasi jika dilakukan oleh seorang yang tidak berpengalaman. Di banyak negara
dan juga di Indonesia ketentuan ini sudah dapat diterima. Fluoroskopi hanya
dilakukan untuk menilai pergerakan seperti pergerakan diafragma, pulsasi jantung,
dan sebagainya. Fluoroskopi paru yang dulu banyak dilakukan di negara kita untuk
diagnosis, sekarang lambat laun ditinggalkan. Di rumah sakit tipe C, (RS-Cl) dapat
ditempatkan alat Roentgen 500 mA-100 KV, dengan 2 tabung dan dilengkapi alat
fluoroskopi. Di RS-C, ini sebaiknya ada ahli radiologi untuk membantu keahlian lain
dalam pekerjaannya. Dengan sendirinya di tingkat rumah sakit ini harus ada penata
Roentgen yang berijazah.
Untuk RS A dan B, perencanaan perlengkapan radiologi dan lain-lain
sebaiknya diserahkan pada ahli radiologi yang akan bekerja di sana dengan
kerjasama ahli-ahli Departemen Kesehatan. Unsur-unsur ini tentunya harus betul-
betul profesional dalam bidangnya masing-masing. Pengalaman pahit di waktu yang
lampau harus dihindarkan untuk mencegah pemborosan dana yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Segi penting yang kurang diperhatikan dalam merencanakan peralatan
radiologi baru ialah tersedianya ahli radiologi, tenaga para medik berijazah, petugas
kamar gelap, dan sebagainya. Tenaga ahli radiologi sudah dapat dipenuhi untuk
setiap ibukota propinsi, rumah sakit swasta dan ABRI, dalam 5-10 tahun mendatang
ini.
Tenaga lulusan Akademi Penata Roentgen IAPRO) masih kurang sekali.
Lagipula penempatan tenaga ini di perifer mengalami kesulitan. Program Kesehatan
Departemen Kesehatan sebenarnya justru dititikberatkan untuk meningkatkan taraf
kesehatan di daerah. Bilamana program Basic Radiology System (BRS) dapat
diterima oleh pemerintah, maka akan diperlukan banyak sekali tenaga operator
Basic X-ray Unit (BXU) untuk mengoperasikan pesawat secara bertanggungjawab
agar diperoleh hasil pemeriksaan yang baik.
Oleh karena itu operator BXU harus dilatih dulu melalui suatu sistem kursus
yang diselenggarakan di rumah sakit yang berfungsi sebagai rumah sakit akademik
yang besar. Pada saat yang sama BXU dapat di uji terus menerus dimana
kelemahannya. Dengan demikian ada kerjasama yang baik antara Departemen
Kesehatan dan Fakultas Kedokteran demi meningkatkan daya deteksi penyakit
rakyat, seperti misalnya penyakit paru, dan lain-lain. Kemungkinan diagnosis dini
seperti yang diharapkan, mungkin bisa berhasil lebih baik daripada sekarang.
Sampai sekarang baru dibahas perencanaan dan pemakaian alat-alat Roentgen
yang mempunyai peranan dalam pencitraan diagnostik (diagnostic imaging).
Perkembangan terakhir Pencitraan Diagnostik dibicarakan dalam bab
berikutnya. Disini hanya disinggung beberapa hal yang kiranya perlu diperhatikan
dalam perencanaan dan penentuan alat radiologis canggih yang akan dibeli oleh
rumah sakit terutama rumah sakit swasta.
Dari pemeriksaan canggih yang ada seperti ultrasonografi, angiokardiografi,
digital subtraction angiography, kedokteran nuklir, tomografi komputer, dan magnetic
resonance, yang dapat dijangkau oleh rumah sakit swasta pada saat ini hanya
ultrasonografi dan mungkin tomografi komputer. Pemeriksaan canggih lainnya
sebaiknya diserahkan pada rumah sakit pemerintah/akademik, karena peralatannya
terlalu mahal, banyak memerlukan ruangan, alat tambahan dan diperlukan banyak
tenaga profesional.
Juga perencanaan dan penentuan pemakaian alat tomografi komputer (CT)
di rumah sakit swasta harus dipertimbangkan de ngan masak-masak. Alat ini masih
mahal untuk tingkat ekonomi negara kita. Daya beli masyarakat masih rendah dan
biaya pemeriksaan tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan dalil ekonomi semata-
mata. Banyak faktor lain yang turut menentukan besarnya biaya pemeriksaan
pasien.
Karena alat tomografi komputer khusus untuk kepala sekarang sudah tidak
dibuat lagi, maka dengan sendirinya harus dibeli alat tomografi komputer seluruh
tubuh. Keputusan bagi rumah sakit swasta untuk membeli tomografi komputer akan
bergantung pada perkembangan rumah sakit tersebut, lokasinya, tingkat kemajuan
dan profesionalisme spesialisasi lain di rumah sakit tersebut serta faktor-faktor
lainnya.
H. Persyaratan ruangan radiologi :
a. Letak unit/instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan gawat
darurat, perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan lainnya.
b. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan
alarm sesuai dengan kebutuhan.
c. Suhu ruang pemeriksaan 20-24 °C dan kelembaban 40 - 60 %.
d. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas ruangan
yang dibutuhkan sebagai berikut :
1. Ketebalan dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter) dan kerapatan
jenis 2,2 g/cm
2. (dua koma dua gram per sentimeter kubik), atau beton dengan ketebalan 20 cm
(duapuluh sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua milimeter) timah hitam (Pb),
sehingga tingkat
G. Pelaksanaan Instalasi Pesawat
1). Pengamanan pesawat dimulai dari instalasi listrik dari sumber PLN ( Generator)
harus mempunyai Box input tersendiri dilengkapi pengamanan beban lebih (sakelar,
sekering, main circuit breaker) dan besarnya kabel input harus sesuai aturan yang
berlaku.
2). Pesawat rontgen tersebut harus dilengkapi pengamanan beban lebih,
pengamanan pemanasan filamen dan proteksi radiasi.
3). Grounding alat atau bagian-bagian dari pesawat harus sesuai dan dapat kita
pastikan bahwa alat telah dihubungkan ke tanah untuk menghindari sengatan listrik
terhadap operator maupun pasien, serta pada saat pesawat bekerja tidak terganggu
interferensi gelombang.
4). Pesawat harus dilengkapi pengatur atau pengontrol yang dikendalikan secara
manual ataupun otomatis saat exposure.
a). Tempat harus terlindungwaktu melakukan penyinaran kecuali hal-hal khusus.
b). Operator berada diluar berkas sinar guna, dan berada tidak kurang dari 2 meter
dari susunan tabung atau dibelakang pesawat.
c). Harus dilengkapi dengan pembatas radiasi sinar guna, agar tidak mengenai
bagian yang tidak perlu karena radiasi, perlengkapan tsb adalah Diaphragma,
Collimator.
I. Gambar desain ruangan radiologi
Dalam membangun dan merencanakan fasilitas ruangan penyinaran radiografi,
harus memperhatikan hal-hal yang tertera dibawah ini.
1. Lokasi bagian radiologi ditempatkan disentral yang mudah dicapai dari poliklinik.
2. Besarnya ruangan harus sesuai dengan peralatan yang akan ditempatkan, seperti
rumah sakit tipe A,B,C dan D.
3. Proteksi radiasi peralatan Roentgen dan dinding ruangan harus dapat
dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, radiographer, pegawai,
dokter dan masyarakat umum.
4. Alat-alat proteksi yang dipakai ahli radiologi, radiographer serta karyawan adalah
sarung tangan berlapis timah hitam dan jubah/apron yang berlapis timah hitam
setebal 0,5 mm Pb. Dinding proteksi berlapis Pb dengan ketebalan ekivalen 2 mm
Pb.
5. Luas ruangan menurut Departemen Kesehatan harus 4x3x2,8m sehingga
memudahkan memasukkan tempat tidur pasien, khusus untuk alat-lat kedokteran
gigi lebih kecil dari ukuran yang diatas dengan catatan ukuran ruangan
memudahkan pasien keluar dan masuk untuk melakukan foto ronsen. Dinding
ruangan terbuat dari bata yang dipasang melintang (artinya 1 bata ; jika dipasang
memanjang dipakai 2 bata). Bata yang dipakai harus berkualitas baik ukuran 10x20
cm. Plesteran dengan campuran semen dan pasir tertentu, tebal minimal dengan
bata adalah 25 cm. Bila memakai beton, tebal dinding beton minimal adalah 15 cm.
dinding yang dibuat harus ekivalen dengan 2 mm Pb. Bila ada jendela boleh
ditempatkan 2 m diatas dinding atau kaca yang berlapis Pb.
6. Kamar gelap yang dipakai minimal 3x2x2,8 m dan jga dibuat bak-bak pencucian
film dengan porselen putih bagi yang menggunakan pencucian dengan cara manual.
Harus ada air yang bersih dan mengalir, kipas angin/exhauster atau air-conditioner
agar udara dalam kamar gelap selalu bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang
bekerja di dalamnya selama berjam-jam. Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai
sistem lorong yang melingkar tanpa pintu atau sistem dua pintu untuk menjamin
supaya cahaya tidak masuk. Warna dinding kamar gelap tidak perlu hitam,
sebaiknya dipakai warna cerah, kecuali lorong lingkar ke kamar gelap dicat hitam
untuk mengabsorpsi cahaya sebanyak mungkin.
7. Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau bila
berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan dilengkapi
dengan kaca intip dari Pb.
8. Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi yang cukup sehingga
terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks dengan tebal
tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1 – 1,5 mm
9. Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat
menyala pada saat pesawat digunakan. Tanda peringatan radiasi hendaknya dibuat
dengan ukuran yang sesuai seperti gambar berikut :
RINGKASAN:
Unit Radiologi yang terdapat pada rumah sakit membutuhkan beberapa
ruang utama yaitu, ruang penyinaran, ruang operator, kamar gelap, ruang sanitasi,
ruang baca film dan ruang perencanaan dosis. Selain ruang utama diperlukan pula
ruang administrasi yang mencakup antara lain ruang tata usaha, ruang tunggu
pasien, ruang kerja dokter, dan lain sebagainya.
Lingkungan lokasi harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang
menyangkut keselamatan dan kesehatan. Pembagian daerah aktivitas menurut
tingkat radiasi dibagi atas tiga daerah radiasi yaitu daerah radiasi rendah (dosis
ekuivalen yang diterima tubuh < 0,1 rem/minggu). Daerah radiasi sedang (dosis
ekuivalen yang diterima tubuh > 0,1 rem/minggu tetapi < 5 rem/tahun) dan daerah
radiasi tinggi (dosis ekuivalen yang diterima tubuh > 5 rem/tahun).' Ukuran ruang
minimum tergantung pada peralatan dan kenyamanan yang diperlukan. Untuk ruang
penyinaran agar dipenuhi ketinggian jendela minimum, lantai harus mudah
dibersihkan, persyaratan lapisan pintu untuk pesawat sinar, sistem saklar interlock
pada semua pintu masuk. pengamanan ambang pintu dari hamburan radiasi,
ketahanan terhadap penyinaran, perlindungan pada ventilasi luar atau AC,
penghalang untuk semua bukaan dan lubang-lubang pada perisai pelindung dan
ruang terapi dengan sistem TV terbatas.
Persyaratan struktur yang harus dipenuhi berkenaan dengan pondasi
bangunan, gaya gempa, mutu beton, baja tulangan, pasangan bata dan tebal
dinding. Bahan bangunan dipilih yang mudah dibersihkan, halus, keras. dan tidak
porous, tahan terhadap pengaruh zat kimia, tidak bereaksi secara kimiawi dan
memenuhi persyaratan Sll. Utilitas seperti instalasi listrik, instalasi penangkal petir,
proteksi kebakaran, kelengkapan komunikasi, instalasi tata udara, instalasi
plumbing, instalasi lift dan penerangan harus tersedia cukup dan memenuhi
persyaratan.
Limbah padat berupa sumber-sumber radiasi terbungkus yang tidak dipakai
lagi harus disimpan dalam suatu wadah dengan diberi lapisan pelindung radiasi
yang memadai. Gudang tempat penyimpanan limbah radioaktif harus dilengkapi
dengan ventilasi dan instalasi tata udara dan tebal dinding direncanakan sedemikian
rupa sehingga laju penyinaran tidak melebihi 10 rem/minggu.