insight smi 2018 q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) kualitas...
TRANSCRIPT
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
Insight SMI 2018 - Q4
1
Pendidikan Sebagai Komponen Penting Daya Saing Bangsa
Indikator daya saing sebuah negara secara umum dapat kita peroleh dari laporan Global Competetitiveness Index
(GCI) yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF). Dalam GCI, terdapat 12 pilar yang menjadi indikator
daya saing sebuah negara dan dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar yaitu: basic requirements, efficiency
enhancers, serta innovation and sophistication. Pendidikan dasar menjadi pilar ke-4 (bersama dengan kesehatan)
sementara pendidikan tinggi dan training menjadi pilar ke-5 dalam GCI. Dengan demikian, kualitas pendidikan
menjadi sebuah variable penting dalam mendukung daya saing sebuah negara. Kualitas Pendidikan yang semakin
baik akan berpengaruh terhadap daya saing suatu negara dalam berinovasi dan menciptakan nilai tambah pada
perekonomian. Mengacu kepada GCI, di Kawasan Asia Tenggara, peringkat Indonesia dalam pilar pendidikan da-
sar (dan kesehatan) hanya unggul dari Kamboja dan Laos. Sementara untuk pilar pendidikan tinggi dan training,
Indonesia lebih unggul dibandingkan Vietnam, Laos dan Kamboja.
Agenda Meningkatkan Kualitas Pendidikan Nasional
Dengan bercermin dari indikator GCI dan HDI, kita mengetahui bahwa Indonesia masih harus meningkatkan
kualitas Pendidikan agar berdaya saing tinggi dalam panggung perekonomian global. Menyadari hal tersebut
maka Pemerintah terus berupaya keras dalam meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui Pro-
gram Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015-2019. Secara umum,
angka partisipasi di setiap jenjang Pendidikan menjadi target yang harus mengalami perbaikan pada jangka
waktu 2015—2019.
“ never stop learning because life never stops
teaching ”
Education
Apabila mengacu kepada Human Develop-
ment Index (HDI) atau Indeks Pem-
bangunan Manusia (IPM), pada tahun 2017
Indonesia menempati peringkat 116 dan
berada di kategori kelompok negara Medi-
um Human Development. Dalam kelompok
tersebut, negara ASEAN lainnya adalah Fili-
pina di peringkat 113, Vietnam di peringkat
117, Kamboja di peringkat 146 dan Myan-
mar di peringkat 148. Sementara negara
ASEAN lainnya yang termasuk Very High Hu-
man Development yaitu Singapura berada
di urutan ke- 9, Brunei Darussalam urutan ke
-39 serta Malaysia urutan ke-57.
5.4
6.8
6.3
5.5 5.
8
6.3
5.2 5.3
4.5
6.3
4.9
4.6
4.1 4.
5
3.5
2.9
4.7
5.7
5.2
4.7
4.4 4.5
3.9
3.9
Indonesia Singapore Malaysia Thailand Vietnam Brunei Lao PDR Cambodia
Health and Primary Higher education and training GCI
Gambar 1. Global Competitiveness Index di Negara ASEAN (Angka indeks lebih
tinggi lebih baik)
Sumber: Global Competitiveness Report 2017-2018
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
2
Strategi yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengeksekusi PIP secara umum dapat diilustrasikan sebagai per-
baikan kualitas “hardware” dan “software” dalam sektor Pendidikan. Perbaikan kualitas “hardware” yaitu dian-
taranya adalah penyediaan sarana sekolah terutama di daerah-daerah yang masih minim akan fasilitas Pendidikan.
Selain sarana fisik, penyediaan akses terhadap layanan Pendidikan juga menjadi agenda strategi pemerintah yang
salah satunya adalah melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Sementara dalam penguatan kualitas “software” bebera-
pa strategi yang dijalankan oleh pemerintah adalah penguatan kurikulum Pendidikan agar compatible dengan per-
saingan global di abad 21. Sejalan dengan penguatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru dan tenaga pengajar
juga menjadi target dalam mendukung PIP.
Meneropong lebih jauh dari tahun 2019, pendidikan menjadi sektor penting dalam rencana pembangunan jangka
panjang dan menjadi salah satu agenda pencapaian SDGs /Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Indonesia ta-
hun 2030. Dalam (TPB) pemerintah mempunyai target membangun dan meningkatkan fasilitas Pendidikan yang
ramah anak, ramah penyandang cacat dan gender, serta menyediakan lingkungan belajar yang aman, anti kekera-
san, inklusif dan efektif bagi semua. Sebagai indikator akan fasilitas Pendidikan yang diharapkan tersebut adalah
sekolah dengan akses ke listrik, internet, computer, infrastruktur dan materi memadai bagi siswa disabilitas, air mi-
num layak, fasilitas sanitasi dasar per jenis kelamin, fasilitas cuci tangan dan fasilitas yang higienis.
Pada rancangan sementara RPJMN 2020-2024, pemerintah menargetkan angka partisipasi kasar (APK) Perguruan
Tinggi sebesar 35-37% di tahun 2025 dari posisi saat ini sebesar 33,4%. Selanjutnya pemerintah juga berencana un-
tuk meningkatkan jumlah prodi STEM (Science, Technology, Egineering and Mathematics) yang sesuai dengan dina-
mika pasar dan industri.
Tantangan yang Harus Diatasi
Beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam men-
dukung agenda peningkatan kualitas Pendidikan nasion-
al sesuai dengan rancangan sementara RPJMN 2020-
2024 adalah (1) Infrastruktur Perguruan Tinggi khu-
susnya di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar)
masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran
digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-
struktur pembelajaran dan teknologi yang memadai
(3) Kondisi ruang kelas sekolah mulai dari SD sampai
SMA/SMK secara umum masih belum baik. Kondisi ru-
ang kelas dengan kondisi baik khususnya sekolah negeri
secara rata-rata masih buruk (SD 24%, SMP 27%, SMA
46%, SMK 50%) dan (4) Persentase perpustakaan ter-
hadap sekolah di semua provinsi belum mencapai 100% .
Lebih jauh lagi, daerah di luar pulau Jawa mempunyai per-
sentase perpustakaan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase perpustakaan di Pulau Jawa.
Sumber: Bappenas
*draft sementara
Build and improve
education facilities that are child friendly,
disabled and gender
friendly, and provide a safe, non-violent,
inclusive and effective learning environment for
all
Education in the national SDGs target
of 2030
Higher
Education in the RPJMN 2020-2024 *
The University's
Gross Enrollment Rate (APK) is 35-37%
in 2025 from the
current position of 33.4%.
Increased number of STEM (Science,
Technology, Engineering and
Math) study programs that are in line with
market and industrial
dynamics
Gambar 2. Agenda Nasional Dalam Peningkatan Kualitas Pen-
didikan
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
3
Sementara itu, persentase perpustakaan terhadap
sekolah di semua provinsi belum mencapai seratus
persen (lihat Tabel Lampiran 2.7). Hal ini terjadi pada
semua jenjang pendidikan. Akan tetapi, pada jenjang
pendidikan SD, ketimpangan antarprovinsi lebih nyata
terlihat. Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki
persentase kurang dari 40 persen, sedangkan provinsi
lain sudah di atas 50 persen. Bahkan, Kep.Bangka
Belitung mencapai 98 persen.
Selanjutnya, rasio rombongan belajar per kelas dapat
menjadi indikator mengenai kecukupan kelas yang tersedia untuk kegiatan belajar murid. Data kemendikbud
menunjukkan bahwa kecukupan kelas di jenjang SMK adalah yang paling rendah dibandingkan dengan jenjang
pendidikan lainnya. Pada periode tahun ajaran 2016/2017 rasio rombongan belajar per kelas untuk jenjang SMK
adalah sebesar 1,16. Artinya, terdapat 16 rombongan belajar yang tidak memiliki kelas.
Angka Partisipasi dalam Pendidikan Nasional
Angka partisipasi dalam Pendidikan, baik Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM) dapat kita gunakan untuk melihat berapa banyak masyarakat yang mengakses fasilitas Pen-
didikan. Dari formula Angka Partisipasi tersebut sesungguhnya kita dapat melihat dua sisi mengenai partisipasi
masyarakat dalam Pendidikan yaitu sisi supply dan sisi demand. Angka Partisipasi yang rendah dapat diakibatkan oleh
faktor belum tersedianya sekolah di daerah tersebut (sisi supply) atau sekolah sudah tersedia namun akses masyara-
kat ke sekolah tersebut kurang karena misalnya, pendapatan masyarakat yang rendah sehingga tidak mampu mem-
bayar uang sekolah (sisi demand).
Dalam tabel yang berisi informasi mengenai karakteristik demografi dan partisipasi sekolah maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat partisipasi sekolah yang paling rendah adalah pada kelompok usia 19—24 tahun yaitu hanya sebesar
24,77%. Kelompok umur tersebut adalah usia jenjang Pendidikan tinggi (universitas atau sederajat). Hal tersebut
menunjukkan apabila masyarakat Indonesia yang mengenyam Pendidikan tinggi masih rendah.
Masih belum tersedianya perpustakaan di se-
tiap sekolah terjadi pada sekolah negeri dan
swasta. Persentase perpustakaan terhadap
sekolah negeri lebih besar dibandingkan
sekolah swasta. Hal ini sejalan dengan fakta
bahwa sekolah negeri lebih banyak
dibandingkan sekolah swasta, kecuali pada
jenjang pe didikan SMK. Jumlah SMK yang
dimilikI swasta lebih banyak, namun per-
sentase perpustakaannya lebih kecil.
amount % amount % amount %
SD (elementary) 81714 61.9 8928 57.7 90642 61.45
SMP (junior) 18510 81.2 10286 68.8 28796 76.25
SMA (senior) 5626 85.7 4416 67.1 10042 76.4
SMK (vocational) 2665 77.6 5322 54.3 7987 60.34
State Private State+PrivateEducational Level
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gambar 4. Jumlah dan Rasio Murid, Rombongan Belajar, dan Ruang Kelas Ber-
dasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah, 2016/2017
SD (elementary) 25618078 1103232 1049116 23 1.05
SMP (junior) 10145416 348174 347592 29 1
SMA (senior) 4659542 155162 151441 30 1.02
SMK (vocational) 4682913 165386 143175 28 1.16
Number of
Classroom
Ratio of
Student per
Studygroup
Ratio of
Studygroup per
Classroom
Educational Level Number of
Student
Number of
Study Group
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gambar 3. Jumlah dan Persentase dari Perpustakaan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan dan Status Sekolah, 2016/2017
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
Kondisi rendahnya APK di jenjang perguruan tinggi harus
menjadi peringatan yang harus ditindaklanjuti dengan
program yang konkrit. Alasannya adalah saat ini Indonesia
mempunyai struktur demografi dimana usia produktif/
working age (usia 15—64 tahun) mendominasi populasi
penduduk pada periode 2010—2035. Menurut proyeksi
dari Bappenas, pada tahun 2030-2040 penduduk usia
produktif diperkirakan mencapai 64% dari total
penduduk.
Di dalam usia produktif tersebut terdapat kelompok usia
jenjang perguruaan tinggi yang saat ini mempunyai APK
rendah. Dengan kata lain, apabila tidak ada perbaikan
APK pada jenjang perguruan tinggi maka bonus demografi
yang berasal dari usia produktif tidak akan terjadi.
Prakondisi mendapatkan bonus demografi untuk memacu
produktivitas perekonomian yang lebih tinggi yaitu
dengan peningkatan kualitas pendidikan pada kelompok
usia jenjang perguruan tinggi.
4
Angka partisipasi kasar (APK) merupakan indikator yang sering
digunakan dalam menentukan target perbaikan kualitas
pendidikan nasional. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah
proporsi jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada
suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk umur
sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.
Misalnya, APK SD merupakan persentase jumlah penduduk
yang sedang sekolah di SD terhadap jumlah penduduk umur 7
-12 tahun.
Sejalan dengan APS, jenjang perguruan tinggi merupakan
yang paling rendah tingkat APK nya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa akses masyarakat Indonesia
secara umum ke perguruan tinggi masih rendah.
Kondisi APK jenjang Perguruan Tinggi yang rendah juga
dikonfirmasi oleh data persentase anak yang putus
sekolah. Data tahun 2017 menunjukkan bahwa anak usia
16—18 tahun adalah kelompok anak dengan persentase
terbesar mengalami putus sekolah (28,58%).
Gambar 5. Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan Demo-
grafi dan Usia, 2017
Sumber: BPS, Susenas Maret 2017
Gambar 7. Persentase Anak Tidak Bersekolah, 2017
Sumber: BPS, Susenas Maret 2017
Sumber: BPS, Susenas Maret 2017
Gambar 6. Angka Partisipasi Kasar Berdasarkan Tingkat Pendidi-
kan dan Wilayah, 2017
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi Berdasarkan Provinsi
5
Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa APK yang tinggi
menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa memper-
hatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Jika nilai
APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada
penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi
umur yang seharusnya. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wila-
yah tersebut mampu menampung penduduk usia sekolah lebih dari
target yang sesungguhnya.
Sumber: BPS
Tingkat APK PT (Perguruan Tinggi) yang rendah di suatu provinsi
berarti penduduk berusia 19-24 tahun yang berkuliah adalah sedikit
jumlahnya. Beberapa faktor dapat menjadi alasan: (1) Jumlah PT /
sederajat tidak mencukupi untuk menampung jumlah penduduk
usia 19-24 tahun (2) Akses menikmati Pendidikan PT/sederajat yang
terbatas , misalnya karena tingginya biaya berkuliah (3) Sebagian penduduk usia 19-24 tahun di wilayah tersebut
memilih untuk tidak berkuliah karena alasan lain misalnya lebih memilih untuk bekerja.
Ada 14 provinsi yang mempunyai tingkat APK perguruan tinggi di bawah angka nasional (25 %) sementara 20
provinsi lain mempunyai APK perguruan tinggi di atas angka APK perguruan tinggi nasional. DIY Yogyakarta
mempunyai APK perguruan tinggi paling tinggi (58,65%), hal ini sejalan dengan tingkat Harapan lama sekolah (HLS)
provinsi DIY Yogyakarta yang juga menempati posisi tertinggi. Kita juga melihat bahwa wilayah Indonesia timur
tidak selalu tertinggal dalam tingkat APK perguruan tinggi. Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat merupakan tiga
provinsi wilayah timur yang mempunyai APK perguruan tinggi di atas APK perguruan tinggi nasional. Sebaliknya,
beberapa provinsi di wilayah Indonesia bagian barat seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung dan Kepulauan
Riau mempunyai APK perguruan tinggi di bawah APK perguruan tinggi nasional.
58.6
5
39.1
9
39.1
7
37.8
5
36.8
9
36.6
6
35.9
1
34.2
6
31.8
2
31.7
3
29.5
6
29.4
28.8
7
28.4
4
27.8
1
27.1
6
26.3
5
26.3
1
26 25.4
8
25 24.3
5
24.0
7
23.2
6
21.8
1
21.4
4
21.4
2
20.4
3
20.2
19.3
7
19.3
4
18.2
16.9
6
15.4
9
12.1
8
0
10
20
30
40
50
60
70
DI Y
ogya
kart
a
Mal
uku
Sula
wes
i Ten
ggar
a
Aceh
Sum
ater
a Ba
rat
Mal
uku
Utar
a
Sula
wes
i Sel
atan
Beng
kulu
Sula
wes
i Ten
gah
Gor
onta
lo
Papu
a Ba
rat
Bali
Kalim
anta
n Ti
mur
DKI J
akar
ta
Riau
Jam
bi
Sula
wes
i Uta
ra
Bant
en
Sum
ater
a Ut
ara
Jaw
a Ti
mur
Indo
nesi
aa
Nus
a Te
ngga
ra T
imur
Sula
wes
i Bar
at
Nus
a Te
ngga
ra B
arat
Kalim
anta
n U
tara
Kalim
anta
n Se
lata
n
Jaw
a Ba
rat
Kalim
anta
n Te
ngah
Sum
ater
a Se
lata
n
Kepu
laua
n Ri
au
Kalim
anta
n Ba
rat
Jaw
a Te
ngah
Papu
a
Lam
pung
Kep,
Ban
gka
Belit
ung
Gambar 8. APK Perguruan Tinggi Berdasarkan Provinsi , 2017
Gambar 9. Formula APK Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: BPS
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
6
Dengan demikian maka terdapat beberapa kemungkinan rendahnya APK PT di beberapa provinsi berdasarkan pen-
jelasan dari formula perhitungan APK PT tersebut. Dari web site Bappeda Provinsi Jabar (http://
bappeda.jabarprov.go.id/menristekdikti-dorong-jabar-tingkatkan-apk-perguruan-tinggi/) didapat keterangan dari
pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat bahwa penyebab rendahnya APK PT di Jawa Barat karena jumlah perguruan
tinggi yang kurang mencukupi dibandingkan dengan jumlah penduduk usia berkuliah Jawa Barat yang relatif ban-
yak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan APK PT adalah
dengan menghimbau kepada beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk membuka cabang kampus baru. Selain
itu, Pemprov Jabar juga berharap kontribusi Perguruan Tinggi Swasta dalam menyerap calon mahasiswa sehingga
meningkatkan APK PT provinsi Jabar.
Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menjadikan sistem Pen-
didikan jarak jauh (PJJ) atau kuliah dalam jaringan (daring) sebagai salah satu solusi dalam meningkatkan APK PT di
Indonesia. Secara definisi, sesuai dengan Permendikbud No.109/2013, Pendidikan Jarak Jauh adalah proses belajar
mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Konsep yang lebih
kongkrit mengenai PJJ adalah e-learning yaitu pembelajaran individu/mandiri atau kelompok menggunakan TIK dan
jejaring. Kelebihan dari PJJ adalah memberikan fleksibilitas untuk siswa belajar kapan saja, dimana saja dan dengan
siapa saja. Selain itu PJJ dapat dikombinasikan dengan tatap muka. Tantangan dari aspek infrastruktur bagi
pemerintah dalam mengimplementasikan PJJ adalah jaringan internet yang memadai terutama di wilayah timur
Indonesia. Seperti yang ditunjukkan oleh chart di atas, penetrasi internet tertinggi ada di Pulau Jawa yaitu sebesar
58,08% dan di Pulau Sumatera sebesar 19,09%. Sementara penetrasi internet di Pulau lainnya hanya kurang dari
10%.
Gambar 10. Penetrasi Internet di Indonesia Berdasarkan Provinsi (%)
Sumber: katadata
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
7
Gambar 11. Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
BPS menghitung IPM antar provinsi dengan tujuan membandingkan kemajuan pembangunan manusia antar provin-
si di Indonesia. Indikator dalam perhitungan IPM adalah :
1) Kesehatan melalui Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH)
2) Pendidikan melalui Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
3) Standar Hidup: PNB (Pendapatan Nasional Bruto) per Kapita
Pengelompokkan IPM dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:
IPM < 60 : rendah
60 ≤ IPM < 70 : sedang
70 ≤ IPM < 80 : tinggi
IPM ≥80 : sangat tinggi
Dari hasil perhitungan BPS maka didapatkan informasi bahwa IPM di wilayah Indonesia bagian timur (khususnya di
Papua) secara umum masih rendah. Secara keseluruhan IPM Indonesia masih berada di kategori sedang. Sebanyak
6,1% kota dan 0,2% kabupaten termasuk kepada IPM sangat tinggi, 10,2% kota dan 77,2% kabupaten termasuk ke
dalam IPM sedang, 83,7% kota dan 10,1% kabupaten termasuk ke dalam IPM tinggi dan 12,5% kabupaten termasuk
ke dalam IPM rendah. Apabila secara spesifik melihat kepada indikator pendidikan maka posisi terakhir angka HLS
Indonesia (tahun 2014) sebesar 12,39 tahun dan RLS sebesar 7,73 tahun. Angka HLS dan RLS terus mengalami
kenaikan sejak tahun 2010. Pada tahun 2014 tiga provinsi tertinggi dalam RLS adalah DKI Jakarta (10,54) kemudian
Kepulauan Riau (9,64) dan Maluku (9,15). Sementara, tiga provinsi terendah RLS adalah Kalimantan Barat (6,83)
kemudian NTB (6,67) dan Papua (5,76). Untuk HLS tertinggi ditempati provinsi DI Yogyakarta (14,85) kemudian
Maluku (13,53%) dan Aceh (13,53%). HLS peringkat terendah adalah provinsi Sumatera Selatan (11,75) Kep. Bangka
Belitung (11,18) dan Papua (9,94%).
Gambar 12. Peringkat 3 Teratas dan 3 Terbawah Provinsi Rata-rata lama sekolah dan Harapan lama sekolah
Sumber: BPS
Sumber: BPS
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
8
Masih berdasarkan temuan dalam studi yang dilakukan oleh World Bank, beberapa contoh kasus menunjukkan
bahwa salah satu bentuk kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam pendidikan dimana pemerintah bertindak
sebagai financier sementara swasta bertindak sebagai operator berpotensi untuk meningkatkan kualitas enrollment
dengan anggaran yang efisien.
Beberapa fakta tentang skema kerjasama pemerintah-swasta dalam bidang pendidikan di beberapa negara. Senegal
dan Tanzania melakukan deregulasi pendidikan (melalui kerjasama dengan pihak swasta) berimplikasi kepada biaya
rendah dan korelasi positif terhadap enrollment. Skema PPP telah berkontribusi bagi meningkatnya Penyediaan
sekolah bagi masyarakat berpenghasilan rendah baik di daerah perkotaaan atau pedesaan di beberapa negara sep-
erti Bangladesh dan Pakistan. Selanjutnya disampaikan beberapa contoh kasus PPP pendidikan di negara lain:
PPP Pendidikan di Belanda
Semua sekolah di Belanda dibiayai oleh anggaran pemerintah namun
sebagian besar sekolah tersebut dikelola oleh swasta. Dengan demikian
sebagian besar siswa di Belanda masuk mendaftar kepada sekolah
swasta dibandingkan sekolah negeri. Pemerintah dalam hal ini turut
mempromosikan sekolah-sekolah tersebut untuk meningkatkan kom-
petisi di antara sekolah. Sebagai implikasinya, persaingan tersebut
mendorong terjadinya efisiensi dalam biaya pendidikan karena setiap
sekolahan berupaya untuk meningkatkan kualitas serta menarik lebih
banyak siswa.
Gambar 13. Pendaftaran Sekolah di Belanda
Public Private Partnership (PPP) dalam Pendidikan
Skema Public Private Partnership (PPP) merupakan upaya mengatasi keterbatasan anggaran pemerintah dalam
membangun proyek strategis seperti infrastruktur dengan melibatkan peran swasta. Sarana dan prasarana sekolah
termasuk kepada infrastruktur sosial yang pembangunannya dapat diupayakan melalui kerjasama pemerintah dan
swasta di bawah skema PPP.
Beberapa alasan pendukung diimplementasikannya mekanisme PPP atau keterlibatan swasta dalam penyediaan
pelayanan publik khususnya pendidikan (World Bank, 2009):
• PPP dapat menciptakan persaingan di industri pendidikan. Sebagai dampaknya maka sekolah akan berlomba
meningkatkan mutu pendidikan.
• Sekolah atas dasar PPP mempunyai fleksibilitas dalam skema rekruitmen guru dibandingkan sekolah milik
pemerintah. Fleksibilitas tersebut seringkali lebih memadai untuk deliverable kualitas guru.
• Pemerintah mempunyai kesempatan besar untuk mendapatkan provider pendidikan dengan biaya yang pal-
ing efisien (serta kualitas yang paling baik) melalui proses open bidding.
• Risk sharing antara pemerintah dan pihak swasta sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam penyediaan
layanan pendidikan.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
9
PPP Pendidikan di Bangladesh
Pemerintah Bangladesh menggunakan skema PPP dalam memenuhi kebutuhan dalam sektor pendidikan di semua
tingkat yaitu pendidikan dasar, pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi. Secara umum ada tiga fokus area yang
dihadapi oleh pemerintah Bangladesh dalam penyelenggaraan pendidikan mereka yaitu (1) akses dan kesetaraan (2)
kualitas pendidikan (3) operasional (4) pembiayaan dan efisiensi. Sebagai contoh, PPP untuk Pendidikan Perguruan
Tinggi di Bangladesh dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
• Melakukan pilot project untuk mengajak beberapa sekolah menengah swasta dalam membangun sekolah di
daerah peri-urban dan rural dengan bantuan grant.
• Menyediakan insentif bagi lembaga pendidikan tinggi milik pemerintah dan swasta yang dapat mengem-
bangkan program studi yang mendukung tenga ahli di bidang hydropower, agroforestry dan ecotourism.
• Mendirikan matching-fund untuk kepentingan riset yang disponsori oleh industi, lembaga pemerintahan dan
NGO serta organisasi non-pemerintah.
PPP Pendidikan di Mesir
Inisiatif program yang dilakukan di bawah skema PPP adalah pemerintah menyediakan lahan untuk pembangunan
sekolah sementara pihak swasta menyediakan desain, konstruksi dan membiayai furnishing sekolah negeri serta me-
nyediakan layanan non—educational dalam suatu perjanjian kerjasama jangka panjang.
PPP Pendidikan di Nova Scotia (Kanada)
Pemerintah provinsi Nova Scotia menggunakan skema PPP dalam membangun 39 unit sekolah pada akhir tahun
1990. Dalam skema tersebut pihak swasta mendesain, membangun dan membiayai serta melakukan perawatan
bangunan sekolah. Kontrak terhadap pihak swasta dilakukan melalui proses bidding yang kompetitif dan terbuka.
Setelah terbangun, unit sekolah tersebut disewa oleh pemerintah untuk jangka waktu 20 tahun. Pemerintah juga
turut memberikan insentif yang dimasukkan ke dalam kontrak untuk menjamin konstruksi dan perawatan tetap dil-
akukan oleh swasta.
PPP Pendidikan di Ypenburg (Belanda)
Pihak swasta dan pemerintah menyepakati model DBFM (Design-Buliding-Financing-Maintenance) yang tercantum
dalam kontrak dan berlaku selama 30 tahun (1,5 tahun untuk masa konstruksi dan 28,5 tahun untuk masa perawa-
tan). Perawatan yang dilakukan termasuk kebersihan, furniture, informasi dan Information and Communication Tech-
nology (ICT).
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
10
PPP Bidang Pendidikan di Pakistan
Sejak tahun 2001 Pakistan telah menggunakan PPP sebagai salah satu strategi dalam mereformasi sektor pendidi-
kan. Sebagai implementasi, PPP diformalisasikan kepada peraturan tingkat nasional dan provinsi untuk mengatasi
ketertinggalan penduduk usia sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah.
Beberapa tipe implementasi PPP di Pakistan :
1. Inisiatif PPP dilakukan oleh pemerintah (kementerian pendidikan Pakistan) untuk pemilihan lokasi
sekolahnya. Kemudian mereka menerima unsolicited proposal dari pihak swasta, dalam skema ini tidak ada
pengumuman terbuka. Bentuk dari kerjasama adalah bantuan dana dari pemerintah pusat ke pemerintah
provinsi (grant in aid) untuk perbaikan atau pengembangan sekolah milik pemerintah dikombinasikan dengan
dana dari swasta.
2. Inisiatif datang dari pihak swasta (seperti civil society atau private groups) yang mempunyai keinginan untuk
bekerjasama dengan sekolah milik pemerintah yang kondisinya memerlukan bantuan pendanaan. Dalam
prosesnya terdapat negosiasi dan unsolicited proposal antara pemerintah dan swasta. Dukungan pendanaan
bagi sekolah biasanya mengikuti pola sebagai berikut: biaya inti seperti gaji guru dan perawatan dasar fasili-
tas sekolah akan ditanggung pemerintah sementara pendanaan fasilitas sekolah lainnya datang dari
dukungan filantropi, CSR dan NGOs.
3. Inisiatif PPP dilakukan melalui pembentukan lembaga semi-otonom, contohnya adalah Yayasan pendidikan
yang akan melakukan berbagai program pengembangan dan perbaikan kepada sekolah milik pemerintah
yang membutuhkan. Selain itu, Yayasan juga dapat mendirikan sekolah baru bekerjasama dengan
pemerintah.
4. Kerjasama PPP diumumkan terbuka untuk kemudian diadakan proses pengadaan secara kompetitif dan ter-
buka kepada pihak swasta yang bertindak sebagai operator sekolah. Setelah serangkaian proses maka akan
diumumkan pemenang. Pada tipe PPP ini, pemerintah bertindak sebagai financier, enabler dan regulator di-
mana pihak swasta berperan sebagai operator sekolah.
Gambar 14. Model PPP di Pakistan
Sumber: World Bank
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
11
Skema PPP untuk Pendidikan di Indonesia
Melihat pada studi kasus di beberapa negara di atas, skema PPP digunakan sebagai upaya untuk menyediakan
sarana pendidikan yang dapat menjangkau masyarakat luas dengan kualitas yang baik dan biaya yang efisien dari
sisi anggaran pemerintah. Dengan demikian pemerintah Indonesia seyogyanya dapat mempertimbangkan skema
PPP untuk digunakan dalam membangun infrastruktur pendidikan mengingat masih terdapatnya beberapa tan-
tangan dalam memenuhi agenda nasional untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Tantangan dalam mengimplementasikan rencana pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional
yaitu kualitas sarana dan prasarana pendidikan yang masih harus ditingkatkan. Sarana dan prasarana tersebut
antara lain: ruang kelas yang rusak, jumlah perpustakaan yang tidak memadai, kurangnya jumlah perguruan ting-
gi di beberapa provinsi terutama daerah 3T serta fasilitas internet untuk pendidikan. Di lain pihak, dana pendidi-
kan untuk dialokasikan kepada pembangunan infrastruktur fisik ternyata masih minim porsinya.
Menurut temuan pemerintah, alokasi anggaran pendidikan yang sudah disalurkan kepada daerah sebagian besar
dipakai untuk gaji dan tunjangan guru sehingga alokasi dana kepada pembangunan sekolah baru dan rehabilitasi
sekolah yang rusak menjadi sangat kecil. Sebagai contoh, pada tahun 2017 pemerintah menyebutkan bahwa
jumlah ruang SD yang rusak mencapai 178.194 kelas sehingga estimasi pembiayaan rehabilitasinya adalah sebe-
sar Rp 20 triliun. Kemudian pemerintah juga menyebutkan apabila kemampuan APBD untuk mendanai rehabili-
tasi Gedung SD tersebut hanya Rp 2,1 triliun. Masih ada gap yang sangat besar dalam kebutuhan pembiayaan
rehabilitasi bangunan SD tersebut. Skema PPP dapat diaplikasikan untuk membantu pemerintah daerah dalam
mendanai rehabilitasi Gedung SD yang rusak.
Beberapa provinsi masih membutuhkan infrastruktur berupa perguruan tinggi untuk meningkatkan APK perguru-
an tinggi (PT). Pada bagian artikel ini sebelumnya, Jawa Barat adalah contoh provinsi yang APK PT nya rendah
karena (berdasarkan keterangan pemerintah provinsi) tidak cukup jumlah perguruan tinggi untuk menyerap
calon mahasiswa yang banyak di daerah Jawa Barat. Dalam kasus ini skema PPP dapat menjadi alternative untuk
membangun perguruan tinggi baru atau membuka cabang kampus baru di daerah-daerah.
Pihak swasta yang dapat dilibatkan dalam skema PPP pendidikan di Indonesia salah satunya adalah filantropi.
Kelompok filantropi biasanya menaruh perhatian yang besar terhadap isu sosial dan lingkungan termasuk pen-
didikan. Pemerintah dapat mengajak para filantropi di Indonesia untuk bermitra dalam skema PPP dalam menga-
tasi berbagai kendala mulai dari pendanaan pembangunan sarana dan prasarana sekolah sampai kepada penye-
diaan fasilitas internet di sekolah. Pemerintah juga dapat mengajak filantropi global untuk turut serta membantu
mengembangkan infrastruktur pendidikan di Indonesia. Contohnya adalah Bill & Melinda Gates foundation se-
bagai filantropi global ternama dikenal mempunyai ketertarikan tinggi terhadap pengembangan sektor pendidi-
kan global khususnya di negara berkembang.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018
12
Kesimpulan
Dalam menghadapi persaingan global khususnya di wilayah Asia, Indonesia masih harus meningkatkan kualitas
pendidikan nasional mencakup sarana fisik pendidikan dan kualitas sumber daya manusia.
Beberapa tantangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional adalah:
• Kualitas infrastruktur pendidikan yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia terutama daerah 3T
• Infrastruktur jaringan internet dan teknologi komunikasi masih perlu ditingkatkan khususnya di daerah
• Infrastruktur kelas berkualitas baik dan pembangunan perpustakaan di sekolah perlu ditingkatkan
• Partisipasi penduduk Indonesia yang berusia 19-24 tahun dalam mengakses jenjang perguruan tinggi masih
rendah. Kondisi ini sebagai peringatan yang harus ditindaklanjuti. Penduduk usia produktif (15-64 tahun)
yang akan mendominasi demografi Indonesia pada tahun 2030-2040. Sebagian dari penduduk usia produk-
tif tahun 2030 akan berasal dari penduduk usia jenjang perguruan tinggi saat ini. Dengan demikian kualitas
lulusan perguruan tinggi akan mempunyai peran kunci terhadap produktivitas ekonomi Indonesia di masa
depan.
Pemerintah menjadikan sistem pendidikan jarak jauh atau kuliah dalam jaringan (daring) sebagai salah satu solusi
dalam meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi. Tantangan selanjutnya adalah meningkatkan
aksesibilitas jaringan internet lebih luas di wilayah Indonesia terutama di luar Pulau Jawa.
Mekanisme Public Private Partnership (PPP) dapat dipertimbangkan sebagai upaya dalam membantu membangun
dan meningkatkan kualitas sarana fisik pendidikan terutama di daerah. Pemerintah dapat mengajak pihak swasta
termasuk filantropi untuk bekerjasama dalam menyediakan sarana pendidikan terbaik bagi masyarakat luas.
Disclaimer
All information presented were taken from multiple sources and considered as true by the time they were
written to the knowledge of PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) can
not be held responsible from any inaccuracy contained in the material.
PT SMI follows all internal and external guidelines and regulations that govern the evaluation process on
determining the financing feasibility of an infrastructure project. Every decision to finance or not to finance a
project is therefore based on a responsible and thorough due diligence process.
Any complaint in the process of financing irregularities can be submitted to:
Ms. Ramona Harimurti, Corporate Secretary PT SMI
Tel : +62 21 808 252 88
Fax : +62 21 808 252 58
Email : [email protected]
Public complaints on PT SMI service will be kept strictly confidential and handled by a special committee to
ensure that complaints are addressed appropriately.
***