insight smi 2018 q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) kualitas...

12
PT Sarana Mul Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018 Insight SMI 2018 - Q4 1 Pendidikan Sebagai Komponen Penng Daya Saing Bangsa Indikator daya saing sebuah negara secara umum dapat kita peroleh dari laporan Global Competeveness Index (GCI) yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF). Dalam GCI, terdapat 12 pilar yang menjadi indikator daya saing sebuah negara dan dikategorikan ke dalam ga kelompok besar yaitu: basic requirements, efficiency enhancers, serta innovaon and sophiscaon. Pendidikan dasar menjadi pilar ke-4 (bersama dengan kesehatan) sementara pendidikan nggi dan training menjadi pilar ke-5 dalam GCI. Dengan demikian, kualitas pendidikan menjadi sebuah variable penng dalam mendukung daya saing sebuah negara. Kualitas Pendidikan yang semakin baik akan berpengaruh terhadap daya saing suatu negara dalam berinovasi dan menciptakan nilai tambah pada perekonomian. Mengacu kepada GCI, di Kawasan Asia Tenggara, peringkat Indonesia dalam pilar pendidikan da- sar (dan kesehatan) hanya unggul dari Kamboja dan Laos. Sementara untuk pilar pendidikan nggi dan training, Indonesia lebih unggul dibandingkan Vietnam, Laos dan Kamboja. Agenda Meningkatkan Kualitas Pendidikan Nasional Dengan bercermin dari indikator GCI dan HDI, kita mengetahui bahwa Indonesia masih harus meningkatkan kualitas Pendidikan agar berdaya saing nggi dalam panggung perekonomian global. Menyadari hal tersebut maka Pemerintah terus berupaya keras dalam meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui Pro- gram Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015-2019. Secara umum, angka parsipasi di seap jenjang Pendidikan menjadi target yang harus mengalami perbaikan pada jangka waktu 20152019. never stop learning because life never stops teaching Educaon Apabila mengacu kepada Human Develop- ment Index (HDI) atau Indeks Pem- bangunan Manusia (IPM), pada tahun 2017 Indonesia menempa peringkat 116 dan berada di kategori kelompok negara Medi- um Human Development. Dalam kelompok tersebut, negara ASEAN lainnya adalah Fili- pina di peringkat 113, Vietnam di peringkat 117, Kamboja di peringkat 146 dan Myan- mar di peringkat 148. Sementara negara ASEAN lainnya yang termasuk Very High Hu- man Development yaitu Singapura berada di urutan ke- 9, Brunei Darussalam urutan ke -39 serta Malaysia urutan ke-57. 5.4 6.8 6.3 5.5 5.8 6.3 5.2 5.3 4.5 6.3 4.9 4.6 4.1 4.5 3.5 2.9 4.7 5.7 5.2 4.7 4.4 4.5 3.9 3.9 Indonesia Singapore Malaysia Thailand Vietnam Brunei Lao PDR Cambodia Health and Primary Higher education and training GCI Gambar 1. Global Compeveness Index di Negara ASEAN (Angka indeks lebih nggi lebih baik) Sumber: Global Compeveness Report 2017-2018

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

Insight SMI 2018 - Q4

1

Pendidikan Sebagai Komponen Penting Daya Saing Bangsa

Indikator daya saing sebuah negara secara umum dapat kita peroleh dari laporan Global Competetitiveness Index

(GCI) yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF). Dalam GCI, terdapat 12 pilar yang menjadi indikator

daya saing sebuah negara dan dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar yaitu: basic requirements, efficiency

enhancers, serta innovation and sophistication. Pendidikan dasar menjadi pilar ke-4 (bersama dengan kesehatan)

sementara pendidikan tinggi dan training menjadi pilar ke-5 dalam GCI. Dengan demikian, kualitas pendidikan

menjadi sebuah variable penting dalam mendukung daya saing sebuah negara. Kualitas Pendidikan yang semakin

baik akan berpengaruh terhadap daya saing suatu negara dalam berinovasi dan menciptakan nilai tambah pada

perekonomian. Mengacu kepada GCI, di Kawasan Asia Tenggara, peringkat Indonesia dalam pilar pendidikan da-

sar (dan kesehatan) hanya unggul dari Kamboja dan Laos. Sementara untuk pilar pendidikan tinggi dan training,

Indonesia lebih unggul dibandingkan Vietnam, Laos dan Kamboja.

Agenda Meningkatkan Kualitas Pendidikan Nasional

Dengan bercermin dari indikator GCI dan HDI, kita mengetahui bahwa Indonesia masih harus meningkatkan

kualitas Pendidikan agar berdaya saing tinggi dalam panggung perekonomian global. Menyadari hal tersebut

maka Pemerintah terus berupaya keras dalam meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui Pro-

gram Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015-2019. Secara umum,

angka partisipasi di setiap jenjang Pendidikan menjadi target yang harus mengalami perbaikan pada jangka

waktu 2015—2019.

“ never stop learning because life never stops

teaching ”

Education

Apabila mengacu kepada Human Develop-

ment Index (HDI) atau Indeks Pem-

bangunan Manusia (IPM), pada tahun 2017

Indonesia menempati peringkat 116 dan

berada di kategori kelompok negara Medi-

um Human Development. Dalam kelompok

tersebut, negara ASEAN lainnya adalah Fili-

pina di peringkat 113, Vietnam di peringkat

117, Kamboja di peringkat 146 dan Myan-

mar di peringkat 148. Sementara negara

ASEAN lainnya yang termasuk Very High Hu-

man Development yaitu Singapura berada

di urutan ke- 9, Brunei Darussalam urutan ke

-39 serta Malaysia urutan ke-57.

5.4

6.8

6.3

5.5 5.

8

6.3

5.2 5.3

4.5

6.3

4.9

4.6

4.1 4.

5

3.5

2.9

4.7

5.7

5.2

4.7

4.4 4.5

3.9

3.9

Indonesia Singapore Malaysia Thailand Vietnam Brunei Lao PDR Cambodia

Health and Primary Higher education and training GCI

Gambar 1. Global Competitiveness Index di Negara ASEAN (Angka indeks lebih

tinggi lebih baik)

Sumber: Global Competitiveness Report 2017-2018

Page 2: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

2

Strategi yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengeksekusi PIP secara umum dapat diilustrasikan sebagai per-

baikan kualitas “hardware” dan “software” dalam sektor Pendidikan. Perbaikan kualitas “hardware” yaitu dian-

taranya adalah penyediaan sarana sekolah terutama di daerah-daerah yang masih minim akan fasilitas Pendidikan.

Selain sarana fisik, penyediaan akses terhadap layanan Pendidikan juga menjadi agenda strategi pemerintah yang

salah satunya adalah melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Sementara dalam penguatan kualitas “software” bebera-

pa strategi yang dijalankan oleh pemerintah adalah penguatan kurikulum Pendidikan agar compatible dengan per-

saingan global di abad 21. Sejalan dengan penguatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru dan tenaga pengajar

juga menjadi target dalam mendukung PIP.

Meneropong lebih jauh dari tahun 2019, pendidikan menjadi sektor penting dalam rencana pembangunan jangka

panjang dan menjadi salah satu agenda pencapaian SDGs /Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Indonesia ta-

hun 2030. Dalam (TPB) pemerintah mempunyai target membangun dan meningkatkan fasilitas Pendidikan yang

ramah anak, ramah penyandang cacat dan gender, serta menyediakan lingkungan belajar yang aman, anti kekera-

san, inklusif dan efektif bagi semua. Sebagai indikator akan fasilitas Pendidikan yang diharapkan tersebut adalah

sekolah dengan akses ke listrik, internet, computer, infrastruktur dan materi memadai bagi siswa disabilitas, air mi-

num layak, fasilitas sanitasi dasar per jenis kelamin, fasilitas cuci tangan dan fasilitas yang higienis.

Pada rancangan sementara RPJMN 2020-2024, pemerintah menargetkan angka partisipasi kasar (APK) Perguruan

Tinggi sebesar 35-37% di tahun 2025 dari posisi saat ini sebesar 33,4%. Selanjutnya pemerintah juga berencana un-

tuk meningkatkan jumlah prodi STEM (Science, Technology, Egineering and Mathematics) yang sesuai dengan dina-

mika pasar dan industri.

Tantangan yang Harus Diatasi

Beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam men-

dukung agenda peningkatan kualitas Pendidikan nasion-

al sesuai dengan rancangan sementara RPJMN 2020-

2024 adalah (1) Infrastruktur Perguruan Tinggi khu-

susnya di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar)

masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran

digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-

struktur pembelajaran dan teknologi yang memadai

(3) Kondisi ruang kelas sekolah mulai dari SD sampai

SMA/SMK secara umum masih belum baik. Kondisi ru-

ang kelas dengan kondisi baik khususnya sekolah negeri

secara rata-rata masih buruk (SD 24%, SMP 27%, SMA

46%, SMK 50%) dan (4) Persentase perpustakaan ter-

hadap sekolah di semua provinsi belum mencapai 100% .

Lebih jauh lagi, daerah di luar pulau Jawa mempunyai per-

sentase perpustakaan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase perpustakaan di Pulau Jawa.

Sumber: Bappenas

*draft sementara

Build and improve

education facilities that are child friendly,

disabled and gender

friendly, and provide a safe, non-violent,

inclusive and effective learning environment for

all

Education in the national SDGs target

of 2030

Higher

Education in the RPJMN 2020-2024 *

The University's

Gross Enrollment Rate (APK) is 35-37%

in 2025 from the

current position of 33.4%.

Increased number of STEM (Science,

Technology, Engineering and

Math) study programs that are in line with

market and industrial

dynamics

Gambar 2. Agenda Nasional Dalam Peningkatan Kualitas Pen-

didikan

Page 3: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

3

Sementara itu, persentase perpustakaan terhadap

sekolah di semua provinsi belum mencapai seratus

persen (lihat Tabel Lampiran 2.7). Hal ini terjadi pada

semua jenjang pendidikan. Akan tetapi, pada jenjang

pendidikan SD, ketimpangan antarprovinsi lebih nyata

terlihat. Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki

persentase kurang dari 40 persen, sedangkan provinsi

lain sudah di atas 50 persen. Bahkan, Kep.Bangka

Belitung mencapai 98 persen.

Selanjutnya, rasio rombongan belajar per kelas dapat

menjadi indikator mengenai kecukupan kelas yang tersedia untuk kegiatan belajar murid. Data kemendikbud

menunjukkan bahwa kecukupan kelas di jenjang SMK adalah yang paling rendah dibandingkan dengan jenjang

pendidikan lainnya. Pada periode tahun ajaran 2016/2017 rasio rombongan belajar per kelas untuk jenjang SMK

adalah sebesar 1,16. Artinya, terdapat 16 rombongan belajar yang tidak memiliki kelas.

Angka Partisipasi dalam Pendidikan Nasional

Angka partisipasi dalam Pendidikan, baik Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka

Partisipasi Murni (APM) dapat kita gunakan untuk melihat berapa banyak masyarakat yang mengakses fasilitas Pen-

didikan. Dari formula Angka Partisipasi tersebut sesungguhnya kita dapat melihat dua sisi mengenai partisipasi

masyarakat dalam Pendidikan yaitu sisi supply dan sisi demand. Angka Partisipasi yang rendah dapat diakibatkan oleh

faktor belum tersedianya sekolah di daerah tersebut (sisi supply) atau sekolah sudah tersedia namun akses masyara-

kat ke sekolah tersebut kurang karena misalnya, pendapatan masyarakat yang rendah sehingga tidak mampu mem-

bayar uang sekolah (sisi demand).

Dalam tabel yang berisi informasi mengenai karakteristik demografi dan partisipasi sekolah maka dapat disimpulkan

bahwa tingkat partisipasi sekolah yang paling rendah adalah pada kelompok usia 19—24 tahun yaitu hanya sebesar

24,77%. Kelompok umur tersebut adalah usia jenjang Pendidikan tinggi (universitas atau sederajat). Hal tersebut

menunjukkan apabila masyarakat Indonesia yang mengenyam Pendidikan tinggi masih rendah.

Masih belum tersedianya perpustakaan di se-

tiap sekolah terjadi pada sekolah negeri dan

swasta. Persentase perpustakaan terhadap

sekolah negeri lebih besar dibandingkan

sekolah swasta. Hal ini sejalan dengan fakta

bahwa sekolah negeri lebih banyak

dibandingkan sekolah swasta, kecuali pada

jenjang pe didikan SMK. Jumlah SMK yang

dimilikI swasta lebih banyak, namun per-

sentase perpustakaannya lebih kecil.

amount % amount % amount %

SD (elementary) 81714 61.9 8928 57.7 90642 61.45

SMP (junior) 18510 81.2 10286 68.8 28796 76.25

SMA (senior) 5626 85.7 4416 67.1 10042 76.4

SMK (vocational) 2665 77.6 5322 54.3 7987 60.34

State Private State+PrivateEducational Level

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Gambar 4. Jumlah dan Rasio Murid, Rombongan Belajar, dan Ruang Kelas Ber-

dasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah, 2016/2017

SD (elementary) 25618078 1103232 1049116 23 1.05

SMP (junior) 10145416 348174 347592 29 1

SMA (senior) 4659542 155162 151441 30 1.02

SMK (vocational) 4682913 165386 143175 28 1.16

Number of

Classroom

Ratio of

Student per

Studygroup

Ratio of

Studygroup per

Classroom

Educational Level Number of

Student

Number of

Study Group

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Gambar 3. Jumlah dan Persentase dari Perpustakaan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan dan Status Sekolah, 2016/2017

Page 4: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

Kondisi rendahnya APK di jenjang perguruan tinggi harus

menjadi peringatan yang harus ditindaklanjuti dengan

program yang konkrit. Alasannya adalah saat ini Indonesia

mempunyai struktur demografi dimana usia produktif/

working age (usia 15—64 tahun) mendominasi populasi

penduduk pada periode 2010—2035. Menurut proyeksi

dari Bappenas, pada tahun 2030-2040 penduduk usia

produktif diperkirakan mencapai 64% dari total

penduduk.

Di dalam usia produktif tersebut terdapat kelompok usia

jenjang perguruaan tinggi yang saat ini mempunyai APK

rendah. Dengan kata lain, apabila tidak ada perbaikan

APK pada jenjang perguruan tinggi maka bonus demografi

yang berasal dari usia produktif tidak akan terjadi.

Prakondisi mendapatkan bonus demografi untuk memacu

produktivitas perekonomian yang lebih tinggi yaitu

dengan peningkatan kualitas pendidikan pada kelompok

usia jenjang perguruan tinggi.

4

Angka partisipasi kasar (APK) merupakan indikator yang sering

digunakan dalam menentukan target perbaikan kualitas

pendidikan nasional. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah

proporsi jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada

suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk umur

sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.

Misalnya, APK SD merupakan persentase jumlah penduduk

yang sedang sekolah di SD terhadap jumlah penduduk umur 7

-12 tahun.

Sejalan dengan APS, jenjang perguruan tinggi merupakan

yang paling rendah tingkat APK nya. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa akses masyarakat Indonesia

secara umum ke perguruan tinggi masih rendah.

Kondisi APK jenjang Perguruan Tinggi yang rendah juga

dikonfirmasi oleh data persentase anak yang putus

sekolah. Data tahun 2017 menunjukkan bahwa anak usia

16—18 tahun adalah kelompok anak dengan persentase

terbesar mengalami putus sekolah (28,58%).

Gambar 5. Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan Demo-

grafi dan Usia, 2017

Sumber: BPS, Susenas Maret 2017

Gambar 7. Persentase Anak Tidak Bersekolah, 2017

Sumber: BPS, Susenas Maret 2017

Sumber: BPS, Susenas Maret 2017

Gambar 6. Angka Partisipasi Kasar Berdasarkan Tingkat Pendidi-

kan dan Wilayah, 2017

Page 5: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi Berdasarkan Provinsi

5

Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa APK yang tinggi

menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa memper-

hatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Jika nilai

APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada

penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi

umur yang seharusnya. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wila-

yah tersebut mampu menampung penduduk usia sekolah lebih dari

target yang sesungguhnya.

Sumber: BPS

Tingkat APK PT (Perguruan Tinggi) yang rendah di suatu provinsi

berarti penduduk berusia 19-24 tahun yang berkuliah adalah sedikit

jumlahnya. Beberapa faktor dapat menjadi alasan: (1) Jumlah PT /

sederajat tidak mencukupi untuk menampung jumlah penduduk

usia 19-24 tahun (2) Akses menikmati Pendidikan PT/sederajat yang

terbatas , misalnya karena tingginya biaya berkuliah (3) Sebagian penduduk usia 19-24 tahun di wilayah tersebut

memilih untuk tidak berkuliah karena alasan lain misalnya lebih memilih untuk bekerja.

Ada 14 provinsi yang mempunyai tingkat APK perguruan tinggi di bawah angka nasional (25 %) sementara 20

provinsi lain mempunyai APK perguruan tinggi di atas angka APK perguruan tinggi nasional. DIY Yogyakarta

mempunyai APK perguruan tinggi paling tinggi (58,65%), hal ini sejalan dengan tingkat Harapan lama sekolah (HLS)

provinsi DIY Yogyakarta yang juga menempati posisi tertinggi. Kita juga melihat bahwa wilayah Indonesia timur

tidak selalu tertinggal dalam tingkat APK perguruan tinggi. Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat merupakan tiga

provinsi wilayah timur yang mempunyai APK perguruan tinggi di atas APK perguruan tinggi nasional. Sebaliknya,

beberapa provinsi di wilayah Indonesia bagian barat seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung dan Kepulauan

Riau mempunyai APK perguruan tinggi di bawah APK perguruan tinggi nasional.

58.6

5

39.1

9

39.1

7

37.8

5

36.8

9

36.6

6

35.9

1

34.2

6

31.8

2

31.7

3

29.5

6

29.4

28.8

7

28.4

4

27.8

1

27.1

6

26.3

5

26.3

1

26 25.4

8

25 24.3

5

24.0

7

23.2

6

21.8

1

21.4

4

21.4

2

20.4

3

20.2

19.3

7

19.3

4

18.2

16.9

6

15.4

9

12.1

8

0

10

20

30

40

50

60

70

DI Y

ogya

kart

a

Mal

uku

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Aceh

Sum

ater

a Ba

rat

Mal

uku

Utar

a

Sula

wes

i Sel

atan

Beng

kulu

Sula

wes

i Ten

gah

Gor

onta

lo

Papu

a Ba

rat

Bali

Kalim

anta

n Ti

mur

DKI J

akar

ta

Riau

Jam

bi

Sula

wes

i Uta

ra

Bant

en

Sum

ater

a Ut

ara

Jaw

a Ti

mur

Indo

nesi

aa

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Sula

wes

i Bar

at

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Kalim

anta

n U

tara

Kalim

anta

n Se

lata

n

Jaw

a Ba

rat

Kalim

anta

n Te

ngah

Sum

ater

a Se

lata

n

Kepu

laua

n Ri

au

Kalim

anta

n Ba

rat

Jaw

a Te

ngah

Papu

a

Lam

pung

Kep,

Ban

gka

Belit

ung

Gambar 8. APK Perguruan Tinggi Berdasarkan Provinsi , 2017

Gambar 9. Formula APK Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: BPS

Page 6: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

6

Dengan demikian maka terdapat beberapa kemungkinan rendahnya APK PT di beberapa provinsi berdasarkan pen-

jelasan dari formula perhitungan APK PT tersebut. Dari web site Bappeda Provinsi Jabar (http://

bappeda.jabarprov.go.id/menristekdikti-dorong-jabar-tingkatkan-apk-perguruan-tinggi/) didapat keterangan dari

pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat bahwa penyebab rendahnya APK PT di Jawa Barat karena jumlah perguruan

tinggi yang kurang mencukupi dibandingkan dengan jumlah penduduk usia berkuliah Jawa Barat yang relatif ban-

yak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan APK PT adalah

dengan menghimbau kepada beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk membuka cabang kampus baru. Selain

itu, Pemprov Jabar juga berharap kontribusi Perguruan Tinggi Swasta dalam menyerap calon mahasiswa sehingga

meningkatkan APK PT provinsi Jabar.

Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menjadikan sistem Pen-

didikan jarak jauh (PJJ) atau kuliah dalam jaringan (daring) sebagai salah satu solusi dalam meningkatkan APK PT di

Indonesia. Secara definisi, sesuai dengan Permendikbud No.109/2013, Pendidikan Jarak Jauh adalah proses belajar

mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Konsep yang lebih

kongkrit mengenai PJJ adalah e-learning yaitu pembelajaran individu/mandiri atau kelompok menggunakan TIK dan

jejaring. Kelebihan dari PJJ adalah memberikan fleksibilitas untuk siswa belajar kapan saja, dimana saja dan dengan

siapa saja. Selain itu PJJ dapat dikombinasikan dengan tatap muka. Tantangan dari aspek infrastruktur bagi

pemerintah dalam mengimplementasikan PJJ adalah jaringan internet yang memadai terutama di wilayah timur

Indonesia. Seperti yang ditunjukkan oleh chart di atas, penetrasi internet tertinggi ada di Pulau Jawa yaitu sebesar

58,08% dan di Pulau Sumatera sebesar 19,09%. Sementara penetrasi internet di Pulau lainnya hanya kurang dari

10%.

Gambar 10. Penetrasi Internet di Indonesia Berdasarkan Provinsi (%)

Sumber: katadata

Page 7: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

7

Gambar 11. Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia

BPS menghitung IPM antar provinsi dengan tujuan membandingkan kemajuan pembangunan manusia antar provin-

si di Indonesia. Indikator dalam perhitungan IPM adalah :

1) Kesehatan melalui Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH)

2) Pendidikan melalui Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

3) Standar Hidup: PNB (Pendapatan Nasional Bruto) per Kapita

Pengelompokkan IPM dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

IPM < 60 : rendah

60 ≤ IPM < 70 : sedang

70 ≤ IPM < 80 : tinggi

IPM ≥80 : sangat tinggi

Dari hasil perhitungan BPS maka didapatkan informasi bahwa IPM di wilayah Indonesia bagian timur (khususnya di

Papua) secara umum masih rendah. Secara keseluruhan IPM Indonesia masih berada di kategori sedang. Sebanyak

6,1% kota dan 0,2% kabupaten termasuk kepada IPM sangat tinggi, 10,2% kota dan 77,2% kabupaten termasuk ke

dalam IPM sedang, 83,7% kota dan 10,1% kabupaten termasuk ke dalam IPM tinggi dan 12,5% kabupaten termasuk

ke dalam IPM rendah. Apabila secara spesifik melihat kepada indikator pendidikan maka posisi terakhir angka HLS

Indonesia (tahun 2014) sebesar 12,39 tahun dan RLS sebesar 7,73 tahun. Angka HLS dan RLS terus mengalami

kenaikan sejak tahun 2010. Pada tahun 2014 tiga provinsi tertinggi dalam RLS adalah DKI Jakarta (10,54) kemudian

Kepulauan Riau (9,64) dan Maluku (9,15). Sementara, tiga provinsi terendah RLS adalah Kalimantan Barat (6,83)

kemudian NTB (6,67) dan Papua (5,76). Untuk HLS tertinggi ditempati provinsi DI Yogyakarta (14,85) kemudian

Maluku (13,53%) dan Aceh (13,53%). HLS peringkat terendah adalah provinsi Sumatera Selatan (11,75) Kep. Bangka

Belitung (11,18) dan Papua (9,94%).

Gambar 12. Peringkat 3 Teratas dan 3 Terbawah Provinsi Rata-rata lama sekolah dan Harapan lama sekolah

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Page 8: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

8

Masih berdasarkan temuan dalam studi yang dilakukan oleh World Bank, beberapa contoh kasus menunjukkan

bahwa salah satu bentuk kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam pendidikan dimana pemerintah bertindak

sebagai financier sementara swasta bertindak sebagai operator berpotensi untuk meningkatkan kualitas enrollment

dengan anggaran yang efisien.

Beberapa fakta tentang skema kerjasama pemerintah-swasta dalam bidang pendidikan di beberapa negara. Senegal

dan Tanzania melakukan deregulasi pendidikan (melalui kerjasama dengan pihak swasta) berimplikasi kepada biaya

rendah dan korelasi positif terhadap enrollment. Skema PPP telah berkontribusi bagi meningkatnya Penyediaan

sekolah bagi masyarakat berpenghasilan rendah baik di daerah perkotaaan atau pedesaan di beberapa negara sep-

erti Bangladesh dan Pakistan. Selanjutnya disampaikan beberapa contoh kasus PPP pendidikan di negara lain:

PPP Pendidikan di Belanda

Semua sekolah di Belanda dibiayai oleh anggaran pemerintah namun

sebagian besar sekolah tersebut dikelola oleh swasta. Dengan demikian

sebagian besar siswa di Belanda masuk mendaftar kepada sekolah

swasta dibandingkan sekolah negeri. Pemerintah dalam hal ini turut

mempromosikan sekolah-sekolah tersebut untuk meningkatkan kom-

petisi di antara sekolah. Sebagai implikasinya, persaingan tersebut

mendorong terjadinya efisiensi dalam biaya pendidikan karena setiap

sekolahan berupaya untuk meningkatkan kualitas serta menarik lebih

banyak siswa.

Gambar 13. Pendaftaran Sekolah di Belanda

Public Private Partnership (PPP) dalam Pendidikan

Skema Public Private Partnership (PPP) merupakan upaya mengatasi keterbatasan anggaran pemerintah dalam

membangun proyek strategis seperti infrastruktur dengan melibatkan peran swasta. Sarana dan prasarana sekolah

termasuk kepada infrastruktur sosial yang pembangunannya dapat diupayakan melalui kerjasama pemerintah dan

swasta di bawah skema PPP.

Beberapa alasan pendukung diimplementasikannya mekanisme PPP atau keterlibatan swasta dalam penyediaan

pelayanan publik khususnya pendidikan (World Bank, 2009):

• PPP dapat menciptakan persaingan di industri pendidikan. Sebagai dampaknya maka sekolah akan berlomba

meningkatkan mutu pendidikan.

• Sekolah atas dasar PPP mempunyai fleksibilitas dalam skema rekruitmen guru dibandingkan sekolah milik

pemerintah. Fleksibilitas tersebut seringkali lebih memadai untuk deliverable kualitas guru.

• Pemerintah mempunyai kesempatan besar untuk mendapatkan provider pendidikan dengan biaya yang pal-

ing efisien (serta kualitas yang paling baik) melalui proses open bidding.

• Risk sharing antara pemerintah dan pihak swasta sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam penyediaan

layanan pendidikan.

Page 9: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

9

PPP Pendidikan di Bangladesh

Pemerintah Bangladesh menggunakan skema PPP dalam memenuhi kebutuhan dalam sektor pendidikan di semua

tingkat yaitu pendidikan dasar, pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi. Secara umum ada tiga fokus area yang

dihadapi oleh pemerintah Bangladesh dalam penyelenggaraan pendidikan mereka yaitu (1) akses dan kesetaraan (2)

kualitas pendidikan (3) operasional (4) pembiayaan dan efisiensi. Sebagai contoh, PPP untuk Pendidikan Perguruan

Tinggi di Bangladesh dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

• Melakukan pilot project untuk mengajak beberapa sekolah menengah swasta dalam membangun sekolah di

daerah peri-urban dan rural dengan bantuan grant.

• Menyediakan insentif bagi lembaga pendidikan tinggi milik pemerintah dan swasta yang dapat mengem-

bangkan program studi yang mendukung tenga ahli di bidang hydropower, agroforestry dan ecotourism.

• Mendirikan matching-fund untuk kepentingan riset yang disponsori oleh industi, lembaga pemerintahan dan

NGO serta organisasi non-pemerintah.

PPP Pendidikan di Mesir

Inisiatif program yang dilakukan di bawah skema PPP adalah pemerintah menyediakan lahan untuk pembangunan

sekolah sementara pihak swasta menyediakan desain, konstruksi dan membiayai furnishing sekolah negeri serta me-

nyediakan layanan non—educational dalam suatu perjanjian kerjasama jangka panjang.

PPP Pendidikan di Nova Scotia (Kanada)

Pemerintah provinsi Nova Scotia menggunakan skema PPP dalam membangun 39 unit sekolah pada akhir tahun

1990. Dalam skema tersebut pihak swasta mendesain, membangun dan membiayai serta melakukan perawatan

bangunan sekolah. Kontrak terhadap pihak swasta dilakukan melalui proses bidding yang kompetitif dan terbuka.

Setelah terbangun, unit sekolah tersebut disewa oleh pemerintah untuk jangka waktu 20 tahun. Pemerintah juga

turut memberikan insentif yang dimasukkan ke dalam kontrak untuk menjamin konstruksi dan perawatan tetap dil-

akukan oleh swasta.

PPP Pendidikan di Ypenburg (Belanda)

Pihak swasta dan pemerintah menyepakati model DBFM (Design-Buliding-Financing-Maintenance) yang tercantum

dalam kontrak dan berlaku selama 30 tahun (1,5 tahun untuk masa konstruksi dan 28,5 tahun untuk masa perawa-

tan). Perawatan yang dilakukan termasuk kebersihan, furniture, informasi dan Information and Communication Tech-

nology (ICT).

Page 10: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

10

PPP Bidang Pendidikan di Pakistan

Sejak tahun 2001 Pakistan telah menggunakan PPP sebagai salah satu strategi dalam mereformasi sektor pendidi-

kan. Sebagai implementasi, PPP diformalisasikan kepada peraturan tingkat nasional dan provinsi untuk mengatasi

ketertinggalan penduduk usia sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah.

Beberapa tipe implementasi PPP di Pakistan :

1. Inisiatif PPP dilakukan oleh pemerintah (kementerian pendidikan Pakistan) untuk pemilihan lokasi

sekolahnya. Kemudian mereka menerima unsolicited proposal dari pihak swasta, dalam skema ini tidak ada

pengumuman terbuka. Bentuk dari kerjasama adalah bantuan dana dari pemerintah pusat ke pemerintah

provinsi (grant in aid) untuk perbaikan atau pengembangan sekolah milik pemerintah dikombinasikan dengan

dana dari swasta.

2. Inisiatif datang dari pihak swasta (seperti civil society atau private groups) yang mempunyai keinginan untuk

bekerjasama dengan sekolah milik pemerintah yang kondisinya memerlukan bantuan pendanaan. Dalam

prosesnya terdapat negosiasi dan unsolicited proposal antara pemerintah dan swasta. Dukungan pendanaan

bagi sekolah biasanya mengikuti pola sebagai berikut: biaya inti seperti gaji guru dan perawatan dasar fasili-

tas sekolah akan ditanggung pemerintah sementara pendanaan fasilitas sekolah lainnya datang dari

dukungan filantropi, CSR dan NGOs.

3. Inisiatif PPP dilakukan melalui pembentukan lembaga semi-otonom, contohnya adalah Yayasan pendidikan

yang akan melakukan berbagai program pengembangan dan perbaikan kepada sekolah milik pemerintah

yang membutuhkan. Selain itu, Yayasan juga dapat mendirikan sekolah baru bekerjasama dengan

pemerintah.

4. Kerjasama PPP diumumkan terbuka untuk kemudian diadakan proses pengadaan secara kompetitif dan ter-

buka kepada pihak swasta yang bertindak sebagai operator sekolah. Setelah serangkaian proses maka akan

diumumkan pemenang. Pada tipe PPP ini, pemerintah bertindak sebagai financier, enabler dan regulator di-

mana pihak swasta berperan sebagai operator sekolah.

Gambar 14. Model PPP di Pakistan

Sumber: World Bank

Page 11: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

11

Skema PPP untuk Pendidikan di Indonesia

Melihat pada studi kasus di beberapa negara di atas, skema PPP digunakan sebagai upaya untuk menyediakan

sarana pendidikan yang dapat menjangkau masyarakat luas dengan kualitas yang baik dan biaya yang efisien dari

sisi anggaran pemerintah. Dengan demikian pemerintah Indonesia seyogyanya dapat mempertimbangkan skema

PPP untuk digunakan dalam membangun infrastruktur pendidikan mengingat masih terdapatnya beberapa tan-

tangan dalam memenuhi agenda nasional untuk peningkatan kualitas pendidikan.

Tantangan dalam mengimplementasikan rencana pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional

yaitu kualitas sarana dan prasarana pendidikan yang masih harus ditingkatkan. Sarana dan prasarana tersebut

antara lain: ruang kelas yang rusak, jumlah perpustakaan yang tidak memadai, kurangnya jumlah perguruan ting-

gi di beberapa provinsi terutama daerah 3T serta fasilitas internet untuk pendidikan. Di lain pihak, dana pendidi-

kan untuk dialokasikan kepada pembangunan infrastruktur fisik ternyata masih minim porsinya.

Menurut temuan pemerintah, alokasi anggaran pendidikan yang sudah disalurkan kepada daerah sebagian besar

dipakai untuk gaji dan tunjangan guru sehingga alokasi dana kepada pembangunan sekolah baru dan rehabilitasi

sekolah yang rusak menjadi sangat kecil. Sebagai contoh, pada tahun 2017 pemerintah menyebutkan bahwa

jumlah ruang SD yang rusak mencapai 178.194 kelas sehingga estimasi pembiayaan rehabilitasinya adalah sebe-

sar Rp 20 triliun. Kemudian pemerintah juga menyebutkan apabila kemampuan APBD untuk mendanai rehabili-

tasi Gedung SD tersebut hanya Rp 2,1 triliun. Masih ada gap yang sangat besar dalam kebutuhan pembiayaan

rehabilitasi bangunan SD tersebut. Skema PPP dapat diaplikasikan untuk membantu pemerintah daerah dalam

mendanai rehabilitasi Gedung SD yang rusak.

Beberapa provinsi masih membutuhkan infrastruktur berupa perguruan tinggi untuk meningkatkan APK perguru-

an tinggi (PT). Pada bagian artikel ini sebelumnya, Jawa Barat adalah contoh provinsi yang APK PT nya rendah

karena (berdasarkan keterangan pemerintah provinsi) tidak cukup jumlah perguruan tinggi untuk menyerap

calon mahasiswa yang banyak di daerah Jawa Barat. Dalam kasus ini skema PPP dapat menjadi alternative untuk

membangun perguruan tinggi baru atau membuka cabang kampus baru di daerah-daerah.

Pihak swasta yang dapat dilibatkan dalam skema PPP pendidikan di Indonesia salah satunya adalah filantropi.

Kelompok filantropi biasanya menaruh perhatian yang besar terhadap isu sosial dan lingkungan termasuk pen-

didikan. Pemerintah dapat mengajak para filantropi di Indonesia untuk bermitra dalam skema PPP dalam menga-

tasi berbagai kendala mulai dari pendanaan pembangunan sarana dan prasarana sekolah sampai kepada penye-

diaan fasilitas internet di sekolah. Pemerintah juga dapat mengajak filantropi global untuk turut serta membantu

mengembangkan infrastruktur pendidikan di Indonesia. Contohnya adalah Bill & Melinda Gates foundation se-

bagai filantropi global ternama dikenal mempunyai ketertarikan tinggi terhadap pengembangan sektor pendidi-

kan global khususnya di negara berkembang.

Page 12: Insight SMI 2018 Q4 · dukung agenda peningkatan kualitas ... masih belum memadai (2) Kualitas proses pembelajaran digital masih belum didukung oleh ketersediaan infra-struktur pembelajaran

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2018

12

Kesimpulan

Dalam menghadapi persaingan global khususnya di wilayah Asia, Indonesia masih harus meningkatkan kualitas

pendidikan nasional mencakup sarana fisik pendidikan dan kualitas sumber daya manusia.

Beberapa tantangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional adalah:

• Kualitas infrastruktur pendidikan yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia terutama daerah 3T

• Infrastruktur jaringan internet dan teknologi komunikasi masih perlu ditingkatkan khususnya di daerah

• Infrastruktur kelas berkualitas baik dan pembangunan perpustakaan di sekolah perlu ditingkatkan

• Partisipasi penduduk Indonesia yang berusia 19-24 tahun dalam mengakses jenjang perguruan tinggi masih

rendah. Kondisi ini sebagai peringatan yang harus ditindaklanjuti. Penduduk usia produktif (15-64 tahun)

yang akan mendominasi demografi Indonesia pada tahun 2030-2040. Sebagian dari penduduk usia produk-

tif tahun 2030 akan berasal dari penduduk usia jenjang perguruan tinggi saat ini. Dengan demikian kualitas

lulusan perguruan tinggi akan mempunyai peran kunci terhadap produktivitas ekonomi Indonesia di masa

depan.

Pemerintah menjadikan sistem pendidikan jarak jauh atau kuliah dalam jaringan (daring) sebagai salah satu solusi

dalam meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi. Tantangan selanjutnya adalah meningkatkan

aksesibilitas jaringan internet lebih luas di wilayah Indonesia terutama di luar Pulau Jawa.

Mekanisme Public Private Partnership (PPP) dapat dipertimbangkan sebagai upaya dalam membantu membangun

dan meningkatkan kualitas sarana fisik pendidikan terutama di daerah. Pemerintah dapat mengajak pihak swasta

termasuk filantropi untuk bekerjasama dalam menyediakan sarana pendidikan terbaik bagi masyarakat luas.

Disclaimer

All information presented were taken from multiple sources and considered as true by the time they were

written to the knowledge of PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) can

not be held responsible from any inaccuracy contained in the material.

PT SMI follows all internal and external guidelines and regulations that govern the evaluation process on

determining the financing feasibility of an infrastructure project. Every decision to finance or not to finance a

project is therefore based on a responsible and thorough due diligence process.

Any complaint in the process of financing irregularities can be submitted to:

Ms. Ramona Harimurti, Corporate Secretary PT SMI

Tel : +62 21 808 252 88

Fax : +62 21 808 252 58

Email : [email protected]

Public complaints on PT SMI service will be kept strictly confidential and handled by a special committee to

ensure that complaints are addressed appropriately.

***