inkul turasi budaya ja w a dalam ekaristi malam …

94
INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARI STI MALAM JUMAT PERTAMA DI GERE JA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Oleh: Agustinus Dwi Kurniawan NIM: 151124004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YO GYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM JUMAT PERTAMA DI GEREJA

HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Agustinus Dwi Kurniawan

NIM: 151124004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YO GYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

SKRIPSI

lNKULTURASI BUDAYA JAWA DALAM EKARISTI

MALAM JUMAT PERTAMA DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURANYOGYAKARTA

Oleh: Agustinus Dwi Kurniawan

NIM: 151124004

Telah di etujui oleh:

Pembimbing

~( Drs. FX. lleryJ~ W.W., Sl.,M.Ed tanggal 17 Mei 2020

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

SKRIPSI

INKULTURASI BUDA YA JAW A DALAM EKARISTI MALAM JUMA T PERTAMA DI GEREJA HA TI KUDUS TUHAN YESUS

GANJURANYOGYAKARTA

Kettua

Sekretaris

Anggota

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Agustinus Dwi Kurniawan

NIM: 151124004

Tclab dipertahankan di depan Panitia Pengoji

Pada tanggal 16 Juni 2020

Dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PAN1TIA PENGUJI

Nama

: Dr. B. Agus Rukiyanto. SJ

: FX. Dapiyanta., SFK., M.Pd

: 1. Drs. FX. H ryatno W.W., SJ., M.Ed

2. Patrisius Mutiara Andalas S.J .• S.S., S.T.D

3. Yo eph Kristianto S}' M Pd

Yogyakarta, 16 Juni 2020

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Iii

Tanda tangan

::(r~:': (

~;~R;.r-Jt ·····Ci;j······ ••••••••• 1 ••••.••••

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persernbahkan kepada Bapak Cornelius Kuwatno dan

Ibu Veronica Rebi Iswati yang telah rnernberikan dukungan, sernangat dan

rnernbiayai kuliah hingga selesai. Kakak Odillia Merry Debi Kurniawati yang

selalu rnernberikan rnotivasi untuk belajar. Seluruh ternan-ternan angkatan 2015

yang selalu rnendarnpingi dan rnernbirnbing penulis.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

'MOTTO

There is surely a future hope for you, and your hope will not be cut off

(Proverbs 23: 18)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang, lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juni 2020

Penulis,

~ Agustinus Dwi Kurniawan

VI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLlKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah 1m, mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Y ogyakarta:

Nama : Agustinus Dwi Kurniawan

NIM : 151124004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul:

INKULTURASI BUDAYA JAWA DALAM EKARISTI MALAM JUMAT

PERTAMA DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN

YOGY AKART A beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian, penulis memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di media

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin

maupun memberikan royalty kepada penulis, selama tetap menccantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenamya.

Y ogyakarta, 16 Juni 2020

Yang menyatakan,

~Ikb Agustinus Dwi Kurniawan

Vll

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul "INKULTURASI BUDA YA JAW A DALAM EKARISTI MALAM JUMAT PERTAMA DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN YOGYAKARTA". Judul ini dipilih karena penulis secara subjektif mendapatkan kesan bahwa umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi malam Jum'at pertama di Ganjurao belum menghayati dan memaknai Ekaristi secara penuh. Padahal Ekaristi malam Jum'at pertama di Ganjuran sudah sungguh bertolak dati kebudayaan Jawa dan menyatukan kebudayaan Jawa dengan Ekaristi. Hal ini menjadi prihatin kalau umat yang mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum'at pertama di Ganjuran kurang memahami dan memaknai dari perayaan Ekaristi tersebut. Padahal inkulturasi dapat dijadikan sebagai jembatan agar pesan Injil yang disampaikan dapat terlaksana di dalam kehidupan ehaJi­hari. Persoalan pokok skripsi ini adalah mendapatkan gambaran teutang bentuk inkulturasi budaya Jawa dan makna Ekaristi malam JUll at pertama eli. Gal1juran. Penulis mengolah skripsi ini dengan melakukan studi pustaka dan penelitian kualtitatif. Uutuk memperoleh data, penulis melakukan penelitian secara langsung di lapangan pada saat sebelum dan sesudah perayaan Ekaristi malam Jum'at pertama dengan cara wawancara dan menyebar angket. Responden yang penulis gunakan scbanyak 15 orang secara acak atau random sampling Hasil dari penelitian iill rnenunjukkan Ekruisti dengan mcnggullakan inkultllrasi memiliki peran yang angat penting untuk kehidupan lImat sehingga iman umat semakin tumbuh dan berkembang. Karena nilai-nilai fujil yang disarnpaikan dapat terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Inkulturasi juga dapat membantu umat untuk memahami pesan atau makna dari bacaan Injil. Penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi dengan tujuan membantu umat supaya lebih memahami, menghayati, dan memaknai inkulturasi dalam perayaan Ekaristi malam Jum'at pertama di Ganjuran, sehingga umat terdorong untuk mengambil bagian dalam hidup melayani.

Kata Kunci : inkulturasi budaya Jawa, Ekaristi Jum'at pertama

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

ix

ABSTRACT

This undergraduate thesis entitled “INCULTURATION OF JAVANESE

CULTURE INTO FIRST FRIDAY EUCHARISTIC ADORATION IN

SACRED HEART OF JESUS CHURCH GANJURAN YOGYAKARTA”. This

title was chosen because the writer subjectively gets the impression that the

people present at the first Friday Eucharist Adoration in Ganjuran have not fully

understood and interpreted the Eucharist. Even though First Friday Eucharistic

in Ganjuran had really departed from Javanese culture and united Javanese

culture with the Eucharist. This condition could be an obstacle for non-Javanese

speaking people who attend the First Friday Eucharistic Adoration because they

hardly understand the meaning of that Eucharistic adoration when in fact,

inculturation could help Church to integrate Bible message into daily life. The

main issue in this undergraduate thesis is make a description of Javanese culture

inculturation and the meaning of First Friday Eucharistic Adoration in Ganjuran.

The author use literature review and qualitative research in this undergraduate

thesis. To gather data, the author did field research before and after First Friday

Eucharistic Adoration by interviewed people and spread questionnaire. The

author use random sampling which choose 15 people randomly. This research

shows that a Eucharist that uses inculturation has an important role in the lives of

the people, so that the faith of the people will grow and develop. Inculturation

also helps people to understand the messages of Bible passage. The author

suggest a recollection to help people understanding, appreciating and

interpreting inculturation of First Friday Eucharistic Adoration in Ganjuran so

people will be motivated to take part in serving life.

Key words: Inculturation Javanese culture, Eucharist first Friday

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih, dan

penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

"INKULTURASI BUDAYA JAWA DALAM EKARISTI MALAM JUMAT

PERTAMA DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN

YOGYAKART A" dengan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Pedidikan Keagamaan

Katolik di Universitas Sanata Dharma, Y ogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Keagaman Katolik yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan skripsi

1m.

2. Drs. FX Heryatno Wono Wulung, SJ. M.Ed, selaku dosen pembimbing skripsi

dan pembimbing akademik yang meluangkan waktu untuk membimbing,

mendampingi serta memberikan dukungan dan motivasi sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Patrisius Mutiara Andalas, S.J., S.S., S.T.D, selaku dosen penguji II yang telah

meluangkan waktu untuk menguji penulis.

4. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd, selaku dosen penguJl III yang telah

meluangkan waktu untuk menguji penulis.

5. Orangtuaku, Bapak Cornelius Kuwatno dan Ibu Veronica Rebi Iswati yang

selalu memberikan semangat, dukungan, dan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan S 1 Pendidikan Keagamaan Katolik.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

6. Kakakku, Odillia Merry Debi Kurniawati yang selalu memberikan semangat

dan motivasi untuk terus belajar sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan S 1 Pendidikan Keagamaan Katolik.

7. Seluruh staf dosen dan karyawan program studi Pendidikan Keagamaan

Katolik Universitas Sanata Dharma, yang telah membantu dan memberikan

dukungan dalam proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi malam Jum'at pertama di

Ganjuran yang telah meluangkan waktu untuk di wawancara.

9. Kerabat yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan; Julius

Boby, Aditya Dwi Nugraha, Gregorio Firman, Josua Raymondo, Pricillia

Anggi, Sesillia Adi Wahyu Utami.

10. Kekasih, Fabiola Laura Dwi Restu yang telah menemam, membantu,

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

11. Seluruh ternan-ternan angkatan "Bukan Keluarga 2015" yang sudah

berdinamika bersama selama proses perkuliahan, sernoga kalian semua sukses

dan semangat untuk berkarya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan

sepenuh hati memberikan dukungan dan bantuan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis rnenyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga

penyusunan skripsi ini rnasih jauh dari sempuma. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari pernbaca demi perbaikan skripsi ini. Penulis

berharap kiranya skripsi dapat mernberikan rnanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

xi

Yogyakarta, 16 Juni 2020

Penulis

Agustinus Dwi Kurniawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMING .......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii

HALAMAN PRSEMBAHAN .................................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSTRACT ................................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi

BAB I ........................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 4

D. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 5

E. Metode Penulisan .......................................................................................... 5

F. Sistematika Penulisan .................................................................................... 5

BAB II ....................................................................................................................... 7

POKOK – POKOK INKULTURASI BUDAYA JAWA DAN EKARISTI ............ 7

A. INKULTURASI BUDAYA JAWA .............................................................. 7

1. Inkulturasi ................................................................................................... 7

2. Ekaristi ........................................................................................................ 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

xiii

BAB III ..................................................................................................................... 26

BENTUK-BENTUK INKULTURASI BUDAYA JAWA DAN MAKNA

EKARISTI MALAM JUMAT PERTAMA DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN

YESUS GANJURAN ............................................................................................... 26

A. Keadaan Umum Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ........................ 26

1. Letak Geografis Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran...................... 26

2. Sejarah Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ................................... 29

3. Sejarah Bangunan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus ................................... 31

B. Penelitian dan Hasil Pembahasan Bentuk Inkulturasi Budaya Jawa Pada

Malam Jumat Pertama di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .................. 32

1. Desain Penelitian ........................................................................................ 32

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian................................................. 37

3. Kesimpulan Penelitian ................................................................................ 46

BAB IV ..................................................................................................................... 48

USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN INKULTURASI BUDAYA

JAWA PADA SAAT PERAYAAN EKARISTI MALAM JUMAT PERTAMA

DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN .................................. 48

A. Latar Belakang Kegiatan ............................................................................... 48

B. Tema dan Tujuan Rekoleksi .......................................................................... 50

C. Peserta ........................................................................................................... 50

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................................... 50

E. Gambaran Pelaksanaan ................................................................................. 51

F. Matriks Kegiatan Rekoleksi .......................................................................... 52

G. Satuan Pertemuan Sesi II ............................................................................... 55

BAB V ....................................................................................................................... 61

PENUTUP ................................................................................................................. 61

A. Kesimpulan .................................................................................................... 61

B. Saran .............................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 65

LAMPIRAN .............................................................................................................. 67

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian ......................................................................... (1)

Lampiran 2 : Panduan Pertanyaan Wawancara ..................................................... (2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

xiv

Lampiran 3 : Transkip Wawancara ....................................................................... (3)

Lampiran 4: Kuisioner ........................................................................................... (9)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

xv

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Gereja

SC : Sacrosanctum Concilium (Dokumen Konsili Vatikan II tentang

Liturgi Suci tahun 1963)

B. Singkatan Lain

art. : artikel

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

Dr. : Doktor

F.X. : Fransiskus Xaverius

Ir. : Insinyur

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

MAWI : Majelis Agung Waligereja Indonesia

Mgr. : Monsinyur

no. : nomor

Pr. : Projo

R : Responden

S.J : Serikat Jesus

St. : Santa

WIB : Waktu Indonesia bagian Barat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Nama Wilayah dan Nama Lingkungan

Tabel 2: Kisi-kisi Penelitian

Tabel 3: Matriks Kegiatan Rekoleksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah inkulturasi muncul pertama kali dalam literatur misiologis tahun 1960

yang diperkenalkan oleh Masson, dalam artikelnya “L’eglise ouverte sur Le

Monde”. Dalam istilah ini, Masson mau mengungkapkan fakta integrasinya warta

keselamatan Kristen atau Gereja ke dalam kebudayaan kelompok tertentu (Komisi

Liturgi MAWI, 1985: 19).

Inkulturasi adalah suatu proses yang berlangsung terus dimana Injil

diungkapkan di dalam situasi sosio-politik dan religius-budaya sedemikian rupa

sehingga Injil tidak hanya diwartakan melalui unsur-unsur situasi tersebut, tetapi

menjadi suatu daya yang menjiwai dan mengolah budaya tersebut memperkaya

Gereja Universal (Prier, 1999: 8).

Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pada saat ini membawa

pengaruh yang cukup besar bagi pelaksanaan Ekaristi dalam menggunakan

inkulturasi budaya setempat. Dalam hal ini kita tidak bisa menyangkal bahwa

kebudayaan barat sudah mempengaruhi kehidupan kita. Bahkan kebudayaan asli

yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia semakin lama semakin

menyusut. Kebudayaan asli ini seringkali dianggap sebagai kebudayaan yang

kuno atau tidak relevan lagi untuk digunakan pada zaman ini. Hal ini dapat dilihat

dengan semakin sedikitnya anak-anak muda yang mau belajar dan

mempertahankan kebudayaan di daerahnya. Pada umumnya inkulturasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

2

merupakan perjumpaan yang bersifat berkelanjutan antara Yesus Kristus dengan

umat manusia. Di dalam inkulturasi Yesus Kristus menjadi yang utama, karena

yang menjadi isi dari iman Kristiani adalah kabar gembira dan Injil.

Salah satu Gereja Katolik yang masih melestarikan budaya Jawa adalah

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta. Berdirinya Gereja dan

candi Ganjuran merupakan prakarsa dari keluarga Schmutzer. Di dalam komplek

Gereja Ganjuran juga terdapat candi dan telah dikenal oleh umat Katolik yang ada

di Indonesia sebagai salah satu tempat ziarah yang bernuansa Jawa. Tidak banyak

tempat ziarah umat Katolik yang memiliki nuansa Jawa, terlebih juga terdapat

sebuah candi bergaya Hindu-Budha-Jawa sebagai tempat berdoa.

Nuansa budaya Jawa yang digunakan Schmutzer dalam membangun

kompleks Gereja Ganjuran merupakan bentuk proses inkulturasi. Sebagai orang

yang beriman Katolik, keluarga Schmutzer ingin menghidupi imannya dalam

konteks budaya dimana mereka tinggal. Sebagai bagian dari pengalaman iman,

Schmutzer membangun rumah sakit, menyokong orang miskin, mendidik orang

yang belum terpelajar dan mereka mengangkat martabat penduduk dengan

mendukung penduduk Ganjuran untuk tetap melaksanakan adat-istiadat mereka

walaupun perlahan-lahan diberi nilai-nilai Kristiani.

Bukan hanya candi dan bentuk bangunan Gereja, tetapi terdapat juga busana

liturgis, ornamen, interior, arsitektur, literatur, musik liturgis, dan dalam perayaan

Ekaristi yang merupakan inkulturasi budaya Jawa di Gereja Hati Kudus Tuhan

Yesus Ganjuran Yogyakarta. Berbagai bentuk inkulturasi budaya Jawa di Gereja

Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta bukan hanya sebagai proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

3

adaptasi umat Katolik, tetapi menjadi salah satu daya tarik umat Katolik di sekitar

Jawa Tengah dan DIY.

Salah satu inkulturasi budaya Jawa yang paling menarik bagi umat Katolik

untuk beribadah di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta adalah

pada saat misa malam Jum’at pertama. Umat Katolik dari berbagai daerah datang

untuk mengikuti misa malam Jum’at pertama yang dalam Tata Perayaan

Ekaristinya bernuansa Jawa. Salah satu contoh inkulturasi yang amat terlihat jelas

dalam perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Gereja Hati Kudus Tuhan

Yesus Ganjuran Yogyakarta adalah dengan menggunakan adat Jawa. Perayaan

Ekaristi ini memasukkan adat-adat Jawa tanpa menghilangkan tujuan awal

perayaan Ekaristi. Mulai dari segi pakaian yang digunakan, iringan musik liturgi

dengan gamelan, hingga bahasa yang digunakan saat perayaan Ekaristi.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui berbagai bentuk

inkulturasi budaya Jawa dalam perayaan Ekaristi malam Jum’at Pertama di Gereja

Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta. Tulisan yang akan diangkat oleh

penulis berjudul : “INKULTURASI BUDAYA JAWA DALAM PERAYAAN

EKARISTI MALAM JUMAT PERTAMA DI GEREJA HATI KUDUS

TUHAN YESUS GANJURAN YOGYAKARTA.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan beberapa

permasalahan antara lain :

1. Apa saja pokok-pokok inkulturasi dan Ekaristi?

2. Apa saja bentuk-bentuk inkulturasi budaya Jawa di Gereja Hati Kudus Tuhan

Yesus Ganjuran Yogyakarta?

3. Apa yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan penghayatan

inkulturasi budaya Jawa pada saat perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pokok-pokok inkulturasi dan Ekaristi.

2. Mengetahui berbagai bentuk inkulturasi budaya Jawa dalam perayaan Ekaristi

Malam Jum’at Pertama di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

Yogyakarta.

3. Untuk meningkatkan penghayatan inkulturasi budaya Jawa pada saat

perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

5

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis semakin memahami inkulturasi budaya Jawa mampu menjadi

semangat dalam meningkatkan karya pelayanan sebagai calon guru maupun

pewarta.

2. Memberi sumbangan bagi adik tingkat dan yang akan melakukan penelitian

selanjutnya mengenai inkulturasi budaya Jawa dalam perayaan Ekaristi

malam Jum’at pertama.

E. Metode Penulisan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena penelitian ini

mempunyai tujuan untuk memperoleh jawaban yang terkait dengan pendapat,

tanggapan atau persepsi seseorang sehingga pembahasannya harus secara

kualitatif atau menggunakan kata-kata. “Penelitian deskriptif mencoba mencari

deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia”

(Sulistyo-Basuki, 2006:110).

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul “Inkulturasi Budaya Jawa dalam Perayaan

Ekaristi Malam Jumat Pertama di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

Yogyakarta”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

6

Bab I menyajikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

Bab II menyajikan kajian pustaka tentang inkulturasi dan Ekaristi.

Bab III mengumpulkan data serta melakukan pembahasan data dan kaitannya

dengan umat yang mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Gereja

Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta.

Bab IV mengemukakan usulan kegiatan sebagai upaya untuk meningkatkan

penghayatan inkulturasi budaya Jawa pada saat perayaan Ekaristi malam Jum’at

pertama di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta.

Bab V berisikan kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

BAB II

POKOK – POKOK INKULTURASI BUDAYA JAWA DAN EKARISTI

Pada bab II ini merupakan tindak lanjut dari bab sebelumnya dan akan

menjawab permasalahan yang pertama yaitu pokok-pokok inkulturasi dan

Ekaristi. Kedudukan Bab II dalam keseluruhan skripsi ini adalah mengkaji pokok-

pokok mengenai inkulturasi dan Ekaristi. Bab II ini dibagi menjadi dua sub bab

yang berisi tentang Inkulturasi Budaya Jawa, dan Ekaristi. Sub bab inkulturasi

Budaya Jawa menyajikan pengertian inkulturasi, hakikat inkulturasi, dan

pengertian Budaya Jawa. Sedangkan sub bab Ekaristi menyajikan pengertian

Ekaristi dan makna Ekaristi.

A. INKULTURASI BUDAYA JAWA

1. Inkulturasi

a. Pengertian Inkulturasi

Dokumen De Liturgia Romana et Inculturatione (art.4) merumuskan

inkulturasi merupakan inkarnasi Injil (Turunnya Allah yang Mahasuci ke dalam

dunia menjadi seorang manusia) dalam berbagai kebudayaan yang otonom dan

sekaligus memasukkan kebudayaan-kebudayaan tersebut ke dalam kehidupan

Gereja.

Istilah inkulturasi muncul pertama kali dalam literatur misiologis tahun 1960

yang diperkenalkan oleh Masson, dalam artikelnya “L’eglise ouverte sur Le

Monde”. Dalam istilah ini, Masson mau mengungkapkan fakta integrasinya warta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

8

keselamatan Kristen atau Gereja ke dalam kebudayaan kelompok tertentu (Komisi

Liturgi MAWI, 1985: 19).

Inkulturasi berasal dari bahasa Latin in dan cultur-cultura. In berarti (masuk)

ke dalam, sedangkan cultur atau cultura berasal kata kerja colore yang berarti

“mengolah tanah”. Pengertian kultur adalah segala karya yang membantu

kehidupan manusia. Sinonimnya dengan kata lain ialah “kebudayaan”, dari “budi-

daya” dan “peradaban” dari kata Arab adaba yang berarti mendidik (Komisi

Liturgi MAWI, 1985: 9).

Inkulturasi adalah suatu proses yang berlangsung terus dimana Injil

diungkapkan di dalam situasi sosio-politik dan religius-budaya sedemikian rupa

sehingga ia tidak hanya diwartakan melalui unsur-unsur situasi tersebut, tetapi

menjadi suatu daya yang menjiwai dan mengolah budaya tersebut memperkaya

Gereja Universal (Prier, 1999: 8).

Inkulturasi adalah inkarnasi kehidupan dan warta keselamatan Kristen ke

dalam kebudayaan tertentu sehingga pengalaman ini tidak hanya menemui

ungkapannya atau ekspresinya lewat unsur-unsur kebudayaan tertentu, melainkan

menjadi dasar atau prinsip yang menjiwai, mengarahkan, menyatukan dan

mengubahnya kepada satu ciptaan baru (Muda, 1992:24).

Inkulturasi menurut kajian teologi agama Katolik seringkali dipersamakan

dengan istilah indigensi, kontekstualisasi, ataupun inkarnasi (Schineller; 1990).

Indigenisasi berarti menjadi dan membaur dengan unsur setempat (to be native).

Hal ini berarti bahwa komunitas lokal lah yang memiliki tanggungjawab dan

tugas untuk mengembangkan ajaran dan praktek agama, karena komunitas itulah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

9

yang paling memahami budaya setempat. Kontekstualisasi yaitu menyatukan

(interweaving) ajaran agama ke dalam situasi khusus dalam konteks-konteks

tertentu. Sedangkan inkarnasi bertolak pada Yohanes 1:14 seperti halnya Yesus

dilahirkan dan mati dalam konteks budaya tertentu. Ia mempelajari bahasa dan

adat istiadat tertentu untuk mengekspresikan kebenaran dan cinta kasih Allah.

Dari rumusan istilah-istilah tersebut, maka rumusan inkulturasi menurut

Schineller adalah gabungan dari rumusan inkarnasi pada kajian teologi agama

Katolik dengan rumusan enkulturasi dan akulturasi pada kajian antropologi

budaya.

Menurut Muda (1992:23) inkulturasi Gereja adalah integrasi pengalaman

Kristen sebuah Gereja lokal ke dalam kebudayaan bangsa tertentu sedemikian

rupa sehingga pengalaman itu tidak hanya mengungkapkan dirinya dalam elemen-

elemen kebudayaan bangsa itu, melainkan menjadi kekuatan atau daya yang

menjiwai, mengarahkan dan memperbaharui kebudayaan itu, dan dengan itu

menciptakan satu persekutuan baru bukan saja dalam kebudayaan tertentu itu

melainkan juga sebagai sumbangan untuk Gereja Universal.

b. Dasar Inkulturasi

Dasar inkulturasi yang pertama kali dipikirkan ialah misteri inkarnasi sendiri:

Putra Allah mengenakan kodrat manusia. Dalam misteri inkarnasi ini, Yesus

mengenakan kodrat manusia atau dengan kata lain hidup Allah sendiri

menginkulturasi dalam adat kebudayaan manusia. Namun, pusat pengalaman

Kristiani tidak boleh dilupakan begitu saja, yakni Dia yang telah disalibkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

10

bangkit kembali (Komisi Liturgi MAWI, 1985: 39). Hal ini juga diungkapkan

oleh Martasudjita (1999:81) bahwa dasar teologi inkarnasi ialah :

Misteri kasih trinitaris yang diwahyukan dalam rangka sejarah dan

mengalami puncak dan kepadatannya dalam peristiwa Yesus Kristus, dimana

Sang Putra menjadi manusia (Inkarnasi) dan menerima konsekuensi

terakhirnya sebagai manusia: wafat, namun kemudian dibangkitkan oleh Bapa

dalam Roh Kudus (Misteri Paskah).

Dari dasar tersebut sudah jelas bahwa unsur budaya setempat dapat diangkat

dan diterima oleh Injil sebagai dialog antara keselamatan Allah dengan manusia.

Dan dengan dasar misteri paskah (Inkarnasi), unsur budaya setempat ditebus dan

diperbaharui oleh Injil Yesus Kristus. Dengan demikian dapat dilihat bahwa

inkulturasi sangat berharga, bernilai budaya, dan tradisi umat setempat dalam

iman Kristiani (Martasudjita, 1999:84).

Gereja awal juga telah berinkulturasi melalui penggunaan hari raya dan pesta

Yahudi seperti hari raya paskah dan pentakosta. Hari raya paskah yang semula

menjadi kenangan akan karya penyelamatan Allah melalui peristiwa eksodus dari

Mesir pada tradisi Yahudi menjadi kenangan akan karya penyelamatan Allah

melalui peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Hari raya pentakosta yang

semula merayakan ucapan syukur orang Israel bagi hasil panen gandum, yang

dirayakan pada tujuh minggu setelah hari Paskah, kini diberi makna oleh orang

kristiani sebagai hari turunnya Roh Kudus atas diri para murid, saat kelahiran

Gereja (Martasudjita,1999:86).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

11

c. Hakikat Inkulturasi

Pada hakikatnya, inkulturasi merupakan perjumpaan yang bersifat

berkelanjutan antara iman Kristiani dengan kebudayaan, dan Yesus Kristus

sebagai pusatnya. Dengan demikian dalam proses inkulturasi harus nampak

bagaimana jemaat di dalam pergulatan hidupnya sehari-hari mengimani Kristus

dan menemukan kehadiran-Nya dalam segala aspek kehidupannya. Pernyataan

tersebut didukung dengan penegasan dari Lane (Heryatno, 2000:124) bahwa pada

intinya inkulturasi merupakan perjumpaan antara kebudayaan dan Injil yang

saling mengisi, mempengaruhi dan membentuk. Oleh karena itu, budaya dan Injil

tidak bisa dipisahkan. Seperti ungkapan Paus Paulus VI bahwa pemisahan antara

Injil dan kebudayaan merupakan drama hidup jemaat yang tidak dapat dilupakan.

Inilah yang disebut sebagai hakikat inkulturasi, yaitu membantu jemaat Kristiani

agar iman mereka meresap masuk ke dalam inti hidup sehingga membentuk dan

menjiwai seluruh pengalaman pergulatan mereka. Karena iman yang belum

menjadi kebudayaan merupakan iman yang belum sepenuhnya diterima dan

dihidupi secara sungguh-sungguh oleh umat (Heryatno, 2000:123) atau dengan

kata lain iman seseorang harus benar-benar tercermin dalam kesehariannya.

Di dalam artikelnya Heryatno (2000:121) mengenai “Katekese sebagai Salah

Satu Momen Penting dalam Inkulturasi” mengatakan bahwa inkulturasi

merupakan kenyataan yang bersifat kompleks yang hakikatnya tidak akan

dimengerti dengan baik apabila hanya digali berdasarkan konsep yang semata-

mata bersifat teoritis. Martasudjita (1999:88) menyatakan bahwa Inkulturasi sejati

harus berangkat dari konteks praksis sosio-kultural jemaat atau dengan kata lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

12

inkulturasi harus bertolak dari budaya setempat. Menurut Shorter (1992:264)

inkulturasi bukan lebih-lebih merupakan persoalan intelektual melainkan

berkaitan dengan cara dan model kehidupan jemaat. Pada hakikatnya inkulturasi

merupakan perjumpaan yang bersifat berkelanjutan antara iman Kristiani dengan

kebudayaan. Karena yang menjadi pusat iman Kristiani adalah Yesus Kristus dan

yang kita mengerti sebagai kebudayaan adalah realitas hidup manusia, maka

inkulturasi dapat juga dipahami sebagai perjumpaan antara Yesus Kristus dengan

umat manusia.

Di dalam artikelnya Heryatno (2000:123) juga mengatakan bahwa iman tidak

terpisahkan dari kebudayaan karena kenyataan hidup manusia dan dunia bagi

orang beriman tidak pernah lepas dari relasinya dengan Dia yang menjadi sumber

kehidupan sendiri. Manusia tidak dapat memahami dunia dan kenyataan

hidupnya, mencapai kepenuhan dan mengalami kebahagiaan hidupnya tanpa

menjawab pertanyaan tentang relasinya dengan yang ilahi. Dalam hal ini Paus

Yohanes Paulus II, seperti yang dikutip oleh Shorter (1992: 231), menyatakan

bahwa iman yang belum menjadi kebudayaan merupakan iman yang belum

sepenuhnya diterima dan dihidupi secara sepenuhnya. Usaha memahami hakikat

kebudayaan dan hubungannya yang tidak terpisahkan dengan iman membantu kita

untuk sampai pada pengertian yang benar tentang esensi inkulturasi.

d. Tujuan Inkulturasi

Tujuan inkulturasi adalah agar umat semakin mengenali, mencintai dan

mengikuti Yesus Kristus dengan sepenuh jiwa, hati, dan tenaga menurut

kebudayaan dan nilai-nilai pokok hidup umat sendiri. Dalam konteks liturgi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

13

inkulturasi merupakan pengungkapan/perayaan liturgi Gereja dalam tatacara dan

suasana yang selaras dengan citarasa budaya umat setempat. Dengan demikian,

umat yang mengikuti ibadat terpesona oleh lagu, doa, lambang, hiasan, upacara,

karena semuanya langsung dapat dipahami; karena semuanya bagus menurut

penilaian yang dipakai dalam hidup kebudayaan setempat (Prier, 1999:13).

e. Model Inkulturasi

Di dalam artikel Heryatno (2000:123) menyampaikan 5 model inkulturasi,

yaitu:

1) Model Penerjemah

Model ini dinilai paling konservatif. Model penerjemahan menekankan

kesetiaan pada Injil dan wartanya. Sebagai wahyu ilahi, Injil bersifat supra

kultural dan menyampaikan kebenaran ilahi yang harus diterima oleh orang-

orang yang memeluk agama Kristen. Nilai-nilai injili yang mengatasi

kebudayaan tertentu harus diterjemahkan di dalam kebudayaan setempat.

Kebudayaan meskipun berbeda tetapi pada prinsipnya memiliki struktur yang

sama.

2) Model Antropologis

Kebalikan dengan model pertama, model ini amat menekankan

kebudayaan setempat. Karena itu fokusnya adalah menggali nilai-nilai

setempat supaya orang-orang setempat mengenali rahmat Allah yang telah

dilimpahkan kepada kebudayaan mereka dan kemudian memberinya dengan

nama-nama Kristen. Injil dipahami bukan sebagai kebenaran yang bersifat

supra kultural tetapi sebagai komunikasi ilahi yang terjadi di dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

14

kebudayaan tertentu, di wilayah dan waktu tertentu serta kepada orang-orang

pada zaman tertentu. Penganut model ini berpendapat Allah mewahyukan

diriNya tidak hanya pada kebudayaan tertentu. Karena itu, kebudayaan

menjadi titik berangkat inkulturasi. Mereka memahami kebudayaan sebagai

tempat pewahyuan Allah dan sekaligus sebagai konteks berkatekese. Pelaku

inkulturasi bukan hanya para katekis atau teolog tetapi seluruh warga jemaat.

Di dalam proses inkulturasi digunakan pula sumbangan ilmu-ilmu sosial dan

dialog antar agama untuk membuka dan menemukan benih-benih sabda yang

telah ditaburkan oleh Allah.

3) Model Praksis

Fokus model praksis bukan penerjemahan juga bukan menekankan segi-

segi kebudayaan setempat tetapi bagaimana proses inkulturasi warta Injil

dapat mempermudah transformasi sosial, politik dan kebudayaan setempat.

Karena itu, titik berangkatnya adalah praksis dan refleksinya terhadap

tindakan membaca ulang Injil dan wartanya. Model ini memiliki dinamika

aksi – refleksi – aksi baru. Katekese dan teologi yang inkulturatif mengikuti

proses yang bergerak secara spiral: bertolak dari praksis perjuangan

penegakan keadilan, refleksi kritis demi transformasi sehingga nilai-nilai

kerajaan Allah sungguh semakin terwujud.

4) Model Sintesis

Model ini berusaha memadukan segi-segi positif dari model 1-3. Seperti

model 2 dan ketiga, model sintesis menggarisbawahi pentingnya mengangkat

kebudayaan setempat dalam rangka mengusahakan transformasi sosial dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

15

penemuan nilai-nilai kristiani di dalamnya. Kebudayaan setempat dikaji dan

dianalisis supaya ditemukan sistem nilai yang bersifat dasariah beserta

simbolnya. Kecuali itu, model ini juga menekankan pentingnya tradisi

Kristen. Untuk itu, pengikutnya memelopori pentingnya dialog kebudayaan

agar terjadi sikap belajar dan saling memperkaya. Model ini menegaskan

keunikan masing-masing kebudayaan. Melalui dialog kebudayaan, orang

dapat saling memperkaya dan memperkembangkan. Dialog kebudayaan dan

nilai-nilainya itulah yang dipahami sebagai katekese atau teologi kontekstual.

5) Model Transendental

Yang menjadi titik berangkat model ini bukan kebudayaan tetapi subyek

yang berkatekese. Merekalah yang harus berkembang dan bertobat secara

integral (menurut keyakinan teolog besar Lonergan). Pada dasarnya dengan

semakin mengasihi Allah dan sesamanya manusia mewujudkan sifatnya yang

transenden. Yang ditekankan bukan perkembangan individual tetapi pribadi

di dalam komunitasnya. Perlu diakui setiap pribadi menghendaki dirinya

berkembang menurut kebudayaan dan cara hidupnya. Kecuali transenden,

manusia juga bersifat trans-kultural.

f. Pengertian Budaya Jawa

Kata budaya berarti pikiran; akal budi; adat istiadat. Secara antropologis

berarti keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan

untuk memahami lingkungan serta pengalamannya yang menjadi pedoman

tingkah lakunya (Ali, 1996:149).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

16

Budaya Jawa merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia yang

telah mengakar sejak lama hingga saat ini sudah mengalami banyak

perkembangan dan penyempurnaan. Budaya Jawa ini telah mengakar beratus-

ratus tahun dan telah mendarah daging bagi kehidupan masyarakat Jawa. Sikap

masyarakat Jawa memiliki identitas tersendiri yang dilandasi dengan nasihat-

nasihat dari nenek moyang dan hingga saat ini masih tetap dilestarikan ditengah-

tengah kehidupan masyarakat yang sudah modern (Bratawijaya, 1997:73).

Budaya masyarakat Jawa tidak dapat dipisahkan dengan sumber budaya

kraton atau kerajaan Yogyakarta Hadiningrat maupun Surakarta Hadiningrat.

Sumber budaya Jawa adalah berpusat pada pendidikan budi pekerti, budi luhur,

budi utama, sopan santun, lemah lembut, ramah tamah, sabar, dan menerima apa

adanya terhadap anak-anak mereka. Masyarakat Jawa menginginkan kedamaian,

keakraban, dan kekeluargaan (Bratawijaya, 1997:75-76).

Sikap hidup masyarakat Jawa tidak terlepas dengan pandangan hidup atau

filsafat Jawa. Di dalam kehidupan rohani yang menjadi landasan dan memberi

makna kebudayaan Jawa, hidup masyarakat Jawa benar-benar berupaya supaya

dapat mencari dasar awal segala sesuatu. Hal ini dapat direnungkan dalam

kehidupan manusia atau sangkan paraning dumadi lan manunggaling kawulo

kalawan Gusti. Yang artinya hubungan antara manusia dengan Tuhan serta alam

semesta (Bratawijaya, 1997:77).

Menurut Koentjaraningrat (1984:1-2) para ahli ilmu sosial sering mengartikan

kebudayaan dalam arti yang luas dan meliputi hampir seluruh aktivitas manusia

dalam kehidupannya, yaitu seluruh total pikiran, karya dan hasil karya manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

17

yang tidak berakar pada nalurinya dan hanya bisa dicetuskan manusia sesudah

suatu proses belajar. Hal-hal yang menjadi unsur-unsur dasar kebudayaan Jawa

adalah cara pandang masyarakatnya yang memiliki pemikiran dasar dan menjadi

patokan dalam penataan interior sebuah Gereja, karena tiap bentukan dianggap

memiliki makna.

Jadi yang dimaksud dengan inkulturasi budaya jawa adalah hubungan timbal

balik antara Gereja Katolik dengan budaya setempat Gereja tersebut berada, yaitu

wujud fisik yang bisa dilihat dan diraba. Dalam hal ini budaya yang ada di sekitar

Gereja dapat memperkaya budaya Gereja dan ajaran Gereja dapat terus

diungkapkan pada lingkungan budaya sekitarnya selama makna yang

diintegrasikan bersatu dan sejalan.

2. Ekaristi

a. Pengertian Ekaristi

Dokumen Ecclesia De Eucharistia (no. 67) mengatakan bahwa Ekaristi yang

berarti puji syukur. Ekaristi berarti pusat dan puncak seluruh kehidupan Kristiani

yang mengarah pada peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau misteri

Paskah. Dengan pujian syukur itu, Gereja mengenangkan (Menghadirkan) misteri

penebusan Kristus itu sekarang ini dan disini. Maka dari itu, Ekaristi dapat

dipahami sebagai suatu peristiwa dimana seseorang dapat bersyukur atas

kehidupan yang diberikan oleh Yesus.

Ekaristi dari dokumen Gereja dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik

(KWI, 2009:99) disebutkan Ekaristi sebagai kurban tubuh dan darah Tuhan Yesus

sendiri yang ditetapkan-Nya untuk mengabadikan kurban salib selama perjalanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

18

hidup Yesus diabadikan di dalam Gereja. Gereja menjadi tempat yang dipercaya

olehNya untuk mengabadikan kenangan wafat dan kebangkitanNya. hal ini

menjadi tanda bahwa di dalam Ekaristi terlihat adanya kesatuan, ikatan cinta

kasih, perjamuan paskah, di mana rahmat dan jaminan kemuliaan yang akan

dicurahkan kepada umatNya.

Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (1983: kan.899§1) merupakan tindakan

Kristus sendiri dan Gereja di dalamnya Kristus Tuhan, melalui pelayanan imam,

mempersembahkan diriNya kepada Allah Bapa dengan kehadiranNya secara

substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan diriNya sebagai

santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri dalam

persembahanNya.

Menurut Prasetya (2003:12) Ekaristi berasal dari kata Eucharisitia (Pujian

syukur dan permohonan) atas karya penyelamatan dari Allah. Dalam tradisi

Yahudi khusunya dalam perayaan Paskah bahwa pada malam terakhir Yesus

mengadakan perjamuan malam bersama para murid-muridNya yang memberikan

makna baru dalam perayaan paskah itu sendiri.

Ekaristi adalah nafas hidup orang beriman, yang meskipun bukan dari dunia

tetapi berada di dalam dunia. Ekaristi dihidupi di sekitar altar tetapi juga di dalam

segala kegiatan sehari-hari, seperti di kantor, dapur, taman, sekolah, dll. Hidup

yang ekaritis diungkapkan secara mendalam melalui doa dan perayaan. Dalam

kerja tangan dan perjuangan, hidup yang ekaristis diwujudkan secara lebih

sungguh (Prasetya, 2008: 14).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

19

Herman (2009: 8) mengatakan bahwa pengertian Ekaristi berasal dari Kamus

Teologi yang menjelaskan kepada kita tentang arti dan makna Ekaristi. Kita sering

mendengar dan menggunakan istilah “Misa” yang berarti “Perayaan Ekaristi”.

Misalnya; misa harian, misa natal, misa paskah, dsb. Sebutan misa untuk perayaan

Ekaristi rupanya juga diambil dari ungkapan “Ite missa est” yaitu kata-kata akhir

imam dalam bagian pengutusan. Istilah “Misa” lebih dimengerti dalam konteks

liturgi, mengacu pada ritual perayaan Sakramen Ekaristi. Sedangkan istilah

“Ekaristi” lebih kepada perjamuan sakramental Gereja Katolik yang dirayakan

sesuai dengan contoh dan perintah Yesus Kristus.

Martasudjita (2005: 29) mengatakan bahwa Ekaristi mau mengungkapkan

pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus

Kristus, sebagaimana berpuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus.

Dengan pujian syukur itu, Gereja mengenangkan (yang artinya: menghadirkan)

misteri penebusan Kristus itu sekarang ini dan di sini. Dalam kehidupan umat

kristiani, hal ini sudah tidak asing lagi. Ekaristi yang mereka ikuti merupakan

ungkapan syukur mereka atas penyelamatan Allah yang telah menebus dosa

manusia melalui peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus.

b. Dasar Ekaristi

Dalam dokumen Konsili Vatikan II, ajaran tentang Ekaristi sudah tersebar di

berbagai dokumen yang terdapat pada Konsili Vatikan II, meskipun di dalam

dokumen Konsili Vatikan II tidak memberikan dogma baru mengenai Ekaristi

namun di satu pihak menegaskan ajaran tradisional Gereja dan di lain pihak

membicarakannya secara baru. Konsili Vatikan II menempatkan ajaran sakramen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

20

dan Ekaristi dalam konteks trinitas-kristologi, eskatologi, dan eklesiologi

(Martasudjita, 2003: 290-291).

Martasudjita (2003: 281-282) mengatakan bahwa dasar perayaan Ekaristi

terdiri atas Liturgi Perayaan Sabda, Liturgi Perayaan Ekaristi. Dengan Liturgi

Sabda, umat yang hadir untuk merayakan Ekaristi sungguh merasakan keheningan

batin dan merasakan kehadiran Tuhan melalui Sabda Tuhan dan melalui

nyanyian-nyanyian serta doa-doa. Sedangkan Liturgi Perayaan Ekaristi ialah umat

yang turut menghadirkan Kristus yang telah mengurbankan diri dan memberikan

keselamatan dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus.

c. Makna Ekaristi

Hadisumarta (2013:24) mengemukakan pandangannya terhadap makna

Ekaristi berdasarkan beberapa Injil; Dalam Injil Markus menekankan bahwa

Ekaristi merupakan suatu kesediaan hidup untuk mengikuti Kristus. Menurut Injil

Matius, Ekaristi harus dapat membuat orang bersedia untuk sungguh diampuni

dosanya oleh Allah, tetapi juga mau mengampuni sesamanya. Injil Lukas

menegaskan bahwa merayakan Ekaristi berarti berani mengambil bagian dalam

perjamuan di dalam Kerajaan Allah. Menurut Injil Yohanes, Ekaristi merupakan

persatuan dengan Yesus sebagai sabda yang menjadi daging dan sebagai roti yang

turun dari surga. Sedangkan menurut Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa

Ekaristi, dalam bentuk pemecahan roti, merupakan unsur penyatu dan menjadi

ukuran kesungguhan dan otentitas kehadiran Gereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

21

Martasudjita (2005: 105) mengungkapkan bahwa Ekaristi merupakan

perayaan. Perayaan dalam bahsa Latin celebratio dari kata kerja celebrare yang

banyak memiliki arti seperti: merayakan, mengunjungi, meramaikan, memuji,

memasyurkan, dan lainnya. Sehingga dasar dari perayaan selalu berunsur banyak.

Dalam pengertian teologis-liturgis ada tiga arti pokok dari kata perayaan menurut

(Martasudjita 2005: 106-108) sebagai berikut:

Segi kebersamaan. Perayaan merupakan kegiatan bersama atau sekurang-

kurangnya melibatkan lebih dari satu orang. Yang merayakan Ekaristi adalah

Kristus dan bersama seluruh Gereja. Ekaristi sebagai tindakan Kristus sudah

sangat jelas bagi kita karena Kristuslah Sang Imam Agung Sejati. Namun,

dalam Perayaan Ekaristi sekarang ini, Kristus hadir dan merayakan Ekaristi

bersama seluruh Gereja. Konsili Vatikan II menegaskan “upacara-upacara

liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan Gereja sebagai

sakramen kesatuan” (SC 26). “setiap misa pada hakikatnya sudah bersifat

resmi dan umum” (SC 27).

Segi partisipasi. Sebuah perayaan selalu menunjuk makna keterlibatan atau

partisipasi dari seluruh hadirin. Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa

menurut hakikatnya, liturgi, terutama Ekaristi, menuntut partisipasi atau

keterlibatan yang sadar dan aktif dari seluruh umat beriman (SC 14). Kata

sadar menunjukkan segi pemahaman atau tahu! Maka, umat beriman perlu

memahami seluruh makna perayaan Ekaristi, termasuk arti semua simbolnya.

Itulah sebabnya Konsili Vatikan II mendesak umat beriman agar dalam

Ekaristi, mereka bukan sebagai penonton yang bisu, melainkan bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

22

memahami misteri yang dirayakan dengan baik dan ikut serta secara penuh,

hikmat, dan aktif (SC 48).

Segi kontekstual. Sebuah perayaan selalu diselenggarakan menurut situasi

dan kondisi setempat. Disini unsur kebutuhan setempat, situasi, dan tantangan

zaman, unsur-unsur budaya lokal ikut mempengaruhi sebuah perayaan.

Ekaristi yang merupakan perayaan seluruh Gereja itu bagaimanapun juga

dirayakan menurut gaya dan model penghayatan setempat. Segi kontekstual

menunjuk makna Ekaristi yang dirayakan menurut situasi dan kondisi aktual

dan kontekstual yang setempat. Dalam hal ini, Konsili Vatikan II sangat

mendorong berbagai penyesuaian liturgi, termasuk dalam hal inkulturasi

liturgi, tentu saja asalkan selaras dengan hakikat semangat liturgi yang sejati

dan asli (SC 37).

Ekaristi dipahami sebagai “sumber dan puncak”, karena melalui Ekaristi

tampaklah pengungkapan diri Gereja sebagai sakramen Kristus yang paling

mendasar, karena dalam Ekaristi persatuan dengan Kristus dan tentu saja juga

dengan seluruh umat, ditampilkan dalam tanda (Madya Utama, 2016:20).

Kesatuan antara umat dan Kristus itu terbentuk secara nyata, melalui Ekaristi

umat dipersatukan dengan Kristus yang hadir di dalam perayaan Ekaristi. Umat

yang hadir dan menghayati Ekaristi secara penuh akan menemukan Kristus dalam

rupa roti dan anggur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

23

Ekaristi bukanlah ciptaan dan rekayasa Gereja. Ekaristi bukan merupakan ide

spontan dari Gereja. Ekaristi juga bukan kiriman Tuhan yang seakan-akan jatuh

dari langit atau surga. Ekaristi dirayakan oleh Gereja berdasarkan pengalaman

iman Gereja akan Tuhan Yesus Kristus. Ketika Yesus mengadakan perjamuan dan

makan bersama orang-orang berdosa, Yesus ingin menunjukkan makna

kedatangan dan kehadiran Allah yang penuh belas kasih. Kebersamaan Yesus

dengan orang-orang berdosa mengungkapkan kehendak Allah yang mau

menyelamatkan mereka (Martasudjita, 2005: 34-35).

Sedangkan menurut Herman (2009: 9) makna Ekaristi bagi orang Katolik

ketika Sakramen Ekaristi Mahakudus, di mana Tuhan kita Yesus Kristus sendiri

dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan

berkembang. Pada saat Sakramen Mahakudus ada perasaan “lebih” sekaligus

kewajiban bagi umat Katolik berkaitan dengan Ekaristi ini. Ekaristi tidak hanya

mendengarkan Sabda Allah tetapi “Sabda itu telah menjadi Daging” dan kita

diundang untuk menerima Hosti Kudus yang kita imani sebagai Tubuh Kristus.

Perubahan substansial roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus menjadi

keluhuran dan kesakralan pada saat perayaan Ekaristi. Maka dari itu, kita sebagai

umat Katolik selalu menjaga dan berusaha dalam keadaan penuh rahmat dan tidak

dalam dosa berat untuk bisa menerima Hosti Kudus dengan pantas.

Dalam Sakramen Ekaristi yang ada bukan lagi roti dan anggur, tetapi Tubuh

dan Darah Tuhan. Kehadiran Kristus dalam roti dan anggur ini dimengerti terjadi

secara penuh. Kehadiran Kristus dalam Ekaristi juga bersifat tetap, artinya bukan

selama perayaan saja atau selama di santap. Artinya, roti dan anggur yang sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

24

dikonsekrasi itu tetaplah tubuh dan darah Kristus. Itulah sebabnya Gereja Katolik

mempunyai tradisi untuk menyimpan Sakramen Mahakudus (Prasetya, 2008: 75).

Hadisumarta (2013:23) menjelaskan bahwa Ekaristi tidak pernah terpisah dari

Gereja sebagai jemaat Kristen. Ekaristi adalah sakramen Tubuh Kristus yang

memberi makan dan memelihara Gereja sebagai Tubuh Kristus. Ia selalu hadir

dalam perjamuan murid-muridNya. Kehadiran Kristus mampu mengubah murid-

muirdNya menjadi Ecclesia (Gereja) dimana makanan mereka adalah Ekaristi.

Semua yang hadir dan merayakan Ekaristi serta menyantap Tubuh Kristus akan

saling menerima sebagai saudara dalam Kristus.

Perayaan Ekaristi menjadi peristiwa Allah yang sedang mengisahkan cinta-

Nya kepada umat-Nya. Pada pembacaan teks Kitab Suci, Allah hadir dan

berbicara mengenai cinta kasih-Nya yang tiada batas. Dengan iman, umat

Kristiani lahir dan dikuatkan karena Sabda Allah yang didengarkan, serta iman

umat Kristiani diperlukan untuk menjumpai Tuhan yang bangkit dalam Ekaristi

ataupun perjuangan hidup sehari-hari, maka perlu adanya Roh Kudus untuk

menuntun umat Kristiani ke dalam kepercayaan kepada Tuhan Kristus

(Martasudjita, 2012: 27).

Ekaristi sangatlah bermakna bagi perwujudan diri kita. Ekaristi bukanlah

hadiah bagi mereka yang sehat dan kuat, bagi mereka yang mengira hidupnya

tanpa dosa. Ekaristi adalah obat bagi mereka yang sakit, kasih, dan mampu

memberikan pengampunan bagi orang yang berdosa. Ekaristi adalah tempat

dimana orang berdosa dan orang saleh berkumpul menjadi satu untuk mengalami

kebaikan Allah. Mereka tidak lagi saling membandingkan, melainkan mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

25

secara bersama-sama melihat dan mengagumi Allah yang berbelas kasih, yang

datang kepada kita dalam diri Yesus Kristus untuk merayakan perjamuan secara

bersama-sama. Yang paling penting adalah Ekaristi mampu mendamaikan yang

adil dan yang tidak adil dalam diri kita. Dan kita dapat merayakan Ekaristi apabila

secara jujur menerima perdamaian ini dalam hati kita masing-masing (Anselm,

1998:23).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

BAB III

BENTUK-BENTUK INKULTURASI BUDAYA JAWA DAN MAKNA

EKARISTI MALAM JUMAT PERTAMA DI GEREJA HATI KUDUS

TUHAN YESUS GANJURAN YOGYAKARTA

Pada bab III ini, penulis akan menguraikan gambaran singkat Gereja Hati

Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Situasi umum Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran Yogyakarta yang penulis paparkan dalam bab III berdasarkan hasil studi

dokumen. Pokok permasalahan yang diangkat dalam bab III ini adalah bentuk

inkulturasi dan makna penyelenggaraan perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama

di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta. Penulis akan menyusun

menjadi 2 pokok bahasan.

Pokok bahasan yang pertama memaparkan tentang gambaran singkat Gereja

Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta. Pokok bahasan kedua

mengungkapkan penelitian dan pembahasan hasil penelitian mengenai bentuk

inkulturasi dan makna penyelenggaraan perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama

di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta. Untuk memperoleh

data, penulis akan melakukan penelitian sederhana dengan wawancara dan

mengedarkan kuisioner.

A. Keadaan Umum Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta

1. Letak Geografis Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus terletak di 17km Selatan Yogyakarta. Gereja

ini memiliki 8000 jemaat yang tersebar di 12 wilayah yang terdiri dari 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

27

lingkungan. Umat di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus sebagian besar bekerja

sebagai petani, pedagang dan buruh pekerja.

Umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran berasal dari 12 wilayah. 12

wilayah tersebut terdiri dari 54 lingkungan. Berikut data nama wilayah dan nama

lingkungan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang penulis dapatkan dari

sekretariat paroki pada tanggal 3 September 2019.

Tabel 1

No Nama Wilayah No Nama Lingkungan

1. Wilayah Bartholomeus Siten 1. Yusup di Jombok

2. Maria di Sinten tengah

3. Lukas di Sinten Lor

4. Markus di Mandungan

2. Wilayah Franc Xaverius Kanutan 5. Antonius di Jowilayan

6. Michael di Mundu Kauman

7. Ignatius di Gilang

8. Andreas di Santeman Kremen

3. Wilayah Philipus Gondanglipuro 9. Paulus di Gandekan

10. Michael di Kaligondang

11. Barnabas di Jogodayoh

12. Lukas di Gunungan I

13. Markus di Gunungan II

4. Wilayah Paulus Cempoko

Karangmojo Peni (Cakap)

14. Yakobus Minor di Peni

15. Yohanes Pemandi di Karangmojo

I

16. Benedictus di Cempoko

17. Yohanes Rasul di Cempoko

5. Wilayah Markus Kedon Tangkilan

(Ketan)

18. Lukas di Kedon Lor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

28

19. Andreas di Kedon Kidul

20. Chrystophorus di Tangkilan

6. Wilayah Matheus Caben 21. Greg. Magnus di SGM

22. Petrus di Caben Kulon Wetan

23. Yusuf di Tegal Jetis Karang

24. Tarcitius di Karang Bajang

25. Franciscus Zaverius di Bebegan

Destan

26. Yusuf di Gambuhan

27. Ignatius di Nglarang

7. Wilayah Lukas Tambran 28. Petrus di Pundong

29. Yusuf di Jamprit

30. Vincentius di Pundong Kidul I

31. Andreas di Pundong Kidul II

32. Paulus di Paker

33. Yakobus di Tulasan

8. Wilayah Markus Ngiren-iren 34. Paulus di Kepuh

35. Yusuf di Ngiren-iren

36. Victorianus di Warungpring

37. Petrus di Turi Japuhan

38. Lorentius di Cangkring

39. Agustinus di Tempel Selo

9. Wilayah Yusuf Kretek 40. Matheus di Greges

41. Yakobus Mayor di Gading

42. Yohanes di Mriyan

10. Wilayah Yusuf Baros 43. Matheus di Muneng

44. Markus di Baros I

45. Gregorius di Baros II

11. Wilayah Albertus Guntusgeni 46. Paulus di Sanden

47. Petrus di Kuroboyo

48. Simon di Gunturgeni

12. Wilayah Albertus Magnus 49. Petrus di Daleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

29

50. Thomas di Nopaten

51. Robertus Bellarminus di Sabunan

52. Franciscus Asisi di Kauman

53. Petrus di Krekah Karang Anom

54. Bartholommeus di Banjarwaru

2. Sejarah Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta

Sejarah Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran penulis dapatkan dari

sekretariat paroki pada tanggal 3 September 2019. Sejak didirikan, Gereja Hati

Kudus Tuhan Yesus Ganjuran mengadopsi nilai-nilai budaya Jawa seperti

bangunan dari Gereja, pakaian yang digunakan petugas liturgi, bahasa yang

digunakan saat misa, serta pertumbuhan iman umat yang terus berkembang baik

jasmani maupun rohani. Tahun 1920 Ir. Julius Schmutzer menikah dengan

Caroline van Rijckevorsel yang bekerja sebagai perawat dan pekerja sosial.

Kepeduliannya kepada perempuan diwujudkan dengan dibentuknya sekolah dasar

dan asrama untuk kaum perempuan. Beliau juga membuka klinik kesehatan yang

selanjutnya berdiri dengan nama Rumah Sakit St. Elizabeth Ganjuran (yang

selanjutnya dikelola oleh Suster Cinta Kasih Carolus Borromeus). Beliau juga

mendirikan rumah sakit di Yogyakarta yang pernah diberi nama Onder de Bogen.

Sekarang dikenal dengan nama Rumah Sakit Panti Rapih.

Juga pada tahun 1920, Romo Van Driesch, S.J yang pernah mengajar di

Kolese Xaverius di Muntilan, mulai berkhotbah di Ganjuran dan mendirikan

komunitas Katolik di Ganjuran. Hingga tahun 1922 ada sebanyak 22 orang

Katolik keturunan Jawa di Ganjuran; jumlah ini meningkat dengan cepat. Pada

tanggal 16 April 1924 keluarga Schmutzers mendirikan gereja di tanah mereka,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

30

dengan Romo Van Driesch, S.J sebagai pastor pertama. Tahun 1992 Dr. Joseph

Schmutzer dan Ir. Julius Schmutzer, manager Pabrik Gula Ganjuran

Gondanglipuro Bantul, Yogyakarta melaksanakan ajaran sosial gereja (Rerum

Novarum) di pabrik mereka sebagai ucapan syukur mereka kepada Hati Kudus

Tuhan Yesus. Para buruh diperlakukan sebagai rekan kerja (sahabat) dan mereka

tidak hanya menerima gaji melainkan juga keuntungan perusahaan (sebagai bagi

hasil).

Romo Van Driesch, S.J meninggal pada tahun 1934 dan diganti oleh

Romo Albertus Soegijapranata, S.J yang bertugas sekalian sebagai Pastor

Ganjuran dan Bintaran. Pada tahun ini jumlah orang Katolik sudah mencapai

1.350 orang. Keluarga Schmutzer kembali ke Belanda pada tahun yang sama.

Selama Revolusi Nasional Indonesia pabrik gula dibakar habis, tetapi sekolah,

Gereja, dan rumah sakit selamat. Pada tahun 1947 Romo Justinus Darmojuwono,

Pr. mulai menjabat menjadi Pastor sampai tahun 1950 (Utomo, 2011: 14).

Pada tahun 1981 Romo Suryosudarmo, S.J menjabat sebagai Pastor di

Ganjuran dan langsung merenovasi bangunan pastoran menjadi dua tingkat untuk

memperkuat pelayanan Gereja. Pada tahun 1988 Romo Gregorius Utomo, Pr

mulai berkarya dan menggali serta mengembangkan kembali nilai-nilai budaya

Jawa yang telah lama berakar dalam masyarakat. Pada tahun 1990 Konferensi

Federasi Uskup Asia mengadakan sebuah seminar mengenai masalah pertanian

dan petani di Gereja Ganjuran. Sejak 1995 Gereja lebih menekankan

pembangunan candinya melalui sumbangan dari masyarakat dan sudah

menambahkan 15 relief yang menggambarkan Jalan Salib. Relief ini awalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

31

dirancang oleh keluarga Schmutzer. Setelah gereja lama dihancurkan oleh gempa

bumi besar pada bulan Mei 2006, gereja baru dibangun ulang dengan gaya Jawa.

3. Sejarah Bangunan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus

Sejarah bangunan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus penulis dapatkan dari arsip

perpustakaan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta. Sebuah

candi didirikan di Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran pada abad

kemarin dan kini masih digunakan oleh umat Katolik maupun para peziarah dari

berbagai daerah. Bangunan candi ini tidak lepas dari jasa keluarga Schmutzer.

Keluarga Schmutzer tidak hanya hidup dan menolong masyarakat sekitarnya.

Mereka juga mempelajari budaya Jawa. Mereka mengakui dan menghormati

budaya Jawa sebagai salah satu budaya dunia. Mereka mengelola dan mendukung

para penduduk asli yang ahli di bidang mereka masing-masing untuk berdiskusi

dan menciptakan beberapa karya seni inkulturasi, khususnya di bidang inkulturasi

liturgi. Contoh yang paling jelas dan bisa dilihat sampai saat ini adalah pendirian

gedung gereja dan Candi Ganjuran yang keduanya diabdikan kepada Hati Kudus

Yesus.

Candi itu dibangun sebagai suatu tempat suci, mendampingi gedung Gereja

yang telah dibangun sebelumnya, pada tahun 1924. Dalam bahasa Jawa, Candi

yang lebih dikenal sebagai Candi Ganjuran itu disebut Candi Tyas Dalem Sang

Kristus. Pembangunan Candi Ganjuran dimulai pada tanggal 26 Desember 1927,

tanggal ulangtahun pabrik Gondang Lipuro ke 65. Mgr. A.P.F van Velsen

(Vikaris Apostolik Batavia) meletakkan batu pertama dan lebih dari 2 tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

32

kemudian, 11 Februari 1930, ia memberkati Candi. Patung Kristus dalam busana

Raja Jawa yang digambarkan dengan hati terbakar ditempatkan dalam cella, satu-

satunya bilik pada Candi itu. Monumen itu pada saat pemberkatannya

dipersembahkan kepada Yesus Kristus, Raja dari segala raja, yang mencintai

dunia dengan seluruh hati-Nya.

Ajaran utama Kristus tentang cinta kasih diharapkan juga menyebar ke

seluruh umat. Misi Kristiani yang semula diyakini keluarga Schmutzer tetap hidup

dalam komunitas Katolik itu. Mereka bertekad untuk semakin setia mengikuti

Yesus Kristus yang memaklumkan Kerajaan Allah dengan beriman dewasa,

mendalam, missioner, dan memasyarakat selaras dengan situasi budaya Jawa.

Mereka juga semakin membuka diri untuk menerima Allah, mengalami kehadiran

dan belas kasih-Nya baik dalam doa, karya, maupun peristiwa, agar dapat sepenuh

hati mengungkapkan dan mengamalkannya, membela kehidupan dan menjunjung

tinggi martabat manusia, mewujudkan tata penggembalaan yang

mengikutsertakan dan memberdayakan seluruh warga Gereja, dan

mempersembahkan seluruh perjuangan di dunia ini kepada Hati Kudus Tuhan

Yesus.

B. Penelitian dan Hasil Pembahasan Bentuk Inkulturasi Budaya Jawa Pada

Ekaristi Malam Jumat Pertama di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran Yogyakarta

1. Desain Penelitian

a. Latar Belakang Penelitian

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran merupakan salah satu Paroki di

Keuskupan Agung Semarang yang sebagian besar umatnya berasal dari suku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

33

Jawa. Dalam kesehariannya mereka dihidupi oleh tradisi dan kebudayaan Jawa

yang masih sangat kental. Hal ini tercermin dalam cara peribadatan mereka. Bagi

orang Katolik, bentuk peribadatan tersebut diungkapkan secara nyata dalam

perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama. Perayaan Ekaristi malam Jum’at

pertama dilaksanakan sebulan sekali pada minggu pertama. Perayaan Ekaristi

yang dilaksanakan banyak merangkul unsur budaya setempat seperti, pakaian

petugas liturgi, bahasa yang digunakan, dan alat musik untuk mengiringi. Yang

menarik dalam perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran adalah

tempat perayaan Ekaristi di depan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus dan sebelum

perayaan Ekaristi dimulai, ujub-ujub permohonan dibacakan dan ada pengobatan.

Namun, selama penulis mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama

di Ganjuran, sebagian umat sepertinya kurang memahami bentuk inkulturasi

budaya Jawa di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini, penulis mengangkat suatu pokok permasalahan tentang bentuk-

bentuk inkulturasi budaya Jawa di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

Yogyakarta.

b. Tujuan Penelitian

1) Mendapatkan gambaran tentang bentuk dan makna inkulturasi budaya Jawa

pada Ekaristi malam Jum’at pertama di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran Yogyakarta.

2) Mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat

yang di alami umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

34

3) Mendapatkan gambaran bagaimana dapat meningkatkan pelaksanaan Ekaristi

malam Jum’at pertama sehingga umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran semakin lebih bersemangat dan memperoleh makna dari Ekaristi

tersebut.

c. Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

suatu penelitian yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang

holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna dan digunakan untuk meneliti

kondisi objek yang alamiah. Kondisi objek yang alamiah adalah objek yang

berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti

tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut (Sugiono, 2014:13-14).

Untuk mendapatkan data yang valid, penulis akan mengikuti perayaan

Ekaristi malam Jum’at pertama dan melakukan wawancara di halaman Candi Hati

Kudus Tuhan Yesus Ganjuran kepada beberapa umat yang mengikuti perayaan

Ekaristi malam Jum’at pertama serta mengedarkan kuisioner.

d. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu desain ex-post facto.

Penelitian dengan desain ex post-facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk

meneliti suatu peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang

untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono,

2014:50). Dalam ex post-facto ini, penulis tidak perlu lagi memberi perlakuan

pada sampel yang akan diteliti karena sampel sudah mendapat perlakuan. Dalam

penelitian ini masalah yang diteliti adalah bentuk-bentuk inkulturasi budaya Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

35

dan makna Ekaristi malam Jum’at pertama di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran Yogyakarta.

e. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara,

pengamatan, daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi.

Untuk menggunakan cara yang telah ditentukan (pengamatan, wawancara,

kuisioner, dokumentasi) dibutuhkan alat yang dipakai untuk mengumpulkan data.

Alat itulah yang kita sebut instrumen penelitian. Dalam pelaksanaannya

wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (Gulo, 2000:83). Pertanyaan-

pertanyaan interaktif dalam wawancara diharapkan dapat mencapai tujuan

penelitian. Hasil wawancara akan direkam menggunakan Handphone sementara

peneliti berfokus pada proses wawancara. Jadi, penelitian akan dilakukan oleh

peneliti sendiri sebagai instrumen dan mewawancarai responden yaitu beberapa

umat yang mengikuti perayaan Ekaristi malam Jumat pertama di Paroki Hati

Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta.

f. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah umat yang mengikuti perayaan

Ekaristi malam Jum’at pertama di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

Yogyakarta. Peneliti akan mengambil responden sebanyak 15 orang secara acak

sesuai dengan kriteria yang penulis harapkan. Peneliti akan menggunakan teknik

Random Sampling. Menurut Sugiyono (2014:57) teknik Random Sampling adalah

teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Peneliti diharapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

36

bisa menggali secara mendalam dan akhirnya bisa mendapatkan data serta lebih

memahami apa yang menjadi harapan para umat.

g. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 dan 31 Oktober 2019 dan

dilaksanakan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta.

h. Fokus Penelitian

Sugiyono (2014: 60) menjelaskan fokus penelitian sebagai “segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan.” Dalam hal

ini fokus yang akan diteliti adalah:

1) Gambaran mengenai bentuk dan makna inkulturasi budaya Jawa pada malam

Jum’at pertama di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta.

2) Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam perayaan Ekaristi malam

Jum’at pertama yang dialami umat.

3) Harapan umat untuk lebih meningkatkan pelaksanaan Ekaristi yang

inkulturatif.

i. Kisi-kisi Penelitian

Tabel 2

No Variabel Indikator Jumlah Nomor

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Bentuk inkulturasi

budaya jawa

a. Bentuk inkulturasi

budaya jawa

b. Makna Ekaristi

malam Jum’at

pertama

1 soal 1

2

2 a. Faktor pendukung

Ekaristi

Faktor pendukung dalam

Ekaristi malam Jum’at

1 soal 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

37

pertama

b. Faktor penghambat

Ekaristi

Faktor penghambat

dalam Ekaristi malam

Jum’at pertama

1 soal 4

3 Harapan program a. Harapan terhadap

Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus

Ganjuran

b. Harapan terhadap

umat yang mengikuti

Ekaristi malam

Jum’at pertama

1 soal

1 soal

5

6

j. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data atau analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan mengedarkan angket. Analisis data dilakukan

dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan

sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain (Sugiyono, 2014: 334-335).

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang berupa

wawancara. Jumlah responden yang diwawancari 15 orang. Penulis memilih

responden secara acak sesuai dengan teknik random sampling. Penelitian

dilaksanakan 2 kali pada tanggal 3 dan 31 Oktober 2019. Penulis melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

38

wawancara sebelum dan sesudah Perayaan Ekaristi Malam Jum’at Pertama.

Durasi wawancara yang penulis laksanakan ± 20 sampai 30 menit.

1. Bentuk inkulturasi budaya Jawa dan makna Ekaristi malam Jum’at pertama

a. Bentuk Inkulturasi Budaya Jawa

Berdasarkan hasil wawancara, R 4 menjawab yang menjadi ciri khas dalam

Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran adalah unsur kebudayaan Jawa yang

sangat kuat, seperti pakaian yang digunakan, musik, dan bahasa yang digunakan.

Jawaban tersebut didukung oleh R 2, R 7, R 8, R 9, R 10, R 12, R 13, dan R 15

(Lampiran transkip wawancara) yang juga mengatakan bahwa inkulturasi budaya

Jawa masih melekat dan nampak saat perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama.

Selain itu, R 10 juga mengatakan bahwa tata perayaan Ekaristi yang sangat kental

akan budaya Jawa juga amat nampak dalam perayaan Ekaristi malam Jum’at

pertama di Ganjuran.

Menurut R 1, inkulturasi budaya Jawa terletak pada bangunan, arsitektur

Gereja, ornamen yang digunakan saat misa, iringan musik gamelan, pakaian

petugas liturgi, serta adat yang digunakan saat perayaan Ekaristi. Sedangkan

menurut R 3, R 5, R 6, R 14, dan R 11 (Lampiran transkip wawancara) inkulturasi

budaya Jawa hanya terdapat pada iringan musik, lagu, dan pakaian adat Jawa.

Tetapi ada responden R 3 yang memaknai inkulturasi sebagai penghubung antara

kebudayaan dengan penghayatan iman. Yang dimaksud penghubung disini adalah

dengan adanya inkulturasi, saya merasa bahwa pesan Injil yang ingin disampaikan

dapat tersampaikan dengan baik dan diterapkan dalam hidup sehari-hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

39

(Lampiran transkip wawancara). R 6 juga mengatakan bahwa inkulturasi berperan

sangat penting, karena dengan memaknai inkulturasi kebudayaan dengan Injil,

iman umat semakin tumbuh dan berkembang untuk melayani dan peduli kepada

sesama.

Berdasarkan hasil wawancara, beberapa responden sudah sungguh-sungguh

memahami bentuk inkulturasi budaya Jawa sebagai penghubung untuk memaknai

dan menyampaikan pesan Injil. Tetapi ada beberapa umat yang melihat bentuk

inkulturasi dari fisiknya saja, seperti; pakaian, ornamen, instrumen, bahasa, dll.

b. Makna Ekaristi Malam Jum’at Pertama

Berdasarkan hasil wawancara, R 4 memaknai Ekaristi malam Jum’at pertama

sebagai devosi kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Melalui Ekaristi, ia menjadi

lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, hidupnya menjadi lebih

tenang, doa-doa yang ia haturkan terkabul. Ia juga mengatakan bahwa ia semakin

dekat dengan Tuhan. Jawaban tersebut didukung oleh R 7, R 9, R 10, dan R 15

yang sangat menghormati Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran (Lampiran

transkip wawancara).

Menurut R 2, setelah ia mengikuti Ekaristi malam Jum’at pertama di

Ganjuran, doa-doa (ungkapan syukur dan permohonan) yang ia haturkan dapat

terkabulkan. Selama mengikuti perayaan Ekaristi, imannya semakin tumbuh dan

berkembang serta semakin dimantapkan untuk melayani sesama dan Tuhan. Yang

dimaksudkan imannya tumbuh dan berkembang adalah bisa bersatu dengan

Tuhan, lebih bersemangat dalam mengikuti Ekaristi, dan lebih peduli terhadap

sesama. Jawaban ini juga didukung oleh R 8, R 12, R 13, dan R 14 yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

40

kemudian ditambahkan bahwa selama mereka mengikuti perayaan Ekaristi,

mereka merasa tenang, mendapatkan pencerahan, lebih dekat dengan Tuhan dan

Bunda Maria, serta hidupnya menjadi lebih bersemangat.

Menurut R 1, melalui perayaan Ekaristi dirinya merasa tenang, tidak mudah

gelisah, semakin rendah hati, membuat dirinya terdorong untuk lebih jujur, rela

berkorban, pantang menyerah, lebih bersemangat dalam menjalani hidup, dan

imannya semakin diteguhkan. Ekaristi menunjukkan bahwa Kristus hadir dalam

rupa roti dan anggur. Jawaban ini didukung oleh R 3 dan R 6 (Lampiran transkip

wawancara). Tetapi ada responden lain R 5 dan R 11 yang merasa bahwa belum

mendapatkan sesuatu yang membuat dirinya dapat memaknai Ekaristi malam

Jum’at pertama di Ganjuran.

Berdasarkan hasil wawancara, umat yang mengikuti perayaan Ekaristi malam

Jum’at pertama di Ganjuran merasa imannya semakin tumbuh dan berkembang.

Hal ini disadari oleh umat Kristiani karena kita semua terpanggil untuk melayani

Tuhan dan sesama. Misalnya, umat bisa mewartakan kabar gembira, memberikan

cinta kasih, saling mengasihi, peduli, gotong-royong. Selain itu mereka juga

memiliki semangat hidup untuk menjalani kehidupannya sehari-hari. Namun,

perasaan tenang dan nyaman belum mencukupi untuk mengukur buah utama dari

perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Ekaristi Malam Jum’at Pertama

a. Faktor Pendukung

Berdasarkan hasil wawancara R4 mengatakan bahwa ia merasa tertarik

dengan ornamen-ornamen serta candi yang ada di Ganjuran. Selain itu, suasana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

41

yang mendukung, tempat yang sejuk dan tenang membuat ia semakin nyaman

untuk berdoa dan mengikuti Ekaristi. Sedangkan R 7 dan R 10 mempunyai

semangat untuk hadir dan mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama. R

9 dan R 15 memiliki niat dari dalam diri untuk selalu hadir dan mengikuti Ekaristi

malam Jum’at pertama (Lampiran transkip wawancara).

R 2 mengatakan yang menjadi faktor pendukung adalah lingkungan sekitar

yang mengajak ia untuk mengikuti Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran. Ia

juga mengatakan bahwa keniatan hati untuk hadir dan mengikuti Ekaristi menjadi

faktor utamanya. Kemudian R 8 dan R 12 mengungkapkan bahwa perayaan

Ekaristi dengan menggunakan inkulturasi budaya Jawa dapat membawa suasana

hati semakin tenang. Jawaban ketiga responden tersebut didukung oleh responden

lainnya R 13 dan R 14 (Lampiran transkip wawancara).

R 1 mengungkapkan bahwa susunan liturgi, suasana, musik liturgi, pakaian

adat, ketenangan, keniatan hati menjadi faktor pendukungnya. Kehadiran umat

dari berbagai kota membuat dirinya semakin bersemangat dan berbondong-

bondong untuk mengikuti Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran. Jawaban

tersebut didukung oleh R 3, R 5, dan R 6 (Lampiran transkip wawancara). Selain

iru, menurut R 11 teman serta keluarga yang terus-terusan mengajak sekaligus

memberikan dorongan untuk mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama

di Ganjuran menjadi faktor pendukungnya.

Faktor pendukung dalam perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di

Ganjuran menjadi daya tarik bagi umat yang hadir dan mengikuti perayaan

Ekaristi. Sebagian responden mengungkapkan bahwa suasana yang nyaman,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

42

tenang, sejuk, serta menggunakan inkulturasi budaya Jawa membuat dirinya

semakin memiliki semangat untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Keniatan dalam

diri untuk mengikuti perayaan Ekaristi memilki kekuatan tersendiri untuk hadir

dan mengikuti Ekaristi malam Jum’at pertama.

b. Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil wawancara R 4 mengatakan bahwa yang menjadi

penghambat utama adalah jarak yang jauh, sering rebutan kendaraan dengan

adiknya, waktu yang sering bertabrakan dengan kegiatan atau acara lain dan tidak

ada teman untuk menemani misa. R 7 dan R 9 menambahkan bahwa situasi

Gereja yang dekat dengan jalan raya sehingga membuat agak bising, dan umat

yang terkadang lupa untuk menonaktifkan alat elektronik sehingga suasana kurang

hikmat. Jawaban tersebut didukung oleh R 10, dan R 15 (Lampiran transkip

wawancara).

R 2 mengatakan bahwa pembacaan ujub yang cukup banyak membuat dirinya

merasa bosan. Jawaban tersebut didukung oleh R 13 (Lampiran transkip

wawancara). Menurut R 8 yang menjadi faktor penghambat adalah durasi misa

yang cukup lama sehingga membuat dirinya mudah ngantuk. Sedangkan menurut

R 12 dan R 14 mereka mudah lelah karena tidak ada tempat untuk bersender dan

kaki mudah semutan.

R 1 mengungkapkan bahwa terkadang malas, memiliki kesibukan yang tidak

bisa ditinggalkan, mudah ngantuk, cuaca yang terkadang tidak mendukung,

sampai rumah tengah malam, dan terkadang tidak mengerti dengan bahasa Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

43

krama. Jawaban tersebut didukung oleh R 3, R 5, R 6, R 11 (Lampiran transkip

wawancara).

Faktor penghambat di atas dapat dijadikan keprihatinan agar di kemudian hari

perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama dapat berjalan dengan lebih baik lagi,

sehingga umat yang hadir dan mengikuti perayaan Ekaristi benar-benar merasakan

kehadiran Yesus Kristus.

3. Harapan Program

a. Harapan Supaya Dilakukan oleh Paroki Ganjuran Untuk Meningkatkan

Ekaristi Malam Jum’at Pertama

Berdasarkan hasil wawancara, R 4 mempunyai harapan supaya Ekaristi tidak

hanya dilaksanakan pada malam Jum’at saja tetapi bisa diselenggarakan pada

Jum’at sore. Sedangkan R 7 dan R 9 berpendapat bahwa Paroki seharusnya

merangkul anak-anak muda untuk mau ikut ambil bagian dalam perayaan Ekaristi

malam Jum’at pertama. R 10 dan R 15 mengemukakan perlunya meningkatkan

pemahaman umat mengenai makna Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran.

R 2 berpendapat bahwa tetap selalu dilaksanakan Ekaristi pada malam Jum’at

pertama karena sudah menjadi ciri khas dari Paroki Ganjuran, kemudian ia juga

berpendapat bahwa inkulturasi budaya Jawa pada Ekaristi malam Jum’at pertama

juga harus tetap dijaga kelestariannya karena dapat menyampaikan pesan-pesan

Injil dengan baik. R 12 dan R 13 berpendapat bahwa perlunya dibuatkan tratak

atau tenda untuk mengantisipasi ketika hujan turun. Sedangkan R 8 dan R 14

hanya berharap perlunya tambahan sound system supaya suaranya dapat terdengar

sampai di dalam Gereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

44

R 1 menyampaikan bahwa perlunya suatu kegiatan yang berisi penjelasan

tentang makna Ekaristi malam Jum’at pertama serta inkulturasi budaya yang

digunakan. Harapan tersebut bertujuan supaya umat tidak hanya hadir dan

mengikuti Ekaristi, namun betul-betul memahami makna dari perayaan Ekaristi

dengan menggunakan inkulturasi budaya setempat. Jawaban tersebut di dukung

oleh R 3 dan R 11 (Lampiran transkip wawancara). Sedangkan R 5 dan R 6 hanya

berpendapat supaya adanya penerjemahan ke bahasa Indonesia di dalam buku

panduan misa (Lampiran transkip wawancara).

Umat yang menghadiri dan mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at

pertama di Ganjuran terdiri dari berbagai kalangan dan berbagai daerah. Umat

yang hadir tidak hanya berasal dari Paroki Ganjuran saja, melainkan berasal dari

berbagai Paroki dan berbagai Keuskupan. Oleh sebab itu dapat ditegaskan

kembali bahwa harapan umat adalah memiliki buku panudan yang sudah ada

terjemahan Indonesia, menambah sound system serta memiliki tenda untuk

mengantisipasi ketika hujan turun.

b. Harapan Diri Sendiri Untuk Meningkatkan Ekaristi Malam Jum’at Pertama di

Ganjuran

Berdasarkan hasil wawancara, R 4 berpendapat bahwa perlunya semangat

dalam diri sendiri untuk lebih rajin mengikuti Ekaristi malam Jum’at pertama di

Ganjuran. Bukan hanya semangat saja, namun semangat dalam diri sendiri juga

harus ada. Jawaban tersebut didukung oleh R 9 dan R 15 (Lampiran transkip

wawancara). R 7 dan R 10 berpendapat bahwa perlunya keberanian diri untuk

berangkat sendiri ke Gereja karena jalan yang gelap dan sepi (Lampiran transkip

wawancara).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

45

R 2 mengungkapkan bahwa perlunya pemahaman mengenai bahasa yang

digunakan pada saat misa supaya lebih mengerti dan menghayati perayaan

Ekaristi. R 12 menambahkan bahwa ia ingin belajar bahasa Jawa krama supaya ia

mengerti apa yang disampaikan oleh Romo. Jawaban tersebut didukung oleh R 13

dan R 14 (Lampiran transkip wawancara). Sedangkan menurut R 8 ia hanya ingin

mengajak umat dari parokinya untuk sekali-kali mengikuti perayaan Ekaristi

malam Jum’at pertama di Ganjuran (Lampiran transkip wawancara).

R 1 menyampaikan bahwa dari apa yang sudah ia dapatkan selama Ekaristi

berlangsung, ia refleksikan dan maknanya dapat ia wujudnyatakan di dalam

kehidupan sehari-hari. Jawaban tersebut didukung oleh R 11 (Lampiran transkip

wawancara). R 11 juga menambahkan bahwa apa yang sudah disampaikan pada

saat homili sebisa mungkin diterapkan dalam kehidupan kita. Sedangkan R 3

berpendapat bahwa ia ingin lebih rajin lagi untuk doa senusantara yang dianjurkan

oleh romo Utomo, karena menurutnya, dengan doa senusantara ia bisa mendoakan

orang-orang dari kejauhan. Sedangkan R 5 dan R 6 merasa bahwa dirinya belum

ada niatan apa-apa (Lampiran transkip wawancara).

Penulis menegaskan kembali bahwa umat dapat menjadikan Ekaristi sebagai

sumber dan puncak hidup. Dengan memiliki semangat yang membara, mereka

tidak lagi merasa malas untuk hadir dan mengikuti perayaan Ekaristi Jum’at

pertama di Ganjuran walaupun jarak yang jauh dan tidak ada teman. Rasa malas

akan selalu hadir kalau tidak dilawan. Dengan demikian harapan umat untuk

mengubah hidupnya menjadi lebih baik dapat terwujud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

46

3. Kesimpulan Penelitian

Inkulturasi budaya Jawa dalam perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di

Ganjuran memiliki peran yang sangat besar dalam hal penghayatan iman dan

liturgi Ekaristi. Nilai-nilai Injil yang disampaikan melalui homili dapat

terealisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Inkulturasi dapat membantu umat

dalam memahami pesan atau makna dari bacaan Injil, karena dalam inkulturasi ini

dilakukan dengan proses budaya dimana terdapat tahap-tahap atau prosesi yang

harus disesuaikan dengan budaya Jawa. Inkulturasi juga merupakan relasi antara

Injil dan kebudayaan yang bersifat kreatif, hal ini sangat penting untuk

menciptakan suasana yang menarik dan tidak membosankan, sehingga

memberikan motivasi untuk lebih bersemangat menjalani kehidupan sehari-hari.

Dalam perayaan Ekaristi dengan menggunakan inkulturasi budaya Jawa

diharapkan umat semakin peduli, tolong menolong, melayani sesama, dan

terdorong untuk berbuat cinta kasih terhadap sesama.

Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran menunjukkan kehadiran Kristus

dalam rupa roti dan anggur. Hal ini terlihat bahwa umat percaya roti dan anggur

yang diterima adalah tubuh dan darah Kristus. Dengan ini umat yakin bahwa

kristus hadir ditengah-tengah mereka. Selain itu, Ekaristi malam Jum’at pertama

juga mengajak umat untuk menghaturkan doa kepada Hati Kudus Tuhan Yesus.

Dalam mengikuti Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran, umat dapat

mengucap syukur atas rahmat dan berkat yang sudah diterima. Dari Ekaristi

malam Jum’at pertama di Ganjuran, umat mendapatkan kekuatan dan semangat

baru untuk melaksanakan kehendak Tuhan. Selain itu, melalui doa senusantara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

47

yang dibawakan oleh Romo Utomo, umat dapat menerima berkat dari tangan

kanan dan bisa mendoakan serta menjamah orang-orang yang akan di doakan

melalui tangan kirinya. Hal ini terlihat bahwa umat merasa setelah mengikuti

perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran memiliki semangat baru dan

dorongan untuk melaksanakan kehendak Tuhan.

Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat umat dalam

mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran. Faktor

pendukung tersebut antara lain; keluarga/teman/kolega yang selalu mengajak dan

mengingatkan, suasana yang nyaman, tenang, sejuk, dan penuh penghayatan.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah jarak jauh, cuaca yang terkadang kurang

mendukung, dan Ekaristi selesai hingga larut malam.

Penulis juga menemukan harapan-harapan umat supaya dapat meningkatkan

perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran. Ekaristi dengan

menggunakan inkulturasi budaya Jawa harus tetap dipertahankan supaya pesan

Injil dapat tersampaikan dengan baik. Namun, ada beberapa umat yang belum

mengerti mengenai Ekaristi yang inkulturatif, sehingga perlu diberi pemahaman.

Ada juga yang berpendapat bahwa sebaiknya Ekaristi dapat dimulai lebih awal

supaya selesainya tidak terlalu malam dan diberi atap/tenda supaya kalau hujan,

Ekaristi tetap terlaksana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

BAB IV

USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN INKULTURASI

BUDAYA JAWA PADA SAAT PERAYAAN EKARISTI MALAM JUMAT

PERTAMA DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN

YOGYAKARTA

Pada bab III penulis telah menyampaikan hasil penelitian mengenai bentuk

inkulturasi dan makna Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran. Berdasarkan

dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa inkulturasi memiliki peran penting dalam

menyampaikan pesan Injil kepada umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi

malam Jumat pertama di Ganjuran. Selain itu, Ekaristi malam Jumat pertama di

Ganjuran memiliki daya tarik umat dari paroki lain untuk mengikuti perayaan

tersebut. Namun, responden menyadari bahwa perayaan Ekaristi dalam inkulturasi

belum terlalu dipahami oleh umat, maka responden memiliki harapan supaya

inkulturasi dalam perayaan Ekaristi dapat semakin dipahami dan dihayati.

Pada bab IV ini penulis akan memaparkan usulan kegiatan untuk membantu

umat lebih memahami dan menghayati inkulturasi dalam Ekaristi dengan

sungguh-sungguh dan mendalam. Bab IV ini terdiri dari latar belakang kegiatan,

tujuan kegiatan, usulan tema dan penjelasannya, matriks dan penjabaran proses

kegiatan.

A. Latar Belakang Kegiatan

Setelah melakukan penelitian di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran,

penulis melihat bahwa keprihatinan yang terjadi ialah mengenai pemahaman umat

yang masih kurang mengenai inkulturasi dalam Ekaristi. Melihat keprihatinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

49

tersebut penulis tergerak untuk membantu umat memahami pentingnya perayaan

Ekaristi menggunakan inkulturasi. Penulis membuat usulan kegiatan rekoleksi

untuk umat yang pernah mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di

Ganjuran.

Usulan kegiatan tersebut tumbuh dari keprihatinan yang terjadi dan dirasakan

oleh responden. Beberapa responden mengatakan bahwa perayaan Ekaristi dengan

menggunakan inkulturasi budaya sangatlah tepat, akan tetapi pemahaman umat

mengenai Ekaristi dan inkulturasi belum begitu dipahami dan dimaknai. Maka

dari itu penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi. Rekoleksi sebagai jembatan umat

untuk memahami dan memaknai Ekaristi dan inkulturasi. Ada banyak makna yang

terkandung dalam Ekaristi dan inkulturasi. Rekoleksi juga diharapkan dapat

membantu umat untuk memiliki semangat hidup yang Ekaristis, yaitu berpusat

kepada Yesus Kristus.

Ecclesia de Eucharistia art. 9 menjelaskan bahwa Ekaristi merupakan

kehadiran Kristus yang menyelamatkan dalam komunitas umat beriman.

Pengertian tersebut menandakan bahwa Ekaristi harus benar-benar dihayati karena

Yesus sungguh hadir untuk menyelamatkan manusia. Sedangkan inkulturasi

merupakan perjumpaan yang berkelanjutan antara iman Kristiani dengan

kebudayaan. Tentu yang menjadi pusatnya adalah Yesus Kristus. Oleh sebab itu

dalam proses kehidupan sehari-hari, umat diharapkan menemukan kehadiran

Tuhan dan mengimani Yesus Kristus (Heryatno, 20014:124).

Oleh karena itu penulis mengupayakan usulan kegiatan rekoleksi demi

menjawab kebutuhan responden. Melalui kegiatan tersebut, umat diajak untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

50

semakin memahami dan memaknai Ekaristi dan inkulturasi. Dengan memahami

dan memaknai Ekaristi dan inkulturasi, umat akan semakin menghidupi nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya sehingga kehidupan beriman umat semakin tumbuh

dan berkembang.

B. Tema dan Tujuan Rekoleksi

Penulis mengusulkan tema rekoleksi yaitu “Menghayati Ekaristi yang

Inkulturatif”. Pemilihan tema ini bertitik tolak dari hasil penelitian dan kekhasan

Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran. Umat yang datang dari beberapa

daerah memiliki harapan lebih untuk menghayati inkulturasi dalam perayaan

Ekaristi sebagai dasar untuk lebih bersemangat menjalani kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari kegiatan rekoleksi ini adalah supaya umat lebih memahami,

menghayati, dan memaknai inkulturasi dalam perayaan Ekaristi, sehingga iman

umat semakin mengakar, tumbuh, dan berkembang.

C. Peserta

Sasaran dari kegiatan ini adalah umat yang hadir mengikuti perayaan Ekaristi

malam Jum’at pertama di Ganjuran dan prodiakon.

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Rekoleksi akan dilaksanakan di Pendopo Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran pada hari Sabtu, 1 Agustus 2020 pukul 08.00-16.30 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

51

E. Gambaran Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan rekoleksi ini bertolak dari pengalaman iman umat yang

menghayati perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran dalam hidup

sehari-hari. Melalui kegiatan rekoleksi ini, diharapkan peserta bisa saling berbagi

inspirasi, meneguhkan iman satu sama lain, dan semakin menghayati iman di

dalam hidup sehari-hari sehingga iman umat semakin mengakar, tumbuh, dan

berkembang. Peserta yang akan mengikuti rekoleksi ini adalah umat yang pernah

mengikuti dan hadir dalam Perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

52

F. Matriks Kegiatan Rekoleksi

Tema = Menghayati Earisti yang Inkulturatif

Tujuan = Supaya umat lebih memahami, menghayati, dan memaknai inkulturasi dalam perayaan Ekaristi, sehingga

iman umat semakin mengakar, tumbuh, dan berkembang.

Tabel 3

No. Waktu Judul Pertemuan Tujuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

1. 08.00-08.30

WIB

Registrasi peserta Mendata

kembali dan

mengecek

kehadiran

peserta

Presensi

Ballpoint

2. 08.30-08.45

WIB

Pengantar dan doa

pembuka

Umat

memahami

tujuan dari

kegiatan

rekoleksi yang

diadakan

Menyampaikan

tema dan

tujuan

rekoleksi

Informasi Mic

Speaker

3. 08.45-09.45

WIB Sesi I

Sharing

pengalaman umat

tentang Ekaristi

malam Jum’at

Supaya umat

saling

memperkaya,

memperdalam,

dan

Pengalaman

umat

Refleksi dan

berbagi

pengalaman

Laptop

Proyektor

Mic

Speaker

Pengalaman umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

53

pertama di

Ganjuran

menemukan

manfaat dari

Ekaristi

malam Jum’at

pertama di

Ganjuran.

4. 09.45-10.00

WIB

Break

5. 10.00-11.45

WIB Sesi II

Hakikat inkulturasi

dan makna Ekaristi

Agar peserta

semakin

menyadari

pentingnya

hakikat

inkulturasi

dan makna

Ekaristi

sehingga lebih

bersemangat

menjalani

kehidupan

sehari-hari dan

melayani

sesama.

Hakikat

Inkulturasi

Makna

Ekaristi

Refleksi

Berbagi

pengalam

an

Informasi

Tanya

jawab

Mic

Speaker

Laptop

Proyektor

Martasudjita,

E. (2003).

Ekaristi:

Sakramen-

sakramen

Gereja,

tinjauan

teologis,

liturgis, dan

pastoral.

Yogyakarta:

Kanisius.

Heryatno

Wono

Wulung, F.X.

2000.

Katekese

sebagai

Momen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

54

Penting

Inkulturasi

dalam

Katekese

pada

millennium

III: Quo

Vadis?.

Yogyakarta:

Universitas

Sanata

Dharma.

6. 11.45-12.30

WIB

Makan siang

7. 12.30-14.00

WIB Sesi III

Tindakan konkret

Agar peserta

membuat

tindakan

konkret yang

bisa

diterapkan

dalam

kehidupan

sehari-hari

Mengumpulkan

pengalaman

dan berbagi

pengalaman

Berbagi

pengalaman Laptop

Proyektor

Mic

Speaker

8. 14.00-14.30

WIB

Peneguhan dan

penutup

Peneguhan

dan doa

penutup

Ucapan

terimakasih

dan doa

penutup

Mic

Speaker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

55

G. Satuan Pertemuan Sesi II

1. Tema : Menghayati Ekaristi yang Inkulturatif.

2. Tujuan : Supaya umat lebih memahami, menghayati, dan

memaknai inkulturasi dalam perayaan Ekristi, sehingga

iman umat semakin mengakar, tumbuh, dan berkembang.

3. Materi : Makna Ekaristi dab Hakikat Inkulturasi.

4. Pukul : 10.00-11.45 WIB.

5. Metode : Refleksi, berbagi pengalaman, informasi, tanya jawab.

6. Sumber Bahan : Martasudjita, E. (2003). Ekaristi: Sakramen-sakramen

Gereja, tinjauan teologis, liturgis, dan pastoral.

Heryatno Wono Wulung, F.X. (2000). Katakese sebagai

Momen Penting Inkulturasi dalam Katakese pada

millennium III: Quo Vadis?

7. Sarana : Mic, Speaker, laptop, proyektor.

8. Pengembangan Langkah-langkah:

a. Pengantar

Bapak/Ibu dan saudara-saudari sekalian pada kesempatan ini kita patut

bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya yang membukakan hati

kita untuk berkumpul di tempat ini. Pada kesempatan kali ini, kita semua akan

belajar bersama-sama untuk lebih mendalami makna dari perayaan Ekaristi dan

hakikat dari inkulturasi. Terimakasih atas kehadiran bapak/ibu dan

saudara/saudari serta kesediaan paroki yang telah memberikan kesempatan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

56

berharga ini. Tanpa bantuan serta kerjasama kita semua, kesempatan kali ini tidak

mungkin akan terjadi pada hari ini.

Sebagai umat kristiani, kita semua mengetahui bahwa Ekaristi termasuk

dalam tujuh sakramen di Gereja Katolik. Kita juga mengetahui bahwa Ekaristi

adalah sakramen yang paling pokok dalam hidup kita. Ekaristi menjadi sumber

dan puncak hidup umat beriman. Namun tak jarang kita menemui umat Kristiani

yang kurang menghayati makna dari perayaan Ekaristi. Pemahaman umat yang

kurang, membuat perayaan Ekaristi kurang dihayati dan dimaknai.

Perayaan Ekaristi dengan menggunakan inkulturasi budaya setempat dapat

membawa semangat baru dan suasana yang berbeda. Inkulturasi dalam perayaan

Ekaristi dijadikan sebagai jembatan umat agar lebih menghayati dan memaknai

dari perayaan Ekaristi. Akan tetapi masih ada umat yang belum begitu mengetahui

hakikat dari inkulturasi tersebut. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini kita

bersama-sama mendalami Ekaristi yang inkulturatif.

b. Doa Pembuka

Selamat pagi ya Bapa kami mengucapkan syukur kepada-Mu atas segala

anugerah yang Engkau berikan kepada kami pada hari ini. Terimakasih pula

karena kami dapat berkumpul di tempat ini dengan keadaan sehat jasmani dan

rohani untuk mengikuti kegiatan rekoleksi. Pada kesempatan kali ini kami akan

bersama-sama mendalami makna Ekaristi dan hakikat inkulturasi. Maka kami

mohon kepada-Mu utuslah Roh Kudus-Mu di tengah-tengah kami sehingga hati

kami semakin diteguhkan. Semoga acara pada hari ini dapat berjalan dengan

lancar sesuai dengan apa yang telah kami siapkan. semua doa serta harapan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

57

kami sampaikan kepada-Mu melalui perantaraan Putera-Mu Tuhan kami Yesus

Kristus. Amin.

c. Tayangan

Video “Makna Ekaristi Jumat pertama” dan “Sakramen Ekaristi”

d. Pendalaman Tayangan

Pendamping mengajak peserta untuk menonton dua cuplikan video. Setelah

itu, pendamping mengajak peserta untuk membentuk kelompok 4-5 orang dengan

menjawab pertanyaan berikut:

1) Menurut anda, apa yang anda dapatkan dari kedua video tersebut?

2) Menurut anda, apa saja inspirasi yang muncul dari kedua video tersebut

bagi hidup anda?

3) Bagaimana pengalaman anda masing-masing?

e. Pleno

Pendamping meminta masing-masing kelompok untuk membagikan hasil

sharing mereka.

f. Pengayaan tentang Makna Ekaristi dan Hakikat Inkulturasi

1) Makna Ekaristi

Ekaristi ingin mengungkapkan pujian syukur atas penyelamatan

Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus, sebagaimana berpuncak

dalam peristiwa wafat dan lebangkitan Kristus. Dengan pujian syukur itu,

Gereja mengenangkan (yang artinya: menghadirkan) misteri penebusan

Kristus itu sekarang ini dan di sini. Dalam kehidupan umat kristiani, hal

ini sudah tidak asing lagi. Ekaristi yang mereka ikuti meruapakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

58

ungkapan syukur mereka atas penyelamatan Allah yang telah menebus

dosa manusia melalui peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus

Kristus. (Martasudjita, 2005:29)

Ekaristi dapat dipahami sebagai “sumber dan puncak”, karena

melalui Ekaristi tampaklah pengungkapan diri Gereja sebagai sakramen

Kristus yang paling mendasar, karena dalam Ekaristi persatuan dengan

Kristus dan tentu saja juga dengan seluruh umat, ditampilkan dalam

tanda (Madya Utama, 2016:20). Kesatuan antara umat dan Kristus itu

terbentuk secara nyata, melalui Ekaristi umat dipersatukan dengan

Kristus yang hadir di dalam perayaan Ekaristi. umat yang hadir dan

menghayati Ekaristi secara penuh akan menemukan Kristus dalam rupa

roti dan anggur.

Dalam Sakramen Ekaristi yang ada bukan bukan lagi roti dan

anggur, tetapi Tubuh dan Darah Tuhan. Kehadiran Kristus dalam roti dan

anggur ini dimengerti terjadi secara penuh. Kehadiran Kristus dalam

Ekaristi juga bersifat tetap, artinya bukan selama perayaan saja atau

selama di santap. Artinya, roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi itu

tetaplah tubuh dan darah Kristus. Itulah sebabnya Gereja Katolik

mempunyai tradisi untuk menyimpan Sakramen Mahakudus (Prasetya,

2008: 75).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

59

2) Hakikat Inkulturasi

Pada hakikatnya, inkulturasi merupakan perjumpaan yang bersifat

berkelanjutan antara iman Kristiani dengan kebudayaan, dan Yesus

Kristus sebagai pusatnya. Dengan demikian dalam proses inkulturasi

harus nampak bagaimana jemaat di dalam pergulatan hidupnya sehari-

hari mengimani Kristus dan menemukan kehadiran-Nya dalam segala

aspek kehidupannya. Pernyataan tersebut didukung dengan penegasan

dari Lane (Heryatno, 2000:124) bahwa pada intinya inkulturasi

merupakan perjumpaan antara kebudayaan dan Injil yang saling mengisi,

mempengaruhi dan membentuk. Oleh karena itu, budaya dan Injil tidak

bisa dipisahkan.

Di dalam artikel Heryatno (2000:123) juga mengatakan bahwa iman

tidak terpisahkan dari kebudayaan karena kenyataan hidup manusia dan

dunia bagi orang beriman tidak pernah lepas dari relasinya dengan Dia

yang menjadi sumber kehidupan sendiri. Manusia tidak dapat memahami

dunia dan kenyataan hidupnya, mencapai kepenuhan dan mengalami

kebahagiaan hidupnya tanpa menjawab pertanyaan tentang relasinya

dengan yang ilahi.

Inilah yang disebut sebagai hakikat inkulturasi, yaitu membantu

jemaat Kristiani agar iman mereka meresap masuk ke dalam inti hidup

sehingga membentuk dan menjiwai seluruh pengalaman pergulatan

mereka. Karena iman yang belum menjadi kebudayaan merupakan iman

yang belum sepenuhnya diterima dan dihidupi secara sungguh-sungguh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

60

oleh umat (Heryatno, 2000:123) atau dengan kata lain iman seseorang

harus benar-benar tercermin dalam kesehariannya. Usaha memahami

hakikat kebudayaan dan hubungannya yang tidak terpisahkan dengan

iman membantu kita untuk sampai pada pengertian yang benar tentang

esensi inkulturasi.

g. Tanya jawab

Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya terkait

materi yang disampaikan.

h. Sikap/kesadaran baru

Pendamping mengundang umat untuk sharing tentang apa yang telah didapat

dalam kegiatan rekoleksi, kemudian pendamping memberikan penegasan dan

kesimpulan singkat akan keseluruhan proses rekoleksi.

i. Doa penutup

Bapa, kami mengucap syukur kepada-Mu atas perlindungan dan rahmat-Mu

selama kegiatan pada dari pagi hingga sore hari ini. Kami juga beryukur karena

pada hari ini kami memperoleh banyak ilmu dan pengalaman dari teman-teman.

Semoga apa yang telah kami rencanakan dapat diwujudnyatakan dalam pelayanan

kami sehari-hari dan kami menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hidup

sehari-hari. Semua doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengataraan Yesus

Kristus Tuhan Kami. Amin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

BAB V

PENUTUP

Pada bagian terakhir ini penulis akan menyampaikan dua pokok bahasan.

Pada bagian yang pertama akan berisi tentang kesimpulan tanggapan umat yang

hadir mengikuti Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran. Pada bagian yang

kedua akan berisi tentang saran untuk pihak-pihak yang terkait dalam penulisan

skripsi ini.

A. Kesimpulan

Ekaristi merupakan sumber dan puncak, karena melalui Ekaristi tampaklah

pengungkapan diri Gereja sebagai sakramen Kristus yang paling mendasar.

Melalui Ekaristi umat dipersatukan dengan Kristus yang hadir di dalam perayaan

Ekaristi. Umat yang hadir dan menghayati Ekaristi secara penuh akan menemukan

Kristus dalam rupa roti dan anggur.

Sedangkan inkulturasi merupakan perjumpaan yang bersifat berkelanjutan

antara iman Kristiani dengan kebudayaan setempat dan Yesus Kristus sebagai

pusatnya. Iman kristiani dengan kebudayaan setempat tidak dapat terpisahkan

karena relasinya sangat kuat dengan Yesus Kristus dan menjadi sumber

kehidupan. Inkulturasi juga membantu jemaat Kristiani agar iman mereka

meresap masuk ke dalam inti hidup mereka, sehingga membentuk dan menjiwai

seluruh pengalaman pergulatan kehidupan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

62

Berdasarkan hasil penelitian, umat yang hadir dan mengikuti perayaan

Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran mengungkapkan bahwa Ekaristi

tersebut sangat berarti dikehidupan mereka. Novena, adorasi serta devosi kepada

Bunda Maria sangat nampak dalam perayaan Ekaristi tersebut. Mereka juga

mengatakan bahwa “Doa Senusantara” yang dibawakan oleh Romo Utomo sangat

berarti karena kristus benar-benar hadir dan umat bisa menjamah serta mendoakan

orang-orang dari kejauhan melalui tangan kiri, sedangkan tangan kanan berfungsi

sebagai menerima berkah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umat yang hadir sangat menyadari akan

peranan dan makna dari perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama bagi kehidupan

mereka. Oleh sebab itu, mereka ingin mempersembahkan dirinya untuk melayani

sesama dan lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan mereka. Tentu dalam

hal tersebut diharapkan umat lebih meghayati dan memaknai Ekaristi malam

Jum’at pertama dengan menggunakan inkulturasi budaya Jawa.

Oleh sebab itu, upaya yang dapat membantu umat menghayati dan memaknai

Ekaristi yaitu melalui kegiatan rekoleksi. Tema dan tujuan yang digunakan juga

bertitik tolak dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Melalui kegiatan

rekoleksi ini diharapkan dapat membantu umat dan menjadi jembatan umat untuk

lebih menghayati dan memaknai Ekaristi malam Jumat pertama di Ganjuran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

63

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyampaikan saran kepada umat

yang hadir dan mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama di Ganjuran

dan Pastor Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.

1. Pastor Paroki

Pastor paroki perlu mengajak dan merangkul kaum muda untuk ambil bagian

dalam menjadi petugas liturgi pada Ekaristi malam Jum’at pertama supaya ada

generasi penerus untuk melestarikan budaya Jawa. Selain itu, penulis juga

menyarankan supaya didirikan tenda di pelataran candi untuk mengantisipasi

ketika turun hujan. Oleh karena itu peranan Pastor paroki sangat diperlukan untuk

mengembangkan dan mendukung pelaksanaan Ekaristi malam Jum’at Pertama di

Ganjuran.

2. Umat yang Mengikuti Perayaan Ekaristi Malam Jum’at Pertama

Salah satu cara untuk menghayati perayaan Ekaristi malam Jum’at pertama

adalah menyiapkan hati dengan sungguh-sungguh dan hadir sepenuhnya sehingga

pesan yang disampaikan pada saat homili dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Umat yang hadir dan mengikuti perayaan Ekaristi malam Jum’at

pertama di Ganjuran bisa meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan

Gereja dan masyarakat.

Selain itu, umat juga bisa meningkatkan kesadaran untuk mengambil sikap

hening, tidak terlambat datang misa, dan mematikan alat elektronik supaya umat

bisa memaknai tema dan pesan Injil yang akan disampaikan. Penulis juga

mempunyai saran kepada kaum muda untuk melanjutkan pelestarian kebudayaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

64

Jawa dengan terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi malam Jum’at Pertama di

Ganjuran. Untuk membangkitkan semangat kaum muda dalam hidup menggereja

dan iman mereka semakin tumbuh dan berkembang, hendaknya mereka dilibatkan

secara langsung dengan melaksanakan pendalaman iman (Shared Christian

Praxis) setiap sebulan sekali. Dengan demikian kaum muda semakin mengenal

nilai-nilai Kristiani yang terkandung dalam budaya Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. 1996. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anselm, Grun. 1998. Ekaristi dan Perwujudan Diri. Flores: Nusa Indah.

Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Bratawijaya, Thomas. 1997. Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa. Jakarta:

PT Pradnya Paramita.

Dokpen KWI. 2008. De Liturgia Romana et Inculturatione. (Seri Dokumen

Gerejawi No. 40). Jakarta.

Gulo, W. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Hadisumarta, F. X. 2013. Ekaristi. Jakarta: Obor.

Heryatno Wono Wulung, F.X. 2000. Katekese sebagai Momen Penting

Inkulturasi dalam Katekese pada millennium III: Quo Vadis?. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Komisi Liturgi MAWI. 1985. Bina Liturgia I: Inkulturasi. Jakarta: Obor.

Konferensi Waligereja Indonesia. 2005. Tata Perayaan Ekaristi. Kanisius:

Yogyakarta.

_____. 2016. Kitab Hukum Kanonik. Bogor: Grafika Mardi Yuana.

Madya Utama, S.J. 2016. Buku Pegangan Kuliah Mahasiswa. Yogyakarta.

Martasudjita, E. 1999. Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi liturgi.

Yogyakarta: Kanisius.

_____. 2003. Ekaristi: Sakramen-sakramen Gereja, tinjauan teologis, liturgis,

dan pastoral. Yogyakarta: Kanisius.1999. Pengantar

Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi liturgi.

Yogyakarta: Kanisius.

_____. 2005. Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis dan Pastoral. Yogyakarta:

Kanisius.

Muda, Hubertus. 1992. Inkulturasi. Ende – Flores: Pustaka Misionalia

Candraditya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

Prasetya. L. 2003. Keterlibatan Awam sebagai Anggota Gereja. Malang: Dioma.

Prier, Karl-Edmund. 1999. Inkulturasi Musik Liturgi. Yogyakarta: Pusat Musik

Liturgi.

Schineller, Peter. 1990. A Handbook on Inculturation. New York: Paulist Press.

Shorter, Aylward. 1992. Toward A Theology of Inculturation. New York: Orbis

Bools.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulistyo-Basuki. 2006. Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya.

Jakarta: Departemen Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Indonesia.

Suryanugraha, Harimanto. 2006. Rupa dan Citra Aneka Simbol dalam Misa.

Bandung:Sangkris.

Utomo, Gregorius. 2011. Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Yogyakarta:

Unggul Jaya.

Yohanes Paulus II. 2003. Ecclesia De Eucharistia, (Ekaristi dan Hubungannya

dengan Gereja): no 67. Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(1)

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(2)

Lampiran 2 : Panduan Pertanyaan Wawancara

No Pertanyaan

1 Menurut pengalaman anda, apa yang menjadi ciri khas dalam Ekaristi

malam jumat pertama di Ganjuran?

2 Menurut pengalaman anda, buah-buah apa saja yang bisa dipetik pada

Ekaristi malam jumat pertama di Ganjuran?

3 Menurut anda, apa faktor yang mendukung dalam mengikuti Ekaristi

malam jumat pertama di Ganjuran?

4 Menurut anda, apa faktor yang menghambat dalam mengikuti Ekaristi

malam jumat pertama di Ganjuran?

5 Apa yang anda harapkan supaya dilakukan oleh Paroki Ganjuran untuk

meningkatkan Ekaristi malam jumat pertama?

6 Apa yang anda sendiri harapkan untuk meningkatkan Ekaristi malam

jumat pertama di Ganjuran?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(3)

Lampiran 3 : Transkip Wawancara

Kode R 2

Nama Tiwi

Umur 28

Asal Klaten

1. Menurut pengalaman anda, apa yang menjadi ciri khas dalam Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Menurut saya Gereja Ganjuran adalah salah satu Gereja yang masih kental

dengan kebudayaan Jawa nya terutama dalam Ekaristi malam Jumat pertama.

Yang menjadi ciri khas adalah Ekaristi dengan menggunakan inkulturasi

budaya Jawa. Dapat dilihat dari pakaian yang digunakan oleh petugas liturgi

maupun Imam, selain itu di dukung oleh iringan musik gamelan, bahasa yang

digunakan serta tata perayaan Ekaristi.

2. Menurut pengalaman anda, buah-buah apa saja yang bisa dipetik pada

Ekaristi malam Jumat pertama di Ganjuran?

Saya menjadi lebih bersemangat untuk melayani sesama, rajin berdoa,

membantu orang yang membutuhkan, dan yang terpenting adalah iman saya

semakin bertumbuh dan berkembang sehingga saya semakin mantap untuk

menjadi murid Kristus.

3. Menurut anda, apa faktor yang mendukung dalam mengikuti Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Yang paling utama adalah keniatan dalam diri untuk hadir dan mengikuti

perayaan Ekaristi. Selain itu juga tetangga yang selalu menyediakan

tumpangan untuk pergi ke Ganjuran.

4. Menurut anda, apa faktor yang menghambat dalam mengikuti Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Pembacaan ujub doa yang terlalu lama sehingga membuat bosan dan belum

begitu fasih dengan bahasa Jawa krama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(4)

5. Apa yang anda harapkan supaya dilakukan oleh Paroki Ganjuran untuk

meningkatkan Ekaristi malam Jumat pertama?

Tetap mempertahankan penyelenggaraan Ekaristi malam Jumat pertama

dengan menggunakan inkulturasi budaya Jawa, karena melalui inkulturasi,

pesan Injil dapat tersampaikan dengan baik. selain itu juga perlunya menyewa

tenda supaya ketika hujan turun, umat dan Imam tidak kebingungan untuk

pindah tempat.

6. Apa yang anda sendiri harapkan untuk meningkatkan Ekaristi malam Jumat

pertama di Ganjuran?

Lebih serius lagi saat perayaan Ekaristi berlangsung, belajar bahasa Jawa

supaya mudah mengerti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(5)

Kode R 3

Nama Anton

Umur 35

Asal Purworejo

1. Menurut pengalaman anda, apa yang menjadi ciri khas dalam Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Yang nampak dilihat oleh mata tentu dari segi pakaian atau busana liturgi,

iringan musik, bahasa, dan doa senusantara yang dibawakan oleh Romo

Utomo. Tak lupa juga bahwa inkulturasi budaya Jawa dalam Ekaristi juga

berperan sebagai jembatan atau penghubung antara kebudayaan jawa dengan

penghayatan iman umat. Karena sesungguhnya pesan Injil yang ingin

disampaikan oleh Imam kepada umat dapat dengan mudah dipahami dan

diterapkan di dalam kehidupan umat sehari-hari.

2. Menurut pengalaman anda, buah-buah apa saja yang bisa dipetik pada

Ekaristi malam Jumat pertama di Ganjuran?

Saya bisa menjadi pribadi yang lebih berbelas kasih, rendah hati, murah hati,

jujur dalam menjalankan pekerjaan, rela mengorbankan waku dan tenaga

untuk menolong sesama. Setelah mengikuti perayaan Ekaristi, iman saya

semakin di teguhkan melalui doa-doa yang saya haturkan dan homily yang

disampaikan Romo.

3. Menurut anda, apa faktor yang mendukung dalam mengikuti Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Semangat dalam diri untuk hadir, suasana yang nyaman, tenang, dan sejuk,

homili yang dibawakan tidak mudah bosan, nuansa kebudayaan Jawa yang

membuat Ekarsti lebih bermakna.

4. Menurut anda, apa faktor yang menghambat dalam mengikuti Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Jarak yang jauh sehingga kadang membuat malas, ada pekerjaan yang tidak

bisa ditinggalkan, mudah ngantuk, dan sound system harus ditambah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(6)

5. Apa yang anda harapkan supaya dilakukan oleh Paroki Ganjuran untuk

meningkatkan Ekaristi malam Jumat pertama?

Menambah sound system, memakai LCD, dan perlunya kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan umat tentang Ekaristi dengan menggunakan

inkulturasi.

6. Apa yang anda sendiri harapkan untuk meningkatkan Ekaristi malam Jumat

pertama di Ganjuran?

Saya ingin lebih rajin lagi untuk berdoa “doa senusantara” yang dianjurkan

oleh Romo Utomo. Selain itu saya juga akan mengurangi penggunaan alat

komunikasi saat Ekaristi berlangsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(7)

Kode R 4

Nama Bambang

Umur 23

Asal Surakarta

1. Menurut pengalaman anda, apa yang menjadi ciri khas dalam Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Saya merasa bahwa kebudayaan Jawa dalam Ekaristi malam Jumat pertama

sungguh kuat dan tepat digunakan. Mulai dari prosesi, pakaian atau busana,

musik, dan bahasa.

2. Menurut pengalaman anda, buah-buah apa saja yang bisa dipetik pada

Ekaristi malam Jumat pertama di Ganjuran?

Tentu saya menjadi lebih bersemangat lagi dalam menjalani kehidupan serta

menghadapi berbagai tantangan dalam hidup. Selain itu hidup saya menjadi

lebih tenang. Dan tanpa disangka bahwa doa-doa yang saya haturkan dapat

terkabul, sehingga saya lebih sering berkomunikasi dan merasa dekat dengan

Tuhan.

3. Menurut anda, apa faktor yang mendukung dalam mengikuti Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Ornamen-ornamen budaya Jawa, tempat yang sejuk dan tenang, lagu dan

iringan musik yang menarik, serta membuat diri saya menjadi lebih nyaman.

4. Menurut anda, apa faktor yang menghambat dalam mengikuti Ekaristi malam

Jumat pertama di Ganjuran?

Jarak yang jauh, sering berebut kendaraan dengan adiknya, waktu yang

bertabrakan dengan kegiatan lain, dan tidak ada teman yang menemani.

5. Apa yang anda harapkan supaya dilakukan oleh Paroki Ganjuran untuk

meningkatkan Ekaristi malam Jumat pertama?

Ekaristi bisa dimulai lebih awal lagi supaya selesainya tidak terlalu malam

dan perlunya keterlibatan anak muda untuk terlibat aktif dalam perayaan

Ekaristi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(8)

6. Apa yang anda sendiri harapkan untuk meningkatkan Ekaristi malam Jumat

pertama di Ganjuran?

Semangat dan niat dalam diri untuk hadir mengikuti Ekaristi malam Jumat

pertama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(9)

Lampiran 4: Kuisioner

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: INKUL TURASI BUDAYA JA W A DALAM EKARISTI MALAM …

(11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI