infrastruktur untuk menjadikan rsudza sebagai rumah sakit

16
Kita tetap fokus pada pembenahan infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit pemerintah yang lengkap dan re- presentatif. Semuanya kita laku- kan secara bertahap hingga periode 10 tahun ke depan. DR. dr. Azharuddin Sp.OT K-Spine, FICS Direktur RSUDZA

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Kita tetap fokus pada pembenahan infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

pemerintah yang lengkap dan re­presentatif. Semuanya kita laku­

kan secara bertahap hingga periode 10 tahun ke depan.

DR. dr. Azharuddin Sp.OT K-Spine, FICSDirektur RSUDZA

Page 2: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba2

Gubernur AcehWakil GubernurSekretaris Daerah AcehDirektur RSUDZAWakil Direktur Admisnistrasi dan UmumWakil Direktur Pengembangan SDMKepala Bagian Bina Program dan PemasaranRahmady, SKMSuparman Lisda SKM, M.KesCut Eka Putri Ubit, SKMDrs. Marwan (Biro Humas Setda Aceh)Zulfia RatnaTiti Yumiati, AMd,KLHasnawati, SKMTarmizi, S.Sos, M.SiJunaidi, STAnton KuswarjantoRahmah,SEEdi SaputraMawardiSaid Muhammad, S.Si,Apt

PelindungPelindungPelindungPengarahPenanggung Jawab

Penanggung JawabPemimpin Umum

Pemimpin RedaksiDewan RedaksiDewan RedaksiDewan Redaksi

Sekretariat RedaksiSekretariat RedaksiSekretariat RedaksiSekretaris RedaksiInformasi/TechnologyPhotograferNotulensi/Staf Layanan UmumNotulensi/Staf Layanan UmumNotulensi/Staf Layanan UmumNotulensi/Staf Layanan Umum

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Alamat Redaksi: Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel AbidinJln. Tgk. Daud Beureueh, No. 108 Banda Aceh (23126)Email: [email protected]

Jendela Redaksi

Salam RedaksiUA pekan terak­hir menjadi saat saat awal ma­sa kerja direksi baru Rumah Sa­

kit umum daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA). Ya...dua pekan setelah terjadinya ro tasi di jajaran direksi, se­jenak beralihnya kepemim­pinan RSUDZA dari dr Fach­rul Jamal Sp.An, KIC, ke pada DR dr Azharuddin Sp.OT K­Spine, FICS.

Bisa dikatakan, tak ada waktu untuk ‘bulan madu” tugas bagi direksi baru yang notabene adalah muka muka lama di manajemen RSUD­ZA sebelumnya. Setum­puk tugas telah menanti, mu lai dari program multi akreditasi yang mencakup akreditasi Syariah, akredita­si Paripurna lima bintang dari SNARS hingga akredi­tasi internasional dari joint comitte interna tional (JCI), ser ta beragam program jang ka pendek, menengah dan panjang yang telah me­nanti sentuhan segera.

Bagaimanapun kita tak bisa menafikan fondasi kuat yang telah ditanam para di­reksi sebelumnya. Karena itu adalag sebuah kepatut­an jika kita memberi acun­gan jempol dan terimakasih tak bertepi atas kinerja dan jerih payah para direksi lama yang baru saja berakh­ir masa tugasnya.

Direksi pendahulu telah berkontribusi besar bersama seluruh tim untuk menghadirkan akreditasi pa ripurna serta ragam pela­yanan terbaik selama ini. Na­mun semua itu belum cu kup untuk mensahihkan RSU DZA sebagai rumah sakit paripur­

na di Aceh. Dan inilah tanta­ngan bagi direksi baru untuk mewujudkannya.

Setidaknya sebagai ru­mah sakit berakreditasi sya­riah, akan muncul stigma di masyarakat, kalau bisa ia dirawat di RSUDZA, kare­na saat saat akhir ada yang menuntun mengucapkan dua kalimah syahadat.

Dari sisi kerjasama de­ngan rumah sakit dan lem­baga lain di Aceh dan luar Aceh, tetap saja masih dibu­tuhkan sentuhan lebih khu­sus dari jajaran direksi baru.

Banyak program yang telah tertulis di skema ren­cana manajemen RSUDZA, mulai dari gedung onkologi, areal parkir refresentatif, hos tel, dan beberapa pusat layanan khusus. Kita berdoa agar semua rencana itu ter­capai sesuai bentang skedul yang ada.

Termasuk tentunya pem bangunan unit ekseku­tif di RSUDZA seperti RSCM Kencana yang beroperasi se­cara mandiri, dengan target menghindari capital flight. Se mua itu butuh semangat baja serta api spirit yang tak kunjung padam.

Ingat tuntutan masya­rakat terhadap pelayanan rumah sakit, semakin kri­tis. Karenanya direksi baru diminta komit untuk mem­berikan layanan yang fokus, aman, tepat, cepat, dan aku rat. Tentu saja juga ha­rus memunculkan variable kepuasan pasien sebagai co re value, rumah sakit hen­daknya didukung dengan peng gunaan alat kesehatan yang tepat, seiring terus me lajunya perkembangan trend harga di dunia keseha­

tan saat ini.Kita juga mengucapkan

terimakasih atas dedikasi dan loyalitas direksi lama yang membuat RSUDZA ma kin di hati masyarakat. Se moga RS Prima Husada mampu tetap eksis dan ber­saing untuk memenuhi bu­tuhan pelanggan di bidang layanan kesehatan.

Hal itu sesuai dengan Visi RSUDZA, terwujudnya rumah sakit terkemuka da­lam pelayanan, pendidikan dan penelitian berstandar internasional. Serta moto, memberi lebih dari yang di­harapkan. Inilah tugas uta­ma dari jajaran direksi baru untuk mewujudkan secara utuh cita cita luhur dari vis serta motto RSUDZA.

Bagaimana pun, dalam menyelenggarakan pela­ya nan kesehatan, RSUDZA memiliki pegangan visi, mi­si, tujuan, tugas pokok dan fungsi nilai-nilai dasar dan budaya kerja. Ini merupa­kan bagian penting dalam pe ngembangan amanah pe­layanan publik di bidang ke­sehatan Rumah sakit.

Jajaran direksi baru RSU DZA juga diharap tetap peka terhadap kebutuhan masyarakat, terutama men­yangkut manfaat pelayanan kesehatan. Karena itu ada­lah tekad dalam penyeleng­garaan layanan kesehatan, yang bertujuan untuk mem­berikan pelayanan memuas­kan, bermutu, ramah dan manusiawi. Terimakasih ke pa da direksi lama, dan se lamat bertugas kepada di­reksi baru dengan segenap dinamika di medan tugas, ke pada para direksi baru Bank Aceh Syariah.(**)

Selamat Datang Direksi Baru, Terimakasih Untuk Pendahulu

SETIAP pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan, setiap hu-jan akan disapu oleh bentang kemarau. Seorang petempur pun akan meletakkan senjata, ketika telah tiba di batas demarkasi ke-camuk baku tembak.

Edisi RSUDZA yang ke lima kali ini, kami dedikasikan un-tuk sebuah cerita peralihan kepemimpinan di RSUDZA Banda Aceh.

Era dr Fachrul Jamal Sp.An, KIC telah berakhir dan kini tongkat komando itu diberikan kepada DR dr Azharuddin Sp.OT K-Spine, FICS, yang sebelunnya menjadi kompatriot Fachrul Ja-mal di jajaran direksi lama.

Di tengah geliat ibadah Ramdhan, kami mencoba merang-kum beberapa obsesi direksi baru. Mulai dari wawancara ekslu-sive dengan Direktur yang diturunkan secara utuh di center page, hingga wawancara secara personal dengan jajaran direksi lain.

Pembaca akan dapat memahami betapa banyak hasrat dan cita cita luhur jajaran direksi baru, yang telah mendedikasikan dirinya untuk terwujudnya RSUDZA yang lebih baik ke depan. Termasuk dengan perbaikan infrastruktur dengan total dana dib-utuhkan Rp 2,3 triliun.

Kami juga menurunkan sebuah wawancara dengan dr Fachrul Jamal yang selama ini telah ‘mewakafkan’ dirinya untuk kemajuan RSUDZA. Pria itu telah kenyang dengan asam garam dan dinamika RSUDZA. Termasuk mungkin ratusan telepon dengan segala permintaan dari semua penjuru setiap harinya, yang harus dihadapi dengan syaraf baja, serta perasaan dingin melebihi es di tanah kutub.

Sesuai dengan waktu yang masih dalam bentang Bulan Suci Ramadhan, kami sajikan untuk pembaca seputar organ tubuh yang beristirahat selama berpuasa. Di halaman yang sama kami juga menulis tentang sukses Aceh menerima award JKN-KIS 2018 yang langsung diserahkan oleh Presiden Joko Widodo.

Sebagai pengingat untuk semua warga Aceh yang akan me-manfaatkan jasa RSUDZA, sebuah skema panduan registrasi on-line, kembali kami tampilkan di halaman 11, semoga bermanfaat bagi warga.

Anda ingin tetap bugar serta memiliki fisik yang prima, maka lakukan aktifitas fisik sedikitnya 30 menit sehari. Mau tahu lebih jauh? Simak tulisan lengkap tentang itu di halaman 12.

Sudah bukan rahasia lagi, selama berpuasa di siang hari Ra-madhan, akan ada gangguan pada kesehatan gigi dan mulut, min-imal munculnya aroma tak sedap. Drg Chairunnas MKes men-gupas soal itu untuk anda di halaman selanjutnya.

Seperti biasa, kami menurunkan sebuah reportase personal yang inspiratif di halaman penutup. Kali ini kami tampilkan so-sok Sisca Mayunita, ibu rumah tangga yang setiap hari bekerja di medan para lelaki. Ya...sebagai admin security RSUDZA. Toh wanita itu tak kecut bekerja di meda para lelaki macho. Yang penting enjoy saja, katanya. Selamat membaca!

Page 3: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 3Laporan Utama

Tingkatkan Kemampuan Pelayanan kepada Masyarakat

MANAJEMEN baru Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh yang dilantik

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf pada 4 Mei lalu bertekad meningkatkan ke­mampuan pelayanan kesehatan ke­pada masyarakat.

Dengan begitu, masyarakat akan semakin mudah mengakses pela yanan kesehatan di rumah sakit milik Pemerintah Aceh terutama da­lam mendukung layanan kesehatan JKA Plus.

Wakil Direktur (Wadir) Bidang Pelayanan RSUDZA, Dr. dr. Endang Meutiawati Sp.S, mengatakan, rumah sakit ibarat sebuah pabrik yang meng­hasilkan produk. Bedanya produk di­hasilkan rumah sakit adalah berupa jasa layanan kesehatan.

Ia menjelaskan, dalam melak­sanakan tugas pelayanan, rumah sakit tentunya terikat dengan sejum­lah ketentuan dan regulasi, se perti Undang ­ Undang Kesehatan, Pera­turan Menteri Kesehatan (Permenk­es), Peraturan Gubernur (Pergub).

Serta terikat dengan visi dan misi Pemerintah Aceh dan elemen penilaian akreditasi, seperti Standar

Nasional Akreditasi Rumah Sakit ( SNARS), dan seka­

rang sedang berupaya untuk meraih akredita­si internasional, Joint Commission Interna­tional (JCI).

Dengan sederet aturan dan regulasi tersebut, RSUD dr. Za­inoel Abidin kemudian

mengeluarkan Standar Operasional Prosedur

(SOP) atau aturan pe­layanan, mulai aturan pe­

layanan BPJS Kesehatan, aturan pelayanan umum, aturan pelayanan eksekutif dan aturan pelayanan bagi pasien dari perusahaan swasta dan BUMN.

Hal ini mengingat layanan kese­hatan di rumah sakit milik pemerin­tah Aceh 80 hingga 90 persen men­yasar pasien BPJS Kesehatan, sisanya adalah pasien eksekutif dan pasien umum, serta pasien dari perusahaan swasta dan BUMN.

“Rumah sakit, produknya ada­lah pelayanan. Paling mendominasi sampai 80 – 90 persen adalah BPJS. Maka tentunya harus ikut aturan BPJS,” sebutnya.

Meski begitu, RSUD dr. Zainoel Abidin juga punya pelayanan lain, seperti sudah pernah dibuat yaitu poliklinik eksekutif, tarifnya berlaku khusus. Kalau semakin banyak pi­lihan pelayanan, maka masyarakat tinggal memilih.

Layanan diberikan RSUD dr. Zai­noel Abidin, kata dr Endang, tentun­ya tidak boleh semau kita, se muanya harus sesuai dengan standar oper­asional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. Seperti aturan pelayanan bagi pasien BPJS, eksekutif, pasien umum dan dari kalangan perusahaan. Semuanya ada prosedur yang telah diatur dengan sedemikian rupa.

Ia menyampaikan titik ­ titik SOP

harus ada di semua proses pelayanan, mulai saat calon pasien datang ke po­liklinik, mulai saat mendaftar, kemu­dian pendataan oleh admin, masuk ruangan dipanggil oleh perawat, kemudian didiagnosa oleh dokter, sampai diberi resep dan mengambil obat di apotik dan bawa pulang hasil pemeriksaan.

“Pasien selaku orang yang ”membeli” layanan kesehatan, be­rarti harus puas dengan apa yang diterima. Supaya puas maka petugas harus profesional, terampil dan good attitude. Ini yang harus selalu dijaga. Selaku Wadir Pelayanan, saya harus bisa mendiagnosa dimana titik yang tidak pas,” kata dr Endang.

Di samping itu, layanan diber­ikan tidak hanya tergantung pada SOP saja, tapi harus didukung Sum­ber Daya Manusia (SDM) handal, baik medis maupun non medis, serta sarana dan prasarana seperti keter­sediaan alat – alat kesehatan dan sa­rana pendukung.

Dirinya mengakui, saat ini layanan kesehatan di RSUD dr. Zaino­el Abidin sudah cukup baik, ke depan akan terus diperkuat lagi dan mende­teksi titik ­ titik yang dianggap masih kurang.

RSUDZA sudah punya roadmap, diantaranya tentang pengembangan pelayanan. Sebagai rumah sakit milik pemerintah, maka setiap kebijakan diambil manajemen harus ada restu dan pemerintah, dalam hal ini Pe­merintah Aceh, termasuk Kementri­an Kesehatan.

“Secara umum roadmap sudah dan akan terus diperkuat. Apa yang belum kuat harus mampu didiagno­sis. Dimana yang masih kurang maka harus ditingkatkan,” katanya.

Ke depan, untuk menjawab kebutuhan masyarakat, sesuai den­gan roadmap maka RSUDZA akan melakukan tujuh pengembangan pelayanan, yang paling besar adalah

membangun pusat onkologi, lokasin­ya berada di komplek rumah sakit lama.

Pusat penanganan kanker ini harus terealisasi pada tahun 2018. Apalagi sudah di­maping sejak lama. Dengan hadirnya pusat penanganan kanker tersebut, maka pasien tidak perlu lagi harus dikirim ke luar.

Selain itu, pengembangan lain ­nya adalah tentang pelayanan tra­disional. Saat ini banyak pabrik obat sudah melirik ke arah herbal. Pe­layanan akupuntur juga mulai dibu­tuhkan.

“Banyak pelayanan non obat, seperti pijat bayi, senam hamil, jadi itu ke arah tradisional. Memang bu­kan obat utama tapi penunjang. Ke depan wajib dikembangkan,” jelasnya.

Hal lainnya dirasa perlu ada­lah kehadiran poliklinik integrasi tumbuh kembang, terdiri dari ba­gian anak THT, rehab medis dan fisioterapi. Kemudian juga geriat­ric, pelayanan untuk orang tua. Se­bagaimana diketahui bahwa angka harapan hidup semakin meningkat dan kelompok geriatric semakin meningkat.

Ia menjelaskan, peningkatan jumlah kelompok ini berkaitan erat dengan makin meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan, pelayanan kesehatan. Saat ini, RSUDZA juga su­dah memberikan pelayanan khusus dengan menyediakan loket khusus tanpa antrian kepada orang tua.

Lebih lanjut dr Endang menye­but kan, ada beberapa upaya dilaku­kan untuk terus memperkuat pe la yanan, seperti pada bulan Ra­madhan, pihaknya melakukan road­show ke setiap Staf Medis Fungsio nal (SMF) dan instalasi di RSUDZA.

Sebelum turun, setiap SMF ter­lebih dahulu diminta untuk meme­takan kebutuhan dan persoalan un­tuk kemudian dicarikan solusi. Mulai dari ketersediaan Sumber Daya Ma­nusia (SDM), sarana dan prasarana dan SOP.

Menurutnya, persoalan paling berat yang harus dipenuhi jika itu adalah menyangkut dengan persoa­lan sarana dan prasarana. Hal ini mengingat alat ­ alat kesehatan tidak bisa disediakan dalam waktu singkat, harus melalui proses panjang mulai dari usulan sampai penganggaran.

Beda, misalnya kalau kebutu­han diperlukan adalah SOP, maka dapat diakomodir dalam waktu sing­kat. Apalagi mengingat tidak boleh ada titik ­ titik kerja yang tidak ada SOP­nya.

“Jadi, mau petugas dan orang berganti maka SOP tetap sama, ka­lau tidak ada SOP maka itu manager yang gagal namanya,” tegas dokter spesialis saraf ini.

dr Endang juga menyampaikan bahwa setiap hari senin, diadakan morning tea. Manajemen berjumpa dengan semua Kepala SMF, kepala in­stalasi, kepala ruang, kepala perawat.

Setelah rapat, tim pelayanan melaksanakan tinjau lapangan ber­dasarkan area ­ area urgensi dan indikator mutu yang rendah. Kemu­dian, pada Selasa ada laporan pagi, setelah itu rapat pelayanan sampai pra zuhur. Agenda berdasarkan tin­jauan lapangan.

Kemudian pada hari Jumat, ada rapat manager secara keseluruhan. Hasil dari Senin – Selasa dilaporkan dalam rapat tersebut kepada direktur dan wakil direktur terkait. Setelah itu juga dilakukan evaluasi.(sli)

Dr. dr. Endang Meutiawati, Sp.S Wadir Pelayanan RSUDZA

Banyak pelayanan non obat, seperti pijat bayi, senam hamil, jadi itu ke arah tradisional.

Memang bukan obat utama tapi penun-

jang. Ke depan wajib dikembangkan,”

Inovasi Pelayanan Terus Dilakukan

TEKNOLOGI informasi ber kem bang cukup pe­sat dan te lah menjang­kau ber bagai bi dang

ke hidupan, di an taranya ada­lah bidang kesehatan. Sebagai ru mah sakit rujukan terbesar di Pro vinsi Aceh, RSUD dr. Za­inoel Abidin menyadari betul kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan cepat dan bermutu.

Untuk pendaftaran pa­sien misalnya, saat ini RSUDZA sudah memberlakukan regis­trasi online. Inovasi ini ditem­puh menyusul jumlah pasien yang berobat terus memblu­dak setiap hari.

“Masyarakat sudah san­gat familiar dengan registrasi online. Sekarang dalam satu hari sudah mencapai 70 sam­pai 100 pasien mendaftar. Awal baru buka hanya sekitar 20,” se­but dr Endang.

Minat masyarakat men­

daf tar secara online makin hari makin meningkat, karena saat datang ke rumah sakit terpam­pang tatacara registrasi online.

“Saat datang berobat, pasien kan diantar oleh anak – anak zaman now yang melek teknologi, kalau kakek ­ kakek dan nenek – nenek tidak pedu­li dia. Tapi kalau diantar oleh anaknya yang pakai smart­phone maka langsung respek untuk registrasi secara online,” terangnya.

Ke depan, inovasi pe­layanan akan terus dilakukan, termasuk konsultasi secara on­line. Namun untuk konsultasi online hanya bisa seputar tan­ya jawab saja, tidak bisa men­diagnosis, karena untuk men­getahui penyakit yang diderita dokter harus melihat dan me­meriksa secara langsung.

Untuk mendiagnosis, kata dr. Endang, memang harus ada tanya jawab dan pemeriksaan

fisik. Untuk tanya jawab mun­gkin bisa konsultasi secara on­line, namun pemeriksaan fisik harus bertemu langsung agar diagnosa tepat. Tidak bisa me­nerka nerka begitu saja.

“Kalau saya lihat, RSUDZA itu makin dicintai, kadang ­ ka­dang orang supaya bisa masuk RSUD ZA, pergi dari kampung malam ­ malam ke IGD. Pada­hal tidak ada indikator harus ditangani di IGD, tapi memaksa harus masuk dengan berbagai alasan, seperti tidak ada tem­pat menginap,” terangnya.

Sekarang, pihaknya mau menyadarkan masyarakat un­tuk jauh – jauh hari menjadi pe­serta BPJS terserah mau pakai yang iuran atau tidak. Dengan begitu maka masyarakat akan menjadi paham tentang atur­an BPJS. Paham apa yang harus dipersiapkan sebelum datang berobat.

Sama seperti halnya saat

mau naik pesawat terbang, maka satu jam sebelumnya ke­berangkatan harus sudah ada di bandara untuk chek in. Itu sudah tertanam di masyarakat.

“Bahwa kalau mau naik pesawat jam 9 maka jam 8 ha­rus sudah ada di bandara. Ini begitu juga, RSUDZA kan fasil­itas kesehatan nomor 3, untuk kemari bagi pasien BPJS harus dapat rujukan dari fasilitas kes­ehatan yang dibawahnya no­mor dua atau klinik yang ditun­juk dan itu masyarakat harus paham benar,” sebutnya.

Maka itulah, perlu terus di sosialisasikan kepada masya­rakat tentang aturan – aturan yang diberlakukan oleh BPJS Kesehatan. “Untuk diterima men jadi pasien RSUDZA, ada be berapa pintu, pertama le­wat IGD, lewat rawat jalan dan itu harus terus disosialisasikan, sampai ma syarakat mengerti,” demikian ujarnya. (sli)

Page 4: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba4 Laporan Utama

BIODATA SINGKAT:Nama Lengkap : Dr. Muhazar Harun SKM, M.KesTempat/Tgl Lahir : Blang Pidie, 14 April 1974Alamat : Ie Masen Kayee Adang, Banda AcehPendidikan:l Sarjana (S-1) Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh,

Selesai 1999l Pascasarjana (S-2) Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Selesai 2002l Program Doktor (S-3) Management and Science University (MSU) Shah

Alam Selangor, Malaysia, 2013 - 2017Jenjang Karir:l Staf Perawat, 1997l Bagian Administrasi sebagai staf Humas, 1999 Staf Perencanaan, 2002l Kasubbag Penyusunan dan Anggaran, 2003 Kasubbag Perencanaan, 2008l Staf di Dinas Kesehatan Aceh, 2013-2014l Kapala Bidang Pengadaan Prasarana Penunjang, 2015l Kepala Bagian Bina Program & Pemasaran, 2016 - 4 Mei 2018l Wakil Direktur Administrasi dan Umum RSUDZA sejak 4 Mei 2018Organisasi:l Penasehat Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia

(Persakmi) Acehl Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Acehl Diperbantukan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masya ra-

kat, Universitas Serambi Mekkah

Menyongsong Penerapan e-Kinerja Pegawai RSUDZA

E N G E M BA N G A N inovasi ber ba sis digi-tal selalu menjadi ko-mitmen manajemen

Ru mah Sakit Umum dr Zainoel Abidin. Begitu pula hal nya de -ngan inovasi tata kelola di bi-dang administratif. “Semua lini perlu up to date dan harus ter-integrasi, karena pada dasarn-ya kita ingin memberikan pe-layanan yang efektif, lebih cepat, lebih mudah dan berkualitas,” kata Wakil Direktur Admin-istrasi dan Umum RSUDZA Banda Aceh, Dr. Muhazar, SKM, M.Kes, di ruang kerjanya, Kamis (24/5) lalu.

Pelayanan rumah sakit bukan saja pelayanan kese-hatan peirangan namun juga pelayanan administrasi. Pe-layanan kesehatan itu sendiri

meliputi pelayanan medik, pe layanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pela-yanan asuhan keperawatan.

Muhazar mengatakan, pe layanan yang cepat dan ber-kualitas memang menjadi hal mutlak sebagai wujud hadirn-ya RSUDZA di tengah-ten-gah masyarakat. Hal ini juga menjadi tolak ukur kinerja yang paling kasat mata, kare-na masyarakat dapat menilai langsung kinerja melalui pe-layanan yang diterimanya.

Penasehat Perhimpu nan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Aceh ini menegaskan bahwa seman-gat inovasi yang diterapkan di lingkungan rumah sakit mer-upakan upaya dalam merespon gempuran kemajuan teknologi

yang se muanya tetap bermuara pa da peningkatan kualitas pe-layanan. “Yang berbasis online dan terintegrasi,” tukasnya.

Pengembangan inova si da-lam bidang pengelolaan admin-istrasi, sambung Muhazar, juga dalam upaya mengakselerasi ca-paian visi Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin Banda Aceh yaitu terwujudnya Rumah Sakit terkemuka dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian yang berstandar internasional dalam rangka mewujudkan visi dan misi Gubernur Aceh.

Lebih lanjut, alumnus program Doktoral Manage-ment and Science University (MSU) Syah Alam, Selan-gor, Malaysia ini menegaskan komitmen pihaknya dalam rang ka penerapan sistem e-kinerja kepegawaian. Me-nurutnya, paradigma kedepan dituntut untuk men-digitalize semua proses dan in dikator kinerja ke dalam siklus mana-jemen kepegawaian. “Sistem yang bakal ki ta terapkan ini sedang dalam tahapan rancan-gan dan kita menargetkan tiga bulan ke depan insyaallah bisa tuntas,” kata Muhazar.

Dengan penerapan ap-likasi e-kinerja atau sistem yang mengedepankan prinsip tepat fungsi dan tepat ukur (right sizing) ini diharapkan membawa perubahan yang sig nifikan terhadap kinerja apa ratur dan perangkat organ-isasi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUDZA.

Muhazar mengaku optimis, dengan sistem e-kinerja se-makin memudahkan mana-jemen Rumah Sakit dalam melakukan penilaian kinerja dan memotret performance para pegawai, berdasarkan in-strumen analisis jabatan dan beban kerja.

“E-kinerja diciptakan de-ngan harapan agar setiap pega-wai memiliki target kinerja yang terukur, sehingga mereka mengetahui tupoksi serta apa yang harus dilakukan,”teran-gnya. Kelak kinerja pegawai akan ter-input dan terintegrasi dalam satu medium. Melalui

aplikasi berbasis web ini pula, pihak manajemen bisa men-gukur sekaligus memberikan apresiasi dan pengakuan kin-erja kepegawaian.

Wadir Administrasi dan Umum RSUDZA ini juga me-mastikan bahwa standarlisasi pelayanan dan inovasi bidang administrasi akan terus ber-jalan dinamis, nyata dan berke-lanjutan. Untuk itu, ia menga-jak jajaran pegawai agar terus meningkatkan kapasitas, dan memiliki budaya kerja (culture set) dan pola pikir (mindset) yang bersih, disiplin, terbuka dan melayani. (rd)

E-kinerja kita terapkan dengan harapan agar

setiap pegawai memiliki target kinerja yang te-

rukur, sehingga mereka mengetahui tupoksi

serta apa yang harus dilakukan,”

Dr. Muhazar, SKM, M.Kes Wadir Administrasi dan Umum RSUDZA

Menumbuhkan Kedisiplinan AparaturSALAH satu paradigma baru Undang Undang Aparatur Sip­il Negara (UU Nomor 5 Tahun 2014) adalah berkaitan den­gan Manajemen ASN diseleng­garakan berdasarkan Sistem

Merit, yang berdasarkan pada kualifkasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang poltik, ras, war­na kulit, agama, asal­usul, jenis

kelamin, status pernikahan, umum, atau kondisi kecacatan.

Manajemen ASN ini meli­puti Manajemen Pegawai Neg­eri Sipil (PNS) dan Manajemen Pegawai Pemerintah dengan

Perjanjian Kerja (PPPK). Ada­pun pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifi­kasi, kompetensi, penilaian ki­nerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah, yang dilakukan de ngan mempertimbangkan inte gritas dan moralitas.

Sementara promosi PNS dilakukan berdasarkan per­ban dingan objektif antara kom petensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerjasama, kreativitas, dan per timbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pe­merintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras dan golongan.

PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai

Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemer­intah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dijelaskan, disiplin PNS adalah kesanggu­pan Pegawai untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan da­lam peraturan perundang­un­dangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Adapun tujuan diberlaku­kannya PP Nomor 53 ini dian­taranya adalah:- Sebagai bagian dari refor­

masi birokrasi (bureaucrasi reform)

­ Untuk lebih terjaminnya ke tertiban dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PNS

- Mendorong peningkatan ki­nerja dan perubahan sikap, dan perilaku PNS

- Meningkatkan kedisiplinan PNS

- Mempercepat pengambilan keputusan atas pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS.

Dengan berlakunya PP No mor 53 Tahun 2010 ten­tang Disiplin PNS ini, tentun­ya ada harapan yang ingin di­capai, seperti: (1) Kepatuhan dan kesadaran PNS terhadap peraturan disiplin menjadi me ningkat, (2) Setiap PNS di­harapkan mengetahui mana yang patut dan yang tidak pa­tut untuk dilakukan, (3) Setiap Pejabat Struktural harus dapat menjadi teladan yang baik bagi bawahannya (4) Ketaatan bu­kan karena ada ancaman sank­si; dan (5) Reformasi birokrasi dan pelaksanaan kepemerin­tahan yang baik (Good Gover­nance) akan terwujud. (rd)

Page 5: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 5Laporan Utama

Saya sudah bicara dengan banyak pihak terutama dengan Kabid Pendi-dikan dan Pelatihan

dan Kabid Penelitian dan Pengemban-gan. Penempatan tenaga itu harus

betul-betul sesuai dengan kompeten-

sinya. Ini bagian dari upaya manajemen

agar pelayanan lebih optimal.”

Penempatan Pegawai Sesuai Kompetensi

WAKIL Direktur (Wa­dir) RSUDZA Bi dang Pengembangan SDM dr Rusdi An did Sp.A

mengatakan, sejak di lantik seba­gai Wadir pada Ju mat, 4 Mei 2018, pihaknya sudah ber diskusi dengan banyak pihak terutama di jajaran internal, seperti dengan Kabid Pen didikan dan Pelatihan dan Ka­bid Penelitian dan Pengemban­gan, dan tentu saja dengan jajaran pimpinan.

“Saya sudah bicara dengan banyak pihak, termasuk dengan Kabid Pendidikan dan Pelatihan dan Kabid Penelitian dan Pengem­bangan. Penempatan tenaga itu

harus betul­betul sesuai dengan kompetensinya. Ini bagian dari upaya manajemen agar pelayanan

lebih optimal,” tandas Rusdi An­did dalam wawancara khusus dengan kru RSUDZA Lam Haba di ruang kerjanya, pekan lalu. Saat wawancara berlangsung, mantan Direktur RSIA tersebut juga ditemani oleh kedua Kabid di atas, yakni Kabid Pendidikan

dan Pelatihan dr Iskandar, Sp.BS, M.Kes dan Kabid Penelitian dan

Pengembangan dr Farnida.Salah satu terobosan yang

akan dilakukan adalah dengan men­goptimalkan beberapa SDM yang dimiliki untuk membina pe gawai di lingkungan RSUDZA. Di katakan Rusdi Andid, setiap unit pas ti ada saja pegawai yang kurang disiplin atau tak mengikuti aturan di ru­mah sakit. Nah, kalau ada pegawai yang demikian, apa lagi mengulangi kesalahan yang sama, maka harus dicari penyebab yang sebenar­nya. Untuk menguak penyebabnya, diperlukan rumusan yang tepat, khususnya dengan melihat faktor psikologis pegawai tersebut. Soal­nya, kepribadian sa tu pegawai de­ngan lainnya pasti berbeda, baik ter kait kemampuan, pemikiran, ke­mauan, pengalaman, bahkan pendi­dikan. “Kalau kita punya SDM yang mem punyai keahlian di bidang psi kologi, maka dapat dicari solusi yang tepat terhadap yang bersang­kutan,” tandasnya.

Dengan menganut prinsip the right man on the right place, maka se tiap pegawai ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan kom petensi yang dimiliki. “Selain

tentu berdasarkan pada pendidik­an dan pengalaman, pegawai juga akan dinilai dari sudut pandang psi kologi, dimana cocoknya, apa­kah di poliklinik atau ruang rawat in tensif yang sanggup menghada­pi tekanan kerja. Penempatan ini sangat mempengaruhi kualitas pe­layanan,” katanya.

Tim yang akan dibentuk ini ti dak hanya melibatkan psikolog, tetapi juga personel lainnya yang paham tentang manajemen SDM. Dipaparkan, untuk menilai seorang pegawai tidak cukup hanya dari ka­camata spikologis semata. Sisi lain seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman juga menentukan kinerjanya. Itu sebab perlu dilbat­kan personel lain di luar psikolog, seperti pegawai yang lebih senior. “Pada akhirnya penempatan orang tidak berdasarka like and dislike, melainkan semata­mata dengan mem perhatian kemampuan yang bersangkutan,” ungkapnya.

Begitu juga dengan pegawai kon trak yang diperpanjang kerjan­ya setiap tahun, jalur masuk harus melalui bagian SDM, sehingga se­suai dengan kompetensi. “Setiap orang yang baru masuk, mutasi, atau pindahan, harus melalui bagi­an SDM, “ tandas dr Farnida yang men dampingi Rusdi Andid saat wa wancara berlangsung.

Terkait dengan pendidikan dan pelatihan, kata Rusdi Andid, me ngingat RSUDZA merupakan ru­mah sakit bertipe A, maka yang di butuhkan itu pelatihan terbaru, teknik terbaru di dunia medis yang ha rus diketahui dokter, parame­dis, dan pegawai lainnya. Namun,

di sisi lain, kata Rusdi, tidak boleh melupakan kualitas pelayanan di tingkat bawah, mulai dari perilaku satpam di pintu gerbang masuk rumah sakit.

Unit pembinaanSecara lebih khusus, pihak­

nya juga berencana mengaktifkan kembali Unit Pembinaan. Untuk itu, kata Rusdi, pihaknya harus me rekrut orang­orang terlebih da­hulu sebagai pembina. Instala si ini direncanakan dibentuk untuk menginventarisir semua permasa­lahan pegawai di lingkungan RSU­D ZA Hadirnya instalasi ini akan menginventarisir semua permas­alahan. Selama ini banyak pegawai yang potensinya terpinggirkan, padahal punya potensi besar di bi dang tertentu. Potensi ini yang bi sa dikembangkan dengan hadir­nya unit tersebut. Dalam praktik­nya, pegawai yang bersalah men­dapatkan teguran dari manajemen sesuai dengan tahapannya.

“Kalau salah, ada tahapan dan prosedur yang harus dilalui. Perta­ma, dipanggil secara lisan. Sesudah itu ter tulis, baru kemudian dengan tin dakan yang lain, sesuai dengan ting kat kasalahan. Jadi, berjen­jang,” katanya.(ska)

Jumlah Pegawai MemadaiENGAN jumlah pegawai sekira 1.500 orang, RS­UDZA harus punya ma­najemen kepegawaian

yang mumpuni. Saat ini jumlah pegawai tersebut dinilai mema­dai, kecuali untuk dokter sub­spesialis yang masih kurang. Di luar subspesialis, diakui Wadir Bidang Pengembangan SDM tersebut bahwa ada pekerjaan tertentu yang tenaganya belum tercukupi. Akan tetapi, dengan mengacu pada pasien yang ber obat dan jenis pelayanan yang diberikan, tenaga yang ada saat ini tak bisa disebut ku rang, karena tidak ada pe­layanan yang terganggu. Dalam beberapa tahun ke depan bisa jadi harus direkrut, sesuai den­gan tingkat pengembangan ru­mah sakit. “Misalnya kita perlu subspesialis anak 25, sekarang baru ada 15. Me mang, kalau melihat formasi pemerintah ti­dak akan sanggup menampung. Cuma, karena kita BLUD, tentu boleh direkrut sebagai pegawai

kontrak,” katanya.Selama ini, kata Rusdi

An did, SDM di RSUDZA juga sebagiannya dibantu oleh Uni­versitas Syiah Kuala. Hal ini ka rena RSUDZA merupakan ru­mah sakit pendidikan. Apalagi dengan penambahan bed seka­rang yang mencapai 750.

Namun, ada sebuah fakta yang juga harus dicermati, di­mana jika dokter subspesialis cenderung masih kurang, tapi untuk paramedis bisa disebut berlebih. Jumlah kampus yang banyak bergerak di bidang ke sehatan seperti Akper dan Akbid di Banda Aceh dan seki­tarnya, membuat RSUDZA tak kurang dengan tenaga terse­but. “Untuk tenaga itu enggak takut kita, yang kesulitan un­tuk tenaga yang khusus­khu­sus itu,” katanya.

Untuk meningkatkan kua li tas pegawai, dalam tahun 2018 RSUDZA sudah melaku­kan serangkaian pelatihan. Me nurut Kabid Penelitian dan

Pengembangan dr Iskandar, pe latihan yang dilakukan lebih banyak inhouse traning, na­mun pelatihnya didatangkan dari luar. “Pesertanya 30-40 orang, sehingga lebih efektif.

Sedangkan pelatihan pitstop hingga kini hampir tercover 100 persen pegawai,” tandasn­ya, mendampingi Rusdi Andid saat berlangsung wawancara.

Dikatakan Iskandar, ada beberapa pelatihan lagi di tahun 2018 yang akan dilaku­kan berkaitan dengan akredi­tasi. Selain itu, ada pula pela­

tihan BTLS (Basic Trauma Life Support), terutama untuk per­awat, sehingga lebih menge­tahui cara penanganan pasien trauma dan jantung. Yang ti­dak kalah penting, kata Iskan­dar, juga pelaksanaan training of trainer untuk staf yang pu­nya potensi mengajar untuk dapat mengajar. (ska)

BIODATA SINGKAT: Nama: Rusdi AndidRiwayat Pendidikan:- SMAN 3 Banda Aceh- S1: Fakultas Kedokteran Unhas- Spesialis: Fakultas Kedokteran USU- Fellowship: Endokrinologi FK UI

dr. Rusdi Andid, Sp.AWadir Pengembangan SDM RSUDZA

Page 6: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba6 Laporan Utama

Inventarisir Alat Medis Demi Tingkatkan Pelayanan

GUBERNUR Aceh, Ir­wandi Yu suf melantik 51 pejabat setingkat ese lon 2 di lingkungan

Pe merintah Aceh. Acara pelan­tikan berlangsung di Aula Serb­aguna Sekretariat Pemerintah Aceh, Jumat (4/5/2018). Dian­tara 51 pejabat ini termasuk Dr dr Azharuddin Sp.OT, K­Spine, FICS sebagai Direktur RSUDZA. Kemudian jajaran wakil direk­tur juga diisi wajah baru. Ter­masuk Wakil Direktur Penun­jang RSUDZA yang kini dijabat Dr Fakhrul Rizal MM.Kes.

Wakil Direktur Penun­jang RSUDZA, Dr Fakhrul Rizal MM.Kes yang ditemui di ruang kerjanya menjelaskan panjang lebar terkait harapan yang in­gin dilakukan demi peningka­tan pelayanan di rumah sakit. Ia juga memperkenalkan ja­jaran yang berada dibawah Bidang Penunjang yang menja­di ‘mesin penggerak’ RSUDZA selama ini.

Menurut Dr Fakhrul Rizal, pertama yang sedang dilaku­kannya menginventarisir alat­alat yang masih bisa dipakai, yang layak dipakai atau yang tidak layak dipakai lagi. Apa perlu diperbaiki atau harus diganti. Kemudian juga men­gadakan penyediaan alat baru. “Kita sekarang sedang memba­ngun fasilitas untuk onkologi atau bagian kanker. Selama ini kita malu dengan provinsi Su­matera Utara,” ujarnya.

Sedangkan RSUDZA ru­mah sakit tipe A plus pendi­dikan yang seharusnya wajib ada alat radioterapi untuk pen­derita kanker yang ganas. Juga yang paling penting akan mem­berikan pelatihan juga kepada

tenaga­tenaga laboratorium. Termasuk pengadaan alat­alat baru yang selama ini sudah tidak layak pakai lagi setelah diperbaiki dan dikalibrasi, jadi hasilnya tidak akurat.

Mungkin dalam waktu ke depannya, ini juga tergantung dana APBA dan dana BLUD un­tuk dapat menyediakan alat­alat yang mungkin sangat leng­kap dan komplet. Jadi seluruh ruangan termasuk kamar op­erasi tidak perlu lagi mengirim sampel darah ke lab. Dia hanya memasukkan ke dalam tabung tersebut. Jadi setiap ruangan termasuk kamar operasi dan UGD atau dari mana pun yang perlu tindakan pemeriksaan laboratorium itu hanya mema­sukkan dalam tabung tersebut. “Mungkin Insya Allah dalam waktu dekat akan kita usulkan untuk dianggarkan,” ujarnya.

Dikatakan Dr Fakhrul Ri­zal, sarana dan prasarana lain yang sedang dilaksanakan per­baikan lantai di IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan setiap ru­angan-ruangan. Masih banyak yang harus diperbaiki, cuma mengingat waktu yang sangat sempit apalagi dalam bulan Ra­madhan ini. “Kita hanya mem­fokuskan dulu yang sangat ur­gensi yang sangat penting dulu. Untuk kita perbaiki atau kita benahi yang lebih baik demi pelayanan RSUDZA,” ujarnya.

Untuk inventarisir ini, ka­ta Dr Fakhrul Rizal, sudah dila­kukannya. Pada minggu hari pertama dirinya dilantik jadi Wa dir Penunjang, lang sung ke lokasi untuk mengkroscek. Melakukan cek dan ricek infor­masi yang terima selama ini. Jadi setelah dirinya ke laborato­rium melihat sendiri ada alat­alat yang memang tak layak pa­kai lagi. Karena memang sudah terlalu lama dan hasilnya pun tidak akurat. “Sedangkan lab sangat menentukan hasil keak­uratan dan validasi. Kalau ha­sil tidak akurat, saya takut jadi salah dalam diagnose,” ujarnya.

Sekarang ini, kata Dr Fakh rul Rizal, perkembangan tek nologi di bidang medis cuk­up cepat dan canggih. Makanya RSUDZA harus terus diupay­akan tak ketinggalan dari ru­mah sakit lain. Sehingga harus diupayakan perubahan dan pem baharuan alat­alat terba­ru dan ini harus dilakukan se­maksimal mungkin. “Ada upaya dari rumah sakit, dari manaje­men baru untuk peningkatan sarana alat juga prasarana lain termasuk gedung dan yang lain­lain,” ujarnya.

Menurut Dr Fakhrul Rizal, setelah melihat ke berbagai ru­angan sudah mengetahui pera­latan mana yang harus diper­baiki dan pengadaan yang ba ru. Tapi yang sangat emer­gency saat ini, di laboratori­

um dan alat­alat di kamar ICU, HCU, dan kamar operasi. Itu yang sangat urgen yang harus segera mengupayakan dengan pendekatan dan solusi. “Insya Allah dengan waktu yang relat­if singkat ini bisa dipersiapkan untuk pengadaan alat terse­but,” ujarnya.

Karena peralatan terse­but juga sangat tegrkait dengan kualitas pelayanan di RSUD­ZA. Antara pelayanan dengan alat sangat menentukan. Kalau memberikan pelayanan yang prima, tapi alat tidak baik atau tidak akurat, maka hasilnya juga tidak baik. Jadi alat dan pelayanan itu memang harus seimbang. Kalau pun di luar pe­layanan lebih diutamakan, tapi mereka di luar sudah punya alat yang lengkap dan canggih. “Kita sekarang ingin suatu pe­rubahan mungkin ke depannya adalah perubahan untuk RSUD­ZA yang lebih baik,” ujarnya.

Sebagai Wakil Direktur Pe nunjang, kata Dr Fakhrul Rizal, dirinya akan fokus un­tuk perbaikan menyangkut sa­rana prasarana dan alat­alat

kesehatan. Mungkin untuk se mua yang terkait dibawah penunjang di RSUDZA ia men­yampaikan bahwa harus ada peningkatan kedisiplinan, ke­mudian komunikasi dan koor­dinasi. “Karena kita ini suatu tim yang kompak dan solid untuk memberikan pelayanan yang terbaik,” ujarnya.

Sebagai orang baru di RSUDZA, kata Dr Fakhrul Rizal, akan melakukan semaksimal mungkin tugasnya untuk pem­benahan demi pelayanan di rumah sakit yang lebih baik. Pertama, kedisiplinan pega­wai, kedua menginventarisir seluruh alat­alat ICU, HCU dan di seluruh ruangan untuk di evaluasi. Kalau harus diganti akan diganti, tapi kalau masih bisa diperbai­ki akan diper­baiki. “Kare­na alat yang d i g u n a k a n cu kup lama ma sanya ada yang dua ta­hun. Kita akan inventarisir

terus per ruangan untuk bisa memastikan apa perbaikan atau pergantian,” ujarnya.

Dikatakan, Dr Fakhrul Rizal, sebagai orang baru di RSUDZA sudah bertemu den­gan jajarannya. Kalau di RSUD­ZA ada pertemuan tiap hari senin, dan rapat pada sore ju­mat yang sudah rutin. Kalau yang lain ada rapat­rapat yang merasa sangat urgensi un­tuk diadakan rapat. Jadi tidak menutup kemungkinan bisa saja tiap hari ada rapat yang kadang­kadang tidak terjad­wal. “Kita terus bekerja lebih pro aktif dan lebih peduli un­tuk peningkatan pelayanan dan juga pengadaan alat­alat dan pelayanan di rumah sakit,” ujarnya.(mha)

WAKIL Direktur Penunjang RSUDZA, Dr Fakhrul Rizal MM.Kes menga­takan, membutuhkan dukungan dari semua pihak menuntaskan

kebutuhan di rumah sakit. Karena ruang lingk­up tugasnya harus berhadapan dengan pen­gadaan alat­alat baru yang dibutuhkan rumah sakit. Tentu saja membutuhkan dana besar untuk alat­alat yang canggih yang harus impor dari luar negeri. Karena tidak ada alat lokal yang menjamin kualitasnya, termasuk masa lamanya pemakaian. “Mungkin kita bisa datangkan alat­nya dari Jerman, Amerika Serikat atau negara di Eropa lainnya. Memang alat­alat ini harus bet­ul­betul berkualitas,” ujarnya.

Dikatakan, Dr Fakhrul Rizal, mungkin da­lam bulan depan akan ada pengadaan pera­latan pelengkap untuk bagian transplantasi ginjal. Mungkin alat itu akan diupayakan mini­mal ada. Karena malu selama ini ada alat yang harus dibawa dari luar saat diperlukan. Jadi di­upayakan kalau bisa di RSUDZA itu harus leng­kap dan tak perlu dibawa alat luar rumah sakit. “Untuk onkologi kita juga akan mengupaya­kan terapi berbaring,” ujarnya.

Ditambahkan Dr Fakhrul Rizal, untuk pengadaan alat yang mahal, berkualitas dan harus diimpor itu butuh dukungan dari semua pihak. Karena ini menyangkut dengan pen­danaan dan manfaatnya kepada masyarakat langsung. Pihaknya mengharapkan dukungan dari dari Gubernur Aceh, Wakil Gubernur Aceh, DPRA dan Bappeda. “Supaya untuk dana­dana yang diusulkan supaya jangan sampai dipo­tong. Karena ini kan langsung menyentuh ke masyarakat,” ujarnya.

Bahkan Dr Fakhrul Rizal, memohon kepa­da semua tim, termasuk dari tim yang mem­

fasilitasi masalah dana untuk peningkatan pe­layanan RSUDZA. Memang harapannya supaya Bappeda bisa mendukung mengalokasikan dana demi peralatan yang sangat bermanfaat dan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat yang berobat di RSUDZA.

Peralatan ini sangat penting, karena malu dengan rumah sakit yang lain bila RSUDZA tak memilikinya. Karena RSUDZA ini menja­di rumah sakit kebanggan rakyat Aceh. Ada masyarakat dari 23 kabupaten/kota yang ru­jukannya ke RSUDZA. Makanya harus ada sup­porting dari luar, seperti Gub/Wagub Aceh, DPRA, Bappeda dan tim­tim yang punya ke­wenangan. “Ini berguna untuk membantu rumah sakit demi peningkatan pelayanan ter­masuk alat dan sarana prasarana,” harapnya.

Sebagai Wakil Direktur Penunjang RSUD­ZA, Dr Fakhrul Rizal MM.Kes menyampaikan harapannya yang berharap dengan adanya manajemen baru, RSUDZA menjadi terpercaya juga merasa dimiliki oleh semua rakyat Aceh. Dukungan dan bantuan dari semua pihak dan jajaran pemerintahan sangat diharapkan. Juga Bappeda khususnya yang mengalokasikan dana untuk rumah sakit. “Harapan juga kepa­da tim tim yang sudah bekerja sama dalam memikirkan untuk peningkatan pelayanan, sarana dan prasarana penunjang juga hal­hal yang lain, untuk meningkatan pelayanan pada pasien,” ujarnya.

Banyak harapan yang mungkin tak bisa disebutkan satu per satu secara detil. Tapi se­cara umum dirinya ingin RSUDZA bisa lebih maju, lebih mengarah kepada perubahan. Termasuk tak henti­hentinya dukungan dari semua pihak demi membantu kemajuan dan peningkatan pelayanan RSUDZA.(mha)

Kita terus bekerja lebih pro aktif dan lebih peduli untuk peningka-tan pelayanan dan juga

pengadaan alat-alat dan pelayanan di ru-

mah sakit,”

Dr. Fakhrul Rizal, MM.Kes Wadir Penunjang RSUDZA

Butuh Dukungan Dari Semua Pihak

“BIODATANama : Dr Fakhrul Rizal MM. KesTTL : Cunda, 3 Februari 1970Domisili : Perumahan Kompleks Dokter RSUDZAPosisi : Wadir Penunjang RSUDZA Pendidikan­ FK UISU 2000 (S1) ­ IMNI Jakarta 2011 (S2)

Page 7: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 7Laporan Khusus

Sejumlah Keberhasilan Telah Dicapai RSUDZA

“RUMAH Sakit itu memili­ki sistem yang padat, padat dana, padat keuangan dan sa­tu lagi tentu padat masa lah,” kata dr. Fachrul Jamal Sp.An KIC saat disambangi kru Tab­loid RSUDZA Lam Haba di ru­ang kerjanya.

Padat masalah tersebut tidak menjadi sebuah beban atau gunung yang harus di pi­kul oleh pria kelahiran 1961 tersebut, saat amanah memi­mpin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Pro­vinsi Aceh diberikan kepada di rinya oleh Gubernur Aceh saat itu.

“Kita memang tidak ber harap masalah itu ada, ta­pi semua yang ada harus di­nikmati dan disikapi dengan baik, terlebih lagi saya su dah dari awal bekerja di RSUDZA sehingga beragam per soalan yang ada bukanlah hal yang baru dan menjadi beban,” ka­ta mantan Direktur RSUDZA itu dengan santai.

Sebagai orang ya ng di­berikan ama nah untuk

me mim pin sebuah pu­sat layanan kesehatan yang men jadi rujukan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh,

dirinya yang turut di­bantu wakil direktur dan seluruh mas­

yarakat rumah sakit me letakkan pondasi awal demi kemajuan rumah sakit tersebut.

“Tentu pon dasi awal yang telah ki ta le­

takkan ini me rupa kan wujud dari ko mitmen

mem berikan pela­ya nan kesehatan

terbaik kepada ma syarakat se­

suai dengan visi dan misi

G u b e r n u r Aceh,” ka­

tanya.Da­

l a m per ja­lanan

m e ­

mimpin Rumah Sakit yang saban hari melayani sekitar 1.600 pasien per hari terse­but, tentu banyak hal yang dilaluinya saban hari terma­suk dengan orang menyam­paikan keluhan langsung dan juga meminta kamar pe­rawatan kepada dirinya.

Salah satu langkah men ­

jawab banyaknya telpon yang langsung kepada dir­inya yang meminta kamar perawatan adalah dengan membangun sistem layanan rumah sakit seperti mana­jemen sistem rumah sakit di mana masyarakat dan ke­luarga pasien dapat melihat langsung ketersediaan ruang di rumah sakit tersebut.

“Alhamdulillah kita men jawabnya dengan mem­bangun sistem manajemen rumah sakit yang baik di mana semua dapat diakses secara langsung terhadap ketersediaan ruang rawatan di RSUDZA,” katanya.

Sebagai orang nomor

satu di rumah sakit milik Pe­merintah Aceh saat itu, tidak membuat pria bernama leng­kap dr. Fachrul Jamal, Sp An, KIC itu mengklaim berbagai keberhasilan yang telah dica­pai selama memimpin rumah sakit yang kini memiliki 750 tempat tidur tersebut.

“Beragam pondasi dan juga keberhasilan yang telah saya capai merupakan berkat kerja semua komponen dan dukungan semua pihak yang ada di RSUDZA. Keberhasilan ini bukan milik saya seorang tapi milik semua pihak di ru­mah sakit,” katanya.

Ada beberapa capaian yang telah dirintis selama spesialis anastesi tersebut memimpin Rumah Sakit yang telah terakreditasi KARS ter­sebut yakni menyelesaikan pembangunan gedung baru dari sebelumnya 500 tempat tidur menjadi 750 tempat ti­dur dan meningkatkan fasil­itas penunjang kesehatan di berbagai bidang layanan.

Selain meningkatkan in fra struktur dan fasilitas di­agnostik di berbagai bidang layanan, ketersediaan sum­ber daya manusia juga men­jadi hal utama yang tak per­nah terpisahkan dan menjadi perhatian serius selama di­rinya mengemban tugas se­bagai Direktur di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Aceh tersebut sejak 20 Okto­ber 2014 hingga 4 Mei 2018.

“Kita juga merekrut te naga-tenaga kerja profe-sional yang handal serta mum puni guna memberikan pelayanan terbaik kepada se­luruh masyarakat Aceh yang menggunakan fasilitas kes­ehatan di RSUDZA,” katanya.

Ia mengatakan Rumah Sakit Umum Daerah dr Za­inoel Abidin telah berhasil meraih akreditasi tertinggi dengan predikat Paripurna dari Komisi Akreditasi Ru­mah Sakit (KARS).

Predikat sertifikat par­ipurna yang diraih Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh, Provinsi Aceh bukan­lah sebagai simbol semata, tapi memang merupakan ha­sil yang diperoleh terhadap

berbagai layanan yang dimi­liki rumah sakit milik Pemer­intah Aceh itu.

Tepatnya pada 10 De­sember 2015, rumah sakit yang berada di kawasan Tgk Daud Beureueh, Nomor 108, Banda Aceh itu berhasil meraih sertifikat paripur­na yang merupakan bagian dari komitmen dan layanan prima yang telah diberikan oleh manajemen dan petugas medis dan para medis serta karyawan di lingkungan ru­mah sakit tersebut.

Dalam pelayanan di ru mah sakit yang berjuluk Serambi Mekkah tersebut, manajemen juga telah men­erapkan konsep pelayanan is lami salah satunya dengan membentuk instalasi ter­sendiri.

Konsep pelayanan Is­lam nya yang dijalankan ter­se but seperti memberikan sa lam kepada pasien setiap dimulainya sebuah tindakan pelayanan, menghentikan pe layanan di poliklinik keti­ka waktu shalat lima waktu, setiap hari mendatangkan ustadz atau mubaligh untuk memberi pencerahan kepada para pasien diunit­unit ruang rawatan. Kemudian adminis­trasi keuangan dilakukan di bank­bank syariah.

Setelah meraih akredi­tasi paripurna tersebut dan menerapkan pelayanan Is­

lami tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel se­dang mempersiapkan diri menuju rumah sakit ter­akreditasi internasional atau kerap disebut Join comis­sion Internasional (JCI) dan rumah sakit terakreditasi syariah dari Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh In­donesia (MUKISI).

“Saya berharap akred­itasi internasional atau JCI dan terakreditasi syariah dari Mukisi dapat berhasil disemat RSUDZA pada tahun 2018,” katanya.

Selain telah memper­siapkan akreditasi inter­nasional dan juga menjadi satu­satunya rumah sakit milik pemerintah terakredi­tasi syariah, dirinya bersama seluruh komponen dan tim IT RSUDZA telah meluncur­kan sistem registasi online di mana keluarga pasien cukup memperlihatkan Kartu Tan­da Penduduk, semua data pasien akan langsung terli­hat dan dapat diakses oleh petugas, selain itu juga tel­ah meluncurkan Sistem In­formasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).

“Kita telah berupaya maksimal meningkatkan berbagai layanan termasuk dengan memanfaatkan ino­vasi teknologi dalam mem­berikan kemudahan layanan kepada masyarakat sehingga berbagai layanan teritegrasi melalui SIMRS,” katanya.

Fachrul Jamal menga­takan capaian lainnya adalah membangun gedung pusat onkologi. Pusat pelayanan radio onkologi yang dihad­irkan di rumah sakit milik Pe merintah Aceh itu bertu­juan melakukan penyinaran untuk penderita tumor yang selama ini harus ke provinsi tetangga untuk melakukan hal tersebut.

Beragam keberhasilan yang telah dicapai tersebut merupakan hasil kerja sama semua pihak di rumah sakit. Keberhasilan itu merupakan kerja sama semua komponen dari level manajemen hingga karyawan di RSUDZA.

(danisha)

Berharap Pondasi Yang Ada Dilanjutkan

SEBAGAI orang yang te lah memimpin di RSUDZA, tentu banyak hal yang ingin diperbuat

oleh dr. Fachrul Jamal Sp.An KIC saat diberi amanah menja-di orang nomor satu di rumah sakit milik Pemerintah Aceh yakni Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin.

“Ada berbagai program yang telah dijalankan yang

merupakan “pondasi” dalam memajukan pelayanan di rumah sakit milik pemerintah yang tak lain juga seirama dengan visi dan misi Gubernur Aceh,” kata pemilik nama lengkap dr Fachrul Jamal, Sp An, KIC.

Menurut dia setelah berha-sil meraih akreditasi paripurna dari Akreditasi Nasional (KARS) dan mempertahankan akreditasi tersebut, pihaknya saat ini juga

sedang mempersiapkan menuju rumah sakit terakreditasi in-ternasional dari Join comission Internasional (JCI) dan rumah sakit terakreditasi syariah dari Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI).

Menurut dia perjalanan menuju penilaian tersebut kini harus dilanjutkan kembali oleh Direktur baru RSUDZA Dr. dr. Azharuddin termasuk dengan

program pengembangan rumah sakit lama yang telah digagas sebelumnya.

“Kita berharap apa yang telah direncanakan sebelumnya termasuk lima pusat layanan terpadu yang salah satunya saat ini sedang dibangun termasuk hostel dan juga parkir dapat dilanjutkan kembali,” katanya.

Dirinya menaruh harapan besar dan memiliki keyakinan

besar apa yang telah dirintis diri nya bersama manajemen se belumnya akan dilanjutkan kembali sehingga upaya menja-dikan pelayanan prima seperti motto memberi lebih dari yang diharapkan dapat terwujud di masa mendatang.

Tak ada keinginan lain dari melihat RSUDZA lebih maju dari sebelumnya sehingga berb-agai keluhan kesehatan dapat ditangani dengan baik dan tak ada lagi warga yang berobat ke luar negeri. (danisha)

“Kita telah be-rupaya maksimal

meningkatkan berbagai layanan

termasuk dengan memanfaatkan ino-vasi teknologi dalam

memberikan kemuda-han layanan kepada masyarakat sehing-ga berbagai layanan teritegrasi melalui

SIMRS,”

Page 8: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba8 Wawancara

“Ya...kita akan benahi poli eksekutif. Intinya kita ingin

menggelar karpet merah untuk orang orang di Aceh yang selama ini cenderung

berobat keluar negeri. RSUD-ZA akan melayani secara

pasti dan terukur, dengan pelayanan super VIP.”

DR dr Azharuddin Sp.OT K-Spine, FICS

Direktur RSUDZA

Karpet Merah untuk Hindari Capital Flight

Pengantar redaksi

ON TIME! Itulah kesan yang langsung menyergap ketika kami menemui DR dr Azharuddin Sp.OT K­Spine, FICS, di ru­ang kerjanya, Kamis (25/5) lalu. Sesuai janji, pukul 13.30 WIB, pria yang kini menjadi Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) itu, mempersilahkan kru RSUDZA Lambaha masuk ke ruang kerjanya.

Sebuah senyum elegant Pak Direktur menyambut kami, memasuki ruang ker­ja yang sejuk namun terlihat sederhana, untuk level seorang direktur Rumah Sakit terbesar di Aceh, dengan perputaran uang

hingga Rp 500 miliar di tahun 2017 itu.Pria yang memulai pendidikan MIN

di Kembang Tanjong, Pidie, dan kini menjadi salah seorang dokter bedah tu lang ternama di negeri ini, bercerita banyak pada pertemuan yang berlang­sung akrab dan cair dalam durasi nyaris satu jam itu.

Suami dari dr Lina Lidadari, SpKK itu berbicara tentang obsesinya terhadap RSUDZA yang butuh dana hingga Rp2,3 triliun untuk menjadi rumah sakit yang mampu menahan laju capital flight kelu­ar Aceh atau bahkan keluar negeri, kare­na fasilitas mumpuni yang dimiliki. “Kita akan membentangkan karpet merah bagi

warga yang selama ini memanfaatkan jasa layanan medis di luar Aceh, untuk memanfaatkan layanan medis di RSUDZA dengan standar super VIP,” katanya.

Mantan Wadir RSUDZA itu juga bercerita tentang tekadnya menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit pemerin­tah pertama yang akan menjadi rumah sakit Syariah. Katanya, syariah itu bukan sebatas layanan, akan tetapi juga hingga perilaku. Bahkan dokter dan perawat pun harus mampu membimbing pasien shalat, hingga ‘mengantar’ pasien yang sakaratul maut. Berikut penuturan Pak Direktur untuk khasanah baca Anda.

***

Tahun 2018, RSUDZA memiliki tar get krusial dalam hal akreditasi, mu­lai dari habisnya masa Akreditasi Par­ipurna Lima Bintang, rencana Akred­itasi Joint Comitte International (JCI) hingga Akreditasi Rumah Sakit Syariah. Apa langkah yang dilakukan?

Kita telah melakukan rangkaian persiapan sejak dini, termasuk dengan melakukan peningkatan SDM atau capa­city building melalui paket paket in house training serta pelatihan keluar daerah hingga luar negeri. Namun terlepas dari semua itu, kita tetap berusaha sekuat tenaga untuk mempermudah dan mempercepat layanan. Misalnya dimulai dengan pendaftaran secara on­line, hingga tak berde-sakan di depan loket.

Ada hal lain yang lebih krusial?

Satu hal yang juga men desak dalam kaitan akre ditasi itu adalah mengatur

tentang peng gunaan antibiotik atau pen-guatan peng gunaan antibiotik. Nantinya pasien harus kritis, termasuk menanya-kan obat yang diberikan. Agar dokter yang berikan obat juga bertanggungjawab.

Untuk akreditasi JCI hal itu dibu-tuhkan, termasuk riset yang harus dikem-bangkan terus, atau penelitian yang kon-tinyu. Pihak JCI akan melakukan survey awal September, untuk mengukur kesia-pan RSUDZA, menghadapi akreditasi JCI, termasuk mutu layanan yang tetap terjaga.

Bagaimana kebijakan direksi baru dalam kaitan akreditasi?

Target kita yang utama adalah ak-selerasi pelayanan. Tahun 2018 kita

juga mempush soal mutu dan patient savety. Khusus untuk akreditasi par-ipurna lima bintang, jatuh tempo Nopember 2018. Ka renannya saat ini telah dilakukan upaya untuk mempertahankan status akred-itasi bintang lima dari Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). Intinya, Nopember

2018, RSUDZA sudah ha rus terakreditasi kembali.

Bagaimana dengan akred­

itasi ru­m a h

sakit Syariah?Kita ingin RSUDZA akan menjadi

rumah sakit pemerintah syariah pertama di Sumatera. Atau di Aceh, yang pertama se-cara keseluruhan dari rumah sakit yang ada.

Syariah itu bukan hanya di bidang pelayanan, tapi juga di bidang supporting lainya, seperti makanan, hingga transaksi. Dalam kaitan RS Syariah itu juga, pemakai jasa rumah sakit nantinya tak ragu keti-ka keluarga nya sakraratul maut. Karena, dokter, para medis dan PPDS akan mam-pu `melakukan talkin, mensyahadatkan pasien di penghujung hidupnya. Tak lagi mesti mencari di mana tengku.

Nanti akan muncul stigma di masya-rakat, kalau bisa saya dirawat di RSUDZA, karena saat saat akhir ada yang menuntun mengucapkan dua kalimah syahadat.

Langkah lain untuk membumikan syariat di RSUDZA bagaimana?

Manajemen RSUDZA kini melatih seluruh tenaga medis dan paramedis, agar mampu mensyariahkan pasien. Nantinya, dokter dan paramedis di ruangan wajib membantu pasien dalam hal penegakan shalat. Karena ada pasien yang sedang pa-kai gif di tangan atau kaki. Kelompok itu punya cara sendiri untuk shalat. Apapun sakitnya ada cara untuk shalat. Intinya, pa sien bisa shalat, dan kita siap men-dukung upaya itu. Termasuk menyedia-kan mukena, sajadah dan arah kiblat.

Bukankah RSUDZA telah memili­ki instalasi khusus urusan kerohanian?

Ya..kita memang telah lama memi-liki instalasi seperti itu, tapi mereka kan tidak cukup untuk melayani ra-tusan pasien atau

bahkan seribuan pasien. Karena mereka cuma berempat. Gak mungkin mereka lari ke sana kemari, jika ada pasien yang sakaratul maut. Semua elemen di tataran medis dan para medis harus jadi duta sya-riah.

Dokter dan paramedis sangat be-sar kontribusinya dalam enforcement pe-layanan syar’i itu sendiri. Yang pasti kita tak ingin syariah itu hanya di atas kertas.

Adakah syar’i dalam konteks yang lebih luas

Kami ingin agar keluarga pasien merasa nyaman dengan layanan syariah, bukan hanya sekadar untuk mengejar akreditasi. Karenanya dari semua lini ha-rus syar’i, termasuk dalam hal pengadaan obat yang ditanya dulu ke pasien, seandai-nya mengandung unsur haram.

Walaupun obat itu menyangkut kesela matan hidup, tetap diberitahu kelu-arga pasien. Jika diizinkan baru diberikan kepada pasien. Transparansi soal obat ini akan diutamakan, baik obat makan mau-pun suntik.

Dari sisi transaksi kita juga upaya-kan agar syariah, kita pelan pelan berge-sar dari bank konvensional, walau mereka ada yang protes, karena keberadaan mer-eka di Aceh kan juga sah. Kita serahkan pada masyarakat pengguna.

Kalau dalam kaitan syariah, pem­binaan ke dalam yang dilakukan apa saja

Bagi tenaga paramedis kita berika-na pelatihan bersertifikat, edukasi ber-lanjutan. Termasuk dilakukan inhouse training, workshop serta pelatihan sesuai topik. Materi pelatihan mencakup cara mengajarkan shalat dan bertayamum pada pasien, terutama yang sedang di gif, infus atau lainnya. Pelatihan model ini telah dilakukan di RS Sultan Agung Jog-ya. Dari lahir kita telah menjalankan kon-sep syariah. Kini, tinggal bagaimana kita mengimplementasikan keseharian agar lebih syariah, dari sisi tingkah laku, iba-dah dan pelayanan tentunya.

Bagaimana dengan kerjasam RSUD ZA dengaan rumah sakit atau lembaga lain, di dalam negeri maupun luar negeri

Sejauh ini masih dilakukan, seperti cangkok ginjal dengan RSCM yang kini menuju mandiri, bekerjasama dengan RS Harapan Kita, kami juga lakukan bedah jantung terbuka, dan kini telah disapih, karena kita telah mandiri.

Untuk kasus penyakit kanker, kita rujuk pasien ke RS Dharmais dan Murni

Page 9: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 9Wawancara

DAFTAR RIWAYAT HIDUPA. Identitas Pribadi: Nama : Dr. dr. Azharuddin, Sp.OT K-Spine., FICS Tempat & Tgl Lahir : Sigli, Aceh, 2 Mei 1962 Alamat : Jln. T. Panglima Polem No. 98, Banda Aceh Email : [email protected]. Riwayat Pendidikan Formal: l MIN Kembang Tanjung: lulus tahun 1974 l SMP Negeri Kembang Tanjung: lulus tahun 1977 l SMA Negeri Sigli: lulus tahun 1980 l S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, lulus tahun 1988 l S2 Pendidikan Dokter Spesialis Orthopedi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya,

lulus tahun 1996. l Konsultan / Fellowship Bedah Tulang Belakang (K-Spine) l Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,tahun 1999 -2000. l Fellowship Spine Training, Royal Adelaide Hospital, Adelaide, 2000. l Program Doktor pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, lulus tahun 2014.C. Riwayat Pekerjaan: l 1989 – sekarang : Dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah l 1998 – 2002 : Kepala Instalasi Gawat Darurat RSUDZA l 2005 – 2011 : Kepala Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unsyiah l 2008 – 2012 : Ketua Komite Medik RSUDZA l 2008 – sekarang : Kepala sub divisi Bedah Orthopaedi Fakultas Kedokteran Unsyiah. l 2011- sekarang : Menjadi Reviewer Global Spine Journal (GSJ), Asia Pacific region l 2012 – 2014 : Anggota Dewan Pertimbangan Medik (DPM) Provinsi Aceh. l 2013 – sekarang : Anggota Tim Etik Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala. l 2014 - 4 Mei 2018 : Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUDZA l Direktur RSUDZA Banda Aceh sejak 4 Mei 2018D. Riwayat Keluarga: - Isteri: Dina Lidadari, SpKK - Anak: 1. Dr. Diaz Novera 2. Dra. Med. Nabila Dinda Jeulila E. Riwayat Organisasi: Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 1990-sekarang. Anggota Perhimpunan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia (PABOI). 1996-sekarang. Ketua Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI), Wilayah Provinsi Aceh. 2009-2011. Ketua Perhimpunan Tulang Belakang Indonesia (PERTUBESI)/ Indonesian Spine Society (ISS), Wilayah

Sumatra (Sumatra Chapter), 2009-2011. Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia (PABOI) Cabang Provinsi Aceh, 2012 – 2016. Ketua PERSI Aceh, 2016 – Sekarang

Teguh di Medan, karena RSUDZA belum memiliki fasilitas sinar kanker.

Kita juga menjalin kemitraan secara rutin dengan Taiwan, Thailand untuk pelatihan S2 Keperawatan.

Bagaimana dengan peran RSUD­ZA sebagai RS Pendidikan

Dari aspek PPDS (Program Pendi-dikan Dokter Spesialis) kita sudah buka sembilan bagian, antara lain, bedah, anak, anastesi, jantung, panu paru, saraf dan THT. Empat lagi, kulit, mata, bedah plastik dan bedah ortopedi, sedang dalam

proses. Inilah ‘ruh’nya RS Pendidikan.Karena kita punya modal yang kuat,

FK Unsyiah yang akreditasi A, RSUDZA akreditasi A.

Karenanya jangan muncul kesan skeptis dari pasien atau keluarga pasien terhadap peserta didik di RSUDZA, kare-na mereka itu justru positif dengan care nya yang kuat terhadap pasien. Mereka nantinya akan memberikan yang terbaik juga untuk Aceh ke depan.

Sebagai pimpinan baru, apa pro­gram mendesak yang segera dilakukan

Satu hal yang terasa mendesak ada-lah peningkatan kapasitas SDM untuk jangk apendek. Kebijakan itu juga terakit dengan tuntutan akreditasi yang akan di-jalani RSUDZA di tahun 2018.

Bagaimana dengan program jang­ka menengah dan panjang

Kita tetap fokus pada pembenahan infrastruktur untuk menjadikan RSUD-ZA sebagai rumah sakit pemerintah yang lengkap dan representatif. Semuanya kita lakukan secara bertahap hingga periode 10 tahun ke depan.

Bisa dirincikan proyek infrastruk­tur tersebut

Kita telah memulainya dengan pem bangunan pusat radio onkologi di be lakang eks gedung BNN. Insya Allah Desember tahun ini sudah dioperasikan. Paket itu memakai dana APBN melalui DAK, juga didukung dana APBA. Desem-ber nanti kita tak perlu rujuk pasien yang harus disinar karena kanker.

Setelah itu akan dibangun pusat trauma, karena kasus kita di Aceh angka trauma terhitung tinggi, misalnya cedera kepala, patah tulang atau lainnya. Pusat Trauma juga untuk mengurai kepadatan di IGD yang kini terasa makin sempit. Hal ini terasa wajar, dulu IGD dibangun untuk kapasitas tempat tidur 300 an, se-karangh kapasitas tempat tidur RSUDZA sudah 700-an. Dulu dokter ahli hanya 68 orang, kini bertambah menjadi 186 orang.

Makanya dibangun pusat trauma, untuk mengurai pasien IGD. Nantinya pasien di IGD hanya yang kena jangkitan stroke, jantung, diabetes atau penyakit non trauma lainnya.

Proyek lain yang terhitung krusialKita juga akan membangun gedung

parkir tiga atau empat lantai, dengan kapa sitas 800 atau 1000 kenderaan. Kini di RSUDZA sehari berputar manusia hingga 10.000 orang, terdiri atas karyawan 2500, mahasiswa ambil dokter dan PPDS ham-pir seribu orang, pasien satu hari 1600. Itu butuh lahan parkir yang tak sedikit.

Nantinya kita juga akan gabungkan RSUDZA lama dan baru dengan meng-hapus jalan yang memisahkan keduan-ya. Nanti akan satu lahan, dan kedua sisi itu dihubungkan dengan koridor yang dilengkapi eskalator.

Bagaimana dengan pengadaan fa­silitas penginapan pendamping pasien

Hal itu juga telah masuk program jangka menengah dan panjang Pemerin-tah Aceh selaku owner RSUDZA. Akan disiapkan hostel untuk kamar inap pen-dampoing pasien, hingga tak seperti se-karang menggelar tikar di rumah sakit, walau kita sebenarnya telah melarang.

Jangka pendek kita rehab gedung ke bidanan lama, dan kita sediakan shuttle untuk fasilitas antarjemput. Banyak LSM yang ikut berkontribusi untuk pengina-pan pendamping pasien selama ini. Akan tetapi pemerintah berkeinginan untuk ambil alih soal itu. Tahun pertama kita rencanakan 60 kamar. Nantinya akan ada SOP tersendiri, hingga nyaman buat semua pemakai. Ke depan, kita bangun model apartemen dengan multi lantai.

Menyangkut pusat pelayanan khu­sus, apa saja yang kita rencanakan

Selain beberapa center pelayanan khusus yang telah ada, RSUDZA juga akan menjadi pusat cangkok ginjal. Da-lam dua tiga bulan ini dalam persia-pan cangkok ginjal ke tiga. Kalau sudah cangkok ke lima kita akan mandiri. Ini kebanggan tersendiri, nantinya RSUD-ZA juga akan jadi pusat jantung terpadu,

penyakit stroke dan otak.

Bagaimana dengan layanan ekse­kutif

Ya...kita akan benahi poli eksekutif. Intinya kita ingin menggelar karpet me-rah untuk orang orang di Aceh yang sela-ma ini cenderung berobat keluar negeri. RSUDZA akan melayani secara pasti dan terukur, dengan pelayanan super VIP.

Nanti akan ada unit eksekutif di RSUDZA seperti RSCM Kencana yang beroperasi secara mandiri. Targetnya, kita ingin menghindari capital flight. Jangan ada lagi orang Aceh yang sakit berobat keluar negeri, hingga uang kita di Aceh terbang ke negeri luar. Kita ajak pemilik duit untuk berobat ke RSUDZA.

Jika ditotal secara global, berapa kebutuhan dana untuk pembenahan RSUDZA secara menyeluruh

Kalau ada kali kali global, untuk seluruh paket pembenahan infrastruktur tersebut, butuh dana sekitar Rp 3,2 trili-un untuk pembenanahan infrastruktur dengan beberapa pusat layanan. Insya Allah dalam tempo 10 tahun akan tuntas semuanya. Artinya, proyek itu direalisa-sasikan dalam paket multiyears.

Kita doakan mudah mudahan pro-gram benar benar suistanable, tidak malah terhenti karena terjadi pergeseran kepala daerah.

Dengan budget plant sebesar itu apa yang akan dilakukan, karena angga­ran pemerintah tentu akan terbatas

Pemerintah Aceh akan menggan-deng beberapa stake holder untuk me-mikirkan solusi soal dana tersebut. Pekan ini, dengan difasilitasi oleh Gubernur Aceh, diundang 50 stake holder, untuk memikikan pembangunan RSUDZA. Nan tinya akan dilakukan sebuah kajian strategis tentang investasi pihak ketiga di RSUDZA, dengan kompe nsasi yang sa-ling menguntungkan.

Kita gaet kerjasama untuk proyek Rp 100 miliar ke atas, skema seperti itu sudah jalan di Jatim dan Gorontalo. Intinya, kita sedang cari skema kerjasama Pemerintah Aceh dengan pusat untuk mencari mitra swasta membangun rumah sakit.

Bagaimana dengan dana dari RSUDZA yang sudah berbentuk BLUD

Jelas itu sangat tak mungkin. Karena dana yang terhimpun hanya cukup untuk operasional, tapi bukan untuk memban-gun infrasturktur.

Sebagai contoh, tahun 2017 RSUD-ZA sudah mampu himpun dana Rp 0,5 triliun yang habis untuk operasional saja. Selain itu, pasien RSUDZA 98 persen BPJS, kemarin Aceh dapat award karena ikut menggagas universal high coverage, kepersertaan masyarakat Aceh di BPJS luar biasa.

Kalau dana pemerintah dalam hal ini APBA

Itu juga sangat terbatas, karena ter-kait dengan status BLUD. Tiga tahun lalu, kita dapat kucuran dana Rp 300 miliar untuk pembangunan infrastruktur. Ta-hun 2017 hanya kebagian Rp 60 miliar. Yang lebih pahit lagi tahun 2018, katan-ya ada Rp 50 miliar, namun belum jelas kondisinya.

Kami menyudahi wawancara eklusi­ve itu, sejenak jelang berkumandangnya azan Ashar. Di luar sana beberapa orang tamu terlihat menunggu untuk bertemu dengan Pak Direktur. Sebuah senyum ren­yah mengantar kami saat meninggalkan kamar kerja orang nomor satu di RSUDZA tersebut.(**)

Page 10: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba10 Aktualita

Presiden Joko Widodo menyerahkan penghargaan Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (UHC JKN-KIS) Award 2018 kepada Provinsi Aceh yang diterima Asisten III Setda Aceh, Kamaruddin Andalah, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/5).

Aceh Terima Penghargaan JKN-KIS 2018

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) memberi kan peng hargaan Ja mi nan Ke sehatan Nasio nal ­

Kar tu Indonesia Sehat (JKN­KIS) Award 2018 kepada Pro vinsi Aceh di Istana Negara, Ra bu (23/5) kemarin. Pengharga an ter sebut diberikan karena Aceh diang gap mendukung Program JKN­KIS sebagai program strat­egis nasional dalam mewujud­kan Universal Health Coverage (UHC) di wilayahnya.

Penghargaan tersebut di­

te rima oleh Asisten III Setda Aceh, Kamaruddin Andalah yang mewakili Gubernur Aceh. Selain Aceh, penghargaan seru­pa juga diberikan kepada Pro­vinsi DKI Jakarta, Papua Barat dan Provinsi Gorontalo.

Direktur Utama BPJS Kese­hatan Fachmi Idris, mengatakan agar suatu daerah dianggap me­wujudkan UHC, haruslah men­jamin ke sehatan masya ra kat minimal 95 persen.

Ia berharap dengan adanya penghargaan UHC JKN­KIS 2018,

dapat menularkan se ma ngat me nuju ca kupan ke sehatan ke pada pemerintah daerah lainnya untuk segera menjaminkan kesehatan masya­rakatnya ke dalam program JKN­KIS.

“ P e m i m p i n yang dipilih oleh rakyat pasti akan mem be rikan yang ter baik kepada rak­yatnya, termasuk da lam mem berikan ja mi nan dan pe la ya­nan kesehatan. Ka mi juga dapat di tiru oleh se luruh pim pi nan di negeri ini, sehingga apa yang dicita­cita­kan oleh bang sa ini yaitu kesejahteraan yang berkeadlian melalui salah satun­ya Program JKN­KIS dapat segera terwu­jud,” ujar Fachmi.

Selain Aceh dan tiga pro vinsi lain, penghargaan ter sebut juga diber­

ikan kepada seluruh kabu paten/kota di Aceh termasuk 97 kabu­paten lain dari ber bagai provinsi di Indonesia. Penghargaannya diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Turut menerima penghargaan, Deputi Direksi Wi layah Sumut dan Aceh Mariamah serta Kepala BPJS Kesehatan Cabang Banda Aceh, Aldiana.

Dalam kesempatan itu, Men teri Dalam Negeri Tjahjo Ku molo, mengingatkan kembali terkait implementasi Instruksi

Presiden Nomor 8 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Program JKN­KIS, khususnya instruksi pada gubernur dan wali kota.

Dalam Inpres tersebut, pa­ra bupati dan wali kota diperin­tahkan untuk mengalokasikan anggaran dalam pelaksanaan Pro gram JKN, memastikan selu­ruh penduduknya ter daftar da­lam JKN­KIS. Pemda juga harus menyediakan sarana dan prasa­rana pelayanan kesehatan ses­uai standar kesehatan dengan SDM yang berkualitas.

Selanjutnya pemerintah ha rus memastikan BUMD untuk men daftarkan dan memberikan data lengkap dan benar serta ke pastian pembayaran iuran bagi pengurus dan pekerjanya serta membe rikan sanksi ad­ministratif tidak men dapatkan pelayanan publik tertentu kepa­da pemberi kerja selain penye­lenggara negara yang tidak pa tuh dalam pendaftaran dan pembayaran iuran JKN­KIS.

“Ke depan diharapkan ti­dak ada lagi Jamkesda (Jami­nan Kesehatan Daerah), karena semuanya terintegrasi menjadi satu program nasional, yakni JKN­KIS,” kata Fachmi.

Bila pemda ingin memili­ki Jamkesda yang dibiayai dari APBD, Pemda diminta untuk meng cover program komple­menter (pelengkap) yang belum dijamin dalam program JKN­KIS. Sebab, salah sa tu keuntungan JKN­KIS yang tidak dimiliki Jam­kesda adalah asas portabilitas.

Dengan memiliki JKN­KIS, peserta bisa berobat di seluruh wilayah Indonesia ketika mem­butuhkan. Sedangkan Jamkesda hanya berlaku di daerah yang bersangkutan.

“Harus dipahami bahwa JKN­KIS ini mengun tungkan buat war ganya sendiri. Ka­lau ada bepergian ke luar kota atau ada anaknya pendidikan di kota lain, kartu JKN ­ KIS ini bi sa dipergunakan waktu jatuh sakit,” pungkas Fachmi. (*)

Harus dipahami bahwa JKN-KIS ini

menguntungkan buat warganya sendiri.

Kalau ada bepergian ke luar kota atau ada anaknya pendidikan

di kota lain, kartu JKN - KIS ini bisa diper-

gunakan waktu jatuh sakit,”

Arsada: SPI RSUD Harus Berperan Maksimal

ASOSIASI Rumah Sakit Daerah (Arsada) Provinsi Aceh ber-sama Badan Penga-

wasan Keuangan dan Pemban-gunan (BPKP) Aceh, menggelar workshop tentang peran Satuan Pengawas Internal (SPI) dalam tata kelola Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Aceh.

Kegiatan itu diikuti per-wakilan 27 RSUD dari 23 kabu-paten/kota tersebut berlangsung, di Kantor BPKP Aceh, Banda Aceh, Sabtu (26/5).

Pada kesempatan itu juga turut dilakukan penandatan-ganan MoU oleh Ketua Arsada Aceh, dr. Fachrul Jamal Sp.AN KIC dengan Kepala Perwakilan BPKP Aceh, Ichsan Fuady SE Ak CA AfrA. Prosesi itu turut disaksikan Deputi Kepala BPKP RI Bidang Akuntan

Negara, Drs Bonny Anang Dwijanto CIA CfrA dan para undangan.

Di sela workshop yang diisi sejumlah pemateri dari BPKP itu, Ketua Arsada Aceh, dr Fachrul Jamal Sp.AN KIC kemarin mengatakan, SPI memberikan kontribusi besar terhadap RSUD sehingga bisa berjalan sesuai aturan.

“Tapi selama ini SPI tam-pak kurang berkembang. Selain itu, ada salah kaprah mengenai SPI yang dianggap sebagai orang yang memata-matai di RS sehingga tidak disukai,” ujar Fachrul.

Dia menegaskan bahwa anggapan tersebut keliru, sebab SPI sangat membantu manaje-men RS dalam menyelengga-rakan penilaian, pengelolaan, serta memberi saran perbaikan.

“SPI merupakan mitra rumah sakit agar tidak salah dalam membuat kebijakan dan

pengawasan. Bila ada yang salah bisa cepat diberitahu,” jelasnya.

Fachrul menambahkan, dengan adanya Mou dengan pihak BPKP Aceh, Arsada bersama puluhan RSUD yang ada di Aceh dapat melakukan konsultasi dan berkomuni-kasi, seperti untuk membuat

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), tata kelola keuangan, organisasi, dan SDM.

“Saya berharap, kegiatan ini memberikan pemahaman yang baik kepada peserta mengenai peran dan fungsi SPI untuk kemajuan RSUD,” kata Fachrul Jamal yang juga man-tan Direktur RSUDZA ini. (*)

Page 11: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 11Info

Desi Puspita

Page 12: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba12 Opini

Oleh : Dr. drg. Chairunas, M.Kes., Sp.BM(Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut di Poli Gigi RSUZA / Staf Pengajar FKG Unsyiah)

BULAN Suci Ramadhan adalah bulan yang pe­nuh dengan berkah dan sedang kita jalani, den­

gan memohon keampunan dan khusyuk beribadah puasa sebu­lan penuh semoga kita menjadi seorang muslim yang beriman dan bertaqwa, di mana sebagai umat muslim kita pastinya bang­ga menyambut datangnya bulan suci tersebut. Sementara iba­dah yang kita lakukan di bulan suci Ramadhan, tentunya akan diberkahi dengan pahala yang berlipat ganda. Maka dari itu, sudah seharusnya kita memiliki persiapan yang sebaik­baiknya. Sehingga nantinya semua iba­dah bisa kita tunaikan, layaknya berpuasa, mengerjakan sholat, dan lainnya baik itu ibadah wajib maupun sunah. Dengan begitu, saat menjalankan semua amalan ibadah tersebut, bisa berjalan dengan baik dan istiqomah. Da­lam hal ini puasa yang kita la­kukan hendaklah dibarengi de­ngan menjaga kesehatan tubuh serta memperhatikan aspek – as pek kesehatan, Jika tidak di lakukan dengan aspek sehat, pua sa dapat melemahkan tubuh dan membahayakan kesehatan. Sebaliknya, puasa yang sehat da pat bermanfaat secara psikis dan fisik.

Puasa merubah jadwal ma­suknya makanan dan minuman ke dalam tubuh, bahkan kare­na waktu berbuka yang terba­tas, otomatis akan membatasi asupannya juga. Hal ini sering menyebabkan penurunan daya tahan tubuh manusia. Namun setelah berjalan beberapa hari dalam bulan Ramadhan tubuh akan menyesuaikan diri dengan keterbatasan itu, sehingga efek jangka panjangnya adalah se­bagai detoksifikasi bagi saluran pencernaan manusia.

Disamping menjaga kese­hatan secara umum Kesehatan Gigi dan Mulut merupakan hal pen ting selama kita menjalan­kan ibadah puasa. Seringkali ki ta menjadi tidak nyaman dan ter ganggu dengan keluhan sep­erti bau mulut yang tidak sedap. Hal ini wajar terjadi dan bisa dicegah dengan mengetahui apa penyebabnya.

Ketika berpuasa, tentun­ya seseorang akan lebih rentan mengalami bau mulut yang tidak sedap. Secara fisiologis kondisi ini menyebabkan menurunn­ya produksi air liur yang dapat membuat mulut menjadi kering (xerostomia), fungsi air liur ada­lah sebagai self-cleansing di da­lam rongga mulut.

Dalam keadaan berpuasa dimana tidak ada aktivitas me­

ngunyah dan terjadi penurunan produksi air liur, akibatnya jum lah oksigen di dalam mulut akan berkurang. Bakteri anae­rob dapat berkembang biak di dalam mulut tanpa oksigen yang mengubah sisa makanan yang tersisa disela­sela gigi dan memecah asam amino sehingga menghasilkan gas sulfur yang mem buat mulut menjadi baunya atau halitosis.

Selain itu, mulut yang ke­ring biasanya akan sering timbul sariawan pada mukosa rongga mulut, hal ini disebabkan juga karena menurunnya produksi air liur yang berfungsi sebagai moisturizer atau pelembab pada rongga mulut.

Saat berpuasa, intensitas mengkonsumsi makanan me­mang menjadi lebih sedikit.Ma-kanan dan minuman hanya ma­suk ke mulut ketika waktu sahur dan berbuka saja. Nah, perubah­an pola makan saat puasa inilah yang terkadang menjadi jebakan bagi kita yang sering mengabai­kan perawatan gigi dan mu­lut. Umumnya, sebagian besar orang beranggapan bahwa kare­na jumlah makanan yang me­nyentuh permukaan rongga mu­lut menjadi lebih sedikit selama bulan puasa, maka intensitas mem bersihkan gigi dan mulut lantas berkurang. Akhirnya jus­tru timbul masalah yang sering dialami selama berpuasa, yaitu bau mulut.

Beberapa pendapat yang sering dikemukakan, para ahli mengemukakan beberapa tips yang bisa mencegah bau mulut selama berpuasa dalam rangka menjaga kesehatan gigi dan mu­lut antara lain :

1. Menyikat Gigi 2x Sehari, Setelah Makan Sahur dan Sebelum Tidur.

Menyikat gigi mengguna-kan pasta gigi ber-fluoride se-telah makan sahur dan sebelum tidur di malam hari wajib dilaku­kan agar sisa­sisa makanan yang ada di mulut bisa dibersihkan sehingga tidak diubah oleh bak­teri di dalam mulut menjadi asam yang dapat mengakibat­kan karies/lubang gigi.

Sesuai standar WHO, sikat gigi itu sehari 2x yaitu setelah makan dan sebelum tidur. Ka­rena bulan puasa, sikat gigi di­la kukan setelah makan sahur dan sebelum tidur. Penyebab bau mulut ada 2 faktor : 1) fak­tor eksternal yang berasal dari makanan yang masuk. Karang gigi salah satu faktor pemicu bau mulut. 2) faktor internal, yang bisa karena oral (rongga

mulut) dan kondisi umum si pa­sien. Perawatan gigi atau cabut gigi pada siang hari juga tidak masalah, tidak menggangu pua­sa. Oleh karena itu, kalau ada gigi yang bermasalah, segera periksakan ke Dokter gigi.

2. Membersihkan Lidah.Jangan lupa untuk men­

yikat juga permukaan lidah Anda selagi menyikat gigi agar kuman­kuman penyebab bau mulut dari sisa makanan yang ti­dak terlihat juga dapat dibersih­kan. Lidah juga tetap disikat dengan alat penggosok lidah tujuannya untuk membersih­kan timbunan bakteri yang ada pada lidah. Membersihkan lidah dengan cairan obat kumur juga boleh, selama tidak tertelan.

3. Berkumur Saat Berwudhu.Saat berwudlu sebelum

sholat, berkumurlah dengan be nar. Ini gunanya untuk mem­bersihkan kotoran­kotoran dan bakteri di dalam mulut khusus­nya di sela­sela gigi. Berkumur saat wudhu terutama bagi umat muslim yang menjalankan iba­dah shalat lima waktu dalam sehari juga dapat membantu mengurangi gejala mulut kering saat kita berpuasa, tentunya jan­gan sampai lupa apalagi sengaja hingga tertelan. Jadi, sebenar nya tidak ada alasan bagi yang ber­puasa untuk mengalami keker­ingan di rongga mulut.

Berpuasa pada zaman Na bi Muhammad SAW, dalam suatu riwayat dikemukakan, Dari Amir bin Rabi’ah berkata: “Aku melihat Nabi saw. bersi­wak (menggosok gigi dengan kayu Arak) ketika beliau sedang shaum. Dan aku melihatnya ti­dak terhitung.” HR. Abu Daud, Bukhari dan Tirmidzi. Yakni aku sering kali melihat Nabi SAW. bersiwak ketika sedang shaum. Maka dalam hal ini tetap disun-natkan bersiwak bagi orang yang sedang shaum pada se­tiap waktu Ini pendapat Jumhur Ulama dan tiga Imam Mujtahid (Madzhab). Sementara menurut pendapat lain bahwa bersiwak itu dimakruhkan mulai dari ter­gelincir matahari hingga terbe­nam bagi yang sedang shaum ka rena mempertahankan bau mulutnya sebagaimana penjela­san diatas pada bab fadhail. Dan inilah pendapat yang dipegang oleh ibnu Umar, atha, mujahid, Asy-Syafi’I dan Al-Auza’i. (At-Taj Al-Jaami’u Lil-Ushuul fii Ahaa-diitsi al-Rasul / 2 : 62).

4. Perbanyak Minum Air Mi­neral Saat Sahur dan Ber­buka.

Air mineral adalah kom­ponen utama dari tubuh kita. Tapi yang lebih penting lagi air mineral juga komponen utama dari air liur yang berfungsi untuk membersihkan sisa makanan yang menempel di sela­sela gigi dan juga mengandung mine ral­mineral yang diperlukan gigi. Banyak konsumsi air putih saat sahur. Minum air putih 8-10 ge­las ketika sahur dan berbuka, dapat membantu cegah bau mu­lut disiang hari. Karena air putih akan meningkatkan produksi sa liva (air liur), sehingga mulut ter jaga kebersihan dan kelem­babannya. Hindari minuman yang mengandung soda dan ka­fein karena dapat merusak dan mewarnai gigi. Minum teh hijau tanpa gula saat sahur dan ber­buka akan mencegah bau mulut. Teh hijau memiliki zat polyphe­nol yang berguna untuk mem­bersihkan bakteri pada mulut dan saluran pernafasan.

5. Perbanyak Makan Maka­nan yang Berserat Tinggi (Buah dan Sayuran) saat Sahur dan Berbuka

Kandungan vitamin, mi­neral dan serat yang terdapat da lam buah dan sayuran dapat membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut terlebih saat puasa. Rasulullah SAW saja mem biasakan selalu berbuka dengan buah kurma. Makanlah makanan yang banyak men­gandung serat seperti sayur dan buah. Konsumsi vitamin C sesuai dosis agar terhindar dari timbulnya sariawan. Dianjur­kan juga menghindari makanan dan minuman yang biasanya membuat mulut bau, seperti ba wang putih, petai, jengkol, durian. Hindari mengkonsum­si makanan yang lengket dan manis seperti cokelat, es krim, bis kuit, karamel, dodol dan kue basah lainnya. Makanan lengket ini akan lebih sulit un­tuk dibersihkan, ditambah akan menempel pada gigi dalam waktu lama sehingga menye­babkan bau mulut.

6. Stop Kebiasaan Buruk.Kebiasaan buruk seperti

merokok selain hukumnya ha­ram juga dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi dan jarin­gan periodontal. Kurangi mer­okok saat sahur dan berbuka. Tidak merokok juga berkonstri­busi besar pada pengurangan bau mulut pada siang hari bulan puasa. Selain itu merokok juga bisa membuat rongga mulut menjadi kering, yang mana bisa menjadi salah satu penyebab bau mulut.

7. Hindari Obat Kumur yang Mengandung Alkohol.

Obat kumur yang men­gandung Alkohol dapat menye­bab rongga mulut menjadi lebih kering, yang mana bisa mening­katkan resiko bau mulut.

Dari Laqiet bin Shabrah ra. Berkata: “Ya Rasulallah, berita­hukan kepadaku tentang wud­hu”. Rasulullaah saw. bersabda: “Sempurnakan wudhumu, silan­gi sela­sela jarimu, dan hiruplah air oleh hidungmu dalam­da­lam kecuali jika kamu sedang shaum”. HR. Ash­Habu Al­Sunan.

Maka tidak boleh berle bih-lebihan dalarn berkumur­ku­mur dan dalam menghirup air oleh hidung, karena khawatir ada air yang masuk ke dalarn perut. Berlebih lebihan (dalam berkumur dan rnenghirup air oleh hidung) hukumnya makruh bagi yang sedang shaum sebagai sikap berhati­hati.

Apabila berlebih­lebihan kemudian ada air yang masuk ke dalam perut, maka batallah sha­umnya, lantaran ia telah melaku­kan sesuatu yang dilarang. Dan jika tidak berlebih­lebihan ke­mudian ada air yang masuk, ma ka tidaklah batal shaumny, lantaran hal itu terjadi karena ia melakukan sesuatu yang diidz­inkan. Ini adalah pendapat jum­hur (mayoritas) ulama (At­Taj Al-Jaami’u Lil- Ushuul fii Ahaa­diitsi al­Rasuul / 2 : 69).

8. Kebiasaan yang tidak baik.Hindari tidur yang terlalu

lama karena hal ini akan memicu bau mulut yang tidak sedap. Bila anda telah melakukan cara­cara diatas bau mulut Anda masih juga belum berkurang, segera konsul­tasikan ke dokter karena bau mu­lut juga bisa terjadi karena faktor dari dalam tubuh (maag), gang­guan pernapasan, diabetes atau penyakit dalam lainnya.

9. Periksa Gigi Secara Rutin.

Lakukan pemeriksaan gi gi dan mulut secara rutin dan ber­kala minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi dapat membantu men­jaga kesehatan gigi dan mulut.

Dengan demikian tips menjaga kesehatan gigi dan mulut selama puasa di bulan Ramadhan agar dengan gigi dan mulut yang sehat disamp­ing menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh, dan Insya Allah dalam menjalankan amal ibadah puasa dan ibadah wa­jib serta ibadah sunat lainnya kita pun menjadi lebih maksi­mal, dan tercapai tujuan akh­ir berpuasa yaitu semoga kita menjadi orang­orang yang ber­taqwa.

Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Selama Puasa

Page 13: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 13Aktualita

HYGIENE RESPIRASI /ETIKA BATUK1 Komite PPIRS

PENYAKIT infeksi ma­sih merupakan salah satu masalah keseha­tan dunia, termasuk

di Negara­negara berkembang salah satunya Indonesia, kondi­si lingkungan dan budaya yang ada dinegara kita juga sangat mempengaruhi tingginya angka kejadian infeksi.

Dalam kehidupan se­hari-hari tanpa sadar reflek ba­tuk dan bersin sering terjadi, hal ini fisiologis dan normal. Tetapi efeknya menjadi tidak normal apabila kita tidak menyadari atau mengetahui dan menyebabkan infeksi.

Kebersihan pernafasan dan Etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumber­nya. Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus di­anjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasaan untuk mencegah sekresi pernafasan. Etika batuk yang perlu kita ketahui bersama, karena dari hal penularan yang terkecil kita ketahui dan pahami maka kita telah bertindak dalam proses pencegahan infeksi yang saat ini sedang digalakkan. Da­hulu kita mengenal atau terbiasa saat batuk kita akan menutup

mulut kita dengan telapak tan­gan. Tujuan kita baik tetapi be­lum tentu benar dan justru cara ini akan menjadi media penyeb­aran infeksi yang cepat. Dengan menutup telapak tangan tanpa sadar kita telah memindahkan bakteri dari telapak tangan kita ke orang lain melalui bersentu­han atau bersalaman.

Secara standar yang be­nar etika batuk adalah dengan menutup mulut dengan tissue, tetapi terkadang kita tidak sadar saat kita reflek bersin atau batuk menyerang kita, karna saat batuk tissue belum kita siapkan dikantong atau ditas.

Etika batuk yang benar dan aman adalah seperti gambar di bawah ini :

Gunakan tissue untuk menutup mulut dan hidung

Lakukan kebersihan tangan dengan menggunakan sabun antiseptic atau menggunakan handrub berbasis alcohol

Bila tidak ada tissue tutuplah mulut dan hidung dengan menggunakan lengan baju atas bagian dalam

Bila batuk dan bersin terus menerus gunakanlah masker dan duduk dengan jarak >1 meter dari orang lain

Bila batuk atau bersin tutuplah mulut dan hidung dengan menggunakan tissue

Segera buang tissue yang sudah dipakai pada tempat sampah yang telah disediakan

Hal ini juga disosial­isasikan oleh Komite PPIRS (Pencegahan dan Pen­gendalian Infeksi Rumah Sakit) ini dilakukan untuk meminimalkan proses transmisi bakteri ke orang lain dan lingkungan. Ra­sional tindakan menutup batuk dengan lengan atas

bahwa lengan atas jarang atau bahkan tidak domi­nan kontak dengan reser­voir. Bila menutup dengan telapak tangan langsung kita tahu bahwa telapak tangan adalah dominan menyentuh, memegang bahkan bersalaman dengan orang lain, meskipun kita

tidak sakit tetapi flora nor­mal yang keluar akan be­rubah menjadi tidak norml dan akan membuat proses kolonisasi kemudian bisa menjadi infeksi.

Pengunjung dengan gejala infeksi saluran pernafasan selama terjan­gkitnya penyakit menular

harus diawasi pemakaian APD seperti masker, agar tidak menularkan infeksi dan harus diberikan infor­masi tertulis untuk meng­gunakan masker bagi seti­ap pengunjung yang batuk, dan pengumpulan sputum untuk pengunjung yang batuk harus dilakukan da­

lam ruang terbuka, sputum collecrion booth, dan ini sudah disediakan di Rung Pelayanan TB Terpadu di RUUDZA lama atau ruangan dengan pengaturan sistem ventilasi yang benar. Udara dalam booth dialirkan ke udara bebas di tempat yang bebas lalu lintas manusia.

Page 14: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba14

obat secara teratur dapat tetap berpuasa, dengan mengatur waktu minum obatnya pada saat berbuka dan sahur. Pasien disarankan berkonsultasi ke­pada dokter dan minta kepada dokter untuk memberikan obat­obat yang bersifat aksi panjang sehingga cukup diminum sekali atau 2 kali sehari.

Selain obat yang dikon­sumsi, mengatur pola hidup per­lu dilakukan terkait pembatasan asupan garam atau lemak, olah­raga secara rutin dan banyak minum air putih. Selain itu pa­sien hipertensi juga harus rutin mengukur tekanan darahnya di saat bulan puasa dibandingkan bulan tidak puasa. Seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi ringan sampai sedang dengan kelebihan berat badan dianjurkan untuk tetap berpua­sa, karena puasa dapat mem­bantu menurunkan tekanan da­rah. Disarankan obat hipertensi diminum saat makan sahur seh­ingga obat tersebut dapat men­gendalikan tekanan darah sela­ma beraktivitas di siang hari.

Pasien asma dengan peng­gu naan inhaler secara teratur

dapat menggunakan inhalernya saat setelah buka puasa dan saat sahur, namun apabila diperlu­kan penggunaan inhaler untuk mencegah serangan akut di siang hari, pasien dapat mem­batalkan puasanya.

“Tanyakan pada Dokter atau Apoteker untuk memas­tikan penggunaan obat secara benar dan tepat. Obat yang di­gunakan secara benar dan tepat akan meningkatkan kinerja obat dan efikasinya. Semoga Allah ta’ala senantiasa memberikan kesehatan kepada kita disaat bulan suci ramadhan ini, sehing­ga kita dapat menjalankan iba­dah dengan baik.”

Tips Kesehatan

Sehat Dengan Minum Obat yang Tepat Selama Bulan Ramadhan

AL H A M D U L L I L L A H , kita ber jumpa lagi den­gan bulan Mulia yang penuh barakah, bulan

Ramadhan. Bulan yang sudah se­layaknya seorang muslim me rasa rindu untuk selalu ingin berjumpa dengan bulan ini. Sebagai seorang muslim yang menjalankan ibadah puasa, tentu berharap tubuh akan senantiasa sehat dan kuat dalam menjalani ibadah ini.

Sehat adalah anugerah Al­lah yang tak ternilai harganya, dengan tubuh yang sehat kita dapat melakukan banyak ibadah dengan janji pahala yang berli­pat ganda. Akan tetapi bagaima­na jika penyakit bertandang dan kita terpaksa harus menelan obat­obatan? Tetap menjalankan puasa atau tidak? Meskipun is­lam membolehkan tidak berpua­sa bagi orang sakit, tapi bagi sebagian yang sakit tetap ingin menjalankan ibadah puasa wa­laupun harus minum obat rutin.

Lalu bagaimana cara men­gatur waktu minum obat di bulan puasa agar supaya tidak mengganggu hasil terapi yang diharapkan? Artikel ini menco­ba mengupas cara penggunaan obat selama bulan Ramadhan.

n Penggunaan Obat Yang Tidak Membatalkan Puasa

Ada beberapa obat apabila digunakan tidak membatalkan puasa, yaitu obat yang tidak diminum dan masuk ke salu­ran cerna. Hal ini sudah didi­skusikan dalam sebuah seminar oleh para ahli medis maupun agama di Maroko pada tahun 1997. Berikut sediaan yang apabila digunakan tidak mem­

batalkan puasa, antara lain tetes mata dan telinga, obat yang dis­erap melalui kulit (salep, krim, plester), obat yang digunakan melalui vagina, seperti supos­itoria, obat yang disuntikkan baik melalui kulit, otot,sendi, dan vena kecuali pemberian makanan via intravena pembe­rian gas oksigen dan anastesi, obat yang diselipkan di bawah lidah (seperti nitrogliserin un­tuk serangan jantung serta obat kumur sejauh tidak tertelan.

n Bagaimana Penggunaan Obat Minum Saat Puasa

Pada saat bulan puasa, obat hanya bisa diminum sele­pas buka puasa sampai sebelum subuh saat sahur. Perubahan jadwal minum obat bisa saja mempengaruhi nasib obat da­lam tubuh, yang nantinya bisa mempengaruhi efek terapi obat.

Untuk obat­obat yang 1 kali sehari pada pagi hari, bisa diminum saat sahur tanpa pe­rubahan efek terapi yang sig­nifikan. Untuk obat yang digu­nakan 2 kali sehari, disarankan untuk diminum pada saat sahur dan berbuka puasa.

n Bagaimana Dengan Obat Yang Harus Diminum 3­4 Kali Sehari

Untuk obat dengan dosis 3 kali sehari maka dapat diber­ikan dengan jarak waktu 5 jam yaitu pukul 19.00 (saat buka puasa), pukul 00.00, dan pukul 05.00 (saat makan sahur), obat yang harus diminum 4 kali se­hari dapat diberikan dalam ja­rak waktu 3-4 jam, yaitu pada pukul 19.00 pukul 23.00 pukul 02.00 dan pukul 05.00 tentunya waktu harus disesuaikan dengan imsakiah setempat. Sebagian be­sar obat dapat diubah jadwalnya sperti ini tanpa mengubah efek pengobatan secara signifikan, termasuk penggunaan antibiotik.

Bagi sebagian orang un­tuk minum obat agak sulit pada malam hari, tetapi ini merupa­kan waktu untuk menghasilkan efek pengobatan yang optimal. Oleh karena itu disarankan kepada psien meminta pada dokternya untuk meresepkan obat bentuk sediaan lepas lam­bat atau aksi panjang sehingga frekuensi pemakaian bisa di­kurangi menjadi 1 atau 2 kali sehari. Jika tidak bisa diganti, maka penggunaannya adalah dari waktu berbuka puasa hing­ga sahur, yang dibagi dalam ja­rak waktu yang sama.

n Bagaimana Penggunaan Obat Sebelum dan Sesu­dah Makan

Beberapa obat dapat ber­

interaksi dengan adanya ma­kanan, yaitu adanya makanan dapat mempengaruhi efek obat. Ada obat­obat yang baik digu­nakan sebelum makan karena penyerapannya lebih baik pada saat lambung kosong, dan seba­liknya diminum setelah makan karena dapat menyebabkan iritasi lambung atau lebih baik penyerapannya dengan adan­ya makanan. Nah, selama bulan

Ramadhan harus diperhatikan pula aturan minum obatnya, apakah sebelum atau sesudah makan. Jika aturannya 1 kali se­hari sebelum makan, obat bisa diminum saat sahur ( setengah jam sebelum makan sahur) atau pada saat berbuka (setengah jam sebelum makan). Gunakan obat sesuai anjuran apakah di­minum pagi atau malam. Jika aturannya 1 kali sehari setelah makan, maka obat bisa diminum kira­kira 5­10 menit setelah makan besar. Untuk penggu­naan 2,3 atau 4 kali sehari, se­cara prinsip sama seperti yang dijelaskan diatas mengenai jam minum obat.

n Penggunaan Obat Pada Penyakit Kronis Di Bulan Ramadhan

Pasien yang memiliki pen­yakit kronis namun tetap ingin berpuasa memerlukan cara­cara mengkonsumsi obat secara teratur yang tidak menurunkan efek terapinya. Beberapa pen­yakit kronis memerlukan pen­gobatan terus menerus, seperti penyakit diabetes, asma, hiper­tensi. Berikut akan diulas peng­gunaan obat dan pemantauan terapi pada penyakit kronis.

n Diabetes melitus (Kencing Manis)

Pada pasien diabetes ber­esiko mengalami hipoglikemia (berkurangnya kadar gula dar­ah) pada saat puasa atau seba­liknya hiperglikemia (kelebihan kadar gula darah) pada saat berbuka puasa. Beberapa obat diabetes seperti glibenklamid, glikazid, glimepirid memiliki resiko efek samping hipoglike­mi yang lebih besar. Obat dia­betes yang memiliki resiko efek hipoglikemi lebih kecil adalah metformin dengan dosis 3 kali sehari, yang pada saat puasa ha­rus diminum 2 dosis pada saat buka puasa dan satu dosis pada saat sahur, serta obat acarbose juga relatif aman untuk pen­derita diabetes, karena kurang menyebabkan efek hipoglikemi. Namun demikian ada pula para ahli yang menyarankan untuk tidak mengkonsumsi obat pada saat sahur karena dikhawatir­kan mengalami hipoglikemi jika pasien berpuasa. Pada pasien dengan menggunakan insulin premix atau aksi sedang, dengan penggunaan 2 kali sehari perlu dipertimbangkan perubahan ke

insulin aksi panjang atau sedang pada sore hari dan insulin aksi pendek bersama makan. Usa­hakan banyak minum pada saat tidak berpuasa untuk mencegah dehidrasi. Jika kadar gula turun di bawah 60 mg/dL, pasien dis­arankan segera berbuka puasa. Juga jika kadar gula terlalu ting­gi (>300 mg/dL) pasien disa­rankan tidak berpuasa. Semua ini harus dikonsultasikan leb­ih dahulu kepada Dokter atau Apoteker.

n Pasien hipertensi, asmaPasien dengan penya­

kit kro nis misalnya hipertensi, asma yang harus menggunakan

Yunita Suffiana, M.Sc., Apt

Page 15: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 15

Kewenangan RSUDZAUntuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana tersebut diatas, Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainoel Abidin mempunyai kewenangan se-bagai berikut:a. Mengelola administrasi kepegawaian dan

keuangan serta perlengkapan se suai den-gan peraturan perundang – undangan yang berlaku;

b. Menyelenggarakan kerja sama dengan In-stitusi Pendidikan yang memanfaatkan Ru-mah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin sebagai lahan praktek;

c. Menyelenggarakan kerja sama dengan pi-hak ketiga dengan berpedoman pada Pera-turan Perundang- undangan yang berlaku;

d. Memanfaatkan peluang pasar sesuai ke-mampuan dengan tetap menyelenggarakan fungsi sosial;dan

e. Melakukan hubungan koordinatif dan fasili-tatif dengan Dinas Kesehatan dan instansi terkait dalam pelaksanaan teknis keseha-tan.

Fungsi RSUDZAUntuk melaksanakan tugas dimaksud, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin menye-lenggarakan fungsi:a. penyusunan program kerja tahunan, jangka

menengah dan jangka panjang;b. penyusunan kebijakan teknis di bidang :

4 pelayanan medis, penunjang medis dan non medis;

4 penyelenggaraan asuhan ke perawatan, pelayanan rujukan;

4 pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;4 pelaksanaan penelitian dan pengemban-

gan serta4 penyelenggaraan Administrasi umum

dan Keuangan.

TATA TERTIB BERKUNJUNG KE BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN

Untuk terciptanya kenyamanan dan kebersihan di kawasan Rumah Sakit, kami sangat berterimakasih apabila Bapak/Ibu :1. Tidak meludah dan membuang sampah disembarang tempat.2. Tidak merokok di dalam dan area Rumah Sakit3. Tidak membawa makanan untuk pasien dari luar Rumah Sakit tanpa seizin

petugas4. Tidak makan di koridor dan ruang tunggu rawat pasien5. Tidak mencuci pakaian di dalam kamar mandi ruang rawat pasien6. Tidak mencuci pakaian di dalam kamar mandi ruang rawat pasien, apabila

Bapak/Ibu membutuhkan, Rumah Sakit menyediakan fasilitas Laundry7. Tidak menjemur pakaian di dalam dan area Rumah Sakit kecuali pada tem­

pat yang telah ditentukan8. Tidak mengisi Baterai HP/Laptop/alat elektronik lainnya di koridor dan dalam

ruangan rawat pasien9. Tidak menggelar tikar/ambal ataupun duduk dan tidur dilantai koridor dan

ruangan rawat pasien10. Tidak membawa fasilitas atau peralatan lain ke dalam ruangan rawat pasien

tanpa seizin petugas11. Tidak membawa anak­anak usia dibawah 12 (dua belas) tahun ke Ruang

Rawat Pasien12. Tidak masuk ke ruang rawat inap jika: a. Ruangan sedang dibersihkan

b. Dokter sedang memeriksa pasienc. Perawat sedang memberikan pelayanand. Waktu berkunjung belum tiba

JADWAL BERKUNJUNG UNTUK RUANG RAWAT INTENSIVESIANG : PUKUL 11.00 S/D PUKUL 12.00 WIBSORE/MALAM : PUKUL 16.00 S/D PUKUL 18.00 WIB

JADWAL BERKUNJUNG UNTUK RUANG RAWAT NON INTENSIVE :SIANG : PUKUL 12.00 S/D PUKUL 14.00 WIBSORE/MALAM : PUKUL 16.00 S/D PUKUL 20.00 WIB

JADWAL BERKUNJUNG UNTUK HARI LIBUR, SABTU DAN MINGGU :Siang : PUKUL 11.00 – 14.00 WIBSore : PUKUL 16.00 – 20.00 WIB

Page 16: infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit

Edisi 04/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba16 Bintang Kita

BIODATA SINGKATNama Lengkap : Sisca Mayunita, Sai, A.MdTempat/Tgl Lahir : Banda Aceh/ 24 Mei 1988Alamat : Jalan Syiah Kuala No. 2 Jambo

Tape, Banda AcehPendidikan Formall MIN 1 Banda Acehl MTsN Model Banda Acehl SMA Negeri 11 Banda Acehl D-III Sekretari, Unsyiah Banda AcehJenjang Karierl Staf Instalasi PKRS/Pusat Informasi RSUDZAl Staf Bidang Palayanan Medis RSUDZAl Staf Bidang penelitian dan Pengembangan RSUDZAl Staf Administrasi Instalasi Satuan Pengamanan

RSUDZATraining/Pelatihan yang pernah diikutil Training Emotional and Spiritual Quotient (ESQ)l Pelatihan Protokolerl Pangadaan Barang dan Jasa

“Saya suka mencoba hal yang baru, saya juga merasa setiap pekerjaan mampu kita lakukan, asal

kita mau,”

=Sisca Mayunita, Sai, A.Md= Staf Admin di Instalasi Satuan

Pengamanan RSUDZA

Yang Penting Dibawa Enjoy Aja

ETIAP profesi memiliki suka dan dukanya ma­sing­masing. Namun jika dijalani dengan senang hati, maka semua akan terasa nyaman dan mem­

buat betah. Hal ini diakui oleh Sis­ca Mayunita (30), satu-satunya staf perempuan di Instalasi Satuan Pengamanan, RSUDZA Banda Aceh.

Meskipun tiap hari berinte-raksi dengan kaum adam yang tentu saja membutuhkan kebuga­ran fisik serta sikap yang macho, toh hal itu tidak menjadi halangan bagi perempuan yang akrab disapa Sisca ini untuk bersikap profesion­al dalam menjalani hari hari kedi­nasannya. “Kalau secara pribadi, apapun pekerjaan dan di mana­pun tempat dan posisinya, kalau memang tugas kita, ya mesti kita jalankan dengan baik dan dedi­

katif,” kata Sisca, kala ditemui Kru RSUDZA Lam haba, Rabu (16/5) pagi.

Sesuai dengan medan tugas­nya yang kadang memang keras, bicara Sisca juga straight to the point. Akan tetapi tetap disam­paikan dengan tutur kata yang sopan dan terukur. Menurut Sis­ca, jika seseorang ingin maju dan berkembang, tidak perlu takut untuk mencoba hal­hal yang baru. Dan tentu saja, harus berpikir posi­tif dan berani mengambil tanggung jawab yang baru atau menerima tantangan penugasan di manapun. “Semakin detail justru semakin menantang.

Ada memang asumsi yang ber kembang karena notabene­nya lingkungan kerja saya adalah cowok semua. Tapi kan dalam hal pekerjaan bagi saya, tetap sama, kalau memang kita mampu untuk menjalankan, ya nggak masalah,” ujar Sisca sambil tersenyum sum­ringah.

Sesekali mata perempuan ke­lahiran Banda Aceh, 24 Mei 1988

ini menoleh ke arah layar monitor CCTV, seraya memantau lalu lintas pengunjung dan objek­objek vital di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin. Tam­pak, di ruang pusat kontrol CCTV yang sejuk itu, berjajar sejumlah layar monitor yang terpasang rapi, nyaris menutup separoh dinding.

Di luar sana tampak warga pemakai jasa RSUDZA lalu lalang memadati nyaris setiap koridor. Hari itu adalah hari terakhir Bulan Syakban, karena esok harinya, Bu­lan Ramadhan mulai menyinggahi altar kehidupan ummat Islam.

Ibu dari dua anak ini menye­but, apapun profesi atau pekerjaan pasti ada pressure­nya. Karena­nya harus disikapi dengan positive thinking serta dibarengi komit­men, dedikasi dan loyalitas.

Karena itu pula Sisca yang hari itu tampil dengan paduan busana kemeja batik plus terusan bawah berwarna gelap itu komit untuk berusaha memberikan yang terbaik, bekerja dengan disiplin dan menjadi pribadi yang ber­syukur.”Karena bekerja harus den­gan sepenuh hati,” tandasnya.

Bagi wanita berpostur pro­porsional dan berkacamata itu, se­bagai admin, tugas kesehariannya, mulai dari mengelola administrasi, inventaris dokumen security, me­nyusun to­do list, hingga meneri­ma laporan kejadian­kejadian yang berhubungan dengan keamanan di rumah sakit.

Perempuan berkulit hitam ma nis itu secara terbuka menya­takan rasa syukurnya, tak pernah mengalami kesulitan berarti, mes­ki bekerja di bidang yang didomi­

nasi para laki-laki. Alumnus SMA Negeri 11 Banda Aceh ini juga tak pernah mendapat perlakuan ber­beda terutama dari sisi tuntutan pekerjaan. Itu sebabnya dia me­negaskan bahwa untuk mengatasi masalah pekerjaan hanya dibutuh­kan pendekatan komunikasi yang baik. Bahkan Sisca Mayunita men­gibaratkan dirinya harus seramah petugas resepsionis, tapi juga tidak melupakan sikap tegas yang harus diterapkan sebagai penegak pera­turan. “Ada susah senangnya juga, apalagi mengawal schedule 75 personil security (satpam) dengan beragam karakter. Tapi yang ter­penting dibawa enjoy aja dan kami pun selalu berkomunikasi dengan baik karena semua kita juga pasti menginginkan yang terbaik,” ung­kap Sisca.

Baginya, tantangan adalah pe­micu untuk terus bersemangat da­lam bekerja. Dari sana pula Sisca banyak memetik pelajaran dalam mengelola emosi dan melatih kesa­baran. “Karena di Instalasi Satuan Pe ngamanan hanya saya sendi­ri (perempuan), mungkin kalau di bidang lain kan ada staf admin lainnya yang saling menutupi. Nah kalau pun ada masalah pelik yang terjadi di lapangan saya hanya me­nampung saja dan selanjutnya mel­apor kepada atasan saya, Kepala In­stalasi, karena itu wewenang beliau sekaligus mencari solusi yang ter­baik,” kata alumni Unsyiah ini.

Diakui Sisca, tugas security lumayan berat, karena berada di garda terdepan, yang tanggung jawabnya selain menjaga aset ge­dung juga memastikan ketertiban, kenyamanan dan ketentraman di lingkungan Rumah Sakit.

Nah, dalam konteks ini, Sisca berharap para karyawan, pasien dan tamu pengunjung agar senan­tiasa bersinergi dalam memberi­kan kenyamanan dan akselerasi ke mudahan pelayanan di lingkun­gan Rumah Sakit yang kini sudah terakreditasi bintang lima itu. “Ma-najemen rumah sakit mengingin­kan semua berjalan sesuai standar pelayanan terbaik, jadi semua kita ya harus saling peduli dalam mem­beri kenyamanan, menjaga keterti­ban dan mematuhi semua pedoman (SOP) yang sudah ditetapkan. Se­hingga operasionalnya berjalan se­suai harapan,” pinta wanita yang senantiasa senyum, yang juga Ibun­da dari Cut Ainayya Azkadina dan Teuku Jazzar Ahmad ini.

Ada sebuah kutipan motiva­si dari Albert Einstein, yang ma­sih membekas dan menyemangati hidupnya. “Learn from yesterday, live for today, and hope for tomor-row”. Belajarlah dari hari yang lalu, hiduplah untuk hari ini, dan te­ruslah berharap untuk hari esok. Begitulah kira­kira terjemahan be bas kata­kata motivasi dari so­sok fenomenal ilmuwan kelahiran Jerman itu. Cukup singkat, dan ternyata menjadi penyemangat un­tuk berbuat lebih baik lagi. Sisca pun menutup percakapan dengan seutas senyuman. “Saya memang suka mencoba hal yang baru, saya juga merasa bahwa setiap peker­jaan mampu kita lakukan, asal kita mau,” pungkasnya. Nah! [rid]

S