infobpjs - bpjs kesehatan · dalam negeri dalam hal ini dinas kependudukan dan catatan sipil...
TRANSCRIPT
K E S E H A T A N
I N F O B P J S
MEDIA INTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 70
WUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN
BERKUALITAS
STRATEGI
strategi merupakan upaya penyesuaian diri terhadap kondisi
dan dinamika yang terjadi.
Sebagai persiapan untuk menghadapi dinamika yang
akan terjadi ke depan, Manajemen BPJS Kesehatan telah
menyusun 3 Fokus Utama sebagai pedoman bagi seluruh
Duta BPJS Kesehatan agar apapun aktivitas yang dilakukan
dapat berfokus pada 3 poin yang sudah ditetapkan. 3
Fokus utama tersebut yaitu Meningkatkan Kemampuan
Pembiayaan Jaminan Kesehatan, Meningkatkan Kepuasan
Peserta dan Meningkatkan Kapasitas Operasional
Organisasi. Kemudian secara khusus, ada fokus yang
menjadi perhatian Manajemen yaitu memperkuat kebijakan
dan regulasi JKN. Tahun 2019 ini masih akan menjadi
tahun yang menantang. Pada tahun ini maupun tahun-
tahun yang akan datang, tentu BPJS Kesehatan akan
dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks
dan memerlukan pendekatan dan strategi yang berbeda-
beda untuk menyelesaikannya. Namun, melalui sinergi
dengan berbagai pihak serta kemauan dan kemampuan
untuk merangkai seluruh potensi yang dimiliki, maka
strategi yan disusun akan mampu menjawab berbagai
tantangan yang menghadang. BPJS Kesehatan juga terus
berkomitmen untuk mewujudkan penyelenggaraan program
jaminan kesehatan yang berkualitas dan tanpa diskriminasi
karena program ini merupakan program strategis yang
memberikan manfaat kepada masyarakat untuk mengakses
pelayanan kesehatan.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih
dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas
kepercayaan dan peran seluruh elemen masyarakat yang
senantiasa mendukung jalannya Program JKN-KIS ini.
Saya menyadari bahwa sebaik-baiknya strategi yang
disusun akan sulit diimplementasikan tanpa dukungan dari
pemangku kepentingan dan masyarakat. Melalui komitmen
dan sinergi bersama, maka cita-cita untuk mewujudkan
jaminan kesehatan yang berkualitas dan tanpa diskriminasi
dapat tercapai.
Fachmi Idris
Tahun 2018 telah berakhir dengan torehan
capaian dan sisa tantangan yang masih
mengikuti hingga tahun 2019 ini. Ada
cerita menarik mengenai capaian BPJS
Kesehatan pada tahun lalu. Capaian tersebut
yaitu dengan diraihnya 9 (Sembilan)
penghargaan dalam ajang International Social
Security Association (ISSA) Good Practice Award yang
diselenggarakan pada tanggal 3 Oktober 2018 di Malaysia.
Saya katakan hal ini menarik sekaligus juga aneh karena
pertama kali dalam sejarah ISSA dan Indonesia merupakan
satu-satunya negara yang menerima 9 (Sembilan)
penghargaan sekaligus. Artinya dunia internasional secara
global memberikan perhatian sungguh-sungguh dan
melihat upaya yang kami lakukan untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan.
Upaya kami tidak berhenti sampai pada hal-hal yang
telah berhasil diraih pada tahun lalu karena layaknya
berada dalam sebuah perjalanan, seringkali rute yang kita
lewati tak selalu lancar dan tanpa hambatan. Gelombang
tantangan yang harus kami hadapi tentu datang silih
berganti. Di tahun ke enam perjalanan BPJS Kesehatan
dalam mengemban amanah mulia penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan-Kartu Indonesia Sehat
(JKN-KIS), kami kembali berhadapan dengan tantangan
untuk menjaga sustainabilitas Dana Jaminan Sosial (DJS)
sebagai dampak meningkatnya utilisasi pelayanan sebagai
konsekuensi dari semakin besarnya jumlah peserta.
Capaian kolektabilitas dan efisiensi pembiayaan jaminan kesehatan tentu harus kami lakukan untuk mempertahankan
keberlangsungan finansial Program JKN-KIS.
Dalam hal menyelenggarakan program ini, saya
mengibaratkan pekerjaan yang dijalankan BPJS Kesehatan
seperti berada dalam kendaraan yang digunakan untuk
perjalanan mencapai suatu tujuan. Seringkali di tengah
perjalanan, komponen dalam kendaraan mengalami
kendala atau kendaraan tersebut harus melewati jalan yang
terjal dan bergelombang. Untuk menghadapi kendala yang
terjadi pada kendaraan atau rute ekstrim tersebut, maka
perlu dilakukan perbaikan dan perubahan komponen untuk
menyesuaikan diri dengan rute yang dihadapi. Begitu pula
dalam organisasi BPJS Kesehatan, perubahan fokus dan
Capai Visi melalui Penyesuaian Fokus dan Strategi
Ceo Note
KILAS & PERISTIWA
5
FOKUS
strategi wujudkan jaminan kesehatan yang berkualitas tanpa
diskriminasi
6
PELANGGAN
12
optimis 2019 hadapi tantangan
dan peluang
14
BENEFIT
18INSPIRASI
19
SEHAT & GAYA HIDUP
SALAM REDAKSI
PERSEPSI
DAFTAR ISI
BINCANG
10 20
BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN :
Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940
PENGARAH Fachmi Idris PENANGGUNG JAWAB Mira Anggraini PEMIMPIN UMUM Irfan Humaidi PENASIHAT
Nasihin Masha PEMIMPIN REDAKSI M.Iqbal Anas Ma’ruf SEKRETARIAT Rini Rahmitasari, Paramita Suciani REDAKTUR
Elsa Novelia, Widianti Utami, Sri Wahyuningsih, Dede Chandra S, Upik Handayani, Angela Dian, Tati Haryati Denawati, Juliana Ramdhani, Diah
Ismawardani, Ranggi Larissa Izzati, Darusman Tohir, Alhafiz DISTRIBUSI & PERCETAKAN Gusti Ngurah Catur Wiguna, Erry Endri, Asto
Bawono, Muhammad Arsyad, Imam Rahmat Muhtadin, Eko Yulianto
WAspadai gejala dbd sebelum terlambat
TESTIMONI
16
Pembaca setia Media Info BPJS Kesehatan,
Dalam perjalanan Program JKN-KIS selama lima tahun, selain memberikan perlindungan finansial kepada pesertanya,
keberadaan program ini juga telah membuka akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu,
sehingga dapat membantu meningkatkan status kesehatan mereka. Di sisi lain, program ini juga telah menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya bergotong-royong dalam memelihara dan menjaga kesehatan bersama.
Di tahun 2019 BPJS Kesehatan telah mengubah visi serta misi organisasi serta menetapkan strategi. Seperti apa
strategi BPJS Kesehatan di tahun 2019 khususnya dalam upaya untuk menjaga keberlangsungan program JKN-KIS,
rubrik FOKUS dan BINCANG akan membahasnya secara mendalam.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan
tanggapan atas terbitnya media ini. Diharapkan melalui penerbitan Media ini informasi yang berkualias, baik, akurat
dapat terus kami sajikan dan diharapkan kehadiran media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS
Kesehatan dan seluruh stakeholder. Selamat beraktivitas.
Redaksi
Pasang Strategi Wujudkan Visi Diri
KIS JADI PROGRAM PEMERINTAH PALING DIRASAKAN MANFAATNYA
VERSI ALVARA RESEARCH
layanan kesehatan Terkait Tindakan Hukum Tak Dijamin Program
JKN-KIS
CATAT Masa Aktivasi Pendaftaran Peserta PBPU Semua Kelas
Rawat 14 Hari
UHC Sebagai Upaya Pemda Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Tanpa
Diskriminasi
Mampu Membantu RS Melalui SCF, Bank Mandiri Raih Penghargaan
Internasional
Korban Tindak Pidana Bisa Ajukan Permohonan Pembiayaan ke LPSK
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 5
KILAS & PERISTIWA
Jakarta, - Pemerintah menambah kuota Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) yang
ditanggung oleh APBN di tahun 2019 menjadi 96,8
juta jiwa dari sebelumnya sebanyak 92,4 juta jiwa.
Penambahan kuota ini merupakan wujud komitmen
kuat pemerintah terhadap Program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) khususnya
dalam hal peningkatan cakupan kepesertaan.
“Ada penambahan sebanyak 4,4 juta jiwa dari tahun-
tahun sebelumnya (2016-2018). Ini merupakan kabar
baik, diharapkan melalui penambahan kuota PBI ini akan
mempercepat terwujudnya cakupan kesehatan semesta
atau Universal Health Coverage,” jelas Kepala Humas
BPJS Kesehatan, Iqbal Anas Ma’ruf (08/01).
Iqbal menerangkan, penambahan kuota PBI-JK ini
berdasarkan surat Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 01/HUK/2019 tentang Penetapan
Penerimaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun
2019 yang ditandatangani oleh Menteri Sosial Republik
Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita. Data peserta
ini sudah termasuk bayi dari peserta PBI-JK yang
didaftarkan pada tahun 2019.
"Untuk memastikan peserta yang menjadi PBI-JK adalah
yang benar-benar berhak dan memenuhi kualifikasi yang
ditetapkan pemerintah, pemutakhiran data pun secara
rutin dilakukan oleh Kementerian Sosial bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan dan menggandeng kementerian
Dalam Negeri dalam hal ini Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil (Dukcapil) baik di tingkat pusat maupun
daerah," ujar dia.
Sepanjang tahun 2018 dilakukan proses verifikasi dan
validasi (verivali) yang dilakukan Kemensos sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan pemadanan dengan
data kependudukan sehingga ada sistem informasi data
PBI berbasis NIK. Ada beberapa hal yang diverifikasi dan
divalidasi setiap waktu. Misalnya, penghapusan peserta
PBI-JK yang sudah mampu, sudah menjadi Pekerja
Penerima Upah (PPU), meninggal dunia atau memiliki
NIK ganda. BPJS Kesehatan melaporkan setiap bulan
ke Kemenkes dengan tembusan Kemensos. Selanjutnya
jika sudah dikoordinasikan lintas lembaga, BPJS
Kesehatan akan menerima perubahan PBI-JK tersebut
untuk diperbaharui.
PERCEPAT UHC, PEMERINTAH TAMBAH KUOTA PBI-JK MENJADI 96,8 JUTA JIWA DI TAHUN 2019
Jakarta, Jamkesnews - Kartu Indonesia Sehat menjadi
program pemerintah paling dirasakan manfaatnya
menurut survei Alvara Research Center berjudul Laporan
Survei Pilpres 2019 : Ketika Pemilih Semakin Mengkristal.
Dalam laporan tersebut, Kartu Indonesia Sehat berada di
urutan teratas dari 10 program pemerintah, dengan skor
68% disusul program dengan Kartu Indonesia Pintar dan
pembangunan infrastruktur.
Kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional-
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan faktanya dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat. Ini dilihat dari jumlah peserta serta
angka pemanfaatan yang terus meningkat sejak
diimplementasikan. Sampai dengan 10 Januari 2019
jumlah peserta yang terdaftar dalam Program JKN-KIS
telah mencapai 216.152.549 jiwa atau mencakup 82%
dari total penduduk Indonesia.
Selain itu angka menunjukan bahwa banyak masyarakat
yang merasakan manfaat dari hadirnya program ini. Pada
tahun 2018, pemanfaatan pelayanan kesehatan di seluruh
tingkat layanan mencapai 233,8 juta pemanfaatan, atau
rata-rata 640.765 per hari.
“Dari data tersebut dan dengan berbagai dinamika yang
terjadi, tidak terbantahkan lagi bahwa Program JKN-KIS
telah membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan,” terang Kepala Humas
BPJS Kesehatan, M. Iqbal Anas Ma’ruf .
KIS JADI PROGRAM PEMERINTAH PALING DIRASAKAN MANFAATNYA VERSI ALVARA RESEARCH
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 6
F O K U S
Program JKN-KIS yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan semakin dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat Indonesia. Ini terlihat dari jumlah
peserta serta angka pemanfaatan yang terus
meningkat sejak program ini mulai diimplementasikan
pada 1 Januari 2014. Hingga 1 Maret 2019, peserta
program JKN-KIS telah mencapai 218.132.478 jiwa, atau
mencakup 82,64% dari total penduduk Indonesia.
Kartu Indonesia Sehat juga menjadi program pemerintah
yang paling dirasakan manfaatnya menurut survei Alvara
Research Center berjudul Laporan Survei Pilpres 2019
: Ketika Pemilih Semakin Mengkristal. Dalam laporan
tersebut, Kartu Indonesia Sehat berada di urutan
teratas dari 10 program pemerintah. Bahkan sepanjang
tahun 2014-2018, BPJS Kesehatan telah meraih 57
penghargaan, terdiri dari 44 penghargaan skala nasional,
dan 13 penghargaan skala internasional.
Memasuki tahun ke-6 penyelenggaraan program
Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan telah menetapkan
tiga fokus utama yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan program bagi seluruh unit kerja. Ketiga
fokus tersebut yaitu meningkatkan kemampuan
pembiayaan jaminan kesehatan, meningkatkan
kepuasan peserta, serta meningkatkan kapasitas
operasional organisasi. Di luar ketiga fokus utama
tersebut, BPJS Kesehatan juga akan memperkuat
regulasi dan kebijakan JKN yang dijadikan sebagai
fokus khusus.
Wujudkan Jaminan Kesehatan yang Berkualitas Tanpa Diskriminasi
STRATEGI
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 7
FOKUS
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Sri Mulyani
Investasi SDM
Dalam perjalanan Program JKN-KIS selama lima tahun,
selain memberikan perlindungan finansial kepada
pesertanya, keberadaan program ini juga telah membuka
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
bermutu, sehingga dapat membantu meningkatkan
status kesehatan mereka. Di sisi lain, program ini
juga telah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
bergotong-royong dalam memelihara dan menjaga
kesehatan bersama.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan,
Program JKN-KIS merupakan salah satu mata rantai
penting di dalam investasi sumber daya manusia.
Karenanya, Program JKN-KIS harus terus menerus
diperbaiki. Ia melihat sudah ada bayak hal yang telah
dicapai. Masyarakat kini semakin mudah mengakses
pelayanan kesehatan. Namun, perbaikan harus terus
dilakukan untuk kesempurnaan program ini. Sebab JKN-
KIS merupakan program yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Program yang merupakan fondasi untuk
Indonesia maju ke depan.
"Presiden Jokowi berkali-kali mengatakan, kita ingin
investasi di sumber daya manusia melalui pendidikan,
kesehatan, dan jaring pengaman sosial. JKN-KIS ini
merupakan salah satu mata ratai penting di dalam
investasi tersebut. Manusia yang sehat, pandai, yang
mampu berfikir dengan menggunakan nalar yang baik,
yang memiliki etika dan agama yang baik, mereka adalah
aset dari suatu negara. Oleh karena itu, program ini harus
terus menerus kita perbaiki," kata Sri Mulyani.
Di tahun ini sesuai dengan peta jalan Program JKN-
KIS, diharapkan seluruh penduduk Indonesia sudah
terlindungi dalam Program JKN-KIS atau Universal
Health Coverage (UHC). Menurut Sri Mulyani, ada empat
karakter yang dimiliki UHC jika ingin sukses dijalankan,
yakni Universal, Supply Side, Demand Side yang
Affordable, dan Sustainable.
"Universal berarti seluruhnya terlindungi. Kedua yang
menyangkut fasilitas kesehatan, berarti supply side-
nya harus memiliki pelayanan yang baik, tepat kualitas
dan tepat waktu. Yang ketiga demand side-nya atau
masyarakatnya merasa affordable atau terjangkau untuk
ikut serta di dalam program ini. Jadi jangan pernah
membayangkan kalau Universal Health Coverage
itu artinya semua ter-cover dan gratis. Universal
Health Coverage itu meng-cover semua, tetapi
semua berpartisipasi sesuai dengan affordability-nya
(kemampuan)," kata Sri Mulyani.
Selanjutnya yang menjadi karakter keempat adalah
sustainable atau berkelanjutan. "Program yang baik
adalah yang sustainable. Artinya antara supply dan
demand yang affordable, serta kemampuan sistem untuk
mensustain-nya, itu bisa berlangsung terus menerus.
Tidak kemudian 10 tahun bangkrut, rumah sakitnya
gulung tikar, atau masyarakat merasa tercekik dengan
iuran yang meningkat,” ujar Sri Mulyani.
Fokus BPJS Kesehatan di 2019
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris
menyampaikan, di tahun 2018, sejumlah tantangan
memang masih dihadapi oleh BPJS Kesehatan dalam
menyelenggarakan Program JKN-KIS. Tantangan-tangan
tersebut menurutnya juga masih akan dihadapi di tahun
2019 ini.
“Tantangan di tahun 2018, terutama dalam hal capaian
kolektabilitas iuran serta efisiensi pembiayaan pelayanan
kesehatan dan penjamin mutu layanan, masih akan
menjadi pekerjaan besar di tahun 2019,” kata Fachmi
Idris.
Melihat kondisi yang berkembang dan potensi tantangan
yang akan terjadi sepanjang tahun 2019, BPJS Kesehatan
telah menetapkan tiga fokus utama dan juga fokus
khusus di tahun 2019 ini. Berbagai strategi juga sudah
disiapkan, demi terwujudnya jaminan kesehatan yang
berkualitas tanpa diskriminasi.
Meningkatkan Kemampuan Pembiayaan Jaminan
Kesehatan
Yang menjadi fokus pertama BPJS Kesehatan di tahun
2019 ini adalah meningkatkan kemampuan pembiayaan
jaminan kesehatan. Untuk mencapainya, Fachmi Idris
mengatakan terdapat tiga pilar asuransi kesehatan
sosial yang harus dioptimalkan. Pilar pertama adalah
Optimalisasi Risk Pooling melalui percepatan rekrutmen
peserta. Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan
kepesertaan Pekerja Penerima Upah (PPU) melalui
sinergi data potensi peserta antar lembaga, canvassing,
dan penyelarasan fungsi kepatuhan, advokasi kepastian
ketersediaan anggaran Pemerintah Daerah untuk
kesinambungan dan peningkatan jumlah peserta,
serta optimalisasi rekrutmen peserta Pekerja Bukan
Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP) melalui
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 8
peningkatan efektivitas kanal pedaftaran berbasis data
hasil koordinasi stakeholder penyedia data.
Pilar kedua yang juga harus dioptimalkan untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan jaminan
kesehatan adalah Peningkatan Revenue Collection.
Strateginya dengan mengoptimalkan pengumpulan
tunggakan iuran peserta PBPU non aktif, optimalisasi
pengumpulan tunggakan iuran wajib Pemda sebagai
pemberi kerja dan iuran peserta yang didaftarkan oleh
Pemda, optimalisasi fungsi kepatuhan dengan prioritas
PPU Badan Usaha (BU) besar yang menunggak, serta
optimalisasi pelaksanaan autodebet peserta PBPU
dan BP melalui penyelarasan bisnis proses pelayanan
peserta.
Selanjutnya yang menjadi pilar ketiga adalah Optimalisasi
Purchasing, dengan cara mengoptimalkan Program
Rujuk Balik (PRB) melalui peningkatan peserta PRB aktif
dan kepastian ketersediaan obat, pengembangan dan
optimalisasi mekanisme pembayaran provider berbasis
kinerja, melakukan koordinasi dengan Kementerian
dan Lembaga dalam implementasi cost sharing yang
berpotensi moral hazard.
Upaya lainnya adalah melakukan standarisasi penjaminan
manfaat, mengembangkan sistem klaim berbasis
electronic claim di FKRTL dan FKTP, serta optimalisasi
rujukan berjenjang melalui rujukan online.
Meningkatkan Kepuasan Peserta
Seperti di tahun-tahun sebelumnya, meningkatkan
kepuasan peserta selalu menjadi fokus utama BPJS
Kesehatan. Fachmi Idris mengatakan, fokus peningkatan
kepuasan peserta ini diwujudkan melalui peningkatan
pelayanan administrasi, antara lain melalui peningkatan
performa pelayanan prima melalui standarisasi proses
dan Service Level Agreement (SLA) layanan di Kantor
BPJS Kesehatan, peningkatan pemanfaatan aplikasi
Mobile JKN dan Mobile Customer Service sebagai kanal
proses pelayanan administrasi, perbaikan mutu layanan
informasi dan penanganan pengaduan di faskes melalui
penguatan sinergi dengan FKRTL, serta kepastian
kepemilikan KIS bagi peserta PBI APBN.
Meningkatkan kepuasan peserta juga dilakukan dengan
memperbaiki mutu layanan faskes melalui komitmen dan
kepatuhan faskes, serta memastikan akses pelayanan
yang berkualitas dan terstandar.
Fachmi menegaskan, kepuasan peserta tidak hanya
menjadi perspektif Duta BPJS Kesehatan yang tugasnya
langsung berhubungan dengan peserta, tetapi harus
menjadi orientasi seluruh Duta BPJS Kesehatan di
seluruh fungsi organisasi, baik di Kantor Pusat maupun
di daerah. Selain itu, kepuasan peserta juga sangat
dipengaruhi oleh ketanggapan Duta BPJS Kesehatan
dalam menangani keluhan dengan cepat dan tuntas.
“Seluruh upaya perbaikan sistem kerja organisasi
dalam penyelenggaraan program JKN-KS, semata-
mata ditujukan untuk kepentingan peserta dan publik,”
imbuhnya.
Meningkatkan Kapasitas Operasional Organisasi
Fokus ketiga BPJS Kesehatan di tahun 2019 ini adalah
meningkatkan kapasitas operasional organisasi.
Terobosan yang dilakukan adalah melalui peningkatan
F O K U S
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 9
efektivitas pengelolaan program kerja dan anggaran,
serta peningkatan efektivitas implementasi Governance,
Risk dan Compliance (GRC), dengan cara inovasi
berkelanjutan dan perbaikan proses, meningkatkan
budaya sadar risiko dan pengendalian risiko, serta
mendorong terciptanya budaya pengendalian internal
dan kepatuhan terhadap sistem dan proses.
Strategi lainnya untuk meningkatkan kapasitas
operasional organisasi adalah peningkatan efektivitas
pencapaian kinerja melalui sistem manajemen
monitoring dan evaluasi yang terstruktur (CMS), serta
meningkatan kapabilitas Teknologi Informasi sebagai
enabler untuk memberikan kemudahan, kepastian, dan
kecepatan layanan.
Selain tiga fokus utama tersebut, BPJS Kesehatan juga
telah menetapkan fokus khusus di tahun 2019 ini, yaitu
memperkuat kebijakan dan regulasi JKN. Upaya yang
dilakuan adalah dengan mengembalikan peras serta
fungsi BPJS Kesehatan sebagaimana ketentuan Undang-
Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), serta
mengembangkan dan mengoptimalkan fungsi regulatory
management system.
Kualitas Pelayanan Kesehatan
Anggota Dewan Jaminan Sosial Masyarakat (DJSN),
Ahmad Ansyori menyampaikan, dari ketiga fokus utama
dan fokus khusus yang ditetapkan BPJS Kesehatan
tersebut, hal yang paling disorotinya adalah terkait akses
dan kualitas pelayanan kesehatan untuk perserta Program
JKN-KIS. Pasalnya menurut pengamatan Ansyori, kedua
hal tersebut seolah berada di luar tanggung jawab BPJS
Kesehatan.
"Di dalam peta jalan, diharapkan pada tahun ini seluruh
penduduk Indonesia sudah terdaftar Program JKN-KIS.
Tentu dalam mewujudkannya ada beberapa kendala.
Tetapi yang juga penting dan harus diperhatikan adalah
terkait akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Sebab
yang kami lihat, seolah-olah ini berada di luar tanggung
jawab BPJS Kesehatan. Mustinya kedua hal tersebut
juga bisa di-drive oleh BPJS Kesehatan," kata Ansyori.
Melalui pendekatan data, Ansyori berharap BPJS
Kesehatan bisa berperan lebih besar lagi dalam kaitannya
dengan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.
"BPJS Kesehatan kan sudah menjalankan program ini
selama lima tahun, sudah ada banyak data yang begitu
bagus. Dengan pendekatan data, mustinya kita bisa
berkomunikasi kepada misalnya Pemerintah Daerah, ini
loh kebutuhannya untuk memperbaiki kualitas pelayanan
kesehatan. Sehingga kata kunci evidence-based policy
musti menjadi daya dorong yang harus terus digemakan
oleh BPJS Kesehatan dan kita semua," sambung Ansyori.
BPJS Kesehatan menurutnya juga perlu lebih efektif
mengkomunikasikan capaian-capain positif Program
JKN-KIS, mengingat selama ini masyarakat banyak
dijejali hal-hal yang negatif, baik itu di media massa
maupun media sosial.
"Dalam penyelenggaraan Program JKN-KIS, memang
ada yang negatifnya, ada kelemahannya. Tetapi itu
semua bisa dianalisa, apakah karena faktor administrasi,
perilaku peserta, atau justru kesiapan fasilitas kesehatan.
Kuncinya adalah komunikasi. Value yang luar biasa dari
Program JKN-KIS harus terus dikomunikasikan secara
memadai kepada masyarakat," kata Ansyori.
FOKUS
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 10
B I N C A N G
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris
Memasuki tahun keenam pelaksanaannya,
Program Jaminan Kesehatan Nasional-
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah dirasakan
manfaatnya oleh banyak orang. Program yang mulai
diselenggarakan sejak 1 Januari 2014 ini tidak hanya
memberikan proteksi kesehatan bagi masyarakat
Indonesia, tetapi juga membawa dampak positif
terhadap sistem pelayanan kesehatan, perekonomian,
pengeluaran kesehatan masyarakat, hingga penurunan
angka kemiskinan.
HADAPI TANTANGAN DAN PELUANG
OPTIMIS 2019
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 10
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 11
BINCANG
Banyak sudah kemajuan yang
dicapai selama perjalanannya baik
dari sisi cakupan kepesertaan,
ketersediaan faskes, terobosan baru
hingga program kerja yang berhasil
dilaksanakan. Namun, semakin
bertambahnya usia dan seiring
menuju pencapaian Universal Health
Coverage (UHC), maka tantangan
yang dihadapi pun kian kompleks.
Selain itu, isu pembiayaan Program
JKN-KIS juga masih menjadi
tantangan besar. Namun, BPJS
Kesehatan optimis bisa menghadapi
tantangan sekaligus peluang besar di
tahun ini. Untuk itu BPJS Kesehatan
menetapkan beberapa fokus utama
dan strategi di 2019. Apa saja itu?
Berikut sambutan Direktur Utama
BPJS Kesehatan, Fachmi Idris,
pada acara peluncuran Data Sampel
BPJS Kesehatan di Kantor Pusat
BPJS Kesehatan, Jakarta, Senin
(25/02/2019) yang disajikan dalam
format “bincang”.
Apa yang akan menjadi fokus
utama BPJS Kesehatan di tahun
ini ?
Seperti ungkapan “Teruslah
menjadikan BPJS Kesehatan
menjadi bintang yang selalu berkelip,
bukan menjadi meteor yang
benderang namun kemudian cepat
mati bersama sinarnya”. Kami akan
terus memberikan yang terbaik dari
program JKN-KIS. Untuk itu, di 2019
ini kami mempunyai tiga fokus utama
dan satu fokus khusus. Pertama,
kita akan fokus meningkatkan
kemampuan pembiayaan jaminan
kesehatan. Kedua, meningkatkan
kepuasan peserta. Ketiga,
meningkatkan kapasitas operasional
organisasi, dan untuk fokus khusus
kita akan memperkuat kebijakan dan
regulasi JKN.
Untuk mencapai tiga fokus itu,
apa strategi khusus yang dibuat ?
Untuk fokus pertama, yaitu
meningkatkan kemampuan
pembiayaan kami akan lakukan
optimalisasi pada tiga aspek.
Aspek pertama adalah risk pooling
melalui beberapa strategi, seperti
mempercepat rekruitmen peserta.
Caranya dengan meningkatkan
kepesertaan segmen peserta
Pekerja Penerima Upah (PPU) atau
karyawan swasta melalui data
potensi peserta antar lembaga,
canvassing, dan penyelarasan
fungsi kepatuhan peserta. Kami
juga akan melakukan advokasi
kepastian ketersediaan anggaran
pemerintah daerah untuk menjamin
kesinambungan dan peningkatan
jumlah peserta. Hal lain yang
lakukan adalah mengoptimalkan
rekruitmen segmen peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah (PBPU) atau
peserta mandiri dan Bukan Pekerja
(BP) dengan cara meningkatkan
efektivitas kanal pendaftaran
berbasis data hasil koordinasi
pemangku kepentingan penyedia
data.
Aspek kedua, kami akan
meningkatkan revenue collection
untuk meningkatkan kemampuan
pembiayaan di tahun ini. Caranya
dengan mengoptimalkan
pengumpulan tunggakan iuran
peserta PBPU non aktif. Termasuk
tunggakan wajib Pemda sebagai
pemberi kerja dan iuran peserta
yang didaftarkan oleh Pemda.
Fungsi kepatuhan juga kami akan
optimalkan khususnya PPU badan
usaha yang menunggak. Selain
itu, mengoptimalkan pelaksaan
outodebet peserta PBPU dan BP
melalui penyelarasan bisnis proses
pelayaan peserta. Nah aspek
ketiga, kami lakukan optimalisasi
purchasing. Strateginya adalah
dengan mengoptimalkan program
peserta rujuk balik (PRB) melalui
peningkatan jumlah peserta aktif
dan kepastian ketersediaan obat.
Kemudian mengembangkan dan
mengoptimalkan mekanisme
pembayaran provider berbasis
kinerja atau sering kita sebut
KBK. Kami juga akan melakukan
koordinasi dengan kementerian/
lembaga terkait dalam implementasi
urun biaya yang berpotensi moral
hazard. Strategi lainnya, kami
melakukan standarisasi penjaminan
manfaat, mengembangkan sistem
klaim berbasis elektronik di fasilitas
kesehatan rujukan maupun tingkat
pertama. Rujukan berjenjang melalui
rujukan online juga kami optimalkan.
Lalu, bagaimana dengan fokus
kedua dan ketiga ?
Nah, untuk meningkatkan kepuasaan
peserta sebagai fokus utama kedua,
kami lakukan beberapa strategi.
Di antaranya, meningkatkan
pelayanan administrasi. Misalnya
dengan meningkatkan performa
pelayanan melalui standarisasi
proses service level agreement
di Kantor BPJS Kesehatan.
Pemanfaatan aplikasi Mobile JKN
dan Mobile Costumer Service
sebagai kanal proses pelayanan
administrasi akan kami optimalkan.
Kami perkuat sinergi dengan rumah
sakit untuk meningkatkan mutu
layanan informasi dan penanganan
pengaduan di faskes. Kami juga
ingin memastikan kepemilikan
KIS bagi peserta PBI yang dibiayai
dari APBN. Strategi lain untuk
kepuasan peserta, adalah dengan
meningkatkan mutu layanan melalui
komitmen dan kepatuhan faskes.
Di samping itu, memastikan akses
pelayanan yang berkualitas bagi
peserta. Untuk kepuasan peserta
hingga akhir 2017 sebesar 79%,
artinya sudah mencapai target. Kami
harapkan mencapai target 85% di
akhir 2019. Kepuasan peserta erat
kaitannya dengan kepuasan faskes
karena berhubungan dengan mutu
layanan. Kita punya target dari angka
65% menuju 80%.
Untuk fokus ketiga, kami memiliki
beberapa strategi. Misalnya,
meningkatkan efektivitas
pengelolaan program kerja dan
anggaran. Selain itu, meningkatkan
efektivitas implementasi governance
risk management compliance (GRC)
melalui beberapa cara, seperti
meningkatkan budaya sadar risiko
dan pengendalian risiko. Kemudian
mendorong terciptanya budaya
pengendalian internal dan kepatuhan
terhadap sistem dan proses.
Efektivitas pencapain kinerja juga
perlu ditingkatkan melalui sistem
manajemen monitoring dan evaluasi
yang terstruktur.
Terakhir, bagaimana dengan fokus
khusus atau tambahan yang pak
Dirut sebutkan tadi ?
Kalau untuk fokus khusus ini,
kami ingin mengembalikan peran
dan fungsi BPJS Kesehatan
sebagaimana ketentuan UU SJSN.
Kami juga ingin mengembangkan
dan mengoptimalkan fungsi
regulatory management system.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 12
B E N E F I T
12
Terkait Tindakan Hukum Tak Dijamin Program JKN-KIS
Layanan Kesehatan
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 13
BENEFIT
13
Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan yang ditandatangani
Presiden Joko Widodo pada 17 September
lalu mengatur beberapa kebijakan baru terkait
dengan kepesertaan dan manfaat program JKN-KIS.
Salah satunya mengatur tentang pelayanan kesehatan
yang tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Ada beberapa layanan kesehatan yang memang tidak
masuk dalam manfaat Program JKN-KIS sejak awal.
Sedangkan beberapa layanan yang dulunya belum diatur
dengan jelas sehingga masuk dalam manfaat program,
tetapi sejak adanya Perpres 82 ini tidak lagi dijamin oleh
Program JKN-KIS.
Di antaranya, disebutkan dalam Pasal 52 ayat 1 huruf
r bahwa pelayanan kesehatan akibat tindak pidana,
penganiayaan, kekerasan seksual, korban terorisme,
dan tindak pidana perdagangan orang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tidak dijamin
oleh BPJS Kesehatan. Kasus-kasus yang berhubungan
dengan tindakan hukum tidak dijamin oleh BPJS
Kesehatan.
Lalu siapa yang menjamin? Yang menjamin adalah
institusi terkait. Apabila itu adalah korban, maka negara
telah menetapkan Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK) lah yang akan menjamin. Ini diperkuat
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban.
Pasien yang masuk dalam kriteria pasal 52 Ayat 1 huruf
r ini akan ditandai saat mendapat pelayanan di fasilitas
kesehatan rujukan, selanjutnya biaya perawatannya
diserahkan kepada institusi yang terkait. Namun, secara
teknis pelaksanaan Perpres 82 ini akan diatur lebih lanjut
dengan peraturan pelaksana dari menteri terkait.
Ketentuan mengenai kriteria pelayanan yang tidak dijamin
oleh BPJS Kesehatan ini sebenarnya termasuk dalam
pelayanan kesehatan yang tidak dijamin pada pasal 25
ayat 1 huruf q Perpres no 19 tahun 2016 yaitu pelayanan
lainnya yang tidak ada hubungannya dengan Manfaat
Jaminan Kesehatan yang diberikan. Namun karena
belum di atur dengan jelas maka sering menimbulkan
perbedaan penjaminan di fasilitas kesehatan. Pengaturan
ini untuk menegaskan posisi BPJS Kesehatan dalam
pembiayaan bagi peserta, sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman dalam pelaksanaannya di lapangan.
Sebelum diatur dalam Perpres 82 ini bisa jadi pelayanan
yang bukan karena sakit juga dijamin oleh BPJS
Kesehatan. Hal ini menimbulkan overlaping pembiayaan
atas kasus-kasus yang mestinya dibayar oleh institusi
lain.
Selain kasus-kasus terkait tindakan hukum, pasal 52 juga mencantumkan total 21 poin pelayanan
kesehatan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan.
a Pelayanan Kesehatan untuk tujuan estetika
b Pelayanan untuk mengatasi infertilitas
c Layanan meratakan gigi, dan ortodonsi.
d Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat melakukan hobi yang membahayakan
diri sendiri.
e Pengobatan komplementer, alternatif, dan tradisional, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan
penilaian teknologi kesehatan.
f Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan atau eksperimen.
g Alat dan obat kontrasepsi, kosmetik.
h Perbekalan kesehatan rumah tangga.
i Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa atau wabah.
j Pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan dan dapat dicegah.
k Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dalam rangka bakti sosial.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 14
P E L A N G G A N
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Presiden (Perpres) No.82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan. Beleid ini memuat
sejumlah ketentuan baru yang mengubah
peraturan sebelumnya. Misalnya, mengenai pendaftaran
peserta bukan penerima upah (PBPU). Pasal 15 Perpres
No.82 Tahun 2018 mewajibkan setiap PBPU dan
bukan pekerja (BP) mendaftarkan dirinya dan anggota
keluarganya secara sendiri-sendiri atau kolektif sebagai
peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS) dengan membayar iuran.
Setelah mendaftar BPJS Kesehatan akan melakukan
verifikasi dalam waktu 14 hari sejak pendaftaran untuk
setiap kelas rawat baik kelas 1, 2 maupun 3.
Kewajiban melakukan pendaftaran sebagai peserta
JKN-KIS bagi PBPU dan BP dilaksanakan paling
lambat 1 Januari 2019. Jika kewajiban pendaftaran itu
tidak dilakukan sesuai batas waktu yang ditentukan,
maka dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan. Lebih lanjut ketentuan ini diatur dalam
Peraturan BPJS Kesehatan No.6 Tahun 2018 tentang
Administrasi Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan.
Peraturan BPJS Kesehatan yang diundangkan 18
Desember 2018 ini mengatur PBPU termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
bulan dan anggota keluarganya. Selain itu PBPU terdiri
dari pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri,
dan pekerja yang bukan penerima gaji atau upah.
Pendaftaran bisa dilakukan melalui banyak kanal
pendaftaran yang telah tersedia seperti aplikasi Mobile
JKN, BPJS Kesehatan Care Center 1500 400, dan loket
kantor cabang atau kantor kabupaten/kota atau unit
pelayanan lain yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.
Penduduk yang belum terdaftar sebagai peserta JKN-KIS
dapat didaftarkan pada BPJS Kesehatan oleh pemerintah
daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
Anggota PBPU yang wajib didaftarkan dalam program
JKN-KIS yakni seluruh anggota keluarga yang terdaftar
dalam kartu keluarga (KK). Pendaftaran dilakukan oleh
Masa Aktivasi Pendaftaran Peserta PBPU Semua Kelas Rawat 14 Hari
CATAT
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 15
PELANGGAN
salah satu anggota keluarga yang terdaftar dalam
KK. Dalam hal hanya terdapat satu nama dalam KK
yang berhalangan mendaftarkan dirinya karena alasan
tertentu, pendaftaran dapat dilakukan oleh orang yang
ditunjuk dengan melampirkan surat kuasa.
Jika ada anggota keluarga dalam satu KK yang mendapat
tugas belajar atau pertukaran pelajar ke luar negeri;
bekerja di luar negeri; atau tinggal di luar negeri, maka
dapat dikecualikan dari kewajiban mendaftar JKN-KIS.
Pengecualian ini harus dibuktikan dengan menunjukan
visa asli atau salinan; surat izin tinggal di luar negeri; atau
surat pemberitahuan ke luar negeri dari penyelenggara
atau sponsor.
Bagi penduduk yang belum terdaftar sebagai peserta
JKN-KIS pada suatu daerah,dapat didaftarkan secara
kelompok oleh pemerintah daerah provinsi dan/atau
pemerintah kabupaten/kota (pemda). Pendaftaran ini
ditujukan untuk mengintegrasikan jaminan kesehatan
daerah (Jamkesda) dalam program JKN-KIS.
Pendaftaran oleh pemda dilakukan berdasarkan perjanjian
kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan pemda.
Bagi pemda yang mendaftarkan seluruh penduduk
di wilayahnya, kepesertaan dinyatakan aktif setelah
didaftarkan, kecuali diperjanjikan lain.
Surat Rekomendasi Dinas Sosial Untuk Pendaftaran
Peserta PBPU Tidak Diperlukan Lagi
Peraturan BPJS Kesehatan No.6 Tahun 2018 ini,
mencabut Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan yang
mengatur mengenai administrasi kepesertaan. Serta
mencabut Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pembayaran Iuran
Bagi Peserta PBPU dan BP sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2016.
Kemudian, mencabut juga Peraturan BPJS Kesehatan
No.6 Tahun 2016 tentang Perubahan Status Kepesertaan
PBPU dan BP Dalam Penyelenggaraan Program JKN.
Mengingat beberapa Peraturan BPJS Kesehatan itu telah
dicabut, maka ketentuan mengenai surat rekomendasi
dari dinas sosial sebagaimana diatur dalam pasal 9
ayat (1) huruf (d) Peraturan BPJS Kesehatan No.1
Tahun 2015 tidak berlaku. Ketentuan ini sebelumnya
mengatur peserta dan bayi baru lahir dari PBPU dan
BP yang mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III
dan menunjukan surat rekomendasi dinas sosial dapat
segera membayar uran pertama setelah mendapat
virtual account.
Surat rekomendasi yang diterbitkan dinas sosial
setempat itu menyatakan sebagai orang tidak mampu
dan/atau keterangan lain yang dibutuhkan. Tapi dengan
terbitnya Peraturan BPJS Kesehatan No.6 Tahun 2018,
ketentuan mengenai surat rekomendasi dinas sosial itu
tidak diperlukan lagi.
Sekarang peserta PBPU dan BP wajib mendaftar sebagai
peserta JKN-KIS dan membayar iuran pertama setelah
melalui proses verifikasi pendaftaran selama 14 hari.
Atau bisa juga menjadi peserta JKN-KIS yang didaftarkan
oleh pemda, terutama pemda yang sudah mencapai
universal health coverage (UHC) atau cakupan kesehatan
semesta.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 16
T E S T I M O N I
Pemerintah daerah (pemda) berperan penting
dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Untuk mengoptimalkan peran itu Presiden
Joko Widodo telah menerbitkan sejumlah peraturan
antara lain Instruksi Presiden No.8 Tahun 2017 tentang
Optimalisasi Pelaksanaan Program JKN. Inpres ini antara
lain memerintahkan gubernur di seluruh daerah untuk
meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada
bupati dan walikota dalam rangka pelaksanaan program
JKN.
Gubernur diperintahkan untuk mengalokasikan
anggaran dalam rangka pelaksanaan JKN. Sekaligus
memastikan bupati dan walikota untuk mengalokasikan
anggaran tersebut di wilayahnya, mendaftarkan seluruh
penduduknya dalam JKN, menyediakan sarana dan
prasarana serta SDM untuk mendukung program JKN.
Selainitu, gubernur harus memastikan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) mendaftarkan seluruh pekerja dan
keluarganya dalam JKN serta pembayaran iurannya. Inpres
yang berlaku sampai akhir tahun lalu itu berkontribusi
mendorong pemda mendaftarkan penduduknya dalam
program JKN-KIS untuk mencapai Universal Health
Coverage (UHC) atau cakupan kesehatan semesta.
Regulasilainnya yang menekankan peran penting
pemda dalam penyelenggaraan JKN-KIS yakni
Peraturan Presiden (Perpres) No.82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan. Beleid ini memuat ketentuan yang
menegaskan pemda wajib mendukung JKN-KIS. Bentuk
Sebagai Upaya Pemda Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Tanpa Diskriminasi
UHC
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 17
TESTIMONI
Walikota Bogor
Bima Arya
dukungan itu diberikan melalui peningkatan pencapaian
kepesertaan di wilayahnya; kepatuhan pembayaran
iuran; peningkatan pelayanan kesehatan; dan dukungan
lain sesuai peraturan perundang-undangan dalam rangka
menjamin kesinambungan program JKN-KIS.
Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS
Kesehatan, Andayani Budi Lestari, mengatakan pemda
sebagai tulang punggung program JKN-KIS. Peran pemda
menentukan keberhasilan implementasi program JKN-
KIS, khususnya dalam perluasan cakupan kepesertaan,
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta
pembiayaan JKN-KIS yang terjangkau, berkelanjutan dan
terintegrasi.
Pemda juga berperan penting dalam optimalisasi
pelaksanaan sistem kendali mutu dan biaya di daerah.
Serta pembinaan dan pengawasan sekaligus kepatuhan
pelaksanaan JKN-KIS di daerah. Pelayanan kesehatan
tanpa diskriminasi dapat terwujud jika seluruh penduduk
telah menjadi peserta JKN-KIS; Seluruh penduduk bisa
memilih banyak saluran untuk pendaftaran dan informasi;
Seluruh peserta mempunyai fasilitas pembayaran iuran,
perubahan data dan menyampaikan pengaduan dan;
Seluruh peserta mendapat jaminan manfaat sesuai
ketentuan.
Salah satu pemda yang sudah mencapai UHC -paling
sedikit 95 persen penduduknya terdaftar dalam program
JKN-KIS- yaitu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Per
1 Desember 2018 jumlah peserta JKN-KIS di Jakarta
sebanyak 10.146.398 jiwa (98,18 persen). Tingkat
kepuasa peserta JKN-KIS di Jakarta tergolong tinggi,
mencapai 78,26 persen. Capaian yang diraih Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta ini patut dicontoh daerah lain.
Daerah lain yang berhasil mencapai UHC yakni
pemerintah Kota Bogor. Jumlah penduduk Kota Bogor
1.021.337 jiwa dan sebanyak 847.972 jiwa (83,02
persen) sudah terdaftar menjadi peserta JKN-KIS. Per 1
Desember 2018 Pemerintah Kota Bogor mendaftarkan
130.956 penduduknya menjadi peserta JKN-KIS.
Dengan penambahan itu penduduk Kota Bogor yang
telah terdaftar menjadi peserta JKN-KIS sudah lebih
dari 95 persen. Keberhasilan itu membuat Kota Bogor
menyandang gelar sebagai salah satu daerah yang
mencapai UHC.
Walikota Bogor, Bima Arya, mengatakan pihaknya telah
melakukan berbagai upaya agar penduduk yang menjadi
peserta JKN-KIS bisa mencapai minimal 95% pada
akhir tahun 2018. Menurutnya, keberhasilan itu diraih
melalui perjuangan. Kerjasama yang dijalin antara Dinas
Kesehatan Kota Bogor dengan BPJS Kesehatan Cabang
Bogor mampu merealisasikan cakupan kesehatan
semesta sehingga program ini bisa menjamin 95,85
persen dari seluruh penduduk Kota Bogor.
Pemda lainnya yang berkomitmen untuk menjamin
pelayanan kesehatan bagi penduduknya yaitu Kota
Pasuruan. Sampai pertengahan Februari 2019 sebanyak
97,6 persen dari seluruh penduduk kota Pasuruan telah
terdaftar sebagai peserta JKN-KIS. Dengan prestasi
ini Pasuruan menjadi kota ketiga di Jawa Timur yang
berhasil meraih UHC. Wakil Walikota Pasuruan, Raharto
Teno Prasetyo, mengatakan Pemerintah Kota Pasuruan
memiliki visi untuk menjamin kesehatan semua
masyarakatnya. Upaya itu dilaksanakanmelalui UHC.
Memang tidak mudah bagi pemda untuk mampu
mencapai cakupan kesehatan semesta. Butuh komitmen
yang kuat dan keseriusan untuk merealisasikannya. Salah
satu pemda yang masih berupaya untuk mencapai UHC
yakni Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Tercatat
per 1 Januari 2019 jumlah penduduk Kalimantan Timur
yang terdaftar program JKN-KIS mencapai 3.234.960
jiwa (91,46 persen). Untuk mencapai cakupan 95
persen, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur perlu
mendaftarkan sekitar 3,54 persen penduduknya sebagai
peserta JKN-KIS.
Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor, berkomitmen
untuk memberikan perhatian khusus pada jaminan
kesehatan bagi masyarakat. Menurutnya kesehatan
penting dan menjadi hajat hidup masyarakat yang
pemenuhannya perlu didukung pemerintah. Selain itu
kesehatan menjadi salah satu indikator keberhasilan
pembangunan suatu daerah. Kendati demikian beberapa
kota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur sudah
berhasil mencapai UHC yaitu Kabupaten Mahakam Ulu,
Kabupaten Kutai Barat, Kota Balikpapan, Kota Bontang
dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 18
I N S P I R A S I
Bank Mandiri meraih penghargaan dari Alpha
Southest Asia Magazine di kawasan Asia
Tenggara sebagai Best Trade Receivables
Solution in Southeast Asia 2018. Penghargaan
itu diraih melalui BPJS Kesehatan’s (National Health
Insurance) Trade Invoice Receivable Solution.
Sebagaimana diketahui selama ini, Bank Mandiri
merupakan salah satu bank yang menyediakan program
pembiayaan Invoice Financing atau dikenal dengan istilah
Supply Chain Financing (SCF) bagi fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit (RS) mitra BPJS Kesehatan.
Senior Vice President Government & Institutional 2 Group
Bank Mandiri, Teddy Y. Danas, mengatakan penghargaan
itu diberikan karena produk SCF yang ditawarkan Bank
Mandiri memiliki sejumlah keunggulan yakni kemudahan
persyaratan dan keragaman fiturnya. Bank Mandiri juga
memiliki platform yang memudahkan RS memonitor
fasilitas pembiayaannya termasuk tagihan klaim ke BPJS
Kesehatan secara otomatis. Solusi pembiayaan yang
dirancang oleh Bank Mandiri ini dimaksudkan untuk
membantu permasalahan cashflow bagi RS rekanan
BPJS Kesehatan dengan melibatkan tigak pihak utama
yaitu RS, BPJS Kesehatan dan Bank Mandiri.
“Kami sangat mendukung BPJS Kesehatan dalam
melaksanakan program JKN yang merupakan program
pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia,” ungkap
Teddy kepada Media Info BPJS Kesehatan.
Selain program SCF, selama ini Bank Mandiri
telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk
menyediakan solusi dan saluran untuk memudahkan
masyarakat membayar iuran. Program SCF ini sekaligus
melengkapi solusi penerimaan iuran peserta yang selama
ini telah berjalan baik. Bank Mandiri berharap melalui
SCF, pelayanan RS kepada masyarakat tidak terganggu
karena persoalan cashflow RS.
“Ini merupakan dukungan dari Bank Mandiri untuk BPJS
Kesehatan dalam melaksanakan program JKN termasuk
untuk rumah sakit mitra BPJS Kesehatan,” urai Teddy.
Terhitung sampai saat ini lebih dari 250 RS sudah
memanfaatkan program SCF Bank Mandiri dengan
total fasilitas lebih dari Rp 2 triliun. Bank Mandiri telah
menjadikan fokus untuk solusi di industry Kesehatan
sejak tahun 2014. Salah satu tantangan yang dihadapi
dalam menjalankan program SCF terkait sosialisasi
untuk memberi pemahaman kepada RS agar bisa
memanfaatkan program ini. Selain itu ke depannya
diharapkan proses verifikasi klaim BPJS Kesehatan dapat
dilakukan secara daring sehingga pencairan SCF untuk
RS bisa dilakukan lebih cepat.
“Kami juga berharap farmasi bisa berpeluang
memanfaatkan program ini,” pungkasnya.
Bank Mandiri Raih Penghargaan InternasionalMampu Membantu RS Melalui SCF,
Senior Vice President Government & Institutional 2 Group Bank Mandiri
Teddy Y. Danas
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 19
P E R S E P S I
Pemerintah menegaskan biaya pelayanan
kesehatan korban tindak pidana, penganiayaan,
kekerasan seksual, terorisme, dan tindak pidana
perdagangan orang tidak termasuk manfaat
yang dijamin dalam Program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Itu artinya,
ketika korban mendapatkan layanan kesehatan di rumah
sakit tidak lagi dijamin oleh BPJS Kesehatan. Kebijakan
pemerintah ini tertuang dalam pasal 52 ayat 1 huruf r
Peraturan Presiden (Perpres) 82/2018 tentang Jaminan
Kesehatan.
Lalu, siapa yang akan menanggung pembiayaan korban
tindak pidana ? Mengacu pada Undang-Undang (UU)
31/2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, maka
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang
ditugaskan negara untuk membiayai korban tindak
pidana. Ketentuan teknis mengenai pembiayaan dari
LPSK diatur lebih lanjut dalam PP 7/2018 tentang
Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan Kepada
Saksi dan Korban.
Pasal 37 PP ini menyebutkan saksi/korban pelanggaran
hak asasi manusia (HAM) berat, tindak pidana terorisme,
tindak pidana perdagangan orang, tindak pidana
penyiksaan, tindak pidana kekerasan seksual, dan
penganiayaan berat berhak memperoleh bantuan berupa
medis, rehabilitasi psikososial dan psikologis.
Bagaimana alurnya untuk mendapatkan bantuan tersebut
? PP ini juga mengatur bahwa permohonan bantuan
diajukan oleh saksi/korban atau keluarga atau kuasanya.
Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada LPSK.
Permohonan tersebut memuat identitas pemohon, uraian
tentang peristiwa, dan bentuk bantuan yang diminta.
Dilampirkan dengan fotokopi identitas saksi/korban yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang. Juga dilampirkan
keterangan dari Komnas HAM untuk saksi dan korban
pelanggaran HAM berat, keterangan Kepolisian atau
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme untuk saksi
dan korban tindak pidana terorisme, serta keterangan
dari Kepolisian untuk korban atau sakit tindak pidana
perdagangan orang, tindak pidana penyiksaan, tindak
pidana kekerasan seksual, dan penganiayaan berat.
Surat keterangan hubungan keluarga, jika permohonan
diajukan oleh keluarga, dan surat kuasa khusus jika
permohonan bantuan diajukan oleh kuasa saksi/korban
atau kuasa keluarga.
Setelah permohonan diajukan, LPSK memeriksa
kelengkapan paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal
permohonan diterima. Apabila ada kekurangan, LPSK
memberitahukan secara tertulis kepada pemohon untuk
melengkapinya. Pemohon wajib melengkapinya dalam
jangka waktu paling lama 7 hari. Jika melewati waktu
tersebut, pemohon dianggap mencabut permohonannya.
Untuk keperluan pemeriksaan permohonan bantuan,
LPSK akan meminta keterangan saksi/korban atau
keluarga atau kuasanya.
Setelah itu, LPSK menentukan kelayakan, jangka waktu,
dan besaran biaya yang diperlukan dalam pemberian
bantuan berdasarkan keterangan dokter, psikiater,
psikolog, rumah sakit, atau pusat kesehatan/rehabilitasi.
Pemberian bantuan ditetapkan dengan keputusan LPSK.
LPSK berwenang memperpanjang atau menghentikan
pemberian bantuan setelah mendengarkan keterangan
dokter, psikiater, atau psikolog. Penghentian bantuan
juga dapat dilakukan atas permintaan saksi/korban.
Untuk memudahkan korban/saksi, LPSK juga telah
menyediakan hotline/call center 146. Korban/saksi
boleh menelpon ke nomor ini mengajukan permohonan
bantuan atau sekadar konsultasi. Petugas yang sudah
terlatih akan segera merespon sesuai kebutuhan yang
disampaikan korban/saksi.
Bisa Ajukan Permohonan Pembiayaan ke LPSKKorban Tindak Pidana
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 20
S E H A T & G A Y A H I D U P
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
sempat mengkhawatirkan beberapa bulan
terakhir. Pasalnya, kasusnya meningkat di
berbagai daerah. Sejumlah kabupaten/kota
bahkan melaporkan kejadian luar biasa (KLB), artinya
kasus yang terjadi meningkat dua kali lipat atau lebih dari
waktu sebelumnya.
Laporan Kementerian Kesehatan per tanggal 17 Februari
2019 menyebutkan, jumlah kasus tercatat 20.759 dengan
angka kematian 200 orang. Kemenkes juga meminta
petugas kesehatan di seluruh daerah, pemerintah
daerah, dan seluruh lapisan masyarakat untuk terus
melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN). Tujuannya untuk memusnahkan perkembangan
biakan jentik nyamuk Aedes Aegypti, pembawa virus
Dengue, penyebab DBD.
Sayangnya, penyakit klasik ini kerap dipandang sebelah
mata. Padahal kalau tidak dikenali dan tertangani
dengan cepat, maka dapat menyebabkan kematian.
Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik Departemen
Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI, Dr Mulya Rahma
Karyanti, SpA(K), MSc, pada seminar awam dan media
bertemakan “Demam Berdarah yang Tak Kunjung
Musnah, Mengapa?” yang diselenggarakan di Gedung
IMERI FKUI, Jakarta, baru-baru ini, mengajak kita untuk
mewaspadai beberapa gejala DBD agar tidak berakibat
fatal.
Menurut Dr Mulya, gejala DBD baru muncul dalam 7
hari bahkan ada yang sampai 10 hari setelah digigit
nyamuk. Setelah digigit, tidak ada gejala yang khas alias
mirip dengan penyakit lainnya seperti demam biasa.
GEJALA DBD SEBELUM TERLAMBAT
WASPADAI
INFO BPJS KESEHATANEDISI 70 21
SEHAT & GAYA HIDUP
Karenanya, begitu demam tinggi tidak sembuh selama
2 hari, sebaiknya langsung ke fasilitas kesehatan untuk
memastikan demam tersebut DBD atau bukan.
Yang perlu diperhatikan adalah demam dari DBD ditandai
dengan panas tinggi mendadak, dan bisa mencapai 40
derajat Celcius. Demam tinggi terjadi selama 2-7 hari.
Kemudian nafsu makan menurun, mual, kadang muntah,
sakit kepala, dan sakit perut. Pada kasus yang lebih berat
dapat menimbulkan nyeri ulu hati. Tulang sendi terasa
ngilu dan nyeri otot. Bisa disertai diare. Bisa juga disertai
perdarahan dengan gejala seperti bintik bintik merah,
mimisan, gusi berdarah, muntah darah, dan buang air
besar berdarah. Kondisi ini menunjukkan DBD masuk
fase kritis. Kalau sudah alami gejala ini, tidak ada alasan
lagi untuk menunda ke fasilitas kesehatan.
Sebab tanpa perawatan medis, penderita akan
mengalami syok atau perdarahan berat yang ditandai
dengan kaki dingin dan lembab, lemah, tidur terus dan
hilang kesadaran.
Setelah mengalami panas mendadak, biasanya dalam
beberapa hari panas dan demam akan menghilang. Pada
fase ini terjadi penurunan trombosit kurang dari 100.000/
mm3 dan peningkatan hematokrit. Pada anak-anak
biasanya terjadi syok dengue. Kondisinya memburuk,
gelisah, lemah, tangan kaki dingin, nafas cepat dan
buang air kecil berkurang.
Gejala DBD pada anak dan dewasa sama saja. Bedanya,
pada anak akan lebih rentan syok karena sirkulasi
darahnya lebih kecil dari orang dewasa. Asupan cairan
yang lebih sedikit dan kekebalan tubuh yang lebih rendah
pada anak-anak menyebabkan mereka lebih rentan jatuh
ke kondisi syok dibanding orang dewasa. Itulah mengapa
angka kematian yang dilaporkan dari berbagai daerah
lebih banyak usia anak.
Untuk pertolongan pertama gejala DBD di rumah sebelum
ke fasilitas kesehatan, yaitu pasien harus istirahat total.
Apabila masih demam tinggi, bisa dikompres dengan
kompres hangat. Berikan banyak cairan/minum kepada
pasien. Berikan obat penurun panas seperti parasetamol.
Jangan membungkus pasien dengan baju dan selimut
berlapis lapis. Ini justru berbahaya karena akan
mempertahankan panas tinggi yang membuat pasien
semakin kekurangan cairan.
Ketika menderita DBD, pasien harus dihindarkan
dari obat-obatan seperti asetosal, asam mefenamat,
steroid dan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) seperti
ibuprofen. Obat-obat ini dapat meningkatkan risiko
gangguan lambung dan pendarahan. Namun harus
ditanyakan kepada dokter untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut jika pasien menderita DBD dan sedang
mengonsumsi obat-obat tersebut.
Namun, kondisi-kondisi seperti ini tidak perlu terjadi
apabila kita sadar untuk melakukan pencegahan.
Karena bagaimana pun mencegah tetaplah lebih baik
daripada mengobati. Kegiatan seperti menguras bak
mandi, membersihkan dan menutup rapat rapat tempat
penampungan air seperti ember, tempat air minum, air
lemari es, atau wadah dispenser harus rutin dilakukan
minimal dua kali seminggu.
Taburkan bubuk larvasida atau abate pada tempat
penampungan air karena efektif membunuh larva
nyamuk. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk,
menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur
cahaya dan ventilasi dalam rumah juga efektif untuk
pencegahan. Buang kebiasaan menggantung pakaian di
dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.
Sedapat mungkin menghindari gigitan nyamuk dengan
menggunakan obat antinyamuk atau kelambu saat tidur.
Semua kegiatan ini tujuannya untuk memusnahkan
perkembangan nyamuk Aedes aegypti yang membawa
virus DBD kepada manusia melalui gigitannya.
INFO BPJS KESEHATAN EDISI 70 22
KO N S U LTA S I
J A W A B :
J A W A B :
01
02
Apakah kartu Askes kuning
masih bisa dipakai?
Jakarta
Kartu Askes berwarna kuning merupakan kartu identitas di era PT Askes (Persero) bagi peserta yang berasal dari PNS, pejabat negara,
pensiunan PNS, TNI, Polri, veteran, dan perintis kemerdekaan. Kartu identitas ini masih berlaku dan dapat digunakan untuk memperoleh
pelayanan kesehatan peserta JKN-KIS sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Kemana saya harus lapor
kalau ada pelayanan yang
kurang mengenakkan di
rumah sakit?
Pangkalpinang
BPJS Kesehatan telah menyediakan berbagai alternatif kanal informasi dan pengaduan bagi peserta JKN-KIS melalui:
- BPJS Kesehatan Care Center 1500400;
- Mobile JKN;
- Saluran Informasi dan Penangan Pengaduan (SIPP);
- Aplikasi LAPOR! yang terintegrasi di website BPJS Kesehatan;
- Kantor Cabang atau Kantor Kabupaten/Kota terdekat;
- Petugas BPJS Kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan