info kita mei 2013

3
05 S ekjen Kemkes, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, mencanangkan gerakan peduli posyandu di Provinsi Sumatera Barat. Posyandu adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Keberadaannya berasal dari, oleh dan untuk masyarakat. Posyandu melakukan berbagai kegiatan yang mengutamakan promotif dan preventif. Tujuannya untuk menekan angka kematian ibu dan balita, serta peningkatan status gizi masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan Posyandu erat kaitannya dengan peran aktif kader dan masyarakat. Karena itu, pada kesempatan tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan kepada 10 orang di wilayah provinsi Sumatera Barat, yang telah mengabdikan dirinya menjadi kader Posyandu selama lebih dari sepuluh tahun. Penghargaan yang diberikan berupa penyematan pin, memberikan plakat dan piagam penghargaan. Kesepuluh kader lestari di wilayah Sumatera Barat, yaitu: Anisah (Kota Bukittinggi, 41 tahun mengabdi); Ramian (Kab.Padang Pariaman, 31 tahun mengabdi); Latifa Hanum (Nagari Limo Kaum Kab. Tanah Datar, 25 tahun mengabdi); Mina Dewi Sukmawati (Kota Padang, 21 tahun mengabdi); Ertina (Nagari Durian Tinggi Kab.Pasaman, 20 tahun mengabdi); Witna Yensurni (Nagari Unggan Kab.Sijunjung, 18 tahun mengabdi); Suprapti (Ds. Batu Rijal Kab. Dharmasraya, 18 tahun mengabdi); Rita Sovia (Nagari Simarasok Kab. Agam, 13 tahun mengabdi); Desri Mulyanti (Ds. Lubuk Gadang Utara Kab. Solok Selatan, 13 tahun mengabdi); dan Fitri Yulianis (Kel. Balai Batung Kota Payakumbuh, 12 tahun mengabdi). Data dari laporan Provinsi ke Kementerian Kesehatan RI (2012), saat ini di Indonesia terdapat 275.942 Posyandu, dengan rasio 3,56 Posyandu per Desa/Kelurahan, terdiri dari: Posyandu Pratama (18%); Posyandu Madya (36%); dan Posyandu Purnama (33%). Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Provinsi yang memiliki UKBM aktif dan ditandai dengan peningkatan jumlah dari 207 Posyandu selama kurun waktu 2008 sampai 2012 PENCANANGAN GERAKAN PEDULI POSYANDU Pusat Komunikasi Publik INFO KITA edisi MEI Imunisasi terbukti efektif menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Misalnya keberhasilan pembasmian cacar, polio, penurunan lebih dari 90 persen angka kesakitan dan kematian akibat penyakit difteri, pertusis atau batuk 100 hari, tetanus, dan campak. Secara global diperkirakan 2-3 juta kematian pertahun akibat penyakit difteri, campak, pertusis, pneumonia, polio, rotavirus diare, rubella, dan tetanus berhasil dicegah melalui imunisasi. Sayangnya fenomena positif ini masih belum merata. Masih ada sekitar 22 juta bayi di dunia yang belum mendapat imunisasi lengkap. 9,5 juta diantaranya adalah anak-anak di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Situasi ini mendorong langkah global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia melalui pelaksanaan Pekan Imunisasi Dunia. Pekan Imunisasi Dunia merupakan momentum untuk menggalang dukungan dan kerjasama sama menyukseskan pelayanan imunisasi dengan melakukan penyebarluasan informasi baik melalui press briefing, media workshop, talkshow, atau seminar seperti yang kita laksanakan sekarang baik di Pusat maupun di daerah. Pada kesempatan Pekan Imunisasi Dunia yang digelar di Jakarta, Menkes meminta dukungan agar jajaran kesehatan di rumah sakit dan puskesmas termasuk jajaran kesehatan di TNI-POLRI dan swasta, untuk memberikan pelayanan imunisasi dasar bagi bayi dan anak usia < 3 tahun yang status imunisasi dasarnya belum lengkap pada waktu bayi. IMUNISASI: UPAYA PREVENTIF DALAM KESEHATAN Informasi lebih lanjut kunjungi www.sehatnegeriku.com P enyebaran malaria berkaitan dengan lingkungan, perubahan iklim, mobilitas penduduk dan perilaku masyarakat. Faktor ini diyakini menjadikan malaria bisa dijumpai di seluruh belahan bumi dan berpotensi menjangkiti semua orang. Karenanya eliminasi malaria harus melibatkan semua komponen masyarakat, dilakukan secara persisten dan terus-menerus. Untuk mencegah gigitan nyamuk pembawa malaria, menurut Direktur P2B2 Kementerian Kesehatan bisa dilakukan dengan tidur di dalam kelambu berinsektisida, tinggal di rumah pada malam hari, memakai obat anti gigitan nyamuk (Repelent), menggunakan obat nyamuk bakar atau semprot, memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi serta memberi jarak aman antara tempat tinggal dan kandang ternak. Kementerian Kesehatan mempunyai program diagnosis Malaria dengan Uji Reaksi Cepat (Rapid Diagnostic Test - RDT), pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT), pengendalian dengan cara peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria khususnya melalui kegiatan integrasi pembagian kelambu berinsektisida dengan program Imunisasi lengkap pada bayi – balita, ANC (skrining ibu hamil), pendistribusian kelambu gratis secara massal di daerah endemis malaria tinggi dan sedang seperti di Wilayah Timur Indonesia, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, memperkuat desa siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa(Posmaldes), dan kemitraan melalui Forum Gebrak Malaria. Hasilnya lima tahun terakhir, angka kesakitan malaria berhasil diturunkan dari 1,96 per 1000 penduduk (2008) menjadi 1,69 per 1000 penduduk (2012). Upaya keras dilakukan agar Indonesia dapat menurunkan angka API sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 1 per 1000 penduduk. Semua Orang Berisiko Terkena Malaria

Upload: ppidkemenkes

Post on 25-Dec-2014

184 views

Category:

Health & Medicine


2 download

DESCRIPTION

Info Kita Mei 2013

TRANSCRIPT

Page 1: Info Kita Mei 2013

05

Sekjen Kemkes, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, mencanangkan gerakan peduli posyandu di Provinsi Sumatera Barat.

Posyandu adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Keberadaannya berasal dari, oleh dan untuk masyarakat. Posyandu melakukan berbagai kegiatan yang mengutamakan promotif dan preventif. Tujuannya untuk menekan angka kematian ibu dan balita, serta peningkatan status gizi masyarakat.

Keberhasilan pelaksanaan Posyandu erat kaitannya dengan peran aktif kader dan masyarakat. Karena itu, pada kesempatan tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan kepada 10 orang di wilayah provinsi Sumatera Barat, yang telah mengabdikan dirinya menjadi kader Posyandu selama lebih dari sepuluh tahun. Penghargaan yang diberikan berupa penyematan pin, memberikan plakat dan piagam penghargaan.

Kesepuluh kader lestari di wilayah Sumatera Barat, yaitu: Anisah (Kota Bukittinggi, 41 tahun mengabdi); Ramian (Kab.Padang Pariaman, 31 tahun mengabdi); Latifa Hanum (Nagari Limo Kaum Kab. Tanah Datar, 25 tahun mengabdi);

Mina Dewi Sukmawati (Kota Padang, 21 tahun mengabdi); Ertina (Nagari Durian Tinggi Kab.Pasaman, 20 tahun mengabdi); Witna Yensurni (Nagari Unggan Kab.Sijunjung, 18 tahun mengabdi); Suprapti (Ds. Batu Rijal Kab. Dharmasraya, 18 tahun mengabdi); Rita Sovia (Nagari Simarasok Kab. Agam, 13 tahun mengabdi); Desri Mulyanti (Ds. Lubuk Gadang Utara Kab. Solok Selatan, 13 tahun mengabdi); dan Fitri Yulianis (Kel. Balai Batung Kota Payakumbuh, 12 tahun mengabdi).

Data dari laporan Provinsi ke Kementerian Kesehatan RI (2012), saat ini di Indonesia terdapat 275.942 Posyandu, dengan rasio 3,56 Posyandu per Desa/Kelurahan, terdiri dari: Posyandu Pratama (18%); Posyandu Madya (36%); dan Posyandu Purnama (33%). Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Provinsi yang memiliki UKBM aktif dan ditandai dengan peningkatan jumlah dari 207 Posyandu selama kurun waktu 2008 sampai 2012

PENCANANGAN GERAKAN PEDULI POSYANDU

Pusat Komunikasi PublikINFO KITAedisi MEI

Imunisasi terbukti efektif menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I). Misalnya keberhasilan pembasmian cacar, polio, penurunan lebih dari 90 persen angka kesakitan dan kematian akibat

penyakit difteri, pertusis atau batuk 100 hari, tetanus, dan campak.

Secara global diperkirakan 2-3 juta kematian pertahun akibat penyakit difteri, campak, pertusis, pneumonia, polio, rotavirus diare,

rubella, dan tetanus berhasil dicegah melalui imunisasi. Sayangnya fenomena positif ini masih belum merata. Masih ada sekitar 22

juta bayi di dunia yang belum mendapat imunisasi lengkap. 9,5 juta diantaranya adalah anak-anak di wilayah Asia Tenggara

termasuk Indonesia. Situasi ini mendorong langkah global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia melalui pelaksanaan

Pekan Imunisasi Dunia.

Pekan Imunisasi Dunia merupakan momentum untuk menggalang dukungan dan kerjasama sama menyukseskan

pelayanan imunisasi dengan melakukan penyebarluasan informasi baik melalui press briefing, media workshop, talkshow, atau seminar

seperti yang kita laksanakan sekarang baik di Pusat maupun di daerah.

Pada kesempatan Pekan Imunisasi Dunia yang digelar di Jakarta, Menkes meminta dukungan agar jajaran kesehatan di rumah sakit

dan puskesmas termasuk jajaran kesehatan di TNI-POLRI dan swasta, untuk memberikan pelayanan imunisasi dasar bagi bayi dan anak

usia < 3 tahun yang status imunisasi dasarnya belum lengkap pada waktu bayi.

ImUNISASI: UPAYA PREvENTIF DALAm KESEhATAN

Informasi lebih lanjut kunjungi www.sehatnegeriku.com

Penyebaran malaria berkaitan dengan lingkungan, perubahan iklim, mobilitas penduduk dan perilaku masyarakat. Faktor ini diyakini menjadikan malaria

bisa dijumpai di seluruh belahan bumi dan berpotensi menjangkiti semua orang. Karenanya eliminasi malaria harus melibatkan semua komponen masyarakat, dilakukan secara persisten dan terus-menerus.

Untuk mencegah gigitan nyamuk pembawa malaria, menurut Direktur P2B2 Kementerian Kesehatan bisa dilakukan dengan tidur di dalam kelambu berinsektisida, tinggal di rumah pada malam hari, memakai obat anti gigitan nyamuk (Repelent), menggunakan obat nyamuk bakar atau semprot, memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi serta memberi jarak aman antara tempat tinggal dan kandang ternak.

Kementerian Kesehatan mempunyai program diagnosis Malaria dengan Uji Reaksi Cepat (Rapid Diagnostic Test - RDT), pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT), pengendalian dengan cara peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria khususnya melalui kegiatan integrasi pembagian kelambu berinsektisida dengan program Imunisasi lengkap pada bayi – balita, ANC (skrining ibu hamil), pendistribusian kelambu gratis secara massal di daerah endemis malaria tinggi dan sedang seperti di Wilayah Timur Indonesia, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, memperkuat desa siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa(Posmaldes), dan kemitraan melalui Forum Gebrak Malaria.

Hasilnya lima tahun terakhir, angka kesakitan malaria berhasil diturunkan dari 1,96 per 1000 penduduk (2008) menjadi 1,69 per 1000 penduduk (2012). Upaya keras dilakukan agar Indonesia dapat menurunkan angka API sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 1 per 1000 penduduk.

Semua Orang Berisiko Terkena malaria

Page 2: Info Kita Mei 2013

05

Sekjen Kemkes, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, mencanangkan gerakan peduli posyandu di Provinsi Sumatera Barat.

Posyandu adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Keberadaannya berasal dari, oleh dan untuk masyarakat. Posyandu melakukan berbagai kegiatan yang mengutamakan promotif dan preventif. Tujuannya untuk menekan angka kematian ibu dan balita, serta peningkatan status gizi masyarakat.

Keberhasilan pelaksanaan Posyandu erat kaitannya dengan peran aktif kader dan masyarakat. Karena itu, pada kesempatan tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan kepada 10 orang di wilayah provinsi Sumatera Barat, yang telah mengabdikan dirinya menjadi kader Posyandu selama lebih dari sepuluh tahun. Penghargaan yang diberikan berupa penyematan pin, memberikan plakat dan piagam penghargaan.

Kesepuluh kader lestari di wilayah Sumatera Barat, yaitu: Anisah (Kota Bukittinggi, 41 tahun mengabdi); Ramian (Kab.Padang Pariaman, 31 tahun mengabdi); Latifa Hanum (Nagari Limo Kaum Kab. Tanah Datar, 25 tahun mengabdi);

Mina Dewi Sukmawati (Kota Padang, 21 tahun mengabdi); Ertina (Nagari Durian Tinggi Kab.Pasaman, 20 tahun mengabdi); Witna Yensurni (Nagari Unggan Kab.Sijunjung, 18 tahun mengabdi); Suprapti (Ds. Batu Rijal Kab. Dharmasraya, 18 tahun mengabdi); Rita Sovia (Nagari Simarasok Kab. Agam, 13 tahun mengabdi); Desri Mulyanti (Ds. Lubuk Gadang Utara Kab. Solok Selatan, 13 tahun mengabdi); dan Fitri Yulianis (Kel. Balai Batung Kota Payakumbuh, 12 tahun mengabdi).

Data dari laporan Provinsi ke Kementerian Kesehatan RI (2012), saat ini di Indonesia terdapat 275.942 Posyandu, dengan rasio 3,56 Posyandu per Desa/Kelurahan, terdiri dari: Posyandu Pratama (18%); Posyandu Madya (36%); dan Posyandu Purnama (33%). Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Provinsi yang memiliki UKBM aktif dan ditandai dengan peningkatan jumlah dari 207 Posyandu selama kurun waktu 2008 sampai 2012

PENCANANGAN GERAKAN PEDULI POSYANDU

Pusat Komunikasi PublikINFO KITAedisi MEI

Imunisasi terbukti efektif menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I). Misalnya keberhasilan pembasmian cacar, polio, penurunan lebih dari 90 persen angka kesakitan dan kematian akibat

penyakit difteri, pertusis atau batuk 100 hari, tetanus, dan campak.

Secara global diperkirakan 2-3 juta kematian pertahun akibat penyakit difteri, campak, pertusis, pneumonia, polio, rotavirus diare,

rubella, dan tetanus berhasil dicegah melalui imunisasi. Sayangnya fenomena positif ini masih belum merata. Masih ada sekitar 22

juta bayi di dunia yang belum mendapat imunisasi lengkap. 9,5 juta diantaranya adalah anak-anak di wilayah Asia Tenggara

termasuk Indonesia. Situasi ini mendorong langkah global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia melalui pelaksanaan

Pekan Imunisasi Dunia.

Pekan Imunisasi Dunia merupakan momentum untuk menggalang dukungan dan kerjasama sama menyukseskan

pelayanan imunisasi dengan melakukan penyebarluasan informasi baik melalui press briefing, media workshop, talkshow, atau seminar

seperti yang kita laksanakan sekarang baik di Pusat maupun di daerah.

Pada kesempatan Pekan Imunisasi Dunia yang digelar di Jakarta, Menkes meminta dukungan agar jajaran kesehatan di rumah sakit

dan puskesmas termasuk jajaran kesehatan di TNI-POLRI dan swasta, untuk memberikan pelayanan imunisasi dasar bagi bayi dan anak

usia < 3 tahun yang status imunisasi dasarnya belum lengkap pada waktu bayi.

ImUNISASI: UPAYA PREvENTIF DALAm KESEhATAN

Informasi lebih lanjut kunjungi www.sehatnegeriku.com

Penyebaran malaria berkaitan dengan lingkungan, perubahan iklim, mobilitas penduduk dan perilaku masyarakat. Faktor ini diyakini menjadikan malaria

bisa dijumpai di seluruh belahan bumi dan berpotensi menjangkiti semua orang. Karenanya eliminasi malaria harus melibatkan semua komponen masyarakat, dilakukan secara persisten dan terus-menerus.

Untuk mencegah gigitan nyamuk pembawa malaria, menurut Direktur P2B2 Kementerian Kesehatan bisa dilakukan dengan tidur di dalam kelambu berinsektisida, tinggal di rumah pada malam hari, memakai obat anti gigitan nyamuk (Repelent), menggunakan obat nyamuk bakar atau semprot, memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi serta memberi jarak aman antara tempat tinggal dan kandang ternak.

Kementerian Kesehatan mempunyai program diagnosis Malaria dengan Uji Reaksi Cepat (Rapid Diagnostic Test - RDT), pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT), pengendalian dengan cara peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria khususnya melalui kegiatan integrasi pembagian kelambu berinsektisida dengan program Imunisasi lengkap pada bayi – balita, ANC (skrining ibu hamil), pendistribusian kelambu gratis secara massal di daerah endemis malaria tinggi dan sedang seperti di Wilayah Timur Indonesia, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, memperkuat desa siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa(Posmaldes), dan kemitraan melalui Forum Gebrak Malaria.

Hasilnya lima tahun terakhir, angka kesakitan malaria berhasil diturunkan dari 1,96 per 1000 penduduk (2008) menjadi 1,69 per 1000 penduduk (2012). Upaya keras dilakukan agar Indonesia dapat menurunkan angka API sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 1 per 1000 penduduk.

Semua Orang Berisiko Terkena malaria

Page 3: Info Kita Mei 2013

Imunisasi terbukti efektif menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I). Misalnya keberhasilan pembasmian cacar, polio, penurunan lebih dari 90 persen angka kesakitan dan kematian akibat penyakit difteri, pertusis atau batuk 100 hari, tetanus, dan campak.

Secara global diperkirakan 2-3 juta kematian pertahun akibat penyakit difteri, campak, pertusis, pneumonia, polio, rotavirus diare, rubella, dan tetanus berhasil dicegah melalui imunisasi. Sayangnya fenomena positif ini masih belum merata. Masih ada sekitar 22 juta bayi di dunia yang belum mendapat imunisasi lengkap. 9,5 juta diantaranya adalah anak-anak di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Situasi ini mendorong langkah global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia melalui pelaksanaan Pekan Imunisasi Dunia.

Pekan Imunisasi Dunia merupakan momentum untuk menggalang dukungan dan kerjasama sama menyukseskan pelayanan imunisasi dengan melakukan penyebarluasan informasi baik melalui press briefing, media workshop, talkshow, atau seminar seperti yang kita laksanakan sekarang baik

di Pusat maupun di daerah.

Pada kesempatan Pekan Imunisasi Dunia yang digelar di Jakarta, Menkes meminta dukungan agar jajaran kesehatan di rumah sakit dan puskesmas termasuk jajaran kesehatan di TNI-POLRI dan swasta, untuk memberikan pelayanan imunisasi dasar bagi bayi dan anak usia < 3 tahun yang status imunisasi dasarnya belum lengkap pada waktu bayi. []

Penyebaran malaria berkaitan dengan lingkungan, perubahan iklim, mobilitas penduduk dan perilaku masyarakat.

Faktor ini diyakini menjadikan malaria bisa dijumpai di seluruh belahan bumi dan berpotensi menjangkiti semua orang. Karenanya eliminasi malaria harus melibatkan semua komponen masyarakat, dilakukan secara persisten dan terus-menerus.

Untuk mencegah gigitan nyamuk pembawa malaria, menurut Direktur P2B2 Kementerian Kesehatan bisa dilakukan dengan tidur di dalam kelambu berinsektisida, tinggal di rumah pada malam hari, memakai obat anti gigitan nyamuk (Repelent), menggunakan obat nyamuk bakar atau semprot, memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi serta memberi jarak aman

antara tempat tinggal dan kandang ternak.

Kementerian Kesehatan mempunyai program diagnosis Malaria dengan Uji Reaksi Cepat (Rapid Diagnostic Test - RDT), pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT), pengendalian dengan cara peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria khususnya melalui kegiatan integrasi pembagian kelambu berinsektisida dengan program Imunisasi lengkap pada bayi – balita, ANC (skrining ibu hamil), pendistribusian kelambu gratis secara massal di daerah endemis malaria tinggi dan sedang seperti di Wilayah Timur Indonesia, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, memperkuat desa siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa(Posmaldes), dan kemitraan

melalui Forum Gebrak Malaria.

Hasilnya lima tahun terakhir, angka kesakitan malaria berhasil diturunkan dari 1,96 per 1000 penduduk (2008) menjadi 1,69 per 1000 penduduk (2012). Upaya keras dilakukan agar Indonesia dapat menurunkan angka API sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 1 per 1000 penduduk. []

ImunIsasI: upaya preventIf Dalam Kesehatan

edisi Mei

UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT KUNJUNGI www.sehatnegeriku.com

menKes: semua Orang Berisiko terkena malaria

Sekjen Kemkes, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, mencanangkan gerakan peduli posyandu di Provinsi Sumatera Barat. Posyandu adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Keberadaannya berasal dari,

oleh dan untuk masyarakat. Posyandu melakukan berbagai kegiatan yang mengutamakan promotif dan preventif. Tujuannya untuk menekan angka kematian ibu dan balita, serta peningkatan status gizi masyarakat.

Keberhasilan pelaksanaan Posyandu erat kaitannya dengan peran aktif kader dan masyarakat. Karena itu, pada kesempatan tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan kepada 10 orang di wilayah provinsi Sumatera Barat, yang telah mengabdikan dirinya menjadi kader Posyandu selama lebih dari sepuluh tahun. Penghargaan yang diberikan berupa penyematan pin, memberikan plakat dan piagam penghargaan.

Kesepuluh kader lestari di wilayah Sumatera Barat, yaitu: Anisah (Kota Bukittinggi, 41 tahun mengabdi); Ramian (Kab.Padang Pariaman, 31 tahun mengabdi); Latifa Hanum (Nagari Limo Kaum Kab. Tanah Datar, 25 tahun mengabdi); Mina Dewi Sukmawati (Kota Padang, 21 tahun mengabdi); Ertina (Nagari Durian Tinggi Kab.Pasaman, 20 tahun mengabdi); Witna Yensurni (Nagari Unggan Kab.Sijunjung, 18 tahun mengabdi); Suprapti (Ds. Batu Rijal Kab. Dharmasraya, 18 tahun mengabdi); Rita Sovia (Nagari Simarasok Kab. Agam, 13 tahun mengabdi); Desri Mulyanti (Ds. Lubuk Gadang Utara Kab. Solok Selatan, 13 tahun mengabdi); dan Fitri Yulianis (Kel. Balai Batung Kota Payakumbuh, 12 tahun mengabdi).

Data dari laporan Provinsi ke Kementerian Kesehatan RI (2012), saat ini di Indonesia terdapat 275.942 Posyandu, dengan rasio 3,56 Posyandu per Desa/Kelurahan, terdiri dari: Posyandu Pratama (18%); Posyandu Madya (36%); dan Posyandu Purnama (33%). Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Provinsi yang memiliki UKBM aktif dan ditandai dengan peningkatan jumlah dari 207 Posyandu selama kurun waktu 2008 sampai 2012]

hapus Diskriminasi penderita Kusta

Pusat Komunikasi PublikInfO KIta 05