info lingkungan3

651
PEDOMAN Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan 08/BM/05 Buku 1 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAH

Upload: adiatma-aditya-eka-arrahma

Post on 13-Aug-2015

125 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Info Lingkungan3

PEDOMAN

Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan

08/BM/05

Buku 1

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAH

Page 2: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

i

P R A K A T A

Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini disusun oleh

Departemen Pekerjaan Umum melalui Proyek Pembinaan Manajemen Lingkungan

Prasarana Wilayah, yang dilaksanakan dengan bantuan konsultan.

Adapun tujuannya adalah untuk melengkapi pedoman-pedoman yang telah ada,

sehingga terwujud seperangkat pedoman pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan

yang utuh dan menyeluruh, yang terdiri dari:.

Buku 1 : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

Buku 2 : Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

Buku 3 : Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan; dan

Buku 4 : Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

Penyusunan pedoman umum ini mengacu pada peraturan dan perundang-undangan

bidang lingkungan hidup serta peraturan-peraturan lain yang terkait. Substansi

pedoman mengacu dan merupakan pemutakhiran dan pemantapan dari dokumen-

dokumen yang telah ada, antara lain:

a) Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/1995)

b) Sistem Manajemen Lingkungan Proyek Jalan, produk Ditjen Bina Marga melalui

Proyek ISEM (Institutional Strengthening of Environmental Management); c) Manual Manajemen Lingkungan Jalan Perkotaan, produk Ditjen Tata Perkotaan

dan Tata Perdesaan melalui Proyek SESIM (Strengthening of Environmental and Social Impact Management);

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan konsep

pedoman umum pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini diucapkan banyak

terima kasih.

Jakarta, Oktober 2006

Direktorat Jenderal Bina Marga

Page 3: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

ii

PENDAHULUAN

Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini merupakan bagian dari

seperangkat Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan yang terdiri dari empat

buku, yaitu:

a) Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

b) Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

c) Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan; dan

d) Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

Pedoman Umum memberikan penjelasan tentang apa, mengapa, kapan dan oleh siapa

berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan harus dilaksanakan pada

seluruh tahapan siklus pengembangan proyek jalan, sedangkan ketiga pedoman lainnya

terutama memberikan petunjuk tentang apa dan bagaimana cara pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup yang harus dilaksanakan pada tiap tahapan siklus pengembangan proyek

jalan (lihat Gambar).

Secara garis besar, Pedoman Umum Pengelolan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini

memberikan penjelasan dan petunjuk umum tentang pelaksanaan pengelolaan lingkungan

hidup yang wajib dilaksanakan pada seluruh tahapan siklus pengembangan proyek jalan,

sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan, yang meliputi:

a) Peraturan dan persyaratan lingkungan hidup terkait dengan bidang jalan;

b) Dampak kegiatan pembangunan jalan terhadap lingkungan hidup;

c) Perencanaan jaringan jalan yang berwawasan lingkungan;

d) Perencanaan pembangunan ruas jalan yang layak lingkungan;

e) Desain dan Spesifikasi Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup

f) Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan;

g) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan

Page 4: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

iii

Gambar 1

Struktur Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Pedoman Umum

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan memberikan petunjuk rinci

tentang pengelolaan lingkungan hidup yang wajib dilaksanakan pada tahap perencanaan,

Pedo

man

Per

enca

naan

Pe

ngel

olaa

n Li

ngku

ngan

Hid

up

Bida

ng J

alan

Pedo

man

Pel

aksa

naan

Pe

ngel

olaa

n Li

ngku

ngan

Hid

up

Bida

ng J

alan

Pe

dom

an P

eman

taua

n Pe

ngel

olaa

n Li

ngku

ngan

Hid

up

Bida

ng J

alan

Petunjuk tentang apa, mengapa, kapan dan oleh siapa berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan harus dilaksanakan

Petunjuk tentang apa dan bagaimana cara pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang

harus dilaksanakan pada tiap tahapan siklus pengembangan proyek jalan

Page 5: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

iv

meliputi tahap perencanaan umum, pra studi kelayakan,.studi kelayakan dan perencanaan

teknis.

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan memberikan petunjuk rinci

tentang pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan yang wajib dilaksanakan pada tahap-tahap

pra konstruksi (pengadaan tanah), konstruksi, dan pasca konstruksi (pengoperasian jalan).

Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan memberikan petunjuk rinci

tentang pemantauan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan yang wajib

dilaksanakan pada tahap-tahap perencanaan, pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi,

serta evaluasi kualitas lingkungan pada tahap evaluasi pasca proyek.

Substansi Pedoman

Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pedoman-pedoman tersebut di atas merupakan

penjabaran dari peraturan perundang-undangan bidang lingkungan hidup yang bersifat

nasional, yang harus dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, di beberapa daerah

(baik di tingkat propinsi maupun kabupaten / kota) terdapat ketentuan – ketentuan yang lebih

ketat yang telah dikukuhkan dalam bentuk peraturan daerah, yang juga wajib ditaati di daerah

yang bersangkutan.

Maksud dan Tujuan

Pedoman-pedoman tersebut di atas disusun dengan maksud agar semua pihak yang

bertanggungjawab atau terkait dalam tiap tahapan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan

semakin mudah melaksanakan penanganan dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat

kegiatan pembangunan tersebut, sehingga terwujud proses pembangunan jalan dan jembatan

yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Cara Penggunaan Pedoman

Bagi mereka yang hanya ingin mengetahui ketentuan-ketentuan umum tentang pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan yang wajib dilaksanakan pada seluruh tahapan siklus

pengembangan proyek jalan, cukup membaca pedoman umum ini. Namun untuk memahami

bagaimana cara pengelolaan lingkungan hidup yang wajib dilaksanakan pada tiap tahapan

siklus proyek jalan secara rinci, perlu membaca pedoman lainnya, sesuai dengan tahapan

proyek yang diperlukan.

Page 6: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

v

Daftar Isi

Halaman Prakata … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . i

Pendahuluan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ii

D aftar Isi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … vi

D aftar G am bar … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. viii

D aftar Tabel … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. viii

1 R uang Lingkup … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 1

2 A cuan N orm atif … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 2

3 Istilah dan D efinisi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 2

4 K ebijakan Pengelolaan Lingkungan H idup … … … … … … … … … … … … … … . 4

4.1 Peraturan dan Persyaratan Lingkungan H idup B idang Jalan … … … … … 4 4.1.1 K ebijakan N asional Pengelolaan Lingkungan H idup .… … … … … . 4 4.1.2 Kebijakan Sektor yang Terkait … … … … … … … … … … … … … … … 7

4.1.3 Persyaratan Lingkungan untuk Proyek Jalan Berbantuan

Luar N egeri … … … ..… … … … … … … … … … … … … … … … … … … 10 4.2 Siklus Pem bangunan Jalan yang B erw aw asan Lingkungan … … … … … .. 18 4.3 K onsultasi M asyarakat … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 23

5. Aspek Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

5.1 D am pak K egiatan Pem bangunan Jalan terhadap Lingkungan H idup … .. 24 5.1.1 D am pak pada Tahap Perencanaan … … … … … … … … … … … … . 24 5.1.2 D am pak pada Tahap Pra K onstruksi … … … … … … … … … … … … . 24

5.1.3 D am pak pada Tahap K onstruksi … … … … … … … … … … … … … … 25 5.1.4 D am pak pada Tahap Pasca K onstruksi … … … … … … … … … … .… 25

5.2 Perencanaan Pengelolaan Lingkungan H idup B idang Jalan … … … … … 26 5.2.1 Perencanaan Jaringan Jalan yang B erw aw asan Lingkungan … … 26 5.2.1 Perencanaan Pembangunan Ruas Jalan yang Layak Lingkungan 33 5.2.3 D esain dan Spesifikasi Teknis Pengelolaan Lingkungan H idup … 35 5.2.4 Penyusunan Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman K em bali … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 36

5.3 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan H idup … … … … … … … … … … … .. 38 5.3.1 Lingkup Pekerjaan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 38 5.3.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Pra-konstruksi … … 38 5.3.3 Pengelolaan Lingkungan H idup pada Tahap K onstruksi … … … .. 39 5.3.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Pasca Konstruksi .. 39

5.4 Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pngelolaan Lingkungan H idup … 40 5.4.1 Tujuan Pem antauan Pengelolaan Lingkungan H idup … … … … … .. 40 5.4.2 Lingkup K egiatan Pengelolaan Lingkungan H idup … … … … … … .. 40 5.4.3 Evaluasi K ualitas Lingkungan pada Tahap Pasca Proyek … … … .. 41 5.4.4 Monitoring dan Evaluasi Sosial-Ekonom i … … … … … … … … … … … 46

Page 7: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

vi

6 Instansi Pelaksana Pengelolaan Lingkungan H idup B idang Jalan … … … … … .. 47

6.1 Pem rakarsa K egiatan Proyek Jalan … … … … … … … … … … … … … … … … 47 6.2 Instansi Terkait … … … … … … … … ..… … … … … … … … … … … … … … … . 48

5.2.1 Badan Perencanaan Pem bangunan D aerah (B appeda) … … … … 48 5.2.2 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda).. 49 5.2.3 Instansi Terkait Lainnya … … … … … … … … … … … … … … … … … … 49

7 Pem biayaan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 50

7.1 Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Perencanaan … … … 50 7.2 B iaya Pengelolaan Lingkungan H idup pada Tahap Pra K onstruksi ..… .. 51 7.3 B iaya Pengelolaan Lingkungan H idup pada Tahap K onstruksi … … … .. 51

7.4 Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Pasca Konstruksi... 51 7.5 Biaya Pemantauan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan H idup … … . 51

8 Penutup … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 52

Lampiran 1 : Daftar Peraturan dan Perundang-Undangan Tentang Lingkungan Hidup

Terkait Dengan Bidang Jalan. Lampiran 2 : Bagan Koordinasi / Konsultasi Antar Stakeholder di Daerah Dalam Pelaksanaan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

Page 8: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

vii

Daftar Gambar

Gambar 1 Struktur Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup B idang Jalan … . iii

Gambar 4.1 Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus

Pengem bangan Proyek Jalan … … … … … … … … … … … … … … … … . 20

Gambar 7.1 Bagan Pengelolaan Lingkungan Proyek Jalan yang

B erkesinam bungan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 54

Daftar Tabel

Tabel 5.1 Potensi Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan terhadap Lingkungan

Hidup dan Alternatif Pengelolaannya ................................................... 27

Tabel 5.2 Kriteria Jenis Rencana Kegiatan Proyek Jalan yang Wajib Dilengkapi

AMDAL atau UKL dan UPL ................................................................. 32

Tabel 5.3 Matrik Arahan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang

Jalan ................................................................................................... 42

Page 9: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1. Ruang lingkup

Pedoman umum ini memberikan petunjuk dan penjelasan umum berupa ketentuan-

ketentuan tentang pengelolalaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan dalam

penyelenggaraan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan. Pengelolaan lingkungan

hidup tersebut mencakup penerapan pertimbangan lingkungan dalam seluruh tahapan

siklus pengembangan proyek, mulai dari tahap perencanaan umum, pra studi dan studi

kelayakan, perencanaan teknis, pra-konstruksi, konstruksi, pasca konstruksi,sampai ke

tahap evaluasi pasca proyek, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku.

Pedoman umum ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai rujukan dan pegangan bagi

para petugas yang bertanggungjawab atau terlibat dalam perencanaan pembangunan

jalan dan jembatan baik di tingkat pusat, propinsi, maupun kabupaten / kota, untuk

memudahkan pelaksanaan tugasnya dalam penanganan dampak lingkungan yang

mungkin terjadi.

Adapun tujuannya adalah agar proses pembangunan jalan dan jembatan dapat

dilaksanakan secara optimal tanpa mengakibatkan dampak negatif yang berarti,

sehingga terwujud jaringan jalan yang ramah lingkungan.

Ketentuan-ketentuan dalam pedoman ini secara garis besar meliputi:

Peraturan dan Persyaratan Lingkungan Hidup Terkait dengan Bidang Jalan

Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan terhadap Lingkungan Hidup

Konsultasi Masyarakat

Perencanaan Jalan yang Berwawasan Lingkungan

Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Jalan yang Ramah Lingkungan

Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Page 10: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

2

2. Acuan normatif

Pedoman umum ini menggunakan acuan peraturan dan perundang-undangan tentang

lingkungan hidup, khususnya tentang AMDAL dan peraturan-peraturan lain yang terkait,

antara lain:

1. Undang – Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup;

3. Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.2 Tahun 2000 tentang Panduan

Penilaian Dokumen AMDAL

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001 tentang Jenis

Rencana Usaha dan / atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

6. Keputusan Kepala Bapedal No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL

7. Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

8. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 17/KPTS/M/2003 tentang

Penetapan Jenis Usaha dan / atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana

Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan.

Daftar acuan peraturan perundang-undangan selengkapnya tercantum pada Lampiran 1.

3. Istilah dan definisi

3.1 Jalan

Suatu prasarana transportasi jalan dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas;

3.2 Jembatan

Prasarana transportasi darat yang menghubungkan antar badan jalan karena terbelah

oleh sungai atau lalu lintas lainnya;

3.3 Rambu-rambu lalu lintas

Tanda / simbul pemberitahuan, peringatan, anjuran dan larangan bagi pemakai jalan;

Page 11: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3

3.4 Marka jalan

Batas pemisah lajur lalu lintas;

3.5 Jaringan jalan

Satu kesatuan sistem transportasi lalu lintas jalan raya, terdiri dari sistem jaringan primer

dan sistem jaringan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki;

3.6 Lalu lintas

Pengguna lajur jalan;

3.7 Moda angkutan

Semua alat angkutan barang dan atau penumpang dari berbagai jenis dan tipe;

3.8 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan;

3.9 Dampak besar dan penting

Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha

dan / atau kegiatan;

3.10 Kerangka acuan ANDAL

Ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

pelingkupan;

3.11 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu

rencana usaha dan / atau kegiatan;

3.12 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang

ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan / atau kegiatan;

3.13 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan

penting akibat dari rencana usaha dan / atau kegiatan;

Page 12: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

4

3.14 Pemrakarsa

Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan / atau

kegiatan yang akan dilaksanakan;

3.15 Komisi penilai

Komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL dengan pengertian di tingkat pusat

adalah komisi penilai pusat, dan di tingkat daerah adalah komisi penilai daerah;

3.16 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UPL)

Berbagai tindakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang wajib

dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka pengendalian dampak lingkungan sesuai

dengan standar-standar pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;

3.17 Masyarakat terkena dampak

Masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau

kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang

akan mengalami kerugian.

3.18 Masyarakat pemerhati

Masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan,

tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana usaha/kegiatan tersebut, maupun

dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

4. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan dan Persyaratan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Kebijakan Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Penataan Ruang

Salah satu kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam Undang-

Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang mencakup proses

Page 13: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

5

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang,

yang bertujuan untuk:

1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang

berlandaskan pada wawasan nusantara dan ketahanan nasional;

2) Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan

budidaya;

3) Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas, antara lain untuk:

Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber

daya buatan, dengan memperhatikan sumber daya manusia;

Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta

menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup

b. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kebijakan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup telah ditetapkan dalam

Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan

sasaran sebagai berikut:

1) Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungan hidup

2) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap

dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;

3) Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi mendatang;

4) Tercapainya fungsi kelestarian lingkungan hidup;

5) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

6) Terlindunginya negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan

atau kegiatan dari luar wilayah negara, yang menyebabkan pencemaran dan atau

perusakan lingkungan hidup.

Untuk mewujudkan keterpaduan dan keserasian pelaksanaan kebijakan nasional tentang

pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk:

Melimpahkan wewenang terutama kepada perangkat pemerintah daerah dalam hal

pengelolaan lingkungan hidup;

Page 14: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

6

Mengikutsertakan pemerintah daerah untuk membantu pemerintah pusat dalam

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.

Dalam hal pelestarian lingkungan hidup, setiap orang mempunyai hak yang sama atas

lingkungan hidup yang bersih dan sehat, serta memiliki kewajiban untuk memelihara

kelestarian fungsi ligkungan hidup, serta mencegah dan menanggulangi terjadinya

pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

c. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Dalam rangka mengupayakan tujuan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan seperti disebutkan pada butir b di atas, Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang

No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menetapkan bahwa setiap

usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk

memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Aturan pelaksanaan AMDAL ini

tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang AMDAL.

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan/atau kegiatan

pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan

hidup. Melalui studi AMDAL, diharapkan usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat

memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimalkan dampak

negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup.

AMDAL adalah bagian dari studi kelayakan, berupa proses pengkajian terpadu yang

mempertimbangkan aspek-aspek ekologi, sosio-ekonomi dan sosial-budaya sebagai

pelengkap kelayakan teknis dan ekonomi suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Studi AMDAL hanya diperlukan bagi proyek-proyek yang menimbulkan dampak besar

dan penting terhadap lingkungan hidup, yang pada umumnya berupa kegiatan proyek

berskala besar, kompleks, dan / atau berlokasi di daerah yang memiliki komponen

lingkungan sensitif.

Jenis - jenis rencana usaha dan / atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL dapat

dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001 tentang

Jenis Usaha dan / atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

Page 15: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

7

d. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UPL)

Pada Pasal 3 Ayat (4) PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, disebutkan bahwa usaha

dan / atau kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting tidak wajib

dilengkapi AMDAL, tapi wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), yang pembinaannya berada pada instansi

yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

Upaya Pngelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup adalah

berbagai tindakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang wajib

dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka pengendalian dampak lingkungan sesuai

dengan standar-standar pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Kriteria proyek jalan dan jembatan yang wajib melaksanakan UKL dan UPL tercantum

dalam Keputusan Menteri Kimpraswil No.17/KPTS/M/2003.

Kebijakan Sektor yang Terkait

a. Kehutanan

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

kawasan hutan dikelompokkan atas hutan konservasi (yang terdiri dari hutan suaka

alam, hutan pelestarian alam dan hutan buru), hutan lindung serta hutan produksi.

Pembangunan jalan tidak diperbolehkan di dalam kawasan hutan konservasi, namun

boleh dilaksanakan dalam kawasan hutan lindung dan hutan produksi dengan

persyaratan khusus.

Salah satu persyaratan tersebut adalah bahwa semua kegiatan lain (selain kegiatan

bidang kehutanan) termasuk kegiatan proyek jalan, yang memerlukan / menggunakan

lahan di kawasan hutan, harus mengganti kawasan hutan yang dipakai tersebut dengan

kawasan di tempat lain dan kemudian dihutankan kembali, minimal seluas lahan yang

terpakai untuk kegiatan tersebut. Hal ini diatur dalam Keputusan Menteri kehutanan No.

419/KPTS/II/1994 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan No.

164/KPTS/II/1994 tentang Pedoman Tukar Menukar Kawasan Hutan. Untuk hal ini,

diperlukan izin dari Menteri Kehutanan, serta ada persyaratan menyusun AMDAL.

Keputusan Menteri Kehutanan No.41/KPTS/II/1996 tentang Perubahan Keputusan

Menteri Kehutanan Mo.55/KPTS/II/1994 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan,

menyatakan bahwa untuk kegiatan lain selain kegiatan kehutanan, tetapi menyangkut

Page 16: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

8

kepentingan masyarakat umum, seperrti pembangunan jalan, penggantian lahan yang

berada di kawasan hutan dapat dilakukan dengan cara pinjam pakai selama lima tahun,

dan dapat diperpanjang kembali, tanpa kompensasi. Namun bila luas kawasan hutan

yang masih ada < 30 % dari luas propinsi, maka cara pinjam pakai tersebut harus

dengan kompensasi (sesuai Kepmen Kehutanan No.419/KPTS/II/1994 tersebut di atas).

b. Kebudayaan

Salah satu aspek kebudayaan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan adalah kawasan cagar budaya, yaitu kawasan yang

merupakan lokasi hasil budaya manusia berupa bangunan yang bernilai tinggi dan situs

purbakala.

Berdasarkan ketentuan tercantum dalam Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang

Penataan Ruang dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung, kawasan cagar budaya itu termasuk kategori kawasan lindung.

Kebijakan nasional tentang benda cagar budaya juga diatur dalam Undang-Undang No. 5

tahun 1992, tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1993

tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 5 Tahun 1993.

Pada Pasal 44 Peratuan Pemerintah tersebut di atas, disebutkan bahwa setiap rencana

kegiatan (termasuk kegiatan proyek jalan) yang dapat mengakibatkan dampak terhadap

benda cagar budaya, wajib dilaporkan terlebih dahulu, kepada menteri yang

bertanggungjawab di bidang kebudayaan, secara tertulis dan dilengkapi dengan hasil

studi AMDAL. c. Pertanahan

Kebijakan pemerintah tentang pertanahan yang terkait dengan kegiatan pembangunan

jalan, khususnya kegiatan pengadaan tanah, diatur dalam Keputusan Presiden No. 55

Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum. Beberapa ketentuan yang tercantum dalam Keppres tersebut yang

perlu diperhatikan dalam proses pengadaan tanah antara lain:

1) Pengadaan tanah hanya dapat dilakukan bila rencana pembangunan tersebut sesuai

dengan:

Rencana umum tata ruang yang telah ditetapkan;

Perencanaan ruang wilayah kota.

2) Pengadaan tanah harus dilakukan secara musyawarah langsung dengan pemegang

hak atas tanah atau wakil yang ditunjuk

Page 17: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

9

3) Pemberian ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah, diberikan untuk hak atas

tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang terikat dengan tanah

tersebut;

4) Bentuk ganti kerugian dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali,

serta bentuk lain yang disepakati oleh para pihak yang bersangkutan.

Petunjuk pelaksanaan Keppres tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Negara

Agraria / Kepala BPN No. 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Keppres No. 55 tahun

1993.

Pedoman tentang pemberian ganti kerugian untuk tanah ulayat tercantum dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1994.

Dalam situasi dan kondisi tertentu, bila perlu, pemerintah dapat mencabut hak atas

tanah. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No.20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak

Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya. Pada Pasal 2 Ayat (2) UU tersebut

disebutkan bahwa pencabutan hak atas tanah harus disertai dengan:

Rencana dan alasan peruntukannya;

Keterangan tentang letak, jenis hak atas tanah, dan nama pemilik tanah;

Rencana penampungan orang-orang yang haknya dicabut.

d. Perhubungan

Ketentuan tentang perlintasan antara jalur kereta api dengan jalan, diatur dalam

Undang-Undang No. 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian dan Peraturan Pemerintah

No. 69 tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api.

Pasal 15 Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa perlintasan antara jalur kereta

api dengan jalan dibuat dengan prinsip tidak sebidang. Pengecualian tehadap prinsip

tersebut hanya dimungkinkan dengan tetap mempertimbangkan keselamatan dan

kelancaran, baik perjalanan kereta api maupun lalu lintas di jalan.

Pada Pasal 16 peraturan pemerintah tersebut di atas, dijelaskan bahwa pengecualian

perlintasan tidak sebidang hanya dapat dilakukan dalam hal:

1) Letak geografis yang tidak memungkinkan membangun perlintasan tidak sebidang;

2) Tidak membahayakan dan mengganggu kelancaran operasi kereta api.

Page 18: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

10

Selanjutnya pada Pasal 17 peraturan pemerintah tersebut di atas ditegaskan pula bahwa

pembangunan jalan, jalur kereta api khusus terusan, saluran air, dan prasarana lain yang

menimbulkan atau memerlukan persambungan dengan perpotongan atau persinggungan

dengan jalur kereta api, dilakukan berdasarkan izin Menteri yang bertanggungjawab di

bidang perkeretaapian, dengan memperhatikan:

1) Rencana umum jaringan jalur kereta api;

2) Keamanan konstruksi jalan rel;

3) Keselamatan dan kelancaran operasi kereta api;

4) Persyaratan teknis bangunan dan keselamatan, serta keamanan perlintasan.

e. Sosial

Salah satu aspek sosial yang bersifat khas dan perlu dipertimbangkan dalam

pembangunan jalan adalah keberadaan komunitas adat terpencil yang memerlukan

pembinaan khusus, jika rute jalan tersebut melintasi atau berdekatan dengan

pemukiman komunitas adat.

Dalam Keputusan Presiden No. 111 tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial

Komunitas Adat Terpencil antara lain dikemukakan bahwa:

1) Komunitas adat terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal,

terpencar, serta kurang / belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, yang

dicirikan antara lain oleh lokasinya yang terpencil dan sulit dijangkau;

2) Peran masyarakat dalam pemberdayaan komunitas adat terpencil, antara lain

penyediaan sarana dan prasarana, termasuk prasarana jalan.

Pertimbangan terhadap komunitas masyarakat adat ini juga merupakan persyaratan bagi

proyek pembamgunan jalan yang dibiayai bantuan luar negeri.

4.1.3 Persyaratan Lingkungan untuk Proyek Jalan Berbantuan Luar Negeri a. Bank Dunia

Bank Dunia mempunyai kebijakan Perlindungan Lingkungan (Safeguard Policies)

yang mencakup petunjuk (directives), prosedur (procedures), dan perlengkapan

Page 19: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

11

(tools), bagi rencana kegiatan proyek yang diusulkan untuk mendapatkan

pembiayaan dari Bank Dunia.

Berbagai kebijakan operasional (OP), prosedur Bank (BP), dan petunjuk operasional

(OD) yang dipakai sebagai acuan Bank Dunia dalam perlindungan lingkungan adalah

sebagai berikut.

1) Environmental Assessment (Analisis Lingkungan), tercantum dalam OP/BP 4.01;

2) Natural Habitats (Habitat Alam), tercantum dalam OP/BP 4.04;

3) Pest Management (Pengelolaan Hama), tercantum dalam OP/BP 4.09;

4) Cultural Property (Kekayaan Budaya), tercantum dalam OP/BP 4.11;

5) Involuntary Resettlement (Pengadaan tanah dan Pemukiman Kembali), tercantum

dalam OP/BP 4.12;

6) Indigenous People (Masyarakat Adat), tercantum dalam OD 20;

7) Forestry (Kehutanan), tercantum dalam OP 4.36;

8) Safety Dam (Keamanan Bendungan), tercantum dalam OP/BP 4.37;

9) Project in International Waterways (Proyek pada Perairan Internasional),

tercantum dalam BP 4.50;

10) Project in Disputed Areas (Proyek pada Daerah Perselisihan), tercantum dalam

OP/BP 7.60;

Plus Disclosure of Operational Information (Keterbukaan Informasi), tercantum

dalam BP 17.50.

Dari kesepuluh kebijakan / persyaratan tersebut di atas, hanya lima yang relevan

dengan proyek pembangunan jalan, yaitu:

1) Environmental Assessment

Instrumen analisis lingkungan yang dapat dipakai dan memenuhi persyaratan ini,

adalah:

Analisis Dampak Lingkungan (EIA : Environmental Impact Assessment);

Audit Lingkungan;

Resiko Lingkungan;

Rencana Pengelolaan Lingkungan.

Untuk tiap rencana proyek pembangunan jalan perlu dilakukan penyaringan

(screening) lingkungan, yang didasarkan atas tipe, lokasi, dan skala kegiatan,

Page 20: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

12

serta sensitivitas lingkungan, guna mengetahui dampak lingkungan yang

mungkin terjadi akibat kegiatan pembangunan tersebut.

Hasil penyaringan dikelompokkan dalam kategori A, B dan C, yang hampir identik

dengan pengkategorian menurut PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL, yaitu:

Kategori A, berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup, sehingga wajib dilengkapi dengan AMDAL;

Kategori B, dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, tapi

tidak besar dan tidak penting, sehingga tidak wajib dilengkai AMDAL, tapi

harus dilengkapi dokumen UKL dan UPL;

Kategori C, menimbulkan dampak kecil (minimal) dan tidak merugikan

lingkungan, sehingga bebas AMDAL maupun UKL dan UPL, tapi harus

menerapkan SOP (prosedur operasi standar) atau standar pengelolaan

dan pemantauan lingkungan.

Pada waktu pelaksanaan studi AMDAL atau UKL dan UPL, harus dilakukan

konsultasi masyarakat minimal dua kali, terutama dengan masyarakat yang

terkena dampak dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM / NGO).

2) Natural Habitats (Habitat Alam)

Rencana kegiatan pembangunan jalan yang diperkirakan dapat merubah habitat

alam, seperti pada hutan lindung atau kawasan perlindungan flora dan fauna,

memerlukan kajian yang seksama mengenai lokasi habitat alam tersebut, untuk

menghindari dampak negatif lanjutan yang mungkin timbul.

Dalam melakukan penyaringan maupun pelingkupan lingkungan, isu tentang

habitat alam ini harus menjadi isu pokok dan isu penting, dan selanjutnya harus

masuk dalam kajian / studi analisis dampak lingkungan.

3) Cultural Property (Kekayaan Budaya)

Cultural Property atau kekayaan budaya dalam konteks persyaratan lingkungan

ini mencakup situs purbakala, benda cagar budaya, benda yang mempunyai nilai

arkeologi, palaentologi, bersejarah, atau mempunyai nila / keunikan alam, benda

yang dikeramatkan, mempunyai nilai agama yang kuat, dan sebagainya.

Page 21: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

13

Kekayaan budaya tersebut harus memdapat perhatian besar dalam perencanaan

pembangunan jalan, dan menjadi salah satu isu atau kriteria utama dan penting

dalam melakukan penyaringan lingkungan dan dalam pelaksanaan studi analisis

dampak lingkungan hidup yang mendalam.

4) Involuntary Resettlement (Pengadaan tanah dan Pemukiman Kembali)

Yang tercakup dalam persyaratan ini adalah kegiatan pengadaan tanah dan

pemukiman kembali penduduk yang tepindahkan (bila ada). Karena rencana rute

jalan bersifat memanjang, pada umumnya tidak terdapat kegiatan pemukiman

kembali penduduk, meskipun diperlukan pembebasan tanah yang relatif luas.

Dalam kaitannya dengan pembebasan tanah dan pemukiman kembali penduduk,

persyaratan yang harus dipenuhi adalah penyusunan dokumen LARAP (Land

Acquisition and Resettlement Action Plan), sebelum kegiatan pengadaan

tanah dan pemukiman kembali penduduk dilaksanakan. Dalam hal ini dibedakan

dua jenis LARAP, yaitu:

Full LARAP, bila jumlah penduduk yang harus dipindahkan lebih dari 200 jiwa;

Simplified LARAP, bila jumlah penduduk yang harus dipindahkan kurang dari

200 jiwa.

Apabila kegiatan pembebasan tanah dan pemukiman kembali penduduk telah

dilaksanakan lebih dari 2 (dua) tahun, harus dilaksanakan Tracer Study, baik

yang bersifat sederhana (simplified tracer study) maupun lengkap (full tracer

study), untuk mengetahui kondisi penduduk yang terkena pembebasan tanah dan

/ atau telah dipindahkan ke lokasi baru.

Ketentuan lain yang harus dipenuhi dalam penyusunan dokumen LARAP atau

Tracer Study, antara lain:

Pembiayaan studi tersebut ditanggung oleh pemerintah kabupaten / kota;

Bank Dunia akan melakukan supevisi teknis;

Pemerintah kabupaten / kota yang bersangkutan harus melaporkan kemajuan

pelaksanaan studi setiap 2 – 3 bulan pada Bank Dunia;

Dokumen LARAP dan Tracer Study harus mendapat persetujuan Bank Dunia,

dalam bentuk NOL (no objection letter), guna persetujuan atas pelaksanaan

pekerjaan konstruksi.

Page 22: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

14

5) Indigenous People (Masyarakat Adat)

Indigenous people atau masyarakat adat dalam konteks persyaratan lingkungan

ini adalah penduduk asli, etnik minoritas asli atau kelompok suku, dengan

karakteristik:

Penduduk yang kehidupannya sudah sangat erat dengan wilayah nenek

moyangnya dan sumber alam di dalamnya;

Adanya lembaga sosial, ekonomi, dan budaya secara adat;

Sistem ekonomi yang berorientasi pada produksi untuk mencari nafkah;

Berbahasa pribumi;

Mempunyai identitas sebagai kelompok dari budaya yang khas. Mengingat bahwa masyarakat adat tersebut sangat sensitive terhadap perubahan

lingkungan (dan sosial), maka apabila lokasi rencana kegiatan pembangunan

jalan terletak pada radius kurang dari 10 km dari lokasi permukiman masyarakat

adat, perlu disusun Analisis Dampak Sosial (ANDAS), dan rekomendasinya dalam

bentuk rencana tindak (action plan), antara lain memasukkan masalah

masyarakat adat dalam bagian desain rencana pembangunan jalan.

Dalam penyusunan dokumen tersebut, perlu dilakukan proses konsultasi dengan

kelompok masyarakat tersebut, dan bila diperlukan dapat memakai penterjemah.

Disclosure of Information (Keterbukaan Informasi) merupakan persyaratan dari

Bank untuk mempublikasikan dokumen lingkungan (EIA) dan sosial (LARAP dan /

atau Tracer Study) pada “Info Shop” w eb site B ank D unia: www.worldbank.org.

Di samping itu juga harus dipublikasikan di lokasi-lokasi yang dapat diakses oleh

masyarakat, misalnya: di lokasi kegiatan.

b. Bank Pembangunan Asia (ADB)

Kebijakan lingkungan hidup Bank Pembangunan Asia secara umum telah dtuangkan

dalam tiga dokumen, yaitu:

A D B ’s Environm ental Im pact A ssessm ents, 1998; A D B ’s Environm ental G uidelines for Sellected Infrastructure Project, 1993; A D B ”s G uidelines for Incorporation of Social D im ensions in B ank O peration, 1993 .

Beberapa ketentuan dan persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi meliputi

hal-hal sebagai berikut:

Page 23: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

15

1) Klasifikasi Proyek yang Memerlukan Dokumen Lingkungan Hidup

Bank Pembangunan Asia mengelompokkan proyek-proyek ke dalam tiga

kelompok, dalam kaitannya dengan jenis dan besaran dampak lingkungan yang

mungkin timbul, berdasarkan atas jenis kegiatan, lokasi, skala dan besaran

kegiatan, sensitivitas lingkungan, serta ketersediaan teknologi penanganan

dampak yang cost-efective, yaitu:

a) Kategori A: Proyek-proyek yang diperkirakan mempunyai dampak yang

signifikan terhadap lingkungan hidup (dampak besar dan penting), sehingga

harus dilengkapi dengan EIA (Environmental Impact Assessment).

b) Kategori B: Proyek-proyek yang diperkirakan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup, tetapi tingkatannya lebih kecil dari kategori A

(dampak tidak besar dan tidak penting), sehingga perlu disusun Initial Environmental Examination (IEE), untuk menentukan apakah dampak yang

timbul tersebut perlu dianalisis lebih lanjut dan mendalam melalui proses

EIA, atau cukup dengan IEE sebagai dokumen kajian lingkungan yang final.

c) Kategori C: Proyek-proyek yang diperkirakan tidak menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan, sehingga tidak perlu dilengkapi dengan IEE

atau EIA.

2) Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

Dokumen kajian lingkungan (EIA atau IEE), termasuk ringkasannya (SEIA

atau SIEE), hendaknya dapat disusun secara simultan dengan penyusunan

studi kelayakan;

Penyusunan EIA, IEE, SEIA atau SIEE merupakan kewajiban negara

peminjam;

Penyusunan dokumen kajian lingkungan tersebut di atas, agar

mempergunakan format laporan yang ditentukan oleh Bank, dan

penyusunnya harus memperhatikan masukan dari masyarakat setempat,

termasuk LSM;

Dokumen SIEE atau SEIA (dan sebaiknya dokumen IEE atau EIA) perlu

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, sebelum diserahkan kepada Bank;

Dokumen SIEE atau SEIA agar diserahkan kepada Board of Director, 120 hari

sebelum waktu persiapan proyek, yang merupakan salah satu komponen dari

usulan project selection untuk mendapatkan persetujuan Bank;

Page 24: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

16

Atas permintaan Bank, dokumen EIA atau IEE harus tersedia baik untuk

negara-negara anggota ADB, maupun untuk masyarakat yang terkena

dampak, dan LSM.

Apabila proyek yang diusulkan tersebut mencakup kegiatan pengadaan tanah

dan pemukiman kembali, maka perlu dilengkapi dengan dokumen LARAP,

dengan kriteria dan persyaratan yang sesuai dengan ketentuan dari Bank

Dunia.

3) Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (EMMP)

Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan (EMMP: Environmental

Management and Monitoring Plan) perlu disusun untuk memberikan kajian yang

rinci dari rekomendasi IEE dan / atau UKL dan UPL, dalam mengelola dan

memantau dampak terhadap lingkungan hidup yang timbul. EMMP ini mencakup

pengaturan-pengaturan mengenai pelaksanaan, supervisi / pengawasan, dan

evaluasi kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

4) Monitoring dan Evaluasi Sosial Ekonomi (SEMEP)

Untuk mengetahui manfaat proyek, perlu disusun program monitoring dan

evaluasi sosial ekonomi (SEMEP: Socio Economic Monitoring and Evaluation

Program). Indikator yang dapat dipergunakan dalam melakukan monitoring ini

antara lain kondisi jalan, kekasaran permukaan jalan, volume lalu lintas, biaya

perjalanan, dan indikator sosial ekonomi lain yang relevan.

c. Japan Bank for International Cooperation (JBIC)

1) Kebijakan Lingkungan Hidup

Kebijakan JBIC mengenai lingkungan hidup dan sosial, antara lain:

Pemrakarsa proyek harus melakukan penanganan yang tepat terhadap

permasalahan lingkungan yang timbul, seperti mencegah atau meminimalkan

dampak yang timbul, sehingga dana bantuan JBIC tidak mengakibatkan efek-

efek yang tidak dapat diterima;

Page 25: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

17

JBIC menganggap penting adanya dialog dengan penerima dana / peminjam

dan para pihak yang terkait dalam menangani masalah – masalah lingkungan

hidup, dengan tetap menghormati kedaulatan tuan rumah;

Dalam membuat keputusan pendanaan, JBIC perlu melakukan screening dan

kaji ulang rencana penanganan terhadap dampak pada lingkungan hidup,

agar sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

2) Persyaratan Lingkungan Hidup

a) Prinsip dasar konfirmasi pertimbangan lingkungan hidup

Pemrakarsa proyek merupakan pihak yang bertanggungjawab tehadap

penanganan dampak yang timbul terhadap lingkungan untuk proyek yang

dibiayai JBIC;

JBIC akan melakukan tindakan-tindakan untuk menegaskan penanganan

dampak terhadap lingkungan hidup, seperti:

- melakukan klasifikasi proyek (screening);

- melakukan kaji ulang atas penanganan dampak terhadap lingkungan;

- melakukan monitoring dan tindak lanjut.

Informasi diperlukan untuk konfirmasi penanganan dampak terhadap

lingkungan, baik dari stake holder, pemerintah dan organisasi finansial,

co-finansial, serta memanfaatkan informasi tersebut dalam screening dan

environmental revised;

Standar untuk konfirmasi kesesuaian penanganan dampak terhadap

lingkungan, dimana JBIC harus mengetahui dengan pasti apakah suatu

proyek telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di

tempat tersebut, atau telah sesuai dengan kebijakan terhadap lingkungan

hidup;

JBIC memperhatikan hasil environmental revised untuk memberikan

keputusan dalam pendanaan, dan bila dianggap kurang meyakinkan, JBIC

akan mendorong pemrakarsa melalui borrower untuk melakukan

penanganan dampak terhadap lingkungan yang tepat dan sesuai.

b) Prosedur konfirmasi penanganan dampak terhadap lingkungan hidup

(1) Screening

Page 26: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

18

JBIC meminta borrower dan pihak terkait untuk menympaikan informasi

yang diperlukan, agar screening dapat dilakukan lebih awal.

(2) Klasifikasi

Kategori A: Usulan proyek diklasifikasikan kategori A, bila

mempunyai dampak signifikan terhadap lingkungan hidup, dampak

yang timbul complicated, atau dampak yang belum pernah terjadi

sebelumnya, dan sulit dianalisi.

Kategori B: Usulan proyek diklasifikasikan kategori B, bila dampak

yang timbul bersifat tipical dan merupakan site-spesific, dalam

beberapa hal langkah untuk menanganinya lebih mudah, dan

sifatnya lebih kecil dan sederhana dari pada kategori A.

Kategori C: Usulan proyek diklasifikasikan kategori C, bila tidak

mempunyai dampak yang merugikan lingkungan, atau mungkin

mempunyai dampak yang minimal.

(3) Revisi penanganan dampak terhadap lingkungan hidup

Setelah proses screening selesai dilakukan, JBIC dapat melakukan

environmental review, sesuai dengan prosedur berikut.

Environmenal review untuk proyek-proyek kategori A, dengan

mengkaji dampak tehadap lingkungan hidup yang timbul, baik yang

sifatnya negatif maupun positif, serta upaya penanganannya;

Environmenal review untuk proyek-proyek kategori B, dengan

lingkup kegiatan yang bisa bervariasi, tetapi lebih sempit dari pada

untuk proyek-proyek kategori A;

Environmenal review untuk proyek-proyek kategori C, tidak

dilakukan karena di luar kegiatan screening.

(4) Monitoring

Pada dasarnya JBIC menekankan pentingnya dilakukan monitoring pada

periode-periode tertentu, terutama untuk proyek-proyek dengan

kategori A dan B, dan hasil monitoring tersebut sangat diperlukan untuk

menyempurnakan penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang

telah dilakukan, serta untuk administrasi perbankan.

Page 27: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

19

Informasi yang diperlukan oleh JBIC perlu disiapkan oleh borrower,

pemrakarsa kegiatan dan para pihak terkait, dengan cara-cara yang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bila diperlukan, JBIC dapat

melakukan kegiatan monitoring sendiri.

4.2 Siklus Pembangunan Jalan yang Berwawasan Lingkungan

Kebijakan tentang pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan telah ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.49/PRT/1990, yang kemudian diganti

dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis

AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. Prinsip dasar kebijakan tersebut adalah

integrasi (penerapan) pertimbangan lingkungan dalam seluruh siklus

pengembangan proyek bidang pekerjaan umum (termasuk proyek jalan).

Siklus pengembangan proyek jalan terdiri dari rangkaian delapan tahap kegiatan yang

sudah baku, yaitu: (1) perencanaan umum, (2) pra-studi kelayakan, (3) studi kelayakan,

(4) perencanaan teknis, (5) pra-konstruksi, (6) konstruksi, (7) pasca konstruksi, dan (8)

evaluasi pasca proyek.

Namun, mungkin saja karena alasan tertentu, ada proyek jalan yang tidak melalui semua

tahapan tersebut secara lengkap, misalnya setelah perencanaan umum langsung studi

kelayakan, tanpa melakukan pra-studi kelayakan. Bahkan mungkin juga karena

pertimbangan khusus, ada proyek jalan yang tidak melakukan studi kelayakan.

Penerapan pertimbangan lingkungan pada tiap tahap kegiatan proyek tersebut di atas,

secara idealnya dapat dilukiskan seperti tercantum pada Gambar 4.1, dengan penjelasan

singkat sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan Umum Siklus proyek jalan diawali dengan perencanaan umum berupa perumusan gagasan

usulan proyek baik berupa program pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan

yang telah ada. Kegiatannya mencakup pemilihan rute / koridor jalan, penentuan skala

prioritas, perkiraan biaya, serta jadwal pelaksanaan dan pendanaannya.

Page 28: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

20

Walaupun pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang dapat menimbulkan perubahan

lingkungan, pemrakarsa kegiatan proyek sedini mungkin harus mengidentifikasi potensi

dampak besar dan penting terutama dampak negatif yang mungkin timbul, melalui

proses penyaringan lingkungan untuk tiap ruas jalan yang akan dibangun.

Berdasarkan hasil penyaringan tersebut, dapat dirumuskan persyaratan penanganan

masalah lingkungan untuk tiap ruas jalan, yang wajib dilaksanakan pada tahap kegiatan

proyek berikutnya. Persyaratan tersebut mungkin berupa studi AMDAL, studi UKL dan

UPL, atau cukup dengan penerapan SOP.

b. Tahap Pra-Studi Kelayakan

Kegiatan proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar rencana kegiatan serta

perumusan alternatif koridor alinyemen jalan, termasuk menganalisis kelayakan

(sementara) tiap alternatif koridor tersebut. Dalam menganalisis kelayakan tiap alternatif

koridor ruas jalan tersebut, selain didasarkan pada pertimbangan teknis dan ekonomi,

juga harus dipertimbangkan kelayakan lingkungan melalui proses kajian-awal

lingkungan.

Untuk ruas-ruas jalan yang termasuk kategori wajib dilengkapi dengan AMDAL, perlu

dilakukan pelingkupan Kerangka Acuan ANDAL yang dirumuskan berdasarkan hasil

kajian-awal lingkungan tersebut di atas.

Page 29: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

21

Gambar 4.1

Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus Pengembangan Proyek Jalan

PERENCANAAN UMUM

PRA STUDI KELAYAKAN

STUDI KELAYAKAN

DETAIL DISAIN

PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN

KEMBALI PENDUDUK

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

OPERASI DAN PEMELIHARAAN

(O&P)

EVALUASI PASCA

PROYEK

Penyaringan AMDAL berdasarkan faktor dampak penting dan lokasi/ koridor jalan (ref. Kep.Bapedal-056/1994)

Pelingkupan isu isu lingkungan yang perlu dikaji lebih detail dalam ANDAL atau kajian lingkungan

Analisis besaran dan pentingnya isu isu lingkungan serta biaya lingkungan dalam studi kelayakan

Rumusan kriteria dan spesifikasi serta rencana pengadaan lahan maupun pelaksanaan konstruksi

Implementasi pengadaan tanah, pemberian kompensasi, pematangan lahan untuk konstruksi

Aplikasi spesifikasi bahan, alat konstruksi dan tata cara pelaksanaan konstruksi serta pengawasan termasuk mitigasi dampak lingkungan selama masa konstruksi

Implementasi mitigasi dampak, monitoring dan evaluasi dampak lingkungan selama masa O & P

Evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan dan masukan kebijakan untuk peningkatan kinerja masa datang

Page 30: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

22

c. Tahap Studi Kelayakan

Kegiatan utama studi kelayakan mencakup analisis kelayakan teknis, ekonomi, finansial

dan lingkungan yang lebih mendalam dari alternatif alinyemen jalan, yang didukung oleh

data hasil survai lapangan. Analisis kelayakan lingkungan dilaksanakan melalui studi

AMDAL atau UKL dan UPL, yang sebaiknya dilaksanakan secara terintegrasi dengan

pelaksanaan studi kelayakan teknis, ekonomi dan finansial, dalam satu paket pekerjaan.

Kesimpulan dan rekomendasi hasil studi kelayakan lingkungan disajikan dalam dokumen

RKL dan RPL atau UKL dan UPL, yang merupakan arahan untuk pelaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup pada tahap-tahap perencanaan teknis (detail design), pra-

konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.

d. Tahap Perencanaan Teknis

Lingkup pekerjaan pada tahap ini mencakup komponen-komponen kegiatan antara lain:

Penetapan trase jalan secara definitif berdasarkan hasil pengukuran lapangan yang

akurat;

Pembuatan gambar rencana teknis detail jalan, jembatan dan bangunan

pelengkapnya serta penetapan syarat-syarat dan spesifikasi teknis pekerjaan

konstruksinya.

Perhitungan perkiraan biaya pekerjaan konstruksi;

Penyusunan dokumen tender dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi.

Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah penjabaran

RKL atau UKL dalam bentuk gambar-gambar desain dan syarat-syarat serta spesifikasi

teknis kegiatan pengelolaan lingkungan. Untuk keperluan tersebut, konsultan

perencanaan teknis harus memahami isi dokumen RKL atau UKL yang telah ditetapkan

oleh instansi yang berwenang. Karena itu, tim konsultan perencanaan teknis sebaiknya

dilengkapi dengan tenaga Ahli Lingkungan.

Dalam penghitungan perkiraan biaya pekerjaan konstruksi jalan, seyogianya mencakup

juga biaya pengelolaan lingkungan yang diperlukan pada tahap konstruksi. Demikian

juga perkiraan biaya pemeliharaan jalan agar mencakup biaya pengelolaan lingkungan

tahap pasca konstruksi.

Page 31: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

23

Jika diperlukan pengadaan tanah, pada tahap ini perlu dilakukan studi pengadaan tanah

untuk penyusunan Rencana Kerja Pengadan Tanah dan Pemukiman Kembali termasuk

upaya penanganan dampaknya sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen RKL

atau UKL.

e. Tahap Pra-konstruksi

Kegiatan proyek pada tahap pra-konstruksi adalah pengadaan tanah dan pemukiman

kembali penduduk yang terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan oleh pemrakarsa

kegiatan proyek dan instansi terkait. Pengelolaan lingkungan yang diperlukan pada tahap

ini adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL atau UKL dan UPL untuk

penanganan dampak sosial yang mungkin terjadi.

Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan pada

saat itu, atau karena ada perubahan alinyemen jalan pada lokasi tertentu.

f. Tahap Konstruksi

Kegiatan pada tahap konstruksi terutama berupa pekerjaan teknik sipil meliputi

pekerjaan tanah, struktur bangunan jalan dan bangunan-bangunan pelengkapnya.

Penerapan pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah

pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL atau UKL dan UPL tahap konstruksi,

untuk menangani semua dampak yang timbul akibat kegiatan-kegiatan konstruksi seperti

erosi / longsor, pencemaran udara, kebisingan, gangguan pada prasarana umum dan

utilitas di areal tapak proyek, dan sebagainya.

Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan antara lain sehubungan dengan adanya

perubahan atau modifikasi desain atau sistem operasi pelaksanaan pekerjaan.

g. Tahap Pasca Konstruksi

Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian (pemanfaatan) jalan

dan sekaligus pemeliharaannya agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan

berkelanjutan. Untuk menangani dampak akibat pengoperasian dan pemeliharaan jalan

tersebut, diperlukanan pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL atau UKL dan

Page 32: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

24

UPL tahap pasca konstruksi, antara lain meliputi pengaturan lalu lintas, pengendalian

pencemaran udara dan kebisingan, dan pengendalian penggunaan lahan di kiri-kanan

jalan.

Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan sesuai dengan perkembangan volume

lalu lintas, dan sehubungan dengan adanya perkembangan kegiatan sosial-ekonomi

masyarakat yang terangsang akibat adanya jalan tersebut, seperti pusat perbelanjaan /

pertokoan, serta munculnya para pedagang kaki lima yang sering terjadi terutama di

daerah perkotaan.

h. Tahap Evaluasi Pasca Proyek

Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai dan mengupayakan peningkatan daya

guna dan hasil guna ruas jalan yang telah dibanguan / ditingkatkan dan dioperasikan

sampai umur desainnya terlampaui. Penerapan pertimbangan lingkungan yang

diperlukan pada tahap ini adalah evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan yang telah dilaksanakan pada tahap-tahap sebelumnya, agar

dapat dijadikan masukan / input dalam perencanaan pembangunan jalan.

4.3 Konsultasi Masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,

terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan

jalan di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa

pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses

perencanaan suatu jaringan atau ruas jalan yang akan dibangun / ditingkatkan.

Konsultasi masyarakat ini merupakan forum keterlibatan masyarakat dalam proses

perencanaan pembangunan, dan diharapkan juga sebagai upaya pencegahan dampak

sosial sedini mungkin.

Ada beberapa jenis konsultasi masyarakat yang harus dilaksanakan sesuai dengan

keperluan dan tahapan proses perencanaan, yaitu:

a. Konsultasi pada saat persiapan suatu program jalan daerah dan pada perencanaan

desain setiap ruas jalan;

Page 33: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

25

b. Konsultasi untuk persiapan AMDAL, bagi proyek yang termasuk kategori wajib

dilengkapi dokumen AMDAL (Lihat butir 5.2.2.b);

c. Konsultasi untuk pembebasan lahan dan kompensasi untuk tanah, bangunan,

tanaman dan aset tidak bergerak lainnya;

d. Konsultasi untuk pemukiman kembali (bila perlu).

Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan wakil-wakil semua golongan (kelompok)

masyarakat yang berkepentingan seperti pemerintah daerah setempat (termasuk instansi

yang menangani sektor terkait), para pemuka masyarakat baik formal maupun informal,

kelompok profesi, unsur Universitas / perguruan Tinggi, dan lembaga swadaya

masyarakat (LSM).

Petunjuk rinci tentang konsultasi dan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan

tercantum pada Lampiran B dari Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan :.

5. Aspek Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

5.1 Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan terhadap Lingkungan

Hidup

5.1.1 Dampak pada Tahap Perencanaan

Pada dasarnya, semua jenis kegiatan pembangunan fisik termasuk pembangunan jalan,

berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif

maupun positif. Dampak kegiatan pembangunan jalan terhadap lingkungan hidup sangat

tergantung dari jenis dan besarnya kegiatan proyek serta kondisi (sensitifitas) lingkungan

di lokasi proyek dan sekitarnya yang mungkin terkena dampak.

Meskipun pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang mengakibatkan perubahan

kondisi lapangan, namun kegiatan survey dan pengukuran untuk penentuan koridor /

rute jalan mungkin menimbulkan dampak sosial berupa keresahan masyarakat, bila

mereka tidak mendapat informasi yang jelas tentang rencana proyek jalan yang

bersangkutan.

Jenis dampak lainnya yang kadang-kadang terjadi adalah munculnya spekulan tanah,

sehingga harga tanah meningkat.

Page 34: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

26

5.1.2 Dampak pada Tahap Pra-konstruksi (pengadaan tanah)

Sumber dampak pada tahap pra-konstruksi adalah pengadaan tanah, khususnya untuk

pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan di luar DAMIJA. Kegiatan ini dapat

menimbulkan dampak sosial yang sering kali sangat sensitif, terutama kalau tanah yang

terkena proyek berupa pemukiman padat atau lahan usaha produktif, dan diperlukan

pemindahan penduduk. Jenis dampak dapat berupa kehilangan tempat tinggal atau

lahan usaha.

5.1.3 Dampak pada Tahap Konstruksi

Sumber dampak lingkungan pada tahap konstruksi terutama adalah pengoperasian alat-

alat berat seperti buldozer, excavator, truk, stone crusher, AMP, road roller, dsb.

Pengoperasian alat-alat berat menimbulkan dampak kebisingan dan polusi udara akibat

sebaran debu dan gas buang sisa pembakaran bahan bakar.

Kegiatan pembersihan lahan dapat menimbulkan dampak negatif tehadap flora dan

fauna.

Pengangkutan bahan bangunan dapat mengakibatkan kerusakan jalan yang dilalui

kendaraan proyek.

Kegiatan konstruksi khususnya galian / timbunan tanah juga menimbulkan dampak

berupa perubahan bentang alam, sehingga terjadi erosi atau longsor, gangguan pada

aliran air permukaan dan pencemaran air.

Dampak terhadap aspek fisik seperti polusi udara dan kebisingan serta pencemaran air

dapat mengakibatkan dampak lanjutan berupa gangguan terhadap kesehatan dan

ketenteraman masyarakat.

Dampak negatif terhadap aspek sosial juga dapat terjadi sehubungan dengan mobilisasi

tenaga kerja dari luar lokasi proyek.

5.1.4 Dampak pada Tahap Pasca Konstruksi

Pengoperasian (pemanfaatan) dan pemeliharaan jalan merupakan sumber dampak pada

tahap pasca konstruksi. Dampak yang mungkin terjadi antara lain berupa pencemaran

Page 35: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

27

udara, kebisingan, dan kecelakaan lalu lintas. Keberadaan jalan juga dapat merangsang

kegiatan sektor lain berupa penggunaan lahan sepanjang koridor jalan yang tidak

terkendali, yang pada akhirnya menimbulkan dampak terhadap kinerja jalan seperti

kemacetan lalu lintas.

Di samping itu, mungkin juga terjadi dampak lingkungan terhadap jalan seperti longsor

dan banjir yang mengakibatkan kerusakan jalan sehingga lalu lintas kendaraan

terganggu.

Kegiatan pemeliharaan jalan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalu lintas,

namun dampak tersebut hanya bersifat sementara.

Berbagai jenis dampak terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan pembangunan jalan

yang mungkin terjadi pada tiap tahap kegiatan proyek, dan alternatif pengelolaan

lingkungannya, disajikan pada Tabel 5.1.

5.2 Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

5.2.1 Perencanaan Jaringan Jalan yang Berwawasan Lingkungan

a. Kesesuaian dengan rencana tata ruang

Perencanaan sistem jaringan jalan dimulai dengan tahap perencanaan umum, untuk

menentukan alternatif-alternatif rencana awal koridor jaringan jalan yang perlu dibangun

/ ditingkatkan.

Penentuan koridor / rute jaringan jalan harus sesuai dengan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan oleh pemerintah, baik rencana tata ruang wilayah (RTRW) nasional,

propinsi, atau kabupaten / kota, maupun tata ruang kawasan.

b. Pencegahan dampak lingkungan sedini mungkin

Untuk menghindari dampak tehadap lingkungan hidup sedini mungkin, penentuan rute

jalan sedapat mungkin tidak melalui areal sensitif seperti kawasan lindung atau areal

sensitif lainnya.

Page 36: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

28

Jenis-jenis kawasan lindung tercantum pada Kotak 5.1., sedangkan areal sensitif lainnya

meliputi:

areal permukiman padat penduduk;

areal komersial;

areal dengan kemiringan lereng terjal;

areal yang kondisi tanahnya tidak stabil;

lahan pertanian produktif;

areal berpanorama indah;

pemukiman masyarakat terasing (masyarakat adat).

Tabel 5.1

Potensi Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan terhadap Lingkungan Hidup Dan Alternatif Pengelolaannya

Kegiatan yang

menimbulkan dampak Prakiraan dampak yang timbul Alternatif pengelolaan lingkungan

A. Tahap

Perencanaan 1. Survey /

pengukuran 2. Penetapan rute

jalan

1. Keresahan masyarakat 2. Potensi dampak pada

aspek-aspek biogeofisik dan sosial

1. Konsultasi masyarakat 2. Penerapan pertimbangan

lingkungan dalam proses perencanaan

B. Tahap Pra-

konstruksi 1. Pengadaan Tanah

a. Keresahan masyarakat b. Ketidakpuasan atas nilai

kompensasi c. Gangguan terhadap

pendapatan

a. Sosialisasi b. Penetapan harga berdasarkan

hasil musyawarah c. Pembinaan sosial-ekonomi

penduduk yang terkena proyek C. Tahap Konstruksi Persiapan Pekerjaan Konstruksi 1. Mobilisasi tenaga

kerja 2. Mobilisasi

peralatan berat

a. Kecemburuan sosial b. Peningkatan kesempatan

kerja (dampak positif) a. Kerusakan prasarana jalan

a.1 Tenaga kerja lokal

diprioritaskan a.2 Sosialisasi pada penduduk lokal b.1 Pemberian informasi ttg tenaga

kerja yang diperlukan b.2 Pelatihan tenaga kerja lokal a.1 Perbaikan jalan yang rusak a.2 Membatasi tonase peralatan

atau membatasi tekanan gandar

Page 37: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

29

3. Pembuatan jalan masuk

Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi a. Di lokasi proyek 1. Pembersihan dan

penyiapan lahan 2. Pekerjaan tanah

(galian / timbunan)

3. Pekerjaan badan

jalan / lapis perkerasan

4. Pembuatan sistem

drainase 5. Pemancangan

tiang pancang 6. Pekerjaan

bangunan bawah dan atas jembatan atau jalan layang

7. Pembangunan

bangunan pelengkap jalan

a. Pencemaran udara a. Gangguan pada flora dan

fauna b. Pencemaran udara c. Pencemaran air

permukaan. d. Gangguan pada utilitas

umum a. Pencemaran udara

(debu); b. Pencemaran air c. Gangguan pd aliran air

tanah dan air permukaan d. Gangguan stabilitas lereng e. Perubahan bentang alam

/lansekap; a. Pencemaran udara (debu) b. Gangguan lalu lintas a. Gangguan lalu lintas a. Kebisingan b. Getaran (kerusakan

bangunan sekitar) c. Gangguan lalu lintas a. Gangguan lalu lintas a. Peningkatan estetika

lingkungan (dampak positif)

a. Penyiraman jalan secara berkala a. Penghijauan b. Penyiraman secara berkala c. Pembuatan tanggul atau

saluran drainase sementara utk pengendalian air larian

d. Pemindahan atau perbaikan

utilitas a. Penyiraman secara berkala b. Pembuatan tanggul atau

saluran drainase sementara utk pengendalian air larian

c. Pembuatan sistem drainase d.1 Perkuatan tebing d.2 Pengendalian aliran air tanah e. Penataan lansekap a. Penyiraman secara berkala b.1 Pengaturan lalu lintas b.2 Pemasangan rambu lalu lintas a.1 Pengaturan lalu lintas a.2 Pemasangan rambu lalu lintas a. Pemberitahuan kpd masyarakat

sekitar; dan pengaturan jadwal kerja

b. Penggunaan bor c.1 Pengaturan lalu lintas c.2 Pemasangan rambu lalu lintas a.1 Pengaturan lalu lintas a.2 Pemasangan rambu lalu lintas a. Penanaman tanaman

pelindung dan tanaman hias

Page 38: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

30

8. Penghijauan dan pertamanan

b. Di lokasi Quarry

dan jalur transportasi material

1. Pengambilan tanah dan material bangunan di quarry dan borrow area di darat

2. Pengambilan

material di quarry sungai

3. Pengangkutan

tanah dan bahan bangunan

c. Di lokasi Base

camp dan AMP 1. Pengoperasian

base camp (barak pekerja, kantor, stone crusher dan AMP)

a. Pencemaran udara b. Gangguan pada aliran air

permukaan c. Gangguan stabilitas lereng

(erosi / longsor); d. Perubahan fungsi lahan e. Gangguan pada flora a. Degradasi dasar sungai

sehingga mengganggu stabilitas bangunan sungai

b. Pencemaran air sungai; c. Gangguan terhadap biota

air; d. Longsor tebing sungai a. Pencemaran udara

(debu); b. Kebisingan; c. Kerusakan badan jalan; d. Gangguan lalu lintas. a. Pencemaran udara (debu); b. Kebisingan c. Kerusakan badan jalan d. Gangguan lalu lintas a. Kecemburuan sosial b. Pencemaran udara; c. Kebisingan; d. Pencemaran air

permukaan. e. Kecelakaan lalu lintas

a. Penyiraman secara berkala b. Pembuatan sistem drainase c.1 Pengaturan kemiringan lereng

sesuai dengan kondisi tanah c.2 Pengendalian air larian c.3 Tebing dibuat berteras d. Reklamasi dan pemanfaatan

kembali lahan e. Penghijauan a. Pemilihan lokasi quarry yang

tepat b. Pengendalian bahan buangan c. Pengendalian bahan buangan d.1 Perkuatan tebing d.2 Penggalian secara bertahap a. Penyiraman berkala; Bak truk

ditutup terpal b. Perawatan kendaraan c. Pemeliharaan /Perbaikan jalan d. Pengaturan lalu lintas;

Pemasangan rambu lalu lintas a. Penyiraman secara berkala b. Perawatan kendaraan c. Pemel/perbaikan jalan d. Pengaturan lalu lintas a. Penyuluhan masyarakat b. Perawatan peralatan c. Perawatan peralatan d. Pengendalian limbah cair e. Pengaturan lalu lintas

D. Tahap Pasca

Konstruksi 1. Pengoperasian

jalan

a. Pencemaran udara (debu,

gas polutan) b. Kebisingan c. Kemacetan dan

kecelakaan lalu lintas

a. Penghijauan di median dan

pinggir jalan b. Sda; pembuatan noise barrier c.1 Pengaturan lalu lintas; c.2 pemasangan rambu lalu lintas c.3 Penertiban pedagang kaki lima

Page 39: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

31

Kotak 5.1 Daftar Kawasan Lindung

A. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya:

1. Kawasan Hutan Lindung; 2. Kawasan Bergambut dengan ketebalan 3 m atau lebih; 3. Kawasan Resapan Air;

B. Kawasan perlindungan setempat: 1. Sempadan Pantai; 2. Sempadan Sungai; 3. Kawasan Sekitar Danau / Waduk; 4. Kawasan Sekitar Mata Air

C. Kawasan suaka alam dan cagar budaya 1. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan

Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah, dan Daerah Pengungsian Satwa); 2. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainnya (termasuk perairan laut,

perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu karang, dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan / atau keunikan ekosistem);

3. Kawasan Pantai berhutan Bakau (mangrove); 4. Taman Nasional; 5. Taman Hutan Raya; 6. Taman Wisata Alam 7. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk daerah karst berair,

daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi);

D. Kawasan Rawan Bencana Alam. 1. Kawasan rawan letusan gunung berapi; 2. Kawasan rawan gempa bumi; 3. Kawasan rawan longsor.

2. Pemeliharaan jalan

d. Gangguan mobilitas

masyarakat setempat e. Gangguan terhadap satwa

dilindungi f. Perubahan penggunaan

lahan yang tak terkendali a. Gangguan lalu lintas

c.4 Penyuluhan tertib pemanfaatan jalan

c.5 Pembuatan rest area, khususnya pada jalan tol

d. Pembuatan jembatan

penyeberangan e. Pembuatan under pass untuk

jalan satwa dilindungi f. Pengemdalian penggunan lahan a.1 Pengaturan lalu lintas a.2 Pemasangan rambu lalu lintas

sementara

Sumber: Keppres No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Catatan: Definisi dan kriteria mengenai jenis-jenis kawasan lindung dapat dilihat dalam Keppres

tersebut di atas.

Page 40: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

32

Areal sensitif dapat diidentifikasi dari peta topografi dan berbagai peta tematik seperti

peta geologi, penggunaan lahan, serta foto udara atau citra satelit,

Petunjuk rinci tentang pemilihan rute jalan tercantum pada Lampiran A dari Pedoman

Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan .

Penerapan pertimbangan lingkungan pada tahap perencanaan umum seharusnya

dilakukan juga secara m akro m elalui proses “kajian lingkungan strategis” (K LS). Lingkup

KLS tidak difokuskan pada suatu ruas jalan tertentu, tapi bersifat regional, mencakup

suatu sistem jaringan jalan yang saling berinteraksi dengan sektor-sektor lain dalam

suatu wilayah / kawasan pembangunan.

Sasaran utama KLS antara lain evaluasi dampak kumulatif dan dampak tidak langsung

akibat penetapan sistem jaringan jalan tersebut, yang diperlukan untuk bahan

pertimbangan dalam penentuan koridor tiap ruas jalan terpilih. Dengan melalui KLS ini

diharapkan akan terwujud suatu sistem jaringan jalan yang berwawasan lingkungan.

c. Penyaringan lingkungan Berdasarkan ketentuan tercantum dalam Pasal 15 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, semua rencana kegiatan (termasuk kegiatan pembangunan jalan)

yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan

hidup, wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

Ketentuan lebih rinci mengenai AMDAL tercantum dalam PP No. No.27 Tahun 1999

tentang AMDAL. Pasal 3 Ayat (4) PP tersebut menjelaskan bahwa rencana usaha

dan/atau kegiatan yang tidak termasuk kategori wajib AMDAL, wajib melakukan upaya

pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL)

yang pembinaannya berada pada instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan

tersebut.

Kriteria Proyek jalan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL atau UKL dan UPL dapat

dilihat pada Tabel 5.2, yang didasarkan atas panjang ruas jalan, luas lahan yang perlu

dibebaskan, dan lokasi jalan (di kota besar / metropolitan, kota sedang, dan antar kota /

pedesaan). N am un, apabila suatu rencana kegiatan “pem bangunan” jalan diperkirakan

akan menimbulkan dampak negatif besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib

dilengkapi dokumen AMDAL, walaupun besaran kegiatannya tidak memenuhi kriteria

tercantum pada tabel tersebut.

Page 41: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

33

5.2.2 Perencanaan pembangunan ruas jalan yang layak lingkungan

a. Kajian awal lingkungan pada tahap pra-studi kelayakan

Kegiatan utama perencanaan pembangunan / peningkatan jalan pada tahap pra studi

kelayakan adalah perumusan alternatif alinyemen jalan termasuk menganalisis kelayakan

(sementara) tiap alternatif tersebut.

Analisis kelayakan harus mencakup aspek teknis, ekonomis dan juga lingkungan melalui

kajian awal lingkungan yang mencakup berbagai jenis dampak potensial terhadap

komponen-komponen lingkungan hidup, meliputi aspek-aspek:

• geofisik-kimia;

• biologi (flora dan fauna);

• prasarana dan utilitas;

• kondisi lalu lintas

• sosial-ekonomi dan sosial-budaya, termasuk kawasan adat;

• estetika lingkungan.

Page 42: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

34

Tabel 5.2 Kriteria Jenis Rencana Kegiatan Proyek Jalan Yang Wajib dilengkapai

dengan AMDAL atau UKL dan UPL (Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan)

No Jenis Proyek Wajib Dilengkapi

AMDAL (Skala / Besaran) *)

Wajib Dilengkapi UKL dan UPL

(Skala/Besaran) **)

1.

Jalan Tol dan Jalan Layang a. Pembangunan jalan tol b. Pembangunan jalan layang

atau subway c. Peningkatan jalan tol dg

pembebasan lahan untuk Damija

d. Peningkatan jalan tol tanpa pembebasan lahan untuk Damija

a. Semua besaran b. Panjang > 2 km - -

- b. Panjang < 2 km c. Semua besaran d. Panjang > 5 km

2. Jalan Raya a. Pembangunan / peningkatan

jalan dengan pelebaran di luar Damija

Di kota besar / metropolitan :

- Panjang, atau - Luas pembebasan tanah

Di kota sedang :

- Panjang, atau - Luas pembebasan tanah

Pedesaan / Antar Kota:

- Panjang

b. Peningkatan jalan dengan pelebaran pada Damija yang ada

Di Kota Besar / Metropolitan (Jalan arteri atau kolektor)

Panjang > 5 km Luas > 5 ha Panjang > 10 km Luas > 10 ha Panjang > 30 km -

1 km < Panjang < 5 km 2 ha < Luas < 5 ha 3 km < Panjang < 10 km 5 ha < Luas < 10 ha 5 km < Panjang < 30 km Panjang > 10 km

3.

Jembatan a. Pembangunan jembatan di

kota Besar / Metropolitan b. Pembangunan jembatan di

kota sedang atau lebih kecil

- -

Panjang > 20 m Panjang > 60 m

*) : Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001 **): Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No.17/KPTS/2003 Catatan:

Kota Metropolitan : jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa Kota Besar : jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa Kora Sedang : jumlah penduduk 200.000 – 500.000 jiwa Kota Kecil : jumlah penduduk 20.000 – 200.000 jiwa Kota di Pedesaan : jumlah penduduk 3.000 – 20.000 jiwa

Page 43: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

35

Laporan hasil kajian awal lingkungan ini merupakan bagian dari laporan pra studi

kelayakan yang akan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan kerangka acuan studi

kelayakan dan juga bahan untuk penyusunan KA-ANDAL atau UKL dan UPL (bila

diperlukan).

Apabila tidak dilakukan pra studi kelayakan, kajian awal lingkungan dilaksanakan pada

tahap studi kelayakan sebelum penentuan alinyemen rencana jalan terpilih.

b. AMDAL sebagai bagian dari studi kelayakan

Studi kelayakan diperlukan untuk menentukan alternatif alinyemen jalan terpilih yang

dianggap paling layak baik dari segi teknis, ekonomis mapun lingkungan.

Kajian kelayakan lingkungan yang mendalam terhadap alternatif alinyemen jalan terpilih

harus dilaksanakan melalui studi AMDAL atau UKL dan UPL, sesuai dengan hasil

penyaringan lingkungan yang telah diuraikan pada Butir 5.2.1.c.

Untuk pelaksanaan studi AMDAL, terlebih dahulu harus disusun Kerangka Acuan ANDAL

(Analisis Dampak Lingkungan) untuk digunakan sebagai acuan dalam penyusunan

dokumen ANDAL, RKL dan RPL.

Pada waktu penyusunan KA-ANDAL, pemrakarsa wajib melaksanakan pengumuman

tentang rencana kegiatan proyek, dan konsultasi kepada warga masyarakat yang

berkepentingan, untuk memperoleh saran, pendapat atau tanggapan mengenai

proyek tersebut. Cara pelaksanaan konsultasi.masyarakat ini diatur dalam Keputusan

Kepala BAPEDAL No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan

Informasi dalam Proses AMDAL.

Masyarakat berkepentingan terdiri dari masyarakat terkena dampak dan masyarakat

pemerhati.

Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang akan merasakan dampak dari

adanya rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan

mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan mengalami kerugian.

Masyarakat pemerhati adalah masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana

Page 44: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

36

usaha/kegiatan tersebut, maupun dampak-dampak lingkungan yang akan

ditimbulkannya.

Pedoman Teknis Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL Proyek Jalan dan Pedoman Teknis

Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL Proyek Jalan, masing-masing tercantum pada

Lampiran E dan Lampiran F dari Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan.

c. Penilaian dokumen AMDAL

Dokumen AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL, RKL, RPL dan Ringkasan Eksekutif) harus dinilai

oleh komisi penilai AMDAL.

Dokumen AMDAL proyek jalan yang melintasi lebih dari satu propinsi, dinilai oleh Komisi

Penilai AMDAL Pusat (di Kementerian Lingkungan Hidup).

Dokumen AMDAL proyek jalan yang melintasi lebih dari satu kabupaten / kota, dinilai

oleh Komisi Penilai AMDAL Propinsi (di Bapedalda Propinsi).

Dokumen AMDAL proyek jalan yang berlokasi dalam wilayah satu kabupaten / kota,

dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Kabupaten / Kota (di Bapedalda Kabupaten / Kota).

Berdasarkan dokumen AMDAL yang telah disetujui oleh Komisi Penilai AMDAL, instansi

yang bertanggungjawab menerbitkan Surat ketetapan kelayakan Lingkungan.

d. Penyusunan Dokumen UKL dan UPL

Apabila rencana kegiatan proyek termasuk kategori wajib dilengkapi UKL dan UPL,

diperlukan penyusunan Kerangka Acuan UKL / UPL untuk digunakan sebagai acuan

dalam penyusunan dokumen UKL dan UPL. Pedoman Teknis Penyusunan Dokumen UKL

dan UPL Proyek Jalan tercantum pada Lampiran I dari Pedoman Perencanaan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

Pelaksanaan studi AMDAL atau UKL dan UPL sebaiknya dilaksanakan sekaligus dengan

pelaksanaan studi kelayakan (oleh konsultan yang sama).

e. Keterbukaan Informasi tentang AMDAL

Page 45: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

37

Berdasarkan ketentuan pada Pasal 35 Ayat (1) PP No.27/1999, semua dokumen AMDAL,

saran, pendapat, dan tanggapan warga masyarakat yang berkepentingan, kesimpulan

komisi penilai, dan keputusan kelayakan lingkungan hidup setiap rencana kegiatan

proyek bersifat terbuka untuk umum.

f. Kadaluwarsa dan batalnya dokumen ANDAL, RKL dan RPL

Berdasarkan ketentuan dalam PP No.27 / 1999 tentang AMDAL (Pasal 24 Ayat 1),

keputusan kelayakan lingkungan hidup dinyatakan kadaluwarsa, apabila rencana

kegiatan proyek tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak

diterbitkannya keputusan kelayakan tersebut.

Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana kegiatan proyek menjadi batal

apabila pemrakarsa memindahkan lokasi kegiatannya. Dalam hal ini, pemrakarsa wajib

membuat AMDAL baru sesuai peraturan (Pasal 25 Ayat (1) dan (2), PP N0.27/1999).

5.2.3 Desain dan spesifikasi teknis pengelolaan lingkungan a. Pembuatan desain dan spesifikasi teknis yang memasukkan pertimbangan

lingkungan

Perencanaan pengelolaan lingkungan pada tahap perencanaan teknis dilakukan melalui

penjabaran rekomendasi yang tercantum dalam dokumen RKL dan RPL atau UKL dan

UPL yang diwujudkan dalam bentuk gambar-gambar rencana teknis detail serta syarat-

syarat dan spesifikasi teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Petunjuk tentang penjabaran RKL atau UKL tercantum pada Lampiran J dari Pedoman

Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

b. Pencantuman persyaratan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam dokumen tender dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi

Untuk menjamin bahwa rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pada

tahap konstruksi dilaksanakan oleh kontraktor, klosul-klosul persyaratan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor seharusnya

dicantumkan baik dalam dokumen tender maupun kontrak pekerjaan konstruksi.

.

Page 46: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

38

Contoh klosul-klosul persyaratan pengelolaan lingkungan tercantum pada Lampiran J dari

Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

5.2.4 Penyusunan Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

a. Dampak Sosial akibat Pengadaan Tanah

Seperti talah dikemukakan pada Sub-bab 5.1.2, kegiatan pengadaan tanah dan

pemindahan penduduk untuk keperluan proyek pembangunan / peningkatan jalan,

sering menimbulkan dampak negatif terhadap aspek sosial yang sangat sensitif / serius,

yang pada akhirnya menimbulkan hambatan terhadap kelancaran pelaksanaan proyek

tersebut.

Untuk memperoleh gambaran terperinci tentang penduduk terkena dampak kegiatan

pengadaan tanah, dan jenis serta besaran kerugian yang mungkin timbul, diperlukan

penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali, dengan tujuan untuk

menyusun rumusan rencana tindak dalam penanganan dampaknya, khususnya dalam

upaya pemulihan dan peningkatan kehidupan sosial-ekonomi penduduk terkena dampak.

b. Langkah - Langkah Kegiatan

Penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali dilaksanakan melalui

urutan langkah-langkah utama berikut:

Baseline study;

Survey sosial-ekonomi;

Inventarisasi tanah dan aset di atasnya;

Konsultasi masyarakat.

c. Baseline study

Baseline study dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum tentang penduduk

yang terdapat di sepanjang koridor rencana pembangunan jalan, yang mungkin terkena

dampak akibat kegiatan pengadaan tanah.

Page 47: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

39

d. Survey sosial-ekonomi

Survey sosial-ekonomi dimaksudkan untuk memperoleh informasi detail tentang

penduduk yang terkena pembebasan tanah dan dampaknya yang mungkin terjadi.

Informasi yang dikumpulkan antara lain meliputi jumlah anggota keluarga, mata

pencaharian, tingkat pendapatan, status pemilikan tanah, jarak ke tempat kerja, jarak ke

sekolah anak-anak, dan sebagainya.

f. Inventarisasi tanah dan aset di atasnya

Inventarisasi tanah meliputi luas lahan, jenis penggunaan saat ini, kelas tanah, dan

status pemilikannya. Inventarisasi aset meliputi tanaman (jenis, jumlah dan umurnya)

serta bangunan (luas, jenis dan umurnya).

g. Konsultasi masyarakat

Proses pengadaan tanah harus dilakukan melalui konsultasi langsung antara instansi

pemerintah (pemrakarsa) dengan para pemilik tanah dan tokoh masyarakat / adat

setempat untuk mencapai kesepakatan tentang bentuk dan jumlah nilai kompensasi

serta lokasi kegiatan.

Konsultasi masyarakat tersebut di atas, dilaksanakan melalui penyuluhan dan

musyawarah untuk mencapai kesepakatan tentang bentuk dan jumlah nilai kompensasi

atas tanah dan aset yang ada di atasnya yang terkena proyek.

h. Rencana pemukiman kembali

Apabila diperlukan pemukiman kembali penduduk yang terkena dampak, harus disusun

suatu rencana pemukiman kembali, yang antara lain mencakup rencana lokasi

pemukiman baru, mekanisme dan prosedur pelaksanaannya, instansi pelaksananya,

program rehabilitasi sosial-ekonomi serta bantuan-bantuan lain yang diperlukan.

Salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana pemukiman

kembali, adalah agar kondisi pemukiman baru dan tingkat kesejahtaraan penduduk yang

dipindahkan, harus lebih baik atau minimal setara dengan kondisi pemukiman lama dan

tingkat penghidupan sebelumnya.

Page 48: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

40

Petunjuk pelaksanaan tentang penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman

kembali yang lebih rinci tercantum pada Lampiran L dari Pedoman Perencanaan

Pengelolaan Lingkungan Hidp Bidang Jalan.

5.3 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

5.3.1 Lingkup Pekerjaan

Betapapun bagusnya rencana pengelolaan lingkungan hidup, tidak ada artinya kalau

tidak dilaksankan dengan baik. Karena itu, realisasi pelaksanaan pengelolaan ini sangat

menentukan dalam pencapaian sasaran rencana pengelolaan lingkungan hidup yang

telah dirumuskan pada tahap perencanaan.

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup secara fisik di lapangan diperlukan mulai

tahap pra-konstruksi, dan terus berlanjut pada tahap konstruksi sampai dengan tahap

pasca konstruksi.

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup untuk proyek jalan yang termasuk kategori

wajib dilengkapi AMDAL, harus mengacu pada dokumen RKL (Rencana Pengelolaan

Lingkungan Hidup) yang telah dirumuskan dan disyahkan pada tahap perencanaan.

Untuk proyek jalan yang termasuk kategori wajib dilengkapi UKL dan UPL, pelaksanaan

pengelolan lingkungannya harus mengacu pada dokumen UKL (Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup), yang telah dirumuskan dan disyahkan pada tahap perencanaan.

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup untuk proyek jalan yang termasuk kategori

bebas AMDAL maupun UKL dan UPL, harus dilakukan dengan cara penerapan SOP yang

telah tersedia (dibakukan) bagi setiap jenis kegiatan yang berpotensi menimbulkan

dampak terhadap lingkungan.

Jenis-jenis kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan pada tahap -

tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi secara umum telah dikemukakan

pada Sub-bab 5.1 (lihat Tabel 5.1).

Page 49: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

41

5.3.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Pra-konstruksi

Sasaran pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi adalah mencegah atau

mengurangi / menanggulangi dampak sosial akibat kegiatan pengadaan tanah. Jenis-

jenis kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan pada tahap ini,

secara rinci telah dirumuskan pada dokumen rencana pengadaan tanah dan pemukiman

kembali. Rencana pemukiman kembali ini hanya diperlukan kalau ada penduduk yang

perlu dimukimkan kembali di lokasi tertentu.

Karena dampak sosial akibat pengadaan tanah ini seringkali terjadi sangat sensitif,

penanganan dampaknya memerlukan berbagai pertimbangan yang arif serta pendekatan

sosial yang persuasif, serta koordinasi yang harmonis dengan berbagai instansi terkait.

Kegagalan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi akan menghambat

kelancaran pekerjaan konstruksi selanjutnya. Hal ini banyak dialami oleh beberapa

proyek pembangunan jalan.

5.3.3 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Konstruksi

Idealnya, kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan pada tahap

konstruksi telah dijabarkan pada desain dan spesifikasi pekerjaan konstruksi, dan

ketentuan tersebut juga tercantum dalam dokumen kontak, sesuai dengan arahan

tercantum dalam dokumen RKL atau UKL.

Sehubungaan dengan hal itu, penanggungjawab pekerjaan konstruksi harus mencek

apakah proyek jalan yang dilaksanakannya termasuk kategori wajib AMDAL, wajib UKL

dan UPL, atau bebas AMDAL maupun UKL dan UPL. Apabila proyek tersebut termasuk

kategori wajib AMDAL atau UKL dan UPL, Pemimpin proyek pekerjaan konstruksi

memperoleh dokumen AMDAL atau UKL dan UPL dari Unit Pelaksana Perencaan Teknis,

untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan.

Walaupun jenis-jenis kegiatan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi telah

dirumuskan dalam dokumen RKL atau UKL dan UPL, dan telah dijabarkan dalam bentuk

desain dan spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi, namun mungkin saja pada saat

implementasinya diperlukan modifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan

setempat. Dalam hal ini, peran kontraktor dan konsultan supervisi sangat diperlukan.

Page 50: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

42

5.3.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Pasca Konstruksi

Seperti telah diuraikan pada Sub-bab 4.2, kegiatan pengelolaan lingkungan hidup pada

tahap pasca konstruksi dimaksudkan untuk penanganan dampak akibat kegiatan

pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Dampak kegiatan pengoperasian / pemanfaatan

jalan terutma ditimbulkan akibat penggunaan jalan oleh masyarakat khususnya

pengguna kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor serta

para pejalan kaki.

Kegiatan pengelolaan lingkungan yang diperlukan sehubungan dengan hal itu meliputi

pencegahan / penanggulangan pencemaran udara, kebisingan, kemacetan lalu lintas,

dan kecelakaan lalu lintas.

Di samping itu, dampak lingkungan yang perlu ditangani berkaitan dengan kegiatan

masyarakat berupa penggunaan lahan yang tidak terkendali di kiri dan kanan jalur jalan,

termasuk pedagang kaki lima yang mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran lalu

linstas. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup sehubungan dengan masalah ini,

sangat memerlukan koodinasi dengan berbagai instansi terkait, baik di tingkat pusat

maupun darearah.

5.4 Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Hidup 5.4.1 Tujuan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk:

a) Mencek apakah rencana kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang tercantum

dalam dokumen RKL atau UKL telah dilaksanakan atau belum, oleh pemrakarsa

kegiatan proyek atau instansi terkait;

b) Menilai tingkat efektifitas hasil pengelolaan lingkungan hidup yang telah

dilaksanakan oleh pemrakarsa kegiatan proyek atau instansi terkait.

Page 51: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

43

5.4.2 Lingkup Kegiatan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada tahap perencanaan, pemantauan pengelolaan lingkungan hidup diperlukan untuk

mencek apakah proses perencanaan telah menerapkan pertimbangan lingkungan atau

belum.

Pada tahap pra-konstruksi, pemantauan pengelolaan lingkungan hidup diperlukan untuk

mencek kinerja penanganan dampak akibat kegiatan pengadaan tanah dan pemindahan

penduduk.

Pemantauan pengelolaan lingungan hidup pada tahap konstruksi dimaksudkan untuk

mencek kinerja penanganan dampak terhadap lingkungan, akibat kegiatan konstruksi,

terutama akibat penggunaan alat-alat berat. Secara garis besar, kegiatan pemantauan ini

perlu dilakukan di:

Lokasi basecamp;

Lokasi tapak kegiatan pembangunan jalan dan jembatan;

Lokasi quarry; dan

Jalur transportasi bahan bangunan, khususnya dari lokasi quarry dan borrow area ke

lokasi proyek.

Pada tahap pasca konsruksi, pemantauan pengelolaan lingkungan hidup diperlukan

untuk mengetahui kinerja penanganan dampak terhadap lingkngan hidup akibat kegiatan

pengoperasian atau pemanfaatan dan pemeliharaan jalan yang telah selesai dibangun /

ditingkatkan.

Pada Tabel 5.3 disajikan arahan untuk pemantauan pengelolaan lingkungan hidup yang

perlu dlakukan, mulai dari tahap perencanaan sampai ke tahap pasca konstruksi. Pada

tabel tersebut tercantum jenis kegiatan yang potensial menimbulkan dampak, dampak

yang mungkin terjadi, alternatif pengelolaan lingkungan, dan komponen (parameter /

indikator) lingkungan yang perlu dipantau.

5.4.3 Evaluasi Kualitas Lingkungan pada Tahap Pasca Proyek

Evaluasi kualitas lingkungan diperlukan untuk menilai kualitas lingkungan sepanjang

koridor jalan, dan kinerja jalan yang bersangkutan setelah umur desainnya terlampaui.

Evaluasi mencakup:

Page 52: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

44

Dampak pengoperasian jalan;

Dampak ikutan (dampak kegiatan sektor lain) yang terangsang oleh adanya jalan,

baik terhadap lingkungan maupun terhadap kinerja jalan; dan

Dampak lingkungan alam terhadap kondisi / kinerja jalan.

Penilaian kualitas lingkungan dilakukan dengan mengacu pada baku mutu lingkungan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Hasil evaluasi kualitas lingkungan merupakan landasan untuk perumusan rencana kegiatan proyek baru baik berupa peningkatan jalan yang bersangkutan maupun pembangunan jaringan jalan baru, serta masukan untuk perbaikan pengelolaan lingkungan sektor lainnya.

Tabel 5.3

Matrik Arahan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Kegiatan yang

menimbulkan dampak

Prakiraan dampak

yang timbul

Alternatif pengelolaan

lingkungan

Komponen

(parameter/indikator) lingkungan yang perlu dipantau

A. Tahap Perencanaan 1. Survey / pengukuran 2. Penetapan rute jalan

1. Keresahan

masyarakat 2. Potensi dampak

pada aspek-aspek biogeofisik dan sosial

1. Konsultasi

masyarakat 2. Penerapan

pertimbangan lingkungan dalam proses perencanaan

1. Persepsi

masyarakat 2. Kelayakan

lingkungan rencana kegiatan proyek

B. Tahap Pra-konstruksi 1. Pengadaan Tanah

a. Keresahan

masyarakat b. Ketidakpuasan

atas nilai kompensasi

c. Gangguan terhadap pendapatan

a. Sosialisasi

b. Penetapan harga

berdasarkan hasil musyawarah

c. Pembinaan sosial-ekonomi penduduk yang terkena proyek

a. Persepsi

masyarakat b. Keluhan

masyarakat c. Kondisi sosial-

ekonomi penduduk terkena proyek

C. Tahap Konstruksi Persiapan Pekerjaan

Konstruksi 1. Mobilisasi tenaga

kerja

a. Kecemburuan

sosial

a.1 Tenaga kerja lokal

diprioritaskan a.2 Sosialisasi pada

penduduk lokal

a. Tenaga kerja

lokal terserap

Page 53: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

45

2. Mobilisasi peralatan

berat 3. Pembuatan jalan

masuk Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi a. Di lokasi proyek 1. Pembersihan dan

penyiapan lahan 2. Pekerjaan tanah

(galian / timbunan)

b. Peningkatan

kesempatan kerja (dampak positif)

a. Kerusakan prasarana jalan

a. Pencemaran udara

a. Gangguan pd

flora dan fauna; b. Pencemaran

udara c. Pencemaran air

permukaan. d. Gangguan pada

utilitas umum a. Pencemaran

udara (debu); b. Pencemaran air c. Gangguan pd

aliran air tanah dan air permukaan

d. Gangguan stabilitas lereng

e. Perubahan

bentang alam /lansekap;

b.1 Pemberian

informasi ttg tenaga kerja yang diperlukan

b.2 Pelatihan tenaga kerja lokal

a.1 Perbaikan jalan

yang rusak a.2 Membatasi tonase

peralatan atau membatasi tekanan gandar

a. Penyiraman jalan

secara berkala a. Penghijauan b. Penyiraman secara

berkala c. Pembuatan

tanggul atau saluran drainase sementara utk pengendalian air larian

d. Pemindahan atau perbaikan utilitas

a. Penyiraman

secara berkala b. Pembuatan

tanggul atau saluran drainase sementara utk pengendalian air larian

c. Pembuatan sistem

drainase d.1 Perkuatan tebing d.2 Pengendalian

aliran air tanah e. Penataan

lansekap

b. Jumlah seluruh

tenaga kerja terserap.

a. Kondisi jalan a. Kualitas udara a. Liputan vegetasi b. Kualitas udara

(kandungan debu)

c. Kualitas air d. Kondisi utilitas a. Kualitas udara b. Kualitas air c. Kondisi aliran air

permukaan dan air tanah

d. Erosi / longsor e. Kondisi lansekap

Page 54: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

46

3. Pekerjaan badan

jalan / lapis perkerasan

4. Pembuatan sistem

drainase 5. Pemancangan tiang

pancang 6. Pekerjaan bangunan

bawah dan atas jembatan atau jalan layang

7. Pembangunan

bangunan pelengkap jalan

8. Penghijauan dan

pertamanan b. Di lokasi Quarry dan

jalur transportasi material

9. Pengambilan tanah dan material bangunan di quarry dan borrow area di darat

a. Pencemaran

udara (debu) b. Gangguan lalu

lintas a. Gangguan lalu

lintas a. Kebisingan b. Getaran/kerusakan

bangunan sekitar a. Gangguan lalu

lintas a. Gangguan lalu

lintas a. Peningkatan

estetika lingkungan (dampak positif)

a. Pencemaran udara b. Gangguan pd

aliran air permukaan

c. Gangguan stabilitas lereng (erosi / longsor);

d. Perubahan fungsi

lahan

a. Penyiraman

secara berkala b.1 Pengaturan lalu

lintas b.2 Pemasangan

rambu lalu lintas a.1 Pengaturan lalu

lintas a.2 Pemasangan

rambu lalu lintas a. Pemberitahuan

kpd masyarakat sekitar; dan pengaturan jadwal kerja

b. Penggunaan bor a.1 Pengaturan lalu

lintas a.2 Pemasangan

rambu lalu lintas a.1 Pengaturan lalu

lintas a.2 Pemasangan

rambu lalu lintas a. Penanaman

tanaman pelindung dan tanaman hias

a. Penyiraman

secara berkala b. Pembuatan sistem

drainase c.1 Pengaturan

kemiringan lereng sesuai dengan kondisi tanah

c.2 Pengendalian air larian

c.3 Tebing dibuat berteras

d. Reklamasi dan pemanfaatan kembali lahan

a. Kualitas udara b. Kondisi lalu lintas a. Kondisi lalu lintas a. Kebisingan

b. Getaran a. Kondisi lalu lintas a. Kondisi lalu lintas a. Liputan vegetasi a. Kualitas udara b. Aliran air

permukaan c. Erosi / longsor d. Penggunaan

lahan

Page 55: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

47

10. Pengambilan

material di quarry sungai

11. Pengangkutan tanah

dan bahan bangunan

c. Di lokasi Base camp

dan AMP 1. Pengoperasian base

camp (barak pekerja, kantor, stone crusher dan AMP)

e. Gangguan pada

flora a. Degradasi dasar

sungai sehingga mengganggu stabilitas bangunan sungai

b. Pencemaran air sungai;

c. Gangguan

terhadap biota air; d. Longsor tebing

sungai a. Pencemaran udara

(debu); b. Kebisingan; c) Kerusakan badan

jalan; d) Gangguan lalu

lintas. a. Kecemburuan

sosial b. Pencemaran

udara; c. Kebisingan; d. Pencemaran air

permukaan. e. Kecelakaan lalu

lintas

e. Penghijauan a. Pemilihan lokasi

quarry yang tepat b. Pengendalian

bahan buangan c. Sda d.1 Perkuatan tebing d.2 Penggalian secara

bertahap a. Penyiraman

berkala; Bak truk ditutup terpal

b. Perawatan

kendaraan c. Pemeliharaan

/Perbaikan jalan d. Pengaturan lalu

lintas; Pemasangan rambu lalu lintas

a. Penyuluhan

masyarakat b. Perawatan

peralatan c. Sda d. Pengendalian

limbah cair e. Pengaturan lalu

lintas

e. Liputan vegetasi a. Stabilitas

bangunan sungai b. Kualitas air c. Sda d. Stabilitas tebing

sungai a. Kualitas udara

(sebaran debu) b. Tingkat

kebisingan c. Kondisi jalan d. Kondisi lalu lintas a. Keluhan

masyarakat b. Kualitas udara c. Tingkat

kebisingan d. Kualitas air e. Kondisi lalu lintas

D. Tahap Pasca

Konstruksi 1. Pengoperasian jalan

a. Pencemaran udara

(debu, gas polutan)

b. Kebisingan

a. Penghijauan di

median dan pinggir jalan

b. Sda; pembuatan noise barrier

a. Kualitas udara b. Tingkat

kebisingan

Page 56: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

48

2. Pemeliharaan jalan

c. Kemacetan dan kecelakaan lalu lintas

d. Gangguan

mobilitas masyarakat setempat

e. Gangguan terhadap satwa dilindungi

a. Gangguan lalu

lintas b. Pencemaran

udara (debu, gas polutan)

c. Kebisingan d. Kemacetan dan

kecelakaan lalu lintas

e. Gangguan

mobilitas masyarakat setempat

f. Gangguan terhadap satwa dilindungi

c.1 Pengaturan lalu lintas;

c.2 pemasangan rambu lalu lintas

c.3 Penertiban pedagang kaki lima

c.4 Penyuluhan tertib pemanfaatan jalan

c.5 Pembuatan rest area, khususnya pada jalan tol

d. Pembuatan

jembatan penyeberangan

e. Pembuatan under

pass untuk jalan satwa dilindungi

a.1 Pengaturan lalu

lintas a.2 Pemasangan

rambu lalu lintas sementara

b. Penghijauan di

median dan pinggir jalan

c. Sda; pembuatan

noise barrier d.1 Pengaturan lalu

lintas; d.2 pemasangan

rambu lalu lintas d.3 Penertiban

pedagang kaki lima

d.4 Penyuluhan tertib pemanfaatan jalan

d.5 Pembuatan rest area, khususnya pada jalan tol

e. Pembuatan

jembatan penyeberangan

f. Pembuatan under

pass untuk jalan satwa dilindungi

c. Kondisi lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas

d. Keluhan

masyarakat e. Lintasan satwa

dilindungi a. Kondisi lalu lintas b. Kualitas udara c. Tingkat

kebisingan d. Kondisi lalu lintas

dan kecelakaan lalu lintas

e. Keluhan

masyarakat f. Lintasan satwa

dilindungi

Page 57: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

49

5.4.4 Monitoring dan Evaluasi Sosial-Ekonomi

Pembangunan jalan dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat untuk:

Membuka keterisolasian wilayah;

Meningkatkan aktivitas dan mendukung kelancaran roda ekonomi wilayah;

Mempermudah akses penggunaan teknologi dan pemanfaatan fasilitas sosial seperti

pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan lain lain;

Peningkatan mobilitas dan kontak sosial antar penduduk.

Dalam kaitannya dengan kebijakan pembangunan masyarakat pedesaan, pembangunan

jalan secara umum dapat menimbulkan manfaat bagi masyarakat pedesaan, termasuk

masyarakat miskin, antara lain:

a) peningkatan mobilitas penduduk;

b) penurunan biaya transportasi baik untuk barang maupun orang;

c) peningkatan akses para pedagang kecil produk pertanian ke pasar di desa-desa yang

lebih besar atau kota;

d) peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan, pendidikan dan penyuluhan pertanian

yang ada di kota bagi penduduk pedesaan;

e) peningkatan pendapatan uang tunai dalam jangka panjang, terutama karena

perbaikan akses ke pasar dan para pemasok (supplier);

f) peningkatan pendapatan uang dalam jangka pendek (sementara) sehubungan

dengan kesempatan kerja dalam pelaksanaan proyek jalan yang bersangkutan;

g) pengaspalan jalan agregat / tanah dapat meningkatkan kesehatan dan pola hidup

masyarakat sebagai akibat penurunan sebaran debu dari jalan.

Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, telah

memperoleh manfaat dari pembangunan jalan tersebut, diperlukan monitoring dan

evaluasi sosial-ekonomi.

Pada saat ini kegiatan monitoring dan evaluasi sosial-ekonomi proyek-proyek jalan pada

umumnya belum dilaksanakan, kecuali untuk beberapa proyek yang dibiayai dengan

dana bantuan luar negeri, seperti program Road Rehabilitation (Sector) Project (RR(S)P)

bantuan ADB, yang mensyaratkan implementasi program monitoring dan evaluasi sosial-

ekonomi (SEMEP = Socio-economic Monitoring and Evaluation Program).

Page 58: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

50

Program tersebut harus dilaksanakan di beberapa sampel desa yang berdekatan dengan

jalan yang dibangun, sebelum kegiatan konstruksi dilaksanakan, kemudian pada tahun

pertama dan tahun keempat setelah konstruksi selesai. Idealnya, monitoring dan

evaluasi sosial-ekonomi ini dilaksanakan untuk semua proyek jalan, untuk menguji

(mengevaluasi) sejauh mana rencana manfaat proyek dapat tercapai.

Pedoman pengelolaan lingkungan bidang jalan ini tidak mencakup petunjuk untuk

pelaksanaan monitoring dan evaluasi sosial-ekonomi. Untuk keperluan tersebut

seyogianya diperlukan pedoman lain yang lebih spesifik.

6. Instansi Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

6.1 Pemrakarsa Kegiatan Proyek Jalan

Proyek pembangunan jalan pada umumnya diselenggarakan oleh berbagai instansi atau

unit kerja pemerintah, baik di tingkat pusat maupun propinsi dan kabupaten / kota, yang

bertindak selaku pemrakarsa atau pengelola kegiatan proyek Pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup proyek pembangunan jalan pada dasarnya merupakan tanggung jawab

pemrakarsa kegiatan proyek tersebut.

Sesuai dengan sistem pembagian tugas yang telah baku dalam penyelenggaraan proyek

pembangunan jalan, pemrakarsa kegiatan proyek pembangunan jalan ini dapat berupa:

a) Pemimpin Proyek Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan;

b) Pemimpin Project Management Unit (PMU);

c) Pemimpin Project Implementation Unit (PIU);

d) Pemimpin Proyek Pengadaan Tanah;

e) Pemimpin Proyek Pembangunan Jalan;

f) Pemimpin Proyek Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jalan.

Tanggung jawab pemrakarsa dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:

penyusunan rencana pengelolaan lingkungan, melalui proses kajian lingkungan, studi

AMDAL atau UKL dan UPL, serta LARAP (khusus untuk proyek yang dibiayai bantuan

luar negeri);

Page 59: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

51

konsultasi, penyuluhan serta musyawarah dengan masyarakat yang akan terkena

dampak, mengenai rencana kegiatan proyek pembangunan jalan yang akan

dilaksanakan;

melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk pencegahan atau

penanggulangan dampak negatif dan peningkatan dampk positif yang timbul akibat

kegiatan pembangunan jalan, baik pada tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca

konstruksi.

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait baik di tingkat pusat maupun daerah,

dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup tersebut di atas.

6.2 Instansi Terkait

Beberapa instansi terkait dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup proyek

pembangunan jalan, adalah sebagai berikut.

6.2.1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Bappeda baik di tingkat propinsi maupun kabupaten / kota mempunyai tugas pembinaan

dan koordinasi penyelenggaraan pembangunan jalan, yang meliputi:

Melakukan koordinasi perencanaan pembangunan antar sektor;

Melakukan koordinasi penataan ruang wilayah propinsi dam kabupaten / kota;

Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah propinsi dan kabupaten / kota;

Menjabarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang terkait dengan

pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ke dalam peraturan perundangan daerah;

Menjabarkan NSPM secara lebih spesifik sesuai kebutuhan daerah;

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk penerapan NSPM tersebut di

atas;

Melakukan evaluasi terhadap kinerja NSPM yang dihasilkan.

6.2.2 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda)

Bapedalda berperan dalam pembinaan dan koordinasi pengendalian pencemaran dan

kerusakan lingkungan, dan pengawasan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di

daerah. Selain itu, Bapedalda mempunyai peran penting dalam Komisi Penilai AMDAL

Daerah, dan menjadi sekretariat komisi tersebut.

Page 60: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

52

Tugas pembinaan dan koordinasi pengendalian dan pengawasan pengelolaan lingkungan

hidup bidang jalan meliputi antara lain:

Memberi masukan tentang tata cara pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan serta

referensi yang diperlukan;

Memantau pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan yang

dilaksanakan oleh pemrakarsa;

6.2.3 Instansi Terkait Lainnya

Instansi terkait lainnya adalah instansi pemerintah atau swasta baik di tingkat pusat

maupun daerah, yang kadang-kadang terkait dengan masalah pengelolaan lingkungan

hidup bidang jalan, seperti:

Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau Dinas / Kantor Pertanahan Propinsi atau

Kabupaten / Kota, dalam kaitannya dengan kegiatan pengadaan tanah;

Departemen Kehutanan atau Dinas Kehutanan Propinsi atau Kabupaten / Kota, dalam

kaitannya dengan pembangunan jalan yang melewati atau berbatasan langsung

dengan kawasan hutan;

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Dinas Perhubungan Propinsi atau

Kabupaten / Kota, dalam kaitannya dengan masalah transportasi termasuk masalah

perlintasan antara jalan dengan jalur kereta api;

Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata, serta Dinas Kebudayaan dan

pariwisata Propinsi dan Kabupaten / Kota, dalam kaitannya dengan pembangunan

jalan yang melewati lokasi cagar budaya;

Dinas Sosial Propinsi dan Kabupaten / Kota, dalam kaitannya dengan masalah

dampak sosial yang mungkin timbul terhadap masyarakat adat, serta dampak

kegiatan pengadaan tanah dan pemindahan penduduk.

7. Pembiayaan 7.1 Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Perencanaan a. Tahap Perencanaan Umum Anggaran biaya kajian awal lingkungan seharusnya termasuk dalam biaya perencanaan

umum. Biaya kajian lingkungan ini mencakup biaya personil tenaga ahli lingkungan, dan

biaya perjalanan ke lapangan, sebagai anggota tim studi perenanaan umum.

Page 61: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

53

b. Tahap Pra Studi Kelayakan Pada tahap pra studi kelayakan diperlukan biaya untuk penyaringan lingkungan sebagai

bagian dari biaya pra studi kelayakan atau studi kelayakan. Komponen biaya

penyaringan lingkungan mencakup biaya personil dan survey lapangan tenaga Ahli

Lingkungan, sebagai anggota Tim Studi pra studi atau studi kelayakan.

c. Tahap Studi Kelayakan Pada tahap ini diperlukan biaya untuk pelaksanaan studi AMDAL atau UKL dan UPL, bila

proyek yang bersangkutan termasuk kategori wajib dilengkapi dokumen AMDAL atau

UKL dan UPL.

Jika studi AMDAL atau UKL dan UPL ini dilaksanakan sekaligus dengan Studi kelayakan

(oleh konsultan yang sama), anggaran biayanya tentu merupakan bagian dari studi

kelayakan. Namum, sering kali studi AMDAL atau UKL dan UPL dilaksanakan tersendiri

oleh konsultan bidang lingkungan hidup, sehingga anggaran biayanya dialokasikan

tersendiri.

Anggaran biaya studi AMDAL atau UKL dan UPL secara garis besar mencakup komponen-

komponen biaya personil, peralatan dan material, survey lapangan, analisa laboratorium,

serta penyusunan lapoan termasuk presentasi dan pembahasan oleh Komisi Penilai

AMDAL.

7.2 Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Pra Konstruksi Anggaran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi seharusnya

termasuk dalam biaya pekerjaan pengadaan tanah. Biaya pengadaan tanah untuk proyek

jalan biasanya ditanggung oleh pemerintah daerah (APBD).

7.3 Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Konstruksi Anggaran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi seharusnya

termasuk dalam biaya pekerjaan konstruksi. Hal ini harus ditegaskan baik dalam

dokumen tender maupun dokumen kontrak pekerjaan konstruksi.

Page 62: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

54

7.4 Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Tahap Pasca Konstruksi

Anggaran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca konstruksi seharusnya

termasuk dalam biaya pekerjaan pemeliharaan jalan dan manajemen lalu lintas.

7.5 Biaya Pemantauan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Biaya pemantauan pada tahap perencanaan

Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan

seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pekerjaan perencanaan, atau dialokasikan

secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pekerjaan perencanaan.

b. Biaya pemantauan pada tahap pra-konstruksi

Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi

seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pengadaan tanah, atau dialokasikan secara

khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pengadaan tanah.

c. Biaya pemantauan pada tahap konstruksi Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi

seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pekerjaan konstruksi atau biaya pekerjaan

konsultan supervisi pekerjaan konstruksi.

d. Biaya pemantauan pada tahap pasca konstruksi

Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca konstruksi

seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pemeliharaan dan rehabilitasi jalan, atau

dialokasikan secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pemeliharaan dan

rehabilitasi jalan.

e. Biaya evaluasi pada tahap evaluasi pasca proyek Anggaran biaya evaluasi kualitas lingkungan pada tahap evaluasi pasca proyek perlu

dialokasikan secara khusus oleh instansi atau unit kerja yang membidangi kegiatan

perencanaan teknis atau pembinaan lingkungan.

Page 63: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

55

f. Prioritas Pengelolaan Lingkungan Hidup Sehubungan dengan keterbatasan dana yang tersedia, pelaksanaan pemantauan

pengelolaan lingkungan seyogianya difokuskan pada dampak kegiatan-kegiatan tertentu

dengan dasar pertimbangan:

1) Kegiatan diperkirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting;

2) Kegiatan berada di lokasi yang sensitif, misalnya melintasi atau berbatasan langsung

atau berdekatan dengan kawasan lindung;

3) Berpotensi menjadi sumber isu sosial atau kasus lingkungan yang sensitif;

4) Permintaan atau laporan instansi tertentu, masyarakat sekitar lokasi proyek, atau

Lembaga Swadaya Masyarakat. 8. Penutup

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini, harus terintegrasi dalam

pengelolaan (manajemen) proyek secara keseluruhan. Untuk keperluan itu, koordinasi

dan konsultasi antar instansi atau unit kerja terkait mutlak diperlukan, dan peranan

pemimpin proyek / bagian proyek selaku pemrakarsa / pengelola pekerjaan sehari-hari

sangat penting.

Yang dimaksud dengan pemimpin proyek / bagian proyek di sini adalah semua pemimpin

proyek / bagian proyek bidang-bidang perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan,

selaku pemrakarsa kegiatan, seperti telah diuraikan pada Butir 5.1, yang masing-masing

secara berkesinambungan bertanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan

lingkungan hidup pada tiap tahap siklus proyek pembangunan jalan

Agar proses pengelolaan lingkungan hidup dapat terlaksana secara berkesinambungan,

semua dokumen mengenai lingkungan hidup (AMDAL, UKL dan UPL, LARAP, Laporan

Hasil Pemantauan Pengelolaan Lingkungan) yang dibuat oleh pemimpin proyek pada

tahap tertentu, harus diserahterimakan kepada pemimpin proyek tahap berikutnya,

sebagai satu kesatuan dengan dokumen teknis, untuk digunakan sebagai arahan

pengelolaan lingkungan hidup tahap berikutnya (lihat Gambar 7.1).

Ketentuan-ketentuan tentang koordinasi antara pemrakarsa kegiatan proyek jalan

dengan instansi-instansi terkait, dapat dilihat pada Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder di Daerah (Lihat Lampiran 2).

Page 64: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

56

Keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup juga tergantung dari ketersediaan

sumberdaya manusia yang qualified serta dana dan sarana penunjang yang memadai

sesuai dengan kebutuhan pada tiap tahap kegiatan proyek. Di samping itu, keberadaan

unit kerja dalam struktur organisasi proyek, yang mempunyai tugas dan tanggungjawab

untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup akan sangat

berperan.

Page 65: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

57

Gambar 7.1

Bagan Pengelolaan Lingkungan Proyek Jalan yang Berkesinambungan

Pemimpin Proyek

Perencanaan

Pemimpin Proyek Pengadaan Tanah

Pemimpin Proyek

Konstruksi

Pemimpin Proyek Pemeliharaan dan

Rehabilitasi

Penyusunan

dokumen AMDAL, UKL

dan UPL, Desain,

Spesifikasi Teknis, LARAP

Pengadaan Tanah

termasuk Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Laporan Pelaksanaan Pengadaan

Tanah, termasuk Laporan

Pemantauan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi termasuk

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Laporan Pelaksanaan

Pekerjaan Konstruksi termasuk Laporan

Pemantauan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Pemanfaatan, Pemeliharaan,

Rehabilitasi termasuk

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Laporan Pelaksanaan Pemeliharaan

dan Rehabilitasi termasuk Laporan

Pemantauan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Evaluasi Kualitas

Lingkungan Hidup

Pasca Proyek

Page 66: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

58

Page 67: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Bagan Koordinasi/Konsultasi Antar Stakeholder di Daerah Dalam Pelaksanaan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Page 68: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Halaman 1 - 1

Daftar Peraturan Perundang-Undangan Bidang Lingkungan Hidup yang Terkait Bidang Jalan

1. Kebijakan Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

b. Undang – Undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

c. Undang-Undang RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

d. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.

e. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara.

f. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

g. Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-

Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

i. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-35/MENLH/10/1993

tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

j. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-43/MENLH/10/1996

tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan

Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran.

k. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996

tentang Baku Tingkat Kebisingan.

l. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/11/1996

tentang Baku Mutu Getaran.

m. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang

Jenis Usaha dan / atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

n. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup.

o. Keputusan Kepala Bapedal No. 056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai

Ukuran Dampak Penting.

p. Keputusan Kepala Bapedal No. 299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian

Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL.

Page 69: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Halaman 1 - 2

q. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-105 Tahun 1997 tentang Panduan

Pemantauan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL).

r. Keputusan Kepala Bapedal No. 08 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat

dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

s. Keputusan Kepala Bapedal No. 09 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan

AMDAL.

t. Keputuan Menteri Kimpraswil No. 17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis

Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasaana Wilayah yang

Wajib Dilengkapi dengan UKL dan UPL.

2. Kebijakan Sektor yang Terkait

2.1 Kehutanan

a. Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

b. Keputusan Menteri Kehutanan No. 419/KPTS-11/1994 tentang Perubahan

Keputusan Menteri Kehutanan No.164/KPTS-11/1994 tentang Pedoman Tukar

Menukar Kawasan Hutan.

2.2 Kebudayaan

a. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

b. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

2.3 Pertanahan

a. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria.

b. Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

c. Keputrusan Menteri Negara Agraria / Kepala BPN No. 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Keppres No.55 Tahun 1993.

2.4 Perhubungan

a. Undang-Undang RI No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

b. Undang-Undang RI No.13 tahun1992 tentang Perkeretaapian.

Page 70: Info Lingkungan3

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

Halaman 1 - 3

c. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana

Kereta Api.

2.5 Sosial

a. Keputusan Presiden No. 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan

Sosial Komunitas Adat Terpencil.

3. Kebijakan Pembangunan Jalan

a. Undang-Undang RI No. 13 tahun 1980 tentang Jalan.

b. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan.

Page 71: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 1

1. PENJELASAN UMUM Pedoman ini mengatur pelaksanaan penanganan masyarakat terasing pada seluruh tahapan siklus pengembangan proyek jalan dan jembatan yaitu:

a). Pertimbangan Penanganan masyarakat Terasing b). Kegiatan Awal Penanganan Masyarakat Terasing c). Indentifikasi Penanganan Sistem Sosial Budaya Masyarakat Terasing d). Perencanaan Penanganan Masyarakat Terasing e). Pelaksanaan Penanganan Masyarakat Terasing f). Pelaksanaan Konservasi Budaya Masyarakat Terasing g). Pelaksanaan Evaluasi Pasca Penanganan Masyarakat Terasing

Seperti halnya pada pelaksanaan AMDAL dan pelaksanaan Konsultasii Masyarakat serta pelaksanaan pengadaan tanah, proses penanganan Masyarakat Terasing melibatkan 5 (lima) kelompok atau pelaku utama berikut ini: a). PEMRAKARSA, dalam hal ini meliputi para pimpinan proyek, para kepala

Dinas di propinsi, kabuipaten dan kota b). BAPEDALDA, dalam hal ini termasuk Bapedalda Propinsi, Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) atau Kantor Lingkungan Hidup di Kabupaten maupun kota.

c). BAPPEDA, dalam hal ini terdiri dari Bappeda propinsi, Bappeda Kabupaten dan Bapeda Kota.

d). MASYARAKAT, dalam hal ini terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Penduduk terkena dampak, tokoh tokoh masyarakat yang mewakili penduduk terkena dampak dan masyarakat terasing.

e). STAKEHOLDER LAINNYA yang mempunyai peran pada penanganan kasus-kasus khusus misalnya Departemen/Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Departemen/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan lain sebagainya.

Pedoman pelaksanaan ini menjelaskan mekanisme kerja pelaksanaan pengadaan tanah untuk proyek yang terintegrasi dengan siklus pengembangan proyek, sedemikian sehingga masalah masalah lingkungan sudah mulaii diidentifikasi dan ditangani dari proses pembangunan yang paling awal.

Mekanisme kerja menjelaskan pembagian peran dari ke lima kelompok pelaku pembangunan tersebut.

2. PERTIMBANGAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

Pertimbangan penanganan masyarakat terasing untuk proyek sistim Jaringan jalan, dilakukan pada tahap perencanaan dan bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sasaran proyek serta menampung masukan dari masyarakat yang

Page 72: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 2

berkepentingan dengan proyek jalan. Sasarannya adalah terkumpulnya masukan untuk landasan pemutakhiran koridor rencana system jaringan jalan. Catatan-1: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan konsep awal perencanaan umum system jaringan jalan. Langkah pelaksanaan pertimbangan penanganan masyarakat terasing untuk proyek Sistim Jaringan Jalan dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-1) 1. Pemrakarsa mempelajari kembali konsep Rencana Sistim Jaringan Jalan

termasuk sasaran kawasan yang akan dilayani, misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota yang akan didukung sistim jaringan jalan dan mempelajari pula peta tata guna lahan pada dan disekitar koridor-koridor yang telah dipertimbangkan yang mencakup kondisi eksisting maupun rencana peruntukannya dimasa datang.

2. Selanjutnya, Pemrakarsa membuat perencanaan umum jaringan jalan yang telah meninjau beberapa kemungkinan koridor jalan. Perencanaan umum tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip menghindari lahan budi daya dan kawasan yang dilindungi sesuai criteria yang tertera pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang..

3. BAPPEDA, memberi tanggapan dan masukan tentang penerapan peta padu serasi dan atau peta penataan ruang wilayah termasuk program program pembangunan daerah yang telah direncanakan. Tanggapan dan masukan ini diberikan sesuai permintaan pemrakarsa.

4. MASYARAKAT, memberikan gambarantentang kehidupan sosial budaya masyarakat terasing, termasuk upacara ritual yang berhubungan dengan tanah.

5. DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN memberi masukan tentang lokasi masyarakat terasing termasuk populasinya.

6. PEMRAKARSA, menetapkan rencana jaringan jalan beserta koridor koridornya dengan mempertimbangkan seluruh masukan yang diperoleh dari BAPPEDA.

3. KEGIATAN AWAL PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

KEGIATAN AWAL PENANGANAN MASYARAKAT TERASING, dilakukan pada tahap pra kelayakan koridor rencana system jaringan Jalan dan bertujuan untuk menganalisa kebutuhan lahan untuk proyek sedemikian sehingga selain luasan tanah yang perlu dibebaskan, juga teridentifikasinya kawasan Perumahan dan Permukiman masyarakat terasing yang akan terkena proyek jalan. . Catatan-2:

Page 73: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 3

Kegiatan ini dilaksanakan setelah pemrakarsa menyelesaikan konsep rencana umum system jaringan jalan termasuk koridor-koridor yang memungkinkan untuk dikembangkan. Langkah pelaksanaan Kegiatan awal penanganan masyaraka terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-2) 1. PEMRAKARSA, mempelajari penyebaran permukiman masyarakat

terasing pada koridor-koridor rencana system jaringan jalan dari peta padu serasi yang diperoleh dari BAPPEDA dan atau peta lain yang dikembangkan dan atau dipublikasikan oleh instansi terkait misalnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Sosial dll.

2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan konsultasi mengenai koridor-koridor system jaringan jalan yang telah dikembangkan tersebut untuk menggali masukan tambahan dari para stakeholdernya.

3. BAPEDALDA diharapkan dapat memberi masukan tentang perkiraan dampak social terhadap masyarakat terasing yang harus dilestarikan termasuk kebijaksanaan kebijaksanaan yang berhubungandengan pelestarian lingkungan hidup termasuk lokasi lokasi kawasan yang dilindungi..

4. BAPPEDA, memberi masukan tentang koordinasi penanganan masyarakat terasing.

5. MASYARAKAT, memberi masukan tentang sistem pemilikan tanah masyarakat terasing pada koridor atau disekitar koridor system jaringan jalan yang direncanakan.

6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi masukan tentang pola kehidupan sosial, ekonomi, budaya masyarakat terasing.

7. PEMRAKARSA, merangkum semua masukan yang diperoleh untuk acuan mempertimbangkan kembali koridor koridor system jaringan jalan yang telah dikembangkan. Masukan tersebut, juga diperlukan untuk pertimbangan penyusunan KA-ANDAL.

8. PEMRAKARSA, menetapkan koridor jalan terpilih

4. IDENTIFIKASI SISTEM SOS BUD MASYARAKAT TERASING

IDENTIFIKASI SISTEM SOSIAL BUDAYA masyarakat terasing dilakukan dilakukan pada tahap Studi Kelayakan proyek dan bertujuan untuk masukan analisa kelayakan rute jalan pada koridor yang dipilih. Sasarannya adalah teridentifikasikannya sistem sosial budaya yang akan terkena dampak proyek jalan. Catatan-3: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan pemilihan koridor jalan yang paling baik ditinjau dari aspek teknis dan lingkungan yang diperoleh dari analisa pra kelayakan. Dalam hal pra kelayakan tidak dilakukan, maka pilihan koridor rencana jalan didasarkan pada analisis isu isu lingkungan yang dilakukan pada tahap penyaringan AMDAL, UKL, UPL.

Page 74: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 4

Langkah pelaksanaan identifikasi sistem sosial budaya masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-3) 1. PEMRAKARSA, mempelajari pola penyebaran masyarakat terasing pada

setiap alternatip rute jalan yang terletak pada koridor terpilih. 2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan survey dasar social berdasarkan

pedoman survey yang ada. 3. Atas dasar permintaan pemrakarsa, BAPEDALDA memberi masukan

tentang situs penanganan dampak social masyarakat terasing dan benda cagar budaya yang harus dilindungi serta daerah daerah yang dinilai sensitip atau kawasan kawasan yang dinilai startegis, bersejarah dan mempunyai nilai tradisional.

4. BAPPEDA, memberi masukan tentang koordinasi penanganan masyarakat terasing.

5. MASYARAKAT, memberi masukan tentang sistem nilai dan budaya masyarakat terasing.

6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi masukan tentang mobilitas masyarakat terasing.

7. PEMRAKARSA, Membuat konsep rencana penanganan masyarakat terasing di rute yang akan dipilih.

8. PEMRAKARSA, menetapkan rute jalan terpilih.

5. PERENCANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING PERENCANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING, dilakukan pada tahap Perencanaan Teknis (detailed design) dan bertujuan untuk menjabarkan RKL dan RPL kedalam perencanaan teknis jalan. Sasarannya adalah (i) terkumpulnya data yang berhubungan dengan masyarakat terasing (ii) terkumpulnya bahan bahan untuk perencanaan penanganan masyarakat terasing termasuk rencana jadwal penanganan masyarakat terasing (iv) tersusunnya rencana penanganan masyarakat terasing (BILA ADA).. Catatan-4: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan studi kelayakan dan menerima ketetapan mengenai Studi ANDAL, RKL dan RPL dari komisi penilai AMDAL. Kegiatan perencanaan pengadaan tanah dilakukan setelah pengukuran detail untuk perencanaan detail teknis diselesaikan yang pelaksanaannya didasarkan atas rekomendasi RKL dan RPL tersebut. Langkah pelaksanaan perencanaan penanganan masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-4) 1. PEMRAKARSA, mempelajari hasil pengukuran detail pada rute jalan

terpilih termasuk semua informasi yang diperoleh selama pengukuran dilaksanakan.

Page 75: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 5

2. PEMRAKARSA, melakukan survey social ekonomi masyarakat sekitar rute jalan pada koridor terpilih seraya melakukan konsultasi masyarakat melalui pola wawancara.

3. Bilamana diminta oleh pemrakarsa, BAPEDALDA melakukan monitoring pelaksanaan survey social ekonomi yang dilaksanakan oleh konsultan pelaksana.

4. BAPPEDA, membantu dalam menggkoordinasikan pelaksanaan survey social ekonomi tersebut yang biasanya memerlukan pula keterlibatan instansi lain selain instansi social.

5. Selama proses wawancana, MASYARAKAT, memberi masukan detail dilapangan tentang sistem kekerabatan, sistem kepemimpinan, sistem nilai dan hak adat masyarakat terasing..

6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi masukan tentang pola penanganan masyarakat terasing..

7. PEMRAKARSA membuat konsep dan sosialisasi rencana tindakan penanganan masyarakat terasing.

8. BAPPEDA, memberikan kesepakatan dan melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan

9. MASYARAKARAT, memberikan kesepakatan dan melakukan persiapan 10. STAKEHOLDER LAINNYA, memberikan kesepakatan dan membantu

persiapan pelaksanaan. 11. PEMRAKARSA, Menetapkan desain jalan.

6. PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

PAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING yang dilakukan pada tahap persiapan konstruksi bertujuan menyelesaikan masalah masalah yang berhubungan dengan sistem sosial budaya. Sasarannya adalah terlaksanakannya program penanganan masyarakat terasing sedemikian sehingga proyek jalan dapat dilaksanaan dengan tanpa mendapat gangguan dari masyarakat terasing.

Catatan-5: Kegiatan ini dilakukan setelah perencanaan teknis detail diselesaikan. Demikian pula dokumen Land Acquizition and Ressettlement Action Plan (LARAP) harus sudah disetujui sebagai dokumen pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali penduduk serta penanganan masyarakat tersaing (BILA ADA). Langkah pelaksanaan penanganan masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-5) 1. PEMRAKARSA, membuat jadwal terinci tentang penanganan masyarakat

terasing yang dijhabarkan dari dokumen penanganan masyarakat terasing yang telah disepakati.

Page 76: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 6

2. Selanjutnya, pemrakarsa melaksanakan program penanganan masyarakat terasing.

3. BAPEDALDA, melakukan monitoring pelaksanannya dilapangan, terutama kesesuaiannya dengan kesepakatan dan jadwal.

4. BAPPEDA, melakukan monitoring tentang pelaksanannya dilapangan, terutama kesesuaiannya dengan kesepakatan dan jadwal

5. MASYARAKAT, menerima pemberitahuan tentang rincian program memberi tanggapan dan persetujuannya, serta berpartisipasi dalam pelaksanaan program..

6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN dan DINAS SOSIAL, membantui dalam pelaksanaa program penanganan masyarakat terasing dilapangan sesuai dengan yang disepakati bersama.

7. PEMRAKARSA, membuat laporan mengenai pelaksanaan penanganan masyarakat terasing kepada atasan pemrakarsa dengan tembusan kepada instansi terkait.

7. PELAKSANAAN KONSERVASI BUDAYA MASYARAKAT TERASING

KONSERVASI BUDAYA MASYARAKAT TERASING, mulai dilakukan pada tahap konstruksi Jalan dan jembatan bertujuan memelihara budaya masyarakat terasing agar tidak terpengaruh dan atau terganggu oleh masyarakat pendatang. Catatan-6: Kegiatan ini dilakukan setelah setelah kontraktor pelaksana ditunjuk. Kontraktor pelaksana yang ditunjuk bersama sama pemrakarsa telah pula menyiapkan rencana detail pelaksanaan konstruksi. Langkah Konsultasi Pelaksanaan konservasi budaya masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-6) 1. PEMRAKARSA, melakukan identifikasi budaya dan hal hal tabu

masyarakat terasing yang mungkin terganggu oleh kegiatan proyek. 2. Selanjutnya, pemrakarsa membuat konsep konservasi budaya

masyarakat terasing dan mengkonsultasikannya kepada pihak pihak yang berkepentingan agar pelaksabnaannya efektip.

3. BAPEDALDA, memberi masukan mengenai pola konservasi yang efektip. 4. BAPPEDA, memberi masukan program program sejenis dari instansi

lainnya yang dapat dikoordinasikan pelaksanaannya. 5. MASYARAKAT, memberi masukan mengenai kesulitan kesulitan pada

pasca penanganan masyarakat terasing. 6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi masukan tentang

hal hal “T A B U ” dan jadw al upacara ritual m asyarakat terasing. 7. PEMRAKARSA, melaksanakan program konservasi budaya.

Page 77: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 7

8. BAPEDALDA, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan konservasi budaya masyarakat terasing

9. BAPPEDA, membantu dalam hal koordinasinya dengan instansi terkait apabila ada program sejenis sehingga dapat disinergikan.

10. MASYARAKAT, menerima dan melaksanakan program konservasi budaya masyarakat terasing.

11. PEMRAKARSA, membuat laporan pelaksanaan konservasi Budaya Masyarakat terasing dan menggunakannya sebagai acuan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi manfaat proyek.

8. PELAKSANAAN EVALUASI PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

EVALUASI PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING yang dilakukan pada tahap pasca konstruksi Jalan dan jembatan bertujuan untuk menilai kinerja penanganan masyarakat terasing sedemikian sehingga dapat melengkapi bahan penyusunan laporan monitoring dan evaluasi manfaat proyek. Catatan-7: Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan konstruksi selesai dan pemrakarsa menyelesaikan laporan evaluasi pelaksanaan konstruksi termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan LARAP. Langkah evaluasi pasca penanganan masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-7) 1. PEMRAKARSA, mempelajari semua catatan lapangan yang diperoleh

selama pelaksanaan penanganan masyarakat terasing. 2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan analisa kesesuaian rencana dengan

pelaksanaannya. 3. PEMRAKARSA, meminta pendapat BAPEDALDA dan BAPPEDA tentang

pola evaluasi yang paling sesuai. 4. BAPEDALDA, memberi masukan dan tanggapan yang diperlukan,

khususnya penilaian kondisi masyarakat terasing. 5. BAPPEDA, memberi masukan dan tanggapan yang diperlukan,

khususnya penilaian terhadap perubahan kualitas lingkungan permukiman disekitar proyek jalan, penataan ruang, pembangunan ekonomi wilayah dan aspek asepk pembangunan daerah lainnya.

6. MASYARAKAT, memberi umpan balik tentang perubahan kondisi social ekonomi serta lingkungan budaya masyarakat terasing sebelum dan sesudah proyek.

7. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi tangapan dari aspek kelestarian budaya masyarakat terasing.

8. PEMRAKARSA, menyusun laporan evaluasi penanganan masyarakat terasing.

Page 78: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 8

9. EVALUASI PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

Evaluasi pasca penanganan masyarakat terasing pada tahap pasca proyek bertujuan untuk menyusun kriteria Evaluasi Penanganan Masyarakat Terasing yang akan digunakan sebagai ketentuan perencanaan dimasa datang.

Untuk itu, pemrakarsa melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Mempelajari laporan pelaksanaan penanganan masyarakat terasing& konsep kriteria evaluasi pasca penanganan masyarakat terasing

b. Melaksanakan idetifikasi kriteria-kriteria perencanaan yang perlu disesuaikan

9. Menetapkan kriteria penanganan masyarakat terasing yang akan digunakan sebagai ketentuan perencanaan dimasa datang.

Page 79: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN PERTIMBANGAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan )

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Sasaran

Kawasan yang akan dilayani misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota dll, serta kondisi eksisting dan rencana peruntukannya dimasa datang, penetapan status dan fungsi kawasan lindung

2). Didasarkan pada prinsip-prinsip menghindari lahan budidaya dan yang dilindungi sesuai criteria pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

3). Peta Koordinasi pemanfaatan Ruang wilayah yang memadukan kawasan lindung dan kawasan binaan

4). Termasuk upacara ritual yang berhubungan dengan tanah

5). Termasuk populasi dan adat istiadatnya serta program yang telah dan sedang dijalankan

6) Disebarluaskan kepada instansi terkait

Mempelajari Konsep Rencana Sistem Jaringan Jalan dan Peta Tata Guna Lahan termasuk peta keberadaan masyarakat terasing disekitar Jaringan Jalan tersebut … ..… .(1)

Membuat Konsep dan Sosialisasi Jaringan Jalan beserta koridornya serta lokasi m asy. terasing… ..(2)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan .. ... (6)

Memberi tanggapan dan masukan tentang Penerapan Peta Padu Serasi (Penataan Ruang W ilayah) … … … … .. (3)

Memberi masukan tentang kehidupan sosial budaya masyarakat setempat .… … .. (4)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Pendidikan & Kebudayaan memberi masukan tentang kondisi sosial ekonomi serta peraturan perundangan masy terasing… .. (5)

Page 80: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN KEGIATAN AWAL PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Dari peta Padu Serasi dan

peta lainnya yang dipublikasikan oleh Departemen/Dinas Kehutanan, Departemen/Dinas Pendidikan dan kebudayaan

2). Bersifat Orientasi lapangan untuk melihat contoh (sample) kondisi sebenarnya

3), 4), 5), 6)

Masing-masing masukan (input) diplot pada peta Padu Serasi beserta keterangan spesifik yang harus diperhatikan

7), Masukan untuk pemilihan

alternatip koridor rute jalan dan penyusunan KA-ANDAL (Lihat bagan pelaksanaan konsultasi masyarakat dan penyusunan KA-ANDAL)

8) Telah mempertimbangkan

aspek-aspek teknis, ekonomik, sosial budaya dan lingkungan

Mempelajari penyebaran permukiman masy. terasing pada Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Melakukan konsultasi pemilihan alternatip koridor jalan … … ..(2)

Merangkum data dan informasi penyebaran masy terasing untuk acuan penetapan koridor .....................(7)

Memberi masukan tentang sistem kepemilikan tanah Masyarakat Terasing .. (5)

Memberi masukan tentang perkiraan dampak sosial terhadap m asy terasing. … … . (3)

Memberi masukan tentang koordinasi penanganan masy. terasing........ .. (4)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Dik Bud memberi masukan tentang pola kehidupan sosial, ekonomi, budaya ..... (6)

Menetapkan Koridor Jalan Terpilih ....... (8)

Page 81: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN IDENTIFIKASI PENANGANAN SISTEM SOS-BUD MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Pada koridor hasil Pra

Kelayakan 2). Sesuai dengan pedoman

yang berlaku 3),4),5) 6) Konsultasi dapat

dilakukan melalui media rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7) Dikaji bersama-sama aspek teknis, ekonomik dan lingkungan

8) Outputnya adalah Rute terpilih setelah dikaji bersama sama aspek teknis, ekonomis dan lingkungan termasuk kebutuhan Permukiman Kembali Penduduk

Mempelajari pola penyebaran dan kehidupan sosial budaya masy terasing pada setiap alternatip rute Jalan … … … (1)

Melakukan survey dasar sosial dan konsultasi … … (2)

Memberi masukan tentang sistem nilai budaya dan pendekatan penanganan m asy. terasing … .(5)

Membuat prakiraan dampak sosial budaya dan rencana kasar penanganan masy terasing untuk alternatif rute...... (7)

Memberi masukan tentang koordinasi penanganan masy. terasing.................(4)

MENETAPKAN RUTE TERPILIH (8)

Memberi masukan tentang penanganan dampak sosial masy. terasing..… (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Dik-Bud memberi masukan tentang mobilitas masy terasing dan situs dan benda cagar budaya yang harus dilindungi. ..(6)

Page 82: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN PERENCANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk data permukiman

yang terkena Proyek

2). Termasuk rencana kerja, pembagian tugas.

3). Sesuai tupoksi institusi dan dapat bersifat aktip (terjun kelapangan) maupun pasip (menerima laporan saja)

4). Terutama koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan dinas sosial

5) Termasuk jenis upacara adat yang masih dilakukan

6). Termasuk program yang telah dan akan dijalankan untuk masy.terasing tsb.

7) 8) 9) 10) Dapat dilakukan melalui media rapat

11) Desain jalan telah mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial-ekonomi-budaya

Mempelajari Pengukuran Detail Rute Jalan & rencana kasar penanganan m asy. terasing… (1)

Memberi Masukan Detail dilapangan tentang sistem kekerabatan, kepemimpinan, sistem dan nilai hak adat ............ (5)

Melakukan survey sosial ekonomi dan konsultasi masyarakat … … (2) Membantu Koordinasi

Pelaksanaan Survey dengan instansi Terkait … … … … .… … … . (4)

Membuat konsep dan sosialisasi rencana tindak penanganan masyarakat terasing … ..(7)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan Survey … … … … … … … … (3)

Memberi masukan serta membantu survai sesuai keterkaitannya antara lain tentang pola penanganan masy. terasing misal : Dik-Bud memberi masukan tentang pola penanganan masyarakat terasing .. (6)

Menetapkan desain jalan serta melakukan persiapan pelaks. Renc. T indak … . (11)

Memberikan kesepakat -an dan melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan … … (8)

Memberikan kesepakatan dan melakukan persiapan … … … (9)

Memberikan kesepakatan dan membantu persiapan pelaksanaan … … (10)

Page 83: Info Lingkungan3

Gambar-5 BAGAN PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Dijabarkan dari Dokumen

yang telah disetujui 2). Mencakup kompensasi

lahan dan bangunan, perbaikan permukiman tradisional, rehabilitasi konservasi situs dll.

3), 4), Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara pasip (menerima laporan) atau aktip (kelapangan).

5). Termasuk LSM, lembaga adat , dll.

6) Termasuk kegiatan pendampingan dalam aspek sosial – ekonomi

7) Untuk digunakan sebagai acuan monotoring

Membuat Jadwal Detail Rencana Tindak penanganan masy terasing.....… ..(1)

Melaksanakan program penanganan masyarakat terasing ................................(2)

Membuat Laporan Pelaksanaan Penanganan Masyarakat Terasing ..........(7)

Berpartisipasi dalam pelaksanaan program … … .(5)

Melakukan monitoring … … (3) Membantu sesuai

keterkaitannya misal : Dinas Dik-Bud dan Dinas Sosial membantu dalam pelaksanaannya dilapangan ..... (6)

Melakukan monitoring dan koordinasi … … (4)

Page 84: Info Lingkungan3

Gambar-6 BAGAN PELAKSANAAN REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Diambil dari laporan

LARAP untuk masyarakat terasing.

2) Dapat dilakukan pada tahap sebelumnya

3), 4), 5), 6).

Melalui forum rapat atau metode lainnya

7) Yang telah disesuaikan

terhadap masukan konsultasi

8) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

9) Sesuai tupoksi

10) Program yang telah disepakati

11) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

12) Sebagai bahan monitoring

Mempelajari rencana rehab ekonomi bagi m asy. terasing … … .. (1)

Melakukan konsultasi dan persiapan Rehabilitasi Ekonomi bagi masyarakat terasing … … … … (2)

Menerima dan melaksanakan program R ehabilitasi… … … (10)

MEMBUAT Laporan Pelaksanaan Program Rehabilitasi Ekonomi M asyarakat … … ..(12)

Melakukan monitoring … … … .(8)

Melakukan Koordinasi dengan Instansi Terkait … … … … … … … … … .(9)

Memberi masukan ttg. Monitoring dan indikator keberhasilan program Rehabilitasi yg efektif … ..(3)

Melaksanakan persiapan rehab & memberi masukan tentang kesulitan pasca penanganan masyarakat terasing … … (5)

Memberi masukan program dari sektor lain yg dapat dikoordinasikan … … (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: Dinas Sosial sebagai Pengawas Lapangan. (11)

Membantu sesuai keterkaitannya, misal Dinas Sosial memberi masukan tentang alt pola rehabilitasi … … .. (6)

Melaksanakan Program R ehabilitasi … … … (7)

Page 85: Info Lingkungan3

Gambar-7 BAGAN PELAKSANAAN MONITORING PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Pasca Konstruksi /Operasi dan Pemeliharaan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk penyesuaian

penyesuaian yang dilakukan dan masukan masukan lainnya yang diperoleh selama proses penanganan masyarakat terasing dari tahap perencanaan umum sampai dengan tahap konstruksi.

2). Melibatkan berbagai disiplin

ilmu (teknis, sosial-ekonomi, budaya dan kelembagaan.

3), 4), 5), 6), 7) Melalui rapat teknis yang

diselenggarakan oleh Pemrakarsa

8). Hasilnya menjadi bagian

laporan evaluasi manfaat proyek (Project Benefit Monitoring and Evaluatian – PBME).

Mempelajari catatan pelaksanaan penanganan masy terasing .(1)

Melakukan analisa kesesuaian rencana penanganan masy. terasing (2)

Konsultasi hasil sementara terhadap monitoring penanganan masy. terasing termasuk rehabilitasi … … .(3)

Menyusun laporan monitoring pasca penanganan masy terasing .............(8)

Memberi tanggapan dan masukan kualitas kondisi sosekbud masyarakat terasing … … … ..(4)

Memberi tanggapan dan masukan terhadap kualitas koordinasi antar sektor. (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek perubahan sosek dan lingkungan budaya masy. terasing … … … … ( 6)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek sektor terkait … … … … ( 7)

Page 86: Info Lingkungan3

Gambar-8 BAGAN EVALUASI PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Laporan monitoring yang

memasukkan masukan dari berbagai institusi terkait

2) Melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Termasuk pertimbangan persyaratan dari lembaga donor

4) 5) 6) 7) 8)

Dilakukan melalui forum rapat/ seminar/lainnya

9) Hasilnya diserahkan kepada para perencana umum pengembangan jaringan jalan.

Mempelajari laporan monitoring pelaks. penanganan masy. terasing … … ...(1)

Menganalisa dan mengidentifikasi kriteria perencanaan … . (2)

Menetapkan kriteria-kriteria penanganan masy. terasing yang akan digunakan dalam perencanaan dimasa datang … (9)

Menyusun konsep kriteria penanganan masy. terasing yang lebih baik ..… . (3)

Konsultasi konsep perencanaan penanganan masy. terasing … . (4)

Memberi masukan tentang sosekbud dan masalah lingkungan … … .. (5)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelem bagaan … . (6)

Memberi masukan tentang kendala dan tata cara perencanaan dan pelaksanaan … . (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. tata ruang nilai kearifan lokal, adat istiadat pelatihan untuk alih profesi … . (8)

Page 87: Info Lingkungan3
Page 88: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 1

1. PENJELASAN UMUM Pedoman ini mengatur pelaksanaan pengadaan tanah, termasuk pemukiman kembali penduduk (BILA ADA) pada seluruh tahapan siklus pengembangan proyek jalan dan jembatan yaitu:

a). Pertimbangan Pengadaan Tanah b). Kegiatan Awal Pengadaan Tanah c). Indentifikasi Kebutuhan Lahan d). Perencanaan Pengadaan Tanah e). Pelaksanaan Pengadaan Tanah f). Rehabilitasi Ekonomi Masyarakat Terkena Proyek g). Evaluasi Pasca Pengadaan Tanah

Seperti halnya pada pelaksanaan AMDAL dan pelaksanaan Konsultasi Masyarakat, proses pengadaan tanah melibatkan 5 (lIMA) kelompok atau pelaku utama berikut ini: a). PEMRAKARSA, dalam hal ini meliputi para pimpinan proyek, para kepala

Dinas di propinsi, kabuipaten dan kota b). BAPEDALDA, dalam hal ini termasuk Bapedalda Propinsi, Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) atau Kantor Lingkungan Hidup di Kabupaten maupun kota.

c). BAPPEDA, dalam hal ini terdiri dari Bappeda propinsi, Bappeda Kabupaten dan Bapeda Kota.

d). MASYARAKAT, dalam hal ini terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Penduduk terkena dampak, tokoh tokoh masyarakat yang mewakili penduduk terkena dampak dan masyarakat terasing.

e). STAKEHOLDER LAINNYA yang mempunyai peran pada penanganan kasus-kasus khusus misalnya Departemen/Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Departemen/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan lain sebagainya.

Pedoman pelaksanaan ini menjelaskan mekanisme kerja pelaksanaan pengadaan tanah untuk proyek yang terintegrasi dengan siklus pengembangan proyek, sedemikian sehingga masalah masalah lingkungan sudah mulai diidentifikasi dan ditangani dari proses pembangunan yang paling awal.

Mekanisme kerja menjelaskan pembagian peran dari ke lima kelompok pelaku pembangunan tersebut.

2. PERTIMBANGAN PENGADAAN TANAH Pertimbangan pengadaan tanah untuk proyek sistim Jaringan jalan , dilakukan pada tahap perencanaan dan bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sasaran proyek serta menampung masukan dari masyarakat yang berkepentingan dengan proyek jalan. Sasarannya adalah terkumpulnya masukan untuk landasan pemutakhiran koridor rencana system jaringan jalan.

Page 89: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 2

Catatan-1: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan konsep awal perencanaan umum system jaringan jalan. Langkah pelaksanaan pertimbangan pengadaan tanah untuk proyek Sistim Jaringan Jalan dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-1) 1. Pemrakarsa mempelajari kembali konsep Rencana Umum Sistim

Jaringan Jalan termasuk sasaran kawasan yang akan dilayani, misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota yang akan didukung sistim jaringan jalan, mempelajari pula peta tata guna lahan pada dan disekitar koridor-koridor yang telah dipertimbangkan yang mencakup kondisi eksisting maupun rencana peruntukannya dimasa dating.

2. Selanjutnya, Pemrakarsa membuat perencanaan umum system jaringan jalan yang telah meninjau beberapa kemungkinan koridor jalan. Perencanaan umum tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip menghindari lahan budi daya dan kawasan yang dilindungi sesuai criteria yang tertera pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang..

3. Pemrakarsa, Konsultasi konsep kebutuhan lahan rencana jaringan jalan. 4. BAPPEDA, memberi tanggapan dan masukan tentang penerapan peta

padu serasi dan atau peta penataan ruang wilayah termasuk program program pembangunan daerah yang telah direncanakan. Tanggapan dan masukan ini diberikan sesuai permintaan pemrakarsa.

5. STAKEHOLDER LAINNYA, memberi masukan tentang fungsi lahan dan ketentuan / peraturannya.

6. PEMRAKARSA, melakukan pemutakhiran terhadap rencana umum sistim jaringan jalan beserta koridor koridornya dengan mempertimbangkan seluruh masukan yang diperoleh dari BAPPEDA.

3. KEGIATAN AWAL PENGADAAN TANAH KEGIATAN AWAL PENGADAAN TANAH, dilakukan pada tahap pra kelayakan koridor rencana system jaringan Jalan dan bertujuan untuk menganalisa kebutuhan lahan untuk proyek sedemikian sehingga selain luasan tanah yang perlu dibebaskan, juga teridentifikasinya lahan lahan masyarakat yang akan terkena proyek jalan. . Catatan-2: Kegiatan ini dilaksanakan setelah pemrakarsa menyelesaikan konsep rencana umum system jaringan jalan termasuk koridor-koridor yang memungkinkan untuk dikembangkan. Langkah pelaksanaan Kegiatan awal pengadaan tanah dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-2)

Page 90: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 3

1. PEMRAKARSA, mempelajari jenis peruntukan lahan pada koridor-koridor rencana system jaringan jalan dari peta padu serasi yang diperoleh dari BAPPEDA dan atau peta lain yang dikembangkan oleh instansi terkait misalnya peta budaya, peta banjir, peta quarry dll..

2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan konsultasi mengenai koridor-koridor system jaringan jalan yang telah dikembangkan tersebut untuk menggali masukan tambahan dari para stakeholdernya.

3. BAPEDALDA diharapkan dapat memberi masukan tentang kebijaksanaan pelestarian lingkungan hidup termasuk lokasi lokasi kawasan yang dilindungi..

4. BAPPEDA, memberi masukan tentang prasarana dan sarana strategis yang terdapat pada dan disekitar koridor jalan, dan alternatip lokasi pemukiman kembali penduduk apabila diperlukan.

5. MASYARAKAT, memberi masukan tentang adanya masyarakat terasing pada koridor atau disekitar koridor system jaringan jalan yang direncanakan.

6. STAKEHOLDER LAINNYA, Memberi masukan tentang pengendalian fungsi lahan dan ketentuan memperoleh lahan.

7. PEMRAKARSA, merangkum semua masukan yang diperoleh untuk acuan mempertimbangkan kembali koridor koridor system jaringan jalan yang telah dikembangkan. Masukan tersebut, juga diperlukan untuk pertimbangan penyusunan KA-ANDAL.

8. PEMRAKARSA, menetapkan koridor jalan terpilih

4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN LAHAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN LAHAN dilakukan dilakukan pada tahap Studi Kelayakan proyek dan bertujuan untuk masukan analisa kelayakan rute jalan pada koridor yang dipilih. Sasarannya adalah teridentifikasikannya dampak pengadaan tanah, lokasi alternatip pemukiman kembali penduduk (BILA ADA) dan prakiraan kebutuhan biaya pengadaan tanah berdasarkan variasi kharakteristiknya dilapangan. Catatan-3: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan pemilihan koridor jalan yang paling baik ditinjau dari aspek teknis dan lingkungan yang diperoleh dari analisa pra kelayakan. Dalam hal pra kelayakan tidak dilakukan, maka pilihan koridor rencana jalan didasarkan pada analisis isu isu lingkungan yang dilakukan pada tahap penyaringan AMDAL, UKL, UPL. Langkah pelaksanaan identifikasi kebutuhan lahan dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-3) 1. PEMRAKARSA, mempelajari kebutuhan lahan dan jenis peruntukan

lahan ada setiap alternatip rute jalan yang terletak pada koridor terpilih. 2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan konsultasi dan survey dasar social

berdasarkan pedoman survey yang ada.

Page 91: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 4

3. Atas dasar permintaan pemrakarsa, BAPEDALDA memberi masukan tentang daerah-daerah yang dinilai sensitip atau kawasan kawasan yang dinilai startegis, bersejarah dan mempunyai nilai tradisional.

4. BAPPEDA, memberi masukan tentang pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, propinsi maupun kota termasuk dukungan proyek jalan terhadap program program tersebut.

5. MASYARAKAT, memberi masukan tentang status kepemilikan lahan termasuk lama waktu tinggal dll.

6. BPN memberikan masukan tentang tata ruang dan kehutanan memberi masukan tentang fungsi hutan

7. PEMRAKARSA, membuat prakiraan kebutuhan lahan disetiap alternatip rute jalan yang terletak pada koridor terpilih untuk masukan pada analisa kelayakan proyek.

8. PEMRAKARSA mentepkan rute terpilih. 9. BAPPEDA, mengadakan koordinasi rencana pelaksanaan di lapangan

dengan instansi terkait. 10. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, PEMRAKARSA menyiapkan

konsep permohonan kebutuhan lahan untuk proyek kepada Gubernur atau Bupati atau walikota.

11. Gubernur/Bupati/Walikota menyetujui permohonan proyek tentang permohonan lahan

5. PERENCANAAN PENGADAAN TANAH PERENCANAAN PENGADAAN TANAH, dilakukan pada tahap Perencanaan Teknis (detailed design) dan bertujuan untuk menjabarkan RKL dan RPL kedalam perencanaan teknis jalan. Sasarannya adalah (i) terkumpulnya data penduduk terkena dampak beserta kekayaannya (ii) terkumpulnya bahan bahan untuk perencanaan pengadaan tanah termasuk rencana jadwal pembayaran kompensasi, (iii) tersusunnya rencana pemindahan kembali penduduk termasuk pilihan lokasinya (BILA ADA), (iv) tersusunnya rencana penanganan masyarakat terasing (BILA ADA).. Catatan-4: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan studi kelayakan dan menerima ketetapan mengenai Studi ANDAL, RKL dan RPL dari komisi penilai AMDAL. Kegiatan perencanaan pengadaan tanah dilakukan setelah pengukuran detail untuk perencanaan detail teknis diselesaikan yang pelaksanaannya didasarkan atas rekomendasi RKL dan RPL tersebut. Langkah pelaksanaan perencanaan pengadaan tanah dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-4) 1. PEMRAKARSA, mempelajari hasil pengukuran detail pada rute jalan

terpilih termasuk semua informasi yang diperoleh selama pengukuran dilaksanakan.

Page 92: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 5

2. PEMRAKARSA, melakukan survey social ekonomi masyarakat sekitar rute jalan pada koridor terpilih seraya melakukan konsultasi masyarakat melalui pola wawancara.

3. Bilamana diminta oleh pemrakarsa, BAPEDALDA melakukan monitoring pelaksanaan survey social ekonomi yang dilaksanakan oleh konsultan pelaksana.

4. BAPPEDA, membantu dalam menggkoordinasikan pelaksanaan survey social ekonomi tersebut yang biasanya memerlukan pula keterlibatan instansi lain selain instansi social.

5. Selama proses wawancana, MASYARAKAT, memberi masukan detail mengenai hal hal yang berhubungan dengan kepemilikan tanah.

6. Panitia pengadaan tanah, memberi masukan tentang tata cara dan kriteria kompensasi, sesuaiperaturan per Undang-undangan yang berlaku.

7. PEMRAKARSA membuat LA 8. RAP dan melakukan konsultasi masyarakat sebagainmana dijelaskan

pada bagan konsultasi masyarakat pada tahap perencanaan teknis. 9. PEMRAKARSA, mensosialisasikan konsep larap, dan mengajukan

kepada Gubernur/Bupati/Walikota. 10. BAPPEDA, memberikan kesepakatan terhadap konsep LARAP. 11. MASYARAKAT, memberikan kesepakatan terhadap konsep LARAP 12. Gubernur/Bupati/Walikota menyetujui konsep LARAP. 13. PEMRAKARSA, mengadakan persiapan pelaksanaan

6. PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH yang dilakukan pada tahap persiapan konstruksi bertujuan menyelesaikan masalah masalah yang berhubungan dengan administrasi pengadaan tanah. Sasarannya adalah (i) tersedianya lahan yang dibutuhkan proyek beserta surat surat kepemilikannya (ii) terselesaikannya pembayaran kompensasi lahan dan bangunan serta tanaman milik penduduk terkena proyek, (iii) termukimkannya penduduk terkena proyek pada lokasi lokai yang layak huni, (iv) tertanganinya masyarakat terasing.. Catatan-5: Kegiatan ini dilakukan setelah perencanaan teknis detail diselesaikan. Demikian pula dokumen Land Acquizition and Ressettlement Action Plan (LARAP) harus sudah disetujui sebagai dokumen pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali penduduk serta penanganan masyarakat tersaing (BILA ADA). Langkah pelaksanaan pengadaan tanah dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-5) 1. PEMRAKARSA, mempelajari dokumen LARAP dan membuat rencana

detail pelaksanaannya yang disesuaikan dengan perkembangan terakhir

Page 93: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 6

dari proses pengadaan tanah.maupun kesiapan perencanaan serta pendanaannya.

2. BAPPEDA, ikut berpartisipasi dalam musyawarah & mufakat 3. MASYARAKAT, ikut berpartisipasi dalam musyawarah dan menyepakati

dalam mufakat khususnya PTP. 4. STAKEHOLDER LAINNYA, Melaksanakan musyawarah dan mufakat

khususnya panitia pengadaan tanah. 5. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan pembayaran kompensasi untuk

tanah beserta asset asset diatasnya, sesuai dengan jadwal terakhir yang disepakati.

6. BAPEDALDA, melakukan monitoring tentang pelaksanannya dilapangan, terutama kesesuaiannya dengan kesepakatan dan jadwal.

7. BAPPEDA, melakukan monitoring dan evaluasi 8. MASYARAKAT, menyerahkan surat surat bukti kepemilikan tanah kepada

pemrakarsa melalui panitia pengadaan tanah. 9. Panitia pengadaan tanah membantu dalam penyelesaian proses

administrasi 10. APABILA ADA kebutuhan pemukiman kembali penduduk, PEMRAKARSA

melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama.

11. BAPEDALDA, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pemukiman kembali penduduk tersebut.

12. BAPPEDA, membantu dalam hal koordinasi dengan instansi terkait agar pelaksanaan pemukiman kembali penduduk tersebut sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

13. MASYARAKAT, menerima sertifikat dan atau surat surat yang diperlukan sehubungan dengan pemukiman kembali tersebut misalnya sertifikat kepemilikan kapling, kartu penduduk dll.

14. PEMRAKARSA, membuat laporan mengenai pelaksanaan pengadaan tanah kepada atasan pemrakarsa dengan tembusan kepada instansi terkait.

7. REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERKENA DAMPAK

REHABILITAS EKONOMI mulai dilakukan pada tahap konstruksi Jalan dan jembatan bertujuan memberbaiki kondisi social ekonomi masyarakat terkena dampak yang kondisinya menurun bila dibandingkan dengan sebelum terkena proyek. Catatan-6: Kegiatan ini dilakukan setelah lahan untuk proyek telah tersedia dan atau diserahkan kepemilikannya kepada proyek dan setelah kontraktor pelaksana

Page 94: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 7

ditunjuk. Kontraktor pelaksana yang ditunjuk bersama sama pemrakarsa telah pula menyiapkan rencana detail pelaksanaan konstruksi. Langkah Konsultasi Pelaksanaan rehabilitasi ekonomi masyarakat terkena dampak dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-6) 1. PEMRAKARSA, mempelajari rencana rehabilitasi ekonomi, melakukan

identifikasi masyarakat terkena dampak yang menurun kondisi social ekonominya setelah menerima pembayaran kompensasi atau setelah dimukimkan kembali (BILA ADA). Identifikasi dilakukan terhadap masyarakat terkena dampak yang tercatat dalam dokumen LARAP.

2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan konsultasi dan persiapan rencana rehabilitasi dan mengkonsultasikannya kepada pihak pihak yang berkepentingan agar pelaksabnaannya efektip.

3. BAPEDALDA, memberi masukan mengenai pelaksanaan rehabilitasi ekonomi masyarakat yang dinilai paling efektip sesuai dengan kondisi lapangan.

4. BAPPEDA, memberi masukan program program sejenis dari instansi lainnya .

5. MASYARAKAT, memberi masukan mengenai penyebab timbulnya kesulitan ekonomi, mislanya karena kehilangan pelanggan, karena maslahan lapangan kerja alternatip yang tidak diperoleh dilokasi baru dsb.

6. DINAS SOSIAL memberi alternatip pola rehabilitasi. 7. PEMRAKARSA, melaksanakan program rehabilitasi ekonomi masyarakat

berdasarkan rencana yang telah mendapat berbagai masukan serta telah disepakati.

8. BAPEDALDA, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi ekonomi masyarakat tersebut..

9. BAPPEDA, membantu dalam hal koordinasinya dengan instansi terkait apabila ada program sejenis sehingga dapat disinergikan.

10. MASYARAKAT, menerima dan melaksanakan program rehabilitasi sesuaii kesepakatan.

11. DINAS SOSIAL, melakukan monitoring & evaluasi. 12. PEMRAKARSA, membuat laporan pelaksanaan rehabilitasi ekonomii

masyarakat dan menggunakannya sebagai acuan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi manfaat proyek.

8. PELAKSANAAN EVALUASI PASCA PENGADAAN TANAH EVALUASI PASCA PENGADAAN TANAH yang dilakukan pada tahap pasca konstruksi Jalan dan jembatan bertujuan untuk menilai kinerja pengadaan tanah sedemikian sehingga dapat melengkapi bahan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja proyek jalan dapat tersusun. Catatan-7:

Page 95: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 8

Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan konstruksi selesai dan pemrakarsa menyelesaikan laporan evaluasi pelaksanaan konstruksi termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan LARAP. Langkah evaluasi pasca pengadaan tanah dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-7) 1. PEMRAKARSA, mempelajari semua catatan lapangan yang diperoleh

selama pelaksanaan pengadaan tanah.. 2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan analisa kesesuaian rencana dengan

pelaksanaannya. 3. PEMRAKARSA, meminta pendapat BAPEDALDA dan BAPPEDA tentang

pola evaluasi yang paling sesuai. 4. BAPEDALDA, memberi masukan dan tanggapan yang diperlukan,

khususnya penilaian kondisi masyarakat terkena dampak. 5. BAPPEDA, memberi masukan dan tanggapan yang diperlukan,

khususnya penilaian terhadap perubahan kualitas lingkungan permukiman disekitar proyek jalan, penataan ruang, pembangunan ekonomi wilayah dan aspek asepk pembangunan daerah lainnya.

6. MASYARAKAT, memberi umpan balik tentang perubahan kondisi social ekonomi sebelum dan sesudah proyek.

7. BPN, memberi tanggapan dari aspek kesesuaian tata ruang. 8. PEMRAKARSA, menyusun laporan evaluasi pengadaan tanah.

9. EVALUASI PASCA PENGADAAN TANAH

Evaluasi pasca pengadaan tanah pada tahap pasca proyek bertujuan untuk menyusun criteria Pengadaan Tanah yang akan digunakan sebagai ketentuan perencanaan dimasa datang.

Untuk itu, pemrakarsa melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Mempelajari laporan evaluasi pasca pelaksanaan pengadaan tanah b. Mengidetifikasi kriteria-kriteria perencanaan yang perlu disesuaikan c. Menetapkan criteria pengadaan tanah yang akan digunakan sebagai

ketentuan perencanaan dimasa datang.

Page 96: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN PERTIMBANGAN PENGADAAN TANAH (Pada Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Sasaran

Kawasan yang akan dilayani misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota dll.

2) Mencakup kondisi eksisting dan rencana peruntukannya dimasa datang, penetapan status dan fungsi kawasan lindung

3). Didasarkan pada prinsip-

prinsip menghindari lahan budidaya dan yang dilindungi sesuai criteria pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

4). Dapat dituangkan dalam peta 5) Peta Koordinasi

pemanfaatan Ruang wilayah yang memadukan kawasan lindung dan kawasan binaan

6) 7) Termasuk cara-cara pelepasannya

8) Rencana ini disebarluaskan kepada institusi terkait

Mempelajari Konsep Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan, Peta Tata Guna Lahan Disekitar Rencana Jaringan Jalan … ..… .(1)

Membuat Konsep Awal Kebutuhan lahan untuk Rencana Jaringan Jalan (termasuk perkiraan kasar luas, jenis penggunaan dan kepemilikan). (2)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan beserta perkiraan kasar kebutuhan lahan … (8)

Memberi tanggapan dan masukan tentang Penerapan Peta Padu Serasi (Penataan Ruang W ilayah) … … … … .. (5)

Konsultasi konsep kebutuhan lahan rencana jaringan jalan (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya, mis.: tentang fungsi lahan dan ketentuan / peraturannya (7)

Memberi masukan tentang daya dukung lingkungan termasuk sosial (4)

Memberi masukan tentang lokasi lokasi hak adat / ulayat , dll ( 6 )

Page 97: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN KEGIATAN AWAL PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Pra Kelayakan )

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Dari peta Padu Serasi

dan peta lainnya yang dipublikasikan oleh Departemen/Dinas Kehutanan, Departemen/Dinas Pendidikan dan kebudayaan

2). Bersifat Orientasi lapangan untuk melihat contoh (sample) kondisi sebenarnya

3), 4), 5), 6)

Masing-masing masukan (input) Diplot pada peta Padu Serasi

7), Masukan untuk

pemilihan alternatip rute jalan dan penyusunan KA-ANDAL (Lihat bagan Pelaksanaan konsultasi masyarakat dan Penyusunan KA-ANDAL)

8) Mempertimbangkan

aspek-aspek teknis, ekonomik, sosial budaya dan lingkungan

Mempelajari Kebutuhan lahan dan Jenis Peruntukan Lahan pada Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Melakukan Konsultasi Pemilihan Alternatif koridor Jalan berdasarkan kebutuhan lahan … (2)

Merangkum data dan informasi untuk acuan peenetapan koridor jalan .....................(6)

Memberi masukan Lokasi Masyarakat Terasing, status kepemilikan dan kesediaan melepas. (5)

Memberi masukan tentang daya dukung lingkungan… … .. (3)

Memberi masukan tentang lokasi Prasarana & Sarana dan untuk pemukiman kembali penduduk serta ketersediaan dan keterpaduan pengadaan lahan .. (4)

Merangkum data dan informasi untuk acuan penetapan koridor jalan ..........(7)

Menetapkan koridor jalan terpilih............(8)

Memberi masukan tentang pengendalian fungsi lahan dan ketentuan memperoleh lahan … … (6)

Page 98: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN LAHAN (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1). Hasil Pra Kelayakan 2). Sesuai dengan

pedoman yang berlaku 3),4),5), 6)

Melalui media rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7) Dikaji bersama sama aspek teknis, ekonomis dan lingkungan. termasuk kebutuhan Permukiman Kembali Penduduk

8) Dalam forum penilaian apabila dokumen AMDAL

9) Koordinasi rencana awal

pelaksanaan di lapangan dengan instansi lain

10) 11) Dapat dilakukan dalam forum rapat, dll.

12) Setelah dokumen AMDAL (bila ada) ditetapkan oleh Gubernur/Walikota/ Bupati

Mempelajari kebutuhan lahan dan Jenis Peruntukan Lahan pada setiap alternatif R ute Jalan … … … (1)

Melakukan Konsultasi dan Survey Dasar sosial … … (2)

Memberi masukan tentang Status Kepemilikan lahan termasuk asset lainnya serta taksiran harga .(5)

Membuat Prakiraan Kebutuhan Lahan untuk Alt.Rute.. (7)

Memberi masukan tentang pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Propinsi, kabupaten/kota dan koordinasi rencana pengadaan lahan .. (4)

Memberi masukan tentang daya dukung sosial ..… (3)

Koordinasi Rencana Awal P engadaan T anah … (9)

Memberi masukan sesuai keterkatiannya antara lain tentang hal-hal berkaitan dengan pelepasan hak. (6)

Menyetujui permohonan proyek tentang kebutuhan lahan … .(11)

Menetapkan Rute Terpilih ..... (12)

Memberi masukan kesediaan dan keberatan masy. Terhadap pengadaan tanah … ..(10)

Memperkirakan dampak sosial … .(8)

Page 99: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN PERENCANAAN PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk Data Jenis

Peruntukan Lahan yang terkena Proyek

2). Termasuk rencana kerja, pembagian tugas antara tim lapangan dengan panitia pengadaan tanah..

3). Sesuai Tupoksi Institusi dan dapat bersifat aktip (terjun kelapangan) maupun pasip (menerima laporan saja)

4). Terutama koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan dinas sosial

5) Termasuk status sertifikat, luasan, Lokasi di Peta, prakiraan nilai kekayaan, masa tinggal dll.

6). Sesuai peraturan per UU-an yang berlaku

7) Sesuai petunjuk yang dikeluarkan

8) 9) 10) 11) Dpat dilakukan dalam forum rapat

12) Setelah disahkan oleh Gubernur/Walikota/ Bupati

Mempelajari Pengukuran Detail R ute Jalan … … … … (1)

Memberi Masukan Detail dilapangan tentang hal kepemilikan lahan, pelepasan hak, rehabilitasi pem uk.kem bali, dll. … . (5)

Melakukan Survey Sosial Ekonomi dan konsultasi Masyarakat … … (2)

Membantu Koordinasi Pelaksanaan Survey dengan instansi Terkait … … … … .… … … . (4)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan Survey … … … … … … … … (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya antara lain proses & ketentuan pelepasan hak, tatacara & criteria kompensasi serta tata cara pem uk.kem bali … … .. (6)

Sosialisasi Konsep LARAP dan mengajukan kepada Gub/Bupati/Walikota (8)

Menetapkan desain jalan serta melakukan persiapan pelaksanaan LA R A P … … (12)

Memberikan kesepakatan thd konsep tersebut … .. (9)

Memberikan kesepakatan thd konsep … … . (10)

Gubernur / Bupati/Wali kota menyetujui konsep LARAP-nya. … .. (11)

Membuat Konsep LA R A P … ..(7)

Page 100: Info Lingkungan3

Gambar-5 BAGAN PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI PENDUDUK (Pada Tahap Persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Dijabarkan dari

Dokumen LARAP yang telah ditetapkan

2) 3) 4) Dapat dilakukan berkali kali

5). Sesuai dg kesepakatan nilai kompensasi dan daftar penerimanya

6),7) Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara pasip (menerima laporan) atau aktip (kelapangan).

8) 9) Termasuk proses pensertifikatan

10). Sesuai dengan yang tertera pada LARAP

11) Sesuai yang tertera pada dokumen LARAP dan daftar yang akan dimukimkan kembali

12) Baik instansi pusat dan daerah termasuk di lokasi pemukiman kembali penduduk.

13). Sertifikat kepemilikan lahan dan bangunan

14) Dapat dikaitkan dengan program instansi terkait

15) Untuk digunakan sebagai acuan monitoring

Membuat Jadwal Detail & konsultasi Pelaksana- an LA R A P … ..(1)

Melaksanakan Pembayaran Kompensasi untuk tanah dan asset diatasnya … … ..(5)

Menerima Sertifikat Kepemilikan Kapling dan K artu P enduduk … ..(13 )

Melaksanakan Kegiatan Pemukiman Kembali Penduduk (BILA ADA) ....... ( 10)

Membuat Laporan Pelaksanaan LARAP … … (15)

Menyerahkan Surat-surat kepemilikan lahan kepada pem rakarsa … … .(8)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan LARAP .… .. (11)

Membantu pelaksanaan Koordinasi dengan instansi terkait … (12)

Melakukan monitoring … … (6) Panitia Pengadaan Tanah

membantu dalam penyelesaian proses adm inistrasi … … .(9)

Berpartisipasi dalam musyawarah & mufakat … … … . (2)

Melakukan monitoring … .. (7)

Berpartisipasi dalam musy. & menyepakati dlm mufakat khususnya P .T .P … … . (3)

Melaksanakan musyawarah dan mufakat, khususnya panitia pengadaan tanah … … .. (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: transmigrasi, perumahan dll… (14)

Page 101: Info Lingkungan3

Gambar-6 BAGAN PELAKSANAAN REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERKENA DAMPAK (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Diambil dari laporan

LARAP.

2) Dapat dilakukan pada tahap sebelumnya

3), 4), 5), 6).

Melalui forum rapat atau metode lainnya

7) Yang telah disesuaikan

terhadap masukan konsultansi

8) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

9) Sesuai tupoksi

10) Program yang telah disepakati

11) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

12) Sebagai bahan monitoring

Mempelajari rencana rehab ekonom i … … ..(1)

Melakukan konsultasi dan persiapan Rehabilitasi Ekonomi bagi Masyarakat Terkena Proyek … … … … (2)

Menerima dan melaksanakan program R ehabilitasi… … … (10)

Melaksanakan Program R ehabilitasi … … … (7)

MEMBUAT Laporan Pelaksanaan Program Rehabilitasi Ekonomi m asyarakat … … ..(12)

Melakukan monitoring … … … .(8)

Melakukan Koordinasi dengan Instansi Terkait … … … … … … … … … .(9)

Memberi masukan ttg. Monitoring dan indikator keberhasilan program Rehabilitasi yg efektif … ..(3)

Melaksanakan persiapan rehab & memberi masukan tentang kesulitan pasca LA R A P … .. (5)

Memberi masukan program dari sektor lain yg dapat dikoordinasikan … … (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: Dinas Sosial sebagai Pengawas Lapangan. (11)

Membantu sesuai keterkaitannya, misal Dinas Sosial memberi masukan tentang alt pola rehabilitasi … … (6)

Page 102: Info Lingkungan3

Gambar-7 BAGAN PELAKSANAAN MONITORING PASCA PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Pasca Konstruksi /Operasi dan Pemeliharaan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk penyesuaian

penyesuaian yang dilakukan dan masukan masukan lainnya yang diperoleh selama proses pengadaan tanah dari tahap perencanaan umum sampai dengan tahap konstruksi.

2). Melibatkan berbagai

disiplin ilmu (teknis, sosial dan kelembagaan)

3), 4), 5), 6), 7). Melalui rapat teknis

yang diselenggarakan oleh Pemrakarsa

8). Hasilnya menjadi bagian

laporan Akuntabilitas Proyek Jalan.

Mempelajari Catatan Pelaksanaan LARAP (Pengadaan Tanah dan Rehabilitasi E konom i) … … .(1)

Konsultasi Hasil Sementara terhadap monitoring pelaksanaan LARAP … … .(3)

Menyusun Laporan Monitoring Pasca LA R A P … … . (8)

Memberi tanggapan dan masukan kualitas kondisi sosekbud m asy… .. (4)

Memberi tanggapan dan masukan terhadap kualitas koordinasi antar sekto … ... (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek perubahan sosek dan lingkungan termasuk dari aspek pelaksanaan … ..( 6)

Memberi tanggapan dan masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. Keberhasilan/kegagalan program rehabilitasi, tingkat kesenjangan antar kelom pok m asy. … 7)

Melakukan Analisa Kesesuaian Rencana … … … . (2)

Page 103: Info Lingkungan3

Gambar-8 BAGAN EVALUASI PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Laporan monitoring

yang memasukkan masukan dari berbagai institusi terkait

2) Melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Termasuk pertimbangan persyaratan dari lembaga donor

4) 5) 6) 7) 8)

Dilakukan melalui forum rapat/ seminar/lainnya

9) Hasilnya diserahkan kepada para perencana umum pengembangan jaringan jalan.

Mempelajari laporan monitoring pelaks. LA R A P … … ...(1)

Menganalisa dan mengidentifikasi kriteria perencanaan … . (2)

Menetapkan kriteria-kriteria pengadaan tanah yang akan digunakan sebagai kebutuhan perencanaan dimasa datang … (9)

Menyusun konsep kriteria perencanaan LARAP yang lebih baik ..… . (3)

Konsultasi konsep perencanaan LARAP … . (4) Memberi masukan

tentang sosekbud dan m asalah lingkungan … . (5)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelem bagaan … . (6)

Memberi masukan tentang kendala dan tata cara perencanaan dan pelaksanaan … . (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. tata ruang, nilai kearifan lokal, adat istiadat, pelatihan untuk alih profesi … . (8)

Page 104: Info Lingkungan3
Page 105: Info Lingkungan3

5 Gambar-1 BAGAN KONSULTASI RENCANA UMUM SISTEM JARINGAN JALAN (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Konsep rencana sistem

jaringan bersifat lokal dan regional

2). Melalui pertemuan dan

diskusi langsung dengan stakeholder.

3). Termasuk mekanisme

yang sesuai di lokasi rencana system jaringan jalan.

4). Yang dimaksud antara

lain adalah program program pengembangan kawasan yang memerlukan peningkatan dan atau pembangunan jalan baru

5). Termasuk mekanisme

penanganannya yang spesifik daerah.

6). Termasuk pola

pelestarianaya 7). 8) Menggunakan

Pedoman Pelaksanaan AMDAL, khusunya penyaringan Lingkungan

Menyusun konsep rencana sistem jaringan jalan … .(1)

Konsultasi konsep rencana sistem jaringan jalan … … … … … (2)

Melakukan Pemutakhiran Rencana Sisitem Jaringan Jalan (7)

Melakukan Penyaringan Lingkungan.............(8)

Memberi masukan persyaratan Lingkungan .......................... (3)

Memberi masukan tentang koordinasi program program pembangunan daerah dan penataan Ruang sesuai Renstra P em da … … … … .. (4)

Memberi masukan tentang area sensitif … … … … … (5)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dedikbud tentang situs

sejarah, tempat keramat.

Kehutanan tentang status hutan, areal koservasi

Perhub tentang jaringan transportasi (6)

Page 106: Info Lingkungan3

6 Gambar-2 BAGAN KONSULTASI PEMILIHAN KORIDOR RUTE JALAN (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1),2), Pada koridor Jalan

yang akan dibangun 3),4),5),6), 7) Melalui Rapat

Teknis yang diselenggarakan pemrakarsa dengan mengundang instansi/institusi terkait,

8). Yang memenuhi syarat

teknis 9),10), Mengikuti bagan

Pelaksanaan Penyusunan KA-ANDAL

Mempelajari Rencana Sisten Jaringan Jalan … . (1)

Membuat Alternatip koridor jalan … … … … (2)

Melakukan Konsultasi Pemilihan Alternatip koridor jalan … ....(3)

Menyusun Konsep KA studi lingkungan misal : KA-ANDAL dan mengajukan ke komisi penilai untuk dinilai … … … .. (9)

Memberi masukan antara lain status kepemilikan lahan masyarakat misal : hak ulayat / adat......... (6)

Memberi masukan daerah sensitive dan daya dukung llingkungan … (4)

Memberi masukan antara lain kondisi tingkat pelayanan Prasarana & Sarana berdasarkan kebutuhan Misal : tidak perlu jalan hotmix, tapi cukup macadam ...(5)

Melaksanakan Penilaian KA-A N D A L … … . (10)

Memberi masukan sesuai keterkaitan misal : BPN & Kehutanan memberi masukan status dan fungsi lahan/hutan....... (7)

Menetapkan koridor jalan terpilih… … … . (8)

Page 107: Info Lingkungan3

7 Gambar-3 BAGAN KONSULTASI KELAYAKAN RUTE JALAN (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Hasil Pra Kelayakan 2). Sesuai dengan

pedoman yang berlaku 3),4), 5), 6) Melalui media

rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7), 8), 9), 10, 11) Mengikuti Bagan

Pelaksanaan Penyusunan ANDAL

Mempelajari Koridor Jalan terpilih … … … (1)

Membuat Studi Kelayakan terhadap alternatif rute Jalan (2)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilaian AMDAL … … … .(11)

Melakukan konsultasi kelayakan terhadap alternatif rute jalan (3) Memberikan masukan

tentang keserasian program dan kepentingan spesifik daerah … . (4)

Melakukan studi lingkungan (apabila diperlukan) misal : studi ANDAL dan mengajukan ke komisi penilai untuk dinilai … … … … (7)

Menilai hasil studi A N D A L, R K L, R P L ..… (8)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : BPN/KEHUTANAN/DLL memeriksa kesesuaian Tata Guna Lahan........ (6)

Menetapkan Rute terpilih .....… … … (12)

Memberi masukan tentang areal sensitif, nilai lahan dll. (5)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilaian AMDAL … … ..(10)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilaian AMDAL … … (9)

Page 108: Info Lingkungan3

8 Gambar-4 BAGAN KONSULTASI PERENCANAAN TEKNIS JALAN (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Dokumen yang telah ditetapkan Komisi Penilai

2). Mengacu pada perencanaan jalan yang ramah lingkungan

3),4),5), 6) Melalui forum rapat yang dihadiri para wakil instansi terkait, dan wakil masyarakat terkena dampak

7) Sesuai pedoman penyusunan LARAP

8),9),10), 11) Melalui forum rapat yang dihadiri para wakil instansi terkait, dan wakil masyarakat terkena dampak

12). Disertai konsep SK untuk ditanda tangani oleh Bupati atau walikota

13). Dengan instansi terkait 14). Legalisasi dokumen

LARAP

Mempelajari Hasil Studi Kelayakan, dok.lingk. (apabila ada) mis : ANDAL, RKL & RPL dari rute terpilih (1)

Melaksanakan penjabaran rekomendasi studi lingk. mis : RKL, RPL dlm Perencanaan Teknis Jalan .… … … .(2)

Memberikan informasi detail tentang area sensitif m isal : m akam dll… .(5)

Melakukan konsultasi KOnsep Perencanaan T eknis Jalan … (3)

Memberikan masukan tentang pengendalian pemanfaatan ruang dll. … … . (4)

Membuat Konsep LARAP apabila diperlukan. … … .(7) Memberi masukan

tentang keterpaduan program implementasi LA R A P … … .. (9)

Finalisasi dokumen LARAP proyek Jalan .................(12)

Memberi masukan tentang data asset dan kondisi social ekonomi … … (10)

Memberi masukan tentang tata cara dan evaluasi monitoring . (8)

Koordinasi Rencana Pelaksanaaan (13)

Memberi masukan sesuai keterkaiannya misal : pengadaan tanah daerah pariw isata… ..(6)

Bupati/ Walikota mengesahkan Dokumen LARAP (14) Menetapkan Desain

Jalan .......... (15)

Memberi masukan tentang cara pelepasan hak, apabila lahan yg diperlukan milik suatu instansi (11)

Page 109: Info Lingkungan3

9 Gambar-5 BAGAN KONSULTASI PENGADAAN LAHAN (Tahap persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk Detailed Disain dan Laporan Panitia Pembebasan Tanah

2). Dilakukan forum musyawarah yang dikoordinasikan oleh Panitia Pengadaan Tanah dan dihadiri oleh para wakil instansi terkait, aparat desa atau kelurahan, LSM dan penduduk terkena dampak

3),4) Menyetujui dan mengesahkan rencana implementasi LARAP dll.

5). Pelajari detailnya pada pedoman pelaksanaan LARAP

6),7) Lihat Pedoman Pelaksanaan Monitoring

8) Mencakup kompensasi untuk lahan dan bangunan, bantuan pindahan, bantuan pelestarian rumah rumah tradisional

9) Sesuai ketentuan LARAP

10) Pelajari pedoman Evaluasi Pelaksanaan LARAP

Mempelajari Dokumen LA R A P … … … … … .(1)

Melakukan Konsultasi Persiapan Implementasi LARAP dalam forum m usyaw arah… .. (2)

Menerima Kompensasi, mengosongkan lahan dan hak/kewajiban lainnya sesuai LARAP … … . (8 )

P elaksanaan LA R A P … … … … … … … … … … .(5)

Melakukan Evaluasi Pelaksanaan LARAP ............... (10)

Menyepakati jadwal kompensasi dan cara pengosongan lahan serta alih kepemilikan dalam forum m usyaw arah … .(3)

Melakukan Monitoring & Evaluasi Pelaksanaan LA R A P … … … … … .. (6)

Melakukan Monitoring & Evaluasi Pelaksanaan LA R A P … … … … … … (7) Panitia pengadaan tanah

melakukan proses implementasi … … . (9 )

Mensepakati jadwal dan rencana cara pelaksana -an pengosongan lahan mis : tanah instansi lain, Listrik, PDAM, telpon. (4)

Page 110: Info Lingkungan3

10

Gambar-6 BAGAN KONSULTASI PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk jadwal

pengadaan tenaga kerja, peralatan dan bahan bangunan

2). Terutama kegiatan

kegiatan yang dapat menggangu kegiatan umum sehingga perlu diumumkan kepada masyarakat luas

3) 4) 5) 6). Melaksanakan kegiatan

sesuai kesepakatan dengan masy. Termasuk penyuluhan thd pera pekerja

7), 8), 9) Dijabarkan dari

dokumen RPL dan LARAP

10) Penyimpangan

terhadap hal-hal yang telah disepakati

11). Sesuai dengan

pedoman pelaporan konstruksi

Mempelajari Rencana dan jadwal Konstruksi … ......................… ..(1)

Menyiapkan Rencana Detail Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi .. ... (2)

Memberi masukan apabila ada gangguan … … … … … … … … … (9)

Melaksanakan Kegiatan Konstruks idan tindakan penanganan dampak … … … ..(6)

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi ..........................(11)

Melakukan monitoring … … … … … … … … .(7)

Melakukan monitoring … … … … … … … … … .(8)

Memberi masukan apabila ada penyimpangan dari rencana dan koordinasi pelaksanaan proyek (10)

Konsultasi Rencana Kegiatan konstruksi termasuk pemberitahuan hal-hal tabu dilokasi (3)

Menyepakati cara pelaksanaan pekerjaan termasuk kepada para pekerja / buruh… … (4)

Menyepakati cara pelaksanaan pekerjaan (5)

Page 111: Info Lingkungan3

11

Gambar-8 BAGAN KONSULTASI KEGIATAN EVALUASI PROYEK (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk komentar dan

masukan dari BAPEDALDA dan BAPEDA yang ditulis dalam laopran pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL

2). dan 3) Mencakup lokasi dan

lama pemantauan serta pelibatan masyarakat pada proses pemantauan

4), 5), dan 6) Mencakup lokasi

pengambilan data primer melalui wawancara, data sekunder (laporan harian kontraktor), metoda analisa dan evaluasi yang akan dipakai.

8). PBME (Project Benefit Monitoring & Evaluation)

9) Masukan mencakup

faktor lingkungan sosial ekonomi budaya dan teknis.

Mempelajari segala laporan monitoring … … … ...(1)

Melakukan Analisa Manfaat Proyek Jalan .......(2)

Konsultasi Konsep Analisa Manfaat Proyek Jalan & Jem batan… (3)

Menyusun Laporan PBME ............... (8)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek Lingkungan .......… … (4)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek pembangunan daerah ................................. (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek manfaat proyek bagi m asyarakat … ( 6)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek sektor terkait … ( 7)

Masukan untuk perencanaan sistem jaringan jalan … … . (9)

Page 112: Info Lingkungan3

12

Gambar-7 BAGAN KONSULTASI KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN (Pada Tahap Pasca Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

Mempelajari laporan perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan jalan … .. (1)

Melakukan monitoring terhadap tertib pemanfaatan jalan dan lahan sekitarnya ..(2)

Melakukan konsultasi tentang pemanfaatan jalan dan jembatan ..(3) Melakukan monitoring

lingkungan sesuai R P L/U P L … (4)

Melakukan koordinasi antar instansi agar jalan dimanfaatkan sesuai fungsinya, penggunaan lahan sekitar jalan sesuai tata ruang dsb. … ...(5)

Berpartisipasi dalam mencegah penyimpangan pemanfaatan jalan..(6)

Memberi masukan dan mengupayakan pencegahan penyimpangan sesuai keterkaitannya mis: adanya penyerobotan lahan damija, berkembanya lahan sekitar jalan yang tidak sesuai tata ruang ..(7)

Bekerja sama dengan instansi terkait agar bagian-bagian jalan/jbt dipergunakan sesuai fungsinnya … ...(8)

Tertib Pemanfaatan Jalan … (9)

Page 113: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN KONSULTASI RENCANA UMUM SISTEM JARINGAN JALAN (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk tata ruang, tata guna lahan, dan areal sensitive lainnya pada jaringan jalan tsb. serta lokasi masy. terasing

2). Areal sensitive mencakup daerah lindung, sesuai Keppres 32/1990, lokasi masy. terasing, dll.

3). Mengacu pada ketentuan2 yang ada a.l.: Kepmen LH 17/2001 dan KepMen Kimpraswil No.17/KPTS/ /M/2003

4). Dapat dilakukan pada forum rapat atau media lainnya

5). Termasuk masukan mekanisme AMDAL

6) Termasuk kesesuaian terhadap Renstra Pemda.

7) Termasuk cara-cara pelepasan hak pada pembebasan lahan

8) Mencakup sektor terkait, mis: sektor2 perhubungan, pertanian, industri, kehutanan, diknas, dll.

9) Catatan2 berupa indikasi masalah yang mungkin dihadapi pada saat pelaks. program mis: kebutuhan lahan, keberadaan masy.terasing, kawasan lindung, situs sejarah, dll.

Mempelajari Konsep Rencana Sistem Jaringan Jalan … ..… .(1)

Konsultasi konsep renc. jaringan yang telah dilengkapi seperti pada butir (2) serta konsep hasil penyaringan awal lingkungan… ..(4)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan yang dilengkapi catatan2

serta hasil penyaringan awal lingkungan .. (9)

Memberi masukan ttg. penerapan tata ruang, koordinasi program pemb. dan kebijakan daerah tentang pengadaan tanah dan penanganan masy. terasing… .. (6)

Memberi masukan tentang kawasan lindung dan sensitive, termasuk kondisi sosekbud masy. (termasuk masy.terasing), hak adat/ulayat, kawasan budaya, dll. .. (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : adanya program yang terkait (masy.terasing) beserta peraturannya, fungsi lahan dan peraturannya, program lainnya yang terkait. (8)

Menyusun konsep renc. jaringan jalan yang dilengkapi dengan perkiraan kasar kebutuhan lahan, lokasi areal sensitive… ..(2)

Melakukan penyaringan awal lingk. terhadap renc. jaringan … ..(3)

Memberi masukan ttg. persyaratan lingkungan daya dukung lingk. dan sosial serta tanggapan hasil penyaringan.. (5)

Page 114: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN KONSULTASI PEMILIHAN KORIDOR RUTE JALAN (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Berikut catatan2-nya sesuai hasil tahap sebelumnya

2) Yang dilengkapi data awal kebutuhan lahan, lokasi masy.terasing (bila ada), dll.

3) Dapat dilakukan melalui forum rapat atau media lainnya

4) Termasuk kriteria dampak penting

5) Termasuk masukan akan kebutuhan kualitas jalan : hotmix, macadam, jalan tanah

6) Termasuk hal/lokasi yang dianggap keramat/tabu

7) Termasuk program yang sedang dan akan berjalan

8) Setelah mempertimbangkan masukan-masukan yang diperoleh dari seluruh stakeholder

9) Didahului dengan pengumuman rencana kegiatan dan partisipasi masyarakat sesuai KepKa Bapedal No.08/2000

10) Untuk mendapatkan masukan dari stakeholder termasuk masyarakat yang akan terkena dampak (lihat prosedur AMDAL)

11) Dilakukan sampai dokumen disetujui

12) Digunakan untuk acuan oleh konsultan penyusun AMDAL

CATATAN : Apabila hanya UKL/UPL yang diperlukan, penyusunan KA oleh pemrakarsa (langkah 9 s/d 12 tidak ada)

Mempelajari Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Konsultasi pemilihan alternatif koridor rute jalan … ..(3)

Menyusun konsep KA-Studi Lingk. (ANDAL atau UKL/UPL) dan mengajukan ke Komisi Penilai untuk dinilai (apabila ANDAL)......(9)

Memberi masukan tentang sistem kepemilikan lahan dan kesediaan melepas, serta hal-hal yang dianggap sensitive oleh masyarakat setem pat … . .. (6)

Memberi masukan daerah sensitive, daya dukung lingkungan dan sosial pada alternatif koridor … … . (4)

Memberi masukan tentang keterpaduan program, koordinasi awal penanganan masyarakat terasing (bila ada), keterpaduan pengadaan lahan, dll. … ... (5)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : status lahan, hutan, pola kehidupan sosekbud masyarakat (terasing), dll. ..... (7)

Memperbaiki dok. KA-ANDAL sesuai hasil rapat komisi dan mengajukan lagi ke Komisi Penilai ..... (11)

Membuat alternatif koridor jalan … . (2)

Menetapkan koridor rute jalan terpilih … . (8)

Mengadakan rapat Komisi Penilai AMDAL untuk menilai konsep KA-ANDAL … . (10)

Menetapkan dokumen KA-ANDAL … . (12)

Page 115: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN KONSULTASI KELAYAKAN RUTE JALAN (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Mengacu pada hasil pra-kelayakan

2) Survai dasar sosial unuk mengetahui secara kasar kondisi dan dampak terhadap sosekbud

3) Spesifik pada alternatif rute jalan 4) Kepentingan spesifik daerah

perlu dituangkan dalam suatu keputusan atau Perda

5) Dapat dilakukan pada saat survai dasar sosial dan/atau pada forum rapat

6) Termasuk segala peraturan dan pengaturannya

7) Berdasarkan KA-ANDAL yang telah disetujui serta hasil survai dasar sosial

8) Untuk mendapatkan masukan dari seluruh stakeholder termasuk masy. yang akan terkena dampak (lihat prosedur AMDAL)

9) Dilakukan sampai dokumen disetujui

10) RKL/RPL digunakan sebagai acuan desain teknis

11) Dilengkapai catatan2 cara penanganan masy.terasing (bila ada) pengadaan tanah serta rekomendasi AMDAL

CATATAN: Apabila hanya UKL/UPL yang diperlukan, penyusunan dok. oleh pemrakarsa dan persetujuan oleh KaDinas setelah mendapat masukan dari Bapedalda (langkah 7 s/d 10 tidak ada)

Mempelajari koridor terpilih dan membuat studi kelayakan thd alternatif rute jalan (1)

Melakukan konsultasi kelayakan alternatif rute jalan (setelah didahului dengan survai dasar sosial … … (2)

Memberi masukan tentang sistem kepemilikan lahan, taksiran harga, sistem nilai budaya masy. (terasing) dan pendekatan penanganan, kesediaan dan keberatan pengadaan tanah dll. … .. .(5)

Menyusun konsep dok. AMDAL (bila perlu) dan mengajukan ke Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai...... (7)

Memberi masukan tentang kesesuaian program pemb., kepentingan spesifik daerah serta koordinasi awal rencana pengadaan tanah dan penanganan masy. terasing (bila ada).....(4)

Menetapkan Rute T erpilih … … . (11)

Memberi masukan tentang dampak dan daya dukung lingkungan dan sosial ..… (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : pengadaan tanah, pelepasan hak, kesesuaian tata guna lahan, mobilitas masy. terasing, situs dan benda cagar budaya yang harus dilindungi, dll. … ..(6)

Mengadakan rapat Komisi Penilai AMDAL untuk memeriksa konsep dok. A M D A L.… (8)

Memperbaiki konsep dok. AMDAL sesuai hasil rapat komisi dan mengajukan kembali ke Komisi Penilai .. (9) Menetapkan dokumen.

A M D A L.… (10)

Page 116: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN KONSULTASI PERENCANAAN TEKNIS JALAN (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Termasuk hasil studi lingkungan

penyusunan konsep desain didahului dengan survai lapangan/rincikan dan memperhatikan rekomendasi RKL/UKL

2) Besarnya tim tergantung dari besar kecilnya pembebasan lahan, dan dilakukan secara sensus

3) Mengacu dokumen lingkungan yang telah disetujui

4) Termasuk kepentingan spesifik daerah

5) Dilakukan untuk seluruh penduduk yang terkena dampak kegiatan jalan dan penduduk di lokasi pemukiman kembali

6) Sesuai peraturan yang berlaku 7) Setelah memperhatikan masukan2

dari instansi terkait 8) Termasuk cara2 monitoring 9) Pengendalian pemanfaatan ruang

dimaksudkan menjaga penggunaan lahan sesuai tata ruang

10) 11) Konsep LARAP perlu disepakati oleh masy.(khususnya yang terkena dampak) dan instansi terkait sebelum disahkan

12) Menampung masukan dari seluruh stakeholder

13) Sesuai kewenangannya 14) Desain yang telah

mempertimbangkan aspek teknis, ekonomik, lingk. dan sosekbud

CATATAN : LARAP mencakup rencana tindak penanganan masyarakat terasing

Mempelajari hasil studi kelayakan beserta catatannya, dan membuat konsep desain teknis jalan… (1)

Memberi masukan detail ttg kondisi sosekbud, data aset, kepemilikan lahan, rehabilitasi ekonomi, sistem kekerabatan masy. terasing dan cara pelepasan hak, termasuk konpensasi dan pemukiman kembali ...... (5)

Melakukan survey sosial ekonomi dan menyusun konsep LA R A P … … (2)

Membantu dalam koordinasi pelaksanaan survai dan memberi masukan program daerah tentang pengadaan tanah dan masy. terasing ..(4)

Konsultasi konsep desain teknis dan konsep LA R A P … ..(7)

Memberi masukan tentang indikator sosekbud … (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya, misal : tentang harga lahan, dan aset lainnya, cara pelepasan hak bila lahan milik instansi, koordinasi dalam rehabilitasi ekonomi masyarakat, koordinasi penanganan masyarakat terasing .. (6)

Finalisasi dokumen Desain Teknis dan dokumen LARAP. (11)

Memberi masukan tentang kepentingan daerah, mis: lansekap, median, dll. serta keterpaduan program implementasi LARAP, dan pengendalian pemanfaatan ruang … … (9)

Memberikan tanggapan terhadap konsep-konsep tersebut dan memberikan kesepakatan … (10)

Memberikan tanggapan sesuai keterkaitannya, mis: penanganan utilitas yang terkena pengadaan tanah, penanganan masyarakat terasing, untuk kemudian memberikan kesepakatan (khusus LA R A P ) … .. (11)

Memberikan masukan hal-hal yang terkait dengan rekomendasi RKL/UKL pelaksanaan … (8)

Menetapkan Desain Teknis Jalan. (14)

Instansi terkait (Bupati/ Walikota/Gubernur) menetapkan LARAP ..(13)

Page 117: Info Lingkungan3

Gambar-5 BAGAN KONSULTASI PENGADAAN LAHAN (Pada Tahap Persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Mengacu pada dokumen2 yang telah disetujui

2) Dapat dilaksanakan berkali-kali

3) Termasuk didalamnya pembebasan lahan, penanganan masy. terasing, rehabiltasi ekonomi masyarakat, dan pemukiman kembali

4) Termasuk dilakukan terhadap penduduk di lokasi pemukiman kembali (bila ada)

5) Termasuk keterlibatan sektor transmigrasi bila ada pemukiman kembali

6) Termasuk pembebasan lahan, penanganan masy. terasing dan pemukiman kembali

7) Sesuai yang tercantum dalam dokumen lingkungan

8) Baik instansi pusat maupun daerah (propinsi, kab dan kota)

9) Termasuk bantuan bagi penduduk di lokasi pemukiman kembali

10) Termasuk proses pensertifikatan tanah

11) Sebagai acuan untuk evaluasi

Mempelajari dokumen LARAP termasuk penanganan masy. terasing … ..(1)

Melakukan Konsultasi Pelaksanaan LARAP (termasuk penanganan masy. terasing) dan/atau musyawarah serta mufakat....(2)

Melaksanakan LARAP ..... (6)

Memberi masukan dan menyepakati jadwal, besaran konpensasi, cara pengosongan lahan, alih kepemilikan, rehabilitasi ekonomi, penanganan masy. terasing dan pemukiman kembali ..(4)

Membuat laporan pelaksanaan LARAP … … . ( 11)

Membantu sesuai keterkaitannya misal : Panitia pengadaan tanah yg memimpin musyawarah & mufakat, kesepakatan pelepasan hak dari instansi terkait, dan terhadap utilitas yang terkena dampak ..... (5)

Melakukan koordinasi pelaksanaan LARAP. (3)

Melakukan monitoring ..... (7)

Berpartisipasi dalam pelaksanaan LARAP menerima konpensasi, melepaskan hak, dll. seperti tercantum dalam kesepakatan .... (9)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya misal : Panitia pengadaan tanah menyaksikan pembayaran konpensasi, instansi terkait membantu memindahkan utilitas dll. ..... (10)

Membantu pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait. … .. (8)

Page 118: Info Lingkungan3

Gambar-6 BAGAN KONSULTASI PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Mengacu pada kontrak pekerjaan

jalan dan pada dokumen LARAP 2) Setelah menyiapkan rencana detail

kegiatan konstruksi serta jadwal terutama kegiatan yang dapat mengganggu publik

3) Termasuk briefing kepada para pekerja luar tentang adat istiadat setempat

4) Misalnya: dengan DLLAJ & POLRI untuk mengurangi kemacetan, dengan PLN, PDAM, Telkom untuk mencegah kerusakan utilitas

5) Sesuai dok. desain & rekomendasi pengelolaan lingkungan

6) 7) Sesuai tugas pokoknya 8) Perlu ada mekanisme penyampaian

komplain 9) Termasuk masukan akan adanya

penyimpangan dari yang telah disepakati

10) Sebagai acuan evaluasi 11) Didahului dengan penjelasan ttg

kesepakatan dalam LARAP 12) Dijabarkan dari dokumen penge-

lolaan lingkungan dan LARAP 13) Termasuk pendanaan 14) Masukan juga meliputi kesulitan2

alih profesi, kecemburuan penduduk di lokasi pemukiman kembali

15) Termasuk bantuan pendampingan secara mental-spiritual

16) Yang telah disesuaikan terhadap konsultasi

17) 18) Sesuai tugas pokoknya 19) Sesuai kesepakatan 20) Termasuk bantuan pendampingan

secara teknis 21) Sebagai acuan evaluasi.

Mempelajari rencana dan jadwal konstruksi serta rencana rehabiltasi ekonomi masy. terkena dampak . (1)

Melakukan konsultasi renc. kegiatan konstruksi .. (2)

Menerima dan melaksana- kan program rehabilitasi … … (19)

Menyusun laporan pelaks. konstruksi (10)

Membuat laporan pelaksanaan program rehabilitasi… ..(21)

Melakukan monitoring ..(17) M elakukan m onitoring… .(18)

Memberi masukan tentang indikator m onitoring … ..(12)

Memahami dan mempersiapkan diri serta memberi masukan demi kelancaran program … (14)

Melakukan koordinasi keterpaduan program (13)

Membantu/melaksanaan sesuai keterkaitannya mis: pelaksanaantraining, pemberian fasilitas, dll. (20)

Membantu/melaksanakan sesuai keterkaitannya mis: briefing untuk persiapan training, tentang tujuan dan cara pemberdayaan .. (15)

Menyepakati cara pelaksanaan pekerjaan, termasuk keberadaan para pekerja .. (3)

Memberi masukan lalu kesepakatan cara pelaksanaan pekerjaan sesuai keterkaitannya .. (4)

Melaksanakan kegiatan konstruksi dan tindakan pencegahan dampak (5) Melakukan monitoring ..(6) Melakukan monitoring ...(7) Memberi masukan apabila

ada gangguan… ..(8) Memberi masukan dan bekerja sama dalam kegiatan konstruksi sesuai keterkaitannya … ..(6)

Melakukan konsultasi dan persiapan rehab. ekonomi m asy.(terasing) … … .(11)

Melaksanakan program rehabilitasi … ..(16)

Page 119: Info Lingkungan3

Gambar-7 BAGAN KONSULTASI KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN (Pada Tahap Pasca Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Termasuk laporan pelaks. pena-nganan masy. terasing (bila ada)

2) Penyusunan konsep monitoring melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Monitoring termasuk aspek lingkungan selain sosekbud

4) Disamping memberi masukan juga dapat melakukan monitoring langsung

5) Masukan dapat berupa informasi mengenai kesesuaian antara program dan pelaksanaan

6) Disamping memberi masukan juga dapat melakukan monitoring langsung

7) Yang dimaksud adalah apakah bagian2 jalan sudah dimanfaatkan sesuai fungsinya dan apakah ada perubahan penggunaan lahan sekitar jalan yang tidak sesuai tata ruang

8) Dapat dilakukan berkali-kali 9) Sesuai tugas pokoknya 10) Penyimpangan a.l.: trotoir untuk PKL

(Pedagang Kaki Lima), badan jalan untuk berdagang, dll.

11) Masukan dapat digunakan untuk merevisi program

12) Termasuk di lokasi pemukiman kembali

13) Mencakup tertib pemanfaatan jalan, hasil LARAP dan rehabilitasi

14) Baik aspek teknis (jalan) maupun lingkungan dan sosekbud.

Mempelajari laporan2

pelaksanaan kegiatan konstruksi, LARAP dan rehabilitasi … ..(1)

Konsultasi rencana monitoring sosekbud pelaksanaan LARAP dan rehabilitasi....(2)

Konsultasi hasil monitoring..... (8)

Memberi masukan aspek sosekbud masy. (terasing) khususnya yang terkena dampak, termasuk aspek warisan budaya ..(5)

Melakukan tindak lanjut, bekerja sama dg instansi terkait untuk memperbaiki penyimpangan2 .. ( 14)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal: indikator keberhasilan program rehabilitasi melakukan monitoring sesuai keterkaitannya (6)

Memberi masukan terhadap kualitas koordinasi antar sektor & keterpaduan program (4)

Memberi masukan..... (9) Memberi masukan kondisi sosekbud pasca kegiatan LARAP dan rehabilitasi. Berpartisipasi dalam menjaga tertib pemanfaatan jalan (11)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal: apakah program pendampingan masih diperlukan, adanya penyerobotan lahan damija, apakah ada konflik/ kesenjangan antar kelompok m asyarakat … .. (12)

Memberi masukan dan mengambil tindakan yang diperlukan, mis: koordinasi tertib pemanfaatan jalan, pengembangan lahan sesuai tata ruang.. (10)

Melakukan monitoring sesuai RPL/UPL .. (3)

Melakukan monitoring tertib pemanfaatan jalan dan bangunan pelengkapnya serta lahan sekitar jalan....(7)

Menyusun laporan monitoring..... (13)

Page 120: Info Lingkungan3

Gambar-8 BAGAN KONSULTASI KEGIATAN EVALUASI PROYEK (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Mencakup kegiatan pekerjaan

jalan, LARAP dan rehabilitasi 2) Berdasarkan hasil monitoring,

apakah tujuan proyek tercapai 3) Dapat dilakukan bersamaan

dengan proyek (jalan) lainnya dalam suatu daerah/kawasan

4) Aspek lingkungan mencakup phisik, biologi (flora dan fauna), geologi /geographic, kimiawi serta sosial ekonomi dan sosial budaya

5) Pembangunan daerah secara konprehensif yang menyangkut semua sektor

6) Wakil masyarakat/LSM dapat meyampaikan hasil pantauannya tentang kondisi sosekbud

7) Sektor lain dapat memanfaatkan forum ini untuk mengevaluasi programnya

8) PBME (Project Benefit Monitoring and Evaluation)

9) Untuk digunakan dimasa yang akan datang, yaitu mencakup faktor teknis, ekonomik/finansial, lingkungan dan sosekbud.

Mempelajari semua laporan2 monitroing..(1)

Menganalisa manfaat proyek beserta dampaknya ....(2)

Memberi masukan kondisi sosekbud masyarakat (terasing) setelah selesai proyek … … . (6)

Menyusun dan menetapkan kriteria perencanaan .. ( 9)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : tata ruang, penggunaan lahan, pelatihan alih profesi, nilai lahan, dll … .. (7)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelembagaan dalam hal pembangunan daerah (5)

Memberi masukan aspek lingkungan .. (4)

Konsultasi konsep Evaluasi Manfaat Proyek .... (3)

Menyusun laporan PBME ..... (8)

Page 121: Info Lingkungan3

1 Gambar-1 BAGAN PELAKSANAAN PENYARINGAN LINGKUNGAN (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan )

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Mencakup Tata guna lahan

diperoleh dari Departemen Kehutanan, BPN dan dari sumber lainnya

2). Termasuk koordinasi

dengan instansi terkait 3). Perhatikan bagan alir

proses penyaringan (diagram A-1) dan pelajari Pedoman Penyaringan yang ada.

4). 5) Catat hasilnya dalam

risalah rapat 6) Daftar proyek yang wajib

pengelolaan lingkungan menggunakan formulir A-1

Mempelajari Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan dan mengidentifikasi penggunaan lahan pada dan sekitar rencana koridor jaringan jalan, khususnya areal sensitive … ..… .(1)

Melakukan penyaringan AMDAL dan UKL/UPL serta S O P … ..(3)

Menetapkan hasil penyaringan berupa Daftar Proyek Wajib Pengelolaan Lingkungan .. ... (6)

Memberi tanggapan dan saran dalam rangka menampung unpan balik … . .. (5)

Memberi masukan tentang Rencana Penataan Ruang Wilayah Propinsi, Kabupaten dan Kota serta Penerapan P eta P adu S erasi … (2)

Melakukan diskusi / konsultasi hasil penyaringan dengan BAPEDALDA … ... (4)

Page 122: Info Lingkungan3

2 Gambar-2 BAGAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN KA-ANDAL (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Sesuai PP AMDAL 2). Mengacu pada Kep Ka

Bapedalda No.08/2000 3) Sesuai saran apakah

melalui media cetak maupun media elektronik

4) Tanggapan disampaikan

secara tertulis dalam jangka waktu satu bulan, terhitung sejak tanggal pengumuman

5) Mengacu pada Pedoman

Konsultasi Masyarakat dan Kep.Ka Bapedal No. 08/2000

6) Gunakan pedoman

penyusunan KA-ANDAL

7), 8), 9), 10) Risalah rapat menggunakan formulir A-2 Masukan peserta rapat menggunakan formulir A-3

11) Dilakukan sampai dokumen

disetujui 12) Sebagai acuan penilaian

ANDAL

Memberitahukan rencana penyusunan dokumen AMDAL . (1)

Mengumumkan rencana kegiatan proyek… ..(3)

Menyusun konsep KA-ANDAL dan mengajukan ke Komisi Penilai untuk dinilai.. (6)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberi masukan .. (7)

Menyepakati jadwal waktu dan isi pengumuman rencana kegiatan proyek … . (2)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberikan masukan.. (8)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberi masukan (dari institusi terkait mis: kehutanan, Dikbud, Sosial) ..... (10)

Memperbaiki dokumen KA-ANDAL sesuai dengan tanggapan komisi dan mengajukan lagi ke Komisi Penilai … ..(11)

Mengadakan rapat Komisi Penilai AMDAL untuk menilai konsep KA-ANDAL … … … . (7)

Melaksanakan konsultasi M asy.… ..(5)

Memberikan tanggapan terhadap rencana kegiatan proyek … . (4)

Menetapkan dokumen KA-ANDAL ........ .. (12)

Page 123: Info Lingkungan3

3 Gambar-3 BAGAN PELAKSANAAN STUDI AMDAL (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Lampiran SK Penetapan

KA-ANDAL termasuk lampiran dokumennya.

2). Gunakan pedoman penyusunan ANDAL, RKL dan RPL

3). Lengkapi dengan surat pengantar dan tanda terima dokumen.

4) Risalah rapat menggunakan formulir A-2

5) 6), 7) Masukan peserta rapat menggunakan formulir A-3

8) Dilakukan sampai dokumen disetujui

9) Sebagai acuan untuk desain dan pelaksanaan

Mempelajari KA ANDAL yang telah ditetapkan … … … (1)

Melaksanakan Studi A N D A L … … (2)

Menghadiri rapat komisi dan memberikan masukan tentang penanganan dam pak lingkungan … .(6)

Memperbaiki konsep dokumen AMDAL sesuai dengan tanggapan komisi dan mengajukan kembali ke K om isi P enilai … (8)

Menghadiri rapat dan memberikan masukan untuk perbaikan dokumen ...........(4)

Mengadakan rapat komisi penilai AMDAL untuk menilai & menetapkan kelayakan lingkungan … … . (4)

Mengirimkan hasil studi ANDAL ke Komisi Penilai untuk dinilai … … . (3)

Menghadiri rapat komisi dan memberikan masukan tentang penanganan dampak lingkungan sesuai keterkaitannya … .(7)

Menetapkan dokumen A M D A L … … . (9)

Page 124: Info Lingkungan3

4 Gambar-4 BAGAN PENJABARAN HASIL STUDI ANDAL, RKL DAN RPL (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Termasuk mengkaji ulang

(mereview)

2) Dibantu ahli lingkungan apabila diperlukan

3) 4) 5) Dapat dilakukan dalam forum rapat atau lainnya

6) Sebaiknya ada ahli lingkungan dalam tim perencana

7) Sebanyak mungkin dituangkan dalam desain, sedangkan dampak sosial yang tidak dapat dituangkan dalam desain, merupakan lampiran desain untuk diperhatikan pada saat tender

8) Output yang diharapkan

Mempelajari hasil studi ANDAL, RKL dan RPL … ..… (1)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran ....... (4)

Menginventarisasi rekomendasi penanganan dampak pada dokumen RKL & R P L … … (2)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran sesuai kebijakan pembangunan daerah mis.: median, lansekap … … … . (3)

Memberi penjelasan kepada tim perencana teknis tentang sasaran penanganan dampak pada RKL & RPL ....(6)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran sesuai keterkaitannya mis.: penanganan utilitas yang terkena............ (5)

Melaksnakan penjabaran hasil studi ANDAL, RKL dan RPL pada perenc.teknis.. (7)

Desain jalan yang telah mempertimbangkan faktor lingkungan.. (8)

Page 125: Info Lingkungan3

PEDOMAN

Perencanaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

011/PW/2004

Buku 2

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAH

Page 126: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

i

PRAKATA

Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini adalah hasil

pemutakhiran dan pemantapan pedoman-pedoman yang telah ada (ISEM, SESIM, dan

lain-lain) sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan bidang lingkungan hidup

serta peraturan-peraturan lain terkait yang berlaku.

Pedoman ini disusun dengan maksud agar semua pihak yang bertanggungjawab atau

terkait dalam pembangunan jalan dan jembatan semakin mudah melaksanakan

penanganan dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat kegiatan pembangunan

tersebut, sehingga terwujud proses pembangunan jalan dan jembatan yang

berwawasan lingkungan.

Pedoman ini hanya mencakup petunjuk perencanaan penanganan dampak lingkungan

yang harus diterapkan dalam proses perencanaan jalan dan jembatan. Walaupun

pada tahap perencanaan belum ada kegiatan fisik yang mengakibatkan terjadinya

dampak terhadap lingkungan di lapangan, namun seyogianya upaya pencegahan dan

rencana penanganannya telah dipertimbangkan sedini mungkin.

Pedoman ini dijabarkan dari peraturan perundangan yang bersifat nasional, namun

dapat dijumpai di beberapa daerah (baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota)

ketentuan-ketentuan yang lebih ketat, khususnya bila sudah diperdakan.

Secara garis besar, isi pedoman ini memberikan petunjuk tentang penerapan

pertimbangan lingkungan pada proses perencanaan jaringan jalan, yang meliputi

ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan tentang:

a) sistem jaringan jalan yang berwawasan lingkungan;

b) studi kelayakan lingkungan melalui proses AMDAL atau UKL dan UPL;

c) desain dan spesifikasi teknis pengelolaan lingkungan hidup.

Page 127: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

ii

Ketentuan-ketentuan yang lebih rinci baik yang bersifat normatif maupun informatif

tentang cara pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang berkaitan dengan ketiga

hal tersebut di atas, dapat dilihat pada lampiran.

Buku pedoman ini merupakan salah satu bagian dari kumpulan Pedoman Pengelolan

Lingkungan Hidup Bidang Jalan yang sedang disusun, yang terdiri dari empat buku,

yaitu:

Buku 1 : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

Buku 2 : Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

Buku 3 : Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan; dan

Buku 4 : Pedoman Monitoring Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Buku pedoman ini dilengkapi dengan beberapa lampiran baik yang bersifat normatif

maupun informatif, yang memberikan tambahan penjelasan secara rinci tentang

prosedur atau cara pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu.

Jakarta, November 2002

Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah

Page 128: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

iii

DAFTAR ISI

Prakata i

Daftar Isi iii

Daftar Gambar v

Daftar Tabel v

Daftar Lampiran vi

1 Ruang Lingkup 1

2 Acuan Normatif 1

3 Istilah dan Definisi 2

4 Aspek-aspek Perencanaan Pengelolaan Lingkungan 4

4.1 Perencanaan Sistem Jaringan Jalan Yang Berwawasan Lingkungan 4 4.1.1 Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang 4 4.1.2 Pencegahan Dampak Lingkungan Sedini Mungkin 4 4.1.3 Dampak Sosial dan Konsultasi Masyarakat 8 4.1.4 Penyaringan Lingkungan 8

4.2 Perencanaan Pembangunan Jalan Yang Layak Lingkungan 16 4.2.1 Pra Studi Kelayakan 16 4.2.2 Pengadaan Tanah 17 4.2.3 AMDAL Sebagai Bagian Dari Studi Kelayakan 17 4.2.4 Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL 18 4.2.5 Penyusunan Kerangka Acuan UKL dan UPL 23 4.2.6 Pelaksanaan Studi ANDAL 23 4.2.7 Penilaian dokumen AMDAL 27 4.2.8 Penyusunan Dokumen UKL dan UPL 27

4.3 Desain dan Spesifikasi Teknis Pengelolaan Lingkungan 28 4.3.1 Rekomendasi RKL dan RPL atau UKL dan UPL 28 4.3.2 Pembuatan Desain dan Spesifikasi Teknis Yang Memasukkan

Pertimbangan Lingkungan 31 4.3.3 Pencantuman Persyaratan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Dalam Dokumen Tender dan Dokumen Kontrak 33

4.4 Penyusunan Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali 33

4.4.1 Maksud dan Tujuan 33 4.4.2 Langkah-langkah Kegiatan 33 4.4.3 Survey Sosial-Ekonomi 33 4.4.4 Inventarisasi Tanah dan Aset di Atasnya 34 4.4.5 Konsultasi Masyarakat 34 4.4.6 Rencana Pemukiman Kembali 34 4.4.7 Jadwal Pelaksanaan 35 4.4.8 Pembiayaan 35 4.4.9 Koordinasi 35

Page 129: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

iv

5 Dokumentasi 35 5.1 Jenis Dokumen 35 5.2 Hasil Penyaringan AMDAL 35 5.3 Dokumen Konsultasi Masyarakat 36

5.4 Dokumen AMDAL 37

5.4.1 Kerangka Acuan ANDAL 37 5.4.2 Dokumen ANDAL, RKL dan RPL 37 5.4.3 Kadaluwarsa dan Batalnya Dokumen ANDAL, RKL dan RPL 38 5.4.4 Keterbukaan Informasi Tentang AMDAL 39

5.5 Dokumen UKL dan UPL 39 5.6 Dokumen LARAP 39

6 Pembiayaan 40

6.1 Biaya Penyaringan Proyek Yang Wajib Dilengkapi AMDAL atau UKL / UPL 40

6.2 Biaya Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL 40 6.3 Biaya Studi ANDAL atau UKL dan UPL 42 6.4 Biaya Penjabaran RKL/RPL atau UKL/UPL pada tahap Perencanaan

Teknis 43 6.5 Biaya Penyusunan LARAP 44 6.6 Pengajuan Usulan Biaya 44

7 Koordinasi Antar Instansi Terkait 45

7.1 Pemrakarsa 45 7.2 Bapedalda 46 7.3 Bappeda 47 7.4 Masyarakat 47 7.5 Instansi (Stakeholder) Lainnya 48 7.6 Komisi Penilai AMDAL 48 7.7 Bagan Koordinasi Antar Instansi Terkait 49

8 Penutup 50

Page 130: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

v

Daftar Gambar

Gambar 4.1 Peta atau foto udara sebagai media untuk identifikasi dan

analisis rona lingkungan hidup … … … … … … … … … … … .… … … … … .. 7

G am bar 4.2 Prosedur Penyaringan Proyek Jalan Yang W ajib A M D A L … … … . 14

G am bar 4.3 C ontoh Penerapan SO P … … … … … … … … … … … … … … … … ............ 15

Gambar 4.4 Bagan Prosedur Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL 22

G am bar 4.5 Prosedur Penilaian dan Persetujuan D okum en A M D A L … … … .... 29

Gambar 4.6 Prosedur Penetapan dokumen UKL dan U PL … … … … … … … ....... 30

G am bar 4.7 N oise B arrier dan T em pat Penyeberangan Satw a Liar .… … … .. 32

Daftar Tabel

Tabel 4.1 Jenis Rencana Kegiatan Proyek Jalan Yang Wajib Dilengkapi

dengan A M D A L … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ............... 11

Tabel 4.2 Kriteria Proyek Jalan yang Wajib Dilengkapi UKL dan UPL ......... 12

Page 131: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

vi

Daftar Lampiran

Lampiran A: Pedoman Teknis Pemilihan Rute Jalan

Lampiran B: Pedoman Teknis Konsultasi Masyarakat

Lampiran C: Pedoman Teknis Penyaringan Rencana Kegiatan Pembangunan Jalan

yang Wajib Dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL

Lampiran D: Pedoman Teknis Pengadaan Tanah untuk Bidang Jalan

Lampiran E: Pedoman Teknis Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL Bidang Jalan

Lampiran F: Pedoman Teknis Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL Bidang Jalan

Lampiran G: Pedoman Teknis Analisis Dampak Sosial Bidang Jalan

Lampiran H: Pedoman Teknis Penilaian Dokumen AMDAL Bidang Jalan

Lampiran I: Pedoman Teknis Penyusunan Dokumen UKL dan UPL Bidang Jalan

Lampiran J: Pedoman Teknis Penjabaran RKL dan RPL atau UKL dan UPL Bidang

Jalan

Lampiran K: Pedoman Teknis Perencanaan Lansekap Jalan

Lampiran L: Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengadaan Tanah

dan Pemukiman Kembali untuk Bidang Jalan

Lampiran M: Bagan Koordinasi Antar Instansi Terkait dalam Pelaksanaan Kajian

Lingkungan Bidang Jalan

Lampiran N: Bagan Koordinasi Antar Instansi Terkait dalam Perencanaan

Pengadaan Tanah untuk Bidang Jalan

Lampiran O: Bagan Koordinasi antar Instansi Terkait dalam Perencanaan

Penanganan Masyarakat Terasing untuk Bidang Jalan

Lampiran P: Daftar Acuan Peraturan dan Perundang-undangan

Page 132: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1

PEDOMAN PERENCANAAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1. Ruang Lingkup

Pedoman ini memberikan petunjuk dan penjelasan berupa ketentuan-ketentuan tentang

perencanaan pengelolaan lingkungan hidup yang diperlukan dalam penyelenggaraan

kegiatan pembangunan jalan dan jembatan. Pengelolaan lingkungan tersebut mencakup

penerapan pertimbangan lingkungan mulai dari tahap perencanaan umum sampai ke

tahap perencanaan teknis, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku.

Pedoman ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai rujukan dan pegangan bagi para

petugas yang bertanggungjawab atau terlibat dalam perencanaan pembangunan jalan

dan jembatan baik di tingkat pusat, propinsi, maupun kabupaten / kota, untuk

memudahkan pelaksanaan tugasnya dalam penanganan dampak lingkungan yang

mungkin terjadi.

Adapun tujuannya adalah agar proses pembangunan jalan dan jembatan dapat

dilaksanakan secara optimal tanpa mengakibatkan dampak negatif yang berarti, sehingga

terwujud jaringan jalan yang ramah lingkungan.

Ketentuan-ketentuan dalam pedoman ini secara garis besar meliputi:

• Penyusunan sistem jaringan jalan yang berwawasan lingkungan;

• Studi kelayakan kegiatan pembangunan jalan yang memasukkan pertimbangan

lingkungan melalui proses AMDAL atau UKL dan UPL;

• Pembuatan desain dan/atau spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi yang

memasukkan pertimbangan lingkungan.

2. Acuan Normatif Pedoman ini menggunakan acuan peraturan dan perundang-undangan tentang

lingkungan hidup, khususnya tentang AMDAL dan peraturan-peraturan lain yang terkait,

antara lain:

Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Page 133: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

2

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup;

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan

Penilaian Dokumen AMDAL

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis

Rencana Usaha dan / atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

Keputusan Menteri Kimpraswil No.17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Kegiatan

Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan UKL dan UPL;

Keputusan Kepala Bapedal No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL

Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Daftar acuan peraturan perundang-undangan selengkapnya tercantum pada Lampiran P.

3. Istilah dan Definisi 3.1 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan

tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan;

3.2 Dampak besar dan penting perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha

dan / atau kegiatan;

3.3 Kerangka Acuan ANDAL

ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

pelingkupan;

3.4 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana

usaha dan / atau kegiatan;

Page 134: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3

3.5 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang

ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan / atau kegiatan;

3.6 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting

akibat dari rencana usaha dan / atau kegiatan;

3.7 Pemrakarsa orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan / atau

kegiatan yang akan dilaksanakan;

3.8 Komisi penilai komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL dengan pengertian di tingkat pusat adalah

komisi penilai pusat, dan di tingkat daerah adalah komisi penilai daerah;

3.9 Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup berbagai tindakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang wajib

dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka pengendalian dampak lingkungan sesuai

dengan standar-standar pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;

3.10 Masyarakat terkena dampak masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan,

terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan

mengalami kerugian.

3.11 Masyarakat pemerhati masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan,

tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana usaha/kegiatan tersebut, maupun dampak-

dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

Page 135: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

4

4. Aspek - Aspek Perencanaan Pengelolaan Lingkungan 4.1 Perencanaan Sistem Jaringan Jalan Yang Berwawasan Lingkungan 4.1.1 Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang Perencanaan sistem jaringan jalan, yang dilaksanakan pada tahap perencanaan umum,

merupakan titik awal siklus proyek pembangunan jalan dan jembatan. Pada tahap ini,

alternatif-alternatif rencana awal koridor pembangunan jalan dipilih berdasarkan data

sekunder seperti berbagai data statistik dan peta-peta tematik, serta hasil survai lapangan

secara global, bila diperlukan.

Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan koridor jalan harus sesuai

dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik rencana tata

ruang wilayah (RTRW) nasional, propinsi, atau kabupaten / kota, maupun tata ruang

kawasan. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan tujuan penataan ruang yang berwawasan

lingkungan.

4.1.2 Pencegahan Dampak Lingkungan Sedini Mungkin

Walaupun pada tahap perencanaan umum ini belum ada kegiatan fisik yang dapat

menimbulkan perubahan lingkungan hidup, penerapan pertimbangan lingkungan dalam

pemilihaan rute jalan harus dilakukan untuk mencegah dampak negatif yang mungkin

terjadi sedini mungkin.

Pada tahap awal perencanaan perlu diidentifikasi berbagai faktor lingkungan yang dapat

menimbulkan kendala untuk pembangunan jalur jalan yang direncanakan, khususnya

komponen-komponen lingkungan di sekitar lokasi rencana koridor jalan, yang sangat

sensitif terhadap perubahan terutama kawasan lindung yang terdiri dari (lihat Kotak 4.1):

a) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

b) Kawasan perlindungan setempat;

c) Kawasan suaka alam dan cagar budaya;

d) Kawasan rawan bencana alam.

Di samping kawasan lindung yang telah ditetapkan dengan peraturan dan perundang-

undangan, perlu diidentifikasi juga areal sensitif lainnya, antara lain:

areal permukiman padat penduduk;

Page 136: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

5

areal dengan kemiringan lereng terjal;

areal yang kondisi tanahnya tidak stabil;

lahan pertanian produktif;

areal berpanorama indah;

permukiman masyarakat terasing (masyarakat adat).

Areal sensitif dapat diidentifikasi dari peta topografi dan berbagai peta tematik seperti

peta geologi, penggunaan lahan, serta foto udara atau citra satelit, (lihat Gambar 4.1).

Hasil identifikasi disajikan dalam bentuk peta “kendala lingkungan” untuk bahan

pertimbangan dalam pemilihan rencana rute jalan, yang sedapat mungkin tidak melalui

areal sensitif.

Petunjuk rinci tentang pemilihan rute jalan tercantum pada Lampiran A, yang mencakup:

a) pengertian tentang nilai lingkungan hidup;

b) pengaruh pembangunan jalan terhadap lingkungan hidup;

c) jenis-jenis data yang diperlukan untuk pemilihan rute jalan;

d) metode pengumpulan data;

e) langkah-langkah proses pemilihan rute;

f) konsultasi masyarakat dalam proses pemilihan rute jalan.

Page 137: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

6

Sumber: Keppres No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Catatan : Definisi dan kriteria mengenai jenis kawasan lindung dapat dilihat dalam Keppres tersebut di atas.

Penerapan pertimbangan lingkungan pada tahap perencanaan umum seharusnya

dilakukan juga secara m akro m elalui proses “kajian lingkungan strategis” (K LS). Lingkup

KLS tidak difokuskan pada suatu ruas jalan tertentu, tapi bersifat regional, mencakup

suatu sistem jaringan jalan yang saling berinteraksi dengan sektor-sektor lain dalam suatu

wilayah / kawasan pembangunan.

KLS suatu kawasan merupakan proses untuk mengidentifikasi konsekuensi dari kebijakan

dan perencanaan pembangunan termasuk jaringan jalan terhadap lingkungan. Sasaran

utama KLS antara lain evaluasi dampak kumulatif dan dampak tidak langsung akibat

penetapan sistem jaringan jalan tersebut, yang diperlukan untuk bahan pertimbangan

dalam penentuan koridor tiap ruas jalan terpilih. Dengan melalui KLS ini diharapkan akan

terwujud suatu sistem jaringan jalan yang berwawasan lingkungan.

Kotak 4.1 Daftar Kawasan Lindung

A. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya: 1. Kawasan Hutan Lindung; 2. Kawasan Bergambut dengan ketebalan 3 m atau lebih; 3. Kawasan Resapan Air;

B. Kawasan perlindungan setempat: 1. Sempadan Pantai; 2. Sempadan Sungai; 3. Kawasan Sekitar Danau / Waduk; 4. Kawasan Sekitar Mata Air

C. Kawasan suaka alam dan cagar budaya 1. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan

Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah, dan Daerah Pengungsian Satwa); 2. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainnya (termasuk perairan laut,

perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu karang, dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan / atau keunikan ekosistem);

3. Kawasan Pantai berhutan Bakau (mangrove); 4. Taman Nasional; 5. Taman Hutan Raya; 6. Taman Wisata Alam 7. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk daerah karst berair,

daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi);

D. Kawasan Rawan Bencana Alam. 1. Kawasan rawan letusan gunung berapi; 2. Kawasan rawan gempa bumi; 3. Kawasan rawan longsor.

Page 138: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

7

Gambar 4.1 Peta atau Foto Udara sebagai media untuk identifikasi

dan analisis rona lingkungan hidup

Gambar 4.1a Peta Topografi

Gambar 4.1b Foto Udara

Keterangan: Peta topografi dan peta-peta tematik lainnya seperti peta penggunaan lahan, dsb. Serta foto udara atau citra satelit memberikan berbagai informasi rona lingkungan hidup yang sangat diperlukan untuk perencanaan sistem jaringan jalan yang berwawasan lingkungan

Page 139: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

8

4.1.3 Dampak Sosial dan Konsultasi Masyarakat Pada waktu pemilihan alternatif rute rencana pembangunan jalan, harus dilakukan

konsultasi masyarakat untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta

saran-saran untuk bahan pertimbangan.

Konsultasi masyarakat ini merupakan forum keterlibatan masyarakat dalam proses

perencanaan pembangunan, dan diharapkan juga sebagai upaya pencegahan dampak

sosial sedini mungkin. Dampak sosial yang sangat sensitif sering terjadi antara lain dalam

kaitannya dengan pengadaan tanah terutama kalau terjadi pemindahan penduduk.

Karena itu, masalah pengadaan tanah perlu dipertimbangkan sedini mungkin. Kendala

sosial juga sangat potensial terjadi pada pembangunan jalan yang melalui areal

masyarakat terasing (masyarakat adat) yang sangat peka terhadap perubahan.

Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan prinsip dasar sebagai berikut:

1) kesetaraan posisi di antara pihak-pihak yang terlibat;

2) transparansi dalam pengambilan keputusan;

3) penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana; dan

4) koordinasi, komunikasi, dan kerjasama di kalangan pihak-pihak yang terkait.

Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan wakil-wakil semua golongan (kelompok)

masyarakat yang berkepentingan seperti pemerintah daerah setempat (termasuk instansi

yang menangani sektor terkait), para pemuka masyarakat baik formal maupun informal,

kelompok profesi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Petunjuk rinci tentang konsultasi dan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan

tercantum pada Lampiran B.

4.1.4 Penyaringan Lingkungan Berdasarkan ketentuan tercantum dalam Pasal 15 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, semua rencana kegiatan (termasuk kegiatan pembangunan jalan) yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan

hidup, wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

Pentingnya dampak didasarkan atas:

a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak;

b) Luas wilayah persebaran dampak;

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

Page 140: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

9

d) Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak;

e) Sifat kumulatif dampak;

f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Ketentuan mengenai pelaksanaan AMDAL tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP)

No.27 Tahun 1999 tentang AMDAL. Dalam Pasal 3 Ayat (2) PP tersebut disebutkan bahwa

jenis-jenis rencana kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL ditetapkan oleh Menteri Negara

Lingkungan Hidup setelah mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat Menteri

lain dan / atau Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen yang terkait. Ketetapan

tersebut dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

Selanjutnya pada Pasal 3 Ayat (4) dijelaskan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan

yang tidak termasuk kategori wajib AMDAL, wajib melakukan upaya pengelolaan

lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) yang

pembinaannya berada pada instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan tersebut.

Apabila koridor (alinyemen sementara) rencana jaringan jalan telah ditetapkan, harus

dilakukan penyaringan lingkungan untuk mengetahui ruas-ruas jalan yang wajib

dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL pada tahap perencanaan selanjutnya.

Kriteria tentang rencana pembangunan jalan yang wajib dilengkapi AMDAL atau UKL dan

UPL serta petunjuk tata cara penyaringannya secara gais besar dijelaskan sebagai berikut.

a) Rencana kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL

Dalam kaitannya dengan ketentuan rencana kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL atau

UKL dan UPL, jenis-jenis proyek pembangunan jalan diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) Pembangunan jalan tol;

(2) Pembangunan jalan layang dan subway;

(3) Pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar DAMIJA:

di kota besar / metropolitan;

di kota sedang;

di pedesaan.

(4) Peningkatan jalan dalam DAMIJA;

(5) Pembangunan jembatan.

b) Kriteria kegiatan pembangunan jalan yang wajib dilengkapi AMDAL

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang

Rencana Usaha / Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL, rencana kegiatan

pembangunan jalan wajib dilengkapi AMDAL kalau:

Page 141: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

10

(1) skala / besaran rencana kegiatannya memenuhi kriteria tercantum pada Tabel 4.1;

atau

(2) skala / besaran rencana kegiatan lebih kecil dari kriteria tersebut pada Tabel 4.1, tapi

lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung (lihat Kotak 4.1); atau

(3) skala / besaran rencana kegiatan lebih kecil dari kriteria tersebut pada Tebel 4.1, tapi

berdasarkan pertimbangan ilmiah mengenai daya tampung lingkungan serta tipologi

ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap lingkungan hidup.

Karena kriteria tersebut di atas dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam jangka

waktu lima tahun, maka pemrakarsa harus senantiasa memperhatikan ketentuan yang

terbaru.

Page 142: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

11

Tabel 4.1

Jenis Rencana Kegiatan Proyek Jalan Yang Wajib Dilengkapai dengan AMDAL

(Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan)

No. Jenis Proyek Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1.

a. Pembangunan jalan

tol b. Pembangunan jalan

layang dan subway

Semua Besaran > 2 km

Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.

2. Pembangunan jalan dan / atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar DAMIJA: a. Di kota besar /

metropolitan : - Panjang - atau luas

pengadaan tanah b. Di kota sedang :

- Panjang - atau luas

pengadaan tanah

c. Pedesaan : - Panjang

> 5 km > 5 ha > 10 km > 10 ha > 30 km

Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001, tanggal 22 Mei 2001

Catatan:

Kota Metropolitan: jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa Kota Besar : jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa Kora Sedang : jumlah penduduk 200.000 – 500.000 jiwa Kota Kecil : jumlah penduduk 20.000 – 200.000 jiwa

Page 143: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

12

c) Kriteria kegiatan pembangunan jalan yang wajib dilengkapi UKL dan UPL Rencana kegiatan proyek jalan yang tidak termasuk kategori wajib dilengkapi AMDAL,

wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan

(UPL).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor:17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan

Jenis Usaha dan / atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib

Dilengkapi dengan UKL dan UPL, kriteria rencana kegiatan proyek jalan dan jembatan

yang wajib dilengkapi UKL dan UPL tercantum pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Kriteria Proyek Jalan yang Wajib Dilengkapi UKL dan UPL

No.

Jenis Kegiatan Proyek

Skala / Besaran Kegiatan

1

2.

3.

Jalan Tol/Layang (Fly Over) a. Pembangunan jalan layang dan sub way b. Peningkatan jalan tol dengan pembebasan lahan c. Peningkatan Jalan Tol tanpa pembebasan lahan Jalan Raya a.Pembangunan/peningkatan jalan di luar DAMIJA

a) Di kota besar / metropolitan: Panjang (P) Luas pengadaan tanah (L)

b) Di kota sedang: Panjang (P) Luas pengadaan tanah (L)

c) Di pedesaan-inter urban Panjang (P)

b. Peningkatan dengan pelebaran didalam DAMIJA a) Kota Besar/Metropolitan-Arteri Kolektor Pembangunan jembatan a) Di kota besar / metropolitan b) Di kota sedang

< 2Km Semua Besaran > 5 km 1 km < P < 5 km 2 ha < L < 5 ha

3 km < P < 10 km 5 ha < L < 10 ha 5 km < P < 30 km >= 10 Km > 20 m > 60 m

Page 144: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

13

d) Prosedur penyaringan rencana pembangunan jalan yang wajib dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL

Proses penyaringan dilakukan terhadap semua alternatif rute jalan. Secara garis besar,

proses penyaringan ini dapat dlukiskan dalam bentuk bagan alir seperti tercantum pada

Gambar 4.2. Kesimpulan hasil penyaringan tersebut di atas, ada tiga kemungkinan sbb.:

1) rencana kegiatan wajib dilengkapi AMDAL;

2) rencana kegiatan wajib dilengkapi UKL dan UPL;

3) rencana kegiatan tidak perlu dilengkapi AMDAL maupun UKL dan UPL, tapi cukup

dengan penerapan SOP (standard operating procedure) atau standar-standar

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang telah baku dan terintegrasi

dalam proses pelaksanaan kegiatan. Lihat Gambar 4.3.

Petunjuk lebih rinci mengenai tata cara penyaringan tersebut termasuk contoh formulir

laporannya, tercantum pada Lampiran C

Page 145: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

14

Gambar 4.2 Bagan Prosedur Penyaringan Lingkungan

SOP Wajib UKL dan UPL

WAJIB AMDAL

ya

Keterangan: *) : Kepmen LH No. 17/2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang wjib dilengkapi AMDAL **) : Dikonsultasikan dengan instansi terkait ***): Kepmen Kimpraswil No. 17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Ukl dan UPL

Memenuhi Kriteria Wajib AMDAL ? *)

Berdampak penting ? (7 kriteria) **)

Memenuhi Kriteria Wajib UKL dan UPL? ***)

Rencana Kegiatan Proyek Jalan

Daerah Sensitif (Termasuk Kawasan

Lindung dan Komunitas adat terpencil)

tidak

tidak

tidak

tidak

ya

ya

ya

Page 146: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

15

Gambar 4.3

Contoh Penerapan SOP

Keterangan : Ceceran minyak/pelumas dari alat-alat berat harus dicegah

dengan penerapan SOP

Contoh SOP

Penyimpanan Minyak/Pelumas

V = Total volume minyak/pelumas yang disimpan

Page 147: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

16

4.2 Perencanaan Pembangunan Jalan Yang Layak Lingkungan

4.2.1 Pra Studi Kelayakan Yang dimaksud dengan kegiatan pembangunan jalan di sini adalah kegiatan yang dapat

berupa pembangunan jalan baru, peningkatan atau pemeliharaan jalan yang telah ada,

pembangunan baru / penggantian jembatan atau pemeliharaan jembatan lama.

Hasil proses perencanaan umum biasanya ditindaklanjuti dengan pra studi kelayakan.

Namun mungkin juga tidak dilaksanakan pra studi kelayakan, tapi langsung ke studi

kelayakan.

Kegiatan utama perencanaan jalan pada tahap pra studi kelayakan adalah perumusan

alternatif alinyemen jalan termasuk menganalisis kelayakan (sementara) tiap alternatif

tersebut.

Analisis kelayakan tidak hanya mencakup aspek teknis dan ekonomis saja, tapi juga harus

mempertimbangkan kelayakan lingkungan melalui kajian awal lingkungan di dalam proses

pra studi kelayakan.

Kajian awal lingkungan pada tahap pra studi kelayakan sebagian besar didasarkan atas

data sekunder yang tersedia. Akan tetapi, data tersebut harus dilengkapi dengan hasil

survey lapangan (rapid reconnaissance survey) untuk keperluan:

Mencek keandalan (reliability) data sekunder yang tersedia;

Tambahan informasi tentang kondisi lingkungan tertentu yang tidak tercakup dalam

data sekunder yang tersedia;

Memperoleh gambaran umum tentang rona lingkungan secara keseluruhan, yang

mencakup seluruh wilayah studi.

Beberapa aspek lingkungan yang perlu dikaji untuk tiap alternatif alinyemen meliputi

antara lain:

• Kemungkinan konflik kepentingan penggunaan lahan pada areal yang perlu

dibebaskan;

• Gangguan terhadap kawasan lindung;

• Gangguan terhadap stabilitas tanah (erosi, longsor, sedimentasi);

• Gangguan pada aliran air permukaan dan air tanah;

• Gangguan pada prasarana dan fasilitas umum;

• Dampak pada kualitas air, kualitas udara dan kebisingan;

• Dampak terhadap aspek sosial-ekonomi;

Page 148: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

17

• Dampak terhadap aspek sosial-budaya, termasuk kawasan adat;

• Gangguan terhadap estetika lingkungan.

Hasil kajian tersebut memberikan informasi awal tentang dampak lingkungan yang

mungkin terjadi akibat tiap alternatif alinyemen jalan, yang harus dipertimbangkan dalam

proses pemilihan alternatif rute jalan yang diinginkan. Di samping itu, hasil kajian ini

merupakan masukan untuk kajian lingkungan selanjutnya yang lebih mendalam (bila

diperlukan) pada tahap studi kelayakan.

Laporan hasil kajian awal lingkungan ini merupakan bagian dari laporan pra studi

kelayakan yang akan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan kerangka acuan studi

kelayakan dan juga bahan untuk penyusunan KA-ANDAL atau UKL dan UPL (bila

diperlukan).

Apabila tidak dilakukan pra studi kelayakan, kajian awal lingkungan dilaksanakan pada

tahap studi kelayakan sebelum penentuan alinyemen rencana jalan terpilih.

4.2.2 Pengadaan Tanah Pengadaan tanah merupakan salah satu komponen kegiatan proyek pembangunan jalan

yang sangat potensial menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi sosial-ekonomi

penduduk yang tanahnya terkena proyek. Dampak yang terjadi sering kali sangat sensitif,

terutama kalau diperlukan pemindahan penduduk. Penanganan dampak sosial

sehubungan dengan pengadaaan tanah sering mengalami kesulitan sehingga pekerjaan

konstruksi terhambat atau tidak dapat dilaksanakan.

Untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi, perencanaan

pengadaan tanah harus didasarkan atas hasil kajian sosial-ekonomi dan sosial-budaya

yang akurat. Pada tahap pra-studi kelayakan perlu dilakukan kajian awal pengadaan

tanah, dan selanjutnya pada tahap studi kelayakan dilakukan identifikasi kebutuhan tanah

yang lebih akurat. Pedoman teknis pengadaan tanah tercantum dalam Lampiran D

4.2.3 AMDAL Sebagai Bagian Dari Studi Kelayakan Pada tahap studi kelayakan, alternatif-alternatif alinyemen jalan diseleksi lebih lanjut

sehingga dapat ditentukan alternatif terpilih yang dianggap paling layak. Seleksi ini

didasarkan atas pertimbangan aspek teknis, ekonomi dan juga lingkungan.

Page 149: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

18

Kajian kelayakan lingkungan terhadap alternatif alinyemen jalan terpilih harus

dilaksanakan melalui proses AMDAL atau UKL dan UPL, sesuai dengan hasil penyaringan

proyek yang telah diuraikan pada Butir 4.1.4.

Apabila rencana kegiatan proyek termasuk kategori wajib AMDAL, diperlukan penyusunan

Kerangka Acuan ANDAL, untuk digunakan sebagai arahan untuk penyusunan dokumen

AMDAL (ANDAL. RKL dan RPL).

Apabila rencana kegiatan proyek termasuk kategori wajib dilengkapi UKL dan UPL,

diperlukan penyusunan Kerangka Acuan UKL / UPL untuk digunakan sebagai arahan

untuk penyusunan dokumen UKL dan UPL.

Dokumen AMDAL harus dinilai oleh komisi penilai AMDAL (lihat Butir 4.2.4 sub d) dan

Butir 4.2.6). Dokumen AMDAL ini terdiri dari Kerangka Acuan ANDAL, ANDAL, RKL, dan

RPL.

4.2.4 Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL a) Pelingkupan

Hal yang sangat penting dalam penyusunan kerangka acuan ANDAL adalah pelingkupan

untuk menentukan:

(1) isu pokok lingkungan (dampak besar dan penting) yang harus dikaji;

(2) lingkup wilayah studi berdasarkan pertimbangan:

• batas proyek;

• batas ekologi;

• batas sosial; dan

• batas administratif.

(3) Kedalaman studi ANDAL meliputi metode, jumlah sampel yang harus dianalisis, dan

jumlah serta kualifikasi tenaga ahli yang diperlukan.

Untuk memperoleh hasil pelingkupan yang akurat, diperlukan data dasar tentang kondisi

lingkungan saat ini (data sekunder) seperti peta-peta topografi, geologi, jenis tanah,

penggunaan lahan, dan peruntukan lahan dengan skala yang memadai. Foto udara atau

citra satelit (bila tersedia) juga akan sangat bermanfaat. Tambahan informasi lapangan

juga diperlukan untuk melengkapi dan pemutakhiran data sekunder. Hal ini meliputi:

• kondisi topografi;

• penggunaan lahan sepanjang rencana alinyemen jalan;

• kondisi penggunaan lahan yang akan dibebaskan;

• kondisi jalan yang akan dilalui kendaraan proyek;

Page 150: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

19

• kondisi sosial-ekonomi-budaya masyarakat secara umum di sekitar lokasi proyek;

• lokasi quarry, borrow area, base camp dan spoil bank;

• kawasan lindung dan daerah sensitif lainnya;

• tempat-tempat sensitif seperti rumah sakit, sekolah, dan permukiman padat.

b) Keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL Sebelum menyusun KA - ANDAL, pemrakarsa wajib:

(1) memberitahukan rencananya kepada instansi yang bertanggung jawab (Bapedalda

tingkat Kabupatan/Kota untuk proyek jalan yang lokasinya dalam wilayah satu

kabupaten/kota, atau Bapedalda tingkat propinsi bagi proyek jalan yang lokasinya

meliputi wilayah lebih dari satu kabupaten/kota, atau Menteri Negara Lingkungan

Hidup di tingkat pusat untuk proyek jalan yang lokasinya meliputi wilayah lebih dari

satu propinsi dan yang bersifat strategis nasional);

(2) mengumumkan rencana kegiatan proyek yang wajib dilengkapi dengan AMDAL,

sesuai jadwal yang telah disepakati bersama instansi yang bertanggung jawab.

Pengumuman tersebut dimaksudkan agar masyarakat yang berkepentingan

mengetahui rencana kegiatan proyek, dan mereka memberikan saran, pendapat atau

tanggapan mengenai proyek tersebut.

Beberapa ketentuan tentang pengumuman tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Masyarakat berkepentingan terdiri dari masyarakat terkena dampak dan

masyarakat pemerhati.

(a) Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang akan merasakan dampak

dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri dari masyarakat yang

akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan mengalami kerugian.

(b) Masyarakat pemerhati adalah masyarakat yang tidak terkena dampak dari

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap

rencana usaha/kegiatan tersebut, maupun dampak-dampak lingkungan yang

akan ditimbulkannya.

(2) Media pengumuman berupa:

(a) Papan pengumuman di lokasi rencana kegiatan proyek

(b) Papan pengumuman di lokasi strategis yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung

jawab di tingkat pusat atau daerah.

(c) Media lain yang sesuai dengan situasi setempat seperti brosur, surat, media cetak, dan/atau

media elektronik.

Page 151: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

20

(3) Isi pengumuman meliputi:

(a) Nama dan alamat pemrakarsa.

(b) Jenis kegiatan (pembangunan/peningkatan jalan).

(c) Lokasi dan luas areal kegiatan proyek, dilengkapi peta dengan skala yang

memadai.

(d) Hasil pekerjaan.

(e) Dampak lingkungan hidup yang mungkin terjadi dan cara penanganannya.

(f) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu pemberian

saran, pendapat dan tanggapan dari warga masyarakat (30 hari kerja sejak

tanggal pengumuman);

(g) Nama dan alamat instansi yang bertanggungjawab dalam menerima saran,

pendapat dan tanggapan dari warga masyarakat.

Pada saat penyusunan Kerangka Acuan ANDAL, pemrakarsa wajib melakukan konsultasi

kepada warga masyarakat yang berkepentingan. Hasil dari konsultasi tersebut wajib

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pelingkupan.

Penjelasan lebih rinci mengenai kedua hal-hal tersebut atas, tercantum dalam Keputusan

Kepala BAPEDAL No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan

Informasi dalam Proses AMDAL. Proses keterlibatan masyarakat tersebut secara garis

besar dan skematis dapat dilihat pada Gambar 4.4.

c) Sistematika dokumen Kerangka Acuan ANDAL Dokumen Kerangka Acuan ANDAL terdiri dari 6 bab. Secara garis besar, sistematika

dokumen tersebut tercantum dalam Kotak 4.2.

Petunjuk lebih rinci mengenai cara penyusunan KA - ANDAL tercantum pada Lampiran E.

d) Penilaian dokumen Kerangka Acuan ANDAL

Konsep KA - ANDAL harus dipresentasikan oleh pemrakarsa (dengan bantuan konsultan)

dalam rapat Komisi Penilai AMDAL, untuk dinilai oleh komisi tersebut.

Komisi Penilai AMDAL melakukan penilaian untuk menyepakati ruang lingkup kajian

analisis dampak lingkungan hidup yang akan dilaksanakan.

Page 152: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

21

Keputusan atas penilaian KA-ANDAL wajib diberikan oleh instansi yang bertanggungjawab

dalam jangka waktu paling lambat 75 (tujuhpuluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal

diterimanya KA-ANDAL tersebut.

Kotak 4.2 Contoh Sistematika KA-ANDAL Poyek Pembangunan Jalan

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Peraturan Perundang-undangan

1.3 Tujuan dan Kegunaan Studi

BAB 2 : RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Rencana Kegiatan Yang Akan Ditelaah

2.2 Komponen Lingkungan Yang Akan Ditelaah

2.3 Isu-isu Pokok

2.4 Batas Wilayah Studi

2.5 Keterkaitan Proyek Dengan Kegiatan Lain

BAB 3 : METODE STUDI

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.2 Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting

3.3 Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting

BAB 4 : PELAKSANAAN STUDI

4.1 Pemrakarsa

4.2 Tim Pelaksana Studi

4.3 Jadual Pelaksanaan Studi

4.4 Biaya Studi

4.5 Pelaporan

BAB 5 : DAFTAR PUSTAKA

BAB 6 : LAMPIRAN

Page 153: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

22

Gambar 4.4 Bagan Prosedur Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL

Sumber: Keputusan Kepala Bapedal No.08 Tahun 2000.

Masyarakat Berkepentingan

Instansi Yang Bertanggungjawab (Bapedalda/KLH)

Pemrakarsa

Pengumuman Rencana Kegiatan

Pengumuman Persiapan Penyusunan

ANDAL

Penyusunan KA-ANDAL

Saran, Pendapat dan Tanggapan

KONSULTASI

Saran, Pendapat dan Tanggapan

Penilaian KA- ANDAL oleh Komisis

(Maks 75 hari)

Penilaian ANDAL, RKL, RPL oleh Komisis

(Maks 75 hari)

Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup

Oleh Gubernur/Bupati/Wali kota atas rekomendasi

Ka Bapedalda

Penyusunan ANDAL, RKL, RPL

= Tujuan akhir surat/pengumuman untuk kemudian ditanggapi, diproses dan atau ditembuskan

Page 154: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

23

Apabila instansi yang bertanggungjawab tidak menerbitkan keputusan dalam jangka

waktu tersebut di atas, maka instansi yang bertanggungjawab dianggap menerima

(menyepakati) KA-ANDAL dimaksud.

Instansi yang bertanggungjawab wajib menolak kerangka acuan yang diajukan oleh

pemrakarsa, apabila rencana lokasi kegiatannya tidak sesuai dengan rencana tata ruang

wilayah atau tata ruang kawasan.

4.2.5 Penyusunan Kerangka Acuan UKL dan UPL Kerangka acuan UKL dan UPL dimaksudkan untuk memberikan arahan kepada tim

penyusun dokumen tersebut, agar dapat dilaksanakan secara efisien.

Pada dasarnya substansi Kerangka Acuan UKL dan UPL serupa dengan KA – ANDAL, tapi

dalam pelaksanaan studi UKL dan UPL tidak diperlukan kajian mendalam. Data yang

digunakan sebagian besar berupa data sekunder.

Secara garis besar, isi serta sistematika KA – UKL dan UPL tercantum pada Kotak 4.3.

Karena UKL dan UPL bukan bagian dari dokumrn AMDAL, maka Kerangka Acuan UKL dan

UPL tidak perlu dinilai oleh komisi penilai AMDAL.

4.2.6 Pelaksanaan Studi ANDAL

Analisis kelayakan lingkungan melalui studi ANDAL atau UKL / UPL seharusnya

dilaksanakan secara terpadu dengan studi kelayakan dalam satu paket pekerjaan. Kedua

macam studi tersebut menggunakan sejumlah data yang sama, karena itu

pelaksanaannya akan dapat dipercepat dan lebih efisien kalau keduanya dilaksanakan

oleh konsultan yang sama.

Hasil studi AMDAL terdiri dari:

• Laporan studi ANDAL;

• Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL);

• Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL);

• Ringkasan Eksekutif.

Petunjuk rinci mengenai penyusunan AMDAL proyek jalan tercantum pada Lampiran F,

yang mencakup penjelasan tentang isi (materi) serta cara penyusunan dokumen-

dokumen tersebut di atas.

Page 155: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

24

Studi ANDAL diselenggarakan oleh pemrakarsa (Pemimpin Proyek) dengan bantuan

konsultan, berdasarkan Kerangka Acuan ANDAL yang telah ditetapkan (disetujui) oleh

instansi yang bertanggung jawab.

Kotak 4.3 Sistematika Kerangka Acuan UKL dan UPL

BAB 1 : PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang dan tujuan serta kegunaan studi

BAB 2 : RUANG LINGKUP STUDI

Penjelasan singkat mengenai:

Komponen rencana kegiatan yang akan ditelaah

Komponen Lingkungan yang akan ditelaah

Isu-isu pokok lingkungan yang harus ditelaah

Batas wilayah studi

Keterkaitan proyek dengan kegiatan lain

BAB 3 : METODE STUDI

Memberikan arahan tentang metode studi, meliputi:

Metode pengumpulan data

Metode prakiraan dan evakuasi dampak lingkungan

BAB 4 : PELAKSANAAN STUDI

Berisi penjelasan tentang:

Pemrakarsa

PersyaratanTim Pelaksana Studi

Jadual pelaksanaan studi

Biaya studi (komponen-komponen biaya dan sumber dana)

Pelaporan

BAB 5 : DAFTAR PUSTAKA

BAB 6 : LAMPIRAN

Apabila alinyemen jalan melalui daerah permukiman terutama yang berpenduduk padat,

analisis dampak lingkungan yang detail dan mendalam perlu difokuskan pada dampak

sosial yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan tanah, terutama kalau terdapat banyak

penduduk yang harus dipindahkan. Petunjuk mengenai analisis dampak sosial tercantum

pada Lampiran G.

Page 156: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

25

Sistematika dokumen ANDAL secara garis besar tercantum pada Kotak 4.4.

Kesimpulan hasil studi ANDAL berupa arahan untuk penanganan dampak lingkungan

selanjutnya dijabarkan dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan

rencana pemantauan lingkungan (RPL).

Kotak 4.4 Sistematika Dokumen ANDAL

Bab I.

Bab II

Bab III.

Bab IV.

Bab V.

Bab VI.

Bab VII.

Bab VIII.

Bab IX.

Pendahuluan

Ruang Lingkup Studi

Metoda Studi

Rencana Kegiatan Proyek

Rona Awal Lingkungan Hidup

Prakiraan Dampak Besar dan Penting

Evaluasi Dampak Besar dan Penting

Daftar Pustaka

Lampiran

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah dokumen yang menyatakan upaya-upaya

yang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa proyek untuk mencegah, mengendalikan atau

mengurangi dampak negatif, dan meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan.

Dalam pengertian tersebut, RKL mencakup empat kelompok kegiatan untuk:

a) menghilangkan atau mencegah dampak-dampak negatif melalui pemilihan alternatif

lokasi tapak proyek dan desain;

b) mitigasi, meminimalkan atau mengendalikan dampak-dampak negatif;

c) meningkatkan dampak positif, sehingga proyek jalan yang dibangun akan

memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat;

d) memberikan kompensasi baik menyangkut aspek sosial-ekonomi maupun ekologi

sebagai pengganti dari sumberdaya yang rusak atau hilang.

Sistematika dokumen RKL secara garis besar seperti tercantum pada Kotak 4.5.

Page 157: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

26

Kotak 4.5 Sistematika Dokumen RKL

Bab I Pendahuluan

Bab II Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Bab III Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bab IV Daftar Pustaka

Bab V Lampiran

Dokumen RKL harus dilengkapi dengan Pernyataan Pelaksanaan, berupa surat pernyataan

pemrakarsa untuk melaksanakan RKL dan RPL, yang ditandatangani di atas materai.

Contoh format surat pernyataan pelaksanaan tercantum pada Lampiran F.

Pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas

pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPL antara lain:

a) Aspek-aspek yang dipantau sesuai dengan aspek-aspek yang dinyatakan dalam

dokumen ANDAL dan RKL.;

b) Komponen / parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah yang mengalami

perubahan mendasar (terkena dampak besar dan penting);

c) Pemantauan lingkungan hidup harus layak ekonomi.

Sistematika dokumen RPL secara garis besar seperti tercantum pada Kotak 4.6.

Kotak 4.6 Sistematika Dokumen RPL

Bab I Pendahuluan

Bab II Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Bab III Daftar Pustaka

Bab IV Lampiran

Page 158: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

27

4.2.7 Penilaian Dokumen AMDAL

Dokumen AMDAL (KA-ANDAL, Laporan ANDAL, RKL, RPL dan Ringkasan Eksekutif) harus

dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Untuk keperluan penilaian tersebut, pemrakarsa

(dengan bantuan konsultan) harus mempresentasikan konsep dokumen tersebut dalam

rapat Komisi Penilai AMDAL.

Sebelum dokumen AMDAL tersebut diajukan ke komisi penilai, seharusnya konsep

dokumen (yang disusun oleh konsultan) tersebut dinilai oleh pemrakarsa. Petunjuk untuk

penilaian dokumen AMDAL tercantum pada Lampiran H.

Instansi yang bertanggungjawab, menerbitkan keputusan kelayakan lingkungan hidup

sesuai dengan hasil penilaian dokumen yang dilaksanakan oleh komisi penilai. Keputusan

kelayakan lingkungan hidup tersebut diterbitkan dalam jangka waktu selambat-lambatnya

75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya dokumen ANDAL

yang bersangkutan.

Apabila instansi yang bertanggungjawab, tidak menerbitkan keputusan dalam jangka

waktu tersebut di atas, maka rencana kegiatan yang bersangkutan dianggap layak

lingkungan.

Apabila hasil penilaian komisi penilai menyimpulkan bahwa:

a) dampak besar dan penting negatif yang akan ditimbulkan oleh kegiatan proyek tidak

dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia, atau

b) biaya penanggulangan dampak besar dan penting negatif lebih besar dari pada

manfaat dampak besar dan penting positif yang akan ditimbulkan oleh kegiatan

proyek yang bersangkutan,

maka instansi yang bertanggungjawab memberikan keputusan bahwa rencana kegiatan

proyek yang bersangkutan tidak layak lingkungan.

Bagan prosedur penilaian dan persetujuan dokumen AMDAL dapat dilihat pada Gambar

4.5

4.2.8 Penyusunan Dokumen UKL dan UPL

Rencana kegiatan proyek jalan yang diperkirakan tidak akan menimbulkan dampak besar

dan penting tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tapi cukup dengan UKL dan UPL.

Dokumen UKL dan UPL disusun oleh pemrakarsa dengan bantuan konsultan (bila perlu)

sesuai dengan ketentuan tercantum dalam Kerangka Acuan Penyusunan UKL dan UPL.

Dokumen ini merupakan rencana kerja yang dibuat oleh pemrakarsa yang berisi program

Page 159: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

28

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup berdasarkan hasil identifikasi dampak

sebagai syarat penerbitan izin melaksanakan kegiatan proyek.

Untuk penyusunan dokumen UKL dan UPL tidak diperlukan kajian (analisis) mendalam.

Data yang digunakan sebagian besar berupa data sekunder dilengkapi dengan data

primer hasil survey lapangan sesuai dengan kebutuhan.

UKL dan UPL bukan bagian dari proses AMDAL, karena itu dokumen UKL dan UPL tidak

perlu dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL, tapi dimintakan rekomendasi dari instansi yang

bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Prosedur penetapan

dokumen UKL dan UPL secara skematis dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Pada dasarnya, AMDAL dan UKL / UPL mempunyai tujuan yang sama yaitu mencegah,

mengurangi atau menanggulangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif.

Petunjuk rinci tentang penyusunan (sistematika) dokumen UKL dan UPL tercantum pada

Lampiran I, yang merupakan penjabaran dari Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL dan UPL.

Pelaksanaan UKL dan UPL proyek jalan berada langsung di bawah pembinaan instansi

yang membidangi pembangunan jalan, yaitu Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah atau

Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Perdesaan, Departemen Permukiman dan

Prasarana Wilayah di tingkat pusat atau Dinas yang bersangkutan di tingkat daerah.

4.3 Desain Dan Spesifikasi Teknis Pengelolaan Lingkungan

4.3.1 Rekomendasi RKL dan RPL atau UKL dan UPL Dokumen AMDAL (ANDAL, RKL dan RPL) atau UKL dan UPL merupakan bagian dari studi

kelayakan. Karena itu, dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL hanya bersifat

memberikan rekomendasi berupa pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip atau persyaratan

untuk pencegahan / pengendalian / penanggulangan dampak. Alasannya adalah:

a) pada tahap studi kelayakan, alinyemen jalan belum ditetapkan secara pasti di

lapangan;

b) spesifikasi teknis detail pekerjaan konstruksi dan metode pelaksanaannya masih

belum lengkap;

c) pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip dasar serta petunjuk atau persyaratan untuk

pengelolaan lingkungan yang tercantu dalam RKL atau RPL merupakan rekomendasi

untuk selanjutnya dijabarkan dalam rencana teknis detail.

Rekomendasi RKL dan RPL atau UKL dan UPL tersebut harus dijabarkan dalam desain dan

spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi.

Page 160: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

29

Gambar 4.5 Bagan Prosedur Penilaian dan Penetapan Dokumen AMDAL

Instansi Yang Bertanggungjawab

Komisi Penilai AMDAL Pemrakarsa Masyarakat

Pengumuman Rencana Kegiatan

Pengumuman Persiapan

Penyusunan ANDAL

Saran, Pendapat dan Tanggapan

30 hari kerja

Konsultasi Masyarakat

Penyusunan KA-ANDAL

Penilaian KA-ANDAL

Saran, Pendapat dan Tanggapan

REVISI 75 hari kerja

Kesepakatan Keputusan KA-ANDAL

Dasar bagi Studi AMDAL

Penyusunan ANDAL, RKL dan

RPL

REVISI

Saran, Pendapat dan Tanggapan

Penilaian ANDAL, RKL & RPL

Kelayakan atas hasil Keputusan

ANDAL,RKL,RPL

Keputusan tidak layak lingkungan

Keputusan kelayakan lingkungan

75 hari kerja

atau

Dasar Pemberian Izin Pelaksanaan Kegiatan Proyek

= Tujuan akhir surat/pengumuman untuk kemudian ditanggapi, diproses dan/atau ditembuskan Sumber : Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 (pasal 14-23)

Page 161: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

30

Gambar 4.6 Bagan Prosedur Penilaian Dokumen UKL dan UPL

Instansi Yang Bertanggungjawab *)

Instansi Yang Membidangi Usaha atau

Kegiatan **)

Pemrakarsa ***)

Pengisian Formulir Isian UKL dan UPL

Rekomendasi UKL dan UPL

KOORDINASI

REVISI Perlu Perbaikan?

DASAR PENERBITAN IZIN

PELAKSANAAN KEGIATAN

Pemeriksaan Formulir Isian UKL dan UPL

7 hari kerja

7 hari kerja

14 hari kerja

ya

tidak

Keterangan *) = Men LH/Bapedal Provinsi/Bapedal Kabupaten/Kota **) = Ditjen Praswil/Dinas Bina Marga Provinsi/Dinas Bina Maega Kabupaten/Kota ***) = Proyek/Bagian Proyek

Page 162: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

31

4.3.2 Pembuatan Desain Dan Spesifikasi Teknis Yang Memasukkan Pertimbangan Lingkungan

Perencanaan teknis dilaksanakan untuk membuat gambar-gambar desain dan spesifikasi

serta syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Kegiatan pada tahap ini

meliputi :

• Penentuan alinyemen horizontal dan vertikal jalan definitif berdasarkan data hasil

investigasi lapangan yang lebih rinci dan akurat;

• Pembuatan gambar-gambar desain konstruksi jalan, jembatan dan bangunan-

bangunan pelengkapnya;

• Perumusan spesifikasi dan syarat-syarat teknis untuk pelaksanaan pekerjaan

konstruksi;

• Perhitungan perkiraan biaya pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan

• Penyiapan dokumen tender dan dokumen kontrak untuk pekerjaan konstruksi.

Perencanaan pengelolaan lingkungan pada tahap ini dilakukan melalui penjabaran

rekomendasi yang tercantum dalam dokumen RKL/RPL atau UKL/UPL yang diwujudkan

dalam bentuk gambar-gambar rencana teknis detail serta syarat-syarat dan spesifikasi

teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Beberapa isu lingkungan dan sosial yang harus dipertimbangkan, antara lain:

• Penentuan alinyemen jalan sedapat mungkin tidak mengakibatkan pemindahan

penduduk, atau setidak-tidaknya diusahakan seminimal mungkin;

• Pencegahan gangguan terhadap stabilitas lahan (erosi dan longsor);

• Pencegahan kebisingan pada lokasi tertentu;

• Pencegahan gangguan terhadap fauna langka / dilindungi;

• Keselamatan jalan bagi pengemudi / penumpang kendaraan dan pejalan kaki;

• Estetika lingkungan (lansekap);

• Penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali (bila perlu).

Petunjuk tentang penjabaran RKL atau UKL tercantum pada Lampiran J. Lampiran ini

memberikan penjelasan rinci tentang cara penjabaran RKL atau UKL untuk diterapkan

dalam desain dan spesifikasi teknis, antara lain meliputi tentang:

a) pemeriksaan kelengkapan dokumen RKL atau UKL;

b) peninjauan lapangan yang mungkin diperlukan untuk melengkapi data yang telah ada;

c) penerapan pertimbangan lingkungan dalam desain dan spesifikasi teknis, yang

dilengkapi dengan contoh-contoh gambar dan rumusan persyaratan pengelolaan

lingkungan;

d) pencantuman persyaratan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam dokumen

tender dan kontrak pekerjaan konstruksi, dilengkapi dengan contoh.

Page 163: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

32

Gambar 4.7 menunjukkan contoh konsep desain noise barrier untuk menanggulangi

dampak kebisingan, dan tempat penyeberangan satwa liar untuk menanggulangi

gangguan terhadap migrasi satwa liar yang langka atau dilindungi undang-undang.

Pedoman Teknis tentang perencanaan lansekap tercantum pada Lampiran K.

Gambar 4.7 Noise Barrier dan Tempat Penyeberangan Satwa Liar

Noise Barrier

Tempat Penyeberangan Satwa Liar Dilindungi

Page 164: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

33

4.3.3 Pencantuman Persyaratan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Dalam Dokumen Tender Dan Dokumen Kontrak

Untuk menjamin agar rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap

konstruksi dilaksanakan oleh kontraktor, seharusnya dicantumkan klosul-klosul

persyaratan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh

kontraktor, baik dalam dokumen tender maupun kontrak.

Setiap klosul persyaratan pengelolaan dan pemantauan lingkungan harus menyatakan

perintah atau penjelasan apa yang harus dilaksanakan oleh kontraktor, dan rumusannya

harus jelas agar tidak terjadi kesalahan interpretasi.

Contoh klosul-klosul persyaratan pengelolaan lingkungan tercantum pada Lampiran J

tentang penjabaran RKL atau UKL.

4.4 Penyusunan Rencana Pengadaan Tanah Dan Pemukiman Kembali 4.4.1 Maksud Dan Tujuan Penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran terperinci tentang penduduk terkena dampak kegiatan pengadaan

tanah, dan jenis serta besaran kerugian yang mungkin timbul, dengan tujuan untuk

menyusun rumusan rencana tindak dalam penanganan dampaknya, khususnya dalam

upaya pemulihan dan peningkatan kehidupan sosial-ekonomi penduduk terkena dampak.

4.4.2 Langkah-Langkah Kegiatan

Penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali dilaksanakan melalui

urutan langkah-langkah utama berikut:

Survey sosial-ekonomi;

Inventarisasi tanah dan aset di atasnya;

Konsultasi masyarakat.

4.4.3 Survey Sosial-Ekonomi Survey sosial-ekonomi dimaksudkan untuk memperoleh informasi detail tentang

penduduk yang terkena pembebasan tanah dan dampaknya yang mungin terjadi.

Informasi yang dikumpulkan antara lain meliputi jumlah anggota keluarga, mata

Page 165: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

34

pencaharian, tingkat pendapatan, status pemilikan tanah, jarak ke tempat kerja, jarak ke

sekolah anak-anak dan sebagainya.

Survey sosial-ekonomi dilakukan secara sensus terhadap seluruh penduduk yang terkena

kegiatan pengadaan tanah, baik pemilik/penyewa tanah, penggarap tanah, penyewa

bangunan, maupun penghuni tanpa izin (squatters). 4.4.4 Inventarisasi Tanah Dan Aset Di Atasnya Inventarisasi tanah meliputi luas lahan, jenis penggunaan saat ini, kelas tanah, dan status

pemilikannya. Inventarisasi aset meliputi tanaman (jenis, jumlah dan umurnya) serta

bangunan (luas, jenis dan umurnya).

4.4.5 Konsultasi Masyarakat Proses pengadaan tanah harus dilakukan melalui konsultasi langsung antara instansi

pemerintah (pemrakarsa) dengan para pemilik tanah dan tokoh masyarakat / adat

setempat untuk mencapai kesepakatan tentang bentuk dan jumlah nilai kompensasi serta

lokasi pemukiman kembali.

Konsultasi masyarakat tersebut di atas, dilaksanakan melalui penyuluhan dan

musyawarah untuk mencapai kesepakatan tentang bentuk dan jumlah nilai kompensasi

atas tanah dan aset yang ada di atasnya yang terkena proyek.

Apabila jumlah penduduk yang terkena pengadaan tanah terlalu banyak, konsultasi

secara langsung dapat dilakukan dalam beberapa tahap, atau dengan perwakilan yang

ditunjuk oleh penduduk yang terkena proyek.

4.4.6 Rencana Pemukiman Kembali Apabila diperlukan pemukiman kembali penduduk yang terkena dampak, harus disusun

suatu rencana pemukiman kembali, yang antara lain mencakup rencana lokasi

pemukiman baru, mekanisme dan prosedur pelaksanaannya, instansi pelaksananya,

program rehabilitasi sosial-ekonomi serta bantuan-bantuan lain yang diperlukan.

Dalam proses perencanaan pemukiman kembali tersebut, penduduk yang terpindahkan

dan juga penduduk setempat di sekitar rencana lokasi pemukiman kembali harus

dilibatkan.

Perhatian khusus diperlukan terhadap kelompok rentan (bila ada), seperti penduduk

sangat miskin, orang lanjut usia, dan perempuan kepala keluarga

Page 166: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

35

Salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana pemukiman

kembali adalah agar kondisi pemukiman baru dan tingkat kesejahtaraan penduduk yang

dipindahkan harus lebih baik atau minimal setara dengan kondisi pemukiman lama dan

tingkat penghidupan sebelumnya.

4.4.7 Jadwal Pelaksanaan Rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus mencakup jadwal

pelaksanaannya secara rinci.

Pelaksanaan pengadaan tanah harus selesai sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.

4.4.8 Pembiayaan Rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali juga harus mencakup aspek

pembiayaan meliputi perkiraaan besarnya dana yang diperlukan, sumber dananya, dan

jadwal penyediaannya.

4.4.9 Koordinasi Seluruh kegiatan tersebut di atas harus dikoordinasikan dengan instansi-instansi

pemerintah daerah baik tingkat propinsi maupun kabupaten / kota, termasuk panitia

pengadaan tanah setempat.

Petunjuk pelaksanaan tentang penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman

kembali yang lebih rinci tercantum pada Lampiran L.

5 Dokumentasi

5.1 Jenis Dokumen Tiap jenis kegiatan dalam proses AMDAL harus ditunjang (dilengkapi) dengan dokumen

berupa surat, berita acara atau laporan pelaksanaan pekerjaan. Pemrakarsa harus

membuat, menyimpan (memelihara) dan mendistribusikan dokumen tersebut kepada

isntansi / unit kerja yang berkepentingan atau terkait. Beberapa jenis dokumen penting

dijelaskan di bawah ini. Dokumen-dokumen tersebut harus disimpan dengan baik dan

sistemastis supaya tidak rusak atau hilang dan mudah dicari (retrievable). 5.2 Hasil Penyaringan AMDAL

Page 167: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

36

Dokumen hasil penyaringan AMDAL menyatakan ketetapan bahwa rencana kegiatan

proyek wajib dilengkapi dengan AMDAL atau UKL / UPL, yang dilengkapi dengan alasan

ketetapan tersebut dan jenis-jenis dampak potensial yang harus dipertimbangkan dalam

proses pekerjaan selanjutnya. Dokumen ini juga berisi tentang perkiraan biaya yang

diperlukan untuk pelaksanaan studi AMDAL atau UKL/UPL.

Contoh format laporan tercantum pada Lampiran C.

5.3 Dokumen Konsultasi Masyarakat a. Surat Pemberitahuan Kepada Instansi Yang Bertanggungjawab

Dokumen ini berupa surat pemberitahuan dari pemrakarsa kepada instansi yang

bertanggungjawab, yang menjelaskan tentang rencana penyusunan dokumen AMDAL

kegiatan proyek serta alasan mengapa kegiatan tersebut wajib dilengkapi AMDAL. Surat

tersebut harus dikirimkan kepada instansi yang bertanggungjawab sebelum pembuatan

KA-ANDAL.

b. Pengumuman Tentang Rencana Kegiatan Proyek

Pada saat persiapan penyusunan KA – ANDAL, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana

kegiatan proyek kepada warga masyarakat yang berkepentingan. Isi dokumen

pengumuman seperti telah dijelaskan pada Butir 4.2.4 Sub b).

Contoh format pengumuman dapat dilihat pada Lampiran E tentang Penyusunan

Kerangka Acuan ANDAL.

c. Pemberitahuan Tentang Konsultasi Masyarakat

Untuk kelancaran pelaksanaan konsultasi masyarakat, pemrakarsa wajib membuat

pemberitahuan tentang hal tersebut kepada warga masyarakat yang berkepentngan.

Dokumen pemberitahuan ini berisi tentang waktu, tempat dan cara konsultasi yang akan

dilaksanakan misalnya pertemuan publik, lokakarya, seminar, diskusi terfokus.

Contoh format surat pemberitahuan tentang pelaksanaan konsultasi masyarakat

tercantum pada Lampiran E tentang Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL.

d. Rangkuman Hasil Konsultasi Masyarakat

Page 168: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

37

Dokumen ini merupakan laporan hasil pelaksanaan konsultasi masyarakat yang harus

diserahkan oleh pemrakarsa kepada komisi penilai AMDAL, sebagai lampiran KA – ANDAL.

5.4 Dokumen AMDAL

5.4.1 Kerangka Acuan ANDAL

Kerangka acuan ANDAL disusun oleh pemrakarsa dengan memperhatikan saran,

pendapat dan tanggapan dari warga masyarakat yang berkepentingan. KA – ANDAL ini

merupakan bagian dari dokumen AMDAL.

Penyusunan kerangka acuan ANDAL dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan yang

berlaku, dan harus didukung dengan beberapa dokumen tersebut di bawah ini.

a) Surat Pengajuan KA – ANDAL kepada Instansi yang bertanggungjawab

KA – ANDAL yang telah disusun oleh pemrakarsa harus dievaluasi oleh komisi penilai

AMDAL. Untuk keperluan itu, pemrakarsa harus membuat surat pengajuan KA –

ANDAL kepada instansi yang bertanggungjawab melalui komisi penilai AMDAL.

b) Berita Acara Hasil Evaluasi KA – ANDAL

KA – ANDAL yang telah disusun oleh pemrakarsa dievaluasi oleh komisi penilai

bersama pemrakarsa. Hasil evaluasi didokumentasikan dalam bentuk berita acara

yang menyimpulkan bahwa KA – ANDAL disetujui atau perlu perbaikan.

Apabila KA – ANDAL tersebut perlu diperbaiki, maka pemrakarsa harus

memperbaikinya sesuai dengan tanggapan dari komisi penilai, kemudian

mengajukannya lagi ke komisi penilai untuk mendapatkan persetujuan.

c) Surat Ketetapan (persetujuan) KA – ANDAL

Jika KA – ANDAL telah disetujui komisi penilai, maka pemrakarsa akan menerima

Surat Ketetapan (persetujuan) atas KA – ANDAL tersebut, dari komisi penilai.

5.4.2 Dokumen ANDAL, RKL dan RPL

Dokumen-dokumen ANDAL, RKL, dan RPL dibuat oleh pemrakarsa dengan bantuan

konsultan. Ketiga dokumen tersebut disusun berdasarkan KA ANDAL.

Page 169: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

38

Penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

yang berlaku, dan harus didukung dengan beberapa dokumen tersebut di bawah ini.

a) Surat Pengajuan Dokumen ANDAL, RKL, dan RPL kepada Komisi Penilai

Dokumen ANDAL, RKL da RPL yang telah disusun oleh pemrakarsa harus dievaluasi

oleh komisi penilai AMDAL. Untuk keperluan itu, pemrakarsa harus membuat surat

pengajuan dokumen-dokumen tersebut kepada instansi yang bertanggungjawab

melalui komisi penilai AMDAL.

b) Berita Acara Hasil Evaluasi Dokumen ANDAL, RKL dan RPL

Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang telah disusun oleh pemrakarsa dievaluasi oleh

komisi penilai bersama pemrakarsa. Hasil evaluasi didokumentasikan dalam bentuk

berita acara yang menyimpulkan bahwa ketiga dokumen tersebut disetujui atau perlu

perbaikan.

Apabila dokumen-dokumen tersebut perlu diperbaiki, maka pemrakarsa harus

memperbaikinya sesuai dengan tanggapan dari komisi penilai, kemudian

mengajukannya lagi ke komisi penilai untuk mendapatkan surat ketetapan kelayakan

lingkungan hidup.

c) Surat Ketetapan Kelayakan Lingkungan Hidup

Apabila dokumen-dokumen ANDAL, RKL dan RPL telah disetujui komisi penilai, maka

pemrakarsa akan menerima Surat Ketetapan Kelayakan Lingkungan Hidup, dari

instansi yang bertanggungjawab.

5.4.3 Kadaluwarsa Dan Batalnya Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Berdasarkan ketentuan dalam PP No.27 / 1999 tentang AMDAL (Pasal 24 Ayat 1),

keputusan kelayakan lingkungan hidup dinyatakan kadaluwarsa atas kekuatan PP

tersebut, apabila rencana kegiatan proyek tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga)

tahun sejak diterbitkannya keputusan kelayakan tersebut.

Apabila keputusan kelayakan lingkungan hidup dinyatakan kadaluwarsa, maka untuk

melaksanakan rencana kegiatan proyek, pemrakarsa wajib mengajukan kembali

permohonan persetujuan atas dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada instansi yang

bertanggungjawab.

Terhadap permohonan tersebut, instansi yang bertanggungjawab memutuskan:

Page 170: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

39

(1) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang pernah disetujui dapat sepenuhnya

dipergunakan kembali; atau

(2) Pemrakarsa wajib membuat dokumen AMDAL baru sesuai dengan peraturan.

Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana kegiatan proyek menjadi batal

apabila pemrakarsa memindahkan lokasi kegiatannya. Dalam hal ini, pemrakarsa wajib

membuat AMDAL baru sesuai peraturan (Pasal 25 Ayat (1) dan (2), PP N0.27/1999).

5.4.4 Keterbukaan Informasi Tentang AMDAL Berdasarkan ketentuan pada Pasal 35 Ayat (1) PP No.27/1999, semua dokumen AMDAL,

saran, pendapat, dan tanggapan warga masyarakat yang berkepentingan, kesimpulan

komisi penilai, dan keputusan kelayakan lingkungan hidup setiap rencana kegiatan proyek

bersifat terbuka untuk umum.

5.5 Dokumen UKL DAN UPL

Dokumen UKL dan UPL disusun secara sepihak oleh pemrakarsa, dan terdiri dari:

a) Kerangka Acuan UKL dan UPL yang berfungsi sebagai arahan untuk penyusunan UKL

dan UPL tersebut;

b) Naskah (formulir isian) UKL dan UPL yang merupakan acuan untuk pelaksanaan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Naskah UKL dan UPL harus dilampiri

surat pernyataan pelaksanaan yang ditandatangani oleh pemrakarsa, sebagai

jaminan untuk pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang

tercantum dalam dokumen tersebut.

c) Rekomendasi tentang UKL dan UPL dari instansi yang bertanggungjawab di bidang

pengelolaan lingkungan hidup.

Dokumen UKL dan UPL serta laporan hasil pelaksanaannya bersifat terbuka untuk umum.

5.6 Dokumen LARAP Pada umumnya dokumen LARAP dibuat oleh pemrakarsa dengan bantuan konsultan.

Penyusunan dokumen ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan ketentuan

lain yang disepakati oleh pemrakarsa.

Page 171: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

40

Dokumen ini dapat digunakan sebagai dasar/acuan bagi panitia pengadaan tanah dalam

melaksanakan tugasnya dan institusi lainnya yang terkait.

6 Pembiayaan

Untuk menjamin terlaksananya proses AMDAL atau UKL dan UPL dalam seluruh siklus

proyek, perlu ditunjang dengan ketersediaan dana yang memadai dan tepat waktu sesuai

dengan jadwal tahapan kegiatan proyek.

6.1 Biaya Penyaringan Proyek Yang Wajib Dilengkapi AMDAL atau UKL/UPL

Biaya kegiatan penyaringan AMDAL pada dasarnya terdiri dari komponen - komponen

biaya personil (gaji upah), pengadaan (reproduksi) data sekunder, dan perjalanan dinas.

a) Biaya personil

Karena proses penyaringan AMDAL ini sangat mudah, maka untuk pelaksanaannya tidak

diperlukan tenaga ahli lingkungan. Sekalipun demikian, tentu akan lebih baik bila

dilaksanakan oleh petugas yang memahami pengetahuan dasar tentang AMDAL.

Apabila kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola, biaya personil praktis sudah tercakup

dalam biaya rutin, sehingga tidak diperlukan alokasi dana secara khusus. Demikian juga

bila kegiatan ini dilaksanakan oleh konsultan perencanaan umum, kegiatan ini dapat

dilaksanakan oleh petugas perencanaan umum tersebut.

b) Pengumpulan data

Kegiatan yang mungkin memerlukan biaya adalah pengumpulan data rona lingkungan

khususnya data tentang keberadaan kawasan lindung yang mungkin dilalui atau

berbatasan langsung / berdekatan dengan trase jalan yang akan dibangun. Untuk

keperluan itu diperlukan biaya reproduksi peta serta biaya transport baik untuk konsultasi

dengan instansi terkait atau peninjauan lapangan. Besarnya biaya diperkirakan relatif kecil

sehingga tidak perlu dialokasikan secara khusus tapi cukup dicakup dalam anggaran rutin

atau bagian dari biaya pekerjaan perencanaan umum.

6.2 Biaya Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL

Biaya pelingkupan dan penyusunan Kerangka Acuan ANDAL terdiri dari komponen-

komponen biaya personil (gaji upah), pengadaan (reproduksi) data sekunder, perjalanan

dinas, dan reproduksi serta presentasi dokumen KA-ANDAL.

Page 172: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

41

a) Biaya personil

Komponen biaya personil (gaji-upah) mencakup tenaga ahli dan tenaga penunjang (juru gambar, operator computer, dsb). Perkiraan biaya gaji upah dihitung berdasarkan :

Jenis dan jumlah tenaga kerja dibutuhkan; dan

Harga satuan upah (sesuai dengan standar Bappenas / Ditjen Anggaran). b) Pengadaan data sekunder

Biaya pengadaan data sekunder berupa biaya pembelian atau reproduksi data dari

berbagai sumber. Jenis data dapat berupa :

• peta;

• foto udara;

• citra satelit;

• data statistik; dan

• laporan hasil survai / penelitian.

Perkiraan biaya pengadaan data sekunder dihitung berdasarkan :

• Jenis dan jumlah data yang dibutuhkan; dan

• Harga satuan tiap jenis data.

c) Biaya perjalanan dinas

Biaya perjalanan mencakup perjalanan untuk berkonsultasi dan koordinasi dengan

instansi terkait baik di tingkat pusat maupun daerah, dan perjalanan ke lokasi proyek dan

sekitarnya.

Perkiraan jumlah biaya perjalanan dihitung berdasarkan :

• Tujuan dan frekuensi perjalanan;

• Lamanya perjalanan ke tiap lokasi;

• Jenis transportasi (pesawat terbang, kareta api, mobil); • Harga satuan tiap jenis transportasi.

d) Biaya pengumuman dan konsultasi masyarakat

Komponen biaya ini terdiri dari biaya pemasangan iklan pengumuman tentang rencana

pelaksanaan studi AMDAL yang harus dipasang pada surat kabar, dan biaya pelaksanaan

pertemuan konsultasi masyarakat di lokasi proyek, sesuai dengan ketentuan tercantum

dalam Keputusan Kepala Bapedal No, 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

Page 173: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

42

e) Biaya reproduksi dan presentasi dokumen KA-ANDAL

Komponen biaya ini terdiri dari :

• biaya reproduksi dan penjilidan konsep dokumen untuk dipresentasikan pada komisi

penilai AMDAL, dan dokumen akhir untuk didistribusikan kepada instansi-instansi

terkait

• biaya presentasi di Komisi Penilai AMDAL

6.3 Biaya Studi ANDAL atau UKL / UPL

Perhitungan biaya pelaksanaan studi ANDAL atau UKL / UPL harus didasarkan atas

ketentuan-ketentuan tercantum dalam Kerangka Acuan pekerjaan studi tersebut.

Biaya studi ANDAL atau UKL / UPL secara garis besar terdiri dari komponen-komponen

biaya personil (gaji upah), fasilitas kantor, bahan (material) dan peralatan, perjalanan

dinas, analisis laboratorium, pembuatan laporan, dan presentasi.

a) Biaya personel

Komponen biaya personil (gaji upah) mencakup tenaga ahli, dan tenaga penunjang (surveyor, operator computer, juru gambar, staf administrasi, dsb).

Jumlah tenaga ahli maupun penunjang tergantung dari besarnya proyek dan jenis-jenis

isu pokok yang harus dikaji. Jumlah person-month (pm) untuk studi ANDAL satu ruas

jalan diperkirakan berkisar antara 15 - 25 pm, sedangkan untuk penyusunan UKL / UPL

berkisar antara 4 - 8 pm. Dalam prakteknya, terutama untuk pekerjaan UKL / UPL, bisa

saja beberapa ruas jalan digabung dalam satu paket pekerjaan.

Perkiraan biaya gaji upah dihitung berdasarkan :

• Jumlah dan jenis serta kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan serta lamanya

penugasan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan;

• Harga satuan upah (billing rate) sesuai dengan standar BAPPENAS / Ditjen Anggaran.

b) Perjalanan dinas

Biaya perjalanan dinas mencakup :

• Biaya transport; dan

• Biaya penugasan luar kota (out-of- duty station).

c) Analisis laboratorium

Biaya analisis laboratorium yang mungkin diperlukan adalah :

• analisis kualitas air;

Page 174: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

43

• analisis biologi (plankton dan benthos); dan

• analisis kualitas udara.

d) Bahan dan peralatan

Biaya bahan dan peralatan meliputi :

• Peralatan kantor (computer, mesin tik, alat gambar dan sebagainya); • Peralatan survai;

• Office supply (kertas, disket, tinta printer dan sebagainya)

e) Pembuatan dan presentasi laporan

Biaya pembuatan laporan meliputi :

pencetakan (reproduksi); dan

penjilidan.

Presentasi / pembahasan laporan dilaksanakan dua tahap, yaitu di tingkat:

• Pemrakarsa; dan

• Komisi Penilai AMDAL.

Berdasarkan penjelasan pasal 37 PP no. 27/1999, biaya untuk mendatangkan wakil-wakil

masyarakat dan para ahli yang terlibat dalam penilaian dokumen AMDAL menjadi

tanggung jawab pemrakarsa.

f) Biaya Lainnya

Biaya lainnya meliputi :

• Fasilitas kantor;

• Sewa kendaraan kerja;

• Biaya Komunikasi (telepon, fax).

6.4 Biaya Penjabaran RKL / RPL atau UKL/UPL padaTahap Perencanaan Teknis

Biaya pengelolaan lingkungan pada tahap perencanaan teknis menyangkut biaya personil

tenaga ahli lingkungan yang bertugas untuk menjabarkan RKL dan RPL atau UKL dan UPL

dalam rencana teknis. Besarnya biaya tergantung dari jumlah person-month yang

diperlukan, yang di perkirakan berkisar antara 2 - 4 person-month. Namun, di samping

itu, mungkin juga diperlukan biaya survai lapangan untuk memperoleh tambahan data

tertentu yang lebih detail. Biaya tersebut seharusnya telah tercakup dalam biaya

pekerjaan perencanaan teknis.

Page 175: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

44

6.5 Biaya Penyusunan LARAP Pekerjaan penyusunan LARAP merupakan pekerjaan jasa konsultan. Komponen-

komponen biaya yang diperlukan untuk pekerjaan ini meliputi:

a) Biaya personil;

b) Biaya perjalanan dinas (survey lapangan) meliputi:

Survey sosial-ekonomi penduduk yang terkena kegiatan pengadaan tanah;

Inventarisasi tanah dan aset di atasnya.

c) Biaya bahan dan peralatan survey;

d) Biaya konsultasi masyarakat;

e) Biaya penyusunan laporan; dan

f) Biaya lainnya (untuk menunjang kelancaran pekerjaan seperti perlengkapan kantor,

telpon, dsb).

Besarnya biaya penyusunan LARAP tergantung dari luas areal pengadaan tanah dan

jumlah pemilik tanah tersebut.

6.6 Pengajuan Usulan Biaya

Pengajuan usulan biaya manajemen lingkungan harus mengikuti tata cara pengajuan

usulan biaya pembangunan yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang yaitu

melalui proses penyusunan dokumen-dokumen :

• Daftar Usulan Proyek (DUP);

• Daftar Isian Proyek (DIP);

• Petunjuk Operasional (PO); dan

• Lembaran Kerja (LK).

Dalam pengajuan usulan biaya tersebut perlu diperhatikan juga apakah pelaksanaan

kegiatannya dilakukan dengan cara swakelola atau oleh pihak ketiga (konsultan). a) Usulan Biaya Penyaringan AMDAL

Usulan biaya penyaringan AMDAL sebaiknya diintegrasikan dalam biaya rutin pemrakarsa

pekerjaan atau disisipkan sebagai bagian dari biaya pelaksanaan pekerjaan perencanaan

umum.

Page 176: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

45

b) Usulan Biaya Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL

Usulan biaya penyusunan Kerangka Acuan ANDAL agar diintegrasikan dalam biaya

pelaksanaan pekerjaan studi kelayakan.

c) Usulan Biaya Sudi ANDAL atau UKL / UPL

Karena AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan, maka seharusnya usulan biaya

AMDAL terintegrasi dengan usulan biaya studi kelayakan. Namun, untuk proyek-proyek

yang telah di laksanakan studi kelayakannya tanpa AMDAL, maka usulan biaya AMDAL

tersebut dapat diajukan tersendiri.

d) Usulan Biaya Pada Tahap Perencanaan Teknis

Pada tahap ini tidak diperlukan usulan biaya khusus untuk kegiatan aspek lingkungan.

Pada tahap ini diperlukan penugasan tenaga ahli lingkungan untuk membantu tim

penyusun rencana teknis. Karena itu biaya untuk penugasan tenaga ahli tersebut otomatis

merupakan bagian dari biaya perencanaan teknis.

e) Usulan Biaya Penyusunan LARAP

Usulan biaya penyusunan LARAP diajukan bersama-sama dengan usulan biaya untuk

perencanaan teknis.

7. Koordinasi Antar Instansi Terkait

Proyek-proyek pembangunan jalan diselenggarakan oleh berbagai unit kerja (unit-unit

perencanaan umum, perencanaan teknis, konstruksi, dan operasi) pada beberapa tingkat

instansi pemerintah (pusat, propinsi dan kabupaten / kota). Karena itu, untuk kelancaran

proses pengelolaan lingkungan melalui proses AMDAL atau UKL/UPL pada tahap

perencanaan, diperlukan koordinasi dan arus informasi antar instansi terkait baik secara

vertikal maupun horizontal.

Pelaku atau pemeran utama kegiatan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, secara

fungsional dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok yaitu (i) PEMRAKARSA, (ii) BAPEDALDA,

(iii) BAPPEDA, (iv) MASYARAKAT, dan (v) INSTANSI LAINNYA.

7.1 Pemrakarsa

“PEM R A K A R SA ” adalah instansi pelaksana pem bangunan jalan. O leh karena itu,

pemrakarsa bertanggungjawab pula sebagai pelaksana penanganan dampak yang

Page 177: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

46

ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Pemrakarsa pembangunan jalan dan jembatan terdiri

dari:

a) Para pemimpin proyek perencanaan sistem jaringan jalan di lingkungan pemerintah

pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten / kota.

b) Para pemimpin Unit Manajemen Proyek (Project Management Unit - PMU) jalan dan

jembatan di lingkungan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten / kota.

c) Para pemimpin Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit – PIU) jalan dan

jembatan di lingkungan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten / kota.

d) Dinas/Sub Dinas Prasarana Wilayah/Jalan

e) Dinas-dinas di lingkungan pemerintah propinsi dan kabupaten / kota.

Pelaksanaan tugas-tugas pengelolaan lingkungan hidup (PLH) oleh pemrakarsa kegiatan,

pada tahap perencanaan antara lain adalah:

a) Melakukan penyaringan AMDAL dan UKL & UPL;

b) Menyusun Kerangka Acuan Kajian Lingkungan dan atau Kerangka Acuan Analisis Dampak

Lingkungan (KA - ANDAL);

c) Melakukan Kajian Lingkungan dan menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL);

d) Melakukan studi ANDAL dan menyusun dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan

(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL);

e) Menyusun dokumen Rencana Pengadaan Lahan dan Pemindahan Penduduk (RPL-

PP/LARAP).

7.2 Bapedalda “B A PED A LD A ” adalah Instansi yang berperan m elakukan pem binaan dan pengaw asan

terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh pemrakarsa.

Termasuk ke dalam kelompok BAPEDALDA adalah:

a) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) pemerintah propinsi;

b) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) pemerintah kabupaten;

c) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) pemerintah kota.

Tugas-tugas pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan

hidup bidang jalan, antara lain dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 178: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

47

a) Memberi masukan terhadap hasil penyaringan AMDAL dan atau UKL dan UPL;

b) Menilai Kerangka Acuan ANDAL;

c) Menilai hasil studi ANDAL, RKL, dan RPL;

d) Memberi masukan terhadap hasil kajian lingkungan (UKL dan UPL);

7.3 Bappeda “B A PPED A ” adalah instansi yang berperan m elakukan pem binaan dan koordinasi terhadap

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh pemrakarsa.

Termasuk ke dalam kelompok BAPPEDA ini adalah:

a) Bappeda pemerintah propinsi;

b) Bappeda pemerintah kabupaten;

c) Bappeda pemerintah kota.

Tugas-tugas pembinaan dan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan,

antara lain dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menjabarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) Nasional yang terkait

dengan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan kedalam peraturan-peraturan

daerah;

b) Menjabarkan NSPM yang lebih spesifik dengan kebutuhan lokal;

c) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (Diklat) tentang penerapan NSPM

tersebut;

d) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kemampuan terapan NSPM yang

dihasilkan;

e) Melakukan koordinasi penataan ruang wilayah propinsi, kabupaten dan kota;

f) Melakukan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang wilayah propinsi, kabupaten

dan kota melalui peta padu serasi.

7.4 Masyarakat “M A SYA R A K A T ” adalah perorangan m aupun kelom pok yang berkepentingan terhadap

semua upaya yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan hidup. Termasuk

kedalam kelompok MASYARAKAT ini adalah:

a) Penduduk terkena proyek (PTP);

b) Lembaga swadaya masyarakat (LSM);

c) Tokoh-tokoh masyarakat;

d) Masyarakat terasing.

Page 179: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

48

Peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, antara lain dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Memberi tanggapan terhadap rencana kegiatan proyek;

b) Memberi tanggapan dan saran tentang pengelolaan lingkungan;

c) Menghadiri rapat komisi penilai AMDAL dan memberi masukan tentang aspek-aspek

pengelolaan lingkungan, khususnya yang berhubungan dengan pengadaan tanah,

kompensasi untuk tanah dan bangunan, pemukiman kembali penduduk dan

penanganan masyarakat terasing.

7.5 Instansi (Stakeholder) Lainnya

“IN ST A N SI LA IN N YA ”, dalam hal ini adalah instansi a tau kelompok pelaku pembangunan

selain keempat kelompok tersebut di atas, yang mempunyai peran penting (menentukan)

mengenai hal (bidang) tertentu dalam kaitannya dengan proses perencanaan jalan.

Kelompok ini terdiri dari antara lain:

Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau Dinas Pertanahan Propinsi / Kabupaten /

Kota, dalam kaitannya dengan masalah pengadaan tanah;

Departemen atau Dinas Kehutanan, dalam kaitannya dengan perencanaan jalan yang

melewati atau berbatasan dengan kawasan hutan;

Departemen Kelautan dan Perikanan, dalam kaitannya dengan perencanaan jalan

yang melewati kawasan pesisir;

Kementerian Negara atau Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dalam kaitannya dengan

perencanaan jalan yang melewati areal cagar budaya.

Peran instansi lainnya dalam pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan antara lain

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Memberi tanggapan terhadap rencana kegiatan proyek;

b) Memberi tanggapan dan saran tentang pengelolaan lingkungan;

c) Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan masukan tentang aspek pengelolaan

lingkungan hidup yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

7.6 Komisi Penilai AMDAL

Dokumen AMDAL (Kerangka Acuan ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL) yang disusun oleh

pemrakarsa harus dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Ada tiga tingkat komisi penilai

AMDAL, yaitu:

Page 180: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

49

• Komisi Penilai Pusat, berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup;

• Komisi Penilai Daerah tingkat propinsi, berkedudukan di BAPEDALDA Propinsi;

• Komisi Penilai Daerah tingkat kabupaten/kota, berkedudukan di BAPEDALDA

Kabupaten / Kota.

Komisi Penilai Pusat berwenang menilai dokumen AMDAL untuk jenis usaha/kegiatan

yang memenuhi kriteria:

• usaha dan/atau kegiatan bersifat strategis dan/atau menyangkut ketahanan dan

keamanan negara;

• usaha dan/atau kegiatan yang lokasinya meliputi lebih dari satu wilayah propinsi;

• usaha dan/atau kegaiatan yang berlokasi di wilayah sengketa dengan negara lain;

• usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah ruang kelautan

• usaha dan/atau kegiatan berlokasi di lintas batas negara kesatuan Republik Indonesia

dengan negara lain.

Komisi Penilai Daerah tingkat propinsi berwenang menilai dokumen AMDAL untuk jenis

usaha/kegiatan yang diluar kriteria tersebut diatas, dan lokasi kegiatannya meliputi lebih

dari satu wilayah kabupaten / kota.

Komisi Penilai Daerah tingkat kabupaten / kota berwenang menilai dokumen AMDAL

untuk jenis usaha / kegiatan yang di luar kriteria tersebut di atas, dan lokasi kegiatannya

terletak di satu wilayah kabupaten / kota yang bersangkutan.

Untuk kelancaran proses penilaian dokumen AMDAL tersebut diperlukan koordinasi yang

baik antara pihak pemrakarsa dan komisi penilai.

7.7 Bagan Koordinasi Antar Instansi Terkait Rumusan peran tiap instansi terkait dalam rangka koordinasi perencanaan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan secara singkat digambarkan dalam bentuk bagan-bagan

seperti tercantum pada Lampiran M s/d O, yang meliputi koordinasi dalam pelaksanaan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Lampiran M : Koordinasi antar instansi terkait dalam pelaksanaan Kajian Lingkungan;

meliputi:

Penyaringan Lingkungan;

Penyusunan KA – ANDAL;

Pelaksanaan Studi AMDAL;

Penjabaran Hasil Studi ANDAL, RKL dan RPL.

Page 181: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

50

Lampiran N : Koordinasi antar instansi terkait dalam perencanaan Pengadaan Tanah,

meliputi:

Pertimbangan Pengadaan Tanah;

Kegiatan Awal Pengadaan Tanah;

Identifikasi Kebutuhan Tanah;

Perencanaan Pengadaan Tanah.

Lampiran O : Koordinasi antar instansi terkait dalam perencanaan Penanganan

Masyarakat Terasing, meliputi:

Pertimbangan Penanganan Masyarakat Terasing;

Kegiatan Awal Penanganan Masyarakat Terasing;

Identifikasi Penanganan Sistem Sosial Budaya Masyarakat Terasing;

Perencanaan Penanganan Masyarakat Terasing;

8. P e n u t u p

Seperti telah dikemukakan dalam Prakata, pedoman perencanaan pengelolaan lingkungan

hidup ini merupakan salah satu bagian dari kumpulan pedoman pengelolaan lingkungan

hidup bidang jalan, yang memberikan petunjuk pelaksanaan secara garis besar untuk

memasukkan pertimbangan lingkungan dalam proses perencanaan jaringan jalan.

Pertimbangan lingkungan tersebut mencakup identifikasi, prakiraan dan analisis dampak

lingkungan yang mungkin terjadi akibat pembangunan jalan, dan merumuskan upaya

penanganannya sedini mungkin sebelum pekerjaan konstruksi dilaksanakan, melalui

mekanisme kajian lingkungan, dan AMDAL atau UKL dan UPL.

Karena itu, untuk pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pembangunan jalan secara

keseluruhan, pedoman ini harus digunakan bersama-sama dengan pedoman-pedoman

lainnya, serta lampiran-lampirannya yang memberikan petunjuk lebih rinci.

Hal lain yang sangat penting dalam pedoman ini adalah perlunya penjabaran RKL atau

UKL dalam desain dan spesifikasi teknis, serta pencantuman klosul persyaratan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam dokumen tender dan dokumen kontrak

pekerjaan konstruksi.

Untuk menjamin keberhasilan pengelolaan lingkungan ini, proses pelaksanaannya harus

terintegrasi dalam pengelolaan (manajemen) proyek. Untuk keperluan itu, koordinasi

Page 182: Info Lingkungan3

PEDOMAN PERENCANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

51

antar instansi atau unit kerja terkait mutlak diperlukan, dan peranan pemimpin proyek

selaku pemrakarsa pekerjaan sangat penting.

Di samping itu, perlu diperhatikan juga bahwa keberhasilan pengelolaan lingkungan juga

tergantung dari ketersediaan sumberdaya manusia yang qualified serta dana dan sarana

penunjang yang memadai sesuai dengan kebutuhan pada tiap tahap kegiatan proyek.

Page 183: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-1)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 9

Gambar-1 BAGAN PELAKSANAAN PENYARINGAN LINGKUNGAN (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan )

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Tata guna lahan

diperoleh dari Departemen Kehutanan, BPN dan dari sumber lainnya

2). Termasuk koordinasi

dengan instansi terkait 3). Perhatikan bagan alir

proses penyaringan (diagram A-1) dan pelajari Pedoman Penyaringan yang ada.

4). 5) Catat hasilnya dalam

risalah rapat 6) Daftar proyek yang wajib

pengelolaan lingkungan menggunakan formulir A-1

Mempelajari Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan dan mengidentifikasi penggunaan lahan pada dan sekitar rencana koridor jaringan jalan, khususnya areal sensitive … ..… .(1)

Melakukan penyaringan AMDAL dan UKL/UPL serta S O P … ..(3)

Menetapkan hasil penyaringan berupa Daftar Proyek Wajib Pengelolaan Lingkungan .. ... (6)

Memberi tanggapan dan saran dalam rangka menampung unpan balik … . .. (5)

Memberi masukan tentang Rencana Penataan Ruang Wilayah Propinsi, Kabupaten dan Kota serta Penerapan P eta P adu S erasi … (2)

Melakukan diskusi / konsultasi hasil penyaringan dengan BAPEDALDA … ... (4)

Page 184: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-1)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 10

Gambar-2 BAGAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN KA-ANDAL (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Sesuai PP AMDAL 2). Mengacu pada Kep Ka

Bapedalda No.08/2000 3) Sesuai saran apakah

melalui media cetak maupun media elektronik

4) Tanggapan disampaikan

secara tertulis dalam jangka waktu satu bulan, terhitung sejak tanggal pengumuman

5) Mengacu pada Pedoman

Konsultasi Masyarakat dan Kep.Ka Bapedal No. 08/2000

6) Gunakan pedoman

penyusunan KA-ANDAL

7), 8), 9), 10) Risalah rapat menggunakan formulir A-2 Masukan peserta rapat menggunakan formulir A-3

11) Dilakukan sampai dokumen

disetujui 12) Sebagai acuan penilaian

ANDAL

Memberitahukan rencana penyusunan dokumen AMDAL . (1)

Mengumumkan rencana kegiatan proyek… ..(3)

Menyusun konsep KA-ANDAL dan mengajukan ke Komisi Penilai untuk dinilai.. (6)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberi masukan .. (7)

Menyepakati jadwal waktu dan isi pengumuman rencana kegiatan proyek … . (2)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberikan masukan.. (8)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberi masukan (dari institusi terkait mis: kehutanan, Dikbud, Sosial) ..... (10)

Memperbaiki dokumen KA-ANDAL sesuai dengan tanggapan komisi dan mengajukan lagi ke Komisi Penilai … ..(11)

Mengadakan rapat Komisi Penilai AMDAL untuk menilai konsep KA-ANDAL … … … . (7)

Melaksanakan konsultasi Masy.… ..(5)

Memberikan tanggapan terhadap rencana kegiatan proyek … . (4)

Menetapkan dokumen KA-ANDAL ........ .. (12)

Page 185: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-1)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 11

Gambar-3 BAGAN PELAKSANAAN STUDI AMDAL (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Lampiran SK Penetapan

KA-ANDAL termasuk lampiran dokumennya.

2). Gunakan pedoman penyusunan ANDAL, RKL dan RPL

3). Lengkapi dengan surat pengantar dan tanda terima dokumen.

4) Risalah rapat menggunakan formulir A-2

5) 6), 7) Masukan peserta rapat menggunakan formulir A-3

8) Dilakukan sampai dokumen disetujui

9) Sebagai acuan untuk desain dan pelaksanaan

Mempelajari KA ANDAL yang telah ditetapkan … … … (1)

Melaksanakan Studi A N D A L … … (2)

Menghadiri rapat komisi dan memberikan masukan tentang penanganan dam pak lingkungan … .(6)

Memperbaiki konsep dokumen AMDAL sesuai dengan tanggapan komisi dan mengajukan kembali ke K om isi P enilai … (8)

Menghadiri rapat dan memberikan masukan untuk perbaikan dokumen ...........(4)

Mengadakan rapat komisi penilai AMDAL untuk menilai & menetapkan kelayakan lingkungan … … . (4)

Mengirimkan hasil studi ANDAL ke Komisi Penilai untuk dinilai … … . (3)

Menghadiri rapat komisi dan memberikan masukan tentang penanganan dampak lingkungan sesuai keterkaitannya … .(7)

Menetapkan dokumen A M D A L … … . (9)

Page 186: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-1)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 12

Gambar-4 BAGAN PENJABARAN HASIL STUDI ANDAL, RKL DAN RPL (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Termasuk mengkaji ulang

(mereview)

2) Dibantu ahli lingkungan apabila diperlukan

3) 4) 5) Dapat dilakukan dalam forum rapat atau lainnya

6) Sebaiknya ada ahli lingkungan dalam tim perencana

7) Sebanyak mungkin dituangkan dalam desain, sedangkan dampak sosial yang tidak dapat dituangkan dalam desain, merupakan lampiran desain untuk diperhatikan pada saat tender

8) Output yang diharapkan

Mempelajari hasil studi ANDAL, RKL dan RPL … ..… (1)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran ....... (4)

Menginventarisasi rekomendasi penanganan dampak pada dokumen RKL & R P L … … (2)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran sesuai kebijakan pembangunan daerah mis.: median, lansekap … … … . (3)

Memberi penjelasan kepada tim perencana teknis tentang sasaran penanganan dampak pada RKL & RPL ....(6)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran sesuai keterkaitannya mis.: penanganan utilitas yang terkena............ (5)

Melaksnakan penjabaran hasil studi ANDAL, RKL dan RPL pada perenc.teknis.. (7)

Desain jalan yang telah mempertimbangkan faktor lingkungan.. (8)

Page 187: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-1)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 13

Page 188: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-2)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 9

Gambar-1 BAGAN KONSULTASI RENCANA UMUM SISTEM JARINGAN JALAN (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Konsep rencana sistem

jaringan bersifat lokal dan regional

2). Melalui pertemuan dan

diskusi langsung dengan stakeholder.

3). Termasuk mekanisme

yang sesuai di lokasi rencana system jaringan jalan.

4). Yang dimaksud antara

lain adalah program program pengembangan kawasan yang memerlukan peningkatan dan atau pembangunan jalan baru

5). Termasuk mekanisme

penanganannya yang spesifik daerah.

6). Termasuk pola

pelestarianaya 7). 8) Menggunakan

Pedoman Pelaksanaan AMDAL, khusunya penyaringan Lingkungan

Menyusun konsep rencana sistem jaringan jalan … .(1)

Konsultasi konsep rencana sistem jaringan jalan … … … … … (2)

Melakukan Pemutakhiran Rencana Sisitem Jaringan Jalan (7)

Melakukan Penyaringan Lingkungan.............(8)

Memberi masukan persyaratan Lingkungan .......................... (3)

Memberi masukan tentang koordinasi program program pembangunan daerah dan penataan Ruang sesuai Renstra P em da … … … … .. (4)

Memberi masukan tentang area sensitif … … … … … (5)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dedikbud tentang situs

sejarah, tempat keramat.

Kehutanan tentang status hutan, areal koservasi

Perhub tentang jaringan transportasi (6)

Page 189: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-2)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 10

Gambar-2 BAGAN KONSULTASI PEMILIHAN KORIDOR RUTE JALAN (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1),2), Pada koridor Jalan

yang akan dibangun 3),4),5),6), 7) Melalui Rapat

Teknis yang diselenggarakan pemrakarsa dengan mengundang instansi/institusi terkait,

8). Yang memenuhi syarat

teknis 9),10), Mengikuti bagan

Pelaksanaan Penyusunan KA-ANDAL

Mempelajari Rencana Sisten Jaringan Jalan … . (1)

Membuat Alternatip koridor jalan … … … … (2)

Melakukan Konsultasi Pemilihan Alternatip koridor jalan … ....(3)

Menyusun Konsep KA studi lingkungan misal : KA-ANDAL dan mengajukan ke komisi penilai untuk dinilai … … … .. (9)

Memberi masukan antara lain status kepemilikan lahan masyarakat misal : hak ulayat / adat......... (6)

Memberi masukan daerah sensitive dan daya dukung llingkungan … (4)

Memberi masukan antara lain kondisi tingkat pelayanan Prasarana & Sarana berdasarkan kebutuhan Misal : tidak perlu jalan hotmix, tapi cukup macadam ...(5)

Melaksanakan Penilaian KA-A N D A L … … . (10)

Memberi masukan sesuai keterkaitan misal : BPN & Kehutanan memberi masukan status dan fungsi lahan/hutan....... (7)

Menetapkan koridor jalan terpilih… … … . (8)

Page 190: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-2)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 11

Gambar-3 BAGAN KONSULTASI KELAYAKAN RUTE JALAN (Pada Tahap Sudi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Hasil Pra Kelayakan 2). Sesuai dengan

pedoman yang berlaku 3),4), 5), 6) Melalui media

rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7), 8), 9), 10, 11) Mengikuti Bagan

Pelaksanaan Penyusunan ANDAL

Mempelajari Koridor Jalan terpilih … … … (1)

Membuat Studi Kelayakan terhadap alternatif rute Jalan (2)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilaian AMDAL … … … .(11)

Melakukan konsultasi kelayakan terhadap alternatif rute jalan (3) Memberikan masukan

tentang keserasian program dan kepentingan spesifik daerah … . (4)

Melakukan studi lingkungan (apabila diperlukan) misal : studi ANDAL dan mengajukan ke komisi penilai untuk dinilai … … … … (7)

Menilai hasil studi A N D A L, R K L, R P L ..… (8)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : BPN/KEHUTANAN/DLL memeriksa kesesuaian Tata Guna Lahan........ (6)

Menetapkan Rute terpilih .....… … … (12)

Memberi masukan tentang areal sensitif, nilai lahan dll. (5)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilaian AMDAL … … ..(10)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilaian AMDAL … … (9)

Page 191: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-2)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 12

Gambar-4 BAGAN KONSULTASI PERENCANAAN TEKNIS JALAN (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Dokumen yang telah ditetapkan Komisi Penilai

2). Mengacu pada perencanaan jalan yang ramah lingkungan

3),4),5), 6) Melalui forum rapat yang dihadiri para wakil instansi terkait, dan wakil masyarakat terkena dampak

7) Sesuai pedoman penyusunan LARAP

8),9),10), 11) Melalui forum rapat yang dihadiri para wakil instansi terkait, dan wakil masyarakat terkena dampak

12). Disertai konsep SK untuk ditanda tangani oleh Bupati atau walikota

13). Dengan instansi terkait 14). Legalisasi dokumen

LARAP

Mempelajari Hasil Studi Kelayakan, dok.lingk. (apabila ada) mis : ANDAL, RKL & RPL dari rute terpilih (1)

Melaksanakan penjabaran rekomendasi studi lingk. mis : RKL, RPL dlm Perencanaan Teknis Jalan .… … … .(2)

Memberikan informasi detail tentang area sensitif m isal : m akam dll… .(5)

Melakukan konsultasi KOnsep Perencanaan Teknis Jalan … (3)

Memberikan masukan tentang pengendalian pemanfaatan ruang dll. … … . (4)

Membuat Konsep LARAP apabila diperlukan. … … .(7) Memberi masukan

tentang keterpaduan program implementasi LA R A P … … .. (9)

Finalisasi dokumen LARAP proyek Jalan .................(12)

Memberi masukan tentang data asset dan kondisi social ekonomi … … (10)

Memberi masukan tentang tata cara dan evaluasi monitoring . (8)

Koordinasi Rencana Pelaksanaaan (13)

Memberi masukan sesuai keterkaiannya misal : pengadaan tanah daerah pariw isata… ..(6)

Bupati/ Walikota mengesahkan Dokumen LARAP (14) Menetapkan Desain

Jalan .......... (15)

Memberi masukan tentang cara pelepasan hak, apabila lahan yg diperlukan milik suatu instansi (11)

Page 192: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-2)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 13

Gambar-5 BAGAN KONSULTASI PENGADAAN LAHAN (Tahap persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk Detailed Disain dan Laporan Panitia Pembebasan Tanah

2). Dilakukan forum musyawarah yang dikoordinasikan oleh Panitia Pengadaan Tanah dan dihadiri oleh para wakil instansi terkait, aparat desa atau kelurahan, LSM dan penduduk terkena dampak

3),4) Menyetujui dan mengesahkan rencana implementasi LARAP dll.

5). Pelajari detailnya pada pedoman pelaksanaan LARAP

6),7) Lihat Pedoman Pelaksanaan Monitoring

8) Mencakup kompensasi untuk lahan dan bangunan, bantuan pindahan, bantuan pelestarian rumah rumah tradisional

9) Sesuai ketentuan LARAP

10) Pelajari pedoman

Evaluasi Pelaksanaan LARAP

Mempelajari Dokumen LA R A P … … … … … .(1)

Melakukan Konsultasi Persiapan Implementasi LARAP dalam forum m usyaw arah… .. (2)

Menerima Kompensasi, mengosongkan lahan dan hak/kewajiban lainnya sesuai LARAP … … . (8 )

P elaksanaan LA R A P … … … … … … … … … … .(5)

Melakukan Evaluasi Pelaksanaan LARAP ............... (10)

Menyepakati jadwal kompensasi dan cara pengosongan lahan serta alih kepemilikan dalam forum m usyaw arah … .(3)

Melakukan Monitoring & Evaluasi Pelaksanaan LA R A P … … … … … .. (6)

Melakukan Monitoring & Evaluasi Pelaksanaan LA R A P … … … … … … (7) Panitia pengadaan tanah

melakukan proses implementasi … … . (9 )

Mensepakati jadwal dan rencana cara pelaksana -an pengosongan lahan mis : tanah instansi lain, Listrik, PDAM, telpon. (4)

Page 193: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-2)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 14

Gambar-6 BAGAN KONSULTASI PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk jadwal

pengadaan tenaga kerja, peralatan dan bahan bangunan

2). Terutama kegiatan

kegiatan yang dapat menggangu kegiatan umum sehingga perlu diumumkan kepada masyarakat luas

3) 4) 5) 6). Melaksanakan kegiatan

sesuai kesepakatan dengan masy. Termasuk penyuluhan thd pera pekerja

7), 8), 9) Dijabarkan dari

dokumen RPL dan LARAP

10) Penyimpangan

terhadap hal-hal yang telah disepakati

11). Sesuai dengan

pedoman pelaporan konstruksi

Mempelajari Rencana dan jadwal Konstruksi … ......................… ..(1)

Menyiapkan Rencana Detail Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi .. ... (2)

Memberi masukan apabila ada gangguan … … … … … … … … … (9)

Melaksanakan Kegiatan Konstruks idan tindakan penanganan dampak … … … ..(6)

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi ..........................(11)

Melakukan monitoring … … … … … … … … .(7)

Melakukan monitoring … … … … … … … … … .(8)

Memberi masukan apabila ada penyimpangan dari rencana dan koordinasi pelaksanaan proyek (10)

Konsultasi Rencana Kegiatan konstruksi termasuk pemberitahuan hal-hal tabu dilokasi (3)

Menyepakati cara pelaksanaan pekerjaan termasuk kepada para pekerja / buruh… … (4)

Menyepakati cara pelaksanaan pekerjaan (5)

Page 194: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-2)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 15

Gambar-8 BAGAN KONSULTASI KEGIATAN EVALUASI PROYEK

(Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek) PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk komentar dan

masukan dari BAPEDALDA dan BAPEDA yang ditulis dalam laopran pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL

2). dan 3) Mencakup lokasi dan

lama pemantauan serta pelibatan masyarakat pada proses pemantauan

4), 5), dan 6) Mencakup lokasi

pengambilan data primer melalui wawancara, data sekunder (laporan harian kontraktor), metoda analisa dan evaluasi yang akan dipakai.

8). PBME (Project Benefit Monitoring & Evaluation)

9) Masukan mencakup

faktor lingkungan sosial ekonomi budaya dan teknis.

Mempelajari segala laporan monitoring … … … ...(1)

Melakukan Analisa Manfaat Proyek Jalan .......(2)

Konsultasi Konsep Analisa Manfaat Proyek Jalan & Jem batan… (3)

Menyusun Laporan PBME ............... (8)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek Lingkungan .......… … (4)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek pembangunan daerah ................................. (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek manfaat proyek bagi m asyarakat … ( 6)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek sektor terkait … ( 7)

Masukan untuk perencanaan sistem jaringan jalan … … . (9)

Page 195: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-2)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 16

Gambar-7 BAGAN KONSULTASI KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

(Pada Tahap Pasca Konstruksi) PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

Mempelajari laporan perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan jalan … .. (1)

Melakukan monitoring terhadap tertib pemanfaatan jalan dan lahan sekitarnya ..(2)

Melakukan konsultasi tentang pemanfaatan jalan dan jembatan ..(3) Melakukan monitoring

lingkungan sesuai R P L/U P L … (4)

Melakukan koordinasi antar instansi agar jalan dimanfaatkan sesuai fungsinya, penggunaan lahan sekitar jalan sesuai tata ruang dsb. … ...(5)

Berpartisipasi dalam mencegah penyimpangan pemanfaatan jalan..(6)

Memberi masukan dan mengupayakan pencegahan penyimpangan sesuai keterkaitannya mis: adanya penyerobotan lahan damija, berkembanya lahan sekitar jalan yang tidak sesuai tata ruang ..(7)

Bekerja sama dengan instansi terkait agar bagian-bagian jalan/jbt dipergunakan sesuai fungsinnya … ...(8)

Tertib Pemanfaatan Jalan … (9)

Page 196: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 8

Gambar-1 BAGAN PERTIMBANGAN PENGADAAN TANAH (Pada Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Sasaran

Kawasan yang akan dilayani misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota dll.

2) Mencakup kondisi eksisting dan rencana peruntukannya dimasa datang, penetapan status dan fungsi kawasan lindung

3). Didasarkan pada prinsip-

prinsip menghindari lahan budidaya dan yang dilindungi sesuai criteria pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

4). Dapat dituangkan dalam peta 5) Peta Koordinasi

pemanfaatan Ruang wilayah yang memadukan kawasan lindung dan kawasan binaan

6) 7) Termasuk cara-cara pelepasannya

8) Rencana ini disebarluaskan kepada institusi terkait

Mempelajari Konsep Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan, Peta Tata Guna Lahan Disekitar Rencana Jaringan Jalan … ..… .(1)

Membuat Konsep Awal Kebutuhan lahan untuk Rencana Jaringan Jalan (termasuk perkiraan kasar luas, jenis penggunaan dan kepemilikan). (2)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan beserta perkiraan kasar kebutuhan lahan … (8)

Memberi tanggapan dan masukan tentang Penerapan Peta Padu Serasi (Penataan Ruang W ilayah) … … … … .. (5)

Konsultasi konsep kebutuhan lahan rencana jaringan jalan (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya, mis.: tentang fungsi lahan dan ketentuan / peraturannya (7)

Memberi masukan tentang daya dukung lingkungan termasuk sosial (4)

Memberi masukan tentang lokasi lokasi hak adat / ulayat , dll ( 6 )

Page 197: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 9

Gambar-2 BAGAN KEGIATAN AWAL PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Pra Kelayakan )

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Dari peta Padu Serasi

dan peta lainnya yang dipublikasikan oleh Departemen/Dinas Kehutanan, Departemen/Dinas Pendidikan dan kebudayaan

2). Bersifat Orientasi lapangan untuk melihat contoh (sample) kondisi sebenarnya

3), 4), 5), 6)

Masing-masing masukan (input) Diplot pada peta Padu Serasi

7), Masukan untuk

pemilihan alternatip rute jalan dan penyusunan KA-ANDAL (Lihat bagan Pelaksanaan konsultasi masyarakat dan Penyusunan KA-ANDAL)

8) Mempertimbangkan

aspek-aspek teknis, ekonomik, sosial budaya dan lingkungan

Mempelajari Kebutuhan lahan dan Jenis Peruntukan Lahan pada Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Melakukan Konsultasi Pemilihan Alternatif koridor Jalan berdasarkan kebutuhan lahan … (2)

Merangkum data dan informasi untuk acuan peenetapan koridor jalan .....................(6)

Memberi masukan Lokasi Masyarakat Terasing, status kepemilikan dan kesediaan melepas. (5)

Memberi masukan tentang daya dukung lingkungan… … .. (3)

Memberi masukan tentang lokasi Prasarana & Sarana dan untuk pemukiman kembali penduduk serta ketersediaan dan keterpaduan pengadaan lahan .. (4)

Merangkum data dan informasi untuk acuan penetapan koridor jalan ..........(7)

Menetapkan koridor jalan terpilih............(8)

Memberi masukan tentang pengendalian fungsi lahan dan ketentuan memperoleh lahan … … (6)

Page 198: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 10

Gambar-3 BAGAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN LAHAN (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Hasil Pra Kelayakan 2). Sesuai dengan

pedoman yang berlaku 3),4),5), 6)

Melalui media rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7) Dikaji bersama sama aspek teknis, ekonomis dan lingkungan. termasuk kebutuhan Permukiman Kembali Penduduk

8) Dalam forum penilaian apabila dokumen AMDAL

9) Koordinasi rencana awal

pelaksanaan di lapangan dengan instansi lain

10) 11) Dapat dilakukan dalam forum rapat, dll.

12) Setelah dokumen AMDAL (bila ada) ditetapkan oleh Gubernur/Walikota/ Bupati

Mempelajari kebutuhan lahan dan Jenis Peruntukan Lahan pada setiap alternatif Rute Jalan … … … (1)

Melakukan Konsultasi dan Survey Dasar sosial … … (2)

Memberi masukan tentang Status Kepemilikan lahan termasuk asset lainnya serta taksiran harga .(5)

Membuat Prakiraan Kebutuhan Lahan untuk Alt.Rute.. (7)

Memberi masukan tentang pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Propinsi, kabupaten/kota dan koordinasi rencana pengadaan lahan .. (4)

Memberi masukan tentang daya dukung sosial ..… (3)

Koordinasi Rencana Awal P engadaan T anah … (9)

Memberi masukan sesuai keterkatiannya antara lain tentang hal-hal berkaitan dengan pelepasan hak. (6)

Menyetujui permohonan proyek tentang kebutuhan lahan … .(11)

Menetapkan Rute Terpilih ..... (12)

Memberi masukan kesediaan dan keberatan masy. Terhadap pengadaan tanah … ..(10)

Memperkirakan dampak sosial … .(8)

Page 199: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 11

Gambar-4 BAGAN PERENCANAAN PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk Data Jenis

Peruntukan Lahan yang terkena Proyek

2). Termasuk rencana kerja, pembagian tugas antara tim lapangan dengan panitia pengadaan tanah..

3). Sesuai Tupoksi Institusi dan dapat bersifat aktip (terjun kelapangan) maupun pasip (menerima laporan saja)

4). Terutama koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan dinas sosial

5) Termasuk status sertifikat, luasan, Lokasi di Peta, prakiraan nilai kekayaan, masa tinggal dll.

6). Sesuai peraturan per UU-an yang berlaku

7) Sesuai petunjuk yang dikeluarkan

8) 9) 10) 11) Dpat dilakukan dalam forum rapat

12) Setelah disahkan oleh Gubernur/Walikota/ Bupati

Mempelajari Pengukuran Detail R ute Jalan … … … … (1)

Memberi Masukan Detail dilapangan tentang hal kepemilikan lahan, pelepasan hak, rehabilitasi pem uk.kem bali, dll. … . (5)

Melakukan Survey Sosial Ekonomi dan konsultasi Masyarakat … … (2)

Membantu Koordinasi Pelaksanaan Survey dengan instansi Terkait … … … … .… … … . (4)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan Survey … … … … … … … … (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya antara lain proses & ketentuan pelepasan hak, tatacara & criteria kompensasi serta tata cara pem uk.kem bali … … .. (6)

Sosialisasi Konsep LARAP dan mengajukan kepada Gub/Bupati/Walikota (8)

Menetapkan desain jalan serta melakukan persiapan pelaksanaan LA R A P … … (12)

Memberikan kesepakatan thd konsep tersebut … .. (9)

Memberikan kesepakatan thd konsep … … . (10)

Gubernur / Bupati/Wali kota menyetujui konsep LARAP-nya. … .. (11)

Membuat Konsep LA R A P … ..(7)

Page 200: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 12

Gambar-5 BAGAN PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI PENDUDUK (Pada Tahap Persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Dijabarkan dari

Dokumen LARAP yang telah ditetapkan

2) 3) 4) Dapat dilakukan berkali kali

5). Sesuai dg kesepakatan nilai kompensasi dan daftar penerimanya

6),7) Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara pasip (menerima laporan) atau aktip (kelapangan).

8) 9) Termasuk proses pensertifikatan

10). Sesuai dengan yang tertera pada LARAP

11) Sesuai yang tertera pada dokumen LARAP dan daftar yang akan dimukimkan kembali

12) Baik instansi pusat dan daerah termasuk di lokasi pemukiman kembali penduduk.

13). Sertifikat kepemilikan lahan dan bangunan

14) Dapat dikaitkan dengan program instansi terkait

15) Untuk digunakan sebagai acuan monitoring

Membuat Jadwal Detail & konsultasi Pelaksana- an LA R A P … ..(1)

Melaksanakan Pembayaran Kompensasi untuk tanah dan asset diatasnya … … ..(5)

Menerima Sertifikat Kepemilikan Kapling dan K artu P enduduk … ..(13 )

Melaksanakan Kegiatan Pemukiman Kembali Penduduk (BILA ADA) ....... ( 10)

Membuat Laporan Pelaksanaan LARAP … … (15)

Menyerahkan Surat-surat kepemilikan lahan kepada pem rakarsa … … .(8)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan LARAP .… .. (11)

Membantu pelaksanaan Koordinasi dengan instansi terkait … (12)

Melakukan monitoring … … (6 ) Panitia Pengadaan Tanah

membantu dalam penyelesaian proses adm inistrasi … … .(9)

Berpartisipasi dalam musyawarah & mufakat … … … . (2)

Melakukan monitoring … .. (7)

Berpartisipasi dalam musy. & menyepakati dlm mufakat khususnya P .T .P … … . (3)

Melaksanakan musyawarah dan mufakat, khususnya panitia pengadaan tanah … … .. (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: transmigrasi, perumahan dll… (14 )

Page 201: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 13

Gambar-6 BAGAN PELAKSANAAN REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERKENA DAMPAK (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Diambil dari laporan

LARAP.

2) Dapat dilakukan pada tahap sebelumnya

3), 4), 5), 6).

Melalui forum rapat atau metode lainnya

7) Yang telah disesuaikan

terhadap masukan konsultansi

8) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

9) Sesuai tupoksi

10) Program yang telah disepakati

11) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

12) Sebagai bahan monitoring

Mempelajari rencana rehab ekonom i … … ..(1)

Melakukan konsultasi dan persiapan Rehabilitasi Ekonomi bagi Masyarakat Terkena Proyek … … … … (2)

Menerima dan melaksanakan program R ehabilitasi… … … (10)

Melaksanakan Program R ehabilitasi … … … (7)

MEMBUAT Laporan Pelaksanaan Program Rehabilitasi Ekonomi m asyarakat … … ..(12)

Melakukan monitoring … … … .(8)

Melakukan Koordinasi dengan Instansi Terkait … … … … … … … … … .(9)

Memberi masukan ttg. Monitoring dan indikator keberhasilan program Rehabilitasi yg efektif … ..(3)

Melaksanakan persiapan rehab & memberi masukan tentang kesulitan pasca LA R A P … .. (5)

Memberi masukan program dari sektor lain yg dapat dikoordinasikan … … (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: Dinas Sosial sebagai Pengawas Lapangan. (11)

Membantu sesuai keterkaitannya, misal Dinas Sosial memberi masukan tentang alt pola rehabilitasi … … (6)

Page 202: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 14

Gambar-7 BAGAN PELAKSANAAN MONITORING PASCA PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Pasca Konstruksi /Operasi dan Pemeliharaan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk penyesuaian

penyesuaian yang dilakukan dan masukan masukan lainnya yang diperoleh selama proses pengadaan tanah dari tahap perencanaan umum sampai dengan tahap konstruksi.

2). Melibatkan berbagai

disiplin ilmu (teknis, sosial dan kelembagaan)

3), 4), 5), 6), 7). Melalui rapat teknis

yang diselenggarakan oleh Pemrakarsa

8). Hasilnya menjadi bagian

laporan Akuntabilitas Proyek Jalan.

Mempelajari Catatan Pelaksanaan LARAP (Pengadaan Tanah dan Rehabilitasi E konom i) … … .(1)

Konsultasi Hasil Sementara terhadap monitoring pelaksanaan LARAP … … .(3)

Menyusun Laporan Monitoring Pasca LA R A P … … . (8)

Memberi tanggapan dan masukan kualitas kondisi sosekbud m asy… .. (4)

Memberi tanggapan dan masukan terhadap kualitas koordinasi antar sekto … ... (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek perubahan sosek dan lingkungan termasuk dari aspek pelaksanaan … ..( 6)

Memberi tanggapan dan masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. Keberhasilan/kegagalan program rehabilitasi, tingkat kesenjangan antar kelom pok m asy. … 7)

Melakukan Analisa Kesesuaian Rencana … … … . (2)

Page 203: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 15

Gambar-8 BAGAN EVALUASI PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Laporan monitoring

yang memasukkan masukan dari berbagai institusi terkait

2) Melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Termasuk pertimbangan persyaratan dari lembaga donor

4) 5) 6) 7) 8)

Dilakukan melalui forum rapat/ seminar/lainnya

9) Hasilnya diserahkan kepada para perencana umum pengembangan jaringan jalan.

Mempelajari laporan monitoring pelaks. LA R A P … … ...(1)

Menganalisa dan mengidentifikasi kriteria perencanaan … . (2)

Menetapkan kriteria-kriteria pengadaan tanah yang akan digunakan sebagai kebutuhan perencanaan dimasa datang … (9)

Menyusun konsep kriteria perencanaan LARAP yang lebih baik ..… . (3)

Konsultasi konsep perencanaan LARAP … . (4) Memberi masukan

tentang sosekbud dan m asalah lingkungan … . (5)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelem bagaan … . (6)

Memberi masukan tentang kendala dan tata cara perencanaan dan pelaksanaan … . (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. tata ruang, nilai kearifan lokal, adat istiadat, pelatihan untuk alih profesi … . (8)

Page 204: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 1

1. PENJELASAN UMUM Pedoman ini mengatur pelaksanaan pengadaan tanah, termasuk pemukiman kembali penduduk (BILA ADA) pada seluruh tahapan siklus pengembangan proyek jalan dan jembatan yaitu:

a). Pertimbangan Pengadaan Tanah b). Kegiatan Awal Pengadaan Tanah c). Indentifikasi Kebutuhan Lahan d). Perencanaan Pengadaan Tanah e). Pelaksanaan Pengadaan Tanah f). Rehabilitasi Ekonomi Masyarakat Terkena Proyek g). Evaluasi Pasca Pengadaan Tanah

Seperti halnya pada pelaksanaan AMDAL dan pelaksanaan Konsultasi Masyarakat, proses pengadaan tanah melibatkan 5 (lIMA) kelompok atau pelaku utama berikut ini: a). PEMRAKARSA, dalam hal ini meliputi para pimpinan proyek, para kepala

Dinas di propinsi, kabuipaten dan kota b). BAPEDALDA, dalam hal ini termasuk Bapedalda Propinsi, Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) atau Kantor Lingkungan Hidup di Kabupaten maupun kota.

c). BAPPEDA, dalam hal ini terdiri dari Bappeda propinsi, Bappeda Kabupaten dan Bapeda Kota.

d). MASYARAKAT, dalam hal ini terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Penduduk terkena dampak, tokoh tokoh masyarakat yang mewakili penduduk terkena dampak dan masyarakat terasing.

e). STAKEHOLDER LAINNYA yang mempunyai peran pada penanganan kasus-kasus khusus misalnya Departemen/Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Departemen/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan lain sebagainya.

Pedoman pelaksanaan ini menjelaskan mekanisme kerja pelaksanaan pengadaan tanah untuk proyek yang terintegrasi dengan siklus pengembangan proyek, sedemikian sehingga masalah masalah lingkungan sudah mulai diidentifikasi dan ditangani dari proses pembangunan yang paling awal.

Mekanisme kerja menjelaskan pembagian peran dari ke lima kelompok pelaku pembangunan tersebut.

2. PERTIMBANGAN PENGADAAN TANAH Pertimbangan pengadaan tanah untuk proyek sistim Jaringan jalan , dilakukan pada tahap perencanaan dan bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sasaran proyek serta menampung masukan dari masyarakat yang berkepentingan dengan proyek jalan. Sasarannya adalah terkumpulnya masukan untuk landasan pemutakhiran koridor rencana system jaringan jalan.

Page 205: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 2

Catatan-1: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan konsep awal perencanaan umum system jaringan jalan. Langkah pelaksanaan pertimbangan pengadaan tanah untuk proyek Sistim Jaringan Jalan dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-1) 1. Pemrakarsa mempelajari kembali konsep Rencana Umum Sistim

Jaringan Jalan termasuk sasaran kawasan yang akan dilayani, misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota yang akan didukung sistim jaringan jalan, mempelajari pula peta tata guna lahan pada dan disekitar koridor-koridor yang telah dipertimbangkan yang mencakup kondisi eksisting maupun rencana peruntukannya dimasa dating.

2. Selanjutnya, Pemrakarsa membuat perencanaan umum system jaringan jalan yang telah meninjau beberapa kemungkinan koridor jalan. Perencanaan umum tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip menghindari lahan budi daya dan kawasan yang dilindungi sesuai criteria yang tertera pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang..

3. Pemrakarsa, Konsultasi konsep kebutuhan lahan rencana jaringan jalan. 4. BAPPEDA, memberi tanggapan dan masukan tentang penerapan peta

padu serasi dan atau peta penataan ruang wilayah termasuk program program pembangunan daerah yang telah direncanakan. Tanggapan dan masukan ini diberikan sesuai permintaan pemrakarsa.

5. STAKEHOLDER LAINNYA, memberi masukan tentang fungsi lahan dan ketentuan / peraturannya.

6. PEMRAKARSA, melakukan pemutakhiran terhadap rencana umum sistim jaringan jalan beserta koridor koridornya dengan mempertimbangkan seluruh masukan yang diperoleh dari BAPPEDA.

3. KEGIATAN AWAL PENGADAAN TANAH KEGIATAN AWAL PENGADAAN TANAH, dilakukan pada tahap pra kelayakan koridor rencana system jaringan Jalan dan bertujuan untuk menganalisa kebutuhan lahan untuk proyek sedemikian sehingga selain luasan tanah yang perlu dibebaskan, juga teridentifikasinya lahan lahan masyarakat yang akan terkena proyek jalan. . Catatan-2: Kegiatan ini dilaksanakan setelah pemrakarsa menyelesaikan konsep rencana umum system jaringan jalan termasuk koridor-koridor yang memungkinkan untuk dikembangkan. Langkah pelaksanaan Kegiatan awal pengadaan tanah dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-2)

Page 206: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 3

1. PEMRAKARSA, mempelajari jenis peruntukan lahan pada koridor-koridor rencana system jaringan jalan dari peta padu serasi yang diperoleh dari BAPPEDA dan atau peta lain yang dikembangkan oleh instansi terkait misalnya peta budaya, peta banjir, peta quarry dll..

2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan konsultasi mengenai koridor-koridor system jaringan jalan yang telah dikembangkan tersebut untuk menggali masukan tambahan dari para stakeholdernya.

3. BAPEDALDA diharapkan dapat memberi masukan tentang kebijaksanaan pelestarian lingkungan hidup termasuk lokasi lokasi kawasan yang dilindungi..

4. BAPPEDA, memberi masukan tentang prasarana dan sarana strategis yang terdapat pada dan disekitar koridor jalan, dan alternatip lokasi pemukiman kembali penduduk apabila diperlukan.

5. MASYARAKAT, memberi masukan tentang adanya masyarakat terasing pada koridor atau disekitar koridor system jaringan jalan yang direncanakan.

6. STAKEHOLDER LAINNYA, Memberi masukan tentang pengendalian fungsi lahan dan ketentuan memperoleh lahan.

7. PEMRAKARSA, merangkum semua masukan yang diperoleh untuk acuan mempertimbangkan kembali koridor koridor system jaringan jalan yang telah dikembangkan. Masukan tersebut, juga diperlukan untuk pertimbangan penyusunan KA-ANDAL.

8. PEMRAKARSA, menetapkan koridor jalan terpilih

4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN LAHAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN LAHAN dilakukan dilakukan pada tahap Studi Kelayakan proyek dan bertujuan untuk masukan analisa kelayakan rute jalan pada koridor yang dipilih. Sasarannya adalah teridentifikasikannya dampak pengadaan tanah, lokasi alternatip pemukiman kembali penduduk (BILA ADA) dan prakiraan kebutuhan biaya pengadaan tanah berdasarkan variasi kharakteristiknya dilapangan. Catatan-3: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan pemilihan koridor jalan yang paling baik ditinjau dari aspek teknis dan lingkungan yang diperoleh dari analisa pra kelayakan. Dalam hal pra kelayakan tidak dilakukan, maka pilihan koridor rencana jalan didasarkan pada analisis isu isu lingkungan yang dilakukan pada tahap penyaringan AMDAL, UKL, UPL. Langkah pelaksanaan identifikasi kebutuhan lahan dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-3) 1. PEMRAKARSA, mempelajari kebutuhan lahan dan jenis peruntukan

lahan ada setiap alternatip rute jalan yang terletak pada koridor terpilih. 2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan konsultasi dan survey dasar social

berdasarkan pedoman survey yang ada.

Page 207: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 4

3. Atas dasar permintaan pemrakarsa, BAPEDALDA memberi masukan tentang daerah-daerah yang dinilai sensitip atau kawasan kawasan yang dinilai startegis, bersejarah dan mempunyai nilai tradisional.

4. BAPPEDA, memberi masukan tentang pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, propinsi maupun kota termasuk dukungan proyek jalan terhadap program program tersebut.

5. MASYARAKAT, memberi masukan tentang status kepemilikan lahan termasuk lama waktu tinggal dll.

6. BPN memberikan masukan tentang tata ruang dan kehutanan memberi masukan tentang fungsi hutan

7. PEMRAKARSA, membuat prakiraan kebutuhan lahan disetiap alternatip rute jalan yang terletak pada koridor terpilih untuk masukan pada analisa kelayakan proyek.

8. PEMRAKARSA mentepkan rute terpilih. 9. BAPPEDA, mengadakan koordinasi rencana pelaksanaan di lapangan

dengan instansi terkait. 10. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, PEMRAKARSA menyiapkan

konsep permohonan kebutuhan lahan untuk proyek kepada Gubernur atau Bupati atau walikota.

11. Gubernur/Bupati/Walikota menyetujui permohonan proyek tentang permohonan lahan

5. PERENCANAAN PENGADAAN TANAH PERENCANAAN PENGADAAN TANAH, dilakukan pada tahap Perencanaan Teknis (detailed design) dan bertujuan untuk menjabarkan RKL dan RPL kedalam perencanaan teknis jalan. Sasarannya adalah (i) terkumpulnya data penduduk terkena dampak beserta kekayaannya (ii) terkumpulnya bahan bahan untuk perencanaan pengadaan tanah termasuk rencana jadwal pembayaran kompensasi, (iii) tersusunnya rencana pemindahan kembali penduduk termasuk pilihan lokasinya (BILA ADA), (iv) tersusunnya rencana penanganan masyarakat terasing (BILA ADA).. Catatan-4: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan studi kelayakan dan menerima ketetapan mengenai Studi ANDAL, RKL dan RPL dari komisi penilai AMDAL. Kegiatan perencanaan pengadaan tanah dilakukan setelah pengukuran detail untuk perencanaan detail teknis diselesaikan yang pelaksanaannya didasarkan atas rekomendasi RKL dan RPL tersebut. Langkah pelaksanaan perencanaan pengadaan tanah dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-4) 1. PEMRAKARSA, mempelajari hasil pengukuran detail pada rute jalan

terpilih termasuk semua informasi yang diperoleh selama pengukuran dilaksanakan.

Page 208: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 5

2. PEMRAKARSA, melakukan survey social ekonomi masyarakat sekitar rute jalan pada koridor terpilih seraya melakukan konsultasi masyarakat melalui pola wawancara.

3. Bilamana diminta oleh pemrakarsa, BAPEDALDA melakukan monitoring pelaksanaan survey social ekonomi yang dilaksanakan oleh konsultan pelaksana.

4. BAPPEDA, membantu dalam menggkoordinasikan pelaksanaan survey social ekonomi tersebut yang biasanya memerlukan pula keterlibatan instansi lain selain instansi social.

5. Selama proses wawancana, MASYARAKAT, memberi masukan detail mengenai hal hal yang berhubungan dengan kepemilikan tanah.

6. Panitia pengadaan tanah, memberi masukan tentang tata cara dan kriteria kompensasi, sesuaiperaturan per Undang-undangan yang berlaku.

7. PEMRAKARSA membuat LA 8. RAP dan melakukan konsultasi masyarakat sebagainmana dijelaskan

pada bagan konsultasi masyarakat pada tahap perencanaan teknis. 9. PEMRAKARSA, mensosialisasikan konsep larap, dan mengajukan

kepada Gubernur/Bupati/Walikota. 10. BAPPEDA, memberikan kesepakatan terhadap konsep LARAP. 11. MASYARAKAT, memberikan kesepakatan terhadap konsep LARAP 12. Gubernur/Bupati/Walikota menyetujui konsep LARAP. 13. PEMRAKARSA, mengadakan persiapan pelaksanaan

6. PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH yang dilakukan pada tahap persiapan konstruksi bertujuan menyelesaikan masalah masalah yang berhubungan dengan administrasi pengadaan tanah. Sasarannya adalah (i) tersedianya lahan yang dibutuhkan proyek beserta surat surat kepemilikannya (ii) terselesaikannya pembayaran kompensasi lahan dan bangunan serta tanaman milik penduduk terkena proyek, (iii) termukimkannya penduduk terkena proyek pada lokasi lokai yang layak huni, (iv) tertanganinya masyarakat terasing.. Catatan-5: Kegiatan ini dilakukan setelah perencanaan teknis detail diselesaikan. Demikian pula dokumen Land Acquizition and Ressettlement Action Plan (LARAP) harus sudah disetujui sebagai dokumen pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali penduduk serta penanganan masyarakat tersaing (BILA ADA). Langkah pelaksanaan pengadaan tanah dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-5) 1. PEMRAKARSA, mempelajari dokumen LARAP dan membuat rencana

detail pelaksanaannya yang disesuaikan dengan perkembangan terakhir

Page 209: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 6

dari proses pengadaan tanah.maupun kesiapan perencanaan serta pendanaannya.

2. BAPPEDA, ikut berpartisipasi dalam musyawarah & mufakat 3. MASYARAKAT, ikut berpartisipasi dalam musyawarah dan menyepakati

dalam mufakat khususnya PTP. 4. STAKEHOLDER LAINNYA, Melaksanakan musyawarah dan mufakat

khususnya panitia pengadaan tanah. 5. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan pembayaran kompensasi untuk

tanah beserta asset asset diatasnya, sesuai dengan jadwal terakhir yang disepakati.

6. BAPEDALDA, melakukan monitoring tentang pelaksanannya dilapangan, terutama kesesuaiannya dengan kesepakatan dan jadwal.

7. BAPPEDA, melakukan monitoring dan evaluasi 8. MASYARAKAT, menyerahkan surat surat bukti kepemilikan tanah kepada

pemrakarsa melalui panitia pengadaan tanah. 9. Panitia pengadaan tanah membantu dalam penyelesaian proses

administrasi 10. APABILA ADA kebutuhan pemukiman kembali penduduk, PEMRAKARSA

melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama.

11. BAPEDALDA, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pemukiman kembali penduduk tersebut.

12. BAPPEDA, membantu dalam hal koordinasi dengan instansi terkait agar pelaksanaan pemukiman kembali penduduk tersebut sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

13. MASYARAKAT, menerima sertifikat dan atau surat surat yang diperlukan sehubungan dengan pemukiman kembali tersebut misalnya sertifikat kepemilikan kapling, kartu penduduk dll.

14. PEMRAKARSA, membuat laporan mengenai pelaksanaan pengadaan tanah kepada atasan pemrakarsa dengan tembusan kepada instansi terkait.

7. REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERKENA DAMPAK

REHABILITAS EKONOMI mulai dilakukan pada tahap konstruksi Jalan dan jembatan bertujuan memberbaiki kondisi social ekonomi masyarakat terkena dampak yang kondisinya menurun bila dibandingkan dengan sebelum terkena proyek. Catatan-6: Kegiatan ini dilakukan setelah lahan untuk proyek telah tersedia dan atau diserahkan kepemilikannya kepada proyek dan setelah kontraktor pelaksana

Page 210: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 7

ditunjuk. Kontraktor pelaksana yang ditunjuk bersama sama pemrakarsa telah pula menyiapkan rencana detail pelaksanaan konstruksi. Langkah Konsultasi Pelaksanaan rehabilitasi ekonomi masyarakat terkena dampak dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-6) 1. PEMRAKARSA, mempelajari rencana rehabilitasi ekonomi, melakukan

identifikasi masyarakat terkena dampak yang menurun kondisi social ekonominya setelah menerima pembayaran kompensasi atau setelah dimukimkan kembali (BILA ADA). Identifikasi dilakukan terhadap masyarakat terkena dampak yang tercatat dalam dokumen LARAP.

2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan konsultasi dan persiapan rencana rehabilitasi dan mengkonsultasikannya kepada pihak pihak yang berkepentingan agar pelaksabnaannya efektip.

3. BAPEDALDA, memberi masukan mengenai pelaksanaan rehabilitasi ekonomi masyarakat yang dinilai paling efektip sesuai dengan kondisi lapangan.

4. BAPPEDA, memberi masukan program program sejenis dari instansi lainnya .

5. MASYARAKAT, memberi masukan mengenai penyebab timbulnya kesulitan ekonomi, mislanya karena kehilangan pelanggan, karena maslahan lapangan kerja alternatip yang tidak diperoleh dilokasi baru dsb.

6. DINAS SOSIAL memberi alternatip pola rehabilitasi. 7. PEMRAKARSA, melaksanakan program rehabilitasi ekonomi masyarakat

berdasarkan rencana yang telah mendapat berbagai masukan serta telah disepakati.

8. BAPEDALDA, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi ekonomi masyarakat tersebut..

9. BAPPEDA, membantu dalam hal koordinasinya dengan instansi terkait apabila ada program sejenis sehingga dapat disinergikan.

10. MASYARAKAT, menerima dan melaksanakan program rehabilitasi sesuaii kesepakatan.

11. DINAS SOSIAL, melakukan monitoring & evaluasi. 12. PEMRAKARSA, membuat laporan pelaksanaan rehabilitasi ekonomii

masyarakat dan menggunakannya sebagai acuan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi manfaat proyek.

8. PELAKSANAAN EVALUASI PASCA PENGADAAN TANAH EVALUASI PASCA PENGADAAN TANAH yang dilakukan pada tahap pasca konstruksi Jalan dan jembatan bertujuan untuk menilai kinerja pengadaan tanah sedemikian sehingga dapat melengkapi bahan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja proyek jalan dapat tersusun. Catatan-7:

Page 211: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-3)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 8

Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan konstruksi selesai dan pemrakarsa menyelesaikan laporan evaluasi pelaksanaan konstruksi termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan LARAP. Langkah evaluasi pasca pengadaan tanah dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-7) 1. PEMRAKARSA, mempelajari semua catatan lapangan yang diperoleh

selama pelaksanaan pengadaan tanah.. 2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan analisa kesesuaian rencana dengan

pelaksanaannya. 3. PEMRAKARSA, meminta pendapat BAPEDALDA dan BAPPEDA tentang

pola evaluasi yang paling sesuai. 4. BAPEDALDA, memberi masukan dan tanggapan yang diperlukan,

khususnya penilaian kondisi masyarakat terkena dampak. 5. BAPPEDA, memberi masukan dan tanggapan yang diperlukan,

khususnya penilaian terhadap perubahan kualitas lingkungan permukiman disekitar proyek jalan, penataan ruang, pembangunan ekonomi wilayah dan aspek asepk pembangunan daerah lainnya.

6. MASYARAKAT, memberi umpan balik tentang perubahan kondisi social ekonomi sebelum dan sesudah proyek.

7. BPN, memberi tanggapan dari aspek kesesuaian tata ruang. 8. PEMRAKARSA, menyusun laporan evaluasi pengadaan tanah.

9. EVALUASI PASCA PENGADAAN TANAH

Evaluasi pasca pengadaan tanah pada tahap pasca proyek bertujuan untuk menyusun criteria Pengadaan Tanah yang akan digunakan sebagai ketentuan perencanaan dimasa datang.

Untuk itu, pemrakarsa melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Mempelajari laporan evaluasi pasca pelaksanaan pengadaan tanah b. Mengidetifikasi kriteria-kriteria perencanaan yang perlu disesuaikan c. Menetapkan criteria pengadaan tanah yang akan digunakan sebagai

ketentuan perencanaan dimasa datang.

Page 212: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 1

1. PENJELASAN UMUM Pedoman ini mengatur pelaksanaan penanganan masyarakat terasing pada seluruh tahapan siklus pengembangan proyek jalan dan jembatan yaitu:

a). Pertimbangan Penanganan masyarakat Terasing b). Kegiatan Awal Penanganan Masyarakat Terasing c). Indentifikasi Penanganan Sistem Sosial Budaya Masyarakat Terasing d). Perencanaan Penanganan Masyarakat Terasing e). Pelaksanaan Penanganan Masyarakat Terasing f). Pelaksanaan Konservasi Budaya Masyarakat Terasing g). Pelaksanaan Evaluasi Pasca Penanganan Masyarakat Terasing

Seperti halnya pada pelaksanaan AMDAL dan pelaksanaan Konsultasii Masyarakat serta pelaksanaan pengadaan tanah, proses penanganan Masyarakat Terasing melibatkan 5 (lima) kelompok atau pelaku utama berikut ini: a). PEMRAKARSA, dalam hal ini meliputi para pimpinan proyek, para kepala

Dinas di propinsi, kabuipaten dan kota b). BAPEDALDA, dalam hal ini termasuk Bapedalda Propinsi, Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) atau Kantor Lingkungan Hidup di Kabupaten maupun kota.

c). BAPPEDA, dalam hal ini terdiri dari Bappeda propinsi, Bappeda Kabupaten dan Bapeda Kota.

d). MASYARAKAT, dalam hal ini terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Penduduk terkena dampak, tokoh tokoh masyarakat yang mewakili penduduk terkena dampak dan masyarakat terasing.

e). STAKEHOLDER LAINNYA yang mempunyai peran pada penanganan kasus-kasus khusus misalnya Departemen/Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Departemen/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan lain sebagainya.

Pedoman pelaksanaan ini menjelaskan mekanisme kerja pelaksanaan pengadaan tanah untuk proyek yang terintegrasi dengan siklus pengembangan proyek, sedemikian sehingga masalah masalah lingkungan sudah mulaii diidentifikasi dan ditangani dari proses pembangunan yang paling awal.

Mekanisme kerja menjelaskan pembagian peran dari ke lima kelompok pelaku pembangunan tersebut.

2. PERTIMBANGAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

Pertimbangan penanganan masyarakat terasing untuk proyek sistim Jaringan jalan, dilakukan pada tahap perencanaan dan bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sasaran proyek serta menampung masukan dari masyarakat yang

Page 213: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 2

berkepentingan dengan proyek jalan. Sasarannya adalah terkumpulnya masukan untuk landasan pemutakhiran koridor rencana system jaringan jalan. Catatan-1: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan konsep awal perencanaan umum system jaringan jalan. Langkah pelaksanaan pertimbangan penanganan masyarakat terasing untuk proyek Sistim Jaringan Jalan dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-1) 1. Pemrakarsa mempelajari kembali konsep Rencana Sistim Jaringan Jalan

termasuk sasaran kawasan yang akan dilayani, misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota yang akan didukung sistim jaringan jalan dan mempelajari pula peta tata guna lahan pada dan disekitar koridor-koridor yang telah dipertimbangkan yang mencakup kondisi eksisting maupun rencana peruntukannya dimasa datang.

2. Selanjutnya, Pemrakarsa membuat perencanaan umum jaringan jalan yang telah meninjau beberapa kemungkinan koridor jalan. Perencanaan umum tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip menghindari lahan budi daya dan kawasan yang dilindungi sesuai criteria yang tertera pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang..

3. BAPPEDA, memberi tanggapan dan masukan tentang penerapan peta padu serasi dan atau peta penataan ruang wilayah termasuk program program pembangunan daerah yang telah direncanakan. Tanggapan dan masukan ini diberikan sesuai permintaan pemrakarsa.

4. MASYARAKAT, memberikan gambarantentang kehidupan sosial budaya masyarakat terasing, termasuk upacara ritual yang berhubungan dengan tanah.

5. DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN memberi masukan tentang lokasi masyarakat terasing termasuk populasinya.

6. PEMRAKARSA, menetapkan rencana jaringan jalan beserta koridor koridornya dengan mempertimbangkan seluruh masukan yang diperoleh dari BAPPEDA.

3. KEGIATAN AWAL PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

KEGIATAN AWAL PENANGANAN MASYARAKAT TERASING, dilakukan pada tahap pra kelayakan koridor rencana system jaringan Jalan dan bertujuan untuk menganalisa kebutuhan lahan untuk proyek sedemikian sehingga selain luasan tanah yang perlu dibebaskan, juga teridentifikasinya kawasan Perumahan dan Permukiman masyarakat terasing yang akan terkena proyek jalan. . Catatan-2:

Page 214: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 3

Kegiatan ini dilaksanakan setelah pemrakarsa menyelesaikan konsep rencana umum system jaringan jalan termasuk koridor-koridor yang memungkinkan untuk dikembangkan. Langkah pelaksanaan Kegiatan awal penanganan masyaraka terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-2) 1. PEMRAKARSA, mempelajari penyebaran permukiman masyarakat

terasing pada koridor-koridor rencana system jaringan jalan dari peta padu serasi yang diperoleh dari BAPPEDA dan atau peta lain yang dikembangkan dan atau dipublikasikan oleh instansi terkait misalnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Sosial dll.

2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan konsultasi mengenai koridor-koridor system jaringan jalan yang telah dikembangkan tersebut untuk menggali masukan tambahan dari para stakeholdernya.

3. BAPEDALDA diharapkan dapat memberi masukan tentang perkiraan dampak social terhadap masyarakat terasing yang harus dilestarikan termasuk kebijaksanaan kebijaksanaan yang berhubungandengan pelestarian lingkungan hidup termasuk lokasi lokasi kawasan yang dilindungi..

4. BAPPEDA, memberi masukan tentang koordinasi penanganan masyarakat terasing.

5. MASYARAKAT, memberi masukan tentang sistem pemilikan tanah masyarakat terasing pada koridor atau disekitar koridor system jaringan jalan yang direncanakan.

6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi masukan tentang pola kehidupan sosial, ekonomi, budaya masyarakat terasing.

7. PEMRAKARSA, merangkum semua masukan yang diperoleh untuk acuan mempertimbangkan kembali koridor koridor system jaringan jalan yang telah dikembangkan. Masukan tersebut, juga diperlukan untuk pertimbangan penyusunan KA-ANDAL.

8. PEMRAKARSA, menetapkan koridor jalan terpilih

4. IDENTIFIKASI SISTEM SOS BUD MASYARAKAT TERASING

IDENTIFIKASI SISTEM SOSIAL BUDAYA masyarakat terasing dilakukan dilakukan pada tahap Studi Kelayakan proyek dan bertujuan untuk masukan analisa kelayakan rute jalan pada koridor yang dipilih. Sasarannya adalah teridentifikasikannya sistem sosial budaya yang akan terkena dampak proyek jalan. Catatan-3: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan pemilihan koridor jalan yang paling baik ditinjau dari aspek teknis dan lingkungan yang diperoleh dari analisa pra kelayakan. Dalam hal pra kelayakan tidak dilakukan, maka pilihan koridor rencana jalan didasarkan pada analisis isu isu lingkungan yang dilakukan pada tahap penyaringan AMDAL, UKL, UPL.

Page 215: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 4

Langkah pelaksanaan identifikasi sistem sosial budaya masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-3) 1. PEMRAKARSA, mempelajari pola penyebaran masyarakat terasing pada

setiap alternatip rute jalan yang terletak pada koridor terpilih. 2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan survey dasar social berdasarkan

pedoman survey yang ada. 3. Atas dasar permintaan pemrakarsa, BAPEDALDA memberi masukan

tentang situs penanganan dampak social masyarakat terasing dan benda cagar budaya yang harus dilindungi serta daerah daerah yang dinilai sensitip atau kawasan kawasan yang dinilai startegis, bersejarah dan mempunyai nilai tradisional.

4. BAPPEDA, memberi masukan tentang koordinasi penanganan masyarakat terasing.

5. MASYARAKAT, memberi masukan tentang sistem nilai dan budaya masyarakat terasing.

6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi masukan tentang mobilitas masyarakat terasing.

7. PEMRAKARSA, Membuat konsep rencana penanganan masyarakat terasing di rute yang akan dipilih.

8. PEMRAKARSA, menetapkan rute jalan terpilih.

5. PERENCANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING PERENCANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING, dilakukan pada tahap Perencanaan Teknis (detailed design) dan bertujuan untuk menjabarkan RKL dan RPL kedalam perencanaan teknis jalan. Sasarannya adalah (i) terkumpulnya data yang berhubungan dengan masyarakat terasing (ii) terkumpulnya bahan bahan untuk perencanaan penanganan masyarakat terasing termasuk rencana jadwal penanganan masyarakat terasing (iv) tersusunnya rencana penanganan masyarakat terasing (BILA ADA).. Catatan-4: Kegiatan ini dilakukan setelah pemrakarsa menyelesaikan studi kelayakan dan menerima ketetapan mengenai Studi ANDAL, RKL dan RPL dari komisi penilai AMDAL. Kegiatan perencanaan pengadaan tanah dilakukan setelah pengukuran detail untuk perencanaan detail teknis diselesaikan yang pelaksanaannya didasarkan atas rekomendasi RKL dan RPL tersebut. Langkah pelaksanaan perencanaan penanganan masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-4) 1. PEMRAKARSA, mempelajari hasil pengukuran detail pada rute jalan

terpilih termasuk semua informasi yang diperoleh selama pengukuran dilaksanakan.

Page 216: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 5

2. PEMRAKARSA, melakukan survey social ekonomi masyarakat sekitar rute jalan pada koridor terpilih seraya melakukan konsultasi masyarakat melalui pola wawancara.

3. Bilamana diminta oleh pemrakarsa, BAPEDALDA melakukan monitoring pelaksanaan survey social ekonomi yang dilaksanakan oleh konsultan pelaksana.

4. BAPPEDA, membantu dalam menggkoordinasikan pelaksanaan survey social ekonomi tersebut yang biasanya memerlukan pula keterlibatan instansi lain selain instansi social.

5. Selama proses wawancana, MASYARAKAT, memberi masukan detail dilapangan tentang sistem kekerabatan, sistem kepemimpinan, sistem nilai dan hak adat masyarakat terasing..

6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi masukan tentang pola penanganan masyarakat terasing..

7. PEMRAKARSA membuat konsep dan sosialisasi rencana tindakan penanganan masyarakat terasing.

8. BAPPEDA, memberikan kesepakatan dan melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan

9. MASYARAKARAT, memberikan kesepakatan dan melakukan persiapan 10. STAKEHOLDER LAINNYA, memberikan kesepakatan dan membantu

persiapan pelaksanaan. 11. PEMRAKARSA, Menetapkan desain jalan.

6. PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

PAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING yang dilakukan pada tahap persiapan konstruksi bertujuan menyelesaikan masalah masalah yang berhubungan dengan sistem sosial budaya. Sasarannya adalah terlaksanakannya program penanganan masyarakat terasing sedemikian sehingga proyek jalan dapat dilaksanaan dengan tanpa mendapat gangguan dari masyarakat terasing.

Catatan-5: Kegiatan ini dilakukan setelah perencanaan teknis detail diselesaikan. Demikian pula dokumen Land Acquizition and Ressettlement Action Plan (LARAP) harus sudah disetujui sebagai dokumen pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali penduduk serta penanganan masyarakat tersaing (BILA ADA). Langkah pelaksanaan penanganan masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-5) 1. PEMRAKARSA, membuat jadwal terinci tentang penanganan masyarakat

terasing yang dijhabarkan dari dokumen penanganan masyarakat terasing yang telah disepakati.

Page 217: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 6

2. Selanjutnya, pemrakarsa melaksanakan program penanganan masyarakat terasing.

3. BAPEDALDA, melakukan monitoring pelaksanannya dilapangan, terutama kesesuaiannya dengan kesepakatan dan jadwal.

4. BAPPEDA, melakukan monitoring tentang pelaksanannya dilapangan, terutama kesesuaiannya dengan kesepakatan dan jadwal

5. MASYARAKAT, menerima pemberitahuan tentang rincian program memberi tanggapan dan persetujuannya, serta berpartisipasi dalam pelaksanaan program..

6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN dan DINAS SOSIAL, membantui dalam pelaksanaa program penanganan masyarakat terasing dilapangan sesuai dengan yang disepakati bersama.

7. PEMRAKARSA, membuat laporan mengenai pelaksanaan penanganan masyarakat terasing kepada atasan pemrakarsa dengan tembusan kepada instansi terkait.

7. PELAKSANAAN KONSERVASI BUDAYA MASYARAKAT TERASING

KONSERVASI BUDAYA MASYARAKAT TERASING, mulai dilakukan pada tahap konstruksi Jalan dan jembatan bertujuan memelihara budaya masyarakat terasing agar tidak terpengaruh dan atau terganggu oleh masyarakat pendatang. Catatan-6: Kegiatan ini dilakukan setelah setelah kontraktor pelaksana ditunjuk. Kontraktor pelaksana yang ditunjuk bersama sama pemrakarsa telah pula menyiapkan rencana detail pelaksanaan konstruksi. Langkah Konsultasi Pelaksanaan konservasi budaya masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-6) 1. PEMRAKARSA, melakukan identifikasi budaya dan hal hal tabu

masyarakat terasing yang mungkin terganggu oleh kegiatan proyek. 2. Selanjutnya, pemrakarsa membuat konsep konservasi budaya

masyarakat terasing dan mengkonsultasikannya kepada pihak pihak yang berkepentingan agar pelaksabnaannya efektip.

3. BAPEDALDA, memberi masukan mengenai pola konservasi yang efektip. 4. BAPPEDA, memberi masukan program program sejenis dari instansi

lainnya yang dapat dikoordinasikan pelaksanaannya. 5. MASYARAKAT, memberi masukan mengenai kesulitan kesulitan pada

pasca penanganan masyarakat terasing. 6. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi masukan tentang

hal hal “T A B U ” dan jadw al upacara ritual m asyarakat terasing. 7. PEMRAKARSA, melaksanakan program konservasi budaya.

Page 218: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 7

8. BAPEDALDA, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan konservasi budaya masyarakat terasing

9. BAPPEDA, membantu dalam hal koordinasinya dengan instansi terkait apabila ada program sejenis sehingga dapat disinergikan.

10. MASYARAKAT, menerima dan melaksanakan program konservasi budaya masyarakat terasing.

11. PEMRAKARSA, membuat laporan pelaksanaan konservasi Budaya Masyarakat terasing dan menggunakannya sebagai acuan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi manfaat proyek.

8. PELAKSANAAN EVALUASI PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

EVALUASI PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING yang dilakukan pada tahap pasca konstruksi Jalan dan jembatan bertujuan untuk menilai kinerja penanganan masyarakat terasing sedemikian sehingga dapat melengkapi bahan penyusunan laporan monitoring dan evaluasi manfaat proyek. Catatan-7: Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan konstruksi selesai dan pemrakarsa menyelesaikan laporan evaluasi pelaksanaan konstruksi termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan LARAP. Langkah evaluasi pasca penanganan masyarakat terasing dan pembagian peran masing-masing pelaku pembangunan adalah sebagai berikut: (Bagan pada Gambar-7) 1. PEMRAKARSA, mempelajari semua catatan lapangan yang diperoleh

selama pelaksanaan penanganan masyarakat terasing. 2. Selanjutnya, pemrakarsa melakukan analisa kesesuaian rencana dengan

pelaksanaannya. 3. PEMRAKARSA, meminta pendapat BAPEDALDA dan BAPPEDA tentang

pola evaluasi yang paling sesuai. 4. BAPEDALDA, memberi masukan dan tanggapan yang diperlukan,

khususnya penilaian kondisi masyarakat terasing. 5. BAPPEDA, memberi masukan dan tanggapan yang diperlukan,

khususnya penilaian terhadap perubahan kualitas lingkungan permukiman disekitar proyek jalan, penataan ruang, pembangunan ekonomi wilayah dan aspek asepk pembangunan daerah lainnya.

6. MASYARAKAT, memberi umpan balik tentang perubahan kondisi social ekonomi serta lingkungan budaya masyarakat terasing sebelum dan sesudah proyek.

7. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, memberi tangapan dari aspek kelestarian budaya masyarakat terasing.

8. PEMRAKARSA, menyusun laporan evaluasi penanganan masyarakat terasing.

Page 219: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-4)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 8

9. EVALUASI PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

Evaluasi pasca penanganan masyarakat terasing pada tahap pasca proyek bertujuan untuk menyusun kriteria Evaluasi Penanganan Masyarakat Terasing yang akan digunakan sebagai ketentuan perencanaan dimasa datang.

Untuk itu, pemrakarsa melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Mempelajari laporan pelaksanaan penanganan masyarakat terasing& konsep kriteria evaluasi pasca penanganan masyarakat terasing

b. Melaksanakan idetifikasi kriteria-kriteria perencanaan yang perlu disesuaikan

9. Menetapkan kriteria penanganan masyarakat terasing yang akan digunakan sebagai ketentuan perencanaan dimasa datang.

Page 220: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-5)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 1

Gambar-1 BAGAN KONSULTASI RENCANA UMUM SISTEM JARINGAN JALAN

(Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan ) PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk tata ruang, tata guna lahan, dan areal sensitive lainnya pada jaringan jalan tsb. serta lokasi masy. terasing

2). Areal sensitive mencakup daerah lindung, sesuai Keppres 32/1990, lokasi masy. terasing, dll.

3). Mengacu pada ketentuan2 yang ada a.l.: Kepmen LH 17/2001 dan KepMen Kimpraswil No.17/KPTS/ /M/2003

4). Dapat dilakukan pada forum rapat atau media lainnya

5). Termasuk masukan mekanisme AMDAL

6) Termasuk kesesuaian terhadap Renstra Pemda.

7) Termasuk cara-cara pelepasan hak pada pembebasan lahan

8) Mencakup sektor terkait, mis: sektor2 perhubungan, pertanian, industri, kehutanan, diknas, dll.

9) Catatan2 berupa indikasi masalah yang mungkin dihadapi pada saat pelaks. program mis: kebutuhan lahan, keberadaan masy.terasing, kawasan lindung, situs sejarah, dll.

Mempelajari Konsep Rencana Sistem Jaringan Jalan … ..… .(1)

Konsultasi konsep renc. jaringan yang telah dilengkapi seperti pada butir (2) serta konsep hasil penyaringan awal lingkungan… ..(4)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan yang dilengkapi catatan2

serta hasil penyaringan awal lingkungan .. (9)

Memberi masukan ttg. penerapan tata ruang, koordinasi program pemb. dan kebijakan daerah tentang pengadaan tanah dan penanganan masy. terasing… .. (6)

Memberi masukan tentang kawasan lindung dan sensitive, termasuk kondisi sosekbud masy. (termasuk masy.terasing), hak adat/ulayat, kawasan budaya, dll. .. (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : adanya program yang terkait (masy.terasing) beserta peraturannya, fungsi lahan dan peraturannya, program lainnya yang terkait. (8)

Menyusun konsep renc. jaringan jalan yang dilengkapi dengan perkiraan kasar kebutuhan lahan, lokasi areal sensitive… ..(2)

Melakukan penyaringan awal lingk. terhadap renc. jaringan … ..(3)

Memberi masukan ttg. persyaratan lingkungan daya dukung lingk. dan sosial serta tanggapan hasil penyaringan.. (5)

Page 221: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-5)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 2

Gambar-2 BAGAN KONSULTASI PEMILIHAN KORIDOR RUTE JALAN

(Pada Tahap Pra Kelayakan) PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Berikut catatan2-nya sesuai hasil tahap sebelumnya

2) Yang dilengkapi data awal kebutuhan lahan, lokasi masy.terasing (bila ada), dll.

3) Dapat dilakukan melalui forum rapat atau media lainnya

4) Termasuk kriteria dampak penting

5) Termasuk masukan akan kebutuhan kualitas jalan : hotmix, macadam, jalan tanah

6) Termasuk hal/lokasi yang dianggap keramat/tabu

7) Termasuk program yang sedang dan akan berjalan

8) Setelah mempertimbangkan masukan-masukan yang diperoleh dari seluruh stakeholder

9) Didahului dengan pengumuman rencana kegiatan dan partisipasi masyarakat sesuai KepKa Bapedal No.08/2000

10) Untuk mendapatkan masukan dari stakeholder termasuk masyarakat yang akan terkena dampak (lihat prosedur AMDAL)

11) Dilakukan sampai dokumen disetujui

12) Digunakan untuk acuan oleh konsultan penyusun AMDAL

CATATAN : Apabila hanya UKL/UPL yang diperlukan, penyusunan KA oleh pemrakarsa (langkah 9 s/d 12 tidak ada)

Mempelajari Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Konsultasi pemilihan alternatif koridor rute jalan … ..(3)

Menyusun konsep KA-Studi Lingk. (ANDAL atau UKL/UPL) dan mengajukan ke Komisi Penilai untuk dinilai (apabila ANDAL)......(9)

Memberi masukan tentang sistem kepemilikan lahan dan kesediaan melepas, serta hal-hal yang dianggap sensitive oleh masyarakat setem pat … . .. (6)

Memberi masukan daerah sensitive, daya dukung lingkungan dan sosial pada alternatif koridor … … . (4)

Memberi masukan tentang keterpaduan program, koordinasi awal penanganan masyarakat terasing (bila ada), keterpaduan pengadaan lahan, dll. … ... (5)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : status lahan, hutan, pola kehidupan sosekbud masyarakat (terasing), dll. ..... (7)

Memperbaiki dok. KA-ANDAL sesuai hasil rapat komisi dan mengajukan lagi ke Komisi Penilai ..... (11)

Membuat alternatif koridor jalan … . (2)

Menetapkan koridor rute jalan terpilih … . (8)

Mengadakan rapat Komisi Penilai AMDAL untuk menilai konsep KA-ANDAL … . (10)

Menetapkan dokumen KA-ANDAL … . (12)

Page 222: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-5)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 3

Gambar-3 BAGAN KONSULTASI KELAYAKAN RUTE JALAN

(Pada Tahap Studi Kelayakan) PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Mengacu pada hasil pra-kelayakan

2) Survai dasar sosial unuk mengetahui secara kasar kondisi dan dampak terhadap sosekbud

3) Spesifik pada alternatif rute jalan 4) Kepentingan spesifik daerah

perlu dituangkan dalam suatu keputusan atau Perda

5) Dapat dilakukan pada saat survai dasar sosial dan/atau pada forum rapat

6) Termasuk segala peraturan dan pengaturannya

7) Berdasarkan KA-ANDAL yang telah disetujui serta hasil survai dasar sosial

8) Untuk mendapatkan masukan dari seluruh stakeholder termasuk masy. yang akan terkena dampak (lihat prosedur AMDAL)

9) Dilakukan sampai dokumen disetujui

10) RKL/RPL digunakan sebagai acuan desain teknis

11) Dilengkapai catatan2 cara penanganan masy.terasing (bila ada) pengadaan tanah serta rekomendasi AMDAL

CATATAN: Apabila hanya UKL/UPL yang diperlukan, penyusunan dok. oleh pemrakarsa dan persetujuan oleh KaDinas setelah mendapat masukan dari Bapedalda (langkah 7 s/d 10 tidak ada)

Mempelajari koridor terpilih dan membuat studi kelayakan thd alternatif rute jalan (1)

Melakukan konsultasi kelayakan alternatif rute jalan (setelah didahului dengan survai dasar sosial … … (2)

Memberi masukan tentang sistem kepemilikan lahan, taksiran harga, sistem nilai budaya masy. (terasing) dan pendekatan penanganan, kesediaan dan keberatan pengadaan tanah dll. … .. .(5)

Menyusun konsep dok. AMDAL (bila perlu) dan mengajukan ke Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai...... (7)

Memberi masukan tentang kesesuaian program pemb., kepentingan spesifik daerah serta koordinasi awal rencana pengadaan tanah dan penanganan masy. terasing (bila ada).....(4)

Menetapkan Rute T erpilih … … . (11)

Memberi masukan tentang dampak dan daya dukung lingkungan dan sosial ..… (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : pengadaan tanah, pelepasan hak, kesesuaian tata guna lahan, mobilitas masy. terasing, situs dan benda cagar budaya yang harus dilindungi, dll. … ..(6)

Mengadakan rapat Komisi Penilai AMDAL untuk memeriksa konsep dok. A M D A L.… (8)

Memperbaiki konsep dok. AMDAL sesuai hasil rapat komisi dan mengajukan kembali ke Komisi Penilai .. (9) Menetapkan dokumen.

A M D A L.… (10)

Page 223: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-5)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 4

Gambar-4 BAGAN KONSULTASI PERENCANAAN TEKNIS JALAN (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Termasuk hasil studi lingkungan

penyusunan konsep desain didahului dengan survai lapangan/rincikan dan memperhatikan rekomendasi RKL/UKL

2) Besarnya tim tergantung dari besar kecilnya pembebasan lahan, dan dilakukan secara sensus

3) Mengacu dokumen lingkungan yang telah disetujui

4) Termasuk kepentingan spesifik daerah

5) Dilakukan untuk seluruh penduduk yang terkena dampak kegiatan jalan dan penduduk di lokasi pemukiman kembali

6) Sesuai peraturan yang berlaku 7) Setelah memperhatikan masukan2

dari instansi terkait 8) Termasuk cara2 monitoring 9) Pengendalian pemanfaatan ruang

dimaksudkan menjaga penggunaan lahan sesuai tata ruang

10) 11) Konsep LARAP perlu disepakati oleh masy.(khususnya yang terkena dampak) dan instansi terkait sebelum disahkan

12) Menampung masukan dari seluruh stakeholder

13) Sesuai kewenangannya 14) Desain yang telah

mempertimbangkan aspek teknis, ekonomik, lingk. dan sosekbud

CATATAN : LARAP mencakup rencana tindak penanganan masyarakat terasing

Mempelajari hasil studi kelayakan beserta catatannya, dan membuat konsep desain teknis jalan… (1)

Memberi masukan detail ttg kondisi sosekbud, data aset, kepemilikan lahan, rehabilitasi ekonomi, sistem kekerabatan masy. terasing dan cara pelepasan hak, termasuk konpensasi dan pemukiman kembali ...... (5)

Melakukan survey sosial ekonomi dan menyusun konsep LA R A P … … (2)

Membantu dalam koordinasi pelaksanaan survai dan memberi masukan program daerah tentang pengadaan tanah dan masy. terasing ..(4)

Konsultasi konsep desain teknis dan konsep LA R A P … ..(7)

Memberi masukan tentang indikator sosekbud … (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya, misal : tentang harga lahan, dan aset lainnya, cara pelepasan hak bila lahan milik instansi, koordinasi dalam rehabilitasi ekonomi masyarakat, koordinasi penanganan masyarakat terasing .. (6)

Finalisasi dokumen Desain Teknis dan dokumen LARAP. (11)

Memberi masukan tentang kepentingan daerah, mis: lansekap, median, dll. serta keterpaduan program implementasi LARAP, dan pengendalian pemanfaatan ruang … … (9)

Memberikan tanggapan terhadap konsep-konsep tersebut dan memberikan kesepakatan … (10)

Memberikan tanggapan sesuai keterkaitannya, mis: penanganan utilitas yang terkena pengadaan tanah, penanganan masyarakat terasing, untuk kemudian memberikan kesepakatan (khusus LA R A P ) … .. (11)

Memberikan masukan hal-hal yang terkait dengan rekomendasi RKL/UKL pelaksanaan … (8)

Menetapkan Desain Teknis Jalan. (14)

Instansi terkait (Bupati/ Walikota/Gubernur) menetapkan LARAP ..(13)

Page 224: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-5)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 5

Gambar-5 BAGAN KONSULTASI PENGADAAN LAHAN

(Pada Tahap Persiapan Konstruksi) PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Mengacu pada dokumen2 yang telah disetujui

2) Dapat dilaksanakan berkali-kali

3) Termasuk didalamnya pembebasan lahan, penanganan masy. terasing, rehabiltasi ekonomi masyarakat, dan pemukiman kembali

4) Termasuk dilakukan terhadap penduduk di lokasi pemukiman kembali (bila ada)

5) Termasuk keterlibatan sektor transmigrasi bila ada pemukiman kembali

6) Termasuk pembebasan lahan, penanganan masy. terasing dan pemukiman kembali

7) Sesuai yang tercantum dalam dokumen lingkungan

8) Baik instansi pusat maupun daerah (propinsi, kab dan kota)

9) Termasuk bantuan bagi penduduk di lokasi pemukiman kembali

10) Termasuk proses pensertifikatan tanah

11) Sebagai acuan untuk evaluasi

Mempelajari dokumen LARAP termasuk penanganan masy. terasing … ..(1)

Melakukan Konsultasi Pelaksanaan LARAP (termasuk penanganan masy. terasing) dan/atau musyawarah serta mufakat....(2)

Melaksanakan LARAP ..... (6)

Memberi masukan dan menyepakati jadwal, besaran konpensasi, cara pengosongan lahan, alih kepemilikan, rehabilitasi ekonomi, penanganan masy. terasing dan pemukiman kembali ..(4)

Membuat laporan pelaksanaan LARAP … … . ( 11)

Membantu sesuai keterkaitannya misal : Panitia pengadaan tanah yg memimpin musyawarah & mufakat, kesepakatan pelepasan hak dari instansi terkait, dan terhadap utilitas yang terkena dampak ..... (5)

Melakukan koordinasi pelaksanaan LARAP. (3)

Melakukan monitoring ..... (7)

Berpartisipasi dalam pelaksanaan LARAP menerima konpensasi, melepaskan hak, dll. seperti tercantum dalam kesepakatan .... (9)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya misal : Panitia pengadaan tanah menyaksikan pembayaran konpensasi, instansi terkait membantu memindahkan utilitas dll. ..... (10)

Membantu pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait. … .. (8)

Page 225: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-5)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 6

Gambar-6 BAGAN KONSULTASI PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI

(Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan) PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Mengacu pada kontrak pekerjaan

jalan dan pada dokumen LARAP 2) Setelah menyiapkan rencana detail

kegiatan konstruksi serta jadwal terutama kegiatan yang dapat mengganggu publik

3) Termasuk briefing kepada para pekerja luar tentang adat istiadat setempat

4) Misalnya: dengan DLLAJ & POLRI untuk mengurangi kemacetan, dengan PLN, PDAM, Telkom untuk mencegah kerusakan utilitas

5) Sesuai dok. desain & rekomendasi pengelolaan lingkungan

6) 7) Sesuai tugas pokoknya 8) Perlu ada mekanisme penyampaian

komplain 9) Termasuk masukan akan adanya

penyimpangan dari yang telah disepakati

10) Sebagai acuan evaluasi 11) Didahului dengan penjelasan ttg

kesepakatan dalam LARAP 12) Dijabarkan dari dokumen penge-

lolaan lingkungan dan LARAP 13) Termasuk pendanaan 14) Masukan juga meliputi kesulitan2

alih profesi, kecemburuan penduduk di lokasi pemukiman kembali

15) Termasuk bantuan pendampingan secara mental-spiritual

16) Yang telah disesuaikan terhadap konsultasi

17) 18) Sesuai tugas pokoknya 19) Sesuai kesepakatan 20) Termasuk bantuan pendampingan

secara teknis 21) Sebagai acuan evaluasi.

Mempelajari rencana dan jadwal konstruksi serta rencana rehabiltasi ekonomi masy. terkena dampak . (1)

Melakukan konsultasi renc. kegiatan konstruksi .. (2)

Menerima dan melaksana- kan program rehabilitasi … … (19)

Menyusun laporan pelaks. konstruksi (10)

Membuat laporan pelaksanaan program rehabilitasi… ..(21)

Melakukan monitoring ..(17) Melakukan m onitoring… .(18)

Memberi masukan tentang indikator m onitoring … ..(12)

Memahami dan mempersiapkan diri serta memberi masukan demi kelancaran program … (14)

Melakukan koordinasi keterpaduan program (13)

Membantu/melaksanaan sesuai keterkaitannya mis: pelaksanaantraining, pemberian fasilitas, dll. (20)

Membantu/melaksanakan sesuai keterkaitannya mis: briefing untuk persiapan training, tentang tujuan dan cara pemberdayaan .. (15)

Menyepakati cara pelaksanaan pekerjaan, termasuk keberadaan para pekerja .. (3)

Memberi masukan lalu kesepakatan cara pelaksanaan pekerjaan sesuai keterkaitannya .. (4)

Melaksanakan kegiatan konstruksi dan tindakan pencegahan dampak (5) Melakukan monitoring ..(6) Melakukan monitoring ...(7) Memberi masukan apabila

ada gangguan… ..(8) Memberi masukan dan bekerja sama dalam kegiatan konstruksi sesuai keterkaitannya … ..(6)

Melakukan konsultasi dan persiapan rehab. ekonomi m asy.(terasing) … … .(11)

Melaksanakan program rehabilitasi … ..(16)

Page 226: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-5)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 7

Gambar-7 BAGAN KONSULTASI KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

(Pada Tahap Pasca Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Termasuk laporan pelaks. pena-nganan masy. terasing (bila ada)

2) Penyusunan konsep monitoring melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Monitoring termasuk aspek lingkungan selain sosekbud

4) Disamping memberi masukan juga dapat melakukan monitoring langsung

5) Masukan dapat berupa informasi mengenai kesesuaian antara program dan pelaksanaan

6) Disamping memberi masukan juga dapat melakukan monitoring langsung

7) Yang dimaksud adalah apakah bagian2 jalan sudah dimanfaatkan sesuai fungsinya dan apakah ada perubahan penggunaan lahan sekitar jalan yang tidak sesuai tata ruang

8) Dapat dilakukan berkali-kali 9) Sesuai tugas pokoknya 10) Penyimpangan a.l.: trotoir untuk PKL

(Pedagang Kaki Lima), badan jalan untuk berdagang, dll.

11) Masukan dapat digunakan untuk merevisi program

12) Termasuk di lokasi pemukiman kembali

13) Mencakup tertib pemanfaatan jalan, hasil LARAP dan rehabilitasi

14) Baik aspek teknis (jalan) maupun lingkungan dan sosekbud.

Mempelajari laporan2

pelaksanaan kegiatan konstruksi, LARAP dan rehabilitasi … ..(1)

Konsultasi rencana monitoring sosekbud pelaksanaan LARAP dan rehabilitasi....(2)

Konsultasi hasil monitoring..... (8)

Memberi masukan aspek sosekbud masy. (terasing) khususnya yang terkena dampak, termasuk aspek warisan budaya ..(5)

Melakukan tindak lanjut, bekerja sama dg instansi terkait untuk memperbaiki penyimpangan2 .. ( 14)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal: indikator keberhasilan program rehabilitasi melakukan monitoring sesuai keterkaitannya (6)

Memberi masukan terhadap kualitas koordinasi antar sektor & keterpaduan program (4)

Memberi masukan..... (9) Memberi masukan kondisi sosekbud pasca kegiatan LARAP dan rehabilitasi. Berpartisipasi dalam menjaga tertib pemanfaatan jalan (11)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal: apakah program pendampingan masih diperlukan, adanya penyerobotan lahan damija, apakah ada konflik/ kesenjangan antar kelompok m asyarakat … .. (12)

Memberi masukan dan mengambil tindakan yang diperlukan, mis: koordinasi tertib pemanfaatan jalan, pengembangan lahan sesuai tata ruang.. (10)

Melakukan monitoring sesuai RPL/UPL .. (3)

Melakukan monitoring tertib pemanfaatan jalan dan bangunan pelengkapnya serta lahan sekitar jalan....(7)

Menyusun laporan monitoring..... (13)

Page 227: Info Lingkungan3

RANCANGAN KONSEP NSPM (LAMPIRAN-5)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder Di Daerah 8

Gambar-8 BAGAN KONSULTASI KEGIATAN EVALUASI PROYEK

(Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Mencakup kegiatan pekerjaan

jalan, LARAP dan rehabilitasi 2) Berdasarkan hasil monitoring,

apakah tujuan proyek tercapai 3) Dapat dilakukan bersamaan

dengan proyek (jalan) lainnya dalam suatu daerah/kawasan

4) Aspek lingkungan mencakup phisik, biologi (flora dan fauna), geologi /geographic, kimiawi serta sosial ekonomi dan sosial budaya

5) Pembangunan daerah secara konprehensif yang menyangkut semua sektor

6) Wakil masyarakat/LSM dapat meyampaikan hasil pantauannya tentang kondisi sosekbud

7) Sektor lain dapat memanfaatkan forum ini untuk mengevaluasi programnya

8) PBME (Project Benefit Monitoring and Evaluation)

9) Untuk digunakan dimasa yang akan datang, yaitu mencakup faktor teknis, ekonomik/finansial, lingkungan dan sosekbud.

Mempelajari semua laporan2 monitroing..(1)

Menganalisa manfaat proyek beserta dampaknya ....(2)

Memberi masukan kondisi sosekbud masyarakat (terasing) setelah selesai proyek … … . (6)

Menyusun dan menetapkan kriteria perencanaan .. ( 9)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : tata ruang, penggunaan lahan, pelatihan alih profesi, nilai lahan, dll … .. (7)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelembagaan dalam hal pembangunan daerah (5)

Memberi masukan aspek lingkungan .. (4)

Konsultasi konsep Evaluasi Manfaat Proyek .... (3)

Menyusun laporan PBME ..... (8)

Page 228: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 1

Lampiran A (Informatif)

Pedoman Teknis Pemilihan Rute Jalan 1 Pendahuluan 1.1 Penjelasan umum Proses pemilihan rute merupakan bagian kegiatan perencanaan pada tahap-tahap perencanaan umum, prastudi kelayakan dan studi kelayakan. Proses ini memerlukan banyak masukan termasuk aspek lingkungan dan sosial. Pemilihan rute bagi pengembangan jalan diperlukan ketika jalan yang ada tidak lagi dapat memenuhi fungsi pelayanan lalu-lintas dengan baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya volume lalu-lintas, kebutuhan memperpendek waktu perjalanan atau oleh keinginan untuk meningkatkan kualitas lingkungan suatu wilayah tertentu. Pemilihan rute merupakan proses penentuan lokasi rute jalan baru secara tepat, dengan tujuan agar jalan tersebut dapat memenuhi semua fungsi yang dibebankan padanya. 1.2 Proses pemilihan rute Proses pemilihan rute didasarkan atas hasil evaluasi aspek-aspek teknis, sosial-ekonomi dan lingkungan, untuk menetapkan lokasi terbaik jalan baru (Lihat Gambar 1). Biasanya, dalam proses ini dipertimbangkan alternatif-alternatif opsi rute. Evaluasi opsi rute ini mungkin meliputi a) peningkatan jalan yang ada sepanjang alinyemennya, b) alinyemen yang sama sekali baru; atau c) kombinasi dari keduanya. Proses ini harus dilaksanakan dengan berkonsultasi erat dengan masyarakat setempat (lokal) melalui instansi-instansi pemerintah terkait, lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat yang secara potensial terkena dampak. Konsultasi masyarakat ini telah diatur dengan peraturan perundangan yang bertujuan untuk mendapatkan masukan dan saran dari masyarakat ke dalam proses pemilihan rute dan untuk melancarkan proses pemilihan rute, sehingga rute terpilih akan mendapat dukungan masyarakat setempat. Dukungan masyarakat terhadap hasil proses pemilihan rute ini juga diharapkan agar masyarakat setempat akan mempunyai komitmen berkelanjutan untuk melindungi fungsi-fungsi jalan baru melalui pengelolaan lahan secara tepat sepanjang lintasan jalan yang dikembangkan. Proses Pemilihan Rute tergantung pada masukan dari berbagai bidang teknik. Pada umumnya proses ini melibatkan sejumlah ahli, meliputi perencana kota, perencana lingkungan, ahli geoteknik, perencana lalulintas, ahli ekonomi, dsb, yang membantu perencana jalan. 1.3 Dampak lingkungan akibat pemilihan rute Pengembangan jalan sepanjang koridor rute yang terpilih akan menimbulkan dampak lingkungan baik pada lingkungan biogeofisik maupun sosial. Mempertimbangkan dampak potensial

Page 229: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 2

pengembangan jalan hendaknya dilakukan sedini mungkin dalam proses perencanaan mulai tahap perencanaan umum, untuk memberikan masukan-masukan ke dalam proses pemilihan rute.

Gambar 1 Bagan Proses Pemilihan Rute Penerapan pertimbangan lingkungan dalam proses perencanaan bukan hanya merupakan bagian dari AMDAL, karena proses AMDAL baru dimulai pada tahap akhir studi kelayakan, ketika pemilihan rute telah selesai dilakukan. Untuk memahami dampak lingkungan potensial akibat pengembangan jalan perlu pemahaman tentang kondisi lingkungan, khususnya areal sensitif, di mana jalan yang dikembangkan akan melintas. Juga diperlukan pemahaman tentang bagaimana kegiatan pengembangan jalan akan merubah atau mempengaruhi komponen-komponen lingkungan dan bagaimana perubahan atau pengaruh tersebut menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup (Ligat Gmbar 2). 2. Nilai lingkungan Sebelum memulai proses pemilihan rute, perlu dipahami karakteristik lingkungan di mana jalan akan dikembangkan. Pemahaman ini akan merupakan dasar proses perencanaan yang tajam yang akan mengoptimasi integrasi jalan ke dalam berbagai kondisi lingkungan yang dilaluinya.

LINGKUNGAN

SOSIAL Penggunaan Lahan Perbaikan Properti Ekonomi Budaya Visual

BIOGEOFISIK Geologi/Tanah Air Vegetasi Lansekap Dll.

PERTIMBANGAN TEKNIS DAN EKONOMI

Stabilitas Manfaat Lalu lintas Biaya Dll.

PEMILIHAN RUTE Koridor Perencanaan Koridor Rute Opsi Rute Rute Terpilih

Page 230: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 3

Pemahaman mengenai nilai lingkungan memungkinkan penetapan koridor-koridor jalan berdasarkan dampak terkecil yang mungkin terjadi. Juga dimungkinkan untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan komparatif mengenai rute-rute koridor dipandang dari sudut nilai lingkungan. 2.1 Nilai lingkungan daerah perkotaan Daerah perkotaan merupakan pemadatan permukiman manusia. Dari sudut pandang skala pemadatan permukiman ini, pada umumnya dapat dikatakan bahwa di sisi skala kecil adalah pemadatan permukiman manusia berupa desa, sedangkan di ujung skala besar adalah pemadatan permukiman manusia berupa kota besar. Bagi keperluan perencanaan jalan, ditetapkan empat tipe kota, yakni (1) kota metropolitan, (2) kota besar, (3) kota sedang, dan (4) kota kecil. Kota merupakan permukiman perkotaan yang paling kompleks. Kota ditandai oleh adanya campuran dari beberapa tipe penggunaan lahan yang merupakan perwujudan dari kebutuhan masyarakat kota yang beragam. Dengan demikian tampak penggunaan lahan bagi lokasi tempat tinggal, lokasi kegiatan komersial, lokasi kegiatan industri, dan lokasi kegiatan kelembagaan. Lokasi-lokasi ini dihubungkan satu dengan lainnya oleh unsur-unsur prasarana seperti transportasi, listrik, air, telekomunikasi, sistem drainase dan pembuangan limbah serta sampah. Selain prasarana ciptaan manusia ini, terdapat pula berbagai unsur alami yang menjadi ciri suatu kota, yaitu topografi, vegetasi dan perairan. Unsur unsur ciptaan manusia bersama dengan unsur-unsur alami menghasilkan ciri suatu kota. Daerah perkotaan memiliki nilai sosial yang kompleks, meliputi nilai-nilai: • interaksi m asyarakat; • tem pat tinggal; • kom ersial; • industri; • institusi; • prasarana; • budaya; • w arisan budaya; • visual. Juga penting bagi suatu kota ialah nilai-nilai sosial masyarakatnya. Yang terpenting ialah kesejahteraan ekonomi. Namun, setelah masyarakat kota berhasil mendapatkan kesejahteraan ekonomi, akan muncul nilai-nilai sosial lainnya yang sangat kompleks yang perlu dicapai, karena dirasakan akan makin meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota. Kebutuhan masyarakat kota dan adanya kemungkinan untuk berhubungan secara fisik dengan berbagai lokasi dalam kota tersebut di atas merupakan nilai sosial yang sangat penting bagi

Page 231: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 4

masyarakat kota. Kota perlu dipandang sebagai kumpulan desa yang kompleks, yang tidak dipisahkan satu dengan lainnya oleh daerah pedesaan. Lain dari pada itu, ada pula hal-hal yang penting artinya bagi masyarakat kota, seperti keselamatan. Orang Indonesia adalah mahluk yang sangat sosial, yang banyak menggunakan jalan sebagai tempat sosialisasi, membeli makanan dan kebutuhan lainnya. Penggunaan jalan seperti ini menciptakan suasana dinamis, namun penggunaan tersebut mungkin bertentangan dengan kebutuhan kelancaran arus lalu-lintas. Namun demikian, nilai-nilai sosial jalan ini perlu dihormati, tanpa mengabaikan keselamatan para pengguna jalan. Isu keselamatan manusia selalu perlu diperhatikan. Nilai sosial lainnya yang penting ialah kualitas lingkungan hidup kota, termasuk kualitas visual dan kualitas akustik. Kebutuhan akan kualitas visual dan kualitas akustik berbeda dari suatu lokasi ke lokasi lain. Kiranya dapat dimengerti bahwa kualitas visual dan kualitas akustik yang diperlukan bagi lokasi tempat pemukiman masyarakat akan sangat berbeda dari yang diperlukan di lokasi kegiatan industri. 2.2 Nilai lingkungan daerah perdesaan Pada umumnya daerah pedesaan berbatasan dengan daerah perkotaan dan sering memberi kesempatan tersedianya lahan bagi pengembangan jalan bypass perkotaan. Dengan demikian, penting artinya untuk mengenal karakteristik lingkungan pedesaan. Pada umumnya daerah pedesaan didominasi oleh kawasan budidaya dan mungkin juga terdapat bagian-bagian dalam keadaan bera atau dalam keadaan penggunaan budidaya yang tidak intensif. Namun demikian, selalau terdapat tempat-tempat tinggal terpencar atau kumpulan tempat tinggal sebagai kampung atau desa kecil. Bentang alam daerah perdesaan juga terdiri dari daerah-daerah produksi beras di dataran-dataran rendah yang berbatasan dengan daerah pesisir maupun di beberapa lembah sungai. Mungkin juga terdapat teras-teras di daerah perbukitan yang ditanami padi. Kegiatan pertanian padi ini merupakan kegiatan pengembangan pertanian yang paling intensif di daerah pedesaan. Kegiatan pertanian lainnya di daerah pedesaan meliputi kegiatan budidaya sayuran dan biji-bijian, serta perkebunan pohon buah-buahan, karet, kelapa dan kelapa sawit. Bagian-bagian daerah pedesaan yang digunakan sebagai lokasi kegiatan tersebut di atas ini merupakan bagian penting dari bentang alam daerah pedesaan, namun pada umumnya merupakan kendala yang sedang besarnya bagi pengembangan jalan. Juga terdapat kawasan-kawasan yang digunakan untuk usaha peternakan, walaupun biasanya dalam skala yang jauh lebih kecil ketimbang penggunaan lahan untuk pertanian padi. Dapat dikatakan bahwa bagian-bagian daerah pedesaan yang digunakan untuk usaha peternakan pada umumnya kecil luasannya dan merupakan kendala terkecil bagi pengembangan jalan. Juga merupakan bagian dari bentang alam daerah pedesaan ialah kota-kota kecil dan desa-desa yang terletak sepanjang jalan-jalan antar perkotaan, yang bergantung pada jalan-jalan ini untuk mendapatkan akses ke kendaraan. Kota-kota kecil dan desa-desa ini peka terhadap pengembangan jalan disebabkan oleh: a) pelebaran jalan akan menimbulkan dampak-dampak sosio-ekonomi pada properti (harta

benda tak bergerak) sepanjang jalan, dan

Page 232: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 5

b) jika jalan melalui sebuah desa atau sebuah kota kecil, akan menimbulkan dampak-dampak pada kegiatan ekonomi dan bisnis di sepanjang jalan yang dilebarkan.

Daerah perdesaan memiliki nilai-nilai khas, meliputi: • Lahan pertanian:

- sawah beririgasi; - sawah tadah hujan; - tanaman lain; - perkebunan;

• Lingkungan alam : - sungai; - lahan basah / rawa, bakau; • desa; • kam pung; • rum ah -rumah terpencil; • nilai visual. 3. Pengembangan jalan dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup 3.1 Dampak lingkungan Alinyemen horisontal jalan yang berupa sabuk tak terputus-putus, merupakan unsur utama yang akan memotong rona lingkungan yang utuh yang terdiri dari unsur-unsur biogeofisik dan sosial yang saling kait-mengait. Sabuk tak terputus-putus ini akan membagi rona lingkungan yang tadinya utuh menjadi bagian-bagian yang terpisah-pisah. Inilah yang akan menimbulkan dampak lingkungan pada aspek biogeofisik dan sosial di sepanjang rute jalan yang akan dikembangkan dan sekitarnya. Semua faktor lingkungan ini perlu dipertimbangkan pada pemilihan rute. Pertimbangan tersebut dilakukan bersama-sama dengan pertimbangan teknis dan ekonomi untuk menetapkan opsi-opsi rute dan memilih opsi rute yang terbaik. Sasaran umum pemilihan rute yang baik ialah memaksimalkan pengaruh sosial yang baik, misalnya meminimalkan kemacetan lalu-lintas, meningkatkan kualitas bising dan kualitas udara di daerah perkotaan yang sebelumnya hiruk-pikuk oleh lalu-lintas dengan kualitas udara yang buruk akibat tingginya kandungan asap dari kendaraan bermotor, meningkatkan aspek-aspek keselamatan, dan secara umum meningkatkan kualitas hidup manusia dengan cara meningkatkan dan menciptakan potensi peningkatan kemudahan-kemudahan (amenities) perkotaan di kemudian hari. Seperti telah dikemukakan di atas, segi negatif dari pengembangan jalan ialah terciptanya pembelahan. Pengembangan jalan dapat membelah properti, bahkan dapat membelah perbaikan-perbaikan pada suatu properti. Pengembangan jalan dapat pula membelah tata-guna lahan dan berbagai koridor prasarana seperti jalan, jalan kereta api, dan berbagai prasarana pelayanan seperti pasokan listrik dan air bersih. Koridor pergerakan masyarakat seperti jalan atau jalan setapak yang dapat dilalui kendaraan lokal atau rakyat setempat dapat dipengaruhi oleh pengembangan jalan baru. Jalan baru yang dikembangkan mungkin juga melintasi sungai, vegetasi alam dan atau koridor satwa liar. Namun, dapat dipastikan bahwa dampak sosial paling sensitif akibat pengembangan jalan ditimbulkan oleh kegiatan pengadaan tanah dan pemindahan

Page 233: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 6

tempat tinggal (resettlement). Pengadaan lahan dan pemindahan tempat tinggal juga menjadi faktor utama pertimbangan biaya pada berbagai opsi rute. 3.2 Kesesuaian lahan Baik di daerah perkotaan maupun perdesaan semua jenis penggunaan lahan peka terhadap pengembangan jalan. Daerah-daerah yang telah berkembang secara intensif akan terkena dampak terbesar akibat pengembangan jalan, dan karenanya daerah seperti ini sangat tidak cocok bagi pengembangan jalan. Termasuk dalam daerah seperti ini antara lain daerah yang digunakan bagi permukiman dan bagi kegiatan komersial. Di daerah pedesaan lahan-lahan pertanian padi beririgasi teknis paling peka terhadap pengembangan jalan. Tingkat kepekaan lahan terhadap pengembangan jalan bergantung pada sejauh mana penggunaan lahan telah ditingkatkan. Makin tinggi peningkatan penggunaan lahan pedesaan makin kurang cocok daerah itu bagi pengembangan jalan. Secara umum, pengembangan jalan sebaiknya menghindari daerah yang telah berkembang pesat. Labih baik memilih daerah-daerah yang kurang berkembang. Namun perlu diperhatikan bahwa daerah-daerah kurang berkembang yang berdekatan dengan daerah permukiman pada akhirnya akan berkembang juga menjadi daerah permukiman. Daerah kurang berkembang ini termasuk juga daerah real estat yang baru pada tingkat awal pengembangan, dan kampung atau desa. Lahan yang tingkat kecocokannya bagi pengembangan jalan termasuk kategori sedang adalah sawah tadah hujan, serta lahan perkebunan karet, kelapa dan kelapa sawit. Lahan yang dianggap tinggi tingkat kecocokannya bagi pengembangan jalan ialah lahan kosong yang sama sekali tidak ditingkatkan penggunaannya dan padang rumput. Makin kurang intensif penggunaan lahan makin besar pula tingkat kecocokannya untuk pengembangan jalan Namun, lahan-lahan yang sama sekali belum dibuka dan masih sepenuhnya dalam keadaan alamiah mungkin merupakan lahan-lahan bernilai konservasi tinggi, dan dengan demikian tidak cocok bagi pengembangan jalan. Daerah yang sangat kurang cocok bagi pengembangan jalan adalah daerah permukiman dan bisnis.

Page 234: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 7

Gambar 3 Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Jalan

4. Pengumpulan data untuk pemilihan rute jalan 4.1 Sumber data Keberhasilan pemilihan rute tergantung dari tersedianya basis data (database) informasi yang komprehensif, meliputi kondisi topografi, enjiniring, sosial dan lingkungan dalam wilayah di mana terdapat berbagai opsi. Data dikumpulkan dari sejumlah sumber dan perlu dipilih dan dipilah untuk mendapatkan basis data yang sebaik mungkin. Basis data ini mencakup: • Peta • Foto Udara • Citra Satelit • Hasil Survai Lapangan • Laporan-laporan Tersedia • Sumber-sumber Pemerintah Lokal maupun Regional • Pengetahuan Lokal • Lain-lain (lihat Tabel 41.)

KESESUAIAN LAHAN

Paling Sesuai Lahan pertanian landau tidak beririgasi

Perkebunan Lahan pertanian Sawah tadah hujan Beberapa daerah

alami Daerah industri Beberapa daerah

alami Beberapa daerah

industri Daerah komersial Perkantoran Beberapa daerah

komersial Pemukiman Peninggalan sejarah

/ kawasan lindung

Kurang Sesuai

Pada umumnya penggunaan lahan paling cocok untuk pengembangan jalan

Pada umumnya penggunaan lahan kurang cocok untuk koridor rute, opsi rute dan opsi rute terpilih

Page 235: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 8

4.1.1 Peta Peta dasar nasional dan beberapa jenis peta tematik dengan berbagai skala perlu diperoleh antara lain dari Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survai dan Pemetaan Nasional), meliputi:

Peta Topografi; Peta Tata Guna Tanah dan Peta Status Tanah; Peta Kesesuaian Lahan dan Peta Bahaya Lingkungan;

Peta-peta tersebut di atas berskala 1 : 50.000 untuk seluruh Indonesia. Juga tersedia peta-peta digital berskala 1 : 25.000, yang diproses dari foto udara. Pada peta-peta ini interval kontur adalah sebesar 5 m, yang memadai bagi keperluan perencanaan pada Tahap Perencanaan Umum dan Tahap Prastudi kelayakan suatu proyek pengembangan jalan. Belum lama berselang telah tersedia pula hasil pemetaan dengan menggunakan citra satelit IKONOS. Peta-peta ini akan membantu pada identifikasi keberadaan banyak kendala sosial dan lingkungan. Peta-peta ini secara umum memperlihatkan kelas-kelas tataguna tanah, roman-roman alami seperti gunung, bukit, sungai, dsb. Namun, informasi ini perlu dikombinasikan dengan sumber-sumber informasi yang lebih rinci dan dengan data hasil survai-survai lapangan. Peta-peta topografi skala 1 : 25.000 tersediia untuk sebagian besar wilayah Indonesia. Peta-peta ini bersama dengan foto-foto udara akan memberikan informasi yang lebih rinci tentang kendala-kendala tataguna tanah dan lingkungan untuk keperluan pemilihan rute jalan. Pemilihan rute final harus didasarkan atas peta-peta yang lebih rinci dan peta-peta fotogrametris, pada umumnya yang berskala 1 : 10.000, atau lebih detail dengan skala 1 : 5,000 (Foto udara berskala 1 : 5.000 mahal harganya, namun pada skala ini lebih mudah untuk mengidentifikasi sifat-sifat individual). Peta-peta seperti ini menyajikan kondisi tataguna tanah dan lingkungan secara lebih rinci, selain menyajikan pula detail topografi. Peta-peta membantu menetapkan sifat topografis koridor jalan. Peta-peta juga memberi informasi tentang tataguna tanah dan rona-rona alami, seperti kondisi geologi, liputan vegetasi dan pola hidrologi. Peta-peta skala 1:25,000 memberikan informasi detail tentang bentuk kahan, elevasi, tutupan lahan, termasuk vegetasi dan hidrologu, serta informasi tentang prasarana yang ada seperti jalan, rel kereta api, jaringan listrik, dsb. 4.1.2 Foto udara Foto udara dapat memberikan data topografi maupun data penggunaan tanah, data lingkungan dan data sosial/budaya, tetapi perlu dilengkapi dengan pemerikasaan lapangan (field check). Untuk memperoleh foto udara mutakhir diperlukan izin sekuriti (security clearnce) dari Pussurta (Pusat Survey dan Pemetaan)TNI. Izin tersebut meliputi:

Page 236: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 9

Tabel 4.1 Daftar Uji Data Lingkungan

Skala Lingkungan Data Relevan Sumber Data Regional (Jalan penghubung)

Tataguna tanah utama Kawasan perlindungan Lingkungan Kecenderungan populasi/mata pencaharian Pola pemukiman Roman lanskap

Survai lapangan Rencana regional Studi perencanaan regional Peta topografi Foto Sistem Informasi Geografi (SIG)

Kota (Opsi-opsi Segmen Jalan)

Fungsi/Peran Bentuk/Struktur Jaringan hierarki jalan Jaringan rel Sistem transpor umum Jaringan pejalan kaki Roman topografis/alami Kecenderungan populasi/mata pencaharian Usulan pengembangan Pengembangan potensial Ciri/pengembangan tanah yg menghadap ke jalan

Survai lapangan Rencana kota Studi perencanaan kota Peta topografi Foto udara format besar Konsultasi masyarakat

Jalan Utama yang ada (Opsi-opsi seksi-persilangan jalan)

Tataguna tanah yang menghadap ke jalan Lokasi penghasil (generator) pejalan kaki Lokasi penghasil (generator) kendaraan Tempat pemberhentian bis Tempat menaikkan penumpang Penyimpanan Tempat parkir becak Tempat parkir kendaraan Lalu-lintas pejalan kaki Lalu-lintas kendaraan tidak-bermotor Perdagangan oleh pedagang keliling (Kaki Lima) Pasar jalanan Perbaikan jalan Pohon Vegetasi lain Jalan setapak Median Jalan layang/Terowongan Monumen Jasa Fungsi jalan (Regional/Nasional/Lokal) Kemacetan Lalu Lintas Bahaya Kecelakaan lalu lintas Pencemaran lokal

Survai lapangan Rencana buku besar Kimpraswil Foto udara format kecil Konsultasi masyarakat

Page 237: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 10

Visual Usulan pengembangan Persepsi masyarakat

Lingkungan perumahan (Opsi-opsi pengadaan lahan)

Tataguna tanah (Tipe, Ukuran) Pengembangan lahan (Tipe, Ukuran, Kualitas) Roman alami Tataguna / Pengembangan tanah berbatasan Usulan pengembangan Persepsi Masyarakat

Survai lapangan Foto udara format kecil Konsultasi masyarakat

• Izin P em otrtan U dara (sebelum terbang); ini m em erlukan w aktu m inim al satu bulan; • Izin P encetakan F oto U dara; dan • Izin P enggunaan F oto U dara setalah dicetak. Foto udara dapat dibuat menjadi mosaik baik berupa controlled maupun uncontrolled mosaic. Pada mosaik yang mengambarkan tutupan lahan yang sangat realistis ini, dapat diplot opsi-opsi rute jalan dan dapat dilihat letak opsi-opsi ini berkaitan dengan bentang topografis atau bentang alam dan dengan roman-roman lingkungan. Walaupun pengadaan foto udara merupakan kegiatan yang mahal, foto udara merupakan satu-satunya media yang realistis untuk pemilihan rute secara cermat. Bila tidak tersedia foto udara, kegiatan penetapan rute dapat dilakukan dengan menggunakan peta yang tersedia dan peninjauan lapangan. Sayangnya, peninjauan lapangan ini tidak memungkinkan penaksiran lokasi secara luas dan mendalam, karena terbatasnya jarak pandang yang mungkin hanya mencapai beberapa ratus meter atau bahkan kurang dari pinggir jalan. Untuk daerah-daerah berpenduduk padat atau daerah-daerah yang sedang berkembang, seperti daerah Jabotabek, di mana sering terjadi perubahan, foto udara sangat diperlukan. Karena itu, untuk keperluan pemilihan rute di daerah semacam ini hendaknya dipersiapkan foto-foto udara mutakhir, karena ini satu-satunya cara untuk memperoleh informasi setempat (on-site) tentang tataguna tanah di koridor jalan yang cukup lengkap dan akurat. 4.1.3 Citra satelit Citra satelit skala 1 : 25.000, dapat digunakan untuk membantu proses pemilihan rute Proses ini memungkinkan untuk secara umum mengidentifikasi penggunaan tanah, tutupan tanah, geologi, hidrologi dan kemiringan lereng. Walaupun resolusi yang diinformasikan kurang tinggi, namun dalam beberapa kasus memungkinkan penetapan koridor rute dan kesesuaiannya bagi pemetaan beberapa pertimbangan teknis dan lingkungan. Juga dimungkinkan untuk mempertimbangkan beberapa koridor rute satu dengan lainnya, bila diinginkan identifikasi rute yang paling disukai. Pada umumnya, dengan cara ini diidentifikasi koridor-koridor selebar 500 hingga 4.000 m.Teknik ini paling berguna, bila perlu dipertimbangkan lebih dari satu rute koridor. Namun, teknik ini tidak cocok bagi pemilihan rute secara rinci, karena dewasa ini skala citra satelit terlalu kecil.

Page 238: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 11

4.1.4 Laporan-laporan yang tersedia Mungkin terdapat laporan-laporan tentang berbagai studi yang dilaksanakan di wilayah yang studi pemilihan rute jalan. Studi-studi ini tidak perlu berkaitan langsung dengan jalan, dan mungkin berkaitan dengan sejumlah parameter pengembangan, lingkungan dan sosial. Kemungkinan besar bahwa studi-studi ini tidak meliput seluruh wilayah di mana dilakukan studi pemilihan rute jalan. Namun demikian, studi-studi ini dapat memberikan informasi latar belakang mengenai suatu wilayah secara regional atau lokal. 4.1.5 Survai lapangan Sirvai lapangan diperlukan untuk mengecek kebenaran peta dan hasil interpretasi foto udara atau citra satelit. Pemeriksaan lapangan (field-check) juga akan membuktikan apakah terjadi perubahan pada kondisi koridor rute, sesudah dilakukan pemotretan udara atau pemotretan oleh satelit. Misalnya, apa yang tiga tahun sebelumnya pada foto udara adalah bentangan sawah, ternyata pada waktu pemeriksaan lapangan didapatkan bahwa bentangan sawah telah berubah menjadi lokasi permukiman atau kawasan real estat. Survai lapangan diperlukan antara lain untuk mengidentifikasi: • H utan prim er, kem ungkinan besar terdapat di lereng bukit yang curam; • H utan yang m engalam i degradasi, di dekat atau didalam kaw asan budidaya; • K aw asan lindung, seperti T am an N asional, daerah konservasi atau „daerah tangkapan air‟; • K aw asan budidaya, seperti saw ah, kebun sayur-mayur dan tebu; • K aw asan perkebunan, seperti perkebunan kelapa, karet, dan pisang; dan • K aw asan pengem bangan, seperti perkam pungan dan real estat. 4.1.6 Intansi pemerintah propinsi dan lokal Sejumlah instansi pemerintah berkepentingan dalam penentuan lokasi jalan baru. Hal ini akan bergantung pada lokasi proyek dan apakah lokasi ini akan meliputi lebih dari satu wilayah pemerintahan. Instansi-instansi ini dapat menyediakan informasi mengenai perencanaan lalu-lintas dan perencanaan sosial, untuk keperluan proses pemilihan rute. Instansi seperti Bappeda tentu mempunyai pandangannya sendiri tentang bagaimana membangun daerahnya. Instansi lain yang berkepentingan antara lain meliputi PHPA dalam Departemen Kehutanan, yang mungkin mempunyai kepentingan dalam kawasan di mana opsi-opsi jalan akan melintas. Di dekat daerah perkotaan, instansi-instansi pemerintah tertentu dapat menyediakan informasi tentang pengembangan baru yang telah terjadi atau direncanakan bagi rute koridor. Sudah barang tentu, pengembangan yang direncanakan tidak akan tampak pada foto-foto udara yang terbarupun. Jadi, suatu langkah yang penting dalam proses pemilihan rute ialah mendapatkan informasi tentang pengembangan yang direncanakan. 4.1.7 Pengetahuan lokal Dalam pelaksanaan survey lapangan, sebaiknya menghubungi sejumlah penduduk lokal guna membicarakan berbagai kondiisi yang mungkin mempengaruhi lokasi sebuah jalan. Hal ini diperlukan sebagai tambahan informasi yang diperoleh dari sumber pemerintah regional dan lokal. Misalnya, informasi dari penduduk setempat berkaitan dengan parameter-parameter yang penting dan informasi mengenai tingkat banjir. Informasi seperti ini mungkin dapat diperoleh dari LSM-

Page 239: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 12

LSM setempat atau dari masyarakat setempat. Informasi yang diperoleh ini perlu dicermati dengan hati-hati melalui strategi-strategi konsultasi masyarakat dan instansi terkait. 5. Data yang dikumpulkan 5.1. Data jalan dan jembatan Sistem Manajemen Jalan Terpadu (Integrated Road Management System – IRMS) yang ada di Departemen Kimpraswil menyediakan data terbaru tentang jalan dan jembatan. Meskipun demikian data ini perlu dikaji ulang dan diperiksa tingkat ketepatannya. Bila diperlukan, data tambahan hendaknya dikumpulkan. Pengumpulan data tambahan ini meliputi: • Lokasi dan kondisi jembatan; • Lokasi dan kondisi gorong -gorong; • Lokasi dan kondisi bangunan lainnya; • T ipe trotoar; • K ondisi dan kekasaran perm ukaan; • B ahu dan tepi jalan; • F aktor lain. Data di atas, terutama akan berguna untuk menetapkan opsi-opsi “tidak berbuat apapun” (do nothing) dan “pelebaran jalan pada alinyem en jalan yang telah ada”. 5.2 Data lalu lintas kendaraan Volume lalu-lintas kendaraan dalam koridor rute hendaknya ditaksir melalui analisis semua data yang tersedia. Ini akan mengikuti kaji ulang (review) terhadap database IRMS dan studi-studi lalu-lintas kendaraan lainnya, yang pernah dilakukan. Sesuai dengan keperluan, hendaknya dilakukan survai-survai tambahan mengenai lalu-lintas kendaraan serta asal dan tujuan. Analisis data ini akan mempertimbangkan variasi tingkat arus lalu-lintas kendaraan dalam satu jam, satu hari, dan satu musim. Pengumpulan data meliputi: a) Perhitungan Berklasifikasi Lalu-lintas Kendaraan Perhitungan ini hendaknya menganut prosedur baku Kimpraswil dan perlu didiskusikan dengan Kimpraswil sebelum dilakukan perhitungan lalulintas kendaraan. b) Survai Waktu Perjalanan Hendaknya dilakukan survai tentang waktu/kecepatan perjalanan, di mana survai seperti ini patut dilakukan. Survai tersebut perlu dilakukan pada saat-saat yang berbeda, pada waktu periode puncak dan periode bukan-puncak, selama beberapa hari yang berbeda, untuk menentukan ata-rata waktu/kecepatan perjalanan. c) Survai Asal dan Tujuan Untuk membantu pengembangan prakiraan arus lalu-lintas kendaraan, termasuk lalu-lintas kendaraan yang dialihkan dan yang dihasilkan (generated), mungkin diperlukan survai asal dan tujuan lalu-lintas kendaraan atau modus transportasi lain. Survai seperti ini perlu dilakukan selama

Page 240: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 13

paling tidak 12 jam (jam 06.00 – jam 18.00) dan hendaknya disertai dengan survai perhitungan yang berkaitan. Penghasil lalu-lintas kendaraan utama (major trafffic generators) yang potensial maupun yang ada perlu dikaji, diidentifikasi, dideskripsikan, dan dikuatifikasi. Dengan cara sama, daerah-daerah yang secara potensial terkena pengaruh perbaikan sistem jalan, hendaknya dikaji. Kajian-kajian ini perlu mempertimbangkan pengembangan ekonomi dan kebutuhan dibangunnya jalan raya di wilayah yang bersangkutan di masa depan. Kajian-kajian ini hendaknya meliputi pertimbangan tentang: • Pertumbuhan dan karakteristik populasi penduduk, misalnya, penyebaran populasi daerah

pedesaan dan perkotaan; • Pertumbuhan ekonomi nasional dan regional; • Pengembangan kegiatan industri/komersial, termasuk pertanian dan kepariwisataan, di

dalam daerah proyek; • Pengembangan layanan-layanan sosial di daerah yang bersangkutan, misalnya

pembangunan rumah sakit dan sekolah; dan • Proyeksi pertumbuhan jumlah kendaraan. 5.3 Data topografi Untuk pelaksanaan pemilihan rute secara efektif, perlu tersedia data topografi pada beberapa skala. Dalam tahap penentuan koridor, cukup digunakan data dari peta-peta berskala kecil, misalnya berskala 1 : 250.000 atau 1 : 50.000, dengan interval kontur 25 – 100 m. Namun, bagi pengembangan opsi-opsi rute, hendaknya digunakan peta-peta berskala 1 : 25.000 hingga 1 : 10.000, dan bahkan yang berskala 1 : 5.000, dengan interval kontur 1 – 5 m. 5.4 Data perencanaan Dalam rangka pemilihan rute yang efektif, perlu mengidentifikasi strategi perencanaan tingkat nasional, regional, propinsi, dan lokal, yang meliputi baik strategi maupun rencana tata-ruang, seperti: • R encana P em bangunan S osial dan E konom i N asional; • R encana P em bangunan R egional; • R encana P em bangunan Propinsi; • R encana P em bangunan K abipaten/K ota. Semua rencana ini hendaknya didiskusikan dengan unstansi-instansi terkait, sehingga maksud rencana-rencana itu dan implikasinya yang berkaitan dengan pembangunan jalan dimengerti. Implikasi rencana-rencana itu dapat meliputi penghasil lalu-lintas kendaraan (traffic generator) di masa depan, dan juga berimplikasi pada rencana-rencana jaringan jalan lokal. 5.5 Data hidrologi dan drainase Data curah hujan yang meliputi penyebaran dan intensitas bulanan serta data suhu dan variasi suhu juga diperlukan. Data-data ini memberikan latar belakang kontekstual bagi pembangunan jalan, dan memberikan masukan tentang kemungkinan terjadinya genangan berkala atau banjir.

Page 241: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 14

Peta-peta hidrologi atau peta-peta topografi yang bermutu, perlu dipelajari dalam hubungannya dengan lokasi sungai, dataran banjir atau hal-hal lain yang berhubungan dengan air terhadap rute-rute potensial, karena ini semuanya dapat mempengaruhi biaya enjiniring atau kinerja lingkungan dari suatu opsi rute dibandingkan dengan opsi rute lainnya. Rincian mengenai kondisi hidrologi wilayah perlu ditetapkan untuk memungkinkan penyusunan rancangan dan pembiayaan studi kelayakan, terutama yang berkenaan dengan keperluan pembangunan jembatan dan gorong-gorong. 5.6 Data geologi Dari peta-peta geologi dan peta-peta patahan dan/atau citra satelit, ada kemungkinan untuk mengidentifkasi jenis-jenis tanah dan patahan-patahan di dalam koridor perencanaan. Informasi seperti ini sangat penting dalam proses pemilihan rute, karena pembangunan jalan di atas tanah yang kondisi geologinya peka atau di atas tanah yang kurang baik mutunya bagi konstruksi jalan akan sangat menaikkan biaya konstruksi. 5.7 Data lingkungan dan sosial Data rona lingkungan awal baik aspek biogeofisik maupun aspel sosial perlu dikumpulkan bersamaan dengan pengumpulan data dasar lainnya. Data biogeofisik meliputi: • Iklim , kualitas udara dan kebisingan; • T opografi, G eologi dan T anah; • H idrologi; • N ilai B entang A lam ; • F lora dan Fauna; Data sosial meliputi antara lain: • T ataguna tanah; • P ola pem ukim an dan populasi; • P eluang/lokasi m ata pencaharian; • P rasarana yang ada; • F asilitas m asyarakat, m isalnya rum ah sakit, sekolah dan rum ah ibadah; • K aw asan atau bangunan peninggalan bersejarah. 5.8 Data perkiraan biaya Perkiraan biaya pembangunan tiap opsi rute perlu dihitung. Untuk perhitungan biaya tersebut diperlukan harga satuan berbagai jenis kegiatan konstruksi, karena biaya ini tergantung dari jenis-jenis kegiatan konstruksi tiap opsi rute. Untuk keperluan itu dapat digunakan standar harga satuan yang tersedia di Departemen Kimpraswil atau Dinas Bina Marga setempat.

Page 242: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 15

6. Proses pemilihan rute 6.1 Penjelasan umum Pemilihan suatu rute yang disenangi (prefered route) tergantung pada berbagai faktor, meliputi pertimbangan teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Faktor-faktor ini perlu dipertimbangkan dalam suatu urutan tahap perencanaan yang telah baku, mulai dari evaluasi secara makro pada tahap perencanaan koridor, hingga pertimbangan-pertimbangan yang lebih rinci terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan rute di tahap-tahap selanjutnya dalam keseluruhan proses perencanaan. Tahap-tahap perencanaan meliputi: • penem patan koridor perencanaan; • penentuan K oridor rute; • penentuan dan analisis alternatif-alternatif rute; • pem ilihan opsi-opsi yang masuk dalam pertimbangan (Shortlisted); • pem ilihan opsi yang disenangi; • penentuan alinyem en -alinyemen vertikal dan horisontal yang disenangi. Menetapkan suatu usulan jalan berlangsung dalam tahap perencanaan / prastudi kelayakan dan tahap sudi kelayakan. Proses ini mungkin sangat kompleks tetapi seringkali relatif sederhana, karena ketiadaan kendala. Metodologi yang dipilih bergantung baik pada tingkat kerumitan isu-isu yang mempengaruhi pemilihan rute, maupun pada sumberdaya dan waktu yang tersedia bagi penyelesaian proses pemilihan rute. 6.1.1 Koridor Perencanaan Pada umumnya, Departemen Kimpraswil akan mengidentifkasi kebutuhan akan suatu proyek. Lokasi Koridor Perencanaan ini diidentifikasi sebelum Tahap Perencanaan Umum Proyek. Sering kali Koridor Perencanaan ini tidak secara formal dipetakan, terutama untuk jalan-jalan perkotaan, karena pengembangan kota itu sendiri yang menjadi faktor penentu. 6.1.2 Koridor Rute Koridor rute ditentukan setelah diadakan perkiraan awal lokasi koridor dalam koridor perencanaan atau kawasan perencanaan. Untuk keperluan tersebut, dilakukan identifikasi kawasan di mana semua opsi rute berada. Kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan umum. Kadang-kadang koridor rute tidak ditentukan secara formal. Namun, dalam kasus-kasus di mana banyak terdapat kepentingan masyarakat, koridor rute ini harus ditetapkan secara formal, guna menetapkan wilayah-wilayah yang perlu dievaluasi dan yang tidak perlu dievaluasi. 6.1.3 Opsi / alternatif rute Setelah ditetapkannya koridor rute, tahap berikutnya dari proses pemilihan rute adalah mempertimbangkan pengembangan sejumlah opsi alternatif guna mencapai kapasitas jalan yang lebih baik dalam koridor rute. Diperlukan analisis lengkap mengenai semua alternatif dengan

Page 243: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 16

menggunakan data hasil survai dan pemetaan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dalam tahap perencanaan umum, dengan menggunakan data hasil pemetaan dan informasi lainnya. 6.1.4 Opsi-opsi yang masuk dalam pertimbangan (short-listed) Analisis teknis dan lingkungan terhadap alternatif-alternatif opsi menghasilkan terpilihnya 2 – 4 opsi yang masuk dalam pertimbangan (short-listed). Selanjutnya, dilakukan penilaian lingkungan, sosio-ekonomi, dan teknis yang mendalam, termasuk perkiraan dampak terhadap lingkungan hidup. Opsi-opsi yang masuk dalam pertimbangan dapat meliputi pelebaran jalan serta perbaikan alinyemen dan / atau opsi-opsi konstruksi jalan baru. 6.1.5 Opsi rute yang dikehendaki Setelah dilakukan perbandingan antara semua opsi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis, lalu-lintas kendaraan, lingkungan, dan ekonomi, dipilih suatu rute yang dikehendaki. Kemudian rute yang dikehendaki ini akan dievaluasi secara lebih rinci, untuk menentukan rute final. Rute yang dikehendaki diidentifikasi pada tahap prastudi kelayakan. 6.1.6 Alinyemen rute final Penentuan rute final dilakukan pada tahap studi kelayakan di mana rute yang dikehendaki dipelajari secara sangat rinci dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan sepanjang alinyemen yang dikehendaki yang diidentifikasi pada tahap prastudi kelayakan. Kegiatan ini akan menetapkan alinyemen vertikal dan horisontal final dari rute yang dikehendaki, sebagai respons terhadap informasi topografi dan tataguna tanah yang rinci. 6.1.7 Hubungan dengan siklus proyek Pemilihan rute dilakukan dalam tiga tahap awal siklus proyek, yakni tahap perencanaan umum, tahap prastudi kelayakan, dan tahap studi kelayakan. Pada tahap perencanaan umum, hasil studi-studi perencanaan dan peta-peta yang tersedia dikaji ulang dan diidentifikasi opsi-opsi rute. Pada tahap prastudi kelayakan dipertimbangkan opsi-opsi rute secara rinci dan ditentukan serta dinilai lebih cermat berdasarkan data yang tersedia maupun hasil survai lapangan. Setelah kaji ulang ini diidentifikasi suatu rute yang dikehendaki. Dalam tahap berikutnya, yakni tahap studi kelayakan, kelayakan teknis, ekonomi, dan lingkungan dari opsi yang dikehendaki dievaluasi dan dibuatlah penyesuaian-penyesuaian akhir terhadap lokasi alinyemen jalan. Dalam tahap ini, proses pemilihan rute hampir mendekati penyelesaiannya. Namun, alinyemen vertikal dan horisontal dari rute yang dikehendaki masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut dalam tahap perencanaan teknis (design). 6.2 Penetapan awal koridor perencanaan Kebutuhan akan adanya jalan biasanya didasarkan atas alasan-alasan ekonomis, pembangunan dan politik. Sering kali dibutuhkan jalan di sekitar kota di mana terjadi kemacetan akibat bercampurnya lalu-lintas kendaraan setempat dengan kendaraan yang hendak melintas, termasuk truk dan bis besar.

Page 244: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 17

Langkah pertama dalam proses menyeluruh ialah identifikasi proyek dan pencantumannya pada Rencana Lima Tahun berikutnya. Langkah berikutnya ialah penetapan KORIDOR PERENCANAAN dengan menggunakan peta-peta berskala antara 1 : 50.000 - 1 : 25.000 serta pengetahuan umum mengenai kawasan. Pada skala ini, penetapan koridor perencanaan hanya didasarkan atas lokasi saja. Tidak ada pertimbangan faktor-faktor teknis atau faktor-faktor sosial / lingkungan. Namun, pada skala ini, ada peluang untuk mengidentifikasi kondisi topografi utama dan pengaruhnya terhadap perencanaan jalan. Misalnya, baik bentuk lahan secara umum maupun kondisi hidrologi dapat terlihat dan akan mempengaruhi lokasi Koridor Perencanaan. Lagi pula, dalam tahap ini seharusnya dapat diidentifikasi dan dihindari daerah berlereng curam, daerah berawa dan daerah konservasi. Pada tahap proses pemilihan rute ini, hanya lokasi dari koridor perencanaan yang akan diidentifikasi tetapi ini cukup untuk memungkinkan studi yang lebih rinci dalam tahap-tahap berikutnya. Penetapan Koridor Perencanaan tidak selalu dilakukan, namun penetapan Koridor Perencanaan ini merupakan konsep yang baik. 6.3 Penetapan koridor rute Penetapan Koridor Rute merupakan kegiatan perencanaan fisik rinci pertama dan kegiatan kedua dalam proses menyeluruh pemilihan rute. Hal ini dilakukan pada Tahap Perencanaan Umum. Berdasarkan lokasi Koridor Perencanaan, dilakukan penyelidikan perencanaan jalan raya di sekitar lokasi proyek, untuk mengidentifikasi Koridor Rute. Koridor Rute memberikan arahan mengenai daerah-daerah yang akan diteliti lebih lanjut untuk mengidentifikasi rute jalan. Tepi Koridor Rute perlu diidentifikasi berdasarkan daerah-daerah yang secara logis tidak perlu dipertimbangkan atas dasar alasan-alasan teknis, biaya, tataguna tanah, sosial / budaya, dan lingkungan. Pada tahap ini, pada umumnya tidak diperlukan masukan seorang spesialis khusus, kecuali jika penyelidikan-penyelidikan sebelumnya mengungkapkan diperlukannya masukan seperti ini, disebabkan oleh sangat sensitifnya lahan di mana kemungkinan besar Koridor Rute akan ditempatkan. Namun, seorang Ahli Transportasi hendaknya memberikan masukan analisis lalu-lintas kendaraan, termasuk evaluasi jalan-jalan sekunder yang terdapat di dalam dan di sekitar kota. Faktor dominan pada penetapan tepi luar koridor rute, acap kali adalah biaya ekonomi / teknis. Biaya ini akan menetapkan suatu tepi luar hingga mana jalan dapat ditempatkan tanpa terlalu menyimpang dari alinyemen ekonomis / teknis yang paling disenangi di dalam koridor rute. Dengan demikian, suatu koridor rute mungkin berupa lahan yang mencakup daerah perkotaan suatu kota sebagai suatu rute jalan bypass yang mungkin melintas salah satu sisi kota. Di samping pertimbangan teknis dan ekonomi, perlu diidentifikasi juga faktor sosial / budaya atau lingkungan apa pun yang akan mengakibatkan suatu daerah menjadi daerah yang harus dihindari. B eberapa daerah yang m erupakan “pulau -pulau” m ungkin terdapat dalam koridor rute yang telah ditetapkan, dimana rute apa pun harus melintas di sekelilingnya, misalnya, suatu desa atau kota, tempat bersejarah, kuil atau makam. Mungkin ada juga kawasan lingkungan eksklusif yang tak boleh dijamah manusia di tepi Koridor Rute yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, kawasan lingkungan eksklusif tersebut dikeluarkan dari Koridor Rute, dengan cara penetapan ulang tepi Koridor Rute. Daerah yang ditetapkan ulang untuk menjadi Koridor Rute akan merupakan daerah di mana opsi-opsi rute akan ditetapkan. Dari opsiopsi rute inilah rute yang paling disenangi akan dipilih. Kadang-kadang Koridor Rute tidak secara formal ditetapkan. Pendekatan informal ini sering cukup memadai. Hal ini mungkin terjadi jika pemilihan rute dilakukan oleh suatu tim multi-disiplin,

Page 245: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 18

terpisah dari masukan-masukan lain. Namun, jika ada pihak-pihak lain yang memberikan masukan dan pertimbangan mengenai koridor dan opsi-opsi rute, pendekatan informal tersebut di atas tidak memadai. Dewasa ini kebutuhan yang meningkat untuk mempartisipasikan masyarakat dan berkonsultasi dengan masyarakat yang diatur oleh undang-undang, dianggap sangat bermanfaat untuk menetapkan Koridor Rute secara formal. Jika perlu memberikan gambaran mengenai lokasi konstruksi jalan kepada pihak-pihak lain, seperti pemerintah regional atau pemerintah setempat, akan sangat bermanfaat jika Koridor Rutenya telah ditentukan. 6.4 Penetapan alternatif - alternatif rute Ada beberapa cara untuk menetapkan Opsi-opsi Alinyemen dalam Koridor Rute. Pada umumnya, penetapan ini akan melibatkan beberapa pertimbangan terhadap sejumlah faktor yang secara umum dapat dikategorisasikan sebagai faktor-faktor teknis, ekonmi, sosial / budaya, dan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat dipertimbangkan secara bersama atau secara terpisah. Namun, tujuannya ialah mengidentifikasi daerah-daerah yang sesuai bagi Koridor Rute atau daerah-daerah yang banyak menghadapi kendala. Opsi-opsi rute akan terdiri dari lahan-lahan yang kendalanya sedikit. 6.4.1 Analisis kendala umum Pada umumnya, perencana jalan raya akan mempertimbangkan sejumlah faktor teknis, ekonomi dan lingkungan sebagai suatu langkah pertama. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara menciptakan matriks-matriks kesesuaian opsi rute bagi sejumlah faktor dan mengevaluasi rute-rute dalam hubungannya dengan matriks kesesuaian. Sering kali hal ini dilakukan secara numerik dan dengan mempertimbangkan rute-rute dalam hubungannya dengan matriks-matriks, yakni setiap rute didefinisi dipandang dari segi matriks-matriks. Misalnya, berapa banyak properti yang perlu dibeli, jumlah jalan kereta api yang perlu dilintasi, banyaknya interaksi dengan sistem jalan sekunder, berapa banyak jembatan yang harus dibangun, dsb. Sebagai alternatif mempertimbangkan rute-rute alternatif dipandang dari sudut numerik atau verbal, rute-rute alternatif dapat dipetakan berdasarkan kondisi sosial dan lingkungan yang dihadapi dan memberikan nilai kepada kondisi-kondisi tersebut dalam bentuk peta dan memplot rute-rute melintasi daerah-daerah yang paling sesuai. Alternatif lain dan mungkin metode yang paling banyak digunakan adalah kombinasi dari dua metode yang diuraikan di atas. Pada pendekatan ini, berdasarkan pengembangan suatu matriks kesesuaian, rute-rute diplot di peta-peta menghindari daerah-daerah berkendala tinggi dan menggunakan lahan-lahan yang lebih sesuai, sambil tetap memenuhi pertimbangan-pertimbangan perencanaan jalan dan perencanaan ekonomi. Kemudian disusunlah tabel-tabel untuk menggambarkan interaksi berbagai opsi rute terhadap sejumlah parameter didalam matriks kesesuaian. Kegiatan ini akan dibantu oleh berbagai spesialis, sesuai dengan kebutuhan. Kemudian ditentukan daerah-daerah dengan tingkat kendala atau kesesuaian yang berbeda-beda berkenaan dengan tiap faktor teknus, lingkungan dan sosial berdasarkan informasi umum yang ada. Sumber informasi dapat berupa: • P eta -peta berskala besar, misalnya 1 : 25.000 dan / atau foto-foto udara dengan skala sama; • B erm acam laporan dari daerah yang sedang dipelajari; • D iskusi dengan berbagai instansi pem erintah regional dan lokal, LS M dan m asyarakat um um .

Page 246: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 19

Evaluasi ini akan mengidentifikasi daerah-daerah dengan kendala besar, moderat dan kecil bagi pembangunan jalan. Daerah-daerah ini akan diidentifikasi pada selembar atau beberapa lembar peta, yang dapat berupa: Peta Topografi Daerah-daerah berlereng curam; Garis pantai; Jalan besar-kecil yang ada; Jalan kereta api dan unsur-unsur prasarana lainnya; Peta Sosial / Budaya Kota dan daerah-daerah pemukiman; Kawasan obyek-obyek warisan budaya; Bermacam unsur prasarana; Fasilitas kelembagaan; Kawasan budidaya intensif, seperti sawah beririgasi teknis dan kawasan perkebunan; Peta Hidrologi Garis pantai; Sungai; Lahan basah, danau dan kolam ikan; Peta Lingkungan Flora dan fauna; Kawasan konservasi dan hutan lindung; Roman lanskap atau kawasan khusus; Peta Geologi Garis patahan; Tanah yang geologis sensitif; Stabilitas lahan; Kawasan yang mudah mengalami erosi dan longsor. Semua faktor tersebut di atas ini merupakan kendala dengan tingkat yang berbeda-beda. Tingkat (besar-kecilnya) kendala bagi setiap parameter akan ditentukan bagi tiap proyek pemilihan rute. Kemudian para perencana jalan raya dapat menyusun suatu seri peta kendala lingkungan, yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan opsi-opsi rute. Dengan menggunakan informasi tentang pertimbangan-pertimbangan ini, perencana jalan raya dapat mengidentifikasi sejumlah titik yang mungkin dilewati jalan. Dengan menghubungkan titik-titik ini melewati lahan berkendala kecil dan / atau, jika diperlukan, melewati lahan berkendala moderat dan berkendala besar, dihasilkan rute-rute terbaik. Kinerja umum dari berbagai opsi rute seyogianya diringkas dalam sebuah tabel. Ini memungkinkan peringkasan dampak-dampak dari berbagai rute terhadap bermacam kriteria / parameter. Pada umumnya, pada tahap ini, para perencana akan memberikan masukan-masukan tentang karakteristik desain jalan yang memenuhi syarat-syarat desain kecepatan dari jalan. Dengan demikian, terciptalah pengembangan berbagai opsi rute yang realistis, dipandang dari sudut kriteria perencanaan teknis yang tepat.

Page 247: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 20

Semua masukan ini sering dikembangkan sebagai overlays dalam suatu sistem perencanaan jalan yang computerized, seperti MOSS, sebagai langkah final dari penggambaran opsi-opsi rute. 6.4.2 Analisis penyaring terpadu koridor jalan Metode ini merupakan pengembangan dari metode analisis kendala. Jika digunakan analisis penyaring ini, semua lahan didalam koridor rute akan dievaluasi terhadap sejumlah faktor teknis, sosial / budaya, dan lingkungan didalam koridor rute. Lahan-lahan didalam koridor rute dievaluasi dan daerah-daerah yang mempunyai kesesuaian tinggi, moderat, dan sedang bagi pembangunan jalan berdasarkan nilai-nilai yang telah ditetapkan, biasanya disajikan sebagai suatu matriks pemilihan rute atau matriks kesesuaian rute. Pada umumnya, daerah-daerah tersebut dipetakan, dan dengan demikian membuat metode ini lebih transparan dalam menghadapi keadaan-keadaan di mana pemilihan rute perlu dijelaskan kepada pihak-pihak lain. Daerah-daerah berkendala besar bagi berbagai faktor tersebut di atas, akan mempunyai tingkat kesesuaian rendah bagi pembangunan jalan, sedangkan daerah-daearah berkendala kecil akan mempunyai tingkat kesesuaian tinggi. Pembangunan jalan di daerah-daerah tersebut terakhir ini akan menghadapi lebih sedikit masalah yang berkenaan dengan faktor-faktor teknis, sosial dan lingkungan yang telah dievaluasi. Kecuali di daerah-daerah dengan sedikit kompleksitas, berbagai faktor tersebut di atas ini hendaknya dipertimbangkan secara terpisah dan disusun peta-peta yang menggambarkan kendala-kendala teknis, lingkungan dan sosio-ekonomi-budaya. Selanjutnya, hendaknya disusun peta-peta komposit, sehingga para teknisi / perencana dapat memperhatikan kendala-kendala ini. Kemudian ditetapkan alternatif-alternatif rute. Biasanya diharapkan hanya daerah-daerah berkesesuaian tinggi dan berkendala kecil akan digunakan, namun keadaan seperti ini besar kemungkinannya tidak akan dijumpai. Dengan demikian, lokasi alternatif-alternatif rute ditempatkan di lahan-lahan berkendala moderat tetapi menghindari lahan-lahan berkendala besar. Dalam beberapa hal, mungkin diperlukan membuat keputusan untuk memberi bobot (weighing) suatu faktor terhadap faktor lain. Misalnya, dalam suatu bagian koridor hanyalah lahan-lahan berkendala besar berupa lereng-lereng curam dan / atau hutan dan lahan-lahan yang berbatasan juga berkendala besar karena merupakan lahan pengembangan budidaya pertanian intensif, seperti sawah beririgasi teknis. Menghadapi kasus seperti ini, dalam opsi-opsi rute akan termasuk satu rute dengan kesesuaian lingkungan tinggi tetapi kesesuaian sosio-ekonomi-budaya rendah dan rute lain dengan kesesuaian lingkungan rendah tetapi kesesuaian sosio-ekonomi-budaya ttinggi. Jika dihadapi keadaan seperti ini, maka faktor-faktor lain, seperti kendala dan prioritas regional dan lokal perlu dipertimbangkan dalam proses pemliihan rute yang paling disenangi. Dengan menggunakan peta-peta kesesuaian dan peta-peta kendala bagi faktor-faktor teknis, sosio-ekonomi, dan lingkungan, para teknisi / perencana dapat menetapkan rute-rute yang menggunakan daerah-daerah dengan tingkat kesesuaian tertinggi. Rute-rute inilah yang kemudian dipertimbagkan sebagai opsi-opsi yang masuk dalam pertimbangan (short-listed) bagi pemilihan rute yang disenangi. 6.4.3 Penetapan rute yang disenangi Penetapan rute yang disenangi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara. Jika digunakan Analisis Kendala Umum, maka dilakukan kaji-ulang (review) oleh para ahli terhadap rute-rute ini dipandang dari sudut faktor-faktor teknis, sosio-ekonomi-budaya, dan lingkungan.

Page 248: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 21

Teknisi / perencana jalan raya dan / atau perencana lingkungan hendaknya menyusun tabel untuk memudahkan membuat perbandingan antara opsi-opsi rute Untuk membuat perbandingan ini, berbagai ahli akan menentukan kesesuaian suatu rute atau berbagai bagian rute terhadap rute atau bagian rute lain, dan dengan demikian menentukan prioritas opsi rute. Juga ada kemungkinan berkonsultasi dengan berbagai instansi di tingkat proinsi atau tingkat lokal, maupun LSM-LSM untuk memperoleh pandangan mereka mengenai opsi-opsi rute. Yang diharapkan ialah suatu rute yang disenangi semua pihak dan yang hanya sedikit memliki kendala-kendala teknis, sosio-ekonomi-budaya dan/atau kendala-kendala lingkungan. Kemungkinannya kecil bahwa satu rute sesuai bagi semua kendala. Pada akhirnya, terserah pada para pengangambil keputusan yang tepat untuk memilih rute atas dasar pertimbangan-pertimbangan teknis, sosial-ekonomi-budaya dan lingkungan. 6.4.4 Penetapan alinyemen rute final yang dikehendaki Secara umum dapat dikatakan bahwa pemilihan alinyemen vertikal dan horisontal dari rute yang disenangi merupakan bagian dari seluruh proses pemilihan rute. Pemilihan alinyemen tersebut selalu dilakukan melalui pertimbangan syarat-syarat alinyemen horisontal dan vertikal jalan dalam pemilihan opsi-opsi rute. Namun, penetapan alinyemen horisontal final hanya dilakukan ketika opsi yang disenangi diputuskan. Kemudian dalam bagian pertama DED (Detailed Engineering Design) atau dalam Tahap Pradesain, alinyemen horisontal dan vertikal diselesaikan dalam bentuk final. Kegiatan-kegiatan seperti diuraikan di atas dilakukan berdasarkan pemetaan rinci dan bila mungkin dilengkapi foto udara skala 1 : 10.000. Pada skala ini dapat diperoleh informasi rinci tentang tataguna tanah dan sifat-sifat lahan, yang memungkinkan penentuan lokasi terbaik bagi alinyemen final. Perencanaan teknis jalan hanya dapat dimulai bila rute final telah ditetapkan. 7. Konsultasi masyarakat untuk pemilihan rute 7.1 Penetapan koridor perencanaan Penetapan Koridor Perencanaan dilakukan pada awal tahap perencanaan umum. Pada tahap ini, mungkin dilangsungkan diskusi-diskusi terbatas dengan pemerintah propinsi dan kabupaten / kota mengenai keperluan proyek dan mengenai gagasan-gagasan awal pemerintah tersebut tentang pengembangan jalan dan lokasi proyek secara umum. Karena koridor perencanaan ini bar merupakan peta lokasi proyek secara makro, masukan dari masyarakat pada tahap ini tidak penting artinya. Berdasarkan diskusi-diskusi tersebut di atas, dapat ditetapkan suatu koridor yang luas. Koridor ini kelak akan mengandung koridor rute. 7.2 Penetapan koridor rute Pada tahap ini perlu dilibatkan pemerintah propinsi dan kanupaten / kota. Dalam beberapa keadaan tertentu, perlu juga dilibatkan instansi-instansi terkait lainnya serta LSM, jika diperlukan pertimbangan-pertimbangan khusus yang tidak seluruhnya tercakup oleh instansi-instansi pemerintah.

Page 249: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 22

Pada tahap ini, mungkin melalui loka karya, berbagai instansi pemerintah dapat dilibatkan dalam suatu proses untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam koridor perencanaan dan membantu menetapkan tepi koridor rute. Dalam hal ini, semua pihak yang mempunyai kepentingan harus menjamin bahwa mereka tidak merubah batas-batas koridor secara sepihak. Di samping itu, diperlukan konsultasi masyarakat melalui instansi-instansi pemerintah lokal dan / atau LSM, untuk memperoleh masukan berupa tanggapan dan saran mereka tentang aspek sosial dan lingkungan di dalam koridor. Masukan ini akan membantu menentukan kendala-kendala terhadap pengembangan opsi rute, dan juga akan memberikan fokus dan arti lokal aspek teknis dan kendala-kendala lingkungan. 7.3 Penetapan opsi-opsi rute Berdasarkan informasi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan masyarakat tentang kendala-kendala sosial dan lingkungan di dalam koridor, dapat dilakukan pengembangan opsi-opsi rute. Hasil pengembangan opsi-opsi rute tersebut diinformasikan kembali kepada masyarakat. Pada tahap ini, mungkin ada justifikasi untuk bertanya kepada masyarakat yang lebih luas lagi untuk mempertimbangkan opsi-opsi rute yang telah dikembangkan dan memberikan komentar lebih lanjut tentang kendala-kendala dan peluang-peluang yang mereka sampaikan. P ada tahap ini, seyogianya dilibatkan “kom unitas-kom unitas yang secara potensial terpengaruh” di sepanjang opsi-opsi rute yang telah ditetapkan, baik secara langsung maupun melalui wakil komunitas-komunitas tersebut. Masukan-masukan yang diperoleh dari komunitas-komunitas atau wakil-wakilnya digunakan untuk menyesuaikan opsi-opsi rute dan / atau memilih opsi rute yang dikehendaki. Sebelum kegiatan ini, mungkin bermanfaat untuk mengkaji-ulang tanggapan yang disampaikan masyarakat kepada pemerintah propinsi dan pemerintah lokal, yang bersangkutan dengan opsi-opsi rute tersebut. 7.4 Penetapan rute yang dikehendaki Sebagai tambahan pada pertimbangan sejumlah faktor pemilihan rute, perlu diperhatikan tanggapan-tanggapan masyarakat. Tanggapan-tanggapan ini hendaknya dipertimbangkan terutama bila terjadi keresahan masyarakat sehubungan dengan dampak lingkungan potensial, termasuk dampak sosial. Bila rute yang dikehendaki telah ditetapkan, suatu konsultasi masyarakat final dapat diselenggarakan untuk menjelaskan rute yang telah dipilih sebagai rute yang dikehendaki, dan memberikan penjelasan lebih rinci tentang proyek serta penetapan jadwal waktu pelaksanaannya. 7.5 Konsultasi masyarakat lebih lanjut Konsultasi ini dilakukan dengan “penduduk yang terkena dam pak proyek” dan dapat dilakukan konsultasi individual. Selain dengan penduduk yang terkena dampak langsung proyek, perlu juga untuk berkonsultasi dengan mereka yang tinggal berbatasan dengan rute yang telah dipilih, tetapi tidak terkena dampak langsung pengadaan tanah.

Page 250: Info Lingkungan3

Lampiran A – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PEMILIHAN RUTE JALAN 23

Konsultasi ini berlangsung pada tahap studi kelayakan. Pada tahap ini keterlibatan masyarakat berubah dari partisipasi menjadi konsultasi karena hanya sedikit kesempatan tersedia bagi masukan masyarakat untuk merubah lokasi dan / atau hasil perencanaan pembangunan jalan. Konsultasi ini mungkin lebih banyak menyangkut masalah bentuk kompensasi yang efektif dan, dalam beberapa hal, tentang pemindahan penduduk (resettlement) yang efektif. Partisipasi masyarakat dapat juga berlangsung mengenai keterpaduan jalan baru dengan jalan-jalan sekunder dan bagaimana merancang tepi dan batas jalan. Konsultasi secara terus-menerus dengan pemerintah lokal mengenai pengendalian penggunaan tanah yang berbatasan dengan damija jalan baru sangat penting bagi hasil desain proyek. Namun, hal ini tidak termasuk dalam tugas pemilihan rute dan dibahas dalam pedoman-pedoman lain.

Page 251: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 1

Lampiran B

Pedoman Teknis Konsultasi Masyarakat

B.1 Penjelasan Umum Tata cara ini menguraikan pelaksanaan konsultasi masyarakat pada tahap perencanaan dari tahapan siklus pengembangan proyek jalan, yaitu:

1) Konsultasi rencana umum sistem jaringan jalan, 2) Konsultasi pemilihan koridor rute jalan, 3) Konsultasi kelayakan ruas jalan, dan 4) Konsultasi perencanaan teknis jalan.

Pelaksanaan konsultasi masyarakat pada dasarnya melibatkan 5 (lima) kelompok pelaku utama berikut ini :

1) Pemrakarsa, dalam hal ini Dinas PU provinsi, kabupaten/kota. 2) Bapedalda, dalam hal ini termasuk Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah atau

Kantor Lingkungan Hidup provinsi, kabupaten/kota. 3) Bappeda, dalam hal ini terdiri dari Bappeda provinsi, kabupaten/kota. 4) Masyarakat, dalam hal ini terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, penduduk terkena

dampak, tokoh-tokoh masyarakat yang mewakili penduduk terkena dampak dan masyarakat terasing.

5) Stakeholder lainnya yang mempunyai peran pada penanganan kasus-kasus khusus, misalnya Departemen/Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Departemen/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dll.

B.2 Konsultasi Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan Langkah-langkah kegiatan konsultasi rencana umum sistem jaringan jalan adalah sebagai berikut:

1) Menyusun konsep rencana umum sistem jaringan, 2) Konsultasi konsep rencana sistem jaringan jalan, 3) Melakukan pemutakhiran rencana sistem jaringan jalan, 4) Melakukan penyaringan lingkungan.

B.2.1 Menyusun Konsep Rencana Umum Sistem Jaringan

a) Menyusun konsep rencana umum sistem jaringan jalan berdasarkan data dokumen

perencanaan sistem jaringan jalan yang telah ada, mencakup rencana lokasi proyek, panjang jalan dan tahun anggaran,

b) Dalam menyusun konsep rencana umum tersebut akan memperhatikan antara lain hal-hal seperti yang tertera pada KOTAK 1 berikut :

Page 252: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 2

B.2.2 Konsultasi Konsep Rencana Sistem Jaringan Jalan

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan konsultasi melalui kegiatan pertemuan dan diskusi langsung di kantor stakeholder (misal di Kantor Bappeda).

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup pemrakarsa, Bapedalda, Bappeda, masyarakat (misal tokoh masyarakat), dan stakeholder lainnya (misal BPN, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan)

c) Pelaksanaan konsultasi Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari peserta konsultasi, antara lain sebagai berikut : Masukan dari Bapedalda tentang hal-hal yang berhubungan dengan persyaratan

lingkungan dan dampak terhadap lingkungan geofisik, biologi dan sosial yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan,

Masukan dari Bappeda tentang program-program pembangunan daerah dan penataan ruang sesuai rencana strategi pemerintah daerah (termasuk skala prioritas jaringan jalan yang direncanakan daerah),

Masukan dari masyarakat tentang status dan tata guna lahan, area sensitif misalnya kawasan permukiman tradisional yang perlu dilindungi, kawasan dan makam yang dikeramatkan, situs-situs purbakala, lokasi dan penyebaran masyarakat terasing dan lain sebagainya.

Masukan dari stakeholder lainnya, misalnya masukan dari BPN tentang status fungsi lahan, dan/atau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memberikan masukan tentang keberadaan masyarakat terasing (bila ada).

Melakukan analisa terhadap masukan peserta konsultasi sebagai bahan pemutakhiran rencana sistem jaringan jalan, yang menghasilkan hal-hal berikut : Identifikasi faktor-faktor yang menentukan prioritas pelaksanaan proyek

KOTAK I Rencana koridor sistem jaringan jalan, termasuk alasan perlunya proyek

dan tahun anggaran pelaksanaan pembangunannya, Uraian status lahan dan tata guna lahan (land use and land status) dari

rute koridor jalan, terutama (kalau ada) terhadap keberadaan kawasan lindung dan / atau daerah sensitif lainnya (berdasarkan kriteria tentang kawasan lindung dan daerah sensitif).

Kemungkinan adanya pengadaan tanah Menuangkan informasi tersebut di atas ke dalam peta dengan ukuran skala

yang memadai (misal skala 1 : 250.000).

Page 253: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 3

Identifikasi status lahan dan tata guna lahan yang akan terkena rencana keberadaan rute koridor jalan.

Identifikasi kendala-kendala yang diperkirakan timbul dari rencana keberadaan rute koridor jalan.

B.2.3 Melakukan Pemutakhiran Rencana Sistem Jaringan Jalan

Berdasarkan data identifikasi tersebut di atas, maka selanjutnya melakukan pemutakhiran rencana sistem jaringan jalan, dalam bentuk sebagai berikut:

Rumusan master plan jaringan jalan (RUTRK/RUTRP), Rumusan tentang lokasi proyek yang didukung oleh masyarakat (peserta

konsultasi), Rumusan kendala-kendala yang diperkirakan timbul dalam kegiatan pemilihan

rute koridor dan kebutuhan pengadaan tanah (kalau ada). B.2.4 Melakukan Penyaringan Lingkungan

Kegiatan konsultasi penyaringan lingkungan dilakukan dengan Bappeda dan Bapedalda. Konsultasi dengan Bappeda dilaksanakan dalam rangka meminta masukan terhadap identifikasi penggunaan lahan pada dan sekitar rute koridor jaringan jalan, khususnya areal sensitif. Masukan dari Bappeda tersebut berupa rencana penataan ruang wilayah (prov, kab/kota) serta penerapan peta padu serasi. Sedangkan konsultasi dengan Bapedalda ditempuh dalam rangka mendiskusikan hasil penyaringan (AMDAL, UKL/UPL atau SOP). Masukan dari Bapedalda dapat berupa tanggapan dan saran dalam rangka menampung umpan balik. Selanjutnya secara bersama-sama masukan dari Bappeda dan Bapedalda dipergunakan dalam rangka menetapkan hasil penyaringan berupa Daftar Proyek Wajib Pengelolaan Lingkungan. Tata cara konsultasi penyaringan lingkungan secara lebih rinci dengan menerapkan pedoman pelaksanaan AMDAL, khususnya penyaringan lingkungan yang terdapat pada Lampiran lain.

B.3 Konsultasi Pilihan Koridor Rute Jalan Langkah-langkah kegiatan konsultasi pilihan koridor rute jalan adalah sebagai berikut:

1) Mempelajari rencana sistem jaringan jalan, 2) Membuat studi kelayakan terhadap altenatif rute jalan, 3) Melakukan konsultasi pemilihan alternatif rute jalan, 4) Menetapkan koridor jalan terpilih 5) Menyusun konsep KA-ANDAL dan mengajukan ke Bapedalda untuk dinilai

B.3.1 Mempelajari Rencana Sistem Jaringan Jalan

Hasil konsultasi masyarakat pada tahap perencanaan umum telah menetapkan adanya proyek-proyek prioritas. Oleh karena itu bahan dan/atau informasi yang akan dikonsultasikan dalam kegiatan pemilihan koridor rute dan kebutuhan pengadaan tanah

Page 254: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 4

bagi proyek-proyek prioritas pada tahap pra studi kelayakan ini, antara lain akan mencakup hal-hal seperti pada KOTAK 2 berikut :

B.3.2 Membuat Studi Kelayakan Terhadap Alternatif Rute Jalan.

a) Mempelajari dokumen tingkat kelayakan teknis dari masing-masing alternatif rute jalan b) Membuat penilaian awal tingkat kendala lingkungan, yakni :

Kondisi lingkungan di lokasi rencana rute alternatif jalan dan sekitarnya : Kondisi sosial budaya (gambaran umum tipologi kondisi sosial

masyarakat, status lahan dan tata guna lahan), Kondisi biologi (misal daerah konservasi dan hutan lindung), Kondisi geofisik (bila perlu) Sarana dan prasarana

Potensi dampak yang diperkirakan dapat terjadi pada tiap rute alternatif

B.3.3 Melakukan Konsultasi Pemilihan Alternatif Rute Jalan

Kegiatan konsultasi pemilihan alternatif rute jalan akan berkaitan dengan hal-hal berikut ini :

1. AMDAL (khususnya pelingkupan dalam KA-ANDAL), 2. Analisa Dampak Sosial (khususnya berkaitan dengan pengadaan lahan), 3. Rekayasa lingkungan (teknis pemilihan rute), 4. Desain wilayah (kota/perdesaan).

B.3.3.1 Konsultasi berkaitan dengan AMDAL (khususnya pelingkupan dalam KA-ANDAL)

Pelaksanaan Konsultasi Masyarakat

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan konsultasi melalui kegiatan publikasi di suatu Harian Umum setempat. Format publikasi mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman. Hal-hal yang dipublikasikan seperti tampak pada KOTAK 3 :

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup masyarakat yang berkepentingan, yakni masyarakat pemerhati dan masyarakat terkena dampak (wakil masyarakat)

KOTAK 2 Informasi tentang rencana rute alternatif jalan, terutama :

Lokasi keberadaan rute alternatif jalan yang direncanakan, Panjang ruas jalan, lebar jalan, lebar damija yang ada, Luas lahan yang dibutuhkan bagi tiap rute alternatif jalan

Ketetapan hasil penyaringan AMDAL, UKL/UPL

Page 255: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 5

c) Sasaran konsultasi Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari masyarakat, antara

lain tentang kepentingan sosial dan lingkungan mereka di dalam koridor.

Perumusan Rencana Tindak a) Melakukan analisa saran pendapat dan tanggapan yang diterima dari hasil publikasi

yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk : Rumusan dampak terutama dampak sosial dan rekayasa lingkungan yang

akan ditimbulkan oleh setiap alternatif rute jalan, Rumusan keberatan ataupun dukungan dari masyarakat terhadap rencana

proyek. b) Mempergunakan daftar identifikasi dampak tersebut sebagai materi pelingkupan

Konsep Awal Kerangka Acuan Analisa Dampak Lingkungan (KA-ANDAL).

B.3.3.2 Konsultasi berkaitan dengan analisa dampak sosial (pengadaan lahan)

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan konsultasi melalui kegiatan pertemuan dan diskusi langsung, misal di Kantor Camat wilayah kecamatan yang sebagian wilayahnya akan terkena dampak..

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup stakeholder yang berkaitan dengan pengadaan tanah (misal BPN), Camat, Lurah/Kepala Desa, LSM dan tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh, termasuk tokoh LKMD, ketua RT dan RW pada wilayah yang akan terkena dampak proyek jalan.

c) Pelaksanaan konsultasi Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari peserta konsultasi, antara lain sebagai berikut :

KOTAK 3 Nama dan alamat pemrakarsa proyek Lokasi dan luas kegiatan proyek Jenis proyek Produk yang dihasilkan Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan serta penanganannya Dampak lingkungan hidup yang akan timbul Tanggal pemasangan pengumuman dan batas waktu pemberian saran,

pendapat, dan tanggapan dari warga masyarakat Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam menerima saran,

pendapat dan tanggapan dari warga masyarakat

Page 256: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 6

Pertemuan ini dilakukan untuk menginformasikan kepada para pemimpin masyarakat setempat mengenai lokasi alternatif rute jalan dan menanyakan kepada mereka kemungkinan reaksi dari masyarakat yang terkena dampak proyek

Membahas tentang kemungkinan permasalahan yang akan muncul pada pembebasan lahan dalam pemilihan rute.

Mendiskusikan informasi/masukan dari masyarakat (misal Camat, Lurah, LSM dan tokoh masyarakat lainnya) tentang status kepemilikan lahan masyarakat (misal hak ulayat dsb) dan pola penggunaan lahan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan terkena dampak.

Mendiskusikan informasi/masukan dari stakeholder lainnya, misalnya dari BPN tentang status fungsi lahan.

B.3.3.2 Konsultasi berkaitan dengan rekayasa lingkungan (pemilihan rute)

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan konsultasi melalui kegiatan pertemuan dan diskusi langsung, misal di Kantor Bappeda atau Kantor Camat wilayah kecamatan yang sebagian wilayahnya akan terkena dampak..

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup Bapedalda, Bappeda, stakeholder yang berkaitan dengan status lahan (misal BPN dan Kehutanan), Camat, Lurah/Kepala Desa, LSM dan tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh, termasuk tokoh LKMD, ketua RT dan RW pada wilayah yang akan terkena dampak proyek jalan.

c) Pelaksanaan konsultasi Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari peserta konsultasi, antara lain sebagai berikut : Masukan dari Bapedalda tentang daerah sensitif dan daya dukung lingkungan, Masukan dari Bappeda mengenai kondisi tingkat pelayanan prasarana dan

sarana, termasuk klas jalan, Pertemuan ini dilakukan untuk menginformasikan kepada para pemimpin tersebut

mengenai lokasi alternatif rute jalan dan menanyakan kepada mereka kemungkinan reaksi dari masyarakat yang terkena dampak proyek

Membahas tentang kemungkinan permasalahan yang akan muncul pada pembebasan lahan dalam pemilihan rute.

Mendiskusikan informasi/masukan dari masyarakat (misal Camat, Lurah, LSM dan tokoh masyarakat lainnya) tentang status kepemilikan lahan masyarakat (misal hak ulayat dsb) dan pola penggunaan lahan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan terkena dampak.

Page 257: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 7

Mendiskusikan informasi/masukan dari stakeholder lainnya, misalnya dari BPN dan Kehutanan tentang status dan fungsi lahan, dan/atau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memberikan masukan tentang keberadaan masyarakat terasing.

. B.3.3.2 Konsultasi berkaitan dengan desain kota/perdesaan

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan konsultasi melalui kegiatan pertemuan dan diskusi langsung, misal di Kantor Bappeda atau Kantor Camat wilayah kecamatan yang sebagian wilayahnya akan terkena dampak..

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup Bappeda, Camat, Lurah/Kepala Desa, LSM dan tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh, termasuk tokoh LKMD, ketua RT dan RW pada wilayah yang akan terkena dampak proyek jalan.

c) Pelaksanaan konsultasi Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari peserta konsultasi, antara lain sebagai berikut : Masukan dari Bappeda tentang pemanfaatan ruang wilayah, Membahas bersama tentang issu-issu penting dalam suatu proyek pembangunan

termasuk desain kota/perdesaan, masukan tentang apa yang masyarakat setempat butuhkan dalam suatu proyek pengembangan kota/perdesaan.

. B.3.4 Menetapkan Koridor Jalan Terpilih

Melakukan analisa terhadap masukan peserta konsultasi tersebut sebagai bahan penetapan rute koridor jalan terpilih yang menghasilkan berikut : Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap rute terpilih, terutama

perkiraan luasan lahan yang akan dibutuhkan, kondisi prasarana dan sarana, status kepemilikan dan pola penggunaan lahan, dan (status lahan konservasi).

Identifikasi rumusan tingkat kendala yang akan timbul dari faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap rute terpilih (tinggi/sedang/rendah), terutama dalam rencana pengadaan tanah.

B.3.5. Menyusun Konsep KA-ANDAL dan Mengajukan ke Bapedalda untuk dinilai

Tata cara penyusunan KA-ANDAL akan mengikuti pedoman tersebut pada Lampiran lain. Apabila dokumen KA-ANDAL ini sudah dipersiapkan, selanjutnya mengajukan ke Bapedalda untuk melaksanakan penilaian KA-ANDAL

B.4 Konsultasi Kelayakan Ruas Jalan Langkah-langkah kegiatan konsultasi kelayakan ruas jalan adalah sebagai berikut:

Page 258: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 8

1) Mempelajari koridor jalan terpilih, 2) Membuat studi kelayakan koridor jalan terpilih, 3) Melakukan konsultasi kelayakan koridor jalan terpilih, 4) Melakukan studi ANDAL dan mengajukan ke Bapedalda untuk dinilai, 5) Menetapkan rute terpilih

B.4.1 Mempelajari Koridor Jalan Terpilih

Hasil konsultasi masyarakat pada tahap pra kelayakan telah menetapkan koridor jalan terpilih, antara lain mencakup perkiraan luasan tanah yang dibutuhkan, status kepemilikan dan pola penggunaan lahan, kondisi prasarana dan sarana, status lahan konservasi serta tingkat kendala yang akan timbul dari faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap koridor terpilih (tinggi/sedang/rendah), terutama dalam rencana pengadaan tanah.

B.4.2 Membuat Studi Kelayakan Koridor Jalan Terpilih.

a) Mempelajari dokumen tingkat kelayakan teknis dari masing-masing alternatif rute jalan b) Membuat penilaian tingkat kendala lingkungan, yakni :

Kondisi lingkungan di lokasi koridor jalan terpilih dan sekitarnya : Kondisi sosial budaya (gambaran umum tipologi kondisi sosial

masyarakat, status lahan dan tata guna lahan), Kondisi biologi (misal daerah konservasi dan hutan lindung), Kondisi geofisik (bila perlu) Sarana dan prasarana

Dampak hipotetik penting yang dapat terjadi pada koridor jalan terpilih

B.4.3 Melakukan Konsultasi Kelayakan Koridor Jalan

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan konsultasi melalui kegiatan pertemuan dan diskusi langsung, misal di Kantor Bappeda.

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup Bappeda dan stakeholder yang berkaitan dengan status lahan (misal BPN dan Kehutanan).

c) Pelaksanaan konsultasi Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari peserta konsultasi, antara lain sebagai berikut : Masukan dari Bappeda mengenai kesesuaian program daerah berkaitan dengan

keberadaan koridor jalan, Mendiskusikan informasi/masukan dari stakeholder lainnya, misalnya dari BPN

dan Kehutanan akan memeriksa kesesuaian dengan tata ruang berkaitan dengan keberadaan koridor jalan.

Hasil konsultasi tersebut dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam analisis dampak lingkungan (ANDAL).

Page 259: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 9

B.4.4. Melakukan Studi ANDAL dan Mengajukan ke Bapedalda untuk dinilai Tata cara penyusunan studi ANDAL akan mengikuti pedoman tersebut pada Lampiran lain. Apabila dokumen ANDAL ini sudah dipersiapkan, selanjutnya mengajukan ke Bapedalda untuk dinilai.

a) Metode konsultasi Penyelenggaraan konsultasi melalui kegiatan rapat Komisi AMDAL yang waktu dan tempatnya diatur oleh Bapedalda, misal di Kantor Bapedalda.

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup anggota komisi teknis dan stakeholder yang berkaitan dengan kasus yang dibahas termasuk masyarakat yang akan terkena dampak.

c) Pelaksanaan konsultasi Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh penilaian hasil studi ANDAL, RKL/RPL dan tanggapan dari peserta konsultasi, antara lain sebagai berikut : Dari masyarakat yang akan terkena dampak (wakil) misal tentang tanggapan dan

masukan dari proses penilaian AMDAL. Bapedalda akan menilai hasil studi ANDAL, RKL/RPL. Hasil konsultasi rapat komisi AMDAL tersebut selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai saran dan penilaian Komisi. Apabila Komisi telah menyetujui hasil studi ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan lingkungan dalam penetapan rute terpilih.

B.4.5. Menetapkan Rute Terpilih

Hasil konsultasi dengan para stakeholder dan komisi AMDAL akan merupakan bahan pertimbangan lingkungan dalam menetapkan rute terpilih. Disamping pertimbangan aspek lingkungan, penetapan rute terpilih juga akan ditentukan oleh pertimbangan aspek teknis dan ekonomis.

B.5. Konsultasi Perencanaan Teknis Jalan Langkah-langkah kegiatan konsultasi perencanaan teknis jalan adalah sebagai berikut:

1) Mempelajari hasil studi kelayakan, dokumen ANDAL, RKL/RPL dari rute terpilih, 2) Diskusi penjabaran RKL, RPL dalam perencanaan teknis jalan, 3) Melakukan konsultasi konsep perencanaan teknis jalan, 4) Membuat konsep LARAP, 5) Finalisasi dokumen LARAP proyek jalan, 6) Menetapkan desain teknis jalan.

B.5.1 Mempelajari Hasil Studi Kelayakan, Dokumen ANDAL, RKL/RPL

Dari dokumen yang telah disyahkan oleh Komisi AMDAL, akan dicermati tentang hal-hal berikut ini :

Page 260: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 10

1) Hasil evaluasi terhadap rencana kegiatan proyek jalan yang akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup,

2) Dampak penting yang terjadi akibat kegiatan proyek jalan 3) Tolok ukur setiap dampak penting lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh rencana

kegiatan proyek jalan. 4) Jenis-jenis penanganan dampak penting yang memuat kriteria dan spesifikasi yang

diinginkan dari penanganan dampak. 5) Lokasi dan sebaran terjadinya dampak penting.

B.5.2 Diskusi Penjabaran RKL, RPL Dalam Perencanaan Teknis Jalan.

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan diskusi langsung antara para perencana dan tim penyusun AMDAL mengenai program RKL dan RPL yang tepat yang akan dimasukkan dalam desain teknis , misal di Kantor pemrakarsa proyek.

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup tim perencana dan tim penyusun AMDAL.

c) Pelaksanaan konsultasi Diskusi ini dimaksudkan untuk menjabarkan RKL, RPL dalam perencanaan teknis jalan, antara lain sebagai berikut : Masukan dari Tim penyusun AMDAL mengenai rencana pengelolaan lingkungan

(RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL) yang diuraikan dalam kriteria dan spesifikasi yang diinginkan dari upaya penanganan dampak, baik berupa upaya pencegahan, meminimalisasi, memperbaiki dan kompensasi terhadap dampak yang terjadi,

Mengkaji masukan dari Tim penyusun AMDAL tentang upaya penanganan dampak tersebut, dan mencoba menuangkan ke dalam rencana teknis jalan.

B.5.3 Melakukan Konsultasi Konsep Perencanaan Teknis Jalan

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan konsultasi melalui kegiatan pertemuan dan diskusi langsung, misal di Kantor Bappeda.

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup Bappeda, Masyarakat (Kepala desa/lurah, LKMD, wakil masyarakat yang terkena dampak), dan stakeholder lainnya berkaitan dengan pengadaan tanah (misal BPN dan Camat).

c) Pelaksanaan konsultasi Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari peserta konsultasi untuk penyempurnaan konsep perencanaan teknis dan pembuatan konsep LARAP, antara lain sebagai berikut :

Page 261: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 11

Masukan dari Bappeda mengenai pengendalian pemanfaatan ruang, Informasi detail dari masyarakat tentang area sensitif Masukan dari BPN dan Camat tentang angggota panitia pengadaan tanah.

Hasil diskusi tersebut selanjutnya akan dianalisa yang hasilnya dipergunakan sebagai bahan untuk membuat konsep LARAP, antara lain seperti pada KOTAK 4

B.5.4 Konsultasi Konsep LARAP

a) Metode konsultasi Menyelenggarakan konsultasi melalui kegiatan pertemuan dan diskusi langsung, misal di Kantor Bappeda.

b) Peserta konsultasi

Peserta konsultasi mencakup Bapedalda, Bappeda, dan Masyarakat (Kepala desa/lurah, LKMD, wakil masyarakat yang terkena dampak).

c) Pelaksanaan konsultasi Konsultasi konsep LARAP dimaksudkan untuk memperoleh masukan dalam membuat Dokumen Final LARAP proyek jalan, antara lain sebagai berikut :

KOTAK 4 Informasi tentang kegiatan proyek (ruas jalan), terutama :

Lokasi keberadaan alinyemen rute akhir terpilih yang direncanakan

Panjang ruas jalan, lebar jalan, lebar damija yang ada, dan Luas lahan terkena alinyemen rute akhir terpilih yang

direncanakan

Informasi rinci tentang kondisi lingkungan sosial ekonomi budaya di lokasi rencana alinyemen rute akhir terpilih dan sekitarnya, antara lain :

Luas lahan dan aset di atasnya yang harus dibebaskan, dan dirinci berdasarkan status kepemilikan dan penguasaan, status penggunaan/ jenis lahan dan kelas tanah.

Jumlah penduduk/rumah tangga (KK) yang terkena dampak dan yang terpaksa harus dipindahkan,

Perkiraan dampak/kerugian potensial yang mungkin timbul (khususnya yang menyangkut sumber matapencaharian /pendapatan dan fasilitas umum yang dianggap strategis)

Kelompok masyarakat dan strategi partisipasi mereka dalam setiap tahapan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali (jika ada)

Lembaga yang akan menangani kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali dari Pemda setempat.

Page 262: Info Lingkungan3

Lampiran B – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS KONSULTASI MASYARAKAT 12

Masukan dari Bapedalda tentang tata cara dan evaluasi monitoring, Masukan dari Bappeda mengenai keterpaduan program implementasi LARAP, Masukan dari masyarakat tentang data asset dan kondisi sosial ekonomi

masyarakat yang terkena dampak. B.5.5 Finalisasi Dokumen LARAP Proyek Jalan

Melakukan analisis terhadap masukan para peserta konsultasi tentang konsep LARAP, yang hasilnya berupa Dokumen Final LARAP antara lain memuat berikut ini:

Indentifikasi luas lahan, jumlah pemilik, aset di atasnya, persepsi. Identifikasi tingkat harga tanah dan asetnya. Identifikasi cara-cara penanganan dampak rencana pembebasan lahan, dan

dampak-dampak sosial lainnya tersebut. Melakukan koordinasi rencana pelaksanaan dengan Bappeda dalam rangka pengesahan dokumen LARAP dari Bupati/Walikota.

B.5.6 Menetapkan Desain Jalan

a) Melakukan penetapan desain jalan setelah dokumen LARAP disyahkan. b) Dalam gambar desain jalan yang ditetapkan tersebut tertuang antara lain rumusan

penanganan dampak penting dari komponen lingkungan (geofisik-kimia, biologi dan sosial) yang terjadi, dan selanjutnya memasukkan kedalam lingkup materi tender pekerjaan implementasi.

Page 263: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

1

Lampiran C (Normatif)

Pedoman Teknis Penyaringan Rencana Kegiatan Pembangunan Jalan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL

C.1 Jenis-Jenis Proyek Jalan Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penyaringan proyek jalan yang wajib dilengkapi AMDAL atau UKL/UPL, jenis-jenis proyek jalan dibedakan dalam beberapa kategori sbb.: a) Pembangunan jalan tol b) Pembangunan jalan layang dan subway c) Pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar DAMIJA:

di kota besar / metropolitan di kota sedang di kota kecil.

d) Peningkatan jalan dalam DAMIJA e) Pembangunan jembatan. C.2 Penentuan Proyek Jalan yang Wajib Dilengkapi AMDAL Jenis-jenis proyek jalan yang wajib dilengkapi AMDAL ditentukan berdasarkan: a) skala / besaran rencana kegiatan (panjang jalan dan/atau luas lahan yang diperlukan); b) lokasi alinyemen jalan terhadap kawasan lindung (berbatasan langsung); c) pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan serta tipologi

ekosistem setempat. C.3 Kriteria Skala / Besaran Proyek Jalan yang Wajib Dilengkapi AMDAL Kriteria skala / besaran kegiatan proyek yang wajib dilengkapi AMDAL tercantum pada Tabel 1. Catatan: Kriteria kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL tersebut, dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 tahun sekali. Karena itu, pemrakarsa proyek harus memperhatikan peraturan yang paling baru. C.4 Kriteria Skala / Besaran Proyek Jalan yang Wajib Dilengkapi UKL dan

UPL Kriteria skala / besaran kegiatan proyek yang wajib dilengkapi UKL dan UPL tercantum pada Tabel 2.

Page 264: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

2

Tabel 1

Jenis Rencana Kegiatan Proyek Jalan Yang Wajib Dilengkapai dengan AMDAL (Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan )

No. Jenis Proyek Skala/Besaran

Alasan Ilmiah Khusus

1.

a. Pembangunan jalan

tol b. Pembangunan jalan

layang dan subway

Semua Besaran > 2 km

Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.

2. Pembangunan jalan dan / atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar DAMIJA: a. Di kota besar /

metropolitan : - Panjang - atau luas pengadaan

tanah b. Di kota sedang :

- Panjang - atau luas pengadaan

tanah c. Pedesaan :

- Panjang

> 5 km > 5 ha > 10 km > 10 ha > 30 km

Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.

Sumber: Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001, tanggal 22 Mei 2001 Keterangan:

Kota Metropolitan : jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa Kota Besar : jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa Kora Sedang : jumlah penduduk 100.000 – 500.000 jiwa Kota Kecil : jumlah penduduk 20.000 – 100.000 jiwa

Page 265: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

3

Tabel 2

Jenis Kegiatan Proyek Jalan Yang Wajib Dilengkapi dengan UKL dan UPL (Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan )

No.

Jenis Proyek

Besaran

1. 2.

3.

Peningkatan jalan Tol dalam DAMIJA Pembangunan / peningkatan jalan di luar DAMIJA a. Di kota besar / metropolitan:

- Panjang - pengadaan tanah

b. Di kota sedang: - Panjang - pengadaan tanah

Pembangunan Jembatan a. Di kota besar / metropolitan b. Di kota sedang

> 5 km 1 km - 5 km 2 ha - 5 ha 3 km - 10 km 2 ha - 10 ha > 20 m > 60 m

C.5 Prosedur Pelaksanaan Penyaringan C.5.1 Langkah-Langkah Kegiatan Penyaringan Proses penyaringan dilakukan melalui urutan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: a) Identifikasi jenis dan besaran rencana kegiatan proyek; b) Identifikasi komponen lingkungan hidup yang sensitif; c) Identifikasi dampak lingkungan yang mungkin terjadi; d) Penentuan wajib AMDAL atau UKL dan UPL; e) Penghitungan perkiraan biaya studi AMDAL atau UKL dan UPL; f) Penyusunan laporan hasil penyaringan. C.5.2 Identifikasi Jenis dan Besaran Rencana Kegiatan Proyek a) Identifikasilah jenis rencana kegiatan proyek menurut klasifikasi tersebut pada Butir E.1, dan

skala / besaran kegiatannya, yaitu: panjang ruas jalan (km); luas areal pengadaan tanah (ha).

Page 266: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

4

b) Catatlah deskripsi rencana kegiatan proyek yang lebih detail (bila ada), antara lain: • Fungsi jalan (arteri / kolektor / lokal); • Lebar badan jalan; Lebar perkerasan; Jenis lapis perkerasan; Lebar pengadaan tanah yang diperlukan; Perkiraan volume pekerjaan tanah (galian / timbunan); Jumlah bahan bangunan yang diperlukan (batu, pasir, dll); Alat-alat berat yang diperlukan. Data tersebut di atas dapat diperoleh dari laporan pra-studi kelayakan dan / atau studi lainnya.

c) Hasil identifikasi rencana kegiatan proyek agar dicatat dalam formulir Laporan Hasil

Penyaringan AMDAL seperti tercantum pada Lampiran C.1.

C.5.3 Identifikasi Komponen Lingkungan Hidup yang Sensitif

C.5.3.1 Keberadaan Kawasan Lindung

a) Periksalah apakah lokasi proyek berada dalam, berbatasan langsung dengan, atau

berdekatan dengan kawasan lindung.

Data tentang keberadaan kawasan lindung di lokasi rencana kegiatan proyek dan sekitarnya dapat diperoleh dengan cara: Kajian data sekunder. Konsultasi dengan instansi terkait baik di tingkat pusat maupun propinsi atau kabupaten

/ kota; Peninjauan lapangan, dan konsultasi dengan penduduk setempat (bila perlu).

b) Jenis-jenis kawasan lindung seperti tersebut dalam penjelasan Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, dan Pasal 37 Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, tercantum pada Kotak 1.

c) Informasi tentang keberadaan kawasan lindung secara makro dapat diketahui antara lain

dari peta Rencana Tata Ruang Wilayah propinsi atau kabupaten / kota. d) Data tentang lokasi kawasan hutan lindung dapat dilihat dari peta Tata Guna Hutan yang

diterbitkan oleh Departemen Kehutanan. e) Informasai tentang lokasi cagar budaya termasuk situs purbakala atau peninggalan sejarah

yang bernilai tinggi dapat diperoleh dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, atau dari Dinas terkait di tingkat propinsi atau kabupaten / kota.

e) Lakukan peninjauan lapangan (bila perlu) terutama untuk memastikan apakah alinyemen

jalan melalui, berbatasan langsung, berdekatan atau cukup jauh dari kawasan lindung. Namun bila data sekunder telah cukup lengkap, peninjauan lapangan tidak diperlukan.

Page 267: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

5

Kotak 1 Daftar Kawasan Lindung

1. Kawasan Hutan Lindung; 2. Kawasan Bergambut; 3. Kawasan Resapan Air; 4. Sempadan Pantai; 5. Sempadan Sungai; 6. Kawasan Sekitar Danau / Waduk; 7. Kawasan Sekitar Mata Air 8. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan Wisata, Daerah

Perlindungan Plasma Nutfah, dan Daerah Pengungsian Satwa); 9. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainnya (termasuk perairan laut, perairan darat, wilayah

pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu karang, dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan / atau keunikan ekosistem);

10. Kawasan Pantai berhutan Bakau (mangrove); 11. Taman Nasional; 12. Taman Hutan Raya; 13. Taman Wisata Alam 14. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk daerah karst berair, daerah deengan

budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi);

15. Kawasan Rawan Bencana Alam.

C.5.3.2 Areal Sensitif Lainnya

a) Telitilah apakah di lokasi proyek dan sekitarnya terdapat areal sensitif lainnya yang termasuk

kategori fragile area antara lain:

• Areal permukiman padat; • Daerah komersial; • Lahan pertanian produktif • Areal berlereng curam.

b) Data tentang areal sensitif ersebut dapat dianalisis dari peta topografi, peta tanah, peta

geologi, peta penggunaan lahan, dan foto udara (bila tersedia). Bila perlu, peninjauan lapangan akan sangat berguna.

c) Komponen lingkungan lainnya yang perlu diidentifikasi adalah sarana dan prasarana yang

mungkin terkena dampak kegiatan konstruksi, seperti: • jaringan jalan; • jalan kereta api; • saluran air; • kabel listrik; • telepon; • pipa air; dan • pipa gas.

Page 268: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

6

Di samping itu, perlu diperhatikan juga kemungkinan adanya tempat-tempat yang sensitif terhadap kebisingan seperti: • sekolah; • rumah sakit; dan • tempat ibadat.

d) Hasil identifikasi komponen lingkungan hidup sensitif dicatat dalam formulir Laporan Hasil

Penyaringan AMDAL seperti tercantum pada Lampiran C.1.

C.5.4 Identifikasi Dampak Lingkungan yang Mungkin Terjadi a) Identifikasilah dampak lingkungan yang mungkin terjadi secara sistematis, mulai dari tahap

pra-konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi. b) Cara identifikasi dilakukan dengan memperhatikan jenis dan besaran kegiatan proyek

tersebut pada Butir C.5.2 yang merupakan sumber dampak, dan sensitifitas komponen lingkungan tersebut pada Butir C.5.3, yang mungkin terkena dampak.

c) Identifikasi dampak lingkungan dilakukan melalui urutan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Buat daftar komponen rencana kegiatan proyek yang potensial merupakan sumber dampak, diurut mulai dari tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi. Jenis kegiatan yang potensial menjadi sumber dampak antara lain yang bersifat:

• merubah bentang alam/lansekap seperti galian / timbunan tanah. • merubah komposisi vegetasi, misalnya kegiatan land clearing. • menimbulkan pencemaran lingkungan (polusi udara, kebisingan, pencemaran air),

seperti kegiatan pengangkutan material, pengoperasian base camp dan stone crusher.

• menimbulkan gangguan sosial seperti pengadaan tanah dan pemindahan penduduk

. (2) Identifikasilah karakteristik ekosistem di lokasi tiap komponen kegiatan dan sekitarnya

yang mungkin terpengaruh oleh kegiatan-kegiatan tersebut (lihat hasil identifikasi komponen lingkungan sensitif yang telah diuraikan pada Butir C.5.3)

. (3) Perkirakan kemungkinan perubahan ekosistem (kondisi lingkungan) serta akibat

lanjutannya yang mungkin terjadi baik yang menyangkut aspek fisik, biologi maupun sosial-ekonomi dan budaya, di tiap lokasi kegiatan proyek yang telah terdaftar. Perubahan kondisi (kualitas) lingkungan serta akibat lanjutannya merupakan dampak lingkungan yang mungkin terjadi.

C.5.5 Penentuan Wajib AMDAL atau UKL/UPL a) Proses penentuan wajub AMDAL atau UKL dan UPL dilakukan dalam empat tahap, yang

secara skematis tercantum pada Gambar 1.

Page 269: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

7

GAMBAR 1 Prosedur Penyaringan Proyek Jalan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL

Tahap 1

Tidak Tahap 2

Tidak Tahap 3

Tidak Tahap 4 Ya

Rencana Proyek Jalan

Memenuhi Kriteria Wajib AMDAL ?

Berbatasan dengan Kawasan Lindung

Berdampak Penting ?

Memenuhi Kriteria UKL/UPL

Wajib UKL/UPL

Wajib AMDAL

SOP Wajib UKL / UPL

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Page 270: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

8

b) Tahap Pertama: Bandingkanlah jenis dan besaran rencana kegiatan proyek dengan kriteria

wajib AMDAL tercantum dalam Tabel 1. Apabila jenis dan besaran rencana kegiatan proyek memenuhi kriteria tersebut, maka proyek itu wajib dilengkapi AMDAL. Sebaliknya, jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka proses penyaringan dilanjutkan dengan tahap kedua.

c) Tahap Kedua: Periksalah apakah lokasi alinyemen jalan berbatasan langsung dengan

kawasan lindung. Apabila sebagian atau seluruh alinyemen jalan berbatasan langsung dengan kawasan lindung seperti tersebut pada Kotak 1, maka proyek yang bersangkutan wajib dilengkapi AMDAL. Bila tidak, proses penyaringan dilanjutkan ke tahap ketiga.

d) Tahap Ketiga: Evaluasilah apakah dampak lingkungan yang telah teridentifikasi pada Butir

C.5.4 termasuk kategori dampak besar dan penting atau tidak. Jika tedapat dampak yang temasuk kategori besar dan penting, maka proyek wajib dilengkapi AMDAL. Kalau tidak, proses penyaringan dilanjutkan ke tahap keempat.

Catatan: Untuk mengevaluasi pentingnya dampak gunakanlah kriteria tercantum pada Tabel 3.

e) Penyaringan Tahap Keempat: Bandingkanlah jenis dan besaran rencana kegiatan proyek

dengan kriteria proyek yang wajib dilengkapi UKL / UPL tercantum pada Tabel 2. Jika memenuhi kriteria tersebut, maka rencana kegiatan proyek wajib diliengkapi UKL dan UPL. Bila tidak, proyek tersebut bebas AMDAL maupun UKL dan UPL, tapi wajib menggunakan SOP.

C.5.6 Penghitungan Perkiraan Biaya Studi AMDAL atau UKL/UPL

a) Apabila rencana kegiatan proyek termasuk kategori wajib dilengkapi AMDAL atau UKL dan

UPL, hitunglah perkiraan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan studi lingkungan (AMDAL atau UKL dan UPL) tersebut.

b) Secara garis besar, biaya studi lingkungan terdiri dari komponen-komponen biaya:

• personil (tenaga ahli dan penunjang); • survai lapangan; • analisis laboratorium (bila perlu); • peralatan dan material.

Pada umumnya, komponen biaya terbesar adalah biaya personil. c) Komponen biaya personil tergantung dari banyaknya tenaga ahli yang diperlukan dan

lamanya penugasan tiap tenaga ahli. Makin banyak jenis isu lingkungan yang perlu ditelaah, makin banyak tenaga ahli yang diperlukan.

d) Komponen biaya survei lapangan tergantung dari lokasi proyek. Makin jauh jaraknya, makin

mahal biayanya.

Page 271: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

9

e) Jumlah tenaga ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan studi AMDAL suatu ruas jalan diperkirakan antara 15 - 30 person-month (pm), sedangkan untuk studi UKL/UPL berkisar antara 4 - 8 pm.

f) Secara umum, pelaksanaan studi AMDAL proyek jalan memerlukan waktu antara 6 -18

bulan, dengan biaya berkisar antara 5 - 10 % dari biaya persiapan proyek, atau antara 0,06 - 0,35 % dari total biaya proyek.

C.5.7 Penyusunan Laporan

a) Susunlah laporan singkat tentang hasil penyaringan AMDAL ini, yang berisi tentang:

• Deskripsi rencana kegiatan dan rona lingkungan secara singkat; • Kesimpulan hasil penyaringan (wajib AMDAL, wajib UKL dan UPL, atau bebas AMDAL

maupun UKL dan UPL); • Alasan (dasar pertimbangan) kesimpulan tersebut; • Isu-isu pokok lingkungan yang perlu ditelaah lebih lanjut (bila diperlukan AMDAL atau

UKL dan UPL; dan • Perkiraan biaya untuk studi lingkungan selanjutnya.

b) Laporan hasil penyaringan ini diperlukan sebagai arahan untuk kegiatan studi lingkungan yang lebih mendalam (bila diperlukan), termasuk untuk keperluan penentuan anggaran biaya studi tersebut.

c) Contoh format laporan hasil penyaringan tercantum pada Lampiran C.1.

Page 272: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

10

Tabel 3 Kriteria Evaluasi Dampak Penting

No.

Faktor Evaluasi

Kriteria

Keterangan

Penting Tidak penting

1.

Jumlah manusia terkena dampak

M1>M2

M1<M2

M1 = Jumlah manusia dalam

wilayah studi yang terkena dampak tapi tidak dapat manfaat

M2 = Jumlah manusia yang dapat manfaat

2. Luas wilayah persebaran

dampak W1 W2 W1 = Wilayah persebaran

dampak mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, tidak berbaliknya dampak, atau kumulatif dampak.

W2 = Wilayah persebaran dampak tidak mengalami perubahan mendasar.

3. Lamanya dampak

berlangsung L1 L2 L1 = Dampak berlangsung lama

(lebih dari satu tahap proyek)

L2 = Dampak berlangsung tidak lama (hanya pada tahap pra-konstruksi atau konstruksi)

4. Intensitas dampak

I1 I2 I1 = Dampak melampaui baku

mutu lingkungan, atau menimbulkan konflik sosial

I2 = Dampak tidak melampaui baku mutu lingkungan, atau tidak menimbulkan konflik sosial

5. Banyaknya komponen

lingkungan lainnya yang terkena dampak

B2>B1 B2<B1 B1 = Jumlah komponen lingkungan terkena dampak primer

B2 = Jumlah komponen lingkungan terkena dampak sekunder dan dampak lanjutannya

Page 273: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

11

6. Sifat kumulatif dampak K1 K2 K1 = Dampak kumulatif K2 = Dampak tidak kumulatif

7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

R1 R2 R1 = Dampak tidak berbalik R2 = Dampak berbalik

Page 274: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

12

CONTOH FORMULIR Laporan Penyaringan Proyek Jalan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL

A. RENCANA KEGIATAN PROYEK

1. Nama Rencana Kegiatan Proyek … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .

2. Panjang Ruas Jalan … … … … … … km

3. Lebar Jalan a. DAMIJA Ekisting 1)

b. Damija rencana c. Perkerasan Ekisting 1) d. Pekerasan rencana

a. … … … … ..m b. … … … … ..m c. … … … … ..m d. … … … … ..m

4. Lokasi a. Nama kota

b. Kabupaten c. Propinsi

a. … … … … … … … … … … … … … … … … … .. b. … … … … … … … … … … … … … … … … … .. c. … … … … … … … … … … … … … … … … … ..

5. Status Kota Metropolitan / Besar / Sedang / Kecil 2)

6. Fungsi Jalan Arteri / Kolektor / Lokal 2)

7. Jenis Program Pembangunan / Pemeliharaan 2)

8. Luas areal pengadaan … … … … … .. H a

9. LHR a. Eksisting 1)

b. Rencana a. … … … … … … … … .. kendaraan /hari b. … … … … … … … … .. kendaraan /hari

10. Status Proyek Pra Studi Kelayakan / Studi Kelayakan 2)

B. RONA LINGKUNGAN ( Sepanjang trase jalan dan sekitarnya)

1. Fisiografi a. Berlereng curam (> 40 %)

b. Tanah tidak stabil a. … … … … … … … .. km b. … … … … … … … .. km

2. Penggunaan lahan a. Pemukiman padat

b. Daerah komersial c. Areal pertanian produktif d. Lain-lain (… … … … … … … … … … )

a. … … … … … … … .. km ( … … … .. % ) b. … … … … … … … .. km ( … … … .. % ) c. … … … … … … … .. km ( … … … .. % ) d. … … … … … … … .. km ( … … … .. % )

Page 275: Info Lingkungan3

Lampiran C – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYARINGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN YANG WAJIB DILENGKAPI AMDAL ATAU UKL DAN UPL

13

Contoh Formulir Laporan Penyaringan Proyek Jalan

Yang Wajib Dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL (lanjutan) 3. Kawasan lindung

a. Jenis/nama kawasan lindung b. Letak trase jalan terhadap kawasan

lindung

a. … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. b. Melalui / berbatasan / berdekatan / jauh 2)

4. Komponen lingkungan lain yang sensitif terhadap perubahan

… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …

C. KESIMPULAN (Pilih salah satu)

1. Wajib AMDAL A lasan : … … … … … … … … … … … … … … … … … .. … … … … … … … … … … … … … … … … … .

2. Wajib UKL dan UPL A lasan : … … … … … … … … … … … … … … … … … .. … … … … … … … … … … … … … … … … … .

3. Bebas AMDAL maupun UKL dan UPL A lasan : … … … … … … … … … … … … … … … … … .. … … … … … … … … … … … … … … … … … .

D. ISU POKOK LINGKUNGAN YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

1. Dampak lingkungan pada taha pra-konstruksi a. … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .

b. … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 2. Dampak lingkungan pada tahap konstruksi a. … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .

b. … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . c. … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .

3. Dampak lingkungan pada tahap pasca konstruksi a. … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …

b. … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … c. … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …

E. PERKIRAAN BIAYA STUDI AMDAL ATAU UKL & UPL R p. … … … … … … … … … … … .

Keterangan : 1) Khusus proyek peningkatan / pemeliharaan 2) Coret yang tidak sesuai

… … … … … ., … … … … … … … … … …

Pelaksana Penyaringan

( … … … … … … … … … … )

Page 276: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 1

Lampiran D

Pedoman Teknis Pengadaan Tanah untuk Bidang Jalan

D.1 Penjelasan Umum Rencana pengadaan tanah pada tahap perencanaan dari tahapan siklus pengembangan proyek jalan, meliputi:

1) Pertimbangan pengadaan tanah pada tahap perencanaan umum, 2) Kegiatan awal pengadaan tanah pada tahap pra studi kelayakan, 3) Identifikasi kebutuhan lahan pada tahap studi kelayakan, dan 4) Perencanaan pengadaan tanah pada tahap perencanaan teknis.

Pelaksanaan rencana pengadaan tanah pada dasarnya dilaksanakan oleh 5 (lima) kelompok pelaku utama yaitu:

1) Pemrakarsa, dalam hal ini unit kerja Dinas provinsi, kabupaten/kota. 2) Bapedalda, dalam hal ini termasuk Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah atau

Kantor Lingkungan Hidup provinsi, kabupaten/kota. 3) Bappeda, dalam hal ini terdiri dari Bappeda provinsi, kabupaten/kota. 4) Masyarakat, dalam hal ini terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, penduduk terkena

dampak, tokoh-tokoh masyarakat yang mewakili penduduk terkena dampak dan masyarakat terasing.

5) Stakeholder lainnya yang perlu dipertimbangkan perannya pada kasus-kasus khusus, misalnya Departemen/Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Departemen/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dll.

D.2 Pertimbangan Pengadaan Tanah Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem

Jaringan Jalan Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan pertimbangan pengadaan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Mempelajari konsep rencana umum sistem jaringan dan peta tata guna lahan di sekitarnya,

2) Membuat konsep awal sistem jaringan jalan dan kebutuhan lahan, 3) Melakukan konsultasi dengan Bappeda dan/atau instansi lainnya, 4) Menetapkan koridor rencana sistem jaringan jalan.

D.2.1 Mempelajari Konsep Rencana Umum Sistem Jaringan dan Peta Tata Guna Lahan D.2.1.1 Konsep rencana umum sistem jaringan jalan Dalam mengkaji konsep ini, diarahkan dalam kaitannya dengan sasaran kawasan yang

akan dilayani sistem jaringan jalan, antara lain : sentra-sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota, dan lokasi tempat tinggal masyarakat terasing (bila ada). Untuk dapat memahami hal tersebut diperlukan kajian penyelarasan konsep rencana umum jaringan jalan tersebut dengan rencana tata ruang wilayah (provinsi atau kab/kota), yakni sebagai berikut :

Page 277: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 2

1) Menuangkan peta rute koridor jalan yang direncanakan pada masing-masing peta

kawasan sentra-sentra produksi, potensi kapasitas produksi, orde penataan ruang, dan jika ada lokasi tempat-tempat tinggal masyarakat terasing (pada skala yang memadai, misal: skala 1 : 250.000).

2) Mengaitkan dengan usulan rencana pembangunan jalan di daerah masyarakat terasing (khusus wilayah yang ada) Sumber data (peta) antara lain dari : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota yang dapat diperoleh di Kantor Bappeda setempat (prov, kab/kota) serta lokasi tempat tinggal masyarakat terasing dari Dinas Sosial / Dinas Kehutanan

3) Memeriksa dan mencatat usulan kapasitas jalan yang dibutuhkan, serta tatanan nilai dan perilaku berkaitan dengan sistem transportasi masyarakat terasing (jika ada) yang dilewati garis rute koridor jalan yang direncanakan.

D.2.1.2 Tata guna lahan di sekitar

Kajian tata guna lahan sekitar berkaitan dengan pertimbangan pengadaan tanah ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Status lahan dan tataguna lahan, 2) Rencana alokasi penggunaan lahan dan pola penggunaan lahan eksisting.

D.2.1.2.1 Status lahan dan tataguna lahan

Menuangkan rute koridor jalan yang direncanakan pada peta status lahan dan tataguna lahan dengan skala yang memadai (misal skala 1 : 250.000). Sumber data (peta) antara lain dari : Peta TGHK dari DeC. Kehutanan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dapat diperoleh di Kantor BPN/Kantor Pertanahan dan Kantor Bappeda setempat (prov, kab/kota). Juga dari peta mosaik foto udara yang dapat diperoleh dari Kantor Pusat Data TNI-AU atau Bakosurtanal

Memeriksa dan dan mencatat status lahan dan tataguna tanah serta pola pemilikan lahan, hukum adat dan aspek budaya masyarakat terasing (jika ada) yang dilewati garis rute koridor jalan yang direncanakan.

D.2.1.2.2 Rencana alokasi penggunaan lahan dan pola penggunaan lahan eksisting.

Memeriksa dan mencatat adanya rencana alokasi penggunaan lahan dan keberadaan areal strategis dan areal lain yang sensitif terhadap perubahan, dikaitkan dengan rute koridor jalan yang direncanakan,

Melakukan juga survai lapangan (bila perlu) untuk memastikan tentang pola penggunaan lahan dan pola kepemilikan tanah adat (bila ada) dikaitkan dengan rute koridor jalan yang direncanakan.

Page 278: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 3

D.2.2 Membuat Konsep Awal Rencana Sistem Jaringan Jalan dan Kebutuhan Lahan

Dalam kajian ini didasarkan pada prinsip-prinsip menghindari lahan budidiaya dan kawasan yang dilindungi sesuai kriteria pada pasal 6 UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

i. Menuangkan rute koridor jalan yang direncanakan pada peta status lahan dan

tataguna lahan dengan skala yang memadai (misal skala 1 : 100.000). Sumber data (peta) antara lain dari : Peta TGHK dari DeC. Kehutanan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dapat diperoleh di Kantor BPN/Kantor Pertanahan dan Kantor Bappeda setempat (prov, kab/kota).

ii. Melakukan analisa tentang status lahan dan tata guna tanah (termasuk pola

kepemilikan tanah adat) yang dilewati rute koridor jalan yang direncanakan, antara lain sebagai berikut : 1. Mengusulkan bahwa rute koridor tersebut tidak direkomendasikan bila rute

koridor jalan berada dalam, berbatasan langsung dengan, atau berdekatan dengan kawasan lindung.

2. Mengusulkan bahwa rute koridor tersebut perlu dirubah sehingga menghindari kawasan budidaya, bila rute koridor jalan melewati kawasan budidaya.

3. Melakukan identifikasikan dampak-dampak yang akan ditimbulkan, bila terpaksa melewati kawasan budidaya dan/atau kawasan lindung.

4. Melakukan analisa terhadap pengalihan pemanfaatan transportasi dan perubahan perilaku masyarakat terasing (bila ada) akibat perencanaan jalan.

D.2.3 Konsultasi dengan Bappeda dan/atau Instansi lainnya.

Konsultasi pada tahap perencanaan umum ini dimaksudkan sebagai sebagai langkah awal dalam mengkomunikasikan (mendialogkan) rencana kegiatan, khususnya kegiatan pengadaan tanah kepada Bappeda dan/atau instansi lainnya. Dengan dilakukannya komunikasi dua arah ini diharapkan dapat diperoleh masukan tentang rencana alokasi penggunaan lahan dan keberadaan areal strategis dan areal lain yang sensitif terhadap perubahan, dikaitkan dengan rute koridor jalan yang direncanakan, yakni sebagai berikut :

1) Meminta informasi dan klarifikasi dari Bappeda tentang :

2) Peta koordinasi pengendalian ruang wilayah yang memadukan kawasan lindung dan kawasan budidaya (binaan),

3) Tanggapan dan masukan tentang penerapan peta padu serasi. 2) Meminta informasi dan klarifikasi dari instansi lainnya, misalnya Dinas Sosial perihal

sistem budaya masyarakat terasing, antara lain: 1) Aspek pertanahan masyarakat terasing, 2) Aspek pola kepemimpinan, 3) Aspek orientasi budaya.

D.2.4 Penetapan Koridor Rencana Sistem Jarigan Jalan

1) Melakukan perumusan terhadap sistem jaringan jalan berkaitan dengan sasaran kawasan yang akan dilayani, rencana alokasi penggunaan lahan dan pola penggunaan

Page 279: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 4

lahan eksisting, status daerah dilindungi dan daerah sensitif serta pengendalian ruang wilayah, serta lokasi tempat tinggal masyarakat terasing (jika ada).

2) Menuangkan rumusan butir 1) dalam peta dengan skala yang memadai , misal skala 1 : 100.000

D.3 Kegiatan Awal Pengadaan Tanah Pada Tahap Pra Kelayakan Rute Jalan Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan awal pengadaan tanah pada tahap pra kelayakan rute jalan, adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi jenis peruntukan lahan pada koridor rute jalan, 2) Melakukan konsultasi (dengan Bapedalda, Bappeda dan masyarakat), 3) Merangkum data dan informasi untuk acuan penetapan koridor jalan, 4) Menetapkan koridor jalan terpilih

D.3.1 Identifikasi Jenis Peruntukan Lahan Pada Koridor Rute Jalan

Kajian jenis peruntukan lahan pada koridor rute jalan bertujuan untuk mengetahui : 1) Status lahan dan tataguna lahan, 2) Rencana alokasi penggunaan lahan dan pola penggunaan lahan eksisting.

D.3.1.1 Status lahan dan tataguna lahan

1) Menuangkan koridor rute jalan yang direncanakan pada peta status lahan dan tataguna lahan dengan skala yang memadai (misal skala 1 : 250.000). Sumber data (peta) antara lain dari : Peta Paduserasi dari Dep/Dinas Kehutanan, dan peta lokasi tempat tinggal masyarakat terasing dari Dep/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

2) Memeriksa dan mencatat status lahan dan tataguna tanah serta pola pemilikan lahan hukum adat dan aspek budaya masyarakat terasing (jika ada) yang dilewati koridor rute jalan yang direncanakan.

D.3.1.2 Rencana alokasi penggunaan lahan dan pola penggunaan lahan eksisting.

1) Memeriksa dan mencatat adanya rencana alokasi penggunaan lahan dan keberadaan areal strategis dan areal lain yang sensitif terhadap perubahan, dikaitkan dengan koridor rute jalan yang direncanakan,

2) Melakukan juga survai lapangan (bila perlu) untuk memastikan tentang pola penggunaan lahan dan pola kepemilikan tanah adat dikaitkan dengan koridor rute jalan yang direncanakan.

D.3.2 Konsultasi dengan Bapedalda, Bappeda, Masyarakat dan Stakeholder lainnya.

Konsultasi pada tahap ini diharapkan dapat memperoleh masukan tentang data yang dapat dipergunakan untuk menetapkan pemilihan alternatif koridor jalan.

Page 280: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 5

D.3.2.1 Pelaksanaan Konsultasi Melaksanakan konsultasi dengan instansi-instansi tersebut dengan cara melakukan pertemuan rapat di suatu kontor salah satu instansi, sebagai berikut : 1) Meminta masukan dari Bapedalda tentang lokasi-lokasi kawasan yang dilindungi dan

lokasi sensitif, seperti misalnya : 2) Informasi identifikasi dampak pelaksanaan perbaikan struktur jalan yang telah ada

(eksisting), tetapi berada di pinggir kawasan lindung, 3) Informasi dampak pelaksanaan pembangunan jalan baru dan melewati daerah

sensitif. 4) Meminta masukan dai Bappeda tentang :

a. Jenis dan lokasi prasarana dan sarana umum yang terdapat pada rute alternatif jalan

b. Fungsi strategis dari prasarana dan sarana umum tersebut c. Lokasi-lokasi untuk pemukiman kembali penduduk.

5) Meminta masukan dari masyarakat tentang status kepemilikan lahan dan pola penggunaan lahan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan terkena dampak,

6) Meminta masukan dari Stakeholder lainnya (misal Dinas Sosial atau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, tentang (khusus pada masyarakat terasing): a. Aspek kependudukan, b. Aspek pertanahan masyarakat terasing, c. Aspek kepemimpinan, d. Aspek budaya, e. Aspek sarana dan prasarana masyarakat terasing.

Data yang menunjukkan keberadaan lokasi selanjutnya dituangkan dalam peta Padu Serasi

D.3.2.2 Analisa Hasil Konsultasi

Melakukan analisa terhadap informasi dan tanggapan peserta konsultasi, antara lain mencakup :

1) Perkiraan kebutuhan lahan yang harus dibebaskan yang dirinci menurut status kepemilikan dan penguasaan tanah, serta pola penggunaan lahan.

2) Perkiraan jumlah rumah tangga yang akan terkena dampak dan/atau yang terpaksa harus dipindahkan (bila ada),

3) Perkiraan adanya dampak potensial yang mungkin timbul (khususnya terhadap matapencaharian dan fasilitas umum)

4) Perkiraan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kendala dari kegiatan pemilihan rute koridor, terutama kebutuhan pengadaan tanah.

D.3.3 Merangkum Data dan Informasi Untuk Acuan Penetapan Koridor Jalan

1) Membuat rangkuman berupa hasil analisa tanggapan yang diterima dari peserta konsultasi, yakni :

Page 281: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 6

a. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap rute koridor terpilih, terutama perkiraan luasan lahan yang akan dibutuhkan, status kepemilikan dan pola penggunaan lahan, dan (status lahan konservasi).

b. Identifikasi rumusan tingkat kendala yang akan timbul dari faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap rute koridor terpilih (tinggi/sedang/rendah), terutama dalam rencana pengadaan tanah.

c. Menyusun persiapan konsultasi masyarakat dalam kegiatan penentuan rute terpilih dan rencana pengadaan tanah pada tahap studi kelayakan, antara lain meliputi dua hal tersebut di atas.

1) Menyampaikan rangkuman data dan informasi untuk acuan pemilihan rute koridor

tersebut kepada Bappeda untuk memperoleh surat pengesahan. 2) Hasil rangkuman tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk pemilihan

rute koridor dan penyusunan KA-ANDAL.

D.4 Kegiatan Identifikasi Kebutuhan Lahan Pada Tahap Kelayakan Proyek Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan identifikasi kebutuhan lahan dan pemukiman kembali adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi jenis peruntukan lahan pada alternatif rute terpilih, 2) Melakukan survai dasar sosial ekonomi 3) Membuat prakiraan kebutuhan lahan untuk masing-masing alternatif rute. 4) Menetapkan rute terpilih 5) Mengajukan permohonan kebutuhan lahan untuk rute terpilih

D.4.1 Identifikasi Jenis Peruntukan Lahan pada Alternatif Rute Terpilih

1) Tata guna lahan 1. Mempergunakan hasil analisis yang telah dilakukan pada tahap pra-studi kelayakan

tentang tataguna tanah untuk bahan kajian, 2. Mencatat informasi mengenai tiap rute, yakni :

a. jenis program pembangunan jalan (pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan eksisting) dan peta penentuan tiap rute),

b. jenis dan dimensi jaringan jalan (jalan tol atau jalan arteri, dll). 3. Menuangkan tiap rute yang direncanakan pada peta tataguna lahan dan pola

penggunaan lahan dengan skala yang memadai (misal skala 1 : 50.000) Sumber data antara lain dari : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dapat diperoleh di Kantor BPN/Kantor Pertanahan dan Kantor Bappeda setempat (prov, kab/kota).

4. Memeriksa dan mencatat tataguna tanah yang dilewati garis masing-masing rute yang direncanakan

5. Melakukan analisa tentang perkiraan luasan tata guna tanah yang dilewati tiap rute yang direncanakan, antara lain sebagai berikut :

Page 282: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 7

a. Luas areal permukiman b. Luas areal ladang c. Luas areal persawahan d. Luas areal perkebunan e. Luas areal hutan f. Luas areal semak belukar g. Jenis utilitas umum h. Dll

6. Status Kepemilikan dan Penguasaan Tanah

1. Melakukan analisis tentang status kepemilikan dan penguasaan tanah yang akan terkena pembebasan tanah dari tiap rute, untuk masing-masing pola penggunaan lahan sebagaimana tersebut di atas

2. Melengkapi data tersebut dengan melakukan survai sosial ekonomi (sampling) untuk memastikan tentang status kepemilikan dan penguasaan tanah.

7. NJOP dan harga nyata tanah

1. Melakukan analisis nilai jual obyek pajak (NJOP) atas tanah yang akan terkena proyek, dan harga nyata tanah menurut klasifikasi klas tanah, untuk masing-masing pola penggunaan lahan tersebut di atas.

2. Menuangkan dalam bentuk matriks. D.4.2 Survai Dasar Sosial Ekonomi

Lingkup survai dasar sosial ekonomi pada tahap studi kelayakan, paling tidak mencakup 4 hal, yakni :

1) Luas tanah yang akan dibebaskan 2) Penduduk yang harus dipindahkan atau dimukimkan kembali 3) Luas bangunan dan aset lainnya diatas tanah yang akan terkena pembebasan 4) Taksiran biaya yang diperlukan untuk pengadaan tanah berikut pemukiman

kembali.

Untuk dapat melakukan identifikasi empat hal diatas, maka perlu dilakukan survai langsung dengan masyarakat dan rapat teknis dengan stakeholder lainnya. 1) Survai Dasar Sosial Ekonomi

Survei dasar sosial ekonomi pada tahap ini untuk mengumpulkan data primer maupun data sekunder. Data primer dikumpulkan dari penduduk terkena proyek (PTP) dengan kuesioner terstruktur. PTP yang diwawancarai dipilih secara acak (sampling) dengan jumlah antara 5 – 10% dari seluruh PTC.

Kuesioner terstruktur yang akan dipakai untuk mewawancarai sampel yang terpilih (responden) sekurang-kurangnya akan mencakup hal-hal sebagai berikut : a. Jumlah KK (kepala keluarga) penduduk yang terkena proyek (PTP) dan jumlah PTP

yang terpaksa dipindahkan atau dimukimkan kembali.

Page 283: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 8

b. Luas tanah yang akan dibebaskan, status kepemilikan tanah, NJOP tanah dan harga nyata tanah.

c. Luas bangunan yang akan dibebaskan, status bangunan dan tipe bangunan. d. Aset lainnya yang akan dibebaskan. e. Usulan tentang ganti kerugian. f. Persepsi masyarakat terhadap proyek. g. Jumlah pendapatan dan pengeluaran per-KK serta sumber pendapatan mereka. h. Sistem produksi dan kaitannya dengan sosial ekonomi PTC. i. Penggunaan dan ketergantungan kepada sumber alam (tanah) milik mereka. j. Fluktuasi pendapatan akibat musim. k. Pola organisasi sosial dan kepempinan setempat. l. Adat istiadat dan pengaturan tanah milik nenek moyang mereka (tanah adat, tanah

ulayat dan sebagainya).

2) Melakukan rapat teknis dengan Bapedalda, Bappeda, dan Stakeholder lainnya untuk mendapatkan masukan-masukan, sebagai berikut: 1. Bapedalda diharapkan dapat memberikan masukan tentang kawasan-kawasan

strategis, bersejarah dan tradisional, 2. Bappeda diharapkan dapat memberikan masukan tentang arah dan program

pemanfaatan ruang wilayah (provinsi, kab/kota), 3. Stakeholder lainnya, misalnya BPN diharapkan dapat memberikan masukan tentang

tata ruang, dan Dinas Kehutanan tentang fungsi hutan D.4.3 Perkiraan Kebutuhan Lahan Pada Rute Alternatif

Melakukan analisis prakiraan kebutuhan lahan dari hasil survai dasar sosial ekonomi dan hasil rapat teknis dengan stakeholder terhadap masing-masing rute, meliputi :

1) Tata guna tanah ; 2) Status kepemilikan tanah; 3) Harga nyata tanah dan NJOP-nya; 4) Aset yang berada diatas tanah baik berupa bangunan beserta tipenya (permanen,

semi permanen, darurat), macamnya (rumah tempat tingggal, tempat usaha, tempat ibadah, kantor, gudang, bengkel dan lain sebagainya), tanaman (umur setahun, tahunan, dan sebagainya ), kolam /tambak ikan dan sebagainya;

5) Penduduk (pemilik, penyewa, penunggu) yang asetnya akan terkena pembebasan; 6) Besarnya dampak terhadap KK (kepala keluarga) yang terkena proyek (kecil,

sedang dan besar); 7) Jumlah KK berikut warganya yang terpaksa dipindahkan / dimukimkan kembali; 8) Persepsi masyarakat terhadap proyek pembangunan jalan; 9) Besarnya biaya yang diperlukan untuk ganti kerugian aset yang terpaksa

dibebaskan; 10) Bentuk ganti kerugian yang diinginkan PTP : (i) uang tunai, (ii) tanah pengganti,

(iii)pemukiman kembali, (iv)gabungan dari dua atau lebih ganti kerugian sebagaimana dimaiksud dalam huruf (i), huruf (ii), dan huruf (iv), an bentuk lain yang disetujui oleh pihak –pihak yang bersangkutan;

11) Besarnya biaya santunan kepada PTP yang terpaksa dipindahkan/dimukimkan kembali, baik sementara maupun seterusnya (permanen)

12) Besarnya biaya untuk membangun pemukiman kembali dan rehabilitas bagi PTP yang terpaksa dimukimkan kembali.

Page 284: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 9

D.4.4 Penetapan Rute Terpilih

Hasil taksiran kasar tersebut di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perencana dalam menentukan kelayakan trase mana yang layak untuk dipilih, setelah mempertimbangkan juga aspek-aspek teknis, ekonomis dan lingkungan.

D.4.5 Permohonan Kebutuhan Lahan untuk Proyek kepada Gubernur atau Bupati/Walikota

Setelah ditentukan trase yang layak, Pemimpin bagian proyek (Pimbagpro) dari pemrakarsa mengajukan permohonan penetapan lokasi pembangunan jalan kepada Gubernur (untuk status jalan provinsi), atau Bupati/Walikota (untuk status jalan kabupaten/kota) melalui Kepala Kantor Pertanahan setempat dan Bappeda, disertai keterangan tentang : 1) Lokasi tanah yang diperlukan, 2) Luas dan gambar kasar tanah yang diperlukan, 3) Penggunaan tanah pada saat permohonan diajukan, 4) Uraian rencana pembangunan jalan, disertai keterangan mengenai aspek

pembiayaan dan lamanya pelaksanaan pembangunan jalan. D.5 Kegiatan Perencanaan Pengadaan Tanah Pada Tahap Perencanaan

Teknis Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan perencanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali pada tahap perencanaan teknis, melalui urutan kegiatan sebagai berikut:

1) Mempelajari detail data pengukuran ruas jalan (alinyemen terpilih), 2) Melakukan survai sosial ekonomi, 3) Melakukan konsultasi masyarakat, 4) Membuat konsep LARAP dan melakukan konsultasi masyarakat. 5) Sosialisasi konsep LARAP

D.5.1 Kajian Detail Data Pengukuran Ruas Jalan (Alinyemen Terpilih)

1) Identifikasi jenis peruntukan lahan yang terkena proyek 1. Mempergunakan hasil analisis yang telah dilakukan pada tahap studi kelayakan

tentang tataguna tanah untuk bahan kajian, 2. Mencatat tentang informasi mengenai rute ruas jalan, yakni :

a. jenis program pembangunan jalan (pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan eksisting) dan peta penentuan rute ruas jalan,

b. Jenis dan dimensi jaringan jalan (jalan tol atau jalan arteri, dll). 3. Menuangkan rute ruas jalan yang direncanakan pada peta tataguna lahan dan pola

penggunaan lahan dengan skala yang memadai (misal skala 1 : 5.000) Sumber data antara lain dari : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dapat diperoleh di Kantor BPN/Kantor Pertanahan dan Kantor Bappeda setempat (prov, kab/kota).

4. Memeriksa dan mencatat tataguna tanah yang dilewati garis rute ruas jalan yang direncanakan

Page 285: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 10

5. Melakukan analisa tentang perkiraan luasan tata guna tanah yang dilewati rute ruas jalan yang direncanakan, antara lain sebagai berikut : a. Luas areal permukiman b. Luas areal ladang c. Luas areal persawahan d. Luas areal perkebunan e. Luas areal hutan f. Luas areal semak belukar g. Jenis utilitas umum h. Dll

2) Status Kepemilikan dan Penguasaan Tanah 1) Memastikan tentang status kepemilikan dan penguasaan tanah yang akan terkena

pembebasan tanah dari rute ruas jalan, untuk masing-masing pola penggunaan lahan )

2) Melengkapi data tersebut dengan melakukan survai sosial ekonomi untuk memastikan tentang status kepemilikan dan penguasaan tanah. untuk masing-masing pola penggunaan lahan)

3) NJOP dan harga nyata tanah

1) Melakukan koordinasi dengan BPN) di kab/kota untuk mengetahui nilai jual obyek

pajak (NJOP) atas tanah yang akan terkena proyek, dan harga nyata tanah menurut klasifikasi klas tanah, untuk masing-masing pola penggunaan lahan

2) Menuangkan dalam bentuk matriks. D.5.2 Survai Sosial Ekonomi

1). Lingkup kegiatan pengadaan tanah pada tahap perencanaan teknis, paling tidak

mencakup 4 hal, yakni : 1) Luas tanah yang akan dibebaskan 2) Penduduk yang harus dipindahkan atau dimukimkan kembali 3) Luas bangunan dan aset lainnya diatas tanah yang akan terkena pembebasan 4) Taksiran biaya yang diperlukan untuk pengadaan tanah berikut pemukiman

kembali.

2) Untuk dapat melakukan identifikasi empat hal diatas, maka perlu ditetapkan adanya kebutuhan survai sosial ekonomi (sensus PTP) dan rencana pembiayaannya.

1) Kebutuhan Survai Sosial Ekonomi

Pada tahap perencanaan teknis diperlukan survei sosial ekonomi untuk dapat memberikan gambaran sejauh mana dampak sosial dapat ditanggulangi. Disamping itu sekaligus dilakukan penaksiran biaya untuk pembebasan tanah, bila diperlukan juga untuk pemukiman kembali beserta biaya untuk rehabilitasi penduduk terkena proyek (PTP) yang terpaksa dimukimkan kembali. Taksiran biaya tersebut merupakan salah satu aspek yang akan dipakai untuk menguji kelayakan proyek pembangunan atau peningkatan jalan disamping biaya aspek-aspek lainnya.

Page 286: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 11

Survei sosial ekonomi pada tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data primer. Data primer langsung dikumpulkan dari PTP dengan kuesioner terstruktur. PTP yang diwawancarai dengan cara sensus untuk setiap PTC. Kuesioner terstruktur yang akan dipakai untuk mewawancarai PTP pada dasarnya sama dengan kuisioner survai dasar sosial, yang membedakan bila pada tahap ini pendekatan survai adalah dengan cara sensus. Materi kuisioner sekurang-kurangnya akan mencakup hal-hal sebagai berikut : 1) Jumlah KK (kepala keluarga) penduduk yang terkena proyek (PTP) dan jumlah

PTP yang terpaksa dipindahkan atau dimukimkan kembali. 2) Luas tanah yang akan dibebaskan, status kepemilikan tanah, NJOP tanah dan

harga nyata tanah. 3) Luas bangunan yang akan dibebaskan, status bangunan dan tipe bangunan. 4) Aset lainnya yang akan dibebaskan. 5) Usulan tentang ganti kerugian. 6) Persepsi masyarakat terhadap proyek. 7) Jumlah pendapatan dan pengeluaran per-KK serta sumber pendapatan

mereka. 8) Sistem produksi dan kaitannya dengan sosial ekonomi PTC. 9) Penggunaan dan ketergantungan kepada sumber alam (tanah) milik mereka. 10) Fluktuasi pendapatan akibat musim. 11) Pola organisasi sosial dan kepempinan setempat. 12) Adat istiadat dan pengaturan tanah milik nenek moyang mereka (tanah adat,

tanah ulayat dan sebagainya).

1) Kebutuhan Survai Pemukiman Baru. Apabila suatu proyek pembangunan atau peningkatan jalan diperlukan pengadaan tanah yang mengakibatkan PTP terpaksa dimukimkan kembali, maka diperlukan suatu survai lokasi pemukiman. Survai ini harus harus mendapat gambaran positip tentang lokasi calon pemukiman baru dan sekurang-kurangnya dapat memperoleh hal-hal sebagai berikut : 1) Peta lokasi 2) Jumlah dan kepadatan penduduk, sosial budaya dan komposisi ekonomi di

wilayah pemukiman baru 3) Tataguna tanah dan status kepemilikannya 4) Potensi pengembangan ekonomi wilayah pemukiman baru, 5) Infrastruktur sosial yang telah ada di lokasi tersebut, 6) Kesediaan masyarakat penerima pemukiman baru terhadap pendatang,

D.5.3 Konsultasi dengan Bapedalda, Bappeda, Masyarakat dan Stakeholder lainnya

1) Kegiatan konsultasi masyarakat rencana pengadaan tanah pada tahap perencanaan teknis dapat dipelajari pada Buku Tata Cara Konsultasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan Teknis.

2) Kegiatan rapat teknis yang diselenggarakan di Kantor Bappeda, sedangkan konsultasi masyarakat dapat dilakukan di lapangan.

Page 287: Info Lingkungan3

Lampiran D – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN TANAH UNTUK BIDANG JALAN 12

1. Bapedalda dapat melakukan monitoring pelaksanaan survai baik aktif (terjun ke lapangan) maupun pasif (menerima laporan saja),

2. Bappeda dapat membantu koordinasi pelaksanaan survai dengan instansi terkait, (terutama koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan dinas sosial),

3. Stakeholder lainnya misalnya BPN sebagai panitia pengadaan tanah memberikan masukan tentang masukan tentang tata cara dan kriteria kompensasi,

4. Masyarakat yang terkena dampak dapat memberikan masukan tentang detail di lapangan tentang hal kepemilikan lahan, termasuk status sertifikat, luasan, lokasi di peta, prakiran nilai kekayaan, masa tinggal dll.

D.5.4 Pembuatan Konsep LARAP

1) Melakukan analisis hasil survai sosial ekonomi sebagai bahan penyusunan Land Acquisition an Resettlement Action Plan (LARAP) yang didalamnya tercantum sebagai berikut :

Identifikasi permasalahan secara kuantitatif (misal: jumlah KK, luas, jumlah bangunan, jumlah tiang listrik dsb),

Rencana penyelesaian, Instansi penanggung jawab, Jadwal penyelesaian, Perkiraan biaya, Sumber pendanaan, Alokasi anggaran, Status penyelesaian, Tindak lanjut.

2) Biaya-biaya yang dibutuhkan mencakup : Biaya pengadaan tanah beserta aset yang ada di atas tanah tersebut, Biaya santunan kepada PTP yang memiliki hak atas tanah tetapi telah tinggal

pada wilayah yang akan dibangun jalan, Biaya untuk pembangunan permukiman kembali (bila diperlukan) termasuk

tanah perumahan, sarana dan prasarana, Biaya untu pemindahan PTP dari tempat yang dibebaskan ke lokasi baru atau

permukiman baru, Biaya panitia pengadaan tanah sbesar 4% dari jumlah tersebut di atas sesuai

dengan Permeneg Agraria/Ka BPN No. 1/1994, pasal 45, Biaya pelatihan alih profesi, evaluasi dan rehabilitasi. Selanjutnya biaya tersebut dimasukkan dalam DUP dan DIP oleh

perencana/pemrakarsa sesuai dengan jadwal kegiatan penyusunan program pembangunan Kimpraswil

3). Penyusunan LARAP secara rinci dapat dilihat pada Tata Cara Penyusunan LARAP pada lampiran lain.

Page 288: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN PERTIMBANGAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Sasaran

Kawasan yang akan dilayani misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota dll, serta kondisi eksisting dan rencana peruntukannya dimasa datang, penetapan status dan fungsi kawasan lindung

2). Didasarkan pada prinsip-prinsip menghindari lahan budidaya dan yang dilindungi sesuai criteria pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

3). Peta Koordinasi pemanfaatan Ruang wilayah yang memadukan kawasan lindung dan kawasan binaan

4). Termasuk upacara ritual yang berhubungan dengan tanah

5). Termasuk populasi dan adat istiadatnya serta program yang telah dan sedang dijalankan

6) Disebarluaskan kepada instansi terkait

Mempelajari Konsep Rencana Sistem Jaringan Jalan dan Peta Tata Guna Lahan termasuk peta keberadaan masyarakat terasing disekitar jaringan jalan tersebut … ..… .(1)

Membuat Konsep dan Sosialisasi Jaringan Jalan beserta koridornya serta lokasi m asy. terasing… ..(2)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan .. ... (6)

Memberi tanggapan dan masukan tentang Penerapan Peta Padu Serasi (Penataan Ruang W ilayah) … … … … .. (3)

Memberi masukan tentang kehidupan sosial budaya masyarakat setempat .… … .. (4)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Pendidikan & Kebudayaan memberi masukan tentang kondisi sosial ekonomi serta peraturan perundangan masy terasing… .. (5)

Page 289: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN KEGIATAN AWAL PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Dari peta Padu Serasi dan

peta lainnya yang dipublikasikan oleh Departemen/Dinas Kehutanan, Departemen/Dinas Pendidikan dan kebudayaan

2). Bersifat Orientasi lapangan untuk melihat contoh (sample) kondisi sebenarnya

3), 4), 5), 6)

Masing-masing masukan (input) diplot pada peta Padu Serasi beserta keterangan spesifik yang harus diperhatikan

7), Masukan untuk pemilihan

alternatip koridor rute jalan dan penyusunan KA-ANDAL (Lihat bagan pelaksanaan konsultasi masyarakat dan penyusunan KA-ANDAL)

8) Telah mempertimbangkan

aspek-aspek teknis, ekonomik, sosial budaya dan lingkungan

Mempelajari penyebaran permukiman masy. terasing pada Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Melakukan konsultasi pemilihan alternatip koridor Jalan … … ..(2)

Merangkum data dan informasi penyebaran masy terasing untuk acuan penetapan koridor .....................(7)

Memberi masukan tentang sistem kepemilikan tanah Masyarakat Terasing .. (5)

Memberi masukan tentang perkiraan dampak sosial terhadap m asy terasing. … … . (3)

Memberi masukan tentang koordinasi penanganan masy. terasing........ .. (4)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Dik Bud memberi masukan tentang pola kehidupan sosial, ekonomi, budaya ..... (6)

Menetapkan Koridor Jalan Terpilih ....... (8)

Page 290: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN IDENTIFIKASI PENANGANAN SISTEM SOS-BUD MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Pada koridor hasil Pra

Kelayakan 2). Sesuai dengan pedoman

yang berlaku 3),4),5) 6) Konsultasi dapat

dilakukan melalui media rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7) Dikaji bersama-sama aspek teknis, ekonomik dan lingkungan

8) Outputnya adalah Rute terpilih setelah dikaji bersama sama aspek teknis, ekonomis dan lingkungan termasuk kebutuhan Permukiman Kembali Penduduk

Mempelajari pola penyebaran dan kehidupan sosial budaya masy terasing pada setiap alternatip rute Jalan … … … (1)

Melakukan survey dasar sosial dan konsultasi … … (2)

Memberi masukan tentang sistem nilai budaya dan pendekatan penanganan m asy. terasing … .(5)

Membuat prakiraan dampak sosial budaya dan rencana kasar penanganan masy terasing untuk alternatif rute...... (7)

Memberi masukan tentang koordinasi penanganan masy. terasing.................(4)

MENETAPKAN RUTE TERPILIH (8)

Memberi masukan tentang penanganan dampak sosial masy. terasing..… (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Dik-Bud memberi masukan tentang mobilitas masy terasing dan situs dan benda cagar budaya yang harus dilindungi. ..(6)

Page 291: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN PERENCANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk Data permukiman

yang terkena Proyek

2). Termasuk rencana kerja, pembagian tugas

3). Sesuai tupoksi institusi dan dapat bersifat aktip (terjun kelapangan) maupun pasip (menerima laporan saja)

4). Terutama koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan dinas sosial

5) Termasuk jenis upacara adat yang masih dilakukan

6). Termasuk program yang telah dan akan dijalankan untuk masy.terasing tsb.

7) 8) 9) 10) Dapat dilakukan melalui media rapat

11) Desain jalan telah mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial-ekonomi-budaya

Mempelajari Pengukuran Detail Rute Jalan & rencana kasar penanganan m asy. terasing… (1)

Memberi Masukan Detail dilapangan tentang sistem kekerabatan, kepemimpinan, sistem dan nilai hak adat ............ (5)

Melakukan survey sosial ekonomi dan konsultasi masyarakat … … (2) Membantu Koordinasi

Pelaksanaan Survey dengan instansi Terkait … … … … .… … … . (4)

Membuat konsep dan sosialisasi rencana tindak penanganan masy terasing … ..(7)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan Survey … … … … … … … … (3)

Memberi masukan serta membantu survai sesuai keterkaitannya antara lain tentang pola penanganan masy. terasing misal : Dik-Bud memberi masukan tentang pola penanganan masy terasing ................. (6)

Menetapkan desain jalan serta melakukan persiapan pelaks. Renc. T indak … . (11)

Memberikan kesepakat -an dan melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan … … (8)

Memberikan kesepakatan dan melakukan persiapan … … … (9)

Memberikan kesepakatan dan membantu persiapan pelaksanaan … … (10)

Page 292: Info Lingkungan3

Gambar-5 BAGAN PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Dijabarkan dari Dokumen

yang telah disetujui 2). Mencakup kompensasi

lahan dan bangunan, perbaikan permukiman tradisional, rehabilitasi konservasi situs dll.

3), 4), Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara pasip (menerima laporan) atau aktip (kelapangan).

5). Termasuk LSM, lembaga adat , dll.

6) Termasuk kegiatan pendampingan dalam aspek sosial – ekonomi

7) Untuk digunakan sebagai acuan monotoring

Membuat Jadwal Detail Rencana Tindak penanganan masy terasing.....… ..(1)

Melaksanakan program penanganan masyarakat terasing ................................(2)

Membuat Laporan Pelaksanaan Penanganan Masyarakat Terasing ..........(7)

Berpartisipasi dalam pelaksanaan program … … .(5)

Melakukan monitoring … … (3) Membantu sesuai

keterkaitannya misal : Dinas Dik-Bud dan Dinas Sosial membantu dalam pelaksanaannya dilapangan .... … … .(6)

Melakukan monitoring dan koordinasi … … (4)

Page 293: Info Lingkungan3

Gambar-6 BAGAN PELAKSANAAN REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Diambil dari laporan

LARAP untuk masyarakat terasing

2) Dapat dilakukan pada

tahap sebelumnya 3), 4), 5), 6).

Melalui forum rapat atau metode lainnya

7) Yang telah disesuaikan

terhadap masukan konsultasi

9) Sesuai tupoksi

10) Program yang telah disepakati

8), 11) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

12) Sebagai bahan monitoring

Mempelajari rencana rehab ekonom i … … ..(1)

Melakukan konsultasi dan persiapan Rehabilitasi Ekonomi bagi masyarakat terasing … … (2)

Menerima dan melaksanakan program R ehabilitasi… … … (10)

Melaksanakan Program R ehabilitasi … … … (7)

MEMBUAT Laporan Pelaksanaan Program Rehabilitasi Ekonomi M asyarakat … … ..(12)

Melakukan monitoringi ...(8)

Melakukan Koordinasi dengan Instansi Terkait … … … … … … … … … .(9)

Memberi masukan ttg. Monitoring dan indikator keberhasilan program Rehabilitasi yg efektif … ..(3)

Melaksanakan persiapan rehab & memberi masukan tentang kesulitan pasca penanganan masy. terasing … … (5)

Memberi masukan program dari sektor lain yg dapat dikoordinasikan … … (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: Dinas Sosial sebagai Pengawas Lapangan. (11)

Membantu sesuai keterkaitannya, misal Dinas Sosial memberi masukan tentang alt pola rehabilitasi … … .. (6)

Page 294: Info Lingkungan3

Gambar-7 BAGAN PELAKSANAAN MONITORING PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Pasca Konstruksi /Operasi dan Pemeliharaan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk penyesuaian

penyesuaian yang dilakukan dan masukan masukan lainnya yang diperoleh selama proses penanganan masyarakat terasing dari tahap perencanaan umum sampai dengan tahap konstruksi.

2). Melibatkan berbagai disiplin

ilmu (teknis, sosial-ekonomi, budaya dan kelembagaan.

3), 4), 5), 6), 7) Melalui rapat teknis yang

diselenggarakan oleh Pemrakarsa

8). Hasilnya menjadi bagian

laporan evaluasi manfaat proyek (ProjectBenefit Monitoring and Evaluatian – PBME).

Mempelajari catatan Pelaksanaan penanganan masy terasing .(1)

Melakukan analisa kesesuaian rencana penanganan masy terasing (2)

Konsultasi Hasil Sementara terhadap monitoring. penanganan masy .terasing termasuk rehabilitasi … … .(3)

Menyusun laporan monitoring Pasca penanganan masy terasing .............(8)

Memberi tanggapan dan masukan kualitas kondisi sosekbud masyarakat terasing … … … ..(4)

Memberi tanggapan dan masukan terhadap kualitas koordinasi antar sektor. (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek perubahan sosek dan lingkungan budaya masy terasing … … … … ( 6)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek sektor terkait … … … … ( 7)

Page 295: Info Lingkungan3

Gambar-8 BAGAN EVALUASI PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Laporan monitoring yang memasukkan masukan dari berbagai institusi terkait

2) Melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Termasuk pertimbangan persyaratan dari lembaga donor

4) 5) 6) 7) 8)

Dilakukan melalui forum rapat/ seminar/lainnya

Hasilnya diserahkankepada para perencana umum pengembangan jaringan jalan.

Mempelajari laporan monitoring pelaks. penanganan masy. terasing … … ...(1)

Menganalisa dan mengidentifikasi kriteria perencanaan … . (2)

Menetapkan kriteria-kriteria penanganan masy. terasing yang akan digunakan dalam perencanaan dimasa datang … (9)

Menyusun konsep kriteria penanganan masy. terasing yang lebih baik ..… . (3)

Konsultasi konsep perencanaan penanganan masy. terasing … . (4)

Memberi masukan tentang sosekbud dan masalah lingkungan … … .. (5)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelem bagaan … . (6)

Memberi masukan tentang kendala dan tata cara perencanaan dan pelaksanaan … . (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. tata ruang nilai kearifan lokal, adat istiadat pelatihan untuk alih profesi … . (8)

Page 296: Info Lingkungan3
Page 297: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN PERTIMBANGAN PENGADAAN TANAH (Pada Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Sasaran

Kawasan yang akan dilayani misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota dll.

2) Mencakup kondisi eksisting dan rencana peruntukannya dimasa datang, penetapan status dan fungsi kawasan lindung

3). Didasarkan pada prinsip-

prinsip menghindari lahan budidaya dan yang dilindungi sesuai criteria pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

4). Dapat dituangkan dalam peta 5) Peta Koordinasi

pemanfaatan Ruang wilayah yang memadukan kawasan lindung dan kawasan binaan

6) 7) Termasuk cara-cara pelepasannya

8) Rencana ini disebarluaskan kepada institusi terkait

Mempelajari Konsep Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan, Peta Tata Guna Lahan Disekitar Rencana Jaringan Jalan … ..… .(1)

Membuat Konsep Awal Kebutuhan lahan untuk Rencana Jaringan Jalan (termasuk perkiraan kasar luas, jenis penggunaan dan kepemilikan). (2)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan beserta perkiraan kasar kebutuhan lahan … (8)

Memberi tanggapan dan masukan tentang Penerapan Peta Padu Serasi (Penataan Ruang W ilayah) … … … … .. (5)

Konsultasi konsep kebutuhan lahan rencana jaringan jalan (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya, mis.: tentang fungsi lahan dan ketentuan / peraturannya (7)

Memberi masukan tentang daya dukung lingkungan termasuk sosial (4)

Memberi masukan tentang lokasi lokasi hak adat / ulayat , dll ( 6 )

Page 298: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN KEGIATAN AWAL PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Dari peta Padu Serasi

dan peta lainnya yang dipublikasikan oleh Departemen/Dinas Kehutanan, Departemen/Dinas Pendidikan dan kebudayaan

2). Bersifat Orientasi lapangan untuk melihat contoh (sample) kondisi sebenarnya

3), 4), 5), 6)

Masing-masing masukan (input) Diplot pada peta Padu Serasi

7), Masukan untuk

pemilihan alternatip rute jalan dan penyusunan KA-ANDAL (Lihat bagan Pelaksanaan konsultasi masyarakat dan Penyusunan KA-ANDAL)

8) Mempertimbangkan

aspek-aspek teknis, ekonomik, sosial budaya dan lingkungan

Mempelajari Kebutuhan lahan dan Jenis Peruntukan Lahan pada Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Melakukan Konsultasi Pemilihan Alternatif koridor Jalan berdasarkan kebutuhan lahan … (2)

Merangkum data dan informasi untuk acuan peenetapan koridor jalan .....................(6)

Memberi masukan Lokasi Masyarakat Terasing, status kepemilikan dan kesediaan melepas. (5)

Memberi masukan tentang daya dukung lingkungan… … .. (3)

Memberi masukan tentang lokasi Prasarana & Sarana dan untuk pemukiman kembali penduduk serta ketersediaan dan keterpaduan pengadaan lahan .. (4)

Merangkum data dan informasi untuk acuan penetapan koridor jalan ..........(7)

Menetapkan koridor jalan terpilih............(8)

Memberi masukan tentang pengendalian fungsi lahan dan ketentuan memperoleh lahan … … (6)

Page 299: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN LAHAN (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Hasil Pra Kelayakan 2). Sesuai dengan

pedoman yang berlaku 3),4),5), 6)

Melalui media rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7) Dikaji bersama sama aspek teknis, ekonomis dan lingkungan. termasuk kebutuhan Permukiman Kembali Penduduk

8) Dalam forum penilaian apabila dokumen AMDAL

9) Koordinasi rencana awal

pelaksanaan di lapangan dengan instansi lain

10) 11) Dapat dilakukan dalam forum rapat, dll.

12) Setelah dokumen AMDAL (bila ada) ditetapkan oleh Gubernur/Walikota/ Bupati

Mempelajari kebutuhan lahan dan Jenis Peruntukan Lahan pada setiap alternatif R ute Jalan … … … (1)

Melakukan Konsultasi dan Survey Dasar sosial … … (2)

Memberi masukan tentang Status Kepemilikan lahan termasuk asset lainnya serta taksiran harga .(5)

Membuat Prakiraan Kebutuhan Lahan untuk Alt.Rute.. (7)

Memberi masukan tentang pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Propinsi, kabupaten/kota dan koordinasi rencana pengadaan lahan .. (4)

Memberi masukan tentang daya dukung sosial ..… (3)

Koordinasi Rencana Awal P engadaan T anah … (9)

Memberi masukan sesuai keterkatiannya antara lain tentang hal-hal berkaitan dengan pelepasan hak. (6)

Menyetujui permohonan proyek tentang kebutuhan lahan … .(11)

Menetapkan Rute Terpilih ..... (12)

Memberi masukan kesediaan dan keberatan masy. Terhadap pengadaan tanah … ..(10)

Memperkirakan dampak sosial … .(8)

Page 300: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN PERENCANAAN PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk Data Jenis

Peruntukan Lahan yang terkena Proyek

2). Termasuk rencana kerja, pembagian tugas antara tim lapangan dengan panitia pengadaan tanah..

3). Sesuai Tupoksi Institusi dan dapat bersifat aktip (terjun kelapangan) maupun pasip (menerima laporan saja)

4). Terutama koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan dinas sosial

5) Termasuk status sertifikat, luasan, Lokasi di Peta, prakiraan nilai kekayaan, masa tinggal dll.

6). Sesuai peraturan per UU-an yang berlaku

7) Sesuai petunjuk yang dikeluarkan

8) 9) 10) 11) Dpat dilakukan dalam forum rapat

12) Setelah disahkan oleh Gubernur/Walikota/ Bupati

Mempelajari Pengukuran Detail R ute Jalan … … … … (1)

Memberi Masukan Detail dilapangan tentang hal kepemilikan lahan, pelepasan hak, rehabilitasi pem uk.kem bali, dll. … . (5)

Melakukan Survey Sosial Ekonomi dan konsultasi Masyarakat … … (2)

Membantu Koordinasi Pelaksanaan Survey dengan instansi Terkait … … … … .… … … . (4)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan Survey … … … … … … … … (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya antara lain proses & ketentuan pelepasan hak, tatacara & criteria kompensasi serta tata cara pem uk.kem bali … … .. (6)

Sosialisasi Konsep LARAP dan mengajukan kepada Gub/Bupati/Walikota (8)

Menetapkan desain jalan serta melakukan persiapan pelaksanaan LA R A P … … (12)

Memberikan kesepakatan thd konsep tersebut … .. (9)

Memberikan kesepakatan thd konsep … … . (10)

Gubernur / Bupati/Wali kota menyetujui konsep LARAP-nya. … .. (11)

Membuat Konsep LA R A P … ..(7)

Page 301: Info Lingkungan3

Gambar-5 BAGAN PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI PENDUDUK (Pada Tahap Persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Dijabarkan dari

Dokumen LARAP yang telah ditetapkan

2) 3) 4) Dapat dilakukan berkali kali

5). Sesuai dg kesepakatan nilai kompensasi dan daftar penerimanya

6),7) Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara pasip (menerima laporan) atau aktip (kelapangan).

8) 9) Termasuk proses pensertifikatan

10). Sesuai dengan yang tertera pada LARAP

11) Sesuai yang tertera pada dokumen LARAP dan daftar yang akan dimukimkan kembali

12) Baik instansi pusat dan daerah termasuk di lokasi pemukiman kembali penduduk.

13). Sertifikat kepemilikan lahan dan bangunan

14) Dapat dikaitkan dengan program instansi terkait

15) Untuk digunakan sebagai acuan monitoring

Membuat Jadwal Detail & konsultasi Pelaksana- an LA R A P … ..(1)

Melaksanakan Pembayaran Kompensasi untuk tanah dan asset diatasnya … … ..(5)

Menerima Sertifikat Kepemilikan Kapling dan K artu P enduduk … ..(13 )

Melaksanakan Kegiatan Pemukiman Kembali Penduduk (BILA ADA) ....... ( 10)

Membuat Laporan Pelaksanaan LARAP … … (15)

Menyerahkan Surat-surat kepemilikan lahan kepada pem rakarsa … … .(8)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan LARAP .… .. (11)

Membantu pelaksanaan Koordinasi dengan instansi terkait … (12)

Melakukan monitoring … … (6) Panitia Pengadaan Tanah

membantu dalam penyelesaian proses adm inistrasi … … .(9)

Berpartisipasi dalam musyawarah & mufakat … … … . (2)

Melakukan monitoring … .. (7)

Berpartisipasi dalam musy. & menyepakati dlm mufakat khususnya P .T .P … … . (3)

Melaksanakan musyawarah dan mufakat, khususnya panitia pengadaan tanah … … .. (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: transmigrasi, perumahan dll… (14)

Page 302: Info Lingkungan3

Gambar-6 BAGAN PELAKSANAAN REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERKENA DAMPAK (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Diambil dari laporan

LARAP.

2) Dapat dilakukan pada tahap sebelumnya

3), 4), 5), 6).

Melalui forum rapat atau metode lainnya

7) Yang telah disesuaikan

terhadap masukan konsultansi

8) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

9) Sesuai tupoksi

10) Program yang telah disepakati

11) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

12) Sebagai bahan monitoring

Mempelajari rencana rehab ekonom i … … ..(1)

Melakukan konsultasi dan persiapan Rehabilitasi Ekonomi bagi Masyarakat Terkena Proyek … … … … (2)

Menerima dan melaksanakan program R ehabilitasi… … … (10)

Melaksanakan Program R ehabilitasi … … … (7)

MEMBUAT Laporan Pelaksanaan Program Rehabilitasi Ekonomi m asyarakat … … ..(12)

Melakukan monitoring … … … .(8)

Melakukan Koordinasi dengan Instansi Terkait … … … … … … … … … .(9)

Memberi masukan ttg. Monitoring dan indikator keberhasilan program Rehabilitasi yg efektif … ..(3)

Melaksanakan persiapan rehab & memberi masukan tentang kesulitan pasca LA R A P … .. (5)

Memberi masukan program dari sektor lain yg dapat dikoordinasikan … … (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: Dinas Sosial sebagai Pengawas Lapangan. (11)

Membantu sesuai keterkaitannya, misal Dinas Sosial memberi masukan tentang alt pola rehabilitasi … … (6)

Page 303: Info Lingkungan3

Gambar-7 BAGAN PELAKSANAAN MONITORING PASCA PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Pasca Konstruksi /Operasi dan Pemeliharaan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk penyesuaian

penyesuaian yang dilakukan dan masukan masukan lainnya yang diperoleh selama proses pengadaan tanah dari tahap perencanaan umum sampai dengan tahap konstruksi.

2). Melibatkan berbagai

disiplin ilmu (teknis, sosial dan kelembagaan)

3), 4), 5), 6), 7). Melalui rapat teknis

yang diselenggarakan oleh Pemrakarsa

8). Hasilnya menjadi bagian

laporan Akuntabilitas Proyek Jalan.

Mempelajari Catatan Pelaksanaan LARAP (Pengadaan Tanah dan Rehabilitasi E konom i) … … .(1)

Konsultasi Hasil Sementara terhadap monitoring pelaksanaan LARAP … … .(3)

Menyusun Laporan Monitoring Pasca LA R A P … … . (8)

Memberi tanggapan dan masukan kualitas kondisi sosekbud m asy… .. (4)

Memberi tanggapan dan masukan terhadap kualitas koordinasi antar sektor … ... (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek perubahan sosek dan lingkungan termasuk dari aspek pelaksanaan … ..( 6)

Memberi tanggapan dan masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. Keberhasilan/kegagalan program rehabilitasi, tingkat kesenjangan antar kelom pok m asy. … 7)

Melakukan Analisa Kesesuaian Rencana … … … . (2)

Page 304: Info Lingkungan3

Gambar-8 BAGAN EVALUASI PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Laporan monitoring

yang memasukkan masukan dari berbagai institusi terkait

2) Melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Termasuk pertimbangan persyaratan dari lembaga donor

4) 5) 6) 7) 8)

Dilakukan melalui forum rapat/ seminar/lainnya

9) Hasilnya diserahkan kepada para perencana umum pengembangan jaringan jalan.

Mempelajari laporan monitoring pelaks. LA R A P … … ...(1)

Menganalisa dan mengidentifikasi kriteria perencanaan … . (2)

Menetapkan kriteria-kriteria pengadaan tanah yang akan digunakan sebagai kebutuhan perencanaan dimasa datang … (9)

Menyusun konsep kriteria perencanaan LARAP yang lebih baik ..… . (3)

Konsultasi konsep perencanaan LARAP … . (4) Memberi masukan

tentang sosekbud dan m asalah lingkungan … . (5)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelembagaan … . (6)

Memberi masukan tentang kendala dan tata cara perencanaan dan pelaksanaan … . (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. tata ruang, nilai kearifan lokal, adat istiadat, pelatihan untuk alih profesi … . (8)

Page 305: Info Lingkungan3
Page 306: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN PELAKSANAAN PENYARINGAN LINGKUNGAN (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan )

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Tata guna lahan

diperoleh dari Departemen Kehutanan, BPN dan dari sumber lainnya

2). Termasuk koordinasi

dengan instansi terkait 3). Perhatikan bagan alir

proses penyaringan (diagram A-1) dan pelajari Pedoman Penyaringan yang ada.

4). 5) Catat hasilnya dalam

risalah rapat 6) Daftar proyek yang wajib

pengelolaan lingkungan menggunakan formulir A-1

Mempelajari Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan dan mengidentifikasi penggunaan lahan pada dan sekitar rencana koridor jaringan jalan, khususnya areal sensitive … ..… .(1)

Melakukan penyaringan AMDAL dan UKL/UPL serta S O P … ..(3)

Menetapkan hasil penyaringan berupa Daftar Proyek Wajib Pengelolaan Lingkungan .. ... (6)

Memberi tanggapan dan saran dalam rangka menampung unpan balik … . .. (5)

Memberi masukan tentang Rencana Penataan Ruang Wilayah Propinsi, Kabupaten dan Kota serta Penerapan P eta P adu S erasi … (2)

Melakukan diskusi / konsultasi hasil penyaringan dengan BAPEDALDA … ... (4)

Page 307: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN KA-ANDAL (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Sesuai PP AMDAL 2). Mengacu pada Kep Ka

Bapedalda No.08/2000 3) Sesuai saran apakah

melalui media cetak maupun media elektronik

4) Tanggapan disampaikan

secara tertulis dalam jangka waktu satu bulan, terhitung sejak tanggal pengumuman

5) Mengacu pada Pedoman

Konsultasi Masyarakat dan Kep.Ka Bapedal No. 08/2000

6) Gunakan pedoman

penyusunan KA-ANDAL

7), 8), 9), 10) Risalah rapat menggunakan formulir A-2 Masukan peserta rapat menggunakan formulir A-3

11) Dilakukan sampai dokumen

disetujui 12) Sebagai acuan penilaian

ANDAL

Memberitahukan rencana penyusunan dokumen AMDAL . (1)

Mengumumkan rencana kegiatan proyek… ..(3)

Menyusun konsep KA-ANDAL dan mengajukan ke Komisi Penilai untuk dinilai.. (6)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberi masukan .. (7)

Menyepakati jadwal waktu dan isi pengumuman rencana kegiatan proyek … . (2)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberikan masukan.. (8)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberi masukan (dari institusi terkait mis: kehutanan, Dikbud, Sosial) ..... (10)

Memperbaiki dokumen KA-ANDAL sesuai dengan tanggapan komisi dan mengajukan lagi ke Komisi Penilai … ..(11)

Mengadakan rapat Komisi Penilai AMDAL untuk menilai konsep KA-ANDAL … … … . (7)

Melaksanakan konsultasi M asy.… ..(5)

Memberikan tanggapan terhadap rencana kegiatan proyek … . (4)

Menetapkan dokumen KA-ANDAL ........ .. (12)

Page 308: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN PELAKSANAAN STUDI AMDAL (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Lampiran SK Penetapan

KA-ANDAL termasuk lampiran dokumennya.

2). Gunakan pedoman penyusunan ANDAL, RKL dan RPL

3). Lengkapi dengan surat pengantar dan tanda terima dokumen.

4) Risalah rapat menggunakan formulir A-2

5) 6), 7) Masukan peserta rapat menggunakan formulir A-3

8) Dilakukan sampai dokumen disetujui

9) Sebagai acuan untuk desain dan pelaksanaan

Mempelajari KA ANDAL yang telah ditetapkan … … … (1)

Melaksanakan Studi A N D A L … … (2)

Menghadiri rapat komisi dan memberikan masukan tentang penanganan dam pak lingkungan … .(6)

Memperbaiki konsep dokumen AMDAL sesuai dengan tanggapan komisi dan mengajukan kembali ke K om isi P enilai … (8)

Menghadiri rapat dan memberikan masukan untuk perbaikan dokumen ...........(4)

Mengadakan rapat komisi penilai AMDAL untuk menilai & menetapkan kelayakan lingkungan … … . (4)

Mengirimkan hasil studi ANDAL ke Komisi Penilai untuk dinilai … … . (3)

Menghadiri rapat komisi dan memberikan masukan tentang penanganan dampak lingkungan sesuai keterkaitannya … .(7)

Menetapkan dokumen A M D A L … … . (9)

Page 309: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN PENJABARAN HASIL STUDI ANDAL, RKL DAN RPL (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Termasuk mengkaji ulang

(mereview)

2) Dibantu ahli lingkungan apabila diperlukan

3) 4) 5) Dapat dilakukan dalam forum rapat atau lainnya

6) Sebaiknya ada ahli lingkungan dalam tim perencana

7) Sebanyak mungkin dituangkan dalam desain, sedangkan dampak sosial yang tidak dapat dituangkan dalam desain, merupakan lampiran desain untuk diperhatikan pada saat tender

8) Output yang diharapkan

Mempelajari hasil studi ANDAL, RKL dan RPL … ..… (1)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran ....... (4)

Menginventarisasi rekomendasi penanganan dampak pada dokumen RKL & R P L … … (2)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran sesuai kebijakan pembangunan daerah mis.: median, lansekap … … … . (3)

Memberi penjelasan kepada tim perencana teknis tentang sasaran penanganan dampak pada RKL & RPL ....(6)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran sesuai keterkaitannya mis.: penanganan utilitas yang terkena............ (5)

Melaksnakan penjabaran hasil studi ANDAL, RKL dan RPL pada perenc.teknis.. (7)

Desain jalan yang telah mempertimbangkan faktor lingkungan.. (8)

Page 310: Info Lingkungan3
Page 311: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

1

Lampiran E (Normatif)

Pedoman Teknis Penyusunan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Bidang Jalan

E.1 Persyaratan-persyaratan Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL Proyek Jalan harus memenuhi persyaratan administratif maupun teknis sesuai dengan berbagai pedoman atau petunjuk yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang, antara lain : • Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL (Lampiran 1 Keputusan Kepala Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan No. 9 Tahun 2000; • Keputusan Kepala BAPEDAL No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL. • Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 69/PRT/1995); • Petunjuk Teknis Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum

(Keputusan Menteri Pekerjaan Umum N0. 147/KPTS/1995); • Petunjuk Teknis Penyusunan ANDAL Proyek Jalan (Kepmen PU No. 40/KPTS/1997). E.2 Langkah - langkah pelaksanaan Secara garis besar, proses penyusunan KA – ANDAL dilaksanakan melalui urutan langkah - langkah kegiatan sebagai berikut: a) Pemberitahuan tentang rencana AMDAL b) Pengumuman rencana proyek c) Konsultasi masyarakat d) Perlingkupan e) Penyusunan konsep KA - ANDAL f) Presentasi dan perbaikan KA – ANDAL g) Penetapan KA-ANDAL E.3 Pemberitahuan tentang rencana AMDAL Sebelum menyusun KA-ANDAL, pemrakarasa wajib memberitahukan kepada instansi yang bertanggung jawab tentang rencana untuk pelaksanaan AMDAL. Apabila jenis kegiatan proyek termasuk kategori yang harus dinilai oleh komisi penilai pusat, maka surat pemberitahuan tersebut di atas dikirimkan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui komisi penilai AMDAL pusat

Page 312: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

2

Apabila jenis kegiatan proyek termasuk kategori yang harus dinilai oleh komisi penilai propinsi, maka surat pemberitahuan tersebut di atas dikirimkan ke Gubernur melalui komisi penilai AMDAL propinsi. Apabila jenis kegiatan proyek termasuk kategori yang harus dinilai oleh komisi penilai kabupaten / kota, maka surat pemberitahuan tersebut di atas dikirimkan ke Bupati / Walikota melalui komisi penilai AMDAL kabupaten / kota. E.4 Pengumuman rencana kegiatan proyek E.4.1 Kewajiban pengumuman Pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatan proyek kepada masyarakat yang berkepentingan. Jadwal waktu pengumuman ditetapkan bersama dengan instansi yang bertanggung jawab. Pengumuman ini dimaksud agar masyarakat yang berkepentingan mengetahui rencana kegiatan proyek, dan mereka memberikan saran, pendapat atau tanggapan mangenai proyek tersebut. E.4.2 Masyarakat berkepentingan Masyarakat berkepentingan terdiri dari masyarakat terkena dampak dan masyarakat pemerhati. • Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya

rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan mengalami kerugian.

• Masyarakat pemerhati adalah masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu rencana

usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana usaha/kegiatan tersebut, maupun dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

E.4.3 Media pengumuman Media pengumuman berupa: a) Papan pengumuman di lokasi rencana kegiatan proyek b) Papan pengumuman di lokasi strategis yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung

jawab di tingkat pusat atau daerah. c) Media lain yang sesuai dengan situasi setempat seperti brosur, surat, media cetak, dan/atau

media elektronik. E.4.4 Isi pengumuman Isi pengumuman meliputi: a) Nama dan alamat pemrakarsa. b) Jenis kegiatan (pembangunan/peningkatan). c) Lokasi dan luas areal kegiatan proyek, dilengkapi peta dengan skala yang memadai. d) Hasil pekerjaan.

Page 313: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

3

e) Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, dan cara penanganannya. f) Dampak lingkungan hidup yang mungkin terjadi. g) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu pemberian saran, pendapat

dan tanggapan dari warga masyarakat (30 hari kerja sejak tanggal pengumuman). h) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam menerima saran, pendapat dan

tanggapan dari warga masyarakat. E.4.5 Spesifikasi tampilan pengumuman: a) Pengumuman tertulis maupun tidak tertulis harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar, jelas dan mudah dimengerti. b) Pengumuman di media cetak harus berukuran minimal 5 x 3 cm2. c) Pengumuman pada papan pengumuman minimal berukuran 60 x 100 cm2. d) Pengumuman pada media elektronik dapat berupa berita atau iklan, dengan lama tayangan

minimal 10 (sepuluh) detik untuk televisi dan 20 (dua puluh) detik untuk radio. E.5 Konsultasi masyarakat Pada saat penyusunan KA-ANDAL, pemrakarsa wajib melakukan konsultasi kepada warga masyarakat yang berkepentingan. Hasil dari konsultasi kepada warga masyarakat wajib digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pelingkupan. Pemrakarsa harus mendokumentasikan semua berkas yang berkaitan dengan pelaksanaan konsultasi dan membuat rangkuman hasilnya untuk diserahkan kepada Komisi Penilai AMDAL sebagai lampiran dokumen KA-ANDAL.

Untuk melancarkan konsultasi kepada warga masyarakat dalam tahap ini pemrakarsa harus memenuhi kewajiban sebagai berikut : a) Menyediakan informasi dengan lingkup: penjabaran kegiatan (jenis kegiatan, kapasitas dan

lokasi kegiatan), komponen lingkungan yang sangat penting diperhatikan karena akan terkena dampak, dan isu-isu pokok mengenai dampak lingkungan yang diperkirakan akan muncul; dan

b) Mengumumkan waktu, tempat serta cara konsultasi yang akan dilakukan (misalnya: pertemuan-pertemuan publik, lokakarya, seminar, diskusi terfokus dan metoda-metoda lain yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara dua arah).

Konsultasi masyarakat ini merupakan bagian dari keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL (lihat Gambar 1). Dalam proses ini, masyarakat menyampaikan aspirasi, kebutuhan, dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat, serta usulan penyelesaian masalah dari masyarakat yang berkepentingan dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik. E.6 Pelingkupan E.6.1 Proses pelingkupan Pelingkupan merupakan proses awal untuk menentukan ruang lingkup studi ANDAL, yang mencakup:

Page 314: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

4

a) Isu pokok lingkungan (jenis dampak besar dan penting) yang harus ditelaah secara mendalam.

b) Lingkup wilayah studi berdasarkan pertimbangan batas proyek, batas ekologis, batas sosial

dan batas adminsitratif. c) Kedalaman studi ANDAL meliputi metode yang digunakan, jumlah sampel yang perlu diukur,

dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan sumberdaya (dana dan waktu) yang tersedia. Hasil seluruh proses pelingkupan tersebut merupakan bagian penting dari ruang lingkup studi ANDAL yang dituangkan dalam dokumen KAANDAL E.6.2 Pelingkupan isu pokok lingkungan Proses pelingkupan isu pokok lingkungan dilakukan dengan urutan langkah-langkah: a) identifikasi dampak potensial; b) evaluasi dampak besar dan penting; c) pemusatan dampak besar dan penting. Langkah pertama, identifikasi dampak potential dimaksudkan untuk mengidentifikasi semua jenis dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat kegiatan proyek, tanpa memperhatikan apakah dampak tersebut merupakan dampak besar dan penting atau tidak. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode, antara lain metode matrik dan bagan alir.

Page 315: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

5

Gambar 1 Bagan Prosedur Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL

Masyarakat Berkepentingan

Instansi yang

Bertanggungjawab

Pemrakarsa

= Tujuan akhir surat/pengumuman untuk kemudian ditanggapi, diproses dan/atau ditembuskan

Sumber: Keputusan Kepala Bapedal No.08 Tahun 2000.

Pengumuman Rencana Kegiatan

Pengumuman Persiapan

Penyusunan ANDAL

Saran, Pendapat dan Tanggapan

Penyusunan KA-ANDAL

Konsultasi

Penilaian KA-ANDAL Oleh Komisi

(Maks 75 hari)

Saran, pendapat dan tanggapan

Penyusunan ANDAL, RKL, RPL

Penilaian ANDAL, RKL, RPL oleh Komisi (Maks 75 hari)

Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup Oleh Kep. Bapedal / Gubernur/Bupati/

Wali Kota

Page 316: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

6

Metode matrik menggambarkan kemungkinan interaksi antara kegiatan proyek dengan komponen-komponen lingkungan di sekitarnya. Matrik interaksi ini menunjukkan komponen kegiatan sebagai sumber dampak dan komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak kegiatan tersebut. (lihat Tabel 1 dan 2). Bagan alir merupakan model yang melukiskan jalinan hubungan sebab-akibat antara komponen kegiatan proyek (sumber dampak) dan komponen-komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak, baik dampak primer, sekunder maupun tersier (lihat Gambar 2). Metode bagan alir ini cukup komunikatif untuk bahan diskusi dan konsultasi dengan para pejabat instansi terkait atau masyarakat yang berkepentingan. Langkah kedua, evaluasi dampak potential bertujuan untuk menghilangkan dampak potential yang tidak relevan atau tidak besar dan tidak penting, sehingga diperoleh seperangkat dampak besar dan penting secara hipotetik. Besar serta pentingnya dampak tergantung dari besarnya kegiatan proyek dan sensitifitas komponen lingkungan di lokasi proyek dan sekitarnya. Makin besar volume kegiatan proyek, cenderung makin besar pula dampaknya. Kotak 1 menunjukkan contoh daerah / areal yang sensitif terhadap perubahan lingkungan akibat kegiatan tertentu. Evaluasi (penentuan) dampak besar dan penting dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: a) penelaahan pustaka; b) diskusi tentang karakteristik kegiatan; c) peninjauan lapangan. Penelaahan pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi dari hasil studi-studi sejenis seperti: • dokumen AMDAL proyek jalan di lokasi lain; • laporan hasil penelitian tentang masalah lingkungan di lokasi proyek dan sekitarnya. Diskusi tentang karakteristik kegiatan proyek dilakukan dengan para pakar, misalnya mengenai cara pelaksanaan pekerjaan konstruksi, bahan bangunan yang akan digunakan, lokasi quarry, jumlah tenaga kerja, jenis limbah dsb. Peninjauan lapangan perlu dilakukan untuk pengamatan secara umum terhadap kondisi bentang alam, perairan umum, kondisi biologi, dan sosial-ekonomi di lokasi proyek (sepanjang alinyemen rencana pembangunan jalan) dan sekitarnya Langkah ketiga, pemusatan dampak penting bertujuan untuk mengelompokkan atau mengorganisir dampak-dampak besar dan penting yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya, agar diperoleh gambaran yang utuh dan lengkap. Seluruh dampak besar dan penting dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut tingkat keterkaitannya satu sama lain, dan disusun berdasarkan tahapan kegiatan proyek (pra-konstruksi, konstruksi dan pasca kontruksi). Dampak-dampak besar dan penting yang telah terkelompok inilah yang merupakan isu pokok yang harus ditelaah secara mendalam dalam proses ANDAL.

Page 317: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

7

Tabel 1 Contoh Matriks Identifikasi Dampak Proyek Jalan

No Komponen Lingkungan

Komponen Kegiatan

Pra-konstruksi Konstruksi Pasca Konstruksi

1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2

A. Fisik Kimia

1. Iklim 2. Kualitas Udara X X X X X X X X X X X 3. Kebisingan X X X X X X X X X X 4. Fisiografi X X X 5. Hidrologi X X X 6. Kualitas Air X X X X X X 7. Penggunaan Lahan X

B. Biologi

1. Flora Darat X X X 2. Biota Akuatik

C. Sosial

1. Kependudukan 2. Kegiatan Ekonomi X X X X 3. Sosial Budaya 4. Persepsi Masyarakat X 5. Keresahan Sosial X 6. Kesehatan Masyarakat X X X X X X 7. Prasarana dan Sarana X 8. Lalu Lintas X X X

Keterangan Komponen Kegiatan :

Kegiatan Pra Konstruksi : Kegiatan Konstruksi: Kegiatan Pasca Konstruksi : 1. Survai & Pengukuran 2. Inventarisasi Kebutuhan

Lahan 3. Sosialisasi 4. Pembayaran ganti rugi

1. Mobilisasi Tenaga Kerja 2. Pembersihan lahan 3. Pekerjaan Tanah 4. Konstruksi badan jalan dan

perkerasan 5. Pengangkutan tanah dan

bahan bangunan 6. Pembuatan dan

pengoperasian Base Camp 7. Pengelolaan Quarry 8. PemancanganTiang Jembatan 9. Pembuangan sisa bahan

bangunan 10. Penghijauan/Pertamanan

1. Pengoperasian jalan 2. Pemeliharaan jalan

Page 318: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

8

Tabel 2 Contoh Matriks Identifikasi Dampak Proyek Jembatan

No Komponen Lingkungan

Komponen Kegiatan

Pra-konstruksi Konstruksi Pasca Konstruksi

1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2

A. Fisik Kimia

1. Kualitas Udara X X X X X X X X 2. Kebisingan X X X X X X X 3. Morfologi & Hidrolis sungai X X 4. Ruang dan Lahan 5. Kualitas Air X X X X

B. Biologi

1. Flora Darat X 2. Biota Akuatik X X

C. Sosial

1. Kependudukan 2. Kegiatan Ekonomi X 3. Sosial Budaya 4. Persepsi Masyarakat X X 5. Keresahan Sosial 6. Kesehatan Masyarakat X X X 7. Prasarana dan Sarana X 8. Lalu Lintas X X X X X

Keterangan Komponen Kegiatan : Kegiatan Pra Konstruksi : Kegiatan Konstruksi: Kegiatan Pasca Konstruksi : 1. Survai & Pengukuran 2. Inventarisasi Kebutuhan

Lahan 3. Sosialisasi 4. Pembayaran ganti rugi

1. Mobilisasi Alat Berat 2. Mobilisasi Tenaga Kerja 3. Pengangkutan Material 4. Pekerjaan Bangunan Bawah 5. Pekerjaan Bangunan Atas 6. Pekerjaan Perkerasan 7. Pekerjaan fasisiltas jembatan

dan jalan 8. Proteksi dasar sungai dan

tanggul 9. Pembuangan sisa bahan

bangunan 10. Penghijauan/Pertamanan

1. Pengoperasian jembatan 2. Pemeliharaan jembatan

Page 319: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

9

Gambar 2 Contoh Bagan Alir Dampak Pembangunan Jalan

Pada Tahap Konstruksi

Pencemaran Udara

Kecelakaan Lalu Lintas

Pencemaran Udara

Peningkatan Kebisingan

Pengoperasian Jalan

Pemeliharaan Jalan

Gangguan Kesehatan Masyarakat

Gangguan Lalu Lintas

Peningkatan Kegiatan Ekonomi

Peningkatan Kebisingan

Perubahan Penggunaan

Lahan

Page 320: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

10

Kotak 1

Contoh Daerah / Areal Sensitif Daerah pemukiman, industri/komersial sensitif terhadap pembebasan

tanah; Areal berlereng curam sensitif terrhadap kegiatan galian/ timbunan

tanah (erosi/longsor); Rumah sakit dan sekolah sensitif terhadap kebisingan; Bangunan peninggalan sejarah sensitif terhadap getaran.

E.6.3 Pelingkupan Wilayah Studi Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi ANDAL sesuai dengan hasil pelingkupan isu pokok lingkungan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu dan tenaga serta pendapat dan tanggapan masyarakat yang berkepentingan (hasil konsultasi masyarakat). Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batas-batas ruang sebagai berikut: a) Batas Proyek Batas proyek adalah ruang dimana rencana kegiatan pra-konstruksi, kontruksi dan operasi jalan akan berlangsung. Dengan demikian batas proyek mencakup areal sepanjang alinyemen ruas jalan yang akan dibangun dan selebar DAMIJA. b) Batas Ekologis Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak akibat kegiatan pembangunan jalan baik yang berlangsung di dalam batas proyek maupun di luar batas proyek seperti kegiatan quarry dan pengangkutan material. Di dalam batas ekologis ini, proses alami diperkirakan akan mengalami perubahan yang mendasar. Sebagai contoh, batas ekologis sehubungan dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat lalu lintas kendaraan bermotor pada tahap operasi diperkirakan meliputi areal sepanjang ruas jalan dengan lebar kurang lebih 100m ke kiri dan ke kanan as jalan, tergantung dari volume lalu lintas kendaraan bermotor. c) Batas Sosial Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan proyek yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas sosial ini mungkin mencakup areal permukiman, kawasan industri atau daerah komersial yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan jalan baik pada tahap pra-konstruksi, kontruksi maupun operasi.

Page 321: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

11

d) Batas Adminsitratif Batas adminsitratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa menjalankan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di ruang tersebut. Karena batas proyek jalan cukup sempit, maka batas adminsitratif ini cukup meliputi wilayah kelurahan atau kecamatan yang dilewati ruas jalan yang akan dibangun Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL merupakan kesatuan dari keempat wilayah tersebut diatas, dengan memperhatikan keterbatasan dana, waktu dan tenaga serta metode studi yang tersedia. E.6.4 Kedalaman Studi Tingkat kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metode yang digunakan, jumlah sampel yang diukur dan tenaga ahli yang diperlukan sesuai dengan dana dan waktu yang bersedia. Metode yang digunakan meliputi metode pengumpulan data, perkiraan dampak besar dan penting dan evaluasi data dampak besar dan penting. Jenis tenaga ahli yang diperlukan tergantung dari isu pokok lingkungan. Sebagai contoh: • Untuk menganalisis dampak terhadap kesehatan masyarakat, diperlukan tenaga ahli

kesehatan masyarakat; • Untuk menganalisis dampak terhadap badan air baik kuantitas atau kualitasnya, diperlukan

tenaga ahli hidrologi; • Untuk menganalisis dampak terhadap kawasan hutan lindung, diperlukan tenaga ahli

kehutanan. E.7 Penyusunan Konsep KA – ANDAL E.7.1 Sistematika dokumen KA – ANDAL

Dokumen Kerangka Acuan ANDAL terdiri dari 6 bab sebagai berikut :

Bab 1 : Pendahuluan; Bab 2 : Ruang Lingkup Studi; Bab 3 : Metode Studi; Bab 4 : Pelaksanaan Studi; Bab 5 : Daftar Pustaka; Bab 6 : Lampiran.

Sistematika dokumen selengkapnya tercantum pada Kotak 2. Sistematika seperti tercantum dalam Kotak 2 merupakan kerangka materi (Daftar Isi) secara garis besar. Bila perlu, pada tiap Bab dapat ditambahkan Sub-bab tertentu dan rinciannya sesuai kebutuhan. Misalnya Bab 2 (Ruang Lingkupan Studi) diawali dengan Sub – bab Gambaran Umum Rencana Kegiatan. Materi pokok Kerangka Acuan ANDAL meliputi lingkup kegiatan studi serta petunjuk cara pelaksanaannya serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh Tim Studi. Penjelasan mengenai materi tiap Bab dan Sub-bab diuraikan secara rinci pada sub pasal D.7.2 di bawah ini.

Page 322: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

12

E.7.2 Rincian Materi dokumen E.7.2.1 Pendahuluan Materi Bab 1 (Pendahuluan) terdiri dari tiga Sub - bab yaitu Latar Belakang, Peraturan Perundang-undangan, dan Tujuan dan Kegunaan Studi. a) Latar Belakang Pada bagian ini harus dikemukakan uraian singkat mengenai rencana kegiatan proyek jalan yang akan dilaksanakan (diusulkan), antara lain meliputi: (1). Lokasi rencana kegiatan proyek; (2) Maksud, tujuan dan manfaat proyek; (3) Uraian kronologis tentang persiapan proyek yang telah dilaksanakan oleh pemrakarsa; (4) Status proyek saat ini; (5) Alasan mengapa diperlukan studi ANDAL.

Kotak 2

Contoh Sistematika KA-ANDAL Poyek Pembangunan Jalan

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Peraturan Perundang-undangan 1.3 Tujuan dan Kegunaan Studi BAB 2 : RUANG LINGKUP STUDI 2.1 Rencana Kegiatan Yang Akan Ditelaah 2.2 Komponen Lingkungan Yang Akan Ditelaah 2.3 Isu-isu Pokok 2.4 Batas Wilayah Studi 2.5 Keterkaitan Proyek Dengan Kegiatan Lain BAB 3 : METODE STUDI 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.2 Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting 3.3 Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting

BAB 4 : PELAKSANAAN STUDI 4.1 Pemrakarsa 4.2 Tim Pelaksana Studi 4.3 Jadual Pelaksanaan Studi 4.4 Biaya Studi 4.5 Pelaporan BAB 5 : DAFTAR PUSTAKA BAB 6 : LAMPIRAN

Page 323: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

13

E.7.2.2 Peraturan Perundang-undangan Pada Sub-bab ini harus dicantumkan secara rinci landasan hukum atau peraturan perundang-undangan yang melandasi atau berkaitan dengan rencana kegiatan, rona lingkungan yang terkena dampak dan isu-isu pokok, yang harus diperhatikan oleh pelaksana studi ANDAL, antara lain seperti tercantum pada Kotak 3 Rincian peraturan perundang-undangan tersebut harus disusun menurut hirarkhi dan tahun penerbitannya. Untuk proyek tertentu mungkin perlu ditambahkan peraturan lain yang berkaitan dengan proyek tersebut. Misalnya untuk proyek jalan yang melintasi kawasan hutan, perlu diperhatikan antara lain • Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan; • Keputusan Menteri Kehutanan No. 55/KPTS-II/1994 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan

Hutan. E.7.2.3 Tujuan dan Kegunaan Studi Pada bagian ini dijelaskan tujuan dan kegunaan studi ANDAL. Rumusan tentang Tujuan dan Kegunaan Studi ANDAL ini telah baku yaitu seperti contoh tercantum pada Kotak 4.

Page 324: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

14

Kotak 3 Contoh Landasan Hukum yang Harus Diperhatikan dalam Studi ANDAL Poyek Jalan

1) Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. 2) Undang-undang No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan. 3) Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. 4) Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. 5) Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 6) Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. 7) Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 8) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan. 9) Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. 10) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup. 11) Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. 12) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis

AMDALProyek Bidang Pekerjaan Umum. 13) Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala BPN No. 1 Tahun 1994 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Keppres No. 55/1993. 15) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 147/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 16) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan RKL dan RPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 17) Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No. 40/KPTS/1997 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan AMDAL Proyek Jalan. 18) Keputusan Menteri Negara KLH No. Kep. 02/MENKLH/1/1988 tentang Pedoman

Penetapan Baku Mutu Lingkungan. 19) Keputusan Kepala Bapedal No. 056/1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak

Penting. 20) Keputusan Kepala BAPEDAL No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis

Dampak Lingkungan Hidup beserta Lampirannya.

E.7.2.4 Ruang Lingkup Studi Bab ini terdiri dari 5 sub-bab yaitu: • R encana kegiatan yang akan ditelaah; • R ona lingkungan hidup aw al; • Isu -isu pokok; • B atas w ilayah studi; • K eterkaitan dengan kegiatan lain. a) Rencana Kegiatan Yang Akan Ditelaah Uraikan secara singkat gambaran umum rencana kegiatan proyek antara lain mengenai :

Page 325: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

15

• N am a dan nom or ruas jalan; • Jenis program (pembangunan / peningkatan); • Lokasi proyek; • F ungsi jalan (arteri / kolektor / lokal); • Status jalan (jalan nasional, propinsi, kabupaten / kotamadya, tol); • P anjang ruas jalan; • Lebar jalan (Damija, perkerasan); • Jenis perkerasan; • V olum e lalu lintas sebelum dan setelah proyek dilaksanakan; • Luas areal yang perlu diadakan (dibebaskan); • G am baran um um m engenai kondisi lahan sepanjang alinyem en jalan; • Jadual pekerjaan konstruksi; • S tatus proyek saat ini. Uraian tersebut di atas bila perlu dapat diringkas dalam bentuk tabel.

Kotak 4 Contoh Rumusan Sub bab 1.3 Tujuan dan Kegunaan Studi

1.3.1 Tujuan Studi Analisis Dampak Lingkungan Tujuan studi ANDAL ini adalah untuk : a) Mengidentifikasi komponen-komponen rencana kegiatan proyek pembangunan yang

diperkirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup sekitarnya;

b) Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak

besar dan penting; c) Memprediksi besaran dampak lingkungan dan mengevaluasi tingkat pentingnya dampak

tersebut berdasarkan kriteria yang berlaku; d) Merumuskan saran tindak lanjut yang dapat dilaksanakan oleh pemrakarsa atau instansi

lain yang terkait untuk mengurangi dampak negatif dan atau meningkatkan dampak positif.

1.3.2 Kegunaan Studi Analisis Dampak Lingkungan Hasil Studi ANDAL ini diharapkan dapat digunakan untuk : a) Membantu proses pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif rencana kegiatan

yang layak dari segi lingkungan hidup, teknis dan ekonomis; b) Memberikan masukan untuk mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dalam

penyusunan desain rinci kegiatan pembangunan jalan; c) Memberikan arahan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) pembangunan / peningkatan jalan … … … … … … (disebutkan nama ruas jalan yang bersangkutan)

Page 326: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

16

d) Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan

menghindari dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan.pembangunan /peningkatan jalan … … … … … … … (disebutkan nama ruas jalan yang bersangkutan)

e) Bahan pertimbangan dan kebijaksanaan bagi perencana pembangunan wilayah

Komponen kegiatan yang diperkirakan merupakan sumber dampak, yang harus ditelaah oleh konsultan, dirinci mulai dari tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi seperti contoh berikut: (1). Tahap Pra - Konsruksi Komponen kegiatan yang harus ditelaah pada tahap ini adalah pengadaan tanah. Konsultan penyusun ANDAL harus merinci berapa luas areal yang perlu diadakan dan bagaimana status pemilikan dan penggunaannya saat ini. (2) Tahap Konstruksi • M obilisasi T enaga K erja

Konsultan harus memperkirakan jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya yang diperlukan. Perlu dijelaskan juga apakah kebutuhan tenaga kerja tersebut dapat dipenuhi oleh tanaga lokal atau perlu didatangkan dari luar.

• P engangkutan B ahan B angunan

Bahan bangunan yang akan digunakan seperti batu, pasir, koral, aspal dsb perlu dirinci jumlahnya, dan dijelaskan dari mana bahan bangunan tersebut akan didatangkan termasuk jenis alat angkutannya.

• P ekerjaan T anah

Kegiatan pekerjaan tanah perlu diuraikan secara rinci antara lain : • volum e galian / tim bunan tanah; • lokasi pengam bilan tanah untuk tim bunan; • lokasi pem buangan tanah galian yang tidak terpakai; • kedalam an galian atau ketinggian tim bunan; • peralatan yang digunakan.

(3) Tahap Pasca Konstruksi

Agar dijelaskan perkiraan volume lalu lintas kendaraan bermotor yang akan terjadi setelah jalan mulai dioperasikan (digunakan).

b) Komponen Lingkungan yang harus Ditelaah Komponen linggkungan yang harus ditelaah meliputi : • K om ponen lingkungan yang diperkirakan terkena dam pak, dan • K om ponen lingkungan yang dapat m em pengaruhi proyek.

Page 327: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

17

Uraikan secara singkat komponen-komponen lingkungan yang harus ditelaah oleh konsultan, sesuai dengan isu lingkungan yang harus dianalisis, dengan pengelompokan sebagai berikut : • K om ponen lingkungan geofisik - kimia; • K om ponen kingkungan biologi; • K om ponen lingkungan sosial - ekonomi - budaya; • K om ponen prasarana dan sarana um um c) Isu-isu Pokok Agar studi ANDAL terfokus pada isu-isu pokok lingkungan, yang bersifat “site specific”, penentuan isu pokok tersebut harus didasarkan atas hasil pelingkupan dampak penting sesuai dengan karakteristik kegiatan proyek yang bersangkutan dan kondisi lingkungan setempat. Contoh : (1) K ebisingan akibat pengoperasian kendaraan berm otor cukup “significant” kalau volum e lalu

lintas > 5000 kendaraan / hari atau > 500 kendaraan / jam. (2) Dampak kebisingan cukup penting kalau di kiri - kanan jalan terdapat pemukiman padat

terutama kalau ada tempat yang sensitif seperti sekolah atau rumah sakit. Isu-isu pokok tersebut disusun menurut tahapan kegiatan proyek, seperti contoh berikut : (1). Tahap Pra-konstruksi

Kegiatan pengadaan tanah berpotensi menimbulkan dampak berupa konflik kepentingan dengan penduduk pemilik / pemakai tanah tersebut.

(2). Tahap Konstruksi

Pekerjaan tanah (galian / timbunan) mengakibatkan perubahan bentang alam dan stabilitas ereng sehingga terjadi erosi, longsor, dan sedimentasi pada badan air setempat.

(3). Tahap Pasca Konstruksi

Pengoperasian jalan baru dapat menimbulkan dampak berupa perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali di kiri – kanan jalan tersebut.

Untuk proyek jalan tertentu, mungkin saja isu pokoknya hanya dampak sosial akibat kegiatan pengadaan tanah. Komponen-komponen kegiatan lainnya tidak menimbulkan dampak besar dan penting. Dalam kasus seperti ini lingkup Studi ANDAL dibatasi dan difokuskan hanya pada pengkajian dampak sosial tersebut. d) Batas Wilayah Studi Wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batas-batas ruang sebagai berikut : (1) Batas Proyek : Meliputi areal yang digunakan langsung untuk pembangunan/ peningkatan

jalan yaitu sepanjang ruas jalan dan selebar Damija jalan tersebut; (2) Batas Ekologis : Meliputi areal yang diperkirakan akan terkena persebaran dampak di kedua

sisi kiri dan kanan Damija, jalur pengangkutan material serta lokasi base camp dan quarry;

Page 328: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

18

(3) Batas Sosial : Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan, sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat kegiatan pembangunan jalan.

(4) Batas Administratif : Meliputi wilayah kecamatan dimana ruas jalan tersebut berada. Batasan ruang lingkup wilayah studi merupakan rangkuman dari keempat batas tersebut di atas dengan memperhatikan keterbatasan sumber dana, waktu dan tenaga ahli yang dapat disediakan oleh pemrakarsa. Batas-batas tersebut di atas harus ditetapkan dengan jelas pada peta dengan skala yang memadai. e) Keterkaitan dengan Kegiatan Lain Sebutkan kegiatan lain yang ada disekitar lokasi rencana kegiatan yang dapat terpengaruh atau mempengaruhi rencana kegiatan. E.7.2.5 Metode Studi Pada bagian ini harus ditetapkan metode yang harus digunakan oleh konsultan penyusun ANDAL, antara lain meliputi : a) Metode pengumpulan data; b) Metode prakiraan dampak besar dan penting; c) Metode evaluasi dampak besar dan penting. Metode pengumpulan data mencakup tata cara pengumpulan data yang diperlukan untuk analisis, baik berupa data primer maupun data sekunder yang sahih dan dapat dipercaya. Untuk pengumpulan data primer, agar ditentukan jenis data dan lokasi pengambilan data tersebut. Untuk pengumpulan data sekunder, agar ditentukan jenis data dan sumber data yang bersangkutan. Penetapan metode pengumpulan data tertentu dapat mengacu pada metode yang telah baku atau telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Sebagai contoh untuk pengukuran, perhitungan dan evaluasi tingkat kebisingan lingkungan agar mengacu pada Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/II/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Metode analisis dan penyajian data mencakup uraian mengenai tata cara analisis data baik secara kuantitatif maupun kualitatif serta penyajiannya dalam bentuk tabel, grafik, gambar atau deskriptif. Metode prakiraan dampak mencukup uraian tentang tata cara pendugaan besarnya dampak (perubahan kualitas lingkungan) baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dalam hal ini dianjurkan agar dipakai metode formal berdasarkan perhitungan matematik atau secara informal berdasarkan pendekatan analogi atau penilaian para ahli (professional judgement). Untuk

Page 329: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

19

memprakirakan tingkat kepentingan dampak agar mengacu kepada 7 (tujuh) kriteria seperti tercantum dalam Keputusan Ketua Bapedal No. Kep-056/1994. Metode evaluasi dampak mencakup tata cara penentuan dan evaluasi dampak besar dan penting yang harus dilakukan secara holistik (antara lain metode matrik, bagan alir, overlay) untuk digunakan sebagai: a) dasar untuk menelaah kelayakan lingkungan hidup dari berbagai alternatif kegiatan proyek. b) identifikasi dan perumusan arah pengelolaan dampak besar dan penting lingkungan hidup yang

ditimbulkan. E.7.2.6 Pelaksanaan Studi Bab ini menjelaskan tentang : • P em rakarsa • P enyusun studi A M D A L • W aktu studi • B iaya studi • P elaporan a) Pemrakarsa Pada bagian ini dicantumkan nama dan alamat lengkap instansi pemrakarsa rencana kegiatan, serta nama dan alamat lengkap penganggung jawab pelaksana rencana kegiatan tersebut. b) Tim Pelaksana Studi Tentukan jumlah tenaga ahli dan bidang keahlian serta persyaratan kualifikasinya yang diperlukan untuk pelaksanaan studi ini, sesuai dengan isu pokok lingkungan yang harus ditelaah dan ruang lingkup studi. Tim pelaksana studi terdiri dari ketua dan anggota, dengan kriteria sebagai berikut : • Ketua Tim Studi harus seorang ahli Tehnik Jalan Raya dan menpunyai sertifikat AMDAL

Penyusunan. Pengalaman di bidangnya minimal 8 tahun dan dalam penyusunan ANDAL minimal 2 tahun;

• Anggota Tim Studi terdiri dari tenaga ahli yang harus sesuai dengan bidang studi yang ditelaah, berpengalaman di bidangnya minimal 4 tahun, dalam penyusunan AMDAL minimal 2 tahun dan diutamakan mempunyai sertifikat ANDAL Dasar.

Bidang keahlian yang diperlukan antara lain (pilih yang sesuai dengan isu lingkungan yang perlu dianalisis): • T eknik Jalan R aya; • Teknik Lingkungan; • B iologi; • S osial-ekonomi; • S osial-budaya; • G eoteknik; • K esehatan M asyarakat; • Lansekap.

Page 330: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

20

Tentukan uraian tugas tiap tenaga ahli yang diperlukan, secara singkat dan jelas. Contoh : Ahli Biologi bertugas untuk : • M engumpulkan data sekunder maupun primer tentang flora dan fauna terutama flora / fauna

langka (dilindungi) di wilayah studi yang mungkin terkena dampak kegiatan proyek; • M enduga besarnya dam pak dan m engevaluasi karakteristik dam pak serta m erum uskan saran

penanganan dampak tersebut. Tentukan juga lamanya penugasan tiap tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan lingkup tugas masing-masing. c) Jadual Pelaksanaan Studi Tentukan jadual waktu pelaksanaan studi yang diperlukan yang meliputi kegiatan - kegiatan antara lain : • P ersiapan dan P enijauan Lapangan; • P engum pulan D ata; • A nalisa Laboratorium ; • P engolahan D ata; • P enyusunan Laporan; • P em bahasan Laporan di T ingkat P em rakarsa; • P enyerahan Laporan ke Instansi yang bertanggung jaw ab. Jadual waktu kegiatan-kegiatan tersebut di atas harus digambarkan dalam bentuk barchart. d) Biaya Studi Sumber biaya untuk pelaksanaan studi harus dijelaskan misalnya dari APBN, APBD atau Bantuan Luar Negeri, termasuk tahun anggarannya. Pada bagian ini dicantumkan juga perincian komponen-komponen biaya yang dialokasikan untuk pelaksanaan studi seperti biaya personil (gaji-upah), peralatan dan material, perjalanan dinas, analisis lanoratorium, dsb. e) Pelaporan Pada bab ini agar disebutkan jenis dan jumlah laporan yang harus diserahkan oleh konsultan kepada pemrakarsa, serta jadual waktu penyerahan laporan tersebut. Materi serta format mengenai pelaporan ini telah dibakukan seperti tercantum pada Kotak 5. E.7.2.7 Daftar Pustaka Pada bagian ini dicantumkan daftar pustaka yang digunakan untuk penyusunan dokumen ANDAL. Disamping itu, agar dicantumkan data dan informasi yang tersedia yang dapat digunakan oleh Tim pelaksana studi, seperti : a. Laporan Perencanaan Umum; b. Laporan Pra-Studi Kelayakan; c. Peta Penggunaan lahan; d. Laporan - laporan lain yang relevan.

Page 331: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

21

Informasi tentang laporan studi agar mencakup judul laporan, penyusun / penerbit, dan tahun pembuatan / penerbitannya. E.7.2.8 Lampiran Data dan informasi yang perlu dilampirkan antara lain : a. Peta lokasi proyek secara makro; b. Peta trase jalan yang akan dibangun / ditingkatkan dengan skala yang memadai; c. Peta lokasi kegiatan tertentu (bila perlu) misalnya quarry, ruas jalan yang akan dilalui

kendaraan pengangkut material dan sebagainya. d. Rangkuman hasil konsultasi masyarakat e. Biodata personil penyusun ANDAL Untuk kasus tertentu misalnya pembangunan jalan yang melalui kawasan hutan, agar dilampirkan juga izin prinsip atau dokumen lain dari instansi yang berwenang.

Kotak 5 Contoh Rumusan Sub bab 5.5 Pelaporan

5.5.1 Laporan Pendahuluan Laporan ini mencakup hasil-hasil studi literatur dan peninjauan lapangan, jadual studi ANDAL, dan kerangka laporan (daftar isi laporan akhir). Di samping itu agar dikemukakan juga penjelasan rinci tentang metode dan peralatan yang akan dipakai dalam analisis komponen lingkungan. Laporan Pendahuluan diserahkan kepada Pemrakarsa paling lambat pada akhir bulan pertama, terhitung sejak tanggal konsultan menerima Surat Perintah Mulai Kerja dari Pemrakarsa. 5.5.2 Laporan Bulanan Laporan Bulanan berisi uraian singkat tentang kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan rencana kerja bulan berikutnya. 5.5.3 Konsep Laporan Akhir Konsep laporan akhir harus memuat seluruh hasil kajian sesuai dengan kerangka laporan yang telah disetujui oleh pemrakarsa, yang terdiri dari : - Ringkasan Eksekutif; - Laporan ANDAL; - Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL); - Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Laporan tersebut harus dilengkapi dengan data-data penunjang yang terkait. Laporan diserahkan sebanyak 40 set terdiri dari : - Dua puluh (20) eksemplar untuk pembahasan di Tim Teknis; - Dua puluh (20) eksemplar untuk pembahasan di Komisi Penilai ANDAL, setelah diperbaiki

sesuai dengan hasil pembahasan Tim Teknis.

Page 332: Info Lingkungan3

Lampiran E – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG JALAN

22

5.5.4 Laporan Akhir Laporan akhir sebanyak 12 (dua belas) set dan harus sudah mencakup koreksi, revisi dan perbaikan pada konsep laporan akhir, sesuai dengan masukan dari Komisi Pusat AMDAL. Laporan Akhir harus diserahkan kepada pemrakarsa paling lambat pada akhir bulan ke … … … … , terhitung sejak tanggal konsultan m enerim a S urat K eputusan P erintah M ulai K erja dari pemrakarsa.

E.8 Presentasi dan Perbaikan KA-ANDAL Kerangka Acuan ANDAL yang telah disusn oleh pemrakarsa harus disampaikan oleh pemrakarsa kepada instansi yang bertanggung jawab melalui komisi penilai AMDAL. Pemrakarsa akan menerima tanda bukti penerimaan dokumen KA-ANDAL dari komisi penilai. Kerangka Acuan ANDAL tersebut di atas akan dinilai oleh komisi penilai bersama dengan pemrakarsa untuk menyepakati ruang lingkup kajian ANDAL yang akan dilaksanakan. Untuk keperluan penilaian tersebut di atas, pemrakarsa (dengan bantuan konsultan) harus mempresentasikan KA-ANDAL yang telah disusunnya. Keputusan atas penilaian KA-ANDAL yang telah dipresentasikan oleh pemrakarsa wajib diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab kepada pemrakarsa dalam jangka waktu selambat-lambatnya 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya KA-ANDAL tersebut. Apabila instansi yang bertanggung jawab tidak menerbitkan keputusan dalam jangka waktu tersebut di atas (75 hari), maka instansi yang bertanggung jawab dianggap menyetujui KA-ANDAL yang dimaksud. Apabila hasil penilaian komisi penilai menyimpulkan bahwa KA-ANDAL yang disusun oleh pemrakarsa masih perlu perbaikan, maka pemrakarsa harus memperbaikinya sesuai dengan tanggapan / saran dari komisi penilai. E.9 Penolakan Kerangka Acuan ANDAL Instansi yang bertanggungjawab wajib menolak kerangka acuan ANDAL rencana kegiatan apabila rencana lokasi kegiatan tersebut terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan / atau tata ruang kawasan.

Page 333: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

1

Lampiran F Pedoman Teknis Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL Bidang Jalan

F.1 Langkah-langkah Pelaksanaan

Proses penyusunan ANDAL, RKL dan RPL dilaksanakan melalui urutan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut : a) Survai dan konsultasi masyarakat b) Penyusunan konsep ANDAL c) Penyusunan konsep RKL d) Penyusunan konsep RPL e) Presentasi dan perbaikan ANDAL, RKL/RPL F.2 Survai dan Konsultansi Masyarakat

F.2.1 Survai Rona Lingkungan Awal Proses utama dari pengumpulan data (komponen geofisik-kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat, serta sarana dan prasarana yang akan terkena dampak) adalah melakukan survai rona lingkungan awal dengan cara observasi, pengamatan dan wawancara. Metode pengumpulan data untuk masing-masing komponen/parameter lingkungan sebagaimana yang diuraikan pada dokumen KA-ANDAL.

F.2.2 Konsultasi Masyarakat

Konsultasi masyarakat disini sebenarnya merupakan dari kegiatan survai, karena berkaitan dengan proses pengumpulan data dan identifikasi cara penanganan dampak. Konsultasi dilakukan terhadap instansi pemerintah daerah yang terkait dan masyarakat. (a). Konsultasi dengan instansi terkait Konsultasi ini terutama dimaksudkan untuk menampung dan mengakomodir rencana tata ruang wilayah termasuk tata guna lahan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam identifikasi dan prakiraan dampak. Tata cara konsultasi masyarakat pada tahap ini dapat dilihat pada tata cara konsultasi masyarakat pada tahap studi kelayakan.

(b). Konsultasi dengan masyarakat

Konsultasi masyarakat terutama dengan penduduk terkena proyek (PTP), dimaksudkan untuk menampung masukan dalam kaitannya dengan dampak pengadaan lahan serta kriteria tentang pemilihan rute. Tata cara konsultasi masyarakat pada tahap ini dapat dilihat pada tata cara konsultasi masyarakat pada tahap studi kelayakan.

F.3 Penyusunan Konsep ANDAL

F.3.1. Dokumen ANDAL terdiri dari 9 bab sebagai berikut : Bab 1 : Pendahuluan; Bab 2 : Ruang Lingkup Studi; Bab 3 : Metode Studi;

Page 334: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

2

Bab 4 : Rencana Kegiatan; Bab 5 : Rona Lingkungan Awal; Bab 6 : Prakiraan Dampak Besar dan Penting; Bab 7 : Evaluasi Dampak Besar dan Penting; Bab 8 : Daftar Pustaka; Bab 9 : Lampiran.

F.3.2 Materi Pendahuluan

Materi Bab 1 (Pendahuluan) terdiri dari dua sub-bab yaitu Latar Belakang dan Tujuan Studi.

1. Latar Belakang

Uraikan secara singkat latar belakang dilaksanakannya studi ANDAL ditinjau dari: a) Tujuan dan kegunaan proyek; b) Peraturan perundang-undangan yang berlaku; c) Landasan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup; d) Kaitan rencana kegiatan dengan dampak besar dan penting (seperti pada KA-

ANDAL).

2. Tujuan studi

a) Tujuan dilaksanakannya studi ANDAL adalah: Mengidentifikasi rencana kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan

penting terhadap lingkungan hidup Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena

dampak besar dan penting Memprakirakan dan mengevaluasi rencana kegiatan yang menimbulkan dampak

besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Merumuskan RKL dan RPL

b) Kegunaan dilaksanakannya studi ANDAL adalah:

Bahan bagi perencana pembangunan wilayah; Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup

dari kegiatan; Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari kegiatan; Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan

lingkungan dari kegiatan; Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan.

F.3.3 Ruang Lingkup Studi

Materi Bab 2 (Ruang Lingkup) terdiri dari dua sub-bab yaitu dampak besar dan penting yang ditelaah, dan wilayah studi.

1. Dampak Besar dan Penting Yang Ditelaah

a) Uraian secara singkat mengenai rencana kegiatan penyebab dampak, terutama yang berkaitan langsung dengan dampak yang ditimbulkannya;

b) Uraian secara singkat rona lingkungan hidup yang terkena dampak, terutama yang langsung terkena dampak;

Page 335: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

3

c) Uraian secara singkat jenis-jenis kegiatan yang ada di sekitar rencana lokasi beserta dampak-dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan;

d) Aspek-aspek yang diteliti dari ketiga hal di atas, mengacu kepada hasil pelingkupan dalam dokumen KA-ANDAL

Penjelasan-penjelasan tersebut diatas dilengkapi dengan peta yang memadai.

2. Wilayah Studi Uraian secara singkat tentang lingkup wilayah studi mengacu pada penetapan wilayah studi yang digariskan dalam KA-ANDAL, dan hasil pengamatan lapangan. Batas wilayah studi ANDAL dimaksud digambarkan pada peta dengan skala yang memadai.

F.3.4. Metode Studi

Materi Bab 3 (Metode Studi) terdiri dari empat sub-bab yaitu metoda pengumpulan dan analisis data, metoda prakiraan dampak besar dan penting, dan metoda evaluasi dampak besar dan penting, serta metoda perumusan RKL dan RPL.

1. Metoda Pengumpulan dan Analisis Data

Uraian secara jelas tentang metoda pengumpulan data, metoda analisis atau alat yang digunakan, serta lokasi pengumpulan data berbagai komponen lingkungan hidup yang diteliti sebagaimana dimaksud pada 3.3.1 b) di atas. Lokasi pengumpulan data agar dicantumkan dalam peta dengan skala yang memadai.

2. Metoda Prakiraan Dampak Besar dan Penting

Uraian secara jelas tentang metoda yang digunakan untuk memprakirakan besar dampak kegiatan dan penentuan sifat dampak terhadap komponen lingkungan hidup yang dimaksud pada butir 3.3.1 b) di atas. Pergunakan metoda formal dan non formal dalam memprakirakan besaran dampak dan Keputusan Kepala Bapedal tentang Pedoman Penentuan Dampak Besar dan Penting untuk memprakirakan tingkat kepentingan dampak.

3. Metoda Evaluasi Dampak Besar dan Penting

Uraian secara singkat tentang metoda evaluasi yang lazim digunakan dalam studi untuk menelaah dampak besar dan penting kegiatan terhadap lingkungan hidup secara holistik (seperti matriks, bagan alir, overlay) yang menjadi dasar untuk menelaah kelayakan lingkungan hidup.

4. Metoda Perumusan RKL dan RPL Arahan perumusan dan penyusunan RKL dan RPL adalah mengacu kepada Lampiran III dan IV Keputusan Kepala Bapedal No. 09 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan RKL dan RPL, yakni : a) Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah

dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan atas alternatif, tata ruang mikro letak (adaptasi lokasi alinyemen), dan rancang bangun teknis,

b) Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul di saat kegiatan beroperasi, maupun hingga kegiatan berakhir,

c) Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positip sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada

Page 336: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

4

pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positip tersebut,

d) Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumberdaya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat kegiatan.

Pendekatan lingkungan hidup yang digunakan adalah secara pendekatan teknologi, ekonomi dan institusi.

F.3.5 Rencana Kegiatan

F.3.5.1 Identitas Pemrakarsa dan Penyusun ANDAL

Isi uraian mengenai identitas pemrakarsa dan penyusun ANDAL terdiri dari:

a) Pemrakarsa : Nama dan alamat lengkap instansi sebagai pemrakarsa kegiatan Nama dan alamat penanggung jawab pelaksanaan rencana kegiatan

b) Penyusun ANDAL : Nama dan alamat lengkap perusahaan disertai dengan kualifikasi dan rujukannya; Nama dan alamat lengakp penanggung jawab penyusun ANDAL

F.3.5.2 Tujuan Rencana Kegiatan Uraian pernyataan rencana maksud dan tujuan dari kegiatan secara sistematis dan terarah.

F.3.5.3 Komponen dan Dimensi Kegiatan

Uraian secara rinci mengenai rencana kegiatan proyek jalan, yaitu lokasi dan luas areal proyek, dan komponen kegiatan proyek.

1. Lokasi dan Luas Areal Proyek Uraian lokasi keberadaan proyek jalan yang menyebutkan desa, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Berdasarkan rencana panjang dan lebar daerah milik jalan, sebutkan perkiraan luas areal yang dibutuhkan oleh proyek.

2. Komponen Proyek

Komponen proyek pembangunan jalan terdiri dari jenis rencana kegiatan dan dimensi kegiatan utama. 2.1. Jenis rencana kegiatan Jenis-jenis kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak antara lain meliputi: a) Tahap Prakonstruksi

Jenis kegiatan pada tahap prakonstruksi yang dapat menimbulkan dampak adalah : kegiatan penentuan lokasi trase jalan kegiatan pengadaan lahan pemindahan penduduk

Page 337: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

5

b) Tahap Konstruksi Jenis kegiatan pada tahap konstruksi yang dapat menimbulkan dampak adalah : a. Persiapan Mobilisasi alat-alat berat Mobilisasi tenaga kerja Pembuatan base camp/pengoperasian base camp b. Pelaksanaan Pembersihan lahan di DAMIJA/pembuatan jalan masuk Penyiapan tanah dasar Pekerjaan galian dan timbunan Pekerjaan perkerasan Pengangkutan tanah dan material bangunan Pengelolaan quarry dan borrow area (yang dikelola proyek) Pemancangan tiang pancang Pekerjaan bangunan bawah/atas (jalan layang)

c) Tahap Pasca Konstruksi Kegiatan pengoperasian jalan Kegiatan pemeliharaan jalan

2.2. Dimensi Kegiatan Utama Uraian secara singkat dan jelas dimensi kegiatan utama proyek jalan dan dilengkapi dengan gambar. Rencana dimensi tersebut antara lain :

Lebar Damija Panjang jalan Lebar lajur Lebar bahu luar Lebar bahu dalam Lebar median (untuk dua jalur) Kemiringan melintang Kemiringan bahu Kecepatan rencana

F.3.5.4 Garis besar kegiatan Uraian secara ringkas tentang status dan jadwal kegiatan serta metode kerja kegiatan pada setiap tahapan kegiatan Status dan jadwal kegiatan Uraian secara jelas status proyek pada saat penyusunan studi ANDAL berlangsung, dan rencana jadwal kegiatan proyek (dalam bentuk barchart) Metode kerja Uraian metoda dan teknik atau langkah-langkah pelaksanaan proyek dari tahap pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi, Uraian besaran dari setiap langkah pelaksanaan kegiatan proyek yang berpotensi menimbukan dampak penting terhadap lingkungan hidup. Melengkapi penjelasan uraian metode kerja kerja tersebut dengan peta (misal lokasi

Page 338: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

6

basecamp, rute angkutan material, peta lokasi galian dan timbunan dll) dan matriks prakiraan besaran komponen kegiatan (misal jumlah tenaga kerja proyek, jenis peralatan yang digunakan, volume galian dan timbunan dll).

F.3.6 Rona Lingkungan Awal

Pada bab ini dijelaskan kondisi awal semua komponen lingkungan hidup di wilayah studi yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting atau mengalami perubahan mendasar, yaitu komponen geofisik-kimia, biologi, sosial, kesehatan masyarakat dan komponen sarana prasarana.

F.3.6.1 Komponen Geofisik- Kimia

Komponen geofisik-kimia yang terkena dampak dari kegiatan pembangunan jalan, antara lain meliputi : Kualitas udara dan kebisingan Topografi Stabilitas lereng, Erosi tanah, Settlement, Sedimentasi, Aliran air permukaan, Kualitas air permukaan, Aliran air tanah, Tata guna lahan, Estetika lingkungan

F.3.6.2 Komponen Biologi

Komponen biologi yang terkena dampak dari kegiatan pembangunan jalan, antara lain meliputi : Flora darat Fauna darat, Biota air.

F.3.6.3 Komponen Sosial dan Kesehatan Masyarakat

Komponen sosial yang terkena dampak dari kegiatan pembangunan jalan, antara lain meliputi : Kepadatan penduduk, Mata pencaharian penduduk Kesempatan kerja, Pendapatan penduduk, Pola penggunaan lahan, Perekonomian lokal, Aksesibilitas masyarakat Kekerabatan penduduk, Keberatan pemilik lahan, Keresahan masyarakat, Keamanan dan ketertiban masyarakat Warisan budaya, Prevalensi penyakit.

Page 339: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

7

F.3.6.4 Komponen Sarana Prasarana

Komponen sarana prasarana yang terkena dampak dari kegiatan pembangunan jalan, antara lain meliputi : Kondisi jalan, Kondisi utilitas, Kondisi lalu lintas.

F.3.7 Prakiraan Dampak Besar dan Penting

Pada bab ini hendaknya dimuat :

1) Prakiraan secara cermat dampak kegiatan pada saat prakonstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi terhadap komponen lingkungan hidup. Telaah ini dilakukan dengan cara menganalisis perbedaan antara kondisi tanpa proyek dan kondisi dengan proyek dengan menggunakan metoda prakiraan dampak,

2) Penentuan arti penting perubahan lingkungan hidup yang diperkirakan bagi masyarakat dan pemerintah di wilayah studi berdasarkan pedoman penentuan dampak besar dan penting,

3) Mekanisme aliran dampak, yaitu proses terjadinya dampak langsung maupun tidak langsung berdasarkan kategori sebagai berikut: a. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen sosial, b. Kegiatan menimbukan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen fisik

kimia kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan berturut-turut biologi dan sosial,

c. Kegiatan menimbukan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya membangkitkan dampak pada komponen sosial,

d. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat saling berantai diantara komponen sosial itu sendiri.

e. Kegiatan menimbulkan dampak-dampak penting tersebut di atas yang selanjutnya menimbulkan dampak balik pada rencana kegiatan.

4) Dalam melakukan analisis prakiraan dampak penting, agar digunakan metoda-metoda formal secara sistematis (lihat pada KA-ANDAL). Penggunaan metoda non formal hanya dilakukan bila dalam melakukan analisis tersebut tidak tersedia formula-formula matematis atau hanya dapat didekati dengan metoda non formal.

F.3.8 Evaluasi Dampak Besar dan Penting

Pada bab ini menguraikan mengenai hasil telaahan dampak besar dan penting dari kegiatan.

F.3.8.1 Telaahan terhadap dampak besar dan penting

a) Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar. Gunakan metoda evaluasi yang lazim dan sesuai dengan kaidah metoda evaluasi dampak penting dalam AMDAL sesuai keperluannya,

b) Perimbangan dampak positip dan negatip komponen kegiatan terhadap komponen lingkungan secara holistik,

Page 340: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

8

c) Dampak-dampak besar dan penting yang dihasilkan dari evaluasi sebagai dampak-dampak besar dan penting yang harus dikelola.

F.3.8.2 Telaahan sebagai dasar pengelolaan

a) Hubungan sebab akibat antara rencana kegiatan dan rona lingkungan dengan dampak positip dan negatip yang timbul,

b) Ciri-ciri dampak penting yaitu: Berlangsung terus, Terdapat hubungan timbal balik yang antagonistis atau sinergis Ambang batas akan mulai terlampui sejak kegiatan dimulai dan akan berlangsung

terus atau tidak. c) Kelompok masyarakat yang terkena dampak dampak negatip maupun dampak positip

dan kesenjangan antara yang diinginan terhadap yang mungkin timbul. d) Penyebaran atau luasan daerah yang terkena dampak penting yaitu apakah akan

dirasakan secara: Lokal Regional Nasional Internasional

e) Alternatif usulan penanganan dampak penting berdasarkan kemampuan mengatasi dampak negatip dan mengembangkan dampak positip serta pengaruhnya terhadap hasil evaluasi dampak penting.

f) Hasil analisis bencana atau resiko bila rencana kegiatan berada di daerah bencana dan atau daerah bencan alam.

F.3.9 Daftar Pustaka

Uraian rujukan data dan pernyataan-pernyataan penting yang harus ditunjang oleh kepustakaan ilmiah yang mutakhir serta disajikan dalam suatu daftar pustaka dengan penulisan yang baku.

F.3.10 Lampiran

Bahan-bahan yang dilampirkan: a) Surat ijin/rekomendasi yang telah diperoleh pemrakarsa sampai dengan saat ANDAL

akan disusun, b) Surat-surat tanda pengenal, keputusan, kualifikasi, rujukan bagi pelaksana serta

penyusun ANDAL, c) Foto-foto yang menggambarkan kondisi rona awal lingkungan hidup, d) Diagram, peta, grafik, serta tabel lain yang belum tercantum dalam dokumen, e) Bahan-bahan tersebut di atas tidak perlu lagi dilampirkan bila sudah dicantumkan dalam

KA-ANDAL.

F.4 Penyusunan Konsep RKL

F.4.1. Dokumen RKL terdiri dari 5 bab sebagai berikut : Pernyataan pelaksanaan, suatu pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan RKL dan

RPL yang ditanda tangani di atas kertas bermeterai.

Page 341: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

9

Bab 1 : Pendahuluan; Bab 2 : Pendekatan Pengelolaan Lingkungan; Bab 3 : Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup; Bab 4 : Daftar Pustaka; Bab 5 : Lampiran.

F.4.2 Materi Pendahuluan

Materi Bab 1 (Pendahuluan) terdiri dari: a) Pernyataan tentang maksud dan tujuan pelaksanaan RKL dan RPL secara umum dan

jelas. Pernyataan ini harus dikemukakan secara sistematis, singkat dan jelas. b) Pernyataan kebijakan lingkungan. Uraian tenatang komitmen pemrakarsa kegiatan

untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. c) Uraian tentang kegunaan dilaksanakannya RKL

F.4.3 Materi Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Materi Bab 2 (Pendekatan Pengelolaan Lingkungan) memuat uraian tentang: Pendekatan lingkungan hidup yang digunakan adalah secara pendekatan teknologi, ekonomi dan institusi.

(a). Pendekatan Teknologi

Pendekatan ini adalah cara-cara atau teknologi yang digunakan untuk mengelola dampak besar dan penting lingkungan hidup, seperti : a) Dalam rangka penanggulangan dampak banjir dan gangguan aksesibilitas, akan

ditempuh cara misal: Untuk mengantisipasi adanya banjir, kelonggaran atas kriteria desain saluran air

untuk daya tampung debit yang didasarkan pada curah hujan 50 hingga 100 tahunan di suatu lokasi tertentu,

Untuk mengantisipasi adanya hambatan aksesibilitas penyeberangan pada trase jalan tol, dibuat konstruksi jalan penyeberangan dengan kriteria sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan/perkembangan wilayah yang akan menyeberang jalan tol ini (peruntukan jalan kaki, roda empat /lebih)

b) Dalam rangka mencegah, mengurangi, atau memperbaiki kerusakan sumberdaya alam, akan ditempuh cara, misal: Membangun terasiring atau penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah

erosi, Mereklamasi lahan bekas buangan dengan pengaturan tanah buangan dan

penutupan tanah. Dalam rangka meningkatkan dampak positip berupa peningkatan nilai tambah dari

dampak positip yang telah ada, misalnya melalui peningkatan dan daya guna dari dampak positip tersebut.

Teknologi yang akan dipilih adalah teknologi yang telah dikuasai dan materialnya tersedia.

Biaya yang dibutuhkan sedapat mungkin bisa terjangkau, serta menghindari pembiayaan yang berkesinambungan.

Page 342: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

10

(b). Pendekatan Sosial Ekonomi

Pada pendekatan sosial ekonomi ini adalah langkah-langkah yang akan ditempuh dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial, misal :

Melibatkan masyarakat di sekitar rencana kegiatan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup,

Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat sesuai dengan keahlan dan ketrampilan yang dimiliki,

Kompensasi atau ganti rugi atas lahan milikmpenduduk untuk keperluan kegitan dengan prinsip saling menguntngkan kedua belah pihak,

Bantuan fasilitas umum kepada masyarakat sekitar kegiatan sesuai dengan kemampuan proyek,

Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna mencegah timbulnya kecemburuan sosial.

(c). Pendekatan Institusi

Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yanag akan ditempuh dalam rangak menanggulangi dampak besat dan pennting lingkungan hidup, misal :

Kerjasama dengan instansi-instansi terkait yang berkepentingan (Dinas Perhubungan, Dinas Pengairan, PLN (Persero), Dinas Kehutanan, Dinas Tata Kota dll) dalam pengelolaan lingkungan.

Pengawasan terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan lingkungan dari instansi yang berwenang.

Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan secara periodik kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

F.4.4 Materi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Materi Bab 3 (RKL) memuat uraian tentang: a) Sumber dampak, uraikan jenis kegiatan yang merupakan penyebab timbulnya dampak

besar dan penting, b) Tolok ukur, jelaskan tolok ukur yang digunakan untuk mengukur komponen lingkungan

hidup yang terkena dampak, c) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan, uraian spesifik tujuan dikelolanya dampak

besar dan penting, d) Pengelolaan lingkungan, jelaskan upaya pengellaan yang dapat dilakukan melalaui

pendekatan tenologi, sosial ekonomi ataupun institusi, e) Lokasi pengelolaan lingkungan, jelaskan rencana lokasi pengelolaan lingkungan dan

lengkapi dengan peta, f) Periode pengelolaan lingkungan, uraikan kapan dan berapa lama kegiatan

pengelolaan dilaksanakan, g) Pembiayaan, yang merupakan tugas dan tanggung jawab dari pemrakarsa, h) Institusi pengelolaan lingkungan hidup, cantumkan institusi atau kelembagaan yang

akan berurusan, berkepentingan, dan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page 343: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

11

F.4.5 Pustaka

Uraian sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan RKL.

F.4.6 Lampiran

Lampiran tentang :

a) Ringkasan dokumen RKL dalam bentuk tabel dengan urutan kolom sebagai berikut : jenis dampak, sumber dampak, tolok ukur, tujuan pengelolaan lingkungan, rencana pengelolaan, lokasi, periode dan institusi pengelolaan lingkungan

b) Data dan informasi penting yang merujuk dari hasil studi ANDAL seperti peta-peta rancangan teknis dll

F.5 Penyusunan Konsep RPL

F.5.1. Dokumen RPL terdiri dari 4 bab sebagai berikut : Bab 1 : Pendahuluan; Bab 2 : Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup; Bab 3 : Daftar Pustaka; Bab 4 : Lampiran.

F.5.2 Materi Pendahuluan

Materi Bab 1 (Pendahuluan) terdiri dari: a) Pernyataan tentang latar belakang perlunya dilaksanakan RPL, baik ditinjau dari

kepentingan pemrakarsa, pihak-pihak yang berkepentingan maupun untuk kepentingan umum dalam rangka menunjang program pembangunan,

b) Uraian secara sistematis, singkat, dan jelas tentang tujuan RPL yang akan diupayakan pemrakarsa sehubungan dengan pengelolaan rencana kegiatan,

c) Uraian tentang kegunaan dilaksanakannya pemantauan lingkungan hidup baik bagi pemrakarsa, pihak-pihak yang berkepentingan, maupun bagi masyarakat.

F.5.3 Materi Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Materi Bab 2 (RPL) memuat uraian tentang: a) Dampak besar dan penting yang dipantau,

Cantumkan secara singkat : Jenis komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipandang strategis untuk

dipantau, Indikator dari komponen dampak besar dan penting yang dipantau, suatu alat

pemantau yang dapat memberikan petunjuk tentang suatu kondisi. Contoh indikator muka air tanah, adalah penurunan sumur penduduk, dll.

b) Sumber dampak, Uraian secara singkat sumber penyebab timbulnya dampak besar dan penting: Apabila dampak yang timbul sebagai akibat langsung dariu kegiatan, maka

uraikan secara singkat jenis kegiatan yang merupakan penyebab timbulnya dampak,

Page 344: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

12

Apabila dampak yang timbul sebagai akibat berubahnya komponen lingkungan hidup lai, maka utarakan secara singkat komponen atau parameter lingkungan hidup yang merupakan penyebab timbulnya dampak.

c) Parameter lingkungan yang dipantau Uraian secara jelas tentang parameter lingkungan hidup yang dipantau. Parameter ini dapat meliputi aspek biologi, kimia, fisika dan aspek sosial ekonomi dan budaya.

d) Tujuan rencana pematauan lingkungan Uraian secara spesifik tujuan dipantaunya dampak besar dan penting,

e) Metode pemantauan lingkungan Uraian secara singkat dan jelas metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data berikut jenis peralatan, atau formulir isisan yang digunakan. Selain itu uraiak pula metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengukuran berikut peralatan dan rumus yang digunakan dalam proses analisis data. (lihat konsistensi dengan metode yang digunakan di saat penyusunan ANDAL).

f) Lokasi pemantauan lingkungan Mencantumkan lokasi pemantauan yang tepat disertai peta berskala yang memadai dan menunjukkan lokasi pemantauan yang dimaksud.

g) Jangka waktu dan frekuensi pemantauan Uraian tentang jangka waktu atau lama periode pemantauan berikut dengan frekuensinya per satuan waktu.

h) Institusi pemantauan lingkungan hidup Cantuman institusi atau kelembagaan yang akan berurusan, berkepentingan, dan berkaitan dengan kegiatan pemantauan lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Institusi pemantauan tersebut meliputi pelaksana, pengawas, dan institusi yang dilapori hasil kegiatan pemantauan.

F.5.4 Pustaka

Uraian sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan RPL.

F.5.5 Lampiran

Lampiran tentang : a) Ringkasan dokumen RPL dalam bentuk tabel dengan urutan kolom sebagai berikut :

dampak besar dan penting yang dipantau, sumber dampak, tujuan pemantauan lingkungan, rencana pemantauan (meliputi metoda pengumpulan data, lokasi, metoda analisis), dan institusi pemantauan lingkungan,

b) Data dan informasi penting untuk dilampirkan karena menunjang isi dokumen RPL.

F.6 Presentasi dan Perbaikan ANDAL dan RKL/RPL

F.6.1 Dokumen ANDAL dan RKL/RPL yang telah disusun harus disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab melalui komisi penilai AMDAL. Pemrakarsa akan menerima tanda bukti penerimaan dokumen ANDAL dan RKL/RPL dari komisi penilai.

Page 345: Info Lingkungan3

Lampiran F – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANDAL, RKL DAN RPL BIDANG JALAN

13

F.6.2 ANDAL dan RKL/RPL tersebut pada butir F.6.1 akan dinilai oleh komisi penilai bersama

dengan pemrakarsa untuk menyepakati kajian ANDAL dan RKL/RPL yang akan dilaksanakan.

F.6.3 Untuk keperluan penilaian tersebut di atas, pemrakarsa (dengan bantuan konsultan) harus mempresentasikan ANDAL dan RKL/RPL yang telah disusunnya.

F.6.4 Keputusan atas penilaian yang telah dipresentasikan oleh pemrakarsa wajib diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab kepada pemrakarsa dalam jangka waktu selambat-lambatnya 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya ANDAL dan RKL/RPL tersebut.

F.6.5 Apabila instansi yang bertanggung jawab tidak menerbitkan keputusan dalam jangka waktu tersebut pada butir F.6.4, maka instansi yang bertanggung jawab dianggap menerima ANDAL yang dimaksud.

F.6.6 Apabila hasil penilaian komisi penilai menyimpulkan bahwa ANDAL dan RKL/RPL yang disusun oleh pemrakarsa masih perlu perbaikan, maka pemrakarsa harus memperbaikinya sesuai dengan tanggapan/saran dari Komisi Penilai.

Page 346: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

1

Lampiran G

Pedoman Teknis Analisis Dampak Sosial Bidang Jalan G.1 Penjelasan Umum Pelaksanaan kegiatan analisis dampak sosial ini merupakan bagian dari Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan analisis dampak lingkungan (ANDAL) pada tahap kelayakan dari siklus pengembangan proyek Penanggung jawab utama kegiatan analisis dampak sosial adalah Unit Pelaksana Kegiatan (Proyek) Studi Kelayakan/AMDAL, dan dapat dibantu oleh Tim Penyusun dari luar (Konsultan atau Lembaga Perguruan Tinggi) dengan melibatkan Ahli Sosiologi, Ahli Sosial Ekonomi, Ahli Transportasi, Ahli Kesehatan Masyarakat dan Ahli Lingkungan. Langkah-langkah kegiatan analisis dampak sosial adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi dan penetapan parameter sosial. 2. Survai dan pengumpulan data 3. Analisa kondisi rona lingkungan sosial. 4. Perhitungan dan prakiraan besarnya perubahan setiap parameter sosial. 5. Evaluasi hasil dan perumusan mitigasi dampak.

G.2. Identifikasi dan Penetapan Parameter Sosial Identifikasi dan penetapan parameter sosial meliputi kajian data awal, penetapan batas wilayah studi, identifikasi komponen rencana kegiatan proyek jalan yang berpotensi menimbulkan dampak, identifikasi sub komponen sosial yang berpotensi terkena dampak, dan penilaian tingkat kepentingan parameter.

G.2.1 Kajian Data Awal

Penentuan sub komponen yang dianalisis harus didasarkan pada prakiraan perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan sosial yang disebabkan oleh adanya kegiatan pembangunan jalan. Prakiraan awal ini dapat dilakukan secara analogi ataupun penetapan tenaga ahli.

G.2.2 Penetapan Batas Wilayah Studi

(a). Penetapan Wilayah Studi Wilayah studi ditentukan sesuai keputusan Kepala Bapedal No. 299/11/1996, yaitu mempertimbangkan hubungan ekologis langsung (interaksi) antara daerah koridor proyek dengan daerah di sekitarnya, termasuk akses koridor, quarry ataupun fasilitas pendukung lainnya.

(b). Pembagian Segmen Wilayah Studi

Pembagian segmen dalam proses identifikasi ini mengikuti prosedur berikut:

Page 347: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

2

Wilayah studi diplotkan pada peta koridor dan diberikan batasan yang jelas, dapat berupa perbedaan warna maupun notasi garis.

Pada tahap awal, wilayah studi dibagi berdasarkan garis batas administrasi wilayah kelurahan/desa sebagai segmen.

Jika dianggap wilayah kelurahan/desa ini masih terlalu besar, maka wilayah ini dapat dibagi menjadi sub segmen-sub segmen yang lebih kecil (wilayah RW atau koloni permukiman).

Melakukan pengamatan terhadap lokasi, setiap segmen dan sub segmen. Melakukan wawancara tak terstruktur terhadap para pamong warga setempat

(RT/RW) untuk mendapatkan gambaran parameter sosial yang perlu dianalisis. Melakukan uji petik kepada masyarakat setempat untuk mendapatkan gambaran

yang lebih jelas. Jika ditemukan adanya homogenitas pada segmen yang berdekatan, dilakukan

penggabungan segmen/sub segmen. Jika ditemukan adanya parameter yang berbeda dan mendasar pada satu segmen, dilakukan pembagian segmen.

(c). Pengertian Batas Wilayah Studi :

Batas proyek adalah ruang dimana rencana kegiatan (proyek jalan) akan melakukan kegiatan pra-konstruksi, konstruksi dan operasi. Ruang kegiatan proyek ini merupakan sumber dampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Dalam proyek jalan, batas proyek dimaksud antara lain mencakup: DAMIJA/DAWASJA, lokasi basecamp, lokasi quarry, dan borrow area (yang dikelola proyek), rute pengangkutan material.

Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan proyek menurut media transportasi limbah (air dan udara) dan/atau menurut timbulnya kerusakan sumber daya atau, dimana proses-proses alami yang berlangsung didalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.

Batas sosial adalah ruang di sekitar proyek yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial) yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat proyek. Batas sosial dapat menyebar dibeberapa lokasi dan dapat lebih luas dari batas proyek atau ekologis.

Batas administratif adalah ruang dimana lembaga-lembaga masyarakat tertentu mempunyai kewenangan tertentu untuk mengatur/mengelola sumber daya alam dan lingkungan tertentu berdasarkan peraturan perundangan yang ada. Di dalam ruang tersebut masyarakat secara leluasa dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Misalnya batas administrasi pemerintahan daerah, batas kawasan industri, kawasan pelabuhan/bandar udara.

Batas wilayah studi adalah merupakan resultante dari batas proyek, batas ekologis, batas sosial, batas administratif, berdasarkan kendala teknis yang dihadapi (dana, waktu dan tenaga yang tersedia).

G.2.3 Identifikasi Komponen Rencana Kegiatan Proyek Jalan yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak.

Page 348: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

3

Proses identifikasi dilaksanakan dengan cara kajian deskriptif terhadap seluruh komponen rencana kegiatan pembangunan jalan berdasarkan tahapan kegiatan dan kerangka waktunya. Kajian ini dapat dilengkapi dengan peta identifikasi sebaran ruangnya. Hasil dari langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut: (a). Kegiatan proyek, mencakup:

Jenis rencana kegiatan (pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan yang ada)

Lokasi dan luas areal proyek (panjang jalan dan lebar DAMIJA) Komponen dan dimensi pekerjaan utama

(b).Tahapan Pelaksanaan Proyek, mencakup: Tahap pra konstruksi Tahap konstruksi Tahap pasca konstruksi

(c). Metode kerja, peralatan dan meterial yang digunakan (d). Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan pada setiap tahap pekerjaan (e). Lamanya kegiatan (jadwal)

Kegiatan proyek jalan yang berpotensi menimbulkan dampak sosial, antara lain sebagai berikut: (a). Tahap pra konstruksi, meliputi:

Penentuan lokasi trase jalan Pengadaan tanah Pemindahan penduduk

(b). Tahap konstruksi b.1. Persiapan konstruksi

Mobilisasi tenaga kerja Pembersihan lahan Pembuatan pengalihan jalan sementara Pengoperasian base camp

b.2. Pelaksanaan Konstruksi

Penyiapan tanah dasar Pekerjaan tanah (galian dan timbunan) Pekerjaan lapis perkerasan Pengelolaan quarry dan borrow area (yang dikelola proyek) Pembuatan bangunan pelengkap jalan Pengangkutan meterial proyek. Pemancangan tiang panjang Pekerjaan bangunan jembatan

(c). Tahap pasca konstruksi, meliputi :

Pengoperasian jalan Pemeliharaan jalan

Page 349: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

4

G.2.4 Identifikasi Sub Komponen Sosial yang Berpotensi Terkena Dampak

Sub komponen sosial yang akan dianalisis sebagaimana telah diuraikan pada G.2.1 Metode/alat yang digunakan untuk membantu identifikasi dapat berupa:

(a). Daftar Uji

Daftar uji (checklist) adalah pengidentifikasian dampak yang mungkin terjadi dari proyek yang dikerjakan terhadap komponen yang dimuat dalam suatu daftar dampak. Daftar uji dibuat berdasarkan penetapan ahli, tanpa pengumpulan data terlebih dahulu.

(b). Matriks Interaksi

Metode ini mengidentifikasikan interaksi antara penyebab dampak (komponen kegiatan) dengan komponen lingkungan. Identifikasi dengan matriks interaksi terbatas pada dampak langsung, bukan pada dampak turunan.

(c). Bagan Alir Dampak

Bagan alir adalah metoda identifikasi dampak yang menggunakan suatu pola aliran untuk melihat dampak turunan dari tahapan kegiatan pembangunan. Bagan alir pada pembangunan jalan dimulai dengan membagi tahapan kegiatan menjadi tiga, yaitu:

Tahapan pra konstruksi Tahapan konstruksi Tahapan pasca konstruksi

Dampak langsung yang muncul pada masing-masing tahapan kegiatan disebut perubahan tingkat pertama. Perubahan tingkat pertama diuraikan lagi untuk melihat perubahan lanjutan yang ditimbulkannya, perubahan ini disebut juga sebagai perubahan tingkat kedua. Demikian seterusnya hingga ditemukan perubahan tingkat ketiga.

G.2.5 Penilaian Tingkat Kepentingan Parameter

Penilaian tingkat kepentingan parameter, dapat dilakukan dengan cara pembobotan. Dasar dari pembobotan terhadap kepentingan parameter sosial adalah tingkat kepentingan dan besarnya perhatian masyarakat terhadap permasalahan yang dihadapi. Skala bobot kepentingan dimaksud, selanjutnya menjadi dasar dalam pembuatan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban. Pelaksanaan penilaian/pembobotan, dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yakni: (a). Pembobotan oleh Ahli (b). Pembobotan dengan Studi Kepentingan

Bobot kepentingan parameter sosial (BPPS) didapat dari perhitungan nilai jawaban pertanyaan pada kuesioner. Penilaian untuk setiap jawaban dilakukan menggunakan skala bobot kepentingan. Melalui prinsip penghitungan yang sama, dilakukan penghitungan bobot kepentingan parameter sosial untuk lokasi observasi.

Page 350: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

5

G.3 Survai dan Pengumpulan Data

G.3.1 Kerangka Proses

Proses utama dari pengumpulan data ini adalah melakukan observasi dan wawancara. Proses ini perlu dipersiapkan secara khusus, karena umumnya dilakukan suatu wawancara terstruktur yang melibatkan banyak sampel dan wilayah kerja yang luas. Pemilihan sampel representatif, teknik penelusuran sampel, dan teknik penyusunan kuesioner perlu mendapatkan perhatian. Untuk mendapatkan data yang akurat tentang koridor proyek dan kemungkinan wilayah yang secara langsung terkena proyek, perlu dilakukan penelusuran tapak.

G.3.2 Pembagian Wilayah Studi

Untuk dapat melakukan sampling dengan baik, maka koridor ruas jalan yang panjang perlu dibagi dalam beberapa zona lokasi survai. Cara pembagian wilayah studi menjadi lokasi survai didasarkan pada klasifikasi perkotaan-perdesaan, batas wilayah administratif, dan keragaman tata guna lahan. Pembagian sub lokasi ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat homogenitas wilayah yang paling baik. Pengelompokan lokasi survai dapat dilakukan apabila diyakini bahwa lokasi tersebut tipikal dengan lokasi-lokasi yang diwakilinya. Dengan cara tersebut, analisis dan mitigasi akan dapat dilakukan dengan lebih sederhana dan mewakili kondisi/kebutuhan populasi yang ditinjau. Apabila dipilih cara ini, maka kelompok populasi yang dianggap homogen sekurang-kurangnya diwakili oleh 2 lokasi sampel, dengan maksud apabila diperlukan uji perlakuan, salah satu di antara 2 daerah sampel tersebut dapat dijadikan kontrol.

G.3.3 Kriteria Pemilihan Sampel

Setelah sub lokasi sampling dapat diidentifikasi, jumlah sampel ditentukan. Dalam penelitian sosial ukuran sampel representatif umumnya tidak ditentukan. Untuk dapat meyakini representatif tidaknya ukuran sampel, karakteristik populasi harus diakui dan diyakini bahwa setiap kelompok sampel memang cukup homogen dengan populasinya. Sampel yang diwawancarai sekurang-kurangnya berusia cukup untuk dapat memahami pertanyaan, sebagai kepala keluarga atau sebagai ibu rumah tangga.

G.3.4 Prosedur Pelaksanaan Survai

(a). Prosedur Administrasi

Tim akan dibekali surat pengantar oleh pemrakarsa untuk mengurus perijinan ke instansi-instansi yang berkepentingan. Untuk itu, tim studi perlu mempersiapkan rencana survai yang disetujui pemrakarsa.

(b). Pekerjaan Pendahuluan

Responden wajib mengetahui gambaran rencana proyek yang akan dilaksanakan di lokasi tersebut. Karenanya, apabila pemrakarsa proyek belum pernah memberikan penyuluhan dan temu muka dengan masyarakat di lokasi tersebut, tim berkewajiban untuk memberikan gambaran proyek kepada responden.

Page 351: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

6

(c). Pengumpulan Data Sekunder

Data Sekunder menyangkut lokasi survai dapat diambil dari beberapa sumber, antara lain:

Monografi Desa Data Desa di Kecamatan Badan Pusat Statistik Kab/Kota Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kab/kota Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Kab/kota Dinas Kesehatan Kab/kota Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab/kota Dinas-dinas lain yang berkaitan dengan permasalahan yang teridentifikasi

(d). Inventarisasi Tapak

Unit observasi dalam inventarisasi tapak pada kajian aspek sosial proyek jalan adalah suatu wilayah memanjang. Penelusuran untuk listing yang disarankan adalah dengan membagi wilayah secara memanjang dengan kisaran interval 25 s.d. 50 meter. Sel/blok yang terbentuk akan terbagi pada kiri dan kanan (rencana) jalan. Kemudian setiap sel disisir secara merata dengan patokan koridor proyek.

(e). Wawancara Tidak Terstruktur

Unit observasi biasanya dipilih berdasarkan strata, seperti kondisi permukiman permanen, semi-permanen, dan non permanen. Kriteria strata lain yang biasa digunakan adalah usia responden, atau pun jenis pekerjaan. Pencatatan dan risalah adalah laporan yang diharapkan dari hasil wawancara tak terstruktur ini. Muatannya berupa data hasil wawancara, analisis dan kesimpulan yang mengandung parameter dan asumsinya.

(f). Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur dilakukan dengan bantuan kuesioner. Berkaitan dengan pelaksanaan metode prediksi/evaluasi dampak lingkungan sosial ini, metode ini dilakukan untuk mendapatkan bobot kepentingan parameter sosial (BPPS). Wawancara semacam ini dimaksudkan untuk memudahkan responden menangkap maksud pertanyaan kuesioner, sehingga tidak terjadi kesalahan jawaban.

(g). Pelaksanaan Uji Tingkat Kepuasan

Evaluasi terhadap nilai Daya Dukung Lingkungan Sosial (DDLS) eksisting dilakukan dengan melakukan survai terhadap tingkat kepuasan masyarakat pada kondisi eksisting. Hasil uji ini dipergunakan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya kesalahan pada data atau pun proses perhitungan DDLS. Uji tingkat kepuasan dilakukan dengan mengajukan daftar isian kepada responden. Daftar isian memuat parameter yang dinilai dari setiap sub komponen, dan responden dihadapkan pada pilihan opini.

Page 352: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

7

G.3.5 Kritreria Data Sekunder dan Perangkat Survai

(a). Kriteria Data Sekunder

Data sekunder yang dipergunakan dalam Kajian Aspek Sosial disyaratkan untuk memenuhi beberapa ketentuan berikut :

Dikeluarkan oleh instansi pemerintah atau lembaga swasta secara resmi (sah) Memuat keterangan waktu up date terakhir Metoda pengumpulan datanya dapat ditelusuri.

(b). Kriteria Kuesioner BPPS

Syarat umum kuesioner sosial adalah bahwa pertanyaan jelas, tidak rancu dan menyediakan jawaban yang dapat dipilih dengan mudah (mewakili aspirasi responden), serta tidak menggiring responden untuk memilih jawaban tertentu. Kunci pokok penyusunan kuesioner dampak sosial ini adalah jenis pertanyaan yang diajukan untuk menilai persepsi masyarakat terhadap proyek. Kuesioner tersebut memuat data pokok, berupa identitas responden, persepsi tingkat kepentingan parameter, dan persepsi terhadap kondisi eksisting.

(c). Kriteria Daftar Isian Uji Tingkat Kepuasan

Daftar isian untuk uji tingkat kepuasan responden terhadap kondisi eksisting dapat diisikan secara langsung oleh pewawancara, atau diserahkan kepada responden untuk mengisi sendiri. Pada prinsipnya, responden diminta untuk menilai kondisi eksisting, karena itu daftar isian ini harus secara jelas memberikan tolok ukur penilaian, serta harus secara mudah dapat dicerna oleh masyarakat awam.

G.4 Analisis Rona Lingkungan dan Prediksi Dampak

G.4.1 Proses Analisis

Metode prediksi dan evaluasi dampak sosial ini secara konsep dikembangkan berdasarkan Metode Battele yang diintegrasikan dengan konsep Rekayasa Nilai untuk menghitung kinerja lingkungan yang ditampilkan sebagai Bobot Kepentingan Parameter Sosial (BPPS) dan Nilai Rona Awal (NRA) Lingkungan. Selanjutnya, kedua nilai tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan nilai Daya Dukung Lingkungan Sosial (DDLS). Sedangkan dampak yang diindikasikan oleh nilai Besaran Dampak (BD) adalah faktor pereduksi Daya Dukung Lingkungan. Penetapan DDLS sebagai indikator prediksi merupakan bagian inti dari konsep pengembangan metoda prediksi dan evaluasi sosial. Daya Dukung dalam hal ini adalah nilai akhir dalam perhitungan kinerja lingkungan setelah memperhitungkan berbagai faktor, seperti identifikasi kebutuhan (BPPS) dan Standar (NRA). Studi kepentingan menjadi mutlak diperlukan, untuk mengidentifikasi BPPS suatu wilayah survei untuk mendapatkan nilai daya dukung lingkungan, akan diperlukan Bobot Kepentingan Parameter Sosial (BPPS) dan Nilai Rona Awal (NRA) lingkungan. Sasaran akhir dari metoda ini adalah mendapatkan Prioritas Penanganan Dampak yang dituangkan dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) atau Rencana Pengelolaan

Page 353: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

8

Lingkungan (RKL). Prioritas penanganan sendiri ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain :

Termasuk kategori dampak penting Memiliki simpul (interseksi) terbanyak dengan sub komponen lain Berdasarkan perhitungan daya dukung termasuk dalam prioritas (mengalami

penurunan daya dukung terbesar) G.4.2 Komponen Analisis

(a). Bobot Kepentingan Parameter Sosial (BPPS)

Nilai BPPS dihasilkan dari proses pembobotan parameter. Angka yang memberikan indikasi besarnya kepentingan populasi terhadap sub komponen lingkungan yang akan dipengaruhi oleh proyek. Perbedaan angka BPPS menunjukkan perbedaan tingkat kepentingan secara relatif, dan dapat dipertimbangkan dalam rangking tingkat kepentingan masyarakat di lokasi tersebut. BPPS dalam metoda prediksi ini merupakan komponen penting yang akan mempengaruhi besaran daya dukung lingkungan karena merupakan pembagi komponen rona lingkungan.

(b). Nilai Rona Lingkungan (NR)

Rona ditampilkan dalam bentuk NILAI RONA yang terdiri atas Nilai Rona Awal (NRA) dan Nilai Rona Prediksi (NRP). Nilai rona sendiri ditentukan berdasarkan hasil perbandingan kondisi lapangan dengan standar-standar yang berlaku, baik berupa baku mutu, peraturan daerah ataupun standar-standar internasional. Nilai Rona Awal merupakan rasio kondisi nyata sub komponen lingkungan dengan kondisi yang diperhitungkan/dipersyaratkan sebagai standar pada sub komponen yang sama. Kondisi standar yang dimaksudkan dalam hal ini mengacu kepada ketetapan pemerintah, baik berupa target ataupun standar (misalnya standar penyediaan sarana dasar pekerjaan umum).

(c). Daya Dukung Lingkungan Sosial (DDLS)

Nilai Daya Dukung Lingkungan adalah koreksi NR (Nilai Rona) oleh BPPS (Bobot Kepentingan Parameter Sosial). Nilai ini akan menunjukkan besarnya daya dukung lingkungan terhadap kehidupan sosial masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap parameterparameter yang diukur. Untuk kepentingan analisis ini, Daya Dukung Lingkungan dibagi atas beberapa bagian, antara lain :

1. Daya Dukung Lingkungan Sosial Awal (DDLSaw) Didasarkan atas kondisi/rona pada saat proyek belum dilaksanakan sama sekali. Kondisi ini adalah kondisi acuan yang dipergunakan dengan anggapan tidak dilakukan sesuatu terhadap wilayah tersebut (tidak dibangun proyek).

2. Daya Dukung Lingkungan Sosial Pra Konstruksi (DDLSpk) Daya Dukung Lingkungan pada saat pekerjaan pra konstruksi dilakukan di daerah tersebut seperti pengukuran, mobilisasi dan pembebasan lahan.

3. Daya Dukung Lingkungan Sosial Konstruksi (DDLSk) Perhitungan Daya Dukung ketika masa konstruksi sedang berlangsung, dihitung berdasarkan kemungkinan terjadinya pada saat konstruksi.

Page 354: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

9

4. Daya Dukung Lingkungan Sosial Pasca Konstruksi (DDLSpk) Perhitungan dan perkiraan Daya Dukung Lingkungan setelah berakhirnya masa konstruksi atau proyek dioperasikan. DDL dihitung dengan membagi nilai rona dengan bobot kepentingan parameter sosial (DDLS = NR/BPPS). Perumusan merupakan konsep rekayasa nilai yang didasarkan atas pertimbangan bahwa kinerja lingkungan harus memenuhi kebutuhan manusia yang akan menggunakannya. Jadi, dalam konsep ini lingkungan diasosiasikan sebagai produk yang sebaiknya dapat mendukung kebutuhan hidup manusia.

(d). Selisih Daya Dukung Lingkungan (SDDL)

Konsep prediksi pada metoda ini adalah melakukan perbandingan antara daya dukung lingkungan sosial (DDLS) pada saat awal dengan keadaan pada saat pra konstruksi, konstruksi, dan setelah proyek dioperasikan (pasca konstruksi). Nilai negatif akan muncul pada Selisih Daya Dukung (SDD) apabila terjadi perubahan pada lingkungan yang bersifat sebagai dampak, dan akan muncul nilai positif apabila muncul sebagai manfaat. Jadi : SDD = DDLSprediksi – DDLSaw (e). Rasio Perubahan Daya Dukung Lingkungan (RDDL) Besaran dampak yang muncul pada tiap parameter ditafsirkan dari nilai hasil bagi SDD/DDLSaw. Nilai ini adalah nilai relatif penurunan Daya Dukung Lingkungan (RDDL) yang bersangkutan dengan parameter yang ditinjau. Pada komponen lain, nilai relatif ini disebut sebagai intensitas dampak, yang menunjukkan besarnya perubahan yang terjadi dikaitkan dengan satuan ukuran yang dipergunakan. RDDL = SDD/DDLSaw

G.5 Evaluasi dan Mitigasi Dampak

G.5.1 Pengujian Daya Dukung Lingkungan Eksisting

Evaluasi ini dimaksudkan untuk pengujian terhadap hasil perhitungan daya dukung lingkungan eksisting (DDLSaw). Pengujian dilakukan melalui uji tingkat kepuasan dengan dengan mengajukan daftar isian/wawancara kepada responden. Interpretasi terhadap data primer dilakukan dengan memberikan nilai (skor) pada jawaban setiap responden. Interpretasi terhadap hasil rata-rata tingkat kepuasan diukur berdasarkan nilai rata-rata maksimum dan minimum. Karena itu, interprertasi terhadap hasil perata-rataan akan dilakukan berdasarkan skala ukur.

G.5.2 Evaluasi Dampak

Dalam proses evaluasi ini, terdapat 2 (dua) terminologi kunci, yakni besaran dampak dan derajat kepentingan dampak. Pada komponen sosial, intensitas dampak sulit diukur secara langsung. Pada proses analisis, hasil prakiraan besaran dampak terhadap sub-komponen terformulasikan dalam wujud rasio penurunan daya dukung (RDDL). RDDL adalah merupakan produk dari proses perhitungan sederhana. RDDL ini layak dipergunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan evaluasi besaran dampak sebagai pengganti intensitas dampak.

Page 355: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

10

Besaran dampak adalah pernyataan kualitatif dari intensitas dampak untuk memudahkan identifikasi dampak penting. Besaran ini hanya memberikan penegasan bagi besar tidaknya dampak terhadap suatu populasi pada sub-komponen yang ditinjau. Berdasarkan evaluasi terhadap rasio penurunan daya dukung ini, maka besaran dampak dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori, yakni :

Dampak dikatakan kecil, apabila perubahan yang terjadi tidak berpengaruh terhadap daya dukung lingkungan (daya dukung lingkungan prediksi =)

Dampak tergolong sedang, apabila perubahan (RDDL) yang terjadi dapat ditolerir oleh lingkungan dan dengan segera dapat diantisipasi oleh lingkungan itu sendiri.

Dampak dikatakan besar, apabila lingkungan tidak dapat memberi toleransi terhadap perubahan (RDDL) dan diperlukan suatu upaya (usaha) perbaikan terhadapnya.

Selanjutnya untuk menilai (evaluasi) tingkat pentingnya dampak, digunakan Keputusan Ketua Bappedal No. Kep-056/1994, yakni :

Jumlah manusia yang terkena dampak Luas sebaran dampak Lamanya dampak berlangsung Intensitas / besaran dampak Banyaknya komponen lingkungan terkena dampak Sifat kumulatif dampak Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Kriteria evaluasi dampak penting sebagai penjabaran lebih lanjut dari kriteria dasar tersebut di atas dengan ketentuan bahwa apabila salah satu kriteria dimaksud terpenuhi, maka suatu dampak tergolong kategori penting. Selanjutnya, apabila terdapat lebih dari suatu kriteria yang terpenuhi, maka hal tersebut menunjukkan tingkat (skala) prioritas penanganan dampak.

G.5.3 Penanganan Dampak (Mitigasi)

Mitigasi dampak dalam AMDAL dimaksudkan untuk minimasi dampak yang terjadi pada komponen lingkungan yang terkena dampak kegiatan, baik pada saat pra-konstruksi, masa konstruksi, maupun pasca konstruksi. Secara konsep, mitigasi dilakukan dengan prioritas sebagai berikut : (a). Mitigasi untuk mencegah dampak Prioritas ini adalah utama, artinya sedapat mungkin semua dampak yang diperkirakan dapat dicegah generasinya sehingga tidak dibutuhkan biaya perbaikan (recovery) (b). Mitigasi untuk meminimasi dampak Dampak kadangkala tak dapat dihindarkan. Namun dengan penanganan terhadap kasus yang terjadi dan penyelesaian secara sistematis dampak yang lebih besar dapat dihindarkan. (c). Mitigasi untuk perbaikan dampak Perbaikan pada umumnya dapat dilakukan oleh lingkungan sebagai bagian dari daya tahan lingkungan terhadap gangguan. Demikian pula dengan populasi. Namun seringkali terjadi pergeseran kesetimbangan, sehingga kadangkala diperlukan upaya pemaksaan

Page 356: Info Lingkungan3

Lampiran G – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK SOSIAL BIDANG JALAN

11

untuk mengembalikan kondisi lingkungan kembali seperti semula. (d). Kompensasi Kompensasi dilakukan apabila tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan terhadap komponen lingkungan pada lokasi kegiatan untuk mengembalikan daya dukung lingkungan kembali seperti semula. Kompensasi umumnya dikaitkan dengan penggantian kerugian yang timbul baik dengan uang ataupun dengan fasilitas yang tujuannya memaksa agar daya dukung lingkungan dapat diperbaiki. Mitigasi dilaksanakan secara teknologi, sistem atau pun penggabungan dari keduanya. Untuk memilih prioritas mitigasi, sangat perlu untuk meneliti secara akurat derajat kepentingan dampak intensitas dampak, dan menguraikan kembali dampak penting yang timbul pada suatu bagan alir dampak untuk mendapatkan simpul-simpul dampak sekunder atau pun tersier. Dengan demikian, mitigasi akan diprioritaskan pada dampak yang menuju pada dampak sekunder atau tersier yang sama.

Page 357: Info Lingkungan3

CONTOH MATRIKS UPAYA PENANGANAN DAMPAK SOSIAL DARI KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN

TAHAP KEGIATAN YANG

BERPOTENSI MENIMBULKAN DAMPAK

KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK

PRAKIRAAN DAMPAK ALTERNATIF PENANGANAN DAMPAK

PENGELOLAAN PEMANTAUAN

PRAKONSTRUKSI Penentuan lokasi trase jalan

Sosial ekonomi Keresahan masyarakat

Konsultasi masyarakat, terutama PTP Sikap/persepsi masyarakat (PTP)

Pengadaan tanah sosekbud Hilangnya mata pencaharian Keresahan masyarakat (PTP) Terganggunya fasilitas sosekbud Gangguan Kantibmas

Konsultasi masyarakat, terutama PTP Pemberian ganti rugi yang memadai Rehabilitasi fasilitas sosekbud Memberikan kesempatan kerja pada

tahap konstruksi proyek

Mata pencaharian PTP Sikap PTP terhadap nilai ganti rugi Realisasi dan fungsi fasilitas

sosekbud Tingkat pendapatan PTP

Pemindahan penduduk Sosekbud Keresahan masyarakat (PTP) yang akan dipindahkan

Keresahan masyarakat terhadap lokasi pemindahan

Perubahan/kehilangan mata pencaharian

Terganggunya pranata sosial Gangguan Kamtibmas

Konsultasi masyarakat, terutama terhadap PTP yang akan terpindahkan

Pemilihan lokasi pemindahan yang sesuai

Memberikan fasilitas sosekbud dan kemudahan di lokasi baru.

Pembinaan/rehabilitasi sosial ekonomi PTP yang terpindahkan

Sikap / persepsi masyarakat (PTP) akan yang terpindahkan

Kesulitan dan hambatan di lokasi baru

Mata pencaharian dan pendapatan PTP di lokasi baru

Pemenuhan kebutuhan fasilitas prasarana sosial budaya

KONSTRUKSI

A.Persiapan Konstruksi

Mobilisasi tenaga kerja Sosekbud Keresahan/kecemburuan sosial Pemberian kesempatan kerja di proyek bagi tenaga kerja lokal

Sikap/ persepsi masyarakat

Keterlibatan tenaga lokal pada proyek

Pengoperasian basecamp

Lingkungan pemukiman penduduk

Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan

Pengaturan pelaksanaan pekerjaan Pembatasan jam kerja

Keluhan masyarakat thd kualitas udara dan kebisingan

Sumber daya air dan kesehatan lingkungan

Penurunan kualitas air dan kualitas sanitasi lingkungan

Menampung limbah oli/minyak dan MCK bergerak

Keluhan masyarakat thd Kualitas air dan limbah padat

Sosial budaya Kecemburuan sosial Pemilihan lokasi yang agak jauh dari pemukiman

Penyuluhan terhadap pendatang

Sikap penduduk setempat

Pembersihan lahan serta pembuatan jalan masuk

Lingkungan fisikkimia Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan

Rusak/terganggunya utilitas umum

Pengaturan pelaksanaan pekerjaan Penyiraman secara berkala Pemindahan utilitas umum atau

perbaikan utilitas umum

Keluhan masyarakat thd kualitas udara dan kebisingan

Sikap/persepsi masyarakat thd fungsi utilitas umum

Page 358: Info Lingkungan3

TAHAP KEGIATAN YANG

BERPOTENSI MENIMBULKAN DAMPAK

KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK

PRAKIRAAN DAMPAK ALTERNATIF PENANGANAN DAMPAK

PENGELOLAAN PEMANTAUAN

B.Pelaksanaan Konstruksi

Pekerjaan tanah (galian dan timbunan)

Lingkungan fisikkimia Meningkatnya pencemaran debu dan kebisingan

Terganggunya aliran air permukaan

Pengaturan pelaksanaan pekerjaan

Penyiraman secara berkala

Pengaturan pelaksanaan dan pembangunan sistem drainase/gorong-gorong yang memadai

Keluhan masyarakat thd kualitas udara dan kebisingan

Keluhan masyarakat thd. genangan air yang timbul

terganggunya stabilitas lereng galian

pemotongan tebing sesuai kemiringan rencana

perkuatan lereng galian

Keluhan masyarakat thd. longsoran yang timbul

rusak/terganggunya utilitas

umum penyiraman secara berkala pemindahan utilitas umum

Sikap masyarakat thd fungsi fasilitas umum

sosial ekonomi kemacetan lalu lintas pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas

Sikap masyarakat thd kondisi lalu lintas

sumber daya air terganggunya/terpotongnya air tanah

penurunan muka air tanah (sumur penduduk)

rekayasa menghindari terpotongnya aliran air tanah

pembuatan bak-bak penampung yang dapat dimanfaatkan penduduk di outlet

ketersediaan air tanah bagi penduduk di outlet

Pekerjaan lapis perkerasan

Lingkungan fisik - kimia

Meningkatnya pencemaran udara (debu) dan kebisingan

Penyimaran permukaan jalan secara berkala

Pengaturan kecepatan kendaraan

Keluhan masyarakat thd debu dan kebisingan

Sosial ekonomi Timbulnya kemacetan lalu lintas Pengaturan lalu lintas dan pemasangan ramburambu lalu lintas

Keluhan masyarakat thd kondisi lalu lintas

- Pengangkutan tanah dan material bangunan

Lingkungan fisik kimia dan sarana/ prasarana

Meningkatnya pencemaran udara (debu) kebisingan

Kerusakan jalan umum

Pengaturan pelaksanaan pekerjaan Penyiraman secara berkala Memperbaiki prasarana jalan yang

rusak

Keluhan masyarakat thd kondisi kualitas udara dan kebisingan

Sikap masyarakat thd kondisi prasarana jalan umum

Pengelolaan quarry dan borrow area (yang dikelola proyek)

Lingkungan pemukiman/peru mahan/bangunan umum

meningkatnya pencemaran udara (debu), kebisingan

pengaturan pelaksanaan pekerjaan penyiraman secara berkala

Keluhan masyarakat thd kondisi kualitas udara dan kebisingan

Page 359: Info Lingkungan3

TAHAP KEGIATAN YANG

BERPOTENSI MENIMBULKAN DAMPAK

KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK

PRAKIRAAN DAMPAK ALTERNATIF PENANGANAN DAMPAK

PENGELOLAAN PEMANTAUAN

sumber daya lahan

erosi lahan/longsoran serta perubahan fungsi lahan

pelaksanan secara bertahap dengan memperhatikan kemiringan tebing

reklamasi lahan bekas galian

Keamanan masyarakat dari pengaruh kestabilan tanah/tingkat erosi

Kerugian masyarakat dari perubahan pemanfaatan lahan

lingkungan dan bangunan umum

kerusakan jalan umum pengaturan lokasi dan volume pengambilan yang tepat

Keamanan masyarakat dari pengaruh tingkat erosi dan stabilitas bangunan di sungai

Pemancangan tiang pancang

Lingkungan fisikkimia Timbulnya kebisingan dan getaran

Pengaturan waktu pelaksanaan Penggunaan jenis tiang pancang yang

sesuai

Keluhan masyarakat thd kebisingan dan kerusakan bangunan milik

Pekerjaan bangunan bawah/atas (jalan layang)

Lingkungan sarana/prasarana

Timbulnya kemacaetan lalu lintas Pengaturan lalu lintas dan pemasangan ramburambu lalu lintas

Kelancaran lalu lintas

PASCA KONSTRUKSI

Pengoperasian jalan Fisik – kimia Meningkatnya pencemaran udara (debu) dan kebisingan

Pembuatan noise barrier atau penanaman pohon, tertama yang berdekatan dengan lokasi pemukiman, rumah sakit, sekolah, tempat ibadah

Keluhan masyarakat thd kondisi kualitas udara dan kebisinganT

sosial-ekonomi meningkatnya kecelakaan lalu lintas

pemasangan rambu-rambu lalu lintas pemasangan pagar pengaman pembuatan jembatan penyeberangan

intensitas kecelakaan

lingkungan dan sosekbud

timbulnya permukiman kumuh baru (di bawah jalan layang)

menata tata ruang (lansekap) damija

fungsi lansekap damija

kondisi sosekbud terganggunya mobilitas / kekerabatan penduduk pada lokasi yang berseberangan (khususnya jalan tol)

pembuatan jembatan/terowongan pada tempat dan fungsi yang sesuai dengan peruntukkannya (termasuk di masa mendatang)

keluhan masyarakat thd kondisi aksesibilitas

pemeliharaan jalan sosial ekonomi meningkatnya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas

pengaturan lalu lintas pengaturan pelaksana pekerjaan

Keluhan masyarakat thd kondisi arus lalu lintas dan intensitas kecelakaan

Page 360: Info Lingkungan3
Page 361: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 1

Lampiran H (Informatif)

Pedoman Teknis Penilaian Dokumen AMDAL Bidang Jalan

H.1 Dokumen AMDAL Dokumen AMDAL terdiri dari: a) Kerangka Acuan (KA) ANDAL; b) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL); c) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL); dan d) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). H.2 Penilaian Kerangka Acuan (KA) ANDAL H.2.1 Penilaian kelengkapan administrasi Kelengkapan administasi yang harus dipenuhi, antara lain: a) dokumen perizinan yang diperlukan sesuai dengan rencana kegiatan; b) Surat keputusan atau dokumen lain yang dipersyaratkan untuk izin lokasi sesuai dengan

peruntukannya; c) dokumen pengumuman rencana kegiatan proyek; d) rangkuman hasil konsultasi mayarakat; e) peta-peta terkait antara lain: peta tata ruang, peta lokasi proyek, peta tata guna lahan, peta

batas wilayah studi, peta geologi, peta topografi, dsb. f) daftar keahlian / riwayat hidup (curriculum vitae) para penyusun AMDAL beserta foto copy

sertifikat kursus AMDAL yang pernah diikuti. H.2.2 Penilaian Isi Dokumen H.2.2.1 Pendahuluan Aspek-aspek yang harus dinilai pada bab pendahuluan adalah kelengkapan dan kejelasan tentang: a) Uraian tentang tujuan dan kegunaan rencana pembangunan jalan yang memberikan

gambaran manfaat terhadap pembangunan lokal, regional maupun nasional; b) Peraturan perundangan tentang pengelolaan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

kegiatan pembangunan jalan, beserta alasan penggunaannya sebagai acuan dalam penyusunan ANDAL.

Page 362: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 2

H.2.2.2 Ruang lingkup studi Aspek-aspek yang harus dinilai dalam ruang lingkup studi ini adalah kejelasan mengenai: a) Komponen rencana kegiatan pembangunan jalan yang harus dikaji, yaitu berbagai jenis

kegiatan yang diperkirakan potensial sebagai sumber dampak, meliputi: Tahap pra konstruksi, misalnya pengadaan tanah; Tahap konstruksi, misalnya galian dan timbunan tanah; Tahap pasca konstruksi, misalnya penggunaan jalan (volume lalu lintas kendaraan

bermotor). b) Komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak meliputi komponen geofisik-kimia,

biologi dan sosial-ekonomi dan budaya. c) Kegiatan lain di sekitarnya dan interaksinya dengan rencana pembangunan jalan yang

diusulkan. d) Kerangka konseptual analisis dan isu-isu pokok yang harus dikaji sesuai dengan hasil

pelingkupan yang digambarkan antara lain dalam bentuk diagram alir, matrik, dll. e) Batas wilayah studi (spatial) baik batas proyek, batas ekologis, batas sosial maupun batas

administrasi, setelah mempertimbangkan berbagai kendala teknis dan kejelasan waktu sesuai dengan tahapan kegiatannya

H.2.2.3 Metode studi Aspek-aspek yang harus dinilai dalam metode studi adalah kejelasan dan ketepatan tentang: a) Metode pengumpulan dan analisis data: Data primer: lokasi, jumlah sampel dan jenis alat beserta alasan-alasannya; Data sekunder: jenis dan sumber data.

b) Pengambilan sampel dan parameter yang akan diukur; c) Penggunaan model matematis, analog, profesional judgement untuk prakiraan dampak

penting; d) Penggunaan metode-metode evaluasi dampak penting. H.2.2.4 Pelaksanaan studi Aspek-aspek yang harus dinilai dalam pelaksanaan studi ini adalah: a) Identitas yang jelas mengenai pemrakarsa baik nama dan alamat instansi (proyek atau

bagian proyek) maupun penanggungjawab pelaksanaan rencana pembangunan jalan yang bersangkutan.

b) Pemenuhan persyaratan ketua tim studi: Memiliki sertifikat AMDAL B atau sederajat;

Page 363: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 3

Memiliki keahlian sesuai dengan isu pokok yang harus ditelaah; Berpengalaman menyusun AMDAL sekurang-kurangnya 5 (lima) studi; Berpengalaman memimpin tim studi.

c) Pemenuhan persyaratan tim studi: Sekurang-kurangnya satu anggota tim memiliki keahlian di bidang rencana

pembangunan jalan; Memiliki keahlian yang sesuai dengan isu pokok.

d) Biaya studi Rincian komponen biaya studi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan studi; Sumber dana (APBN, APBD, swasta, atau bantuan luar negeri).

e) Jadwal waktu pelaksanaan studi: Kejelasan tentang rencana pelaksanaan studi; Kejelasan dan ketepatan alokasi waktu sesuai dengan ruang lingkup studi.

H.2.2.5 Daftar pustaka Aspek yang perlu diperhatikan dalam daftar pustaka adalah sumber informasi yang berhubungan dengan: a) rencana pembangunan jalan; b) metode-metode yang digunakan. H.2.2.6 Lampiran Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam lampiran adalah keberadaan dan kelengkapan: a) peta lokasi rencana alinyemen jalan dan peta-peta pendukung lainnya seperti peta lokasi

quarry dan jaringan jalan yang akan dilalui kendaraan pengangkut bahan bangunan; b) daftar biodata tim penyusun AMDAL (bilamana sudah ditentukan personilnya); c) hal-hal lain yang dianggap perlu guna mendukung dokumen KA-ANDAL (misalnya kuesioner

untuk survey sosial, hasil konsultasi dengan instansi terkait, keputusan / perizinan tentang rencana kegiatan proyek dari pemerintah pusat atau daerah, dsb).

H.3 Penilaian Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) H.3.1 Penilaian kelengkapan administrasi Periksalah kelengkapan dokumen administrasi yang harus dipenuhi, yaitu: a) Dokumen KA-ANDAL yang telah disetujui oleh instansi yang bertanggungjawab; b) Dokumen ANDAL dilengkapi dengan RKL, RPL, Ringkasan Eksekutif dan Lampiran dalam

jumlah yang telah ditetapkan oleh Komisi Penilai AMDAL; c) Persyaratan administrasi kainnya yang ditetapkan oleh Komisi Penilai ANDAL, seperti bukti

telah diterimanya dokumen ANDAL, RKL dan RPL;

Page 364: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 4

H.3.2 Penilaian Isi Dokumen H.3.2.1 Pendahuluan Periksalah kejelasan dan kesesuaian tentang aspek-aspek: a) Pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum bagi

pelaksanaan studi ANDAL khususnya yang berkaitan dengan prediksi dan evaluasi dampak penting serta pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, antara lain menyangkut aspek-aspek: pembangunan jalan; pertanahan; baku mutu lingkungan; dll.

b) Kejelasan pernyataan tujuan dan kegunaan studi ANDAL yang telah dirumuskan dalam KA-ANDAL.

H.3.2.2 Ruang lingkup studi Aspek-aspek yang dinilai dalam ruang lingkup studi adalah: a) jenis-jenis kegiatan yang potensial menimbulkan dampak penting; b) komponen atau parameter lingkungan yang diduga akan mengalami perubahan mendasar

akibat pembangunan jalan; c) dampak penting yang ditelaah harus sesuai dan konsisten dengan isu-isu pokok yang telah

ditetapkan dalam KA-ANDAL dan isu lain yang ditemukan selama pelaksanaan studi; d) hasil pelingkupan waktu terjadinya dampak (pra-konstruksi, konstruksi, dan pasca

konstruksi); e) wilayah studi yang mengacu pada KA-ANDAL dan hasil pengamatan di lapangan yang

digambarkan secara jelas dalam peta dengan skala memadai. H.3.2.3 Metode studi Aspek-aspek yang dinilai dalam metode studi adalah kejelasan dan ketepatan serta konsistensi tentang: a) Metode tentang pengumpulan dan analisis data: data primer: lokasi, jumlah sampel dan jenis alat yang digunakan beserta alasan-

alasannya; data sekunder: jenis dan sumber data;

b) Pengambilan sampel dan parameter yang akan diukur c) Prediksi dampak penting

Dalam memprediksi setiap komponen lingkungan yang terkena dampak penting akibat kegiatan proyek, harus jelas metode apa yang digunakan misalnya metode matematis, analog, atau profesioanal judgement.

Page 365: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 5

d) Penggunaan metode-metode evaluasi dampak penting Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah metode –metode yang lazim digunakan dalam studi ANDAL dan harus dapat menggambarkan evaluasi dampak secara holistik.

e) Kriteria-kriteria yang digunakan untuk evaluasi beserta alasan penetapannya. H.3.2.4 Rencana kegiatan pembangunan jalan Aspek-aspek yang dinilai dalam rencana kegiatan adalah kejelasan dan kelengkapan tentang: a) Identitas pemrakarsa dan penyusun dokumen; b) Tujuan serta manfaat dari rencana kegiatan pembangunan jalan; c) Lokasi rencana kegiatan yang dilengkapi peta-peta, seperti peta tata ruang, alinyemen jalan,

lokasi quarry, rute jalan yang akan dilalui kendaraan pengangkut bahan bangunan, wilayah studi. Peta-peta tersebut harus disajikan sesuai dengan kaidah-kaidah kartografi;

d) Data teknis jalan yang akan dibangun; e) Kegiatan lain yang terkait serta interaksinya dengan kegiatan proyek, atau adanya kawasan

yang dilindungi; f) Jangka waktu pelaksanaan rencana kegiatan (pra-konstruksi, konstruksi dan pasca

konstruksi); g) Metode dan teknik pelaksanaan kegiatan serta tenaga kerja, peralatan dan material yang

digunakan seperti: Jenis, spesifikasi dan jumlah alat-alat berat yang digunakan; Jumlah, kualifikasi dan asal tenaga kerja yang diperlukan pada tahap konstruksi dan

pasca konstruksi; Jenis dan jumlah material (bahan bangunan) yang digunakan, serta lokasi

pengambilan, dan sistem pengangkutan serta penyimpanannya; Sarana pengendalian dampak baik yang direncanakan terintegrasi dengan kegiatan

maupun yang terpisah.

H.3.2.5 Rona lingkungan awal Penilaian aspek – aspek rona lingkungan awal meliputi: a) Komponen-komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak kegiatan proyek, terutama

di areal-areal yang sensitif terhadap perubahan (fragile area); b) Komponen-komponen lingkungan yang mungkin mempengaruhi kegiatan proyek; c) Indikator dan / atau parameter lingkungan yang merupakan tolok ukur perubahan kualitas

lingkungan yang mencakup aspek fisik-kimia, biologi dan sosial-ekonomi-budaya serta kesehatan masyarakat;

Komponen-komponen lingkungan tersebut di atas harus konsisten dengan isu pokok lingkungan yang harus ditelaah.

Page 366: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 6

H.3.2.6 Prakiraan dampak penting Aspek-aspek yang dinilai dalam prakiraan dampak penting mencakup: a) Komponen-komponen lingkungan yang dianalisis dalam prakiraan dampak penting harus

konsisten dengan komponen dan parameter lingkungan yang dinyatakan dalam ruang lingkup studi.

b) Besarnya perubahan kualitas lingkungan pada tiap komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak penting; yang ditunjang dengan: Rincian perhitungan bila digunakan metode matematis dan/atau empiris; Data dasar yang sahih bila digunakan metode analog; Alasan dan pertimbangan yang kuat bila digunakan metode profesional judgement.

c) Penentuan arti pentingnya dampak berdasarkan kriteria penentuan dampak penting yang berlaku;

d) Kejelasan tentang proses terjadinya dampak pada berbagai komponen lingkungan yang dilengkapi dengan bagan alir, yaitu: (1) Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen sosial; (2) Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen fisik

kimia kemudian rangkaian dampak lanjutan berturut-turut pada komponen biologi dan sosial;

(3) Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya membangkitkan dampak pada komponen sosial;

(4) Dampak penting berlangsung saling berantai di antara komponen sosial itu sendiri; (5) Dampak penting pada butir (1), (2), (3) dan (4) yang telah diuraikan, selanjutnya

menimbulkan dampak balik pada rencana kegiatan proyek. Catatan: Untuk komponen atau parameter lingkungan yang perubahannya tidak dapat diukur secara kuantitatif, seperti pergeseran tata nilai, agar dikaji secara deskriptif analitis, dan bila mungkin dibuat beberapa skenario masa mendatang yang mungkin terjadi.

H.3.2.7 Evaluasi Dampak penting Aspek-aspek yang dinilai pada evaluasi dampak penting adalah kejelasan tentang: a) Telaahan secara holistik terhadap bebagai komponen lingkungan yang diperkirakan akan

mengalami perubahan sesuai dengan hasil prakiraan dampak besar dan penting; b) Kesimpulan hasil telaahan holistik tersebut di atas, yang menjelaskan jenis-jenis dampak

yang harus dikelolala; c) Telaahan hubungan kausatif (sebab-akibat) dari berbagai jenis dampak besar dan penting

yang harus dikelola sebagai dasar perumusan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

H.3.2.8 Daftar Pustaka Aspek yang harus diperhatikan dalam daftar pustaka adalah sumber informasi yang berhubungan dengan: a) Rencana kegiatan proyek jalan;

Page 367: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 7

b) Kondisi lingkungan di lokasi proyek dan sekitarnya; c) Metode-metode yang dugunakan. H.3.2.9 Lampiran Aspek yang harus diperhatikan dalam lampiran adalah keberadaan dan kelengkapan: a) Peta lokasi rencana kegiatan proyek; b) Daftar biodata tim penyusun AMDAL; c) Cara-cara dan hasil perhitungan; d) Dasar pertimbangan penetapan kriteria besaran dampak; e) Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat; f) Hak-hal lain yang dipandang perlu untuk menndukung dokumen ANDAL, seperti kuesioner

dan hasil evaluasinya yang merupakan bagian metode pelaksanaan studi. H.4 Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) H.4.1 Lingkup RKL Aspek-aspek yang dinilai pada lingkup RKL adalah kejelasan dan konsistensi tentang: a) Pernyataan melaksanakan RKL dan RPL; b) Maksud dan tujuan pengelolaan lingkungan; c) Kebijakan pemrakarsa rencana kegiatan pembangunan jalan dalam pengelolaan

lingkungan; d) Jenis dampak besar dan penting yang harus dikelola sesuai hasil ANDAL; e) Kategori pengelolaan lingkungan yaitu:

Bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak negatif; Betujuan untuk menanggulangi, meminimalisasi atau pengendalian dampak negatif; Bertujuan untuk meningkatkan dampak positif; Memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan

kompensasi atas sumber daya tidak pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti ekonomi maupun ekologi) akibat kegiatan proyek.

H.4.2 Pendekatan RKL Aspek-aspek yang dinilai pada pendekatan RKL adalah kejelasan dan relevansi tentang pendekatan yang digunakan dalam menangani dampak penting, yaitu: a) Pendekatan teknologi; b) Pendekatan sosial-ekonomi; c) Pendekatan institusi; d) Pendekatan estetika.

Page 368: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 8

H.4.3 Kedalaman RKL Aspek-aspek yang dinilai pada kedalaman RKL adalah kejelasan tentang bagian-bagian RKL yang harus dijabarkan: a) desain dasar (basic design); b) kriteria desain; c) syarat-syarat teknis pelaksanaan konstruksi; d) syarat-syarat teknis pelaksanaan operasi dan pemeliharaan; e) persyaratan lainnya yang diperlukan untuk mencapai sasaran pengelolaan dampak,

misalnya konsultasi masyarakat, rencana pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali (LARAP).

H.4.4 Rencana pelaksanaan RKL Aspek-aspek yang dinilai pada rencana pelaksanaan RKL adalah kejelasan informasi tentang: a) komponen atau parameter lingkungan yang terkena dampak penting; b) sumber dampak; c) tolok ukur / parameter dampak; d) tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan; e) metode dan teknik pengelolaan lingkungan; f) lokasi pengelolaan lingkungan; g) periode dan jadwal pelaksanaan pengelolaan lingkungan; h) pembiayaan dan sumber biaya; i) keberadaan dan komitmen institusi yang terlibat dalam:

pelaksanaan RKL pengawasan pelaksanaan RKL; dan pelaporan.

H.4.5 Daftar pustaka Aspek yang dinilai adalah kejelasan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan RKL. H.4.6 Lampiran Aspek yang dinilai adalah tabel ringkasan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan data, serta informasi penting yang merujuk dari hasil studi ANDAL. H.5 Penilaian Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) H.5.1 Lingkup RPL Aspek-aspek yang dinilai pada lingkup RPL adalah kejelasan tentang:

Page 369: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 9

a) tujuan dan kegunaan; b) komponen lingkungan yang dipantau sesuai dengan RKL. H.5.2 Pendekatan RPL Aspek-aspek yang dinilai pada pendekatan RPL adalah kejelasaan tentang kerangka dan landasan pemilihan pendekatan pemantauan misalnya: a) Kemitraan dengan instansi lain atau pihak swasta dan masyarakat setempat; b) Pembagian pendanaan dengan instansi terkait dan pihak lain. H.5.3 Rencana pelaksanaan RPL Aspek-aspek yang dinilai pada rencana pelaksanaan RPL adalah kejelasan informasi tentang: a) Komponen atau parameter lingkungan yang dipantau; b) Sumber dampak; c) Tolok ukur / parameter dampak; d) Tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan; e) Metode dan teknik pemantauan lingkungan, misalnya:

pemantauan visual dengan pencatatan; pemantauan visual dengan menggunakan alat bantu (kamera, kamera video, dsb); pemantauan dengan cara pengambilan sampel dan analisis di tempat (in situ); pemantauan dengan cara pengambilan sampel dan analisis di laboratorium; inspeksi mendadak; wawancara; kombinasi teknik-teknik tersebut di atas.

f) Lokasi pemantauan lingkungan; g) Periode/jadwal pelaksanaan (jangka waktu dan frekuensi) pemantauan; h) Keberadaan dan komitmen institusi yang terlibat dalam:

Pelaksanaan RPL; Pengawasan pelaksanaan RPL; dan Pelaporan.

H.5.4 Daftar Pustaka Aspek yang dievaluasi adalah sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan RPL. H.5.5 Lampiran Aspek yang dinilai adalah tabel ringkasan rencana pemantauan lingkungan hidup dan data serta informasi penting yang merujuk dari dokumen RKL.

Page 370: Info Lingkungan3

Lampiran H – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BIDANG JALAN 10

H.6 Laporan hasil penilaian dan evaluasi Laporan hasil penilaian dan evaluasi disajikan dengan cara mengisi daftar uji (checklist) seperti contoh terlampir. Catatan: Kriteria penilaian dapat dimodifikasi sesuai dengan materi dokumen yang dievaluasi.

Page 371: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 1

Lampiran I (Informatif)

Pedoman Teknis Penyusunan Dokumen UKL dan UPL Bidang Jalan

I.1 Pendahuluan I.1.1 Latar belakang Pada bagian ini dicantumkan nama proyek, tujuan pembangunan / peningkatan jalan, panjang ruas jalan, lebar rencana damija, serta rencana peningkatannya maupun kondisi yang ada saat ini. Untuk proyek pembangunan jalan baru, agar dijelaskan apakah tanahnya sudah dibebaskan atau memerlukan pengadaan lahan dan jelaskan berapa luasnya. Untuk proyek peningkatan jalan, agar dijelaskan apakah rencana kegiatan masih dalam damija yang ada, atau diperlukan pengadaan lahan dan jelaskan berapa luasnya. Berikan penjelasan mengapa dilakukan studi UKL dan UPL berdasarkan peraturan yang ada, dan jelaskan pula isu pokok lingkungan yang perlu ditangani, sesuai dengan laporan hasil penyaringan. I.1.2 Tujuan dan kegunaan UKL dan UPL I.1.2.1 Tujuan UKL dan UPL Tujuan UKL adalah sebagai acuan untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak negatif yang mungkin timbul akibat pembangunan / peningkatan jalan (disebutkan nama ruas jalan yang bersangkutan) serta mengembangkan dampak positif terhadap lingkungan. Tujuan UPL adalah untuk memantau hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan dalam kegiatan proyek jalan (disebutkan nama ruas jalan yang bersangkutan) dengan cara mencek / mengobservasi perubahan rona lingkungan yang telah terjadi. Hasil pemantauan tersebut merupakan masukan bagi instansi yang bertanggungjawab atau terkait dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan. I.1.2.2 Kegunaan UKL dan UPL Kegunaan UKL adalah untuk: Memberikan petunjuk tentang cara penanganan dampak yang mungkin timbul, sehingga

dampak negatif dapat dicegah atau dikurangi sedini mungkin; Memberikan petunjuk kepada pemrakarsa / pengelola proyek dan instansi terkait mengenai

lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam upaya pengelolaan lingkungan; Merupakan masukan bagi perencanaan teknis untuk djabarkan lebih lanjut dalam desain dan

spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi.

Page 372: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 2

Kegunaan UPL adalah sebagai arahan untuk mengevaluasi efektivitas pelaksanaan UKL yang telah dilaksanakan I.1.3 Wilayah UKL dan UPL Wilayah UKL dan UPL harus ditentukan dengan maksud untuk membatasi dan menunjukkan lokasi kegiatan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa dan atau instansi terkait. Lokasi kegiatan-kegiatan tersebut diplot pada peta dengan skala yang memadai agar implementasinya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien pada lokasi yang tepat sesuai dengan sasaran. I.2 Rencana Kegiatan Proyek I.2.1 Deskripsi rencana kegiatan I.2.1.1 Deskripsi proyek Bagian ini berisi uraian singkat mengenai data teknis jalan dan jembatan yang akan dibangun / ditingkatkan, meliputi: panjang jalan; lebar jalan (damija) lebar perkerasan lebar bahu dan median jenis lapis perkerasan; gambar profil melintang dan memanjang; LHR rata-rata (rencana); Kecepatan rata-rata (rencana); Panjang dan lebar jembatan; Konstruksi jembatan. I.2.1.2 Fasilitas penunjang jalan Pada bagian ini dijelaskan fasilitas penunjang jalan yang direncanakan, meliputi: perlengkapan jalan raya seperti tanda-tanda lalu lintas dan pagar pengaman; fasilitas penerangan jalan; pot / bak tanaman; halte bus; jembatan penyeberangan trotoar; dsb.

Page 373: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 3

I.2.1.3 Volume pekerjaan Pada bagian ini dijelaskan volume pekerjaan secara garis besar seperti pengadaan tanah, mobilisasi peralatan dan tenaga kerja, pekerjaan tanah (galian / timbunan), pekerjaan jembatan, gorong-gorong, perkerasan dll. I.2.2 Tujuan dan kegunaan rencana kegiatan Pada bagian ini dijelaskan kembali tujuan dan kegunaan rencana kegiatan pembangunan jalan dan atau jembatan secara lebih spesifik. Contoh: Tujuan proyek jalan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas jalan antara kota propinsi satu dengan yang lain. Adapun kegunaannya adalah untuk memperlancar arus lalu lintas kendaraan, barang dan jasa serta pengembangan wilayah sekitarnya. I.2.3 Status rencana kegiatan Pada bagian ini disebutkan status rencana kegiatan dalam kaitannya dengan tahapan siklus proyek, misalnya tahap studi kelayakan. I.2.4 Uraian kegiatan I. 2.4.1 Tahap pra-konstruksi Pada bagian ini dikemukakan secara jelas tentang komponen kegiatan pada tahap pra-konstriksi yang diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, antara lain: a) Pengadaan tanah Agar dijelaskan apakah rencana proyek jalan ini memerlukan pengadaan tanah atau tidak. Apabila diperlukan pengadaan tanah, agar disebutkan luas tanah yang akan dibebaskan, status pemilikannya, serta jenis penggunaannya saat ini. b) Relokasi fasilitas umum dan penunjang jalan Agar dujelaskan jenis-jenis prasarana / fasilitas umum seperti jaringan kabel listrik atau telepon, saluran irigasi, yang perlu direlokasi (bila ada). Jelaskan juga status / kondisinya saat ini dan rencana relokasinya. I.2.4.2 Tahap konstruksi Pada bagian ini dijelaskan secara rinci jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan pada rahap konstruksi, seperti: a) Mobilisasi alat berat

Agar dijelaskan jenis dan jumlah alat berat seperti buldozer, truk, excavator, dll yang dibutuhkan.

b) Mobilisasi tenaga kerja (sebutkan kualifikasi, jumlah dan asal tenaga kerja yang diperlukan).

Page 374: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 4

c) Pengangkutan material

Agar dijelaskan jenis dan jumlah material yang akan diangkut seperti pasir, batu, aspal, dsb, serta rute jalan yang akan dilalui kendaraan proyek. Demikian juga lokasi quarry perlu dijelaskan dan bagaimana cara pengelolaannya.

d) Pembuatan dan pengoperasian basecamp Agar dijelaskan lokasi basecamp dan jaraknya ke pemukiman dan badan air terdekat. Dijelaskan juga bagaimana cara pennyimpanan naterial seperti bahan bangunan dan bahan bakar serta pelumas, dan cara pengelolaan limbah.

e) Pembersihan lahan Kegiatan ini mencakup pembersihan vegetasi dan juga bangunan dan benda-benda lain yang terdapat pada tapak kegiatan proyek.

f) Pekerjaan tanah Kegiatan ini meliputi pengupasan lapisan atas (striping), serta galian dan timbunan tanah. Agar disebutkan volumenya serta tempat pembuangan tanah yang tidak terpakai. Apabila untuk pekerjaan timbunan diperlukan tanah dari tempat lain, agar dijhelaskan lokasi borrow area-nya dan rute pengangkutannya.

g) Penyiapan tanah dasar Kegiatan ini berupa pemadatan tanah. Pada areal yang kondisi tanahnya lunak mungkin diperlukan penghamparan geotextile.

h) Pekerjaan lapis dasar

Pekerjaan ini dapat mencakup dua bagian yaitu lapis pondasi bawah (sub base course) dan lapis pondasi atas (base course). Agar disebutkan berapa volume pekerjaan tersebut dan bagaimana cara pelaksanaan pekerjaannya.

i) Pekerjaan lapis permukaan

Pekerjaan ini terdiri dari lapis permukaan bawah dan lapis permukaan atas. Agar disebutkan volume pekerjaan dan cara pelaksanaannya.

j) Pekerjaan bangunan pelengkap jalan Pekerjaan ini meliputi antara lain pembuatan gorong-gorong, drainase, dsb.

k) Pekerjaan lansekap jalan

Pekerjaan ini mencakup penyiapan lahan, penyiapan bibit tanaman dan penanaman pada areal tertentu seperti tepi dan median jalan atau bak / pot tanaman.

l) Pekerjaan bangunan bawah dan bangunan atas jembatan Pekerjaan ini mencakup pembuatan pondasi, piers, abutement, lantau jembatan serta

bangunan pelengkap jembatan. m) Pembongkaran jembatan lama (bila perlu, khusus untuk penggantian jembatan) I.2.4.3 Tahap pasca konstruksi a) Pengoperasian jalan

Page 375: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 5

Pada bagian ini agar dijelaskan perkiraan volume lalu lintas kendaraan bermotor setelah jalan selesai dibangun. Dijelaskan juga perkiraan perkembangannya dalam jangka waktu 5 dan 10 tahun yang akan datang.

b) Pemeliharaan jalan

Kegiatan ini mencakup perbaikan dan pelapisan ulang jalan, pemeliharaan rambu lalu lintas, pemeliharaan tanaman pelindung (bila ada).

I.2.5 Jadual pelaksanaan konstruksi

Pada bagian ini dicantumkan rencana jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan sampai penyelesaian akhir termasuk masa pemeliharaan oleh kontraktor, sebelum penyerahan pekerjaan. I.2.6 Keterkaitan dengan kegiatan lain Pada bagian ini dijelaskan apakah ada kegiatan lain yang berkaitan dengan proyek jalan ini. Jika ada, agar dijelaskan apakah kegiatan lain tersebut terpengaruh atau mempengaruhi proyek jalan ini. Jelaskan pula bagiamana rencana kerja / koordinasi dengan kegiatan terkait tersebut. I.3 Komponen Lingkungan yang terkena dampak I.3.1 Komponen geofisik kimia Komponen fisik-kimia yang potensial terkena dampak kegiatan proyek jalan terutama pada tahap konstruksi dan pasca konstruksi adalah: a) Kualitas udara dan kebisingan

Parameter kualitas udara yang harus dikaji adalah carbon monoksida (CO), hidrocarbon (CH), Nitrogen oksida (NO), serta partikulat debu. Kualitas udara ini akan terpengaruh oleh kegiatan proyek, terutama bersumber dari emisi kendaraan serta debu yang bersumber dari kegiatan konstruksi (pekerjaan tanah).

Kebisingan akan meningkat akibat pengoperasian alat-alat berat. Dampak terhadap kualitas udara dan kebisingan perlu ditangani terutama di daerah pemukiman padat.

Catatan: Kondisi iklim di wilayah studi (terutama tipe iklim dan curah hujan / jumlah hari hujan)

juga perlu diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi aktivitas proyek. b) Morfologi

Kondisi morfologi di lokasi proyek dan sekitarnya agar diuraikan secara singkat. Sebagai contoh, apakah daerahnya merupakan dataran rendah, dataran tinggi, bergelombang, perbukitan, pegunungan, atau daerah pantai.

Page 376: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 6

c) Topografi

Kondisi topografi daerah studi perlu diuraikan secara singkat meliputi ketinggian (elevasi) daerah setempat serta kemiringan lerengnya.

d) Tanah

Pada bagian ini agar diuraikan secara singkat mengenai kondisi tanah meliputi jenis tanah, serta stabilitas (tingkat erosi / longsor).

e) Tata guna lahan

Pada bagian ini diuraikan tata guna lahan dan jenis-jenis penggunaan lahan saat ini sepanjang alinyemen ruas jalan yang akan dibangun dan sekitarnya. Agar dijelaskan juga apakah terdapat jenis penggunaan lahan yang sangat sensitif terhadap kebisingan dan pencemaran udara seperti rumah sakit, sekolah, tempat ibadat serta pemukiman padat.

f) Hidrologi

Pada bagian ini agar diuraikan secara singkat kondisi badan-badan air setempat seperti sungai, danau, saluran irigasi, saluran drainase yang mungkin terkena dampak kegiatan proyek jalan. Agar dijelaskan juga apakah ada daerah rawan banjir.

g) Lansekap

Agar diuraikan kondisi lansekap alami maupun binaan di sekitar alinyemen jalan yang mungkin terganggu oleh kegiatan proyek maupun keberadaan jalan. Hal ini mencakup:

Lokasi pemandangan alam yang bernilai tinggi untuk kegiatan pariwisata; Lokasi bangunan bersejarah dan / atau situs purbakala; Areal binaan seperti pemukiman, perkantoran, taman, dsb; Bentang alam yang bersifat khas.

I.3.2 Komponen biologi Pada bagian ini diuraikan secara singkat jenis-jenis vegetasi yang terdapat di areal tapak proyek (sepanjang alinyemen jalan) dan sekitarnya yang mungkin terkena dampak kegiatan pembangunan jalan. Agar dijelaskan juga apakah terdapat tanaman yang harus dipertahankan atau dipindahkan (ditanam kembali) untuk keperluan konservasi maupun penataan lansekap. Agar dijelaskan juga jenis-jenis satwa liar (bila ada) yang mungkin terganggu kehidupannya. I.3.3 Komponen sosial a) Kependudukan

Pada bagian ini diuraikan tentang data penduduk yang bermukim di sepanjang ruas jalan, terutama penduduk yang akan terkena lahannya sebagian atau seluruhnya serta status hak

Page 377: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 7

tanahnya. Selain itu juga diuraikan secara singkat jumlah dan kepadatan penduduk di daerah yang akan dilewati rus jalan.

b) Mata pencaharian dan pendapatan

Pada bagian ini diuraikan tentang mata pencaharian dan tingkat pendapatan penduduk di sekitar lokasi proyek, terutama penduduk yang akan terkena dampak.

c) Ketenagakerjaan

Pada bagian ini diuraikan tentang ketersediaan tenaga kerja lokal serta kualifikasinya serta tingkat pengangguran yang ada di lokasi proyek.

d) Kesehatan

Pada bagian ini diuraikan tingkat insidensi dan prevalensi penyakit di lokasi proyek terutama yang berkaitan dengan masalah pencemaran udara seperti ISPA.

e) Sikap dan persepsi masyarakat

Pada bagian ini diuraikan tentang sikap, persepsi dan saran / harapan masyarakat setempat (yang berkepentingan) terhadap rencana kegiatan proyek jalan, baik pada saat pembangunan maupun pengoperasian jalan.

I.3.4 Sarana dan prasarana umum Pada bagian ini diuraikan tentang keberadaan dan kondisi sarana dan prasarana umum di lokasi proyek yang mungkin terganggu, antara lain: Prasarana jalan yang sudah ada seperti saluran drainase, gorong-gorong, rambu-rambu lalu

lintas, dsb.; Sekolah, pasar, pertokoan, sarana ibadah; Jaringan listrik, telepon, pipa gas, dsb. I.3.5 Kondisi lalu lintas Untuk proyek peningkatan jalan, agar dijelaskan kondisi jalan saat studi, volume lalu lintas kendaraan bermotor, serta waktu tempuh pengguna jalan. Selain itu juga perlu dijelaskan kondisi lalu lintas pada rute jalan yang akan dilalui kendaraan pengangkut alat berat dan bahan bangunan. Agar dijelaskan juga apakah ada tempat-tempat rawan kecelakaan atau kemacetatn lalu lintas, dan sebutkan faktor penyebabnya.

Page 378: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 8

I.4 Dampak yang diperkirakan akan timbul I.4.1 Tahap pra-konstruksi

Kegiatan pengadaan tanah diperkirakan dapat menimbulkan dampak sosial berupa keresahan masyarakat, kehilangan tempat usaha, atau mungkin juga terpaksa harus pindah tempat tinggal karena lahan tempat tinggalnya terkena proyek. I.4.2 Tahap konstruksi Pada tahap konstruksi jenis dampak yang potensial terjadi antara lain: Gangguan lalu lintas; Gangguan aliran permukaan; Penurunan kualitas udara (debu) dan kebisingan; Gangguan stabilitas tanah (erosi / longsor); Kecelakaan lalu lintas; Penurunan populasi vegetasi; Kerusakan jalan akibat transportasi material; Penurunan estetika lingkungan; Gangguan kesehatan masyarakat; Keresahan masyarakat dan konflik sosial. I.4.3 Tahap pasca konstruksi Jenis-jenis dampak yang potensial terjadi pada tahap pasca konstruksi antara lain: Peningkatan pencemaran udara dan kebisingan; Kecelakaan lalu lintas; Gangguan kesehatan masyarakat; Perubahan tata guna lahan. I.5 Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) I.5.1 Penjelasan umum Pada bagian ini diuraikan upaya-upaya yang perlu dilaksanakan untuk menangani dampak yang mungkin terjadi pada setiap kegiatan dengan pendekatan: Mencegah / mengurangi atau menanggulangi dampak negatif yang diperkirakan akan timbul; Mengembangkan dampak positif untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna proyek. Sedapat mungkin gunakanlah SOP (standard operation procedure) yang telah baku disesuaikan dengan kondisi setempat.

Page 379: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 9

I.5.2 Sumber dampak Berikan penjelasan mengenai jenis dan volume kegiatan yang merupakan sumber dampaknya, misalnya galian tanah 300.000 m3. Cantumkan pula jadwal waktu / periode pelaksanaannnya, misalnya selama satu bulan. I.5.3 Jenis dampak Berikan penjelasan tentang jenis dampak yang akan terjadi, misalnya kerusakan badan jalan, keresahan masyarakat atau pencemaran udara. I.5.4 Indikator dampak Jelaskan indikator dampak yang dapat (mudah) diamati. Misalnya sebagai indikator pencemaran udara antara lain sebaran debu yang menempel pada tanaman atau atap rumah di pinggir jalan. Indikator keresahan masyarakat antara lain timbulnya pengaduan atau protes dalam bentuk unjuk rasa. I.5.5 Upaya pengelolaan lingkungan Dalam bagian ini diuraikan upaya pengelolaan yang akan dilaksanakan, meliputi: a) Cara pengelolaan

Uraikan bagaimana cara pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang akan dilaksanakan untuk mencegah / mengurangi atau menanggulangi dampak negatif, dan / atau meningkatkan dampak positif yang akan terjadi.

b) Lokasi pengelolaan

Tunjukkan (dalam peta) dimana lokasi tiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilaksanakan. Bila perlu, berikan penjelasan secara jelas dan tepat, misalnya pada km berapa, nama desa dan kecamatan, serta petunjuk lainnya.

c) Waktu pengelolaan

Cantumkan kapan tiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup harus dilaksanakan. d) Pelaksanaan pengelolaan

Sebutkan instansi pelaksana pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab, dan siapa (instansi mana) yang mengawasinya. Demikian juga sumber dananya harus dijelaskan.

I.6 Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) I.6.1 Penjelasan umum Upaya pemantauan lingkungan meliputi uraian tentang jenis dampak, faktor lingkungan yang akan dipantau, tolok ukur dampak, lokasi pemantauan, dan periode pemantauan.

Page 380: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 10

Rencana pemantauan dibuat berdasarkan tahapan proyek, mulai tahap pra-konstruksi, konstruksi sampai ke tahap pasca konstruksi. Pada bagian ini diuraikan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk memantau jenis dan tingkat dampak yang akan timbul pada tiap tahap kegiatan proyek dengan sistematika sbb.: a) Sunber dampak; b) Jenis dampak; c) Indikator dampak; d) Upaya pemantauan I.6.2 Sumber dampak Pada bagian ini dijelaskan secara singkat jenis kegiatan yang menjadi sumber dampak, besaran kegiatan serta jadwal waltu pelaksanaan pekerjaan. I..6.3 Jenis dampak yang dipantau Pada bagian ini dijelaskan secara singkat tentang jenis dampak yang perlu dipantau, misalnya penurunan kualitas (pencemaran) udara. I.6.4 Indikator dampak Pada bagian ini dijelaskan indikator atau parameter dampak lingkungan yang perlu dipantau. I.6.5 Upaya pemantauan Uraian tentang upaya pemantauan mencakup aspek-aspek sbb.: a) Cara pemantauan

Pada bagian ini dijelaskan bagaimana metode atau cara yang digunakan untuk pemantauan lingkungan . Dalam hal ini dapat disebutkan jenis peralatan dan rumus yang digunakan dalam analisis data, demikin pula tolok ukur dampak dengan standar baku mutu lingkungan yang dipantau.

b) Lokasi pemantauan

Lokasi pemantauan agar dijelaskan secara jelas dan tepat, misalnya pada km berapa, nama desa, kecamatan, dan diplot pada peta dengan skala yang memadai

c) Periode dan waktu pemantauan

Pada bagian ini agar ditetapkan periode pemantauan misalnya tiap bulan atau tiap minggu. Dan ditetapkan juga waktu (kapan dan berapa lama) pemantauan harus dilakukan.

d) Pelaksanaan pemantauan

Page 381: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 11

Pada bagian ini dijelaskan instansi atau lembaga yang akan melaksanakan pemantauan lingkungan hidup, misalnya oleh pemrakarsa atau instansi lain yang terkait. Di samping itu, disebutkan juga instansi yang mengawasi pelaksanaan pemantauan dan instansi yang menerima laporan hasil pemantauan.

I.7 Pelaporan Pada bagian ini diuraikan secara rinci mengenai mekanisme pelaporan hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada saat rencana kegiatan dilaksanakan.

I.8 Pernyataan Pelaksanaan Dokumen UKL dan UPL harus dilampiri dengan surat pernyataan kesediaan pemarakarsa untuk melaksanakan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan hidup yang ditandatangani oleh pemrakarsa (di atas meterai). I.9 Lampiran Lampiran terdiri dari: a) Matriks ringkasan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(lihat contoh pada Tabel 9.1 dan Tabel 9.2). b) Peta lokasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan c) Data / informasi lain yang dipandang perlu.

Page 382: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 12

Tabel 9.1 Contoh Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan

Page 383: Info Lingkungan3

Lampiran I – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN UKL DAN UPL BIDANG JALAN 13

Tabel 9.2 Contoh Matriks Upaya Pemantauan Lingkungan

Page 384: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1

Lampiran J

(Informatif) Pedoman Teknis Penjabaran

Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup atau

Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

J.1 Langkah-langkah kegiatan

Proses penjabaran RKL dan RPL atau UKL dan UPL dilaksanakan melalui urutan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: a) Pemeriksaan kelengkapan dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL yang tersedia; b) Peninjauan lapangan; b) Penerapan pertimbangan lingkungan dalam desain; c) Penerapan pertimbangan lingkungan dalam spesifilasi atau persyaratan teknis pelaksanaan

pekerjaan konstruksi; dan d) Pencantuman persyaratan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dalam dokumen

tender dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi.

J.2 Pemeriksaan kelengkapan dokumen

Periksalah apakah rencana kegiatan proyek termasuk kategori wajib dilengkapi AMDAL atau UKL/UPL. Apabila termasuk kategori wajib dilengkapi AMDAL, periksalah kelengkapan dokumen AMDAL-nya yang telah ditetapkan / disyahkan oleh instansi yang berwenang, yang terdiri dari Laporan KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL. Bila rencana kegiatan proyek termasuk kategori wajib dilengkapi UKL/UPL, periksalah kelengkapan dokumen UKL / UPL-nya. Periksalah kelengkapan Isi / materi dokumen RKL atau UKL yang tersedia, apakah cukup lengkap atau terdapat kesenjangan data. Isi dokumen RKL dan UKL yang telah baku masing-masing tercantum pada Kotak 1 dan 2.

Page 385: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

2

Kotak 1 Daftar Isi Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan

• Pernyataan Pelaksanaan; • Bab I. Pendahuluan; • Bab II. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan; • Bab III. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup; • Daftar Pustaka; • Lampiran.

Kotak 2 Daftar Isi Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan

• Pernyataan Pelaksanaan • Bab I. Rencana Kegiatan • Bab II. Komponen Lingkungan yang Mungkin Terkena Dampak; • Bab III. Dampak-dampak yang Akan Terjadi • Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan • Bab V Upaya Pemantauan Lingkungan • Bab VI Pelaporan • Pernyataan Pelaksanaan

J.3 Peninjauan lapangan

Lakukanlah peninjauan lapangan, terutama pada lokasi-lokasi rencana / upaya pengelolaan lingkungan yang telah ditetapkan dalam dokumen RKL / UKL; dan periksalah apakah materi dokumen RKL / UKL tersebut cukup lengkap dan sesuai dengan kondisi lapangan saat ini. Ketidaksesuaian dengan kondisi lapangan mungkin terjadi karena: a) Terjadi perubahan rencana alinyemen jalan; b) Terjadi perubahan kondisi lingkungan di lokasi proyek dan sekitarnya, misalnya jenis dan

jumlah bangunan yang terkena proyek, atau jumlah penduduk yang harus direlokasi atau dipindahkan.

c) Kesenjangan data pada saat penyusunan dokumen AMDAL atau UKL/UPL. Bila perlu, lengkapilah data rona lingkungan yang diperlukan untuk penyempurnaan / pemutakhiran dokumen RKL / UKL, sesuai dengan alinyemen jalan definitif yang telah ditetapkan di lapangan.

Page 386: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3

Periksalah apakah uraian Rencana / Upaya Pengelolaan Lingkungan tercantum pada Bab III RKL atau Ban IV UKL, yang meliputi uraian tentang hal-hal tersebut dibawah ini sesuai dengan kondisi lapangan saat ini: a) Jenis dampak; b) Sumber dampak yang perlu ditangani; c) Tolok ukur dampak; d) Tujuan rencana / upaya pengelolaan lingkungan hidup; e) Pengelolaan lingkungan hidup; f) Lokasi pengelolaan lingkungan hidup; g) Periode pengelolaan lingkungan hidup; h) Pembiayaan pengelolaan lingkungan hidup; i) Institusi pengelolaan lingkungan hidup, meliputi pelaksana, pengawas, dan penerima laporan.

Apabila materi dokumen RKL atau UKL ternyata kurang lengkap atau kurang sesuai dengan kondisi lapangan, perbaikilah dokumen tersebut sesuai dengan hasil investigasi lapangan yang lebih lengkap dan akurat. Untuk perbaikan dokumen RKL / UKL tersebut di atas, pilihlah salah satu atau gabungan dari beberapa jenis pendekatan pengelolaan lingkungan tersebut di bawah ini. a) Pendekatan teknologi, contohnya pembuatan noise barrier untuk mengurangi kebisingan

akibat lalu lintas kendaraan bermotor; b) Pendekatan sosial ekonomi, misalnya pemberian prioritas kesempatan kerja bagi tenaga kerja

setempat; c) Pendekatan institusi, misalnya kerjasama dengan instansi yang berkepentingan atau terkait. d) Pendekatan estetika, misalnya penataan lansekap pada median atau trotoar jalan. Tetapkan tujuan rencana pengelolaan lingkungan yang dapat dibedakan dalam empat kelompok, yaitu: a) bertujuan untuk mencegah atau menghindari dampak negatif; b) bertujuan untuk menanggulangi, meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif; c) bersifat meningkatkan dampak positif; dan d) bersifat memberikan kompensasi baik dalam arti sosial ekonomi maupun ekologi. Buatlah penjabaran / pemantapan tiap jenis rencana pengelolaan lingkungan sedemikian rupa sehingga rencana tersebut bersifat operasional dalam arti: (Lihat Tabel 1) • Jenis dan besaran (volume) rencana pekerjaannya jelas; • Lokasi pekerjaan ditentukan dengan jelas (diplot pada peta dengan skala memadai); • Metode pelaksanaannya jelas dan menggunakan teknologi / peralatan yang tersedia; dan • Layak ekonomi.

Page 387: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

4

Tabel 1

Contoh Rumusan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk Mencegah Dampak Lalu Lintas Pada Tahap Pasca Konstruksi

Jenis dampak

Kecelakaan lalu lintas pada pejalan kaki

Sumber dampak Lalu lintas kendaraan bermotor Tolok ukur dampak Banyaknya kejadian kecelakaan lalu lintas Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup

Mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Upaya pengelolaan lingkungan hidup

Membuat jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki, (panjang 15 m).

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup

Di depan sekolah pada Km 3 + 210.

Periode pengelolaan lingkungan hidup

Pada tahap konstruksi

Pembiayaan pengelolaan lkingkungan hidup

Meliputi biaya konstruksi (bahan, peralatan, dan upah).

Institusi pengelolaan lingkungan hidup:

Pelaksana: Pemrakarsa Proyek Jalan (dibantu kontraktor dan konsultan supervisi)

Pengawas: Dinas Bina Marga Kabupaten Penerima laporan: Dinas Bina Marga,

Bapedalda, DLLAJ J.4 Penerapan pertimbangan lingkungan dalam desain K.4.1 Rencana teknis detail

Untuk memberikan petunjuk pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang lebih jelas, rencana pengelolaan lingkungan khususnya yang berupa konstruksi bangunan tertentu, agar diwujudkan dalam bentuk gambar desain (rencana teknis detail). Beberapa jenis rencana / upaya pengelolaan lingkungan terutama untuk mencegah terjadinya dampak negatif pada tahap pasca konstruksi, yang perlu dilengkapi dengan gambar-gambar desain antara lain: • Perkuatan lereng galian / timbunan tanah untuk mencegah erosi / longsor (lihat Gambar 1); • Pembuatan noise barrier untuk mengurangi kebisingan lalu lintas kendaraan bermotor; • Pembuatan saluran drainase untuk pengendalian air larian (menghindari genangan air hujan); • Pembuatan bak penampung sedimen pada ujung saluran drainase sebelum masuk ke badan

air, untuk pencegahan dampak pada badan air (pencemaran air dan sedimentasi); • Pemasangan rambu-rambu lalu lintas untuk mengatur lalu lintas kendaraan bermotor. • Pembuatan jembatan pennyeberangan bagi pejalan kaki, untuk mencegah kecelakaan lalu

lintas;

Page 388: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

5

• Pembuatan pagar / tonggak pengaman (guard rail / post) untuk mencegah kecelakaan lalu lintas, di lokasi yang berbahaya seperti tepi lereng curam, tepi timbunan badan jalan yang tinggi, tikungan tajam, lokasi jembatan atau gorong-gorong, dsb.

• Penataan lansekap di lokasi tertentu, untuk mengatasi gangguan visual (estetika), atau untuk mengurangi pencemaran udara (lihat Gambar 2);

Pembuatan terowongan untuk penyeberangan satwa liar (lihat Gambar 3).

Gambar 1 : Contoh Teknik Gabungan untuk Perlindungan Lereng

Page 389: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

6

Gambar 2 : Penanaman pohon sebagai unsur lansekap sekaligus untuk

mengurangi pencemaran udara

Gambar 3: Penyeberangan satwa liar digabung dengan bangunan air (gorong-gorong).

K.4.2 Peta lokasi pengelolaan lingkungan

Lokasi rencana / upaya pengelolaan lingkungan secara keseluruhan agar digambarkan pada peta dengan skala yang memadai (antara 1 : 5000 – 1 : 15.000). Tiap lokasi rencana / upaya pengelolaan lingkungan dilengkapi dengan peta detai dengan skala antara 1 : 100 – 1 : 500.

J.5 Penerapan pertimbangan Lingkungan dalam spesifikasi teknis atau

persyaratan pelaksanaan pekerjaan konstruksi

Pertimbangan lingkungan yang tidak dapat dijabarkan dalam bentuk gambar desain agar dirumuskan dengan jelas dalam bentuk spesifikasi dan / atau persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor. Rumusan persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan harus dibuat dalam bentuk deskripsi yang singkat tapi jelas. Persyaratan teknis pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan agar dirumuskan secara detail dan sistematis meliputi aspek-aspek geofisik-kimia, biologi dan sosial, antara lain tentang: • Pemilihan lokasi base camp termasuk AMP dan stone crusher harus cukup jauh dari areal

permukiman dan badan air, sehingga tidak menimbulkan dampak kebisingan, polusi udara (debu) dan pencemaran pada air permukaan maupun air tanah;

• Pembuatan jalan sementara untuk pengalihan lalu lintas di lokasi pekerjaan konstruksi agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas.

Page 390: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

7

• Pembuatan jembatan sementara untuk pengalihan lalu lintas di lokasi pekerjaan konstruksi jembatan agar tidak terjadi penutupan lalu lintas.

• Penanganan dampak akibat pembersihan lahan (dampak pada flora); • Penanganan dampak terhadap utilitas yang mungkin timbul akibat pekerjaan galian tanah; • Penanganan dampak terhadap situs purbakala yang mungkin timbul akibat pekerjaan galian

tanah; • Penanganan dampak akibat pengangkutan bahan bangunan (dampak kebisingan, debu,

kemacetan lalu lintas, kerusakan badan jalan, kecelakaan lalu lintas); • Perawatan alat-alat berat (pencegahan pencemaran tanah dan air akibat tumpahan bahan

pelumas); • Penyimpanan bahan bakar dan pelumas (pencegahan tumpahan bahan bakar dan pelumas); • Pengoperasian base camp (penanganan limbah); • Pengamanan / reklamasi bekas quarry, borrow area dan disposal area; • Pembongkaran basecamp atau merehabilitasinya untuk keperluan penduduk, setelah

pekerjaan konstruksi selesai; • Pembersihan sisa bahan bangunan dan alat-alat rusak; • Pembongkaran bangunan sementara dan jalan darurat yang tidak diperlukan lagi; • Penanaman kembali jenis-jenis vegetasi tertentu di areal terbuka seperti median atau tepi

jalan, sesuai dengan fungsinya. • Pemberian prioritas kesempatan kerja kepada penduduk setempat (sekitar lokasi proyek),

sesuai dengan persyaratan yang diperlukan.

. J.6 Pencantuman Persyaratan Pengelolaan dan pemantauan lingkungan

dalam dokumen tender dan dokumen kontrak

J.6.1 Rumusan persyaratan pengelolaan lingkungan secara global RKL dan UKL merupakan dokumen hukum yang mengikat bagi semua pihak tersebut dalam dokumen itu. Untuk menjamin agar persyaratan pengelolaan lingkungan yang tercantum dalam RKL atau UKL benar-benar dilaksanakan pada tahap konstruksi, hal itu harus dicantumkan baik dalam dokumen tender maupun dokumen kontrak pekerjaan konstruksi. Dokumen RKL/RPL atau UKL/UPL harus dilampirkan dalam dokumen tender / kontrak, dan agar dinyatakan bahwa dokumen RKL atau UKL tersebut sebagai lampiran dokumen tender / kontrak yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

J.6.2 Rumusan persyaratan pengelolaan lingkungan secara rinci Untuk mempertegas dan memperjelas persyaratan pengelolaan lingkungan yang harus dilaksankan oleh kontraktor, cantumkanlah klosul-klosul tertentu secara spesifik, baik dalam dokumen tender maupun kontrak (lihat Kotak 3). Setiap klosul persyaratan pengelolaan lingkungan harus menyatakan perintah atau penjelasan apa yang harus dilaksanakan oleh kontraktor, dan rumusannya harus jelas agar tidak terjadi kesalahan interpretasi. Setiap klosul harus mengandung paling tidak empat bagian keterangan yang menjelaskan :. Apa yang harus dilaksanakan;

Page 391: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

8

Di mana hal itu dilaksanakan; Kapan dan bagaimana cara pelaksanaannya; Siapa yang bertanggungjawab. J.6.3 Pelaksanaan pemantauan lingkungan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan, kontraktor juga harus melaksanakan pemantauan lingkungan sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).. Pencantuman klosul tentang persyaratan pelaksanaan pemantauan lingkungan tersebut di atas dapat dibuat secara global atau secara rinci terutama untuk hal-hal yang dipandang sangat penting. Persyaratan teknis pelaksanaan pemantauan lingkungan yang mungkin diperlukan antara lain meliputi:

• kehilangan jenis-jenis flora dan keberhasilan penghijaian kembali di lokasi pembersihan

lahan; • kualitas udara dan kebisingan di lokasi permukiman yang dilalui lendaraan pengangkut

material; • effluen limbah cair dari base camp; • kerusakan badan jalan sepanjang ruas jalan yang dilalui kendaraan berat pengangkut

peralatan dan material; • kemacetan lalu lintas dan / atau kecelakaan lalu lintas sekitar lokasi proyek; • erosi atau longsor di lokasi galian atau timbunan tanah; • keluhan atau pengaduan masyarakat akibat dampak yang tidak tertangani dengan baik. • kerusakan prasarana atau fasilitas umum seperti saluran drainase, jaringan telepon/ listrik, dll,

akibat pekerjaan galian tanah.

Page 392: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

9

Kotak 3

Contoh Klosul Persyaratan Pengelolaan Lingkungan 1) Kontraktor harus berupaya dengan segala cara untuk melindungi lingkungan di dalam dan di sekitar lokasi tapak kegiatan proyek sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen Rencana Pengelolaan Libgkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Kontraktor harus menghindarkan atau menanggulangi semua kerusakan atau gangguan terhadap orang maupun benda milik umum yang timbul karena polusi, bising atau lainnya yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan kontraktor. 2) Selama pekerjaan mobilisasi, kontraktor diwajibkan memperkuat semua jembatan baik di sepanjang maupun di luar jalur proyek yang akan dilewati kendaraan dan peralatan berat kontraktor. Kontraktor harus mengusahakan dengan segala upaya untuk mencegah agar lalu lintas peralatan tidak merusak jalan atau jembatan yang menghubungkan dengan atau yang terletak pada jalan yang menuju ke lokasi pekerjaan. Kontraktor harus berusaha memilih rute, serta mengatur jadwal waktu penggunaan kendaraan untuk menghindari kemacetan atau kecelakaan lalu lintas yang mungkin terjadi akibat pengangkutan peralatan dan bahan bangunan dari atau ke lokasi pekerjaan. 3) Semua kegiatan untuk pelaksanaan pekerjaan, termasuk pekerjaan sementara harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan yang berarti bagi kenyamanan umum, atau membatasi jalan masuk menuju ke dalam batas daerah pekerjaan dan tanah yang bedampingan. 4) Semua benda peninggalan purbakala, mata uang, benda berharga atau kuno, bangunan dan peninggalan-peninggalan lain atau benda-benda yang menyangkut kepentingan geologi dan kepurbakalaan yang ditemukan di lapangan harus dianggap oleh pemilik dan kontraktor sebagai milik mutlak dari pemerintah. Kintraktor harus mengambil tindakan untuk mencegah orang-orangnya atau orang lain memindahkan atau merusak barang atau benda tersebut, dan segera setelah penemuan tewrsebut dan sebelum memindahkannya, memberitahukan penemuan tersebut kepada Direksi Lapangan (Konsultan Supervisi) untuk berkonsultasi dengan Pemimpin Proyek yang akan menentukan tindakan selanjutbnya sesuai dengan peraturan yang beralaku. 5) Kontraktor harus memberikan prioritas kesempatan kerja kepada penduduk lokal di sekitar lokasi proyek sesuai dengan persyaratan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. Apabila kontraktor mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah kerja, kontraktor harus berupaya agar tidak terjadi konflik sosial yang mungkin terjadi antara penduduk lokal dan tenaga kerja pendatang. 6) Kontraktor harus selalu menjaga kebersihan dan kerapihan lapangan dan pekerjaan selama pelaksanaan dan pemeliharaan. Pada saat penyelesaian pekerjaan, kontraktor harus membersihkan dan menyingkirkan dari lapangan semua peralatan konstruksi, sisa bahan, sampah dan segala macam pekerjaan sementara, dan kontraktor harus meninggalkan seluruh lapangan dan pekerjaan dalam keadaan bersih dan sehat seperti kondisi semula atas biaya kontraktor, sehingga dapat diterima oleh Direksi pekerjaan.

Page 393: Info Lingkungan3

Lampiran J – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENJABARAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LH ATAU UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

10

Page 394: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 1

Lampiran K (Informatif)

Pedoman Teknis Perencanaan Lansekap Jalan

K.1 Pengertian lansekap Lansekap adalah pemandangan sejauih mata memandang dalam ruang di luar bangunan artau gedung. Berbagai jenis lansekap di luar bangunan / gedung dapat kita temuai antara lain: Lansekap pegunungan; Lansekap pedesaan; Lansekap perkotaaan; Lansekap pantai; Lansekap jalan. Lansekap jalan adalah pemandangan sejauh mata memandang dari dan ke jalan, serta sepanjang koridor jalan. Lansekap jalan mencakup elemen keras berupa perkerasan jalan, trotoar, jembatan, underpass, overpass, subway dan simpang susun, dan elemen lunak seperti pelengkap tepi jalan berupa tanaman meliputi jenis pohon, semak, perdu dan rumput yang berada di sekitar jalan. Lansekap jalan merupakan suatu jaringan koridor visual yang memberikan pemandangan kepada pemakai jalan dan warga penghuni di sekitarnya, yang sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat sehari-hari. Lansekap jalan yang baik, secara psikologis dan kesehatan dapat memberikan kenyamanan, stimulasi dan penyegaran, dan secara ekologis akan meningkatkan kualitas lingkungan jalan. Istilah lansekap berkaitan dengan aspek-aspek lingkungan fisik, ekologis dan visual. Di Indonesia rona lansekap terbentuk dari berbagai jenis bentang alam dan binaan manusia, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Gambar 1.1 Contoh Lansekap Perkotaan

Di daerah perkotaan, lansekap didominasi oleh elemen buatan manusia sedangkan elemen alami pada umumnya merupakan elemen sekunder, bahkan dalam kondisi tertentu sama sekali tidak ada atau kurang berarti (lihat Gambar 1.1).

Page 395: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 2

Gambar 1.2 Contoh Lansekap Pedesaan Pada dasarnya, lansekap terbentuk dari campuran tiga faktor sebagai berikut: a. Faktor-faktor ekologis Hal ini meliputi flora, fauna, hidrologi, kondisi tanah, dan topografi. Interaksi ekologis antara elemen-elemen tersebut, demikian juga interaksinya dengan faktor sosial / budaya dapat membentuk ekologi setempat. b. Faktor-faktor sosial / budaya Faktor-faktor ini merupakan elemen-elemen lansekap binaan manusia meliputi elemen penggunaan lahan, termasuk modifikasi lingkungan alami, gedung, serta bangunan sarana dan prasarana lainnya. Elemen-elemen sosial-budaya ini membentuk berbagai lingkungan yang merupakan bagian lingkungan alam, perkotaan dan perdesaan di Indonesia. c. Faktor visual Karakter visual elemen-elemen alami dan sosial-bidaya secara terpisah dan / atau bersama-sama membentuk ekspresi pemandangan lansekap. Pemandangan ini dapat berupa pemandangan alami, pedesaan atau perkotaan dengan berbagai mutu visual. K.2 Gambaran umum lansekap jalan K.2.1 Lansekap jalan antar kota Jalan antar kota melalui berbagai lansekap alami dan pedesaan yang luas, serta kampung

dan kota-kota kecil di Indonesia; Pada prinsipnya lansekap Indonesia dapat dilihat / dinikmati dari jalan antar kota;

Lansekap pedesaan juga didominasi oleh elemen buatan manusia, berupa lansekap lunak yang terbentuk dari berbagai tanaman termasuk sawah dan berbagai jenis kebun. Di daerah alami, seperti hutan, berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (vegetasi alam) dan / atau elemen alami lainnya mendominasi

Page 396: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 3

Pada umumnya lansekap ini memiliki daya tarik visual yang besar, serta kesatuan dan keanekaragaman visual yang tinggi;

Lansekap yang berbatasan dengan jalan antar kota harus memiliki nilai pemandangan dan wisata yang tinggi;

K.2.2 Lansekap jalan kota

Nilai-nilai tersebut penting bagi pariwisata yang merupakan nilai ekonomi yang besar bagi Indonesia karena jalan antar kota memberikan jalan menuju sumber alam;

Jalan antar kota yang baru dapat menambah nilai lansekap dengan membawa aset pemandangan lansekap ke jalan;

Jalan antar kota juga dapat berdampak atau merugikan bagi lansekap lainnya jika jalan dipandang dari lokasi lain;

Perencanaan lansekap jalan antar kota yang baik akan memastikan penyatuan jalan dengan lansekap setempat dan mempertahankan nilai-nilai lansekap, serta meningkatkan peluang untuk pemandangan;

Dalam beberapa keadaan, nilai ekologis lansekap akan berdampak terhadap jalan.

Jalan kota merupakan komponen utama lansekap kota; Jalan kota merupakan bagian penting dari pengalaman keseharian kita, saat

kita berkeliling kota; Jalan kota penting bagi kita, saat kita bepergian sebagai pengendara /

penumpang kendaraan pribadi, penumpang kendaraan umum, pengendara motor dan / atau pejalan kaki;

Jalan kota penting untuk menunjang perekonomian yang memberikan pencapaian ke pertokoan dan tempat perniagaan;

Jaln kota penting sebagai tempat bersosialisasi, umumnya untuk bertemu seseorang atau makan di restoran, warung atau kaki lima;

Lansekap jalan kota penting dilihat dari segi iklim, dimana lansekap jalan menentukan bagaimana kita merasakannya dalam mobil, khususnya jika lalu lintas bergerak lambat, macet atau berhenti;

Lanseap jalan kota penting dari segi visual, dimana kondisi lansekap tersebut memiliki kemampuan menciptakan kenyamanan atau ketidaknyamanan pengalaman visual.

Jalan kota menyediakan jalur utilitas, termasuk listrik (PLN), air (PAM), telepon, dan gas;

Dalam proses perencanaan jalan kota, seluruh fungsi jalan tersebut harus dipertimbangkan;

Untuk mencapai hasil terbaik, perencana jalan kota harus bekerjasana dengan perencana kota / arsitek lansekap.

Page 397: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 4

K.2.3 Lansekap jalan layang Jalan layang yang merupakan kombinasi jalan tol dan jalan penghubung memiliki potensi

dampak terbesar terhadap lansekap pada lingkungan yang dilalui jalan tersebut; Pertimbangan rencana jalan layang harus diberikan untuk nilai fungsi, lingkungan,

keindahan, sosial, lalu-lintas dan rekayasa pada penyelesaian jalan; Peruntukan lahan yang berbatasan dalam potongan melintang jalan dapat diciptakan tema

lansekap yang umum untuk menciptakan lingkungan jalan yang lebih baik; K.2.4 Lansekap jalan pejalan kaki Jalan harus melayani kebutuhan pejalan kaki sama dengan kebutuhan kendaraan; Saat ini lebar jalur jalan pejalan kaki tergantung pada status / klasifikasi jalan-jalan nasional,

provinsi, kabupaten / kota, dan arteri, kolektor dan lokal; K epedulian pada kegiatan pejalan kaki m eningkatkan penam pilan “kualitas lingkungan hidup”

suatu ruas jalan. Perencanaan harus menghasilkan beberapa tujuan:

Daerah pada potongan memanjang memerlukan pengolahan visual untuk memberikan pengaruh kualitas lansekap yang lebih tinggi;

Elemen struktur utama sistem jalan layang memiliki pengaruh penting terhadap lansekap lingkungan iklim vusual jalan yang berabatasan dengan daerah tersebut;

Material lansekap memberikan visual yang kontras dan manfaat lingkungan pada pembangunan jalan.

a) Keamanan pejalan kaki harus aman dan terlindung dari kendaraan; b) Iklim mikro faktor iklim tropis harus dipertimbangkan dan jalur

pejalan kaki harus teduh untuk menikmati perjalanan; c) Keindahan rencana lansekap jalan harus menggunakan konsep

budaya setempat yang akan menciptakan suasana lansekap yang unik;

d) Fungsi: Daerah pejalan kaki pada sisi jalan merupakan tempat untuk beriteraksi sosial. Pergerakan pejalan kaki, warung, kios dan pedagang kaki lima juga terjadi di jalur pejalan kaki. Elemen-elemen tersebut menciptakan daerah pejalan kaki yang menyediakan kawasan pelayanan dan sosial . Namun pada saat yang sama mereka membuat masalah memaksa pejalan kaki ke jalan.

Page 398: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 5

K.3 Proses perencanaan lansekap jalan K.3.1 Tahap-tahap perencanaan lansekap jalan Fungsi perencanaan lansekap jalan adalah untuk menyediakan desain rinci untuk menerapkan “prinsip -prinsip rencana lansekap” dan / atau penjabaran rencana penataan lansekap sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen RKL atau UKL proyek jalan yang bersangkutan. Proses perencanaan lansekap jalan secara umum dilaksanakan melalui beberapa tahap atau langkah sebagai berikut (lihat Gambar 3.1). Langkah 1 : penyusunan rencana induk lansekap; Langkah 2 : Identifikasi isu pokok keselamatan (lalu lintas); Langkah 3 : penyusunan desain awal; Langkah 4 : penyusunan desain rinci.

Langkah 1 Penyusunan

Rencana Induk Langkah 2

Identifikasi Isu Pokok Keselamatan

Langkah 3 Penyusunan Desain Awal

Tempat penyeberangan jalan atau jembatan penyeberangan atau underpass harus tersedia di persimpangan jalan dan jalur pergerakan pejalan kaki;

Jalur pejalan kaki harus peduli kepada para penderita cacat. Permukaan jalan harus rata dengan kemiringan rendah;

Pengelolaan fasilitas umum (PAM, Telkom, PLN dan gas) harus dikoordinasikan dengan instansi terkait. Saat ini, banyak jalur pejalan kaki yang rusak berat oleh kegiatan konstruksi atau pemeliharaan oleh instansi terkait.

Langkah 4 Penyusunan Desain Rinci

Page 399: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 6

Gambar 3.1 Tahap-Tahap Perencanaan Lansekap Jalan Untuk proyek-proyek jalan tertentu, yang dampaknya terhadap aspek lansekap tidak penting, proses perencanaan lansekap dapat dilaksanakan lebih sederhana hanya melalui dua tahap, yaitu penyusunan desain awal dan penyusunan desain rinci. Dalam hal ini, disarankan pengenalan “tingkat kegiatan” seperti tercantum pada T abel 3.1.

Tabel 3.1 Daftar Uji Kegiatan Perencanaan Lansekap Jalan

Tingkat Kegiatan

Rencana Induk

Desain Awal

Desain Rinci

1. Fokus Minimum Persimpanga

n Bundaran Median

Tidak diperlukan secara menyeluruh

Konsep Rencana

Tata Letak satu warna, skala minimum 1 : 500

Ringkasan isu desain Penampang

Melintang dan/atau fotomontase rencana perlakuan

Desain rinci lansekap

skala minimum 1 : 500

Desain rinci penanaman

Jadwal penanaman Estimasi biaya Masukan untuk

spesifikasi lansekap 2. Terfokus Simpang

susun

Tidak diperlukan secara menyeluruh

Konsep Rencana

Tata Letak dg 2 atau 3 warna melukiskan gabungan penggunaan dan perlakuan, dengan skala minimum 1 : 500

Ringkasan isu desain 2 atau 3 penampang

Melintang menggambarkan rencana perlakuan

Desain rinci lansekap

skala minimum 1 : 500

Desain rinci penanaman

Desain rinci drainase Jadwal penanaman Estimasi biaya Masukan utk

spesifikasi lansekap

3. Komprehensif Bypas

pedesaan dan semi pedesaan

Jalan utana pekotaan

Laporan

rencana induk Pernyataan

visi menyeluruh

Panel berwarna

Sketsa, ilustrasi, simulasi

Konsep Rencana

Tata Letak minimum 3 warna melukiskan gabungan penggunaan dan elemen lansekap, dengan skala minimum 1 : 500, dan sekurang-kurangnya 2 area rinci skala minimum 1 : 250.

Desain rinci lansekap

skala minimum 1 : 500

Desain rinci penanaman

Desain rinci drainase Jadwal penanaman Estimasi biaya Spesifikasi lansekap

Page 400: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 7

Laporan desain lansekap

Minimum 3 penampang Melintang melukiskan perlakuan

Fotomontase proyek jalan

4. Komprehensif

maksimum Jalan

protokol Jalan utama

perkotaan Jakan di

daerah sangat sensitif

Laporan

rencana induk Pernyataan

visi menyeluruh

Panel berwarna

Sketsa, ilustrasi, simulasi

Rangkaian Konsep

Rencana Tata Letak berwarna dari sifat menyeluruh

Laporan desain lansekap

Minimum 3 penampang melintang melukiskan perlakuan

Minimum 2 fotomontase

Minimum skala 1 : 100

Desain rinci lansekap

skala minimum 1 : 500

Desain rinci penanaman

Desain rinci drainase Kontrak pengadaan

tanaman Dokumtn kontrak Estimasi biaya terinci Spesifikasi lansekap

K.3.2 Penyusunan rencana induk Proyek-proyek jalan yang cukup besar seperti pembangunan jalan baru antar kota, jalan tol perkotaan atau antar kota, termasuk pembangunan simpang susun, memerlukan penyiapan “R encana Induk Lansekap”, untuk pedom an pem bangunan yang m enyeluruh, khususnya penataan dan pengelolaan lansekap. Rencana induk walaupun pada akhirnya merupakan satu rencana, dapat terdiri dari sejumlah rencana yang menggambarkan berbagai pengaruh terhadap rencana induk atau mengulangi, dan bila perlu, m eluas m enjadi “R encana D asar”. R encana induk m em perlihatkan perbedaan zona (mintakat) lansekap yang berada di sepanjang rute jalan yang tercakup oleh batas wilayah perencanaan (lihat Gambar 3.2). Rencana induk ini, dalam mendukung potongan dan sketsa rencana rinci, akan menggambarkan karakteristik penanganan lansekap. “R encana Induk Lansekap” harus tercantum dalam laporan “R encana Induk”. H al ini akan diuraikan dengan seksama pada strategi penanganan dan pengelolaan lansekap sepanjang ruas jalan. Hal ini dapat mencakup strategi konservasi daerah alami atau daerah cagar budaya, strategi pengelolaan dan restorasi sumber daya visual, serta strategi penanaman untuk berbagai daerah.

Page 401: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 8

Sebelum finalisasi, rencana induk harus didiskusikan oleh pemrakarsa proyek jalan untuk memastikan bahwa ada saling pengertian tentang apa yang disarankan dalam kaitannya dengan strategi desain dan pengelolaan lansekap. K.3.3 Identifikasi isu-isu pokok keselamatan Kaji ulang semua isu pokok keselamatan yang berkaitan dengan kegiatan pembangunan jalan. Hal ini meliputi standar dan persyaratan teknis jalan yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan lansekap dan untuk menjamin bahwa keselamatan jalan (lalu lintas) tidak dapat ditawar-tawar. Pertimbangan keselamatan ini dipertimbangkan dalam tiga kelas, daerah terbuka, kejelasan pandang, dan fungsi penggunaan penanaman. Daftar uji (checklist) berbagai hal dalam ketiga kelas tersebut diajikan pada Tabel 3.2 K.3.4 Penyusunan desain awal Berbagai rencana rinci dibuat berdasarkan rencana induk yang telah ditetapkan. Hal ini sebagian besar mencakup rencana penanaman, tapi dapat juga mencakup elemen-elemen lain seperti penempatan rambu lalu lintas dan pelengkap jalan lainnya. Rencana ini dinam ai “D enah A w al” yang diperlukan untuk kaji ulang desain selanjutnya. Denah awal semacam itu harus dibuat untuk semua areal yang memerlukan desain tersendiri dan harus mencakup areal median dengan berbagai lebar dan perlakuan, tepi jalan, galian dan timbunan, dinding penguat tebing, persilangan dan simpang susun. Desain awal menggambarkan karakteristik areal-areal khusus dalam bentuk denah dan penampang dan / atau ilustrasi sketsa tiga dimensi (lihat Gambar 3.3).

Page 402: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 9

Gambar 3.2 Contoh Rencana Induk Lansekap Jalan

Page 403: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 10

Tabel 3.2 Daftar Uji Pertimbangan Keselamatan Dalam Desain Lansekap

Isu

Faktor Spesifik

Persayaratan

Daerah Terbuka

Sempadan penanaman

Sempadan penanaman diidentifikasi melalui empat langkah

Penyerapan benturan Bila diizinkan, digunakan tanaman yang tidak keras di zone sempadan yang tersedia

Kejelasan

Penglihatan

Garis pandang

Segitiga pandangan diidentifikasi dan diplot Penanaman dalam segitiga pandangan sesuai

dengan kebutuhan Penerangan, rambu dan pelayanan

Penanaman tidak mengganggu penerangan Penanaman tidak termasuk di daerah yang

cocok untuk pemasangan rambu Tempat istirahat

Tata letak sesuai keperluan

Median

Median kurang dari 2 m diperkeras Tempat berlindung penyeberang jalan

disediakan sesuai kebutuhan Penyeberangan pejalan kaki

Garis pandang tidak terhalang sesuai keperluan

Persimpangan

Jarak pandang sesuai keperluan

Bundaran

Segitiga pandangan diplot sesuai keperluan Segitiga pandangan bebas dari penghalang

sesuai keperluan

Fungsi Penggunaan

Tanaman

Penghalang sorot lampu

Factor dipertimbangkan dalam proyek

Pembatas tikungan Factor dipertimbangkan dalam proyek Penggunaan spesies yang efektif

dipertimbangkan Penyaringan Factor dipertimbangkan dalam proyek Penahan angin Factor dipertimbangkan dalam proyek Silau cahaya matahari Factor dipertimbangkan dalam proyek

Page 404: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 11

Gambar 3.3 Contoh Desain Awal Lansekap Jalan

K.3.5 Penyusunan desain rinci Langkah berikutnya setelah persetujuan atau modifikasi denah awal adalah perumusan desain rinci (lihat Gambar 3.4). Desain rinci tersebut meliputi dokumentasi semua pekerjaan lansekap berupa denah, gambar kerja, spesifikasi dan dokumentasi, serta rencana anggaran biaya untuk pelaksanaan konstruksi. Perencanaan lansekap jalan harus mencakup penerapan pertimbangan berbagai aspak berikut: tema arsitektur lansekap; keselamatan dan efisiensi; dampak visual pada lansekap sekarang; keindahan dan konteks budaya; konservasi warisan budaya dan kedanekaragaman hayati; koridor dan struktur utilitas / jasa; tambu lalu lintas dan papan reklame; kontrol akustik;

Page 405: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 12

erosi dan drainase; pemandangan sepanjang koridor; pemandangan dan penggunan lahan pribadi di sekitar jalan; lalu lintas stnar.

Page 406: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 13

Gambar 3.4 Contoh Desain Rinci Lansekap Jalan

Page 407: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 14

K.4 Spesifikasi Tanaman K.4.1 Bentuk tanaman Salah satu elemen lansekap yang utama adalah tanaman. Tanaman yang dapat digunakan dalam penataan lansekap jalan mempunyai kriteria (persyaratan) berdasarkan bentuk tanaman sebagai berikut. a. Tanaman Pohon: tinggi pohon 2,00 – 5,00 m bermassa daun padat batang pohon / percabangan tidak mudah patah perawatannya mudah dan daun tidak mudah rontok (gugur) perakaran tidak merusak konstruksi jalan.

b. Tanaman Perdu: tinggi tanaman 0,50 – 2,00 m berbatang lunak tapi tidak mudah patah perawatannya mudah warna bunga atau daunnya indah perakaran tidak merusak konstruksi jalan

c. Tanaman Penutup Tanah tinggi tanaman 5 – 20 cm perakaran serabut atau menjalar dengan tunas dapat merupakan jenis rumput atau penutup tanah perawatannya mudah

K.4.2 Bentuk Tajuk Tanaman pohon dan perdu mempunyai berbagai bentuk tajuk yang dapat dibedakan secara visual (Lihat Tabel 4.1).

Page 408: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 15

Tabel 4.1 Bentuk Tajuk Pohon dan Contoh Jenis Tanamannya

Bentuk Tajuk

Contoh Jenis Tanaman

1. Tajuk Bulat (Rounded)

Kiara Payung (Filicim decipiens) Biola Cantik (Ficus pandurata)

2. Tajuk Memayung (Canopy)

Bungur (Lagerstroemia loudonii) Dadap (Erythrina sp)

3. Tajuk Oval

Tanjung (Mimusops elengi) Johar (Cassia siamea)

4. Tajuk Kerucut (Conical)

Cemara ( Cassuarina equisetifolia) Glodokan (Polyalthea longifolia) Kayu Manis (Glycyrrhiza gkabra) Kenari (Cannarium communeae)

5. Tajuk Menyebar / Bebas (Abroad)

Angsana (Ptherocarphus indicus) Akasia daun besar (Accasia mangium)

Page 409: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 16

Tabel 4.1 (Lanjutan)

Bentuk Tajuk

Contoh Jenis Tanaman

6. Tajuk Persegi Empat (Square)

Mahoni (Switenia mahagoni)

7. Tajuk Kolom (Columnar)

Baambu (Bambusa sp) Glodokan Tiang (Polyalthea sp)

8. Tajuk Vertikal

Jenis Palem, antara lain: Palem Raja (Oreodoxa regia)

K.4.3 Fungsi tanaman Bentuk tanaman mempunyai kaitan erat dengan fungsinya. Karena itu, bentuk ranaman tertentu diharapkan dapat menunjang fungsi dan tujuan perencanaan lansekap jalan. Contoh bentuk dan jenis tanaman serta fungsi dan persyaratannya dapat dilihat pada Tabel 4.2

Page 410: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 17

Tabel 4.2 Fungsi Tanaman

Fungsi

Persyaratan

Contoh Bentuk dan Jenis

1. Peneduh

Ditempatkan pada jalur tanaman

(minimal 1,5 m) Percabangan 2 m di atas tanah Bentuk percabangan batang tidak

merunduk Bermassa daun padat Ditanam secara berbaris

Kiara Payung (Filicium decipiens) Tanjung (Mimosops elengi) Angsana (Ptherocarphus indicus)

2. Pengarah

Pandang

Tanaman perdu atau pohon

ketinggian > 2 m Ditanam secara masal atau berbaris Jarak tanam rapat Untuk tanaman perdu / semak

digunakan tanaman yang memiliki warna daun hijau muda agar dapat dilihat pada malam hari.

Cemara

(Cassuarina equisetifolia) Mahoni

(Switenia mahagoni) Hujan Mas

(Cassia glauca) Kembang Merak

(Caesalphania pulcherima) Kol Banda

(Pisonia alba)

Page 411: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 18

3. Pembentuk

Pandangan

Tanaman pohon tinggi > 3 m Membentuk massa Pada bagian tertentu dibuat terbuka Diutamakan tajuk Coniccal &

Columnar

Cemara

(Cassuarina equisetifolia) Glodokan Tiang

(Polyalthea sp) Bambu

(Bambusa sp) Glodokan

(Polyalthea longifolia)

4. Penyerap Polisi

Terdiri dari pohon atau semak Memiliki ketahanan tinggi terhadap

pengaruh udara Jarak tanam rapat Bermassa daun padat

Angsana

(Ptherocarphus indicus) Akasia daun besar

(Accasia mangium) Oleander

(Nerium oleander) Bogenvil

(Boigenvilea sp) Teh-tehan pangkas (Acalypha sp)

5. Penyerap

Kebisingan

Terdiri dari pohon, perdu / semak Membentuk masa Bermassa daun padat Jatak tanam rapat Berbagai bentuk tajuk

Tanjung

(Mimusops elengi) Kiara Payung

(Filicium decipiens)

Page 412: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 19

The-tehan pangkas (Acalypha sp)

Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

Bogenvil (Bogenvilea sp)

Oleander (Nerium oleander)

6. Pemecah Angin

Tanaman pohon, perdu / semak Bermassa daun padat Ditanam berbaris atau membentuk

massa Jarak tanam rapat < 3 m.

Cemara

(Cassuarina equisetifolia) Angsana

(Ptherocarphus indicus) Tanjung

Mimosops elengi) Kiara Payung

(Filicium decipiens) Kembang Sepatu

(Hibiscus rosa sinensis)

7. Pembatas

Pandang

Tanaman pohon, perdu / semak Bermassa daun padat Ditanam berbaris atau membentuk

massa Jarak tanam rapat

Bambu

(Bambusa sp) Cemara

(Cassuarina equisetifolia) Kembang Sepatu

(Hibiscus rosa sinensis) Oleander

(Neriun oleander)

Page 413: Info Lingkungan3

Lampiran K – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN LANSEKAP JALAN 20

8. Penahan silau

lampu kendaraan

Tanaman perdu / semak Ditanam rapat Tinggi 1,5 m Bermassa daun padat

Bogenvil

(Bougenvilea sp) Kembang Sepatu

Hibiscus rosa sinensis) Oleander

(Nerium oleander) Nusa Indah

(Mussaenda sp)

Page 414: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

1

Lampiran L

Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali untuk Bidang Jalan

L.1 Tahapan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengadaan Tanah,

Pemukiman Kembali dan Pembinaan (Land Acquisition and Rsettlement Action Plan /LARAP)

Penyusunan LARAP dilaksanakan pada tahap perencanaan teknis, terdiri dari 12 tahapan kegiatan utama, yakni :

1) Persiapan 2) Survai pengumpulan data 3) Pengolahan dan analisis data 4) Identifikasi dampak/kerugian yang mungkin timbul 5) Penilaian kelayakan ganti kerugian 6) Perencanaan lokasi pemukiman kembali; 7) Penyiapan kerangka program rehabilitasi sosial ekonomi/pembinaan; 8) Penyusunan mekanisme monitoring dan evaluasi 9) Penyusunan kerangka kelembagaan; 10) Penyusunan jadwal waktu pelaksanaan; 11) Penyusunan anggaran dan sumber pembiayaan; 12) Penyusunan dokumen RK-PTPKP.

L.2 Persiapan L.2.1 Pengumpulan dan pengkajian data dasar Pengkajian data dasar dimaksudkan untuk mempersiapkan perkiraan awal dampak kegiatan pengadaan tanah dan mengidentifikasi isu-isu utama yang dianggap krusial. Disamping itu, data dasar ini dapat mendukung dalam melakukan analisis sosial ekonomi dan identifikasi kebutuhan pengumpulan data primer. LK.2.1.1 Jenis-jenis data yang dikumpulkan, meliputi : a) Dokumen akhir perencanaan teknis (FED), khususnya dokumen hasil survai dan peta lokasi

(peta situasi dan foto udara), gambar/peta situasi rencana alinyemen jalan (plan & profile) skala 1 : 1.000 atau 1 : 2.000, dan gambar detailed intersection skala 1 : 200 atau 1 : 500.

b) Peta persil tanah skala 1 : 1.000 atau 1 : 5.000 dan data status kepemilikannya. Data ini dapat diperoleh pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat.

c) Peta dasar dan/atau peta situasi/konfigurasi bangunan (biasanya tersedia dalam skala 1 : 1.000 atau 1 : 5.000). Data ini dapat diperoleh pada Dinas Tata Kota dan/atau pada Dinas Perumahan Kabupaten/Kota setempat;

d) Data (dokumen) tentang kebijakan Pemda setempat dalam menangani kegiatan pengadaan

Page 415: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

2

tanah dan pemukiman kembali serta perangkat pelaksanaannya. Data ini dapat diperoleh di Kantor Setwilda atau Panitia Pengadaan Tanah, atau Proyek Pembebasan Tanah;

e) Dokumen rencana pengembangan kota/kab (RUTR/RTRK) di Kantor Bappeda. L.2.1.2 Pengkajian data dasar Langkah aw al dari pengkajian data dasar adalah m em buat “P eta D asar” yang akan digunakan sebagai “P eta K erja” dalam m elakukan survai pengum pulan data prim er dan analisis. P eta ini berupa “P eta Lokasi P engadaan T anah” yang bersifat sem entara. a) P eta K erja/P eta D asar dibuat dengan cara “m en -superim posedkan” peta -peta tersebut diatas,

dengan terlebih dahulu menyeragamkan sistem koordinat dan skalanya, serta menggunakan peta situasi rencana alinyemen jalan sebagai acuan.

b) Membuat identitas jenis dan deskripsi atas data persil/bidang tanah dan bangunan yang diperkirakan terkena pengadaan tanah. Pembuatan identitas dan deskripsi atas persil tanah dan bangunan yang diperkirakan terkena proyek didasarkan pada data/peta persil tanah dan peta situasi/konfigurasi bangunan atau peta dasar yang ada.

Jenis data dan deskripsinya Identitas jenis dan deskripsi data atas persil/bidang tanah dan bangunan yang diperkirakan terkena pengadaan tanah, meliputi : a) Letak/posisi persil/bidang tanah, bangunan dan aset lainnya terhadap rencana trase/alinyemen

jalan, b) Jumlah dan dimensi/ukuran persil/bidang tanah yang terkena proyek, nama pemilik, status hak

dan jenis penggunaannya, c) Jumlah dan dimensi/ukuran, pemilik, kategori, dan status penggunaan bangunan serta aset

lainnya yang terkena proyek; d) Jumlah dan dimensi/ukuran, pemilik, kategori, dan fungsi layanan fasilitas umum yang terkena

proyek. e) Penilaian awal tentang kemungkinan diperlukannya pemukiman kembali. Perkiraan jenis dampak a) Perkirakan jenis dampak yang ditimbulkan (khususnya yang akan dialami oleh penduduk

terkena proyek) berdasarkan data hasil identifikasi dan peta kerja, b) Berdasarkan cakupan data hasil identifikasi dan jenis dampak yang dapat terjadi, maka

selanjutnya dapat dibuat perencanaan untuk persiapan pelaksanaan survai sosial ekonomi. L.2.2 Koordinasi/Konsultasi Melakukan koordinasi/konsultasi dengan pemerintah daerah (pemda) dan instansi terkait untuk mengetahui hal-hal berikut :

Page 416: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

3

a) kebijakan pemda (Kabupaten/Kota) dalam penanganan kegiatan pengadaan tanah (dan

pemukiman kembali), b) perangkat pelaksanaan dan kerangka kelembagaannya, c) tingkat kesiapan/rencana pelaksanaan pengadaan tanah, d) pengumpulan data (sekunder) yang diperlukan, e) persiapan pelaksanaan survai sosial ekonomi. Pemda dan instansi terkait tersebut, antara lain : a) Kantor Bupati/Walikota

Berkaitan dengan kebijakan pemda dalam menangani kegiatan pengadaan tanah, perangkat pelaksanaan dan kelembagaannya, kesiapan program, dll;

b) Sekretariat Panitia Pengadaan Tanah Berkaitan dengan kajian tentang kendala yang mungkin timbul dan bagaimana sebaiknya pengadaan tanah tersebut dilaksanakan.

c) Kantor Bappeda Berkaitan dengan penyiapan program kegiatan pengadaan tanah, kerangka penanganan pemukiman kembali dan rehabilitasi sosial ekonomi/pembinaan.

d) Instansi terkait lainnya. Instansi terkait lainnya antara lain : Dinas PU, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perumahan, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Kecamatan, Kantor K elurahan, dan Instansi pem ilik aset yang terkena proyek„.

Dengan pejabat dari instansi tersebut didiskusikan mengenai berbagai aspek dan pandangan terhadap rencana pengadaan tanah. L.2.3 Perumusan Kebutuhan Data dan Penyiapan Perangkat Survai Berdasarkan hasil pengkajian data awal dan koordinasi/konsultasi dengan instansi terkait, maka dapat dirumuskan jenis dan lingkup data dan perangkat pengumpulan data. Jenis dan lingkup data a) Data lahan dan lokasi proyek, meliputi :

Peta lokasi pengadaan tanah dan daerah sekitarnya; Jumlah persil dan luas tanah yang dibutuhkan untuk proyek; Kepemilikan, status penguasaan dan pola penggunaan tanah; Jumlah dan jenis aset lainnya yang terkena proyek; Sarana dan prasarana umum yang tersedia; Kebijakan pengadaan tanah, termasuk ganti rugi, prosedur pengadaan tanah, pemukiman

kembali dan pembinaan; Sistem ekonomi dan sumber daya non-lahan.

b) Data tentang penduduk terkena proyek (PTP), meliputi :

Jumlah PTP; Struktur penduduk, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan;

Page 417: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

4

Inventarisasi seluruh aset yang terkena proyek; Sistem kegiatan sosial ekonomi dan penggunaan sumber daya; Inventarisasi fasilitas sosial ekonomi dan budaya; Jaringan sosial dan organisasi sosial; Sistem dan perilaku sosial budaya; Persepsi PTP terhadap proyek.

c) Data penduduk di lokasi pemukiman kembali, meliputi :

Karakteristik lokasi; Kepadatan penduduk dan kapasitas daya tampung yang tersedia; Komposisi demografi dan sosial budaya; Fasilitas umum dan sumber daya umum yang tersedia; Kepemilikan, pola penguasaan dan penggunaan lahan; Kebutuhan prasarana baru dan pengembangannya; Reaksi terhadap pemukim baru; Organisasi dan kebutuhan masyarakat; Jaringan sosial dan organisasi sosial; Sistem dan perilaku sosial

Perangkat survey pengumpulan data Mempersiapkan perangkat survey pengumpulan data sesuai dengan jenis dan cakupan data yang akan dibutuhkan serta cara pengumpulan datanya. Data yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi PTP akan memerlukan perangkat survey berupa daftar kuisioner. L.3 Pelaksanaan Survai Pengumpulan Data L.3.1 Peningkatan Efektifitas Pengumpulan Data Sebelum pelaksanaan pengumpulan data, perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini : a) Menentukan definisi pengertian-pengertian dasar (seperti: PTP, keluarga, kerugian yang layak

diganti rugi, orang yang berhak), b) Menetapkan tanggal pendataan PTP, dan segera melakukan sensus untuk menetapkan jumlah

PTP, luas tanah, jumlah bangunan dan aset lainnya yang terkena proyek; c) Mempetakan tapak proyek (lokasi dampak) dan identifikasi rumah tangga dengan sistem

nomor (bila perlu copy KTP) d) Melakukan sosialisasi daftar PTP dan prosedur pengaduan. L.3.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data Pelaksanaan pengumpulan data terdiri dari 3 jenis survai utama, yaitu survai inventarisasi lahan dan aset, survai sosial ekonomi, dan survai lokasi pemukiman kembali. L.3.2.1 Survai inventarisasi lahan dan aset a) Melakukan pertemuan di Kantor Kelurahan/Desa untuk sosialisasi kepada masyarakat

khususnya PTP, tentang maksud dan tujuan survai dengan melibatkan pemrakarsa, pejabat

Page 418: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

5

Kecamatan, Kelurahan, RW/RT, serta tokoh masyarakat. b) Melakukan survai (sampling) dengan cara wawancara langsung, pengamatan (penaksiran),

pengukuran, dan pencatatan langsung di lapangan dengan menggunakan perangkat survai yang telah dipersiapkan.

c) Melakukan verifikasi hasil inventarisasi kepada para pemilik dan/atau yang menguasai obyek (aset) yang didata.

L.3.2.2 Survai sosial ekonomi a) Penanggung jawab survai PTP : Ahli Sosiologi, dengan enumerator yang dapat direkrut dari

penduduk lokal (misal: mahasiswa, petugas sensus dari kantor BPS, penyuluh KB, LSM) yang dilatih terlebih dahulu.

b) Melakukan survai dengan cara sensus PTP melalui wawancara terstruktur menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan.

c) Melengkapi dengan pendapat dari nara sumber kunci (misal : tokoh/pemuka agama, tokoh partai politik, tokoh pemuda) melalui wawancara tidak terstruktur

d) Pelaksanaan survai dapat melibatkan personil kelurahan, RW/RT setempat, serta dari wakil-wakil PTP.

L.3.2.3 Survai lokasi pemukiman kembali pelaksanaan survai lokasi pemukiman kembali ini terdiri dari: (i) survai tapak; dan (ii) survai sosial ekonomi. a) Survai tapak Penanggung jawab survai : Site Planner, dibantu oleh survaiyor topografi (dapat dibantu dari personil Kantor Badan Pertanahan Kabupaten/Kota). Pelaksanaan survai tapak ini terdiri dari 3 kegiatan utama, yakni : survai lahan; survai hidrologi dan sumber air bersih (jika diperlukan); dan survai inventarisasi. a.1. Survai lahan Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data bentuk dan luas lahan, kondisi topografi, serta kepemilikan dan status penguasaan lahan.

Melakukan pemetaan/pengukuran situasi lahan dengan alat ukur standar (misal : theodolit Wild T-0). Menyajikan hasil pengukuran tersebut dalam bentuk peta situasi lahan pada skala 1 : 500 atau 1: 1.000).

Sebelum pengukuran situasi, ditentukan batas-batas lahan yang dibutuhkan untuk lokasi pem ukim an kem bali (dengan cara pengukuran “staking out”) berdasarkan peta kerja yang dibuat di atas peta persil tanah (dari Kantor BPN Kabupaten/Kota).

Untuk mengetahui status kepemilikan dan penguasaan lahan/tanah, dilakukan pendataan persil tanah, penyelidikan riwayat, penguasaan dan penggunaan tanah.

a.2. Survai hidrologi dan sumber air bersih Survai hidrologi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi pola aliran permukaan yang ada (dikaitkan banjir/genangan). Sedangkan survai sumber air bersih dimaksudkan untuk mengetahui potensi ketersediaan air bersih untuk pemukim (bila tidak tersedia jaringan air bersih PAM).

Page 419: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

6

Melakukan identifikasi lapangan terhadap pola aliran air permukaan di sekitar lokasi dan bentuk/pola kemiringan lahan. Melengkapi dengan wawancara langsung secara bebas dengan penduduk setempat.

Membuat sumur uji air tanah dangkal sampai kedalaman 18 meter (dengan pertimbangan akan diperuntukkan bagi sumur pompa tangan). Melakukan tes laboratorium terhadap kualitas air yang dihasilkan. Melakukan pengamatan sumur sekitar dan wawancara dengan penduduk setempat.

a.3. Survai inventarisasi Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran aksesibilitas lokasi dan ketersediaan sarana dan prasarana umum di sekitar lokasi pemukiman kembali (misal : jaringan listrik, jaringan air bersih, prasarana jalan dan kemudahan transportasi angkutan umum, fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, pusat perekonomian)

Melakukan penelusuran, pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan, dilengkapi wawancara langsung secara bebas seperlunya.

H asil survai “diplotkan ” di atas peta dasar yang telah dipersiapkan sebelum nya (peta dasar dapat berupa peta desa atau peta kecamatan atau peta rupa bumi dari Bakosurtanal).

b) Survai sosial ekonomi Penanggung jawab survai : Ahli Sosiologi, dengan enumerator yang dapat direkrut dari penduduk lokal (misal: mahasiswa, staf Dinas Sosial kab/kota, penyuluh KB, LSM) yang dilatih terlebih dahulu.

(a) Melakukan pengkajian dokumen kepustakaan yang dianggap relevan (sumber data dari instansi terkait)

(b) Melakukan survai secara sampling melalui wawancara langsung dengan kuisioner secara terstruktur maupun wawancara bebas tidak terstruktur dengan sejumlah responden kunci.

L.4 Pengolahan dan Analisa Data

a) Membuat tabulasi seluruh data terkumpul berdasarkan variable-variabel yang telah ditentukan, b) Menganalisis data secara kuantitatif dan deskriptif kualitatif (target unit analisis adalah rumah

tangga). c) Hasil analisis kuantitatif adalah untuk mengetahui :

jenis dan besaran kerugian; prosentasi dan jumlah warga yang terpaksa harus pindah, prosentasi dan jumlah warga masih tetap tinggal karena masih layak huni di lokasi semula, jumlah dan jenis kegiatan yang terganggu, jumlah anak sekolah yang harus pindah, anggota keluarga dan tanggungan lain kepala keluarga, serta pendidikan, matapencaharian/pendapatan dan pengeluaran keluarga.

d) Analisis deskriptif kualitatif adalah untuk mengetahui persepsi dan keinginan/kebutuhan responden tentang rencana proyek.

Page 420: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

7

L.5 Identifikasi Dampak/Kerugian Yang MungkinTimbul

Dengan cara membuat tabel identifikasi sederhana, yang menggambarkan tentang hubungan antara jenis aset/komponen yang terkena dampak, jenis dampak/kerugian, dan jumlah PTP. Hasil identifikasi ini dapat digunakan sebagai dasar analisis kelayakan ganti kerugian, perencanaan pemukiman kembali, dan penyusunan program rehabilitasi sosial ekonomi / pembinaan. Jenis dampak/kerugian yang mungkin timbul, meliputi: a) Kehilangan lahan pertanian b) Kehilangan lahan pekarangan tempat usaha/bisnis c) Kehilangan lahan pekarangan perumahan d) Kehilangan lahan untuk aksesibilitas lokal e) Kehilangan rumah atau tempat tinggal, termasuk fasilitas pendukungnya (sambungan listrik, air

bersih PDAM, telepon, dll) f) Kehilangan bangunan tempat usaha/bisnis dan fasilitas pendukungnya g) Pemindahan dari lahan komersial yang disewa atau ditempati h) Kehilangan bangunan fisik lainnya (gudang, bangsal, bangunan MCK, dll) i) Kehilangan pendapatan dari usaha/bisnis yang terkena dampak j) Kehilangan pendapatan dari sewa atau bagi hasil k) Kehilangan pendapatan dari tanaman/pohon l) Kehilangan pendapatan dari upah/gaji m) Kehilangan akses ke kesempatan kerja. n) Terganggunya kegiatan pendidikan, pasar, pelayanan kesehatan, fasilitas peribadatan, olah

raga, kesenian o) Terganggunya fasilitas pemerintahan dan pusat kegiatan masyarakat lainnya p) Terganggunya jaringan utilitas umum (listrik, air bersih, telepon, gas, dll). q) Terganggunya/hilangnya tempat suci, kuburan atau kawasan/tempat pemakaman umum,

simbol atau tempat keramat lainnya, lokasi cagar budaya r) Terganggunya interaksi sosial s) Terganggunya keterikatan (basis) sosial ekonomi dengan lokasi asal t) Terganggunya pola kehidupan dan perilaku budaya yang telah terinternalisasi pada lokasi asal u) Kerugian akibat dampak lingkungan yang mungkin timbul dari pengadaan tanah dan

pemukiman kembali atau dari proyek. L.6 Analisis Kelayakan Ganti Kerugian/Konpensasi Analisis ini dimaksudkan untuk merumuskan dan menilai kelayakan parameter-parameter ganti kerugian, terdiri dari : a) PTP yang layak/berhak untuk mendapatkan ganti kerugian; b) Jenis aset/kerugian yang layak diganti rugi; c) Tingkat dan besaran ganti kerugian; d) Pilihan bentuk ganti kerugian. L.6.1 Kriteria PTP yang Layak/Berhak Mendapatkan Ganti Kerugian/Kompensasi Kriteria PTP yang layak mendapatkan ganti kerugian adalah sesuai dengan isi dari Keppres No. 55/1993 Pasal 17 dan Permeneg Agraria/Kepala BPN No 1/1994 Pasal 20 dan Pasal 21.

Page 421: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

8

L.6.2 Kriteria Dampak/Kerugian Yang Layak Diganti Rugi Berdasarkan Keppres RI No. 55/1993 dalam Pasal 12 dan 14 dan pengembangannya, maka kriteria atas dampak dan kerugian yang layak diberikan ganti kerugian/kompensasi, sebagai berikut: a) Kerugian atas dasar faktor fisik (materiil)

Jenis-jenis kerugian atas dasar faktor fisik yang layak diganti rugi, antara lain meliputi : Tanah hak, baik yang bersertifikat dan yang belum bersertifikat; Tanah ulayat; Tanah wakaf; Tanah yang dikuasai tanpa alas hak, yang dengan atau tanpa izin pemilik tanah; Tanah Negara; Bangunan; Tanaman; Benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah.

b) Kerugian atas dasar faktor non-fisik (immateriil) Jenis-jenis kerugian atas dasar faktor non-fisik yang dianggap layak untuk diganti rugi (bila terjadi pemukiman kembali), antara lain: Kehilangan matapencaharian dan pendapatan; Keterikatan sosial dengan lokasi asal; antara lain: anak (murid) sekolah, pengontrak/sewa

(tanah dan bangunan), dan keanggotaan dalam suatu organisasi sosial kemasyarakatan; Aset sosial-budaya lainnya, (misalnya, gotong royong, saling membantu pada saat

kesulitan, nilai-nilai kepatutan/kewajaran sosial). L.6.3 Penilaian Tingkat dan Besaran Ganti Kerugian L.6.3.1 Kerugian atas dasar faktor fisik a) Tanah,

Kriteria tanah, sebagai berikut : Tanah perumahan;

o Sisa tanah tidak layak huni (sisa luas tanah < 60 m2 atau tidak sesuai dengan ketentuan RUTR/RTRK), dianggap seluruh bidang tanah terkena proyek dan harus diganti seluruhnya

Tanah yang dipergunakan bagi (bangunan) tempat usaha: o Sisa tanah tidak layak usaha (sisa luas tanah < 24 m2 atau tidak sesuai dengan

ketentuan RUTR/RTRK), dianggap seluruh bidang tanah terkena proyek dan harus diganti seluruhnya;

Lahan usaha pertanian; o Sisa tanah tidak layak usaha yang berbasiskan tanah (sisa luas tanah < 0,25 Ha atau

tidak sesuai dengan ketentuan RUTR/ RTRK), dianggap seluruh bidang tanah terkena proyek dan harus diganti seluruhnya;

Page 422: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

9

Perkiraan besaran ganti kerugian/kompensasi atas tanah didasarkan pada nilai nyata (nilai jual) tanah, dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: NJOP (nilai jual obyek pajak), Harga pasar, adalah harga transaksi umum atas tanah dan bangunan, Harga sejenis, adalah harga transaksi tanah dan bangunan yang telah terjadi di sekitar

lokasi, SK Bupati/Walikota, Aspirasi warga, Masukan dari tokoh masyarakat dan para ahli,

Mengingat pada suatu bidang tanah melekat suatu jenis hak dan status penguasaannya, maka dalam penentuan nilai ganti kerugian atas tanah harus juga didasarkan pada jenis hak dan status penguasaan yang melekat atas (bidang) tanah yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut : (a). Tanah Hak

Hak Milik : Sudah bersertifikat dinilai 100 %; Belum bersetifikat dinilai 90 %.

Hak Guna Usaha : Masih berlaku dinilai 80 %, jika (perkebunan) masih diusahakan dengan baik; Sudah berakhir dinilai 60 %, jika (perkebunan) masih diusahakan dengan baik; Masih berlaku dan sudah berakhir tidak diberi ganti kerugian jika perkebunan tidak

diusahakan dengan baik; Ganti rugi tanaman ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab

di budang perkebunan dengan memperhatikan faktor investasi, kondisi kebun dan produktivitas tanaman.

Hak Guna Bangunan : Masih berlaku dinilai 80 %; Sudah berakhir dinilai 60 %. Hak Pakai : Jangka waktu tidak dibatasi dan berlaku selama tanahnya dipergunakan untuk

keperluan tertentu dinilai 100 %; Jangka waktu paling lama 10 tahun dinilai 60 %; Sudah berakhir dinilai 50 % jika tanah masih dipakai sendiri/orang lain atas

persetujuan. (b) Tanah Wakaf

Dinilai 100 %, dengan ketentuan ganti kerugian diberikan dalam bentuk tanah, bangunan dan perlengkapan yang diperlukan.

(c) Tanah Ulayat

Dinlai 100 %, dengan ketentuan ganti kerugian diberikan dalam bentuk pembanguan fasilitas umum, atau bentuk lain yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.

Page 423: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

10

(d) Tanah Yang Dikuasai Tanpa Atas Hak Dikuasai > 20 tahun dan penguasaan/penggunaan tanah sesuai dengan RTRW/RUTR

dinilai 60 %; Dikuasai >20 tahun dan penguasaan/penggunaan tanah tidak sesuai dengan

RTRW/RUTR dinilai 50 %; Dikuasai < 20 tahun dan penguasaan/penggunaan tanah sesuai dengan RTRW/RUTR

dinilai 40 %; Dikuasai < 20 tahun dan penguasaan/penggunaan tanah tidak sesuai dengan

RTRW/RUTR dinilai 30 %. (e) Tanah Negara

Untuk Tanah Negara, dinilai sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 1994. b) Bangunan

Penilaian tingkat kerugian atas bangunan didasarkan pada kriteria/ketentuan sebagai berikut : Bangunan rumah tinggal

Sisa luas bangunan tidak layak huni (sisa luas bangunan < 21 m2, atau tidak sesuai dengan ketentuan RUTR/RTRK), dianggap seluruh bangunan terkena proyek dan harus diganti seluruhnya.

Bangunan tempat usaha Sisa luas bangunan tidak layak usaha (sisa luas bangunan < 18 m2, atau tidak sesuai dengan ketentuan RUTR/RTRK), dianggap seluruh bangunan terkena proyek dan harus diganti seluruhnya

Bangunan lainnya Sisa luas bangunan tidak layak pakai atau tidak sesuai untuk penggunaan seperti sebelumnya, atau tidak sesuai dengan ketentuan RUTR/RTRK, dianggap seluruh bangunan terkena proyek dan harus diganti seluruhnya. Perkiraan besarnya ganti kerugian untuk bangunan didasarkan atas nilai jual bangunan yang bersangkutan dengan mengacu pada standar harga (biaya) bangunan dari instansi yang terkait dan aspirasi warga, tanpa memperhitungkan depresiasi, namun tetap memperhatikan izin pendirian bangunan (IMB) tersebut.

Beberapa standar harga dari instansi terkait dimaksud antara lain:

Standar harga bangunan dari instansi yang terkait (misalnya, Surat Edaran Bersama Bappenas dan Departemen Keuangan RI, perihal Pedoman Standarisasi Pembangunan Gedung Negara Yang Dibiayai APBN);

Pedoman harga berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat (biasanya berupa Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang Pedoman Harga Dalam Rangka Pemberian Ganti Rugi terhadap Bangunan dan Fasilitas Perlengkapannya pada wilayah yang bersangkutan); Selanjutnya, berdasarkan izin pendirian bangunan (IMB), maka perkiraan besarnya ganti kerugian dihitung sebagai berikut :

a. Bangunan yang sudah memiliki IMB dinilai 100 %; b. Bangunan yang belum memiliki IMB dinilai 75 %.

c) Tanaman

Page 424: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

11

Ganti kerugian untuk tanaman dinilai berdasarkan nilai jual dari tanaman bersangkutan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

Jenis tanaman dan nilai komersialnya Umur dan tingkat produktivitas

Selanjutnya untuk menentukan besarnya ganti kerugian, ditaksir dan dinilai oleh instansi yang terkait (biasanya dalam hal ini adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan atau Dinas Pertamanan)

d) Benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah.

Ganti kerugian atas aset/benda lainnya yang terkait dengan tanah dinilai berdasarkan nilai jual dan/atau tingkat pentingnya aset dimaksud. Selanjutnya, dalam menentukan besarnya ganti kerugian untuk bendabenda lain yang terkait dengan tanah tersebut, dinilai berdasarkan :

Ketentuan dan standar harga dari instansi yang terkait Surat Edaran Bersama Bappenas dan Departemen Keuangan RI, perihal Pedoman

Standarisasi Pembangunan Gedung Negara Yang Dibiayai APBN); Pedoman harga berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten/ Kota setempat, berupa

Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang Pedoman Harga Dalam Rangka Pemberian Ganti Rugi terhadap Bangunan dan Fasilitas Perlengkapannya pada wilayah yang bersangkutan;

Aspirasi warga

L.6.3.2 Kerugian Atas Dasar Faktor Non-Fisik (Immateriil) Penilaian ganti kerugian untuk jenis kerugian atas dasar faktor non-fisik ditentukan berdasarkan atas kehilangan keuntungan, manfaat/kepentingan, kenikmatan yang sebelumnya diperoleh warga masyarakat yang terkena proyek sebagai akibat kegiatan proyek tersebut. a) Kehilangan matapencaharian dan pendapatan.

Penggantian atas kerugian berupa kehilangan mata pencaharian dan pendapatan, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : PTP Usaha Bagi Hasil dan Pekerja Permanen

Pemberian ganti kerugian atas kehilangan matapencaharian/pendapatan untuk kategori ini didasarkan pada : Kompensasi senilai biaya hidup untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum menurut

tahun berlaku selama 6 (enam) bulan selama periode masa transisi; Bantuan biaya pindah yang layak; Difasilitasi (pembinaan) secara layak untuk mengembangkan kehidupan yang lebih

baik atau minimal setara seperti kondisi sebelum terkena proyek/kegiatan pengadaan tanah (misalnya, penyediaan tempat usaha baru dengan fasilitas kredit lunak, pengembangan usaha kecil termasuk paket pelatihan keterampilan).

Penyewa/Pengontrak Bangunan Tempat Usaha/Lahan Usaha

Page 425: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

12

Nilai penggantian atas kehilangan matapencaharian dan pendapatan bagi PTP penyewa/pengontrak bangunan tempat usaha dan/atau lahan usaha, diperhitungkan sebagai berikut : Penggantian penuh atas nilai sisa kontrak/sewa. Kompensasi sebagaimana PTP Usaha Bagi HasiK.

b) Hilangnya Keterikatan Sosial dengan Lokasi AsaK.

Jenis kerugian ini akan sangat beragam tergantung pada kondisi obyektif di lapangan. Dalam pedoman ini disajikan cara penilaian ganti kerugian untuk 3 (tiga) jenis kerugian yang umum terjadi dan cukup signifikan, yakni :

Anak Sekolah yang Terpindahkan Pemberian ganti kerugian bagi anak sekolah yang terpindahkan (terpaksa harus pindah karena mengikuti orang tuanya), diperhitungkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut : Anak sekolah SD yang terpaksa harus pindah dari lokasi semula > 0,5 Km; diberi

kompensasi sebagai berikut : Biaya untuk kepentingan adaptasi lingkungan, dengan nilai kompensasi yang

setara dengan menggaji seorang pengasuh selama 3 (tiga) bulan; Penggantian dana Badan Pembinaan Pendidikan dan Pengajaran (BP3)

yang sudah dibayarkan selama 1 (satu) tahun. Anak sekolah SMP yang terpaksa harus pindah dari lokasi semula > 5 Km; diberi

kompensasi sebagai berikut : Biaya untuk kepentingan adaptasi lingkungan, dengan nilai kompensasi yang

setara dengan biaya transportasi umum untuk 2 (dua) kali imbal selama 6 bulan;

Biaya ekstra (karena terpaksa harus membeli makanan/ jajanan) dengan nilai kompensasi yang setara dengan lingkungannya, selama hari sekolah (26 hari) selama 6 bulan;

PTP Pengontrak/Penyewa Rumah Tinggal

Pemberian ganti kerugian bagi PTP kategori ini, diperhitungkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut : Penggantian penuh atas nilai sisa kontrak/sewa; Bantuan pindah; Bagi penyewa/pengontrak yang telah bermukim >5 tahun diberi prioritas paket

kegiatan pemukiman kembali. Kehilangan Aset Sosial-Budaya Lainnya

Penggantian atas jenis kerugian non-fisik berupa kehilangan aset sosial budaya lainnya ini, dapat diberikan dalam bentuk bantuan program fasilitasi (pembinaan). Dampak ini akan timbul, khususnya apabila terjadi pemukiman kembali yang tergolong kategori penting.

Page 426: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

13

Dalam program pembinaan tersebut, perhatian khusus harus diberikan kepada kelompok PTP dengan kepala rumah tangga perempuan. Perhatian khusus juga harus diberikan kepada kelompok PTP yang tergolong rentan lainnya, dan apabila diperlukan, harus disiapkan paket program persiapan sosiaK.

L.6.4 Alternatif Bentuk Ganti Kerugian. Analisis altermatif (pilihan) bentuk ganti kerugian didasarkan atas hasil survai sosial ekonomi (dalam pelaksanaan dapat ditentukan berdasarkan atas hasil musyawarah dalam rangka menentukan bentuk dan besarnya ganti kerugian). Beberapa pilihan bentuk ganti kerugian yang dapat digunakan sebagai penggantian/kompensasi, antara lain sebagai berikut: a) Uang tunai; b) Tanah pengganti; c) Kavling siap bangun dengan fasilitas kredit kepemilikan rumah; d) Bangunan pengganti; e) Perumahan murah dengan fasilitas kredit kepemilikan rumah; f) Rumah susun dengan fasilitas kredit kepemilikan rumah; g) Real estate dengan fasilitas kredit kepemilikan rumah; h) Bentuk lainnya yang disetujui oleh PTP dan dapat diusahakan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota dan/atau Pemrakarsa L.7 Perencanaan Lokasi Pemukiman Kembali Proses perencanaan pemukiman kembali dan pembinaan terdiri dari 5 tahapan kegiatan utama, yakni : a) Memperkirakan jumlah PTP yang terpindahkan; b) Menentukan kategori pemukiman kembali. c) Menyiapkan alternatif pilihan pemukiman kembali; d) Pemilihan/penentuan lokasi; e) Perancangan permukiman L.7.1 Memperkirakan Jumlah PTP Yang Terpindahkan Berdasarkan Keppres RI No. 55/1993 dalam Pasal 12 dan 14 menyebutkan bahwa ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk : a) Hak atas tanah; b) Bangunan; c) Tanaman; d) Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah; e) Tanah yang dikuasai dengan hak ulayat. Ketentuan berdasarkan Keppres tersebut di atas perlu pengembangan lebih lanjut, mengingat belum mencakup seluruh kategori kerugian yang mungkin timbul akibat kegiatan pengadaan tanah. Misalnya kerugian akibat kehilangan akses pada sumber penghidupan (kehilangan matapencaharian dan pendapatan), kehilangan keterkaitan (basis) sosial ekonomi dengan lokasi asal, terganggunya jaringan dan pola kehidupan sosial budaya, dan sebagainya. Hal ini juga

Page 427: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

14

merupakan salah satu ketentuan/kebijakan dari Bank Dunia dan ADB yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali (lihat Panduan Operasional/Kebijakan Operasional Bank Dunia KO 4.12, dan Buku Panduan Tentang Pemukiman Kembali ADB). Berdasarkan Panduan Operasional Bank Dunia KO 4.12, dan Buku Panduan Tentang Pemukiman Kembali ADB yang merupakan usulan penjabaran lebih lanjut dari Keppres RI No. 55/1993 dalam Pasal 12 dan 14, maka dari hasil survai sosial ekonomi dan analisis/identifikasi dampak/ kerugian, dapat diperkirakan jumlah PTP yang terpaksa harus pindah adalah sebagai berikut : a) Warga pemilik tanah yang tanahnya dipergunakan bagi (bangunan) rumah tinggal dan terkena

proyek seluruhnya atau terpotong sebagian namun sisa tanahnya tidak layak huni (sisa luas tanah < 60 m2, atau tidak sesuai dengan ketentuan RTRK);

b) Warga pemilik tanah yang tanahnya dipergunakan bagi (bangunan) tempat usaha dan terkena proyek seluruhnya atau terpotong sebagian namun sisa tanahnya tidak layak usaha (sisa luas tanah < 24 m2, atau tidak sesuai dengan ketentuan RTRK);

c) Warga pemilik tanah/lahan yang tanahnya dipergunakan bagi lahan usaha pertanian (berbasis tanah) dan terkena proyek seluruhnya atau terpotong sebagian namun sisa tanahnya tidak layak usaha (sisa luas lahan usahanya < 0,25 Ha, atau tidak sesuai dengan ketentuan RTRK)

d) Warga penyewa/pengontrak rumah tinggal yang telah menempatiselama lebih dari 5 tahun untuk bermukim/hunian dan merupakan penduduk (KK) setempat (dari Kabupaten/Kota yang sama dengan lokasi proyek), serta tanah/bangunannya terpaksa harus dibebaskan seluruhnya sebagaimana ketentuan pada butir a diatas.

e) Warga penyewa/pengontrak tanah/bangunan tempat usaha yang telah menjalani usahanya selama lebih dari 5 tahun, serta tanah dan bangunannya terpaksa harus dibebaskan seluruhnya sebagaimana ketentuan pada point b) diatas;

f) Warga penyewa/bagi hasil tanah/lahan usaha pertanian yang telah menjalani usahanya selama lebih dari 5 tahun, serta tanahnya terpaksa harus dibebaskan seluruhnya, sebagaimana ketentuan pada point 3 diatas;

g) Warga yang menguasai tanah secara fisik tanpa alas hak (dengan atau tanpa izin pemilik tanah), yang tanahnya dipergunakan bagi (bangunan) rumah tinggal dan/atau tempat usaha dan telah menempati selama lebih dari 5 tahun untuk bermukim/hunian atau berusaha, serta tanah dan bangunannya terpaksa harus dibebaskan seluruhnya sebagaimana ketentuan pada point a) dan/ atau point b) diatas;

h) Identifikasi P T P yang terpindahkan dilakukan dengan cara m encerm ati “tabel identifikasi dam pak/kerugian”, kem udian dengan m enggunakan kriteria P T P yang terpindahkan seperti tersebut di atas, hasilnya dituangkan dalam “tabel P T P yang terpindahkan”.

L.7.2 Menentukan Kategori Pemukiman Kembali Kategorisasi pemukiman kembali dimaksudkan untuk menilai dampak kegiatan pengadaan tanah yang mengharuskan dilakukan perencanaan pemukiman kembali. Penilaian ini penting terutama dalam menyiapkan alternatif pilihan pemukiman kembali dan program rehabilitasi sosial ekonomi (pembinaan)

Page 428: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

15

Kriteria Pemukiman Kembali Kategori Penting

Tingkat Dampak Jumlah PTP Persyaratan Kehilangan kekayaan produktif dan yang lain (termasuk lahan, pendapatan dan matapencaharian)

> 200(± 40 KK) Ganti rugi dengan nilai penggantian, bantuan pemindahan dan tunjangan pendapatan selama pelaksanaan relokasi, langkah pemulihan pendapatan.

Kehilangan perumahan, struktur masyarakat, sistem dan fasilitas sosial

> 200(± 40 KK) Ganti rugi dengan nilai penggantian, bantuan pemindahan dan perencanaan relokasi, langkah pemulihan taraf hiduK.

Kehilangan sumber daya, tempat, lingkungan dari rumah tangga atau masyarakat.

> 200 (± 40 KK) Penggantian kalau bisa, pemulihan dan ganti rugi

PTP adalah penduduk asli atau rentan, misalnya yang paling miskin, masyarakat terpencil, rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan yang tidak mempunyai hak yang sah atas lahan, dan penggembala.

> 100 (± 20 KK) Tahap persiapan sosial/langkahlangkah khusus mungkin diperlukan untuk menjamin rehabilitasi penuh.

Kasus-kasus pemukiman kembali kurang penting yang berdampak pada kelompok khusus/rawan

> 50(± 10 KK) Misalnya, 50 PTP golongan rentan perlu rencana pemukiman kembali lengkaK. Tahap persiapan sosial/langkahlangkah khusus mungkin diperlukan untuk menjamin rehabilitasi penuh

Kriteria Pemukiman Kembali Kategori Kurang Penting

Tingkat Dampak Jumlah PTP Persyaratan Kehilangan kekayaan produktif dan lain-lain (termasuk lahan, pendapatan dan matapencaharian)

< 200(± 40 KK) Ganti rugi dengan nilai penggantian, bantuan pemindahan dan tunjangan pendapatan selama pelaksanaan relokasi, pemulihan pendapatan.

Kehilangan rumah tinggal, struktur masyarakat, sistem dan fasilitas sosial

< 200(± 40 KK) Ganti rugi dengan nilai penggantian, bantuan pemindahan dan perencanaan relokasi, langkah pemulihan taraf hiduK.

Kehilangan sumber daya, tempat, lingkungan dari rumah tangga atau masyarakat.

< 200 (± 40 KK) Penggantian kalau bisa, pemulihan dan ganti rugi

PTP adalah penduduk asli atau rentan/rawan, misalnya yang paling miskin, masyarakat terpencil, rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan yang tidak mempunyai hak yang sah atas lahan, penggembala.

< 100 (± 20 KK) Tahap persiapan sosial/langkahlangkah khusus mungkin diperlukan untuk menjamin rehabilitasi penuh

PTP adalah kelompok rawan atau rentan

< 50 (± 10 KK) Tahap persiapan sosial/langkahlangkah khusus mungkin diperlukan untuk menjamin rehabilitasi penuh

Page 429: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

16

L.7.3 Penyiapan Alternatif Pilihan Pemukiman Kembali Dalam perumusan alternatif relokasi ini, didasarkan pada skala kebutuhan pemukiman kembali, melibatkan seluruh PTP yang terpindahkan, dan penduduk setempat dalam merumuskan pilihan relokasi yang terbaik.

L.7.3.1 Alternatif relokasi Alternatif pilihan pemukiman kembali dalam pengertian cara pemindahan (relokasi), antara lain meliputi : (i) Relokasi mandiri; (ii) Relokasi setempat; dan (iii) Relokasi ke lokasi/kawasan baru. a). Relokasi Mandiri;

Alternatif ini dapat diterapkan apabila PTP yang terpindahkan memilih ganti kerugian berupa uang tunai dan berinisiatif (baik perorangan atau kelompok) melakukan relokasi ke tempat pilihan mereka sendiri. Dalam hal ini beberapa PTP dapat pindah dengan memperoleh seluruh ganti kerugian yang menjadi haknya. Mereka hanya membutuhkan dukungan sosial atau pekerjaan dari proyek untuk memulihkan kembali tingkat kehidupanya seperti sebelumnya. Namun demikian, penyelenggara kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali (Pemda Kabupaten/ Kota dan Pemrakarsa) masih tetap bertanggungjawab atas perkembangan kondisi kehidupan sosial ekonomi mereka pasca relokasi, sehingga diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi.

b). Relokasi Setempat.

Relokasi setempat (di sekitar tapak proyek) dapat diterapkan apabila PTP yang terpindahkan sedikit, kepadatan penduduk rendah, dan lokasinya tersebar (setempat-setempat) di sepanjang rute jalan . PTP dapat ditempatkan (dimukimkan) di kawasan sekitar Damija. Khusus untuk daerah perkotaan, relokasi setem pat dengan pendekatan “renew able developm ent” ka wasan sekitarnya (peremajaan atau revitalisasi kawasan), mungkin dapat dipertimbangkan untuk diterapkan, meskipun jumlah PTP relatif banyak, lahan yang dibutuhkan untuk proyek relatif luas dan kondisi lingkungan di sekitar tapak proyek merupakan perkampungan kumuh dan padat penduduk. B eberapa m anfaat pendekatan “renew able developm ent”, antara lain : (a) Memberikan konstribusi (manfaat) yang nyata terhadap masyarakat/lingkungan di sekitar

tapak proyek; (b) Bagi PTP sendiri akan lebih menguntungkan karena karakteristik lokasi masih sama

dengan lokasi asal, (c) Bangunan pemukiman dapat dibangun secara vertikal (rumah susun).

c). Relokasi ke Lokasi/Kawasan Baru

Relokasi ke lokasi/kawasan baru yang ditentukan oleh Pemda/ Pemrakarsa, jauh dari lokasi asal (apalagi jika merupakan “perkam pungan asli” P T P ) dapat m enyebabkan tekanan sosial, khususnya jika lokasi dimaksud berbeda kondisi lingkungannya, pola kehidupan ekonomi dan matapencaharianm atau parameter sosial dan budayanya. Pemindahan ke lokasi baru yang jauh atau kawasan yang berbeda karakterisrik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi, harus

Page 430: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

17

sedapat mungkin dihindarkan. L.7.3.2 Alternatif Bentuk Permukiman Alternatif pilihan pemukiman kembali dalam pengertian bentuk permukimannya, antara lain : (i) Perumahan; (ii) Rumah susun; (iii) Kaveling siap bangun (KSB). a). Perumahan

Pilihan pemukiman dalam bentuk perumahan dapat diterapkan, baik PTP yang terpindahkan sedikit atau banyak. Lokasi perumahan ini harus dilengkapi sarana dan prasaran sosial ekonomi yang layak (air bersih, jalan, sambungan listrik, fasilitas umum), serta harganya terjangkau (misalnya, fasilitas kredit kepemilikan rumah). Penyediaan pemukiman ini dapat berupa perumahan yang telah ada maupun pembangunan baru. Jika PTP yang terpindahkan sedikit, kepadatan penduduk rendah, dan lokasinya tersebar setempat-setempat di sepanjang rute jalan, perumahan dapat dibangun di sekitar Damija (relokasi setempat). Apabila PTP yang terpindahkan relatif banyak ( > 40 KK), perumahan dibangun di lokasi baru.

b). Rumah Susun

Jika PTP sedikit dapat ditempatkan pada rumah susun yang sudah ada, dan jika PTP banyak harus dipertimbangkan pembangunan runah susun yang baru. Pilihan ini juga dapat dipertim bangkan untuk relokasi setem pat dengan m em akai pendekatan “renew able”. Cara kepemilikan rumah susun dapat dilakukan dengan cara sistem sewa (runah susun sewa) dalam jangka waktu yang lama (misalnya, 20 tahun), atau dengan pembelian (hak milik) serta harganya terjangkau (misalnya, fasilitas KPR-BTN). Penyediaan pemukiman ini dapat berupa rumah susun yang telah ada maupun pembangunan baru.

c). Kavling Siap Bangun (KSB)

Alternatif KSB mungkin akan menjadi pilihan bagi sebagian kecil PTP yang ingin membangun rumah tinggalnya sesuai kehendak mereka. Lokasi KSB dapat terletak di sekitar lokasi asal atau ditempat lain. Pilihan ini akan memberi kebebasan kepada PTP untuk mendesain permukimannya sesuai kebutuhan. Lokasi KSB harus dipersiapkan dengan baik (layak) yang dilengkapi dengan sarana dan prasaran sosial ekonomi (antara lain, air bersih, jalan, sambungan listrik, saluran drainase, fasilitas umum) dan harganya terjangkau (misalnya, fasilitas KPR)

L.7.4 Pemilihan/Penentuan Lokasi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan/penentuan lokasi pemukiman kembali, meliputi : a) Membuat pilihan alternatif lokasi, b) Pilihan alternatif lokasi diplot diatas peta dasar atau peta rencana kota/RUTR/RTRK, dan

dikonsultasikan dengan PTP yang terpindahkan,

Page 431: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

18

c) Survai kelayakan lokasi Survai kelayakan lokasi juga harus melibatkan PTP dan masyarakat setempat

d) Penentuan pilihan lokasi Penentuan pilihan lokasi, harus berdasarkan dan diputuskan melalui musyawarah dengan PTP, dan masyarakat setempat

Sebagai acuan dalam penilaian kelayakan lokasi pemukiman kembali, dapat dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini : (a) Diusahakan masih terletak dalam wilayah Kecamatan yang sama, atau minimal dalam wilayah

Kabupaten/Kota yang sama dengan lokasi sebelumnya, serta sesuai dengan rencana tata ruang (RUTR/RTRK);

(b) Ketersediaan lahan, dikaitkan dengan jumlah PTP yang akan dimukimkan dan daya tampung kawasan;

(c) Mempunyai karekteristik lokasi yang setara dengan lokasi asal (karakteristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi);

(d) Kemudahan aksesibilitas ke pusat-pusat perekonomian, fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan;

(e) Ketersediaan peluang usaha/kesempatan kerja; (f) Ketersediaan sumber daya air bersih dan sambungan listrik. (g) Mempertimbangkan faktor lingkungan dan dampak terhadap masyarakat setempat (kualitas

lahan, daya tampung lokasi/ kawasan, penggunaan sumber daya milik umum, prasarana sosial, komposisi penduduk).

L.7.5 Perancangan Permukiman. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka perancangan permukiman ini, sebagai berikut a) Survai lokasi.

Survai ini mencakup survai investigasi karakteristik fisik lokasi dan survai sosial ekonomi. b) Perancangan struktur permukiman., c) Konsultasi masyarakat dalam merancang struktur permukiman dengan mempertimbangkan

faktor-faktor : Jumlah PTP yang akan dimukimkan, luas dan bentuk lahan; Karakteristik sosial dan kebiasaan budaya PTP dan warga setempat; Keberadaan fasilitas sosial-budaya masyarakat. Struktur dan pola permukiman yang ada (eksisting). Jangkauan dan aksesibilitas lokasi terhadap fasilitas sosial ekonomi yang ada (pusat

pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, peribadatan, dan pusat perekonomian). Kisaran luas kepemilikan tanah dan bangunan dari PTP dan masyarakat setempat. Lokasi

dimaksud harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai, seperti : Penyediaan air bersih; Sambungan listrik (dan komunikasi); Fasilitas umum, seperti fasilitas pendidikan, tempat usaha, tempat ibadah, pasar,

olah raga, dan sebagainya sesuai dengan tingkat kebutuhan besaran komunitas yang terbentuk;

Page 432: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

19

- Saluran drainase/air kotor/limbah; - Prasarana transportasi/jalan (jalan akses/utama dan jalan lingkungan); - Kemudahan transportasi angkutan umum;

L.8 Penyusunan Program Rehabilitasi Sosial Ekonomi Program rehabilitasi sosial ekonomi (pembinaan) merupakan salah satu upaya penting penanggulangan dampak kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, yakni untuk meningkatkan kondisi kehidupan dan penghidupan sosial ekonomi PTP. Langkah-langkah dalam menyusun program pembinaan ini antara lain : a) Mengidentifikasi kelompok PTP yang layak untuk mendapatkan program pembinaan secara

intensif, yakni PTP yang terpindahkan, PTP yang kehilangan mata pencaharian/pendapatan, dan PTP yang tergolong kelompok rentan;

b) Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi PTP, khususnya kegiatan ekonomi (menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, keterampilan, mata pencaharian, pendapatan, besarnya keluarga, preferensi, pilihan);

c) Mengidentifikasi berbagai alternatif program pembinaan, khususnya untuk pemulihan pendapatan melalui konsultasi dengan instansi terkait, pengusaha, serta analisis kelayakan dan finansiaK.

Materi pokok program rehabilitasi sosial ekonomi PTP, sebagai berikut : a) Kategori dan jumlah PTP yang menjadi kelompok sasaran pembinaan

Menjelaskan secara rinci mengenai jumlah PTP yang menjadi kelompok sasaran pembinaan (menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, keterampilan, mata pencaharian, pendapatan, besarnya keluarga, preferensi, pilihan).

b) Strategi Program Pembinaan Menjelaskan secara spesifik mengenai paket bantuan program pembinaan yang perlu diberikan. Strategi program pembinaan mencakup strategi pemulihan kondisi sosial ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. Strategi program rehabilitasi sosial jangka pendek, dapat berupa :

Ganti kerugian atas tanah, bangunan, dan semua aset lain yang terkena proyek dibayar penuh sebelum relokasi;

Bantuan pembangunan rumah, tempat usaha dan bantuan/ tunjangan relokasi (misalnya. bantuan pindahan, tunjangan biaya hidup, bantuan pendidikan anak sekolah, bantuan untuk memulai usaha baru) diberikan secara penuh selama masa transisi;

Dibebaskan dari berbagai biaya pajak, pembongkaran (bangunan) dan pemulihan untuk relokasi;

Subsidi sarana produksi atau kredit murah untuk usaha; Kesempatan kerja atau berusaha sementara jangka pendek dalam kegiatan

pembangunan proyek atau pembangunan konstruksi di lokasi pemukiman kembali; Paket bantuan/pembinaan khusus (jika diperlukan) bagi PTP kelompok rentan (seperti,

kaum perempuan, kelompok usia lanjut, orang-orang cacat, kelompok paling miskin);

Page 433: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

20

Pembinaan untuk integrasi sosial dengan penduduk setempat (tuan rumah) di lokasi

pemukiman kembali; Paket rehabilitasi lingkungan.

Strategi pembinaan jangka panjang , mencakup: Strategi pembinaan sosial dapat berupa pembangunan fasilitas sosial dan penguatan

kelembagaan sosial kemasyarakatan. Strategi pengembangan kegiatan ekonomi dapat berupa kegiatan usaha berbasis lahan

dan/atau non-lahan yang mendapat bantuan proyek (misalnya, penyiapan lahan pengganti, peningkatan keterampilan melalui pelatihan dan dampingan teknis, pekerjaan, bantuan kredit usaha kecil dan usaha mandiri, masukan/norma input lainnya untuk pemulihan pendapatan) dan menjalin keterkaitan dengan program-program pembangunan sosial ekonomi lokal, regional atau nasionaK.

c) Kerangka Waktu Pelaksanaan

Membuat perkiraan waktu pelaksanaan, frekuensi, dan lamanya pelaksanaan untuk setiap kelompok sasaran pembinaan dan jenis bantuan pembinaan yang diberikan. Dalam menyusun kerangka waktu pelaksanaan pembinaan ini perlu mempertimbangkan jadwal kegiatan konstruksi proyek dan keterkaitan dengan skema program pembangunan sosial ekonomi lainnya.

d) Kelembagaan Menentukan instansi penanggung jawab, instansi pelaksana, serta instansi pendukung dalam rangka implementasi program pembinaan dimaksud, termasuk mekanisme koordinasi yang diperlukan dan mekanisme pelaksanaan pembinaan dan penyaluran bantuan.

L.9 Perumusan Kerangka Pemantauan dan Evaluasi L.9.1 Pemantauan Internal Tujuan pemantauan ini adalah untuk menyediakan data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan sebagai bahan masukan bagi para pelaksana dalam pengambilan keputusan dalam rangka implementasi rencana kegiatan, serta untuk membantu manajemen dalam mengkaji tingkat kemajuan implementasi rencana kegiatan selama proses pelaksanaan sampai dengan selesai. Jenis kegiatan yang dipantau dan indikator pemantauan Jenis kegiatan yang dipantau dan indikator pemantauan harus diturunkan berdasarkan jenis kegiatan yang dilaksanakan, kerangka waktu dan anggaran yang telah direncanakan. Metode pemantauan Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengkaji dan menilai tingkat kemajuan/pencapaian

Page 434: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

21

sasaran fisik dari proses im plem entasi rencana kegiatan (action plan) adalah m etode “single program beforeafter” yakni suatu m etode pengkajian/penilaian terhadap perubah an dari suatu jenis obyek/kegiatan yang menjadi target sasaran (bisa juga kelompok sasaran) tanpa harus menggunakan kelompok kontrol, dengan cara membandingkan antara kondisi sebelum dan sesudah dilakukan suatu “treatm ent” (kegiatan). Sedangkan sebagai alat (perangkat) analisisnya, dapat digunakan m odel diagram “kurva -S ” (s-curve). Selanjutnya dalam rangka pengumpulan data dan informasi, beberapa metode yang dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan, antara lain mencakup: a) Rapat Koordinasi dan Diskusi

Dalam rapat koordinasi dan/atau diskusi ini, dapat mengkonfirmasikan kepada para peserta rapat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kemajuan pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali.

b) Pengkajian Dokumen Laporan

Mengkaji seluruh dokumen laporan pelaksanaan kegiatan yang dibuat/disampaikan oleh para pelaksana kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali. Dokumen laporan ini biasanya disampaikan secara berkala.

c) Membuat Dokumentasi PTP

Sistem dokumentasi data PTP (data file record) dibuat untuk setiap rumah tangga (KK) yang mencatat tentang identitas (rumah tangga) PTP, jenis aset terkena proyek, serta bentuk dan nilai ganti kerugian. File dokumentasi ini dicetak dalam bentuk formulir dan dibagikan kepada setiap PTP yang bersangkutan. Sistem dokumentasi ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga m em ungkinkan untuk “one -stop m onitoring” m isalnya untuk status pem berian kompensasi/ ganti kerugian.

d) Informal Sample Survai

Pemantauan dapat dilakukan dengan cara pengamatan inventarisasi (visual) dan pencatatan langsung, maupun melalui wawancara langsung secara tidak terstruktur dengan PTP ( 20 % sample secara purposive). Misalnya untuk mengetahui apakah ganti kerugian telah diberikan (sesuai dengan kerangka kelayakan ganti kerugian hasil kesepakatan dalam musyawarah), sampai seberapa jauh pembongkaran bangunan telah dilakukan, atau apakah lokasi pemukiman kembali telah disiapkan/dibangun secara layak dan memadai.

e) Wawancara dengan Responden/Informan Kunci

Pemantauan (pengumpulan data) dilaksanakan dengan cara melakukan wawancara langsung secara tidak terstruktur dengan sejumlah warga masyarakat yang dianggap strategis dan mempunyai pengetahuan luas atau pengalaman dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, khususnya pada lokasi bersangkutan. Wawancara ini dapat dilakukan setiap 6 (enam) bulan selama pelaksanaan.

f) Rapat/Pertemuan dengan Masyarakat.

Rapat pertemuan dengan masyarakat, khususnya dengan PTP dimaksudkan untuk meninjau

Page 435: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

22

(mengetahui) respon dan masukan dari masyarakat (PTP) secara langsung tentang pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, serta untuk memperoleh gambaran informasi mengenai tampilan dari berbagai aktifitas kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali. Rapat umum/ pertemuan dengan PTP ini dapat dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali atau lebih selama pelaksanaan kegiatan.

Waktu dan frekuensi pemantauan Pemantauan dilaksanakan selama berlangsungnya proses pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan, dengan variasi waktu untuk rapat koordinasi mingguan (tingkat pelaksana lapangan) dua mingguan (koordinator pelaksanan) dan bulanan (tingkat manajemen). Kemudian, untuk konfirmasi lapangan dapat dilakukan setiap satu bulan sekali atau sesuai kebutuhan untuk merespon kondisi obyektif yang berkembang. Pelaksana pemantauan Pemantauan internal dilaksanakan sendiri oleh instansi penanggung jawab dan pelaksana kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali. Namun demikian, pemrakarsa harus dilibatkan secara penuh, khususnya dalam rangka sinkronisasi program. Dalam merumuskan materi pelaksana pemantauan internal ini harus mencakup rincian pengaturan mengenai : a) Distribusi tanggung jawab pemantauan dalam unit/instansi pelaksana pengadaan tanah. Untuk

pengadaan tanah dan pemukiman kembali berskala besar lebih baik jika ada Tim khusus untuk pemantauan. Kemudian untuk pengadaan tanah dan pemukiman kembali yang melibatkan instansi-instansi lain atau beberapa jenjang pemerintahan, diperlukan suatu rencana mekanisme koordinasi.

b) Tanggung jawab atas tugas-tugas tertentu, termasuk pengumpulan dan analisis data, verifikasi, pengendalian, koordinasi dengan instansi terkait, penyusunan laporan, penyerahan laporan kepada pembuat keputusan, tanggung jawab mengkaji dan menindak lanjuti laporan.

c) Persyaratan personil pelaksana, termasuk persyaratan untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan pemantauan.

Sistem Pelaporan Jenis laporan terdiri dari laporan harian, mingguan/dwi mingguan, bulanan, triwulan, tahunan dan laporan akhir kegiatan. a) Laporan Harian

Laporan harian dibuat oleh Pelaksana Lapangan, yang berisi tentang jenis dan besaran (volume) kegiatan yang telah dilaksanakan serta catatan penting atas permasalahan/kendala yang dihadapi. Laporan ini diserahkan setiap hari kepada Koordinator Lapangan.

b) Laporan Mingguan/Dwi Mingguan

Laporan ini merupakan hasil verifikasi dan rangkuman dari Laporan Harian dengan isi pokok laporan berupa informasi kemajuan pekerjaan selama minggu/ dwi minggu berjalan serta catatan permasalahan/kendala khusus yang dihadapi, usulan penyelesaian dan bantuan yang

Page 436: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

23

dibutuhkan. Laporan ini dibuat oleh Koordinator Lapangan, dan disampaikan kepada Ketua/Koordinator Tim Pelaksana.

c) Laporan Bulanan

Laporan bulanan ini terdiri dari 2 (dua) jenis yakni : (i) laporan bulanan untuk tiap-tiap bidang/bagian kegiatan/pekerjaan; dan (ii) laporan seluruh kerangka kegiatan. Laporan (bulanan) bidang kegiatan dibuat oleh para Ketua/Koordinator Tim Pelaksana dan disampaikan kepada Penanggungjawab Utama Pengadaan Tanah melalui Pimpinan Unit Pelaksana Manajemen. Laporan ini dibuat oleh Pimpinan Unit Pelaksana Manajemen dan disampaikan kepada Penanggung jawab Utama Pengadaan Tanah dan Pemrakarsa..

d) Laporan Triwulan

Laporan Triwulan disusun berdasarkan Laporan Bulanan dan hasil verifikasi lapangan (informal sample survai, wawancara bebas dengan renponden kunci, rapat/pertemuan dengan PTP), dengan isi pokok laporan antara lain menyangkut tingkat kemajuan pelaksanaan kegiatan, analisis kesesuaian (kinerja) pelaksanaan, realisasi penyerapan dan alokasi anggaran, permasalahan/kendala yang dihadapi dan upaya tindak penyelesaian, serta rencana untuk triwulan berikutnya. Termasuk dalam laporan ini adalah informasi tentang tingkat perkembangan kondisi sosial ekonomi PTP (khususnya yang terpindahkan) Laporan ini dibuat oleh Pimpinan Unit Pelaksana Manajemen dengan bantuan para Koordinator/Ketua Tim Pelaksana Kegiatan, yang kemudian disampaikan kepada Penanggungjawab Utama Pengadaan Tanah, Pemrakarsa dan kelompok perwakilan PTP.

e) Laporan Tahunan

Laporan ini berisikan informasi tentang pencapaian target/sasaran fisik kegiatan, realisasi penyerapan (dan alokasi) anggaran, perkembangan kondisi sosial ekonomi PTP (khususnya yang terpindahkan), permasalahan/kendala yang dihadapi dan upaya/rencana tindak penyelesaian, serta rencana pelaksanaan kegiatan tahun berikutnya. Laporan ini dibuat oleh Pimpinan Unit Pelaksana Manajemen dengan bantuan para Koordinator/Ketua Tim Pelaksana Kegiatan, yang kemudian disampaikan kepada Penanggungjawab Utama Pengadaan Tanah, Pemrakarsa dan perwakilan (kelompok) PTP.

L.9.2 Pemantauan Eksternal dan Evaluasi Indikator Pemantauan dan Evaluasi Indikator utama pemantauan dan evaluasi, antara lain : a) Informasi dasar mengenai rumah tangga PTP. b) Pemulihan taraf hidup. c) Pemulihan matapencaharian dan pendapatan; d) Tingkat kepuasan PTP. e) Efektivitas perencanaan. f) Dampak lain yang timbul (khususnya induced impact).

Page 437: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

24

Pelaksanaan Pemantauan Eksternal dan Evaluasi Pelaksana pemantauan eksternal dan evaluasi ini adalah pemrakarsa dan/atau Penaggungjawab Utama Pengadaan Tanah. Dalam kegiatan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi ini pemrakarsa dapat bekerjasama dengan lembaga penelitian, konsultan, universitas, atau LSM, dengan tugas utama sebagai berikut : a) Memeriksa/mengkaji hasil pemantauan internaK. b) Menilai apakah tujuan kegiatan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan telah

tercapai, khususnya apakah mata pencaharian dan taraf hidup PTP telah terpulihkan atau ditingkatkan.

c) Menilai efisiensi, efektivitas, dampak (manfaat) dan kesinambungan kegiatan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan, yang hasilnya akan menjadi acuan untuk pembuatan dan perencanaan kebijaksanaan dalam penyelenggaraan kegiatan pengadaan tanah, (pemukiman kembali dan pembinaan) di masa mendatang;

d) Memastikan apakah kelayakan ganti kerugian dan bantuan yang diberikan telah memenuhi tujuan, dan apakah tujuan tersebut sesuai dengan kondisi PTP (saat ini).

Waktu dan Frekuensi Pemantuan dan Evaluasi Pemantauan eksternal dan evaluasi cukup dilaksanakan setiap satu tahun selama periode pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan, dan selama masa operasi dan pemeliharaan jalan. Persyaratan Pelaksanaan Mengingat pemantauan dan evaluasi eksternal akan dilaksanakan oleh suatu Tim (institusi) dari luar (yang independen), maka dalam hal ini harus disusun suatu persyaratan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi, biasanya dalam bentuk suatu Kerangka Acuan (KA). KA ini harus dirancang untuk m engem bangkan data dasar “sebelum ” dan “setelah” kegiata n pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan. Berikut ini disajikan materi pokok dari KA dimaksud : a) Maksud dan tujuan pemantauan dan evaluasi dalam kaitannya dengan tujuan rencana

kegiatan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan (RK-PTPKP) dan tujuan kebijaksanaan pemerintah;

b) Data/informasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tersebut, dengan mengacu pada RK-PTPKP;

c) Metode dan pendekatan pengumpulan data/informasi; d) Metodologi secara rinci, penggunaan data yang ada/tersedia (hasil sensus dan survai),

updating, kerangka pengambilan sampel, e) komparasi dan analisis, pengendalian mutu, dan pengembangan sistem pencataan

(dokumentasi) dan pelaporan. f) Partisipasi stakeholder primer, khususnya PTP dalam pemantauan dan evaluasi. g) Sumber daya yang dibutuhkan, termasuk tenaga akhli dalam bidang sosiologi, sosial

ekonomi/koperasi, pertanahan, pemukiman kembali; h) Kerangka waktu; i) Persyaratan pelaporan.

Page 438: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

25

K.9.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pemantauan dan Evaluasi Kelompok PTP, organisasi kelompok masyarakat (OKM) setempat dan/atau LSM lokal sebaiknya dilibatkan. Evaluasi yang partisipatif akan membantu meningkatkan kualitas pelaksanaan program dengan melibatkan stakeholder primer dalam desain dan pelaksanaan evaluasi. Metode penilaian cepat partisipatif dapat mewujudkan keterlibatan PTP dan stakeholder primer lainnya dalam pemantauan dan evaluasi. L.10 Merumuskan Lingkup Kegiatan dan Kerangka Waktu Pelaksanaan Jenis atau komponen pekerjaan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali meliputi: persiapan, pengadaan tanah, pemukiman kembali, pembinaan, dan monitoring dan evaluasi. L.10.1 Persiapan a) Penetapan lokasi pengadaan tanah; b) Penyiapan program dan anggaran; c) Set-up kelembagaan; d) Penyuluhan/sosialisasi awal e) Inventarisasi dan sensus sosial ekonomi; f) Pembuatan kebijakan kerangka proses/rencana kerja (RKPTPKP); L.10.2 Pengadaan Tanah a) Musyawarah b) Penetapan bentuk dan besarnya ganti rugi/kompensasi. c) Pemberian ganti rugi/kompensasi dan pelepasan hak/penyerahan tanah d) Sertifikasi hak atas tanah. L.10.3 Pemukiman Kembali a) Perencanaan lokasi dan sosialisasi b) Persiapan relokasi dan konsultasi c) Pembangunan lokasi d) Relokasi PTP L.10.4 Pembinaan a) Menyusun program pembinaan b) Menyusun materi pokok program rehabilitasi sosial ekonomi PTP c) Melaksanakan program pembinaan (jangka pendek dan jangka panjang) L.10.5 Monitoring dan Evaluasi Dalam merumuskan jadwal waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus mempertimbangkan jadwal pelaksanaan konstruksi (pembangunan jalan). Sebaiknya pemberian ganti rugi/kompensasi,

Page 439: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

26

pembangunan lokasi pemukiman kembali dan pekerjaan relokasi harus sudah diselesaikan sebelum pembongkaran bangunan dan pembangunan konstruksi jalan dimulai. L.11 Menyusun Anggaran dan Pembiayaan Anggaran biaya pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus dirumuskan secara rinci untuk seluruh komponen pekerjaan, termasuk biaya untuk ganti rugi, pemukiman kembali, pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta biaya administrasi. Secara garis besar, jenis atau komponen biaya pengadaan tanah dan pemukiman kembali antara lain mencakup : persiapan, biaya pengadaan tanah, biaya pemukiman kembali, biaya pembinaan dan rehabilitasi, dan biaya administrasi. L.11.1 Biaya persiapan a) Sosialisasi dan penyuluhan. b) Inventarisasi dan sensus PTP. L.11.2 Biaya pengadaan tanah a) Ganti rugi atas aset fisik yang hilang (tanah, beserta aset lain yang ada di atasnya); b) Kompensasi/santunan kepada PTP yang tidak sesuatu hak atas tanah, tetapi telah lama

bermukim pada lokasi pengadaan tanah; c) Sertifikasi tanah, baik yang diserahkan/dialihkan kepada Pemrakarsa, maupun yang masih

menjadi milik PTP (splitzing sertifikat); L.11.3 Biaya pemukiman kembali a) Perencanaan dan sosialisasi b) Pembangunan lokasi (termasuk pembebasan tanah, pembangunan perumahan, serta sarana

dan prasarana). c) Bantuan biaya pindah. d) Tunjangan biaya hidup selama masa transisi. e) Tunjangan biaya pengganti atas hilangnya keterikatan sosial ekonomi dengan lokasi asal

(pendidikan anak sekolah,memulai usaha baru); L. 11.4 Biaya pembinaan dan rehabilitasi a) Perkiraan biaya untuk paket pemulihan mata pencaharian/pendapatan (seperti, pelatihan,

usaha kecil/rumah tangga); b) Bantuan pengembangan (seperti, fasilitas kredit murah, koperasi, kesehatan, pendidikan); c) Paket peningkatan kualitas lingkungan; L.11.5 Biaya administrasi a) Biaya kantor dan kesekretariatan; b) Panitia pengadaan tanah c) Biaya personil/staf operasional d) Pelatihan dan pemantauan e) Bantuan teknis f) Evaluasi oleh lembaga independen

Page 440: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

27

L.12 Menyusun Kerangka Kelembagaan Salah satu masalah penting dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali adalah kurangnya kerangka kelembagaan yang sesuai dan memadai baik pada tingkat instansional maupun lapangan. Dalam merumuskan kerangka kelembagaan ini perlu dijelaskan tentang : a) Komponen lembaga/instansi yang dibutuhkan (terlibat/terkait); b) Uraian tugas/tanggung jawab dan kewenangan; c) Mekanisme koordinasi; d) Kerangka kebijakan; e) Kebutuhan pelatihan dan peningkatan kemampuan L.12.1 Komponen Lembaga Komponen kelembagaan yang terlibat/terkait (dan dibutuhkan) dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali antara lain : Pemrakarsa Pemrakarsa adalah instansi penaggungjawab utama atas penyelenggaraan kegiatan proyek pembangunan jalan. Berdasarkan PP No. 26/1985 Bab I Pasal 1, mengatur tentang pembinaan jalan di Indonesia sebagai berikut : a) Jalan Nasional :

Pembina Jalan Nasional adalah Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya untuk menyelenggarakan pembinaan jalan di tingkat nasional dan melaksanakan Pembinaan Jalan Nasional (Ayat 4);

b) Jalan Propinsi :

Pembina Jalan Propinsi adalah Pemerintah Daerah Tk-I (Pemerintah Propinsi) atau Instansi yang ditunjuknya untuk melaksanakan pembinaan Jalan Propinsi (Ayat 5);

c) Jalan Kabupaten :

Pembina Jalan Kabupaten adalah Pemerintah Daerah Tk-II Kabupaten (Pemerintah Kabupaten) atau Instansi yang ditunjuknya untuk melaksanakan pembinaan Jalan Kabupaten (Ayat 6).

d) Jalan Kotamadya :

Pembina Jalan Kotamadya adalah PemerintahDaerah Tk-II Kotamadya (Pemerintah Kota) atau Instansi yang ditunjuknya untuk melaksanakan pembinaan Jalan Kotamadya (Ayat 7);

e) Jalan Desa :

Pembina Jalan Desa adalah Pemerintah Desa/Kelurahan (Ayat 8);

f) Jalan Khusus : Pembina Jalan Khusus adalah Pejabat atau Orang yang ditunjuk oleh/dari Instansi untuk dan atas nama Pimpinan Instansi atau Badan Hukum atau Perseorangan untuk melaksanakan pembinaan Jalan Khusus (Ayat 9);

Page 441: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

28

g) Jalan Tol : Jalan Tol adalah Jalan Umum yang kepada para pemakainya dikenakan kewajiban membayar ToK. Penyelenggara Jalan Tol adalah suatu Badan Hukum yang ditunjuk oleh Menteri (PT. Jasa Marga Persero).

Penanggung Jawab Pengadaan Tanah Penanggungjawab utama kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali adalah Pemerintah Propinsi, sedangkan jika lokasi proyek pembangunan jalan dimaksud hanya terletak pada satu wilayah Kabupaten/Kota, maka penanggungjawab utamanya adalah Pemerintah Kabupaten/Kota. Unit Pelaksana Manajemen Instansi ini merupakan perangkat pelaksana manajemen sehari-hari dari penanggung jawab utama. Instansi ini dibentuk oleh penanggung jawab utama pengadaan tanah. Pimpinan instansi ini harus dijabat oleh seorang staf senior yang berpengalaman dalam pengelolaan proyek pembangunan sosial ekonomi. Pelaksana Pengadaan Tanah Keppres RI No. 55/1993 (Bab III, Pasal 6 dan 7) menyebutkan bawa pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah yang dibentuk oleh Gubernur, dan pada setiap Kabupaten/Kota dibentuk Panitia Pengadaan Tanah. Untuk pengadaan tanah yang terletak pada 2 (dua) wilayah Kabupaten/Kota atau lebih dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah Propinsi yang dibentuk oleh Gubernur. Tim Kerja Pemukiman Kembali Institusi ini diperlukan untuk membantu Panitia Pengadaan tanah dan Unit Pelaksana Manajemen. Tim ini sekaligus berfungsi sebagai pusat koordinasi (sekretariat) untuk konsultasi dan partisipasi PTP. Tim ini dibentuk oleh Penanggung jawab Utama Pengadaan Tanah (Bupati/Walikota), dengan dipimpin (Ketua Tim/Koordinator) oleh seorang staf senior (misalnya Ketua Bappeda) dan dibantu oleh sejumlah Sub Tim (misalnya, sub tim perencanaan/penyiapan program, sub tim sosialisasi dan pembinaan, sub tim implementasi dan pengendalian). Tim Pengendalian dan Penyelesaian Pengaduan Secara formal, cara penyelesaian atas sengketa atau pengajuan keberatan dalam pelaksanaan pengadaan, telah diatur dalam Keppres RI No. 55/1993 (mulai Pasal 18 sampai dengan Pasal 22) dan dijabarkan lebih lanjut dalam Permeneg Agraria/Kepala BPN No. 1/1994 (Bagian Keempat, Pasal 22 sampai dengan Pasal 27). Namun demikian untuk memudahkan/ mempercepat penyelesaian maka sebaiknya dibentuk suatu Tim (semacam Panitia) Penyelesaian Pengaduan yang dipimpin langsung oleh Penanggung jawab Utama Pengadaan Tanah (sebagai Ketua Tim), dengan struktur jaringan kerja sampai tingkat Desa/Kelurahan. Tim ini berfungsi untuk mengendalikan pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, khususnya dalam rangka pengamanan dan penyelesaian pengaduan keberatan dari PTP atau sengketa lainnya (biasanya berkaitan dengan kelayakan ganti kerugian/kompensasi serta manfaat

Page 442: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

29

kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali). Susunan Tim sebaiknya terdiri atas unsur-unsur Muspida/Muspika, Panitia Pengadaan Tanah, BPD (Badan Perwakilan Desa), Tokoh Masyarakat, dan kelompok perwakilan PTP. Fasilitator Masyarakat Pemanfaatan tenaga fasilitator masyarakat (TFM) akan sangat membantu dalam pelaksanaan pengadaan tanah, pemukiman kembali, khususnya dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi dan peningkatan partisipasi PTP, perencanaan dan pelaksanaan pemukiman kembali yang partisipatif, serta pelaksanaan pembinaan dalam rangka rehabilitasi sosial ekonomi PTP. Fasilitator Masyarakat dapat ditunjuk dari Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) dari Universitas, atau LSM pembangunan dengan melibatkan kelompok PTP sebagai TFM lapangan. Uraian Tugas/Tanggung jawab dan Kewenangan Rumusan uraian tanggung jawab/tugas dan kewenangan ini mencakup: a) Distribusi tanggung jawab/tugas serta kejelasan kewenangan dari tiap-tiap komponen lembaga

atau unit/instansi pelaksana pengadaan tanah dan pemukiman kembali. b) Tanggung jawab atas tugas-tugas khusus tertentu, misalnya, membangun komponen

prasarana lokasi pemukiman kembali, pembinaan kelompok rentan,pemantauan internal, pengendalian dan koordinasi dengan instansi terkait, penyusunan laporan dan penyerahan laporan kepada pembuat keputusan, tanggung jawab mengkaji dan menindak lanjuti laporan.

c) Persyaratan personil pelaksana, termasuk persyaratan untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan.

L.12.3 Mekanisme Koordinasi Materi pokok dari mekanisme koordinasi ini, antara lain mencakup : a) Kerangka koordinasi internal, yakni bagaimana sistem koordinasi antar komponen

lembaga/unit/instansi pelaksana pengadaan tanah dan pemukiman kembali yang berada dibawah kendali penanggung jawab utama pengadaan tanah, baik secara vertikal maupun horisontaK.

b) Kerangka koordinasi eksternal, yakni sistem koordinasi dengan instansi terkait di luar lembaga penyelenggara kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali;

c) Jenis kegiatan tertentu yang memerlukan koordinasi khusus, termasuk dalam hal ini harus dijelaskan mengenai kerangka waktu dan penanggung jawab pelaksanaan koordinasi, serta instansi terkait yang perlu dilibatkan dalam koordinasi.

L.12.4 Kebutuhan Staf/Personil Perbandingan yang memadai antara jumlah staf/personil pelaksana dengan PTP akan tergantung pada banyak faktor, antara lain jumlah PTP, jumlah dan lingkup pekerjaan, jumlah lokasi (tempat) dan kompleksitas permasalahan. Para pimpinan unit lembaga pelaksana pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus merupakan staf yang mempunyai kemampuan merancang program dan pengaturan alokasi anggaran serta pengendalian proyek social engineering. Sementara untuk staf pelaksana dan lapangan merupakan kelompok dari berbagai jenis keterampilan dan keahlian, seperti untuk

Page 443: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

30

perencanaan lokasi dan prasarana, hukum, ekonomi, sosiologi, teknik lingkungan, dan kesejahteraan sosiaK. L.12.5 Kebutuhan Pelatihan dan Peningkatan Kemampuan Beberapa alternatif dalam rangka peningkatan kemampuan institusi dan keterampilan staf, antara lain: a) studi banding; b) pelatihan dan lokakarya; c) bantuan teknis. L.12.6 Rancangan Kerangka Kebijakan Pengadaan Tanah Tim Penyusun LARAP perlu menyiapkan rancangan kerangka kebijakan pengadaan tanah dan pemukiman kembali sebagai bahan acuan dalam menyusun kerangka kebijakan formal (dalam bentuk Surat Keputusan Gubernur). Materi pokok dari rancangan kerangka kebijakan pengadaan tanah dan pemukiman kembali mencakup: a) Pengertian dasar: Definisi tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan pengadaan tanah dan

pemukiman kembali; b) Tujuan: Menguraikan tentang tujuan program pengadaan tanah (dan pemukiman kembali); c) Deskripsi proyek: Gambaran ringkas proyek jalan dengan komponennya dimana diperlukan

pengadaan tanah/penguasaan tanah dan pemukiman kembali; d) Prinsip-prinsip perencanaan: Menjelaskan tentang prinsip dasar dan tujuan yang menuntun

dan menjadi acuan persiapan dan implementasi program pengadaan tanah dan pemukiman kembali;

e) Persiapan: Uraian singkat tentang proses persiapan dan persetujuan rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali;

f) Lingkup dampak: Perkiraan penduduk yang terkena proyek dan dampak lain g) Kriteria kelayakan: Uraian kriteria penentuan kategori PTP yang berhak mendapat ganti

kerugian dan jenis aset yang dapat (layak) diganti rugi; h) Kerangka hukum: Uraian tentang peraturan perundangan yang berlaku dalam pelaksanaan

pengadaan tanah dan pemukiman kembali, i) Metode penilaian aset dan ganti kerugian: Uraian cara penilaian untuk menentukan tingkat dan

besaran ganti kerugian atas seluruh aset masyarakat yang terkena proyek, serta alternatif pilihan bentuk ganti rugi dan/atau pemukiman kembali.

j) Pembinaan dan penanggulangan dampak: Uraian mengenai ketentuan dan mekanisme pembinaan untuk rehabilitasi sosial ekonomi PTP (khususnya yang terpindahkan) serta penanggulangan dampak lain.

k) Kelembagaan: Uraian prosedur organisasi untuk pengadaan tanah dan pemukiman kembali, serta proses implementasi proyek yang menghubungkan langkah pengadaan tanah dan pemukiman kembali dengan pekerjaan-pekerjaan teknis;

l) Prosedur penyampaian keluhan/keberatan: Uraian tentang mekanisme untuk mengajukan keberatan/keluhan dan cara penyelesaiannya;

m) Pembiayaan: Uraian mengenai pengaturan pendanaan kegiatan pengadaan tanah dan

Page 444: Info Lingkungan3

Lampiran L – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI UNTUK BIDANG JALAN

31

pemukiman kembali; n) Konsultasi dan partisipasi masyarakat: Uraian mengenai mekanisme konsultasi dan partisipasi

masyarakat, o) Pemantauan dan evaluasi: Uraian mengenai pengaturan kegiatan pemantauan internal, serta

pemantauan eksternal dan evaluasi. L.12.7 Rancangan Kerangka Implementasi Rancangan kerangka implementasi ini merupakan bahan acuan bagi penanggung jawab utama pengadaan tanah dalam menyusun kerangka proses pengadaan tanah dan pemukiman kembali, yang diformalkan (berupa Surat Keputusan Bupati/Walikota) menjadi Rencana Kerja Pengadaan Tanah. Materi pokok dari rancangan kerangka proses ini antara lain: a) Pengertian umum: Uraian singkat pengertian elemen-elemen yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan, termasuk definisi proyek, lokasi dan populasi penduduk yang terkena proyek;

b) Tujuan: Uraian spesifik tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya pengadaan tanah (dan pemukiman kembali), serta dikaitkan dengan tujuan penyusunan dokumen LARAP;

c) Informasi sosial ekonomi: Gambaran ringkas kondisi sosial ekonomi PTP serta dampak potensial yang dicakup,

d) Kebijaksanaan pengadaan tanah: Uraian kebijakan yang ditempuh dalam pelaksanaan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan, termasuk pembiayaan;

e) Rencana kerja: Uraian rinci tentang program kerja dan kerangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan untuk rehabilitasi sosial ekonomi PTP, khususnya yang terpindahkan, serta rencana pendanaannya.

L.13 Penyusunan Laporan Kandungan materi Dokumen LARAP harus disusun secara terinci dan spesifik, serta disesuaikan dengan jenis/kategori kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, apakah termasuk kategori “penting” atau “kurang penting”. S istem atika D okum en LA R A P untuk kedua kategori tersebut dapat mengacu contoh dari Bank Dunia atau ADB.

Page 445: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN PELAKSANAAN PENYARINGAN LINGKUNGAN (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan )

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Tata guna lahan

diperoleh dari Departemen Kehutanan, BPN dan dari sumber lainnya

2). Termasuk koordinasi

dengan instansi terkait 3). Perhatikan bagan alir

proses penyaringan (diagram A-1) dan pelajari Pedoman Penyaringan yang ada.

4). 5) Catat hasilnya dalam

risalah rapat 6) Daftar proyek yang wajib

pengelolaan lingkungan menggunakan formulir A-1

Mempelajari Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan dan mengidentifikasi penggunaan lahan pada dan sekitar rencana koridor jaringan jalan, khususnya areal sensitive … ..… .(1)

Melakukan penyaringan AMDAL dan UKL/UPL serta S O P … ..(3)

Menetapkan hasil penyaringan berupa Daftar Proyek Wajib Pengelolaan Lingkungan .. ... (6)

Memberi tanggapan dan saran dalam rangka menampung unpan balik … . .. (5)

Memberi masukan tentang Rencana Penataan Ruang Wilayah Propinsi, Kabupaten dan Kota serta Penerapan P eta P adu S erasi … (2)

Melakukan diskusi / konsultasi hasil penyaringan dengan BAPEDALDA … ... (4)

Page 446: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN KA-ANDAL (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Sesuai PP AMDAL 2). Mengacu pada Kep Ka

Bapedalda No.08/2000 3) Sesuai saran apakah

melalui media cetak maupun media elektronik

4) Tanggapan disampaikan

secara tertulis dalam jangka waktu satu bulan, terhitung sejak tanggal pengumuman

5) Mengacu pada Pedoman

Konsultasi Masyarakat dan Kep.Ka Bapedal No. 08/2000

6) Gunakan pedoman

penyusunan KA-ANDAL

7), 8), 9), 10) Risalah rapat menggunakan formulir A-2 Masukan peserta rapat menggunakan formulir A-3

11) Dilakukan sampai dokumen

disetujui 12) Sebagai acuan penilaian

ANDAL

Memberitahukan rencana penyusunan dokumen AMDAL . (1)

Mengumumkan rencana kegiatan proyek… ..(3)

Menyusun konsep KA-ANDAL dan mengajukan ke Komisi Penilai untuk dinilai.. (6)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberi masukan .. (7)

Menyepakati jadwal waktu dan isi pengumuman rencana kegiatan proyek … . (2)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberikan masukan.. (8)

Menghadiri rapat Komisi Penilai AMDAL dan memberi masukan (dari institusi terkait mis: kehutanan, Dikbud, Sosial) ..... (10)

Memperbaiki dokumen KA-ANDAL sesuai dengan tanggapan komisi dan mengajukan lagi ke Komisi Penilai … ..(11)

Mengadakan rapat Komisi Penilai AMDAL untuk menilai konsep KA-ANDAL … … … . (7)

Melaksanakan konsultasi M asy.… ..(5)

Memberikan tanggapan terhadap rencana kegiatan proyek … . (4)

Menetapkan dokumen KA-ANDAL ........ .. (12)

Page 447: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN PELAKSANAAN STUDI AMDAL (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Lampiran SK Penetapan

KA-ANDAL termasuk lampiran dokumennya.

2). Gunakan pedoman penyusunan ANDAL, RKL dan RPL

3). Lengkapi dengan surat pengantar dan tanda terima dokumen.

4) Risalah rapat menggunakan formulir A-2

5) 6), 7) Masukan peserta rapat menggunakan formulir A-3

8) Dilakukan sampai dokumen disetujui

9) Sebagai acuan untuk desain dan pelaksanaan

Mempelajari KA ANDAL yang telah ditetapkan … … … (1)

Melaksanakan Studi A N D A L … … (2)

Menghadiri rapat komisi dan memberikan masukan tentang penanganan dam pak lingkungan … .(6)

Memperbaiki konsep dokumen AMDAL sesuai dengan tanggapan komisi dan mengajukan kembali ke K om isi P enilai … (8)

Menghadiri rapat dan memberikan masukan untuk perbaikan dokumen ...........(4)

Mengadakan rapat komisi penilai AMDAL untuk menilai & menetapkan kelayakan lingkungan … … . (4)

Mengirimkan hasil studi ANDAL ke Komisi Penilai untuk dinilai … … . (3)

Menghadiri rapat komisi dan memberikan masukan tentang penanganan dampak lingkungan sesuai keterkaitannya … .(7)

Menetapkan dokumen A M D A L … … . (9)

Page 448: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN PENJABARAN HASIL STUDI ANDAL, RKL DAN RPL (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Termasuk mengkaji ulang

(mereview)

2) Dibantu ahli lingkungan apabila diperlukan

3) 4) 5) Dapat dilakukan dalam forum rapat atau lainnya

6) Sebaiknya ada ahli lingkungan dalam tim perencana

7) Sebanyak mungkin dituangkan dalam desain, sedangkan dampak sosial yang tidak dapat dituangkan dalam desain, merupakan lampiran desain untuk diperhatikan pada saat tender

8) Output yang diharapkan

Mempelajari hasil studi ANDAL, RKL dan RPL … ..… (1)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran ....... (4)

Menginventarisasi rekomendasi penanganan dampak pada dokumen RKL & R P L … … (2)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran sesuai kebijakan pembangunan daerah mis.: median, lansekap … … … . (3)

Memberi penjelasan kepada tim perencana teknis tentang sasaran penanganan dampak pada RKL & RPL ....(6)

Memberi masukan tentang cara penanganan dampak dan saran-saran sesuai keterkaitannya mis.: penanganan utilitas yang terkena............ (5)

Melaksnakan penjabaran hasil studi ANDAL, RKL dan RPL pada perenc.teknis.. (7)

Desain jalan yang telah mempertimbangkan faktor lingkungan.. (8)

Page 449: Info Lingkungan3
Page 450: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN PERTIMBANGAN PENGADAAN TANAH (Pada Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Sasaran

Kawasan yang akan dilayani misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota dll.

2) Mencakup kondisi eksisting dan rencana peruntukannya dimasa datang, penetapan status dan fungsi kawasan lindung

3). Didasarkan pada prinsip-

prinsip menghindari lahan budidaya dan yang dilindungi sesuai criteria pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

4). Dapat dituangkan dalam peta 5) Peta Koordinasi

pemanfaatan Ruang wilayah yang memadukan kawasan lindung dan kawasan binaan

6) 7) Termasuk cara-cara pelepasannya

8) Rencana ini disebarluaskan kepada institusi terkait

Mempelajari Konsep Rencana Umum Sistem Jaringan Jalan, Peta Tata Guna Lahan Disekitar Rencana Jaringan Jalan … ..… .(1)

Membuat Konsep Awal Kebutuhan lahan untuk Rencana Jaringan Jalan (termasuk perkiraan kasar luas, jenis penggunaan dan kepemilikan). (2)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan beserta perkiraan kasar kebutuhan lahan … (8)

Memberi tanggapan dan masukan tentang Penerapan Peta Padu Serasi (Penataan Ruang W ilayah) … … … … .. (5)

Konsultasi konsep kebutuhan lahan rencana jaringan jalan (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya, mis.: tentang fungsi lahan dan ketentuan / peraturannya (7)

Memberi masukan tentang daya dukung lingkungan termasuk sosial (4)

Memberi masukan tentang lokasi lokasi hak adat / ulayat , dll ( 6 )

Page 451: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN KEGIATAN AWAL PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Dari peta Padu Serasi

dan peta lainnya yang dipublikasikan oleh Departemen/Dinas Kehutanan, Departemen/Dinas Pendidikan dan kebudayaan

2). Bersifat Orientasi lapangan untuk melihat contoh (sample) kondisi sebenarnya

3), 4), 5), 6)

Masing-masing masukan (input) Diplot pada peta Padu Serasi

7), Masukan untuk

pemilihan alternatip rute jalan dan penyusunan KA-ANDAL (Lihat bagan Pelaksanaan konsultasi masyarakat dan Penyusunan KA-ANDAL)

8) Mempertimbangkan

aspek-aspek teknis, ekonomik, sosial budaya dan lingkungan

Mempelajari Kebutuhan lahan dan Jenis Peruntukan Lahan pada Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Melakukan Konsultasi Pemilihan Alternatif koridor Jalan berdasarkan kebutuhan lahan … (2)

Merangkum data dan informasi untuk acuan peenetapan koridor jalan .....................(6)

Memberi masukan Lokasi Masyarakat Terasing, status kepemilikan dan kesediaan melepas. (5)

Memberi masukan tentang daya dukung lingkungan… … .. (3)

Memberi masukan tentang lokasi Prasarana & Sarana dan untuk pemukiman kembali penduduk serta ketersediaan dan keterpaduan pengadaan lahan .. (4)

Merangkum data dan informasi untuk acuan penetapan koridor jalan ..........(7)

Menetapkan koridor jalan terpilih............(8)

Memberi masukan tentang pengendalian fungsi lahan dan ketentuan memperoleh lahan … … (6)

Page 452: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN LAHAN (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Hasil Pra Kelayakan 2). Sesuai dengan

pedoman yang berlaku 3),4),5), 6)

Melalui media rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7) Dikaji bersama sama aspek teknis, ekonomis dan lingkungan. termasuk kebutuhan Permukiman Kembali Penduduk

8) Dalam forum penilaian apabila dokumen AMDAL

9) Koordinasi rencana awal

pelaksanaan di lapangan dengan instansi lain

10) 11) Dapat dilakukan dalam forum rapat, dll.

12) Setelah dokumen AMDAL (bila ada) ditetapkan oleh Gubernur/Walikota/ Bupati

Mempelajari kebutuhan lahan dan Jenis Peruntukan Lahan pada setiap alternatif R ute Jalan … … … (1)

Melakukan Konsultasi dan Survey Dasar sosial … … (2)

Memberi masukan tentang Status Kepemilikan lahan termasuk asset lainnya serta taksiran harga .(5)

Membuat Prakiraan Kebutuhan Lahan untuk Alt.Rute.. (7)

Memberi masukan tentang pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Propinsi, kabupaten/kota dan koordinasi rencana pengadaan lahan .. (4)

Memberi masukan tentang daya dukung sosial ..… (3)

Koordinasi Rencana Awal P engadaan T anah … (9)

Memberi masukan sesuai keterkatiannya antara lain tentang hal-hal berkaitan dengan pelepasan hak. (6)

Menyetujui permohonan proyek tentang kebutuhan lahan … .(11)

Menetapkan Rute Terpilih ..... (12)

Memberi masukan kesediaan dan keberatan masy. Terhadap pengadaan tanah … ..(10)

Memperkirakan dampak sosial … .(8)

Page 453: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN PERENCANAAN PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk Data Jenis

Peruntukan Lahan yang terkena Proyek

2). Termasuk rencana kerja, pembagian tugas antara tim lapangan dengan panitia pengadaan tanah..

3). Sesuai Tupoksi Institusi dan dapat bersifat aktip (terjun kelapangan) maupun pasip (menerima laporan saja)

4). Terutama koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan dinas sosial

5) Termasuk status sertifikat, luasan, Lokasi di Peta, prakiraan nilai kekayaan, masa tinggal dll.

6). Sesuai peraturan per UU-an yang berlaku

7) Sesuai petunjuk yang dikeluarkan

8) 9) 10) 11) Dpat dilakukan dalam forum rapat

12) Setelah disahkan oleh Gubernur/Walikota/ Bupati

Mempelajari Pengukuran Detail R ute Jalan … … … … (1)

Memberi Masukan Detail dilapangan tentang hal kepemilikan lahan, pelepasan hak, rehabilitasi pem uk.kem bali, dll. … . (5)

Melakukan Survey Sosial Ekonomi dan konsultasi Masyarakat … … (2)

Membantu Koordinasi Pelaksanaan Survey dengan instansi Terkait … … … … .… … … . (4)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan Survey … … … … … … … … (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya antara lain proses & ketentuan pelepasan hak, tatacara & criteria kompensasi serta tata cara pem uk.kem bali … … .. (6)

Sosialisasi Konsep LARAP dan mengajukan kepada Gub/Bupati/Walikota (8)

Menetapkan desain jalan serta melakukan persiapan pelaksanaan LA R A P … … (12)

Memberikan kesepakatan thd konsep tersebut … .. (9)

Memberikan kesepakatan thd konsep … … . (10)

Gubernur / Bupati/Wali kota menyetujui konsep LARAP-nya. … .. (11)

Membuat Konsep LA R A P … ..(7)

Page 454: Info Lingkungan3

Gambar-5 BAGAN PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI PENDUDUK (Pada Tahap Persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Dijabarkan dari

Dokumen LARAP yang telah ditetapkan

2) 3) 4) Dapat dilakukan berkali kali

5). Sesuai dg kesepakatan nilai kompensasi dan daftar penerimanya

6),7) Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara pasip (menerima laporan) atau aktip (kelapangan).

8) 9) Termasuk proses pensertifikatan

10). Sesuai dengan yang tertera pada LARAP

11) Sesuai yang tertera pada dokumen LARAP dan daftar yang akan dimukimkan kembali

12) Baik instansi pusat dan daerah termasuk di lokasi pemukiman kembali penduduk.

13). Sertifikat kepemilikan lahan dan bangunan

14) Dapat dikaitkan dengan program instansi terkait

15) Untuk digunakan sebagai acuan monitoring

Membuat Jadwal Detail & konsultasi Pelaksana- an LA R A P … ..(1)

Melaksanakan Pembayaran Kompensasi untuk tanah dan asset diatasnya … … ..(5)

Menerima Sertifikat Kepemilikan Kapling dan K artu P enduduk … ..(13 )

Melaksanakan Kegiatan Pemukiman Kembali Penduduk (BILA ADA) ....... ( 10)

Membuat Laporan Pelaksanaan LARAP … … (15)

Menyerahkan Surat-surat kepemilikan lahan kepada pem rakarsa … … .(8)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan LARAP .… .. (11)

Membantu pelaksanaan Koordinasi dengan instansi terkait … (12)

Melakukan monitoring … … (6) Panitia Pengadaan Tanah

membantu dalam penyelesaian proses adm inistrasi … … .(9)

Berpartisipasi dalam musyawarah & mufakat … … … . (2)

Melakukan monitoring … .. (7)

Berpartisipasi dalam musy. & menyepakati dlm mufakat khususnya P .T .P … … . (3)

Melaksanakan musyawarah dan mufakat, khususnya panitia pengadaan tanah … … .. (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: transmigrasi, perumahan dll… (14)

Page 455: Info Lingkungan3

Gambar-6 BAGAN PELAKSANAAN REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERKENA DAMPAK (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Diambil dari laporan

LARAP.

2) Dapat dilakukan pada tahap sebelumnya

3), 4), 5), 6).

Melalui forum rapat atau metode lainnya

7) Yang telah disesuaikan

terhadap masukan konsultansi

8) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

9) Sesuai tupoksi

10) Program yang telah disepakati

11) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

12) Sebagai bahan monitoring

Mempelajari rencana rehab ekonom i … … ..(1)

Melakukan konsultasi dan persiapan Rehabilitasi Ekonomi bagi Masyarakat Terkena Proyek … … … … (2)

Menerima dan melaksanakan program R ehabilitasi… … … (10)

Melaksanakan Program R ehabilitasi … … … (7)

MEMBUAT Laporan Pelaksanaan Program Rehabilitasi Ekonomi m asyarakat … … ..(12)

Melakukan monitoring … … … .(8)

Melakukan Koordinasi dengan Instansi Terkait … … … … … … … … … .(9)

Memberi masukan ttg. Monitoring dan indikator keberhasilan program Rehabilitasi yg efektif … ..(3)

Melaksanakan persiapan rehab & memberi masukan tentang kesulitan pasca LA R A P … .. (5)

Memberi masukan program dari sektor lain yg dapat dikoordinasikan … … (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: Dinas Sosial sebagai Pengawas Lapangan. (11)

Membantu sesuai keterkaitannya, misal Dinas Sosial memberi masukan tentang alt pola rehabilitasi … … (6)

Page 456: Info Lingkungan3

Gambar-7 BAGAN PELAKSANAAN MONITORING PASCA PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Pasca Konstruksi /Operasi dan Pemeliharaan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk penyesuaian

penyesuaian yang dilakukan dan masukan masukan lainnya yang diperoleh selama proses pengadaan tanah dari tahap perencanaan umum sampai dengan tahap konstruksi.

2). Melibatkan berbagai

disiplin ilmu (teknis, sosial dan kelembagaan)

3), 4), 5), 6), 7). Melalui rapat teknis

yang diselenggarakan oleh Pemrakarsa

8). Hasilnya menjadi bagian

laporan Akuntabilitas Proyek Jalan.

Mempelajari Catatan Pelaksanaan LARAP (Pengadaan Tanah dan Rehabilitasi E konom i) … … .(1)

Konsultasi Hasil Sementara terhadap monitoring pelaksanaan LARAP … … .(3)

Menyusun Laporan Monitoring Pasca LA R A P … … . (8)

Memberi tanggapan dan masukan kualitas kondisi sosekbud m asy… .. (4)

Memberi tanggapan dan masukan terhadap kualitas koordinasi antar sektor … ... (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek perubahan sosek dan lingkungan termasuk dari aspek pelaksanaan … ..( 6)

Memberi tanggapan dan masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. Keberhasilan/kegagalan program rehabilitasi, tingkat kesenjangan antar kelom pok m asy. … 7)

Melakukan Analisa Kesesuaian Rencana … … … . (2)

Page 457: Info Lingkungan3

Gambar-8 BAGAN EVALUASI PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Laporan monitoring

yang memasukkan masukan dari berbagai institusi terkait

2) Melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Termasuk pertimbangan persyaratan dari lembaga donor

4) 5) 6) 7) 8)

Dilakukan melalui forum rapat/ seminar/lainnya

9) Hasilnya diserahkan kepada para perencana umum pengembangan jaringan jalan.

Mempelajari laporan monitoring pelaks. LA R A P … … ...(1)

Menganalisa dan mengidentifikasi kriteria perencanaan … . (2)

Menetapkan kriteria-kriteria pengadaan tanah yang akan digunakan sebagai kebutuhan perencanaan dimasa datang … (9)

Menyusun konsep kriteria perencanaan LARAP yang lebih baik ..… . (3)

Konsultasi konsep perencanaan LARAP … . (4) Memberi masukan

tentang sosekbud dan m asalah lingkungan … . (5)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelembagaan … . (6)

Memberi masukan tentang kendala dan tata cara perencanaan dan pelaksanaan … . (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. tata ruang, nilai kearifan lokal, adat istiadat, pelatihan untuk alih profesi … . (8)

Page 458: Info Lingkungan3
Page 459: Info Lingkungan3

Gambar-1 BAGAN PERTIMBANGAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Perencanaan Umum Sistem Jaringan Jalan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Mencakup Sasaran

Kawasan yang akan dilayani misalnya sentra sentra produksi, kapasitas produksi, kapasitas jalan yang dibutuhkan, peran dan fungsi kota dll, serta kondisi eksisting dan rencana peruntukannya dimasa datang, penetapan status dan fungsi kawasan lindung

2). Didasarkan pada prinsip-prinsip menghindari lahan budidaya dan yang dilindungi sesuai criteria pada pasal-6 undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

3). Peta Koordinasi pemanfaatan Ruang wilayah yang memadukan kawasan lindung dan kawasan binaan

4). Termasuk upacara ritual yang berhubungan dengan tanah

5). Termasuk populasi dan adat istiadatnya serta program yang telah dan sedang dijalankan

6) Disebarluaskan kepada instansi terkait

Mempelajari Konsep Rencana Sistem Jaringan Jalan dan Peta Tata Guna Lahan termasuk peta keberadaan masyarakat terasing disekitar jaringan jalan tersebut … ..… .(1)

Membuat Konsep dan Sosialisasi Jaringan Jalan beserta koridornya serta lokasi m asy. terasing… ..(2)

Menetapkan Rencana Jaringan Jalan .. ... (6)

Memberi tanggapan dan masukan tentang Penerapan Peta Padu Serasi (Penataan Ruang W ilayah) … … … … .. (3)

Memberi masukan tentang kehidupan sosial budaya masyarakat setempat .… … .. (4)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Pendidikan & Kebudayaan memberi masukan tentang kondisi sosial ekonomi serta peraturan perundangan masy terasing… .. (5)

Page 460: Info Lingkungan3

Gambar-2 BAGAN KEGIATAN AWAL PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Pra Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Dari peta Padu Serasi dan

peta lainnya yang dipublikasikan oleh Departemen/Dinas Kehutanan, Departemen/Dinas Pendidikan dan kebudayaan

2). Bersifat Orientasi lapangan untuk melihat contoh (sample) kondisi sebenarnya

3), 4), 5), 6)

Masing-masing masukan (input) diplot pada peta Padu Serasi beserta keterangan spesifik yang harus diperhatikan

7), Masukan untuk pemilihan

alternatip koridor rute jalan dan penyusunan KA-ANDAL (Lihat bagan pelaksanaan konsultasi masyarakat dan penyusunan KA-ANDAL)

8) Telah mempertimbangkan

aspek-aspek teknis, ekonomik, sosial budaya dan lingkungan

Mempelajari penyebaran permukiman masy. terasing pada Rencana Jaringan Jalan … . (1)

Melakukan konsultasi pemilihan alternatip koridor Jalan … … ..(2)

Merangkum data dan informasi penyebaran masy terasing untuk acuan penetapan koridor .....................(7)

Memberi masukan tentang sistem kepemilikan tanah Masyarakat Terasing .. (5)

Memberi masukan tentang perkiraan dampak sosial terhadap m asy terasing. … … . (3)

Memberi masukan tentang koordinasi penanganan masy. terasing........ .. (4)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Dik Bud memberi masukan tentang pola kehidupan sosial, ekonomi, budaya ..... (6)

Menetapkan Koridor Jalan Terpilih ....... (8)

Page 461: Info Lingkungan3

Gambar-3 BAGAN IDENTIFIKASI PENANGANAN SISTEM SOS-BUD MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Studi Kelayakan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Pada koridor hasil Pra

Kelayakan 2). Sesuai dengan pedoman

yang berlaku 3),4),5) 6) Konsultasi dapat

dilakukan melalui media rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

7) Dikaji bersama-sama aspek teknis, ekonomik dan lingkungan

8) Outputnya adalah Rute terpilih setelah dikaji bersama sama aspek teknis, ekonomis dan lingkungan termasuk kebutuhan Permukiman Kembali Penduduk

Mempelajari pola penyebaran dan kehidupan sosial budaya masy terasing pada setiap alternatip rute Jalan … … … (1)

Melakukan survey dasar sosial dan konsultasi … … (2)

Memberi masukan tentang sistem nilai budaya dan pendekatan penanganan m asy. terasing … .(5)

Membuat prakiraan dampak sosial budaya dan rencana kasar penanganan masy terasing untuk alternatif rute...... (7)

Memberi masukan tentang koordinasi penanganan masy. terasing.................(4)

MENETAPKAN RUTE TERPILIH (8)

Memberi masukan tentang penanganan dampak sosial masy. terasing..… (3)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal : Dinas Dik-Bud memberi masukan tentang mobilitas masy terasing dan situs dan benda cagar budaya yang harus dilindungi. ..(6)

Page 462: Info Lingkungan3

Gambar-4 BAGAN PERENCANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Perencanaan Teknis)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Termasuk Data permukiman

yang terkena Proyek

2). Termasuk rencana kerja, pembagian tugas

3). Sesuai tupoksi institusi dan dapat bersifat aktip (terjun kelapangan) maupun pasip (menerima laporan saja)

4). Terutama koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan dinas sosial

5) Termasuk jenis upacara adat yang masih dilakukan

6). Termasuk program yang telah dan akan dijalankan untuk masy.terasing tsb.

7) 8) 9) 10) Dapat dilakukan melalui media rapat

11) Desain jalan telah mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial-ekonomi-budaya

Mempelajari Pengukuran Detail Rute Jalan & rencana kasar penanganan m asy. terasing… (1)

Memberi Masukan Detail dilapangan tentang sistem kekerabatan, kepemimpinan, sistem dan nilai hak adat ............ (5)

Melakukan survey sosial ekonomi dan konsultasi masyarakat … … (2) Membantu Koordinasi

Pelaksanaan Survey dengan instansi Terkait … … … … .… … … . (4)

Membuat konsep dan sosialisasi rencana tindak penanganan masy terasing … ..(7)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan Survey … … … … … … … … (3)

Memberi masukan serta membantu survai sesuai keterkaitannya antara lain tentang pola penanganan masy. terasing misal : Dik-Bud memberi masukan tentang pola penanganan masy terasing ................. (6)

Menetapkan desain jalan serta melakukan persiapan pelaks. Renc. T indak … . (11)

Memberikan kesepakat -an dan melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan … … (8)

Memberikan kesepakatan dan melakukan persiapan … … … (9)

Memberikan kesepakatan dan membantu persiapan pelaksanaan … … (10)

Page 463: Info Lingkungan3

Gambar-5 BAGAN PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Persiapan Konstruksi)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1). Dijabarkan dari Dokumen

yang telah disetujui 2). Mencakup kompensasi

lahan dan bangunan, perbaikan permukiman tradisional, rehabilitasi konservasi situs dll.

3), 4), Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara pasip (menerima laporan) atau aktip (kelapangan).

5). Termasuk LSM, lembaga adat , dll.

6) Termasuk kegiatan pendampingan dalam aspek sosial – ekonomi

7) Untuk digunakan sebagai acuan monotoring

Membuat Jadwal Detail Rencana Tindak penanganan masy terasing.....… ..(1)

Melaksanakan program penanganan masyarakat terasing ................................(2)

Membuat Laporan Pelaksanaan Penanganan Masyarakat Terasing ..........(7)

Berpartisipasi dalam pelaksanaan program … … .(5)

Melakukan monitoring … … (3) Membantu sesuai

keterkaitannya misal : Dinas Dik-Bud dan Dinas Sosial membantu dalam pelaksanaannya dilapangan .... … … .(6)

Melakukan monitoring dan koordinasi … … (4)

Page 464: Info Lingkungan3

Gambar-6 BAGAN PELAKSANAAN REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Konstruksi Jalan & Jembatan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Diambil dari laporan

LARAP untuk masyarakat terasing

2) Dapat dilakukan pada

tahap sebelumnya 3), 4), 5), 6).

Melalui forum rapat atau metode lainnya

7) Yang telah disesuaikan

terhadap masukan konsultasi

9) Sesuai tupoksi

10) Program yang telah disepakati

8), 11) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

12) Sebagai bahan monitoring

Mempelajari rencana rehab ekonom i … … ..(1)

Melakukan konsultasi dan persiapan Rehabilitasi Ekonomi bagi masyarakat terasing … … (2)

Menerima dan melaksanakan program R ehabilitasi… … … (10)

Melaksanakan Program R ehabilitasi … … … (7)

MEMBUAT Laporan Pelaksanaan Program Rehabilitasi Ekonomi M asyarakat … … ..(12)

Melakukan monitoringi ...(8)

Melakukan Koordinasi dengan Instansi Terkait … … … … … … … … … .(9)

Memberi masukan ttg. Monitoring dan indikator keberhasilan program Rehabilitasi yg efektif … ..(3)

Melaksanakan persiapan rehab & memberi masukan tentang kesulitan pasca penanganan masy. terasing … … (5)

Memberi masukan program dari sektor lain yg dapat dikoordinasikan … … (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: Dinas Sosial sebagai Pengawas Lapangan. (11)

Membantu sesuai keterkaitannya, misal Dinas Sosial memberi masukan tentang alt pola rehabilitasi … … .. (6)

Page 465: Info Lingkungan3

Gambar-7 BAGAN PELAKSANAAN MONITORING PASCA PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Pasca Konstruksi /Operasi dan Pemeliharaan)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Termasuk penyesuaian

penyesuaian yang dilakukan dan masukan masukan lainnya yang diperoleh selama proses penanganan masyarakat terasing dari tahap perencanaan umum sampai dengan tahap konstruksi.

2). Melibatkan berbagai disiplin

ilmu (teknis, sosial-ekonomi, budaya dan kelembagaan.

3), 4), 5), 6), 7) Melalui rapat teknis yang

diselenggarakan oleh Pemrakarsa

8). Hasilnya menjadi bagian

laporan evaluasi manfaat proyek (ProjectBenefit Monitoring and Evaluatian – PBME).

Mempelajari catatan Pelaksanaan penanganan masy terasing .(1)

Melakukan analisa kesesuaian rencana penanganan masy terasing (2)

Konsultasi Hasil Sementara terhadap monitoring. penanganan masy .terasing termasuk rehabilitasi … … .(3)

Menyusun laporan monitoring Pasca penanganan masy terasing .............(8)

Memberi tanggapan dan masukan kualitas kondisi sosekbud masyarakat terasing … … … ..(4)

Memberi tanggapan dan masukan terhadap kualitas koordinasi antar sektor. (5)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek perubahan sosek dan lingkungan budaya masy terasing … … … … ( 6)

Memberi tanggapan dan masukan dari aspek sektor terkait … … … … ( 7)

Page 466: Info Lingkungan3

Gambar-8 BAGAN EVALUASI PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING (Pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek)

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA

KETERANGAN

1) Laporan monitoring yang memasukkan masukan dari berbagai institusi terkait

2) Melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Termasuk pertimbangan persyaratan dari lembaga donor

4) 5) 6) 7) 8)

Dilakukan melalui forum rapat/ seminar/lainnya

Hasilnya diserahkankepada para perencana umum pengembangan jaringan jalan.

Mempelajari laporan monitoring pelaks. penanganan masy. terasing … … ...(1)

Menganalisa dan mengidentifikasi kriteria perencanaan … . (2)

Menetapkan kriteria-kriteria penanganan masy. terasing yang akan digunakan dalam perencanaan dimasa datang … (9)

Menyusun konsep kriteria penanganan masy. terasing yang lebih baik ..… . (3)

Konsultasi konsep perencanaan penanganan masy. terasing … . (4)

Memberi masukan tentang sosekbud dan masalah lingkungan … … .. (5)

Memberi masukan tentang koordinasi dan kelem bagaan … . (6)

Memberi masukan tentang kendala dan tata cara perencanaan dan pelaksanaan … . (7)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya mis: ttg. tata ruang nilai kearifan lokal, adat istiadat pelatihan untuk alih profesi … . (8)

Page 467: Info Lingkungan3
Page 468: Info Lingkungan3

Lampiran P – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

DAFTAR ACUAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN 1

Lampiran P (Informatif)

Daftar Acuan Peraturan dan Perundang-undangan

P.1 Pendahuluan

Kebijakan dapat dibedakan sebagai kebijakan internal dan eksternal, tertulis dan tidak tertulis. Kebijakan internal (kebijakan manajerial), yaitu kebijakan yang hanya mempunyai kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri. Kebijakan eksternal yaitu kebijakan yang mengikat masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat (publik) Singkatnya kebijakan publik adalah arahan untuk suatu tindakan atau untuk tidak bertindak yang dipilih oleh suatu badan yang berwenang untuk menangani suatu masalah publik tertentu. Khusus yang menyangkut kebijakan publik, untuk menjamin kepastian bagi pelaksanaannya, kebijakan sebaiknya tertulis dan dilandasi oleh landasan hukum.

Menurut UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup laiM.

Pembangunan dan peningkatan jalan dimaksudkan untuk memajukan kesejahteraan serta kebahagiaan hidup bangsa, baik untuk generasi sekarang maupun yang akan datang. Karena kegiatan pembangunan dan peningkatan jalan pada dasarnya akan menimbulkan perubahan terhadap lingkungan maka pelaksanaannya yang berwawasan ingkungan harus didukung dengan peraturan yang jelas serta prosedur dan organisasi untuk menunjang pelaksanaannya.

Adapun peraturan perundangan lingkunan hidup terkait dengan bidang jalan antara lain sebagai berikut : 1) Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. 2) Undang-undang No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan. 3) Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. 4) Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 5) Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. 6) Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 7) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan. 8) Peraturan Pemerintah No. 08 Tahun 1990 tentang Jalan Tol 9) Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. 10) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup. 11) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis AMDAL

Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 12) Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala BPN No. 1 Tahun 1994 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Keppres No. 55/1993. 13) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 147/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

Page 469: Info Lingkungan3

Lampiran P – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

DAFTAR ACUAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN 2

14) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan RKL dan RPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

15) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 40/KPTS/1997 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan AMDAL Proyek Jalan.

16) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 188/KPTS/M/2001 tantang Pembentukan Tim Kerja Pengelolaan Lingkungan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah

17) Keputusan Menteri Negara KLH No. Kep. 02/MENKLH/1/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

18) Keputusan Menteri LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL

19) Keputusan Menteri LH No. 12 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum UKL dan UPL 20) Keputusan Menteri LH No. 02 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL 21) Keputusan Menteri LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai

AMDAL. 22) Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak

Penting 23) Keputusan Kepala Bapedal No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis

Dampak Lingkungan Hidup beserta Lampirannya. 24) Keputusan Kepala Bapedal No. 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek

Sosial Dalam Penyusunan AMDAL 25) Keputusan Kepala Bapedal No. 105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan

RKL dan RPL. 26) Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL. Peraturan perundangan lainnya yang terkait misalnya antara lain sebagai berikut : 1) Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemeritahan Daerah 2) Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Daerah 3) Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. 4) Undang-undang No. 41 Tahun 2001 tentang Kehutanan. 5) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan 6) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Propinsi Sebagai Daerah Otonom 7) Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum. 8) Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala BPN No. 01 Tahun 1994 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Keppres No. 55/1993. 9) Keputusan Menteri Kehutanan No. 55/KPTS-II/1994 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan

Hutan 10) Keputusan-keputusan Kepala Daerah tentang lingkungan hidup.

Page 470: Info Lingkungan3

Lampiran P – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

DAFTAR ACUAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN 3

P.2. Undang - Undang

P.2.1 Undang-undang Dasar 1945

UUD 1945 sebagai landasan konstitusional mewajibkan agar susmber daya alam dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Kemakmuran tersebut haruslah dapat dinikmati, baik oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang. Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti tersebut di atas dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembanguan berkealanjutan yag berwawasan lingkungan hdup. Hal ini merupakan pertimbangan diterbitkannya UU LH No 4 Tahun 1982 yang kemudian disempurnakan dan diganti dengan UU 23 Tahun 1997.

P.2.2 Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan HIdup

Undang-undang ini adalah pengganti dan penyempurna pokok materi dari UU No 4 Tahun 1982, memuat tentang norma lingkungan hidup juga menjadi landasan untuk menilai da menyesuaikan semua peraturan perundangan-undangan yang memuat ketentuan tentang lingkunan hidup yang berlaku mengenai pengairan, pertambangan, dan energi, kehutanan, permukiman penataan ruang dan sebagainya. Dalam UU ini diatur tentang hak setiap orang atas informasi lingkungan hidup, dan hak untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kewajiban-kewajiban pemerintah dalam pengelolaan ligkungan hidup secara mendasar diatur dalam pasal 10, yaitu kewajiban mengembangkan dan menerapkan beberap instrumen/perangkat pengelolaan yang dimaksudkan untuk mencegah penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, yaitu : Perangkat yang bersifat preemtif, berupa tindakan yang dilakukan pada tingkat

pengambilan keputusan dan perencanaan seperti penataan ruang dan analisis dampak lingkungan.

Perangkat yang bersifat preventif, yaitu tindakan pada tingkat pelaksanaan, evaluasi berbagai instrumen ekonomi dan penataan baku mutu limbah.

Perangkat yang bersifat proaktif, mencakup berbagai tindakan pada tingkat produksi dengan menerapkan standardisasi lingkungan ISO 14000

Pasal 15 UU No. 23 Tahun 1997 menyebutkan bahwa, setiap rencana dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbukan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL, yang tata cara penyusunan dan penilaiannya ditetapkan dengan PP.

P.2.3 Undang-undang No. 13 Tahun 1980 Tentang Jalan

Secara garis besar UU ini menjelaskan tentang hal-hal sebagai berikut : Pengelompokan jalan menurut peranan meliputi jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan

lokal. Bagian-bagian jalan yang meliputi: daerah manfaat jalan, daerah milik jalan, daerah

pengawasan jalan Jalan tol

Page 471: Info Lingkungan3

Lampiran P – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

DAFTAR ACUAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN 4

P.2.4 Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Undang-undang ini memaparkan antara lain sebagai berikut : Didalam ketentuan umum dijelaskan mengenai beberapa pengertian ruang, tata

ruang, penataan ruang, rencana tata ruang, wilayah, kawasan, kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, dan kawasan tertentu,

Penataan ruang bertujuan untuk terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkunga, terselenggaranya pengaturan pemanfaat ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas,

Ketentuan ini juga memuat tentang hak setiap orang untuk menikmati manfaat ruang, mengetahui rencana tata ruang, berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat pembangunan,

Rencana tata ruang, yaitu pembahasan tentang tata ruang yang dibedakan menjadi rencana tata ruang wilayah nasional, propinsi dan kab/kota.

Wewenang pelaksanaan tata ruang sepenuhnya berada pada pemerintah untuk mengatur dan menyelenggarakan penataan ruang dan mengatur tugas dan kewajiban instansi pemerintah dalam penataan ruang.

P. 3 Peraturan Pemerintah

P.3.1 PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL Secara garis besar PP ini memuat hal-hal sebagai berikut : 1. Komisi penilai AMDAL tingkat pusat (Kompus) yang instansi yang ditugasi

mengendalikan dampak lingkungan pusat (Bapedal). Dan tingkat daerah (Komda) yaitu instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan daerah (Bapedalda). Komisi pusat melakukan penilaian terhadap : Kegiatan yang bersifat strategis (bagian dari kegiatan terpadu/multi sektor), Lokasi yang meliputi lebih dari sati wiayah propinsi Berlokasi di wilayah sengketa denga negara lain, Berlokasi di lintas negara kesatuan RI dengan negara lain Sedangkan Komisi Daerah melakukan penilaian terhadap AMDAL bagi jenis-jenis usaha/kegiatan yang di luar kriteria tersebut yang dinilai oleh Kompus.

2. Keputusan Keputusan atas KA-ANDAL = 75 hari kerja seja diterimanya KA Keputusan ANDAL dan RKL/RPL = 75 hari sejak tanggal diterimanya dokumen

3. Masa Studi Keputusan layak lingkungan dinyatakan kedaluarsa, apabila kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu tiga tahun sejak ditetapkaM.

4. Keterbukaan informasi dan peran masyarakat

Page 472: Info Lingkungan3

Lampiran P – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

DAFTAR ACUAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN 5

Setiap usaha/rencana kegiatan yang telah ditetapkan oleh menteri, wajib diumumkan dahulu kepada masyarakat oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa sebelum menyusun AMDAL.

P.3.2 PP No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan

Secara garis besar PP ini memuat hal-hal sebagai berikut : 1. Jaringan jalan, yaitu membahas tentang peranan jalan, persyaratan jalan menurut

peranan, 2. Bagian-bagian jalan, yaitu membahas tentang damaja, damija dan dawasja, 3. Pelimpahan dan penyerahan wewenang pembinaan jalan, yaitu membahas tentang

wewenang pembinaan, wewenang penyusunan rencana, perencanaan, pemeliharaan, 4. Pembinaan jalan, yaitu membahas tentang pengelompokan jalan menurut wewenang

pembinaannya, penentuan sasaran, dan pengadaan jalan, 5. Dokumen jalan, yaitu membahas tentang leger yang digunakan untuk menyusun

rencana dan program pembinaan jalan dan memberikan catatan tentang data jalan.

P. 4 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal

P.4.1 Kepmen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL

Secara garis besar PP ini memuat hal-hal sebagai berikut : 1. Kriteria proyek jalan yang wajib AMDAL, meliputi jalan tol dan jalan layang,

pembangunan dan peningkatan jalan dengan pelebaran di luar damija, diluar tersebut tetapi dapat merubah fungsi.

2. Untuk melakukan penyaringan maka perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan : UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung.

P.4.2 Keputusan Kepala Bapedal No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL

Ketentuan ini merupakan acuan bagaimana menyusun KA ANDAL, merupakan acuan bagaimana menyusun ANDAL dan acuan bagaimana menyusun RKL dan RPL. Ketentuan ini juga memuat fungsi pedoman penyusunan KA ANDAL, tujuan dan fungsi KA ANDAL, dasar pertimbangan penyusunan KA dan sebagainya.

P.4.3 Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL Secara garis besar isi ketentuan keputusan ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Hak-hak masyarakat dalam proses AMDAL, seperti hak memperoleh informasi,

memberikan saran dan pendapat, duduk sebagai anggota komisi penilai AMDAL. Juga tentang kewajiban instansi yang bertanggung jawab seperti mengumumkan rencana usaha, mendokumentasikan saran, menyampaikan hasil rangkuman saran,

Page 473: Info Lingkungan3

Lampiran P – Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

DAFTAR ACUAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN 6

menyediakan informasi tentang proses dan hasil KA ANDAL, memfasilitasi terlaksananya hak masyarakat atas informasi dalam proses AMDAL.

2. Tahapan keterlibatan masayrakat dalam proses AMDAL: Tahap persiapan penyusunan AMDAL Tahap penyusunan KA Tahap penilaian KA Tahap penilaian ANDAL, RKL dan RPL

P. 5 Keputusan/Peraturan Menteri PU

P.5.1 Peraturan Menteri PU No. 69 Tahun 19956 tentang Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. Ketentuan ini adalah pengganti Permen No 46 Tahun 1990 sebagai pedoman teknis untuk melaksanakan kegaiatn AMDAL proyek bidang pekerjaan umum yang mencakup proyek bidang pengairan, jalan, keciptakaryaan, baik proyek pusat atau daerah sesuai dengan siklus kegiatan proyeknya. Siklus pengembangan proyek dalam pedoman ini adalah sebagai proses atau tahapan kegiatan proyek yang dimulai dari tahapan perencanaan umum sampai dengan tahapan pasca proyek dan integrasi AMDAL dalam siklus ini akan memantapkan upaya penyelenggaraannya sehingga dapat menunjang upaya pembangunan yang berkelanjutan. Disebutkan juga dalam ketentuan ini bahwa AMDAL menjadi bagian kegiatan studi kelayakan. Pembahasan dampak lingkungan diutamakan terhadap dampak negatif yang timbul dan terbawa serta karena kegiatan proyek.

P.5.2 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 188/KPTSM/2001 tentang Pembentukan Tim Kerja Pengelolaan Lingkungan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Ketentuan ini dibuat untuk mengatur pembentukan tim kerja pengelolaan lingkungan bidang kimpraswil, sesuai ketentuan pasal 12 ayat (1) PP No 27 Tahun 1999, mengatur tentang keanggotaan Tim Teknis dari Instansi teknis yang membidangi usaha dan /atau kegiatan bidang terkait. Didalamnya diatur tentang tugas-tugas Komisi Penilai yaitu memberikan pertimbangan teknis atas KA, ANDAL, RKL dan RPL yang memerlukan dukungan dukungan teknis bidang Kimpraswil. Adapun tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut: Membantu tim teknis Bapedal dalam penilaian dokumen ANDAL bidang kimpraswil

dan bidang lainnya di Bapedal Mengusulkan kriteria-kriteria dan batasan tenis untu setiap ketetapan yang terkait

dengan kimpraswil dari Menteri LH Membantu penyusunan dokumen pembinaan pengelolaan lingkungan hidup bidang

kimpaswil, Membantu penyelesaian masalah/penanganan kasus lingkungan bidang kimpraswil, Membantu tugas lain yang ditentukan oleh Menteri Kimpraswil dalam hal lingkungan

hidup.

Page 474: Info Lingkungan3

PEDOMAN

Pelaksanaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Buku 3

012/PW/2004

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAH

Page 475: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

i

PRAKATA

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini disusun untuk

memberikan petunjuk dan tata cara pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dalam

menangani dampak-dampak yang timbul karena penyelenggaraan pembangunan

prasarana jalan dan jembatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam era otonomi

daerah.

Pedoman ini merupakan salah satu rangkaian pedoman pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan, yang dapat dipakai sebagai acuan dalam mempersiapkan dokumen tender,

kegiatan pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi fisik, serta kegiatan pengoperasian

dan pemeliharaan prasarana jalan, yang penerapannya harus memperhatikan berbagai

peraturan perundangan mengenai lingkungan hidup dan ketentuan-ketentuan yang

terkait lainnya.

Semoga Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini

bermanfaat untuk menangani dampak-dampak yang timbul dalam penyelenggaraan

pembangunan prasarana jalan, dalam upaya mewujudkan pembangunan jalan yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Jakarta, Desember 2003

Page 476: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

ii

DAFTAR ISI Prakata … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . i

D aftar Isi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . ii

D aftar Lam piran … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. iii

Pendahuluan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 1

1 R uang lingkup … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 3

2 Acuan Normatif … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 4

3 Istilah dan definisi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 5

4 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan .............. 8

4.1 Penyiapan Dokumen Tender ................................................... 8

4.2 Kegiatan Pengadaan Tanah .................................................... 11

4.3 Pelaksanaan K onstruksi Fisik … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 18

4.4 Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan ......................................... 33

5 Pem biayaan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 36

6 K oordinasi Pelaksanaan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 40

7 Dokumentasi dan pelaporan .… … … … … … … … … … … … … … … … .. … … … 47

Penutup .........… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .… … … .. 49 Lampiran

Page 477: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1.1. Penerapan aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup

ada setiap tahapan proyek pembangunan prasarana jalan

1

2. Lampiran 2.1. Ketentuan tentang kewajiban penyusunan pedoman

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan

2

3. Lampiran 4.1.1. Pencantuman aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan pada dokumen tender

3

4. Lampiran 4.2.1. Kriteria kompensasi penggantian tanah dan bangunan 4

5. Lampiran 4.2.2. Pedoman pelaksanaan partisipasi dan konsultasi

masyarakat dalam kegiatan pengadaan tanah

5

6. Lampiran 4.2.3. Jenis dampak/kerugian akibat kegiatan pengadaan tanah 8

7. Lampiran 6.1. Bagan koordinasi kegiatan pengadaan tanah 9

8. Lampiran 6.2 Bagan Koordinasi pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik 10

9. Lampiran 6.3 Bagan Koordinasi kegiatan pengoperasian dan

pemeliharaan

11

10. Lampiran 6.4 Bagan pelaksanaan penanganan masyarakat terasing 12

11. Lampiran 6.5 Bagan pelaksanaan rehabilitasi ekonomi masyarakat

terasing

13

12. Lampiran 6.6 Prosedur Standar Penanganan Dampak Lingungan

Hidup Bidang Jalan dan Jembatan

Page 478: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1

PENDAHULUAN

Era otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 1999, telah menimbulkan berbagai

perubahan kewenangan dalam hal penyelenggaraan pembangunan, yang semakin

mengecil dan terbatas di tingkat pemerintah pusat, akan tetapi semakin membesar di

tingkat pemerintah kota/kabupaten. Kewenangan pemerintah pusat dalam

penyelenggaraan pembangunan prasarana jalan, tidak lagi bertindak sebagai pelaksana,

tetapi berubah menjadi penyusun kebijakan dan menetapkan berbagai norma, standar,

kriteria, dan prosedur. Sejalan dengan perubahan paradigma tersebut di atas, telah

diterbitkan berbagai peraturan perundangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup,

baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah maupun Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, maka Ditjen Prasarana Wilayah, sesuai

dengan visinya “Terwujudnya prasarana wilayah yang efektif, efisien, berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan melalui peningkatan peranserta masyarakat dan swasta

dalam mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan hidup, pertumbuhan, pemerataan

ekonom i dan berkeadilan sosial”, telah dan sedang melakukan penyiapan berbagai

perangkat sistem manajemen lingkungan hidup dalam upaya mewujudkan

penyelenggaraan pembangunan prasarana jalan yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan, seperti:

1) Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

2) Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

3) Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

4) Pedoman Monitoring Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Dengan keempat pedoman pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan tersebut di atas,

diharapkan para pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pembangunan prasarana

jalan baik di tingkat pusat maupun di tingkat propinsi, kota atau kabupaten, dapat

melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara efektif dan efisien dalam upaya

mewujudkan pembangunan prasarana jalan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan hidup.

Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini, merupakan satu

dari berbagai pedoman pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, mencakup hal-hal

Page 479: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

2

yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pada saat penyiapan

dokumen tender, kegiatan pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi fisik serta kegiatan

operasi dan pemeliharaan, disusun dengan mengacu pada peraturan perundangan yang

sesuai dan berlaku dalam era otonomi daerah, serta mempertimbangkan berbagai

pedoman pelaksanaan AMDAL yang pernah disusun oleh Dep.Pekerjaan Umum atau

Dep. Kimpraswil, seperti:

1) Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum

2) Petunjuk Teknis AMDAL Proyek Jalan

3) Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum

4) Dokumen ISEM (Institusional Strengthening of Environmental Management)

5) Dokumen SESIM (Strengthening of Environmental and Social Impact Management)

6) Dokumen EMSTUM (Environmental Management System Training. and Updating of

the Moduls).

Dalam penerapan pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan bidang jalan ini, perlu

diperhatikan keberadaan masyarakat terasing/adat (indigenous people), benda cagar

budaya (cultural heritage) dan kondisi lingkungan yang sensitive, serta harus dilakukan

secara sinergis dengan berbagai pedoman pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan

tersebut di atas, yang dalam pencapaian sasarannya sangat ditentukan oleh baiknya

mekanisme dan koordinasi pelaksanaan, kesiapan pembiayaan yang memadai, serta

dokumentasi dan pelaporan yang baik, tertib dan teratur, serta kapasitas dan kapabilitas

sumberdaya manusia yang memadai dan mempunyai kesadaran terhadap pelestarian

lingkungan hidup.

Page 480: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1. Ruang Lingkup

Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini memberikan

petunjuk dan penjelasan kepada para pihak yang terkait tentang ketentuan-

ketentuan yang harus diacu pada pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang

diperlukan dalam penyelenggaraan pembangunan prasarana jalan.

Pedoman ini mencakup penerapan berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidup

dalam:

1) Penyiapan dokumen tender.

2) Kegiatan pengadaan tanah.

3) Pelaksanaan konstruksi fisik.

4) Kegiatan operasi dan pemeliharaan.

Pedoman ini dapat digunakan sebagai rujukan, pegangan dan acuan bagi para

petugas yang berwenang dan bertanggung jawab serta terlibat langsung dalam

penyelenggaraan pembangunan prasarana jalan, baik di tingkat pusat, propinsi,

maupun di tingkat kota/kabupaten, guna mempermudah dan memperlancar

tugasnya dalam mengantisipasi dan menangani dampak kegiatan pembangunan

prasarana jalan yang timbul.

Tujuan disusunnya pedoman ini adalah agar kinerja dari para pihak yang terkait

dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan dapat ditingkatkan

dan disinergikan secara optimal, selain itu kegiatan pelaksanaan pembangunan

prasarana jalan dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya dampak kegiatan,

dalam upaya mewujudkan pembangunan prasarana jalan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan.

Sedangkan sasaran dari penyusunan pedoman ini meliputi:

1) Teridentifikasinya komponen kegiatan pembangunan prasarana jalan yang

berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, serta dampak-

dampak yang ditimbulkan.

Page 481: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

4

2) Teridentifikasinya pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, mulai

dari penyiapan dokumen tender, kegiatan pengadaan tanah, pelaksanaan

konstruksi fisik, sampai dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan.

3) Teridentifikasinya peran dan kontribusi para pihak terkait dalam pelaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, termasuk aspek-aspek

pembiayaannya.

4) Terwujudnya hubungan yang sinergis di antara para pihak yang terkait dengan

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan.

5) Terwujudnya sistem dokumentasi dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan yang handal.

Gambaran umum dari penerapan aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup bidang

jalan pada setiap tahapan proyek pembangunan prasarana jalan, dapat dilihat pada

Lampiran 1.1.

Pedoman ini hanya mencakup beberapa tahap dari siklus pembangunan proyek

prasarana jalan tersebut, antara lain tahap pra konstruksi (pengadaan tanah), tahap

konstruksi dan tahap pasca konstruksi.

2. Acuan Normatif

Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini mengacu pada

berbagai peraturan perundangan yang relevan, antara lain:

1) Undang-undang No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan.

2) Undang-undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

3) Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4) Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

5) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan.

6) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup.

7) Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung.

8) Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Untuk

Pelaksanaan Pembangunan Bagi Kepentingan Umum.

Page 482: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

5

9) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30/MENLH/5/1999 tentang

Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup.

10) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2000 tentang

Pedoman Pelaksanaan UKL dan UPL.

11) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis

Rencana Kegiatan dan atau Usaha yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

12) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis

Usaha dan atau Kegiatan Bidang Kimpraswil yang Wajib Dilengkapi dengan

UKL dan UPL.

13) Keputusan Kepala Bapedal No. 105/BAPEDAL/1997 tentang Panduan

Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL.

14) Keputusan Kepala Bapedal No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat

Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL.

15) Keputusan Kepala BAPEDAL No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Secara khusus ketentuan tentang kewajiban instansi yang membidangi prasarana

jalan untuk melakukan pembinaan teknis pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan, dapat dilihat pada Lampiran 2.1.

3. Istilah dan Definisi

3.1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan

yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

3.2. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Page 483: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

6

3.3. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup

yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

3.4. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar

dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

3.5. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)

Upaya penanganan dampak tidak besar dan/atau tidak penting terhadap

lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat rencana usaha dan/atau kegiatan.

3.6. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak tidak

besar dan atau tidak penting akibat rencana usaha dan/atau kegiatan.

3.7. Masyarakat Terkena Dampak

Masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya rencana usaha

dan/atau kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat

dan masyarakat yang akan mengalami kerugian.

3.8. Penduduk Terkena Pembebasan (PTP)

Penduduk yang sebagian atau seluruh tanah, bangunan dan tanaman

miliknya, atau tanah dan bangunan yang dipergunakannya akan dipakai

untuk keperluan proyek pembangunan jalan.

3.9. Masyarakat Pemerhati Lingkungan

Masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu rencana usaha dan/atau

kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana usaha/kegiatan

tersebut, maupun dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

3.10. Masyarakat Terasing/Adat

Kelompok orang yang hidup dalam kesatuan-kesatuan sosial budaya yang

bersifat lokal dan terpencar, serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan

dan pelayanan baik sosial, ekonomi, maupun politik nasional.

3.11. Benda Cagar Budaya (cultural heritage)

Benda alam atau benda buatan manusia yang sekurang-kurangnya berumur

50 tahun, yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan dan kebudayaan.

Page 484: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

7

3.12. Situs

Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya,

termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanan.

3.13. Kontrak

Kontrak secara tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk melaksanakan,

menyelesaikan dan melakukan pemeliharaan pekerjaan konstruksi.

3.11. Kontraktor

Orang atau badan usaha yang penawarannya untuk melaksanakan pekerjaan

telah diterima oleh pemilik

3.12. Berita Acara Penyerahan Akhir

Berita acara yang dikeluarkan oleh direksi pekerjaan setelah cacat mutu yang

ada telah diperbaiki oleh kontraktor.

3.13. Periode Pemeliharaan

Periode untuk melakukan pemeliharaan prasarana jalan yang telah selesai

dibangun, yang ditentukan dalam data kontrak dan dihitung dari tanggal

penyelesaian pekerjaan konstruksi.

3.14. Pemilik

Pihak yang menunjuk kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.

3.15. Peralatan

Mesin mesin dan kendaraan kontraktor yang dibawa sementara kelapangan

untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.

3.16. Pekerjaan Sementara

Pekerjaan yang dirancang, dibangun, dipasang dan dibongkar oleh

kontraktor, yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan

konstruksi.

3.17. Standar Operasi Prosedur (SOP)

Tata cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup yang dilakukan dengan memakai ketentuan-ketentuan standar yang

baku, dan dapat dilaksanakan secara rutin oleh Pengelola Kegiatan.

Page 485: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

8

4. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Penyiapan Dokumen Tender

4.1.1. Maksud dan Tujuan.

Pada umumnya pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan

pada saat pelaksanaan konstruksi fisik mengalami kendala di lapangan,

karena tidak terdapatnya deskripsi kegiatan pengelolaan lingkungan

hidup yang jelas dalam dokumen kontrak pekerjaan konstruksi,

termasuk rincian pembiayaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut,

mengingat kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya mengacu

pada butir-butir yang terdapat pada dokumen kontrak pekerjaan

konstruksi.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka gambar dan spesifikasi

teknis kegiatan sebagai hasil penjabaran RKL/RPL atau UKL/UPL yang

dilakukan dalam tahap perencanaan teknis, harus dicantumkan dalam

dokumen tender, yang merupakan bagian dari dokumen kontrak

pekerjaan konstruksi.

4.1.2. Dokumen Tender Pekerjaan Konstruksi.

a. Sistematika Dokumen Tender.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka dokumen tender atau

dokumen lelang standar LCB (Local Competitive Bidding) untuk

pekerjaan konstruksi prasarana jalan, terdiri atas 8 (delapan) bab

sebagai berikut:

1) Bab I : Instruksi Kepada Peserta Lelang.

2) Bab II : Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi, Surat

Penunjukan, Perjanjian Kontrak, dan Perjanjian

Kemitraan untuk Joint Operation.

3) Bab III : Syarat-Syarat Kontrak.

4) Bab IV : Data Kontrak.

5) Bab V : Spesifikasi.

6) Bab VI : Daftar Kuantitas.

7) Bab VII : Gambar-Gambar.

8) Bab VIII : Bentuk Jaminan.

Page 486: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

9

b. Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis Pekerjaan.

Penyiapan gambar kerja dan spesifikasi teknis pekerjaan serta

persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik, merupakan

tahap awal dari penyiapan dokumen tender atau dokumen lelang.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Penentuan alinyemen jalan, baik vertikal maupun horizontal.

2) Pembuatan gambar teknis konstruksi jalan dan jembatan serta

bangunan pelengkapnya.

3) Penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan dan syarat-syarat teknis

pekerjaan konstruksi.

4) Perhitungan volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya.

Rekomendasi pengelolaan lingkungan hidup untuk menangani

dampak lingkungan hidup yang timbul, seperti yang dikemukakan

dalam dokumen RKL/RPL atau UKL/UPL, harus dapat dijabarkan

dalam gambar-gambar kerja dan spesifikasi teknis pekerjaan

pembangunan jalan.

4.1.3. Pencantuman Persyaratan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pada dasarnya pengelolaan lingkungan hidup pada pelaksanaan

konstruksi fisik dapat menambah biaya pelaksanaan konstruksi,

sehingga uraian kegiatan dan biaya pengelolaan lingkungan hidup

sudah seharusnya dimasukkan dalam perhitungan biaya pelaksanaan

konstruksi.

Agar pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilaksanakan

dengan baik dan benar, maka persyaratan pengelolaan lingkungan

hidup seperti yang dikemukakan dalam RKL/RPL atau UKL/UPL, dan

telah dijabarkan dalam gambar kerja dan spesifikasi teknis pekerjaan

pada tahap perencanaan teknis, harus dicantumkan dalam dokumen

tender yang merupakan bagian dari dokumen kontrak pekerjaan

konstruksi, termasuk besarnya biaya pengelolaan lingkungan hidup

yang diperlukan.

Untuk proyek prasarana jalan yang belum atau tidak dilengkapi dengan

RKL/RPL atau UKL/UPL, maka SOP pengelolaan lingkungan hidup yang

ada harus diacu dan merupakan bagian dari dokumen tender pekerjaan

konstruksi.

Page 487: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

10

Perumusan ketentuan atau persyaratan pengelolaan lingkungan hidup

dalam penyiapan dokumen tender merupakan tanggung jawab

perencana, dan harus dikemukakan dengan jelas agar tidak terjadi

adanya salah pengertian, antara lain:

1) Pada Bab III: Syarat-syarat Kontrak, perlu dicantumkan adanya

definisi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Selain itu perlu dicantumkan dengan jelas, ketentuan bahwa

kontraktor pelaksana harus bertanggung jawab menangani dampak

dampak yang timbul akibat pekerjaan konstruksi, termasuk biaya

yang diperlukan, serta ketentuan bila dalam pelaksanaan pekerjaan

ditemukan benda cagar budaya di lokasi kegiatan.

2) Pada Bab V: Spesifikasi, untuk setiap komponen pekerjaan yang

dikemukakan dalam bab ini, perlu dicantumkan tata cara

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup untuk menangani

dampak lingkungan hidup yang timbul.

3) Pada Bab VI: Daftar Kuantitas, untuk setiap komponen pekerjaan

yang dikemukakan pada bab ini, perlu dicantumkan butir kegiatan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dan biaya yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut (bila ada).

4) Pada Bab VII: Gambar-Gambar, perlu dicantumkan gambar kerja

untuk menangani dampak lingkungan hidup yang timbul, yang

merupakan penjabaran dari dokumen RKL/RPL atau UKL/UPL dalam

perencanaan teknis.

4.1.4. Dokumen Terkait

Dokumen lain yang terkait dan dapat dipakai sebagai acuan

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dalam penyiapan dokumen

tender, antara lain:

1) Dokumen RKL/RPL atau UKL/UPL.

2) Dokumen rencana teknis kegiatan.

3) Dokumen tender standar, baik untuk LCB maupun ICB.

Page 488: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

11

4.1.5 Workplan Kontraktor.

Untuk dapat memberi jaminan bahwa aspek-aspek pengelolaan

lingkungan hidup yang telah dikemukakan dalam dokumen tender

tersebut diatas akan dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana, maka

kontraktor pelaksana dalam m enyusun “w orkplan”nya harus

mencantumkan aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup untuk

menangani dampak lingkungan hidup yang timbul akibat kegiatan

proyek, sebagaimana tercantum dalam dokumen tender.

Bila dalam dokumen tender belum atau tidak tercantum aspek-aspek

pengelolaan lingkungan hidup, maka kontraktor pelaksana dalam

menyusun ”w orkplan”nya dapat m engacu pada hal-hal yang

dikemukakan pada butir 4.1.3. dari pedoman pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan ini.

Secara rinci pencantuman aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup bidang

jalan pada dokumen tender pekerjaan konstruksi, dapat dilihat pada Lampiran

4.1.1.

4.2 Kegiatan Pengadaan Tanah

4.2.1. Ketentuan Pengadaan Tanah

Peraturan perundangan yang mengatur kegiatan pengadaan tanah

termasuk kompensasi untuk lahan, bangunan dan tanaman, serta

pemukiman kembali penduduk yang terkena proyek prasarana jalan,

antara lain sebagai berikut:

1) Pasal 2 ayat 2 Undang-undang No. 20 tahun 1961 tentang

Pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada

diatasnya, harus disertai dengan:

a) Rencana dan alasan peruntukannya.

b) Keterangan tentang letak, jenis hak atas tanah, dan nama

pemilik tanah.

c) Rencana penampungan orang-orang yang haknya akan dicabut.

2) Pasal 4 Keppres No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, yang

Page 489: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

12

menyatakan bahwa pengadaan tanah hanya dapat dilakukan bila

rencana pembangunan tersebut telah sesuai dengan :

a) Rencana umum tata ruang yang telah ditetapkan.

b) Perencanaan ruang wilayah kota.

3) Pasal 9 dan 10 Keppres No. 55 tahun 1993, yang menyatakan

bahwa pengadaan tanah harus dilakukan secara musyawarah

secara langsung dengan pemegang hak atas tanah atau wakil yang

ditunjuk.

4) Pasal 12 Keppres No. 55 tahun 1993, yang menyatakan bahwa

pemberian ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah, diberikan

untuk:

a) Hak atas tanah.

b) Bangunan.

c) Tanaman.

d) Benda-benda lain yang terkait dengan tanah.

5) Pasal 13 Keppres No. 55 tahun 1993, menyatakan bentuk ganti

kerugian dapat berupa:

a) Uang.

b) Tanah pengganti.

c) Pemukiman kembali.

d) Kombinasi dari dua atau tiga bentuk ganti kerugian tersebut

diatas.

e) Bentuk lain yang disepakati oleh para pihak yang bersangkutan.

6) Pasal 22 Permeneg Agraria/Kepala BPN No. 1 tahun 1994, yang

mengatur tentang pengajuan keberatan atas bentuk dan jumlah

ganti kerugian.

7) Pasal 29 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1994, yang

mengatur tentang pemberian ganti kerugian untuk tanah ulayat

dengan menyediakan prasarana dan sarana umum yang bermanfaat

bagi masyarakat setempat.

8) Keputusan Menteri Kehutanan No. 419/KPTS – II/94 tentang

Pedoman tukar menukar kawasan hutan, yang mengatur

pengadaan tanah untuk proyek prasarana jalan yang melalui

kawasan hutan.

Page 490: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

13

Sesuai dengan Permeneg Agraria/Kepala BPN No. 1 tahun 1994 tentang

Pelaksanaan Keppres No. 55 tahun 1993, kriteria kompensasi

pengantian tanah dan bangunan adalah sebagaimana tercantum dalam

Lampiran 4. 2. 1.

Dengan peraturan yang sama, santunan dapat diberikan kepada

pemakai tanah tanpa sesuatu hak, dengan kriteria sebagai berikut.

1) Pemakai tanah sebelum tanggal 16 Desember 1960, sebagaimana

dimaksud dalam UU No. 51 tahun 1960.

2) Pemakai tanah bekas Hak Barat, sebagaimana dimaksud dalam

Keppres No. 32 tahun 1979.

3) Bekas pemegang Hak Guna Bangunan yang sudah berakhir, dan

tidak dimintakan perpanjangan waktunya.

4) Bekas pemegang Hak Pakai yang sudah berakhir dan tidak

dimintakan perpanjangan waktunya.

4.2.2 Proses Pengadaan Tanah

a. Sesuai dengan Keppres No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan

tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum,

maka proses pengadaan tanah untuk kegiatan pembangunan

prasarana jalan dengan luas lebih dari 1 (satu) Ha, harus mengacu

pada ketentuan-ketentuan dalam Keppres tersebut, dengan proses

sebagai berikut:

1) Segera setelah dana untuk kegiatan pengadaan tanah tersedia,

maka Pimpro/Pimbagpro Pengadaan Tanah yang bersangkutan

membuat surat permohonan ke Bupati/Walikota tentang

rencana kegiatan pengadaan tanah, dilampiri dengan peta

lokasi, rencana penggunaan tanah, luas dan taksiran biaya.

Setelah hal tersebut disetujui, antara lain dengan pertimbangan

rencana penggunaan tanah tersebut sudah sesuai dengan

rencana tata ruang wilayah, maka Gubernur membentuk Panitia

Pengadaan Tanah (Panitia) yang beranggotakan 9 (sembilan)

orang, yang diketuai oleh Bupati/Walikota, dengan Sekretaris

yang berkedudukan di Kantor Pertanahan Daerah

Kabupaten/Kota.

Page 491: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

14

2) Kemudian Panitia bersama Pimpro/Pimbagpro Pengadaan Tanah

dengan melibatkan tokoh dan pemuka masyarakat melakukan

penyuluhan serta sosialisasi kegiatan pembangunan prasarana

jalan kepada masyarakat dan Penduduk Terkena Pembebasan

(PTP).

Setelah PTP memahami dan menyetujui rencana pembangunan

prasarana jalan tersebut, dilakukan pendaftaran, inventarisasi

dan pengukuran tanah, bangunan dan tanaman secara rinci dan

cermat.

3) Hasil pendaftaran, inventarisasi dan pengukuran tersebut,

kemudian disampaikan ke PTP, dan PTP diberi kesempatan

untuk mengajukan keberatannya (bila ada) dalam jangka waktu

1 (satu) bulan.

4) Bila masalah keberatan PTP telah dapat diselesaikan, maka

Panitia mengundang PTP dan Pimpro/Pimbagro Pengadaan

Tanah untuk mengadakan musyawarah dan negosiasi tentang

jenis dan besarnya nilai ganti kerugian tanah, bangunan dan

tanaman. Musyawarah ini dipandu oleh Panitia Pengadaan

Tanah.

5) Bila masalah ganti kerugian telah disepakati, maka

Bupati/Walikota membuat surat keputusan tentang “harga

satuan” tanah, bangunan dan tanam an, beserta klasifikasi hak

atas tanah, tipe bangunan, dan tanaman. Berdasarkan

keputusan tersebut Pimpro/Pimbagpro Pengadaan Tanah dapat

melakukan pembayaran ganti rugi kepada PTP dengan

disaksikan oleh Panitia Pengadaan Tanah

6) Secara bertahap, PTP yang telah mendapatkan ganti kerugian

diminta untuk membongkar dan memindahkan bangunan dan

tanaman sendiri. Bagi PTP yang akan beralih profesi akan

disiapkan pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan atau profesi

yang diinginkan.

7) Bila jumlah PTP yang ingin pindah cukup banyak, sehingga perlu

dibangun permukiman baru, maka Kepala Daerah segera

membentuk Tim Permukiman Kembali dan Pembinaan PTP. Tim

Page 492: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

15

ini akan menentukan lokasi permukiman baru, membangunnya

dan siap pakai secara bertahap, segera setelah ganti rugi

kepada PTP dibayarkan.

8) Pelaksanaan konstruksi fisik prasarana jalan dapat dilaksanakan

setelah selesainya proses pengadaan tanah.

b. Untuk pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 (satu) Ha,

dapat dilakukan secara langsung dengan pemegang hak atas tanah,

dengan cara jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati

bersama.

c. Dalam proses pengadaan tanah, maka kegiatan konsultasi dengan

masyarakat terutama PTP, merupakan sesuatu hal yang sangat

penting. Untuk itu secara rinci petunjuk mengenai kegiatan

partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat, dapat dilihat pada

Lampiran 4.2.2

4.2.3 Bentuk Ganti Kerugian

Berbagai bentuk ganti kerugian dalam kegiatan pengadaan tanah,

dapat dikelompokkan atas:

a. Uang Tunai.

Pemberian ganti kerugian berupa uang tunai dibayarkan langsung

kepada yang berhak, di lokasi yang ditentukan Panitia, disaksikan

oleh minimal 3 (tiga) orang anggota panitia dan dibuktikan dengan

tanda penerimaan.

Besarnya nilai ganti kerugian didasarkan atas hasil musyawarah

yang disepakati bersama, dan kemudian ditetapkan oleh

Bupati/Walikota.

b. Tanah Pengganti.

Pengadaan tanah pengganti, lokasi dan luasnya ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah dan disepakati oleh PTP. Dana pengadaan tanah

pengganti tersebut disediakan oleh Proyek Pengadaan Tanah

(berasal dari dana yang seharusnya diberikan sebagai uang)

c. Pemukiman Kembali

Bila jumlah penduduk yang dipindahkan cukup banyak (versi Bank

Dunia > 40 KK), maka perlu diselenggarakan pemukiman kembali di

Page 493: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

16

lokasi lain. Untuk mengembangkan pemukiman kembali tersebut

diperlukan kegiatan:

1) Pembangunan permukiman baru termasuk prasarana dan sarana

lingkungan di lokasi baru.

2) Pemindahan penduduk ke lokasi permukiman baru

3) Pemantauan dan rehabilitasi penduduk yang dipindahkan untuk

jangka waktu tertentu, sehingga kehidupan mereka minimal

sama sebelum mereka dipindahkan

d. Bentuk Kombinasi.

Bentuk ganti kerugian ini berupa kombinasi dari 2 (dua) atau 3

(tiga) bentuk ganti kerugian tersebut diatas, yang penentuannya

didasarkan atas kesepakatan kedua pihak.

e. Bentuk lain yang disepakati.

Bentuk lain yang disepakati oleh para pihak yang bersangkutan,

seperti Sistem Konsolidasi Tanah, sedangkan untuk tanah wakaf

dan tanah ulayat dapat berupa:

1) Pemberian ganti kerugian untuk tanah wakaf, dilakukan melalui

Nadir yang bersangkutan

2) Pemberian ganti kerugian untuk tanah ulayat, diberikan dalam

bentuk prasarana dan sarana umum yang dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat secara bersama.

4.2.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan Pengadaan Tanah

Pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan pengadaan tanah,

merupakan tanggung jawab Pimpro/Pimbagpro Pengadaan Tanah yang

bersangkutan, disesuaikan dengan jenis dan besaran dampak

lingkungan yang timbul.

Secara rinci jenis dampak/kerugian akibat kegiatan pengadaan tanah

dapat dilihat pada Lampiran 4.2.3.

Pengelolaan lingkungan hidup untuk menangani dampak yang timbul

akibat kegiatan pengadaan tanah tersebut antara lain:

1) Timbulnya rasa kecewa dan tidak puas PTP terhadap besarnya nilai

ganti kerugian, baik untuk tanah, bangunan atau tanaman,

Page 494: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

17

sehingga mereka menolak proses pembayaran ganti kerugian, dapat

dikelola melalui:

a) Penyuluhan dan sosialisasi kegiatan mengenai pentingnya arti

proyek prasarana jalan dan proses kegiatan pengadaan tanah

yang akan dilakukan.

b) Pemberian ganti kerugian yang layak dan memadai, yang

bentuk dan besarannya disesuaikan dengan hasil musyawarah.

c) Melakukan pendekatan sosiologis dan konsultatif kepada PTP,

yang difasilitasi oleh tokoh dan pemuka masyarakat.

2) Hilangnya mata pencaharian dan pendapatan PTP, karena

perubahan peruntukan lahan serta hilangnya bangunan tempat

usaha atau hilangnya akses kekesempatan kerja, dapat dikelola

melalui:

a) Memberikan pelatihan ketrampilan untuk usaha alih

profesi/pekerjaan.

b) Memberi prioritas untuk dapat bekerja di proyek yang akan

dilaksanakan.

3) Keresahan sosial karena terganggunya interaksi sosial bagi

penduduk yang akan dipindahkan, dapat dikelola melalui:

a) Pemilihan lokasi pemukiman baru yang disepakati oleh PTP dan

penduduk di lokasi baru.

b) Penyediaan prasarana dan utilitas umum yang memadai di

lokasi pemukiman baru.

c) Penyuluhan, konsultasi dan sosialisasi kepada PTP.

4) Terganggunya kegiatan sosial ekonomi masyarakat serta sarana

utilitas umum, dapat dikelola melalui:

a) Penggantian sarana sosial ekonomi masyarakat disekitar lokasi

kegiatan.

b) Pemindahan sarana dan utilitas umum yang ada di lokasi

kegiatan.

Page 495: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

18

4.2.4. Dokumen Terkait.

Dokumen lain yang terkait dan dipakai sebagai acuan dalam

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup kegiatan pengadaan tanah,

antara lain:

1) Dokumen LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan)

yang telah disusun pada tahap perencanaan teknis.

2) Tata cara kegiatan konsultasi pada masyarakat seperti yang diatur

dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000, dan Pedoman

Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

3) Keputusan Bupati/Walikota mengenai penetapan nilai ganti

kerugian.

4.3 Pelaksanaan Konstruksi Fisik

4.3.1. Faktor Penentu Besaran Dampak

Pengelolaan lingkungan hidup pada pelaksanaan konstruksi fisik, sangat

ditentukan oleh jenis dan besaran dampak terhadap lingkungan hidup

yang timbul. Untuk dampak-dampak yang sifatnya umum, besarannya

kecil dan pengelolaannya dapat dilakukan secara standar dan mudah,

maka pengelolaan lingkungan hidup tersebut dapat mempergunakan

SOP, yang merupakan satu kesatuan dengan pedoman pelaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini,

Sedangkan untuk dampak-dampak besar dan penting yang sifatnya

spesifik, dan penanganannya tidak dapat dilakukan secara standar,

diperlukan pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang

lebih spesifik.

Faktor penentu jenis dan besarnya dampak terhadap lingkungan hidup

yang timbul karena pelaksanaan konstruksi fisik pembangunan

prasarana jalan antara lain:

a. Aspek Teknis

1) Jenis rencana kegiatan, seperti pembangunan, peningkatan atau

pemeliharaan prasarana jalan.

2) Lokasi dan kondisi areal proyek, seperti di dataran rendah,

berbukit, pegunungan, daerah rawa, perkotaan atau pedesaan.

Page 496: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

19

3) Luas lahan untuk keperluan proyek, termasuk lahan untuk lokasi

jalan akses, base camp dan lokasi quarry.

4) Lamanya pelaksanaan konstruksi fisik, termasuk periode

pemeliharaan.

5) Dimensi, volume dan besaran komponen pekerjaan utama.

6) Metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

7) Jenis dan jumlah peralatan berat yang diperlukan.

8) Jenis dan jumlah bahan material bangunan yang dipakai, seperti

tanah, batu, pasir dan material/komponen jembatan, termasuk

sumbernya.

9) Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja, baik tenaga ahli, tukang,

dan pekerja kasar yang diperlukan.

b. Aspek Non Teknis

1) Kondisi fisik lokasi kegiatan, seperti iklim, topografi, struktur

tanah dan geologi, hidrologi dan penggunaan tanah.

2) Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi proyek, seperti

kependudukan, kegiatan ekonomi masyarakat, kondisi sosial

budaya, kesehatan masyarakat dan persepsi masyarakat.

3) Kondisi flora dan fauna sekitar lokasi proyek, terutama jenis-

jenis yang langka dan dilindungi.

4) Keberadaan masyarakat terasing/adat, situs dan benda cagar

budaya serta hutan lindung.

4.3.2. Komponen Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak

Komponen kegiatan pembangunan prasarana jalan yang berpotensi

menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, pada umumnya

dapat dikelompokkan atas:

a. Persiapan Pekerjaan Konstruksi :

1) Mobilisasi Tenaga Kerja.

Mobilisasi tenaga kerja yang diperlukan proyek, lebih

diutamakan memakai tenaga kerja setempat (bila tersedia

sesuai kebutuhan), terutama untuk tenaga kerja menengah

kebawah, namun bila tidak dapat dihindari, terpaksa memakai

tenaga kerja dari luar daerah.

Page 497: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

20

Dalam mobilisasi tenaga kerja tersebut, perlu diperhatikan

adanya perjanjian kerja yang jelas tentang hak dan kewajiban

tenaga kerja yang bersangkutan, terutama adanya ketentuan

yang mengatur setelah pekerjaan konstruksi selesai

(demobilisasi), sehingga tidak menimbulkan permasalahan di

kemudian hari.

2) Mobilisasi Peralatan Berat.

Mobilisasi peralatan berat yang diperlukan proyek, baik dengan

cara membeli atau menyewa, seperti AMP, shovel, dozer,

traktor, dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan proyek.

Dalam penentuan jenis dan kapasitas peralatan berat yang akan

dipergunakan, perlu dipertimbangkan keberadaan dan kondisi

prasarana jalan dan jembatan, yang akan dilalui oleh peralatan

berat tersebut.

Termasuk dalam mobilisasi peralatan berat tersebut adalah

kegiatan demobilisasi peralatan berat setelah pelaksanaan

proyek selesai.

3) Pembuatan Jalan Masuk/Jalan Akses.

Bila lokasi proyek letaknya terpencil atau terisolir, maka

diperlukan adanya pekerjaan pembuatan jalan masuk atau jalan

akses, dari lokasi proyek menuju ke jaringan prasarana jalan

umum yang terdekat.

Kegiatan ini dapat berupa pembuatan jalan baru atau

peningkatan kondisi prasarana jalan yang ada, sehingga dapat

dilalui oleh kendaraan proyek.

b. Pelaksanaan Konstruksi Fisik.

b.1. Lokasi Proyek.

1) Pembersihan dan Penyiapan Lahan.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membersihkan lokasi

proyek dari bangunan, tanaman dan benda lain yang tidak

diperlukan, sehingga pelaksanaan konstruksi fisik dapat

dimulai. Sebelum pekerjaan ini dilaksanakan, maka

prasarana dan utilitas umum yang ada di lokasi proyek,

Page 498: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

21

terutama yang berada di bawah tanah perlu dipindahkan

ke tempat yang aman atau diberi pengamanan khusus.

2) Pekerjaan Tanah.

Termasuk dalam pekerjaan tanah adalah penggalian dan

penimbunan tanah untuk penyiapan tanah dasar atau

badan jalan, sistem drainase, struktur pondasi, coffer dam,

baik berupa galian tanah biasa, galian batu, timbunan

tanah biasa atau timbunan tanah pilihan dan timbunan

batu.

Dalam pekerjaan ini perlu diperhatikan keberadaan

prasarana dan utilitas umum yang ada di dalam tanah agar

dapat diamankan terlebih dulu, serta stabilitas dari lereng

yang terbentuk agar tidak terjadi erosi atau longsoran

tanah.

Selain itu kemungkinan adanya benda cagar budaya yang

ditemukan di lokasi proyek, perlu diamankan dan

dilaporkan ke instansi yang berwenang, untuk ditangani

lebih lanjut.

3) Pekerjaan Konstruksi Badan Jalan Dan Lapis Perkerasan.

Pekerjaan konstruksi badan jalan dan lapis perkerasan

dengan jenis dan ketebalan yang disesuaikan dengan

rencana dapat berupa:

a) Lapis pondasi agregat kelas A, kelas B dan kelas C.

b) Lapis pondasi semen tanah.

c) Agregat penutup Burtu dan Burda.

d) Latasir (SS) kelas A dan kelas B.

e) Laston lapis aus (HRS - WC), lapis pondasi (HRS -

base).

f) Lataston lapis aus (AC –WC), lapis pengikat (AC – BC)

dan lapis pondasi (AC – base).

g) Latasbusir kelas A dan kelas B.

Page 499: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

22

4) Pembuatan Sistem Drainase Jalan.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembuatan saluran

drainase tepi jalan dengan pasangan batu mortar atau

konstruksi beton, serta pembuatan gorong-gorong.

5) Pemancangan Tiang Pancang.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah kegiatan

pemancangan, relokasi arus lalu lintas, penumpukan tiang

pancang di sekitar lokasi pekerjaan, dan pembuatan

kepala tiang pondasi, hal-hal yang perlu dipertimbangkan

dalam pemilihan sistem dan pelaksanaannya adalah

keberadaan struktur bangunan dan kondisi lalu lintas di

sekitar lokasi proyek yang dapat terganggu.

6) Pekerjaan Bangunan Atas Dan Bawah Jembatan atau Jalan

Layang.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan bangunan

atas dan bawah jembatan, serta relokasi arus lalu lintas.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan

metode pelaksanaan adalah kondisi lalu lintas di sekitar

lokasi proyek yang dapat terganggu.

7) Pemasangan Bangunan Pelengkap Jalan

Termasuk dalam pekerjaan ini adalan pemasangan pagar,

guard rail, trotoir, rambu-rambu lalu lintas, penerangan

jalan dan marka jalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam kegiatan ini adalah arus lalu lintas di sekitar lokasi

kegiatan yang dapat terganggu atau mengganggu

pelaksanaan pekerjaan.

8) Pembuangan Bahan Sisa/Material Buangan.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lokasi

proyek dari sisa-sisa material bangunan yang sudah tidak

terpakai, sehingga lokasi proyek menjadi bersih. Untuk itu

lokasi buangan (dumping area) dipilih sedemikian rupa

sehingga tidak menimbulkan gangguan estetika di lokasi

buangan tersebut. Ada baiknya bila bahan sisa/material

Page 500: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

23

buangan tersebut dapat dimanfaatkan kembali baik oleh

proyek maupun oleh masyarakat setempat.

9) Penghijauan dan Pertamanan.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pemasangan

gembalan rumput di media jalan, bahu jalan dan di lereng

jalan yang timbul karena pekerjaan tanah, selain

bermanfaat untuk meningkatkan estetika lingkungan,

bermanfaat pula untuk mencegah timbulnya erosi dan

longsoran tanah.

Selain itu penanaman pohon lindung yang dapat

mengurangi timbulnya kebisingan, serta tanaman hias

untuk meningkatkan estetika lingkungan dan kenyamanan

para pemakai jalan.

b.2. Lokasi Quarry dan Jalur Transportasi Material

1) Pengambilan Tanah dan Material Bangunan dari

Quarry/Borrow Area.

Pengambilan tanah dan material bangunan dari lokasi

quarry dan borrow area yang ditangani proyek, harus

dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti

tidak membahayakan kestabilan lereng yang terbentuk,

tidak mencemari badan air yang berada di hilirnya, serta

melakukan reklamasi setelah kegiatan ini selesai.

Perlu dipertimbangkan pula bahwa lokasi quarry dan

borrow area, hendaknya tidak terlalu jauh dari lokasi

proyek, tidak di dekat lokasi bangunan air dan terletak

pada areal yang tidak subur/tidak produktif.

2) Pengangkutan Tanah dan Material Bangunan

Pengangkutan tanah dan material bangunan yang

diperlukan proyek melalui prasarana jalan umum, harus

tetap mempertimbangkan kelancaran arus lalu lintas,

keselamatan pemakai jalan, dan tidak merusak atau

mengotori prasarana jalan tersebut.

Page 501: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

24

b.3. Lokasi Base Camp dan AMP/Stone Crusher.

1) Pengoperasian Base Camp dan AMP.

Disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan,

maka lokasi base camp (kantor proyek, bengkel, gudang,

stock pile dan barak pekerja) dan lokasi AMP atau stone

crusher, dapat terletak pada satu lokasi, atau pada dua

lokasi yang terpisah.

Dalam pemilihan lokasi base camp dan AMP atau stone

crusher, hendaknya beberapa faktor perlu

dipertimbangkan, seperti lokasinya jauh dari pemukiman

dan badan air, dekat lokasi proyek dan ada kemudahan

akses, tidak di lokasi pariwisata atau lokasi sensitive

lainnya.

Termasuk dalam pelaksanaan konstruksi fisik ini adalah kegiatan

pemeliharaan struktur dan prasarana jalan yang telah selesai

dibangun selama periode pemeliharaan, seperti yang tercantum

dalam kontrak pekerjaan konstruksi.

Khusus untuk lokasi proyek yang berdekatan atau melalui lokasi

permukiman masyarakat terasing/adat, perlu dipahami karakteristik

masyarakat tersebut melalui kegiatan konsultasi masyarakat yang

rinci. Selain itu khusus untuk lokasi proyek yang berdekatan dengan

lokasi situs dan benda cagar budaya, pelaksanaan pekerjaan perlu

dilakukan dengan ekstra hati-hati, agar tidak mengganggu atau

merusak lokasi situs. Bila dalam pelaksanaan pekerjaan ditemui

adanya benda cagar budaya, maka temuan tersebut harus segera

disampaikan pada instansi yang berwenang, untuk diambil langkah

tindak lanjut.

4.3.3. Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Pelaksanaan Konstruksi.

a. Sosialisasi Dan Konsultasi Pada Masyarakat.

Sebelum pelaksanaan konstruksi fisik dimulai, maka Pemimpin

Proyek/Pemimpin Bagian Proyek harus menyusun Work Plan secara

rinci untuk kegiatan yang akan dilaksanakan dan melakukan

Page 502: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

25

konsultasi dan sosialisasi kegiatan kepada masyarakat yang berada

di sekitar lokasi kegiatan, dengan tujuan untuk :

1) Pemahaman arti pentingnya proyek prasarana jalan yang akan

dibangun.

2) Masyarakat dapat berperanserta dalam pelaksanaan konstruksi,

baik langsung maupun tidak langsung.

3) Menghindari kemungkinan timbulnya konflik diantara

masyarakat dengan pekerja proyek.

Dalam konsultasi dan sosialisasi kegiatan tersebut, sebaiknya

diikutsertakan tokoh dan pemuka masyarakat, dan semua aspirasi

masyarakat yang terkait dengan pembangunan prasarana jalan

hendaknya dapat diakomodasikan secara optimal, sehingga

masyarakat akan mendukung keberhasilan proyek tersebut.

Khusus untuk masyarakat terasing/adat, maka kegiatan sosialisasi

dan konsultasi tersebut perlu dilakukan secara lebih hati-hati dan

intent, mengingat bahwa keberadaan prasarana jalan yang akan

dibangun tersebut akan dapat mempengaruhi pola kehidupan

masyarakat terasing/adat. Secara rinci sosialisasi dan konsultasi

pada masyarakat terasing/adat dapat dilihat pada butir 6.2.

b. Persiapan Pekerjaan Konstruksi.

1) Mobilisasi Tenaga Kerja.

a) Kecemburuan sosial masyarakat karena mempekerjakan

tenaga kerja dari luar daerah, dapat dikelola melalui:

(1) Memprioritaskan penggunaan tenaga kerja setempat.

(2) Meningkatkan interaksi sosial tenaga kerja pendatang

dengan masyarakat setempat.

b) Meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat karena

mobilisasi tenaga kerja dan pelaksanaan konstruksi fisik

secara keseluruhan, dapat dikelola lebih baik melalui cara:

(1) Mengoptimalkan pemanfaatan tenaga kerja dan bahan

material setempat.

(2) Pelatihan ketrampilan pada masyarakat agar mereka

dapat terlibat dalam pelaksanaan proyek.

Page 503: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

26

(3) Penyuluhan pada masyarakat agar mereka dapat

memanfaatkan keberadaan proyek untuk meningkatkan

kesejahteraannya, seperti menyediakan akomodasi dan

keperluan pekerja sehari-hari.

2) Mobilisasi Peralatan.

a) Kerusakan prasarana jalan karena mobilisasi peralatan berat

melalui prasarana jalan umum, dapat dikelola melalui:

(1) Memperbaiki kondisi prasarana jalan yang rusak.

(2) Membatasi tonase peralatan berat atau membatasi

beban gandar sesuai dengan kapasitas jalan.

3) Pembuatan Jalan Masuk atau Jalan Akses.

a) Pencemaran udara (debu) dan kebisingan karena

pembuatan jalan masuk/jalan akses, bila trase jalan akses

tersebut melalui atau dekat lokasi pemukiman, dapat

dikelola dengan cara:

(1) Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik.

(2) Penyiraman secara berkala di lokasi pekerjaan saat

kondisi berdebu.

c. Pelaksanaan Konstruksi Fisik

c.1. Lokasi Proyek.

1) Pembersihan dan Penyiapan Lahan.

a) Pencemaran udara (debu) dan kebisingan karena

terurainya lapisan tanah permukaan, dapat dikelola

dengan cara:

(1) Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik.

(2) Penyiraman secara berkala, saat lokasi pekerjaan

dalam kondisi berdebu.

b) Pencemaran kualitas air, dapat dikelola melalui cara:

(1) Pembuatan tanggul tanah sementara untuk

mencegah masuknya aliran air permukaan dari

lokasi pekerjaan langsung ke badan air.

(2) Tata cara pelaksanaan pekerjaan yang baik

Page 504: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

27

c) Kerusakan atau terganggunya fungsi utilitas umum,

yang ada di lokasi pekerjaan dapat dikelola melalui:

(1) Memindahkan utilitas umum tersebut, sebelum

pekerjaan dimulai

(2) Pelaksanaan pekerjaan secara cermat dan teliti

(3) Memperbaiki kerusakan utilitas umum yang

terjadi

d) Terganggunya kondisi flora dan fauna, karena

penebangan tanaman, dapat dikelola melalui:

(1) Menanam kembali jenis-jenis vegetasi terutama

yang dilindungi di sekitar lokasi pekerjaan.

(2) Pelaksanaan kegiatan yang baik dan cermat,

sehingga tidak merusak kondisi vegetasi di

sekitarnya.

(3) Menyisihkan top soil untuk digunakan menanam

tanaman kembali.

2) Pekerjaan Tanah.

a) Pencemaran udara (debu) dan kebisingan di lokasi

pekerjaan, dapat dikelola dengan cara:

(1) Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik.

(2) Penyiraman secara berkala lokasi pekerjaan pada

saat kondisi berdebu.

b) Pencemaran kualitas air, dapat dikelola melalui cara:

(1) Pembuatan tanggul tanah atau drainase

sementara untuk mencegah masuknya aliran air

permukaan dari lokasi pekerjaan langsung ke

badan air.

(2) Tata cara pelaksanaan pekerjaan yang baik.

c) Terganggunya aliran air permukaan dan air tanah,

dapat dikelola melalui:

(1) Pembuatan sistem saluran drainase yang baik

dan memadai untuk mengalirkan aliran air alami.

Page 505: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

28

(2) Memberikan suplay air bersih kepada penduduk,

bila dampak tersebut di atas sampai mengganggu

air sumur penduduk.

d) Terganggunya stabilitas lereng yang terbentuk, karena

penggalian tanah, dapat dikelola melalui:

(1) Kemiringan lereng yang terbentuk disesuaikan

dengan kondisi dan jenis tanah.

(2) Perkuatan lereng dengan pembuatan tembok

penahan, sistem drainase yang baik, memasang

gembalan rumput dan sebagainya.

(3) Mengalirkan air tanah dengan soil drain sehingga

tidak menyebabkan keruntuhan.

3) Pekerjaan Konstruksi Badan Jalan Dan Lapis Perkerasan.

a) Pencemaran udara (debu) dan kebisingan di lokasi

kegiatan, dapat dikelola dengan cara:

(1) Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik.

(2) Penyiraman secara berkala lokasi pekerjaan, saat

kondisi berdebu.

b) Terjadinya gangguan lalu lintas karena pekerjaan

berada atau di sekitar jalan eksisting, dapat dikelola

melalui:

(1) Pengaturan arus lalu lintas.

(2) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas.

(3) Pengaturan pekerjaan yang mengutamakan

kelancaran arus lalu lintas dan keselamatan

pemakai jalan.

4) Pembuatan Sistem Drainase Jalan.

a) Terjadinya gangguan lalu lintas karena pekerjaan

berada atau di sekitar jalan eksisting, dapat dikelola

melalui:

(1) Pengaturan arus lalu lintas.

(2) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas.

(3) Pengaturan pekerjaan yang mengutamakan

kelancaran lalu lintas dan pemakai jalan.

Page 506: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

29

5) Pemancangan Tiang Pancang.

a) Terjadinya getaran dan kebisingan di lokasi pekerjaan,

dapat dikelola dengan cara:

(1) Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik.

(2) Penggunaan jenis tiang pancang/jenis pondasi

yang tepat dan sesuai kondisi setempat.

b) Terjadinya gangguan lalu lintas karena pekerjaan

berada atau di sekitar jalan eksisting, dapat dikelola

melalui:

(1) Pengaturan arus lalu lintas.

(2) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas.

(3) Pengaturan kegiatan termasuk penumpukan tiang

pancang yang mengutamakan kelancaran lalu

lintas dan keselamatan pemakai jalan.

6) Pekerjaan Bangunan Atas Dan Bangunan bawah Jembatan

atau Jalan Layang.

Terjadinya gangguan lalu lintas karena pekerjaan berada

atau di sekitar jaringan jalan eksisting, dapat dikelola

melalui:

(1) Pengaturan arus lalu lintas.

(2) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas.

(3) Pengaturan kegiatan yang mengutamakan kelancaran

lalu lintas dan keselamatan pemakai jalan.

7) Pembangunan Bangunan Pelengkap Jalan.

Terjadinya gangguan lalu lintas karena pekerjaan berada

atau di sekitar jalan eksisting, dapat dikelola melalui:

(1) Pengaturan arus lalu lintas.

(2) Pengaturan kegiatan yang mengutamakan kelancaran

lalu lintas dan keselamatan pemakai jalan.

8) Pembuangan Bahan Sisa/Material Buangan.

Dampak yang timbul di lokasi pembuangan (dumping

area) berupa menurunnya estetika lingkungan, dapat

dikelola melalui :

Page 507: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

30

(1) Pemanfaatan bahan sisa/material buangan oleh

masyarakat seoptimal mungkin.

(2) Pemilihan lokasi dumping area yang tepat, pada areal

yang tidak subur, produktifitasnya rendah dan daerah

cekungan.

9) Penghijauan dan Pertamanan.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kenyamanan para pemakai jalan, sehingga mempunyai

dampak yang positif dalam mengurangi pencemaran udara

dan kebisingan, serta menghindari erosi lahan. Untuk

dapat meningkatkan dampak positif tersebut, maka upaya

pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan antara lain:

(1) Penanaman pohon lindung dan tanaman hias,

termasuk tanaman rumput pada media jalan dan bahu

jalan, dengan jenis yang disesuaikan dengan kondisi

geografi jalan, dan tidak mengganggu pemakai jalan,

serta dapat memperindah estetika lingkungan.

(2) Jenis tanaman yang ditanam sebaiknya jenis tanaman

lokal, dan mempunyai ciri khas daerah.

c.2. Lokasi Quarry dan Jalur Transportasi Material.

1) Pengambilan Tanah dan Material Bangunan dari Quarry

dan Borrow Area.

a) Pencemaran udara (debu) dan kebisingan, dapat

dikelola dengan cara:

(1) Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik.

(2) Penyiraman secara berkala lokasi pekerjaan pada

saat kondisi berdebu.

b) Terganggunya aliran air permukaan dan air tanah,

dapat dikelola melalui:

(1) Pembuatan sistem saluran drainase yang baik.

dan memadai untuk mengalirkan aliran air alami.

Page 508: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

31

(2) Memberikan suplay air bersih kepada penduduk,

bila dampak tersebut di atas sampai mengganggu

air sumur penduduk.

c) Terganggunya stabilitas lereng galian, dapat dikelola

melalui:

(1) Kemiringan lereng yang terbentuk disesuaikan

dengan kondisi dan jenis tanah.

(2) Pemasangan drainase lereng yang baik.

d) Perubahan fungsi lahan, dapat dikelola melalui:

(1) Pemilihan lokasi quarry yang tepat (tidak di lahan

subur).

(2) Reklamasi dan pemanfaatan kembali lahan bekas

quarry dan borrow area.

e) Timbulnya erosi dasar sungai yang dapat mengganggu

stabilitas bangunan air, dapat dikelola melalui:

(1) Pemilihan lokasi quarry di sungai yang tepat,

tidak terlalu dekat dengan lokasi bangunan air.

(2) Volume pengambilan quarry disesuaikan dengan

potensi yang ada.

(3) Perkuatan bangunan air yang terganggu

stabilitasnya.

f) Terganggunya kondisi flora, dapat dikelola melalui:

(1) Menanam kembali jenis-jenis vegetasi yang rusak

di sekitar lokasi pekerjaan.

(2) Pelaksanaan pekerjaan yang teliti dan cermat.

2) Pengangkutan Tanah dan Material Bangunan.

a) Pencemaran udara (debu) dan kebisingan dapat

dikelola dengan cara:

(1) Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik.

(2) Penyiraman jalur transportasi secara berkala

pada saat berdebu serta pembersihan terhadap

ceceran tanah agar tidak menjadi licin saat hujan.

(3) Membatasi kecepatan kendaraan proyek di jalan

umum.

Page 509: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

32

(4) Penggunaan truk pengangkut material yang

ditutup terpal dan pencucian ban sebelum keluar

dari quarry.

b) Kerusakan prasarana jalan umum karena kendaraan

proyek melalui jalan umum, dapat dikelola melalui:

(1) Memperbaiki kondisi prasarana jalan yang rusak.

(2) Membatasi tonase truk pengangkut material

sesuai dengan kapasitas jalan.

b) Terjadinya gangguan lalu lintas dan kecelakaan lalu

lintas karena kendaraan proyek melalui jalan umum

dapat dikelola melalui:

(1) Pengaturan arus lalu lintas.

(2) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas.

(3) Pelaksanaan pekerjaan yang mengutamakan

kelancaran lalu lintas.

c.3. Lokasi Base Camp dan AMP/Stone Crusher.

Pengoperasian base camp (kantor proyek, bengkel, gudang,

dan barak pekerja) dan AMP/stone crusher.

a) Kecemburuan/keresahan sosial masyarakat di sekitar

lokasi, dapat dikelola dengan cara:

(1) Pemilihan lokasi base camp yang relatif jauh dari

permukiman.

(2) Penyuluhan terhadap tenaga kerja pendatang

mengenai pola hidup masyarakat setempat.

(3) Pemanfaatan sarana dan utilitas proyek agar dapat

digunakan oleh masyarakat setempat.

(4) Sosialisasi kegiatan pada masyarakat.

b) Pencemaran udara (debu) dan kebisingan karena

pengoperasian AMP/stone crusher dapat dikelola dengan

cara:

(1) Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik.

(2) Pemagaran lokasi AMP/stone crusher yang rapat.

Page 510: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

33

c) Pencemaran kualitas air karena pengoperasian base camp

dan AMP dapat dikelola melalui cara:

(1) Mengumpulkan limbah oli/minyak yang dihasilkan dari

pengoperasian base camp dan AMP/stone crusher.

(2) Pembuatan tanggul tanah sementara untuk mencegah

masuknya aliran air permukaan langsung ke badan air.

(3) Tata cara pelaksanaan pengoperasian base camp yang

baik.

d) Kecelakaan lalu lintas akibat kendaraan keluar masuk

basecamp.

4.3.4. Dokumen Terkait.

Dokumen lain yang terkait dan dapat dipakai sebagai acuan dalam

pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan konstruksi fisik,

antara lain:

1) Gambar kerja dan spesifikasi teknis pekerjaan.

2) SOP pengelolaan lingkungan hidup.

4.4. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan.

4.4.1. Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Jalan.

Kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana jalan yang telah

selesai dibangun dan diserahkan oleh Kontraktor kepada Pemberi Tugas

memang bertujuan positif sesuai dengan sasaran yang telah

direncanakan, namun sering terjadi adanya ketidaksesuaian antara

rencana dan kenyataan di lapangan, seperti:

1) Pertumbuhan volume lalu lintas lebih besar dari yang diperkirakan,

sehingga terjadi berbagai masalah seperti kemacetan lalu lintas dan

kerusakan prasarana jalan sebelum waktunya.

2) Terjadinya perubahan peruntukan lahan di luar perkiraan sehingga

meningkatkan bangkitan lalu lintas yang tidak terkendali, dan

meningkatnya air larian, sehingga saluran drainase jalan tidak

mampu menampungnya.

Hal tersebut di atas akan mempercepat timbulnya kerusakan prasarana

jalan, dan untuk menanggulanginya, maka dalam perencanaan

Page 511: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

34

prasarana jalan seharusnya dipertimbangkan faktor-faktor lain yang

dapat meningkatkan bangkitan lalu lintas, serta mengatur penggunaan

lahan agar tetap sesuai dengan tata ruang dan tata guna lahan yang

telah disepakati.

Disesuaikan dengan jenis prasarana jalan yang telah selesai dibangun,

Pemberi Tugas, dalam hal ini Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian

Proyek harus menyerahkan wewenang pengoperasian prasarana jalan

selanjutnya kepada institusi yang berwenang, seperti Dinas PU/Dinas

Prasarana Wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota, PT. Jasa Marga

(khusus jalan tol), atau operator jalan tol lainnya, yang selanjutnya

akan bertindak selaku Pengelola Kegiatan, termasuk bertanggung

jawab terhadap pengelolaan lingkungan hidup.

4.4.2. Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan Pengoperasian Jalan.

Pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan pengoperasian prasarana

jalan menjadi tanggung jawab Pengelola Kegiatan, disesuaikan dengan

jenis dan besaran dampak yang timbul antara lain:

1) Meningkatnya pencemaran udara dan kebisingan, dapat dikelola

melalui:

a) Pembuatan noise barrier dari tembok atau tanaman yang rapat

pada lokasi-lokasi tertentu di dekat permukiman penduduk.

b) Pemeliharaan lapisan perkerasan jalan agar tetap dalam kondisi

baik.

2) Meningkatnya gangguan atau kemacetan lalu lintas, karena

meningkatnya arus lalu lintas, dapat dikelola melalui:

a) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan pada

lokasi yang tepat.

b) Pemasangan papan-papan peringatan dan lampu penerangan

jalan pada lokasi yang tepat.

c) Pengaturan arus lalu lintas.

d) Penerapan sistem manajemen lalu lintas yang baik.

e) Pembuatan jembatan penyeberangan atau overpass/underpas

pada lokasi yang lalu lintasnya padat.

f) Pembuatan rest area, khususnya pada jalan tol.

Page 512: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

35

g) Penertiban PKL yang berdagang di badan jalan.

h) Penyuluhan tertib pemanfaatan jalan.

3) Perubahan peruntukan lahan karena aksesibilitas jalan yang lebih

baik, dapat dikelola melalui:

a) Menyusun ketentuan mengenai peruntukan lahan sesuai dengan

tata ruang dan tata guna lahan.

b) M elakukan “law enforcem ent” bagi pelanggaran ketentuan

tersebut.

4) Terganggunya habitat fauna pada lokasi tertentu dapat dikelola

melalui cara:

a) Membuat rambu-rambu lalu lintas.

b) Membatasi kecepatan kendaraan pada lokasi-lokasi tertentu.

5) Terganggunya mobilitas penduduk yang permukimannya terpotong

oleh prasarana jalan (tol), dapat dikelola melalui pembuatan

jembatan penyeberangan pada lokasi yang tepat.

4.4.3. Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan Pemeliharaan Jalan.

Dalam pengoperasian prasarana jalan yang telah selesai dibangun,

secara berkala atau secara rutin perlu dilakukan pekerjaan

pemeliharaan jalan, dampak yang timbul dari kegiatan ini pada

umumnya adalah gangguan atau kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi

pekerjaan, dapat dikelola melalui cara:

1) Pengaturan waktu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan prasarana

jalan yang tepat.

2) Pengaturan arus lalu lintas.

3) Pemasangan rambu-rambu peringatan.

4.4.4. Dokumen Terkait.

Dokumen lain yang terkait dan dapat dipakai sebagai acuan dalam

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup kegiatan operasi dan

pemeliharaan bidang jalan, antara lain:

1) SOP kegiatan pemeliharaan jalan.

2) Dokumen RTRW Kabupaten/Kota.

3) Dokumen RDTR Wilayah Kabupaten/Kota.

Page 513: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

36

5. Pembiayaan

5.1. Penyiapan Dokumen Tender.

Pada prinsipnya pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan pada

saat penyiapan dokumen tender, tidak memerlukan biaya khusus, baik untuk

biaya personel, pengadaan data maupun biaya perjalanan, karena hal tersebut

harus sudah tertampung dalam biaya penyiapan dokumen tender proyek

secara keseluruhan.

5.2. Kegiatan Pengadaan Tanah.

Biaya untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan

pengadaan tanah meliputi komponen biaya personel, biaya perjalanan, biaya

penyuluhan dan sosialisasi kegiatan, biaya rapat untuk melakukan

musyawarah, biaya kompensasi dan biaya pemukiman kembali.

a. Biaya Personel.

Komponen biaya personel mencakup honorarium petugas pelaksana

penyuluhan dan sosialisasi kegiatan, musyawarah dengan masyarakat,

serta petugas lain yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup pada kegiatan pengadaan tanah.

Perkiraan besarnya biaya personel didasarkan atas:

1) Jumlah petugas penyuluhan dan sosialisasi kegiatan.

2) 2) Frekwensi kegiatan penyuluhan, sosialisasi dan kegiatan musyawarah.

3) Harga satuan yang berlaku.

b. Biaya Perjalanan.

Komponen biaya perjalanan bagi petugas yang terlibat dalam kegiatan

pengadaan tanah mencakup biaya perjalanan untuk berkonsultasi dan

berkoordinasi dengan instansi terkait, untuk melakukan penyuluhan dan

sosialisasi kegiatan serta musyawarah dengan masyarakat di lokasi

kegiatan.

Perkiraan besarnya biaya perjalanan didasarkan atas:

1) Tujuan dan frekwensi perjalanan.

2) Lamanya perjalanan yang dilakukan.

3) Jenis transportasi yang dipakai.

Page 514: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

37

4) Harga satuan untuk jenis transportasi dan per diem allowance.

c. Biaya Penyuluhan dan Sosialisasi.

Komponen biaya penyuluhan dan sosialisasi yang terkait dengan kegiatan

pengadaan tanah, mencakup biaya pelaksanaan kegiatan, pembuatan

dan pengadaan materi penyuluhan/sosialisasi, serta biaya administrasi

lainnya.

Perkiraan besarnya biaya penyuluhan dan sosialisasi didasarkan atas :

1) Jumlah dan frekwensi kegiatan penyuluhan dan sosialisasi.

2) Jumlah peserta kegiatan.

d. Biaya Musyawarah

Komponen biaya musyawarah dengan masyarakat mencakup biaya rapat,

khususnya untuk mendapatkan kesepakatan tentang jenis dan besaran

nilai ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman.

Perkiraan besarnya biaya musyawarah dengan masyarakat didasarkan

atas:

1) Jumlah dan frekwensi rapat/musyawarah.

2) Jumlah peserta rapat.

e. Biaya Kompensasi dan Pemukiman Kembali

Komponen biaya kompensasi dan pemukiman kembali penduduk dalam

kegiatan pengadaan tanah mencakup jenis dan jumlah kompensasi yang

diberikan kepada masyarakat terkena dampak, lokasi dan sistem

pemukiman kembali penduduk sesuai dengan hasil musyawarah, serta

honorarium untuk panitia pengadaan tanah.

5.3. Pelaksanaan Konstruksi Fisik

Biaya untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan

konstruksi fisik meliputi biaya personel, biaya menangani dampak yang timbul,

biaya perjalanan, biaya pengukuran dan analisis laboratorium, biaya koordinasi

dan konsultasi dengan instansi terkait serta biaya untuk pembuatan laporan.

Page 515: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

38

a. Biaya Personel.

Komponen biaya personel mencakup gaji upah dan honorarium tenaga

ahli dan petugas yang melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup.

Jumlah tenaga ahli dan petugas yang terlibat dalam pelaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup ditentukan oleh jenis dan besaran dampak

yang dikelola, serta metode pengelolaan lingkungan hidup yang

dipergunakan. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya untuk melakukan

survai dan pengamatan kondisi sosial masyarakat.

Perkiraan besarnya biaya personel didasarkan atas:

1) Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga ahli yang dipakai.

2) Waktu pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup.

3) Harga satuan upah (billing rate).

b. Biaya Perjalanan.

Komponen biaya perjalanan bagi tenaga ahli dan petugas mencakup

biaya untuk melakukan survai dan pengamatan kondisi lingkungan hidup

yang dikelola, dan melakukan konsultasi dan koordinasi dengan instansi

terkait di lokasi kegiatan.

Perkiraan besarnya biaya perjalanan, didasarkan atas:

1) Tujuan dan frekwensi perjalanan.

2) Lamanya perjalanan untuk setiap kegiatan.

3) Jenis transportasi yang dipakai.

4) Harga satuan, baik jenis transportasi maupun perdiem allowance.

c. Biaya Penanganan Dampak.

Komponen biaya penanganan dampak ditentukan oleh jenis dampak yang

ditangani dan metode penanganannya, meliputi pemasangan

bangunan/struktur pengendali dampak, perbaikan prasarana umum atau

kondisi lingkungan hidup yang rusak, serta pengadaan bahan dan

peralatan untuk mengendalikan dampak termasuk pengoperasiannya.

d. Biaya Pengukuran dan Analisis Laboratorium.

Komponen biaya pengukuran dan analisis laboratorium untuk mengetahui

kualitas lingkungan hidup yang terkena dampak, antara lain:

Page 516: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

39

1) Pengukuran dan analisis kualitas air.

2) Pengukuran dan analisis kualitas udara dan kebisingan.

3) Pengukuran dan analisis biota air.

Perkiraan besarnya biaya pengukuran dan analisis laboratorium

ditentukan oleh:

1) Jumlah dan jenis sample yang diukur dan dianalisis.

2) Lokasi kegiatan.

3) Harga satuan analisis sampel.

e. Biaya Konsultasi dan Koordinasi.

Komponen biaya konsultasi dan koordinasi dengan instansi terkait dalam

rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan,

mencakup biaya rapat konsultasi, honorarium pakar yang diundang, dan

sebagainya.

f. Biaya Penyusunan Laporan

Komponen biaya penyusunan laporan pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan meliputi biaya penggandaan, penjilidan, dan penyampaian

laporan kepada para pihak yang terkait.

5.4. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan.

Pada prinsipnya komponen biaya untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan

hidup bidang jalan dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan, yang meliputi

biaya personel, biaya perjalanan, biaya untuk menangani dampak, biaya

pengukuran dan analisis laboratorium, biaya konsultasi dan koordinasi, serta

biaya penyusunan laporan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, sama

dengan komponen biaya untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan pada pelaksanaan konstruksi fisik.

Hal yang membedakan adalah sifat dampak yang timbul pada umumnya

menerus dan berkesinambungan, sehingga pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup juga harus dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan,

dan mempergunakan anggaran rutin.

Page 517: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

40

5.5. Pengajuan Usulan Biaya.

Mengingat kegiatan pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dengan pelaksanaan pembangunan prasarana jalan, maka

pengajuan usulan biaya pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, harus

mengikuti tata cara pengajuan usulan biaya pembangunan prasarana jalan

yang baku, seperti melalui proses penyusunan DUP, DIP dan sebagainya.

Dalam mengajukan usulan biaya untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan

hidup bidang jalan, perlu diperhatikan apakah pelaksanaannya dilakukan oleh

pihak ketiga atau secara swakelola, karena sistem ini dapat mempengaruhi

sistem administrasi keuangannya.

Pada prinsipnya pengelolaan lingkungan hidup untuk kegiatan pengadaan

tanah dan pelaksanaan konstruksi fisik, masing-masing harus diintegrasikan

atau disisipkan dalam biaya pengadaan tanah dan pelaksanaan konstruksi fisik.

Sedangkan biaya pengelolaan lingkungan hidup untuk kegiatan operasi dan

pemeliharaan diintegrasikan dalam biaya rutin pengoperasian dan

pemeliharaan prasarana jalan.

6. Koordinasi Pelaksanaan

6.1. Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana Jalan.

Penyelenggaraan proyek pembangunan prasarana jalan pada umumnya

dilaksanakan oleh beberapa unit kerja pada berbagai tingkat organisasi

pemerintahan, baik tingkat pusat, propinsi maupun tingkat kabupaten/kota.

Untuk mencapai sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang efektif dan

efisien, maka dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan

diperlukan adanya koordinasi yang baik antar instansi yang terkait di bidang

pembangunan prasarana jalan, baik vertikal maupun horizontal.

Pemeran utama pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan,

antara lain:

a. Pemrakarsa atau Pengelola Kegiatan.

Pemrakarsa atau Pengelola Kegiatan adalah instansi pelaksana atau

penyelenggara pembangunan prasarana jalan, sehingga ia mempunyai

tanggung jawab pula dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan.

Page 518: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

41

Sesuai dengan jenis dan sifat proyek prasarana jalan, maka Pemrakarsa

atau Pengelola Kegiatan pembangunan prasarana jalan pada umumnya

dapat berupa :

1) Para Pemimpin proyek atau Pemimpin Bagian Proyek pembangunan

prasarana jalan, baik di tingkat pemerintah pusat, provinsi atau

kota/kabupaten.

2) Para Pem im pin “Project M anagem ent U nit” – PM U atau “Project

Im plem entation U nit” – PIU bidang jalan di tingkat pemerintah pusat,

propinsi atau kota/kabupaten.

3) Dinas PU atau Dinas Prasarana Wilayah di tingkat pemerintah provinsi

atau kota/kabupaten.

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan oleh Pemrakarsa

atau Pengelola Kegiatan, antara lain meliputi:

1) Memasukan pertimbangan pengelolaan lingkungan hidup dalam

mempersiapkan dokumen tender, baik pada gambar kerja maupun

pada spesifikasi teknis pekerjaan.

2) Melakukan penyuluhan, sosialisasi kegiatan dan musyawarah dengan

masyarakat terkena dampak.

3) Melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup untuk menangani

dampak-dampak yang timbul, baik pada kegiatan pengadaan tanah,

pelaksanaan konstruksi fisik, maupun pada kegiatan operasi dan

pemeliharaan.

b. Bappeda.

Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) merupakan instansi

yang mempunyai peranan penting dalam melaksanakan pembinaan dan

koordinasi penyelenggaraan pembangunan prasarana jalan di daerah

yang dilakukan oleh Pemrakarsa atau Pengelola Kegiatan.

Termasuk dalam kelompok Bappeda adalah instansi yang mempunyai

tugas pokok dan fungsi seperti tersebut diatas, antara lain BP2D.

Tugas pembinaan dan koordinasi penyelenggaraan pembangunan

prasarana jalan oleh Bappeda, baik Bappeda tingkat propinsi maupun

Bappeda kabupaten/kota, meliputi:

1) Melakukan koordinasi perencanaan pembangunan antar sektor.

Page 519: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

42

2) Melakukan koordinasi penataan ruang wilayah propinsi,

kabupaten/kota.

3) Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah propinsi,

kabupaten/kota.

4) Menjabarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang

terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ke dalam

peraturan perundangan daerah.

5) Menjabarkan NSPM secara lebih spesifik sesuai kebutuhan daerah.

6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk penerapan NSPM

tersebut diatas.

7) Melakukan evaluasi terhadap kinerja penerapan NSPM yang

dihasilkan.

c. Bapedalda.

Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) merupakan

instansi yang berperan dalam melakukan pembinaan dan pengendalian

terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.

Termasuk dalam kelompok Bapedalda adalah instansi yang mempunyai

tugas pokok dan fungsi seperti tersebut diatas, antara lain :

1) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda)

propinsi, kabupaten/kota.

2) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (Bapelda/BPLHD).

3) Dinas/Kantor Lingkungan Hidup Daerah.

Tugas pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan, antara lain:

1) Memberi masukan tentang tata cara pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan serta referensi yang diperlukan.

2) Memantau pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan.

d. Masyarakat

Masyarakat, baik perorangan maupun kelompok/organisasi masyarakat

yang berkepentingan dengan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup,

serta organisasi yang terkait dengan pelestarian lingkungan hidup,

Page 520: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

43

pengendalian kerusakan lingkungan hidup atau pencemaran lingkungan

hidup.

Termasuk dalam kelompok masyarakat ini adalah masyarakat yang

terkena dampak kegiatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh dan

pemuka masyarakat, serta masyarakat pemerhati lingkungan.

Peran masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan ini, antara lain:

1) Memberi masukan, tanggapan dan koreksi terhadap rencana kegiatan

pembangunan prasarana jalan.

2) Memberikan masukan dan tanggapan terhadap rencana pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan.

3) Mengawasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan

dalam upaya mengendalikan dampak lingkungan yang timbul.

4) Berpartisipasi dalam pengendalian lingkungan termasuk sosial

ekonomi budaya.

e. Instansi Terkait.

Instansi terkait lainnya, dalam hal ini merupakan instansi atau para pihak

selain dari keempat kelompok tersebut di atas, yang mempunyai peran

penting dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan,

seperti:

1) Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau Dinas/Kantor Pertanahan

Daerah tingkat propinsi, kabupaten/kota, dalam kaitannya dengan

kegiatan pengadaan tanah.

5) Dinas Kehutanan Daerah tingkat propinsi, kabupaten/kota, dalam

kaitannya dengan pembangunan prasarana jalan yang melewati atau

berbatasan dengan kawasan hutan.

6) Dinas Perhubungan Daerah tingkat propinsi, kabupaten/kota, dalam

kaitannya dengan permasalahan transportasi dalam pembangunan

prasarana jalan.

Peran instansi terkait tersebut dalam pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan antara lain:

1) Memberikan masukan dan tanggapan terhadap rencana kegiatan dan

rencana pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan.

Page 521: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

44

2) Berperanserta secara aktif dalam melaksanakan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan, sesuai dengan tugas pokok,

wewenang dan fungsinya.

f. Bagan Alur Koordinasi Pelaksanaan.

Rumusan tugas instansi terkait tersebut di atas dalam rangka koordinasi

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, dapat

digambarkan dalam bentuk bagan alir, seperti tercantum dalam Lampiran

6.1, 6.2, dan 6.3. dimana:

1) Lampiran 6.1 : Koordinasi pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah.

2) Lampiran6.2 : Koordinasi pelaksanaan konstruksi fisik.

3) Lampiran 6.3 : Koordinasi pelaksanaan kegiatan operasi dan

pemeliharaan.

6.2. Penanganan Masyarakat Terasing/Adat.

a. Pelaksanaan Koordinasi.

Pelaksanaan penanganan masyarakat terasing/adat bertujuan untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan aspek-aspek

sosial budaya masyarakat, dengan sasaran tercapainya program

penanganan masyarakat terasing sedemikian rupa, sehingga

pembangunan prasarana jalan di daerah tersebut mendapat dukungan

serta dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat.

Kegiatan ini dilakukan setelah perencanaan teknis selesai dan dokumen

LARAP telah disetujui sebagai dokumen kegiatan pengadaan lahan dan

pemukiman kembali penduduk (bila ada).

Langkah penanganan masyarakat terasing/adat dan peran masing-

masing para pelaku adalah sebagai berikut:

1) Pemrakarsa atau Pengelola Kegiatan.

a) Membuat jadwal rencana tindak penanganan masyarakat

terasing/adat yang dijabarkan dari dokumen perencanaan

penanganan masyarakat terasing.

b) Melaksanakan program penanganan masyarakat terasing, yang

mencakup kompensasi tanah, bangunan dan tanaman, perbaikan

permukiman tradisional dan sebagainya.

Page 522: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

45

c) Membuat laporan pelaksanaan penanganan masyarakat terasing,

sebagai acuan untuk kegiatan monitoring.

2) Bapedalda.

Melakukan monitoring pelaksanaan penanganan masyarakat terasing,

terutama kesesuaiannya dengan kesepakatan dan jadwal kegiatan.

Pelaksanaan monitoring tersebut dapat bersifat aktif dengan

melakukan pengamatan lapangan, atau bersifat pasif dengan

menerima laporan dari pemrakarsa.

3) Bappeda.

Melakukan monitoring dan koordinasi pelaksanaan penanganan

masyarakat terasing/adat, terutama kesesuaiannya dengan

kesepakatan dan jadwal pelaksanaan.

Pelaksanaan monitoring tersebut dapat bersifat aktif ataupun bersifat

pasif.

4) Masyarakat.

Bersama-sama dengan LSM dan/atau lembaga adat, dapat

berpartisipasi dalam pelaksanaan penanganan masyarakat terasing.

5) Instansi Terkait.

Membantu sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya, seperti

misalnya Dinas Sosial membantu dalam hal kegiatan pendampingan

mengenai aspek-aspek sosial budaya.

b. Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Ekonomi.

Rehabilitasi sosial ekonomi masyarakat terasing/adat bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, agar tidak terpengaruh

dan atau terganggu oleh masyarakat pendatang.

Kegiatan ini dilakukan setelah kontraktor pelaksana ditunjuk, dan

bersama Pengelola Kegiatan telah menyiapkan rencana detail

pelaksanaan konstruksi.

Langkah-langkah kegiatan rehabilitasi sosial ekonomi masyarakat

terasing/adat dan peran masing-masing para pelaku adalah sebagai

berikut:

Page 523: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

46

1) Pemrakarsa atau Pengelola Kegiatan.

a) Mempelajari rencana rehabilitasi sosial ekonomi, yang terdapat

dalam dokumen penanganan masyarakat terasing/adat.

b) Melakukan konsultasi dan persiapan kegiatan rehabilitasi sosial

ekonomi masyarakat. Ruang lingkup konsultasi tersebut

mencakup hal-hal yang berhubungan dengan penyuluhan kepada

pekerja proyek tentang hal-hal yang tabu di lokasi tersebut, dan

upacara adat yang harus dihormati.

c) Melaksanakan program rehabilitasi sesuai dengan pedoman dan

petunjuk teknis yang ada, dan dengan mempertimbangkan

masukan dari Bappeda, Bapedalda, Masyarakat dan Instansi

terkait lainnya.

d) Membuat laporan pelaksanaan program rehabilitasi sosial ekonomi

masyarakat terasing, dengan mempertimbangkan hasil-hasil

monitoring dan koordinasi yang dilakukan oleh Bappeda dan

Bapedalda.

2) Bapedalda.

a) Memberi masukan tentang hasil monitoring dan indikator

keberhasilan program rehabilitasi sosial ekonomi masyarakat

terasing yang efektif

b) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program sesuai

dengan pedoman dan petunjuk teknis yang ada.

3) Bappeda.

a) Memberi masukan tentang program sejenis dari instansi lain yang

dapat dikoordinasikan pelaksanaannya

b) Membantu dalam hal koordinasi dengan instansi terkait, apabila

ada program sejenis sehingga dapat disinergikan. Koordinasi

pelaksanaan tersebut dilakukan sesuai dengan pedoman dan

petunjuk teknis yang ada.

4) Masyarakat.

a) Melaksanakan rehabilitasi sosial ekonomi, dan memberi masukan

tentang kesulitan yang mungkin dihadapi pada pasca penanganan

masyarakat terasing.

Page 524: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

47

b) Menerima dan melaksanakan program rehabilitasi sosial ekonomi

masyarakat terasing/adat, sesuai dengan hasil musyawarah.

5) Instansi Terkait.

Membantu sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya, seperti Dinas

Sosial memberi masukan tentang alternatif pola rehabilitasi

masyarakat terasing serta membantu menjadi pengawas lapangan.

7. Dokumentasi dan Pelaporan

7.1. Penyiapan Dokumen Tender.

Pada prinsipnya dokumen tender yang disiapkan oleh Pemrakarsa atau

Pengelola Kegiatan harus sudah mencantumkan ketentuan yang jelas dan rinci

tentang pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan oleh kontraktor

pelaksana, sesuai dengan hasil RKL/RPL atau UKL/UPL.

Ketentuan tersebut harus menyatakan perintah atau instruksi apa yang harus

dilakukan oleh kontraktor pelaksana dengan rumusan yang jelas agar tidak

terjadi salah pengertian dan terdokumentasi dengan baik.

7.2. Kegiatan Pengadaan Tanah.

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan pengadaan tanah

harus terdokumentasi dengan tertib dan teratur, sehingga mudah ditelusuri,

apabila ada permasalahan di kemudian hari.

Dokumen pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup untuk kegiatan

pengadaan tanah ini antara lain meliputi:

1) Berita acara kegiatan penyuluhan dan sosialisasi kegiatan kepada

masyarakat, dilengkapi dengan materi penyuluhan dan sosialisasi, daftar

hadir dan kesimpulan hasil kegiatan penyuluhan dan sosialisasi kegiatan.

2) Berita acara kegiatan musyawarah dengan masyarakat dalam

menentukan besarnya nilai ganti rugi/kompensasi kepada masyarakat

terkena dampak, dilengkapi dengan hasil kesepakatan dan daftar peserta

rapat.

Page 525: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

48

7.3. Pelaksanaan Konstruksi Fisik serta Kegiatan Operasi dan

Pemeliharaan.

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan konstruksi fisik

dan kegiatan operasi dan pemeliharaan harus terdokumentasi dengan baik,

tertib dan teratur, sehingga mudah ditelusuri kembali, bila terjadi

permasalahan di kemudian hari.

Dokumen pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ini antara lain meliputi:

1) Laporan pengendalian pencemaran air, dan atau pengendalian

pencemaran udara, dilengkapi dengan tata cara pengendalian dan data-

data kualitas air dan atau kualitas udara.

2) Laporan pengendalian kerusakan lingkungan hidup, dilengkapi dengan

tata cara pengendalian kerusakan lingkungan hidup, dan foto

dokumentasi/visual mengenai kondisi lingkungan hidup tersebut.

3) Laporan penanganan masalah atau aspek-aspek sosial ekonomi budaya

masyarakat, dilengkapi dengan upaya pendekatan, tata cara penanganan

dan hasil yang dicapai.

4) Laporan pelaksanaan koordinasi dan konsultasi dengan instansi terkait

dan masyarakat, dilengkapi dengan masalah lingkungan hidup yang

dibahas, kesepakatan yang dicapai dan tindak turun tangan.

Page 526: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

49

P E N U T U P

1. Seperti telah dikemukakan pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan ini merupakan satu dari berbagai pedoman pengelolaan lingkungan

hidup bidang jalan, yang memberikan petunjuk, arahan dan penjelasan kepada

para pihak terkait mengenai pertimbangan aspek-aspek pengelolaan lingkungan

hidup dalam penyelenggaraan pembangunan prasarana jalan, khususnya dalam

penyiapan dokumen tender, kegiatan pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi

fisik serta kegiatan operasi dan pemeliharaan.

2. Pertimbangan aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup tersebut mencakup

identifikasi komponen kegiatan pembangunan prasarana jalan yang berpotensi

menimbulkan dampak, identifikasi dampak lingkungan yang timbul, serta upaya

penanganannya dengan mempergunakan pendekatan preventif, kuratif dan

kompensatif, berupa tindakan pencegahan atau menghindari timbulnya dampak,

mengurangi atau memperkecil besaran dampak yang timbul, serta

menanggulangi atau mengendalikan dampak-dampak yang masih terjadi.

3. Dalam upaya mewujudkan pembangunan prasarana jalan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan, maka pedoman pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup bidang jalan ini harus dipergunakan secara konsekwen

bersama-sama dengan berbagai pedoman pengelolaan lingkungan hidup bidang

jalan lainnya.

4. Agar sasaran dari pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang

jalan ini sesuai dengan yang diharapkan, maka implementasinya harus

terintegrasi sepenuhnya dalam manajemen pelaksanaan proyek. Untuk itu

koordinasi antar instansi atau para pihak yang terkait, mutlak diperlukan dan

peran Pemrakarsa atau Pengelola Kegiatan dalam menginisiasi pelaksanaan

koordinasi sangat menentukan keberhasilan koordinasi.

Page 527: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

50

5. Pencapaian sasaran dari pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ini

sangat ditunjang oleh kesiapan pembiayaan yang diperlukan, sistem

dokumentasi dan pelaporan yang baik, tertib dan teratur, serta yang lebih utama

adalah tersedianya sumber daya manusia dengan kapasitas dan kapabilitas yang

memadai dan mempunyai kesadaran terhadap terwujudnya penyelenggaraan

pembangunan prasarana jalan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

hidup.

Page 528: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1

Penerapan Aspek-aspek Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Setiap Tahapan Proyek Prasarana Jalan

PERENCANAAN UMUM

PRA STUDI KELAYAKAN

STUDI KELAYAKAN

DETAIL DISAIN

PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN

KEMBALI PENDUDUK

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

OPERASI DAN PEMELIHARAAN

(O&P)

EVALUASI PASCA

PROYEK

Penyaringan AMDAL berdasarkan faktor dampak penting dan lokasi/ koridor jalan (ref. Kep.Bapedal-056/1994)

Pelingkupan isu isu lingkungan yang perlu dikaji lebih detail dalam ANDAL atau kajian lingkungan

Analisis besaran dan pentingnya isu isu lingkungan serta biaya lingkungan dalam studi kelayakan

Rumusan kriteria dan spesifikasi serta tata cara pengadaan lahan maupun pelaksanaan konstruksi

Implementasi tata cara pengadaan tanah, pemberian kompensasi, pematangan lahan untuk konstruksi

Aplikasi spesifikasi bahan, alat konstruksi dan tata cara pelaksanaan konstruksi serta pengawasan termasuk mitigasi dampak lingkungan selama masa konstruksi

Tata cara implementasi mitigasi dampak, monitoring dan evaluasi dampak lingkungan selama masa O & P

Evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan dan masukan kebijakan peningkatan kinerja masa datang

Page 529: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

2

Ketentuan Tentang Kewajiban Penyusunan Pedoman Pengelolaan

Lingkungan Hidup Bidang Jalan

No. Peraturan Perundangan Uraian

A

1.

2.

B

1.

2.

Undang-undang No. 23

tahun 1997, tentang

Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Pasal 9, ayat (2)

Pasal 13, ayat (1)

Peraturan Pemerintah No.

27 tahun 1999, tentang

Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup.

Pasal 28, ayat (2)

Pasal 38, ayat (3)

Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan oleh

instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas

dan tanggung jawab masing-masing, masyarakat

serta pelaku pembangunan lain.

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup, Pemerintah dapat

menyerahkan sebagian urusan kepada

Pemerintah Daerah, menjadi urusan rumah

tangganya.

Instansi yang membidangi usaha dan atau

kegiatan melakukan pembinaan teknis

pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup, yang menjadi bagian dari ijin.

Biaya pembinaan pelaksanaan rencana

pengelolaan lingkungan hidup dan rencana

pemantauan lingkungan hidup, dibebankan pada

anggaran instansi yang membidangi usaha dan

atau kegiatan yang bersangkutan

Page 530: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3

Pencantuman Aspek – Aspek Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan Pada Dokumen Tender

No. Dokumen Tender Standar (LCB) Usulan Penambahan Ketentuan

1 2

3

4.

Bab III: Syarat – syarat Kontrak A. Umum

1. Definisi

19. Keselamatan

Bab V: Spesifikasi Bab VI: Daftar Kuantitas Bab VII Gambar – Gambar

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang timbul, akibat pelaksanaan pekerjaan. Pemantauan lingkungan hidup adalah upaya memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak, akibat pelaksanaan pekerjaan. 19.1 Keselamatan dan penanganan dampak. Kontraktor bertanggung jawab terhadap

kegiatan penanganan dampak lingkungan hidup yang timbul, akibat pelaksanaan pekerjaan.

Bila dalam pelaksanaan pekerjaan secara tidak sengaja ditemukan benda cagar budaya, kontraktor wajib menginformasikan hal tersebut kepada instansi yang berwenang untuk proses tindak lanjut.

Masing-masing komponen pekerjaan yang dikemukakan pada Bab Spesifikasi, dicantumkan tata cara pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Untuk masing-masing komponen pekerjaan, dicantumkan klausul kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dan biaya yang diperlukan (bila ada). Gambar kerja untuk menangani dampak yang timbul.

Page 531: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

4

Kriteria Kompensasi Penggantian Tanah dan Bangunan

No. Kategori Kepemilikan Besarnya Penggantian Keterangan

1 Hak Milik 100%

90%

Apabila disertai bukti sertifikat

Apabila tanpa disertai sertifikat

2 Hak Guna Usaha 80%

60%

Jika haknya masih berlaku dan

terkelola dengan baik

Jika telah kadaluarsa tetapi masih

terkelola dengan baik

3 Hak Guna Bangunan 80%

60%

Jika haknya masih berlaku

Jika haknya kadaluarsa, tetapi tanah

masih digunakan oleh pemegang hak.

4 Hak Pakai 100%

70%

50%

Jika masa berlakunya tidak terbatas

dan tanah masih digunakan.

Jika hak pakai sampai 10 tahun.

Jika haknya telah kadaluarsa, tetapi

masih digunakan oleh pemegangnya.

5 Wakaf 100% Dengan ketentuan bahwa kompensasi

diberikan dalam bentuk tanah,

bangunan, dan prasarana umum.

Sumber: Permenneg Agraria / Ka BPN No. 1 tahun 1994

Page 532: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

5

Pedoman Pelaksanaan Partisipasi Dan Konsultasi Masyarakat Dalam Kegiatan Pengadaan Tanah

No. Langkah – langkah Proses Konsultasi Publik

Target Populasi

Institusi Yang Terlibat

Implementasi Keterangan

1 Penyuluhan Rencana Proyek Jalan

Warga desa yang akan terkena dampak

Pimpro/ Pimbagpro, LKMD, PMD, Camat / Lurah, BPN Kota/Kab

Pihak Proyek menjelaskan mengenai proyek tsb dan dampaknya dalam suatu pertemuan dengan seluruh warga desa.

Tujuan untuk menginformasikan kepada warga desa mengenai rencana proyek jalan. Warga diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan

2 Sensus Garis Batas Penduduk yang potensial terkena dampak (langsung dan tidak langsung)

Peneliti Survey; Lurah; LKMD

Peneliti mengadakan suatu survey lengkap yang mencakup seluruh penduduk yang langsung atau tidak langsung akan terkena dampak.

Tujuan untuk menentukkan siapa yang akan terkena dampak dan memenuhi syarat untuk mendapatkan kompensasi / ganti rugi.

3 Survei Sosial Ekonomi Sampel masyarakat yang potensial terkena dampak

Peneliti Survey; Lurah; LKMD

Peneliti melakukan suatu survey dengan sample secara bertingkat, penduduk kelurahan/desa yang terkena dampak.

Tujuan untuk memilih wakil sample peduduk yang akan terkena dampak untuk diwawancarai mengenai kondisi sosial ekonomi mereka.

4 Konsultasi Publik (Musyawarah) mengenai rencana proyek jalan

Warga desa yang terkena rencana proyek jalan.

Pimpro dan Pimbagpro; Panitia Pembebasan Tanah: Lurah; PMD; Camat; LKMD.

Warga desa berkumpul di balai desa bersama aparat desa untuk membahas rencana proyek jalan.

Tujuan untuk mendiskusikan rencana proyek jalan dengan warga desa/ elurahan. Warga desa dapat bertanya dan memberi opini mengenai proyek dan hasilnya

Page 533: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

6

secara tertulis ditanda tangani oleh aparat desa.

5 Inventarisasi Modal / Asset penduduk yang terkena dampak.

Warga desa yang terkena rencana proyek jalan

Panitia Pembebasan Tanah: Lurah; Camat.

Semua modal/asset yang terkena dampak.

Panitia Pembebasan Tanah akan menghitung asset/modal setiap penduduk yang terkena dampak.

6 Pengumuman hasil inventarisasi

- Panitia Pembebasan Tanah.

Hasilnya diposkan/dipasang di kantor desa

Masyarakat diberi waktu selama satu bulan untuk menyatakan keberatan terhadap hasil inventarisasi tersebut.

7 Musyawarah dan mufakat mengenai Inventarisasi

Warga desa yang terkena dampak.

Panitia Pembebasan Tanah: Lurah; Camat.

Semua modal/asset yang tekena dampak.

Tujuannya untuk bernegosiasi dengan pihak yang merasa bahwa penghitungan asset/modal mereka tidak akurat sehingga dapat dilakukan perhitungan kembali.

8 Musyawarah dan mufakat mengenai ganti rugi

Warga desa yang terkena dampak.

Pimpro/ Pimbagpro, Panitia Pembebasan Tanah; BPN Propinsi; Camat / Lurah; LKMD; NGO.

Musyawarah ini dapat terjadi beberapa kali sebelum mencapai kesepakatan dan dilakukan dibalai desa.

Musyawarah ini merupakan tahap yang paling penting dan akan menentukan sukses atau gagalnya proyek. Ganti rugi harus disetujui oleh pihak yang terkena dampak.

9 Musyawarah dan mufakat mengenai rencana permukiman kembali.

Penduduk yang tergusur dan anggota masyarakat lainnya.

Pimpro/ Pimbagpro; Camat / Lurah; LKMD.

Musyawarah ini mungkin muncul selama diskusi dan kesepakatan ganti rugi atau dapat pula berjalan paralel.

Tujuannya untuk mengungkapkan pendapat penduduk yang tergusur mengenai rencana permukiman kembali. Dalam

Page 534: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

7

musyawarah ini akan dibicarakan beberapa pilihan lokasi permukiman kembali.

10 Musyawarah dan mufakat mengenai kualitas permukiman kembali berserta fasilitasnya.

Penduduk yang tergusur dan yang telah menseleksi lokasi permukiman.

Pimbagpro; Lurah/ Kepala Desa.

Pimbagpro bersama wakil dari penduduk yang tergusur mengunjungi lokasi permukiman kembali.

Tujuannya untuk menunjukkan kepada penduduk yang tergusur bahwa lokasi yang dimaksud layak untuk ditempati, telah memiliki fasilitas yang dijanjikan dan merupakan pilihan yang terbaik.

11. Jika tidak terjadi kesepakatan mengenai ganti rugi.

- Panitia memberitahukan masalahnya kepada Gubernur.

Gubernur membuat keputusan menyetujui / menolak proyek.

-

12 Pertemuan masyarakat mengenai pembayaran ganti rugi.

Masyarakat penerima ganti kerugian.

Camat atau Pimbagpro memimpin pertemuan.

Warga yang terkena dampak dipanggil untuk diberi ganti rugi oleh petugas Bank berupa uang kontan atau tabungan di Bank. Untuk Proyek Jalan ganti rugi biasanya dalam bentuk uang kontan.

Jika paket ganti rugi termasuk untuk permukiman kembali, maka warga yang tergusur akan mendapat ganti rugi dalam bentuk lain, misalnya kavling, rumah di lokasi permukiman kembali.

Page 535: Info Lingkungan3

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

8

Jenis Dampak / Kerugian Akibat Kegiatan Pengadaan Tanah

No. Jenis Komponen / Aset Jenis Dampak/Kerugian

1 Lahan / Tanah Kehilangan lahan pertanian.

Kehilangan lahan pekarangan tempat usaha/bisnis.

Kehilangan lahan pekarangan perumahan.

Kehilangan lahan aksesibilitas lokal.

2 Bangunan Kehilangan rumah atau tempat tinggal termasuk fasilitas

pendukungnya (sambungan listrik, air PDAM, telepon, dll)

Kehilangan bangunan tempat usaha/bisnis dan fasilitas

pendukungnya.

Pemindahan lahan lokasi komersial yang disewa atau

ditempati.

Kehilangan bangunan fisik lainnya (gudang, bangsal,

bangunan MCK, dll).

3 Matapencaharian dan

pendapatan

Kehilangan pendapatan dari usaha / bisnis yang terkena

dampak.

Kehilangan pendapatan dari sewa atau bagi hasil.

Kehilangan pendapatan dari tanaman/pohon.

Kehilangan pendapatan dari upah/gaji.

Kehilangan akses ke tempat kerja.

4 Fasilitas Umum dan Cagar

Budaya.

Terganggunya kegiatan pendidikan, pasar, pelayanan

kesehatan, fasilitas peribadatan, olahraga, kesenian.

Terganggunya fasilitas pemerintah dan pusat kegiatan

masyarakat lainnya.

Terganggunya jaringan utilitas umum (listrik, air bersih,

telepon, gas).

Terganggunya/hilangnya tempat suci, kuburan atau

kawasan/tempat pemakaman umum, simbol atau tempat

keramat lainnya, lokasi cagar budaya.

5 Aset sosial - budaya Terganggunya interaksi sosial.

Terganggunya keterikatan (basis) sosial ekonomi dengan

lokasi asal.

Terganggunya pola kehidupan dan perilaku budaya yang

terinternalisasi pada lokasi asal.

Sumber : SESIM, 2001

Page 536: Info Lingkungan3

BAGAN PELAKSANAAN PENANGANAN MASYARAKAT TERASING

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1). Dijabarkan dari Dokumen

yang telah disetujui 2). Mencakup kompensasi

lahan dan bangunan, perbaikan permukiman tradisional, rehabilitasi konservasi situs dll.

3), 4), Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara pasip (menerima laporan) atau aktip (kelapangan).

5). Termasuk LSM, lembaga adat , dll.

6) Termasuk kegiatan pendampingan dalam aspek sosial – ekonomi

7) Untuk digunakan sebagai acuan monotoring

Membuat Jadwal Detail Rencana Tindak penanganan masy terasing.....… ..(1)

Melaksanakan program penanganan masyarakat terasing ................................(2)

Membuat Laporan Pelaksanaan Penanganan Masyarakat Terasing ..........(7)

Berpartisipasi dalam pelaksanaan program … … .(5)

Melakukan monitoring … … (3) Membantu sesuai

keterkaitannya misal : Dinas Dik-Bud dan Dinas Sosial membantu dalam pelaksanaannya dilapangan ..... (6)

Melakukan monitoring dan koordinasi … … (4)

Page 537: Info Lingkungan3

BAGAN PELAKSANAAN REHABILITASI EKONOMI MASYARAKAT TERASING

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Diambil dari laporan

LARAP untuk masyarakat terasing.

2) Dapat dilakukan pada tahap sebelumnya

3), 4), 5), 6).

Melalui forum rapat atau metode lainnya

7) Yang telah disesuaikan

terhadap masukan konsultasi

8) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

9) Sesuai tupoksi

10) Program yang telah disepakati

11) Sesuai dengan pedoman dan atau petunjuk teknis yang telah ada

12) Sebagai bahan monitoring

Mempelajari rencana rehab ekonomi bagi m asy. terasing … … .. (1)

Melakukan konsultasi dan persiapan Rehabilitasi Ekonomi bagi masyarakat terasing … … … … (2)

Menerima dan melaksanakan program R ehabilitasi… … … (10)

Melaksanakan Program R ehabilitasi … … … (7)

Membuat Laporan Pelaksanaan Program Rehabilitasi Ekonomi Masyarakat … … ..(12)

Melakukan monitoring … … … .(8)

Melakukan Koordinasi dengan Instansi Terkait … … … … … … … … … .(9)

Memberi masukan ttg. Monitoring dan indikator keberhasilan program Rehabilitasi yg efektif … ..(3)

Melaksanakan persiapan rehab & memberi masukan tentang kesulitan pasca penanganan masyarakat terasing … … (5)

Memberi masukan program dari sektor lain yg dapat dikoordinasikan … … (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya mis: Dinas Sosial sebagai Pengawas Lapangan. (11)

Membantu sesuai keterkaitannya, misal Dinas Sosial memberi masukan tentang alt pola rehabilitasi … … .. (6)

Page 538: Info Lingkungan3
Page 539: Info Lingkungan3

BAGAN KOORDINASI PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI FISIK

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1) Mengacu pada kontrak pekerjaan

jalan dan pada dokumen LARAP 2) Setelah menyiapkan rencana detail

kegiatan konstruksi serta jadwal terutama kegiatan yang dapat mengganggu publik

3) Termasuk briefing kepada para pekerja luar tentang adat istiadat setempat

4) Misalnya: dengan DLLAJ & POLRI untuk mengurangi kemacetan, dengan PLN, PDAM, Telkom untuk mencegah kerusakan utilitas

5) Sesuai dok. desain & rekomendasi pengelolaan lingkungan

6) 7) Sesuai tugas pokoknya 8) Perlu ada mekanisme penyampaian

komplain 9) Termasuk masukan akan adanya

penyimpangan dari yang telah disepakati

10) Sebagai acuan evaluasi 11) Didahului dengan penjelasan ttg

kesepakatan dalam LARAP 12) Dijabarkan dari dokumen penge-

lolaan lingkungan dan LARAP 13) Termasuk pendanaan 14) Masukan juga meliputi kesulitan2

alih profesi, kecemburuan penduduk di lokasi pemukiman kembali

15) Termasuk bantuan pendampingan secara mental-spiritual

16) Yang telah disesuaikan terhadap konsultasi

17) 18) Sesuai tugas pokoknya 19) Sesuai kesepakatan 20) Termasuk bantuan pendampingan

secara teknis 21) Sebagai acuan evaluasi.

Mempelajari rencana dan jadwal konstruksi . (1)

Melakukan konsultasi renc. kegiatan konstruksi .. (2)

Menerima dan melaksana- kan program rehabilitasi … … (19)

Menyusun laporan pelaks. konstruksi (10)

Membuat laporan pelaksanaan program rehabilitasi (bila ada)..(21)

Melakukan monitoring ..(17) M elakukan m onitoring… .(18)

Memberi masukan tentang indikator m onitoring … ..(12)

Memahami dan mempersiapkan diri serta memberi masukan demi kelancaran program … (14)

Melakukan koordinasi keterpaduan program (13)

Membantu/melaksanaan sesuai keterkaitannya mis: pelaksanaantraining, pemberian fasilitas, dll. (20)

Membantu/melaksanakan sesuai keterkaitannya mis: briefing untuk persiapan training, tentang tujuan dan cara pemberdayaan .. (15)

Menyepakati cara pelaksanaan pekerjaan, termasuk keberadaan para pekerja .. (3)

Memberi masukan lalu kesepakatan cara pelaksanaan pekerjaan sesuai keterkaitannya .. (4)

Melaksanakan kegiatan konstruksi dan tindakan pencegahan dampak (5) Melakukan monitoring ..(6) Melakukan monitoring ...(7) Memberi masukan apabila

ada gangguan… ..(8) Memberi masukan dan bekerja sama dalam kegiatan konstruksi sesuai keterkaitannya … ..(6)

Melakukan konsultasi dan persiapan rehab. ekonomi masy.(bila ada) … … .(11)

Melaksanakan program rehabilitasi (bila ada)..(16)

Page 540: Info Lingkungan3

BAGAN KOORDINASI PELAKSANAAN KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER

LAINNYA KETERANGAN

1) Termasuk laporan pelaks. pena-nganan masy. terasing (bila ada)

2) Penyusunan konsep monitoring melibatkan berbagai disiplin ilmu

3) Monitoring termasuk aspek lingkungan selain sosekbud

4) Disamping memberi masukan juga dapat melakukan monitoring langsung

5) Masukan dapat berupa informasi mengenai kesesuaian antara program dan pelaksanaan

6) Disamping memberi masukan juga dapat melakukan monitoring langsung

7) Yang dimaksud adalah apakah bagian2 jalan sudah dimanfaatkan sesuai fungsinya dan apakah ada perubahan penggunaan lahan sekitar jalan yang tidak sesuai tata ruang

8) Dapat dilakukan berkali-kali 9) Sesuai tugas pokoknya 10) Penyimpangan a.l.: trotoir untuk PKL

(Pedagang Kaki Lima), badan jalan untuk berdagang, dll.

11) Masukan dapat digunakan untuk merevisi program

12) Termasuk di lokasi pemukiman kembali

13) Mencakup tertib pemanfaatan jalan, hasil LARAP dan rehabilitasi

14) Baik aspek teknis (jalan) maupun lingkungan dan sosekbud.

Mempelajari laporan2

pelaksanaan kegiatan konstruksi, LARAP dan rehabilitasi … ..(1)

Konsultasi rencana monitoring sosekbud pelaksanaan LARAP dan rehabilitasi....(2)

Konsultasi hasil monitoring..... (8)

Memberi masukan aspek sosekbud masy. (terasing) khususnya yang terkena dampak, termasuk aspek warisan budaya ..(5)

Melakukan tindak lanjut, bekerja sama dg instansi terkait untuk memperbaiki penyimpangan2 .. ( 14)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal: indikator keberhasilan program rehabilitasi melakukan monitoring sesuai keterkaitannya (6)

Memberi masukan terhadap kualitas koordinasi antar sektor & keterpaduan program (4)

Memberi masukan..... (9) Memberi masukan kondisi sosekbud pasca kegiatan LARAP dan rehabilitasi. Berpartisipasi dalam menjaga tertib pemanfaatan jalan (11)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal: apakah program pendampingan masih diperlukan, adanya penyerobotan lahan damija, apakah ada konflik/ kesenjangan antar kelompok m asyarakat … .. (12)

Memberi masukan dan mengambil tindakan yang diperlukan, mis: koordinasi tertib pemanfaatan jalan, pengembangan lahan sesuai tata ruang.. (10)

Melakukan monitoring sesuai RPL/UPL .. (3)

Melakukan monitoring tertib pemanfaatan jalan dan bangunan pelengkapnya serta lahan sekitar jalan....(7)

Menyusun laporan monitoring..... (13)

Page 541: Info Lingkungan3
Page 542: Info Lingkungan3

BAGAN KOORDINASI PENGADAAN TANAH

PEMRAKARSA BAPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

1). Dijabarkan dari

Dokumen LARAP yang telah ditetapkan

2) 3) 4) Dapat dilakukan berkali kali

5). Sesuai dg kesepakatan nilai ganti rugi

6),7) Sesuai Tupoksi dan dapat dilakukan secara aktif atau pasip

8) 9) Termasuk proses pensertifikatan

10). Sesuai dengan yang tertera pada LARAP

11) Sesuai yang tertera pada dokumen LARAP dan daftar yang akan dimukimkan kembali

12) Baik instansi pusat dan daerah termasuk di lokasi pemukiman kembali penduduk.

13) Sertifikat kepemilikan lahan dan bangunan

14) Dapat dikaitkan dengan program instansi terkait

15) Untuk digunakan sebagai acuan monitoring

Membuat Jadwal Detail & konsultasi Pelaksana- an LA R A P … ..(1)

Melaksanakan Pembayaran Kompensasi untuk tanah dan asset diatasnya … … ..(5)

Menerima Sertifikat Kepemilikan Kapling dan K artu P enduduk … ..(13 )

Melaksanakan Kegiatan Pemukiman Kembali Penduduk (bila ada) ....... ( 10)

Membuat Laporan Pelaksanaan LARAP … … (15)

Menyerahkan Surat-surat kepemilikan lahan kepada pem rakarsa … … .(8)

Melakukan Monitoring Pelaksanaan LARAP .… .. (11)

Membantu pelaksanaan Koordinasi dengan instansi terkait … (12)

Melakukan monitoring … … (6) Panitia Pengadaan Tanah

membantu dalam penyelesaian proses adm inistrasi … … .(9)

Berpartisipasi dalam proses musyawarah & m ufakat … … … . (2)

Melakukan monitoring … .. (7)

Berpartisipasi dalam proses musy. & kesepakatan dalam mufakat khususnya . (3)

Melaksanakan musyawarah dan mufakat, khususnya Panitia Pengadaan Tanah … … .. (4)

Membantu pelaksanaan sesuai keterkaitannya … (14)

Page 543: Info Lingkungan3
Page 544: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 1

Lampiran 6.6

1. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KERESAHAN DAN KECEMBURUAN SOSIAL

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup kegiatan sosialisasi kepada masyarakat di awal

pembangunan proyek dan saat dimulainya mobilisasi tenaga kerja pendatang

dari luar lokasi proyek.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk mengantisipasi keresahan masyarakat di sekitar

lokasi proyek yang mungkin terjadi baik konflik dengan pekerja proyek yang

berasal dari sekitar lokasi proyek maupun dari luar lokasi proyek. Konflik ini

dapat terjadi karena kecemburuan masyarakat terhadap pekerja pendatang

yang memperoleh kesempatan kerja lebih besar dibanding masyarakat

setempat, maupun karena perbedaan budaya (adat dan kebiasaan) antara

pekerja pendatang dan masyarakat.

III. DEFINISI

Tokoh Formal yang dimaksud adalah kepala pemerintahan atau ketua

masyarakat setempat, seperti RT, RW/RK, Dusun, Desa / Kelurahan.

Tokoh Informal yang dimaksud adalah pemuka masyarakat, adat, atau

agama yang secara informal diakui kepemimpinannya oleh masyarakat di

sekitar lokasi proyek.

Manfaat Proyek yang dimaksud adalah manfaat bagi yang dapat dinikmati

masyarakat sekitar lokasi proyek, baik selama pembangunan proyek (seperti

kesempatan kerja dan kesempatan berniaga / memasok kebutuhan pekerja

dan kebutuhan proyek) maupun setelah proyek selesai.

IV. REFERENSI

Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan

Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL

Panduan Konsultasi Masyarakat Dalam AMDAL

Page 545: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 2

V. PIHAK TERKAIT

Tokoh Formal Masyarakat

Tokoh Informal Masyarakat

Direksi Proyek

Kontraktor

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Jadwal konstruksi / pembangunan proyek.

Data kebutuhan tenaga kerja proyek

Data ketersediaan tenaga kerja di lokasi sekitar proyek.

Dokumen AMDAL atau UKL/UPL untuk pekerjaan tersebut.

Page 546: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 3

KEGIATAN KETERANGAN

Melibatkan pihak-pihak terkait: Tokoh Formal (Muspika) Tokoh Informal (Tokoh

Masyarakat, LSM) Materi: Lokasi Proyek Manfaat Proyek Jadwal Konstruksi Kebutuhan Tenaga Kerja Dampak yang mungkin

terjadi (jenis, besaran, kapan, durasi)

Materi: Disiplin/Perilaku Ketrampilan Materi: Kultur & norma masyarakat

sekitar lokasi Melibatkan Tenaga Kerja Tokoh Masyarakat/Agama

GAMBAR 1.

PROSEDUR PENANGANAN KERESAHAN DAN KECEMBURUAN SOSIAL

PERSIAPAN MOBILISASI TENAGA KERJA

KOORDINASI DENGAN TOKOH MASYARAKAT DISEKITAR LOKASI PROYEK

SOSIALISASI RENCANA PROYEK

MUSYAWARAH MASIH TERJADI

KERESAHAN/PENOLAKAN?

MOBILISASI TENAGA KERJA

PELATIHAN KEPADA TENAGA KERJA SETEMPAT YANG DAPAT DILIBATKAN

PENGARAHAN KEPADA TENAGA KERJA SETEMPAT

MUSYAWARAH MASIH TERJADI

KONFLIK ANTARA PEKERJA & MASYARAKAT?

LANJUTKAN PEKERJAAN

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Page 547: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 4

2. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KEMACETAN LALU LINTAS

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup seluruh tahapan konstruksi yang berpotensi

menimbulkan dampak berupa kemacetan lalu lintas yang diakibatkan oleh

kegiatan pengangkutan dan pekerjaan konstruksi.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan dampak kemacetan lalu lintas baik

di sekitar lokasi proyek maupun lokasi kemacetan pada jalan yang dilalui

kendaraan kerja.

III. DEFINISI

Lokasi Proyek yang dimaksud adalah lokasi di sekitar konstruksi yang

bersangkutan dilaksanakan.

Lokasi kemacetan pada jalan yang dilalui kendaraan kerja, yang

dimaksud adalah lokasi di jalan umum yang sudah ada dan dimanfaatkan

pengguna jalan yang mengalami kemacetan akibat kegiatan kendaraan

kerja dari proyek jalan/jembatan.

IV. REFERENSI

Undang Undang No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan

Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1985 tentang Jalan

Undang Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT

Dinas LLAJ / Perhubungan setempat.

Unit lalu lintas dari Kepolisian setempat.

Direksi Proyek.

Kontraktor.

Page 548: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 5

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Data volume lalu lintas sebelum pelaksanaan proyek di sekitar lokasi proyek

dan lokasi-lokasi yang diperkirakan akan timbul kemacetan akibat kegiatan

proyek.

Data / gambar geometrik jalan eksisting dan rencana proyek.

Rencana pengalihan rute selama proyek.

Daftar (gambar dan jenis) rambu lalu lintas yang digunakan selama

pembangunan.

Rencana penempatan rambu / lampu pengatur lalu lintas sementara.

Dokumen AMDAL atau UKL/UPL pekerjaan tersebut.

Page 549: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 6

KEGIATAN KETERANGAN

Data yang diperlukan: Alternatif pengalihan lalu

lintas Volume lalu lintas Geometrik jalan Koordinasi dengan: LLAJ Polantas pada saat

pengalihan & pengaturan lalu lintas

Keterangan 1: Gambar 2.1 dan 2.2 Rambu-rambu: Sedang ada pekerjaan

konstruksi (Gambar & Terikat)

GAMBAR 2. PROSEDUR PENANGANAN KEMACETAN LALU LINTAS

INVENTARISASI KONDISI LALU LINTAS DISEKITAR LOKASI PROYEK DAN RUTE KENDARAAN PROYEK

KEMACETAN TERJADI DILOKASI RUTE

TRANSPORTASI KENDARAAN PROYEK?

PENGALIHAN RUTE

MEMBUAT JALAN SEMENTARA UNTUK PENAMBAHAN LAJUR

PENUMPUKAN MATERIAL DILUAR BADAN JALAN

Ya

Tidak

IDENTIFIKASI SELURUH KEGIATAN TAHAP KONSTRUKSI YANG BERDAMPAK KEMACETAN

LALUI LINTAS

KEMACETAN TERJADI

DILOKASI PROYEK

APA ADA KEMUNGKINAN

PENGALIHAN RUTE

APAKAH TERSEDIA LAHAN

UNTUK PENAMBAHAN LAJUR LALU LINTAS

Ya

Tidak

MEMAKAI SEBAGIAN

BADAN JALAN

PEMASA NGAN

RAMBU PENGALIHAN RUTE

PENGATURAN

WAKTU KERJA

PEMBUATAN JALAN KERJA UNTUK

KENDARAAN PROYEK

PENEMPATAN

PETUGAS PENGATUR

PEMAGARAN/PENUTUPAN LOKASI/KERJA,

PEMASANGAN RAMBU & LAMPU TANDA LOKASI

PEKERJAAN

APAKAH KEMACETAN SUDAH TERATASI?

LANJUTKAN PEKERJAAN

Ya

Ya

Tidak

Tidak

belum

Ya

1

Page 550: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 7

KETERANGAN: 1. 300 M Didepan ada pekerjaan jalan 2. Jalan Menyempit 3. Jalan Menyempit Kekiri 4. Jalan Menyempit Kekanan 5. Kendaraan Bergantian 6. Jalan Kekiri 7. Jalan Kekanan 8. Maximum Kecepatan 40Km/Jam (penempatannya

disesuaikan dilapangan) 9. Akhir Daerah Pekerjaan 10. 100m di depan ada pengalihan jalan 11. Dialihkan kek anan

12. Dialihkan kekiri 13. Membelok kekanan 14. Membelok ke kiri 15. Jaln satu arah 16. Jalan dua arah 17. Hati-hati 18. Semua Jenis Kendaraan dilarang masuk 19. Larangan masuk bagi kendaraan dengan berat

maksimum 5 ton 20. Dilarang mendahului 21. Peringatan Pengurangan Kecepatan 22. Tanda stop/jalan untuk mengatur lalu lintas 23. Peringatan Adanya Pekerjaan/Perbaikan Jalan

24. Penutup Jalan 25. Penutup Jalur untuk Pengalihan Jalan 26. Bendera untuk tanda hati-hati 27. Tanda lalu lintas bentuk kerucut ditempatkan dengan jarak 75 cm 28. Lampu (semua ukuran dalam mm) Untuk Tanda Tanda Lalu Lintas Menggunakan Plat Alumunium Semua Lapisan Refleksi Tebal 2 mm. Cat warna merah Cat warna kuning Cat warna merah/jingga Cat warna hijau Cat warna biru

Page 551: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 8

Gambar 2.2 Penempatan Rambu Lalu Lintas Selama Pekerjaan Konstruksi Jalan/Jembatan

Page 552: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 9

3. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup upaya meminimalkan probabilitas terjadinya kecelakaan

lalu lintas dan menanggulangi dampak bila terjadi kecelakaan lalu lintas pada

pengguna jalan di sekitar lokasi proyek, dan di jalan umum yang dilalui

kendaraan kerja / pengangkut material dan peralatan proyek yang dapat

disebabkan oleh kegiatan:

a. Pekerjaan Galian

b. Pengoperasian Peralatan

c. Pengangkutan Material

d. Penumpukan Barang/Material

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan

lalu lintas dan dampak kecelakaan lalu lintas yang dapat terjadi pada pengguna

jalan selama masa konstruksi.

III. DEFINISI

Peralatan yang dimaksud adalah semua alat berat / peralatan konstruksi

dan kendaraan kerja yang digunakan selama masa konstruksi.

Ceceran material yang dimaksud adalah tumpahan material proyek dari

kendaraan pengangkut menuju atau dari lokasi proyek, lokasi penyimpanan

atau penumpukan material.

Ceceran oli / minyak yang dimaksud adalah pelumas atau bahan bakar

yang digunakan di tempat produksi (Asphalt Mixing Plant) dan peralatan

konstruksi.

Penumpukan barang/material yang dimaksud adalah tempat

penyimpanan sementara material di sekitar lokasi proyek, sebelum

digunakan untuk konstruksi.

Alat bantu komunikasi dan visual yang dimaksud mencakup peralatan

telekomunikasi dan visual (cermin, lampu) yang diperlukan dalam

pengoperasian peralatan konstruksi.

Page 553: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 10

Hamparan batu pecah yang dimaksud adalah lintasan kendaraan yang

dibuat di lokasi penyimpanan / pengambilan material dan AMP, yang diberi

tumpukan hamparan batu pecah untuk membersihkan roda kendaraan

pengangkut material, agar tidak terbawa dan mengotori ke jalan umum,

seperti terlihat pada Gambar 3.3.

IV. REFERENSI

Undang Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

V. PIHAK TERKAIT

Dinas LLAJ / Perhubungan setempat.

Unit lalu lintas dari Kepolisian setempat.

Direksi Proyek.

Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Daftar (gambar dan jenis) rambu lalu lintas yang digunakan selama

pembangunan.

Rencana penempatan rambu / lampu pengatur lalu lintas sementara.

Dokumen AMDAL atau UKL/UPL pekerjaan tersebut.

Page 554: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 11

Page 555: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 12

KETERANGAN: 47. 300 M Didepan ada pekerjaan jalan 48. Jalan Menyempit 49. Jalan Menyempit Kekiri 50. Jalan Menyempit Kekanan 51. Kendaraan Bergantian 52. Jalan Kekiri 53. Jalan Kekanan 54. Maximum Kecepatan 40Km/Jam (penempatannya

disesuaikan dilapangan) 55. Akhir Daerah Pekerjaan 56. 100m di depan ada pengalihan jalan 57. Dialihkan kek anan

35. Dialihkan kek iri 36. Membelok kekanan 37. Membelok ke kiri 38. Jaln satu arah 39. Jalan dua arah 40. Hati-hati 41. Semua Jenis Kendaraan dilarang masuk 42. Larangan masuk bagi kendaraan dengan berat

maksimum 5 ton 43. Dilarang mendahului 44. Peringatan Pengurangan Kecepatan 45. Tanda stop/jalan untuk mengatur lalu lintas 46. Peringatan Adanya Pekerjaan/Perbaikan Jalan

30. Penutup Jalan 31. Penutup Jalur untuk Pengalihan Jalan 32. Bendera untuk tanda hati-hati 33. Tanda lalu lintas bentuk kerucut ditempatkan dengan jarak 75 cm 34. Lampu (semua ukuran dalam mm) Untuk Tanda Tanda Lalu Lintas Menggunakan Plat Alumunium Semua Lapisan Refleksi Tebal 2 mm. Cat warna merah Cat warna kuning Cat warna merah/jingga Cat warna hijau Cat warna biru

Page 556: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 13

Page 557: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 14

Gambar 3.3 : Hamparan batu pecah pembersih ban

3 m

30-50 cm

50 m

Page 558: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 15

4. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KEBISINGAN / GETARAN

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup antisipasi terhadap kebisingan dan getaran yang terjadi

sebagai akibat pengoperasian alat berat, pengoperasian AMP, dan

pemancangan pondasi.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan dampak dari kebisingan atau

getaran sebagai akibat aktivitas konstruksi.

III. DEFINISI

Bangunan di sekitar lokasi proyek yang dimaksud adalah bangunan

eksisting yang sudah ada sebelum konstruksi dilaksanakan, dan secara

teknis berpotensi untuk mengalami kerusakan akibat getaran dari aktivitas

konstruksi.

Area sensitif yang dimaksud terdiri atas pemukiman, rumah sakit, sekolah

dan tempat ibadah di sekitar lokasi proyek.

Tumbuhan penahan kebisingan yang dimaksud adalah tumbuhan yang

ditanam untuk meredam getaran dan kebisingan akibat aktivitas konstruksi.

IV. REFERENSI

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT

Pemilik / penghuni / pengelola bangunan di sekitar lokasi proyek.

Direksi Proyek.

Kontraktor.

Page 559: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 16

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Inventarisasi jenis, jumlah, dan kondisi struktur bangunan di sekitar lokasi

konstruksi, sebelum dan sesudah konstruksi.

Inventarisasi lokasi area sensitif di sekitar lokasi konstruksi.

Dokumen AMDAL atau UKL/UPL pekerjaan tersebut.

Page 560: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 17

Page 561: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 18

5. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN PENURUNAN KUALITAS UDARA (DEBU)

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup upaya antisipasi penurunan kualitas udara di lokasi

konstruksi, AMP dan sepanjang rute pengangkutan material.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan meminimalkan dampak penurunan kualitas udara

sebagai konsekuensi kegiatan konstruksi yaitu pengoperasian AMP,

pengangkutan material, pekerjaan tanah, pengelolaan quarry dan pekerjaan

struktur perkerasan.

III. DEFINISI

Tumbuhan pelindung yang dimaksud adalah tumbuhan yang ditanam

untuk menahan penyebaran debu akibat aktivitas konstruksi, disarankan

yang mudah tumbuh dan berdaun lebat / banyak.

Dust collector yang dimaksud adalah perangkat / alat penangkap /

penyaring debu yang dipasang di tempat sumber penyebaran debu.

Penyiraman yang disetujui Direksi yang dimaksud adalah tindakan

meminimalkan debu lepas pada material dengan penyiraman dengan air,

selama tidak melampaui batas kadar air aggregat atau material yang

diizinkan dalam desain.

IV. REFERENSI

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT

Direksi Proyek.

Kontraktor.

Page 562: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 19

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Data teknis kadar air aggregat dan material yang diizinkan.

Rencana pengangkutan material.

Dokumen AMDAL atau UKL/UPL pekerjaan tersebut.

Page 563: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 20

Page 564: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 21

6. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN PENURUNAN KUALITAS AIR & TANAH.

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup upaya antisipasi penurunan kualitas air dan pencemaran

tanah akibat material konstruksi yang terbawa ke saluran drainase, limbah

domestik, serta longsoran akibat pekerjaan tanah (galian dan timbunan).

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan dampak penurunan kualitas air

(pencemaran air) dan pencemaran tanah akibat aktivitas konstruksi.

III. DEFINISI

Bak penampung endapan dan saringan pada drainase yang dimaksud

adalah bagian dari saluran drainase di lokasi proyek yang dibuat lebih

rendah, untuk menjebak endapan kotoran supaya mudah dibersihkan

secara berkala dan tidak terbawa ke saluran eksisting, seperti terlihat pada

Gambar 6.1.

Turap dan jaring pengaman yang dimaksud adalah perkuatan dan

pengaman sementara penahan longsoran di lereng timbunan di sekitar

lokasi pekerjaaan tanah (galian dan timbunan).

IV. REFERENSI

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air

V. PIHAK TERKAIT

Direksi Proyek.

Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Dokumen AMDAL atau UKL – UPL untuk pekerjaan tersebut.

Inventarisasi Lokasi Pekerjaan Tanah

Page 565: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 22

Page 566: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 23

7. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN GANGGUAN ALIRAN AIR PERMUKAAN

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup antisipasi terhadap gangguan aliran air permukaan

akibat kegiatan konstruksi jalan/jembatan yaitu tertahannya drainase

permukaan akibat perubahan kontur permukaan selama masa konstruksi,

ceceran sisa bongkaran pada badan air, serta tertutupnya aliran air oleh

bangunan sementara sehingga menimbulkan genangan air atau banjir.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan gangguan terhadap aliran air

permukaan.

III. DEFINISI

Drainase permukaan yang dimaksud adalah mekanisme drainase

permukaan tanah yang ada pada kontur awal sebelum dilakukannya

konstruksi.

Sisa bongkaran yang dimaksud adalah hasil pembongkaran konstruksi

lama di badan air yang dilakukan setelah konstruksi baru selesai.

Bangunan sementara yang dimaksud adalah tambahan

bangunan/perkuatan pada jembatan, lereng, atau dinding penahan tanah,

untuk menambah daya dukung konstruksi, selama diperlukan untuk dilalui

kendaraan / peralatan konstruksi.

IV. REFERENSI

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT

Direksi Proyek.

Kontraktor.

Page 567: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 24

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Potongan melintang saluran drainase.

Rencana (waktu, jenis, dan volume) pekerjaan pembongkaran sisa

bangunan lama.

Data kontur permukaan sebelum dan sesudah konstruksi.

Dokumen AMDAL atau UKL – UPL untuk pekerjaan tersebut.

Page 568: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 25

Page 569: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 26

8. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KERUSAKAN JALAN DAN JEMBATAN

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup antisipasi kerusakan jalan dan jembatan eksisting akibat

beban berlebih maupun ceceran material dari kendaraan pengangkut material.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk mengantisipasi kerusakan jalan dan jembatan

eksisting di sekitar lokasi proyek maupun di rute yang dilalui oleh kendaraan

pengangkut material dan peralatan.

III. DEFINISI

Beban berlebih yang dimaksud adalah beban akibat kendaraan

pengangkut material dan peralatan yang lebih besar dari kekuatan

konstruksi jalan dan jembatan pada rute yang akan dilalui.

Hamparan batu pecah yang dimaksud adalah lintasan kendaraan yang

dibuat di lokasi penyimpanan / pengambilan material dan AMP, yang diberi

tumpukan hamparan batu pecah untuk membersihkan roda kendaraan

pengangkut material terhadap lumpur, agar tidak terbawa dan mengotori

ke jalan umum, seperti terlihat pada Gambar 8.1

IV. REFERENSI

Undang Undang No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan

Peraturan Pemerintah No.26 1985 tentang Jalan

Undang Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT

Dinas LLAJ / Perhubungan setempat.

Dinas Pekerjaan Umum setempat.

Direksi Proyek.

Kontraktor.

Page 570: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 27

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Data inventarisasi kekuatan jalan dan jembatan yang akan dilalui kendaraan

proyek.

Rencana pengangkutan (rute kendaraan pengangkut, waktu, volume,

beban) material dan peralatan konstruksi.

Dokumen AMDAL atau UKL – UPL untuk pekerjaan tersebut.

Page 571: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 28

Page 572: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 29

9. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN KERUSAKAN/GANGGUAN TERHADAP UTILITAS

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup gangguan terhadap segala utilitas eksisting yang telah

ada di lokasi kerja sebelum aktivitas galian, mobilisasi peralatan dan kegiatan

konstruksi lainnya.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan

atau gangguan terhadap fungsi utilitas yang telah ada di lokasi proyek, akibat

pekerjaan galian, mobilisasi peralatan dan kegiatan konstruksi lainnya.

III. DEFINISI

Utilitas yang dimaksud adalah semua prasarana umum (air,

telekomunikasi, listrik, gas, dsb) yang berada di bawah tanah maupun di

atas tanah, pada lokasi kerja proyek.

Kawasan spesifik yang dimaksud adalah daerah tertentu yang dikelola

secara khusus oleh suatu instansi / pihak, dan memiliki jaringan utilitas

tersendiri yang dikelola oleh instansi tersebut (seperti Pelabuhan, Pangkalan

Udara, Stasiun Kereta Api, Depo Bahan Bakar, Industri, dsb).

IV. REFERENSI

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT

Dinas LLAJ / Perhubungan setempat.

Perwakilan PT. Telkom setempat.

Perwakilan PDAM setempat.

Perwakilan PGN setempat.

Perwakilan PLN setempat.

Perwakilan pengelola utilitas eksisting lain di lokasi proyek.

Pengelola kawasan spesifik setempat.

Page 573: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 30

Perwakilan masyarakat sekitar lokasi.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Peta jaringan utilitas eksisting.

Gambar potongan melintang konstruksi utilitas eksisting.

Rencana kendaraan pengangkut dan jadwal pengangkutan.

Dokumen AMDAL atau UKL – UPL untuk pekerjaan tersebut.

Page 574: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 31

Page 575: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 32

Page 576: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 33

10. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN GANGGUAN STABILITAS LERENG

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup upaya antisipasi gangguan terhadap stabilitas lereng

akibat pekerjaan galian baik secara mekanis maupun ledakan, serta pekerjaan

timbunan.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan dampak yang timbul karena

ketidakstabilan lereng sebagai akibat kegiatan konstruksi.

III. DEFINISI

Peledakan yang dimaksud adalah metode penggalian tanah dengan

memakai bahan amunisi / peledak yang ditanam di bawah permukaan

tanah, jika metoda penggalian secara mekanis dengan alat berat dinilai

secara teknis tidak efektif dan ekonomis.

Sudut geser dalam yang dimaksud adalah hasil penyelidikan tanah dan

tes di laboratorium yang menunjukkan sudut geser yang terbentuk saat tes

tekanan triaksial, dan berhubungan dengan sudut kemiringan maksimal

yang dapat dilakukan di lapangan.

Pipa buangan air rembesan yang dimaksud adalah pipa yang

ditempatkan pada tanah timbunan untuk mengalirkan air tanah agar tidak

mengurangi daya dukung tanah di atas nya.

Galian/timbunan bertangga yang dimaksud adalah metoda penggalian

dan timbunan dengan pembuatan teras horisontal setiap ketinggian

timbunan atau galian tertentu, untuk meningkatkan stabilitas lereng galian

atau timbunan tersebut.

IV. REFERENSI

Strengthening of Environmental and Social Impact Management (SESIM),

2001.

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan.

Page 577: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 34

V. PIHAK TERKAIT

Dinas Kimpraswil/Praswil/Bina Marga/ Prasarana Jalan setempat.

Dinas Geologi setempat.

Direksi Proyek.

Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Data geologi lokasi setempat (khusus untuk metode peledakan).

Rencana (lokasi, metode, jenis, jumlah) peledakan.

Gambar potongan melintang rencana galian dan timbunan.

Dokumen AMDAL atau UKL – UPL untuk pekerjaan tersebut.

Page 578: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 35

Page 579: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 36

C L

Page 580: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 37

11. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN TOP SOIL

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup penanganan top soil atau lapisan humus yang diperoleh

dari pekerjaan pembersihan lahan di lokasi proyek dan lokasi quarry.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk memanfaatkan lapisan humus dari hasil pekerjaan

pembersihan lahan atau pekerjaan tanah, agar dapat digunakan untuk

mempercepat tumbuhnya vegetasi dalam rangka memberikan perlindungan

lereng dan permukaan jalur hijau.

III. DEFINISI

Top soil atau humus yang dimaksud adalah lapisan tanah paling atas yang

mengandung zat hara bagi tanaman.

IV. REFERENSI

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan.

V. PIHAK TERKAIT

Direksi Proyek.

Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Inventarisasi luas dan kondisi lapisan top soil atau humus yang dapat

dimanfaatkan untuk penghijauan di proyek.

Dokumen AMDAL atau UKL – UPL untuk pekerjaan tersebut.

Page 581: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 38

Page 582: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 39

12. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN CAGAR BUDAYA / SITUS

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup perlindungan terhadap benda cagar budaya, benda yang

diduga benda cagar budaya, benda berharga yang tidak diketahui pemiliknya,

dan situs, yang terletak di lokasi sekitar proyek.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk melindungi keberadaan benda cagar budaya dari

potensi kerusakan atau kehilangan sebagai dampak pelaksanaan konstruksi.

Perlindungan cagar budaya dan situs ini diharapkan dapat memajukan

kebudayaan nasional Indonesia.

III. DEFINISI

Benda cagar budaya yang dimaksud adalah benda alam atau benda

buatan manusia yang sekurang-kurangnya berumur 50 tahun, yang

dianggap mempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, dan

kebudayaan.

Situs yang dimaksud adalah lokasi yang mengandung atau diduga

mengandung benda cagar budaya, termasuk lingkungannya yang bagi

pengamanan.

IV. REFERENSI

Undang-undang No.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan

V. PIHAK TERKAIT

Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya setempat.

Pemuka adat atau agama masyarakat setempat.

Pemerintah daerah setempat.

Direksi Proyek.

Kontraktor.

Page 583: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 40

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Data inventarisasi cagar budaya atau situs dari Dinas Pariwisata, Seni, dan

Budaya setempat.

Dokumen AMDAL atau UKL– UPL untuk pekerjaan tersebut.

Page 584: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 41

Page 585: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 42

13. PROSEDUR STANDAR PENANGANAN TERGANGGUNYA FLORA / FAUNA

I. RUANG LINGKUP

Prosedur ini mencakup penanganan flora dan fauna baik yang dilindungi

maupun yang tidak dilindungi di area proyek dan sekitarnya yang diperkirakan

akan terganggu oleh adanya kegiatan proyek.

II. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk meminimalkan pengurangan jenis dan populasi

flora dan fauna di lokasi proyek dan sekitarnya.

III. DEFINISI

Flora dan fauna yang dilindungi yang dimaksud adalah flora dan fauna

yang jumlah / populasinya dinilai langka atau terancam punah dan tidak

ditemukan keberadaannya di tempat lain.

IV. REFERENSI

Keputusan Presiden No. 27 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung.

Dokumen Kontrak Pekerjaan Jalan/Jembatan Yang Bersangkutan.

V. PIHAK TERKAIT

Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian setempat.

Direksi Proyek.

Kontraktor.

VI. DAFTAR PERIKSA / DOKUMEN TERKAIT

Dokumen AMDAL atau UKL – UPL untuk pekerjaan tersebut.

Daftar flora dan fauna yang dilindungi

Page 586: Info Lingkungan3

LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

PROSEDUR STANDAR PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 43

Page 587: Info Lingkungan3

PEDOMAN

Pemantauan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

Buku 4

013/PW/2004

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAH

Page 588: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

i

PRAKATA

Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini disusun oleh

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah melalui Proyek Pembinaan Manajemen

Lingkungan Prasarana Wilayah, yang dilaksanakan dengan bantuan konsultan.

Penyusunan pedoman ini mengacu pada peraturan dan perundang-undangan tentang

pengelolaan lingkungan hidup serta peraturan-peraturan lain yang terkait. Substansi

pedoman mengacu dan merupakan pemutakhiran dari dokumen-dokumen yang telah

ada antara lain:

a) Sistem Manajemen Lingkungan Proyek Jalan, produk Ditjen Bina Marga melalui

Proyek ISEM (Institutional Strengthening of Environmental Management);

b) Manual Manajemen Lingkungan Jalan Perkotaan, produk Ditjen Tata Perkotaan dan

Tata Perdesaan melalui Proyek SESIM (Strengthening of Environmental and Sosial

Impact Management).

c) Pedoman Pemantauan Lingkungan Bagi Tim Supervisi yang disusun oleh Subdit Bina

Lingkungan Prasarana, Ditjen Prasarana Wilayah, Departemen Kimpraswil.

Buku pedoman ini merupakan salah satu bagian dari kumpulan pedoman pengelolaan

lingkungan Hidup Bidang Jalan yang sedang disusun, yang terdiri dari empat buku, yaitu:

Buku 1 : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

Buku 2 : Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

Buku 3 : Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan;

Buku 4 : Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

Jakarta, November 2003

Page 589: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

ii

PENDAHULUAN

Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini adalah hasil

pemutakhiran dan pemantapan pedoman-pedoman yang telah ada sesuai dengan

peraturan dan perundang-undangan bidang lingkungan hidup serta peraturan-peraturan

lain terkait yang berlaku.

Pedoman ini disusun dengan maksud agar semua pihak yang bertanggungjawab atau

terkait dalam pembangunan jalan dan jembatan semakin mudah melaksanakan

penanganan dampak lingkungan yang mungkn terjadi akibat kegiatan pembangunan

tersebut, sehingga terwujud proses pembangunan jalan dan jembatan yang berwawasan

lingkungan.

Adapun maksud pemantauan pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk:

a) Mengetahui apakah pengelolaan lingkungan hidup pada tiap tahap kegiatan proyek

telah dilaksanakan atau belum;

b) Penilaian efektivitas atau kinerja pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan,

dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan;

c) Bahan masukan bagi perbaikan upaya pengelolaan lingkungan selanjutnya.

Pedoman ini dijabarkan dari peraturan perundangan yang bersifat nasional, namun dapat

dijumpai di beberapa daerah (baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota)

ketentuan-ketentuan yang lebih ketat, khususnya bila sudah diperdakan.

Secara garis besar, isi pedoman ini memberikan petunjuk tentang cara pelaksanaan:

a) pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan;

b) pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi;

c) pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi;

d) pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca konstruksi; dan

e) evaluasi kualitas lingkungan pada tahap evaluasi pasca proyek.

Ketentuan-ketentuan yang lebih rinci khususnya mengenai formulir laporan hasil

pemantaun untuk tiap tahap kegiatan proyek tercantum pada lampiran.

Page 590: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

iii

DAFTAR ISI

Prakata … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . i

Pendahuluan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . ii

D aftar Isi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . iii

D aftar Lam piran … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. v

1 R uang lingkup … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 1

2 A cuan N orm atif … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 1

3 Istilah dan definisi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2

4 Aspek-aspek pem antauan pengelolaan lingkungan hidup … … … … … 5

4.1 Dampak lingkungan hidup akibat kegiatan proyek jalan dan alternatip

penanganannya … … … … … … … … … … … … … … … … .… … … … … … … … … … 5

4.2 Prosedur pelaksanaan pem antauan pengelolaan lingkungan … … . 12

4.3 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan . 12

4.4 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap

pra-konstruksi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 15

4.5 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi 16

4.6 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca

konstruksi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 18

4.7 Evaluasi kualitas lingkungan hidup pada tahap evaluasi pasca

proyek ..… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 19

4.8 M etode pem antauan kualitas lingkungan … … … … … … … … … … … . 21

4.9 B aku m utu lingkungan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 22

5 D okum entasi dan pelaporan .… … … … … … … … … … … … … … … … .. … … … 23

5.1 D okum entasi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 23

5.2 Pelaporan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 23

6 Pelaksanaan pem antauan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 24

6.1 Instansi pelaksana pem antauan … … … … … … … … … … … … … … … 24

6.2 Instansi pengaw as pelaksanaan pem antauan … … … … … … … … … 24

6.3 Instansi penerim a laporan hasil pem antauan … … … … … … … … … 24

7 Pem biayaan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 25

Page 591: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

iv

7.1 B iaya pem antauan pada tahap perencanaan ...… … … … .… … … … 25

7.2 Biaya pemantauan pada tahap pra-konstriksi … … … … … … … … … 25

7.3 B iaya pem antauan pada tahap konstruksi .… … … … … … … … … … . 25

7.4 B iaya pem antauan pada tahap pasca konstruksi … .. .… … … … … . 25

7.5 Biaya evaluasi lingkungan pada tahap evaluasi pasca royek… … 25

7.6 Komponen-kom ponen biaya pem antauan … … … … … … … … … … .. 25

8 Penutup … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .… … … .. 26

Page 592: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

v

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Formulir Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Perencanaan

Lampiran 2 : Formulir Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Pra-konstruksi

Lampiran 3 : Formulir Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Konstruksi

Lampiran 4 : Formulir Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Pasca Konstruksi

Lampiran 5 : Formulir Laporan Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup Bidang

Jalan

Lampiran 6 : Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Lampiran 7 : Baku Tingkat Kebisingan

Lampiran 8 : Baku Tingkat Getaran

Lampiran 9 : Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Lampiran 10 : Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan

Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran

Lampiran 11 : Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Lampiran 12 : Matrik Pelaksanaan Pemantauan RKL dan RPL

Lampiran 13 : Format Laporan Hasil Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL

Page 593: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

1

PEDOMAN PEMANTAUAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN LIDUP BIDANG JALAN

1 Ruang lingkup

Pedoman ini memberikan petunjuk dan penjelasan berupa ketentuan-ketentuan tentang

pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup yang diperlukan dalam

penyelenggaraan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan. Lingkup pemantauan

tersebut mencakup seluruh tahapan siklus proyek pembangunan jalan dan jembatan

mulai dari tahap perencanaan umum sampai ke tahap evaluasi pasca proyek, sesuai

dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Petunjuk dan ketentuan-ketentuan dalam pedoman ini secara garis besar meliputi:

a) Dampak lingkungan hidup akibat kegiatan proyek jalan dan alternatif

penanganannya;

b) Prosedur pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup

c) Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan;

d) Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi;

e) Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi;

f) Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca konstruksi;

g) Evaluasi kualitas lingkungan hidup pada tahap evaluasi pasca proyek.

Pedoman pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini tidak mencakup

kegiatan pemantauan dan evaluasi manfaat (tujuan) proyek jalan bagi masyarakat di

sekitarnya, baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

2 Acuan normatif

Pedoman ini menggunakan acuan peraturan dan perundang-undangan tentang

lingkungan hidup, khususnya yang berkaitan erat dengan pemantauan lingkungan hidup,

dan peraturan-peraturan lain yang terkait, antara lain:

a) Undang – Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

b) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup;

Page 594: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

2

c) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

d) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air;

e) Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis

Pengendalian Pencemaran Udara;

f) Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan

Pelaksanaan RKL dan RPL;

g) Keputusan Kepala Bapedal No.09 Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan

AMDAL, khususnya Lampiran IV tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Pemantauan Lingkungan;

h) Kepmen LH No. Kep-35.MENLH/10/1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor;

i) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH/3/1995 tentang

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak;

j) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang

Baku Tingkat Kebisingan;

k) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-49/MENLH/11/1996 tentang

Baku Tingkat Getaran;

l) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43/MENKH/10/1996 tentang

Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan

Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan

m) Keputusan Menteri Negara Lingkungan No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana

Usaha dan / atau Kegiatan yang wajib dilenglapi dengan AMDAL;

n) Keputusan Menteri Negara Lingkungan No.86 Tahun 2003 tetntang Pedoman

Pelaksanaan UKL dan UPL;

o) Keputusan Menteri Kimpraswil No.17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Usaha

dan / atau Kegiatan Bidang Kinpraswil yang wajib dilengkapi dengan UKL dan UPL.

3 Istilah dan definisi

Dalam pedoman ini, digunakan definisi istilah-istilah yang telah baku digunakan dalam

peraturan dan perundang-undangan bidang jalan dan lingkungan hidup, antara lain:

Page 595: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

3

3.1 jalan

suatu prasarana transportasi jalan dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas;

3.2 jembatan

prasarana transportasi darat yang menghubungkan antar badan jalan karena terbelah

oleh sungai atau lalu lintas lainnya;

3.3 rambu-rambu lalu lintas

tanda / simbul pemberitahuan, peringatan, anjuran dan larangan bagi pemakai jalan;

3.4 marka jalan

batas pemisah lajur lalu lintas;

3.5 jaringan jalan

satu kesatuan sistem transportasi lalu lintas jalan raya, terdiri dari sistem jaringan primer

dan sistem jaringan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki;

3.6 lalu lintas

pengguna lajur jalan;

3.7 moda angkutan

semua alat angkutan barang dan atau penumpang dari berbagai jenis dan tipe;

3.8 analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL)

kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan;

3.9 dampak besar dan penting

perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha

dan / atau kegiatan;

3.10 analisis dampak lingkungan hidup (ANDAL)

telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu

rencana usaha dan / atau kegiatan;

Page 596: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

4

3.11 rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL)

upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang

ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan / atau kegiatan;

3.12 rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL)

upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting

akibat dari rencana usaha dan / atau kegiatan;

3.13 upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan

lingkungan hidup

berbagai tindakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang wajib

dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka pengendalian dampak lingkungan sesuai

dengan standar-standar pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;

3.14 pemrakarsa

orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan / atau

kegiatan yang akan dilaksanakan;

3.15 masyarakat terkena dampak

masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau

kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang

akan mengalami kerugian.

3.16 masyarakat terasing

kelompok orang yang hidup dalam kesatuan-kesatuan sosial budaya yang bersifat lokal

dan terpencar serta kurang / belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial,

ekonomi, maupun politik nasional.

3.17 LARAP

Land acquisition and resetlement action plan (rencana pelaksanaan pengadaan tanah

dan pemukiman kembali).

Page 597: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

5

4. Aspek-aspek pemantauan pengelolaan lingkungan hidup

bidang jalan

4.1 Dampak lingkungan hidup akibat kegiatan proyek jalan dan alternatif

penanganannya

Dampak kegiatan pembangunan jalan terhadap lingkungan hidup tergantung dari

banyaknya jenis dan besarnya kegiatan proyek serta kondisi (sensitifitas) lingkungan di

lokasi proyek dan sekitarnya yang mungkin terkena dampak.

Bagi proyek-proyek jalan yang termasuk kategori wajib dilenglapi ANDAL atau UKL dan

UPL, dampak kegiatan proyek tersebut seharusnya telah teridentifikasi pada tahap

perencanaan, melalui proses studi AMDAL atau UKL dan UPL. Dan bagaimana cara

penanganan dampak tersebut seharusnya telah ditetapkan dalam dokumen RKL dan RPL

atau UKL dan UPL proyek jalan yang bersangkutan.

Dokumen RKL dan RPL masing-masing berisi arahan tentang lingkup pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup seperti tercantum pada Kotak 4.1 dan Kotak 4.2.

Demikian juga dokumen UKL dan UPL pada dasarnya sama dengan dokumen RKL dan

RPL, walaupun dampak-dampak yang perlu ditangani tidak termasuk kategori besar dan

penting.

Pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup suatu proyek jalan yang wajib

dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL, harus mengacu pada dokumen-dokumen RKL dan

RPL atau UKL dan UPL proyek yang bersangkutan.

Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup proyek-proyek jalan yang tidak termasuk

kategori wajaib dilengkapi AMDAL maupun UKL dan UPL, bila diperlukan, dapat mengacu

pada SOP Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

Lingkup pemantauan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih terinci dan / atau spesifik

pada tahap pra-konstruksi tercantum dalam dokumen LARAP (bila ada).

Lingkup pemantauan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih terinci dan / atau spesifik

pada tahap konstruksi seharusnya tercantum dalam dokumen kontrak pekerjaan

konstruksi, yang berupa gambar-gambar desain dan spesifikasi teknis serta persyaratan

Page 598: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

6

pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh

kontraktor.

Apabila suatu proyek jalan yang akan dipantau ternyata tidak dilengkapi dengan

dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL, penentuan lingkup kegiatan pemantauan

pengelolaan lingkungan hidup pada tiap tahap kegiatan (siklus) proyek dapat mengacu

pada Tabel 4.1 di bawah ini, dengan tambahan penjelasan seperti tercantum pada Butir

4.1.1 s/d 4.1.5.

4.1.1 Tahap perencanaan

Meskipun pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang mengakibatkan perubahan

kondisi lapangan, namun kegiatan survey / pengukuran untuk penentuan koridor / rute

jalan mungkin menimbulkan dampak sosial berupa keresahan masyarakat, bila mereka

tidak mendapat informasi yang jelas tentang rencana proyek jalan yang bersangkutan.

Demikian juga penetapan rute jalan yang tidak mempertimbangkan aspek-aspek

lingkungan hidup, pada saat pelaksanaannya di lapangan mungkin akan mengakibatkan

berbagai dampak yang sulit diatasi. Karena itu, untuk menghindari dampak negatif

terhadap lingkungan hidup sedini mungkin, diperlukan perencanaan pengelolaan

lingkungan melalui penerapan pertimbangan lingkungan dalam proses perencanaan,

sehingga terwujud rencana jaringan jalan yang layak lingkungan.

Kotak 4.1 Ketentuan-ketentuan pokok tercantum dalam dokumen RKL:

1) Dampak besar dan penting yang harus ditangani; 2) Sumber dampak besar dan penting; 3) Tolok ukur dampak; 4) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan; 5) Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup yang harus

dilakukan; 6) Lokasi pengelolaan lingkungan hidup; 7) Periode pengelolaan lingkungan hidup; 8) Pembiayaan pengelolaan lingkungan hidup; 9) Institusi pengelolaan lingkungan hidup, mencakup:

Instansi pelaksana; Instansi pengawas; dan Instansi penerima laporan.

Page 599: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

7

Kotak 4.2

Ketentuan-ketentuan pokok tercantum dalam dokumen RPL:

1) Dampak besar dan penting yang harus dipantau; 2) Sumber dampak besar dan penting; 3) Parameter lingkungan hidup yang dipantau; 4) Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup; 5) Metode pemantauan lingkungan hidup, mencakup:

metode pengumpulan dan analisis data; lokasi pemantauan lingkungan hidup; jangka waktu dan frekuensi pemantauan;

6) Institusi pemantauan lingkungan hidup, mencakup: Instansi pelaksana; Instansi pengawas; dan Instansi penerima laporan.

4.1.2 Tahap pra-konstruksi (pengadaan tanah)

Sumber dampak pada tahap pra-konstruksi adalah pengadaan tanah, khususnya untuk

pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan yang ada di luar DAMIJA. Kegiatan ini

dapat menimbulkan dampak sosial yang sangat sensitif, terutama kalau tanah yang

terkena proyek berupa pemukiman padat atau lahan usaha produktif.

4.1.3 Tahap konstruksi

Sumber dampak lingkungan pada tahap konstruksi terutama adalah pengoperasian alat-

alat berat seperti buldozer, excavator, truk, stone crusher, AMP, road roller, dsb., dalam

pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan dan bangunan pelengkapnya. Pengoperasian

alat-alat berat menimbulkan dampak kebisingan dan polusi udara akibat sebaran debu

dan gas buang sisa pembakaran bahan bakar.

Kegiatan konstruksi juga menimbulkan dampak berupa perubahan bentang alam,

pencemaran air, dan gangguan terhadap ketenteraman dan kesehatan masyarakat

sebagai dampak lanjutan dari dampak fisik-kimia.

Dampak negatif terhadap aspek sosial juga dapat terjadi sehubungan dengan mobilisasi

tenaga kerja dari luar lokasi proyek.

Page 600: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

8

4.1.4 Tahap pasca konstruksi

Sumber dampak pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian dan pemeliharaan

jalan. Dampak kegiatan pengoperasian jalan antara lain berupa kecelakaan lalu lintas

yang mungkin terjadi akibat kegiatan masyarakat pengguna jalan khususnya pengguna

kendaraan bermotor. Keberadaan jalan juga dapat merangsang kegiatan sektor lain

berupa penggunaan lahan sepanjang koridor jalan yang tidak terkendali, yang pada

akhirnya menimbulkan dampak terhadap kinerja jalan seperti kemacetan lalu lintas.

Di samping itu, mungkin juga terjadi dampak lingkungan terhadap jalan seperti longsor

dan banjir yang mengakibatkan kerusakan jalan sehingga lalu lintas kendaraan

terganggu.

Kegiatan pemeliharaan jalan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalu lintas,

namun dampak tersebut hanya bersifat sementara.

Tabel 4.1 Matrik Arahan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan

Kegiatan yang

menimbulkan dampak

Prakiraan dampak

yang timbul

Alternatif pengelolaan

lingkungan

Komponen (parameter/indikator)

lingkungan yang perlu dipantau

A. Tahap Perencanaan 1. Survey / pengukuran 2. Penetapan rute jalan

1. Keresahan

masyarakat 2. Potensi dampak

pada aspek-aspek biogeofisik dan sosial

1. Konsultasi

masyarakat 2. Penerapan

pertimbangan lingkungan dalam proses perencanaan

1. Persepsi

masyarakat 2. Kelayakan

lingkungan rencana kegiatan proyek

B. Tahap Pra-konstruksi 1. Pengadaan Tanah

a. Keresahan

masyarakat b. Ketidakpuasan atas

nilai kompensasi c. Gangguan terhadap

pendapatan

a. Sosialisasi b. Penetapan harga

berdasarkan hasil musyawarah

c. Pembinaan sosial-ekonomi penduduk yang terkena proyek

a. Persepsi

masyarakat b. Keluhan

masyarakat c. Kondisi sosial-

ekonomi penduduk terkena proyek

Page 601: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

9

C. Tahap Konstruksi Persiapan Pekerjaan Konstruksi 1. Mobilisasi tenaga

kerja 2. Mobilisasi peralatan

berat 3. Pembuatan jalan

masuk Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi a. Di lokasi proyek 1. Pembersihan dan

penyiapan lahan 2. Pekerjaan tanah

(galian / timbunan)

a. Kecemburuan sosial b. Peningkatan

kesempatan kerja (dampak positif)

a. Kerusakan

prasarana jalan a. Pencemaran udara a. Gangguan pd flora

dan fauna; b. Pencemaran udara c. Pencemaran air

permukaan. d. Gangguan pada

utilitas umum a. Pencemaran udara

(debu); b. Pencemaran air c. Gangguan pd aliran

air tanah dan air permukaan

d. Gangguan stabilitas lereng

a.1 Tenaga kerja lokal

diprioritaskan a.2 Sosialisasi pada

penduduk lokal b.1 Pemberian informasi

ttg tenaga kerja yang diperlukan

b.2 Pelatihan tenaga kerja lokal

a.1 Perbaikan jalan yang

rusak a.2 Membatasi tonase

peralatan atau membatasi tekanan gandar

a. Penyiraman jalan

secara berkala a. Penghijauan b. Penyiraman secara

berkala c. Pembuatan tanggul

atau saluran drainase sementara utk pengendalian air larian

d. Pemindahan atau perbaikan utilitas

a. Penyiraman secara

berkala b. Pembuatan tanggul

atau saluran drainase sementara utk pengendalian air larian

c. Pembuatan sistem drainase

d.1 Perkuatan tebing d.2 Pengendalian aliran

air tanah

a. Tenaga kerja lokal

terserap b. Jumlah seluruh

tenaga kerja terserap.

a. Kondisi jalan a. Kualitas udara a. Liputan vegetasi b. Kualitas udara

(kandungan debu) c. Kualitas air d. Kondisi utilitas a. Kualitas udara b. Kualitas air c. Kondisi aliran air

permukaan dan air tanah

d. Erosi / longsor

Page 602: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

10

] 3. Pekerjaan badan jalan

/ lapis perkerasan 4. Pembuatan sistem

drainase 5. Pemancangan tiang

pancang 6. Pekerjaan bangunan

bawah dan atas jembatan atau jalan layang

7. Pembangunan

bangunan pelengkap jalan

8. Penghijauan dan

pertamanan b. Di lokasi Quarry dan

jalur transportasi material

1. Pengambilan tanah dan material bangunan di quarry dan borrow area di darat

e. Perubahan bentang

alam /lansekap; a. Pencemaran udara

(debu) b. Gangguan lalu lintas a. Gangguan lalu lintas a. Kebisingan b. Getaran (kerusakan

bangunan sekitar) a. Gangguan lalu lintas a. Gangguan lalu lintas a. Peningkatan estetika

lingkungan (dampak positif)

a. Pencemaran udara b. Gangguan pd aliran

air permukaan c. Gangguan stabilitas

lereng (erosi / longsor);

e Penataan lansekap a. Penyiraman secara

berkala b.1 Pengaturan lalu lintas b.2 Pemasangan rambu

lalu lintas a.1 Pengaturan lalu lintas a.2 Pemasangan rambu

lalu lintas a. Pemberitahuan kpd

masyarakat sekitar; dan pengaturan jadwal kerja

b. Penggunaan bor

a.1 Pengaturan lalu lintas a.2 Pemasangan rambu

lalu lintas a.1 Pengaturan lalu lintas a.2 Pemasangan rambu

lalu lintas a. Penanaman

tanaman pelindung dan tanaman hias

a. Penyiraman secara

berkala b. Pembuatan sistem

drainase c.1 Pengaturan

kemiringan lereng sesuai dengan kondisi tanah

c.2 Pengendalian air larian

c.3 Tebing dibuat berteras

e. Kondisi lansekap a. Kualitas udara b. Kondisi lalu lintas a. Kondisi lalu lintas a. Kebisingan b. Getaran a. Kondisi lalu lintas a. Kondisi lalu lintas b. Liputan vegetasi a. Kualitas udara b. Aliran air

permukaan c. Erosi / longsor

Page 603: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

11

2. Pengambilan material

di quarry sungai 3. Pengangkutan tanah

dan bahan bangunan d. Di lokasi Base camp

dan AMP 1. Pengoperasian base

camp (barak pekerja, kantor, stone crusher dan AMP)

d. Perubahan fungsi lahan

e. Gangguan pada

flora a. Degradasi dasar

sungai sehingga mengganggu stabilitas bangunan sungai

b. Pencemaran air sungai;

c. Gangguan terhadap biota air;

d. Longsor tebing

sungai a. Pencemaran udara

(debu); b. Kebisingan; c. Kerusakan badan

jalan; d. Gangguan lalu

lintas. a. Kecemburuan sosial b. Pencemaran udara; c. Kebisingan; d. Pencemaran air

permukaan. e. Kecelakaan lalu

lintas

d. Reklamasi dan pemanfaatan kembali

lahan e Penghijauan

a. Pemilihan lokasi

quarry yang tepat b. Pengendalian bahan

buangan c. Sda d.1 Perkuatan tebing d.2 Penggalian secara

bertahap a. Penyiraman berkala;

Bak truk ditutup terpal

b. Perawatan kendaraan

c. Pemeliharaan /Perbaikan jalan

d. Pengaturan lalu lintas; Pemasangan rambu lalu lintas

a. Penyuluhan

masyarakat b. Perawatan peralatan c. Sda d. Pengendalian limbah

cair e. Pengaturan lalu lintas

d. Penggunaan lahan e. Liputan vegetasi a. Stabilitas

bangunan sungai b. Kualitas air c. Sda d. Stabilitas tebing

sungai a. Kualitas udara

(sebaran debu) b. Tingkat kebisingan c. Kondisi jalan d. Kondisi lalu lintas a. Keluhan

masyarakat b. Kualitas udara c. Tingkat kebisingan d. Kualitas air e. Kondisi lalu lintas

D. Tahap Pasca Konstruksi

1. Pengoperasian jalan

a. Pencemaran udara

(debu, gas polutan) b. c. Kebisingan d. Kemacetan dan

kecelakaan lalu lintas

a. Penghijauan di

median dan pinggir jalan

b. Sda; pembuatan noise barrier

c.1 Pengaturan lalu lintas;

c.2 pemasangan rambu lalu lintas

a. Kualitas udara b. Tingkat kebisingan c. Kondisi lalu lintas

dan kecelakaan lalu lintas

Page 604: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

12

2. Pemeliharaan jalan

e. Gangguan mobilitas

masyarakat setempat

f. Gangguan terhadap satwa dilindungi

a. Gangguan lalu lintas

c.3 Penertiban pedagang kaki lima

c.4 Penyuluhan tertib pemanfaatan jalan

c.5 Pembuatan rest area, khususnya pada jalan tol

d. Pembuatan jembatan

penyeberangan e. Pembuatan under

pass untuk jalan satwa dilindungi

a.1 Pengaturan lalu lintas a.2 Pemasangan rambu

lalu lintas sementara

d. Keluhan

masyarakat e. Lintasan satwa

dilindungi a. Kondisi lalu lintas

4.2 Prosedur pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup

Pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tiap tahap kegiatan proyek

secara umum dilakukan melalui urutan kegiatan seperti tercantum pada Tabel 4.2.

4.3 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan

4.3.1 Tujuan pemantauan

Tujuan pemantauan pada tahap ini adalah untuk mengetahui apakah proses

perencanaan telah menerapkan pertimbangnan lingkungan hidup atau belum.

4.3.2 Lingkup kegiatan pemantauan

Karena pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang menimbulkan dampak (perubahan

kualitas) lingkungan, kegiatan pemantauan tidak dilakukan terhadap komponen-

komponen lingkungan di lapangan, melainkan terhadap proses penerapan pertimbangan

lingkungan dalam palaksanaan perencanaan mulai dari tahap perencanaan umum

sampai ke tahap perencanaan teknis. Beberapa hal yang perlu dipantau antara lain:

Apakah rencana rute jalan sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan ?

Apakah rencana umum pembangunan jalan yang bersangkutan telah dikonsultasikan

dengan masyarakat ?

Page 605: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

13

Apakah rute jalan melalui atau berbatasan dengan areal sensitif ? (lihat Kotak 4.3

dan 4.4)

Apakah telah dilakukan Kajian Lingkungan Strategis ?

Apakah rencana kegiatan proyek termasuk kategori wajib dilengkapi AMDAL atau

UKL dan UPL ?

Apakah telah dilakukan konsultasai masyarakat untuk penyusunan KA - ANDAL ?

Apakah studi kelayakan dilengkapi dokumen AMDAL atau UKL dan UPL ?

Apakah ketentuan-ketentuan dalam RKL atau UKL telah dijabarkan dalam desain dan

spesifikasi / persyaratan teknis pekerjaan konstruksi ?

Apakah rencana pengadaan tanah dilengkapi dengan dokumen LARAP ?

Apakah persyaratan pengelolaan dan pemantaun lingkungan telah dicantumkan

dalam dokumen tender dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi ?

Hasil pemantauan dilaporkan dengan menggunakan formulir seperti tercantum pada

Lampiran 1.

Tabel 4.2 Prosedur pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup

Urutan Langkah-Langkah

Kegiatan

Acuan

Keterangan

1. Pemeriksaan rencana atau

persyaratan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan

a. Pedoman Perencanaan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

b. RKL dan RPL atau UKL dan UPL

a. Untuk tahap perencanaan b. Untuk tahap pra-

konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi

2. Pengecekan progres

kegiatan proyek yang telah / sedang dilaksanakan

Laporan progres kegiatan proyek

3. Pengecekan apakah pengelolaan lingkungan hidup telah dilaksanakan sesuai dengan rencana / persyaratan pengelolaan lingkungan yang telah ditetapkan dalam dokumen yang bersangkutan

a. Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

b. RKL & RPL / UKL & UPL c. Desain dan persayaratan

pengelolaan lingkungan tercantum dlm kontrak pekerjaan konstruksi

a. Untuk tahap perencanaan b. Untuk tahap pra-

konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi

c. Untuk tahap konstruksi

4. Pengecekan kondisi (kualitas) komponen lingkungan hidup yang mungkin terkena dampak

Metode pemantauan lingkungan hidup tercantum dlm RPL atau UPL.

Page 606: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

14

5. Pengecekan efektifitas atau kinerja pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan

Baku mutu lingkungan

6. Identifikasi kendala-

kendala yang menghambat pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup (bila ada)

Laporan Unit Pelaksana kegiatan proyek

7. Perumusan saran untuk

perbaikan / penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan lingkungan selanjutnya (bila perlu)

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

8. Pendokumentasian dan

pelaporan internal hasil pemantauan

Contoh format laporan (Lampiran 1 s/d 4)

Laporan dibuat oleh pelaksana pemantauan, dan disampaikan kepada Pemimpin Proyek atau Unit pengelola kegiatan.

9. Penyusunan dan

pengiriman laporan pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL

Keputusan Kepala Bapedal No: KEP-105 tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL

Khusus untuk proyek yang wajib dilengkapi AMDAL.

Kotak 4.3 Areal Sensitif

Kawasan lindung (lihat Kotak 4.4); Areal permukiman padat penduduk; Areal dengan kemiringan lereng terjal (> 40 %); Areal yang kondisi tanahnya tidak stabil; Lahan pertanian produktif; Daerah komersial; Kompleks militer; Areal berpanorama indah; Pemukiman masyarakat terasing (masyarakat adat).

Page 607: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

15

Kotak 4.4 Daftar Kawasan Lindung

A. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya:

1. Kawasan Hutan Lindung; 2. Kawasan Bergambut dengan ketebalan 3 m atau lebih; 3. Kawasan Resapan Air;

B. Kawasan perlindungan setempat: 1. Sempadan Pantai; 2. Sempadan Sungai; 3. Kawasan Sekitar Danau / Waduk; 4. Kawasan Sekitar Mata Air

C. Kawasan suaka slam dan cagar budaya 1. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan

Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah, dan Daerah Pengungsian Satwa); 2. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainnya (termasuk perairan laut,

perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu karang, dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan / atau keunikan ekosistem);

3. Kawasan Pantai berhutan Bakau (mangrove); 4. Taman Nasional; 5. Taman Hutan Raya; 6. Taman Wisata Alam 7. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk daerah karst berair,

daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi);

D. Kawasan Rawan Bencana Alam. 1. Kawasan rawan letusan gunung berapi; 2. Kawasan rawan gempa bumi; 3. Kawasan rawan longsor.

Sumber: Keppres No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Catatan: Definisi dan kriteria mengenai jenis-jenis kawasan lindung dapat dilihat dalam Keppres tersebut di atas.

4.4 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi

4.4.1 Tujuan pemantauan

Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini terutama untuk

mencek kinerja penanganan dampak sosial akibat kegiatan pengadaan tanah dan

pemindahan penduduk.

Page 608: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

16

4.4.2 Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang perlu dipantau

Kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan yang perlu dipantau antara lain:

a) sosialisasi / penyuluhan masyarakat tentang rencana pengadaan tanah;

b) pelaksananaan musyawarah untuk penetapan jenis besarnya ganti rugi;

c) pelaksanaan pemberian ganti rugi (kompensasi)

d) pembinaan sosial-ekonomi masyarakat yang terkena pembebasan tanah terutama

yang terpindahkan;

4.4.3 Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau

Dampak sosial yang perlu dipantau khususnya kondisi sosial-ekonomi penduduk pemilik /

pengguna tanah yang terkena pembebasan tanah dan terutama penduduk yang

terpindahkan. Hal ini meliputi:

a) keresahan masyarakat yang mungkin terjadi karena informasi tentang kegiatan

proyek yang kurang jelas;

b) munculnya provokator dan / atau spekulan tanah;

c) ketidakpuasan masyarakat atas besarnya nilai ganti rugi (kompensasi);

d) kehilangan / gangguan terhadap mata pencaharian masyarakat;

e) kondisi sosial-ekonomi masyarakat setelah terkena pembebasan tanah /

dipindahkan.

Hasil pemantauan dilaporkan dengan menggunakan formulir seperti tercantum pada

Lampiran 2.

4.5 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi

4.5.1 Tujuan pemantauan

Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini adalah untuk

mengetahui kinerja penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang mungkin

terjadi akibat kegiatan konstruksi.

Page 609: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

17

4.5.2 Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang perlu dipantau

Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi pada dasarnya adalah

berupa pengaturan pengoperasian alat-alat berat di lokasi pekerjaan, yang meliputi:

a) Di lokasi base camp

Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di lokasi base camp meliputi antara lain:

Perawatan alat-alat berat seperti stone crusher, AMP, loader, dan sebagainya;

Pengelolaan sampah padat dan limbah cair;

Pencegahan tumpahan bahan bakar dan pelumas.

b) Di lokasi quarry

Lokasi quarry mungkin berada di daratan atau di perairan sungai (untuk pengambilan

pasir atau sirtu). Quarry daratan juga mungkin di areal dataran atau areal berbukit.

Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di lokasi quarry pada umumnya mencakup

antara lain:

Pencegahan erosi dan longsor;

Pencegahan pencemaran air;

Reklamasi (penghijauan).

c) Di jalur transportasi bahan bangunan dari quarry ke lokasi proyek

Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di jalur transportasi berkaitan dengan masalah

penanganan dampak pengoperasian truk pengangkut bahan bangunan, yang meliputi:

Pencegahan polusi udara dan kebisingan;

Pencegahan / penanganan kerusakan jalan;

Pencegahan gangguan lalu lintas;

Pencegahan kecelakaan lalu lintas.

d) Di lokasi kontstruksi jalan dan jembatan

Kegiatan pengelolaan lingkungan di lokasi konstruksi jalan berkaitan dengan upaya

penanganan dampak kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan tanah (galian / timbunan),

perkerasan jalan, dan konstruksi bangunan pelengkap jalan. Hal ini meliputi:

Pencegahan pencemaran udara dan kebisingan

Page 610: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

18

Pencegahan pencemaran air;

Pencegahan gangguan lalu lintas

Pencegahan erosi dan longsor;

Penghijauan.

4.5.3 Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau

Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau sebagian besar berupa komponen fisik-

kimia seperti kualitas udara, tingkat kebisingan, kualitas air, bentang alam / lansekap,

stabilitas tanah (erosi / longsor) serta kerusakan jalan, dan gangguan terhadap

kenyamanan / kesehatan masyarakat setempat.

Hasil pemantauan dilaporkan dengan menggunakan formulir seperti tercantum pada

Lampiran 3.

4.6 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca konstruksi

4.6.1 Tujuan pemantauan

Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini adalah untuk

mengetahui kinerja penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang terjadi akibat

kegiatan pengoperasian atau pemanfaatan dan pemeliharaan jalan yang telah selesai

dibangun / ditingkatkan, baik berupa penggunaan jalan oleh para pemakai kendaraan

maupun pejalan kaki. Di samping itu, perlu diperhatikan juga penanganan dampak

lingkungan terhadap kondisi jalan seperti banjir, longsor dan sebagainya.

4.6.2 Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang perlu dipantau

Pemantauan pengelolaan lingkungan pada tahap pasca konstruksi harus dilaksanakan di

sepanjang ruas jalan yang dipantau, yang pada umumnya meliputi:

a) Penghijauan untuk penanggulangan pencemaran udara dan kebisingan;

b) Pengaturan lalu lintas;

c) Penyediaan jembatan penyeberangan;

d) Pencegahan kecelakaan lalu lintas;

e) Penataan lansekap;

f) Penggunaan lahan di sekitar jalan serta tertib pemanfaatan jalan.

Page 611: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

19

Dalam kasus-kasus tertentu, mungkin juga diperlukan pengelolaan lingkungan untuk

penanganan dampak terhadap satwa liar (dilindungi) dan penanganan dampak terhadap

kondisi sosial-ekonomi masyarakat terasing yang terlewati jalan baru.

4.6.3 Komponen lingkungan yang dipantau

Komponen lingkungan yang perlu dipantau meliputi:

a) Kualitas udara dan kebisingan;

b) Liputan vegetasi;

c) Kondisi (kemacetan) lalu lintas;

d) Keluhan masyarakat akibat terganggunya mobilitas mereka sehari-hari;

e) Kecelakaan lalu lintas;

f) Kondisi lansekap jalan;

g) Penggunaan lahan di sekitar jalan;

h) Pedagang kaki lima (PKL) yang menggunakan damija.

Hasil pemantauan dilaporkan dengan menggunakan formulir seperti tercantum pada

Lampiran 4.

4.7 Evaluasi kualitas lingkungan hidup pada tahap evaluasi pasca proyek.

4.7.1 Lingkup evaluasi

Pada tahap ini diperlukan evaluasi kualitas lingkungan sehubungan dengan kinerja jalan

yang bersangkutan setelah umur desainnya terlampaui.

Evaluasi kualitas lingkungan mencakup masalah-masalah yang terjadi karena adanya:

Dampak pengoperasian jalan;

Dampak ikutan (dampak kegiatan sektor lain) terhadap kinerja jalan; dan

Dampak lingkungan alam.

4.7.2 Langkah-langkah kegiatan

a) Pengecekan lapangan untuk mengetahui dampak lingkungan akibat kegiatan

pengoperasian jalan, seperti:

Page 612: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

20

polusi udara;

kebisingan;

kemacetan lalu lintas;

kecelakaan lalu lintas.

b) Pengecekan lapangan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan sektor lain yang

menimbulkan dampak terhadap kinerja jalan, seperti pasar, pertokoan, pedagang

kaki lima, dan sebagainya.

c) Penilaian kualitas lingkungan dengan mengacu pada baku mutu lingkungan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah;

d) Perumusan saran untuk peningkatan kualitas lingkungan di sepanjang ruas jalan

yang bersangkutan.

Hasil evaluasi kualitas lingkungan dilaporkan dengan menggunakan formulir seperti

tercantum pada Lampiran 5. Hasil evaluasi ini merupakan landasan untuk perumusan

rencana kegiatan proyek baru baik berupa pengembangan jalan yang bersangkutan

maupun pembangunan jaringan jalan baru, serta masukan untuk perbaikan pengelolaan

lingkungan sektor lainnya..

4.7.3 Monitoring dan evaluasi sosial-ekonomi

Pembangunan jalan dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat untuk:

Membuka keterisolasian wilayah;

Meningkatkan aktivitas dan mendukung kelancaran roda ekonomi wilayah;

Mempermudah akses penggunaan teknologi dan pemanfaatan fasilitas sosial seperti

pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan lain lain;

Peningkatan mobilitas dan kontak sosial antar penduduk.

Dalam kaitannya dengan kebijakan pembangunan masyarakat pedesaan, pembangunan

jalan secara umum dapat menimbulkan manfaat bagi masyarakat pedesaan, termasuk

masyarakat miskin, antara lain:

a) peningkatan mobilitas penduduk;

b) penurunan biaya transportasi baik untuk barang maupun orang;

Page 613: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

21

c) peningkatan akses para pedagang kecil produk pertanian ke pasar di desa-desa yang

lebih besar atau kota;

d) peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan, pendidikan dan penyuluhan pertanian

yang ada di kota bagi penduduk pedesaan;

e) peningkatan pendapatan uang tunai dalam jangka panjang, terutama karena

perbaikan akses ke pasar dan para pemasok (supplier);

f) peningkatan pendapatan uang dalam jangka pendek (sementara) sehubungan

dengan kesempatan kerja dalam pelaksanaan proyek jalan yang bersangkutan;

g) pengaspalan jalan agregat / tanah dapat meningkatkan kesehatan dan pola hidup

masyarakat sebagai akibat penurunan sebaran debu dari jalan.

Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, telah

memperoleh manfaat dari pembangunan jalan tersebut, diperlukan monitoring dan

evaluasi sosial-ekonomi.

Pada saat ini kegiatan monitoring dan evaluasi sosial-ekonomi proyek-proyek jalan pada

umumnya belum dilaksanakan, kecuali untuk beberapa proyek yang dibiayai dengan

dana bantuan luar negeri, seperti program Road Rehabilitation (Sector) Project (RR(S)P)

bantuan ADB, yang mensyaratkan implementasi program monitoring dan evaluasi sosial-

ekonomi (SEMEP = Socio-economic Monitoring and Evaluation Program).

Program tersebut harus dilaksanakan di beberapa sampel desa yang berdekatan dengan

jalan yang dibangun, sebelum kegiatan konstruksi dilaksanakan, kemudian pada tahun

pertama dan tahun keempat setelah konstruksi selesai. Idealnya, monitoring dan

evaluasi sosial-ekonomi ini dilaksanakan untuk semua proyek jalan, untuk menguji

(mengevaluasi) sejauh mana rencana manfaat proyek dapat tercapai.

Pedoman pemantauan pengelolaan lingkungan bidang jalan ini tidak mencakup petunjuk

untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi sosial-ekonomi. Untuk keperluan tersebut

seyogianya diperlukan pedoman lain yang lebih spesifik.

4.8 Metode pemantauan kualitas lingkungan

4.8.1 Pemantauan langsung

Pemantauan langsung kualitas lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran langsung

“param eter kunci” kualitas kom ponen lingkungan tertentu. Sebagai contoh, untuk

Page 614: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

22

pemantauan tingkat kebisingan yang terjadi akibat pengoperasian alat-alat berat, tingkat

kebisingan diukur langsung di lapangan dengan menggunakan sound level meter.

Metode pemantauan lingkungan hidup yang harus digunakan untuk tiap komponen

(parameter atau indikator) lingkungan yang mungkin terkena dampak semestinya

tercantum dalam dokumen RPL atau UPL, yang telah ditetapkan berdasarkan hasil studi

pada tahap perencanaan. Ketentuan tentang metode pemantauan tersebut mencakup:

metode pengumpulan dan analisis data; lokasi pemantauan lingkungan hidup; jangka waktu dan frekuensi pemantauan.

Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan, sebaiknya dipertimbangkan juga

alternatif lain yang lebih praktis dan ekonomis, khususnya penggunaan indikator-

indikator yang mudah diukur.

4.8.2 Pemantauan tidak langsung

Untuk kasus-kasus tertentu, dengan pertimbangan kepraktisan kerja dan penghematan

biaya, pemantauan dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mengukur

indikator-indikator tertentu. Sebagai contoh, untuk pemantauan tingkat kebisingan yang

terjadi akibat pengoperasian alat-alat berat, tingkat kebisingan tidak diukur langsung di

lapangan dengan menggunakan sound level meter, tapi dilakukan pemantauan adanya

keluhan masyarakat yang terkena dampak sebagai indikator adanya gangguan

kebisingan tersebut.

4.9 Baku mutu lingkungan

Untuk mengevaluasi atau menilai kualitas lingkungan di lokasi proyek dan sekitarnya,

hasil pemantauan komponen / parameter lingkungan tertentu dibandingkan dengan baku

mutu lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan cara membandingkan

nilai hasil pemantauan terhadap baku mutu lingkungan tersebut dapat disimpulkan

apakah kualitas lingkungan memenuhi baku mutu atau tidak.

Beberapa contoh ketentuan baku mutu lingkungan disajikan dalam lampiran, yaitu:

Lampiran 6 : Baku Mutu Udara Ambien Nasional; Lampiran 7 : Baku Tingkat Kebisingan; Lampiran 8 : Baku Tingkat Getaran;

Page 615: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

23

Lampiran 9 : Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas; Lampiran 10: Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran; Lampiran 11 : Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

5. Dokumentasi dan Pelaporan

5.1 Dokumentasi

Hasil pemantauan pengelolaan lingkungan hidup untuk tiap tahap kegiatan proyek

didokumentasikan dengan menggunakan format laporan seperti tercantum pada

Lampiran 1 s/d 4. Sedangkan hasil evaluasi kualitas lingkungan pada tahap pasca proyek

didokumentasikan dengan menggunakan format seperti tercantum pada Lampiran 5.

Laporan tersebut secara garis besar berisi informasi tentang:

a) Data umum kegiatan proyek jalan yang bersangkutan;

b) Jenis-jenis kegiatan proyek yang sedang atau telah dilaksanakan;

c) Dampak lingkungan yang telah atau potensial terjadi;

d) Upaya pengelolaan lingkungan yang telah / sedang dilaksanakan;

e) Efektivitas (kinerja) pengelolaan lingkungan hidup;

f) Kendala-kendala yang dihadapi (bila ada);

g) Saran perbaikan upaya pengelolaan lingkungan selanjutnya (bila perlu)

5.2 Pelaporan

5.2.1 Laporan internal

Laporan internal dibuat oleh petugas pelaksana pemantauan pengelolaan lingkungan

hidup dengan menggunakan format laporan seperti tercantum pada Lampiran 1 s/d 4.

Laporan tersebut disampaikan kepada Pemimpin Proyek / penanggungjawab

pelaksanaan kegiatan proyek.

5.2.2 Laporan eksternal

Laporan eksternal dibuat khusus untuk proyek-proyek jalan yang termasuk kategori

wajib dilengkapi dokumen AMDAL. Penyusunan laporan ini agar mengacu pada

Page 616: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

24

Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan

Pelaksanaan RKL dan RPL . Format laporan tercantum pada Lampiran 12, 13 dan 14.

Materi laporan disusun berdasarkan data tercantum dalam laporan internal tersebut pada

Butir 5.2.1.

6. Pelaksanaan Pemantauan 6.1 Instansi pelaksana pemantauan Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tiap tahap kegiatan / siklus proyek jalan

dilaksanakan oleh pemrakarsa atau pengelola kegiatan. Dalam hal ini penanggungjawab

pelaksanaan pemantauan tersebut adalah Pemimpin Proyek / Bagian Proyek atau unit

kerja / pengelola kegiatan yang bersangkutan.

Pada tahap perencanaan, pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan dapat

dibantu oleh konsultan perencana.

Pada tahap pra-konstruksi dan konstruksi, pelaksanaan pemantauan pengelolaan

lingkungan dapat dibantu oleh kontraktor dan konsultan supervisi;

Pada tahap pasca konstruksi, pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan

dilaksanakan oleh unit kerja / pengelola kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi jalan

yang bersangkutan.

6.2 Instansi pengawas pelaksanaan pemantauan

Pengawasan pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan oleh

instansi atasan langsung pemimpin proyek / bagian proyek, dan Bapedalda Kabupatan /

Kota setempat.

6.3 Instansi penerima laporan hasil pemantauan

Khusus untuk proyek jalan yang wajib dilengkapi AMDAL, laporan pemantauan

pelaksanaan RKL dan RPL tahap-tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi

disampaikan oleh pemrakarsa / pengelola kegiatan kepada instansi pengawas

Page 617: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

25

pelaksanaan pemantauan dan instansi pembina teknis bidang jalan serta instansi lain

yang terkait, yaitu:

a) Gubernur KDH Propinsi c.q. Bapedalda Propinsi yang bersangkutan;

b) Bupati / Walikota c.q. Bapedalda Kabupaten / Kota yang bersangkutan;

c) Instansi pembina teknis (Dinas PU / Bina Marga / Praswil);

d) Instansi lain yang terkait

7. Pembiayaan

7.1 Biaya pemantauan pada tahap perencanaan

Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan

seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pekerjaan perencanaan, atau dialokasikan

secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pekerjaan perencanaan.

7.2 Biaya pemantauan pada tahap pra-konstruksi

Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi

seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pengadaan tanah, atau dialokasikan secara

khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pengadaan tanah.

7.3 Biaya pemantauan pada tahap konstruksi

Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi

seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pekerjaan konstruksi atau biaya pekerjaan

konsultan supervisi pekerjaan konstruksi.

7.4 Biaya pemantauan pada tahap pasca konstruksi

Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca konstruksi

seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pemeliharaan dan rehabilitasi jalan, atau

dialokasikan secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pemeliharaan dan

rehabilitasi jalan.

Page 618: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

26

7.5 Biaya evaluasi pada tahap evaluasi pasca proyek

Anggaran biaya evaluasi kualitas lingkungan pada tahap evaluasi pasca proyek perlu

dialokasikan secara khusus oleh instansi atau unit kerja yang membidangi kegiatan

perencanaan teknis atau pembinaan lingkungan.

7.6 Komponen-komponen biaya pemantauan

Biaya pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup secara garis besar terdiri

dari komponen-komponen biaya:

transportasi;

personel (lumpsum);

peralatan dan material;

analisis laboratorium (bila perlu);

penyusunan laporan.

8. Penutup

Pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini, harus

terintegrasi dalam pengelolaan (manajemen) proyek secara keseluruhan. Untuk

keperluan itu, koordinasi antar instansi atau unit kerja terkait mutlak diperlukan, dan

peranan pemimpin proyek / bagian proyek selaku pemrakarsa / pengelola pekerjaan

sangat penting.

Yang dimaksud dengan pemimpin proyek di sini adalah semua pemimpin proyek, selaku

pemrakarsa kegiatan, yang masing-masing secara berkesinambungan bertanggung

jawab dalam tiap tahap siklus proyek pembangunan jalan, meliputi:

Pemimpin Proyek Perencanaan; Pemimpin Proyek Pengadaan Tanah; Pemimpin Proyek Pembangunan (konstruksi); dan Pemimpin Proyek Pemeliharaan / Rehabilitasi.

Agar proses pengelolaan lingkungan hidup dapat terlaksana secara berkesinambungan,

semua dokumen mengenai lingkungan hidup (AMDAL, UKL dan UPL, LARAP, Laporan

Hasil Pemantauan Pengelolaan Lingkungan) yang dibuat oleh pemimpin proyek pada

tahap tertentu, harus diserahterimakan kepada pemimpin proyek tahap berikutnya,

sebagai satu kesatuan dengan dokumen teknis, untuk digunakan sebagai arahan

Page 619: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

27

pengelolaan lingkungan hidup tahap berikutnya (lihat Gambar 8.1).

Ketentuan-ketentuan tentang koordinasi antara pemrakarsa kegiatan proyek jalan

dengan instansi-instansi terkait, dapat dilihat pada Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Bidang Jalan Bagi Stakeholder di Daerah.

Keberhasilan pemantauan pengelolaan lingkungan juga tergantung dari ketersediaan

sumberdaya manusia yang qualified serta dana dan sarana penunjang yang memadai

sesuai dengan kebutuhan pada tiap tahap kegiatan proyek. Di samping itu, keberadaan

unit kerja dalam struktur organisasi proyek, yang mempunyai tugas dan tanggungjawab

untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup akan sangat

berperan.

Sehubungan dengan keterbatasan dana yang tersedia, pelaksanaan pemantauan

pengelolaan lingkungan seyogianya difokuskan pada dampak kegiatan-kegiatan tertentu

dengan dasar pertimbangan:

a) Kegiatan diperkirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting;

b) Kegiatan berada di lokasi yang sensitif, misalnya berbatasan atau berdekatan

dengan kawasan lindung;

c) Berpotensi menjadi sumber isu atau kasus lingkungan yang sensitif;

d) Permintaan atau laporan instansi tertentu, masyarakat sekitar lokasi proyek, atau

Lembaga Swadaya Masyarakat.

Page 620: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

28

Gambar 8.1 Bagan Pengelolaan Lingkungan Proyek Jalan yang Berkesinambungan

Pemimpin Proyek Perencanaan

Pemimpin Proyek Pengadaan Tanah

Pemimpin Proyek

Konstruksi

Pemimpin Proyek Pemeliharaan dan

Rehabilitasi

Penyusunan dokumen

AMDAL, UKL dan UPL, Desain,

Spesifikasi Teknis, LARAP

Pengadaan Tanah

termasuk Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Laporan Pelaksanaan Pengadaan

Tanah, termasuk Laporan

Pemantauan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi termasuk

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Laporan Pelaksanaan

Pekerjaan Konstruksi termasuk Laporan

Pemantauan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Pemanfaatan, Pemeliharaan,

Rehabilitasi termasuk

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Laporan Pelaksanaan Pemeliharaan

dan Rehabilitasi termasuk Laporan

Pemantauan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Evaluasi Kualitas

Lingkungan Hidup

Pasca Proyek

Page 621: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

29

Tabel 4.3

Baku Mutu Emisi Untuk Jenis Kegiatan Lain (Berlaku Efektif Tahun 2000)

No.

Parameter

Batas Maksimum (mg/m3)

A.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Bukan Logam Ammonia (NH3)

Gas Klorin (Cl2)

Hidrogen Klorida (HCl)

Hidrogen Flourida (HF)

Nitrogen Oksida (NO2)

Opasitas

Ppartikel

Sulfur Dioksida (SO2)

Total Sulfur Tereduksi (H2S)

(Total Reduced Sulphur)

0,5

10

5

10

1000

35 %

350

800

35

B.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Logam Air Raksa (Hg)

Arsen (As)

Antimon (Sb)

Kadmium (Cd)

Seng (Zn)

Timah Hitam (Pb)

5

8

8

8

50

12

Sumber: Kepmen LH. No: KEP-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tudak Bergerak Catatan: Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan Tekanan 1 atm).

1.8.2 Pemantauan sumber dampak

Pemantauan besarnya dampak terhadap lingkungan hidup juga dapat dilakukan dengan

cara pengukuran sumber dampak. Sebagai contoh, Tabel 4.2 menunjukkan tingkat

kebisingan alat-alat berat yang biasa dioperasikan pada tahap konstruksi. Tabel tersebut

menunjukkan tingkat kebisingan pada sumbernya. Tingkat kebisingan pada jarak

tertentu dari lokasi alat berat tersebut dapat dihitung dengan menggunakan formula

(rumus matematik) yang sudah baku.

Page 622: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

30

Tabel 4.4

Tingkat Kebisingan Peralatan Konstruksi

No.

Jenis Peralatan

Tingkat Kebisingan Pada

Sumbernya (dBA)

Pada jarak 15 m dari sumbernya

Pada jaral 30 m dari sumbernya

1. Buldozer 101 82,6 67,5 2. Backoe 98 82,6 60,5

3. Truk 64,6

4. Vibration roller 98 82,5 60,5

5. Vibration compactor 101 82,6 63,5 6. Road roller 101 82,6 63,5

7. Asphalt finisher 101 82,6 63,5

4.9.2 Langkah-langkah kegiatan pemantauan

a) Pemeriksaan / pemahaman dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL dan/atau

LARAP (bila ada) proyek jalan yang akan dipantau, untuk mengetahui jenis-jenis

kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan pada

tahap pra-konstruksi;

b) Pengecekan apakah pengadaan tanah telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan yang berlaku atau tidak;

c) Pengecekan lapangan untuk mengetahui dampak sosial yang telah terjadi dengan

menggunakan metode seperti tercantum dalam dokumen RPL atau UPL;

d) Pengecekan lapangan untuk mengetahui apakah pengelolaan lingkungan hidup telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen RKL / UKL atau

LARAP, bagaimana efektivitas (kinerjanya), dan apa kendalanya (bila ada);

e) Perumusan saran untuk perbaikan / penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan

lingkungan selanjutnya (bila perlu);

4.9.3 Langkah-langkah kegiatan pemantauan

a) Pemeriksaan / pemahaman dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL proyek jalan

yang dipantau, untuk mengetahui jenis-jenis kegiatan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan yang harus dilaksanakan pada tahap konstruksi;

Page 623: Info Lingkungan3

PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN

31

b) Pengecekan progres tiap jenis pekerjaan konstruksi

c) Pengecekan lapangan untuk mengetahui dampak lingkungan yang telah terjadi,

dengan menggunakan metode seperti tercantum dalam dokumen RPL atau UPL;

d) Pengecekan lapangan untuk mengetahui apakah pengelolaan lingkungan hidup telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen RKL / UKL atau

persyaratan pengelolaan lingkungan tercantum dalam kontrak pekerjaan konstruksi,

bagaimana efektivitas (kinerjanya), dan apa kendalanya (bila ada);

e) Perumusan saran untuk perbaikan / penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan

lingkungan selanjutnya (bila perlu);

4.6.4 Langkah-langkah kegiatan

a) Pemeriksaan / pemahaman dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL proyek jalan

yang dipantau, untuk mengetahui jenis-jenis kegiatan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan yang harus dilaksanakan pada tahap pasca konstruksi;

b) Pengecekan lapangan untuk mengetahui dampak lingkungan yang telah terjadi

akibat:

pengoperasian / pemanfaatan jalan oleh para pengguna jalan;

pemeliharaan / rehabilitasi jalan;

kegiatan-kegiatan sektor lain.

c) Pengecekan lapangan untuk mengetahui apakah pengelolaan lingkungan hidup telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen RKL / UKL atau

persyaratan pengelolaan lingkungan tercantum dalam kontrak pekerjaan

pemeliharaan atau rehabilitasi jalan, bagaimana efektivitas (kinerjanya), dan apa

kendalanya (bila ada);

d) Perumusan saran untuk perbaikan/penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan

lingkungan selanjutnya (bila perlu);

Page 624: Info Lingkungan3

Lampiran 1

Halaman 1 - 1

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan pada Tahap Perencanaan

A. Data Umum Proyek Jalan / Jembatan 1. Nama Proyek

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi (lampirkan peta lokasi):

a. Kabupaten / Kota *) b. Propinsi

5. Panjang jalan / jembatan *)

… … … … … . K m / … … . m *)

6. Status jalan

Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

7. Tahap Perencanaan

Perencanaan Umum / Studi Kelayakan / Perencanaan Teknis *)

8. Progres pekerjaan

B. Hasil Pemantauan

1. Kesesuaian dengan tata ruang

Sesuai / tidak sesuai *)

2. Keberadaan areal sensitif, termasuk

masyarakat terasing / adat (Kalau ada, sebutkan jenisnya)

Ada / tidak ada / tidak diketahui *) a) … … … … … … … .. b) … … … … … … … .. c) … … … … … … … ..

3. Kajian Lingkungan Strategis

Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)

4. Konsultasi awal dengan masyarakat

Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)

4.a. Kelompok masyarakat yang menghadiri

konsultasi awal 4.b. Jumlah peserta konsultasi awal 4.c. Kesimpulan hasil konsultasi

a) … … … … … … … … … b) … … … … … … … … … c) … … … … … … … … … d) … … … … … … … … … e) … … … … … … … … … f) … … … … … … … … … g) … … … … … … … … … … … … … . O rang Terlampir / belum / tidak ada *)

5. Wajib dilengkapi AMDAL ?

Ya / tidak *)

6. Konsultasi masyarakat untuk penyusunan

KA - ANDAL

Telah / sedang / belum/ tidak perlu / tidak dilaksanakan *)

Page 625: Info Lingkungan3

Lampiran 1

Halaman 1 - 2

6.a. Kelompok masyarakat yang menghadiri konsultasi

6.b. Jumlah peserta konsultasi 6.c. Kesimpulan hasil konsultasi

a) … … … … … … … … … b) … … … … … … … … … c) … … … … … … … … … d) … … … … … … … … … e) … … … … … … … … … f) … … … … … … … … … g) … … … … … … … … … … … … … . O rang Terlampir / belum / tidak ada *)

7. Penyusunan KA – ANDAL

Telah / sedang / belum / tidak perlu / tidak dilaksanakan *)

8. Penyusunan dokumen AMDAL

Telah / sedang / belum / tidak perlu / tidak dilaksanakan *)

9. Wajib dilengkapi UKL dan UPL ?

Ya / tidak *)

10. Penyusunan dokumen UKL dan UPL

Telah / sedang / belum / tidak perlu / tidak dilaksanakan *)

11. Isu pokok lingkungan hidup

a) … … … … … … … … … b) … … … … … … … … ... c) … … … … … … … … … d) … … … … … … … … …

12. Penyusunan LARAP

Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)

13. Penjabaran RKL / UKL dalam desain dan

spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi

Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)

14. Pencantuman persyaratan pengelolaan

lingkungan dalam dokumen tender dan kontrak pekerjaan konstruksi

Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan *)

C. Kendala yang Dihadapi

D. Saran Tindak Lanjut

*) : Coret yang tidak perlu Catatan: Data yang lebih rinci dapat dilampirkan … … … … … … … … … … … … 2003

Pelaksana Pemantauan

( … … … … … … … … … … .)

Page 626: Info Lingkungan3

Lampiran 2

Halaman 2 - 1

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan pada Tahap Pra-konstruksi

A. Data Umum Proyek Jalan / Jembatan 1. Nama Proyek

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi:

a. Kabupaten / Kota *) b. Propinsi

5. Status Jalan

Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

6. Panjang jalan / jembatan

… … … … .. km / … … .. m *)

7. Luas tanah yang diperlukan

… … … … .. ha

B. Hasil Pemantauan

1. Sosialisai kepada masyarakat

Telah / sedang / belum dilaksanakan *)

2. Jumlah penduduk yang menghadiri

sosialisasi

… … … … .. orang

3. Pendataan tanah / bangunan / tanaman

Telah / sedang / belum dilaksanakan *)

4. Jenis penggunaan tanah

a) P em ukim an : … … … … .H a (… … … % ) b) P ertanian : … … … … H a (… … … % ) c) P erdagangan: … … … … H a (… … … % ) d) Industri : … … … … . H a (… … … % ) e) … … … … … … :… … … … . H a (… … … % ) f) … … … … … … :… … … … . H a (… … … % )

Jum lah : … … … … . H a ( 100 % )

5. Jenis dan jumlah bangunan yang terkena

proyek

a) R um ah : … … … .. buah b) T oko / w arung : … … … .. buah c) T em pat usaha lainn ya : … … … .. buah d) S ekolah : … … … .. buah e) M esjid : … … … .. buah f) G ereja : .… … … .. buah g) M akam /kuburan : .… … … .. buah h) Jenis lainn ya (sebutkan): … … … . B uah

6. Jumlah penduduk yang terkena proyek

… … … … .. K K

7. Jumlah pemilik tanah yang terkena

seluruhnya

… … … … .. K K

8. Jumlah pemilik tanah yang terkena

sebagian

… … … … .. K K

9. Jumlah penduduk yang harus pindah

… … … … .. K K

10. Jenis kompensasi yang telah disepakati

Uang / tanah / kapling siap bangun / lain-lain (… … … … … … … … … … ..)*)

Page 627: Info Lingkungan3

Lampiran 2

Halaman 2 - 2

11. Musyawarah penetapan kompensasi

Telah / sedang / belum dilaksanakan *)

12. Kesepakatan jenis dan besarnya

kompensasi

Semua sepakat / sebagian sepakat / belum ada kesepakatan *)

13. Penetapan besarnya nilai kompensasi

Sesuai kesepakatan / ditetapkan pemerintah secara sepihak *)

14. Luas tanah yang telah dibebaskan

… … … … . H a (… … .. % )

15. Jumlah penduduk yang telah dibebaskan

… … … … . K K (… … .. % )

16. Jumlah penduduk yang telah pindah

… … … … . K K (… … .. % )

17. Sertifikasi sisa tanah penduduk yang

terkena pembebasan

… … … … . B idang (… … % )

18. Sertifikasi tanah yang telah dibebaskan

… … … … . B idang (… … % )

19. Kelancaran proses pembebasan tanah

Lancar / kurang lancar / tidak lancar *)

20. Jumlah penduduk yang tanahnya tidak

mau dibebaskan

… … … … . K K (… … .. % )

21. Jumlah penduduk yang tidak puas atas

besarnya kompensasi

… … … … . K K (… … .. % )

22. Kondisi sosial-ekonomi penduduk yang

terkena pembebasan tanah, satu tahun setelah dibebaskan

a) Lebih baik : … … … … K K (… … … % ) b) S am a : … … … .. K K (… … … % ) c) Lebih buruk: … … … … K K (… … … % )

23. Keresahan masyarakat

Terjadi / tidak terjadi *)

C. Kendala yang Dihadapi

D. Saran Tindak Lanjut

*): Coret yang tidak perlu Catatan: Data yang lebih rinci dapat dilampirkan … … … … … … … … … … … … 200 ..

Pelaksana Pemantauan

( … … … … … … … … … … .)

Page 628: Info Lingkungan3

Lampiran 3

Halaman 3 - 1

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Konstruksi

Formulir 1: Data Umum Proyek Jalan / Jembatan 1. Nama Proyek

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi:

a. Kabupaten / Kota *) b. Propinsi

5. Status Jalan

Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

6. Panjang jalan / jembatan

… … … … .. km / … … … . m

7. Kontraktor

a. Nama Perusahaan b. Alamat

8. Nomor Kontrak

Page 629: Info Lingkungan3

Lampiran 3

Halaman 3 - 1

Page 630: Info Lingkungan3

Lampiran 3

Halaman 3 - 2

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan pada Tahap Konstruksi

Formulir 2 : Hasil Pemantauan

Jenis Kegiatan

Kegiatan

Dampak yang timbul

Efek Dampak

Upaya Pengelolaan

Spesifikasi

Kontrak

Hasil

Pengelolaan Ada Tidak

ada Ada Tidak

ada Tidak jelas

Ada

Tidak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Mobilisasi

tenaga kerja

Keresahan masyarakat Konflik masyarakat

dengan tenaga kerja dari luar

Kecemburuan sosial

Pemberian informasi kpd

masyarakat ttg tenaga kerja yg dibutuhkan

Pemberian prioritas pd tenaga kerja lokal

Penyuluhan kpd tenaga kerja pendatang

2. Mobilisasi

material dan peralatan

Polusi udara akibat gas

buang Sebaran debu akibat

ceceran tanah Terjadi licin akibat ceceran

tanah di musim hujan Kebisingan dan getaran Kerusakan jalan eksisting Gangguan lalu lintas Gangguan keselamatan

pemakai jalan

Gas buang kendaraan memenuhi

baku mutu Bak truk ditutup terpal Pembersihan ceceran tanah di jalan Perawatan kendaraan, pemasangan

alat peredam kebisingan Pengaturan batas muatan sesuai

kapasitas jalan Pemasangan rambu lalu lintas Pengaturan lalu lintas

3. Pengoperasian

base camp

Gangguan estetika Penurunan kualitas air Pencemaran tanah

Lokasi base camp jauh dari

pemukiman (minimal 200 m) Pembuatan septic tank Pengendalian limbah cair dan

tumpahan minyal dan pelumas

Page 631: Info Lingkungan3

Lampiran 3

Halaman 3 - 3

4. Penyimpanan

material

Sebaran debu Gangguan aliran air

permukaan Gangguan sisa material

Lokasi penyimpanan material jauh

dari pemukiman (minimal 200 m) Bebas genangan air, sampah dan

tanaman Pemisahan material sesuai dg

jenisnya

5. Pengoperasian

AMP dan stone crusher

Pencemaran udara

(debu) Kebisingan Pencemaran air

permukaan akibat buangan limbah

Lokasi jauh dari pemukiman

(minimal 200 m) Penyuraman secara berkala di

lsekitar okasi AMP / Stine crusher Penanganan limbah Pencegahan tumpahan minyak

/pelumas

6. Pembersihan

lahan

Gangguan thd stabilitas

tanah Gangguan estetika Penurunan liputan

vegetasi

Pembersihan vegetasi dibatasi

sesuai kebutuhan Penanganan sampah

7. Pekerjaan tanah

(galian/ timbunan)

Pencemaran udara Perubahan aliran air

permukaan Kerusakan sementara

fasilitas umum Kebisingan dan getaran

Penyiraman Pembuatan saluran draunase Perkuatan leterg Perlindungan atau perbaikan

kembali fasilitas umum Perawatan peralatan

8. Pekerjaan

drainase

Genangan air / banjir Gangguan lalu lintas

Pembuatan saluran drainase

sementara Relokasi saluran air Pengaturan lalu lintas

9. Pengambilan

material di sungai

Penurunan stabilitas

lereng Sedimentasi di hilir Gangguan thd biota ait Penurunan dasar sungai

Pengambilan material tidak di

belokan sungai atau dekat bangunan Pencucian material di luar sungai

Page 632: Info Lingkungan3

Lampiran 3

Halaman 3 - 4

10. Pengambilan

material di darat

Terbentuknya kubangan

rawan kecelakaan Hilangnya top soil Kerusakan lansekap Penurunan liputan

vegetasi

Rehabilitasi lahan bekas galian Top soil dikumpul sementara untuk

disebar kembali ke lahan bekas galian

Penghijauan kembali

11. Pengambilan

material di gunung

Kebisingan akibat

peledakan Pencemaran udara /

debu Getaran

Pemberutahuan jadwal peledakan Peledakan dilakukan pagi hingga

siang Penyiraman berkala

12. Pekerjaan lapis

perkerasan

Gangguan kenyamanan

/ kelancaran lalu lintas Pencemaran udara dan

kebisingan Kecelakaan kerja Kerusakan pd jalan

yang dilalui Pencemaran terhadap

bangunan atau benda lainnya

Pencemaran air / tanah

Pengaturan lalu lintas Perawatan kendaraan dan

penggunaan peredam kebisingan Pelaksanaan pekerjaan sesuai

prosedur baku Pembatasan beban muatan sesuai

kapasitas jalan Perlindungan terhadap bangunan

atau benda lain dari percikan aspal Pembuangan sisa aspal pada

tempat yang tekah disediakan

13. Pekerjaan

jembatan

Gangguan lalu lintas Kerusakan jalan yang

dilalui Kecelakaan kerja Pencemaran udara dan

kebisingan Perubahan aliran sungai

Pengaturan lalu lintas Membatasi beban muatan sesuai

kapasitas jalan Pelaksanaan pekerjaan sesuai

prosedur baku Perawatan kendaraan Penetapan lokasi bangunan bawah

jembatan memperhatikan arah aliran air sungai

Page 633: Info Lingkungan3

Lampiran 3

Halaman 3 - 5

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Konstruksi

Formulir 3 : Kendala yang Dihadapi dan Rencana / Saran Tindak Lanjut

Kendala yang Dihadapi

Rencana / Saran Tindak Lanjut

*) Coret yang tidak perlu Catatan: Data yang lebih rinci dapat dilampirkan … … … … … … … … … … … 2003 Pelaksana Pemantauan

( … … … … … … … … … … ..)

Page 634: Info Lingkungan3

Lampiran 4

Halaman 4 - 1

Laporan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Pasca Konstruksi

A. Data Umum Ruas Jalan / Jembatan yang Dipantau 1. Nama Proyek (kalau ada)

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi:

a. Kabupaten / Kota *) b. Propinsi

5. Status Jalan

Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

6. Panjang jalan / jembatan

… … … … .. km / … … … … . m

7. Lebar DAMIJA

… … … … . m

8. Lebar perkerasan

… … … … . m

7. Kapasitas jalan

… … … … … sm p/jam

8. Jenis kegiatan yang dipantau

Pengoperasian / Pemeliharaan *)

B. Hasil Pemantauan

1. Dampak Pengoperasian Jalan

1.1 Volume lalu lintas harian

… … … … … .. sm p

1.2 Tingkat kebisingan

… … … … .. .. dB A

1.3 Kualitas udara

Lihat hasil analisis laboratorium

1.4 Kecelakaan lalu lintas

… … … … … . kali/tahun

1.5 Kemacetan lalu lintas

T idak terjadi / terjadi di … … … … … … … … *)

1.5 Gangguan mobilitas penduduk setempat

T idak terjadi / terjadi di … … . lokasi *)

1.6. Gangguan pada mobilitas satwa liar

Tidak terjadi / terjadi di … … … … … … … … … *)

1.7 Dampak pada kawasan lindung misalnya

perambahan hutan

T idak terjadi / terjadi di … … … … … … … … … *)

1.8. Dampak pada kondisi sosial-ekonomi

dan sosial budaya masyarakat terasing

T idak terjadi / terjadi di … … … … … … … … .. *)

2. Dampak kegiatan pemeliharaan jalan

2.1 Gangguan lalu lintas

Terjadi / tidak terjadi *)

3. Kegiatan sektor lain yang menimbulkan

dampak terhadap kinerja jalan

a) Pedagang kaki lima b) pasar tradisional c) pusat perdagangan

Page 635: Info Lingkungan3

Lampiran 4

Halaman 4 - 2

4. Dampak lingkungan terhadap jalan

a) banjir *) b) longsor c) gempa bumi d) letusan gunung beraoi

5. Upaya pengelolaan lingkungan yang

telah dilaksanakan

a) penanaman pohon di kanan- kiri jalan *) b) penyediaan sempadan jalan c) pemasangan rambu lalu lintas d) pembuatan jembatan penyeberangan e) pengaturan lalu lintas f) pembuatan saluran drainase g) pembuatan terowongan untuk

penyeberangan satwa dilindungi h) Pembinaan sosial masyarakat terasing

C. Kendala yang Dihadapi

D. Saran Tindak Lanjut

*) : Coret yang tidak perlu Catatan: Data yang lebih rinci dapat dilampirkan … … … … … … … … … … … … 200 ..

Pelaksana Pemantauan

( … … … … … … … … … … .)

Page 636: Info Lingkungan3

Lampiran 5

Halaman 5 - 1

Laporan Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek

A. Data Umum Ruas Jalan / Jembatan yang Dievaluasi 1. Nama Proyek (kalau ada)

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi:

a. Kabupaten / Kota *) b. Propinsi

5. Status Jalan

Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

6. Panjang jalan / jembatan

… … … … .. km / … … … . m

7. Lebar DAMIJA

… … … … . m

8. Lebar perkerasan

… … … … . m

7. Kapasitas jalan

… … … … … sm p/jam

B. Hasil Evaluasi

1. Volume lalu lintas harian

… … … … … .. sm p

2. Kepadatan lalu lintas

a) pagi hari : … … … … .. sm p/jam b) siang hari : … … … … .. sm p/jam c) sore hari : … … … … .. sm p/jam d) m alam hari : … … … … .. sm p/jam

3. Jam sibuk

P ukul … … … .

4. Rasio volume lalu lintas terhadap

kapasitas jalan (VCR)

… … … … … … .

5. Kecepatan lalu lintas rata-rata

a) pagi hari : … … … … .. km /jam b) siang hari : … … … … .. km /jam c) sore hari : … … … … .. km /jam d) m alam hari : … … … … .. km /jam

6. Tingkat kebisingan rata-rata

… … … … .. .. dB A

7. Kualitas udara

a) SO2 : … … … … ug/N m 3 b) C O : … … … … ug/N m 3 c) NO2 : … … … … ug/N m 3 d) O3 : … … … … ug/N m 3 e) H C : … … … … ug/N m 3 f) T S P : … … … … ug/N m 3 g) P b : … … … … ug/N m 3

8. Kecelakaan lalu lintas

… … … … … . kali/tahun

9. Kemacetan lalu lintas

Tidak terjadi / terjadi di … … … … … … … … *)

Page 637: Info Lingkungan3

Lampiran 5

Halaman 5 - 2

10. Gangguan mobilitas penduduk setempat

T idak terjadi / terjadi di … … . lokasi *)

11. Gangguan pada mobilitas satwa liar

T idak terjadi / terjadi di … … … … … … … … … *)

12. Dampak pada kawasan lindung misalnya

perambahan hutan

Tidak terjadi / terjadi di … … … … … … … … … *)

13. Dampak pada kondisi sosial-ekonomi

dan sosial budaya masyarakat terasing

T idak terjadi / terjadi di … … … … … … … … .. *)

14. Kegiatan sektor lain yang mengakibatkan

penurunan kinerja jalan

a) pedagang kaki lima *) b) pasar tradisional c) pusat perdagangan

15. Dampak lingkungan terhadap jalan

a) banjir *) b) longsor c) gempa bumi d) letusan gunung berapi

C. Saran Tindak Lanjut

*) : Coret yang tidak perlu Catatan: Data yang lebih rinci dapat dilampirkan … … … … … … … … … … … … 2003

Pelaksana Pemantauan

( … … … … … … … … … … .)

Page 638: Info Lingkungan3

Lampiran 5

Halaman 5 - 1

Laporan Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup

Bidang Jalan pada Tahap Evaluasi Pasca Proyek

A. Data Umum Ruas Jalan / Jembatan yang Dievaluasi 1. Nama Proyek (kalau ada)

2. Nama Paket / No. Paket

3. Nama Ruas / No. Ruas

4. Lokasi:

a. Kabupaten / Kota *) b. Propinsi

5. Status Jalan

Nasional / Propinsi / Kabupaten / Kota *)

6. Panjang jalan / jembatan

… … … … .. km / … … … . m

7. Lebar DAMIJA

… … … … . m

8. Lebar perkerasan

… … … … . m

7. Kapasitas jalan

… … … … … sm p/jam

B. Hasil Evaluasi

1. Volume lalu lintas harian

… … … … … .. sm p

2. Kepadatan lalu lintas

a) pagi hari : … … … … .. sm p/jam b) siang hari : … … … … .. sm p/jam c) sore hari : … … … … .. sm p/jam d) m alam hari : … … … … .. sm p/jam

3. Jam sibuk

P ukul … … … .

4. Rasio volume lalu lintas terhadap

kapasitas jalan (VCR)

… … … … … … .

5. Kecepatan lalu lintas rata-rata

a) pagi hari : … … … … .. km /jam b) siang hari : … … … … .. km /jam c) sore hari : … … … … .. km /jam d) m alam hari : … … … … .. km /jam

6. Tingkat kebisingan rata-rata

… … … … .. .. dB A

7. Kualitas udara

a) SO2 : … … … … ug/N m 3 b) C O : … … … … ug/N m 3 c) NO2 : … … … … ug/N m 3 d) O3 : … … … … ug/N m 3 e) H C : … … … … ug/N m 3 f) T S P : … … … … ug/N m 3 g) P b : … … … … ug/N m 3

8. Kecelakaan lalu lintas

… … … … … . kali/tahun

9. Kemacetan lalu lintas

Tidak terjadi / terjadi di … … … … … … … … *)

Page 639: Info Lingkungan3

Lampiran 5

Halaman 5 - 2

10. Gangguan mobilitas penduduk setempat

T idak terjadi / terjadi di … … . lokasi *)

11. Gangguan pada mobilitas satwa liar

T idak terjadi / terjadi di … … … … … … … … … *)

12. Dampak pada kawasan lindung misalnya

perambahan hutan

Tidak terjadi / terjadi di … … … … … … … … … *)

13. Dampak pada kondisi sosial-ekonomi

dan sosial budaya masyarakat terasing

T idak terjadi / terjadi di … … … … … … … … .. *)

14. Kegiatan sektor lain yang mengakibatkan

penurunan kinerja jalan

a) pedagang kaki lima *) b) pasar tradisional c) pusat perdagangan

15. Dampak lingkungan terhadap jalan

a) banjir *) b) longsor c) gempa bumi d) letusan gunung berapi

C. Saran Tindak Lanjut

*) : Coret yang tidak perlu Catatan: Data yang lebih rinci dapat dilampirkan … … … … … … … … … … … … 2003

Pelaksana Pemantauan

( … … … … … … … … … … .)

Page 640: Info Lingkungan3

Lampiran 6

Baku Mutu Udara Ambien Nasional

No.

Parameter

Waktu Pengukuran

Baku Mutu

Metode Analisis

Peralatan

1. SO2 (Sulfur Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Tahun

900 ug/Nm3 365 ug/Nm3 60 ug/Nm3

Pararosanilin Spektrofotometer

2. CO (Karbon Monoksida)

1 Jam 24 Jam 1 Tahun

30.000 ug/Nm3 10.000 ug/Nm3

NDIR NDIR Analizer

3. NO2 (Nitrogen Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Tahun

400 ug/Nm3 150 ug/Nm3 100 ug/Nm3

Saltzman Spektrofotometer

4. O3 (Oksidan)

1 Jam 1 Tahun

235 ug/Nm3 50 ug/Nm3

Chemiluminescent

Spektrofotometer

5. HC (Hidro Karbon)

3 Jam 160 ug/Nm3

Flame Ionization

Gas Chromatografi

6.. PM10 (Partikel < 10 um)

24 Jam 150 ug/Nm3

Gravimetric Hi – Vol

PM 25 *) (Partikel < 2,5 um)

24 Jam 1 Tahun

65 ug/Nm3 15 ug/Nm3

Gravimetric Gravimetric

Hi – Vol Hi – Vol

7. TSP (Debu)

24 Jam 1 Tahun

230 ug/Nm3 90 ug/Nm3

Gravimetric Hi – Vol

8. Pb (Timah Hitam)

24 Jam 1 Tahun

2 ug/Nm3 1 ug/Nm3

Gravimetric Ekstraktif Pengabuan

Hi – Vol AAS

9. Dustfall (Debu Jatuh)

30 hari 10 Ton/Km2/bulan (Pemukiman) 20 Ton/km2/bulan (Industri)

Gravimetric Cannister

10.

Total Fluorides (as F)

24 Jam 10 Hari

3 ug/Nm3 0,5 ug/Nm3

Spesific Ion Electrode

Impinger atau Countinous Analizer

11.

Fluor Indeks 30 Hari 40 ug/Nm3 dari kertas lime filter

Colourimetric Lime Filter Paper

12.

Klorine & Khlorine Dioksida

24 Jam 150 ug/Nm3

Spesific Ion Electrode

Impinger atau Countinous Analizer

13.

Sulphat Indeks 30 Hari 1 mg SO3/100 cm3 dari Lead Peroksida

Colourimetric Lead Peroksida Candle

Sumber : Peraturan Pemerintah No: 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Catatan : - *) PM25 mulai diberlakukan tahun 2002 - Nomor 10 s/d 13 hanya diberlakukan untuk daerah / kawasan Industri Kimia Dasar Contoh : Industri Petro Kimia Industri Pembuatan Asam Sulfat

Page 641: Info Lingkungan3

Lampiran 7

Baku Tingkat Kebisingan

No.

Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kegiatan

Tingkat

Kebisingan (dBA)

A.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Peruntukan Kawasan Perumahan dan Pemukiman

Perdagangan dan Jasa

Perkantoran dan Perdagangan

Ruang Terbuka Hijau

Industri

Pemerintahan dan Fasilitas Umum

Rekreasi

Khusus:

- Bandar Udara

- Stasiun Kereta Api

- Pelabuhan Laut

- Cagar Budaya

55

70

65

50

70

60

70

-

-

70

60

B.

1.

2.

3.

Lingkungan Kegiatan Rumah Sakit atau sejenisnya

Sekolah atau sejenisnya

Tempat ibadah atau sejenisnya

55

55

55

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan

Page 642: Info Lingkungan3

Lampiran 7

Baku Tingkat Kebisingan

No.

Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kegiatan

Tingkat

Kebisingan (dBA)

A.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Peruntukan Kawasan Perumahan dan Pemukiman

Perdagangan dan Jasa

Perkantoran dan Perdagangan

Ruang Terbuka Hijau

Industri

Pemerintahan dan Fasilitas Umum

Rekreasi

Khusus:

- Bandar Udara

- Stasiun Kereta Api

- Pelabuhan Laut

- Cagar Budaya

55

70

65

50

70

60

70

-

-

70

60

B.

1.

2.

3.

Lingkungan Kegiatan Rumah Sakit atau sejenisnya

Sekolah atau sejenisnya

Tempat ibadah atau sejenisnya

55

55

55

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan

Page 643: Info Lingkungan3

Lampiran 8

Halaman 8 - 1

Tabel 8.1 Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan

Frekuensi (Hz)

Nilai Tingkat Getaran dalam mikron (10-6 meter)

Tidak Mengganggu

Mengganggu

Tidak Nyaman

Menyakitkan

4

< 100

100 – 500

> 500 – 1000

> 1000

5 < 80 80 – 350 > 350 – 1000 > 1000 6,3 < 70 70 – 275 >275 – 1000 > 1000 8 < 50 50 – 160 > 160 – 500 > 500 10 < 37 37 – 120 >120 – 300 > 300

12,5 < 32 32 – 90 > 90 – 220 > 220 16 < 25 25 – 60 > 60 – 120 > 120 20 < 20 20 –40 > 40 – 85 > 85 25 < 17 17 –30 > 30 – 50 > 50

31,5 < 12 12 –20 >20 – 30 > 30 40 < 9 9 – 15 >15 – 20 > 20 50 < 8 8 – 12 > 12 – 15 > 15 63 < 6 6 – 9 > 9 - 12 > 12

Sumber : Lampiran I Kepmen LH No: KEP-49/MENLH/11/1996 Konversi : percepatan = (2 f)2 x simpangan kecepatan = 2 f x simpangan = 3,14

Tabel 8.2 Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan

Getaran Frekuensi

(Hz) Batas Getaran, Peak (mm/detik)

Parameter Satuan Kategori A

Kategori B

Kategori C Kategori D

- Kecepatan

Getaran - Frekuensi

mm/detik Hz

4 5

6,3 8

10 12,5 16 20 25

31,5 40 50

< 2,0 < 7,5 < 7,0 < 6,0 < 5,2 < 4.8 < 4,0 < 3,8 < 3,2 < 3,0 < 2,0 < 1,0

2,27 < 7,5 – 25 < 7 – 21 < 6 – 19 < 5,2 – 16 < 4,8 – 15 < 4 – 14 < 3,8 – 12 < 3,2 – 10 < 3,0 – 9 < 2 – 8 < 1 – 7

> 2,27 – 140 > 25 – 130 > 21 – 110 > 19 – 100 > 16 – 90 > 15 – 80 > 14 – 70 > 12 – 67 > 10 – 60 > 9 – 53 > 8 – 50 > 7 - 42

> 140 > 130 > 110 > 100 > 90 > 80 > 70 > 67 > 60 > 53 > 50 > 42

Sumber : Lampiran II Kepmen LH No: KEP-49/MENLH/11/1996 Keterangan: Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran (retak/terlepas plesteran pada dinding pemikul

beban pada kasus khusus) Kategori C : Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban Kategori D: Rusak dinding pemikul beban.

Page 644: Info Lingkungan3

Lampiran 8

Halaman 8 - 2

Tabel 8.3 Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Jenis Bangunan

Kelas

Tipe Bangunan

Kecepatan getaran (mm/detik)

Pada Fondasi

Pada bidang datar di lantai

paling atas Frekuensi

Campuran Frekuensi

< 10 Hz 10 - 50 Hz 50 – 100 Hz *)

1.

Bangunan untuk keperluan niaga, bangunan industri dan bangunan sejenis

< 10

20 - 40

40 - 50

40

2

Perumahan dan bangunan dengan rancangan dan kegunaan sejenis

< 5

5 - 15

15 - 20

15

3

Struktur yang karena sifatnya peka terhadap getaran, tidak seperti tersebut pada No.1 dan 2, dan mempunyai nilai budaya tinggi, seperti bangunan yang dilestarikan

< 3

3 - 8

8 - 10

8,5

Sumber : Lampiran III Kepmen LH No: KEP-49/MENLH/11/1996 *) Catatan: Untuk frekuensi > 100 Hz, sekurang-kurangnya nilai yang tersebut dalam kolom harus

dipenuhi.

Tabel 8.4

Baku Tingkat Getaran Kejut

Kelas

Jenis Bangunan

Kecepatan Getaran

Maksimum (mm/detik)

1. Peruntukan dan bangunan kuno yang mempunyai nilai sejarah tinggi

2

2.

Bangunan dengan kerusakan yang sudah ada, tampak keretakan-keretakan pada tembok

5

3.

Bangunan untuk dalam kondisi teknis yang baik, ada kerusakan-kerusakan kecil seperti plesteran yang retak

10

4.

B angunan “kuat” (m isalnya bangunan industri terbuat dari beton atau baja).

10 – 40

Sumber : Lampiran IV Kepmen LH No: KEP-49/MENLH/11/1996

Page 645: Info Lingkungan3

Lampiran 9

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (Contoh beberapa parameter yang mungkin terkena dampak pembangunan jalan)

Parameter

Satuan Kelas

Keterangan I II III IV Fisika Temperatur oC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya Residu Terlarut mg/l 1000 1000 1000 2000 Residu Tersuspensi mg/l 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu

tersuspensi < 5000 mg/l Kimia Anorganik pH 6 – 9 6 – 9 6 – 9 5 – 9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan

berdasarkan kondisi alamiah BOD mg/l 2 3 6 12 COD mg/l 10 25 50 100 DO mg/l 6 4 3 0 Angka batas minimum NH3 - N mg/l 0,5 *) *) *) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka

< 0,02 mg/l sebagai NH3 Kimia Organik Minyak dan Lemak mg/l 1000 1000 1000 *) Detergen mg/l 200 200 200 *) Mikrobiologi Fecal Coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform

< 2000 jml/100 ml dan Total coliform < 10.000/100 ml

Total Coliform Jml/100 ml 1000 5000 10.000 10.000

Sumber : Cuplikan dari Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Keterangan : *) Untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan. Kelas I : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut Kelas II : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana / sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas III : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ukan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan

lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut Kelas IV : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

Page 646: Info Lingkungan3

Lampiran 10

Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran

Aspek / Sifat Fisik dan Hayati Lingkungan

Peruntukan

Pemukiman dan Daerah Industri

Tanaman Tahunan

Tanaman Pangan Lahan Basah

Tanaman Pangan Lahan Kering dan Peternakan

1. Topografi 1.1 Lubang galian

a. Kedalaman b. Jarak

1.2 Dasar Galian

a. Perbedaan relief dasar galian

b. Kemiringan dasar galian

1.3 Dinding galian

a. Tebing teras b. Dasar teras

> 1 m di atas muka air tanah pada musim hujan < 5 m dari batas SIPD > 1m > 8 % Tinggi > 3 m Lebar < 6 m

Melebihi muka air tanah pada musim hujan < 5m > 1 m > 8 % Tinggi > 3 m Lebar < 6 m

> 10 cm di bawah muka air tanah pada musim hujan < 5 m > 1 m > 3 % Tinggi > 3 m Lebar < 6 m

Melebihi muka air tanah pada musim hujan < 5m > 1 m > 8 % Tinggi > 3 m Lebar < 6 m

2. Tanah

Tanah yang dikembalikan sebagai tanah penutup

< 25 cm

< 50 cm

< 25 cm

< 25 cm

3. Vegetasi

3.1 Tutupan tanaman budidaya

3.2 Tutupan tanaman tahunan

3.3 Tutupan tanaman lahan basah

3.4 Tutupan tanaman lahan kering / rumput

< 20 % tanaman tumbuh di seluruh lahan penambangan

< 50 % tanaman tumbuh di seluruh lahan penambangan

< 50 % tanaman tumbuh di seluruh lahan penambangan

< 50 % tanaman tumbuh di seluruh lahan penambangan

Sumber : Lampiran I Kepmen LH No: KEP-43/MENLH/10/1996 Tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan

Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran

Page 647: Info Lingkungan3

Lampiran 11

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

No.

Jenis Kendaraan

Ambang Batas Maksimum

CO (%) HC (ppm) Ketebalan Asap

1.

Sepeda motor 2 (dua) langkah dengan bahan bakar bensin dengan bilangan oktana > 87

4,5

3.000

-

2.

Sepeda motor 4 (empat) langkah dengan bahan bakar bensin dengan bilangan oktana > 87

4,5

2.400

-

3.

Kendaraan bermotror selain sepeda motor dengan bahan bakar bensin dengan bilangan oktana > 87

4,5

1.200

-

4

Kendaraan bermotror selain sepeda motor dengan bahan bakar solar / disel dengan bilangan setana > 45

-

-

Ekivalen 50% Bosch pada diameter 102

mm, atau opasiti 25 %

Sumber: Kepmen LH. No: KEP-35/MENLH/10/1993 Catatan: Kandungan CO dan HC diukur pada kondisi percepatan bebas (idling). Ketebalan asap gas buang diukur pada kondisi percepatan bebas

Page 648: Info Lingkungan3

Lampiran 12

Halaman 12 - 1

MATRIK PELAKSANAAN PEMANTAUAN RKL OLEH : PEMRAKARSA W A K T U P E M E R IK S A A N : … … … … … … … … .

N0.

RKL

PELAKSANAAN

TINDAK LANJUT / REKOMENDASI

DAMPAK PENTING

SUMBER DAMPAK

TOLOK UKUR / PARAMETER

PENGELOLAAN

TEKNIS PELAKSANAAN

HASIL PELAKSANAAN / TEMUAN LAPANGAN

KENDALA / MASALAH

1 2 3 4 5 6 7 8

Page 649: Info Lingkungan3

Lampiran 13

Halaman 13 - 1

LAPORAN HASIL

PEMANTAUAN PELAKSANAAN RKL DAN RPL

BIDANG USAHA ATAU KEGIATAN : LOKASI : PEMRAKARSA : TANGGAL :

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

- Uraikan pentingnya pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL.

B. T U J U A N

- Uraikan tujuan pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL. C. HASIL YANG INGIN DICAPAI (SASARAN)

- Tuliskan sasaran pemantauan ini sesuai dengan butir D dalam Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL.

- Dapat ditambahkan sasaran lain bila memang diperlukan.

D. RINGKASAN DESKRIPSI KEGIATAN

Tuliskan ringkasan deskripsi kegiatan, antara lain meliputi: - lokasi - kapan mulai beroperasi - jenism dan atau tahapan kegiatan - proses kegiatan / produksi.

BAB II RINGKASAN RKL DAN RPL

A. RINGKASAN RKL

Tuliskan ringkasan RKL, antara lain meliptuti: - Jenis dampak penting - Sumber dampak penting - Tolok ukur dampak penting - Pengelolaan dampak penting

B. RINGKASAN RPL

Tuliskan ringkasan RPL, antara lain meliptuti: - Jenis dampak penting

Page 650: Info Lingkungan3

Lampiran 13

Halaman 13 - 2

- Sumber dampak penting - Metode Pemantauan - Lokasi Pemantauan - Waktu pemantauan

BAB III HASIL PELAKSANAAN

A. RKL

- Uraikan secara singkat pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan hasil-hasil yang dicapai

- Lampirkan visualisasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan (jika ada).

B. RPL - Uraikan secara singkat pelaksanaan pemantauan lingkungan dan hasil yang dicapai. - Lampirkan berbagai hasil pengukuran (hasil pelaksanaan fisik dan hasil analisis

laboratorium).

BAB IV EVALUASI

- Uraikan secara singkat kesesuaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan

dengan tolok ukur. - Uraikan kendala dan masalah yang dihadapi. - Uraikan langkah-langkah perbaikan pelaksanaan RKL dan RPL.

Page 651: Info Lingkungan3

Lampiran 12

Halaman 12 - 2

MATRIK PELAKSANAAN PEMANTAUAN RPL OLEH : PEMRAKARSA W A K T U P E M E R IK S A A N : … … … … … … … … .

N0.

RPL

PELAKSANAAN

TINDAK LANJUT / REKOMENDASI

DAMPAK PENTING (PARAMETER YANG DIPANTAU)

SUMBER DAMPAK

TOLOK UKUR PARAMETER

METODA

LOKASI

WAKTU

TEKNIS PELAKSANAAN

HASIL PEMANTAUAN

KENDALA / MASALAH

METODA LOKASI

WAKTU

1 2 3 4 6 6 7 8 9 10 11 12