infil tras i

29
Tugas Hydrologi Rekayasa – Infiltrasi dan Evaporasi I. INFILTRASI A. Pengertian Infiltrasi Dalam siklus hidrologi terdapat istilah infiltrasi, secara umum Infiltrasi adalah proses perpindahan air dari atas permukaan tanah ke dalam permukaan tanah dengan melalui pori-pori tanah. Pada siklus hidrologi terlihat jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam permukaan tanah, sebagian lagi akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan ‘overland flow’. Aliran air yang hanya mencapai tanah disebut presipitasi dan aliran air yang masuk ke dalam tanah disebut infiltrasi (infiltrate). Ini merupakan proses gerakan dari atmosfer ke dalam tanah. Infiltrasi dapat dinyatakan sebagai laju (rate) atau total. Contoh: Tanah mempunyai kapasitas infiltrasi total 3 inches/jam. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UKI-Paulus Makassar 1

Upload: christiansutanto

Post on 06-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Tugas Hydrologi Rekayasa Infiltrasi dan Evaporasi

Tugas Hydrologi Rekayasa Infiltrasi dan EvaporasiI. INFILTRASI

A. Pengertian Infiltrasi

Dalam siklus hidrologi terdapat istilah infiltrasi, secara umum Infiltrasi adalah proses perpindahan air dari atas permukaan tanah ke dalam permukaan tanah dengan melalui pori-pori tanah. Pada siklus hidrologi terlihat jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalampermukaan tanah, sebagian lagi akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Aliran air yang hanya mencapai tanah disebut presipitasi dan aliran air yang masuk ke dalam tanah disebut infiltrasi (infiltrate). Ini merupakan proses gerakan dari atmosfer ke dalam tanah. Infiltrasi dapat dinyatakan sebagai laju (rate) atau total. Contoh: Tanah mempunyai kapasitas infiltrasi total 3 inches/jam.

Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation)menuju air tanah. Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari daerah basah menuju ke daerah yang lebih kering. Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban tanah. Selain itu, gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung daripada tanah berbutir kasar pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan. Setelah tanah menjadi basah, gerak kapiler berkurang karena berkurangnya gaya kapiler.

Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran kapiler pada lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh gravitasi berlanjut mengisi pori-pori tanah. Dengan terisinya pori-pori tanah, laju infiltrasi berkurang secara berangsung-angsur sampai dicapai kondisi konstan; di mana laju infiltrasi sama dengan laju perkolasi melalui tanah.

Dalam infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu; sedang laju infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan. Apabila tanah dalam kondisi kering ketika infiltrasi terjadi, kapasitas infiltrasi tinggi karena kedua gaya kapiler dan gravitasi bekerja bersama-sama menarik air ke dalam tanah. Ketika tanah menjadi basah, gaya kapiler berkurang yang menyebabkan laju infiltrasi menurun. Akhirnya kapasitas infiltrasi mencapai suatu nilai konstan, yang dipengaruhi terutama oleh gravitasi dan laju perkolasi.Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap:1. Proses Limpasan,Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah hujan dengandaya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil;

2. Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah,Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerah tidak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Infiltrasi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses infiltrasi diantaranya sebagai berikut, yaitu:1. Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh,

Genangan Pada Permukaan Tanah

Dari gambar gambar di atas, air yang tergenang di atas permukaan tanah terinfiltrasi ke dalam tanah, yang menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi jenuh air. Apabila tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah melalui sejumlah tabung kecil. Aliran melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran melalui pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan tanah (D) memberikan tinggi tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi tekanan total yang menyebabkan aliran adalah D+L.

Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding dengan tebal lapis jenuh air L. Pada awal hujan, dimana L adalah kecil dibanding D, tinggi tekanan adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke dalam tanah dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang sampai melebihi D, sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi tersebut kecepatan infiltrasi berkurang. Apabila L sangat lebih besar daripada D, perubahan L mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir konstan;

2. Kelembaban tanah,Jumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja sama dengan gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat.

Dengan bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga perbedaan daya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan.

3. Pemampatan oleh hujan,Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus (seperti lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir, pengaruh tersebut sangat kecil.

4. Penyumbatan oleh butir halus,Ketika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus. Ketika hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke dalam tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi.

5. Tanaman penutupBanyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan, dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk lapisan humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi hujan lapisan humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga akan menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar daripada tanah yang tanpa penutup tanaman.

6. Topografi,Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan waktu infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang sehingga mempunyai waktu cukup banyak untuk infiltrasi.

7. Intensitas hujan,Intensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika intensitas hujan I lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi.C. Kapasitas Infiltrasi

Kapasitas Infiltrasi adalah kurva batas yang menggambarkan laju peresapan air maksimum dengan waktu untuk jenis tanah tertentu (termasuk jenis penutup tanahnya). Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas infiltrasi :Rumus Horton :f = fC + e- ktDimana:F= laju infiltrasi pada waktu t (mm/jam);fc= kapasitas infiltrasi pada waktu t (mm/jam); = f0 - fc; f0= kapasitas infiltrasi awal pada t=0 mm/jam);t = waktu terhitung mulainya hujan (menit);K = konstanta untuk jenis tanah dan penutup tertentu (1/menit).

D. Pengukuran Infiltrasi dan Laju Infiltrasi

Penentuan besarnya infiltrasi dapat dilakukna dengan melalui tiga cara yaitu: 1) Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume air larian pada percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan (metode simulasi laboratorium); 2) Menggunakan alat ring infiltrometer (metode pengukuran lapangan);3) Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan (metode separasi hidrograf).

Infiltrasi dapat diukur dengan cara berikut : 1) Dengan Menggunakan Infiltrometer, Infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas tabung baja yang ditekankan kedalam tanah.Permukaan tanah di dalam tabung diisi air.Tinggi air dalam tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian banyaknya air yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung tersebut harus diukur. Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke samping di bawah tabung. Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari banyaknya air yang ditambahkan kedalam tabung sebelah dalam per satuan waktu.

2) Dengan Menggunakan Testplot, Pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer hanya dapat dilakukan terhadap luasan yang kecil saja, sehingga sukar untuk mengambil kesimpulan terhadap besarnya infiltrasi bagi daerah yang lebih luas. Untuk mengatasi hal ini dipilih tanah datar yang dikelilingi tanggul dan digenangi air. Daya infiltrasinya didapat dari banyaknya air yang ditambahkan agar permukaannya konstan. Jadi testplot sebenarnya adalah infiltrometer yang berskala besar.

3) Dengan Menggunakan Lysimeter, Lysimeter merupakan alat pengukur berupa tangki beton yang ditanam dalam tanah diisi tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya, dilengkapi dengan fasilitas drainage dan pemberian air. Untuk mencapai tujuan ini lebih baik digunakan lysimeter timbang, dengan lysimeter timbang besarnya infiltrasi dengan kondisi curah hujan yang sebenarnya dapat dipelajari. Curah hujan harus diukur dengan alat pencatat hujan (recording rain gauge) yang harus ditempatkan di dekat lysimeter tersebut.

Model HortonModel Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis dengan persamaan:

f = fc + (fo fc)e-kt ; i fc dan k = konstan

Keterangan:f = laju infiltrasi nyata (cm/h); fc= laju infiltrasi tetap (cm/h);fo= laju infiltrasi awal (cm/h); k = konstanta geofisik. Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya f0, fc, dan k dan ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana.

Model Philip Tanah Dua-Lapis Pada satu seri dari papernya, Philip memperkenalkan analisis dari infiltrasi berdasarkan persamaan Fokker-Planck, atau persamaan aliran untuk tanah homogen dengan kadar lengas tanah awal dan suplai air yang berlebihan dipermukaan.

Kurva Kapasitas InfiltrasiKurva kapasitas merupakan hubungan antara kapasitas infiltrasi dengan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah terjadinya hujan. Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadinya hujan, akan tetapi semakin lama kapasitasnya maka akan mencapai penurunan hingga mencapai titik konstan.Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: Kelembapan tanah; Kompaksi; Penumpukan bahan liatan; Tekstur tanah; Struktur tanah.

Menurut knaap(1978) untuk mengumpulkan data infiltrasi dapat dilakukan dengan tiga cara yakni: Inflow-outflow; Analisis data hujan dan hidrograf; Double ring inflometer.

Dari ketiga cara tersebut yang paling sering digunakan pengukuran infiltrasi dilapangan yaitu dengan menggunakan doble ring inflometer. Double ring infiltometer merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain pengukuran yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari,inilah yang menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.

II. EVAPORASI

A. Pengertian Evaporasi

Penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair (air) menjadi gas (uap air) dan masuk ke atmosfer. Dalam hidrologi, penguapan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu evaporasi dan transpires. Evaporasi adalah penguapan yang terjadi dari permukaan air (seperti laut, danau, dan sungai), permukaan tanah (genangan air di atas tanah dan penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan tanah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Evaporasi juga dapat dikatakan suatu proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Penguapan terjadi pada tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap air.

Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :1. Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan.2. Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).Kombinasi antara proses evaporasi dan transpirasi merupakan evaporasi total (evapotranspirasi) yang juga disebut dengan Consumtive use. Evapotranspirasi dapat terjadi dalam dua keadaan, yaitu terjadi pada saat cukup air disebut evapotranspirasi potensial, dan evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya, dalam arti kondisi pemberian air seadanya disebut evapotranspirasi aktual.

Adapun syarat-syarat terjadinya evaporasi, yaitu:1. Ada energy, untuk mengubah air dari bentuk cair menjadi uap;2. Ada proses difusi, yaitu perpindahan uap air ke atmosfer.

B. Laju Evaporasi

Laju evaporasi adalah laju neto antara evaporasi dan kondensasi yang sebanding dengan perbedaan tekanan uap air dipermukaan air dan tekanan uap air di udara di atasnya. Laju evaporasi pada suatu wilayah berkaitan erat dengan beberapa faktor, yaitu diantaranya sebagai berikut: Intensitas radiasi matahari yang diterima pada wilayah tersebut, semakin tinggi radiasi matahari yang diterima akan semakin tinggi pula laju evaporasi yang berlangsung dengan asumsi bahwa tersedia cukup air untuk diuapkan; Keadaan sebaran dan ketebalan awan, keadaan sebaran dan ketebalan awan mempengaruhi radiasi matahari actual yang diterima permukaan bumi; Pengaruh musim; Perbedaan ketinggian wilayah, laju evaporasi juga berbeda antara dataran tinggi dengan dataran rendah. Laju evaporasi di dataran rendah umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan laju evaporasi di dataran tinggi atau pengunugan. Rendahnya laju evaporasi didaerah pengunugan juga disebabkan karena penutupan awan yang lebih intensif.

Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang pengembangan sumber-sumber daya air, laju evaporasi atau penguapan akan berubah-ubah menurut warna dan sifat pemantulan permukaan (albedo) dan berbeda pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari (air bebas) dan yang terlindung. Penguapan hanya terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan uap air antar permukaan dan udara diatasnya.

Evaporasi terus-menerus memerlukan pemindahan uap air dari permukaan sedikit ke atas, tanpa memindahkan udara dekat bumi. Udara itu akan jenuh dengan uap air dan evaporasi akan berhenti. Keperluan kedua untuk evaporasi adalah suatu sumber panas. Permukaan menjadi dingin karena evaporasi. Penguapan air akan menurunkan tekanan uap air jenuh. Bila tidak ada sumber panas, kesetimbangan tidak lama dicapai dan evaporasi berhenti. Evaporasi juga dipengaruhi oleh sifat fisika atau kimia cairan. ( Harto, Sri. 1998).

Besarnya faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah radiasi matahari, angin, kelembaban relative, dan suhu. Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air, proses ini berjalan terus hampir tanpa henti disiang hari dan kerap kali juga dimalam hari. Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi. Proses ini akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung. Awan merupakan penghalang radiasi matahari dan menghambat proses evaporasi. Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara permukaan tanah dan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti. Agar proses tersebut dapat berjalan terus lapisan harus diganti dengan udara kering. Pergantian itu hanya mungkin kalau ada angin yang akan menggeser komponen uap air. Jadi kecepatan angin memegang peranan penting dalam proses evaporasi. ( Soemarto. 1995 ).

Jika kelembaban relative naik, maka kemampuan udara untuk menyerap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya menurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara yang sama kelembaban relatifnya tidak menolong dalam memperbesar laju evaporasinya. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasinya berjalan lebih cepat dibandingkan dengan jika suhu udara dan tanah rendah dengan adanya energi panas yang tersedia, kemampuan udara untuk menyerap uap air naik. Jika suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi dengan mempengaruhi kemampuan udara menyerap air dan mempengaruhi suhu tanah yang akan mempercepat penguapan. Ssedangkan suhu tanah dan air hanya mempunyai efek tunggal.(Lakitan)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penentu Terjadinya Evaporasi

Ada beberapa faktor yang menjadi penentu terjadinya proses penguapan atau evaporasi, yaitu: 1. Panas,Panas diperlukan untuk berlangsungnya perubahan bentuk dari zat cair ke zat gas dan secara alamiah matahari menjadi sumber energi panas;

2. Suhu udara, permukaan bidang penguapan ( air, vegetasi dan tanah ) dan energi panas matahari,Makin tinggi suhu udara di atas permukaan bidang penguapan, makin mudah terjadi perubahan bentuk dari zat cair menjadi zat gas. Dengan demikian, laju evapotranspirasi menjadi lebih besar di daerah tropis dari pada daerah beriklim sedang. Perbedaan laju evapotranspirasi yang sama juga dijumpai di daerah tropis pada musim kering dan musim basah;

3. Kapasitas kadar air dalam udara,Kapasitas kadar air dalam udara secara langsung dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu di tempat tersebut. Besarnya kadar air dalam udara di suatu tempat tersebut. Proses evaporasi tergantung pada deficit tekanan uap jenuh air (saturated vapour pressure deficit, Dvp) di udara atau jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara sebelum udara tersebut menjadi jenuh. Sehingga, evaporasi lebih banyak di daerah pedalaman karena kondisi udara cenderung lebih kering daripada di daerah pantai yang lembab karena penguapan dari permukaan air laut;

4. Kecepatan angin,Ketika pengupan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan secara bertahap menjadi lembab, sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu menampung uap air lagi. Pada tahap ini, udara jenuh di atas permukaan bidang tersebut akan berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan kerapatan udara, dan demikian, proses penguapan air dari bidang penguapan tersebut akan berlangsung secara terus-menerus. Hal ini terjadi karena adanya pergantian udara lembab oleh udara yang lebih kering atau gerakan massa udara dari tempat dengan tekanan udara lebih tinggi ke tempat dengan tekanan udara lebih rendah ( proses adveksi ) dalam hal ini kecepatan angin di atas permukaan bidang penguapan sangat penting. Penguapan air di daerah lapang lebih besar dari daerah dengan banyak naungan karena di daerah lapang perpindahan udara menjadi lebih bebas;

5. Bidang permukaan,Secara alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses evoporasi melalui perubahan pola perilaku angin. Pada bidang permukaan yang kasar atau tidak beraturan, kecepatan angin akan berkurang oleh adanya proses gesekan. Tapi pada tingkat tertentu, permukaan bidang penguapan yang kasar juga dapat gerakan angin berputar ( turbulent ) yang dapat memperbesar evaporasi. Pada bidang permukaan air yang luas, angin kencang juga dapat menimbulkan gelombang air besar dan dapat mempercepat terjadinya evopotranspirasi.

D. Metode dalam Perkiraan Penentuan Besarnya Evaporasi

Besarnya evaporasi dapat ditentukan dengan beberapa perkiraan sebagai berikut :1. Perkiraan evaporasi berdasarkan panci evaporasi,Evaporasi permukaan air bebas menggunakan panci evaporasi harus dikonversi karena perkiraan evaporasi pada 1 unit area permukaan air bebas. Rumus penentuan besarnya evaporasi dari permukaan air bebas adalah:

Permukaan air bebas (E) = Panci (C) x Evaporasi panic

Tabel koefisien (C pan) untuk berbagai pan yang telah dihitung

PANMONMEANMAX

Class A/ Colorado1.061.151.22

Class A/US S.p.s1.201.311.46

Colorado/Class A0.820.870.95

Colorado/B.P.I1.031.061.09

BPI/Class A0.680.770.83

BPI/Colorado0.920.940.97

Sumber : Rodda (1954)

2. Perkiraan evaporasi dengan menggunakan rumus empiris,a. Cara AerodinamikMetode ini mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan uap air dari suatu permukaan, yaitu pertumbuhan kelembaban arah vertical dan turbulensi dari aliran udara.Rumus : Eo = k . z (ew ea)

dimana :Eo = evaporasi muka air bebas selama satu periode pengamatan (mm/hari);K = konstanta empiris (0.35);V2 = fungsi/hubungan matematik antara evaporasi dan masa air;ew =tekanan uap jenuh diudara dengan temperature sesuai dengan temperatur airnya;ez= tekanan uap sesungguhnya, diudara setinggi z.

Sehingga rumus diatas menjadi : Eo= 0,35 (0,5 + 0,54 V) (ew ez)

V2 = kecepatan angin pada ketinggian 2m (m/det)Penentuan besarnya ez;RH = (Ez x 100)/ ew;RH = kelembaban relatif (%), diukur dengan psycrometer;Rw = dihitung berdasarkan suhu udara (T) saat pengukuran RH.

b. Persamaan RohwerE = 0,484 (1 + 0,6 V ) (ew ea)

(ILRI : 1974)Keterangan E= evaporasi (mm/hari);e.w= tekanan uap jenuh dengan temperatur sama dengan temperatur air (milibar);e.a= tekanan uap air di udara (milibar);V= kecepatan angina rata-rata dalam sehari.

c. Persamaan OrstomE= 0,358 (1 + 0,588 V) (ew ea)

(ILRI: 1974)

d. Persamaan Danau HefnerE = 0,00201 V (ew ea) . (cm/detik)

(ILRI: 1974)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya R (2011). Pengertian Evaporasi. http://note-why.blogspot.com [8 Juni2015]. Bambang Triatmodjo. 2010.Hidrologi Terapan.Yogyakarta : Beta Offset.Besta (2014). Infiltrasi dan Perkolasi. http://bestananda.blogspot.com [9 Juni2015].Harto, Sri. 1998. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia. Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta. PT Raja GrafindoPersada.Santosa D (2013). Pengertian dan Faktor Infiltrasi. http://www.galeripustaka.com [10 Juni 2015].Santoso J (2013). Penetapan Infiltrasi. http://jokosantosounri.blogspot.com [10Juni 2015]. Soemarto. 1995. Hidrologi Tehnik. Jakarta: Erlangga

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UKI-Paulus Makassar17