infeksi nosokomial

14
INFEKSI NOSOKOMIAL A. Pengertian Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen, 2007).Selanjutnya, apabila suster atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari pasien sebelumnya Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2001). Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Soeparman, 2001). ‘Infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap

Upload: yaya

Post on 16-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

INFEKSI NOSOKOMIAL

TRANSCRIPT

Page 1: INFEKSI NOSOKOMIAL

INFEKSI NOSOKOMIAL

A.     Pengertian Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang tidak

diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat

tersebut (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen

penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams & Janet M. Corrigan,

2003). Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat

seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian

mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen

Goldsteen, 2007).Selanjutnya, apabila suster atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka

ada kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari pasien sebelumnya

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu

gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di

rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai

dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan

tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi

sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien

berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2001).

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi

endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan

berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi

eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu

pasien ke pasien lainnya (Soeparman, 2001).

‘Infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya rumah

sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi

dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi

nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang

baru selama dirawat – 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11

rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat

infeksi yang baru selama dirawat

Hal-hal yang berhubungan dengan infeksi nosokomial : (Panjaitan, B, 1989)

1.      secara umum infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan penderita selama dirawat

dirumah sakit.

2.      Infeksi nosokomial sukar diatasi karena sebagai penyebabnya adalah mikro organisme /

bakteri yang sudah resisten terhadap anti biotika.

Page 2: INFEKSI NOSOKOMIAL

3.      Bila terjadi infeksi nosokomial, makaakan terjadi penderitaan yang berpanjangan serta

pemborosan waktu serta pengeluaran biaya yang bertambah tinggi kadangkadang kualitas hidup

penderita akan menurun.

4.      Infeksi nosokomial disamping berbahaya bagi penderita, jugaberbahaya bagi lingkungan

baik selamadirawat dirumah sakit ataupun diluar rumah sakit setelah berobat jalan.

5.      Dengan pengendalian infeksi nosokomial akan menghembat biaya dan waktu yang

terbuang.

6.      Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah nasional, sehingga

bila angka infeksi nosokomial disuatu rumah sakit tinggi, maka izin operasionalnya dipertimbangkan

untuk dicabut oleh instansi yang berwenang

B.     Batasan-Batasan Infeksi Nosokomial.

Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infection” apabila memenuhi

batasan / criteria sebagai berikut:

1.      Apabila padawaktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.

2.      Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalammasa inkubasi dari infeksi tersebut.

3.      Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai

dirawat.

4.      Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.

5.      Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapiterbukti bahwa

infeksi didapat penderita pada waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai

indeksi nosokomial.

C.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial.

Sesara umum factor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri atas 2 bagian besar,

yaitu : (Roeshadi, D, 1991)

1.      Faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh dan kondisikondisi

lokal)

2.      Faktor eksogen (lama penderita dirawat,kelompok yang merawat, alat medis, serta

lingkungan)

Untuk mudahnya bagaimana seorang pasien mendapat infeksi nosokomial selama dirawat di

RS dapat diringkas sebagai berikut :

1.      Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya sendiri (auto infeksi)

2.      Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui petugas yang merwat di RS

3.      Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui pasien-pasien yang dirawat ditempat /

ruangan yang samadi RS tersebut.

4.      Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui keluarga pasien yang bekunjung kerumah

sakit tersebut.

Page 3: INFEKSI NOSOKOMIAL

5.      Pasien mendapat infeksi niosokomial melalui peralatan yang dipakai dirumah sakit

tersebut.

6.      Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui peralatan makanan yang disediakan rumah

sakit ataupun yang didapatnya dari luar rumah sakit.

7.      Disamping ke-6 cara-cara terjadinya infeksi nosokomial seperti yang dinyatakan diatas,

maka faktor lingkungan tidak kalah penting sebagai factor penunjang untuk terjadinya infeksi

nosokomial, faktor lingkungan tersebut adalah

o    Air

o    Bahan yang harus di buang ( Disposial)

o    Udara

D.     Penyebab Infeksi Nosokomial

1.      Agen infeksi

Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak

antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena

banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan

terjadinya infeksi tergantung pada:

·           karakteristik mikroorganisme,

·           resistensi terhadap zat-zat antibiotika,

·           tingkat virulensi,

·           dan banyaknya materi infeksius.

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi

nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross

infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection).

Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu

penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak

steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme

yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit

pada orang normal, (Ducel, 2001).

2.      Bakteri

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan

bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada

beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah

terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab

infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik

maupun endemik. Contohnya :

·           Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene

Page 4: INFEKSI NOSOKOMIAL

·           Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung

dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali

telah resisten terhadap antibiotika.

·           Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,

Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang

menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini

bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.

·           Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru,

dan peritoneum.

3.      Virus

Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk

virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.

Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke

mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan

transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi

gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering

menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex

virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan (Wenzel, 2002)

4.      Parasit dan jamur

Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa

maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri

dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus

neoformans, Cryptosporidium.

5.      Faktor alat

Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari kateter urin,

infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia.

Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam, diperkirakan

20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan

mekanis, fisis dan kimiawi.

E.     Proses  Penularan Infeksi Nosokomial

1.     Langsung

antara pasien dan personel yang merawat atau menjaga pasien

2.     Tidak langsung

-        obyek tidak bersemangat atau kondisi lemah

-        lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan (Sebagai contoh

perawatan luka pasca operasi)

Page 5: INFEKSI NOSOKOMIAL

-        penularan cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai ke udara (air borne)

-        Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau serangga yang membawa

kuman

Selain itu penularan infeksi nosokomial yaitu

1.      Penularan secara kontak

Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak

langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to

person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi

apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda

mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh

mikroorganisme.

2.      Penularan melalui Common Vehicle

Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat

menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicleadalah

darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.

3.      Penularan melalui udara dan inhalasi

Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat

mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya

mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas  (staphylococcus) dan tuberculosis.

4.      Penularan dengan perantara vektor

Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal

bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh

vector misalnya shigella dan  salmonella oleh lalat.

Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat terjadi

perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan

biologis, misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).   

F.      Tanda dan gejala Infeksi

§   Demam

§   bernapas cepat,

§   kebingungan mental,

§   tekanan darah rendah,

§   urine output menurun,

§   pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakit ketika kencing dan darah dalam

air seni

§   sel darah putih tinggi

§   radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidakmampuan untuk batuk.

Page 6: INFEKSI NOSOKOMIAL

§   infeksi : pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka di sekitar bedah atau

luka

G.     Dampak Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :

1.      Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang

permanen serta kematian.

2.      Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.

3.      Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan

meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan

pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum. 

H.     Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial

Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan

benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran

yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding,

lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-

kali.

Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya

pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi

penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang

baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit

harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya

untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana

yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.

Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk

mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan.

Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. Disinfeksi yang dipakai

adalah:

o    Mempunyai kriteria membunuh kuman

o    Mempunyai efek sebagai detergen

o    Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.

o    Tidak sulit digunakan

o    Tidak mudah menguap

o    Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien

o    Efektif

o    Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak

1.      Perbaiki Ketahanan Tubuh

Page 7: INFEKSI NOSOKOMIAL

Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang

secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh

melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik

komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia.

Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik

oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan

tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri

oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.

2.      Ruangan Isolasi

Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan

pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara,

contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang

melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah

eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi.

Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga

sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar.

Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa

dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama

mereka menderita penyakit yang sama.

Pencegahan Infeksi nosokomial yaitu dengan:

1.     Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan

penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.

2.     Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

3.      Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup,

dan vaksinasi.

4.     Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasi

5.     Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

Selain itu Pencegahan Infeksi nosokomial juga dengan menggunakan Standar kewaspadaan

terhadap infeksi, antara lain :

1.      Cuci Tangan

o    Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi.

o    Segera setelah melepas sarung tangan.

o    Di antara sentuhan dengan pasien.

2.      Sarung Tangan

o    Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.

o    Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.

Page 8: INFEKSI NOSOKOMIAL

3.      Masker, Kaca Mata, Masker Muka

Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak

dengan darah dan cairan tubuh.

4.      Baju Pelindung

o    Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh

o    Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan

darah atau cairan tubuh

5.      Kain

o    Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir

o    Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien

6.      Peralatan Perawatan Pasien

o    Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan

kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan

o    Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali

7.      Pembersihan Lingkungan

Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang

perawatan pasien

8.      Instrumen Tajam

o    Hindari memasang kembali penutup jarum bekas

o    Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai

o    Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan

o    Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan

9.      Resusitasi Pasien

Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak

langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut

10.   Penempatan Pasien

Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi

I.        Program Pengendalian Infeksi Nosokomial Di RS

Dalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam

program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, antara lain:

1.      Adanya Sistem Surveilan Yang Mantap

Surveilan suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistematik dan dilakukan terus

menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu dengan tujuan untuk

dapat melakukan pencegahan dan pengendalian. Jadi tujuan dari surveilan adalah untuk menurunkan

risiko terjadinya infeksi nosokomial. Perlu ditegaskan di sini bahwa keberhasilan pengendalian infeksi

nosokomial bukanlah ditentukan oleh canggihnya per-alatan yang ada, tetapi ditentukan oleh

Page 9: INFEKSI NOSOKOMIAL

kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara benar (the proper

nursing care). Dalam pelaksanaan surveilan ini, perawat sebagai petugas lapangan di garis paling

depan, mempunyai peran yang sangat menentukan,

2.      Adanya Peraturan Yang Jelas Dan Tegas Serta Dapat Dilaksanakan, Dengan Tujuan

Untuk Mengurangi Risiko Terjadinya Infeksi

Adanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan, merupakan hal yang sangat

penting adanya. Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus dijalankan setelah dimengerti

semua petugas; standar ini meliputi standar diagnosis (definisi kasus) ataupun standar pelaksanaan

tugas. Dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini, peran perawat besar sekali. 

3.      Adanya Program Pendidikan Yang Terus Menerus Bagi Semua Petugas Rumah Sakit

Dengan Tujuan Mengembalikan Sikap Mental Yang Benar Dalam Merawat Penderita

Keberhasilan program ini ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan

yang sempurna kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses belajar dan

mengajar yang terus menerus. Program pendidikan hendaknya tidak hanya ditekankan pada aspek

perawatan yang baik saja, tetapi kiranya juga aspek epidemiologi dari infeksi nosokomial ini. Jadi

jelaslah bahwa dalam seluruh lini program pengendalian infeksi nosokomial, perawat mempunyai

peran yang sangat menentukan. Sekali lagi ditekankan bahwa pengendalian infeksi nosokomial

bukanlah ditentukan oleh peralatan yang canggih (dengan harga yang mahal) ataupun dengan

pemakaian antibiotika yang berlebihan (mahal dan bahaya resistensi), melainkan ditentukan oleh

kesempurnaan setiap petugas dalam melaksanakan perawatan yang benar untuk penderitanya.

J.      Yang Harus Diperhatikan Keluarga dan Pengunjung dalam Pengendalian Infeksi

Nosokomial

1.      Mengerti dan memahami peraturan dari Rumah sakit

§   Taatilah waktu berkunjung

§   Jangan terlalu lama menjenguk cukup 15-20 menit saja

§   Penunggu pasien cukup 1 orang

§   Jangan berkunjung jika anda sedang sakit

§   Jangan membawa anak dibawah usia 12 tahun

2.      Menjaga kebersihan diri

§   lakukan cuci tangan sebelum dan setelah bertemu pasien

§   jangan menyentuh luka, perban, area tusukan infuse, atau alat-alat lain yang digunakan

untuk merawata pasien

§   bantulah pasien untuk menjaga kebersihan dirinya

3.      Menjaga kebersihan lingkungan

§   Jangan menyimpan barang terlalu banyak di ruangan pasien

§   Jangan tidur di bed pasien §   Jangan merokok diarea RS

Page 10: INFEKSI NOSOKOMIAL

K.     Contoh Infeksi Nosokomial

1.      Infeksi Luka Operasi (ILO)

Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak

menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut

memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu (contoh,

organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi dengan

setidaknya terdapat salah satu tanda :

o    Keluar cairan purulen dari drain organ dalam

o    Didapat isolasi bakteri dari organ dalam

o    Ditemukan abses 

o    Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.

o    Pencegahan ILO harus dilakukan, karena jika tidak, akan mengakibakan semakin lamanya

rawat inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko kecacatan dan kematian, dan dapat

mengakibatkan tuntutan pasien. Pencegahan itu sendiri harus dilakukan oleh pasien, dokter dan

timnya, perawat kamar operasi, perawat ruangan, dan oleh nosocomial infection control team.

2.      Infeksi Saluran Kencing (ISK )

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi di

saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra).

Bakteri utama penyebab ISK adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat

pada tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra wanita

lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri ini lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga dapat

dipicu oleh batu di saluran kencing yang menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat

menimbulkan batu.

Mikroorganisme lain yang bernama Klamidia dan Mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK

pada laki-laki maupun perempuan, tetapi cenderung hanya di uretra dan sistem reproduksi. Berbeda

dengan E coli, kedua bakteri itu dapat ditularkan secara seksual sehingga penanganannya harus

bersamaan pada suami dan istri.

Gejala Penderita ISK mungkin mengeluhkan hal-hal berikut:

o    Sakit pada saat atau setelah kencing

o    Anyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar)

o    Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah

o    Nyeri pada pinggang

o    Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa

nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)

3.      Bakterimia

Page 11: INFEKSI NOSOKOMIAL

Bakteremia adalah keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu hidup dalam aliran darah

secara sementara, hilang timbul atau menetap. Bakteremia merupakan infeksi sistemik yang

berbahaya karena dapat berlanjut menjadi sepsis yang angka kematiannya cukup tinggi. Faktor risiko

terjadinya bakteremia pada orang dewasa antara lain lama perawatan di rumah sakit, tingkat

keparahan penyakit, komorbiditas, tindakan invasif, terapi antibiotika yang tidak tepat, terapi

imunosupresan, dan penggunaan steroid.

Gejala Bakteremia yang bersifat sementara jarang menyebabkan gejala karena tubuh biasanya

dapat membasmi sejumlah kecil bakteri dengan segera. Jika telah terjadi sepsis, maka akan timbul

gejala-gejala berikut:

o    Demam atau hipotermia (penurunan suhu tubuh)

o    Hiperventilasi

o    Menggigil

o    Kulit teraba hangat

o    Ruam kulit

o    Takikardi (peningkatan denyut jantung)

o    Mengigau atau linglung

o    Penurunan produksi air kemih.

4.      Infeksi Saluran Napas (ISN)

Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas

dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis,

laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada

bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.

Keadaan rumah sakit yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas maupun

bawah. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan

infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya

penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis,

dan faringitis.