infeksi nosokomial

3
INTRODUCTION Infeksi nosokomial (INOK) atau nosocomial infection (NI) merupakan suatu “jenis” infeksi di lingkungan rumah sakit yang diperoleh ketika pasien dirawat di rumah sakit tersebut. Belakangan, terminologi lain yang dipakai untuk menyatakan “jenis” infeksi semacam itu adalah hospital acquired infection (HAI). Kehadiran INOK baik berupa infeksi pada vena yang umumnya terjadi akibat pemasangan infus, infeksi saluran kemih (ISK) yang umumnya terjadi akibat pemasangan kateter, infeksi pada luka operasi, infeksi pada saluran pernapasan maupun infeksi umbilikus pada neonatus bermuara pada memperparah kondisi penyakit yang sudah ada. Gejala yang muncul dapat berupa gejala lokal seperti phlebitis, radang lokal pada tempat operasi, radang kandung kemih dan saluran kemih pada pemasangan kateter, maupun gejala sistemik berupa sepsis yang dapat menyebabkan pada kematian. Di samping itu, INOK memperburuk penyakit yang telah ada dan mengurangi efisiensi perawatan. ISI Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan ketika kuman tumbuh dan berkembang biak di dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna. Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis bakteriuria dan leukosituria. Infeksi saluran kemih pasca kateterisasi merupakan porsi terbesar dari infeksi nosokomial. Tata cara pemasangan kateter yang atraumatik dengan tindakan aseptik merupakan syarat mutlak untuk tindakan ini agar infeksi yang mungkin terjadi dapat dicegah. Sejauh

Upload: nizzar-tettap-semangatt

Post on 03-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

inos

TRANSCRIPT

INTRODUCTION

Infeksi nosokomial (INOK) atau nosocomial infection (NI) merupakan suatu jenis infeksi di lingkungan rumah sakit yang diperoleh ketika pasien dirawat di rumah sakit tersebut. Belakangan, terminologi lain yang dipakai untuk menyatakan jenis infeksi semacam itu adalah hospital acquired infection (HAI). Kehadiran INOK baik berupa infeksi pada vena yang umumnya terjadi akibat pemasangan infus, infeksi saluran kemih (ISK) yang umumnya terjadi akibat pemasangan kateter, infeksi pada luka operasi, infeksi pada saluran pernapasan maupun infeksi umbilikus pada neonatus bermuara pada memperparah kondisi penyakit yang sudah ada. Gejala yang muncul dapat berupa gejala lokal seperti phlebitis, radang lokal pada tempat operasi,

radang kandung kemih dan saluran kemih pada pemasangan kateter, maupun gejala sistemik berupa sepsis yang dapat menyebabkan pada kematian. Di samping itu, INOK memperburuk penyakit yang telah ada dan mengurangi efisiensi perawatan. ISIInfeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan ketika kuman tumbuh dan berkembang biak di dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna. Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis bakteriuria dan leukosituria. Infeksi saluran kemih pasca kateterisasi merupakan porsi terbesar dari infeksi nosokomial. Tata cara pemasangan kateter yang atraumatik dengan tindakan aseptik merupakan syarat mutlak untuk tindakan ini agar infeksi yang mungkin terjadi dapat dicegah. Sejauh ini, upaya yang seharusnya dilakukan untuk mencegah kehadiran INOK adalah dengan pemberian antibiotik sebelum dilakukan pemasangan kateter pada pasien obstetri dan ginekologis yang umumnya tidak dikerjakan. Antibiotik profilaksis ialah antimikroba yang digunakan untuk mencegah infeksi atau insiden leukositoria sebelum infeksi bergejala. Antibiotik profilaksis diberikan jam sebelum tindakan dan boleh dilanjutkan maksimal 72 jam paska tindakan. Mengingat tingginya kemungkinan ISK pasca kateterisasi maka perlu diberi antibiotik profilaksis. Antibiotik golongan flouroquinolon saat ini masih direkomendasikan sebagai antibiotik profilaksis infeksi saluran kemih karena fluoroquinolone mempunyai daya antibakteri yang kuat terhadap E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus, H. influenzae, Providencia, Serratia, Salmonella, N. meningitidis, N. gonorrhoeae, B. catarrhalis dan Yersinia enterocolitica. Antibiotik golongan fluoroquinolon direkomendasikan sebagai antibiotik profilaksis. Namun akhir-akhir ini banyak laporan tentang resistensi golongan flouroquionolon sebagai profilaksis atau terapi ISK terutama ciprofloxacin yang berkisar antara 20%-30%. Ciprofloxacin adalah golongan fluoroquinolon generasi kedua sedangkan Levofloxacin merupakan generasi ketiga.Setelah dilakukan penelitian selama 3 hari pada 2 kelompok pasien, yaitu 15 pasien yang sebelum pemasangan kateter Foley diberi Levofoloxacin 750 mg secara oral dan 15 pasien lain yang sebelum pemasangan kateter Foley diberi Ciprofloxacin 750 mg, tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam penurunan kadar lekosit urin antara kedua kelompok baik pada hari pertama pemasangan kateter atau pun tiga hari kemudian. KESIMPULAN

Upaya pencegahan INOK pada tindakan pemasangan kateter tidak hanya ditumpukan pada ketaatan cara pemasangan kateter dengan prosedur tetap (protap) yang berlaku, tetapi dapat juga dilakukan dengan pemberian antibiotik profilaksis, yaitu Levofloxacin oral 750 mg dan Ciprofloxacin oral 750 mg yang diberikan sebelum dan paska tindakan pemasangan kateter, dimana tidak terdapat perbedaan efektifitas antara pemberian Levofloxacin oral 750 mg dengan Ciprofloxacin oral 750 mg dalam menurunkan insiden leukosituria.