industri jasa boga · pdf file5 ˙ ˇ ˇ ˙ ˛ˆˇ # ˇ ˙ " ˙
TRANSCRIPT
1
INDUSTRI JASA BOGA
Disusun oleh :Merkuria Karyantina, SP,MP
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS SLAMET RIYADI
SURAKARTA2007
BUKU PEGANGAN KULIAH
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatnya telah membantu Penulis dalam menyelesaikan Buku
Pegangan Kuliah (BPK) Industri Jasa Boga. BPK ini disusun untuk membantu
mahasiswa dalam menpelajari Mata Kuliah Industri Jasa Boga (2/0 SKS)
yang berisi tentang perkembangan, persyaratan dan ketentuan yang harus
dipenuhi oleh industri jasa boga serta beberapa hal yang berhubungan
dengan industri jasa boga
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu terbentuknya BPK ini. Harapan kami, semoga
BPK ini berguna bagi mahasiswa serta siapa saja yang membutuhkan
informasi tentang industri boga.
Surakarta, Desember 2007
Penulis
3
SAMBUTANDEKAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
Saya menyambut gembira atas disusunnya Buku Pegangan Kuliah
(BPK) Industri Jasa Boga yang disusun oleh Merkuria Karyantina, SP,MP .
Materi dalam BPK ini telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
Buku Pegangan Kuliah menempati prioritas pertama di antara
sarana pendidikan yang diperlukan oleh mahasiswa, karena buku
mempunyai kaitan erat dengan proses pembelajaran dan hasil belajar
mahasiswa. Oleh karena itu setiap usaha ke arah pemenuhan kebutuhan
buku patutlah disambut dengan rasa syukur.
Setelah membaca secara keseluruhan, saya Dekan Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Slamet Riyadi Surakarta berpendapat bahwa
Buku Pegangan Kuliah ini pantas dimiliki mahasiswa sebagai pegangan
kuliah.
Semoga buku ini ada manfaatnya.
Surakarta, Desember 2007Dekan Fakultas Teknologi PertanianUNISRI Surakarta
Y.Wuri Wulandari, STP.,MP NIPY. 0106.0227
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................... .............. ii
SAMBUTAN DEKAN ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB II PERKEMBANGAN INDUSTRI JASA BOGA ........................... 5
BAB III KETENTUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN ............. 10
BAB IV ASPEK MANAJEMEN DALAM INDUSTRI JASA BOGA ..... 15
BAB V BANGUNAN DAN TATA LETAK PENYELENGGARAAN MAKANAN ................................................................................... 19
BAB VI KEAMANAN PANGAN ………………………………………. 25
BAB VII PENYUSUNAN MENU DAN PENENTUAN KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN ................................................................... 30
BAB VIII PENGADAAN, PEMILIHAN DAN PENYIMPANANBAHAN MAKANAN ................................................................... 35
BAB IX DISTRIBUSI DAN PENYAJIAN MAKANAN……………….. 39
BAB X KERUSAKAN MAKANAN ……………………………………. 43
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB IPENDAHULUAN
Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan komersial dan institusi
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri konsumen yang memerlukan pelayanan
makanan2. Mahasiswa dapat membedakan penyelenggaraan makanan komersial dan
isntitusi3. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri khusus penyelenggaraan makanan di
Rumah Sakit.4. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan institusi5. Mahasiswa dapat mengelompokkan penyelenggaraan makanan berdasarkan
waktu, sifat dan tempat
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia, oleh karena itu penyediaan
makanan adalah hal yang mutlak bagi manusia, baik di lingkungan keluarga maupun
di luar lingkungan keluarga. Penyediaan makanan di luar lingkungan keluarga
diperlukan mereka yang mempunyai aktifitas di luar rumah dan tidak memungkinkan
mereka untuk makan bersama dengan keluarga. Kelompok itu anatar lain karyawan
pabrik atau perusahaan, pekerja di perkebunan, Orang sakit di Rumah Sakit, prajurit
yang sedang bertugas dan lain-lain yang bekerja jauh dari lingkungan keluarga. Pihak
penyedia makanan bagi selompok konsumen tapi merupakan satu kesatuan dikenal
dengan nama penyelenggara makanan kelompok.
Ciri-ciri konsumen yang memerlukan pelayanan makanan di luar lingkungan
adalah
1. mereka jauh dari lingkungan keluarga
2. Mereka tidak bebas meninggalkan tempat kerja
3. Merupakan satu kesatuan karena berbagai hal
1
6
Penyelenggaraan makanan kelompok dapat dibedakan menurut waktu
penyelenggaraan, sifat penyelenggaraan dan tempat penyelenggaraan.
1. Waktu penyelenggaraan
a. Penyelenggaraan makanan hanya satu kali, misalnya di pesta pernikahan
b. Penyelenggraan makanan secara tetap untuk jangka waktu tidak terbatas,
misalnya di Lembaga pemasyarakatan, kampus mahasiswa
c. Penyelenggaraan makanan dalam keadaan darurat.
2. Sifat penyelenggaraan
a. Penyelengaraan makanan yang bersifat komersial, misalnya kafetaria, restoran,
rumah makan
b. Peneyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial, misalnya di Rumah
Sakit, Panti Asuhan
3. Tempat penyelenggaraan
a. Jasa Boga, dimana tempat penyajian berbeda dengan tempat memasak
makanan, misalnya pada jamuan makan, rapat, kantin
b. Makanan institusi, dimana tempat memasak dan menyajikan makanan berada
di suatu tempat. Misalnya di Panti asuhan, Asrama dan lain-lain.
Ciri-ciri penyelenggaraan makanan isntitusi antara lain
1. Tidak bertujuan mencari keuntungan
2. Dana terbatas
3. Makanan diolah di lingkungan isntitusi
4. menggunakan master menu
5. Hidangan hampir sama dengan yang disajikan di lingkungan keluarga
Dalam penyelenggaraan makanan institusi mempunyai beberapa kelemahan
yang bisa mengakibatkan kerugian bagi konsumen maupun penyelenggara.
Kelemahan tersebut antara lain
1. Kualitas bahan makanan kurang baik
2. Cita rasa kurang diperhatikan
3. Makanan kurang bervariasi
7
4. Porsi tidak sesuai
Sumber kelemahan tersebut berasal dari pengelolaan yang tidak dilakukan
secara profesional. Perencanaan yang kurang baik, tenaga yang kurang profesional,
pengawasan yang lemah dan rendahnya dedikasi petugas menyebabkan mutu dan cita
rasa makanan kurang baik. Dengan menanamkan rasa tangung jawab dan motivasi
yang lebih baik, maka kualitas penyelenggaraan makanan institusi dapat ditingkatkan.
Diantara beberapa institusi yang menyelenggarakan makanan kelompok,
rumah sakit merupakan institusi yang terpenting. Hal tersebut dapat dilihat dari makin
banyaknya Rumah Sakit serta fungsi makanan yang disajikan juga berbeda dengan
institusi yang lain. Fungsi makanan di Rumah Sakit antara lain sebagai salah satu
komponen penyembuh penyakit dan tak jarang dijadikan acuan oleh masyarakat
dalam penyediaan makanan sehari-hari. Makanan yang diberikan dan tidak boleh
diberikan kepada pasien yang menderita suatu penyakit, dapat dijadikan patokan bagi
masyarakat untuk perawatan lebih lanjut di rumah.
Semakin pentingnya penyajian makanan di rumah sakit, dewasa ini
penyelenggaraan makanan di rumah sakit sudah menjadi bidang profesi tersendiri.
Bidang tersebut sudah dikelola secara profesional dengan memepekerjakan sejumlah
tenaga profesioanl seperti ahli gizi dan ahli gastronomi.
Penyelenggaraan makanan komersial berbeda dengan penyelenggaraan
makanan institusi, ciri-cirinya adalah
1. Berorientasi pada laba.
2. Kualitas dan cita rasa diperhatikan.
3. Tidak menggunakan master menu.
4. Harga lebih mahal.
Penggolongan pelayanan makanan secara komersial dapat digolongkan
menjadi
1. Dilakukan secara tetap di suatu tempat, misalnya restoran, kantin, kafetaria
2. Tidak dilakukan secara tetap di suatu tempat, misalnya usaha jasa boga
8
Usaha jasa boga dapat melayani penyediaan makanan untuk keperluan kantin
dan kafetaria, maupun penyediaan makanan untuk keluarga atau perorangan.
Golongan yang lain adalah penyelenggaraan makanan darurat, yang bertujuan
untuk menolong masyarakat yang terkena bencana alam. Makanan yang disediakan
umumnya sangat sederhana, agara masyarakat tidak kekurangan makanan. Walaupun
tak jarang makanan yang disediakan tidak mencukupi untuk seluruh masyarakat.
Fasilitas yang digunakan sangat terbatas.
9
BAB IIPERKEMBANGAN INDUSTRI JASA BOGA
Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat menjelaskanperkembangan insdustri jasa boga
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan jasa boga sejak jaman dahulu
kala2. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor yang mendorong perkembangan jasa
boga3. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan jasa boga di Indonesia.
Industri penyelenggaraan makanan kelompok sudah dikenal sejak zaman
dahulu kala. Sebagai contoh adalah dalam pembuatan bangunan yang mempekerjakan
ribuan orang, seperti kuil, candi atau benteng untuk melindungi negara, diperlukan
orang-orang atau kelompok yang bertugas menyediakan makanan bagi mereka demi
kelancaran pekerjaan. Di Indonesia dikenal berbagai upacara yang tak jarang
mengundang puluhan bahkan ribuan undangan, dan itu tidak memungkinkan
menyediakan makanan yang diolah sendiri, sehingga mereka perlu bantuan pihak lain
untuk menyediakan makanan bagi para tamu.
Pada jaman dahulu penyelenggaraan makanan secara berkelompok belum
dikekola secara profesional dan jauh dari tujuan komersial serta masih bersifat
keramahtamahan. Sehingga tak jarang rasa makanan masih kurang diperhatikan
dengan baik.
Penyelenggaran makanan kelompok secara lebih profesional baru dimulai
pada pertengahan abad ke-17 bersamaan dengan awal Revolusi Industri di Eropa.
Saat itu dirasa perlu usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja di
berbagai industri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan makanan
yang lebih baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja.
Robert Owen adalah salah satu tokoh industri di Eropa yang mempelopori pemberian
makanan bagi pekerja industri dengan pengelolaan yang baik, efektif dan efisien.
5
10
Karena berjasa mengembangkan usaha penyelenggaraan makanan bagi para pekerja,
maka Robert Owen dianggap sebagai pelopor penyelenggaraan makanan institusi
terutama di pabrik-pabrik. Sejak saat itu penyediaan makanan bagi pekerja pabrik
mulai dikembangkan.
Pemberian makanan bagi karyawan pabrik atau perusahaan pada masa itu
masih dikaitkan dengan pemberian jaminan kesejahteraan. Belum ada pemikiran
untuk mengaitkan pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi bagi
karyawan. Jumlah makanan ynag diberikan belum diperhitungkan atas dasar
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang maksimal. Penyediaan
makanan hanya didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam menyediakan dana
untuk kesejahteraan karyawan.
Penyediaan makanan bagi karyawan dengan memeprhitungkan kebutuhan zat
gizi agar memperoleh tingkat kesehatan yang optimal yang memungkinkan
tercapainya produktivitas kerja secara maksimal baru dimulai pada awal abad ke-20.
Tujuan penyediaan makanan berubah dari sekedar untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan, yaitu untuk meningkatkan produktivitas kerja yang berarti
peningkatan produksi. Perubahan tujuan sekaligus mengubah sifat penyediaan
makanan, dari yang semula cuma-Cuma berubah menjadi kewajiban membayar
makanan yang mereka makan yang lebih berkualitas. Inilah yang mengawali
terselenggaranya pelayanan makanan melalui kantin yang diadakan di pabrik atau
perusahaan, yang di kemudian hari berubah pula sifatnya ke arah penyelenggaraan
makanan komersial sebagaimana yang ada sekarang ini.
Perusahaan dan pusat industri sekarang ini hanya menyediakan fasilitas yang
diperlukan bagi pelayanan makanan, sedangkan pengolahan makanan dilakukan oleh
pengusaha jasa boga. Cara ini dianggap lebih menguntungkan baik bagi perusahaan
maupun bagi karyawan. Perusahaan terbebas dari kewajiban menyediakan tenaga
pelaksana serta pengelolaan makanan bagi pekerja. Sebaliknya karyawan dapat
11
memilih makanan yang mereka inginkan sehingga terhindar dari paksaan atau
keharusan.
Faktor yang mendorong perkembangan penyelenggaraan makana komersial
adalah
1. Tumbuhnya kesadaran dan keyakinan para pengusaha industri bahwa pelayanan
makanan bagi karyawan akan meningkatkan produktivitas kerja.
2. Berbagai kemajuan sebgai hasil pembangunan telah membuka kesempatan bagi
para wanita untuk memperoleh pekerjaan di luar rumah.
3. Lokasi tempat bekerja yang jauh dari tempat pemukiman dan berbagai
hambatantransportasi tidak memungkinkan para karyawan pulang ke rumah untuk
makan.
4. Pada masa lalu bila seseorang mengadakan perhelatan, penyediaan makanan
dilakukan secara bergotong royong. Namun sekerang kebiasaan tersebut sudah
memudar, mereka sekarang lebih mengandalkan industri jasa boga.
Berbeda dengan penyelenggaraan makanan komersial, penyelenggaraan
makanan institusi nonkomersial berkembang sangat lambat. Pengelolaan yang tidak
baik, karyawan yang tidak terlatih, dan biaya yang terbatas menyebabkan
penyelenggaraan makanan nonkomersial tidak mengalami kemajuan.
Berbeda dengan penyelenggaraan makanan nonkomersial di Rumah Sakit,
disana telah mengalami banyak perubahan dari masa ke masa walaupun
perubahannya sangat lambat. Penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit sudah
dikenal sejak abad ke 16 SM, orang sakit ditampung di tempat penampungan orang
sakit di India dan di Kerajaan Mesir Kuno sudah diberi makanan. Demikian juga di
Yunani dan Romawi. Penataan pelayanan makanan bagi orang sakit baru dimulai
pada pertengahan abad ke 19. Florence Nightingle memepolopori penyempurnaan
penyelenggaraan makanan bagi orang sakit setelah ia melihat betapa buruknya
pelayanan makanan bagi prajurit yang dirawat di Rumah Sakit selama terjadi perang
di Eropa.
12
Di Amerika Serikat, penyempurnaan pelayanan makanan di Rumah Sakit
dimulai sekitar tahun 1890. Beberapa Rumah Sakit mulai mempekerjakan tenaga
khusus yang bertanggung jawab dalam menangani masalah pelayanan makanan.
Sementara itu, beberapa Lembaga Pendidikan di Amerika mulai menyelenggarakan
pendidikan untuk menghasilkan tenaga khusus bagi penyelenggara makanan bagi
orang sakit dan tenaga itu disebut ahli diet (dietitian). Rumah Sakit Pennsylvania
adalah Rumah Sakit pertama yang menggunakan ahli diet.
Di Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo merupakan Rumah Sakit
yang pertama menempatkan sorang ahli diet untuk mengatur penyelenggaran
makanan di Rumah Sakit sekitar Tahun 1954. Ahli diet pertama tersebut merupakan
lulusan Sekolah Ahli diet di Jakarta yang didirikan Departemen Kesehatan RI pada
tahun 1952.
Kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu gisi klinis mendorong perkembangan
penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit. Hampir semua Rumah Sakit selain
menyediakan fasilitas penyelenggaraan makanan umum bagi orang sakit juga
menyediakan fasilitas penyelenggaraan diet khusus bagi orang sakit yang telah
dikelola oleh tenag-tenaga profesional.
Peralatan yang digunakan dalam pelayanan makanan telah semakin canggih
sehingga bebas dari kemungkinan kontaminasi dan sebagainya. Dewasa ini, sesuai
dengan kedudukan yang sama pentingnya dengan pelayanan perawatan dan
pengoabtan dalam upaya penyembuhan penyakit. Namun, modernisasi
penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit di engara maju membawa konsekuensi
berupa investasi modal yang cukup besar untuk membeli berbagai peralatan yang
diperlukan, baik untuk penyimpanan, pengolahan maupun untuk pengangkutan dan
distribusi makanan sampai ke ruang rawat. Hal tersebut untuk beberapa rumah sakit
mungkin agak memberatkan, sebagai jalan keluar, sejumlah Rumah Sakit telah
menyerahkan seluruh penyelenggaraan makanan di rumah sakit itu kepada usaha jasa
sehingga keseluruhan investasi utnuk perlengkapan umum maupun tenaga pengelola
dan pelaksana menjadi beban dan tanggung jawab usaha jasa boga. Di Amerika
13
misalnya, dari tahun ke tahun jumlah Rumah Sakit yang telah menyerahkan
penyelenggaraan makanan kepada pihak jasa boga, mengalami kenaikan. Institusi lain,
seperti kantin-kantin di pabrik, maskapai penerbangan, perusahaan jasa dan lainya,
hampir seluruhnya telah ditangani oleh usaha jasa boga.
Di Indonesia, dengan semakin berkembangnya pembangunan dan pusat-pusat
industri, menuntut orang untuk bekerja lebih keras agar memperolah penghasilan
yang lebih banyak, bahkan wanita pun dituntut untuk bekerja. Adanya fenomena
seperti itu, membuat para pekerja tidak mempunyai waktu luang untuk menyiapkan
makanan, sehingga mereka menyerahkan tanggung jawab tentang makanan kepada
jasa boga. Hal tersebut yang mendorong berkembangnya industri jasa boga di kota-
kota besar.
Pada tahap awal usaha jasa boga biasanya dimulai dari usaha rumah tangga
yang menyediakan keperluan makanan dalam dalam penyelanggaraan perayaan di
tingakt RT atau RW, atau menyediakan makanan bagi sekelompok mahasiswa atau
karyawan yang kos di sekitar rumah. Dengan bertambahnya pelanggan, maka usaha
jasa boga kemudian berkembang menjadi usaha yang dikelola secara profesional.
Ciri khas utama jasa boga adalah makanan yang disajikan tidak dimasak di
tempat yang sama dengan tempat makanan dihidangkan.
14
BAB IIIKETENTUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN
Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat menjelaskan pengelompokan usaha jasa boga dan persyarataannya
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengelompokan usaha jasa boga2. Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan usaha jasa boga pada setiap
golongan3. Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan dalam penyelenggaraan usaha jasa
boga
Penyelenggaraan makanan akan membawa dampak yang positif serta negative.
Dampak positif antara lain peningkatan kesejahteraan karyawan, penyediaan
lapangan kerja. Dampak negatif antara lain menyebabkan keracunan jika tidak
dikelola dengn baik.
Dampak negatif penyelenggaraan makanan dapat terjadi di mana saja
termasuk di negara maju yang sudah menerapkan teknologi canggih. WHO
melaporkan sekitar 1 % wisatawan di seluruh dunia telah menderita gangguan
kesehatan (diare) akibat makan makanan yang tercemar.
Pemerintah saat ini telah memberikan perhatian terhadap masalah yang timbul
akibat dari penyelenggaraan makanan terutama pada kasus-kasus keracunan makanan
yang disediakan oleh jasa boga. Menteri kesehatan RI telah mengeluarkan peraturan
yang memuat ketentuan tentang penyelenggaraan usaha jasa boga.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 712/Menkes/Per/X/66 tentang persyaratan
bagi penyelenggaraan usaha jasa boga. Peraturan ini memuat tentang persyaratan
umum bagi usaha jasa boga, ketentuan lokasi tempat penyelenggaraan, syarat
bangunan dan fasilitas, persyaratan kesehatan makanan, pengolahan dan
penyimpanan makanan. Dalam peraturan ini, jasa boga dibagi menjadi 5 golongan,
yaitu Golongan A1, Golongan A2, Golongan A3, Golongan B dan Golongan C
10
15
Untuk pengawasan terhadap kegiatan usaha jasa boga, Menteri Kesehatan
mengeluarkan Peraturan No. 427/Menkes/SK/VI/88, yang berisi ketentuan wajib
daftar bagi setiap usaha jasa boga untuk semua golongan. Semua usaha jasa boga
diharuskan memperoleh ijin penyehatan usaha dari Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan setempat.
Usaha jasa boga dapat digolongkan menjadi 5 golongan yaitu Golongan A1,
Golongan A2, Golongan A3, Golongan B dan Golongan C. Masing-masing golongan
mempunyai kriteria tersendiri serta persyaratan khusus yang agak berbeda satu
dengan yang lain.
1. Golongan A1
Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan
menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga. Persyaratan khusus
golongan ini adalah:
a. Ruang pengolahan tidak boleh merangkap ruang tidur
b. Mempunyai almari es sebagai tempat penyimpanan
c. Fasilitas cuci tangan
2. Golongan A2
Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan
yang menggunakan dapur rumah tangga dan mempekerjakan tenaga kerja.
Persyaratan khusus golongan ini adalah:
a. Ruang pengolahan tidak boleh merangkap ruang tidur
b. Mempunyai almari es sebagai tempat penyimpanan
c. Fasilitas cuci tangan
d. Fasilitas ganti pakaian bagi karyawan
e. Ruang pengolahan terpisah dari ruangan lain
3. Golongan A3
Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan
makanan menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja.
Persysratan khusus golongan ini adalah
16
a. Ruang pengolahan terpisah dari tempat penyimpanan makanan
b. tersedia lemari pendingin dengan suhu - 5oC dengan kapasitas memadai
c. mempunyai alat pengangkutan dengan konstruksi tertutup
d. Makanan yang disajikan dikemas serta mencantumkan nama dan ijin usaha
e. pada kendaraan tercantu nama perusahaan dan ijin usaha
4. Golongan B
Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan khusus asrama penampungan jemaah
haji, asrama transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan angkutan umum dalam
negeri, dan dengan pengolahan menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan
tenaga kerja. Persyaratan khusus golongan ini adalah
a. mempunyai tempat pembuangan air limbah
b. Ruang kantor, penyimpanan makanan dan pengolahan makanan harus terpisah,
Ruang pengolah dilengkapi dengan penangkap asap
c. fasilitas pencucian peralatan dan pencucian bahan makanan
d. Fasilitas pencuci tangan bagi karyawan
e. Fasilitas penyimpanan makanan dingin sampai suhu – 10oC
5. Golongan C
Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional,
mempunyai dapur khusus untuk pengolahan dan mempkerjakan tenaga kerja.
Persyaratan khusus adalah
a. Ruangang dilengkapai dengan pengatur suhu ruang
b. Fasilitas pencucian alat dana bahan harus dari logam tahan karat
c. Almari pendingin untuk penyimpanan makanan harus terpisah untuk masing-
masing jenis makanan.
d. Mempunyai gudang yang dilengkapi dengan rak-rak penyimpanan.
17
Untuk meminimalkan terjadinya kasus keracunan makanan ada beberapa
persyaratan kesehatan makanan, antara lain adalah
1. Persyaratan Bahan Makanan
Bahan makanan (dging, susu, telur) harus dibeli di tempat yang resmi, sayuran
harus segar dan tidak rusak. Bahan makanan terolah harus ada ijin resmi dari
pemerintah
2. Persyaratan Makanan Terolah
a. Makanan terolah yang dikemas, persyaratannya adalah harus berlabel,
mempunyai nomor pendaftaran, kemasan tidak rusak, belum kadaluarsa
b. Makanan terolah tidak dikemas, syaratnya makanan masih baru dan segar,
tidak basi, tidak mengandung bahan yang terlarang
3. Persyaratan Makanan Jadi
Persyaratannya adalah :
a. tidak rusak, busuk atau basi
b. Kandungan bakteri E.coli harus nol per gram contoh makanan
c. Kadungan logam berat tidak melabihi ambang batas yang diperbolehkan
Selain dari segi makanan yang disajikan, kesehatan atau kebersihan pengolah
makanan harus diperhatikan pula agar kasus keracunan makanan dapat dihindari.
Pengolah makanan dapat menjadi media perantara bagi kerusakan makanan yang
diolah dan disajikan. Beberapa persyaratan kesehatan pengolah makanan, antara lain
mencakup
1. Tenaga Kerja. Pekerja harus berbadan sehat, tidak menidap penyakit menular
2. Peralatan untuk mengolah, menyimpan dan menyajikan makanan
permukaannya tidak terlarut dalama makanan, wadah harus mempunyai tutup
dan bersih agar tidak terkontaminasi saat penyajian
3. Cara pengolahan, meminimalkan kontak dengan anggota tubuh pengolah,
karyawan di ruang pengolahan dan penyimpanan harus menggunakan
celemek
18
Khusus untuk pekerja yang berada di ruang pengolahan dan penyimpanan,
harus memenuhi ketentuan antara lain :
1. Tidak merokok dan tidak sambil makan
2. Memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung
3. Selalu mencuci tangan waktu akan mulai bekerja
4. Tidak membawa keluar pakaian kerja, alat pelindung yang memungkinkan
terjadinya pencemaran.
19
BAB IVASPEK MANAJEMEN DALAM INDUSTRI JASA BOGA
Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa menjelaskan aspek manajemen dalam industri jasa boga
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya penetapan strategi dalam industri jasa
boga2. Mahasiswa dapat menjelasakan penerapan prinsip manajemen dalam industri
jasa boga
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan rangkaian kerja yang
melibatkan tenaga manusia, bahan baku, dana dan masukan laiinya. Tujuan akhir dari
peneyelenggaraan makanan antara lain
1. Kualitas dan Cita rasa makanan dapat memuaskan konsumen
2. Biaya penyelenggaraan dapat ditekan
Khusus untuk penyelenggaraan makanan komersial, ada satu tujuan yang agak
berbeda dengan yang lain, yaitu dapat memberikan keuntungan yang memadai bagi
penyelenggara. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan penetapan strategi
khusus serta penerapan prinsip manajemen yang baik sehingga keuntungan yang
memadai dapat diperoleh.
A. PENETAPAN STRATEGI
Penetapan strategi adalah menetapkan bagaimana berbagai masukan berupa
dana, daya, peralatan dan kesempatan yang tersedia harus digunakan secara tepat
dan berhasil guna berdasarkan kondisi yang ada.
Penetapan strategi mencakaup pemikiran yang mendasar tentang
1. Bentuk atau macam pelayanan makanan yang akan diselenggarakan (kafetaria,
kantin atau yang lain).
15
20
2. Penetapan tata cara Pengelolaan Penyelenggaraan Makanan
Bentuk cara pelayanan makanan di institusi, dapat dilakukan antara lain :
1. Menyiapkan dan memasak makanan sendiri
2. Tidak menyiapkan dan tidak memasak makanan sendiri
3. Tidak menyiapkan dan tidak memasak makanan sendiri serta tidak
menyelenggarakan penyajian makanan.
Banyak faktor dan kondisi yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
Bentuk pelayanan cara mana yang akan digunakan. Hal itu harus disesuaikan
dengan kondisi dari masing-masing institusi, disamping juga harus
memperhitungkan resiko akan pilihan yang diambil.
Khusus di Rumah Sakit, makanan langsung disajikan ke kamar-kamar pasien,
sehingga penyerahan penyediaan makanan dari luar Rumah sakit kadang
mengandung resiko. Distribusi makanan di Rumah Sakit memerlukan
pertimbangan yang cermat Beberapa cara distribusi makanan di Rumah Sakit
antara lain dengan cara sentralisasi dan desentralisasi.
Dalam penyelenggaraan makanan komersial, strategi yang diterapkan adalah
bagaimana menjual jasa penyelenggaraan makanan itu dengan jalan menciptakan
daya saing yang setinggi-tingginya. Daya saing diperlukan untuk menarik
pelanggan, langkah yang dilakukan dapat berupa :
1. Kekhususan dalam tata cara penyelenggaraan pelayanan
2. Kekhususan dalam jenis makanan yang disediakan
3. Kekhususan dalam cita rasa makanan
Langkah selanjutnya stetelah penetapan strategi adalah menentukan
bagaimana mengatur pelaksanaan penyelenggaraan makanan.
B. PRINSIP MANAJEMEN
1. Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai rangkaian tindakan yang
dilakukan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, antara lain berkenaan
21
dengan berbagai masukan yang diperlukan. Dengan perencanaan akan
ditentukan kebutuhan sarana fisik, peralatan pengolahan dan penyajian
makanan, tenaga pelaksana dan sebagainya.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan kelompok kegiatan serta tugas dan
fungsi masing-masing unit kerja yang ada dalam organisasi itu serta hubungan
kerja antara masing-masing unit kerja. Dalam penyelenggaraan makanan
merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak orang,
maka diperlukan pengorganisasian yang baik guna mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Tenaga kerja dalam penyelenggaraan makanan pada umumnya dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu
a. Kelompok tenaga pengelola, bertanggung jawab atas perencanaan,
pengawasan dan pengendalian
b. kelompok tenaga pelaksana, bertanggung jawab dalam pelaksanaan
produksi dan distribusi makanan
c. kelompok tenaga pembantu pelaksana, adalah mereka yang terlibat dalam
penyelenggaraan makanan tetapi tidak mempunyai tanggung jawab
khusus.
3. Penggerakan
Rangkaian kegiatan pelaksanaan makanan adalah sebagai berikut
a. Perencanaan menu, meliputi perencanaan jenis makanan, jumlah, tata cara
pengolahan, penyajian dan sebaginya.
b. Pengadaan bahan makanan, meliputi tata cara pengadaan bahan makanan
melalui pemesanan atau pembelian sendiri.
c. Penerimaan bahan makanan dari pemasok, jika pengadaan bahan makanan
melalui rekanan secara rutin, perlu adanya pemerikaan pada saat bahan
makanan diterima.
22
d. Penyimpanan bahan makanan, perlu adanya tempat penyimpanan bahan
makanan yang tidak langsung digunakan (sebagai stok) terutama bahan
makanan kering.
e. Penyiapan bahan makanan untuk dimasak, merupakan kegiatan yang
banyak menyita waktu karena bahan makanan masih dalam bentuk yang
alami serta belum dalam bentuk yang standar. Proses penyiapan antara
lain membersihkan, mengupas, memotong mengiris dan lain sebagainya.
Bila perlu, proses penyiapan bisa dilakukan menggunakan bantuan alat
atau mesin, untuk mempercepat.
f. Mengolah dan memasak makanan, merupakan proses yang terpenting
dalam penyelenggaraan makanan karena cita rasa makanan yang
dihasilkan akan ditentukan saat proses pemasakan makanan. Adanya
standarisasi resep, bumbu, prosedur pemasakan dan waktu dapat dipakai
sebagai patokan untuk mempertahankan cita rasa makanan, apalagi bila
porsi makanan yang harus diolah dalam jumlah banyak.
g. Pembagian makanan, makanan yang telah diolah harus dibagikan kepada
konsumen, terutama yang harus diperhatikan adalah suhu makanan saat
dihidangkan harus sesuai dengan jenis makanan. Penggunaan peralatan
yang dapat memanaskan atau mendinginkan makanan bisa digunakan
untuk mempertahankan kondisi makanan yang disajikan.
4. Pengawasan
Kegiatan pengawasan meliputi pengawasan terhadap cita rasa dan
penggunaan faktor produksi. Pengawasan merupakan tugas dan tanggung
jawab pengelola maupun oleh petugas di luar lingkungan penyelenggaraan
makanan. Adapun tujuan pengawasan adalah
a. Untuk mempertahankan cita rasa makanan
b. Jaminan keamanan makanan dari pencermaran mikroorganisme
c. Pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi
d. Menghindari pemborosan
23
BAB VBANGUNAN DAN TATA LETAKPENYELENGGARAAN MAKANAN
Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menggambarkan layout dalam penyelenggaraan jasa boga dan persyaratannya.
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan bangunan dalam industri jasa boga2. Mahasiswa dapat menjelaskan persayaratan tata letak dalam industri jasa boga3. Mahasiswa dapat menggambarkan contoh layout tempat penyelenggaraan jasa
boga
Bangunan yang kokoh, bersih dan diatur dengan baik akan mendukung
terciptanya suasana kerja yang nyaman dan higienis. Tata letak dan pengaturan
tempat penyimpanan dan pengolahan harus diatur sedemikian rupa sehingga tercapai
efisiensi dalam bekerja. Sering kali dijumpai pada penyelenggara makanan jasa boga
dan terutama institusi tidak memiliki ruangan yang khusus (dapur) untuk menyajian
maupun pengolahan serta tempat pencucian alat.
Bangunan dan tata letak hendaknya dirancang agar mudah dibersihkan dan
terjaga kebersihannya, semakin sering makanan itu dipindahkan dan makin lama
ditangani maka makin besar resiko terjadinya kontaminasi. Ruangan , alat dan proses
hendaknya diatur agar hanya ke satu arah, sejak penerimaan bahan mentah hingga
penyajian. Pintu masuk bahan mentah hendaknya dibuat terpisah dengan pintu keluar
masuk pekerja serta pintu keluar makanan yang sudah jadi/masak. Ruang
penyimpanan sayuran dan buah-buahan dibuat dekat dengan pintu penerimaan bahan
mentah.
A. DAPUR1. Lantai dan saluran pembuangan
Lantai dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan mudah kering. Apabila
lantai kotor terkena tumpahan makanan atau cairan hendaknya cepat
19
24
diberihkan agar kebersihan tetap terjaga. Saluran pembuangan juga harus
sering dibersihkan secara teratur.
2. Dinding dan langit-langit
Dinding sebaiknya tersbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan
tahan uap air dan panas. Bagian dinding yang sering terkena air atau minyak
hendaknya sering dibersihkan. Langit-langit terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan, tidak mudah mengelupas, tidak mudah bagi serangga untuk
bersarang dan tahan uap panas.
3. Pintu dan jendela
Pintu sebaiknya dirancang menggunakan bahan yang tahan terhadap binatang
penegrat, benturan air. Jendela yang berventilasi hendaknya ditutup dengan
kawat strimin untuk mencegah masuknya nyamuk, lalat dan serangga lainnya.
4. Ventilasi dan Penerangan
Ruang pengolahan harus memiliki ventilasi yang memadai.
Cerobong/lubang/saluran penyedot asap perlu dibersihkan pelaing sedikit 3
bulan sekali terutama dari kotoran yang berminyak. Penerangan bisa
menggunakan matahari, namun perlu disediakan lampu yang cukup terang
terutama apabila cuaca berawan atau malam hari.
B. TATA LETAKPeralatan pengolahan diletakkan sedemikian rupa sehingga masih ada jarak
yang cukup dan memudahkan dalam pembersihan sehari-hari. Meja kerja akan
lebih baik bila dirancang menggunakan bahan yang tahan goresn dan tidak
menyerap air. Peralatan untuk menyimpan makanan yang sudah dicuci diletakkan
pada rak secara terbalik atau miring. Peralatan atau perlengkapan lain yang tidak
sering digunakan, perlu disimpan di gudang penyimpanan peralatan. Berikut
adalah contoh tata letak ruangan dalam industri jasa boga.
:
25
26
C. RUANGAN KERJARuangan kerja dirancang cukup luas untuk memudahkan karyawan untuk
bekerja dengan baik, tanpa harus berdesak-desakan atau antri menggunakan
tempat pencucuian. Namun ruang kerja yang terlalu luas justru akan
memperpanjang jarak yang harus ditempuh bagi karyawan untuk mondar-mandir.
Berikut ini adalah contoh tata letak untuk dapur
D. RUANG PENCUCIANIdealnya disediakan dua tempat pencucian peralatan. Satu untuk mencuci
peralatan dapur dengan ukuran besar dan yang lain untuk tempat pencucian
perlatan gelas. Bila tidak memungkinkan, maka perhatian yang ekstra serius harus
diberikan pada tempat pencucian perlatan yang bercampur jadi satu dengan
tempat pencucian bahan mentah.
E. RUANG PENYIMPANAN PECAH BELAH
Ruaangan ini letaknya dibuat cukup dekat dengan dapur maupun ruang
penyajian hidangan. Piring, mangkok dan perlengkapan lainnya ketika disimpan
harus dalam keadaan kering dan bersih. Pemberian tanda pada perlengkapan
makan hendaknya tidak memakai bahan yang berbahaya.
F. TOILETToilet bagi pekerja bila menungkinkan dibuat terpisah dengan toilet yang
diperuntukkan bagi pelanggan. Toilet bagi pekerja diletakkan tidak terlalu jauh
dari tempat pekerja (+ 30 meter) dan dilengkapi dengan lampu yang cukup terang
serta terpisah dari ruang kerja. Di dekat toilet disediakan sarana cuci tangan.
G. RUANG MAKAN
Besarnya ruang makan, jumlah dan ukuran meja serta macam peralatan makan
yang digunakan ditentukan oleh jumlah orang yang ingin dilayani, macam
hidangan yang disajikan, dan cara penyajian.. Setiap pelayan perlu ruang geraak
27
yang cukup untuk memberikan pelayanan ke setiap pelanggan. Kebersihan meja
makan harus selalu terjaga dengan baik
Efisiensi dalam Penyelenggaraan makanan
Salah satu faktor untuk mencapai efisiensi dalam penyelanggaraan makanan
adalah penataaan letak ruangan kerja dan perlengkapan kerja yang baik disamping
pengaturan tenaga manusia dan penataan arus kerja. Apabila ketiga faktor tersebut
tidak diatur dan direncanakan dengan baik maka efisiensi dalam pengolahan makanan
tidak mungkin tercapai.
1. Pengaturan penggunaan tenaga manusia
Proses pengolahan makanan sebagian besar dilakukan oleh tenaga manusia
walaupun mereka manggunkan alat bantu, apabila tenaga manusia tersebut
mengalam kelelhana maka mereka tidak akan dapat bekerja secara efisien dan
kualitas kerja yang dihasilkan juga kurang baik. Penyebabnya antara lain adalah
jam kerja yang terlalu lama, pekerjaan yang tidak direncanakan, rasa jenuh akan
pekerjaan dan tenaga kerja tidak sehat. Adapun cara mengatasinya antara lain
dengan memperhatikan jam kerja dari karyawan, perlunya waktu istirahat bagi
karyawan, ruangan ditata supaya dapat memberikan suasana yang menyenangkan
dan tidak membosankan dan udara dalam ruang kerja selalu segar sehingga bau
masakan segera hilang.
2. Tata letak ruangan kerja dan perlengkapan kerja
Tata letak ruangan diatur sedemikian rupa sehingga jarak antara pusat kerja tidak
terlalu saling berjauhan serta dapat menghemat tenaga kerja.
3. Arus kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
a. Pekerjaan dilakukan menurut arah yang sama
b. Jarak satu tempat kegiatan dengan tempat kegiatan yang lain tidak terlalu
jauh
c. Tenggang waktu antara 2 kegiatan yang berurutan tidak terlalu lama.
28
Guna meningkatkan efisiensi, dapat digunakan pedeoman berikut ini
1. Sebelum bekerja dibuat perencanaan kegiatan dan urutan kegiatan yang akan
dilakukan dan alam waktu yang disediakan
2. Bahan serta peralatan yang akan digunakan direncanakan dengan baik
3. Apabila ada jenis pekerjaan yang sama untuk beberapa jenis masakan, sebaiknya
dikerjakan sekaligus secara berurutan
4. Penggunaan peralatan diusahakan sesedikit mungkin
5. Alat yang digunakan sesuia dengan tujuan memasak dan banyak makanan yang
dimasak.
6. Bahan yang sering digunakan, dapat dibuat dalam jumlah yang banyak
7. Pekerja yang bertugas menyiapkan, mengolah dan memasak makanan harus
sewaktu-waktu dapat menyesuaikan dengan jumlah waktu yang tersedia
8. Juru masak bertanggung jawab mengkoordinir kegiatan penyiapan, pengolahan
dan pemasakan makanan.
Dalam penerapan prinsip efisiensi pada seipa kelompok kegiatan
penyelenggaraan makanan, yang harus diperhitungkan adalah resiko yang mungkin
terjadi, yaitu
1. Resiko sebelum makanan selesai dimasak, kemungkinan penyebabnya adalah
a. Pemakaian bahan yang berlebihan
b. Kerusakan bahan makanan karena pengangkutan,penyimpanan & pengolahan
c. Hilangnya bahan makanan
2. Resiko setelah makanan masak, kemungkinan penyebabnya adalah
a. Makanan menjadi busk atau basi sehingga tidak dapat dimakan
b. Makanan yang dimasak mejadi rusak
c. Kehilangan porsi makanan akibat kelalaian
29
BAB VIKEAMANAN PANGAN
Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya keamanan pangan dalam industri jasa boga
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya menjaga keamanan makanan2. Mahasiswa dapat menjelakan Cara Masuknya Mikroorganisme ke dalam
Makanan3. Mahasiswa dapat menjelaskaan gangguan Kesehatan yang disebabkan oleh
Makanan
Keamanan makanan dapat diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat
atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah
zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau tercampur
secara sengaja atau tidak disengaja ke dalam bahan makanan atau makanan jadi.
Bagi penyelenggara makanan, menjaga keamanan makanan merupakan
keharusan karena dapat membahayakan kesehatan orang banyak. Makanan yang
dihidangkan harus bebas dari unsur-unsur yang dapat membahayakan kesehatan
konsumennya.
Makanan merupakan media yang baik untuk hidup dan berkembangnya
mikroorganisme dan makanan bisa menjadi media perantara bagi penularan penyakit.
Mikroorganisme yang hidup dalam makanan akan meninggalkan racun dalam
makanan dan apabila makanan mengandung racun itu dimakan oleh manusia, maka
kesehatan akan teragnggu. Gangguan kesehatan dapat juga terjadi setelah
mikroorganisme masuk dalam tubuh melalui makanan, kemudian berkembang biak
dan menyebabkan terjadinya penyakit.
Gangguan kesehatan dapat juga terjadi karena senyawa kimia dalam makanan.
Senyawa kimia ini berasal dari makanan itu sendiri, tetapi dapat juga berasal dari luar.
Senyawa kimia yang paling sering terdapat dalam makanan dan membawa korban
antara lain asam bongkrek pada tempe bongkrek, asam sianida dalam ubi kayu,
25
30
aflatoxin pada biji-bijian dan kacang-kacangan. Senyawa kimia yang berasal dari luar
umumnya untuk membunuh hama sewaktu bahan makanan itu ditanam. Sisa
insektisida masih menempel pada bahan makanan sewaktu bahan makanan dipetik.
1. Cara Masuknya Mikroorganisme ke dalam Makanan
Cara masuknya mikroorganisme berbahaya bagi tubuh manusia dapat melalui
berbagai cara. Dalam makanan mikroorganisme berkembang biak dan
menghasilkan racun yang dapat membahayakan kesehatan.
Penyediaan makanan melalui jasa boga, biasanya melalui proses serta waktu
yang panjang sebelum makanan disantap oleh konsumen. Selama jarak waktu
antara makanan dimasak dan disajikan, mikroorganisme dapat berkembang biak
dan menghasilkan racun. Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya
mikroorganisme adalah dengan memperpendek jangka waktu antara saat makanan
setelah dimasak dengan saat makanan disajikan. Beberapa cara masuknya
mikroorganisme adalah
a. Melalui bahan makanan sebelum diolah atau dimasak
Bahan makanan mentah sering tanpa diketahui sudah kemasukan
mikroorganisme yang berbahaya, dan sudah berkembang biak serta telah
menghasilkan racun. Proses pemasakan kadang tidak dapat mematikan atau
menghilangkan racun tersbut dantetap ada dalam makanan yang sudah
dimasak. Salah satu contohnya adalah Salmonella, bakteri yang sering
terdapat dalam daging ayam dan telur, namun bakteri ini mati pada proses
pemasakan dengan temperatur tinggi. Tempat atau alat yang digunakan untuk
proses persiapan dan penyimpanan daging ayam, sebaiknya terpisah dengan
tempat menyimpan bahan makanan yang sudah masak untuk menghindari
terjadinya kontaminasi.
Contoh lain adalah Clostridium botulinum, bakteri ini tidak mati
karena proses memasakan walaupun masakana dipanaskan. Bakteri ini sudah
terdapat dalam makanan dan sudah menghasilkan racun yang berbahaya.
31
Keracunan makanan lain adalah keracunan logam merkuri, keracunan
pestisida dan keracunan zat lain yang berbahaya bagi tubuh. Pada daging
sering terdapat residu antibiotika atau residu hormon, yang tidak baik untuk
manusia. Antibiotika atau hormon sering diberikan kepada hewan dengan
maksud-maksud tertentu.
b. Melalui udara
Staphylococcus merupakan jenis baktri yang sering ditemui
dalamrongga hidung dan tenggorokan manusia. Bakteri ini menjadi berbahaya
bila masuk dalam makanan yang sudah dimasak karena akan berkembang
biak.
c. Melalui permukaan berbagai benda
Bakteri-bakteri berbahaya bagi manusia dapat hidup di berbagai
tempat kecuali jika tempat itu selalu dibersihkan secara teratur
2. Gangguan Kesehatan yang disebabkan oleh Makanan
Keracunan makanan (food poisoning) merupakan istilah umum yang
mencakup semua gangguan kesehatan yang timbul setelah memakan suatu
makanan. Sindrom keracunan makanan terdiri dari timbulnya rasa mual, muntah
dan diare, serta dapat disertai demam, berkeringat, rasa sakit pada otot, kulit
melepuh, sembab pada kelopak mata, sakit kepala, pusing-pusing, gangguan
penglihatan, bahkan penderita dapat juga pingsan.
a. Keracunan makanan karena infeksi melalui makanan
Yang paling sering terjadi adalah infeksi Salmonella atau
Salmonellosis. Jenis yang paling sering adalah Salmonella typhimurium dan
Salmonella enteriditis. Gejala timbul dalam 12-36 jam setelah makan
makanan yang tercemar dan terjadi selama 1 – 7 hari. Tingkat kematian
rendah, namun tak jarang menyebabkan kematian pada anak-anak. Salmonella
ditemukan dalam usus hewan, baik jenis unggas maupun pada sapi atau
kambing. Salmonellosis bersumber pada bahan makanan yang kurang
32
dimasak sempurna atau karena penanganan bahan makanan itu secara tidak
benar sebelum dimasak.
Pencegahan yang paling efektif adalah dengan jalan memasak sampai
matang bahan makanan yang berasal dari hewan termasuk telur. Bahan
makanan sebelum dimasak harus disimpan dalam lemari pendingin.
Kebersihan dari pihak pengolah makanan harus terjamin.
Mikroorganisme lain adalah Clostridium perferingens. Terjadi apabila
seseorang memakan makanan yang sudah tercemar, terutama pada daging
yang potongannya besar-beasr dan tidak dimasak dengan sempurna.
Pertumbuhan spora akan menjadi lebih cepat pada keadaan anaerobik dan
suhu kamar.
Cara menghindari adalah dengan jalan menghidangkan makanan
segera setelah dimasak atau jika akan disimpan, makanan harus didinginkan
dalam waktu singkat, kemudian langsung dimasukkan ke dalam lemari
pendingin. Pemasakan harus benar-benar matang dan semua bagian daging
terkena panas yang cukup. Cara lain adalah memperkecil ukuran potongan
daging yang akan dimasak, sehingga daging dapat matang secara merata dan
mikroorganisme akan mati.
b. Keracunan makanan karena adanya toksin dalam makanan
Enterotoxin yang dihasilkan oleh Staphylococcus merupakan jenis
keracunan yang sering terjadi setelah makan makanan yang tercemar
mikroorganisme ini. Gejalanya rasa mual yang hebat, muntah dan diare.
Gejala timbul kurang lebi setelah 3 jam makan makanan yang tercemar.
Enterotoxin ini tahan terhadap temperatur yang tinggi. Pencemaran sebagain
besar terjadi melalui pekerja yang mengolah makanan. Staphylococcus akan
keluar bersama udara sewaktu bernafas atau akan keluar melalui ingus atau
tangan pekerja yang sudah tercemar.
Pencegahan adalah dengan mecegah pekerja yang diketahui mengidap
infeksi Staphylococcus untuk bekerja di ruang pengolahan makanan. Selain
33
itu juga menjaga kebersihan dan membiasakan mencuci tangan, serta
memasukkan bahan makanan yang belum dimasak ke almari pendingin.
Keracunan lain adalah akibat toksin dari bakteri Clostridium
botulinum. Terjadi setelah seseorang makan makanan olahan, terutama yang
diolah dengan panas. Pada proses pemasakan menggunakan panas, suhu
dalam kaleng tidak cukup tinggi dan merata sehingga tidak semua spora
Clostridium yang ada dapat dimatikan. Gejala terlihat dalam 24-36 jam
setelah makan makanan yang tercemar. Tanda-tandanya adalah rasa lesu, sakit
kepala, dan konstipasi. Gejala selanjutnya gangguan pada sistem syaraf,
penglihatan dan kelumpuhan pada otot tenggorokan. Pencegahan adalah
dengan lebih berhati-hati jika membeli bahan makanan olahan dan yang
diawetkan dalam kaleng atau botol.
Bakteri yang lain adalah shigella terutama Shigella dysenteriae serta
E.coli yang dapat mecemari makanan terutama melalui tangan pekerja
pengolah makanan.
34
BAB VIIPENYUSUNAN MENU DAN PENENTUAN
KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN
Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menyusun master menu dan menghitung kebutuhan bahan baku dalam jasa boga
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan menu makanan Indonesia dan Eropa2. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam
penyusunan menu3. Mahasiswa dapat menyusun master menu4. Mahasiswa dapat menghitung kebutuhan bahan makanan
Menu berarti hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan,
baik makan siang maupun makanan malam. Menu makan Indonesia umumnya tidak
serumit menu makanan Eropa, yaitu terdiri dari
1. Hidangan makanan pokok, disebut demikian karena dari makanan inilah tubuh
memperoleh sebagian besar zat gizi yang diperlukan tubuh.
2. Hidangan lauk-pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan hewani atau
nabati atau gabungan keduanya.
3. Hidangan sayur-mayur, berupa masakan berkuah karena berfungsi sebagai
pembasah nasi agar mudah ditelan
4. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, berfungsi sebagai penghilang rasa
kurang sedap sehabis makan.
Cara menghidangkan makanan orang Eropa agak berbeda dan lebih rumit
dibandingkan dengan hidangan Indonesia, yaitu :
1. Appetizer (makanan pendahuluan) contohnya Lobster cootail
2. Sup (pembangkit selera) contonya sup ikan
3. Main course (hidangan utama) contonya nasi dan lauk pauknya
4. Dessert ( hidangan penutup), buah-buahan, manisan
30
35
5. Kopi atau teh
Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan menu antara lain
1. Kebutuhan gizi penerima makanan
Makanan yang disajikan harus dapat memenuhi gizi si penerima makanan dengan
berpedoman pada susunana hidangan empat sehat lima sempurna.
2. Kebiasaan makan penerima
Makanan yang disajikan harus sesuai dengan kebiasaan makan penerima atau
bersifat netral sehingga dapat diterima oleh semua konsumen.
3. Masakan harus bervariasi
Adanya variasi bahan dasar dan masakan yang disajikan akan menghindarkan
rasa bosan dari konsumen terutama jika penyajian makanan untuk jangka waktu
yang panjang misalnya katering
4. Biaya yang tersedia
Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan makanan harus sesuai dengan
jumlah anggaran yang telah tersedia
5. Iklim dan musim
Penyusunan menu harus memperhatikan kemudahan dalam memperoleh bahan
baku karena ada jenis-jenis bahan makanan yang hanya dapat diperolah pada
musim-musin tertentu.
6. Peralatan untuk mengolah makanan
Jenis masakan tertentu yang memerlukan peralatan khusus utnuk memasaknya
sebaiknya tidak disediakan jika institusi itu tidak memiliki perlatan tersebut.
7. Ketentuan-ketentuan lain yang berlaku pada institusi, misalnya dalam penggunaan
biaya.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam penyusunan menu antara lain
1. Tentukan macam menu
a. Menu bebas, Yaitu menu yang disusun sesuia dengan keinginan pemesan.
Biasanya masakan yang disajikan bukan masakan yang disajikan sehari-hari,
konsumen tidak membatasi biaya yang diperlukan.
36
b. Menu pilihan, adalah jenis menu yang menyajikan pilihan jenis masakan
sehingga konsumen dapat memilih makanan sesuai dengan seleranya.
c. Menu standar adalah susunan menu yang digunakan untuk penyelenggaraan
makanan dengan jangka waktu cukup panjang antara 7 hari atau sampai 10
hari. Biasanya pilahan jenis makanan tidak jauh beda dengan menu makanan
keluarga sehari-hari.
2. Menyusun daftar berbagai macam masakan yang akan digunakan dalam
penyusunan menu tersebut, dapat menggunakan acuan dari buku resep makanan.
Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan
Langkah selanjutnya setelah menyusun menu adalah perhitungan jumlah dan
jenis bahan makanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan menu tersebut. Hal
yang diperlukan adalah resep baku masing-masing jenis makanan dan porsi baku
makanan untuk setiap orang.
1. Resep baku masakan
Resep masakan adalah suatu formula yang menerangkan secara rinci jenis bahan,
jenis bumbu dan bahan penyedap, tata cara mengolah dan memasak suatu
masakan sehingga diperoleh cita rasa yang diinginkan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam mempraktiekkkan resep masakan adalah ukuran bahan dan
terminologi cara memasak.. Ukuran bahan sebaiknya dihindari penggunaan dalam
ukuran sendok, mangkuk, cangkir dan sebagainya. Untuk memperoleh cita rasa
yang khas, maka kita harus menggunakan cara memasak yang khas pula. Contoh
terminologi memasak adalah menanak, mengukus, mengetim, membakar,
mengasap dan sebagainya.
2. Porsi baku Makanan
Dalam makanan Indonesia porsi makanan belum dianggap sebagai suatu hal yang
penting. Hal tersebut kemungkinan erat hubungannya dengan pola makanan
masyarakat Indonesia yang masih bertumpu pada nasi sebagai makanan utama,
sedangkan lauk-pauk sebagai pembangkit selera makan sehingga dapa
37
menghabiskan nasi yang cukup banyak. Di Eropa, porsi utnuk masing-masing
jenis makanan sudah dibakukan. Belum adanya patokan baku porsi makanan di
Indonesia akan menyukarkan bagi penyelenggara usaha jasa boga secara
profesional,terutama dalam perhitungan kebutuhan bahan makanan bagi
penyelenggara makanan.
Sebagai pedoman untuk memetapkan porsi baku makanan Indonesia dapat
digunakan angka patokan kecukupan makanan yang diajurkan yang disusun oleh
Departemen Kesehatan. Angka tersebut disusun berdasarkan kecukupan gizi hyang
dianjurkan untuk rata-rata orang Indonesia. Tabel berikut adalah angka kecukupan
makanan untuk rata-rata orang Indonesia :
Nama Bahan Makanan Berat bahan yang dapat dimakanBeras 350 gramDaging 100 gram Telur 50 gramTempe dan tahu + 100 gramKacang-kacangan + 25 gramSayuran 200gramBuah-buahan 150 gramGula Pasir 25 gramMinyak goreng 25 gram
+ 100 gram tempe atau tahu dapat diganti dengan 50 gram daging sapi atau ikan
segar. 25 gram kacang-kacangan dapat diganti dengan 25 gram daging sapi atau
ikan segar.
Angka kecukupan makanan yang dianjurkan adalah kecukupan makan untuk
satu hari. Pembagian porsi makanan sehari-hari untuk makan pagi, makan siang dan
makan malam yang lazim digunakan adalah 1/5 bagian untuk makan pagi, 2/5 bagian
untuk makan siang dan 2/5 bagian untuk makan malam. Dengan pembagian seperti
itu penyediaan zat gizi dapat disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.
38
Pembakuan Bumbu Dasar Makanan
Berbagai jenis masakan yang sering digunakan dalam menu makanan
Indonesia dimasak dengan bumbu yang berbeda-beda sehingga mempunyai rasa dan
aroma yang khas. Akan tetapi ada beberpa jenis bumbu yang digunakan untuk
sejumlah jenis masakan, misalkan bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar,
gula dan garam dalam jumlah yang sama. Bumbu-bumbu tersebut sering kita sebut
sebagai bumbu dasar.
Penggunaan bumbu dasar tersebut jumlahnya dapat dibakukan. Pembakuan
jenis bumbu dasar tersebut akan memudahkan menghitung kebutuhan bahan bagi
penyelenggara makanan. Dengan adanya pembakuan diharapkan rasa dan aroma
dapat terjamin.
Jenis dan jumlah masing-masing jenis bahan makanan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan makanan dapat dihitung setelah
1. Menu makanan yanga akan disajikan telah ditentukan
2. Penentuan resep baku
3. Penentuan prosi baku makanan
4. Penentuan bumbu dasar masakan
39
BAB VIIIPENGADAAN, PEMILIHAN DAN PENYIMPANAN
BAHAN MAKANAN
Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menjelaskan cara-cara pengadaan bahan makanan
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara- cara pengadaan bahan makanan2. Mahasiswa dapat menjelaskan proses pelelangan penyediaan bahan makanan
1. Pengadaan Bahan Makanan
Pengadaan bahan makanan diperlukan dalam penyelenggaraan makanan
institusi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu :
a. dengan membeli sendiri
b. melalui pemasok bahan makanan, biasanya dipilih melalui pelelangan
Pelelangan untuk memilih pemasok bahan makanan bagi institusi dapat
dilakukan dengan 3 bentuk, yaitu :
a. Pelelangan umum, yaitu yang terbuka untuk semua pemasok bahan makanan.
Kelemahannya adalah bonafiditas pemasok sering kurang diketahui
b. Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang diikuti oleh rekanan calon
pemasok tertentu yang sudah diteliti oleh pihak yang berwenang.
c. Pelelangan dengan perbandingan penawaran, yaitu beberapa calon pemasok
yang sudah diprakualifikasi dan sudah terdaftar sebagai rekanan pemerintah
diminta mengajukan penawaran harga.
Proses pelelangan biasanya memakan waktu yang cukup lama (5-6 minggu),
sesuai dengan urutan kegiatan pelelangan yaitu :
a. Pengumuman pelelangan melalui media massa
b. Pemberian penjelasan pelelangan tentang berbagai persyaratan yang
diperlukan, jenis, mutu dan bahan makanan yang diperlukan, dan sebagainya.
35
40
c. Pembukaan dan penelitian penawaran yang disampaikan oleh para calon
pemasok
d. Pengajuan calon pemenang pelelangan setelah berkas penawaran diteliti oleh
panitia lelalng
e. Penetapan rekanan pemenang lelang melalui Surat Keputusan Pimpinan
Institusi sebagai pemasok bahan makanan untuk periode tertentu
f. Pengumuman pemenang yang sudah ditetapkan sebagai pemasok secara luas
g. Pembuatan kontrak kerja yang dilakukan secara bersama antara pihak
pemasok dan institusi.
Sesuai dengan isi kontak kerja, pemasok berkewajiban menyediakan bahan
makanan yang diperlukan institusi itu. Pihak institusi akan menyampaikan Daftar
Pesanan Bahan Makanan kepada pemasok.
2. Penyerahan Bahan Makanan
Bahan Makanan yang diserahkan oleh pemasok harus diperiksa guna
mengetahui apakah jumlah dan kualitas bahan makanan yang diserahkan sesuai
dengan ketentuan kontrak kerja atau tidak. Biasanya penerimaan bahan makanan
dilakukan oleh Tim Penerima Bahan Makanan yang ditunjuk oleh Pimpinan
Institusi.
Tanggung jawab tim penerima bahan makanan adalah :
a. Meneliti apakah bahan makanan yang diserahkan oleh pemasok sesuai dengan
ketentuan dalam kontak kerja
b. Mencocokkan jumlah dan jenis bahan makanan yang diserahkan
c. Mengambil keputusan menerima atau tidak bahan makanan yang diserahkan
pemasok
Penerimaan bahan makanan dari pemasok dapat dilakukan melalui :
a. Penerima bahan makanan memperoleh satu lembar tembusan Daftar Pesanan
Bahan Makanan yang dibuat oleh institusi. Disana terdapat rincian jenis,
41
jumlah serta spesifikasi bahan makanan. Tim penerima harus mencocokkan
apakah sudah sesuai atau belum dengan ketentuan.
b. Tim penerima bahan makanan sebelumnya tidak mengetahui jenis, jumlah dan
spesifikasi bahana makanan yang dipesan isntitusi. Sehingga tim penerima
harus mencatat dan kemudian mencocokkan dengan Daftar Pesanan Bahan
Makanan yang dibuat oleh institusi.
Penerimaan bahan makanan biasanya dipusatkan di ruangan yang cukup besar
dengan peralatan yang cukup seperti timbangan dan peti kemas (container) guna
menampung bahan makanan.
3. Penyimpanan Bahan Makanan
Bahan makanan yang telah diterima ada yang langsung digunakan, ada yang
harus disimpan terlebih dahulu sebagai stok. Bahan makanan yang segera
digunakan, dikirim ke tempat penyiapan atau pengolahan. Sedang bahan makanan
yang disimpan, biasanya dalam jumlah banyak, harus dicatat dalam buku atau
kartu stok pada waktu penerimaan dan pengeluaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan makanan kering
adalah:
a. Bahan makanan harus dipisah menurut jenisnya
b. Bahan makanan yang sudah lama diterima diletakkan di sebelah atas atau
bagian depan, sehingga dapat digunakan lebih dahulu dan tidak terlalu lama
disimpan.
c. Bahan makanan diletakkan di atas rak-rak penyimpanan.
d. Ruang penyimpanan bahan makanan harus selalu dalam keadaan kering
e. Gudang penyimpanan bahan makanan harus bebas dari segala jenis serangga
f. Pada waktu tertentu gudang harus dibuka untuk memungkinkan pertukaran
udara sehingga ruangan tidak pengap.
42
Bahan makanan segar lebih cepat rusak daripada bahan makanan kering, oleh
karena itu, bahan makanan segar memerlukan cara penyimpanan yang baik,
misalnya disimpan dalam ruangan yang dilengkapi dengan alat pendingin. Berikut
perkiraan suhu paling baik utnuk penyimpanan berbagai jenis bahan makanan
1. Daging, ikan dan sebagainya Suhu 0oC
2. Susu, telur dan sejenisnya Suhu 1,7oC
3. Sayur mayur dan huah-buahan Suhu 5oC sp -10oC
43
BAB IXDISTRIBUSI DAN PENYAJIAN MAKANAN
Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menjelaskan cara-cara distribusi makanan
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara-cara distribusi makanan dan
persyaratannya2. Mahasiswa dapat menjelaskan tata cara penyajian makanan agar menarik
konsumen
Distribusi dan penyajian makanan yang telah dimasak adalah kegiatan terakhir
dalam proses penyelenggaraan makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah
1. Makanan harus didistribusikan dan disajikan kepada konsumen tepat pada
waktunya, jangan terlalu awal atau terlambat.
2. Makanan yang disajikan haru sesuai dengan jumlah atau porsi yang telah
ditentukan
3. Kondisi makanan yang disajikan juga harus sesuai, dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah temperatur makanan
Untuk memungkinkan temperatur makanan dapat diterima konsumen dalam
keadaan yang sesuai digunakan alat pembawa barang (conveyor) yang dilengkapi
dengan alat pengatur suhu makanan. Alat tersebut telah banyak digunakan di rumah-
rumah sakit modern sehingga makanan dapat diterima orang sakit dalam temperatur
yang sesuai.
Pada penyelenggara makanan komersial, penyedia makanan yang harus
dimakan dalam keadaan hangat biasanya digunakan alat pemanas sehingga waktu
dibagikan tetap dalam keadaan hangat. Demikian juga untuk makanan dingin,
makanan disimpan dalam lemari pendingin. Kesulitan yang sering dihadapi adalah
penyediaan alat yang dimasuk tidak memungkinkan di bangsal perawatan.
39
44
Pendistribusian makanan di rumah sakit biasanya digunakan cara
1. Cara Sentralisasi,
makanan dimasak di satu tempat (dapur) kemudian dibagikan sesuai
dengan porsi masing-masing dan dihidangkan dengan piring (plato) sesuai
dengan porsi yang telah ditentukan. Plato yang sudah berisi makanan diletakkan
di atas rak-rak dalam kereta makan dan diangkut ke ruangan perawatan untuk
dibagikan kepada pasien Kereta makan (food conveyor) untuk membawa piring-
piring tersebut sebaiknya terbuat dari logam antikarat dan biasanya dilengkapi
dengan alat pemanas atau pendingin. Cara ini baik, tetapi memrlukan biaya yang
cukup mahal.
2. Cara Desentralisasi.
Makanan dimasak di dapur sentral, kemudian dalam jumlah banyak
dikirim ke bangsal-bangsal. Di bangsal tersebut makanan dibagi menurut porsi
masing-masing pasien dengan menggunakan piring (plato)
Masing-masing cara pendistribusian mempunyai kebaikan dan kelemahan.
Kebaikan cara sentralisasi adalah makanan dapat langsung diterima konsumen dan
tidak memerlukan banyak tenaga. Kelemahan cara sentralisasi adalah sering porsi
makanan tidak sesuai yang ada kalanya terlalu banyak sehingga mengakibatkan
banyak makanan tersisa dan tidak dapat dimakan lagi. Kebaikan cara desentralisasi
adalah porsi makanan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Adapun kelemahan cara
desentralisasi adalah banyak memerlukan tenaga dan peralatan.
Pada usaha jasa boga, distribusi makanan lebih banyak menggunakan cara
desentralisasi, makanan yang sudah masak dibawa ke tempat penyajian dalam jumlah
banyak.
Beberapa cara penyajian makanan adalah
1. Penyajian makanan di atas meja makan
Biasanya konsumen duduk mengelilingi meja dan porsi makanan
disediakan sesuai dengan jumlah orang/kursi yang ada disekitar meja. Makana
45
dapat disajikan terpisah-pisah menurut porsi masing-masing tetapi dapat juga
dalam bentuk porsi untuk dua orang atau lebih.
Cara ini biasa digunakan dalam penyelenggaraan makanan di asrama,
panti asuhan dan di jamuan makan.
2. Penyajian makanan dengan cara prasmanan
Makanan disajikan kepada konsumen di suatu tempat khusus dalam
jumlah banyak. Makanan ditata letaknya sedemikian rupa, pada ujung meja
biasanya ditempatkan nasi diikuti dengan penempatan berbagai macam lauk-
pauk, sayur-mayur, dan hidangan penutup. Konsumen memilih sendiri
makanan yang disenangi dan besar porsi makanan yang dikehendaki.
Hotel-hotel berbintang juga ada yang menggunakan cara ini, mereka
menyediakan ruang makan khusus. Dengan membayar tariff makanan yang
telah ditetapkan, konsumen dapat menikmati semua makanan yang terhidang
sepuas-puasnya
3. Penyajian makanan dengan cara kafetaria
Penyajian dengan cara ini, memungkinkan konsumen mengambil dan
memilih sendiri makanan yang disukainya. Berbeda dengan cara prasmanan,
ruang penyajian cara kafetaria dibuat dan diatur secara khusus sehingga waktu
konsumen mengambil makanan harus mengikuti urutan tertentu yang dimulai
dari pengambilan alat-alat makan kemudian baru mengambil makanan yang
dimulai dari nasi, lauk-pauk, sayur dan hidangan penutup. Setelah mengambil
makanan harus melalui kasir tempat pembayaran makanan yang diambil.
Cara ini praktis diterapkan untuk melayani konsumen yang jumlahnya
banyak sedangkan waktu yang tersedia untuk makan terbatas, seperti di pusat-
pusat industri atau di perusahaan-perusahaan.
Penyajian cara kafetaria ini, memerlukan banyak perlengkapan yang
sebagian diantaranya harus dapat bekerja secara otomatis yang harganya
mahal. Sehingga sebelum memutuskan menggunakan cara ini, perlu
46
dipertimbangkan beberapa aspek , yaitu :
a. Perkiraan jumlah konsumen yang harus dilayani
b. Kapasitas tempat duduk di ruang makan
c. Perkiraan lama waktu yang diperlukan konsumen untuk makan
d. Perkiraan lama waktu yang diperlukan setiap konsumen untuk mengambil
makanan sampai selesai membayar
e. Perkiraan jumlah konsumen yang dapat tertampung di tempat antrean.
Aspek tersebut akan menetukan jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan
untuk memberikan layanan makanan secara efisien.
4. Penyajian makanan melalui kemasan
Penyajian dengan cara ini mulai terkenal di masyarakat. Dengan cara
ini, makanan dimasukkan atau dikemas semuanya dalam satu tempat,
biasanya digunakan kotak karton sebagai pengemas. Cara ini sangat cocok
digunakan dalam pelayanan makanan untuk wisatawan dalam perjalanan.
Makanan yang dikemas berupa makanan lengkap atau dapat juga makanan
selingan.
Makanan kemasan juga sering disajikan di tempat pertemuan dan
tempat lainnya. Kelemahan cara ini adalah makanan dapat cepat menjadi basi.
47
BAB X
KERUSAKAN MAKANAN
Tujuan Instruksional Umum :Mahasiswa dapat menjelaskan penyebab kerusakan makanan
Tujuan Instruksional Khusus :1. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena mikroorganisme2. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena pengaruh enzim3. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena pengaruh zat kimia4. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena perlakuan fisik5. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena perlakuan mekanik6. Mahasiswa dapat menjelaskan kerusakan makanan karena penyebab biologis
Kerusakan makanan diartikan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada
makanan atau bahan makanan yang menyebabkan makanan atau bahan makanan itu
tidak layak lagi dimakan oleh manusia. Kerusakan makanan sering identik dengan
adanya aktivitas mikroorganisme, kerusakan bahan makanan dapat juga terjadi karena
penyebab yang lain. Bahwa dapat juga gabungan dari beberapa penyebab kerusakan.
1. Kerusakan makanan akibat mikroorganisme
Kelompok mikroorganisme yang biasa menyebabkan kerusakan makanan adalah
a. Bakteri, bakteri perusak makanan dapat membuat spora pada makanan.
Jenisnya Pseudomonas dan Lactobacillaceae. Kerusakan oleh Pseudomonas
contohnya timbulnya bau yang kurang sedap pada daging atau yang telur
b. Jamur, meskipun jamur ada yang dapat menyebabkan kerusakan makanan
namum ada jenis jamur yang justru sangat bermanfaat untuk membuat
makanan tradisional seperti tempe, kecap dan lain-lain. Makanan yang
berjamur biasanya pada permukaannya akan tampak kecoklatan atau
keputihan karena diselebungi oleh jamur.
43
48
c. Khamir, keistimewaan dari khamir adalah dapat tumbuh dimana jamur dan
bakteri tidak bisa tumbuh.
2. Kerusakan makanan karena pengaruh enzim
Enzim secara alami ada pada bahan makanan, walaupun bahan makanan telah
dipanen namun aktivitas enzim yang ada pada bahan masih tetap berlangsung.
Sebagai contoh adalah pemasakan buah setelah buah dipanen, apabila buah
dibiarkan terlalu lama dan tidak segera diolah atau dikonsumsi makan buah
menjadi tidak enak, terlalu masak bahkan berbau busuk. Daging yang terlalu lama
disimpan juga akan menjadi rusak karena proses autolisis, daging menjadi
berlendir dan bahkan mengeluarkan bau tidak sedap.
3. Kerusakan makanan karena pengaruh zat kimia
Reaksi kimia yang terjadi pada makanan menyebabkan kerusakan makanan.
Sebagai contoh minyak goreng akan menjadi rudak karena proses pemanasan.
Juga reaksi antara senyawa kimia bahan pembungkus makanan dengan makanan
yang dibungkus.
4. Kerusakan makanan karena perlakuan fisik
Kerusakan karena perlakuan fisik biasanya disebabkan karena kesalahan dalam
proses penyimpanan. Suhu yang lembab menyebabkan bahan makanan seperti
tepung dan gula menjadi menggumpal dan bahkan menjadi keras sehingga
kemungkinan menjadi tidak layak untuk diolah karena menyebabkan cita rasa
makanan menjadi tidak enak.
5. Kerusakan makanan karena penyebab mekanik
Kerusakan makanan karena penyebab mekanik lebih sering disebabkan karena
proses pengangkutan. Benturan, bantingan atau tertindih menyebabkan bahan
49
makanan menjadi rusak. Penanganan pasca panen yang kurang baik juga
menyebabkan kersakan bahan makanan.
6. Kerusakan makanan karena penyebab biologis
Kerusakan yang lebih disebabkan karena berbagai jenis serangga atau binatang
penggerek. Serangga sering membawa kuman atau bakteri yang menyebabkan
makanan menjadi rusak. Kebersihan lingkungan yang tidak terjaga menyebabkan
serangga menjadi berkembang biak dengan pesat.
50
DAFTAR PUSTAKA
Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Penerbit Bhratara. Jakarta
Raharjo, Sri. 1999. Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan Bagian Pengelolaan Keamanan Pangan Dalam Usaha Jasa Boga. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Subroto, F.Y. Djoko. 2003. Food&Beverage and Table Setting. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Jakarta.
Tim. 2005. Makalah Seminar : Keamanan Pangan Untuk Menunjang Bisnis Boga dan Pariwisata. Tanggal 13 September 2005 – Hotel Arjuna Plaza Jogjakarta. Kelompok Pemerhati Keamanan Mikrobiologis Produk Pangan (PKPMPP).