indraja monitoring rth pasuruan maret 2013
DESCRIPTION
indrajaTRANSCRIPT
-
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring
Perubahan Ruang Terbuka Hijau
(Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)
Ardiawan Jati, Hepi Hapsari H, Udiana Wahyu D
Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Email : [email protected], [email protected]
AbstrakKawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang
(PIER) mempengaruhi pesatnya laju pertumbuhan
pembangunan di Kabupaten Pasuruan sehingga
mengakibatkan perubahan lahan atau bentang alam menjadi
kawasan terbangun. Hal tersebut membuat keberadaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai
lahan cadangan tidak diperhatikan, padahal keberadaan RTH
harus sesuai dengan peraturan yang ada bahwa proporsi
ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 %
dari luas wilayah kota [1] dan pola penggunaan lahan untuk
pengembangan kawasan industri adalah dengan luas ruang
terbuka hijau (RTH) minimum 10% dari total luas wilayah
[2]. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan luas ruang
terbuka hijau.
Dalam penelitian ini, pemantauan RTH dilakukan pada
tahun 1993 dan 2009 yang dipetakan menggunakan metode
penginderaan jauh. Data dasar yang digunakan adalah peta
RBI digital dan citra satelit ALOS AVNIR-2. Selain itu juga
digunakan algoritma NDVI untuk mendapatkan nilai
kerapatan vegetasi dan klasifikasi terselia berdasarkan
maximum likelihood (kemiripan maksimum) untuk
mengidentifikasi kelas RTH beserta luasannya di Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas ruang
terbuka hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan pada
tahun 1993 sebesar 26346,299 Ha dan pada tahun 2009
sebesar 15987,021 Ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa terjadi penyusutan luas ruang terbuka hijau sebesar
10359,278 Ha. Meski mengalami penyusutan, Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan telah memenuhi persyaratan luas ideal
wilayah perkotaan dengan jumlah persentase sebesar 46,846
persen. Selain itu, kawasan PIER juga memenuhi persyaratan
kawasan industri dengan jumlah persentase sebesar 74,601
persen.
Kata KunciALOS AVNIR-2, NDVI, Peta RBI Digital,
PIER, Ruang Terbuka Hijau
I. PENDAHULUAN
UANG Terbuka Hijau (RTH) adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam [3].
Penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif dalam
melakukan pemantauan terhadap perubahan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di suatu kawasan yang dalam penelitian ini
adalah Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang
didalamnya terdapat kawasan PIER yang mengalami
pertumbuhan pembangunan yang cukup pesat.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan citra The
Advanced land Observing Satellite (ALOS) dengan metode
algoritma NDVI dari band merah dan inframerah dekat
pada Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type
2 (AVNIR-2) dengan klasifikasi terselia berdasarkan
maximum likelihood untuk pemetaan RTH, hasil metode
tersebut diharapkan dapat membantu dalam
mengidentifikasi kelas penutup lahan yang termasuk dalam
RTH, sehingga peta penggunaan lahan RTH yang
dihasilkan dapat membantu dalam pemantauan dan
pengelolaan RTH untuk Wilayah Barat Kabupaten
Pasuruan serta sebagai bahan dalam perencanaan penataan
ruang. Sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah
membuat Peta Ruang Terbuka Hijau Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan tahun 1993 dan 2009, mengetahui
perubahan RTH di Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
antara tahun 1993 sampai 2009 dan menganalisis
kesesuaian RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
dengan Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Perindustrian
Republik Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang
Pedoman Teknis Kawasan Industri untuk kawasan PIER.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Strength of Figure (SOF) Geometri dari suatu jaringan dapat dikarakterisasi dengan
beberapa parameter, seperti jumlah dan lokasi titik dalam
jaringan, jumlah baseline dalam jaringan, konfigurasi
baseline dan loop, serta konektivitas titik dalam jaringan.
Nilai Strength of Figure yang memenuhi syarat adalah
kurang dari 1, artinya semakin kecil faktor bilangan
Strength of Figure maka semakin baik pula konfigurasi
jaringan dari jaring tersebut dan sebaliknya [4].
R
mailto:[email protected]
-
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271
Strength of Figure = [trace(ATA)
-1] / U.............(1)
Dimana:
U : Jumlah parameter yang dipengaruhi oleh
jumlah titik kontrol yang digunakan.
Trace : Jumlah elemen diagonal dari suatu matrik.
B. NDVI Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
merupakan kombinasi antara teknik penisbahan dengan
teknik pengurangan citra. Transformasi NDVI ini
merupakan salah satu produk standar NOAA (National
Oceanic and Atmospheric Administration), satelit cuaca
yang berorbit polar namun member perhatian khusus pada
fenomena global vegetasi. Indeks vegetasi berbasis NDVI
yang ditunjukkan pada persamaan (2), mempunyai nilai
yang hanya berkisar antara -1 hingga 1 [5].
Algoritma NDVI secara aritmatik sebagai berikut :
=
+ (2)
Keterangan :
NDVI = Normalized Difference Vegetation Index
NIR = nilai band infra merah dekat
RED = nilai band merah
III. METODE PENELITIAN
Lokasi yang digunakan pada penelitian ini meliputi
Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari tujuh
kecamatan yaitu Kecamatan Rembang, Bangil, Beji,
Pandaan, Sukorejo, Wonorejo dan Kraton.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
(Peta RBI Digital Kabupaten Pasuruan tahun 1993)
Dalam penelitian ini, pemantauan ruang terbuka hijau
dilakukan pada tahun 1993 dan 2009 dengan dipetakan
menggunakan metode penginderaan jauh dengan
memanfaatkan data peta RBI digital dan citra satelit ALOS
AVNIR-2 menggunakan algoritma NDVI dengan
klasifikasi terselia berdasarkan maximum likelihood untuk
mendapatkan luas ruang terbuka hijau di Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan. Pengumpulan data primer dan
sekunder diperlukan untuk menunjang penguatan analisa
seperti data curah hujan, jumlah penduduk, dasar hukum
dan penelitian lain. Adapun analisa yang diperlukan adalah
analisa nilai NDVI, analisa ketelitian nilai NDVI, analisa
perubahan ruang terbuka hijau, analisa kesesuaian hasil
algoritma NDVI citra ALOS AVNIR-2 dengan Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Perindustrian No. 35 Tahun 2010. Dari tahapan diatas akan
dapat diperoleh perubahan ruang terbuka hijau di Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan.
Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dari Peta RBI Digital
Proses pengolahan untuk mendapatkan RTH pada peta
RBI digital yaitu dengan cara reklasifikasi. Hasil dari
reklasifikasi tersebut terdiri dari enam kelas yang
ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 1. Luas Area Tutupan Lahan Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan tahun 1993 Kelas Luas (Ha) %
Area Terbangun 4670,308 13,685
Sawah 17741,347 51,987
Tegalan 1617,75 4,740
Kawasan hijau 6042,252 17,705
Lapangan 944,95 2,769
Badan Air 3110 9,113
Total 34126,607 100
-
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271
Tabel 2. Luas Area Tutupan Lahan Kawasan PIER
tahun 1993 Kelas Luas (Ha) %
Area Terbangun 0,282 0,056
Sawah 6,424 1,285
Tegalan 0 0
Kawasan Hijau 283,149 56,630
Lapangan 210,013 42,003
Badan Air 0,132 0,026
Total 500 100
B. Koreksi Geometrik
Gambar 3. Sebaran Ground Control Point
Untuk koreksi geometrik diberikan toleransi nilai
RMSE 1 piksel dan untuk jaring titik kontrol ditentukan
dengan meletakkan titik-titik kontrol yang merata
mencakup daerah studi dengan nilai toleransi SOF
mendekati nol [6]. Berikut hasil perhitungan RMSE dan
SOF.
Tabel 3. Perhitungan RMS Error pada Citra
ALOS AVNIR-2
Besar SoF = (AT .A)1
= 0.57
C. Hasil Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dari Citra Proses pengolahan citra dengan menggunakan algoritma
NDVI menghasilkan nilai spektral indeks vegetasi untuk
seluruh daerah penelitian. Untuk itu dilakukan klasifikasi
terselia berdasarkan maximum likelihood untuk
mendapatkan kelas tutupan lahan. Hasil dari klasifikasi
ditunjukkan pada tabel 2. Kelas yang termasuk RTH adalah
area terbangun, sawah, tegalan, kawasan hijau, lapangan
dan badan air.
Tabel 4. Luas Area Tutupan Lahan Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan Tahun 2009 Kelas Luas (Ha) %
Area Terbangun 14458,866 42,368
Sawah 13122,756 38,453
Tegalan 410,463 1,203
Kawasan hijau 1822,336 5,340
Lapangan 631,466 1,850
Badan Air 3680,72 10,785
Total 34126,607 100
Tabel 5. Luas Area Tutupan Lahan Kawasan PIER
tahun 2009 Kelas Luas (Ha) %
Area Terbangun 126,997 25,399
Sawah 0 0
Tegalan 0 0
Kawasan Hijau 277,822 55,564
Lapangan 95,181 19,036
Badan Air 0 0
Total 500 100
D. Analisa Nilai NDVI Tabel 6. Nilai NDVI Tiap Kelas
Kelas Nilai NDVI
min max mean
Area Terbangun -0,241 -0,103 -0,172
Sawah 0,029 0,550 0,290
Kawasan Hijau 0,004 0,029 0,016
Tegalan -0,090 0,004 -0,044
Lapangan -0,103 -0,090 -0,096
Data curah hujan pada bulan Agustus 2009 menunjukkan
angka nol (nilai yang rendah) [7] sehingga hal itu
mempengaruhi nilai NDVI untuk setiap obyek. Dalam hal
ini, nilai NDVI untuk obyek kawasan hijau, tegalan dan
lapangan cenderung lebih rendah dibandingkan pada bulan
lain dengan jumlah curah hujan tinggi.
Akan tetapi, nilai NDVI untuk obyek sawah cenderung
meningkat. Hal ini didasarkan pada bulan Agustus 2009,
sawah telah mengalami fase vegeratif sehingga
menyebabkan nilai NDVI menjadi lebih tinggi dari bulan
lainnya pada saat fase awal tanam, fase generatif, dan fase
bera.
E. Analisa Ketelitian Nilai NDVI Statistik nilai NDVI untuk masing-masing kelas adalah
sebagai berikut :
Tabel 7. Statistik Nilai NDVI Tiap Kelas
Kelas Nilai NDVI
n stdev CSE
Area Terbangun 25 0,421 0,016
Sawah 20 0,124 0,006
Tegalan 16 0,179 0,011
Kawasan hijau 17 0,280 0,017
Lapangan 18 0,337 0,019
Badan Air 10 0,639 0,071
Keterangan :
n = jumlah sampel
Stdev = standar deviasi sampel
CSE = Coefficient Standard Error / koefisien
kesalahan standar
Koordinat Citra
(Actual)
Koordinat Citra
(Predict) Kesalahan
RMS
Error X Y X Y
Error
X
Error
Y
4302 4872.50 4301.83 4872.41 -0.16 -0.08 0.18
5430 4981.75 5430.26 4982.12 0.26 0.37 0.45
5830 5300 5830.10 5300.05 0.10 0.05 0.11
6294 5833.50 6293.51 5833.28 -0.48 -0.21 0.53
6143.50 6566.50 6143.56 6566.43 0.06 -0.06 0.09
5209.75 7154.63 5209.92 7155.02 0.17 0.39 0.42
5896 6137 5896.23 6137.26 0.23 0.26 0.35
5258.75 6450.25 5258.61 6449.94 -0.13 -0.30 0.33
4804 6559 4803.73 6558.70 -0.26 -0.29 0.39
5064 5767.25 5063.91 5767.10 -0.08 -0.14 0.16
5079.75 5442.25 5079.68 5442.03 -0.06 -0.21 0.22
4985.50 6164 4985.89 6164.27 0.39 0.27 0.48
4443.75 5391.25 4443.87 5391.06 0.12 -0.18 0.22
4439.13 6039.50 4438.90 6039.26 -0.22 -0.23 0.32
3977.75 5565 3977.81 5565.39 0.06 0.39 0.40
Total RMS Error 5.11
Rata-rata RMS Error 0.34
-
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271
Tingkat presisi diukur dengan koefisien kesalahan
standar. Semakin kecil koefisien standard error, semakin
tinggi presisi dari sampel itu [8]. Presisi yang didapat cukup
baik dengan nilai presisi sampel terbaik adalah sawah
karena jumlah sampel yang diambil memang lebih banyak
dari kelas lain selain area terbangun. Area terbangun
memiliki presisi yang lebih rendah daripada sawah padahal
area terbangun memilki jumlah sampel yang lebih banyak.
Hal ini disebabkan karena sampel dari area terbangun
kurang mewakili dari populasi area terbangun. Akan tetapi
secara keseluruhan, nilai sampel NDVI untuk daerah
penelitian ini baik karena memiliki nilai kecil.
Hal yang paling mungkin untuk mengetahui tingkat
akurasi adalah membandingkan dengan data penelitian lain
[8]. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak dapat dilakukan
karena tidak ada penelitian lain yang memungkinkan untuk
dibandingkan. Ketidakmungkinan itu disebabkan karena
tidak adanya penelitian lain yang sama dalam hal lokasi,
waktu, dan citra.
F. Analisa Perubahan Ruang Terbuka Hijau Berikut adalah persentase luas tutupan lahan Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan hasil klasifikasi tahun 1993 dan
2009.
Gambar 4. Persentase Luas Tutupan Lahan Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan Tahun 1993
Gambar 5. Persentase Luas Tutupan Lahan Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan Tahun 2009
Berikut adalah grafik perbandingan luas tutupan lahan
Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan hasil klasifikasi tahun
1993 dan 2009.
Gambar 6. Grafik perbandingan luas tutupan lahan Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan tahun 1993 dan 2009
Dari grafik diatas menunjukkan luas ruang terbuka hijau
(sawah, tegalan, kawasan hijau, dan lapangan) Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan pada tahun 1993 sebesar
26346,299 Ha dan pada tahun 2009 sebesar 15987,021 Ha.
Dari grafik di atas dapat pula disimpulkan bahwa untuk
kelas RTH yaitu kelas sawah, kawasan hijau, tegalan,
lapangan mengalami penurunan luas. Sedangkan untuk
kelas area terbangun mengalami peningkatan luas hingga
hampir tiga kali lipat.
Kelas area terbangun mengalami peningkatan yang
signifikan hingga hampir tiga kali lipat, hal ini juga
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu peningkatan jumlah
penduduk. Pada tahun 1993 penduduk Kabupaten Pasuruan
berjumlah 1.130.282 jiwa sedangkan pada tahun 2009
meningkat menjadi 1.500.533 jiwa [9] sehingga area
pemukiman juga meningkat dan pembangunan kawasan
industri yang terus berkembang dimana sesuai tujuan
perencanaan wilayah Kabupaten Pasuruan sebagai kota
industri.
Berikut adalah grafik perubahan ruang terbuka hijau antara
tahun 1993 dan 2009.
Gambar 7. Perubahan RTH Per Kecamatan
13,685
51,987
4,740
17,705
2,7699,113
Persentase Luas Tutupan Lahan Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan Tahun 1993
Area Terbangun
Sawah
Tegalan
Kawasan Hijau
Lapangan
Badan Air
42,368
38,453
1,203
5,340
1,85010,785
Persentase Luas Tutupan Lahan Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan Tahun 2009
Area Terbangun
Sawah
Tegalan
Kawasan Hijau
Lapangan
Badan Air
0
5000
10000
15000
20000
Tahun 1993
Tahun 2009
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Tahun 1993
Tahun 2009
-
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271
Gambar 8. Perubahan Tutupan Lahan Kawasan PIER
Dari tabel 4.21 menunjukkan luas ruang terbuka hijau
(kelas sawah, tegalan, kawasan hijau, lapangan) Kawasan
PIER pada tahun 1993 sebesar 499,586 Ha dan pada tahun
2009 sebesar 373,003 Ha. Hal ini memperlihatkan
perubahan RTH dari tahun 1993 hingga 2009 mengalami
penurunan sebesar 126,583 Ha. Jika dibuat presentase maka
RTH tahun 1993 sebesar 99,917% dan tahun 2009 sebesar
74,601% sehingga RTH mengalami penurunan sebesar
25,317%.
G. Analisa Kesesuaian Hasil Algoritma NDVI Citra ALOS AVNIR-2 dengan Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian
No. 35 tahun 2010
Dari hasil pengolahan citra satelit ALOS AVNIR-2
dengan klasifikasi terselia, diklasifikasikan yang termasuk
kelas RTH yaitu sawah, tegalan, kawasan hijau dan
lapangan. Sedangkan yang bukan merupakan RTH
dimasukkan dalam kelas area terbangun (pemukiman,
kawasan perdagangan, kawasan perindustrian) dan kelas
badan air.
RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan meliputi tujuh
kecamatan yaitu Kecamatan Rembang, Bangil, Beji,
Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Kraton yaitu sebesar
15987,021 Ha diperoleh persentase luasan RTH sebesar
46,846%.
Sedangkan untuk Kawasan PIER memiliki luas RTH
seluas 373,003 Ha diperoleh persentase luasan RTH sebesar
74,601%.
Berdasarkan Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi Proporsi
ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30
(tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. maka dari itu
kawasan perkotaan Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
yang meliputi Kecamatan Rembang, Bangil, Beji, Pandaan,
Sukorejo, Wonorejo, Kraton dapat dikategorikan sebagai
kawasan perkotaan yang telah memenuhi luas ideal RTH
dan mencakup RTH publik maupun privat yang telah
tercantum dalam tipologi RTH.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman
Teknis Kawasan Industri yang berbunyi Pola penggunaan
lahan untuk pengembangan kawasan industri adalah dengan
luas ruang terbuka hijau (RTH) minimum 10% dari total
luas wilayah maka dari itu kawasan PIER di Kecamatan
Rembang dikateorikan sebagai kawasan yang telah
memenuhi luas ideal RTH.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemantauan
perubahan ruang terbuka hijau (RTH) dengan menggunakan
citra satelit ALOS AVNIR-2, maka didapatkan beberapa
kesimpulan akhir yaitu:
a. RTH tahun 1993 untuk Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan meliputi Kecamatan Rembang, Bangil, Beji,
Pandaan, Sukorejo, Wonorejo dan Kraton yang paling
besar adalah kelas sawah sebesar 51,987 % dan paling
kecil adalah kelas lapangan sebesar 2,769 % dari luas
wilayah.
b. RTH tahun 2009 untuk Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang paling besar adalah kelas sawah sebesar
38,453 % dan paling kecil adalah kelas tegalan sebesar
1,203 % dari luas wilayah.
c. Perubahan luas untuk kelas RTH dari tahun 1993 sampai 2009 yaitu seluas 10359,278 Ha yang meliputi
kelas sawah seluas 4618,591 Ha, kelas kawasan hijau
seluas 4219,916 Ha, kelas tegalan seluas 1207,287 Ha,
kelas lapangan seluas 313,484 Ha. Kelas yang
mengalami perubahan paling besar adalah kelas sawah
dan perubahan paling kecil adalah kelas lapangan.
d. Luas RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan sebesar 46,846% dari luas wilayah sehingga telah memenuhi
luas RTH sesuai ketentuan yang berlaku sebesar 30%
dari luas wilayah yang tercantum dalam Undang-
Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Pasal 29 ayat 2.
e. Luas RTH Kawasan PIER sebesar 74,601% dari luas wilayah sehingga telah memenuhi luas RTH sesuai
ketentuan yang berlaku sebesar 10% yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman
Teknis Kawasan Industri.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
[2] Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
[3] Peraturan Menteri PU no.12 tahun 2009. Pedoman Penyediaan
Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka.
[4] Abidin, H. Z., dkk. 2002. Survei Dengan GPS. Jakarta:
Pradnya Paramitha.
[5] Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
[6] Sukojo, B. M. 2012. Penginderaan Jauh (Dasar Teori &
Terapan). Surabaya : ITS-Press.
[7] Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2010
[8] Wolf dan Ghilani. 1980. Adjustment Computation Practical
Least Squares for Surveyors.
[9] Badan Pusat Statistik Jawa Timur
050
100150200250300
Tahun 1993
Tahun 2009
-
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271
LAMPIRAN
Gambar 9. Peta Ruang Tutupan Lahan Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan Tahun 1993
Gambar 10. Peta Ruang Tutupan Lahan Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan Tahun 2009
Gambar 11. Peta Ruang Terbuka Hijau Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan Tahun 1993
Gambar 12. Peta Ruang Terbuka Hijau Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan Tahun 2009
Gambar 13. Peta Kerapatan Vegetasi Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan Tahun 2009