indonesia berdaulat

184
7/21/2019 Indonesia Berdaulat http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 1/184

Upload: ribut-lupiyanto

Post on 05-Mar-2016

269 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sosial

TRANSCRIPT

Page 1: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 1/184

Page 2: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 2/184

Menggagas Indonesia Berdaulat Kumpulan Esai tentang Agama, Politik, Ekonomi, dan

Pegerakan

Fachri AidulsyahPenyunting : Amirul Hasan

Desain Sampul dan Isi: Burhanuddin

Diterbitkan oleh:

Beastudi Indonesia

Divisi Pendidikan Dompet DhuafaJln. Raya Parung Km. 42 Ds. Jampang Kec. Kemang

Kab. Bogor, Jawa Barat 16310

Telp. (0251) 8610817, 8610818, 8612044

Faks. (0251) 8615016

Website : www.beastudiindonesia.net 

E-mail : [email protected] 

Page 3: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 3/1843

Pengelolaan beasiswa Dompet Dhuafa terus berkembanghingga saat ini. Dua dekade ini, setidaknya telah menjalani

tiga fase pengelolaan program beasiswa: Fase Akses (1993-

2003), Fase Pengembangan Kepercayaan Diri dan Prestasi

Akademik (2003-2010), Fase Pengembangan Kepemimpinan

dan Jaringan (2010-saat ini).

Bisa kuliah di perguruan tinggi itu lumrah bagi anak orang

kaya. Namun, tidak demikian bagi mereka keluarga dhuafa. Alih-alih bisa kuliah di perguruan tinggi, mimpi saja mereka tidak

berani. Prestasi akademik mumpuni, tapi inansial keluarga

bicara sebaliknya. Ibarat tanaman, mereka layu sebelum

berkembang.

Kemiskinan seakan takdir yang sulit diubah. Lahir sebagai

orang miskin dan mati dalam keadaan miskin, baik secara harta

maupun ilmu. Kemiskinan—kebodohan—keterbelakangan—kemiskinan terus berulang bagai rantai yang tak putus-putus.

Fase awal pengelolaan program beasiswa Dompet Dhuafa

berkonsentrasi membuka akses anak-anak berprestasi dari

keluarga tidak mampu untuk mendapatkan pendidikan. Dengan

izin Allah, adanya akses pendidikan telah mengubah takdir

dan memutus rantai kemiskinan keluarga mereka. Pada fase

ini, pengelolaan beasiswa dilakukan sangat sederhana, yaknisekadar memberikan uang beasiswa (charity ) kepada anak-

Berproses Menghadirkan

Negarawan

Catatan Pengantar

Page 4: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 4/1844

anak berprestasi dari keluarga tidak mampu.

Persoalan orang miskin ternyata tidak hanya berhenti pada

persoalan akses mendapatkan pendidikan. Tidak kalah penting

adalah persoalan mental miskin. Akses sudah dibuka, tapimental miskin kadung melekat kuat. Pada akhirnya mereka

tereliminasi juga dalam ruang aktualisasi yang ada.

Fase selanjutnya, pengelolaan beasiswa Dompet Dhuafa

mulai melakukan proses pembinaan dengan sistem asrama. Pada

fase ini, selain diberikan bantuan biaya pendidikan, penerima

manfaat juga diwajibkan mengikuti program pembinaan dalam

asrama yang telah disediakan. Adanya program pembinaanyang diberikan, terbukti menjadi obat mujarab. Mental miskin

berubah menjadi mental siap berkompetisi dan berprestasi di

mana pun mereka berada.

Hari ini, tidak jarang akan ditemukan anak-anak berprestasi

di perguruan tinggi favorit adalah penerima manfaat program

beasiswa Dompet Dhuafa. Mahasiswa berprestasi tingkat

nasional, juara PIMNAS, pemenang lomba dan kompetisitingkat nasional dan internasional, para wisudawan dengan

IPK cumlaude, dan berbagai prestasi akademik lainnya. Mereka

adalah penerima manfaat beasiswa Dompet Dhuafa.

Terus tumbuh dan berkembang, pengelolaan program

beasiswa Dompet Dhuafa memasuki fase pengembangan

kepemimpinan dan jaringan. Kami menyadari bahwa persoalan

kemiskinan tidak berhenti pada persoalan akses, mental,maupun kompetensi, namun lebih dari itu adalah karena salah

urus (struktural). Transparancy Internasional Indonesia (TII)

pada tahun 2012 merilis bahwa Indeks Persepsi Korupsi (IPK)

Indonesia tahun 2012 turun dari peringkat 110 menjadi 118

dari 176 negara, dengan skor 32. Peringkat Indonesia sejajar

dengan Republik Dominika, Ekuador, Mesir, dan Madagaskar.

Secara regional, Indonesia masih kalah dengan Singapura (skor

IPK 87), Brunei Darussalam (55), Malaysia (49), Thailand (37),

Page 5: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 5/1845

Filipina (34), dan Timor Leste (33).

Rendahnya Indonesia menunjukkan betapa bermasalahnya

pengelolaan negara ini akibat kejahatan korupsi. Korupsi telah

menyuburkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.Korupsi menjadikan kebijakan yang tidak berpihak kepada

rakyat. Korupsi menyebabkan aset-aset bangsa menjadi

petaka bagi rakyatnya. Korupsi telah melumpuhkan sendi-

sendi kehidupan bangsa. Negara ini menjadi tidak berdaya dan

kehilangan martabatnya.

Negara ini tidak kurang manusia-manusia hebat, cerdas,

dan berpendidikan. Kelas menengah bertambah dan terusmeningkat, diisi orang-orang berpendidikan. Tapi ternyata

koruptor adalah orang-orang cerdas dan berpendidikan juga.

Negara ini miskin sosok negarawan. Sosok yang senantiasa

berkhidmat untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan

negaranya, berjuang mewujudkan janji perjuangan para

pendiri bangsa, dan senantiasa menghadirkan karakter dalam

kepemimpinannya.Belum hilang dalam ingatan kita, laporan di media massa yang

memberitakan setidaknya ada enam profesor dari perguruan

tinggi ternama yang telah ditangkap Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), tentu saja karena kasus korupsi. Kini, kita harus

sedih dan marah karena korupsi telah menusuk ke jantung

republik. Penyakit korupsi menjalar ke penjaga konstitusi.

Ketua Mahkamah Konstitusi juga menjadi pesakitan di tahanan

KPK. Betapa nihilnya negarawan di republik ini.

Krisis negarawan, dan kesadaran akan pentingnya

sosok negarawan di berbagai sektor kehidupan, selama

tiga tahun terakhir ini menjadi isu utama yang mengilhami

pengembangan program beasiswa Dompet Dhuafa. Program

yang dikembangkan adalah investasi sumber daya manusia

(SDM) strategis, melalui program pembinaan, pendampingan,

dan pemberdayaan masyarakat. Diharapkan terbentuk SDM

Page 6: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 6/1846

unggul, berkarakter pemimpin, dan peduli demi mewujudkan

Indonesia adil dan berdaya.

Pada fase ini, penerima manfaat beasiswa Dompet Dhuafa

didorong menjadi negarawan-negarawan muda yang senantiasamerawat Indonesia. Berkontribusi saat ini dan masa yang akan

datang. Ketika masih di kampus didorong menjadi aktivis

berprestasi dan memiliki karakter yang kuat. Pascakampus

mereka melakukan mobilitas vertikal dan horizontal, masuk

ke seluruh sektor kehidupan dan mengambil peran strategis di

negara ini.

Tahun 2013, total penerima aktif program beasiswa DompetDhuafa kurang lebih 570 orang. Mereka tersebar lebih dari 30

perguruan tinggi di 13 provinsi di seluruh Indonesia. Adapun

untuk jumlah alumni penerima program beasiswa sebanyak

lebih dari 2500 orang. Mereka tidak lain sosok negarawan muda

yang tersebar di berbagai sektor kehidupan yang berkhidmat

untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

Salah satu bentuk khidmat para penerima manfaat untukkepentingan masyarakat, bangsa dan negara adalah lahirnya

gagasan-gagasan konstruktif dalam “Menggagas Indonesia

Berdaulat” yang ditulis oleh Fachri Aidulsyah (penerima

manfaat Bakti Nusa Dompet Dhuafa). Dalam kumpulan

tulisan yang dibukukan tersebut, Fachri mengangkat berbagai

persoalan bangsa dan memunculkan alternatif solusi baik itu

bidang ekonomi dan kesejahteraan, bidang agama dan budaya,

gerakan, pemuda dan mahasiswa, dan bidang politik, demokrasi

dan kepemimpinan.

Menggagas Indonesia Berdaulat merupakan manifestasi

gagasan yang terbingkai dalam aktivitas gerakan “NEGARAWAN

MUDA BELAJAR MERAWAT INDONESIA” ini akan menjadi

sekuel pertama dari buku-buku selanjutnya, yang mengangkat

gagasan dan pemikiran para penerima manfaat Bakti Nusa

Dompet Dhuafa. Kita akan menikmati suguhan ide dan

Page 7: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 7/1847

pergulatan pemikiran mereka dalam upaya menemukan makna

“NEGARAWAN” yang sedang mereka cari dan pelajari, untuk

bekal kepemimpinan masa depan Indonesia. []

Page 8: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 8/184

Page 9: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 9/1849

Menulis apa saja yang bisa saya tulis. Entah berapa artikel yang

sudah saya tulis selama ini, mulai dari soal cinta, kehidupan

mahasiswa, hingga permasalahan bangsa yang membuat saya

gelisah.Tulisan-tulisan yang terhimpun di dalam buku ini adalah

sebagian releksi yang pernah saya tuliskan atas fenomena yang

terjadi di sekitar kehidupan saya, utamanya terkait dengan

kondisi bangsa yang kian memprihatinkan. Benarkah kita

telah menikmati “kemerdekaan” sejak proklamasi pertama kali

didengungkan? Benarkah kita sudah terbebas dari penjajahan,

penindasan, dan kesewanang-wenangan?Semoga tak terlalu berlebihan, saya berharap, buku

ini mampu memberikan nafas segar terhadap releksi ke-

Indonesia-an kita saat ini. Proklamasi kemerdekaan yang telah

dihembuskan 68 tahun yang lalu, kini hanya akan menjadi

bayang-bayang semu “kemerdekaan” jika ia tidak dikukuhkan

dengan merebut kembali apa yang menjadi milik Indonesia saat

ini. Di sinilah letaknya, untuk mencapai kemerdekaan Indonesiayang sesungguhnya, masyarakat Indonesia harus memastikan

kedaulatan bangsanya.

Buku ini juga menghadirkan tentang bagaimana pemuda

memainkan peranannya untuk bangsa dan negaranya. Mengapa

harus pemuda? Karena sejatinya, pemuda adalah garda terdepan

yang menjadi tonggak perubahan bangsa. “Semakin kelam

kehidupan kaum muda, semakin kelam kehidupan bangsanya.”

Buku ini juga diisi oleh tulisan-tulisan yang bertemakan

teologis dan cinta sebagai sebuah bumbu yang mampu

menyegarkan cara pandang kita bahwa untuk mencapai

“kemerdekaan” kita tak bisa hanya mengkaji dan mendalami

sebuah permasalahan, atau hanya berhenti dari sudut pandang

ilmu pengetahuan. Tanpa ada keyakinan dan cinta, ia hanya

akan menjadi sia-sia.

Tentu, tulisan-tulisan dalam buku ini jauh dari kesempurnaan.

Page 10: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 10/18410

Tapi, saya yakin, tak ada ikhtiar yang sia-sia, selama niat tulus

menyertai di dalamnya.

Berjuta rasa terima saya haturkan untuk orang tua tercinta

H. Zainuddin dan Hj. Nunung Husniah, kakak dan adik terkasihFahmi Irhamsyah dan Atikah Nurul Fajrin, yang tidak pernah

lelah mencurahkan kasih dan sayangnya kepada penulis. Setiap

tulisan ini adalah sebuah spririt yang hadir dari pengorbanan

mereka.

Untaian terima kasih juga saya sampaikan kepada para

pegiat GIB (Gerakan Indonesia Berdaulat) di mana pun kalian

berada. Sudah satu tahun kita bersama dalam membangun arusperjuangan, kini kalian bermekar menjadi cahaya. Suatu hari

nanti, yakinlah kedaulatan Indonesia yang sesungguhnya akan

kita gapai.

Untuk Mas Edi Nugroho dan segenap manajemen Beastudi

Indonesia (BI) Dompet Dhuafa, terima kasih yang tak terhingga

atas kepercayaan dan kesempatan yang diberikan. Hanyalah

Allah yang menjadi tujuan setiap sendi kehidupan kita. Bukuini hadir sebagai sebuah ungkapan terima kasih bagi mereka

yang berjuang di jalan kebenaran. Semoga buku ini mampu

memberikan kebermanfaatan bagi kita semua, untuk kembali

bersiap siaga menapakkan kaki dalam menggapai kedaulatan

yang sesungguhnya.

Tangerang, 14 Februari 2014

Page 11: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 11/18411

DAFTAR ISI

Catatan Pengantar Berproses Menghadirkan Negarawan

PrakataSaatnya Kita Bangkit !

Bagian IDarurat Kemandirian; Tentang Ekonomi dan

KesejahteraanSalah Kaprah Soal Pangan 14Petani Nasibmu Kini 20Dialektika Kesejahteraan dan Penjajahan 29Gerakan Indonesia Berdaulat 38“Madesu” Pasar Tradisional 42

Bagian II

Risalah Profetik; Tentang Agama dan KebudayaanIslam dan Pluralisme 47Menjadi Muslim Kiri? 56HAMKA 61Kanak-Kanak yang Hilang 66Risalah Pendidikan Islam 68Untung Rugi Miss World 77Intelektual Profetik 79

Jejak Konspirasi di Balik Wahabi-Phobia 85

Bagian IIIRomantika; Tentang Cinta dan Inspirasi Kehidupan

Tentang Cinta 95Romantisme Perjuangan 99Cinta Terindah 105Bu Murtasiah 113

Page 12: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 12/18412

Bagian IVNegarawan Muda; Tentang Gerakan, Pemuda, danMahasiswa

“Ancaman Kematian” Kaum Intelektual 118Gerakan Peradaban 123Negarawankah Kita? 129Revolusi Kaum Muda 131Solidaritas Gerakan Mahasiswa 135Tarikan Idealisme dan Suara 141

Bagian VDemokrasi Kita; Tentang Pemilu, Politik, danKepemimpinan

Cari Pemimpin atau Pimpinan? 148Media dan Pemilu Kita 151Demokrasi Pasar(an) 156Terjebak di Jalan Demokrasi 160

Pemuda dan Partisipasi Pemilu 167

Page 13: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 13/18413

  B a g   i a n   1

  D a r u r a  t   K  e m  a n d   i r  i a n

   T e  n  t a  n g   E  k o  n

 o  m  i  d a  n   K e s e  j a  h

  t e  r a a  n

Page 14: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 14/18414

Pada penghujung 2013, masyarakat Indonesia dihentakkan

oleh peristiwa paling menghebohkan sepanjang tahun

itu. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar ditangkap

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena menerima suap

atas perkara sengketa Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada)

Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang sedang diproses MK di

mana Akil sebagai ketuanya. Uang tunai senilai kurang lebih Rp

2 miliar menjadi barang bukti dalam penangkapan itu.

Selain Pilkada Gunung Mas, Akil juga diduga terlibat dalam

beberapa “permainan kotor” lainnya di tempatnya bekerja.

Selain Akil, belum hilang di ingatan kita bagaimana perilaku

pejabat negeri ini seperti Gayus Tambunan, Muhammad

Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan sederet nama lainnya

yang mengemplang uang rakyat. Pertanyaan besar menghantui

kita semua, mengapa masih banyak pejabat negara yang

bergaji besar, tapi tetap melakukan korupsi. Ketua KPK,

Abraham Samad, dalam sebuah kesempatan di Universitas

Muhammadiyah Malang pernah mengatakan, itu semua karena

kelakuan yang bersangkutan serakah dan rakus. “Mereka itu

berperilaku hedonis dan serba pragmatis,” tegasnya.

Salah KaprahSoal Pangan

Page 15: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 15/18415

Sesekali, sempatkan diri anda mengunjungi Gedung DPR di

Senayan Jakarta. Pelataran parkirnya tak ubahnya show room 

mobil mewah. Di sana berjejer mobil keluaran teranyar dengan

harga milyaran. Belum lagi jas, safari, sepatu atau arloji yangmereka kenakan. Tentu akan membuat kepala kita bergeleng-

geleng.

  Miris. Kita hanya bisa mengelus dada, ketika para pembesar

negeri ini menikmati gaji berlimpah, fasiltas serba mewah, tapi

masih berperilaku koruptif. Sementara di saat yang bersamaan,

masih banyak penduduk miskin yang terjerat kemiskinan. Perut

mereka keroncongan, mereka tak sempat nikmati pendidikan,apalagi tinggal di rumah yang nyaman.

Data terakhir menunjukkan, jumlah orang miskin masih

28,07 juta (11,37 persen). Dalam hal ini, peranan komoditi

makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar

dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan,

sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap garis kemiskinan padaMaret 2013 tercatat sebesar 73,52 persen. Itu artinya, tingkat

kemiskinan masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh

ketidak-pemilikannya sumber makanan untuk hidup.

Sebagaimana kita ketahui, anggaran Kementerian Pertanian

pada tahun 2014 mengalami pemotongan sebesar Rp1,442

triliun dari pagu anggaran dalam APBN 2013. Dari yang

seharusnya Rp17,89 triliun, kini hanya menjadi Rp16,42

triliun. Akibat dari pengurangan ini adalah, program yang

berkaitan dengan swasembada pangan, pemenuhan ketahanan

pangan, maupun peningkatan produktivitas pangan yang awal

anggarannya direncanakan mencapai Rp6,87 triliun pun akan

semakin berkurang.

Di sisi lain, dalam APBN-P 2013, pemerintah menyediakan

subsidi BBM dan elpiji sebesar Rp 199,85 triliun dengan kuota

BBM bersubsidi 48 juta kiloliter. Data Kementerian ESDM

Page 16: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 16/18416

menunjukkan, proporsi BBM bersubsidi dinikmati oleh: 1)

pemilik mobil (53 persen) dibandingkan pemilik motor (47

persen); 2) masyarakat di Jawa dan Bali (59 persen) dibanding

empat pulau besar lainnya; dan 3) angkutan darat (89 persen).Tercatat juga 25 persen rumah tangga berpenghasilan tertinggi

menikmati 77 persen subsidi BBM, dibandingkan rumah tangga

berpenghasilan terendah yang hanya menikmati 15 persen

subsidi BBM (Kementerian Keuangan, 2012).

Setidaknya, jabaran di atas menjadi perenungan yang berarti

bagi bangsa ini. Mengapa? Karena ada logika yang terbalik

dalam sistem kita saat ini. Biaya subsidi BBM –yang hanyadinikmati oleh sebagian kalangan- justru jauh lebih tinggi

daripada pembiayaan terhadap kebutuhan pangan masyarakat

yang menyangkut “hajat hidup orang banyak”.

Jika demikian adanya, kapan bangsa ini akan mandiri?

Karena dengan rendahnya dukungan pemerintah terhadap

sektor pertanian kita, bukan tidak mungkin banyak petani

kita yang banting setir karena sektor ini sudah tidak dapatdiandalkan. Dampaknya, kebutuhan pangan kita akan terbatas,

dan jalan pintas yang kita pilih adalah melakukan impor.

Kunci keberhasilan kemandirian pangan Indonesia ke depan

sangat dipengaruhi oleh perubahan mindset  terhadap tiga hal,

yaitu; (1) mindset  politik pangan, (2) mindset  konsumsi pangan.

Mindset politik pangan, tidak dipungkiri bahwa ‘prioritas

pangan’ dalam agenda kebijakan publik kita masih sangatminim. Hal itu tercermin dari penganggaran maupun kebijakan

pemerintah terhadap kebutuhan pangan bagi masyarakat

itu sendiri. Kebijakan pemerintah belakangan ini menjadi

sangat kontradiktif dan kontraproduktif dalam menyelesaikan

permasalahan pangan. Akibatnya adalah; kebijakan ketahanan

pangan penuh dengan paradoks. Pada tahun 2012, ketika

Kementerian Pertanian berusaha keras untuk menaikkan

tingkat produksi pangan, yang membutuhkan lahan lebih

Page 17: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 17/18417

luas dan ketersediaan irigrasi, Kementrian Kehutanan justru

memberikan lahan hutan untuk segelintir pengusaha HTI,

tambang, PHP, maupun perkebunan. Begitu juga Kementrian PU

yang tidak sevisi dengan Kementrian Pertanian, justru malahsibuk memperluas infrastruktur dan properti di lahan subur.

Dan yang lebih parahnya lagi, ketika masa produksi pangan,

Kementrian Perdagangan justru membuka perizinan impor

pangan seluas-luasnnya.

Dalam hal pemanfaatan lahan, Lepi T Tarmidi (Kompas,

29/09/2012) mengungkapkan; kita bisa mencontoh

negara-negara maju yang menerapkan prinsip dasar dalampenggunaan lahan. Pertama, tanah yang subur hanya dipakai

khusus untuk pertanian. Kedua, tanah yang kurang subur

digunakan untuk peternakan dan tanaman keras. Ketiga, tanah

yang secara sengaja disediakan oleh negara untuk kawasan

taman nasional. Keempat , tanah yang tidak subur dipakai untuk

industri, perumahan, dan swalayan. Contoh negara yang sudah

menerapkan pola ini adalah Jepang. Mereka menggunakan

lahan subur khusus untuk pertanian, tidak boleh dikonversisedikit pun.

Perubahan mindset   politik pangan ini bisa dicapai dengan

merubah kultur sistem politik yang mengarah pada civil

agrarian ideologies  yang sangat menekankan pendekatan

 fungsional agrarian representative  dalam setiap pembuatan

kebijakan yang saling berkait dan terintegrasi. Pangan menjadi

isu utama yang harus diselasaikan karena berkaitan denganpermasalahan hidup-mati masyarakat.

Penerapan perundang-undangan dan ideologisasi etika

publik yang lebih menekankan pada aspek ‘moral’ dan

‘keberhasilan dalam penanggulangan sektor pangan’ harus

menjadi indikator penting dalam penilaian capaian keberhasilan

sebuah bangsa.

Page 18: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 18/18418

Mindset konsumsi pangan:  Selama ini, masyarakat

masih banyak yang terstigma bahwa mereka sudah dianggap

makan jika telah menyentuh nasi. Padahal, berbicara tentang

pemenuhan kebutuhan makan tidak selamanya harus dipenuhidengan nasi. Permasalahan hari ini mengapa kita bergantung

pada nasi hanyalah karena cara berpikir kita yang masih

“tradisional”. Akibat terjadinya “ijo royo-royo”  pada masa Orde

Baru –di mana beras dijadikan komoditi utama pola ‘makan’

Indonesia. Jauh sebelum itu, hampir di setiap daerah Indonesia

memiliki keragaman pangan lokal yang menjadi konsumsi

keseharian seperti singkong, jagung dan yang lainnya.

Ketergantungan masyarakat terhadap beras hari ini telahmengakibatkan ‘punahnya pangan lokal’.

Beras atau nasi adalah makanan yang mempunyai kadar

gula tinggi. Jika nasi dikonsumsi terlalu banyak maka level

glukosa dalam darah akan meningkat sehingga dapat memicu

risiko diabetes. Dari segi isiologis juga dikatakan, bahwa untuk

dapat hidup sehat, aktif, dan produktif manusia memerlukan

lebih dari 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenismakanan.

Perubahan mindset   terhadap pola konsumsi pangan

Indonesia menjadi sangat penting di sini. Selain itu, jika

ditinjau dari aspek ekonomi juga sangat menguntungkan bagi

negeri ini. Sebagaimana yang dikemukakan Nurmahmudi

Ismail, Walikota Depok, ketika ditanya program one day no

rice  yang dicanangkannya; setiap kenaikan harga beras 10%akan memberikan kontribusi angka inlasi negara sebesar 0,5.

Atas dasar asumsi itu, pengurangan terhadap konsumsi beras

dan beralih pada konsumsi pangan lokal yang lainnya akan

menjadi sarana yang efektif dalam menekan laju inlasi dan

menjaga ketahanan pangan nasional. Lebih dari itu, perubahan

mindset   dan ketergantungan terhadap beras/nasi ini juga

akan menjaga kestabilan harga beras, sekaligus menurunkankonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat

Page 19: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 19/18419

yang diiringi dengan peningkatan konsumsi sayuran dan buah,

pangan hewani, kacang-kacangan, serta umbi-umbian. Pada

dasarnya, pola diversiikasi pangan seperti ini bukan bertujuan

untuk mengganti bahan pangan pokok beras dengan sumberkarbohidrat lain, tetapi untuk mendorong peningkatan sumber

zat gizi yang cukup secara kualitas maupun kuantitas, baik

komponen gizi makro maupun gizi mikro (Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi XI, 2010).

Setidaknya, dua hal di atas yang harus menjadi landasan

berpikir dalam membangun kemandirian pangan. Dengan

kata lain, tulisan ini hanya ingin mengantarkan kepada parapembaca untuk melakukan gerakan kecil dengan mengubah

pola konsumsi kita demi kemandirian bangsa. Bangsa ini sudah

siaga kemandirian, jangan sampai menjadi terpuruk karena kita

tidak pernah sadar. Wallahu A’lam

Page 20: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 20/18420

Pada tanggal 24 September 2012, ribuan kaum tani di 18

provinsi memperingati perayaan Hari Tani. Mengapa

harus tanggal 24 September? Karena pada tanggal tersebut

UU Pokok Agraria No. 5 Tahun1960 (UU PA) disahkan.

Karena semangat dari UU PA memiliki tujuan membongkar

ketidakdilan struktur agraria dan membawa kemakmuran bagi

rakyat Indonesia yang sebagian besar bergantung pada sektor

pertanian. Perayaan Hari Tani juga dimaksudkan agar terus

mengingatkan kita bahwa petani adalah sosok yang dibutuhkan

namun kerap kerap dilupakan.

Undang-undang ini mengatur pembatasan kepemilikan

tanah maksimum bagi individu/korporasi serta menjamin

batas minimum luas tanah bagi petani. UU PA juga menganut

asas nasionalisme sehingga kepemilikan ataupun hak guna

usaha oleh asing dilarang. (Dwi Andreas Santosa, Kompas,

18/10/2012).

Isi pokok dari UU PA ini mengacu pada Pasal 33 Ayat 3

UUD 1945 yang menyebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ini

Petani,Nasibmu Kini

Page 21: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 21/18421

senada dengan Pasal 1, Ayat 1 dan 2 UU PA yang menyatakan

bahwa bumi, air, dan ruang angkasa adalah hak bangsa ini

sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan

bahwa segala macam hak; baik hak ulayat, hak individu, hakpenguasaan negara atau badan hukum, ditujukan dalam rangka

untuk memakmurkan rakyat. Di sinilah titik sentralnya, rakyat

ditempatkan sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di negara

ini. (Syaiful Bahri, Kompas 26/09/2012).

Realita yang terjadi saat ini justru berkebalikan dengan hal

yang paling fundamental dalam nafas UU tersebut. Pemodal

besar bisa menguasai puluhan ribu hektar. Aset tanah nasionalyang ada, 56 persennya dikuasai hanya oleh 440 ribu orang,

atau 0,2 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. Untuk

penguasaan tanah pertanian saja, saat ini rata-rata keluarga

petani di Indonesia hanya memiliki 0,36 hektar tanah.

Sensus Pertanian BPS tahun 2003 menunjukkan, dari 31,7

juta rumah tangga petani, mereka hanya menggunakan lahan

pertanian 21,5 juta hektar. Terlebih lagi, proses konservasiyang menyusutkan lahan pertanian demi kepentingan industri

dan properti telah menyebabkan pengurangan terhadap lahan

pertanian sekitar 60 ribu hektar per tahun. Akibat dari semua itu

adalah semakin meningginya jumlah petani gurem dan petani

yang tak memiliki tanah. Saat ini, dari 37,7 juta rumah tangga

petani, 36 persennya tak bertanah, 24, 3 juta yang menguasai

tanah rata-rata 0,89 hektar per rumah tangga. Hal inilah yang

menyebabkan produktivitas pertanian Indonesia semakinmenurun dengan pendapatan pendapatan rata-rata petani hari

ini kurang dari Rp400 ribu per bulan karena minimnya lahan

garapan.

Penyebab keterpurukan petani kita selanjutnya adalah

terjadinya penggolongan dan pelapisan sosial di masyarakat

berdasarkan pemilikan dan penggunaan tanah. Struktur

sosial yang tercipta dari langgengnya ketimpangan terhadapkepemilikan dan penggunaan tanah adalah terjadinya

Page 22: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 22/18422

ploretarisasi petani yang semakin meluas. Ploretarisasi ini

ditandai dengan terdegradasinya kelas petani menjadi buruh

tani. Kaum ploretariat ini hidup tidak lagi dengan mengolah

tanah secara langsung, tetapi dengan menjual tenaga kepemilik modal. Ploretrisasi ini berlangsung dalam wajahnya

yang sangat brutal yang ditandai dengan pengusiran dan

perampasan tanah-tanah secara paksa (Idham Arsyad, Kompas,

25/09/2012) . Kondisi inilah yang dianggap sebagai penyebab

terjadinya polarisasi perekonomian di tengah masyarakat

yang berakibat pada meningkatnya pertentangan kelas,

stabilitas perekonomian yang semakin terganggu, dan usaha

pembangunan pertanian masyarakat yang semakin terhambat.

Bayang-bayang Kriminalisasi

Gerakan perjuangan petani yang menuntut keadilan karena

ketimpangan penguasaan tanah dan sumber daya produktif

mengarah juga ke wilayah lain. Tergerusnya kedaulatan petani

atas benih menjadi alasan mengapa gerakan itu terus menguat.

Perjuangan kedaulatan petani atas benih dimulai ketika belasanpetani pemulia benih ditangkap pada tahun 2005. Upaya

kriminalisasi itu terjadi hingga kini. Petani pemulia sangat

rentan terkena berbagai pasal, yang ironisnya merupakan

produk legislasi kita sendiri.

Salah satu produk hukum yang digunakan dalam upaya

kriminalisasi petani adalah UU No 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budi Daya Tanaman. Pada tanggal 27 September 2012,

berbagai gerakan petani seperti; Aliansi Gerakan Reforma

Agraria (AGRA), Serikat Petani Indonesia (SPI), Bina Desa,

Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Serikat

Petani Kelapa Sawit (SKPS), Sawit Watch, Farmer Initiatives

for Ecological Livehoods and Democracy (FIELD), Indonesian

Human Right Committee for Social Justice (IHCS), Aliansi

Petani Indonesia (API), Ikatan Petani Pengendalian Hama

Terpadu Indonesia (IPHTI) beserta komponen masyarakat sipillainnya mendatangi Mahkamah Konstitusi untuk melakukan

Page 23: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 23/18423

pendaftaran uji materi yang menuntut penghapusan beberapa

pasal dalam UU No 12 tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya

Tanaman tersebut. Syukurnya, MK akhirnya mengabulkan

beberapa tuntutan uji materi itu, yaitu pasal 9, 12, dan 60UU tersebut dan menganggapnya inkonstitusional. Dengan

demikian, petani tak perlu lagi meminta izin dari pemerintah

dalam mengumpulkan benih lokal, menghasilkan benih idaman,

serta mengedarkannya.

Selain itu, gerakan petani juga menuntut pemerintah

melakukan revisi terhadap undang-undang dan peraturan

yang berpotensi melarang petani menyimpan, membuat,mengedarkan, dan memasarkan benih. Mereka menuntut

pemerintah memberikan perlindungan kepada petani kecil

dalam memuliakan tanaman serta menghapus ketergantungan

petani terhadap benih impor.

Transgenik di Antara Dua Kepentingan

Di waktu yang hampir bersamaan, dalam rangka

mewujudkan swasembada pangan di tahun 2014, pemerintahmencanangkan pemakaian bibit transgenik terhadap pangan

untuk peningkatan produksi dan pengurangan impor terhadap

pangan. Kebijakan tersebut banyak menuai kontroversi setelah

Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik meloloskan

jagung transgenik RR NK 603 dan Bt Mon 89034 sebagai

produk yang aman pakan. Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) menyatakan bahwa kedua jenis produk di atas aman

pangan pada bulan februari 2011. Sayangnya, peristiwa ini

tidak menjadi isu yang hangat di media.

Uniknya adalah, lolosnya RR dan Bt sebagai aman pakan

yang dilakukan oleh Kemanan Hayati Produk Rekayasa Genetik

(KKH PRG) dilakukan setelah tim teknis melakukan pengkajian

terhadap dokumen-dokumen yang disertakan oleh perusahaan

terkait. Kelolosan RR dan Bt ini menjadi aneh ketika proses

pengkajian terhadap suatu produk genetik –seperti RR dan

Page 24: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 24/18424

Bt- hanya berdasarkan pada dokumen yang disertakan oleh

perusahaan terkait, tanpa adanya uji coba dan penelaahan

secara ilmiah. Tentu saja ini telah melanggar prinsip kehati-

hatian terhadap penerimaan suatu produk.Selain itu, yang paling disayangkan dalam hal ini adalah

tak adanya partisipasi publik karena minimnya informasi.

Keputusan KKH PRG hanya disampaikan melalui website 

mereka yang dianggap sudah memenuhi syarat partisipasi

publik, padahal website tersebut tidak familiar di mata publik,

terlebih petani.

Potensi pasar benih tanaman di Indonesia sangatmenggiurkan bagi korporasi multinasional, yakni Rp 14,6

triliun untuk jagung transgenik dan Rp 7,6 triliun untuk kedelai

transgenik. Karena itu, tanaman transgenik perlu ditempatkan

dalam ranah yang sesungguhnya, yaitu upaya korporasi asing

mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Lolosnya jagung transgenik untuk pakan bahkan pangan

menjadi ironi ketika Profesor Gilles-Eric Seralini dariUniversitas Caen, Perancis, memublikasikan hasil penelitiannya.

Dalam penelitian pertama terhadap dampak jangka panjang

pestisida Roundup dan jagung transgenik RR NK 603, ternyata

berkembang tumor payudara pada mencit-mencit percobaan

betina serta kerusakan pada ginjal dan hati pada mencit-mencit

jantan. Pada percobaan tersebut, mencit-mencit diberi pakan

jagung transgenik dan pada minumannya dilarutkan pestisida

Roundup pada level yang diizinkan untuk air minum (Tejo

Wahyu Jatmiko Kompas, 02/10/2012).

Penelitian yang berlangsung selama daur hidup mencit-

mencit tersebut menunjukkan bahwa 70 persen mencit betina

dan 50 persen mencit jantan mati lebih cepat dibandingkan

kontrol. Fakta menunjukkan, 50-80 persen mencit betina

menderita tumor payudara hingga mencapai tiga tumor per

ekor.

Page 25: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 25/18425

Saatnya Petani Berdaulat

Dengan permasalahan petani yang begitu pelik, bukan

berarti kita hanya berhenti untuk merenungi dan menghardik

keadaan. Sudah saatnya kita bergerak, bangkit, dan mengambilkembali tangkup peradaban untuk kedaulatan petani Indonesia.

Ada beberapa hal yang penting untuk dijadikan pijakan dalam

mencapai kedaulatan petani hari ini. Pertama, kelembagaan

pangan; ini menjadi penting karena kebijakan di Indonesia

saat ini sangat kontradiktif dan kontraproduktif ketika melihat

permasalahan pangan tidak menjadi isu sentral. Akibatnya,

kebijakan ketahanan pangan penuh dengan paradoks. Saatini, yang menjadi isu fundamental adalah permasalahan

status politik, wewenang, dan koordinasi kebijakan yang

menjadikan permasalahan pangan sebagai isu sentral negara

yang harus berpihak pada petani dan produksi lokal. Mari kita

ingat kembali tentang apa yang disampaikan oleh Bung Karno

ketika meletakkan batu pertama Fakultiet Pertanian –yang kini

menjadi IPB- pada tanggal 27 April 1952, bahwasanya panganmerupakan soal hidup mati, pangan merupakan masalah

bangsa yang sangat penting untuk kehidupan rakyat.

Kedua, reformasi agraria; yaitu program yang mengatur

penguasaan, penataan ulang kepemilikan, dan penggunaan

tanah yang harus berpihak pada hak dan pemberdayaan petani

secara keseluruhan—baik yang memiliki tanah maupun tidak.

Reformasi agraria juga harus mengarah pada amanat Pasal 33

Ayat 3 UUD 1945 dan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960,

Pasal 1 Ayat 1 dan Ayat 2. Kita bisa mencontoh negara-negara

maju yang menerapkan prinsip dasar dalam penggunaan lahan;

1) Tanah yang subur hanya dipakai khusus untuk pertanian,

2) tanah yang kurang subur digunakan untuk peternakan dan

tanaman keras, 3) tanah yang secara sengaja disediakan oleh

negara untuk kawasan taman nasional, 4) tanah yang tidak

subur dipakai untuk industri, perumahan, dan swalayan.

Page 26: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 26/18426

Ketiga, hentikan liberalisasi pertanian. Permasalahan

liberalisasi pertanian kini menjadi sangat kompleks. Di sektor

agraria –sebagaimana dijelaskan di atas- menunjukkan

adanya ketimpangan, kepemilikan lahan yang dikuasai olehkorporat telah merugikan rakyat. Importasi komiditas pangan

juga menjadi soal. Pada bulan Februari tahun 2013 saja,

Menteri Perdagangan Gita Irawan Wirjawan menyatakan

bahwa Indonesia akan mengimpor 2 juta ton beras. Alasannya

adalah harga beras di pasar Internasional sedang murah,

yaitu USD400 per ton untuk beras kualitas premium dan juga

untuk menghadapi kebutuhan beras masyarakat yang semakin

meningkat. Padahal, bulan Februari adalah masa panen rayabagi petani.

Kalau kita lihat produktivitas petani Indonesia, kita

masih berada di posisi yang tertinggi di Asia Tenggara. Data

yang disajikan Dwi Andreas Santosa (Kompas  04/06/2012)

menunjukkan, meski setiap tahun kita impor beras, produktivitas

sawah kita 5,03 ton per hektar, jauh lebih tinggi dibanding

negara tetangga. Jika produktivitas dihitung tahunan, akandidapatkan angka 9,03 ton, kita menjadi salah satu tertinggi

di dunia yang memproduksi beras. Akibat dari liberalisasi

ini pemerintah seakan membiarkan nasib petani begitu saja

tanpa ada proteksi dan pembinaan terhadap perkembangan

kesejahteraan mereka.

Keempat ,atur ulang HaKI pada genetika. Hak atas Kekayaan

Intelektual (HaKI) terhadap genetika kini telah menjadi pelurukriminalisasi yang dilakukan perusahaan besar terhadap para

petani yang melakukan pemuliaan tanaman karena dianggap

sebagai pembajakan hak atas kekayaan intelektual tanpa seizin

perusahaan terkait. Hingga kini, banyak petani yang dibui

akibat kasus tersebut. Padahal, sejak awal kemerdekaan, petani

Indonesia sudah mengembangkan benih dan menghasilkan

1,9 juta varietas tanaman. Akan tetapi, karena rendahnyapendidikan, keterbatasan informasi dan perekonomian mereka,

Page 27: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 27/18427

sangat sulit bagi mereka mendaftarkannya untuk memperoleh

HaKI. Kini, kedaulatan petani semakin terancam ketika berbagai

peraturan diciptakan sebagai upaya untuk mengokohkan

perusahaan dan universitas saja. Hanya mereka berdua yangberhak melakukan pemuliaan tanaman. Sedangkan petani

hanya ditempatkan sebagai konsumen dan pemakai benih,

padahal jauh lebih dahulu petani memuliakan tanaman dan

menemukan benih tersebut.

Kelima, hentikan transgenik . Setelah melihat efek yang

terjadi ketika benih transgenik dikembangkan, kita harus

kembali pada hasil KTT Bumi tahun 1992 di Rio De Janeiro yangmenjadi semangat aturan internasional tentang keamanan hayati

produk transgenik, atau dikenal sebagai Protocol Cartagena.

Bunyi dari prinsip 15 Rio itu adalah, “Dalam upaya melindungi

lingkungan, pendekatan kehati-hatian dapat diterapkan secara

luas oleh negara sesuai dengan kapasitasnya. Ketika terdapat

ancaman serius atau kerusakan yang tidak dapat dipulihkan,

ketidakcukupan kepastian ilmiah tidak boleh dijadikan alasan

untuk menunda tindakan pencegahan perusakan lingkungan.”

Keenam, bangkitkan paritisipasi publik . Sudah

seharusnya masyarakat diberikan ruang partisipasi yang luas

dalam menentukan kebijakan publik, terutama dalam masalah

pertanian. Keterbukaan informasi dan akses pengetahuan

terhadap permasalahan pertanian harus tersebar luas

di tengah-tengah masyarakat. Memberikan akses untuk

berinovasi terhadap pemuliaan tanaman, penciptaan, danpengembangannya sebagai bukti kedaulatan petani. Dalam

membangun partisipasi publik, pemerintah juga tidak boleh

luput untuk bertanggung jawab dalam pemenuhan hak

dan kebutuhan dasar masyarakatnya, salah satunya adalah

akses pendidikan, pembinaan, pengembangan kesejahteraan

petani, perbaikan infrastruktur, maupun perbaikan sistem

perekonomian dan pemasaran hasil pertanian, perlindungan,petani dan produksi lokal.

Page 28: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 28/18428

Akhirnya, kita hanya bisa berharap petani Indonesia akan

mencapai kejayaannya, kedaulatan, dan kesejahteraan yang

sesungguhnya. Semoga!

Page 29: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 29/18429

Menelaah Modernisasi

Istilah modernisasi adalah istilah yang sangat populer

setelah Perang Dunia ke-2. Reinhard Bendix dalam

tulisannya yang berjudul “Tradition and Modernity Reconsidered”  

menjelaskan, pada dasarnya istilah modernisasi harusdirujukkan pada suatu tipe perubahan sosial yang berasal dari

revolusi industri di Inggris 1760-1830, dan revolusi politik di

Perancis 1789-1794, yang berangkat dari proses transformasi

sosial masyarakat ke arah demokratisasi, industrialisasi, dan

proses-proses perekonomian yang dilakukan secara modern.

JW. Schoorl juga menjelaskan, modernisasi yang berasal

dari revolusi industri berangkat dari terjadinya revolusi ilmupengetahuan dan revolusi teknologi yang berkaitan dengan

perkembangan dan kemajuan ekonomi. Modernisasi juga

merupakan jenis perubahan sosial yang mengarah pada

perubahan-perubahan di berbagai belahan dunia yang masih

terkungkung dalam keterpurukan ekonomi dan politik.

Akibat dari proses modernisasi ini, dunia terpecah menjadi

dua golongan, yaitu negara maju sebagai bagian dari masyarakatindustri atau masyarakat modern, dan negara Dunia ketiga

Dialektika Kesejahteraandan Penjajahan

Page 30: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 30/18430

atau negara berkembang. Proses modernisasi juga semakin

berkembang ke arah transformasi sosial yang sangat universal,

mengarah ke berbagai bidang kehidupan yang fungsi-fungsinya

sangat terspesialisasi bersamaan dengan kemajuan sistempendidikan.

Wacana Keilmuan : Karakteristik Teori Modernisasi

Di tengah perkembangan transformasi sosial modernisasi

yang diiringi dengan perkembangan dan kemajuan sistem

pendidikan, negara maju mengukuhkan diri untuk menentukan

prasyarat dan standarisasi modernisasi yang dikembangkan

melalui pendekatan keilmuan. Dalam hal ini, negara majudianggap sebagai soko guru peradaban yang mampu

memperbaiki kondisi suatu negara melalui teori ‘modernisasi’-

nya. Teori modernisasi juga sering diistilahkan sebagai teori

‘pembangunan’ yang berisikan gagasan perubahan sosial yang

dianggap sebagai satu-satunya solusi menuju kesejahteraan

masyarakat di suatu negara.

Kini ada beberapa varian teori yang mengukur terjadinyaproses keberhasilan pengembangan modernisasi di setiap

negara. Pertama, teori Gabriel Almond yang mengukur

modernisasi berdasarkan pada sejauh mana pola dan nilai-

nilai demokrasi yang diciptakan Barat telah berkembang dan

menjadi sebuah nilai di tengah masyarakat. Melalui premis

ini, negara berkembang diarahkan pada kemampuan untuk

mengembangkan pola kehidupan politik yang sesuai dengan

prinsip-prinsip demokrasi yang dikembangkan oleh Barat.

Kedua, ketika proses demokratisasi berjalan tidak sesuai

dengan realita yang berkembang, maka teori baru tentang

negara modern pun berkembang. Samuel Huntington

menyatakan, perbedaan utama antara negara modern dan

yang tidak modern adalah dalam kemampuan yang pertama

untuk mempertahankan diri dan menjamin stabilitas sosial dan

politiknya. Hal ini menunjukkan terjadinya pergeseran subtansi

Page 31: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 31/18431

teori modernisasi ke arah kemampuan mempertahankan

stabilitas sosial dan politik. Sebagaimana yang dikemukakan

oleh Vedi R. Hadiz, terlepas dari berbagai macam implikasinya,

teori tersebut akan menjadi pembenaran dukungan terhadappemerintahan yang otoriter yang mampu menekan sumber-

sumber oposisi dan meredam tuntutan-tuntutan perubahan

sosial melalui metode-metode represif.

Ketiga, teori yang dikembangkan Harrod-Domar tentang

“tabungan dan investasi”. Dalam teori tersebut dijelaskan,

pembangunan –modernisasi- negara dalam bidang ekonomi

ditentukan oleh besar-kecilnya ketersediaan modal daninvestasi. Harrod-Domar berasumsi, negara maju adalah negara

yang memiliki investasi dan modal besar, sedangkan negara

terbelakang adalah negara yang investasi modalnya kurang.

Keempat , teori pertumbuhan ekonomi- yang dikembangkan

oleh W.W Rostow. Ia menjelaskan bahwa pembangunan

merupakan suatu proses yang bergerak lurus, mengarahkan

masyarakat terbelakang menuju masyarakat yang maju. Iamenjelaskan tentang lima tahapan kondisi menuju masyarakat

maju. 1) Masyarakat tradisional; masyarakat yang belum banyak

mengusai ilmu pengetahuan dan cenderung menyerahkan

segala macam kebutuhan hidupnya pada sesuatu yang bersifat

magis. Di dalam masyarakat ini alat produksi masih terbatas,

dan kemajuan industri maupun produksi sangat lambat.

2) Masyarakat prakondisi lepas landas; yaitu masyarakat

tradisional yang terus bergerak dan mengalami perkembanganyang progresif. Biasanya, dalam masyarakat prakondisi seperti

ini lebih banyak dipengaruhi oleh pihak luar untuk membantu

peningkatan kapasitasnya.

Salah satu yang menjadi standarisasi kemajuan masyarakat

prakondisi lepas landas ini adalah terjadinya usaha

meningkatkan tabungan di tengah masyarakat. Tabungan ini

kemudian dipakai untuk keperluan hidup dan investasi padasektor yang menguntungkan dan produktif dalam memenuhi

Page 32: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 32/18432

kebutuhan hidup sehari-hari dan pengembangan skill  

masyarakatnya, seperti pendidikan.

Selanjutnya, 3) Masyarakat lepas landas; dalam masyarakat ini

industri berkembang pesat, berbagai keuntungan dikembalikanlagi kepada perusahaan, dan sektor perekonomian berkembang

dengan progresif. 4) Masyarakat dewasa; yaitu masyarakat

yang sudah bisa dianggap sebagai negara maju dan sudah

memiliki kemandirian dalam pengembangan perekonomian

dan pembangunan terhadap sumber daya manusia. 5)

Masyarakat konsumtif; pada periode ini masyarakat sudah

memiliki pendapatan yang besar, sehigga kebutuhan pokokmudah terpenuhi. Pada kondisi masyarakat seperti ini, taraf

dan kebutuhan hidup menjadi semakin tinggi dan tidak lagi

mementingkan pemenuhan kebutuhan pokok karena sudah

terpenuhi.

Teori modernisasi berkembang di Amerika Serikat pada

tahun 1950-an sebagai respon kaum intelektual terhadap

Perang Dunia. Mereka menganggap, ada cara efektif lainnyauntuk mecapai suatu perubahan. Mansour Fakih (2001)

mengungkapkan, modernisasi menjadi penemuan terpenting

dalam perkembangan kapitalisme yang berkembang di bawah

kepemimpinan Amerika Serikat. Teori ini lahir ketika dunia

terjebak dalam Perang Dingin. Perang Dingin pada dasarnya

merupakan perang ideologi dan teori antara sosialis dengan

kapitalis. Dalam konteks Perang Dingin tersebut, sudah

dipastikan bahwa teori modernisasi terlibat dan menjadi pelurudalam peperangan ideologis.

Teori modernisasi atau pembangunan dalam perjalanannya

menjadi gagasan ideologi yang termanifestasi dalam perjalanan

politik sekutu terhadap negara lainnya. Perebutan kekuasaan

wilayah dalam penyebaran ideologi ini cukup menarik

untuk dikaji, bagaimana gerakan sosialisme kala itu mulai

mengembangkan ideologinya tidak hanya di Eropa Timur,melainkan juga di negara-negara yang baru saja merdeka.

Page 33: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 33/18433

Kemunculan negara-negara yang baru merdeka di Afrika

dan Asia—yang merupakan bekas jajahan sekutu—menjadi

ancaman baru Barat karena di antara mereka banyak yang

tertarik dengan sosialisme sebagai cara untuk melakukanperubahan sosial. Dari sinilah kemudia negara Barat mendorong

para ilmuwan sosial untuk mengembangkan teori Negara Dunia

Ketiga, mencari konsep teoretik dalam rangka membendung

sosialisme untuk mendorong kapitalisme. Dalam konteks ini,

teori modernisasi dan pembangunan lahir dan berkembang.

Fakih juga menjelaskan, umumnya orang beranggapan

bahwa pembangunan adalah kata benda netral, suatu katayang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha

untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, politik, budaya,

infrastruktur masyarakat, dan sebagainya. Dengan pemahaman

seperti itu, ‘pembangunan’ disejajarkan dengan kata ‘perubahan

sosial’. Bagi penganut pandangan ini konsep pembangunan

tidak berdiri sendiri sehingga membutuhkan keterangan lain,

seperti, pembangunan model kapitalisme, pembangunan

model sosialisme, ataupun pembangunan model Indonesia, danseterusnya.

Dalam perjalanannya, teori pembangunan menjadi sebuah

mainstream  dan teori yang paling dominan diterima oleh

masyarakat luas dalam melakukan perubahan sosial. Teori

pembangunan menjadi teori yang sangat luar biasa karena teori

tersebut mampu mendominasi dan mempengaruhi di berbagai

belahan bumi, terutama negara-negara Dunia Ketiga. Gagasandan teori pembangunan seakan telah menjanjikan harapan baru

untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan, terutama

kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi yang selalu terjadi

di negara Dunia Ketiga.

Teori modernisasi diarahkan pada sikap yang ‘ilmiah’,

yaitu dalam mengembangkan ilmu sosial harus bersikap

netral, objektif, bebas nilai, dan bersifat secara universal yangmemberikan makna terhadap realita sosial, serta melakukan

Page 34: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 34/18434

proses ‘rekayasa sosial’ menuju masyarakat yang dicita-citakan

oleh sekutu. Melihat realita perkembangan teori tersebut,

Ritzer (1975) menyatakan, kemenangan satu teori atau analisis

sosial terhadap teori yang lain lebih disebabkan karena parapendukung dari teori yang menang itu lebih memiliki kekuasaan

(power)  dari pengikut teori yang dikalahkan, bukan karena

teori tersebut lebih benar atau lebih baik dari yang dikalahkan.

Tinjauan Kritis Teori Modernisasi

Perkembangan teori modernisasi, dengan menggunakan

pendekatan ‘pembangunan’ telah menyebabkan perbedaan

kelas di masyarakat, baik yang bersifat ekonomis, sosiologis,maupun kebudayaan.

Dilihat dari sudut keilmuan, Michael Foucault menilai,

pengetahuan tentang ‘pembangunan’ yang diproduksi oleh

Barat dan disodorkan kepada masyarakat negara Dunia Ketiga

bukanlah suatu pengetahuan yang bersifat netral, melainkan

dalam rangka proses pengembangan ideologi Barat sebagai

upaya untuk mengontrol negara Dunia Ketiga. Fakih dalammenjelaskan pandangan Foucault ini berpendapat, development

discourse  selanjutnya tidak memberi legitimasi pada segala

cara, dan pengetahuan nonpositivistik, seperti cara pertanian

tradisional yang digusur oleh Revolusi Hijau (Green Revolution).

Ia juga menghancurkan segala bentuk formasi sosial yang

nonkapitalistik, seperti tradisi gotong-royong di Jawa diganti

dengan hubungan yang kapitalistik.

Terakhir, ide development   juga menghancurkan proses

politik dengan apa yang dikenal sebagai doktrin modernisasi

politik. Itu semua menunjukkan bahwa development discourse 

merupakan suatu proses pendominasian secara intelektual,

politik, ideologi, ekonomi, dan budaya.

Melalui perkembangan teori modernisasi yang dilekatkan

pada sesuatu yang bersifat ilmiah, secara tidak sadar masyarakattelah memberikan para ilmuwan dan peneliti ilmu-ilmu sosial

Page 35: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 35/18435

legitimasi dalam menetapkan agenda dan tujuan dari proses

perubahan sosial. Dalam hal ini, masyarakat Dunia Ketiga

dijadikan objek kajiannya, yang harus ‘menyerahkan dirinya’

untuk diarahkan dan dikembangkan pada sebuah tujuan yangtelah ditetapkan dan dianalisis oleh para ilmuwan tersebut.

Para ilmuwan ini dianggap sebagai orang yang objektif

dan netral sehingga dapat dipercaya sebagai penuntun jalan

kebenaran bagi masyarakat Dunia Ketiga. Dengan kuatnya

legitimasi ini, para ilmuwan memiliki kekuasaan dalam

mengatur, merekayasa, dan mengarahkan masyarakat ke suatu

arah perubahan sosial tertentu. Sejak saat itulah, ketergantunganmasyarakat Dunia Ketiga terhadap negara maju terjadi.

Di bidang ekonomi, pendekatan teori modernisasi terhadap

pengentasan kemiskinan mendorong mereka untuk mengejar

ketertinggalannya. Mereka menilai, penyebab utama kemiskinan

adalah karena faktor kurangnya sumber daya alam yang tidak

produktif, oleh karena itu dibutuhkan proyek peningkatan

pendapatan bagi kaum miskin. Sementara analisis yang lainnya,ketertinggalan suatu negara terjadi karena masyarakat miskin

tidak dilibatkan dalam pengembangannya. Oleh karena itu,

pelibatan kaum miskin diarahkan demi tercapainya eisiensi

pembangunan dan pertumbuhan.

Dari hasil analisis ini saja, sama sekali tidak ada itikad baik

untuk membebaskan manusia dan mengemansipasi golongan

miskin, melainkan menggunakan tenaga masyarakat miskin

untuk tujuan melanggengkan proses pembangunan dan

pertumbuhan. Kedua analisis di atas hanya memfokuskan

golongan miskin pada kegiatan yang lebih memenuhi kebutuhan

praktis semata, tanpa ada maksud untuk memenuhi kebutuhan

startegis mereka.

Refleksi Revolusi Hijau

Revolusi Hijau merupakan salah satu bentuk program

Page 36: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 36/18436

industrialisasi dan modernisasi pertanian yang sepenuhnya

menganut logika pertumbuhan. Program yang asal mulanya

dari Amerika Serikat ini diperkenalkan ke negara-negara

Dunia Ketiga sebagai pelaksanaan teknis developmentalism.Sebagai bagian dari paham modernisasi, Revolusi Hijau tidak

sekedar program pertanian belaka, melainkan suatu strategi

pertumbuhan melawan paradigma tradisionalisme.

Pengetahuan masyarakat dalam bertani yang dianut selama

ribuan tahun, untuk pertama kalinya menghadapi penggusuran.

Untuk pertama kalinya pula dalam sejarah pertanian manusia,

suatu model pertanian yang dipelopori oleh pengusahamultinasional Barat, mereduksi berbagai pola pertanian yang

ada menjadi satu bentuk pertanian. Program yang didukung

oleh pusat penelitian global raksasa seperti IRRI (International

Rice Research Institute) di Filipina dan CIMMYT (International

Maize and Wheat Improvement Center) di Meksiko benar-benar

mengubah wajah pertanian dunia. Dewasa ini, di dunia terdapat

13 lembaga riset dan dikembangkan oleh CGIAR (Consultative

Group for International Agricultural Research)  yang menjaditulang punggung program Revolusi Hijau. Akibatnya, petani

yang telah hidup selama 5000 tahun memproduksi, menyeleksi,

menyimpan, dan menanam kembali benih mereka, secara

dramatik tergusur dan musnah.

Tiba-tiba benih menjadi komoditi komersial dan privat.

Revolusi Hijau telah merampas kontrol atas sumber tanaman

dari tangan petani Dunia Ketiga ke teknokrat Barat di IRRI,CIMMYT, dan perusahaan bibit multinasional. Benih menjadi

salah satu sumber keuntungan dan kontrol. Masalahnya, benih

unggul ‘ajaib’ yang mereka ciptakan dan dipaksakan kepada

petani ternyata juga merupakan keajaiban komersial. Benih-

benih ini akan kembali ke sifat aslinya apabila ditanam kembali

secara berulang-ulang oleh petani, karena itu setiap musim

tanam petani harus membelinya untuk tetap mendapatkanpadi unggul. Petani menjadi sangat tergantung pada industri

Page 37: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 37/18437

benih, serta tidak bisa lagi memproduksinya sendiri. Revolusi

Hijau telah menggusur, tidak saja ribuan jenis atau varietas

tradisional, tetapi juga merampas keseluruhan tanaman padi

yang asal mulanya berada di tangan petani negara-negaraDunia Ketiga.

Analisis kritis terhadap Revolusi Hijau juga bisa dilihat dari

aspek ekonomi politik dalam menelusuri hubungan antara Dunia

Ketiga dan negara maju melalui pendekatan teori dependensi

yang berasumsi bahwa pembangunan dan keterbelakangan

adalah suatu konsep yang saling berkaitan. Keterbelakangan

suatu masyarakat merupakan akibat dari berkembangnyamasyarakat yang lain. Ketergantungan membuat Dunia Ketiga

sulit untuk berdikari dalam model pembangunan kapitalis

mereka.

Dalam teori dependensi, ketergantungan tidak selalu

menciptakan negara maju mendominasi dan menduduki

wilayah Dunia Ketiga seperti yang terjadi pada zaman kolonial

dahulu, namun cukup mempengaruhi elite negara DuniaKetiga untuk memiliki kesamaan nilai dan interest   terhadap

kepentingan ekonomi pribadi yang dikembangkan negara maju.

Dalam kaitan itulah Revolusi Hijau dilihat sebagai sebuah proses

ketergantungan secara ekonomi –baik bersifat pinajaman

inansial-, budaya, teknologi –terutama untuk industrialisasi-,

pengetahuan, politik, dan sebagainya. Apa yang terjadi pada

masa Rezim Orde Baru adalah contoh nyata, USD 2,71 terhisap

keluar untuk setiap USD 1 investasi pada masa Revolusi Hijautahun 1970-1977. Pada tahun 1979 perusahaan Amerika

mendapat untung USD 12.000 dari negara-negara Dunia Ketiga.

Page 38: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 38/18438

Saya, Anda, dan banyak orang lainnya pasti masih memiliki

mimpi, suatu hari nanti, negeri ini akan bangkit kembali

dari keterpurukan yang selama ini melanda. Mimpi yang

datang dari sebuah cinta, pasti akan selalu memberikan spirit

perjuangan untuk mencapai apa yang kita cintai.

Cinta bukanlah perihal intuitif belaka, cinta juga bukan

sesuatu yang hadir secara alamiah dan penuh ketidaksengajaan.

Tapi cinta hadir karena sebuah keterpaksaan, hadir karena

sebuah rekayasa, dan hadir karena keterpanggilan hati untuk

saling memiliki satu sama lain.

Begitulah diktum tentang cinta. Sebuah kisah yang tak

akan pernah usang dibicarakan oleh manusia. Lalu bagaimanadengan kecintaan kita kepada bangsa? Inilah yang perlu kita

perbincangkan saat ini.

Mungkin taka sing di telinga kita, para pesohor negeri ini

mengumbar perasaan cintanya kepada negeri ini. Banyak di

antara mereka yang berkata “kami cinta Indonesia” tapi semua

itu berhenti di mulut belaka, sedangkan tangannya terus

merampas harta rakyat, melakukan berbagai macam praktikkorupsi, kolusi, dan nepotisme yang mengatas-namakan “demi

Gerakan Indonesia Berdaulat

Page 39: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 39/18439

rakyat, saya berjuang.”

Mari kita tengok laporan Bank Pembangunan Asia tahun

2012 yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi

Asia, termasuk Indonesia, akan mengalami peningkatan ditahun 2013 ini. Tapi sayang, pertumbuhan ekonomi yang ada

saat ini tak berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyatnya,

justru akan memperlebar kesenjangan sosial, karena 20 persen

total aset nasional hanya dikuasai oleh 5 persen orang kaya

negeri ini.

Lebih menarik lagi yang dirilis majalah Forbes, 25 orang

terkaya Indonesia mampu menguasai Rp 530 triliun atausetengah dari total APBN kita di tahun 2012. Sementara

pendapatan 29 juta warga miskin dan 70 juta warga hampir

miskin kian tergerus karena tingginya harga kebetuhan pokok.

Akibatnya, rakyat miskin akan akan terus tersingkir dan akan

selalu terjerembap pada jurang kemiskinan.

Kondisi negeri ini semakin terpuruk ketika sumber daya

alam kita yang terus dikuasai asing dan sekelompok elit bisnis.Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi:

“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat”  pun kini beralih ke tangan korporat.

Lihatlah bagaimana proses liberalisasi sektor minyak

dan gas yang kian mengeksploitasi energi negeri kita. Ketika

Pemerintah RI menandatangani Letter of Intent dengan IMFpada 20 Januari 2000, di mana salah satu klausulnya berkaitan

dengan skema liberalisasi pengelolaan energi, oil and gas

sector, membuat Pertamina kehilangan dominasinya di sektor

migas. Akibatnya, Pertamina hanya menguasai 8,8 persen dari

275 wilayah pertambangan Migas. Total pengelolaan Migas

Pertamina hanya kurang dari 20 persen.

Di sektor pertanian, 56 persen aset nasional kita, yangsebagian besar berupa tanah, dikuasai hanya oleh 440.000

Page 40: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 40/18440

orang atau 0,2 persen penduduk Indonesia. Begitu pun di

sektor kehutanan, ketimpangan pemilikan, penguasaan, dan

penggunaan tanah terjadi hampir di semua sektor. Ada 531 izin

hak pengusahaan hutan (HPH) dan hutan tanaman industri(HTI). Luasnya mencapai 35,8 juta hektar, hanya dikuasai

puluhan konglomerat nasional dan asing. Di perkebunan, dari

11,5 juta hektar luas lahan sawit, 52 persen milik swasta, dan

hanya 11,69 persen yang dimiliki perusahaan negara.

Lebih dari itu, di bidang pertambangan, Jatam (Jaringan

Tambang) pada 2010 mencatat, sejak 1998-2010 hampir 8

ribu perizinan tambang dikeluarkan, dan 3 juta hektar kawasanlindung beralih fungsi menjadi tambang. Ketimpangan juga

terjadi di sektor kelautan. Lebih dari 20 pulau telah di-kavling

orang dan badan hukum asing untuk industri pariwisata. Sekitar

50 ribu hektar konsesi budidaya di bawah penguasaan asing,

dan sekitar 1 juta hektar ekosistem pesisir sudah dikonversi

untuk perluasan perkebunan sawit dan pembangunan

reklamasi pantai.

Berdasarkan data-data di atas, sedih kiranya jika kita hanya

dapat berdiam diri menghadapi semua bentuk eksploitasi yang

menyengsarakan rakyat ini.

Saat inilah waktu yang tepat untuk kita bersatu kembali,

merangkul asa dengan jiwa dan raga kita guna mencapai cita-

cita yang mulia, cita-cita yang membawa kemakmuran bagi

rakyat Indonesia, cita-cita yang membawa perubahan menuju

kemerdekaan yang sesungguhnya, cita-cita yang terlahir dari

cinta anak bangsa.

Melalui gagasan itulah, ide Gerakan Indonesia Berdaulat

sebagai gerakan pemersatu semua lapisan masyarakat

Indonesia pun mengemuka. Sejak awal, gerakan ini terlahir

sebagai gerakan kemerdekaan yang ingin mendaulatkan

bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan dan tindakan

eksploitatif yang menyengsarakan rakyat.

Page 41: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 41/18441

Gerakan ini berdiri di atas semua golongan sebagai asas

dari persatuan bangsa. Gerakan yang hadir sebagai wadah

perkumpulan bagi orang-orang yang ingin berkontribusi

terhadap Indonesia sesuai dengan  passion, keahlian, dancaranya masing-masing, sekecil apa pun kontribusi itu.

Gerakan Indonesia Berdaulat ini terlahir dari rasa “cinta anak

bangsa”. Mencoba memaknai persaudaraan dan pengorbanan

sebagai asas dari kecintaan kita kepada sesama, memaksakan

diri untuk berbaur dengan berbagai lapisan masyarakat tanpa

pernah memandang status, kedudukan, maupun ras tertentu.

Ide tentang “sosial kemasyarakatan” menjadi penting darigerakan ini dalam rangka selalu mendekatkan para anggota

pada realita masyarakat yang sesungguhnya.

Dari Gerakan inilah kita diajak bermimpi untuk menjadikan

Indonesia tegap berdaulat. Dimulai dengan perjuangan kita

dari hal yang paling sederhana, namun tekun untuk selalu

menciptakan kebermanfaatan bagi orang lain. Dengan

begitulah, cinta dipaksakan untuk selalu mengasihi sesamatanpa pernah memperhitungkan imbalan dan pujian. Ketulusan

cinta hadir sebagai sebuah konsekuensi pengorbanan yang

selalu membangunkan nurani untuk bergerak ketika melihat

penderitaan yang menimpa bangsa ini.

Page 42: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 42/18442

Apa yang terlintas di pikiran anda ketika mendengar kata

“Pasar Tradisional”? Kumuh, becek, kotor, bau, semrawut,

dan tidak nyaman. Saya, anda atau siapa pun mungkin sepakat

dengan kesan yang muncul itu. Perlahan tapi pasti, kesan-kesan

itu merasuki pikiran kita, dan pada akhirnya kita semua tidak

ingin lagi menginjakkan kaki kita di sana.

Kita terlanjur nyaman dengan lantai keramik dan ruangan

berpendingin udara. Kita terlanjur suka dengan pramusaji

berseragam dan berparas rupawan. Kita juga semakin asyik

memilih sayuran berlabel harga tanpa harus capai menawar.

Akuilah!

Tapi tahukah kita, begitu banyak orang yang menggantungkannasibnya pada tempat yang becek itu? Tahukah kita bahwa pasar

tradisional memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan

ekonomi masyarakat bawah? Di tempat yang semrawut itu lah

perputaran ekonomi masyarakat bisa terjadi. Di tempat yang

kumuh itu pula uang beredar dari banyak tangan, mengalir dan

tersimpan di banyak saku hingga akhirnya menggerakkan roda

ekonomi bangsa ini.

Tapi sayang, nampaknya keberadaan pasar tradisional

“Madesu” Pasar Tradisional

Page 43: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 43/18443

belum juga mendapat perhatian pemegang kuasa di negeri ini.

Buktinya, kini dengan mudah kita menemui hyper market , tak

jauh dari rumah kita. Belum lagi keberadaan minimarket yang

bak cendawan di musim hujan, “menggusur” warung-warungkecil di sekitar kita. Masa depan pasar tradisional kita semakin

suram, alias Madesu.

Dahulu, keberadaan retel besar seperti Makro misalnya,

posisinya selalu jauh dari pasar tradisional, lokasinya pun

menjorok ke dalam dan tak terlihat dari jalan utama, kecuali

hanya papan namanya. Untuk menjangkaunya, jika tak punya

kendaraan pribadi, kita harus berjalan ratusan meter jauhnya.Semua itu dilakukan bertujuan untuk melindungi pasar-pasar

tradisional dan warung-warung kecil sederhana di sekitar kita.

Tapi kini? Anda bisa rasakan sendiri bedanya.

Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang memberikan ruang

terbuka bagi International Monetary Fund   (IMF) untuk

mengintervensi Ekonomi Indonesia adalah turning point -

nya. Pada tahun itu, antara Pemerintah Indonesia dan IMFmenandatanganiLetter of Intent  (LoI) yang memberikan peluang

masuknya investasi asing dalam industri ritel di Indonesia. LoI  

itu terlaksana sebagai bentuk konsensus bantuan dana utang

yang diberikan IMF kepada pemerintah dalam menanggulangi

krisis . Sejak saat itulah, pemerintah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 99 Tahun 1998 dan SK Menteri tentang

Investasi No 29/ SK / 1998. Sejak saat itulah, pasar-pasar

modern dengan berbagai merek dagang terkemuka mulaimenjamur di tengah-tengah kita.

Di sisi lain, untuk menghindari persaingan yang tidak sehat

–baik antara investor asing, pemilik modal, maupun sektor

kecil—pemerintah dan DPR sebenarnya telah membuat UU

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut sebagai

UU Antimonopoli). Akan tetapi, seiring berjalannya waktu,UU ini hanya menjadi hiasan semata yang tidak dipraktikkan

Page 44: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 44/18444

secara optimal. Masih banyak celah, yang implikasinya tidak

melindungi perekonomian rakyat kecil secara utuh.

Hal ini bisa dilihat dengan terjadinya ketidakseimbangan

posisi tawar antara pasar rakyat maupun warung-warungkecil dengan minimarket. Situs berita detik.com merilis,

berdasarkan data tahun 2011 tentang populasi minimarket

di DKI Jakarta, pertumbuhan minimarket mencapai 2.162

outlet. Sementara data yang dikemukakan Nielsen tentang

pertumbuhan minimarket di Indonesia menyebutkan, total

minimarket di tahun 2005 mencapai 6.465 outlet, tapi di

tahun 2006 meningkat menjadi 7.356 outlet, dan di tahun2007 bertambah lagi menjadi 8.889 outlet atau 0,5 persen dari

warung tradisional yang mencapai 1,9 juta warung.

Di samping itu, data yang dirilis PD Pasar Jaya pada Juni 2012

menyebutkan, 97 pasar dari 153 pasar tradisional yang ada di

Jakarta dalam kondisi rusak. Kondisi ini tentu saja membuat

masyarakat semakin malas belanja di pasar tradisional.

Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) jugapernah merilis, terdapat belasan ribu warung tradisional di

Jakarta dan Tangerang yang sudah tutup hingga awal tahun

2012. Hal ini terjadi lantaran warung tradisional pada umumnya

menjual barang-barang yang sama dijual oleh minimarket,

sedangkan jarak antara warung tradisional dengan minimarket

juga sangat berdekatan. Untuk di daerah Kota Bandung saja,

akibat dari merambah luasnya minimarket, supermarket,

dan sejenisnya telah mengakibatkan 38 pasar rakyat di Kota

tersebut mengalami penurunan omzet mencapai 60 persen

per tahunnya. Data lainnya,  Asian Development Bank   (ADB)

mencatat, di sepanjang tahun 2011 diperkirakan jumlah pasar

tradisional menurun sebesar 8,1 persen. Hal ini berbanding

terbalik dengan pasar modern yang tumbuh 31,4 persen pada

periode yang sama.

Pasar tradisional adalah simbol dan eksistensi ekonomi

Page 45: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 45/18445

kerakyatan. Membiarkan pasar tradisional tergusur di tengah

derap pasar modern, itu sama artinya dengan menggusur mata

rantai produksi dan distribusi serta konsumen tradisional di

kalangan masyarakat.Pasal 33 UUD 1945 sudah jelas menyatakan “perekonomian

disusun sebagai sebuah usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.” Di dalam pasal tersebut terkandung asas yang

mengisyaratkan bahwasanya konstitusi kita menghendaki

konsep perekonomian kekeluargaan, yang dibangun atas dasar

kesetaraan dan saling berempati. Sistem perekonomian tidak

dibiarkan bebas, melainkan juga terorganisir dan tersencanauntuk saling menyelamatkan perekonomian rakyat.

Dari fenomena di atas, menunjukkan pemerintah telah gagal

dalam membela perekonomian rakyat, dengan membuka keran

investasi asing sebesar-besarnya untuk menguasai pangsa

pasar Indonesia tanpa ada proteksi yang signiikan. Akibatnya,

pasar tradisional menderita seketika.

Oleh karena itu, di akhir tulisan ini saya ingin menegaskan,sudah saatnya Indonesia harus menciptakan kebijakan yang

adil dan sehat (fair trade)  bukan sekedar perdagangan yang

bebas (free trade). Indonesia juga harus bertanggungjawab

untuk memberikan perlindungan ekonomi rakyat bukan hanya

sebatas perlindungan hukum, melainkan juga pemberdayaan

pasar rakyat agar menjadi lingkungan yang nyaman, aman, dan

mampu menjaga keseimbangan harga.

Bulak Sumur, September 2012

Page 46: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 46/18446

  B a g   i a n   2

  R  i s a  l a  h    P r o  f  e  t  i  k

   T e  n  t a  n g   A g a  m a

  d a  n   K e  b  u d a  y a

 a  n

Page 47: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 47/18447

Tak lekang di ingatan kita tragedi 11 September 2001

yang mengguncangkan dunia. Dua pesawat komersil

menghantam menara kembar WTC yang selama ini menjadi

simbol kebesaran Amerika Serikat. Gedung itu hancur seketika,

hanya beberapa jam dari peristiwa tersebut, Amerika telah

menyimpulkan bahwa aktor dari peristiwa tersebut adalah

kelompok ekstrimis Muslim yang dipimpin Osama bin Laden.

Buntut dari tragedi ini, tesis yang dikembangkan oleh Samuel

P. Huntington, melalui bukunya The Clash of Civilization and

the Remaking of World Order   (1996) mengalami pembenaran,

bahwa setelah komunisme hancur dalam perang dingin, maka

yang akan menjadi ancaman bagi peradaban Barat adalah

Islam. Sejak saat itu juga, George W. Bush mendeklarasikan

“Perang Global Melawan Terorisme” sebagai agenda politik

internasional. Hanya beberapa hari setelah 9/11, Bush

mengeluarkan daftar 28 teroris yang semuanya Muslim.

Tahun 2001 menjadi saksi, diskursus tentang terorisme kian

marak di seluruh penjuru dunia. Tidak terkecuali di Indonesia,

berbagai kalangan baik akademisi maupun cendikiawan Muslim

Indonesia, semua mendiskusikan terorisme.

Islam dan Pluralisme

Page 48: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 48/18448

Huntington menjelaskan, sudah saatnya dunia hari ini

membedakan Islam menjadi dua kutub yang berbeda, yaitu

Islam militan dan dan Islam secara umum.

”... Islam militan merupakan ancaman nyata bagi Baratmelalui para teroris dan negara-negara bajingan (rouge states)

yang sedang berusaha mengembangkan persenjataan nuklir,

serta cara-cara lainnya”.

Islam militan juga digambarkan oleh Huntington sebagai

kelompok yang melakukan berbagai protes dan demonstrasi

damai, serta munculnya partai-partai Islam yang ikut serta

dalam pemilihan umum serta membuka lembaga-lembagakerja amal sosial.

Dalam penjelasan Huntington, yang menyebabkan

hangatnya perseteruan antara Islam dan Barat dipicu karena:

Pertama, pertumbuhan penduduk Muslim yang cepat telah

memunculkan pengangguran dalam jumlah besar, sehingga

menimbulkan ketidakpuasan di kalangan kaum muda

Muslim. Kedua, kebangkitan Islam (Islamic Resurgence)  telahmemberikan keyakinan baru kepada kaum Muslim akan

keistimewaan dan ketinggian nilai dan peradaban Islam,

dibanding nilai dan peradaban Barat. Ketiga, secara bersamaan,

Barat berusaha mengglobalkan nilai dan institusinya, untuk

menjaga superioritas militer dan ekonominya, dan turut

campur dalam konlik di dunia Muslim. Hal ini telah memicu

kemarahan di antara kaum Muslim.

Keempat , runtuhnya komunisme telah menggeser musuh

bersama di antara Islam dan Barat dan masing-masing merasa

sebagai ancaman utama bagi yang lain. Kelima, meningkatnya

interaksi antara Muslim dan Barat telah mendorong perasaan

baru pada masing-masing pihak akan identitas mereka sendiri,

dan bahwa mereka berbeda anatara satu sama lain. Bahkan,

papar Huntington, dalam kedua masyarakat --Islam dan Barat—

sikap toleran terhadap telah merosot tajam pada dekade 1980-an dan 1990-an.

Page 49: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 49/18449

Di Indonesia sendiri, KH. Abdurrahman Wahid (Gus

Dur) dalam bukunya yang berjudul Islamku, Islam Anda,

Islam Kita  seakan memberikan sebuah airmasi terhadap

gagasan Huntington. Gus Dur menjelaskan, bahwa akar dariberbagai macam konlik sosial di tengah masyarakat terjadi

karena adanya kalangan “Islam Eksklusif-Fundamentalis”

yang memasuki wilayah politik kenegaraan dalam rangka

menjadikan Indonesia sebagai “negara Islam”. Mereka

menciptakan sebuah kerentanan sosial terhadap kalangan non-

Islam dan menghancurkan tatanan kebudayaan Indonesia yang

heterogen. Gus Dur juga menegaskan, cukuplah Islam hadir

di wilayah kultural masyarakat yang menjadikan keagamaansebagai wilayah privat dan hanya bersifat kebudayaan semata

tanpa harus memasuki ruang politik karena dianggap sebagai

penyebab segala resistensi sosial.

Sejak saat itu, umat Islam di Indonesia mulai mengalami

“distrust”   di antara sesama. Masyarakat terdoktrin untuk

menyebut “muslim militan/ muslim fundamentalis” pada

mereka yang mengenakan celana cungkrang, berjenggotlebat, berbaju koko, berprilaku pendiam, wanita bercadar,

dan lain sebagainya. Semua simbol itu diidentikkan dengan

kaum radikal. Keberagamaan Islam dianggap sebagai sesuatu

yang sangat menakutkan dan berbahaya bagi kelangsungan

peradaban hidup umat manusia. Dari situ, Islamophobia 

semakin berkembang. Bukan hanya kalangan non-Muslim

yang terkena sindrom itu, tetapi juga terjadi di antara sesamamuslim. Masyarakat secara klimaks mulai menyadari, bahwa

Islam kini telah menjadi dua kutub, yaitu Islam fundamentalis/

ekstrimis dan Islam moderat.

Dalam rangka membendung Islam fundamentalis, kalangan

yang menamakan dirinya “kaum pluralis” mulai menampakkan

diri menjadi praktisi, birokrat, pegiat LSM, hingga akademisi

yang mulai berterus terang memperkenalkan paham pluralismedi ruang publik. Mereka menggunakan berbagai cara, baik

Page 50: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 50/18450

yang bersifat akademis seperti; workshop, seminar, maupun

peluncuran buku, hingga yang bersifat propagandis seperti

kampanye, demonstrasi, maupun menciptakan komunitas-

komunitas atas nama antikekerasan, cinta perdamaian, maupundengan dalih demi kerukunan bangsa, kerukunan antarumat

beragama.

Mereka menggulirkan wacanaan “Islam Moderat”

sebagai kontra dari “Islam Fundamentalis”. Aktivis tersebut

menggambarkan Islam moderat sebagai kawanan kaum muslim

yang mendambakan perdamaian dunia, bersifat netral, dan

antikekerasan. Istilah Islam moderat secara mudah diterimaoleh masyarakat luas, bahkan wacana tersebut menjadi sebuah

kewajiban yang harus ditransformasikan dalam peradaban

Islam demi terciptanya perdamaian dunia.

Namun, banyak yang justru terjebak dalam mendefenisikan

Islam moderat, yang mengarah pada etimologi dan terminologi

Barat tentang moderat itu sendiri. Pendeinisian Islam moderat

yang awalnya hanya ditinjau dari aspek sosiologis; yang hanyamencari perbedaan identitas dengan kalangan fundamentalis,

justru kini mengarah pada peninjauan yang bersifat teologis.

Fahmi Hamid Zarkasyi dalam bukunya yang berjudul

Misykat; Releksi tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi

(2012) menjelaskan berbagai macam deinisi tentang moderat.

Ia mengambil dari berbagai macam perspektif. Islam moderat

yang dideinisikan oleh Graham Fuller adalah muslim yang

menolak literalisme  dalam memahami kitab suci, tidak

memonopoli penafsiran Islam dan menekankan persamaan

dengan agama lain, dan bahkan tidak menolak agama lain.

Sementara bagi Rabasa, moderat adalah mereka yang dapat

menerima kultur demokratik, mendukung demokrasi dan

menerima HAM internasional, termasuk mengakui kesetaraan

gender, kebebasan beribadah, menghormati pluralitas,

menerima sumber hukum yang tidak sektarian, dan memusuhiterorisme dan segala bentuk kekerasan.

Page 51: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 51/18451

Dari dua deinisi ini saja, istilah moderat telah memberikan

peluang bagi masyarakat Muslim untuk menempatkan

penyamarataan agama, menempatkan demokrasi sebagai

sebuah tolok ukur dalam menciptakan perdamaian sertamenempatkan syariah sebagai hukum yang sudah tidak sesuai

dengan realitas masyarakat hari ini.

Melalui istilah “moderat” inilah, ruang airmasi untuk

memakmurkan paham pluralisme dikembangkan. Pada

dasarnya, fondasi pluralisme sendiri sudah dikembangkan

secara implisit ketika paham sekular sekitar tahun 1960-

an akhir maupun 1970-an marak dibicarakan oleh banyakpemikir Muslim. Mereka menganggapnya sebagai jalan untuk

melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional (syariah)  dan

berorientasi kepada masa depan, yaitu yang mengarah pada

intellectual freedom dan idea of progress yang selama ini belum

dimiliki umat Islam.

Proses pluralisasi Islam berkembang sebagai sebuah tradisi

kebebasan berpikir dalam memandang agama.Budhi Munawar Rachman, dalam esainya yang berjudul

Ensiklopedi Al-Qur’an: Sebuah Manifesto Islam Inklusif   dalam

buku Demi Toleransi Demi Pluralisme; Esai-esai untuk Merayakan

65 Tahun M. Dawam Rahardjo  menggambarkan gagasan M.

Dawam Rahardjo dalam memaknai Islam. Ia menyatakan;

Mas Dawam sangat sadar bahwa sikap pasrah kepada

Tuhan (arti generik kata Arab Islâm) dengan penuh kedamaian(salâm) karena tulus-ikhlas, disertai perbuatan baik kepada

sesama sebagai kelanjutan logis sikap pasrah yang tulus itu,

adalah pangkal kesejahteraan (salâmah, selamat) di dunia

sampai akhirat: Dan barang siapa memasrahkan dirinya

kepada Tuhan serta dia itu berbuat baik, ia telah berpegang

kepada tali (pegangan hidup) yang kukuh  (Q 31:22); Dan

siapakah yang lebih baik dalam hal keagamaan daripada orang

 yang memasrahkan dirinya kepada Tuhan, dan ia berbuat baik  

… (Q 4:125)

Agama atau sikap keagamaan yang benar (diterima Tuhan)

Page 52: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 52/18452

ialah sikap pasrah kepada Tuhan: Sesungguhnya agama bagi

 Allah ialah sikap pasrah kepada-Nya  (al-islâm) (Q 3:19).

Perkataan “al islâm” dalam irman ini menurut Mas Dawam

bisa diartikan sebagai “Agama Islam” seperti yang telah umum

dikenal, yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.Pengertian seperti itu tentu benar dalam maknanya, bahwa

agama Muhammad adalah agama “pasrah kepada Tuhan”

(islâm)  par excellence. Tetapi dapat juga—inilah permulaan

paham Islam Inklusif—diartikan secara lebih umum, yaitu

menurut makna asal atau generiknya, “pasrah kepada Tuhan”,

suatu semangat ajaran yang menjadi karakteristik pokok

semua agama yang benar. Inilah dasar pandangan dalam

Ensiklopedi al-Qur’an, bahwa semua agama yang benar adalah

agama islâm, dalam pengertian agama yang mengajarkansikap pasrah kepada Tuhan, sebagaimana antara lain bisa

disimpulkan dari irman, Dan janganlah kamu sekalian

berbantahan dengan para penganut kitab suci (Ahl al-Kitâb)

melainkan dengan yang lebih baik, kecuali terhadap mereka

 yang zalim. Dan nyatakanlah kepada mereka itu, “Kami beriman

kepada Kitab Suci yang diturunkan kepada kami dan kepada

 yang diturunkan kepada kamu; sebab Tuhan kami dan Tuhan

kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan kita semua pasrah

kepada-Nya [muslimûn] (Q 29:46).

Kalau kita telusuri lebih jauh, sebenarnya gagasan yang

disampaikan oleh M. Dawam Rahardjo tidak jauh berbeda

dengan apa yang disampaikan oleh Wilfred Cantwell Smith yang

menulis dalam bukunya “The Meaning and End of Relogions”.

Smith menyatakan Islam adalah kata kerja, muncul sekitar

sepertiga kali jumlah kemunculan kata kerja asalnya ‘aslama’

(tunduk, berserah diri secara keseluruhan, memberikan diri

kepada komitmen total). Ia merupakan kata kerja; nama sebuah

bentuk tindakan, bukan sebuah institusi; sebuah keputusan

pribadi, bukan sebuah sistem sosial.

Dengan berbagai macam paradigma yang terpapar di atas,

telah nampak bahwa gagasan pluralisme dianggap sebagai

sebuah jalan kedamaian yang mengasumsikan agama sebagai

salah satu sumber konlik, atau setidaknya memberikan

legitimasi terhadap berbagai konlik sosial, sehingga keyakinan

Page 53: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 53/18453

pemeluknya terhadap kebenaran mutlak agamanya perlu

diredusir atau dibuang. Pluralisme hadir dalam rangka

melepaskan tradisi eksklusiitas agama dan formalitas

keagamaan dengan menyatakan bahwa kebenaran semuaagama adalah ‘relatif’ menjadi sebuah realita sosial yang harus

kita terima secara bersama sebagai jalan menuju perdamaian

dunia dan toleransi keagamaan.

Mereka menggambarkan, syariah sudah tidak bisa diterapkan

dalam kehidupan moderen karena antara realita sosial

zaman dahulu dan zaman sekarang selalu berkembang dan

mengalami perubahan. Sehingga, orang-orang yang berusahamemformalkan penerapan syariah dianggap memantik konlik

sosial. Bagi mereka, syariah  tidak mampu mengakomodasi

perkembangan dan dinamika sosial masyarakat saat ini.

Teologi Islam VS Pluralisme Keagamaan

Untuk menanggapi berbagai macam argumentasi di

atas, menarik untuk kita telusuri lebih lanjut paparan yang

disampaikan oleh Adian Husaini tentang Islam. Dalam tulisanpanjang berikut ini, ia memaparkan tentang pandangan Syed

Naquib Al-Attas dalam menjelaskan deinisi Islam yang sesuai

dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah;

“Hanya ada satu agama wahyu yang asli, dan namanya

sudah diberikan (Allah) yaitu Islam, dan orang-orang yang

mengikuti agama ini dipuji oleh Allah sebagai umat yang terbaik

di antara umat manusia Islam, karenanya bukan semata-matasebuah kata kerja bermakna kepasrahan (submission); ia juga

nama sebuah agama yang menjelaskan cara kepasrahan yang

benar, juga sekaligus menjelaskan deinisi agama (secara

umum): kepasrahan kepada Tuhan”

Dan kata Al-Attas, tata cara dan bentuk penyerahan diri

(submission) kepada Tuhan yang terdapat dalam satu agama

itu. Sebab itu, konsepsi tentang Tuhan dalam agama tersebut,

adalah sangat menentukan dalam merumuskan bentuk

artikulasi yang submission  yang benar. Dan konsepsi tentangTuhan, haruslah memadai untuk menjelaskan hakikat Tuhan

Page 54: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 54/18454

yang sebenarnya, yang hanya mungkin didapat dari wahyu

(revelation), bukan dari tradisi etnis atau budaya, atau dari

ramuan antara tradisi etnis, budaya, atau wahyu, atau dari

spekulasi ilosois (philosophical speculation). Agama yang

benar (the true religion)  bukan hanya menegaskan konsepThe Unity of God (at-tawhid), tetapi juga menjelaskan tata

cara dan bentuk submission  yang dibawa oleh Nabi terakhir

(Muhammad saw.).

Jika bicara tentang submission, maka Al-Qur’an

menyebutkan adanya dua jenis submission (aslama), yaitu

secara sukarela (conscio-us and willing submission)  atau

tidak sukarela (unconscious and unwilling submission)  (Ali

Imran: 83). Menurut al-Attas, the real submission adalah yang

dilakukan dengan sadar dan atas kemauannya sendiri. The RealSubmission juga berarti ketaatan terhadap hukum-hukum-Nya

(audience to God’s law). Allah menegaskan, “Dan siapakah yang

lebih baik din-nya daripada orang yang ikhlas menyerahkan

dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan,

dan ia mengikuti millah Ibrahim yang hanif.”  (An-Nisaa’: 125).

Melalui penjelasan panjang di atas, telah jelas bahwa Islamadalah satu-satunya agama yang diridai Allah. Islam adalah

agama yang universal dan nabi Muhammad saw adalah utusan

Allah yang menjadi rahmat bagi manusia (Qs. Al-Anbiya’: 107,

Saba’; 28). Islam adalah jalan kebenaran, yang mengantarkan

setiap hamba kepada Tuhannya. Semua amal ibadah yang

diterima oleh-Nya harus berdasarkan iman dan apa yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah.

Keyakinan bahwa Islam sebagai satu-satunya agama yang

benar, membuat umat Islam dalam sepanjang sejarahnya

selalu menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Meskipun

begitu, dalam keyakinan ini, Islam tidak mengizinkan umat

Muslim untuk memaksakan agamanya, apalagi membunuh

atau menyiksa kaum yang berbeda dengan agamanya. Hal ini

menjadi bukti bahwa Islam pun sangat menghargai perbedaan

dan pluralitas. Dalam peradaban Islam, Piagam Madinahmerupakan sebuah bukti bagaimana perjuangan Islam dalam

Page 55: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 55/18455

menyejahterakan, memanusiakan manusia sesuai dengan

itrahnya. Budaya toleransi terjadi di sana, umat Islam dan

umat-umat yang beragama lain dapat hidup secara damai dan

berdampingan.Pada periode Umar Bin Khattab, umat Islam menguasai

Yerusalem tanpa peperangan. Umat Islam datang dan menguasai

tapi tidak menghancurkan. Islam malah menjadi penengah

pertikaian antara sekte-sekte Kristen yang sering terjadi di

dalam Kanisah al –Qiyamah. Dalam sejarahnya, Yerusalem

mengalami kehidupan keagamaan yang paling damai ketika di

bawah kekuasaan Islam. Islam, Kristen dan Yahudi dapat hidupberdampingan secara damai.

Melalui tulisan di atas, setidaknya kita diajak untuk merenungi

kembali hakikat keber-Islam-an kita hari ini. Ternyata masih

banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bagi seorang

Muslim yang memiliki kewajiban menyerukan kebenaran di

muka bumi ini. Orang-orang lalim kian meronta, bersekutu

melakukan makar yang memecah belah agama ini, menciptakankerusuhan atas nama perdamaian. Sungguh, Islam bukanlah

sedangkal pemikiran yang “mereka” kira.

Page 56: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 56/18456

“Kita akan mencapai tangkup keadilan dan kesejahteraan

 jika kita tak pernah berhenti berada di garis perjuangan meski

nyawa kita kian terancam. Sebab yakinlah, dengan perjuangan

dan pengorbanan yang sungguh-sungguhlah, pertolongan Allah

 pun akan datang”. (Fachri Aidulsyah)

Menarik untuk mengulas kembali apa yang pernah

disajikan dalam diskusi yang diselenggarakan Sekolah

Muslim Progresif pada bulan Ramadhan lalu. Dalam setiap

diskusi itu, berbagai perdebatan dan gagasan tentang Muslim

Kiri mengemuka. Pertanyaannya adalah “Mungkinkah kita

menjadi Muslim Kiri?”

Pernyataan tersebut mengundang berbagai perspektif

yang perlu didiskusikan lebih jauh. Pasalnya, logika gerakan

kiri sudah lama menginiltrasi dalam jati diri gerakan Islam

sejak pra-kemerdekaan. Lihat saja HOS. Cokroaminoto dengan

gagasan “Islam dan Sosialisme” dan Soekarno dengan Nasakom-

nya. Dalam sebuah wawancara, Deliar Noer juga pernah

menyatakan, setiap pejuang Muslim kemerdekaan Indonesia

terinspirasi dari gerakan kiri.

Perdebatan sejarah inilah yang menarik untuk didiskusikanlebih jauh. Jika logika perbincangan sejarah hanya dimaknai

Menjadi Muslim Kiri?

Page 57: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 57/18457

sebagai sebuah “artefak” masa lalu yang berdiri sendiri sebagai

fakta sosial dari masa lalu, maka kita akan menaikkan bahwa

fase suatu peristiwa terjadi tidak hanya dipromotori oleh sikap

dan tindakan untuk mencapai perubahan semata, melainkanjuga dipromotori oleh pikiran, keyakinan, maupun kondisi

sosial yang menyebabkan mereka melakukan suatu tindakan.

Berbicara tentang sejarah gerakan kiri yang menginiltrasi

gerakan Islam saat itu, menarik untuk kita lihat bagaimana

gambaran seorang Muslim sebagaimana yang digambarkan oleh

Hadji Agus Salim kala itu. Dalam perbincangannya dengan Moh.

Hatta menyiratkan, munculnya ide sosialisme Islam karena kalaitu banyak di antara umat Muslim yang sangat individualis dan

tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Kalangan umat

Muslim ketika itu banyak yang beranggapan, kesempurnaan

iman seorang Muslim hanya cukup dengan memperbanyak

salat dan selawat saja.

Mereka lebih mementingkan untuk memperbanyak salat

dan selawat daripada membantu untuk memperbaiki kualitasperekonomian dan kesejahteraan orang-orang yang berada di

sekitarnya. Sedangkan gagasan sosialisme hadir sebagai bentuk

kepedulian terhadap orang-orang yang ditindas dan dinistakan.

Gagasan sosialisme hadir untuk melawan arus kapitalisme dan

melakukan perbaikan ekonomi rakyat dengan pemberlakuan

‘sama rata, sama rasa’. Padahal, Islam sudah lebih dahulu lahir

dengan semangat pembebasan sebagaimana keteladanan

Rasulullah melawan arus penindasan yang dilakukan olehmasyarakat jahiliah kala itu.

Ali Syariati menilai, gagasan sosialisme Islam yang

dikemukakannya berpacu dalam keterkaitan antara teks dan

konteks yang menunjukkan bahwa sosialisme berfungsi sebagai

penyelesai atas ketertindasan. (1) konsep ‘sama rata-sama rasa’

dikontekstualkan dengan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan

zakat, (2) penolakan terhadap kapitalisme dikontekstualkandengan ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang penolakan riba.

Page 58: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 58/18458

Dari gambaran di atas, kita dapat memaknai, pada dasarnya

gagasan kiri adalah tentang pembebasan, keadilan, dan

perlawanan terhadap segala macam penindasan, dan itu bukan

barang baru dalam Islam. Hanya saja, pada suatu kondisi sosialtertentu, banyak di antara umat Muslim yang tidak sadar,

perjuangan untuk menyejahterakan orang lain, membendung

arus kapitalisme yang menindas, dan memperjuangkan harkat

maupun martabat kaum proletar adalah bagian dari ibadah.

Pernyataan Deliar Noer yang menekankan pejuang Muslim

kemerdekaan Indonesia terinspirasi dari gerakan kiri bisa

kita benarkan. Patut diakui, praksis gerakan kiri pada saat itusangat nampak di permukaan dalam perjuangan kaum buruh

dan tani. Keberpihakan dan keberanian kelompok kiri saat itu

patut diacungi jempol dan memotivasi pejuang Muslim ketika

itu untuk berjuang lebih baik lagi.

 Antara Kiri dan Tauhid Sosial

Jika dilihat dari ulasan di atas, seakan ada persamaan dan

pertautan spirit antara Islam dan Kiri dalam perjuanganmelawan penindasan. Namun, pada dasarnya antara Islam

dan Kiri memiliki garis demarkasi yang tegas dan mengalami

pertentangan tentang bagaimana cara pandang keduanya

melihat sebuah realitas.

Garis demarkasi yang tegas di antara keduanya terletak

pada perbedaan ontologi dan epistimologi yang berujung

pada perbedaan aksiologi perjuangannya dalam melawan aruspendindasan.

Menarik jika kita mengambil perspektif Ali Syariati yang

mengemukakan bahwa masyarakat Dunia Ketiga saat ini

terkena penyakit “westruckness” (tergila-gila dengan peradaban

Barat dan tergila-gila terhadap kemegahan yang bersifat

materialistik). Paham yang menganggap bahwa modernisme

yang dibungkus dengan paham yang menekankan rasionalitasdan materialistik seakan mampu mengantarkan kebahagiaan

Page 59: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 59/18459

hidup seseorang.

Logika dasar yang bersifat materialistik ini juga menjadi

fondasi utama dalam ilsafat Marxis yang menekankan bahwa

salah satu kunci kebahagiaan hidup adalah ketika buruh danpetani mampu mencapai kesejahteraannya dalam pemenuhan

materialnya. Filsafat dasar Marxis yang menganggap bahwa

agama adalah candu (religion is opium)  telah menegasikan

konsep ketuhanan dalam pandangan hidup Kiri. Perdebatan

ilsafat Marxis terhadap kehidupan materialis juga tidak

terlepas dari traumatik sejarah keagamaan Kristen yang

menindas masyarakat Barat.Tentu saja ini sangat berbeda dengan Islam yang memandang

dunia sebagai sebuah organisme hidup yang saling bertautan

satu sama lain. Antara ketuhanan, manusia, dan alam semesta

tidak terlepas dari suatu pandangan dunia yang bersifat mistik-

ilosois dan tidak mendikotomikan satu sama lainnya. Di

dalam organisme hidup ini, ada sebuah struktur yang bersifat

transendental, ketauhidan. Kebahagiaan hidup tidak hanyadiukur dengan mendapatkan kesejahteraan secara material,

kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan yang terpaut

secara transendental setelah kehidupan di dunia ini.

Tauhid menjadi fondasi utama yang menjadikan Islam

bukan hanya sebatas gerakan keagamaan, melainkan juga

bertransformasi sebagai gerakan sosial-politik yang berasaskan

nilai-nilai ketuhanan. Kuntowijoyo menggambarkan, dalam

Islam terdapat inter-connectedness  antara tindakan manusia

dengan nilai-nilai ketuhanan. Sebagai contoh keterkaitan

antara sholat dengan solidaritas sosial. Dalam surat  Al-Ma’un

dijelaskan, termasuk mendustakan agama jika kita sholat, namun

tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan sosial sekitar,

terhadap penyelesaian masalah kemiskinan. Epistimologi

Islam sangat menekankan hubungan yang relasional, yang

menyebabkan antara satu unsur akan selalu terdapat hubungandengan unsur yang lain. Keterkaitan juga bisa digambarkan

Page 60: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 60/18460

sebagai logical consequences  dari satu unsur. Seluruh rukun

Islam (salat, zakat, puasa, haji) adalah konsekuensi logis dari

syahadah. Zakat adalah konsekuensi logis dari puasa, yaitu

setelah orang merasakan sendiri penderitaan, lapar, dan haus,seorang Muslim diajak untuk saling berbagi satu sama lainnya.

Dengan kata lain, antara Hablun minallah  dan Hablun minan-

naas tidak dapat dipisahkan dan saling berkorelasi positif satu

sama lain. Semakin kita beribadah kepada Allah, solidaritas

sosial kita akan semakin terbangun, aspek vertikal berkorelasi

positif terhadap aspek horizontal.

Melalui tulisan ini, setidaknya kita dapat meninjau relevansilebih jauh bahwa ‘Kiri’ patut diakui menjadi stimulus terhadap

perjuangan sejarah Indonesia saat ini, namun tidak menjadi

basis utama untuk menggantikan nilai-nilai yang bersifat

‘absolut’ dan syumuul . Perpaduan antara Islam dan Marxisme

akan semakin absurd   jika dilihat secara teologis dan akan

sangat sulit mendikotomikan “kepribadian ganda” dengan cara

pandang yang saling bertentangan satu sama lain.

Permasalahan yang mungkin muncul hari ini adalah

ketika umat Muslim mudah puas dengan capaian pribadinya,

sementara di sekitarnya kita masih terjadi penindasan. Masih

banyak di antara kita yang melupakan hakikat seorang muslim

adalah perjuangan melawan segala macam arus penindasan

dan penjajahan. Anda Muslim, anda pejuang!

***

Page 61: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 61/18461

”Banyak guru, dokter, hakim, insinyur, banyak orang

 yang bukunya satu gudang dan diplomanya segulung besar,

tiba dalam masyarakat menjadi ‘mati’, sebab dia bukan

orang masyarakat. Hidupnya hanya mementingkan dirinya,

diplomanya hanya untuk mencari harta, hatinya sudah seperti

batu, tidak mampunyai cita-cita, lain dari pada kesenangan

dirinya. Pribadinya tidak kuat. Dia bergerak bukan karena

dorongan jiwa dan akal. Kepandaiannya yang banyak itu kerap

kali menimbulkan takutnya. Bukan menimbulkan keberaniannya

memasuki lapangan hidup.”  (Hamka)

Kutipan bernas itu termaktub dalam buku “Ayah” yangditulis Irfan Hamka, anak kandung Haji Abdul Malik

Karim Amrullah (HAMKA). Karya itu adalah hasil kasih sayang

dan keteguhan jiwa seorang Hamka yang diteladani oleh anak

kandungnya sendiri. Buah cintanya telah menjadi kobaran api

semangat perjuangan yang mengokohkan hati Irfan untuk

menuliskan sejuta kenangan dan pengalaman cintanya bersama

seorang Ayah yang begitu berarti bagi kehidupan diri dan

keluarganya, yaitu Buya Hamka.

Hamka 

Page 62: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 62/18462

Buya Hamka adalah sebuah nama dengan berjuta catatan

sejarah yang menorehkan risalah perjuangan bangsa ini. Ia

adalah seorang ulama besar yang pernah lahir di Indonesia

dan menjadi bagian dari catatan penting perjuangan seorangMuslim dalam melawan penjajahan Belanda, saat kemerdekaan,

maupun pasca-kemerdekaan.

Hamka adalah ulama yang sangat toleran terhadap sesama

manusia, namun sangat teguh ketika berbicara menyangkut

aqidah. Salah satu peristiwa paling penting dalam hidup

Hamka adalah ketika beliau menjabat sebagai Ketua Umum

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama. Dengan berani iamengeluarkan fatwa haram bagi umat Islam yang merayakan

Natal Bersama. Akibat fatwa tersebut, beliau akhirnya

memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Ketua Umum

MUI karena tidak sejalan dengan pemerintah yang memintanya

untuk mencabut fatwa tersebut.

Dalam buku tersebut juga dikisahkan tentang bagaimana

seorang Hamka diitnah secara sistemik oleh surat kabar pro-PKI yang didalangi Pramoedya Ananta Toer seperti Bintang

Timur,  atas tuduhan keterlibatan dalam komplotan rencana

pembunuhan Soekarno dan Menteri Agama Syaifuddin Zuhri.

Akibat tuduhan tersebut, Hamka dijebloskan ke dalam sel

tahanan secara paksa –tanpa ada bukti dan pengadilan—selama

2 tahun 4 bulan. Namun, di dalam penjara itulah akhirnya ia

menciptakan karya masterpiece-nya yang mengagumkan, yaitu

Tafsir Al-Azhar .

Tauik Ismail dalam kata pengantarnya menggambarkan

tentang sebuah peristiwa yang menggetarkan jiwanya. Ketika

itu Hamka berceramah di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada

tahun 1969. Hamka ditanya oleh salah seorang jama’ah tentang

dua hal, salah satunya tentang bagaimana sikapnya terhadap

Pramoedya Ananta Toer yang telah menghancurkan nama

baiknya di Lentera /Bintang Timur   hingga menyebabkan iadipenjara. Dengan sangat bijak, Hamka menyatakan, peristiwa

Page 63: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 63/18463

tersebut sudah ia maakan, termasuk semua aktor yang terlibat

di belakangnya.

Ketika itu para hadirin di Teater TIM terdiam, hening

mendengarkan pernyataan seorang Hamka, banyak yangmenitikkan air mata saat itu karena kelembutan hati Hamka

dalam memaakan orang lain.

Jika kita ingin mengetahui mengapa ia bisa menjadi orang

yang sangat berpengaruh dan ternama di kemudian hari,

maka marilah kita melihat risalah perjuangan hidupnya.

Begitu pun ketika kita ingin melihat kapasitas keilmuan dan

inspirasi perjuangan seorang Hamka, mari kita lihat biograikehidupannya.

Sejak kecil, Hamka sangat suka membaca buku. Ketika

Taman Bacaan dibuka di Padang Panjang, setiap hari sepulang

sekolah diniyyah, Hamka selalu menghabiskan waktunya untuk

membaca beragam buku di Taman Bacaan tersebut. Ketika

berusia 13-14 tahun, Hamka telah membaca buku-buku tentang

pemikiran Jamaluddin Al-Afgani, Muhammad Abduh, dan HOSTjokroaminoto, dan lain-lain. Di usia muda itulah Hamka sudah

menajamkan pikirannya tentang berbagai risalah pergerakan

Islam.

Di usia 15 tahun, Hamka merantau ke Jawa dalam rangka

belajar dengan banyak tokoh ternama pada zaman itu. Selama

di Jawa, Hamka belajar ilmu sosial maupun agama pada HOS

Tjokroaminoto, H. Fachruddin, R. M. Soeryopranoto, maupun KiBagus Hadikusumo.

Karena kehausannya dalam mencari ilmu, beberapa tahun

setelah meninggalkan Jawa, ia menimba ilmu agama lebih dalam

lagi di Kota Mekkah. Sesampainya di Mekkah, Hamka merasakan

penderitaan yang sangat pahit untuk memenuhi biaya hidupnya.

Hamka muda pun harus bekerja di sebuah percetakan. Di sela-

sela pekerjaannya dari pagi hingga sore, Hamka memanfaatkanwaktu istirahatnya untuk membaca buku-buku agama yang ada

Page 64: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 64/18464

di dalam gudang percetakan itu. Mulai dari pelajaran tauhid,

ilsafat, tasawwuf, sirah, dan banyak lainnya. Ketika itu usianya

belum lagi 18 tahun.

Masa muda Hamka tidak dihabiskan untuk menuntutilmu agama semata. Dalam Islam, keimanan bukan hanya

sebatas keyakinan kepada Allah, melainkan juga memberikan

kebermanfaatan kepada seluruh umat manusia dalam rangka

menyerukan ketaatan dan ibadah kepada Allah.

Dari semangat inilah, Hamka tidak hanya menjadi ulama

besar yang melakukan ceramah dari satu tempat ke tempat yang

lainnya, melainkan juga ikut terjun dalam aktivitas pergerakan,melakukan perjuangan melawan segala penjajahan. Pada usia

40 tahun, Hamka menjadi pimpinan Front Pertahanan Nasional

(FPN) yang melakukan banyak gerilya di Sumatera, melawan

agresi Belanda kedua tahun 1948. Ketika itu, Hamka melakukan

perlawanan dengan berjalan kaki dari satu daerah ke daerah

lain, dari satu gunung ke gunung lain. Ia rela meninggalkan anak

dan istrinya selama bergerilya, namun di setiap waktu luang iapun selalu menyempatkan untuk menjenguk dan memindahkan

mereka di tempat yang aman.

Masih banyak cerita keteladanan seorang Hamka yang

dikisahkan anaknya, baik dalam keteladanan akhlaknya yang

sangat memuliakan sesama, bahkan binatang dan tumbuhan pun

dimuliakan olehnya. Irfan mengisahkan bagaimana Si Kuning

(nama kucing kesayangan Hamka) selalu menemani perjalanan

dakwah Hamka. Keteguhannya dalam mempertahankan akidah

dan kedekatannya dengan Al-Qur’an, telah meneguhkan jiwa

dan raganya untuk selalu mengoptimalisasi diri mencari

keridaan Allah, baik dalam ketaatan maupun dalam perjuangan.

Tanpa pernah mengenal batas usia, tanpa pernah mengenal kita

masih “muda” atau sudah “tua renta”.

Page 65: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 65/18465

“Saya lebih mantap mengirim calon menantuku untuk

diislamkan dan belajar agama pada Hamka, meski kami berbeda

 paham politik.”  Pramoedya Ananta Toer

***

Page 66: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 66/18466

Bagi anda yang sudah dan akan memiliki anak, waspadalah!

Masa kanak-kanak mereka terancam punah. Sayangnya,

banyak di antara kita yang tidak menyadarinya. Kita biarkan

“virus” pemusnah itu masuk ke dalam rumah dan lingkungan

kita. Tengok saja ajang pencarian bakat anak di media-media

kita, berapa banyak anak yang hafal dan menyanyikan lagu

anak, bandingkan dengan mereka yang menyanyikan lagu

dewasa dan percintaan.

Coba sekali-kali kita tanyakan kepada adik-adik kita,

keponakan, atau tetangga kita yang masih kecil, apakah di antara

mereka masih ada yang menghafal lagu karangan Papa T Bob,

Pak Kasur, AT Mahmud, Ibu Sud, SM Muchtar dan yang lainnya.

Amati pula bagaimana anak-anak di sekitar kita bertingkah

laku, berbicara, dan berpakaian.

Neil Postman menggambarkan, orang akan ingat zaman

dahulu ketika ada sebuah perbedaan yang mencolok antara

antara pakaian anak-anak dan dewasa saat ini. Sepanjang

dekade lalu, industri pakaian anak telah mengalami perubahan

yang sangat besar, untuk alasan yang praktis “pakaian anak-

anak” telah musnah. Menjadi jelas bahwa ide yang dimunculkan

Kanak-Kanak yang Hilang

Page 67: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 67/18467

oleh Erasmus dan kemudian sepenuhnya diterima pada abad

ke-18 –bahwa anak-anak dan orang dewasa memerlukan

bentuk-bentuk pakaian yang berbeda- sekarang ditentang oleh

kedua kelas penduduk itu.Secara tidak sadar pula, permainan anak-anak yang biasa

kita mainkan dahulu, seperti gasing, petak umpet, congklak,

lompat tali, dan engklek, kini mulai tergerus dengan Play

Station, Counter Strike, dan yang lainnya.

Kita juga sering melihat, tingkah laku, sikap, bahasa,

keinginan, dan bahkan penampilan isik mereka sulit dibedakan

dengan orang dewasa. Simbol dan identitas anak-anak perlahantapi pasti mengalami kepunahan dengan sendirinya.

Permasalahan ril inilah yang seharusnya menjadi releksi bagi

kita selaku orang dewasa untuk selalu memerhatikan kondisi

anak-anak di sekitar kita, mereka mengalami pendewasaan

secara libido biologis, namun mengalami penurunan psikologis

dan daya penangkapan ilmu mereka di tempat belajar. Ingatlah,

kehidupan moralitas yang baik di masa mendatang ditentukandengan kehidupan masa kanak-kanak hari ini!

Page 68: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 68/18468

Maju atau mundurnya salah satu kaum bergantung sebagian

besar kepada pelajaran dan pendidikan yang berlaku di kalangan

mereka.

Tak ada satu bangsa yang terbelakang menjadi maju,

melainkan sesudahnya mengadakan dan memperbaiki didikananak-anak dan pemuda-pemuda mereka. Bangsa Jepang, satu

bangsa Timur yang sekarang menjadi buah pembicaraan

manusia seluruh dunia lantaran kemajuannya, mereka masih

akan tinggal dalam kegelapan sekiranya mereka tidak mengatur

 pendidikan bangsa mereka;

Spanyol, satu negeri di benua Barat, yang selama ini masuk

 golongan bangsa kelas satu, jatuh merosot ke kelas bawah,sesudah merasakan kenikmatan dalam kesenangan mereka

dan tidak mempedulikan pendidikan pemuda-pemuda yang

akan menggantikan pujangga-pujangga bangsa di hari kelak. 

(M.Natsir)

Risalah Pendidikan Islam

Page 69: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 69/18469

Elemen Penting Peradaban Islam

Menyitat pendapat Ibnu Khaldun, peradaban merupakan

produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu 1)

kemampuan manusia untuk berpikir yang menghasilkan sainsdan teknologi 2) kemampuan berorganisasi dalam bentuk

kekuatan politik dan militer dan 3) kesanggupan berjuang

untuk hidup.

Kemampuan berpikir ini merupakan elemen asas suatu

peradaban. Suatu bangsa akan beradab (berbudaya) hanya

jika bangsa itu telah mencapai tingkat kemampuan intelektual

tertentu. Sebab, kesempurnaan manusia ditentukan olehketinggian pemikirannya. Suatu peradaban akan akan

terwujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang

tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya.

Dengan kata lain, Ibnu Khaldun menekankan bahwa maju/

mundurnya peradaban berkaitan dengan maju/ mundurnya

ilmu pengetahuan.

Bukti lahirnya peradaban Islam dibentuk melalui pendekatantradisi keilmuan adalah dengan didirikannya kelompok belajar

 Ashaabu Suffah  di Madinah pada masa sahabat. Di  Ashaabu

Suffah  ini, Abu Nu’aym menjelaskan, jumlah peserta yang

mengikuti kegiatan belajar mengajar berbeda dari waktu ke

waktu, akan tetapi jumlah anggota yang tetap dalam kelompok

tersebut ialah 70 orang. Menurut Ibnu Taimiyyah, jumlah orang

yang tinggal di dalam Suffah mencapai 400 orang. Materi yang

dikaji dalam kelompok belajar ini adalah kandungan wahyu dan

hadist-hadist Rasulullah saw dengan metode pengajaran yang

efektif.

Hasil dari kegiatan ini adalah munculnya alumni-alumni

yang mumpuni dalam bidang hadits seperti Abu Hurairoh, Abu

Dzar Al-Ghifari, Abdullah ibn Mas’ud, dan yang lainnya. Ada

ribuan hadits yang berhasil direkam oleh anggota kelompok

belajar tersebut.

Page 70: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 70/18470

Tradisi keilmuan Islam lahir dari sebuah pandangan hidup

yang berasimilasi dengan amal dan nilai-nilai illahiyah di

dalamnya. Dalam Islam, seseorang yang ingin mencari kemuliaan

harus didasari dengan ilmu. Mencari ilmu bagi setiap muslimadalah sebuah kewajiban. Ketika mencari ilmu, bukan hanya

sebatas terdapat pahala yang besar di dalamnya, melainkan

juga menjadi landasan bagi keimanan dan landasan bagi amal

yang akan berpengaruh bukan hanya pada individu, tapi pada

masyarakat secara keseluruhan sebagai asas pembangunan

peradaban yang didasarkan pada konsepsi ketuhanan.

 Aksioma Generasi RobbaniPara sejarawan modern sepakat bahwa Al-Qur’an dan Sunnah

memberikan kekuatan yang mendorong bangkitnya tradisi ilmu

dan peradaban Islam. Kedua sumber ini banyak membahas

berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seperti

perintah manusia dalam mencari ilmu, perintah untuk berikir,

penghargaan terhadap pencari ilmu, menjadikan ilmu sebagai

alat bantu untuk dapat hidup di dunia maupun di akhirat, danberbagai keistimewaan yang lainnya bagi para penimba ilmu.

Dalam kaitan ini, maka Prof. Alparslan membagi tiga periode

penting, yaitu 1) lahirnya pandangan hidup Islam 2) lahirnya

struktur ilmu pengetahuan dalam pandangan hidup tersebut

dan 3) lahirnya tradisi keilmuan Islam.

Pada periode pertama, lahirnya pandangan hidup Islam

dapat digambarkan dari kronologi turunnya wahyu danpenjelasan Nabi tentang wahyu itu. Sebab, sebagai quasiscientiic

worldview , pandangan hidup Islam bermula dari peranan

sentral Nabi yang menyampaikan dan menjelaskan wahyu. Di

sini, periode Makkah merupakan periode yang sangat penting

dalam kelahiran pandangan hidup Islam. Karena banyaknya

surah-surah al-Qur’an diturunkan di Makkah (yakni 85 surah

dari 114 surah dalam al-Qur’an), maka periode Makkah dibagi

menjadi dua periode: Makkah periode awal dan periode akhir .

Page 71: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 71/18471

Pada periode awal wahyu yang diturunkan umumnya

mengandung konsep-konsep tentang Tuhan dan keimanan

kepada-Nya, hari kebangkitan, penciptaan, akhirat, surga dan

neraka, hari pembalasan, baik dan buruk, dan lain sebagainyayang kesemuanya itu merupakan elemen penting dalam

struktur worldview   Islam. Pada periode akhir Makkah, wahyu

memperkenalkan konsep-konsep yang lebih luas dan abstrak,

seperti konsep ‘ilm, nubuwwah, diin, ibadah dan lain-lain.

Pada periode Madinah, wahyu yang diturunkan lebih

banyak mengandung tema-tema umum yang merupakan

penyempurnaan ritual peribadatan, rukun Islam, sistem hukumyang mengatur hubungan individu, keluarga dan masyarakat;

termasuk hukum-hukum tentang jihad, pernikahan, waris,

hubungan Muslim dengan ummat beragama lain, dan

sebagainya.

Dalam konteks kelahiran pandangan hidup, pembentukan

struktur konsep dunia terjadi pada periode Makkah, sedangkan

konigurasi struktur ilmu pengetahuan, yang berperan pentingdalam menghasilkan kerangka konsep keilmuan, scientiic

conceptual scheme dalam pandangan hidup Islam terjadi pada

periode Madinah.

Dari sini kita melihat bahwa Islam adalah agama yang sarat

dengan ajaran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

sebagaimana tergambar dalam tiga periode penurunan wahyu.

Ajaran tentang ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan

konsep-konsep seminal  yang kemudian dipahami, ditafsirkan,

dan dikembangkan ke dalam berbagai bidang kehidupan yang

berakumulasi pada pembentukan peradaban yang kokoh.

Dalam hal ini, peradaban Islam lahir dan tumbuh di atas tradisi

intelektual yang berbasiskan pada wahyu Allah.

Allah berirman:

”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang berimandi antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”  

Page 72: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 72/18472

(QS. Al-Mujadilah: 11).

Begitu pun hadis-hadis Rasul dan pendapat para sahabat

tentang pentingnya mencari ilmu. Rasulullah saw bersabda:

”Barangsiapa didatangi kematian di mana dia sedang

menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dan

 para Nabi di surga adalah satu tingkat derajat.”  (HR Ad Darimi

dan Ibn Sunni dengan sanad hasan).

Paradigma Pendidikan Islam: Tinjauan Epistimologis

Lalu bagaimana cara mengembangkan tradisi keilmuan?

Salah satu proses pengembangan tradisi keilmuan adalah melaluipendidikan. S.M.N Al-Attas menyatakan bahwa dalam Islam,

proses pendidikan dimaknai sebagai ta’dib. Tujuan dari ta’dib 

adalah membentuk manusia yang beradab. Adab merupakan

disiplin rohani, aqli, dan jasmani yang memungkinkan

masyarakat mengenal dan meletakkan segala sesuatu pada

tempatnya yang benar, menimbulkan keharmonisan dan

keadilan dalam diri, masyarakat, lingkungan, dan di setiap

aspek kehidupan. Nilai tertinggi yang dibangun dari proses

adab adalah mengenal Allah Swt dengan cara ‘menempatkan’-

Nya di tempat yang semestinya dengan cara melakukan ibadah

dan amal saleh sesuai dengan apa yang disyari’atkan oleh-Nya

secara baik dan benar.

Al-Ghozali mengungkapkan bahwa tujuan dari pendidikan

adalah mewujudkan kebahagiaan manusia. Kebahagiaan yang

dimaksud adalah kebahagiaan akhirat karena sifatnya yang

holistik dan mencakup segala aspek kehidupan. Akhirat adalah

kekekalan yang tidak akan pernah sirna, kenikmatan yang tidak

akan pernah disertai kesusahan, kebahagiaan tanpa kesedihan,

kekayaan tanpa kemiskinan, kesempurnaan tanpa kekurangan,

kemuliaan tanpa kehinaan, semuanya abadi dan tidak akan

berakhir. Kebahagiaan seperti ini dapat diraih jika tersedianya

ilmu dan amal dalam setiap individu yang mampu membuatperilaku semakin mulia. Hal ini dapat terjadi jika pemahaman

Page 73: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 73/18473

terhadap adab, ilmu agama dimaknai dengan sepenuh-

penuhnya keimanan yang membuat cahaya ilmu tersebut

dapat menyinari hati dan jiwanya yang akan berimplikasi pada

pembentukan akhlak yang baik.Pandangan Al-Ghazali menyiratkan, dengan paradigma

ketuhanan (tauhid)  yang berorientasikan pada kebahagiaan

akhirat inilah yang akan berhubungan erat dengan kehidupan

dunia dan berbagai pembuatan kebijakan yang berkeadilan,

berkesejahteraan, dan mengantarkan pada hakikat kebahagiaan

yang sesungguhnya, yaitu berorientasikan pada kebahagiaan

akhirat.Dengan pandangan ini, maka kita akan mengambil benang

merah bahwa ketika kita mengembangkan tradisi keilmuan

dan memiliki paradigma ketuhanan yang benar, maka kita akan

melahirkan tindakan-tindakan yang dimuliakan bagi seluruh

umat manusia.

Berkaitan dengan itu, Kuntowijoyo (2007) memperkenalkan

beberapa konsep, di antaranya; (1) Inter-Connectedness; istilah ini digunakan untuk menggambarkan bahwa dalam

Islam, aspek ketuhanan selalu saling berkaitan dengan aspek

kemanusiaan. Misalnya adalah keterkaitan antara puasa dan

zakat. Kedua ibadah tersebut memiliki dua dimensi, ketuhanan

dan kepedulian sosial. Hubungan erat antara konsep hablun

minallah  dengan hablun minannaas tidak dapat dipisahkan

antara satu sama lainnya.

(2) Innate Structuring Capacity.  Dalam Islam, tauhid  

–sebagai kekuatan pembentuk- memiliki kekuatan untuk

membentuk struktur yang paling dalam. Setelah itu ada deep

structure, yaitu aqidah, akhlak, syari’ah,  dan mu’amalah. Di

permukaan, kita akan mengamati adanya tindakan yang

dipengaruhi oleh pemahaman terhadap deep structure  dalam

perilaku sosial masyarakat seperti shalat, puasa, budi pakerti,

dan moralitas yang akan menciptakan tatanan kehidupan sosial

Page 74: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 74/18474

yang positif.

Menurut Kuntowijoyo, akidah, akhlak, dan syariat itu

immutable  (tidak berubah) dari waktu ke waktu, dan dari

tempat ke tempat. Sedangkan muamalah itu dapat saja berubah.Transformation dalam Islam yang sudah utuh, harus diartikan

sebagai transformasi dalam muamalah, tidak dalam bidang lain.

Dalam hal muamalah, dapat berubah selama tidak melanggar

syari’at itu sendiri.

Setelah memahami paradigma pendidikan, selanjutnya kita

memahami adanya pembagian ilmu dalam Islam, yaitu ilmu

 fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah.

Ilmu  fadhu ‘ain  di antaranya adalah; aqidah, tauhid, atau

pun ushuluddin  yang dikembangkan menjadi ilmu tafsir, ilmu

hadits, ilmu kalam, atau ilsafat yang di dalamnya terdapat

konsep-konsep tentang Tuhan, manusia, alam, akhlak, maupun

tentang diin yang dikaji secara mendalam oleh setiap Muslim.

Ilmu fardhu ‘ain ini hendaknya diajarkan kepada semua muslim

hingga menjadi fondasi bagi pengkajian disiplin ilmu  fardhukifayah. 

Dengan begitu, ilmu fardhu kifayah –seperti ilmu kedokteran,

sosiologi, dan lain-lainnya yang bersumber dari hasil inovasi

akal, pengetahuan inderawi, aqli, dan intuisi- disatukan dalam

suatu cara berpikir yang integral. Integral artinya tidak berpikir

dualistis: obyektif dan subyektif, idealistis dan realistis. Dengan

cara itu ilmu agama (fardhu ‘ain) memberi penguatan kerangkaberpikir pada wilayah epistimologis ilmu umum (fardhu

kifayah).

Al-Ghazali mengingatkan, orang yang hanya terfokus

mempelajari ilmu-ilmu dunia tanpa disertai ilmu syar’i maka

ia telah menghabiskan umurnya untuk aktivitas yang tiada

memberinya manfaat di akhirat. Sebaliknya, orang yang hanya

terfokus pada ilmu-ilmu agama saja, maka tidak akan mampumemahami agama kecuali sebatas kulit kasarnya, atau lebih

Page 75: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 75/18475

jauh lagi hanya imajinasi dan kasus-kasusnya, tanpa menyentuh

subtansi dan hakikatnya. Dengan demikian, ilmu-ilmu  fardhu

kifayah akan dapat dikuasai dengan baik jika ilmu-ilmu fardhu

ain menyertainya.Setelah memahami konsep ilosois pendidikan Islam

dalam pembangunan peradaban, maka yang harus dihadapi

selanjutnya adalah melakukan sinergi –baik pemerintahan,

sekolah, komunitas keilmuan, maupun masyarakat--untuk

bersama-sama dalam mengembangkannya. Selanjutnya adalah

malalui proses pembangunan beradaban tersebut secara

simultan dan konsisten yang dipertanggung-jawabkan olehsemua pihak.

Damitri Gutas mengulas, jika kita menengok sejarah kejayaan

Islam di Baghdad, maka kita akan temui gerakan pengembangan

ilmu pengetahuan yang bersinergi. Gerakan yang dimulai

dengan penerjemahan karya-karya asing, khususnya Yunani. Itu

bukan gerakan sporadis atau pinggiran. Gerakan itu didukung

oleh elit masyarakat Baghdad, seperti khalifah dan putramahkotanya, pegawai negara dan pimpinan militer, pengusaha

dan bankir, dan sudah tentu ulama dan saintis. Ia bukan proyek

kelompok tertentu. Selain itu, gerakan itu juga disubsidi oleh

dana yang tak terbatas dari perusahaan negara maupun swasta.

Dan yang terpenting, ia dilakukan dengan menggunakan

metodologi ilmiyah yang akurat, sehingga terma-terma asing

dapat diterjemahkan dengan tepat.

Pada zaman keemasannya, Islam telah melahirkan

intelektual-intelektual baru penghasil karya-karya emas, yang

hingga hari ini masih menjadi pedoman bagi masyarakat dunia.

Mereka berjihad dengan sepenuh tenaga untuk membangun

sebuah kebudayaan yang kokoh, memberikan kemanfaatan

bagi seluruh alam dan umat manusia. Sebut saja ilmuwan dan

ilosof Muslim seperti Ya’kub bin Ishaq bin Sabrah Al-kindi

yang lebih dikenal dengan Al-Kindi. Dia adalah ahli astronomi,ilmu kesehatan, ilsafat, musik, dan matematika. Selanjutnya

Page 76: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 76/18476

ada Abu Nashr Al-Farabi, atau yang biasa dikenal dengan Al-

Farabi, seorang ahli ilmu logika, ilsafat sekaligus ahli musik.

Selanjutnya ada Abu’ Ali Husein bin ‘Abdullah bin Sina yang kita

kenal dengan Ibnu Sina, atau  Avicienna. Dia telah melahirkanbuku yang kini menjadi pedoman bagi ilmu kedokteran yang

menjadi satu ensiklopedi dalam 19 jilid besar di bibliotek

Oxford University .

Pendidikan Islam harus menekankan pada aspek

pembangunan pendidikan secara simultan yang digerakkan,

digalakkan, serta dikembangkan secara bersama-sama,

baik melalui pemerintahan, masyarakat, maupun institusipendidikan itu sendiri yang berorientasi pada pembentukan

masyarakat yang Islami. Semoga!

Page 77: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 77/18477

Indonesia sempat dibuat gaduh ketika September 2013

lalu, negeri ini akan menjadi tuan rumah ajang pemilihan

ratu kecantikan dunia, Miss World. Banyak masyarakat terbelah

menyikapinya, ada yang mendukung dengan alasan Indonesia

akan semakin beken, tapi tak sedikit yang menolak karena

dianggap melenceng dari norma.

Kontroversi penyelenggaraan even tahunan ini menjadi

topik hangat di media selama berhari-hari. Banyak orang yang

membicarakan agenda Miss World dari berbagai sudut pandang,

mulai dari agama, budaya, maupun etika. Tapi tak sedikit yang

melihat gelaran ini dari sudut pandang ekonomi-politik. Apakah

hajatan Miss World di Indonesia ini akan menguntungkan

Indonesia atau sebaliknya?

Untuk menjawab pertanyaan itu, menarik jika kita

mencermati pernyataan Dr. Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan (1977-1982) tentang kontes kecantikan pada

masanya, ia menyatakan;

”Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai

sekarang adalah suatu penipuan, di samping pelecehanterhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia)

Untung Rugi Miss World

Page 78: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 78/18478

 perempuan. Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup

keuntungan berbisnis, bisnis tertentu; perusahaan kosmetika,

 pakaian renang, rumah mode, salon kecantikan, dengan

mengeksploitasi kecantikan yang sekaligus merupakan

kelemahan perempuan, insting primitif dan nafsu elementerlaki-laki dan kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah.

Sebagai ekonom aku tidak apriori, anti kegiatan bisnis. Adalah

normal mencari keuntungan dalam berbisnis, namun bisnis

tidak boleh mengenyampingkan begitu saja etika. Janganlah

menutup-nutupi target keuntungan bisnis itu dengan dalih

muluk-muluk, sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan

negara.

Pendek kata kalau di zaman dahulu para penguasa (raja)

saling mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang berkedok lembaga kecantikan, dengan dukungan

 pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan pilihan

untuk turut ”meramaikan” pesta kecantikan perempuan di

 forum internasional.

Logika berpikir yang disampaikan oleh Daoed Josoef

jauh-jauh hari tersebut memberikan pelajaran bagi kita

hari ini tentang bagaimana seharusnya pemerintah berpikirstrategis terhadap agenda Miss World dalam dua pendekatan.

Pertama, ketika kita membaca potensi industri lokal di bidang

kecantikan, kita masih terlampau jauh, baik secara kualitas

maupun kuantitas, sehingga kalah saing dari produk asing.

Artinya, Indonesia hanya akan dijadikan pangsa pasar strategis

produk kecantikan luar negeri di tengah budaya konsumerisme

masyarakat yang semakin tinggi dan glamour.

Kedua, dengan dilaksanakannya Miss World di Indonesia,

secara tidak langsung kita tengah menciptakan degradasi

nilai kebangsaan Indonesia yang sejak lama tertanam bahwa

kecantikan seseorang tidak dilihat dari isik semata, melainkan

dari kecantikan kepribadiannya. Budi pakerti menjadi hal yang

utama ketimbang hanya mempertontonkan paras dan tubuhnya

semata.

 

Page 79: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 79/18479

Menerjemahkan Kaum Intelekual

Pemuda selalu menjadi tonggak peradaban sebuah negara,

tidak terkecuali Indonesia. Sejarah membuktikan, tahun

1928 revolusi pemuda Indonesia melalui Soempah Pemoeda 

menjadi stimulus kemerdekaan bangsa, tahun 1966 dengankekuatan yang dibangun oleh mahasiswa dan militer, mampu

menumbangkan rezim Orde Lama, dan terakhir 1998, kalangan

intelektual muda saat itu juga mampu meruntuhkan kekuatan

rezim otoriter Orde Baru.

Kaum intelektual muda memiliki peran penting dalam

membangun peradaban negeri ini, dan mahasiswa adalah bagian

dari aktor intelektual itu. Hingga hari ini, mahasiswa masihmenjadi generasi yang dapat melakukan kontrol sosial baik

terhadap keadaban masyarakat maupun pemerintahan dalam

menjaga kedaulatan bangsa, tak terkecuali gerakan dakwah

kampus sebagai salah satu entitas yang turut memperjuangkan

perubahan nasib bangsa ini menuju kedaulatan. Mereka tidak

pernah terlepas dari basis intelegensianya, dan menamakan

dirinya sebagai intelektual profetik.

Meski baru diperkenalkan pada abad ke-20, term Intelektual

Intelektual Profetik 

Page 80: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 80/18480

profetik telah lama mewujud melalui kelompok sahabat nabi,

tabi’in, maupun tabi’ut-tabi’in.  Konsepsi intelektual profetik

murni berasal dari Islam, namun isi kandungannya sering

diklaim oleh berbagai ideologi yang secara konseptual tidak jauhberbeda. Ali Syari’ati misalnya, ia mengistilahkannya dengan

Raushanikr . Dalam penjelasannya dikatakan; Raushanikr  

sebenarnya adalah seseorang yang mengikuti ideologi yang

dipilihnya secara sadar. Ideologi dan kesadaran kelas yang

menolongnya mencapai kesadaran hidup tertentu, arah hidup,

perbuatan, dan pemikiran yang khas.

Selanjutnya, Antonio Gramsci, seorang pemikir sosial asalItalia yang berhaluan Marxis juga memiliki sebuah konsep

intelektual organik. Ia adalah seorang intelektual yang mampu

merasakan penderitaan masyarakat, ada bersama masyarakat

dan melakukan tindakan serta perbuatan nyata untuk

menuntaskan permasalahan masyarakatnya. Mereka memiliki

keterkaitan dengan masyarakatnya, dia merasa memiliki

tanggungjawab sosial yang mendalam.

Lalu, apa pembedaan mendasar antara Rausanikr ,

intelektual organik, dan intelektual profetik? Perbedaanya

adalah pandangan hidup yang membuat kerangka serta

landasan berpikir tentang intelektual itu sendiri.

Ali Syariati mengistilahkan Rausanikr   tidak terlepas dari

peranan teologis terhadap ruh perjuangan manusia, namun

secara historis dan pandangan hidup tentang keimanan berbeda

dengan konsep tauhid. Antonio Gramsci berangkat dari ruh

relativisme  yang memiliki landasan berpikir bahwa sejatinya

konsep intelektual adalah sebuah kemurnian dari tindakan

rational choice  yang harus disesuaikan dengan kehendak

manusia serta membebaskan dirinya dari peranan agama dan

Tuhan.

Sedangkan intelektual profetik tidak terlepas dari perjuangan

yang tidak hanya berlandaskan rasional choice  tetapi juga

Page 81: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 81/18481

nilai-nilai ketuhanan. Mengacu pada Kuntowijoyo, “Gerakan

intelektual profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar

akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan,

 pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secaraorganik.” 

  Tidak jauh berbeda dengan Muhammad Natsir yang

menyatakan bahwa risalah Islam melalui dakwah Islam menyatu

dalam tiga bagian pokok. Pertama, menyempurnakan manusia

dengan Khaliq-nya. Kedua, menyempurnakan hubungan

manusia dengan sesama manusia. Ketiga, mengadakan

keseimbangan (tawazun)  antara kedua itu dan mengaktikankedua-duanya seiring dan sejalan.

Pandangan Hidup dan Tradisi Intelektual Profetik 

Cara pandang (world view) kita dalam menyikapi berbagai

fenomena dipengaruhi faktor yang mendominasi dalam

kehidupan kita, yaitu budaya, agama, kepercayaan, sistem sosial

masyarakat, dan sebagainya. Alparslan mengartikan worldview  

sebagai asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk aktiitas-aktiitas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktiitas manusia akhirnya

dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian

itu maka aktiitas manusia dapat direduksi menjadi pandangan

hidup. (The foundation of all human conduct, including scientiic

and technological activities. Every human activity is ultimately

traceable to its worldview, and as such it isreducible to that

worldview).

Islam juga memiliki pandangan hidup tersendiri dalam

memahami realita dan fenomena alam raya yang mampu

menciptakan sebuah peradaban baru dengan struktur dan

konseptual yang kokoh serta universal. Islam sebagai agama

universal memiliki prinsip-prinsip dasar sempurna dan

menjadi titik tolak dalam perkembangan peradabannya. Islam

hadir membekali manusia dengan berbagai ritus peribadatan,

seperangkat nilai moral seperti syariah  yang dikaitkan tidak

Page 82: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 82/18482

hanya pada hubungan manusia dengan hakikat ketuhanan,

melainkan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia

dengan alam. Konsepsi ini satu sama lain saling berkaitan

dan tidak bisa dicerai beraikan sebagai sebuah falsafah hidupmanusia.

Berkaitan dengan asas Islam dalam kehidupan ini, Natsir

mengungkapkan, bahwasanya Islam bukanlah semata-mata

suatu agama, tapi pandangan hidup yang meliputi soal-soal

politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Baginya Islam ialah

sumber segala perjuangan atau revolusi itu sendiri, sumber

dari penentangan setiap macam penjajahan: eksploitasimanusia; pemberantasan kebodohan, kejahilan, juga sumber

pemberantasan kemelaratan dan kemiskinan. Islam tidak

memisahkan antara keagamaan dan kenegaraan. Nasionalisme

hanyalah suatu langkah. Sebab itu, Islam itu adalah primair.

Hal ini senada dengan Sayyid Quth yang menyatakan; Hanya

dalam Manhaj Islamlah, manusia terbebas dari segala bentuk

 perbudakan sesama manusia. Dalam manhaj ini, manusia hanya

menghambakan pada Allah, menerima sesuatu dari Allah semata,dan tunduk hanya kepadaNya.

Untuk memperoleh gambaran tentang tradisi intelektual

dalam Islam, maka kita perlu melacaknya dari awal kelahiran

pandangan hidup dalam pikiran ummat Islam periode awal

dan perkembangan selanjutnya. Namun ‘perkembangan’ di sini,

seperti yang diingatkan Prof. S.N. Al-Attas, tidak menunjukkan

proses pertumbuhan menuju kematangan atau kedewasaan,tapi lebih merupakan proses interpretasi dan elaborasi

wahyu yang bersifat permanen itu. Oleh sebab itu untuk

melacak timbulnya ilmu dalam sejarah Islam perlu merujuk

kepada periode dessiminasi ayat-ayat al-Qur’an oleh Nabi dan

pemahaman ummat Islam terhadapnya.

Mari Kita Bangkit dan Bergerak!

Pada Perang Salib I, umat Muslim mengalami kekalahan

Page 83: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 83/18483

karena keterpurukan peradaban mereka kala itu. Mereka

terlalu cinta pada dunia. Barulah setelah 50 tahun menderita,

umat Muslim mampu bangkit kembali dengan kemengan

Perang Salib II saat kejatuhan Eddesa di tangan Muslim padapada 539/1144, di bawah komandan Imam al-Din Zanki, ayah

Nur al-Din Zanki.

Dua tahun sesudah itu, Zanki wafat di tahun 1146. Ia telah

meratakan jalan buat anaknya, Nur al-Din, untuk memimpin

perjuangan melawan Pasukan Salib. Pada 544/1149, Nur al-

Din meraih kemenangan melawan pasukan Salib, dan pada

549/1154 ia sukses menyatukan Syria di bawah kekuasaanMuslim.

Nur al-Din digambarkan sebagai sosok yang sangat religius,

pahlawan jihad, dan model penguasa Sunni. Setelah meninggalnya

Nur al-Din pada 569/1174, Shalahuddin al-Ayyubi, keponakan

Nur al-Din, memegang kendali kepemimpinan Muslim dalam

melawan pasukan Salib. Ia kemudian dikenal sebagai pahlawan

Islam yang berhasil membebaskan Jerusalem pada tahun1187. Di sinilah, kepahlawanan Islam muncul kembali dengan

hadirnya keperkasaan seorang Shalahuddin al-Ayyubi.

Mungkin anda akan bertanya-tanya mengapa kisah Perang

Salib itu perlu dikemukakan? Yang menarik adalah, keberanian

dan kesuksesan Shalahuddin al-Ayyubi bukanlah sesuatu yang

langsung turun dari langit, dia adalah produk generasi baru

yang telah dipersiapkan oleh para ulama yang hebat. Dua ulama

besar yang disebut berjasa besar dalam menyiapkan generasi

baru itu adalah Imam al-Ghazali dan Abdul Qadir al-Jailani.

Dr. Majid Irshan al-Kilani mengungkapkan, ketika umat

sedang mengalami kekalahan, Imam al-Ghozali sama sekali

tidak menolak perubahan pada aspek politik dan militer yang

terjadi pada kala itu, namun Imam al-Ghozali lebih menekankan

pada hal yang paling mendasar, yaitu rusaknya pemikiran kaum

muslim. Untuk itu, Imam al-Ghozali lebih memfokuskan dirinya

Page 84: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 84/18484

untuk berusaha membersihkan masyarakat Muslim dari

berbagai macam penyakit yang selama ini menjadi kekalahan

mereka.

Dengan kisah di atas, dapat digambarkan bahwa sejatinyarisalah yang dibawa oleh segolongan kaum intelektual profetik

adalah orang-orang yang selalu mengasah dirinya dalam

menuntut ilmu, dipadu dengan kemuliaan akhlaknya, serta ber-

Ukhuwwah Islamiyah. Hal inilah yang menjadi PR kita bersama

sebagai kaum muda yang masih memiliki ruh dan semangat

yang tinggi untuk selalu memperbaikinya dalam rangka

menggemakan panji-panji Islam keseluruh penjuru dunia yangmampu menenteramkan dengan penuh kedamaian kepada

seluruh alam semesta.

Page 85: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 85/18485

Perang pemikiran (Ghazul Fikri)  telah lama dilancarkan

para orientalis Barat sejak beberapa ratus tahun lalu

sebagai warisan dari Perang Salib dan kolonialisasi atas

negara-negara Muslim di dunia. Ini mereka lakukan untuk

memperlemah akidah, Ghirah, dan kecintaan (mahabbah) 

umat Islam terhadap agamanya. Dengan lemahnya umat

Islam, mereka mudah memecah belah dan menguasai (devide

et impera)  alias menjajah semua segi kehidupan umat Islam.

Akhirnya, umat Islam akan turut ke mana angin dihembuskan

oleh penjajahnya.

Premis di atas nampaknya layak dipakai untuk membahas

fenomena Wahabi yang kian hari semakin ‘tersudut’ di tengah-

masyarakat kita. Ia dimanipulasi dan dijadikan Barat sebagai

salah satu alat untuk menghancurkan umat Islam. Tulisan,

buku, pemikiran, maupun media massa yang mewacanakan

‘kesesatan’ Wahabi kian marak. Ia dianggap sebagai kelompok

Islam yang selalu mengkairkan orang lain, Islam yang

menghalalkan pengeboman terhadap kaum kair, Islam yang

rasis, dan menghalalkan segala cara dalam melakukan nahi

munkar.

Jejak Konspirasidi Balik Wahabi-Phobia 

Page 86: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 86/18486

Di Indonesia, paham Wahabi sejak lama merambah di pelosok

negeri sebelum negara ini ada. Sejak saat itu pula, perkembangan

paham Wahabi di Indonesia dijadikan sebagai pewacanaan

terhadap pemahaman Islam yang rasis dan ekstrimis. Adudomba antara kaum Padri yang merepresentasikan kaum

revivalis Wahabi Minangkabau dengan kaum adat adalah

contoh awal bagaimana Wahabi diposisikan “buruk” di mata

masyarakat. Barat juga merekayasa sejarah bahwa dalam

peperangan itu, kaum Wahabi tidak berperikemanusiaan,

kejam, dan bengis dalam melawan musuh-musuhnya dan

menjalankan dakwahnya.

Dalam wacana yang berbeda, Barat selalu menjelaskan

“Paham Wahabi sesat - mengkairkan orang Islam yang tidak

sealiran dengan mereka - Wahabi ganas dan militan. Wahabi juga

dikaitkan dengan Komunis, Facist, Nazis, termasuk kumpulan

 ganas Jepang - Arab Saudi adalah Negara Wahabi - Osama bin

Ladin adalah Wahabi - Wahabi benci Kerohanian (Suisma).

Untuk mengalahkan Wahabi ini, hendaklah mengalahkan

 Arab Saudi. Hanya dunia tanpa Wahabi baru kita boleh harapmewujudkan keamanan dunia dan Islam”.

Lebih jauh, Barat mengidentiikasi Wahabi pada mereka

yang memakai celana cungkrang, berjenggot, berpakaian koko,

wanita bercadar dan sebagainya.

Hegemoni Opini yang Menyesatkan

Dalam mengdoktrinasi masyarakat muslim ke dalam jeratanIslamophobia, Barat melakukan pewacanaannya melalui

berbagai macam cara; baik melalui institusi pendidikan di

berbagai tingkatan, media massa, maupun ruang politik di

tatanan pemerintahan. Hal itu tergambarkan pada pewacanaan

terhadap Wahabi di media massa yang juga sangatlah

menggelisahkan.

Akibat dari semua pewacanaan ini, keberlangsungankeberagamaan yang dilakukan oleh kaum Wahabi memiliki

Page 87: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 87/18487

dua dampak. Pertama dampak struktural, yaitu dampak yang

berimplikasi pada kebijakan pemerintah terhadap kaum Wahabi

yang diidentikkan sebagai teroris dan harus diberangus. Mereka

yang bercadar, bercelana cungkrang, berjenggot, berpakaiankoko, selalu diawasi gerak-geriknya dan terstigma sebagai

bagian dari kelompok teroris. Kerap kali mereka mendapat

stigma antisosial sehingga harus dikucilkan.

Kedua, dampak diskursif, yaitu dampak yang menyebabkan

Islam menjadi dua kutub, yaitu Islam ekstrimis seperti Wahabi

dan Islam moderat. Akibat dari semua ini, timbul perpecahan

dan permusuhan di dalam kubu umat Islam sendiri yangmenyebabkan tertanamnya rasa kebencian antara satu sama

lainnya.

Oleh Barat, umat Islam dijauhkan oleh fakta dan sejarah

mengenai paham Wahabi. Mereka terus didoktrin untuk cemas

dan waspada terhadap ajaran-ajaran Wahabi.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu

orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah denganteliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu

kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu

menyesal atas perbuatanmu itu”. (Qs. Al-Hujurat: 6).

Ayat ini pantas untuk dijadikan perenungan bagi kita semua

dalam merespon opini-opini yang dilancarkan Barat tersebut.

Bahkan, Dr. Yusuf Al Qaradhawi pun telah mengingatkan kepada

kita tentang pandangan kritisnya terhadap metode penulisansejarah Islam yang terlalu didramatisir. Ia mengutip pernyataan

Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimah;

“… Sehingga mereka tidak sadar dengan kesalahan yang

disengaja, tidak bersikap obyektif dan proporsional terhadap

berita, dan tidak meneliti terlebih dahulu terhadap kabar yang

berkembang. Akhirnya, mereka melepaskan aturan, menjadi

pendusta, mempermainkan ayat-ayat Allah, dan membeliperkataan sia-sia untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.

Page 88: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 88/18488

Padahal semua itu adalah transaksi yang penuh kerugian.”.

Kosntruksi Penamaan “Wahabi”; Upaya Melanggengkan

Kekuatan Kolonial

Upaya penggunaan kata “Wahabi” terhadap kaum yang

mengikuti jejak dakwah Muhammad Bin Abdul Wahab

pada dasarnya adalah sebuah pendistorsian sejarah yang

dilakukan oleh pihak kolonial.  Hal ini dilakukan dalam

rangka melanggengkan kekuasaanya dengan cara membuat

pertentangan antara umat muslim yang satu, dengan umat

muslim yang lainnya. Hal inilah yang disebut sebagai de vide

et impera. Ini dapat dibuktikan dengan melihat fakta sejarahnegara kolonial ketika menjajah salah satu daerah.

Di Indonesia sendiri, kedatangan gerakan dakwah pengikut

Muhammad Bin Abdul Wahab kian ditakuti oleh pihak

Belanda. Ketika jamaah Haji asal Indonesia kembali ke Tanah

Air, banyak di antara mereka yang membawa paham gerakan

dakwah Muhammad Bin Abdul Wahab dan menerapkannya

di Indonesia. Dampaknya, umat Islam di Sumatera dan Jawaberbondong-bondong memiliki minat yang sangat kuat untuk

kembali kepada ajaran Islam yang hakiki, ajaran Islam yang

murni, ajaran Islam yang suci. Umat Islam diserukan untuk

mengubah dan memperbaiki amalan-amalan hidup mereka

sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu

organisasi yang berailiasi dengan gerakan dakwah mereka

adalah Muhammadiyah yang menolak segala macam bid’ah.

Akibat dari kian maraknya seruan dakwah mereka di

negara jajahan, membuat kolonial kian geram karena dakwah

mereka memberikan dampak pada kesadaran masyarakat

untuk kembali kepada ajaran agamanya yang menentang segala

bentuk penjajahan dan penganiayaan yang dilakukan kolonial

terhadap wilayah jajahan.

Akhirnya, para penjajah mencoba mereduksi sejarah,pewacanaan, dan memitnah gerakan dakwah Muhammad Bin

Page 89: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 89/18489

Abdul Wahab yang dianggap sebagai gerakan dakwah ‘Wahabi

Khawarij’ -yang telah kair dan jauh dari nilai-nilai keislaman-

yang ternyata memberikan pengaruh cukup besar terhadap

perubahan paradigma masyarakat Islam dalam memandangMuhammad Bin Abdul Wahab hingga hari ini.

Akhirnya, timbullah perselisihan dan perpecahan yang

terjadi di dalam umat Islam sendiri. Satu sama lain saling

mengkairkan. Sehingga, umat Islam lebih sibuk menjatuhkan

antara satu kelompok dengan kelompok lainnya ketimbang

memerangi para penjajah.

Doktrinasi Islamophobia; Imprealisme Wajah Baru

Elleke Boehmer dalam Colonial and Postcolonia Literature

(1995) menerjemahkan kolonialisme sebagai eksploitasi

territorial, adanya penekanan terhadap penguasaan wilayah,

relasi kekuasaan antara penjajah dan yang dijajah, relasi

ekonomi antara negara penjajah dengan negara yang dijajah.

Dalam sejarah disebutkan, bahwa keinginan negara kolonial

menjajah wilayah lain dipengaruhi oleh hasrat untuk mencapai

 gold, glory, dan gospel . Gold  dipahami sebagai pencarian harta

(sumber ekonomi) di negara jajahan. Glory   dipahami sebagai

kekuasaan/kejayaan, dan Gospel   dipahami sebagai perluasan

keagamaan. Melalui misi Gospel   inilah, agama Kristen masuk

di Indonesia hingga pada akhirnya, wilayah Timur Indonesia

menjadi perwajahan masyarakat Kristen di Indonesia.

Banyak pakar sejarah yang menyatakan, bahwa dalam

perkembangan penjajahan yang dilakukan kolonial, hasrat

 gospel   cenderung mengalami penurunan. Bahkan, ketika

memasuki fase Perang Dunia, hasrat  gospel   tidak lagi menjadi

wacana penjajahan, negara kolonial lebih mengutamakan  gold  

dan  glory -nya untuk mencari kekuatan dalam membendung

musuh-musuhnya yang juga berasal dari negara penjajah.

Memasuki fase Perang Dingin antara Blok Barat (Amerika

Page 90: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 90/18490

dan sekutunya) melawan Blok Timur (Uni Soviet dan sekutunya)

pewacanaan penjajahan melalui peran kolonialisasi kian

mengalami penurunan. Karena pada fase ini, baik Blok Barat

maupun Blok Timur lebih mengutamakan doktrinasi pahamnyauntuk memengaruhi negara-negara yang tidak masuk di antara

kedua blok tersebut.

Barat pun pada akhirnya melakukan pewacanaan

imprealisme, sebuah pewacanaan yang membuat Barat tidak

lagi memerlukan penguasaan wilayah atas negara lain maupun

negara jajahan secara langsung, tidak lagi mengambil alih

wilayah maupun eksploitasi sumber material, melainkan cukupdengan menanamkan doktrinasi yang menggunakan kontrol

ekonomi dan militer untuk mendapatkan sebuah legitimasi

terhadap paham tersebut.

Upaya imprealisme ini mereka lakukan sebagai evolusi

terhadap metode penjajahan yang lebih komprehensif. Melalui

imprealisme ini, sasaran mereka tidak perlu lagi menjajah suatu

wilayah untuk memenuhi perekonomian dengan mendudukisuatu wilayah, melainkan cukup menjajah mental masyarakat

postkolonial dengan cara-cara yang melenakan. Membuat

mereka yang dijajah tidak sadar bahwa dirinya sedang dijajah.

Sejak fase Perang Dingin, Barat gencar memberikan bantuan

perekonomian, pendidikan ke berbagai negara. Barat juga kian

memproduksi pakar-pakar keilmuan di berbagai bidang untuk

melegitimasi pahamnya. Akibat dari semua ini, banyak negara-

negara di dunia bergantung pada perekonomian dan keilmuan

yang ditawarkan mereka. Hingga akhirnya, mereka pun mampu

mengkonstruksi pemikiran-pemikiran masyarakat yang

negaranya bergantung pada Barat secara mudah. Terjadilah

ambivalensi identitas dan budaya pada masyarakat postkolonial

yang lebih mengikuti pola hidup masyarakat Barat ketimbang

memakai identitas dan budaya bangsanya sendiri.

Imprealisme semakin mendapatkan perhatian dari

Page 91: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 91/18491

masyarakat Barat setelah Samuel P. Huntington memberikan

pencerahan baru dalam menerapkan imprealisme di tengah

pewacanaan masyarakat global. Dalam tesisnya yang berjudul

The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order  yang menyatakan bahwa akan terjadi ‘benturan peradaban’

antara Islam dan Barat. Ia sendiri menggambarkan Barat

sebagai negara berperadaban yang patut dicontoh oleh negara-

negara lainnya. Sedangkan Islam ia gambarkan sebagai sebuah

peradaban yang primitif yang akan mengganggu terciptanya

peradaban masyarakat global. Oleh karena itu, ia menyarankan

agar seluruh masyarakat dunia bergabung dalam ailiasi

peradaban Barat dan menjadikan Islam sebagai common enemy  bersama yang harus dihabisi di dunia ini. Tesisnya ini menguat

setelah tragedi 9/11.

Lalu, kepentingan apakah yang menyebabkan Islam

sebagai target penghacuran kedua setelah Timur, dan Islam

dijadikan oleh Barat sebagai bahaya konlik yang sebenarnya?

Ada beberapa hal yang menguntungkan Barat dalam

menghancurkan Islam. Pertama, sisi ekonomi. Barat khawatirbahwa kemunculan peradaban Islam di tengah masyarakat

dunia akan menghancurkan paham kapitalismenya yang selama

ini menguntungkan Barat. Mereka tahu, bahwa peradaban Islam

bukanlah peradaban yang bisa memberikan ruang untuk Barat

melakukan budaya kapitalisme.

  Kedua, politik. Barat khawatir bahwa kemunculan paham

Islam di tengah masyarakat dunia akan menghancurkan pahamdemokrasinya.

Doktrinasi Islamophobia  dilakukan Barat demi

melanggengkan kekuasaanya di negara-negara lain karena Islam

telah menjadi ancaman bagi Barat. Untuk melakukan doktrinasi

Islamophobia tersebut, berbagai macam konfrontasi dilakukan

oleh Barat, di antaranya adalah memunculkan pewacanaan

Islam liberal. Orang-orang yang masuk ke dalam JaringanIslam Liberal adalah orang-orang yang diberikan pendidikan

Page 92: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 92/18492

tentang Islam oleh Barat dengan konstruksi keilmuan yang

mereka inginkan. Mereka memberikan beasiswa dan fasilitas

kehidupan yang sangat menggiurkan.

Di Indonesia sendiri, contoh seorang aktivis Islam liberalyang diberikan pendidikan Islam oleh Barat adalah Nurcholis

Madjid, Ulil Abshar Abdala, dan lain sebagainya. Selain itu,

Barat juga mengkonstruksi pemikiran masyarakat muslim

maupun non-muslim tentang adanya Islam yang militan,

ekstrimis, dan teroris. Mereka merekayasa berbagai peristiwa

dan sejarah demi mendeskriditkan Islam. Salah satunya adalah

mereka menyatakan bahwa Saddam Husein adalah seorang Al-Qaeda, Islam yang militan. Padahal, di negaranya Sadam Husein

merupakan petinggi Partai Ba’ath, salah satu partai yang

berpaham sekuler.

Begitupun dengan fenomena Wahabi yang sejak zaman

kolonial telah didistorsikan sejarahnya oleh Barat. Lalu,

pendeskriditan terhadap Wahabi pun dimunculkan lagi oleh

Barat ketika isu-isu tentang terorisme mereka serukan diberbagai negara. Inilah proses imprealisme wajah baru yang

dilakukan Barat dalam melanggengkan kekuasaannya.

Fenomena Wahabi di Indonesia

Di Indonesia, para penganut Wahabi memiliki berbagai

kriteria dalam pengamalan dakwahnya. Ada penganut Salai

yang sangat santun dalam pengamalan dakwahnya. Hal itu

penulis rasakan sendiri ketika penulis memiliki pengalamanbelajar dengan salah seorang ustadz senior dari kalangan Salai

yang ada di Jakarta. Saya sangat merasakan bahwa mereka yang

telah memahami dakwah Salai secara menyeluruh, tidak ada

sikap keras dalam dakwahnya. Ia sangat memahami konteks

perbedaan pendapat antara satu sama lainnya.

Meskipun begitu, ada juga penganut Wahabi yang memang

mengamalkan dakwah sangat frontal dan radikal. Hal ini pernahsaya alami ketika saya dianggap kair oleh penganut Wahabi

Page 93: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 93/18493

karena saya dianggap olehnya sebagai orang yang menabikan

Hasan Al-Banna. Padahal, ketika itu tidak sedikit pun terlintas

dari pikiran menjadikan ulama sebagai nabi. Saya beranggapan,

penganut Wahabi yang mengamalkan dakwah secara radikalmencoba mengikuti jejak dakwah Muhammad bin Abdul

Wahab secara terbatas, tanpa menelusuri lebih dalam. Yang

mereka tahu tentang dakwah Muhammad bin Abdul Wahab

hanya dakwah tauhid yang tegas pada ahlul bid’ah saja, tanpa

mengetahui jejak dakwahnya secara menyeluruh dan melihat

konteks kondisi masyarakat muslim di zamannya dengan

kondisi masyarakat muslim saat ini.

Akibat yang muncul dari dakwah frontal seperti ini adalah,

selain tidak diterimanya dakwah mereka di masyarakat, dakwah

seperti ini juga berimplikasi pada primordialisme kejamaahan,

antara jamaah yang satu dengan jamaah yang lainnya. Sehinga

yang terjadi adalah, ketika melihat ada salah satu jamaah yang

terdeskriditkan, jamaah yang lain justru senang dan bangga

karena merasa jamaahnya yang paling benar. Di sinilah letak

primordialisme (ta’ashub) kejamaahan. Sehingga muncul istilah‘meng-agamakan Jamaah ketimbang meng-agamakan Islam

sendiri’. Fenomena seperti inilah yang sebenarnya salah satu

keinginan Barat yang terjadi di kalangan umat muslim. Padahal

dalam Islam, persatuan umat merupakan kewajiban.

Kesimpulan

Ada beberapa hal yang bisa kita ambil hikmah dalam tulisan

ini, yaitu tentang bagaimana cara kita bersikap kritis dalam

menelaah informasi, terutama informasi tentang Islam yang

tidak berasal dari negara Islam, sehingga menimbulkan indikasi

intrik-intrik tertentu. Selain itu, dari semua ini hanya satu hal

yang harus kita renungkan bersama, bahwa Islamophobia telah

melanda umat muslim sendiri, sehingga perlu ada pembenahan

di dalamnya.

Page 94: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 94/18494

  B a g   i a n   3

  R

 o m  a n  t  i  k a

   T e  n  t a  n g   C  i  n

  t a  d a  n   I  n s  p  i  r

 a s  i   K e  h  i d

  u  p a  n

Page 95: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 95/18495

U  ps.. Tentang Cinta..?  Rasa-rasanya tema ini sudah terlalu

sering kutulis sejak masa-masa sekolah dulu. Entahlah,

apa yang selalu menghampiri pikiranku untuk tidak pernah

bosan-bosannya membicarakan tentang cinta.

 Cinta adalah anugerah yang luar biasa, mulai dari manusiaterjahat di dunia ini sekali pun tidak pernah terlepas hidupnya

dari cinta. Ada yang berkata, manusia tidak bisa hidup tanpa

cinta. Klise memang, tapi patut pula kita resapi.

Tapi untuk kali ini, sejenak kita coba bongkar segala konsepsi

tentang cinta, ditinjau dari paradigma kita dalam mencinta,

memaknai dan mengamalkan cinta itu sendiri, sebagai sebuah

perenungan kita dalam mengarungi bahtera kehidupan.  Apakah cinta harus dideinisikan? Bagaimana caranya?

Mari kita coba memahami bagaimana orang memaknai cinta?

bahasa kerennya adalah ‘epistimologi cinta’ yang berkaitan

dengan falsafah hidup seseorang dalam mengarungi cinta.

Jika orang sedang jatuh cinta pada lawan jenis, banyak orang

yang menganggap hal tersebut sebagai segala-galanya cinta.

Pemaknaan terhadap cinta disimpliikasi hanya tertuju padaseseorang dengan segala pengorbanannya. Terlalu sering kita

Tentang Cinta 

Page 96: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 96/18496

mendengar lagu tentang cinta. “Karena cintaku hanya untukmu,”

“Aku tak kan hidup tanpamu,” “Aku ada hanya untukmu,” dan

seterusnya.

Menurutku, cinta sebagaimana yang dikonsepsikan sepertilagu itu adalah cinta yang pelit . Mengapa? Sebab di tengah

hamparan alam semesta yang luas, di tengah milyaran makhluk

Tuhan dengan segala macam keindahannya, ia hanya mencintai

seseorang. Sedangkan yang lain, hanyalah menjadi hiasan

intuitif belaka.

 Di saat yang bersamaan, ia juga layak dikategorikan sebagai

cinta setengah sadar. Mengapa? Buatku, orang seperti ini sudahmenjadi manusia setengah sadar. Antara cinta dan rasionalitas

tidak berimbang, antara ‘mana yang menghidupkan’ dan ‘mana

yang mendampingi kehidupan’ tidak dapat dibedakan. Orang tua

yang selama ini membesarkan mereka, justru tidak dimuliakan

dan tak diungkapkan cintanya. Cintanya hanya untuk si ‘dia’.

Ada yang lebih parah lagi, yaitu orang yang terkena sindrom

gilalova, yaitu penyakit orang yang lebih mencintai pacarnyadengan segala pengorbanan, ketimbang mencintai Sang

Pencipta cinta, yaitu Allah Swt.

Lalu, yang terakhir adalah, tipe pseudo-romantism  alias

romantisme semu. Romantisme semu ini terjadi pada mereka

yang menganggap romantisme cinta diukur dengan intensitas

seseorang dalam berpacaran, jalan berduaan, bergandengan

tangan, bermesraan, makan sepiring berdua, saling suap,mengarungi suka dan duka berdua dan sebagainya. Semua

itu adalah romantisme semu. Sebab semua itu hanyalah ilusi

kebahagiaan yang tercipta atas dasar pemenuhan keinginan

nafsu, bukan dari ketulusan cinta yang sesungguhnya.

Lalu, bagaimana seharusnya cinta itu? Cinta memiliki

berbagai tingkatan. Cinta yang paling utama harus kita tujukan

kepada Allah sebagai Khaliq. Allah yang telah menciptakan kitauntuk merasakan nikmatnya hidup di dunia ini, dan hanya Allah

Page 97: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 97/18497

yang memberi anugerah cinta di setiap sanubari.

  Lalu bagaimana ketika hati ini tak kuasa menaruh cinta

kepada seseorang yang kini menjadi pujaan hati? Kondisi ini

adalah sunnatullah, tinggal kita yang menentukan bagaimanacara mengelola perasaan itu semua.

Agama ini mengajarkan kita untuk mengawali cinta kepada

seseorang karena faktor agamanya. Kecintaan kita harus bisa

membahagiakan kehidupan ini di dunia dan di akhirat kelak.

Ketika kita mengawali cinta dengan ketakwaan, maka yang harus

kita sandingkan dalam perjalanan cinta kita adalah keikhlasan.

Ketika kita mencintai seseorang, yakinkanlah bahwa cinta ituhadir karena sebuah keimanan yang melandasinya, cinta itu

hadir sebagai sebuah nikmat dari Allah yang patut kita syukuri.

Untuk mensyukuri nikmat itu, maka yang harus kita

perhatikan adalah; ketika semakin besar cinta kita pada

seseorang, semakin besar pula cinta kita pada Allah yang

dibuktikan dengan semakin meningkatnya ketakwaan dan

keimanan. Semakin besar cinta kita pada seseorang, semakinbesar pula cinta kita pada sesama yang dibuktikan dengan

semakin meningkatnya kepedulian dan pengorbanan kita

untuk menyelesaikan penderitaan mereka. Semakin besar cinta

kita pada seseorang, semakin besar pula semangat kita untuk

terus menelusuri ‘hakikat cinta’ yang diajarkan Allah dan Rasul-

Nya dengan selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

  Dengan begitulah cinta akan menjadi semakin indah,semakin mengilhami kita untuk selalu berlomba-lomba dalam

kebaikan dan mencari rida Allah. Bukankah dengan begitu, kita

akan memiliki pengalaman cinta yang berbeda, pengalaman

cinta yang penuh dengan perjuangan dalam menggapainya,

yang diilhami dengan nilai-nilai suci yang melandasinya.

  Ketika cinta sudah melanda, tak perlu kita umbar kepada

sesiapa. Cukuplah Allah kita jadikan sebagai tempat curahanhati kita yang paling utama. Uraikanlah doa kepada Sang Pemilik

Page 98: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 98/18498

cinta untuk memberikan yang terbaik bagi perjalanan cinta

kita. Memohon perlindungan dari-Nya, untuk selalu diberikan

petunjuk merangkai cinta yang dirahmati-Nya.

 ***

Biarkanlah cinta itu mengarungi perjalanan hidup kita

Ukirlah cinta dengan sebuah pengabdian dan pengorbanan

Ukirlah cinta itu dengan keikhlasan, maka ia akan memberikan

ketenangan bagi kehidupan

Tak usah kau gundah jika dia bukan jodohmu. Yakinlah bahwa

takdir Allah adalah baik, tinggalah kita lebih bersemangat

untuk menjadi yang terbaik 

Cinta bukanlah sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan,

melainkan harus ditelusuri segala hikmah yang terkandung

di dalamnya

 Agar kita tidak tersesat dalam memahami cinta

Cinta akan menjadi semakin indah ketika dalam perjalananmencarinya,

kita dihalau halang dan rintang,

berpeluh kesah dengan pengabdian dan perjuangan,

dengan begitulah jalan hidup cinta akan semakin indah.

Page 99: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 99/18499

Alangkah peliknya badai romantisme cinta yang

dibalutkan atas dasar perjuangan. Romantisme itu hadir

bukan untuk membicarakan antara ‘aku’ dan ‘kamu’, melainkan

antara ‘kita’ dan ‘mereka’. Kita tidak sedang bertengkar tentang

ambisi pribadi, tapi kita sedang berbicara tentang “mengapa

kamu diam…?” Karena sejatinya, kita sedang berbicara “Untukapa kita hidup di dunia ini?” jika hanya bisa berdiam dan

membatu.

Di titik inilah romantisme perjuangan itu hadir sebagai

sebuah spirit, perpaduan antara satu hati dengan hati yang

lainnya untuk menggapai sebuah imperium kemerdekaan bagi

seluruh umat manusia. Dan romantisme perjuangan itulah yang

akan menjadi pengenang kita tentang masa muda yang sedangkita banggakan ini.

Romantisme perjuangan hadir sebagai pelipur lara setiap

insan yang merdeka, yang mencoba mengabdikan dirinya untuk

selalu terlibat demi kepentingan orang banyak. Mungkin, kita

belum sepenuhnya masuk dan bergeliat dalam jejak romantisme

perjuangan itu. Masih terlalu banyak sekat dan tembok-tembok

hati yang saling menutupi untuk enggan mengetahui apa yangsedang dirasakan orang lain. Diri ini pun mungkin lebih banyak

Romantisme Pejuangan

Page 100: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 100/184100

berdiam dan bungkam melihat segala realita hari ini yang

penuh dengan keterpurukan dan kemunaikan.

Tapi, dengan cara kita mengkhidmati romantisme perjuangan

inilah, bersama teman-teman terdekat, bersama para sahabat,kita arungi kembali sajak persaudaraan ini dalam juang.

Dengan romantisme perjuangan inilah kita mengarungi jutaan

peristiwa yang akan kita kenang sepanjang masa. Kenangan

itu bukan hanya hadir dengan kesenangan, melainkan juga

dihinggapi rasa mencekam, haru, duka, dan kesedihan. Namun,

jika kita berkhidmat atas cita-cita perjuangan, di ujung semua

ini telah terpatri sebuah kebahagiaan.Dengan romantisme perjuangan ini, kita akan menikmati hari

untuk selalu berkhidmat bahwa suatu hari nanti, kejayaan pun

akan tiba dengan apa yang kita tanam dan kita korbankan hari

ini. Kita akan melihat tiada lagi mbok-mbok  renta memanggul

bakul, bekerja hingga larut demi sesuap nasi. Kita tidak akan

melihat lagi melihat kakek tua mengayuh becaknya di tengah

terik matahari untuk menghidupi anak cucu. Kita juga tidakakan melihat lagi tukang sapu jalanan yang bertahun-tahun

hanya bekerja untuk menyapu jalanan.

Akan datang suatu masa mereka akan menuai

kesejahteraannya, dengan senyum indah yang kian sumringah,

menapaki hari untuk lebih giat menjaga kesehatan dan

menasihati kami semua untuk tiada pernah berhenti menjadi

manusia yang baik budinya, baik pakertinya.

Alangkah durhakanya jiwa ini jika apa yang kita miliki hari

ini, apa yang kita dapatkan hari ini, berbagai fasilitas intelektual

kita nikmati, namun semua itu tidak bermanfaat bagi orang

banyak. Tidak ada yang bisa kita lakukan jika hanya berjuang

dengan sendirian. Oleh karena itu, sudah saatnyalah kita

kembali membangun risalah perjuangan ini bersama-sama,

secara berangkulan dan saling bererat dalam pengorbanan

untuk menggapai impian kejayaan. Selamat datang wahai kau

pejuang!.

Page 101: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 101/184101

Apa yang akan engkau pikirkan jika antara cinta,

petualangan, dan aktivisme mahasiswa dirangkul

menjadi satu dimensi yang saling berpaut satu sama lain?

Sesuatu yang selama ini dianggap ‘tabu’ oleh sebagian

aktivis, tapi di sisi lain justru menjadi bara api penyemangatyang selalu hidup dan bermakar di setiap jiwa. Dari cinta-lah,

semangat perjuangan itu tumbuh dan berkembang menjadi

getaran hati yang selalu menggerakkan jiwa untuk berkorban.

Cinta bukanlah sesuatu yang tabu dalam perjuangan,

cinta adalah spirit yang akan selalu menghidupkan nurani

untuk berpijak pada hakikat kebenaran. Cinta akan selalu

menjadi mutiara indah bagi setiap manusia yang mampumengendalikannya, hanya untuk mencari keridaan dari Sang

Pencipta cinta.

Novel yang ditulis Tatty Elmir—biasa akrab disapa Bunda

Tatty—berjudul Keydo, memberikan kita pelajaran, sampai

kapan pun penindasan akan selalu melahirkan cinta kasih.

Kendati mungkin juga sebaliknya; cinta kadang melahirkan

penindasan dan kezaliman baru atas nama cinta itu sendiri.Ialah Keydo, seorang perempuan yang tumbuh dan

Sekuel Cinta dan Perjuangan

Page 102: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 102/184102

berkembang di tengah gemuruh kediktatoran rezim Orde Baru.

Ketika rezim memberangus aktivisme gerakan mahasiswa,

Keydo justru hadir bersama rekan-rekannya melawan

arus zaman, membelalang mengarungi romansa aktivismeperjuangan dalam zona yang mencekam. Berbagai marabahaya

yang datang telah membawanya dalam pertemuan dengan

manusia yang paling dibenci, sekaligus secara diam-diam

dikaguminya, dialah Kinang.

Siapakah Kinang? Ia adalah sosok laki-laki kribo berdarah

Papua yang begitu enerjik. Bisa dikatakan, Kinang adalah orang

yang paling menonjol dalam gerakan gahasiswa kala itu. Kinangadalah sosok aktivis mahasiswa sejati yang kesehariannya

bergelut dengan heroisme. Jiwanya yang pemberani tak pernah

takut melawan penindasan rezim sedikit pun. Baginya, penjara

adalah rumah kedua setelah universitas.

Mahasiswa yang sudah ‘uzur’ ini sangat dikagumi oleh

teman-temannya karena keberanian yang dimiliki. Seharusnya,

sudah sejak lama kampus tempat ia mengaktualisasikan diriitu berniat mengeluarkannya jauh-jauh hari, namun karena

kedekatannya dengan para dosen dan prestasinya yang luar

biasa dan telah membawa nama baik kampus, Kinang selalu

“terselamatkan”. Meski begitu, siapa yang tidak mengenal

Kinang, manusia yang tak tahu diri dan sering ‘jahil’ itu kini

mulai sering mengganggu pikiran Keydo.

Keydo, perempuan yang sangat menjaga diri dalam pergaulan

itu menjadi kesal, geram, dan malu karena perilaku Kinang.

Tapi apa daya, ketika cinta dalam hati tak bisa dinampakkan

dalam diri, hanya kepada Allah-lah tempat kita kembali. Begitu

kira-kira kita dapat menafsirkan bagaimana kekaguman Keydo

terhadap kebenaran, entah bagaimana dan siapa pun orang

yang membawa risalah kebenaran itu sendiri.

“Kepemimpinan bukan sekedar retorika, melainkan tindakan

nyata. Kepemimpinan bukan soal kekuasaan semata. Lihatlah

Page 103: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 103/184103

bertapa banyak pemimpin masa kini yang tak lagi punya

wibawa. Kehilangan akal menghadirkan cinta kasih dalam seni

menggiring masyarakat untuk melakukan yang dikehendaki.

Karena itu lihatlah, yang dipimpin tidak melakukan instruksidengan hati, tapi sekedar melepas kewajiban yang dipaksakan

karena takut intimidasi,” demikian salah satu penggalan kata

indah yang tersaji dalam kisah cinta ini.

Inilah yang menyadarkan Keydo, bagaimana pun Kinang

adalah sosok yang telah menyajikan ‘risalah perjuangan’ dalam

jiwa dan raganya, dan itu kelebihan yang dimiliki Kinang. Bagi

Keydo, keberanian seorang Kinang adalah mutiara yang telahmemancarkan cahaya harapan bagi orang-orang yang selama

ini dinistakan. Keydo pun harus mengakui, Kinang telah menjadi

“pahlawan” bagi bangsanya kala itu.

Pahlawan akan selalu lahir di sekitar kita, sangat dekat

dengan kita, bahkan bersemayam di dalam diri sendiri. Kita

hanya perlu membuhul hikmah untuk dapat memaknai dan

menamai panorama yang terhampar di setiap jelajah yangpenuh misteri. Hidup memang sebuah cerita panjang tentang

petualangan berani untuk menemukan nilai-nilai dari setiap

laku yang kita upayakan. Kalimat inilah yang tepat untuk

menggambarkan kepahlawanan Kinang sebagaimana yang

dituliskan oleh Bunda Tatty.

Ternyata, perjuangan Kinang bukan hanya hadir dalam

aktivisme gerakan mahasiswa, melainkan perjuangannya

dalam menggapai cinta yang telah lama diarunginya. Ketika

perjuangan cinta telah terhujam, ia tak akan pernah lengah

untuk melawan arus segala deru dan rintang. Itulah yang telah

membangkitkan jiwa Kinang untuk mendapatkan hati seorang

Keydo.

Mendapatkan cinta dan hati Keydo bukan sekedar untuk

membangun kebahagiaan di dunia, melainkan ada dimensi lain

yang mengantarkan jiwa seorang Kinang untuk mendapatkan

Page 104: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 104/184104

kebahagiaan di kehidupan yang abadi setelah kehidupan di

dunia ini.

Kinang sangat merenungi pesan ibunya, lelaki sejati adalah

pemburu, bukan makhluk buruan. Dia harus mencari sendiricalon istri idaman, yang akan melahirkan anak-anaknya kelak.

Mutiara berkelas hanya dapat diraih jika kita mengusahakannya

dengan totalitas. Perempuan mana pun akan bertekuk lutut

pada laki-laki yang sungguh-sungguh memperjuangkannya,

karena perempuan suka diperjuangkan. Kata-kata itulah yang

menjadi energi bagi Kinang sehingga mampu menunggu tiga

tahun lamanya untuk mendapatkan hati seorang Keydo.Bagi Kinang, momentum mencintai Keydo adalah pijakan

untuk mencitai hakikat cinta yang sesungguhnya, yaitu hanya

berpijak pada cinta Allah semata. Oleh karena itu, penantian

tiga tahun lamanya menjadikan Kinang semakin dewasa

dan semakin membuatnya lebih banyak belajar tentang arti

kehidupan yang sesungguhnya, yaitu persiapan kehidupan

setelah kehidupan di dunia ini. Karena pada hakikatnya,pasangan kita adalah pakaian kita semur hidup, pakaian yang

membuat kita  pede  menantang dunia. Kalau dia kotor, maka

cucilah. Kalau dia sobek sedikit, maka tisiklah. Menisik dan

menambal membutuhkan jarum, bahan, dan benang halus

yang sewarna, agar jahitan tisik dan tambal menyatu. Artinya,

memperbaiki sesuatu yang kurang dari pasangan kita harus

dengan cara yang halus, yang tidak kentara.

Mungkin dunia sedang menunggu, siapakah yang akan

menjadi Kinang dan Keydo selanjutnya?

Page 105: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 105/184105

Matahari mulai tertelan senja. Cahaya jingga di ufuk

memancarkan panorama indah, memberikan

keteduhan di tengah kemacetan kota, menemani debu jalanan.

Bersama kotak semir yang terselempang di pundak, aku hanya

bisa termangu di halte yang kian ramai.

Sayup-sayup kumandang azan Maghrib terdengar, aku

pun bergegas menuju sumber suara itu. Kuambil kain sarung

pemberian Haji Masyrur yang diberikan kepadaku minggu lalu,

tepat di hari pertamaku sebagai Muslim. Ya, satu pekan lalu aku

mengambil keputusan terbesar dalam hidupku. Kuikrarkan

dua kalimat syahadat, kutingalkan keyakinanku yang lama dan

meneguhkan diri sebagai seorang Muslim.

Aku masih kikuk dengan berbagai gerakan shalat yang

kujalani. Semua bacaannya pun belum aku hafal. Tapi aku masih

terus semangat mempelajari setiap perintah dan ajaran dari

agama ini.

Selepas shalat, ternyata kakakku Aling telah menungguku di

halaman depan masjid. “Han, ayo kita pulang,“ ajaknya begitu

menjumpaiku.Kami sama-sama masih mengenakan pakaian sekolah.

Cinta Terindah

Page 106: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 106/184106

Bedanya, aku memakai putih-biru, dan Aling mengenakan

putih-abu-abu ditambah kerudung putih yang warnanya mulai

menguning. Selain tas sekolah yang digendongnya, kakakku

juga menenteng nampan kosong bekas jualan gorengan disekolahnya.

“Loh, kenapa kakak tadi tidak shalat?”

“Kakak lagi berhalangan. Dalam Islam, orang yang lagi haid

tidak diizinkan untuk shalat.”

Aku semakin penasaran, mengapa wanita dilarang shalat

ketika datang bulan. “Nanti tidak masuk surga dong?” timpalku.

“Justru kalau kita tetap shalat, itu malah berdosa,” tak

sungkan ia menerangkan.

Selama perjalanan pulang, aku banyak bertanya kepadanya

seputar masalah keislaman. Karena bagaimana pun, aku masih

harus banyak belajar dari Aling yang lebih dulu mengenal

Islam. Aku juga penasaran mengapa ia dulu memutuskan

pindah keyakinan.“Kenapa kakak masuk Islam?”

Ia terdiam, perlahan ia menarik nafas panjang. Ia pun

menceritakan pengalamannya mendapatkan hidayah.

Ceritanya, setamat SMP, Aling mendapat beasiswa dan

diterima di SMA favorit di Jakarta. Sekolah itu cukup mahal,

tak semua orang bisa sekolah di SMA itu. Kebanyakan siswa di

dalamnya adalah anak orang-orang berduit, rata-rata merekadiantar dan dijemput dengan mobil keluaran terkini yang

harganya mahal. Pakaian dan gaya mereka pun glamour.

Melewati awal-awal masa sekolah, Aling pun beradaptasi

dengan lingkungan sekolahnya yang baru. Tapi, hampir dapat

dipastikan, ia sulit mengikuti kebiasaan dan gaya hidup teman-

temannya. Ketika itu, kondisi keluargaku memang sedang

berada di titik nadir. Usaha Apak  bangkrut, ia pun mulai sakit-sakitan.

Page 107: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 107/184107

Tak banyak orang yang mau berteman dengan Aling. Baginya,

kala itu adalah masa-masa yang menyakitkan, ia merasa

sendirian dan kehilangan semangat untuk belajar. Semua orang

seakan mengukur pertemanan hanya dari faktor materi belaka.Berkali-kali Aling harus memecahkan celengannya untuk bisa

membeli berbagai aksesoris agar dirinya tampil trendi, namun

tetap saja temannya tak mau mendekat. Justru mereka mencibir,

Aling dianggap norak, kampungan, dan tidak tahu tren zaman

sekarang.

Aling mulai frustasi, sedang kehidupan keluargaku juga

semakin terpuruk. Usaha Mamah yang berjualan gorengan dipasar juga sepi, penyakit ayahku semakin parah, kami sudah

tak mampu lagi untuk membawanya berobat karena tidak ada

biaya. Utang kami kepada tetangga dan keluarga sudah tak

terbilang jumlahnya.

Waktu itu, hanya ada satu siswi yang ingin menemani

kakakku. Namun ia berpenampilan beda. Ia seorang Muslimah

dengan pakaian tertutup rapat, lengkap dengan jilbab lebar.Sebenarnya Aling merasa segan jika berteman dengannya. Tapi

Aling tak menyangkal, ketika berada di dekatnya ia merasa

tentram dan damai.

Evania namanya, ia biasa dipanggil Nia. Mungkin ia

juga merasa, Aling nampak terkucil di kelas, sehingga ia

memberanikan diri mendekati Aling. Sikapnya yang santun,

lembut, dan penuh dengan ketulusan membuat kakakku luluh.

Sejak saat itulah, mereka mulai dekat dan akrab.

Aling mulai mempelajari sikap Nia yang sangat santun,

dan ternyata itu membuat Nia bisa dekat dengan berbagai

kalangan. Semakin lama, Aling semakin kagum terhadapnya.

Meski mengenakan pakaian yang berbeda, namun ia bisa

menunjukkan kedekatannya dengan siapa saja.

Suatu hari, Aling diajak Nia ke sebuah tempat di daerahkumuh di Jakarta Timur. Aling terpana ketika melihat Nia

Page 108: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 108/184108

beserta kawan-kawannya mengajari anak-anak jalanan di

lokasi sekitar. Tanpa canggung ia bermain dengan anak-anak

berpakaian kumal. Ia ceria, ia akrab seperti dengan adiknya

sendiri. Hampir setiap hari Nia bersama teman-temannyamenggelar aktivitas belajar bersama di Rumah Belajar yang

ia dirikan. Orang-orang sekitar pun takzim kepada sikap Nia,

hingga preman dekat terminal pun akrab dengannya.

“Nia, kalo ada orang yang ngapa-ngapain lu  bilang aja ke

kita, nanti biar kita yang ngabisin tuh orang…” tukas salah satu

preman terminal.

Setelah dari Rumah Belajar, Aling diajak Nia ke rumahnya.Dari pengamatan Aling, Nia berasal dari keluarga berada.

Padahal di sekolah ia tampil sangat sederhana, tidak

menampakkan kekayaan sebagaimana teman-temannya

yang lain. Rumahnya besar dan megah. Tapi tak ada perilaku

sombong yang ditampilkan Nia, meski kepada pembantunya

di rumah sekalipun. Sejak perubahan sikap Nia yang begitu

santun, ayah ibunya pun mulai mengikuti jejak Nia, merekasemakin semangat mengkaji agamanya.

Sikap Nia itu yang membuat Aling semakin takjub. “Nia,

mengapa kamu bisa sangat baik seperti ini ?”

“Ini semua karena Tuhanku Ling,” jawab Nia.

Suatu hari, Aling mengalami kecelakaan ketika hendak

menyebrang jalan depan sekolah. Ia tak sadarkan diri. Ketika

siuman, ia sudah berada di kasur yang empuk dengan ruangan

yang begitu sejuk. Saat membuka mata, Nia dan teman-

temannya sudah berada disamping Aling mengumbar senyum.

 “Ini siapa yang bayar Nia?”

“Sudah, kamu tenang saja. Sudah ada yang mengurus.”

Selepas pengobatan, Aling dipersilahkan pulang karena

tidak mengalami luka serius. Nia dan temannya mencarikantaksi dan mengantar Aling pulang ke rumah.

Page 109: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 109/184109

Keesokan harinya, Aling dibuat kaget ketika Nia membelikan

seluruh buku sekolah yang selama ini tidak mampu dibeli Aling.

Nia juga memberikan amplop yang berisikan uang untuk biaya

pengobatan ayahku dan memenuhi kelengkapan kebutuhanrumah tangga keluargaku.

Aling dan temannya mungkin miris ketika melihat kondisi

rumah dan Apak  ketika mengantar Aling sebelumnya. Kakakku

pun terharu dibuatnya, tak disangka, ternyata Nia begitu peduli

terhadap kondisi perekonomian yang sedang menghimpit

keluarga kami.

“Ini dari siapa?”

“Ini dari kawan-kawan Ling. Anggaplah ini sebagai bakti

kami pada seorang sahabat.”

Aling hanya bisa terpaku dibuatnya. Tidak lama kemudian,

Aling mulai mengetahui bahwa Nia mengumpulkan uang

untuknya dari hasil iuran bersama teman-teman Rohis sekolah,

tempat beraktivitasnya selama ini. Nia juga memecahkan

celengannya untuk diberikan kepada Aling. Sejak saat itulah,

kakakku mulai dekat dengan teman-teman Rohis lainnya meski

kala itu masih berbeda agama.

Hari demi hari berlalu, Aling semakin merasakan kehangatan

yang begitu berarti ketika dekat dengan mereka. Padahal, Aling

yang sejak dahulu tidak terlalu respect  dengan Islam, seketika

itu pula merasakan Islam sebagai sebuah keindahan. Ia pun

mulai memberanikan diri bertanya pada Nia tentang Islam.

Dengan lugas, Nia pun menjelaskan mengapa ia begitu cinta

terhadap agamanya. Ketika masa-masa SMP, Nia juga pernah

terjerumus ke pergaulan yang salah. Hidup penuh dengan

foya-foya, pesta di tempat hiburan, bahkan minum-minuman

keras meski usia masih terlalu belia. Kala itu ia menganggap,

bahwa dengan cara itulah ia dapat memiliki kawan yang banyak

dan membuat setiap lelaki suka pada dirinya, namun yang ia

Page 110: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 110/184110

dapatkan kesemuan belaka.

Orang tuanya saat itu sangat kecewa terhadap sikap dan

pergaulan Nia. Banyak laporan dari guru-guru tentang tingkah

nakalnya, hingga membuatnya hampir saja dikeluarkan darisekolah. Sekuat tenaga orang tua Nia memohon kepada sekolah

agar mempertahankan anaknya di sekolah itu.

Sejak saat itu ia tersadar bahwa sikapnya selama ini adalah

kesemuan yang justru merugikan dirinya sendiri. Apa yang

selama ini ia anggap sebagai jalan kebahagiaan justru membuat

hidupnya semakin terperosok dalam keterpurukan. Ia begitu

sedih tatkala melihat kasih sayang orang tuanya yang membelamati-matian sang anak untuk dapat melanjutkan sekolah

meski Nia menyadari bahwa ia sudah terlalu banyak membuat

kesedihan bagi orang tuanya. Jiwanya rapuh seketika, luruh

dan pedih tak terkira. Hingga pada akhirnya, ia pun mulai

mengadukan diri pada Tuhannya tentang penyesalan hidupnya

yang begitu dalam dan meminta kepada-Nya untuk diberikan

pertolongan.Tidak lama kemudian, Nia dipertemukan dengan seorang

mahasiswi yang mengabdikan dirinya untuk mendidik anak-

anak jalanan. Mahasiswi tersebut adalah seorang Muslimah

yang begitu ramah dan santun terhadap setiap orang, sejak

saat itulah Nia tertarik untuk selalu dekat dengan mahasiswi

tersebut. Hari demi hari berlalu, semakin lama Nia semakin

dekat dengan mahasiswi tersebut hingga pada akhirnya Nia

semakin mengenal keindahan Islam.

Baginya, Islam adalah sebuah anugerah yang luar biasa

bagi umat manusia, yang mengajarkan setiap insan pada jalan

kebaikan yang sesungguhnya, bukan hanya kebaikan di dunia,

melainkan kebaikan di hari akhir nantinya. Islam adalah agama

terakhir, yang menyempurnakan risalah nabi-nabi sebelumnya.

Setiap apa yang diperintahkan dan apa-apa yang dilarang Allah,

pasti ada hikmah di baliknya.

Page 111: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 111/184111

Aling pun mulai merasakan, Islam adalah agama yang

sesungguhnya, agama yang penuh dengan cinta, penuh dengan

keselamatan, penuh dengan ketenangan jika kita berpangku

dalam Islam. Akhirnya, dengan perenungan yang begitu panjangatas berbagai macam penjelasan Nia, Aling pun meyakini

bahwa Islam adalah agama yang benar, yang akan memberikan

keselamatan abadi untuknya.

“Sejak saat itulah Han, akhirnya kakak memutuskan masuk

Islam. Meski kala itu Mamah dan Apak  sempat mengusir kakak,

tapi batin kakak merasa tenang dan tetap ingin berbakti pada

mamah dan Apak,” jelasnya.Sejak saat itu Aling tidak malu jualan gorengan di sekolah

untuk menambah pendapatan keluarga. Ia ingin menunjukkan

pada orang tua kami bahwa meski berbeda keyakinan, tak

lantas membuatnya durhaka kepada orang tua.

“Begitulah ceritanya Han,” tukas kakakku.

Kaki kami terus melangkah ke depan, namun mulutku pun

terdiam, seakan ada sesuatu yang sedang memasuki pikiranku.

“Han, kok  bengong?”

“Hmmm…  Berarti aku harus ikuti jejak mereka kak.. Aku

melihat, kebaikan itu bisa mengalir ya kak, dari mahasiswi itu

mengalir ke kak Nia, dan sekarang kakak pun mengikuti jejak

kebaikan itu.”

“Kira-kira, aku cocok nggak  kalau sudah besar nanti menikahdengan kak Nia?” tanyaku guyon.

“Sayang sekali Han, Allah telah memanggil Nia terlebih

dahulu untuk menikmati kehidupan yang sesungguhnya,

kehidupan akhirat. Dan kita hanya bisa berdoa, semoga Allah

mempertemukan kita di surga-Nya, bersama orang-orang yang

dimuliakan oleh-Nya,” timpal Aling, haru.

***

Page 112: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 112/184112

Tepat saat azan Isya berkumandang, kami sudah sampai di

pekarangan rumah. Tapi tiba-tiba suara-suara itu mengejutkan

kami.

“Assalaamu’alaikum kak….”

“Wa’alaikum salaam. Mei-mei, Poong, Soe mau kemana?”

tanyaku kepada adik-adikku.

“Mau shalat di Masjid kak,” suara cempreng nan manja adik

kami.

Keterkejutanku belum selesai. Sesampainya di ruang tamu,

suara ibuku begitu jelas terdengar.

“Assalaamu’alaikum, Ling, Han, sudah pulang? Ayo makan

dulu. Kali ini Mamah masakin spesial untuk kamu. Ini halal lho,”

senyum mamah pada kami.

Maha Besar Allah, begitu indah keluargaku. Semuanya terasa

bahagia, dan jiwaku semakin tentram melihat ini semua. Begitu

indah cinta ini. Cinta dari Nia (Allahu yarhamha), mengalir

melalui Aling, dan kini kami sekeluarga dapat menikmati cinta

dari-Mu.

Page 113: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 113/184113

Mungkin masih banyak di antara kita yang merasa,

menikmati bangku sekolah di SMA unggulan, kuliah di

universitas favorit, bahkan di luar negeri, mengikuti bimbingan

belajar dan meraih banyak prestasi tidak boleh dibayangkan

oleh orang papa yang tak berpunya, sekolah di pelosok desa,

dan tak memiliki harta benda.

Sekolah kami memang serba pas-pasan. Meski berada

di tengah ibukota Jakarta, kami hanya memiliki enam kelas

bersekatkan rolling door  dengan luas bangunan tak lebih besar

dari taman kanak-kanak. Sekolah kami juga hanya bernilai

akreditasi “C”, dengan murid kurang 50 orang. Sekolah kami juga

tidak memiliki lapangan bulu tangkis, apalagi lapangan sepak

bola. Laboratorium komputer pun kami terbiasa menumpang

di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Hikmah yang masih satu

gedung.

Tepat di tahun 2008, sekolah kami mengalami musibah yang

terbilang besar. Pengumuman yang disampaikan Kepala Sekolah

kami, Ustadz Muchlis Nawawi membuat semua terguncang,

“Dari 36 siswa kelas tiga yang mengikuti Ujian Nasional, 6 orang

di antaranya dinyatakan tidak lulus.”

Bu Murtasiah

Page 114: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 114/184114

Isak tangis langsung menderu, histeris mereka yang

mendengar kenyataan pengumuman itu. Ini adalah berita

paling pahit sepanjang sekolah ini berdiri, terlebih untuk guru-

guruku yang merasa gagal membawa anak didiknya ke gerbangkelulusan.

“Dek….  Mamah jadi takut kalo  Adek nggak   lulus UN nanti.

Bagaimana kalau adek   pindah saja?” ujar ibuku setelah

kuceritakan peristiwa di sekolah.

Sementara Apak  (Ayah) hanya bisa terdiam, terpaku, tanpa

ekspresi, tatapannya kosong tanpa makna. Tapi aku menduga,

ia juga khawatir nasib yang sama akan menimpaku.

***

Setelah “tragedi” kelulusan itu, pihak sekolah mulai

mengevaluasi dan membenahi sistem pengajaran di sekolah

kami. Berbagai perubahan pola pengajaran mulai terasa,

pengetatan kedisiplinan pun mulai diberlakukan, fasilitas

perpustakaan juga mulai diperbaiki.

  Semula, aku sempat goyah dengan bujukan ibuku untuk

pindah sekolah. Tapi aku sadar dan bergeming. Bukan karena

nasihat kakakku yang menyarankanku bertahan di MA Al

Hikmah, bukan pula perbaikan fasilitas yang dilakukan pihak

sekolah. Aku tidak ingin kehilangan salah seorang guru yang

sangat aku kagumi.

Ibu Murtasiah namanya. Dialah sosok guru yang sangatkukagumi. Sudah lama beliau mengabdikan dirinya di sekolah

ini. Sejak pertama kali aku mengenyam pendidikan di sekolah

tersebut, aku diajar olehnya. Sejak saat itu pula aku diajak

untuk belajar memaknai sebuah harapan, angan, dan cita-cita.

“Bu, saya ingin melanjutkan kuliah di UGM,” ujarku padanya

suatu waktu.

“Iya… Ibu do’akan.. Ayo, kamu harus lebih giat lagi belajarnya,”sahutnya dengan senyuman yang begitu tulus.

Page 115: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 115/184115

 Teringat jelas bagi kami bagaimana beliau selalu memotivasi

murid-muridnya untuk jangan pernah berhenti bermimpi.

Berjuang mewujudkan cita-cita. Beliau lah yang tidak pernah

berhenti mengajarkan kami akan pentingnya asa yang mampumemberikan kebermanfaatan bagi semua umat manusia.

Menjelang akhir masa studi kami, mimpi buruk itu datang

kembali. Bayangan kegagalan menghantui kami semua.

Kebanyakan dari kami merasa nervous  menghadapi momok

Ujian Nasional yang menakutkan. Hasil try out  yang selama ini

kami jalani semakin membawa bayangan kusam masa depan

kami.Semangat belajar kami pun mulai runtuh. Sekitar tiga bulan

menjelang UN, di saat-saat itulah angkatan kami berada dalam

titik nadir. Banyak teman-temanku yang bolos sekolah, mereka

pesimis, bahkan ada yang skeptis. Kondisi ini diperparah

dengan demotivasi yang dilakukan salah seorang guru, yang

semakin meruntuhkan asa kami.

Untng saja ada Bu Murtasiah, ia tak henti-hentinya mencobamengambil hati kami. Ia memotivasi kami untuk tetap semangat

melalui semua itu. Hampir setiap hari ia mendampingi kami,

mendengarkan segala keluhan kami, mulai dari mata pelajaran,

persiapan kuliah hingga permasalahan cinta pun ia dengarkan

dengan seksama.

“Ibu yakin, kalian pasti bisa. Kalian harus yakin, kalian pasti

bisa membahagiakan orang tua. Kalian masih punya beribujalan untuk mencapai semua cita-cita ini. Kalian harus banyak

berdoa, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita,”

demikain wejangannya.

Sejak saat itu, Bu Murtasiah seperti tak lelah menyemangati

kami. Perlahan tapi pasti, perasaan minder yang semula

menggelayuti mulai pergi. Kami diajarkan untuk tidak belajar

sendirian, anak-anak yang “pintar” di kelas harus memastikanteman-temannya bisa sepintar mereka. Ruang belajar kita

Page 116: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 116/184116

dibuat menarik dengan seketika, penuh dengan berbagai

motivasi dari Bu Murtasiah.

  Menjelang masa-masa Ujian Nasional, Bu Murtasiah pun

memperbolehkan kami, terutama yang lelaki, untuk tinggaldi sekolah agar lebih efektif belajar. Di sanalah, proses belajar

mengajar yang sebenarnya dimulai, kita diajarkan untuk

bersama-sama mencicipi manisnya suka dan duka pertemanan,

saling berjuang untuk menolong satu sama lain selama proses

pembelajaran berlangsung.

Hingga pada akhirnya, kami semua pun dinyatakan lulus

dalam Ujian Nasional.  Alhamdulillah, satu langkah kita laluidengan kebahagiaan meski dengan nilai yang penuh dengan

keterbatasan, namun semua itu aku kerjakan dengan jerih

payah kejujuran.

Berkat motivasi dan bimbingan Bu Mutrasiah, semangat

kami untuk saling membantu mengejar mimpi masih terjaga.

Hingga pada akhirnya, perjuangan kami tidak sia-sia. Dari

18 orang teman seangkatan, aku dan temanku yang tidakmenempati rangking 10 besar diterima di UGM. Lainnya, 1

temanku diterima di UI, namun ia tidak mengambilnya karena

diterima di IIUM Malaysia, 2 orang mendapatkan beasiswa di

Universtas Al- Azhar Cairo, 2 orang kuliah Turki, 1 di Suriah, 4

di LIPIA Jakarta, dan 1 di UIN Syarif Hidayatullah. Selebihnya

ada yang bekerja dan menjadi pengusaha sukses.

  Apakah semua ini yang kami tuju? Rasanya tidak. BuMurtasiah mengajarkan kami untuk selalu mengejar cita-cita

yang berdampak dan membawa manfaat bagi orang banyak.

Selalu mengangkat harkat dan martabat seseorang menuju

tempat kemuliaan di sisi Allah Swt, dan tentunya, kita harus

mengejar cita-cita yang bisa mempertemukan kita semua di

surga-Nya kelak.

Terima kasih Bu Murtasiah….

Page 117: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 117/184117

  B a g   i a n  4

  N e g  a r a w a n   M  u d  a

   T e  n  t a

  n g   G e  r a  k a  n,   P e

  m  u d a,  d a  n   M a  h a s  i s

  w a

Page 118: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 118/184118

Jengah. Mungkin demikian sikap sebagian orang yang

melihat realita kampus hari ini. Kampus yang seharusnya

menjadi ruang reproduksi pengetahuan dan pembentukan agen

intelektual, kini justru menjadi ruang komersialisasi bisnis.

Globalisasi yang disertai ekspansi pasar telah ikut mendorong

proses komersialisasi pendidikan. Iklim komersialisasi kampus

telah membuat banyak kampus lebih melayani kepentingan

pasar daripada melakukan inovasi pengetahuan dan kreatiitas

dalam menjawab tantangan masa depan.

Secara tidak sadar, kampus juga seakan telah mengubah

orientasi yang berawal menjadi lembaga pendidikan, kini

menjadi lembaga politik-administratif. Aktivisme kampus

menjadi mati, ruang kuliah sudah mulai tidak diprioritaskan

oleh sebagian dosen yang lebih tergiur dengan “proyek”.

Kini, kampus juga seakan hanya mereproduksi saintisme-

semu.  Matson menggambarkan, kampus hanya menciptakan

manusia layaknya mesin yang diarahkan untuk melayani

kebutuhan-kebutuhan praktis pekerjaan seorang teknokrat

dan kepentingan pasar. Wajar saja jika buku dan ruang

diskusi menjadi suatu hal yang sudah tidak dibutuhkan lagi

“Ancaman Kematian”Kaum Intelektual

Page 119: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 119/184119

oleh mahasiswa. Karena ‘nilai utama’ bagi mereka bukanlah

pengetahuan, melainkan ‘nilai A’ dari sebuah mata kuliah. Jurgen

Habermas menganggap itu sebagai “kesadaran teknokratis”.

Ketika ‘Kaum Intelektual’ Kehilangan Arah

Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, ketika kampus

hanya menjadi ‘wisata pengetahuan’ yang sudah tidak lagi

mereproduksi agen-agen intelektual masa depan, kepada

siapakah nasib bangsa ini akan dilimpahkan?

Wajar saja jika sistem demokrasi kita tak ubahnya sebuah

pasar, tempat transaksi politik dan deal -deal   kepentingan

kapitalis dilakukan. Partai lebih membutuhkan popularitas

selebritis guna mengerek perolehan suara. Pengalaman dan

pengetahuan tak lebih penting dari popularitas. Sumber daya

inansial masih menjadi faktor utama pemenangan daripada

faktor intelektualitas itu sendiri. Mereka menjadikan profesi

‘pemerintah’ sebagai sektor pengembangan bisnis pribadi dan

kelompoknya.

Dilematis memang, jika deinisi ‘kaum intelektual’

hanya dibatasi pada kelompok akademisi kampus. Namun,

setidaknya hingga saat ini kampus masih menjadi sarana efektif

pembentukan intelektual.

Pertanyaannya adalah, apa deinisi intelektual itu? Julian

Benda mengatakan, intelektual adalah orang yang kegiatan

hakikinya bukan mengejar tujuan-tujuan praktis. Kaum

intelektual adalah orang-orang yang mencari kegembiraan

dalam lapangan kesenian, ilmu pengetahuan atau teka-teki

metaisika. Singkatnya, dalam hal-hal yang tidak menghasilkan

keuntungan kebendaan. Mereka adalah sekelompok manusia

yang menempatkan impiannya tidak hanya pada material

isik keduniawian, melainkan pada visi masa depan yang

mencerahkan. Sementara Yudi Latif merujuk intelektualitas

pada respon pemikir terhadap sebuah panggilan historistertentu atau fungsi sosial tertentu.

Page 120: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 120/184120

Dari dua pendapat di atas, kita dapat memahami intelektual

sebagai seorang sarjana yang cakap dalam memahami

keilmuan dan mampu memberikan pendapat, gagasan dan

ide serta menanamkan pengaruhnya pada masyarakat.Mereka mempunyai pengetahuan yang mumpuni dan mampu

menggerakkan rakyat serta menjadi solusi bagi masyarakat.

Esensi kaum intelektualitas adalah mereka yang mempunyai

suatu kesamaan identitas dalam perbedaan dan keberagaman.

Pada intinya mereka adalah kelompok elite yang minoritas,

namun mempunyai peranan besar dalam mengayun bandul

gerak sejarah bangsa. Mereka menjadi bagian inti dariperubahan bangsa dan hadir di setiap lini perubahan. Meski

kecil, mereka memiliki daya pengaruh yang sangat luas untuk

menggerakkan masyarakat. Karena pada pundak mereka

dinamika kebangsaan menentukan momentumnya untuk

berubah dan bertransformasi.

Menarik apa yang disampaikan Max Weber, ‘Para intelektual

seringkali berhadapan dengan dilema antara memilih integritasintelektual atau kontijensi-kontijensi ekstra-intelektual, antara

arus ide yang rasional atau kejumudan dogmatik. Setiap

keputusan yang memilih pilihan kedua akan berarti melakukan

‘pengorbanan intelektual’.

Di sinilah peranan kaum intelektual dibutuhkan. Mereka

hadir bukan untuk menjadi ‘pengekor’ sistem yang sudah

mulai membusuk. Mereka bukanlah orang-orang yang hanya

mempertajam ‘gagasan’ tanpa dibarengi tindakan. Kaum

intelektual adalah ‘kamu, kalian, mereka, kami’ yang selalu

mengedepankan kepentingan orang lain daripada kepentingan

pribadi. Mereka yang bersungguh-sungguh mengabdikan

dirinya untuk bangsa, demi kehidupan masyarakat yang lebih

baik. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengedepankan

‘akal yang terintegrasi dengan ruh’ untuk selalu menegakkan

kedaulatan bagi umat manusia.

Page 121: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 121/184121

Hilangnya Gerakan Mahasiswa?

Di pojok gedung megah kampus ternama di pinggiran

ibukota, puluhan muda-mudi tengah asyik bercengkrama. Dari

mulut mereka keluar kepulan asap putih, menemani sekalengminuman dingin di atas meja. Sudah hampir dua jam mereka

duduk melingkar di sudut kantin itu, entah apa yang sedang

mereka bahas, padahal saat itu ada mata kuliah yang seharusnya

mereka ikuti.

Demikianlah sebagian gambaran sebagian mahasiswa masa

kini. Sulit rasanya kita menemukan sekelompok mahasiswa

yang asyik kumpul berdiskusi, membedah buku, dan membahasmasalah-masalah bangsa dan kemasyarakatan. Mereka lebih

suka membincang klub sepakbola kegemeran mereka, atau lagu

yang tengah hits saat ini.

Sementara di sisi yang lain, kampus juga seakan

membelenggu mahasiswa-mahasiswi yang (maaf) autis, asyik

dengan dunia akademiknya sendiri. Mereka tak peduli dengan

masalah yang tengah membelit bangsa, yang penting IPK bagus.Kondisi ini diperparah dengan ‘gerakan mahasiswa’ yang mulai

ditinggalkan oleh mahasiswa itu sendiri. Ruang diskusi semakin

mati, aktivisme politik gerakan mahasiswa semakin surut tak

berarti.

Semestinya, ketika kampus sudah mulai tertutup, elemen

gerakan mahasiswa masih bisa menjadi senjata ampuh dalam

mereproduksi ‘kaum intelektual’. Gerakan itu tak melulugerakan politik, tapi juga gerakan sosial kemasyarakat.

Setidaknya ada empat agenda yang harus menjadi pijakan

‘gerakan mahasiswa’ dalam bertransformasi saat ini. Pertama,

membangun kesadaran tentang fakta sosial; bagaimana setiap

individu-gerakan mahasiswa dalam melihat fakta sosial yang

berkembang di masyarakat dan menjadikannya peluang dalam

melihat dan membaca tantangan masa depan (eschatology) dalam bergerak.

Page 122: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 122/184122

Kedua, manajemen yang rasional ; rasionalitas dan strategi

gerakan harus di-manage  dengan rapi dan terarah. Dan yang

terakhir, ialah manajemen pemberdayaan; yaitu pembauran

gerakan mahasiswa dan gerakan pemberdayaan menjadi satukekuatan yang utuh, saling melengkapi dan saling menutupi

kekurangan satu sama lain. Dalam hal ini, gerakan mahasiswa

jangan sampai dikungkung menjadi manusia ‘pikiran’ yang

tidak pernah menemukan orang untuk ‘menindaklanjuti’

pikiran tersebut.

Setidaknya, dengan pembauran inilah antara gerakan

mahasiswa dan gerakan pemberdayaan saling menempatkanperan yang mengintegrasikan antara ‘pemikir strategis’ dan

‘penindak taktis’ untuk menciptakan suatu perubahan bangsa

yang lebih baik.

Dari tiga poin di atas, sekiranya satu titah untuk

menghidupkan kembali episentrum ‘reproduksi kaum

intelektual’ dikembangkan. Tiga poin ini hanya ingin

mengukuhkan bahwa ‘kaum intelektual’ harus hidup di setiapzamannya. Sudah menjadi hukum alam jika yang bergelut

di bidang tersebut terlampau sedikit. Namun bukan berarti

yang sedikit itu harus mati dan tenggelam, melainkan dengan

yang sedikit itulah bisa menghasilkan karya-karya besar dan

berdaya. Transformasi di setiap zaman menjadi penting, tinggal

esensi kebenaran akan tetap menjadi fondasi perjuangan.

Ketika ruang diskusi semakin sepi peminat, bukan berarti

‘kehidupan kaum intelektual juga mati’. Kita yang menentukan

mati atau hidupnya ‘kaum intelektual’ saat ini, ia ada di

pundakku, pundakmu, dan pundak kita semua untuk saling

bersatu dan saling menguatkan perjuangan satu sama lain.

Sudah saatnya ‘kaum intelektual’ bangkit dari tidurnya, dan

kita mulai sejarah perjuangan baru untuk kehidupan yang lebih

baik!

Page 123: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 123/184123

Kita sedang membicarakan identitas diri kita yang

mengambil bagian dalam membangun peradaban.

Peradaban adalah sebuah cita-cita yang kita panjatkan dengan

penuh perenungan panjang.

Kaum muda selalu menjadi lokomotif perubahan hampirseluruh peradaban di dunia. Tidak terkecuali di Indonesia,

sejarah telah mencatat bahwa kaum muda selalu menjadi

inisiator peradaban. Ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928,

Proklamasi Kemerdekaan 1945, Reformasi 1998 merupakan

bukti bahwa pemuda selalu menjadi ujung tonggak peradaban.

Dalam ajaran Islam, pemuda memiliki peran penting untuk

memobilisasikan kesadaran masyarakatnya. Dalam catatansejarah, bagian terbesar kelompok pertama yang menerima

ajaran Islam terdiri dari para pemuda. Dari sudut ini dapat

dilihat betapa kehadiran pemuda sebagai penggerak perubahan

di dalam masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar

dalam agama ini. Hal ini tidak hanya sekedar sebuah tuntutan

yang semata-mata bersifat sosiologis. Lebih dari itu, hal ini

memiliki landasan ideologis yang sangat kuat.

Hasan Al-Banna, tokoh pergerakan dan pembaharu di Mesir

Gerakan Peradaban(Tinjauan Pengembangan Komunitas Aktif sebagai

Pengembangan Tradisi Keilmuan Islam)

Page 124: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 124/184124

pernah mengungkapkan, generasi muda pada setiap bangsa

merupakan tiang kebangkitan, pada setiap kebangkitan, mereka

adalah rahasianya, dan pada setiap gagasan, mereka adalah

pembawa benderanya. Menurut Al-Banna, gagasan dapatberhasil apabila keyakinan pada gagasan itu kuat, terdapat

ketulusan untuk menempuhnya, semangat dan kesiapan

berkorban, serta bekerja keras untuk mewujudkannya.

Keempat unsur pokok itu; keyakinan, ketulusan tekad, kesiapan

berkorban, dan kerja keras merupakan karakteristik kaum

muda.

Sebagaimana pernah dikatakan Yudi Latif, pendeinisi utamapemuda itu bukanlah usia, melainkan situasi mental kejiwaan

(state of mind). Mengutip pernyataan, Abdul Rivai, ”kaum muda”

sebagai rakyat Hindia Belanda (yang muda atau tua) yang tidak

lagi bersedia mengikuti aturan kuno, tetapi berkehendak untuk

memuliakan harga diri bangsanya melalui pengetahuan dan

gagasan kemajuan.

Dari risalah deinitif di atas, kita dapat mengambil benangmerah bahwa ”Gerakan Kaum Muda” sangat identik dengan

gerakan pembangun peradaban. Sebagai elemen pengikatnya,

kaum muda dimaknai secara subtansif sebagai sebuah ruh yang

selalu menggelorakan jiwa dan raga kita untuk tetap berdiri di

medan perjuangan dalam membangun peradaban.

Berbicara tentang peradaban, sejatinya kita akan mengalami

berbagai halangan dan rintangan yang selalu menghadang

perjuangan kita. Semua itu adalah ujian dari Allah yang harus

kita lalui dengan ketabahan untuk mencapai derajat insan

yang bertakwa. Harta dan jiwa kita akan dikorbankan untuk

itu semua, pikiran kita pun akan dituntut untuk berpikir lebih

dibandingkan yang lainnya, karena salah satu konsep kunci

dari pembangunan peradaban adalah adanya orang yang

memikirkan dan memperjuangkannya, sebagaimana terungkap

dalam chapter  Sayyid Qutb;“Pikiran itu seperti parasut para penerjun. Dia bekerja

Page 125: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 125/184125

dengan sempurna ketika sang penerjun, atau pemilik pikiran

itu sendiri, mau membukanya. Kian besar pikiran manusia

terbuka, kian besar pula manfaat dan sudut pandang yang bisa

diambil olehnya. Kian terbuka pikiran manusia, kian besar pula

sumbangan dan kontribusi yang akan diberikannya.

…Pikiran tanpa bekal yang cukup lalu melalang buana,

mengembara di alam terbuka, hanya akan membuat pemiliknya

terkubur dalam pemikiran lain yang lebih kuat dan bisa jadi

sesat.

...Menjadi cerdas, tak kehilangan arah atau fokus, dengan

 pikiran yang terbuka akan membuat kita menjadi manusia-

manusia pilihan dengan berjuta manfaat untuk kehidupan. Tapi

sekali lagi, menjadi itu semua lebih berat dari memindahkan gunung dari tempatnya.

Namuni hasil itu semua bisa jadi kita akan menerima

bergunung-gunung kebaikan dan seluas-luasnya samudra

kearifan yang tak akan pernah didapatkan orang-orang yang

menutup diri dan memilih kemudahan. Semoga kita tak tertipu

dan salah mengambil pilihan.

Menarik juga apa yang pernah disampaikan Hamid Fahmy

Zarkasyi yang menyatakan, kemampuan berpikir merupakan

elemen asas suatu peradaban. Suatu bangsa akan beradab

(berbudaya) hanya jika bangsa itu telah mencapai tingkat

kemampuan intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia

ditentukan oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban

hanya akan mewujud jika manusia di dalamnya memiliki

pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf

kehidupannya.

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Ibnu

Khaldun yang menyatakan; peradaban merupakan produk dari

akumulasi tiga elemen penting yaitu 1) kemampuan manusia

untuk berpikir yang menghasilkan sains dan teknologi 2)

kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan

militer dan 3) kesanggupan berjuang untuk hidup.

Dalam pandangan Ibnu Khaldun, faktor terpenting dari

Page 126: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 126/184126

hancurnya suatu peradaban adalah rusaknya sumber daya

manusia, baik secara moral maupun intelektual. Merosotnya

moral penguasa akan mengakibatkan menurunnya kegiatan

keilmuan dan kepedulian masyarakat terhadap kepentinganilmu –karena berorientasi pada kekuasaan semata-.

Dalam hal ini, Ibnu Khaldun setidaknya menggambarkan

10 penyebab jatuhnya peradaban, yaitu: 1) rusaknya moralitas

penguasa, 2) penindasan penguasa dan ketidakadilan,

3) depotisme atau kezaliman, 4) orientasi kemewahan

masyarakat, 5) egoisme, 6) oportunisme, 7) penarikan pajak

secara berlebihan, 8) keikutsertaan penguasa dalam kegiatanekonomi masyarakat, 8) rendahnya komitmen masyarakat

terhadap agama dan, 10) penggunaan pena dan pedang secara

tidak tepat.

Dari pandangan Ibnu Khaldun itu, kita diajak untuk

merenungkan ‘apakah semua itu telah terjadi di tengah-

tengah kita?’ hingga membuat peradaban umat Islam hari ini

mengalami kemandekan? Pertanyaan ini harus kita jawabdengan hati nurani kita yang paling dalam.

Pergerakan Kecil

Kemunduran peradaban akan berkaitan dengan maju

mundurnya ilmu pengetahuan yang berkembang. Kemunduran

peradaban yang dijelaskan oleh Ibnu Khaldun pun terjadi karena

perubahan orientasi masyarakat yang lebih memprioritaskan

kekuasaan dan menegasikan keilmuan yang melandasinya.

Ibarat bangunan, kita ingin membuat sebuah rumah namun

tanpa fondasi kuat. Maka itu akan berakibat fatal. Begitu pun

politik, tanpa dilandasi ilmu yang menjadi fondasinya, maka

akan berakibat fatal, ia akan melahirkan pemimpin-pemimpin

congkak. Dalam hal ini, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa

subtansi maju mundurnya peradaban ditentukan dengan maju

mundurnya ilmu pengetahuan. Namun ilmu pengetahuantidak akan hidup jika tidak ada ”komunitas aktif” yang

Page 127: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 127/184127

mengembangkannya.

Dalam membangun peradaban, kita harus mulai dari suatu

”komunitas kecil” yang aktif dalam pengembangan keilmuan

dan pergerakan. Dari komunitas kecil yang konsisten danberkembang akan melahirkan peradaban yang besar. Dari

komunitas itulah akan terbentuk masyarakat yang memiliki

berbagai kegiatan kehidupan yang akan menciptakan sistem

kemasyarakatan. Kota Madinah, Cordova, Baghdad, Cairo, dan

beberapa kota peradaban lainnya adalah kota yang terlahir

dari suatu ”komunitas kecil” aktif yang kemudian menciptakan

sistem kemasyarakatan.Gerakan kaum muda hari ini harus menjadi elemen dari

”komunitas kecil” yang mencoba untuk mengaktikan kembali

tradisi keilmuan Islam maupun tradisi keilmuan profesi yang

disinergikan dengan tradisi pergerakan. Pengembangan tradisi

keilmuan dan pergerakan yang memiliki paradigma Islami

akan menciptakan peradaban yang Islami pula. Oleh karena itu,

pengembangan tradisi keilmuan tidak dapat dipisahkan dari”tradisi gerakan” yang bersifat aksiologis dalam pengaplikasian

ilmu-ilmu tersebut.

Dari tradisi ini, gerakan kaum muda diharapkan mampu

menjadi manusia-manusia profetik yang selalu meneladani

Rasulullah SAW dalam perjalanan hidupnya sebagai

pengembang dakwah. Melalui pendekatan tersebut kaum muda

diharapkan mampu menginternalisasikan nilai-nilai yang

tertanam dalam paradigma Islam untuk diterapkan di setiap

lokus-lokus lembaga dakwah maupun lembaga pergerakan

lainnya, sebagai sebuah ikhtiar pembangunan masyarakat yang

madani.

Prinsip-prinsip dari gerakan ini dibangun atas dasar

ketakwaan kepada Tuhan, keyakinan kepada keesaan Tuhan

(tawhid), supremasi kemanusiaan di atas segala sesuatu yang

bersifat material, pengembangan nilai-nilai kemanusiaan danpenjagaan dari keinginan hewani, penghormatan terhadap

Page 128: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 128/184128

keluarga, menyadari fungsinya sebaga khalifah Allah di Bumi

berdasarkan petunjuk dan perintah-Nya (syariat).

Terakhir, melalui tulisan ini saya mengajak untuk merenungi,

berpikir dan bergerak kembali untuk menggapai cita mulia

yang kita tanamkan di setiap hati dan nurani kita. Perjuangan

yang berat ini harus bergerak secara simultan, konsisten, dan

terintegrasi dengan yang lain. Mulailah kita bergerak bersama,

menjadi jati diri pemuda yang tangguh, pemberani, bergerak

melawan, dengan cinta dan penuh kasih sayang, yang selalu

dinobatkan untuk-Nya dengan cara meneladani Rasul-Nya yang

mulia. Karena sejatinya, kita adalah generasi para pejuang.

KomunitasKeilmuan

SistemMasyarakatMadani

SistemPolitik

SistemEkonomi

SistemPendidikan

Islam

KomunitasKeilmuan

KomunitasKeilmuan

KomunitasKeilmuanGERAKAN

  p  e  n   d   i   d   i   k  a

  n

Tradisi Keilmuan

Tradisi Gerakan

  p  e  n

   d   i   d   i   k  a

  n

a    p   l    i    k   a   s   i    

a    p   l    i    k   a   s   i    

INTELEKTUALPROFETIK

INTELEKTUALPROFETIK

Page 129: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 129/184129

“Dapat kugambarkan proil Mujahid sejati dalam diri

seseorang yang siap mengambil bekal dan memenuhi

perlengkapannya. Seluruh dirinya, seluruh sudut hati dan

jiwanya didominasi pemikiran seputar perjuangan.” (Hasan Al

Banna)

Rasanya tak pernah bosan kita membincang masalahpemuda. Kita tidak akan pernah melepaskan identitas

asasinya sebagai agen pembaharu. Sikap kritis dan kepedulian

terhadap kondisi riil tentang kebangsaan adalah modal utama

kaum muda. Mereka tak akan pernah segan untuk melakukan

pengorbanan demi kebangkitan yang selama ini mereka cita-

citakan.

Kelebihan pemuda juga adalah visinya yang kadang melebihizamannya. Untuk itu, tak jarang pemuda menjadi unsur

terpenting dalam sebuah perubahan. Abdullah Nashih Ulwan

pernah menyatakan, kehadiran pemuda sebagai penggerak

perubahan di dalam masyarakat merupakan hal yang sangat

mendasar dalam Islam. Hal ini tidak hanya sekedar sebuah

tuntutan yang semata-mata bersifat sosiologis. Lebih dari

itu, memiliki landasan ideologis yang sangat kuat. Di sinilah,

pemuda dituntut untuk berpikir dan bertindak lebih untukmencapai sebuah perubahan yang lebih baik.

Negarawankah Kita?

Page 130: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 130/184130

Kita tidak lagi disebut sebagai negarawan muda jika kita

tidak berpikir ke arah mana kita membawa tangkup perubahan

bangsa di masa mendatang, kita tidak akan disebut sebagai

muslim sejati jika kita tidak memiliki jiwa kenegarawanan.Sebab keimanan hakiki adalah keimanan yang memberikan

ketenangan bagi seluruh umat manusia, memberikan

kebermanfaatan dan keselamatan bagi setiap alam semesta.

Dan ia terpatri dalam jiwa kenegarawanan kita.

Page 131: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 131/184131

Pemuda senantiasa menjadi tonggak peradaban dan

kemajuan bangsa. Tidak dipungkiri, peringatan Soempah

Pemoeda yang kita gelar setiap tahun adalah langkah awal

tentang bagaimana kita mereleksikan diri, bahwa dari kalangan

pemudalah, spirit kebangkitan itu lahir.

Pemuda harus bisa menjadi agen yang mampu menerawang

masa depan dirinya, dan masa depan bangsanya. Meminjam

bahasa Fahri Hamzah, prediksi masa depan (future prediction)

hanya dapat dilakukan jika kita tanggap dengan segala

fenomena yang terjadi pada saat ini, membaca sejumlah isyarat

dan petanda yang ada, lantas menganalisa kemungkinan-

kemungkinan yang paling logis dan rasional mengenai efek

dan konsekuensi yang bakal terjadi. Untuk itu, sudah saatnya

pemuda harus berani menerawang puluhan tahun ke depan,

atau bahkan ratusan tahun ke depan untuk membaca sejarah

lebih dini. Kaum muda juga harus mampu memprediksi

imajinasi kolektif bangsa ini yang akan kita bawa ke arah mana,

serta infrastruktur masa depan bangsa ini akan seperi apa,

sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang visioner.

Pemuda tak pernah lekang untuk menciptakan momentum

Revolusi Kaum Muda 

Page 132: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 132/184132

kebangkitan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

di masa mendatang. Momentum itu mereka ambil diawal tahun

1920-an, ketika banyak study club  mahasiswa yang tumbuh

dan berkembang. Mereka menjadi mahasiswa yang sadarpolitik, mampu memainkan peranan penting untuk mencapai

kemerdekaan negeri ini.

Terbentuknya Indonensische Studie Club  (ISC) di Surabaya

yang diinisiasi oleh PI pada tahun 1924 adalah cikal bakalnya.

Study club  ini didirikan dengan tujuan memajukan kesadaran

ke-Indonesia-an sebagai sebuah bangsa dan menyadarkan rasa

tanggung jawab sosio-politik mahasiswa, yang notabene orangJawa, dan menikmati pendidikan Barat. Dalam rangka mencari

jawaban atas berbagai permasalahan bangsa, study club  ini

menekankan pada nilai praktis dari pengetahuan. Kemunculan

ISC ini kemudian menginspirasi terbentuknya study club-study

club progresif di berbagai daerah seperti Surakarta, Yogyakarta,

Batavia, Bogor, Semarang, dan Bandung.

Dari semangat mahasiswa inilah, mereka punya tanggungjawab untuk membentuk blok kesadaran nasional yang

lebih matang melalui pendirian Perhimpunan Peladjar-

Peladjar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926. Kampanye

kesatuan nasional yang dikemukakan oleh berbagai pihak

kian menyeruak di berbagai kalangan hingga menginisiasi

terbentuknya perhimpunan, dan merangkul banyak study club,

organisasi pemuda dan pelajar, serta berbagai organisasi sosial

politik tanpa memandang ras atau kelas sosial apa pun sepertiBudi Utomo, Serikat Islam, Muhammadiyah, Pasundan, dan

yang lainnya untuk membentuk “Komite Persatuan Indonesia”

pada tahun 1926.

  Komite Persatuan Indonesia inilah yang memberikan

inspirasi para aktivis dari berbagai perhimpunan pelajar

untuk mengadakan Kongres Pemuda Indonesia pertama pada

tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta. Dari kongres tersebut,tercipta momentum untuk membangun basis penguatan aliansi

Page 133: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 133/184133

dari berbagai perhimpunan pelajar dalam menggapai cita-cita

kemerdekaan. Ketika kesadaran untuk meraih kemerdekaan

bangsa kian menggema, para aktivis organisasi pemuda dan

pelajar akhirnya terangsang membuat kongres pemuda yanglebih monumental, hingga lahirlah “Soempah Pemoeda”.

Mengutip Yudi Latif, lewat Sumpah Pemuda, kaum muda

berusaha menerobos batas-batas sentimen etno-nationalism

dengan menawarkan fantasi inkorporasi baru berdasarkan

konsepsi kewargaan yang menjalin solidaritas atas dasar

kesamaan tumpah darah, bangsa dan bahasa persatuan (civic

nationalism). Visi Sumpah Pemuda itu amat penting karenamemberi kemungkinan kepada segenap penduduk Indonesia

menjadi pribumi, bahkan bagi mereka yang berlatar imigran.

Dengan Sumpah Pemuda inilah, kesadaran untuk

mencari titik temu antarideologi dan antarbudaya dalam

rangka membangun persatuan nasional diekspresikan oleh

kalangan pemuda. Berbekal pendidikan tinggi dan semangat

kepemudaan, mereka sadar akan penindasan yang dialamioleh orang-orang sekitarnya, mereka juga mampu mengambil

inisiatif dalam membangun kekuatan massa dan menyediakan

basis kesadaran kolektif. Meski terjadi benturan antarideologi,

namun kesadaran akan ke-Indonesia-an yang tinggi telah

mempengaruhi keragaman pemikiran tersebut pada satu titik

perjuangan yang sama, yaitu memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia.

Di sisi lain, perjuangan mereka dibangun atas dasar

konsistensi gerakan yang utuh. Selama delapan tahun

membentuk identitas, selam 17 tahun berjuang mencapai

kemerdekaan, selama puluhan tahun mengumpulkan sendi

kemajuan bangsa. Endapan pemikiran sebagai hasil pergumulan

sejarah yang tersimpan di ingatan para pegiat Sumpah Pemuda

sekaligus pendiri bangsa. Itulah yang telah mempermudah

mereka dalam merespon tantangan untuk merumuskan dasarnegara.

Page 134: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 134/184134

Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa

Sumpah Pemuda yang telah menggapai titik keemasannya.

Para pahlawan negeri ini telah memberi keteladanan betapa

persatuan antarideologi dan antargerakan menjadi pentinguntuk menggapai kemerdekaan negeri ini. Sumpah Pemuda

telah mengajarkan kita betapa kemerdekaan tidak dapat digapai

secara instan, melainkan butuh pengorbanan, ketekunan,

dan konsistensi dalam berjuang. Selama 17 tahun lamanya

mereka berjuang untuk menuai hasil kemerdekaan itu sendiri.

Pascamerdeka, mereka tidak diam, melainkan bergerak dan

berkontribusi untuk kemajuan bangsa.

Tentu kita paham bagaimana kondisi bangsa ini sekarang.

Meski sudah memasuki peringatan kemerdekaan yang ke-68,

namun rasa menjadi negara-bangsa yang “merdeka secara utuh”

masih jauh panggang dari pada api. Permasalahan yang muncul

hari ini bukan hanya sebatas menyatakan sikap ‘kemerdekaan’

an sich, tapi kita tidak berdaulat secara ekonomi-politik

terhadap sumber daya alam yang kita miliki.

Sudah sejatinya semangat Sumpah Pemuda menjadi

momentum bagi pemuda untuk menjawab kedaulatan bangsa

hari ini. Sejarah dan konstruksi Sumpah Pemuda masa lalu

harus ditransformasikan seiring dengan perkembangan

zaman dan kebutuhan masa kini. Revolusi pemuda saat ini

bukan hanya berikrar “bertanah air satu, tanah air Indonesia”,

melainkan juga “berdaulat bersatu, berdaulat Indonesia”. Ikrar

Kedaulatan Indonesia menjadi begitu penting untuk digemakanoleh pemuda saat ini sebagai sebuah momentum revolusioner

dalam merebut kedaulatan negeri yang kita tanam hari ini, dan

buah kedaulatan akan kita petik di kemudian hari.

Persatuan poros perjuangan begitu penting untuk mencapai

kedaulatan yang kita harapkan, mulai dari tahun ini, tahun esok

hingga puluhan tahun mendatang. Dengan begitu, maka tugas

kita selanjutnya adalah konsisten dalam bergerak, berpijakdalam berpihak, untuk kedaulatan Indonesia yang lebih baik!.

Page 135: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 135/184135

“Berilah saya seribu orang tua, saya bersama mereka kiranya

dapat memindahkan gunung Semeru. Tetapi, apabila saya diberi

sepuluh pemuda yang bersemangat dan berapi-api kecintaannya

terhadap bangsa dan tanah air tanah tumpah darahnya, saya

akan dapat menggemparkan dunia!” (Soekarno)

 

Kini sudah mulai memasuki penghujung tahun, pesta

demokrasi mahasiswa UGM pun segera berlangsung.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, nuansa demokrasi mahasiswa

akan selalu dipenuhi dengan berbagai kreativitas dan ajang

kompetisi untuk menarik massa sebanyak-banyaknya, memilih

calon presiden mahasiswa yang diusung oleh masing-masingpartai kampus.

Euforia pergantian kepemimpinan—Presiden Badan

Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gajah

Mada (BEM KM UGM)—menjadi pembahasan yang hangat

karena dari agenda inilah kita dapat menentukan siapa

sosok yang layak untuk melanjutkan estafet perjuangan di

pemerintahan mahasiswa selama satu tahun ke depan.BEM KM menjadi penting untuk didiskusikan karena

Solidaritas Gerakan Mahasiswa 

Page 136: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 136/184136

lembaga tersebut dianggap menjadi wadah representasi politik

mahasiswa tertinggi. Pemerintahan Mahasiswa (baca: BEM

KM) juga dimaknai sebagai ujung tombak kehidupan gerakan

mahasiswa yang memiliki legitimasi kuat secara institusionaldan memiliki payung hukum yang legal untuk hidup dan

berkembang di dalam kampus.

Dalam konteks inilah, proses pembelajaran demokrasi

mahasiswa menjadi salah satu unsur yang penting untuk

menciptakan format ideal kelembagaan pemerintahan

mahasiswa. Di sana juga aktualisasi politik dalam pembelajaran

demokrasi menjadi satu entitas yang cukup penting dalampergantian dan pemilihan kepemimpinan lembaga tersebut.

Secara singkat, Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan

menyatakan, kekuasaan merupakan kemampuan pelaku untuk

mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa,

sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan

keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan.

Ketika berbicara tentang kekuasaan, tentunya akan menjadisangat berbeda jika perebutan kekuasaan dalam demokrasi

mahasiswa harus disamakan dengan perebutan kekuasaan

yang terjadi dalam pemilihan umum (Pemilu) pemerintahan

di tingkat daerah maupun tingkat nasional pada umumnya.

Perbedaannya adalah;  pertama, paradigma kekuasaan: 

perebutan kekuasaan dalam Pemilu pemerintahan saat ini lebih

berorientasi pada kepentingan ekonomi politik pribadi.

Fakta membuktikan, 40 % pejabat negara (gubernur maupun

politisi) adalah seorang pengusaha. Gumawan Fauzi, selaku

Menteri Dalam Negeri menyatakan, paling minimal seseorang

yang mencalonkan diri sebagai gubernur membutuhkan dana

100 miliar. Padahal, gaji pokok mereka hanyalah berkisar

Rp.8.400.000,- per bulan. Hal inilah yang menyebabkan

pemikiran praktis bagaimana mereka selama masa jabatan

5 tahun mengembalikan modal Rp 100 miliar, bahkan harus

Page 137: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 137/184137

untung. Data Kementerian Dalam Negeri hingga Oktober 2010

lalu mencatat, sudah 150 bupati maupun gubernur sebagai

tersangka korupsi. Selain itu, Gumawan Fauzi juga menyatakan

bahwa 17 gubernur dari 33 gubernur sudah terjerat hukum.Perebutan kekuasaan di tingkat kampus harus berorientasi

pada nilai dan moral. Meminjam istilah M. Zaki Arrobi (2012),

sejatinya gerakan mahasiswa –termasuk BEM- merupakan

sebuah unsur penting dalam dinamika politik sebuah

negara. Sebagai salah satu elemen masyarakat sipil, gerakan

mahasiswa memiliki tradisi, budaya, kepentingan, dan strategi

pergerakannya sendiri –dalam hal ini berorientasi padakepentingan bersama.

Mahasiswa memiliki empat peran penting yang menjadi

fondasi dan pengukuh generasi pembangun bangsa, yaitu

sebagai agent of change, moral force, iron stock, dan social control .

Ketika empat peran ini sudah tidak lagi menjadi landasan gerak

dalam pemerintahan mahasiswa, terlebih perebutan kekuasaan

hanya didasarkan pada sifat nafsu politik untuk mendapatkankepentingan pribadi –sebagaimana yang terjadi dalam dinamika

politik nasional- maka hal itu adalah wajah dari kehancuran dan

keterpurukan kepemimpinan Indonesia di masa mendatang.

Kedua, paradigma koalisi. Arya Budi (2012) secara tersirat

mengungkapkan, dalam bangunan koalisi partai politik/

pemangku elit politik akan berujung pada dua bentuk akhir

yang sama sekalipun berbeda: dekomposisi dan fermentasi.

Pertama, disebut dekomposisi atau pembusukan karena organ-

organ penting koalisi tidak berfungsi akibat egoisme politik.

Disfungsi bermuara pada lepasnya organ pembangun koalisi

(partai politik) yang saling menghancurkan karena koalisi

bersifat  rent seeking. Kedua, koalisi akan mengalami fermentasi

politik dalam arti bahwa institusionalisasi koalisi akan semakin

terstruktur, frekuensi konsensus internal lebih tinggi, dan

output -nya adalah kristalisasi kepentingan bersama.

Page 138: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 138/184138

Dekomposisi koalisi pemerintahan Indonesia. Fakta

koalisi politik dalam pemerintahan Indonesia menunjukkan

akan bermuara pada dekomposisi. Hal ini ditunjukkan bahwa

bangunan koalisi partai di nasional hari ini hanya bersifat semuuntuk mencari kehidupan, bukan lagi karena ideologi kerakyatan,

ataupun untuk memadukan kepentingan masyarakat bersama.

Partai hanya berkoalisi untuk mencari hidup dari kue jabatan

kementerian. Koalisi partai menjadi semu, dalam perjalanannya

di antara setiap partai yang berkoalisi saling menjilat satu sama

lain dalam mengejar citra dan popularitas di tengah masyarakat

ketimbang solidaritas koalisi ataupun solidaritas kinerja.

Magnet politik yang mempersatukan mereka dalam koalisihanya karena presiden terpilih membutuhkan dukungan partai

di parlemen, bukan karena ideologi ataupun kesamaan nilai

dan landasan perjuangan.

Fermentasi koalisi pemerintahan mahasiswa. Gerakan

Mahasiswa yang sudah memiliki prinsip dan nilai-nilai

permanen –yaitu orientasi pada kepentingan bersama- harus

dijadikan landasan berpijak untuk mengukuhkan koalisi,meski dalam bentuk dan metode gerakan yang berbeda-beda.

Koalisi dibangun atas dasar kepentingan kolektif, bukan untuk

pemenuhan kepentingan individu secara material. Karena

sejatinya esensi koalisi harus berparadigma mengembangkan

‘empat peran kemahasiswaan’ dalam setiap geraknya, bukan

karena mencari penghidupan dan eksistensi diri. Bukan pula

untuk kepentingan yang diailiasikan pada kepentingan politikdi tingkat nasional yang bersifat pragmatis.

Epilog

Konon, gerakan mahasiswa pasca-reformasi mulai kehilangan

identitas yang sesungguhnya, dan cenderung mengalami

kemerosotan. Gerakan mahasiswa saat ini kehilangan konsepsi

besar tentang arah perubahan dan strategi gerakan yang

diinginkan, inilah yang menyebabkan gerakan mahasiswa kiniberada dalam serba ketidakpastian (anomie). Gerakan limbung

Page 139: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 139/184139

karena gagal melakukan pembacaan komprehensif atas konteks

sosial masyarakatnya, gerakan cenderung bergerak sporadis

dan teralienasi dari elemen-elemen civil society. (Arrobi, 2012)

Apabila hal ini terus kita pertahankan, maka sudah sejatinyamuara asasi kemerdekaan Indonesia akan semakin menjauh.

Sudah saatnya mahasiswa kembali bersatu padu dalam tugas

suci dan mulia, tidak lagi harus memperebutkan kekuasaan

hanya karena kepentingan politik aliran semata yang tidak

memiliki esensi pada kepentingan kolektif yang sesungguhnya.

Bagi penulis, sudah bukan zamannya lagi pesta demokrasi

mahasiswa saat ini mengukuhkan tradisi yang diskriminatif,menjatuhkan lawan untuk, apalagi hanya mengukuhkan politik

identitas golongan tanpa adanya konsepsi ideologi perjuangan.

Sudah saatnya kita bersatu padu untuk saling menyokong

satu sama lain, bersama-sama memperbaiki esensi gerakan

mahasiswa yang kian surut.

Ada dua hal yang menjadi pengukuh koalisi pergerakan ini,

 pertama orientasi moral force –gerakan moral- yang selama inididengung-dengungkan merupakan sebuah pengejawantahan

dari tradisi intelektual mahasiswa yang bersifat kostruktif

dan sarat pesan moral bagi perbaikan bangsa ini. Aspirasi

mahasiswa ditujukan untuk menjembatani apa yang menjadi

aspirasi masyarakat.

Kedua, orientasi political force- sebagai sebuah konsekuensi

logis bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab dalammenyikapi berbagai fenomena sosial, melakukan aksi –

berdasarkan kepentingan rakyat- yang akan menimbulkan efek

politik bagi pemangku kebijakan secara mendalam dan secara

komprehensif.

Ketika dua orientasi ini menjadi pengukuh dalam koalisi

gerakan, maka kita akan mudah dalam menciptakan konsepsi

yang disesuaikan dengan kondisi zaman, namun tidakkehilangan esensi geraknya. Dalam istilah lain; ideologi gerakan

Page 140: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 140/184140

diaplikasikan secara dinamis, disesuaikan dengan zaman

namun tidak menghilangkan esensi geraknya. Dengan begitu,

setidaknya kita sudah mengurangi kejumudan dan kebekuan

gerak yang terjadi pasca reformasi ini.“Mahasiswa bersatulah, untuk perubahan yang lebih baik..!!”

Page 141: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 141/184141

Ketika gerakan mahasiswa dilumpuhkan dengan

pragmatisme dan politik transaksional, lalu kepada

siapa kita menitip perubahan? Jujur saja, pertanyaan ini telah

menyandera kekuatan mahasiswa saat ini.

Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di telinga. Kalaumemang ingin menjadi kaya raya secara instan, cukuplah kita

menjadi manusia tanpa idealisme yang mengejar jabatan di

sebuah gerakan mahasiswa maupun serikat pekerja, lalu jual

gerakan tersebut pada penguasa, pengusaha, broker politik,

atau pun maia proyek, mungkin kita akan kaya raya dengan

seketika.

Mengapa? karena gerakan-gerakan tersebut memilikieskalasi massa yang begitu banyak. Atas dasar instruksi,

mereka bisa mengubah massa yang tadinya ‘melawan’, bisa jadi

‘terdiam’ ataupun mengubah isu sesuai dengan keinginan pihak

yang membayarnya. Sejarah selalu berulang, kematian gerakan

mahasiswa di zaman Orde Baru maupun Orde Lama pun banyak

yang tersandra dengan sikap seperti ini.

Bagi sebagian orang, aksi massa bisa menjadi pesanan, adapaket dan harganya. Di sinilah mahasiswa yang rindu eksistensi

Tarikan Idealisme dan Suara 

Page 142: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 142/184142

ekonomi-politik melalui kekuasaan mulai bermunculan. Tanpa

ada sikap independensi yang teguh, tanpa kontrol sosial yang

ketat dalam pergerakan, maka yang terjadi adalah gerakan

mahasiswa bisa menjadi bahan dagangan oleh oknum tertentu.Cukuplah sejarah negeri ini menjadi pelajaran yang berarti,

‘aktivis mahasiswa’ pernah lumpuh ketika idealisme yang

menjadi tulang punggung mereka hilang.

 Antara Aktivis Dakwah Kampus dan PKS

Izinkan aku berpikir tentang semua ini. Bukan berarti aku

antipati terhadap politik praktis, melainkan ada waktu yang

tepat kapan kita harus berpolitik praktis, dan ada waktu kapankita harus menanam idealisme diri. Di antara kami mungkin

ada yang bertanya, bagaimana hubungan anda sebagai bagian

dari jamaah Tarbiyah  dengan PKS? Maka dengan tegas akan

aku jawab; ketika kalian ingin menjawab antara syar’i dan tidak

syar’i, maka saya katakan bahwa alasan berpolitik PKS adalah

syar’i. Bahkan, cara PKS membangun basis kekuatan politik di

tubuh mahasiswa pun juga termasuk dalam kategori syar’i.Mungkin kita akan bertanya-tanya, apakah dengan

begitu kita harus menjadi agen politik PKS di kampus, atau

menginiltrasikan agenda politik 2014 PKS ke dalam agenda

setting gerakan mahasiswa hari ini karena sudah sesuai dengan

syari’at? Maka yang harus aku jawab selanjutnya adalah; benar,

tapi tidak tepat.

Berbicara tentang masuknya agenda politik PKS ke dalamaktivisme kampus bukan hanya berbicara tentang syar’i  atau

tidak syar’i, melainkan juga kita sedang berbicara tentang

konsisten atau tidak konsisten, tepat atau tidak tepat.

Selama ini kita sering berbicara tentang “Gerakan mahasiswa

harus independen, gerakan mahasiswa harus menjauh dari

setting  agenda politik praktis.” Bagiku, yang demikian itu

benar adanya. Fasilitas intelegensia maupun dinamika politikkampus adalah medium pembelajaran kita untuk mempelajari

Page 143: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 143/184143

dan mencari solusi berbagai persoalan negeri ini. Kemandirian

dalam bersikap dan berpijak menjadi penting agar kita tidak

bergantung kepada siapa pun, ketika suatu hari nanti kita

memimpin negeri ini.Bimbingan adalah cara kita berguru dan berkonsultasi

untuk menyelesaikan permasalahan, namun yang menelurkan

ide dan yang bertindak untuk menyelesaikannya adalah kita

sendiri. Hal ini tentunya berbeda dengan intervensi, di mana

ide sudah terbentuk oleh pihak tertentu, tugas kita hanyalah

tinggal menjalankannya.

Yang terjadi saat ini adalah, sebagaian aktivis Tarbiyah kampus terkesan terlalu mudah diintervensi oleh elite politik

atas nama partai dan jamaah. Secara kuantitas dan pergumulan

massa pemilih, mungkin ia sangat menguntungkan elektabilitas

PKS, namun secara pembentukan kualitas kader, intervensi

seperti ini justru menjadikan kualitas kader di masa depan

keropos. Pasalnya, kader sangat sedikit diberikan ruang dalam

pembelajaran pengambilan sebuah keputusan. Sakralisasiterhadap elite jamaah seakan melumpuhkan pengembangan

potensi kader untuk terlibat aktif dan mempelajari lebih jauh

tentang pengambilan sebuah keputusan yang bersifat strategis.

Maksudku adalah, jika kita berpikir jangka panjang tentang

kualitas jamaah ini di masa depan, perilaku intervensi politik

PKS terhadap kadernya di kampus hari ini adalah bumerang

bagi jamaah itu sendiri. Bahkan yang terjadi saat ini adalah,

meraih kekuasaaan di tingkat kampus seakan jauh lebih bernilai

ketimbang menjadikan kader sebagai ‘intelektual muslim’ yang

mampu menghasilkan karya.

Maka yang harus dilakukan oleh jamaah adalah

memandirikan kadernya di tingkat kampus secara independen

dalam rangka menajamkan idealisme dan pengembangan

potensi diri yang lebih matang. Mereka harus dipersiapkan

untuk menjawab berbagai tantangan, menciptakan karya yang

Page 144: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 144/184144

bermanfaat di masa depan, bukan malah mengebiri dengan

tuntutan-tuntutan elektoral.

Biarkan kader Jamaah Tarbiyah di kampus hari ini benar-

benar independen dari intervensi politik. Biarkan merekamemegang ruh perjuangannya. Karena dengan begitulah, kita

menjaga konsistensi untuk menjadikan kampus sebagai tempat

yang steril dari kepentingan politik praktis. Bahkan, seharusnya

kader Jamaah Tarbiyah kampus berfungsi sebagai social control  

terhadap partai politik apa pun, sebagai sebuah bukti tanda

penyemaian idealisme itu sendiri.

Dengan begitu, ke depannya  Jamaah Tarbiyah ini mampumelahirkan kader-kader tangguh yang paradigma berpikirnya

mengedepankan risalah perjuangan. Mereka yang mengenal

permasalahan masyarakat akan lebih mementingkan

kepentingan umat ketimbang hanya memikirkan kepentingan

golongan, terlebih lagi hanya memikirkan kepentingan dirinya

sendiri. Ketika selesai dari kampus, mereka menjadi orang

yang militan, tangguh, dan kuat untuk selalu berjuang demikebermanfaatan orang banyak.

Memaknai Kembali “al-Jama’ah hiya al-hizb”

Permasalahan selanjutnya adalah ketika kita bertemu pada

sebuah adagium “al-jama’ah hiya al-hizb, wa al-hizb huwa al-

 jama’ah”   atau dengan kata lain; “Ketika kita menjadi bagian

dari Jamaah Tarbiyah, maka sudah sejatinya kita menjadi kader

partai.”

Mengapa adagium seperti itu muncul? Terlebih dahulu

kita harus pelajari konteks sejarah sebelum memasuki masa

reformasi. Arif Munandar menyatakan, memasuki tahun 1997,

dalam rencana awal Jamaah Tarbiyah mencetuskan bahwa

mereka akan memasuki mihwar mu’asasi  dengan terjunnya ke

dalam politik parlementer sebagai bentuk perjuangan Islahul

Hukumah (perbaikan pemerintahan) pada tahun 2010. Karenaitu rencana tersebut dinamakan “Visi 2010”.

Page 145: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 145/184145

Namun, kemudian terjadilah Reformasi 1998 yang

melengserkan Soeharto dan rezim Orde Baru. Kondisi ini

membuka peluang mendirikan partai politik dengan asas yang

beragam, termasuk asas Islam. Dengan diambilnya keputusanmendirikan Partai Keadilan tahun 1998, artinya mihwar

muassasi  mengalami percepatan 12 tahun, dari semula yang

dicanangkan, tahun 2010.

Ketika mengalami percepatan selama 12 tahun itulah,

timbul sebuah konsekuensi logis di mana Jamaah Tarbiyah

bukan hanya berbicara tentang percepatan memasuki ranah

politik, melainkan juga memperhitungkan kekuatan massapemilih dalam membangun elektabilitas. Pada tahun 1998 Arif

Munandar mengambarkan, ketika pertama kali terjun ke politik

pada tahun 1998 jumlah kader Jamaah Tarbiyah mencapai 33

ribu orang, 3 ribu di antaranya adalah anggota inti. Dari jumlah

33 ribu orang, maka kader harus berikir strategis bagaimana

melipatgandakan perolehan suara, serta mampu mempengaruhi

ratusan juta penduduk Indonesia untuk memilih PK (sebelum

menjadi PKS) pada masa itu.

Di sinilah letaknya, kemunculan adagium tersebut harus

dipahami sebagai sebuah strategi yang dipilih pada masa itu.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sapto Waluyo dalam

Kebangkitan Politik Dakwah: Konsep dan Praktik Politik Partai

Keadilan Sejahtera di masa Transisi  pun juga mengairmasi

bahwa kala itu ijtihad   menyatukan Jamaah dengan partai

sebagai satu kesatuan identitas adalah sebuah ijtihad politikyang menekankan bahwa setiap identitas status kader sebagai

jamaah yang bekerja di berbagai bidang seperti; pendidikan,

pekerja sosial, dan lainnya harus menjadi simbol dan identitas

partai yang mampu menggaet pemilih.

Oleh karena itu, penafsiran terhadap adagium tersebut

dapat dipahami bukanlah sesuatu yang tsawabit   atau

mutlak. Melainkan harus dimaknai sebagai sebuah strategidalam berpolitik, yang dalam pemaknaan asasnya tetap

Page 146: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 146/184146

harus dibedakan di antara keduanya. Partai adalah wajihah 

(bentuk) yang bersifat mutaghoyyirot   (berubah) tidak

sama pemaknaannya dengan Jamaah yang bersifat tsawabit

(tetap). Penyatuan di antara keduanya bukanlah suatu halyang permanen. Di antara keduanya juga tidak berada dalam

posisi yang equal . Jamaah harus berada di atas partai itu

sendiri. Dengan begitu, Jamaah dapat berfungsi sebagai social

control   dan checks and balances  terhadap kinerja partai serta

memberikan ruang bagi setiap kader untuk mengkritisi kinerja

partai itu sendiri.

Semoga dengan cara berpikir yang seperti ini, ke depanJamaah Tarbiyah mampu menjadi taring peradaban baru untuk

kehidupan agama dan Indonesia yang lebih baik.

Page 147: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 147/184147

  B a g   i a n   5

  D e m  o  k r a s  i   K   i  t a

   T e  n  t a  n g   P e  m

  i  l  u,   P o  l  i  t  i  k,  d a  n   K e  p

 e  m  i  m  p  i  n a  n

Page 148: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 148/184148

Hampir setiap tahun rakyat negeri ini tidak pernah

terlepas dari ajang kontestasi. Mulai dari Pemilihan

Umum (Pemilu) Legislatif, Pemilu Presiden, Pemilu Kepala

Daerah tingkat provinsi (gubernur), Pemilu Kepala Daerah

tingkat kabupaten/kota, hingga Pemilihan Kepala Desa. Kecuali

masyarakat Jakarta, rata-rata kita bolak-balik ke Tempat

Pemungutan Suara (TPS) bisa empat hingga lima kali.

Mengapa kita mau “repot-repot” datang ke TPS untuk

memilih mereka yang kerap kali mengumbar janji ketika

kampanye? Mengapa kita mau bersusah payah mencoblos

gambar mereka padahal kita tidak mendapat “imbalan” apa-apa? Saya yakin, kita semua memilih mereka karena kita yakin

mereka bisa menjadi pemimpin yang baik untuk kita, pemimpin

yang mumpuni untuk membawa perubahan ke arah yang lebih

baik, dan pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah-

masalah yang kita hadapi, tidak sekedar memberikan mereka

kuasa dan kekuasaan. Kita sedang mencari pemimpin, bukan

pimpinan.

Berbicara tentang kepemimpinan dan kekuasaan, sudah

Cari Pemimpin atau Pimpinan?

Page 149: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 149/184149

saatnya kita mereleksikan bahwa Indonesia saat ini tengah

digempur oleh orang-orang yang menganggap bahwa

seorang pemimpin adalah seorang yang menduduki jabatan

kepemimpinan dan orang-orang yang memiliki kedudukanyang tinggi.

Ada dua orientasi besar yang mendasari orang-orang

berambisi untuk mendapatkan posisi kepemimpinan

tersebut, yaitu, antara orientasi ekonomi-politik dan orientasi

kehormatan. Hal ini terjadi karena kekuasaan aparatus negara

masih merupakan satu-satunya sumber terpenting bagi

munculnya para politisi, terutama kepala pemerintahan ditingkat pusat, daerah maupun di legislatif yang berorientasi

pada penguasaan kapital untuk keuntungan pribadi.

Fenomena baron perampok (robber barons) yang melakukan

jual-beli suara dan rekayasa mesin politik pun kian menyeruak

di Indonesia. Kita memang masih terjebak dalam politik

transkasional, negosiasi, kompromi, dan konsensus yang

dilakukan secara rahasia, dan illegal akibat perselingkuhanantara penguasa-pengusaha dalam ‘pembuatan kebijakan’ yang

mampu memengaruhi birokrasi dan aparat hukum.

Wajar, banyak diantara kita yang menganggap bahwa

tinggi atau rendahnya jabatan yang kita miliki hari ini sangat

menentukan tinggi atau rendahnya kemuliaan hidup dan

kekayaaan seseorang di mata manusia. Padahal, yang terpenting

bukanlah tinggi atau rendahnya jabatan, melainkan bagaimana

kita mengoptimalisasikan diri untuk menyelesaikan amanah

tersebut dengan sebaik mungkin. Itulah esensi dari kemuliaan.

Berbicara tentang kepemimpinan, maka sudah saatnya

kita menyadari, pada dasarnya kepemimpinan tidak dimaknai

sebatas sebuah posisi dan jabatan, melainkan hal yang

terpenting dari kepemimpinan adalah karakter individu yang

mampu me-manage  diri, menjadi teladan yang baik untuk

ditiru oleh orang lain karena kedisplinan, kata, sikap, dan

Page 150: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 150/184150

tindakan kita untuk berbuat ‘lebih’ dalam berkontribusi bagi

kemanfaatan orang lain.

Ketika kita berbicara tentang kepemimpinan, kita tidak

sedang berbicara soal “inilah aku”, melainkan kita sedangberbicara “bagaimana dia, bagaimana mereka.” Risalah

kepemimpinan sejati akan mengantarkan jiwa kita untuk

berkata, “ini bukan untuk kepentinganku, melainkan ini adalah

kepentingan mereka.” Pemimpin yang baik adalah ‘mereka yang

pintar merasa’, bukan mereka yang ‘merasa dirinya pintar’.

Kita lantas bertanya, siapakah pemimpin yang pintar itu?

Dalam hal ini, kepintaran seseorang tidaklah diukur dariberapa banyak ia bisa menjawab soal-soal kognitif secara

baik dan benar, melainkan kepintaran seseorang dilihat dari

sejauh mana ia bisa memberikan kontribusi yang terbaik bagi

kebermanfaatan orang lain.

Oleh karena itu, heroisme seorang pemimpin tidak diukur

dari sejauh mana ia pandai berbicara, sementara di satu sisi ia

mengakumulasi kekayaan pribadi, dan masyarakatnya masihmenderita. Kebahagiaaan sejati seorang pemimpin adalah

kebahagiaan masyarakatnya.

Kita berharap, di tahun 2014 nanti masyarakat Indonesia

tidak terjebak untuk memilih pemimpin yang tidak jelas

kontribusi dan perjuangannya dalam membela masyarakat.

Di tahun 2014 nanti, sudah saatnya kita memahami, carilah

pemimpin, jangan hanya menempatkan orang menjadipimpinan!.

Page 151: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 151/184151

Hawa menjelang Pemilu 2014 semakin terasa. Ketika kita

menyalakan televisi, iklan calon presiden dari partai A

tengah tayang. Kita ganti saluran yang lain, giliran iklan calon

presiden B yang diputar. Berganti jenis media pun tak membuat

kita terhindar dari “jualan” partai-partai itu. Mulai dari koran,

majalah, radio, hingga gadget  yang ada di genggaman kita pun

tak terbebas dari iklan politik.

Demokrasi memang tak ubahnya pasar yang hiruk dengan

promosi barang dagangan. Mereka mengemas jargon dengan

berbagai tampilan yang ciamik, mencoba merebut “pembeli”.

Namun, akankah semua jargon yang diumbar akan terealisasi

nantinya?

Sudah sejak lama media menjadi alat yang ampuh untuk

“memasarkan” gagasan, slogan, atau sekedar janji-janji peserta

Pemilu. Biaya yang tinggi tak jadi soal, yang penting partai atau

kandidat bisa lebih dikenal masyarakat, dan perolehan suara

pun melambung. Berkaca dari Pemilu sebelumnya, berdasarkan

riset AC Nielsen menunjukkan, biaya iklan Pemilu 2009 tak

kurang dari Rp41,7 triliun. Jumlah ini meningkat berkali-kali

lipat dibanding dua Pemilu sebelumnya, Rp 35,69 milyar pada

Media dan Pemilu Kita 

Page 152: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 152/184152

1999, dan Rp 3 triliun pada 2004. Tahun 2014 mendatang,

hampir dapat dipastikan jumlah belanja iklan politik juga akan

meningkat drastis.

Menarik apa yang disampaikan Jean Luc Nancy (1993),dalam sistem demokrasi kita, kekuatan modal digunakan

untuk memanipulasi kebenaran melalui pencitraan. Dalam

membangun opini dan kepercayaan publik, media massa

memiliki pengaruh yang sangat signiikan. Burhanuddin

Muhtadi (2009) menyebut fenomena ini sebagai tele-politics,

sebuah fenomena baru yang menandai bergesernya peran

partai politik dan munculnya dominasi media massa dalamrangka menjangkau pemilih.

  Hasil riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) Januari 2009

menunjukkan bahwa meningkatnya elektabilitas Partai

Demokrat menjadi 23% disebabkan oleh akseptabilitas publik

terhadap iklan-iklan politik Partai Demokrat yang ditayangkan

secara massif di televisi. Di sini menunjukkan kekuatan tele-

 politics  yang bukan saja mengejar target awareness  ataupopularitas semata, melainkan juga berupaya meningkatkan

likeability  dan electability  partai dengan cara mengemas pesan

dan solusi yang dibutuhkan masyarakat seperti penegakan

hukum, korupsi, dan kesejahteraan. Oleh karena itu, iklan

politik menjadi salah satu elemen yang sangat penting bagi

setiap partai dalam mendulang elektabilitas.

Tidak dipungkiri, media massa merupakan sumber berita

yang akan selalu dikonsumsi oleh masyarakat untuk mengetahui

berbagai macam informasi. Drucker menyatakan, media massa

menjadi faktor penentu bagi eksistensi masyarakat baru

yang disebutnya sebagai “masyarakat pascakapitalis”. Dalam

masyarakat baru tersebut, sumber ekonomi dasar bukan lagi

modal (kapital), sumber daya alam, bukan pula tenaga kerja,

tetapi pengetahuan. (Adian Husaini; 2002).

Jika kita mendekatkan analisa pada perspektif konstruksionis,

Page 153: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 153/184153

maka kita akan mengambil pelajaran bahwa setiap subjek

media massa mampu mengkonstruksi realitas, lengkap dengan

pandangan, bias, dan kepemihakannnya. Di sini media massa

dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendeinisikanrealitas. Jika di dalamnya terungkap perbuatan, sikap, atau nilai

yang menyimpang, bukanlah sesuatu yang alamiah (nature),

yang terjadi dengan sendirinya, dan diterima begitu saja. Melalui

konstruksi tersebut, media massa secara aktif mendeinisikan

peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang

layak, apa yang baik, apa yang sesuai, dan apa yang dipandang

menyimpang (Eryanto; 2005).

Oleh karena itu, tak heran banyak partai politik atau politisi

yang begitu nafsu memiliki media, atau sebaliknya pemilik

media yang begitu nafsu ingin berpolitik. Pemilu 2014 yang

akan datang tak ubahnya medan pertempuran antar-pemilik

media, sebut saja Surya Paloh yang memiliki Media Group

(Metro tv dan Media Indonesia), ia juga menjadi ketua umum

Partai Nasdem; Aburizal Bakrie (group Viva: tvOne, ANTV, dan

Vivanews/Golkar); Hary Tanoesoedibjo (MNC Group: RCTI,Global, Sindo dll/Hanura); Dahlan Iskan (Grup Jawa Pos/

peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat).

Imbasnya, media massa juga menjadi ancaman serius bagi

partai politik yang tidak memiliki kapital dan media massa dalam

meng-counter   isu negatif terhadap pihaknya. Desakralisasi,

diskriminasi, serta black campaign  dalam skenario  framing 

media massa menjadi senjatanya. Oleh karena itu, di satu sisimedia bisa menjadi media pembelajaran politik, tapi di saat

yang bersamaan ia bisa menjadi agen pembodohan masyarakat

yang paling mujarab.

Contoh konkrit adalah yang terjadi pada Partai Demokrat

beberapa tahun belakangan ini, ketika banyak kadernya terjerat

kasus korupsi. Isu tersebut langsung menjadi “senjata ampuh”

yang menjadikan Demokrat terjerembap. Ekspos berita yangberlangsung lama menjadikan elektabilitas partai pemenang

Page 154: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 154/184154

Pemilu 2009 ini terjun bebas.

Walhasil, ketika media massa menjadi alat untuk

kepentingan politik praktis, terutama hanya demi elektabilitas,

kecenderungan media massa hanya akan digunakan untukbisnis, pencitraan politik, dan counter opinion  lawan politik

dengan cara-cara yang kadang berlebihan. Sedangkan informasi

yang berkaitan dengan penyadaran masyarakat dan membangun

partisipasi publik dalam penyelesaian permasalahan bangsa ini

cenderung terabaikan.

Meminjam bahasa Yudi Latif (2013) di saat seperti inilah

akhirnya politik mengalami proses konsumerisasi danprivatisasi. Dengan konsumerisasi, branding recognition  lewat

manipulasi pencitraan menggantikan kualitas dan jati diri.

Dengan privatisasi, modal menginvasi demokrasi dengan

menempatkan aku diatas kita yang menimbulkan penolakan

atas gejala sipil dan publik. Transaksi politik pun pada akhirnya

dikendalikan oleh kekuatan yang tak nampak (invisible power).

Bagaimanapun, media massa merupakan sebuah tatananyang penting dalam perjalanan kehidupan demokrasi sebuah

negara. Media massa sering ditempatkan dalam posisi

 pressure group  yang membawa aspirasi publik. Oleh karena

itu, idealnya media massa ditempatkan dalam posisi yang

terpantau netralitasnya agar informasi yang disampaikan lebih

menekankan pada aspek yang “senyatanya”, bukan pada posisi

yang diinginkan oleh si pemilik modal.

Konsepsi ideal itu tentu akan sangat sulit dilakukan di

lapangan, tapi setidaknya ada batasan-batasan etika yang harus

didisiplinkan bagi seluruh media massa. Media harus melihat

fenomena yang ingin diwartakan apa adanya, bukan dengan

cara mengkonstruksikan pewacanaan fenomena sesuai dengan

kepentingan pemilik modal. Media massa harus berpijak pada

pembangunan civil society   yang bermartabat, tidak semata-

mata hanya untuk mengeruk kepentingan perekonomian

Page 155: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 155/184155

mereka. Media juga harus mencerdaskan politik masyarakat.

Semoga masih ada media yang menjung tinggi nilai-nilai

demokrasi, menjadi penyambung lidah rakyat, tidak sekedar

membawa kepentingan pemiliknya.

Page 156: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 156/184156

Tak lama lagi Indonesia akan mengelar hajatan demokrasi,

Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan Presiden 2014.

Suasana Pemilu yang panas pun sudah sangat terasa, spanduk

terpasang di hampir setiap sudut kota. Rasanya tak boleh ada

tempat kosong yang tak dipasangi atribut calon legislatif dan

partai politiknya. Tak hanya itu, beberapa menit sekali, iklan

politik di televisi juga rajin menyapa kita, terlebih televisi yang

dimiliki seorang ketua partai politik peserta Pemilu.

“Pasar politik”, mungkin itu istilah yang tepat untuk

menggambarkan suasana Pemilu kita. Berbagai “dagangan”

politik diobral oleh caleg dan partai politik, termasuk mereka

yang berhasrat maju sebagai calon presiden melalui semua

media yang ada. Bahkan cenderung sudah keluar dari pakem

yang ada. Tidak sekedar nampang di iklan TVC (tv commercial),

ada beberapa di antara mereka yang “memaksakan diri”

bermain peran dalam sinema elektronik (sinetron).

 Antara Hasrat dan Kepentingan

Apa yang menlandasi perilaku di atas? Meminjam istilahDavid P Levine (2008), Yasraf Amir Piliang mengemukakan

Demokrasi Pasar(an)

Page 157: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 157/184157

bahwa perilaku politik elit dibangun atas dua kekuatan penentu,

yaitu nalar dan hasrat. Nalar dan hasrat menjadi pendulum

yang memberikan spirit seseorang untuk berpolitik.

Kekuatan nalar dan hasrat politik ini menjadi absurd  ketikasistem demokrasi mengalami reorientasi menuju demokrasi

prosedural yang menempatkan ‘kekuatan’ seseorang

berdasarkan kuantitas ‘dukungan pemilih’ dan kuantitas

‘dukungan inansial’ ketimbang kualitas intelektual maupun

kredibilitas kepemimpinan seseorang.

Sistem demokrasi prosedural inilah yang menyebabkan

perilaku kompetisi politik dipenuhi dengan persekongkolanpenguasa-pengusaha yang saling menguntungkan satu sama

lain, atau bisa jadi pengusaha sekaligus politisi agar meraup

keuntungan ganda. Penguasa mendapatkan inansial dari

pengusaha untuk menjamin kemenangan mereka dalam pemilu,

sedangkan pengusaha mendapatkan legitimasi berinvestasi di

sektor publik maupun sektor kebijakan yang akan ‘menjaga dan

mengembangkan ekonomi’ mereka.Tepat apa yang disampaikan Bobbio (1987), demokrasi

bukan hanya dikendalikan oleh kekuatan modal, namun

juga dikendalikan oleh kekuatan yang tak nampak (invisible

 power) yang di dalamnya memberikan ruang tawar menawar

transaksi, negosiasi, kompromi, dan konsensus yang dilakukan

secara rahasia, tak nampak, dan illegal. Perselingkuhan mampu

mempengaruhi kebijakan sesuai selera mereka. Prinsip

transparansi dalam pengambilan keputusan kebijakan publik

hanyalah rekayasa belaka. Pada dasarnya, keputusan tersebut

sudah dikompromikan di ruang tertutup yang tidak pernah

transparan.

Akhirnya, demokrasi hanyalah dijadikan sebagai wadah para

politisi untuk menyatakan “membawa aspirasi kolektif” dalam

memengaruhi kebijakan negara, padalah ia membawa aspirasi

pribadi untuk menghimpun keuntungan.

Page 158: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 158/184158

Maka sudah sewajarnya jika semakin banyak rakyat yang

kecewa terhadap berbagai perilaku elit politik negeri ini.

Deinisi politik menjadi hal yang “kotor” dan penuh dengan

kemunaikan di dalamnya. Sebab, sistem demokrasi hari initelah melahirkan “politisi pasaran” atau “politisi kartel” yang

selalu menjadi broker pembawa kemunaikan.

Ada dua hal yang sebenarnya bisa kita lakukan dalam

membenahi sistem demokrasi kita hari ini. Pertama, reformasi

sistem politik ; reformasi yang berlangsung di Indonesia baru

hanya sebatas mengganti orang-orang lama, tapi tidak diikuti

dengan pergantian sistem yang lebih baik. Akibatnya, perilakuaktor tetap koruptif dan manipulatif seperti yang terjadi di

masa sebelumnya, karena tradisi politik kita tidak berubah.

Yunarno Wijaya, dalam pernyataannya menganggap sistem

kepartaian dan pemerintahan di Indonesia saat ini masih

bersifat  patron client , dengan sistem rekrutmen keanggotaan

yang masih tertutup dan sistem pemerintahan yang masih

bernuansa kartel. Oleh karena itu, yang saat ini dibutuhkanadalah penyehatan sistem kultur politik kita dengan cara

mengubah pola rekrutmen politik.

Kedua, pengembangan civil education; dalam hal ini, titik

tekannya adalah bagaimana seluruh sistem demokrasi dan

masyarakat mendapatkan pengembangan pendidikan sipil yang

berbasiskan karakter. Cara penilaian terhadap civil education

tidak hanya dilihat secara kognitif, melainkan juga dilihat

secara afektif dan psikomotorik tentang bagaimana nilai-nilai

itu diaplikasikan oleh setiap individu dalam bermasyarakat dan

bernegara.

Diharapkan, masyarakat mampu merenungi segala

tindakannya untuk kemaslahatan rakyat yang lebih luas, tidak

hanya sebatas untuk mengembangkan kepentingan individu.

Melalui pengembangan civil education  pula, masyarakat

diajarkan untuk berpartisipasi dan bekerja sama dalam

Page 159: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 159/184159

pengambilan keputusan melalui mekanisme yang sudah diatur

dan dapat dipertanggungjawabkan untuk kepentingan publik.

  Melalui dua pendekatan diatas, diharapkan terjadinya

proses check and balances  dalam pemerintahan dan budayapartisipasi masyarakat yang legitimate, sehingga kita dapat

menciptakan tradisi pemerintahan yang bebas dari korupsi dan

manipulasi. Semoga!

Page 160: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 160/184160

Tidak kita pungkiri, hari-hari sulit akan dialami Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) dalam menapaki Pemilihan

Umum (Pemilu) Legislatif yang tidak lama lagi digelar. Sejak

ditetapkannya Luthi Hasan Ishaaq sebagai tersangka kasus

suap peningkatan kuota sapi impor oleh KPK, nilai elektabilitas

partai berlogo bulan sabit kembar ini diprediksi akan terus

turun, dan itu sudah banyak ditunjukkan dalam survei yang

dilakukan beberapa lembaga. Tesis tentang paradigma partai

dakwah pun mulai dipertanyakan, apakah benar partai dakwah

bisa menjadi solusi dalam memperbaiki umat dalam sistem

demokrasi seperti saat ini?

Berawal dari pertanyaan itulah, akhirnya kita harus

mengkritisi permasalahan demokrasi yang telah

menumpulkan potensi politik dakwah itu sendiri di dalam

sistem kepartaian hari ini. Tragedi yang menimpa PKS saat ini

seakan menjadi penanda rapuhnya perjuangan politik dakwah

dalam memperbaiki umat melalui partai politik. Selain itu,

intensitas pertarungan politik praktis yang mengedepankan

kepentingan partai lebih dominan ketimbang memperjuangkan

kepentingan kesejahteraan masyarakat pada umumnya,sehingga menyebabkan pertarungan kalah-menang antar

Terjebak di Jalan Demokrasi

Page 161: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 161/184161

partai dalam memenangkan Pemilu lebih dikedepankan dan

mengesampingkan kemaslahatan itu sendiri.

Untuk melahirkan pemimpin, negeri ini memng masih

bergantung pada partai politik. Dalam sebuah talkshow ditelevisi, Burhanudin Muhtadi pernah mengistilahkan partai

politi sebagai necessary devils  (setan yang dibutuhkan). Siapa

pun mereka yang ingin memperbaiki sistem pemerintahan

harus menjadi pemimpin, dan siapa yang ingin menjadi

pemimpin, maka partai politiklah sarananya. Sayangnya, dalam

perkembangannya justru partai politik ini menjadi kendaraan

oleh mereka-mereka yang haus kekuasaan semata. Partai jugamenjadi bergantung kepada mereka yang memiliki modal untuk

menghidupi dan mempertahankan eksistensi partai tersebut.

Partai kecil yang tak memiliki dukungan dana tentu akan

megap-megap  menghadapi kompetisi yang ganas antarpartai

peserta Pemilu 2014. Akhirnya, mereka pun menempuh

“segala” cara untuk mendapat dukungan inansial. Sehingga tak

sedikit yang terjabak pada perilaku korupsi demi menjaga cash low partai.

Sekedar contoh kecil untuk melihat fenomena itu, kita lihat

sumber dana keuangan PKS. Awalnya, dengan ditetapkannya

Peraturan Pemerintah (PP) No. 51/2001 tentang Bantuan

Dana Partai-partai Politik. Pada Pemilu 1999, PK mendapatkan

dana subsidi dari pemerintah Rp 1,4 milyar yang dilaokasikan

untuk Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Penerimaan uang tersebut

diberikan berdasarkan skema Rp1.000 /suara sesuai dengan

perolehan suara PK pada Pemilu 1999.

Pemerintahan SBY merevisi aturan tersebut dengan

menetapkan PP No. 29/ 2005 yang menyatakan bahwa negara

mengurangi subsidinya kepada partai politik. Partai-partai

politik mendapat alokasi Rp21 juta/kursi sesuai dengan hasil

Pemilu 2004. Ini berdampak pada perubahan subsidi di tingkat

daerah yang berorientasi pada perolehan kursi. Akibatnya,

Page 162: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 162/184162

pendapatan partai menurun secara sangat signiikan. PKS

pun mengalami penurunan subsidi dari Rp1,4 milyar/tahun

menjadi Rp945 juta/tahun saja. Padahal, jika pemerintah

masih menggunakan skema subsidi yang lama, PKS akanmemperoleh dana segar sebesar Rp8,3 milyar/tahun, merujuk

pada perolehan suara partai pada Pemilu 2004. (Burhanuddin

M: 2012).

Atas dasar ini, tidak heran jika kemudian PKS berpikir keras

untuk mencari strategi baru dalam menambah pemasukan kas

partai, apalagi untuk kebutuhan operasional partai dan dana

kampanye yang semakin besar.Sebenarnya, PKS memiliki iuran anggota/kader yang

menjadi tulang punggung kas partai, tapi tentu saja itu tidak

mampu menutupi kebutuhan partai yang besar. Mahudz

Siddiq pernah mengungkapkan, PKS juga terbuka menerima

sumbangan dari pihak-pihak luar, baik perusahaan maupun

individu yang memiliki agenda dan cita-cita religio-politic yang

sama dengan partai. Namun demikian, sumbangan pihak ketigajelas sarat kepentingan ekonomi dan politik seperti kasus PT.

Indoguna yang menimpa LHI saat ini.

Selain itu, dalam beberapa kasus, PKS juga menuai hal yang

sangat kontroversial ketika dicalonkannya Tamsil Linrung

sebagai Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI periode 2009-

2014. Padahal beberapa kalangan menuding bahwa Tamsil

memiliki rekam jejak yang kurang baik dalam pemberantasan

korupsi. Isu kurang sedap terakhir yang menimpa Tamsil adalah

dugaan peranan dia dalam alokasi Pendanaan Percepatan

Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) yang menyeret Wa

Ode Nurhayati dari Partai Amanat Nasional.

Langkah kontroversial lainnya adalah, dicalonkannya

mantan Wakapolri, Adang Daradjatun pada pemilihan Gubernur

DKI Jakarta pada tahun 2007. Ada spekulasi yang menyebut

Adang menyetor uang antara Rp 13 milyar sampai Rp 15 milyar

Page 163: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 163/184163

sebagai “mahar”, dan PKS tidak menolak secara tegas. Kasus

yang lainnya adalah tentang Inu Kencana Syai’ie (mantan dosen

Institut Pemerintahan Dalam Negeri) yang berkeluh kesah pada

media karena diminta membayar uang Rp 1 milyar sampai Rp 3milyar kepada DPD PKS di Payakumbuh jika ingin mendapatkan

dukungan dari partai sebagai calon walikota.

Dari hal ini maka kita akan mengambil dua benang merah

yang menyatakan bahwa; (1)  dalam menghadapi kendala

inansial seperti di atas, PKS terkadang harus melakukan

praktek “jual-beli” proses pencalonan kepala daerah yang

notabene nonkader, namun ia memiliki kemampuan inansialyang sangat banyak. PKS juga terkesan mulai kurang komitmen

untuk mencalonkan kader-kadernya sendiri dalam berbagai

Pemilukada. (2)  PKS tidak memungkiri untuk bernegosiasi

dan berdekatan dengan berbagai kalangan dalam praktik “jual-

beli di pasar gelap” guna mepengaruhi kebijakan partai yang

sekiranya dapat mendongkrak peningkatan inansial partai.

Ketika Zona Nyaman Jadi AncamanPada dasarnya tragedi yang menimpa LHI tida terlalu

signiikan menghancurkan sistem penjagaan kaderisasi partai.

Kader masih terlihat cukup solid meski ditimpa permasalahan

yang sangat besar. Dalam hal ini, harus diakui memang PKS cukup

diuntungkan dengan sistem  jamaah  yang mengedepankan

kepercayaan kepada pemimpin dalam menentukan berbagai

kebijakan, meski di antara mereka tidak tahu maksud dan

tujuan yang melandasi kebijakan tersebut. Sikap inilah yang

selama ini terus dipertahankan hingga ia telah mengakar kuat

dalam aktivitas jamaah.

Meminjam istilah Benedict Anderson tentang state-qua-

state, maka kita akan menilai bahwa kondisi Jamaah Tarbiyah

hari ini mengalami  jamaah-qua-jamaah, yang melihat bahwa

kekuatan-kekuatan kader sebagai determinan sangat minor

dalam pengambilan keputusan. “Sakralisasi” kader terhadap

Page 164: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 164/184164

elite jamaah, seakan melumpuhkan pengembangan potensi

kader untuk terlibat aktif dan mempelajari lebih jauh tentang

pengambilan sebuah keputusan yang bersifat strategis.

Hal ini telah mengakibatkan demograi intelegensia JamaahTarbiyah saat ini –meminjam istilah Lawson- bagaikan struktur

piramida. Di tingkat elite mengalami penajaman secara

intelektual dan semakin terbukanya akses akumulasi kapital,

namun terjadi pengeroposan intelegensia di tingkat kader. Di

saat yang seperti inilah, jamaah akan mengalami pengeroposan

regenerasi kualitas elit di masa mendatang, dan semakin

bergantung pada elit saat ini.Kita bisa mengambil konsepsi Foucauldian tentang genealogi

yang berusaha mengidentiikasi penyimpangan-penyimpangan

yang kecil (the minute deviations)’. Genealogi memfokuskan

diri pada retakan-retakan, mempelajari keadaan-keadaan

sinkronik, yaitu perubahan kondisi jamaah pada saat-saat

tertentu, juga kerangka waktu yang diakronik (jangka waktu

perjalanan dakwah jamaah yang lama dan berkesinambungan).

Kita akan melihat kondisi jamaah mengalami perubahan

yang sangat signiikan pascareformasi, telah terjadi reorientasi

gerakan yang sangat berbeda. Pada fase ini –meminjam pendapat

Airlangga P (2013)- gagasan terhadap ideologi Tarbiyah dapat

terseleksi, mengalami proses deviasi atau menjelma menjadi

sebuah praktik politik yang berbeda dengan ide awalnya, dan

hal itu sangat ditentukan oleh pertemuan atau perselisihan

kepentingan dari aktor (elite partai) yang mengusungnya

dengan koalisi sosial yang mereka bangun.

Dalam memahami kontestasi diskursus ideologi Tarbiyah

saat ini, kita tidak melupakan bagaimana bias kepentingan

ekonomi-politik mempengaruhi praksis ideologi yang bekerja

dalam kontestasi politik tersebut. Hal ini sangat jauh berbeda

ketika Jamaah Tarbiyah belum memasuki ranah politik praktis

ketika aktivitas dakwah tidak disamakan dengan orientasielektabilitas.

Page 165: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 165/184165

Untuk Direnungkan !

Yon Machmudi (2008: 219) pernah mengungkapkan;

berbagai manuver yang dilakukan PKS sebagai konsekuensi

doktrin ”al–jama’ah hiya al–hizb wa al–hizb huwa al– jama’ah”, maupun ”yakhtalituna wa lakinna yatamayyazun”  (bercampur

namun berbeda), menyisakan dilema, bahkan problematika

bagi PKS dan para kadernya. Sebagian kalangan di PKS

”menggunakan” kedua doktrin tersebut untuk melakukan

langkah-langkah pragmatis dengan argumentasi akomodasi

politik demi kemaslahatan dakwah, walaupun kelompok lain

menilainya absurd dan melenceng dari jatidiri partai.Oleh karena itu, penulis ingin memberikan sebuah gagasan

tentang (1)  bagaimana cara seorang kader dapat memahami

kembali bahwa “al-jama’ah hiya al-hizb wa al- hizb huwa

al-jama’ah”   bukanlah suatu hal yang bersifat tsawabit   atau

mutlak. Melainkan harus dimaknai sebagai sebuah strategi

dalam berpolitik, yang dalam pemaknaan asasnya tetap harus

dibedakan di antara keduanya.Dengan begitu, jamaah dapat berfungsi sebagai social

control  dan checks and balances  terhadap kinerja partai, serta

memberikan ruang bagi setiap kader untuk mengkritisi kinerja

partai itu sendiri. Sebab, bagaimana pun juga dakwah di ranah

parlemen sangat dibutuhkan dan masih memiliki harapan

untuk sebuah perbaikan selama partai dakwah selalu berbenah

diri, membangun kolektivitas gerak, dan membuka ruang

partisipasi maupun menerima berbagai-macam kritik dan

saran yang membangun sebagai sebuah batu loncatan untuk

perbaikan dakwah di parlemen.

(2) Sebagaimana Arif Munandar (2011); struktur organisasi

PKS yang cenderung oligarkis berpotensi memunculkan

becalming, yaitu situasi di mana para kader mengalami

penurunan komitmen dan motivasi secara signiikan, dan

terjadi pergeseran tujuan (goal displacement)  pada sebagian

Page 166: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 166/184166

dari mereka. Oleh karena itu, merujuk pada pendapat Osterman

(2006), Arif Munandar merekomendasikan agar perbaikan/

penyempurnaan proses tarbiyah juga diarahkan agar tarbiyah 

dapat menjadi media yang efektif untuk membangun danmenguatkan sense of capacity and agency , yaitu keyakinan

diri para kader tentang kapasitas pribadi dan peran strategis

mereka terhadap pengambilan keputusan dalam organisasi.

Di samping itu, perlu dilakukan pula langkah-langkah untuk

menghidupkan, dan kemudian menguatkan, budaya diskusi dan

kontestasi gagasan secara internal, sehingga para kader menjadi

lebih berdaya ketika berhadapan dengan dominasi elit. Merujukpada tipologi spiritualitas organisasi (Pina e Cunha et.all.,

2006), tarbiyah  harus difungsikan untuk mentransformasi

kader dari kondisi dependen menjadi independen. Dalam

konteks organisasi yang spiritually informed , PKS akan berubah

dari the soulful organization  menjadi organisasi holistik (the

holistic organization).

Oganisasi memiliki perhatian yang integral terhadapkebutuhan manusia, dan para kader memiliki pemaknaan

yang mendalam tentang peran dan tugas mereka sebagai

bagian dari organisasi. Membangun budaya yang lebih terbuka

secara internal jauh lebih bermakna dan kontributif terhadap

pengokohan organisasi PKS ketimbang mewacanakan “Partai

Terbuka”.

Terakhir, partai dan jamaah juga harus mampu

mendewasakan para kadernya dengan membangun

kematangan emosional dan spiritual, menguatkan internal

locus of control, serta membekali mereka dengan kemampuan

belajar (learning) yang prima. Dalam iklim demokrasi internal

yang sehat dan bertanggung jawab, dan eksistensi kader yang

matang, pengelompokkan, faksionalisasi, dan konlik internal

justru menjadi sistem check and balances atau mekanisme self-

correction yang efektif.

Page 167: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 167/184167

Pemilu sudah di hadapan mata, tapi masih banyak

permasalahan yang belum diselesaikan oleh

penyelenggara Pemilu. Meski banyak pihak yang menyangsikan

Pemilu dapat diselenggarakan dengan baik, Komisi Pemilihan

Umum (KPU) tetap optmis dapat menyelenggarakan tepat

waktu. Masalah yang paling krusial dan menyedot banyakperhatian adalah soal Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Data yang dirilis oleh KPU menunjukkan, jumlah total pemilih

yang terdaftar untuk Pemilu 2014 sejumlah 186.612.255

pemilih. Dari jumlah tersebut, 20-30% diantaranya adalah

pemilih pemula. Pemilih pemula adalah penyebutan yang

ditujukan kepada kelompok muda yang baru pertama kali

menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu. Kini, seluruh partaipolitik berkontestasi untuk memperebutkan seluruh suara

tersebut.

Sebelum membahas lebih jauh, menarik untuk melihat data

yang dirilis Polling Center. Survei yang dilakukan terhadap 2.760

responden di enam daerah, yakni Aceh, DKI Jakarta, Kalimantan

Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Timur

yang menunjukkan, 49,6 % responden akan memilih calon yang

Pemuda dan Partisipasi Pemilu

Page 168: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 168/184168

memberikan uang/barang pertama kali. Sekitar 26,2 % akan

memilih calon yang memberikan uang/barang yang lebih besar.

Terakhir, 9,6% akan memilih calon yang memberikan barang/

uang terakhir kali. Dari jumlah responden tersebut, terdapat

sekitar 6,3 % adalah pemilih pemula usia16-20 tahun, dan24,5% adalah jumlah pemilih muda.

Hasil survei tersebut tentu menjadi “alarm bahaya” bagi

demokrasi Indonesia, karena ada ketidaksesuaian terhadap

daya tangkap antara “siapa calon” dan “siapa pemilih”. Adanya

ketidakselarasan antara iklan politik yang mengatasnamakan

“berjuang untuk rakyat”, dengan praktik politik kotor yang

menggadaikan suara rakyat dengan recehan. Perilaku tersebuttelah menjadi “boomerang” bagi demokrasi itu sendiri.

Berdasarkan Indeks Demokrasi Indonesia yang

dipublikasikan oleh Bappenas, BPS, dan Kemenko Pulhukam

yang bekerjasama dengan UNDP menunjukkan tren capaian

indeks nasional selama tahun 2010-2012. Dari data tersebut

menunjukkan; capaian indeks Aspek Kebebasan Sipil di tahun

2010 mencapai 82, 53 , di tahun 2011 mencapai 80,79, dan ditahun 2012 mencapai 77,94. Dalam hal ini, Kebebasan Sipil

masyarakat Indonesia tergolong sangat “baik”.

Namun, di dalam penelitian tersebut juga menunjukkan,

capaian indeks aspek hak-hak politik cenderung dalam kategori

“buruk”. Hal ini ditunjukkan dengan; indeks yang mencapai 47,

87 (2010); 47, 57 (2011); dan 46, 33 (2012). Di sisi lain, capaian

indeks aspek Lembaga Demokrasi di tahun 2010 mencapai 63,11; 74, 72 (2011) 69, 28 (2012) yang termasuk dalam kategori

“sedang”.

Angka-angka indeks di atas dapat kita maknai, sejauh ini

Indonesia relatif berhasil dalam mengembangkan kebebasan

sipil, yang ditandai dengan adanya perluasan arena dan

bangkitnya gairah partisipasi publik. Namun, kebebasan sipil

yang meningkat begitu pesat ini belum disertai oleh peningkatan

Page 169: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 169/184169

kapasitas lembaga demokrasi yang berfungsi menampung,

menyalurkan, dan merespon tuntutan publik.

Akibat dari semua ini, kebebasan sipil dan hak-hak politik

kemudian lebih banyak diekspresikan dalam praktik politik

yang pragmatis, hanya sebatas untuk ‘mendulang banyak suara’.

Sehingga, pada akhirnya, demokrasi sekedar prosesi formal

pemilihan lima tahunan.

Dari sejumlah analisis diatas, tentunya kita merasa prihatin.

Pemilih pemula atau pemilih muda pun tak luput dari ‘arus’

pragmatisme politik uang. Jumlah populasi mereka yang di

atas 20% adalah aset berharga yang sangat menentukan arah

bangsa ini. Jika pemudanya sudah pragmatis dalam berpolitik,

bagaimana pemimpin-pemimpin kita di masa yang akan datang.

Karena pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.

Kini tinggal bagaimana seluruh elemen masyarakat –baik

pemerintah, civil soviety , maupun NGO- menyikapi fenomena

ini. Kita harus bersatu padu membina dan mengembangkan

partisipasi pemilih pemula. Tidak sekedar melalui Pemilu yang

formalistik, melainkan bagaimana mereka terlibat dalam proses

pembuatan kebijakan, mengawal dan mengawasinya.

Saat ini, ada tiga persepsi di kalangan pemilih pemula

maupun pemilih muda terhadap sistem demokrasi kita

hari ini, yaitu; (1) apatis: untuk apa memilih jikalau hanya

menghabiskan waktu, namun tidak ada beneit yang ia peroleh;

(2) pragmatis:  memilih seseorang karena adanya imbalan;

(3) asal kenal: menyempatkan memilih, namun yang mereka

pilih hanya sebatas faktor ‘asal kenal’ sang calon, tanpa pernah

mengetahui kapasitas, kualitas, kredibilitas kinerja dan

kontribusi calon itu sendiri.

Sikap inilah yang harus kita perbaiki sama-sama agar mereka

tidak semakin terjebak di pemahaman yang salah. Kita harus

membangun kesadaran mereka terhadap esensi berdemokrasi

itu sendiri. Meminjam bahasa Ribut Lupiyanto- pembangunan

Page 170: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 170/184170

maupun penyosialisasian kesadaran berdemokrasi harus

memiliki kejelian dalam membangun strategi dan pendekatan,

khususnya kepada pemilih pemula dan pemilih muda. Gaya

muda, penguasaan internet dan teknologi, bahasa gaul, kegiatan

ringan, dan lainnya dapat jadi pertimbangan. Sementara itusebagaimana dikatakan Matta; pemilih muda sebagai the new

majority  dan pemilih pemula sebagai the native democracy . Dua

kelompok ini menjadi aset penting dalam menentukan arah

demokrasi itu sendiri.

Lalu, bagaimana cara efektif untuk membangun kesadaran

berdemokrasi bagi pemilih pemula maupun pemilih muda

itu sendiri. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah(1) Menjadikan isu demokrasi sebagai sesuatu yang  fun:

penyadaran terhadap demokrasi terhadap para pemilih pemula

pun bisa dilakukang dengan cara yang sangat menyenangkan.

Fungsi utama penyadaran berdemokrasi adalah; bahwa esensi

pemilih pemula bukan hanya sebatas memilih salah seorang

calon di dalam kotak suara, melainkan juga dapat berpartisipasi

dalam demokrasi melalui berbagai cara, seperti; kritik dan

saran terhadap kebijakan pemerintah, melakukan kontrol

sosial terhadap kinerja pemerintah, berpartisipasi aktif dalam

kegiatan masyarakat juga bisa dilakukan dengan cara yang

sederhana.

Sebagian kaum muda kita mungkin menganggap partisipasi

politik sangatlah menjemukan. Padahal, para pemilih pemula

memiliki daya imajinasi yang tinggi dalam mengembangkan

partisipasi politik mereka dengan kemampuan dan  passion 

mereka sendiri. Bagi pelajar dan pemuda yang lebih senang

dengan dunia musik, maka berpartisipasilah dengan musiknya.

Bagi mereka yang suka menggambar, maka berpartisipasilah

dengan gambar-gambar yang bermanfaat bagi masyarakat.

Begitu pun bagi para pegiat sastra, olah raga, kesenian, dan

yang lainnya. Mereka harus diberikan ruang kreasi untuk

menyalurkan partisipasi mereka sesuai denga hobi dan passion-

Page 171: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 171/184171

nya masing-masing.

  (2) Memanfaatkan Social-Media. Saat ini peranan media

sosial seperti twitter  dan facebook  sangat tinggi dalam berbagai

aspek. Baik itu pemasaran produk, dukungan politik, hingga

gerakan massa. Kita tentu masih ingat bagaiamana “gerakan

Cicak vs Buaya” dukungan untuk Bibit Samad Riyanto dan

Chandra M Hamzah (keduanya mantan pimpinan KPK) yang

digalang melalui media sosial, dan berujung pada keputusan

deponering kasus yang membelit keduanya. Kita juga ingat

bagaimana Prita Mulyasari mendapat dukungan yang sangat

besar dari masyarakat atas “perlawanannya” melawan salah

satu rumah sakit internasional terkemuka, dan itu diawalimelalui media sosial.

Saat ini, hampir semua anak muda di negeri ini rasanya tak

ada yang tak kenal dengan Facebook , twitter , maupun media

sosial lainnya. Tentu saja itu menjadi sarana yang efektif untuk

meningkatkan awareness pemilih pemula guna meningkatkan

partisipasi politik mereka.

Setidaknya, dengan dua pendekatan ini partisipasi pemilih

muda bisa dibangkitkan, bahwa dalam berdemokrasi, tugas

mereka bukan hanya sebatas memilih ketika Pemilu, melainkan

juga turut berpartisipasi aktif dalam mengembangkan

demokrasi itu sendiri melalui bentuknya.

Untuk melakukan pemberdayaan pemilih pemula, kita harus

mengintensikan sosialisasi kepada mereka. Kita harus bisa

memberikan pembelajaran politik yang baik kepada mereka,

agar mereka paham atas pilihan dan tindakan yang mereka

ambil dalam berdemokrasi.

KPU juga harus membuat materi sosialisasi yang mudah

dicerna oleh pemilih pemula, bagaimana mereka bisa

berpartisipasi, bagaimana mereka mengenal kandidat yang

akan dipilih. Para pemilih muda ini juga harus diyakinkan untuk

tidak memilih “kucing dalam karung” hanya karena uang.

Page 172: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 172/184172

Dengan demikian, harapannya, potensi suara yang 20-30

persen itu dapat dioptimalkan untuk hasil Pemilu yang baik.

Sehingga cita-cita dan esensi dari proses Pemilu yang kita

selenggarakan bisa terwujud. Amin.

Page 173: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 173/184173

Daftar Bacaan

Al-Qur’aanul Kariim, 2005. Mushaf Al-Qur’an versi 2002.

(Jakarta: Al-Huda Kelompok Gema Insani Press).

Ahmad, Kamaruzzaman Bustamam.2003. Satu Dasawarsa

The Clash Of Civilization: Membongkar Politik Amerika di Pentas

Dunia. (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA).

Ahmad, Nur. 2005. Etika Jamaah; Telaah EvaluatifKedisiplinan terhadap Rambu-rambu Jama’ah Dakwah.  (Solo:

Media Insani Press).

Al- Attas, Syed Muhammad Naquib, 2011. Islam dan

Sekularisme. (Bandung: Penerbit PIMPIN)

  Al- Kilani, Majid ‘Irsyan. Misteri Masa Kelam Islam dan

Kemenangan Perang Salib: Releksi 50 Tahun Gerakan Dakwah

Para Ulama Untuk Membangkitkan Umat dan Merebut Palestina (terjemahan). (Bekasi: Kalam Aulia Mediatama 2007).

Al-Banna, Shofwan. 2011. Membentangkan Ketakutan; Jejak

Berdarah Perang Global Terorisme. (Yogyakarta: Pro-U Media).

Al-Ghozali, Imam. Ihya’ ‘Ulumuddin (Terjemahan). (Jakarta:

Sahara Publisher 2011)

Ali, As’ad. Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa.(Jakarta; LP3ES 2009)

Al-Qarni, Aidh Abdullah. Al-Qur’an Berjalan: The Great Story

of Muhammad . (Sahara Publishers)

Anwar Bachtiar, Tiar. Lajur-lajur Pemikiran Islam. (Bekasi,

Komunitas Nuun 2011)

Assyaukanie, Luti. 2011. Empat Agenda Islam yang

Membebaskan. (Jakarta: Yayasan Abad-Demokrasi)

Page 174: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 174/184174

Azca, M. Najib, dkk. 2011. Pemuda Pasca Orba: Potret

Kontemporer Pemuda Indonesia.  (Yogyakarta: YouSure (Youth

Studies Centre) Fisipol UGM).

Edited; Wilkins, Karin Gwinn. Redeveloping Communication for Social Change: theory,practice, and power . ( United Kingdom,

Rowman & Littleields Publishers, Inc: 2000)

El Baroroh, Umdah. 2011. Genealogi Gerakan Islam Indonesia. 

(Jakarta: Yayasan Abad-Demokrasi)

Eriyanto. Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi, dan Politik

Media. (Yogyakarta, LKiS; 2005)

Fakih, Mansour. 2002.  Jalan Lain: Manifesto Intelektual

Organik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Fauzi, Ihsan Ali, dkk (ed).2012. Demi Toleransi Demi

Pluralisme; Esai-esai untuk Merayakan 65 Tahun M. Dawam

Rahardjo.(Jakarta: Yayasan Abad-Demokrasi)

Fathi Osman, Mohamed.2012. Islam, Pluralisme & Kebebasan

Beragama; Pandangan Al-Qur’an, Kemanusiaan, Sejarah, dan

Peradaban. (Jakarta: Yayasan Abad-Demokrasi)

Habermas, Jurgen. The Theory of Communicative Action.

Reason and the Rationalization of Society. (Frankrurt am Main,

Baecon Press: 1986)

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa;

Sebuah Study Critical Discourse Analysis terhadap Berita-beritaPolitik . (Granit: 2004)

Hatta, Muhammad. Untuk Negeriku: Sebuah Otobiograi (jilid

1). ( Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS 2011)

Herry Mohammad, dkk. 2008. Tokoh-tokoh Islam yang

Berpengaruh Abad 20. (Jakarta: Gema Insani Press).

Husaini, Adian dan Nuim Hidayat, 2006. Islam Liberal;

Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan Jawabannya.(Jakarta:

Page 175: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 175/184175

Gema Insani Press)

Husaini, Adian, 2002. Penyesatan Opini; Sebuah Rekayasa

Mengubah Citra. (Jakarta: Gema Insani Press).

_____________, 2005. Wajahan Peradaban Barat; Dari Hegemoni

Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal. (Jakarta: Gema Insani

Press).

_______________, Pendidikan Islam; Membangun Manusia

Berkarakter dan Beradab. (Bekasi; Komunitas Nuun 2012)

________________, Konsep Islam sebagai Agama Wahyu. Makalah

INSISTS.www.insistnet.com

_________________, Pancasila Bukan untuk Menindas Hak

Konstitusional Umat Islam.(Jakarta; Gema Insani Press 2009)

Imam Al-Ghozali. (Ringkasan) Ihya’ ‘Ulumuddin

(Terjemahan). (Jakarta: Sahara Publisher 2011)

Imawan, Riswandha. 2011. Quo Vadis Demokrasi Indonesia.

(Yogyakarta: Researh Center for Politics and GovernmentJurusan Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada)

Khaldun, Ibnu, Mukaddimah (Terjemahan). (Jakarta; Pustaka

Al-Kautsar 2011)

Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat. (Yogyakarta: Tiara

Wacana 1987)

Latif, Yudhi, Intelegensia Muslim dan Kuasa: Genealogi

Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20. (Bandung; Penerbit

Mizan 2005)

Listiyono Santoso, dkk. 2007. Epistimologi Kiri. (Yogyakarta:

AR-RUZZ MEDIA).

Louw, P. Eric. The Media and Political Process. (New Delhi,

SAGE Publication Inc; 2005)

Luth, Thohir. M. Natsir; Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta:

Page 176: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 176/184176

Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi, Syaikh. 2010.

Syarah Kitab Tauhid   (Judul Versi Indonesia). (Bogor: Pustaka

Darul Ilmi).

Muhammad bin Jamil Zainu, Syaikh. 2011.  Ada Apa denganWahabi (terjemahan). (Jakarta: Pustaka At-Tazkia).

Muhammad Sa’id Mursi, Syaikh. 2007. Tokoh-tokoh Besar

Islam Sepanjang Sejarah (Edisi Indonesia). (Jakarta: PUSTAKA

AL-KAUTSAR).

Muhtadi, Burhanuddin. 2012. Dilema PKS: Suara dan Syariah

(Jakarta: Penerbit Gramedia)

Munawar-Rachman, Budhy. 2011. Ensiklopedi Nurcholish

Madjid (jilid 1). (Jakarta: Yayasan Abad-Demokrasi)

Mustoiah, Dewi. 2011. Dahsyatnya Lobi-lobi Gila

Internasional Israel. (Yogyakarta: IRCiSoD).

Nor Wan Daud, Wan Mohd, 2012. Rihlah Ilmiah, Dari

Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer .(Jakarta; UTM-

CASIS dan INSISTS)

Nurdi, Heri, Perjalanan Meminang Bidadari.  (Bandung;

Lingkar Pena Publishing House 2011)

Pratama, Prio. 2011. Pseudo Toleransi: Metode Dakwah Al-

Qardlawi dan Masa Depan Pluralisme.  (Jakarta: Yayasan Abad-

Demokrasi)

Qadir Hamid, Tijani Abdul. Pemikiran Politik dalam Al-Qur’an(Terjemahan). (Jakarta: Gema Insani Press 2001)

Quthb, Sayyid. Ma’alim Fii Ath-Thariiq  (terjemahan).

(Yogyakarta: Daarul Uswah 2011)

Ricklefs, M.C.2009. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008

(Edisi Indonesia). (Jakarta, Serambi).

Siddiq, Mahfudz. KAMMI dan Pergulatan Reformasi.  (Solo:Penerbit Era Intermedia 2003)

Page 177: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 177/184177

Sjafril Akmal.2011. Islam Liberal 101. (Indie Publishing)

Syahrul, Ahan. 2011. Intelektualitas dan Peradaban

Masyarakat. (In-Trans Publishing)

Wahib, Ahmad. 2012. Pergolakan Pemikiran Islam; Catatan

Harian Ahmad Wahib. (Jakarta: Yayasan Abad-Demokrasi)

Wahid, Abdurrahman. 2011. Islamku Islam Anda Islam Kita;

Agama Masyarakat Negara Demokrasi. (Jakarta: Yayasan Abad-

Demokrasi)

Waskito, AM, 2012. Bersikap Adil Kepada Wahabi; Bantahan

Kritis & Fundamental Terhadap Buku Propaganda Karya SyaikhIdahram. ( Jakarta: PUSTAKA AL- KAUTSAR).

Zarkasyi, Hamid Fahmi. 2012. Misykat: Releksi Tentang

Islam, Westernisasi & Liberalisasi. (Jakarta; INSISTS)

Sumber Lainnya:

Andreas Santosa, Dwi. “Benih Kedaulatan Petani”(Kompas,04/06/2012)

__________________. “Petani, UU, dan Transgenik”(Kompas,

18/10/2012)

Abdullah, Said. “Ketimpangan Pangan: Negara Maju Vs

Berkembang” (Kompas, 02/05/2012)

Adhe, Nuansa. “Membumikan Intelektual Profetik”. http://kammikomsatugm.wordpress.com 2010

Armas, Adnin. Kritik Terhadap Gagasan Titik-Temu Antar

Agama. Makalah INSISTS.www.insistnet.com

Arsyad, Idham. “Kusutnya Keagrariaan Kita” (Kompas,

23/09/2012)

Bahari, Syaiful. “Konstitusi dan Politik Agraria” (Kompas,26/09/2012)

Page 178: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 178/184178

Erani Yustika, Ahmad. “Dampak Liberalisasi Pertanian”

(Kompas, 31/05/2012)

Gafar, Sapuan. “Stabilisasi Harga Pangan” (Kompas,

16/10/2012)

Husaini, Adian. Konsep Islam sebagai Agama Wahyu.

Makalah INSISTS.www.insistnet.com

Jatmiko, Tejo Wahyu. “Kontroversi Transgenik” (Kompas,

02/10/2012)

Khudori. “Kelembagaan Pangan” (Kompas, 27/09/2012)

Makalah Kuliah Umum disampiakan pada Pembukaan

Program Pasca Sarjana Bidang Pendidikan Islam, Universitas

Ibn Khaldun, Bogor, Kampus Universitas Ibn Khaldun, Bogor,

tanggal 11 Agustus 2007. www.insistsnet.com

Sadjad, Sjamsoe’oed. “Politik Pertanian Sebagai Ilmu”

(Kompas, 16/05/2012)

Sawit, M Husein. “Terjebak Impor Beras” (Kompas,03/10/2012)

Tarmidi, Lepi T. “Eisiensi Lahan dan Produksi Pangan”

(Kompas, 29/09/2012)

Page 179: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 179/184179

 A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu kunci untuk kebangkitan bagi

sebuah bangsa dan salah satu elemen kebangkitan yang sangat

berperan adalah para pemudanya. Karenanya pendidikan

pemuda dan mahasiswa harus memperoleh perhatian khususuntuk meningkatkan kualitas suatu bangsa.

Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa adalah salah satu

jejaring Pendidikan di Dompet Dhuafa yang berkhidmat pada

peningkatan kualitas manusia melalui pendidikan. Berbagai

pengalaman dalam mengelola beasiswa investasi sumber daya

manusia dan pemberdayaan, mengantarkannya untuk juga

memperhatikan para pemuda khususnya aktivis mahasiswayang penuh dengan semangat, idealisme dan potensi untuk

perbaikan suatu bangsa. Padatnya aktivitas akademik dan

nonakademik, ditambah dengan rongrongan untuk lebih

realistis, membuat aktivis cenderung untuk tidak seimbang

dan tergadai idealismenya. Padahal, idealisme itulah yang

membuat mereka terus berjuang, berkontribusi dan menebar

kebermanfaatan bagi masyarakat.

Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang berani, cerdas,

Beasiswa Aktivis Nusantara(BAKTI NUSA)

Dompet Dhuafa 

 

Page 180: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 180/184180

aktif, dan punya integritas untuk melayani masyarakat, dan

para aktivis mahasiswa memiliki semua modalnya. Selanjutnya

tinggal bagaimana sistem dapat mendukungnya. Untuk itulah

diperlukan sebuah program yang mampu mendukung danmenguatkan peran aktivis mahasiswa sebagai investasi untuk

lahirnya pemimpin masa depan yang memiliki kepedulian

terhadap permasalahan masyarakat dan terus berupaya untuk

berkontribusi menjadi solusi bagi kompleksnya problematika

bangsa.

B. DEFINISI

Program ini bernama Beasiswa Aktivis Nusantara disingkatBAKTI NUSA. BAKTI NUSA adalah investasi sumber daya

manusia yang mengelola biaya untuk pendidikan, pembinaan,

dan pelatihan, serta pendampingan bagi aktivis mahasiswa.

C. TUJUAN

Program BAKTI NUSA bertujuan mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan sikap peserta program yang

akan mengarahkannya menjadi sumber daya manusia yang

berkarakter pemimpin yang bertanggung jawab dan mampu

berkontribusi dan berperan aktif di tengah masyarakat.

D. MISI

Adapun misi dari program BAKTI NUSA adalah:

1. Pengembangan diri peserta program yang berbasis karakter;

2. Membangun dan mengoptimalkan jaringan;

3. Mengoptimalkan peran penerima manfaat dalam aktivitas

pemberdayaan masyarakat;

E. BENTUK PROGRAM

Pelaksanaan program Beasiswa Aktivis dilakukan dalam

beberapa bentuk kegiatan yaitu:

1. Pemberian dana dukungan aktivitas;

Page 181: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 181/184181

2. Fasilitas pengembangan diri:

a. Training

• Character Building: Pelatihan pembentukan karaktermahasiswa yang unggul dan kepemimpinan.

Dilaksanakan setiap bulan.

• Training Value: Pelatihan kerelawanan sosial yang

dilaksanakan setiap bulan.

• Pelatihan Kepenulisan: Pelatihan dan pendampingan

penulisan yang dilaksanakan sepanjang pelaksanaan

program.

b. Coaching

• Coaching Aktivis: Pelatihan dan pendampingan

kepemimpinan praktis oleh fasilitator yang meliputi

aspek agama, leadership, dan managerial skill,

akademik, dan sosial. Coaching juga berperan sebagai

sarana sharing, monitoring dan evaluasi bagi peserta

program oleh fasilitator. Coaching dilaksanakan setiap

pekan.

• Coaching Tokoh: Kunjungan dan diskusi bersama

tokoh nasional sebagai sarana memperkaya wawasan

dan gagasan bagi peserta program. Silaturahim

tokoh juga dilaksanakan sebagai sarana memperluas

jaringan bagi peserta dan lembaga. Silaturahim tokoh

dilaksanakan setiap bulan.

c. Penugasan

Bentuk pembinaan yang lain dari Beasiswa Aktivis

adalah penugasan, baik secara perorangan maupun

kelompok. Penugasan dilakukan dalam bentuk:

• Penulisan artikel (bulanan);

• Focus Group Discussion (bulanan);

Page 182: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 182/184182

• Event bersama penerima beasiswa (triwulan);

• Social Project (Tahunan).

d. MagangPeserta BAKTI NUSA yang telah memasuki tahun

kedua diberikan kesempatan terlibat dalam aktivitas

kemanusiaan yang dilakukan di jejaring internal maupun

mitra Dompet Dhuafa di Indonesia maupun mancanegara.

e. Delegasi

Program BAKTI NUSA memberikan dukungan dan

kesempatan kepada peserta BAKTI NUSA untuk mengikuti

kegiatan delegasi baik nasional maupun internasional.

f. Support S-2

Dukungan dan fasilitasi bagi peserta BAKTI NUSA yang

merencanakan melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2.

3. Fasilitator

Seluruh rangkaian program dikelola oleh seorang

fasilitator pada setiap daerah program. Fasilitator bertindak

sebagai manajemen program sekaligus pendamping

bagi peserta. Fasilitator adalah aktivis/tokoh lembaga

kemahasiswaan di PTN daerah program masing-masing.

F. PESERTA

Peserta program ini pada tahun pertama terdiri dari 24aktivis mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI), Institut

Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Pada tahun kedua, peserta program berjumlah 4o aktivis

mahasiswa yang berasal dari 3 kampus program tahun

pertama ditambah 3 kampus program baru yaitu Institut

Teknologi Bandung (ITB), Universitas Sebelas Maret Surakarta

(UNS), dan Universitas Sriwijaya (UNSRI). Pada tahun ketiga

(2013), asal kampus peserta program bertambah satu, yakni

Page 183: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 183/184183

Universitas Padjadjaran. Dengan demikian, ada 7 kampus yang

mahasiswanya bergabung dalam program ini. Adapun penerima

manfaat pada tahun ketiga berjumlah 47 aktivis mahasiswa.

G. KONTAK PERSON

Informasi lebih jauh tentang BAKTI NUSA bisa menghubungi:

• Budiyanto 0857.4280.6307

• Edi Nugroho 0812.8004.0982

Page 184: Indonesia Berdaulat

7/21/2019 Indonesia Berdaulat

http://slidepdf.com/reader/full/indonesia-berdaulat 184/184