indera peraba contoh

18
2.1. Indera Peraba (Kulit) Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang. a. Bagian-bagian kulit Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan dermis. Pada lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel yaitu: Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya. Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan. Stratum lusidum merupakan lapisan yang transparan. Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar.

Upload: trress-jumsuit

Post on 27-Oct-2015

379 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Indera Peraba contoh

2.1. Indera Peraba (Kulit)

Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan,

panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke

daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari

epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat

epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang.

a. Bagian-bagian kulit

Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan

dermis. Pada lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis

tersusun atas empat lapis sel yaitu:

Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya.

Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi

keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan

pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit,

kehitaman, atau kecoklatan.

Stratum lusidum merupakan lapisan yang transparan.

Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar.

Gambar Penampang kulit manusia beserta reseptor-reseptornya

Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari serat

yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat elastis/lentur,

sehingga kulit dapat mengembang.

Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk

kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang

membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut saraf. Pada

Page 2: Indera Peraba contoh

setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa

takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat

timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari

kerusakan mekanik.

b. Cara Kerja Kulit

Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas, dingin, tekanan, dan

nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang tersebut diterima oleh sel-sel reseptor.

Selanjutnya, rangsang akan diteruskan ke otak melalui urat saraf. Oleh otak, rangsang akan

diolah. Akibatnya, kita merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun memerintahkan tubuh

untuk menanggapi rangsang tersebut.

c. Kelainan pada kulit

Kulit merupakan bagian tubuh terluar sehingga selalu berhubungan dengan

lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kulit mudah terluka serta terserang jamur dan bibit

penyakit lainnya. Beberapa penyakit kulit yang sering kita temui yaitu:

1. Jerawat. Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher, punggung, dan dada. Penyakit

ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor. Anak-anak yang

memasuki masa remaja serta orang-orang yang memiiki jenis kulit berminyak sangat

rentan terhadap jerawat.

2. Panu. Panu disebabkan oleh jamur yang menempel di kulit. Panu tampak sebagai

bercak atau bulatan putih di kulit dan disertai rasa gatal. Panu timbul karena penderita

tidak menjaga kebersihan kulit.

3. Kadas. Kadas nampak di kulit sebagai bulatan putih bersisik. Pada setiap bulatan

terdapat garis tepi yang jelas dengan kulit yang tidak terkena. Kadas juga

menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur.

4. Skabies. Skabies disebut pula “seven-year itch”. Penyakit tersebut disebabkan oleh

parasit insekta yang sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan dapat menular pada orang

lain.

5. Eksim. Eksim merupakan penyakit kulit yang akut atau kronis. Penyakit tersebut

menyebabkan kulit menjadi kering, kemerah-merahan, gatal-gatal, dan bersisik.

6. Biang keringat. Biang keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh sel-sel

kulit mati yang tidak dapat terbuang secara sempurna. Keringat yang terperangkap

tersebut menyebabkan timbulnya bintik-bintik kemerahan yang disertai gatal. Daki,

debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan biang keringat.

Page 3: Indera Peraba contoh

INDRA PERABA

 1. Pengertian  Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit mamalia dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir.  2. Fungsi KulitKulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh; tempat pembuatan vitamin D; cadangan lemak ,dll. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. 3.  STRUKTUR KULIT

a.        lapisan luar (epidermis), tersusun atas lapisan korneum yang selalu mati dan mengelupas, lapisan lusidum, lapisan granulosum yang mengandung pigmen, dan lapisan germinativum yang terus membentuk sel – sel baru ke arah luar.

b.        Lapisan dalam (endodermis), yaitu tersusun atas jaringan lemak, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, dan kapiler, serta berbagai saraf penerimia rangsang untuk rasa nyeri, panas, dingin, sentuhan, dan tekanan.  S TRUKTUR SARAF KULITA. Kopuluska Paccini: Ujung saraf penerima tekanan kuatB. Ujung saraf sekeliling rambut: ujung saraf peraba 

C. Korpuluska Ruffini: Ujung saraf perasa panaD. Ujung saraf krause: Ujung saraf perasa dinginE. Korpuluska Meissner: Ujung saraf perabaF. Lempeng Merkel: Ujung saraf perasa sentuhan & tekanan ringanG. Ujung saraf tanpa selaput: perasa sakit

h.         5.        MEKANISME INDERA PERABA RANGSANG – RESEPTOR (berupa 7 saraf penerima rangsang tadi) – NEURON SENSORIS – SARAF PUSAT –

NEURON MOTORIS – EFEKTOR (otot),  pada saat itu pula impuls dari sumsum tulang diteruskan ke otak. 6.        GANGGUAN INDERA PERABA

Alergi      : kulit terasa gatal, dan panas. Karena pengaruh makanan, obat-obatan, bahan kimia Panu        : karena infeksi jamur pada kulit. Gejala timbul bercak putih di tubuh, Kudis       : karena parasit tungau kulit  gejala timbul Bintil merah di kulit Herpes simpleks: terjadi lepuhan kulit di wajag karena virus tertentu. Kanker Kulit : karena ultra violet yang berlebihan, Timbul bintik lebar putih  Kadas/kurap: karena jamur, Kulit akan terasa sangat gatal dan berakibat radang kulit Pengaruh luka Bakar, cedera kulit karena panas/api. Albino, penyakit keturunan, kulit tidak terdapat pigmen. Dan tidak ditumbuhi rambut pada seluruh permukaan kulit, dan tidak tahan terhadap cahaya.

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 4: Indera Peraba contoh

Secara umum proses menua didefenisikan sebagai perubahan yang dikaitkan dengan waktu, akibat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat berkurang kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan untuk dapat bertahan hidup. Proses menua antar individu dan antar organ tubuh tidaklah sama proses menua amat dipengaruhi oleh penyakit-penyakit degeneratif, kondisi lingkungan serta gaya hidup.Berbagai pihak menyadari bahwa warga usia lanjut Indonesia yang semangkin bertambah akan membawa pengaruh besar dalam pengelolaan masalah kesehatan. Pengaruh besar tidak saja dari segi kuantitas namun juga kualitas, baik kualitas pelayanan kesehatan. Warga usia lanjut tetap sehat dan mengupayakan agar deteksi dini dapat dilakukan dengan baik merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan dan kualitas terhadap usia lanjut. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakuai bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi pada lansia. Proses menua sudah mulai berlangsung setiap seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya pada otot, pengindaraan baik itu indra penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran dan pengecapan. Maka dari pada itu, kelompok sangat tertarik untuk membahas yang terkait dengan masalah-masalah yang terjadi pada usia lanjut. Khususnya gangguan pengindraan yang dialami oleh usia lanjut. B. Ruang LingkupLuasnya tingkat permasalahan kesehatan yang terjadi kelompok kami membatasi hanya pada asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan indra. C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah komunitas adalah sebagai berikut:1. Tujuan Umum Memperoleh suatu gambaran tentang asuahan keperawatan pada lansia sehat dengan gangguan indra. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi anatomi fisiologi pengindraan.b. Mengetahui gangguan sistem pengindraan yang terjadi pada lansiac. Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan gangguan indraD. Metode PenulisanMetode penulisan dalam penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku dan sumber lainya untuk mendapatkan dasar-dasar alamiah.E. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan makalai ini adalah BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode dan sistematika penulisanBAB II : Landasan Teoritis yang terdiri dari anatomi fisiologi, konsep dasarBAB III : Asuhan keperawatan teoritisBAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saranDAFTAR PUSTAKA

Page 5: Indera Peraba contoh

ASKEP DEKUBITUS PADA LANSIA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada baju dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi.Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia. Khsusnya pada klien dengan imobilitas.Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak berbaring ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat tidur.Sedangkan im-mobilitas hampir menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan ganggual aliran darah setempat, dan juga keadaan umum dari penderita.Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khusus.Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain; berkurangnya jaringan lemak subkutan; berkurangnya jaringan kolagen dan elastin; dan menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.

B. Tujuan1. Tujuan umumSetelah membuat dan mempresentasikan makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti dan mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan gangguan dekubitus.2. Tujuan khususa. Mahasiswa mengetahui dan memahami definisi dari dekubitus.b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi dekubitus.c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dekubitusd. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dekubitus.e. Mahasiswa mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dekubitus.

Page 6: Indera Peraba contoh

f. Mahasiswa mengetahui dan memahami proses asuhan keperawatan dekubitus mulai dari tahap pengkajian sampai tahap evaluasi.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. DefinisiDekubitus merupakan nekrosis jaringan local yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).Sebuah definisi baru telah diajukan di Konferensi Nasional NPUAP ke-4 (1995a).Margolis (1995) menyebutkan “definisi dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur, sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran.”Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang (Anonim, 2009).Dekubitus sering disebut ulkus dermal / ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi (Harnawatiaj, 2008).Dekubitus adalah Kerusakan lokal dari kulit dan jaringan dibawah kulit yang disebabkan penekanan yang terlalu lama pada area tersebut (Ratna Kalijana, 2008).Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang. Walaupun semua bagian tubuh beresiko mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khusus.Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada klien lanjut usia. Di negara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia. Khususnya pada klien dengan imobilitas.Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin3. Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.

B. Etiologi1. Faktor Ekstrinsika. Tekananb. Kelembaban

Page 7: Indera Peraba contoh

c. Gesekan2. Faktor intrinsica. Usiab. Temperaturc. Nutrisi3. Adapun factor lainnya adalah :a. Menurunnya persepsi sensorib. Immobilisasi, danc. Keterbaasan aktivitasKetiga faktor ini adalah dampak dari pada lamanya dan intensitas tekanan pada bagian permukaan tulang yang menonjol.

C. Manifestasi klinis dan Komplikasia. Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila ditekan ibu jari.b. Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit.c. Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk demam dan peningkatan hitung sel darah putihd. Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di Rumah Sakit yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil.

D. PatofisiologiTekanan imobilisasi yang lama akan mengakibatkan terjadinya dekubitus, kalau salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara dua tekanan). Jaringan yang lebih dalam dekat tulang, terutama jaringan otot dengan suplai darah yang baik akan bergeser kearah gradient yang lebih rendah, sementara kulit dipertahankan pada permukaan kontak oleh friksi yang semakin meningkat dengan terdapatnya kelembaban, keadaan ini menyebabkan peregangan dan anggulasi pembuluh darah (mikro sirkulasi) darah yang dalam serta mengalami gaya geser jaringan yang dalam, ini akan menjadi iskemia dan dapat mengalami nekrosis sebelum berlanjut ke kulit.Immobilisasi/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring (lebih dari 2 jam),tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg (normal: tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg), Iskemik, nekrosis jaringan kulit selain faktor tegangan, ada faktor lain yaitu: Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan setengah berbaring. Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya (Heri Sutanto, 2008).Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjamnya.Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat memudahkan terjadinya

Page 8: Indera Peraba contoh

dekubitus;• Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan setengah berbaring.• Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempatnya berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat.Keadaan ini terjadi bila penderita immobil, tidak dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk. Ada kecenderungan dari tubuh untuk meluncur kebawah, apalagi keadaannya basah. Sering kali hal ini dicegah dengan memberikan penhalang, misalnya bantal kecil/balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya akian mencegah pergerakan dari kulit, yang sekarang terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang tetap cederung maju kedepan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan/peregangan pada jaringan subkutan yang sekan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akibat terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shering Forces.Sebagai tambahan dari shering forces ini, pergerakan dari tubuh diatas alas tempatnya berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan alas akan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus dengan kulit yang kendur. Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini dapat menarik/mengacaukan (distorsi) dan menutup pembuluh-pembuluh darah.Sebagai tambahan dari efek iskemia langsung dari faktor-faktor diatas, masih harus diperhatikan terjadinya kerusakan edotil, penumpukan trombosit dan edema. Semua inidapat menyebabkan nekrosis jarigan akibat lebih terganggunya aliran darah kapiler. Kerusakan endotil juga menyebabkn pembuluh darah mudah rusak bila terkena trauma.

E. Penatalaksanaan Medisa. Perawatan luka decubitusb. Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan yang mati.c. Terapi obat :1. Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri2. Antibiotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksd. Terapi dietAgar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.Penatalaksanaan klien dekubitus memerlukan pendekatan holistic yang menggunakan keahlian pelaksana yang berasala dari beberapa disiplin ilmu kesehatan (AHCPR, 1994; Olshansky, 1994)Gambaran keseluruhan dekubitus akan menjadi dasar pembuatan pohon pengangambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan (AHCPR, 1994, Maklebust dan Siegreen, 1991).

F. Pengelolaan DekubitusPengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya dekubitus dengan mengenal penderita risiko tinggi terjadinya dekubitus, misalnya pada penderita yang immobil dan konfusio.Usaha untuk meremalkan terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai sistem skor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya risiko tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor

Page 9: Indera Peraba contoh

ini dapat dilihat perkembangan penderita.Tindakan berikutnya adalan menjaga kebersihan penderita khususnya kulit, dengan memandikan setiap hari. Sesudah keringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion, terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati agari tidak menyebabkan lecet pada kulit penderita.Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:1. Meningkatkan status kesehatan penderita; umum; memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutirisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan khusus; coba mengatasi/mengoabati penyakit-penyakit yang ada pada penderita, misalnya DM.2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah;a. Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keberatan pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat penderita bahkan menyakitkan.b. Kasur khusus untuk lebih memambagi rata tekan yang terjadi pada tubuh penderita, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat rusak).c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain;• Menjaga posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah memungkinakan untuk duduk dikursi.• Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil utuk menahan tubuh penderita, “kue donat” untuk tumit,• Diluar negeri sering digunakan kulit domba dengan bulu yang lembut dan tebal sebagai alas tubuh penderita. Begitu tampak kulit yang hiperemis pada tubuh penderita, khsusnya pada tempat-tempat yang sering terjadi dekubitus, semua usaha-usahan diatas dilakukan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang terjadi, sebab sekali terjadi kerusakan jaringa upaya penyembuhan akan lebih rumit.Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi:1. Dekubitus derajat IDengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis;kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari.2. Dekubitus derajat IIDimana sudah terjadi ulkus yang dangkal; Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk meransang tumbuhnya jaringan muda/granulasi, Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

3. Dekubitus derajat III

Page 10: Indera Peraba contoh

Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi; Usahakan luka selalu bersih dan eksudat disusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis. Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.4. Dekubitus derajat IVDengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik; Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang adal harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhgan jaringan/epitelisasi.Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang danluka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi pada daerah luka, Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.Angka mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat mencapai 40%.

BAB IIIPROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADAPASIEN DENGAN DEKUBITUS

A. Pengkajian1. Aktivitas/ istirahatTanda : penurunan kekuatan, ketahanan, keterbatasan rentang gerak.pada area yang sakit gangguannya misalnya otot perubahan tunas.2. SirkulasiTanda : hipoksia, penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin, pembentukan edema jaringan.3. EleminasiTanda : keluaran urin menurun adalah tidak adanya pada fase darurat, warna mungkin hitam kemerahan , bila terjadi, mengidentifiasi kerusakan otot.4. Makanan/cairanTanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual dan muntah.5. NeurosensoriGejala : area kebas/kesemutan6. PernapasanGejala :menurunnya fungsi medulla spinalis, edema medulla, kerusakan neurology, paralysis abdominal dan otot pernapasan.7. Integritas egoGejala : masalah keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, mmenarik diri, marah.8. KeamananTanda : adanya fraktur akibat dilokasi (jatuh, kecelakaan, kontraksi otot tetanik, sampai dengan syok

Page 11: Indera Peraba contoh

listrik).

B. Diagnosa Keperawatan1. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap tekanan, gesekan dan fraksi.2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan, kehilangan control motorik.3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukkan oral,anoreksia.4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan dasar dekubitus, penekanan respons inflamasi.5. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan di area dekubitus.C. Intervensi dan Rasional1. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap tekanan, gesekan dan fraksi.Kriteria hasil : Menunjukan regenerasi jaringanIntervensia. Terapkan prinsip pencegahan luka dekubitus.R : prinsip pencegahan luka dekubitus, meliputi mengurangi atau merotasi tekanan dari jaringan lunak.b. Atur posis pasien senyaman mungkin.R : meminimalkan terjadinya jaringan yang terkena dekubitus.c. Balut luka dengan balutan yang mempertahankan kelembaban lingkungan diatas dasar luka.R : luka yang lembab dapat mempercepat kesembuhan.2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan, kehilangan control motorik.Kriteria hasil : Menyatatkan dan menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas Menunjukan teknik/perilaku yang memampukan melakukan aktivitas

Intervensia. Dukungan mobilisasi ketingkat yang lebih tinggi.R : gerakan teratur menghilangkan tekanan konsisten diatas tonjolan tulang.b. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan, seperti mandi.R : meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan control pasien dalam situasi dan peningkatan kesehatan lingkungan.c. Berikan perhatian khusus pada kulit.R : penelitian menunjukkan bahwa kulit sangat rentan untuk mengalami kerusakan karena konsentrasi berat badan.d. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat pada latihan rentang gerak.R/memampukan keluarga/orang terdekat untuk aktif dlam perawara pasien dan memberikan terapi lebih konstan/konsistene. Dorong partisipasi pasien dalam semua aktivitas sesuai kemapuan individual

Page 12: Indera Peraba contoh

R/meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri,dan membantu proses perbaikan.3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan dasar dekubitus, penekanan respons inflamasi.Kriteria hasil : Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi Menunjukan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan lingkungan, meningkatan penyembuhan.Intervensia. Gunakan tehnik yang tepat selama mengganti balutan.R : teknik yang baik mengurangi masuknya mikroorganisme pathogen kedalam luka.b. Ukur tanda – tanda vital .R : peningkatan suhu tubuh, takikardia menunjukkan adanya sepsis.c. Gunakan sarung tangan steril setiap mengganti balutan.R : setiap ulkus terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berbeda, tindakan ini dapat mencegah infeksi.d. Cuci dasar luka dengan larutan NaCl 0,9 %.R : Dapat membuang jaringan yang mati pada permukaan kulit dan mengurangi mikroorganisme.e. Berikan obat antibiotic sesuai indikasi.R : antibiotic pilihanpada ulkus dekubitus berguna melawan organisme gram negative dan gram positif.4. Nyeri berhubungan dengan peradangan di area dekubitus.Kriteria hasil Melaporkan nyeri berkurang/terkontrol Menunjukan ekspresi waja yang rileksIntervensia. Kaji tingkat nyeri,catat lokasi,karateristik,durasi,dan skala nyeri (0-10)R/membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi,dan dapat mengidintifikasikan terjadinya komplikasib. Dorong ekspresi perasaan tentang nyeriR/pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme kopingc. Libatkan pasien dlam penentuan jadwal aktivitas ,pengobatan, pemberian obat.R/meningkatkan rasa control pasien dan kekuatan mekanisme kopingd. Jelaskan prosedur/berikan informasi seiring dengan tepat.R/mengetahui apa yang diharapkan memberikan kesempatan pada pasien untuk menyiapkan diri dan meningkatkan rasa kontrole. Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasiR/gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot tetapi tipe latihan tergantung pada lokasi dan luas cederaf. Dorong penggunaan teknik relaksasi,contoh pedoman imajinasi,visualisasi,aktivitas terapeutikR/membantu pasien untuk istrahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian,dapat meningkatkan kemampuan koping, menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.

D. EvaluasiPasien dapat mencegah dan mengidentifikasi factor penyebab luka dekubitus; menunjukkan kemajuan penyembuhan.

Page 13: Indera Peraba contoh

1. Pasien mempunyai kulit tanpa eritema dan tidak pucat.2. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan massa otot.3. Kulit tidak akan teritasi akibat pemajanan terhadap fekal atau urine drainage.4. Pasien dapat mengidentifikasi penyebap nyeri dan cara penangulanganya5. Menunjukkan hasil pembelajaran yang efektif untuk tujuan pemulangan dan perawatan pasien dirumah.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian

http://askepseindonesia.blogspot.com/2011/06/askep-dekubitus-pada-lansia.html