indeks pembangunan manusia

14
Fakultas Ekonomi Universitas Riau 2012 Kelompok : Nasta Aulia Listi (1002112249) Srini (110)

Upload: nasta-listi

Post on 29-Nov-2014

705 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Indeks pembangunan manusia

Fakultas EkonomiUniversitas Riau

2012

Kelompok :Nasta Aulia Listi (1002112249)Srini (110)

Page 2: Indeks pembangunan manusia

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

1. PENGERTIAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

UNDP (United Nation Development Programme) mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk meperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga indeks yang terdiri dari indeks harapan hidup yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, indeks pendidikan yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah, serta indeks standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan atau paritas daya beli.

Berdasarkan kajian aspek status pembangunan manusia, tinggi rendahnya status pembangunan manusia menurut UNDP dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :

1. Tingkatan rendah, jika IPM < 50.2. Tingkatan menengah, jika 50 < IPM < 80.3. Tingkatan tinggi, jika IPM > 80.

Namun untuk perbandingan antar daerah di Indonesia, yaitu perbandingan antar kabupaten/kota, maka kriteria kedua, yaitu “Tingkatan menengah”, dipecah menjadi 2 (dua) golongan, sehingga gambaran status akan berubah menjadi sebagai berikut :

1. Tingkatan rendah, jika IPM < 502. Tingkatan menengah-bawah, jika 50 < IPM < 663. Tingkatan menengah-atas, jika 66 < IPM < 804. Tingkatan atas, jika IPM > 80

Berdasarkan kajian aspek tingkat pertumbuhannya, IPM dapat digunakan sebagai ukuran kemajuan pembangunan, melalui 2 (dua) cara, yaitu :

Indeks Pembangunan Manusia2

Page 3: Indeks pembangunan manusia

1. Perbandingan Antar Wilayah. Yaitu suatu posisi relatif dari satu wilayah terhadap wilayah yang lain berdasarkan peringkatnya dalam suatu kawasan tertentu.

2. Pengukuran Tingkat Kemajuan. Yaitu untuk mengkaji pencapaian tingkat kemajuan capaian setelah  berbagai program diimplementasikan dalam suatu periode tertentu, yang dinotasikan kedalam rumus reduksi shortfall per tahun (annual reduction shortfall). Semakin besar reduksi shortfall (r) di suatu wilayah menunjukkan semakin besar kemampuan yang dicapai oleh wilayah tersebut dalam periode tertentu. Kecepatan pencapaian dalam hal ini mengukur perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus (seharusnya) ditempuh untuk mencapai titik ideal IPM, yakni IPM = 100. Kecepatan pencapaian = r, terbagi kedalam 4 (empat) tingkatan :

1. Kecepatan Pencapaian “Sangat Lambat”, jika r < 1,302. Kecepatan Pencapaian “Lambat”, jika 1,30 < r < 1,503. Kecepatan Pencapaian “Menengah”, jika 1,50 < r < 1,704. Kecepatan Pencapaian “Cepat”, jika r > 1,70

 

2. KOMPONEN DAN INDIKATOR IPM

Komponen IPM adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup

layak (decent living). Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e0 yang dihitung

menggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-

rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.

Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah

yang dihitung berdasarkan data Susenas Kor. Sebagai catatan, UNDP dalam publikasi tahunan

HDR sejak 1995 menggunakan indikator partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi sebagai

pengganti rata-rata lama sekolah karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah secara

global. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis,

sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara

simultan; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang

ditamatkan.

Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah

disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator PDB per kapita riil yang telah

disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak

tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara.

Indeks Pembangunan Manusia3

Page 4: Indeks pembangunan manusia

Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui

tahapan pekerjaan sebagai berikut :

Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari Susenas Modul (=A) .

Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota propinsi yang sesuai (=B).

Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit). Metode penghitungan sama seperti metode

yang digunakan International Comparison Project (ICP) dalam menstandarkan nilai

PDB suatu negara.

Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi

yang terdiri dari nilai 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul (Tabel 2.1).

Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C).

Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan

nilai marginal utility dari C.

Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus :

E ( i, j )

j

PPP / unit = -------------------------

(p( 9, j ) . q ( i,,j )

j

dimana, E( i, j ) : pengeluaran untuk komoditi j di propinsi ke-i

P( 9, j ) : harga komoditi j di DKI Jakarta

q( i,,j ) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di propinsi ke-i

Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk dari

tujuh komponen kualitas tempat tinggal yang diperoleh dari Susenas Kor. Ketujuh komponen

kualitas yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi skor sebagai berikut :

Indeks Pembangunan Manusia4

Page 5: Indeks pembangunan manusia

KomponenKualitas Skor

A B A B

Lantai Keramik marmer atau granit Lainnya 1 0

Luas lantai per kapita > 10 m2 Lainnya 1 0

Dinding Tembok Lainnya 1 0

Atap Kayu/sirap, beton Lainnya 1 0

Fasilitas penerangan Lisdtrik Lainnya 1 0

Fasilitas air minum Leding Lainnya 1 0

Jamban Milik sendiri Lainnya 1 0

Catatan : Skor awal untuk setiap rumah = 1

Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah

tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu

rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga

menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas

rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit.

Perlu dicatat bahwa sewa rumah, bensin dan air minum merupakan komoditi baru dalam

penghitungan PPP/unit. Ketiga komoditi tersebut tidak diperhitungkan dalam penghitungan

PPP/unit sebagaimana disajikan dalam publikasi BPS sebelumnya (1996). Karena perbedaan ini

maka IPM dalam publikasi tersebut tidak dapat dibandingkan dengan IPM dalam publikasi ini.

Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara

matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

C (i)* = C(i) jika C(i) < Z

= Z + 2(C(i) – Z) (1/2) jika Z < C(i) < 2Z

= Z + 2(Z) (1/2)+ 3(C(i) – 2Z) (1/3) jika 2Z < C(i) < 3Z

= Z + 2(Z) (1/2)+ 3(Z) (1/3)+4(C(i) – 3Z) (1/4) jika 3Z < C(i) < 4Z

di mana,

Indeks Pembangunan Manusia5

Page 6: Indeks pembangunan manusia

C(I) = Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit (hasil

tahapan 5)

Z = Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas

kecukupan yang dalam laporan ini nilai Z ditetapkan secara arbiter sebesar

Rp 547.500,- per kapita setahun, atau Rp 1.500,- per kapita per hari.

Tabel 1Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung

Paritas Daya Beli (PPP)

KomoditiUnit

Sumbangan Terhadap Total Konsumsi (%)*)

(1) (2) (3)

1. Beras lokal Kg 7.25

2. Tepung terigu Kg 0.10

3. Ketela pohon Kg 0.22

4. Ikan tongkol/tuna/cakalang Kg 0.50

5. Ikan teri Ons 0.32

6. Daging sapi Kg 0.78

7. Daging ayam kampung Kg 0.65

8. Telur ayam Butir 1.48

9. Susu kental manis 397 gram 0.48

10. Bayam Kg 0.30

11. Kacang panjang Kg 0.32

12. Kacang tanah Kg 0.22

13. Tempe Kg 0.79

14. Jeruk Kg 0.39

15. Pepaya Kg 0.18

16. Kelapa Butir 0.56

17. Gula pasir Ons 1.61

18. Kopi bubuk Ons 0.60

19. Garam Ons 0.15

20. Merica/lada Ons 0.13

21. Mie instant 80 gram 0.79

22. Rokok kretek/filter 10 batang 2.86

23. Listrik Kwh 2.06

24. Air minum M3 0.46

25. Bensin Liter 1.0226. Minyak tanah Liter 1.7427. Sewa rumah Unit 11.56T o t a l 37.52

*) Berdasarakan data SUSENAS 1996

Indeks Pembangunan Manusia6

Page 7: Indeks pembangunan manusia

Ilustrasi Penghitungan IPM

Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut :

IPM = 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)] ……… (1)

dimana :

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) + 1/3(indeks rata-rata lama sekolah)

X(3) : Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih suatu

nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum

indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ;

Indeks X(i)= X(i) - X(i)min / [X(i)maks - X(i)min] ……… (2)

dimana :

X(1) : Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)

X(2) : Nilai maksimum sekolah X(i)

X(3) : Nilai minimum sekolah X(i)

Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada tabel 2

Tabel 2Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Indikator Komponen IPM (=X(I))

Nilai maksimum

Nilai Minimum Catatan

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP)

Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP)

Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP)

Konsumsi per kapita yang disesuaikan 1996

732.720 a) 300.000 b) UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan

Indeks Pembangunan Manusia7

Page 8: Indeks pembangunan manusia

Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi

(Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi

mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993-2018.

b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka

terendah tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian

Jaya. Konsumsi per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan

konsumsi per kapita yang disesuaikan tahun 1996.

Sebagai ilustrasi penghitungan dapat diambil contoh Propinsi Jawa Barat Tahun 2002

(angka sementara) yang memiliki data sebagai berikut :

• Angka harapan hidup : 64,93

• Angka melek huruf : 93,94

• Rata-rata lama sekolah : 7,04

• Konsumsi per kapita riil yang disesuaikan : Rp 551.350,-

Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung indeks masing-masing komponen

menggunakan persamaan (2) :

• Indeks angka harapan hidup : (64,93 – 25) / (85 – 25) = 0,6655

• Indeks angka melek huruf : (93,10 – 0) / (100 – 0) = 0,9310

• Indeks rata-rata lama sekolah : (7,04 – 0) / (15 – 0) = 0,4693

• Indeks pendidikan : 2/3 (0,9310) + 1/3 (0,4693) = 0,7771

• Indeks Konsumsi per kapita riil yang disesuaikan :

(551,35 – 300) / (732,72 – 300) = 0,5808

Akhirnya angka IPM dapat dihitung menggunakan persamaan (1) :

IPM = 1/3 (0,6655 + 0,7771 + 0,5808) = 0,6745 (Angka sementara)

Sebagai catatan, Untuk memudahkan dalam membaca angka IPM disajikan dalam

ratusan (dikalikan 100) sehingga IPM Jawa Barat Tahun 2002 adalah 67,45.

Indeks Pembangunan Manusia8

Page 9: Indeks pembangunan manusia

3. Peringkat Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Human Development Report (HDR) yang diterbitkan setiap tahun oleh United Nations Development Programme (UNDP) merupakan laporan yang memotret dan memberikan peringkat perkembangan pembangunan negara-negara di dunia. Indonesia termasuk satu dari 187 negara-negara yang dilaporkan dalam HDR tersebut.

Peringkat perkembangan pembangunan manusia dalam  HDR dikatagorikan dalam 4 kelompok, yaitu:  Very High Human Development (kelompok negara berperingkat sangat tinggi ,1- 47) High Human Development (kelompok negara berperingkat pembangunan manusianya tinggi,  48- 94), Medium Human Development (kelompok negara berperingkat pembangunan manusianya sedang, 94-141) dan Low Human Development (Kelompok negara yang peringkat pembangunan manusianya rendah, 142-187).

Indonesia masuk dalam katagori Medium Human Development. Peringkat Indonesia dalam  HDR selama 11 tahun (1999-2010) selalu di peringkat 102 hingga 112. Peringkat terbaik dicapai di tahun 2001 yaitu peringkat ke 102, dan di tahun 1999 di peringkat ke 105. Sedangkan peringkat terburuk terjadi di tahun 2003, yaitu peringkat ke 112.

  Namun yang paling mengejutkan adalah HDR 2011, yang menunjukkan bahwa Perkembangan Pembangunan Indonesia mengalami kemrosotan secara drastic, yaitu berada di peringkat 124. Padahal HDR 2010 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 108.

Tabel Perkembangan Peringkat Human Development Indonesia

 Tahun 1999 00 01 02 03 04 05 06 07/08 09 10 11Peringkat HDI Indonesia

105 109 102 110 112 111 110 106 107 111 108 124

 Sumber: UNDP, HDR 1999-2011 diolah

  Perubahan Peringkat menjadi ke 124 ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Indonesia mengalami perlambatan dibandingkan negara-negara lain. Derajat kesejahteraan masyarakat Indonesia mengalami penurunan secara drastic, hal ini ditunjukkan dari usia harapan hidup (Life expectancy at birth). HDR 2010, menunjukkan usia harapan hidup masyarakat Indonesia adalah 71,5 tahun, sedangkan HDR 2011 menunjukkan Life expectancy masyarakat Indonesia di usia 69,4 tahun.

  Padahal Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa Pembangunan di tahun 2011 berorientasi Triple Track Strategy : 1) Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi (Pro Growth), 2) Memperluas Lapangan Pekerjaan Baru (Pro Job) , dan 3) Meningkatkan Program Perlindungan kepada Masyarakat Miskin (Pro Poor) . Alokasi Belanja Modal APBN 2011 mencapai Rp.121,9 triliun mengalami kenaikan sebesar Rp 26,9 triliun (28,3%) dibanding belanja modal di tahun 2010 yang hanya mencapai Rp.95,0 triliun.

Indeks Pembangunan Manusia9

Page 10: Indeks pembangunan manusia

  Meski Pemerintah menyatakan bahwa rasio utang terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terus menurun, namun secara nominal jumlah Utang Pemerintah Indonesia membengkak tak terkendali. Hingga September 2011 Utang negara sudah mencapai Rp. 1.754,91 triliun atau naik Rp 10,57 dibanding utang pada Agustus 2011 yaitu sekitar Rp. 1,744,34. Pertanyaannya, seberapakah efektifitas utang untuk pembangunan. Jika kenyataan menunjukkan bahwa peningkatan jumlah utang berbanding terbalik dengan pembangunan menusia. Semakin meningkat jumlah utang, semakin menurun Pembangunan Manusia di Indonesia.

 

Sumber:

http://www.koalisiperempuan.or.id/peringkat-indeks-pembangunan-manusia-indonesia-merosot-di-peringkat-124/

www.jabarprov.go.id

www.bps.go.id

Indeks Pembangunan Manusia10