imunitas pimpinan kpk sebuah perlindunga

30
IMUNITAS PIMPINAN KPK Oleh: Patty Regina Rafli Fadilah Achmad Valeryan Natasha KOMPETISI DEBAT KONSTITUSI 2015 Universitas Indonesia 1

Upload: muhammad-taufiq-hidayat

Post on 27-Jan-2016

237 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

materi ini berisi pro dan kontra hak imunitas bagi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

TRANSCRIPT

Page 1: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

IMUNITAS PIMPINAN KPK

Oleh:

Patty Regina

Rafli Fadilah Achmad

Valeryan Natasha

KOMPETISI DEBAT KONSTITUSI 2015

Universitas Indonesia

Depok

April 2015

1

Page 2: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Kami yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Patty Regina Nama : Rafli Fadilah

NPM : 1106056075 NPM : 1206246313

Program Studi : Ilmu Hukum Program Studi: Ilmu Hukum

Nama : Valeryan Natasha

NPM : 1206251471

Program Studi: Ilmu Hukum

Menyatakan bahwa artikel imiah yang berjudul :

IMUNITAS PIMPINAN KPK

Benar-benar merupakan hasil karya pribadi dan seluruh sumber yang dikutip

maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar. Demikian pernyataan ini kami

buat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Apabila di

kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, kami siap untuk

didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk tanggung jawab kami.

Depok, 12 Mei 2015

(Patty Regina) (Rafli Fadilah Achmad) (Valeryan Natasha)

2

Page 3: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ...............................................................................................4

II. PEMBAHASAN .................................................................................................5

II.1. Argumen Pro Imunitas Pimpinan KPK .................................................. 5

II.1.1. Melindungi Pimpinan KPK dari Ancaman ‘Kriminalisasi’..................5

II.1.2. Pimpinan KPK Pantas Mendapatkan Perlindungan Hak Imunitas.......7

II.1.3. Perbandingan Ketatanegaraan...............................................................9

II.2. Argumentasi Kontra Imunitas Pimpinan KPK .................................... 10

II.2.1. Hak Imunitas Bertentangan Dengan Prinsip Persamaan di Muka

Hukum............................................................................................................10

II.2.2. Ketiadaan Urgensi Pemberian Imunitas Bagi Pimpinan KPK............11

II.2.3. Hak Imunitas Rentan Untuk Disalahgunakan.....................................12

III. PENUTUP........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 17

3

Page 4: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

I. PENDAHULUAN

Korupsi masih marak dan menjadi masalah yang krusial di Indonesia.

Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index / CPI) tahun

2011 yang dikeluarkan oleh Transparency International, Indonesia menempati

skor CPI sebesar 3,0, naik 0,2 dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,8. Skor

tersebut diperoleh dari hasil survei yang dilakukan terhadap 183 negara di dunia.

dalam Indeks Persepsi Korupsi tersebut, Indonesia menempati peringkat ke-100.1

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk untuk meningkatkan

pemberantasan tindak pidana korupsi perlu secara profesional, intensif, dan

berkesinambungan.2 Pembentukan ini didasari pada kekhawatiran bahwa lembaga

pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi sebelum berdirinya

KPK belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana

korupsi.3 Untuk menjalankan fungsi KPK sebagaimana yang diharapkan pada

awal pembentukannya, tentunya para pimpinannya sebagai ujung tombak harus

dipastikan berada pada keadaan yang kondusif untuk melaksanakan peranannya.

Isu yang sedang menjadi bahan kontroversi belakangan ini adalah terkait

pemberian imunitas bagi para pimpinan KPK. Ide ini awalnya dikemukakan oleh

Mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Denny Indrayana, yang

menganjurkan Presiden untuk mengeluarkan Peraturan Pengganti Perundang-

undangan (Perppu) yang berisi pemberian imunitas bagi para pimpinan KPK.

Latar belakang dari ide yang diwacanakan oleh Denny adalah adanya trend

‘kriminalisasi’ pimpinan KPK, yang bagi beberapa kalangan dilihat sebagai usaha

untuk melumpuhkan kinerja KPK sebagai suatu institusi. Sebut saja dua dari

pimpinan KPK yang dalam jangka waktu kurang dari setengah tahun ini terpaksa

mundur sementara dari jabatannya akibat tersandung dugaan kasus: Bambang

Widjojanto,4 dan Abraham Samad.5 Selain itu, Novel Baswedan yang juga

merupakan penyidik utama KPK juga tertimpa situasi yang sama.6

Penahanan beberapa Pimpinan KPK dalam jangka waktu yang singkat dan

berdekatan, serta momen yang tepat sejak diawalinya ketegangan hubungan antara

KPK dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) inilah yang memicu dugaan

‘kriminalisasi.’ Kejadian beruntun yang terjadi pada para pimpinan KPK ini

4

Page 5: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

diduga sebagai bentuk balas dendam pihak Polri terhadap KPK atas penetapan

tersangka yang sebelumnya dilakukan oleh KPK terhadap petinggi Polri.7

Oleh sebab itulah, tragedi ditahannya beberapa Pimpinan KPK ini

dikhawatirkan akan membawakan dampak regresif pada kinerja KPK, dimana

fokus KPK dalam memberantas korupsi tidak lagi maksimal akibat para

pimpinannya terjerat permasalahan hukum. Namun betulkah hak imunitas bagi

Pimpinan KPK merupakan jalan keluarnya? Artikel ini akan membahas legalitas

dan dampak yang akan ditimbulkan dari pemberian hak imunitas bagi Pimpinan

KPK, baik dari segi pro maupun kontra.

II. PEMBAHASAN

Hak imunitas sendiri bukanlah hal yang baru dikenal di Indonesia. Berbagai

individu dalam kapasitas posisi tertentu telah dilindungi dengan hak imunitas

dalam pekerjaannya, contohnya: Anggota Legislatif, Ombudsman, dan advokat.8

Hak imunitas sendiri, berdasarkan definisi yang diangkat dari Undang-Undang

No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU

MD 3), adalah hak kekebalan hukum untuk tidak dapat dituntut di muka

pengadilan karena pernyataan dan pendapat yang disampaikan dalam bertugas.

Untuk hak imunitas pimpinan KPK itu sendiri, kekebalan hukum akan diperluas

dalam bentuk tindakan yang dilakukan dalam bertugas pula, karena berbeda

dengan legislator yang tugasnya adalah berpendapat, pimpinan KPK memiliki

tugas yang berbentuk pengikutsertaan tindakan nyata. Tentunya hak kekebalan ini

memiliki pengecualian, yaitu apabila ia tertangkap tangan melakukan suatu

tindakan pidana, serta juga mengecualikan tindak pidana yang sifatnya personal di

luar kepentingan tugas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Todung Mulya

Lubis.9

II.1. Argumen Pro Imunitas Pimpinan KPK

II.1.1. Melindungi Pimpinan KPK dari Ancaman ‘Kriminalisasi’

Berdasarkan Pasal 21 Ayat (2) Undang-Undang No. 30 Tahun 2002

tentang KPK, Pimpinan KPK terdiri dari 5 (lima) Anggota KPK. Ayat (6) dari

pasal yang sama menjelaskan bahwa para Pimpinan KPK bekerja secara kolektif,

5

Page 6: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

yang diartikan sebagai “setiap pengambilan keputusan harus disetujui dan

diputuskan secara bersama-sama oleh Pimpinan KPK.”10 Metode kerja secara

kolektif ini menekankan pentingnya peranan tiap-tiap Pimpinan KPK dalam

menentukan ke arah mana haluan KPK sebagai institusi akan digerakkan.11

Sehingga, memastikan kondusifitas kondisi kerja tiap-tiap Pimpinan KPK dalam

kapasitas kerjanya menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan, apabila ada

kondisi yang merugikan salah satu Pimpinan KPK saja akan berdampak pada

kelumpuhan KPK sebagai suatu institusi, karena kehilangan salah satu Pimpinan

KPK sudah merupakan suatu hambatan kerja kolektif yang harus dilakukan KPK.

Tidak dapat dipungkiri bahwa KPK sebagai lembaga yang bertugas untuk

menuntaskan korupsi di Indonesia merupakan lembaga yang akan banyak

memiliki ‘musuh.’ Musuh disini terutama berasal dari kalangan orang-orang yang

memiliki kekuatan untuk melakukan tindak pidana korupsi tentunya, yang justru

pada umumnya berasal dari kalangan penguasa. Keadaan ini menjadikan KPK

sebagai sasaran empuk serangan balas dendam jika ada individu dari lembaga

tertentu yang merasa kedudukannya terancam oleh kewenangan KPK untuk

mengusut kasus korupsi yang mungkin melibatkan dirinya. Kemungkinan inilah

yang meningkatkan resiko kriminalisasi bagi KPK, khususnya para Pimpinan

KPK sebagai ujung tombak institusi ini.

Oleh sebab itu, sistem kerja kolektif yang ditujukan untuk menjaga

keseimbangan dalam kerja KPK itu sendiri justru dapat menjadi titik lemah KPK

sebagai suatu institusi, karena seberapa rentannya individu Pimpinan KPK untuk

diserang dengan tuduhan-tuduhan kriminalisasi, sehingga kemudian terpaksa

mengundurkan diri secara sementara sebagaimana yang diatur dalam UU KPK.12

Meskipun untuk kepentingan kelangsungan kerja KPK nantinya akan dipilih

Pelaksana Tugas (Plt) atau calon pengganti untuk mengisi kekosongan jabatan

sementara tersebut,13 namun tetap tidak dapat dipungkiri hal ini akan menghambat

kinerja KPK. Sebabnya adalah KPK yang telah bekerja secara sistematis dan

kolektif telah memiliki pola kerja dan pengetahuan kerja yang sangat spesifik,

terlebih lagi dalam lingkaran 5 (lima) orang pemimpinnya. Sehingga, penggantian

posisi oleh seorang Plt tidak dapat secara langsung mengembalikan performa

KPK seperti sebelum pimpinannya diharuskan mengundurkan diri, karena fungsi

6

Page 7: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

tiap individu pimpinan KPK tidak semudah itu dipindahtangankan / diambil alih

fungsinya.

Situasi yang rentan dan penuh resiko ini pada akhirnya memenuhi

ketentuan dasar hukum pembuatan Perppu, sebagaimana yang dituliskan dalam

Pasal 22 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD NRI 1945),

yaitu:

“Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak

menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.”

Menurut Prof. Jimly Asshidiqie, ketentuan tersebut memberikan

kewenangan kepada Presiden untuk secara subjektif menilai keadaan negara atau

hal ihwal yang terkait dengan negara yang menyebabkan suatu undang-undang

1 Dian Cahyaningrum, Kewenangan KPK versus Polri dalam Penyidikan Dugaan Korupsi Pengadaan Simulator Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Korlantas Polri, Info Singkat Hukum DPR RI Vol. IV, No. 15/I/P3DI/Agustus/2012, h. 1

2 Indonesia, Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, UU No. 30 Tahun 2002, LN No. 137 Tahun 2002, TLN No. 4250, Konsiderans Poin (a)

3 Ibid, Konsiderans Poin (b)4 Bilal Ramadhan, Bambang Widjojanto Ditangkap Sebagai Tersangka Kasus Kesaksian

Palsu, http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/01/23/nim3bs-bambang-widjojanto-ditangkap-sebagai-tersangka-kasus-kesaksian-palsu, diakses pada 28 Mei 2015

5 Muhammad Nur Abdurrahman, Abraham Samad Ditahan Polda Sulselbar, http://news.detik.com/read/2015/04/28/202254/2900794/10/abraham-samad-ditahan-polda-sulselbar, diakses pada 28 Mei 2015

6 Anton Setri, Novel Baswedan Ditangkap Bareskrim, http://nasional.tempo.co/read/news/2015/05/01/063662486/Novel-Baswedan-Ditangkap-Bareskrim, diakses pada 28 Mei 2015

7 Tika Primandari, Polisi Serang Balik KPK Picu Cicak Vs Buaya Bab 2, http://nasional.tempo.co/read/news/2015/01/21/063636459/polisi-serang-balik-kpk-picu-cicak-vs-buaya-bab-2, diakses pada 28 Mei 2015

8 Akhmad Aulawi, Perspektif Pelaksanaan Hak Imunitas Anggota Parlemen dan Pelaksanaanya di Beberapa Negara, Rechtsvinding Online, http://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/PERSPEKTIF%20PELAKSANAAN%20HAK%20IMUNITAS%20ANGGOTA%20PARLEMEN%20DAN%20PELAKSANAANNYA%20DI%20BEBERAPA%20NEGARA.pdf, diakses pada 29 Mei 2015

9 Rini Friastuti, Pimpinan KPK Perlu Diberikan Hak Imunitas, http://news.detik.com/read/2015/01/27/050014/2814702/10/pimpinan-kpk-perlu-diberikan-hak-imunitas, diakses pada 29 Mei 2015

10 Indonesia, Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, UU No. 30 Tahun 2002, LN No. 137 Tahun 2002, TLN No. 4250, Penjelasan Pasal 21 Ayat (6)

11 Tb. A. Adhi R. Faiz, Kolektif Kolegial Pimpinan KPK Dalam Pelaksanaan Kewenangan, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54e2a68c08e64/kolektif-kolegial-pimpinan-kpk-dalam-pelaksanaan-kewenangan-broleh--tb-a-adhi-r-faiz--sh--mh, diakses pada 30 Mei 2015

12 Indonesia, Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, UU No. 30 Tahun 2002, LN No. 137 Tahun 2002, TLN No. 4250, Pasal 32 Ayat (2)

13 Ibid, Pasal 33

7

Page 8: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

tidak dapat dibentuk segera, sedangkan kebutuhan akan pengaturan materiil

mengenai hal yang perlu diatur sudah sangat mendesak sehingga Pasal 22 UUD

1945 memberikan kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan Perppu.14

Kondisi yang dianggap sebagai ‘hal ihwal kegentingan yang memaksa’ ini

dapat diartikan sebagai kegentingan yang benar terjadi atau akan terjadi. Pada

situasi ancaman kriminalisasi terhadap Pimpinan KPK yang dapat melumpuhkan

KPK sebagai suatu institusi, dapat dilihat sebagai kegentingan yang memaksa

yang akan terjadi. Oleh sebab itu, dapat memenuhi kondisi yang mendasari

pembentukan Perppu imunitas ini oleh Presiden, agar pelumpuhan KPK sebagai

institusi (yang merupakan suatu kegentingan) dapat dicegah.

II.1.2. Pimpinan KPK Pantas Mendapatkan Perlindungan Hak Imunitas

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, beberapa individu dalam

kapasitas pekerjaannya telah diberikan hak imunitas oleh Negara berdasarkan

kedudukan atau jabatannya (ratione personae).15 Di antaranya adalah: Anggota

Legislatif, Ombudsman dan advokat. Selain itu, perwakilan diplomatik dan

Kepala Negara juga diberikan hak imunitas, namun hal ini berbeda secara prinsip

dibandingkan imunitas ratione personae dalam topik ini. Dasar dari pemberian

imunitas bagi tiap-tiap individu tersebut dalam kapasitas pekerjaannya adalah

untuk memudahkannya di dalam melaksanakan tugas pekerjaannya tanpa

hambatan yang dapat mengancam keberlangsungan kerja mereka. Sebagai contoh,

hak imunitas yang dimiliki oleh Anggota Legislatif adalah imunitas atas

pernyataan dan pendapat yang disampaikannya di dalam gedung parlemen, hal ini

ditujukan agar Anggota Legislatif dapat menyampaikan pendapatnya dengan

sebebas-bebasnya untuk guna legislative drafting atau penyampaian aspirasi

masyarakat tanpa adanya ancaman pemanfaatan pernyataan tersebut untuk

menginkriminasinya.16 Jika ada ancaman inkriminasi Anggota Legislatif

berdasarkan pada pernyataannya selama bertugas di parlemen, maka

14 Ibnu Sina Chandranegara, Pengujian Perppu Terkait Sengketa Kewenangan Konstitusional Antar-Lembaga Negara: Kajian Atas Putusan MK No. 138/PUU-VII/2009, Jurnal Yudisial, Vol. 5 No. 1, April 2012.

15 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Imunitas Kedaulatan Negara Di Forum Pengadilan Asing, Alumni, Jakarta, 1999, h. 185

16 Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR Dalam UUD 1945 Baru, FH UII Press, Yogyakarta, 2003, h. 41

8

Page 9: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

dikhawatirkan Anggota Legislatif tidak dapat secara bebas mengemukakan

pendapatnya dan tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya sebagai

representasi rakyat. Hal serupa jugalah yang mendasari imunitas Ombudsman,

advokat, dan perwakilan konsuler untuk memenuhi tuntutan pekerjaannya dengan

semaksimal mungkin.

Oleh sebab itu, Pimpinan KPK sudah harusnya diberikan akses terhadap

hak imunitas yang serupa dalam menjalankan tugasnya. Sebab jika Anggota

Legislatif dan Ombudsman yang ancaman pekerjaannya tidak seberapa besarnya

saja diberikan hak ini, mengapa Pimpinan KPK tidak? Padahal pekerjaan yang

diemban Pimpinan KPK jauh lebih rumit dan beresiko dibandingkan Anggota

Legislatif dan Ombudsman. Terutama, dikarenakan karakteristik tugas KPK yang

telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, yaitu terkait mengungkapkan

kebobrokan orang-orang yang memegang kekuasaan di Negara ini. Sehingga,

bahaya kriminalisasi bahkan jauh lebih nyata dalam konteks kerentanan Pimpinan

KPK. Hal ini juga diamini oleh Budi Santoso, anggota Ombudsman Republik

Indonesia, dalam pernyataannya kepada Media Republika tanggal 25 Januari

2015, yaitu terkait ketiadaan pasal imunitas dalam UU KPK yang menyebabkan

KPK rawan dikriminalisasi.17 Budi juga mencontohkan kejadian kriminalisasi

yang sebelumnya telah terjadi pada Komisioner KPK, Bibit Slamet Riyanto dan

Chandra Hamzah. Hal ini mempertegas bahwa resiko kriminalisasi telah terjadi

bahkan dari bertahun-tahun yang lalu, dan ancaman ini selalu ada dari tahun ke

tahun sampai sekarang tanpa adanya penyelesaian. Jika hal ini terus berlanjut,

tentunya akan memundurkan kinerja KPK yang semakin lama bisa semakin lemah

akibat adanya resiko kriminalisasi.

II.1.3. Perbandingan Ketatanegaraan

Pada November 2012, di Jakarta telah berkumpul lembaga-lembaga anti-

korupsi sedunia, yang kemudian menghasilkan Jakarta Statement on Principles

for Anti-Corruption Agencies (Jakarta Principles). Salah satu isinya mengatur

tentang pentingnya hak imunitas bagi pemimpin lembaga independen anti-korupsi

di setiap negara yang sedang memerangi korupsi. Pemberian hak imunitas ini

17 Indah Wulandari, Ombusdman RI: tak Ada Hak Imunitas, Komisioner KPK Rawan Dikriminalisasi, http://ombudsman.go.id/index.php/beritaartikel/berita/1563-ombusdman-ri-tak-ada-hak-impunitas-komisioner-kpk-rawan-dikriminalisasi-.html, diakses pada 30 Mei 2015

9

Page 10: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

ditujukan untuk melanjutkan dan meningkatkan semua upaya yang dapat

dilakukan untuk memperkuat dan memastikan diterapkannya independensi dan

perlindungan pada KPK.

Denny Indrayana dalam pernyataan yang mengacu pada partisipasi

Indonesia dalam Jakarta Principles, memberikan contoh-contoh perbandingan

ketatanegaraan dengan negara lain yang telah dengan suksesnya memerangi

korupsi, salah satunya dengan cara memberikan imunitas bagi pimpinan lembaga

independen anti-korupsi di masing-masing negara tersebut. Beberapa negara di

antaranya adalah Malaysia, Nigeria, Zambia, Swiss, dan Australia.

Malaysia dengan tegas mengatur imunitas ini dalam Pasal 72 Malaysia

Anti-Corruption Commission Act pada tahun 2009. Imunitas yang diberikan

merupakan perlindungan dari segala gugatan dan tuntutan terhadap perbuatan atau

pernyataan yang dilakukan dengan itikad baik terkait pelaksanaan undang-undang

ini.18

Selain itu, negara-negara lain di Afrika rata-rata menerapkan hak imunitas

ini, bagi Pimpinan lembaga anti-korupsi mereka. Sebutlah Nigeria dan Zambia.

Tujuan utamanya adalah karena sebagai negara yang sedang berkembang, masih

banyak penegak hukum yang korup dan jamak dalam melakukan serangan balik

melalui kriminalisasi, jika kebobrokan mereka sedang terancam untuk

diungkapkan oleh lembaga anti-korupsi. Di Zambia, hal ini diatur dalam Anti-

Corruption Commission Act pada Pasal 91. Perlindungan kepada komisioner dari

permintaan / perintah memberikan informasi atau bukti-bukti terkait

pengetahuannya sebagai orang yang menjalankan fungsi seperti yang tercantum

dalam undang-undang tersebut.19

Swiss memunyai The Prevention of Corruption Act No. 3 Tahun 2006,

dimana imunitas yang diberikan perlindungan dari gugatan atau tuntutan pidana

atau perdata terhadap perbuatan yang dilakukan dengan itikad baik dalam rangka

melaksanakan fungsi yang tercantum dalam undang-undang tersebut.20

18 Anis Yusal Yusoff, et al. Combating Corruption: Understanding Anti- Corruption Initiatives in Malaysia. Institute for Democracy and Economic Affairs (IDEAS), Kuala Lumpur, 2012, h. 33

19 Marie Chene, Zambia: Overview of Corruption and Anti-Corruption, CMI, Bergen, 2014, h. 7

10

Page 11: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

Sama halnya dengan di Australia. Dimana lembaga anti-korupsinya

bernama Independent Broad-based Anti-corruption Commission Victoria,

misalnya yang berkedudukan di tingkat Negara Bagian Victoria (IBAC Victoria).

Hal terkait imunitas diatur di dalam Pasal 193 Independent Broad-based Anti-

corruption Commission Act No. 66 Tahun 2011. Imunitas yang diberikan adalah

bahwa pegawai IBAC tidak bertanggung jawab secara individu terhadap tindakan

yang dilakukan dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan kewenangan IBAC

sesuai dengan undang-undang tersebut.21

II.2. Argumentasi Kontra Imunitas Pimpinan KPK

II.2.1. Hak Imunitas Bertentangan Dengan Prinsip Persamaan di Muka Hukum

Indonesia adalah Negara Hukum, sebagaimana tertuang di dalam Pasal 1

Ayat (3) UUD NRI 1945. Konsekuensi sebagai Negara Hukum adalah

diterapkannya asas equality before the law, atau persamaan di hadapan hukum

bagi seluruh warga negaranya. Asas inilah yang menyetarakan seluruh warga

negara Indonesia, baik penguasa maupun rakyat biasa. Bila tidak ada persamaan

hukum, maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum.

Prinsip ini kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 27 Ayat (1) UUD

NRI 1945 yang berbunyi :

“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak

ada kecualinya.”

Serta, Pasal 28D UUD NRI 1945, yang berbunyi :

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

Menurut Prof. Mardjono Reksodiputro, asas persamaan di hadapan hukum

mengandung arti bahwa “semua warga harus mendapat perlindungan yang sama

dalam hukum – tidak boleh ada diskriminasi dalam perlindungan hukum ini.

Menurut Beliau pula, asas ini bertitiktumpu pada kata kunci ‘perlindungan’ dan

20 International Council on Human Rights Policy. Integrating Human Rights in the Anti-Corruption Agenda: Challenges, Possibilities and Opportunities, Transparency International, Jenewa, 2010, h. 53

21 Carly Sheen. Anti-Corruption Agencies: Impact on The Privileges and Immunities of Parliament, Australasian Parliamentary Review Autumn Vol. 27, Victoria, 2012, h. 19

11

Page 12: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

‘perlakuan’ dalam hukum. Persamaan ‘perlindungan’ dapat ditafsirkan sebagai

perintah kepada Negara / Pemerintah untuk memberi perlindungan hukum yang

sama adilnya (fairness) kepada warganya. Dalam sebuah Negara dengan

masyarakat majemuk atau bersifat multi-kultural seperti Indonesia, ini

mengandung makna perlindungan terhadap kelompok minoritas (terhadap

kemungkinan ketidakadilan dari kelompok mayoritas). Sedangkan, persamaan

‘perlakuan’ dapat ditafsirkan sebagai perintah kepada Negara / Pemerintah untuk

tidak membedakan dalam perlakuan hukum antara warganya. Dalam masyarakat

yang terstruktur ke dalam ‘kelas-kelas,’ maka ini mengandung makna jangan

memberi perlakuan istimewa kepada anggota kelas tertentu. Khususnya dalam

artian ‘kelas pejabat Negara’ dan / atau ‘kelas orang kaya’ yang meminta

perlakuan khusus dan istimewa dalam proses peradilan. Maka, dalam asas ini,

diskriminasi perlakuan dalam bentuk tersebut dilarang.22

Hak imunitas yang akan diberikan pada Pimpinan KPK jelas-jelas akan

melanggar asas persamaan di hadapan hukum, karena memberikan kekebalan

terhadap hukum bagi kelas tertentu. Meskipun hal ini dikondisikan hanya dalam

saat bertugas saja, tetap saja sifatnya membedakan perlakuan dalam kompetensi

seseorang berdasarkan jabatan yang dipegangnya.

II.2.2. Ketiadaan Urgensi Pemberian Imunitas Bagi Pimpinan KPK

Selain bertentangan dengan konstitusi, permohonan hak imunitas bagi

Pimpinan KPK ini tidak didasari oleh urgensi yang jelas. Kekhawatiran

kriminalisasi Pimpinan KPK merupakan tuduhan kosong yang belum dapat

dibuktikan secara jelas kebenarannya. Sejauh ini, pemberitaan terkait

kriminalisasi hanya bertitikberat pada sentimen belaka dan tidak didukung bukti

yang jelas.

Di sisi lain, pemberian hak imunitas bagi Pimpinan KPK akan menggeser

orientasi tuntutan perilaku seorang pejabat publik. Menurut Prof. Mardjono

Reksodiputro, pejabat publik seharusnya merupakan seseorang yang menjaga

perilakunya dan tidak melakukan kesalahan ‘must do no wrong.’ Hak kekebalan

dari hukum bagi pejabat publik justru akan menimbulkan kesan ‘can do no

22 Prof. Mardjono Reksodiputro, sebagaimana disampaikan dalam Dialog Hukum Komisi Hukum Nasional RI Bekerjasama dengan Koalisi Masyarakat Sipil untuk Perubahan UU MD3, dan Kantor Berita Radio (KBR) pada 3 September 2014

12

Page 13: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

wrong.’ Sehingga, ini akan mengaburkan tuntutan atas perilaku seorang pejabat

publik yang seharusnya tidak boleh berbuat salah ‘must do no wrong,’ menjadi

tidak dapat berbuat salah ‘can do no wrong.’23 Pergeseran pandangan ini tentunya

justru akan berdampak buruk bagi kinerja pejabat publik, yang dalam konteks ini

adalah para Pimpinan KPK.

Terlebih lagi, Pimpinan KPK merupakan orang-orang yang telah terpilih

melalui serangkaian seleksi yang ketat untuk memastikan orang-orang yang akan

menjabat adalah betul-betul bersih dan sangat kecil kemungkinan melakukan

tindak pidana.24 Ini semakin memperkuat tuntutan ‘must do no wrong’ yang telah

dijabarkan dalam paragraf sebelumnya. Sehingga, seharusnya tidak dibutuhkan

hak imunitas bagi orang-orang yang berkedudukan sebagai Pimpinan KPK.

Apabila kemudian orang yang menjabat Pimpinan KPK melakukan tindak pidana,

maka seharusnya bukan dikebalkan melalui hak imunitas, tetapi diusut hingga

tuntas, serta jadi refleksi ke depannya dalam proses fit and proper test Pimpinan

KPK di masa depan.

Selain tidak ada urgensinya, pemberian hak imunitas bagi Pimpinan KPK

ini gagal menjawab kekhawatiran atas tuduhan ‘kriminalisasi’ terhadap Pimpinan

KPK. Karena, pada akhirnya imunitas yang diberikan hanya dalam cakupan

kapasitas orang terkait dalam jabatannya, serta pekerjaannya terkait penyidikan

KPK. Sedangkan, jika ditelaah dari kasus-kasus yang menimpa Bambang

Widjojanto, Abraham Samad dan Novel Baswedan, justru hal-hal yang menjadi

dasar pemidanaan adalah hal-hal yang mereka lakukan di luar jabatannya.

Sehingga, tidak menutup kemungkinan bagi Para Pimpinan KPK untuk terjerat

permasalahan hukum ke depannya di luar kapasitas jabatannya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa selain tidak ada urgensinya, pemberian imunitas bagi

Pimpinan KPK ini bukan merupakan jawaban yang tepat atas permasalahan yang

ada.

II.2.3. Hak Imunitas Rentan Untuk Disalahgunakan

Dalam penjabaran sebelumnya telah dijelaskan bahwa hak imunitas akan

diberlakukan secara limitatif dalam kapasitas seseorang ketika menjabat. Pun

23 Ibid.24 Indonesia, Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, UU No. 30

Tahun 2002, LN No. 137 Tahun 2002, TLN No. 4250, Pasal 30-31

13

Page 14: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

dibuat imunitas dalam cakupan yg lebih luas, hal ini justru menyebabkan hak

imunitas tersebut rentan disalahgunakan. Kekhawatiran ini juga dikemukakan oleh

pakar hukum tata negara, Margarito Kamis yang menyatakan bahwa baginya

pemberian hak imunitas ini justru membahayakan, karena pemberian hak imunitas

sama saja membuka celah bagi seseorang untuk bertindak semena-mena.25

Kesemena-menaan yang dapat dilakukan oleh Pimpinan KPK

sebagaimana yang dimaksud di atas misalnya ketika KPK berkali-kali mangkir

dalam panggilan rapat oleh Komisi III DPR dan Tim Pengawas Bank Century.26

Selain itu, terkait permasalahan hukum yang menimpanya, Abraham Samad juga

beberapa kali mangkir atas panggilan Komisi III DPR atas kasus pemalsuan

dokumen dan kepolisian.27 Mangkir atas panggilan pemeriksaan merupakan salah

satu tindakan semena-mena yang dilakukan oleh Pimpinan KPK yang dapat

memperlambat proses hukum.

Di luar daripada kasus di atas, Abraham Samad juga tersandung kasus

penyalahgunaan wewenang selama masa Pemilihan Umum Presiden (Pilpres)

2014 lalu, saat dirinya terbukti melakukan hubungan langsung dengan petinggi

partai tim sukses dari (sebelumnya calon) Presiden Joko Widodo.28 Hal ini

dituduhkan sebagai pemenuhan unsur dalam Pasal 36 UU KPK, yang dapat

dipidanakan berdasarkan Pasal 65 KPK.

Jika sebelum mendapatkan imunitas saja hal-hal semacam itu sudah dapat

dilakukan oleh Pimpinan KPK, maka dikhawatirkan setelah mendapatkan hak

imunitas, maka Pimpinan KPK akan semakin tidak bekerjasama dengan penegak

hukum lainnya terkait permasalahan hukum yang ke depannya harus diusut.

25 Gunawan Wibisono, Hak Imunitas Buka Celah Bagi KPK Berbuat Semena-Mena, http://news.okezone.com/read/2015/01/26/337/1097030/hak-imunitas-buka-celah-bagi-kpk-berbuat-semena-mena, diakses pada 2 Juni 2015

26 Bagus Santosa, 3 Kali Mangkir Bahas Century, KPK Pilih Pembekalan Caleg, http://news.okezone.com/read/2013/07/03/339/831253/3-kali-mangkir-bahas-century-kpk-pilih-pembekalan-caleg, diakses pada 2 Juni 2015

27 Budi Sam Law Malau, Berkali-kali Abraham Samad Mangkir Panggilan DPR, http://wartakota.tribunnews.com/2015/02/18/berkali-kali-abraham-samad-mangkir-panggilan-dpr, diakses pada 3 Juni 2015

28 Fabian Januarius Kuwado, Polri Kembali Tetapkan Abraham Samad sebagai Tersangka dalam Kasus Baru, http://nasional.kompas.com/read/2015/02/27/15555051/Polri.Kembali.Tetapkan.Abraham.Samad.sebagai.Tersangka.dalam.Kasus.Baru, diakses pada 3 Juni 2015

14

Page 15: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

Sebabnya adalah jika telah diberikan hak imunitas, maka hak panggil paksa akan

otomatis hilang.

Jika dibandingkan dengan penegak hukum lainnya, misalnya Jaksa dan

Hakim. Bahkan, jika Jaksa atau Hakim melakukan pelanggaran hukum selama

mereka bertugas, tetap saja Jaksa atau Hakim tersebut dapat diproses secara

hukum dan tidak mendapatkan kekebalan.29 Presiden saja tidak memiliki imunitas

atas hukum, dan jika melanggar hukum dapat diberikan sanksi hukum.30 Hal ini

29 Anang Priyanto, Citra Hakim dan Penegakan Hukum Dalam Sistem Peradilan Pidana, Jurnal Civics, Yogyakarta, 2015, h. 6

30 Eko Noer Kristiyanto, Pemakzulan Presiden Republik Indonesia Pasca Amandemen Uud 1945, Jurnal Rechtsvinding Volume 2 No. 3, Jakarta, 2013, h. 331

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Muhammad Nur. Abraham Samad Ditahan Polda Sulselbar. http://news.detik.com/read/2015/04/28/202254/2900794/10/abraham-samad-ditahan-polda-sulselbar diakses pada 28 Mei 2015.

15

Page 16: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

membuktikan bahwa seluruh warga negara memang harus berkedudukan sama di

hadapan hukum, dan kekebalan terhadap hukum tidak ada hubungannya dengan

efisiensi kerja selama menjabat dalam pekerjaan tertentu.

MEKANISME SOLUSI

1. Pemberian hak imunitas bagi Pimpinan KPK akan dituangkan dalam bentuk

Perppu yang dikeluarkan oleh Presiden.

Ardhiwisastra, Yudha Bhakti. 1999. Imunitas Kedaulatan Negara Di Forum Pengadilan Asing. Jakarta: Alumni.

Aulawi, Akhmad. Perspektif Pelaksanaan Hak Imunitas Anggota Parlemen dan Pelaksanaanya di Beberapa Negara, Rechtsvinding Online. http://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/PERSPEKTIF%20PELAKSANAAN%20HAK%20IMUNITAS%20ANGGOTA%20PARLEMEN%20DAN%20PELAKSANAANNYA%20DI%20BEBERAPA%20NEGARA.pdf diakses pada 29 Mei 2015.

Cahyaningrum, Dian. 2012. Kewenangan KPK versus Polri dalam Penyidikan Dugaan Korupsi Pengadaan Simulator Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Korlantas Polri. Info Singkat Hukum DPR RI Vol. IV. No. 15/I/P3DI/Agustus/2012.

Chandranegara, Ibnu Sina. 2012. Pengujian Perppu Terkait Sengketa Kewenangan Konstitusional Antar-Lembaga Negara: Kajian Atas Putusan MK No. 138/PUU-VII/2009. Jakarta: Jurnal Yudisial.

Chene, Marie. 2014. Zambia: Overview of Corruption and Anti-Corruption. Bergen: CMI.

Faiz, Tb. A. Adhi R. Kolektif Kolegial Pimpinan KPK Dalam Pelaksanaan Kewenangan. h ttp://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54e2a68c08e64/kolektif- kolegial-pimpinan-kpk-dalam-pelaksanaan-kewenangan-broleh--tb-a-adhi-r-faiz--sh--mh diakses pada 30 Mei 2015.

Friastuti, Rini. Pimpinan KPK Perlu Diberikan Hak Imunitas. http://news.detik.com/read/2015/01/27/050014/2814702/10/pimpinan-kpk-perlu-diberikan-hak-imunitas diakses pada 29 Mei 2015.

International Council on Human Rights Policy. 2010. Integrating Human Rights in the Anti-Corruption Agenda: Challenges, Possibilities and Opportunities. Geneva: Transparency International.

16

Page 17: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

2. Imunitas yang akan diberikan bagi Pimpinan KPK hanya terkait tindakan dan

pernyataan yang dilakukan dan dikemukakannya dalam kapasitas jabatannya

sebagai Pimpinan KPK. Dengan pengecualian tindak pidana yang bersifat

personal / pribadi, serta apabila tertangkap tangan.

3. Revisi terhadap Pasal 65 UU KPK terkait ketentuan pidana bagi Anggota

KPK.

Indonesia. Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. UU No. 30 Tahun 2002. LN No. 137 Tahun 2002. TLN No. 4250

Kristiyanto, Eko Noer. 2013. Pemakzulan Presiden Republik Indonesia Pasca Amandemen Uud 1945. Jakarta: Jurnal Rechtsvinding.

Malau, Budi Sam Law. Berkali-kali Abraham Samad Mangkir Panggilan DPR. http://wartakota.tribunnews.com/2015/02/18/berkali-kali-abraham-samad-mangkir-panggilan-dpr diakses pada 3 Juni 2015.

Manan, Bagir. 2003. DPR, DPD, dan MPR Dalam UUD 1945 Baru. Yogyakarta: FH UII Press.

Primandari, Tika. Polisi Serang Balik KPK Picu Cicak Vs Buaya Bab 2. http://nasional.tempo.co/read/news/2015/01/21/063636459/polisi-serang-balik-kpk-picu-cicak-vs-buaya-bab-2 diakses pada 28 Mei 2015.

Priyanto, Anang. 2015. Citra Hakim dan Penegakan Hukum Dalam Sistem Peradilan Pidana. Yogyakarta: Jurnal Civics. Yogyakarta.

Ramadhan, Bilal. Bambang Widjojanto Ditangkap Sebagai Tersangka Kasus Kesaksian Palsu. http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/01/23/nim3bs-bambang-widjojanto-ditangkap-sebagai-tersangka-kasus-kesaksian-palsu diakses pada 28 Mei 2015.

Santosa, Bagus. 3 Kali Mangkir Bahas Century, KPK Pilih Pembekalan Caleg, http://news.okezone.com/read/2013/07/03/339/831253/3-kali-mangkir-bahas-century-kpk-pilih-pembekalan-caleg diakses pada 2 Juni 2015.

Setri, Anton. Novel Baswedan Ditangkap Bareskrim. http://nasional.tempo.co/read/news/2015/05/01/063662486/Novel-Baswedan-Ditangkap-Bareskrim diakses pada 28 Mei 2015.

Sheen, Carly. 2012. Anti-Corruption Agencies: Impact on The Privileges and Immunities of Parliament. Victoria: Australasian Parliamentary Review Autumn (Vol 27).

17

Page 18: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

III. PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa isu mengenai pemberian imunitas bagi

Pimpinan KPK muncul akibat kekhawatiran tindakan ‘kriminalisasi’ yang

mengancam Pimpinan KPK. Kekhawatiran ini terjadi akibat kejadian belakangan

ini dimana beberapa pimpinan dan penyidik utama KPK ditahan akibat tersandung

permasalahan hukum.

Pandangan pro terhadap isu ini didasari oleh keyakinan bahwa sangat

penting melindungi Pimpinan KPK dari ancaman ‘kriminalisasi’ sebab KPK

bekerja secara kolektif kolegial, sehingga penahanan terhadap satu atau lebih

pimpinannya akan berakibat buruk pada kinerja KPK sebagai institusi. Selain itu,

jika dibandingkan dengan individu lain yang mendapatkan imunitas secara ratione

personae (anggota DPR dan Ombudsman), kinerja KPK tidak kalah vitalnya bagi

Negara dan bahkan lebih beresiko. Jika dibandingkan dengan kondisi tata negara

di luar Indonesia, juga sudah banyak yang memberikan hak imunitas bagi anggota

komisi anti-korupsinya, seperti Australia, Malaysia, Zambia, Swiss, dan lain-lain.

Pandangan kontra terhadap isu ini melihat bahwa pemberian hak imunitas

bagi Pimpinan KPK justru melanggar konstitusi Negara, khususnya pada asas

persamaan di hadapan hukum. Di sisi lain, urgensi pemberian imunitas ini juga

tidak jelas dan hanya didasari sentimen belaka, bahkan dapat mengaburkan

pandangan bahwa pejabat publik seharusnya tidak boleh berbuat salah (‘must do

no wrong’) dan bukan tidak dapat berbuat salah (‘can do no wrong’). Terlebih

Wibisono, Gunawan. Hak Imunitas Buka Celah Bagi KPK Berbuat Semena-Mena. http://news.okezone.com/read/2015/01/26/337/1097030/hak-imunitas-buka-celah-bagi-kpk-berbuat-semena-mena diakses pada 2 Juni 2015.

Wulandari, Indah. Ombusdman RI: tak Ada Hak Imunitas, Komisioner KPK Rawan Dikriminalisasi http://ombudsman.go.id/index.php/beritaartikel/berita/1563-ombusdman-ri-tak-ada-hak-impunitas-komisioner-kpk-rawan-dikriminalisasi-.html diakses pada 30 Mei 2015.

Yusoff, Anis Yusal, et al. 2012. Combating Corruption: Understanding Anti- Corruption Initiatives in Malaysia. Kuala Lumpur: Institute for Democracy and Economic Affairs (IDEAS).

18

Page 19: Imunitas Pimpinan KPK Sebuah Perlindunga

lagi, pemberian hak imunitas ini bahkan dapat disalahgunakan oleh individu

terkait untuk mangkir dari pengusutan permasalahan hukum.

19