implikatur tuturan para tokoh dalam novel populer ... · implikatur tuturan para tokoh dalam novel...
TRANSCRIPT
IMPLIKATUR TUTURAN PARA TOKOH DALAM NOVEL
POPULER INDONESIA TAHUN 2007 SAMPAI 2016:
KAJIAN PRAGMATIK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Magister
Oleh
DINA EKA PRATIWI
NIM: 151232012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Juli 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
IMPLIKATUR TUTURAN PARA TOKOH DALAM NOVEL
POPULER INDONESIA TAHUN 2007 SAMPAI 2016:
KAJIAN PRAGMATIK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Magister
Oleh
DINA EKA PRATIWI
NIM: 151232012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Juli 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Tesis ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberikan pertolongan tepat pada
waktu-nya.
2. Bunda Maria, Santa Margaretha, serta Roh Kudus yang selalu menyertai, menjaga
dan membimbing dalam setiap langkah hidup.
3. Keluaga tercinta, Bapak Gregorius Silir dan Ibu Anastasia Sulastri serta adik
Bernadeta Meli Dian Pranata yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan
dukungannya.
4. Prodi MPBSI, FKIP , Universitas Sanata Dharma sebagai tempat untuk menuntut
ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepada-mu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut
dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
(Matius 11:28-29)
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-nya, sebab ia yang memelihara kamu.
(1 Petrus 5:7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Dina Eka Pratiwi
Nomor Mahasiswa : 151232012
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
IMPLIKATUR TUTURAN PARA TOKOH DALAM NOVEL
POPULER INDONESIA TAHUN 2007 SAMPAI 2016:
KAJIAN PRAGMATIK
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 27 Juli 2017
Saya yang menyatakan,
Dina Eka Pratiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana
layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme
dalam tesis ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarya, 27 Juli 2017
Penulis,
Dina Eka Pratiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Pratiwi, Dina Eka. 2017. Implikatur Tuturan Para Tokoh dalam Novel Populer
Indonesia Tahun 2007 sampai 2016: Kajian Pragmatik. Tesis. Yogyakarta:
Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji implikatur tuturan para tokoh dalam novel populer
Indonesia. Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan wujud implikatur yang
terdapat dalam novel populer Indonesia, (2) mendeskripsikan makna implikatur
yang terdapat dalam novel populer Indonesia, dan (3) mendeskripsikan kaidah
implikatur. Penelitian ini menggunakan teori implikatur sebagai pendekatan yang
didukung dengan teori pragmatik dan teori sastra populer. Teori implikatur
membahas makna tuturan para tokoh yang terdapat di dalam novel populer.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber
data berupa tuturan para tokoh dalam novel populer Indonesia tahun 2007 sampai
2016. Data penelitian berupa tuturan para tokoh yang dicurigai mengandung
implikatur. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode baca catat
yaitu membaca sumber data berupa novel populer dan mencatat semua tuturan
yang dicuigai mengandung implikatur. Metode analisis data yang digunakan
berupa metode padan didukung teknik dasar dengan mengklasifikasikan data
temuan ke dalam tabulasi data, dilanjutkan teknik lanjutan dengan
menginterpretasi dan mendeskripsikan data temuan.
Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasikan data ke dalam dua jenis
implikatur yaitu implikatur konvensional dan implikatur konvensasional. Kedua
jenis implikatur dianalisis berdasarkan wujud dan makna yang terdapat dalam data
temuan. Melalui wujud dan makna dapat diketahui kaidah implikatur yang
digunakan dalam proses komunikasi. Hasil analisis disimpulkan menjadi tiga hal.
Pertama, ‘wujud implikatur’ didasarkan pada fungsi komunikatif dan wujud
kontruksi gramatikal. Berdasarkan fungsi komunikatif, implikatur konvensional
berupa (a) kalimat pernyataan, (b) kalimat eksklamatif, (c) kalimat perintah.
Implikatur percakapan berupa (a) kalimat deklaratif, (b) kalimat interogatif, (c)
kalimat imperatif. Selanjutnya, bentuk kontruksi gramatikal berupa (a) kata, (b)
frasa, (c) klausa, dan (d) kalimat. Kedua, ‘maksud’ yang ditemukan didasarkan
pada wujud. Maksud konvensional meliputi (a) menegaskan, (b) membanggakan,
(c) memuji. Maksud percakapan meliputi (a) memperjelas, (b) menuduh, (c)
menyadarkan, (d) membujuk, (e) melarang, (f) menyatakan, (g) mengungkapkan
perasaan tidak respek, sayang, bangga, dan harapan, (h) menegur, (i)
menyarankan, (j) meminta, (k) mengetahui, (l) mengajak, (m) menghargai, (n)
menghindari. Ketiga, ‘kaidah implikatur’, meliputi kaidahimplikatur konvensional
(a) memperhalus tuturan, (b) mengungkapkan maksud berdasarkan makna.
Kaidah implikatur percakapan (a) menjaga kesopanan, (b) menjaga kerahasiaan,
(c) menjaga etika berkomunikasi, dan (d) menjaga budaya.
Kata kunci: Implikatur, novel populer, bentuk dan makna implikatur, kaidah
implikatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Pratiwi, Dina Eka. 2017. The Implicature Used by the Main Characters of
Indonesia Popular Novels in 2007 to 2016st: Pragmatic Study. Graduate
Thesis. Yogyakarta: The Post Graduate School of the Indonesian Language
and Literature Education Study Programme, Faculty of Teachers’ Training
and Education, Sanata Dharma University.
This study focused on examining the use of implicatures in Indonesian
popular novels. The aims of this study were to: (1) describing the form of
implicatures in the Indonesian popular novels, (2) describing the meaning of
implicatures in the novels, and (3) describing the rule of implicatures. This
research used implication theory as the basic and also the approach. The
implicature theory was supported by pragmatic theory and popular literature
theory. The implicature theory told about the additional meaning of the
charachters speech on the popular novel.
The method of this research was qualitative-descriptive. The writer used the
characters’ utterances as the primary source of data and took the utterances
containing implicatures to analyze the research. The method was applied to collect
the data which was reading and note-taking towards documents or archives while
comparing method was applied for the analysis by comparing and connecting the
elements of data; it used the combination of basic and advanced techniques.
Data Analysis technique was done by classifying the data into two types of
implicature namely conventional implicatures and conversational implicatures.
Those two types of implication were analyzed based on the form and meaning
which was found in the data. Through the form and meaning, it could be known
the rule of implication which was used in communication proces. Based on the
analysis, there were three major results. First, the ‘forms’ of implicature as
communicative function and grammatical construction form. Based on the
communicative function, the conventional implicatures were in the form of (a)
declarative sentence, (b) exclamative sentence, (c) imperative sentences. The
conversational implicatures including (a) declarative, (b) interrogative, and (c)
imperative sentences. The grammatical construction were in forms of (a) words,
(b) phrases, (c) clauses, and (d) sentences. Second, The ‘meaning’ which was
found wes based on the form (a) confirming, (b) priding, and (c) paising.The
meaning of the conversational implicatures including (a) clarifying, (b) accusing,
(c) resuscitating, (d) persuading, (e) banning, (f) stating, (g) expressing no respect,
love, pride, and hope,(h) reprimanding, (i) suggesting/advicing, (j) asking, (k)
knowing, (l) inviting, (m) appreciating, (n) avoiding. Third, the ‘rules’ of
implicaturethey were: 1)the conventional implicatures (1) refining the speech, (2)
expressing intentions by meaning. 2)conversational implicatures consisted of (1)
maintaining courtesy, (2) maintaining confidentiality, (3) maintaining ethics of
communication, and (4) maintaining culture.
Keywords: implicature, popular novel, form and meaning of implicature, and
rule implicature.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti haturkan kepada tuhan yesus kristus sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Implikatur Tuturan Para Tokoh
dalam Novel Populer Indonesia Tahun 2007 sampai 2016: Kajian Pragmatik”
dengan baik. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan tesis ini
tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister.
3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan
saran, memberikan motivasi, serta kritikkan yang membangun dalam proses
penyusunan tesis ini.
4. Dr. Antonius Herujiyanto, M.A., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan
saran, dan kritikan yang membangun dalam proses penyusunan tesis ini.
5. Dr. Emanuel Sunarto, M.Hum., selaku dosen triangulator yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya untuk menvalidasi hasil analisis data
dalam penelitian ini.
6. Segenap dosen prodi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah mendidik dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Robertus Marsidiq, selaku staf sekretariat prodi MPBSI yang selama ini telah
banyak membantu dan memberikan kemudahan dalam adminitratif yang
diperlukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku
penunjang selama penulis menyelesaikan tesis.
9. Kedua orang tua terkasih, Bapak Gregorius Silir dan Ibu Anastasia Sulastri
yang selalu mendoakan, memberikan semangat, memotivasi, dan memberikan
dukungannya selama proses penulisan tesis ini.
10. Adik tercinta, Bernadeta Meli Dian Pranata yang selalu mendoakan dan
memberikan semangat selama proses penulisan tesis ini.
11. Om Bambang, Om Agus, Bulek Parti, Bulek Yeti, Adikku serta keluarga
besar yang memberikan semangat, mendoakan dan memberikan dukungannya
selama penulisan tesis ini.
12. Om Wagyo, Bulek Surat, dan Adik Reviona Maya yang selalu mendoakan,
memberikan semangat, dan memberikan dukungannya selama penulisan tesis
ini.
13. Agung Siswanto, S.Pd., Bernadus Tube, S.Pd., Brigita Yuni, S.Pd., Sofylia
Melati, S.Pd., Natalia Sulistya Harsanti, S.Pd., Gusti Dinda Damasasi, S.Pd.,
Engel Bertha Gena, S.Pd., Marta Susanti, S.Pd., Melyda Agustini R. S.Pd.,
dan teman-teman satu kelas yang sudah menyemangati, berbagi waktu serta
pikiran untuk saling berdiskusi, dan saling membantu selama penulisan tesis
ini.
14. Beti Meliana, S.Pd., Indri Tiara Darmawan, S.Pd., Herning Dyah Cahyaning
Ratri, S.Pd., Siti Rahmawati, S.Pd., Sulastiani, S.Pd., Rm. Indro Pandego,
Budhe Kos, Ignatius Sanditya, S.Pd., yang selalu memberikan bantuannya,
doa, semangat, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
15. Teman-teman mahasiswa MPBSI angkatan pertama yang saling memberikan
dukungan, doa, meluangkan waktu dan pikirannya untuk berdiskusi, dan
saling memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
16. Teman-teman MPBSI semua angkatan yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah bersama menjalani dinamika belajar di MPBSI selama dua
tahun ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas
perhatian dan dukungannya kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk para peneliti
selanjutnya terutama dalam bidang pendidikan.
Yogyakarta, 27 Juli 2017
penulis,
Dina Eka Pratiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv
HALAMAN MOTO ................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
1.4.1 Manfaat Teoretis ........................................................................ 7
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 8
1.5 Batasan Istilah ..................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ....... 10
2.1 Pragmatik ............................................................................................ 10
2.2 Implikatur ............................................................................................. 12
2.2.1 Jenis Implikatur ......................................................................... 16
2.2.2.1 Implikatur Konvensional ................................................... 17
2.2.2.2 Implikatur Konversational ................................................. 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.2 Ciri implikatur ........................................................................... 22
2.3 Konteks ............................................................................................... 25
2.3.1 Ciri-Ciri Konteks ........................................................................ 27
2.3.2 Jenis-Jenis Konteks ................................................................... 28
2.3.2.1 Konteks Situasional ............................................................ 29
2.3.2.2 Konteks Budaya ................................................................. 30
2.3.2.3 Konteks Linguistik ............................................................ 30
2.3.2.4 Konteks Pragmatik ............................................................ 31
2.3.2.5 Konteks Sosial ................................................................... 32
2.4 Novel Populer ..................................................................................... 33
2.4.1 Perkembangan Jenis Sastra Populer ........................................... 35
2.4.2 Perbedaan Novel Populer dan Novel Serius .............................. 37
2.4.3 Karakteristik Novel Populer ....................................................... 39
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................ 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 45
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 45
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ....................................................... 46
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 46
3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................... 47
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ....................................................... 47
3.6 Trianggulasi Data ............................................................................... 49
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................. 51
4.1 Deskripsi Data ..................................................................................... 51
4.2 Hasil Analisis Data ............................................................................. 54
4.2.1 Wujud Implikatur dalam Novel Populer .................................... 54
4.2.1.1 Wujud Implikatur Konvensional ....................................... 55
4.2.1.2 Wujud Impllikatur Konversational .................................... 59
4.2.2 Maksud Implikatur dalam Novel Populer ................................. 82
4.2.2.1 Maksud Implikatur Konvensional ..................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.2.2.2 Maksud Implikatur Konversational ................................... 87
4.2.3 Kaidah Implikatur dalam Novel Populer ................................... 113
4.2.3.1 Kaidah Implikatur Konvensional ...................................... 113
4.2.3.2 Kaidah Implikatur Konversational ................................... 116
4.3 Pembahasan ......................................................................................... 122
4.3.1 Wujud Implikatur dalam Novel Populer ................................... 122
4.3.2 Maksud Implikatur dalam Novel Populer ................................. 129
4.3.3 Kaidah Implikatur dalam Novel Populer ................................... 134
BAB V PENUTUP .................................................................................... 137
5.1 Simpulan ............................................................................................. 137
5.2 Saran ................................................................................................... 141
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................. 142
LAMPIRAN .............................................................................................. 145
BIOGRAFI PENULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Trianggulasi ......................................... 146
Lampiran 2 Hasil Analisis Data dan Trianggulasi ................................ 147
Lampiran 3 Jurnal “Implicature in the Popular Novel Indonesian” ...... 188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pertama ini meliputi lima hal yang akan diuraikan oleh peneliti. Kelima
hal tersebut yakni latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan batasan istilah.
1.1 Latar Belakang
Novel merupakan cerminan atau gambaran tentang kehidupan manusia, baik
secara pribadi maupun kolektif yang diungkapkan melalui kata-kata tertulis yang
kemudian menjadi karya sastra. Artinya, melalui novel seorang pengarang
mengungkapkan realitas kehidupan, baik berupa probelamatika maupun perasaan
yang dialami seseorang ataupun yang dialami oleh orang lain. Dengan demikian,
novel merupakan karya fiktif yang menggambarkan realitas kehidupan yang
dituangkan secara imejiner oleh pengarang. Hal ini berarti karya sastra menerima
pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap
masyarakat. Bahkan, menurut Wellek dan Warren (1956:94) seringkali
masyarakat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara
sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan
tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan
yang membesarkan sekaligus membentuknya.
Damono (2003:1) menyatakan bahwa sastra menampilkan gambaran
kehidupan yang mengarahkan pada suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-seorang,
antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimana
pun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang sering menjadi
bahan sastra yang merupakan pantulan hubungan seseorang dengan orang lain,
serta masyarakat yang dapat menumbuhkan sikap sosial tertentu bahkan
mencetuskan suatu peristiwa sosial tertentu. Hal ini berarti sastra memiliki
hubungan yang erat dengan kehidupan, karena sesungguhnya fungsi sosial sastra
adalah bagaimana ia melibatkan dirinya di tengah kehidupan masyarakat (Semi,
1989:59).
Dalam sastra Indonesia, kehidupan masyarakat Indonesia yang senantiasa
bergerak seiring perjalanan waktu dan periodisasi masa. Hal ini tercermin dalam
jenis sastra Indonesia yang dikenal dengan sastra lama dan sastra modern (Ratna,
2007: 12). Sastra lama dipandang sebagai sastra yang tersebar di Indonesia karena
menggunakan bahasa daerah masing-masing etnik; sedangkan sastra modern
tersebar di Indonesia menggunakan bahasa nasional yakni bahasa Indonesia.
Secara khusus, sastra modern senantiasa berkembang sejak tahun 1970-an.
Faktor-faktor yang menyebabkan sastra populer berkembang adalah kemunculan
maesenas sastra yang diakibatkan oleh kestabilan keadaan ekonomi Indonesia,
kebebasan menciptakan karya sastra, bantuan pers, dan berkembangnya konsumen
sastra terutama di kalangan kaum muda (Sumarjo, 1993:16). Selain itu, sayembara
penulisan novel yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) menarik
banyak penulis yang kemudian menghasilkan banyak karya pada genre roman dan
novel. Penulis yang pernah mengikuti dan memenangkan sayembara tersebut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
antara lain Ahmad Tohari, Putu Wijaya, Budi Darma, Ayu Utami, dan Ratna
Kumala. Mereka menghasilkan novel yang kemudian memberikan pengaruh
terhadap perkembangan dunia kesusastraan Indonesia, seperti Olenka karya Budi
Darma dan Saman karya Ayu Utami.
Novel populer disebut sebagai novel hiburan karena sifatnya menghibur.
Sebab, pada dasarnya setiap karya sastra haruslah bersifat dulce artinya sastra
sanggup memberikan hiburan yang mengasyikkan bagi pembacanya, sehingga
pembaca bisa menikmati daya tarik melalui alur yang mengandung plausibilitas,
suspence, surprise, unity. Namun di sisi lain, sastra juga harus bersifat utile,
artinya mampu memberikan pendidikan moral khususnya pendidikan karakter
bagi pembacanya. Hal ini juga menjadi ciri novel populer untuk membedakannya
dengan novel-novel sastra (serius).
Tema percintaan, asmara, misteri dan kriminal juga diangkat sebagai tema
cerita novel populer. Oleh karena itu, muncul berbagai jenis novel populer, seperti
novel detektif, novel misteri, novel kriminal, dan novel science fiction. Bahkan,
novel populer tidak hanya berasal dari pengarang dalam negeri, tetapi juga
pengarang dari luar negeri yang kemudian diterjemahkan dan diterbitkan pada
penerbit, seperti Gramedia, Cypres, Gaya Favorit Press, Kartini Grup, dan lain
sebagainya.
Selain tema, ciri lain yang membedakan novel populer dengan novel sastra
(serius) adalah pemakaian bahasa. Sumardjo (1995: 18) memaparkan bahwa
bahasa yang dipakai dalam novel populer merupakan bahasa yang aktual.
Pemakaian gaya berbicara serta bahasa sehari-hari amat berpengaruh dalam novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
populer. Bahasa pergaulan sehari-hari dan istilah-istilah baru yang muncul pada
waktu tertentu seringkali dipakai dalam novel populer. Hal ini menunjukkan
bahwa bahasa dalam novel populer tidak memmperlihatkan ekspresi pribadi yang
khas dari pengarangnya (Sumardjo, 1991: 35). Dengan demikian, secara struktur
bentuk novel populer ini meliputi tema, cara penyajian, teknik, bahasa maupun
gaya yang meniru pola umum yang sedang digemari masyarakat pembacanya
(Sumardjo, 1980:9).
Novel populer ini dapat dikaji secara pragmatik, terutama dari aspek
implikatur. Pragmatik khususnya implikatur merupakan ilmu praktis yang
digunakan dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan
dengan novel populer yang menggunakan bahasa dan bertemakan kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, implikatur dalam tuturan para tokoh dalam novel
populer merupakan gambaran realitas kehidupan sehari-hari yang digambarkan
secara imajiner oleh pengarang.
Sementara itu, tuturan-tuturan percakapan dalam cerita novel populer
memiliki makna yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Tentu,
makna yang dimaksudkan adalah pesan yang ingin disampaikan penutur dalam
tuturannya. Dengan demikian, kajian yang mempelajari mengenai makna atau
maksud adalah kajian implikatur. Implikatur menurut Yule (2014:67) mengatakan
bahwa implikatur berkaitan dengan penyampaian makna yang lebih banyak dari
pada kata-kata itu. Makna yang dimaksudkan oleh Yule adalah maksud yang tidak
dinyatakan dalam tuturan penutur. Hanya saja, pada umumnya para pembaca tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menyadari bahwa setiap tuturan dalam tuturan para tokoh ditemukan adanya
implikatur, misalnya pada tuturan dalam percakapan berikut.
(1)Zaman : “Jika profesor keberatan, aku akan bilang tidak untuk
interview itu. Ini bukan firma hukum yang menjadi targetku
setelah lulus, aku bahkan tidak mengenalnya.”
Profesor : “Keberatan?. Apa kamu bilang, Zaman? Ini kabar brilian.
Bergegas berangkat, anak muda. Kita bisa kapan pun
menyusun ulang jadwal konsultasi tugas akhir. Tapi Thompson &
Co., kesempatan itu tidak akan datang sekali dalam seratus
tahun.” (TL/TK/5/1)
Konteks: Sebelumnya Zaman sudah terlajur membuat janji konsultasi
dengan profesor pembimbingnya. Namun sebelum jam konsultasi, Zaman
menghubungi profesornya untuk membatalkan janji konsultasi hari ini,
dengan alasan bahwa Zaman mendapat panggilan interview di firma
Thompson & Co., walaupun memang itu benar terjadi.
Tuturan dalam percakapan tersebut, pada tuturan (1) pada Zaman
mengungkapan penolakan dari kedua belah pihak yaitu penutur dan mitra tutur.
Pada tuturan (1) Zaman menolak untuk wawancara jika Profesor keberatan untuk
Zaman membatalkan interviewnya. Namun Profesor pun menolak secara tidak
langsung pada kalimat “keberatan?. Apa kamu bilang Zaman? Ini kabar brilian.
Bergegas berangkat, anak muda. Kita bisa kapan pun menyusun ulang jadwal
konsultasi tugas akhir. Tapi Thompson & Co., kesempatan itu tidak akan datang
sekali dalam seratus tahun”. Pada tuturan tersebut menyatakan bahwa Profesor
menolak untuk konsultasi dengan Zaman. Grice (Mulyana, 2005:12) menyatakan,
bahwa ada dua macam implikatur yaitu implikatur konvensional dan implikatur
percakapan.
Fenomena-fenomena percakapan dalam bentuk implikatur yang ditemukan
dalam novel populer menarik untuk dikaji lebih jauh. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini tidak hanya menggunakan satu karya sastra sebagai sumber data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dengan harapan penggunaan kebahasaan dapat di analisis berdasarkan implikatur
dalam tuturan para tokohnya. Dengan demikian, fokus penelitian ini pada
implikatur tuturan para tokoh dengan maksud untuk memahami apa yang
dikatakan melalui tokoh belum tentu sama halnya yang dimaksudkan oleh tokoh.
Selain itu, pemahaman mengenai maksud ini tidak terlepas dari konteks yang
selalu terikat di dalam tuturan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah utama penelitian ini
adalah “Bagaimana Implikatur tuturan para tokoh dalam novel populer Indonesia
tahun 2007 sampai tahun 2016?” Masalah utama tersebut dapat dijabarkan dalam
rumusan sub-sub masalah, sebagai berikut.
1. Bagaimanakah wujud implikatur tuturan para tokoh yang terdapat dalam
novel populer Indonesia tahun 2007 sampai 2016?
2. Maksud implikatur tuturan para tokoh apa sajakah yang terkandung
dalam novel populer Indonesia tahun 2007 sampai 2016?
3. Bagaimanakah kaidah penggunaan implikatur tuturan para tokoh yang
terdapat dalam novel populer Indonesia tahun 2007 sampai 2016?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini dapat
diuraikan, sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1. Mendeskripsikan wujud implikatur tuturan para tokoh yang terdapat
dalam novel populer Indonesia tahun 2007 sampai 2016.
2. Mendeskripsikan maksud implikatur tuturan para tokoh yang terdapat
dalam novel populer Indonesia tahun 2007 sampai 20016.
3. Mendeskripsikan kaidah implikatur tuturan para tokoh yang terdapat
dalam novel populer Indonesia tahun 2007 sampai 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini tidak hanya bermanfaat secara teoretis, tetapi juga
bermanfaat secara praktis. Kedua manfaat tersebut dapat diuraikan, sebagai
berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Beberapa manfaat teoretis dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Sebagai tambahan acuan pustaka hasil penelitian mengenai
pembentukan implkatur dalam karya sastra, khususnya novel.
2. Hasil penelitian ini dapat diperbandingkan dan diterjemahkan dalam
konteks penelitian sejenis.
3. Hasil penelitian ini sebagai tambahan acuan pustaka yang memperkuat
keberadaan implikatur sebagai salah satu perspektif teoritis.
4. Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat sebagai tambahan khasanah
hasil penelitian yang menggunakan teori implikatur dalam memerikan
karya sastra, khususnya novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.4.2 Manfaat Praktis
Beberapa manfaat praktis dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi
pendidik dalam menyusun materi perkuliahan pragmatik maupun
kajian sastra.
2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami
karya sastra novel-novel popular.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi
peneliti lain yang ingin yang bersifat sinergis dengan memadukan
konsep lama dan makna baru yang diperoleh dari kajian pembentukan
implikatur dalam karya sastra.
1.5 Batasan Istilah
1. Implikatur: Yule (2014) mengatakan bahwa implikatur berkaitan dengan
menyampaian makna yang lebih banyak dari pada sekedar kata-kata itu.
Artinya, tuturan yang menunjukkan adanya maksud yang secara implisit
terdapat dalam tuturan.
2. Novel Populer: Nurgiantoro (2013:21) novel populer adalah novel yang
hanya populer pada masanya dan memiliki banyak penggemarnya,
khususnya pembaca dikalangan remaja. Dengan demikian, disimpulkan
bahwa novel populer merupakan potret kehidupan yang digambarkan
seorang penulis kedalam realitas hidup para tokoh dalam cerita novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Pragmatik: Yule (2014) menjelaskan pragmatik adalah studi tentang
hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu.
Dengan kata lain pragmatik membahas mengenai fenomena-fenomena
kebahasaan yang berbentuk tuturan dalam percakapan. Sementara itu,
pragmatik tidak terlepas dari konteks yang melekat pada setiap tuturan
untuk dapat menangkap maksud yang ingin disampaikan oleh penutur.
4. Sastra: Panuti Sudjiman (1988:11) novel adalah prosa rekaan panjang dan
menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan
latar secara tersusun. Novel dapat digunakan sebagai media dalam
mengungkapkan banyak ekspresi yang dimiliki penulis melalui tulisannya.
melalui segi kebahasaannnya dalam mengungkapkan realitas kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
Bab kedua ini terdiri dari dua bagian yaitu tinjauan pustaka dan kerangka
berpikir. Bagian pertama, menguraikan mengenai pragmatik, implikatur, hakikat
konteks, dan novel populer. Bagian kedua, kerangka berpikir yang digunakan.
2.1 Pragmatik
Pragmatik merupakan salah satu bidang ilmu linguistik yang mengkaji
fenomena-fenomena saat berkomunikasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
menjelaskan pragmatik berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan
serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Oleh karena itu, untuk dapat
membuat komunikasi antara penutur dan mitra tutur menjadi baik, maka
diperlukan keselarasan dalam menyampaikan maksud tuturan. Levinson (1983:9)
menyatakan bahwa “pragmatics is the study of just those aspects of the
relationship between language and conteks that are relevant to the writing of
grammars.” Artinya, pragmatik merupakan studi yang membahas mengenai aspek
hubungan antara bahasa dan konteks sesuai dengan wacana.
Sementara itu, Yule (2014:5) mengartikan pragmatik adalah studi tentang
hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk itu.
Bentuk linguistik terapan, yaitu ilmu yang memanfaatkan deskripsi, metode, dan
hasil penelitian linguistik untuk pelbagai keperluan praktis. Artinya, ilmu praktis
yang dapat digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, sebagai alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
komunikasi di masyarakat. Konsep ini dipertegas Leech (1993: 1) bahwa tidak
dapat dimengerti sifat bahasa itu sendiri bila tidak mengerti pragmatik, karena
mengenai bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi di masyarakat. Cruse
(Cumming, 2007: 2) juga mendefinisikan arti pragmatik, demikian:
Pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi
(dalam pengertian yang paling luas) yang disampaikan melalui bahasa yang
(a) tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam
bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, namun yang (b) juga muncul
secara alami dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara
konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut
(penekanan ditambahkan).
Artinya bahwa aspek informasi disampaikan melalui bahasa oleh penutur untuk
menyampaikan maksud dan tujuan kepada mitra tutur, agar penutur mendapatkan
respon oleh mitra tutur. Penyampaian maksud dan tujuan berupa tuturan yang
dikodekan oleh kesepakatan antara penutur dan mitra tutur.
Sesungguhnya, pragmatik sebagai disiplin ilmu yang membahas beberapa
pokok kajian seperti deikis, praanggapan, implikatur, dan tindak tutur. Secara
khusus, implikatur merupakan salah satu kajian yang dijadikan peneliti sebagai
pisau analisis dalam penelitian ini untuk mengkaji tuturan-tuturan dalam karya
sastra novel populer. Berdasarkan konsep hakikat pragmatik sebagai studi tentang
maksud penutur yang artinya implikatur merupakan studi mengenai maksud
penutur tersampaikan oleh mitra tutur sehingga proses komunikasi dapat berjalan
lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.2 Implikatur
Konsep implikatur pertama kali diperkenalkan oleh Grice (1975, 1978)
dengan tujuan untuk memecahkan masalah tentang makna bahasa yang tidak
dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan teori semantik. Sejalan dengan hal
tersebut, lahirnya satu konsep baru dalam bidang pragmatik yang merupakan
salah satu cabang ilmu bahasa, yaitu implikatur. Konsep implikatur dipakai untuk
menerangkan perbedaan antara „apa yang diungkapkan‟ dan „apa yang dimaksud‟
berbeda.
Berkaitan dengan hal tersebut, Levinson (1984: 101) menguraikan konsep
implikatur menurut Grice sebagai teori kumunikasi. Ia menjelaskan, demikian:
Grice's theory of meaning is construed as a theory of communication, it
has the interesting consequence that it gives an account of how
communication might be achieved in the absence of any conventional means
for expressing the intended message.
Grice ingin mengatakan bahwa teori komunikasi harus memiliki konsekuensi
yang perlu dicapai dengan memberikan penjelasan tentang bagaimana komunikasi
tercapai atau tersampaikan tanpa sarana kesepakatan untuk mengekspresikan
pesan yang dimaksudkan. Grice pengembangkan teori tentang konsep implikatur
yang pada dasarnya sebuah teori tentang bagaimana orang menggunakan bahasa.
Grice‟s second theory, in which he develops the concept of implicature,
is essentially a theory about how people use language. Grice‟s suggestion is
that there is a set of over-arching assumptions guiding the conduct of
convensation. These arise, it seems, from basic rational considerations and
may be formulated as guidelines for the efficient and effective use of
language in conversation to further co-operative ends. Grice indentifiens as
guidelines of this sort four basic maxims of conversation or general
principles underying the effecient co-operative use of language, which
jointly express a general co-operative principle. (Levinson, 1984: 101).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Saran Grice terkait implikatur yang mengartikan bahwa ada satu set yang
saling mempengaruhi dalam proses percakapan. Hal ini muncul dari pertimbangan
rasional dasar yang memformulasikan sebagai pedoman dalam penggunaan
bahasa yang efisien dan efektif dari suatu percakapan yang kooperatif. Grice
mengidentifikasi hal tersebut dalam keempat maksim dasar percakapan atau
prinsip-prinsip umum yang mendasari penggunaan prinsip kooperatif yang lebih
efisien.
Berkaitan dengan pengertian implikatur, terdapat beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa. Mey (Nadar, 2009:60) memaparkan
bahwa implikatur „implicature‟ berasal dari kata kerja to imply, sedangkan kata
bendanya adalah implication. Kata kerja tersebut berasal dari bahasa latin plicare
yang berarti dilakukan dengan cara membukanya. Artinya, bahwa dalam rangka
memahami apa yang dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu
melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya.
Brown dan Yule (1996:31) berpendapat bahwa istilah implikatur dipakai
untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan
oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur.
Pendapat tersebut berdasarkan pada makna tuturan yang berbeda dengan makna
sebenarnya. Konsep ini dipahami dengan menerangkan adanya perbedaan suatu
makna yang disampaikan penutur berbeda dengan makna yang dimaksudkan oleh
mitra tutur.
Yule (2014) menjelaskan mengenai suatu informasi yang memiliki makna
disampaikan lebih banyak dari pada kata-kata itu. Makna yang dimaksudkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
adalah makna tambahan yang terdapat di dalam tuturan. Artinya, suatu kalimat
dalam tuturan menunjukkan adanya makna tambahan lebih banyak dibandingkan
yang dikatakan secara langsung. Sementara itu, Rahardi (2007:85) menyatakan
bahwa dalam sebuah percakapan antara penutur dan mitra tutur dapat secara
lancar berkomunikasi, karena dua belah pihak memiliki semacam kesamaan
dalam latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dituturkan. Hal ini
berkaitan dengan konteks yang perlu diketahui oleh kedua pihak, agar saat
berkomunikasi tidak terjadi kesalahpahaman.
Berdasarkan beberapa pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
implikatur adalah tuturan yang menunjukkan adanya maksud atau makna
tambahan lebih banyak dibandingkan yang dikatakan secara langsung dalam
tuturan. Memahami maksud tuturan dibutuhkan konteks yang melekat pada
tuturan, sehingga pesan atau informasi yang disampaikan dapat dipahami dan
diterima dengan baik oleh mitra tutur. Implikatur dalam bahasa tulis ditandai
dengan adanya penggunaan diksi-diksi tertentu seperti bentuk tanya atau bentuk
perintah yang tidak langsung. Sebaliknya, dalam bahasa lisan selain adanya diksi-
diksi tertentu ditambah dengan bahasa-bahasa non-verbal. Maka perlunya
kesamaan latar belakang pembicaraan atau topik yang menjadi pembicaraan yang
dapat dilihat melalui konteks antara penutur dan mitra tutur.
Pernyataan tersebut dipertegas oleh Levinson (1983:97) bahwa implikatur
memiliki empat kegunaan. Pertama, implikatur dapat memberikan penjelasan
fungsional mengenai sifat dan bermakna atas fakta-fakta kebahasaan mengenai
pragmatik terkait fenomena linguistik. Kedua, implikatur mampu memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penjelasan mengenai apa yang „dikatakan‟ secara harafiah memberikan maksud
yang berbeda, misalnya dalam bentuk pertanyaan tetapi bermakna perintah.
Ketiga, implikatur dapat menyederhanakan substansial baik dalam struktur
maupun deskripsi semantik. Keempat, implikatur menjelaskan berbagai fenomena
kebahasaan yang tampak tidak saling berkaitan atau bahkan berlawanan, tetapi
ternyata saling terkait atau saling berhubungan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti Netti (2014)
dalam artkel jurnalnya berjudul “Implikatur Percakapan dalam Percakapan
Humor”. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa, pertama pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu
berkaitan dengan bagaimana satuan bahasa itu digunakan dalam komunikasi.
Kedua, percakapan adalah interaksi oral dengan bertatap muka antara dua
partisipan atau lebih. Ketiga, pemakaian pragmatik dalam percakapan yang
mengandung humor sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang dapat
berupa sindirian, ejekan, sanjungan kelakar yang bersifat menghibur.
Selanjutnya, penelitian yang sama telah dilakukan oleh Sulistyowati Winda
(2012) dengan judul “Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur Percakapan
dalam Film Pertualangan Sherina Karya Riri Riza”. Hasil penelitian menujukkan
adanya implikatur percakapan yang ditemukan dalam film “Pertuangan Sherina”
yang menunjukkan adanya pelanggaran prinsip kerja sama dalam implikatur yang
berbeda. Implikatur-implikatur tersebut bersifat memberitahukan, menunjukkan,
menolak, menyatakan sikap keraguan, menyatakan sikap kebingungan, mengejek,
merahasiakan, menyetujui, menyatakan kemarahan, dan menyatakan kebohongan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
serta meminta pemahaman mitra tutur. Hal ini membuktikan bahawa percakapan
yang tidak menjalankan prinsip karjasama akan menghasilkan implikatur dalam
sebuah percakapan.
Berbeda dengan penelitian di atas, peneliti ingin meneliti bidang implikatur.
Sumber data yang akan menjadi objek kajian yaitu novel-novel populer Indonesia.
Pemilihan novel populer ini didasarkan pada ditemukannya implikatur dalam
setiap tuturan para tokoh. Hal ini tentunya akan membantu pembaca dalam
memahami maksud yang ingin disampaikan dalam tuturan para tokoh yang
mengandung implikatur.
2.2.1 Jenis Implikatur
Grice menyatakan bahwa ada dua macam implikatur, yaitu conventional
implicature (implikatur konvensional) dan conversational implicature (implikatur
percakapan). Kedua implikatur tersebut dijelaskan oleh Lyons (1995), sebagai
berikut.
The difference between them is that the former depend on something
other that what is truth-conditional in the conventional use, or meaning, of
particular forms of expressions, whereas the latter derive from a set of more
general principles which regulate the proper conduct of conversation.
Secara tersirat, hal tersebut menunjukkan bahwa implikatur konvensional
dan implikatur percakapan memiliki perbedaan. Perbedaan kedua implikatur dapat
dipaparkan, sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.2.1.1 Implikatur Konvensional (Conventional Implicature)
Implikatur konvensional bersifat umum dalam arti sudah diketahui oleh
masyarakat. Implikatur terjadi karena dipengaruhi oleh topik atau konteks yang
sudah umum diketahui banyak orang. Hal ini dipertegas oleh Mulyana (2001)
implikatur konvensional ialah implikasi atau pengertian yang bersifat umum dan
konvensional, semua orang sudah memahami maksud atau implikasi mengenai
suatu hal tertentu. Pemahaman terhadap implikasi yang bersifat konvensional
mengandaikan kepada pendengar atau pembaca mengenai pengalaman dan
pengetahuan umum.
Dengan demikian, implikatur konvensional mengimplikasikan bahwa suatu
konsep atau pengertian sudah bersifat umum dan konvensional. Dengan kata lain,
semua orang pada umumnya sudah mengetahui dan memahami maksud atau
implikasi suatu hal tertentu. Sejalan dengan Yule (2014:78) yang mengatakan
bahwa implikatur konvensional tidak mengharuskan terjadi dalam percakapan dan
tidak bergantung pada konteks yang didapat secara lokal untuk memahami.
Dengan demikian, presuposisi leksikal, implikatur konvensional diasosiasikan
dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan
apabila kata-kata itu digunakan, seperti pada contoh berikut (Mulyana, 2005:12).
Muhammad Ali adalah petarung yang indah.
Kata “petarung” pada tuturan di atas, berarti „atlet tinju‟. Pemaknaan ini
dipastikan benar, karena secara umum (konvensional), karena semua orang sudah
megetahui bahwa Muhammad Ali adalah atlet tinju legendaris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Mulyana (2005:12) menjelaskan bahwa implikatur konvensional bersifat
nontemporer. Artinya, makna atau pengertian tentang sesuatu bersifat lebih tahan
lama. Suatu leksem yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran dapat dikenali
implikasinya karena maknanya „yang tahan lama‟ dan sudah diketahui secara
umum. Semua orang umumnya sudah mengetahui tentang maksud tuturan.
2.2.1.2 Implikatur Konversational (Conversational Implicature)
Implikatur konversational (implikatur percakapan) memiliki pengertian
yang lebih bervariasi. Pasalnya, pemahaman terhadap hal „yang dimaksudkan‟
sangat bergantung kepada konteks terjadinya percakapan. Implikatur percakapan
hanya muncul pada saat tindak percakapan (speech act). Yule (2014) menjelaskan
mengenai implikatur percakapan, yaitu “The basic of scalar implicature is that,
when any form in a scale is asserted, the negative of all forms higher on the scale
is implicated”. Artinya, dalam implikatur percakapan khusus ini diperlukan
pengetahuan akan persendian yang perlu diketahui oleh penutur dan mitra tutur
dalam tuturan tersebut.
Selanjutnya, yang memiliki peran penting dalam implikatur adalah konteks.
Konteks dalam implikatur percakapan memiliki peran terpenting karena konteks
percakapan dapat melatarbelakangi adanya tuturan tersebut. Artinya, konteks yang
diciptakan, yaitu asumsi dan pemahaman yang sama antara penutur dan mitra
tutur mengenai topik yang dibicarakan. Terlebih, dalam implikatur percakapan
hanya penutur dan mitra tutur yang mengetahui konteks pembicaraannya saja.
Yule (2014:70) membagi implikatur percakapan ke dalam tiga bagian, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1) Implikatur Percakapan Umum
Implikatur percakapan umum adalah implikatur yang kehadirannya di dalam
percakapan tidak memerlukan konteks khusus. Setiap tuturan yang termasuk ke
dalam implikatur percakapan umum tidak dipersyaratkan untuk menghitung
makna tambahan yang disampaikan, seperti pada contoh berikut (Yule, 2014:70).
Doobie : “Apakah Anda yang mengundang Bella dan Cathy?”
Mary : “Saya mengundang Bella.”
Doobie menanyakan Mary tentang undangannya ke sebuah pesta kepada
temannya Bella dan Cathy, jawaban yang diterima Dobbie adalah Bella. Tuturan
tersebut tidak memerlukan pengetahuan khusus untuk memahaminya, dapat
dimengerti maksudnya dari pilihan jawaban atas pertanyaan penutur.
2) Implikatur Percakapan Berskala
Yule (1996:41) menjelaskan bahwa implikatur percakapan berskala dengan
pernyataan bahwa “A number of other generalized conversational implicatures
are commonly communicated on the basis of scale of values and are consequently
known as scalar implicatures.” Artinya, informasi tertentu disampaikan dengan
memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Hal ini
secara khusus tampak jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas.
Kuantitas yang dimaksudkan, misalnya dalam penggunaan istilah semua,
sebagaian besar, banyak, beberapa, sedikit, atau selalu, sering, kadang-kadang,
seperti pada contoh tuturan sebagai berikut (Yule, 2014).
Saya sedang belajar ilmu bahasa dan saya telah melengkapi beberapa
mata pelajaran yang dipersyaratkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dengan memilih kata „beberapa‟ dalam kalimat tersebut, penutur
menciptakan suatu implikatur (tidak semua). Inilah salah satu implikatur tuturan
berskala. Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua skala yang pertama (dalam
contoh di atas) mengandung „seluruh‟, „sebagian‟, dan „banyak‟ yang berskala
tinggi daripada „beberapa‟. Dengan adanya batasan implikatur berskala,
konsekuensinya adalah dalam mengatakan „sebagain dari mata pelajaran yang
dipersyaratkan‟ penutur juga menciptakan implikatur lain, misalnya: „tidak
sebagian besar‟, tidak banyak‟.
3) Implikatur Percakapan Khusus
Implikatur percakapan khusus merupakan makna yang harus diketahui
karena membutuhkan pengetahuan konteks tertentu. Yule (2014:74) menjelaskan
bahwa seringkali percakapan atau tuturan yang terjadi dalam konteks yang sangat
khusus di mana kita mengamsumsikan informasi yang diketahui secara lokal.
Inferensi-inferensi yang sedemikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud
yang disampaikan menghasilkan implikatur percakapan khusus, seperti pada
tuturan berikut ini Yule (1996:74)
Rick : “Hei. Apakah kau akan menghadiri pesta yang gaduh itu nanti
malam?”
Tom : “Orang tuaku akan mengunjungiku.”
Tuturan di atas, dapat diketahui bahwa untuk membuat jawaban Tom
menjadi relevan, Rick harus memiliki pengetahuan yang disebut dengan konteks,
bahwa salah satu mahasiswa dalam tuturan ini mengharapkan sesuatu yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dikerjakan. Tom akan menghabiskan malam itu bersama orang tuanya yang secara
tidak langsung Tom menolak ajakan untuk datang ke pesta gaduh tersebut.
Selain itu, Putrayasa (2014:68) implikatur percakapan memiliki beberapa
wujud dan maksud yang seringkali muncul saat proses komunikasi berlangsung,
yakni:
a. Implikatur Percakapan Melarang
Implikatur percakapan berwujud melarang yang sering digunakan dalam
kalimat perintah, tetapi juga dalam bentuk kalimat pernyataan.
b. Implikatur Percakapan Menyetujui
Implikatur percakapan berwujud menyetujui yang biasa terdapat dalam
kalimat pertanyaan dan perintah.
c. Implikatur Percakapan Menolak
Implikatur percakapan berwujud menolak tidak selalu dilakukan secara
langsung dan terang-terangan tetapi secara yang tidak langsung. Hal ini
dilakukan agar mitra tutur tidak merasa tersinggung dan alasan yang
diberikan dapat diterima.
d. Implikatur Percakapan Memerintah
Implikatur percakapan memerintah berupa dekralatif atau wujud kalimat
pernyataan, tetapi memiliki maksud memberikan perintah.
e. Implikatur Percakapan Meminta
Implikatur percakapan berwujud meminta. Tuturan berwujud meminta ini
biasanya menggunakan bentuk kalimat tanya dan pernyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
f. Implikatur Percakapan Menegaskan
Implikatur percakapan berwujud menegaskan yang cenderung berbentuk
kalimat pernyataan yang menegaskan atau dapat dilihat dari penggunaan
kata dalam menggambarkan penegasan prinsip.
g. Implikatur Percakapan Mengeluh
Implikatur percakapan berwujud mengeluh biasanya berbentuk kalimat
pernyataan.
h. Implikatur Percakapan Melaporkan
Implikatur percakapan berwujud melaporkan biasanya menggunakan
wujud kalimat pernyataan, tetapi juga dapat berbentukkalimat perintah.
2.2.2 Ciri Implikatur
Grice menyatakan bahwa implikatur sebagian besar dapat diprediksi, maka
Levinson (1983:114) mengelompokkan ke dalam empat ciri utama implikatur
sebagai berikut.
a. Cancellability, artinya dapat dibatalkan jika suatu kesimpulan yang tidak
mungkin bisa ditarik jika ada kemungkinan untuk menggalkannya dengan
menambah beberapa premis atau alasan tambahan pada premis asli.
b. Non-detachability, yaitu implikatur tidak dapat dilepas, ini berarti bahwa
implikatur melekat pada isi semantik dari apa yang dituturkan, bukan pada
bentuk linguistik, maka implikatur tidak dapat dipisahkan dari suatu
tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c. Calculability, implikatur yakni suatu „hal‟ itu dapat diperhitungkan.
Artinya, setiap implikatur dimungkinkan untuk membangun argumen yang
menunjukkan bahwa makna harfiah suatu tuturan dipadu dengan prinsip
kerjasama dan maksim-maksimnya.
d. Non-conventionality, implikatur non-konvensional yakni bukan bagian
dari makna konvensional (umum) dari ungkapan secara linguistik. Artinya,
kemampuan untuk membatalkan (defeasibility) tidak dapat dilepas.
Mengetahui makna secara harfiah sebelum memperhitungkan implikasinya
dalam konteks.
Selain itu, Mulyana (2001) mengidentifikasi beberapa ciri implikatur
(percakapan) sebagai berikut.
a. Implikasi tidak dinyatakan secara eksplisit. Artinya, implikasi atau maksud
yang ingin diungkapkan tidak secara gamblang dinyatakan dalam tuturan.
b. Tidak memiliki hubungan mutlak dengan tuturan yang merealisasikan (apa
yang diucapkan berbeda dengan apa yang dimaksudkan). Dengan kata
lain, tuturan yang dikatakan bukanlah yang dimaksudkan oleh penutur atau
mitra tutur.
c. Termasuk unsur luar wacana. Artinya, bahwa implikasi berada diluar teks
(wacana) itu sendiri atau maksud tidak muncul dalam tuturan.
d. Implikatur dapat dibatalkan. Dengan kata lain, bahwa implikatur dapat
dibatalkan karena mitra tutur tidak menangkap implikatur atau implikatur
sudah dibuka terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
e. Bersifat terbuka penafsiran atau banyak makna (multi interpretable).
Artinya bahwa implikasi (maksud) dapat dipahami atau diinterpretasi dari
berbagai sudut pandang.
f. Terjadi karena mematuhi atau tidak mematuhi prinsip kerja sama dalam
percakapan. Dengan kata lain, bahwa prinsip kerja sama (maksim) sering
dilanggar namun tetap tetap dapat dipahami.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut mengenai ciri implikatur, maka dapat
disimpulkan bahwa implikatur memiliki ciri-ciri yakni:
a. Sebuah implikatur dapat dibatalkan, jika terdapat hal tertentu yang dapat
membatalkan implikatur dalam suatu tuturan percakapan (Cancellability).
b. Implikatur tidak dapat dilepas. Dengan kata lain, implikatur tidak terlepas
dari isi semantik untuk mempertahankan implikatur yang terjadi dalam
tuturan percakapan (nondetachable).
c. Secara harafiah tidak memiliki hubungan antar tuturan (apa yang
diucapkan berbeda dengan apa yang dimaksudkan). Selain itu, Kebenaran
isi dari suatu implikatur percakapan tergantung pada apa yang dikatakan,
tetapi tidak peduli bagaimana tindakan untuk mengatakannya (calcutable).
d. Implikatur percakapan menuntut untuk mengatahui makna tuturan,
selanjutnya baru dapat menduga implikaturnya melaui konteks, karena
implikatur bukan untuk menemukan makna tetapi menemukan maksud
tuturan (non-conventional).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.3 Hakikat Konteks
Kajian bahasa secara pragmatik mengenal adanya istilah konteks yang
dipakai sebagai penanda adanya unsur diluar bahasa dalam sebuah tuturan, atau
dalam bidang pragmatik keberadaan konteks di luar teks itu sendiri. Teks yang
dimaksud, yaitu adanya makna yang terkandung dalam tuturan yang disampaikan,
walaupun tidak secara lengkap. Konteks yang dimaksud dalam pragmatik yaitu
keadaan atau setting yang melatarbelakangi atau terkait dengan maksud tuturan
tersebut. Hal tersebut erat kaitannya dengan arti atau maksud dari penutur.
Istilah konteks pertama kali diperkenalkan oleh Malinowski dengan sebutan
„konteks situasi‟. Ia merumuskan konteks situasi seperti di bawah ini.
Exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without
linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in the
reality of spoken livin tongue , the utterance has no meaning except in the
context situasition.
Selanjutnya, Leech (1993) juga menjelaskan bahwa konteks sebagai salah
satu komponen dalam situasi tutur. Menurut Leech konteks didefinisikan sebagai
aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan.
Selain itu, Leech juga menambahkan definisinya bahwa konteks menuntut adanya
pengetahuan mengenai latar belakang topik pembicaraan yang yang perlu
diketahui bersama antara penutur dan mitra tutur. Hal ini tentunya, membantu
penutur menafsirkan atau penginterpretasikan maksud tuturan penutur.
Sejalan dengan Brown dan Yule (1996:25) menegaskan bahwa konteks
mengacu pada „keadaan atau lingkungan‟ yang menggunakan bahasa di dalamnya.
Brown & Yule menyarankan agar komunikasi dapat berjalan lancar diperlukan
proses komunikasi yang dinamis dengan menggunakan bahasa sebagai alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
komunikasi. Konteks dalam sebuah tuturan sangat diperlukan untuk membantu
menginterpretasikan berbagai maksud dalam berkomunikasi.
Implikasi tentang konteks diungkapkan dengan baik oleh Sadock (Brown,
1996:35), demikian:
Kemudian, ada masalah serius mengenai metodologi yang dihadapi
pendukung linguistik pragmatik. Apabila diberikan satu aspek dari apa yang
disampaikan oleh kalimat dalam konteks tertentu, apakan aspek itu bagian
dari apa yang disampaikan berkat maknanya... atau sebaliknya itu
„dipecahkan‟ – berdasarkan asas-asas grice – dari makna kalimat selebihnya
dan fakta-fakta yang relevan dalam konteks ujaran?
Sementara itu, perlunya pemahaman mengenai perbedaan antara konteks
dalam pragmatik dan konteks dalam linguistik. Kedua konteks tersebut memiliki
perbedaan yaitu Konteks pragmatik perlunya pemahaman dalam menentukan apa
yang menjadikan fakta-fakta yang relevan dalam konteks ujaran itu sendiri,
sedangkan konteks linguistik yang terlihat dari apa yang mengikuti teks itu
sendiri.
Halliday dan Hassan (Rani dkk, 2006: 188) mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan konteks wacana adalah teks yang menyertai teks lain. Teks yang
menyertai tersebut tidak hanya dilisankan dan dituliskan, tetapi termasuk pula
kejadian-kejadian non-kata (non-verbal) lainnya dari keseluruhan lingkungan teks
itu. Oleh karena itu, pentingnya konteks dalam suatu peristiwa tutur.
Dalam jurnal Lichao song (2010) Guy Cook (1999) mengungkapkan bahwa:
When Guy Cook was studying the relationship between discourse and
literature , he took „context‟ into consideration as well. In his definition,
context is just a form of knowledge the world and „the term „context‟ can be
used in a board and narrow sense. In the narrow sense, is refers to
(knowledge of) other parts of the text under consideration. In the broad
sense, is refres to (knowledge of) these factors and to (knowledge of) other
parts of the text under consideration, sometimes referred to as „co-text‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Analisis pragmatik dalam sastra memerlukan konteks yang menjadi penentu
utamanya. Dengan kata lain, perlunya mempertimbangkan adanya istilah konteks
dalam arti luas dan arti sempit. Konteks dalam arti sempit mengacu pada
(pengetahuan) mengenai faktor di luar teks di bawah pertimbangan, sedangkan
dalam arti sempit, konteks (pengetahuan) bagian lain dari teks yang
dipertimbangkan yang terkadang disebut dengan koteks.
Penelitian mengenai implikatur telah banyak dilakukan. Salah satunya
penelitian yang dilakukan Ningtias, Rohmadi, & Suyitno (2014) dengan judul
“Analisis Konteks dan Implikatur pada Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro”.
Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa konteks dalam novel 5 cm meliputi
konteks linguistik, fisik, epistemik, sosial. Implikatur percakapan pada data
menyatakan tentang basa basi, menolak secara halus, menyangkal, menyela.
Selain itu, nilai-nilai kehidupan dalam data sangat beragam, seperti ditemukannya
nilai-nilai didik yang lenih banyak ditemukan dalam implikatur konvensional
dibandingkan dengan data yang masuk ke dalam kategori implikatur percakapan.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memperkaya mengenai konteks yang menjadi
latarbelakang adanya implikatur yang terdapat dalam tuturan para tokoh dalam
novel populer Indonesia.
2.3.1 Ciri-ciri Konteks
Suatu peristiwa tutur selalu memiliki faktor-faktor yang mengambil peranan
dalam peristiwa seperti penutur, lawan bicara, pokok pembicaraan, tempat bicara,
dan lain sebagainya. Hymes (Lubis, 1991: 87) menyebutkan bahwa komponen-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
komponen tutur yang merupakan ciri-ciri konteks yang relevan, antara lain (1)
penutur (addresser) perlu mengetahui situasi pembicaraan akan memudahkannya
untuk menginterpretasikan pembicaraan, (2) pendengar (addressee) penutur dan
pendengar yang terlibat dalam peristiwa tutur disebut partisipan. Berkaitan dengan
partisipan, tidak hanya mengetahui siapa pembicaranya, tetapi penting mengetahui
siapa lawan pembicara atau pendengar, (3) pokok pembicaraan (topic) akan
mudahlah bagi seseorang yang mendengar atau membaca untuk memahami
pembicaraan dalam tulisan, (4) latar (setting) latar peristiwa ini dapat berupa
waktu dan tempat pembiacaraan tersebut terjadi, (5) penghubung:bahasa
lisandantulisan (channel) untuk memberikan informasi seorang pembiacra dapat
mempergunakan berbagai cara yang dapat digunakan baik secara lisan maupun
tulisan, (6) dialek/stailnya (code), (7) bentuk pesan (message) pesan yang
disampaikan hendaknya berbentuk fundamental yang disesuaikan dengan lawan
tutur, dan (8) peristiwa tutur (speech event) (Brown, 1983: 89).
2.3.2 Jenis-jenis Konteks
Konteks sangat berperan penting dalam kajian pragmatik, karena jika tidak
terdapat konteks yang melatarbelakangi tuturan maka sulit untuk mengetahui
topik suatu pembicaan. Konteks mendukung terjadinya komunikasi karena dengan
adanya konteks dapat mengetahui bahwa antara penutur dan mitra tutur memiliki
pengetahuan yang sama. Terdapat beberapa klasifikasi konteks yang berperan
dalam kajian pragmatik diantaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.3.2.1 Konteks Situasional
Konteks situasional atau konteks situasi mengacu pada lingkungan, waktu,
dan tempat yang melingkupi suatu tuturan terjadi antara penutur dan mitra tutur.
Hal ini ditegaskan oleh Pranowo (2015) bahwa konteks dalam kajian pragmatik
diartikan sebagai keseluruhan situasi yang melingkupi teks atau tuturan (konteks
selalu berada di luar tuturan). Di sisi lain, konteks diartikan sebagai latar belakang
pengetahuan yang dipahami bersama antara penutur dan mitra tutur sehingga
dapat membangun komunikasi yang baik untuk menyampaikan maksud dalam
tuturan. Dengan demikian, konteks merupakan segala situasi yang berhubungan
dengan tuturan.
Selain itu, Song (2010) menegaskan mengenai konteks situasi dalam tiga
aspek, yaitu tempat (field), maksud (tenor), dan lingkungan(mode). Field dapat
dijelaskan sebagai tempat yang dengan sengaja penutur gunakan dalam peran
linguistik atau situasi teks itu terjadi (proses tuturan). Tenor adalah maksud peran
linguistik yang sengaja diberlakukan dalam bahasa sebuah wacana. Gagasan
mengenai maksud, mengkaji bagaimana pilihan linguistik dipengaruhi bukan
hanya topik atau subjek komunikasi, tetapi hubungan sosial di mana komunikasi
berlangsung. Mode adalah lingkungan di mana peran linguistik berlangsung,
yakni hubungan penutur dan mitra tutur dalam komunikasi secara kontak
langsung. Dengan demikian, konteks situasi dalam kajian pragmatik yaitu segala
situasi yang berada dalam peristiwa tutur. Situasi yang dimaksudkan adalah
situasi yang menyertai penutur, seperti situasi sedih, gembira, marah, kesal, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.3.2.2 Konteks Budaya
Konteks budaya mengacu pada adat istiadat dan latar belakang stereotip
yang dibentuk oleh lingkungan dan masyarakat bahasa, dimana penutur
berpartisipasi. Hal ini dipertegas oleh Song (2010) yang mengatakan bahwa
“Cultural context refers to the culture, customs and background of epoch in
languange communities in which the speakers participate”. Selain itu, orang
memerlukan pemahaman yang sama mengenai topik yang dibicarakan,
pengetahuan tentang dunia (knowledge of the world), dan pengetahuan mengenai
latar belakang budaya (culture knowledge background) ketika berkomunikasi.
Pengetahuan mengenai budaya tersebut dapat dipelajari secara eksplisit
maupun implisit, karena memerlukan pemahaman yang mendalam dan
bersinggungan dengan suatu budaya satu degan yang lain. Hal ini berarti, latar
belakang budaya sangat mempengaruhi suatu tuturan, karena setiap daerah
memiliki budaya yang berbeda (Pranowo, 2015). Namun, perbedaan tersebut
dapat diatasi dengan seiringnya waktu ketika berada dalam komunitas atau
masyarakat yang berbeda budaya dengan cara saling memahami.
2.3.2.3 Konteks Linguistik
Konteks linguistik mengacu pada teks yang berhubungan dengan kata, frasa,
kalimat bahkan paragraf. Dengan kata lain, ko-teks yang selalu bersifat tekstual.
Artinya, sebuah kalimat yang mengawali atau mengikuti suatu teks dinamakan ko-
teks (Pranowo, 2015). Berbeda jika dalam bidang kajian analisis wacana, suatu
kalimat yang terdapat kalimat yang mengikuti atau mendahului suatu kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
disebut ko-teks. Hal ini ditegaskan Brown (2004) bahwa dalam bidang linguistik,
kalimat lain yang mengikuti atau mendahului suatu kalimat sudah dapat disebut
konteks. Misalnya dalam contoh di bawah ini (Pranowo, 2015):
1) Bu Wardani orangnya terbuka. Oleh karena itu, teman-temannya suka
dipimpin dia.
2) Bu Wardani orangnya terbuka. Oleh karena itu, teman-temannya tidak
pernah mengajak berbicara masalah yang bersifat pribadi dengannnya.
Contoh 1) di atas, “Bu Wardani orangnya terbuka” mengandung makna seperti
kata-kata menjadi pembagun unsur pembentuknya. Apalagi jika dikaitkan dengan
konteks kalimat berikutnya “Oleh karena itu, teman-temannya suka dipimpin dia”
maknanya semakin memperkuat bahwa Bu Wardani memang benar-benar
terbuka. Namun, pada kalimat ke-2, meskipun kalimat pertamanya sama tetapi
dengan konteks yang berbeda, pemahaman maknanya menjadi berbeda. Dengan
adanya konteks yang berbeda, yaitu “Oleh karena itu, teman-temannya tidak
pernah mengajak berbicara masalah yang bersifat pribadi dengannnya” dapat
ditafsirkan bahwa Bu Wardani adalah orang yang tidak dapat menyimpan rahasia
jika diajak berbicara masalah pribadi. Dengan demikian, makna kata “terbuka”
dalam kalimat “Bu Wardani orangnya terbuka” bersifat negatif bahwa Bu
wardani tidak dapat menyimpan rahasia.
2.3.2.4 Konteks Pragmatik
Konteks pragmatik berbeda dengan konteks linguistik. Bidang pragmatik
menunjukkan bahwa konteks selalu berada di luar teks. Teks yang dimaksudkan
dalan pragmatik adalah „proposisi makna‟, yaitu satuan bahasa yang mengandung
kesatuan makna. Dengan demikian, satu teks yang dimaksudkan dalam pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tidak harus berupa kalimat lengkap. Artinya, bahwa konteks pragmatik berkaitan
dengan kemampuan untuk memahami dan menyampaikan makna yang akurat di
balik suatu tuturan. Dengan demikian, konteks pragmatik hanya berada di luar
teks suatu tuturan. Hal tersebut dipahami sebagai maksud penutur melalui bahasa
yang digunakan, atau memahami fungsi komunikatif dari pemakaian bahasa.
Konteks pragmatik menekankan pemahaman mitra tutur terhadap maksud
penutur melalui bahasa yang digunakan; sehingga makna yang terkandung dalam
bahasa yang belum dapat dipahami oleh mitra tutur dan tidak dapat diwakili oleh
kata-kata, maka mitra tutur perlu mengetahui konteks dari ungkapan penutur. Hal
ini berarti dasar penentuan konteks meliputi (1) dasar pemahaman yang sama
antara penutur dan mitra tutur, (2) latar belakang budaya penutur (3) asumsi
penutur terhadap mitra tutur, (4) knowledge of the world, (5) kesantunan, dan (6)
bahasa non-verbal sebagai konteks (Pranowo, 2015).
2.3.2.5 Konteks Sosial
Konteks sosial berkaitan erat dengan bahasa, karena bahasa merupakan
salah satu fenomena sosial, yang berkaitan dengan struktur sosial dan sistem
penilaian dalam masyarakat itu sendiri. Terlebih, bahasa tidak dapat menghindari
pengaruh faktor-faktor seperti peran sosial, status sosial, jenis kelamin, dan usia
yang saling berhubungan. Peran sosial memiliki fungsi dalam lingkungan
masyarakat, yaitu pengakuan dari para anggota masyarakat lainnya.
Selanjutnya, status sosial berarti status yang terjadi antarpenutur. Song
(2010) mengatakan bahwa “By social status, we mean the relative social standing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
of the participant”. Setiap peserta dalam berkomunikasi harus mengetahui atau
membuat asumsi mengenai statusnya dalam bertutur. Hal ini berkaitan dengan
hubungan status dengan orang lain dan banyak situasi. Selain itu, status juga akan
menjadi faktor penting dalam menentukan siapa yang harus memulai percakapan.
Jenis kelamin dan usia sering digunakan sebagai penentu saat berinteraksi
berkaitan dengan strata sosial. Misalnya, ketika berbicara dengan orang yang lebih
tua akan berbeda ketika berbicara dengan jenis kelamin yang sama atau pada usia
yang sama.
2.4 Novel Populer
Indonesia memiliki berbagai jenis karya sastra, seperti puisi, cerpen, drama,
maupun novel. Beberapa novel berkembang seturut perkembangan masa,
sehingga dikenal juga dengan sebuatan novel populer. Novel pop ini menjadi
sangat populer karena tidak terlepas dari kebutuhan pembaca yang menginginkan
bacaan novel yang ringan dari segi muatan isi bacaannya. Novel populer ini pun
dekat dengan kata dagang, karena anggapan bahwa novel populer ditulis untuk
diperdagangkan. Sumardjo (1980: 20) berpendapat dalam bukunya bahwa novel
populer tidak bisa dipisahkan dari segi perdagangannya. Penerbit novel populer
berusaha untuk memperdangangkan cerita tertulis karena adanya desakan yang
terjadi dimasyarakat untuk menikmati hiburan melalui membaca novel.
Novel merupakan ungkapan yang dituangkan melalui tulisan dan bersifat
naratif (bercerita). Yelland (1983) mengartikan novel sebagai “expression in
direct style, without metre or rhyme and with no regular rhythm”. Artinya, novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sebagai suatu gaya untuk mengekspresikan atau menggungkapkan secara
langsung, tanpa adanya sajak dan irama yang teratur. Dengan kata lain,
ungkapkan secara langsung dapat dilihat dalam tuturan langsung dalam setiap
novel yang ditandai dengan tanda kutip.
Selanjutnya, Mihardja (2012:39) mengatakan bahwa novel adalah sebuah
karya fiksi prosa yang tertulis naratif. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000
kata) dan lebih komplek dari cerita pendek, tidak dibatasi keterbatasan struktural
dan metrikal sandiwara atau sajak. Biasanya, novel dalam bentuk naratif yang
terkesan panjang dan bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Novel pun berbeda
dengan cerpen, karena novel ini lebih panjang dari cerita pendek yang biasanya
terbatas. Sementara itu, jika dilihat dari segi struktur penyajiannya novel populer
cenderung mengorbankan unsur tema, perwatakan, eksplorasi kehidupan, bahasa,
dan sebagainya. Daya tarik akan novel populer sangat kuat terletak pada cerita
yang menarik, sederhana, dan sesuai dengan realitas kehidupan.
Hal ini senada dengan pernyatan Panuti Sudjiman (1988: 11) bahwa novel
adalah prosa rekaan panjang dan menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan
serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Serangkaian peristiwa nyata yang
dimasukkan ke dalam cerita rekaan, dengan tujuan agar peristiwa yang dibuat
sesuai dengan kehidupan yang sebenarnya terjadi. Walaupun, tidak sepenuhnya
memiliki kemiripan tetapi dapat menjadi cerminan kehidupan nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2.4.1 Perkembangan Novel Populer
Perkembangan sastra populer mulai sejak tahun 1970-an. Sebelumnya,
dikenal dengan sastra roman picisan. Istilah roman picisan diungkapkan pertama
kali oleh R. Roolvink. Teeuw (Dewojati, 2015:18) menyatakan bahwa istilah
roman picisan dipakai untuk menyebutkan jenis roman-roman Medan yang
berkembang pesat pada tahun 1930-an. Hal ini dipahami lantaran bahasa melayu
yang berkembang di Medan. Di sisi lain, beberapa sastrawan Jawa yang menulis
dalam bahasa Indonesia baru mulai timbul pada dekade sebelum tahun 1970-an,
yang kebanyakan terdapat di Balai Pustaka. Hanya saja pengarang-pengarang
yang berbahasa melayu saja yang mampu menulis novel-novel populer demikian.
Istilah novel roman picisan ini bersosiasi pada bacaan murahan meskipun
harganya mungkin tidak lebih murah daripada buku-buku yang dianggap lebih
berkualitas sastranya. Artinya, roman-roman tersebut dapat dicerna, dapat
menghibur pembaca dengan cara sederhana, dan beberapa mengeksploitas seks.
Istilah roman picisan ini kemudian berubah lagi menjadi novel hiburan pada tahun
1960-an.
Novel populer yang sekarang ini merupakan kelanjutan dari novel picisan
dari masa sebelum tahun 1970-an. Tanpa diduga sebelumnya, novel pop ini
mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat pembaca. Hal ini ditandai dengan
semakin banyak diterbitkannya novel-novel pop. Novel populer Indonesia
cenderung hanya berkembang dalam jenis kisah percintaan (romance) belaka.
Walaupun, sebenarnya novel-novel detektif, novel kekerasan, novel petualangan,
novel romance-misteri pun banyak ditulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Suatu awal yang menarik dari penerbit novel bahwa adanya genre baru yaitu
berupa novel ringan dengan tema cinta asmara yang banyak ditulis oleh novelis.
Nama-nama novelis seperti Marga T, Titiek W.S., La Rose, Yati Maryati, Dewi
Lestari, Tere Liye, dan sejumlah lain yang bermunculan sejak tahun 1970an
sampai 2000-an ini. Selain itu, beberapa novelis laki-laki seperti Eddy D.
Iskandar, Ashandi Siregar, Asbari Nurpatria Kresna, Motinggo Busye, Bastia,
biasanya cenderung mengangkat cerita mengenai pertualangan, dedektif,
walaupun tidak dihindari bahwa terdapat beberapa karya bertemakan percintaan.
Kayam (Nurgiyantoro, 2013:21) mengartikan novel populer sebagai
perekam kehidupan sesaat dan tidak banyak memperbincangkan kehidupan dalam
serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu
dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya
sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya itu.
Sastra populer akan selalu mempermainkan emosi-emosi pembacanya namun
bukan untuk menafsirkan tentang emosi tersebut. Oleh karena itu, sastra populer
yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.
Jenis novel yang ringan memiliki ciri-ciri dan bobot tersendiri dibandingkan
novel sastra yang biasanya memiliki nilai sastra yang tinggi. Pada novel pop ini
memiliki jumlah pembaca yang banyak, karena memang ditujukan untuk tujuan
tertentu (seperti mencari keuntungan dari penerbitan novel). Inilah sebabnya jenis
bacaan novel pop ini selalu mengalami pergantian tema disetiap masanya, karena
tidak memiliki tradisi secara khusus. Di sisi lain, tujuan dari adanya novel pop ini
tak lain hanya sekedar menghibur para pembacanya saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Salah satu daya tarik utama jenis novel ini adalah lika-liku jalan ceritanya
yang penuh suspense. Novel ini selalu menyuguhkan cerita yang menarik dan
mengasyikkan untuk dibaca lebih lanjut, penuh dengan aksi, penuh warna, dan
nilai humor yang tinggi. Inilah yang menjadi ciri khas dari seni hiburan, terlebih
novel hiburan sering terasa jauh dari dunia kenyataan kita sehari-hari.
Novel populer biasanya menceritakan mengenai kehidupan sehari-hari
seorang perempuan muda atau laki-laki muda dengan gaya hidup yang
metropolitan, sosok yang diceritakan pun orang-orang berkelas menengah ke atas,
dengan gaya hidup yang bebas, dengan dibumbui dengan kisah cintanya. Cerita
yang ditawarkan pun dikemas dalam bahasa yang ringan dan mudah dipahami.
2.4.2 Perbedaan Novel Populer dan Novel Serius
Membaca sebuah novel memiliki sensasi yang berbeda-beda dalam setiap
karyanya. Namun, secara sekilas membaca novel atau roman picisan sangat
mudah dipahami dari segi isi dan jalan ceritanya. Sementara itu, adanya perbedaan
antara sastra serius yang lebih bermutu dan berbobot dengan sastra populer yang
memiliki tujuan tertentu ketika diterbitkan yang biasanya pun secara ramai-ramai.
Perbedaan antara novel populer dengan novel serius tidaklah mudah, karena
dipengaruhi oleh kesan subjektif dari pembaca sendiri. Hanya saja, secara
pengertian kedua novel ini sangat berbeda. Sejalan dengan Nurgiantoro (2013:21)
novel populer adalah novel yang hanya populer pada masanya dan memiliki
banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Selain itu, novel
popluer pun tidak menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mengikuti perkembangan zaman. Terlebih, masalah dalam novel populer ini tidak
diceritakan sampai pada tingkat permukaan.
Novel populer ini pun tidak menampilkan permasalahan yang terjadi secara
nyata, karena permasalahan yang disajikan hanya berasal dari imajinasi
novelisnya saja. Oleh karena itu, novel populer pada umumnya hanya bersifat
sementara, mengikuti zaman (musiman), dan tidak memaksa pembaca untuk
membacanya berulang-ulang kali. Sebaliknya, novel serius ini lebih berbobot dari
segi nilai-nilai sastra yang justru terkesan terlalu asyik dengan persoalan-
persoalan berat (Sumardjo, 1979:14). Oleh sebab itu, novel serius atau novel
sastra ini kurang banyak diminati oleh pembaca, hanya pembaca-pembaca tertentu
saja yang menikmati novel serius ini. Tema dalam novel dan nilai kesusastraanya
merupakan fokus utama yang disajikan.
Memahami novel sastra dengan baik, diperlukan daya konsentrasi yang
tinggi dan disertai kamauan untuk membacanya. Pengalaman dan permasalahan
kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan
sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Selain itu, novel dapat
memberikan hiburan yang disajikan secara implisit dengan tujuan memberikan
pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak dapat mengajak
pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang
permasalahan yang diangkat (Nurgiyantoro, 2013:22).
Novel serius lebih menitik beratkan pada kesusastraan yang mengambarkan
pengalaman subjektif. Pengalaman ini berkaitan dengan kehidupan, karena cerita
dalam novel serius ini tetap menarik sepanjang masa yang tetap menarik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dibicarakan, misalnya, “Pengakuan Pariyem” karya Linus Suryani, “Salah
Asuhan” karya Abdul Moeis, “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari,
“Harimau-Harimau” karya Mocthar Lubis, Burung-Burung Nyamar karya YB.
Mangunwijaya, dll. Secara ringkas, perbedaan antara novel populer dengan novel
serius yaitu jika novel populer terlalu mementingkan bentuk, sedangkan novel
serius terlalu menekankan pada isinya.
2.4.3 Karakteristik Novel Populer
Novel populer ini memiliki tujuan untuk menghibur para pembacanya,
dengan wujud cerita yang berasal dari kenyataan yang semu atau fantasi
pengarangnya saja. Novel hiburan ini dapat memberikan „sesuatu‟ yang baik dan
benar yang berguna bagi kehidupan ini sehingga taraf hiburan pada karya sastra
akan lebih luas dan akan membuat lebih menarik. Akibatnya, jenis novel pop
menjadi beragam, misalnya novel roman percintaan dengan dua tokoh asyik
masyuk yang tampan dan cantik, novel misteri, novel detektif, novel western,
novel kriminil, novel pornografi dan sebagainya (Sumarjo,1979: 20).
Jenis novel pop ini dapat menyesuaikan dengan keadaan yang ada di
masyarakat seperti dari segi tema yang diceritakan, kebahasaannya maupun gaya
cerita atau alur yang dihadirkan juga sedang digemari oleh masyarakat
pembacanya. Novel populer biasanya mengangkat cerita yang sedang populer
pada masanya. Akibatnya, novel populer banyak digemari oleh masyarakat
pembaca, artinya novel populer ini memenuhi kepuasaan akan bacaan yang
sifatnya hiburan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Selain itu, novel populer merupakan nama lain dari novel picisan yang
bergenre roman picisan yang sudah ada sejak sebelum perang dunia kedua. Novel
populer ini memiliki beberapa ciri-ciri yang khas dan menonjol yaitu novel
populer ini menyajikan cerita yang berkisar hanya pada masalah romance atau
masalah cinta asmara belaka, sedangkan cerita misteri atau detektif kurang
diminati untuk disajikan oleh para penulisnya.
Gaya bahasa yang digunakan pun bahasa sehari-hari. Hal tersebut membuat
pembaca mudah untuk memahami alur ceritanya. Dipertegas oleh Sumardjo
(1979:30) yang mengatakan bahwa rasa humor yang disajikan dalam novel pop
ini melahirkan adegan-adegan kocak dan secara orisinil ditampilkan. Hanya saja,
terdapat kekurangannya yaitu, dalam melukiskan adegan-adegan cinta pengarang
secara khusus pengarang pria kurang halus dibandingkan rekan-rekan pengarang
wanita dalam menggambarkan adegan-adegan yang berbau nafsu dan sensual.
Namun, pengarang pria kurang halus dalam menyajikan hal tersebut dibandingkan
pengarang wanita yang lebih luwes dalam menyajikan adegan-adengan dalam
cerita. Oleh karena itu, pengarang wanitalah yang lebih produktif menghasilkan
karya-karyanya dibandingkan pengarang pria.
Novel populer memiliki karakteristik tersendiri perdekadenya dimulai pada
tahun 1970 sampai tahun 2000-an. Hal ini karena seriring perkembangan zaman
yang terdapat beberapa perbedaan meskipun tidak terlihat secara signifikan.
Terutama, terlihat berbeda yaitu dari segi tema yang menjadi tren pada masa
penulisanya, karena selalu mengikuti perkembangan (konteks) zamannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Sumardjo (1979: 20) menjelaskan bahwa novel populer yang berkembang
pada tahun 1970-an cenderung memiliki kadar emosi yang berlebih. Cerita-cerita
yang disugguhkan kalau tidak sentimentil meruntuhkan air mata dan juga sedikit
mengarah pada ponografi atau malah dengan tema kekerasan dan pembunuhan,
karena yang lebih mementingkan bagaimana novel populer ini cepat memikat
untuk dibaca. Novel-novel yang terbit pada dekade ini, misalnya Marga T dengan
Karmila dan Ashadi Siregar dengan Citaku di Kampus Biru (Dewojati, 2015: 23).
Akhyar (Dewojati, 2015: 24) mengatakan hal yang menarik dalam novel
tahun 1990-an adalah pesan moral yang disampaikan pengarang kepada pembaca.
Dengan kata lain, novel-novel 90-an para pengarang lebih menekankan pada
pesan atau amanat. Hal tersebut juga tetap terlihat hingga novel tahun 2000-an
yang lebih sasaran pembaca yang ingin dituju, walaupun tetap berkisah mengenai
percintan (romance) dan realitas hidup yang semu. Namun, tetap dapat dibaca
oleh kalangan remaja, dewasa, sampai orang tua. Novel-novel yang berkembang
di tahun 2000-an ini bekisah mengnai kisah wanita muda yang berkarier dan gaya
hidup di metropolitan (hal ini Jakarta) yang diwarnai dengan kisah percintaannya.
Dengan demikian, ciri-ciri novel populer dapat diuraikan, sebagai berikut.
1. Tema cerita yang diangkat hanya bersifat sementara;
2. Ceritanya mengikuti perkembangan waktu atau bersifat dinamis
(kontekstual zaman);
3. Bahasa yang digunakan mudah dipahami, karena menggunakan bahasa
sehari-hari dalam berkomunikasi;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
4. Isi menampilkan masalah kehidupan yang mendalam. Artinya, hanya
menceritakan realitas yang semu berdasarkan fantasi pengarangnya saja
dan tidak sampai pada refleksi hakikat kehidupan;
5. Unsur-unsur intrinsik (plot, tema, latar, tokoh, penokohan, karakter)
biasanya bersifat stereotip (bersifat tetap) tidak mengutamakan unsur
kebenaran;
6. Secara sengaja plot dibuat lancar dan sederhana. Umumnya, jalan cerita
serba popo jarang adanya flasback (kembali ke masa lampau), dan tidak
dibuat sulit untuk dipahami;
7. Perwatakan tokoh tidak banyak berkembang dan selalu bersifat dinamis.
misalnya, tokoh yang jujur, baik hati, sederhana, pemarah, pembohong,
dapat mengalami perubahan watak pada akhir cerita. Artinya, watak
protagonis dan antagonis selalu ada;
8. Masalah yang dikemukakan singkat tetapi aktual. Hal ini berkaitan
dengan sifat novel populer yang menghibur, sehingga sebagian besar
akhir ceritanya bersifat happy ending;
9. Sasaran pembacanya adalah kalangan remaja, dewasa dan orang tua;
Berdasarkan beberapa ciri-ciri novel pop tersebut dapat disimpulkan bahwa
novel pop ini hanya bersifat sementara atau tidak dapat bertahan lama. Terlebih,
kualitas isi pun hanya sebagai desakan dari kebutuhan masyarakat akan hiburan
dan untuk kepentingan dari pengarang novel pop tersebut.
Novel populer lebih digemari dalam bentuk tertulis (cetakkan), meskipun
sudah difilmkan. Berdasarkan beberapa ciri-ciri novel pop tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
disimpulkan bahwa novel pop ini hanya bersifat sementara atau tidak dapat
bertahan lama. Sementara itu, kualitas isi pun hanya sebagai desakan dari
kebutuhan masyarakat akan hiburan dan untuk kepentingan dari pengarang novel
pop tersebut.
2.5 Kerangka Berpikir
Percakapan-percakapan yang terdapat dalam novel populer diduga
mengandung banyak implikatur. Dalam penelitian ini, peneliti hendak meneliti
implikatur untuk membantu pembaca dalam memahami maksud dalam setiap
tuturan para tokoh dalam novel populer. Dengan demikian, penelitian ini
menggunakan teori pragmatik khususnya implikatur. Implikatur yaitu maksud
yang tidak dikatakan secara langsung oleh penutur yang terkadang tidak dipahami
oleh mitra tutur, hingga menimbulkan pernyataan bahwa „apa yang dimaksudkan
penutur berbeda dengan yang dituturan oleh penutur‟. Teori implikatur pun selalu
terikat oleh konteks. Konteks bidang pragmatik berada di luar teks artinya berada
di luar percakapan. Data yang berupa tuturan langsung yang telah identifikasi
kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenis implikatur dalam tabulasi data.
Selanjutnya, data dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang kemudian
dideskripsikan sesuai dengan data temuan dan teori yang relevan. Setiap tuturan
yang mengandung implikatur dianalisis dan dideskripsikan berdasarkan wujud
dan maksud implikatur tuturan para tokoh sesuai dengan data temuan hingga
dapat menemukan kaidah implikatur yang terdapat dalam novel populer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Indonesia. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan sebagai
berikut.
Tuturan tokoh dalam novel populer Indonesia
Kajian pragmatik
Novel populer
Indonesia dekade
2000-an
Wujud implikatur
tuturan para tokoh
dalam novel
populer Indonesia
Maksud implikatur
tuturan para tokoh
dalam novel
populer Indonesia
Kaidah implikatur
Implikatur Konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bagian metodologi penelitian meliputi enam hal yang akan diuraikan oleh
peneliti. Keenam hal tersebut yaitui jenis penelitian, sumber data dan data
penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data,
dan trianggulasi data.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Moleong
(2006:6) mengartikan bahwa kualitatif sebagai suatu jenis penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek
penelitian secara holistik. Artinya, penelitian ini mendeskripsikan bentuk kata-
kata dan bahasa yang terdapat dalam tuturan para tokoh dalam novel populer.
Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik secara umum dan implikatur
secara khusus untuk dapat menganalisis data temuan. Dengan demikian, data
temuan dideskrisikan berdasarkan wujud implikatur tuturan para tokoh, maksud
yang terdapat dalam tuturan para tokoh, dan kaidah implikatur tuturan para tokoh.
Tentu, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif di dukung pendekatan
pragmatik secara khusus mengenai implikatur dalam tuturan para tokoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data penelitian adalah tuturan para tokoh dalam novel populer
Indonesia tersebut antara lain: Novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El
Shirazy, Tentang Kamu karya Tere Liye, 2 (dua) karya Donny Dhirgantoro,
Perahu Kertas karya Dewi Lestari, Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery Basral
Data penelitian yaitu tuturan para tokoh yang dicurigai mengandung
implikatur. Implikatur yang dimaksudkan oleh penutur berbeda dengan yang
dimaksudkan oleh mitra tutur, kecuali implikatur konvensional.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggumpulkan data penelitian dengan menggunakan metode baca
catat terhadap dokumen atau arsip (Sudaryanto, 2015: 136). Metode ini didukung
dengan langkah-langkah sebagai teknik pengumpulan data.
1. Peneliti memilih novel populer sebagai sumber data yang digunakan yaitu
Novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy, Tentang Kamu
karya Tere Liye, 2 (dua) karya Donny Dhirgantoro, Perahu Kertas karya
Dewi Lestari, Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery Basral.
2. Menggumpulkan dan mempelajari teori yang relevan, yaitu kajian implikatur
pragmatik sesuai penelitian.
3. Peneliti melakukan pembacaan secara cermat sumber data berupa novel yang
ditetapkan, hingga data yang ditemuan dikatakan mencukupi.
4. Mencatat semua data yang diperoleh, berupa tuturan-tuturan yang dicurigai
mengandung implikatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
5. Data-data yang dikumpulkan tersebut, digunakan sebagai acuan dalam
melakukan analisis data.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah manusia (human), yakni peneliti itu sendiri
atau orang yang terlatih. Peneliti sebagai kunci (key instrument) dari mulai proses
pengumpulan data sampai analisis data. Selain itu juga, manusia sebagai
instrumen kunci, karena hanya manusia memiliki sifat yang fleksibel, dapat
merasakan dan merespon, terlebih manusia cenderung melihat, mendengar,
bercakap-cakap, membaca, menulis, dsb. Sejalan dengan Moleong (2006:168)
bahwa penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri yang berbekal (a) pemahaman teori pragmatik pada umumnya
dan teori implikatur pada khususnya, (b) pemahaman mengenai teori sastra pada
umumnya dan teori novel populer Indonesia pada khususnya.
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode padan seperti yang
diungkapkan Sudaryanto (2015:15) objek sasaran peneliti itu, kesejatian atau
identitasnya ditentukan berdasarkan tinggi rendahnya kadar kesepadanan,
keselarasan, kesesuaian, kecocokan atau kesamaan dengan alat penentu yang
bersangkutan yang sekaligus menjadi strandar pembakunya.
Selanjutnya, analisis data merupakan upaya peneliti menangani langsung
masalah yang terkandung pada data. Berdasarkan hal tersebut maka teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
analisis data terbagi atas dua teknik yakni teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik
dasar yang digunakan yaitu teknik pilah unsur penentu. Artinya, data temuan
dipilah dan mengklasifikasikan berdasarkan jenis implikaturnya kemudian
dimasukkan ke dalam tabulasi data yang telah dibuat. Berikutnya, teknik lanjutan
yaitu teknik hubung banding menyamakan. Artinya, data temuan yang telah
ditabulasikan dan dianalisis dengan menginterpretasi atau memaknai data yang
dilanjutkan dengan mendeskripsikan data temuan (Sudaryato, 2015:25-33).
Dengan kata lain, analisis data adalah rangkaian kegiatan membedah data
sesuai dengan masalah yang dikemukakan sebelumnya. Kegiatan analisis dapat
dihentikan bila peneliti menemukan kaidah atau dalil yang berkaitan dengan objek
yang menjadi masalah penelitian (Sudaryanto, 2015:6). Dengan demikian, peneliti
menyususn langkah-langkah analisis data sebagai berikut.
1. Peneliti menginventarisasi data ke dalam tabulasi data. Berikut format
tabulasi data.
Data berdasarkan wujud implikatur, maksud tuturan implikatur, dan kaidah
implikatur dalam novel populer Indonesia.
Sumber data: ..................
Kode
data
Tuturan &
Konteks
Wujud
implikatur
Maksud
tuturan
implikatur
Kaidah
implikatur
Tuturan :
Konteks :
Ket. Kode data: nama pengarang/judul novel/halaman/uratan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2. Mengidentifikasi data tersebut berdasarkan wujud dan maksud implikatur
yang ditemukan berdasarkan jenis implikatur.
3. Peneliti mengklasifikasikan data atas dasar hasil identifikasi.
4. Peneliti menginterpretasi dan memaknai wujud implikatur dalam novel
populer, maksud impliaktur dalam novel populer, dan kaidah implikatur
berdasarkan pandangan peneliti yang sudah berbekal pemahaman mengenai
teori implikatur.
5. Selanjutnya, peneliti menarik kesimpulan dan menjawab fokus penelitian
berdasarkan hasil analisis data. Penarikan simpulan dilakukan dengan
mendeskripsikan data dengan memaparkan mengenai wujud implikatur,
maksud implikatur, dan kaidah implikatur dengan menyesuaikan teori
implikatur.
3.6 Triangulasi Data
Triangulasi data merupakan teknik validasi data yang lebih mengutamakan
efektivitas proses dan hasil yang diinginkan atau teknik pemeriksaan keabsahan
data (Moleong, 2006:330). Artinya, perlunya dilakukan teknik validasi untuk
mendapatkan data yang valid. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan tingkat
kepercayaan (validitas) hasil analisis data yang dilakukan dengan memeriksa
keabsahan temuan dengan cara trianggulasi data dan analisis data serta triangulasi
teori. Triangulasi data dilakukan untuk menguji data yang terkumpul dimintakan
justifikasinya kepada ahli dibidang pragmatik yaitu Bapak Dr. Emmanue Sunarto,
M.Hum., bahwa data yang dikumpulkan sudah dapat dikatakan memadai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(representatif) dan analisis data dilakukan untuk mengkomfirmasi bahwa data
yang didapat sudah dikatakan sesuai dengan kajian implikatur. Triangulasi teori
dilakukan dengan mengkomfirmasi kajian teori dan hasil penelitian terdahulu
dengan meminta justifikasi kepada ahli untuk memastikan bahwa teori dan hasil
penelitian yang dikaji memang sudah cukup dipakai sebagai dasar untuk
menganalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengukuhan mengenai
kredibilitas penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri atas tiga bagian, yaitu deskripsi data, analisis data dan
pembahasan. Bagian pertama, menguraikan data penelitian. Bagian kedua,
menjelaskan hasil temuan dari analisis data berdasarkan ketiga rumusan masalah
yaitu (1) wujud implikatur dalam novel populer Indonesia dekade 2000-an suatu
kajian pragmatik, (2) maksud implikatur dalam novel populer Indonesia dekade
2000-an suatu kajian pragmatik, dan (3) kaidah implikatur. Bagian ketiga, peneliti
membahas mengenai temuan penelitian dalam konteks teori yang dianut dan
penelitian yang relevan.
4.1 Deskripsi Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa tuturan-tuturan tokoh yang
dikisahkan dalam lima novel populer. Novel populer Indonesia yang diterbitkan
tahun 2010 sampai 2016. Kelima novel populer Indonesia tersebut, yakni pertama
Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habbiburrahman Ek Shirazy yang terbit oleh penerbit
Republika tahun 2015 dengan jumlah 690 halaman. Kedua, Tentang Kamu karya
Tere Liye yang diterbitkan Republika pada tahun 2016 dengan jumlah 524
halaman. Ketiga, novel 2 (Dua) Karya Donny Dhirgantoro diterbitkan pada tahun
2011 oleh Kompas Gramedia dengan jumlah 415 halaman. Keempat, Novel
Perahu Kertas cetakan keempat karya Dewi Lestari, diterbitkan tahun 2016
diterbitkan oleh Penerbit Bentang dengan jumlah 544 halaman. Kelima, novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery. Berikut ini deskripsi kelima novel
tersebut.
Keseluruhan data implikatur yang diperoleh berjumlah 60 data dari dialog-
dialog langsung dalam lima novel populer Indonesia. Dengan perincian jumlah
data antara lain: (1) novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habbiburrahman Ek Shirazy
sebanyak 23 data implikatur, (2) novel Tentang Kamu karya Tere Liye sebanyak
10 data implikatur, (3) novel 2 (Dua) Karya Donny Dhirgantoro sebanyak 9 data
implikatur, (4) Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari sebanyak 10 data
implikatur, (5) Novel Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery Basral sebanyak 8
data implikatur. keseluruhan data yang diperoleh berupa kata, frasa, kalimat, dan
paragraf yang terdapat dalam dialog tuturan tokoh.
Data temuan yang berupa tuturan para tokoh tersebut diklasifikasikan
berdasarkan jenis implikatur yang dinyatakan oleh Yule (2014:70) bahwa
implikatur terdiri dari implikatur konvensional dan implikatur konversational
(implikatur percakapan). Selanjutnya, implikatur dianalisis berdasarkan wujud
implikatur tuturan para tokoh, maksud implikatur tuturan para tokoh, dan kaidah
implikatur tuturan para tokoh dalam novel populer Indonesia.
Tuturan-tuturan yang terdapat dalam lima novel yang memiliki syarat atau
ciri yang menandakan novel populer Indonesia, yakni tema yang disajikan hanya
bersifat tidak bertahan lama, ceritanya pun mengikuti perkembangan waktu
hingga bahasa yang digunakan pun mudah untuk dipahami karena bahasa sehari-
hari saat berkomunikasi. Selain itu, dari segi isi yang ditampilkan tidak mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dan unsur-unsur intrinsik seperti plot, latar, perwatakan tidak banyak berkembang,
serta masalah yang diangkat pun hanya bersifat realitas semu.
Kelima novel popoler memiliki tema yang sama yakni bersifat sementara.
Artinya, hanya dikenal pada masanya saja. Cerita juga mengikuti perkembangan
waktu dibuktikan dengan cerita yang mengisahkan tentang kehidupan di masa
sekarang atau hanya pada tahun novel tersebut ditulis. Selain itu, terdapat novel
yang mengisahkan mengenai perjalanan cinta seorang anak remaja seperti novel
Perahu Kertas karya Dewi Lestari.
Bahasa yang digunakan pun relatif sederhana dilihat dari pemilihan bahasa
yang digunakan dalam dialog-dialognya merupakan bahasa komunikasi sehari-
hari. Selain itu, bahasa yang digunakan cenderung menggunakan bahasa yang
tidak baku seperti pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari dan novel
Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery yang menggunakan bahasa gaul dan
bahasa slang.
Selanjutnya, isi cerita yang ditampilkan pun tidak secara mendalam. Artinya
tidak sampai pada merefleksikan makna kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari
unsur-unsur intrinsik seperti plot yang sederhana. Artinya, tidak membingungkan
karna alurnya cenderung maju. Hanya saja pada novel Tentang Kamu karya Tere
Liye menggunakan alur maju mundur (campuran). Selain itu, alur atau plot juga
dibuat tidak berliku-liku sehingga jalan ceritanya tidak membingungkan. Maka
cerita dapat dikatakan serba pop artinya yang sedang tren pada saat cerita dibuat.
Masalah yang terdapat dalam cerita pun singkat namun aktual. Artinya
ceritanya mengenai masalah-masalah yang menjadi cerita yakni menceritakan hal-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
hal yang berhubungan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Terlebih masalah yang
menjadi cerita cenderung ringan mudah untuk dipahami dan diselesaikan hingga
akhir cerita bersifat bahagia (happy ending). Masalah percintaan pun selalu ada
dalam setiap novel populer tidak kecuali kelima novel karena kisah percintaan
menjadi pemanis di dalam setiap cerita. Oleh sebab itu, sasaran pembaca yang
dituju adalah kalangan remaja hingga orang tua, karena bercerita mengenai
percintaan dan kehidupan orang dewasa. masalah yang dikemukakan pun singkat
namun aktual
Tokoh dan penokohan seperti tokoh utamanya tidak mengalami perubahan
watak yang biasanya memiliki watak baik, ramah, suka membantu orang-orang
disekitarnya atau dapat dikatakan memiliki watak protagonis. Sebaliknya, kelima
novel populer yang dipilih selalu memiliki tokoh antagonis yang bersikap
menentang tokoh yang memiliki watak protagonis. Selain tokoh utama terdapat
juga tokoh yang mendukung dari awal cerita hingga akhir tetap bersifat statis.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh dalam kelima novel populer
tidak mengalami perubahan watak tetap pada sifat awal cerita hingga akhir cerita.
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Wujud Implikatur dalam Novel Populer
Wujud implikatur dalam tuturan dapat berupa kata, frasa, klausa, dan
kalimat yang menunjukkan maksud atau makna tambahan. Dengan kata lain,
wujud implikatur adalah unsur-unsur yang bersifat terbuka dan terlihat seperti
jenis kalimat berdasarkan fungsi komunikatif. Konstruksi gramatikal dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mengungkapkan maksud tuturan. Wujud implikatur diklasifikasikan berdasarkan
jenis implikatur (Yule, 2014) yaitu (1) implikatur konvensional, (2) implikatur
konversational (implikatur percakapan). Berikut ini akan diuraikan wujud
implikatur berdasarkan data temuan.
4.2.1.1 Wujud Implikatur Konvensional (Conversional Implicature)
Berikut ini wujud implikatur konvensional yang akan diuraikan berdasarkan
data temuan.
(1) Ronny : “Selamat datang di Jakarta om. Saya Ronny.”
Nagabonar : “Anak buah kau?”
Ronny : “Tangan kanan, om.” (ANB/NJ2/21-22/1)
Konteks: Sesampainya di Jakarta Nagabonar bersama anaknya Bonaga.
Bonaga adalah seorang pengusaha sukses, yang memiliki karyawan dan
orang-orang dipercaya untuk menjalankan perusahaannya. Saat itu,
Bonaga dan Nagabonar disambut oleh rekan kerjanya tersebut di bandara
Soekarno-Hatta.
(2) Kugy : “Gua sebetulnya anak buah Neptunus yang dikirim ke Bumi
untuk jadi mata-mata, dan kebetulan sekali, zodiak gua Aquarius.
Ajaib, kan?”
Keenan : “Sama dong. Gua juga Aquarius.” (DL/PK/39/11)
Konteks: Kenan dan Kugy makan siang bersama, kemudian Kugy
bercerita mengenai teman-teman khayalannya serta tugas dalam cerita
dikhayalannya tersebut.
(3) Baruch : “Moderator, pemateri ini berbicara seenaknya dan yang
dibicarakan semuanya omong kosong! Jelas sekali semua
pemaparannya menunjukkan dia anti-Yahudi, otak orang ini
antisemit! Dia tidak layak berbicara di forum ini!”
Moderator : “Tuan Baruch, tolong Anda tenang jangan memotong
penjelasan Dr. Fahri. Biarkan dia menuntaskan pemaparannya.
Jika Anda tidak sepakat nanti ada waktunya Anda
mengeluarkan argumentasi Anda. Silahkan Dr. Fahri!”
(HES/AAC2/440/25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Konteks: Seminar nasional yang diadakan untuk mempererat hubungan
antara umat Yahudi, Muslim dan Kristiani. Fahri sedang mepaparkan
materinya sebagai perwakilan umat Muslim, tetapi Baruch perwakilan
dari umat Yahudi tiba-tiba memotong pemaparan Fahri. Namun,
moderator tetap mempersilahkan Fahri untuk melanjutkan pemaparannya.
(4) Bonaga : “Iya, tapi mati dia. Kalau bapak tidak angkat dia jadi tangan
kanan, masih hiduplah dia sekarang.”
Nagabonar : “Kalau dia masih hidup mungkin jadi koruptor si Bujang itu,
Bonaga. Jadi lebih baik dia mati jadi pahlawan.”
(ANB/NJ2/163/7)
Konteks: Nagabonar dan Bujang bersahabat sejak kecil. Bahkan,
Nagabonar menganggap Bujang sebagai sahabat sekaligus saudara.
Ketika itu, Bonaga mengetahui kedekatan Nagabonar dan Bujang yang
saling melindungi saat perang melawan penjajah mencoba mengingatkan
jasa-jasa Bujang terhadap Nagabonar.
(5) Pelatih 1 : “Semangat Gita tanpa henti, Pak.”
Pelatih 2 : “Calon Srikandi bulutangkis Indonesia.”
Papa : “Te.. te.. terima kasih, Pak, semuanya...” (DD/2/83/10)
Konteks : Selesai pertandingan yang dimenangkan oleh Gita, Papa datang
menghampiri para pelatih Gita untuk mengucapkan selamat dan
terimakasih telah membimbing Gita, putrinya menjadi pemain bulutangkis
yang membanggakan di pertandingan pertamanya.
Implikatur konvensional merupakan implikatur yang sudah diketahui oleh
masyarakat pada umumnya. Frasa “tangan kanan” pada data (1) merupakan
implikatur konvensional karena sudah umum diketahui maksudnya. Bahkan, kata
„tangan kanan‟ sudah umum digunakan dalam keseharian hanya saja maksud dari
penggunaan frasa tersebutlah yang berbeda dari artinya. Dengan demikian,
implikatur “tangan kanan” pada data (1) merupakan wujud kalimat deklaratif
berupa informasi mengenai Ronny dan Bosnya yang memiliki kedekatan secara
intens hingga menimbulkan dugaan bahwa Ronny memiliki hubungan khusus,
bahkan bukan hanya sekedar hubungan antara karyawan dan pemimpinnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Wujud deklaratif dapat dilihat dari kata „tangan kanan‟ yang merupakan kata
idiom dengan arti orang kepercayaan, tetapi wujud implikaturnya berupa
informasi. Informasi mengenai Ronny yang memiliki kesamaan pemikiran,
kesamaan visi misi, dapat mengerti penutur sehingga membuat antara penutur dan
mitra tutur memiliki kedekatan secara emosional dan intens.
Sebaliknya, data (4) merupakan implikatur yang sama-sama terletak pada
kata „tangan kanan‟ hanya saja memiliki wujud implikatur yang berbeda.
Implikatur kata „tangan kanan‟ memiliki wujud kalimat deklaratif berupa
penegasan bahwa Nagabonar memiliki kedekatan khusus terhadap Bujang dengan
rela mati untuknya. Selain itu, kedekatan keduanya seperti saudara yang memiliki
kesamaan visi dan misi dalam melawan penjajah. Bahkan, kedekatan emosional
ditunjukkan dengan mengorbankan diri untuk melindungi saudaranya. Secara
kontruksi „tangan kanan‟ dalam data (1) dan (4) merupakan frasa yang terdiri atas
gabungan kata yang bersifat non-pridiktif yang menunjukkan adanya makna
tersembunyi. Dengan kata lain, implikatur tersebut merupakan bagian dari idiom
bahasa Indonesia yang memiliki arti yakni orang yang diberikan kepercayaan.
Mulyana (2001) menyatakan bahwa implikatur konvensional ialah implikasi
atau pengertian yang bersifat umum. Artinya, implikasi atau pengertian yang
bersifat umum seperti pada data (2) yang menunjukkan penggunaan frasa „anak
buah‟ yang sudah umum dikatahui artinya. Sementara itu, wujud implikatur dalam
data (2) berbentuk kalimat deklaratif berupa penegasan bahwa Kugy menjadi
orang yang terpilih untuk menyelesaikan pekerjaan yang berbeda-beda. Bahkan,
Kugy mempertegas bahwa dirinya adalah orang yang istimewa karena menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
bagian dari agen Neptunus. Kata „anak buah‟ merupakan idiom yang memiliki arti
yakni seseorang yang bekerja berada di bawah perintah seorang pemimpin.
Lebih lanjut, dalam data (3) merupakan implikatur konvensional melalui
kata “omong kosong!” yang memiliki arti umum. Implikatur konvensional seperti
yang dinyatakan oleh Nababan (1987) bahwa suatu pesan mengandung makna
kata dari apa yang didengar secara langsung. Pesan pada data (3) disampaikan
oleh penutur dengan wujud kalimat imperatif berupa umpatan yang ditujukan
kepada Fahri agar moderator menghentikan pemaparan Fahri. Selain itu, kata
„omong kosong!‟ merupakan idiom yang memiliki arti membual atau mengatakan
kebohongan. Idiom tersebut berupa frasa yang memiliki intonasi final diakhir
katanya berupa tanda seru. Bahkan, implikatur dalam data (3) memiliki permakah
berupa vokatif berupa seruan yang ditandai dengan tanda seruan diakhir kata.
Berikutnya, pada data (5) merupakan implikatur melalui pernyataan “calon
srikandi bulutangkis Indonesia” dengan wujud implikatur berbentuk kalimat
eksklamatif. Kalimat eksklamatif adalah kalimat mengambarkan suatu keadaan
yang mengundang kekaguman (Rahardi, 2005:85). Dengan demikian, wujud
kalimat eksklamatif pada data (5) berupa pujian yang dinyatakan kepada Gita
melalui Papa karena telah menjadi atlet bulutangkis wanita yang membanggakan
di pertandingan perdananya. Selain itu, konstruksi gramatikal dalam implikatur
„Srikandi‟ merupakan sebuah kata yang memiliki arti dari kata itu sendiri yakni
nama salah seorang istri Arjuna dalam kisah perwayangan yang sangat berani dan
pandai memanah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.2.1.2 Wujud Implikatur Konversational (Conversational Implikature)
Yule (2014) menyatakan bahwa implikatur konversational atau implikatur
percakapan dibedakan menjadi tiga, yakni implikatur percakapan umum,
implikatur percakapan bersakala, dan implikatur percakapan khusus. Berikut ini
akan diuraikan masing-masing wujud implikatur berdasarkan data temuan.
1) Wujud Implikatur Percakapan Umum
Berikut ini akan diuraikan wujud implikatur percakapan umum berdasarkan
data temuan.
(6) Bonaga : “Masih suka datang malaria bapak?”
Nagabonar : “Sesekali masih datang juga dia menjengukku.”
(ANB/NJ2/38/3)
Konteks: Nagabonar menjenguk putranya yang bekerja dan tinggal di
Jakarta jauh dari kampung halamannya yaitu di Medan. Bonaga yang
sudah paham mengenai penyakit yang sering diderita Bapaknya tersebut
mencoba membuka percakapan setelah lama mereka tidak berjumpa.
(7) Karel : “Kugy? Kugy.. ngapain?”
Kugy : “Karel.. aku mau jadi parasit dulu di sini. Boleh ya?”
(DL/PK/502/10)
Konteks: Kugy pergi ke rumah kakaknya yang bernama Karel untuk
menengkan hatinya sementara waktu karena merasa kurang yakin dengan
keputusannya untuk menikah dengan orang yang tidak dicintai.
(8)Karyawan 1 : “Yah, gitu deh, fenomena anak bau kencur, semagatnya
juga tai-tai ayam.”
Karyawan 2 :“Otak brilian, tapi nggak didukung profesionlisme sama aja
bohong.” (DL/PK/448/9)
Konteks: Kugy merupakan karyawan yang baru beberpa bulan bekerja di
sebuah kantor. Hanya saja, Kugy sudah jarang berangkat bekerja yang
menimbulkan rasa iri pada karyawan yang lain.
(9) Bimo : “Angkatan kita akan kehilangan silumannya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Keenan : “Siapa tahu setelah anggak jadi mahasiswa, gua malah jadi
macan kampus.” (DL/PK/199/5)
Konteks: Keenan merupakan salah satu mahasiswa berprestasi dengan
IPK 4.00. Selain itu, Keenan memiliki beberapa telenta yang dikuasinya
hingga membuat teman-temannya kagum. Namun, ketika semester empat
Keenan memutuskan untuk berhenti kuliah.
(10) Wayan : “Agung, rupanya ada yang harus cepat-cepat kita kasih makan
sebelum dia dilirik sama anjing-anjing seluruh Bali karena
disangka tulang berjalan.”
Keenan : “Setuju, Poyan. Saya nggak nolak dikasih makan, apalagi kalau
dalam waktu dekat.”(DL/PK/248/6)
Konteks: Wayan dan Agung menjemput Keenan yang baru saja sampai di
bandara Ngurah Rai Bali. Pertemuan Wayan, Agung, dan Keenan di Bali
adalah kedua kalinya setelah lama tidak berjumpa.
(11) Luhde : “Poyan...,”
Wayan : “Dia luar biasa berbakat, ya. Lukanya juga mulai sembuh. Dia
mulai kembali seperti Keenan yang dulu”
Luhde : “Keenan sudah menemukan bintangnya.” (DL/PK/261/7)
Konteks: Keenan sudah mulai fasih dalam melukis setelah sekian lama
tidak lagi melukis karena tidak mendapatkan ide atau rasa untuk melukis.
Sejalan dengan Brown & Yule (1996) mengatakan bahwa implikatur
percakapan diturunkan dari asas umum percakapan. Dengan kata lain, suatu
percakapan selalu miliki nilai-nilai komunikatif dalam setiap tuturannya ketika
proses komunikasi berlangsung. Hal ini dipertegas oleh Rahardi (2005)
menyatakan wujud pragmatik dapat dilihat berdasarkan nilai komunikatifnya,
seperti pada data (6) memiliki wujud kalimat interogartif. Wujud tersebut di
diketahui melalui pernyataan “masih suka datang malaria bapak?” yang
menunjukkan adanya implikatur percakapan umum. Implikatur yang dimaksudkan
merujuk pada kata „malaria‟ yang memiliki makna tambahan karena tidak semua
masyarakat umum memahami bahwa penyakit malaria biasa menyerang warga
yang tinggal di dalam perkebunan. Dengan demikian, implikatur dalam data (6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
memiliki wujud kalimat interogatif berupa mengingatkan mengenai penyakit yang
sering diderita Nagabonar agar selalu menjaga kesahatan.
Selanjutnya, implikatur yang terdapat dalam data (7) merupakan implikatur
percakapan umum. Implikatur tersebut terletak pada kata „parasit‟ melalui
pernyataan “Karel... aku mau jadi parasit dulu di sini”. Sementara itu, pernyataan
tersebut menunjukkan adanya wujud implikatur berbentuk kalimat perintah
berupa permohonan untuk menumpang hidup di rumah Karel dengan segala
fasilitas yang digunakan Karel yang juga akan digunakan oleh Kugy yang
keseluruhannya terangkum melalui kata parasit.
Brown dan Yule (2014) menyatakan bahwa istilah implikatur digunakan
dalam peristiwa pertuturan untuk mengungkapkan sesuatu yang diartikan,
disiratkan, atau dimaksudkan berbeda dengan yang dituturkan. Artinya, bahwa
tuturan yang dikatakan merupakan wujud implikatur. Wujud implikatur tersebut
terkadang berbeda dengan maksud implikaturnya. Di samping itu, wujud
implikatur berkenaan dengan wujud komunikatif dan kontruksi gramatikal yang
digunakan dalam mengungkapkan implikatur. Data (8) terdapat implikatur
melalui pernyataan “fenomena anak bau kencur, semagatnya juga tai-tai ayam.”
merupakan satu kesatuan yang mengungkapkan satu konsep secara untuh disebut
dengan kalimat dalam susunan gramatikal. Selain wujud gramatikal, implikatur
memiliki wujud komunikatif yaitu kalimat deklaratif berupa sindiran yang
ditujukan kepada Kugy sebagai karyawan baru yang tidak memiliki semangat
dalam bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Wujud komunikatif bahasa Indonesia terbagi atas beberapa wujud salah
satunya wujud deklaratif. Wujud kalimat deklaratif yaitu mengandung maksud
memberitakan kepada mitra tutur mengenai suatu peristiwa atau suatu kejadian
(Rahardi, 2005). Dengan demikian, pernyataan “angkatan kita akan kehilangan
silumannya.” pada data (9) merupakan implikatur yang memiliki wujud kalimat
deklaratif. Wujud implikatur tersebut berupa informasi yang menggungkapan rasa
bangga atas prestasi yang diraih Keenan, terlebih dengan multi talenta yang
dimiliki Keenan. Selain itu, wujud gramatikalnya berupa kalimat utuh atau
lengkap karena mengungkapkan konsep secara lengkap.
Mey (Nugraheni,2011) mengemukakan bahwa implikatur merupakan
sesuatu yang terimplikasi dalam suatu percakapan yang dibiarkan implisit di
dalam penggunaan bahasa secara aktual. Artinya, bahwa penggunaan bahasa
secara aktual harus melibatkan beberapa diksi dalam mengungkapkan maksud.
Melalui diksi-diksi tersebut dapat diketahui wujud implikaturnya, seperti dalam
data (10) secara gramatikal menyatakan “tulang berjalan” merupakan gabungan
dua kata yang tidak memiliki subjek dan predikat disebut frasa. Di samping itu,
implikatur tersebut memiliki wujud kalimat deklaratif berupa informasi yang
ditujukan kepada Keenan bahwa dirinya memiliki badan yang kurus. Selain itu,
frasa „tulang berjalan‟ merupakan metafora. Metafora adalah pemakaian kata yang
bukan dengan arti sebenarnya melainkan sebagai lukisan atau perumpamaan yang
didasarkan persamaan atau perbandingan (KBBI:2015). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa „tulang berjalan‟ dipersamakan antara mahluk halus (rangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tulang) yang digerakkan berdasarkan ilmu gaib dengan mahluk hidup (manusia)
yang memiliki badan kurus kering hingga terlihat bentuk rangka tulang-tulangnya.
Yuniarti (2014) mengatakan bahwa pragmatik mengarah pada kemampuan
penggunaan bahasa dalam berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian
bentuk bahasa atau ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak
komunikatif. Penentu tindak komunikatif ini berkaitan dengan wujud implikatur
pragmatik yang menghendaki penyesuaian ragam bahasa yang digunakan dalam
mengungkapkan maksud tuturan. Hal ini sejalan dengan data (11) dalam
pernyataan “Keenan sudah menemukan bintangnya.” yang menunjukkan wujud
implikatur. Wujud tersebut berbentuk kalimat deklaratif berupa informasi yang
menyatakan pujian terhadap Keenan bahwa dirinya sudah menjadi seorang
pelukis yang sesungguhnya sesuai dengan passion yang dimilikinya. Secara
konstruksi gramatikal implikatur di atas berupa kalimat lengkap yang memiliki
subjek dan predikat serta diakhiri dengan intonasi berupa tanda titik.
2) Wujud Implikatur Percakapan Berskala
Informasi atau pesan dalam implikatur percakapan bersakala ditandai
dengan pernyataan yang dapat diskalakan. Skala nilai tersebut dapat dilihat
berdasarkan istilah-istilah yang digunakan dalam tuturan untuk menentukan
kuantitas. Yule (2014) menyatakan skala nilai tertinggi ke nilai terendah, seperti
skala semua, sebagaian besar, banyak, beberapa, sedikit, dan skala selalu, dan
skala „keharusan‟ antara lain sering, kadang-kadang. Wujud implikatur
percakapan berskala akan diuraikan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(12) Fahri : “Ada beberapa bumbu, saya tak yakin itu apa, tapi yang
membuat pie daging ini terasa renyah dan gurih, saya rasa
karena ada semacam shortcrust kue-nya.”
Heba : “Yup, tepat. Bagaimana Anda tahu? Anda pernah merasakan
sebelumnya?” (HES/AAC2/90-91/7)
Konteks: Pertama kalinya Fahri mencicipi roti yang dibuat oleh Heba.
Merasakan bumbu-bumbu yang digunakan Heba dalam membuat roti.
(13) Zaman : “Aku punya pekerjaan.”
Deschamps : “Ayolah, dari beberapa lawyer Belgrave Square, Anda
yang paling tidak suka menghabiskan waktu untuk bersantai
sejenak.”(TL/TK/37/2)
Konteks: Deschamps menghantarkan Zaman kembali ke bandara setelah
menyelesaikan pekerjaannya di Kota Paris. Deschamps adalah Tour
guide yang khusus menghantarkan lawyer-lawyer dari Belgrave saat
berkunjung ke Kota Paris.
(14) Hulya : “Biar aku telpon dia lagi, benar-benar sombong dia!”
Fahri : “Tidak usah. Sekarang kau tahu, dunia artis penuh kepalsuan.
Banyak sandiwara demi menjaga image dan citra. Itulah kenapa
aku tidak mengizinkanmu ikut kompetisi di London. Aku ingin
kau jadi bidadari yang sesungguhnya, bukan bidadari palsu!”
(HES/AAC2/620/24)
Konteks: Hulya mencoba menghubungi kembali sahabatnya Keira yang
juga anak didiknya Fahri yang sudah menjadi artis terkenal. Keira
menjadi terkenal sejak dia memenangkan kompetensi di London,
kesempatan yang juga didapatkan Hulya untuk mengikuti kompetisi
tersebut.
(15) Juu Suh : “Tidak bisa. Selalu ada satu dua dari pohon itu yang buahnya
tumbuh tidak seperti yang diharapkan. Satu dua tetap ada yang
busuk. Tidak bisa semua buahnya sempurna.”
Fahri : “Kalau kau punya pohon apel, hanya satu dua saja buahnya
yang busuk, apakah fair mengatakan seluruh pohon apel itu
busuk?” (HES/AAC2/9/17)
Konteks: Fahri dan Juu suh berdiskusi membahas mengenai Al-Qur’an
dan umat islam. Fahri menjawab pertanyaan Juu suh mengenai
kecenderungan umat muslim melakukan bom bunuh diri yang marak
terjadi di beberapa negara. Dengan pengetahuannya Fahri menjelaskan
secara antropologis agar mudah dimengerti oleh Juu Suh.
(16) Fahri : “Ada satu hal yang harus kita ingat selalu Paman.”
Hulusi : “Apa itu, Hoca?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Fahri : “Dalam cacatan sejarah, orang yang masuk Islam karena
kelembutan budi itu jauh lebih banyak dibandingkan karena
peperangan. Terbukanya Kota Mekkah dan berbondong-
bondongnya penduduknya masuk Islam itu karena halus budinya
Rassullah Saw. Tidak ada adu pedang dalam penaklukan Kota
Mekkah yang sangat bersejarah tersebut. Itu adalah penaklukan
dengan kebesaran jiwa dan akhlak Rassullah Saw.
(HES/AAC2/133/19)
Konteks: Fahri mendapatkan teror yang mengatakan bahwa muslim
adalah orang jahat melalui tulisan-tulisan yang ditempelkan di pintu
rumah Fahri.
(17) Nuni : “Tenang Gus..., besok gue samperin tuh si Ktut! Gue maki-maki,
enak aja dia bilang lo kegedean, kayak kegantengan aja tuh orang,
udah rambut keriting belah tengah lagi...”
Gusni : “Kata Harry.., lebih enak jadi orang gendut, karena ukuran
hatinya pasti lebih besar...” (DD/2/153/5)
Konteks: Gusni memiliki tubuh yang gemuk sering diejek oleh teman-
teman yang lain saat SD. Harry dan Nuni yang bersahabat dengan Gusni
selalu membelanya ketika sedang diejek oleh teman-teman yang lain.
Dengan memilih kata „beberapa’ penutur menggunakan implikatur berskala
„tidak semua/ sebagian‟ untuk menyatakan maksud. Kata “beberapa” dalam data
(12) merujuk pada sebagian bumbu-bumbu yang digunakan. Sejalan dengan Yule
(2014) menyatakan bahwa dasar implikatur berskala ialah semua bentuk negatif
dari skala tertinggi dilibatkan apabila bentuk apapun dalam skala itu dinyatakan.
Dengan kata lain, skala „beberapa‟ menunjukkan skala „seluruh, semua, sebagain
besar, dan banyak‟ berskala tertinggi dari skala „beberapa‟. Dengan demikian,
data (12) menyatakan “sebagian bumbu-bumbu yang digunakan dalam membuat
kue”. Pernyataan tersebut berwujud kalimat deklaratif berupa pernyataan bahwa
Fahri mengetahui bumbu-bumbu yang digunakan Heba dalam membuat kue
sebagai tanda menghargai hasil masakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Selanjutnya, Yule (2014) mengatakan suatu informasi disampaikan dengan
memilih kata yang mengandung suatu skala nilai yang merupakan implikatur
percakapan berskala. Penutur sengaja tidak menyebutkan jumlah nilai secara
langsung dan terperinci, tetapi menggunakan kata atau frasa yang menyatakan
jumlah. Hal ini sejalan dalam data (13) pada kata „beberapa‟ penutur menciptakan
implikatur berskala, yaitu „tidak semua/sebagian‟ untuk menyatakan informasi
mengenai jumlah dalam skala nilai. Dengan demikian, skala nilai „seluruh, semua,
sebagian besar, dan banyak‟ lebih tinggi daripada skala „beberapa‟.
Dengan adanya implikatur berskala penutur menyatakan “sebagaian lawyer
Belgrave Square, Anda yang paling tidak suka menghabiskan waktu untuk
bersantai sejenak”. Pernyataan tersebut memiliki wujud implikatur yakni kalimat
imperatif berupa desakan yang ditunjukkan kepada Zaman untuk sejenak
bersantai di kota Paris. Deschamps yang bekerja sebagai tour guide siap
menghantarkan tamunya kemana saja. Implikatur berskala „beberapa‟ mewakili
jumlah orang yang bekerja sebagai lawyer yang tidak ingin diketahui identitasnya.
Mey (Nugraheni, 2010) menyatakan implikatur merupakan „sesuatu‟ yang
terimplikasi di dalam suatu percakapan yaitu sesuatu yang dibiarkan implisit
dalam penggunaan bahasa secara aktual. Artinya, implikatur merupakan proses
interpretasi makna di luar teks berdasarkan situasi dan konteks. Sementara itu,
implikatur dapat menunjukkan adanya perbedaan yang terjadi yaitu mengenai apa
yang dikatakan berbeda dengan apa yang dinyatakan secara implisit oleh penutur.
Tentunya, tidak semua diksi atau kata menunjukkan jumlah yang dinyatakan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dalam implikatur berskala. Hal ini sejalan dengan pendapat Pranowo (2015)
bahwa implikatur sangat bergantung pada konteks.
Selanjutnya, pada data (14) melalui kata „banyak‟ penutur menciptakan
suatu implikatur „semua/sebagian besar‟ berdasarkan konteks yang menunjukkan
adanya implikatur berskala. Implikatur berskala tersebut mengandung skala
„seluruh, semua, dan sebagian besar‟ skala tertinggi daripada „banyak‟. Dengan
adanya batasan dalam implikatur berskala maka pernyataan dalam data (14)
menyatakan “semua/sebagian besar sandiwara demi menjaga image dan citra”.
Dengan demikian, pernyataan di atas menunjukkan implikatur bersakala dengan
wujud kalimat deklaratif berupa penegasan mengenai dunia artis yang penuh
dengan kepalsuan dan sandiwara. Bahkan, frasa „sebagian besar‟ menunjukkan
adanya justifikasi bahwa sebagian besar atau hampir keseluruhan yang bekerja
sebagai artis melakukan pencitraan dan penuh dengan kebohongan mengenai
kehidupan demi menjaga nama baik di depan publik.
Yule (2014) mengungkapkan bahwa implikatur merupakan proses
menyampaikan informasi yang memiliki makna tambahan. Makna tambahan
disampaikan lebih banyak daripada kata-kata yang dinyatakan secara langsung.
Sejalan dengan pemahaman tersebut dapat diketahui wujud implikatur yang
terdapat dalam data (15) merupakan implikatur berskala melalui kata „seluruh‟ di
mana penutur menciptakan suatu implikatur „semua‟. Dengan kata lain, skala
„semua’ dan skala „seluruh‟ sama-sama merupakan skala tertinggi. Dengan
demikian, penutur menyatakan “apakah fair semua pohon apel itu busuk?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dengan wujud kalimat interogatif berupa pembelaan diri bahwa Fahri adalah umat
muslim namun di dalam ajarannya dilarang melakukan bom.
Selanjutnya, data (16) menunjukkan adanya implikatur berskala melalui
kata „lebih banyak‟ dalam tataran skala lebih tinggi dibandingkan kata „lebih
besar‟. Implikatur berskala dalam data tersebut mengandung skala „semua,
seluruh, besar, dan lebih besar‟ skala tertinggi daripada skala „lebih banyak‟. Hal
ini sejalan dengan pendapat Yule (2014) bahwa implikatur berskala digunakan
untuk mengungkapkan maksud yang tersembunyi dalam bentuk jumlah. Selain
itu, diperlukan adanya batasan dalam implikatur berskala dengan konsekuensinya
menyatakan “orang yang masuk Islam karena kelembutan budi itu jauh lebih
besar dibandingkan karena peperangan”. Pernyataan tersebut menunjukkan
adanya fungsi komunikatif berbentuk kalimat deklaratif berupa pernyataan yang
bersifat teguran terhadap Hulusi. Hal tersebut dilakukan Fahri agar Hulusi
menyadari bahwa menjadi seorang muslim harus menunjukkan ahlak yang baik
seperti yang diajarkan Rassullah Saw. Selain itu, pernyataan di atas dinyatakan
oleh Fahri dengan penuh ketegasan agar Hulusi menangkap maksud yang diingin
disampaikan Fahri melalui pernyataan tersebut.
Terdapat banyak implikatur berskala yang dihasilkan dari ungkapan-
ungkapan yang mungkin tidak kita pikirkan dengan cepat sebagai bagian dari
suatu skala (Putrayasa, 2014). Sejalan dengan data (17) terdapat implikatur
berskala melalui frasa „lebih besar‟. Frasa yang digunakan tersebut terkadang
tidak terpikirkan merupakan implikatur berskala yang menyatakan keluasan.
Dengan demikian, implikatur berskala di atas mengandung skala „semua, seluruh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
luas, dan lebih luas‟ skala tertinggi dari pada „lebih besar‟. Implikatur tersebut
memiliki batasan dalam implikatur berskala dengan konsekuensinya menyatakan
“lebih enak jadi orang gendut, karena ukuran hatinya pasti lebih luas”.
Pernyataan tersebut memiliki wujud kalimat deklaratif berupa penegasan yang
bersifat penghiburan terhadap dirinya sendiri dan Nuni agar tidak menimbulkan
keributan dengan teman yang lain. Selain itu, implikatur „lebih luas‟ menandakan
bahwa seseorang memiliki perasaan yang penyabar dan rendah hati.
3) Wujud Implikatur Percakapan Khusus
Implikatur percakapan khusus jumlahnya tidak terbatas maka data temuan
akan dipaparkan berdasarkan klasifikasi wujud komunikatif yaitu sebagai berikut.
a. Wujud Implikatur Percakapan Khusus Deklaratif
Wujud implikatur percakapan khusus deklaratif akan dipaparkan berikut ini
berdasarkan data temuan.
(18) Hulusi : “Kalau mereka tidak punya mobil, kenapa tidak kita ajak satu
mobil saja, Hoca.”
Fahri : “Biarkan saja, Paman. Mungkin dia parkir mobil di tempat lain.
Atau dia mau naik taksi.”
Hulusi : “Gadis Arab kaya itu kayaknya mau buang-buang uang.
Makan siang saja di the kitchin, kenapa tidak di kantin masjid
saja?” (HES/AAC2/47/5)
Konteks: Seorang gadis Arab yang mengajak Fahri dan Hulusi untuk
berdiskusi sekaligus mentraktir makan siang bersama di sebuah cafe yang
terkenal mahal dan elite. Fahri sebagai Dosen di Universitas yang
terkenal sudah biasa jika makan siang di tempat mahal. Hulusi yang
bekerja sebagai sopir, tidak biasa makan di tempat mahal seperti di the
kitchin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(19) Pelatih : “Gita punya hati yang berani...,”
Papa : “Perjalanan anak saya masih panjang, Pak.., dan saya senang di
perjalanan itu, Gita bersama dengan orang yang tepat, terima kasih,
Pak..”
Pelatih : “Hati yang besar dan .. berani..., Pak.” (DD/2/82/4)
Konteks: Orang yang paling berjasa besar menjadikan Gita pemain
bulutangkis terkenal adalah Pak Andi, ia adalah pelatih Gita. Pak Pelatih
selalu mendampingi Gita kemana pun Gita bertanding. Pak Pelatih selalu
melatih Gita hingga menjadi pemain bulutangkis profesional.
(20) Hulusi : “Hoca, sudah hampir jam dua belas. Sebaiknya Hoca istirahat, jaga
kesehatan.”
Fahri : “Paman, di Eropa, termasuk di Inggris ini, kita adalah minoritas.
Undang-undang di sini memang tidak membeda-bedakan ras dan
agama. Namun, tetap saja bahwa penduduk asli disini yan berkulit
putih dan yang beragama mayoritas mendapatkan kemudahan da
prioritas dalam banyak hal. Perempuan muslimah yang berjilbab
bisa mencari kerja dan bekerja di Britania Raya ini. Tetapi,
perempuan yang asli sini dan beragama mayoritas, lebih mudah
diterima bekerja. Masih ada kasus-kasus muslim pendatang yang
tidak semudah orang asli sini, meskipun sudah dapat permanent
resident atau pun warga negara sini.”
Hulusi : “Maksud Hoca apa menjelaskan hal itu? Apa hubungannya
dengan saran saya agar Hoca beristirahat?”
Fahri : “Saya ingin Paman dan seluruh saudara muslim di sini
memahami kondisi ini.” (HES/AAC2/24/2)
Konteks : Hulusi yang bekerja sebagai sopir sekaligus sebagai teman
Fahri, mengingatkannya untuk segera istirahat karena sudah larut malam
dengan situasi pekerjaan Fahri yang padat ketika siang hari.
(21) Papa : “Khatulistiwa terbuka, Pak?”
Pelatih : “Terus kenapa, Pak? Saya ingin sekali anak itu masuk dan ikut
seleksi Pelatnas, tetapi dia bukan siapa-siapa, rangking pun tidak
punya, tetapi dia, dengan segala keterbatasannya menciptakan
harapan, menunjukkan kalau harapan itu ada.”
Papa : “Sesuatu yang sudah lama hilang dari bulutangkis
Indonesia...”(DD/2/309/9)
Konteks: Papa mendekati Pak Pelatih duduk bersama setelah beberapa
waktu lalu Papa sempat marah-marah kepada Pak Pelatih atas kejadian
yang dialami Gusni karna kelelahan berlatih bulutangkis. Kemudian, Pak
Pelatih memberi tahu mengenai pertandingan yang akan dihadapi oleh
Gusni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
(22) Aisha : “Aku ingin makan ikan panggang di restoran di pinggir Danau
Titisee di tengah Black Forest. Ayo siap-siap, kita ke sana
Sayang!”
Fahri : “Pukul dua nanti aku ada janji jumpa Profesor Dikinciler.”
(HES/AACC2/64/8)
Konteks: Aisha mengajak Fahri untuk makan siang bersama disela-sela
kesibukan Fahri sebagai pengajar dan pengusaha.
Yule (2014) mengungkapkan bahwa implikatur digunakan oleh penutur saat
melaksanakan kerja sama dengan maksud menyampaikan informasi. Informasi
yang disampaikan lebih dari sekedar kata-kata yang terucap. Artinya, maksud
yang dinyatakan lebih banyak daripada tuturan yang dikatakan secara literal.
Kata-kata yang terucap secara langsung dalam tuturan merupakan wujud
implikatur. Wujud implikatur dapat dilihat melalui kontruksi gramatikal dan
kalimat komunikatif yang digunakan dalam komunikasi. Kontruksi gramatikal
terkait dengan penggunaan bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan
maksud tuturan, sedangkan kalimat komunikatif, seperti yang diungkapkan oleh
(Nadar, 2009) kalimat komunikatif dapat dilihat berdasarkan fungsinya.
Hal ini sejalan dengan data (18) merupakan implikatur melalui pernyataan
“Gadis Arab kaya itu kayaknya mau buang-buang uang.” yang menunjukkan
adanya implikatur. Implikatur dinyatakan dalam susunan kalimat lengkap yang
memiliki minimal subjek dan predikat. Selain itu, berdasarkan fungsi komunikatif
tuturan tersebut diungkapkan dalam wujud kalimat deklaratif berupa informasi
yang mengungkapkan rasa tidak senang atau sinis terhadap Gadis Arab. Bahkan,
kalimat tersebut menggunakan unsur vokatif. Chaer (1998) menjelaskan bahwa
unsur vokatif atau seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan batin, seperti
rasa terkejut, marah, benci kagum, dan sebagainya. Dengan demikian, unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
vokatif yang terdapat dalam data (18) menujukkan adanya ketidaksukaan terhadap
Gadis Arab.
Rahardi (2007) menyatakan suatu percakapan antara penutur dan mitra tutur
dapat berjalan lancar, karena dua belah pihak memiliki kesamaan dalam latar
belakang pengetahuan mengenai sesuatu yang dituturkan atau dibicarakan. Hal ini
berkaitan dengan konteks yang perlu diketahui oleh kedua pihak untuk
menghindari kesalahpahaman ketika berkomunikasi. Dengan kata lain, sebagai
usaha mengaja komunikasi tetap terjalin diperlukan pemahaman mengenai
konteks, seperti terdapat dalam data (19) melalui pernyataan “Gita punya hati
yang berani” yang bergantung pada konteks.
Konsep mengenai konteks dalam pragmatik yaitu menekankan pemahaman
mitra tutur terhadap maksud penutur melalui bahasa yang digunakan. Bahasa yang
digunakan berupa struktur linguistik yang memiliki maksud atau makna tambahan
yang berada di luar teks. Oleh karena itu, setiap tuturan dalam pragmatik sangat
memerlukan konteks. Hal ini didasarkan pada asumsi mitra tutur terhadap tuturan
penutur (Pranowo, 2015). Dengan demikian, berdasarkan konteks pragmatik yang
terdapat dalam data (19) bahwa Gita adalah wanita yang pantang menyerah
terbukti sejak kecil giat berlatih hingga menjadi pemain bulutangkis yang
profesional. Di samping itu, data di atas menunjukkan wujud kalimat deklaratif
berupa pernyataan bersifat pujian ditujukan kepada Papa yang memiliki putri
bernama Gita, seorang pemain bulutangkis hebat, tangguh, dapat membanggakan
kedua orang tuanya, dan mengharumkan nama negara Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Purwo (Yuniarti, 2014) pragmatik sebagai bidang kajian linguistik dan
pragmatik sebagai salah satu segi di dalam bahasa disebut „fungsi komunikatif‟.
Fungsi komunikatif dalam implikatur berupa wujud implikatur secara tertulis atau
„apa‟ yang dikatakan secara lisan sebagai sesuatu yang dinyatakan bukan sebagai
sesuatu yang dimaksudkan. Dengan demikian, data (20) memiliki fungsi
komunikatif yaitu wujud kalimat deklaratif berupa informasi yang bersifat
mengingatkan kepada hulusi bahwa mendapatkan pekerjaan di Eropa sangatlah
sulit. Terrlebih, bagi kaum minoritas merasakan kesulitan dalam mendapatkan
pekerjaan. Wujud implikatur tersebut terdapat dalam pernyataan “Saya ingin
Paman dan seluruh saudara muslim di sini memahami kondisi ini.” yang
menunjukkan fungsi komunikasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Grice (dalam Putrayasa, 2014) mengungkapkan mengenai implikatur
sebagai informasi implisit terdapat dalam tuturan. Artinya, bahwa komunikasi
antara penutur dan mitra tutur sangat memungkinkan adanya wujud tuturan yang
disampaikan berbeda dengan yang dimaksudkan. Sejalan dengan hal tersebut, data
(21) dalam kalimat “Sesuatu yang sudah lama hilang dari bulutangkis
Indonesia...” merujuk pada kata „sesuatu‟ yang memberikan maksud implisit
melalui diksi tersebut. Pernyataan di atas menunjukkan wujud kalimat deklaratif
berupa pernyataan untuk menyetujui bahwa para pemain bulutangkis di Indonesia
sudah tidak ada regenarasi kembali. Oleh karena itu, Papa mengizinkan Gusni
untuk menjadi pemain bulutangkis dan mewakili Indonesia dalam pertandingan
Khatulistiwa terbuka yang sudah lama hilang seiring hilangnya para pemain
Indonesia yang pindah kewarganegaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Selanjutnya, implikatur juga digunakan dalam menjaga keharmonisan
hubungan yaitu antara penutur dan mitra tutur. Artinya, bahwa implikatur sengaja
digunakan oleh penutur demi menjaga kesantunan dalam berkomunikasi, seperti
yang terdapat pada data (22) dalam pernyataan “pukul dua nanti aku ada janji
jumpa profesor di kinciler” yang diungkapkan oleh Fahri. Hal ini dilakukan Fahri
untuk tetap menjaga perasaan mitra tutur agar tidak merasa tersinggung dengan
tuturannya.
Grice mengungkapkan implikatur ialah ujaran yang menyiratkan sesuatu
yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Hal ini berkaitan dengan
bentuk tuturan secara harafiah dinyatakan berbeda dengan maksud yang
disembunyikan dalam tuturannya. Tentunya, bentuk harafiah merujuk pada wujud
implikatur yang dapat dilihat secara langsung ketika tuturan dinyatakan. Hal
tersebut, seperti data (22) dalam tuturan Fahri yang dikatakan secara harafiah
menunjukkan wujud implikatur berbentuk kalimat pernyataan. Wujud kalimat
pernyataan ini berupa informasi bahwa Fahri tidak dapat menemani makan siang
bersama dengan Aisha.
b. Wujud Implikatur Percakapan Khusus Interogatif
Wujud implikatur percakapan khusus interogatif akan dipaparkan berikut ini
berdasarkan data temuan.
(23) Fahri : “Jadi tetap malam ini kita ke sana?”
Brenda : “Mau kapan lagi? Aku sudah siap ini, lihatlah.”
Fahri : “Baik.” (HES/AAC2/254/26)
Konteks: Brenda dan Fahri tinggal di satu kompleks perumaha, sebagai
tetangga baru Brenda menghubungi dengan mengirimkan pesan singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kepada Fahri untuk mengajak makam malam bersama berserta keluarga
Fahri.
(24) Fahri : “Dari masjid ini, acara kami pulang ke rumah dan minum
teh di pagi hari.”
Tuan Taher : “Bagaimanakalau saya undang kalian minum teh di rumah
saya sambil menikmati Scotch pie dan roti Bridie buatan
putri saya? Rasanya sedap sakali. Saya tinggal di kawasan
Inveresk tak jauh dari Stoneyhill.”
(HES/AAC2/84/6)
Konteks: Selesai Shalat subuh Tuan Taher menyapa Fahri. Sebelumnya,
Tuan Taher mengetahui bahwa Fahri belum juga menikah kembali
setelah kematian istrinya. Fahri adalah sosok seorang islam yang
memahami benar ajarannya dan bekerja sebagai pengajar di University
Of Edinburgh yang juga tempat Tuan Taher mengajar. Tuan Taher
memiliki putri yang bernama Heba yang belum menikah diumurnya yang
semakin dewasa.
(25) Monita : “Maafkan kalau saya menggangu keasyikan om sendiri.
Saya pergi dulu, om”
Nagabonar :“Monita, Monita, Apa kau tak bosan-bosannya setiap
hari bertemu Bonaga? Di kantor, di sini juga.”
(ANB/NJ2/175/8)
Konteks: Monita datang mendekati Nagabonar yang sedang duduk
sendiri larut malam di taman suatu BAR. Nagabonar adalah ayahanda
Bonaga kekasih sekaligus rekan kerja Monita di kantor.
(26)Fahri : “Silahkan masuk, kau boleh ikut kuliah ini jika kau mau.”
Juu Suh : “Anda tidak sedang mempermainkan saya?”
Fahri : “Sama sekali tidak. Saya tidak mungkin mempertaruhkan
kredibilitas saya dengan bersikap naif.” (HES/AAC2/5/1)
Konteks: Fahri adalah seorang dosen pengganti dan dosen utama
berpesan jika ada mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas diminta untuk
meninggalkan kelas. Juu Suh sebagai mahasiswa, yang merasa bersalah
dengan tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dosennya, menaati
untuk meninggalkan kelas. Namun, Fahri mengejar Juu Suh di depan
ruang kelas.
(27) Remi : “Kamu buru-buru baget harus pulang?”
Kugy : “Memangnya kenapa?”
Remi : “Macetnya parah, nih. Mendingan kita tunggu sampai agak
lenggang baru jalan lagi. Keberatan nggak?”
Kugy : “Nggak.” (DL/PK/334/8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Konteks: Remi menawarkan diri untuk menghantarkan Kugy pulang ke
rumahnya. Kugy bekkerja di kantor Remi yang terkenal sukses di usianya
yang masih muda dan belum menikah.
Implikatur adalah proses penarikan kesimpulan dari makna tambahan yang
berada di luar tuturan berdasarkan konteks. Hal ini dipertegas dengan pendapat
Mulyana (2005) bahwa dalam suatu dialog (percakapan) biasanya seorang penutur
tidak mengutarakan maksud secara langsung dalam tuturannya tetapi suatu „hal‟
yang hendak disampaikan justru „disembunyikan‟. Dengan demikian, implikatur
percakapan mengalami perbedaan antara yang „diucapkan‟ dengan yang
„dimaksudkan‟. Artinya, bahwa apa yang „diucapkan‟ terkait dengan wujud
implikatur dalam tuturan. Wujud implikatur pada data (23) dapat berupa jenis
kalimat komunikatif dalam pernyataan “mau kapan lagi?”. Pernyataan di atas
memiliki wujud kalimat interogatif berupa penegasan terhadap Fahri agar segera
bersiap untuk pergi makan malam bersama. Selain itu, pernyataan di atas
merupakan kalimat lengkap yang memiliki tanda baca di akhir kalimatnya yaitu
berupa tanda tanya.
Wujud implikatur dapat dilihat melalui bentuk kalimat yang dinyatakan oleh
penutur. Sejalan dengan pendapat Levinson (1983:97) bahwa implikatur mampu
memberikan penjelasan mengenai apa yang „dikatakan‟ secara harafiah
memberikan maksud yang berbeda, misalnya dalam bentuk pertanyaan tetapi
bermakna perintah. Beranjak dari pendapat Levinson pada data (24) pernyataan
“bagaimana kalau saya undang kalian minum teh di rumah saya sambil
menikmati scotch pie dan roti bridie buatan putri saya?” memiliki wujud
kalimat pertanyan. Wujud kalimat interogatif berupa ajakan Fahri untuk menyicipi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
atau merasaan roti buatan putri Tuan Taher yang memberikan asumsi bahwa putri
Tuan Taher sudah siap untuk menjadi seorang istri karena sudah mahir dalam
urusan dapur.
Gazdar (Nugroho, 2007) menyatakan implikatur merupakan proposisi yang
diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam konteks, sekalipun
proposisi itu bukan suatu bagian dari hal yang dinyatakan sebelumnya. Artinya,
bahwa „sesuatu‟ yang maksudkan bukanlah „sesuatu‟ yang dikatakan sebelumnya
dalam tuturan, seperti pada data (25) yang menunjukkan adanya implikatur dalam
tuturan. Implikatur melalui pernyataan “Monita, Monita, Apa kau tak bosan-
bosannya setiap hari bertemu Bonaga? Di kantor, di sini juga” memberikan
wujud kalimat interogatif berupa permintaan untuk ditemani mengobrol oleh
Monita. Selain itu, pernyataan tersebut bersifat polaritas (KBBI, 2015) artinya,
memiliki wujud yang berlawanan berupa perintah untuk tidak selalu bertemu
Bonaga setiap hari, sebaliknya berupa permintaan ketika melihat konteks dalam
tuturan tersebut.
Kartika, dkk (2014) mengatakan bahwa implikatur percakapan adalah
sesuatu yang disembunyikan dalam sebuah percakapan yakni sesuatu secara
implisit dinyatakan dalam bahasa secara aktual. Artinya, penutur menyampaikan
maksud melalui diksi tertentu. Data (26) melalui pernyataan “Anda tidak sedang
mempermainkan saya?” penutur memilih beberapa kata untuk menyampaikan
maksud kepada mitra tutur. Dengan Demikian, dapat diketahui bahwa wujud
implikatur dalam pernyataan di atas merupakan wujud kalimat interogatif berupa
sindiran yang ditujukan kepada Fahri yang baru saja mengusirnya keluar kelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tetapi setelah Juu Suh meninggalkan kelas Fahri memintanya untuk kembali
mengikuti perkuliahan di kelas.
Selanjutnya, Nugraheni (2010) mengungkapkan mengenai implikatur yang
berkaitan dengan bagaimana masyarakat turut serta dalam menggunakan bahasa,
bagaimana tindak tutur digunakan dalam mengungkapkan suatu peristiwa tutur
secara langsung maupun tidak langsung. Artinya, bahasa digunakan sebagai
sarana mengungkapkan suatu peristiwa atau informasi seperti penggunaan diksi
tertentu. Pernyataan “kamu buru-buru banget harus pulang?” pada data (27)
menunjukkan wujud kalimat interogatif berupa ajakan untuk singgah di sebuah
kafe sambil menunggu jalanan lebih senggang dari sebelumnya.
c. Wujud Implikatur Percakapan Khusus Imperatif
Berikut ini akan dipaparkan wujud implikatur percakapan khusus imperatif
berdasarkan data temuan.
(28) Profesor : “Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Mendesak dan
penting. Bisakan ketemu siang ini sambil makan siang di The
Mosque Kitchen.”
Fahri : “Bisa. Profesor suka masakan muslim?”
Profesor : “Bukan masakan muslimnya, saya suka bumbu pakistannya.”
(HES/AAC2/199/12)
Konteks: Menjelang siang Profesor menghubungi Fahri untuk
membicarakan mengenai pekerjaan. Profesor paham bahwa Fahri adalah
seorang muslim yang taat pada agamanya, sedangkan Profesor sendiri
bukan umat muslim seperti Fahri.
(29) Gusni : “Gusni berangkat ya..”
Gita : “Jalannya di pinggir aja jangan di tengah, banyak mobil...”
Gusni : “Masa sih, Pa? Gusni mau jalan di tengah jalan raya?”
(DD/2/230/11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Konteks: Saat masih subuh, seluruh anggota keluarga berkumpul dimeja
makan untuk menemani Gusni menyiapkan bekalnya yang akan pergi
joging tanpa ditemani menuju stadion gelanggang.
(30) Gita : “Dek, Berani Dek...”
Gusni : “Berani, Kak!” (DD/2/393/12)
Konteks: Di lapangan bulutangkis, Gita dan Gusni adalah sepasang
pemain ganda yang sedang bertanding melawan Malaysia. Dengan
semangat dan kerjasama yang baik Gusni dan Gita mengumpulkan hingga
20 point hanya kurang satu point lagi untuk memengkan pertandingan.
(31) Maryam : “Aku dengan Menteri itu satu partai, kau tahu, aku staf ahli
baliau.”
Nagabonar : “Ahli?”
Maryam : “Ahli!”
Nagabonar :“Ahli? Bah! Setahuku keahlianmu Cuma mencopet saja
Maryam. Cukuplah kau saja yang menjadi pencopet, tak
perlu kau ajari Menteri itu untuk menjadi seperti dirimu.
Bisa tambah susah rakyat kita nanti.” (ANB/NJ2/47/5)
Konteks: Nagabonar dan Maryam bertemu kembali setelah lama tak
jumpa. Sejak kecil Nagabonar dan Maryam sering bermain bersama serta
menjalin persahabatan, hingga setelah lulus SD Maryam dan keluarga
pindah tempat tinggal.
(32) Fahri : “Kamu?”
Juu Suh : “Iya. Saya. Juu Suh, doktor. Boleh saya masuk?”
Fahri : “Silahkan, silahkan duduk.”
Juu Suh : “Pintunya tidak ditutup, doktor? Mau saya tutupkan?”
Fahri : “Tidak usah. Biar sedikit segar.” (HES/AAC2/148/10)
Konteks: Juu Suh menemui dosen pembimbing tugas akhir yang bernama
Fahri untuk pertama kalinya. Juu Suh menemui di ruangan kerja Fahri
yang saat itu sedang sendiri. Di ruang kerja Fahri sudah dilengkapi
pendingin ruangan maka ketika ruangan ditutup pintunya tidak akan
terganggu dengan kegiatan di luar ruangan.
Kartika, dkk (2014) mengatakan penggunaan implikatur dalam suatu
peristiwa komunikasi didorong oleh adanya tujuan komunikasi yang ingin dicapai
oleh penutur yakni adanya efek yang diterima oleh penutur setelah pesan
tersampaikan kepada mitra tutur. Selain itu, sebagai usaha untuk menjaga
hubungan baik antara penutur dan mitra tutur, seperti pada data (28) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
memiliki maksud di balik tuturan. Tuturan “Bisakan ketemu siang ini sambil
makan siang di The Mosque Kitchen.” menunjukkan adanya implikatur melalui
pernyataan tersebut. Penutur hendak menyampaikan pesan melalui wujud kalimat
imperatif berupa ajakan makan siang di dekat masjid agar sebelum makan siang
Fahri dapat menunaikan ibadah shalatnya terlebih dahulu. Sebelumnya, Profesor
telah mengetahui bahwa Fahri adalah seorang muslim yang taat terhadap ajaran
agamanya. Wujud kalimat imperatif ditandai dengan kata „bisakan‟ dalam
pernyataan tersebut yang mengandung unsur perintah.
Tokuasa (2015) mengungkapkan bahwa implikatur dalam wacana lisan
yang terjadi dalam percakapan dapat dikatakan sebagai kontruksi pada kalimat
komunikatif, yang dapat diorientasikan pada istilah pragmatic fungsional atau
analisis fungsi pragmatik. Dengan kata lain, fungsi kalimat komunikatif ini
berkaitan dengan fungsi bahasa dalam berkomunikasi seperti yang terjadi dalam
data (29) pernyataan “jalannya di pinggir aja jangan di tengah, banyak mobil”
yang berkaitan dengan fungsi komunikatif sebagai wujud kalimat imperatif.
Wujud ini berupa imbauan untuk berhati-hati saat joging di jalan karena akan
ramai dengan kendaraan yang lalu lalang.
Grice beragumentasi bahwa kalimat yang disampaikan lebih banyak dari
pada makna harafiahnya. Artinya, bahwa penggunaan diksi dalam tuturan yang
lebih sedikit dibandingkan informasi yang disampaikan kepada mitra tutur. Data
(30) mengungkapkan implikatur yang hanya diwakilkan pada kata “berani”. Kata
tersebut memberikan maksud lebih banyak dari apa yang dikatakan. Hanya saja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
maksud dapat diketahui dengan melihat konteks yang melekat pada tuturan
pragmatik.
Hal ini sejalan dengan pendapat Brown dan Yule (2014) bahwa istilah
implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan,
disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya
dikatakan. Dengan kata lain, apa yang sebenarnya dikatakan merupakan wujud
implikatur berbentuk kalimat imperatif berupa ajakan kepada Gusni untuk bersiap
melakukan penyerangan kepada lawan saat pertandingan bulutangkis.
Rahardi (2005) mengungkapkan bahwa sesungguhnya ketika penutur dan
mitra tutur secara lancar berkomunikasi, karena keduanya memiliki semacam
kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan tersebut.
Data (31) memiliki latar belakang budaya yang dimiliki keduaanya berbeda.
Nagabonar yang sejak lahir hingga dimasa tuanya tinggal di Medan, sedangkan
Maryam setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya berpindah ke Jakarta
dan terbiasa mengikuti budaya yang ada. Perbedaan budaya terjadi diantara
Nagabonar dan Maryam. Masyarakat Medan yang cenderung berbicara secara
literal, berbeda dengan Maryam yang berbicara secara tidak langsung. Setiap
budaya menggunakan implikatur dalam berkomunikasi di masyarakat. Hanya saja,
skala implikatur setiap budaya berbeda-beda. Oleh karena itu, pemahaman lintas
budaya sangat diperlukan untuk dapat memahami implikatur. Hal ini dipertegas
oleh Pranowo (2015) bahwa persamaan latar belakang budaya dapat dibangun
seiring proses komunikasi berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Dengan demikian, data (31) memiliki maksud yang disembunyikan dalam
tutura. Bahasa yang digunakan Nagabonar sangat aktual dan langsung, tetapi
maksud yang ingin disampaikan Nagabonar bukanlah yang dikatakan. Pernyataan
tersebut hanyalah pelantara dalam mengungkapkan maksud. Bahkan, pernyataan
“Cukuplah kau saja yang menjadi pencopet, tak perlu kau ajari Menteri itu untuk
menjadi seperti dirimu. Bisa tambah susah rakyat kita nanti” memiliki fungsi
komunikatif berbentuk kalimat imperatif berupa memperingatkan Maryam agar
lebih berhati-hati bekerja di pemerintahan, karena pekerjaan sebagai pejabat di
pemerintahan sangatlah rentang terhadap tindakan korupsi, seperti yang sedang
marak terjadi.
Hal ini tentunya berbeda dengan data (32) dalam pernyataan “tidak usah.
Biar sedikit segar.” yang memberikan wujud imperatif berupa larangan untuk
menutup pintu agar Fahri dapat menikmati udara yang segar. Wujud implikatur ini
tentunya sejalan dengan pendapat Yule (2014) mengatakan bahwa apa yang
dikatakan bukanlah yang dimaksudkan. Sementara itu, yang dikatakan secara
harafiah merupakan wujud dari implikatur itu sendiri, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian, implikatur dalam data (32) memiliki
wujud kalimat imperatif yang tidak dikatakan secara langsung, tetapi menandakan
sebuah perintah untuk tidak menutup pintunya.
4.2.2 Maksud Implikatur dalam Novel Populer
Implikatur adalah sesuatu yang ingin sampaikan tetapi tidak dikatakan.
Artinya, maksud atau makna tambahan yang tidak dikatakan dalam tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tuturan yang menunjukkan adanya maksud atau makna tambahan dalam wujud
implikatur dinyatakan pada pembahasan sebelumnya. Maksud dalam penelitian
ini berupa pesan yang memiliki makna tambahan yang ingin disampaikan kepada
mitra tutur. Berikut ini akan diuraikan mengenai maksud implikatur berdasarkan
wujud implikatur yang telah diuraikan sebelumnya.
4.2.2.1 Maksud Implikatur Konvensional (Conversional Implicature)
Berikut ini akan dipaparkan mengenai maksud implikatur konvensional
berdasarkan wujud implikatur yang telah diuraikan sebelumnya.
(1) Ronny : “Selamat datang di Jakarta om. Saya Ronny.”
Nagabonar : “Anak buah kau?”
Ronny : “Tangan kanan, om.” (ANB/NJ2/21-22/1)
Konteks: Sesampainya di Jakarta Nagabonar bersama anaknya Bonaga.
Bonaga adalah seorang pengusaha sukses, yang memiliki karyawan dan
orang-orang dipercaya untuk menjalankan perusahaannya. Saat itu,
Bonaga dan Nagabonar disambut oleh rekan kerjanya tersebut di bandara
Soekarno-Hatta.
(2) Kugy : “Gua sebetulnya anak buah Neptunus yang dikirim ke Bumi
untuk jadi mata-mata, dan kebetulan sekali, zodiak gua Aquarius.
Ajaib, kan?”
Keenan : “Sama dong. Gua juga Aquarius.” (DL/PK/39/11)
Konteks: Kenan dan Kugy makan siang bersama, kemudian Kugy
bercerita mengenai teman-teman khayalannya serta tugas dalam cerita
dikhayalannya tersebut.
(3) Baruch : “Moderator, pemateri ini berbicara seenaknya dan yang
dibicarakan semuanya omong kosong! Jelas sekali semua
pemaparannya menunjukkan dia anti-Yahudi, otak orang ini
antisemit! Dia tidak layak berbicara di forum ini!”
Moderator : “Tuan Baruch, tolong Anda tenang jangan memotong
penjelasan Dr. Fahri. Biarkan dia menuntaskan pemaparannya.
Jika Anda tidak sepakat nanti ada waktunya Anda
mengeluarkan argumentasi Anda. Silahkan Dr. Fahri!”
(HES/AAC2/440/25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Konteks: Seminar nasional yang diadakan untuk mempererat hubungan
antara umat Yahudi, Muslim dan Kristiani. Fahri sedang mepaparkan
materinya sebagai perwakilan umat Muslim, tetapi Baruch perwakilan
dari umat Yahudi tiba-tiba memotong pemaparan Fahri. Namun,
moderator tetap mempersilahkan Fahri untuk melanjutkan pemaparannya.
(4) Bonaga : “Iya, tapi mati dia. Kalau bapak tidak angkat dia jadi tangan
kanan, masih hiduplah dia sekarang.”
Nagabonar : “Kalau dia masih hidup mungkin jadi koruptor si Bujang itu,
Bonaga. Jadi lebih baik dia mati jadi pahlawan.”
(ANB/NJ2/163/7)
Konteks: Nagabonar dan Bujang bersahabat sejak kecil. Bahkan,
Nagabonar menganggap Bujang sebagai sahabat sekaligus saudara.
Ketika itu, Bonaga mengetahui kedekatan Nagabonar dan Bujang yang
saling melindungi saat perang melawan penjajah mencoba mengingatkan
jasa-jasa Bujang terhadap Nagabonar.
(5) Pelatih 1 : “Semangat Gita tanpa henti, Pak.”
Pelatih 2 : “Calon Srikandi bulutangkis Indonesia.”
Papa : “Te.. te.. terima kasih, Pak, semuanya...” (DD/2/230/11)
Konteks : Selesai pertandingan yang dimenangkan oleh Gita, Papa datang
menghampiri para pelatih Gita untuk mengucapkan selamat dan terima
kasih telah membimbing Gita, putrinya menjadi pemain bulutangkis yang
membanggakan di pertandingan pertamanya.
Brown & Yule (1996) menjelaskan mengenai istilah implikatur digunakan
untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan
oleh penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur.
Hal ini berkaitan mengenai maksud yang lebih banyak dari apa yang dikatakan
oleh penutur. Data (1) dan (4) memiliki maksud lebih luas dibandingkan apa yang
dikatakan melalui frasa “tangan kanan”.
Hal ini diperjelas oleh Pranowo (2015) mengenai konteks dalam pragmatik,
yaitu konteks implikatur selalu berada di luar teks. Teks yang dimaksud yaitu
„proposisi makna‟ maka implikatur “tangan kanan” merupakan implikatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
berdasarkan satuan bahasa yang mengandung kesatuan makna yaitu orang yang
diberikan kepercayaan oleh pemimpinnya. Dengan demikian, data (1) dalam
pernyataan “tangan kanan” menunjukkan maksud menegaskan bahwa Ronny
memiliki hubungan atau kedekatan khusus terhadap Bosnya hingga dirinya
diberikan kepercayaan untuk menjalankan perusahaan. Bahkan, tuturan tersebut
mempertegas status atau posisinya yang bukan hanya sekedar karyawan biasa.
Selanjutnya, data (4) memberikan maksud menegaskan agar Nagabonar
mengingat kesetiaan Bujang yang mengorbankan diri dengan rela mati untuk
melindungi Nagabonar sebagai pemimpin dari serangan para penjajah. Kedua data
di atas dapat ditegaskan bahwa pernyataan „tangan kanan‟ memberikan maksud
adanya kesamaan emosional dan kesamaaan pemikiran (visi dan misi). Terlebih,
saling memahami satu sama lain, sehingga keduanya memiliki hubungan yang
dekat dan saling memberikan kepercayaan. Selain itu, data (1) dan (4) merupakan
implikatur perkacapan konvensional dengan merujuk pada kata tangan kanan
yang sudah umum diketahui artinya tetapi bukanlah yang dimaksudkan.
Mulyana (2001) mengatakan implikatur konvensional berkaitan dengan
pemakaian dan pemaknaan umum. Artinya, suatu tuturan yang dinyatakan sebagai
implikatur konvensional jika menunjukkan adanya maksud yang sudah umum
diketahui oleh semua orang. Data (2) pada pernyataan “anak buah” merupakan
bagian dari idiom yang memiliki arti yaitu seorang anggota kelompok yang
memiliki pemimpin. Sebaliknya, pernyataan tersebut menunjukkan adanya
maksud membanggakan diri karena menjadi orang pilihan Neptunus yang secara
khusus diutus ke bumi untuk menjadi mata-mata. Pemahaman ini diperjelas oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Nugraheni (2010) bahwa implikatur ialah ilmu yang menganalisis mengenai
maksud atau makna yang tersembunyi di balik tuturan, sebagai asas dasar dalam
mempelajari bahasa. Maksud yang disampaikan melalui kata „anak buah‟
menerangkan bahwa seorang yang siap dibutuhkan kapan saja dan di mana saja
oleh pemimpinnya dengan setia siap mengerjakan beberapa pekerjaan-pekerjaan
yang diberikan dengan baik.
Selanjutnya, Yule (2014) menyatakan mengenai implikatur konvensional
cenderung diasosiasikan melalui kata-kata khusus yang menghasilkan makna
tambahan. Sejalan dengan data (3) merupakan implikatur konvensional terdapat
dalam pernyataan „omong kosong!‟ menghasilkan makna tambahan. Yule
menjelaskan makna tambahan sebagai maksud yang tidak dikatakan secara
langsung dalam tuturan, tetapi sebagai informasi tambahan di luar tuturan.
Dengan demikian, pernyataan di atas memberikan maksud menuduh sebagai
ungkapan rasa kebenciaannya terhadap Fahri serta agama yang dianutnya. Hal
tersebut dilakukan oleh Baruch dengan mempengaruhi peserta seminar agar ikut
membenci dan tidak mempercayai yang dikatakan oleh Fahri. Di sisi lain,
penggunaan diksi „omong kosong‟ memperhalus tuturan dengan tujuan agar
peserta seminar tidak mendengarkan materi seminar yang dipaparkan. Maksud
tersebut diungkapakan sebagai ketidak respekan Baruch terhadap Fahri sehingga
memberikan tuduhan terhadap segala sesuatu yang dikatakan Fahri.
Leech menyatakan bahwa pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik
yang memiliki kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini disebut semantisisme,
yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik dengan melihat bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Data (5)
dalam pernyataan “calon Srikandi bulutangkis Indonesia” memiliki arti secara
semantik melalui kata „Srikandi‟ sebagai salah satu nama istri Arjuna yang
pemberani dan pandai memanah, sedangkan dalam pragmatik memiliki maksud
memuji Gita karena menjadi seorang atlet wanita yang tangguh dan berani mampu
membanggakan dan mengharumkan bangsa Indonesia dalam cabang olahraga
bulutangkis. Bahkan, penutur pun ingin mengungkapkan rasa bangganya terhadap
Gita yang memiliki jiwa pemberani untuk menjadi pemenang.
Berdasarkan data temuan dapat disimpulkan bahwa implikatur konvensional
membutuhkan pemahaman mengenai maksud yang bersifat umum dengan
mengandaikan kepada pendengar atau pembaca telah memiliki pengalaman dan
pengetahuan umum (Mulyana, 2001: 57). Selain itu, implikatur konvensional
ditandai dengan penggunaan diksi yang umum diketahui maksudnya. Namun, data
yang ditemukan tidak produktif, karena tidak banyak digunakan sebagai media
percakapan.
4.2.2.2 Maksud Implikatur Konversational (Conversational Implicature)
Implikatur konversational atau implikatur percakapan dibedakan menjadi
tiga, yakni implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala dan
implikatur percakapan khusus. Berikut ini akan dipaparkan maksud tuturan
melalui wujud implikatur yang dinyatakan dalam pembahasan sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
1) Maksud Implikatur Percakapan Umum
Maksud dalam implikatur percakapan umum didasarkan pada wujud yang
telah dianalisis dalam pemaparan sebelumnya.
(6) Bonaga : “Masih suka datang malaria bapak?”
Nagabonar : “Sesekali masih datang juga dia menjengukku.”
(ANB/NJ2/38/3)
Konteks: Nagabonar menjenguk putranya yang bekerja dan tinggal di
Jakarta jauh dari kampung halamannya yaitu di Medan. Bonaga yang
sudah paham mengenai penyakit yang sering diderita Bapaknya tersebut
mencoba membuka percakapan setelah lama mereka tidak berjumpa.
(7) Karel : “Kugy? Kugy.. ngapain?”
Kugy : “Karel.. aku mau jadi parasit dulu di sini. Boleh ya?”
(DL/PK/502/10)
Konteks: Kugy pergi ke rumah kakaknya yang bernama Karel untuk
menengkan hatinya sementara waktu karena merasa kurang yakin dengan
keputusannya untuk menikah dengan orang yang tidak dicintai.
(8) Karyawan 1 : “Yah, gitu deh, fenomena anak bau kencur, semagatnya
juga tai-tai ayam.”
Karyawan 2 :“Otak brilian, tapi nggak didukung profesionlisme sama aja
bohong.” (DL/PK/448/9)
Konteks: Kugy merupakan karyawan yang baru beberpa bulan bekerja di
sebuah kantor. Hanya saja, Kugy sudah jarang berangkat bekerja yang
menimbulkan rasa iri pada karyawan yang lain.
(9) Bimo : “Angkatan kita akan kehilangan silumannya.”
Keenan : “Siapa tahu setelah anggak jadi mahasiswa, gua malah jadi
macan kampus.” (DL/PK/199/5)
Konteks: Keenan merupakan salah satu mahasiswa berprestasi dengan
IPK 4.00. Selain itu, Keenan memiliki beberapa telenta yang dikuasinya
hingga membuat teman-temannya kagum. Namun, ketika semester empat
Keenan memutuskan untuk berhenti kuliah.
(10) Wayan : “Agung, rupanya ada yang harus cepat-cepat kita kasih makan
sebelum dia dilirik sama anjing-anjing seluruh Bali karena
disangka tulang berjalan.”
Keenan : “Setuju, Poyan. Saya nggak nolak dikasih makan, apalagi kalau
dalam waktu dekat.”(DL/PK/248/6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Konteks:Wayan dan Agung menjemput Keenan yang baru saja sampai di
bandara Ngurah Rai Bali. Pertemuan Wayan, Agung dan Keenan di bali
adalah kedua kalinya setelah lama tidak berjumpa.
(11) Luhde : “Poyan...,”
Wayan : “Dia luar biasa berbakat, ya. Lukanya juga mulai sembuh. Dia
mulai kembali seperti Keenan yang dulu”
Luhde : “Keenan sudah menemukan bintangnya.” (DL/PK/261/7)
Konteks: Keenan sudah mulai fasih dalam melukis setelah sekian lama
tidak lagi melukis karena tidak mendapatkan ide atau rasa untuk melukis.
Dalam memahami maksud implikatur percakapan diperlukan konteks yang
berada di luar tuturan ketika proses komunikasi berlangsung. Sejalan dengan
Brown & Yule (1996) mengatakan bahwa implikatur percakapan diturunkan dari
asas umum percakapan. Maksim kerja sama yang digunakan dalam data (6) yaitu
maksim kuantitas dan relevansi dari keempat maksim kerja sama. Pelanggaran
maksim kuantitas terlihat dari kata „malaria‟ yang dikatakan secara singkat
seharusnya dikatakan „penyakit malaria‟. Selain itu, penggunaan maksim
relevansi yang membuat kata „malaria‟ tetap relevan digunakan dalam proses
komunikasi tanpa mengurangi maksud yang ingin disampaikan.
Sementara itu, Yule (2014) menyatakan data (6) merupakan implikatur
percakapan umum karena tidak diperlukan latar belakang pengetahuan khusus
mengenai konteks tuturan yang diperoleh secara lokal untuk membuat kesimpulan
yang diperlukan. Dengan demikian, Bonaga yang dalam tuturannya menanyakan
keadaan Nagabonar dengan maksud mengungkapan perasaan sayang dan
perhatian Bonaga kepada bapaknya dengan mengingatkan untuk selalu menjaga
kesehatan.
Istilah implikatur muncul berdasarkan fenomena tuturan yang disarankan
untuk mematuhi prinsip-prinsip percakapan (Nugraheni, 2011). Hanya saja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
penutur dan mitra tutur seringkali melanggarnya dengan tidak mematuhi prinsip
pertuturan seperti yang dijelaskan oleh Grice dalam maksim kerjasama.
Pelanggaran prinsip tersebut terjadi dalam data (7) yang digunakan untuk
mewakili berbagai maksud dan arti melalui kata „parasit‟, maka kata parasit
mewakili arti harafiah yaitu benalu yang hidupnya menempel pada inangnya.
Namun, berbeda dalam data (7) yang digunakan untuk menyampaikan suatu
maksud mendesak Karel untuk mengizinkan atau diperbolehkan Kugy tinggal
bersamanya, dilayani oleh Karel, diberikan fasilitas oleh Karel dan diberikan uang
untuk bertahan hidup oleh Karel.
Kridalaksana (1984:73) menjelaskan mengenai implikatur adalah „apa yang
secara logis merupakan kesimpulan dari suatu ujaran, serta latar belakang apa
yang diketahui bersama oleh pembicaraan dan pendengar dalam konteks tertentu‟.
Hal ini sejalan dengan pendapat Pranowo (2015) bahwa dibutuhkan persamaan
atau pemahaman yang sama mengenai topik pembicaraan antara penutur dan
mitra tutur itu sendiri. Artinya, bahwa implikatur dapat disimpulkan berdasarkan
pemahaman logis atau pemahaman yang sama dalam konteks tertentu. Data (8)
dalam pernyataan “fenomena anak bau kencur, semagatnya juga tai-tai ayam”
memberikan kesimpulan mengenai maksud yang diungkapkan oleh penutur.
Konteks melatarbelakangi „apa dan siapa‟ yang menjadi topik pembicaraan dalam
tuturan. Pernyataan di atas memberikan maksud mengenai apa dan siapa yang
dimaksudkan yaitu merendahkan atau meremehkan kinerja karyawan baru dengan
pengalaman masih sedikit dibandingkan senior yang lebih banyak pengalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Implikatur dapat berupa metafora seperti yang digunakan dalam karya
sastra. Tentunya, metafora digunakan sebagai media untuk menggungkapkan
maksud tuturan. Data (9) dalam pernyataan “angkatan kita akan kehilangan
silumannya”, merujuk pada kata „siluman‟ menunjukkan implikatur dengan
menggunakan metafora sebagai bagian dari implikatur. Kata „siluman‟ digunakan
untuk mempersamakan arti kata yang sebenarnya dengan maksud yang ingin
diungkapkan.
Sementara itu, pemahaman mengenai konteks yang terdapat dalam tuturan
di atas sangat diperlukan untuk memahami maksud. Dengan demikian, pernyataan
pada data (9) bermaksud mengungkapkan perasaan bangga yang dimiliki Keenan,
karena merupakan salah satu mahasiswa yang berprestasi. Selain itu, kata
„siluman‟ mempersamakan antara beberapa bakat yang dikuasai Keenan dengan
makhluk halus atau makhluk gaib lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Brown & Yule (1998) bahwa apa yang diartikan, disarankan, dan dimaksudkan
berbeda dengan apa yang dikatakan. Terbukti, pernyataan di atas bukanlah yang
diartikan secara harafiah tetapi yang dimaksudkan berdasarkan konteks tuturan.
Metafora adalah pemakaia kata yang bukan dengan arti yang sebenarnya,
melainkan sebagai lukisan berdasarkan persamaan atau perbandingan (KBBI,
2015). Data (10) pada frasa „tulang berjalan‟ merupakan metafora yakni
memperbandingkan arti yang sebenarnya dengan maksud yang tersembunyi di
balik tuturan. Kata „tulang berjalan‟ secara harafiah diartikan sebagai makhluk
gaib yang kerangka tubuhnya dapat berjalan sendiri. Sementara itu, diperlukan
ingatan pendengar dalam menyusun asumsi mengenai maksud implikatur, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
yang diungkapkan oleh Sperber dan Wilson dalam Nadar (2009) bahwa
implikatur diperoleh pendengar dari ingatannya atau menyusunnya dengan
mengembangkan ancang-ancang asumsi yang diperoleh dari ingatannya. Dengan
demikian, data (10) memberikan maksud mengingatkan Keenan untuk selalu
menjaga pola hidupnya dengan mengaja pola makan agar tidak terlihat kurus,
sehingga kerangka tulangnya terlihat. Selain itu, memiliki tubuh yang kurus akan
terserang banyak penyakit.
Implikatur menurut Tokuasa (2015) merupakan hubungan antara tuturan
sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan itu bersifat tidak mutlak.
Inferensi maksud tuturan itu harus didasarkan pada konteks situasi tuturan yang
mewadai munculnya tuturan tersebut. Dengan kata lain, implikatur harus
didasarkan pada latar belakang pengetahuan yang sama. Hal ini diperlukan agar
mencengah adanya kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur, sehingga
proses komunikasi tetap terjalin. Berangkat dari pemahaman tersebut, data (11)
merupakan upaya untuk menjalin proses komunikasi dengan baik terlihat dari
implikatur yang dinyatakan melalui pernyataan “Keenan sudah menemukan
bintangnya.”. Pernyataan tersebut diungkapkan Ludhe untuk memperjelas
pernyataan Wayan sebagai pembimbing Keenan dalam menemukan feel
(perasaan) untuk menjadi seorang peluikis sudah didapatkan. Bahkan, pernyataan
tersebut memberikan maksud lebih dari sekedar apa yang dikatakan. Dengan
demikian, pernyataan tersebut menunjukkan maksud mengungkapkan perasaan
kagum terhadap Keenan yang sudah menemukan kembali aura atau perasaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dimiliki seorang pelukis sehingga menghasilkan lukisan-lukisan yang menyimpan
estetika disetiap karya seninya.
2) Maksud Implikatur Percakapan Berskala
Implikatur berskala adalah tuturan yang menunjukkan maksud berkaitan
dengan skala nilai. Skala nilai ini biasanya merujuk pada beberapa istilah yang
digunakan dalam tuturan untuk menentukan kuantitas dari skala nilai tertinggi ke
nilai terendah, seperti skala semua, sebagaian besar, banyak, beberapa, sedikit,
dan skala selalu, dan skala „keharusan‟ antara lain sering, kadang-kadang
(Yule,2014). Berdasarkan wujud implikatur yang telah dibahas sebelumnya maka
dapat diketahui maksud tuturan berikut ini.
(12) Fahri : “Ada beberapa bumbu, saya tak yakin itu apa, tapi yang
membuat pie daging ini terasa renyah dan gurih, saya rasa
karena ada semacam shortcrust kue-nya.”
Heba : “Yup, tepat. Bagaimana Anda tahu? Anda pernah merasakan
sebelumnya?” (HES/AAC2/90-91/7)
Konteks: Pertama kalinya Fahri mencicipi roti yang dibuat oleh Heba.
Merasakan bumbu-bumbu yang digunakan Heba dalam membuat roti.
(13) Zaman : “Aku punya pekerjaan.”
Deschamps : “Ayolah, dari beberapa lawyer Belgrave Square, Anda
yang paling tidak suka menghabiskan waktu untuk bersantai
sejenak.”(TL/TK/37/2)
Konteks: Deschamps menghantarkan Zaman kembali ke bandara setelah
menyelesaikan pekerjaannya di Kota Paris. Deschamps adalah Tour
guide yang khusus menghantarkan lawyer-lawyer dari Belgrave saat
berkunjung ke Kota Paris.
(14) Hulya : “Biar aku telpon dia lagi, benar-benar sombong dia!”
Fahri : “Tidak usah. Sekarang kau tahu, dunia artis penuh kepalsuan.
Banyak sandiwara demi menjaga image dan citra. Itulah kenapa
aku tidak mengizinkanmu ikut kompetisi di London. Aku ingin
kau jadi bidadari yang sesungguhnya, bukan bidadari palsu!”
(HES/AAC2/620/24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Konteks: Hulya mencoba menghubungi kembali sahabatnya Keira yang
juga anak didiknya Fahri yang sudah menjadi artis terkenal. Keira
menjadi terkenal sejak dia memenangkan kompetensi di London,
kesempatan yang juga didapatkan Hulya untuk mengikuti kompetisi
tersebut.
(15) Juu Suh : “Tidak bisa. Selalu ada satu dua dari pohon itu yang buahnya
tumbuh tidak seperti yang diharapkan. Satu dua tetap ada yang
busuk. Tidak bisa semua buahnya sempurna.”
Fahri : “Kalau kau punya pohon apel, hanya satu dua saja buahnya
yang busuk, apakah fair mengatakan seluruh pohon apel itu
busuk?” (HES/AAC2/9/17)
Konteks: Fahri dan Juu suh berdiskusi membahas mengenai Al-Qur’an
dan umat islam. Fahri menjawab pertanyaan Juu suh mengenai
kecenderungan umat muslim melakukan bom bunuh diri yang marak
terjadi dibeberapa negara. Dengan pengetahuannya Fahri menjelaskan
secara antropologis agar mudah dimengerti oleh Juu Suh.
(16) Fahri : “Ada satu hal yang harus kita ingat selalu Paman.”
Hulusi : “Apa itu, Hoca?”
Fahri : “Dalam cacatan sejarah, orang yang masuk Islam karena
kelembutan budi itu jauh lebih banyak dibandingkan karena
peperangan. Terbukanya Kota Mekkah dan berbondong-
bondongnya penduduknya masuk Islam itu karena halus budinya
Rassullah Saw. Tidak ada adu pedang dalam penaklukan Kota
Mekkah yang sangat bersejarah tersebut. Itu adalah penaklukan
dengan kebesaran jiwa dan akhlak Rassullah Saw.
(HES/AAC2/133/19)
Konteks: Fahri mendapatkan teror yang mengatakan bahwa muslim
adalah orang jahat melalui tulisan-tulisan yang ditempelkan di pintu
rumah Fahri.
(17) Nuni : “Tenang Gus..., besok gue samperin tuh si Ktut! Gue maki-maki,
enak aja dia bilang lo kegedean,kayak kegantengan aja tuh orang,
udah rambut keriting belah tengah lagi...”
Gusni : “Kata Harry.., lebih enak jadi orang gendut, karena ukuran
hatinya pasti lebih besar...” (DD/2/153/5)
Konteks: Gusni memiliki tubuh yang gemuk sering diejek oleh teman-
teman yang lain saat SD. Harry dan Nuni yang bersahabat dengan Gusni
selalu membelanya ketika sedang diejek oleh teman-teman yang lain.
Nababan (Yuniarti, 2014) mengartikan pragmatik sebagai penggunaan
bahasa dalam berkomunikasi sesuai dengan konteks. Sejalan dengan data (12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menggunakan bahasa dalam menyampaikan pesan melalui tuturan. Pernyataan
“sebagian bumbu-bumbu yang digunakan” menunjukkan maksud yang ingin
disampaikan. Maksud tersebut yakni mengungkapkan harapan bahwa Heba akan
menyadari ternyata Fahri menyukai kue buatannya yang ditunjukkan dengan
menyebutkan sebagaian dari bumbu-bumbu yang Heba gunakan dalam membuat
kue.
Purwo (putrayasa, 2014) menjelaskan dalam implikatur percakapan terdapat
kesepakatan bersama yang tidak tertulis yang keterkaitan dengan makna tidak
terungkap pada kalimat yang diucapkan secara literal. Sejalan dengan hal tersebut,
data (13) menunjukkan maksud yang tidak diungkapkan secara langsung. Maksud
tersebut secara implisit terdapat dalam pernyataan “sebagaian lawyer belgrave
square, anda yang paling tidak suka menghabiskan waktu untuk bersantai
sejenak” merujuk pada frasa „sebagaian lawyer‟ dengan sengaja tidak disebutkan
jumlah bahkan identitasnya. Dengan demikian, pernyataan di atas memberikan
maksud membujuk agar Zaman mengikuti jejak para teman-temannya sesama
lawyer yang meluangkan waktunya sejenak untuk bersantai, karena Deschamps
akan siap menghantarkan kemana saja zaman pergi.
Nababan (Sulistyowati, 2012) menyatakan implikatur berkaitan erat dengan
konvensi kebermaknaan yang terjadi di dalam proses komunikasi. Artinya, bahwa
implikatur tidak terlepas dari maksud yang ingin disampaikan secara implisit
melalui tuturan. Hal ini terjadi pada data (14) memiliki kebermaknaan atau
maksud tersirat melalui pernyataan “sebagian besar sandiwara demi menjaga
image dan citra”. Implikatur pada pernyataan tersebut merujuk pada frasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
„sebagian besar‟ yang memberikan suatu maksud yang lebih banyak dibandingkan
frasa secara tertulis. Dengan kata lain, pernyataan tersebut menunjukkan maksud
melarang Hulya untuk menjadi artis karena Fahri takut Hulya akan kehilangan
waktu dan perhatian terhadap keluarga dan suaminya. Selain itu, kecenderungan
seorang artis itu bersandiwara demi menjaga harga diri.
Brown & Yule (1996) mengatakan bahwa istilah implikatur dipakai untuk
menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, dan dimaksudkan penutur
berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Artinya, bahwa apa
yang diartikan dan dimaksudkan oleh penutur dalam data (15) melalui pernyataan
“apakah fair mengatakan seluruh pohon apel itu busuk?”. Pernyataan tersebut
merujuk pada kata „seluruh‟ menunjukkan adanya implikatur berskala secara
tersirat. Dengan demikian, tuturan di atas memberikan maksud menegaskan
bahwa tidak dapat memberikan tuduhan bahwa dalam satu pohon apel yang
keseluruhannya berbuah busuk. Dengan kata lain, bahwa tidak semua umat
muslim di dunia adalah orang-orang yang jahat dengan mengandaikan pohon
sebagai agama, sedangkan buahnya sebagai umat yang menganut agama tersebut.
Grice mengemukakan bahwa implikatur ialah ujaran yang menyiratkan
sesuatu, berbeda dengan apa yang sebenarnya diucapkan. Dengan kata lain, kata
sesuatu diartikan sebagai maksud pembicaraan yang tidak dikemukakan secara
langsung. Data (16) melalui pernyataan “orang yang masuk Islam karena
kelembutan budi itu jauh lebih besar dibandingkan karena peperangan”
memberikan maksud atau makna tambahan lebih banyak dari sekedar yang
terucap dalam tuturan tersebut. Secara ringkas, pernyataan tersebut menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
maksud menegaskan bahwa agama Islam adalah orang-orang yang baik budinya
dan memiliki kelembutan. Sementara itu, yang terjadi saat ini adalah orang-orang
yang tidak memahami ajarannya dengan baik, karena sesungguhnya semua agama
termasuk Islam adalah agama yang mengajaran umatnya untuk melakukan
kebaikan dan memiliki kelembutan hati. Hal ini hanya beberapa oknum yang
mengatas namakan umat muslim, tetapi sesungguhnya seseorang yang memahami
benar ajarannya termasuk umat beragama muslim pastinya tidak akan melakukan
hal tersebut.
Levinson (1996) mengatakan implikatur dapat menjelaskan berbagai
fenomena kebahasaan yang tampak tidak saling berkaitan atau bahkan
berlawanan, tetapi saling terkait atau saling berhubungan. Artinya, ketika tuturan
yang diutarakan secara kebahasaannya tidak saling berkaitan atau tidak saling
memiliki kesinambungan antara yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
Namun, maksud diterima dan dipahami oleh mitra tutur maka proses komunikasi
akan tetap berjalan selama kedua belah pihak tetap memiliki pemahaman yang
sama.
Hal tersebut terlihat pada data (17) yang mengatakan bahwa ukuran jantung
orang gendut „lebih besar‟. Secara medis ukuran jantung setiap orang sama,
kecuali seseorang yang memiliki kelainan. Dengan demikian, pernyataan “kata
Harry..,lebih enak jadi orang gendut, karena ukuran hatinya pasti lebih besar”
dengan merujuk pada kata „lebih besar‟ dapat diketahui maksudnya. Maksud
menyatakan bahwa Gusni memiliki kesabaran, memiliki hati yang pemaaf, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
memiliki rasa dendam terhadap teman-teman yang lain, dan selalu bersifat rendah
hati.
3) Maksud Implikatur Percakapan Khusus
Implikatur percakapan khusus yaitu implikatur yang membutuhkan konteks
khusus. Konteks yang hanya diketahui oleh penutur dan mitra tutur saja. Dengan
kata lain, tuturan terikat pada konteks yang hanya dapat diketahui berdasarkan
pengetahuan lokal saja, maka memungkinkan jumlah implikatur percakapan
khusus tidak terbatas. Implikatur percakapan khusus akan dipaparkan sebagai
berikut.
a. Maksud Implikatur Percakapan Khusus Deklaratif
Berikut ini akan dipaparkan mengenai maksud implikatur percakapan
khusus deklaratif berdasarkan wujud implikatur yang telah diuraikan sebelumnya.
(18) Hulusi : “Kalau mereka tidak punya mobil, kenapa tidak kita ajak satu
mobil saja, Hoca.”
Fahri : “Biarkan saja, Paman. Mungkin dia parkir mobil di tempat lain.
Atau dia mau naik taksi.”
Hulusi : “Gadis Arab kaya itu kayaknya mau buang-buang uang.
Makan siang saja di the kitchin, kenapa tidak di kantin masjid
saja?” (HES/AAC2/47/5)
Konteks: Seorang gadis Arab yang mengajak Fahri dan Hulusi untuk
berdiskusi sekaligus mentraktir makan siang bersama di sebuah cafe yang
terkenal mahal dan elite. Fahri sebagai Dosen di Universitas yang
terkenal sudah biasa jika makan siang di tempat mahal. Hulusi yang
bekerja sebagai sopir, tidak biasa makan di tempat mahal seperti di the
kitchin.
(19) Pelatih : “Gita punya hati yang berani...,”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Papa : “Perjalanan anak saya masih panjang, Pak.., dan saya senang di
perjalanan itu, Gita bersama dengan orang yang tepat, Terima
kasih, Pak..”
Pelatih : “Hati yang besar dan .. berani..., Pak.” (DD/2/82/4)
Konteks: Orang yang paling berjasa besar menjadikan Gita pemain
bulutangkis terkenal adalah Pak Andi, ia adalah pelatih Gita. Pak Pelatih
selalu mendampingi Gita kemana pun Gita bertanding. Pak Pelatih selalu
melatih Gita hingga menjadi pemain bulutangkis profesional.
(20) Hulusi : “Hoca, sudah hampir jam dua belas. Sebaiknya Hoca istirahat,
jaga kesehatan.”
Fahri : “Paman, di Eropa, termasuk di Inggris ini, kita adalah minoritas.
Undang-undang di sini memang tidak membeda-bedakan ras dan
agama. Namun, tetap saja bahwa penduduk asli disini yan berkulit
putih dan yang beragama mayoritas mendapatkan kemudahan da
prioritas dalam banyak hal. Perempuan muslimah yang berjilbab
bisa mencari kerja dan bekerja di Britania Raya ini. Tetapi,
perempuan yang asli sini dan beragama mayoritas, lebih mudah
diterima bekerja. Masih ada kasus-kasus muslim pendatang yang
tidak semudah orang asli sini, meskipun sudah dapat permanent
resident atau pun warga negara sini.”
Hulusi : “Maksud Hoca apa menjelaskan hal itu? Apa hubungannya
dengan saran saya agar Hoca beristirahat?”
Fahri : “Saya ingin Paman dan seluruh saudara muslim di sini
memahami kondisi ini. (HES/AAC2/24/2)
Konteks : Hulusi yang bekerja sebagai sopir sekaligus sebagai teman
Fahri, mengingatkannya untuk segera istirahat karena sudah larut malam
dengan situasi pekerjaan Fahri yang padat ketika siang hari.
(21) Papa : “Khatulistiwa terbuka, Pak?”
Pelatih : “Terus kenapa, Pak? Saya ingin sekali anak itu masuk dan ikut
seleksi Pelatnas, tetapi dia bukan siapa-siapa, rangking pun tidak
punya, tetapi dia, dengan segala keterbatasannya menciptakan
harapan, menunjukkan kalau harapan itu ada.”
Papa : “Sesuatu yang sudah lama hilang dari bulutangkis
Indonesia...”(DD/2/309/9)
Konteks: Papa mendekati Pak Pelatih duduk bersama setelah beberapa
waktu lalu Papa sempat marah-marah kepada Pak Pelatih atas kejadian
yang dialami Gusni karna kelelahan berlatih bulutangkis. Kemudian, Pak
Pelatih memberi tahu mengenai pertandingan yang akan dihadapi oleh
Gusni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
(22) Aisha : “Aku ingin makan ikan panggang di restoran di pinggir Danau
Titisee di tengah Black Forest. Ayo siap-siap, kita ke sana
Sayang!”
Fahri : “Pukul dua nanti aku ada janji jumpa Profesor Dikinciler.”
(HES/AACC2/64/8)
Konteks: Aisha mengajak Fahri untuk makan siang bersama disela-sela
kesibukan Fahri sebagai pengajar dan pengusaha.
Nugraheni (2010) menerangkan ketika penutur melakukan percakapan
kadangkala maksud dan makna yang dituturkan mempunyai arti langsung dan
tidak langsung. Artinya bahwa, maksud yang diingin dinyatakan penutur dapat
berupa kalimat langsung dan tidak langsung. Kalimat secara tidak langsung inilah
yang merupakan implikatur. Grice mengemukakan bahwa implikatur ialah ujaran
yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan.
Sesuatu yang berbeda tersebut adalah maksud pembicaraan yang tidak
dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, bahwa implikatur merujuk pada
maksud tuturan. Maksud yang tidak ingin dinyatakan secara langsung, seperti
pada data (18) melalui pernyataan “Gadis Arab kaya itu kayaknya mau buang-
buang uang”. Pernyataan tersebut bermaksud mengungkapkan perasaan tidak
respek atau tidak senang terhadap orang kaya yang suka berlebihan dalam
menggunakan uangnya. Kecenderungan orang-orang Arab yang boros dalam
menggunakan uangnya yang disebabkan oleh perbedaan status ekonomi dan
sosial.
Istilah implikatur percakapan dipakai untuk menerangkan apa yang
diungkapkan, dinyatakan, dan dimaksudkan penutur lebih banyak dari apa yang
sebenarnya dikatakan. Hal ini dipertegas oleh Brown dan Yule (1996:31) bahwa
istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang
sebenarnya dikatakan oleh penutur. Konsep ini dipahami pada data (19)
menerangkan adanya perbedaan dari „apa‟ yang disampaikan berbeda dengan
maksud yang disampaikan oleh penutur. Dengan demikian, pernyataan “Gita
punya hati yang berani” memberikan maksud lebih banyak dari apa yang
disampaikan dalam pernyataan. Maksud mengungkapkan perasaan bangga
terhadap Gita yang dengan senang hati merelakan masa mudanya dihabiskan
untuk berlatih bulutangkis hingga menjadi pemain bulutangkis yang profesional.
Tentu, hal ini dapat membanggakan negara Indonesia di hadapan negara-negara
lain. Namun, maksud tersebut tampaknya tidak ditangkap oleh Papa, sehingga
Pelatih menegaskan kembali kalimatnya agar Papa memahami maksud yang ingin
disampaikan Pelatih. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa „apa‟ yang
dikatakan penutur berbeda dengan yang „dimaksudkan‟ mitra tutur.
Mey (Nugraheni, 2010) mengatakan bahwa implikatur merupakan sesuatu
yang terimplikasi di dalam penggunaan bahasa secara aktual. Implikatur
merupakan proses interpretasi makna berdasarkan situasi dan konteks. Dengan
kata lain, teori implikatur dapat menjawab mengenai makna yang tersirat dalam
tuturan melalui konteks. Dengan demikian, data (20) sangat bergantung pada
konteks untuk dapat menangkap maksud yang dinyatakan oleh penutur melalui
pernyataan “saya ingin paman dan seluruh saudara muslim di sini memahami
kondisi ini.” yang merujuk pada kata „kondisi ini‟. Pernyataan di atas
menunjukkan maksud menegur Hulusi mengenai kondisi yang berbeda yaitu
masyarakat yang minoritas kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
pekerjaan di Eropa memudahkan kaum mayoritas dalam mendapatkan pekerjaan.
Oleh karena itu, Fahri berharap Hulusi memaksimalkan waktunya untuk bekerja
karena tidak semua orang yang sepertinya mendapatkan pekerjaan.
Grice menyatakan bahwa implikatur percakapan diartikan sebagai makna
atau maksud yang tidak dikatakan oleh penutur. Artinya, data (21) menunjukkan
adanya maksud yang tidak dinyatakan secara langsung dalam pernyataan “Sesuatu
yang sudah lama hilang dari bulutangkis Indonesia...” merujuk pada kata
„sesuatu‟ yang memiliki maksud implisit. Hal ini sejalan dengan Levinson (1996)
yang mengatakan bahwa implikatur dapat menjelaskan mengenai fakta-fakta
kebahasaan yang tidak bisa dijelaskan oleh teori linguistik. Artinya, implikatur
dapat memberikan penjelasan mengenai kebermaknaan suatu fakta kebahasaan
dengan teori pragmatik. Kata „sesuatu‟ pada pernyataan di atas memberikan fakta
bahwa Indonesia sedang mengalami kehilangan atlet-atlet bulutangkis yang hebat
dan membanggakan bangsa Indonesia. Dengan demikian, pernyataan tersebut
bermaksud mengungkapkan harapan bahwa Gusni putrinya akan menjadi orang
yang akan kembali membangkitkan semangat para pemain bulutangkis muda
dengan kembali menghidupkan dan menyemarakkan cabang olahraga bulutangkis
di Indonesia.
Implikatur dapat muncul atau digunakan untuk menjaga kesantunan dalam
berbahasa dan bertutur. Pranowo (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
pemakaian bahasa dikatakan santun apabila penutur mampu menjaga harkat dan
martabat dirinya dihadapan mitra tutur sehingga tuturannya tidak menyinggung
perasaan mitra tutur. Sejalan dengan data (22) implikatur digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
menjaga kesopanan agar mitra tutur tidak merasa tersinggung dengan apa yang
dikatakan oleh penutur. Bahkan, hal tersebut sering digunakan sebagai media
untuk menolak suatu permintaan atau ajakan, seperti pernyataan “Pukul dua nanti
aku ada janji jumpa Profesor Dikinciler”.
Dipertegas oleh Brown & Yule (1996) yang mengatakan bahwa implikatur
digunakan untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau
dimaksudkan berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur.
Artinya, bahwa dalam data (22) yang dinyatakan bukanlah yang diartikan,
disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur. Dengan demikian, pernyataan di atas
menunjukkan maksud menolak ajakan Aisha untuk makan siang bersama. Selain
itu, tuturan tersebut mengisyaratkan kepada Aisha agar mencari teman makan
siang bersama dikarenakan kesibukan Fahri sebagai kepala keluarga yang harus
bekerja, sehingga waktu bersama istrinya berkurang dengan tidak menemainya
makan siang bersama.
b. Maksud Implikatur Percakapan Khusus Interogatif
Berikut akan dipaparkan mengenai maksud implikatur percakapan khusus
interogatif berdasarkan wujud implikatur yang telah dipaparkan sebelumnya.
(23) Fahri : “Jadi tetap malam ini kita ke sana?”
Brenda : “Mau kapan lagi? Aku sudah siap ini, lihatlah.”
Fahri : “Baik.” (HES/AAC2/254/26)
Konteks: Brenda dan Fahri tinggal di satu kompleks perumaha, sebagai
tetangga baru Brenda menghubungi dengan mengirimkan pesan singkat
kepada Fahri untuk mengajak makam malam bersama berserta keluarga
Fahri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
(24) Fahri : “Dari masjid ini, acara kami pulang ke rumah dan minum
teh di pagi hari.”
Tuan Taher : “Bagaimanakalau saya undang kalian minum teh di rumah
saya sambil menikmati Scotch pie dan roti Bridie buatan
putri saya? Rasanya sedap sakali. Saya tinggal di kawasan
Inveresk tak jauh dari Stoneyhill.”
(HES/AAC2/84/6)
Konteks: Selesai Shalat subuh Tuan Taher menyapa Fahri. Sebelumnya,
Tuan Taher mengetahui bahwa Fahri belum juga menikah kembali
setelah kematian istrinya. Fahri adalah sosok seorang islam yang
memahami benar ajarannya dan bekerja sebagai pengajar di University
Of Edinburgh yang juga tempat Tuan Taher mengajar. Tuan Taher
memiliki putri yang bernama Heba yang belum menikah diumurnya yang
semakin dewasa.
(25) Monita : “Maafkan kalau saya menggangu keasyikan om sendiri.
Saya pergi dulu, om”
Nagabonar :“Monita, Monita, Apa kau tak bosan-bosannya setiap
hari bertemu Bonaga? Di kantor, di sini juga.”
(ANB/NJ2/175/8)
Konteks: Monita datang mendekati Nagabonar yang sedang duduk
sendiri larut malam di taman suatu BAR. Nagabonar adalah ayahanda
Bonaga kekasih sekaligus rekan kerja Monita di kantor.
(28) Fahri : “Silahkan masuk, kau boleh ikut kuliah ini jika kau mau.”
Juu Suh : “Anda tidak sedang mempermainkansaya?”
Fahri : “Sama sekali tidak. Saya tidak mungkin mempertaruhkan
kredibilitas saya dengan bersikap naif.” (HES/AAC2/5/1)
Konteks: Fahri adalah seorang dosen pengganti dan dosen utama
berpesan jika ada mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas diminta untuk
meninggalkan kelas. Juu Suh sebagai mahasiswa, yang merasa bersalah
dengan tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dosennya, menaati
untuk meninggalkan kelas. Namun Fahri mengejar Juu Suh di depan
ruang kelas.
(27) Remi : “Kamu buru-buru banget harus pulang?”
Kugy : “Memangnya kenapa?”
Remi : “Macetnya parah, nih. Mendingan kita tunggu sampai agak
lenggang baru jalan lagi. Keberatan nggak?”
Kugy : “Nggak.” (DL/PK/334/8)
Konteks: Remi menawarkan diri untuk menghantarkan Kugy pulang ke
rumahnya. Kugy bekkerja di kantor Remi yang terkenal sukses di usianya
yang masih muda dan belum menikah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Leech (1983) menjelaskan mengenai implikatur merupakan bagian dari
interpretasi suatu tuturan yang sebenarnya sebagai usaha untuk menduga maksud
yang disampaikan. Data (23) melalui pernyataan “mau kapan lagi” sebagai usaha
untuk menduga maksud yang hendak disampaikan oleh Brenda. Sementara itu,
Brown & Yule (1996) menjelaskan implikatur digunakan untuk memperhitungkan
apa yang dimaksudkan oleh penutur, sebagai hal yang berbeda dari apa yang
dinyatakan secara harafiah. Dengan kata lain, data (23) dapat diperhitungkan
maksud yang ingin diungkapkan Brenda melalui pernyatan tersebut. Pernyataan di
atas menujukkan maksud meminta untuk makan malam bersama Fahri. Maksud
lain yang perlu diperhitungkan adalah adanya tujuan untuk melakukan pendekatan
terhadap Fahri dengan mengenal keluarga fahri dan mengajaknya untuk makan
malam bersama.
Levinson (1983:97) menerangkan bahwa implikatur mampu memberikan
penjelasan mengenai apa yang „dikatakan‟ secara harafiah, tetapi memberikan
maksud yang berbeda, misalnya tuturan dengan bentuk pertanyaan tetapi
bermakna perintah. Data (24) memiliki wujud meminta dalam bentuk kalimat
pertanyaan tetapi memiliki maksud yang berbeda dari wujud tersebut. Hal ini
biasanya dilakukan oleh penutur agar tetap menjalin komunikasi yang baik atau
menjaga kesopanan terhadap lawan tutur.
Brown & Yule (1996) menjelaskan bahwa implikatur menerangkan apa
yang disarankan, diartikan, dan dimaksudkan berbeda dengan yang dikatakan,
seperti tuturan Tuan Taher yang secara tertulis meminta Fahri untuk singgah di
rumahnya, tetapi memiliki maksud lain. Maksud tersebut tersirat melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
pernyataan “bagaimana kalau saya undang kalian minum teh di rumah saya
sambil menikmati Scotch pie dan roti Bridie buatan putri saya?”. Pernyataan
tersebut bermaksud menyarankan Fahri agar berjodoh dengan putinya dan
bermaksud mendekatan keduanya untuk saling mengenal satu sama lain. Di mulai
dari menikmati roti buatan putrinya tersebut yang menandakan bahwa Putri Tuan
Taher siap untuk menikah.
Implikatur diartikan sebagai maksud yang tersembunyi di balik tuturan
(Pranowo, 1999). Dengan kata lain, ketika penutur menyampaikan informasi
terdapat pesan yang tidak terlihat dalam tuturannya tetapi tersembunyi dibalik
tuturannya tersebut. Dengan demikian, pada data (25) yang menunjukkan adanya
maksud tersembunyi dibalik pernyataan Nagabonar kepada Monita. Pernyataan
“Monita, Monita, Apa kau tak bosan-bosannya setiap hari bertemu Bonaga? Di
kantor, di sini juga” yang secara harafiah bermaksud untuk menegur Monita agar
tidak selalu bertemu Bonaga. Namun, maksud yang ingin disampaikan bukanlah
hal tersebut. Maksud tersebut adalah mengetahui atau melihat kepribadian Monita
sekaligus menyeleksi apakah monita pantas menjadi menantunya.
Yule (2014) menjelaskan dalam implikatur percakapan khusus mengenai
konteks khusus dalam memahami maksud. Konteks khusus yang mengasumsikan
bahwa informasi diketahui secara lokal. Artinya, informasi yang diterima
mengharuskan untuk mengasumsikan secara lokal maksud tuturan. Tentunya,
pada data (26) memerlukan pengetahuan khusus mengenai konteks yang terjadi
dalam tuturan tersebut. Konteks pada data (26) sangat berpengaruh terhadap
maksud yang akan diterima oleh Fahri sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dalam berkomunikasi. Pernyataan “Anda tidak sedang mempermainkan saya?”
memberikan maksud meminta ketegasan Fahri sebagai dosen terhadap sikapnya
yang kurang menyenangkan, meskipun Fahri seorang dosen tetapi tetap saja tidak
bisa memperlakukan mahasiswa semaunya.
Grice mengungkapkan bahwa implikatur ialah ujaran yang menyiratkan
sesuatu berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Tentu, sesuatu yang berbeda
ini adalah maksud pembicaraan yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan
kata lain, implikatur diartikan sebagai makna tambahan yang berada di luar teks
atau di luar tuturan yang diungkapkan secara tersirat. Data (27) menggunakan
implikatur sebagai media atau alat untuk mengungkapkan maksud mengajak.
Penutur dengan sengaja menggunakan implikatur sebagai media untuk mengajak
lawan tutur pergi bersama dengan harapan ajakannya tidak memberatkan atau
terkesan memaksa mitra tutur. Sementara itu, biasanya bahasa penutur adalah
diksi yang santun agar dapat menjaga harkat dan martabat dirinya dihadapan mitra
tutur.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Pranowo (2015) bahwa
pemakaian bahasa dikatakan santun apabila penutur menjaga harkat dan martabat
dirinya di hadapan mitra tutur sehingga tidak menyinggung perasaan mitra tutur.
Dengan demikian, pernyataan “kamu buru-buru banget harus pulang?” memberi
maksud secara tersirat melalui pernyataan tersebut. Maksud mengangumi Kugy
yang terlihat ketika mengajaknya singgah sejenak seraya Remy mengenal lebih
dalam sosok yang dikaguminya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
c. Maksud Implikatur Percakapan Khusus Imperatif
Berikut akan dipaparkan mengenai maksud implikatur percakapan khusus
imperatif berdasarkan wujud implikatur yang telah diuraikan sebelumnya.
(28) Profesor : “Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Mendesak dan
penting. Bisakan ketemu siang ini sambil makan siang di The
Mosque Kitchen.”
Fahri : “Bisa. Profesor suka masakan muslim?”
Profesor : “Bukan masakan muslimnya, saya suka bumbu pakistannya.”
(HES/AAC2/199/12)
Konteks: Menjelang siang Profesor menghubungi Fahri untuk
membicarakan mengenai pekerjaan. Profesor paham bahwa Fahri adalah
seorang muslim yang taat pada agamanya, Sedangkan Profesor sendiri
bukan umat muslim seperti Fahri.
(29) Gusni : “Gusni berangkat ya..”
Gita : “Jalannya di pinggir aja jangan di tengah, banyak mobil...”
Gusni : “Masa sih, Pa? Gusni mau jalan di tengah jalan raya?”
(DD/2/230/11)
Konteks: Saat masih subuh, seluruh anggota keluarga berkumpul dimeja
makan untuk menemani Gusni menyiapkan bekalnya yang akan pergi
joging tanpa ditemani menuju stadion gelanggang.
(30) Gita : “Dek, Berani Dek...”
Gusni : “Berani, Kak!” (DD/2/393/12)
Konteks: Di lapangan bulutangkis, Gita dan Gusni adalah sepasang
pemain ganda yang sedang bertanding melawan Malaysia. Dengan
semangat dan kerjasama yang baik Gusni dan Gita mengumpulkan hingga
20 point hanya kurang satu point lagi untuk memengkan pertandingan.
(31) Maryam : “Aku dengan Menteri itu satu partai, kau tahu, aku staf ahli
baliau.”
Nagabonar : “Ahli?”
Maryam : “Ahli!”
Nagabonar :“Ahli? Bah! Setahuku keahlianmu Cuma mencopet saja
Maryam. Cukuplah kau saja yang menjadi pencopet, tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
perlu kau ajari Menteri itu untuk menjadi seperti dirimu.
Bisa tambah susah rakyat kita nanti.” (ANB/NJ2/47/5)
Konteks: Nagabonar dan Maryam bertemu kembali setelah lama tak
jumpa. Sejak kecil Nagabonar dan Maryam sering bermain bersama serta
menjalin persahabatan, hingga setelah lulus SD Maryam dan keluarga
pindah tempat tinggal.
(32) Fahri : “Kamu?”
Juu Suh : “Iya. Saya. Juu Suh, doktor. Boleh saya masuk?”
Fahri : “Silahkan, silahkan duduk.”
Juu Suh : “Pintunya tidak ditutup, doktor? Mau saya tutupkan?”
Fahri : “Tidak usah. Biar sedikit segar.” (HES/AAC2/148/10)
Konteks: Juu Suh menemui dosen pembimbing tugas akhir yang bernama
Fahri untuk pertama kalinya. Juu Suh menemui di ruangan kerja Fahri
yang saat itu sedang sendiri. Di ruang kerja Fahri sudah dilengkapi
pendingin ruangan maka ketika ruangan ditutup pintunya tidak akan
terganggu dengan kegiatan di luar ruangan.
Konsep mengenai implikatur percakapan khusus yakni memahami maksud
yang tidak dikatakan secara langsung, tetapi dipahami secara tersirat. Hal ini
sejalan yang dikemukakan oleh Grice bahwa implikatur percakapan sebagai salah
satu aspek kajian pragmatik yang perhatian utamanya adalah mempelajari
„maksud suatu ucapan‟ sesuai dengan konteksnya. Dengan kata lain, implikatur
percakapan digunakan untuk menerangkan makna implisit dibalik „apa yang
diucapkan dan dituliskan‟ sebagai suatu yang diimplikasikan. Pemahaman
terhadap „maksud tuturan‟ sangat bergantung pada konteks terjadinya percakapan.
Dengan demikian, data (28) dapat dipahami maksudnya jika diketahui konteks
tuturannya. Pernyataan “Bisakan ketemu siang ini sambil makan siang di The
Mosque Kitchen” tidak dapat dipahami maksudnya tanpa melihat terlebih dahulu
konteks tuturan, karena secara harafiah kalimat tersebut hanya bermaksud untuk
mengajak makan siang bersama di sekitar lingkungan mushola. Sebaliknya, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
konteks Fahri adalah seorang muslim yang taat agama, sedangkan Profesor adalah
seorang nasrani maka maksudnya akan berbeda. Dengan demikian, pernyataan
tersebut menunjukkan maksud menghargai Fahri yang beragama muslim dengan
mengajak makan siang di lingkungan masjid. Tindakan ini dilakukan Profesor
sebagai rasa menghormati Fahri yang berbeda agama dengan cara memberikan
kesempatan untuk menunaikan ibadah shalatnya terlebih dahulu.
Nababan (dalam Putrayasa, 2014) menyatakan bahwa implikatur berkaitan
erat dengan konvensi kebermaknaan dalam proses komunikasi. Konsep tersebut
kemudian dipahami untuk menerangkan perbedaan antara hal „yang diucapkan‟
dan hal „yang dimaksudkan‟. Hal ini berkaitan dengan data (29) mengenai „yang
diucapkan‟ secara tertulis berbeda dengan „yang dimaksudkan‟ oleh penutur.
Artinya, pernyataan “Jalannya di pinggir aja jangan di tengah, banyak mobil...”
bukan hanya sekedar mengingatkan untuk selalu hati-hati saat joging, tetapi lebih
dari sekedar itu. Dengan kata lain, pernyataan di atas bermaksud mengungkapkan
perasaan sayang dan perhatian terhadap Gusni dengan selalu mengingatkan untuk
berhati-hati.
Pernyataan tersebut jika dilihat tanpa konteks sangat berlawanan antara
yang dikatakan dengan yang dimaksudkan, tetapi memiliki keterkaitan antara
keduanya. Dengan demikian, sejalan dengan yang dijelaskan oleh Nababan dan
Yule (2014) mengenai makna tambahan yang terdapat dalam suatu pertuturan.
Makna tambahan yang dimaksudkan oleh Yule adalah maksud di luar teks atau
maksud yang tidak dikatakan secara langsung dalam tuturannya tetapi secara
implisit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Levinson (1984:101) menguraikan konsep implikatur menurut Grice sebagai
teori kumunikasi. Teori komunikasi harus memiliki konsekuensi yang perlu
dicapai dengan memberikan penjelasan mengenai bagaimana komunikasi tercapai
atau tersampaikan tanpa sarana kesepakatan untuk mengekspresikan pesan yang
dimaksudkan. Sejalan dengan teori yang dijelaskan Grice maka data (30)
menggunakan teori komunikasi yakni pesan yang ingin disampaikan Gita
tersampaikan dengan baik dan dimengerti oleh Gusni tanpa adanya kesepakatan
untuk mengekpresikan pesan yang dimaksudkan. Artinya, pernyataan Gita
“berani dek” memberikan maksud yang hanya akan dimengerti keduanya tanpa
adanya kesepakatan terlebih dahulu. Hanya saja, keduanya sudah memiliki
pemahaman yang sama mengenai maksud yang disampaikan. Maksud
menegaskan bahwa Gusni bersiap untuk melakukan penyerangan terhadap lawan
dengan melepaskan beberapa smash hingga dengan baik Gusni melepaskan drive
kelawan maka point pun didapatkan oleh keduanya.
Setiap implikatur sangat dipengaruhi oleh budaya penutur implikatur itu
sendiri. Artinya, bahwa ketika penutur berimplikatur pasti tidak terlepas dari latar
belakang budaya yang miliki. Hal ini, berpengaruh ketika antara penutur dan
mitra tutur memiliki budaya yang berbeda, tetapi saling memahami hingga proses
komunikasi tetap berjalan. Sama halnya yang terdapat dalam data (31) di mana
penutur berimplikatur tetapi terlihat bukan bentuk implikatur. Ringkasnya, bahwa
nagabonar yang memiliki latar belakang budaya masyarakat Medan dipandang
berbicara secara literal atau langsung. Namun, bagi sesama masyarakat Medan
tuturan dalam data (31) merupakan implikatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Pranowo (2015) mengatakan bahwa latar belakang budaya dapat dibagun
seiring tingkat keseringan proses komunikasi antar budaya satu dengan yang lain
untuk saling memahami. Hal demikian juga terjadi dalam data (31) dalam
pernyataan “Cukuplah kau saja yang menjadi pencopet, tak perlu kau ajari
Menteri itu untuk menjadi seperti dirimu.” merupakan implikatur. Pernyataan
tersebut menunjukkan maksud menegur Maryam agar tidak mudah tergoda,
seperti melakukan tindak korupsi, karena pekerjaan Maryam sangatlah dekat
dengan uang rakyat yang kapan saja bisa memiliki kesempatan untuk dikorupsi.
Nugroho (2008) menjelaskan suatu komunikasi yang terjadi antara penutur
dan mitra tutur menghasilkan tuturan-tuturan yang mengandung maksud-maksud
yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Artinya, bahwa maksud
yang disampaiakan dalam tuturan berbeda dengan yang dikatakan secara harafiah.
Hal tersebut ditunjukkan dalam data (32) melalui pernyataan “Tidak usah. Biar
sedikit segar” dengan maksud lain. Sejalan dengan pendapat Kartika, dkk (2014)
bahwa implikatur percakapan adalah sesuatu yang secara implisit terdapat dalam
penggunaan bahasa secara aktual. Maka secara aktual pernyataan di atas
merupakan bentuk kalimat imperatif berdasarkan fungsi komunikatif
memberitahu bahwa di dalam ruangan terasa panas agar tidak menutup pintu
ruangan tersebut. Sebaliknya, maksud tersebut dapat ditangkap jika memahami
konteks bahwa di dalam ruang kerja Fahri disediakan pendingin ruangan yang
sebenarnya tidak menjadi masalah jika ruangan tersebut tertutup. Dengan
demikian, pernyataan tersebut memiliki maksud menghindari fitnah dan
prasangka buruk yang akan terjadi kepada Fahri dan Juu Suh berada dalam satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
ruangan tertutup. Selain itu, Fahri pun merasa tidak nyaman dengan situasi di
mana hanya berdua dengan mahasiswi dalam satu ruangan tertutup meskipun
berada dalam lingkungan akademis.
ruangan tertutup. Selain itu, Fahri pun merasa tidak nyaman dengan situasi di
mana hanya berdua dengan mahasiswi dalam satu ruangan tertutup meskipun
berada dalam lingkungan akademis.
4.2.3 Kaidah Implikatur dalam Novel Populer
Kaidah implikatur adalah dalil atau patokan yang digunakan dalam
mengungkapkan maksud tuturan dalam berkomunikasi. Kaidah implikatur
didasarkan pada wujud dan maksud yang telah dibahas sebelumnya.
4.2.3.1 Kaidah Implikatur Konvensional (Conversional Implicature)
Berikut ini ditemukan beberapa kaidah implikatur konvensional berdasarkan
data temuan.
1. Memperhalus tuturan
Implikatur dapat digunakan untuk memperhalus tuturan. Artinya bahwa,
pemilihan dan penggunaan diksi saat berkomunikasi menunjukkan kesantunan
berbahasa. Dengan kata lain, penutur tetap menjaga kesantunan dalam bertutur
dan berkomunikasi dengan mitra tutur, terutama dalam menggunakan diksi yang
tepat. Tentunya, perlu diperhatikan bahwa diksi-diksi yang digunakan merupakan
pilihan kata yang sudah umum diketahui maksudnya oleh partisipan termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
mitra tutur. Misalnya, ketika seorang mahasiswa meminta izin ke kamar mandi
saat proses perkuliahan berlangsung, maka mahasiswa tersebut cukup mengatakan
“permisi, saya izin ke belakang sebentar.” Kata „belakang‟ yang dimaksudkan
dalam tuturan tersebut bukanlah belakang gedung kampus atau yang lainnya,
tetapi yang dimaksudkan adalah ke kamar mandi. Diksi „ke belakang‟ sudah
menjadi istilah umum yang maksudnya diketahui oleh masyarakat.
Selain itu, terkadang kata yang dipilih dapat mewakili maksud yang lebih
banyak dari sekedar kata yang terucap. Hal ini dipertegas oleh Yule (2014)
sebagai makna tambahan yaitu ketika mitra tutur mendengar suatu ungkapan
dalam suatu tuturan yang memberikan asumsi bahwa penutur dan mitra tutur
sedang melaksanakan kerja sama dengan maksud untuk menyampaikan informasi.
Tentunya, informasi ini memiliki makna tambahan atau maksud lebih banyak dari
sekedar kata-kata (struktur gramatikal) yang disampaikan dalam tuturannya.
Kaidah implikatur konvensional dapat di buktikan dalam data berikut.
Pelatih 1 : “Semangat Gita tanpa henti, Pak.”
Pelatih 2 : “Calon Srikandi bulutangkis Indonesia.”
Papa : “Te.. te.. terima kasih, Pak, semuanya...” (DD/2/230/11)
Konteks : Selesai pertandingan yang dimenangkan oleh Gita, Papa datang
menghampiri para pelatih Gita untuk mengucapkan selamat dan
terimakasih telah membimbing Gita, putrinya menjadi pemain bulutangkis
yang membanggakan di pertandingan pertamanya.
Kata „srikandi‟ yang digunakan oleh pelatih merupakan kata yang mewakili
maksud yang lebih banyak dari sekedar kata itu sendiri. Bahkan, melalui kata
„srikandi‟ pun pelatih bermaksud menjaga kesopanan terhadap lawan tuturnya
dengan tidak mengatakan bahwa „seorang altet wanita‟. Terlebih, dengan memilih
kata tersebut maka dapat memperhalus dalam berbahasa dengan tujuan agar tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
terkesan kasar atau tidak santun dalam berbahasa. Sebab, kata Srikandi itu sendiri
memiliki arti seorang istri Arjuna dalam perwayangan (salah satu tokoh wayang)
yang sangat berani dan pandai memanah. Dengan demikian, pemilihan diksi
sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses komunikasi. Selain itu, dengan
menggunakan diksi yang yang baik maka dapat memperhalus serta menjaga
kesopanan dalam berbahasa.
2. Mengungkapkan maksud berdasarkan arti
Maksud sebuah tuturan dapat diperoleh berdasarkan arti atau makna wujud
tuturan yaitu arti kata, frasa, klausa, dan kalimat secara semantik. Artinya, bahwa
arti atau makna yang dimaksudkan bukan implikatur tetapi melalui arti dapat
diketahui maksudnya. Hal ini berkaitan dengan beberapa kata atau frasa yang
merupakan implikatur konvensional yang juga memiliki arti secara semantik.
Tentunya, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam implikatur konvensional
terdapat kata yang merupakan idiom atau ungkapan yang secara umum sudah
ketahui artinya hanya saja belum tentu maksudnya sama.
Levinson (1983:97) menegaskan bahwa implikatur dapat menyederhanakan
substansial baik dalam struktur maupun deskripsi semantik. Artinya, bahwa suatu
tuturan yang memiliki arti secara semantik dapat disederhanakan dengan
mengetahui maksud dari tujuan informasi yang disampaikan, seperti pada data
berikut ini.
Ronny : “Selamat datang di Jakarta om. Saya Ronny.”
Nagabonar : “Anak buah kau?”
Ronny : “Tangan kanan, om.” (ANB/NJ2/21-22/1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Konteks: Sesampainya di Jakarta Nagabonar bersama anaknya Bonaga.
Bonaga adalah seorang pengusaha sukses, yang memiliki karyawan dan
orang-orang dipercaya untuk menjalankan perusahaannya. Saat itu,
Bonaga dan Nagabonar disambut oleh rekan kerjanya tersebut di bandara
Soekarno-Hatta.
Frasa „tangan tangan‟ merupakan implikatur konvensional karena sudah
umum diketahui artinya. Arti atau makna yang diketahui oleh masyarakat adalah
arti secara linguistiknya saja, tetapi bukan yang dimaksudkan dalam tuturan. Hal
ini telah ditegaskan sebelumnya bahwa arti secara linguistik yang terdapat dalam
frasa „tangan kanan‟ bukanlah yang dimaksudkan dalam tuturan tersebut (penutur
implikatur). Sebab, sangat berpengaruh terhadap pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh penutur dapat diterima dengan baik atau sebaliknya terjadi
kesalahpahaman sehingga dapat menghambat proses komunikasi yang terjalain.
Ketika masyarakat umumnya mengetahui bahwa yang dimaksudkan dari kata
„tangan kanan‟ adalah orang yang diberikan kepercayaan, tetapi berbeda dengan
maksud sebenarnya yang menerangkan bahwa terdapat hubungan khusus antara
kedua belah pihak. Hubungan khusus tersebut yaitu keduanya saling memiliki
kesamaan emosional, seperti kesamaan visi dan misi sehingga dapat saling
mengerti dengan yang diinginkan tanpa dijelaskan secara mendetail serta dapat
memahami perasaan satu sama lain.
4.2.3.2 Kaidah Implikatur Konversational (Conversational Implicature)
Berikut ini akan dipaparkan mengenai kaidah implikatur konversational atau
implikatur percakapan berdasarkan data temuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
1. Menjaga kesantunan dalam berkomunikasi
Implikatur digunakan untuk tetap menjaga komunikasi tetap berjalan.
Dengan kata lain, implikatur digunakan sebagai alat atau media untuk menjaga
kesantunan dalam berbahasa dan bertutur. Pranowo (2015) menyatakan bahwa
pemakaian bahasa dikatakan santun apabila penutur mampu menjaga harkat dan
martabat dirinya di hadapan mitra tutur sehingga tidak menyinggung perasaan.
Hal ini seperti diungkapkan dalam data berikut ini.
(1) Aisha : “Aku ingin makan ikan panggang di restoran di pinggir Danau
Titisee di tengah Black Forest. Ayo siap-siap, kita ke sana
Sayang!”
Fahri : “Pukul dua nanti aku ada janji jumpa Profesor Dikinciler.”
(HES/AACC2/64/8)
Konteks: Aisha mengajak Fahri untuk makan siang bersama disela-sela
kesibukan Fahri sebagai pengajar dan pengusaha.
(2) Karel : “Kugy? Kugy.. ngapain?”
Kugy : “Karel.. aku mau jadi parasit dulu di sini. Boleh ya?”
(DL/PK/502/10)
Konteks: Kugy pergi ke rumah kakaknya yang bernama Karel untuk
menengkan hatinya sementara waktu karena merasa kurang yakin dengan
keputusannya untuk menikah dengan orang yang tidak dicintai.
Data (1) dan (2) merupakan tuturan yang digunakan sebagai upaya dalam
menjaga kesantunan dalam berbahasa. Kedua data tersebut memiliki maksud yang
berbeda tetapi sama-sama menjaga harkat dan martabat penutur dihadapan mitra
tutur agar tidak menyinggung perasaan. Pada data (1) menunjukkan maksud
menolak ajakan untuk makan siang bersama. Penutur tidak mengatakan secara
langsung bahwa dirinya menolak ajakan makan siang dengan memberikan alasan
bahwa dirinya tidak dapat menerima ajakan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Selanjutnya, pada data (2) dengan maksud meminta untuk hidup bersama,
tidak hanya sekedar tinggal satu rumah tetapi segala fasilitas yang digunakan
termasuk biaya hidup ditanggung oleh mitra tutur. Hanya saja, tidak dikatakan
secara langsung dalam tuturannya melainkan dikatakan melalui kata „parasit‟. Hal
ini dilakukan oleh penutur agar mitra tutur tidak merasa tersinggung. Bahkan, hal
tersebut sebagai upaya mempertahankan harkat dan martabatnya dihadapan mitra
tuturnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sangat penting menjaga
kesantunan dan kesopanan berbahasa ketika berkomunikasi. Data (1) dan (2)
menunjukkan maksud menolak ajakan dan meminta sesuatu secara tidak
langsung. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar tetap menjaga hubungan baik
antarpenutur dengan tidak menyinggung atau melukai perasaannya. Tuturan
dikatakan satun ketika tuturan tersebut semakin tidak langsung. Artinya, bahwa
ketika penutur menolak permintaan atau ajakan dengan secara langsung menolak
maka dikatakan tidak santun, sedangkan ketika menolak secara tidak langsung
maka akan dikatakan santun.
2. Menjaga kerahasiaan suatu pesan
Implikatur digunakan secara sengaja untuk menjaga rahasia yang tidak ingin
diketahui oleh orang lain selain penutur dan mitra tutur. Hal ini berkaitan dengan
sifat implikatur percakapan yang bersifat temporer, yaitu implikatur tidak dapat
bertahan lama dan hanya bertahan ketika proses komunikasi berlangsung. Sejalan
dengan pendapat Mulyana (2005) bahwa implikatur konvensional bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
nontemporer. Artinya, makna atau maksud mengenai sesuatu bersifat tahan lama.
Hal tersebut seperti yang terdapat dalam data berikut.
(1) Gita : “Dek, Berani Dek...”
Gusni : “Berani, Kak!” (DD/2/393/12)
Konteks: Di lapangan bulutangkis, Gita dan Gusni adalah sepasang
pemain ganda yang sedang bertanding melawan Malaysia. Dengan
semangat dan kerjasama yang baik Gusni dan Gita mengumpulkan hingga
20 point hanya kurang satu point lagi untuk memengkan pertandingan.
(2) Papa : “Khatulistiwa terbuka, Pak?”
Pelatih : “Terus kenapa, Pak? Saya ingin sekali anak itu masuk dan ikut
seleksi Pelatnas, tetapi dia bukan siapa-siapa, rangking pun tidak
punya, tetapi dia, dengan segala keterbatasannya menciptakan
harapan, menunjukkan kalau harapan itu ada.”
Papa : “Sesuatu yang sudah lama hilang dari bulutangkis Indonesia...”
(DD/2/309/9)
Konteks: Papa mendekati Pak Pelatih duduk bersama setelah beberapa
waktu lalu Papa sempat marah-marah kepada Pak Pelatih atas kejadian
yang dialami Gusni karna kelelahan berlatih bulutangkis. Kemudian, Pak
Pelatih memberi tahu mengenai pertandingan yang akan dihadapi oleh
Gusni.
Data (1) dan (2) merupakan implikatur percakapan yang digunakan oleh
penutur untuk mengembunyikan atau merahasiakan maksud dari orang yang
berada disekeliling penutur dan mitra tutur. Data (1) secara sengaja hanya
mengatakan kata „berani‟ menunjukkan maksud untuk bersiap melakukan
penyerangan terhadap lawan. Maksud tersebut tersampaikan dengan baik karena
memiliki pemahaman sama. Terlebih, maksud dengan sengaja disembunyikan
agar lawan pertandingan tidak mengetahui bahwa mereka akan melakukan
penyerangan terhadap lawannya.
Dengan demikian, suatu maksud dengan sengaja dirahasiakan oleh penutur
dan mitra tutur agar partisipan lain tidak mengetahui maksud tersebut. Sejalan
dengan hal tersebut data (2) melalui kata „sesuatu‟ merujuk pada seseorang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
tidak ingin disebutkan identitasnya dan agar orang yang sudah menjadi topik
pembicaraan tersebut tidak mengetahui dan merasa tersinggung.
3. Menjaga etika berkomunikasi
Etika dalam berkomunikasi perlu dijaga untuk menghindari kesalahpahaman
yang terjadi antara penutur dan mitra tutur. Etika berkomunikasi yang dimaksud
berkaitan dengan kesantunan dalam bertutur, misalnya dalam tuturan berikut.
Guru : “Apakah bapak kemarin yang mengoreksi hasil ujian PLPG?”
Dosen : “Iya, memang betul.”
Guru : “Bagaimana hasil saya pak, apakah saya bisa lolos?”
Dosen : “Saya tidak bisa melanggar aturan karena di hanya boleh diketahui
orang penyelenggara untuk sementara waktu.”
konteks : ketika seorang guru yang menjalani ujian PLPG mendatangi
ruangan dosen yang mengoreksi hasil ujiannya.
Tuturan di atas merupakan tuturan yang bermaksud menjaga etika yang
berkaitan dengan aturan yang tidak dapat dilanggar, karena telah disepakati secara
bersama oleh penyelenggara PLPG untuk tidak memberitahukan hasilnya terlebih
dahulu. Dengan kata lain, tuturan di atas merupakan data tuturan yang
menunjukkan adanya etika bertutur. Etika berkomunikasi ini berkaitan dengan
sesuatu yang tidak perlu ditanyakan tetapi ditanyatakan.
4. Menjaga budaya
Setiap budaya pasti memiliki cara tersendiri dalam menggunakan atau
menggungkapan maksud implikatur. Hal ini berkaitan dengan latar belakang
budaya yang dimiliki setiap orang, maka perlu pelestarian untuk tetap menjaga
budayanya. Salah satu cara menjaga budaya yaitu dengan tetap menggunakan tata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
cara berbahasa dan berkomunikasi dalam masyarakat. Selain itu, implikatur setiap
penutur berbeda-beda, misalnya budaya Jawa berbeda dengan budaya masyarakat
NTT, bahkan berbeda dengan masyarakat Sumatera. Hal ini tanpa kita sadari
muncul begitu saja ketika kita berimplikatur. Artinya, tanpa kita sadari telah
melakukan pelestarian budaya masing-masing dengan tetap menggunakan
implikatur sesuai budaya yang dimiliki dalam berkomunikasi, seperti dalam data
tuturan berikut.
Maryam : “Aku dengan Menteri itu satu partai, kau tahu, aku staf ahli
baliau.”
Nagabonar : “Ahli?”
Maryam : “Ahli!”
Nagabonar :“Ahli? Bah! Setahuku keahlianmu Cuma mencopet saja
Maryam. Cukuplah kau saja yang menjadi pencopet, tak
perlu kau ajari Menteri itu untuk menjadi seperti dirimu.
Bisa tambah susah rakyat kita nanti.” (ANB/NJ2/47/5)
Konteks: Nagabonar dan Maryam bertemu kembali setelah lama tak
jumpa. Sejak kecil Nagabonar dan Maryam sering bermain bersama serta
menjalin persahabatan, hingga setelah lulus SD Maryam dan keluarga
pindah tempat tinggal.
Data di atas sangat bergantung pada konteks. Dengan kata lain, data di atas
merupakan implikatur yang menunjukkan maksud teguran jika dilihat dari sudut
pandang masyarakat Medan. Namun, berbeda jika dilihat dari sudut pandang
masyarakat Jawa tuturan di atas dianggap bukan merupakan implikatur karena
maksud dinyatakan secara langsung dalam tuturannya. Berbeda halnya ketika
masyarakat Medan yang memahami tuturan di atas sebagai tuturan berimplikatur
karena memiliki maksud yang ingin disampaikan lebih banyak dari sedekar apa
yang dikatakan secara langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap masyarakat memiliki
budaya berkomunikasi tersendiri, di mana masyarakat suatu budaya dapat
menggangapnya sebagai komunikasi implikatur, sedangkan masyarakat lain
dengan budaya yang berbeda menggangap wujud komunikasi yang sama bukan
merupakan komunikasi implikatur. Oleh sebab itu, perlu membangun relasi antara
penutur budaya yang satu dengan penutur budaya yang lain yang memiliki
pemahaman lintas budaya untuk saling memamhami dan memaklumi antar
masyarakat budaya.
merupakan komunikasi implikatur. Oleh sebab itu, perlu membangun relasi antara
penutur budaya yang satu dengan penutur budaya yang lain yang memiliki
pemahaman lintas budaya untuk saling memamhami dan memaklumi antar
masyarakat budaya.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Wujud Implikatur dalam Novel Populer
Berdasarkan hasil analisis peniliti menemukan wujud implikatur dalam
tuturan berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat yang menunjukkan maksud atau
makna tambahan dalam tuturan. Dengan kata lain, bahwa wujud implikatur yang
dimaksudkan adalah unsur-unsur yang bersifat terbuka dan terlihat seperti jenis
kalimat berdasarkan fungsi komunikatif yang digunakan dalam mengungkapkan
maksud atau makna tambahan. Fungsi komunikatif ini dapat berupa kalimat
deklaratif atau pernyataan, kalimat interogatif atau pertanyaan, dan kalimat
imperatif. Selain itu, ditemukan permakah-permakah yang terdapat dalam tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
implikatur yang kesemuanya dapat dilihat secara tertulis. Misalnya, implikatur
pada kata „Srikandi‟, pada frasa „anak buah‟ dan pada kalimat „fenomena anak
bau kencur, semagatnya juga tai-tai ayam.‟
Wujud implikatur yang ditemukan diklasifikasikan berdasarkan jenis
implikatur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukaan oleh Yule (2014)
mengklasifikasikan menjadi dua yaitu implikatur konvensional dan implikatur
konvensational (implikatur percakapan). Berikutnya, Yule membagi implikatur
percakapan menjadi tiga bagian yaitu implikatur percakapan umum, implikatur
percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus.
Implikatur konvensional adalah implikatur yang bersifat umum. Artinya,
bahwa kata yang muncul atau digunakan oleh penutur merupakan implikatur yang
sudah umum diketahui maksudnya. Bahkan, terkadang implikatur yang digunakan
oleh penutur merupakan bagian dari idiom, ungkapan yang memiliki arti atau
makna secara semantik. Misalnya ditemukan dalam beberapa data temuan yang
merupakan implikatur konvensional dilihat dari sudut pandang arti kata atau frasa
yang merupakan bagian dari implikatur. Salah satunya pada pernyataan berikut.
Baruch : “Moderator, pemateri ini berbicara seenaknya dan yang
dibicarakan semuanya omong kosong! Jelas sekali semua
pemaparannya menunjukkan dia anti-Yahudi, otak orang ini
antisemit! Dia tidak layak berbicara di forum ini!”
Moderator : “Tuan Baruch, tolong Anda tenang jangan memotong
penjelasan Dr. Fahri. Biarkan dia menuntaskan
pemaparannya. Jika Anda tidak sepakat nanti ada waktunya
Anda mengeluarkan argumentasi Anda. Silahkan Dr. Fahri!”
(HES/AAC2/440/25)
Konteks: Seminar nasional yang diadakan untuk mempererat hubungan
antara umat Yahudi, Muslim dan Kristiani. Fahri sedang mepaparkan
materinya sebagai perwakilan umat Muslim, tetapi Baruch perwakilan
dari umat Yahudi tiba-tiba memotong pemaparan Fahri. Namun,
moderator tetap mempersilahkan Fahri untuk melanjutkan pemaparannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Implikatur di atas merupakan implikatur konvensional yang terdapat dalam
frasa „omong kosong!‟ karena merupakan bentuk kalimat yang diakhiri dengan
intonasi final yaitu berupa tanda seru. Selain itu, implikatur tersebut mengandung
permakah berupa seruan atau vokatif. Bahkan, implikatur tersebut memiliki fungsi
komunikatif yaitu kalimat imperatif berupa umpatan terhadap Fahri agar mitra
tutur atau moderator menghentikan pemaparannya.
Hal ini diperjelas oleh pendapat Levinson (1983) mengenai implikatur yang
dapat menyederhanakan substansial baik dalam struktur maupun deskripsi
semantik. Selain itu, implikatur konvensional yang ditemukan dalam penelitian ini
menunjukkan beberapa kata atau frasa yang mengandung makna semantik. Kata
atau frasa tersebut memiliki arti yang dapat disederhanakan melalui kajian
implikatur. Namun, tidak setiap arti atau makna semantik sama dengan maksud
yang diingin disampaikan penutur.
Selanjutnya, implikatur percakapan umum yaitu implikatur yang melibatkan
partisipan secara terbatas. Keterlibatan partisipan menjadikan topik pembicaraan
menjadi umum dalam satu lingkup dengan penutur dan mitra tutur. Dengan kata
lain, topik pembicaraan diketahui oleh penutur, mitra tutur, dan partisipan
terbatas, seperti terdapat dalam data implikatur di bawah ini.
Karyawan 1 : “Yah, gitu deh, fenomena anak bau kencur,
semangatnya juga tai-tai ayam.”
Karyawan 2 :“Otak brilian, tapi nggak didukung profesionlisme sama
aja bohong.” (DL/PK/448/9)
Konteks: Kugy merupakan karyawan yang baru beberpa bulan bekerja di
sebuah kantor. Hanya saja, Kugy sudah jarang berangkat bekerja yang
menimbulkan rasa iri pada karyawan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Implikatur di atas merupakan implikatur percakapan umum seperti yang
dijelaskan sebelumnya, yaitu dilihat dari konteks tuturan dengan melibatkan
partisipan lain selain penutur dan mitra tutur. Sementara itu, wujud implikatur
dilihat dari segi fungsi komunikatif berbentuk kalimat deklaratif berupa sindiran
yang ditujukan kepada karyawan baru bernama Kugy yang tidak memiliki
semangat dalam bekerja. Kontruksi gramatikalnya terdiri dari satu kalimat
lengkap yang memiliki intonasi diakhir dengan tanda titik.
Brown & Yule (1983) mengatakan bahwa implikatur digunakan dalam suatu
pertuturan. Penutur mungkin memaparkan sesuatu yang diartikan, disiratkan, atau
dimaksudkan berbeda dengan yang dituturkan. Hal ini sejalan dengan penelitian
ini bahwa wujud implikatur sebagai wujud yang dikatakan dan dilihat secara
struktural, sedangkan apa yang dimaksudkan adalah pesan yang disampaikan
secara implisit.
Implikatur percakapan berskala juga ditemukan dalam penelitian ini, hanya
saja implikatur berskala tidak produktif karena tidak semua bentuk kata yang
mengandung jumlah merupakan implikatur berskala. Berikut ini implikatur
berskala yang diketahui wujudnya.
Fahri : “Ada beberapa bumbu, saya tak yakin itu apa, tapi yang
membuat pie daging ini terasa renyah dan gurih, saya rasa
karena ada semacam shortcrust kue-nya.”
Heba : “Yup, tepat. Bagaimana Anda tahu? Anda pernah merasakan
sebelumnya?” (HES/AAC2/90-91/7)
Konteks: Pertama kalinya Fahri mencicipi roti yang dibuat oleh Heba.
Merasakan bumbu-bumbu yang digunakan Heba dalam membuat roti.
Implikatur percakapan berskala terdapat pada kata „beberapa’ yang
menciptakan suatu implikatur „tidak semua/ sebagian‟. Inilah implikatur berskala,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
karena kata “beberapa” memiliki batasan yaitu mengacu pada bumbu-bumbu
yang tidak dirasakan dan diketahuinya. Skala „beberapa‟ pada data tuturan
tersebut mengandung „seluruh, semua, sebagain besar, dan banyak‟ berskala
tertinggi dari skala „beberapa‟. Dengan demikian, pernyataan tersebut
menyatakan bahwa “sebagian bumbu-bumbu yang digunakan” dengan wujud
kalimat deklaratif berupa penegasan agar mitra tutur menyadari bahwa penutur
menyukai kue buatannya dengan menyebutkan sebagian dari bumbu-bumbu yang
digunakan dalam membuat kue.
Di samping itu, implikatur percakapan berskala tidak banyak ditemukan.
Hal ini disebabkan tidak semua kata dapat dikatakan mengandung nilai atau dapat
dikatakan impikatur berskala. Sebaliknya, terdapat beberapa kata yang tidak
diduga menujukkan implikatur berskala. Sejalan dengan pendapat oleh Yule
(2014) menggunakan istilah-istilah dalam mengungkapkan kuantitas yang
ditunjukkan pada daftar skala nilai tertinggi ke nilai terendah, seperti „semua,
sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, selalu, sering, kadang-kadang‟. Dalam
penelitian ini terdapat implikatur berskala yang ditemukan selain yang dinyatakan
oleh Yule dalam teorinya seperti kata „seluruh, lebih banyak, dan lebih besar‟.
Temuan tersebut akan menambah istilah mengenai implikatur percakapan
berskala agar lebih beragam.
Implikatur percakapan khusus jumlahnya tidak terbatas, hal ini dikarenakan
sifat implikatur percakapan khusus yang temporer atau tidak bertahan lama.
Artinya, bahwa implikatur hanya bertahan ketika tuturan implikatur tersebut
muncul, seperti yang terdapat di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Gita : “Dek, Berani Dek...”
Gusni : “Berani, Kak!” (DD/2/393/12)
Konteks: Di lapangan bulutangkis, Gita dan Gusni adalah sepasang
pemain ganda yang sedang bertanding melawan Malaysia. Dengan
semangat dan kerjasama yang baik Gusni dan Gita mengumpulkan hingga
20 point hanya kurang satu point lagi untuk memengkan pertandingan.
Implikatur percakapan khusus di atas memiliki wujud kalimat imperatif dari
segi fungsi komunikatifnya yaitu berupa ajakan kepada Gusni untuk bersiap
melakukan penyerangan terhadap lawan saat pertandingan bulutangkis. Hal ini
sejalan dengan sifat implikatur percakapan khusus yang bersifat temporer, maka
kata „berani‟ dalam tuturan di atas tidak memiliki wujud dan maksud yang sama
dengan konteks yang berbeda.
Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukan oleh Brown & Yule
(1996) menerangkan mengenai implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang
mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksukan oleh penutur berbeda dengan apa
yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Artinya, bahwa implikatur yang
dikatakan secara harafiah merupakan bagian dari wujud formal atau struktural
dalam bahasa Indonesia.
Rahardi (2010) memperjelas mengenai wujud formal dan wujud pragmatik
imperatif. Wujud formal atau struktural adalah realisasi maksud imperatif dalam
bahasa Indonesia menurut ciri struktural atau ciri formalnya. Artinya, bahwa
wujud formal ini yaitu wujud yang dapat terlihat bentuknya berdasarkan ciri
struktural dalam bahasa Indonesia. Wujud pragmatik impertif yaitu realisasi
maksud imperatif menurut makna pragmatiknya. Artinya, bahwa wujud yang
tidak dikatakan secara langsung dalam tuturannya tetapi mengarah kepada maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
atau makna tambahan yang terdapat dalam tuturan tersebut. Demikian juga dalam
kajian pragmatik implikatur yang dimaksudkan dengan wujud implikatur yakni
realisasi dari wujud tuturannya (yang dikatakan secara lisan maupun tertulis) yang
dapat diketahui ciri formal atau strukturalnya.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tokuasa Mursalim (2015) dengan judul Implikatur dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Labschool UNTAD Palu dan Kartika,
dkk. (2014) dengan judul Implikatur Percakapan dalam Pembelajaran Olahraga
Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Persamaan penelitian ini
adalah wujud implikatur yang dianalisis didasarkan pada fungsi komunikatif
secara bentuk formal atau bentuk struktural tuturan tersebut dinyatakan.
Perbedaan penelitian ini terletak pada wujud implikatur yang ditemukan
diklasifikasikan berdasarkan dua jenis implikatur yaitu implikatur konvensional
dan implikatur percakapan. Dalam penelitian ini membahas mengenai implikatur
konvensional, sedangkan penelitian mengenai implikatur dalam pembelajaran
bahasa Indonesia tidak dibahas mengenai implikatur konvensional hanya
membahas bentuk implikatur dalam data temuan tidak mengklasifikasikan ke
dalam jenis-jenis implikatur. Implikatur percakapan pun terbagi menjadi tiga jenis
yaitu implilkatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala, dan
implikatur percakapan khusus dengan masing-masing wujud komunikatif dalam
setiap data temuan. Dalam penelitian ini di bahas mengenai masing-masing wujud
implikatur percakapan yang ditemukan sebaliknya penelitian mengenai implikatur
percakapan dalam pembelajaran bahasa dibahas secara generalnya berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
fungsi komunikatif dalam kalimat atau tuturan. Dengan demikian, posisi peneliti
dalam penelitian ini adalah mengukuhkan, melengkapi, dan menambahan
pembahasan mengenai implikatur dalam penelitian yang telah dilakukan oleh
Tokuasa Mursalim (2015) dan Kartika, dkk. (2014).
4.3.2 Maksud Implikatur dalam Novel Populer
Peneliti menemukan maksud implikatur berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan sebelumnya. Tentu, maksud yang tidak dikatakan secara langsung
dalam tuturan penutur tetapi maksud melekat di dalam tuturan itu sendiri. Dengan
kata lain, maksud dapat diketahui berdasarkan wujud implikatur. Dengan
demikian, membuktikan bahwa apa yang dikatakan berbeda dengan yang
dimaksudkan. Bahkan, maksud yang disampaikan lebih banyak dari apa yang
dituturkan.
Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukan oleh Yule (2014)
implikatur adalah upaya untuk menyampaikan informasi. Tentunya, informasi
yang memiliki makna lebih banyak dari sekedar kata-kata itu sendiri. Makna ini
merupakan makna tambahan yang disampaikan oleh penutur dengan harapan
mitra tutur akan mampu menentukan implikatur yang dimaksudkan melalui
konteks. Dengan demikian, maksud tersebut biasanya lebih banyak dibandingkan
kalimat yang ditutur secara literal atau langsung. Berdasarkan data yang
ditemukan terdapat implikatur yang memberikan maksud yang lebih banyak
dibandingkan apa yang dikatakan, seperti dalam data temuan di bawah ini.
Pelatih 1 : “Semangat Gita tanpa henti, Pak.”
Pelatih 2 : “Calon Srikandi bulutangkis Indonesia.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Papa : “Te.. te.. terima kasih, Pak, semuanya...” (DD/2/83/10)
Konteks : Selesai pertandingan yang dimenangkan oleh Gita, Papa datang
menghampiri para pelatih Gita untuk mengucapkan selamat dan
terimakasih telah membimbing Gita, putrinya menjadi pemain bulutangkis
yang membanggakan di pertandingan pertamanya.
Implikatur di atas merupakan implikatur konvensional dilihat dari kata
„Srikandi‟ merupakan kata yang sudah umum diketahui artinya. Data di atas
memiliki wujud implikatur berbentuk kalimat eksklamatif berupa pujian yang
dinyatakan terhadap Gita melalui Papa karena telah menjadi atlet bulutangkis
wanita yang membanggakan dengan memengkan pertandingan perdananya.
Melalui kata „Srikandi‟ dalam KBBI (2015) artinya istri Arjuna dalam kisah
pewayangan yang pandai memanah. Sebaliknya, maksud dalam tuturan di atas
yaitu seorang atlet wanita atau perempuan yang tangguh dan berani bertanding di
cabang olahraga seperti bulutangkis.
Karyawan 1 : “Yah, gitu deh, fenomena anak bau kencur, semagatnya
juga tai-tai ayam.”
Karyawan 2 :“Otak brilian, tapi nggak didukung profesionlisme sama aja
bohong.” (DL/PK/448/9)
Konteks: Kugy merupakan karyawan yang baru beberpa bulan bekerja di
sebuah kantor. Hanya saja, Kugy sudah jarang berangkat bekerja yang
menimbulkan rasa iri pada karyawan yang lain.
Data di atas merupakan implikatur percakapan umum yang memiliki wujud
implikatur. Wujud yang ditemukan didasarkan pada fungsi komunikatif berbentuk
kalimat deklaratif berupa sindiran yang ditujukan kepada Kugy sebagai karyawan
baru yang tidak memiliki semangat dalam bekerja. Selain itu, tuturan di atas
memberikan maksud lebih banyak dari apa yang dikatakan dalam tuturannya.
Pernyataan di atas merupakan implikatur yang memberikan maksud merendahkan
atau meremehkan kinerja karyawan baru dengan pengalamannya masih sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
dibandingkan senior. Hal ini sejalan dengan pendapat Pranowo (2015) bahwa
dalam menyimpulkan suatu maksud dibutuhkan persamaan atau pemahaman yang
sama mengenai topik pembicaraan antara penutur dan mitra tutur itu sendiri.
Dengan kata lain, implikatur dapat disimpulkan berdasarkan pemahaman logis
didasarkan pada pemahaman yang sama antara penutur dan mitra tutur dalam
konteks tertentu.
Implikatur percakapan berskala ditandai dengan penggunaan kata atau frasa
yang menunjukkan adanya skala nilai atau jumlah, seperti data berikut ini.
Fahri : “Ada beberapa bumbu, saya tak yakin itu apa, tapi yang
membuat pie daging ini terasa renyah dan gurih, saya rasa
karena ada semacam shortcrust kue-nya.”
Heba : “Yup, tepat. Bagaimana Anda tahu? Anda pernah merasakan
sebelumnya?” (HES/AAC2/90-91/7)
Konteks: Pertama kalinya Fahri mencicipi roti yang dibuat oleh Heba.
Merasakan bumbu-bumbu yang digunakan Heba dalam membuat roti.
Kata „beberapa‟ pada data di atas menunjukkan jumlah yang dapat di
skalakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2014) menjelaskan bahwa
implikatur percakapan adalah suatu informasi yang disampaikan melalui sebuah
kata atau frasa dengan menunjukkan nilai dari suatu skala nilai. Dengan demikian,
maksud dari kata „beberapa‟ dalam data di atas, yaitu menyadarkan Heba bahwa
Fahri menyukai kue buatannya dengan menyebutkan sebagaian dari bumbu-
bumbu yang digunakan Heba dalam membuat kue. Fahri dan Heba memiliki
kesepatan bersama bahwa bumbu-bumbu yang digunakan dalam membuat kue
sehingga Heba dapat menangkap maksud dari pernyataan „beberapa bumbu‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Maksud yang terdapat dalam implikatur percakapan khusus ini tidak dapat
bertahan lama. Artinya, hanya berlaku ketika proses komunikasi terjadi, seperti
yang yang terdapat dalam data berikut.
Papa : “Khatulistiwa terbuka, Pak?”
Pelatih : “Terus kenapa, Pak? Saya ingin sekali anak itu masuk dan ikut
seleksi Pelatnas, tetapi dia bukan siapa-siapa, rangking pun tidak
punya, tetapi dia, dengan segala keterbatasannya menciptakan
harapan, menunjukkan kalau harapan itu ada.”
Papa : “Sesuatu yang sudah lama hilang dari bulutangkis
Indonesia...”(DD/2/309/9)
Konteks: Papa mendekati Pak Pelatih duduk bersama setelah beberapa
waktu lalu Papa sempat marah-marah kepada Pak Pelatih atas kejadian
yang dialami Gusni karna kelelahan berlatih bulutangkis. Kemudian, Pak
Pelatih memberi tahu mengenai pertandingan yang akan dihadapi oleh
Gusni.
Grice menyatakan bahwa implikatur percakapan diartikan sebagai maksud
atau makna tambahan yang tidak secara langsung dikatakan oleh penutur. Artinya,
bahwa data di atas merupakan implikatur percakapan mengarah pada maksud
yang dinyatakan secara langsung melalui kata „sesuatu‟. Hal ini sejalan dengan
Levinson (1996) mengatakan bahwa implikatur dapat menjelaskan mengenai
fakta-fakta kebahasaan yang tidak bisa dijelaskan oleh teori linguistik. Dengan
kata lain, implikatur dapat memberikan penjelasan mengenai kebermaknaan suatu
fakta kebahasaan dengan teori pragmatik. Dengan demikian, kata „sesuatu‟
memberikan fakta bahwa Indonesia kehilangan atlet-atlet bulutangkis yang hebat
dan membanggakan sesuai dengan konteks tuturan. Selain itu, kata „seseuatu‟
memberikan maksud yakni mengungkapkan harapan bahwa Gusni putrinya akan
menjadi orang yang akan kembali membangkitkan semangat para pemain
bulutangkis muda dengan kembali menghidupkan dan menyemarakkan cabang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
olahraga bulutangkis di Indonesia. Hal tersebut, dimulai dengan memberikan
kesempatan kepada Gusni untuk bertanding dalam pertandingan Khatulistiwa
terbuka yang diadakan di Indonesia melawan negara-negara seluruh Asia.
Penelitian mengenai wujud dan maksud ini relevan dengan pendapat yang
dikemukan oleh Yule (2014) yang mengatakan bahwa implikatur muncul ketika
penutur dan mitra tutur berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin membangun
asumsi bahwa keduanya melaksanakan kerja sama dengan maksud untuk
menyampaikan informasi. Tentunya, informasi itu memiliki maksud atau makna
tambahan lebih banyak dibandingkan sekedar kata-kata yang terucap. Dengan
demikian, sejalan dengan penelitian ini yang mengkaji maksud berdasarkan
wujudnya terlebih dahulu untuk mengetahui maksud suatu tuturan. Secara
ringkas, data yang ditemukan cenderung memiliki wujud implikatur berupa
pernyataan dalam tuturan dengan memberikan maksud lebih banyak dari apa yang
dikatakan secara langsung. Bahkan, implikatur juga menerangkan bahwa „apa‟
yang dikatakan berbeda dengan yang „dimaksudkan‟ oleh penutur.
Levinson (1983) menegaskan bahwa implikatur dapat menyederhanakan
substasial baik dalam struktur maupun deskripsi semantik. Data temuan dalam
penelitian ini menunjukkan adanya beberapa data yang mengandung arti secara
semantik tetapi menerangkan maksud lebih banyak dari sekedar artinya. Selain
itu, Levinson memberikan penjelasan fungsional mengenai sifat dan bermakna
atas fakta-fakta kebahasaan mengenai pragmatik terkait fenomena linguistik.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuniarti Netti (2014) dengan judul “Implikatur Percakapan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Percakapan Humor” dan Nugraheni Yunita (2011) dengan judul “Implikatur
Percakapan Tokoh Wanita dan Tokoh Laki-Laki dalam Film Harry Potter And
The Goblet Of Fire”. Persamaan penelitian ini adalah maksud implikatur
dianalisis berdasarkan wujud implikaturnya sehingga apa yang dikatakan berbeda
dengan yang dimaksudkan, apa yang dimaksudkan lebih banyak dari pada yang
dikatakan. Berdasarkan data yang ditemukan dalam novel populer Indonesia
maupun maksud dalam penelitian implikatur dalam percakapan humor. Perbedaan
penelitian ini terletak pada maksud yang diketahui melalui prinsip kerja sama
pada implikatur percakapan dalam film Harry Potter and The Golbet Of Fire.
Sebaliknya, dalam penelitian ini maksud tuturan implikatur didasarkan pada
konteks dan wujud implikatur yang terdapat dalam setiap tuturannya. Dengan
demikian, posisi peneliti dalam penelitian ini adalah mengukuhkan dan
melengkapi penelitian Yuniarti Netti (2014) dan Nugraheni Yunita (2011).
4.3.3 Kaidah Implikatur Novel Populer
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti merumuskan
beberapa kaidah implikatur. Kaidah akan menjadi patokan atau dalil suatu
implikatur muncul dan digunakan ketika proses komunikasi berlangsung. Kaidah
didasarkan pada wujud dan maksud dalam data temuan hingga dapat merumuskan
suatu kaidah implikatur.
Kaidah implikatur dalam penelitian ini meliputi dua hal yaitu kaidah
implikatur konvensional dan kaidah implikatur percakapan. Ditemukan dua hal
mengenai kaidah implikatur konvensional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
1) Implikatur digunakan sebagai usaha dalam memperhalus tuturan. Artinya,
bahwa pemilihan diksi berperan penting dalam menentukan seberapa halus
tuturan tersebut dinyatakan.
2) Implikatur dapat mengungkapkan maksud berdasarkan makna. Artinya,
bahwa suatu maksud dapat diketahui melalui makna atau arti kata. Hanya
saja, makna suatu kata belum tentu yang dimaksudkan oleh penutur. Dengan
kata lain, sangat bergantung pada konteks yang melekat dalam tuturan
tersebut.
Selanjutnya, terdapat beberapa kaidah implikatur percakapan yang
ditemukan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil data temuan dalam hasil
analisis sebelumnya.
1) Menjaga kesantunan berkomunikasi artinya ketika berkomunikasi sangatlah
penting untuk menghindari perasaan tersinggung antara penutur dan mitra
tutur. Pemakaian bahasa dikatakan santun apabila penutur mampu menjaga
harkat dan martabab dirinya di hadapan mitra tuturnya sehingga tuturannya
tidak menyinggung perasaan mitra tutur. Selain itu, tuturan akan nilai santun
ketika maksud tidak dinyatakan secara langsung.
2) Menjaga kerahasian suatu informasi, biasanya hal ini digunakan secara
sengaja untuk menghindari kesalahpahaman terhadap orang lain. Selain itu,
implikatur secara segaja digunakan untuk menjaga rahasia yang tidak ingin
diketahui oleh orang lain selain penutur dan mitra tutur saja. Di samping itu,
sifat implikatur percakapan yang temporer, maka implikatur tidak dapat
bertahan lama hanya bertahan ketika proses komunikasi berlangsung saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
3) Menjaga etika komunikasi yaitu berkaitan dengan etika dan sopan santun
ketika bertutur. Menjaga etika dilakukan dengan menjaga sikap santun dalam
berkomunikasi dengan tidak menyatakan sesuatu yang seharusnya tidak
dikatakan atau dinyatakan tetapi dinyatakan.
4) Menjaga budaya artinya bahwa setiap masyarakat memiliki budaya
komunikasi tersendiri. Perlunya pemahaman lintas budaya untuk saling
memahami maksud tuturan ketika seorang penutur yang berbeda budaya
sedang berimplikatur. Hal ini dilakukan agar maksud tuturan tersampaikan
dengan baik kepada mitra tutur. Selain itu, sebagai salah satu usaha untuk
tetap menjaga dan mempertahankan budaya berkomunikasi setiap penutur
budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
BAB V
PENUTUP
Bab kelima ini terdiri dari dua bagian yaitu simpulan dan saran. Berikut ini
peneliti akan memaparkan masing-masing subbab.
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data mengenai wujud implikatur pada novel populer
Indonesia peneliti dapat mengambil kesimpulan. Pertama, berdasarkan temuan
bahwa setiap data implikatur mengandung fungsi komunikatif. Fungsi
komunikatif berupa kalimat deklaratif, kalimat perintah dan kalimat pernyataan.
Selain itu, adanya penggunaan struktur gramatikal dan permakah-permakah yang
ditemukan dalam data temuan. Implikatur yang ditemukan diklasifikasikan
berdasarkan jenis implikatur. Implikatur konvensional terdiri dari lima data
tuturan yang meliputi (1) kalimat pernyataan berupa (a) informasi dan (b)
penegasan; (2) kalimat eksklamatif berupa (a) pujian; (3) kalimat perintah berupa
(a) umpatan. Sementara itu, kecenderungan penggunaan kalimat deklaratif berupa
penegasan yang sering muncul dalam data tuturan. Selain itu, implikatur
konvensional dalam novel populer Indonesia tidak produktif dibandingkan jenis
implikatur percakapan. Artinya, data implikatur percakapan yang ditemukan lebih
banyak dari pada implikatur konvensional.
Berdasarkan hasil temuan implikatur konversational atau implikatur
percakapan terbagi menjadi tiga yaitu implikatur percakapan umum, implikatur
percakapan berskala, implikatur percakapan khusus. Implikatur percakapan umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
terdiri dari enam data tuturan yang meliputi (1) kalimat deklaratif berupa (a)
sindiran dan (b) informasi; (2) kalimat interogatif berupa (a) mengingatkan; (3)
kalimat imperatif berupa (a) permohonan. Berikutnya, implikatur percakapan
berskala terdiri dari enam data tuturan yang meliputi (1) kalimat deklaratif berupa
(a) penegasan dan (b) pernyataan; (2) kalimat interogatif berupa (a) pembelaan;
(3) kalimat imperatif berupa (a) desakan. Dalam implikatur percakapan berskala
wujud implikatur tidak produktif, karena tidak semua kata atau frasa yang
menunjukkan jumlah dapat dikatakan implikatur berskala.
Selanjutnya, implikatur percakapan khusus terdiri dari 15 data tuturan yang
meliputi (1) kalimat deklaratif berupa (a) informasi dan (b) pernyataan; (2)
kalimat interogatif berupa (a) penegasan, (b) ajakan, (c) permintaan, dan (d)
sindiran; (3) kalimat imperatif berupa (a) ajakan, (b) imbauan, (c) memperigatkan,
dan (d) larangan. Bentuk implikatur percakapan khusus ini biasanya tidak terbatas
jumlahnya, hal ini disebabkan karena sifat implikatur percakapan khusus yang
temporer atau tidak dapat bertahan lama. Artinya, bahwa implikatur percakapan
khusus hanya bertahan saat proses komunikasi berlangsung saja.
Dengan demikian, wujud implikatur dapat diketahui secara struktural atau
secara bentuk formal implikatur tersebut dinyatakan. Selain itu, susunan
gramatikal atau kontruksi gramatikalnya terdapat dalam keseluruhan data, yaitu
berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu, terdapat beberapa temuan
implikatur yang mengandung permakah berupa vokatif atau seruan.
Kedua, berdasarkan hasil analisis mengenai maksud implikatur, maka dapat
diketahui maksud yang ditemukan dalam setiap data tuturan. Maksud tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
diklasifikasikan berdasarkan wujud implikatur yaitu implikatur konvensional dan
implikatur percakapan. Maksud dalam implikatur konvensional meliputi (a)
menegaskan, (b) membanggakan, (c) menuduh, dan (d) memuji. Maksud
implikatur percakapan yang terbagi menjadi tiga yaitu implikatur percakapan
umum, impikatur percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus.
Implikatur percakapan umum meliputi (a) mengungkapkan perasaan sayang, (b)
mendesak, (c) merendahkan, (d) mengingatkan, (e) mengungkapkan perasaan
bangga, dan (f) mengungkapkan perasaan kagum.
Selanjutnya, implikatur percakapan berskala meliputi (a) menyadarkan, (b)
membujuk, (c) melarang, (d) menegaskan, (e) menyatakan. Berikutnya, implikatur
percakapan khusus meliputi (a) mengungkapkan perasaan tidak respek, (b)
mengungkapkan perasaan bangga, (c) menegur, (d) menggungkapkan harapan, (e)
menyarankan, (f) meminta, (g) menyarankan, (h) mengetahui, (i) mengajak, (j)
menghargai, (k) mengungkapkan perasaan sayang, (l) menegaskan, (m)
menghindari.
Bedasarkan hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa wujud implikatur
berbeda dengan maksud implikatur yang diingin disampaikan penutur. Selain itu,
maksud yang ingin disampaikan penutur lebih banyak dari apa yang dikatakan
secara langsung dalam kalimatnya. Oleh karena itu, berdasarkan data temuan di
atas dapat dirumuskan beberapa kaidah implikatur konvensional dan kaidah
implikatur percakapan. Kaidah implikatur konvensional antara lain (1)
memperhalus tuturan, artinya bahwa pemilihan dan penggunaan diksi dalam
suuatu tuturan lebih halus dari maksud yang sebenarnya sebagai usaha untuk tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
menjaga kesantunan dalam berkomunikasi. (2) Mengungkapkan maksud
berdasarkan makna. Artinya, maksud suatu kata atau frasa dapat diketahui
maksudnya berdasarkan makna atau arti dari kata tersebut. Namun, tidak semua
kata atau frasa yang memiliki arti khusus mengandung maksud yang ingin
disampaikan penutur implikatur.
Selanjutnya, kaidah implikatur percakapan yang ditemukan antara lain (1)
menjaga kesatunan dalam berkomunikasi supaya komunikasi tetap berjalan.
Artinya implikatur digunakan sebagai media atau alat untuk menjaga kesantunan
dalam berbahasa dan bertutur antar penutur agar tidak merasa tersinggung. (2)
Menjaga kerahasiaan suatu informasi yaitu implikatur digunakan untuk
merahasiakan suatu informasi yang tidak ingin diketahui oleh partisipan atau
orang lain. Hal ini, biasanya menggunakan kode-kode khusus yang hanya
diketahui oleh penutur dan mitra tutur saja. (3) Menjaga etika berkomunikasi yaitu
berkaitan dengan sesuatu yang tidak seharusnya dikatakan atau dinyatakan.
Dengan kata lain, etika berkomunikasi ini berkaitan dengan sopan santun dalam
bertutur. (4) Menjaga budaya artinya bahwa setiap masyarakat memiliki budaya
komunikasi yang berkaitan dengan mengungkapkan maksud secara implisit.
Setiap penutur memiliki caranya sendiri dalam mengungkapkan maksud tuturan
berdasarkan latar belakang budaya yang dimiliki. Hal ini dapat dipahami dan
diterima oleh mitra tutur lain yang berbeda budaya dengan pemahamannya
mengenai lintas budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
5.2 Saran
Berdasarkan temuan data, hasil analisis, dan kesimpulan peneliti dapat
memberikan saran kepada para pendidik khususnya dosen Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia untuk mengimplementasikan kajian pragmatik dalam karya
sastra sebagai media pembelajaran bahasa.
Bagi para peneliti, perlunya pemahaman mengenai penggunaan bahasa
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar dapat memahami
penggunaan implikatur yang tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari
tetapi dapat digunakan juga dalam karya fiksi sebagai gambaran kehidupan nyata.
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, peneliti lain juga dapat melakukan
penelitian lanjutan. Penelitian lanjutan yang dimaksudkan seperti implikatur
tuturan para tokoh dalam novel atau implikatur tutaran dalam kehidupan sehari-
hari dengan menganalisis wujud dan maksudnya serta menambah kaidah
implikatur yang akan menjadi patokan atau dalil dalam menggunakan implikatur
dalam berkomunikasi. Dengan demikian, hasil penelitian selanjutnya dapat
memperkuat hasil penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
DAFTAR RUJUKAN
Aziez & Hasim. (2010). Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Brown & Yule. (1996). Analisis Wacana: Discourse Analysis. Jakarta: Gramedia
Pusaka Utama.
Chaer, Abdul. (1998). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Chien, Arnold. (2008). Scalar Implicature and Contrastive Explanation. Journal
Springer, Vol. 161, 47-66. Http://Www.Jstor.Org/Stable/27653679
Cummings, Louise. (2007). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Deda MA, Nivis. (2013). The Rule Pragmatics in English Language Teaching.
Pragmatic Competence. Academic Journal of Interdisliplinary Studies.
Vol.02, No. 4.
Dewojati, Cahyaningrum. (2015). Sastra Populer Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Dhirgantoro, Donny. (2011). 2 (Dua). Jakarta: Kompas Gramedia.
El Shirazy, Habiburrahman. (2015). Ayat-Ayat Cinta 2. Jakarta: Republika
Penerbit.
Grant. (1958). Pragmatic Implication. Cambridge University Press, Vol. 33, 303-
324. Http://Www.Jstor.Org/Stable/3748659
Kartika, Rusminto, dkk. (2014). Implikatur Percakapan dalam Pembelajaran
Olahraga pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Jurnal J-
Simbol (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya).
Leech, Geoffrey. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Lestari, Dewi. (2016). Perahu Kertas. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Levinson, Stephen. (1983). Pragmatics. New York: Cambridge University Press.
Liye, Tere. (2016). Tentang Kamu. Jakarta: Republika Penerbit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Lubis, Hamid Hasan. (2011). Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Penerbit
Angkasa.
Meleong, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mihardja, Ratih. (2012). Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara.
Mujiyanto & Fuandy. (2013). Sejarah Sastra Indonesia (Prosa dan Puisi).
Surakarta: UNS Press
Mulyana. (2005). Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
----------. (2001). Implikatur dalam Kajian Pragmatik. Jurnal Diksi. Vol. 8 No.19
Januari 2001.
Nababan. (1987). Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta:
Departemen Pendidikan.
Nadar. (2009). Pragmatik &Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ningtias, Dkk. (2014). Analisis Konteks dan Implikatur Pada Novel 5 Cm Karya
Donny Dhirgantoro. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya. Vol. 2. No. 3.
Nugraheni, Yunita. (2010). Analisis Implikatur pada Naskah Film Harry Potter
And The Goblet Of Fire. Prosiding Seminar Nasional Unimus 2010.
---------------------. (2011). Implikatur Percakapan Tokoh Wanita dan Tokoh Laki-
Laki dalam Film Harry Potter and The Goblet of Fire. Jurnal LENSA
Volume 2, No. 2 juli.
Nugroho, Miftah. (2009). Konteks dalam Kajian Pragmatik. Jurnal Bahasa
Indonesia (Peneroka Hakikat Bahasa). Bagian II.3.
Purba, Antilan. (2010). Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Putrayasa, Ida Bagus. (2014). Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pranowo. (2015). Tergantung pada Konteks. Universitas Sanata Dharma: Jurnal
Prosiding PIBSI.
Rahardi, R. Kunjana. (2005). Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Rani, Dkk. (2006). Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.
Malang: Bayumedia Publishing.
Rohmadi, Muhammad. (2010). Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Sulistyowati, Winda. (2012). Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur
Percakapan dalam Film Petualangan Sherina Karya Riri Riza. Jurnal
Skriptorium, Vol. 2, No. 2.
Sumarjo, Jokob.(1983). Pengantar Novel Indonesia. Jakarta: Karya Unipress.
------------------. (1980). Novel Populer Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya.
------------------. (1979). Novel Indonesia Mutakhir: Sebuah Kritik. Yogyakarta:
Nur Cahaya.
Stanton, Robert. (2007). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Song, Lichao. (2010). The Rule of Context In Discourse Analysis. Journal of
Language Theaching and Research. Vol. 1. No. 6, Pp 867-879, November
2010.
Tokuasa, Mursalim. (2015). Implikatur dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA Labschool Untad Palu. e-jurnal Bahasantodea. Volume 3. No 4.
Wiyatmi. (2006). Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
Yudiono. (2007). Pengantar Sejarah Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.
Yule, George. (1996). Pragmatics. Oxford University Press.
Yule, George. (2006). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yuniarti, Netti. (2014). Implikatur Percakapan dalam Percakapan Humor. Jurnal
Pendidikan Bahasa. Vol. 3, No. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
TABULASI DATA
Di bawah ini merupakan data penelitan yang berjudul “Penggunaan Implikatur Dalam Novel Populer Indonesia Dekade 2000-an”.
Berilah tanda (√) pada kolom setuju (S) apabila Anda setuju bahwa benar wujud implikatur berdasarkan data tuturan atau berilah tanda (√)
pada kolom tidak setuju (TS) apabila Anda tidak setuju bahwa data tuturan bukanlah wujud implikatur. berikan alasanya!
Implikatur yang dimasukkan ke dalam tabulasi data merupakan implikatur yang ditemukan dalam novel populer Indonesia dengan
keseluruhan hasil temuan berjumlah 70 data. Novel populer Indonesia yang diteliti sebanyak lima novel yakni pertama novel Ayat-Ayat
Cinta 2 (AAC2) karya Habbiburrahman Ek Shirazy (HES)sebanyak 27 data implikatur. Kedua, novel Tentang Kamu (TK) karya Tere
Liye(TL) sebanyak 11 data implikatur. Ketiga, novel 2 (Dua) (2)karya Donny Dhirgantoro(DD) sebanyak 12 data implikatur. Keempat,
novel Perahu Kertas(PK) cetakan keempat karya Dewi Lestari (DL) sebanyak 11 data implikatur. Kelima, novel Nagabonar Jadi 2(NJ2)
karya Akmal NaseryBasral(ANB) sebanyak 9 data implikatur.
Di dalam proses triangulasi data beberapa butir yang harus dicermati yaitu:
1. Data tuturan yang terdapat dalam tabulasi (apakah data tersebut memang merupakan implikatur atau bukan).
2. Implikatur yang terdapat dalam tabulasi (apakah implikatur tersebut sesuai dengan wujud implikatur).
3. Implikatur yang terdapat dalam tabulasi (apakah implikatur tersebut sesuai dengan maksud implikatur).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Sumber data : Novel Ayat-Ayat Cinta 2 (AAC2) karya Habiburrahman El Shirazy (HES)
No Kode
Data
Data Pertuturan Wujud dan Maksud Implikatur Jenis
Implikatur
Persetujuan Ket.
S T S
1 HES/
AAC2
/5/1
Juu Suh : “Ada apa lagi?”
Fahri : “Silahkan masuk, kau boleh ikut kuliah ini jika
kau mau.”
Juu Suh : “Anda tidak sedang mempermainkan saya?”
Fahri : “Sama sekali tidak. Saya tidak mungkin
mempertaruhkan kredibilitas saya dengan bersikap
naif.”
Konteks: Fahri adalah seorang dosen pengganti dan dosen
utama berpesan jika ada mahasiswa yang tidak
mengerjakan tugas diminta untuk meninggalkan kelas. Juu
Suh sebagai mahasiswa, yang merasa bersalah dengan
tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dosennya,
menaati untuk meninggalkan kelas. Namun Fahri mengejar
Juu Suh di depan ruang kelas.
Wujud interogatif berupa sindiran
yang ditujukan kepada Fahri yang
baru saja menyusirnya keluar kelas
tetapi setelah Juu Suh meninggalkan
kelas Fahri mengejarnya dan
memintanya untuk kembali
mengikuti perkuliahannya.
Maksud implikatur adalah Juu Suh
meminta ketegasan Fahri sebagai
dosen terhadap sikapnya yang
kurang menyenangkan, walaupun
Fahri seorang dosen tetap tidak bisa
memperlakukan mahasiswa
semaunya.
Implikatur
percakapan
khusus
√
2 HES/
AAC2
/24/2
Hulusi : “Hoca, sudah hampir jam dua belas. Sebaiknya
Hoca istirahat, jaga kesehatan.”
Fahri : “Paman, di Eropa, termasuk di Inggris ini, kita
adalah minoritas. Undang-undang di sini memang
tidak membeda-bedakan ras dan agama. Namun
tetap saja bahwa penduduk asli disini yan berkulit
putih dan yang beragama mayoritas mendapatkan
kemudahan da prioritas dalam banyak hal.
Perempuan muslimah yang berjilbab bisa mencari
Wujud deklaratif berupa
mengingatkan kepada Hulusi bahwa
mendapatkan pekerjaan di Eropa
sangatlah sulit terlebih bagi kaum
minoritas yang lumayan sulit untuk
mendapatkan pekerjaan.
Maksud implikatur adalah menegur
Hulusi bahwa terdapat perbedaan
antara waktu Indonesia dengan
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
kerja dan bekerja di Britania Raya ini. Tetapi,
perempuan yang asli sini dan beragama mayoritas,
lebih mudah diterima bekerja. Masih ada kasus-
kasus muslim pendatang yang tidak semudah
orang asli sini, meskipun sudah dapat permanent
resident atau pun warga negara sini.”
Hulusi : “Maksud Hoca apa menjelaskan hal itu? Apa
hubungannya dengan saran saya agar Hoca
beristirahat?”
Fahri : “Saya ingin Paman dan seluruh saudara
muslim di sini memahami kondisi ini. Pekan
lalu di Edinburgh Central Mosque, saya
mendengar dua orang berbincang, satu orang
bercerita anak perempuannya yang berjilbab tidak
diterima kerja di sebuah toko elektronik di
Glasgow, sementara dua orang teman
perempuannya yang bule diterima. Padahal
mereka sama-sama lulusan Glasgow University,
dari jurusan yang sama. Bahkan nilai akademis
anak yang berjilbab itu lebih baik. Ketika bagian
HRD toko elektronik itu ditanya mengenai hal itu,
ia hanya menjawab ada banyak pertimbangan
dalam menerima karyawan.”
Konteks : Hulusi yang bekerja sebagai sopir sekaligus
sebagai teman Fahri, mengingatkannya untuk segera
istirahat karena sudah larut malam dengan situasi
pekerjaan Fahri yang padat ketika siang hari.
waktu di Eropa dalam masalah
pekerjaan. Di Eropa jam dua belum
malam masih merupakan jam kerja,
berbeda dengan Indonesia yang jam
dua belas sudah harus istirahat.
Maksud Fahri tidak secara langsung
dikatakan dalam tuturannya namun
mengkaitkan dengan pengalaman
mengenai sulitnya mencari
pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
3 HES/
AAC2
/26/3
Hulusi : “Mau kah Hoca saya buatkan teh, atau kopi
sebelum saya istirahat?”
Fahri : “Secangkir kopi boleh, Paman.”
Hulusi : “Kopi apa? Kopi Turki, Arab, atau Brasil?”
Fahri : “Kopi Indonesia saja, Paman. Itu kopi luwak
yang bungkusnya kaleng hitam dari Indonesia.”
Hulusi : “Baik, Hoca.”
Konteks: keluarga besar Fahri Tinggal di Indonesia, Fahri
pun lahir di Indonesia. Ia masih sangat mencintai
minuman asal Indonesia. Selain di Indonesia, Fahri pun
menyelesaikan studinya di Turki, hingga mendapatkan istri
warga Turki. Hulusi sudah mengetahui beberapa kopi yang
Fahri sukai.
Wujud deklaratif berupa kerinduan
terhadap keluarga kampung
halamannya dengan menikmati kopi
khas Indonesia.
Maksud implikatur adalah untuk
mempertahankan produk khas buatan
Indonesia yaitu kopi luwak yang
harus diperkenalkan ke luar negeri
agar semakin meningkatkan
perekonomian di Indonesia.
Implikatur
percakapan
khusus
√
4 HES/
AAC2
/38/4
Brenda : “Terima kasih atas tumpangannya.”
Fahri : “Kita bertetangga, harus saling membantu.
Jangan sungkan jika memerlukan bantuan
kami.”
Brenda : “Kalian baik sekali.”
Konteks: Fahri adalah warga asli Indonesia yang pindah
kewarganegaraan di London karena pekerjaan. Fahri
selalu menujujung tinggi tata krama dan kebiasaan orang
Indonesia untuk saling membantu tetangga di mana pun
Fahri tinggal, sedangkan Brenda merasa tidak terbiasa
dengan kebaikan yang diterimanya dari tetangga karena
kebiasaan masyarakat London yang tidak saling
memberikan bantuan terhadap orang yang belum dikenal.
Wujud eksklamatif berupa memuji
atas kebaikan tetangganya yang baru
dikenalnya karena merupakan salah
satu penghuni beru di kompleks yang
sama.
Maksud implikatur adalah meminta
Fahri agar sering-sering membantu
dan memberikan tumpangan karena
mereka sudah saling mengenal dan
bertetangga. Selain itu, Brenda
merasa heran karena baru sekali
tetangga yang beru dikenalnya sudah
sudi memberikan tumpangan.
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
5 HES/
AAC2
/47/5
Hulusi : “Kalau mereka tidak punya mobil, kenapa tidak
kita ajak satu mobil saja, Hoca.”
Fahri : “Biarkan saja, Paman. Mungkin dia parkir mobil
di tempat lain. Atau dia mau naik taksi.”
Hulusi : “Gadis Arab kaya itu kayaknya mau buang-
buang uang. Makan siang saja di the kitchin,
kenapa tidak di kantin masjid saja?”
Konteks: Seorang gadis Arab bersama temannya mengajak
Fahri dan Hulusi untuk berdiskusi sekaligus untuk
ditraktir makan siang bersama di sebuah kafe yang
terkenal mahal dan elite. Fahri sebagai Dosen di
Universitas yang terkenal sudah biasa jika makan siang di
tempat mahal. Hulusi yang bekerja sebagai sopir, tidak
biasa makan di tempat mahal seperti di the kitchin. Maka
Hulusi merasa status sosialnya tidak sebanding dengan
gadis kaya yang hanya makan siang saja di tempat mahal.
Berbeda dengan pemikiran Hulusi, kecenderungan yang
dimiliki oleh gadis Arab yang boros dan memang sudah
merupakan gaya hidup yang dijalaninya.
Wujud deklaratif berupa rasa iri hati
atau sinis terhadap gadis Arab yang
senangnya hanya membuang-buang
uang.
Maksud implikatur adalah
mengungkapkan rasa tidak senang
terhadap orang kaya yang suka
berlebihan dalam menggunakan
uang. Selain itu, kecenderungan
orang-orang Arab yang boros dalam
menggunakan uangnya. Hal terjadi
dikarena perbedaan pendapatan,
status ekonomi, status sosial.
Implikatur
percakapan
khusus
√
6 HES/
AAC2
/84/6
Tuan Taher : “Apakah Brother ada acara pagi ini? Setelah
dari masjid ini,”
Hulusi : “Terserah, Hoca, saya ikut saja.”
Fahri : “Dari masjid ini, acara kami pulang ke rumah
dan minum teh di pagi hari.”
Tuan Taher : “Bagaimana kalau saya undang kalian minum
teh di rumah saya sambil menikmati Scotch
Wujud imperatif ajakan berupa
permintaan terhadap Fahri untuk
singgah di rumahnya sejenak
menikmati roti yang dibuat oleh
putrinya sekaligus memperkenalkan
putrinya yang bernama Heba dengan
Fahri.
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
pie dan roti Bridie buatan putri saya? Rasanya sedap sakali. Saya tinggal di kawasan
Inveresk tak jauh dari Stoneyhill.
Konteks: Selesai Shalat subuh Tuan Taher menyapa Fahri.
Sebelumnya, Tuan Taher mengetahui bahwa Fahri belum
juga menikah kembali setelah kematian istrinya. Fahri
adalah sosok seorang islam yang memahami benar
ajarannya dan bekerja sebagai pengajar di University Of
Edinburgh yang juga tempat Tuan Taher mengajar. Tuan
Taher memiliki putri yang bernama Heba yang belum
menikah diumurnya yang semakin dewasa.
Maksud implikatur yakni harapan
agar Fahri dan Heba berjodoh
dengan memperkenalkan putrinya
terlebih dahulu kepada Fahri dengan
mengajaknya minum teh bersama
yang ditemani roti scotch pie dan
bridie yang khusus dibuat oleh Heba
putri Tuan Taher.
7 HES/
AAC2
/90-
91/7
Fahri : “Ada daging sapi cincangnya, benar?
Heba : “Yup.”
Fahri : “Ada bawangnya?”
Heba : “Yup.”
Fahri : “Ada beberapa bumbu, saya tak yakin itu apa,
tapi yang membuat pie daging ini terasa reyah dan
gurih, saya rasa karena ada semacam shortcrust
kue-nya.”
Heba : “Yup, tepat. Bagaimana Anda tahu? Anda pernah
merasakan sebelumnya?”
Fahri : “Ini kali pertama saya mencicipi roti ini. Rasanya
gurih.”
Konteks: Pertama kalinya Fahri mencicipi roti yang dibuat
oleh Heba. Merasakan bumbu-bumbu yang digunakan
Heba dalam membuat roti.
Wujud deklaratif berupa
menyadarkan Heba bahwa Fahri
menyukai kue buatannya yang
ditunjukkan dengan menyebutkan
sebagaian dari bumbu-bumbu yang
digunakan Heba dalam membuat
kue.
Maksud implikatur yakni pujian
yang ditujukan kepada Heba karena
pandai membuat kue terlebih
menggunakan bumbu-bumbu yang
membuat kue yang dibuatnya
semakin lezat dan nikmat untuk
dinikmati dipagi hari.
Implikatur
percakapan
berskala
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
8 HES/
AAC
C2/64
/8
Aisha : “Aku ingin makan ikan panggang di restoran di
pinggir Danau Titisee di tengah Black Forest. Ayo
siap-siap, kita ke sana Sayang!”
Fahri : “Pukul dua nanti aku ada janji jumpa Profesor
Dikinciler.”
Konteks: Aisha mengajak Fahri untuk makan siang
bersama disela-sela kesibukan Fahri sebagai pengajar dan
pengusaha.
Wujud deklaratif berupa penolakan
untuk makan siang bersama istrinya
karena kesibukannya dalam bekerja.
Maksud implikatur adalah
menyarankan Aisha untuk mencari
teman makan siang
bersamadikarenakan kesibukan
Fahri sebagai kepala keluarga yang
harus bekerja sehingga waktu
bersama istrinya berkurang hingga
tidak menemai makan siang bersama.
Implikatur
percakapan
khusus
√
9 HES/
AAC2
/102/9
Fahri : “Paman Hulusi.”
Hulusi : “Iya, Hoca”
Fahri : “Bisakah minta tolong diantarkan Nenek Catarina
ke Sinagog?”
Hulusi : “Ke Sinagog?”
Fahri : “Iya.”
Hulusi : “Maaf, Hoca, tampaknya saya ngantuk. Saya
perlu istirahat. Kepala terasa berat, Hoca.”
Konteks: Nenek Catarina terjatuh di depan rumahnya
ketika akan pergi beribadan ke Sinagong. Fahri yang
mengetahui kejadian tersebut segera membantu dan
menawarkan diri untuk menghantar dengan meminta sopir
Fahri yang bernama Hulusi untuk mengantar ke tempat
ibadah Nenek Catarina. Hanya saja, beberapa waktu lalu,
Fahri dan Hulusi mendapatkan teror mengenai agamanya
Wujud deklarattif berupa penolakan
untuk menghantarkan nenek
Chatarina ke Sinagog tempat berdoa
umat Yahudi, karena sebelumnya
Hulusi merasa tersinggung terhadap
sikap nenek Chatarina terhadap
dirinya.
Maksud implikatur yakni
mengungkapkan rasa tidak
senangnya terhadap nenek Chatarina
dengan enggan menolong untuk
menghantarkan ke tempat berdoa
umat Yahudi. Sebab sebelumnya
Hulusi mendapat perlakuan yang
tidak baik dari nenek Chatarina yakni
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
yang dianggap sebagai Amalek. tuduhan bahwa dirinya adalah
seorang Amalek.
10 HES/
AAC2
/148/1
0
Fahri : “Kamu?”
Juu Suh : “Iya. Saya. Juu Suh, doktor. Boleh saya
masuk?”
Fahri : “Silahkan, silahkan duduk.”
Juu Suh : “Pintunya tidak ditutup, doktor? Mau saya
tutupkan?”
Fahri : “Tidak usah. Biar sedikit segar.”
Konteks: Juu Suh menemui dosen pembimbing tugas akhir
yang bernama Fahri untuk pertama kalinya. Juu Suh
menemui di ruangan kerja Fahri yang saat itu sedang
sendiri. Di ruang kerja Fahri sudah dilengkapi pendingin
ruangan maka ketika ruangan ditutup pintunya tidak akan
terganggu dengan kegiatan di luar ruangan.
Wujud deklaratif berupa larangan
untuk menutup pintu ruang kerjanya
agar tidak menimbulkan prasangka
buruk orang lain yang melihat
seorang dosen dan mahasiswanya
dalam ruangan tertutup.
Maksud implikatur yakni
menghindari fitnah dan prasangka
buruk yang akan di tujukan kepada
Fahri dan Juu Suh jika berada di
dalam ruangan tertutup. Selain itu,
Fahri merasa tidak nyaman dengan
situasi di mana hany beradua dalam
suatu ruangan tertutup meskipun
berada dalam lingkungan akademis.
Hanya saja jika tidak ditutup akan
banyak yang mahasiswa yang lalu
lalang di luar kerja Fahri.
Implikatur
percakapan
khusus
√
11 HES/
AAC2
/199/1
2
Profesor : “Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda.
Mendesak dan penting. Bisakan ketemu siang
ini sambil makan siang di The Mosque
Kitchen.”
Fahri : “Bisa. Profesor suka masakan muslim?”
Profesor : “Bukan masakan muslimnya, saya suka bumbu
pakistannya.”
Wujud imperatif berupa ajakan
makan siang di dekat masjid agar
sebelum makan siang Fahri dapat
menunaikan ibadah shalatnya
terlebih dahulu.
Maksud implikatur adalah
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Fahri : “Okay. Jam berapa kita jumpa?”
Profesor : “Satu jam lagi?”
Fahri : “Baik.”
Konteks: Menjelang siang Profesor menghubungi Fahri
untuk membicarakan mengenai pekerjaan. Profesor paham
bahwa Fahri adalah seorang muslim yang taat pada
agamanya, Sedangkan Profesor sendiri bukan umat
muslim seperti Fahri.
menghargai Fahri yang beragama
muslim dengan mengajaknya makan
siang dilingkungan masjid agar Fahri
dapat menunaikan ibadah shalatnya
terlebih dahulu sebagai rasa
menghormati yang ditunjukkan oleh
Profesor yang memiliki agama yang
berbeda dengan Fahri.
12 HES/
AAC2
/227/1
3
Fahri : “Bunga sakura itu indah sekali, Paman,”
Hulusi : “Iya, indah sekali.”
Fahri : “Tapi aku tak ingin cinta dan kasih sayangku
kepada Aisha seperti bunga sakura.”
Hulusi : “Kenapa Hoca? Bunga sakura itu indah sekali,
setiap kali merekah membuat dunia sekitarnya
berubah jadi indah juga. Ia seperti bunga yang
diturunkan dari surga.”
Fahri : “Ah, Paman hanya melihat zahir yang menipu.
Paman tidak melihat karakter yang lebih penting
untuk dihayati.”
Hulusi : “Apa itu, Hoca.”
Fahri : “Bunga sakura itu indah, ya sangat indah, tapi
sayang umurnya sangat sebentar. Sangat singkat.
Bahkan ia tidak merekah sepanjang musim semi.
Mungkin hanya merekah di sepertiga musim semi.
Indah sesaat tapi tak memberikan manfaat yang
besar untuk manusia. Bahkan orang-orang yang
sedih, yang menghibur diri dengan memandangnya
Wujud deklaratif berupa harapan
agar cintanya kepada Aisha istrinya
abadi yakni dengan mencintainya
seumur hidupnya.
Maksud implikatur adalah rasa
ketakutan untuk kehilangan istrinya
yang sangat dicintainya. Maka Fahri
berharap cintanya bersama Aisha
akan abadi hingga maut memisahkan
dibuktikan setelah beberapa tahun
berpisah dengan Aisha Fahri masih
tetap belum menikah.
Implikatur
perccakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
harus kecewa. Ketika dukanya belum hilang, bunga
sakura itu telah gugur, lalu dan musnah dari
pandangan. Indah yang suma sesaat. Aku tak mau
cinta yang seperti itu.”
Konteks: Ketika itu musim semi tiba membuat beberapa
tumbuhan termasuk bunga sakura bersemi menampakkan
bunganya di halaman rumah Fahri. Fahri belum juga
menikah setelah kepergian Aisha yang menghilang
beberapa tahun silam di Mesir.
13 HES/
AAC2
/322/
14
Hulusi : “Hoca, ada Nona Heba dan Nona Hulya
berkunjung?”
Fahri : “Saya baru saja mau mengajak Paman Hulusi
ke masjid untuk shalat Zhuhur.”
Hulusi : “Jadi bagaimana, Hoca?”
Fahri : “Katakan pada mereka apa mereka berkenan
menunggu kita shalat Zhuhur di masjid. Mereka
bisa shalat Zhuhur di rumah.”
Hulusi : “Kalau mereka tidak bisa?”
Fahri : “Tanyakan saja inti mereka datang mau apa, lalu
suruh pulang.”
Konteks: Fahri, Heba, dan Hulya sudah beberapa kali
bertemu dan berdiskusi. Fahri merasakan ada getaran
ketika bersama Hulya yang mengingatkan pada istrinya
Aisha yang hilang saat di Paskistan.
Wujud imperatif ajakan berupa
menolak untuk menemui kedua
tamunya terlebih dahulu dengan
mengisyaratkan kepada paman
Hulusi. Penolakan tersebut juga
disesuaikan dengan kenyataan bahwa
sebagai orang muslim yang taat
harus melaksanakan shalat lima
waktu.
Maksud implikatur adalah
menghindar dari Hulya dan Heba
dengan memberikan maksud kepada
Hulusi agar tidak menerima dan
mempersilahkan masuk ke
rumahnya. Selain itu, Fahri
menyadari bahwa dirinya memiliki
perasaan suka terhadap Hulya namun
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
perasaan tersebut hanya akan
membuatnya sedih karena
mengingatkan kepada itrinya yang
hilang.
14 HES/
AAC/
9/17
Juu Suh : “Kalau Al-Qur’an mengajarkan yang sedemikian
baiknya, kenapa masih ada orang islam yang
melakukan bom bunuh diri?”
Fahri : “Jawaban secara antropologis, sosiologis, juga
politis, silahkan dicari sendiri. Saya ada analogi
sederhana. Jika kalian punya pohon apel atau
mangga yang sedang berbuah, dan kau sudah
merawatnya dengan baik, bisakan kalian pastikan
seluruhnya buahnya baik? Tidak ada satu pun
yang busuk? Tidak ada yang jatuh dari pohonnya
sebelum matang?”
Juu Suh : “Tidak bisa. Selalu ada satu dua dari pohon itu
yang buahnya tumbuh tidak seperti yang
diharapkan. Satu dua tetap ada yang busuk. Tidak
bisa semua buahnya sempurna.”
Fahri : “Kalau kau punya pohon apel, hanya satu dua
saja buahnya yang busuk, apakah fair mengatakan
seluruh pohon apel itu busuk?”
Konteks: Fahri dan Juu suh berdiskusi membahas
mengenai Al-Qur’an dan umat islam. Fahri menjawab
pertanyaan Juu suh mengenai kecenderungan umat
muslim melakukan bom bunuh diri yang marak terjadi di
beberapa negara. Dengan pengetahuannya Fahri
Wujud interogatif berupa pembelaan
diri bahwa Fahri adalahumat yang
agama muslin namun di dalam
agamanya dilarang melakukan bom.
Maksud implikatur yakni
menegaskan bahwa tidak semua
umat muslim melakukan bom yang
melukai banyak orang. Orang-orang
yang melakukan bom tersebut hanya
beberapa orang saja, tetapi tidak bisa
mengatakan bahwa semua umat
islam melakukan bom.
Implikatur
percakapan
berskala
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
menjelaskan secara antropologis agar mudah dimengerti
oleh Juu Suh.
15 HES/
AAC2
/12/18
Hulusi : “Saya sudah di parkiran Buccleuch.”
Fahri : “Paman merapat ke sini, tempat tadi turun.
Bawa kemari koper kosong di bagasi mobil, bantu
saya bawa buku-buku.”
Hulusi : “Baik.”
Konteks: Hari ini Fahri mendapatkan tiga paket yang
berisi buku-buku dan beberapa jurnal yang dipesannya.
Kebetulan Hulusi sopir Fahri sudah menjemputnya untuk
mengantarkan pulang ke rumah. Fahri meminta Hulusi
untuk membawa koper untuk lebih mudah membawa buku-
buku dan jurnal baru tersebut yang jumlahnya lumayan
banyak.
Wujud imperratif berupa perintah
yang dikatakan secara halus untuk
segera datang ke ruang kerja Fahri
secepatnya.
Maksud implikatur adalah meminta
bantuan Hulusi agar segera datang
membantu membawakan buku-buku
dan jurnalyang jumlahnya banyak.
Implikatur
percakapan
khusus
√
16 HES/
AAC2
/133/
19
Fahri : “Ada satu hal yang harus kita ingat selalu
Paman.”
Hulusi : “Apa itu, Hoca?”
Fahri : “Dalam cacatan sejarah, orang yang masuk Islam
karena kelembutan budi itu jauh lebih banyak
dibandingkan karena peperangan. Terbukanya Kota
Mekkah dan berbondong-bondongnya
penduduknya masuk Islam itu karena halus budinya
Rassullah Saw. Tidak ada adu pedang dalam
penaklukan Kota Mekkah yang sangat bersejarah
tersebut. Itu adalah penaklukan dengan kebesaran
Wujud deklaratif berupa teguran
terhadap Hulusi agar menyadari
bahwa menjadi seorang muslim
harus menunjukkan ahlak yang baik
seperti yang diajarkan Rassullah
Saw.
Maksud implikatur adalah mengajak
Hulusi untuk merefleksikan segala
tindakan dan tujuan hidupnya untuk
menjadi seorang muslim yang lebih
baik dan taat pada perintahnya.
Implikatur
percakapan
berskala
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
jiwa dan akhlak Rassullah Saw.
Konteks: Fahri mendapatkan teror yang mengatakan
bahwa muslim adalah orang jahat melalui tulisan-tulisan
yang ditempelkan di pintu rumah Fahri.
17 HES/
AAC2
/511/
21
Fahri : “Kau sudah menolak lamaran Paman Hulusi,
apakah kau juga akan menolak lamaranku?
Sabina :“Orang seperti Tuan tidak pantas ditolak,
justru saya yang harus tahu diri, Tuan. Jika kita
menikah, keberadaanku di sisi Tuan nanti akan
menjadi beban dan siksaan bagi Tuan.”
Konteks: Fahri berniat menikahi Sabina yang sudah lama
diketahuinya hidup sendiri tanpa ada suami. Sebelumnya,
Hulusi temannya lebih dahulu berniat menikahinya namun
ditolak oleh Sabina dengan alasan bahwa dirinya sangat
buruk rupa. Namun Fahri merasa jatuh cinta kepada
Sabina karna ketaatannya kepada Allah dan ibadannya
yang tekun. Tetapi Sabina menolak niatan majikannya
tersebut karena masih berharap agar suatu saat nanti
bertemu dengan suaminya kembali.
Wujud deklaratif berupa
merendahkan diri agar Fahri
mengurungkan niatnya untuk
menikahi Sabina yang juga bekerja
sebagai asisten rumah tangganya
walaupun Sabina berstatus seorang
janda.
Maksud implikatur yakni menolak
lamaran majikannya karena Sabina
ingin tetap menjaga kesetiaannya
terhadap suaminya dengan hanya
menikah sekali seumur hidupnya.
Implikatur
percakapan
khusus
√
18 HES/
AAC2
/535/
22
Hulya : “Saya boleh bertanya, Hoca?”
Fahri : “Oh silahkan, Hulya.”
Hulya : “Saya tahu Hoca tidak kunjung menikah
karena merindu dan menunggu Aisha.
Pertanyaan saya, sampai kapan? Kenapa sunnah
Nabi terhalang oleh sebuah kerinduan tak jelas
Wujud interogatif berupa harapan
agar Fahri menyadari bahwa Hulya
menyimpan rasa suka (mengagumi)
terhadap Fahri.
Maksud implikatur adalah
menyatakan rasa cintanya terhadap
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
yang berlebihan? Bukankah berlebih-lebihan itu
tidak baik dalam ajaran agama kita?”
Konteks: Ketika Hulyadan Fahri makan bersama. Hulya
mengajukkan pertanyaan terhadap Fahri mengenai
keputusan hidupnya yang belum juga menikah kembali.
Sebelumnya Hulya diam-diam mencari tahu mengenai
Fahri yang belum juga menikah, setelah lama ditinggalkan
istrinya sejak peristiwa penculikkan.
Fahri. Dengan harapan agar Fahri
membalas cintanya terlebih dapat
menggantikkan posisi istrinya
terdahulu untuk selalu berada di
samping Fahri menjadi seseorang
yang sangat dicintai.
19 HES/
AAC2
/595/
23
Fahri : “Kau letih, sayang?”
Hulya : “Tidak. Rasa bahagia yang aku rasakan membuat
aku tidak merasa lelah sama sekali.”
Fahri : “Jadi apa yang akan kita lakukan malam ini?”
Hulya : “Kau imamnya, aku ikut saja.”
Fahri : “Kalau begitu kita Tahajud sampai pagi.”
Hulya : “aku jamin kau tidak akan kuat Tahajud sampai
pagi.”
Fahri : “Kenapa?”
Hulya : “Karena aku sangat yakin, malam ini aku
sangat cantik melebihi bidadari di surga sana.”
Konteks: Fahri dan Hulya baru saja melangsungkan
pernikahan dari mulai akhad nikah sampai resepsi yang
diadakan dari pagi hingga sore setelah semua acara
selesai diadakan saatnya Fahri dan Hulya untuk
beristirahat.
Wujud deklaratif berupa membujuk
suaminya untuk pertama kalinya
setelah perniakahannya dengan
Fahri.
Maksud implikatur yakni rasa
percaya diri bahwa Hulya akan
mendapatkan hak dan menunaikan
kewajibannya sebagai istri Fahri.
Implikatur
percakapan
khusus
√
20 HES/
AAC2Hulya : “Biar aku telpon dia lagi, benar-benar sombong Wujud imperatif berupa larangan
Implikatur
percakapan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
/620/2
4
dia!”
Fahri : “Tidak usah. Sekarang kau tahu, dunia artis
penuh kepalsuan. Banyak sandiwara demi
menjaga image dan citra. Itulah kenapa aku
tidak mengizinkanmu ikut kompetisi di London.
Aku ingin kau jadi bidadari yang sesungguhnya,
bukan bidadari palsu!” Hulya : “Ah, indahnya. Setiap pagi dan sore, rasa cintaku
kepadamu terus bertambah. Aku yakin, mungkin
itu juga yang dulu dirasakan Aisha.”
Konteks: Hulya mencoba menghubungi kembali
sahabatnya Keira yang juga anak didiknya Fahri yang
sudah menjadi artis terkenal. Keira menjadi terkenal sejak
dia memenangkan kompetensi di London, kesempatan yang
juga didapatkan Hulya untuk mengikuti kompetisi tersebut.
untuk menjadi artis yang terkenal.
Karena akan menyita waktu bersama
keluarga.
Maksud implikatur adalah
menunjukkan rasa ketakutan
terhadap dunia artis yang akan
menyita waktu Hulya bersama
keluarga. Fahri pun berharap Hulya
hanya menjadi artis dikeluarga
kecilnya dan bukan artis yang
dikenal di seluruh dunia.
khusus
21 HES/
AAC2
/620/2
5
Hulya : “Biar aku telpon dia lagi, benar-benar sombong
dia!”
Fahri : “Tidak usah. Sekarang kau tahu, dunia artis penuh
kepalsuan. Banyak sandiwara demi menjaga image
dan citra. Itulah kenapa aku tidak mengizinkanmu
ikut kompetisi di London. Aku ingin kau jadi
bidadari yang sesungguhnya, bukan bidadari
palsu!”
Konteks: Saat Hulya mencoba menghubungi kembali
sahabatnya Keira yang juga anak didiknya Fahri yang
sudah menjadi artis terkenal. Keira menjadi terkenal sejak
Wujud imperatif larangan berupa
penegasan bahwa dunia artis penuh
dengan kepalsuan dan sandiwara
demi menjaga citra yang baik
didepan umum/semua orang.
Maksud implikatur yakni rasa
ketakutan jikamenjadi seorang artis
akan kehilangan Hulya istrinya.
Kehilangan yang dimaksudkan
adalah kehilangan waktu dan
perhatian terhadap keluarga dan
Implikatur
percakapan
berskala
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
dia memenangkan kompetensi di London, kesempatan yang
juga didapatkan Hulya untuk mengikuti kompetisi tersebut,
namun Fahri suaminya melarangnya untuk mengikuti
kompetensi.
suaminya.
22 HES/
AAC2
/254/
26
Fahri : “Jadi tetap malam ini kita ke sana?”
Brenda : “Mau kapan lagi? Aku sudah siap ini, lihatlah.”
Fahri : “Baik.”
Konteks: Brenda dan Fahri tinggal di satu kompleks
perumaha, sebagai tentangga baru Brenda menghubungi
dengan mengirimkan pesan singkat kepada Fahri untuk
mengajak makam malam bersama berserta keluarga Fahri.
Wujud interogatif berupa perintah
terhadap Fahri untuk bersiap kerena
Brenda mengajak Fahri untuk makan
malam bersama sekaligus bersama
dengan keluarga Fahri.
Maksud implikatur adalah mengenal
atau melakukan pendekatan terhadap
Fahri dengan mengajak untuk makan
malam bersama. Selain itu, Brenda
ingin mengenal keluarga Fahri yang
juga dengan mengajak makan
bersama mereka.
Implikatur
percakapan
khusus
√
23 HES/
AAC2
/440/
27
Baruch : “Moderator, pemateri ini berbicara seenaknya
dan yang dibicarakan semuanya omong
kosong! Jelas sekali semua pemaparannya
menunjukkan dia anti-Yahudi, otak orang ini
antisemit! Dia tidak layak berbicara di forum
ini!”
Moderator : “Tuan Baruch, tolong Anda tenang jangan
memotong penjelasan Dr. Fahri. Biarkan dia
menuntaskan pemaparannya. Jika Anda tidak
sepakat nanti ada waktunya Anda
mengeluarkan argumentasi Anda. Silahkan Dr.
Wujud imperatif umpatan berupa
tuduhan yang ditujukan kepada Fahri
agar moderator menghentikan
pemaparan Fahri.
Maksud implikatur yakni kebencian
yang diungkapan Baruch terhadap
Fahri dan agama yang dianutnya
dengan mempengaruhi peserta
seminar agar ikut membenci dan
tidak mempercayai yang dikatakan
Implikatur
konvensio-
nal
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Fahri!”
Konteks: Seminar nasional yang diadakan untuk
mempererat hubungan antara umat Yahudi, Muslim dan
Kristiani. Fahri sedang mepaparkan materinya sebagai
perwakilan umat Muslim, tetapi Baruch perwakilan dari
umat Yahudi tiba-tiba memotong pemaparan Fahri.
Namun, moderator tetap mempersilahkan Fahri untuk
melanjutkan pemaparannya.
oleh Fahri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Sumber data : Novel Tentang Kamu (TK) karya Tere Liye (TL)
No Kode
Data
Data Pertuturan Wujud dan Maksud Implikatur Jenis
Implikatur
Persetujuan Ket.
S T S
24 TL/T
K/4/1
Profesor : “Thompson & Co?”
Zaman : “Jika profesor keberatan, aku akan bilang
tidak untuk interview itu. Ini bukan firma
hukum yang menjadi targetku setelah lulus,
aku bahkan tidak mengenalnya.”
Profesor : “Keberatan? Apa kamu bilang, Zaman? Ini
kabar brilian.Bergegas berangkat, anak muda.
Kita bisa kapan pun menyusun ulang jadwal
konsultasi tugas akhir. Tapi Thompson & Co.,
kesempatan itu tidak akan datang sekali dalam
seratus tahun.”
Konteks:Zamanmenelepon dosen pembimbingnya
memberitahu bahwa dirinya mendapat panggilan
interview di firma hukum Thompson & Co. Profesor
memastikan bahwa yang didengarnyabenar karena
Profesor paham seperti apa firma Thompson & Co. yang
tidak mungkin untuk dilewatkan dan mendukung Zaman
dengan menyetujuinya melakukan wawancara terlebih
dahulu.
Wujud deklarasi berupa rasa patah
semangat dilihat dari konteksnya
bahwa Profesor menanyakan ulang
mengenai firma hukum apa yang akan
menginterviewnya hingga Zaman
menyimpulkan bahwa Profesor tidak
mengizinkannya untuk melakukan
interview terlebih dahulu. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa implikatur sangat
bergantung pada konteks yang berada
di luar teks/tuturan tersebut untuk
dapat mengetahui wujud maupun
maksudnya.
Maksud implikatur adalah harapan
agar diperbolehkan untuk melakukan
interview terlebih dahulu yang
mengundur jadwal bimbingan dengan
Profesor. Sebab, Zaman
menyayangkan jika dirinya
melewatkan interview tersebut.
Implikatur
percakapan
khusus
√
25 TL/
TK/37
/2
Zaman : “Aku punya pekerjaan.”
Deschamps : “Ayolah, dari beberapa lawyer Belgrave
Square, Anda yang paling tidak suka
Wujud imperatif berupa desakan yang
ditujukan kepada Zaman untuk
sejenak bersantai di kota paris. Sebab
Implikatur
percakapan
berskala
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
menghabiskan waktu untuk bersantai
sejenak.”
Konteks: Deschamps menghantarkan Zaman kembali ke
bandara setelah menyelesaikan pekerjaannya di Kota
Paris. Deschamps adalah Tour guide yang khusus
menghantarkan lawyer-lawyer dari Belgrave saat
berkunjung ke Kota Paris.
Deschamps akan siap menghantarkan
tamunya kemana saja.
Maksud implikatur adalah berharap
Zaman bersedia mengikuti jejak para
teman-temannya sesama lawyer yang
meluangkan waktunya sejenak untuk
bersantai karena Deschamps akan siap
menghantarkan kemana saja Zaman
pergi.
26 TL/
TK/18
/3
Profesor : “Kamu sepertinya tidak terlalu antusias, Anak
Muda.”
Zaman : “Saya bahkan tidak tahu itu firma hukum
apa,prof.”
Profesor : “Kenapa kamu tidak berusaha mencari tahu
siapa mereka?”
Zaman : “Aku sempat menghabiskan setengah hari
mencari tahu lewat internet, namun sedikit
sekali entry yang pernah memuat mereka. Juga
setengah hari lagi melihat database
perpustakaan Oxford University, hanya disebut
satu-dua kali. Aku tidak punya ide sama sekali
mereka firma hukum apa? Apakah merger dan
akuisisi? Banking? Kriminal? Litigasi?
Pengacara cedera pribadi? Atau pengacara
artis-artis terkenal? Atau jangan-jangan dengan
sedikit informasi publik, mereka adalah
pengacara bagi malfia, diktator, penguasa
Wujud deklaratif berupa rasa patah
semangat untuk mencari informasi
mengenai firma hukum seperti apa
yang menginterviewnya.
Maksud implikatur yakni mengeluh
agar profesor membantunya mencari
tahu atau memberikan informasi
mengenai hukum firma seperti apa
yang memberikan kempatan kepada
Zaman untuk interview.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
shadow economy.”
Konteks: Tuturan ini merupakan konteks sosial yakni
Zaman sebagai mahasiswa menenui profesornya untuk
konsultasi tugas akhirnya. Kemudian Profesor
menanyakan mengenai interview yang dijalani oleh
Zaman yang ketika itu bersamaan dengan jadwal
konsultasi.
27 TL/
TK/32
-33/4
Aimee : “Hei, anda ternyata sudah menemukan kamar
Ibu Sri Ningsih.”
Aimee : “Pekerjaan pengacara sepertinya selalu
menuntut kecepatan.”
Zaman : “Maaf aku masuk kamar ini tidak bilang-bilang.
Aku penasaran ingin melihat kamarnya.”
Konteks: Tuturan ini merupakan konteks sosialpenutur
dan mitra tutur menyadari bahwa seorang pengacara
dituntut untuk memiliki kecepatan dalam menyelesaikan
pekerjaannya dengan segera mungkin mencari tahu yang
berkaitan dengan kliennya. Setelah melihat Zaman sudah
sampai di kamar dan mulai melakukan menyelidikan. Hal
ini berkaitan dengan latar belakang budaya, yang dapat
nyatakan tidak sopan, karena belum dipersilahkan untuk
masuk ke kamar Sri Ningsih, Zaman sudah sampai di
sana terlebih dahulu.
Wujud deklaratif berupa sindiran
yang ditujukan kepada Zaman yang
masuk Sri Ningsih tanpa izin terlebih
dahulu.
Maksud implikatur yaitu menengur
Zaman agar tidak mengulangi
tindakannya kembali dengan masuk
kamar orang tanpa izin pemiliknya
atau penjaganya terlebih dahulu.
Implkatur
percakapan
berskala
√
28 TL/
TK/57
/5
La Golo : “Siapa orang di foto itu, Pak?”
Zaman : “Orang yang sedang kuselidiki.”
La Golo : “Apakah dia penting sekali hingga harus
Wujud imperatif berupa ajakan untuk
menghentikan pencariannya dan
kembali ke hotel untuk istirahat
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
diselidiki?”
Zaman : “Sangat penting.”
La Golo : “Tapi tidak bisakah Bapak menyelidiki dan
menulis tentang orang yang lebih muda?
Orang-orang yang masih hidup dan bisa
ditanyai. Atau tentang kondisi terkini Pulau
Bungin seperti yang dilakukan wartawan lain?
Aku cemas kita tidak bisa menemukan orang
yang bisa bercerita tahun 1940-an.”
Konteks: La Golo sebagai pemandu wisata
menghantarkan Zaman berkeliling pulau Bungin untuk
mencari informasi kliennya. Orang yang dicari Zaman
sudah sangat tua maka sulit untuk dtemukan karna
kemungkinan masih hidup sangat kecil.
terlebih dahulu setelah seharian
mencari orang yang dapat bercerita di
tahun 1940-an. Kalaupun akan
dilanjutkan lebih baik mencari esok
harinya karna kemungkinan
menemukan orang yang dapat
bercerita kajadian di tahun 1940-an
akan sulit ditemukan.
Maksud implikatur yakni mengeluh
agar Zaman menghentikan atau
mengubah orang yang ingin
diselidikinya dengan orang yang lebih
mudah dicari. Terlebih yang orang
yang dicari Zaman adalah orang yang
dapat bercerita di tahun 1940-an yang
kemungkinan orang yang masih hidup
sulit untuk ditemukan.
29 TL/
TK/71
/6
Nugroho : “Kamu terlihat cantik sekali, Dek. Aku sampai
pangling.”
Rahayu : “Mas baik-baik saja?”
Nugroho : “Kapal baik, tangkapan baik, fisikku juga
baik. Tapi hatiku tidak, Dek.”
Rahayu : “Eh?”
Nugroho : “Hatiku tak terkira dirundung rindu, Dek.
Ingin segera bertemu denganmu.”
Nugroho : “Ayo, kita ke rumah. Di sini semakin panas,”
Wujud deklaratif berupa
mengingatkan mengenai tugas seorang
istri kepada suaminya yang sudah
kewajiban seorang stri dengan
memenuhi kebutuhan yang diperlukan
suaminya sepulangnya bekerja.
Maksud implikatur adalah meminta
hak dan kewajibannya sebagai suami
dipenuhi oleh istrinya Rahayu
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Konteks: Dipinggir dermaga, Rahayu menunggu sang
suami (Nugroho) yangsudah enam minggu pergi melaut.
termasukkebutuhan secara jasmani dan
rohaninya terlebih setelah enam bulan
Nugroho meninggalkan istrinya untuk
mencari nafkah.
30 TL/
TK/81
/7
Ode : “Kamu belum pulang, Sri?”
Ode : “Ini sudah pukul delapan malam, Sri.”
Sri : “Ibuku akan marah jika embernya tidak
penuh.”
Ode : “Tapi mau sampai jam berapa?”
Sri : “Tidak tahu. Sampai embernya penuh.”
Konteks:Sri mencari teripang di pinggir pantai hingga
larut malam. Jika Sri tidak membawa pulang uang
banyak maka dia akan dimarahi oleh Ibu tirinyadan
harus tidur di teras rumah maka Sri harus mencari
teripang hingga embernya penuh untuk dijual dan
mendapatkan uang yang banyak. Ode yang merasa
khawatir meminta Sri untuk pulang karena akan banyak
ular laut dan bulu babi dimalam hari.
Wujud deklaratif berupa rasa
ketakutan yang diungkapkan Sri
terhadap perlakukan ibu tirinya jika
Sri tidak membawa uang banyak hasil
penjualan teripang.
ujud ketakutkan
Wujud implikatur adalah rasa
ketakutan yang diungkapkan Sri
terhadap perlakukan ibu tirinya jika
Sri tidak membawa uang banyak hasil
penjualan teripang.
Implikatur
percakapan
khusus
√
31 TL/
TK/10
9/8
Pak Tua : “Kamu menangis, La Golo?”
La Golo : “Enak saja. Saya hanya kelilipan, Pak
Tua.”
Pak Tua : “Ah, jelas-jelas kamu menangis, La Golo.”
Pak Tua : “Kisah ini sangat menyedihkan, Pak Tua. Siapa
yang tidak terharu mendengarnya?”
Konteks: Pak Tua menceritakan mengenai kisah Sri
Wujud deklaratif berupa membela diri
bahwa La logo tidak larut dalam cerita
Pak Tua yang membuat haru hingga
tanpa disadari La Logo meneteskan air
mata.
Maksud implikatur adalah menutupi
perasaannya bahwa dirinya ikut larut
dalam kisah yang diceritakan oleh Pak
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Ninggih yang menyedihkan dengan penuh perjuangan
dan cobaan yang dialami Sri Ningsih. La Golo
meneteskan air matanya tanpa disadari hingga membuat
pipinya basah dan matanya memerah. La Golo menyimak
cerita secara baik hingga terbawa suasana yang dialami
Sri seakan-akan terjadi secara langsung saat itu.
Tua. Bahkan La Logo seperti
merasakan situasi yang dialami tokoh
dalam cerita tersebut yang penuh
dengan perjuangan dan cobaan hingga
tanpa terasa La Logo meneteskan air
matanya. Kelilipan terkadang juga
dapat membuat mata pedih hingga
mengeluarkan air mata seperti orang
yang menangis.
32 TL/
TK/16
9/9
Sri : “Aku tidak menduga ternyata membuat gula
pasir itu tidak semudah mengaduk membuatnya
menjadi teh manis.”
Lastri : “Kalau aku sih bikin teh manis tidak suka pakai
gula, Sri.”
Sri : “Memang tetap enak mbak?”
Konteks: Sri membuat teh manis di dapur yang ditemani
oleh Lastri. Sri ingin berbagi cerita mengenai perjuangan
yang dialaminya sejak kecil begitu panjang dan penuh
persoalan yang rumit.
Wujud deklaratif berupa nasehat agar
Lastri menghargai setiap proses dalam
meraih kesuksesan.
Maksud implikatur yakni
menyadarkan Lastri bahwa kesuksesan
membutuhkan perjuangan dan proses
yang panjang untuk dilalui seperti
halnya membuat gula yang dimulai
tanaman tebu hingga menghasilkan
gula yang yang memiliki rasa manis.
Implikatur
percakapan
khusus
√
33 TL/
TK/17
8/10
Sri : “Tapi kenapa Mbak Lastri dan Mas Musoh harus
pindah rumah, keluar dari komplek madrasah?
Kiai Ma’sum tetap menawarkan rumah itu, loh.”
Lastri : “Itu hanya basa-basi, Sri.” “sekali kamu tidak
lagi menjadi guru, maka tidak pantas tinggal di
rumah gratisan.”
Sri : “Loh, Mbak Lastri sendiri kan masih tercatat
Wujud deklaratif berupa menegur Sri
agar tidak bergantung selamanya pada
madrasah untuk terus tinggal di rumah
yang disediakan oleh madrasah.
Maksud implikatur yakni
memperingatkan bahwa Sri
sebagaisesama pengajar di madrasah
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
sebagai guru? Jadi tetap berhak, kan?”
Konteks: Ketika Sri bertanya mengenai alasan Mbak
Lastri pindah dari rumah yang disediakan oleh madrasah
untuk para pengajar. Mbak Lastri dan suaminya
merupakan pengajar di madrasah hanya saja suami mbak
Lastri sudah tidak mengajar lagi.
untuk tidak selamanya berharap
tinggal dirumah yang disediakan oleh
pihak madrasah. Oleh karenanya, Sri
harus mulai mempersiapkan untuk
memiliki rumah/tempat tinggal
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Sumber data : Dua(2) karya Donny Dhirgantoro (DD)
No Kode
Data
Data Pertuturan Wujud dan Maksud Implikatur Jenis
Implikatur
Persetujuan Ket.
S T S
34 DD/2/
52/2 Mama : “Lihat sekitar kamu, Gusni,.. mulai hari
ini...perang telah dimenangkan dan hari-
hari selanjutnya adalah hari yang indah
penuh kejayaan bagi umat manusia..”
Gusni : “...yang berdarah manis..”
Mama & gusni: “PEMBALASAN DIMULAI....!”
Konteks:Saat di toko dan membeli karet nyamuk. Mama
dan Gusni sangat alergi dengan nyamuk. Mereka berdua
memiliki jenis darah manis, hingga ketika tergigit
nyamuk maka badan mereka akan mengeluarkan bintik-
bintik merah.
Wujud deklaratif berupa kemenangan
bagi Gusni dan Mama yang mampu
membasmi nyamuk.
Maksud implikatur yakni
mengungkapkan rasa kebenciannya
terhadap nyamuk yang senang
mengigit mahluk hidup. Hanya saja,
jika Gusni dan Mama tergigit oleh
nyamuk akan membuat tubuhnya
menjadi bintik-bintikmerah.
Implikatur
percakapan
khusus
√
35 DD/2/
82/4 Pelatih : “Gita punya hati yang berani...,”
Papa : “Perjalanan anak saya masih panjang, Pak.., dan
saya senang di perjalanan itu, Gita bersama
dengan orang yang tepat, Terima kasih, Pak..”
Pelatih : “Hati yang besar dan ..berani..., Pak.”
Konteks: Orang yang paling berjasa besar menjadikan
Gita pemain bulutangkis terkenal adalah Pak Andi, ia
adalah pelatih Gita. Pak Pelatih selalu mendampingi
Gita kemana pun Gita bertanding. Pak Pelatih selalu
melatih Gita hingga menjadi pemain bulutangkis
Wujud deklaratif berupa pujian yang
ditujukan kepada Papa yang memiliki
putri bernama Gita yang menjadi
pemain bulutangkis hebat dan tangguh
hingga dapat membenggakan kedua
orang tuanya dan negara Indonesia.
Maksud implikatur yakni rasa bangga
Pelatih terhadap Gita yang dengan
senang hati merelakan masa mudanya
dihabiskan untuk berlatih bulutangkis
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
profesional.
hingga menjadi pemain bulutangkis
yang prefesional dan membanggakan
negara Indonesia di hadapan negara-
negara lain.
Pak Pelatih bermaksud memberikan
semagat terhadap Papanya untuk
selalu memberikan semangat terhadap
Gita. Papa juga mengizinkan Gita
untuk menjadi pemain bulutangkis dan
memilih untuk tidak bersekolah seperti
teman-teman yang lainnya merelakan
masa mudanya untuk berlatih bulu
tangkis.
36 DD/2/
153/5 Nuni : “Tenang Gus..., besok gue samperin tuh si Ktut!
Gue maki-maki, enak aja dia bilang lo
kegedean,kayak kegantengan aja tuh orang, udah
rambut keriting belah tengah lagi...”
Gusni : “Kata Harry..,lebih enak jadi orang gendut,
karena ukuran hatinya pasti lebih besar...”
Konteks: Gusni memiliki tubuh yang gemuk sering diejek
oleh teman-teman yang lain saat SD. Harry dan Nuni
yang bersahabat dengan Gusni selalu membelanya ketika
sedang diejek oleh teman-teman yang lain.
Wujud deklaratif berupa penghibur
dirinya sendiri dan Nuni agar tidak
menimbulkan keributan dengan yang
lain.
Maksud implikatur adalah
menenangkan hati Nuni agar tidak
menaruh dendam sehingga tidak
menimbulkan permusuhan antara
teman-teman yang lain dan agar Nuni
memaafkan kesalahan teman.
Implikatur
percakapan
berskala
√
37 DD/2/
212/6 Gusni : “Kalau saya masih punya kesempatan , Dok?
Dokter : “Kesempatan untuk sembuh selalu ada,Gus,
sudah kita cari dengan segala saya dan usaha
Wujud interogatif berupa rasa patah
semangat untuk mencoba berbagai
cara untuk menyembuhkan penyakit
Gusni namun tetap pada dianogsa awal
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
saya, kita, terutama keluarga kamu.”
Gusni : “Tapi saya-nya sendiri belum coba kan, Dok?”
Dokter : “Sudah 18 tahun, Gus?! Belum cukup?”
Konteks: Pertama kalinya Gusni mengetahui penyakitnya
setelah 18 tahun dirahasiakan oleh kedua orang tuanya
dan dokter. Menurut mereka diumur Gusni yang 18
tahun, Gusni wajib mengetahui bahwa umurnya tidak
panjang, prediksi dokter hanya sampai diumur 25 tahun.
saat Gusni baru saja lahir.
Maksud implikatur yaknirasa
menyerah terhadap penyakit yang
diderita Gusni karena sudah banyak
tindakan yang dilakukan untuk
menjaga Gusni agar tetap stabil
kondisinya terlebih sudah berbagai
cara untuk dapat menyembuhankan
tetapi tetap pada dianogsa awal hingga
Gusni berumur 18 tahun.
38 DD/2/
240/7 Gita : “Papa telepon Pak Pelatih tuh..,”
Gusni : “Iya.., kalau dia masih mau ngelatih gue lagi,
Kak, Pasti dia lagi banyak kerjaannya.” Gita : “Iya..”
Gusni : “Dia bilang apa sama lo, Kak?”
Gita : “Enggak bilang apa-apa, .....cuman nanya Gusni
udah tahu ya Git.. gitu aja..”
Konteks:Sebelumnya Gusni sempat dibimbing oleh Pak
Pelatih ketika Gusni SD, namun saat latihan berlangsung
Gusni tiba-tiba pingsan dan mendapat perawat di rumah
sakit, maka Papa Gusni memutuskan untuk tidak
mengijinkan latihan bulutangkis kembali.
Wujud deklaratif berupa patah
semangat jika Pak Pelatih sudah jera
mengajari Gusni menjadi pemain
bulutangkis.
Maksud implikatur yakni
mengungkapkan rasa ketakutannya
jika Pak Pelatih tidak mau/jera melatih
Gusni kembali setelah kejadian
sebelumnya yang membuat Gusni
tidak boleh berlatih bulutangkis.
Implikatur
percakapan
khusus
√
39 DD/2/
309/9 Papa : “Khatulistiwa terbuka, Pak?”
Pelatih : “Terus kenapa, Pak? Saya ingin sekali anak itu
masuk dan ikut seleksi Pelatnas, tetapi dia bukan
Wujud deklaratif berupa menyetujui
bahwa para pemain bulutangkis di
Indonesia sudah tidak ada regenarasi
kembali. Maka Papa mengizinkan
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
siapa-siapa, rangking pun tidak punya, tetapi dia,
dengan segala keterbatasannya menciptakan
harapan, menunjukkan kalau harapan itu ada.”
Papa : “Sesuatu yang sudah lama hilang dari
bulutangkis Indonesia...”
Konteks: Papa mendekati Pak Pelatih duduk bersama
setelah beberapa waktu lalu Papa sempat marah-marah
kepada Pak Pelatih atas kejadian yang dialami Gusni
karna kelelahan berlatih bulutangkis. Kemudian, Pak
Pelatih memberi tahu mengenai pertandingan yang akan
dihadapi oleh Gusni.
.
Gusni untuk menjadi pemain
bulutangkis dan mewakili Indonesia
dalam pertandingan Khatulistiwa
terbuka yang sudah lama hilang
seiring hilangnya para pemain
Indonesia yang pindah
kewarganegaraan.
Maksud implikatur yakni berharap
Gusni putrinya akan menjadi orang
yang akan kembali membangkitkan
semangat para pemain bulutangkis
muda dengan kembali menghidupkan
dan menyemarakkan cabang olahraga
bulutangkis di Indonesia. Hal tersebut
dimulai dari memberikan kesempatan
kepada Gusni untuk bertanding di
pertandingan Khatulistiwa terbuka
yang diadakan di Indonesia melawan
negara-negara seluruh Asia.
40 DD/2/
83/10 Pelatih 1 : “Semangat Gita tanpa henti, Pak.”
Pelatih 2 : “Calon Srikandi bulutangkis Indonesia.”
Papa : “Te.. te.. terima kasih, Pak, semuanya...”
Konteks : Selesai pertandingan yang dimenangkan oleh
Gita, Papa datang menghampiri para pelatih Gita untuk
mengucapkan selamat dan terimakasih telah membimbing
Gita, putrinya menjadi pemain bulutangkis yang
membanggakan di pertandingan pertamanya.
Wujud deklaratif berupa pujian
terhadap Gita karena telah menjadi
atlet bulutangkis wanita yang
membanggakan dengan memenangkan
pertandingan pertamanya.
Maksud implikatur adalah harapan
agar Gita dapat menjadi atlet wanita
yang tangguh
Implikatur
konvensio-
nal
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
dan berani hingga dapat
membanggakan di cabang olahraga
bulutangkis Indonesia.
41 DD/2/
230/1
1
Gusni : “Gusni berangkat ya..”
Gita : “Jalannya di pinggir aja jangan di tengah,
banyak mobil...”
Gusni : “Masa sih, Pa? Gusni mau jalan di tengah jalan
raya?”
Konteks: Saat masih subuh, seluruh anggota keluarga
berkumpul dimeja makan untuk menemani Gusni
menyiapkan bekalnya yang akan pergi joging tanpa
ditemani menuju stadion gelanggang.
Wujud imperatif berupa imbauan
untuk lebih berhati-hati saat joging di
jalan karena Gusni pergi sendiri untuk
menuju stadion gelanggang.
Maksud implikatur adalah teguran
sebagai pengungkapan rasa sayangnya
terhadap Gusniagar berhati-hati saat
berlari di tepi jalan. Sebab, akan
banyak mobil/montor yang lalu lalang
di jalan terlebih dipagi hari.
Implikatur
percakapan
khusus
√
42 DD/2/
393/1
2
Gita : “Dek, Berani Dek...”
Gusni : “Berani, Kak!”
Konteks: Di lapangan bulutangkis, Gita dan Gusni
adalah sepasang pemain ganda yang sedang bertanding
melawan Malaysia. Dengan semangat dan kerjasama
yang baik Gusni dan Gita mengumpulkan hingga 20 point
hanya kurang satu point lagi untuk memengkan
pertandingan.
Wujud imperatif berupa ajakan
terhadap Gusni untuk bersiap
melakukan penyerangan kepada lawan
saat pertandingan bulutangkis.
Maksud implikatur adalah penegasan
bahwa Gusni bersiap-siap untuk
melakukan penyerangan terhadap
lawan dengan melepaskan beberapa
smash hingga dengan cantik Gusni
melepaskan drive kelawan maka point
pun didapat oleh Gita dan Gusni.
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Sumber data : Novel Perahu Kertas (PK) Karya Dee Lestari (DL)
No Kode
Data
Data Pertuturan Wujud dan Maksud Implikatur Jenis
Implikatur
Persetujuan Ket.
S T S
43 DL/P
K/50/
2
Kugy : “Kalau makan di kampus–masih berminat?”
Keenan : “Tergantung siapa yang mengajak.”
Kugy : “Jawaban yang salah. Harusnya: tergantung
siapa yang bayar.”
Kugy : “Jadi, saya ditraktir, nih?”
Konteks : Kugy dan Keenan bersahabat dan saling
mengagumi. Tanpa disengaja mereka bertemu di
lingkungan kampus. Kugy menenggur Keenan yang
sedang berjalan sendirian setelah selesai perkuliahan.
Wujud imperatif berupa ajakan yang
dinyatakan secara halus untuk
mengajak makan bersama di kantin
kampus yang secara kebetulan mereka
bertemu. Kugy dengan segaja
mengajak keenan untuk makan
bersama di lingkungan kampus karna
Kugy belum pernah makan berdua di
kantin kampus.
Maksud implikatur yakni mengenal
atau mendekati Keenan dengan
mengajaknya makan bersama di kantin
kampus. Kugy tidak mau menyia-
nyiakan kesempatan untuk mengajak
Keenan yang juga sahabat sekaligus
orang yang dikaguminya untuk makan
bersama agar Kugy dan Keenan
semakin dekat dan saling mengenal.
Implikatur
percakapan
khusus
√
44 DL/P
K/93/
3
Noni : “Lu ngapain aja, Gy?”
Kugy : “Gua banyak di rumah. Merenungi nasib.”
Eko : “Nggak ada yang lebih menarik?”
Kugy : “Gua lagi bikin....”
Noni : “Gantung amat,”
Wujud deklaratif berupa teguran yang
tujukan kepada Kugy agar tidak
menghentikan ceritanya.
Maksud implikatur adalah meminta
Implikatur
percakapan
umum
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Kugy : “Lu ngapain aja, Non?”
Konteks: Kugy, Noni, dan Eko bertemu kembali dan
menceritakan pengamanannya masing-masing selama
satu bulan mereka berlibur setelah menghadapi ujian
diakhir semester.
Kugy untuk segera malanjutkan
pembicaraan agar tidak menimbulkan
rasa penasaran terhadap teman-teman
yang mendengarkan terutama rasa
penasaran Noni (penutur implikatur).
45 DL/P
K/96-
97/4
Noni : “Kenapa, Gy?”
Kugy : “Nggak. Nggak jadi. Gua lupa mau ngomong
apa. He-he. Sori.”
Noni : “Yakin? Hari ini lu banyak gantung, deh.”
Kugy : “Mungkin udah saatnya gua bertobat dan banyak
berbuat baik.”
Konteks: Kugy berkali-kali selalu tidak menyelesaikan
pembicaraan karena mitra tutur sedang berbicara lewat
telepon dengan saudaranya.
Wujud imperatif berupa
mengingatkan Kugy bahwa dirinya
sering tidak menyelesaikan
pembicaraannya sampai beberapa kali.
Maksud implikatur yakni menegur
Kugy agar setiap kali ingin
menyampaikan „sesuatu hal‟ harus
diselesaikan hingga tidak membuat
lawan bicaranya merasa penasaran.
Implikatur
percakapan
umum
√
46 DL/P
K/199
/5
Bimo :“Angkatan kita akan kehilangan
silumannya.”
Keenan : “Siapa tahu setelah anggak jadi mahasiswa,
gua malah jadi macan kampus.”
Bimo : “Gua mohon jangan, Nan. Bentar lagi ada
cewek-cewek angkatanbaru, dan gua ogah
bersaing sama lu, monyong!”
Konteks: Keenan merupakan salah satu mahasiswa
berprestasi dengan IPK 4.00. Selain itu, Keenan memiliki
beberapa telenta yang dikuasinya hingga membuat
teman-temannya kagum. Namun, ketika semester empat
Wujud deklaratif berupa rasa bangga
yang diungkapkan oleh Bimo melalui
pernyataan „silumannya‟ karena
Keenan menguasai beberapa bakat dan
talenta yang tidak semua orang
memilikinya.
Maksud implikatur yakni rasa
kebanggaan yang dimiliki Bimo
terhadap Keenan karena merupakan
salah satu mahasiswa yang berprestasi.
Bahkan, Keenan menguasai beberapa
Implikatur
percakapan
umum
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Keenan memutuskan untuk berhenti kuliah.
bakat dan talenta yang dikuasainya
dengan mempersamakan dengan
mahluk halus atau mahluk gaib
lainnya.
47 DL/P
K/248
/6
Wayan : “Agung, rupanya ada yang harus cepat-cepat
kita kasih makan sebelum dia lirik sama anjing-
anjing seluruh Bali karena disangka tulang
berjalan.”
Keenan : “Setuju, Poyan. Saya nggak nolak dikasih
makan, apalagi kalau dalam waktu dekat.”
Konteks: Wayan dan Agung menjemput Keenan yang
baru saja sampai di bandara Ngurah Rai Bali.
Pertemuan Wayan, Agung dan Keenan di bali adalah
kedua kalinya setelah lama tidak berjumpa.
Wujud deklaratif berupa informasi
yang ditujukan kepada Keenan bahwa
dirinya memiliki badan yang kurus.
Maksud implikatur adalah
mengingatkan Keenan untuk selalu
menjaga pola hidupnya terlebih pola
makan agar tidak terlihat kurus yang
akan menimbulkan banyak penyakit.
Implikatur
percakapan
umum
√
48 DL/P
K/261
/7
Luhde : “Poyan...,”
Wayan : “Dia luar biasa berbakat, ya. Lukanya juga
mulai sembuh. Dia mulai kembali seperti Keenan
yang dulu”
Luhde : “Keenan sudah menemukan bintangnya.”
Konteks: Keenan sudah mulai fasih dalam melukis
setelah sekian lama tidak lagi melukis karena tidak
mendapatkan ide atau rasa untuk melukis.
Wujud deklaratif berupa pujian
terhadap Keenan bahwa dirinya
seorang pelukis yang memiliki bakat
yang luar biasa hebat.
Maksud implikatur adalah
mengungkapkan rasa kekagumannya
terhadap Keenan yang sudah
menemukan kembali aura atau
perasaan yang dimiliki seorang
pelukis. Hingga menghasilkan
lukisan-lukisan yang menyimpan
keindahan disetiap lukisannya.
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
49 DL/P
K/334
/8
Remi : “Kamu buru-buru baget harus pulang?”
Kugy : “Memangnya kenapa?”
Remi : “Macetnya parah, nih. Mendingan kita tunggu
sampai agak lenggang baru jalan lagi. Keberatan
nggak?”
Kugy : “Nggak.”
Konteks: Remi menawarkan diri untuk menghantarkan
Kugy pulang ke rumahnya. Kugy bekkerja di kantor Remi
yang terkenal sukses di usianya yang masih muda dan
belum menikah.
Wujud interogatif berupa ajakan
untuk singgah di sebuah kafe terlebih
dahulu sambil menunggu jalanan lebih
senggang dari jam pulang kantor.
Maksud implikatur adalah mengenal
atau mendekati Kugy sebab Remi
mengagumi karyawan barunyat
tersebutdengan mengajak untuk
singgah sejenak seraya menunggu
jalanan mulai sepi. Selain itu, Remi
ingin mengenal Kugy lebih jauh lagi.
Implikatur
percakapan
khusus
√
50 DL/P
K/448
/9
Karyawan 1 : “Yah, gitu deh, fenomena anak bau
kencur, semagatnya juga tai-tai ayam.”
Karyawan 2 :“Otak brilian, tapi nggak didukung
profesionalisme sama aja bohong.”
Karyawan 1 : “Prodigy ternyata punya jadwal
kedaluwarsa juga, ya.”
Konteks: Kugy merupakan karyawan yang baru beberpa
bulan bekerja di sebuah kantor. Hanya saja, Kugy sudah
jarang berangkat bekerja yang menimbulkan rasa iri
pada karyawan yang lain.
Wujud deklaratif berupa sindiran
yang ditujukan kepada Kugy sebagai
karyawan baru yang tidak memiliki
semangat dalam bekerja.
Maksud implikatur yakni
merendahakan atau meremehkan
kinerja karyawan baru yang secara
pengalaman masih sedikit
dibandingkan dengan senior yang
sudah lebih banyak pengalamannya.
Implikatur
percakapan
umum
√
51 DL/P
K/502
/10
Karel : “Kugy? Kugy.. ngapain?”
Kugy : “Karel.. aku mau jadi parasit dulu di sini. Boleh
ya?”
Konteks: Kugy pergi ke rumah kakaknya yang bernama
Wujud interogatif berupa permohonan
untuk menumpang hidup di rumah
Karel dengan segala fasilitas yang
digunakan oleh Karel yang juga
digunakan oleh Kugy yang dikatakan
Implikatur
percakapan
umum
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Karel untuk menengkan hatinya sementara waktu karena
merasa kurang yakin dengan keputusannya untuk
menikah dengan orang yang tidak dicintai.
melalui kata „parasit‟
Maksud implikatur yakni meminta
agar diperbolehkan untuk tinggal
bersama di tempat Karel, dilayani oleh
Karel, di berikan fasilitas oleh Karel,
bahkan diberi uang untuk bertahan
hidup oleh Karel.
52 DL/P
K/39/
11
Kugy : “Gua sebetulnya anak buah Neptunus yang
dikirim ke Bumi untuk jadi mata-mata, dan
kebetulan sekali, zodiak gua Aquarius. Ajaib,
kan?”
Keenan : “Sama dong. Gua juga Aquarius.”
Konteks: Kenan dan Kugy makan siang bersama,
kemudian Kugy bercerita mengenai teman-teman
khayalannya serta tugas dalam cerita dikhayalannya
tersebut.
Wujud interogatif berupa penegasan
bahwa Kugy menjadi orang yang
terpilih dari pada teman-teman
khayalannya yang juga memiliki
tugasnya masing-masing. Bahkan,
Kugy menyatakan dirinya adalah
orang yang istimewa karena menjadi
bagian dari agen Neptunus.
Maksud implikatur yakni rasa
kebanggaan terhadap dirinya sendiri
karena menjadi orang yang pilihan
Neptunus hingga secara khusus diutus
ke bumi untuk menjadi mata-mata.
Implikatur
konvensio-
nal
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Sumber data : Novel Nagabonar Jadi 2 (NJ2) karya Akmal Nasery Basral (ANB)
No Kode
Data
Tuturan/Percakapan Wujud dan Maksud Implikatur Wujud
Implikatur
Persetujuan Ket.
S T S
53 ANB/
NJ2/2
1-22/1
Ronny : “Selamat datang di Jakarta om. Saya Ronny.”
Nagabonar : “Anak buah kau?”
Ronny : “Tangan kanan, om.”
Konteks: Sesampainya di Jakarta Nagabonar bersama
anaknya Bonaga. Bonaga adalah seorang pengusaha
sukses, yang memiliki karyawan dan orang-orang
dipercaya untuk menjalankan perusahaannya. Saat itu,
Bonaga dan Nagabonar disambut oleh rekan kerjanya
tersebut di bandara Soekarno-Hatta.
Wujud deklaratif berupa informasi
bahwa Ronny dan Bosnya memiliki
kedekatan yang intens hingga
menimbulkan dugaan bahwa Ronny
memiliki hubungan khusus bukan
hanya sekedar hubungan antara
karyawan dan pemimpinnya.
Maksud implikatur yaitu
penegasan bahwa Ronny memiliki
hubungan atau kedekatan khusus
terhadap bosnya hingga dirinya
diberikan kepercayaan untuk
menjalankan perusahaan sekaligus
mempertegas status atau posisinya
bahwa bukan hanya sekedar
karyawan biasa yang berkerja
dalam suatu perusahaan.
Implikatur
konvensional
√
54 ANB/
NJ2/3
8/3
Bonaga : “Masih suka datang malaria bapak?”
Nagabonar : “Sesekali masih datang juga dia
menjengukku.”
Wujud interogatif berupa
mengingatkan mengenai penyakit
yang diderita Nagabonar, Bapaknya
agar menjaga kesehatan.
Implikatur
percakapan
umum
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Konteks: Nagabonar menjenguk putranya yang bekerja
dan tinggal di Jakarta jauh dari kampung halamannya
yaitu di Medan. Bonaga yang sudah paham mengenai
penyakit yang sering diderita Bapaknya tersebut mencoba
membuka percakapan setelah lama mereka tidak
berjumpa.
Maksud implikatur yakni
menunjukkan rasa sayang dan
perhatiannya Bonaga kepada
bapaknya. Selain itu, mitra tutur
menangkap implikatur dengan
memberikan jawaban tanpa
memperhitungkan makna tambahan
mengenai „malaria‟.
55 ANB/
NJ2/4
7/4
Maryam : “Eh Naga,” “Sudah tua kau sekarang,
berhentilah mencopet. Dengar saranku ini. Lagi
pula siapa yang hendak kau copet di sini, Naga?”
Naga : “Eh, jangan macam-macam kau Maryam. Pabrik
ini milik Bonaga anakku.”
Maryam : “Ha?! Apa yang kau copet selama ini Naga,
sampai anakmu bisa punya pabrik?”
Naga : “Bah, sekolahnya di luar negeri anakku itu
Maryam. Pintar dia.”
Konteks: Maryam dan Naga adalah teman lama yang
bertemu kembali setelah lama tak jumpa. Mereka berpisah
sejak masing-masing menikah.
Wujud deklaratif beruparasa
bangga terhadap anaknya yang
memang pandai hingga
mendapatkan beasiswa untuk
bersekolah keluar negeri karena
Naga pun menyadari dirinya tidak
mampu menyekolahkan putranya
sampai menjadi orang sukses
karena hanya berkerja
diperkebunan.
Maksud implikatur yakni
menegaskan bahwa Nagabonar
membiayai pendidikan putranya
tidak menggunakan uang yang
tidak halal atau dengan menyopet
seperti kebiasaan Nagabonar ketika
masih kecil.
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
56 ANB/
NJ2/4
7/5
Maryam : “Aku dengan Menteri itu satu partai, kau
tahu, aku staf ahli baliau.”
Nagabonar : “Ahli?”
Maryam : “Ahli!”
Nagabonar :“Ahli? Bah! Setahuku keahlianmu Cuma
mencopet saja Maryam. Cukuplah kau saja
yang menjadi pencopet, tak perlu kau ajari
Menteri itu untuk menjadi seperti dirimu.
Bisa tambah susah rakyat kita nanti.”
Konteks: Nagabonar dan Maryam bertemu kembali setelah
lama tak jumpa. Sejak kecil Nagabonar dan Maryam
sering bermain bersama serta menjalin persahabatan,
hingga setelah lulus SD Maryam dan keluarga pindah
tempat tinggal.
Wujud imperatif bujukan berupa
teguran agar Maryam lebih berhati-
hati sebab sebagai pejabat di
pemerintahaan sangat rentang
untuk melakukan tindakan korupsi
seperti yang sedang marak terjadi.
Maksud implikatur adalah
memperingatkan Maryam agar
tidak mudah tergoda untuk
melakukan tindak korupsi karena
pekerjaan Maryam sangatlah dekat
dengan uang rakyat yang kapan
saja bisa memiliki kesempatan
untuk dikorupsi.
Implikatur
percakapan
khusus
√
57 ANB/
NJ2/7
7/6
Nagabonar : “Uangnya memang banyak, Umar. Tapi
belum berarti hidupnya tak susah.”
Umar : “Lho?”
Nagabonar : “Lihatlah si Bonaga itu. S2 dia dari luar
negeri. Pintar. Ganteng pula sebagai lelaki.
Tapi semua kelebihan itu tak membuatnya
mudah mendapatkan istri.”
Umar : “Barangkali dia hati-hati memilih istri, Pak.”
Konteks: Nagabonar menceritakan mengenai kehidupan
anak laki-lakinya yang belum juga menikah kepada teman
baru yaitu Umar.
Wujud deklaratif berupa mengeluh
yang dinyatakan Nagabonar karena
kebanyakan orang yang tidak
bersyukur dengan yang dimilikinya.
Karena banyak orang miskin yang
ingin menjadi orang kaya
sedangkan orang yang cukup
banyak tetap merasa kurang dengan
yang dimilikinya sekarang.
Maksud implikatur yakni
menasehati Umar untuk selalu
bersyukur dengan yang dimilikinya.
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Karena banyak orang tidak mampu
yang ingin menjadi orang kaya
sedangkan orang yang
berkecukupan tetap merasa kurang
dengan yang dimilikinya sekarang.
Bahkan, sekalipun orang kaya
tetapi belum tentu kehidupannya
bahagia dan sempurna karena
setiap manusia memiliki
masalahnya masing-masing sesuai
dengan kemampuannya dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
58 ANB/
NJ2/1
63/7
Bonaga : “Iya, tapi mati dia. Kalau bapak tidak angkat
dia jadi tangan kanan, masih hiduplah dia
sekarang.”
Nagabonar : “Kalau dia masih hidup mungkin jadi
koruptor si Bujang itu, Bonaga. Jadi lebih baik
dia mati jadi pahlawan.”
Konteks: Nagabonar dan Bujang bersahabat sejak kecil.
Bahkan, Nagabonar menggap Bujang sebagai sahabat
sekaligus saudara. Ketika itu, Bonaga mengetahui
kedekatan Nagabonar dan Bujang yang saling melindungi
saat perang melawan penjajah mencoba mengingatkan
jasa-jasa Bujang terhadap Nagabonar.
Wujud deklaratif berupa
penegasan bahwa Nagabonar
memiliki kedekatan khusus
terhadap Bujang yang rela mati
untuknya.
Maksud implikatur yakni
mengingat kesetiaan Bujang yang
juga saudara berani mengurbankan
diri dengan rela mati untuk
melindungi Nagabonar sebagai
pemimpin dari serangan para
penjajah.
Implikatur
konvensio-
nal
√
59 ANB/
NJ2/1
75/8
Monita : “Maafkan kalau saya menggangu keasyikan
om sendiri. Saya pergi dulu, om”
Wujud imperatif berupa
permintaan kepada Monita untuk
ditemani mengobrol sebentar tidak
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Nagabonar :“Monita, Monita, Apa kau tak bosan-
bosannya setiap hari bertemu Bonaga? Di
kantor, di sini juga.”
Konteks: Monita datang mendekati Nagabonar yang
sedang duduk sendiri larut malam di taman suatu BAR.
Nagabonar adalah ayahanda Bonaga kekasih sekaligus
rekan kerja Monita di kantor.
hanya mengobrol dengan Bogana.
Maksud implikatur yaitu
mengetahui kepribadian Monita
sekaligus hendak menyeleksi
apakah monita pantas menjadi
menantunya. Tuturan tersebut dapat
diketahui maksudnya dilihat dari
konteks yang berada di luar teks itu
sendiri.
60 ANB/
NJ2/1
83/9
Monita : “Pamit dulu, om. Bye, Bon!”
Nagabonar : “Ayolah!”
Bonaga : “Kalau aku antar dia, nanti pulangnya aku
naik apa, Pak?”
Konteks: Nagabonar menyuruh Bonaga untuk
mengantarkan Monita seorang yang disukai Bonaga untuk
kembali ke rumah yang kebetulan situasinya sudah larut
malam.
Wujud interogatif berupa menolak
untuk menghantarkan Monita
karena tidak biasa menghantarkan
seorang wanita yang disukainya.
Maksud implikatur adalah
meminta Nagabonar untuk
menjemputnya kalau Bonaga pergi
menghantar Monita pulang. Karena
Bonaga merasa sungkan untuk
menghantar seorang wanita di
tengah malam.
Implikatur
percakapan
khusus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
IMPLICATURE IN THE POPULAR NOVEL INDONESIAN
Oleh
Dina Eka Pratiwi, Pranowo, dan Antonius Herujiyanto
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Jl. Affandi, mrican, CT, depok sleman D. I. Yogyakarta 55281
Abstract
The implicature is 'something' that wants to say but not said. That is,
another purpose that is not said in the speech. In addition, the
implicatures can also be found in fictional works such as Indonesia's
popular noven which also presents a communication situation made as
real as possible. Thus, implicatures in written language are
characterized by the use of certain dictions such as question form or
indirect command form. An implicatur certainly can not be separated
from the context behind the speech occurred. So in the study discussed
the form and purpose of implicatur found. The form can be a complete
word, phrase and sentence. In addition, the form can be known based
on its communicative functions in the form of declarative sentences in
the form of praise, imperative sentence in the form of a petition, and
declarative form of statement. In addition, based on the analysis of the
form and the purpose of implicatur can be concluded some rules
implicatur the emergence or use of an implicatur when the
communication process takes place. The implicatur rules are first,
refine the speech, maintain the politeness of communicating, and
mengaja secrecy of information.
Keyword: Implicature, context, popular novel.
Introduction
A literature such a novel is a picture of real life to communicate to the
society. This could be an interesting thing when the process of communication
that happen in a fiction story using an implicatory in every conversation. Actually,
this conversation is a form of direct rules in a novel. Conversation is a team work
activity in the form of communicative interraction as stated by Gumperz
(Nugraheni, 2011). Conversation is an interraction using a language as a media to
deliver the information to the conversation mate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
This delivering information is sometimes has different meaning that want
to delivered by the speaker. However, to know the meaning that stated by the
speaker by direct spoken can be learned by pragmatic about implicature. The
concept about implicature is introduced by Grice in her article “Logic and
Conversation” to solve by the common semantic theory. Sulistyowati (2012) in
her research said that if we just use the theory or semantic, the meaning of a
language can be known accurately. The missunderstanding meaning is so
significant towards the goals of the communication itself. It means that the
information that delivered by the speaker is received and known by the speaker
mate.
Along with that, the researcher want to add the implicature usage in a
literature especially in a novel, because implicature is a material about the spoken
goals in a communication process in society.
Implicature
Implicature concept introduced by Grice (1975,1978) with the goals to
solve the problem about the meaning of language that can’t be solved by using
semantic. Along with that, come up the new concept in pragmatic that include in a
language branch, conversation implicature. Implicature concept that used to
explain the differences between “what is spoken” and “what is applied”.
Purwo (Nadar, 2014:64) said that in the conversation implicature there is
an unwritten mutual agreement with the conversation that unreavealed in a
sentence we spoke literally. The agreement between the speakers in a form of
written or not. Stated by Brown and Yule (1996: 31) explain about the terms
implicature that is used to explain what might be interpreted, advised, or meant by
the speaker that might be different with the actually spoken bu the speaker. That
statement based on the meaning that different with the exact meaning. This
concept is known by explaining the differences mean by the speaker. Means that,
we can conclude that implicature is “something” we want to deliver but unspoken.
On the other word, another meaning we don’t speak in conversation. Implicature
in written marked with some dictions like questions mark or another undirect
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
orders. Instead, in a verbal language beside dictions added with non verbal
language. The necessary of conversation background similarity or topic in a
conversation can be seen in a context between the speaker and the speaker mate.
Grice stated that there is two kinds of implicature, they are conventional
implicature and conversatuon implicature. Conventional implicature happen
because it is influenced by the topic or the context that common known by many.
Stated by Maulana (2001) conventional implicature is an implication or the
meaning that common and conventional which is everyone knows the meaning or
implication about something. The understanding towards the conventional
implication as the listener or the reader about experience and general knowledge.
Therefore, conventional implicature implified that a concept or meaning
generally and conventional. On the other words, everyone generally have known
and understand the meaning or implication on something. Along with Yule
(2014:78) state that conventional implicature doesn’t always happen in
conversation amd doesn’t depend on particular context and get aditional meaning
when that words are used. Conversation implicature have various meaning.
Because the nderstanding towards “the things it meant” really depend on the
context of conversation. Conversation implicature only found in a speech act
(speech act). Yule (2014) explain about converstion implicature is “the basic of
scalar implicature is that, when any form in scale is asserted, the negative of all
forms higher on the scale in implicated”. It means that, in a specific conversation
implicature requires an understanding to the point by the speaker and the speaker
mate in a conversation.
Beside that, something that has important role in implicatre is a context.
Context in an conversation implicature has an important role because there is a
context that can be a background on conversation or dialogue. Moreover, in this
conversation implicature, only the speaker mate knows the context of the topic.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Context
Language in a pragmatic knows the form context that used as a mark for
the outside unsure in a pragmatic outside the context itself. The text is, there is the
meaning in conversation even when it is not complete. The context in pragmatic is
the condition or setting that become a background or there is connection with the
dialogue. The meaning is really close with the situation below:
“exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without
linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in
the reality of spoken living tongue, the utterance has no meaning except int
he context situation”
Leech (Nugroho, 2009:119) also explain that context is a component in a
conversation situation. Based on Leech (1993) context is explained as an aspect
that has close meaning with phisical environtment and social life. Beside that
Leech also add his definition that context as a same background knowledge
between the speaker and the speaker mate and in this context help the speaker
explain or interpreted the meaning of the speaker.
Along with Brown and Yule (1996:25) stated that the context referring to
“situation or environment” and using language in it. Brown and Yule say that a
communication can run well, it should a dinamic process in a language as a tools
in communication in a context by the speaker ot the writer with the speaker mate
we need an ability to interprete another meaning in communication.
Popular Novel
Popular literature development started on 1970s. Long ago, it is known as
dime novel (roman picisan). The terms of roman picisan used by R. Roolvink.
Teeuw (Dewojati, 2015:18) stated the roman picisan term is used by to mention
Medan romans that spread so fast in Medan. On the other side, some Javanesse
litterateur that write in Bahasa Indonesia comes in the decade before 1970s,
mostly in Balai Pustaka. But, only the writer in Malay language could have
popular novel. The terms of popular novel might be a cheap thing even tough it is
not always that cheap than another novel. It means that, romans can be
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
understood, could entertain the readers with simple way, and some other explore
sexualism. The term of roman picisan change into entertaining novel in 1960s.
Popular novels now are continuing from roman picisan on 1970s. Without any
other expectation, this pop novel gets more attention from the reader. It is marked
by the more pop novel that published by the writer. Indonesian pop novel tent to
develop in a romance only. Even when detective novel, violence novel, adventure
novel, romance-mistery are also found.
Nurgiantoro (2013:21) popular novel is a novel that only popular on that
era and has many readers, especially teenager readers. In popular novel doesn’t
show tha actual problem and always follow the actual year. Moreover, the
problem in popular novel doesnt’t show the problem by real, because it is only
from the imagination of the writer. Because of it, popular novel is temporary,
follow the era, and not force the reader to read it repeatedly.
Method
This observation is an descriptive qualitative observation. From the direct
discussion in Ayat-Ayat Cinta by Habiburrahman El Shirazy, Perahu Kertas by
Dewi Lestari, and Dua Karya by Donny Dirgantara. This observation data by the
dissussion that there is implicature in it. The observer collect the data with tead-
write the document or archieve method (Sudaryanto, 2015:136). This is the same
method as Sudaryanto said (2015:15) the identity on the ups and down of the
similarities, suitability, compability with the stuff that become the standard of it.
Furthermore, the data analisys is an effort to handle the problem in the data. Based
on that data analysis divided by two technique, based data and advanced data. The
based data we used is by choosing particular unsure. It means that the analysis by
choosing the data based on the object that observed. Next, the advanced technique
is connect-compare-same technique. On the other words, connect-compare-same
technique amon all unsure is rellevan with the data (Sudaryanto, 2015:25-33).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Discussion
This following wil be discussed about the form and implicature meaning
in Indonesian popular novel. By the form and that meaning we can get the
implicature in communication. The sentences below will be talked about the form
and implicature maning.
(5) Trainer 1 : “Gita’s spirit is never end, Sir.”
Trainer 2 : “Candidate of Indonesian Badminton Srikandi”
Father : “Thanks, Sir, everyone...” (DD/2/83/10)
Context: Gita wins badminton competition for the first time. After
the comepetition Father meets the coach of her daugter Gita that
for make her badminton player and make her and Indonesia proud.
Data (1) is a conventional implicature as said by Mulyana (2001) that
conventional implicatureis an implication or common meaning. It means that, the
common meaning in the data (1) is an conventional implicature with collective
form by compliments to Gita from her father because she has became female
badminto atlet for the first time battle. The construction in implicature “Srikandi”
is a word that has meaning itself.
Beside that, Leech (Yuniarti, 2014) said that pragmatic as a material in
linguistic that has close meaning in semantic. This relatifity is called
semantisisme, seen the sematic as a part of semantic by seeing that semantic and
pragmatic as two scope that complete each other. So, along with the data (1) has a
semantic meaning in a puppet story is a name of a Arjuna’s wife. Different with
pragmatic that has implicature is a female athlete who make her country proud in
the data (1) refers to a badminton athlete whose a tough and brave woman and
able to make her country proud by winning badminton competition. Moreover, the
speaker is also wants to express her proud fell that Gita has a brave soul to be a
winner.
(2) Karel : “Kugy? Kugy...what’s up?”
Kugy : “Karel... I want to be a parasite here. May I?”
(DL/PK/502/10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Context: Kugy goest to her brother named Karel to calm her heart
down temporary because she is not sure with her decision to get
married with the person she doesn’t love.
Along with Brown and Yule (1996) says that conversation implicature gets
from the conversation principle. A conversation always has a communicative
value in every words when conversation go on. Also stated by Rahardi (2005) said
that pragmatic form can be differentiate into five kinds based on communicative
value, one of them is like in the data (2) in conversation implicature lies on
“parasite” word at “Karel ... I want to be a parasite here”. That implicature has
imperrative sentence by an ask to live in Karel’s house with all facilities Karel use
are also used by Kugy and sum up in parasite word.
Implicature form come up based on the phenomenon that the conversation
between the speaker and the speaker mate are advised to follow the rules of
conversation (Nugraheni, 2011). But , the speaker and the speaker mate
sometimes break the rules and not obey the rules like Grice say on teamwork.
That breaking rules occure in the data (2) used to represent various meaning of
“parasite” word, so parasitee word represent harfiah meaning is the parasitee who
live patch on the main plant but different usage in a data (2) used to tell the
meaning by that word. Thereby, the implicature of “parasite” gives the meaning
that Kugy wants to live with Karel, served by Karel, given facilities by Karel, and
given money by Karel to survive. That meaning seen at parasite word.
(3) Aisha : “I want to eat fish barbeque in a restaurant by tha Lake
Titisee in Black Forest. Get ready, we will go there,
baby!”
Fahri : ”At two a o’clock I have to keep my promise to
Profesor Dikinciler”
(HES/AACC2/64/8)
Context: Aisha ask Fahri to have lunch together among Fahri’s bussiness
as a teacher and enterpreneur.
Implicature can be used to keep the warmth of a relationship between the
speaker and the speaker mate. Means that, implicature used by the speaker to keep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
the goodness in communication just like in the word (3) in a statement stated by
Fahri to keep the heart of the speaker mate. That understanding stated again by
Grice (Yuniarti, 2014) said that implicature is a statement something that different
with the exact saying. This has close meaning with something different with the
exact saying. That differences is a form of conversation by literal meaning directly
stated implicit. Conversation form literally is an implicature we can get it directly.
Just like implicature at “at two a o’clock I have to keep my promise to Profesor
Dikinciler” as Fahri said directly and seen communicative function. The form of
declarative sentence as stated by Fahro can’t accompany Aisha to have lunch
together.
Stated by Brown & Yule (1996) said that implicature used to explain what
might be interpreted, advised, or meant are different with the exact saying by the
speaker. Means that, in the data (3) stated in the statement is not meant, advised,
or referred by Fahri / the speaker. If so, that meaning advise Aisha to find a
partner to have lunch together because Fahri’s bussiness as a husband that have to
work so that he has litle time with his wife to accompany her having lunch.
Based on that data, can be known on in an implicature that become a point
to a communication process. First rule in implicature, soften the conversation.
Implicature can be used to soften the implicature. Means that, impicature used to
soften the conversation with choosing the word when the communication process
go on. Beside that, when the speaker communicate to the speaker mate wants to
keep the goodness in a language through the diction choosing that more soft that
another diction. Of couse we need to pay attention that choosen dictions are
common known the meaning by the speaker and the speaker mate.
Beside that, sometimes the choosen dictions represent the meaning more
than the spoken words. Stated by Yule (2014) explain about additional meaning.
Additional meaning here by Yule is when someone hear a sentence in a
conversation, first of all he should assumed that the speaker is still making a
teamwork and wants to give the information. That information surely (has a
meaning) more than a words saying by the speaker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Second, keep the goodness in communication. An implicature occure /
used to keep the communication going. Means that, an implicature used as a
media to keep the goodness in a conversation. Pranowo (2015) in his research
explain about the goodnes in communication. Language usage calls as a good
thing if the speaker is able to keep their value in front of the speaker mate. In
short, a conversation become better.
Third, implicature is used to keep the secret when it is doesn’t want to
known by many except the speaker and the speaker mate. This thing relate to the
meaning with conversation implicature is temporary is that implicature can not
stay for long and stays when the process of commnication going. Mulyana (2005)
says that conventional implicature is temporary. It means that, the meaning of
something is not stay for long.
Conclusion
Based it the result of this observation can be conclude that an implicature
in an Indonesian implicature novel is not only in direct conersation in a daily basis
but also in a fiction novel. This is same thing as in the implicature in a daily basis,
and also in a fiction novel we can get the meaning of implicature. That form by
words, phrase and full sentece. Beside that, it can be seen by the communicatio
function by declarative sentence in a compliment, imperrative sentence in a form
of application, and declarative in the form of statement.
Meanwhile, based on the analysis and implicature can be conclude some
rules of implicature when the process of communication going. Implicature rule
are, soften the conversation, keep the goodness of communication, and keep the
secret of an information.
References
Brown & Yule. 1996. Analisis Wacana: Discourse Analysis. Jakarta: Gramedia
Pusaka Utama.
Dewojati, Cahyaningrum. 2015. Sastra Populer Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Levinson, Stephen. 1983. Pragmatics. New York: Cambridge University Press.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
----------. 2001. Implikatur Dalam Kajian Pragmatik. Jurnal Diksi. Vol. 8 No.19
Januari 2001.
Nadar. 2009. Pragmatik &Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nugraheni, Yunita. 2011. Implikatur Percakapan Tokoh Wanita Dan Tokoh Laki-
Laki Dalam Film Harry Potter And The Goblet Of Fire. Jurnal LENSA
Volume 2, No. 2 juli.
Nugroho, Miftah. 2009. Konteks Dalam Kajian Pragmatik. Jurnal Bahasa
Indonesia (Peneroka Hakikat Bahasa). Bagian II.3.
Pranowo. 2015. Tergantung pada konteks. Jurnal PIBSI.
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik.. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford University Press.
Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yuniarti, Netti. 2014. Implikatur Percakapan Dalam Percakapan Humor. Jurnal
Pendidikan Bahasa. Vol. 3, No. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Dina Eka Pratiwi Lahir di Lampung pada tanggal 26
januari 1993. ia menempuh pendidikan di SD Negeri 1
Sri Pendowo Lampung Selatan, lulus pada tahun 2004.
Ia melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 1 Ketapang Lampung Selatan, lulus pada tahun
2007. Pendidikan menengah atas ia tempuh di SMA
Yos Sudarso Metro Lampung, lulus pada tahun 2010. Ia menyelesaikan Sarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indrapasta PGRI pada
tahun 2015. Setelah itu, ia menempuh Pendidikan Magister Di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, sebagai mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Sebagai tugas akhir, ia menulis tesis dengan judul “Implikatur
Tuturan Para Tokoh dalam Novel Populer Indonesia Tahun 2007 sampai 2016:
Kajian Pragmatik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI