implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

11
Resume Pragmatik – Implikatur Muflihana Dwi Faiqoh C1011031 Dosen Pembimbing : Muhammad Ridwan, S.S., M.A Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Niat, Maksud dan Tujuan Kata “niat” dan “keinginan” merupakan salah satu bentuk sinonim. Hanya saja terkadang niat hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh orang yang berniat. Niat juga dapat diartikan dengan keinginan yang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang atau akan dilakukan. Atas dasar ini, maka setiap perbuatan yang dilakukan oleh orang yang berakal, dalam keadaan sadar dan atas inisiatif sendiri, pasti disertai dengan niat, baik perbuatan tersebut berkenaan dengan ibadah, perbuatan, adat kebiasaan atau perbuatan lainnya. Niat secara bahasa adalah suatu bentuk dari keinginan. Kata Niat dalam bahasa Arab berarti menginginkan sesuatu dan bertekad hati untuk mendapatkannya. Dalam hal ini, niat dapat kita jelaskan sebagai sesuatu hal yang terdapat di dalam hati seseorang sebagai suatu bentuk keinginan terhadap suatu hal, baik yang sedang di lakukan ataupun yang akan di lakukan. Niat bersifat halus, karena memiliki makna yang tersembunyi. Dan niat, sebagaimana yang dikatakan Al-Qaraafy adalah “Maksud manusia dengan hatinya akan apa yang ia inginkan untuk melakukannya. Niat juga bisa merupakan azzam hati terhadap amalan atau perbuatan yang bersifat wajib atau yang lainnya.

Upload: noonaflo

Post on 25-Jun-2015

120 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

pragmatik - implikatur

TRANSCRIPT

Page 1: Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

Resume Pragmatik – ImplikaturMuflihana Dwi Faiqoh

C1011031

Dosen Pembimbing : Muhammad Ridwan, S.S., M.AJurusan Sastra Arab

Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret Surakarta

Niat, Maksud dan Tujuan

Kata “niat” dan “keinginan” merupakan salah satu bentuk sinonim. Hanya saja

terkadang niat hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh orang yang berniat. Niat juga dapat

diartikan dengan keinginan yang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang atau akan

dilakukan. Atas dasar ini, maka setiap perbuatan yang dilakukan oleh orang yang berakal,

dalam keadaan sadar dan atas inisiatif sendiri, pasti disertai dengan niat, baik perbuatan

tersebut berkenaan dengan ibadah, perbuatan, adat kebiasaan atau perbuatan lainnya. Niat

secara bahasa adalah suatu bentuk dari keinginan. Kata Niat dalam bahasa Arab berarti

menginginkan sesuatu dan bertekad hati untuk mendapatkannya. Dalam hal ini, niat dapat

kita jelaskan sebagai sesuatu hal yang terdapat di dalam hati seseorang sebagai suatu bentuk

keinginan terhadap suatu hal, baik yang sedang di lakukan ataupun yang akan di lakukan.

Niat bersifat halus, karena memiliki makna yang tersembunyi. Dan niat, sebagaimana yang

dikatakan Al-Qaraafy adalah “Maksud manusia dengan hatinya akan apa yang ia inginkan

untuk melakukannya. Niat juga bisa merupakan azzam hati terhadap amalan atau perbuatan

yang bersifat wajib atau yang lainnya.

Sedangkan maksud dan tujuan memiliki makna yang saling berdekatan. Maksud dan

tujuan dapat di definisikan sebagai keinginan yang tertuju pada suatu perbuatan. Dapat kita

ketahui dari penjelasan di atas, bahwa maksud atau tujuan terkait dengan perbuatan yang

sedang di lakukan. Maksud dan tujuan tidak akan ada kecuali dengan suatu perbuatan yang

mampu di lakukan. Tujuan (a goal) merupakan hasil akhir yang ingin dicapai individu

ataupun kelompok yang sedang bekerja, merupakan hasil yang diharapkan menurut nilai

orang-orang.

Page 2: Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

Perbedaan antara maksud dan tujuan

Maksud memiliki pengertian atau makna secara luas, sedangkan tujuan adalah bagian

secara terperinci dari maksud yang ada. Maka dari itu, dapat kita simpulkan bahwa antara

niat, maksud dan tujuan pada hakikatnya memiliki makna yang berdekatan dan berhubungan,

namun tetap ada perbedaan yang membatasinya.

Niat berasal dari hati, bersifat halus, tertuju pada perbuatan yang akan dilakukan atau

yang sedang dilakukan. Selain itu, niat bisa dilakukan hanya di dalam hati saja. Maksud

adalah keinginan yang tertuju pada suatu perbuatan. Maksud juga terkait dengan perbuatan

yang sedang dilakukan, memiliki makna yang luas, dan perbuatannya sudah jelas. Sedang

tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai dalam suatu perbuatan. Tujuan juga bagian dari

maksud, bersifat khusus, merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan, dan

merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.

IMPLIKATUR

Gagasan dari implikatur (percakapan dan konvensional) diprakarsai oleh seorang filsuf

Universitas Oxford, H.P. Grice.

Teori pragmatik Grice

A. Teori Implikatur Percakapan Klasik Grice

Dalam artikel umum Grice tentang makna dan komunikasi, ada dua teori: Teori makna

tidak alamiah (makna nn) dan teori implikatur percakapan.

Teori Makna Non-Alamiah Grice

Penutur mengutarakan pendapatnya dengan berujar kepada mitra tutur, jika dan hanya

jika penutur bermaksud:

(i) Mitra tutur memikirkan masalah,

(ii) Mitra tutur mengakui bahwa penutur mempunyai maksud bahwa mitra tutur

memikirkan masalah itu,

(iii) Pengakuan mitra tutur tentang maksud dari penutur menjadi alasan utama bahwa

mitra tutur memikirkan masalah itu.

Page 3: Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

Esensi dari maknann adalah komunikasi yang dimaksudkan untuk mengenali apa yang

menjadi maksud.

1. Prinsip Kerja Sama dan Maksim-maksim dalam Percakapan

Menurut Grice, prinsip kerja sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada

umumnya, dan rasionalitas percakapan pada khususnya. Prinsip kerja sama itu dibagi menjadi

sembilan maksim percakapan, yang dikategorikan dalam empat kategori: kualitas, kuantitas,

relevansi, dan cara/ pelaksanaan. Prinsip kerja sama dan komponen-komponennya itu,

menetapkan apa yang harus dilakukan oleh para partisipan agar dapat bercakap-cakap dengan

cara yang efisien, rasional, dan penuh kerja sama semaksimal mungkin: mereka harus

bertutur dengan tulus, relevan dan jelas, sembari memberikan informasi yang memadai.

Teori Implikatur Percakapan Grice

a. Prinsip kerja sama

Bekerjasama: Buatlah kontribusi percakapan anda sesuai dengan yang diperlukan

pada tahap terjadinya kontribusi itu, berdasarkan tujuan atau arah yang diterima

dalam pertukaran percakapan yang anda lakukan.

b. Maksim-maksim percakapan

Maksim Kualitas : Usahakan memberikan kontribusi yang benar.

(i) Katakan hal yang sebenarnya.

(ii) Jangan mengatakan sesuatu yang anda tahu bahwa sesuatu itu tidak benar, jangan

katakan sesuatu tanpa bukti yang cukup.

Maksim Kuantitas :

(i) Berikan informasi anda secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh mitra tutur.

(ii) Bicaralah seperlunya saja, jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu.

Maksim Relasi : katakan yang relevan, bicara sesuai dengan permasalahan.

Maksim cara : bersikaplah agar mudah dipahami, dan khususnya:

(i) Hindari ketidakjelasan

(ii) Hindari ketaksaan

(iii) Jangan berbelit-belit

(iv) Berkatalah teratur

2. Hubungan antara Penutur dan Maksim

Page 4: Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

Hubungan antara penutur dapat dilihat sebagaimana berikut: pertama, penutur secara

terang-terangan mematuhi maksim. Yang kedua, penutur melanggar maksim. Contohnya,

penutur melakukan pelanggaran submaksim yang pertama dalam hal kualitas dengan sengaja

memberitahukan sebuah kebohongan. Yang ketiga, penutur memilih keluar dari maksim.

Yang keempat, penutur secara terang-terangan berlagak mengeksploitasi sebuah maksim.

3. Implikatur Percakapan0 dan Implikatur PercakapanF

Implikatur percakapan0 adalah implikatur percakapan yang mematuhi maksim, sedang

implikatur percakapanF adalah implikatur percakapan yang berlagak mengeksploitasi

maksim.

Implikatur percakapan0

a. Kualitas :

Tim Berners-Lee menemukan World Wide Web pada tahun 1989.

+ Penutur percaya bahwa Tim Berners-Lee menemukan World Wide Web pada tahun 1989,

dan sudah ada bukti cukup.

b. Kuantitas :

John memiliki enam kartu kredit.

+ John memiliki paling banyak enam kartu kredit.

c. Relasi :

John : Jam berapa sekarang ?

Mary : Museum belum buka.

+ Waktu pada saat itu adalah pada saat museum belum buka seperti biasanya.

d. Cara :

John pergi ke McDonald dan membeli dua hamburger.

+ Pertama-tama, John pergi ke McDonald dan kemudian ia membeli dua hamburger

Submaksim kedua dari kualitas adalah, ketika seorang penutur membuat pernyataan,

dia menyatakan secara tidak langsung bahwa dia percaya hal itu, maka implikatur percakapan

yang relevan ada di contoh (a). Submaksim kualitas dapat juga merupakan 'Moore paradoks'.

Paradoks berkaitan dengan pertanyaan mengapa ujaran seperti (a.1) merupakan pragmatis

yang menyimpang. Jawabannya sederhana: (a.1) merupakan pelanggaran terhadap komitmen

yang penutur tegaskan.

a.1 Tim Berners-Lee menemukan World Wide Web pada tahun 1989, akan tetapi, aku tidak

percaya dia melakukannya.

Page 5: Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

Submaksim dari kuantitas, dimana hanya memberikan informasi sebanyak yang

dihasilkan penutur, pada contoh (b), penutur menyiratkan bahwa John hanya memiliki kartu

kredit sejumlah enam buah.

Pada contoh (c), jawaban Mary bisa dianggap tidak relevan. Dia tidak memberi

jawaban langsung, tapi dia berpikir bahwa jawaban tersebut mungkin membuat John

mengerti.

Contoh (d) menyiratkan bahwa penutur –sedang bersikap teratur- dalam menyajikan

peristiwa-peristiwa dalam suatu rangkaian terjadinya peristiwa-peristiwa itu.

Implikatur percakapanF

a. Kualitas

Chomsky adalah sosiolinguis yang hebat.

+ Chomsky sama sekali bukan sosiolinguis

b. Kuantitas

Perang adalah perang.

+ Hal-hal yang buruk selalu terjadi dalam perang.

c. Relasi

John : Susan kadang-kadang bisa seperti sapi.

Mary : hari yang indah!

+ Seseorang tidak seharusnya mengatakan aib orang lain di belakangnya.

d. Cara

John tersenyum.

Sudut bibir John sedikit ke atas.

+ John tidak benar-benar tersenyum

Pada contoh – contoh di atas, penutur telah dengan sengaja melanggar maksim kualitas

dengan tujuan untuk mencapai efek komunikasi tertentu.

4. Ciri – ciri Implikatur

Implikatur percakapan memilki ciri-ciri sebagai berikut:

Suatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu.

Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih

mempertahankan implikatur yang bersangkutan.

Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu akan arti

konvensional dari kalimat yang dipakai.

Page 6: Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

Kebenaran dari isi sesuatu implikatur percakapan bukanlah tergantung pada kebenaran

ujaran.

B. Dua Teori Implikatur Percakapan Baru Grice

Dua teori tersebut adalah dua teori yang paling berpengaruh, yaitu “dua prinsip Horn”

dan “tiga prinsip Levinson”.

1. Sistem Horn

Menurut Horn, semua maksim Grice (kecuali maksim kualitas) dapat diganti dengan

dua prinsip : prinsip kuantitas dan prinsip relasi.

Prinsip Kuantitas Horn :

Buatlah kontribusi secukupnya;

Katakanlah sebanyak yang anda bisa.

Prinsip Relasi Horn :

Buatlah kontribusi sesuai yang diperlukan;

Katakanlah sesuatu tidak lebih dari yang seharusnya.

2. Sistem Levinson

Menurut Levinson, Horn gagal dalam menjelaskan perbedaan antara “minimal

semantik” (ekspresi umum yang lebih disukai daripada ekspresi khusus) dengan “minimal

ekspresi” (ekspresi pendek yang lebih disukai daripada ekspresi panjang). Akibatnya, yang

ada hanyalah ketidakkonsistenan penggunaan prinsip kuantitas dan relasi Horn.

Prinsip Kuantitas Levinson :

Penutur : Jangan katakan sesuatu yang lebih sedikit dari yang diperlukan.

Mitra tutur : Apa yang tidak dikatakan, berarti bukan yang dimaksudkan.

Prinsip Informatif Levinson :

Penutur : Katakan secukupnya, jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu

Mitra tutur : Apa yang dikatakan secara khusus telah dicontohkan.

Prinsip Cara/ Pelaksanaan Levinson :

Penutur : Jangan memasang ekspresi yang mencolok tanpa alasan.

Mitra tutur : Apa yang dikatakan dalam sebuah kenyataan adalah tidak nyata.

Page 7: Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

C. Implikatur Konvensional

Implikatur konvensional adalah makna suatu ujaran yang secara konvensional atau

secara umum diterima oleh masyarakat (Rohmadi, 2004). Implikatur konvensional tidak

didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak

harus terjadi dalam percakapan, dan tidak langsung pada konteks khusus untuk

menginterpretasikannya. Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan

menghasilkan maksud tambahan apabila kata-kata itu digunakan. Kata-kata tersebut salah

satunya adalah kata hubung “tetapi”.

Persamaan Implikatur Konvensional dan Implikatur Percakapan

Kedua implikatur ini sama-sama membuat kontribusi tentang keadaan yang sebenarnya.

Keduanya juga sama-sama berhubungan dengan penutur dan mitra tutur.

Perbedaan Implikatur Konvensional dan Implikatur Percakapan

Pertama, implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau

maksim-maksim, tapi dihubungkan dengan kata penghubung khusus. Sedangkan implikatur

percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama dan maksim-maksim. Kedua, implikatur

konvensional tidak diperoleh melalui proses penalaran atau penghitungan. Sedang implikatur

percakapan diperoleh melalui penghitungan, karena mitra tutur harus saling menghubungkan

maksim-maksim dan prinsip kerja sama dalam suatu proses penalaran yang rumit. Ketiga,

implikatur konvensional tidak dapat dibatalkan, atau lebih tepatnya susah untuk dibatalkan

karena akan menyebabkan ujaran yang jelas, dan tidak ada lagi maksud tersirat. Sedang

implikatur percakapan dapat dibatalkan. Keempat, implikatur konvensional dapat dipisahkan

dari ujaran dengan mengubah bentuk linguistik ujaran tersebut, sedang implikatur percakapan

tidak dapat dipisahkan dari sebuah ujaran hanya dengan mengubah bentuk linguistik ujaran

tersebut. Kelima, implikatur konvensional cenderung tidak universal/ menyeluruh, sedang

implikatur percakapan cenderung menyeluruh.

Daftar Pustaka

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Page 8: Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031

Yan, Huang. 2007. Pragmatics. New York : Oxford University Press.

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media