implikasi teori lokasi terhadap penentuan lokasi fasilitas umum masjid nasional al-akbar surabaya

37
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perencanaan wilayah merupakan instrument yang dapat memberikan arah dalam pembangunan wilayah secara menyeluruh dan terpadu. Pembangunan tersebut terbagi dalam berbagai kegiatan baik kegiatan pertanian maupun non pertanian yang dominan dalam kontribusi pertumbuhan wilayah suatu wilayah.Kegiatan-kegiatan tersebut membutuhkan pengaturan lokasi yang mampu memberikan keuntungan maksimum, efisiensi dalam aksesbilitas serta penggunaan ruang yang optimal sehingga kegiatan- kegiatan tersebut dapat berlangsung (Budiyono, 2003). Penentuan lokasi kegiatan harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain aksesbilitas, bahan baku mentah, tenaga kerja, pemasaran, dsb. Berbagai pertimbangan yang deskriptif kuantitatif dan kualitatif tersebut dikenal dengan sebutan “Teori Lokasi”. Surabaya sebagai ibukota propinsi Jawa Timur merupakan pusat kegiatan di Indonesia bagian timur, memiliki kedudukan yang sangat strategis baik dalam skala regional maupun nasional, baik dalam hal fasilitas peribadatan, terutama dalam hal peribadatan untuk umat islam. Mengingat hampir 90% penduduknya adalah pemeluk agama islam, baik dalam lingkup Jawa Timur, maupun Indonesia secara umum.Untuk perlunya dibangun masjid dalam segala besar di Surabaya seperti yang di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dibangun di tanah seluas 11,2 Ha hibah dari Pemerintah Kota Surabaya. Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya diinisiasi oleh Walikota Surabaya waktu itu, Sunarto atau yang lebih dikenal Cak Narto. Latar belakang dari didirikannnya Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya adalah keinginan berdirinya pusat kegiatan islam berskala nasional yang ada di Surabaya serta ingin adanya ikon peribadatan sebagai identitas nasional.

Upload: yenita-hana

Post on 20-Jan-2016

319 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dibangun di tanah seluas 11,2 Ha hibah dari Pemerintah Kota Surabaya. Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya diinisiasi oleh Walikota Surabaya waktu itu, Sunarto atau yang lebih dikenal Cak Narto. Latar belakang dari didirikannnya Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya adalah keinginan berdirinya pusat kegiatan islam berskala nasional yang ada di Surabaya serta ingin adanya ikon peribadatan sebagai identitas nasional.

TRANSCRIPT

Page 1: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perencanaan wilayah merupakan instrument yang dapat memberikan arah dalam

pembangunan wilayah secara menyeluruh dan terpadu. Pembangunan tersebut terbagi

dalam berbagai kegiatan baik kegiatan pertanian maupun non pertanian yang dominan

dalam kontribusi pertumbuhan wilayah suatu wilayah.Kegiatan-kegiatan tersebut

membutuhkan pengaturan lokasi yang mampu memberikan keuntungan maksimum,

efisiensi dalam aksesbilitas serta penggunaan ruang yang optimal sehingga kegiatan-

kegiatan tersebut dapat berlangsung (Budiyono, 2003). Penentuan lokasi kegiatan harus

mempertimbangkan berbagai faktor antara lain aksesbilitas, bahan baku mentah, tenaga

kerja, pemasaran, dsb. Berbagai pertimbangan yang deskriptif kuantitatif dan kualitatif

tersebut dikenal dengan sebutan “Teori Lokasi”.

Surabaya sebagai ibukota propinsi Jawa Timur merupakan pusat kegiatan di

Indonesia bagian timur, memiliki kedudukan yang sangat strategis baik dalam skala

regional maupun nasional, baik dalam hal fasilitas peribadatan, terutama dalam hal

peribadatan untuk umat islam. Mengingat hampir 90% penduduknya adalah pemeluk

agama islam, baik dalam lingkup Jawa Timur, maupun Indonesia secara umum.Untuk

perlunya dibangun masjid dalam segala besar di Surabaya seperti yang di Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya.

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dibangun di tanah seluas 11,2 Ha hibah

dari Pemerintah Kota Surabaya. Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya diinisiasi oleh

Walikota Surabaya waktu itu, Sunarto atau yang lebih dikenal Cak Narto. Latar

belakang dari didirikannnya Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya adalah keinginan

berdirinya pusat kegiatan islam berskala nasional yang ada di Surabaya serta ingin

adanya ikon peribadatan sebagai identitas nasional.

Page 2: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

2

Ada beberapa permasalahan yang masih menjadi perkerjaan rumah Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya, seperti aksesibilitas menuju lokasi yang masih kurang,

hal tersebut bisa dilihat aksesibilitas masyarakat menuju ke Masjid Nasional Al-Akbar

Surabaya yang masih lewat jalan-jalan kolektor, padahal Masjid Nasional Al-Akbar

Surabaya merupakan salah satu ikon nasional, kemudahan transportasi, dalam hal ini,

masih minimnya transportasi umum yang menuju langsung ke Masjid Nasional Al-

Akbar Surabaya.

Secara umum, dalam menentukan lokasi fasilitas peribadatan seperti Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya, harus mempertimbangkan beberapa unsur seperti

kemudahan akses menuju lokasi, letak lokasi dengan pusat kota atau lokasi-lokasi

strategis di Kota Surabaya, dsb. Dengan demikian perlu dilakukan peninjauan kembali

terhadap penentuan lokasi Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Penentuan lokasi yang

tepat akan memberikan keuntungan maksimum dan efisiensi dalam memakmurkan

kawasan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran umum lokasi Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya ?

2. Apa saja faktor-faktor lokasi yang mempengaruhi penentuan lokasi Masjid Nasional

Al-Akbar Surabaya ?

3. Bagaimanakah kesesuaian faktor-faktor lokasi lokasi Masjid Nasional Al-Akbar

Surabaya ?

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan menjelaskan gambaran umum lokasi Masjid Nasional Al-Akbar

Surabaya.

Page 3: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

3

2. Mengidentifikasi faktor-faktor lokasi yang mempengaruhi penentuan lokasi Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya.

3. Merumuskan rekomendasi dalam mengoptimalisasikan penentuan lokasi Masjid

Akbar Surabaya dilihat dari skala jangkauannya.

1.4.Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang yang bisa diperoleh dari analisis lokasi di Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya.

1. Mampu mengetahui masalah-masalah penentuan lokasi yang ada lokasi studi.

2. Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengarui penentuan lokasi studi.

3. Mampu menganalisis faktor-faktor penentuan lokasi studi.

1.5.Ruang Lingkup

1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah kawasan Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya yang memiliki luas 11,2 Ha.

1.5.2. Ruang Lingkup Substansi

Dalam penelitian ini teori-teori dan konsep yang akan digunakan dalam

pembahasan dan analisis adalah sebagai berikut :

1. Masalah-msalah terkait penentuan lokasi Masjid Nasional Al-Akbar

Surabaya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi Masjid Nasional Al-

Akbar Surabaya.

1.6.Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah,

ruang lingkup, dan sistematika penulisan.

Page 4: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi tentang teori – teori yang digunakan dalam menentukan lokasi

penempatan fasilitas umum, dalam hal ini kawasan peribadatan.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum kawasan Masjid Nasional Al-Akbar

Surabaya yang meliputi awal berdirinya serta perkembangannya.

BAB IV ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

Dalam bab ini berisi tentang analisis lokasi dan keruangan kawasan Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya serta kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan

lokasi kawasan penempatan fasilitas umum tersebut.

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab ini menyimpulkan tentang faktor pemilihan lokasi kawasan Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya dengan kesesuaian teori pemilihan lokasi.

Page 5: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar-Dasar dan Analisis Lokasi Fasilitas

2.1.1. Teori Lokasi Optimum Layanan Fasilitas

Untuk memilih lokasi yang optimal bagi layanan fasilitas perlu

memperhatikan prinsip pemanfaatan sumberdaya yang paling minimum, seperti

waktu, biaya, jangkauan layanan, dan lainnya. Metoda perhitungan :

LO = Σ d.W = minimum

LO = lokasi optimum

d = jarak antara lokasi pusat pelayanan dan lokasi yang dilayani

W = bobot lokasi yang dilayani

2.2.Teori Lösch dan Christaller : Central Place Theory

2.2.1. Teori Christaller (1933)

Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal

dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang

dinamakan range dan threshold.

Teori Central Place diperkenalkan pertama kali pada tahun 1933 oleh

seorang Geographer Walter Christaller yang menjelaskan distribusi spasial kota

dalam suatu ruang. Pada suatu pusat kota di Selatan Jerman, Christaller

berpendapat bahwa tujuan utama sebuah pusat permukiman atau pasar adalah

menyediakan barang dan jasa untuk populasi di lingkungan sekitarnya. Teori

Central place menggunakan konsep dasar threshold dan range. Lokasi atas

suatu tempat ditentukan oleh threshold-nya, atau kebutuhan area pasar

minimum atas suatu barang maupun jasa untuk dapat ditawarkan secara

ekonomis.Christaller menyarankan bahwa setiap lokasi mengembangkan

pasarnya sampai rangenya atau ukuran maksimum/jarak maksimum dimana

Page 6: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

6

konsumen mampu melakukan perjalanan untuk menjangkau suatu komoditi

atau jasa. Dalam kondisi ideal pusat pasar dengan ukuran dan fungsi yang sama

akan memiliki jarak yang sama satu sama lain.

Gambar 2.1. Ilustrasi Range dan Threshold

Teori Christaller mengasumsikan kondisi ideal dimana sebuah dataran

homogen yang sama dengan kepadatan populasi dan daya beli yang sama.

Dalam hal ini, teori central place mirip dengan teori lokasi Weber dan Von

Thunen, dimana lokasi diasumsikan euclidean, dataran isotropic dengan

kemampuan daya beli konsumen yang sama besar ke segala arah. Christaller

menyarankan bahwa barang dan jasa dapat dikategorikan menjadi rangkaian

tingkatan dari kekhususan rendah atau orde dasar (seperti produk pangan)

sampai orde tinggi atau memiliki kekhususan tinggi (seperti sebuah tingkatan

layanan kesehatan atau tingkatan alat-alat rumah tangga maupun kendaraan).

Semakin tinggi kelompok barang, range dan threshold nya semakin

luas.Dalam konsep ruang, makin luas wilayah pemasaran suatu barang, ordenya

semakin tinggi.Masing-masing item atau jasa memiliki optimal market areanya

masing-masing dan dapat digambarkan sebagai sebuah radius lingkaran.Untuk

memastikan bahwa seluruh bagian dataran terlayani, maka seluruh lingkaran

market area harus tumpang tindih.Hasil polanya dapat digambarkan

menggunakan bentuk geometrik lingkaran, segi enam, dan segitiga.

Page 7: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

7

Gambar 2.2. Bentuk Heksagon dapat Mengisi Ruang secara Efisien

Asumsi Teori Christaller

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait teori Christaller adalah

terori tersebut berdasar pada sebuah asumsi dimana model tersebut tidak dapat

diterapkan pada situasi yang realistis. Asumsi yang digunakan adalah

a. Permukaan bumi datar, tak terbatas, dan memiliki sumber daya yang

homogen dimana tersebar secara merata atau dengan kata lain tidak terdapat

perbedaan kondisi geografis

b. Tidak terdapat batasan administrasi dan politis yang dapat menyimpangkan

perkembangan permukiman

c. Tidak terdapat eksternal ekonomi yang mengganggu pasar

d. Populasi tersebar secara merata diseluruh area dan tidak terdapat pusat

permukiman

e. Banyak pedagang kecil menawarkan produk yang sama dan tidak ada

keragaman produk

f. Semua pembeli memilik daya beli yang sama

g. Biaya transportasi sama ke semua arah dan ragamnya sebanding dengan

jarak

h. Pembeli membayar biaya transportasi produk atau layanan

i. Tidak ada akomodasi untuk inovasi atau kewirausahaan

Proses Teori Christaller

Mula-mula terbentuk area perdagangan satu komoditi berbentuk

lingkaran dengan range dan threshold tertentu. Setiap lingkaran memiliki pusat

Page 8: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

8

dan menggambarkan threshold dari komoditi tersebut, lingkaran ini tidak

tumpang tindih. Kemudian digambarkan lingkaran berupa range dari komoditi

tersebut yang tumpang tindih. Range yang tumpang tindih dibagi antara dua

pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal heksagonal yang menutupi

seluruh wilayah yang tidak tumpang tindih. Tiap komoditi berdasarkan

tingkatan ordenya memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k

= 3, barang orde I lebar heksagonalnya 3 kali heksagonal barang orde II, dst.

Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar-kecilnya sesuai dengan besarnya

heksagonal tersebut. Heksagonal yang sama besarnya tidak saling tumpang

tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang

tindih. Terdapat komoditi yang range nya luas, sedang, atau kecil. Hirarki yang

sama memiliki daerah pemasaran yang tidak tumpang tindih, tetapi hirarki yang

berbeda memiliki daerah pemasaran yang tumpang tindih. Berbagai jenis

barang pada orde yang sama cenderung bergabung pada pusat dari wilayahnya

sehingga pusat itu menjadi lokasi konsentrasi (kota)/central place. Pusat dari

hirarki yang lebih rendah berada pada sudut dari hirarki yang lebih tinggi

sehingga pusat yang lebih rendah berada pada pengaruh tiga hirarki yang lebih

tinggi. Pusat dari beberapa wilayah yang lebih rendah berada di dalam

heksagonal dari pusat yang lebih tinggi.Walaupun heksagonal hanya

menggambarkan wilayah pemasaran dari barang dengan orde yang berbeda,

tetapi christaller mengaitkan teorinya dengan susunan orde perkotaan. Ada kota

yang menjual barang orde IV, III, dst. Kota yang menjual barang orde tertinggi

sampai terendah dinyatakan sebagai kota orde I. Makin rendah orde barang

yang bisa disediakan oleh suatu kota, orde kotanya juga makin rendah.

Page 9: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

9

Gambar 2.3. Konsep Heksagon Christraller yang Mendasari Teori Orde kota

Kondisi ini menimbulkan beberapa kota memiliki orde yang lebih tinggi

daripada desa yang memiliki orde yang lebih rendah. Akhirnya, muncullah

konsep hirarki kota. Untuk setiap urutan tertentu, secara teoritis pemukiman

akan memiliki jarak dari satu sama lain. Pemukiman urutan yang lebih tinggi

akan lebih jauh terpisah dari urutan yang lebih rendah.

Evaluasi Teori Christaller

Apabila dibandingkan dengan kondisi yang sebenarnya terdapat

beberapa hal yang perlu dicermati terkait asumsi yang digunakan oleh

Christaller, yaitu :

a. Biaya produksi bervariasi, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi

saja tetapi juga oleh faktor ketersediaan SDA

b. Biaya transportasi tidaklah sama ke segala arah

c. Pasar lingkup rumah tangga tidak tersebar secara merata

d. Praktek-praktek kompetisi dapat mengakibatkan terjadinya persaingan pasar

tidak sempurna

2.2.2. Teori Lösch (1940)

Ahli ekonomi dari Jerman, August Losch, memodifikasi dan

melengkapi teori central place Christaller.Dalam bukunya, The Spatial

Organization of the Economy (1940), Losch memulainya dengan skala aktivitas

Page 10: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

10

ekonomi terkecil yaitu pertanian, dimana secara reguler lahan pertanian

terdistribusi di seluruh dataran dengan pola kisi-kisi segitiga.Losch

mengusulkan sebuah model konsumen berdasarkan stuktur administratif dan

industri yang berseberangan dengan pusat layanan Christaller.Didasarkan pada

asumsi yang tidak realistik, teori pusat layanan merupakan sebuah titik awal

yang membantu untuk membangun sebuah pemikiran mengenai perbedaan

perkembangan komunitas dan meskipun demikian juga berguna dalam

pertimbangan untuk lokasi perdagangan dan layanan serta ketentuan untuk

lokasi barang dan jasa khusus.Konsep dari sebuah penataan suatu hirarki juga

mempertimbangkan dampak jaringan sosial terhadapa aktivitas ekonomi dan

pergerakan orang yang termodifikasi berdasarkan tingkatan hirarki atas layanan

yang tersedia. Teori pusat layanan memberikan sebuah pondasi untuk sebuah

bangunan besar penelitian empiris atas kerangka pembangunan kota dan hal ini

berguna untuk pembangunan ekonomi kota dan wilayah yang memiliki isu

mengenai lokasi dan kelangsungan hidup aktivitas ekonomi.

Gambar 2.4. Keberagaman Fungsi di Metropolis yang Masing-masing memiliki

Market Area

Menurut Losch, suatu metrópolis memiliki fungsi yang berragam dan

fungsi tersebut memiliki area pasar yang dibatasi oleh range dan thresholdnya

Page 11: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

11

masing-masing. Jadi tidak perlu ditentukan sebuah hirarki pasar karena akan

muncul dengan sendirinya.

Gambar 2.5. Jaringan Kota yang Dibentuk oleh Ragam Fungsi (Aktivitas) yang

Berbeda

Gambar di atas menunjukkan, bahwa masing-masing fungsi membentuk

pangsa pasarnya masingmasing, yang saling bertumpang tindih dengan pangsa

pasar yang lainnya yang akhirnya membentuk suatu jaringan.Losch

berseberangan dengan Christaller dimana ditegaskan bahwa tidak semua orde

tinggi dibentuk oleh konstruksi orde yang lebih rendah.

2.3.Aktivitas Diskusi

2.3.1. Diagram Fishbone

Diagram fishbone diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa sebagai alat

analisa yang memberikan gambaran sistematis melalui hubungan sebab-akibat

atas suatu dampak.Diagram ini sebagian besar membentuk tulang-tulang ikan

sehingga dinamakan fishbone diagram. Diagram fishbone diperlukan untuk

mencari akar suatu permasalahan atau isu, ingin mengetahui semua

Page 12: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

12

kemungkinan alasan, untuk mengidentifikasi semua kemungkinan untuk

pengumpulan data dan ingin mengetahui kenapa suatu proses tidak dapat

berjalan secara lancar atau sesuai keinginan.

Gambar 2.6. Ilustrasi Diagram Fishbone

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat diagram

fishbone adalah :

1. Tentukan masalah/akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam

kotak yang menggambarkan kepala ikan yang berada diujung tulang utama

(garis horizontal).

2. Tentukan grup/kelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin

menjadi penyebab masalah ini dan tuliskan masing-masing pada kotak

yang berada pada cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan atas

unsur material, peralatan (mesin), metode kerja (manusia), dan pengukuran

(inspeksi). Namun, pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis

proses dari peneliti.

3. Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyebab yang lebih rinci yang

dapat menjadi faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor

Page 13: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

13

penyebab ini berupa ranting, yang bila diperlukan bias dijabarkan lebih

lanjut ke dalam anak ranting.

4. Lakukan analisis dengan membandingkan data/keadaan dengan persyaratan

untuk setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat

diketahui penyebab utama yang mengakibatkan terjadinya masalah murni

yang diamati.

Analisis Faktor Utama Suatu Permasalahan (Analisis Faktor Dominan)

Menurut Reshefl, penggunaan diagram sebab-akibat ini dapat dilakukan

pada tiga kelompok utama analisa, yaitu pertama, cause enumeration, yang

sering digunakan pada teknik grafis untuk melihat melakukan pengontrolan

kualitas atau perkembangan. Analisa ini sering dimulai dengan melakukan

brainstorming yang mungkin akan mendaftarkan semua kemungkinan penyebab

suatu masalah. Dengan demikian, analisa ini akan sangat berguna dalam

mengidentifikasi penyebab utama suatu masalah karena semua kemungkinan

penyebab didaftarkan. Kedua, dispersion analysis, dimana setiap penyebab

utama dianalisa secara lebih mendalam melalui sub-sub penyebabnya dan

dampaknya terhadap masalah utama. Artinya cabang-cabang dari faktor-faktor

penyebab permasalahan menggambarkan hasil dari penjabaran faktor utama.

Kemudian dari cabang-cabang tersebut akan terus dicari hubungan sebab

akibat. Hal ini juga dilakukan pada faktor-faktor yang telah ditetapkan sehingga

akan terlihat inti dari permasalahan yang seharusnya menjadi tujuan yang ingin

diselesaikan. Ketiga, process analysis, yang lebih menekankan pada penyebab-

penyebab yang terkelompokkan pada satu kategori tertentu, yaitu yang

berkaitan dengan proses implementasi suatu program saja. Keuntungan analisa

ini adalah akan sangat mudah menemukan dan memahami penyebabnya karena

berada dalam satu sequence proses. Walaupun demikian, kekurangannya,

analisa ini akan menyebabkan beberapa penyebab diabaikan.

Page 14: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

14

2.4.Sintesis Teori

Pada tabel sintesis teori ini telah diketahui bahwa faktor-faktor yang digunakan

dalam menganalisis pemilihan lokasi fasilitas umum di Masjid Al-Akbar Surabaya

berdasarkan teori-teori lokasi fasilitas umum, antara lain adalah

Tabel 2.1. Sintesis Teori

Teori Faktor Pemilihan Lokasi

A (Teori Lokasi Optimum)

a. Jarak (aksesibilitas)

b. Jumlah penduduk yang dilayani

(bobot)

B (Teori Christaller)

a. Threshold (jangkauan layanan)

b. Jarak (aksesibilitas)

c. Hierarki

C (Teori Losch) a. Threshold (jangkauan layanan)

b. Lokasi pusat layanan

Hasil Sintesis Teori

Faktor Pemilihan Lokasi

a. Jarak (aksesibilitas)

b. Jumlah penduduk yang dilayani

(bobot)

c. Threshold (jangkauan layanan)

d. Hierarki

e. Lokasi pusat layanan

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Page 15: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

15

BAB III

GAMBARAN UMUM MASJID NASIONAL AL-AKBAR SURABAYA

Masjid Nasional Al Akbar ialah masjid terbesar kedua di Indonesia yang berlokasi

di Kota Surabaya, Jawa Timur setelah Masjid Istiqlal di Jakarta. Kota Surabaya telah

memiliki masjid besar sebelum terbangunnya MAS seperti Masjid Al Falah, Masjid Ampel,

Masjid Rahmad, serta Masjid Mujahidin, tetapi itu dianggap masih belum cukup melayani

semua warga Kota Surabaya. Walikota Surabaya pada saat itu ialah Soenarto

Soemoprawiro berniat ingin meninggalkan kenangan yang bermanfaat bagi masyarakat

Kota Surabaya, sehingga muncullah ide pembangunan masjid ini. Kini, Masjid Nasional Al

Akbar telah menjadi ikon Kota Surabaya selain Tugu Pahlawan, serta berkembang menjadi

tempat wisata religi bagi masyarakat muslim di Indonesia Timur.

Secara administratif, wilayah Masjid Nasional Al Akbar Surabaya berada di Jalan

Masjid Al Akbar Timur No. 1 Kelurahan Pagesangan, Kecamatan Jambangan, Kota

Surabaya. Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS) didirikan di atas tanah seluas 11,2

Ha dengan luas bangunan sebesar 28.509 m2 dengan rincian panjang 147 meter dan lebar

128 meter. Diperkirakan Masjid Agung Al-Akbar ini dapat menampung jamaah sebanyak

36.000 orang.Bentuk atap MAS terdiri dari 1 kubah besar yang didukung 4 kubah kecil

berbentuk limas serta 1 menara. Keunikan bentuk kubah MAS ini terletak pada bentuk

kubah yang hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi

sekitar 27 meter. Untuk menutup kubah, dipergunakan sebuah produk yang juga digunakan

di beberapa masjid raya seperti Masjid Raya Selangor di Syah Alam Malaysia. Ciri lain

dari masjid raksasa ini adalah pintu masuk ke dalam ruangan masjid tinggi dan besar dan

mihrabnya adalah mihrab masjid terbesar di Indonesia.

Wilayah studi kali ini mempunyai batas-batas fisik sebagai berikut :

Sebelah Utara : Jalan Masjid Agung Timur

Sebelah Selatan : Jalan Pagesangan

Sebelah Timur : Jalan Masjid Agung Timur

Page 16: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

16

Sebelah Barat : Jalan Tol Gresik

Orientasi dan batas wilayah dapat dilihat pada Peta 3.1.

Page 17: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

17

Masjid Nasional Al Akbar Surabaya dibangun pada 4 Agustus 1995 dengan ditandai

peletakan batu pertama oleh Wapres H. Tri Sutrisno atas gagasan Walikota Surabaya.

Pembangunan MAS berlangsung selama lima tahun, dan peresmian dilakukan pada 10

November 2000 oleh Presiden RI Abdurrahman Wahid. Tujuan didirikannya masjid ini

adalah menjadikan MAS sebagai ikon dan symbol kedamaian yang menjadi kebanggan

bagi warga Surabaya.

Ciri yang mudah dilihat adalah kubahnya yang besar didampingi 4 kubah kecil yang

berwarna biru.Serta memiliki satu menara yang tingginya 99 meter.

Adapun visi, misi dan nilai Masjid Nasional Al Akbar Surabaya adalah sebagai

berikut :

Visi

Menjadikan Masjid Nasional Al Akbar Surabaya masjid yang bertaraf nasional,

terdepan dalam ibadah, dakwah dan syiar Islam, pengembangan pendidikan, sosial,

budaya, ditopang oleh manajemen yang handal guna menuju masyarakat yang

berakhlak mulia sesuai ajaran Islam.

Misi

1. Mengembangkan dakwah dan syiar Islam

2. Mengembangkan pendidikan Islam

3. Mengembangkan sosial budaya Islam

4. Mewujudkan manajemen masjid yang handal

5. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia

Untuk menunjang kegiatan peribadatan, MAS dilengkapi dengan berbagai sarana

dan prasarana, diantaranya yaitu beberapa ruangan serbaguna, area zam-zam, selasar

masjid, lapangan, area bahu jalan, ruang kantor UPT, perpustakaan, ruang siaran radio,

poliklinik, kantin, koperasi, dan mini market.

Untuk mencapai visi dan misi Masjid Nasional Al Akbar Surabaya memiliki

kegiatan, yakni kegiatan rutin dan kegiatan insidental. Kegiatan rutin di MAS terdiri dari

shalat jamaah rawatib, shalat dan khutbah Jumat, kajian ba’da shubuh, kajian ba’da

maghrib, bimbingan ketahanan keluarga, kajian dhuha, PHBI, dakwah bil qalam,

Page 18: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

18

pembinaan pasangan pra nikah, bimbingan manasik haji/umrah, shalat tahajjud bulanan,

dan khatmil Qur’an. Sedangkan kegiatan insidental ini banyak kegiatan yang meliputi

dzikir akbar, tahajjud akbar, konsultasi keluarga sakinah, dakwah jalan sehat, serta

penyelenggaraan ikrar masuk Islam.

Selain program keagamaan, di MAS juga terdapat pelayanan sosial dan pelayanan

pendidikan.Pelayanan sosial meliputi layanan zakat, infaq, waqaf, dan qurban, dakwah

penyebaran Al-Qur’an dan buku Islami, serta peduli bencana.Sedangkan program

pendidikan meliputi pelatihan pendidikan keagamaan, pelatihan teknik dan manajemen,

mengadakan kajian Al-Qur’an, pelatihan kewirausahaan, dan lain sebagainya.

Adapun tujuan dari pelaksanaan pelayanan Masjid Nasional Al Akbar Surabaya

adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas MAS. Selain itu, pelayanan yang

dilakukan badan pengelola MAS memiliki keunggulan yang berbeda dari masjid agung

lainnya yakni layanan dakwah dan layanan sosial yang bersifat pemberdayaan masyarakat.

Di MAS juga terdapat layanan kesehatan serta layanan pendidikan yang melayani jamaah

Islam secara umum.

Dengan adanya pelayanan-pelayanan tersebut, MAS sampai sekarang masih

dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi masjid bertaraf nasional yang pembangunan dan

pengembangannya akan terus dilanjutkan untuk memakmurkan masjid serta bergerak di

bidang sosial dan dakwah.

Page 19: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

19

BAB IV

ANALISA LOKASI MASJID NASIONAL AL-AKBAR SURABAYA

4.1.Metodologi Penelitian

Adapun tahapan metodologi penelitian lokasi Masjid Al-Akbar Surabaya dapat

dilihat pada diagram dibawah ini.

Tinjauan Pustaka

Faktor – faktor Penentuan Lokasi Fasilitas Umum

Depth Interview

Faktor yang menentukan

dan tidak sesuai dengan

teori tinjauan pustaka

Faktor yang menentukan

dan sesuai dengan teori

tinjauan pustaka

Faktor yang tidak

menentukan dan sesuai

dengan teori tinjauan

pustaka

Faktor Dominan

Arahan optimalisasi lokasi bahan pertimbangan

Analisis fishbone

Iterasi

Page 20: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

20

Tabel 4.1. Penjelasan Metodologi Penelitian

No. Kegiatan Keterangan

1 Tinjauan Pustaka Pada tahap tinjauan pustaka yang dilakukan

adalah melakukan kajian pada literatur-literatur untuk

mengetahui faktor-faktor yang menentukan lokasi

fasilitas umum berdasarkan teori-teori para pakar

sebelumnya.

2 Faktor-faktor Penentuan

Lokasi Fasilitas Umum

Setelah dilakukan kajian teoritis terhadap

pendapat para pakar maka diketahui bahwa faktor-

faktor yang menentukan lokasi penempatan fasilitas

umum berdasarkan teori-teori lokasi adalah

1. Teori Lokasi Optimum

Jarak atau jangkauan layanan

Jumlah penduduk yag dilayani

2. Teori Christaller

Threshold

Jarak (aksesibilitas)

Hierarki

3. Teori Losch

Threshold

Pusat pelayanan

3 Depth Interview Setelah mengetahui faktor-faktor yang

menentukan lokasi fasilitas umum, maka disusunlah

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada

seorang narasumber.

Depth Interview adalah salah satu metode dalam

mendapatkan data dengan cara melakukan wawancara

dengan seorang narasumber. Narasumber di sini adalah

Page 21: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

21

seseorang yang benar-benar mengerti mengenai latar

belakang dari pembangunan Masjid Nasionl Al-akbar

sehingga jawaban yang diberikan nantinya dapat

dipertanggung jawabkan.

Dengan melakukan depth interview maka akan

diperoleh data-data yaitu berupa faktor-faktor yang

menentukan pembangunan dari Masjid Nasional Al-

Akbar.

4 Faktor yang menentukan

dan tidak sesuai dengan

teori tinjauan pustaka

Setelah melakukan depth interview akhirnya

diketahui faktor-faktor yang menentukan pembangunan

Masjid Nasional Al-Akbar. Namun ternyata ada faktor

yang tidak sesuai atau diluar dari hasil tinjauan pustaka

yaitu :

Faktor ketersediaan lahan

Faktor kekuasaan

Faktor peribadatan terpadu

5 Faktor yang menentukan

dan sesuai dengan teori

tinjauan pustaka

Sedangkan faktor-faktor yang menentukan

pembangunan Masjid Nasional Al-Akbar dan sesuai

dengan hasil tinjaun pustaka adalah

Faktor ketersediaan jalan tol (akses)

6 Faktor yang tidak

menentukan dan sesuai

dengan teori tinjauan

Dari hasil tinjauan pustaka, ternyata juga ada

faktor-faktor sesuai teori yang tidak digunakan yaitu :

Jumlah penduduk yang dilayani

Threshold

Pusat pelayanan

Hierarki

7 Analisis Fishbone Dari beberapa faktor yang muncul dan sudah

diklasifikan menjadi faktor yang sesuai dan tidak sesuai

Page 22: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

22

dengan teori maka kembali dilakukan analisis. Maka

dilakukan analisis. Analisis yang digunakan adalah

analisis fishbone (dispersion analysis), dimana setiap

penyebab utama dianalisa secara lebih mendalam

melalui sub-sub penyebabnya dan dampaknya terhadap

masalah utama. Artinya cabang-cabang dari faktor-

faktor penyebab permasalahan menggambarkan hasil

dari penjabaran faktor utama. Kemudian dari cabang-

cabang tersebut akan terus dicari hubungan sebab

akibat. Hal ini juga dilakukan pada faktor-faktor yang

telah ditetapkan sehingga akan terlihat inti dari

permasalahan yang seharusnya menjadi tujuan yang

ingin diselesaikan. Hal ini menjadi dasar penulis dalam

menentukan faktor utama yang menyebabkan

penentuan lokasi Masjid Al Akbar Surabaya.

8 Iterasi Iterasi adalah suatu tahapan untuk memastikan

apakah hasil dari depth interview sesuai dengan maksud

dan tujuan semula. Dengan dilakukan iterasi secara

tidak langsung juga menguji kevalidan dari hasil depth

interview. Jika pada hasil iterasi tidak menyebutkan

faktor-faktor lain yang selain yang disebutkan dalam

depth interview maka data yang diperoleh dapat

dikatakan valid. Namun jika pada saat iterasi terdapat

faktor-faktor lain yang tidak disebutkan dalam depth

interview maka harus dilakukan iterasi kembali sampai

hasil iterasi sesuai dengan faktor-faktor yang

disebutkan sebelumnya.

Namun pada penelitian ini, hasil iterasi

Page 23: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

23

menunjukkan bahwa semua faktor sesuai dengan hasil

depth interview sehingga dapat dikatakan bahwa data

yang diperoleh serta hasil analisis fishbone yang

dilakukan adalah valid.

9 Faktor Dominan Setelah dilakukan dua tahap analisa yaitu

fishbone dan iterasi maka diperoleh bahwa faktor

dominan dari penentuan lokasi Masjid Nasional Al-

Akbar Surabaya adalah

Faktor Kebijakan

8 Arahan Optimalisasi Lokasi

Fasilitas Peribadatan

Setelah mengetahui faktor dominan dari

penempatan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

melalui iterasu maka dibuatlah sebuah arahan untuk

mendorong agar lokasi fasilitas peribadatan berupa

Masjid Al-Akbar Surabaya menjadi optimal

berdasarkan teori yang ada. Dimana dalam melakukan

arahan tersebut tetap mempertimbangkan faktor-faktor

yang telah diperoleh dari hasil tinjauan pustaka yang

telah dilakukan sebelumnya

Sumber: Hasil Analisa, 2013

4.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Lokasi Masjid Al-Akbar Surabaya

Berdasarkan hasil wawancara pertama, adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi penentuan lokasi Masjid Al-Akbar Surabaya diantaranya:

1. Faktor Kebijakan

Penentuan lokasi Masjid Al Akbar ini dipengaruhi oleh ide walikota Surabaya pada

saat itu yaitu Cak Narto untuk membangun masjid yang besar. Oleh sebab itu

dibutuhkan lahan yang cukup luas dan itu bisa ditemukan di salah satu lahan di

Surabaya yaitu di Kelurahan Pasegangan yang merupakan pemberian dari

pemerintah Kota Surabaya. Tanah pemberian pemerintah ini merupakan tanah

Page 24: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

24

wakaf yang diarahkan untuk pembangunan masjid. Penentuan faktor ini berdasarkan

hasil depth intervew 1, pertanyaan kedua. (Lampiran 1 Halaman 1)

2. Faktor Ketersediaan Lahan

Untuk membangun masjid skala Nasional, maka dibutuhkan lahan yang cukup

besar. Namun, perkembangan pembangunan di Kota Surabaya menyebabkan

kesulitan menemukan lahan yang luas untuk membangun masjid yang strategis

ditengah-tengah kota sehingga ketika pemerintah memiliki lahan milik negara yang

cukup luas langsung diarahkan untuk dibangun masjid tanpa memperhitungkan

faktor-faktor strategisnya. Hal ini terlihat, pada saat itu daerah tempat pembangunan

masjid dikelilingi sawah dan tanaman-tanaman. Setelah masjid selesai dibangun,

barulah infrastruktur dibangun dan dihubungkan ke kawasan Masjid Al-Akbar ini

seperti jalan tol. Analisa ini berdasarkan hasil depth interview 1, pertanyaan ketiga.

(Lampiran 1 Halaman 1)

3. Faktor Keberadaan Jalan Tol

Jumlah penduduk muslim di Jawa Timur yang pada saat itu mendominasi

dibandingkan dengan jumlah penduduk agama lainnya. Berdasarkan hal tersebut,

perlu dibangunnya fasilitas peribadatan yaitu masjid sebagai bentuk pemberian

pelayanan kepada masyarakat muslim di Indonesia. Penentuan lokasi Masjid Al

Akbar di Surabaya ini dikarenakan kota ini merupakan titik sentral Indonesia bagian

timur sehingga pelayanannya akan lebih luas cangkupannya.

Sebelum Masjid Al Akbar dibangun, tol telah ada di sekitar daerah lokasi masjid

yang akan dibangun, namun tidak berada dekat dengan lokasi Masjid Al-Akbar.

Berdasarkan pemaparan dari narasumber, mengatakan bahwa tidak ada perhitungan

khusus terkait dengan aksesibilitas yaitu jalan tol. Namun, peneliti masih

mengasumsikan bahwa keberadaan jalan tol ini juga menjadi pertimbangan dalam

pembangunan masjid dikarenakan jalan tol tersebut telah ada sebelum masjid

dibangun. Selain itu pemaparan dari narasumber 1 yang mengatakan bahwa tujuan

dari pembentukan masjid itu sendiri yaitu melayani tidak hanya lingkup lokal Jawa

Timur, namun juga nasional sehingga jalan tol menjadi salah satu pintu masuk

Page 25: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

25

penduduk dari kabupaten dan propinsi lainnya di Indonesia. Untuk mempertegas

maka bisa dilihat hasil analisa depth interview pertanyaan keenam. (Lampiran 1

Halaman 2)

4. Faktor Kawasan Peribadatan Terpadu

Penentuan lokasi Masjid Al Akbar Surabaya ini dipengaruhi oleh keberadaan

tempat peribadatan lain, yaitu gereja sehingga timbul ide untuk membangun suatu

kawasan peribadatan yang terdiri masjid, gereja, dan pura. Kawasan ini

dimaksudkan mampu menjadi kawasan sentral peribadatan tidak hanya lingkup

Jawa Timur namun juga lingkup nasional.Hal ini didasarkan pada hasil Depth

Interview jawaban dari pertanyaan nomor 5. (Lampiran 1 halaman 1)

4.3.Analisa Faktor Dominan dalam Penentuan Lokasi Masjid Al Akbar Surabaya

Untuk mengetahui faktor utama penyebab dari penentuan lokasi MAS

digunakan analisa fishbone. Dari hasil analisa fishbone dapat kita tentukan bahwa

urutan pengaruh terbesar adalah faktor kebijakan. Hal ini terlihat dari penjabaran

masing-masing faktor-faktor penentu lokasi MAS didominasi oleh faktor kebijakan

(warna orange). Penyebab faktor kebijakan menjadi faktor utama didalam penentuan

lokasi MAS ini dikarena kecenderungan pemilihan lokasinya dipengaruhi oleh

birokrasi. Kemudian hasil ini diperkuat dengan beberapa faktor-faktor penyebab lain

seperti ketersediaan lahan dan faktor peribadatan terpusat yang jika ditelusuri akan

bermuara kepada faktor kekuasaan. MAS tersebut tidak akan terbangun jika tidak ada

ketetapan dari pemerintah Kota Surabaya untuk menjadikan area persawahan menjadi

bangunan masjid. Kemudian faktor pusat peribadatan yang pada mulanya keberadaan

gereja yang menjadi landasan pemerintah untuk membangun tempat peribadatan

terpadu skala Nasional.

Untuk lebih jelasnya, penentuan faktor utama dari penentuan MAS ini dengan

menggunakan metode tulang ikan yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. berikut :

Page 26: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

26

Pusat Peribadatan

Penentuan lokasi Majid

AL Akbar

Ketersediaan lahan

Kebijakan

Aksesibilitas

Pintu masuk penduduk

dari berbagai kota dan

propinsi

Dekat dengan jalan tol

Sulitnya menemukan

lahan yang luas

Lahan sawah seluas

11,2 Ha

Rencana pembangunan

pura

Terdapatnya gereja

Tanah Wakaf dari

pemerintah

Ide dari Walikota

Ketetapan Pemerintah

Terikat aturan dengan

pemerintah

Keinginan untuk

membanguan tempat

peribadatan terpadu

Page 27: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

4.4.Tahapan Iterasi

Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya, kami menyimpulkan ada 4

faktor yang mempengaruhi penetapan lokasi masjid Akbar Surabaya

diantaranya faktor kebijakan, faktor aksesibilitas, faktor kawasan peribadatan

terpadu, dan faktor ketersediaan lahan. Faktor-faktor tersebut 3 diantaranya

(faktor kebijakan, faktor kawasan peribadatan terpadu, dan faktor ketersediaan

lahan) merupakan hasil temuan ketika wawancara pertama dengan

narasumber, 1 diantaranya faktor aksesibilitas merupakan preferensi penulis

melihat beberapa sebab seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Kemudian untuk lebih meyakinkan hasil analisa kami, maka dilakukan

iterasi mengenai 4 faktor diatas kepada narasumber. Berdasarkan iterasi

tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Faktor utama yang paling berpengaruh didalam penentuan lokasi Masjid

Al-Akbar Surabaya ini adalah faktor kebijakan. Hal ini dibuktikan hasil

iterasi pada lampiran 2 jawaban pertanyaan nomor 1.

2. Faktor kedua yang mempengaruhi adalah ketersediaan lahan. Hal ini

berkaitan dengan hasil wawancara sebelumnya yang menyatakan bahwa

lahan yang tersedia hanya berada di Surabaya Selatan, yakni di Kelurahan

Pagesangan ini sehingga dikembalikan kepada pemerintah dalam

mengeluarkan kebijakan.

3. Faktor aksesibilitas dan faktor kawasan peribadatan terpadu tidak

termasuk sebagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi Masjid Al

Akbar Surabaya. Hal ini bisa dilihat pada lampiran 2 hasil iterasi jawaban

dari pertanyaan nomor 2 dan 3.

4.5.Arahan Pengoptimalisasian Lokasi Masjid Al-Akbar Surabaya

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh fakta bahwa keberadaan

Masjid Al Akbar Surabaya ini menjadi generator dalam mendorong

perkembangan wilayah. Fakta ini dibuktikan dengan keberadaan MAS ini,

akses jalan tol penghubung antar kota dan kabupaten di Jawa Timur dibangun

dan terhubung langsung dengan jalan utama ke MAS. Kemudian

Page 28: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

pembangunan akses menuju MAS dibangun guna menghubungkan jalan arteri

primer yaitu Ahmad Yani. Semakin berkembangnya daerah ini, maka mulai

muncul keberadaan permukiman yang mendorong terbangunnya fasilitas-

fasilitas umum sebagai pendukung seperti sarana pendidikan, sarana

peribadatan, pengobatan dan lain-lainnya. Namun, keberadaan MAS ini juga

perlu didukung dengan beberapa hal mengingat skala jangkauan pelayananya

adalah nasional. Adapun rekomendasi yang diberikan dalam pemilihan lokasi

fasilitas umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, antara lain adalah

1. Untuk mewujudkan skala jangkauan pelayanan tingkat nasional, Masjid Al

Akbar Surabaya ini perlu mempertimbangkan faktor aksesibilitas yang

tidak hanya dilihat dari keberadaan tol arteri primer saja namun juga perlu

melihat dari kapasitas jalan yang disediakan. Artinya perlu dilakukan

peningkatan kapasitas jalan untuk menghindari kemacetan terutama pada

hari-hari besar sehingga diharapkan nantinya mampu menampung

pendatang yang datang dari berbagai daerah dalam waktu bersamaan.

Kemudian mengenai penyediaan lahan parkir harus ditingkatkan dengan

membangun parkir yang bertingkat atau menggunakan suatu bangunan

untuk parkir terpusat sehingga tidak meminimalisir terjadinya parkir on

street.

2. Pengembangan Masjid Al Akbar Surabaya ini kedepannya tidak hanya

menjadi center kegiatan peribadatan saja, namun juga mampu tumbuh

menjadi center pendidikan, perekonomian dan lain-lainnya, dengan

memperhatikan faktor aksesbilitas dan skala jangkauan pelayanan.

Page 29: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Masjid Nasional Al Akbar ialah masjid terbesar kedua di Indonesia yang

berlokasi di Kota Surabaya, Jawa Timur setelah Masjid Istiqlal di Jakarta.

Masjid ini memiliki luasan sebesar 11,2 Ha dengan skala jangkauan

pelayanannya adalah skala Nasional. Masjid ini dibangun atas inisiasi dari

walikota Surabaya pada saat itu (alm. Cak Narto)

2. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi Masjid Al-

Akbar Surabaya, antara lain adalah faktor kebijakan dan ketersediaan

lahan. Faktor kebijakan dilihat dari inisiasi dari walikota pada saat itu

untuk membangun MAS dilokasi pada mulanya persawahan menjadi

fasilitas umum. Faktor ketersediaan lahan dilihat dari keterbatasan lahan

untuk membangun MAS sehingga keluar Surat Keputusan Gubernur

untuk membangun MAS di area persawahan.

3. Peningkatan infrastruktur dan sarana prasarana transportasi seperti

peningkatan kapasitas jalan, pembangunan perparkiran terpadu dan lain-

lain harus menjadi perhatian utama dalam mendukung Masjid Al Akbar

Surabaya menjadi Masjid Al-Akbar skala Nasional. Kemudian

perkembangan kedepannya MAS ini tidak hanya sebagai tempat

peribadatan namun juga sebagai tempat pusat pendidikan, sosial

masyarakat sehingga perlu pengadaan fasilitas-fasilitas penunjang.

5.2. Saran

1. Penentuan lokasi tempat peribadatan juga harus mempertimbangkan

hirarki pelayanannya. Artinya harus diperhatikan level-level jangkauan

pelayanannya karena secara tidak langsung akan berdampak terhadap

tempat-tempat peribadatan serupa yang berada dihirarki dibawahnya.

Page 30: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

2. Dalam menentukan lokasi suatu tempat peribadatan juga harus

mempertimbangkan kekuasaan pemerintah terhadap suatu lokasi tersebut.

Hal ini bertujuan agar penentuan lokasinya memiliki kedudukan yang

lebih kuat dimata hukum.

Page 31: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

LAMPIRAN

Depth Interview 1

Narasumber : Ir. H. Bambang Witjaksono, MT, MM (Kabag. Perencanaan

dan Pengembangan Masjid Nasional Al Akbar Surabaya)

Pewawancara : Pada tahun berapakah Masjid Nasional Al Akbar Surabaya

dibangun?

Narasumber : Peletakan batu pertama dilakukan pada tahun 1995. Sedangkan

pembangunan Masjid Nasional Al Akbar memakan waktu selama

lima tahun sehingga pada tahun 2000, tepatnya pada tanggal 10

Nopember masjid ini diresmikan oleh Presiden RI Abdurrahman

Wahid.

Pewawancara : Apakah Masjid Nasional Al Akbar Surabaya ini dibangun

oleh pemerintah?

Narasumber : Ya, masjid ini dibangun oleh pemerintah atas perintah Bapak

Walikota Surabaya saat itu, yaitu Bapak Soenarto. Beliau

menginginkan untuk dibangun masjid berskala nasional yang

dapat menjadi ikon Kota Surabaya.

Pewawancara : Untuk membangun masjid ini, apakah ada analisis penentuan

lokasi terlebih dahulu?

Narasumber : Pada awalnya tidak ada analisis tertentu yang dilakukan dalam

menentukan lokasi Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Hal ini

disebabkan karena ketersediaan lahan yang dibutuhkan untuk

membangun masjid seluas 11,2 hektar yang dimiliki

pemerintah Kota Surabaya saat itu hanya di lokasi Surabaya

Selatan, yakni di Kelurahan Pagesangan ini.

Pewawancara : Apabila masjid ini dibangun oleh pemerintah, apakah masjid

ini memiliki sertifikat hak milik?

Narasumber : Masjid ini dibangun di atas tanah milik pemerintah Kota

Page 32: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

Surabaya yang telah diwaqafkan kepada pihak pengelola MAS

untuk dijadikan masjid. Sertifikat yang dimiliki pihak pengelola

masjid hanya sertifikat HGB (Hak Guna Bangunan) yakni hak

guna untuk fasilitas peribadatan sesuai dengan SK Gubernur.

Pewawancara : Apakah MAS sudah sesuai dengan rencana tata ruang di

Kelurahan Pagesangan?

Narasumber : Pada awalnya, rencana tata ruang di kawasan ini hanya sebagai

lahan pertanian saja. Namun seiring dengan dibangunnya masjid

ini, terjadi perubahan tata ruang yakni dari lahan pertanian (warna

hijau) menjadi lahan untuk fasilitas umum (warna merah).Ini

merupakan kebijakan dari Pemkot Surabaya saat itu. Selain itu,

dalam masterplan Kota Surabaya saat itu disebutkan bahwa

kawasan ini memang diperuntukkan untuk pusat peribadatan

Kota Surabaya karena berdampingan dengan gereja. Dalam

masterplan juga disebutkan adanya rencana pembangunan pura,

namun sampai saat ini belum terealisasi karena adanya pergantian

jabatan Walikota Surabaya yang juga memiliki perbedaan

kebijakan.

Pewawancara : Apakah ada perhitungan khusus terkait dengan aksesibilitas,

baik dari dan menuju MAS?

Narasumber : Karena penentuan lokasi MAS yang hanya berdasarkan kebijakan

Walikota dan ketersediaan lahan, maka tentu tidak ada

perhitungan khusus mengenai aksesibilitas.Justru setelah

dibangunnya MAS ini, pihak pengelola dan pemerintah

bekerjasama untuk membangun akses masuk dan keluar. Pihak

pengelola bekerjasama dengan jasa marga untuk menyambungkan

jalan tol dengan akses masuk MAS.Tentu saja kerjasama ini

disambut baik oleh pemerintah. Pemkot Surabaya juga mulai

membangun dan memperlebar akses masuk dari jalan arteri

sekunder, yakni Jl. Ahmad Yani.

Pewawancara : Apakah masjid ini direncakan dulu atau karena hanya

Page 33: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

memanfaatkan lahan kosong?

Narasumber : Masjid ini dibangun karena adanya ide dari wali kota pada masa

itu (Cak Narto).Kemudian baru meminta bantuan dari semua

pihak salah satunya adalah anak arsitektur ITS.

Pewawancara : Pada awalnya apakah MAS memang telah direncanakan

untuk masjid berskala nasional?

Narasumber : Dari awal masjid ini memang direncanakan untuk skala Jawa

Timur bahkan nasionalkarena mengingat posisi Kota Surabaya

sebagai titik sentral Indonesia bagian timur serta merupakan pintu

gerbang bagi Kabupaten/Kota di Jatim. Selain itu, masjid skala

kota di Surabaya sudah banyak tersedia, diantaranya Masjid

Ampel, Masjid Al-Falah, dan Masjid Rahmad.

Pewawancara : Apakah setelah MAS dibangun terjadi perubahan

penggunaan lahan di sekitarnya?

Narasumber : Ya. Penggunaan lahan di sekitar area sebelum MAS dibangun

didominasi oleh lahanpertanian. Namun setelah MAS

berkembang, perubahan penggunaan lahan di sekitarnya ikut

terjadi yakni perubahan lahan pertanian menjadi perumahan,

sekolah, dan perdagangan jasa.

Pewawancara : Pada masa lalu penentuan lokasi masjid biasanya didekatkan

dengan alun-alun danpusat pemerintahan. Lalu mengapa

untuk lokasi masjid ini tidak seperti itu? Bahkan terkesan

pada masa tersebut jauh dari pusat kegiatan Kota Surabaya.

Narasumber : Itu adalah konsep pembangunan masjid pada masa lalu. Untuk

sekarang ini sudahbanyak masjid yang dibangun tanpa latar

belakang seperti itu. Masjid Al-Akbar sendiri dibangun dengan

tujuan tidak hanya untuk tempat beribadah namun juga sebagai

sebagai pusat kegiatan dan budaya.

Pewawancara : Apakah masjid ini memang memiliki tujuan sebagai tempat

wisata karena sekarang Masjid Al-Akbar menjadi tempat

ramai untuk dikunjungi tidak hanya kaum muslim.

Page 34: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

Narasumber : Tujuan didirikan masjid ini sebenarnya bukan untuk obyek

wisata. Hanya saja memang masjid ini dibangun dengan tujuan

selain untuk tempat peribadatan, juga sebagai pusat kegiatan

pendidikan dan budaya Islam secara umum. Jadi, banyak

wisatawan baik domestic dan non domestic yang non muslim

banyak berkunjung ke MAS untuk mempelajari kebudayaan

Islam di Kota Surabaya.

Pewawancara : Pada Bulan Ramadhan banyak sekali PKL yang

berdatangan. Apakah mereka didatangkan atau datang

dengan sendirinya?

Narasumber : Sebenarnya mereka itu datang sendiri. Hanya saja dikarenakan

jumlahnya yang sangatbanyak kemudian ditakutkan keberadaan

PKL tersebut mengganggu aksesibilitas jamaah yang akan datang,

maka kami menggunakan jasa Event Organizer untuk mengatur

keberadaan PKL tersebut agar lebih tertata dan tidak mengganggu

kepentingan utama jamaah yaitu beribadah.

Pewawancara : Apakah berarti keberadaan MAS dapat membuka peluang

usaha baru bagi masyarakat sekitar?

Narasumber : Bisa dibilang seperti itu. Jika biasanya persepi masyarakat adalah

bagaimanamemakmurkan masjid maka untuk kali ini justru

masjid juga dapat memberikan berkah bagi lingkungan sekitar.

WAWANCARA ITERASI

Pewawancara : Setelah berbincang kemarin, kami menyimpulkan bahwa

alasan pendirian MAS di sini terdapat empat faktor yaitu

pertama karena adanya rencana untuk pembuatan tempat

ibadah terpadu di Surabaya; kedua karena aksesibilitas yaitu

dekat dengan jalan tol; ketiga adalah faktor kebijakan yaitu

karena pemerintah memberikan lahan pembangan di sini;

keempat yaitu ketersediaan lahan karena sulitnya mencari

Page 35: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

lahan luas di Surabaya. Apakah selain keempat faktor ini

masih ada faktor lain lagi?

Narasumber : Sebenarnya faktor utama tadi sudah disebutkan yaitu faktor

kebijakan, karena lahan ini adalah lahan given. Pada awalnya

memang di sini masih sepi, namun ternyata setelah masjid ini

dibangun masjid ini malah menjadi pembangkit kegiatan-kegiatan

di sekitarnya. Semakin lama semakin berkembang sampai pada

akhirnya menjadi sebuah lokasi wisata religi dan dibukalah pintu

tol sehingga terdapat akses langsung bagi pengunjung yang

datang dari luar kota dan lewat jalan tol menuju langsung ke

masjid.

Pewawancara : Berarti keberadaan akses jalan tol ini pada awalnya tidak

memberikan pengaruh?

Narasumber : Tidak. Karena dibukanya pintu tol langsung menuju masjid ini

baru ada ketika masjid ini sudah berkembang. Begitu juga dengan

permukiman-permukiman dan sekolah yang ada di sekitar sini.

Kegiatan-kegiatan tersebut baru bermunculan ketika masjid ini

sudah berkembang.

Pewawancara : Berarti faktor jumlah penduduk untuk melayani kebutuhan

ibadah juga tidak menjadi pengaruh?

Narasumber : Tidak. Karena dulunya di sini masi sepi. Semua lahan masih

berupa sawah-sawah.

Pewawancara :Lalu bagaimana peran perencanan untuk membangun tempat

peribadatan terpadu? Apakah hal itu juga tidak

mempengaruhi?

Narasumber : Iya tidak. Karena memang pada awalnya masjid ini dibangun

karena adanya lahan given oleh wali kota.

Pewawancara : Berarti lahan ini statusnya Hak Guna Bangunan? Apakah

hal ini sesuai dengan masterplan Surabaya? Dalam

perubahan warna di peta yang semula warna hijau berupa

Page 36: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

sawah dan sekarang berwarna merah menjadi masjid apakah

sudah mendapat persetujuan?

Narasumber : Tentunya sudah. Karena sudah ada SK yang mengatur. Selain

itu masterplan masih dapat dirubah sesuai dengan ketentuan

pengambil kebijakan pada masa itu.

Pewawancara : Berarti faktor kebijakan di sini sangat kuat sekali ya?

Narasumber : Dapat dikatakan seperti itu.

Page 37: Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

DAFTAR PUSTAKA

Pamungkas, Adjie. 2004. Diktat Kuliah Pengembangan Masyarakat (RP09-1316).

Surabaya: PWK FTSP ITS

Santoso, Eko Budi, dkk. 2012. Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan (RP09-

1209). Surabaya: PWK FTSP ITS.