implementasi undang-undang nomor 21 tahun 2011...

113
1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP PENGATURAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN (Studi Analisis di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam (S.H.I) Oleh: MUH ASROI NIM. 214 11 028 JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 08-Oct-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

1

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN

2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP

PENGATURAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA

PERBANKAN

(Studi Analisis di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam (S.H.I)

Oleh:

MUH ASROI

NIM. 214 11 028

JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

Page 2: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

2

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan

koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa :

Nama : Muh Asroi

NIM : 214 11 028

Judul : IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21

TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA

KEUANGAN TERHADAP PENGATURAN DAN

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN (Studi

Analisis di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga).

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam

sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Page 3: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

3

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jalan Nakula Sadewa V No. 9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :[email protected]

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul :

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011

TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP PENGATURAN

DAN PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN (Studi Analisis di Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga).

Oleh :

MUH ASROI

NIM. 214 11 028

Page 4: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

4

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muh Asroi

NIM : 214 11 028

Jurusan : S1 Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas : Syari’ah

Judul : IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21

TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA

KEUANGAN TERHADAP PENGATURAN DAN

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN (Studi

Analisis di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga).

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan

(Plagiat) dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah (Buku

Pedoman IAIN Salatiga).

Page 5: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

5

MOTO PENULIS

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih

hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika

kamu orang-orang yang beriman.” ( Qs. Al-Imran:139).

--------------------o------------------

“Allah selalu menciptakan kejaiban ketika kita mau memberikan keajaiban

kecil yang mampu kita lakukan dan membaginya pada orang lain

motivator terbesar dan terhebat tidak lain adalah diri sendiri,

kesuksesan yang membentang luas dihadapan hanya akan teraih dengan

keberanian dan kemauan sebuah langkah pertama terlebih dahulu,

sukses adalah tentang kemauan dan kerja keras”

(Muhammad Asroi).

--------------------o------------------

“Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang berbeda, keterbatasan

dan kekurangan, tetapi semua itu bukan menjadikan manusia patah

semangat untuk menjalani kehidupan, semua itu akan menjadi keunikan

dan kelebihan setiap pada diri manusia itu sendiri dan bagaimana manusia

itu bisa meraih kesuksesan dengan keterbatasan yang ada, Suskses

datang pada mereka yang mau bertindak dan mau merealisasikannya

dengan kehidupan “ (Muhammad Asroi).

---------------------o------------------

“Kebahagian seseorang diukur bukan karna banyak hartanya melainkan

kebahagian itu ketika kita mau bersyukur atas nikmat yang allah berikan”

(Muhammad Asroi).

Page 6: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

6

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini

kepada :

1. Bapak Pawit dan ibu Wasilah tercinta, yang telah mendoakan dan

memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini.

2. Adik ku Siti Anifah, yang telah memberikan kasih sayangnya dan

mendoakan agar selalu tetap istiqomah dalam hal apapun.

3. Kakak-kakak dan adik Ponakan dari keluarga Mawardi Muhdi Mundakir

(M3) Law Foundation yang telah membantu dalam studi di IAIN Salatiga,

baik materiil maupun non materiil.

4. Para guru sejak Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi yang

penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing

dengan penuh kesabaran.

5. Aiif Japanise Corporation yang telah memberikan kehidupan bermakna,

pencerahan dan motivasi yang berarti sehingga penulis bisa semangat

dalam menjalani kehidupan.

6. Abdi Masyarakat Law Foundation yang telah menerima penulis untuk

mengembangkan ilmu hukum hingga saat ini.

7. Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis

banggakan.

Page 7: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

7

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat kami selesaikan sesuai dengan

yang diharapkan. Kami juga bersyukur atas rizki dan kesehatan

yang telah diberikan oleh-Nya sehingga kami dapat menyusun Penulisan Skripsi

ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,

Spirit Perubahan, Rasullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan

nanti.

Penulisan Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I), Fakultas

Syari’ah, Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul: “Implementasi

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Terhadap Pengaturan Dan Pengawasan Lembaga Perbankan (Studi Analisis

Di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga)”. Penulis mengakui bahwa dalam

menyusun Penulisan Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan

dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang

setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata,

namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

Page 8: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

8

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN

Salatiga.

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar

dan baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah

di IAIN Salatiga.

5. Bapak Farkhani, S.H.I., S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing yang selalu

meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi

sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

6. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi

sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

7. Bapak Gery Baldi, selaku Direktur Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Salatiga yang telah berkenan memberikan izin penelitian di Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga serta memberikan informasi berkaitan penulisan

skripsi.

8. Pimpinan Otoritas Jasa Keuangan Regional IV di Semarang, C.q Ibu

Sulistianingsih selaku Departemen Informasi dan Dokumen OJK yang

telah berkenan memberikan izin penelitian di kantor Perwakilan Otoritas

Jasa Keuangan yang berada di Semarang yang telah memberikan informasi

Page 9: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

9

berkaitan penulisan skripsi tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 21

Tahun 2011 tentang OJK.

9. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi

Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tanpa halangan apapun.

10. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di

IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh

pendidikan di IAIN Salatiga.

11. Lembaga Bantuan Hukum Asyka Justice dan Advokat yang telah

memberikan pengalaman dan ilmu mengenai hukum serta persoalan

hukum yang ada di masyarakat.

12. Lembaga Pendampingan Usaha (LPU) “Katalis” yang bisa memberikan

inspirasi dalam diskusi ekonomi dan kemasyarakatan.

13. Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (PERMAHI) dan Ikatan Senat

Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI) yang telah menjadikan penulis

melihat Dunia dalam mempelajari hukum.

14. Sacipto Rahardjo Institute yang telah memberikan pemikiran berkenaan

hukum progresif yang ada di Indonesia.

15. Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) IAIN Salatiga dan Forum

Silaturrahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Indonesia yang telah

memberikan ilmu ekonomi dan organisasi ekonomi islam.

Page 10: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

10

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun

analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan penulisan skripsi ini dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, Mei 2015

Penulis.

Page 11: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

11

ABSTRAK

Asroi, Muh. 2015. Implementasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengaturan dan Pengawasan

Lembaga Perbankan (Studi Analisis di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Salatiga). Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan. S1 Hukum Ekonomi Syari’ah.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Farkhani, S.H.I.,

S.H., M.H.

Kata Kunci : Implementasi, Pengaturan dan Pengawasan, UU No. 21 Tahun

2011, OJK.

Dalam penelitian ini akan mengkaji tentang Implementasi Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap

Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan (Studi Analisis di Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga). Pertanyaan utama yang ingin dijawab

melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana Implementasi Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2011 Terhadap Pengaturan dan Pengawasan Lembaga

Perbankan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga (2) Hambatan dan

Upaya apa saja yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dalam Implementasi

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 terhadap pengaturan dan

pengawasan lembaga perbankan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian

kualitatif dengan pendekatan yang dilakukan memakai pendekatan Yuridis

Normatif yang bersifat deskriptif analitis. Pendekatan yuridis normatif

(normative law research) menggunakan studi hukum normatif berupa

produk perilaku hukum. Pendekatan ini berfungsi untuk mengidentifikasi

dan mengklarifikasi pelaksanaan undang-undang. Deskriptif analitis itu

menggambarkan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengaturan Dan Pengawasan

Lembaga Perbankan (Studi Analisis di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Salatiga).

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa, Pertama: Implementasi

Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Terhadap Pengaturan dan Pengawasan

Lembaga Perbankan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga belum

dilaksanakan sepenuhnya oleh Otoritas Jasa keuangan. Alasan OJK belum

mengimplementasikan UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK salah satunya

adalah menghindari terjadinya penyesuaian yang menyulitkan kondisi

perbankan nasional dan menghindari terjadinya gangguan pada sistem

perbankan secara nasional. Kedua: Hambatan dan Upaya yang dilakukan

Otoritas Jasa Keuangan dalam Implementasi Undang-undang No. 21 Tahun

2011 terhadap pengaturan dan pengawasan di Bank Syari’ah Mandiri

Cabang Salatiga meliputi hambatan internal dan ekternal dan upaya yang

dilakukan OJK untuk mengatasi hambatan yaitu; menambah Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas, Melakukan sharing knowledge,

continuous education, best practice learning program.

Page 12: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

12

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING........................................................................................ ii

PENGESAHAN………………………………………………………………... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................... iv

MOTO.................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN……………………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR......................................................................................... vii

ABSTRAK........................................................................................................... xi

DAFTAR ISI....................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................ 1

B. FOKUS PENELITIAN…............................................................ 8

C. TUJUAN PENELITIAN............................................................. 8

D. KEGUNAAN PENELITIAN...................................................... 9

E. PENEGASAN ISTILAH............................................................. 10

F. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 11

G. METODE PENELITIAN............................................................ 14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................ 14

2. Kehadiran Peneliti................................................................. 16

3. Lokasi Penelitian................................................................... 17

4. Sumber Data.......................................................................... 17

5. Prosedur Pengumpulan Data................................................. 19

6. Analisis Data......................................................................... 21

7. Pengecekan Keabsahan Data................................................. 21

8. Tahap-tahap Penelitian.......................................................... 22

H. SISTEMATIKA PENULISAN...................................................

23

Page 13: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA

KEUANGAN (OJK) DAN PERBANKAN

A. Otoritas Jasa Keuangan (OJK).………………………………… 25

B. Pengaturan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan………..... 36

C. Lembaga Perbankan…………………………………………… 43

D. Penilaian Kesehatan Bank dan Prinsip-Prinsip

Perbankan………………………………………………………

56

BAB III GAMBARAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN

OTORITAS JASA KEUANGAN DI BANK SYARI’AH

MANDIRI CABANG SALATIGA

A. Gambaran Umum Bank Syari’ah Mandiri (BSM)……………. 62

B. Pengaturan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan di Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga……………………………..

68

C. Hambatan dan Upaya Otoritas Jasa Keuangan dalam

Implementasi Undang-Undang No. 21 Tahun 2011…………...

73

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGATURAN DAN

PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN DI BANK

SYARI’AH MANDIRI CABANG SALATIGA

A. Analisis Implementasi Undang-undang No. 21 Tahun 2011

Terhadap Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan di

Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga……………………….

78

B. Analisis Hambatan dan Upaya Otoritas Jasa Keuangan dalam

Implementasi Undang-Undang No. 21 Tahun 2011…………...

84

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan................................................................................. 88

B. Saran........................................................................................... 89

C. Penutup………………………………………………………... 90

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

14

DAFTAR GAMBAR

Tabel. 5.1 Struktur Organisasi Bank Syari’ah Mandiri…………...................... 67

Page 15: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan tujuan nasional yang tertuang di dalam alinea keempat

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu membentuk suatu

pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum. Maka dalam melaksanakan tujuan nasional tersebut

perlu adanya pembangunan nasional yang dilakukan dari, oleh dan untuk

rakyat dan serta dilaksanakan di dalam segala aspek kehidupan bangsa

yang meliputi aspek hukum, ekonomi, politik, sosial budaya dan aspek

pertahanan dan keamanan.

Bank Indonesia dalam perannya sebagai Bank Sentral adalah stake

holder yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam mendukung

pembangunan nasional dalam hal perekonomian negara baik dalam

melayani pemerintahan negara maupun dunia keuangan dan perbankan di

Indonesia, Bank Sentral sebagai Lembaga Tinggi Negara yang berwenang

untuk melakukan pengawasan dan melakukan fungsi regulasi terhadap

kebijakan moneter sebuah negara, adalah aspek penting dalam tercapainya

cita-cita stabilitas ekonomi pada sebuah negara. Stabilitas ekonomi yang

kemudian berujung pada tercapainya cita-cita bernegara dalam upaya

mendorong terciptanya general welfare dilakukan dengan

Page 16: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

16

mengoptimalkan fungsi pengawasan dari Bank Sentral, dalam hal ini Bank

Indonesia.

Dasar kewenangan Bank Indonesia selaku Bank Sentral, dalam

melakukan fungsi pengawasan terhadap bank-bank yang ada di Indonesia

diatur di dalam Pasal 8 huruf C Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang

Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Bank

Indonesia.

Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan

bagi seluruh lapisan masyarakat. Bank mempunyai fungsi sebagai lembaga

intermediasi yaitu memberikan jasa lalu lintas pembayaran, serta sebagai

sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter, sehingga bank mempuyai

peran yang penting dalam kehidupan perekonomian. Fungsi intermediasi

berarti menghubungkan kepentingan pihak yang kelebihan dana dengan pihak

yang membutuhkan dana.

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran

suatu Negara, bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah

menjadi bagian dari sistem keuangan dan pembayaran dunia. Mengingat

hal itu, maka bila suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi

dari otoritas moneter di Negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi

milik masyarakat. Oleh karena itu, eksistensinya bukan saja harus dijaga

oleh para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga oleh masyarakat nasional

dan global (Sutedi, 2007: 1).

Page 17: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

17

Mengingat kegiatan perbankan bergerak dengan dana dari

masyarakat atas dasar kepercayaan, maka setiap pelaku perbankan

diharapkan tetap menjaga kepercayaan masyarakat tersebut. Kepercayaan

masyarakat terhadap dunia perbankan akan terjaga apabila sektor

perbankan itu sendiri diselenggarakan dikelola dengan prinsip kehati-

hatian sehingga selalu terpelihara kondisi kesehatannya. Sejalan dengan

harapan tersebut, bank Indonesia sebagai bank sentral yang mempunyai

peran pula dalam menentukan dan memberikan arah perkembangan-

perbankan serta melindungi masyarakat, maka Bank Indonesia mempunyai

kewenangan dan kewajiban untuk membina serta melakukan pengawasan

terhadap seluruh kegiatan perbankan (Djumhana, 2000: 276). Disitulah

letak peran pentinnya pengawasan bank, karena sistem perbankan

memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dan strategis dalam

menggerak tumbuhkan perekonomian.

Setiap negara senantiasa berupaya agar lembaga perbankan selalu

berada dalam kondisi yang sehat, aman, dan stabil. Kesehatan suatu bank

adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional

perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya

dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan

yang berlaku. Suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat akan

menyebabkan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi tidak akan

berfungsi dengan optimal. Jika fungsi intermediasi terganggu maka alokasi

dan penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan

Page 18: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

18

membiayai sektor-sektor yang produktif dalam perekonomian menjadi

terbatas. Sistem perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu

lintas pembayaran yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak lancar

dan efisien, selain itu sistem perbankan yang tidak sehat juga akan

menghambat efektivitas kebijakan moneter. Kesehatan suatu bank

merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola

bank, masyarakat, pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku otoritas

pengawasan bank. Faktor kepercayaan dari masyarakat juga merupakan

faktor yang utama dalam menjalankan bisnis perbankan, sehingga bank

dituntut untuk mempunyai kemampuan mengelola kinerja keuangan

dengan baik agar dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank

tersebut.

Pada tahun 1997/1998 Indonesia memasuki krisis ekonomi yang

diawali dengan turunya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Krisis

ekonomi itu juga melanda industri perbankan nasional, selanjutnya dikenal

sebagai krisis perbankan nasional. Krisis perbankan telah mempengaruhi

bangsa dan akhirnya menimbulkan krisis politik nasional. Bank komersial

dilikuidasi oleh pemerintah, sebelas bank diambil alih dan 36 bank

direstrukturisasi yang menghabiskan biaya lebih dari US$ 25 Milyar.

Krisis tersebut juga mengakibatkan turunya kepercayaan masyarakat

terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana

secara besar-besaran, semakin turunnya permodalan bank-bank, banyak

Page 19: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

19

bank tidak mampu melunasi kewajibannya karena menurunnya nilai tukar

rupiah dan manajemen tidak professional (Yumya, 2008: 28).

Sejalan dengan amanat Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

Tentang Bank Indonesia adalah dibentuknya lembaga pengawas pada jasa

keuangan yang dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Dengan lahirnya lembaga Otoritas Jasa

Keuangan, maka peran serta Bank Indonesia sebagai lembaga pengawasan

Bank beralih kepada lembaga Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga negara yang

mempunyai fungsi regulasi (pengaturan) dan supervisi (pengawasan)

terhadap seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sektor jasa

keuangan tersebut meliputi, jasa keuangan di sektor perbankan, kegiatan

jasa keuangan di sektor pasar modal dan kegiatan jasa keuangan di sektor

perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa

keuangan lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, agar kegiatan

di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil,

transparan dan akuntabel, haruslah juga diikuti dengan suatu sistem

pengaturan dan pengawasan yang baik dan taat hukum (Batunagar,

2006: 2).

Alasan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini antara lain makin

kompleks dan bervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala

konglomerasi perusahaan jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa

Page 20: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

20

keuangan. Disamping itu, salah satu alasan rencana pembentukan Otoritas

Jasa Keuangan adalah karena pemerintah beranggapan bahwa Bank

Indonesia, sebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor

perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi yang

melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997, dimana sebanyak 16

bank dilikuidasi pada saat itu (Yumya, 2008: 28).

Kehadiran Bank yang berprinsip syari’ah di Indonesia masih

relatife baru, yaitu baru awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat

Indonesia merupakan masyarakat muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk

mendirikan Bank Syari’ah Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Namun, diskusi

tentang Bank Syari’ah sebagai basis ekonomi islam sudah mulai dilakukan

pada awal tahun 1980.

Bank Syari’ah pertama di Indonesia merupakan hasil tim

perbankan MUI, yaitu dengan dibentuk PT Bank Muamalat Indonesia

(BMI) yang akta pendiriannya ditanda tangani tanggal 1 November 1991.

Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah

memiliki puluhan cabang yang tersebar dibeberapa kota besar seperti

Jakarta, Surabaya, bandung, dan kota lainya.

Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran Bank Syari’ah di

Indonesia khususnya cukup menggembirakan. Disamping BMI, saat ini

juga telah lahir Bank Syari’ah milik pemerintah seperti Bank Syari’ah

Mandiri (BSM). Kemudian berikutnya berdiri bank Syari’ah sebagai

Page 21: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

21

cabang dari konvensional yang sudah ada, seperti Bank BNI, Bank IFI,

dan lainnya (Kasmir, 2009: 187, 189).

Sedangkan konsep dasar Bank Syari’ah menerapkan prinsip sistem

bagi hasil dan jual beli sesuai Al-Quran, QS. Al-Baqarah (2):275 yaitu:

Artinya:

Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan

dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya

apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);dan

urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil

riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya (QS. Al-Baqarah 275).

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, penulis ingin mengkaji

bagaimana pengaturan dan pengawasan lembaga perbankan setelah adanya

UU No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK, mengingat perkembangan industri

perbankan saat ini berkembang sangat pesat, sehingga penulis menyusun

suatu penelitian dengan Judul: “Implementasi Undang-undang Nomor 21

Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengaturan

Page 22: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

22

dan Pengawasan Lembaga Perbankan (Studi Analisis di Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga).”

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas,

dirumuskanlah beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

Terhadap Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan di Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga ?

2. Hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan

dalam Implementasi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 terhadap

pengaturan dan pengawasan lembaga perbankan di Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Implementasi Undang-undang Nomor 21 Tahun

2011 Terhadap Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan di

Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga.

b. Untuk mengetahui hambatan dan upaya yang dilakukan Otoritas Jasa

Keuangan dalam Implementasi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

terhadap pengaturan dan pengawasan lembaga perbankan di Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga.

Page 23: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

23

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini

tidak hanya berguna untuk pribadi tetapi juga berguna untuk orang lain.

Kegunaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu Hukum pada umumnya dan

dibidang Hukum Perbankan pada khususnya, terutama dalam

pengawasan perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah bermanfaat memberikan masukan pada

pemerintah dalam menilai Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku saat ini agar tidak tumpang tindih sehingga dapat

diterapkan kepastian hukum. Saran dan penilaian terhadap isi

peraturan Perundang-undangan tersebut selanjutnya dapat

dijadikan masukan apabila akan dilakukan revisi Peraturan

Perundang-undangan.

b. Bagi Bank Indonesia, agar dapat lebih fokus memperhatikan

fungsinya yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijaksanaan

moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran.

c. Bagi Otoritas Jasa Keuangan memberikan masukan dalam

pelakasanaan fungsi pengawasan kegiatan sektor Jasa keuangan

Page 24: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

24

agar teratur, adil, transparan, dan mewujudkan sistem keuangan

yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.

d. Bagi Penulis, dengan adanya penelitian ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman dalam pengetahuan pengawasan

Otoritas Jasa keuangan. Selain itu kegiatan penelitian dan

permasalahan yang akan diteliti sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy.).

E. PENEGASAN ISTILAH

Peneliti sampaikan bahwa untuk meghindari kesalah pahaman,

maka penulis kemukakan pengertian judul penelitian ini sebagai berikut:

Implementasi menurut Udoji yang dikutip oleh Solichin Abdul

Wahab (2002: 59), adalah pelaksanaan atau sesuatu kebijakan yang

penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan

kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana

bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak di implentasikan.

Pengertian implementasi diatas apabila dikaitkan dengan kebijakan

adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat

dalam suatu bentuk positif seperti Undang-Undang dan kemudian

didiamkan dan tidak dilaksanakan atau di implementasikan, tetapi sebuah

kebijakan dilaksanakan atau di implementasikan agar mempunyai dampak

atau tujuan yang di inginkan (Wahab, 2002: 64).

Page 25: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

25

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan

Syari’ah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai

perbankan dan undang-undang mengenai perbankan Syari’ah.

Pengertian Otoritas Jasa Keuangan menurut Pasal 1 Ayat (1)

Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa keuangan

adalah Lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak

lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,

pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.

F. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari

penelitian yang ada. Karena penelitian yang penulis teliti ini menganalisis

mengenai “Implementasi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengaturan dan

Pengawasan Lembaga Perbankan (Studi Analisis di Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga.” Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi

acuan dan perbandingan bagi penelitian ini antara lain yaitu terdapat

beberapa penelitian terkait yang membahas tentang Otoritas Jasa keuangan

diantaranya:

Page 26: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

26

Pertama, Skripsi Rahma Safitri (Universitas Sebelas Maret

Surakarta Fakultas Ilmu Hukum ) 2013, dengan judul “Independensi

Otoritas Jasa Keuangan Dalam Melakukan Pengawasan Perbankan Di

Indonesia (Berdasarkan Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun

2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan)”. Skripsi ini menjelaskan tentang

idependensi pengawasan perbankan yang akan dilakukan oleh Otoritas

Jasa Keuangan sebagai lembaga independen berdasarkan Undang-undang

No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa keuangan (OJK). Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dilator belakangi amanat Pasal

34 Undang-undang Bank Indonesia untuk mengalihkan pengawasan

perbankan kepada Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) yang

idependen maka disahkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan. Pengalihan pengawasan perbankan dikarenakan

Bank Indonesia sebagai pengawas perbanakan tidak independen dalam

melaksanakan fungsinya.

Kedua, Skripsi Ajeng Kumalasari (Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Syari’ah dan Hukum) 2014, dengan judul “

Perlindungan Hukum Data Nasabah Dalam Internet Banking

(Tinjauan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan)”. Skripsi ini menjelaskan tentang bentuk dan upaya

perlindungan data nasanah dalam internet; mekanisme perlindungan

hukum data nasabah internet banking; upaya yang dilakukan perbankan

dalam melindungi nasabah dalam internet banking. Berdasarkan hasil

Page 27: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

27

penelitian dapat disimpulkan bahwa data nasabah dalam internet banking

membutuhkan perlindungan hukum yang jelas dan pasti serta pengamanan

data nasabah secara efektif. Karena perlindungan terhadap konsumen jasa

perbankan telah berpindah dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) tidak menutup kemungkinan bahwa peraturan Bank Indonesia

masih digunakan selama peraturan OJK belum ada atau tidak bertentangan

dengan Peraturan Bank Indonesia.

Ketiga, Skripsi Yuanita Suryo (Universitas Sebelas Maret

Surakarta Fakultas Hukum) 2013, dengan judul Skripsi “Fungsi

Pengaturan Dan Pengawasan Perbankan Di Indonesia Setelah

Disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan”. Skripsi ini menjelaskan tentang fungsi pengaturan dan

pengawasan perbankan di Indonesia setelah adanya pengalihan

kewenangan dari Bank Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan

(OJK), serta implikasi fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan

setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa setelah disahakannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan, fungsi pengaturan dan pengawasan

perbankan di Indonesia yang sebelumnya dijalankan oleh Bank Indonesia

akan dialihkan kepada kepada OJK dan akan sepenuhnya dijalankan oleh

OJK pada tahun 2014.

Page 28: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

28

Mencermati hasil dari penelitian terdahulu jelas bahwa penelitian

ini berbeda dengan penulis terdahulu. Dalam penelitian ini penulis

menjelaskan mengenai Implementasi Undang-undang Nomor 21 Tahun

2011 Terhadap Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan di Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga serta Hambatan dan Upaya yang

dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dalam Implementasi Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2011 terhadap pengaturan dan pengawasan lembaga

perbankan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga.

G. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian ini berdasarkan pada penelitian hukum

yang dilakukan dengan memakai pendekatan Yuridis Normatif.

Pendekatan yuridis Normatif (normative law research)

menggunakan studi hukum normatif berupa produk perilaku hukum,

misalnya mengkaji tentang rancangan undang-undang. Pokok

kajiannya adalah hukum yang dikonsepsikan sebagai norma atau

kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku

setiap orang. Sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada

inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum,

penemuan hukum dalam in concreto, sistematika hukum, taraf

Page 29: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

29

sinkronisasi hukum, perbandingan hukum serta sejarah hukum

(Muhammad, 2004: 52).

Sisi yuridis dalam penelitian ini akan meninjau peraturan

Undang-undang yaitu, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan menjadi dasar

yuridis dalam pengaturan dan pengawasan lembaga perbankan.

Dalam penelitian ini yang dicari adalah klarifikasi pelaksanaan

(implementasi) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap Pengaturan dan

pengawasan lembaga perbankan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Salatiga.

b. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini secara spesifik bersifat deskriptif

analitis artinya, hasil penelitian ini berusaha memberikan gambaran

secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau gejala

yang diteliti (Soekanto, 1986: 10). Jenis ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data

seteliti mungkin tentang objek yang diteliti.

Penelitian ini untuk menggambarkan pelaksanaan Undang-

undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

khususnya Pasal 7 yang menyatakan bahwa OJK mempunyai

wewenang (1) pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan

bank, seperti perizinan untuk pendirian bank, kegiatan usaha bank,

Page 30: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

30

(2) pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank seperti

likuiditas, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum

pemberian kredit, (3) pengaturan dan pengawasan mengenai aspek

kehati-hatian bank seperti prinsip mengenal nasabah, dan anti

pencucian uang, dan (4) pemeriksaan bank. Kajian tentang

implementasi Undang-Undang ini sangat penting karena sesuai

amanat UU No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK sejak 31 Desember

2013 fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan

kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.

Penulis memilih ini, karena metode ini dapat

mendeskripsikan realitas yang ada di masyarakat untuk di

tuntaskan dengan teori hukum yang ada, metode deskriptif analitis

juga bermanfaatkan untuk menggambarkan penulisan dengan jelas

dan terstruktur permasalahan-permasalahan pokok tanpa

melakukan kajian hipotesa maupun perhitungan menggunakan

statistik.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran Peneliti dalam penelitian ini melakukan, Observasi dan

wawancara secara langsung ke kantor Otoritas Jasa Keuangan

Pimpinan Wilayah IV Jateng yang berada di Semarang dan Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Kota Salatiga, sebagai intrumen penggali

data.

Page 31: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

31

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Salatiga berlokasi Ruko Diponegoro A6 A7 Jalan Diponegoro 77, Kota

Salatiga, Jawa Tengah dengan objek penelitian adalah Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga dan Otoritas Jasa Keuangan Pimpinan

Wilayah IV Jawa Tengah yang berada di Semarang.

Pemilihan objek penelitian tersebut dengan pertimbangan bahwa

sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas dan wewenang

pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa sektor keuangan perbankan

beralih dari Bank Indonesia ke Lembaga Otoritas Jasa Keuangan.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah sumber dari mana data dapat

diperoleh (Meleong, 2000: 114). Sumber data yang penulis

menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang

yang diamati atau diwawancarai (Moleong 2009: 157). Sumber

data primer penelitian ini, penulis peroleh baik melalui kegiatan

observasi dengan ikut terlibat langsung maupun dari hasil

wawancara dengan informan. Data primer diperoleh dari:

1) Informan

Adalah orang yang di manfaatkan untuk memberikan

informasinya tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi,

Page 32: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

32

seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman

tentang latar penelitian. Seorang informan berkewajiban secara

suka rela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya

bersifat informal (Moleong, 2002: 90). Dalam penelitian ini

yang menjadi informan adalah Manager Pelaksana SDI dan GA

di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga dan Otoritas Jasa

Keuangan Pimpinan Wilayah IV Jawa Tengah yang berada di

Semarang.

2) Dokumen

Dokumen meliputi, buku arsip berkaitan dengan pelaporan

bank kepada Otoritas Jasa Keuangan, buku transakasi nasabah

baik berupa dana tabungan nasabah maupun dana yang

dipinjam oleh nasabah (kredit), Sistem informasi debitur,

Standar akuntansi bank di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Salatiga.

b. Data sekunder

Data sekunder terdiri dari 3 bahan hukum, antara lain bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, yaitu

sebagai berikut :

1) Bahan hukum primer meliputi :

a) Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 33: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

33

b) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan (OJK).

2) Bahan hukum sekunder, di dapat melalui studi kepustakaan

biasanya berupa buku maupun literatur mengenai pandangan

seorang ahli hukum. Literatur dalam penulisan ini antara lain:

a) Buku tentang perbankan

b) Buku dan literatur tentang penelitian.

c) Buku-buku tentang pengaturan dan pengawasan lembaga

perbankan.

d) Website milik Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga dan

Otoritas Jasa Keuangan Pimpinan Wilayah IV Jawa Tengah

yang berada di Semarang.

3) Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum sebagai pelengkap

kedua bahan hukum sebelumnya, yaitu berupa:

a) Kamus Besar Bahasa Indonesia.

b) Kamus Hukum.

c) Artikel tentang hukum mengenai Otoritas Jasa Keuangan.

5. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian lapangan (Ali, 2009: 107). Data yang

dikumpulkan secara langsung dari sumbernya di tempat penelitian.

Pada pengumpulan data secara primer, penulis menggunakan

beberapa tehnik guna memperoleh data antara lain :

Page 34: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

34

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan data

yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala

yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaanya langsung

pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang

terjadi (Nawawi, 1995: 94). Pengamatan ini yang dilakukan secara

langsung pada objek yaitu Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga

yang diteliti dan dimungkinkan untuk memberi penelitian pada

objek yang diteliti dengan berpedoman pada Undang-undang No.

21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

b. Wawancara (interview)

Merupakan tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih

berhadapan secara langsung dalam proses interview ada dua pihak

yang menempati kedudukan yang berbeda. Satu pihak sebagai

pencari informasi atau interviewer sedangkan pihak lain berfungsi

sebagai informan atau responden (Romy, 1990: 71). Wawancara

dalam penelitian ini dilakukan kepada informan kunci dan

informan pangkal. Informan kunci yakni dari Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga dan Otoritas Jasa Keuangan Pimpinan

Wilayah IV Jawa Tengah. Karena penelitian yang digunakan

menggunakan dasar penelitian studi kasus atau analisis, maka

pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam dianggap

paling tepat karena dimungkinkan untuk mendapat informasi

Page 35: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

35

secara detail dari objek yang diteliti. Wawancara mendalam

dilakukan secara langsung terhadap informan yang berpedoman

pada daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti

sebelumnya.

6. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif

analisis. Analisis data yang dapat digunakan adalah pendekatan

kualitatif terhadap data primer dan sekunder, dengan menggunakan

pola pikir deduktif yang menganalisis Implementasi Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap

pengaturan dan pengawasan lembaga perbankan di Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga. Setelah pengumpulan data terkumpul

kemudian data tersebut di analisis seperlunya agar diperoleh data yang

matang dan akurat. Untuk menganalisisnya, data-data yang diperoleh

kemudian direduksi, dikategorikan dan selanjutnya disentisasi atau

disimpulkan (Moleong, 2011: 288).

7. Pengecekan keabsahan data

Dalam suatu penelitian, validalitas data mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga

untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk

memeriksa keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam

membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong,

Page 36: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

36

2004: 330). Pengeceken keabsahan data dalam penelitian ini

menggunakan triangulasi data dimana dengan membandingkan apa

yang telah diatur oleh Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan dengan hasil penelitian pengaturan dan

pengawasan lembaga perbankan di bank Syari’ah mandiri cabang

Salatiga.

8. Tahap-tahap Penelitian

Pengumpulan awal data dilakukan dengan melakukan studi

kepustakaan yakni dengan mengumpulkan bahan peraturan perundang-

undangan, buku maupun literatur lain yang berkaitan dengan

permasalahan yang hendak diteliti. Setelah itu penulis melakukan

observasi lapangan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga untuk

mencari gambaran mengenai permasalahan yang akan di teliti.

Setelah melakukan observasi penulis melaksanakan wawancara

dengan Manager Pelaksana SDI dan GA di Bank Syari’ah Mandiri

Cabang Salatiga. Yakni dengan mengajukan beberapa pertanyaan

mendasar tentang pengaturan dan pengawasan perbankan yang

dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan ke Bank Syari’ah Mandiri

Cabang Salatiga sesuai dengan rumusan masalah yang penulis

perlukan. Sehingga memudahkan penulis untuk lebih memahami

pokok permasalahan yang akan diteliti.

Page 37: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

37

H. SISTEMATIKA PENELITIAN

Agar diperoleh penelitian yang sistematis, terarah serta mudah di

pahami dan dapat dimengerti oleh para pembaca pada umumnya, maka

penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab, dimana masing-masing bab

dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara

sitematik dan saling berkaitan antara satu dengan sama lain. Uraian

singkat atas bab-bab dan sub bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan

tentang Latar belakang masalah, Fokus Penelitian, Tujuan

Masalah, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan

Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian yang berisi

tentang Jenis penelitian dan pendekatan, Kehadiran Peneliti,

Lokasi Penelitian, Kebutuhan dan Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data, Analisia Data, Pengecekan Keabsahan

Data, Tahap-Tahap Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Bab ini merupakan yang berisi Tinjauan umum tentang

Otoritas Jasa Keuangan dan Perbankan meliputi, Otoritas Jasa

Keuangan (OJK), Pengaturan dan Pengawasan Otoritas Jasa

Keuangan, Lembaga Perbankan, Penilaian Kesehatan Bank dan

Prinsip-prinsip Perbankan.

BAB III Bab ini merupakan yang berisi Gambaran Pengaturan dan

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Bank Syari’ah

Mandiri (BSM) Cabang Salatiga meliputi, Gambaran Umum

Page 38: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

38

Mengenai Bank Syari’ah Mandiri, Pengaturan dan Pengawasan

Otoritas Jasa Keuangan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Salatiga, Hambatan dan Upaya Otoritas Jasa Keuangan dalam

Implementasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK terhadap

pengaturan dan pengawasan Lembaga perbankan di Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga.

BAB IV Bab ini merupakan yang berisi Pembahasan meliputi,

Implementasi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

Terhadap Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan di

Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga, serta Hambatan dan

upaya yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dalam

Implementasi UU No. 21 Tahun 2011 terhadap pengaturan dan

pengawasan lembaga perbankan di Bank Syari’ah Mandiri

Cabang Salatiga.

BAB V Bab ini merupakan penutup yang berisi mengenai, Kesimpulan

dan Saran-saran yang mungkin berguna bagi perkembangan

hukum perbankan di Indonesia serta Rekomendasi.

Page 39: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

39

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

DAN PERBANKAN

A. OTORITAS JASA KEUANGAN

1. Latar Belakang Pembentukan OJK

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan berawal dari adanya

keresahan dari beberapa pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank

Indonesia. Ada tiga hal yang melatar belakangi pembentukan Otoritas Jasa

Keuangan, yaitu perkembangan industri sektor jasa keuangan di Indonesia,

permasalahan lintas sektoral industri jasa keuangan, dan amanat Pasal 34

Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Pasal ini

merupakan respon dari krisis yang terjadi pada 1997/1998 yang

berdampak pada Indonesia mengakibatkan banyak bank yang mengalami

koleps sehingga timbul keresahan terhadap Bank Indonesia dalam

mengawasi bank-bank di Indonesia. Ide awal pembentukan OJK

sebenarnya hasil kompromi untuk menghindari jalan bentuk pembahasan

undang-undang tentang Bank Indonesia oleh Dewan Perwakilan Rakyat

(Suteki, 2004: 36).

Secara historis gagasan pembentukan otoritas terjadi pasca krisis

ekonomi pada tahun 1997 yang melumpuhkan industri perbankan, kondisi

ini memperlihatkan lemahnya perlindungan terhadap konsumen perbankan

yang menyebabkan Bank Indonesia harus mengeluarkan talangan liquidity

support atau dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dengan total

Page 40: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

40

Rp. 218,3 triliun (Gemala, 2006: 199). Dana yang diberikan tidak hanya

bank swasta namun kepada Bank Exsim yang sekarang sudah dilebur ke

dalam Bank Mandiri. Gagasan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

dimaksudkan untuk memisahkan fungsi pengawasan perbankan dari bank

sentral ke sebuah badan atau lembaga yang independen di luar bank

sentral. Dasar hukum pemisahan fungsi pengawasan yaitu Pasal 34

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang menyatakan:

(a) Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan

sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang-

Undang; (b) Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010.

Sedangkan pengawasan yang dilakukan yaitu terhadap bank dan

perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan lainnya yang meliputi

asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan

pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan

dana masyarakat.

Namun pada tahun 2004 pemerintah dan DPR tidak juga

melahirkan otoritas baru tetapi merevisi Undang-undang Bank Indonesia,

pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Bank

Indonesia yang memberikan indepedensi kepada bank sentral tujuannya

agar Bank Indonesia dengan pengelolaan moneter negara tidak perlu

Page 41: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

41

dipusingkan lagi dengan masalah pengawasan yang selalu bersifat teknis

(Sulistio, 2004: 252).

Pada akhir tahun 2010 Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan

belum juga selesai. Perencanaan awal yang akan disahkan pada rapat

paripurna 17 Desember 2010 tidak terlaksana. Pemerintah dan DPR tidak

sepakat mengenai struktur dan tata cara pembentukan Komisioner OJK,

pemerintah mengusulkan Dewan Komisioner terdiri dari tujuh anggota dan

dua orag diantaranya merupakan ex-officio yang otomatis berasal dari

Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia

(http://www.lipsus.kontan.co.id, diunduh 15 Januari 2015, Pukul 13.16

Wib).

Pada tahun 2011, parlemen (DPR) yang diketuai Priyo Budi

Santoso menyetujui pengesahan RUU OJK menjadi Undang-Undang

dalam rapat Paripurna DPR Oktober 2011, dengan hasil: (1) fungsi

penyelidikan dan penyidikan OJK disepakati; (2) masa transisi Bank

Indonesia yaitu 3 tahun sejak OJK diundangkan atau ahir 2014, untuk

Bapepam-LK harus sudah melebur pada akhir 2012; (3) Dewan

Komisioner harus sudah dipilih pada juni 2012 yang mana penyeleksi

calon Dewan Komisiosner oleh Menteri Keuangan (http://vibiznews.com,

diunduh 15 Januari 2015 Pukul 14.05 Wib).

Pada bulan Januari 2012 Presiden telah membentuk panitia seleksi

pemeilihan sembilan calon anggota Dewan Komisioner OJK dan pada Juli

2012 terpililah ketua dewan komisioner merangkap anggota dan delapan

Page 42: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

42

dewan komisioner merangkap anggota lainnya, OJK memiliki struktur

dengan unsur chek and balance terlihat dari pemisahan jelas antara fungsi

pengaturan dan fungsi pengawasan bertujuan untuk sebagai berikut : (1)

Menciptakan ketegasan pemisahan antara tanggung jawab dengan

regulator (Dewan Komisioner) dengan tanggung jawab supervisior

(kepala eksekutif masing-masing pengawas perbankan, pasar modal dan

industri keuangan non bank); (2) menghindari pemusatan kekuasaan yang

terlalu besar pada satu pihak agar tidak terjadi penyalahgunaan

kewenangan; (3) mendorong terjadinya pembagian kerja (division of

labor) sehingga tercipta profesionalisme dari spesialisasi di masing-

masing fungsi pengaturan dan pengawasan (Naskah Akademik OJK,

2010: 4).

Pengalihan pengawasan perbankan dan non perbankan akhirnya

secara resmi dilimpahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan pada 1 Januari

2014, agenda diawal tahunya mengawasi pasar modal, perbankan, reksa

dana dan dana pensiun dengan masalah penarikan dana stimulus oleh bank

sentral Amerika Serikat atau taing off yang mempengaruhi kinerja

ekonomi dan pasar modal Indonesia.

2. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawas jasa

keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan

pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Keberadaan Otoritas Jasa

Page 43: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

43

Keuangan ini sebagai suatu lembaga pengawas sektor keuangan di

Indonesia perlu untuk diperhatikan, karena harus dipersiapkan dengan baik

segala hal untuk mendukung keberadaan OJK tersebut(Sundari, 2011: 44).

Pada 22 November 2011, telah disahkan dan diundangkan Undang-

undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5253. Menurut pasal 1 angka1

Undang-undang No. 21 Tahun 2011, Menyebutkan: “Otoritas Jasa

Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang

independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai

fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan

penyidikan”.

Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa Otoritas Jasa Keuangan

adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri

perbankan, pasar modal, reksa dana, perusahaan pembiayaan, dana

pensiun dan asuransi. Pada dasarnya UU tentang OJK ini hanya mengatur

mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari

lembaga yang memiliki kekuasaan didalam pengaturan dan pengawasan

terhadap sektor jasa keuangan. Oleh karena itu, dengan dibentuknya OJK

diharapkan dapat mencapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif

didalam penanganan masalah-masalah yang timbul didalam sistem

keuangan. Dengan demikian dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas

Page 44: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

44

sistem keuangan dan adanya pengaturan dan pengawasan yang lebih

terintegrasi (Sinaga, 2013: 2).

3. Tujuan dan Asas-asas Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa

keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksa dana, asuransi,

dana pension dan perusahaan pembiyaan. Secara normative ada empat

tujuan pendirian OJK (1), meningkatkan dan memelihara kepercayaan

publik di bidang jasa keuangan, (2) menegakkan peraturan perudang-

undangan di bidang jasa keuangan, (3) meningkatkan pemahaman public

mengenai bidang jasa keuangan, dan (4) melindungi kepentingan

konsumen jasa keuangan (Sutedi, 2014: 42).

Menurut Pasal 4 UU OJK, Otoritas Jasa Keuangan dibentuk

dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan disektor jasa

keuangan: (a) Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

(b) Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara

berkelanjutan dan stabil; (c) Mampu melindungi kepentingan Konsumen

dan masyarakat.

Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan

sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing

nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional

antara lain sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan

Page 45: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

45

kepemilikan disektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan

aspek globalisasi (Kajian Akademik, 29).

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi atas prinsip-prinsip

tata kelola yang baik yang meliputi idependensi, akuntabilitas,

pertanggung jawaban, transparasi dan kewajaran. Otoritas Jasa Keuangan

melaksanakan tugas dan wewenangan berdasarkan asas-asas sebagai

berikut:

a. Asas independensi, yakni idependen dalam pengambilan keputusan

dan pelakasanaan fungsi, tugas dan wewenang OJK, dengan tetap

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Asas kepastian hukum, yakni asas dalam Negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undang dan keadilan

dalam setiap kebijakan penyelenggara Otoritas Jasa Keuangan.

c. Asas kepentingan Umum, yakni asas yang membela dan melidungi

kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan

umum.

d. Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak

diskriminatif tentang penyelenggara Otoritas Jasa Keuangan.

e. Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam

pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan

tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 46: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

46

f. Asas Intregitas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral

dalam setiap tidadakan dan keputusan yang diambil dalam

penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.

g. Asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan

dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa

keuangan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada publik (Sutedi,

2014: 113).

4. Struktur Otoritas Jasa Keuangan

Sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola dan asas-asas di atas,

Otoritas Jasa Keuangan harus memiliki struktur dengan prinsip chek and

balance. Hal ini diwujudkan dengan melakukan pemisahan yang jelas

antara fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan yang

dilakukan oleh dewan komisioner melalui pembagian tugas yang jelas

demi pencapaian tujuan Otoritas Jasa Keuangan. Tugas dewan komisioner

melalui bidang tugas terkait kode etik, pengawasan internal melalui

mekanisme dewan audit, edukasi, dan perlindungan konsumen, serta

fungsi, tugas dan wewenang pengawasan (Sutedi, 2014: 114).

Struktur Otoritas Jasa Keuangan diatur pada BAB IV Pasal 10

sampai 25 Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan. Strukur Otoritas Jasa Keuangan lebih dikenal dengan nama

Dewan Komisioner. Dewan Komisioner ini beranggotakan sembilan orang

Page 47: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

47

anggota yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Susunan Dewan

Komisioner ini terdiri sebagai berikut:

a. Seorang Ketua merangkap anggota.

b. Seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota.

c. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota.

d. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap

anggota.

e. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,

Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya

merangkap anggota.

f. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota. Seorang anggota

yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen.

g. Seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan

anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia.

h. Seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang

merupakan pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan.

i. Anggota Dewan Komisioner memiliki hak suara yang sama.

Secara kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan berada di luar

pemerintahan dimaknai terlepas dan tidak menjadi bagian dari kekuasaan

pemerintah, namun tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur

kekuasaan pemerintah, karena hakikatnya OJK disektor jasa keuangan yang

Page 48: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

48

memiliki relasi yang berkaitan dengan otoritas lain, seperti dalam hal fiskal

dan moneter.

Oleh karena itu lembaga ini mewakilkan unsur-unsur dari otoritas lain

secara ex-officio. Keberadaan ex-officio bertujuan dalam koordinasi, kerja

sama, harmonisasi dalam fiscal moneter dan sector jasa keuangan. keberadaan

ex-officio juga diperlukan dalam menjaga kestabilitasan nasional dalam

persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi,

pertukaran informasi demi memelihara stabilitas sistem keuangan. OJK harus

merupakanbagian dari sistem penyelenggara urusan pemerintah yang

berinteraksi dengan lembaga-lembaga Negara lainnya (Sutedi, 2014:113).

5. Hubungan Kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan

OJK sebagai lembaga otoritas yang dibentuk dari integrasi dua

lembaga besar, yaitu Direktorat Pengatur dan Pengawas Perbankan Bank

Indonesia dan Bapepam LK, Kementerian Keuangan akan menghadapi

beberapa persoalan teknis dalam pelaksanaan tugas dan wewenanganya

sebagai akibat dari peralihan kewenangan dari lembaga yang lama. Selain

kendala kelambanan waktu, efektifitas lembaga dan cakupan wilayah

kerja, OJK menghadapi permasalahan dalam mencapai model integrasi

yang optimal karena peran dan kepentingan masing-masing cenderung

berbeda yakni antara prinsip prudensial pada perbankan dan lembaga

keuangan serta disclosure pada pasar modal.

Page 49: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

49

Dalam penjelasan umum UU tentang OJK telah tampak adanya

kesadaran preventif dari pembentuk UU ini terhadap masalah keterkaitan

kewenangan OJK dengan beberapa otoritas lain seperti otoritas moneter

dan otoritas fiskal. Hal ini tergambar antara lain dari struktur dan unsur

kelembagaan yang secara kelembagaan, OJK berada di luar pemerintah

dan tidak menjadi bagian dari kekuasaan pemerintah (Khopiatuziadah,

2012).

Berdasarkan Pasal 39 Undang-undang No. 21 Tahun 2011 dalam

melaksanakan tugasnya, Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan

Bank Indonesia dalam membuat peraturan pengawasan di bidang

Perbankan antara lain:

a. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank.

b. Sistem informasi perbankan yang terpadu.

c. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta

asing, dan pinjaman komersial luar negeri.

d. Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya.

e. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important

bank dan data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang

kerahasiaan informasi.

Selanjutnya dalam Pasal 44 Undang-undang No. 21 Tahun 2011

hubungan kelembagaan antara lain:

1) Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dibentuk Forum

Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan dengan anggota terdiri atas:

Page 50: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

50

a) Menteri Keuangan selaku anggota merangkap koordinator.

b) Gubernur Bank Indonesia selaku anggota.

c) Ketua Dewan Komisioner OJK selaku anggota.

d) Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan selaku

anggota.

2) Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan dibantu kesekretariatan

yang dipimpin salah seorang pejabat eselon I di Kementerian

Keuangan.

3) Pengambilan keputusan dalam rapat Forum Koordinasi Stabilitas

Sistem Keuangan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

4) Dalam hal musyawarah untuk mufakat jika tidak tercapai maka

pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.

B. PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN

1. Otoritas Jasa Keuangan sebagai Otoritas Pengawas Bank

Kegiatan perbankan yang dilakukan sehari-hari, baik oleh bank

umum maupun bank perkreditan rakyat tidak terlepas dari berbagai

kesalahan. Kesalahan ini dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak

sengaja. Oleh karena itu, agar dunia perbankan dapat berjalan sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan pembinaan

dan pengawasan terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh dunia

perbankan. Pelaksanaan pembinaan pengawasan terhadap dunia perbankan

di Indonesia dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pembinaan dan

Page 51: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

51

pengawasan bank yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan tersebut

amanat yang diberikan di Pasal 6 point a, Undang-undang Nomor 21

Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (Hikmah, 2007: 7). Jadi,

Otoritas sebagai Pembina dan pengawas terhadap bank berada di Otoritas

Jasa Keuangan (Usman, 2003: 127).

Seperti telah dibahas sebelumnya, dasar hukum lahirnya Otoritas

Jasa Keuangan adalah Pasal 34 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004.

Dalam Pasal tersebut dinyatakan tugas mengawasi Bank akan dilakukan

oleh lembaga pengawasan yang independen. Istilah pengawasan dalam

bahasa Indonesia asal katanya adalah “awas”, sehingga pengawasan

merupakan kegiatan mengawasi saja, dalam arti melihat sesuatu dengan

seksama. Tidak ada kegiatan di luar itu, kecuali melaporkan hasil kegiatan

mengawasi tadi (Situmorang dan Juhir, 1994: 17).

Akan tetapi, bila kita lihat dalam Pasal 9, OJK berwenang

memberikan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan. Seharusnya apabila konsisten dengan tugas pengawasan yang

diberikan oleh Bank Indonesia, OJK hanya melakukan pengawasan dan

melaporkan hasil pengawasan yang dilakukan kepada Badan Pemeriksa

Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Jika kita melihat tugas dan wewenang Bank Indonesia, yaitu:

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan

Page 52: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

52

c. Mengatur dan mengawasi Bank (Gozali, dan Rachmadi, 2010: 107).

Dari ketiga tugas diatas, Otoritas Jasa Keuangan mendapat amanat

untuk melakukan tugas pengawasan terhadap Bank. Akan tetapi dalam

Pasal 1 angka 1 Undang-undang OJK menyatakan Otoritas Jasa Keuangan,

yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan

bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan

wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. Dalam

rumusan Pasal tersebut muncul wewenang tambahan yaitu pengaturan.

Artinya, Undang-undang OJK ini memberikan kewenangan yang lebih

dari sekedar pengawasan terhadap sektor perbankan (Indaryanto, 2012).

Otoritas jasa Keuangan sebagai otoritas perbankan berdasarkan

ketentuan perundangan memiliki kewenangan untuk membuat dan

menerapkan perundangan (right to regulate) yang berkaitan dengan

kegiatan operasional sebuah bank (Siamat, 2005: 193).

Sedangkan sebagai pembina dan pengawasan perbankan di

Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dalam menjalankan peran dan

fungsinya tidak terlepas tujuannya yang diatur secara eksplisit di dalam

Pasal 5 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yaitu Otoritas Jasa

Keuangan memiliki fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan.

Page 53: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

53

2. Pelaksanaan Pengaturan dan Pengawasan Bank

Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank,

menurut ketentuan Pasal 6 Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Otoritas

Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

(a) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; (b) Kegiatan jasa

keuangan di sektor Pasar Modal; (c) Kegiatan jasa keuangan di sektor

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

Keuangan Lainnya.

Selanjutnya dalam Pasal 7 Undang-undang No. 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa untuk

melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, Otoritas Jasa Keuangan

mempunyai wewenang:

a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang

meliputi sebagai berikut:

1) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran

dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya

manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan

izin usaha bank.

2) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,

produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.

b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi

sebagai berikut:

Page 54: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

54

1) Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio

pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank.

2) Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank.

3) Sistem informasi debitur.

4) Pengujian kredit (credit testing).

5) Standar akuntansi bank.

c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,

meliputi sebagai berikut:

1) Manajemen risiko.

2) Tata kelola bank.

3) Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang.

4) Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.

d. Pemeriksaan bank.

Sementara itu dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan untuk melaksanakan tugas

dan pengaturan dalam mejalankan perannya sebagai dimaksud dalam pasal 6,

OJK mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. Menetapkan peraturan pelaksanaan.

b. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

c. Menetapkan peraturan dan keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

d. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan.

Page 55: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

55

e. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas Otoritas Jasa

Keuangan.

f. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis

terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu.

g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter

pada Lembaga Jasa Keuangan.

h. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,

memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban.

i. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Ditambah pada Pasal 9 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa (OJK) untuk melaksanakan tugas pengawasannya

sebagaimana dalam Pasal 6, Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang

sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa

keuangan.

b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala

Eksekutif.

c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan

Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,

dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Page 56: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

56

d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau

pihak tertentu.

e. Melakukan penunjukan pengelola statuter.

f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter.

g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan.

h. Memberikan dan/atau mencabut sebagai berikut: (1) Izin usaha, (2) Izin

orang perseorangan, (3) Efektifnya pernyataan pendaftaran, (4) Surat tanda

terdaftar, (5) Persetujuan melakukan kegiatan usaha, (6) Pengesahan, (7)

Persetujuan atau penetapan pembubaran, (8) Penetapan lain, sebagaimana

dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan.

Tugas pengaturan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-

udang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK dilaksanakan oleh dewan

Komisioner OJK, Peraturan Dewan Komisioner, dan/atau Keputusan Dewan

Komisioner. Berdasarkan UU OJK, selaku pimpinan OJK anggota Dewan

Komisioner memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menetapkan struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, rancang bangun

infrastruktur dan teknologi informasi, sistem sumber daya manusia, dan

standar prosedur operasional.

b. Menetapkan rencana kerja dan anggaran OJK tahun 2013.

c. Mengangkat pejabat dan pegawai OJK

d. Mengangkat pejabat dan pegawai organ pendukung Dewan Komisioner.

Page 57: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

57

e. Menetapkan hal lain yang dioerlukan dalam rangka pengalihan fungsi,

tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan

dan badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan ke Otoritas Jasa

Keuangan.

Sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola dan asas-asas di atas,

Otoritas Jasa Keuangan harus memiliki struktur dengan prinsip “checks and

balances”. Hal ini diwujudkan dengan melakukan pemisahan yang jelas

antara fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan.

Fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan serta pengawasan dilakukan

oleh Dewan Komisioner melalui pembagian tugas yang jelas demi pencapaian

tujuan Otoritas Jasa Keuangan. Tugas anggota dewan komisioner meliputi

bidang tugas terkait kode etik, pengawasan internal melalui mekanisme dewan

audit, edukasi dan perlindungan konsumen, serta fungsi, tugas, dan wewenang

pengawasan untuk sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana

Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya

(Joyosumarto, 2012: 3).

C. LEMBAGA PERBANKAN

1. Pengertian Bank

Apabila dilihat dari terminologinya, kata “bank” berasal dari

bahasa Italy “banca” yang berarti “bence” yaitu suatu bangku tempat

duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak banker Italy memberikan

Page 58: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

58

pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di

bangku-bangku di halaman pasar (Fuady, 1999: 13).

Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-

undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok Perbankan dan

Undang-undang Perbankan yang telah diubah, yaitu Undang-undang No.

10 Tahun 1998. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.

Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga

keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan

deposito. Kemudian banyak juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu,

bank juga dikenal sebagai tempat menukar uang, memindahkan uang atau

menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti

pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran

lainnya (Kasmir, 2009: 25).

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi

bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

keuangan, artinya aktifitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang

keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak lepas dari masalah

keuangan. Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana

Page 59: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

59

dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan

adalah funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah

mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat

luas.

Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan

cara memasang produk-produknya sebagai strategi agar masyarakat mau

menananamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang

dapat dipilih oleh masyarakat adalah sperti giro, tabungan, sertifikat

deposito dan deposito berjangka (Kasmir, 2009: 26).

2. Asas Perbankan

Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat diketahui

dari ketentuan Pasal 2 Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang

mengemukan bahwa, Perbankan Indonesia dalam melakukan usahnya

berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-

hatian. Menurut penjelasan resminya yang dimaksudkan dengan

demokrasi ekonomi adalah demokrasi berdasrkan Pancasila dan Undang-

undang Dasar 1945 (Putri, 2008: 24).

Mengenai apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian

sebagaiman disebutkan dalam Pasal 2 Undang-undang Perbankan diatas

tidak ada penjelasan secara resmi, tetapi dapat dikemukakan bahwa bank

dan orang-orang yang terlibat didalamnya, terutama dalam membuat

kebijakan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas

Page 60: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

60

dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teleti, dan professional

sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. Selain itu, bank dalam

membuat kebijakan dan menjalankan kegiatan usahanya harus selalu

mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara

konsisten dengan didasari oleh itikad baik. Kepercayaan masyarakat

merupakan kata utama bagi berkembangnya atau tidaknya suatu bank,

dalam arti tanpa adanya kepercyaan dari masyarakat suatu bank tidak akan

mampu menjalankan kegiatan usahanya (Hermansyah, 2007: 19, 20).

3. Fungsi Perbankan

Fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 Undang-

undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang merumuskan fungsi utama

perbakan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana masyarakat. Dari

Pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bank dalam sistem

hukum perbankan di Indonesia sebagai intermediary bagi masyarakat yang

surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana

masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut

dinamakan “ simpanan”, Sedangkan penyalurannya kembali dari bank

kepada masyarakat dinamakan “kredit”. Kesimpulan ini mengandung

konsep dasar dari sistem perbankan bahwa dana dari masyarakat yang

ditempatkan pada perbankan disebut “simpanan”, tetapi dana bank yang

ditempatkan pada masyarakat disebut kredit (Widiyono, 2006: 7).

Page 61: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

61

4. Tujuan Perbankan

Kehadiran bank sebagai suatu badan usaha tidak semata-mata

bertujuan bisnis, namum ada misi lain, yakni peningkatan kesejahteraan

masyarakat pada umumnya.

Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang merumuskan

perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi

dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak

(Sembiring, 2000: 8).

5. Jenis-jenis Bank

Dalam praktiknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat

beberapa jenis perbankan seperti diatur dalam undang-undang perbankan.

Jika kita melihat jenis perbankan sebelum keluar Undang-undang

Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-

undang No. 14 Tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun

kegiatan utamanya atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda

dengan satu sama lainnya (Kasmir, 2004: 18).

Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsinya, serta

kepemilikannya. Dari segi fungsi dapat perbedaan yang terjadi terletak

pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan serta

Page 62: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

62

jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat

dari segi kepemilikan sahamnya.

Perberbedaan lainnya adalah dapat dilihat dari segi siapa nasabah

yang mereka layani apakah masyarakat luas atau masyarakat lokasi

tertentu. Jenis perbankan juga di bagi ke dalam bagaimana caranya

menetukan harga jual dan harga beli atau dengan kata lain cara mencari

keuntungan.

Adapun jenis perbankan jika dilihat dari berbagai segi antara lain :

a. Dilihat dari segi fungsinya

Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967

jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari : (1) Bank Umum; (2)

Bank Pembangunan; (3) Bank Tabungan; (4) Bank Pasar; (5) Bank

Desa; (6) Lumbung Desa; (7) Bank Pegawai.

Namun setelah keluar UU pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992

dan ditegaskan lagi dengan dikeluarnya Undang-undang RI. Nomor 10

Tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :

a) Bank umum

b) Bank Perkreditan Rakyat

Bentuk Bank pembangunan dan bank tabungan yang semula

berdiri sendiri dengan keluarnya Undang-undang di atas berubah

fungsinya menjadi bank umum. Sedangkan Bank Desa, Bank Pasar

Lambung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Prekeditan Rakyat

(BPR).

Page 63: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

63

Pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai

dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 adalah sebagai berikut:

a) Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syari’ah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti

dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula

dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah

Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank umum sering

disebut komersil (commercial Bank).

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syari’ah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran. Artinya jasa-jasa perbankan yang

ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan

kegiatan atau jasa bank umum (Kasmir, 2004: 19,20).

b. Dilihat dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang

memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte

pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang

Page 64: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

64

bersangkutan. Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikannya sebagai

berikut:

1) Bank milik pemerintah

Merupakan Bank yang akte pendirian maupun modal bank ini

sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh

keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank-

bank milik pemerintah Indonesia antara lain, Bank Negara

Indonesia 46 (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank tabungan

Negara (BTN), Bank Mandiri.

Kemudian Bank Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di

daerah ditingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Modal

BPD sepenuhnya dimilki Pemda masing-masing. Contoh :BPD

DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD DI.

Yogyakarta, BPD Jawa timur, dll. (Kasmir, 2004: 20).

2) Bank milik swasta nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya

dimiliki swasta nasional. Kemudian akte pendirianyapun didirikan

oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk

keuntungan swasta pula. Contoh Bank Bumi Putra, Bank

Danamon, Bank Muamalat.

Page 65: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

65

3) Bank milik koperasi

Merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimilki oleh

perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank jenis ini

adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN).

4) Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,

baik swasta asing maupun pemerintah asing. Kepemilikannya pun

jelas dimiliki oleh pihak asing luar negeri. Contoh: ABN AMRO

Bank, America Express Bank, Bank of America.

5) Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan

pihak swasta nasional. Kepemilikan saham secara mayoritas

dipegang oleh warga Negara Indonesia. Contoh: Bank Ficonesia,

Bank Sakura Swadarma, Mitsubisi Buana Bank.

c. Dilihat dari segi status

Dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat, bank

umum dapat dibagi menjadi dua jenis. Pembagian jenis ini disebut juga

pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.

Kedudukan atau status ini menunjukan ukuran kemampuan bank

dalam melayani masyarakat baik dari segi produk, modal, maupun

kualitas pelayanannya. Untuk memperoleh status tertentu diperlukan

penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula. Jenis Bank dilihat

dari segi status adalah sebagai berikut:

Page 66: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

66

1) Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri

atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,

misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, trevellers

chaque, pembukaan dan pembayaran letter of credit dan transaksi

lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh

Bank Indonesia.

2) Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan

transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan

transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa

merupakan kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi yang

dilakukan masih dalam batas-batas Negara.

d. Dilihat dari segi cara menentukan harga

Jenis bank dapat dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan

harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok

yaitu:

1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (barat)

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia adalah bank

berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari

sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia

dibawah colonial belanda. Dalam mencari keuntungan dan

Page 67: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

67

menentukan harga kepada nasabahnya, bank yang berdasarkan

prensip konvensional menggunakan dua metode yaitu:

a) Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan

sperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga

produk untuk untuk pinjaman (kredit) juga ditentukan

berdasarkan dengan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan

harga ini dikenal dengan istilah Spread Based.

b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional

menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam

nominal atau porsentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini

dikenal dengan istilah Fee Basedd.

2) Bank berdasarkan prinsip islam (Syari’ah)

Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang

di Indonesia. Namun diluar negeri terutama dinegara-negara timur

tengah sperti mesir atau pakistan bank berdasarkan prinsip syariah

sudah berkembang pesat sejak lama.

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syari’ah dalam

penentuan haraga produknya sangat berbeda dengan bank

konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan dan

perjanjian berdasarkan hukum islam atara bank dengan pihak lain

untuk menyimpan dana atau pembiyaan usaha atau kegiatan

perbankan lainnya.

Page 68: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

68

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi

bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:

a) Pembiyaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

b) Pembiyaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musyarokah).

c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(Murobahah).

d) Pembiyaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa

pilihan (Ijaroh).

e) Atau dengan adanya pilihannya pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (Ijaroh wa

Iqtina) (Kasmir, 2004: 22, 24).

6. Jenis-jenis Kantor Bank

Seperti yang telah di uraikan sebelumnya, bahwa jika dilihat dari

berbagai segi bank dapat dikategorikan kedalam berbagai jenis. Demikian

pula dalam satu bank terdapat berbagai jenis tingkatan. Jenis tingkatan

yang ditujukan dari volume kegiatan, kelengkapan jasa ditawarkan,

wewenang mengambil keputusan, serta jangkauan wilayah operasinya.

Untuk menentukan tingkatan atau jenis-jenis kantor bank dapat

dilihat dari pertama luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan

dalam suatu cabang bank. Luasnya kegiatan ini tergantung dari

kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu besar kecilnya

Page 69: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

69

kegiatan cabang bank tersebut tergantung pula dari wilayah operasinya.

Begitu pula dengan wewenang mengambil keputusan suatu masalah,

seperti dalam hal batas pemberian kredit juga dimilki oleh masing-masing

jenis tingkatan. Jenis kantor Bank yang dimaksud sebagai berikut:

a. Kantor Pusat

Merupakan kantor dimana semua kegiatan perencanaan sampai kepada

pengawas terdapat dikantor ini. Setiap bank memiliki satu kantor pusat

tidak melakukan kegiatan operasional sebagai bank lainnya akan tetapi

mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-

cabangnya saja dan tidak melayani jasa bank kepada masyarakat.

b. Kantor Cabang Penuh

Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank

paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di

kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi

kantor cabang pembantu.

c. Kantor Cabang Pembantu

Merupakan kantor cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh

dan kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian dari cabang

penuh. Perubahan status dari cabang pembantu ke cabang penuh

dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi

kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat.

Page 70: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

70

d. Kantor Kas

Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya

meliputi teller/kasir saja. Dengan kata lain kantor kas hanya

melakukan sebagaian kecil dari kegiatan perbankan dan berada

dibawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini

banyak kantor kas yang dilayani dengan mobil dan disebut kas keliling

(Kasmir, 2004: 25, 26).

D. PENILAIAN KESEHATAN BANK DAN PRINSIP-PRINSIP

PERBANKAN

1. Penilaian Kesehatan Bank

Sebagaimana layaknya manusia, di mana kesehatan merupakan hal

yang sangat penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan

meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula

dengan perbankan harus dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam

melayani para nasabahnya.

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai

segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut

dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat

sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembinaan dapat

memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus

dijalankan atau dihentikan kegiatan oprasionalnya.

Page 71: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

71

Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah

ditentukan oleh bank Indonesia. Kepada bank-bank diharuskan membuat

laporan baik yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh

aktivitasnya dalam satu periode tertentu.

Penilain kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada

peningkatan atau penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus

meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya

dipertahankan terus kesehatanya. Akan tetapi, bagi bank yang terus-

menerus tidak sehat, mungkin harus mendapatkan pengarahan atau sanksi

dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembinaan dari bank-bank.

Bank Indonesia dapat saja menyarankan untuk melakukan perubahan

manajemen, merger, konsolidasi, akusisi atau likuidasi keberadaannya jika

memang sudah parah kondisi bank tersebut (Kasmir, 2009: 49, 50).

Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya

menngunakan analisis CAMELS, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek Permodalan

Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada

kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut

didasarkan kepada CAR (Capital Adequaci Ratiao) yang telah

ditetapkan oleh BI. Perbandingan rasio tersebut adalah modal terhadap

aktiva tertimbang menurut risiko (AMTR) dan sesuai dengan

ketentuan pemerintah CAR tahun 1999 minimal 8%.

Page 72: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

72

b. Aspek Kualitas Aset

Yaitu untuk menilai jenis-jenis asset yang dimilki oleh bank

penilaian asset harus sesuai dengan peraturan oleh Bank Indonesia

dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan

dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penyisihan

dihapuskan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang

diklasifikasikan.

c. Aspek Kualitas Manajemen (Management)

Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga diniai kualitas

manajemennya. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas

manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi

pendidikan dan pengalaman dari kariyawannya dalam menangani

berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah

management permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen

umum, manajemen rehabilitas, dan manajemen likuiditas.

d. Aspek Likuiditas

Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan

dapat membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan,

giro, deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua

permohonan kredit yang layak dibiyai. Secara umum rasio ini

merupakan rasio antara jumlah aktiva lancer dibagi dengan utang

lancer. Yang di analisis dalam rasio ini adalah: (1) Rasio kewajiban

bersih Call Money terhadap aktiva; (2) Rasio kredit terhadap dana

Page 73: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

73

yang diterima oleh bank sperti KLBI, giro, tabungan, deposito, dan

lain-lain.

e. Asek Rentabilitas

Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya

apakah, setiap periode atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan

profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank yang

sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang meningkat.

Penilaian juga dilakukan dengan, rasio laba Total Aset (ROA), dan

perbandingan biya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO).

Semua aspek penilaian diatas dikenal dengan penilaian analisis

CAMEL (Capital, Aset, Managemen, Earning, Liquidity). Disamping

penilaian analisis CAMEL yang juga mempengaruhi hasil penilaian

terhadap kesehatan bank adalah penilaian terhadap:

1) Ketentuan pelaksanaan pemberi kredit usaha kecil (KUK) dan

pelaksanaan kredit ekspor.

2) Pelanggaran ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK)

atau sering disebut legel lending limit.

3) Pelanggaran posisi devisa netto.

f. Aspek Sensitivitas (Sensitivity)

Aspek ini mulai dilakukan oleh Bank Indonesia sejak bulan Mei

2004. Seperti kita ketahui dalam melepaskan kreditnya, perbankan

harus memperhatikan dua unsur, yaitu tingkat perolehan laba yang

harus dicapai dan resiko yang akan dihadapi. Pertimbangan yang harus

Page 74: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

74

diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan.

Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba

dapat tercapai dan akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Resiko yang

dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko

penyerahan, risiko keuangan (Kasmir, 2009: 51, 53).

2. Prinsip Pengawasan Perbankan

Kegiatan Perbankan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan

dana dari masyarakat. Dana tersebut diserahkan kepada lembaga bank,

karena masyarakat menaruh kepercayaan. Karena itulah setiap stake

holder di bidang perbankan wajib menjaga kepercayaan masyarakat.

Untuk menjaga kepercayaan masyarakat tersebut, dunia perbankan wajib

menyelenggarakan tata kelola perbankan dengan prinsip kehati-hatian,

sehingga tingkat kesehatannya terpelihara.

Pengawas perbankan pada prinsipnya terbagi dalam dua jenis,

yaitu, macro-economic supervision dan prudential supervision. Adapun

pemahaman dari kedua hal tersebut adalah:

a. Macro-economic supervision adalah pengawasan dalam rangka

mendorong bank-bank untuk ikut menunjang pertumbuhan ekonomi

dan menjaga kestabilan moneter.

b. Prudential supervision adalah pengawasan yang mendorong bank

secara individual tetap sehat serta mamapu memelihara kepentingan

masyarakat secara baik (Sitompul, 2002: 220).

Page 75: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

75

Tujuan yang ingin dicapai oleh macro-prudential supervision adalah

mengarahkan dan mendorong bank serta sekaligus mengawasinya, agar dapat

berperan dalam berbagai program pencapaian sasaran ekonomi makro.

Sedangkan tujuan prudential supervision adalah megupayakan agar setiap

bank secara individual sehat dan aman, serta seluruh industri perbankan sehat,

sehingga kepercayaan masyarakat dapat terjaga. Lembaga bank memang perlu

dipagari dengan berbagai peraturan yang membatasi atau sekurang-kurangnya

mengingatkan mengenai perlunya penanganan resiko secara seksama, dan

bahkan jika perlu melarang bank melakukan kegiatan teretentu yang

mengandung resiko tinggi (Sitompul, 2002: 221).

Page 76: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

76

BAB III

GAMBARAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN

OTORITAS JASA KEUANGAN DI BANK SYARI’AH

MANDIRI CABANG SALATIGA

A. Gambaran Umum Bank Syari’ah Mandiri

1. Sejarah Berdirinya Bank Syari’ah Mandiri

Latar belakang didirikannya Bank Syari’ah Mandiri (BSM) adalah

dengan adanya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997 tepatnya

bulan Juli, Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan di Indonesia

yang didorong oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan, yang

menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk

merekonstruksi dan merekapitalisasi sebagian bank di Indonesia.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan,

telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya Bank Syari’ah di

Indonesia. Undang-Undang tersebut telah memungkinkan baik beroperasi

sepenuhnya secara syari’ah atau dengan membuka cabang Syari’ah.

PT. Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan

Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara, dan PT. Mandiri Prestasi

berupaya keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai cara, dari langkah-

langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih menjadi bank

Syari’ah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger

empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Daya, Bank Exim dan Bapindo)

Page 77: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

77

ke dalam PT. Bank Mandiri pada tanggal 31 Juli 1999 rencana perubahan

PT Bank Susila Bakti menjadi bank Syari’ah dengan nama Bank Syari’ah

Sakinah diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (persero).

PT. Bank Mandiri (persero) selaku pemilik baru mendukung

sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti

menjadi bank Syari’ah dengan keinginan PT. Bank Mandiri (persero)

untuk membuka bank Syari’ah, langkah awalnya adalah merubah

anggaran dasar tentang nama Bank Susilo Bakti menjadi menjadi PT.

Bank Syari’ah Sakinah berdasarkan Notaris Ny. Machrani M. S, S.H, No.

29 pada tanggal 19 Mei 1999 kemudian melalui Akta No 23 tanggal 8

September 1999 notaris, nama PT. Bank Syari’ah Sakinah diubah menjadi

PT. Bank Syari’ah Mandiri.

Pada tanggal 25 Oktober 1999 Bank Indonesia melalui surat

keputusan Gubernur Bank Indonesia No.1/24/KEP.BI/1999 telah

memberikan perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan

usaha berupa prinsip Syari’ah kepada PT. Bank Susila Bakti selanjutnya

dengan surat keputusan deputi Gubernur Bank Indonesia No.1/1/KEP. Dir,

pada tanggal 25 Oktober 1999 Bank Indonesia telah menyetujui Bank

Susila Bakti menjadi Bank Syari’ah Mandiri (BSM), pada tanggal 1

November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syari’ah

Mandiri (BSM).

Kelahiran Bank Syari’ah Mandiri (BSM) merupakan buah usaha

dari para perintis Bank Syari’ah di PT. Bank Susila Bakti dan manajemen

Page 78: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

78

PT. Bank Mandiri (persero) memandang pentingnya kehadiran Bank

Syari’ah di lingkungan PT. Mandiri (persero). Bank Syari’ah Mandiri

(BSM) hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha

dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Adapun untuk

wilayah Salatiga yaitu Bank Syari’ah Mandiri Salatiga berada di Ruko

Diponegoro A6 A7 Jl. Diponegoro 77 Salatiga yang berdiri dan mulai

beroperasi pada tanggal 10 Januari 2011 (www.Syari’ahmandiri.co.id).

2. Profil PT. Bank Syari’ah Mandiri

Nama : PT. BANK SYARI’AH MANDIRI

Alamat kantor pusat : Wisma Mandiri I

Jl.MH. Thamrin No.5 Jakarta 10340

Alamat Cabang Salatiga : Ruko Diponegoro A6-A7

Jl.Diponegoro 77, Salatiga

Telepon kantor pusat : (62 - 21) 2300 509, 3983 9000

Faksimili : (62 - 21) 3983 2989

Homepage : www.Syari’ahmandiri.co.id

Tanggal berdiri : 25 Oktober 1999

Tanggal beroperasi : Sejak 1 November 1999

Modal dasar : Rp.2.500.000.000.000

Modal disetor : Rp.858.243.565.000

Jumlah kantor cabang : 520 Kantor layanan yang tersebar di 33 provinsi di

seluruh Indonesia.

Page 79: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

79

Jumlah jaringan ATM : Total 47.000 meliputi: ATM Syari’ah Mandiri,

ATM Mandiri, ATM Bersama, ATM Prima dan

Malaysia.

Jumlah karyawan : 7902 orang

Pemeringkatan : AA (idn), berdasarkan Fitch Rating 2010,

Peringkat Nasional “AA” menandakan suatu

kualitas kredit yang sangat kuat dibandingkan

emiten-emiten atau surat-surat utang lainnya di

negara yang sama. Risiko kredit yang tidak dapat

dipisahkan di dalam kewajiban-kewajiban

keuangan ini hanya berbeda sedikit dari emiten-

emiten atau surat-surat utang yang mendapat

peringkat tertinggi di suatu negara. Tanda “+”

atau “-“ dapat ditambahkan pada suatu peringkat

untuk menandakan posisi relatif dalam kategori-

kategori utama pemeringkatan.

3. Visi dan Misi Bank Syari’ah Mandiri (BSM)

a. Visi: Menjadi Bank Syari’ah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

b. Misi:

1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang

berkesinambungan.

2) Mengutamakan penghimpunan dana konsumen dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM.

3) Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam

lingkungan kerja yang sehat.

4) Mengembangkan nilai-nilai syari’ah universal.

Page 80: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

80

5) Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan

yang sehat.

4. Budaya Perusahaan

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak

pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati

bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syari’ah Mandiri yang

disebut Shared Values Bank Syari’ah Mandiri. Shared Values Bank Syari’ah

Mandiri disingkat “ETHIC”.

a. Excellence:

Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan

berkesinambungan.

b. Teamwork:

Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.

c. Humanity:

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius

d. Integrity:

Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.

e. Customer Focus:

Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan

Bank Syari’ah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan

menguntungkan.

Page 81: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

81

Gambar 5.1 : Struktur organisasi BSM Cab. Salatiga

Sumber: Bank Mandiri Syariah Cabang Salatiga

5. Struktur Organisasi BSM

Organisasi dalam menjalankan usahanya melakukan aktivitas-

aktivitas pokok agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Bank perlu

adanya struktur organisasi yang tepat dan dapat dengan jelas membagi

wewenang dan tanggung jawab seseorang yang ada dalam organisasi

tersebut. Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah

manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangka hirarki untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam setiap organisasi selalu

terdapat rangkaian hirarki atasan dan bawahan.

Berikut ini adalah bagan struktur organisasi BSM Salatiga masing-

masing bagian:

Kepala Cabang

Operation

Manager

Pelaksana

D & C

Pelaksana

Admin

Hary, Yasin Pelaksana Marketing

Support

Account

Officer

Pelaksana SDI

& GA

Security, Messenger,

Driver, Office Boy

Marketing

Manager

Funding

Officer

CS Representatif

Teller

DKP

PKP

Pelaksana

Page 82: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

82

B. Pengaturan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan di Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan harus

senantiasa memperhatikan keserasian, keselasaran, dan keseimbangan

berbagai unsur pembangunan, termasuk di bidang ekonomi dan keuangan.

Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang

semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

menunjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan. Sementara itu,

perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan

tantangan yang semakin kompleks. Oleh karena itu, diperlukan berbagai

penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor perbankan

sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki dan memperkukuh

perekonomian nasional.

Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh

secara berkelanjutan dan stabil diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan yang terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel

serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan

dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat,

sehingga diperlukan OJK yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan

Page 83: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

83

secara terpadu, independen dan akuntabel sesuai dengan Pasal 4 Undang-

undang OJK.

Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang

pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,

Perasuransian, dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa

Keuangan Lainnya beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan Kementerian Keuangan ke OJK. Sejak 31 Desember 2013 fungsi,

tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di

sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111,

untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan

maka OJK mempunyai wewenang (1) pengaturan dan pengawasan mengenai

kelembagaan bank, seperti perizinan untuk pendirian bank, kegiatan usaha

bank, (2) pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank seperti

likuiditas, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian

kredit, (3) pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank

seperti prinsip mengenal nasabah, dan anti pencucian uang, dan (4)

pemeriksaan bank.

Keberadaan lembaga baru ini yang memiliki kewenangan pengaturan

dan pengawasan di disektor perbankan belum dirasakan oleh bank, salah

satunya Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga (BSM), meski Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Salatiga dalam segi pengaturan dan pengawasan mengikuti

Page 84: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

84

dari kantor pusat Bank Syari’ah Mandiri yang berada di Jakarta akan tetapi

untuk mengenai hal-hal baru berkaitan pengaturan dan pengawasan setiap

kantor cabang Bank Syari’ah Mandiri di beri informasi jika ada perubahan-

perubahan berkaitan perbankan, baik dari segi peraturan maupun pengawasan

yang ada di setiap kantor cabang Bank Syari’ah Mandiri (Wawancara dengan

Operasional Manager pelaksana SDI dan GA, pada tanggal 5 Mei 2015).

Sedangkan dari segi pengaturan yang ada di Bank Syari’ah Mandiri

Cabang Salatiga salah satunya adalah Good Corporate Governance (GCG)

sesuai dengan ketentuan Bank lndonesia tentang Pelaksanaan GCG Bagi

Bank Umum Syari’ah (BUS) Nomor 11/33/PBI/2009. Sehingga Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga untuk saat ini belum ada pengaturan dan

pengawasan yang dilakukan oleh OJK baik pengawasan secara langsung

maupun tidak langsung. Selanjutnya, sesuai dengan Pedoman GCG Perbankan

Indonesia, tujuan GCG merupakan usaha mengembalikan kepercayaan

kepada dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi

yang mempunyai dampak jangka panjang apabila disertai tiga tindakan

penting yakni :

a. Ketaatan terhadap Prinsip kehati-hatian

b. Pelaksanaan GCG.

c. Pengawasan yang efektif dari otoritas pengawasan

Oleh karena itu ketaatan akan prinsip-prinsip GCG, antara lain

transparasi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban, dan kewajaran

dalam menjalankan perbankan dan segala prosedur yang ada di dalamnya

Page 85: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

85

haruslah dilaksanakan dengan baik agar perbankan dapat berkembang dengan

baik dan sehat.

Dalam hal pengawasan bank yang berada di Bank Syari’ah Mandiri

Cabang Salatiga berkaitan dengan keberadaan Otoritas Jasa Keuangan dalam

hal ini diwakilkan Kantor Wilayah OJK Regional IV Jateng yang berada di

Semarang, Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga belum ada pengawasan

terbaru artinya pengawasan yang saat ini ada di Bank Syari’ah Mandiri

Cabang Salatiga di lakukan oleh Dewan Pengawas Syari’ah dan Dewan

Komisaris yang berada di Internal Bank Syari’ah Mandiri.

Untuk pelaporan hasil pengawasan yang ada di Bank Syari’ah Mandiri

terutama Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga meliputi; a) Dewan

Pengawas Syari’ah wajib menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada

Bank Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode semester berakhir,

b) Semester dimaksud adalah periode 6 (enam) bulanan yang berakhir pada

bulan Juni dan Desember dan laporan hasil pengawasan DPS meliputi antara

lain; a) Kertas kerja pengawasan terhadap proses pengembangan produk baru

Bank, b) Kertas kerja pengawasan terhadap kegiatan Bank dilaporkan kepada

Bank Indonesia yang berada di Kantor Wilayah Semarang (Wawancara

dengan Operasional Manager pelaksana SDI dan GA, pada tanggal 5 Mei

2015).

Sementara itu, alasan OJK belum sepenuhnya mengimplementasikan

Undang-undang No. 21 Tahun 2011, dalam melaksanakan perpindahan

sebagai wewenang yang dipegang oleh Bank Indonesia dalam masa transisi ke

Page 86: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

86

OJK, adalah OJK mengupayakan tidak terdapat perubahan signifikan sehingga

menghindari terjadinya penyesuaian yang menyulitkan kondisi perbankan

nasional. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya gangguan pada

sistem perbankan atau sistem keuangan termasuk internal pengawasan bank.

Di bidang pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan

pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung

dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-

waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui

penelitian, analisis, dan evaluasi melalui pelaporan yang disampaikan oleh

bank, akan tetapi pada tahun ini OJK belum melaksanakan apa yang menjadi

pengawasan OJK dalam perbankan disebabkan masih dalam pengintegrasian

kelembagaan dari BI ke OJK.

Di bidang pengaturan OJK telah menerbitkan Peraturan OJK

Nomor:1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa

(APS) di sektor Jasa Keuangan, dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah. Sedangkan seluruh Peraturan Bank Indonesia (PBI),

Surat Edaran Ekstern (SE BI) dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Ekstern (SK, DIR) di bidang perbankan telah dikompilasi oleh Bank

Indonesia. Kompilasi termasuk perizinan yang dinyatakan masih berlaku di

OJK sampai dengan dilakukannya perubahan atau pencabutan oleh OJK.

Di bidang pertukaran data dan informasi, Bank Indonesia dan OJK

telah menyepakati untuk dapat saling mengakses secara penuh terhadap data

Page 87: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

87

atau informasi dan sistem pelaporan Lembaga Jasa Keuangan. Di bidang

logistik, Bank Indonesia telah meminjampakaikan gedung dan ruangan di

Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Jakarta untuk tempat kerja sebagian

pegawai di shared function OJK yakni di bidang audit, edukasi dan

perlindungan konsumen dan pengawasan perbankan. Selain itu, bank

Indonesia juga meminjampakaikan sebagian ruangan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia di daerah untuk operasional kegiatan OJK. Kesemua hal tersebut

menunjukkan bahwa OJK masih belum memiliki indepedensi operasional

yang penuh (Wawancara dengan bidang Informasi dan Dokumen OJK, 12 Mei

2015).

C. Hambatan dan Upaya Otoritas Jasa Keuangan dalam Implementasi

Undang-Undang No. 21 Tahun 2011

Upaya perbaikan terhadap pola pengaturan dan pengawasan yang

dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam melaksanakan fungsi,

tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan secara terpadu, independen dan akuntabel maka Otoritas

Jasa Keuangan selalu melakukan koordinasi dengan lembaga terkait, seperti

Bank Indonesia, Bapepam LK, dan Kementerian Keuangan dalam rangka

transsisi ke OJK, dikarenakan lembaga ini juga masih baru secara keseluruhan

dalam melaksanakan pengaturan dan pengawasan masih belum optimal. Akan

tetapi OJK mensyaratkan penilaian obyektif atas kekurangan dan kelebihan

yang dimiliki Otoritas Pengawas Perbankan terdahulu. Pola pengawasan

Page 88: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

88

perbankan di Indonesia pra OJK memiliki kelemahan yang kemudian

diperbaiki dalam masa pengawasan yang sama oleh Bank Indonesia

mendekati masa peralihannya ke OJK. Adapun hambatan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) dalam Implementasi Undang-undang No. 21 Tahun 2011

dalam hal Pengawasan sebagai berikut:

1. Hambatan internal

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki kekurangan Sumber Daya

Manusia (SDM) sehingga OJK tidak dapat bekerja secara optimal

khususnya pengawasan transaksi perbankan. Otoritas Jasa Keuangan

memiliki tanggung jawab yang dipikul oleh OJK tersebut ternyata

tidak sebanding dengan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang

dimilikinya. OJK membutuhkan bangunan organisasi yang kuat,

pimpinan yang solid, dan dukungan tenaga-tenaga SDM yang

mempunyai kompetensi di bidang pengawasan.

b. Experience (Pengalaman)

Masalah tidak hanya dari segi jumlah, kemampuan Sumber Daya

Manusia menjadi tantangan tersendiri. Tuntutannya adalah

membangun sistem pengawasan yang terintegrasi menghadapi

konglomerasi sektor jasa keuangan. Sementara, selama ini pengalaman

SDM adalah melakukan pengawasan secara sektoral sesuai bidang

masing-masing.

Page 89: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

89

c. Knowledge (Pengetahuan)

Pengetahuan yang dimaksudkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

yang dijadikan sebagai faktor penghambat dari internal ialah

kurangnya pengetahuan mengenai sektor jasa keuangan terutama

perbankan oleh pegawai Otoritas Jasa Keuangan tersebut. Kurangnya

pengetahuan tersebut dapat mengganggu dalam kinerja terutama

mewujudkan pengawasan yang terintegrasi.

d. Belum terintegrasinya sistem pengawasan sektor perbankan, Industri

Keuangan Non Bank (IKNB) dengan pengawasan yang masih

terpisah-pisah sehingga supervisi tidak terintegrasi. Walapun supervisi

dilaksanakan dengan baik di satu sisi, tetapi belum tentu dilaksanakan

dengan baik di sisi yang lain. Hal tersebut berpotensi menimbulkan

dampak yang kurang menguntungkan bagi industri keuangan secara

keseluruhan terutama apabila terjadi "trouble" di salah satu sektor

dalam industri keuangan. Sehingga dibutuhkan pengawasan yang

terintegrasi.

2. Hambatan ekternal yang dihadapi OJK ialah kompleksitanya transaksi

yang beragam, cross border, multi produk. Karena banyak kompleksitas

dalam kegiatan perbankan maka menjadi penghambat OJK sebagai

lembaga pengawas lembaga perbankan khususnya pengawasan transaksi

perbankan yang setiap harinya meningkat.

Sementara itu, upaya yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam

Implementasi Undang-undang No. 21 Tahun 2011 sebagai berikut:

Page 90: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

90

1. Upaya mengatasi hambatan internal

a. Menambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Upaya

yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dalam mengatasi hambatan

SDM ialah dengan melakukan penerimaan pegawai Otoritas Jasa

Keuangan untuk menambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas dengan menjalani berbagai seleksi. Selain itu, untuk

menambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, OJK juga

memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pegawai OJK.

b. Melakukan sharing knowledge, continuous education, best practice

learning program.

Sharing Knowledge yang dilakukan OJK ialah dengan berbagi ilmu

atau mengadakan diskusi antar pegawai. Selain itu, continuous

education dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para

pegawai OJK serta mempelajari secara praktek mengenai lembaga

perbankan. Hal ini terus dilakukan OJK untuk menambah pengetahuan

pegawai OJK yang dapat mendukung kinerja mereka dalam bekerja.

c. Teknik pengawasan dipertajam.

Teknik pengawasan yang di pertajam yang dilakukan oleh Otoritas

Jasa Keuangan khususnya direktorat pengawasan transaksi perbankan

ialah dengan menambah jam bekerja yang lebih banyak sehingga

pengawasan terhadap transaksi perbankan semakin meningkat.

Page 91: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

91

d. Masih melakukan proses pengintegrasian lembaga perbankan

Dalam melakukan pengawasan integrasi membutuhkan waktu yang

cukup lama untuk mempersiapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

sebagai lembaga di luar pemerintah yang mempunyai tugas pengaturan

dan pengawasan di sektor keuangan sebagaimana berdasarkan pasal 6

UU OJK, Otoritas Jasa Keuangan beroperasi secara penuh pada

Tanggal 31 Desember 2013. Jika dilihat pengoperasian tersebut OJK

baru berjalan 1 tahun, Sehingga masih dalam proses pengintegrasian.

Proses pengintegrasian sektor keuangan, Menurut Deputi Informasi,

Komunikasi dan Dokumentasi Otoritas Jasa Keuangan Regional IV

Jateng dan DIY di Semarang Ibu Sulistianingsih mengatakan OJK juga

memperdalam sektor keuangan, khususnya di perbankan. Program

pada penguatan infrastruktur sistem teknologi informasi, penyediaan

regulasi yang akomodatif bagi industri sekaligus lebih melindungi

investor, peningkatan sisi penawaran dan permintaan produk, serta

efektifnya pengawasan dan penegakan hukum.

2. Upaya mengatasi hambatan eksternal yang dihadapi OJK yakni dengan

cara memahami proses transaksi perbankan, produk perbankan dan semua

kegiatan dalam perbankan (Wawancara dengan bidang Informasi dan

Dokumen OJK, 12 Mei 2015).

Page 92: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

92

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PENGATURAN DAN PENGAWASAN

OTORITAS JASA KEUANGAN DI BANK SYARIAH

MANDIRI CABANG SALATIGA

A. Analisis Implementasi Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Terhadap

Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan di Bank Syariah

Mandiri Cabang Salatiga

Dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu

tumbuh dengan stabil dan berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang

luas dan seimbang di semua sektor perekonomian, serta memberikan

kesejahteraan secara adil kepada seluruh rakyat Indonesia maka program

pembangunan ekonomi nasional harus dilaksanakan secara komprehensif dan

mampu menggerakan kegiatan perekonomian nasional yang memiliki

jangkauan yang luas dan menyentuh ke seluruh sektor riil dari perekonomian

masyarakat Indonesia.

Program pembangunan ekonomi nasional juga harus dilaksanakan

secara transparan dan akuntabel yang berpedoman pada prinsip demokrasi

ekonomi sebagaimana diamanatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut,

program pembangunan ekonomi nasional perlu didukung oleh tata kelola

pemerintahan yang baik yang secara terus menerus melakukan reformasi

terhadap setiap komponen dalam sistem perekonomian nasional. Salah satu

komponen penting dalam sistem perekonomian nasional dimaksud adalah

Page 93: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

93

sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan

fungsi intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian

nasional.

Fungsi intermediasi yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga jasa

keuangan, dalam perkembangannya telah memberikan kontribusi yang cukup

signifikan dalam penyediaan dana untuk pembiayaan pembangunan ekonomi

nasional. Oleh karena itu, Negara senantiasa memberikan perhatian yang

serius terhadap perkembangan kegiatan sektor jasa keuangan tersebut,

dengan mengupayakan terbentuknya kerangka peraturan dan pengawasan

sektor jasa keuangan yang terintegrasi dan komprehensif.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penataan

kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang melaksanakan

tugas pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup

sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Mulai 31 Desember 2013, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi

mengawasi kinerja seluruh bank yang ada di Indonesia, mengambil alih tugas

perbankan yang selama ini dilakukan Bank Indonesia. Hal ini sesuai amanat

Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Pasal 55, terhitung sejak 31 Desember 2013, pengaturan dan pengawasan

bank dilakukan OJK. Dengan demikian BI akan fokus pada pengendalian

inflasi dan stabilitas moneter.

Page 94: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

94

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) Pasal 7 menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas

pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan maka OJK mempunyai

wewenang (1) pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank,

seperti perizinan untuk pendirian bank, kegiatan usaha bank, (2) pengaturan

dan pengawasan mengenai kesehatan bank seperti likuiditas, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, (3) pengaturan dan

pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank seperti prinsip mengenal

nasabah, dan anti pencucian uang, dan (4) pemeriksaan bank.

Sedangkan menurut penulis, salah satu aspek yang terpenting dalam

pelaksanaan kegiatan perbankan adalah adanya pengaturan dan pengawasan.

Dalam pengawasan dimaksudkan untuk mengusahakan pelaksanaan berjalan

sesuai dengan yang telah direncanakan yaitu berupa pengaturan berkaitan

pengawasan atau Undang-undang yang berlaku. Pengawasan juga mempuyai

posisi yang sangat vital untuk menyakinkan bahwa pelaksanaan kegiatan

organisasi tetap berada dalam jalur yang sesuai untuk mencapai visi dan misi

dalam perbankan.

Temuan penulis di lapangan sangat berbeda dengan keberadaan

lembaga baru ini (OJK) yang memiliki kewenangan pengaturan dan

pengawasan di disektor perbankan, OJK belum dirasakan oleh bank, salah

satunya Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga (BSM), meski Bank Syariah

Mandiri Cabang Salatiga dalam segi pengaturan dan pengawasan mengikuti

dari kantor pusat Bank Syariah Mandiri yang berada di Jakarta akan tetapi

Page 95: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

95

untuk mengenai hal-hal baru berkaitan pengaturan dan pengawasan setiap

kantor cabang Bank Syariah Mandiri di beri informasi jika ada perubahan-

perubahan berkaitan perbankan, baik dari segi peraturan maupun pengawasan

yang ada di setiap kantor cabang bank mandiri syariah. Sedangkan segi

pengaturan yang ada di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga salah satunya

adalah Good Corporate Governance (GCG) yang diterbitkan oleh Bank

lndonesia tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum Syariah (BUS)

Nomor 11/33/PBI/2009.

Sementara itu, dalam pengawasan bank yang berada di Bank Syariah

Mandiri Cabang Salatiga berkaitan dengan keberadaan Otoritas Jasa

Keuangan Pimpinan Wilayah Regional IV yang berada di semarang, Bank

Syariah Mandiri Cabang Salatiga belum ada pengawasan terbaru artinya

pengawasan yang saat ini ada di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga di

lakukan oleh Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris yang berada di

Internal Bank Syariah Mandiri.

Untuk pelaporan hasil pengawasan yang ada di Bank Syariah Mandiri

terutama Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga meliputi; a) Dewan

Pengawas Syariah wajib menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada

bank Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode semester berakhir,

b) Semester dimaksud adalah periode 6 (enam) bulanan yang berakhir pada

bulan Juni dan Desember dan laporan hasil pengawasan DPS meliputi antara

lain; 1) Kertas kerja pengawasan terhadap proses pengembangan produk baru

Bank, 2) Kertas kerja pengawasan terhadap kegiatan Bank dilaporkan kepada

Page 96: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

96

Bank Indonesia yang berada di Kantor Wilayah Semarang. Oleh karena itu

dalam pelaksanaan Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK ini dari

segi pengaturan dan pengawasan masih menggunakan peraturan Bank

Indonesia. Seharusnya OJK sebagai salah satu lembaga baru yang mengawasi

di sektor jasa keuangan bisa memberikan kebijakan disektor perbankan baik

dari segi pengaturan maupun dari segi pengawasan sehingga instrument

keuangan dalam pertumbuhan ekonomi membutuhkan adanya pengaturan dan

pengawasan dari OJK agar kegiatan perbankan berjalan efesien dan wajar

sesuai dengan amanat UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK.

Hal ini, alasan OJK belum sepenuhnya mengimplementasikan

Undang-undang No. 21 Tahun 2011, dalam melaksanakan perpindahan

sebagai wewenang yang dipegang oleh Bank Indonesia dalam masa transisi ke

OJK, OJK mengupayakan tidak terdapat perubahan signifikan sehingga

menghindari terjadinya penyesuaian yang menyulitkan kondisi perbankan

nasional. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya gangguan pada

sistem perbankan atau sistem keuangan termasuk internal pengawasan bank.

Di bidang pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan

pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung

dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-

waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui

penelitian, analisis, dan evaluasi melalui pelaporan yang disampaikan oleh

bank, akan tetapi pada tahun ini OJK belum melaksanakan apa yang menjadi

Page 97: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

97

pengawasan OJK dalam perbankan disebabkan masih dalam pengintegrasian

kelembagaan dari BI ke OJK.

Di bidang pengaturan OJK telah menerbitkan Peraturan OJK

Nomor:1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa

(APS) di sektor Jasa Keuangan, dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah. Sedangkan seluruh Peraturan Bank Indonesia (PBI),

Surat Edaran Ekstern (SE BI) dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Ekstern (SK, DIR) di bidang perbankan telah dikompilasi oleh Bank

Indonesia. Kompilasi termasuk perizinan yang dinyatakan masih berlaku di

OJK sampai dengan dilakukannya perubahan atau pencabutan oleh OJK.

Di bidang pertukaran data dan informasi, Bank Indonesia dan OJK

telah menyepakati untuk dapat saling mengakses secara penuh terhadap data

atau informasi dan sistem pelaporan Lembaga Jasa Keuangan. Di bidang

logistik, Bank Indonesia telah meminjampakaikan gedung dan ruangan di

Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Jakarta untuk tempat kerja sebagian

pegawai di shared function OJK yakni di bidang audit, edukasi dan

perlindungan konsumen dan pengawasan perbankan. Selain itu, bank

Indonesia juga meminjampakaikan sebagian ruangan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia di daerah untuk operasional kegiatan OJK. Kesemua hal tersebut

menunjukkan bahwa OJK masih belum memiliki indepensi operasional yang

penuh.

Page 98: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

98

B. Analisis Hambatan dan Upaya yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan

dalam Implementasi Undang-undang No. 21 Tahun 2011 terhadap

pengaturan dan pengawasan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.

Perkembangan sektor keuangan yang terintegrasi menuntut OJK untuk

melakukan pengawasan secara terintegrasi dengan tujuan meningkatkan

efektivitas pengawasan atas lembaga jasa keuangan secara terintegrasi antar

sub sektor keuangan. Pelaksanaan pengawasan terintegrasi diharapkan dapat

menurunkan potensi risiko sistemik kelompok jasa keuangan, mengurangi

potensi moral hazard, mengoptimalkan perlindungan konsumen jasa

keuangan dan mewujudkan stabilitas sistem keuangan.

Upaya perbaikan terhadap pola pengaturan dan pengawasan yang

dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam melaksanakan fungsi,

tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan secara terpadu, independen dan akuntabel maka Otoritas

Jasa Keuangan selalu melakukan koordinasi dengan lembaga terkait, seperti

Bank Indonesia, Bapepam LK, dan Kementerian Keuangan dalam rangka

transsisi ke OJK, dikarenakan lembaga ini juga masih baru secara keseluruhan

dalam melaksanakan pengaturan dan pengawasan masih belum optimal.

Adapun hambatan Otoritas Jasa Keuangan dalam mengimplementasikan

Undang-undang No. 21 Tahun 2011 dalam hal Pengawasan meliputi:

Hambatan internal seperti (a) Sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di

Otoritas Jasa Keuangan belum banyak sehingga OJK tidak dapat bekerja

secara optimal khususnya pengawasan transaksi perbankan, dan tanggung

Page 99: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

99

jawab yang dipikul oleh OJK tersebut ternyata tidak sebanding dengan

jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya. Sementara itu, OJK

membutuhkan bangunan organisasi yang kuat, pimpinan yang solid, dan

dukungan tenaga-tenaga SDM yang mempunyai kompetensi di bidang

pengawasan; (b) Experience (Pengalaman) Masalah tidak hanya dari segi

jumlah saja berkaitan SDM yang ada di OJK, kemampuan Sumber Daya

Manusia yang bekerja di OJK menjadi tantangan tersendiri. Tuntutannya

adalah membangun sistem pengawasan yang terintegrasi menghadapi

konglomerasi sektor jasa keuangan. Sementara itu, selama ini pengalaman

SDM adalah melakukan pengawasan secara sektoral sesuai bidang masing-

masing; (c) Knowledge (Pengetahuan) faktor penghambat dari internal ialah

kurangnya pengetahuan mengenai sektor jasa keuangan terutama perbankan

oleh pegawai Otoritas Jasa Keuangan tersebut. Kurangnya pengetahuan

tersebut dapat mengganggu dalam kinerja terutama mewujudkan pengawasan

yang terintegrasi; (d) Belum terintegrasinya sistem pengawasan sektor

perbankan, Industri Keuangan Non Bank (IKNB) dengan pengawasan yang

masih terpisah-pisah sehingga supervisi tidak terintegrasi. Walapun supervisi

dilaksanakan dengan baik di satu sisi, tetapi belum tentu dilaksanakan dengan

baik di sisi yang lain. Hal tersebut berpotensi menimbulkan dampak yang

kurang menguntungkan bagi industri keuangan secara keseluruhan terutama

apabila terjadi "trouble" di salah satu sektor dalam industri keuangan.

Sehingga dibutuhkan pengawasan yang terintegrasi.

Page 100: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

100

Hambatan ekternal yang dihadapi OJK ialah kompleksitanya transaksi

yang beragam, cross border, multi produk. Karena banyak kompleksitas

dalam kegiatan perbankan maka menjadi penghambat OJK sebagai lembaga

pengawas lembaga perbankan khususnya pengawasan transaksi perbankan

yang setiap harinya meningkat.

Sedangkan upaya yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dalam

mengimplementasikan Undang-undang No. 21 Tahun 201 meliputi: Upaya

mengatasi hambatan internal (a) Menambah Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berkualitas. Upaya yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dalam

mengatasi hambatan SDM ialah dengan melakukan penerimaan pegawai

Otoritas Jasa Keuangan untuk menambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas dengan menjalani berbagai seleksi. Selain itu, untuk menambah

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, OJK juga memberikan

pendidikan dan pelatihan kepada para pegawai OJK; (b) Melakukan sharing

knowledge, continuous education, best practice learning program, Sharing

Knowledge yang dilakukan OJK ialah dengan berbagi ilmu atau mengadakan

diskusi antar pegawai. Selain itu, continuous education dengan memberikan

pelatihan-pelatihan kepada para pegawai OJK serta mempelajari secara

praktek mengenai lembaga perbankan; (c) Teknik pengawasan dipertajam

yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) khususnya Direktorat

pengawasan transaksi perbankan dengan menambah jam bekerja yang lebih

banyak sehingga pengawasan terhadap transaksi perbankan semakin

meningkat; (d) Masih melakukan proses pengintegrasian lembaga perbankan

Page 101: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

101

dalam melakukan pengawasan integrasi, hal ini membutuhkan waktu yang

cukup lama untuk mempersiapkan Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga di

luar pemerintah yang mempunyai tugas pengaturan dan pengawasan di sektor

keuangan sebagaimana berdasarkan pasal 6 UU OJK, Otoritas Jasa Keuangan

beroperasi secara penuh pada Tanggal 31 Desember 2013. Jika dilihat

pengoperasian tersebut OJK baru berjalan 1 tahun, Sehingga masih dalam

proses pengintegrasian.

Sementara itu, upaya mengatasi hambatan eksternal yang dihadapi

OJK yakni dengan cara memahami proses transaksi perbankan, produk

perbankan dan semua kegiatan dalam perbankan. Selain itu minimnya

pengetahuan masyarakat tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi

kendala besar, masyarakat banyak yang belum mengetahui tentang Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) juga menjadi tugas utama lembaga baru ini. Maka OJK

harus lebih efektif bersosialisasi kepada masyarakat umum.

Page 102: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

102

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang ada di bab empat dapat disimpulkan yaitu sebagai

berikut:

1. Implementasi Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Terhadap Pengaturan

dan Pengawasan Lembaga Perbankan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Salatiga belum dilaksanakan sepenuhnya oleh Otoritas Jasa Keuangan. Hal

ini disebabkan karena Otoritas Jasa Keuangan sendiri masih lembaga baru

dan masih dalam proses pengentegrasian kelembagaan dari BI ke OJK.

Meskipun mulai 31 Desember 2013, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara

resmi mengawasi kinerja seluruh bank yang ada di Indonesia, mengambil

alih tugas perbankan yang selama ini dilakukan Bank Indonesia. Adapun

alasan OJK belum mengimplementasikan Undang-Undang No. 21 Tahun

2011 tentang OJK adalah salah satunya menghindari terjadinya

penyesuaian yang menyulitkan kondisi perbankan nasional. Hal ini

bertujuan untuk menghindari terjadinya gangguan pada sistem perbankan

atau sistem keuangan termasuk internal pengawasan bank. Di bidang

pengaturan dan pengawasan yang berada di Bank Indonesia berkaitan

bidang perbankan telah dikompilasi oleh Bank Indonesia. Kompilasi

termasuk perizinan yang dinyatakan masih berlaku di OJK sampai dengan

dilakukannya perubahan atau pencabutan oleh OJK.

Page 103: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

103

2. Hambatan dan Upaya yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dalam

mengimplementasikan Undang-undang No. 21 Tahun 2011 terhadap

pengaturan dan pengawasan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga

meliputi; Hambatan internal yaitu, Sumber daya manusia, Experience

(pengalaman), Knowledge (pengetahuan), Belum terintegrasinya sistem

pengawasan sektor perbankan, Industri Keuangan Non Bank (IKNB)

dengan pengawasan yang masih terpisah-pisah sehingga supervisi tidak

terintegrasi. Sementara itu, untuk Hambatan ekternal yang dihadapi OJK

ialah kompleksitanya transaksi yang beragam, cross border, multi produk.

Sedangkan upaya dalam mengatasi hambatan internal salah satunya

menambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, Melakukan

sharing knowledge, continuous education, best practice learning

program. Teknik pengawasan dipertajam, Masih melakukan proses

pengintegrasian lembaga perbankan. Adapun untuk upaya mengatasi

hambatan eksternal yang dihadapi OJK yakni dengan cara memahami

proses transaksi perbankan, produk perbankan dan semua kegiatan dalam

perbankan.

B. Saran

1. Pengawasan transaksi perbankan perlu diperketat karena dengan banyak

produk yang berkembang dalam kegiatan perbankan serta akses lintas

negara. Maka dibutuhkan pengawasan yang lebih baik guna terhindar dari

kejahatan-kejahatan perbankan diantaranya pencucian uang. Selain itu,

Page 104: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

104

pengawasan terintegrasi lebih cepat dilakukan sehingga mempermudah

dan memperlancar pengawasan perbankan khususnya dalam transaksi

dunia perbankan yang semakin modern.

2. Pemantapan Otoritas Jasa Keuangan sebagai Otoritas yang membawahi

sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun serta Industri

Keuangan Non Bank (IKNB) baik dalam SDM yang berkualitas, kinerja

dan sebagainya.

3. Otoritas Jasa Keuangan sebagai Self Regulation Organization (SRO)

dapat membuat pengaturan dan pengawasan di dunia perbankan untuk

perusahaan keuangan yang sehat dan baik sehingga terciptanya

perekonomian yang kuat sehingga tidak mengulangi sejarah masa lalu

yaitu krisis moneter tahun 1997/1998.

C. Penutup

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkah

karunia dan nikmatnya kepada kita semua. Akhirnya dengan kerja yang sangat

melelahkan, susah senang, duka lara yang penulis rasakan selama

menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga karya yang sangat

sederhana ini dan jauh dari sempurna dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi masyarakat yang sangat senang pada kajian-kajian pada

umumnya. Akhirnya masukan serta kritik yang bersifat kontruktif sangat

penulis harapkan demi perbaikan karya ini pada saat ini dan dapat berguna di

masa yang akan datang. Amiin.

Page 105: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

105

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ali, Zainudin. 2009. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta:Sinar Grafika.

Djumhana, Muhammad. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

Djoni, Gozali dan Rachmadi, Usman. 2010. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar

Grafika.

Fuady, Munir. 1999. Hukum Perbankan Modern (Berdasarkan Undang-undang

Tahun 1998) buku kesatu. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Gemala, Dewi. 2006. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian

Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana pernada Media Grup.

Hermansyah. 2007. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta:

Kenacana.

Moleong, lexy. 1999. Metodologi Penelitian. Bandung:PT.Remaja Rosada

Karya.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:

PT.Citra Aditya Bakti.

Kasmir. 2004. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta:PT Raja Grafindo.

Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Press.

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gadjah

Mada University Press.

Page 106: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

106

Romy, Suemitro. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurementri. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Situmorang, Victor M dan Juhir, Jusuf. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat

dalam Lingkungan Aparatur pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penulisan Hukum. Jakarta: UI Press.

Sutedi, Andrian. 2007. Hukum Perbankan;Suatu Tinjauan Pencucian Uang,

Merger, Likuiditasi, dan Kepailitan. Jakarta:Sinar Grafika.

Suteki, Adrian. 2014. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta:Raih Asa

Sukses.

Sulistio, Tito. 2004. Mencari Ekonomi Pro Pasar; Catatan Tentang Pasar Modal,

Privatisasi Dan Konglomerasi Lokal. Jakarta: The Investor.

Sutedi, Adrian. 2014. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: Raih Asa

Sukses.

Sundari, Siti. 2011. Laporan Kompendium Hukum Bidang Perbankan,

Kementrian Hukum dan Ham Republik Indonesia.

Sembiring, Sentosa. 2000. Hukum Perbankan. Bandung:Mandar Maju.

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan (Kebijakan Moneter dan

Perbanka. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia.

Usman, Rachmadi. 2003. Aspek-aspek Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Wahab, Solichin Abdul. 2002. Analisis Kebijaksanaan. Jakarta:Sinar Grafika

Offiset.

Page 107: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

107

Widiyono, Try. 2006. Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di

Indonesia: Simpan Pinjam, Jasa dan Kredit. Bogor: Ghalia Indonesia.

W.J.S Poerwadarminto. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Karya Ilmiah

Batunagar, Sukarela. 2006. Jaring Pengaman Keuangan: Kajian Literatur dan

Prakteknya di Indonesia, Hukum Perbankan dan Kesentralan Volume 4

Nomor 3, Desember 2006) Jakarta: Buletin.

Indaryanto, Wisnu. 2012. Pembentukan Dan Kewenangan Otoritas Jasa

Keuangan. Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 3 - Oktober 2012.

Kumalasari, Ajeng. 2014. Perlindungan Hukum Data Nasabah Dalam Internet

Banking. Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum. Jakarta: Univ. Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

Khopiatuziadah. 2012. Hubungan Kelembagaan Antar Pengawas Sektor

Perbankan: Perspektif Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 3 - Oktober 2012.

Putri, Harningtias. 2008. Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam

Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking

Supervision. Skripsi. Fakultas Hukum. Sumantera Utara: Universitas

Sumatera Utara.

Safitri, Rahma. 2013. Indepedensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Melakukan

Pengawasan Perbankan di Indonesia (Berdasarkan Berlakunya Undang-

Page 108: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

108

undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan). Skripsi.

Fakultas Hukum. Surakarta: Univ. Sebelas Maret.

Suryo, Yuanita. 2013. Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Perbankan di

Indonesia setelah disahkannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Skripsi. Fakultas Hukum. Surakarta: Univ.

Sebelas Maret.

Sitompul, Zulkarnain. 2002. Perlindungan Dana Nasabah Bank:Suatu Gagasan

Tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia. Skripsi.

Fakultas Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sundari, Siti. 2011. Laporan Kompendium Hukum Bidang Perbankan,

Kementrian Hukum dan HAM RI.

Sinaga, Rebeka Dosma. 2013. Sistem Koordinasi antara Bank Indonesia dan

Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Bank Setelah Lahirnya

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Jurnal Hukum Ekonomi. Sumantera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Tim panitia antar Departemen Rancangan Undang-undang tentang Otoritas Jasa

Keuangan. 2010.Naskah Akademik Pembentukan OJK. Jakarta.

Tim Kerja Sama Panitia FEB-UGM dan FE-UI. Alternative Struktur OJK Yang

Optimum: Kajian Akademik.

Yumya, Afika. 2008. Pengaruh Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap

Kewenangan Bank Indonesia Dibidang Pengawasan Perbankan. Skripsi.

Fakultas Hukum. Depok: Universitas Indonesia.

Page 109: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

109

Joyosumarto, Subarjo Pemenuhan Kompentensi Dewan Komisioner dan

Rekrutmen Pegawai OJK. Jakarta:Makalah dipresentasikan dalam Seminar

OJK, 13 Februari 2012.

Hikmah, Mutiara. 2007. Fungsi Bank Indonesia Sebagai Pengawas Perbankan Di

Indonesia, (Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun Ke 37, Nomor 4.

Fakultas Hukum. Jakarta: Univ. Indonesia.

Perundang-undangan Republik Indonesia

Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-

Undang.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

Page 110: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

110

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan (OJK)

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111. Sekretariat

Negara. Jakarta.

Wawancara

Sulistianingsih. 2015. Wawancara. Semarang: Bidang Informasi dan Dokumen

OJK.

Exclanta, Ruli. 2015. Wawancara. Salatiga: Manager Pelaksana SDI & GA BSM

Cabang Salatiga.

Internet

Otoritas Jasa Keuangan, Liputan Khusus Otoritas Jasa Keuangan;Selamat

Datang Wasit baru Indusri Keuangan, diunduh 15 Januari 2015, Pukul

13.16 Wib http://www.lipsus.kontan.co.id).

Vibiz News, OJK Optimis Pasar Modal Indonesia Tetap Terbaik di Asia, diunduh

15 Januari 2015 Pukul 14.05 Wib http://vibiznews.com).

www. Ojk.go.id

www.Syari’ahmandiri.co.id

Page 111: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

111

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

Tempat/Tanggal Lahir

Alamat

Fakultas

Jurusan

No. Hp

E-mail

:

:

:

:

:

:

:

MUH ASROI

Magelang, 30 Juli 1993

Dsn. Campurejo Rt. 002/Rw.02, Ds.

Kembangkuning, Kec. Windusari,

Kab. Magelang.

Syariah dan Hukum

S1 Hukum Ekonomi

085-643 906-907

[email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan Dasar dan Menengah

Tahun 1998/1999 : Lulus TK Rodhotul Alfa Kembangkuning

Tahun 2004/2005 : Lulus SD N 1 Kembangkuning

Tahun 2007/2008 : Lulus SMP N 1 Windusari

Tahun 2010/2011 : Lulus SMA N 1 Bandongan

2. Pendidikan Tinggi

Tahun 2014/2015 : Lulus IAIN Salatiga

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 2011-2012 : Asuransi Takaful bidang Marketing.

2. Tahun 2012-Sekarang : Lembaga Bantuan Hukum bidang

Penelitian.

3. Tahun 2014-Sekarang : Lembaga Bantuan Hukum Asyka Justice

dan Advokat

4. Tahun 2015-Sekarang : Lembaga Pendamping Usaha “Katalis”

bidang Direktur Penelitian dan Penerbitan

5. Tahun 2015 : Asisten Dosen Fakultas Syariah dan

Hukum IAIN Salatiga.

Page 112: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

112

RIWAYAT ORGANISASI

1. Tahun 2002-2003 : Ketua Pramuka SDN 1 Kembangkuning

2. Tahun 2005-2006 : Ketua OSIS SMP N 1 Windusari

3. Tahun 2005-2006 : Ketua Adat Pramuka SMP N 1 Windusari

4. Tahun 2009-2010 : Ketua Umum OSIS SMA N 1 Bandongan

5. Tahun 2009-2010 : Ketua Adat Bantara SMA N 1 Bandongan

6. Tahun 2011-2012 : Ketua HMPS S1 Hukum Ekonomi Syariah

7. Tahun 2011-2012 : Ketua Divisi Oprasional Resimen Mahasiswa

Mahadipa Sat. 953 Kalimosodo IAIN Salatiga.

8. Tahun 2011-2012 : Ketua Divisi Sosial Politik Dewan Mahasiswa

(DEMA) Fakultas Syariah

9. Tahun 2012-2013 : Sekretaris Jenderal Forum Silaturrahim Studi

Ekonomi Islam (FoSSEI) Komisariat Semarang

10. Tahun 2012-2013 : Wakil Sekretaris Kelompok Studi Ekonomi Islam

(KSEI) IAIN Salatiga

11. Tahun 2013-2014 : Ketua Umum Kelompok Studi Ekonomi Islam

(KSEI) IAIN Salatiga

12. Tahun 2013-2014 : Ketua Departemen Nasional (DEPNAS) Forum

Silaturrahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI).

13. Tahun 2013-2014 : Ketua DPD Liga Mahasiswa NasDem Kota Salatiga

14. Tahun 2014-Sekarang : Ketua/Pendiri Forum Mahasiswa Hukum Islam

Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

15. Tahun 2013- Sekarang : Ketua Bidang Hukum dan Politik Ikatan Senat

Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI).

16. Tahun 2013-Sekarang : Ketua Penelitian Persatuan Mahasiswa Hukum

Indonesia (PERMAHI).

17. Tahun 2013-Sekarang : Direktur Abdi Masyarakat Law Foundation

18. Tahun 2015-2016 : Sekretaris Karang Taruna “KARCABA” Desa

Kembangkuning, Kec. Windusari.

19. Tahun 2013-Sekarang : Anggota Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa

Tengah.

Page 113: IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/884/1/Muh.Asroi.21411028.pdf1 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS

113

20. Tahun 2014-Sekarang : Anggota Keluarga Alumni (KA) Forum Silaturrahim

Studi Ekonomi Islam Indonesia (FoSSEI Nasional).

21. Tahun 2014-Sekarang : Ketua Badan Lingkungan Hidup Desa

Kembangkunig, Kec. Windusari.

KARYA ILMIAH

1. Judul: Dinar dan Dirham Solusi Ekonomi Indonesia. Karya Ilmiah. 2012.

Semarang: Temu Ilmiah Regional (TEMILREG) Jawa Tengah.

2. Judul: Implementasi Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2003 Tentang Pedagang

Kaki Lima (Studi Kasus Pasar tiban di Jalan Baru Kota Salatiga). Penelitian.

2013. Tidak dipublikasikan.

3. Judul: Optimalisasi Pengelolaan Zakat Dalam Pemberdayaan Kemiskinan

Dengan Adanya Undang Undang No 23 Tahun 2011 (Studi Di Lembaga Amil

Zakat Al-Ihsan Jawa Tengah Cabang Salatiga). Penelitian. 2014. Tidak

dipublikasikan.

4. Judul: Kedudukan Nadzir Terhadap Pengelolaan Tanah Wakaf Menurut

Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

(Studi Di Badan Wakaf Muhammadiyah Kabupaten Magelang). Penelitian.

2015. Tidak dipublikasikan.

5. Judul: Implementasi Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan terhadap pengaturan dan pengawasan di lembaga perbankan

(Studi Analisis di Bank Syariah Cabang Salatiga). Skripsi. 2015. Fakultas

Syariah dan Hukum. Salatiga: IAIN Salatiga.

6. Judul: Peran Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Karya

Ilmiah. 2015. Tidak dipublikasikan.

Demikian, Curriculum Vitae ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, Mei 2015

Pembuat CV

MUH ASROI