implementasi standar operasional prosedur …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. skripsi full...

59
IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SURVEILLANCE DALAM PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA OLEH SATUAN RESERSE NARKOBA POLRESTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh A.M. PRABU C.B. 1412011001 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SURVEILLANCEDALAM PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA

OLEH SATUAN RESERSE NARKOBA POLRESTABANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

A.M. PRABU C.B.1412011001

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 2: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

ABSTRAK

IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SURVEILLANCEDALAM PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA

OLEH SATUAN RESERSE NARKOBA POLRESTABANDAR LAMPUNG

OlehA.M. PRABU C.B.

Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yangprofesional dan terorganisir sehingga penyidik menggunakan teknik khusus dalammengungkap tindak pidana narkotika. salah satu teknik yang digunakan adalah tekniksurveilance (pembuntutan secara sistematis). Permasalahan dalam penelitian iniadalah(1) Bagaimanakah implementasi standar operasional prosedur surveillancedalam penyelidikan tindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba PolrestaBandar Lampung? (2) Bagaimanakah efektivitas surveillance dalam penyelidikantindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung?

Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.Jenis data menggunakan data sekunder dan data primer. Narasumber penelitian terdiridari Penyidik Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung dan dosen BagianHukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis data menggunakananalisis kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Implementasi standar operasional prosedursurveillance dalam penyelidikan tindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse NarkobaPolresta Bandar Lampung sesuai dengan teori penegakan hukum pada tahap aplikasi,yang dilaksanakan berdasarkan kententuan Badan Reserse Kriminal Mabes Polritentang Standar Operasional Prosedur Penyelidikan. Tindakan ini diterapkan denganmembuntuti atau membayangi, dengan cara berjalan kaki (satu orang, dua orang dantiga orang), berkendaraan (terhadap kendaraan subyek dapat dipasang alat penyadap)dengan menggunakan satu kendaraan dan dua kendaraan atau lebih atau gabunganantara jalan kaki dan berkendaraan. (2) Efektivitas surveillance dalam penyelidikantindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampungsesuai dengan teori efektivitas hukum, di mana surveillance berhubungan denganberbagai tindakan penyidik dalam mengungkap tindak pidana narkotika yaitu setelahdilaksanakan surveillance (pembuntutan) dilakukan pembelian terselubung danpenyamaran. Setelah diduga kuat terjadi tindak pidana narkotika maka dilaksanakanpenindakan pemberantasan (raid planning execution) dan dilaksanakan penyidikanterhadap pelaku sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku dan setelahlengkap berkas dilimpahkan kepada Kejaksaan untuk proses hukum selanjutnya.

Page 3: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

A.M. Prabu C.B.Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Penyidik disarankan untuk melaksanakan teknikpenyelidikan yang paling efektif dan efisien dalam mengungkap tindak pidananarkotika. (2) Pihak kepolisian disarankan untuk secara konsisten menerapkanberbagai strategi penyelidikan sebagaimana diatur dalam Standar OperasionalProsedur Penyelidikan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.

Kata Kunci: Implementasi, Surveillance, Penyelidikan Narkotika

Page 4: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

i

IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SURVEILLANCEDALAM PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA

OLEH SATUAN RESERSE NARKOBA POLRESTABANDAR LAMPUNG

Oleh

A.M. PRABU C.B.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum PidanaFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 5: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang
Page 6: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang
Page 7: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang
Page 8: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada

tanggal 13 September 1996, sebagai anak pertama dari tiga

bersaudara, putra dari pasangan Bapak Chandra, S.H dan

Ibu Febriani Mutiawati, S.H.

Riwayat pendidikan formal yang penulis tempuh dan selesaikan adalah pada Sekolah

Dasar (SD) Kartika II-5 Persit Bandar Lampung lulus pada Tahun 2008, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bandar Lampung lulus pada Tahun 2011,

Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 2 Bandar Lampung lulus pada Tahun 2014.

Selanjutnya pada Tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung. Pada bulan Januari 2018, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata Tematik di Desa Taman Bogo Kecamatan Probolinggo Kabupaten Lampung

Timur.

Page 9: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

vi

MOTO

Tuhan tidak akan membawa saya sampai sejauh ini hanya untuk meninggalkan saya.

Dengan Ridha Allah dan Ibu Yakin Usaha Sampai.

(Penulis)

Page 10: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

vii

PERSEMBAHAN

Kedua Orang Tuaku TecintaPapa Chandra, S.H dan Mama Febriyeni Mutiawati, S.H..

yang telah sabar mendidik dan mendampingikudalam keseharianku dengan penuh perhatian, cinta kasih

dan ketulusan dan pengorbanan dan selalu memberikan motivasidan doa untuk keberhasilanku.

Adikku tersayang: Karen Shafiyah C.B.Terimakasih atas doanya dan dukungan

yang selama ini diberikan kepadaku

Keluarga Besarkuyang selalu mendoakanku dan selalu memberi semangat

dalam hidupku

AlmamaterkuUniversitas Lampung

Page 11: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

viii

SAN WACANA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab

hanya dengan kehendak-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: “Implementasi Standar Operasional Prosedur Surveillance dalam

Penyelidikan Tindak Pidana Narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar

Lampung” . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini banyak mendapatkan

bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof Dr. Maroni, S.H., M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung

2. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II, atas

bimbingan dan saran yang diberikan dalam proses penyusunan hingga selesainya

skripsi ini.

3. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., selaku Pembimbing I, atas bimbingan dan saran

yang diberikan dalam proses penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H, selaku Penguji Utama, atas masukan dan saran

yang diberikan dalam proses perbaikan skripsi ini.

Page 12: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

ix

5. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H, selaku Pembahas II, atas masukan dan saran yang

diberikan dalam proses perbaikan skripsi ini.

6. Para narasumber atas bantuan dan informasi serta kebaikan yang diberikan demi

keberhasilan pelaksanaan penelitian ini.

7. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung, khususnya

bagian Hukum Pidana yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

8. Teman-teman mahasiswa fakultas hukum yang selalu merespon pertanyaan dan

memberi informasi

9. Teman-teman Kios Brother, Himpunan Mahasiswa Islam, Tempoyaxmotorsport

yang telah memberi saya pengalaman hidup yang berlimpah

10. Teman-teman KKN yang telah mewarnai hidup saya selama 40 hari

11. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih atas semangat, keladekan, masukan

dan bantuan serta pengalaman pengalaman dari Keluarga Mangce Brother

sahabat sahabat karib dari masa sekolah yang sudah seperti saudara yaitu, Nyoy

Faqih, Balad Robot, Nay Marley, Aditsih, Mas Ji, Papi Algi, Arya Togar, Mbe

Dendi, Derry Jargob, Fahri Ongo, Fekakakdoy, Kuntokuncoro, AtengnyaViki,

Abah Paruk papak mesin, Om Eza Komuk, Ridho Eboyy, Wak Icangg, Deni

Kidaus, Mas Huya, Yogi PB, Yuda Pilus, Zaim Zemi, Ghozy Sungi, Sendy Didi,

AldoKentang, Rio Oirtank, Agung Acun, Danang Eboy, Fahreza Kuda, Aom

MoA, Kahfi Tajati, Brader Odi, Gamapiton, Kak Nay Karson, Putra Akh, Warek

Alpen, Warek Kumis, Warek Wayan, Bang Lay Onyah, Paksu Dika, Andey

Patricia, Mas Nay, Mas Bim, Tum Arman, Muko, Doy Fadel, Kak Eza Palep,

Qolbyonyah, Acongchongky, Ibay Rusdi, Ibay MF, Jodsgreggor, Imam Manusia

Hutan, Yogi si pemegang rahasia, Cubung Joker, Rek Ripa Onyah, Alan baby

Page 13: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

x

tatan, Uwk Ewin belok, Nandus gendut, Nopriyan tampan rupawan, Novan Pria

kekar, Ucok Olan, Warek Naim, Boneng Manusia Kaya, Warek Anjas, Warek

Rudi, Yudhi, Amikrek Mikami, Kak Nasuha, Adit Gondrong, Dude Nanda, Eji

Makise, Yogi Igoy, Ical Meifa, Yubi Berniaga, Alip Nigga, Arto Kotak, Bang

Tebe, Bang Jelang, Kak Rendy Predator Vespa, Ais Faiz, Moong, Mistering,

Ridho, Beberacxxx, Ebi Bangor, Bung Juliadi, Ngab Navir, Ngab Satria, Ngab

Diego, NgabAgnar Afifku. Juga kepada sista sista saya: Zakia Agustri Atikah,

Destea Susagiani, Misa M Murfhy(atumisa)

12. Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada pensupport pasif kuliah saya, Kak

Ringga, Brader Dimas, Dani Rosadi, WakJoni, Bang Anto, Abid Abon, Habibi,

Edo Pagub, Willy Britaniman, Mase Handoko Waboat, Kak Ireh, Kak Xendro,

Bang Reza Bewok, BayuTewak, Iyay Meifa, dan juga Mak Sari tercinta yang

telah mengisi hari-hari penulis dengan indah secara pasif.

13. Terkhusus penulis ucapkan terima kasih kepada semua keluarga tercinta penulis,

terkhususnya lagi pada Abak, Ndik, Karen, dan adik penulis yang sudah berada di

syurga M.Rozak Ksatria Baradatu

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan

kebaikan yang lebih besar dari Allah SWT, dan akhirnya penulis berharap semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya

Bandar Lampung, 15 Januari 2019Penulis

A.M. PRABU C.B.

Page 14: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual.................................................... 8

E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 15

II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 16

A. Pengertian Implementasi ................................................................... 16

B. Pengertian Standar Operasional Prosedur ......................................... 18

C. Penyelidikan dan Penyidikan ............................................................ 20

D. Penegakan Hukum Pidana................................................................. 28

E. Tindak Pidana Narkotika................................................................... 33

III METODE PENELITIAN ..................................................................... 36

A. Pendekatan Masalah.......................................................................... 36

B. Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 36

C. Penentuan Narasumber...................................................................... 38

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................. 38

E. Analisis Data ..................................................................................... 39

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 40

A. Implementasi Surveillance dalam Penyelidikan Tindak PidanaNarkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta BandarLampung .......................................................................................... 40

B. Efektivitas Surveillance dalam Penyelidikan Tindak PidanaNarkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta BandarLampung .......................................................................................... 61

Page 15: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

V PENUTUP ............................................................................................... 74

A. Simpulan ........................................................................................... 74

B. Saran.................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tindak pidana narkotika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya

adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Menurut Pasal 1 Angka (5)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Selanjutnya disebut

UU Narkotika) yang dimaksud dengan penyalahguna narkotika adalah setiap

aktivitas menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Selanjutnya

menurut Pasal 35 UU Narkotika, gelap narkotika adalah setiap kegiatan atau

serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika, baik dalam rangka

perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk kepentingan

pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pemberlakuan UU Narkotika memiliki tujuan penting, sebagaimana disebutkan

pada Pasal 4, yaitu:

a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika;

c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika.

Sesuai dengan ketentuan di atas maka diketahui bahwa salah satu tujuan

pemberlakukan UU Narkotika adalah untuk memberantas peredaran gelap

Page 17: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

2

narkotika dan prekursor narkotika. Pemberantasan peredaran gelap narkotika

dilaksanakan secara menyeluruh untuk mencapai hasil yang diharapkan, agar

penanggulangan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan dapat mencapai sasaran

yang diharapkan.

Institusi penegak hukum yang berada pada garda terdepan dalam pemberantasan

tindak pidana narkotika adalah Kepolisian, dan mengingat peredaran gelap

narkoba bersifat kompleks, maka diperlukan upaya penanggulangan secara

komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan

peran serta masyarakat yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan

konsisten. Penegakan hukum terhadap pelaku peredaran gelap narkotika oleh

Kepolisian memiliki peran yang besar dalam penyelenggaraan kehidupan

berbangsa dan bernegara untuk menjamin kepentingan mayoritas masyarakat atau

warga negara, terjaminnya kepastian hukum sehingga berbagai perilaku kriminal

dan tindakan sewenang-wenang yang dilakukan anggota masyarakat terhadap

masyarakat lainnya akan dapat dihindari. Penegakan hukum secara ideal akan

dapat mengantisipasi berbagai penyelewengan pada anggota masyarakat dan

merupakan kepastian bagi masyarakat dalam menaati dan melaksanakan hukum.

Eksistensi hukum memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat, karena hukum bukan hanya menjadi parameter untuk keadilan,

keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya

kepastian hukum. Pada tataran selanjutnya, hukum semakin diarahkan sebagai

sarana kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Page 18: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

3

Pentingnya penegakan hukum tindak pidana narkotika oleh Kepolisian berkaitan

dengan tugas yang diemban Kepolisian yaitu menciptakan memelihara keamanan

dalam negeri dengan menyelenggaraan berbagai fungsi Kepolisian yang meliputi

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh

Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Mengingat bahwa

perdagangan gelap narkotika merupakan suatu perbuatan melanggar hukum maka

menjadi kewajiban Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui jajaran di

bawahnya untuk menekan tindak pidana narkotika.

Berdasarkan data pada Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung,

diketahui bahwa terjadi peningkatan tindak pidana narkotika selama 3 tahun

terakhir, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Data Tindak Pidana Narkotika di Wilayah Hukum Polresta Bandar

Lampung Tahun 2015-2017

No Tahun Jumlah Tindak Pidana Jumlah Tersangka

1 2015 332 466

2 2015 256 354

3 2017 472 646

Jumlah 1.060 1.466

Sumber: Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung Tahun 2018

Terjadinya peningkatan tindak pidana narkotika dipengaruhi oleh letak strategis

Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi dan merupakan wilayah

perlintasan bagi masyarakat yang akan pergi dari Pulau Sumatera menuju Pulau

Jawa melalui jalur laut (Selat Sunda) atau sebaliknya. Oleh karena itu sehingga

Page 19: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

4

diperlukan penegakan hukum yang tegas agar tindak pidana narkotika ini tidak

berdampak secara lebih luas pada masyarakat.

Tindak pidana narkoba telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan

menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih informasi yang

canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak

menimbulkan korban, terutama di kalangan generasi muda bangsa yang

membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Seiring dengan

perkembangan zaman, kejahatan atau penyalahgunaan narkotika terus terjadi

karena dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, globalisasi dan derasnya arus

informasi. Selain itu adanya keinginan para pelaku untuk memperoleh keuntungan

yang besar dalam jangka waktu cepat dalam situasi ekonomi yang memburuk

seperti sekarang ini, diprediksikan akan mendorong perdagangan gelap narkotika

akan semakin marak.

Pada dasarnya narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat

di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat

merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan

pengawasan yang ketat dan saksama. Penyalahgunaan narkotika tentunya menjadi

keprihatinan dan perhatian semua pihak baik pemerintah, dan seluruh lapisan

masyarakat Indonesia pada umumnya untuk mencari jalan penyelesaian yang

paling baik guna mengatasi permasalahan narkotika ini sehingga tidak sampai

merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 20: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

5

Berkaitan dengan tindak pidana narkotika maka Kepolisian melaksanakan

perannya di bidang penegakan hukum melalui serangkaian prosedur dalam

mengungkapkan kasus melalui tahapan penyelidikan dan penyidikan. Satuan

Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung dituntut untuk melaksanakan strategi

penyelidikan yang tepat dalam rangka mengungkap tindak pidana narkoba.

Pentingnya penggunaan strategi yang tepat ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa sindikat ini termasuk kelompok yang berani melawan petugas yang

dianggap menghalang-halangi kejahatan yang mereka lakukan. Sehubungan

dengan hal tersebut maka diperlukan Standar Operasional Prosedur dalam

penyelidikan tindak pidana narkoba sebagai acuan bagi penyidik dalam

membongkar jaringan narkoba.

Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia

(Bareskrim Mabes Polri) telah memberlakukan Standar Operasional Prosedur

Penyelidikan, yang di antaranya mengatur tentang tindakan surveillance, yaitu

kegiatan pembuntutan secara sistematis terhadap orang, tempat dan benda.

Biasanya pembuntutan dilakukan terhadap orang, sedangkan survelance terhadap

tempat atau benda dilakukan karena ada hubungannya dengan orang yang diamati

/orang tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan ekstra hati-hati mengingat potensi

perlawanan pelaku tindak pidana narkoba yang dapat terjadi kapan saja dan di

mana saja terhadap petugas yang melakukan pembuntutan tersebut.

Perencanaan pembuntutan (surveillance) perlu memperhitungkan dan

mempertimbangkan tentang kemungkinan yang dapat menimbulkan hal-hal yang

tak terduga dan resiko-resiko yang akan dihadapi, antara lain tentang informasi

Page 21: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

6

yang telah diterima dan telah tersedia, tujuan surveillance yang akan dicapai,

perkiraan tentang kemungkinan yang akan dihadapi, cara bertindak yang

diperlukan serta pemilihan dan penentuan personil dan sarana yang diperlukan.

Persyaratan-persyaratan yang perlu dipenuhi petugas untuk melakukan

surveillance antara lain: bertubuh sedang/biasa, tidak memiliki

kelainan/keistimewaan bentuk badan dan wajah, tidak mempunyai tanda khusus/

cacat diri, dapat cepat menyesuaikan diti dan serasi dengan tempat /lingkungan

dan keadaan sekelilingnya, misalnya menguasai bahasa, paham adat kebiasaan,

cara berpakaian, penampilan serta menguasai tehnik dan taktik penyelidikan.

Demikian pula halnya dengan pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

Surveillance dalam penyelidikan tindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse

Narkoba (Satresnarkoba) Polresta Bandar Lampung yang bertujuan untuk

menekan tindak pidana narkotika di Kota Bandar Lampung. Satresnarkoba

merupakan satuan dari unsur pelaksana tugas pokok pada Polresta Bandar

Lampung yang bertugas melaksanakan pembinaan fungsi penyelidikan,

penyidikan, pengawasan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran

gelap Narkoba berikut prekursornya, serta pembinaan dan penyuluhan dalam

rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkoba.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis akan melaksanakan penelitian

dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul: “Implementasi Standar

Operasional Prosedur Surveillance dalam Penyelidikan Tindak Pidana Narkotika

oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung”

Page 22: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

7

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah implementasi standar operasional prosedur surveillance dalam

penyelidikan tindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta

Bandar Lampung?

b. Bagaimanakah efektivitas surveillance dalam penyelidikan tindak pidana

narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian ilmu hukum pidana, dengan kajian

tentang implementasi standar operasional prosedur surveillance dalam

penyelidikan tindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta

Bandar Lampung. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah pada Satuan Reserse

Narkoba Polresta Bandar Lampung dan ruang lingkup waktu penelitian adalah

pada tahun 2018.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui implementasi standar operasional prosedur surveillance

dalam penyelidikan tindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba

Polresta Bandar Lampung

b. Untuk mengetahui efektivitas surveillance dalam penyelidikan tindak pidana

narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung

Page 23: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

8

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan kajian

hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan implementasi standar

operasional prosedur surveillance dalam penyelidikan tindak pidana narkotika

oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara positif bagi pihak

kepolisian dalam melaksanakan peranannya sebagai aparat penegak hukum

menghadapi perkembangan tindak pidana yang semakin kompleks dewasa ini.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar

yang relevan untuk pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, khususnya penelitian

hukum.1 Berdasarkan definisi tersebut maka kerangka teoritis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

a. Teori Implementasi

Teori implementasi menurut Mazmanian dan Sebastiar sebagaiman dikutip

Wahab, implementasi adalah pelaksanaan keputusan, kebijakan dasar, biasa dalam

bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Kebijakan

1 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1986. hlm.103

Page 24: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

9

dalam hal ini merupakan suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang

untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.2

Sesuai dengan pengertian di atas maka implementasi terdiri dari adanya program

yang dilaksanakan, adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan

diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau

peningkatan dan adanya unsur pelaksana baik organisasi atau perorangan, yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses

implementasi tersebut. Implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat,

kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-

tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan

tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak

pada warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering

menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari undang-undang, sehingga

membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya

dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

b. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah upaya aparat penegak hukum untuk menjamin kepastian

hukum, ketertiban dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi

saat ini dapat terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu

menjaga keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang

2 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 2004. hlm. 76.

Page 25: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

10

didasarkan oleh nilai-nilai aktual di dalam masyarakat beradab. Sebagai proses

kegiatan yang meliputi berbagai pihak termasuk masyarakat dalam kerangka

pencapaian tujuan, adalah keharusan melihat penegakan hukum pidana sebagai

sistem peradilan pidana3

Penegakan hukum pidana sebagai pelaksanaan dari politik hukum pidana harus

melalui beberapa tahap kebijakan yaitu:

1. Tahap Formulasi

Yaitu tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan pembuat

Undang-Undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang melakukan

kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini

dan yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan

perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil Perundang-undangan yang

paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini

disebut Tahap Kebijakan Legislatif.

2. Tahap Aplikasi

Yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana). Oleh

aparat-aparat penegak hukum mulai dari Kepolisian sampai Pengadilan.

Aparat penegak hukum dalam tahap ini bertugas menegakkan serta

menerapkan peraturan Perundang-undangan Pidana yang telah dibuat oleh

pembuat Undang-Undang. Dalam melaksanakan tugas ini, aparat penegak

hukum harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan daya guna tahap

ini dapat dapat disebut sebagai tahap yudikatif.

3. Tahap Eksekusi

Yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) Hukum secara konkret oleh aparat-

aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat-aparat pelaksana pidana

bertugas menegakkan peraturan Perundang-undangan Pidana yang telah

dibuat oleh pembuat Undang-Undang melalui Penerapan Pidana yang telah

ditetapkan dalam putusan Pengadilan. Dalam melaksanakan pemidanaan yang

telah ditetapkan dalam Putusan Pengadilan, aparat-aparat pelaksana pidana itu

dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman kepada Peraturan

Perundang-undangan Pidana yang dibuat oleh pembuat Undang-Undang dan

nilai-nilai keadilan suatu daya guna.4

Penegakan hukum dapat menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan

hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana, apabila

3 Mardjono Reksodiputro. Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Melihat Kejahatan dan Penegakan

Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta,1994,

hlm.76. 4 Badra Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

2002. hlm. 12-13.

Page 26: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

11

berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan, keseimbangan

dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilai-nilai aktual di

dalam masyarakat beradab. Sebagai suatu proses kegiatan yang meliputi berbagai

pihak termasuk masyarakat dalam kerangka pencapaian tujuan, adalah keharusan

untuk melihat penegakan hukum pidana sebagai sistem peradilan pidana.

c. Teori Efektivitas Hukum

Menurut Hans Kelsen, Efektivitas hukum berkaitan dengan validitas hukum yaitu

norma-norma hukum itu mengikat, bahwa orang harus berbuat sesuai dengan yang

diharuskan oleh norma-norma hukum., bahwa orang harus mematuhi dan

menerapkan norma-norma hukum. Efektivitas hukum berarti bahwa orang benar-

benar berbuat sesuai dengan norma-norma hukum sebagaimana mereka harus

berbuat, bahwa norma-norma itu benar-benar diterapkan dan dipatuhi.5

Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila

seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai

tujuanya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil mengatur

sikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau tidak.

Efektivitas hukum artinya efektivitas hukum akan disoroti dari tujuan yang ingin

dicapai, yakni efektivitas hukum. Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar

supaya masyarakat mematuhi kaidah hukum adalah dengan mencantumkan

sanksi-sanksinya. Sanksi-sanksi tersebut bisa berupa sanksi negatif atau sanksi

5 Jimly Asshiddiqie dan M. Aly Syafaat. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum. Konstitusi Press.

Jakarta. 2012.hlm. 11.

Page 27: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

12

positif, yang maksudnya adalah menimbulkan rangsangan agar manusia tidak

melakukan tindakan tercela atau melakukan tindakan yang terpuji.6

Efektivitas berfungsinya hukum dalam masyarakat, erat kaitannya dengan

kesadaran hukum dari warga masyarakat itu sendiri. Ide tentang kesadaran warga

masyarakat sebagai dasar sahnya hukum positif tertulis yang dapat ketahui dari

ajaran tentang Rechysgeful atau Rechtsbewustzijn, di mana intinya adalah tidak

ada hukum yang mengikat warga masyarakat kecuali atas dasar kesadaran hukum.

Hal tersebut merupakan suatu aspek dari kesadaran hukum, aspek lainnya adalah

bahwa kesadaran hukum sering kali di kaitkan dengan penataan hukum,

pembentukan hukum, dan efektivitas hukum. Aspek ini erat kaitannya dengan

anggapan bahwa hukum itu tumbuh bersama dengan tumbuhnya masyarakat, dan

menjadi kuat bersamaan dengan kuatnya masyarakat, dan akhirnya berangsur-

angsur lenyap manakala suatu bangsa kehilangan kepribadian nasionalnya.7

Wiliam J. Chambliss dalam Soerjono Soekanto, membahas masalah pokok

mengenai hukuman. Tujuannya adalah memperlihatkan sampai sejauh manakah

sanksi-sanksi tersebut akan dapat membatasi terjadinya kejahatan. Pembahasan

masalah hukum, Roescoe Pound sebagaimana di kutip dalam Otje Salman,

sebagai salah satu tokoh dari aliran Sociological Jurisprudence, pokok pikirannya

berkisar pada tema bahwa hukum bukanlah suatu keadaan yang statis melainkan

suatu proses, suatu pembentukan hukum. Efektivitas hukum, menjadi relevan

memanfaatkan teori aksi (action theory), dengan karakteristik sebagai berikut:

6 Ibid. hlm. 12.

7 Rasjidi, Lili, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990.

hlm.11.

Page 28: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

13

1) Adanya individu sebagai aktor

2) Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan

3) Aktor memilih cara, alat dan teknik untuk mencapai tujuan

4) Aktor berhubungan dengan sejumlah kondisi-kondisi situasional yang

membatasi tindakan dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut ber upa situasi

dan kondisi sebagian ada yang tidak dapat kendalikan oleh individu.

5) Aktor berada di bawah kendala, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang

mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan.8

Efektivitas berfungsinya hukum dalam masyarakat, erat kaitannya dengan

kesadaran hukum dari warga masyarakat itu sendiri. Kesadaran masyarakat

merupakan dasar sahnya hukum positif dan tidak ada hukum yang mengikat

masyarakat kecuali atas dasar kesadaran hukum. Hal tersebut merupakan aspek

dari kesadaran hukum, aspek lainnya adalah bahwa kesadaran hukum sering kali

di kaitkan dengan penataan hukum, pembentukan hukum, dan efektivitas hukum.

2. Konseptual

Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan

dalam melaksanakan penelitian.9 Berdasarkan definisi tersebut, maka batasan

pengertian dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Implementasi adalah pelaksanaan rencana kegiatan dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.10

b. Standar operasional prosedur adalah pedoman penyelidikan terhadap tindak

pidana yang diberlakukan oleh Badan Reserse Kriminal Markas Besar

Kepolisian Negara Republik Indonesia.11

8 Soerjono Soekanto. Effectiveness of Legal Sanction dalam Wisconsun Law Review Nomor 703,

1967. hlm.3. 9 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1986. hlm.103

10 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta. 2002. hlm. 251

11 Standar Operasional Prosedur Penyelidikan Tindak Pidana. Badan Reserse Kriminal Markas

Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Tahun 2012.

Page 29: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

14

c. Surveillance menurut Standar Operasional Prosedur Penyelidikan adalah

kegiatan pembuntutan secara sistematis terhadap orang, tempat dan benda.

Biasanya pembuntutan dilakukan terhadap orang, sedangkan survelance

terhadap tempat atau benda dilakukan karena ada hubungannya dengan orang

yang diamati /orang tertentu.12

d. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga

polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 Ayat 1 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia). Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di

bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 2).

e. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu

bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.13

f. Narkotika menurut Pasal 1 Angka (1) UU Narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis,

yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

12

Ibid 13

Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana, Bina Aksara,

Jakarta. 1993. hlm. 46.

Page 30: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

15

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

I PENDAHULUAN

Berisi pendahuluan penyusunan skripsi yang terdiri dari Latar Belakang,

Permasalahan dan Ruang Lingkup, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,

Kerangka Teori dan Konseptual serta Sistematika Penulisan.

II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang berhubungan

dengan penyusunan skripsi dan diambil dari berbagai referensi atau bahan

pustaka yang berkaitan dengan implementasi standar operasional prosedur

surveillance dalam penyelidikan tindak pidana narkotika.

III METODE PENELITIAN

Berisi metode yang digunakan dalam penelitian, terdiri dari Pendekatan

Masalah, Sumber Data, Penentuan Narasumber, Prosedur Pengumpulan

dan Pengolahan Data serta Analisis Data.

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi penyajian hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

standar operasional prosedur surveillance dalam penyelidikan tindak

pidana narkotika dan efektivitas surveillance dalam penyelidikan tindak

pidana narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung.

V PENUTUP

Berisi kesimpulan umum yang didasarkan pada hasil analisis dan

pembahasan penelitian dan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang

terkait dengan penelitian demi perbaikan di masa yang akan datang.

Page 31: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah proses umum tindakan yang dapat diteliti pada tingkat

program tertentu dan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta

baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai

tujuan. Proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah

ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah

disalurkan untuk mencapai sasaran.14

Implementasi adalah upaya memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu

program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang

timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang

mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk

menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atas berbagai kejadian dalam

kehidupan. 15

Teori implementasi menurut Mazmanian dan Sebastiar sebagaiman dikutip

Wahab, implementasi adalah pelaksanaan keputusan, kebijakan dasar, biasa dalam

14

Solichin Abdul Wahab, Op.Cit, Bumi Aksara, Jakarta, 2004. hlm. 76. 15

Fadillah Putra. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

2011. hlm. 87.

Page 32: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

17

bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Kebijakan

dalam hal ini merupakan suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang

untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.16

Sesuai dengan pengertian di atas maka implementasi terdiri dari adanya program

yang dilaksanakan, adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan

diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau

peningkatan dan adanya unsur pelaksana baik organisasi atau perorangan, yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses

implementasi tersebut.

Implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan

pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya.

Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-

pekerjaan di bawah mandat dari undang-undang, sehingga membuat mereka

menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa

yang seharusnya tidak dilakukan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka implementasi yang dimaksud

dalam penelitian ini merupakan proses untuk memastikan terlaksananya suatu

16

Ibid, hlm. 68.

Page 33: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

18

program dan tercapainya program tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan

menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang

bermanfaat bagi penerimanya.

B. Pengertian Standar Operasional Prosedur

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan

prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dan efesien. SOP

disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini

berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.17

Pengertian lain tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sistem yang

disusun untuk memudahkan, merapikan,dan menertibkan pekerjaan. sistem ini

merupakan suatu proses yang berurutan untuk melakukan pekerjaan dari awal

sampai akhir. SOP berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam

suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan

tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-

orang di dalam organisasi yang merupakan anggota organisasi agar berjalan

efektif dan efisien, konsisten, standar dan sistematis.18

Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai panduan yang digunakan untuk

memastikan kegiatan operasional organisasi berjalan dengan lancar. SOP berisi

urutan langkah-langkah atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan, di mana

pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan,

17

Fuad Laksmi dan Budiantoro. Manajemen Perkantoran Modern. Penerbit Pernaka, Jakarta,

2008. hlm. 28 18

Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Manajemen.Rajawali Press, 2012. hlm. 76

Page 34: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

19

bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan

siapa yang melakukannya.

Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut:

1) Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu

dan kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau

pekerjaan tertentu

2) Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan

supervisor

3) Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian menghindari

dan mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses

pelaksanaan kegiatan.

4) Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.

5) Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan

efektif.

6) Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas

yang terkait.

7) Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses

kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan

administratif lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.

8) Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.

9) Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.19

Standar Operasional Prosedur (SOP) disebut juga sebagai prosedur tetap (protap)

adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, di mana dan

oleh siapa dan dibuat untuk menghindari terjadinya variasi dalam proses

pelaksanaan kegiatan oleh pegawai yang akan mengganggu kinerja organisasi)

secara keseluruhan. Adapun fungsi SOP adalah sebagai berikut:

1) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.

4) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.

5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin. 20

19

Fuad Laksmi dan Budiantoro. Op.Cit. hlm. 30 20

Ibid. hlm. 31

Page 35: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

20

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa Standar

Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk

melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja

instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan

prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang

bersangkutan. SOP yang baik adalah yang mampu menjadikan arus kerja yang

lebih baik, menjadi panduan, penghematan biaya, memudahkan pengawasan, dan

koordinasi yang baik antara bagian-bagian yang berlainan dalam organisasi.

C. Penyelidikan dan Penyidikan

Penyelidikan menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah serangkaian

tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga

sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Sesuai dengan pengertian tersebut terlihat bahwa penyelidikan merupakan

tindakan tahap pertama permulaan penyidikan, namun pada tahap penyelidikan

penekanan diletakkan pada tindakan “mencari dan menemukan” suatu “peristiwa”

yang dianggap atau diduga sebagai suatu tindak pidana. Dapat disimpulkan bahwa

sebenarnya penyelidikan itu adalah penentuan suatu perbuatan dapat dikatakan

suatu tindak pidana atau tidak. Ketika suatu perbuatan tersebut dianggap sebagai

suatu tindak pidana, baru dapat dilakukan proses penyidikan.21

21

Sutarto. Menuju Profesionalisme Kinerja Kepolisian. PTIK. Jakarta. 2002. hlm.73

Page 36: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

21

Penjelasan mengenai siapa yang melakukan penyelidikan tersebut dijelaskan pada

butir 4, Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan, maka tampak

jelas bahwa penyelidikan mutlak merupakan wewenang pihak Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Penyelidik yang karena kewajibannya mempunyai wewenang untuk menerima

laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; mencari

keterangan dan barang bukti; menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan

menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; dan mengadakan tindakan lain

menurut hukum yang bertanggung jawab.22

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar penyelidikan tersebut dapat berjalan

secara efektif. Kriteria tersebut terdiri dari fisik, mental dan kemampuan.23

Secara

fisik anggota Polri dalam melakukan penyelidikan harus memiliki badan yang

sehat jasmani dan rohani, memiliki daya tahan yang kuat, mobilitas tinggi, dan

cekatan. Secara mental seorang anggota Polri untuk dapat melakukan

penyelidikan yang baik harus memiliki disiplin, motivasi, dan dedikasi yang

tinggi, memiliki kesetiaan dan kejujuran, percaya diri, dapat memegang teguh

rahasia, rajin, tekun, dan ulet, memiliki keberanian dan ketabahan dalam

menghadapi resiko, cermat, teliti, dan tanggap dalam menilai keadaan/situasi,

serta penuh inisiatif dan pandai menyesuaikan diri dengan keadaan yang

berkembang atau terjadi dalam kehidupan masyarakat.

22

Thomas Hutasoit dkk, Menjadi Polisi Yang Dipercaya Rakyat, Gema Insani, Jakarta, 2004.

hlm. 54 23

Ibid. hlm. 55

Page 37: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

22

Secara Kemampuan, anggota Polri antara lain harus mampu melakukan teknik dan

taktik penyelidikan, menguasai KUHAP, KUHP, dan peraturan perundang-

undangan lainnya, memiliki pengetahuan umum yang luas, dapat mengetahui

situasi dan karakteristik lingkungan dan sasaran penyelidikan, memiliki

kemampuan bela diri dan kemampuan menggunakan senjata, mampu

menggunakan peralatan yang menjadi kelengkapan tugasnya, mampu beradaptasi,

memahami kasus yang ditangani, mengetahui motif dan latar belakang

peneyelidikan, serta mampu membuat perkiraan sementara tentang informasi yang

didapat tanpa memberikan sugesti. Oleh karena itulah dapat dikatakan untuk dapat

melakukan suatu penyelidikan yang efektif tidaklah mudah.

Anggota Polri dalam melakukan penyelidikan diharapkan dapat membina jaringan

informasi yaitu jaringan yang dibentuk oleh penyelidik yang terdiri dari orang-

orang tertentu yang dapat dipercaya untuk dapat mencari, mengumpulkan, dan

memberikan informasi/data tentang segala sesuatu yang diinginkan penyelidik.

Dalam melakukan penyelidikan, penyelidik juga harus dapat memilih teknik,

taktik dan cara yang tepat guna mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas.

Beberapa teknik penyelidikan yang dikenal secara umum adalah: 1) pengamatan/

observasi; 2) wawancara/interview; 3) pembuntutan/surveillance; 4) penyamaran/

Undercover. Sasaran dari penyelidikan tersebut dapat berupa orang, benda/barang,

tempat serta kejadian atau peristiwa. Untuk itulah penulis mengatakan bahwa

melakukan penyelidikan juga tidak murah dalam hal pembiayaan.24

24

M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan

Penuntutan. Sinar Grafika Jakarta. 2006. hlm.101

Page 38: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

23

Tugas polisi dalam rangka sistem peradilan pidana yang utama adalah sebagai

penyidik tercantum dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Sebagai petugas penyidik, polisi bertugas untuk menanggulangi pelanggaran

ketentuan peraturan pidana, baik yang tercantum dalam maupun di luar ketentuan

KUHP. Inilah antara lain tugas polisi sebagai alat negara penegak hukum.

Ketentuan tentang pengertian penyidikan tercantum dalam Pasal 1 butir (2)

KUHAP bahwa: “penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana

yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”

Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Ayat (1) KUHAP bahwa penyidik adalah pejabat

polisi negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang

diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Tujuan penyidikan secara konkrit

dapat diperinci sebagai tindakan penyidik untuk mendapatkan keterangan tentang:

a. Tindak pidana apa yang dilakukan.

b. Kapan tindak pidana dilakukan.

c. Dengan apa tindak pidana dilakukan.

d. Bagaimana tindak pidana dilakukan.

e. Mengapa tindak pidana dilakukan.

f. Siapa pembuatnya atau yang melakukan tindak pidana tersebut25

Penyidikan ini dilakukan untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti

yang pada tahap pertama harus dapat memberikan keyakinan, walaupun sifatnya

masih sementara, kepada penuntut umum tentang apa yang sebenarnya terjadi

atau tentang tindak pidana yang telah dilakukan serta siapa tersangkanya. Apabila

25

Abdussalam, H. R. Hukum Kepolisian Sebagai Hukum Positif dalam Disiplin Hukum.

Restu Agung, Jakarta. 2009. hlm. 86.

Page 39: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

24

berdasarkan keyakinan tersebut penuntut umum berpendapat cukup adanya alasan

untuk mengajukan tersangka kedepan sidang pengadilan untuk segera

disidangkan. Di sini dapat terlihat bahwa penyidikan suatu pekerjaan yang

dilakukan untuk membuat terang suatu perkara, yang selanjutnya dapat dipakai

oleh penuntut umum sebagai dasar untuk mengajukan tersangka beserta bukti-

bukti yang ada kedepan persidangan. Bila diperhatikan pekerjaan ini mempunyai

segi-segi yuridis, oleh karena keseluruhan pekerjaan ini ditujukan pada pekerjaan

disidang pengadilan. Penyidikan dilakukan untuk kepentingan peradilan,

khususnya untuk kepentingan penuntutan, yaitu untuk menentukan dapat tidaknya

suatu tindakan atau perbuatan dilakukan penuntutan.

Hal menyelidik dan hal menyidik secara bersama-sama termasuk tugas kepolisian

yustisiil, akan tetapi ditinjau pejabatnya maka kedua tugas tersebut merupakan

dua jabatan yang berbeda-beda, karena jika tugas menyelidik diserahkan hanya

kepada pejabat polisi negara, maka hal menyidik selain kepada pejabat tersebut

juga kepada pejabat pegawai negeri sipil tertentu. Pengertian mulai melakukan

penyidikan adalah jika dalam kegiatan penyidikan tersebut sudah dilakukan upaya

paksa dari penyidik, seperti pemanggilan pro yustisia, penangkapan, penahanan,

pemeriksaan, penyitaan dan sebagainya.

Persangkaan atau pengetahuan adanya tindak pidana dapat diperoleh dari empat

kemungkinan, yaitu:

a. Kedapatan tertangkap tangan.

b. Karena adanya laporan.

c. Karena adanya pengaduan.

d. Diketahui sendiri oleh penyidik26

26

Sutarto. Menuju Profesionalisme Kinerja Kepolisian. PTIK. Jakarta. 2002. hlm.73

Page 40: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

25

Penyidikan menurut Moeljatno dilakukan setelah dilakukannnya penyelidikan,

sehingga penyidikan tersebut mempunyai landasan atau dasar untuk

melakukannya. Dengan kata lain penyidikan dilakukan bukan atas praduga

terhadap seseorang menurut penyidik bahwa ia bersalah. Penyidikan dilaksanakan

bukan sekedar didasarkan pada dugaan belaka, tetapi suatu asas dipergunakan

adalah bahwa penyidikan bertujuan untuk membuat suatu perkara menjadi terang

dengan menghimpun pembuktian mengenai terjadinya suatu perkara pidana.

Penyidikan dilakukan bila telah cukup petunjuk-petunjuk bahwa seorang atau para

tersangka telah melakukan peristiwa yang dapat dihukum. 27

Penyidikan memerlukan beberapa upaya agar pengungkapan perkara dapat

diperoleh secara cepat dan tepat. Upaya–upaya penyidikan tersebut mulai dari

surat panggilan, penggeledahan, hingga penangkapan dan penyitaan. Dalam hal

penyidik telah mulai melakukan penyidikan sesuatu peristiwa yang merupakan

tindak pidana, penyidik membertahukan hal itu kepada Penuntut Umum (sehari-

hari dikenal dengan SPDP atau Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan) hal

ini sesuai dengan KUHAP Pasal 109 Ayat (1). Setelah bukti-bukti dikumpulkan

dan yang diduga tersangka telah ditemukan maka penyidik menilai dengan

cermat, apakah cukup bukti untuk dilimpahkan kepada Penuntut Umum

(kejaksaan) atau ternyata bukan tindak pidana. Jika penyidik berpendapat bahwa

peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana maka penyidikan dihentikan

demi hukum. Pemberhentian penyidikan ini dibertahukan kepada Penuntut Umum

dan kepada tersangka atau keluarganya.

27

Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana,Bina Aksara,

Jakarta. 1993. hlm.105

Page 41: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

26

Berdasarkan pemberhentian penyidikan tersebut, jika Penuntut Umum atau pihak

ketiga yang berkepentingan, dapat mengajukan praperadilan kepada Pengadilan

Negeri yang akan memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan.

Jika Pengadilan Negeri sependapat dengan penyidik maka penghentian

penyidikan sah, tetapi jika Pengadilan Negeri tidak sependapat dengan

penyidikan, maka penyidikan wajib dilanjutkan. Setelah selesai penyidikan,

berkas diserahkan pada penuntut Umum (KUHAP Pasal 8 Ayat (2)). Penyerahan

ini dilakukan dua tahap:

(1). Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara.

(2). Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung

jawab atas tersangka dan barang bukti kepada Penuntut Umum.

Apabila pada penyerahan tahap pertama, Penuntut Umum berpendapat bahwa

berkas kurang lengkap maka ia dapat mengembalikan berkas perkara kepada

penyidik untuk dilengkapi disertai petunjuk dan yang kedua melengkapi sendiri.

Menurut sistem KUHAP, penyidikan selesai atau dianggap selesai dalam hal:

(a).Dalam batas waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas

perkara, atau apabila sebelum berakhirnya batas waktu tersebut penuntut

umum memberitahukan pada penyidik bahwa hasil penyidikan sudah lengkap.

(b).Sesuai dengan ketentuan Pasal 110 Ayat (4) KUHAP Jo Pasal 8 Ayat (3)

huruf (b), dengan penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti

dari penyidik kepada penuntut umum.

(c). Dalam hal penyidikan dihentikan sesuai dengan ketentuan Pasal 109 Ayat (2),

yakni karena tidak terdapatnya cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan

merupakan suatu tindak pidana, atau penyidikan dihentikan demi hukum.

Page 42: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

27

Selesainya penyidikan dalam artian ini adalah bersifat sementara, karena bila

disuatu saat ditemukan bukti-bukti baru, maka penyidikan yang telah dihentikan

harus dibuka kembali. Pembukaan kembali penyidikan yang telah dihentikan itu,

dapat pula terjadalam putusan praperadilan menyatakan bahwa penghentian

penyidikan itu tidak sah dan memerintahkan penyidik untuk menyidik kembali

peristiwa itu. Berdasarkan Pasal 110 Ayat (4) KUHAP, jika dalam waktu 14 hari

Penuntut Umum tidak mengembalikan berkas (hasil penyidikan) maka penyidikan

dianggap telah selesai.

Tugas utama penyidik sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1 Ayat

(2) KUHAP, maka untuk tugas utama tersebut penyidik diberi kewenangan

sebagaimana diatur oleh Pasal 7 KUHAP untuk melaksanakan kewajibannya,

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana, penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf (a)

karena kewajibannya mempunyai wewenang:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka.

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

h. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan

perkara.

i. Mengadakan penghentian penyidikan.

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pokok Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 14 Ayat (1) huruf (g) menyatakan bahwa

Page 43: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

28

wewenang penyidik adalah melakukan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 pada Pasal 15 Ayat (1),

menyatakan bahwa wewenang penyidik adalah:

1). Menerima laporan atau pengaduan.

2). Melakukan tindakan pertama pada tempat kejadian.

3). Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.

4). Menerima dan menyimpan barang temuan sementara waktu.

D. Penegakan Hukum Pidana

Penegakan hukum pidana menurut Badra Nawawi Arief adalah: (a) keseluruhan

rangkaian kegiatan penyelenggara/pemeliharaan keseimbangan hak dan kewajiban

warga masyarakat sesuai harkat dan martabat manusia serta pertanggungjawaban

masing-masing sesuai dengan fungsinya secara adil dan merata, dengan aturan

hukum dan peraturan hukum dan perundang-undangan yang merupakan

perwujudan Pancasilan dan Undang-Undang Dasar 1945; (b) keseluruhan

kegiatan dari para pelaksana penegak hukum ke arah tegaknya hukum, keadilan

dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman

dan kepastian hukum sesuai dengan UUD 1945.28

Penegakan hukum pada prinsipnya harus dapat memberi manfaat atau berdaya

guna (utility) bagi masyarakat, namun di samping itu masyarakat juga

mengharapkan adanya penegakan hukum untuk mencapai suatu keadilan.

28

Badra Nawawi Arif, Op. Cit., 2008. hlm.25

Page 44: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

29

Kendatipun demikian tidak dapat kita pungkiri, bahwa apa yang dianggap berguna

(secara sosiologis) belum tentu adil, begitu juga sebaliknya apa yang dirasakan

adil (secara filosofis), belum tentu berguna bagi masyarakat.

Masyarakat dalam kondisi yang demikian ini, menginginkan adanya suatu

kepastian hukum, yaitu adanya suatu peraturan yang dapat mengisi kekosongan

hukum tanpa menghiraukan apakah hukum itu adil atau tidak. Kenyataan sosial

seperti ini memaksa pemerintah untuk segera membuat peraturan secara praktis

dan pragmatis, mendahulukan bidang-bidang yang paling mendesak sesuai dengan

tuntutan masyarakat tanpa perkiraan strategis, sehingga melahirkan peraturan-

peraturan yang bersifat tambal sulam yang daya lakunya tidak bertahan lama.

Akibatnya kurang menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan dalam

masyarakat.29

Mekanisme dan prosedur untuk menentukan prioritas revisi atau

pembentukan undang-undang baru, masyarakat harus mengetahui sedini mungkin

dan tidak memancing adanya resistensi dari masyarakat, maka setidak-tidaknya

dilakukan dua macam pendekatan yaitu pendekatan sistem dan pendekatan

kultural politis.30

Melalui pendekatan sistem prioritas revisi atau pembentukan undang-undang baru,

harus dilihat secara konstekstual dan konseptual yang bertalian erat dengan

dimensi-dimensi geopolitik, ekopolitik, demopolitik, sosiopolitik dan kratopolitik.

Dengan kata lain politik hukum tidak berdiri sendiri, lepas dari dimensi politik

lainnya, apalagi jika hukum diharapkan mampu berperan sebagai sarana rekayasa

sosial. Kepicikan pandangan yang hanya melihat hukum sebagai alat pengatur dan

29

Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung, 1996, hlm. 32. 30

Ibid, hlm. 33.

Page 45: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

30

penertib saja, tanpa menyadari keserasian hubungannya dengan dimensi-dimensi

lain, akan melahirkan produk dan konsep yang kaku tanpa cakrawala wawasan

dan pandangan sistemik yang lebih luas dalam menerjemahkan perasaan keadilan

hukum masyarakat.31

Substansi undang-undang sebaiknya disusun secara taat asas, harmoni dan sinkron

dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Untuk itu harus dilakukan dengan mengabstraksikan nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 kemudian

menderivasi, yakni menurunkan sejumlah asas-asas untuk dijadikan landasan

pembentukan undang-undang. Semua peraturan-peraturan hukum yang

dikeluarkan secara sektoral oleh departemen-departemen yang bersangkutan harus

serasi dan sinkron dengan ketentuan undang-undang.32

Hal yang perlu dipahami bahwa banyak peraturan undang-undang sering tidak

berpijak pada dasar moral yang dikukuhi rakyat, bahkan sering bertentangan. Pada

taraf dan situasi seperti ini, kesadaran moral warga masyarakat tentu saja tidak

akan lagi selalu sama dan sebangun dengan kesadaran hukum rakyat. Hukum

yang dikembangkan dari cita pembaharuan dan pembangunan negara-negara

nasional pun karenanya akan memerlukan dasar legitimasi lain, yang tak

selamanya dipungut begitu saja dari legitimasi moral rakyat yang telah ada selama

ini. Hukum-hukum ekonomi, lalu lintas dan tata kota yang mendasarkan diri

31

M. Solly Lubis, Serba-serbi Politik dan Hukum, Mandar Maju, Bandung 1989, hlm. 48. 32

Mardjono Reksodiputro. Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Melihat Kejahatan dan Penegakan

Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta,1994,

hlm.76.

Page 46: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

31

maksud-maksud pragmatis jelaslah kalau terlepas dari kesadaran moral

tradisional.33

Keadilan dalam pelaksanaan penegakan hukum, harus diperhatikan, namun

hukum itu tidak identik dengan keadilan, hukum itu bersifat umum, mengikat

setiap orang, bersifat menyamaratakan. Setiap orang yang mencuri harus dihukum

tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri. Sebaliknya keadilan bersifat

subjektif, individualistis dan tidak menyamaratakan. Adil bagi seseorang belum

tentu dirasakan adil bagi orang lain. 34

Aristoteles dalam buah pikirannya “Ethica Nicomacea” dan “Rhetorica”

mengatakan, hukum mempunyai tugas yang suci, yakni memberikan pada setiap

orang apa yang berhak ia terima. Anggapan ini berdasarkan etika dan berpendapat

bahwa hukum bertugas hanya membuat adanya keadilan saja (Ethische theorie).

Tetapi anggapan semacam ini tidak mudah dipraktekkan, maklum tidak mungkin

orang membuat peraturan hukum sendiri bagi tiap-tiap manusia, sebab apabila itu

dilakukan maka tentu tak akan habis-habisnya. Sebab itu pula hukum harus

membuat peraturan umum, kaedah hukum tidak diadakan untuk menyelesaikan

suatu perkara tertentu. Kaedah hukum tidak menyebut suatu nama seseorang

tertentu, kaedah hukum hanya membuat suatu kualifikasi tertentu. Kualifikasi

tertentu itu sesuatu yang abstrak. Pertimbangan tentang hal-hal yang konkrit

diserahkan pada hakim.35

33

Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Cetakan

Pertama, ELSAM, Jakarta, 2002, hlm. 380. 34

Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,

1993, hlm. 2. 35

E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 1962, hlm. 24

Page 47: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

32

Hakim wajib mengikuti keputusan hakim yang kedudukannya menurut hirarki

pengadilan lebih tinggi, wajib mengikuti keputusan hakim yang lain yang

kedudukannya sederajat, tetapi telah lebih dahulu membuat penyelesaian suatu

perkara semacam, bahkan wajib mengikuti keputusan sendiri yang dibuatnya lebih

dahulu dalam perkara semacam (stare desicis). Fungsi hakim yang bebas untuk

mencari dan merumuskan nilai hukum adat dalam masyarakat, diharapkan dapat

memfungsikan hukum untuk merekayasa masyarakat dalam seluruh aspek

kehidupan dengan memenuhi rasa keadilan, kegunaan dan kepastian hukum

secara serasi, seimbang dan selaras. Dewasa ini di Indonesia telah berkembang

faham untuk mengfungsikan hukum sebagai rekayasa sosial (law as a tool of

social engineering) terutama dalam bidang hukum privat adat menjadi hukum

privat nasional.36

Salah satu aspek dalam kehidupan hukum adalah kepastian, artinya, hukum

berkehendak untuk menciptakan kepastian dalam hubungan antar orang dalam

masyarakat. Salah satu yang berhubungan erat dengan masalah kepastian tersebut

adalah masalah dari mana hukum itu berasal. Kepastian mengenai asal atau

sumber hukum menjadi penting sejak hukum menjadi lembaga semakin formal.

tentang masalah dari mana hukum itu berasal atau bersumber yang dapat dianggap

sah, dalam ilmu hukum hal ini dapat ditinjau dari dalam arti kata formil dan dalam

arti kata material.37

Sumber hukum dalam arti kata formil adalah dapat dilihat dari

cara dan bentuk terjadinya hukum positif yang mempunyai daya laku yang

36

Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni,Bandung, 1986, hlm.7. 37

Satjipto Rahardjo, OpcCit, hal. 111.

Page 48: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

33

mengikat para hakim dan penduduk warga masyarakat, dengan tidak

mempersoalkan asal-usul isi dari peraturan hukum tersebut. 38

Penegakan hukum ditinjau dari sudut subjeknya, dapat dilakukan oleh subjek

yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek

dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu

melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang

menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti

dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi

subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur

penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan

hukum berjalan sebagaimana seharusnya.39

E. Tindak Pidana Narkotika

Menurut Pasal 1 Angka (1) UU Narkotika, narkoba adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Pasal 1 Ayat (5) UU Narkotika menjelaskan bahwa peredaran adalah setiap atau

serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan narkoba, baik dalam rangka

perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan. Pasal 1 Ayat (6)

38

Romli Atmasasmita. Op. Cit. hlm. 28 39

Ibid, hlm. 33.

Page 49: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

34

UU Narkotika menjelaskan bahwa perdagangan adalah setiap kegiatan atau

serangkaian kegiatan dalam rangka pembelian dan/atau penjualan, termasuk

penawaran untuk menjual narkoba, dan kegiatan lain berkenaan dengan

pemindahtanganan narkoba dengan memperoleh imbalan

Narkotika adalah bahan/zat/obat yang umumnya digunakan oleh sektor pelayanan

kesehatan, yang menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari sudut

kesehatan fisik, psikis, dan sosial. napza sering disebut juga sebagai zat

psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan

perilaku, perasaan, dan pikiran pada orang yang mengkonsumsinya40

Narkotika adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan

mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan

gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosial karena terjadi kebiasaan,

ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi).41

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dianalisis bahwa narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis

maupun semisintetis yang pada satu sisi merupakan obat atau bahan yang

bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan

ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan

pengawasan yang ketat dan saksama

40

Erwin Mappaseng. Pemberantasan dan Pencegahan Narkoba yang Dilakukan oleh Polri dalam

Aspek Hukum dan Pelaksanaannya. Buana Ilmu. Surakarta. 2002. hlm.2 41

Dharana Lastarya. Narkoba, Perlukah Mengenalnya. Pakarkarya. Jakarta. 2006. hlm.15.

Page 50: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

35

Beberapa jenis narkotika yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut:

a. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan

tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi

menimbulkan ketergantungan, (Contoh: heroin/putauw, kokain, ganja).

b. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh:

morfin, petidin).

c. Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan (Contoh: kodein) 42

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Narkotika diketahui bahwa pelaku

tindak pidana narkoba diancam dengan pidana yang tinggi dan berat dengan

dimungkinkannya terdakwa divonis maksimal yakni pidana mati selain pidana

penjara dan pidana denda. Mengingat tindak pidana narkotika termasuk dalam

jenis tindak pidana khusus maka ancaman pidana terhadapnya dapat dijatuhkan

secara kumulatif dengan menjatuhkan 2 (dua) jenis pidana pokok sekaligus,

misalnya pidana penjara dan pidana denda atau pidana mati dan pidana denda.

42

Ibid. hlm.3

Page 51: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

36

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yurdis

normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif

dimaksudkan sebagai upaya memahami persoalan dengan tetap berada atau

bersandarkan pada lapangan hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris

dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan

dalam penelitian berdasarkan realitas yang ada.43

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan

penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan pihak Satuan Reserse

Narkoba Polresta Bandar Lampung untuk mendapatkan data yang diperlukan

dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber

hukum yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

43

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1986. hlm.55

Page 52: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

37

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer bersumber dari:

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

5) Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang mendukung bahan

hukum primer yang terdiri dari berbagai produk hukum, dokumen atau

arsip yang berhubungan dengan penelitian

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti teori atau pendapat para ahli yang tercantum dalam berbagai

referensi atau literatur buku-buku hukum serta dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

Page 53: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

38

C. Penentuan Narasumber

Narasumber penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyidik Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung : 2 orang

2. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Lampung : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Studi pustaka (library research)

Dilakukan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan

mengutip dari literatur serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan.

b. Studi lapangan (field research)

Dilakukan dengan kegiatan wawancara (interview) kepada responden

sebagai usaha mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan

dalam penelitian.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data

yang dimaksud meliputi tahapan sebagai berikut:

Page 54: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

39

a. Seleksi data

Merupakan kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data

selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

b. Klasifikasi data

Merupakan kegiatan penempatan data menurut kelompok-kelompok yang

telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar

diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Penyusunan data

Merupakan kegiatan penempatan dan menyusun data yang saling

berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada

subpokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun

secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk

memperoleh suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik

kesimpulan yang bersifat umum.

Page 55: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

74

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka simpulan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Implementasi standar operasional prosedur surveillance dalam penyelidikan

tindak pidana narkotika oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar

Lampung sesuai dengan teori penegakan hukum yang sudah terlaksana pada

tahap aplikasi, yang dilaksanakan berdasarkan kententuan Badan Reserse

Kriminal Mabes Polri tentang Standar Operasional Prosedur Penyelidikan.

Tindakan ini diterapkan dengan membuntuti atau membayangi, dengan cara

berjalan kaki (satu orang, dua orang dan tiga orang), berkendaraan (terhadap

kendaraan subyek dapat dipasang alat penyadap) dengan menggunakan satu

kendaraan dan dua kendaraan atau lebih atau gabungan antara jalan kaki dan

berkendaraan.

2. Efektivitas surveillance dalam penyelidikan tindak pidana narkotika oleh

Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandar Lampung sesuai dengan teori

efektivitas hukum, di mana surveillance berhubungan dengan berbagai

tindakan penyidik dalam mengungkap tindak pidana narkotika yaitu setelah

dilaksanakan surveillance (pembuntutan) dilakukan pembelian terselubung

dan penyamaran. Setelah diduga kuat terjadi tindak pidana narkotika maka

dilaksanakan penindakan pemberantasan (raid planning execution).

Page 56: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

75

Selanjutnya dilaksanakan penyidikan terhadap pelaku sesuai dengan ketentuan

hukum acara yang berlaku dan setelah lengkap berkas dilimpahkan kepada

Kejaksaan untuk proses hukum selanjutnya.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyidik disarankan untuk melaksanakan teknik penyelidikan yang paling

efektif dan efisien dalam mengungkap tindak pidana narkotika. Hal ini

diperlukan guna mengantisipasi semakin berkembangnya perdagangan gelap

narkoba di wilayah hukum Polresta Bandar Lampung pada khususnya dan di

Indonesia pada umumnya.

2. Tindak pidana narkoba pada umumnya dilakukan oleh para pelaku yang

memiliki jaringan yang luas dan cara kerja yang rapih sehingga berpotensi

merusak generasi bangsa apabila tidak ditanggulangi secara komprehensif.

Oleh karena itu kepada pihak kepolisian disarankan untuk secara konsisten

menerapkan berbagai strategi penyelidikan sebagaimana diatur dalam Standar

Operasional Prosedur Penyelidikan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.

Page 57: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdussalam, H. R. 2009. Hukum Kepolisian Sebagai Hukum Positif dalam

Disiplin Hukum. Restu Agung, Jakarta.

Asshiddiqie, Jimly dan M. Aly Syafaat. 2012. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.

Konstitusi Press. Jakarta.

Atmasasmita, Romli. 1996. Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung

Bintoro, Nugroho Eko. 2006. Pengantar Manajemen Modern. Rajawali Press.

Jakarta

Harahap, M. Yahya. 2006. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,

Penyidikan dan Penuntutan. Sinar Grafika Jakarta.

Hasibuyan, Malayu S.P. 2012. Organisasi dan Manajemen.Rajawali Press,

Jakarta.

Hutasoit, Thomas dkk. 2004 Menjadi Polisi Yang Dipercaya Rakyat, Gema

Insani, Jakarta.

Laksmi, Fuad dan Budiantoro. 2008. Manajemen Perkantoran Modern. Penerbit

Pernaka, Jakarta

Lastarya, Dharana. 2006. Narkoba, Perlukah Mengenalnya. Pakarkarya. Jakarta.

Lubis, M. Solly. 1989. Serba-serbi Politik dan Hukum, Mandar Maju, Bandung

Mappaseng, Erwin. 2002. Pemberantasan dan Pencegahan Narkoba yang

Dilakukan oleh Polri dalam Aspek Hukum dan Pelaksanaannya. Buana

Ilmu. Surakarta

Mertokusumo, Sudikno. 1993. Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Page 58: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

Moeljatno. 1993. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum

Pidana, Bina Aksara, Jakarta.

Putra, Fadillah. 2011. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta. 2011.

Reksodiputro, Mardjono. 1994. Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Melihat

Kejahatan dan Penegakan Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat

Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta.

Sailendra, Annie. 2015. Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP. Cetakan

Pertama. Trans Idea Publishing, Yogyakarta

Rasjidi, Lili. 1990. Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung

Soekanto, Soerjono. 1967. Effectiveness of Legal Sanction dalam Wisconsun Law

Review Nomor 703,

--------- 1983. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rineka

Cipta. Jakarta.

---------. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni,Bandung.

Sutarto. 2002. Menuju Profesionalisme Kinerja Kepolisian. PTIK. Jakarta. 2002.

Utrecht, E. 1962. Pengantar dalam Hukum Indonesia, Balai Buku Ichtiar, Jakarta

Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi Ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta

Wignjosoebroto, Soetandyo. 2002. Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika

Masalahnya, Cetakan Pertama, ELSAM, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun

1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Page 59: IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …digilib.unila.ac.id/55249/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Tindak pidana narkotika pada umumnya dilakukan oleh para pelaku/sindikat yang

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

C. Sumber Lain

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta. 2002.

Standar Operasional Prosedur Penyelidikan Tindak Pidana. Badan Reserse

Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Tahun

2012.