implementasi program jaminan persalinan di … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI WILAYAH
KERJA UPT PUSKESMAS NGADIROJO KECAMATAN NGADIROJO
KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011
Disusun oleh :
Rahma Esti Bekti
D0107015
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
Jurusan Ilmu Administrasi
Program Studi Administrasi Negara
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan di
hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan disahkan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan
kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan
kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah
kami terhadap kaum yang kafir."
(Q.S. Al-Baqarah : 286)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
ü Bapak dan Ibu yang berkorban jiwa dan raga dan tak henti mendo’akan
penulis
ü Bapak Hidayat dan Ibu Dewi sebagai orang tua bagi penulis
ü Saudara seiman dan teman-teman seperjuangan yang selalu memotivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam Yang Maha Tinggi. Atas
limpahan nikmat dan rahmat-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul
IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS NGADIROJO KECAMATAN
NGADIROJO KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011 ini dapat berjalan
dengan baik. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi junjungan,
Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan semua pihak dalam
bentuk riil dan materiil. Terutama kepada orang tua dan keluarga besar. Selain itu,
rasa terimakasih yang tak berbilang penulis ucapkan kepada :
1. Dra. Hj. Lestariningsih, M. Si selaku dosen pembimbing.
2. Dekan Fakultas ISIP UNS, Prof. Drs. Pawito, Ph. D.
3. Ketua Jurusan Administrasi Negara, Drs. Is Hadri Utomo, M. Si.
4. Bapak dan Ibu dosen di jurusan Administrasi Negara Fisip UNS yang
telah membagikan ilmu kepada penulis.
5. Kepala Puskesmas Ngadirojo (dr. Sukamto), Bapak Deson Sunarno,
Ibu Emi Wahyurini, Bapak Wira Swastika, Bapak Ari Priambodo, ibu-
ibu bidan di Puskesmas Ngadirojo serta semua pihak puskesmas yang
turut membantu serta masyarakat dan tokoh masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Ngadirojo yang bersedia menjadi informan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
penelitian ini, beserta keluarga Bapak Hidayat dan Ibu Dewi yang
banyak membantu selama penelitian.
6. Sahabat-sahabat di Fisip UNS (BEM, LKI, Shoyyub, Biro AAI, dll).
7. Pihak-pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam penelitian ini.
Penulis memahami akan keterbatasan dalam penyusunan karya ini. Namun
di balik itu, penulis berharap karya sederhana ini bermanfaat, bagi diri sendiri
maupun bagi pihak lain yang membutuhkannya. Penulis menerima kritik dan
saran untuk perbaikan pada pembuatan karya berikutnya.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis,
Rahma Esti Bekti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………... iii
MOTTO …………………………………………………………………….… iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ………………………………………………… v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….… xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xii
ABSTRAK ………………………………………………………………….… xiii
ABSTRACT…………………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ………………………….. 1
B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………... 5
C. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………… 6
D. MANFAAT PENELITIAN …………………………………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI …………………………………………. 7
1. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN …………………….. 7
2. JAMINAN PERSALINAN 21
B. KERANGKA BERPIKIR ……………………………………. 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN TIPE PENELITIAN ………………………………… 33
B. LOKASI PENELITIAN ………………………………………….. 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
C. SUMBER DATA …………………………………………………. 34
D. TEKNIK SAMPLING ……………………………………………. 34
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ……………………………... 34
F. VALIDITAS DATA ……………………………………………… 36
G. TEKNIS ANALISIS DATA ……………………………………… 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ………………………... 40
B. IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS NGADIROJO KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011 …………………………………………………
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 75
A. KESIMPULAN ……………………………………………………….. 75
B. SARAN ……………………………………………………………….. 76
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Besaran Tarif Pelayanan Jampersal Pada Pelayanan Tingkat Pertama 27
2.2 Bukti Penunjang Klaim Pada Pelayanan Tingkat Dasar 29
2.3 Bukti Penunjang Klaim Pada Pelayanan Tingkat Lanjutan 30
4.1 Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngadirojo 41
4.2 Jumlah Proyeksi Jaminan Persalinan UPT Puskesmas Ngadirojo Tahun 2011 62
4.3 Bidan Desa Dan Fasilitas Kesehatan UPT Puskesmas Ngadirojo 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Pencapaian dan proyeksi Angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup tahun 1994-2015
2
1.2 Distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan 3
1.3 Tempat persalinan dan penolong persalinan dengan kualifikasi terendah
4
2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn 12
2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut George C. Edwards 14
2.3 Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan Sabatier 17
2.4 Kerangka Berfikir 32
3.1 Komponen-komponen Analisis Data 38
3.2 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif 39
4.1 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Ngadirojo 45
4.2 Penyaluran dan Pertanggungjawaban Dana Jamkesmas 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Panduan Wawancara 79
2 Daftar Peserta Jaminan Persalinan Wilayah Kerja Puskesmas Ngadirojo Juni-Desember Tahun 2011 80
3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
Rahma Esti Bekti, D0107015, Implementasi Program Jaminan Persalinan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ngadirojo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan Tahun 2011, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012, 87 halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses implementasi program jaminan persalinan di wilayah kerja UPT Puskesmas Ngadirojo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan dengan teknik pengambilan data purposive sampling. Teknis analisis data menggunakan model interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program jaminan persalinan di wilayah kerja UPT Puskesmas Ngadirojo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan tahun 2011 memiliki tiga tahap dan dilihat dari tiga faktor yang mendukung. Tahap implementasi meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. Tahap persiapan meliputi sosialisasi program kepada sasaran dan pendataan sasaran. Tahap pelaksanaan meliputi bagaimana sasaran mendapatkan layanan program jaminan persalinan dan bagaimana mengklaim dana jaminan persalinan. Tahap pelaporan memuat jumlah persalinan, penolong persalinan dan laporan keuangan.
Faktor yang mendukung pelaksanaan program jaminan persalinan di wilayah kerja puskesmas Ngadirojo yaitu sumber daya, komunikasi, dan dukungan publik. Puskesmas Ngadirojo memiliki sumber daya yang mendukung pelaksanaan program jaminan persalinan. Komunikasi yang dijalin antara pelaku kebijakan dan sasaran program belum optimal. Dukungan publik membantu masyarakat mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga kesehatan.
Kata kunci : implementasi, jaminan persalinan, komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT
Rahma Esti Bekti, D0107015, Implementation of Maternity Benefit Programme for the Uninsured Persons in Region of UPT Puskesmas Ngadirojo, Pacitan in 2011, Public Administration Department, Social and Political Faculty of Sebelas Maret University, 2012, 87 pages.
This research aims to know the implementatiwon of maternity benefit programme for the uninsured persons in region of UPT Puskesmas Ngadirojo in 2011. This research used descriptive qualitative. As for the source of data obtained through the process of interview with informants. Data collection techniques namely by means of interview.
The results of the research shows that the implementation of maternity benefit programme for the uninsured persons in region of UPT Puskesmas Ngadirojo in 2011 had three stages and and viewed from three factors that support it. The implementation stage includes preparation stage, implementation stage and reporting stage. The preparation stage includes socialization program to target and collection targets. Stages of implementation include how to get service and how to claim fund of maternity benefit program. Reporting stage containing the quantity of labor, birth attendant and financial reports.
Factors that support the implementation of maternity benefit programme for the uninsured persons in region of UPT Puskesmas Ngadirojo is a resource, communications, and public support. UPT Puskesmas Ngadirojo has the resources to support the implementation of maternity benefit programme for the uninsured persons. Communication among stakeholders and the program’s target have not been optimal. Public support helps the target of program to access health facilities to get childbirth assistance from health workers.
Keyword : implementation, maternity benefit, communication
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kematian ibu 90% terjadi pada saat persalinan. Penyebabnya diidentifikasi
karena ‘tiga terlambat’ atau 3T. Pertama, terlambat dalam pemeriksaan kehamilan
sehingga tidak mengenali bahaya dini selama kehamilan. Kedua, terlambat dalam
memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan. Ketiga, terlambat sampai
di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi.
Kematian adalah takdir dari Yang Maha Kuasa. Namun dalam konteks
mencari celah untuk berupaya menyelamatkan ibu dalam proses persalinan, ada
upaya yang bisa ditempuh, yaitu memastikan ibu bersalin tidak mengalami 3T dan
melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Akan tetapi, upaya untuk menyelamatkan ibu dalam proses persalinan,
terutama persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan,
memiliki kendala. Salah satu kendalanya adalah faktor biaya. Terutama pada
kelompok sasaran miskin, keterbatasan biaya dan ketidak-tersediaan dana untuk
mengakses persalinan di fasilitas kesehatan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
adalah sangat mungkin. Oleh karena itu, pemerintah membuat sebuah terobosan
dengan mengeluarkan kebijakan yang dimaksudkan untuk menghilangkan
hambatan finansial bagi ibu hamil agar mendapatkan jaminan dalam persalinan.
Kebijakan pemerintah tersebut dinamakan Program Jaminan Persalinan.
Program jaminan persalinan merupakan program nasional di bawah
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Program ini diluncurkan pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2011 berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
MENKES/PER/III/2011.
Jaminan persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan.
Pelayanan persalinan yang tercakup dalam jaminan meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB paska
persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Jaminan persalinan memiliki tujuan
umum yaitu meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan
oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
Angka kematian ibu di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan
dan penurunan. Sejak tahun 1994, kenaikan dan penurunan angka kematian ibu
bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 Pencapaian Dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Per 100.000 Kelahiran Hidup Tahun 1994-2015 (SDKI, 1994, 2002/2003,
2007, MDG’s dan Bappenas)
Kematian ibu melahirkan paling banyak disebabkan oleh perdarahan.
Kemudian di susul oleh eklamsia, kejang disertai hipertensi. Peringkat ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi. Kondisi ini bisa dicegah jika
ibu melahirkan mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Gambar 1.2 Distribusi Presentase Penyebab Kematian Ibu
Melahirkan (Departemen Kesehatan, 2007)
Proses melahirkan ibu bersalin di Indonesia belum sepenuhnya ditolong
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Baru 58 persen saja persalinan yang
ditolong oleh bidan dan 4 persen ditolong oleh dokter. Sebanyak 35 persen lebih
memilih bersalin dengan pertolongan dukun. Sedangkan untuk tempat persalinan,
sebanyak 54 persen ibu hamil memilih bersalin di rumah sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Gambar 1.3 Tempat Persalinan Dan Penolong Persalinan Dengan
Kualifikasi Terendah (SDKI, 1994, 2002/2003, 2007, MDG’s dan Bappenas)
Sejak diluncurkannya program jaminan persalinan pada awal tahun 2011,
pemerintah Kabupaten Pacitan mulai menerapkan program tersebut di setiap
puskesmas. Salah satunya di Puskesmas Ngadirojo.
Gambaran mengenai angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Pacitan
sebagai berikut. Berdasarkan sumber berita, Tempo Interaktif edisi 27 April 2010,
menurut Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan,
Wawan Kasiyanto, salah satu faktor yang menjadi penyebab kematian ibu
melahirkan adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat serta sedikitnya jumlah
bidan. Dari sekitar 220 bidan yang ada, hanya 60 bidan yang bersertifikasi Asuhan
Persalinan Normal (APN). Selain itu masih banyak ibu hamil yang memilih dukun
untuk menangani kelahirannya, dan dilakukan di rumah. Dari data yang ada,
sebanyak 30 persen ibu hamil memilih melahirkan di rumahnya.
Dari sumber media yang berbeda, (http://nasional.jurnas.com/2011-04-25),
didapati bahwa dari 4.086 ibu hamil yang terdata, sekitar 20% ibu hamil tidak
memeriksakan kandungan ke fasilitas kesehatan. Jumlah ini merupakan total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
penghitungan setelah dilakukan kunjungan kehamilan pertama (K1) ke puskesmas
di seluruh wilayah kabupaten dari bulan September 2010 sampai Februari 2011.
Hal ini ditengarai karena faktor mobilitas dan jarak.
Seperti itulah realitas fenomena seputar ibu hamil dan persalinan yang
terjadi di kabupaten Pacitan. Menurut saya, kondisi tersebut tidak jauh berbeda
dengan realitas yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo yang menjadi
bagian dari Kabupaten Pacitan.
Oleh karena itu, sebagai salah satu puskesmas yang melaksanakan
program jaminan persalinan, peneliti bermaksud lebih jauh untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan program jaminan persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Ngadirojo Kabupaten Pacitan tahun 2011. Untuk mengetahui lebih jauh proses
implementasi program jaminan persalinan di UPT Puskesmas Ngadirojo,
Kecamatan Ngadirojo, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan
judul “Implementasi Program Jaminan Persalinan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Ngadirojo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan Tahun
2011.”
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin dijawab oleh
peneliti melalui penelitian ini, yaitu : bagaimana implementasi program Jaminan
Persalinan di wilayah kerja UPT Puskesmas Ngadirojo Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi program
Jaminan Persalinan di wilayah kerja UPT Puskesmas Ngadirojo Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk menambah referensi mengenai
pelaksanaan program jaminan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo
pada tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Implementasi Kebijakan
Menurut Arshad Zaman (2007: 2-3), kebijakan memiliki arti yang berbeda
pada setiap orang. Namun dalam banyak kasus, kebijakan mengacu pada
kebijakan pemerintah (di mana pemerintah mengklaim mewakili kehendak rakyat
sehingga disebut kebijakan publik). Meskipun dikatakan pemerintah, secara lebih
luas juga dapat berbicara tentang komponen kebijakan atau kelompok-kelompok
dalam pemerintah, atau organ-organ pemerintah, atau organisasi di yang
dikendalikan oleh pemerintah.
Istilah kebijakan mengarah pada tindakan bijaksana dan bermanfaat yang
diterapkan oleh pemerintah. Hal ini berarti bahwa kebijakan adalah suatu tindakan
yang riil oleh pemerintah. Kedua, kebijakan yang sesungguhnya seharusnya tidak
hanya mendepankan tujuan sebuah tindakan akan tetapi mengenali secara khusus
kemampuan agen implementasi yang berkepentingan yang cocok dengan tujuan
tindakan yang telah diusulkan. Akhirnya, tindakan-tindakan kebijakan, statemen,
atau usulan-usulan pemerintah dapat dipahami dengan lebih baik dengan
memeriksa konstitusi dan perilaku pemerintah.
Harold Laswell (1956) menyinggung konsep tentang ilmu kebijakan. Dia
mengusulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan salah satu langkah yang
penting atau tahap yang penting dalam proses kebijakan. Meskipun dia bukan
orang pertama yang menyoroti pentingnya implementasi kebijakan, dia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
memasukkan istilah tersebut ke dalam kamus umum. (seperti dikutip deLeon,
Journal of Public Administration Research and Theory, No. 12.4, Oktober 2002:
473-476).
Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983) mendefinisikan
implementasi sebagai upaya melaksanakan keputusan kebijakan (seperti
dikutip deLeon, Journal of Public Administration Research and Theory, No.
12.4, Oktober 2002: 473-476) sebagai berikut:
“Implementation is the carrying out of a basic policy decision, usually incorporated in a statute but which can also take the form of important executive orders or court decisions. ideally, that decision identifies the problem to be addressed, stipulates the objectives to be pursued, and, in a variety of ways, "structure" the implementation process. the process normally runs through a number of a stages beginning with passage of the basic statute, followed by the policy outputs (decisions) of the implementing agencies, the compliance of target groups with those decisions, the actual impacts of agency decisions, and, finally important revisions (or attempted revisions) in the basic statute.” Implementasi adalah melaksanakan suatu keputusan kebijakan dasar, biasanya dimasukkan dalam undang-undang, tetapi yang juga dapat mengambil bentuk perintah eksekutif yang penting atau keputusan pengadilan. Idealnya, keputusan yang mengidentifikasi masalah yang akan ditangani, menetapkan tujuan yang akan dikejar, dan dalam berbagai cara, "struktur" proses implementasi. Proses biasanya berjalan melalui sejumlah tahap yang diawali dengan disahkannya undang-undang dasar, diikuti oleh output kebijakan (keputusan) dari lembaga pelaksana, kepatuhan kelompok sasaran dengan keputusan tersebut, dampak yang sebenarnya dari keputusan lembaga, dan, akhirnya penting revisi (atau revisi usaha) dalam undang-undang dasar.
Ferman's (seperti dikutip deLeon, Journal of Public Administration
Research and Theory, No. 12.4, Oktober 2002: 473-476) mendefinisikan
implementasi sebagai “what happens between policy expectations and
(perceived) policy results”. Apa yang terjadi antara harapan kebijakan dan
(dianggap) hasil kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
O'Toole (seperti dikutip deLeon, Journal of Public Administration
Research and Theory, No. 12.4, Oktober 2002: 473-476) berpendapat:
"Policy implementation is what develops between the establishment of an apparent intention on the part of government to do something, or to stop doing something, and the ultimate impact in the world of action." Implementasi kebijakan adalah apa yang berkembang antara pembentukan sebuah tujuan yang jelas pada bagian dari pemerintah untuk melakukan sesuatu, atau berhenti melakukan sesuatu, dan dampak utama dalam dunia tindakan.
Implementasi kebijakan oleh van Meter dan van Horn (seperti dikutip
Samodra Wibawa, 1994: 15) didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah maupun swasta, baik secara individu maupun kelompok, yang
dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam
kebijakan.
Menurut Lester dan Stewart (seperti dikutip Budi Winarno, 2008: 104),
implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan
tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang.
Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-
undang di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja
bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih
tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.
Menurut Randall B. Ripley dan Grace A. Franklin (seperti dikutip Budi
Winarno, 2008: 145), implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-
undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan
(benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Istilah
implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh
para pejabat pemerintah. Impelementasi mencakup tindakan-tindakan (tanpa
tindakan-tindakan) oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat, yang
dimaksudkan untuk membuat program berjalan.
Dari berbagai pendapat di atas, maka saya menyimpulkan,
implementasi kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang bertahap dan
tertata oleh aktor-aktor kebijakan, untuk merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan di dalam kebijakan agar manfaatnya bisa dirasakan oleh kelompok
sasaran.
Dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan, tidaklah mudah untuk
dilakukan. Peraturan atau ketentuan dalam sebuah kebijakan adalah hal yang
tetap, sedangkan lingkungan di mana kebijakan akan diterapkan bersifat
sangat dinamis. Oleh karena itu, setelah kebijakan ditetapkan tidak serta merta
langsung bisa diterapkan sesuai dengan yang tertulis dalam program.
Seringkali pelaksana kebijakan mengambil tindakan diskresi apabila kebijakan
yang dibuat mengatur berbeda dengan kondisi di lapangan.
Implementasi kebijakan memiliki kompleksitas yang membuat kebijakan tidak bisa serta merta diimplementasikan dan menuai kesuksesan. Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku kelompok sasaran (target group). (seperti dikutip AG. Subarsono, 2010: 88).
Berdasarkan pendapat Lipsky di atas, ada banyak hal yang terlibat
dalam proses implementasi kebijakan. Hal inilah yang membuat pelaksanaan
kebijakan dikatakan memiliki kompleksitas. Hal senada diungkapkan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
oleh Randall B. Ripley dan Grace A. Franklin (seperti dikutip AG. Subarsono,
2010: 89) sebagai berikut:
“Implementation process involve many important actors holding diffuse and competing goals and any expectations who work within a contexts of an increasingly large and complex mix of government programs that require participation from numerous layers and units of government and who are affected by powerful factors beyond their control.” Proses implementasi melibatkan banyak aktor penting berpegang pada tujuan yang menyebar dan bersaing, serta ekspektasi yang bekerja dalam suatu konteks program pemerintah yang besar dan kompleks yang memerlukan partisipasi dari berbagai lapisan dan unit pemerintah yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kuat di luar kendali mereka.
Kompleksitas implementasi bukan saja ditunjukkan oleh banyaknya
aktor atau unit organisasi yang terlibat, tetapi juga dikarenakan proses
implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel yang kompleks, baik variabel
yang individual maupun variabel organisasional, dan masing-masing variabel
pengaruh tersebut juga saling berinteraksi satu sama lain.
Untuk lebih jelas mengenai hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan
kebijakan, maka para pakar ilmu administrasi membuat model. Setiap model
berbeda satu dengan lainnya. Dengan menggunakan model berikut ini, maka
akan mempermudah dalam menguraikan pelaksanaan kebijakan.
a. Model proses implementasi kebijakan menurut Donald S. van Meter
dan Carl E. van Horn (1975).
Kedua orang ini merumuskan sebuah abstraksi yang memperlihatkan
hubungan antar berbagai faktor yang mempengaruhi hasil atau kinerja suatu
kebijakan. Implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dilakukan untuk meraih kinerja yang tinggi, berlangsung dalam antarhubungan
berbagai faktor. (seperti dikutip Samodra Wibawa, 1994: 19)
Seperti pada gambar 3, model yang mereka tawarkan mempunyai enam
variabel yang membentuk kaitan (linkage) antara kebijakan dan kinerja
(performance). (seperti dikutip Budi Winarno, 2008: 155)
Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn (DRS. AG. Subarsono, M. Si, MA, hal. 100)
Keterangan :
1) Variabel pertama adalah ukuran dan tujuan kebijakan. Menurut van
Meter dan van Horn, identifikasi indikator-indikator kinerja
merupakan tahap yang krusial dalam analisis implementasi
kebijakan. Indikator-indikator kerja ini menilai sejauh mana ukuran-
ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisasikan. Jika standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan
terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik di antara
para agen implementasi.
2) Sumberdaya menjadi hal yang tidak kalah penting dalam
implementasi kebijakan. Sumber daya yang dimaksud tidak saja
hanya berupa uang, tetapi juga sumber daya manusia sebagai pelaku
implementasi.
3) Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu
dukungan dan koordinasi dengan instansi lain untuk mencapai
keberhasilan program. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan perlu
dikomunikasikan dengan para pelaksana.
4) Yang dimaksud dengan karakteristik badan pelaksana adalah
mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan
yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi
implementasi suatu program.
5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumber
daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan
implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok-kelompok
kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;
karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak;
bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah
elite politik mendukung implementasi kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6) Disposisi pelaksana ini mencakup tiga hal penting, yakni : (a) respon
implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni
pemahamannya terhadap kebijakan; dan (c) intensitas disposisi
implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
b. Model proses implementasi kebijakan menurut George C. Edwards
III (1980)
Menurut Edwards, ada empat faktor yang berpengaruh terhadap
implementasi kebijakan. Keempat faktor ini bekerja secara simultan dan
berinteraksi satu sama lain.
Gambar 2.2
Model Proses Implementasi Kebijakan Menurut George C. Edwards III (Budi Winarno, hal. 208)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Keterangan :
1) Faktor komunikasi menjadi hal yang sangat penting karena
keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus
diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan-keputusan
dan perintah-perintah itu dapat diikuti. Agar kebijakan bisa
diimplementasikan, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan harus jelas.
Jika tidak, maka implementor akan mengalami kebingungan tentang
apa yang harus mereka lakukan.
2) Sumber-sumber diperlukan untuk melaksanakan kebijakan. Sumber-
sumber yang penting meliputi : staf yang memadai serta keahlian-
keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka,
wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk
menerjemahkan usul-usul di atas kertas guna melaksanakan
pelayanan-pelayanan publik.
3) Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor
ketiga yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi
implementasi kebijakan yang efektif.
4) Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering, bahkan
secara keseluruhan, menjadi pelaksanan kebijakan.
Ripley dan Franklin, berdasarkan pengamatan yang dilakukan
terhadap birokrasi di Amerika Serikat, mengidentifikasi enam
karakteristik birokrasi, yakni : Pertama, birokrasi di manapun berada,
dipilih sebagai instrumen sosial yang ditujukan untuk menangani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
masalah-masalah yang didefinisikan sebagai urusan publik. Kedua,
birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam pelaksanaan
program kebijakan, yang tingkat kepentingannya berbeda-beda untuk
masing-masing tahap. Ketiga, birokrasi mempunyai sejumlah tujuan
yang berbeda-beda. Keempat, fungsi birokrasi berada dalam
lingkungan yang luas dan kompleks. Kelima, birokrasi jarang mati,
naluri untuk bertahan hidup tidak perlu dipertanyakan lagi. Keenam,
birokrasi bukan merupakan sesuatu yang netral dalam pilihan-
pilihan kebijakan mereka, tidak juga secara penuh dikontrol oleh
kekuatan-kekuatan yang berasal di luar dirinya. Otonomi yang
mereka miliki membuat mereka mempunyai kesempatan untuk
melakukan tawar menawar guna meraih pembagian yang dapat
diukur dari pilihan-pilihan yang mereka ambil. (Randall B.Ripley
dan Grace A. Franklin, Bureaucracy and Policy Implementation,
dalam Budi Winarno, Kebijakan Publik Teori & Proses, 2008).
c. Model proses implementasi kebijakan menurut Daniel A. Mazmanian
dan Paul A. Sabatier (1983).
Menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983), variabel-
variabel yang memengaruhi implementasi kebijakan ada tiga kelompok besar
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.3
Model Proses Implementasi Kebijakan Menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (DRS. AG. Subarsono, M. Si., MA, hal. 95)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Kelompok variabel pertama adalah karakteristik masalah yang mencakup
beberapa hal di bawah ini.
1) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu
pihak ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan,
seperti kekurangan air minum bagi penduduk atau harga beras yang
tiba-tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang
relatif sulit dipecahkan, seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi,
dan sebagainya. Oleh karena itu, sifat masalah itu sendiri akan
memengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan.
2) Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berarti bahwa
suatu program akan relatif mudah diimplementasikan apabila
kelompok sasarannya adalah homogen. Sebaliknya, apabila
kelompok sasarannya heterogen, maka implementasi program akan
relatif lebih sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota
kelompok sasaran terhadap program relatif berbeda.
3) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah program
akan relatif lebih sulit diimplementasikan apabila sasarannya
mencakup semua populasi. Sebaliknya sebuah program relatif mudah
diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu
besar.
4) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang
bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif
mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Sebagai contoh,
implementasi Undang-Undang No.14 Tahun 1992 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan sulit diimplementasikan karena
menyangkut perubahan perilaku masyarakat dalam berlalu lintas.
Kedua, kelompok variabel yang memuat karakteristik kebijakan.
1) Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah
kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor
mudah memahami dan menerjemahkan dalam tindakan nyata.
Sebaliknya, ketidakjelasan isi kebijakan merupakan potensi lahirnya
distorsi dalam implementasi kebijakan.
2) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.
Kebijakan yang memiliki dasar teoretis memiliki sifat lebih mantap
karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial
tertentu perlu ada modifikasi.
3) Besarnya alokasi sumber daya finasial terhadap kebijakan tersebut.
Sumberdaya keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program
sosial. Setiap program juga memerlukan dukungan staff untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis, serta
memonitor program, yang semuanya itu pelu biaya.
4) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana. Kegagalan program sering disebabkan kurangnya
koordinasi vertikal dan horizontal antarinstansi yang terlibat dalam
implementasi program.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
6) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan. Kasus korupsi
yang terjadi di negara-negara dunia ketiga, khususnya di Indonesia
salah satu sebabnya adalah rendahnya tingkat komitmen aparat untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaan atau program-program.
7) Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi
dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan
peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relatif mendapat
dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat.
Masyarakat akan merasa terasing atau teralienasi apabila hanya
menjadi penonton terhadap program yang ada di wilayahnya.
Kelompok variabel yang ketiga adalah lingkungan kebijakan.
1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi.
Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah
menerima program-program pembaruan dibanding dengan
masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga,
kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasilan
implementasi program, karena program-program tersebut dapat
disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi
modern.
2) Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang
memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik.
Sebaliknya kebijakan yang bersifat dis-insentif, seperti kenaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
harga BBM atau kenaikan pajak akan kurang mendapat dukungan
publik.
3) Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups). Kelompok
pemilih yang ada dalam masyarakat dapat memengaruhi
implementasi kebijakan melalui berbagai cara antara lain : (1)
Kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan
yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar
dengan maksud untuk mengubah keputusan; (2) Kelompok pemilih
dapat memiliki kemampuan untuk memengaruhi badan-badan
pelaksana secara tidak langsung melalui kritik yang dipublikasikan
terhadap kinerja badan-badan pelaksana, dan membuat pernyataan
yang ditujukan kepada badan legislatif.
4) Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.
Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan
tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang
paling krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan
dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan
prioritas tujuan tersebut.
2. Jaminan Persalinan
Jaminan Persalinan (Jampersal) merupakan salah satu program dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 631/MENKES/PER/III/2011. Tujuan umum
program jaminan persalinan adalah meningkatnya akses terhadap pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan
AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan.
Program jaminan persalinan juga memiliki tujuan khusus, yaitu: 1).
Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan
pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan; 2). Meningkatnya cakupan
pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan; 3). Meningkatnya cakupan
pelayanan KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan; 4). Meningkatnya
cakupan penanganan komlikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir
oleh tenaga kesehatan; 5). Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.
a. Kebijakan operasional program jaminan persalinan :
1) Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang
pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu
kesatuan dengan pengelolaan jamkesmas.
2) Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas,
yang terintegrasi dan dikelola mengikuti tata kelola dan manajemen
Jamkesmas.
3) Peserta program Jaminan Persalinan adalah seluruh sasaran yang
belum memiliki jaminan persalinan.
4) Peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat
lanjutan (Rumah Sakit) kelas III yang memiliki perjanjian Kerja Sama
(PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5) Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
6) Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan dengan cara
klaim oleh fasilitas kesehatan. Untuk persalinan tingkat pertama di
fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) dan
fasilitas kesehatan swasta yang bekerjasama dengan Tim Pengelola
Kabupaten/Kota.
7) Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani ibu
hamil/persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim
kepadahamil/persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim
kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada
daerah asal ibu hamil tersebut.
8) Fasilitas kesehatan seperti Bidan Praktik, Klinik Bersalin, Dokter
praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini melakukan
perjanjian kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola setempat, dimana
yang bersangkutan dikeluarkan ijin prakteknya.
9) Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan prinsip
Portabilitas, Pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan
dengan demikian jaminan persalinan tidak mengenal batas wilayah
(lihat angka 7 dan 8).
10) Tim Pengelola Pusat dapat melakukan realokasi dana antar
kabupaten/kota, disesuaikan dengan penyerapan dan kebutuhan daerah
serta disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada secara nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Ruang lingkup Jaminan Persalinan :
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang
berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri
dari :
1) Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan
pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan
nifas termasuk KB pasca persalinan, pelayanan bayi baru lahir,
termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi
(kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir) tingkat pertama.
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED
serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan
swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola
Kabupaten/Kota.
Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi :
a) Pemeriksaan kehamilan
b) Pertolongan persalinan normal
c) Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan
d) Pelayanan bayi baru lahir
e) Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir.
2) Pelayanan persalinan tingkat lanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan
neonatus kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko
tinggi dan komplikasi, di rumah sakit pemerintah dan swasta yang
tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kedaruratan.
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi :
a) Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit
b) Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak
mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
c) Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah
Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara.
c. Paket manfaat Jaminan Persalinan :
Peserta jaminan persalinan mendapatkan manfaat pelayanan yang
meliputi:
1) Pemeriksaan kehamilan (ANC)
Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan tata laksana pelayanan
mengacu pada buku Pedoman KIA. Selama hamil sekurang-kurangnya
ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali dengan frekuensi yang dianjurkan
sebagai berikut :
a) 1 kali pada triwulan pertama
b) 1 kali pada triwulan kedua
c) 2 kali pada triwulan ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi di atas
pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini.
2) Persalinan normal
3) Pelayanan nifas normal, termasuk KB pasca persalinan
4) Pelayanan bayi baru lahir normal
5) Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi
6) Pelayanan pasca keguguran
7) Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar
8) Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar
9) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar
10) Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi
11) Penanganan rujukan pasca keguguran
12) Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)
13) Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif
14) Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif
15) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif
16) Pelayanan KB pasca persalinan. Tatalaksana PNC dilakukan sesuai
dengan buku pedoman KIA. Ketentuan pelayanan pasca persalinan
meliputi pemeriksaan nifas minimal 3 kali.
d. Besaran Tarif :
Besaran tarif pelayanan jaminan persalinan di fasilitas kesehatan dasar
ditetapkan sebagaimana tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 2.1
Besaran Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan Pada Pelayanan Tingkat Pertama
No Jenis Pelayanan Frek Tarif (Rp)
Jumlah (Rp)
Keterangan
1 Pemeriksaan kehamilan (ANC)
4 kali 10.000 40.000 Standar 4x
2 Persalinan normal 1 kali 350.000 350.000
3 Pelayanan nifas termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan
3 kali 10.000 30.000 Standar 3x
4 Pelayanan persalinan tak maju dan atau pelayanan pra-rujukan bayi baru lahir dengan komplikasi.
1 kali 100.000 100.000 Pada saat menolong persalinan ternyata ada komplikasi, wajib segera dirujuk
5 Pelayanan pasca keguguran, persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi.
1 kali 500.000 500.000
Sumber: juknis jampersal 2011
Keterangan :
1) Klaim persalinan ini tidak harus dalam paket (menyeluruh) tetapi dapat
dilakukan klaim terpisah, misalnya ANC saja, persalinan saja, atau
PNC saja.
2) Pelayanan nomor 5 dilakukan pada Puskesmas yang mempunyai
kemampuan dan sesuai kompetensinya.
3) Apabila diduga/diperkirakan adanya risiko persalinan sebaiknya pasien
sudah dipersiapkan jauh hari untuk dilakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih baik dan mampu seperti Rumah Sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4) Sedangkan besaran biaya untuk pelayanan Jaminan persalinan tingkat
lanjutan menggunakan tarif paket Indonesia Case Base Group (INA-
CBGs).
e. Kelengkapan pertanggungjawaban klaim :
1) Fasilitas kesehatan tingkat pertama
Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama ke Tim Pengelola Kabupaten/Kota
dilengkapi :
a) Fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku (KTP atau
identitas lainnya), dan bagi peserta jamkesmas dilengkapi dengan
fotokopi kartu Jamkesmas.
b) Fotokopi lembar pelayanan pada buku KIA sesuai pelayanan yang
diberikan untuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas, termasuk
pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Apabila peserta
Jamkesmas atau penerima manfaat Jaminan persalinan non
Jamkesmas tidak memiliki buku KIA pada daerah tertentu, dapat
digunakan kartu ibu atau keterangan pelayanan lainnya pengganti
buku KIA yang ditandatangani ibu hamil/bersalin dan petugas yang
menangani. Untuk pemenuhan buku KIA di daerah, Tim Pengelola
Kabupaten/Kota melakukan koordinasi kepada penanggung
jawabprogram KIA daerah maupun pusat(Ditjen Gizi dan KIA).
c) Partograf yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong
persalinan untuk Pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
partograf dapat digunakan keterangan lain yang menjelaskan
tentang pelayanan persalinan yang diberikan.
d) Fotokopi/tembusan surat rujukan, termasuk keterangan tindakan
pra rujukan yang telah dilakukan ditandatangani oleh
sasaran/keluarga.
Tabel 2.2 Bukti Penunjang Klaim di Pelayanan Tingkat Dasar
No Jenis pelayanan BUKTI PENUNJANG
Kartu Jamkesmas/
identitas
Buku KIA/Kartu
ibu Partograf Surat
Rujukan
1 Pemeriksaan kehamilan + +
2 Pertolongan persalinan normal
+ +
3
Pertolongan persalinan resiko tinggi + +
+ (Kecuali
emergensi tidak
diperlukan)
4 Pemeriksaan Nifas (Pasca Persalinan)
+ +
Sumber: juknis jampersal 2011
2) Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
Pertangungjawaban klaim pelayanan Jaminan persalinan di fasilitas
kesehatan lanjutan dilengkapi :
a) Fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku (KTP atau
identitas lainnya), dan bagi peserta Jamkesmas dilengkapi dengan
fotokopi kartu jamkesmas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Fotokopi/tembusan surat rujukan dari puskesmas, Fasilitas
kesehatan swasta/bidan praktik mandiri ditandatangani oleh
sasaran atau keluarga sasaran.
c) Bukti pelayanan untuk rawat jalan dan resume medis untuk rawat
inap.
Tabel 2.3 Bukti Penunjang Klaim Di Pelayanan Tingkat Lanjutan
No Jenis pelayanan BUKTI PENUNJANG
Kartu jamkesmas/identitas
lainnya
Bukti pelayanan
Resume medis
Surat rujukan
1 Pemeriksaan kehamilan
+ + +
2 Pertolongan persalinan
+ + +
+ (kecuali
pada keadaan
emergensi dasar)
3 Pemeriksaan nifas (pasca persalinan dengan risti)
+ +
4 Pelayanan bayi baru lahir/neonates
+ + + +
5 Gangguan kehamilan dan penanganan komplikasi
+ + + +
Sumber: juknis jampersal 2011
Catatan :
Karena tata kelola dan pembiayaan pelayanan persalinan berlaku sama
untuk peserta Jamkesmas dan penerima manfaat Jaminan Persalinan, maka
syarat-syarat administratif dan pembiayaan di atas berlaku untuk peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Jamkesmas dan penerima manfaat Jaminan Persalinan (kecuali ruang
lingkup manfaat peserta Jamkesmas lebih komprehensif).
B. KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berpikir merupakan landasan untuk mengembangkan teori
dalam penelitian. Implementasi kebijakan merupakan apa yang terjadi antara
kebijakan yang telah ditetapkan dengan apa yang menjadi (dianggap) hasil
kebijakan. Dengan kata lain membandingkan apa yang menjadi ketentuan
kebijakan seperti yang tertulis dalam pedoman pelaksanaan dengan apa yang
terjadi di lapangan atau realitasnya.
Implementasi kebijakan program jaminan persalinan dibagi menjadi
beberapa tahap, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.
Implementasi kebijakan tidak selalu berjalan mulus di lapangan. Hal ini
karena ada kompleksitas dalam pelaksanaan kebijakan. Banyak hal di
lapangan yang membuat implementasi tidak serta merta langsung bisa
diterapkan sesuai dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan.
Melihat model implementasi kebijakan di atas, ada beberapa faktor
yang mendukung implementasi program jaminan persalinan. Dalam penelitian
ini, penulis memfokuskan pada tiga faktor model proses implementasi, yaitu:
sumber daya, komunikasi, dan dukungan publik.
Dengan menggunakan ketiga faktor tersebut, kita bisa melihat secara
lebih jelas pelaksanaan program jaminan persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo Kabupaten Pacitan tahun 2011, sehingga pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
program diharapkan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan manfaatnya
bisa dirasakan oleh sasaran.
Gambaran penelitian ini dapat dilihat pada kerangka berpikir di bawah.
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir
Tujuan dan
manfaat program jampersal
Implementasi
program jampersal:
ü Persiapan
ü Pelaksanaan
ü Pelaporan
Peraturan Menteri
Kesehatan nomor
631/MENKES/PER/III
/2011 Tentang
Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan
Faktor yang
mendukung
implementasi
program jampersal:
ü Sumber
daya
ü Komunikasi
ü Dukungan
publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN TIPE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak
dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan
cara lain dari kuantifikasi atau pengukuran (Anselm Strauss & Juliet Corbin,
1997: hal. 11).
Menurut Kountur (2004: 105), penelitian deskriptif (descriptive
research) adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas
suatu keadaan, sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang
diteliti.
Ciri-ciri penelitian deskriptif :
1. Berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu.
2. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan
satu persatu.
3. Variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan
(treatment).
B. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian dilakukan.
Lokasi penelitian berada di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo, Kecamatan
Ngadirojo, Kabupaten Pacitan sebagai salah satu puskesmas di Kabupaten
Pacitan yang melaksanakan program jaminan persalinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. SUMBER DATA
Menurut Lofland dan Lofland (seperti dikutip Moleong, 2002: 112),
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data
utama penelitian implementasi program jaminan persalinan ini adalah
informan.
D. TEKNIK SAMPLING
Penentuan sampel dalam penelitian ini bukan untuk mewakili populasi
melainkan untuk mewakili informasinya. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu memilih informan yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2002: 56).
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Cara untuk memperoleh data yang relevan melalui wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.
Tujuan wawancara menurut Lincoln dan Guba (seperti dikutip
Moleong, 2002: 135-136) antara lain : mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan
lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai
yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi,
mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik
manusia maupun bukan manusia (trianggulasi); dan memverifikasi, mengubah
dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota.
Ada tiga macam pendekatan wawancara yang disampaikan oleh Patton
(1980:197), sebagai berikut : (a) Wawancara pembicaraan informal. Pada jenis
wawancara ini, tergantung spontanitas pewawancara dalam mengajukan
pertanyaan. (b) Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara.
Wawancara jenis ini mengharuskan pewawancara untuk membuat kerangka
dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara.
Pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan kondisi responden dalam konteks
wawancara yang sebenarnya. (c) wawancara baku terbuka. Jenis wawancara
ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku
dengan tujuan untuk menghindari bias jika yang diwawancarai jumlahnya
cukup banyak.
Untuk memperoleh sumber data utama atau sumber data primer
dilakukan wawancara kepada informan, yaitu :
1. Ketua Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Kabupaten.
2. Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan.
3. Kepala UPT Puskesmas Ngadirojo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Pacitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4. Bidan desa di wilayah kerja UPT Puskesmas Ngadirojo Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan.
5. Sasaran program, yaitu warga yang memperoleh manfaat dari program
Jaminan Persalinan di wilayah kerja UPT Puskesmas Ngadirojo,
Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.
F. VALIDITAS DATA
Menurut Patton (2006: 78), validitas data merupakan jaminan bagi
kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian. Untuk
mencari validitas data, dalam penelitian digunakan trianggulasi agar validitas
data semakin meningkat.
Ada empat macam teknik trianggulasi menurut Patton, yaitu sebagai
berikut :
1. Trianggulasi data atau trianggulasi sumber. Menggali data yang sama atau
sejenis dari sumber data yang berbeda. Trianggulasi sumber bisa dilakukan
pada informan maupun terhadap sumber data yang berasal dari arsip
maupun dokumen yang berkaitan dengan data yang dimaksud.
2. Trianggulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik data atau pun simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhan bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti.
3. Trianggulasi metodologis, yaitu menguji data yang sama atau sejenis dari
sumber data yang sama dengan menggunakan metode pengumpulan data
yang berbeda. Bisa melalui kuesioner, wawancara mendalam, dan
observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4. Trianggulasi teoretis, yaitu trianggulasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas
permasalahan yang dikaji. Teori yang digunakan bisa dari disiplin yang
berbeda maupun teori yang berbeda tapi masih dalam satu disiplin.
Denzin (seperti dikutip Patton, 2006: 78) , telah menengarai empat tipe
dasar triangulasi :
1. Trianggulasi data, adalah penggunaan beragam sumber data dalam suatu
kajian, sebagai contoh, mewawancarai orang pada posisi status yang
berbeda atau dengan titik pandang yang berbeda;
2. Trianggulasi investigator, penggunaan beberapa evaluator atau ilmuwan
sosial yang berbeda;
3. Trianggulasi teori, penggunaan sudut pandang ganda dalam menafsirkan
seperangkat tunggal data; dan
4. Trianggulasi metodologis, penggunaan metode ganda untuk mengkaji
masalah atau program tunggal, seperti wawancara, pengamatan, daftar
pertanyaan terstruktur, dan dokumen.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi data atau
trianggulasi sumber untuk memperoleh validitas data.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data.
Penyajian dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Gambar 3.1 Komponen-komponen analisis data
Kegiatan analisis yang ketiga yang paling penting adalah menarik
kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang
penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan,
pola-pola penyelesaian, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab
akibat dan proposisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tiga hal utama tersebut sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat
sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar.
Dalam pandangan ini tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan
data itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif.
Gambar 3.2 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upaya yang
berlanjut, berulang, terus menerus. Tiga hal tersebut berurutan sebagai
rangkaian yang saling susul menyusul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
UPT Puskesmas Ngadirojo terletak di Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten
Pacitan bagian timur. Tepatnya di Jalan Raya Lorok, Desa Cokrokembang.
Kecamatan Ngadirojo memiliki 18 desa, hanya 12 desa yang masuk dalam
wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo. Desa yang tercakup dalam wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo yaitu, Desa Bodag, Desa Tanjung Lor, Desa Cangkring,
Desa Bogoharjo, Desa Cokrokembang, Desa Ngadirojo, Desa Pagerejo, Desa
Wiyoro, Desa Tanjung Puro, Desa Hadiluwih, Desa Hadiwarno dan Desa
Sidomulyo. Delapan desa lainnya masuk dalam wilayah kerja puskesmas
Wonokarto.
Secara geografis, desa yang masuk dalam wilayah kerja puskesmas
Ngadirojo berada di dataran rendah, dan sebagian kecil, kurang lebih 30 persen
berada di pegunungan.
Secara demografis, jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Ngadirojo
pada akhir tahun 2009 adalah sebesar 32.564 jiwa. Terdiri dari 15.929 jiwa laki-
laki dan 16.635 jiwa perempuan. Jika dirinci, setiap desa memiliki jumlah
penduduk sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngadirojo
No Desa Jumlah penduduk
Laki-laki Perempuan Total
1 Cokrokembang 1639 1708 3347
2 Cangkring 534 529 1063
3 Bodag 1213 1278 2491
4 Tanjunglor 1036 1121 2157
5 Bogoharjo 836 1003 1839
6 Ngadirojo 1030 1046 2076
7 Wiyoro 1171 1238 2409
8 Pagerejo 2261 2316 4577
9 Tanjungpuro 1097 1179 2276
10 Hadiluwih 1117 1166 2283
11 Hadiwarno 1753 1808 3561
12 Sidomulyo 2204 2281 4485
Jumlah 15929 16.635 32.564
Sumber: profil puskesmas Ngadirojo 2010
UPT Puskesmas Ngadirojo memiliki visi “Puskesmas dengan Pelayanan
Prima Menuju Masyarakat Ngadirojo yang Sehat.” Puskesmas dengan
Pelayanan Prima yaitu pelayanan dengan cepat, tepat, dan memuaskan.
Sedangkan Masyarakat Ngadirojo Sehat adalah masyarakat yang berperilaku
hidup bersih dan sehat, memanfaatkan sarana kesehatan, menurunnya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), menurunnya angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kesakitan, menurunnya angka gizi buruk, semua desa telah UCI (Universal Child
Imunization), dan terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar.
Untuk mewujudkan visi tersebut, UPT Puskesmas Ngadirojo menetapkan
misi sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima
Memberikan pelayanan kesehatan yang prima adalah memberikan
pelayanan yang cepat, tepat, memuaskan, aman dan nyaman. Pelayanan
kesehatan yang prima bertujuan agar para pengunjung atau pasien dan
petugas kesehatan merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang
diberikan.
2. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Pembangunan berwawasan kesehatan
mencakup adanya peningkatan rumah sehat dan tata lingkungan yang baik
dan sehat.
3. Meningkatkan kesadaran hidup sehat bagi individu, keluarga, dan
masyarakat
Peran serta individu, keluarga, dan masyarakat sangat diperlukan
dalam pengembangan upaya kesehatan. Peningkatan kesadaran hidup
sehat mencakup Keluarga Sadar Gizi, kebiasaan berolah raga,
pemanfaatan sarana kesehatan, Desa Siaga, dan pemanfaatan posyandu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4. Meningkatkan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
Tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya
pelayanan kesehatan yang bermutu dengan cakupan dan pemerataan
jangkauan pelayanan di masyarakat sehingga sangat diperlukan adanya
peningkatan mutu sumberdaya kesehatan yang mendukung upaya
peningkatan kesehatan masyarakat.
Hal tersebut dilakukan dengan adanya petugas yang terlatih, cekatan dan
terampil, sopan dan ramah, adanya peningkatan sarana dan prasarana kesehatan,
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan standart dan protap, serta pelayanan
pengobatan / UPT Puskesmas keliling secara berkala.
Program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh UPT Puskesmas Ngadirojo
adalah sebagai berikut:
1. BP
2. KIA/ KB
3. Gizi
4. Promosi Kesehatan
5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
6. Kesehatan Lingkungan
7. Pelayanan Rawat Inap
8. Poli Gigi
9. Laboratorium
10. Kesehatan Jiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
11. Pelayanan Lansia
12. Radiologi
13. Home Care
14. Rujukan Kesehatan
15. Kereta/ Mobil Jenasah
16. UKS
17. Program Imunisasi
18. UGD
19. Fisioterapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Ngadirojo SK Kadinkes Nomor : 800/977/408.36/2008
LAB BP KES GIGI
PUSTU POLINDES PUSLING POSKESDES
KIA/KB RADIOLOGI UGD/RA
DIVISI UKM DIVISI UKP
USIL P2 KK/MATUKS/UKSGIZPL PROMK
KEPALA UPT PUSKESMAS
KASUBAG TU
TU UMUM
KEU SARPRAS EP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Uraian Tugas Berdasarkan Struktur Organisasi
(Implementasi SK Menkes 128 Tahun 2004)
UPT Puskesmas Ngadirojo
No Nama Jabatan Uraian Tugas 1 Kepala Puskesmas 1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen,
bimbingan dan supervisi. 2. Mengadakan koordinasi di tingkat kecamatan. 3. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di
tingkat kecamatan. 4. Sebagai tenaga ahli pendamping Camat. 5. Mengkoordinir dan bertanggung jawab
terhadap semua kegiatan di puskesmas. 2 Koordinator Unit Tata
Usaha 1. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di
unit TU. 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
kegiatan di unit TU. 3. Menggantikan tugas Kepala Puskesmas bila
Kepala Puskesmas berhalangan hadir. 3 Keuangan 1. Melakukan perencanaan keuangan.
2. Merealisasikan keuangan. 3. Membuat pembukuan/penutupan kas. 4. Mengambil gaji dan dana operasional serta
yang berkaitan dengan kesejahteraan pegawai. 5. Pencatatan dan pelaporan. 6. Membuat petikan daftar gaji. 7. Menerima setoran dari masing-masing unit
pelayanan. 8. Mengkoordinir bendahara-bendahara di
Puskesmas. 9. Melakukan setoran perda ke kas daerah.
4 Umum 1. Registrasi surat masuk dan keluar. 2. Melanjutkan disposisi pimpinan. 3. Membuat konsep surat. 4. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian
pengiriman semua laporan puskesmas. 5. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian
perbaikan sarana puskesmas. 6. Mengarsipkan surat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
7. Melakukan kegiatan yang bersifat umum. 8. Mengkoordinir pembuatan spanduk yang
bersifat umum. 5 Kepegawaian 1. Membuat laporan kepegawaian (absensi,
budgeting, DUK, laporan triwulan, tahunan, dan sebagainya).
2. Mengetik DP 3 yang sudah diisi nilai oleh atasan langsung.
3. Mendata dan mengarsipkan file pegawai. 4. Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat. 5. Mengusulkan tunjangan pegawai (penyesuaian
fungsional, baju, sepatu dan lain-lain). 6. Membuat Model C. 7. Merekap Absensi ( ijin, cuti, sakit ). 8. Membuat absensi mahasiswa/siswa yang
praktek di Puskesmas. 9. Membuat perencanaan untuk pengembangan
kualitas SDM staf puskesmas. 10. Menyusun daftar pembagian tugas untuk staf
puskesmas dengan persetujuan kepala puskesmas.
6 Data dan Informasi 1. Sebagai pusat data dan informasi puskesmas. 2. Mengumpulkan dan mengecek laporan
puskesmas sebelum dikirim ke dinas kesehatan. 3. Menyajikan laporan dalam bentuk visualisasi
data (tabel, grafik, dan lain-lain). 4. Mengidentifikasi masalah program dari hasil
visualisasi data dan menyerahkan hasilnya kepada koordinator perencanaan dan penilaian.
5. Bersama-sama team data dan informasi menyusun semua laporan puskesmas (PTP, minilok, laporan tahunan, stratifikasi, dan sebagainya).
6. Pencatatan dan pelaporan. 7 Perencanaan dan Evaluasi 1. Mengkoordinir kegiatan tim perencanaan dan
penilaian. 2. Menyusun jadwal evaluasi kegiatan puskesmas
secara kontinyu. 3. Menyusun laporan hasil evaluasi dan
perencanaan untuk selanjutnya diserahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kepada koordinator data & informasi serta koordinator program terkait.
4. Mengarsipkan hasil kegiatan. 8 Koordinator UPTF Upaya
Kesehatan Masyarakat 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab dalam
penyusunan perencanaan dan evaluasi Kegiatan di unit P2M, PROM.KES, KIA/KB, GIZI dan KESLING.
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.
9 Koordinator Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2M)
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit P2M.
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.
3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB.
10 Pemegang Program Surveilans
1. Berperan aktif secara dini melakukan pengamatan terhadap penderita, kesling, perilaku masyarakat dan perubahan kondisi.
2. Analisis tentang KLB. 3. Penyuluhan kesehatan secara intensif. 4. Pencatatan dan pelaporan.
11 Pemegang Program P2 Imunisasi
Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Imunisasi Polio, Campak, HB,
BCG, DPT pada bayi ditempat pelayanan kesehatan ( Puskesmas,Posyandu dan pustu ).
2. Pelaksanaan Imunisasi TT pada BUMIL & WUS ditempat pelayanan kesehatan.
3. Penyuluhan imunisasi dan sweeping ke rumah target yang tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan.
4. Pelaksanaan BIAS di tiap SD oleh tim Puskesmas dan kader.
5. Pengambilan Vaksin 2 kali sebulan. 6. Sterilisasi alat dan pemeliharaan Coldchain di
Puskesmas atau Pustu. 7. Merencanakan persediaan dan kebutuhan
vaksin secara teratur. 8. Monitoring / evaluasi PWS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
12 Pemegang Program P2 Diare
1. Penyuluhan untuk memasyarakatkan hidup bersih dan sehat serta memasyarakatkan oralit.
2. Kaporitisasi sumur-sumur dan sumber air sebanyak 2 kali se tahun.
3. Surveillance yaitu mengurangi dan menghindari kontak untuk mencegah penyebaran kasus.
4. Pecatatan dan pelaporan. 5. Penemuan dan pengobatan penderita diare di
dalam maupun di luar gedung. 6. Aktif dalam penyelidikan KLB/peningkatan
kasus. 13 Pemegang Program P2
TBC 1. Penyuluhan tentang TBC serta kunjungan dan
follow up ke rumah pasien. 2. Pencatatan dan pelaporan kasus. 3. Penemuan secara dini penderita TBC. 4. Pengobatan penderita secara lengkap. 5. Koordinasi dengan petugas laboratorium
terhadap penderita/tersangka TBC untuk mencari BTA +.
14 Pemegang Program P2 ISPA
1. Penyuluhan tentang ISPA. 2. Penemuan secara dini penderita ISPA. 3. Pengobatan penderita secara lengkap. 4. Pencatatan dan Pelaporan kasus.
15 Pemegang Program P2 Rabies
1. Pencatatan pasien yang digigit HPR ( Hewan Penular Rabies).
2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) bagi pasien digigit anjing.
3. Pengamprahan dan pencatatan pemakaian VAR.
4. Pembuatan laporan pasien dan vaksin. 16 PROMOSI
KESEHATAN (PROMKES)
1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan promosi kesehatan di wilayah kerja puskesmas.
2. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan promosi dilakukan bersama-sama dengan koordinator program yang terkait.
3. Kegiatan dalam Gedung : a. Penyuluhan langsung kepada perorangan
maupun kelompok penderita di Puskesmas / Pustu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Penyuluhan tidak langsung melalui Media Poster / Pamflet.
4. Kegiatan di luar Gedung. a. Penyuluhan melalui media masa, pemutaran
Film, siaran keliling maupun media tradisional.
b. Penyuluhan kelompok melalui posyandu dan sekolah.
5. Koordinator pelaksanaan PHBS. 6. Koordinator pelaksanaan Bali Sehat. 7. Pencatatan dan pelaporan.
17 Pemegang Program JPKMM
1. Pendataan KK dan anggota Gakin. 2. Penyusunan perencanaan dana operasional
JPKMM. 3. Pencatatan operasional dana JPKMM. 4. Pelayanan kesehatan untuk anggota JPKMM. 5. Penyuluhan tentang prosedur dan tata laksana
pemanfaatankartu GAKIN. 6. Pencatatan dan Pelaporan.
18 Koordinator Unit KIA,KB, Gizi
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit KIA,KB, Gizi, Kesehatan Anak, Kesehatan Remaja.
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.
3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya masalah dan memecahkan masalah yang ada di unitnya.
19 Pemegang Program Kes. Ibu
1. Pemeliharaan kesehatan Ibu dari hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak pra sekolah sampai usia lanjut.
2. Imunisasi TT 2 kali pada bumil dan imunisasi pada bayi berupa BCG, DPT, polio dan Hb sebanyak 3 kali serta campak sebanyak 1 kali.
3. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA, gizi dan perkembangan anak.
4. Pelayanan KB kepada semua PUS, dengan perhatian khusus kepada mereka yang melahirkan anak berkali-kali karena termasuk golongan ibu beresiko tinggi (resti).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
5. Pengobatan bagi ibu untuk jenis penyakit ringan.
6. Kunjungan rumah untuk perkesmas, bagi yang memerlukan pemeliharaan, memberi penerangan dan pendidikan kesehatan dan untuk mengadakan pemantauan pada mereka yang lalai mengunjungi puskesmas serta meminta agar mereka datang ke puskesmas lagi.
7. Pembinaan dukun bayi. 20 Pemegang program Kes.
Anak 1. Pengawasan dan bimbingan kepada Taman
Kanak-Kanak. 2. Pengobatan bagi bayi, anak balita dan anak pra
sekolah untuk jenis penyakit ringan. 3. Pemantauan/pelaksanaan DDTKA pada bayi,
anak balita dan anak pra sekolah. 4. Membuat laporan MTBS.
21 Pemegang Program KB 1. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE). 2. Pelayanan Kontrasepsi. 3. Pembinaan dan Pengayoman Medis kontrasepsi
peserta KB. 4. Pelayanan rujukan KB. 5. Pencatatan dan Pelaporan.
22 Pemegang Program Gizi 1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). 2. Penimbangan bayi. 3. Sarana posyandu.
a. Pemetaan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
b. Penggunaan ASI eksklusif. c. Pengukuran LILA WUS. d. Penyuluhan UPGK.
4. Penanggulangan Anemia Gizi Besi. a. Distribusi tablet Fe. b. Distribusi sirup Fe. c. Penyuluhan. d. Pengadaan bahan dan obat Fe.
5. Penanggulangan GAKI. a. Monitoring garam beryodium. b. Koordinasi LS / LP. c. Penyuluhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
d. Pengadaan bahan Iodina Test. 6. Penanggulangan Defisiensi Vit. A.
a. Balita b. Ibu Nifas c. Penyuluhan d. Pengadaan Obat
7. SKPG a. PSG (Pengadaan blanko dan pelaksanaan
PSG). b. PKG. c. Koordinasi LS/LP. d. Pemetaan Kecamatan Rawan Pangan. e. Intervensi kasus gizi buruk/pemberian
PMT. f. TBABS.
8. Pengembangan Pojok Gizi (POZI). 9. Pembinaan dan Evaluasi.
23 Pemegang Program Kesehatan Lingkungan
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi di unit kesling.
2. Mengurangi bahkan menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat melalui penyuluhan kesling.
3. Penyehatan air bersih. 4. Penyehatan pembuangan sampah. 5. Penyehatan lingkungan dan pemukiman. 6. Penyehatan pembuangan air limbah. 7. Penyehatan makana dan minuman. 8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum. 9. Pengawasan tempat pengelolaan pestisida. 10. Pelaksana perundangan di bidang kesehatan
lingkungan. 11. Pembakaran sampah medis. 12. Pencatatan dan pelaporan.
24 Koordinator UPTF Upaya Kesehatan Perorangan
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit dan ASKES.
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.
25 Pemegang Program Pengobatan
1. Menentukan target sasaran serta merencanakan kebutuhan obat dengan gudang farmasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Melakukan tindakan pengobatan sesuai standar puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama.
3. Merujuk pasien ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
4. Penemuan dan pencatatan kasus. 5. Menentukan kasus tertinggi di wilayah kerja
(rekap kasus penyakit terbanyak). 6. Pencatatan dan pelaporan.
26 Koordinator UPTF Jaring Pelayanan Puskesmas
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit P3K, Pusling dan Pustu.
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.
27 Koordinator Unit P3K 1. Mengkoordinir kegiatan P3K. 2. Mempersiapkan semua kebutuhan, jadwal acara
dan petugas P3K. 3. Pencatatan dan pelaporan.
28 Pemegang Program Usia lanjut
1. Pendataan usila. 2. Kegiatan promotif dengan penyuluhan gizi, kes.
dimasa tua, agama, dll ke masyarakat dan kelompok usila.
3. Senam kesegaran jasmani. 4. Meningkatkan PSM dengan cara mengikut
sertakan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan.
5. Kegiatan preventif dengan pemeriksaan berkala.
6. Kegiatan pengobatan melalui pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
7. Kegiatan pemulihan untuk mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
8. Pencatatan dan pelaporan. 29 Pemegang Program
Kesehatan Gigi dan Mulut 1. Menyusun perencanaan. 2. Melaksakan UKGS dan UKGMD. 3. Pelayanan berupa pemeriksaan, perawatan,
pengobatan, penambalan, pencabutan, pembersihan karang gigi serta rujukan gigi dan mulut serta rujukan.
4. Pencatatan dan pelaporan. 30 Pemegang Program 1. Mempersiapkan dan memeriksa sediaan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Laboratorium menegakkan diagnosa (darah, urine, tinja, sputum dan lepra).
2. Mengirimkan sediaan untuk diperiksa di tingkat pelayanan yang lebih tinggi sesuai dengan sistem rujukan pelayan kesehatan.
3. Merencanakan kebutuhan bahan dalam setahun. 4. Pemeriksaan khusus TB/cross check. 5. Memeriksa sediaan yang dikirim dari BLK
(pemantauan mutu eksternal). 6. Pencatatan dan pelaporan.
31 Pemegang Program Gudang Obat
1. Merencanakan amprahan dan pengadaan obat serta pendistribusisan obat.
2. Penerimaan, pengeluaran dan penyimpanan obat puskesmas maupun pustu.
3. Pengecekan obat di puskesmas dan pustu (kerapian dan kebersihan gudang obat).
4. Penyuluhan cara pemakaian obat yang benar di puskesmas dan pustu.
5. Pencatatan dan pelaporan. 32 Pemegang Program
Logistik
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi. 2. Penerimaan dan pengeluaran logistik. 3. Pengecekan terhadap keadaan logistik
(registrasi barang, KIR, dll). 4. Pencatatan dan pelaporan.
33 Koordinator Program Apotik
1. Melayani resep sesuai petunjuk serta mengatur kebersihan dan kerapian apotik.
2. Penyuluhan langsung ke pasien tentang tata cara pemakaian obat.
3. Pengecekan obat yang telah dikeluarkan/sensus harian obat.
4. Pencatatan dan pelaporan. 34 Pustu Puskesmas pembantu yaitu unit pelayanan
kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
35 Polindes Polindes atau Pondok bersalin desa adalah Suatu
tempat atau lembaga Unit Kegiatan Bersama
Masyarakat (UKBM) yang didirikan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
masyarakat atas dasar musyawarah sebagai
kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk
memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan Keluarga Berencana (KB) dikelola oleh
bidan desa (bides) bekerjasama dengan dukun bayi
dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat .
Fungsi Polindes :
1. Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk KB).
2. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
3. Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan masyarakat dan dukun bayi maupun kader.
36 Pusling (Puskesmas Keliling)
Puskesmas Keliling yaitu unit pelayanan kesehatan
keliling yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari
puskesmas dengan fungsi dan tugas yaitu memberi
pelayanan kesehatan daerah terpencil, melakukan
penyelidikan KLB, transport rujukan pasien,
penyuluhan kesehatan dengan audiovisual.
37 Poskesdes Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam
rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat. Kegiatan utama dari Poskesdes
adalah pengamatan dan kewaspadaan dini
(surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans
perilaku beresiko dan surveilans lingkungan),
kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B. IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI
WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS NGADIROJO, KECAMATAN
NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011.
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.
Jenis layanan Jaminan Persalinan meliputi layanan pemeriksaan kehamilan
atau antenatal care (ANC); pelayanan persalinan normal; pelayanan nifas
termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan; pelayanan
persalinan tak maju dan atau pelayanan pra-rujukan bayi baru lahir dengan
komplikasi; pelayanan pasca keguguran, pelayanan per vaginam dengan tindakan
emergensi dasar.
Program Jaminan Persalinan dirancang dengan tujuan untuk
mengakselerasi tercapainya tujuan pembangunan millennium ke-5, yaitu
mengurangi angka kematian ibu melahirkan. Dengan meningkatnya akses
terhadap pelayanan persalinan oleh dokter atau bidan, maka diharapakan angka
kematian ibu melahirkan akan turun.
Pihak yang berhak mendapatkan jaminan pembiayaan pelayanan
persalinan meliputi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas sampai 42 hari pasca
melahirkan, dan bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Pada tahun 2011,
cakupan layanan yang dijamin dalam jaminan persalinan meliputi pelayanan
persalinan tingkat pertama dan pelayanan persalinan tingkat lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB
paska persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan
rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir) tingkat pertama.
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus
kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi, di
rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada
kondisi kedaruratan.
Secara umum, tujuan Jaminan Persalinan adalah meningkatnya akses
terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam
rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan
persalinan.
Jaminan Persalinan tidak jauh berbeda dengan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (jamkesmas), karena Jaminan Persalinan merupakan perluasan
kepesertaan dari jamkesmas. Pengelolaan Jaminan Persalinan mengikuti tata
kelola jamkesmas. Khusus untuk Jaminan Persalinan, sasaran tidak terbatas pada
masyarakat yang kurang mampu, tetapi menjangkau semua ibu hamil dari
berbagai lapisan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
1. Implementasi Program Jampersal
Program Jaminan Persalinan di wilayah kerja UPT Puskesmas Ngadirojo,
Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan telah dilaksanakan sejak bulan
Maret tahun 2011. Proses implementasi program jaminan persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo melalui beberapa tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Inilah uraian mengenai
tahapan dalam pelaksanaan program jaminan persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo.
a. Tahap Persiapan
Menurut Kepala Puskesmas Ngadirojo, dr. Sukamto, tidak ada
persiapan khusus sebelum melaksanakan program Jaminan Persalinan.
Pelaksanaan program mengalir saja. Menurutnya, program jaminan
persalinan mudah untuk diterapkan sehingga persiapan secara khusus
memang tidak terlalu diperlukan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebelum
mengimplementasikan program Jaminan Persalinan, para pelaku kebijakan
perlu untuk memahami isi, arah, tujuan dan sasaran program jaminan
persalinan. Setelah itu mengadakan sosialisasi program kepada sasaran.
Kemudian para pelaku kebijakan melakukan pendataan sasaran program
sebagai langkah persiapan.
Untuk memahamkan para pelaku kebijakan mengenai isi, arah, tujuan
dan sasaran program jaminan persalinan, kegiatan sosialisasi program
dimulai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan. Menurut Bapak Ari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Priambodo selaku Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya, Dinas
Kesehatan Kabupaten Pacitan, sosialisasi program jaminan persalinan
kepada pihak puskesmas memang ada. Pada momen ini, program jaminan
persalinan disampaikan kepada puskesmas dari seluruh kecamatan yang
ada di Kabupaten Pacitan. Upaya ini sebagai langkah awal sebelum
program sampai kepada masyarakat.
Menurut Ibu Emi Wahyurini, kepala program KIA/KB Puskesmas
Ngadirojo, beliau membenarkan pula adanya sosialisasi program jaminan
persalinan. Menurutnya program jaminan persalinan disampaikan kepada
para bidan dalam rapat bersama dan tidak ada forum khusus yang dibuat
untuk itu.
Hal ini dibenarkan oleh bidan di Polindes Hadiwarno, Ibu Dwi Rahayu
Rinto Siswati dan Ibu Estining Rahayu, selaku bidan di Pustu Wiyoro
bahwa sosialisasi program jaminan persalinan dilakukan pada waktu rapat
bersama oleh kepala puskesmas. Hal yang disampaikan meliputi apakah
program jaminan persalinan itu, apa saja yang dibutuhkan, dan bagaimana
caranya. (Wawancara tanggal 10 Mei 2012)
Sosialisasi sangat penting artinya karena dari sini, para pelaksana
kebijakan dapat memahami mekanisme pelaksanaan program dan apa
yang menjadi tujuan program serta segala hal yang berkaitan dengan
program jaminan persalinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Seperti yang disampaikan oleh Dr. Joko Widodo, M. S. dalam
bukunya yang berjudul “Analisis Kebijakan Publik, Konsep Dan Aplikasi
Analisis Proses Kebijakan Publik”:
Informasi kebijakan perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar
para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi,
tujuan, arah, kelompok sasaran (target groups) kebijakan agar para pelaku
kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus
dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa
yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan
yang diharapkan. ( Analisis Kebijakan Publik, Konsep Dan Aplikasi
Analisis Proses Kebijakan Publik. Dr. Joko Widodo, M. S. halaman 97,
Bayumedia Publishing : Malang, 2009
Selain melakukan tindakan memahamkan pelaku kebijakan akan
program, maka tindakan selanjutnya adalah mengenalkan program
jaminan persalinan ke masyarakat.
Sosialisasi program kepada masyarakat dilakukan oleh jaringan
puskesmas. Tindakan yang ditempuh oleh Puskesmas Ngadirojo dalam
upaya untuk mengenalkan program jaminan persalinan kepada masyarakat
luas adalah meliputi dua hal. Pertama, Puskesmas Ngadirojo secara formal
memberitahukan adanya program jaminan persalinan kepada pihak
pemerintah desa melalui surat yang diedarkan ke setiap desa yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo. Kedua, upaya untuk
memasyarakatkan program jaminan persalinan kepada masyarakat adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
melalui bidan. Upaya yang kedua ini lebih bersifat informal karena bidan
tidak membuat forum khusus untuk memberikan materi tentang program
jaminan persalinan kepada masyarakat. Hanya pada saat ada pasien yang
memeriksakan kandungan ke fasilitas kesehatan, bidan langsung meminta
pasien untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh layanan jaminan
persalinan. Setelah pasien sudah selesai dengan proses persalinannya,
biasanya bidan baru memberitahu jika biaya total persalinan sebagian
ditanggung oleh pemerintah melalui program jaminan persalinan.
Akan tetapi, sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat oleh bidan
belum efektif dalam memahamkan masyarakat akan tujuan program
jaminan persalinan. Hal ini terbukti dengan ketidaktahuan sebagian
masyarakat desa Hadiluwih terkait dengan dimana dia mendapatkan
layanan jaminan persalinan. Bisa dikatakan, sosialisasi kepada masyarakat
masih minim. Hal ini mengindikasikan komunikasi belum berjalan dengan
lancar.
Di samping melakukan sosialisasi program, pada tahap persiapan ini
dilakukan pendataan sasaran untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang
layak mendapatkan jaminan pembiayaan persalinan. Karena tidak ada
batasan ekonomi, maka setiap ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Ngadirojo layak untuk mendapatkan jaminan persalinan.
Terkait dengan hal tersebut, dr. Sukamto, selaku Kepala Puskesmas
Ngadirojo mengakui bahwa setiap tahun Puskesmas Ngadirojo melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
pendataan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo. Pendataan
dilakukan oleh bidan dan kader posyandu di setiap desa.
Oleh karena itu, data ibu hamil yang digunakan untuk program ini
mengacu pada pendataan ibu hamil pada tahun 2011. Hal ini karena
mendata ibu hamil itu tidak mudah. Pada waktu pendataan bisa jadi
seorang ibu belum masuk kriteria, akan tetapi ketika pendataan sudah
selesai, ibu tersebut memenuhi kriteria.
“Kita kan tiap tahun ada pendataan ibu hamil. Dan ibu hamil itu kan ada waktu tidak tetap. Ibu hamil itu sembilan bulan, waktunya satu tahun. Jadi mungkin pada awal tahun tidak hamil di tengah tahun hamil, misanya. Tapi tiap tahun kita mengadakan pendataan. Sumber pendataannya dari bidan itu sendiri, dari kader posyandu, dan sebagainya. Dan sebenarnya untuk program jampersal itu kan tidak terlalu bermasalah karena siapapun yang datang walaupun bukan orang Ngadirojo, kalau dia bersalin di sini, selama ada petugasnya tetap dilayani jampersal. (Wawancara tanggal 16 Juli 2012)
Begitu pula yang disampaikan oleh Ibu Emi Wahyurini,
“Programnya itu, kita itu tidak pernah sasaran didata dulu, kayaknya tidak ada. Cuma setiap ada persalinan, kita langsung bantu membuat catatan. Target sasaran itu kan kita mengacu pada tahun kemarinnya lagi. Jadi bisa kurang bisa lebih.” (Wawancara tanggal 10 Mei 2012)
Dari pendataan yang dilakukan oleh bidan yang mengacu pada data ibu
hamil tahun sebelumnya, diperoleh jumlah proyeksi sasaran Jaminan
Persalinan Puskesmas Ngadirojo pada tahun 2011 sesuai tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.2 Jumlah Proyeksi Sasaran Jaminan Persalinan
UPT Puskesmas Ngadirojo Tahun 2011
No Desa Bumil
(Ibu hamil)
1 Sidomulyo 66
2 Hadiwarno 55
3 Hadiluwih 38
4 Tanjung Puro 24
5 Wiyoro 32
6 Pagerejo 80
7 Ngadirojo 30
8 Cokrokembang 40
9 Bogoharjo 37
10 Tanjung Lor 31
11 Bodag 31
12 Cangkring 14
Jumlah total 478 Sumber : profil UPT Puskesmas Ngadirojo tahun 2011
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan memuat tentang bagaimana sasaran program
mendapatkan layanan program jaminan persalinan dan bagaimana proses
mengklaim dana jaminan persalinan.
Untuk mendapatkan layanan program jaminan persalinan caranya
cukup mudah. Ibu hamil diharuskan mengakses fasilitas kesehatan dan
melakukan persalinan dengan bantuan tenaga penolong persalinan yaitu
bidan.
Untuk syarat secara administratif, pasien harus menyerahkan fotokopi
identitas diri yang masih berlaku. Bahkan untuk pelaksanaan jaminan
persalinan pada tahun 2011 lebih mudah lagi karena jika kartu identitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pasien sudah habis masa berlakunya, pasien bisa menggunakan fotokopi
surat nikah.
Kemudahan mengakses layanan ini ditambah lagi dengan pernyataan
bahwa setiap pasien yang memeriksakan kandungannya di fasilitas
kesehatan maka dianggap berhak mendapatkan layanan program jaminan
persalinan. Hal ini dituturkan oleh bidan Dwi Rahayu Rinto Siswati
sebagai berikut.
“Semua pasien itu dianggap ikut jampersal. Kan syaratnya enak, dimintai KTP sama buku KIA, buku priksan itu. Kan kita ngambil data dari situ. Kita kan nyetor kegiatannya itu dari ANC sampai PNC. Kita setorkan di sini, nanti di sini diteliti lagi. Apa yang kita kerjakan itu betul ndak. Iya kalau sudah semua baru dikirim ke dinas.”
Apa yang disampaikan oleh informan tersebut menyatakan bahwa
untuk mendapatkan layanan program cukup mudah. Ketika sasaran
memeriksakan diri ke puskesmas, pustu dan jaringannya, dianggap sebagai
pasien dengan jampersal. Sasaran yang memeriksakan diri ke puskesmas,
pustu, polindes, maupun poskesdes diminta melengkapi persyaratan. Lalu
bidan membantu melengkapi persyaratan. Bidan mengumpulkan
persyaratan ke koordinator program KIA/KB Puskesmas Ngadirojo, Ibu
Emi Wahyurini. Jika sudah lengkap, koordinator KIA/KB menyerahkan
kepada bendahara jampersal untuk dicek dan diklaimkan ke dinas
kesehatan.
Ibu Emi Wahyurini selaku koordinator program KIA/KB Puskesmas
Ngadirojo menyatakan:
“Kalau seperti saya itu nerima dari temen-temen, terus mengoreksi perlengkapannya. Seperti pilihan tanggal-tanggalnya, terus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
partografnya, bener apa ndak. Kalau sudah saya koreksi, sudah betul, itu saya serahkan bendahara.” (Wawancara tanggal 10 Mei 2012).
Terkait dengan proses pengklaiman dan penyaluran dana, bisa dilihat
dari bagan di bawah ini.
Gambar 4.2 Penyaluran dan Pertanggungjawaban Dana Jamkesmas
(juknis jampersal 2011)
Keterangan :
Mekanisme Klaim-Reimbursement di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
a. Puskesmas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
1) Puskesmas mengajukan rencana biaya ANC, PNC, persalinan
normal & persalinan dengan penyulit pada Puskesmas PONED
dengan membuat POA (Plan Of Action) berdasarkan estimasi
proyeksi jumlah ibu hamil sasaran di wilayah kerjanya yang
diajukan ke Tim Pengelola Jamkesmas Dinkes Kab-Kota untuk
mendapatkan persetujuan.
2) Setelah pemberian layanan persalinan, puskesmas mengajukan
pertanggungjawaban penggunaan dana kepada Tim Pengelola
Jamkesmas Dinkes Kab/Kota dengan melengkapi bukti-bukti
pelayanan.
3) Bukti pelayanan pertolongan persalinan (kartu ibu, partograf,
identitas) k/p kohort untuk konfirmasi. Bukti harus ditandatangani
pasien (ibu hamil, bersalin, dan nifas).
4) Tim Pengelola Jamkesmas Dinkes Kab/Kota melakukan verifikasi
untuk keabsahan pertanggungjawaban yang diajukan oleh
Puskesmas dengan memperhitungkan kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan.
c. Tahap Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan Jaminan Persalinan di Puskesmas Ngadirojo
disusun oleh bidan yang dikoordinir oleh Ibu Emi Wahyurini selaku
Koordinator program KIA/KB Puskesmas Ngadirojo. Laporan mengenai
kepesertaan jampersal ditulis setiap bulan. Laporan ini memuat jumlah
persalinan, penolong persalinan dan laporan keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Jumlah persalinan di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo yang
mendapatkan dana jaminan persalinan, sejak bulan Juni sampai bulan
Desember 2011, tercatat sebanyak 255 orang. Mereka berasal dari desa di
wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo maupun dari desa di luar wilayah
kerja Puskesmas Ngadirojo. Daftar peserta program jaminan persalinan
bisa dilihat dalam lampiran. Sedangkan laporan mengenai penolong
persalinan berguna untuk mengetahui tenaga penolong persalinan (bidan)
yang berhak mendapatkan ganti biaya persalinan dari jampersal. Untuk
laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertanggungjawaban
penggunaan dana jaminan persalinan.
2. Faktor yang Mendukung Implementasi Program Jampersal
Faktor yang mendukung implementasi program jaminan persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo tahun 2011 ada tiga hal, yaitu sumber
daya, komunikasi, dan dukungan publik. Ketiga faktor ini akan dipaparkan
pada penjelasan berikut, sehingga kita dapat melihat lebih jelas bagaimana
pelaksaan program jaminan persalinan di wilayah kerja puskesmas
Ngadirojo.
a) Sumber daya
Ketersediaan sumber daya merupakan salah satu faktor yang
mendukung pelaksanaan program Jaminan Persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo berjalan dengan baik. Sumber daya sangat
penting karena sebagai bahan baku utama pelaksanaan kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Sumber daya berupa fasilitas kesehatan, di mana sasaran program
dapat mengakses layanan pertolongan persalinan, yaitu puskesmas
induk/Puskesmas Ngadirojo dan Puskesmas Pembantu (pustu), Pos
Bersalin Desa (polindes), atau Pos Kesehatan Desa (poskesdes) sudah
ada di masing-masing desa. Selain itu, ibu hamil bisa mendapatkan
layanan pertolongan persalinan di bidan praktik swasta. Khusus untuk
bidan praktik swasta, agar ibu hamil bisa mendapatkan layanan jaminan
persalinan, ibu hamil bisa mengakses bidan praktik swasta yang
mengadakan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan pengelola program
Jaminan Persalinan.
Sejalan dengan fasilitas untuk mendapatkan layanan pertolongan
persalinan yang sudah tersedia, sumber daya manusia yang siap
memberikan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Ngadirojo berjumlah tiga belas orang yang selalu stand by di
puskesmas atau di tempat bertugas masing-masing. Selain melakukan
pertolongan persalinan, para bidan ini juga melayani konsultasi yang
berkaitan dengan kehamilan dan masalah-masalah seputar reproduksi.
Berikut ini adalah bidan desa yang ditugaskan pada polindes, pustu
atau poskesdes di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.3 Bidan Desa dan Fasilitas Kesehatan
UPT Puskesmas Ngadirojo
No Nama Desa/puskesmas 1 Emi wahyurini Puskesmas Ngadirojo 2 Siwi Lestari Pustu Sidomulyo 3 Dwi Rahayu Rinto Siswati Polindes Hadiwarno 4 Yeni Irawati Polindes Hadiluwih 5 Wiji Astuti Polindes Tanjung Puro 6 Sri Lestari Pustu Pagerejo 7 Estining Rahayu Pustu Wiyoro 8 Dwi Erlina Poskesdes Ngadirojo 9 Binti Nur Polindes Cokrokembang 10 Wahyu Puji Lestari Ponkesdes Bogoharjo 11 Binti Mardiyah Polindes Tanjung Lor 12 Rita Puspita Sari Poskesdes Bodag 13 Lydia Oktariana Polindes Cangkring
Sumber : Puskesmas Ngadirojo, 2011
Selain sumber daya fasilitas dan sumber daya manusia, sumber
daya anggaran juga sangat diperlukan dalam pelaksanaan program
Jaminan Persalinan. Rincian anggaran Jaminan Persalinan Puskesmas
Ngadirojo tahun 2011 sebesar Rp. 113.720.000,-
Puskesmas Ngadirojo memiliki sumber daya yang mendukung
pelaksanaan program jaminan persalinan. Dari segi kuantitas dapat
dilihat pada tabel di atas, masing-masing desa sudah memiliki satu
bidan yang ditugaskan di polindes, pustu, maupun poskesdes.
Dari segi kualitas, tenaga penolong persalinan yaitu bidan yang
bertugas di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo sudah memiliki
keahlian di bidangnya. Selain itu, bidan di wilayah kerja Puskesmas
Ngadirojo memiliki komitmen untuk mendukung terlaksananya
program Jaminan Persalinan. Hal ini dapat dilihat dari sikap bidan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
memberikan informasi mengenai program Jaminan Persalinan kepada
ibu hamil yang memeriksakan diri di fasilitas kesehatan dan begitu ada
persalinan langsung dibantu untuk mengajukan jaminan persalinan.
Dengan demikian, ketersediaan sumber daya yang cukup
mendukung pelaksanaan program jaminan persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo berjalan dengan baik.
b) Komunikasi
Pada awal dilaksanakannya program Jaminan Persalinan, diadakan
sosialisasi ke puskesmas-puskesmas se-kabupaten oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Pacitan sebagai bentuk komunikasi. Setelah itu,
melalui jaringan puskesmas, program disampaikan kepada sasaran di
wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo.
Sebagaimana penjelasan di atas, sosialisasi tentang program
Jaminan Persalinan ke sasaran dilakukan oleh bidan. Setiap ibu hamil
dan ibu bersalin berhak mendapatkan Jaminan Persalinan. Oleh karena
itu, setiap ada persalinan, bidan yang menangani langsung membantu
membuatkan catatan. Dalam hal ini bidan memiliki peran yang
signifikan karena mereka menyentuh sasaran secara langsung.
Namun, dari hasil penelitian di lapangan, ada sebagian kecil
masyarakat yang bisa dikatakan ‘belum memahami’ program secara
keseluruhan. Hal ini terjadi di Desa Hadiluwih. Dari sumber yang
ditemui, bahwa yang bersangkutan memahami bahwa program Jaminan
Persalinan bisa didapatkan di mana saja. Sedangkan yang sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
adalah, layanan Jaminan Persalinan ini bisa didapatkan di Puskesmas
Ngadirojo atau puskesmas pembantu, pada dokter praktik atau bidan
praktik dan fasilitas kesehatan lain yang mengadakan Perjanjian Kerja
Sama (PKS) dengan pengelola program Jaminan Persalinan.
Kekurangpahaman pasien tersebut menimbulkan ‘optimisme’
sehingga yang bersangkutan tidak bisa mendapatkan layanan Jaminan
Persalinan karena bersalin di fasilitas kesehatan yang tidak melakukan
Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan pengelola program Jaminan
Persalinan.
Sosialisasi yang telah dilakukan oleh para implementor kebijakan
sebenarnya membuktikan bahwa ada transmisi atau proses
menyampaikan pesan mengenai program Jaminan Persalinan kepada
sasaran. Dalam proses transmisi ini harus ada konsistensi agar tujuan
kebijakan tersampaikan apa adanya tanpa dikurangi atau ditambahi.
Selain itu, sosialisasi kebijakan juga harus mengandung kejelasan agar
tidak ada persepsi yang berbeda antara implementor dan sasaran
program.
Dari kasus di atas, kendala yang terjadi dalam komunikasi adalah
tidak terpenuhinya dimensi kejelasan (clarity). Sehingga ada sasaran
yang tidak mengetahui dengan jelas substansi program Jaminan
Persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian, tidak terpenuhinya dimensi kejelasan
dalam mengkomunikasikan program jaminan persalinan ke masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ini disebabkan oleh belum optimalnya sarana yang digunakan. Pada
penjelasan di atas, komunikasi program jaminan persalinan hanya
disampaikan oleh bidan ketika pasien mendatangi fasilitas kesehatan
untuk memeriksakan kandungan dan sebagainya. Itupun mereka hanya
diminta untuk menyerahkan kartu identitas tanpa mengetahui dengan
jelas kegunaannya. Baru pada saat selesai persalinan, pasien baru
mengetahui jika dia mendapatkan jaminan persalinan.
Kondisi ini sangat disayangkan. Kekurangpahaman masyarakat
akan program jaminan persalinan bisa mendorong masyarakat untuk
acuh, apakah akan melakukan persalinan di rumah sendiri atau di
fasilitas kesehatan. Hal ini tidak mendukung program pemerintah yang
bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dengan menjamin ibu
bersalin mendapatkan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan.
Dari sini bisa dikatakan bahwa komunikasi program Jaminan
Persalinan di Puskesmas Ngadirojo belum optimal.
c) Dukungan Publik
Dukungan publik merupakan segala bentuk bantuan dari
masyarakat agar sasaran program jaminan persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo semakin memiliki akses terhadap pelayanan
persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan.
Khususnya di Desa Hadiluwih, warga masyarakat memberikan
bantuan kepada ibu bersalin berupa sarana transportasi untuk pulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pergi ke puskesmas. Bantuan ini tidak memiliki kriteria khusus, setiap
warga Desa Hadiluwih yang membutuhkan akan dibantu.
Secara umum, program Jaminan Persalinan mendapat tanggapan
baik dari masyarakat. Meskipun pada kenyataannya kebutuhan untuk
bersalin tidak hanya memerlukan biaya yang sedikit. Akan tetapi
dengan adanya Jaminan Persalinan dari pemerintah, bisa mengurangi
beban masyarakat dalam menanggung biaya persalinan.
Berikut ini adalah pengakuan dari masyarakat yang menggunakan
Jaminan Persalinan.
i. Ibu Suratin, warga di Dusun Kwangen, Desa Cokrokembang :
“Nggih seneng Mbak. Nggih Alhamdulillah maturnuwun dibantu. Nggih saged meringankan, lak wong ndeso nopo to Mbak penghasilane.” (Ya senang, Mbak. Ya Alhamdulillah terimakasih dibantu. Ya bisa meringankan, kalau orang desa itu penghasilannya apa to, Mbak). (Wawancara tanggal 29 Mei 2012)
ii. Ibu Lastumi, warga Dusun Kepuh, Desa Bodag :
“Mboten nopo-nopo, lha nopo. Kulo mboten nyuwun kok, Mbak. Lha wong disukani kok. Kulo niku daftaran nggih siap nyotro, nek kados tiang-tiang nggih mbayar, ngoten. Niku malah teng Mbak Rita diusahakne.” (Tidak apa-apa. Saya tidak minta kok, Mbak. Kan dikasih. Sebenarnya saya sudah siap-siap uang seperti orang-orang ya membayar, ini malah diusahakan sama Mbak Rita. (Wawancara tanggal 29 Mei 2012 )
iii. Ibu Sumiati, warga Dusun Ngasem, Desa Bodag :
“Menurut kulo nggih sae. Mboten keberatan. Masalahe nggih ekonomi keluarga mbak.” (Menurut saya ya bagus. Saya tidak keberatan. Masalahnya ya ekonomi keluarga, Mbak). (Wawancara tanggal 29 Mei 2012 )
iv. Ibu Yuliana, warga Dusun Kangkung, Desa Hadiwarno :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
“Nggih seneng, seneng banget pokoke. Kan meringankan beban ngoten le. Membantu meringankan ngoten. Tambah seneng kok malahan.” (Ya senang, senang sekali pokoknya. Kan meringankan beban gitu lho. Membantu meringankan. Tambah senang malahan). (Wawancara tanggal 1 Juni 2012)
v. Ibu Kristin Setyowati, Desa Ngadirojo :
“Cukup membantu, yang jelas di sisi keuangan.” (Wawancara tanggal 1 Juni 2012)
vi. Ibu Sholekah, warga Dusun Seloarjo, Desa Cangkring :
“Nggih seneng kok nggih angsal keringanan”. (Ya senang mendapat keringanan). (Wawancara tanggal 1 Juni 2012)
vii. Ibu Watini, warga Dusun Punjul Desa Bogoharjo :
“Sebenarnya saya siap dana, Mbak. Tapi senang bisa dibantu” (Wawancara tanggal 1 Juni 2012) Masyarakat memberikan tanggapan yang baik terhadap program
Jaminan Persalinan. Meskipun sasaran tidak hanya berasal dari keluarga
yang kurang mampu, namun mereka tidak enggan dalam menerima
jaminan pembiayaan persalinan.
Namun terkait dengan nominal bantuan yang diterima sasaran
program, ditanggapi oleh Bapak TAN, tokoh masyarakat dari desa
Hadiluwih sebagai berikut.
“Sebenarnya kalau dinilai, besarnya jampersal dan besar biaya yang dikeluarkan untuk menemukan sebuah slamet, mungkin tidak sebanding. Hanya nol koma. Umpama yang dikeluarkan tujuh juta lalu mendapatkan tiga ratus ribu, kan tidak sebanding. Walaupun tiga ratus ribu itu tidak sebanding, tapi kalau ada bantuan nilainya itu beda.” (Wawancara tanggal 10 Juli 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
C. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka Implementasi program Jaminan
Persalinan di wilayah kerja UPT Puskesmas Ngadirojo Tahun 2011 dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Program jaminan persalinan dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pelaporan. Tahap persiapan
meliputi sosialisasi kepada masyarakat dan pendataan sasaran. Tahap
pelaksanaan memuat tentang bagaimana sasaran program mendapatkan
layanan program jaminan persalinan dan bagaimana proses mengklaim
dana jaminan persalinan. Kemudian untuk tahap pelaporan terdiri dari
laporan jumlah persalinan, penolong persalinan dan laporan keuangan.
2. Pelaksanaan program jaminan persalinan di UPT Puskesmas Ngadirojo
didukung oleh tiga faktor, yaitu sumber daya, komunikasi dan
dukungan publik. Dari ketiga faktor tersebut, faktor komunikasi
kurang mendukung karena belum berjalan secara optimal.
D. SARAN
Saran yang diberikan penulis untuk implementasi program Jaminan
Persalinan di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
1. Untuk aktor kebijakan dari Puskesmas Ngadirojo hendaknya
menggerakkan kader-kader posyandu untuk membantu sosialisasi
program jaminan persalinan. Kader posyandu tersebar di setiap RT.
Dengan memanfaatkan kader posyandu, informasi mengenai program
jaminan persalinan akan dapat menjangkau masyarakat lapisan bawah.
Selain itu, sosialisasi bisa memanfaatkan momen-momen pada
kegiatan arisan ibu-ibu PKK.
2. Untuk penelitian mendatang hendaknya menggunakan kriteria yang
berbeda dengan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini, agar
mendapatkan gambaran menyeluruh tentang implementasi program
Jaminan Persalinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
DAFTAR PUSTAKA
J. Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kountur, Ronny. 2004. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit PPM
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy (Edisi Revisi). Jakarta: Elex Media Komputindo
Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Strauss, Anselm. Dkk. 1997. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Prosedur, Teknik, dan Teori Grounded. Surabaya: PT Bina Ilmu
Subarsono, AG. 2010. Analisis Kebijakan Publik, Konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wibawa, Samodra. Dkk. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Widodo, Joko. 2009. Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta : Media Pressindo
deLeon, Linda, and Peter deLeon. 2002. What ever happened to policy implementation? An alternative approach. Journal of Public Administration Research and Theory, 473-476
Zaman, Arshad. 2007. Understanding Policy. PIDE Lectures in Economics, 2-3.
Janah, Nasirul. 2003. Implementasi Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS BK) dalam Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten Tahun 2003. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas ISIP UNS
Krismiyati, Eny. 2004. Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan (Studi Tentang Program Beras Keluarga Miskin (RASKIN) dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM Bidang Pangan) di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas ISIP UNS
http://nasional.jurnas.com/halaman/5/2011-04-25/167400 (diakses pada bulan Mei
2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
“Hubungan Keluarga Berencana dengan Pencegahan Kematian Maternal dan Neonatal.”http://www.ilmukesehatan.com/324/hubungan-keluarga-berencana-dengan-pencegahan-kematian-maternal-dan-neonatal.html#more-324 (akses tanggal 21 Februari 2011)
Bararah, Vera Farah. “Ibu-ibu Pengguna Jampersal Cukup Sadar Ber-KB.” http://health.detik.com/read/2012/03/16/164157/1869421/763/ibu-ibu-pengguna-jampersal-cukup-sadar-ber-kb (akses tanggal 10 Mei 2012)
“Plasenta Previa.” http://eidcp.blogspot.com/search/label/perdarahan%20antepartum (akses tanggal 13 September 2012).
BAPPENAS, UNDP. Lets Speak Out for MDGs. 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
LAMPIRAN I
PANDUAN WAWANCARA “IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS NGADIROJO KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011
1. Berapa jumlah tenaga kesehatan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo?
2. Darimana sumberdaya anggaran untuk melaksanakan program jaminan persalinan?
3. Berapa jumlah dana yang dialokasikan untuk melaksanakan program jaminan persalinan tahun 2011?
4. Bagaimana meningkatkan layanan ke desa-desa?
5. Apakah ada penyampaian isi, arah, tujuan dan sasaran jaminan persalinan kepada pelaksana kebijakan?
6. Bagaimana penyampaian materi tersebut dilaksanakan?
7. Apakah ada mekanisme koordinasi yang rutin dan ditetapkan bersama?
8. Siapakah kelompok sasaran program jaminan persalinan?
9. Apakah ada penyampaian isi, arah, tujuan dan sasaran jaminan persalinan kepada kelompok sasaran?
10. Bagaimana tanggapan kelompok sasaran terhadap program jaminan persalinan?
11. Kegiatan apa yang dilakukan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan program jaminan persalinan?
12. Faktor apa yang mendukung pelaksanaan jaminan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo Kabupaten Pacitan?
13. Hambatan apa yang ditemui saat pelaksanaan jampersal di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo Kabupaten Pacitan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Lampiran II
Tabel 4.3 Daftar Peserta Jaminan Persalinan
Wilayah Kerja Puskesmas Ngadirojo Juni-Desember Tahun 2011
No Nama Alamat 1 Siti Nursita Hadiluwih 2 Riris Wulandari Sidomulyo 3 Erna Y. Hadiluwih 4 Indrawati Bekasi 5 Patmawati Hadiwarno 6 Yuni Winarni Hadiwarno 7 Elvi Zulaikha Hadiwarno 8 Uji Asiyah Hadiwarno 9 Anina Pagerejo 10 Siti Mariyam Sidomulyo 11 Rohmatini Tulakan 12 Wijiati Pagerejo 13 Sugiarti Pagerejo 14 Ana Murniati Lampung Tengah 15 Sunarti Tanjunglor 16 Purwati Bodag 17 Sriani Pacitan 18 Diyah Miyantini Wiyoro 19 Sunarmi Bodag 20 Sri K. Cokrokembang 21 Sartini Tanjunglor 22 Wiriningsih Cokrokembang 23 Sri Wijiati Ngadirojo 24 Kristin Retnowati Sidomulyo 25 Umi Nasihah Hadiwarno 26 Surati Hadiwarno 27 Linda L. Tulakan 28 Hariyati Tulakan 29 Rini Rendika Sidomulyo 30 Winarti Tanjungpuro 31 Siti Naharin Hadiluwih 32 Tulatin Tanjungpuro 33 Supini Wonodadi Wetan 34 Sularmi Sudimoro 35 Purwati Ngadirojo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
36 Rofiah Kediri 37 Ernawati Sidomulyo 38 Wiriyanti Bodag 39 Wiwid Widarwati Cokrokembang 40 Hendri Fitriana Nogosari 41 Dwi Dayati Cokrokembang 42 Misratin Bodag 43 Suyatin Cokrokembang 44 Enjang T. Cokrokembang 45 Sugiarti Cokrokembang 46 Suryati Bodag 47 Sa'adah H. Cokrokembang 48 Miskinem Bodag 49 Mujiati Tulakan 50 Eni Trianawati Bodag 51 Rini Bodag 52 Juwita Verayani Ngadirojo 53 Supraweni Wonodadi 54 Suryani Cokrokembang 55 Sarmiati Tanjunglor 56 Budiarti Tanjunglor 57 Muryani Pagerejo 58 Iis Nurdahlia Bantar Gebang 59 Eli Suryani Tanjungpuro 60 Suryani Tanjungpuro 61 Sri Kabini Tangjungpuro 62 Supeni Hadiluwih 63 Siti Fatimah Hadiluwih 64 Boyati Sudimoro 65 Suratmi Hadiluwih 66 Eni Mariyati Hadiluwih 67 Sukiyah Hadiluwih 68 Soiyem Hadiluwih 69 Sulastri Hadiwarno 70 Siti Sidomulyo 71 Martini Hadiwarno 72 Tri Wahyuni Hadiwarno 73 Tunjilah Hadiwarno 74 Diah Ekowati Hadiwarno 75 Rica Rifa'atul M. Pager Lor 76 Misrini Hadiwarno
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
77 Suhartini Bogoharjo 78 Fera Irawati Bogoharjo 79 Imawati Diana Tenggilis Mejoyo 80 Dwi Wahyuni Mojokerto 81 Suyanti Pagerejo 82 Sri Watini Pagerejo 83 Tirawati Pagerejo 84 Parmiati Pagerejo 85 Enik Pagerejo 86 Tri Handayani Pagerejo 87 Maryani Pagerejo 88 Katini Cokrokembang 89 Hartini Ngadirojo 90 Puji Astuti Cokrokembang 91 Febri Handayani Tanjunglor 92 Toiyem Bodag 93 Sumini Cokrokembang 94 Sri Wahyuni Bodag 95 Rindi Tantriyan Bodag 96 Sumarti Cangkring 97 Tutik Ariyani Cokrokembang 98 Murtiana Sudimoro 99 Yulianti Herlina Hadiwarno 100 Susianawati Sidomulyo 101 Tri Mumpuni Sidomulyo 102 Leni Astuti Hadiwarno 103 Nanik Suprapti Hadiwarno 104 Dwi Mustikayanti Sidomulyo 105 Lelik haryati Hadiwarno 106 Jumiati Hadiwarno 107 Maya Purnawandani Sudimoro 108 Wiwin Suci Lestari Wiyoro 109 Endang Palupi Wiyoro 110 Endang Suryaning Sidomulyo 111 Roliyah Sidomulyo 112 Susi Riyanti Sidomulyo 113 Upik Nuryani Sidomulyo 114 Rita Utami Sidomulyo 115 Sri Utami Wiyoro 116 Ninik Purwanti Ngadirojo 117 Linda Wati Sidomulyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
118 Suwarti Hadiwarno 119 Tri S. Yulianti Hadiwarno 120 Minarti Wiyoro 121 Okta Wiyanti Bodag 122 Supartini Bodag 123 Nova Mayasari Hadiluwih 124 Ngatini Hadiluwih 125 Kurniawati Hadiluwih 126 Suparmi Ngadirojo 127 Kiptiyah Bogoharjo 128 V. Esthi Kartika Hadiluwih 129 Siti Samsiyah Tanjungpuro 130 Murtini Tanjungpuro 131 Sri Nuriati Tanjungpuro 132 Rusmiatin Tulakan 133 Ika Wulandari Cokrokembang 134 Siti Alfiatun Cilacap 135 Sri Harini Bodag 136 Purnawati Bogoharjo 137 Tumirah Bogoharjo 138 Siti Lestari Bogoharjo 139 Ita Ratnawati Bogoharjo 140 Desi Tri Ambarwati Bogoharjo 141 Katini Pagerejo 142 Winarsih Pagerejo 143 Tumarmi Pagerejo 144 Lestari Pagerejo 145 Setyowati Pagerejo 146 Widayati Pagerejo 147 Sri Sumarni Cokrokembang 148 Noviana Sari Hadiluwih 149 Siti Nurhasanah Hadiluwih 150 Listiana Hadiluwih 151 Aprilia Septiana Hadiluwih 152 Catur Hadiluwih 153 Qonitasari Pagerejo 154 Susilowati Tanjunglor 155 Tri Suryani Tanjungpuro 156 Kristin Setyowati Ngadirojo 157 Sumarni Tanjunglor 158 Susanti Tanjunglor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
159 Mening Ati Ngadirojo 160 Misngatin Pagerejo 161 Nurhikmah Zain Bodag 162 Murtini Bodag 163 Jemiah Bodag 164 Susanti Pagerejo 165 Katini Ngadirojo 166 Dwi Rahayu Wonodadi 167 Wiwik Lestari Tulakan 168 Misngatin Bodag 169 Dwi Wahyuningsih Wiyoro 170 Sukati Wonodadi 171 Sholikah Cangkring 172 Endah Lestari Bodag 173 Nina Dwi Lestari Pagerejo 174 Hentik Wiyoro 175 Istiharoh Bodag 176 Erniasari Ngadirojo 177 Nenik Fitriani Tanjunglor 178 Tinuk Arianti Cokrokembang 179 Siti Maisaroh Hadiwarno 180 Jemirah Sudimoro 181 Siti Patonah Hadiwarno 182 Meri Nike R. Ngadirojo 183 Sulastri Pager Gunung 184 Tumiatun Palembang 185 Rima Puji Lestari Sudimoro 186 Mulazimatul K. Sudimoro 187 Sulastri Sudimoro 188 Pawit Setiyani Hadiwarno 189 Isminah Hadiwarno 190 Tri Lestari Tanjungpuro 191 Setya Ningsih Tanjungpuro 192 Juriyah Tanjungpuro 193 Suhartini Tanjungpuro 194 Sukani Tanjungpuro 195 Susi Handayani Pagerejo 196 Sri Mulyani Pagerejo 197 Suhartini Tulakan 198 Tumarmi Wiyoro 199 Wiji Astuti Cangkring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
200 Erni Fitriyani Pagerejo 201 Suyatini Ponorogo 202 Puji Lestari Cokrokembang 203 Munawaroh Sudimoro 204 Suyatmi Jaktim 205 Eni Munawaroh Wonokarto 206 Tri Wahyani Sudimoro 207 Purwati Cokrokembang 208 Sunarti Karanganyar 209 Karsini Sudimoro 210 Sugiarti Hadiwarno 211 Suprihatin Hadiwarno 212 Tumini Wiyoro 213 Iin Setyowati Sudimoro 214 Pinta Yulianti Hadiwarno 215 Ari Setyowati Wiyoro 216 Suprihatin Pagerejo 217 Premita Yuliana Wiyoro 218 Febrina Wiyoro 219 Puji Lestari Wiyoro 220 Lastri Wiyoro 221 Saringatin Wiyoro 222 Mainarsih Surabaya 223 Sumarti Hadiwarno 224 Misngatun Sidomulyo 225 Mariyani Tanjunglor 226 Jumiatin Sidomulyo 227 Yoni Lionitawati Sidomulyo 228 Desi Nurlinda Sudimoro 229 Rini Sukawati Sidomulyo 230 Yuni Safitri Sidomulyo 231 Hermawati Sumatra 232 Sumiati Tulakan 233 Rifchi Anggraini Sidomulyo 234 Fitri Suryani Bandung 235 Suratmi Sidomulyo 236 Sulastri Tulakan 237 Siti Mualifah Sudimoro 238 Rini Indayani Sidomulyo 239 Nanik Agustini Sidomulyo 240 Asiyah Sidomulyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
241 Soerah Sidomulyo 242 Siti Rahayu Sidomulyo 243 Prihatin Sudimoro 244 Suci Arika Pagerejo 245 Dwi Ernawati Lampung 246 Wiji Suwarti Bodag 247 Menuk Mugiyanti Tulakan 248 Susyanti Pemalang 249 Sissi Handi Makasar 250 Susiana Cangkring 251 Winda Bodag 252 Dremiriyanti Bogoharjo 253 Hariyati Tulakan 254 Ipe Prida Cokrokembang 255 Triwati Cokrokembang
Sumber : Puskesmas Ngadirojo, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87