implementasi program bantuan stimulan …repository.ub.ac.id/6097/1/suci widya yunita.pdf ·...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN
STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA (BSPS)
BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN
RENDAH
(Studi Di Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung )
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Suci Widya Yunita
NIM. 135030101111042
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Suci Widya Yunita
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tulungagung, 18 Juni 1994
3. Agama : Islam
4. Alamat Asal : Ds. Rejoagung RT/RW. 01/02,
Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur
5. Alamat Malang : Jalan Kertoasri Gang.II, Kecamatan
Lowokwaru, Kelurahan Ketawanggede,
Malang
6. Email : [email protected]
PENDIDIKAN
FORMAL
1. SD Kenayan 1 Tulungagung : 2001-2007
2. SMP Negeri 1 Tulungagung : 2007-2010
3. SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung : 2010-2013
4. S1 Universitas Brawijaya Malang : 2013-2017
UCAPAN TERIMAKASIH
BISMILLAHIRROHMANIRRAHIM
KUPERSEMBAHKAN TULISANKU INI UNTUK KEDUA ORANG
TUAKU TERCINTA BAPAK EKO SUJIANTO DAN IBU SITI
AMINAH, DAN JUGA ADIKKU TERSAYANG AMANDA AYU
APRINIA
SERTA SAHABAT-SAHABAT TERBAIKKU
RINGKASAN
Yunita, Suci Widya, 2017. Implementasi Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (Studi di Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung), Dr. Choirul Saleh, M.Si, 159 halaman + xix
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan
program yang dikeluarkan pemerintah pusat melalui Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Tujuan dari Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya adalah adalah menanggulangi rumah tidak layak huni
bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah serta mendorong
masyarakat untuk melakukan secara swadaya. Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2016. Salah satu Desa yang menerima
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya adalah Desa BlendisKecamatan
Gondang Kabupaten Tulungagung.
Penelitan ini menggunakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dan dibatasi dua fokus penelitian yaitu (1)
implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa
Blendis, (2) faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model interaktif
Miles, Huberman dan Saldana dengan tiga tahapan yaitu kondensasi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa program Bantuan
Stimulan Perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Desa
Blendis sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan penerima bantuan di
Desa sudah tepat sasaran dan pencaairan dana yang cepat. Namun ada
beberapa kendala yang menghambat proses pelaksanaan program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya yaitu adanya ketidaksiapan swadaya
penerima bantuan dan adanya miskomunikasi antar pelaksana program.
Kata Kunci: Implementasi, Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya, Masyarakat Berpenghasilan Rendah
SUMMARY
Yunita, Suci Widya, 2017. Implementation of Self-Helping Housing
Stimulation Program for Low-Income Communities (Study in Blendis
Village, Gondang Sub-district, Tulungagung District). Dr. Choirul Saleh,
M.Si, 159 pages + xix
The Self-Help Housing Stimulation Program (BSPS) is a program
issued by the central government through the Ministry of Public Works and
People's Housing. The objective of the Self-Help Housing Stimulation
Program is to tackle uninhabitable homes for low-income communities and
encourage people to self-help. The Self-Help Housing Stimulation
Assistance Program (BSPS) is regulated in Minister of Public Works and
People's Housing Regulation No. 13 / PRT / M / 2016. One of the villages
that received the Self-Helping Housing Stimulant Assistance was Blendis
Village, Gondang District, Tulungagung Regency.
This research was used descriptive research with qualitative
approach and limited by two focus of research that is (1) implementation of
Self-Helping Housing Stimulation Program in Blendis Village, (2)
supporting factor and inhibiting factor of implementation of Self-Helping
Housing Stimulation Program in Blendis Village. Data analysis used in this
research use interactive model Miles, Huberman and Saldana with three
stages namely data condensation, data presentation, and drawing conclusion.
The results of this study indicate that The Self-Help Housing
Stimulation Program (BSPS) for low income people in Blendis Village is
good enough. This is evidenced by the target beneficiaries in the villages
and the rapid disbursement of funds. However, there are some obstacles that
hamper the implementation process of the Self-Helping Housing
Stimulation Program that is the unpreparedness of the community to do
self-help and misscomunication.
Keywords: Implementation, The Self-Help Housing Stimulation
Program (BSPS), Low-income communities
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Studi di Desa Blendis
Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung)”. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Administrasi Publik pada Program S1 Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS selaku Rektor Universitas
Brawijaya Malang.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
3. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
4. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
5. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan pengarahan serta motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Administrasi Publik yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sebagai bekal untuk
kemudian hari.
7. Bapak Ulul Azmi selaku Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
Dinas Pekerjaan Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya
Air Kabupaten Tulungagung yang telah memberikan kesempatan dan
membantu penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Sri Wijayatna selaku Kasi Perumahan dan Kawasan
Permukiman Dinas Pekerjaan Perumahan, Kawasan Permukiman, dan
Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung yang telah memberikan
kesempatan dan membantu penyelesaian skripsi ini.
9. Ibu Yunita selaku Koordinasi Tim Fasilitator Lapangan BSPS
Kabupaten Tulungagung yang telah memberikan kesempatan dan
membantu penyelesaian skripsi ini.
10. Bapak Mison selaku Tim Fasilitator Lapangan BSPS di Desa Blendis
yang telah memberikan kesempatan dan membantu penyelesaian
skripsi ini.
11. Bapak Supriadi selaku Penanggungjawab kegiatan program BSPS di
Desa Blendis yang telah memberikan kesempatan dan membantu
penyelesaian skripsi ini.
12. Bapak Salamun selaku penerima program BSPS di Desa Blendis yang
telah memberikan kesempatan dan membantu penyelesaian skripsi ini.
13. Bapak Sucipto selaku penerima program BSPS di Desa Blendis yang
telah memberikan kesempatan dan membantu penyelesaian skripsi ini.
14. Ibu Miren selaku penerima program BSPS di Desa Blendis yang telah
memberikan kesempatan dan membantu penyelesaian skripsi ini.
15. Sahabat-sahabat terbaikku Shafira, Rani, Risti, Ifa, Dita, Ajeng,
Sabrina, Olip, Ria, Yulia, Bimbi, Fitri, Mbak Dea terimakasih atas
dukungan, semangat, dan doanya. Semoga kita dapat segera meraih
kesuksesan masing-masing.
16. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Demi kesempurnaan skripsi ini, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat
dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang
membutuhkan,
Malang, Juni 2017
PENULIS
DAFTAR ISI
MOTTO ....................................................................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ iii
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... v
RINGKASAN ................................................................................................. vi
SUMMARY .................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 12
D. Kontribusi Penelitian ............................................................. 13
E. Sistematika Penulisan ........................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik
1. Pengertian Administrasi Publik ......................................... 15
2. Ruang Lingkup Administrasi Publik ................................. 17
3. Kegiatan Administrasi Publik ........................................... 19
B. Kebijakan Publik
1. Pengertian Kebijakan Publik ............................................ 20
2. Karakteristik Kebijakan Publik ......................................... 21
3. Proses Kebijakan Publik .................................................... 23
C. Implementasi
1. Pengertian Implementasi ................................................... 24
2. Model-Model Implementasi .............................................. 27
D. Program
1. Pengertian Program ........................................................... 39
3. Tahapan-Tahapan Implementasi Program ......................... 40
E. Motivasi
1. Pengertian Motivasi ........................................................... 43
2. Aspek-Aspek Motivasi ...................................................... 45
F. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya .......................
1. Pengertian Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ........ 45
2. Tujuan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya 47
3. Sasaran dan Kriteria Penerima Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya ....................................................... 49
4. Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya ........................................................................... 50
5. Pendanaan dan Waktu Pelaksanaan Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya ......................................... 51
G. Masyarakat Berpenghasilan Rendah ...................................... 53
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 54
B. Fokus Penelitian ..................................................................... 55
C. Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian ................................... 56
D. Jenis dan Sumber data ............................................................ 58
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 61
F. Instrument Penelitian Data ..................................................... 64
G. Uji Keabsahan Data................................................................ 65
H. Analisis Data .......................................................................... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Tulungagung
a. Kondisi Geografis ...................................................... 70
b. Kondisi Demografis ................................................... 72
c. Iklim ........................................................................... 73
d. Indeks Pembangunan Manusia ................................... 74
e. Kebijakan Pembangunan Daerah ............................... 75
2. GambaranUmum Desa Blendis Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulunggaung
a. Kondisi Geografis ..................................................... 77
b. Kondisi Demografis ................................................... 78
B. Gambaran Umum Situs Penelitian
1. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber
Daya Air ........................................................................... 81
2. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang .................. 85
C. Penyajian Data Fokus Penelitian
1. Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di
Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung .................................................................... 89
2. Aspek Interpretasi
a. Kejelasan Program Bantuan Stimulan Perumhan
Swadaya ..................................................................... 92
b. Alur dan Permohonan Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Desa Blendis ........................ 95
c. Bimbingan teknis dan Pelatihan Tim Fasilitator
Lapangan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya .... 99
d. Sosialisasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ... 100
3. Aspek Organisasi
a. Penataan Struktur Organisasi ..................................... 104
b. Pelaksana Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya .................................................................... 107
c. Koordinasi antar Pelaksana Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya .................................................. 111
4. Aspek Penerapan atau Aplikasi
a. Pendanaan Program dan Proses Penyaluran Dana
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya .................... 113
b. Hasil Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya Desa Blendis ............................ 117
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis
a. Faktor Pendukung
1) Partisipasi Masyarakat Desa Blendis ................... 123
2) Dukungan dari Pemerintah Kabupaten
Tulungagung ........................................................ 124
b. Faktor Penghambat
1) Ketidaksiapan Masyarakat Desa Blendis dalam
Menyiapkan Swadaya .......................................... 125
2) Adanya Miskomunikasi Pelaksana Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa
Blendis ................................................................. 126
E. Analisis Data dan Pembahasan
1. Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di
Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulunagaung ..................................................................... 127
2. Aspek Interpretasi
a. Kejelasan Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya ..................................................................... 131
b. Alur dan Permohonan Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Desa Blendis ........................ 133
c. Bimbingan teknis dan Pelatiahan Tim Fasilitator
Lapangan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya .... 135
d. Sosialisasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya .. 135
3. Aspek Organisasi
a. Penataan Struktur Organisasi ..................................... 137
b. Pelaksana Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya ..................................................................... 139
c. Koordinasi antar Pelaksana Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya… ............................... 141
4. Penerapan atau Aplikasi
a. Pendanaan Program dan Proses Penyaluran Dana
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya .................... 143
b. Hasil Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya Desa Blendis ............................ 146
F. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis
a. Faktor Pendukung
1) Partisipasi Masyarakat Desa Blendis ................... 149
2) Dukungan dari Pemerintah Kabupaten
Tulungagung ........................................................ 150
b. Faktor Penghambat
1) Ketidaksiapan Masyarakat Desa Blendis dalam
Menyiapkan Swadaya .......................................... 151
2) Miskomunikasi antar pelaksana Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya .............. 152
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 154
B. Saran ....................................................................................... 158
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 160
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2013-2016 ................ 2
2. Jumlah Dana Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadya ........ 7
3. Rekapitulasi Data Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Tahun 2015 Kabupaten Tulungagung ............................................... 9
4. Rekapitulasi Data Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Tahun 2016 Kabupaten Tulungagung ............................................... 9
5. Jumlah Penerima Bantuan BSPS di Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung .................................................................... 10
6. Klasifikasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah menurut
Permenpera No. 5/Permen/M/2007 tentang Pengadaan
Perumahan Permukiman .................................................................... 52
7. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kabuapten
Tulungagung ...................................................................................... 72
8. Jumlah Penduduk Desa Blendis Tahun 2016-2017 .......................... 78
9. Sektor Mata Pencaharian Masyarakat Desa Blendis ......................... 79
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Model Proses Kebijakan Dunn .......................................................... 23
2. Model Implementasi Kebijakan Edward III ...................................... 28
3. Analisis Data Model Interaktif .......................................................... 68
4. Peta Lokasi Kabupaten Tulungagung ................................................ 70
5. Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Tulungagung Tahun
2015 ................................................................................................... 73
6. Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Tulunagaung Tahun
2015 ................................................................................................... 76
7. Kantor Kepala Desa Blendis .............................................................. 78
8. Struktur Pemerintahan Desa Blendis Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung .................................................................... 80
9. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air
Kabupaten Tulungagung .................................................................... 81
10. Struktur Organisasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman
dan Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung ................................ 84
11. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Tulungagung ...................................................................................... 85
12. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Tulungagung ........................................................ 88
13. Sasaran Penunjang dan Uraian Kegiatan Direktorat Rumah
Swadaya ............................................................................................. 95
14. Flowchart alur permohonan program BSPS ...................................... 98
15. Sosialisasi Kabupaten BSPS .............................................................. 102
16. Sosialisasi Desa BSPS ....................................................................... 102
17. Mekanisme Penyaluran BSPS berupa uang ....................................... 116
18. Data realisasi program BSPS di Desa Blendis .................................. 118
19. Peningkatan Kualitas Rumah Desa Blendis ...................................... 120
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Surat Riset .......................................................................................... 164
2. Surat Rekomendasi Penelitian/ Survey/ Pengmabilan Data .............. 165
3. Rekapitulasi Penerima Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya Tahun 2015/2016 Kabupaten Tulungagung ....................... 166
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat No.
13/PRT/M/2016 Tentang Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya ............................................................................................. 170
5. Peraturan Bupati No. 53 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,
Struktur Organisasi, Tugas, dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
Kabupaten Tulungagung .................................................................... 171
6. Dokumentasi ...................................................................................... 172
7. Curiculum Vitae................................................................................. 173
DAFTAR SINGKATAN
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
BPKAD : Badan Kerjasama Antar Desa
BSPS : Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
CPB : Calon Penerima Bantuan
Kasi : Kepala Seksi
Kasun : Kepala Dusun
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah
RTLH : Rumah Tidak Layak Huni
TFL : Tim Fasilitator Lapangan
SPP : Surat Perintah Pencairan
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya serta pembangunan masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Artinya bahwa pembangunan tidak hanya
mengejar kemajuan atau kepuasan, melainkan juga mengejar keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan antar keduanya. Tujuan dari pembangunan
nasional itu sendiri adalah untuk meningkatkkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kesejahteraan berkaitan erat dengan
tujuan Negara Indonesia. Dimana hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara 1945 pada alinea keempat yang menyatakan bahwa tujuan
nasional Indonesia mencangkup tiga hal yaitu; melindungi segenap bangsa
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Kesejahteraan umum dapat dilihat dari terpenuhinya beberapa
kebutuhan yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer
atau pokok merupakan kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi, seperti
kebutuhan papan (rumah), sandang (pakaian) dan pangan (makanan).
Kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan setelah terpenuhinya kebutuhan
primer, sedangkan kebutuhan tersier merupakan kebutuhan yang tertuju
pada kebutuhan mewah contohnya kebutuhan pribadi seperti mobil,
perhiasaan.
2
Rumah merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi bagi
semua orang karena berfungsi sebagai tempat tinggal. Selain itu rumah juga
menjadi tempat pembentukan watak dan kepribadian seseorang. Peraturan
tentang rumah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman yang berbunyi “rumah adalah salah
satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat”. Oleh karena itu, rumah merupakan kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi oleh semua orang.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi
pemerataan penduduk mengakibatkan masalah atau kesenjangan sosial.
Masalah sosial yang dihadapi akibat dari pertumbuhan penduduk yaitu salah
satunya adalah masalah kemisknan. Di Indonesia kemiskinan merupakan
masalah nasional yang sulit untuk dituntaskan. Hal ini karena masih
banyaknya masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Masih
banyaknya masyarakat miskin di Indonesia membuat pemerintah selaku
penyelenggara pemerintahan dituntut untuk menyelesaikan permasalahan
kemiskinan tersebut. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2013-2016 yaitu:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2013-2106
Tahun Jumlah Penduduk Miskin
(ribu jiwa)
2013 28.553.93
2014 27.727.78
2015 28.513.57
2016 28.005.41
3
(Sumber : diolah dari BPS dalam angka 2016)
Kemiskinan di Indonesia menimbulkan permasalahan diantara
masalah yang dihadapi adalah mengenai pengadaan rumah bagi masyarakat
yang kehidupannya dibawah rata-rata dimana mereka masih menempati
rumah yang tidak layak huni. Pengadaan perumahan yang layak huni sulit
untuk masyarakat yang memiliki penghasilan rendah. Kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah merupakan kelompok yang berada dalam lingkaran
kemiskinan, dimana masyarakat golongan ini tidak dapat melihat dan
mengembangkan potensi sumberdaya yang dimilikinya. Hal ini
mengakibatkan masyarakat yang kurang mampu atau memiliki penghasilan
rendah masih menempati rumah yang tidak layak huni. Penyediaan
perumahan dan pemukiman di Indonesia untuk masyarakat berpenghasilan
rendah saat ini terus di laksanakan. Namun dalam pelaksananya masih ada
beberapa permasalahan. Hal ini sebagaimana yang tertulis pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
disini disebutkan bahwa permasalahan pembangunan perumahan di
Indonesia dihadapkan tiga masalah pokok terkait pembangunan perumahan
antara lain :
a. Keterbatasan penyediaan rumah
b. Peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah yang
tidak layak huni dan tidak didukung oleh sarana dan prasarana
lingkungan, serta ultilitas umum yang memadai
c. Pemukinan kumuh yang semakin meluas.
Oleh karena itu, pemerintah selaku penyelenggara negara wajib
mengatasi permasalahan tersebut. Disini pemerintah dituntut untuk
4
menyediakan dan memberikan kemudahan masyarakat yang memiliki
keterbatasan dalam memenuhi tempat tinggal yang layak huni agar dapat
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan bertanggung jawab
dalam mengatasi permasalah pengadaan pemukiman bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
di tuntut untuk membuat kebijakan atau sebuah program. Kebijakan
merupakan salah satu upaya atau tindakan pemerintah untuk mengatasi
permasalahan, selain itu kebijakan juga dapat digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh pemerintah. Hal ini sebagiamana
dijelaskan oleh, H.Hugh Heglo dalam Abidin (2012:6) menyebutkan
kebijakan sebagai “a course of action intended to accomplish some end
“ atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan
tertentu. Selain itu, Abidin (2012;6) merumuskan kebijakan sebagai
“…”behavioral cinsistency and repititiveness associated with efforts in
through government to resolve public problems” perilaku yang tetap dan
berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui
pemerintah untuk memecahkan permasalah umum.
Untuk mengatatasi permasalahan terkait penyediaan perumahan di
Indonesia pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Masyarakat mengeluarkan sebuah program nasional berupa Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya atau BSPS sebelumnya bernama program
Bedah Rumah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
5
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Adapun kegiatan pokok dalam
program ini menitikberatkan diantaranya pada :
a. Penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman bagi
masyarakat berpenghasilan rendah atau miskin
b. Fasilitas dan stimulasi pembangunan perumahan swadaya yang
berbasis pemberdayaan masyarakat
c. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat dalam mengembangkan
forum lintas pelaku untuk menyelesaiakan masalah permukiman,
khususnya bsgi masyarakat miskin
d. Revitalisasi kelembagaan lokal yang bergerak pada pembangunan
perumahan masyarakat, termasuk kelompok dana bergulir
perumahan.
Selain itu program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya juga
sesuai dengan Peraturan Presiden No 15 tahun 2013 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Oleh karena itu, program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya diharapkan mengatasi permasalahan pengadaan rumah
bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah.
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya adalah Bantuan
Pemerintah berupa stimulan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
untuk meningkatkan keswadayaan dalam pembangunan/peningkatan
kualitas rumah beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum. Dari hasil
wawancara dengan Pak Ulul selaku Kasi Prasaran, Sarana, dan Utilitas
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman Umum dan Sumber Daya Air
Kabupaten Tulungagung meyebutkan bahwa stimulan disini adalah berupa
dan perangsang, dimana setiap kepala keluarga yang menerima Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya diberikan sejumlah dana untuk
6
modal memperbaiki rumah penerima bantuan, sedangkan swadaya adalah
adanya adanya kesanggupan dari penerima untuk menyelesaikan rumah
mereka. Sedangkan dalam pembangunan dilakukan gotong royong atau
penerima bantuan mempekerjakan tukang. Tujuan dari program ini adalah
untuk mengurangi rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang
mempunyai kondisi ekonomi dibawah rata-rata atau masyarakat
berpenghasilan rendah. Adapun penerima Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya dilihat dari kriteria kondisi rumah dapat dilihat 7 dari
14 indikator terkait perumahan rumah tangga miskin yang meliputi :
1. Luas ruangan kurang dari 9 m2
perorang
2. Lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu
berkualitas rendah
3. Dinding terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan
7. Atap tempat tinggal terluas adalah genteng/ seng/ asbes denan
kondisi jelek/ kualitas rendah atau ijuk/ rumbia/ lainnya
Sasaran dari program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
13/PRT/M/2016 adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat
berpenghasilan rendah merupakan masyarakat dengan kondisi ekonomi
menengah kebawah yang tidak mampu atau mempunyai keterbatasan dalam
penyediaan rumah. Sehingga perlu bantuan atau dukungan dari pemerintah
untuk memperoleh rumah. Selain itu, dana program Bantuan Stimulan dari
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadya yang diterima oleh
7
penerima bantuan berupa uang berbetuk rekening atau berupa barang
material bangunan. Menurut Surat Keputusan Direktorat Jendral Penyediaan
Perumahan No 10 Tahun 2016 jumlah nilai bantuan program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadya sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Dana Penerima Bantuan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya
(Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Direktorat Jendral Penyedia Perumahan SNVT
Penyediaan Perumahan Provinsi Jawa Timur)
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ini diharapkan
dapat membantu masyarakat agar dapat memenuhi perumahan yang layak
huni. Untuk mempermudah proses penyaluran dana program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya pemerintah bekerjasama dengan bank
penyalur dana tidak memungut biaya apapun, hal ini ditegaskan oleh
pernyataan bapak Ir. Hadi Simamora, MP, selaku Direktur Rumah Swadaya
Direktorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang dikutip dari www.bagianhumastulungagung.co.id.
Sebagai salah satu program nasional dalam era otonomi daerah
pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya didasarkan
asas dekonsentrasi. Dekonsentrasi merupakan asas yang menyatakan
penyerahan sejumlah urusan pemerintah dari pemerintah pusat atau dari
No Jenis Bantuan Besaran Nilai
Bantuan
1 Peningkatan Kualitas Ringan Rp 7.500.000
2 Peningkatan Kualitas Sedang Rp 10.000.000
3 Peningkatan Kualitas Berat Rp 15.000.000
4 Peningkatan Kualitas Total /
Pembangunan Baru
Rp 30.000.000
8
pemerintah daerah tingkat yang lebh rendah, sehingga menjadi usrusan yang
diserahkan sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah tersebut, baik
mengenai politik kebijakan, perencanaan dan pelaksanaanya maupun
mengenai segi-segi pembiayaan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan BSPS
kewenangan yang meliputi pelaksanaan, pengawasan, serta pengendalian
dilakukan oleh pemerintah daerah yang meliputi Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota, namun dalam pengadaan biaya atau dana
untuk program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ini bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Namun apabila dana dari pemerintah
pusat tidak cukup untuk mendanai maka dapat menggunakan dana APBD
atau dari CSR. Dana yang didapat dari CSR didapat dengan mengajukan
proposal.
Salah satu Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang menerima Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten
Tulungagung. Sebelumnya program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
bernama Bedah Rumah. Kabupaten Tulungagung menerima Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya sejak tahun 2015. Dari kurun waktu 2015-
2016 sekitar 10 Kecamatan dari 19 Kecamatan di Kabupaten Tulungagung
yang menerima BSPS tersebut, adapun rekapitulasi data BSPS sebagai
berikut :
9
Tabel 3. Rekapitulasi Data Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Tahun 2015 Kabupaten Tulungagung
No Kecamatan Jumlah Penerima
Bantuan
1 Pagerwojo 438
2 Ngunut 327
3 Rejotangan 357
Sumber : Data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Tulungagung
Tabel 4. Rekapitulasi Data Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Tahun 2016 Kabupaten Tulungagung
No Kecamatan Jumlah Penerima
Bantuan
1 Bandung 448
2 Gondang 204
3 Kauman 170
4 Pakel 205
5 Boyolangu 54
6 Tulungagung 127
7 Pakel 148
Sumber : Data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Tulungagung
Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2015 s/d 2016
penerima program Bantuan Stimulan Permahan Swadaya di Kabupaten
mengalami peningkatan. Selain itu program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya di Kabupaten Tulungagung sejalan dengan misi keenam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tulunagung Tahun
2014-2018 tentang pengentasan dan Penanggulangan Kemiskinan Secara
Terpadu. Sehingga untuk merealiasaikan hal tersebut salah satu cara yang
dilakukan Kabupaten Tulungagung adalah dengan terus menambah kuota
kecamatan untuk mengikuti program BSPS ini.
10
Kecamatan Gondang merupakan salah satu Kecamatan di
Kabupaten Tulungagung yang menerima Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya pada tahun 2016 jumlah penerima Bantuan program BSPS
sebanyak 204 warga yang terdiri dari beberapa desa di Kecamatan Gondang.
Adapun desa di Kecamatan Gondang yang menerima BSPS sebagai berikut :
Tabel 5. Jumlah Penerima Bantuan BSPS di Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung
No Desa Jumlah Penerima Bantuan
1 Jarakan 36
2 Dukuh 20
3 Bendungan 24
4 Bendo 27
5 Gondosuli 29
6 Macanbang 24
7 Blendis 44
Sumber : Data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Tulungagung
Dari data di atas Desa Blendis merupakan desa di kecamatan
Gondang yang masyarakatnya menerima Bnatuan Stimulan Perumahan
Swadaya yang relatif banyak. Dari hasil wawancara dengan Pak Tri selaku
Camat Kecamatan Gondang desa Blendis merupakan salah satu desa di
Kecamatan Gondang yang masyarakatnya masih memiliki penghasilan di
bawah rata-rata. Dimana mayoritas masyarakat Desa Blendis bertani
palawija dan membuat batu bata.
Pelaksanaan program BSPS di Desa Blendis masih ada beberapa
masalah diantaranya adalah ketidaksiapan masyarakat dalam menyiapkan
swadaya, hal ini diungkapkan langsung oleh Pak Supriadi selaku Kepala
Dusun di Desa Blendis, mengatakan bahwa:
11
“Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis
sebenarnya ada 48 rumah atau kepala keluarga yang menrima,
namun yang teralisasi hanya 44 rumah atau kepala keluarga. Hal ini
diakibatkan karena calon penerima bantuan yang tidak dapat
menyiapkan swadaya karena faktor keadaan seperti janda, dan
tidak mempunyai biaya dalam proses pembenahan rumah”(Sumber:
Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 di Balai Desa
Blendis)
Berdasarkan wawancara realisasi program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Desa Blendis hanya teralisasi sebanyak 44 rumah
dari 48 rumah yang diusulkan oleh pemerintah Kabupaten Tulungagung dari
seleksi calon penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang
dilakukan Desa Blendis. hal ini terjadi karena calon penerima tidak dapat
menyiapkan swadaya, dikarenakan faktor keadaan yang tidak mendukung
seperti janda dan tidak mempunyai biaya dalam proses pembenahan rumah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka mendorong peneliti
untuk membahas dan menganalisa implementasi program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung mengingat program ini merupakan program dari pemerintah
pusat untuk menanggulangi rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang
memiliki penghasilan rendah. Untuk itu peneliti mengambil judul penelitian
“Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Studi Pada Desa Blendis
Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung)”
12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakng diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat
implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis tentang
implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis
2. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganilisis faktor
pendukung dan penghambat dari implementasi program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah di Desa Blendis
13
D. Kontribusi Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penelitian
ini diharapkan memiliki manfaat dan kontribusi sebagai berikut :
1. Kontribusi Akademis
a. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti berikutnya
yang ingin meneliti permasalahan yang sama mengenai
Implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
2. Kontribusi Praktis .
a. Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
yang objektif bagi organisasi atau perusahaan untuk mengambil
keputusan untuk memecahkan persoaalan khususnya yang
berhubungan dengan perumahan rakyat
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini menguraikan tentang latar belakang,
permasalahan penulisan penelitian, rumusan masalah apa yang akan
dijabarkan, tujuan penelitian yang terkandung dalam penulisan skripsi ini,
kontribusi penelitian yang mungkin dapat berguna bagi masyarakat, fakultas
maupun instansi terkait baik secara teoritis maupun praktis dan sistematika
pembahasan.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai konsep-konsep atau teori-
teori yang digunakan sebagai pedoman dalam mengkaji pokok
permasalahan mengenai penelitian implementasi program . Pada penelitian
ini menggunakan teori yang meliputi Administrasi Publik, Kebijakan Publik,
Implementasi Program, Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas tentang konsep dan metode-metode
apa saja yang digunakan menyangkut jenis penelitian, fokus penelitian,
pemilihan lokasi dan situs penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian dan metode analisisis.
BAB IV HASIL DAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan membahas tentang hasil Implementasi Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah di Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung
dengan menggunakan model implementasi Charles O. Jones yang dilihat
dari aspek interpretasi, aspek organisasi, dan aspek penerapan/aplikasi. Serta
faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi program tersebut.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan membahas kesimpulan dan saran terkait
Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa
Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik
1. Pengertian Administrasi Publik
Administrasi Publik berasal dari dua kata dasar yaitu “administrasi”
dan publik. Istilah “administrasi” mempunyai pengertian yang berbeda
dalam beberapa terjemahan. Administrasi dalam bahasa latin administrate
adalah suatu kegiatan yang bersifat memberikan pelayanan atau servis
sesuai dengan kebijakan yang ditentukan oleh memberikan tugas, kewajiban
dan tanggungjawab kepadanya. Dalam bahasa Belanda istilah “administrasi”
berasal dari kata administratie suatu kegiatan yang yang sifatnya hanya
terbatas pada catat-mencatat atau ketatausahaan. Sedangkan dalam bahasa
inggiris administration suatu kegiatan yang punya makna luas meliputi
segenap aktivitas untuk menetapkan kebijakan serta pelaksanaanya.
Dari beberapa istilah administrasi diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa administrasi adalah suatu kegiatan ketatausahan dan
mempunyai tugas serta tanggungjawab dalam menetapkan kebijakan dalam
pelaksanaanya.
Pengertian publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pustaka
(dalam Sjamsiar Sjamsuddin, 2010:110) adalah orang banyak (umum);
semua orang yang datang (menonton, mengunjungi, dan sebagainya).
Administrasi Publik dalam terjemahan bahasa Inggris yaitu administration
16
public, sedangkan dalam terjemahan bahasa Indonesia menjadi administrasi
negara atau administrasi pemerintahan.
Definisi Administrasi Publik begitu beragam. Banyak pakar atau
ahli yang Administrasi Publik dalam berbagai literature. Beberapa pakar
atau ahli mendefinisikan administrasi publik diantaranya menurut Chandler
dan Plano (1988) dalam dalam Keban (2014:3) administrasi publik adalah
proses dimana sumberdaya dan personel publik diorganisir dan
dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik.
Menurut John M. Pfinner & Robbert V. Presthus (1960) dalam
Sjamsiar Sjamsuddin (2010:114) menyebutkan;
“1) Public administration involves the implementation of public
policy which has been determine by determine by reperesentative
political bodies (administrasi publik meliputi implementasi
kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan
perwakilan politik); 2) Public administration may be defined as the
coordination of individual and group efforts to carry out public
policy, it is mainly accuped with the daily work government
(administrasi publik dapat didefinisikan sebagai koordinasi usaha-
usaha perorangan dan kelompok untuk melaksanakan kebijakan
pemerintah. Hal ini terutama meliputi pekerjaan sehari-hari
pemerintah) ;3) Insum, Public administration is a process concered
with carrying out public policies, encompassing innumerable skills
and tehniques large numbers pf people (secara global, administrasi
publik merupakan suatu proses uang berkaitan dengan pelaksanaan
kebijakan-kebijakan pemerintah, pengarahan kecakapan dan
teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah
dan maksud terhadap usaha sejumlah orang).
Sedangkan menurut Nicholas Henry dalam Sjamsiar Sjamsuddin
(2010:116) menyebutkan administrasi publik;
17
“Administrasi publik adalah suatu kombinasi yang kompleks
antara teori dan praktik, dengan tujuan mempromosikan
pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan
masyarakat yang diperintah dan juga mendorong kebijakan publik
agar lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Administrasi juga
melembagakan praktek-praktek manajemen agar sesuai dengan
nilai efektifitas, efisiensi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat
secara lebih baik”.
Berdasarkan definisi dari para ahli diatas maka penulis
menyimpulkan administrasi publik adalah salah satu kegiatan dalam
memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola keputusan
kebijakan publik dengan mengkoordinasi perorangan maupun kelompok
yang dilakukan oleh pemerintah secara efektif, efisien dan rasional dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
2. Ruang Lingkup Admnistrasi Publik
Ruang lingkup administrasi publik merupakan hal yang sangat
kompleks karena sangat tergantung dari perkembangan kebutuhan atau
dinamika yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Chandler dan Plano (1988) dalam Keban (2014:8) bahwa apabila kehidupan
manusia menjadi semakin kompleks permasalahnnya, maka apa yang
dikerjakan oleh pemerintah atau administrasi publik juga semakin kompleks.
Beberapa literature administrasi publik memberikan pendapat
tentang ruang lingkup yang berbeda. Menurut Nicholas Henry (1995) dalam
Keban (2014:8) menyebutkan ruang lingkup administrasi publik dapat
dilihat dari unsur-unsur:
18
1. Organisasi publik, yang pada prinsipnya berkenaan dengan model-
model organisasi, dan perilaku birokrasi
2. Manajemen publik, yaitu berkenaan dengan sisitem dan ilmu
manajemen, evaluasi program dan produktifitas, anggaran publik,
dan manajemen sumberdaya manusia
3. Implemetasi yaitu menyangkut pendekatan terhadap kebijakan
publik dan implementasinya, privatisasi, administrasi antar
pemrintahan dan etika birokrasi.
Sementara itu menurut Shafritz dan Russell (1997) dalam Keban
(2014:9) menggambarkan unsur-unsur administrasi publik adalah :
1. Lingkungan politik dan budaya
2. Penerapan lanjutan dari ajaran reinventing government
3. Hubungan antar kelembagaan pemerintahan
4. Perkembangan teori manajemen dan organisasi
5. Perilaku organisasi
6. Managerialisme dan manajemen kinerja
7. Manajemen strategis di sektor publik
8. Kepemimpinan dan akuntabilitas
9. Manajemen, personalia dan hubungan kerja
10. Keadilan sosial
11. Manajemen keuangan
12. Auditin, accounting, dan evaluasi
13. Penghargaan dan etika.
Pendapat Rosenbloom dan Kravchuk (2005) dalam Keban
(2014:10) menyebutkan unsur-unsur administrasi publik adalah
“unsur lingkungan organisasi baik menyangkut struktur maupun
prosesnya, manajemen sumber daya manusia, anggaran,
pengambilan keputusan, analisis kebijakan dan evaluasi
implementasinya, aspek regulasi administrasinya, kepentingan
publik, demokrasi, akuntabilitas dan etika. ”
Berdasarkan definisi dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan
ruang lingkup administrasi sangat luas. Ruang lingkup administrasi
dimaksudkan untuk membatasi kinerja administrasi publik. Untuk unsur
19
ruang lingkup administarsi yang paling utama adalah organisasi, manajemen,
sumberdaya manusia.
3. Kegiatan Administrasi Publik
Kegiatan administrasi publik merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan pemerintah dengan jumlah yang banyak dan variatif, baik
menyangkut pemberian pelayanan maupun melalui program-program
pembangunan. Secara formal kegiatan ini dilakukan oleh lembaga
departemen dan non departemen, sementara di daerah dilakukan oleh
sekertaris daerah, dinas, badan, dan kantor. Singkatnya, kegiatan
administrasi publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat struktural
atau pemegang eselon yang memimpin suatu unit, maupun oleh pejabat non
struktural yang tidak memimpin suatu unit. (Keban, 2014:17)
Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan langsung oleh pemerintah,
sektor swasta dan masyarakat. Kegiatan yang bersifat kompleks membuat
pemerintah tidak bisa melaksanakannya sendiri, sehingga kegiatan tersebut
dapat ditawarkan kepada sektor swasta dan masyarakat untuk menanganinya.
Kegiatan ini ditangani secara khusus karena menyangkut nilai rasionalitas
dan politis, nilai rasionalitas dalam kegiatan ini dilihat dari efisiensi,
efektivitas, dan keekonomian, sedangkan nilai poltik dilihat dari keadilan
dan kesetaraan.
Secara khusus kegiatan administrasi publik difokuskan pada aspek
manajemen sebagai pelaksanaan dari kebijakan publik. Artinya administrasi
20
publik lebih berkenaan dengan kegiatan pengelolaan pelayanan publik dan
penyediaan kebutuhan publik (Keban, 2014:18).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
admnistarsi publik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,
adapun kegiatan yang dilakukan antara lain membuat sebuah kebijakan atau
program, pelayanan publik. Kegiatan yang bersifat kompleks membuat
pemerintah tidak mampu untuk mengurus sendiri kegiatan-kegiatan tersebut.
Sehingga untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan tersebut pemerintah dibantu
oleh pihak swasta dan masyarakat.
B. Kebijakan Publik
1. Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan Publik berasal dari dua kata yaitu “kebijakan” dan
“publik”. Kata kebijakan sendiri mempunyai makna sebagai serangkaian
tindakan atau kegiatan. Sedangkan kata publik dalam bahasa inggris public
mempunyai arti segala sesuatu yang menyangkut orang banyak atau
masyarakat. Kebijakan publik menurut Hamdi (2013:1) merupakan salah
satu output atau hasil dari proses penyelenggaraan pemerintahan, di
samping pelayanan publik, barang publik dan regulasi. Oleh karena itu
substansi dan proses kebijakan publik akan selalu berkaitan dengan berbagai
aspek keberadaan pemerintah, terutama dengan bentuk negara, bentuk
pemerintahan, dan sistem pemerintahan.
21
Definisi kebijakan publik sangat luas, namun demikian pendapat
dari Eystone (1971) “meskipun definisinya terlalu luas namun cukup akurat
dalam menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan publik”.
Menurut Eystone (1971) dalam Wahab (2012:13) kebijakan publik ialah
“the relationship of governmental unit to its environment” (antar hubungan
yang berlangsung di antara unit/satuan pemerintahan dengan
lingkungannya). Demikian pula definisi Wilson (2006) dalam Wahab
(2012:13) kebijakan publik adalah :
“The actions, objectives, and pronouncements of governments on
particular matters, the steps they take (or fail to take) to implement
them, and the explanations they give for what happens (or does
not happen)” (tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-
pernyataan pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu,
langkah-langkah yang telah/sedang diambil (atau gagal diambil)
untuk diimplementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang
diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak
terjadi)”
Berdasarkan pendapat ahli terkait kebijakan publik, maka dapat di
simpulkan bahwa kebijakan publik merupakan produk dari pemerintah yang
dibuat untuk masyarakat. Untuk mengetahui keijakan publik itu berhasil
atau tidak maka kebijakan publik diimplementasikan. Selain itu proses
kebijakan publik berkaitan dengan berbagai aspek keberadaan pemerintah,
terutama dengan bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan sistem
pemerintahan.
2. Karakteristik Kebijakan Publik
Menurut Hamdi (2013:37) karateristik kebijakan publik sebagai
berikut :
22
1. Setiap kebijakan publik selalu memiliki tujuan, yakni untuk
menyelesaikan masalah publik. Setiap kebijakan publik akan selalu
mengandung makna sebagai suatu upaya masyarakat untuk
mencari pemecahan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam konteks ini, kebijakan publik juga dapat
dipandang sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah bersama
warga negara yang tidak dapat mereka tanggulangi secara
perorangan,
2. Setiap kebijakan publik selalu merupakan pola tindakan yang
terjabarkan dalam program dan kegiatan. Oleh karena itu, suatu
kebijakan publik secra lebih konkret dapat diamati dalam wujud
rencana, program, dan kegiatan. Dalam konteks ini, aspek khas dari
kebijakan publikadalah esensinya sebagai suatu upaya untuk
menemukan jawaban terhadap persoalan atau masalah yang sulit.
3. Setiap kebijakan publik selalu termuat dalam hukum positif.
Keberadaan suatu sisitem politik atau suatu pemerintahanakan
selalu mencerminkan dua keistimewaan. Pertama, pemerintah
merupakan badan yang memiliki kewenangan untuk membuat
aturan yang mengikat atau mesti dipengaruhi oleh semua warga
negara. Kedua, untuk menegakkan keberlakuan aturan yang telah
dibuatnya, pemerintahan juga memiliki kewenangan untuk
memberikan sanksi kepada pelanggarnya.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
karateristik merupakan sesuatu hal yang harus ada dalam setiap kebijakan
publik. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah kebijakan publik
diimplementasikan dan dievaluasi. Adapun karateristik dari kebijakan
publik antara lain kebijakan publik harus memiliki tujuan, produk dari
kebijakan publik beruapa suatu kebijakan atau sebuah program, dan setiap
kebijakan publik harus sesuai dengan hukum dapat diartikan harus termuat
dalam undang-undang, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan
gubernur, peraturan bupati.
23
3. Proses Kebijakan Publik
Proses kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual
yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Proses
kebijakan bertujuan untuk memudahkan dan mengkaji suatu penelitian
tentang kebijakan publik. Proses kebijakan publik baru dimulai ketika
para pelaku kebijakan telah mengetahui adanya situasi permasalahan
yang dirasakan berdasarkan adanya kesulitan atau kekecewaan atas
kebutuhan, nilai maupun kesempatan. Dengan kata lain, proses kebijakan
merupakan proses sosial dan proses politik. Menurut Dunn (1994:17)
proses kebijakan publik meliputi beberapa hal antara lain :
a) Penyusunan agenda
b) Formulasi kebijakan
c) Adopsi kebijakan
d) Implementasi kebijakan
e) Penilaian kebijakan
Model proses kebijakan menurut Dye dalam Nugroho (2012:529)
adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Model Proses Kebijakan Menurut Dunn
Sumber : Nugroho 2012
Identif
ication
of
policy
proble
m
Agend
a
setting
Policy
formul
ation
Policy
formul
ation
Policy
imple
mentat
ion
Policy
evalua
tion
24
Sedangkan Anderson (1979:23-24) menjelaskan bahwa sebagai pakar
kebijakan publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut:
a) Formulasi masalah
b) Formulasi kebijakan
c) Penentu kebijakan
d) Implementasi kebijakan
e) Evaluasi kebijakan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
pembuatan sebuah kebijakan harus melewati beberapa proses dari mulai
penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
kebijakan, dan penilaian. Hal tersebut merupakan rangakaian terbentuknya
dari suatu kebijakan publik.
C. Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Implementasi merupakan salah satu proses pelaksanaan dalam
kebijakan publik. Implementasi kebijakan publik merupakan sebuah
tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
sebuah kebijakan publik. Implementasi dalam arti luas dalah bentuk
pengoprasialisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang telah ditetapkan
berdasarkan undang-undang dan menjadi kesepakatan bersama diantara
beragam pemnagku kepentingan (stakeholder), actor, organisasi baik publik
atau privat yang digerakkan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan
kearah yang dikehendaki. Dengan demikian tujuan dan sasaran program
atau kebijakan secara keseluruhan dapat dicapai secara memuaskan. Van
25
Meter dan Van Horn yang dikutip dalam Wahab (2012:135) merumuskan
proses implementasi sebagai “tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individual/pejabat-pejabat atau kelompok pemerintahan atau swasta yang
diarahakan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan”. Selain itu Presman dan Widavsky dalam Jones (1991:
295) mendefinisikan implementasi atau penerapan mungkin dapat
dipandang sebagai sebuah interaksi antara suatu perangkat tujuan dan
tindakan untuk meraihnya
Sementara itu, Mazmanian dan Sabatier yang dikutip dalam Wahab
(2012:135) menjelaskan makna implementasi sebagai berikut:
“memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program
dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-
kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman
kebijakan publik yang mencakup pada usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau
dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses
implementasi sebuah kebijakan atau program tidak hanya menyangkut
perilaku badan administrative yang melaksanakannya, tetapi juga aktor-
aktor lain dan jaringan-jaringan politik, sosial, ekonomi secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi semua pihak yang terlibat untuk
mencapai tuuan kebijakan atau program yang telah diharapkan. Hal ini juga
didukung oleh pendapat Wahab (2012:130) bahwa implementasi kebijakan
atau program pemerintah pasti akan melibatkan sejumlah pembuat kebijakan,
yang masing-masing berusaha keras untuk mempengaruhi perilaku birokrat
26
dalam rangka mengatur kelompok sasaran yang dapat dilihat dari tiga sudut
pandang berikut :
1. Pembuat kebijakan (the center atau pusat) yang menjadi fokus dari
pusat ini adalah berkaitan dengan sejauh mana tujuan atau sasaran
resmi kebijakan tercapai dan apa alasan yang menyebabkan tujuan
tertentu tercapai atau tidak tercapai.
2. Pejabat pelaksana lapangan (the periphery) yang menjadi fokus
adalah tindakan para pejabat/instansi dilapangan dalam
menanggulangi gangguan/hambatan di wilayah kerjanya demi
berhasilnya suatu kebijakan yang dipercayakan.
3. Kelompok sasaran (target group) yang menjadi fokus adalah
bagaimana kelompok sasaran menikmati hasil dari kebijakan.
Apakah dampak positif kebijakan benar-benar mengubah pola
hidup dan memberikan efek jangka panjang bagi peningkatan mutu
hidupnya.
Implementasi sebuah kebijakan atau program pastinya
mengharapkan apa yang dilakukan akan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk mencapai implementasi yang sempurna tentu tidaklah
mudah, mengingat yang membuat dan melaksanakan kebijakan atau
program adalah manusia itu sendiri. Tetapi disini Mazmanian dan Sabaitier
dalam Parsons (2014:487) mengemukakan enam syarat yang harus ada ada
untuk menciptakan implementasi yang efektif dari sebuah kebijakan atau
program yang telah dinyatakan legal yaitu sebagai berikut :
27
1. Tujuan yang jelas dan konsisten
2. Kebijakan mengandung teori yang akurat tentang bagimana cara
melahirkan perubahan
3. Struktur implementasi yanag disusun secara legal untuk membatu
pihak-pihak yang mengimplementasikan kebijakan
4. Komitmen para pelaksana implementasi untuk menggunakan
kebijaksanaan guna mencapai tujuan kebijakan
5. Dukungan dari kelompok kepentingan dan penguasa di legislatif
serta esekutif
6. Perubahan sosial-ekonomi yang tidak melemahkan dukungan
kelompok atau penguasa dan teori yang mendasari kebijakan.
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
untuk menghasilkan implementasi yang efektif antara lain harus memilki
tujuan yang jelas, harus bisa menghailkan perubaha, mempunyai struktur
organisasi yang jelas agar mudah dalam pengimplementaskan kebijkan atau
program, para pelaksana harus memiliki komitmen, memperoleh dukunga
dari masyarakat, dan tidak merugikan kelompok atau masyarakat tertentu.
1. Model-Model Implementasi
Model-model implementasi merupakan sebuah alat atau cara untuk
mengukur suatu proses kebijakan atau sebuah program apakah sudah
berjalan dengan baik. Model-model implementasi dimaksudkan untuk
28
mempermudah menganalisis rumusan masalah suatu kebijakan apakah
sudah memberikan outcome dalam mengatasi suatu permasalahan publik.
Menurut Agustino (2016:133-162) model-model implementasi sebagai
berikut :
a. Model Implementasi Menurut George C. Edward III
Gambar 2. Model Implemetasi Kebijakan Edward III
Sumber : Leo Agustino (2016: 142)
Model implementasi Edward III berpespektif top-down dengan
menanamkan implementasi kebijakan ataupun program dengan istilah
Direct and Inderect Inpact on Implementation. Ada empat variabel yang
menentukan keberhasilan implementasi kebijakan ataupun program yaitu :
1. Komunikasi
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif
terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang
KOMUNIKASI
STRUKTUR BIROKRASI
SUMBER DAYA
DISPOSISI
IMPLEMENTASI
29
akan mereka kerjakan. Pengatuhan atas apa yang akan mereka
kerjakan dapat berjalan bila komnikasi berjalan dengan baik, sehingga
setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus
ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagaian personalia
yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus
tepat, akurat, dan konsisiten. Komunikasi (atau pentrasmisian
informasi) diperlukan agar para pembuat keputusan “di” dan para
implementor akan semakin konsisiten dalam melaksanakan setiap
kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur
keberhasilan variabel komunikasi, yaitu :
a. Transmisi; yaitu, penyaluran komunikasi yang baik akan
dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula.
b. Kejelasan; yaitu, komunikasi yang diterima oleh para
pelaksana kebijakan (street-level-bureuacrats) haruslah
jelas dan tidak membingungkan.
c. Konsistensi; yaitu, perintah yang biberikan dalam
pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten.
2. Sumber daya
Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan adalah variabel sumber daya. Menurut
Edward III sumber daya merupakan hal pentng lainnya dalam
30
mengimplementasikan kebjakan. Ada beberpa indikator untuk
mengukur keberhasilan variabel sumber daya, antara lain ;
a. Staf; sumber daya utama dalam implementasi kebijakan
adalah staf atau sumber daya manusia (SDM). Kegagalan
yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah
satunya adalah staf yang tidak mencukupi ataupun tidak
kompeten. Sehingga perlu penambahan staf yang memiliki
kehalian serta kemampuan dalam melaksanakan tugas
yang diinginkan oleh suatu kebijakan.
b. Informasi; dalam implementasi sebuah kebijakan
informasi mempunyai dua bentuk, yakni i. informasi yang
berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Dan ii,
informasi mengenai data kepatuhan dari pelaksana
terhadap peraturan dan regulasi pemeruntah yang telah
ditetapkan.
c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus besifat
formal, agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan
merepakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana
dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara
politik.
d. Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting
dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin
memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang harus
31
dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk
melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas
pendukung (sarana dan prasara) maka implementasi
kebijakan tersebut tidak akan berhasil.
Sumber daya tidak juga berkaitan dengan sumber daya
manusia saja, namun sumber daya juga berkaitan dengan dana atau
biaya sebagaimana menurut Mazmanian dan Sebatier dalam
Subarsono (2015: 95) menjelaskan bahwa besarnya alokasi sumber
daya finansial terhadap kebijakan tersebut mempengaruhi
keberhasilan suatu kebijakan atau program.
3. Disposisi
Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor
penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu
kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka
para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan
dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya terjadi bias. Adapun
variabel disposisi yaitu ;
a. Efek disposisi; disposisi atau sikap para pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap
implementasi kebijakan. Oleh karena itu, pemilihan dan
pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah
32
orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang
telah ditetapkan.
b. Melakukan pengaturan Birokrasi (staffing the
bereaucracy) ; ini merujuk pada penunjukan dan
pengangkatan staf dalm birokrasi yang sesuai dengan
kemampuan, kapablitas, dan kompetensinya.
c. Insentif; salah satu teknik yang disarankan untuk
mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah
dengan memanipulasi insentif. Hal ini dilakukan sebagai
upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau
organisasi
4. Struktur birokrasi
Menurut Winarno (2007:202) birokrasi merupakan ”badan
yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana
kebijakan”. Birokrasi digunakan sebagai bentuk organisasi yang
nantinya menjalankan implementasi yang terstruktur. Peran struktur
birokrasi dalam implementasi kebijakan sebagai faktor yang
fundamental yang digunakan untuk mengkaji. Menurut Edward III
dalam Agustino (2016: 141) ada dua karakteristk struktur birokrasi
yaitu pertama, prosedur kerja ukuran dasar atau Standar Operasional
Prosedur (SOP) digunakan untuk menyeragamkan tindakan-tindakan
dari para pejabat dalam organisasi-organisasi yang kompleks dan
tersebar luas, yang pada gilirannya dapat menimbulkan fleksibilitas
33
yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan perauran-
peraturan. Kedua fragmentasi, tanggung jawab bagi setiap bidang
kebijakan sering tersebar di beberapa organisasi, namun implementasi
kebijakan biaya dipegang oleh satu bagian dalam organisasi tersebut
atau mendesentralisasikan kekuasaan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
b. Model Implementasi Menurut Charles O. Jones
Penerapan atau implementasi bersifat sangat interaktif dengan
kegiatan-kegiatan kebijakan yang mendahuluinya. Pressman dan Wildavsky
dalam Jones (1991: 295) mendefinisikan penerapan atau implementasi
sebagai berikut
“Penerapan mungkin dapat dipandang sebagai sebuah proses
interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu
untuk meraihnya … Pelaksanaan atau penerapan program dengan
demikian telah menjadi suatu jaringan yang tak nampak.
…Penerapan adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-
hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab-akibat yang
menghubungkan tindakan dengan tujuan.”
Banyak konflik dan dilema yang tak terpecahkan surat
menyumbang kualitas dinamika dan interaksi dari penerapan. Kenyataannya
tujuantujuan program mungkin akan mengungkapkan atau secara
substansial mengubah proses penerapannya. Williams dalam Jones (1991:
295) menyebutkan bahwa masalah yang paling penting dalam penerapan
adalah hal memindahkan suatu keputusan ke dalam kegiatan atau
pengoprasian dengan cara tertentu dan berfungsi dengan baik dalam lingkup
34
lembaganya. Ada beberapa tantangan bagi Implementasi yang diungkapkan
oleh Jones (1991: 297) yaitu :
a. Permasalahan dan tuntutan secara tepat didefinisikan dan
diidentifikasikan kembali dalam proses kebijakan.
b. Para pembuat kebijakan sering mendefinisikan masalah
sendiri.
c. Program-program yang membutuhkan partisipasi masyarakat
dan antar pemerintahan bisa mengundang benrbagi macam
penafsiran yang tidak konsisiten tentang tujuan program
seringkali tidak terpecahkan.
d. Program mungkin dapat dilaksanakan tanpa perlu
mempelajari kegagalan.
e. Program-program sering mencerminkan kesepakatan yang
dapat dicapai daripada kepastian yang sesungguhnya.
f. Banyak program dikembangkan dan dilaksanakan tanpa
mendefinisikan masalahnya secara jelas.
Partisipasi dari kelompok atau perorangan di dalam penerapan
kebijakan memiliki beberapa bentuk. Kelompok-kelompok tersebut
mungkin bekerjasama dengan badan-badan pemerintah dalam menerapkan
kebijakan tersebut. Sebagimana halnya dengan kegiatan program yang lain.
partisipasi tidak hanya dibatasi bagi segelintir dengan kegiatan tersebut.
dalam mempertimbangkan penerapan program, hal-hal yang perlu
diperhatikan menurut Jones (1991: 300) yaitu :
a. Selain kaum birokrat, banyak lagi lainnya yang turut terlihat,
contohnya para legislator, hakim, dan orang perorangan.
b. Kaum birokrat sendiri terlibat dalam aktivitas-aktivitas
fungsional lainnya disamping dalam aktivitas implemntasi.
Menurut Charles O. Jones (1991: 296) untuk mengkaji
keberhasilan implementasi kebijakan dapat dilihat dalam 3 (tiga) aspek,
yaitu:
35
1) Aspek Interpretasi
Interprestasi adalah usaha untuk mengerti apa yang dimaksud oleh
pembentuk kebijakan dan mngetahui betul apa dan bagaimana tujuan akhir
yang harus diwujudkan atau direalisasikan. Interpretasi menurut Charles O.
Jones dalam Widodo (2009: 90) menjelaskan bahwa interpretasi merupakan
tahapan penjabaran sebuah kebijkan yang masih bersifat abstrak kedalam
kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional. Dimensi interprestasi ini
hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Edwards III dalam dimensi
komunikasi. Jones mengutip dari Edwards III sebagai berikut :
“kebutuhan utama bagi keefektifan pelaksana kebijakan adalah
bahwa mereka yang menerapkan keputusan haruslah yahu tentang
apa yang seharusnya mereka lakukan … Jika kebijakan ingin
dilaksanakan dengan tepat, arahan serta petunjuk pelksanaan tidak
hanya diterima tetapi juga harus jelas, dan jika hal ini tidak jelas
para pelaksana akan kebingungan tentang apa yang seharusnya
mereka lakukan, dan akhirnya mereka akan mempunyai kebijakan
tersendiri dalam memandang penerapan kebijakan tersebut. Yang
mana pandangan ini seringkali berbeda dengan pandangan atasan.
(Jones, 1991: 320)
Jones juga mengemukakan lebih lanjut bahwa selain patokannya
harus jelas, langkah selanjutnya adalah mengembangkan sarana untuk
menerapkannya. Bagaimana para pelaksana akan melaksanakan tugasnya
tergantung pada sejumlah keadaan, dimana hal terpenting pada masalah ini
adalah perkiraan para pelaksana tentang proses yang harus dipelajari dan
estimasi ketersediaan sumber daya. Berikut penjelasan dari Jones (1991:
321):
“Suatu patokan yang jelas harus segera ditetapkan yang mana
melibatkan pada batas minimum, suatu proses yang harus
dipelajari oleh para pelaksana untuk kemudian mengembangkan
36
sarana untuk menerapkannya, tetapi sebaliknya manakala patokan
tersebut tak jelas, para pelaksana akan menghadapi tanggungjawab
yang berat. Bagaimana mereka menghadapi tanggungjawab ini
tergantung dari sejumlah keadaan. Yang paling penting pada m
asalah ini adalah perkiraan para pelaksana tersebut tentang keersed
iaan sumber daya”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa interprestasi dan para
pelaksana kebijakan harus mengetahui dengan baik mengenai substansi
kebijakan, makna kebijakan, dan tujuan kebijakan agar penafsiran ini tidak
menyimpang dari kebijakan tersebut.
2) Aspek Organisasi
Pembentukan atau penataan kembali sumberdaya, unit-unit serta
metode untuk menjadikan program berjalan. Organisasi di dalam
pemerintah identik dengan istilah birokrarsi, dan birokrasi telah identik
dengan “kejahatan dan dosa”. Implementasi kebijakan memerlukan perintah
atasan yang jelas dan tegas,dan perlu memberikan sanksi bagi aparat yang
melanggar, sebagimana Jones mengemukakan sebagai berikut :
“pemempin untuk meberikan perintah yang diperlukan untuk
mempertanggungjawabkan kewajiban-kewajiban tersebut dan
kemudian dibagikan dalam cara yang tetap serta dibatasi secara
ketat oleh aturan-aturan yang berhubungan dengan cara-cara
paksaan dan sejenisnya, yang akan dikenakan sanksi berupa
pemecatan atau pembuangan bagi para pejabat yang
melakukannya”. (Jones,1991: 306)
Charles O. Jones (1991: 318) menyebutkan bahwa organisasi telah
beralih dari sebuah pembahasan tentang harus adanya birokrasi dalam
masyarakat yang rumit telah berkembang menjadi sebuah pandangan
terhadap organisasi federal serta sebuah ulasan tentang bagaimana variasi
37
dalam organisasi akan mempengaruhi sebuah program. Setiap kegiatan
memerlukan birokrasi yang mampu berkomunikasi dengan pihak yang
membuat kebijakan dan juga dengan pihak yang melaksanakan kebijakan.
Tujuan organisasi adalah menjalankan program-program yang telah
dirancang.
Widodo (2009: 91) mejelaskan bahwa tahap pengorganisasian ini
lebh mengarahkan pada proses kegiatan pengaturan dan penetapan siapa
yang menjadi pelaksana kebijakan (penentuan lembaga organisasi mana
yang akan melaksanakan, dan siapa pelakunya), penetapan anggaran,
menetapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam melaksanakan
kebijakan, penetapan tata kerja, dan penetapan manajemen pelaksanaan
kebijakan termasuk penetapan pola kepemimpinan dan koordinasi pelaksana
kebijakan.
3) Aspek Penerapan atau Aplikasi
Aplikasi atau penerapan adalah penerapan secara rutin dari segala
keputusan dan peraturan-peraturan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
untuk tercapainya tujuan kebijakan. Jones (1991: 324) menyatakan bahwa
penerapan mengacu pada pelaksanaan pekerjaan yang meliputi “penyediaan
barang dan jasa” sebagaimana tujuan-tujuan yang bersifat pragmatis lainnya.
Penerapan seringkali merupakan suatu proses dinamis dimana para
pelaksana maupun para petugas diarahkan oleh pedoman program maupun
patokan-patokan, ataupun secara khusus diarahkan oleh kondisi yang aktual.
Jones (1991: 325) menyebutkan bahwa :
38
“penyesuaian dalam organisasi maupun penafsiran dari politis dari
yang berwenang mungkin tak akan dapat dipraktekkan di lapangan,
dan sebaliknya penerapan seringkali merupakan proses dinamis
dimana para pelaksananya ataupun para petugas diarahkan oleh
pedoman program maupun patokan-patokannya, ataupun secara
khusus diarahkan oleh kondisi yang aktual. ”
Dalam melaksanakan kebijakan, para pelaksana diarahkan oleh
pedoman-pedoman program. Selain itu pelaksanaan bersifat dinamis. Hal ini
sebagiamana disampaikan oleh Jones bahwa suatu penafsiran politis dari
ang berwenang mungkin tak akan dapat dipraktekkan di lapangan, dan
sebaliknya penerapan sringkali merupakan proses dinamis dimana para
pelaksana ataupun petugas dirahkan oleh pedoman program. Menurut Jones
(1991: 325) dalam aplikasi kebijakan, pelaksana juga harus memperhatikan
efektivitas, efisiensi, dan objektivitas, sebagaimana diungkapkan oleh Jones
(1991: 328) :
“Aplikasi pelaksanaan kebijakan publik merupakan suatu proses
aktif dan selalu berubah. Hal ini tidak hanya menunjuk pada
sebuah kemungkinan kecil terhadap penerapan harifah suatu
peraturan, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka yang membuat
upaya semacam itu akan menghadapi permasalahan dalam
organisasinya. Aplikasi adalah suatu varian dengan konsep
administrasi serta ilmu manejemen yang menekankan pada
terciptanya tujuan kebijakan yang efektif dan efisien serta
dilaksanakan oleh suatu pelayanan sipil yang objektif.”
Dalam aplikasi kebijakan, pelaksana dituntut untuk memiliki
strategi yang tepat dalam melaksanakan kebijakan, disertai dengan
pengelolaan terhadap pendukung kebijakan, serta antisipasi terhadap pihak
yang dirugikan. Aplikasi juga harus mempertimbangkan aspek politik,
dimana politik selalu melibatkan kepentingan berbagai pihak dan juga
rawan konflik. Dari pemamaparan pendapat Jones sebelumnya maka
39
implementasi kebijakan jarang dijadikan sebagai penilaian dan hanya
menjadi suatu yang tidak tertulis. Jones mengutip dari Edwards bahwa
kebutuhan utama bagi keefektifan pelaksana kebijakan adalah mereka yang
menerapkan keputusan haruslah tahu apa yang seharusnya mereka lakukan,
menurut Jones (1991: 320). Hal ini menunjukan Edwards III melihat adanya
hubungan antara implementasi kebijakan dengan implementator, dan
abagiaman kebijakan tersebut dapat terimplementasikan tergantung kepada
sejauh mana implentator memahami apa yang harus mereka kerjakan.
D. Program
1. Pengertian Program
Secara umum program dapat diartikan sebagai “rencana”. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia program adalah suatu rancangan mengenai
asas-asas serta usaha-usaha yang dijalankan. Dalam menentukan program
ada tiga pengertian penting yang perlu ditekankan yaitu, 1) realisasi atau
implementasi suatu kebijakan, 2) terjadi dalam waktu yang relative lama-
bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan, dan 3) terjadi
dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang. (Arikunto,2008:4)
Menurut Arikunto (2008:4) pengertian program adalah suatu unit
atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu
rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali namun
berkisinambungan. Pelaksanaan program selalu berada dalam sebuah
organisasi artinya program harus melibatkan sekelompok orang. Sedangkan
menurut Sudjana (2004:1) program dapat diartikan sebagai kegiatan yang
40
dilakukan atau diselenggarakan oleh perorangan dan/atau organisasi
(lembaga) yang memuat komponen-komponen program. Komponen-
komponen itu meliputi tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, proses
kegiatan, waktu fasilitas, alat, biaya, organisasi penyelenggaraan, dan lain
sebagainya.
Dari beberapa pengertian program tersebut penulis menyimpulkan
pengertian dari program adalah suatu rencana kegiatan yang
diselenggarakan bisa dari perorangan ataupun suatu organisasi (lembaga)
yang tidak dilakukan dalam waktu yang singkat namun berkesinambungan
karena tujuan sebuah program adalah melaksanakan sebuah kebijakan.
2. Tahapan-Tahapan Implementasi Program
Terdapat tahapan-tahapan dalam implementasi program yang harus
dilakukan agar tujuan dapat tercapai dengan efektif. Dalam implementasi
program tersebut harus dilakukan perencanaan terlebih dahulu agar arah
ataupun tujuan dari program dapat tercapai dengan baik. Zauhar (1993:4)
membagi perencanaan menjadi beberapa tahap
1. Tahap awal dalam perencanaan implementasi program dengan
melakukan konseptualisasi ide. Ide yang telah terkonsep melalui
suatu proses dan kemudian biasa disebut dengan pra studi
kelayakan. Kegunaan pra studi kelayakan tersebut adalah untuk
mengetahui bahwa program dan proyek yang diusulkan
merupakan kegiatan yang penting untuk dilakukan.
41
2. Tahap kedua adalah dengan melakukan studi kelayakan terhadap
program perlu mengalami suatu studi kelayakan dimana tujuan
dari studi kelayakan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
konsep ide itu, penting dan logis untuk dilaksanakan yang dapat
dinilai dari efisiensi tenaga, waktu dan biaya yang harus
dikeluarkan dalam pelaksanaannya.
3. Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan desain. Dalam
tahapan ini dilakukan perincian sebuah program tersebut. Tahap
desain ini, suatu program harus memenuhi persyaratan antara
lain teknis, ekonomis, finansial, sosial dan politik. Setelah
persyaratan tersebut terpenuhi maka tahap selanjutnya dalam
perencaan program adalah persetujuan. Dalam tahap
persetujuan ini ditentukan bahwa program yang direncanakan
tersebut layak atau tidak untuk dijadikan sebuah prioritas.
Kelayakan dan cara menentukan prioritas suatu program
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut (Zauhar, 1993:6-
11) :
a. Perbandingan nilai teknis
b. Perbandingan tingkat kemanfaatan yang dihasilkan
bagi kelompok sasaran strategis
c. Perbandingan tingkat kemampuan suatu program
atau proyek melayani daerah strategis
d. Masuk tidaknya proyek dalam sektor strategis
42
e. Menjadi bagian/tidak suatu proyek dari rangkaian
proyek terpadu
f. Tingkat urgensi proyek
g. Analisa tujuan
4. Tahap akhir dalam perencanaan adalah tahap persiapan
pelaksanaan semua hal yang berhubungan dengan proses
implementasi suatu program perlu diperhitungkan. Seperti dalam
hal sumber daya manusia yaitu kepegawaiannya, organisasi,
peralatan, perlengkapan, pendanaan dan semua yang terkait dengan
program tersebut
Menurut Zauhar (1993:10) keberhasilan program sangat tergantung
pada kerjasama dengan organisasi/instansi terkait dan juga dipengaruhi oleh
keteladanan pemimpin program. Selain itu pembagian tugas dan
tanggungjawab yang jelas merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam implementasi. Pelaksanaan suatu implementasi program perlu
dilakukan monitoring agar suatu program mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Zauhar (1993:11) bahwa:
“Monitoring sebagai perangkat kegiatan yang dilakukan untuk
mengikuti, mengamati dan melacak jalannya pelaksanaan program
dan proyek pembangunan dengan menggunakan sistem pelaporan
dan tujuan langsung ke lokasi agar memperoleh data dan informasi
yang jelas serta menghimpun masalah yang ada untuk dijadikan
alternatif pemecahan sebagai input penyempurnaan”.
Dalam implementasi program, hal-hal yang perlu dimonitoring antara lain:
1) Tujuan yang ingin dimonitoring
43
2) Tujuan fungsional meliputi hal-hal yang berkaitan dengan sumbangan
atau dampak yang dihasilkan program bagi terciptanya tujuan
3) Keluaran atau output merupakan hasil akhir yang diperoleh dengan
adanya program
4) Input yakni segala sumber baik manusia, mesin, dana dan metode
dalam rangka pencapaian tujuan
5) Indikator yang diperlukan sebagai pengukuran tingkat keberhasilan
Setelah dilakukan proses monitoring, tahap selanjutnya dalam
implementasi program adalah evaluasi. Zauhar (1993:16) mengartikan
evaluasi sebagai proses pengukuran atau pengenalan yang berusaha untuk
menentukan mengapa kejadian dalam pelaksanaan tingkat keluaran belum
atau tercapai. Selanjutnya Zauhar, menjelaskan tujuan pokok evaluasi
adalah status akhir proyek yang akan menjadi landasan untuk meningkatkan
kebijaksanaan tentang proyek atau program pembangunan berikutnya.
Dalam artian bahwa, evaluasi akan dijadikan sebagai acuan dan juga bahan
rujukan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam rangka untuk
memperbaiki implementasi sebuah program tersebut.
E. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata laitin “Movere” yang berarti “dorongan
atau daya penggerak. Motivasi dapat dikatakan sebagai cara untuk
mendorong gairah seseorang untuk mau bekerja keras dengan memberikan
semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan suatu tujuan.
44
Menurut Siagian (1989:138) motivasi adalah daya pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk
mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga
dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggungjawab dan menunaikan kewajiban, dalam rangka pencapaian tujuan
dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai keinginan, harapan,
kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan, dan insentif. Rangsangan akan
kebutuhan, tujuan, dan kepuasan mempengeruhi tingkah laku seseorang,
karena rangsangan yang berupa materiil dan nonmaterial akan menciptakan
motif dan motivasi yang mendorong seseorang untuk bekerja guna
memperoleh kebutuhan dan kepuasan terhadap hasil kerjanya. Motivasi
juga dapat mendorong dan memberi kekuatan dalam diri seseorang
mencapai tujuan tertentu yang dinginkan.
Hasibuan (2014:95) mengatakan motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang meciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai kepuasan. Selain itu Hasibuan juga menyatakan bahwa
motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan
bekerja seseorang; setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin
dicapai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan pemberian
daya penggerak berupa rangsangan atau stimulan untuk menciptakan
45
semangat bekerja seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Sasaran atau
tujuan yang ingin dicapai antara lain : mendorong manusia melakukan suatu
aktifitas berdasarkan pemenuhan kebutuhan, menentukan arah tujuan yang
hendak dicapai, dan menentukan perbuatan apa yang harus dilakukan.
2. Aspek-Aspek dan Motivasi
Aspek motivasi dikenal dengan aspek aktif atau dinamis dan aspek
pasif atau statis. Hasibuan (2014: 96) menjelaskan bahwa aspek motivasi
aktif atau dinamis adalah motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam
menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara
produktif berhasil mencapai tujuan yang dinginkan. Sedangkan, aspek
motivasi pasif atau statis adalah motivasi tampak sebagai kebutuhan dan
juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan
menggerakkan potensi sumber daya manusia ke arah tujuan yang dinginkan.
Selain itu dua aspek motivasi yang bersifat statis yaitu : 1. Sebagai
keinginan dan kebutuhan pokok manusia menjadi dasar dan harapan yang
akan diperolehnya dengan tercapainya tujuan organisasi, 2. Berupa alat
perangsang/intensif yang diharapkan dapat memenuhi apa yang menjadi
keinginan dan kebutuhan pokok yang diharapkannya tersebut.
F. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
1. Pengertian Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
merupakan program nasional dari Kementrian Pekerjaan Umum dan
46
Perumahan Rakyat. Program ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Peraturan
Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan. Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya juga diatur
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan Perumaha
Swadaya. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa fasilitas program BSPS
adalah untuk pembangunan dan peningkatan kualitas rumah kepada
Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang memiliki keterbatasan daya beli
rumah layak huni sehinnga perlu mendapat dukungan dari pemerintah untuk
memperleh rumah layak huni.
Perumahan Swadaya adalah rumah-rumah yang dibangun atas
usaha masyarakat baik secara berkelompok atau individu yang meliputi
kegiatan perbaikan rumah, pemugaran/perluasan dan pembangunan rumah
baru beserta lingkungannya. Swadaya dalam program ini adalah adanya
bentuk dukungan dari masyarakat atau partisipasi masyarakat. Menurut Ach.
Wazir Ws,. et al. (1999: 29) partisapai bisa diartikan sebagai keterlibatan
seseorang secara sadar kedalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.
Sedangkan Adi (2007: 27) partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada
di masyararakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternative
solusi untuk menangani masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
47
Jadi dapat disimpulkan bahwa program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya merupakan sebuah program bantuan stimulan dari
pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah demi mewujudkan
rumah layak huni serta merangsang atau masyarakat untuk meningkatkan
kualitas rumah meliputi perbaikan, perluasan dan pembangunan rumah baru
yang disertai dengan perbaikan lingkungan.
2. Tujuan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Tujuan utama dari program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) adalah terbangunnya rumah layak huni yang disertai dengan
lingkungan yang aman dan sehat serta mendorong Masyarakat
Berpenghasilan Rendah untuk membangun rumah yang layak huni, hal ini
sesuai yang tercantum pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2016. Jadi program bantuan ini
merupakan sebuah rangsangan untuk masyarakat agar mau membangun dan
memperbaiki kulitas rumah sebagai tempat tinggal mereka. Untuk mencapai
tujuan program bantuan ini ada beberapa ruang lingkup kegiatan yang yang
harus diperhatikan yaitu :
a. Pembangunan Baru (PB) atau Perbaikan Total (PT), yaitu
pembangunan rumah baru atau perbaikan total. Dimana
kegiatan pembangunan rumah layak huni di atas tanah
matang
48
b. Peningkatan kualitas rumah, adalah kegiatan memperbaiki
kualitas rumah dan memperluas rumah untuk meningkatkan
atau memenuhi syarat rumah layak huni
c. Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU), adalah kegiatan
membangun kelengkapan dasar dan fasilitas yang dibutuhkan
agar rumah dan lingkungan dapat berfungsi secara sehat dan
aman.
Untuk mencapai tujuan tersebut, target yang dicapai sesuai dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-
2019 Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah dengan
melakukan pembangunan perumahan swadaya sebanyak 2.200.000 unit.
Mengutip laman resmi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Program BSPS dapat dilaksanakan dengan harapan program ini
dapat menghasilkan hasil untuk mengatasi dilihat 7 dari 14 indikator terkait
perumahan rumah tangga miskin yang meliputi :
1. Luas ruangan kurang dari 9 m2
perorang
2. Lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu
berkualitas rendah
3. Dinding terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan
7. Atap tempat tinggal terluas adalah genteng/ seng/ asbes denan
kondisi jelek/ kualitas rendah atau ijuk/ rumbia/ lainnya
49
3. Sasaran dan Kriteria Penerima Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (BSPS)
1) Sasaran Penerima Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumhan
Rakyat Nomor 39 Tahun 2015 sasaran penerima bantuan BSPS adalah
Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) berdasarkan Pasal 1 Angka 24 UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah masyarakat yang mempunyai
keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh rumah.
2) Persyaratan Penerima Bantaun Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya
Persyaratan penerima bantuan program BSPS diataur dalam
Peraturan Menteri Nomor 13/PRT/M/2016 pada BAB IV pasal 13 adapun
persyaratan penerima bantuan sebagai berikut :
1. Peseorangan penerima BSPS merupakan MBR yang memenuhi
persyaratan :
a) Warga Negara Indonesia yang sudah berkeluarga
b) Memiiki atau menguasai tanah
c) Belum memiliki rumah, atau memiliki dan menempati rumah
satu-satunya dengan kondisi tidak layak huni
50
d) Belum pernah memperoleh BSPS dari pemerintah
e) Berpenghasilan paling banyak senilai upah minimum
provinsi setempat
f) Diutamakan yang memiliki keswadayaan dan berencana
membangun atau meningkatkan kualitas rumahnya
g) Bersedia membentuk kelompok, dan
h) Bersedia membuat pernyataan.
2. Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan :
a) Tanah yang dikuasai secar fisik dan memiliki legalitas
b) Tidak dalam sengketa
c) Lokasi tanah sesuai dengan tata ruang wilayah
3. Kelompok penerima bantuan paling banyak 20 orang.
4. Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS)
Pelaksana program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
melibatkan beberapa pelaksana. Adapun pelaksana program BSPS menurut
Peraturan Menteri Nomor 13/PRT/M/2016 antara lain ;
1. Menteri Pkerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2. Direktur Jendral Penyedia Rumah Kementrian Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat
3. Pemerintah Provinsi
4. Pemerintah Kabupaten/Kota, tugas ;
5. KPA/Kepala Satker
51
KPA/Kepala Satker adalah Kepala Satker penyelenggara BSPS
baik Pusat maupun Provinsi, dibantu oleh pihak ketiga
6. PPK adalah PPK penyelenggara BSPS di Pusat atau PPK
Provinsi yang dibantu oleh pihak ketiga
7. Koordinator Faslitator Kabupaten/Kota
8. Tenaga Faslitator Lapangan (TFL), tugas ;
9. Penerima Bantuan
10. Toko Penyedia Bahan Bangunan
11. Bank/Pos Penyalur
12. Kepala Desa/Lurah
13. Penyedia Barang
14. Penyedia Jasa Konstruksi
Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 13/PRT/M/2016 melibatkan beberapa komponen yang memegang
tugas dan tanggungjawab yang berbeda untuk mengotimalkan pelaksanaan
program tersebut
5. Pendanaan dan Waktu Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (BSPS)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 13/PRT/M/2016 sumber dana Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya berasal dari APBN. Untuk besaran dana yang diberikan paling
52
sedikit 60% (enam puluh persen) dari kebutuhan minimal biaya
pembangunan atau peningkatan kualitas untuk mencapai kualitas minimal
rumah layak huni. Apabila terjadi kekurangan biaya dalam program bantuan
stimulan maka dana akan ditambah dari swadaya penerima bantuan atau
sumber lain diluar APBN dan APBD.
Dana bantuan stimulan juga dapat digunakan sebesar 15% (lima
belas persen) untuk upah gaji kerja sebagimana yang telah tercantum dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
13/PRT/M/2016 bahwa penerima bantuan tiak memiliki kemampuan
keswadayaan yang dikarenakan lanjut usia, cacat permanen dan janda tua
yang tinggal seorang diri. Dana tersebut disalurkan melalui Bank/Pos yang
ditunjuk sebagai penyalur dana program bantuan stimulant.
Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh kelompok
penerima bantuan yaitu dengan melakukan pembangunan dengan progress
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) yang sudah dilakukan sejak 45
(empat puluh lima) hari kalender dari penarikan dana stimulan tahap I (satu).
Sedangkan untuk penyelesaian pembangunan rumah atau peningkatan
kualitas rumah dengan progress 100% paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak penarikan dan bantuan stimulan pada tahap II (dua).
Apabila penerima bantuan tidak bisa menyelesaikan progerss
pembangunan rumah atau peningkatan kualitas rumah sebesar 30% (tiga
puluh persen) dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari kalender, maka
53
Pejabat Pembuat Komitmen beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota yang membidangi pemberdayaan masyarakat dapat
mengambil langkah dengan melakukan pembinaan penerima bantuan
stimulan tersebut.
G. Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Masyarakat berpenghasilan rendah atau sering disingkat MBR
adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah (Pasal 1 Angka
24 UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman).
Masyarakat berpenghasilan rendah timbul karena kondisi sosial ekonomi
yang tidak diimbangi oleh tersedianya rumah yang layak bagi masyarakt
menengah ke bawah. Hal ini seperti diungkapkan oleh Sumarwanto (2014)
bahwa potret masyarakat berpenghasilan rendah ini tercermin dari kondisi
sosial ekonomi dalam kehidupan yang ditunjukkan dengan kondisi
perumahan di berbagai wilayah.
Kementrian Perumahan Rakyat mengklasifikasikan MBR menjadi
tiga kelompok sasaran yang terutang dalam Permenpera No
5/Permen/M/2007 tentang pengadaan Perumahan dan Pemukiman dengan
dukungan fasilitas subsidi perumahan melalui KPRS Mikro Bersubsidi.
Dalam peraturan tersebut kelompok sasaran masyarakat berpenghasilan
rendah adalah sebagai berikut :
54
Tabel 6. Klasifikasi MBR Meneurut Permenpera No.
5/Permen/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman
No Kelompok Sasaran Batasan Penghasilan
(Rp/Bulan)
1 I 1.700.000 < Penghasilan <
2.500.000
2 II 1.000.000 < Penghasilan
<1.700.000
3 III Penghasilan < 1.000.000
Sumber : Permenpera No 5/Permen/M/2007 Pasal 2 Ayat (1)
Berdasarkan PERMENRA No. 5/Permen/M/2007, KEMENPERA
melihat kriteria MBR berdasarkan penghasilan masyarakat berdasar
kelompok sasaran I sampai III. Penghasilan yang dimaksud adalah
penghasilan masyarakat yang didasarkan atas gaji pokok ataupun
pendapatan pokok perbulan. Sedangkan, berdasarkan PERMENPERA No
27 tahun 2012 dan PERMENPERA No 28 Tahun 2012 disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan MBR adalah masyarakat yang memiliki penghasilan
dengan rentan Rp 3.500.000 s/d Rp 5.500.000.
Demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat berpenghasilan
rendah merupakan sekelompok masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi
dibawah rata-rata, sehingga pada umumnya masyarakat golongan
penghasilan rendah tidak mampu dalam memenuhi rumah yang tidak layak
huni.
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati
(Moleong, 2007:6). Penelitian deskriptif menurut Nazir dalam Nasution,
(2011:24) adalah mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta
tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap-sikap, dan pandangan-
pandangan dari suatu fenomena. Sedangkan Moleong (2005:11)
berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini karena adanya
penerapan metode kualitatif. Selain itu, kemungkinan semua yang akan
dikumpulkan berkembang menjadi kunci terhadap apa yang akan diteliti.
Berdasarkan pegertian diatas tujuan peneliti menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah ingin mengetahui,
menganalisis dan mendeskripsikan tentang proses implementasi program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya selain itu juga karena data yang
akan dicari merupakan data yang sifatnya perlu dijabarkan dalam bentuk
55
tulisan dan sepertinya tidak memungkinkan jika dijabarkan dalam bentuk
angka.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi penelitian. Dengan
adanya fokus penelitian ini peneliti dapat membatasi tentang apa yang perlu
dimasukkan dalam penelitian dan yang tidak perlu dimasukkan dalam
penelitian. Menemukan fokus penelitian merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian. Menurut Moleong (2007:237) fokus penelitian berperan
untuk membatasi studi dan menemukan sasaran sehingga peneliti dapat
membuat keputusan mengenai data-data mana yang diperlukan serta data
mana yang tidak diperlukan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah dipaparkan
diatas maka fokus dari penelitian ini adalah :
1. Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis
mengambil fokus sebagai berikut :
a. Aspek Interpretasi
b. Aspek Organisasi
c. Aspek Penerapan/Aplikasi
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi Masyarakat
56
Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung:
a. Faktor Pendukung Implementasi Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Desa Blendis Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung
b. Faktor Penghambat Implementasi Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Desa Blendis Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung.
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan penelitian
untuk mendapatkan data dan informasi serta mengungkapkan keadaan yang
sebenarnya dari objek yang diteliti. Lokasi yang diambil peneliti dalam
penelitian ini adalah Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur dan
Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. Hal ini dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Kabupaten Tulungagung telah memenuhi kriteria sebagai
penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sejak tahun
2015-2016
2. Program Bantuan Stimulan Perumaha Swadya sejalan dengan
misi keenam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Tulungagung tahun 2014-2018 tentang Pengentasan
dan Penanggulangan Kemiskinan Secara Terpadu
57
3. Kabupaten Tulungagung memiliki Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang menangani bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
4. Desa Blendis merupakan salah satu Desa di Kecamatan
Gondang yang menreima Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya.
Sedangkan situs penelitian adalah letak sebenarnya dimana
fenomena dan objek yang diteliti terjadi langsung. Sehingga peneliti dapat
melakukan penelitian langsung dan memperoleh langsung data dan
informasi terkait objek penlitian secara akurat, valid dan benar-benar
dibutuhkan oleh peneliti. Adapun situs penelitian dalam penelitian ini
adalah :
1. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataa Ruang Kabupaten
Tulungagung
2. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman pada Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
Kabupaten Tulungagung
3. Desa Blendis
4. Kantor Kepala Desa Blendis
Situs ini dipilih karena bidang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman yang menangani langsung pelaksanaan program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya. Sebelumnnya yang bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
58
adalah Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Bina Marga, namun pada
awal tahun 2017 sesuai Peraturan Bupati Nomor 53 Tahun 2016
tanggungjawab pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya dilaksanakan oleh Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan
Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung. Kantor Kepala Desa Blendis
merupakan ujung tombak pada Pemerintah Desa dalam pelaksanaan
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya pada tahun 2016.
Sedangkan Desa Blendis merupakan salah satu desa di Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung yang menerima BSPS tahun 2016 berjumlah 44
orang. Penempatan situs penelitian dapat membantu peneliti dalam
memperoleh data yang valid dan akurat untuk dijadikan bahan analisa dan
refrensi dalam penelitian.
D. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Lofland dan Lofland
dalam Moeleong (2011: 157) jenis data utama dibagi ke dalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistic. Kata-kata, tindakan, foto
dan sebagainya dapat dimasukkan pula ke dalam kategori data primer dan
data sekunder. Kedua data tersebut sangat penting atau diperlukan untuk
ketepatan sejumlah informasi yang relevan dengan hasil observasi penelitian
untuk menyederhanakan data yang akan dikumpulkan, agar dalam penelitian
dapat membuat kesimpulan-kesimpulan dari data yang dikumpulkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka jenis data dalam penelitian yaitu:
59
a. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh peneliti
dari objek penelitian dilapangan. Sumber data yang dperoleh dengan
melakukan pengamatan dan wawancara secara langsung kepada subjek yang
yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian.
Data primer dalam penelitian ini bersumber dari Kasi Perencanaan
Perumahan dan Kawasan Permukiman Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman dan Sumber Daya Air, Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Dinas Perumahan Kabupaten Tulungagung, Kawasan Permukiman dan
Sumber Daya Air Tulungagung, Tim Fasilitator Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya Kbupaten Tulungagung, Kepala Dusun Desa Blendis,
Tim Fasilitator Lapangan Desa Blendis, masyarakat penerima Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya Desa Blendis.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara langsung
melalui arsip, dokumen, maupun laporan. Menurut Nasution (2011:143)
data sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain dengan maksud
tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut klasifikasi
mereka. Klasifikasi itu mungkin tidak sesuai dengan bagi keperluan peneliti
dank arena itu harus menyusunnya kembali menurut kepentingan dari
peneliti tersebut. Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini antara lain :
60
1. Undang-undang No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumhan Rakyat No
13/PRT/M/2016 Tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2014-2018 Kabupaten
Tulungagung
4. Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2015-2019
5. Rekapitulasi Data Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadya
Tahun 2015 s/d 2016 Kabupaten Tulungagung
6. Laporan Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di
Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung
Sedangakan sumber data yang di pakai dalam penelitian sebagai berikut :
1. Informan, yaitu orang-orang yang terlibat dan memahami secara detail
mengenai fokus permasalahan dan bersedia untuk memberikan informasi.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada :
a. Pak Sri Wijayatna Kasi Perencanaan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber
Daya Air Kabupaten Tulungagung
b. Pak Ulul Azmi Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung
c. Bu Yunita Koordinator Tim Fasilitator Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya Kabupaten Tulungagung
61
d. Pak Supriyadi Kepala Dusun Desa Blendis dan Penanggungjawab
Pelaksanaan Program BSPS di Desa Blendis
e. Pak Mison Tim Fasilitator Lapangan Desa Blendis
f. Pak Salamun Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Desa
Blendis
g. Bu Miren Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Desa
Blendis
h. Pak Sucipto Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Desa
Blendis
2. Dokumen, yaitu catatan tertulis yang digunakan peneliti dengan cara
mengumpulkan data dari orang lain atau lembaga yang menangani.
3. Tempat dan peristiwa, suatu tempat kejadian yang relevan dengan
masalah peneliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapatkan data, informasi maupun dokumen laporan
sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Menurut Sugiyono
(2014:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh
data. Tanpa teknik pengumpulan data maka peneliti tidak bisa mendapatkan
data dengan memenuhu dasar yang telah ditetapkan. Adapaun teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
62
1. Observasi menurut Moleong (2005:174) menjelaskan bahwa pengamatan
dilakukan supaya peneliti dapat mencari peristiwa dalam suatu situasi
yang berkaitan langsung dengan pengetahuan yang diperoleh melalui
data. Dalam menggunakan metode observasi dalam penelitian ini,
peneliti akan melaksanakan sebuah observasi secara langsung di Desa
Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung terkait dengan
implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa
Blendis. observasi yang dilakukan yaitu observasi non-partisipan, yaitu
peneliti tidak ikut dalam kehidupan/kegiatan yang akan diobservasi,
sehingga hanya sebagai pengamat saja. Hal ini dikarenakan ketika
peneliti mengadakan penelitian kegiatan peningkatan rumah penerima
bantuan sudah selesai dilakukan.
2. Wawancara, yaitu menurut Moleong (2007:186-191) wawancara adalah
percakapan yang dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh pewawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti
yang berhadapan langsung dengan narasumber untuk memperoleh data
dan informasi yang menunjang untuk bahan penelilian. Ada dua bentuk
wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Penelitian
terstruktur yaitu wawancara yang pewawancara menetapkan sendiri
masalah dan daftar pertanyaan secara terstruktur yang akan diajukan,
dengan tujuan tujuan mencari jawaban pada hipotesis kerja. Yang kedua
63
yaitu penelitian tak terstruktur adalah wawancara yang digunakan untuk
menemukan informasi dengan tidak ada batasan waktu bertanya dan
memberikan respon, serta responden terdiri dari mereka yang memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai permasalahan yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak struktur.
Karena dalam melakukan penelitan ini peneliti mengambil narasumber
yang memiliki pengetahuan terkait program tersebut. Yang menjadi
subjek wawancara dalam penelitian ini adalah:
a. Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air Kabupaten
Tulungagung.
b. Kasi Perumahan dan Kawasan Permukiman Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air Kabupaten
Tulungagung.
c. Kasun Desa Blendis dan penanggungjawab pelaksanaan program
BSPS di Desa Blendis.
d. Tim Fasilitator Lapangan Desa Blendis.
e. Koordinator Tim Fasilitator Lapangan Kabupaten Tulungagung.
f. Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis.
3. Dokumentasi, menurut Sugiyono (2014: 240) dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya monumental seseorang. Pengumpulan data
melalui dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto, dokumen atau
64
arsip lain yang terkait dengan program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data dan informasi serta untuk menggali data dalam
penelitian. Adapun intrumen penelitian sebagai berikut:
1. Peneliti Sendiri, salah satu ciri dari penelitian kualitatif adalah
memasukan unsur manusia atau peneliti sendiri sebagai alat dalam
pengumpulan data utama dalam penelitian. Terutama dalam proses
wawancara dan analisis data. Dengan cara menyaksikan dan
mengamati secara langsung peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan objek penelitian. Sehingga peneliti dapat menetapkan fokus,
serta mendapatkan data dengan cara menganalisis, mendiskripsikan
data serta membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti
mencari data terkait dengan implementasi program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya bagi masyarakat berpenghasilan
rendah di Desa Blendis.
2. Pedoman Wawancara, berisi rancangan pertanyaan digunakan oleh
peneliti unuk membantu mewawancarai informan, terkait
permasalahan dari suatu objek penelitian. Dalam penelitian ini,
pedoman wawancara yang digunakan peneliti adalah disesuaikan
dengan fokus yang telah ditentukan sebelumnya yakni terkait
65
dengan implementasi program BSPS bagi masyarakat
berpenghasilan rendah di Desa Blendis.
3. Catatan Lapangan, merupakan hasil dari penelitian yang didengar,
dilihat, dan dipikirkan dalam mengambil dan mengumpulkan data
dengan menggunakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini,
catatan lapangan digunakan untuk mencatat data yang diperoleh
dari lapangan ketika observasi berlangsung baik dari penglihatan,
pendengaran, dan kejadian yang berkaitan dengan implementasi
program BSPS di Desa Blendis.
G. Uji Keabsahan Data
Keabsahan data adalah keadaan di mana bahwa setiap keadaan
tersebut harus mampu mendemonstrasikan nilai yang benar, mempunyai
dasar/alasan atas nilai-nilai tersebut agar dapat diterapkan, sehingga dapat
memperoleh keputusan-keputusan dari luar yang dapat dibuat untuk
mendukung konsistensi dari prosedur analisis data dan sebagai kenetralan
dari data yang telah dikumpulkan dan keputusan-keputusannya (Moleong,
2011:320). Dalam memenuhi keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan
berdasarkan kriteria tertentu, antara lain :
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Teknik pemeriksaan ini berfungsi melaksanakan wawancara
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai
dan menunjukkan derajat kepercayaan dan hasil-hasil penemuan dengan
66
cara pembuktian oleh peneliti berdasarkan pada fakta dari yang diteliti
tersebut. Untuk mendapatkan dan memeriksa kredibilitas dalam penelitian
ini, maka peneliti melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1. Melakukan peerdebriefing : Hasil kajian didiskusikan dengan
orang lain yaitu dengan dosen pembimbing dan teman sejawat
yang mengetahui pokok-pokok pengetahuan tentang penelitian
dan metode yang diterapkan.
2. Triangulasi: Hal ini dilakukan oleh peneliti dimulai sejak
penelitian langsung ke lapangan dengan berbagai wawancara,
observasi, dan dokumentasi dengan tujuan untuk mengecek
kebenaran kebenaran data tertentu dan membandingkan dengan
data dari sumber lain.
2. Keteralihan (Transferability)
Keteralihan dapat dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan
kejadian empiris dan dibandingkan dengan kesamaan konteks antara
pengirim dan penerima. Berdasarkan hal tersebut, peneliti harus
menyediakan data deskriptif secukupnya untuk memastikan usaha
verifikasi yang diharapkan.
3. Ketergantungan (Dependability)
Kriteria ketergantungan merupakan pengganti istilah reabilitas,
dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji ulang proses audit yang
cermat terhadap seluruh komponen penelitian sampai hasil penelitian. Jika
67
beberapa kali mengadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi
yang sama dan hasil esensial yang sama, maka uji reabilitasnya berhasil.
4. Kepastian (Confirmability)
Kriteria kepastian berasal dari konsep objektivitas yang
menetapkan objektivitas tersebut dari segi kesepakatan antarsubjek.
Kriteria kepastian ini dilakukan peneliti untuk menentukan apakah hasil
yang didapat benar atau salah sehingga perlu mendiskusikan dengan dosen
pembimbing maupun narasumber lainnya terhadap hasil temuan yang ada
di lapangan.
H. Analisis Data
Analisis data kualitatif menutut Bogdan dalam Sugiyono
(2008:244) adalah proses mencari dan menyusun secara langsung secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. dalam penelitian ini analisis data
dilakukan dengan observasi dan wawancara. Dengan teknik analisis data
yang digunakan model interaktif dari Miles, Huberman dan Saldana yang
menyatakan bahwa dalam melakukan analisis data terdapat beberapa
komponen yang meliputi:
68
Gambar 3: Analisis Data Model Interaktif
Sumber: Miles, Huberman, & Saldana (2014:14)
1. Kondensasi Data (Data Condensation)
Kondensasi data mengacu pada proses penetapan fokus,abstrak,
menyederhanakan sebuah data yang diperoleh dari catatan lapangan,
wawancara, dokumen, dan bahan empirik lainnya agar membuat data lebih
kuat. Kondensasi data juga digunakan dalam bentuk menajamkan dan
memfokuskan data yang nantinya akan dapat menarik kesimpulan.
Kondensasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
memilah dan mengelompokan hasil wawancara serta data-data yang
diperoleh peneliti sesuai dengan fokus yang ada. Hal ini akan
mempermudah peneliti dalam mengolah dan mendeskripsikan data terkait
dengan implementasi program BSPS di Desa Blendis.
2. Penyajian Data ( Data Display)
Penyajian data adalah kegiatan analisis yang mengorganisasikan
dan memaparkan informasi dalam pembuatan kesimpulan dan gambar serta
tindakan yang dilakukan dalam penyajian data dimana dapat mempermudah
dalam menganalisis data yang sudah diketahui. Dalam penelitian kualitatif
data disajikan dalam bentuk uraian singkat, tabel, hubungan antar kategori,
69
flowchart dan lain-lain. Tujuan adanya penyajian data guna mempermudah
peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan apa yang
harus dilakukan selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami.
Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyajikan data dan
hasil wawancara yang telah diperoleh terkait implementasi program BSPS
bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Desa Blendis dan apa
keterkaitannya dengan teori yang ada di BAB II untuk kemudian ditarik
kesimpulan terkait hasil yang terjadi antara data dan teori agar mudah
dipahami oleh peneliti.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verifying)
Bagian terakhir yaitu kegiatan analisis yang merupakan penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, kemudian
mencari arti dari data tersebut, mencatat kejelasan peraturan, konfigurasi-
konfigurasi yang memungkinkan alur sebab akibat. Kesimpulan
memungkinkan tidak ada kejelasan pada awalnya, kemudian akan semakin
eksplisit tergantung pada catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan,
metode pengambilan, dan batas waktu yang diperlukan. Dalam peneliti ini,
penarikan kesimpulan dilakukan oleh peneliti setelah melakukan penyajian
data, memahami serta menganalisis apa yang terdapat dalam penyajian data
terkait dengan implementasi program BSPS bagi masyarakat berpenghasilan
rendah di Desa Blendis.
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Tulungagung
a. Kondisi Geografis
Kabupaten Tulungagung merupakan Kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Tulungagung memiliki luas wilayah
1.055,65 Km2 yang terlentak diantara 111o 43’ – 112o 07’ Bujur Timur dan 7
o51’ -8 o 18’Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Tulungagung terdiri dari
19 Kecamatan, 257 Desa, dan 14 Kelurahan
Gambar 4. Peta Lokasi Kabupaten Tulungagung(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung,2016)
71
Batas-batas wilayah Kabupaten Tulungagung meliputi :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Kediri
b. Sebelah Timur : Kabupaten Blitar
c. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
d. Sebelah Barat : Kabupaten Trenggalek
Kondisi Kabupaten Tulungagung terdiri dari dataran rendah,
sedang, dan tinggi dengan konfigurasi datar, perbukitan dan pegunungan.
Dataran rendah merupakan daerah dengan ketinggian dibawah 500 m dari
permukaan air laut. Daerah ini hampir di semua wilayah Kabupaten
Tulungagung, kecuali di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang
dengan ketinggian 500-700 meter dari permukaan air laut meliputi
Kecamatan Pagerwojo sebanyak 6 desa dan Kecamatan Sendang 5 desa.
Dataran tinggi dengan ketinggian diatas 700 meter dari permukaan lat terdiri
dari 1 desa di Kecamatan Pagerwojo dan 2 desa di Kecamatan Sendang.
b. Kondisi Demografis
Penduduk Kabupaten Tulungagung menurut hasil sensus penduduk
akhir tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,51% disbanding akhir
tahun 2014, yaitu dari 1.015.974 jiwa menjadi 1.021.190 jiwa di tahun 2015,
yang terbagi atas laki-laki sebnayak 497.689 jiwa dan perempuan 523.492
jiwa. Dengan kepadatan penduduk di Kabupaten Tulungagung rata-rata
rata-rata adalah 967 jiwa/km2 . Adapun jumlah penduduk Tulungagung pada
tahun 2010, 2014, 2015 sebagai berikut
72
Tabel 7. Jumlah Penduduk(ribu) menurut Kecamatan diKabupaten Tulungagng Tahun 2010, 2014, 2015
No Kecamatan
Tahun
2010 2014 2015
1 Besuki 33.900 34.724 34.8862 Bandung 42.216 43.048 43.2033 Pakel 47.873 49.473 49.8134 Campurdarat 53.755 55.929 56.4075 Tanggunggunung 23.343 24.136 24.3056 Kalidawir 63.541 64.232 64.3237 Pucanglaban 21.883 22.157 22.1978 Rejotangan 70.262 72.300 72.7209 Ngunut 74.949 77.259 77.74010 Sumbergempol 63.761 65.822 66.25611 Boyolangu 76.499 80.099 80.90912 Tulungagung 65.123 65.915 66.03213 Kedungwaru 85.389 88.440 89.10014 Ngantru 52.276 54.323 54.77015 Karangrejo 39.038 39.524 39.59616 Kauman 49.087 49.688 49.77617 Gondang 53.999 54.493 54.55018 Pagerwojo 30.018 30.427 30.49119 Sendang 43.246 43.985 44.116
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung, 2016)
Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara
administratif Kabupaten Tulungagung mempunyai 19 Kecamatan. Dimana
pada tahun 2010, 2014, 2015 penduduk dimasing-masing kecamatan di
Kabupaten Tulungagung mengalami peningkatan. Kecamatan di Kabupaten
Tulungagung yang memiliki jumlah penduduk tinggi pada tahun 2010, 2014,
dan 2015 adalah Kecamatam Kdeungwaru, sedangkan kecamatan yang
memiliki penduduk rendah pada tahun 2010, 2014, 2015 adalah Kecamatan
Pucanglaban.
73
c. Iklim
Hari dan cuaca antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan topografi, perputaran/pertemuan arus udara. Hari hujab di
Kabupaten Tulungagung terbesar berada di bulan Maret dan terkecil di
bulan Oktober. Sedangkan curah hujab terbesar ada di bulan April
sedangkan terendah di bulan Oktober. Rata-rata curah hujan di Kabupaten
Tulungagung selama tahun 2015 adalah 120 mm, ini berarti lebih rendah di
banding tahun 2014 yang sebesar 126 mm.
Grafik 5. Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten TulungagungTahun 2015
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung, 2016)
Berdasarkan grafik diatas dapat dismpulkan bahwa curah hujan
terbesar di Kabupaten Tulungagung adalah di bulan April, Mei, dan Juni.
Sedangkan curah hujan terendah di Kabupaten Tulungagung berda di bulan
Oktober, November, dan Desember.
74
Grafik 6. Hari Hujan menurut Bulan di Kabupaten TulungagungTahun 2015
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung, 2016)
d. Indeks Pembagunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu ukuran
keberhasilan pencapaian pembangunan dalam konteks kesejahteraan sosial
dan merupakan salah satu indikator keberhasilan upaya membangun kualitas
hidup serta melihat seberapa jauh pertumbuhan ekonomi berdampak pada
pembangunan manusia. Hal ini juga akan berpengaruh sejauh mana
kebutuhan infrastruktur khususnya jalan yang harus dipenuhi oleh
Pemerintah. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tulungagung pada
tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Indeks Harapan Hidup : 72,88
Indeks Pendidikan : 0,81
Indeks Daya Beli (indek PP) : 0,69
75
Berdasarkan dari data tersebut, dapat diketahui IPM Kabupaten
Tulunagaung Tahun 2014 sebesar 69,49
e. Kebijakan Pembangunan Daerah
Visi
Berdasarkan kondisi saat ini dan isu-isu strategis pada 5
(lima) tahun mendatang serta penggalian dan pesepsi masyarakat yang
telah dilakukan, maka Visi Pemerintah Kabupaten Tulingagung pada
tahun 2014-2018 :
“Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Tulungagung
Melalui Peningkatan Sumberdaya Manusia Yang
Profesional Berdasarkan Iman Dan Taqwa”
Pada hakekatnya Visi ini menggambarkan Kabupaten Tulungagung
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya akan dicapai melalui
peningkatan sumebrdaya manusia yang professional yang berpegang
teguh pada iman dan tawa.
a. Visi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Tulungagung
adalah sebuah kondisi masyarakat yang ayem, tentrem, mulyo lan
tinoto.
b. Visi Meningkatkan Sumberdaya Manusia Yang Professional
adalah manusia yang melaksanakan pembangunan lebih
mendepankan kualitas kinerja, dengan etos kerja yang tinggi yang
bermoral dan beretika.
76
c. Visi Berdasarkan Iman Dan Takwa adalah melandaskan setiap
tindakan berdasarkan norma dan kaidah agama.
Misi
Dalam rangka mewujudkan visi perlu disusun misi yang
merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan keinginan kondisi tentang masa
depan. Sesuai dengan visi diatas maka drumuskan Misi Pemerintah
Kabupaten Tulungagung untuk periode 2014-2018, sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan pendidikan yang murah dan
berkualitas serta pelestarian/pengembangan kebudayaan.
2. Peningkata pelayanan dibidang kesehatan yang murah
dan berkualitas.
3. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik,
transparan, akuntabel, responsive, dan demokratis.
4. Peningkatan pembangunan infrastruktur yang berbasis
pemerataan pembangunan dan pengembangan wilayah
untuk mendorong percepatan pembangunan sektor-
sektor yang lain.
5. Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis (UKM,
pertanian, peternakan, perikanan, dan pariwisata serta
perkebunan) melalui kegiatan kewirausahan
6. Pengentasan dan penanggulangan kemiskinan dengan
pola terpadu.
77
2. Gambaran Umum Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung
a. Kondisi Geografis
Desa Blendis merupakan salah satu desa di Kabupaten
Tulungagung, lebih tepatnya secara geografis posisinya berada di wilayah
Kabupaten Tulunggaung bagian barat, yaitu berada di wilayah Kecamatan
Gondang. Dengan jarak tempuh sekitar 6 km dan jarak tempuh ke ibu kota
kabupaten/kota sekitar 16 km, sedangkan jarak tempuh dari ibu kota
provinsi sekitar 140 km. Kondisi jalan di desa Blendis beragam ada jalan
tanah, jalan paving, dan jalan aspal. Namun rata-rata jalan di desa Blendis
adalah jalan paving.
Desa Blendis terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Ngampon,
Dusun Krajan, dan Dusun Sumurlo. Luas wilayah desa Blendis ±213.895
Ha. Aparat pemerintahan desa Blendis sendiri sebanyak 10 (sepuluh) orang
dan satu (1) unit kerja. Batasan wilayah desa Blendis meliputi :
a. Sebelah utara : Desa Kedungcangring
b. Sebelah selatan : Desa Sidomulyo
c. Sebelah timur : Desa Tiudan
d. Sebelah barat : Desa Sidem
.
78
Gambar 7. Kantor Kepala Desa Blendis(Sumber: data sekunder peneliti, 2017)
b. Kondisi Demografis Desa Blendis
Desa Blendis Kecamatan Gondang mempunyai jumlah penduduk
2033 orang, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 993 orang dan
jumlah penduduk perempuan 1040 orang dengan jumlah kepadatan
penduduk 300 jiwa/km2. Adapun tabel jumlah penduduk Desa Blendis
ditahun 2016 dan tahun 2017 sebagai berikut :
Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Blendis Tahun 2016-2017Jumlah(tahun)
Laki-laki(orang)
Perempuan(orang)
2016 993 10402017 993 1043
(Sumber: Laporan Tahunan Desa Blendis, 2016)
Berdasarkan tabel tersebut penduduk Desa Blendis pada tahun2016
s/d 2017 mengalami peningkatan.Namun peningkatan penduduk di Desa
Blendis hanya pada jenis kelamin perempuan, sedangkan untuk jenis
kelamin laki-laki tetap.
79
Letak Desa Blendis berada di lereng pengunungan pagerwojo.
Mata pencaharian maasyarakat desa Blendis rata-rata adalah petani palawija
dan pembuat batu-bata, selain itu masyarakt Desa Blendis juga bekerja di
sektor industri kecil dan rumah tangga. Adapun sektor mata pencaharian
masyarakat Desa Blendiis sebagai berikut
Tabel 9 . Sektor Mata Pencaharian Masyarakat Desa BlendisSektor Mata Pencaharian Jumlah (Orang)
Sektor Industri Kecil & Rumah Tangga
1. Pengrajin industri rumahtangga lainnya
6
2. Tukang anyaman 323. Tukang batu 574. Tukang jahit 455. Tukang kayu 36. Tukang kue 57. Tukang rias 18. Tukang sumur 4
Sektor Industi Menengah Besar1. Karyawan perusahaan
pemerintah1
2. Karyawan perusahaanswasta
22
Sektor Jasa1. Buruh migran laki-laki 332. Buruh migran perempuan 32
Buruh usaha hotel dan penginapanlainnya
1
(Sumber: Laporan Tahunan Desa Blendis, 2016)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sektor mata
pencaharian masyarakat Desa Blendis terbagi menjadi tiga sektor utama
yaitu, sektor industri kecil dan rumah tangga, sektor industri menengah
besar, dan sektor jasa. Namun berdasarkan tabel tersebut sektor
80
pencaharian masyarakat Desa Blendis berada di industri kecil dan
rumah tangga. namun tidak sedikit juga masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai buruh jasa maupun buruh diperusahaan.
c. Struktur Organisasi Desa Blendia Kecamatan Gondang KabupatenTulungagung
Gambar 8. Struktur Pemerintahan Desa Blendis KecamatanGondang Kabupaten Tulungagung
(Sumber: Data Sekunder Peneliti, 2016)
Berdasarkan gambar diatas struktur pemerintahan Desa Blendis,
Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung adalah
1. Kepala Desa Blendis
2. Sekertaris Desa Blendis
3. Kaur Pemerintahan Desa Blendis
4. Kaur Umum Desa Blendis
5. Kaur Kesra Desa Blendis
6. Kaur Keuangan Desa Blendis
81
7. Kaur Pembangunan Desa Blendis
8. Staf Pelaksana Desa Blendis
9. Kasun Ngampon Desa Blendis
10. Kasun Krajan Desa Blendis
11. Kasun Sumurlo Desa Blendis
B. Gambaran Umum Situs Penelitian
1. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air
Gamabar 9. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan SumberDaya Air
(Sumber: Data Sekunder Peneliti)
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air
Kabupaten Tulngagung terletak di Jalan Panglima Sudirman Gg. 8 No. 31
Kepatihan Kabupaten Tulungagung. Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman, dan Sumber Daya Air merupakan dinas baru di Kabupaten
Tulungagung yang didirikan pada tahun 2016 sesuai dengan Peraturan
Bupati Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perumahan, Kawasan Perumahan
82
dan Sumber Daya Air. Fungsi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman
dan Sumber Daya Air sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan bidang perumahan, kawasan permukiman
pertanahan dan sumber daya air
b. Pelaksanaan kebijakan bidang perumahan, kawasan permukiman,
pertanahan dan sumber daya air
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perumahan, kawasan
permukiman, pertanahan, dan sumber daya ait
d. Pelaksanaan administrasi dinas
e. Pelaksanaan fngsi lain yang diberikan oleh bupat terkait dengan
fungsi dan tugasnya.
Susunan Organisasi pada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman
dan Sumber Daya Air sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahi
1. Sub Bagian Perencanaan
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, membawahi :
1. Seksi Perencanaan Perumahan dan kawasan Permukiman
2. Seksi Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman
3. Seksi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU)
d. Bidang Pertanahan, membawahi :
83
1. Seksi Tata Guna Tanah
2. Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah
3. Seksi Pembinaan, Pengawasan, dan Penanganan masalah tanah
e. Bidang Pembangunan dan Pengembangan Sumber Daya Air,
membawahi
1. Seksi Perencanaan dan Pengawasan Sumber Daya Air
2. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Sumber Daya Air
3. Seksi Pelestarian Sumber Daya Air
f. Bidang Operasional dan Pemiliharaan Jaringan Irigrasi,
membawahi :
1. Seksi Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jaringan Irigrasi
2. Seksi Operasional dan Pengelolaan Jaringan Irigrasi
3. Seksi Pembinaan dan Penyuluhan Jaringan Irigrasi
g. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
h. Kelompok Jabatan Funsional
84
Gambar 10. Struktur Organisasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman,dan Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung
(Sumber: Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber DayaAir)
85
2. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Gambar 11. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan RuangKabupaten Tulungagung
(Sumber: Data Sekunder Peneliti)
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya terletak di
Jalan A. Yani Timur No 37 Kabupaten Tulunagaung. Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Tulungagung didirikan
berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 52 Tahun 2016 tentang Tugas, Fungsi,
dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang. Adapun tugas
Dinas Pekerjaan Umum Bina Perumahan dan Cipta Karya sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang
b. Pelaksanaan kebijakan bidang pekerjaan dan penataan ruang
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang
d. Pelaksanaan administrasi dinas
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberkan oleh bupati terkait
dengan tugas dan fungsinya.
86
Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai
berikut :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Perencanaan
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Bina Marga, membawahi :
1. Seksi Perencanaan teknis dan evaluasi jalan dan jembatan
2. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan
3. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
d. Bidang Infrastruktur Persampahan dan Pertamanan,
membawahi :
1. Seksi Infrastruktur Persampahan
2. Seksi Pertamanan dan Persampahan
3. Seksi Instalasi Listrik dan Penerangan Jalan Umum
e. Bidang Cpta Kaya, membawahi :
1. Seksi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
2. Seksi Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
3. Seksi Infrastruktur Permukiman dan Drainase Lingkungan
f. Bidang Tata Ruang dan Tata Bangunan, membawahi :
1. Seksi Perencanaan Tata Ruang dan Tata Bangunan
2. Seksi Pemanfaatan Tata Ruang dan Bangunan
87
3. Seksi Pengendalian Tata Ruang dan Bangunan
g. Bidang Jasa Konstruksi, membawahi :
1. Seksi Pembinaan Jasa Konstruksi
2. Seksi Pemberdayaan Jasa Konstruksi
3. Seksi Pengawasan Jasa Konstruksi
h. Bidang Laboratorium dan Perbengkelan, membawahi :
1. Seksi Laboratorium Bahan dan Material
2. Seksi Pengembangan Teknologi Bahan Bangunan
3. Seksi Perbengkelan dan Alat Berat
i. Unit Pelaksana Teknis Dinas
j. Kelompok Jabatan Fungsional
88
Gambar 12. Struktur Organisasi Dinas Pekejaan dan Penataan RuangKabupaten Tulungagung
(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang)
89
C. Penyajian Data Fokus Penelitian
1. Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis Kecamatan
Gondang Kabupaten Tulungagung
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan salah
satu program nasional dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Program ini diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No 15/PRT/M/2016 Tentang Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya. Tujuan dari program ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan rumah yang tidak layak huni bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat berpenghasilan
rendah membangun atau meningkatkan kualitas rumah secara swadaya agar
terciptanya rasa nyaman dan aman, karena rumah merupakan kebutuhan
yang wajib dipenuhi oleh semua orang. Untuk dapat mengetahui
sejauhmana program BSPS dapat mengurangi rumah tidak layak huni maka
program ini harus diimplementasikan.
Implementasi bantuan ini bersifat dana stimulan, sebagaimana hal
ini dijelaskan oleh Pak Ulul selaku Kasi Prasarana, Sarana, Utilitas,
mengatakan bahwa :
“pelaksanaan bantuan ini bersifat dana stimulan dan swadaya mbak,stimulan disini adalah dana yang diberikan kepada penerimabantuan merupakan dana perangsang agar dapat memperbaiki danmeningkatkan kualitas rumah mereka, sedangkan swadaya disiniadalah dalam membangun rumah atau memperbaiki kualitasrumah mereka dituntut untuk melakukan swadaya, swadaya disiniboleh dilakukan sendiri oleh penerima bantuan atau penerima
90
bantuan dapat memperkerjakan seseorang dengan membayar upahpekerja tersebut.(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung )
Berdasarkan dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam implementasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya penerima
bantuan diberikan dana stimulan yaitu dana yang digunakan sebagai
pendorong untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas rumah penerima
bantuan. Selain itu dalam implementasi Bantuan Stimulan Perumahan
Swadya penerima bantuan harus siap dalam menyiapkan swadaya, berupa
tenaga dalam pembangunan dan peningkatan kualitas rumah.
Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu Kabupaten/Kota di
Jawa Timur yang menerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, sejak
tahun 2015. Dalam pelaksanannya sudah ±3.364 unit rumah tidak layak
yang tersebar di sebelas (11) Kecamatan di Kabupaten Tulungagung yang
menerima program Bantuan Stimulan Perumahan Swadya. Selain itu,
pelaksanaan program ini sejalan dengan misi keenam (6) Kabupaten
Tulungagung, yaitu Pengentasan dan Penanggulangan Kemiskinan dengan
Pola Terpadu. Salah satu desa di Kabupaten Tulungagung yang menerima
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya adalah Desa Blendis. Desa
Blendis merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Gondang.
Pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa
Blendis cukup baik dibandingkan dengan beberapa desa di Kecamatan
Gondang, sebagaimana dipaparkan oleh Pak Supri Kepala Dusun Desa
91
Blendis sekaligus penanggungjawab pelaksanaan program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis mengatakan bahwa:
“pelaksanaan program BSPS dulunya Bedah rumah cukup baikmbak dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Gondang, inibisa dilihat dari proses pembangunan rumah yang tepat waktu,sertapencairan dana juga lancar mbak Alhamdulillah,”(Sumber: Wawancara dilakukan tanggal 3 Mei 2017 di KantorBalai Desa Blendis)
Sebagaimana hasil wawancara oleh Pak Supri selaku Kepala
Dusun Desa Blendis sekaligus penanggungjawab pelaksanaan program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis Kecamatan
Gondang Kabupaten Tulungagung pelaksanaan program tersebut sudah baik
hal ini bisa dilihat dari proses pembangunan rumah yang selesai tepat waktu
serta pencairan dana yang lancar.
Model implementasi yang digunakan untuk menganalisa
implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di Desa Blendis Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung adalah dengan menggunakan teori implementasi
kebijakan dari Charles O. Jones. Model implementasi digunakan untuk
mengukur keberhasilan yang ingin dicapai dalam sebuah kebijakan atau
program. Model implementasi kebijakan Charles O. Jones menggunakan 3
(tiga) aspek dalam mengukur keberhasilan suatu kebijakan diantaranya
melalui aspek organisasi, aspek intrepretasi, dan aspek penerapan atau
aplikasi, yang dijelaskan sebagai berikut:
92
1. Aspek Interpretasi
Indikator implementasi yang pertama menurut Charles O. Jones
adalah interpretasi. Disini Charles O. Jones mengungkapkan interpretasi
adalah aktivitas pelaksana kebijakan yang menafsirkan agar program
(seringkali dalam hal status) menjadi rencana dan pengarahan yang tepat
dan dapat diterima serta dilaksanakan implementasinya. Dalam
implementasi program Bantuan Stimulan Peruamahan Swadaya bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di Desa Blendis aspek interpretasi dapat
dilhat dari kejelasan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya,
bimbingan teknis atau pelatihan TFL Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya, sosialisasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
a. Kejelasan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Interpretasi sebuah program juga diartikan sebagai kejelasan suatu
program. Maksudnya adalah sebuah program harus memiliki mengapa
program itu dibuat dan untuk siapa program itu dibuat. Kejelasan program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya menurut Pak Ulul Kasi Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber
Daya Air mengatakan
“program BSPS ini merupakan bantuan dari pemerintah pusatterkait dengan pengadaan rumah bagi masyarakat berpenghasilanrendah. Masyarakat berpenghasilan rendah adalah masyarakat yangmemiliki penghasilan dibawah 1,2 juta yang dinyatakan olehkelurahan atau desa, untuk pengerjaan rumah dilakukan dengancara swadaya. Untuk kriteria rumah penerima bantuan stimulanperumahan swadaya dapat dilihat dari keadaan atap, lantai, dandinding.”
93
(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Pendapat serupa tentang kejelasan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya juga dijelaskan oleh Pak Supri Kepala Dusun Desa
Blendis, mengatakan bahwa:
“program ini diperuntungkan untuk masyarakat yang memilikiketerbatasan dalam pengadaan rumah mbak, hal ini disebabkankarena mereka mempunyai penghasilan yang pas-pasan, selain itudalam program ini penerima bantuan dituntut untuk melakukanswadaya, hal ini juga sudah tertulis di Peraturan MenteriPekerjaan Umum dan Perumhan Rakyat No 13/PRT/M/2016tentang Bantuan Stimulan Perumhan Swadaya mbak, bahwaprogram ini diperuntungkan untuk masyarakat berpenghasilanrendah, selain itu juga dilihat dari keadaan rumah calon penerimabantuan mbak, misalnya keadaan rumah dilihat dari atap, dinding,dan lantai.”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 diKantor Balai Desa Blendis)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan program
Bantuan Stimulan Swadya sudah jelas untuk pelaksanaanya. Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya merupakan salah satu program dari
pemerintah pusat yang berkaitan dengan pengadaan rumah tidak layak huni
secara swadaya. Sasaran dari program ini menurut Peraturan Menteri
Pkerejaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah Masyarakat
Berpengahasilan Rendah (MBR), dimana maksud dari Masyarakat
Berpenghasilan Rendah adalah masyarakat yang memiliki penghasilan
dibawah 1,2 juta yang dinyatakan oleh Kelurahan/Desa. Selain penerima
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dapat dilihat dari keadaan
rumah meliputi keadaan atap, dinding, dan lantai.
94
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan salah satu
program nasional yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan No.13/PRT/M/2016 tentang Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya. Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya sejalan dengan visi dari Direktorat Jendral Penyediaan Perumahan,
yaitu “ Setiap Orang/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah
Yang Layak Huni” oleh karena itu arah kebijakan Direktorat Rumah
Swadaya Tahun 2015-2019 tergambar pada Program Pengembangan
Perumahan. Dikutip dalam Rencana Srategis Direktorat Jendral Penyediaan
Perumahan 2015-2019 bahwa tujuan dari dari program ini adalah
menurunkan angka kekurangan rumah (backlog) sebesar 250.000 unit dan
mengentaskan Rumah Tidak Layak Huni (RLTH) sebesar 1.500.000 unit
yang harus ditangani selama kurun waktu 2015-2019.
Sasaran Strategis yang hendak dicapai oleh Direktorat Rumah
Swadaya adalah sebagai berikut:
95
Gambar 13. Sasaran Penunjang dan Uraian Kegiatan DirektoratRumah Swadaya
Sumber: Rencana Staregis Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019
b. Alur dan Permohonan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di
Desa Blendis
Masyarakat berpenghasilan rendah untuk memperoleh rumah layak
huni dari program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya harus melalaui
alur serta tata cara permohonan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2016.
96
Adapun prosedur dalam Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya adalah
sebagai berikut:
a. Ketua RT/RW setempat mencari rumah tidak layak huni dilingkungan
sekitar
b. Ketua RT/RW mengusulkan rumah tidak layak huni kepada Desa terkait
selanjutnya diteruskan ke Kecamatan
c. Selanjutnya Kecamatan mengusulkan data yang diperoleh dari Desa
kepada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
d. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
memverifikasi data yang diperoleh dan disetujui kemudian data
diserahkan ke Kecamatan dan diteruskan ke Desa
e. Nama-nama yang sudah diverifikasi kemudian diwajibkan untuk
membuat kelompok tim/teknis dan menyusun proposal yang berisi surat
permohonan, fotokopi KTP, fotokopi KK, surat keterangan tidak mampu
dari Desa, foto fisik keadaan rumah sebelum dibedah, dan surat atas
kepemilikan tanah
f. Proposal diserahkan kepada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman,
dan Sumber Daya Air
g. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
melakukan verifikasi proposal
h. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
melakukan survei lapangan untuk melihat keadaan rumah calon
penerima bantuan
97
i. Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
mengadakan rapat untuk menentukan nama calon penerma BSPS
j. Ketua dan bendahara dari amsing-masing KPB dipanggil dan dilakukan
proses administarsi untuk pencairan dana
k. Pencairan dana lagsung ditransfer oleh Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah melalui rekening Bank Jatim
Terkait alur dan permohonan Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya juga dipaparkan oleh Pak Ulul selaku Kasi Prasarana, Sarana dan
Utilitas Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
Kabupaten Tulungagung bahwa :
“untuk mendapatkan rumah layak huni ada alurnya mbak, jadidisini desa melalui ketua RT/RW mendata warganya yang kira-kiramasuk kriteria rumah tidak layak huni, selanjutnya data warga yangtelah terkumpul dikirim ke Kecamatan, dari Kecamatan diteruskanke Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air,selanjutnya tim teknis dari dinas melakukan survei lapangan,kemudian data dari kecamatan kita validasi dan kemudian kitaserahkan kepada kecamatan, untuk diteruskan ke desa, kemudianwarga yang sudah fix mendapatkan bantuan wajib membukarekening Bank Jatim untuk penyaluran dana”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Hal senada juga dipaparkan oleh Pak Supri selaku
Penanggungjawab pelaksanaan Program BSPS di Desa Blendis menjelaskan
bahwa :
“untuk alur permohonan calon penerima bantuan wajibmenyertakan fotokopi KTP, fotokopi KK, foto keadaan rumahsebelum mendapatkan program BSPS, dan surat atas kepemilikantanah. Untuk prosesnya kita mendata rumah warga yang tidak layakhuni selanjutnya kita serahkan ke Kecamatan, dan dari Kecamatanditeruskan ke Dinas mbak seatau saya”
98
(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 diKantor Kepala Desa Blendis )
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa tata cara
permohonan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sudah dapat
dijelaskan diatas. Untuk mendapatkan rumah program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya calon penerima harus melampirkan beberapa syarat
untuk menunjang permohonan program yaitu seperti fotokopi KTP, fotokopi
KK, foto keadaan rumah sebelum mendapatkan program BSPS, dan surat
keterangan atas kepemilikan tanah. Adapun Flowchart dalam alur
permohonan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sebagai
berikutt:
Pemohon Dinas Perumahan Dinas perumahanMendaftar kepada Membuat proposal (melakukan verifikasi) (verifikasiKecamatan lapangan)
Penentuan calon penerima BSPS
BPKAD mengeluarkan SPP Dinas PerumahanMencairkan dana ke BPKAD melaukan proses administratif pencairanMelalui Bank Jatim dana
Penerima Bantuan
Gambar 14. Flowchart alur permohonan Program BSPSSumber : Hasil Wawancara dengan Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas DinasPerumahan, Kawasan Pemukiman dan Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan dari flowchart diatas dapat disimpulkan bahwa alur
dan permohonan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya melalui
tahap yang sangat panjang, dari mulai pendataan calon penerima bantuan
99
yang dilakukan oleh RT/RW, data yang telah terkumpul diserahkan ke
Kecamatan yang kemudian diajukan ke Dinas Perumaha untuk di validasi
yang kemudian diberikan oleh Bupati, dan dikembalikan ke Dinas
Perumahan, selanjutnya diserahkan kepada Kecamatan yang kemudian
diteruskan ke Desa calon penerima bantuan.
c. Bimbingan Teknis atau Pelatihan Tim Fasilitator Lapangan
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Pelaksana program bantuan perlu memiliki interpretasi atau
penafsiran yang seragam. Salah satunya adalah dengan bimbingan teknis
atau pelatihan kepada para pelaksana program. Di Kabupaten Tulungagung
para pelaksana program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya diberikan
bimbingan teknis atau pelatihan sebelum terjun ke masyarakat. Hal ini
sebagimana diungkapkan oleh Pak Ulul Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air Kabupaten
Tulunagagung bahwa :
“ada bimbingan teknis atau pelatihan bagi pelaksana program,disini pelaksana program yaitu Tim Fasilitator Lapangan ya mbak.Bimbingan teknis atau pelatihan disini melalui seminar, diklatdimana didalamnya dijarkan membuat Rencana Anggaran Biaya(RAB), cara menghadapi masyarakat, dan membuat/menyusunlaporan”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Pak Mison Tim Fasilitator
Lapangan Desa Blendis, beliau mengatakan bahwa :
100
“ada, bimbingan teknis atau pelatihan ini dapat membantu kitasebagai TFL dalam menyelesaikan pelaksanaan program BSPS inimbak”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 27 April 2017dikediaman narasumber)
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan teknis atau pelatihan sangat penting dilakukan, terutama untuk
Tim Fasilitator Lapangan. Bimbingan teknis atau pelatihan di Kabupaten
Tulungagung dlakukan melalui seminar serta diklat dapat membantu Tim
Fasilitator Lapangan dalam memahami tugas dan fungsi mereka. Selain itu
seperti yang diungkapkan oleh TFL Desa Blendis bahwa kegiatan
bimbingan teknis atau pelaitihan dapat membantu mereka dalam
menyelesaikan pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya.
d. Sosialisasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis
Sosialisasi dalam impmemntasi suatu program merupakan hal yang
paling penting dilakukan. Hal untuk memberikan informasi yang baik untuk
masyarakat, pemerintah dan para pelaksana program. Sosialisasi dalam
pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Kabupaten
Tulungagung sudah dilakukan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Pak
Sri Wijayatna Kasi Perumahan dan Kawasan Permukiman, mengatakan
bahwa:
“ada mbak sosialisasi terkait program Bantuan StimulanPerumahan Swadaya. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikankepada masyarakat tentang pelaksanaan program BSPS ini diKabupaten Tulungagung. Sosialisasi dilakukan disetiap desa ataukecamatan penerima bantuan mbak”
101
(Sumber:Wawancara dilakukan pada tanggal 19 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Kasi Perumahan dan
Kawasan Permukiman dapat disimpulkan bahwa sosialisasi terkai program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Kabupaten Tulungagung telah
dilakukan. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait
program BSPS. Sosialisasi dilakukan di Desa atau Kecamatan penerima
bantuan, hal ini diharapkan agar masyarakat dapat dengan mudah mengikui
rangkaian sosialisasi. Sebagai salah satu desa di Kabupaten yang menerima
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Desa Blendis juga menerima
kegiatan sosialisasi, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Pak Supri
Kepala Dusun Desa Blendis, mengatakan bahwa:
“ada mbak sosialisasinya, penerima bantuan dikumpulkan di balaidesa untuk di berikan sosialisasi terkait pelaksanaan program BSPS.antusiasme masyarakat dalam sosialisasi ini sangat antusias mbak,banyak warga yang datang untuk mengikuti sosialisasi. Pematerisosialisasi dari TFL, Tim Teknis, Kepala Desa sama pak CamatGondang mbak”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 diKantor Balai Desa Blendis)
Dari hasil wawancara dengan Ketua Dusun Desa Blendis dapat
disimpulkan bahwa sosialisasi di Desa Blendis yang diadakan di balai desa
setempat mendapat respon yang baik dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat
dari antusiasme masyarakat yang mengikuti sosialisasi tersebut. dalam
sosialisasi dihadiri oleh para pelaksana program Bantuan Stimulan
102
Perumahan Swadaya yang meliputi Tim Teknis, Tenaga Fasilitator
Lapangan, Kepala Desa Blendis, dan Camat Gondang.
Gambar 15. Sosialisasi Kabupaten Bantuan Stimulan PerumahanSwadaya
(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang KabupatenTulungagung)
Gambar 16. Sosialisasi Desa Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya(Sumber: Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber
Daya Air Kabupaten Tulungagung)
Proses sosialisasi di Kabupaten Tulungagung dilakukan oleh Tim
Fasilitator Lapangan dan Tim Teknis program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya. Rangkaian sosialisasi dilakukan dua (2) kali, sebagimana
103
diungkapkan oleh Pak Ulul Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas,
mengatakan
“sosialisasi terkait Bantuan Stimulan Perumahan Swadayadilakukan sebanyak dua (2) kali. yaitu sosialisasi desa satu (1) kalidan sosialisasi kabupaten satu (1) kali. Pelaksana sosialisasi sendiridari kita sebagai Tim Teknis dan Tim Fasilitator Lapangan mbak”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Berdasarkan wawancara dengan Kasi Prasarana, Sarana, dan
Utilitas dapat disimpulkan bahwa untuk memberikan pemahaman
masyarakat terkait program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya tim
teknis dan Tim Fasilitator Lapangan memberikan sosialisasi sebanyak dua
(2) kali yaitu pada sosialisasi desa dan sosialisasi kabupaten. Untuk
memahami perbedaan dari sosialisasi desa dan sosialisasi kabupaten, Bu
Yunita Koordinator Tim Fasilitator Lapangan mengatakan bahwa:
“sosialisasi diadakan di desa dan di kabupaten dek. Untuksosialisasi desa berkaitan tentang syarat dan kriteria penerimabantuan BSPS mbak. Sosialisasi desa diikuti oeleh tim teknis, TFLdan Kepala Desa, sedangkan kalo sosialisasi kabupaten berkaitantentang penyerahan rekening buku tabungan secara simbolis yangdiserahkan untuk penerima bantuan. Dalam sosialisasi kabupatenini di hadiri oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,Bupati Tulungagung, penerima bantuan, dan TFL”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 25 April 2017dikediaman narasumber)
Dari hasil wawancara dengan Tim Koordinator Lapangan maka
dapat disimpulkan sosialisasi dalam program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya dilakukan sebanyak dua (2) kali yaitu, sosialisasi Desa dan
sosialisasi Kabupaten. Sosialisasi desa terkait dengan memperkenalkan
program BSPS kepada masyarakat, dan dijelaskan bagaimana syarat dan
104
kriteria dalam mengajukan permohonan program tersebut. untuk sosialisasi
Kabupaten terkait penyerahan rekening buku tabungan secara simbolis bagi
masyarakat yang telah lolos dalam proses seleksi penerima bantuan.
2. Aspek Organisasi
Indikator implementasi menurut Charles O. Jones yang pertama
adalah organisasi. Disini Charles O. Jones menjelaskan bahwa organisasi
mencakup pembentukan dan penataan kembali sumberdaya, unit-unit serta
metode untuk menunjang program berjalan. Dalam implementasi program
Bantuan Stimulan Peruamahan Swadaya bagi masyarakat berpenghasilan
rendah di Desa Blendis aspek organisasi dapat dilhat dari penataan struktur
organisasi dan pelaksana program Bantuan Stimulan Perumahan Swadya.
a. Penataan Struktur Organisasi
Pelaksanaan pogram ini berasaskan dekonsentrasi, dimana
Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat menunjuk Satuan
Kerja Perangkat Daerah sebagai pelaksana program. Di Kabupaten
Tulungagung kewenangan pelaksanaan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di berikan kepada Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman Dan Sumber Daya Air. Namun sebelum berada di dinas
tersebut kewenengan pelaksanaan program ini diberikan kepada Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Tulungagung.
Sebagimana hal ini diungkapkan oleh Pak Sri Wijayatna Kasi Perencanaan
Perumahan dan Kawasan Permukiman Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman Dan Sumber Daya Air mengatakan :
105
“sebelumnya kewenangan pelaksanaan program Bantuan StimulanPerumahan Swadaya berada pada Dinas Pekerjaan Umum BinaMarga Dan Cipta Karya. Namun setelah ada pemekaran dinasmaka tanggunjawab terkait masalah perumahan, kawasanpermukiman, dan sumber daya air, serta pelaksanaan programBantuan Stimulan Perumahan Swadya berada di bawah DinasPerumahan, Kawasan Permukiman Dan Sumber Daya Air, ini agarkewenanan dan tanggujawab terkait perumahan dan pembangunansarana, prasrana dan utilitas dapat lebih spesifik lagi mbak”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 19 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi Perencanaan
Perumahan dan Kawasan Permukiman Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman, dan Sumber Daya Air, diketahui bahwa penataan kembali
sumberdaya dan unit-unit dalam organisasi memilki peran penting agar
pelaksanaan program dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Selain itu
dengan adanya dinas baru yang menangani terkait perumahan, kawasan
permukiman, serta peningkatan sarana, prasarana dan utilitas memiliki
kewenangan dan tangungjawab lebih jelas.
Sesuai Peraturan Bupati No 53 Tahun 2016, Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air memiliki tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perumahan, kawasan
permukiman dan sumberdaya air. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air Kabupaten
Tulungagung mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air
memiliki bidang khusus terkait perumahan dan kawasan permukiman.
Adapun tugas dari bidang ini adalah memimpin, mengoordinasi, membina,
106
mengevaluasi merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis bidang
perumahan dan kawasan permukiman. Selain itu dinas ini juga mempunyai
fungsi antara lain berikut :
a. Pengoordinasian perumusan kebijakan teknis bidang
perumahan dan kawasan permukiman
b. Pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis bidan
perumahan dan kawasan perumahan
c. Penyediaan dan rehabilitasi rumah korban bencana
d. Penataan dan peningkatan kualitas penataan pemukiman
kumuh dengan luas dibawah 10 hektar
e. Pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh
f. Penyelenggara prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)
perumahan
Berdasarkan dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan dengan
adanya pembentukan dan penataan kembali organisasi dapat memperjelas
tanggungjawab dan memaksimalkan kinerja agar tidak terjadi ketimpangan
bidang satu dengan bidang lainnya. Dalam Dinas Perumahan, Kawasan
Perumahan dan Sumber Daya Air kewenangan dan tanggungjawab terkait
implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya adalah
Bidang Perumahan dan Kawasan Perumahan yang di bawahi langsung oleh
Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber Daya Air
.
107
b. Pelaksana Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Guna mempermudah pelaksanaan Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya diperlukan struktur organisasi dari tingkat pusat
hingga tingkat desa. Hal ini agar pelaksanaan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya dapat berjalan efektif dan efisien. Adapun struktur
organisasi dalam program ini dijelaskan oleh Pak Sri Wijayatna Kasi
Perumahan dan Kawasan Permukiman mengatakan :
“dalam pelaksanaan Program Bantuan Stimulan PerumahanSwadaya ini mbak, strukur organisasi dari tingkat pusat hinggatingkat desa meliputi Kelompok Kerja Pusat, Kelompok KerjaProvinsi, Kelompok Kerja Kabupaten, Tim Fasilitator Lapangan(TFL), serta Kelompok Swadaya Masyarakat. Selain itu dalampenyaluran dana kita juga melibatkan bank penyalur bantuan dantoko penyalur bahan bangunan”.(Sumber: Wawancara pada tanggal 19 April 2017 di DinasPerumahan, Kawasan Pemukiman dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi Perumahan dan
Kawasan Permukiman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan
Sumber Daya Air maka dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi dalam
pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dari tingkat
pusat hingga tingkat desa adalah Kelompok Kerja Pusat, Kelompok Kerja
Provinsi, Kelompok Kerja Kabupaten, Tenaga Fasilitator Lapangan, serta
Kelompok Swadaya Masyarakat. untuk mempermudah penyaluran bantuan,
program BSPS juga melibatkan bank penyalur dana dan juga toko bahan
bangunan untuk menyediakan bahan bangunan sekaligus sebagai penyalur
bahan bangunan kepada para penerima BSPS.
108
Dalam pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
dibentuk tim khusus sebagai pendamping dalam proses pelaksanaan
program BSPS. Tim khusus ini dinamakan Tim Fasilitator Lapangan atau
TFL. Hal ini sebagaimana Pak Sri Wijayatna Kasi Perencanaan Perumahan
dan Kawasan Permukiman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman Dan
Sumber Daya Air mengatakan :
“untuk mempermudah dalam pelaksanakan program BSPS ini kitamembentuk yang namanya Tim Fasilitator Lapangan atau TFL,mbak. Tugas TFL sendiri adalah mendampingi penerima BantuanStimulan Perumahan Swadaya dari proses sosilisasi sampaimenyusun laporan kegiatan bantuan stimulan perumahan swadaya ”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 19 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber daya AirKabupaten Tulungagung)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi Perumahan dan
Kawasan Permukiman Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan
Sumber Daya Air maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ada tim khusus yaitu, Tim
Fasilitator Lapangan atau TFL. Dimana Tim Fasilitator Lapangan ini
bertugas sebagai pendamping penerima bantuan dalam proses pelaksanaan
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
Tim Fasilitator Lapangan atau TFL merupakan salah satu
penyelenggara program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya. Tim ini
dibentuk untuk mendampingi dan mengarahkan penerima bantuan dalam
menerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya. Sebagaimana peran Tim
Faslitator Lapangan dipaparkan oleh Bu Yunita selaku Koordinator Tim
Fasilitator Lapangan Kabupaten Tulungagung, bahwa
109
“tim ini dibentuk khusus untuk program Bantuan StimulanPerumahan Swadaya, mbak. Dalam TFL ini kami sebagaifasilitator lapangan, tugas kami antara lain melakukansosialisasi kepada masyarakat, melakukan seleksi calon penerimaBSPS, mendampingi calon penerima bantuan dalam penyusunandan pengajuan proposal, mendampingi penerima bantuan dalampemanfaatan bantuan. mendampingi penerima bantuan dalampenyusunan laporan pertanggungjawaban, serta menyusun laporankegiatan. Dengan adanya TFL ini maka penyaluran BSPS ini dapatberjalan dengan efektif dan efisien” (Sumber: Wawancaradilakukan pada tanggal 25 April 2017 dikediaman narasumber)
Hal senada juga dipaparkan oleh Pak Supriadi Kepala Dusun
Blendis terkait peran Tim Fasilitator Lapangan, bahwa
“pelaksanaan program BSPS di desa Blendis dibantu oleh TFLmbak. Dimana peran TFL ini mendampingi penerima bantuan dariproses sosialisasi sampai proses pembangunan rumah. TFL diDesa Blendis sendiri sangat membantu pelaksanaan programBSPS mbak”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 di KantorBalai Desa Blendis)
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa peran Tim
Fasilitator Lapangan dalam pelaksanaan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya membantu para penerima bantuan dalam proses
menerima bantuan. dengan adanya Tim Fasilitator Lapangan proses
pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya menjadi efektif dan
efisien. Hal ini bisa dilihat dari Tenaga Fasilitator Lapangan Desa Blendis
yang mendampingi penerima bantuan dari sosialisasi sampai dengan
pembangunan rumah penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
Pembentukan Tim Fasilitator Lapangan Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya melalui proses perekrutan. Dimana proses perekrutan
dilaksanankan oleh masing-masing Kabupaten/Kota penerima Bantuan
110
Stimulan Perumahan Swadaya. Ini sesuai dengan hasil wawancara oleh Pak
Ulul Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman dan Sumber Daya Air, mengatakan bahwa:
“anggota TFL bukan dari pemerintah daerah mbak, melainkan darimasyarakat umum yang memenuhi kriteria. Disini dalampembentukan TFL kita melakukan rekuitmen, dalam prosesrekuitmen ada beberapa tahapan yang harus dilalaui pendaftar, darimulai tes tulis hingga tes wawancara. Dengan adana prosesrekuitmen ini kita bisa memperoleh TFL yang berkompeten dalammendampingi penerima bantuan program BSPS ”.(Sumber : Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Terkait perekrutan Tim Fasilitator Lapangan juga dipaparkan oleh Bu
Yunita Koordinator Tim Fasilitator Lapangan Kabupaten Tulungagung,
mengatakan bahwa:
“tim ini dibentuk dari proses perekrutan yang dilakukan oleh DinasPerumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung. Proses perekrutan melalui beberapatahapan dek, dari tes tulis hingga tes wawancara”.(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 25 April 2017dikediaman narasumber)
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa anggota dari Tim
Fasilitator Lapangan bukan dari anggota pemerintah daerah melainkan dari
masyarakat umum yang memenuhi kriteria sebagai TFL. Pembetukan
Tenaga Fasilitator Lapangan melalui proses rekuitmen. Dimana para
pendaftar akan melalui beberapa tahapan tes yang meliputi tes tulis hingga
tes wawancara.
c. Koordinasi antar Pelaksana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
111
Koordinasi merupakan hal yang perlu dilakukan agar program
dapat berjala dengan lancar . Implementasi program dapat berjalan efektif
apabila pelaksana kebijakan atau program mengetahui apa yang mereka
akan kerjakan, maka dari itu di butuhkan koordinasi antara para pelaksana
program untuk mencapai tujuan dari kegiatan program.
Pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), baik SKPD Provinsi
maupun SKPD Kabupaten/Kota, Tim Fasilitator Lapangan, toko penyedia
bahan bangunan, dan Bank/pos penyalur dana Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya. Untuk menghasilkan program yang berhasil maka diperlukan
komunikasi yang baik antar para pelaksana program, sebagaimana
dipaparkan oleh Pak Ulul Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air, mengatakan
“program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ini melibatkanbeberapa lembaga mbak, dari mulai SKPD Provinsi, SKPDKabupaten/Kota, TFL, toko penyedia bangunan, dan Bank/Pospenyalur dana bantuan, maka dari itu komunikasi sangat pentingmbak agar pelaksanaan program ini berhasil. selain itu kami jugasaling menutupi kekurangan satu lembaga dengan lembaga yanglain. pokoknya kita saling membantu mbak agar program inidapat membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan dalampenyediaan rumah” (Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal24 April 2017 di Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, danSumber Daya Air Kabupaten Tulungagung)
Hasil wawancara dengan Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas dapat
disimpulkan bahwa komunikasi antar lembaga yang menangani program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sangat dibutuhkan agar suatu
program bisa dikatakan berhasil.
112
Komunikasi yang baik adalah dengan adanya koordinasi antar
pelaksana kebijkan. Dengan adanya kooridinasi antar pelaksana kebijakan
atau program diharapkan implementasi akan berjalan dengan lancar. Dalam
implementasi program BSPS di Desa Blendis juga dilakukan koordiansi
oleh para pelaksana kebijakan, sebagaimana dipaparkan oleh Pak Supri
delaku Kasun dan penanggungjawab pelaksanaan program BSPS di Desa
Blendis, mengatakan bahwa:
“dalam sebuah implementasi kebijakan juga diperlukan koordinasiyang baik mbak. Koordinasi yang kami lakukan adalah dengansesering mungkin melakukan komunikasi dengan pihak diatasmbak, misalnya pihak kecamatan yang kemudian disampaikankepada dinas terkait. Komunikasi yang kami lakukan adalahdengan selalu memberitahukan perkembangna pelaksanaan BSPSdi Desa Blendis agar tidak terjadi kesalahpahaman.”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 di KantorBalai Desa Blendis)
Berdasarkan wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa
koordinasi dilakukan dalam implementasi program BSPS di Desa Blendis.
koordinasi dilakukan oleh penanggunjawab pelaksanaan dan Tim Fasilitator
Lapangan dengan cara melakukan komunikasi dengan pihak Kecamatan
yang kemudian akan diteruskan ke Dinas terkait.
3. Penerapan/Aplikasi
Indikator yang ketiga menurut Charles O.Jones adalah
penerapan/aplikasi. Charles O. Jones menjelaskan bahwa penerapan/aplikasi
mengacu pada pelaksanaan pekerjaan yang meliputi “penyediaan barang
atau jasa” sebagaimana tujuan yang bersifat pragmatis lainnya. Penerapan
seringkali merupakan suatu proses dinamis dimana para pelaksana maupun
113
para petugas diarahkan oleh pedoman program maupun patokan-patokan,
ataupun secara khusus diarahkan oleh kondisi yang aktual. Dalam
implementasi program Bantuan Stimulan Peruamahan Swadaya bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di Desa Blendis aspek aplikasi/penerapan
dapat dilhat dari kesesuaian implementasi program BSPS dengan prosedur,
pendanaan program dan penyaluran dana BSPS serta hasil dari
implementasi program BSPS di Desa Blendis.
a. Pendanaan Program dan Proses Penyaluran Dana Bantuan
Stimulan Perumahan Swadya
Pelaksanaan program tidak lepas dari biaya, biaya dari sebuah
program merupakan penunjang keberhasilan dari sebuah program., dimana
hal ini dipaparkan oleh Pak Ulul selaku Kasi Sarana, Prasarana, dan Utilitas
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air Kabupaten
Tulungagung, mengatakan bahwa ;
“dana merupakan hal yang peting dalam menjalankan programdengan adanya dana yang cukup maka program dapat berjalandengan baik. Untuk program bantuan stimulan perumahan swadayasendiri kan program dari pusat mbak, tepatnya di KementrianPekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, jadi dana untukmenjalankan program ini dari APBN mbak, tapi kalau seumpamadana yang diterima tidak mencukupi maka kita dapat mengambildana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah mbak”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Selain itu terkait pendanaan program juga disampaikan oleh Pak Supriadi
selaku Ketua Dusun Desa Blendis dan penanggungjawab program BSPS di
Desa Blendis , mengatakan ;
114
“kalo soal dana setau saya berasal dari pusat mbak, soalnya kan iniprogram langsung dari pusat, ya kemungkinan dana dari pusatmbak. Untuk dana sendiri masing-masing dari penerima bantuanmendapatkan 15 juta digunakan untuk memperbaiki kualitasrumah.”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 diKantor Balai Desa Blendis)
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan
bahwa dana yang diterima oleh penerima Bantuas Stimulan Perumahan
Swadaya di Desa Blendis adalah dana dari pusat. Karena Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya merupakan program dari Kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat. Sumber biaya atau pendanaan Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN).
Proses penyaluran dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
pemerintah menunjuk salah satu Bank untuk menyalurkan dana bantuan ke
penerima bantuan. Adapun tata cara atau mekanisme penyaluran dana BSPS
kepada penerima bantuan adalah sebagai berikut :
a. Dinas Perumahan menerbitkan Surat Perintah Pencairan (SPP) ke
BKAD
b. BKAD menerima SPP dari Kesra dan langsung melakukan
pencairan dana melewati Bank Jatim
c. Penerima bantuan diwajibkan untuk membuka rekening tabungan
di Bank Jatim agar penyaluran dana dapat dilakukan
d. Menyerahkan SPP kepada Bank Jatim
e. Menyerahkan fotocopy SPP
115
Hal senada diungkapkan oleh Pak Ulul selaku Kasi Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber
Daya Air Kabupaten Tulungagung, mengatakan bahwa:
“untuk penyaluran dana BSPS kita bekerjasama dengan bank Jatimmbak, jadi penerima bantuan wajib untuk membuka rekening bankJatim. Penerima BSPS di Kabupaten Tulungagung bukan berupauang mbak tapi barang material bangunan, jadi semua dana yangditerima oleh penerima BSPS langsung masuk ke toko penyediabangunan. Pembuatan rekening disini cuma sebagai simbolis sajambak, bahwa mereka benar-benar penerima BSPS”.(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017 diDinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulunggaung)
Berdasarkan wawancara diatas proses penyaluran dana program
BSPS tidak rumit dan mampu dipahami oleh penerima bantuan. Penyaluran
dana BSPS dilakukan melalui bank Jatim. Disini penerima BSPS
diwajibkan untuk membuat rekening Bank Jatim sebagai bukti bahwa
mereka sebagai penerima bantuan. Dana yang didapat oleh penerima
bantuan BSPS berupa barang material bangunan. Dalam program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya penyaluran dana yang diberikan oleh
penerima bantuan terdapat dua cara penyaluran yaitu penyaluran dana
berupa uang dan penyaluran dana berupa bahan bangunan. Bedanya disini
adalah penyaluran dana berupa uang ialah uang diberikan langsung oleh
penerima bantuan dengan diawasi oleh tim fasilitator lapangan, sedangkan
penyaluran dana berupa bahan bangunan uang dikirim kerekening toko
penyalur bantuan, kemudian bahan bangunan yang telah disepakati dikirim
ke penerima bantuan, tentunya dengan diawasi oleh tim fasilitator lapangan.
116
Di Desa Blendis sendiri menurut hasil wawancara dengan Pak Sucipto, Bu
Miren, dan Pak Salamun bahwa mereka menerima bantuan BSPS berupa
bahan bangunan. Adapun mekanisime penyaluran dana program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya berupa bahan bangunan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Waktu tidak cukup
Koordinasi dengan Parapemangku Kepentingan
Sosialisasi CPB hasilidentifikasi
Verifikasi dan identifikasirencana penanganan
RTLH/Kekurangan rumah
Pengorganisasian CPB
Penyusunan proposal(dokumen administrasi dan
teknis)
Proposal
Pengesahan proposal oleh TimTeknis
Pengusulan proposal ke PPK
Penetapan penerimaBSPS
Pengadaan BahanBangunan
Penyaluran BahanBangunan
Pemeriksaan danPenerimaan bahan
bangunan
Pembangunan
Fisik100%
Pengembalian BSPSberupauang
Pelaporan 100% olehpenerima BSPS
117
Gambar 17. Mekanisme Penyaluran BSPS berupa uang(Sumber: Kebijakan dan Program Direktorat Rumah Swadaya DirektoratJenderal Penyediaan Perumahan Rumah Swadaya)
b. Hasil Implementasi Program Bantuan Stimalan Perumahan
Swadaya di Desa Blendis
Desa Blendis merupakan salah satu Desa di Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung yang menerima program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya pada tahun 2016 sebanyak 48 rumah atau kepala
keluarga, namun penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang
terealisasi hanya 44 rumah atau kepala keluarga. Hal ini diungkapkan oleh
Pak Supri selaku Kasun Desa Blendis dan penanggungjawab program BSPS
di Desa Blendis, mengatakan bahwa :
“desa kami meneriman bantuan stimulan perumahan swadaya padatahun 2016 mbak. Penerima BSPS di Desa Blendis pada tahun2016 sebenarnya sebanyak 48 kepala keluarga, tapi yang terelaisasihanya 44 kepala rumah tangga tang terealisasi. Hal ini karena calonpenerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya tidak mampumenyiapkan dalam hal swadaya”.(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 diKantor Balai Desa Blendis)
Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya pada tahun 2016
yang terealisasi di Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung sebanyak 44 dari 48 rumah atau kepala keluarga yang tercatat
sebagai masyarakat yang memiliki penghasilan rendah di Desa Blendis, hal
ini di buktikan dari data yang terlampir dalam Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Tulungagung sebagai berikut :
118
Gambar 18. Data Realisasi Program Bantuan Stimulan PerumahanSwadaya di Desa Blendis
(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Pentaan Ruang KabupatenTulungagung )
Hal senada dikatakan oleh Pak Sucipto selaku Penerima BSPS di Desa
Blendis, mengatakan bahwa
“pelaksanaan program BSPS di Desa Blendis sendiri cukup baik,dilihat dari warga penerima BSPS juga tepat sasaran mbakcontohnya saya mbak, saya sebagai buruh pembuat batakokesulitan dalam membenahi rumah saya mbak untuk makan ajapas-pasan mabk apalagi untuk membenahi rumah.”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 dirumah narasumber)
119
Bedasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan
implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa
Blendis cukup baik dibandingkan desa-desa lain di Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulunggaung yang menerima bantuan serupa. Pelaksanaan
kebijakan atau program yang baik ini dapat dilihat dari penyaluran dana
yang tepat waktu, selain itu penerima Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya di Desa Blendis sudah tepat sasaran. Terkait penelitian yang
dilakukan peneliti tentang implementasi program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Desa Blendis, peneliti mengambil beberapa
penerima bantuan BSPS di Desa Blendis sebagai narasumber. Penerima
BSPS di Desa Blendis mendapatkan bantuan berupa peningkatan kualitas
rumah, dimana mereka mendapat perbaikan atas rumah-rumah mereka yang
sudah tidak layak huni. Adapun hasil peningkatan rumah dari laporan
pelaksana program BSPS di Desa Blendis sebagai berikut :
120
Gambar 19. Hasil Peningkatan Kualitas Rumah Penerima Bantuan DesaBlendis.
(Sumber : Laporan Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan PerumahanSwadaya Desa Blendis, 2016)
PenerimaBantuan
Kondisi RumahSebelummendapat BSPS
Perbaikan 30% Perbaikan 100%
PakSalamun
Bu Miren
Pak Sucipto
121
Berdasarkan foto pelaksanaan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Blendis, pembangunan rumah penerima bantuan
dibagi dua (2) tahapan. Tahapan pertama pembangunan dlakukan 30% yaitu
pembangunan berupa dinding dan lantai. Sedangkan untuk tahapan
selanjutnya pembangunan dilakukan 100% yaitu tahapan penyelesaian,
dilakukan pemasangan atap dan tahap perapian pembangunan rumah.
Di Desa Blendis penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
mendapatkan bantuan berupa peningkatan kualitas rumah, yaitu berupa
pembenahan rumah tidak layak huni menjadi layak huni, sebagaimana
dijelaskan oleh Pak Supri selaku Penanggungjawab Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis mengatakan bahwa :
“warga kami dalam mendapatkan program BSPS berupapeningkatan kualitas rumah mbak, dari data kami jumlah rumahtidak layak huni tahun 2016 sebanyak 48 rumah, namun yangteralisasi pada tahun 2016 hanya 44 rumah, yang 4 rumah lagi gakjadi soalnya tidak mampu dalam menyiapkan swadaya”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017dilakukan di Kantor Kepala Desa Blendis )
Untuk dana yang didapat oleh masing-masing penerima BSPS di
dana beruapa uang senilai 15 juta. Hal ini karena yang didapat penerima bantuan
berupa peningkatan kualitas ruamah. Sebagaimana dipaparkan oleh Pak Ulul
selaku Kasi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman, dan Sumber Daya Kabupaten Tulunaggaung mengatakan bahwa :
“untuk penerima BSPS berupa peningkatan kualitas rumah, dimanaseseuai peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyatbahwa besaran bantuan yang diterima dalam peningkatan kaulitasrumah bagi penerima BSPS sebesar 15 juta ”
122
(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April di DinasPerumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Berdasarkan hasil wawancara bahwa penerima BSPS di Desa
Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung mendapatkan
bantuan berupa peningkatan kualitas rumah. Dimana sesaui peraturan
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat penerima Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya yang mendapatkan bantuan peningkatan kualitas
rumah mendapatkan dana sebesar 15 juta. Sebagaiman dijelaskan pada tabel
dibawah ini :
Jumlah Dana Penerima Bantuan program Bantuan Stimulan PerumahanSwadaya
(Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,Direktorat Jendral Penyedia Perumahan SNVT PenyediaanPerumahan Provinsi Jawa Timur)
Bedasarkan dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penerima BSPS
mendapatkan besaran nilai bantuan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan atau pembangunan
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Bantau
Stimulan Perumahan Swadya Bagi Masyarakat Berpenghasilan
No Jenis Bantuan Besaran NilaiBantuan
1 Peningkatan Kualitas Ringan Rp 7.500.0002 Peningkatan Kualitas Sedang Rp 10.000.0003 Peningkatan Kualitas Berat Rp 15.000.0004 Peningkatan Kualitas Total /
Pembangunan BaruRp 30.000.000
123
Rendah (Studi di Desa Blendis Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung)
a. Faktor Pendukung
1) Partisipasi Masyarakat Desa Blendis
Implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di
Desa Blendis tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada
partisipasi masyarakat. Program Bantuan Stimulan Perumahan Swdaya
merupakan program yang dibentuk oleh pemerintah pusat melalui
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang bertujuan untuk
menyediakan ruamah layak huni bagi MBR agar terciptanya kesejahteraan
masyarakat. Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadya dapat berhasil
apabila masyarakat memiliki kesadaran keinginan untuk berubah ke yang
lebih baik. Oleh karena itu untuk tercapainya suatu program maka
diperlukan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat Desa Blendis
merupakan salah satu faktor pendukung dalam tercapainya keberhasilan
program BSPS. Dari hasil wawancara dengan Pak Supri selaku Ketua
Dusun Desa Blendis, partisipasi masyarakat dalamkegiatan BSPS adalah
sebagai berikut
“masyarakat desa Blendis sangat senang dengan adanya programBSPS ini mbak, karena dengan adanya program ini dapatmembantu mereka yang kesulitan dalam membenahi rumah mbak, .Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari keikutsertaan merekadalam kegiatan sosialisasi yang diadakan beberapa waktu lalu diKantor Desa Blendis,”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 di KantorBalai Desa Blendis)
124
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bawha partisipasi
masyarakat dalam implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya di Desa Blendis merupakan salah satu faktor pendukung untuk
menghasilkan program tersebut berjalan dengan baik.
2) Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung
Implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di
Desa Blendis Kecamatan Gondang mendapatkan dukungan dari pemerintah
Kabupaten Tulungagung. Dukungan dari pemerintah ini diharapkan dapat
membantu masyarakat Desa Blendis untuk menunjang pelaksanaan program.
Sebagaimana diungkapkan oleh Pak Ulul selaku Kasi Prasarana, Sarana, dan
Utilitas Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air,
mengatakan
“kami sangat mendukung terkait pelaksanaan program BSPS inimbak. Untuk dukungan pemerintah daerah terkait pelaksanaanprogram BSPS ini adalah dengan menyiapkan anggaran untukmenunjang pelaksanaan program BSPS mbak, selain kami jugamenyiapkan sarana dan prasarana untuk mengoptimalkanpelaksanaan program ini mbak. Sarana dan prasarana yang kamisediakan berupa alat-alat penunjang seperti alat-alat berat dansebagianya. Selain itu mengupayakan bantuan BSPS ini ke desa-desa yang masih belum menerima banutuan stimulan perumahanswadaya ini”.”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 24 April 2017di Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya AirKabupaten Tulungagung)
Hal senada juga diungkapakan oleh Pak Mison selaku Tim Fasilitator
Lapangan Desa Blendis mengatakan
“dukungan dari pemerintah daerah untuk menunjang implementasiprogram BSPS di Desa Blendis dengan menyipakan kita sebagaiTFL untuk membantu penerima bantuan dalam proses programBSPS ”
125
(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 27 April 2017 dikediaman narasumber )
Berdasarkan kedua wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam implementasi program.
Dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung
adalah dengan menyiapkan dana penunjang untuk keberhasilan program
serta menyiapakan Tim Fasilitator Lapangan untuk membantu penerima
bantuan program BSPS. Selain itu dukungan yang diberikan oleh
pemerintah adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana berupa alat-
alat yang dimana desa tidak menyediakan.
b. Faktor Penghambat
1) Ketidaksiapan Masyarakat Desa Blendis dalam Menyiapkan
Swadaya
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan
program yang menuntut penerima bantuan untuk menyediakan swadaya.
Swadaya yang dimaksud dalam BSPS adalah kesanggupan masyarakat
dalam menyelesaikan pembangunan rumah mereka. Di Desa Blendis ada
beberapa penerima bantuan yang gagal dalam memperoleh BSPS,
sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Pak Supri selaku Ketua Dusun Desa
Blendis, mengatakan
“program BSPS ini menuntut para penerima bantuan stimulanperumahan swadaya untuk menyediakan swadaya mbak, apabilamasyarakat tidak mampu menyediakan swadaya maka otomatisgagal dalam memperoleh BSPS. Di Desa Blendis ada mbak yangtidak lolos menerima BSPS mbak, kemaren itu ada empat (4)kepala keluarga yang tidak lolos mbak. Sebenarnya kita kasihan
126
mbak, tapi ya gimana lagi BSPS ini kan penerima bantuan harussiap menyiapkan swadaya mbak.”(Sumber: Wawacara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 diKantor Balai Desa Blendis)
Berdasarkan wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swdaya di Desa
Blendis masih terdapat faktor penghambat yaitu ketidaksiapan masyarakat
Desa Blendis dalam menyiapkan swadaya.
2) Adanya Miskomunikasi Pelaksana Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya di Desa Blendis
Faktor penghambat lainnya dalam implementasi program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis adalah adanya
miskomunikasi dari pelaksana program BSPS di Desa Blendis. Ini terkait
dengan toko penyedia bahan bangunan di Desa Blendis. Penyularan bahan
bangunan di Desa Blendis sempat terhenti karena adanya pergantian toko
penyedia bahan bangunan, Hal ini diungkapkan oleh Pak Supriadi Kepala
Dusun Desa Blendis, mengatakan :
“kemarin itu dalam proses penyaluran bahan bangunan untukpenerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sempat terhentimbak soalnya ada pergantian toko penyedia bahan bangunan untukprogram BSPS, karena toko penyedia bahan bangunan yang lamaterlalu jauh dari desa kami mbak. Tapi sekarang Alhamdulillahsudah ada pergantian toko yang letaknya dekat dengan desa kamimbak.”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 di KantorBalai Desa Blendis)
Hal serupa juga dipaparkan oleh Pak Mison selaku Tim Fasilitator
Lapangan Desa Blendis terkait pergantian toko penyalur bahan bangunan,
mengatakan
127
“iya kemarin itu ada pergantian toko peyalur bahan bangunan,soalnya tokonya terlalu jauh dari lokasi penerima bantuan mbak,selain toko tersebut tidak mampu menstok barang dalam jumlahbesar mbak”(Sumber: Wawancara dilakukan pada tanggal 27 April 2017dikediaman narasumber)
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa
Blendis sempat terhenti karena toko penyalur penyedia bahan bangunan
terlalu jauh selain itu toko tesebut tidak mampu menstok barang dalam
jumlah yang banyak. Sehingga dapat diketahui bahwa komunikasi dalam
suatu pelaksanaan program atau kebijakan sangat diperlukan agar suatu
kebijakan atau program dapat terlaksana dengan baik.
D. Analisis Data dan Pembahasan
1. Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Studi di Desa Blendis
Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung)
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan program yang
dibentuk pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat untuk mengatasi keterbatasan penyediaan rumah layak huni bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Pelaksanaan program ini sesuai dengan
Undang-undang No 11 Tahun 2011 terkait Perumahan dan Kawasan
Perumukiman yang berbunyi “rumah adalah salah satu kebutuhan dasar
manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat”. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya diatur dalam Peraturan
128
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 13/PRT/M/2016
tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
Pelaksanaan bantuan ini bersifat stimulan, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia stimulan adalah cambuk untuk meningkatkan prestasi atau
semangat kerja, bisa juga diartikan sebagai alat pendorong atau perangsang.
Stimulan disini juga dapat diartikan sebagai motivasi, menurut Hasibuan
(2014: 95) motivasi adalah pemeberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja sesorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif,
dan terintegrasi dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan.
Stimulan dalam bantuan ini berupa pemeberian dana kepada penerima
bantuan sebagai perangsang untuk meningkatkan kualitas rumah penerima
bantuan. Dari hasil wawancara peneliti dengan Pak Ulul dana stimulan yang
diberikan kepada penerima program BSPS adalah berupa uang atau bahan
bangunan. Pemberian dana stimulan berupa uang dan/atau bahan bangunan
sebagaimana hal ini tercantum pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya yang tercantum pada Pelaksanaan BSPS BAB I
tentang Bentuk BSPS.
Sebuah program kebijakan tidak berarti apa-apa apabila program
kebijakan itu tidak dimplementasikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Van
Meter dan Van Horn dalam Wahab (2012: 135) menegaskan bahwa
implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individual/pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang
129
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan. Fokus dari implementasi sendiri yakni kejadian-
kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-
pedoman kebijakan publik yang mencakup usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata
pada masyarakat atau kejadian-kejadian, Wahab (2012: 135). Untuk
mengetahui keberhasilan program maka program tersebut harus
diimplementasikan. Dari data peneliti, salah satu desa yang menerima
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Kabupaten Tulungagung adalah
Desa Blendis. Berdasarkan penjelasan tersebut, program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya merupakan program yang dibentuk oleh
pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Pemerintahan Rakyat
dalam menanggulangi rumah tidak layak huni bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu
Kabupaten yang menerima program BSPS. Salah satu Desa yang menerima
Bantuan Stimulan Perumahan Swadya di Kabupaten Tulungagung pada
tahun 2016 adalah Desa Blendis.
Implementasi atau penerapan bersifat sangat interaktif dengan
kegiatan-kegiatan kebijakan yang mendahuluinya, sebagimana diungkapkan
oleh Presman dan Wildavsky dalam Jones (1991: 295) mendefinisikan
implementasi atau penerapan mungkin dapat dipandang sebagai sebuah
interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan untuk meraihnya.
Implementasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya melibatkan interaksi
130
antar pelaksana kebijakan agar dapat tercapai tujuan yang diharapakan yaitu
menanggulangi rumah tidak layak huni bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Dari hasil penelitian peneliti menemukan bahwa dalam
implementasi program BSPS, program ini dapat membantu masyarakat
untuk memperoleh rumah yang layak huni. Dari hasil penelitian terkait
implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa
Blendis Pak Supri selaku Kasun Desa Blendis dan penanggungjawab
pelaksanaan program BSPS di Desa Blendis mengatakan cukup baik,
dimana hal ini dapat dilihat dari proses pembangunan yang tepat waktu dan
pencairan dana yang lancar.
Model implementasi yang digunakan untuk menganalisa
implementasi program BantuanStimulan Perumahan Swadaya bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di Desa Blendis Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung adalah dengan menggunakan teori implementasi
kebijakan dari Charles O. Jones. Model implementasi digunkan untuk
mengukur keberhasilan suatu kebijkan atau program yang sedang dijalankan.
Charles O. Jones mengunakan 3 (tiga) aspek dalam mengukur keberhasilan
suatu kebijkan diantaranya melalui aspek organisasi, aspek interpretasi, dan
aspek penerapan atau aplikasi, yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Aspek Interpretasi
Interpretasi menurut O. Jones (1991: 296) adalah aktivitas
pelaksana kebijakan yang menafsirkan agar program (seringkali dalam hal
status) menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima
131
serta dilaksanakan implementasinya. Dalam implementasi program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi masyarakat berpenghasilan
rendah di Desa Blendis aspek interpretasi dapat dilihat dari kejelasan
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadya, komunikasi antar
pelaksana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, bimbingan teknis atau
pelatihan TFL Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, dan sosialisasi
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
a. Kejelasan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Interpretasi sebuah program juga dapat diartikan sebagai kejelasan
suatu program. Maksudnya adalah sebua program harus memiliki mengapa
program itu dibuat dan untuk siapa program itu dibuat. Dari hasil penelitian
kejelasan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sudah jelas yaitu
sasaran program ini adalah masyarakat yang memiliki penghasilan rendah
dan memiliki keterbatasan dalam meningkatkan kualitas rumah. Hal ini
dijelaskan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No. 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya pada
bab I pasal 1 menyatakan bahwa program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya adalah bantuan pemerintah berupa stimulan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah untuk meningkatkan keswadayaan dalam
pembangunan/peningkatan rumah beserta prasarana, sara, dan utilitas umum.
Sebuah program dapat diimplementasikan jika program tersebut
jelas, kejelasan suatu program dapat diimplementasikan apabila program
tersebut memenuhi beberapa kriteria yaitu, pembuatan kebijakan,
132
pelaksanan kebijakan, dan sasaran dari program. Hal ini dijelaskan Wahab
(2012: 130) bahwa sebuah implementasi kebijakan atau program
melibatkan :
1. Pembuat kebijakan ( the center atau pusat) yang menjadi fokus daripusat ini adalah berkaitan dengan sejauh mana tujuan atau sasaranresmi kebijkan tercapai dan apa alasan yang menyebabkan tujuantertentu tercapai atau tidak tercapai.
2. Pejabat pelaksana lapangan (the periphery) yang menjadi fokusadalah tindakan para pejabat/instansi dilapangan dalammenanggulangi gangguan/hambatan di wilayah kerjanya demikeberhasilan suatu kebijakan yang dipercayakan.
3. Kelompok sasaran (target group) yang menjadi fokus adalahbagaimana kelompok sasaran menikmai hasil dari kebijakan.
4. Apakah dampak positif kebijakan benar-benar mengubah polahidup dan memberikan efek jangka panjang bagi peningkatan mutuhdupnya.
Dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya merupakan salah satu program yang dibuat
oleh pemerintah pusat melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang berkaitan dengan pengadaan rumah tidak layak huni secara
swadaya. Sasaran dari program ini adalah masyarakat berpenghasilan
rendah atau sering disingkat MBR. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman Pasal 1 Angka 24 adalah
masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Masyarakat
berpenghasilan rendah dalam program ini masyarakat yang memiliki
penghasilan dibawa 1,2 juta yang dinyatakan oleh Kelurahan/Desa.
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan salah satu
program nasional yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kementrian
133
Pekerjaan Umum dan Perumahan No.13/PRT/M/2016 tentang Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya. Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya sejalan dengan visi dari Direktorat Jendral Penyediaan Perumahan,
yaitu “ Setiap Orang/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah
Yang Layak Huni” oleh karena itu arah kebijakan Direktorat Rumah
Swadaya Tahun 2015-2019 tergambar pada Program Pengembangan
Perumahan. Dikutip dalam Rencana Srategis Direktorat Jendral Penyediaan
Perumahan 2015-2019 bahwa tujuan dari dari program ini adalah
menurunkan angka kekurangan rumah (backlog) sebesar 250.000 unit dan
mengentaskan Rumah Tidak Layak Huni (RLTH) sebesar 1.500.000 unit
yang harus ditangani selama kurun waktu 2015-2019.
b. Alur dan Permohonan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di
Desa Blendis
Masyarakat berpenghasilan rendah untuk memperoleh rumah layak
huni dari program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya harus melalaui
alur serta tata cara permohonan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2016.
Adapun prosedur dalam Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya adalah
sebagai berikut:
1. Ketua RT/RW setempat mencari rumah tidak layak huni dilingkungan
sekitar
2. Ketua RT/RW mengusulkan rumah tidak layak huni kepada Desa terkait
selanjutnya diteruskan ke Kecamatan
134
3. Selanjutnya Kecamatan mengusulkan data yang diperoleh dari Desa
kepada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
4. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
memverifikasi data yang diperoleh dan disetujui kemudian data
diserahkan ke Kecamatan dan diteruskan ke Desa
5. Nama-nama yang sudah diverifikasi kemudian diwajibkan untuk
membuat kelompok tim/teknis dan menyusun proposal yang berisi surat
permohonan, fotokopi KTP, fotokopi KK, surat keterangan tidak mampu
dari Desa, foto fisik keadaan rumah sebelum dibedah, dan surat atas
kepemilikan tanah
6. Proposal diserahkan kepada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman,
dan Sumber Daya Air
7. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
melakukan verifikasi proposal
8. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
melakukan survei lapangan untuk melihat keadaan rumah calon
penerima bantuan
9. Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air
mengadakan rapat untuk menentukan nama calon penerma BSPS
10. Ketua dan bendahara dari amsing-masing KPB dipanggil dan dilakukan
proses administarsi untuk pencairan dana
11. Pencairan dana lagsung ditransfer oleh Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah melalui rekening Bank Jatim
135
c. Bimbingan Teknis atau Pelatihan Tim Fasilitator Lapangan
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Pelaksana program bantuan perlu memiliki interpretasi atau
penafsiran yang seragam dan dilaksanakan baik dengan oleh para pelaksana
kebijakan. Salah satunya adalah dengan bimbingan teknis atau pelatihan
kepada para pelaksana program. Bimbingan teknis atau pelatihan bagi Tim
Fasilitator Lapangan dijelaskan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya pada BAB VII terkait pembinaan pelaksanaan BSPS.
Berdasarkan wawancara peneliti ada pembinaan pelaksana BSPS di
Kabupaten Tulungagung. Yang dimaksud pelaksana BSPS disini adalah
Tim Fasilitator Lapngan. Tim Fasilitator Lapngan selaku salah satu
pelaksana program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya diberikan
bimbingan teknis atau pelatihan sebelum terjun ke masyarakat. Bimbingan
teknis atau pelatihan yang diterima oleh Tim Fasilitator Lapangan berupa
kegiatan seminar dan diklat yang didalamnya ada kegiatan seperti membuat
Rencana Anggaran Biaya dalam pelaksanaan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya, membuat/menyusun laporan pertanggungjawaban
pelaksanaa, serta diberikan pelatihan tentang cara mengahadapi masyarakat.
d. Sosialisasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Sosialisasi dalam implementasi suatu program merupakan hal yang
paling penting dilakukan. Hal untuk memberikan informasi yang baik untuk
masyarakat, pemerintah dan para pelaksana program. Menurut Jones dalam
136
Widodo (2009: 90) menyebutkan bahwa aktivitas mengkomunikasikan
program (sosialisasi) kepada kelompok penerima bantuan sebagai kelompok
sasaran sangat diperlukan agar masyarakat dapat mengetahui dan
memahami tentang apa yang menjadi arah, tujuan, dan sasaran dari suatu
program untuk mendukung keberhasilan program tersebut.
Berdasarkan wawancara peneliti, kegiatan sosialisasi telah
dilakukan di Desa Blendis selaku lokasi penerima bantuan di Kabupaten
Tulungagung. Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan
program bantuan stimulan perumahan swadaya kepada kelompok penerima
bantuan. kegiatan sosialisasi bantuan stimulant perumahan swadaya di
Kabupaten Tulungagung dilakukan dua (2) kali, yaitu sosialisasi desa satu
(1) kali dan sosialisasi kabupaten satu (1) kali. Sosialisasi desa adalah
sosialisasi yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan yang meliputi: tim
teknis dari dinas perumahan, kawasan permukiman, dan sumber daya,
tenaga fasilitator lapangan, Camat, Kepala Desa Blendis, Kaur
pembangunan desa Blendis, dan calon penerima bantuan. dalam kegiatan
sosialisasi desa ni dijelaskan tentang syarat dan kriteria untuk mendapatkan
bantuan stimulan perumhan swadaya. Sedangkan untuk kegiatan sosialisasi
kabupaten dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Bupati, Tenaga Fasilitator Lapangan, dan penerima bantuan. dalam kegiatan
sosialisasi ini dilakukan penyerahan secara simbolis buku rekening
tabungan bagi penerima bantuan yang telah lolos verivikasi.
137
Sebagaimana telah dipaparkan diatas kegiatan sosialisasi baik
sosialisasi desa yang dilakukan di Desa Blendis dan sosialisasi kabupaten
yang dilakukan di Pendopo Kabupaten Tulungagung telah sesuai dengan
teori. Dimana kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memberikan pemahaman
terkait program bantuan stimulan perumahan swadaya, selain itu masyarakat
juga antusias dalam kegiatan sosialisasi.
2) Aspek Organisasi
Organisasi menurut O. Jones (1991: 296) adalah pembentukan atau
penataan kembali sumberdaya, unit-unit serta metode untuk menjadikan
program berjalan. Dalam implementasi program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Desa
Blendis aspek organisasi dapat dilihat dari penataan struktur organisasi dan
pelaksana program Bantuan Stimulan Prumahan Swadaya.
a. Penataan Struktur Organisasi
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan salah
satu program yang dibetuk oleh pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yang beasaskan dekonsentrasi. Dimana
pemerintah menunjuk Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai pelaksana
program. Dari hasil wawancara peneliti implementasi program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya di Kabupaten Tulungagaung kewenangan
diberikan pada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya
Air. Sebelumnya kewenangan terkait program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya berada pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
138
Kabupaten Tulungagung. Sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten
Tulungagung Nomor 53 Tahun 2016, Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman, dan Sumber Daya Air memiliki tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang perumahan, kawasan permukiman
dan sumberdaya air.
Sebuah organisasi publik dituntut agar dapat menjalankan kegiatan
administrasi publik secara baik dari mulai merumuskan sampai pada
mengevaluasi. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Chandler dan Plano
(1988) dalam dalam Keban (2014:3) bahwa dalam administrasi publik
adalah proses dimana sumberdaya dan personel publik diorganisir dan
dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik, dimana
suaru organisasi publik dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dari hasil
penelitian terkait implementasi program Bantuan Stimulan Swadaya
wewenang tanggungjawab diberikan pada Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman, dan Sumber Daya Air Kabupaten Tulungagung, dimana
berdasarkan peraturan bupati No. 53 Tahun 2016 tentang Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air tugas pokok dan fungsi Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air. Selain itu,
pembentukan dan penataan kembali organisasi dapat memperjelas
tanggungjawab dan memaksimalkan kinerja agar tidak terjadi ketimpangan
bidang satu dengan bidang lainnya.
139
b. Pelaksana Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Guna mempermudah pelaksanaan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya diperlukan struktur organisasi dalam sebuah birokrasi.
Birokrasi digunakan sebagai bentuk organisasi yang nantinya menjalankan
implementasi yang terstruktur. Menurut Edward III dalam Agustino (2016:
141) karateristik fragmentasi adalah tanggung jawab bagi setiap bidang
kebijakan sering tersebar di beberapa organisasi, namun implementasi
kebijakan biaya dipegang oleh satu bagian dalam organisasi tersebut atau
mendesentralisasikan kekuasaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian pelaksana program dalam
implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sudah jelas.
Dilihat dari struktur organisasi dalam implementasi Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya maka struktur organisasi dimulai dari tingkat pusat
hingga tingkat desa, yang meliputi kelompok kerja pusat, kelompok kerja
provinsi, kelompok kerja kabupaten, Tim Fasilitator Lapangan, serta
kelompok swadaya masyarakat. Selain itu untuk mempermudah untuk
mempermudah penyaluran dana bantuan pemerintah juga melibatkan bank
penyalur dana dan toko penyalur bahan bangunan.
Pasalong (2010:58) menyatakan bahwa implementasi berkenaan
dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada realisasi program, dalam
realisasi program tentunya ada pelaksana program. Pelaksana program
berkaitan dengan sumber daya. Menurut Edward III dalam Agustino
(2016:138) variabel kedua yang mempengaruhi suatu kebijakan atau
140
program adalah sumber daya. Sumber daya yang paling utama dalam
implementasi kebijakan adalah staf atau sumber daya manusia, dimana
dijelaskan oleh Edward III dalam Agustino (2016:138) sumber daya utama
dalam implmentasi kebijkan adalah staf atau sumber daya manusia. Untuk
keberhasilan implmentasi kebijkan maka diperlukan staf atau sumber daya
manusia dengan keahlian serta kemampuan yang kompeten dan kapabilitas.
Berdasarkan penelitian terkait implementasi Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya pelaksana program melibatkan Tim
Fasilitator Lapangan untuk mendampingi dan mengarahkan penerima
bantuan dalam menerima bantuan. Pembentukan Tim Fasilitator Lapangan
di Kabupaten Tulungagung melalui proses rekuitmen, hal ini dikarenakan
ingin mencari anggota TFL yang kompeten. Temuan dari peneliti tersebut
sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
pasal 24 terkait TFL yang meliputi :
1. Pendampingan penerima BSPS sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 23 ayat (2) dilakukan dalam rangka pemeberdayaan
untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
pembangunan rumah swadaya.
2. Pendampingan pemnerima BSPS yang dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh TFL
3. Penyedia TFL yang dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota
141
4. Pendampingan penerima BSPS oleh TFL dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan
pengembangan mandiri pasca kegiatan
5. Dalam pemerintah kabupaten/kota tidak dapat menyediakan TFL,
Pemerintah atau pemerintah provinsi dapat memfasilitasi
penyediaan TFL.
Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaksakan Grindle dalam
Agustino (2016:144) bahwa dalam menjalankan suatu kebijakan atau
program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang
kompeten dan kapatabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Dari hasil
penelitian, peneliti menemukan bahwa pelaksana program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya sudah memiliki pelaksana yang kompeten
dan kapatabel. Hal ini dengan dibentuknya tim khusus yaitu Tim Fasilitator
Lapangan.
c. Koordinasi antar Pelaksana Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swdaya
Koordinasi dalam proses implementasi kebijakan atau program
sangat penting. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Edward III dalam
Agustino (2016: 137) bahwa komuniksi sangat menetukan keberhasilan
pencapaian tujuan dari implementasi kebijkan publik. Pelaksanaan program
Bantuan Stimulan Perumhan Swadaya di Kabupetan Tulungagung
melibatkan beberapa pelaksana kebijakan. Berdasarkan Peraturan Menteri
142
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2016 tentang
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya pelaksana program antara lain:
1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2. Direktur Jendral Penyedia Rumah Kementrian Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat
3. Pemerintah Provinsi
4. Pemerintah Kabupaten/Kota, tugas ;
5. KPA/Kepala Satker
KPA/Kepala Satker adalah Kepala Satker penyelenggara BSPS
baik Pusat maupun Provinsi, dibantu oleh pihak ketiga
6. PPK adalah PPK penyelenggara BSPS di Pusat atau PPK
Provinsi yang dibantu oleh pihak ketiga
7. Koordinator Faslitator Kabupaten/Kota
8. Tenaga Faslitator Lapangan (TFL), tugas ;
9. Penerima Bantuan
10. Toko/Penyedia Bahan Bangunan
11. Bank/Pos Penyalur
12. Kepala Desa/Lurah
13. Penyedia Barang
14. Penyedia Jasa Konstruksi
Pelaksana program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya melibatkan
pelaksana baik dari tingkat pusat maupun tingkat daerah. Oleh karena itu,
komunikasi yang baik antar pelaksana kebijakan harus ada dalam
143
mengimplementasikan suatu kebijakan atau program untuk mewujudkan
tujuan dari kebijakan atau program tersebut.
Dari wawancara peneliti menemukan bahwa komunikasi yang
sudah dilakukan antar pelaksana program sudah cukup baik. Selain
komunikasi dalam implementasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
juga dilakukakan koordinasi antar pelaksana. Koordinasi dilakukan oleeh
pihak penanggungjawab BSPS di Desa Blendis, Tim Fasilitator dan Dinas
terkait. Sebagaimana administrasi publik menurut Chandler dan Plano (1988)
dalam dalam Keban (2014:3) administrasi publik adalah proses dimana
sumberdaya dan personel publik diorganisir dan dikoordinasikan
memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola (manage)
keputusan-keputusan dalam kebijakan publik.
3) Aspek Penerapan atau Aplikasi
Indikator yang ketiga menurut Charles O Jones adalah aplikasi atau
penerapan. Jones (1991: 324) penerapan penerapan mengacu pada
pelaksanaan pekerjaan yang bersifat pragmatis lainnya. Penerapan seringkali
merupakan suatu proses dinamis dimana para pelaksana maupun para
petugas diarahkan oleh pedoman program maupun patokan-patokan,
ataupun secara khusus diarahkan oleh kondisi yang aktual.
a. Pendanaan Program dan Penyaluran Dana Bantuan Stimulan
Perumahan Swdaya
144
Dana atau biaya dalam sebuah kebijakan atau program merupakan
hal yang sangat penting. Dalam sebuah kebijakan atau program dana atau
biaya diperlukan untuk menunjang keberhasilan suatu kebijakan atau
program. Sebagaiman dijelaskan oleh Mazmanian dan Sabatier dalam
Subarsono (2015: 95) menjelaskan bahwa besarnya alokasi sumber daya
finansial terhadap kebijakan tersebut mempengaruhi keberhasilan kebijakan.
Berdasarkan wawancara peneliti dana program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan program yang
dibuat oleh pemerintah pusat melalui Kementrian Pekerjaan dan Perumahan
Rakyat, oleh sebab itu pendanaan berasal dari pemerintah pusat. Namun
apabila dana yang disiapkan tidak mencukupi untuk proses implementasi
program BSPS maka pemerintah daerah dapat membatu dalam pengadaan
dana melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Sebagimana
disampaikan oleh Kasi Prasaran,Sarana, dan Utilitas bahwa dana APBD
dapat digunakan dalam implemntasi program BSPS.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadya
dana program BSPS dapat berupa uang atau bahan bangunan Di Desa
Blendis dana yang didapat adalah dana berupa bahan bangunan. Untuk dana
berupa bahan bangunan pemerintah menetapkan masing penerima bantuan
masing-masing menerima senilai 15juta rupiah untuk membeli bahan
bangunan dan melakukan swadaya.
145
Proses penyaluran dana BSPS bagi masyarakat berpenghasilan
rendah yaitu :
a. Kesra menerbitkan Surat Perintah Pencairan (SPP) ke BKAD
b. BKAD menerima SPP dari Kesra dan langsung melakukan
pencairan dana melalui Bank Jatim
c. Penerima bantuan diwajibkan untuk membuka rekening
tabungan di Bank Jatim agar penyaluran dapat dilakukan
d. Menyerahkan SPP kepada Bank Jatim
e. Menyerahkan fotocopy SPP
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyaulran
dana BSPS kepada penerima bantuan harus melewati bank penyalur dana
baik dana BSPS berupa uang atau dana BSPS berupa bahan bangunan.
Penyaluran dana bantuan berupa bahan bangunan dilakukan oleh
Bank Jatim selaku bank/pos penyalur dana BSPS. Hal ini sesuai dengan
kesepakatan antara pelaksana program BSPS diantarnya desa, dinas
perumahan dan Bank Jatim. Untuk persyaratan penyaluran dana penerima
bantuan diwajibkan untuk membuat buku rekening Bank Jatim. Selanjutnya
Bank Jatim penyaluran dana dapat dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti, proses penyaluran dana
program BSPS dana berupa bahan bangunan di Desa Blendis tidak langsung
masuk ke buku rekening penerima bantuan melainkan dana masuk ke
penyalur bahan bangunan. Disini penerima program BSPS di desa Blendis
146
hanya menerima banhan bangunan yang dikirim oleh toko penyalur bahan
bangunan yang telah disepakati.
b. Hasil Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya di Desa Blendis
Desa Blendis merupakan salah satu Desa di Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung yang menerima program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya pada tahun 2016 sebanyak 48 rumah atau kepala
keluarga, namun penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang
terealisasi hanya 44 rumah atau kepala keluarga. Jones (1991: 324)
menyatakan bahwa penerapan mengacu pada pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana tujuan-tujuan yang bersifat paragmatis.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terkait implementasi
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis, peneliti
mengambil beberapa penerima bantuan BSPS di Desa Blendis sebagai
narasumber. Penerima BSPS di Desa Blendis mendapatkan bantuan berupa
peningkatan kualitas rumah, dimana mereka mendapat perbaikan atas
rumah-rumah mereka yang sudah tidak layak huni. Adapun hasil
peningkatan rumah dari laporan pelaksana program BSPS di Desa Blendis
sebagai berikut :
147
Gambar 15. Hasil Peningkatan Kualitas Rumah Penerima Bantuan DesaBlendis(Sumber: Laporan Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan PerumahanSwadaya Desa Blendis, 2016)
Berdasarkan dari foto diatas terkait implementasi program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya di Desa Blendis dapat dilihat dari mulai
kondisi rumah masyarakat yang tidak layak huni hingga peningkatan
kualitas rumah melalui program BSPS. Dalam peningkatan kualitas rumah
PenerimaBantuan
Kondisi RumahSebelum mendaptBSPS
Perbaikan 30% Perbaikan 100%
PakSalamun
BuMiren
PakSucipto
148
melalui proram BSPS ini di bagai menjadi tiga tahap, tahap pertama yaitu 0%
(nol persen) dimana tampak kondisi rumah yang belum menerima BSPS,
selanjutnya tahap 30% (tigapuluh persen) dimana dala tahap ini rumah
mulai pemebenahan, namun masih tahap setengah, maksudnya disini
pembenahan dalam hal dinding dan lantai, yang terakhir tahap 100%
(seratus persen) tahap ini bisa dikatakan tahap terakhir, dimana dalam tahap
ini mulai dipasang atap dan perapian pembenahan rumah.
Implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di
desa blendis mengalami beberapa kendala. Menurut hasil wawancara
peneliti dengan Pak Supri selaku Kasun Desa Blendis dan penanggungjawab
pelaksanaan program BSPS di Desa Blendis kendala yang yang dihadapi
adalah faktor cuaca dan ketidaksiapan masyarakat menyiapkan swadaya.
Ketidaksiapan masyarakat dalam menyiapkan swadaya mengakibatkan
beberapa kepala keuarga yang sudah terdaftar batal untuk menerima BSPS.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 48 (empatpuluh delapan) kepala
keluarga di Desa Blendis BSPS yang menerima hanya 44 (empatpuluh
empat) kepala keluarga. Namun meskipun begitu implementasi program
BSPS di Desa Blendis sudah cukup baik daripada desa lain di wilayah
Kecamatan Gondang yang menerima bantuan yang sama.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya
149
a. Faktor Pendukung
1) Partisipasi Masyarakat Desa Blendis
Pertisipasi masyarakat dalam implementasi program atau kebijakan
merupakan faktor pendukung keberhasilan sebuah program atau kebijakan.
Partisipasi masyarakat menurut Adi (2008: 108) adalah adanya
keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah, pengidentifikasian potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan, pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan
masalah, dan juga keterlbatan masyarakat dalam mengevaluasi perubahan
yang terjadi. Partisipasi juga bermanfaat dalam membangun komitmen
masyarakat untuk membantu penerapan suatu keputusan yang dibuat.
Komitmen merupakan modal dalam keberhasilan sebuah kebijakan atau
program
Berdasarkan hasil penelitian, partisipasi masyarakat dalam
Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Di Desa
Blendis merupakan salah satu faktor pendorong dalam keberhasilan program.
Partisipasi dalam program ini dapat dilihat dari masyarakat yang ikut
sosialisasi maupun ikut seleksi program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya. Selain itu partisipasi yang dilakukan masyarakat adalah dengan
melakukan swadaya. Sebagaimana swadaya dalam program ini adalah
dengan melakukan sendiri pembenahan atau peningkatan kualitas rumah.
Hal ini membuktikan bahwa partisipasi masyarakat dalam implementasi
program BSPS di Desa Blendis telah berkembang dengan cukup baik.
150
2) Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung
Dukungan pemerintah daerah dalam implementasi program
diperlukan untuk keberhasilan sebuah program. Dengan adanya dukungan
pemerintah daerah implmentasi diharpakan dapat berjalan denga efektif dan
efisien. Sebagaimana Mazmanian dan Sabaitier dalam Parsons (2014:487)
mengemukakan enam syarat yang harus ada untuk menciptakan
implementasi yang efektif dari sebuah kebijakan atau program yang telah
dinyatakan legal yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan yang jelas dan konsisten
2. Kebijakan mengandung teori yang akurat tentang bagimana cara
melahirkan perubahan
3. Struktur implementasi yanag disusun secara legal untuk
membatu pihak-pihak yang mengimplementasikan kebijakan
4. Komitmen para pelaksana implementasi untuk menggunakan
kebijaksanaan guna mencapai tujuan kebijakan
5. Dukungan dari kelompok kepentingan dan penguasa di legislatif
serta esekutif
6. Perubahan sosial-ekonomi yang tidak melemahkan dukungan
kelompok atau penguasa dan teori yang mendasari kebijakan.
Dari hasil penelitian, pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung
telah memberikan dukungan terhadap implementasi program BSPS di Desa
Blendis. Dukungan yang diberikan Kabupaten Tulungagung terhadap
implementasi program BSPS berdasarkan wawancara dengan Pak Ulul Kasi
151
Prasaran, Sarana dan Utilitas Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan
Sumber Daya air dengan menganggarkan dana penunjang serta
menyiapakan Tim Fasilitator Lapangan untuk membantu penerima bantuan
program BSPS.
b. Faktor Penghambat
1) Ketidaksiapan Masyarakat Desa Blendis dalam Menyiapkan
Swadaya
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan
program dari pemerintah yang menunut penerima bantuan melakukan
swadaya. Swadaya disini berarti kesiapan penerima bantuan untuk
menyelesaikan peningktan kualitas rumah, bisa dengan dilakukan sendiri
oleh penerima bantuan atau membayar ongkos tukang. Implementasi
program dapat berjalan dengan baik apabila masyarakat sebagai penerima
bantuan penerima bantuan memahami apa yang harus dilakukan sebagai
penerima bantuan. Hal ini sesuai dengan model implementasi menurut
Edward III dalam Agustino (2016: 139) dilihat dari variabel disposisi
mengatakan bahwa Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah
faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu
kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para
pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan
tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga
dalam praktiknya terjadi bias.
152
Berdasarkan hasil wawancara peneliti faktor penghambat dari
implementasi program BSPS di Desa Blendis adalah ketidaksiapan
penerima bantuan dalam menyiapkan swadaya, akibatnya ada beberapa
penrima bantuan di Desa Blendis yang gagal menrima program BSPS. Dari
hasil wawancara dengan Pak Supri selaku Kepala Dusun Desa Blendis
setidaknya ada empat masyarakat Desa Blendis yang gagal mendapatkan
program BSPS.
2) Adanya Miskomunikasi Pelaksana Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya
Komunikasi antar pelaksana program sangat penting untuk
keberhasilan sebuah program. Dengan komunikasi implementasi dapat di
intepretasikan dengan mudah. Menurut Edward III dalam Agustino
(2016:137) komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang yang efektif terjadi
apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka
kerjakan. Pengatuhan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan
bila komnikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan
dan peraturan implementasi harus ditransmisikan (atau dikomunikasikan)
kepada bagaian personalia yang tepat.
Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa komunikasi
dalam implementasi program BSPS di Desa Blendis masih belum optimal.
Dapat dilihat dari adanya miskomunikasi antar pelaksana program yaitu
TFL Desa Blendis dan toko penyalur bahan bangunan. Hal ini
153
mengakibatkan proses penyaluran bahan bangunan di Desa Blendis
terhambat. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka harus ada
pergantian toko penyalur bahan bangunan di Desa Blendis. berdasarkan hal
tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi sangat penting dalam
implementasi suatu kebijakan atau program.
154
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Desa Blendis
Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung sudah dapat dikatakan baik. Hal
ini dapat ditinjau dari pelaksanaan dan hasil dari program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Desa Blendis yang sudah sesuai dengan pedoman
pelaksanaan. Secara lebih rinci lebih rinci, kesimpulan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Desa Blendis dilhat dari model
implementasi menurut Charles O. Jones dilihat dari tiga indikator yaitu:
indikator organisasi, indikator intepretasi, dan indikator aplikasi atau
penerpan. Dari ketiga indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a. Aspek Intepretasi
Indikator intepretasi yang dilihat dalam implementasi program
BSPS adalah kejelasan program BSPS, tata cara dan permohonan
program BSPS, bimbingan teknis atau pelatihan pelaksana program
BSPS, dan sosialisasi program BSPS ke masyarakat. Dalam
155
pelaksanaan program BSPS sudah jelas untuk siapa program ini
ditujukan. Di Desa Blendis penerima program BSPS merupakan
masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak mampu dalam
menyediakan rumah layak huni. untukk memperoleh BSPS calon
penerima bantuan harus melalui proses alur dan permohonan ang
cukup panjang. Bimbingan teknis atau pelatihan yang dilakukan
Tenaga Fasilitator Lapangan dilakukan agar para TFL dapat membanu
peerima BSPS. Sedangkan kegiatan sosialisasi program BSPS di Desa
Blendis mendapat respon yang positif, hal ini dapat dilihat dari
antusiasme masyarakat yang mengikuti sosialisasi program BSPS.
b. Aspek Organisasi
Dalam indikator organisasi implementasi program dapat dilihat
dari struktur organisasi dan pelaksana program BSPS. Dalam
implementasi program BSPS bagi masyarakat berpenghasilan rendah
di Desa Blendis ada perubahan penanggungjawab program BSPS,
dimana sebelumnya kewenangan program BSPS di Kabupaten
Tulunagaung diberikan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang kemudian kewenangan program diberikan pada Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Sumber Daya Air. Selanjutnya,
pelaksana program BSPS. Pelaksana program BSPS melibatkan
pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Dalam implementasi
program BSPS membentuk tim khusus untuk membantu penerima
156
bantuan. Tim khusus tersebut adalah Tim Fasilitator Lapangan.
Dimana tugas dari Tim Fasilitator Lapangan adalah mendampingi
penerima bantuan dari proses awal seleksi hingga proses
pertanggungjawaban pelaksanaan program BSPS. Selain itu juga
diperlukan koordinasi antar pelaksana program BSPS agar program
dapat berjalan baik dan lancar.
c. Aspek Penerapan/Aplikasi
Dalam indikator aplikasi implementasi program dapat dilihat
dari pendanaan dan penyaluran, serta hasil dari program BSPS di Desa
Blendis. Untuk pendanaan program BSPS dana berasal dari APBN,
karena program BSPS merupakan program yang dibentuk oleh
pemerintah pusat melalaui Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, sedangkan penyaluran dana program BSPS di
Desa Blendis melalaui bank yang telah ditentukan oleh pemerintah
daerah, di Kabupaten Tulunagaung penyaluran dana program BSPS
melalui bank Jatim. Untuk hasil implementasi program BSPS di Desa
Blendis cukup baik dibandingkan dengan desa-desa lain di wilayah
Kecamatan Gondang. Dalam pembangunan rumah program BSPS
dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap satu, tahap dua selesai 30%,
dan tahap ketiga pembangunan 100%.
157
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari Implemntasi Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Di Desa Blendis Kecamatan Gondang kabupaten Tulungaung
yaitu partisipasi masyarakat Desa Blendis dalam melaksanakan
program BSPS selain itu adanya dukungan dari pemerintah daerah
dapat menunjang proses implementasi program BSPS kepada
masyarakat untuk meningkatkan kualitas rumah yang tidak layak huni.
b. Faktor Penghambat
Faktor Penghambat dari Implementasi Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Di Desa Blendis Kecamatan Gondang kabupaten Tulungaung
yaitu ketidaksiapan masyarakat dalam melaukan swadaya dalam
pembangunan rumah, , dan adanya miskomunikasi pelaksana program
bantuan
Berdasarkan masalah-masalah diatas membutikan bahwa implementasi
program Bantuan Stimulan Perumahan Swdaya di Desa Blendis masih ada
hambatan-hambatan yang mempengaruhi pelaksnaan program. Meskipun ada
beberapa hambatan dalam implementasi Bantuan Stimualn Perumahan
Swadaya di Desa Blendis sudah cukup baik.
158
B. Saran
Dalam Implementasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Desa Blendis masih terdapat
permasalahn yang dihadapi. Permasalahan dalam implemntasi kebijakan ini
antara lain adalah ketidaksiapan masyarakat dalam menyiapakan swadaya,
faktor cuaca yang tidak menentu, dan adanya miskomunikasi antar pelaksana
kebijakan. Oleh sebab itu perlu adanya solusi agar Implemntasi Program
Bnatuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Di Desa Blendis. Adapun saran yang diharapkan mampu untuk
mengatasi permasalahan Implementasi program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya di Desa Blendis diantaranya:
1. Penerima bantuan yang tidak mampu menyiapkan swadaya karena
faktor keadaan seperti janda dan tidak mempunyai biaya dalam
pembangunan peningkatan rumah mereka dengan gotong-royong
dengan melibatkan tetangga sekitar dan bisa melibatkan sanak saudara
mereka dalam untuk membantu proses pembangunan rumah.
2. Tim fasilitator lapangan atau tenaga pendamping dalam pelaksanaan
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya tidak hanya dari
seleksi masyarakat, namun juga tim fasilitator lapangan juga dapat dari
dinas terkait, hal ini agar pelakasanaan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
159
3. Meningkatkan komunikasi antar pelaksana program baik pelaksana
tingkat desa, kabupaten, dan pusat. Dengan cara melaporkan semua
hasil kegiatan yang sedang berlangsung maupaun kegiatan yang telah
selesai. Diharapkan dengan adanya komunikasi yang baik antar
pelaksana maka pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
khususnya di Desa Blendis terlaksana dengan baik.
160
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik (Edisi Dua). Jakarta : Salemba
Humanika.
Agustino, Leo. 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik (Edisi Revisi). Bandung :
ALFABETA.
AG.Subarsono. 2015. Analisis Kebijakan Publik: Teori dan Aplikasi. Yohyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ahmad, Jamaliddin. 2015. Metode Penelitian Administrasi Publik Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta : Gava Media.
Arikunto. Suharsimi. 2008. Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoretis
Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Badan Pusat Statistik. 2016. Jumlah Penduduk Miskin. Diakses pada tanggal 20
Januari 2017 dari https://www.bps.go.id/
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung. 2016. Kabupaten Tulungagung
Dalam Angka 2016. Kabupaten Tulungagung: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tulungagung
Biro Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Diakses
pada tanggal 21 Desember 2016 dari http://bagianhumastulungagung.go.id
Direktorat Jendral Penyediaan Perumahan dan Direktorat Rumah Swadaya,
Kebijakan dan Program Rumah Swadaya
Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Bina Marga Kabupeten Tulungagung.
2016. Jumlah Penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Kabupaten
Tulungagung Tahun 2016. Kabupaten Tulungagung: Dinas Pekerjaan
Umum Cpta Karya dan Bina Marga Kabupeten Tulungagung
161
Dunn, William. 1999. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik: Proses, Analisis dan Partisipasi.
Bogor : Ghalia Indonesia.
Hasibuan, Malayu. 2014. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan
Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara.
Hutapea, Julintri. 2012. Analisis Faktor Penyebab Permukiman Kumuh di Kota
Medan (Studi Kasus : Kecamatan Medan Belawan). Skripsi Program
Ekonomi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara, Medan
Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy): Jakarta.
Rajawali
Keban, Yeremias T.2014. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep,
Teori dan Isu. Yogyakarta :Gava Media.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2011. Perencanaan
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Diakses pada tanggal 25
Desember 2016 dari http://perumahan.pu.go.id
Laporan Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Di Desa
Blendis, 2016
Laporan Profil Desa, Data Potensi Desa Blendis, 2016
Miles, M.B. Huberman. A.M & Saldana. J. 2014. Qualitative Data Analysis : A
Methods Sourcebook Third Edition. SAGe Publications, Inc.
Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosadakarya.
_________2011. Metode Pnelitian Kualitatif Edisi Rivisi. Bandung: Rosadakarya.
162
Nasution, S. 2011. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Edisi Pertama, Cetakan
Keduabelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2016
Tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
PERMENPERA No. 5/Permen/M/2007 Tentang Pengadaan Perumahan dan
Permukiman
Rencana Startegis Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tulungagung 2014-
2018
Sacafirmansyah, 2009. Partisipasi Masyarakat. Diakses pada tanggal 21 Mei 2017
dari http://sacafirmansyah.wordpress.com
Sudjana, Djudju. 2004. Manajemen Program Pendidikan Untuk Program
Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung : Falah Production.
Syamsuddin, Sjamsiar. 2010. Dasar-Dasar dan Teori Administrasi Publik.
Cetakan Kedua. Malang : Agritek YPN.
Siagian, Sondang. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Bina Aksara.
Sugiyono, 2014. Memahami Penelitian Kulaitatif. Bandung : ALFABETA.
Sumarwanto 2014, Pengaruh Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan
Pemukiman Kumuh Terhadap Tata Ruang Wilayah di Semarang. Jurnal
Ilmiah Serat Acitya. UNTAG Semarang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman
163
Wahab, Abdul Solichin, 2012, Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke
Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik . Jakarta : Bumi
Aksara.
Widodo, Joko, 2009, Analisis Kebijakan Publik : Konsep dan Aplikasi Analisis
Proses Kebijkan Publik, Malang : Bayumedia Publishing.
Winarno, Budi. 2007. Kebijkan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Med
Press(Anggota IKAPI)
Zauhar, Soesilo. 1993. Administrasi Program dan Proyek Pembangunan.
Malang : IKIP Malang