implementasi perencanaan audit berbasis risiko sesuai

18
IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI INTERNATIONAL STANDARDS ON AUDITING DALAM INDUSTRI BROADCASTING (STUDI KASUS: PT ABC) Clara Stephanie, Ludovicus Sensi Wondabio Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia clara,[email protected] Abstrak Skripsi ini berisi tentang implementasi perencanaan audit berbasis risiko sesuai International Standards on Auditing dalam industri broadcasting (studi kasus: PT ABC). Indonesia sebagai bagian dari G20 dan IFAC, berkomitmen untuk sepenuhnya mengadopsi ISA pada 1 Januari 2013. Konsekuensi dari adopsi ISA adalah perubahan mendasar terhadap cara pandang, cara berpikir dan cara bekerja auditor di Indonesia. Perbedaan utama antara ISA dan standar terdahulu ialah tekanan pada berpikir kritis. Penulis memfokuskan laporannya pada proses perencanaan audit yang dilakukan oleh auditor di dalam melakukan audit atas industri penyiaran. Kesimpulan yang didapat adalah tahapan cara audit berbasis risiko dan isu-isu kritis di dalam akuntansi dan audit sebuah perusahaan penyiaran, seperti isu pendapatan, persediaan dan uang muka. Kata Kunci: Audit; Audit Berbasis Risiko; ISA; Penyiaran; Standar Audit. Implementation of Risk-Based Audit Planning Appropriate to International Standards on Auditing in the Broadcasting Industry (Case Study: PT ABC) Abstract This thesis describes the implementation of risk-based audit planning appropriate to international standards on auditing in the broadcasting industry (case study:PT ABC). Indonesia as part of the G20 and IFAC, committed to fully adopt ISA on January 1, 2013. The consequences of the adoption ISA is a fundamental change to the way of looking, thinking and how to work the auditor in Indonesia. The main difference between the previous standard is in the pressure on critical thinking. The author focuses on the audit planning process undertaken by the auditor in the audit of broadcasting industry. The conclusion was the process of risk-based audit method and the critical issues in accounting and auditing in a broadcasting company such as the issue of revenue, inventory and advances. Keywords: Audit, Risk-based audit, ISA, Auditing Standards, Broadcasting 1. Pendahuluan Dalam sepuluh tahun terakhir ini pasar modal dan pasar uang dunia diguncang oleh manipulasi pelaporan keuangan yang dalam istilah International Standards on Auditing/ISA bersifat massive (besar) dan pervasive (meluas). Wall Street bertanya dimanakah peran auditor dalam berbagai skandal pelaporan keuangan. Indonesia tidak imun terhadap praktik manipulasi laporan keuangan. Kita sedikit lebih “beruntung” karena sejauh ini ukuran kerugian belum Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI INTERNATIONAL STANDARDS ON AUDITING DALAM INDUSTRI

BROADCASTING (STUDI KASUS: PT ABC)

Clara Stephanie, Ludovicus Sensi Wondabio

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

clara,[email protected]

Abstrak

Skripsi ini berisi tentang implementasi perencanaan audit berbasis risiko sesuai International Standards on Auditing dalam industri broadcasting (studi kasus: PT ABC). Indonesia sebagai bagian dari G20 dan IFAC, berkomitmen untuk sepenuhnya mengadopsi ISA pada 1 Januari 2013. Konsekuensi dari adopsi ISA adalah perubahan mendasar terhadap cara pandang, cara berpikir dan cara bekerja auditor di Indonesia. Perbedaan utama antara ISA dan standar terdahulu ialah tekanan pada berpikir kritis. Penulis memfokuskan laporannya pada proses perencanaan audit yang dilakukan oleh auditor di dalam melakukan audit atas industri penyiaran. Kesimpulan yang didapat adalah tahapan cara audit berbasis risiko dan isu-isu kritis di dalam akuntansi dan audit sebuah perusahaan penyiaran, seperti isu pendapatan, persediaan dan uang muka.

Kata Kunci: Audit; Audit Berbasis Risiko; ISA; Penyiaran; Standar Audit.

Implementation of Risk-Based Audit Planning Appropriate to International Standards on Auditing in the Broadcasting Industry (Case Study: PT ABC)

Abstract

This thesis describes the implementation of risk-based audit planning appropriate to international standards on auditing in the broadcasting industry (case study:PT ABC). Indonesia as part of the G20 and IFAC, committed to fully adopt ISA on January 1, 2013. The consequences of the adoption ISA is a fundamental change to the way of looking, thinking and how to work the auditor in Indonesia. The main difference between the previous standard is in the pressure on critical thinking. The author focuses on the audit planning process undertaken by the auditor in the audit of broadcasting industry. The conclusion was the process of risk-based audit method and the critical issues in accounting and auditing in a broadcasting company such as the issue of revenue, inventory and advances.

Keywords: Audit, Risk-based audit, ISA, Auditing Standards, Broadcasting 1. Pendahuluan

Dalam sepuluh tahun terakhir ini pasar modal dan pasar uang dunia diguncang oleh

manipulasi pelaporan keuangan yang dalam istilah International Standards on Auditing/ISA

bersifat massive (besar) dan pervasive (meluas). Wall Street bertanya dimanakah peran auditor

dalam berbagai skandal pelaporan keuangan. Indonesia tidak imun terhadap praktik manipulasi

laporan keuangan. Kita sedikit lebih “beruntung” karena sejauh ini ukuran kerugian belum Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 2: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

meluas, dan masih terisolasi dalam pembahasan di kalangan terbatas. Dengan latar belakang

yang tertulis di atas maka ISA dan standar lain yang dikeluarkan IFAC (International Federation

of Accountants) dimaksudkan untuk mencapai pelaporan keuangan yang berkualitas pada tatanan

global. Indonesia sendiri, sebagai bagian dari G20 dan IFAC, berkomitmen untuk sepenuhnya

mengadopsi ISA pada 1 Januari 2013. Konsekuensi dari adopsi ISA adalah perubahan mendasar

terhadap cara pandang, cara berpikir dan cara bekerja auditor di Indonesia. Meskipun ISA

berbeda dalam substansi dari standar audit terdahulu, tujuannya tidak berbeda. ISA seperti

standar terdahulu ingin mencapai mutu audit yang dapat diandalkan pemakai laporan keuangan,

dengan memberikan asurans yang memadai (reasonable assurance). ISA dan standar audit

terdahulu tidak memberikan asurans yang mutlak (absolute assurance). Perbedaan utama antara

ISA dan standar terdahulu ialah tekanan pada berpikir kritis.

Indonesia sendiri pada saat ini sedang mengalami masa kejayaan pada bidang penyiaran

terkhusus televisi. Terbukti dengan munculnya beberapa stasiun televisi baru yang sangat

diminati dan kemudian menggeser posisi stasiun-stasiun televisi yang sudah lama ada. Ini

menimbulkan tantangan tersendiri bagi stasiun televisi yang sudah lama ada untuk tetap bisa

bertahan baik dalam segi daya tarik masyarakat maupun dalam segi keuangan. Segi keuangan

sangatlah sensitif, jika tak ada support dalam hal keuangan maka suatu perusahaan tidak akan

dapat bertahan. Di sinilah muncul hal yang ditakutkan, apakah yang disajikan dalam laporan

keuangan perusahaan adalah benar hasil usaha perusahaan selama setahun atau hanya angka

buatan agar terlihat bagus di mata pemegang saham dan pembaca laporan keuangan? Di sinilah

peran auditor dibutuhkan, untuk memberikan asurans yang memadai. Ditambah lagi dengan

adanya perencanaan audit berbasis risiko sesuai ISA yang lebih menekankan berpikir kritis,

diharapkan dapat meningkatkan asurans yang diberikan kepada pembaca dan pengguna laporan

keuangan. Maka dari itu, skripsi ini akan melakukan penelitian bagaimana implementasi

perencanaan audit berbasis risiko sesuai ISA yang dilakukan oleh auditor dalam industri

penyiaran (broadcasting) terkhusus televisi di Indonesia, dengan mengambil sampel salah satu

perusahaan yang bergerak dalam bidang penyiaran televisi yaitu PT ABC. Kemudian akan

disimpulkan apa saja isu terkait akuntansi dan audit di dalam industri penyiaran.

2. Tinjauan Teoritis

Mengapa ISA?

Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dirumuskan dengan cara berbeda, yakni apa insentif

bagi profesi akuntan publik untuk mengadopsi ISA. Kita bisa mendekatinya dari sisi kekuatan Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 3: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

pasar dan nilai tambah. Kekuatan pasar sebagai penentu disebabkan oleh KAP yang melayani

klien global dan internasional mau tidak mau sudah mulai menggunakan audit berbasis ISA

karena menurut mereka ISA bukanlah pilihan. Atau lebih tepatnya, “pilih ISA atau pilih keluar

dari jaringan kerja sama global atau jaringan kerjasama internasional”. Selain itu untuk nilai

tambah, yang dimaksud disini adalah nilai tambah tidak berwujud (intangible) berupa

peningkatan mutu audit. (Tuanakotta, 2013).

Perbedaan Standar Audit Berbasis ISA dan Standar Audit Sebelum ISA

a. Audit berbasis risiko

Ciri yang paling menonjol dari audit berbasis ISA adalah penekanan terhadap aspek risiko. ISA

memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko, sejak auditor

mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya

sampai sesudah laporan yang berisi opininya diterbitkan. ISA berulang-ulang menegaskan

kewajiban auditor (dengan istilah “the auditor shall”) dalam menilai risiko (to assess risk), dalam

menanggapi risiko yang dinilai (to respond to assessed risk), dalam mengevaluasi risiko yang

ditemukan (detected risk), baik yang akan dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas.

Penegasan ini bermakna, jika auditor tidak menjalankan kewajibannya, ia teledor (negligent).

ISA merajut konsep risiko dalam setiap tahap audit.

b. Berbasis aturan (rule-based) ke berbasis prinsip (principles-based standards)

ISA dan IFRS (Itnternational Financial Reporting Standards) adalah standar-standar berbasis

prinsip (principles-based standards), yang merupakan perubahan besar dari standar-standar

sebelumnya yang berbasis aturan (rule-based standards).

c. Berpaling dari model matematis

Ciri dari semua buku teks auditing Amerika, maupun buku-buku pedoman (manuals) dari KAP

besar seperti the Big Four di era Assurance Model ialah membantu auditornya dengan

memberikan model-model matematis dalam sampling, statistical sampling maupun non-statistical

sampling. Pendekatan matematis ini mempunyai kelemahan yang serius, yakni membuat auditor

menjadi robot. Sedangkan ISA menekankan penggunaan professional judgement.

d. Kearifan profesional dan konsekuensinya

Setiap auditor akan mengklaim bahwa ia telah menggunakan kearifan profesional. ISA

mendefinisikan dan menjelaskan makna kearifan profesional dengan contoh-contoh. Apa Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 4: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

konsekuensi dari ISA mewajibkan kearifan profesional? Konsekuensinya adalah keterlibatan

partner yang mempunyai pengalaman (jam terbang dan kepakaran dalam industri tertentu atau

jenis audit tertentu), pendidikan, dan pelatihan dengan ciri-ciri kepribadian tertentu seperti sikap

skeptis (professional skepticism). Jika keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang belum

mempunyai pengalaman yang memadai, ISA menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan

ISA. Untuk Indonesia, ciri penerapan ISA yang paling jelas ialah seberapa besar keterlibatan

partner yang pakar dalam penugasan audit tersebut.

e. Pengendalian internal

Pengendalian internal (internal control) bukanlah hal baru dalam auditing. Akan tetapi yang

ditekankan ISA ialah kewajiban entitas (dalam membangun, memelihara, dan

mengimplementasikan pengendalian internal) dan kewajiban auditor (dalam menilai

pengendalian internal dan menggunakan hasil penilaiannya) serta komunikasi dengan manajemen

dalam hal auditor menemukan defisiensi dalam pengendalian internal. Pengendalian internal

merupakan perubahan mendasar dalam standar audit dan bagian yang tidak terpisahkan dari audit

berbasis risiko. Contoh dari cara berpikir lama dapat dilihat dalam banyak praktik di Indonesia.

Akuntan publik mereviu sistem pengendalian internal, dan produk yang dihasilkannya ialah

rekomendasi perbaikan sistem (dalam surat manajemen atau management letter). Hal yang

terpenting justru tidak dilakukan auditor, yakni tidak mengaitkan prosedur audit selanjutnya

dengan hasil reviu atas pengendalian internal. Seolah-olah keduanya (prosedur audit selanjutnya

dan reviu atas pengendalian internal) berdiri sendiri, independen satu dari yang lain. Inilah

perubahan mendasar (perubahan pola pikir yang ditekankan ISA).

f. Those Charged with Governance

Istilah ini dapat ditemukan dalam banyak ISA. Mengapa? ISA menekankan berbagai kewajiban

entitas dan manajemen. Namun perkembangan dalam tata kelola pada dua dekade terakhir

menekankan perlunya orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi

entitas. Mereka inilah yang disebut TCWG. Konsekuensinya adalah bahwa jika orang atau

lembaga TCWG itu eksis dalam entitas tersebut (misalnya di pasar-pasar modal di dunia, ini

sudah menjadi best practice), auditor wajib berkomunikasi dengan mereka.

Penjelasan ISA yang digunakan:

1. ISA 220 “Pengendalian Mutu untuk Audit Atas Laporan Keuangan”

Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada tingkat Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 5: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

penugasan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor bahwa:

a. Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan

peraturan yang berlaku

b. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya

Dalam ISA 220 ini, partner penugasan mempunyai posisi yang penting dimana partner

penugasan harus bertanggungjawab penuh terhadap audit dan pengendalian mutu.

2. ISA 240 “Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit Atas

Laporan Keuangan”

Tujuan auditor adalah untuk:

a. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan

yang diakibatkan oleh kecurangan

b. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan penilaian risiko kesalahan

penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, melalui perancangan dan implementasi

respon yang tepat

c. Memberikan respon terhadap kecurangan atau dugaan kecurangan yang diidentifikasi

selama audit

Sementara itu, apa sebenarnya definisi kecurangan (fraud)? Kecurangan adalah suatu

tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggung

jawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat

untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Sedangkan faktor

risiko kecurangan adalah peristiwa atau kondisi yang menunjukkan adanya insentif atau tekanan

untuk melakukan kecurangan atau memberikan peluang untuk melakukan kecurangan.

3. ISA 250 “Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit atas Laporan

Keuangan.”

Tujuan auditor adalah:

a. untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan kepatuhan dalam

peraturan perundang-undangan yang pada umumnya berdampak langsung dalam menentukan

jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan

b. untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu mengungkapkan adanya

ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lain yang dapat berdampak material

terhadap laporan keuangan Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 6: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

c. Untuk merespons adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan peraturan perundang-

undangan yang diidentifikasi selama pelaksanaan audit secara tepat

4. ISA 315 “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui

Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya.”

Tujuan auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material,

apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi melalui

pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas, oleh karena

itu menyediakan suatu dasar untuk merancang dan mengimplementasikan respons terhadap risiko

yang ditetapkan atas kesalahan penyajian material tersebut.

5. ISA 330 “Respon Auditor Terhadap Risiko yang Telah Dinilai”

Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan dengan

penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan dan penerapan respons yang

tepat terhadap risiko tersebut.

Audit Berbasis Risiko

Ciri penting dari audit berbasis ISA ialah bahwa audit ini berbasis risiko (risk-based audit).

Makna dari audit berbasis risiko dapat dipahami melalui beberapa konsep dasar berikut

a. Asurans yang layak (Reasonable assurance)

Dicapai ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menekan risiko audit.

b. Kendala bawaan (Inherent limitations)

Berikut adalah kendala bawaan dalam penugasan audit:

• Sifat pelaporan keuangan

• Sifat bukti audit yang tersedia

• Sifat prosedur audit

• Pelaporan keuangan tepat waktu

c. Lingkup audit (Audit scope)

Lazimnya, lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya, dibatasi pada menjawab

pertanyaan: apakah laporan keuangan dibuat, dalam semua hal yang material, sesuai dengan

kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 7: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

d. Salah saji yang material (Material misstatement)

Terjadi jika secara layak dapat diharapkan, akan memengaruhi keputusan ekonomis pemakai

laporan keuangan. Salah saji material bisa terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama, berupa

salah saji yang tidak dikoreksi, berupa pengungkapan yang menyesatkan, atau berupa kesalahan

atau kecurangan.

e. Asersi (Asersi)

Merupakan pernyataan yang diberikan manajemen, secara eksplisit maupun implisit, yang

tertanam di dalam atau merupakan bagian dari laporan keuangan.

Proses audit adalah suatu metodologi yang tersusun rapi untuk mengorganisasikan suatu audit,

untuk memastikan bahwa bukti-bukti audit yang terkumpul telah memadai dan kompeten untuk

semua tujuan audit. Menurut Theodorus M. Tuanakotta dalam bukunya Audit Berbasis ISA,

proses audit terbagi menjadi 3 bagian besar, yaitu:

1. Menilai Risiko (Risk Assessment)

Auditor melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah

saji yang material dalam laporan keuangan. Prosedur yang dilakukan antara lain:

• Memperoleh pemahaman strategi bisnis klien dan memproses serta menilai risiko.

• Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.

• Melakukan prosedur analitis awal.

2. Menanggapi Risiko

Pada tahap ini auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi

risiko salah saji yang material yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan

dan asersi.

Prosedur yang dilakukan sebagai berikut :

a. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi

• Melaksanakan pengujian pengendalian (test of control), yaitu prosedur audit untuk menguji

efektivitas pengendalian dalam mendukung suatu pengurangan pada taksiran risiko pengendalian. Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 8: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

• Melaksanakan pengujian substantif atas transaksi (substantive test of transaction), yaitu

pengujian atas kesalahan saji secara material untuk menentukan apakah keenam tujuan audit

terkait transaksi telah tercapai untuk setiap transaksi.

b. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo

• Melaksanakan prosedur analitis, yaitu penggunaan perbandingan dan hubungan untuk

menilai kewajaran atas saldo akun maupun data lain pada laporan keuangan.

• Melaksanakan pengujian terinci atas saldo, yaitu pengujian atas kesalahan saji secara

material untuk menentuan apakah kesembilan tujuan audit terkait saldo telah terpenuhi untuk

setiap saldo.

3. Pelaporan

Tahap pelaporan meliputi :

a. Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh.

b. Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik.

Dalam tahap ini auditor juga harus menelaah kewajiban bersyarat dan komitmen, yaitu potensi

kewajiban masa datang kepada pihak ketiga untuk jumlah yang tidak diketahui sebagai akibat

dari aktivitas yang telah terjadi serta menelaah peristiwa kemudian (subsequent event), yaitu

prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi

peristiwa kemudian.

Landasan Teori Penyiaran

Berdasarkan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 3/P/KPI/08/2006

Sistem penyiaran adalah tatanan penyelenggaraan penyiaran nasional berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-uundangan yang berlaku menuju tercapainya asas, tujuan, fungsi, dan arah

penyiaran nasional sebagai upaya mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Izin penyelenggaraan penyiaran merupakan bagian dari perilaku penyiaran yang berlaku bagi jasa

penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi yang diselenggarakan oleh Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 9: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

a. Lembaga penyiaran publik

Adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat

independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan

masyarakat.

b. Lembaga penyiaran swasta

Adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang

bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.

c. Lembaga penyiaran berlangganan

Adalah lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya

menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan.

d. Lembaga penyiaran komunitas

Adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas

tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan

wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.

Izin penyelenggaraan penyiaran diberikan kepada pemohon melalui tahapan sebagai berikut:

a. Melengkapi persyaratan administratif dan dokumen

b. Menyerahkan studi kelayakan ke KPI

c. Tahap verifikasi administratif yang merupakan pemeriksaan kelengkapan dokumen

d. Tahap verifikasi faktual yang merupakan pemeriksaan keaslian dokumen dan kecocokan

kondisi di lapangan

e. Prosedur evaluasi dengar pendapat yang diadakan KPI dan pemohon

f. Forum rapat bersama yang diadakan antara KPI dan pemerintah khusus untuk perizinan.

Sementara untuk izin penyelenggaraan penyiaran atau perpanjangan izin dalam waktu paling

lambat 30 hari kerja terhitung sejak kesepakatan. Izin penyelenggaraan penyiaran radio diberikan

untuk jangka waktu 5 tahun dan izin penyelenggaraan penyiaran televisi diberikan jangka waktu

10 tahun. Akan tetapi, sebelum mendapat izin tetap penyelenggaraan penyiaran, lembaga

penyiaran radio wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 6 bulan untuk radio dan 1 tahun

untuk televisi.

Selain itu, izin penyelenggaraan penyiaran dapat dicabut karena:

a. Tidak lulus masa uji coba siaran yang sudah ditetapkan.

b. Melanggar penggunaan sistem spektrum frekuensi radio dan/atau wilayah jangkauan siaran

yang ditetapkan.

c. Tidak melakukan kegiatan siaran lebih dari tiga bulan tanpa pemberitahuan kepada KPI. Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 10: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

d. Dipindahtangankan ke pihak lain.

e. Melanggar ketentuan rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat

penyiaran.

f. Melanggar ketentuan mengenai standar program siaran setelah adanya putusan pengadilan

yang memperoleh kekuatan hukum tetap.

Sumber penyiaran lembaga penyiaran swasta diperoleh dari:

1. Siaran iklan.

2. Usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.

3. Metode Penelitian Dalam rangka memperoleh data yang relevan, metodologi penelitian yang digunakan terdiri dari

dua cara yaitu:

1. Metodologi Penelitian Studi Pustaka (Library Research).

a. Buku-buku yang memuat tentang pandangan-pandangan/teori-teori dari para ahli yang menulis

mengenai masalah auditing dan audit berbasis risiko sesuai ISA.

b. Hasil-hasil dari seminar mengenai audit berbasis risiko sesuai ISA

c. Penelitian working papers (kertas kerja) yang penulis dapatkan selama bekerja pada Kantor

Akuntan.

2. Metodologi Penelitian Lapangan (Field Research).

Penulis menggunakan metode wawancara dan praktik langsung dengan orang-orang yang

berkecimpung di bidang perencanaan audit berbasis risiko sesuai ISA. Juga dari hasil praktik

langsung pada saat melakukan audit atas perusahaan penyiaran yang kemudian penulis padukan

dengan hasil penelitian studi pustaka. Maka penulis mencoba membuat beberapa kesimpulan,

sebagaimana penulis susun dalam penulisan skripsi ini.

4. Pembahasan 4.1 Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal (Accept Client and Perform Initial

Audit Planning) Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 11: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

PT ABC merupakan klien audit sejak tahun 2012, sehingga penugasan audit pada tahun 2013

merupakan penugasan audit lanjutan (client continuance). Pada tanggal 22 Oktober 2013, auditor

dari KAP XYZ dan pihak manajemen PT ABC memutuskan untuk melakukan rapat. Rapat ini

didakan untuk membuat memo penugasan audit lanjutan (Client Continuance Memo (CCM)).

Auditor PT ABC melakukan tanya jawab dengan klien untuk mendapatkan informasi-informasi

penting mengenai perusahaan, antara lain jika dibandingkan dengan tahun 2012, apakah terjadi

perbedaan yang signifikan sehubungan dengan kegiatan operasional perusahaan, pelaporan

keuangan dan susunan komisaris dan direksi perusahaan. Pada dasarnya, untuk tahun 2013 tidak

mengalami banyak perbedaan dengan audit tahun 2012. Perusahaan tidak merubah lini bisnisnya,

akan tetapi pada tahun 2013, Perusahaan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari diskon

pelunasan obligasi perusahaan. Dari hasil rapat, dapat juga ditarik kesimpulan beberapa alasan

mengapa PT ABC menginginkan atau membutuhkan audit yakni:

1. Untuk dilakukan konsolidasi oleh induk perusahaan PT ABC.

2. Untuk pelaporan terhadap kantor pajak.

3. Untuk pelaporan kepada pihak bank terkait utang bank yang dimiliki oleh PT ABC.

Selain itu juga dibuat memo strategi komunikasi klien. Memo ini dibuat untuk menolong partner

untuk memastikan bahwa komunikasi yang efektif telah dilakukan baik di dalam tim internal

maupun dengan PT ABC. Kemudian ditentukan juga tim yang akan mengerjakan penugasan audit

PT ABC ini. PT ABC juga menjelaskan kebutuhan-kebutuhannya di dalam penugasan ini termasuk

target dari induk perusahaan dalam rangka memenuhi syarat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebagai rangkuman, maka dibuatlah Memo Jasa Klien yang dapat dilihat dalam Lampiran 4 Jasa

Klien. Memo ini dibuat untuk membantu Partner dalam perencanaan. Memo ini juga berguna untuk

semua tim yang terlibat karena di dalam memo ini dijelaskan latar belakang dari PT ABC dan

kebutuhan-kebutuhan PT ABC.

4.2 Memahami Bisnis Klien dan Industri Klien, Menilai Risiko Bisnis Klien

Dalam melakukan penugasan audit, kita harus memiliki atau memperoleh pengetahuan tentang

bisnis entitas yang cukup untuk memungkinkan kita untuk mengidentifikasi dan memahami

peristiwa, transaksi dan praktik yang menurut penilaian mungkin memberikan dampak yang

signifikan terhadap penugasan audit dan laporan keuangan.

Dalam tahapan ini dibagi menjadi:

a. Operasi bisnis

b. Manajemen dan kepemilikan Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 12: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

c. Komite audit

d. Pihak berelasi

e. Sumber pendanaan

f. Strategi dan tujuan perusahaan

g. Pengukuran kinerja dan rencana kompensasi

h. Masalah dan tren industri

i. Lingkungan bisnis umum

j. Kerangka pelaporan keuangan

k. Performa keuangan

4.3 Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan

Dari Neraca Saldo yang diberikan oleh PT ABC, auditor kemudian membandingkan angka neraca

saldo 2013 (per buku) dengan laporan audit tahun 2012 yang dapat dilihat di Lampiran 13 Analisis

Pendahuluan dan berbekal buku besar dan wawancara dengan pihak manajemen, berikut adalah

hasil analisis pendahuluan PT ABC.

a. Kas dan bank mengalami penurunan Rp 291 atau sebesar 16,71% dikarenakan adanya

pelunasan utang bank di akhir tahun.

b. Piutang usaha naik Rp 5.815 atau sebesar 35,97% karena di akhir bulan Desember 2013, para

pelanggan tidak dapat melunasi tagihan mereka dan meminta perpanjangan masa waktu.

c. Persediaan naik Rp 426 atau sebesar 25,73% karena ada penambahan persediaan program di

akhir tahun.

d. Uang muka dan biaya dibayar dimuka naik Rp 131 atau sebesar 7,32% karena ada acara di

awal tahun sehingga bagian acara sudah mengambil dana di bulan Desember.

e. Biaya dibayar dimuka turun Rp 1.785 atau sebesar 32,44% dikarenakan pada tahun 2013 tidak

terdapat penambahan biaya dibayar dimuka sehingga murni penurunan dikarenakan amortisasi dari

biaya dibayar dimuka.

f. Utang usaha naik Rp 1.464 atau sebesar 20,86% karena pembelian program di akhir tahun

dilakukan dengan utang.

g. Utang lain-lain naik Rp 15.734 atau sebesar 114,57% karena perusahaan menerima pinjaman

dari PT MNO dan tidak terkait dengan kegiatan usaha.

h. Pendapatan diterima dimuka naik Rp 2.882 atau sebesar 15,14% karena adanya pembayaran

dimuka di akhir tahun dari pelanggan baru.

i. Utang pihak berelasi naik sebesar Rp 38.800 atau sebesar 446,06% setelah dilihat ke buku

besar dan melakukan tanya jawab ternyata utang obligasi oleh perusahaan dimasukan ke dalam Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 13: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

akun ini.

j. Beban program dan penyiaran meningkat Rp 4.512.998.076 atau sebesar 32,84% salah satunya

disebabkan adanya salah pos akun dan juga kenaikan biaya gaji karyawan mengikuti standar upah

yang ditetapkan oleh pemerintah dan diikuti kenaikan biaya program.

k. Pendapatan (beban) lain meningkat Rp 32.975.589.548 atau sebesar 177% dikarenakan adanya

keuntungan akibat potongan harga saat melakukan pelunasan utang obligasi.

4.4 Menetapkan Materialitas dan Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima

Tahap selanjutnya adalah menentukan risiko audit yang dapat diterima oleh auditor. Alasan

penggunaan basis laba kotor dalam menghitung materialitas keseluruhan adalah karena laba bersih

perusahaan yang tidak stabil pada tahun 2012 dan 2013, sehingga digunakan angka 1% dari laba kotor

pada tahun berjalan yang lebih stabil. Materialitas keseluruhan ini adalah perkiraan auditor atas batas

angka nominal salah saji di laporan keuangan secara keseluruhan. Sedangkan untuk performance

materiality adalah 50% dari materialitas keseluruhan. Performance materiality adalah tingkat

materialitas per masing-masing akun untuk PT ABC. Sedangkan untuk Nominal SAD amount adalah

5% dari materialitas keseluruhan. Nominal SAD Amount adalah batas kesalahan catat yang ditolerir

untuk tidak dilakukan penyesuaian oleh auditor. Akan tetapi kesalahan-kesalahan tersebut harus

dikumpulkan terlebih dahulu, jika setelah dikumpulkan nilai kesalahan tersebut melebihi materialitas

keseluruhan maka perlu diadakan penyesuaian oleh auditor.

4.5 Memahami Pengendalian Internal dan Menilai Risiko Pengendalian

Selain melihat risiko eksternal dan internal perusahaan, auditor juga harus memahami pengendalian

internal perusahaan dan menilai risiko dari pengendalian tersebut. Dalam tahap ini auditor sekaligus

mengetahui proses akuntansi perusahaan. Berikut penjelasannya yang dibagi berdasarkan siklus

operasi perusahaan.

1. Siklus pendapatan

• Alur siklus pendapatan:

Divisi marketing yang melakukan pencarian pelanggan, membuat perjanjian dan membuat TBO (TV

Booking Order). Untuk pelanggan-pelanggan baru diharapkan untuk melakukan pembayaran dimuka.

Jadwal tayang dari pelanggan tersebut akan diberikan kepada bagian traffic. Setelah pesanan dari

pelanggan ditayangkan, bagian traffic akan memberikan kepada bagian penagihan Airing dokumen

dan bukti tayang. Berdasarkan hal ini, bagian penagihan akan mencocokan terlebih dahulu dengan

TBO dan jika sudah sesuai bagian penagihan akan membuat invoice. Invoice akan langsung Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 14: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

dikirimkan kepada pelanggan. Untuk pelanggan lama dan yang tidak melakukan pembayaran dimuka.

Bagian penagihan akan melakukan follow up dengan pelanggan terkait piutang yang akan jatuh

tempo.

• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi

Setelah mengetahui siklus pendapatan iklan dan program perusahaan, auditor mencoba mengambil

sampel untuk setiap hal yang dijelaskan PT ABC, seperti adanya TBO, airing document, perjanjian,

dan faktur pajak di lampiran invoice. Dari hasil sampling untuk siklus pendapatan iklan dan program

dapat disimpulkan bahwa risiko kontrol dari perusahaan adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain

kontrol yang baik akan tetapi lemah pada saat mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus

pendapatan iklan dan program PT ABC disimpulkan moderate.

2. Siklus pengeluaran

• Alur siklus pengeluaran:

Untuk divisi GA, News, Marketing, Finance Treasury dan technology department mempunyai petty

cash masing-masing dengan nominal dibawah Rp 5.000.000 yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya kecil dan mendadak. Sedangkan untuk pembayaran yang

sifatnya lebih besar seperti biaya untuk persiapan program dilakukan dengan proses advance.

Advance biasanya diberikan per program yang sedang dibuat dengan melampirkan form advance

yang sudah mendapat approval dari pihak yang berwenang. Biasanya advance akan diselesaikan

paling lama 2 bulan dan untuk setiap program ada maksimal batas untuk pengajuan advance per

program sehingga harus segera menyelesaikan advance jika ingin melakukan pengajuan advance

kembali. Untuk advance-advance yang sudah diselesaikan maka akan dilampirkan bukti

pertanggungjawaban beserta bon-bon asli terkait beban-beban tersebut dan approval dari pihak yang

berwenang.

• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi

Setelah mengetahui siklus pengeluaran, auditor mencoba mengambil sampel untuk setiap hal yang

dijelaskan PT ABC, seperti adanya form advance dan settlement of advance beserta invoice-invoice.

Dari hasil sampling untuk siklus beban dapat disimpulkan bahwa risiko kontrol dari perusahaan

adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain kontrol yang baik akan tetapi lemah pada saat

mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus pengeluaran PT ABC disimpulkan

maksimum.

3. Siklus pembelian aset tetap

• Alur siklus pembelian aset tetap: Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 15: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

Setiap divisi yang membutuhkan penambahan aset tetap wajib mengisi form permintaan pembelian

dan diserahkan kepada bagian pengadaan. Bagian pengadaan akan mengecek ke budget setahun

yang dibuat kemudian bagian pengadaan akan melakukan perbandingan kepada minimal tiga

supplier untuk mencari harga dan spesifikasi yang sesuai (pitching). Jika sudah menemukan yang

sesuai, maka akan dibuat order pembelian oleh bagian pengadaan. Jika barang sudah diterima maka

akan diserahkan ke divisi yang memerlukan dan bagian pengadaan akan memberikan dokumen-

dokumen terkait ke bagian utang.

• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi

Setelah mengetahui siklus pembelian aset tetap, auditor mencoba mengambil sampel untuk setiap hal

yang dijelaskan PT ABC, seperti adanya form permintaan pembelian dan pitching beserta invoice-

invoice. Dari hasil sampling untuk siklus pembelian aset tetap dapat disimpulkan bahwa risiko

kontrol dari perusahaan adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain kontrol yang baik akan tetapi

lemah pada saat mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus pembelian aset tetap PT

ABC disimpulkan rendah.

4. Siklus penggajian dan personel

• Alur siklus penggajian dan personel

Setiap divisi akan mengajukan ke divisi HRD jika membutuhkan karyawan tambahan di divisinya.

Divisi HRD akan meminta persetujuan direktur terlebih dahulu baru kemudian memasang iklan.

Setiap lamaran yang masuk akan di seleksi terlebih dahulu CV dan kemudian diadakan tes dan

wawancara. Jika sudah diterima menjadi karyawan makan harus menandatangani kontrak kerja.

Sedangkan untuk pengajuan pengunduran diri dilakukan sebulan dimuka dan harus mengajukan

surat pengunduran diri.

Untuk penggajian akan didasarkan pada absensi kehadiran dan lembur. Untuk lembur harus

mendapat persetujuan dari superior untuk memverifikasi kebenaran dari lembur tersebut. Sedangkan

untuk cuti, setiap karyawan mendapat cuti 12 hari setahun dan jika tidak digunakan maka akan

hangus dan tidak bisa di akumulasi ataupun diuangkan.

• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi

Setelah mengetahui siklus penggajian dan personel, auditor mencoba mengambil sampel untuk

setiap hal yang dijelaskan PT ABC, seperti adanya form lembur, bukti kehadiran. Dari hasil

sampling untuk siklus pembelian aset tetap dapat disimpulkan bahwa risiko kontrol dari perusahaan

adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain kontrol yang baik akan tetapi lemah pada saat

mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus penggajian dan personel PT ABC

disimpulkan rendah. Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 16: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

5. Siklus treasury

• Alur siklus treasury

Untuk melakukan pinjaman bank, dilihat dari kebutuhan pembiayaan dan harus didiskusikan antara

direktur keuangan, direktur dan meminta persetujuan dari dewan komisaris. Begitu pula dengan

keputusan menerbitkan obligasi.

• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi

Setelah mengetahui siklus treasury, auditor mencoba mengambil sampel untuk setiap hal yang

dijelaskan PT ABC, seperti adanya perjanjian, perhitungan pinjaman dan beban bunga. Dari hasil

sampling untuk siklus pembelian aset tetap dapat disimpulkan bahwa risiko kontrol dari perusahaan

adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain kontrol yang baik akan tetapi lemah pada saat

mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus treasury PT ABC disimpulkan moderate.

Selain mengetahui siklus akuntansi, auditor juga harus melakukan reviu atas kebijakan akuntansi

yang digunakan oleh perusahaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku umum atau

belum.

Setelah melakukan reviu atas siklus akuntansi dan kebijakan akuntansi, berikut adalah hal-hal yang

biasanya menjadi titik fokus dari audit atas industri penyiaran

a. Pendapatan iklan-Tunai

b. Pendapatan iklan-Barter

c. Beban program dan penyiaran

d. Piutang usaha

e. Persediaan

f. Uang muka

g. Aset tetap

h. Utang usaha

i. Pendpatan diterima dimuka

4.6 Mengembangkan perencanaan audit dan program audit secara keseluruhan

Secara keseluruhan, hal-hal yang dilakukan oleh auditor PT ABC adalah

a. Memastikan angka saldo awal TB dan GL sudah sesuai dengan laporan audit PT ABC tahun

2012.

b. Memastikan angka saldo akhir TB dan GL adalah sama. Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 17: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

c. Mengirim konfirmasi untuk bank, piutang usaha, utang usaha, utang bank, konsultan

hukum/pengacara dan pemegang saham per 31 Desember 2013.

d. Mengecek setiap akun dengan memperhatikan tingkat materialitas yang telah ditetapkan dan

berdasarkan reviu dari internal kontrol perusahaan.

e. Mengecek setiap pergerakan-pergerakan akun yang tidak normal berdasarkan profesional

judgment auditor.

f. Melakukan prosedur lainnya untuk memastikan saldo dari utang usaha dan piutang usaha.

g. Untuk akun-akun bersaldo debit maka cara pengecekannya adalah dari buku besar ke bukti. Ini

dilakukan untuk memastikan keakuratan pencatatan. Jangan sampai ada akun bersaldo debit yang

sengaja dibesar-besarkan agar mengurangi pajak.

h. Untuk akun-akun bersaldo kredit maka cara pengecekannya adalah dari bukti ke buku besar. Ini

dilakukan untuk mengantisipasi adanya kewajiban yang tidak dicatat oleh PT ABC.

5. Kesimpulan Setelah memahami semua proses yang dilakukan oleh auditor PT ABC dalam implementasi

perencanaan audit berbasis risiko sesuai International Standards on Auditing industri penyiaran

(broadcasting), dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa langkah yang harus dilalui.

Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan perencanaan audit berbasis risiko sesuai

International Standards on Audititng:

1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal

2. Memahami bisnis dan industri klien dan menilai risiko bisnis klien

3. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

4. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima

5. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian

6. Mengembangkan perencanaan audit dan program audit secara keseluruhan

Untuk langkah-langkah yang dilakukan oleh KAP XYZ, sudah sesuai dengan ISA yang

menekankan pada pertimbangan risiko di setiap tahap pelaksanaan perencanaan audit PT ABC.

Selain langkah-langkah dalam melakukan perencanaan audit berbasis risiko, berikut adalah

kesimpulan terkait risiko-risiko di industri penyiaran (broadcasting)

1. Risiko bisnis

a. Risiko Eksternal

b. Risiko Internal

2. Risiko akuntansi Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014

Page 18: IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI

3. Risiko audit 6. Saran

Saran yang diberikan kepada PT ABC adalah:

a. Melakukan pelatihan kepada bagian akuntansi agar dapat meminimalisir kesalahan dalam

penginputan jurnal

b. Ada yang melakukan pengecekan ulang atas jurnal yang sudah diinput.

c. Lebih diperhatikan masalah pengakuan dari pendapatan diterima dimuka menjadi pendapatan DAFTAR REFERENSI

Buku

Arens, Alvin A., Mark S. Beasley, Randal J. Elder dan Amir Abadi Jusuf. Auditing and Assurance

Service an Indonesian Adaptation. Edisi Keduabelas. Jakarta: Salemba 4, 2009.

Gray, Iain dan Stuart Manson. The Audit Process: Principles, Practice and Cases. Edisi Kelima.

Cengage, 2011.

Hayes, Rick, Philip Wallage dan Hans Gortemaker. The Principles of Auditing: An Introduction to

Internal Standards on Auditing. Edisi Ketiga. Pearson, 2014.

Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat,

2013.

Tuanakotta, Theodorus M. Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta:

Salemba 4, 2013.

Tuanakotta, Theodorus M. Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba 4, 2011. Undang-undang dan Peraturan Pelaksanaannya

Komisi Penyiaran Indonesia. Nomor 3/P/KPI/08/2006. Jakarta: Republik Indonesia, 2006.

Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014