implementasi peraturan menteri dalam negeri …repository.fisip-untirta.ac.id/944/1/implementasi...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI
DALAM NEGERI NOMOR 8 TAHUN 2014
TENTANG SISTEM INFORMASI
PEMBANGUNAN DAERAH (SIPD) DI BADAN
PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN
DAERAH (BAPPEDA) KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Oleh
Nur Amanah
NIM. 6661121111
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
ABSTRAK
Nur Amanah. 6661121111. Judul Skripsi. Implementasi Peraturan Mentri Dalam
Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang. Prodi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Pembimbing I Bu Dr.Ayuning
Budiati,MPPM. Pembimbing II Bapak Dr.Gandung Ismanto,MM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana implementasi Peraturan Mentri Dalam
Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang. Adapun yang menjadi objek
penelitian adalah terlaksananya SIPD yang diamati menggunakan teori implementasi George
Edward III yang memiliki indikator sumberdaya, komunikasi, disposisi (Sikap) dan struktur
birokrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif
deskriptif, sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kasubag Perencanaan dan
satu staf yang ada di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Serang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling
yakni teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Lalu untuk penentuan sampel
menggunakan sampling jenuh yaitu menarik sampel bila semua anggota populasi digunakan
sampel, yang jumlah sampelnya sebanyak 50 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kota Serang belum berjalan dengan baik. Karena dari hasil pengujian Hipotesis yang
menggunakan rumus T-test satu sampel didapat 61,7% Dengan kata lain bahwa implementasi
Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang
kurang dari nilai yang dihipotesiskan sebesar 70%.
Kata Kunci : Peraturan, Sistem, Informasi, Pembangunan, Daerah
ABSTRACT
Nur Amanah. 6661121111. Implementation of the Minister of Internal Affairs Regulation
No. 8 of 2014 on Regional Development Information System at the Regional Development
Planning Agency of Kota Serang. Department of Public Administration. Faculty of Social
and Political Science. The 1st adviser: Dr.Ayuning Budiati, MPPM. The 2
nd adviser: Mr.
Dr. Gandung Ismanto, MM.
This research aims to determine how far the implementation of the Minister of internal
Affairs Regulation No. 8 of 2014 on Information Systems Regional Development in Regional
Development Planning Agency Kota Serang. As for the object of research is the
implementation of Regional Development Information System observed using the theory of
implementation George Edward III which has indicators of resources, communication,
disposition (attitude) and bureaucratic structure. The research method used is the descriptive
quantitative approach, while the population in this research is all head of planning and one
staff that existed in the Regional Work Unit of Kota Serang. The sampling technique in this
research using non-probability sampling technique, is sampling technique that does not give
opportunity or equal opportunity for each or member of the population to be chosen to be
sample. Then for the determination of samples using saturated sampling is pulling the sample
when all members of the population used sample, the number of samples as much as 50
respondents. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires and
literature studies. The results of this research indicate that the implementation of the Minister
of Internal Affairs Regulation No. 8 of 2014 on Regional Development Information System at
the Regional Development Planning Agency Kota Serang has not run well. Because of the
results of testing Hypothesis using the formula T-test one sample obtained 61.7% In other
words that the implementation of the Minister of Internal Affairs Regulation No. 8 of 2014 on
Information Systems Regional Development at the Regional Development Planning Agency
Kota Serang less than the hypothesized value of 70 %.
Keywords: Regulation, System, Information, Regional Development
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan inayah-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun
2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Studi kasus di
BAPPEDA Kota Serang tanpa menemukan hambatan dan kesulitan yang berarti.
Dalam skripsi ini penulis berusaha menyampaikan beberapa hal mengenai
deskripsi beberapa permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian, landasan
teori, dan metode penelitian yang tertuang dalam proposal skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah memberikan arahan,
bimbingan, pelajaran, serta motivasi dan dukungan dalam upaya penyusunan
proposal skripsi ini. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. DR. Agus Sjafari S.Sos M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Dosen Pembimbing
Akademik yang membimbing peneliti dari awal hingga akhir.
4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Dr. Ayuning Budiati, MPPM selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang
selalu membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis
dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu
dan bantuannya.
8. Gandung Ismanto, MM Dosen Pembimbing II Skripsi yang selalu
membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu dan
bantuannya.
9. Semua Dosen dan Staff Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
10. BAPPEDA Kota Serang yang telah memberikan informasi kepada
peneliti.
11. Seluruh SKPD Kota Serang yang telah memberikan informasi kepada
peneliti.
12. Kedua orang tua yang selalu membimbing, mendoakan dan mengantarkan
anaknya sampai ke dalam tahap perguruan tinggi. Terimakasih banyak
abah, mama.
iii
13. Saudara-saudariku tercinta Aji, Sofi dan keluarga besar yang tak pernah
lelah memberikan semangat waktu serta bantuan guna menyelesaikan
proposal skripsi ini.
14. Sahabat-sahabatku, dan teman-teman seperjuangan kelas C Administrasi
Negara angkatan 2012. Terutama sahabat ku Tangen, Mentari, Ulfah,
Annisa, Silvi, Rani, Rafli, Praditya dan semua yang selalu memberikan
semangat dan waktunya untuk saling membantu dalam menyelesaikan
Proposal Skripsi ini.
15. Sahabat-sahabat yang sudah lama menemani, yang hampir 8 tahun selalu
bersama menemani dan selalu ada Jenisya, Neng, Linda, Mutia, Shella,
Dina, Ayu, Juki, Widi, Apit, Billy, Boby, Eko, Wawan, yang sudah
menjadi bagian indah dari semasa SMA.
16. Sahabat terbaikku semasa KKM sampai dengan sekarang yang selalu siap
menemani dan mendukung dalam hal apapun termasuk dalam
menyelesaikan Proposal Skipsi ini yaitu Ibnu.
Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh
karena itu peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
proposal skripsi ini terjadi kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penulis
melakukan penelitian. Terimakasih.
Serang, November 2017
Nur Amanah
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS .....................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
ABSTRAK ...............................................................................................................
ABSTRACT .............................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 11
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 11
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 12
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 12
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 13
v
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Studi Kepustakaan..................................................................................... 17
2.1.1 Definisi Kebijakan ........................................................................... 18
2.1.2 Definisi Publik ................................................................................. 19
2.1.3 Definisi Kebijakan Publik ................................................................ 20
2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik ....................................................... 21
2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan ........................................... 22
2.1.6 Definisi Sistem Informasi ................................................................ 31
2.1.7 Definisi SIPD ................................................................................... 33
2.1.8 Tujuan SIPD ..................................................................................... 37
2.1.9 Dasar Hukum SIPD .......................................................................... 38
2.1.10 Kebijakan Dalam SIPD .................................................................. 39
2.1.11 Tim Pengelola SIPD ....................................................................... 39
2.1.12 Tata Cara Pengumpulan dan Pengisisan Data SIPD ...................... 42
2.1.13 Tata Cara Evaluasi Data SIPD ........................................................ 46
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 50
2.3 Kerangka Berfikir ...................................................................................... 52
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 54
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .................................................................................... 56
3.2 Populasi dan sampel ................................................................................ 57
3.2.1 Populasi ........................................................................................... 57
3.2.2 Sampel ............................................................................................. 58
3.3 Instrumen Penelitian ................................................................................... 58
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 61
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................... 62
3.5.1 Uji Validitas Instrumen .................................................................... 64
3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ................................................................ 65
3.5.2 Uji Hipotesis ..................................................................................... 66
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ....................................................................... 68
4.1.1 Panduan Penggunaan SIPD ............................................................. 72
4.2 Deskripsi Responden Penelitian ............................................................... 82
4.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 82
4.2.2 Responden Berdasarkan Usia .......................................................... 83
4.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan ............................................... 84
4.2.4 Analisis Data .................................................................................... 85
4.2.5 Variabel Implementasi ..................................................................... 86
vii
4.3 Pengujian Prasyarat Statistik .................................................................. 119
4.3.1 Uji Validitas Instrumen ................................................................... 119
4.3.2 Uji Reabilitas Instrumen ................................................................. 122
4.4 Pengujian Hipotesis ................................................................................. 124
4.5 Interprestasi Hasil Penelitian ................................................................... 125
4.6 Pembahasan ............................................................................................. 126
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 133
5.2 Saran ........................................................................................................ 135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
2.1 Keterisian Data SIPD .................................................................................... 34
3.1 Skoring Item Instrumen ................................................................................. 59
3.2 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 60
3.3 Waktu Penelitian ........................................................................................... 67
4.1 Hasil Uji Validitas ....................................................................................... 120
4.2 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................... 122
ix
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................................... 53
4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ............................................... 125
x
DAFTAR GRAFIK
4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 82
4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia .......................................................... 83
4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ............................................... 84
4.4 Sub Indikator Staf .......................................................................................... 86
4.5 Sub Indikator Informasi ................................................................................. 89
4.6 Sub Indikator Wewenang ............................................................................... 94
4.7 Sub Indikator Fasilitas .................................................................................... 98
4.8 Sub Indikator Transmisi ............................................................................... 101
4.9 Sub Indikator Kejelasan ............................................................................... 103
4.10 Sub Indikator Konsistensi .......................................................................... 105
4.11 Sub Indikator Pengangkatan Birokrat ........................................................ 107
4.12 Sub Indikator Insentif ................................................................................. 109
4.13 Sub Indikator SOP ...................................................................................... 111
4.14 Sub Indikator Fragmentasi ......................................................................... 113
4.15 Capaian Implementasi SIPD....................................................................... 115
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 8 Tahun
2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD)
LAMPIRAN III Data Pendukung Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi suatu
pedoman dan dasar rencana dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
kepemimpinandan cara bertindak untuk dilaksanakan dan diterapkan oleh pihak
yang berwenang dan berlaku untuk semua orang dengan tujuan untuk kepentingan
bersama. Disatu sisi kebijakan mempunyai dimensi instrumental dalam
menghasilkan keputusan program dan hasil lainnya dengan nilai-nilai yang
diyakini dalam kebijakan yang merupakan jalur komunikasi norma-norma etika
dan moral, proses membangun kepercayaan dan solidaritas antar aktor.
Kebijakan publik merupakan sebuah rangkaian yang saling berkaitan yang
diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan
dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam
situasi dimana keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas
kewenangan kekuasaan dari pada aktor tersebut. Ini merupakan sejumlah aktivitas
pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung
maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Kebijakan publik juga selalu berhubungan dengan keputusan-keputusan
pemerintah yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat melalui
instrumen-instrumen kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah berupa hukum,
pajak, pelayanan, dan anggara-anggaran. Hal ini bertujuan untuk memenuhi
2
kepentingan seluruh masyarakat dan juga mengatasi permasalahan yang terjadi
ditengah masyarakat.
Salah satu inovasi kebijakan yang ditawarkan sekarang adalah kebijakan
mengenai sistem informasi, dimana sistem informasi saat ini berkembang dengan
pesat dan memiliki pengaruh yang besar sehingga makin benilai tinggi dalam
sebuah organisasi. Sistem informasi yang dapat berjalan secara online
memudahkan penggunanya untuk mengakses data dimana saja dan kapan saja.
Dan sistem informasi yang dibangun dengan tepat akan memberikan sebuah
gambaran kinerja organisasi yang akurat bagi penggunanya dalam pengambilan
keputusan dalam suatu kebijakan. Hal tersebut yang saat ini dimanfaatkan oleh
pemerintah untuk memantau perkembangan pemerintah dengan membangun
sebuah sistem.
Sehingga dibuatlah Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD).
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi dan mendorong terwujudnya
sistem data dan informasi bagi pengambilan keputusan dan kebijakan perencanaan
pembangunan baik didaerah maupun dipusat. Serta meningkatkan komitmen
pemerintah daerah untuk pola kerjasama berbasis data dan informasi.
Sehingga dapat membangun database provinsi, kabupaten/kota yang dapat
menggambarkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah dalam
mendukung pengembangan sistem informasi pengelolaan database profil daerah
yang valid dan akurat.
3
Kemajuan jaman dan teknologi menatarbelakangi adanya pembangunan
sistem informasi tersebut. Namun ada faktor lain yang mendukung terciptanya
sistem informasi yaitu adanya kelemahan dalam pemanfaatan data-data
pembangunan. Hal itu didasari pula karena data - data pembangunan daerah tidak
lengkap dan tersebar di masing-masing SKPD (Satuan Perangkat Kerja Daerah)
serta tidak diperbaharui secara berkala, sehingga Instansi yang berfungsi sebagai
unit perencanaan pembangunan daerah dalam hal ini yaitu BAPPEDA (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah) mengalami kendala dalam mengumpulkan
data untuk kepentingan penyusunan perencanaan pembangunan daerah
karena lemahnya koordinasi antara Bappeda dan SKPD di daerah. Bappeda
merupakan lembaga teknis daerah di bidang penelitian dan perencanaan
pembangunan daerah yang di pimpin oleh seorang kepala badan yang berada di
bawah tanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Sekretaris
Daerah. Badan ini mempunyai tugas pokok membantu Gubernur/Bupati/ Walikota
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penelitian daan
perencanaan pembangunan daerah. Bappeda mempunyai fungsi penyelenggaraan
penelitian di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan, dalam
rangka pengembangan pembangunan secara umum. Oleh sebab itu Bappeda
berperan penting dalam penerapan sistem informaSi pembangunan daerah.
Selain terangkum dalam Permendagri No 8 Tahun 2014, Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) juga merupakan amanah dari Undang – Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
4
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang
kemudian di ganti menjadi Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Adapun Dalam Pasal 152 ayat (1) Undang - Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa : “perencanaan
pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan”. Kemudian Undang – Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi Undang-undang Nomor
23 Tahun 2014 pada pasal 274 mengamanatkan bahwa : “perencanaan
pembangunan daerah didasarkan pada data dan sistem informasi yang dikelola
dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) ”. Dalam pasal 13
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang data dan
informasi menjelaskan bahwa : “Mendagri secara periodik melakukan
penyempurnaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah,
penyempurnaan data dan informasi perencanaan daerah dilaksanakan oleh Dirjen
Bina Pembangunan Daerah”.
Serta dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014
Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) menjelaskan bahwa :
“sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan serta mengolah data
pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan
bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
kinerja pemerintah daerah”.
5
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) merupakan jaringan yang mengumpulkan data
secara terpadu di dearah dan pusat sebagai dukungan dalam perencanaan dan
evaluasi pembangunan daerah dengan menggunakan teknologi informasi. Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) sendiri terdiri dari 8 (delapan) kelompok
data. Tiap kelompok data diuraikan kedalam tiap data. Pengumpulan data di derah
bersumber dari data yang dimiliki oleh seluruh SKPD dan/sumber lainnya yang
sah dan atau dapat dipertanggungjawabkan. 8 (delapan) kelompok data tersebut
yaitu :
1. Data umum berupa data Geografi, pemerintahan dan
demografi
2. Sosial/Budaya berupa data kesehatan, pendidikan, kebudayaan
nasional, pemuda dan olahraga
3. Sumberdaya Alam berupa data pertanian, kehutanan, kelautan,
perikanan, peternakan dan perkebunan serta pertambangan dan
energi, lingkungan hidup tata ruang dan pertanahan
4. Insfratuktur berupa data perumahan dan pemukiman,
pekerjaan umum, pariwisata, pos, telekomunikasi dan
informatika serta perhubungan dan transportasi
5. Ekonomi berupa data industri, perdagangan, pengembangan
usaha nasional, lembaga keuangan dan koperasi, BUMN dan
perbankan daerah dan lembaga keuangan daerah
6
6. Keuangan Daerah berupa data pengelolaan aset atau barang
daerah, PDRB,ringkasan APBD, dana perimbangan, pinjaman
daerah, pajak daerah, retribusi daerah
7. Politik, Hukum dan Keamanan berupa data politik dalam negei
dan pengawasan, hukum, keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dalam Permendagri
Nomor 8 Tahun 2014 berfungsi sebagai sebuah jejaring dalam pengumpulan data
secara terpadu, realtime dan online di pusat dan daerah dengan menggunakan
teknologi informasi, sebagai dukungan dalam perencanaan program dan kegiatan
serta evaluasi pembangunan daerah secara rasional, efektif dan efisien. Tentunya
sistem informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mendukung integrasi
pemanfaatan data terkait dengan perkembangan pembangunan pada masing-
masing instansi pemerintahan. Fungsi lain nya dari Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 adalah
sebagai media akuntabilitas publik yang memungkinkan masyarakat
mengevaluasi kinerja pemerintah, mengevaluasi program–program pembangunan
dan sekaligus mengevaluasi capaian–capaian pembangunan sehingga
implementasi dari Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) dapat dirasakan dan terus dikembangkan lagi. Hal
ini semakin memperkuat Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) sebagai
bahan rujukan dalam proses penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
daerah.
7
Oleh sebab itu penggunaan aplikasi Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD) dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 dijadikan sebagai acuan
dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang difokuskan
kepada pemanfaatan informasi yang dihasilkan berdasarkan pengolahan data yang
telah di input oleh pemerintah daerah. Untuk menunjang hal tersebut maka
dibutuhkan faktor kelengkapan, kemutakhiran, keakuratan dan validitas data
menjadi unsur yang penting dalam proses pengumpulan dan penginputan elemen
data yang kemudian akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan analisa data
dalam aplikasi Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) yang telah dibuat
oleh pemerintah sesuai dengan Permendagri Nomor 8 Tahun 2014.
Tujuan penggunaan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dalam
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 adalah untuk meningkatkan kualitas
perencanaan dan pengambilan keputusan, baik di daerah maupun dipusat sehingga
memudahkan dalam pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah serta mampu mendukung data dan informasi dalam penyusunan arah dan
kebijakan pembangunan daerah. Dengan adanya Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD) juga dapat mendukung dalam penetapan prioritas permasalahan di
daerah guna meningkatkan kualitas produk–produk kebijakan publik dan
mempromosikan potensi ekonomi daerah.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti dan wawancara pendahuluan,
ditemukan beberapa masalah dan kendala–kendala terkait dengan Impelementasi
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD). Peneliti menemukan dilapangan pada saat tahap awal observasi
8
kondisi faktual data pembangunan daerah sendiri menggambarkan bahwa data–
data pembangunan daerah masih belum lengkap dan tersebar di masing–masing
OPD/Instansi serta jarangnya diperbaharui. Dimana masing-masing OPD/Instansi
sering menganggap bahwa data-data pembangunan belum menjadi prioritas utama
sehingga dalam proses penyusunan dan penyajian data dan informasi sering
menggunakan data lama dan cenderung tidak diperbaharui sehingga instansi yang
berfungsi sebagai unit pelaksana perencanaan pembangunan pemerintahan dalam
hal ini yaitu Bappeda menghadapi kendala dalam mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk kepentingan penyusunan perencanaan pembangunan daerah.
Peristiwa tersebut terjadi pada Dinas Pertanian, Dinas Perhubungan, serta Dinas
Pendidikan, dimana masing-masing instansi tersebut sering mengalami
keterlambatan dalam pengumpulan data SIPD. Hal tersebut dikarenakan ketiga
Instansi tersebut memiliki jumlah data yang terbilang banyak dibandingkan
dengan instansi lainnya, sehingga memang membutuhkan waktu serta koordinasi
yang baik dalam mengelola data SIPD.
Hambatan selanjutnya adalah lemahnya koordinasi antara Bappeda dengan
OPD yang terlibat dalam hal Implementasi Permendagri no 8 Tahun 2014 tentang
SIPD. Bappeda menganggap sumber data yang didapatkan dari masing-masing
OPD untuk pengisian data dan informasi pada aplikasi SIPD masih belum real
time/akurat dengan keadaan saat ini (up to date). Hal tersebut terjadi pada Dinas
Pendidikan, dimana hampir semua data-data mengenai pendidikan sering
berubah-ubah. Serta belum disediakannya fasilitas yang menunjang dalam hal
koordinasi serta input data antar pengelola SIPD.
9
Hambatan lain yang juga peneliti temukan di lapangan adalah dalam
pendistribusian elemen data Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD), Jika
di cermati dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 pasal 3, ayat (2) tertulis
bahwa kelompok data SIPD sekurang-kurangnya meliputi 8 kelompok data, antara
lain : Data Umum, Sosial Budaya, Sumber Daya Alam, Infrastruktur, Ekonomi,
Keungan Daerah, Politik, Hukum dan Keamanan dan insidensial. Dari banyaknya
elemen data tersebut maka cukup sulit dalam mendistribusikan data ini ke OPD
yang bertanggungjawab terhadap ketersediaan data, sehingga sering terjadi
kesalahpahaman antar OPD yang mengklaim bahwa beberapa elemen data yang
telah didistribusikan tersebut bukan menjadi tanggungjawabnya. Melainkan
tanggungjawab OPD lain. peneliti menemukan bahwa implementasi Permendagri
Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
masih belum optimal hal tersebut terbukti dengan munculnya masalah dari segi
keterisian data, dimana keterisian data dianggap rendah hal tersebut disebabkan
oleh beragam persepsi daerah terhadap pentingnya data untuk pelaksanaan
pembangunan. Sehingga data cenderung tidak real time/aktual sehingga terdapat
ketidakpahaman daerah untuk memilih sumber data yang lebih valid. Hal tersebut
tentu menghambat dalam implementasi Permendagri tersebut. Adapun yang
mengalami peristiwa tersebut salah satunya adalah Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Kota Serang, dimana instansi tersebut berwenang dalam
urusan kelistrikan yang ada di Kota Serang. Pada kenyataannya instansi tersebut
tidak memiliki data mengenai kelistrikan, serta masih belum melaksanakan
10
koordinasi dengan PLN. Akibat dari hal tersebut berdampak pada kosongnya data
isian mengenai kelistrikan yang ada di tabel keterisian data SIPD.
Permasalahan lain yang menghambat Implementasi Permendagri no 8
tahun 2014 di Bappeda Kota Serang pada saat ini masih dapat dikatakan belum
berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarekan kurangnya budaya information share
pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Serang yang membuat data dan
informasi pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di Kota Serang
susah untuk diketahui oleh Bappeda Kota Serang sebagai komponen utama
perencanaan di Kota Serang. Peristiwa tersebut terjadi pada Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman dengan Dinas Kesehatan Kota Serang yaitu
mengenai sanitasi air bersih. Dimana yang memiliki kewenagan dalam hal sanitasi
air bersih adalah Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, namun
yang memiliki data mengenai hal tersebut adalah Dinas Kesehatan. Padahal
sosialisasi Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Kota Serang kepada
setiap OPD yang ada di Kota Serang diharapkan membantu Bappeda Kota Serang
dalam mencari data pembangunan yang terkini demi mewujudkan pembangunan
sesuai dengan visi dan misi Kota Serang. Dari latar belakang masalah yang telah
di ungkapkan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai :
“ IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH (SIPD) DI BAPPEDA
KOTA SERANG “
11
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas Peneliti
mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Terbatasnya data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan Permendagri nomor 8 Tahun
2014 tentang Sistem Pembangunan Daerah (SIPD).
2. Keterbatasan SDM, dan fasilitas dalam unit kerja pengelolaan Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD).
3. Kurangnya koordinasi dan sinkronisasi data antara Bappeda dengan
OPD.
4. Kurangnya budaya information share pada organisasi perangkat
daerah di Kota Serang yang membuat data dan informasi.
1.3 Batasan Masalah
Peneliti menyadari bahwa permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD) yaitu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan serta
mengolah data pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada
masyarakat dan bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi kinerja pemerintah daerah, sangatlah kompleks, akan tetapi
peneliti dalam penelitian ini tidak dapat melakukan eksplorasi terhadap semua hal
mengenai pelakasanaan pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Daerah
12
(SIPD) di Bappeda Kota Serang. Dalam hal ini peneliti membuat batasan masalah
penelitiannya ialah Seberapa besar capaian Implementasi Permendagri Nomor 8
Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda
Kota Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat di ketahui masalah dalam
pelaksanaan Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang dalam hal Perencanaan
Pembangunan Daerah belum optimal dan didasarkan pada data dan informasi
yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan amanat Undang-
undang dan Peraturan yang berlaku. Sehingga dalam penelitian ini rumusan
masalahnya adalah : Seberapa besar capaian Implementasi Permendagri No 8
Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) yang saat ini
berjalan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
capaian Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang.
13
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang berjudul Implementasi
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah di
Bappeda Kota Serang adalah :
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan
pengetahuan karena akan menambah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis
khususnya. Ilmu Adminstrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan
Implementasi Kebijakan Publik. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat
untuk pengembangan studi Implementasi Kebijakan Publik.
2. Secara Praktis
Bagi penulis di harapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan
penguasaan ilmu-ilmu yang telah di peroleh peneliti selama mengikuti pendidikan
di Program Studi Ilmu Adminidtrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
sampai saat ini. Selain itu karya peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan
referensi bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
14
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian
Berikut merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini yang terdiri
dari beberapa Bab dan lengkap dengan penjelasannya adalah sebegai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan
masalah yang akan diteliti. Bentuk penjelasan diuraikan secara deduktif,
artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk umum hingga menukik ke
masalah yang spesifik dan relevan dengan judul penelitian.
Sumber penjelasan latar belakang masalah dapat berasal dari hasil
penelitian sebelumnya, seminar ilmiah, pengamatan atau pengalaman
pribadi. Latar belakang masalah harus diuraikan secara jelas, faktual dan
logis dengan didukung oleh data-data lapangan. Data yang ditulis dapat
berbentuk data kuantitatif maupun data kualitatif.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan
diteliti dan dikaitkan dengan tema/judul atau variabel penelitian.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk membatasi masalah yang akan diteliti
oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian.
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk menetapkan masalah yang paling
berkaitan dengan judul penelitian. Perumusan masalah adalah
15
mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk definisi
konsep dan definisi operasional. Kalimat yang digunakan dalam
perumusan masalah adalah kalimat tanya.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dalam penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian menjelaskan mengenai manfaat dari temuan penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian
Sistematika penulisan penelitian menjelaskan beberapa poin penulisan
penelitian secara rinci.
2 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
Bab ini berisi tentang beberapa teori yang digunakan sebagai rujukan dan
studi kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis guna menunjang dalam
kegiatan penelitian.
3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian serta berisi teknik pengolahan dan
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.
4 BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang paparan data-data serta analisis dari penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti.
5 BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran dari peneliti.
16
6 DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan peneliti dalam penelitiannya.
7 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berisi lampiran-lampiran yang menunjang dalam penelitian serta dokumentasi
yang telah dilakukan oleh peneliti maupun diambil dari referensi.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab kedua ini peneliti akan menjelaskan teori-teori yang akan
digunakan yang berkaitan dengan judul penelitian yang peneliti buat, yaitu
mengenai pelaksanaan Implementasi Permendagri Nomor 8 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang.
2.1 Tinjauan Pustaka
Wahyuni (dalam Pasolong, 2010: 9) mendefinisikan teori adalah sebagai
suatu himpunan konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan secara sistematis
yang dibangun untuk menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena.
Sugiyono (2012: 43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat
konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun
organisasi informal. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat
kegunaan teori di dalam penelitian, yaitu (Sugiyono, 2012: 43):
1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis.
2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keteraturan.
3. Teori sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan
pengetahuan.
4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.
18
Pada sub bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang
dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa teori
daripara ahli yang berkaitan dengan masalah penelitian maupun judul penelitian.
2.1.1 Definisi Kebijakan
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti
kebijakan. Laswell dan Kaplan (dalam Abidin, 2012: 6) melihat kebijakan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang
diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktik (a projected program
of goals, values and practices). Friedrich (dalam Abidin 2012: 6) mengatakan
bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goals),
sasaran (objective), atau kehendak (purpose).
H. Hugh Heglo (dalam Abidin, 2012: 6) menyebutkan kebijakan sebagai
“a course of action intended to accomplish some end” atau sebagai suatu tindakan
yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, Titmuss (dalam
Suharto, 2005: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang
mengatur tindakan yang diarahkan kepada kepada tujuan-tujuan tertentu. Dari
beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, kebijakan lebih
diartikan sebagai serangkaian tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan yang
di ambil oleh aktor terkait yang mempunyai tujuan tertentu guna untuk
memecahkan suatu masalah. Thomas Dye (dalam Abidin, 2012:5) menyebutkan
kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu (whatever governments choose to do or not to do). Selain itu, Edi Suharto
(2005: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip atau cara bertindak yang
19
dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan.Dilihat dari definisi tersebut,
kebijakan lebih diartikan sebagai sebuah dasar untuk merumuskan sebuah
keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk dilakukan maupun tidak dilakukan.
Jadi, berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan adalah suatu keputusan atau tindakan yang di ambil oleh pemegang
kekuasaan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang didalamnya
memiliki nilai-nilai serta memiliki tujuan tertentu.
2.1.2 Definisi Publik
Definisi publik pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris “public” yang
berarti umum, rakyat umum, orang banyak dan rakyat (Pasolong, 2010: 6).
Sedangkan menurut Syafiie (20010: 18) arti publik itu sendiri adalah sejumlah
manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan harapan, sikap dan
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.
Berbeda dengan Frederickson (dalam Pasolong, 2010: 6) menjelaskan konsep
publik dalam 5 (lima) perspektif, yaitu:
1. Publik sebagai kelompok kepentingan, yaitu publik dilihat sebagai
manifestasi dan interaksi kelompok yang melahirkan kepentingan
masyarakat,
2. Publik sebagai pemilih yang rasional, yaitu masyarakat yang terdiri
atas individu-individu yang berusaha memenuhi kebutuhan dan
kepentingan sendiri,
3. Publik sebagai perwakilan kepentingan masyarakat, yaitu kepentingan
publik mewakili “suara”,
4. Publik sebagai konsumen, yaitu konsumen sebenarnya tidak terdiri
dari individu-individu yang tidak berhubungan satu sama lain, namun
dalam jumlah yang cukup besar mereka menimbulkan tuntutan
pelayanan birokrasi. Karena itu posisinya dianggap sebagai publik, dan
5. Publik sebagai warga negara, yaitu warga negara dianggap sebagai
publik karena partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan warga
20
negara dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan dipandang
sebagai sesuatu yang paling penting.
Berdasarkan beberapa definisi publik di atas, dapat disimpulkan bahwa
publik adalah sekelompok atau sejumlah orang yang saling berhubungan dan
membutuhkan satu sama lain dengan memiliki kepentingan sendiri.
2.1.3 Definisi Kebijakan Publik
Thomas R Dye. Dye (dalam Agustino, 2006:7) mengatakan bahwa,
“kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau
tidak dikerjakan.”Berdasarkan pengertian Thomas R Dye ini, apapun yang dipilih
pemerintah untuk dikerjakan maupun tidak dikerjakan itu adalah suatu kebijakan
publik. James Anderson (dalam Agustino, 2006:7) memberikan pengertian atas
definisi kebijakan publik, dalam bukunya Public Policy Making, sebagai berikut:
“serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan
suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.” Konsep kebijakan ini
menitikberatkan pada apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang
diusulkan atau dimaksud. Dan hal inilah yang membedakan kebijakan dari suatu
keputusan yang merupakan pilihan diantara beberapa alternatif yang ada. Secara
konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari Kamus Administrasi Publik
Chandler dan Plano mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan
yang strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk memcahkan masalah
publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano beranggapan bahwa
kebijakan publik merupakan suatu bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah
21
demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka
dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintahan. (Pasolong, 2010: 38)
Selanjutnya, Chaizi Nasucha (dalam Pasolong, 2010: 39), mengatakan
bahwa kebijakan publik adalah kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu
kebijakan yang digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan
tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat yang akan
dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang
harmonis. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah suatu tindakan/kegiatan yang diputuskan oleh pemerintah
yang mempunyai tujuan untuk memecahkan suatu masalah publik serta
mempengaruhi sebagian besar masyarakat dalam waktu tertentu.
2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang
begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi
berbagai kepentingan. (Agustino, 2006:138) Adapun pengertian lain yang
diberikan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier. Menurut Daniel Mazmanian
dan Paul Sabatier dalam Agustino (2006:139) mendefinisikan Implementasi
Kebijakan sebagai :
“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk
undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau
keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah
yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang
ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur
proses implementasinya.”
22
Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2006:139) mendefinisikan
implementasi kebijakan sebagai :
“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijaksanaan.”
Sedangkan, Merrile Grindle dalam Agustino (2006:139) menyatakan
implementasi kebijakan sebagai berikut :
“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya,
dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang
telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects
dan yang kedua apakah program tujuan tersebut tercapai.”
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan
menyangkut 3 (tiga) hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2)
adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kegiatan.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan pelaksanakan kebijakan
guna memecahkan masalah yang dihadapi dan mendapatkan hasil yang ingin
dicapai.
2.1.5 Model-model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam studi implementasi kebijakan terdapat beberapa model
implementasi kebiajakan publik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang
melihat variabel apa saja yang dapat memepengaruhi kinerja implementasi suatu
23
kebijakan publik. Adapun beberapa ahli tersebut ialah Van Meter dan Van Horn,
Goerge Edward III, dan Merilee S. Grindle.
Terdapat 6 (enam) variabel model implementasi kebijakan yang
dikemukakan Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2006:142) yang dapat
mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu :
1. Standar dan Sasaran Kebijakan/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-
dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan
sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia
merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu
keberhasilan proses implementasi.
Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang
perlu diperhitungkan juga, ialah sumberdaya finansial dan sumberdaya
waktu.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini
sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat
banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen
pelaksananya.
Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga
diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin
luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar
pula agen yang dilibatkan.
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat
banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi
kebijakan publik.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana
24
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya
kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula
sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi
biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu,
upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan
kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
Adapun model impelementasi kebijakan yang menurut George C. Edward
III dalam Agustino (2006:149) terdapat 4 (empat) variabel yang mempengaruhi
kinerja implementasi kebijakan publik, yaitu ;
1. Sumberdaya
Variabel atau faktor pertama yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan adalah sumberdaya. Indikator sumber-
sumberdaya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
a. Staf; sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf.
Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah
satunya disebagiankan oleh karena staf yang tidak mencukupi,
memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan
jumlah staf dan implementor saja tidak mencukupi, tetapi
diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan
yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam meng-
implementasikan kebijakan atau melaksanakan tugas yang
diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.
25
b. Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai
dua bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang
harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk
melakukan tindakan. Kedua informasi mengenai data kepatuhan
dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah
yang telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang
lain yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh
terhadap hukum.
c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau
legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan
para implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat
menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi, dalam
konteks yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka
sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di
satu pihak, efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan
implementasi kebijakan tetapi di sisi lain, efektivitas akan menyurut
manakala wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi
kepentingannya sendiri atau demi kepentingan kelompoknya.
d. Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang
26
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki
wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya
fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi
kebijakan tersebut tidak akan berhasil.
2. Komunikasi
Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu
kebijakan menurut George C. Eward III, adalah komunikasi. Komunikasi
menurutnya lebih lanjut sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif
terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan
mereka kerjakan. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau
digunakan) dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut di
atas, yaitu:
a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang
terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah
pengertian (miskomunikasi), hal tersebut disebagiankan karena
komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga
apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.
b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan
(street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan
(tidak ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu
menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana
27
membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi
pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan
tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau
dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-
ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di
lapangan.
3. Disposisi
Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga
dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika
pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan
tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus
memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya
tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel
disposisi ini ialah :
a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap
implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan
kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.
Karena itu, pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana
kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada
28
kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus lagi pada
kepentingan warga.
b. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang
disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para
pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu,
pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan mereka
sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan
mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara
menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi
faktor pendukung yang membuat para pelaksana kebijakan
melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai
upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau
organisasi.
4. Struktur Birokrasi
Variabel keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi
kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu
kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur
birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan
menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan
menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah
kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara
politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.
29
Dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur
birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah: melakukan Standar
Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan Fragmentasi. SOPs
adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau
pelaksana kebijakan/administratur/birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau
standar minimum yang dibutuhkan warga). Sedangkan pelaksanaan
fragmentasi adalah upaya peyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan
atau aktivitas-aktiuvitas pegawai diantara beberapa unit kerja.
Dan model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Marielee S.
Grindle dalam Agustino (2006:154) terdapat 2 variabel besar yang mempengaruhi
kinerja implementasi kebijakan publik, yaitu :
1. Content of Policy, meliputi :
a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mem-pengaruhi)
Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam
pelaksanaanya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh
mana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh
terhadap implementasinya.
b. Type of benefit
Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukkan atau
menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat
beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang
30
dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak
dilaksanakan.
c. Extent of change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)
Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin
dicapai. Pada poin ini ingin dijelaskan bahwa seberapa berapa
besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu
implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.
d. Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan)
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang
peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, makapada
bagian ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan
dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan.
e. Program Implementer (pelaksana program)
Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus di
dukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan
kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan.
f. Resource Commited (sumberdaya yang digunakan)
Pelaksanaan suatu kebijakan harus di dukung oleh sumberdaya-
sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaan-nya berjalan
dengan baik.
2. Context Of Policy, meliputi :
a. Power, Interest, and Strategy of Actor Involved (kekuasaan,
kepentingan-kepentingan, dan strategi dari actor yang terlibat)
31
Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau
keuaaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para
actor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaansuatu
implementasi kebijakan.
b. Institusion and Regime Charateristic (karakteristik lembaga dan
rezim yang berkuasa)
Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini
ingin dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut
mempengaruhi suatu kebijakan.
c. Compliance and Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya
respon dari pelaksana)
Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu
kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari parapelaksana, maka
hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan
respon pelaksana dalam menangggapi suatu kebijakan.
2.1.6 Definisi Sistem Informasi
Secara umum suatu sistem terdiri dari input (masukan), pengolahan, dan
output (keluaran). Input (masukan) masuk kedalam sistem melalui unit input,
kemudian diolah melalui unit pengolahandan dikeluarkan dalam bentuk output.
Menurut Nugroho(2008:17) sistem didefinisikan sebagai :
“Sekelompok elemen yang terintegrasidengan maksud yang sama untuk
mencapai suatutujuan. Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam suatu
32
system adalah elemen-elemennya. Tentunya setiap sistem memiliki
elemen-elemennya sendiri, yang kombinasinya berbeda antara sistem yang
satu dengan sistem yang lain. Namun demikian, susunan dasarnya tetap
sama.”
Definisi sistem lainnya diungkapkan oleh Mcleod (2004:12) yang
menyatakan bahwa :
“sistem adalah elemen yang terintergrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai suatu tujuan. Sistem tersebut kemudian digolongkannya
kedalam sistem fisik dan sistem konseptual. Perusahaan bisnis adalah
suatu sistem fisik karena terdiri dari sejumlah sumber daya fisik. Suatu
sistem konseptual sebaliknya, adalah sistem yang menggunakan
sumberdaya konseptual yaitu informasi dan data untuk mewakili suatu
sistem fisik, tetapi data dan iformasiyang tersimpan didalamnya dapat
dipandang sebagai suatu sistem konseptual.”
Data dan informasi mewakili satu atau lebih sistem fisik. Bagaimana data
dan informasi itu disimpan tidak penting. Yang penting adalah apa yang diwakili
oleh data dan informasi itu. Sistem fisik penting karena keberadaannya, sedang
sistem konseptual penting karena penggambarannya atas sistem fisik.
Informasi menurut Nugroho (2008:15) adalah suatu pengetahuan yang
berguna untuk pengambilan keputusan. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan
sebagai dasar pengambilan keputusan pada dasarnya dapat dikelompokkan
sebagai infirmasi. Informasi yangbaik adalah I formasi yang akurat, tepat waktu,
dan relevan. Informasi merupakan data yang telah diklarifikasi atau diolah atau
diinterprestasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem
pengolahan informasi akan mengolah data menjadi informasi atau mengolah data
dari bentuk tak berguna menjadi berguna bagi yang menerimanya. Nilai informasi
berhubungan dengan keputusan. Bila tidak ada pilihan atau keputusan maka
33
informasi tidak diperlukan. Sedangkan Informasi menurut Mcleod (2004:12)
adalah data hasil pemrosesan yang memiliki makna, biasanya menceritakan suatu
hal yang belum diketahuikepada pengguna.
Berdasarkan pada definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi
penerimanya. Penerima yang dimaksudkan disini adalah penerima informasi yang
benar-benar membutuhkan informasi tersebut. Informasi yang digunakan sebagai
masukan dalam pengambilan keputusan.
2.1.7 Definisi Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
Dalam Permendagri No 8 Tahun 2014 Pasal 1 menyebutkan bahwa
Sistem Informasi Pembangunan Daerah selanjutnya disingkat SIPD adalah suatu
sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data
pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan
bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
kinerja pemerintah daerah.
Data adalah informasi yang berupa angka tentang karakter atau ciri khusus
suatu populasi. Sedangkan Informasi adalah keterangan pernyataan, gagasan, dan
tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam
berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.
34
Didalam pasal 2 dijelaskan bahwa Menteri berwenang melakukan
penyelenggaraan SIPD dimana Menteri melalui Direktorat Jenderal Bina
Pembangunan Daerah dapat melakukan penyempurnaan dan pengembangan data
dan informasi pembangunan daerah. Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa Pemerintah
Daerah mengumpulkan, mengisi, dan mengevaluasi data SIPD. Data SIPD yang
dimaksud dalam Permendagri No 8 Tahun 2014 berupa kelompok data sekurang-
kurangnya meliputi :
a. Umum;
b. Social Budaya;
c. Insfratuktur ;
d. Ekonomi;
e. Keuangan daerah;
f. Politik, Hukum dan Keamanan dan
g. Insidensial;
Berikut tabel keterisian data SIPD :
Tabel 2.1 Keterisian Data SIPD
NO KELOMPOK DATA JENIS DATA SIPD SUMBER DATA
1 DATA UMUM 1. Geografi
2. Pemerintahan
3. Demografi
BPS, BIRO
PEMERINTAHAN,
BKD, DPPKD,
BAPPEDA
2 SOSIAL/BUDAYA 4. Kesehatan
5. Pendidikan,
Kebudayaan
Nasional, Pemuda &
DINAS
KESEHATAN,
DINAS
PENDIDIKAN,
35
olahraga
6. Kesejahteraa Sosial
7. Agama
DINAS SOSIAL,
KEMENAG,
DISBUDPAR,
DINAS PEMUDA &
OLAHRAGA, BPS
3 SUMBERDAYA
ALAM
8. Pertanian,
Kehutanan,
Kelautan,
Perikanan,
Peternakan, &
Perkebunan
9. Pertambangan &
Energi
10. Lingkungan Hidup,
Tata Ruang &
Pertanahan
DINAS
PERTANIAN,
DINAS
KEHUTANAN,
PERKEBUNAN,
KELAUTAN &
PERIKANAN,
DISTAMBEN,
BLHD
4 INSFRATUKTUR 11. Perumahan &
Pemukiman
12. Pekerjaan Umum
13. Pariwisata, Pos,
Telekomunikasi &
Informatika
14. Perhubungan &
DINAS BINA
MARGA,
DISBUDPAR,
DISHUBKOMINFO,
DINAS SDAP
36
Transportasi
5 EKONOMI 15. Industri,
Perdagangan,
Pengembangan
Usaha Nasional,
Lembaga Keuangan
& Koperasi
16. BUMN dan
Perbankan Daerah
& Lembaga
Keuangan Daerah
DINAS PERINDAG,
DINAS KOPERASI
UMKM, BIRO
EKBANG
6 KEUANGAN
DAERAH
17. Pengelolaan Aset
atau Barang Daerah
18. PDRB
19. Ringkasan APBD
20. Dana Perimbangan
21. Pinjaman Daerah
22. Pajak Daerah
23. Retribusi Daerah
DPPKD, BPS,
BAPPEDA
7 POLITIK, HUKUM
DAN KEAMANAN
24. Politik Dalam
Negeri &
Pengawasan
25. Hukum
BADAN
KESBANGPOL,
SATPOL PP,
KEPOLISIAN,
37
26. Keamanan &
Ketertiban
Masyarakat
BIRO HUKUM
8 INSIDENSIAL 27. Bencana Alam
28. Penyakit Menular
29. Pencurian Ikan
30. Kebakaran Hutan
Pencurian &
Penyelundupan
Kayu
BPBD, DINAS
SOSIAL, DINAS
KELAUTAN &
PERIKANAN,
DINAS
KEHUTANAN,
DISTANAK, BPS
Data SIPD sebagaimana dimaksud diatas bersumber dari seluruh
SKPD dan/atau sumber-sumber lain yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pemerntah Daerah menggunakan informasi
pembangunan daerah sebagaimana yang dimaksud diatas sebagai rujukan
dalam perencanaan pembangunan daerah dan tata ruang daerah.
2.1.8 Tujuan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) merupakan jaringan yang
mengumpulkan data secara terpadu didaerah dan pusat sebagai dukungan dalam
perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah dengan menggunakan teknologi
informasi. SIPD memiliki beberapa tujuan yaitu :
38
a. Meningkatkan kualitas Perencanaan dan Pengambilan Keputusan, baik di
Daerah maupun di Pusat;
b. Memudahkan Pemantauan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah;
c. Mendukung Data dan Informasi dalam Penyusunan Arah dan Kebijakan
Pembangunan Daerah;
d. Mendukung Penetapan Prioritas Permasalahan di Daerah;
e. Meningkatkan Kualitas Produk-produk Kebijakan Publik;
f. Mempromosikan Potensi Ekonomi Daerah;
2.1.9 Dasar Hukum Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
Dalam pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
memiliki beberapa dasar hukum yaitu :
Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah : Pasal 274 “Perencanaan
Pembangunan Daerah didasarkan pada Data dan
Informasi Pembangunan Daerah”
Pasal 152 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa : “perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan
informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan”
Pasal 13 Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang
Data dan Informasi : “Mendagri secara periodik
melakukan penyempurnaan data dan informasi
perencanaan pembangunan daerah, sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Penyempurnaan data & inf perenc
pembangunan daerah dilaksanakan oleh Dirjen Bina
Pembangunan Daerah.”
Permendagri No 8 Tahun 2014 Tentang SIPD : “sistem
yang mendokumentasikan, mengadministrasikan serta
mengolah data pembangunan daerah menjadi
informasi yang disajikan kepada masyarakat dan bahan
pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi kinerja pemerintah daerah ”
PENGEMBANGAN
SISTEM
INFORMASI
PEMBANGUNAN
DAERAH (SIPD)
Kemendagri No. 050-228/ Kep/Bangda/2013 tgl 30 Des 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Lingkup Ditjen Bina Pembangunan Daerah Tahun 2014
39
2.1.10 Kebijakan dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
1. Memfasilitasi dan mendorong terwujudnya Sistem Data dan Informasi
bagi Pengambilan Keputusan dan Kebijakan Perencanaan
Pembangunan baik di Daerah maupun Pusat;
2. Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk membangun pola
kerja sama berbasis Data dan Informasi;
3. Membangun database Provinsi, Kabupaten/Kota yang
menggambarkan potensi dan sumber daya yang dimiliki Daerah;
4. Mengembangkan Sistem Informasi pengelolaan database profil
daerah yang valid dan akurat;
2.1.11 Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
Adapun tim pengelola SIPD terdiri dari tim pengelola SIPD Nasional, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota :
1) Tim Pengelola SIPD Nasional
Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
membentuk Tim Pengelola SIPD Nasional yang terdiri dari :
a. Pengarah yaitu Menteri Dalam Negeri
b. Penanggungjawab yaitu Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah
c. Ketua yaitu Sekretatis Direktorat Jenderal Bina Pembangunan
Daerah
d. Wakil Ketua yaitu Direktur Perencanaan Pembangunan Daerah
Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
40
e. Sekretaris yaitu Kepala Bagian Perencanaan Direktorat Jenderal
Bina Pembangunan Daerah
f. Anggota yaitu Pejabat di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri
Adapun tugas dari Tim Pengelola SIPD Nasional yaitu :
a) Menyusun rekomendasi penyempurnaan dan atau pengembangan
SIPD;
b) Mengevaluasi pengumpulan, pengisian, dan hasil evaluasi data dan
informasi SIPD;
c) Menetapkan dan mensosialisasikan kebijakan dan mekanisme
pengelolaan SIPD; dan
d) Memberikan pelatihan bagi tim pengelola SIPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
2) Tim Pengelola SIPD Provinsi
Gubernur melalui Bappeda Provinsi membentuk tim pengelola SIPD
Provinsi yang terdiri dari :
a. Pengarah yaitu Gubernur
b. Penanggungjawab yaitu Sekretaris Daerah Provinsi
c. Ketua yaitu Kepala Bappeda Provinsi
d. Sekretaris yaitu Kepala Bidang pada Bappeda Provinsi yang
melaksanakan tugas dibidang pengelolaan data
e. Koordinator Bidang yaitu Kepala SKPD provinsi terkait sesuai
kebutuhan.
41
Dalam tim sebagaimana yang dimaksud di atas dapat melibatkan
unsur terkait sesuai dengan kebutuhan, serta tim yang dimaksud
diatas ditetapkan dengan keputusan Gubernur.
Adapun tugas yang harus dilaksanakan oleh tim SIPD Provinsi yaitu :
a) Mengumpulkan dan mengisi data dan informasi SIPD Provinsi;
b) Mengevaluasi pengumpulan, pengisian, dan hasil evaluasi data dan
informasi SIPD Kabupaten/Kota di wilayahnya;
c) Memberikan pelatihan bagi tim pengelola SIPD Kabupaten/Kota.
3) Tim Pengelola SIPD Kabupaten/Kota
Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
Kabupaten/Kota yang terkandung dalam Permendagri No 8 Tahun 2014
dalam pasal 10 adalah sebagai berikut :
a. Pengarah yaitu Bupati/Walikota
b. Penanggungjawab yaitu Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
c. Ketua yaitu Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
d. Sekretaris yaitu Kepala Bidang pada Bapedda Kabupaten/Kota yang
melaksanakan tugas di bidang pengelolaan Data
e. Koordinator Bidang yaitu Kepala SKPD Kabupaten/Kota terkait
sesuai kebutuhan
Dalam Tim sebagaimana dimaksud diatas dapat melibatkan unsur terkait
sesuai dengan kebutuhan.
42
Tim pengelola SIPD Kabupaten/Kota bertugas untuk mengumpulkan
dan mengisi data dan informasi SIPD kabupaten/kota. Serta
mengevaluasi data dan informasi SIPD kabupaten/kota.
2.1.12 Tata Cara Pengumpulan dan Pengisian Data
A. Pembentukan Tim
Pembentukan tim pengelola SIPD di Provinsi dan Kabupaten/Kota
melalui penerbitan Surat Keputusan (SK) kepala daerah yang dilakukan
paling lambat bulan februari disetiap tahunnya. Adapun perangkat yang
dibentuk melibatkan unsur Satuan Keja Perangkat Daerah (SKPD), yang
dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda). Tim yang telah terbentuk dimasing-masing daerah provinsi
maupun kabupaten/kota dapat mengakomodir perwakilan instansi
vertikal pemerintah pusat didaerah sesuai dengan kondisi, potensi, dan
permasalahan terkait data dan informasi.
B. Rapat koordinasi Pengumpulan Data
Dua agenda utama dalam rapat koordinasi pengumpulan data adalah :
1. Pemetaan Keteserdiaan Objek Data
Pemetaan ini bertujuan untuk memilah data mana saja yang tersedia
didaerah. Pemilahan ketersediaan data disesuaikan dengan kondisi
daerah. Sebagai contoh, untuk daerah yang tidak memiliki laut,
maka seluruh data terkait kelautan dipilah sebagai data-data yang
tidak tersedia didaerah. Untuk data yang objeknya ada didaerah
namun datanya belum ada tetap dianggap sebagai data yang tersedia
43
didaerah. Dalam situasi ini, pemerintah daerah perlu melakukan
pendataan untuk objek data yang tersedia namun datanya belum
ada.
2. Pemetaan Data menurut SKPD
Koordinator bidang berkewajiban mengumpulkan data SIPD di
SKPD masing-masing. Dalam rapat koordinasi pengumpulan data,
seluruh data SIPD harus dipetakan menurut SKPD. Selanjutnya,
tiap koordinator bidang mengumpulkan data sesuai pembagian yang
telah ditetapkan. Rapat koordinasi pengumpulan data dilakukan
paling lambat di bulan Maret disetiap tahunnya.
C. Pengumpulan Data SIPD
Pengumpulan data SIPD dilakukan pada bulan Maret sampai dengan
Desember disetiap tahunnya. Data yang dikumpulkan disesuaikan
dengan database SIPD. Database SIPD terdiri dari 8 kelompok data
yaitu :
a. Umum;
b. Sisal budaya;
c. Sumberdaya alam;
d. Infrastuktur;
e. Ekonomi;
f. Keuangan daerah;
g. Politik, hukum, dan keamanan;
h. Insidensial;
44
Data SIPD pada prinsipnya adalah data sektoral, model
pengumpulan data yang utama dilakukan melalui kompilasi produk
administrasi. Dalam hal data tidak ada, pemerintah daerah perlu
melakukan pengumpulan data sendiri, dengan menggunakan metode
yang sesuai.
Adapun ringkasan dalam tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Data yang harus diisi berdasarkan permintaan Dirjen Bangda yang
dipilah-pilah sesuai SKPD Penanggung-jawab Data;
2. Form pengisiian data yang sudah dipilah dibagikan kepada SKPD
Penanggung-jawab Data sesuai tanggungjawab urusan;
3. Tidak semua data tersedia di SKPD sehingga perlu kerjasama dan
koordinasi dengan instansi lain, missal : BPS, BPN, BMKG, dan
lain-lain;
4. Diadakan pertemuan antara BAPPEDA dengan SKPD untuk
verifikasi keterisian data;
5. Rekapitulasi dan Entry Data kedalam Form SIPD;
D. Mekanisme Pengisian Data
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) berisi tentang
gambaran umum dari daerah diseluruh Indonesia. Sistem informasi ini
merangkum data pembangunan masing-masing daerah untuk ditampilkan
secara interaktif pada antarmuka beserta analisisnya. Dengan antarmuka
berbasis visual, sistem ini memiliki keuntungan dengan mudahnya user
45
memahami data yang terampil tanpa harus membaca teks atau tabel yang
monoton. SIPD memiliki 3 (tiga) level pengguna dengan tingkat
kewenangan akses yang berbeda beda pada tiap levelnya. 3 (tiga) level
pengguna tersebut adalah :
a. Administrator Sistem
Kewenangan administrator sistem mencakup semua pengaturan,
pengendalian dan pengorganisasian data beserta atributnya pada sistem
informasi ini. Administrator memilikihak akses menyeluruh terhadap
penanganan sistem termasuk blocking akses pada user yang telah
menjadi bagian dari sistem.
b. Agen Data
Agen data adalah bagian dari sistem yang hanya memiliki kewenangan
untuk input dan editing data pada masing-masing daerah agen.
c. Pengguna Umum
Pada level ini pengguna tidak memiliki kewenangan khusus pada portal
sistem informasi. Pengguna pada level ini hanya diperbolehkan
mengakses data visual tanpa bisa melakukan editing.
46
2.1.13 Tata Cara Evaluasi Data
Dalam Lampiran II Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di
jelaskan mengenai tata cara evaluasi data SIPD. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
Tim Pengelola SIPD Provinsi dan Kabupaten/Kota menyelenggarakan
evaluasi data SIPD paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun, evaluasi
tersebut terdiri dari :
1. Evaluasi pengumpulan Data SIPD
Pada tahap ini, setiap daerah provinsi, kabupaten/kota membahas
kekurangan data dan informasi yang dihimpun oleh koordinator
bidang, sesuai dengan kesepakatan dalam rapat koordinasi. Basis
utama dalam melakukan evaluasi data adalah data sebagaimana diisi
dalam aplikasi SIPD. Tujuan evaluasi pengumpulan data ini adalah
untuk menelaah :
a. Kelengkapan dan keterisian data
Jika data ditemukan belum lengkap, maka koordinator bidang
terkait perlu kembali melakukan pengumpulan data untuk
melengkapi data yang belum ada. Apabila, data data tersebut tidak
tersedia karena objek datanya tidak ada, maka tim pengelola SIPD
terkait merubah pemetaan ketersediaan data.
b. Tumpang tindih dan duplikasi data
47
Jika terjadi tumpang tindih dan duplikasi data, maka forum
evaluasi pengumpulan data perlu menyepakati data mana yang
akan digunakan dengan mempertimbangkan tingkat validitas data
dan SKPD mana yang berwenang mengeluarkan data tersebut.
Jika data bersumber dari lembaga/instansi yang otoritatif, maka
data yang diinput kedalam aplikasi SIPD adalah data yang
digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan perencanaan
sebelumnya.
Hasil rapat evaluasi pengumpulan data dituangkan dalam rumusan
hasil rapat. Tim Pengelola SIPD Provinsi, kabupaten/kota
menyampaikan rumusan hasil rapat kepada Tim Pengelola SIPD
Nasional.
2. Evaluasi terpadu data SIPD
Evaluasi ini dilakukan secara bersama-sama oleh Tim Pengelola SIPD
Provinsi, kabupaten/kota diwilayah Provinsi terkait. Adapun fokus
utama evaluasi terpadu terdiri dari :
a. Sinkronisasi Data
Fokus utama dalam telaah sinkronisasi data adalah untuk melihat
sejauh mana data antarkabupaten/kota tidak saling bertentangan.
Selain itu fokus sinkronisasi data juga untuk mengevaluasi sejauh
mana data kabupaten/kota sesuai dengan data di tingkat provinsi.
Jika terjadi perbedaan data, forum evaluasi terpadu menyepakati
data mana yang akan digunakan dengan memperhatikan definisi
48
operasional data, validitas data dan instansi yang berwenang
mengeluarkan data terkait.
b. Validitas data
Fokus ini untuk mengevalasi sejauh mana data yang sudah diisi
kedalam aplikasi SIPD adalah data yang valid. Pengujian
validitas data adalah antara lain dilakukan antara lain dengan cara
:
1) Melihat metode pengumpulan data
Perbedaan data sering terjadi karena perbedaan metode
pengumpulan data. Secara umum, untuk data dasar metode
pengumpulan data yang dianggap paling sahih adalah
sensus, karena metode pengumpulan data ini tidak
mengenal tingkat deviasi.
2) Memperhatikan definisi operasional data
Perbedaan definisi juga sering menimbulkan perbedaan
data. Sebagai contoh, perbedaan definisi tentang
penduduk, yang mengakibatkan perbedaan data jumlah
penduduk di beberapa intansi.
3) Kewenangan mengeluarkan data
Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam melinai vaiditas
data adalah kewenangan terkait data dimaksud. Contoh,
untuk ata pendidikan instansi yang berwenang
49
mengeluarkan data tersebut biasanya adalah SKPD yang
menangani urusan dibidang pendidikan.
Setelah dilakukan evaluasi terpadu data SIPD, Tim
Pengelola SIPD Provinsi, Kbupaten/Kota melakukan
perubahan dan pemukhtahiran data dalam aplikasi SIPD,
sesuai kesepakatan dalam rapat evaluasi terpadu. Data
dalam aplikasi ini selanjutnya dicetak dan ditandatangani
oleh kepala daerah provinsi maupun kabupaten/kota
sebagai data yang sahih dan dikirim ke Tim Pengelola
SIPD Nasional.
DATA DITANDATANGANI OLEH KEPALA
DAERAH ATAU YANG MEWAKILI DAN
DIKIRIM E TIM PENGELOLA SIPD
NASIONAL
EVALUASI PENGUMPULAN DATA
(masing-masing Tim Pengelola SIPD)
EVALUASI TERPADU
(bersama-sama oleh tim pengelola SIPD)
PERUBAHAN DAN PEMUKHTAHIRAN DATA
(masing-masing Tim Pengelola SIPD)
50
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil
penelitian terdahulu yang pernah peneliti baca sebelumnya hampir sejenis dengan
penelitian ini. Penelitian terdahulu bermanfaat dalam mengolah atau memecahkan
masalah yang timbul dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun
2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Studi Kasus di
Bappeda Kota Serang. Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama persis tapi
sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan masalah
penelitian ini. Berikut hasil penelitian yang peneliti baca.
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Ilhami(2013) Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dalam
Skripsinya yang berjudul “Implementasi Sistem Informasi Data Perencanaan
Pembangunan (SIDARENBANG) di Bappeda Kota Tangerang”. Dalam penelitian
ini masalah yang ditemukan dalam implementasi sidarenbang yaitu terdapat
kendala-kendala dalam perkembangan dan pelaksanaannya. Salah satunya
Ketepatan waktu dalam pelaksanaan sidarenbang yang tidak berjalan sesuai
mekanisme yang telah di jadwalkan sehingga menghambat dalam proses entrying
data untuk pembangunan kota tangerang. Sehingga ketersediaan data dan
informasi kurang up to date. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori
George C. Edward III yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, strukutur
birokrasi. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Kesimpulan dari penelitian yang berjudul “Implementasi Sistem
51
Informasi Data Perencanaan Pembangunan (SIDARENBANG) di Bappeda Kota
Tangerang” belum berjalan baik seperti yang di harapkan.
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Rosmalasari(2016) Mahasiswi
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dalam
Skripsinya yang berjudul “Implementasi Sistem Informasi Perencanaan
Pembangunan Daerah (SIPPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Tangerang” dalam penelitian ini masalah yang ditemukan
dalam penelitian Implementasi SIPPD yaitu terdapat kendala-kendala dalam
pelaksanaannya seperti tingkat pemanfaatan dokumen output yang belum
maksimal, kurangnya kompetensi aparatur perencana, sarana dan prasarana
aparatur belum memadai, koordinasi antara pihak pengelola dengan pengguna
yang belum maksimal, minimnya kepatuhan SKPD terhadap prosedur dan fitur
yang terbatas terhadap masyarakat luas. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu kualitatif deskriptif yang dianalisis dengan menggunakan teori
Implemetasi menurut Van Metter Varn Horn. Adapun hasil penelitian
menunjukan belum optimalnya Implementasi SIPPD di BAPPEDA Kota
Tangerang karena keenam indikator teori belum diterapkan secara maksimal,
diantaranya ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen
pelaksana, kecenderungan agen pelaksana, komunikasi antar organisasi dan
lingkungan ekonomi, sosial serta lingkungan politik.
52
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:60), kerangka berfikir adalah sintesa tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di
deskripsikan. Dan berdasarkan teori-teori yang telah di deskripsikan, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang diteliti. Sementara, Uma Sekaran (dalam Sugiyono,
2008:65) mengemukakan bahwa: “Kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.”
Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti memperoleh data dan
informasi melalui pengamatan dan observasi langsung ke lapangan serta
melakukan wawancara kepada pihak yang bersangkutan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang. Dalam hal ini, berdasarkan identifikasi
masalah dan teori-teori yang ada terkait dengan Implementasi Pelaksanaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang, maka peneliti membuat
kerangka berpikir sebagai berikut:
53
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
(Sumber: Peneliti, 2016)
PROSES
Model Implementasi kebijakan George C. Edward III dalam Agustino (2006:149), yaitu :
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
Hasil (Output)
Untuk mengetahui bagaimana Implemenentasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8
Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan (SIPD) di Bappeda Kota Serang.
Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014
Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda
Kota Serang.
INPUT
Masalah :
1. Kurang lengkapnya data-data pembangunan didaerah dan OPD/Instansi yang
terkait serta jarangnya data-data diperbaharui
2. Belum optimalnya dalam pendistribusian data di OPD/Instansi yang tersebar,
sehingga kurang validnya data
3. Kurangnya koordinasi antara Bappeda dengan OPD/Instansi yang terlibat serta
kurangnya Fasilitas yang memadai
4. Rendahnya dari segi keterisian data sehingga data sering dianggap kurang real
time/akurat
5. Penyediaan data dan informasi pembangunan (dalam hal ini aplikasi SIPD)
belum menjadi prioritas utama dalam anggaran.
54
2.4 Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008:64).
Pada penelitian ini hipotesis yang digunakan peneliti adalah hipotesis
deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan pernyataan berkenaan dengan keadaan
atau status dari suatu variabel atau lebih tanpa membandingkan dan membuat
hubungan diantara variabel tersebut. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu Hipotesis alternatif dan Hipotesis nol.
Dengan demikian, hipotesis didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat
positif
Ha = > 70%
Ha = “Pelaksanaan Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
Studi Kasus di Bappeda Kota Serang paling rendah 70%”
Hipotesis Nol (Ho), yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat negatif
Ho = ≤ 70%
55
Ho = “Pelaksanaan Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di
Bappeda Kota Serang paling tinggi atau sama dengan 70%”
Melihat dari dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu:
Ho = ≤ 70%
Ho = “Pelaksanaan Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di
Bappeda Kota Serang paling tinggi atau sama dengan 70%”
56
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan,
dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau
oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat
diamati oleh indera manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam
penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis
(Sugiyono, 2007:1).
dalam Penelitian yang dilakukan mengenai “Implementasi Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang”, menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitan ini
menggunakan metode kuantitatif karena metode kuantitatif cocok digunakan
untuk penelitian pada permasalahan sudah jelas, teramati, terukur dan peneliti
bermaksud menguji hipotesis dan data akan diambil dalam bentuk angka dan
diproses secara statistik. Data ini dideskripsikan secara deduksi yang berangkat
dari teori-teori umum, lalu menguji validitas keberlakuan teori tersebut dan
57
ditariklah kesimpulan. Kemudian dijabarkan secara deskriptif, karena hasilnya
akan diarahkan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dan untuk menjawab
rumusan. Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan karakteristik atau
perilaku suatu populasi dengan cara yang sistematis dan akurat. Berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan, penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif untuk Implementasi Peraturan Menteri Dalam
Negeri Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di
Bappeda Kota Serang.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:117).
Populasi untuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) atau Dinas yang ada di lingkungan Pemerintah Kota
Serang, yang berjumlah 31 Dinas yang terdiri dari Kepala Sub Bagian Program,
Evaluasi & Pelaporan (PEP) dan satu stafnya di dinas terkait dan yang menjadi
operator dalam pengoperasian program Sistem Informasi Pembangunan Daerah
(SIPD) adalah kepala sub bagian PEP dan satu staf di Dinas terkait.
58
3.2.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2007:91) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakterisitik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada karena keterbatasan dana,
tenaga, dan waktu, maka peneliti menggunakan sampel dari yang diambil dari
populasi itu. Untuk penelitian sampel menggunakan sampling jenuh. Sampling
jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2007:78).
Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu seluruh
kepala sub bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan di 31 Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang ada dilingkungan pemerintah Kota Serang dan satu staf di
dinas terkait yang menjadi operator dalam pengoperasian Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) adalah kepala sub bagian Program, Evaluasi dan
Pelaporan dan satu staf di Dinas terkait.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian (dalam Sugiyono, 2007: 119) adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan jumlah variabel sebanyak satu
variabel atau variabel mandiri. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan maupun mengukur mana saja indikator yang tidak berhasil
dalam Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Studi Kasus di Bappeda Kota Serang dan
59
mengukur mana saja indikator yang tidak berhasil. Sedangkan skala pengukuran
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2007: 107). Dengan skala
Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik ukur untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan dan diberikan
jawaban pada setiap item instumennya. Jawaban dari setiap item instrumen diberi
skor sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skoring Item Instrumen
No. Item Skor
1 Sangat setuju 4
2 Setuju 3
3 Kurang setuju 2
4 Tidak setuju 1
(Sumber: Sugiyono 2007)
Dibawah ini adalah instrumen penelitian mengenai Implementasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) Studi Kasus di Bappeda Kota Serang, sebagai
berikut:
60
Tabel 3.4
Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No. Butir Pada
Instrumen
Teori Implementasi
George C. Edward III
(Agustino:2006:165)
1. Sumberdaya 1. Staf
2. Informasi
3. Wewenang
4. Fasilitas
1,2,3,4
5,6,7,8,9
10,11,12,13
14,15,16,17
2. Komunikasi 1. Transmisi
2. Kejelasan
3. Konsistensi
18,19,20
21,22,23
24,25
3. Disposisi 1. Pengangkatan
birokrat
2. Insentif
26,27,28
29,30,31
4. Struktur
birokrasi
1. Standar
Operating
Prosedures
(SOPs)
2. Fragmentasi
32,33
34,35
61
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data untuk penelitian, tidak hanya sekedar
mengumpulkan saja tetapi harus dengan teknik tertentu yang sesuai dengan
masalah yang akan dikaji. Dengan teknik yang cocok maka akan mendapat hasil
yang baik sesuai dengan yang diinginkan. Berikut teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah:
1) Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2009: 52). Sedangkan menurut Sutrisno
Hadi (dalam Sugiyono, 2007: 166) berpendapat bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan media panca indra dan peneliti
sendiri secara langsung ke lapangan penelitiannya.
2) Kuesioner
Dalam penelitian ini, informasi yang dikumpulkan dari responden dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2007:162).
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner diberikan kepada
responden berupa daftar pernyataan/pertanyaan tentang pelaksanaan
62
Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data. Proses
pengolahan data merupakan tahapan dimana data dipersiapkan, diklasifikasikan
dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses berikutnya yaitu
analisis data. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah
statistik deskriptif untuk memberikan deskriptif atau gambaran data yang
diperoleh. Untuk analisis data ini dilakukan pengumpulan data dengan
menentukan skor responden sesuai penskoran yang ditentukan.
Apabila pengumpulan data sudah dilakukan pada tahap sebelumnya, maka
data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis. Teknik pengolahan data
(dalam Bungin, 2009: 165) dilakukan melalui beberapa proses yaitu sebagai
berikut :
1) Editing Data, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data dilapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi
harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih,
berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan tersebut harus
diperbaiki melalui editing ini. Proses editing dimulai dengan memberi
identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab kemudian
memeriksa satu per satu lembaran instrumen dan poin yang janggal
tersebut.
63
Hal ini berarti bahwa semua data yang diperoleh akanditeliti tentang
kelengkapan dan kejelasan jawaban dari butir-butir pertanyaan/pernyataan
yang telah dibuat;
2) Coding Data, setelah tahap editing selesai dilakukan, berikutnya adalah
mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahap koding. Maksudnya
adalah bahwa data yang telah di edit tersebut diberi identitas sehingga
memiliki arti tertentu pada saat dianalisis, kemudaian diberikan skor
dengan menggunakan skala Likert.
3) Tabulating Data, yaitu memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penyusunan data dalam
tabel-tabel yang mudah dibaca dan tabel tersebut disiapkan untuk
dianalisis.
Setelah data diolah, maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Analisis
data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dari jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2007: 169).
Dalam metode analisis yang digunakan oleh peneliti dengan metode
kuantitatif yaitu metode analisis terhadap data-data yang berbentuk angka-angka
dengan cara perhitungan statistik dengan teknik analisis data sebagai berikut:
64
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Dalam pengujian validitas penelitian ini, rumus yang digunakan adalah korelasi
product moment (Singarimbun, 2008: 137) sebagai berikut:
( ) ( )( )
√ ( ) ( ) ( ) ( )
Keterangan:
= Koefisien korelasi product moment
= Skor pernyataan no. 1
= Skor item keseluruhan
= Skor pertanyaan no. 1 dikalikan skor item keseluruhan
² = Jumlah skor pertanyaan no. 1 yang dikuadratkan
² = Jumlah skor item total yang dikuadratkan
= Jumlah sampel
Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner
adalah angka hasil skor pertanyaan dan skor keseluruhan pertanyaan responden
terhadap informasi dalam kuesioner. Adapun kriteria item/butir instrumen yang
digunakan adalah apabila r hitung ≥ r tabel, item/butir instrumen dinyatakan valid
dan jika r hitung < r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan tidak valid.
Validitas berfungsi untuk menunjukkan tingkat kesalahan suatu instrumen.
Instrumen yang sahih memiliki tingkat validitas. Instrumen dikatakan sahih
apabila mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian
serta mampu menunujukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil
pengukuran. Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner.
65
3.5.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan persyaratan pokok kedua dari instrumen
pengumpulan data. Peneliti melakukan uji reliabilitas guna untuk mengukur dari
sebuah instrumen, dimana uji reliabilitas terhadap instrumen yang dinyatakan
valid bisa dilakukan uji reliabilitas, sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak
valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.
Sugiyono (2007: 137) mendefinisikan instrumen yang reliabel merupakan
instrumen yang bila digunakan berkali-kali untuk mengukur objek yang sama.
Pendekatan yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah pendekatan reliabilitas
konsistensi internal dengan teknik yang digunakan untuk mengukur konsistensi
internal adalah Cronbach’s Alpha. Variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya
lebih dari 0,30. Dengan dilakukannya uji reliabilitas makan akan menghasilkan
suatu instrument yang benar-benar tepat atau akurat dan mantap. Pengujian
reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan bantuan lunak Statistic
Program For Social Science (SPSS). Rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut:
n Si2
r = ( ) ( 1- )
n – n St2
Keterangan:
N = jumlah butir
Si2 = variabel butir
St2 = variabel total
66
3.5.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, perlu diajukan uji t-test satu sampel
dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2008: 178), sebagai berikut:
x - µₒ
thitung =
s
√n
Keterangan:
t = nilai t yang dihitung
x = nilai rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
µₒ = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Serang, tempat penelitian yaitu Jalan Jenderal Sudirman
Komplek Kota Serang Baru Highland Park lingkungan BAPPEDA Kota Serang
dan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terlibat yang ada di Kota
Serang. Adapun waktu penelitian adalah sebagai berikut :
67
Tabel 3.3
Waktu Penelitian
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
2016-2017
Sep Okt Nov Des Jan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
1 Pengajuan
judul
2 Perizinan dan
Observasi
awal
3 Penyusunan
proposal
skripsi
4 Revisi Bab I,
Bab II dan
Bab III
5 ACC Seminar
6 Seminar
Proposal
Skripsi
7 Revisi
Seminar
8 Penyusunan
Bab IV dan V
9 Revisi Bab
IV dan V
10 Sidang
Skripsi
68
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti yaitu Kota Serang, kemudian dalam
deskripsi objek penelitian ini juga akan menjelaskan tentang responden
berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan usia.
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dalam Permendagri
Nomor 8 Tahun 2014 berfungsi sebagai sebuah jejaring dalam pengumpulan data
secara terpadu, realtime dan online di pusat dan daerah dengan menggunakan
teknologi informasi, sebagai dukungan dalam perencanaan program dan kegiatan
serta evaluasi pembangunan daerah secara rasional, efektif dan efisien.
Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dalam
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan
dokumen perencanaan pembangunan daerah yang difokuskan kepada pemanfaatan
informasi yang dihasilkan berdasarkan pengolahan data yang telah di input oleh
pemerintah daerah.
Tujuan penggunaan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dalam
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 adalah untuk meningkatkan kualitas
perencanaan dan pengambilan keputusan, baik di daerah maupun dipusat sehingga
memudahkan dalam pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah serta mampu mendukung data dan informasi dalam penyusunan arah dan
69
kebijakan pembangunan daerah. Dengan adanya Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD) juga dapat mendukung dalam penetapan prioritas permasalahan di
daerah guna meningkatkan kualitas produk–produk kebijakan publik dan
mempromosikan potensi ekonomi daerah.
Namun pada kenyataannya pelaksanaan Implementasi Permendagri
Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
masih belum berjala dengan optimal, dimana masih ditemukan masalah-masalah
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan implementasi tersebut. Dimana
Bappeda selaku badan yang berwenang dalam penginputan data dan informasi
SIPD masih menghadapi kendala dalam mengumpulkan data untuk kepentingan
penyusunan perencanaan pembangunan daerah, hal tersebut di akibatkan oleh
lemahnya koordinasi antara Bappeda dan OPD dalam pengumpulan data serta
minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan pendanaan di Bappeda untuk
pemutakhiran data.
Kemudian pada proses pendistribusian elemen data Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 tersebut
terdapat pasal 3, ayat (2) yang tertulis bahwa kelompok data SIPD sekurang-
kurangnya meliputi 8 kelompok data, antara lain : Data Umum, Sosial Budaya,
Sumber Daya Alam, Infrastruktur, Ekonomi, Keungan Daerah, Politik, Hukum
dan Keamanan dan insidensial. Dengan banyaknya elemen data tersebut maka
cukup sulit dalam mendistribusikan data ini ke OPD yang bertanggungjawab
terhadap ketersediaan data, sehingga sering terjadi kesalahpahaman antar OPD
yang mengklaim bahwa beberapa elemen data yang telah didistribusikan tersebut
70
bukan menjadi tanggungjawabnya melainkan tanggungjawab SKPD lain. Inilah
salah satu kelemahan jika data SIPD ini dibagi ke dalam 8 kelompok data
tersebut, agak sulit melacak suatu elemen data menjadi tanggung jawab OPD
mana. Sehingga data cenderung tidak real time/aktual sehingga terdapat
ketidakpahaman daerah untuk memilih sumber data yang lebih valid.
Kemudian penyediaan data dan informasi pembangunan masih belum
menjadi prioritas utama dalam penganggaran. Dimana sejauh ini Bappeda belum
berencana untuk membuat Aplikasi SIPD itu sendiri, sehingga sampai saat ini
Bappeda hanya melakukan pengisian data SIPD melalui web yang disediakan oleh
Bangda saja. Hal tersebut dikarekan lemahnya koordinasi antara Bappeda dengan
OPD. Bappeda menganggap pembuatan aplikasi SIPD membutuhkan anggaran
yang besar sehingga jika data yang tersedia untuk pengisian pada aplikasi SIPD
masih belum real time/akurat maka manfaat dari aplikasi tersebut tidak akan
optimal. Sehingga sampai saat ini Bappeda Kota Serang masih belum memiliki
aplikasi SIPD sendiri.
Adapun Lokasi penelitian dengan judul Implementasi Permendagri Nomor
8 Tahun 2014 tentang Sistem Indormasi Pembangunan Daerah (SIPD) Studi
Kasus di Bappeda Kota Serang yaitu di Kota Serang. Kota Serang merupakan
sebuah kota yang menjadi Ibukota dari Provinsi Banten. Selanjutnya dalam
penelitian ini objek penelitian yang dipilih yaitu Bappeda dan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) atau Instansi yang terlibat dalam pelaksanaan
Implementasi Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
71
Pembangunan Daerah (SIPD). Selanjutnya OPD yang ada di kota Serang yaitu
seluruh Intansi yang terlibat yang berjumlah sebanyak 31 intansi.
Adapun beberapa instansi tersebut yaitu BPS, Biro Pemerintahan, BKD,
DPPKD, Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Kemenag,
Dinas Pertanian, dan seluruh OPD/Instansi yang terkait dalam pelaksanaan
Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD. Dalam setiap
SKPD/Intansi yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu hanya pada
bidang Program Evaluasi dan Pelaporan (PEP) disetiap SKPD/Intansi yang
terlibat dalam Pelaksanaan Implementasi Permendagri Nomor 8 Tahun 2014
tentang Sistem Indormasi Pembangunan Daerah (SIPD).
Selanjutnya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Serang selaku badan yang berwenang dalam pelaksanaan Implementasi
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Indormasi Pembangunan
Daerah (SIPD). Dalam objek penelitian mengenai pelaksanaan Implementasi
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Indormasi Pembangunan
Daerah (SIPD) yang terlibat adalah seluruh OPD/Instansi yang ada di Kota Serang
adapun kriteria yang dijadikan responden pada penelitian ini yaitu, Bappeda
selaku badan yang berwenang penuh dalam pelaksanaan Implementasi
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Indormasi Pembangunan
Daerah (SIPD). Dimana Bappeda berperan sebagai badan yang menginput data
dan informasi SIPD yang telah diterima dari masing-masing SKPD/Intansi yang
ada di Kota Serang.
72
Kemudian Kasubag serta satu Staf yang ada di masing-masing
SKPD/Instansi yang ada di Kota Serang, yang mewakili dari dinas atau
instansinya untuk menyerahkan data yang berkaitan dengan instansinya untuk
diserahkan ke Bappeda selaku badan yang berwenang dalam penginputan data dan
informasi SIPD.
4.1.2 Panduan Penggunaan Sistem Informasi Pembangunan Daerah
1. Beranda
Beranda merupakan tampilan awal pada sistem aplikasi SIPD yang antara
lain terdiri dari empat menu yaitu :
a. Informasi Pembangunan
Menu ini akan menampilkan data secara nasional
Untuk menampilkan data tersebut, adapun langkah-langkah nya
sebagai berikut :
1. Pilih Aspek
2. Pilih Fokus
3. Pilih Bidang
73
4. Pilih Analisa
5. Tampilkan
6. Pergantian Tahun
7. Peta Analisa
Pada fitur ini dapat diketahui grafik analisa per Kabupaten/Kota
dengan cara mengklik peta Provinsi yang diinginkan. Contohnya
seperti gambar dibawah ini :
8. Persentase
Fitur ini menampilkan persentase tertinggi, terendah, dan rata-rata
dari analisa secara nasional. Seperti gambar dibawah ini :
74
b. Data Pembangunan
Data Pembangunan adalah menu untuk menampilkan seluruh elemen
data berdasarkan kelompok data dan jenis data. Ditampilkan ke dalam
data tabular per Kabupaten/Kota. Adapun langkah-langkah nya sebagai
berikut :
1. Pilih Kelompok dan Jenis Data
Pilih kelompok data yang diinginkan pada form Pilih Kelompok,
selanjutnya pilih Jenis Data. Misalnya Data Keuangan, maka yang
akan muncul adalah jenis data yang terdiri dari Produk Dosmetik
Regional Bruto, Ringkasan APBD, Pajak & Retribusi dan Dana
Perimbangan.
2. Pilih Provinsi yang diinginkan
3. Pilih Peta Kabupaten/Kota
4. Pilih Data Tabular Kabupaten/Kota
75
Apabila peta kabupaten sudah dipilih maka akan keluar data
tabular kabupaten tersebut dilengkapi dengan trend grafik
pertahun. Seperti contoh dibawah ini :
Selanjutnya klik pada menu converta apabila data tabular ini ingin
diunduh (download) kedalam format pdf. Klik pada menu untuk
mengganti tahun. Apabila ingin menampilkan grafik seluruh
elemen data tabular, klik menu yang terdapat pada kanan kolom.
c. Kegiatan Strategis
Kegiatan Strategis merupakan menu pada SIPD yang menampilkan
data dari program-program strategis direktorat yang ada di lingkungan
76
Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah. Adapun dua menu
yang dapat di tampilkan yaitu :
1. Menu Kegiatan strategis
2. Informasi Data
d. Analisa Elemen
Analisa Elemen adalah menu untuk menampilkan data nasional pada
level provinsi maupun kabupaten/kota yang berbentuk grafik untuk
membandingkan per elemen data dalam tahun. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
77
1. Pilih Tahun
2. Pilih Kelompok data yang diinginkan
3. Pilih Item Data yang ingin ditampilkan
2. Tombol Universal
Yang dimaksud tombol universal adalah tombol-tombol yang sering
digunakan dalam sistem informasi ini. Adapun tombol-tombolnya sebagai
berikut :
a. Tombol untuk Penambahan Data Baru
b. Tombol Pencarian Data (Search)
c. Tombol Convert to Excel
d. Tombol Penelusur Data (Browse)
e. Tombol Update
f. Tombol Hapus Data
g. Tombol Simpan
h. Tombol Delete
i. Tombol Kirim
j. Tombol Clear
k. Tombol Kembali
78
3. Ruang Administrator
Selanjutnya dalam panduan penggunaan SIPD akan muncul ruang
administrator, adapun pada ruang administrator akan menampilkan menu-
menu sebagai berikut :
a. Login/Logout
Pada halaman ini berguna untuk login maupun logout dari halaman
admin dengan cara memasukan Username dan Password. Jangan lupa
untuk selalu melakukan Log out setiap kali selesai melakukan
pengaturan pada halaman ini.
b. Nilai Profil
Menu ini berfungsi sebagai formulir untuk editing maupun updating
data pada SIPD.
c. Sumber Data
Menu ini berfungsi sebagai kontrol pertanggungjawaban sumber asal
data yang akan diinput ke dalam sistem. Adapun gambaran nya
sebagai berikut :
79
d. Forum
Pada dasarnya menu forum memiliki fungsi yang hampir sama dengan
menu buku tamu. Akan tetapi pada menu ini administrator dapat ikut
berperan serta untuk memberikan pesan yang hanya ditunjukan pada
user tertentu. Adapun gambarannya seperti dibawah ini :
80
Untuk membuat atau menambah topik yang baru atau topik yang
berbeda bisa mengklik tombol tambah topik seperti pada gambar di
bawah ini, maka akan terbuka halaman baru seperti di bawah ini :
Pada Tombol Kembali digunakan untuk kembali ke menu forum,
selanjutnya pada tombol Clear digunakan untuk menghapus text yang
81
diinput dan untuk tombol Simpan digunakan untuk menyimpan topik
dan isi topik yang sudah diisikan.
e. Ganti Password
Pada menu Ganti Password adapun tampilan nya sebagai berikut :
Keterangan nya adalah :
1. Diisikan password yang masih berlaku
2. Diisikan password pengganti
3. Diisikan password pengganti (sama dengan
isian diatasnya)
4. Klik untuk menyimpan.
82
4.2 Deskripsi Responden Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul Implementasi Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD), maka yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Kota yang bekerja sebagai Kasubag.
Perencanaan dan Staf di seluruh Organisasi Perangkat Daerah Kota Serang
sebanyak 50 Responden. Adapun identitas data responden yang diminta oleh
peneliti adalah nama, jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
4.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sebaran responden kepada seluruh Kasubag, Perencanaan dan Staf di
seluruh Organisasi Perangkat Daerah Kota Serang, berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada Grafik 4.1 di bawah ini.
Grafik 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2017
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
laki-laki
perempuan
56%
44%
83
Berdasarkan Grafik 4.1 di atas maka dapat diketahui identitas responden
berdasarkan jenis kelamin berjumlah 50 responden. Berdasarkan tabel di atas,
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari jenis kelamin perempuan yaitu dengan
jumlah responden untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang atau sekitar
56% dan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang atau sekitar 44%.
4.2.2 Responden Berdasarkan Usia
Sebaran responden kepada seluruh Kasubag, Perencanaan dan Staf di
seluruh Organisasi Perangkat Daerah Kota Serang berdasarkan usia dapat dilihat
pada Grafik 4.2 di bawah ini.
Grafik 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2017
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
> 26
27 - 36
37 - 46
47 - 56
< 56
16%
34%
24%
20%
6%
84
Berdasarkan Grafik 4.2 di atas, dapat terlihat bahwa dari total responden
50 orang. Responden yang berusia 27-36 tahun memiliki jumlah yang paling
besar, yaitu sebanyak 17 orang atau sekitar 34%. Disusul dengan responden
berusia 37-46 tahun berjumlah 12 orang atau sekitar 24%, responden berusia 47-
56 berjumlah 10 orang atau sekitar 20% dan responden berusia >26 tahun
berjumlah 8 orang atau sekitar 16%. Kemudian responden berusia >56 tahun
sebanyak 3 orang atau sekitar 6%.
4.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan
Sebaran responden kepada seluruh Kasubag, Perencanaan dan Staf di
seluruh Organisasi Perangkat Daerah Kota Serang berdasarkan pendidikan
terkahirnya dapat dilihat pada Grafik 4.3 di bawah ini.
Grafik 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2017
Berdasarkan Grafik 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan
merupakan hal yang penting dari seorang pekerja karena dapat dilihat
intelektualitas dan profesionalitas seorang pegawai, dari hasil penelitian dapat
0% 20% 40% 60% 80%
S1
S2
76%
24%
85
dilihat bahwa sebagian besar yaitu 38 responden atau sekitar 76% merupakan
pegawai yang telah menyelesaikan pendidikan di strata 1 , 12 responden atau
sekitar 24% merupakan lulusan sarjana S2.
4.2.4 Analisis Data
Pada tahapan ini penulis akan mendeskripsikan data dari hasil penelitian
yang dilakukan melalui kuesioner. Penulis menyebarkan kuesioner kepada seluruh
sampel yaitu sebanyak 50 orang responden yang dipilih adalah Pegawai Negeri
Sipil yang bekerja pada bagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan (PEP) di
seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Serang. Dalam menganalisis
data, peneliti menggunakan teori Implementasi George Edward III dari Agustino
(2006) dengan empat indikator yaitu Sumber Daya, Komunikasi, Disposisi, dan
Struktur Birokrasi. Skala yang digunakan dalam kuesioner adalah Skala Likert.
Pilihan jawaban kuesioner terdiri dari empat item yang memiliki option
yang berbeda tetapi memiliki nilai yang sama untuk keseluruhan pernyataan,
diantaranya yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju) dan TS
(Tidak Setuju). Untuk pilihan SS (Sangat Setuju) bernilai 4, pilihan S (Setuju)
bernilai 3, pilihan KS (Kurang Setuju) bernilai 2 dan pilihan TS (Tidak Setuju)
bernilai 1. Penelitian ini terdiri dari satu variabel utuh untuk mengukur sejauh
mana pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dengan menggunakan teori Implementasi
George Edward III dari setiap indikator dalam teori tersebut dapat dilakukan
sejauh mana Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) tersebut.
86
4.2.5 Variabel Implementasi
1. Indikator Sumber Daya
Grafik 4.4
Sub Indikator Staf
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan Grafik 4.4 diatas didapatkan perolehan untuk pernyataan
pada sub indikator staf, dimana pada sub indikator staf dibagi menjadi empat
pernyataan yang berbeda, adapun hasil perolehan pada masing-masing pernyataan
tersebut. Yang pertama, untuk pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah
memiliki keahlian khusus dalam menjalankan implementasi permendagri tersebut
mendapatkan perolehan sebesar 67%, dengan adanya perolehan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan
tersebut meskipun masih banyak responden yang masih belum setuju terhadap
pernyataan tersebut, karena sebagian besar responden merasa bahwa tidak perlu
memiliki keahlian khusus untuk bisa melaksanakan permendagri tersebut. Karena
dari masing-masing OPD/Instansi yang terlibat hanya perlu menyerahkan data
Keahlian Khusus
Sesuai Kebutuhan
Pemahaman ttg Operasional
Pemahaman Pengumpulan data
Rerata
67.00%
67.50%
67.50%
67.00%
67.25%
87
yang dibutuhkan oleh Bappeda saja, selanjutnya data tersebut Bappeda yang
bertugas dalam hal memilih data dan mengisi pada web yang telah disediakan
oleh Bangda. Namun jika tidak didukung dengan keahlian khusus yang dimiliki
oleh tim pengelola SIPD maka ppelaksanaan Permendagri No 8 Tahun 2014
tentang SIPD tidak bisa tercapai dengan optimal, hal tersebut dikarenakan dalam
menjalankan Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD dibutuhkan sumber
data serta tim pengelola yang mampu mendukung tercapainya Permendagri No 8
Tahun 2014 tentang SIPD secara optimal.
Kedua, tim pengelola SIPD melibatkan unsur terkait sesuai dengan
kebutuhan dalam pelaksanaan Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD
didapatkan persentase atas jawaban tersebut sebesar 67,50%, dengan adanya
peristiwa tersebut maka sebagian responden sudah melibatkan unsur yang sesuai
dengan kebutuhan dalam hal pelaksanaan Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang
SIPD. Tim Pengelola SIPD yang tersebar di setiap Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) Kota Serang melibatkan unsur terkait yang sesuai dengan pasal 10 ayat 2
yang tertuang dalam Permendagri no 8 tahun 2014, dimana dalam pasal tersebut
disebutkan bahwa unsur yang terlibat dalam pengelolaan SIPD merupakan
anggota yang terlibat yaitu Kasubag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP)
beserta staff yang terlibat. Dengan adanya perolehan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah melibatkan unsur yang sesuai
dengan yang tertera dalam Permendagri no. 8 tahun 2014 tentang SIPD, meskipun
masih ada beberapa reponden yang menilai bahwa tim pengelola yang terlibat
tidak semuanya merupakan operator yang ada di bidang Perencanaan, Evaluasi
88
dan Pelaporan (PEP) pada setiap OPD/Instansi maka dengan adanya hal tersebut
pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD dapat
berjalan dengan baik meskipun masih belum optimal.
Ketiga, mengenai Tim Pengelola SIPD yang telah memahami tentang
Pendefinisian Operasional data SIPD didapatkan perolehan sebanyak 67,50%.
Dalam pernyataan ini sebagian besar responden sudah memahami makna dari
pendefinisian operasional terkait dengan implementasi Permendagri No 8 Tahun
2014 tentang SIPD. Dimana data SIPD merupakan gambaran data dan informasi
terkait perencanaan pembangunan, serta data gambaran secara umum mengenai
potensi yang dimiliki suatu daerah. Minimnya pengetahuan tentang pendefinisian
operasional tersebut akibat dari kurangnya koordinasi serta arahan dari atasan
kepada setiap anggota pada tim pengelola SIPD yang terlibat, sehingga dengan
adanya peristiwa tersebut merupakan salah satu faktor yang menghambat
berjalannya Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD secara
optimal.
Keempat, pernyataan mengenai pemahaman dalam pengumpulan data
dimana pada grafik diatas didapatkan perolehan sebanyak 67%. Dengan adanya
peristiwa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa antar tim pengelola SIPD sudah
memahami beban kerja masing-masing dalam hal pengumpulan data SIPD, karena
pengumpulan data SIPD merupakan tugas yang cukup penting dalam proses
mendukung berhasilnya Implementasi Permendagri no 8 tahun 2014 tentang
sistem informasi pembangunan daerah, karena dengan berhasilnya capaian dalam
proses pengumpulan data, maka jumlah keterisian data pada tabel data isiin SIPD
89
dapat terpenuhi sehingga data yang tersaji pada SIPD dapat ditampilkan dan dapat
digunakan sebagai mana mestinya sesuai dengan yang tertuang dalam
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD. Maka dapat disimpulkan perolehan
yang didapatkan pada sub indikator staf rata-rata perolehan nya sudah mencapai
67,25%, dengan besarnya capaian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sub
indikator staf dalam hal pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014
tentang SIPD sudah baik namun masih belum optimal.
Grafik 4.5
Sub Indikator Informasi
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Dengan melihat Grafik 4.5 diatas, yang menggambarkan capaian pada sub
indikator informasi, adapun dalam sub indikator informasi terdapat lima
pernyataan yang masing – masing berbeda. Yang pertama, pernyataan mengenai
pemahaman dalam proses Evaluasi Data dalam pelaksanaan Implementasi
Permendagri No 8 tahun 2014 tentang SIPD sudah mencapai 65,50%. Dengan
Pemahaman Proses Evaluasi Data
Pemahaman Informasi Data SIPD
Kesesuaian Data
Berdiskusi dan Bertukar Informasi
Sinkronisasi Data
Rerata
65.50%
66.50%
65.50%
65.50%
67.00%
66.00%
90
adanya capaian tersebut maka sebagian besar responden sudah mesrasa bahwa
mereka sudah memahami dalam proses pengumpulan, pengisian dan evaluasi data
SIPD dan telah sesuai dengan yang tertuang dalam pasal 11 pada Permendagri
No.8 Tahun 2014 tentang SIPD. Dalam temuan dilapangan peneliti melihat
sendiri dimana sebagian dari tim pengelola dalam hal pengumpulan, pengisian
dan evaluasi data SIPD masih belum menjalankan dengan optimal, dimana
beberapa intansi masih belum menyempurnakan data SIPD, sehingga sebagian
intansi masih menggunakan data lama dan masih belum memperbaharui data.
Dengan adanya hal tersebut seringkali terjadi tumpang tindih data SIPD, beberapa
instansi yang saling berkaitan dalam mengisi data SIPD seringkali terkesan saling
melempar tanggungjawab dalam penyajian data yang seharusnya menjadi
kewenangan intstansi tersebut. Adapun beberapa responden yang di tugaskan
untuk mengumpulkan dan mengisi data SIPD masih belum mengerti dan kurang
memahami untuk apa data SIPD tersebut dibuat, sebagian dari mereka hanya
menyajikan data atas dasar permintaan dari bappeda saja.
Oleh karena itu dalam setiap rapat Evaluasi data SIPD bappeda senantiasa
mengundang dan melibatkan seluruh instansi yang terlibat untuk ikut serta dalam
menyajikan data SIPD dalam hal penyempurnaan data SIPD, namun pada
kenyataannya seringkali data SIPD tidak banyak yang berubah dan masih banyak
menggunakan data lama, tentu hal tersebut harus menjadi perhatian bagi bappeda
selaku badan yang bertanggungjawab pada Implementasi tersebut, karena
seharusnya bappeda yang mensosialisasikan dan mengkoordinasikan antar tim
pengelola SIPD betapa pentingnya pembaharuan dan pemuktahiran data SIPD,
91
karena data SIPD berperan penting bagi pembangunan di Kota Serang, dimana
dengan tersajinya data gambaran umum dan keseluruhan data serta pontensi apa
saja yang dimiliki suatu daerah, tentu memudahkan pemerintah untuk membangun
daerah tersebut sesuai dengan potensi yang dimilki oleh daerah tersebut.
Kedua, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah mengetahui segala
informasi terkait Permendagri no.8 tahun 2014 sudah mencapai 66,50%. Dengan
adanya peristiwa tersbut maka sebagian responden tim pengelola SIPD yang
terlibat telah mengetahui segala informasi data SIPD yang tertuang dalam
Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD adapun sebagian responden masih
belum memahami segala informasi yang berkaitan dengan Permendagri no.8
tahun 2014 tentang SIPD tersebut. Hal ini didukung pula oleh temuan peneliti
dari beberapa responden, dimana mereka hanya mengetahui mengenai SIPD saja
serta beberapa responden belum mengerti mengenai adanya Permendagri no 8
tahun 2014 dimana peraturan mentri tersebut berisi seluruh peraturan yang
berkaitan dengan SIPD, mereka hanya mengetahui bahwa SIPD merupakan
kewenangan dari bappeda saja, sehingga mereka belum mengerti keseluruhan
informasi terkait SIPD. Adapun peneliti sendiri melakukan wawancara bagaimana
sebagian responden hanya memberikan saja data mengenai instansi mereka tanpa
mengetahui data tersebut merupakan data yang akan di sajikan pada daftar isian
data SIPD dalam hal Implementasi Peremendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah.
Ketiga, pernyataan mengenai adanya kesesuaian data antar tim pengelola
SIPD baik data yang dimiliki oleh OPD/Instansi terkait maupun data yang
92
dimiliki oleh Bappeda sudah mencapai 65,50%. Maka dapat disimpulkan pada
pernyataan kali ini yaitu mengenai adanya kesuaian data dan informasi mengenai
SIPD antar tim pengelola sudah cukup baik, dimana baik OPD/Instansi yang
terlibat serta Bappeda sudah melakukan koordinasi dalam hal penyesuaian data
dan informasi SIPD. Walaupun sebagian data dan informasi SIPD masih banyak
yang belum terpenuhi, dimana masih sering terjadi data yang tidak diperbaharui
atau masih menggunakan data lama, adapun tumpang tindih data serta kurangnya
kesadaran dari masing-masing pihak yang belum memahami bagaimana
pentingnya sebuah data dan informasi SIPD yang realtime dan aktual. Karena data
dan Informasi SIPD merupakan data dan Informasi pembangunan berbasis
teknologi yang dapat membantu penyusunan dalam perencanaan pembangunan
daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Sehingga dalam
perencanaan pembangunan selanjutnya pemerintah hanya perlu menyesuaikan
data dan informasi yang dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan potensi serta
keadaan daerah yang dimilikinya.
Keempat, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD senantiasa bertukar
informasi dengan sesama rekan kerja yang terlibat sudah mencapai 65,50%. Maka
dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini tim pengelola SIPD senantiasa melakukan
pertukaran informasi antar sesama rekan kerja yang terlibat, adapun kendala yang
dihadapi mereka sering menemukan tumpang tindih data SIPD hal tersebut
diakibatkan karena seringkali data yang dimiliki masing-masing OPD/Instansi
beberapa jenis data dimiliki juga oleh OPD/Intansi lainnya, sehingga sering
muncul jenis data yang sama namun dengan jumlah yang berbeda. Hal tersebut
93
dibuktikan pula dengan masih adanya jawaban kurang setuju pada pernyataan
tersebut. Maka dalam hal ini antar tim pengelola SIPD masih belum optimal
dalam koordinasi serta diskusi terkait data dan informasi mengenai SIPD
sebagaimana yang tertuang dalam Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah.
Kelima, pernyataan mengenai sinkronisasi data dan informasi SIPD sesuai
dengan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD pada lampiran II berisi
mengenai evaluasi terpadu data dan informasi SIPD sudah mencapai 67% dengan
demikian maka pernyataan menggenai adanya sinkronisasi dan informasi SIPD
sudah sesuai dengan Permendagri no.8 tahun 2014 serta sudah sesuai dengan
Lampiran II yang ada di Permendagri tesebut yang berisi mengenai adanya
Evaluasi terpadu data dan informasi SIPD. Adapun dalam penyelenggaraan
evaluasi terpadu data dan informasi SIPD yaitu Bappeda selaku badan yang
berwenang dalam penyelenggaraan implementasi permendagdri no.8 tahun 2014
tentang SIPD tersebut yang memfasilitasi dalam penyelenggaraan Evaluasi
terpadu data dan informasi. Dalam penyelenggaraan evaluasi terpadu, antar tim
pengelola SIPD yaitu Bappeda dan OPD/Intansi yang terlibat dalam penyusuan
data dan informmasi SIPD saling bertemu dan berkoordinasi dalam penyediaan
data dan informasi dari masing-masing OPD/intansi tersebut. Namun dari temuan
lapangan, peneliti menemukan bahwa masih banyak instansi yang tidak dilibatkan
langsung dalam evaluasi terpadu yang diselenggarakan, karena masih banyak
instasi yang hanya memberikan data nya melalui email saja tanpa ikut menghadiri
evaluasi terpadu yang diselenggarakan oleh Bappeda. Hal tersebut terbukti dengan
94
masih banyaknya jawaban kurang setuju pada pernyataan tersebut. Maka dapat
disimpulkan perolehan yang didapatkan pada sub indikator informasi rata-rata
perolehan nya sudah mencapai 66%, dengan besarnya capaian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa sub indikator staf dalam hal pelaksanaan implementasi
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD sudah baik namun masih belum
optimal.
Grafik 4.6
Sub Indikator Wewenang
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan Grafik 4.6 diatas, pada sub indikator wewenang terdapat
empat pernyataan, masing-masing pernyataan berbeda. Yang pertama, pernyataan
mengenai tim pengelola SIPD telah memahami komitmen yang tinggi dalam
menjalankan SIPD sesuai dengan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang sistem
informasi pembangunan daerah sudah mencapai 66%. maka dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden sudah memiliki komitmen yang tinggi dalam
Komitmen Yg Tinggi
Pemahamanan Kewenangan
Kewenangan terkait mengeluarkan Data…
Kewenangan yg jelas terkait SIPD
Rerata
66.00%
65.50%
65.50%
63.00%
65.00%
95
pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang sistem informasi pembangunan
daerah. Namun masih ada beberapa responden yang merasa bahwa belum
sepenuhnya berkomitmen dalam pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014
tentang SIPD tersebut. Hal tersebut dikarenakan masih belum optimalnya antar
tim pengelola SIPD menjalankan Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014
tersebut, serta kesadaran akan pentingnya sistem informasi berbasis teknologi
yang masih rendah dan belum menjadi prioritas utama. Padahal tujuan dan
manfaat adanya SIPD sangatlah berdampak besar bagi perencanaan pembangunan
suatu daerah, dengan adanya Sistem Informasi Pembangunan (SIPD) dapat
mendukung dalam penetapan prioritas permasalahan di daerah guna
meningkatkan kualitas produk-produk kebijakan publik dan mempromosikan
potensi ekonomi daerah yang dimiliki.
Kedua, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah memahami
kewenangan dalam menjalankan SIPD sesuai dengan Permendagri no.8 tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah sudah mencapai 66%. Maka
dapat disimpulkan bahwa pada pernyataan tersebut sebagian besar responden letah
memahami kewenangan yang dimilikinya. Adapun sebagian responden masih
belum memahami kewenangannya dalam pelaksanaan Implementasi Permendagri
no.8 tahun 2014 tentang SIPD, hal tersebut tentu sesuai dengan apa yang ada
dilapangan, peneliti menemukan masih banyak responden yang ikut serta dalam
tim pengelola SIPD belum sesuai dengan kewenangannya, dimana tim yang
terkait dalam pengelolaan SIPD adalah tim yang memiliki keahlian khusus,
adapun pada setiap OPD/Instansi yang mengurusi urusan SIPD adalah bagian
96
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP). Namun masih banyak instansi yang
menyerahkan tugas dalam hal pengumpulan data SIPD tidak kepada orang yang
bersangkutan, dalam hal ini pegawai yang berada di bidang Perencanaan.
Seharusnya orang yang ikut serta dalam tim pengelola SIPD adalah Kasubag
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP), masih banyak instansi yang lebih
mengandalkan tenaga kerja honorer atau staf nya saja yang sebenarnya bukan
tugas mereka. Banyak kasubag dari beberapa OPD/Instansi mnyerahkan tugasnya
kepada bawahan yang sebenarnya bukan termasuk dalam tim pengelola SIPD.
Ketiga, pernyataan mengenai adanya kewenangan terkait data yang
dimiliki dalam hal mengeluarkan data dan informasi SIPD telah sesuai dengan
Permendagri no.8 tahun 2014 sudah mencapai 65,50%. maka dapat disimpulkan
pada pernyataan tersebut diketahui kewenangan terkait data dan informasi yang
dikeluarkan sudah sesuai namun masih belum sepenuhnya optimal. Meskipun
sudah mencapai 65,50% namun peneliti menemukan beberapa hal pada temuan
lapangan, dimana peneliti menemukan adanya koordinasi yang kurang antar tim
pengelola SIPD, sehingga kewenangan terkait data yang dimiliki oleh masing-
masing OPD/Instansi masih sulit untuk dipublikasikan, oleh karena itu dalam hal
mengeluarkan data dan informasi masih seringkali menemui kendala. Adapun
kendalanya adalah seringkali data dan informasi SIPD masih menggunakan data
lama dan belum diperbaharui, dengan adanya data lama tersebut menimbulkan
terjadinya tumpang tindih data. Tumpang tindih data tersebut seringkali terjadi
pada saat penyelenggaraan evaluasi terpadu data dan informasi yang diadakan
oleh Bappeda. Sehingga Bappeda sendiri kesulitan memilih data mana yang lebih
97
akurat untuk mereka input pada kolom isiian Sistem Informasi Pembangunan
Daerah yang sudah disediakan oleh Badan Pembangunan Daerah. Maka dapat
disimpulkan pernyataan mengenai kewenangan terkait data yang dimiliki dalam
hal mengeluarkan data dan informasi SIPD masih belum optimal.
Keempat, pernyataan mengenai kewenangan dalam pelaksanaan
Permendagri no.8 tahun 2014 sudah cukup jelas sudah mencapai 63%. dimana
sebagian besar responden sudah mengerti akan kewenangan yang dimilikinya,
yaitu kewenangan dalam hal pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang
Sistem Indormasi Pembangunan Daerah (SIPD). Sebagian besar tim pengelola
SIPD menyadari bahwa yang memiliki wewenang dalam hal pelaksanaan SIPD
adalah bidang Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP). Dimana setiap
OPD/Instansi yang terlibat memiliki bidang Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
(PEP) selaku bidang yang menangangi dan terlibat dalam tim pengelola SIPD.
Namun sebagian reponden menganggap bahwa kewenangan dalam pelaksanaan
Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Indormasi Pembangunan Daerah
(SIPD) masih belum jelas, hal tersebut ditemukan oleh peneliti pada saat
wawancara langsung kepada responden yang terlibat. Dimana masih ada beberapa
SKPD/instansi yang masih merasa kewenangan dalam pelaksanaan Permendagri
no.8 tahun 2014 masih belum jelas, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang
menghambat berjalannya pelaksanaan implementasi Permendagri no.8 tahun 2014
tentang Sistem Indormasi Pembangunan Daerah (SIPD) secara optimal. Maka
dapat disimpulkan capaian yang diraih pada sub indikator wewenang yaitu
98
sebsesar 65%, dengan adanya capaian tersebut pada sub indikator wewenang
dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik namun masih belum optimal.
Grafik 4.7
Sub Indikator Fasilitas
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Dengan adanya grafik 4.7 diatas, pada sub indikator fasilitas terdapat
empat pernyataan, masing-masing pernyataan berbeda. Yang pertama, pernyataan
mengenai tim pengelola SIPD telah disediakan fasilitas yang memadai dalam
pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) sudah mencapai 67%, dengan adanya capaian
tersebut sebagian sudah merasa cukup namun belum optimal, sebagian responden
merasa fasilitas pendukung pada saat evaluasi data terpadu pengumpulan serta
pengisian data dan informasi SIPD cukup memadai. Maka dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden merasa sudah cukup namun masih belum
Fasilitas Yg Memadai
Sarana Pendukung dlm Evaluasi Data
Tersedianya Ruang Khusus
Biaya Pengelolaan SIPD
Rerata
67.00%
66.50%
66.50%
66.00%
66.50%
99
optimal dalam mendapatkan fasilitas pendukung dalam hal pelaksanaan SIPD
tersebut. Adapun temuan lapangan yang dilakukan oleh peneliti, menemukan
peristiwa dimana setiap OPD/Instansi tidak memiliki ruang khusus maupun akses
internet dalam menunjang pelaksanaan SIPD. Bappeda selaku badan yang
bertugas menginput data dan informasi mengenai SIPD sendiri tidak memiliki
ruang khusus dalam penginputan data dan informasi SIPD, sehingga
implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 masih belum tercapai secara optimal.
Kedua, pernyataan mengenai telah disediakan fasilitas sarana pendukung
pada saat rapat evaluasi data terpadu sudah mencapai 66,50% dimana bappeda
selaku badan yang berwenang dalam hal pelaksanaan SIPD berupaya untuk
menyediakan fasilitas sarana pendukung pada saat pelaksanaan evaluasi terpadu
data dan informasi SIPD. Hal tersebut dilakukan demi mendukung terapainya
implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD berjalan dengan baik,
namun pada temuan lapangan peneliti menemukan bahwa masih ada beberapa
instansi yang hanya dimintai data dan informasi mengenai instansinya saja serta
hanya melalui surat dan email yang dikirim oleh bappeda saja, sehingga beberapa
instansi memberikan data terkait instansinya tanpa tahu untuk apa data tersebut
digunakan.
Ketiga, pernyataan mengenai tersedianya ruang khusus dalam mengelola
dan menginput data dan informasi SIPD sudah mencapai 63%, diketahui bahwa
dalam hal penginputan data OPD/Intansi yang terlibat tidak menggunakan ruang
khusus sehingga mereka bisa mengelola data dan informasi SIPD dimana saja, hal
tersebut sejalan dengan yang terjadi di bappeda selaku badan yang berwenang
100
penuh dalam proses mengelola dan menginput keseluruhan data dan informasi
yang didapatkan dari setiap OPD/instansi yang terlibat. Bappeda melakukan
Inputing data melalui web yang disediakan Badan Pembangunan Daerah,
sehingga hanya operator dari bappeda saja yang bisa log in ke web yang
disediakan oleh Bangda. Oleh sebab itu OPD/instansi lain hanya melakukan
pengumpulan data SIPD terkait intansi masing-masing lalu diserahkan ke
Bappeda selaku penginput data SIPD tersebut. Hal tersebut sebanding dengan
temuan lapangan yang dilakukan oleh peneliti, dimana pada saat penelitian pada
lokasi penelitian, peneliti tidak menemukan adanya ruangan khusus baik di di
Bappeda maupun OPD/Instansi yang terkait dalam Implementasi Permendagri
no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD).
Keempat, pernyataan mengenai adanya biaya pengelolaan SIPD yang
bersumber dari APBN, APBD dan lain-lain pendapatan yang sah dan tidak
mengikat seperti yang dalam Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang Sistem
Pembangunan Daerah (SIPD) sudah mencapai 66%, dan sudah dapat dipastikan
bahwa biaya pengelolaan dalam hal Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) sudah sesuai dengan yang
tertuang dalam Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD). Maka dapat disimpulkan pada sub indikator
fasilitas rata-rata mencapai 65,50%, hal tersebut semakin membuktikan bahwa
fasilitas serta ruang khusus untuk mengolah dan menginput data SIPD belum
tersedia, sehingga Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) masih belum optimal
101
2. Indikator Komunikasi
Grafik 4.8
Sub Indikator Transmisi
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan grafik 4.8 diatas, pada sub indikator transmisi terdapat tiga
pernyataan, masing-masing pernyataan berbeda. Yang pertama, pernyataan
mengenai telah terciptanya kerjasama yang baik antar OPD/Instansi dengan
Bappeda dalam Pemukhtakiran data dan informasi SIPD sudah mencapai
64,50%, dalam pernyataan ini maka kerjasama antar tim pengelola SIPD yaitu
OPD/Instansi dan Bappeda sudah melaksanakan koordinasi dengan cukup baik
khususnya dalam hal pemukhtakiran data dan informasi yang berkaitan dengan
Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD). Adapun beberapa responden masih merasa bahwa
koordinasi yang dilakukan masih belum cukup bail, hal tersebut dikarenakan
beberapa responden tidak dilibatkan secara penuh dalam hal pemukhtakiran data
Terciptanya Kerjasama yg Baik
Adanya Komunikasi
Adanya Rapat Koordinasi
Rerata
64.50%
65.50%
66.50%
65.50%
102
dimana beberapa responden hanya berkontribusi memberikan data yang dimiliki
OPD/Intansi nya tanpa dilibatkan dalam rapat evaluasi terpadu data dan informasi
SIPD yang diselenggarakan oleh Bappeda, maka dapat disimpulkan pada
pernyataan ini Implementasinya sudah baik namun belum optimal.
Kedua, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah berkomunikasi
dengan baik dengan sesama rekan kerja yang terlibat dalam pelaksanaan
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah
(SIPD) sudah mencapai 65,50%. pada pernyataan mengenai tim pengelola SIPD
telah berkomunikasi dengan baik dengan sesama rekan kerja yang terlibat dapat
dipastikan sudah berjalan dengan baik, sehingga dapat membantu berjalannya
pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) secara optimal. Meskipun masih ada
beberapa responden yang memberikan jawaban kurang setuju terhadap pernyataan
tersebut.
Ketiga, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah melakukan rapat
koordinasi pengumpulan data sesuai dengan Lampiran I yang terdapat dalam
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah
(SIPD) sudah mencapai 66,50%. Dengan adanya capaian pada pernyataan tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tim pengelola SIPD yang terlibat
telah melakukan pengumpulan data sesuai dengan lampiran I yang tertuang dalam
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah
(SIPD). Masing-masing OPD/Intansi telah melakukan koordinasi pengumpulan
data agar sesuai dengan Lampiran I seperti yang tertuang dalam Permendagri No
103
8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD), selanjutnya
data tersebut diserahkan dari masing-masing OPD/Instansi yang terlibat kemudian
diserahkan ke Bappeda selaku badan yang berwenang dalam penginputan data dan
informasi SIPD agar di input ke dalam web yang telah disediakan oleh Bangda.
Maka dapat disimpulkan pada sub indikator transmisi rata-rata nya sudah
mencapai 65,50%, hal tersebut membuktikan bahwa koordinasi dan komunikasi
serta kerjasama yang baik antar tim pengelola SIPD sudah cukup baik namun
masih belum maksimal, sehingga Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) masih belum optimal.
Grafik 4.9
Sub Indikator Kejelasan
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan grafik 4.9 diatas, pada sub indikator kejelasan terdapat tiga
pernyataan, masing-masing pernyataan berbeda. Yang pertama, pernyataan
mengenai dalam mengatasi tumpang tindih dan duplikasi data, maka dilakukan
Adanya Evaluasi Data
Arahan yg Jelas
Rerata
67.00%
66.50%
66.75%
104
evaluasi pengumpulan data SIPD antar tim pengelola SIPD untuk menyepakati
data mana yang akan digunakan dengan mempertimbangkan validitas data dan
SKPD/Instansi mana yang berwenang mengeluarkan data tersebut seperti yang
tertera dalam Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) sudah mencapai 67%. Peristiwa tersebut
menunjukan bahwa dalam mengatasi tumpang tindih dan duplikasi data maka
dilakukan evaluasi pengumpulan data SIPD. Dalam pengumpulan data SIPD
tersebut masing-masing OPD/Instansi menyajikan data yang dibutuhkan terkait
dengan SIPD selanjutnya dalam rapat evaluasi pengumpulan data SIPD dilakukan
pemilihan data apa saja dan menyepakati data mana yang akan digunakan dengan
mempertimbangkan validitas data dan SKPD/Instansi mana yang berwenang
dalam mengeluarkan data tersebut. Dengan besar nya capaian yang diraih, maka
sebagian besar responden merasa setuju terhadap pernyataan tersebut, sehingga
dalam pelaksanaan nya tim pengelola SIPD sudah melaksanakan implementasi
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD sudah cukup baik namun masih
belum optimal.
Kedua, pernyataan mengenai dalam menjalankan tugas tim pengelola
SIPD telah diberikan pengarahan sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing
sudah mencapai 66,50%. Dalam menjalankan tugas tim pengelola SIPD telah
bekerja sesuai dengan bidangnya serta telah diberikan arahan sesuai dengan
bidang kerjanya. Dalam hal ini, bidang yang mengurusi pengelolaan data SIPD
adalah bidang Program, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) yang ada di masing-masing
OPD/Instansi yang terlibat. Adapun beberapa responden masih merasa kurang
105
setuju terhadap pernyataan tersebut karena beberapa responden merasa belum
mendapat kejelasan serta arahan dari atasan mereka dalam hal pelaksanaan
Implementasi Permendagri No. 8 Tahun 2014 tentang SIPD. Maka dapat
disimpulkan pada sub indikator kejelasan rata-rata yang diperoleh sebesar
66,75%, dengan raihan tersebut menggambarkan bahwa pada pelaksanaan
Implementasi Permendagri No. 8 Tahun 2014 tentang SIPD dengan sub indikator
capaian nya sudah cukup baik namun masih belum optimal.
Grafik 4.10
Sub Indikator Konsistensi
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan grafik 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa sub indikator
konsistensi terbagi menjadi dua pernyataan, dimana masing-masing pada
pernyataan tersebut berbeda. Yang pertama, pernyataan mengenai adanya
konsistensi arahan dari atasan kepada tim pengelola SIPD dalam pelaksanaan
inputing data SIPD telah terjalin dengan baik sudah mencapai 65,50%. Dengan
Konsistensi Arahan dari AtasanKepada Bawahan
Konsistensi Dalam Koordinasi
Rerata
65.50%
66.50%
66.00%
106
raihan tersebut maka dapat digambarkan bahwa Implementasi Permendagri no.8
Tahun 2014 tentang SIPD sudah berjalan dengan baik, dimana konsistensi arahan
dari atasan dalam pelaksanan inputing data SIPD sudah dilakukan dengan baik
sehingga dapat mendukung berjalannya Implementasi Permendagri no.8 Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) studi kasus di
Bappeda Kota Serang. Namun sebagian dari responden masih merasa bahwa
konsistensi arahan dari atasan kepada bawahan masih belum dirasakan
seluruhnya, masih banyak staf yang masih belum memahami makna dari
implementasi Permendagri no.8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) tersebut, sejauh ini yang sudah memahami
pelaksanaan implementasi Permendagri no.8 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) adalah kasubag PEP yan terlibat langsung
yaitu yang termasuk kedalam tim pengelola SIPD.
Kedua, pernyataan mengenai adanya konsistensi dalam melakukan
koordinasi dan komunikasi antar tim pengelola SIPD sesuai dengan tata cara
evaluasi data SIPD seperti yang tertera dalam Permendagri No 8 Tahun 2014
sudah mencapai 66,50%. Dengan adanya capaian tersebut maka dapat
disimpulkan Maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Permendagri No 8
Tahun 2014 tentang SIPD sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan tata cara
evaluasi data SIPD seperti yang tertuang dalam Permendagri No 8 Tahun 2014.
Dimana Bappeda selaku badan yang berwenang dalam menjalankan Implementasi
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD senantiasa selalu mengadakan rapat
evaluasi terpadu terkait SIPD. Maka dapat disimpulkan pada sub indikator
107
konsistensi pada pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014
tentang SIPD serta senantiasa selalu mengadakan rapat evaluasi terpadu terkait
SIPD rata-rata nya sudah mencapai 66%. Hal tersebut sudah cukup baik meskipun
masih belum optimal.
3. Indikator Disposisi (Sikap)
Grafik 4.11
Sub Indikator Pengangkatan Birokrat
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan grafik 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa sub indikator
pengangkatan birokrat pada pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 Tahun
2014 tentang SIPD terbagi menjadi tiga pernyataan, dimana masing-masing pada
pernyataan tersebut berbeda. Yang pertama, pernyataan mengenai tim pengelola
SIPD telah memiliki kemauan yang tinggi dalam mengoperasikan SIPD sesuai
dengan Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang SIPD sudah mencapai 66,50%.
Dengan adanya capaian tersebut maka dapat digambarkan bahwa sebagian besar
Adanya Kemauan yg Tinggi
Kesesuaian Pengangkatan Personil SIPD
Rerata
66.50%
67.00%
66.75%
108
responden merasa setuju terhadap pernyataan bahwa mereka telah memiliki
kemauan yang tinggi dalam mengoperasikan SIPD, sehingga mereka berusaha
menjalankan tugasnya sebagai tim pengelola SIPD dengan sikap dan kemauan
yang tinggi demi terciptanya Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang
SIPD secara optimal.
Kedua, pernyataan mengenai pengangkatan personil dalam tim pengelola
SIPD telah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dalam Permendagri
no.8 tahun 2014 tentang SIPD sudah mencapai 67%. Peristiwa tersebut
menggambarkan bahwa sebagian besar responden sudah setuju terhadap
pernyataan tersebut dimana dimana pada saat dilapangan, responden yang
menerima kuesioner yang diberikan oleh penelti adalah kasubag beserta staff yang
ada pada bidang Program Evaluasi dan Pelaporan (PEP) di masing-masing
OPD/Intansi yang terlibat, karena dalam Implementasi Permendagri no,8 tahun
2014 tentang SIPD adalah bidang PEP selaku bidang yang berwenang dalam
mengelola SIPD. Maka dapat disimpulkan bahwa personil yang telibat dalam
pengelolaan SIPD sudah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dalam
Implementasi Permendagri No 8 tahun 2014. Maka dapat disimpulkan pada sub
indikator pengangkatan birokrat dalam pelaksanaan Implementasi Permendagri
No 8 tahun 2014 tentang SIPD rata-rata nya sudah mencapai 66,75% sehingga
dapat dikatakan cukup baik, meskipun seluruhnya masih belum optimal.
109
Grafik 4.12
Sub Indikator Insentif
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Selanjutnya grafik 4.12 diatas, menggambarkan sub indikator insentif,
dimana pada sub indikatro tersebut terdapat tiga pernyataan yang masing-masing
pernyataan berbeda satu dengan yang lainnya. Yang pertama, pernyataan
mengenai anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan Permendagri no.8 tahun
204 tentang SIPD sudah cukup memadai mencapai 64%. Dengan adanya capaian
tersebut menggambarkan bahwa masih banyak responden yang merasa bahwa
anggaran yang ada dalam pelaksanaan implementasi Permendagri no.8 tahun 204
tentang SIPD sudah cukup memadai namun masih belum optimal. Hal tersebut
yang menyebabkan masih kurangnya fasilitas sarana pendukung dalam
pengelolaan SIPD. Bappeda Kota Serang sendiri hingga saat ini masih belum
memiliki aplikasi SIPD milik sendiri, oleh sebab itu data dan informasi SIPD
yang dimiliki Bappeda kota serang masih tergabung kedalam aplikasi yang
disediakan oleh Bangda saja. Sejauh ini Bappeda Kota Serang belum memiliki
Anggaran yg Memadai
Kesesuaian Insentif
Perincian Jenis Imbalan Jelas
Rerata
64.00%
66.00%
67.00%
65.67%
110
rencana untuk memiliki aplikasi SIPD sendiri, hal tersebut dikarenakan belum
dianggarkannya dalam pembuatan aplikasi SIPD. Maka dapat disimpulkan bahwa
kurangnya dana atau anggaran yang digunakan berdampak pada belum
tercapainya Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD secara
optimal.
Kedua, pernyataan mengenai beban tugas yang diberikan dalam
pengelolaan SIPD sesuai dengan insentif atau gaji yang diberikan sudah mencapai
66%. Dengan adanya capaian tersebut maka dapat digambarkan bahwa sebagian
responden sudah merasa cukup dengan gaji atau insentif yang diberikan sudah
sebanding dengan beban kerja yang diberikan namun masih ada sebagian
responden yang masih merasa bahwa beban kerja yang diberikan dengan gaji atau
insentif yang diterima masih belum sebanding. hal tersebut tentu berdampak
kurang baik bagi pekerjaan yang sedang mereka lakukan, dalam hal ini maka
Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD dapat terhambat dan
tidak berjalan dengan optimal.
Ketiga, pernyataan mengenai setiap jenis imbalan diperinci dengan jelas
dan sesuai dengan aturan yang berlaku sudah mencapai 67%. Maka dapat
disimpulkan bahwa jenis imbalan yang diterima tim pengelola SIPD dinilai
sebagian besar responden sudah jelas dan sesuai dengan aturan yang berlaku,
meskipun beberapa responden menganggap bahwa jenis imbalan yang mereka
terima masih belum sesuai dengan beban tugas yang mereka kerjakan, serta
belum sesuai dengan aturan yang ada. Peristiwa tersebut merupakan salah satu
faktor yang menghambat jalannya Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014
111
tentang SIPD secara optimal. Maka dapat disimpulkan pada sub indikator insentif
dalam pelaksanaan Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD rata-
rata sudah mencapai 65,67%, dengan adanya capaian tersebut responden merasa
bahwa insentif yang diterima serta beban kerja yang diberikan sudah sesuai namn
masih belum seperti yang diharapkan.
4. Indikator Struktur Birokrasi
Grafik 4.13
Sub Indikator SOP
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan grafik 4.13 diatas, digambarkan sub indikator SOP, dimana
pada sub indikator tersebut terdapat dua pernyataan, dimana masing-masing pada
pernyataan tersebut berbeda. Yang pertama, pernyataan mengenai tim pengelola
SIPD telah mengetahui dan menjalankan tugasnya sesuai dengan SOP sudah
mencapai 66,50%. Dengan adanya raihan tersebut sebagian besar fresponden
merasa setuju terhadap pernyataan tersebut dimana sebagian besar tim pengelola
Pemahaman dalam SOP
Kesesuaian pada SOP
Rerata
66.50%
65.50%
66.00%
112
SIPD telah mengetahui SOP yang ada dan menjalankan tugas sesuai dengan SOP
tersebut, namun masih ada juga sebagian besar responden menjawab kurang
setuju terhadap pernyataan tersebut, dimana dalam menjalakan tugas sebagai tim
pengelola SIPD sebagian besar masih belum memahami SOP yang telah
ditetapkan, hal tersebut merupakan salah satu dampak dari kurangnya koordinasi
serta arahan dari atasan sehingga dalam pelaksanaan Implementasi Permendagri
no.8 tahun 2014 tentang SIPD masih belum berjalan dengan optimal.
Kedua, pernyataan mengenai mengenai SOP atau petunjuk manual yang
berlaku telah sesuai dengan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD dan dapat
dipatuhi oleh tim pengelola SIPD sudah mencapai 65,50%. Dengan adanya raihan
tersebut maka dapat digambarkan bahwa sebagian responden menganggap bahwa
tim pengelola SIPD dalam melaksanakan Implementasi Permendagri No.8 Tahun
2014 telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, meskipun sebagian
responden masih ada yang melaksanakan kegiatan belum sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang SIPD masih belum
seluruhnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Peristiwa tersebut juga
yang membuat pelaksanaan Permendagri No.8 Tahun 2014 belum sesuai dengan
mekanisme yang berlaku. Maka dapat disimpulkan pada sub indikator SOP dalam
pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD rata-rata
nya sebesar 66%. Dengan raihan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden yang terlibat dalam pelaksanaan implementasi
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD sudah sesuai dengan SOP yang
113
ditetapkan meskipun masih ada beberapa responden yang masih belum sesuai
dengan SOP tersebut.
Grafik 4.15
Sub Indikator Fragmentasi
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan grafik 4.15 daiatas, dimana digambarkan sub indikator
Fragmentasi, adapun dalam sub indikator fragmentasi terdapat dua pernyataan.
Pernyataan tersebut masing-masing berbeda satu dengan yang lainnya. Yang
pertama, pernyataan mengenai adanya kejelasan pada tupoksi yang diberikan
kepada tim pengelola SIPD dalam hal pelaksanaan implementasi Permendagri No
8 Tahun 2014 tentang SIPD sduah mencapai 66%. Dengan adanya raihan tersebut
maka dapat digambarkan bahwa sebagian besar responden merasa sudah cukup
jelas dengan tupoksi yang ada, namun mereka masih belum memahami
sepenuhnya tupoksi ada apakah sudah sesuai dengan apa yang mereka kerjakan
dalam hal pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang
SIPD.
Kejelasan dalam TUPOKSI
Adanya Kesesuaian TUPOKSI
Rerata
66.00%
67.00%
66.50%
114
Kedua, pernyataan mengenai didalam lokasi kerja, tim pengelola SIPD
dalam aktivitasnya telah sesuai dengan tupoksinya masing-masing serta sesuai
dengan Permendagri No. 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD) sudah mencapai 67%. Dengan adanya capaian tersebut maka dapat
digambarkan bahwa dalam aktivitasnya sebagian besar responden sudah sesuai
dengan tupoksinya serta sudah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Namun masih ada beberapa responden yang menyatakan tidak setuju terhadap
pernyataan tersebut, hal tersebut ditemukan oleh peneliti pada saat wawancara
terbuka, dimana sebagian besar responden yang peneliti temui masih belum
mengerti tugas yang mereka kerjakan apakah sudah sesuai dengan tupoksinya atau
tidak, peristiwa ini salah satu hal yang dapat menghambat menghambat
pelaksanaan Permendagri No. 8 Tahun 2014 dapat berjalan dengan optimal. Maka
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Permendagri No. 8 Tahun 2014 pada sub
indikator fragmentasi didapatkan hasil rata-rata nya yaitu mencapai 66,50%.
Dengan adanya hasil capaian tersebut berarti sebagian besar responden sudah
setuju dan menjalankan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang
SIPD sudah sesuai dengan tupoksinya, meskipun capaian nya masih belum
optimal.
115
Grafik 4.16
Capaian Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di
Bappeda Kota Serang
Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah
Berdasarkan Grafik Capaian Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014
tentang SIPD di Bappeda Kota Serang diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-
rata pada setiap indikator pada penelitian ini terdapat empat indikator kunci
menurut teori implementasi George Edward III yang diantaranya yaitu,
Sumberdaya, Komunikasi, Disposisi (Sikap), dan yang terakhir yaitu Struktur
Birokrasi. Indikator pertama yang digunakan pada penelitian mengenai
pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di
Bappeda Kota Serang yaitu indikator Sumberdaya, dengan mendapatkan hasil
capaian sebesar 66,19%. Dalam indikator sumberdaya terbagi menjadi empat sub
indikator yaitu staf, informasi, wewenang dan fasilitas. Dengan adanya gambaran
capaian pada indikator sumberdaya diatas yaitu sebesar 66,19% maka dapat
Sumberdaya
Komunikasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
66.19%
66.08%
66.21%
66.50%
116
disimpulkan bahwa indikator sumberdaya sudah cukup baik, meskipun capaian
maksimal yang diharapkan peneliti yaitu sebesar 70% masih belum tercapai.
Dengan adanya hasil capaian tersebut maka indikator sumberdaya sudah cukup
baik dalam mendukung pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014
tentang SIPD di Bappeda Kota Serang. Adapun peran indikator sumberdaya ini
memiliki peran yang penting dalam implementasi suatu kebijakan, karena
bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan
suatu kebijakan, dimana jika para personil yang bertanggungjawab
mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber untuk
melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi tersebut tidak akan
efektif. oleh karena itu pada teori George Edward III membagi kepada empat sub
indiktaor yaitu staf, wewenang, informasi, dan fasilitas agar lebih memudahkan
dalam memenuhi dan mendukung tercapainya implementasi suatu kebijakan yang
dalam penelitian ini yaitu Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang
SIPD di Bappeda Kota Serang dapat tercapai optimal dan sesuai dengan yang
diharapkan.
Indikator kedua yang digunakan pada penelitian mengenai pelaksanaan
Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di Bappeda Kota
Serang yaitu indikator Komunikasi, dalam indikator ini didapatkan hasil capaian
sebesar 66.08%, maka dapat disimpulkan bahwa indikator sumberdaya sudah
cukup baik, meskipun capaian pada indikator komunikasi merupakan indikator
dengan capaian terendah. Sedangkan capaian maksimal yang diharapkan peneliti
yaitu sebesar 70% masih belum tercapai hal tersebut dikarenakan pada indikator
117
komunikasi peneliti menemukan sebagian besar responden belum menjalankan
pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di
Bappeda Kota Serang sesuai dengan sub indikator yang terdapat pada indikator
komunikasi. Padahal dalam indikator komunikasi George Edward III membagi
tiga bagian penting yang dalam penelitian ini di jadikan sub indikator diantaranya
yaitu transmisi, merupakan penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Selanjutnya kejelasan,
komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas, akurat,
dan tidak bersifat ambigu, sehingga dapat dihindari terjadinya perbedaan tujuan
yang hendak dicapai oleh kebijakan seperti yang telah ditetapkan (tidak tepat
sasaran). Kemudian yang terakhir yaitu konsistensi, perintah yang diberikan
kepada implementor haruslah konsisten dan jelas supaya tidak membingungkan
pelaksana kebijakan. Adapun peran dalam indikator komunikasi yaitu, dimana
komunikasi merupakan suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa yang
terjadi pada pemikiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada
komunikan atau orang lain. Implementasi yang efektif baru akan terjadi apabila
para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan mereka
kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperbolehkan melalui komunikasi yang baik.
Dengan adanya capaian diatas maka dapat digambarkan bahwa pelaksanaan
Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di Bappeda Kota
Serang pada indikator komunikasi sudah cukup baik namunmasih belum sesuai
dengan yang diharapkan.
118
Indikator ketiga yang digunakan pada penelitian mengenai pelaksanaan
Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di Bappeda Kota
Serang yaitu indikator Disposisi (Sikap), pada indikator ketiga yaitu disposisi
(sikap) peneliti mendapatkan hasil capaiannya sebesar 66,21%. Hasil capaian
tersebut cukup baik. Dimana pada indikator Disposisi/sikap dapat diartikan
sebagai sikap para pelaksana untuk mengimplementasikan kebijakan. Ada dua hal
penting dalam indikator disposisi(sikap) menurut George Edward III yaitu
pengangkatan birokrat, haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada
kebijakan yang telah ditetapkan. Kemudian insentif, menurut George Edward III
menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi
kecenderungan sikap para pelaksana kebijakan adalah dengan memanipulasi
insentif. Maka dapat disimpulkan pada indikator disposisi(sikap) endpatkan
capaian sebesar 66,25% dengan hasil tersebut maka dapat dikatakan indikator
disposisi(sikap) pada pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014
tentang SIPD di Bappeda Kota Serang sudah cukup baik, meskipun masih belum
optimal. Hal tesebut diakrenakan capaian pada indikator disposisi(sikap) pada
penelitian ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu mencapai 70%.
Selanjutnya indikator terakhir adalah indikator keempat, yaitu indikator
Struktur Birokrasi. Pada penelitian mengenai pelaksanaan Implementasi
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di Bappeda Kota Serang indikator
struktur birokrasi mendapatkan capaian sebesar 66,50% atau indikator dengan
capaian tertinggi. Dengan adanya capaian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
indikator struktur birokrasi dalam penelitian mengenai pelaksanaan Implementasi
119
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di Bappeda Kota Serang sudah
cukup baik. Dimana struktur birokrasi memiliki peran sebagai pelaksana sebuah
kebijakan yang dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik
yaitu dengan jalan melakukan koordinasi yang baik. Adapun menurut George
Edward III terdapat dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja birokrasi
ke arah yang lebih baik, yaitu dengan melakukan Standard Operating Procedures
(SOPs) dan melaksanakan fragmentasi. Dengan dijalankannya dua sub indikator
tersebut, maka suatu kebijakan dalam hal ini yaitu pelaksanaan Implementasi
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di Bappeda Kota Serang dapat
tercapai dengan optimal. Meskipun capaian pada sub indikator baru mencapai
66,5% maka dapat dikatakan sudah cukup baik, hal tersebut dikarenakan capaian
indikatator struktur birokrasi mendapatkan capaian tertinggi dibandingkan dengan
indikator yang lainnya.
4.3 Pengujian Prasyarat Statistik
4.3.1 Uji Validitas Instrumen
Untuk mengetahui apakah setiap butir dalam instrumen yang telah
dibuat itu valid atau tidak valid, dapat diketahui dengan cara
mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total. Dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :
Rumus Korelasi Product Moment
( ) ( )( )
√ ( ) ( ) ( ) ( )
120
Keterangan:
= Koefisien korelasi product moment
= Skor pernyataan no. 1
= Skor item keseluruhan
= Skor pertanyaan no. 1 dikalikan skor item keseluruhan
² = Jumlah skor pertanyaan no. 1 yang dikuadratkan
² = Jumlah skor item total yang dikuadratkan
= Jumlah sampel
Dikatakan valid jika rhitung> rtabel, dimana rtabel telah ditentukan sebesar
0,269, dengan taraf signifikan sebesar 5%. Dengan jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 50 responden. Dari pengujian diatas maka didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
No Koefisien Korelasi
(r hitung)
r tabel Keterangan
1 0,463 0,279 VALID
2 0,434 0,279 VALID
3 0,664 0,279 VALID
4 0,605 0,279 VALID
5 0,690 0,279 VALID
6 0,687 0,279 VALID
7 0,520 0,279 VALID
8 0,477 0,279 VALID
9 0,666 0,279 VALID
10 0,687 0,279 VALID
11 0,297 0,279 VALID
12 0,504 0,279 VALID
121
13 0,525 0,279 VALID
14 0,419 0,279 VALID
15 0,283 0,279 VALID
16 0,293 0,279 VALID
17 0,659 0,279 VALID
18 0,382 0,279 VALID
19 0,345 0,279 VALID
20 0,429 0,279 VALID
21 0,104 0,279 TIDAK VALID
22 0,639 0,279 VALID
23 0,420 0,279 VALID
24 0,769 0,279 VALID
25 0,654 0,279 VALID
26 0,520 0,279 VALID
27 0,493 0,279 VALID
28 0,194 0,279 TIDAK VALID
29 0,082 0,279 TIDAK VALID
30 0,452 0,279 VALID
31 0,597 0,279 VALID
32 0,545 0,279 VALID
33 0,409 0,279 VALID
34 0,449 0,279 VALID
35 0,594 0,279 VALID
Berdasarkan hasil uji validitas yang tercantum dalam tabel 4.4,
menunjukan bahwa seluruh responden yang berjumlah 50 orang dapat menjawab
seluruh pertanyaan yang peneliti berikan sebanyak 35 instrumen yang dapat
dikatakan valid, namun masih ada tiga yang tidak valid.
122
4.3.2 Uji Reabilitas Instrumen
Uji Reabilitas digunakan untuk menetapkan apakah instrument yang
dalam hal ini adalah kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak
oleh responden yang sama (Husein Umar, 2008:54). Uji realibitas untuk
alternatif jawaban lebih dari dua, menggunakan uji Alpha Cronbach.
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.902 32
Sumber: Hasil SPSS 22.0
Dari hasil reliabilitas pada penelitian ini, diperoleh hasil yang menyatakan
reliabel karena memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar 0,902 yang artinya lebih
besar dari 0,30. Nilai tersebut diambil dari jumlah hitung 35 instrumen yang
menjadi hasil hitungan penelitian. Berdasarkan uji validitas dan uji reliabilitas
yang telah dilakukan, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam
rangka pengumpulan data dalam penelitian ini.
4.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis sendiri merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Sedangkan pengujian hipotesis dilakukan untuk untuk
menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Dalam penelitian ini,
peneliti memiliki hipotesis yaitu Pelaksanaan Implementasi Permendagri No.8
Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda
Kota Serang paling tinggi atau sama dengan 70% dan peneliti menggunakan
123
hipotesis deksriptif, dikarenakan variabel yang diuji bersifat mandiri dan hanya
memiliki satu sampel.
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi
dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, maka pada tahap
pengujian hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan t-test satu sampel.
Adapun perhitungan pengujian hipotesis tersebut adalah 4 x 32 x 50 = 6400 (4 =
skor tertinggi dari setiap jawaban pernyataan/pertanyaan yang dinyatakan pada
responden, kriteria skor berdasarkan pada skala likert, 32 = jumlah
pernyataan/pertanyaan yang diajukan kepada responden atau jumlah
pernyataan/pertanyaan yang valid, 50 = jumlah sampel yang dijadikan responden)
dan nilai mean atau nilai rata-ratanya adalah 6400 : 50 = 128.
Sehingga untuk Implementasi Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang, nilai
yang dihipotesiskan yaitu paling tinggi 70% dari nilai ideal, artinya bahwa 0,7 x
6400 dibagikan dengan jumlah sampel yang dijadikan responden 50 = 89,6.
Hipotesis statistiknya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ho = µ ≤ 70% ≤ 0,7 x 7000 : 50 = 89,6
Diketahui :
x = Ʃ x : 50 = 4323 : 50 = 86,46
µₒ = 70% = 0,7 x 6400 : 50 = 89,6
s = 7,763
n = 50
Ditanya : t ?
124
Jawab :
x - µₒ 86,46 – 89,6
t = =
s 7,763
√n √50
t = -2,9
Nilai t-hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan
derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 50 – 1 = 49 dengan taraf kesalahan α = 5% untuk
uji satu pihak, maka nilai t-tabel nya yaitu 1,291 karena nilai t-hitung lebih kecil dari t-
tabel (-2,9 ≤ 2,00) dan jatuh pada penerimaan Ho, maka hipotesis nol (Ho) diterima
dan Ha ditolak.
Dari perhitungan populasi ditemukan bahwa Implementasi:
= (4323 / 7.000) x 100%
= 0,617 x 100%
= 61,7%
Jadi telah diketahui bahwa Implementasi Permendagri No.8 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang
adalah sebesar 61,7%.
125
Daerah Daerah
Penerimaan Penolakan
Ho Ho
61,7% 70%
Gambar 4.1
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
4.5 Interprestasi Hasil Penelitian
Pengertian Interprestasi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah pemberian
kesan, pendapat atau pandagan teoritis terhadap sesuatu. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah Implementasi Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang paling tinggi
70% dari nilai ideal. Kemudian peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden
yaitu seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menjadi pelaksana pada
setiap OPD yaitu Kasubag perencanaan dan satu stafnyayang ada dilingkungan
Kota Serang sebanyak 50 responden. Peneliti mencoba meninterpretasikan data
hasil temuan dilapangan mengenai Implementasi Permendagri No.8 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang.
126
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang
dibuat oleh peneliti adalah sejauh mana Implementasi Permendagri No.8 Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota
Serang. Dalam penelitian untuk menjawab rumusan masalah ini, kita dapat
melihat dari perhitungan dengan menggunakan rumus t-test satu sampel dengan
hasil t hitung sebesar 61,7% maka yang diterima adalah hipotesis nol (Ho) yang
menyebutkan Implementasi Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang kurang dari
70%. Sehingga interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah adalah
Implementasi Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang belum berjalan efektif.
4.6 Pembahasan
Analisis Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang menunjukan hasil perhitungan
yang variatif. Dilihat dari teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teori implementasi George Edward III yang mempunyai empat
indikator penting dalam mengukur sejauhmana implementasi itu berjalan dengan
baik atau tidak yang diantaranya yaitu : Sumberdaya (resource), komunikasi
(communication), Disposisi/Sikap (disposition), dan Struktur Birokrasi (birocracy
structure).
127
1. Indikator Sumberdaya (resource)
Indikator ini mempunyai peran penting dalam implementasi
kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-
ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil yang
bertanggungjawab mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai
sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka
implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Untuk memperjjelas
sumberdaya ini, Edward III membbagi kepada empat bagian yang dalam
penelitian ini dijadikan sub indikator yaitu : staf, merupakan sumberdaya
utama dalam suatu implementasi kebijakan karena kegagalan yang sering
terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh
staf/pegawai yang tidak memadai, mencukupi ataupun tidak kompeten
dibidangnya. Selanjutnya yaitu informasi, informasi mempunyai dua
bentuk. Pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan
kebijakan, implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan
disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua, informasi
mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan
regulasi pemerintah yang telah ditetapkan, implementor harus mengetahui
apakah oranglain yang terlibat dalam pelaksanaan tersebut patuh terhadap
hukum.
Kemudian wewenang, dalam implementasi merupakan otoritas
atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan yang telah
ditetapkan secara politik. Kewenangan harus bersifat formal untuk
128
menghindari gagalnya proses implementasi karena dipandang oleh publik
implementor tersebut tisak terlegitimasi. Tetapi dalam konteks lain,
efektivitas kewenangan dapat menyurut manakala diselewengkan oleh
para pelaksana demi kepentingannya sendiri maupun kepentingan
kelompoknya. Bagian terakhir yang dijadikan sub indikator dalam
penelitian ini yaitu fasilitas, fasilitas fisik juga merupakan faktor penting
dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya dan memiliki
wewenang, akan tetapi tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai, implementasi suuatu kebijakan tidak akan berhasil.
Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini
memuat 17 butir instrumen pernyataan untuk indikator sumberdaya di
dapatkan hasil sebesar 57% Implementasi Permendagri No.8 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota
Serang. Hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator sumberdaya
adalah 4 x 50 x 17 = 3700. (4 = nilai dari setiap jawaban pernyataan yang
diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala likert, 50 =
jumlah sampel yang dijadikan responden, 17 = jumlah pernyataan yang
ada pada indikator sumberdaya). Setelah menemukan skor ideal kemudian
dibagikan dengan skor rill yang diisi oleh responden yaitu sebesar 2119 :
3700 = 0,57 x 100% = 57%. Hal ini dapat diartikan bahwa Implementasi
Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan
129
Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang belum berjalan dengan baik
apabila dilihat dari indikator sumberdaya.
2. Indikator Komunikasi (communication)
Komunikasi merupakan suatu kegiatan manusia untuk
menyampaikan apa yang terjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau
pengalamannya kepada komunikan atau orang lain. Implementasi yang
efektif baru akan terjadi apabila para pembuat kebijakan dan implementor
mengetahui apa yang akan mereka kerjakan, dan hal itu hanya dapat
diperbolehkan melalui komunikasi yang baik. Dalam indikator komunikasi
George Edward III membagi tiga bagian penting yang dalam penelitian ini
di jadikan sub indikator diantaranya yaitu transmisi, merupakan
penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Selanjutnya kejelasan, komunikasi yang
diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas, akurat, dan tidak
bersifat ambigu, sehingga dapat dihindari terjadinya perbedaan tujuan
yang hendak dicapai oleh kebijakan seperti yang telah ditetapkan (tidak
tepat sasaran). Kemudian yang terakhir yaitu konsistensi, perintah yang
diberikan kepada implementor haruslah konsisten dan jelas supaya tidak
membingungkan pelaksana kebijakan.
Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini
memuat 8 butir instrumen pernyataan didapat 65% Implementasi
Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan
130
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang. Hasil tersebut diperoleh
dari skor ideal dari indikator komunikasi adalah 4 x 50 x 7 = 1400. (4 =
nilai dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden,
kriteria skor berdasarkan pada skala likert, 50 = jumlah sampel yang
dijadikan responden, 7 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator
komunikasi). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan
skor rill yang di isi oleh responden yaitu sebesar 923 : 1400 = 0,65 x 100%
= 65%. Hal ini dapat diartikan bahwa Implementasi Permendagri No.8
Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di
Bappeda Kota Serang belum berjalan dengan baik apabila dilihat dari
indikator komunikasi.
3. Disposisi/sikap (disposition)
Disposisi/sikap (disposition) dapat diartikan sebagai sikap para
pelaksana untuk mengimplementasikan kebijakan. Ada dua hal penting
dalam indikator disposisi/sikap menurut George Edward III yaitu
pengangkatan birokrat, haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi
pada kebijakan yang telah ditetapkan. Kemudian insentif, menurut George
Edward III menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk
mengatasi kecenderungan sikap para pelaksana kebijakan adalah dengan
memanipulasi insentif. Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator
penelitian ini memuat 4 butir instrumen pernyataan di dapat 66%.
Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan
131
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang. Hasil tersebut diperoleh
dari skor ideal dari indikator disposisi/sikap adalah 4 x 50 x 4 = 800. (4 =
nilai dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden,
kriteria skor berdasarkan pada skala likert, 50 = jumlah sampel yang
dijadikan responden, 4 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator
disposisi). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan
skor rill yang di isi oleh responden yaitu sebesar 533 : 800 = 0,66 x 100%
= 66%. Hal ini dapat diartikan bahwa Implementasi Permendagri No.8
Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di
Bappeda Kota Serang belum berjalan dengan baik apabila dilihat dari
indikator disposisi (sikap).
4. Struktur Birokrasi
Sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung
kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan
koordinasi yang baik. Menurut George Edward III terdapat dua
karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja birokrasi ke arah yang lebih
baik, yaitu dengan melakukan Standard Operating Procedures (SOPs)
dan melaksanakan fragmentasi. Dari hasil pengolahan data yang dalam
indikator penelitian ini memuat 4 butir instrumen pernyataan di dapat
66,25%. Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang. Hasil
tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator struktur birokrasi adalah 4
132
x 50 x 4 = 800. (4 = nilai dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan
pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala likert, 50 = jumlah
sampel yang dijadikan responden, 4 = jumlah pernyataan yang ada pada
indikator struktur birokrasi). Setelah menemukan skor ideal kemudian
dibagikan dengan skor rill yang di isi oleh responden yaitu sebesar 530 :
800 = 0,6625 x 100% = 66,25%. Hal ini dapat diartikan bahwa
Implementasi Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang belum berjalan
dengan baik apabila dilihat dari indikator struktur birokrasi.
Berdasarkan perhitungan pada setiap indikator diatas, dapat
disimpulkan bahwa tingkat persetujuan responden terhadap indikator
penelitian yaitu indikator sumberdaya sejauh ini baru mencapai 57%,
indikator komunikasi mencapai 66%, indikator disposisi (sikap) mencapai
66%, dan yang terakhir indikator struktur birokrasi mencapai 66,25%.
Dari masing-masing tingkat persetujuan tersebut diartikan bahwa
implementasi Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang dilihat dari
keempat indikator yang diantaranya sumberdaya, komunikasi, disposisi
(sikap) dan struktur birokrasi yang dipakai untuk menjadi pisau analisis
peneliti dalam penelitian ini dapat diartikan belum baik atau kurang baik.
133
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan analisis data dalam penelitian ini, yang
berjudul Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang, dapat disimpulkan menjadi dua
point yang dapat dirumuskan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan oleh
peneliti. Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang dalam
penerapannya dilapangan menunjukan ketercapaiannya sebesar 61,7%
dari yang diharapkan, dan ini berarti ketercapaian maksimal 70% dari
yang diharapkan tidak dapat tercapai.
2. Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang terdapat
kendala atau permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
a. Apabila dilihat dri pengolahan data dari indikator sumberdaya teori
Edward III masih banyak tim pengelola SIPD yang terlibat dan
134
tersebar di seluruh OPD yang ada di Kota Serang masih belum
memahami proses implementasi Permendagri tersebut hal tersebut
dibuktikan dengan capaian pada indikator sumberdaya yang hanya
mampu mencapai 66,19%. Selanjutnya pada indikator komunikasi
mencapai 66,08%, hal tersebut menunjukkan bahwa indikator
komunikasi masih belum dijalankan dalam pelaksanaan
implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD.
Kemudian indikator disposisi (sikap) mencapai 66,21%, dengan
capaian tersebut maka indikator disposisi (sikap) para tim
pengelola SIPD masih belum optimal seperti yang diharpak oleh
peneliti yaitu capaian maksimal 70%. Dan yang terakhir indikator
struktur birokrasi mencapai 66,50% indikator tersebut
menggambarkan bagaimana struktur birokrasi berperan dalam
pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang
SIPD, meskipun capaian nya sudah cukup baik, namun masih
belum seperti yang diharapkan.
b. Apabila dilihat dari pengolahan data dari indikator sumberdaya
teori Edward III masih banyak tim pengelola SIPD yang terlibat
dan tersebar di seluruh OPD yang ada di Kota Serang masih belum
memahami proses implementasi Permendagri tersebut.
c. Rekan kerja dan pemimpin pelaksana dalam tim pengelola SIPD
sedikit yang memberikan arahan kepada bawahan dalam hal
pengumpulan data SIPD.
135
d. Saran dan prasarana untuk proses pengolahan data pembangunan
kurang memadai dan sumberdaya manusia yang melaksanakan
kurang memiliki keahlian khusus.
e. Anggaran yang dipakai masih kurang mengakomodir segala
keperluan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan implementasi
Permendagri no 8 tahun 2014 tentang SIPD yang lebih baik.
f. Pembagian insentif kepada para pelaksana masih kurang memadai
dan tidak merata.
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, peneliti mengajukan saran-saran yang
dapat membantu pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kota Serang, dalam pelaksanaan Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri
No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) yang
lebih baik. Saran yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang harus
meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan seluruh OPD yang
terlibat agar pelaksanaan Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No
8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
yang lebih baik dan sesuai dengan harapan.
2. Diharapkan sumberdaya yang terlibat dalam pelaksanaan implementasi
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD dapat sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan serta mampu menciptakan capaian yang sesuai
136
dengan tujuan dari pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun
2014 tentang SIPD tersebut.
3. Diharapkan tim pengelola SIPD yang terlibat memiliki keahlian khusus
yang sesuai dengan pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun
2014 tentang SIPD guna mendukung tercapainya implementasi sesuai
dengan yang diharapkan
4. Sarana dan prasarana untuk proses penginputan data dan informasi SIPD
serta dalam hal evaluasi terpadu data SIPD harus ditingkatkan serta
mendukung. Sehingga dalam proses pengolahan data SIPD dapat tercapai
dengan baik.
5. Diharapkan agar tersedianya sarana pendukung dan ruangan khusus guna
mendukung pelaksanaan pelaksanaan implementasi Permendagri No 8
Tahun 2014 tentang SIPD agar tercapai seperti yang diharapkan.
6. Agar terciptanya pelaksanaan Implementasi Peraturan Mentri Dalam
Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah
(SIPD) , maka diharapkan tersedianya anggaran guna pemukhtakiran data
SIPD dan dapat mengakomodir segala kebutuhan dalam pelaksanaan
pelaksanaan Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun
2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD).
7. Diharapkan BAPPEDA mampu membuat aplikasi SIPD sendiri, sehingga
Kota Serang sebagaimana ibukota Provinsi Banten mampu menyajikan
data pembangunan serta potensi yang dimiliki daerahnya dalam bentuk
aplikasi yang dapat diakses oleh semua orang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba
Humaika
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Indrajit, Richardus eko, dkk. 2005. e-Government In Action Ragam Kasus
Implementasi Sukses di Berbagai Belahan Dunia. Yogyakarta: ANDI
Mcleod, Raymond dan Schell, George. 2004. Sistem Informasi Manajemen Edisi
Ke Delapan. Terjemahan Teguh, Hendra. Jakarta: PT Indeks
Nugroho, Eko. 2008. Sistem Informasi Manajemen, Konsep, Aplikasi, dan
Perkembangannya. Yogyakarta: CV Andi Offset
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Singarimbun, Masri, Effendi Sofian. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
_______. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik “Panduan Praktis Mengkaji Masalah
dan Kebijakan Sosial”. Bandung: Alfabeta
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Sistem Administrasi Publik Republik Indonesia
(SANKRI). Jakarta: PT Bumi Aksara
Usman, Husaini, Purnomo Setyadi Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara
Dokumen:
Buku Profil Bappeda Kota Serang, 2013
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD)
Jurnal/Skripsi:
Ilhami, Rizki. 2013. Implementasi Sistem Informasi Data Perencanaan
Pembangunan (SIDARENBANG) di Bappeda Kota Tangerang. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi
Rosmalasari. 2014. Implementasi Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan
Daerah (SIPPD) di Bappeda Kota Tangerang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
JUDUL PENELITIAN :
IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM
INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH (SIPD) DI BAPPEDA KOTA SERANG
INFORMASI RESPONDEN
Kuesioner
I. Petunjuk
1. Berikanlah tanda ceklis (√) pada jawaban yang anda pilih.
2. Untuk memudahkan dalam mengisi data, mohon diisi sesuai dengan keadaan
dan kondisi yang terjadi dilapangan.
3. Keterangan dari jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
II. Identitas Responden
1. Nomor Responden : .......................... (diisi oleh peneliti)
2. Jenis Kelamin : (1) Laki-laki (2) Perempuan
3. Usia :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Bidang / Jabatan :
Implementasi
Indikator 1 : Sumber Daya
Pernyataan SS S KS TS
1. Tim pengelola SIPD telah mempunyai keahlian
khusus dalam bidangnya.
2. Tim pengelola SIPD yang dimaksud
Permendagri No 8 Thn 2014 pada pasal 10 ayat
2 yaitu telah melibatkan unsur terkait sesuai
dengan kebutuhan
3. Tim pengelola SIPD telah memahami tentang
Pendefinisian Operasional data SIPD sesuai
dengan Permendagri No 8 Thn 2014
4. Adanya pemahaman dalam pengumpulan data
antar tim pengelola SIPD sesuai dengan
Permendagri No 8 Thn 2014
5. Tim pengelola SIPD telah memahami proses
pengumpulan, pengisian, dan evaluasi data
sesuai dengan pasal 11 dalam Permendagri No
8 Thn 2014.
6. Tim pengelola SIPD telah mengetahui segala
informasi yang berkaitan dengan Permendagri
No 8 Thn 2014
7. Tim pengelola SIPD telah mendapatkan
kesesuaian data dan informasi data SIPD antar
SKPD/Instansi dengan Bappeda yang sesuai dengan Permendagri No 8 Thn 2014.
8. Tim pengelola SIPD senantiasa berdiskusi dan
bertukar informasi dengan sesama rekan kerja
yang terlibat dalam pelaksanaan Permendagri
No 8 Thn 2014.
9. Tim pengelola SIPD telah melakukan
sinkronisasi data dan informasi SIPD sesuai
dengan Lampiran II tentang Evaluasi terpadu
data SIPD dalam Permendagri No 8 Thn 2014.
10. Tim pengelola SIPD telah memiliki komitmen
yang tinggi dalam pelaksanaan Permendagri
No 8 Thn 2014.
11. Tim pengelola SIPD telah memahami
kewenangan dalam menjalankan SIPD sesuai
dengan Permendagri No 8 Thn 2014.
12. Adanya Kewenangan terkait data yang dimiliki
dalam hal mengeluarkan data dan Informasi
SIPD seperti yang ada didalam Permendagri
No 8 Thn 2014 tentang SIPD.
13. Kewenangan dalam pelaksanaan Permendagri
No 8 Thn 2014 tentang SIPD sudah cukup
jelas.
14. Tim pengelola SIPD telah disediakan fasilitas
sarana pendukung yang memadai dalam
pelaksanaan Permendagri No 8 Thn 2014
tentang SIPD.
15. Fasilitas sarana pendukung baik dalam
pelaksanaan pengumpulan data SIPD maupun
Evaluasi terpadu data SIPD telah sesuai dengan
yang tertuang dalam Permendagri No 8 Thn
2014
16. Telah tersedia ruang khusus dalam mengelola
dan menginput data SIPD tentang Permendagri
No 8 Thn 2014
17. Adanya biaya pengelolaan SIPD yang
bersumber dari APBN, APBD dan lain-lain
pendapatan yang sah dan tidak mengikat
seperti yang tertera dalam Permendagri No 8
Thn 2014 tentang SIPD.
Indikator 2 : Komunikasi
18. Telah terciptanya kerjasama yang baik antar
SKPD/Instansi dengan Bappeda dalam
pemukhtakiran data SIPD
19. Tim pengelola SIPD telah berkomunikasi
dengan baik dengan sesama rekan kerja yang
terlibat dalam pelaksanaan Permendagri No 8
Thn 2014 tentang SIPD.
20. Tim pengelola SIPD telah melakukan rapat
koordinasi pengumpulan data sesuai dengan Lampiran I yang terdapat dalam Permendagri
No 8 Thn 2014 tentang SIPD.
21. Dalam mengatasi tumpang tindih dan dupliksi
data dilakukan evaluasi pengumpulan data
SIPD antar tim pengelola SIPD untuk
menyepakati data mana yang akan digunakan
dengan mempertimbangkan validitas data dan
SKPD mana yang berwenang mengeluarkan
data tersebut seperti yang tertera dalam
Permendagri No 8 Thn 2014.
22. Kejelasan komunikasi antar tim pengelola
SIPD sudah baik.
23. Dalam menjalankan tugas tim pengelola SIPD
telah diberi pengarahan sesuai dengan bidang
kerjanya masing-masing sesuai dengan
Permendagri No 8 Thn 2014.
24. Konsistensi arahan dari atasan kepada tim
pengelola SIPD dalam pelaksanaan inputing
data SIPD telah terjalin dengan baik.
25. Adanya konsisten dalam melakukan koordinasi
dan komunikasi antar tim pengelola SIPD
sesuai dengan tata cara evaluasi data SIPD
seperti yang tertera dalam Permendagri No 8
Thn 2014.
Indikator 3 : Disposisi (Sikap)
26. Tim pengelola SIPD telah memiliki kemauan
yang tinggi dalam mengoperasikan SIPD
sesuai dengan Permendagri No 8 Thn 2014
27. Pengangkatan personil dalam tim SIPD telah
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan
dalam Permendagri No 8 Thn 2014.
28. Tim pengelola SIPD selalu mementingkan
kepentingan organisasi dibandingkan dengan
kepentingan pribadi.
29. Anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan
Permendagri No 8 Thn 2014 tentang SIPD
sudah cukup memadai.
30. Beban tugas yang diberikan dalam pengelolaan
SIPD sesuai dengan insentif atau gaji yang
diberikan.
31. Setiap jenis imbalan telah diperinci dengan
jelas dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Indikator 4 : Struktur Birokrasi
32. Koordinasi antar tim pengelola SIPD telah tercipta dalam lokasi kerja sudah baik dan
sesuai dengan Permendagri No 8 Thn 2014
33. Tim pengelola SIPD telah megetahui tentang
Standard Operating Procedures (SOP) yang diterapkan dan sesuai dengan Permendagri No
8 Thn 2014.
34. Standard Operating Procedures (SOP) /
petunjuk manual yang berlaku telah sesuai
dengan Permendagri No 8 Thn 2014 dan dapat
dipatuhi oleh tim pengelola SIPD
35. Di dalam lingkungan kerja tim pengelola SIPD
dalam aktivitasnya telah sesuai dengan
tupoksinya masing-masing serta sesuai dengan
Permendagri No 8 Thn 2014
Terimakasih atas partisipasinya, semoga penelitian ini bermanfaat dalam pelaksanaan
Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)
di Bappeda Kota Serang yang lebih baik.