implementasi peraturan daerah nomor 9 tahun 2011 tentang ...... · surakarta adalah melaksanakan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2011
TENTANG RETRIBUSI DAERAH
(Studi Tentang Implementasi Kebijakan Retribusi Perprkiran
Tepi Jalan Umum di Kota Surakarta)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
ARIFAH DWI ARYANI
D1110002
JURUSAN LMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : ARIFAH DWI ARYANI
NIM : D1110002
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul :
“Implementasi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah
(Studi Tentang Implementasi Kebijakan Retribusi Perparkiran Tepi Jalan Umum
di Kota Surakarta)”adalah betul-betulkarya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya, dalam Skripsi tersebut diberitanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersediamenerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya
perolehdari skripsi tersebut.
Surakarta, .......................
Yang membuat pernyataan,
Arifah Dwi AryaniNIM. D1110002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT.
Kupersembahkan karya ini untuk :
Ibu dan Ayah tercinta,
Kakak dan Adikku
Teman- temanku
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan terang berkatnya bagi penulis sehingga penulisan Skirpsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan benar.
Penulisan Skripsi ini dengan judul Implementsi Peraturan Daerah No 9 Tahun
2011 Tentang Retribusi Daerah (Study Tentang Implementasi Kebijakan Retribusi
Perparkiran Tepi Jalan Umum di Kota Surakarta) kota Surakarta. Selain itu, penulisan
skripsi ini dilakukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Sosial di program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
(FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.
Di dalam penulisan Skripsi ini banyak kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya ksulitan yang timbul dapat teratasi.
Karena itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang sebesar- besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Sri Yuliani, M.si , selaku pembimbing yang telah membimbing penulis,
hingga terselesainya penulisan Skripsi ini.
2. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Sudarto, M.si, selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan
akademis yang telah diberikan selama ini.
4. Drs. Anindita Prayoga selaku Kepala UPTD Perparkiran Kota Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Bapak Mudo Prayitno S.Si, T selaku koordinator Sub Unit Penertiban Ijin, KTA,
Seragam dan segenap staff UPTD Perparkiran Kota Surakarta yang telah memberikan
bantuan, informasi, dan semua hal yang penulis butuhkan demi kelancaran skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi
ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penulisan Skripsi
ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya mngingat keterbatasan
kemampuan penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapakan saran dan masukan dari
pembaca demi meningkatkan pengetahuan penulis. Harapannya, karya sederhana ini
dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri secara pribadi dan pembaca atau pihak-
pihak pada umumnya.
Surakarta, November 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Arifah Dwi Aryani. D1110002. Implementsi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah (Studi Tentang Implementasi Kebijakan Retribusi Perparkiran Tepi Jalan Umum di Kota Surakarta). Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012. 96 Halaman.
Perubahan tarif parkir di tep i jalan umum di Kota Surakarta yang sesuai dengan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 menjadi tanggung jawab UPTD Perparkiran Kota Surakarta dalam pengelolaan parkirnya. Dalam pelaksanaan implementasi Perda No 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah ini khususnya retribusi parkir di tepi jalan umum, seringkali ditemukan banyak permasalahan. Permasalahan yang sering ditemukan seperti munculnya parkir liar, masalah karcis parkir, tarif parkir yang tidak sesuai dengan peraturan, dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan implementasi Perda No 9 Tahun 2011.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif kualitatif. Jenis dan sumber data dalam penelitian in i adalah data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data dilakukan dengan triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas dan fungsi UPTD Perparkiran Kota Surakarta adalah melaksanakan implementasi Perda No 9 Tahun 2011 khususnya mengenai tarif retribusi parkir di tepi jalan umum. Retribusi parkir di tepi jalan umum didasarkan pada pembagian zona yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan. Dalam proses implementasi Perda tersebut, UPTD Perparkiran menjalankan tugasnya melalui tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan. tahap pengendalian/pengawasan. Sosialisasi dilakukan melalui 2 macam yaitu sosialisasi langsung yang dilaksanakan langsung kepada pengelola parkir, instansi terkait, dan kepada petugas parkir dan sosialisasi tidak langsung yaitu melalui iklan di televisi lokal, melalui surat kabar, melalui pamflet. Pada tahap pelaksanaan UPTD Perparkiran mulai bulan Januari 2012 mulai menerapkan tarif baru untuk parkir di kota Surakarta sesuai dengan zona yang sudah ditetapkan. Dalam tahap pengawasan/pengendalian pihak UPTD Perparkiran Kota Surakarta membentuk operasi gabungan yang melibatkan dari pihak kepolisian, satpol pp, kejaksaan, pengadilan, asosiasi parkir kota Surakarta. Komunikasi, sumber daya dan dukungan publik dinilai paling berpengaruh dalam implementasi Perda tersebut. Pada akhirnya dengan pelaksanaan kinerja penataan parkir yang masih belum berjalan baik, hal ini berdampak pula pada kelancaran dan ketertiban lalu lintas di Kota Surakarta yang sampai sekarang masih belum teratur.
Keywords : Implementasi, Peraturan Daerah, Retibusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Arifah Dwi Aryani. D1110002. Implementsi Regional Regulation Number 9 in 2011 About Retribution (Retribution Policy Studies Implementation parking Public Road in Surakarta). Thesis. Department of Administration. Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University Surakarta. 2012. 96 Pages.
Changes in parking rates at the edge of the public road in the city of Surakarta in accordance with Local Rule No. 9 In 2012 the responsibility of Surakarta UPTD parking in parking management. In the implementation of the implementation of Regulation No 9 in 2011 on this particular Levies levy park on the edge of the public road, often found many problems. Problems are often found as the emergence of illegal parking, issue parking tickets, parking rates are not in accordance with the regulations, and so on. The purpose of this study was to analyze the implementation of the implementation of Regulation No 9 in 2011.
This type of research used in this study is descriptive qualitative research. Types and sources of data in this study is primary data and secondary data. Techniques of data collection is by observation, interview and documentation. The validity of the data is done by triangulation data. Data analysis techniques using interactive analysis model.
The results showed that the duties and functions of Surakarta UPTD parking is implementing legislative implementation No 9 in 2011 particularly regarding parking levy rates by a public road. Retribution public roadside parking is based on the division of zones that have been established in accordance with the regulations. In the process of implementation of the new law, UPTD parking duties through socialization phase, the implementation phase. phase control / supervision. Socialization is done through two kinds of direct dissemination carried directly to the parking lot managers, agencies, and to the parking attendant and indirect socialization is through advertisements on local television, in newspapers, through pamphlets. At the implementation stage UPTD parking starting in January 2012 began to implement new tariffs for parking in the city of Surakarta in accordance with a predefined zone. In stage monitoring / control the parking of Surakarta UPTD form of joint operations involving police, municipal police, prosecutors, courts, city park association Surakarta. Communication, resources and public support was considered the most influential in the implementation of the regulation.In the end with the implementation of performance parking arrangement is still not going well, it is smooth and the impact the traffic order in Surakarta, which is still chaotic.
Keywords : Implementation, Regional Regulation, Retribution
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2011
TENTANG RETRIBUSI DAERAH
(Studi Tentang Implementasi Kebijakan Retribusi Perprkiran
Tepi Jalan Umum di Kota Surakarta)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
ARIFAH DWI ARYANI
D1110002
PROGRAM STUDI S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA NON REGULER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu negara yang memiliki wilayah yang luas membutuhkan
suatu sistem pemerintahan daerah yang efektif. Sistem ini diperlukan tidak
hanya sebagai alat untuk melaksanakan berbagai program pemerintahan di
berbagai daerah dari negara yang bersangkutan, tetapi juga sebagai alat bagi
masyarakat setempat agar dapat berperan serta dalam menentukan prioritas
untuk pembangunan daerahnya. Surakarta atau lebih dikenal dengan nama kota
Solo adalah kota budaya yang sangat terkenal akan beberapa ciri khas yang
dimilikinya, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik
maupun wisatawan dari luar negeri untuk datang berkunjung dan menikmati
segala keindahan yang dimilikinya. Dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari
baik masyarakat Solo maupun pendatang tidak terlepas dari peran transportasi.
Dengan tingkat mobilitas masyarakat yang cukup tinggi, permasalahan pada
sektor transportasi akhirnya menjadi salah satu agenda penting yang harus
diselesaikan, diantaranya adalah masalah parkir, angkutan umum, polusi dan
ketertiban lalulintas.
Permasalahan parkir tampaknya akan menjadi persoalan serius
perkotaan. Apalagi bagi kota yang mengalami pertumbuhan cukup pesat seperti
Kota Surakarta. Sudah akrab dalam kehidupan sehari-hari bahwa di beberapa
tempat, sebut saja Jalan Slamet Riyadi depan Solo Grand Mal (SGM), depan
Hotel Dana, depan SMP Bintang Laut dan lain-lain selalu tampak ramai baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hari biasa maupun saat hari libur atau hari di mana ada penyelenggaraan event.
Saking ramainya, sementara lahan parkir terbatas, banyak kendaraan yang
terpaksa parkir di badan jalan dan mengakibatkan kesemrawutan lalu lintas.
Masalah parkir bukan hanya menjadi tantangan yang harus diselesaikan secara
tepat agar kedepannya justru tidak menjadi beban.
Parkir merupakan tempat pemberhentian kendaraan untuk sementara
waktu. Pada umumnya tempat-tempat umum seperti pusat perdagangan,
perkantoran, bandara dan tempat hiburan akan menimbulkan suatu aktivitas
yang pada akhirnya akan menyebabkan bangkitan parkir pada tempat-tempat
tersebut. Kebutuhan akan ruang parkir merupakan hal yang penting dalam pusat
kegiatan tersebut, karena dapat menimbulkan masalah seperti antrian atau
kemacetan serta akan memberikan gangguan terhadap kelancaran arus lalulitas
jika ketersediaan kapasitas jalan dan areal parkir di tempat tersebut tidak mampu
menampung kendaraan yang akan parkir.
Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan, sudah menjadi ketentuan
Pemerintah yang harus ditaati pengguna. Banyak masalah yang dihadapi kota
Solo menyangkut berbagai masalah perparkiran. Mulai dari semrawutnya lokasi
parkir hingga besaran tarif parkir yang mengalami kenaikan mulai tahun 2012
ini. Kenaikan tarif parkir ini sebagai akibat direvisinya Perda No 9 Tahun 2011
tentang Retribusi Daerah, yang memberikan peluang bagi Pemkot untuk
menaikan tarif parkir. Selain itu, kenaikan tarif ini sebagai konsekuensi atas
dinaikkannya target Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2012 di bidang perparkiran
oleh Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Solo. Melihat kenyataan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memberatkan ini, tidak heran jika kemudian banyak masyarakat yang
mengeluarkan kritikan.
Tarif parkir sesuai zona parkir di kota Solo mulai diberlakukan tahun
2012. Pembaharuan tarif zona parkir di daerah Solo (Surakarta) yang mulai
diberlakukan tahun 2012 tersebut mencakup tempat parkir baik yang di tepi
jalan maupun tempat khusus yang disediakan untuk parkir. Sesuai dengan
Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011, pembagian zona parkir dibagi menjadi lima
zona, yaitu mulai dari yang tertinggi di zona A, B, C, D dan E. Namun zona
parkir yang diterapkan di Kota Solo hanya pada Zona C, D dan E. Tarif parkir
yang berlaku disesuaikan dengan masing- masing zona. Pemberlakuan zona
parkir yang mulai berlaku tahun 2012 mengacu pada Peraturan Daerah No 9
Tahun 2011. Pemberlakuan zona parkir tahun 2012 dimulai dari zona C, D dan
E berikut daftar dari zona-zona tersebut:
1. Zona C : Jl.Slamet Riyadi
2. Zona D : Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Kpt.Mulyadi, Jl. Kom Yos
Sudarso, Jl. Dr.Rajiman, Jl. Veteran, Jl. Gatot Subroto,
Muwardi, Jl. S. Parman, Jl. RE Martadinata, Jl. Brigjen
Sudiarto, Jl. Gajah Mada, Jl. Honggowongso, Jl. Suryo
Pranoto, Jl. Suto Wijoyo
3. Zona E : Semua ruas di tepi jalan umum selain yang tercantum
dalam zona C dan zona D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berikut ini adalah tabel tarif parkir sesuai zona yang telah dibagi di Kota
Surakarta yang mulai diberlakukan tahun 2012 :
Tabel 1.1Pembagian Zona Wilayah Parkir Kota Surakarta Tahun 2012 dimulai dari
Zona C, D, dan E
Zona Wilayah Jenis Kendaraan Tarif
C Jl. Slamet Riyadi SepedaAndong/Dokar/BecakSepeda MotorMobil pnp/Taxi/PickupBus/Truck SedangBus/Truck Besar
500,-500,-2000,-3000,-5000,-7000,-
D
Jl. Urip SumoharjoJl. Kpt.MulyadiJl. Kom Yos Sudarso Jl. Dr.RajimanJl. VeteranJl. Gatot SubrotoJl. Kpt. TendeanJl. Sutan Syahrir
Jl. Dr. MuwardiJl. S. ParmanJl. RE MartadinataJl. Brigjen SudiartoJl. Gajah MadaJl. HonggowongsoJl. Suryo PranotoJl. Suto Wijoyo
SepedaAndong/Dokar/BecakSepeda MotorMobil pnp/Taxi/PickupBus/Truck SedangBus/Truck Besar
500,-500,-1500,-2000,-3500,-5500,-
ESemua ruas di tepi jalan umum selain yang tercantum dalam zona C dan zona D
SepedaAndong/Dokar/BecakSepeda MotorMobil pnp/Taxi/PickupBus/Truck SedangBus/Truck Besar
500,-500,-1000,-1500,-3000,-4000,-
Sumber : http://wartasolo.com/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sesuai Perda No 9 tahun 2011, untuk kenaikan tarif sepeda motor yang
sebelumnya sebesar Rp 500 menjadi Rp 1.000. Sementara untuk mobil yang
seharusnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.500. Zona parkir yang diterapkan di Kota
Solo hanya Zona C, D dan E. Misalnya untuk zona C di Jalan Slamet Riyadi,
untuk mobil Rp 3000, motor Rp 2000 dengan tarif progresif Rp 1000 tiap
jamnya. Untuk zona D di kawasan Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Kpt.Mulyadi, Jl. Kom
Yos Sudarso, Jl. Dr.Rajiman, Jl. Veteran, Jl. Gatot Subroto, Jl. Kpt. Tendean, Jl.
Jl. Brigjen Sudiarto, Jl. Gajah Mada, Jl. Honggowongso, Jl. Suryo Pranoto, Jl.
Suto Wijoyo, untuk mobil Rp 2000, motor Rp 1.500. Sementara untuk zona E
yaitu di semua ruas di tepi jalan umum selain yang termasuk dalam zona C dan
zona D, untuk mobil Rp 1.500 dan untuk motor Rp 1000. Setiap wilayah yang
berbeda maka tarif juga akan berbeda. Sebelumnya, dengan sistem rayon,
besaran tarif parkir yang ditetapkan di setiap wilayah sama yakni Rp 500 untuk
sepeda motor dan Rp 1000 untuk mobil. Begitu pula dengan jenis kendaraan,
berbeda jenis kendaraan maka besar tarif parkir juga akan berbeda.
Meskipun sebenarnya telah menjadi rahasia umum bahwa tidak sedikit
juru parkir yang tidak mematuhi tarif yang telah ditetapkan dalam Perda
tersebut. Petugas parkir mengambil keuntungan dengan cara menaikkan tarif
parkir dua kali lipatnya dan lebih parahnya tanpa sepengetahuan UPTD
Pengelolaan Perparkiran. Tindakan tersebut dilakukan ternyata tidak sesuai
dengan aturan yang ada. Dengan mudah kita jumpai juru parkir (jukir) yang
menarik tarif sebesar Rp 2000 atau bahkan lebih untuk sepeda motor dan untuk
kendaraan roda empat bisa mencapai Rp 3.000 atau bahkan Rp 5.000 untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sekali parkir. Masalah lain justru timbul dari pelaku perparkiran. Tarif yang
sudah ditentukan oleh pemerintah tidak jarang dilanggar oleh para juru parkir.
Tarif yang dipatok para juru parkir sering tidak sesuai dengan tarif parkir yang
ditentukan oleh peraturan pemerintah yang telah ditentukan. Mereka lebih
cenderung menaikkan tarif dari tarif normal yang ditentukan.
Di Surakarta, permasalahan dalam pengelolaan retribusi perparkiran di
tepi jalan umum yang timbul di lapangan masih sering dijumpai. Ada beberapa
wilayah yang banyak dijumpai praktek seperti itu. Seperti di Jln. Kom Yos
Sudarso, menurut pembagian Zona wilayah parkir, Jln. Kom Yos Sudarso masuk
dalam wilayah Zona D. Sesuai Perda No 9 Tahun 2011 parkir dalam wilayah
zona D untuk jenis kendaraan sepeda motor adalah Rp 1500, namun masih ada
beberapa lokasi di jalan tersebut yang menarik tarif parkir mencapai Rp 2000.
Selain itu, jalan- jalan yang termasuk Zona E atau jalan yang bukan termasuk
wilayah Zona C dan D juga sering menaikkan tarif yang tidak sesuai dengan
Perda yang berlaku. Seperti di jalan Kartini yang seharusnya untuk jenis
kendaraan sepeda motor, tarif parkirnya sebesar Rp 1000 namun ada lokasi yang
menarik tarif hingga Rp 2000. Belum lagi masalah kartu parkir yang juga sering
terjadi di lapangan. Banyak juru parkir yang masih memakai kartu parkir lama,
banyak juga ditemui para juru parkir yang tidak menggunakan kartu parkir
dalam mengelola perparkiran.
Dari sini kita dapat melihat bahwa ternyata masih banyak hal yang perlu
dibereskan oleh DPRD dan Pemkot Solo terkait persoalan perparkiran. Ada
baiknya jika masyarakat diberikan kesempatan untuk memberikan kritikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
masukan terkait Perda itu sebelum nantinya dijabarkan dalam Peraturan
Walikota (Perwali). Jikapun memang harus ada kenaikan tarif parkir, tentu juga
harus memikirkan nasib masyarakat kecil yang memiliki penghasilan pas-pasan.
Selain itu, kenaikan tarif selayaknya pula dibarengi dengan peningkatan kualitas
layanan. Penegakan terhadap aturan itu juga harus terus dikawal. Jangan sampai
masyarakat dirugikan dengan kenaikan tarif diluar aturan dan batas kewajaran
seperti yang sudah lazim terjadi selama ini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan perumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi kebijakan tentang retribusi perparkiran di tepi jalan
umum di Kota Surakarta?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kebijakan tentang
retribusi perparkiran di tepi jalan umum di kota Surakarta?
3. Bagaimana upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam menangani masalah
terkait dengan perparkiran di Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan Operasional
a. Untuk mengetahui implementasi kebijakan tentang retribusi
perparkiran di tepi jalan umum di Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi
implementasi kebijakan tentang retribusi perparkiran di tepi jalan
umum di kota Surakarta
c. Untuk mengetahui upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam
menangani masalah terkait dengan perparkiran di Kota Surakarta
2. Tujuan Fungsional
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat kepada
Pemerintah Kota Surakarta dalam menangani masalah terkait dengan
masalah perparkiran.
3. Tujuan Individual
Penulis dapat menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh di
bangku perkuliahan dan menambah wawasan sehubungan dengan masalah
yang diteliti dan melengkapi syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini d iharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan manfaat praktis
dalam rangka memecahkan masalah tersebut.
Manfaat penelitian ini diantaranya adalah :
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi Dinas Perhubungan
Surakarta dan pihak yang terkait dengan masalah perparkiran.
b. Sebagai bentuk tambahan dalam penelitian dan penerapan teori
Administrasi Negara terhadap masalah publik, terutama masalah yang
berkaitan dengan perparkiran, sehingga penelitian selanjutnya dapat
melengkapi dan memperbaiki penelitian yang ada sebelumnya
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan saran
sebagai bahan pertimbangan kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam
menagani masalah yang terkait dengan perparkiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Implementasi
a. Pengertian Implementasi
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas,
merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan
undang- undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai
makna pelaksanaan undang- undang dimana berbagai aktor, organisasi,
prosedur dan teknik bekerja bersama- sama untuk menjalankan
kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan- tujuan kebijakan atau
program- program Lester dan Stewart (dalam Winarno 2007: 144).
Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
Sabatier (dalam Wahab, 2010 : 68-69) sebagai berikut :
“ Implementations is carrying out of basic policy, decision ussually in corporated a state but wich can also take the from or important executive orders or court decisions ideally, that decisions indetifies the problem to be addressed, stipulates the objectivies to be pursued and in variety of process. The process normally runs through anumber of stages beginning with passages of the basic statue, followed by the policy output (decisions) of the implementing agencies, the compliance of target groups with those decisions the actual impact of agencies decisions and finally, important revisions (or attern-ted revisions) in the basic statue” “(Implementasi adalah pelaksanaan kebijaksanaan dari suatu keputusan yang mendasar, biasanya berbentuk undng- undang (peraturan) yang dikeluarkan oleh suatu lembaga dapat juga berasal dari perintah seorang eksekutif yang penting atau keputusan pengadilan. Keputusan ini untuk tujuan yang hendak dicapai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berbagai cara penyusunan proses implementasi. Proses ini pada permulaan biasanya menghabiskan sejumlah pernyataan uraian dari undang- undang diikuti dengan pelaksanaan dari hasil kebijaksanaan (keputusan). Pemunuhan tujuan kelompok berdasarkan keputusan yang telah ditentukan. Hasil nyata antara yang diharapkan, pengaruh dari keputusan dan yang terakhir adalah perbaikan- perbaikan yang penting (atau usaha- usaha untuk memperbaiki) dari peraturan dasar tersebut ”).
Menurut kamus Webster (dalam Wahab, 2010: 64) implementasi
diartikan sebagai berikut :
“... to implement is to provide the means for carrying out and to give practical effect to...” ( “mengimplementasikan berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu sera menimbulkan dampak akibat tertentu” ).
Sedangkan implementasi menurut Van Meter dan Van Horn
(dalam Wahab, 2010: 65) adalah :
“those action by public or private individuals orgroups that directed at the achievment of objectives set forth in prior policy decisions” (“ tindakan yang dilakukan baik oleh individu- individu atau pejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan- tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”)
Menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (dalam
Wahab 2010 : 65), menjelaskan makna implementasi ini dengan
menjelaskan bahwa implementasi yaitu :
“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yaitu kejadian- kejadian dan kegiatan- kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup aik usaha- usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/ dampak nyata pada masyarakat atau kejadian- kejadian”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menurut Juha Kettunen dalam jurnal internasional
“Implementation of strategies in continuing education.”, mendefinisikan
implementasi sebagai berikut,
“Policy implementation encompasses those actions by public or private individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions”(KebijakanImplementasi mencakup tindakan-tindakan oleh individu publik atau swasta (atau kelompok) yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang
ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya).
Kemudian implementasi menurut Ripley dan Franklin (dalam
Winarno, 2007:145) adalah :
“Apa yang terjadi setelah undang- undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijkan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output) ”
Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang
mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan- tujuan program dan hasil-
hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi
mencakup tindakan- tindakan (tanpa tindakan) oleh berbagai aktor
khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program
berjalan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan bahwa
implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya atau tindakan nyata dari rencana yang telah
ditetapkan.
Selain definisi implementasi, hal yang perlu mendapat perhatian
adalah bilamana implementsi dinilai berhasil.. Terhadap keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
implementasi pun tidak ada kriteria yang berlaku mutlak dan umum, sebab
pada situasi dan kondisi tertentu ada kemungkinan tidak berlaku. Menurut
Nakamura (dalam Galuh, 2001: 9) merekomendasikan kriteria
keberhasilan implementasi program atau kebijakan yang dapat diukur dari
hasilnya, meliputi :
1. Pencapaian tujuan kebijakan atau hasil akhi
2. Efisiensi
3. Kepuasan kelompok sasaran
4. Daya tanggap klien
5. Sistem pemeliharaan
Dari berbagai pendapat diatas, dapat ditarik suatu pengertian
bahwa implementasi merupakan aksi atau tindakan untuk melaksanakan
suatu program yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk
direalisasikan. Implementasi program juga merupakan suatu tindakan
pelaksanaan dari kebijakan yang berbentuk program untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan menggunakan berbagai
sumber daya dalam suatu pola yang sudah tersruktur.
b. Model Pendekatan Implementasi Kebijakan
Menurut Leo Agustino (2008:140) bahwa dalam sejarah
perkembangan study implementasi kebijakan,dijelaskan tentang adanya
dua pendekatan guna memahami implementasi kebijakan. Pendekatan
dalam memahami implementasi kebijakan tersebut yaitu pendekatan top
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
down dan pendekatan bottom up. Masing- masing pendekatan mengajukan
model- model kerangka kerja dalam membentuk keterkaitan antara
kebijakan dan hasilnya.
Menurut Neal Ryan dalam jurnal “International Journal of Public
Sector Management” (Vol. 9 tahun 1996) :
“future implementation would be better served by developing analytical tools which assist practitioners to choose appropriate implementation models for different policy situations”(Pelaksanaan masa depan akan lebih baik dilayani dengan mengembangkan alat-alat analisis yang membantu praktisi untuk memilih model implementasi yang sesuai untuk situasi kebijakan yang berbeda)
Pendekatan top down dapat disebut sebagai pendeketan yang
mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan.
Walaupun dikemudian hari diantara pengikut pendekatan ini terdapat
perbedaan- perbedaan, sehingga menelurkan pendekatan bottom up,
namun pada dasarnya mereka bertitik tolak pada asumsi- asumsi yang
sama dalam mengembangkan kerangka analisis tentang studi
implementasi. Pendekatan top down pada intinya adalah sejauh mana
tindakan para pelaksana (administrator dan birokrat) sesuai dengan
prosedur serta tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan di
tingkat pusat (Agustino, 2006 : 140).
Dalam pendekatan top down, pendekatan ini mendominasi awal
perkembangan study implementasi kebijakan. Dalam pendekatan ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
implementasi kebijakan yang dilakukan tersentralisir dan dimulai dari
tingkat pusat dan keputusannya pun diambil dari tingkat pusat. Beberapa
model pendekatan implementasi kebijakan publik melalui pendekatan top
down ini adalah :
a) Implementasi kebijakan publik model Donald Van Metter dan Carl
Van Horn
Model pendekatan top down yang dirumuskan oleh Donald
Van Metter dan Carl Van Horn (dalam Agustino 2008 : 141)
disebut dengan A model of The Policy Implementation. Proses
implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi
suatu implentasi kebijakan yang ada pada dasarnya secara sengaja
dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik
yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel
Gambar 2.1
Model Implementasi Donald Van Meter dan Carl Van Horn
Kebijakan
Publik
Sumber : Leo Agustino, 2008 : 144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b) Implementasi Kebijakan Publik Model Daniel Mazmanian dan
Paul Sabatier
Model implementasi kebijakan publik yang dirumuskan
oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (dalam Agustino, 2008 :
144) ini disebut A Framework for Policy Implementation Analysis.
Kedua ahli kebijakan ini berpendapat bahwa peran penting
implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam
mengindetifikasikan variabel- variabel yang mempengaruhi
tercapainya tujuan- tujuan formal pada keseluruhan proses
implementasi.
Variable tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
1. Mudah atau tidaknya masalah tersebut dikendalikan.
a. Kesukaran-kesukaran teknis,
b. Keberagaman perilaku yang diatur,
c. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam
kelompok sasaran, dan
d. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang
dikehendaki.
2. Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara
tepat.
a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan
resmi yang akan dicapai,
b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Ketetapan alokasi sumber dana,
d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara
lembaga-lembaga atau instansi-instansi pelaksana,
e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan
pelaksana,
f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub
dalam undang-undang, dan
g. Akses formal pihak-pihak luar.
3. Variabel-variabel diluar Undang-undang yang mempengaruhi
implementasi.
a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi,
b. Dukungan publik,
c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok
masyarakat, dan
d. Kesepakatan dan kemempuan kepemimpinan para pejabat
pelaksana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2
Model implementasi kebijakan Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Sumber : Leo Agustino, 2008 : 149
c) Implementation Kebijakan Publik Model George C. Edward III
Model implementasi kebijakan ketiga yang berperspektif
top down dikembangkan oleh George C. Edward III. Edward
(dalam Agustino, 2008 : 149) menamakan model implementasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kebijakan publiknya ini adalah Direct and Indirect Impact on
Implementation. Dalam pendekatan ini ada empat variabel yang
sangat menentukan keberhasilan implentas sutu kebijakan, yaitu :
komunkasi, sumberday, disposisi, dan struktur birokrasi.
Gambar 2.3
Model Edwards III
Sumber : Leo Agustino, 2008 : 150
d) Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle
Model keempat yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle
(1980) ini dikenal dengan nama Implementation as A Political and
Administrative Process. Menurut Grindel (dalam Leo Agustino,
2008 : 154), ada 2 variabel yang mempengaruhi kebijakan publik.
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur
dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidaknya tujuan yang ingin diraih. Dimana pengukran keberhasilan
imlementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yaitu :
a. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah
pelaksaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan
(design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya
b. Apakah tujuan kebijakan tercapai
Dengan melihat pendapat dari para ahli tentang model-model
implementasi kebijakan seperti yang diuraikan diatas, terdapat beberapa
kesamaan dalam pendekatan implementasi. Hal ini terlihat karena ada
beberapa elemen yang sama walaupun dalam mendefinisikannya berbeda-
beda. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadopsi dari beberapa model
implementasi kebijakan atau tidak memusatkan pada salah satu model
tertentu, akan tetapi dengan mengambil beberapa faktor yang dianggap
relevan berpengaruh terhadap implementasi kebijakan Perda No 9 Tahun
2011 tentang retribusi perparkiran di Kota Surakarta.
Beberapa faktor yang dianggap relevan berpengaruh dalam
penelitian ini adalah :
a. Komunikasi
Komunikasi sangat penting dilakukan untuk memberikan
kejelasan mengenai ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dasar,
ketetapan komunikasi dengan para pelaksana atau keseragaman
ukuran dari tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber
informasi. Proses penyampaian tujuan dan ukuran yang jelas harus
dilakukan oleh Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Informatika dan jajaran petinggi lainnya, baik kepada UPTD
perparkiran, para juru parkir, dan kelompok sasaran yaitu para
pengguna parkir, serta instansi-instansi lain yang diajak
bekerjasama untuk mengimplementasikan Peraturan Daerah ini.
Proses ini harus dilakukan secara cermat dan akurat agar
tujuan dan sasaran kebijakan dipahami oleh para pelaksana, baik
dari jajaran pembuat keputusan hingga kelompok sasarannya.
Meskipun demikian, proses komunikasi di dalam sebuah organisasi
merupakan proses yang kompleks. Karena tidak jarang bahwa
proses komunikasi mengenai tujuan-tujuan dan ukuran-ukuran
dasar dari atas ke bawah atau sebaliknya ini seringkali
menyimpang, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Oleh
sebab itu dibutuhkan prosedur yang jelas agar para atasan bisa
mendorong para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan tersebut
secara konsisten.
b. Sumber Daya
Dengan mengidentifikasi bagaimana sumberdaya manusia
dan non-manusia dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk melaksanakan Perda No
9 Tahun 2011. Faktor sumberdaya ini perlu mendapat perhatian
tersendiri dalam menunjang keberhasilan implementasi kebijakan.
Sumber daya disini meliputi sumber daya manusia, finansial,
informasi, wewenang dan fasilitas. Seringkali sebuah kebijakan
mengalami kegagalan karena staf dan pejabat yang menjalankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kebijakan tersebut tidak memiliki kualitas dan keahlian yang sesuai
dengan masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu, sumber daya
manusia juga menjadi faktor penting dari keberhasilan
implementasi Perda No 9 Tahun 2011. Akan tetapi, faktor-faktor
lainnya seperti adanya dana, fasilitas, informasi dan data yang
akurat, otoritas dari tiap agen pelaksana, teknologi, sarana dan
prasarana pendukung juga memiliki pengaruh yang signifikan
dalam menunjang keberhasilan kebijakan ini.
Sehingga kemudian dapat kita identifikasi bagaimana
sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan kebijakan ini
diolah dan menjadi faktor pendukung bagi keberhasilannya.
Evalausi lebih lanjut akan ditujukan pada kualitas para jajaran
UPTD perparkiran dan para juru parkir serta pejabat yang
bertanggungjawab atas impelementasi Peraturan Daerah ini.
Ketersediaan sumber dana, teknologi, informasi, wewenang, sarana
dan prasarana yang menunjang pelaksanaan implementasi
Peraturan Daerah juga perlu dikaji dengan lebih mendalam. Selain
itu faktor input dari pengguna jasa parkir dirasa juga akan
memengaruhi keberhasilan dari pelaksanaan program kebijakan
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Dukungan publik (diadopsi dari Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
Sabatier)
Dukungan publik merupakan salah satu faktor diluar
kebijakan yang mempengaruhi faktor implementasi. Daniel A.
Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam AG. Subarsono (2010:98)
menyatakan bahwa suatu program yang memberikan peluang luas
bagi masyarakat untuk terlibat akan relatif mendapat dukungan
daripada program yang tidak melibatkan masyarakat. Masyarakat
akan merasa terasing atau teralienasi apabila hanya menjadi
penonton terhadap program yang ada di wilayahnya. Sedangkan
Grindle lebih cenderung mendiskripsikan dukungan publik dilihat
dari tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok
sasaran/masyarakat (AG. Subarsono, 2010:93). Sikap dan
tanggapan kelompok sasaran yang terbuka dan co-operatif terhadap
kebijakan akan mendukung keberhasilan implementasinya.
Dapat disimpulkan, dukungan publik adalah bentuk
partisipasi dan tanggapan masyarakat terhadap program yang
diimplementasikan. Indikator dukungan publik ini dapat dilihat
dari bagaimana sikap kelompok sasaran dalam menerima program.
d. Sikap Pelaksana
Pelaksana bukan harus tahu apa yang harus mereka
kerjakan tetapi harus memiliki kemampuan untuk menerapkan
kebijakan itu. Disposisi adalah sikap dan komitmen dari pelaksana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terhadap program atau kebijakan, khususnya para pelaksana yang
menjadi impelementator dari program yang dalam hal ini terutama
adalah aparatur birokrasi. Keberadaan aparat pelaksana memiliki
peranan yang besar dalam menentukkan keberhasilan suatu
kebijakan dalam pelaksanaannya. Keberadaan aparat pelaksana
dalam suatu organisasi pelaksana kebijakan, Wahab (2000)
mengatakan bahwa ada tiga kelompok yang mempengaruhi
keberhasilan suatu kebijakan, yaitu 1) Pemrakarsa kebijakan atau
the center, 2) Pelaksana di lapangan atau the periphery, dan 3)
Aktor perorangan di luar badan pemerintah atau kelompok sasaran.
e. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi adalah suatu standard operating prosedur
yang menata hubungan kerja anggota organisasi dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana sebelumnya.
Pembagian kerja termasuk didalamnya kejelasan kewenangan yang
dimiliki memberikan kepastian bagi anggota organisasi dalam
berprestasi dalam bekerja.
Struktur birokrasi memberikan sumbangan yang besar
dalam melaksanakan suatu kebijakan publik. Dukungan birokrasi
yang telah ditata secara baik akan memperlancar keberhasilan
pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
kebijakan akan dilakukan dalam suatu organisasi. Dalam organisasi
pemerintahan, keberadaan birokrasi yang sudah tertata dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
struktur yang baik memberikan sumbangan yang besar dalam
memperlancar pelaksana dilapangan dalam bekerja dengan
optimal.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan
bahwa Implementasi Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011 tentang
retribusi perparkiran ini dalam prosesnya dilaksanakan secara
sistematis sehingga pencapaian hasil dan tujuan akan mudah dicapai.
Kelima indikator tersebut akan menggambarkan bagaimana
pelaksanaan program dapat dijadikan ukuran keberhasilan program
kepada masyarakat kelompok sasaran program.
2. Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011
Tarif parkir di tepi jalan umum mulai tahun 2012 mengacu pada
Perda No 9 Tahun 2011 yang merupakan perubahan atas Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2004 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum. Dalam
pasal tersebut ditekankan bahwa perlindungan konsumen bertujuan
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi. Menjadi hak konsumen untuk mengetahui
wilayah mana saja yang termasuk zona tertentu parkir di tepi jalan umum
berikut tarif yang akan dikenakan. Seluruh konsumen dan bukan hanya
konsumen warga Kota Solo saja yang memiliki hak tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sesuai dengan Perda Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi
Daerah, untuk masalah pembagian wilayah parkir, kantong parkir di kota
Solo terbagi menjadi 3 zona. Sejak bulan Januari 2012, tarif parkir di Kota
Solo dibagi menjadi beberapa kategori seperti Zona C, Zona D, dan Zona
E dengan kategori tarif berbeda. Tarif parkir yang berlaku disesuaikan
dengan masing- masing zona.
Pemberlakuan zona parkir yang mulai berlaku tahun 2012 sesuai
dengan Perda No 9 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1. Zona C : Jl.Slamet Riyadi
2. Zona D : Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Kpt.Mulyadi, Jl. Kom Yos
Sudarso, Jl. Dr.Rajiman, Jl. Veteran, Jl. Gatot
Subroto, Jl. Kpt. Tendean, Jl. Sutan Syahrir, Jl. RM
Martadinata, Jl. Brigjen Sudiarto, Jl. Gajah Mada,
Jl. Honggowongso, Jl. Suryo Pranoto, Jl. Suto
Wijoyo
3. Zona E : Semua ruas di tepi jalan umum selain yang
tercantum dalam zona C dan zona D
Pemberlakuan Perda No 9 Tahun 2011 tersebut dimaksudkan untuk
memberikan pelayanan dalam pengelolaan perparkiran yang maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kepada konsumen atau pengguna jasa. Pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pasal 26 dalam Perda No 9 Tahun 2011, meliputi :
a. Pengaturan
b. Penataan/penempatan
c. Penertiban
d. Kemudahan informasi
Dalam Perda Retribusi Daerah Nomor 9 tahun 2011 terdapat dua
ketentuan, penarikan retribusi parkir tidak semata-mata menggali PAD
(Pendapatan Asli Daerah) namun lebih pada manajemen pengendalian lalu
lintas dan pengaturan parkir. Dengan kenaikan tarif tersebut diharapkan
dapat menekan penggunaan transportasi pribadi dan mendorong
peningkatan penggunaan transportasi publik. Selain itu juga untuk
mendorong agar kendaraan pribadi tidak memarkir kendaraannya di tepi
jalan raya atau agar kendaraan parkir off street.
Ada beberapa tujuan dari adanya pemberlakuan Perda No 9 Tahun
2011 ini antara lain :
1. Upaya mewujudkan pengendalian lalu lintas agar tidak terjadi
kemacetan
2. Menciptakan ketertiban dalam perparkiran
3. Meningkatkan kualitas layanan perparkiran
4. Menciptakan pelayanan perparkiran yang mudah, aman,
nyaman, cepat dan selamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Memberikan pemahaman parkir berdasarkan zona dan
progresif guna mendukung program “Move People Not Car”
3. Retribusi
a. Pengertian Retribusi secara umum
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh negara
sehubungan dengan penggunaan jasa- jasa yang disediakan oleh negara
(Suandy, 2000 : 3)
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan retribusi adalah “Pengembalian, penggantian kerugian,
pemungutan uang oleh pemerintah sebagi balas jasa”. Jadi
kesimpulannya, retribusi adalah dibayar karena mendapat
kontraprestasi langsung dari pemerintah dan juga suatu pungutan yang
dilakukan oleh pemerintah yang dalam pemungutannya mendapat
kontraprestasi secara langsung.
Ciri- ciri retribusi pada umumnya sebagai berikut :
1. Retribusi dipungut oleh negara
2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis
3. Adanya kontra prestasi langsung yang dapat ditunjuk
4. Retribusi dapat dikenakan pada setiap orang atau badan
yang menggunakan jasa- jasa yang disiapkan oleh negara.
Pada dasarnya pengertian-pengertian tentang retribusi
adalah sama, dimana dalam pengertian retribusi mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
maksud adanya suatu hubungan pembayaran yang dilakukan
dengan suatu prestasi yang dapat langsung ditunjuk. Dalam
pengertian retribusi diperlikan jasa yang nyata, tidak peduli jasa itu
datangnya dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Adapun sifat-sifat retribusi yaitu :
a) Retribusi merupakan syarat untuk mendapatkan jasa dari
pemerintah atas permintaan si pembayar.
b) Atas pembayaran retribusi tersebut maka peerintah
berkewajiban memberikan jasa yang diminta.
Dari berbagai pendapat mengenai retribusi, Josef Riwu
Kaho mengemukakan ciri-ciri mendasar sari retribusi antara lain :
a) Retribusi dipungut oleh negara
b) Dalam pemungutan ada pemaksaan secara ekonomis
c) Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat
ditunjuk
Dengan demikian secara umum retribusi dapat diartikan
sebagai setiap pembayaran yang dilakukan dalam hubungan
dengan jasa yang diberikan oleh pemerintah.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan sebagai pembayaran atas
jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Erly Suandi (2000:
144)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas pemakaian jasa atau karena jasa pekerjaan usaha
atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang
diberikan oleh daerahb (Josef Riwu, 1997 : 152)
Menurut pasal 1 angka 26 Undang- undang Nomor 34
Tahun 2000 yang dimaksud dengan retribusi daerah adalah
“pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan”.
Sedangkan pengertian retribusi menurut Rohmat Sumitro
(dalam Sutedi 2008 : 74) yaitu :
“Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa- jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung atau tidak langsung”.
c. Jenis dan Obyek Retribusi Daerah
Menurut Undang- undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18
yang mengatur tentang jenis dan obyek retribusi daerah, yaitu :
1. Retribusi jasa umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang
disediakan atau diberikan oleh pemerintah daeerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan. Pelayanan yang termasuk jasa umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
antara lain pelayanan kesehatan, pelayanan sampah, pelayanan
parkir di tepi jalan umum dan pelayanan pasar.
2. Retribusi jasa usaha
Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang
disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip
komersial karena pada dasarnya dapat disediakan oleh sektor
swasta. Jasa ini antara lain retribusi terminal, retribusi pemakaian
kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan atau pertokoan,
retribusi tempat parkir
3. Retribusi perijinan tertentu
Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian, pengawasn kegiatan, pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana dan
prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Perijinan tertentu
antara lain retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), ijin tempat
penjualan minuman beralkohol, ijin gangguan, ijin trayek.
4. Tinjauan umum tentang parkir
a. Pengertian Parkir
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Srakarta Nomor 8 Tahun 2001
tentang retribusi tempat parkir, yang dimaksud dengan parkir yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
“Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang ditempatkan di tempat khusus parkir yang bersifat sementara”
Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya, namun
parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas parkir d ibangun
bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi
kendaraan pemakai gedung. Termasuk dalam pengertian parkir adalah
setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang
dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-
mata untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang
dan/atau barang. Ada tiga jenis utama parkir, yang berdasarkan
mengaturan posisi kendaraan, yaitu parkir paralel, parkir tegak lurus,
dan parkir serong.
Pengendalian parkir dilakukan untuk mendorong penggunaan
sumber daya parkir secara lebih efisien serta digunakan juga sebagai alat
untuk membatasi arus kendaraan ke suatu kawasan yang perlu dibatasi
lalu lintasnya. Pengendalian parkir merupakan alat manajemen
kebutuhan lalu lintas yang biasa digunakan untuk mengendalikan
kendaraan yang akan menuju suatu kawasan ataupun perkantoran
tertentu sehingga dapat diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja lalu
lintas di kawasan tersebut. Pengendalian parkir harus diatur dalam
Peraturan Daerah tentang parkir agar mempunyai kekuatan hukum dan
diwujudkan rambu larangan, rambu petunjuk dan informasi. Untuk
meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diterapkan dalam pengendalian parkir perlu diambil langkah yang tegas
dalam menindak para pelanggar kebijakan parkir.
b. Pengelolaan Parkir
Pengelolaan adalah kegiatan kerjasama manusia untuk
memanfaatkan unsur- unsur sumber daya yang ada yang meliputi
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk pengelo laan yang
dmaksud dalam hal ini meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta pengawasan. Pelaksanaan pengawasan yang
disertai dengan penegakan hukum yang tegas merupakan langkah yang
penting dalam pengendalian parkir untuk mempertahankan kinerja lalu
lintas
UPTD Perparkiran Kota Surakarta dalam mengelola
perparkiran Kota Surakarta berpedoman pada Peraturan Daerah
(Perda) Kota Surakarta yang ditetapkan oleh Walikota Surakarta.
UPTD Perparkiran bertanggung jawab langsung kepada Walikota
Surakarta. Dalam hal ini, Walikota mempunyai wewenang dan
bertanggung jawab mengatur pengelolaan tempat parkir di wilayah
kota Surakarta. Untuk pelaksanaan urusan teknis pengelolaan parkir
diserahkan kepada lembaga/ badan yang dibentuk oleh Walikota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. KERANGKA BERPIKIR
Salah satu usaha dari pemerintah untuk menertibkan masalah
perparkiran di kota Surakarta ini adalah dengan membuat Peraturan
Daerah No 9 Tahun 2011 tentang retribusi perparkiran di Kota Surakarta.
Kebijakan tersebut dilaksanakan atau diimplementasikan melalui beberapa
tahapan implementasi yaitu tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan dan tahap
pengendalian. Tahapan- tahapan tersebut dapat terlaksana apabila ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terlaksanannya tahapan-
tahapan dalam implementasi Peraturan Daerah tersebut.
Indikator yang mempengaruhi implementasi perda tersebut yaitu
yang pertama adalah komunikasi. Komunikasi dianggap sangat
berpengaruh terhadap tahapan- tahapan dalam pelaksanaan Peraturan
Daerah. Kaitannya dalam tahapan- tahapan tersebut adalah, dalam setiap
tahapan implementasi, baik tahapan sosialisasi, pelaksanaan dan
pengendalian, peran komunikasi sangat penting. Proses penyampaian
tujuan dan ukuran yang jelas harus dilakukan oleh Kepala Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika dan jajaran petinggi lainnya,
baik kepada UPTD perparkiran, para juru parkir, dan kelompok sasaran
yaitu para pengguna parkir, serta instansi-instansi lain yang diajak
bekerjasama untuk mengimplementasikan Peraturan Daerah ini. Untuk itu
dengan adanya komunikasi yang baik, maka pelaksanaan Peraturan
Daerah tersebut dapat berjalan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Indikator yang kedua adalah sumber daya, adanya sumber daya
manusia yang berkualitas akan mempengaruhi kelancaran tahapan-
tahapan dalam implementasi peraturan daerah tersebut. Sumber daya non
manusia seperti dana, fasilitas dan lain sebagainya juga memiliki pengaruh
dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan ini. Dengan adanya
pemanfaatan sumber daya manusia dan non manusia secara optimal, maka
akan menjadi faktor pendukung yang mempengaruhi setiap tahap- tahapan
dalam implementasi.
Indikator yang ketiga yang dianggap paling berpengaruh dalam
implementasi Peraturan Daerah ini adalah adanya dukungan publik.
Keterlibatan masyarakat dalam kebijakan akan memberikan dukungan atas
dilaksanakannya kebijakan tersebut. Apabila masyarakat/ publik
mendukung, maka pelaksanaan kebijakan akan berjalan lancar, masyarakat
juga akan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan kebijakan. Indikator yang
keempat yaitu sikap pelaksana, sikap pelaksana juga menjadi faktor yang
mempengaruhi implementasi kebijakan. Dispositions dimaksudkan
sebagai kecenderungan, keinginan atau kesepakatan para pelaksana
(implementor) untuk melaksanakan kebijakan. Pelaksana kebijakan di sini
adalah UPTD Perparkiran serta para juru parkir dituntut kemampuan dan
kemauannya secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan kebijakan.
Semua itu dapat terwujud jika pelaksana mendukung tujuan kebijakan.
Sebaliknya sikap pelaksana yang cenderung menolak kebijakan, akan
menyebabkan mereka gagal melaksanakan kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kemudian indikator yang terakhir adalah struktur birokrasi,
meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu
kebijakan tersedia secara memadai, dan para pelaksana (implementor)
mengetahui dan memahami apa yang menjadi standart dan tujuan
kebijakan serta memiliki kemampuan mengimplementasikannya secara
sungguh-sungguh, bisa jadi implementasi masih belum bisa efektif
disebabkan ketidakefisienan struktur birokrasi. Oleh sebab itu struktur
organisasi yang baik dalam proses implementasi Peraturan Daerah Nomor
9 Tahun 2012 sangat diperlukan untuk terwujudnya pelaksanaan kebijakan
yang baik.
Kelima indikator tersebut adalah yang dianggap paling
berpengaruh terhadap proses pelaksanaan implementasi peraturan daerah.
Dalam tahapan- tahapan implementasi peraturan daerah tersebut, tanpa
adanya indikator- indikator itu maka pelaksanaan perda tidak akan berjalan
dengan lancar.
Setelah adanya tahapan- tahapan dalam implementasi peraturan
daerah dengan berbagai indikator yang mempengaruhi, maka
implementasi perda tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yaitu untuk mewujudkan kota Surakarta dengan kawasan
perparkiran yang tertib dan tertata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Perparkiran
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi :
1. Komunikasi2. Sumber daya3. Dukungan Publik4. Sikap Pelaksana5. Struktur Birokrasi
Terwujudnya kawasan perparkiran
yang tertib dan tertata di kota
Surakarta
Implementasi Peraturan daerah
meliputi tahapan-tahapan :
1. Tahap Sosialisasi
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam penelitian
dasar menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif ini studi kasusnya mengarah pada pendiskripsian secara
rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang
sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (H.B.
Sutopo, 2002 : 111)
Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode diskriptif
kualitatif dimaksudkan untuk menyusun gambaran mengenai obyek
yang diteliti dengan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data-
data di lokasi penelitian, data diolah dan kemudian dianalisa dan
interprestasi dari data yang telah disajikan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Perparkiran DLLAJ kota Surakarta. Alasan pemilihan
lokasi tersebut dikarenakan UPTD Perparkiran DLLAJ Kota
Surakarta merupakan pihak yang berwenang secara teknis mengurusi
tentang pengelolaan parkir di Kota Surakarta.
Selain itu penelitian ini juga mengambil lokasi di beberapa
tempat yang dianggap dapat mewakili permasalahan pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum di kota Surakarta,
yaitu : Jalan sekitar pasar Klewer hingga Matahari Departemen Store,
kawasan jalan Yos Sudarso dan sebagian kawasan jalan Slamet
Riyadi. Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut antara lain bahwa
ruas- ruas jalan tersebut adalah ruas jalan tersibuk di kota Surakarta
dan merupakan pusat kegiatan ekonomi kota Surakarta. Dimana di
sepanjang ruas jalan tersebut digunakan sebagai area parkir, selain itu
adanya berita- berita di surat kabar yang berisi mengenai
permasalahan perparkiran itulah yang menjadi alasan peneliti
mengambil lokasi tersebut untuk penelitian.
3. Jenis dan Sumber Data
Data adalah suatu fakta atau keterangan dari obyek yang
diteliti. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah yang
relevan dan menunjang pengelolaan parkir di Kota Surakarta. Data
yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
menjadi 2 jenis, yaitu :
1) Data Primer
Data primer adalah data langsung dan segera
diperoleh dari lapangan untuk tujuan penelitian yang
dilakukan dan mendapat hasil sebenarnya pada objek yang
diteliti. Dalam hal ini, penelitian ini mendapatkan data yang
diperoleh dari pegawai UPTD Perparkiran DLLAJ Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Surakarta, beberapa petugas/ juru parkir dan beberapa
pengguna jasa parkir di lokasi penelitian.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh
secara tidak langsung. Dalam penelitian ini peneliti
memperoleh data melalui bahan kepustakaan, peraturan
perundang- undangan, surat kabar dan keterangan lain yang
terkait dengan penelitian ini yang digunakan sebagai
pelengkap dan pendukung data primer.
4. Tehnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematik gejala- gejala yang diselidiki (Narbuko dan
Achmadi, 2003 : 70) . Observasi dapat dilakukan dengan
pengamatan baik langsung maupun tidak langsung di lokasi
penelitian untuk kemudian dicatat secara sistematis dari hasil
penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
informasi atau keterangan- keterangan (Narbuko dan
Achmadi, 2003 : 83). Dalam penelitian ini pewawancara
adalah penulis, nara sumber/ yang diwawancarai adalah
pegawai UPTD perparkiran DLLAJ, petugas/ juru parki dan
pengguna jasa parkir.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengambil dokumen dan
literature sebagai pelengkap informasi bagi peneliti. Dalam
penelitian ini peneliti mengumpulkan data dari membaca
buku literature, hasil penelitian terdahulu serta membaca
dokumen dan mengumpulkan beberapa berita surat kabar
yang berhubungan dengan objek penelitian.
5. Valid itas Data
Valid itas data menunjukkan sejauh mana kualitas data
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Validitas data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data, yaitu
penelitian menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan
data yang sama (H.B. Sutopo, 2002 : 78). Dalam hal ini untuk
mendapatkan suatu data, tidak hanya diambil dari satu sumber
melainkan dari beberapa sumber yang memang memahami
permasalahan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat
ditafsirkan. Penyusunan data berarti penggolongan data ke dalam
pola, tema, kategori, tafsiran, tau interprestasi. Artinya memberikan
makna pada hasil analisis, menjelaskan pola atau kategori.
Dalam penelitian ini, data yang terkumpul sebelum
dideskripsikan, terleb ih dahulu hars dianalisa. Ada tiga komponen
utama analisa data, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan (H.B. Sutopo, 2002 : 95). Ketiga komponen analisis data
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis data
yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang
hal yang tidak penting dan mengabstrakkan data kasar yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan sehinggan kesimpulan
penelitian dapat dilakukan.
b. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,
diskripsi dalam bentuk narasi, kalimat, gambar maupun grafik
yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah diphami
dan ditarik suatu kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Penarikan Kesimpulan
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus
memahami arti dari berbagai data yang diperoleh. Kesimpulan
akhir baru akan diperoleh setelah proses pengumpulan data
berakhir.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model
analisis interaktif, dimana dalam model ini ketiga komponen
analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan
berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data sebagai
satu siklus yang berlangsung sampai akhir penelitian. Untuk lebih
jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Model Analisa Data Interaktif
Sumber : H.B. Sutopo, 2002: 96
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
DISKRIPSI LOKASI DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi
1. Sejarah Berdirinya UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Pada awalnya kegiatan penjagaan parkir hanya dilakukan oleh
orang- orang yang berada di sekitar lokasi keramaian seperti pinggir-
pinggir jalan dengan imbalan berupa sejumlah uang dari pemilik
kendaraan. Adapun sarana yang digunakan oleh orang- orang tersebut
berupa potongan kardus yang digunakan sebagai pelindung jok dan
sekaligus sebagai tanda karcis parkir. Seiiring dengan perkembangan
zaman dan tuntutan keadaan maka diperlukan penataan kota yang
didalamnya juga pengelolaan parkir.
Pada tahun 1976 Walikota Surakarta dengan YASKARTA
(Yayasan Surakarta) berinisiatif untuk mengkoordinir tukang parkir
yang ada di Surakarta. Maka dari itu dibentuklah suatu lembaga yang
bernama Penertib Hasil (Petas) yang berkantor di Jl. Veteran (Eks.
Terminal Surakarta) Gemblegan. Sejak saat itu pengelolaan parkir di
Kota Surakarta menjadi lebih terorganisir, dimana retribusi parkir
dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi daerah.
Untuk lebih mengakomodasi kepentingan masyarakat dalam
hal perparkiran, Walikota Surakarta mempertegas lembaga
pengelolaan parkir di Kota Surakarta yaitu dengan menetapkan dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hukum pembentukan lembaga pengelolaan parkir. Hal ini dibuktikan
dengan dikeluarkannya Keputusan Walikota Surakarta Nomor
1888.3/102/1/1980 tentang pembentukan Unit Pelaksana Daerah
(UPD) Perparkiran. Dengan demikian, Penertib Hasil (Petas) berubah
nama menjadi Unit Pelaksana Daerah (UPD) Perparkiran yang juga
berpindah kantornya ke Gilingan. Unit Pelaksana Daerah (UPD)
Perparkiran ini dibentuk oleh Walikota untuk menangani masalah
pengelolaan parkir di Kota Surakarta yang meliputi :
a. Pengaturan masuk dan keluarnya kendaraan di tempat parkir
b. Penyerahan karcis dan penerimaan pembayaran retribusi parkir
yang dikelola oleh para pengusaha parkir sebagai
kontraprestasi kepada Pemerintah Kota Surakarta
c. Penjagaan ketertiban dan keamanan kendaraan yang diparkir
d. Pengaturan pengusahaan dan perijinan pangkalan parkir umum
e. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh kepala daerah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Secara hierarkis Unit Pelaksana Daerah (UPD) Perparkiran
berada langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Dalam
hal ini, Unit Pelaksana Daerah (UPD) Perparkiran dipimpin oleh
seorang kepala unit yang merupakan penunjukan dari walikota
dengan masa jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali
oleh Walikota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada tahun 1984 kantor Unit Pelaksana Daerah (UPD)
Perparkiran berpindah ke kawasan ledoksari (pasar). Kemudian
pada tahun 1987 pindah lagi ke Jalan Surya Pranoto No 2 Surakarta
yang berada di bawah Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kota
Surakarta yang mengurusi pendapatan dari sektor retribusi parkir.
Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah maka
dipandang perlu untuk diadakan perubahan struktur organisasi
Pemerintah Daerah. Oleh karena itu Pemerintah Kota Surakarta
mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daeah Kota
Surakarta. Dalam Perda in i keberadaan Unit Pelaksana Daerah
(UPD) Perparkiran dilikuidasi, kemudian pengelolaan parkir
diserahkan kepada Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ)
dan Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Perparkiran sebagai
pelaksananya.
Dengan demikian secara resmi pada tahun 2002 Unit
Pelaksana Daerah (UPD) Perparkiran berganti nama menjadi Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran DLLAJ Kota
Surakarta yang berkantor di Jalan Surya Pranoto No 2 Surakarta
dan berada dibawah Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(DLLAJ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Gambaran Umum Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran Kota Surakarta
A. Visi dan Misi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, UPTD
Perparkiran kota Surakarta memiliki visi dan misi. Adapun visi dan
misi dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran adalah
sebagai berikut :
a) Visi dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran adalah
mewujudkan Kota Surakarta yang rapi dan aman dalam penataan
parkir dan sekaligus menjadikan Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Perparkiran sebagai salah satu primadona dalam
mendukung keberhasilan Pendapatan Asli Daerah.
b) Misi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran adalah:
1) Menata dan memelihara lahan parkir agar tetap bersih, rapi dan
aman.
2) Meminta kepada p ihak terkait agar dalam mendirikan
bangunan yang menjadi tempat berkumpulnya manusia dalam
menyediakan lahan parkir.
3) Menjadikan para penata lahan parkir beretiket dana dapat
dipercaya agar masyarakat sadar parkir dan biayanya.
4) Melaksanakan pemungutan retribusi secara teratur unyuk
mendapatkan pendapatan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5) Menjadikan misi tersebut sebagai penunjang dalam kinerja
melaksanakan tugas dan fungsinya.
B. Kedudukan dan Tugas serta Dasar Hukum Unit Pelakssana
Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran
Kedudukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran adalah dibawah naungan Dinas Perhubungan Kota
Surakarta, jadi semua fungsi dan wewenang dari Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran adalah diatur oleh Dinas
Perhubungan Kota Surakarta, sehingga semua kinerja dan
tanggung jawabnya langsung kepada Kepala Dinas Perhubungan
Kota Surakarta. Tugas dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran adalah untuk membantu tugas dinas dalam pengelolaan
perparkiran sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Dalam menjalankan
tugasnya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran
berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta No 43 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknik pada
Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
Dalam menjalankan tugasnya Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Perparkiran memiliki dasar hukum yang jelas. Adapun
dasar hukum yang dimiliki oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Perparkiran dalam menjalankan tugasnya yaitu Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 43 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Perhubungan Kota
Surakarta. Selain itu dasar hukum yang digunakan oleh Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta untuk
pelaksanaan penyelenggaraan perparkiran yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta No 6 Tahun
2004 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 7 tentang Penyelenggaraan Tempat
Khusus Parkir, sera Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6
Tahun 2005 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota
Srakarta.
C. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota
Surakarta merupakan unit pelaksana dari Dinas Perhubungan Kota
Surakarta. Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 43
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis pada Dinas Perhubungan Kota Surakarta, maka dibentuklah
struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran Kota Surakarta menurut jabatan dan tugasnya, adalah
sebagai berikut :
a. Kepala UPTD Perparkiran
Kepala UPTD Perprkiran secara hierarkis berada di bawah
Dinas Perhubungan, namun untuk jabatan Kepala UPTD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Perprkiran ditentukan oleh Walikota. Kepala UPTD
Perparkiran mempunyai tugas sebagai berikkut :
1) Melakukan sebagian kegiatan teknis operasional dan/
atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang
pengelolaan perparkiran.
2) Menyusun rencana teknis operasional bidang
pengelolaan perparkiran.
3) Melaksanakan kebijakan teknis operasional bidang
pengelolaan parkir.
4) Pengelolaan ketatausahaan.
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha adalah unsur pembantu
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran
Kota Surakarta yang bertanggung jawab di bidang
administrasi dan tata usaha UPTD Perparkiran terdiri dari :
1) Bendahara Umum
Bendahara umum bertugas menerima uang setoran
parkir baik dari pengusaha atau kontraktor parkir
maupun dari penunjukan Walikota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Bendahara Rutin
Bidang ini mempunya tugas untuk mengurusi keuangan
UPTD Perparkiran dalam anggaran belanja rumah
tangga.
3) Personalia/ Kepegawaian
Mempunyai tugas untuk mengurusi bidang
kepegawaian di lingkungan UPTD Perparkiran.
4) Pembantu Umum
Mempunyai tugas melaksanakan urusan surat
menyurat, kearsipan, pengadaan dan administrasi
perizinan.
c. Koordinasi Perencaaan, Pengawasan, dan Pengendalian
(Penwasdal)
Sebagai salah satu seksi di bawah Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta, Seksi
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengendalian dalam bidang
pengelolaan parkir. Adapun tugas yang dimaksud adalah :
1) Merencanakan kegiatan guna kemajuan dan
meningkatnya organisasi perparkiran.
2) Mengendalikan kegiatan khususnya yang berhubungan
denga pengelolaan parkir.
3) Mengawasi kegiatan penarikan retribusi parkir bagi
pengelola maupun petugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Mendata dan menganalisa hasil dan kegiatan survey
guna peningkatan potensi parkir.
5) Melaksanakan kegiatan rutin Operasional Ketertiban
Lalu Lintas.
Seksi Perencanaan, Pengawasan, dan Pengendalian
(Penwasdal) diketuai oleh seorang koordinator Penwasdal
yang mempunyai tugas memberikan laporan secara tertulis
atau lisan kepada Kepala UPTD Perparkiran jika terjadi
kejanggalan- kejanggalan di lapangan.
d. Koordinator Potensi Parkir, Perizinan dan Pemungutan
Koordinator Potensi Parkir, Perizinan, dan
Pemungutan mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Melayani pemohon izin pengelola parkir.
2) Memberi informasi kepada masyarakat yang
memerlukan informasi tentang perparkiran.
3) Meningkatkan potensi lahan parkir dengan memberi
izin kepada masyarakat atau pemohon.
4) Mencatat dan mendata potensi parkir yang ada di Kota
Surakarta.
5) Mencatat dan mendata juru parkir dan pengelola sesuai
wilayah masing- masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Koordinator Perencanaan
Adapun untuk koordinator Perencanaan mempunyai tugas
sebagai berikut :
1) Mengkaji permasalahan parkir yang ada sarana dan
prasarana.
2) Membuat perencanaan jangka pendek, menengah, dan
panjang internal Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Perparkiran Kota Surakarta.
3) Mengevaluasi penyelenggaraan parkir.
Untuk mengetahui lebih jelas struktur organisasi
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota
Surakarta, berikut adalah bagan Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1
Struktur Organisasi UPTD Perparkiran
Kota Surakarta
Sumber data : UPTD Perparkiran Kota Surakarta
D. Kepegawaian Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota
Surakarta merupakan unit pelaksana dari Dinas Perhubungan Kota
Surakarta dalam pengelolaan dan penataan perparkiran yang dipimpin
oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran
Kota Surakarta, dimana dalam menjalankan tugasnya didukung oleh
Kepala UPTD Perparkiran
Pembantu Bendahara Penerimaan
Urusan Umum dan
Kepegawaian
Koordinator Peswandal
Koordinator Perencanaan
Pembantu Bendahara
Pengeluaran
Kepala
Subbagian TU UPTD
Perparkiran
Bendahara Barang
Koordinator Potensi Parkir, Perizinan, dan
Pungutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17 Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan untuk membantu
memperlancar dalam melaksanakan pengelolaan perparkiran di Kota
Surakarta terdapat 13 staff honorarium. Adapun kondisi pegawai di
lingkungan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota
Surakarta dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.1
Pegawai Menurut Kepangkatan
UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Golongan Pangkat Jumlah
A b c dIV - - - - -
III 2 5 2 1 10
II 3 1 1 - 5
I - - 1 1 2
Sumber Data : UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Keterangan :
III/d : Penata Tingkat I II/b : Pengatur Muda Tingkat I
III/c : Penata II/a : Pengatur Muda
III/b : Penata Muda Tingkat I I/b : Juru Tingkat
III/a : Penata Muda I/a : Juru
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa golongan jabatan
terbanyak untuk pegawai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Perparkiran Kota Surakarta adalah golongan III/b sebanyak 5 orang.
Sedangkan golongan II sebanyak 5 orang dan yang bergolongan 1 ada 3
orang. Di lain pihak, untuk melihat tingkat pendidikan formal para
pegawai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota
Surakarta dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Klasifikasi Pegawai Negeri Sipil
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Tahun 2011
No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai Prosentase (%)
1 Tamat Perguruan Tinggi 7 41,18
2 Tamat SLTA 6 35,29
3 Tamat SLTP 3 17,64
4 Tamat SD 1 5,88
Jumlah 17 100
Sumber Data : UPTD Perprkiran Kota Surakarta
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan formal
terbanyak dari pegawai UPTD Perparkiran Kota Surakarta adalah tamat
Perguruan Tinggi sebanyak 41,18%, sedangkan tingkat pendidikan formal
sedikit pada tamat SD sebanyak 5,88%. Sedangkan untuk memperjelas
jabatan dan tugas yang sedang dijalanka oleh Pegawai UPTD Perparkiran
Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3
Daftar Nama Pegawai
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta
Dalam Jabatan Tugas Tahun 2011
No Nama Pegawai Gol Jabatan Tugas1 Drs. Anindita Prayoga III/d Kepala UPTD Perparkiran2 Henry SN, Amd LLAJ, S.E.,
MMIII/b Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Perparkiran
3 Cahyo Darmojo III/b Koordinator Sub Unit Pendaftaran Perijinan4 Adolfina Parinding, S.E. III/c Urusan Umum dan Kepegawaian5 Purwanto, S.P.,MM III/b Koordinator Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan
Penagihan6 Rosyid Badri II/c Anggota Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan Penagihan7 Yoyok Sulistyo Budi II/a Anggota Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan Penagihan8 Suratmo II/a Anggota Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan Penagihan9 Nunuk Irianti II/a Pembantu Bendahara Penerimaan
10 Burhanudin I/d Anggota Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan Penagihan11 Mudo Prayitno, S.Si.T III/a Koordinator Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam
dan Karcis12 Rasbudiyanto I/c Pembantu Bendahara Barang13 Samidiyanto, S.E. III/c Koordinator Sub Pengawasan dan Pengaduan14 Sukasno III/b Anggota Koordinator Sub Pengawasan dan Pengaduan15 Chrisantus Wibowo, S.H. III/b Anggota Koordinator Sub Pengawasan dan Pengaduan16 Antonius Nugroho III/a Anggota Koordinator Sub Pengawasan dan Pengaduan17 Kirwandi II/b Anggota Koordinator Sub Pengawasan dan Pengaduan18 Murtiyati Anggota Sub Unit Pendaftaran Perijinan19 Sutimin Anggota Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan Penagihan20 Slamet Pitoyo Anggota Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan Penagihan21 SJ. Marwoko Anggota Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan Penagihan22 Gunardi Anggota Sub Unit Verivikasi, Penetapan dan Penagihan23 Suwarno Pembantu Bendahara Pengeluaran24 Mardi Widodo, S.E. Anggota Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam dan
Karcis25 Inung Setyawan Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam dan Karcis26 Pambudi Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam dan Karcis27 Supratono Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam dan Karcis28 F. Robby Morison Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam dan Karcis
Sumber Data : UPTD Perparkiran Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN
UPTD Perparkiran Kota Surakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas Perparkiran bertugas mengelola perparkiran di Kota Surakarta.
Implementasi Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011 di Kota Surakarta ini
mengacu pada tiga tahapan yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan
pengendalian/pengawasan. Dalam pembahasan tersebut, indikator yang
digunakan peneliti adalah komunikasi, sumber daya dan dukungan publik.
1. Implementasi Perda No 9 Tahun 2011 di Kota Surakarta
Konsep dasar pelaksanaan kebijakan mengenai retribusi
perparkiran mengacu pada Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011 Kota
Surakarta tentang retribusi daerah khususnya untuk retribusi parkir di tepi
jalan umum.
Adapun proses imlementasinya adalah sebagai berikut :
a. Tahap Sosialisasi
Dalam proses Implementasi terhadap Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2011, UPTD Perparkiran Kota Surakarta
melakukan upaya sosialisasi sebagai wujud upaya menertibkan
masalah perparkiran terkait dengan retribusi parkir kota Surakarta.
Sosialisasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan kemudahan informasi bagi para pengguna jasa parkir
maupun bagi para juru parkir dalam melaksanankan tugasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menurut Bapak Mudo Prayitno, S.Si.T selaku Koordinator
Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam dan Karcis menjelaskan
tujuan dan manfaat dari sosialisasi parkir itu sendiri adalah :
“Jelas tujuan dari sosialisasi adalah untuk memberikan informasi bahwa peraturan yang berkaitan dengan retribusi maupun pengelolaan parkir itu sudah ada peraturan barunya dan peraturan yang lama retribusi sudah tidak dipakai lagi. Informasi ini ditujukan kepada petugas parkir, pengguna jasa parkir, pada pengelola parkir, manfaat dengan adanya informasi itu masyarakat sebagai pengguna jasa parkir, petugas maupun pengelola paham akan peraturan parkir dan bisa melaksanakannya aturan yang sudah ditetapkan di dalam perda itu”.(wawancara tanggal 19 Juli 2012).
Bentuk Sosialisasi yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta ini ada 2 macam
yaitu :
1. Sosialisasi dalam bentuk langsung
Sosialisasi Perda No 9 Tahun 2011 tentang retribusi
daerah khususnya untuk retribusi parkir yang pertama yaitu
sosialisasi dalam bentuk langsung. Sosialisasi dalam bentuk
langsung ini adalah melalui sosialisasi yang langsung
diadakan kepada pihak-pihak terkait dengan pengelolaan
perparkiran. Sosialisasi langsung dilaksanakan kepada
pengelola parkir, instansi terkait, dan kepada petugas
parkir. Perda ini efektif berlaku pada bulan Januari 2012
dan sudah beberapa kali melaksanakan sosialisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sosialisasi Perda ini sudah dilaksanakan di beberapa
lokasi di Kota Surakarta seperti di RM Taman Sari ,
Komplek Balaikota, Tawang Arum, Pendapi Gede. Peserta
sosialisasi ini adalah petugas dan pengelola parkir. Mereka
akan diberi pemahaman dulu sebelum melaksanakan tugas.
Bentuk sosialisasi langsung yang dialakukan oleh
pihak UPTD Perparkiran Kota Surakarta dengan para
petugas parkir :
Halaman Balaikota Surakarta Pendapi Gedhe, Balaikota Surakarta
(18 Juli 2012 ) (18 Juli 2012)
2. Sosialisasi tidak langsung
Bentuk sosialisas i yang kedua yaitu sosialisasi tidak
langsung. Dalam hal ini UPTD Perparkiran Kota Surakarta
telah membuat bentuk pemberitahuan peraturan retribusi
parkir yang baru melalui iklan di televisi lokal, melalui
surat kabar, melalui pamflet dan sebagainya. Melalui media
tersebut diharapkan masyarakat dapat mendapatkan
pemberitahuan- pemberitahuan atau peraturan yang jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tentang retribusi parkir di Kota Surakarta beserta zona
wilayahnya.
Seperti dijelaskan oleh Bapak Mudo Prayitno,
S.Si.T selaku Koordinator Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA,
Seragam dan Karcis yang menjelaskan bahwa :
“Sosialisasi Perda No 9 Tahun 2011 tentang retribusi daeah khususnya untuk retribusi parkir sudah kita laksanakan, untuk sosialisasi tidak langsung melalui yang pertama ada kita membuat iklan di televisi lokal, melalui surat kabar , melalui pamflet. Perda ini efektif berlaku pada bulan Januari 2012 dan sudah beberapa kali melaksanakan sosialisasi”. (Wawancara tanggal 19 Juli 2012 )
Contoh bentuk pamflet yang disebarkan untuk
pengguna jasa parkir di Kota Solo :
Pamflet Depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pamflet Belakang
Selain itu juga ada sosialisas i tidak langsung seperti
pemasangan papan tentang retribusi parkir yang dipasang
pada lokasi-lokasi yang strategis kepada pengguna jasa
parkir atau pada kawasan sentra bisnis seperti di Solo
Grand Mall , Solo Square, Coyudan, Pasar Klewer, Pasar
Legi. Adanya pemasangan papan ini akan memberi
kemudahan pemahaman mengenai tarif parkir yang baru
oleh para pengguna jasa parkir maupun petugas parkir
sendiri.
Hal ini juga disampaikan salah seorang petugas
parkir Bapak Heri S. di jalan Sutawijaya :
“Iya kalau masalah tarif parkir pada zona D ini kami tahu, sepeda berapa, sepeda motor berapa, mobil berapa kami tau. Untuk tarif progresif kami juga tahu, lha kan dipasang peraturan Perdanya itu ada papan nya” (wawancara tanggal 16 Juli 2012 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Namun hal yang tidak senada diungkapkan salah
seorang pengguna jasa parkir, Kurnia Setyaning Hidayah
yang mengatakan bahwa :
“Menurut saya sosialisasi mengenai masalah kenaikan tarif parkir sesuai dengan zona yang telah ditentukan ini masih belum maksimal. Saya sebagai pengguna jasa parkir benar-benar tidak tahu adanya peraturan tarif parkir yang baru. Saya tahu ya dari petugas parkir saja ”. (wawancara tanggal 17 Oktober 2012 )
Bentuk papan Peraturan Daerah yang dipasang di
beberapa lokasi :
Jalan Sutawijaya (samping Solo Grand Mall)
Jalan Sutan Syahrir (Pasar Legi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Selain itu dengan adanya media massa dinilai juga
akan lebih mudah diterima oleh masyarakat luas. Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota
Surakarta dapat mensosialisasikan kegiatan kepada
pengelola parkir dan pengguna jasa parkir atau masyarakat
kota Surakarta mengenai pemungutan retribusi parkir
diantaranya tentang penggunaan tarif retribusi parkir yang
baru.
Sosialisasi ini jelas tujuannya adalah untuk memberikan
informasi bahwa peraturan yang berkaitan dengan retribusi
maupun pengelolaan parkir itu sudah ada peraturan yang baru dan
peraturan yang lama retribusi sudah tidak digunakan lagi. Manfaat
dengan adanya informasi ini masyarakat sebagai pengguna jasa
parkir dan petugas maupun pengelola paham akan peraturan parkir
dan bisa melaksanakannya peraturan yang sudah ditetapkan di
dalam perda itu.
b. Tahap Pelaksanaan
Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011 yang telah dibuat
adalah untuk mengatur tata laksana penyelenggara perparkiran di
Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Mudo Prayitno,
S.Si.T selaku Koordinator Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam
dan Karcis sebagai berikut :
“Jadi setelah kita beri pemahaman kita beri informasi, dan masyarakat atau pengguna jasa parkir atau petugas parkir atau pengelola parkir mengetahui dan kita harapkan bisa mengimplementasika dan apabila sudah dilaksanakan sosialisasi secara berkala dan ada pelanggaran- pelanggaran yang pasti kita tertibkan”. (wawancara tanggal 19 Juli 2012)
Sesuai Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011, retribusi parkir
sudah ditentukan sesuai dengan pembagian zona yang telah
ditentukan. Peraturan ini mulai direalisasikan pada awal tahun 2012
di Kota Surakarta, berikut ini adalah tarif parkir sesuai Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah sebagai
berikut :
Tabel 4.4
Tarif Retribusi Parkir 2012
Jenis Kendaraan Tarif Parkir
Zona C Zona D Zona ESepeda 500,- 500,- 500,-
Andong/Dokar/Becak 500,- 500,- 500,-
Sepeda Motor 2.000,- 1.500,- 1.000,-
Mobil Pnp/Taxi/Pick up 3.000,- 2.000,- 1.500,-
Bus/Truck sedang 5.000,- 3.500,- 3.000,-
Bus/Truck besar 7.000,- 5.500,- 4.000,-
Sumber Data : UPTD Perparkiran Kota Surakarta 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tarif parkir yang baru berdasarkar Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2011 tidak dipungkiri masih banyak menuai
kontroversi. Sesuai Perda tersebut tarif retribusi parkir mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan tarif parkir motor yang
tertinggi mencapai 100 % - 600 %. Sementara kenaikan biaya
parkir mobil penumpang/pikap 50 % - 500 %. Kenaikan ini masih
ditambah konsumen atau pengguna jasa parkir yang dikenakan tarif
parkir progresif setiap kelipatan satu jam sebesar 100%.
Dengan adanya kenaikan tarif parkir tersebut diharapkan
dapat sekaligus dapat merubah pola parkir dengan perhitungan per
jam sekali parkir diimbangi dengan pelayanan dan tanggung jawab
pelaksana perparkiran mulai dari juru parkir, pengelola, parkir serta
pemerintah daerah selaku yang bertanggung jawab terhadap
perparkiran di Kota Surakarta.
Sesuai Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Retribusi Daerah, tarif parkir yang harus dipungut petugas parkir
sesuai dengan yang ditetapkan. Di dalam Perda tersebut wilayah
perparkiran di Kota Surakarta sudah dibagi menjadi lima Zona area
parkir. Pembagian zona parkir dibagi menjadi lima zona yaitu
mulai dari yang tertinggi di zona A, B, C, D dan E. Namun zona
parkir yang diterapkan di Kota Solo hanya pada Zona C, D dan E.
Tarif parkir yang berlaku disesuaikan dengan masing- masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
zona. Pemberlakuan zona parkir yang mulai berlaku tahun 2012
mengacu pada Peraturan Daerah No 9 Tahun 2011. Untuk lebih
jelasnya mengenai wilayah pembagian zona parkir di Kota
Surakarta dimulai dari Zona C, D, dan E yaitu sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5
Pembagian Zona Wilayah Parkir Kota Surakarta Tahun 2012 dimulai dari
Zona C, D, dan E
NO ZONA WILAYAH1 C Sepanjang Jl. Slamet Riyadi2 D Jl. Urip Sumoharjo
Jl. Kpt.Mulyadi
Jl. Kom Yos Sudarso
Jl. Dr.Rajiman
Jl. Veteran
Jl. Gatot Subroto
Jl. Kpt. Tendean
Jl. Sutan Syahrir
Jl. Dr. Muwardi
Jl. S. Parman
Jl. RE Martadinata
Jl. Brigjen Sudiarto
Jl. Gajah Mada
Jl. Honggowongso
Jl. Suryo Pranoto
Jl. Suto Wijoyo3 E Semua ruas jalan di tepi jalan umum selain yang termasuk
Zona C dan D
Sumber Data : UPTD Perparkiran Kota Surakarta 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Beberapa lokasi parkir sesuai dengan pembagian zona :
Jalan Slamet Riyadi (Zona C) Jalan Sutawijaya (Zona D)
Jalan (Zona E)
Peraturan tersebut mulai diberlakukan di Kota Surakarta
mulai bulan Januari tahun 2012. Kenaikan tarif parkir ini
diharapkan dapat dipahami oleh semua masyarakat khususnya para
pengguna jasa parkir. Adanya peraturan baru mengenai kenaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tarif parkir ini bukan tanpa alasan, parkir merupakan salah satu
instrumen pengendalian lalu lintas yang masuk kawasan agar tidak
terjadi kemacetan lalu lintas. Apabila lalu lintas Kota Surakarta
sudah mengalami kemacetan, ada beberapa dampak/ akibat yang
akan timbul seperti :
1. Daya saing ekonomi melemah
2. Polusi udara dan tingkat kebisingan meningkat
3. Masyarakat mudah stres
4. Tingkat kesehatan menurun
5. Daya tarik kota menurun
Namun masih banyak masyarakat atau pengguna jasa parkir
yang masih belum paham dengan peraturan tarif parkir yang baru.
Sebagian besar dari mereka masih b ingung dan belum terlalu
paham dengan tarif parkir yang berlaku saat ini di Kota Surakarta.
Hal ini diungkapkan salah Erma Wdhia salah seorang pengguna
jasa parkir, yang mengatakan bahwa :
“Saya tahunya tarif parkir naik mulai tahun 2012 ini, tapi saya gak tahu kalau ternyata tarif parkir itu beda-beda tiap wilayah. Saya gak tahu sebenarnya tarif parkir untuk motor berapa mobil berapa, ya saya tahunya naik aja. Dulu saya parkir sepeda motor Rp 500 sekarang Rp 1000, baru tahu ya setelah dikasih tahu sama petugas parkirnya itu. Selama ini saya bayar parkir gak terlalu memerhatikan, bayar ya bayar aja udah. ” (Wawancara tanggal 16 Juli 2012 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hal senada mengenai tarif parkir yang dianggap masih
membingungkan ini juga diungkapkan oleh salah seorang
pengguna jasa parkir Kurnia Setyaning Hidayah, yang mengatakan
bahwa :
“Saya bingung, setiap saya parkir disini pasti langsung ditarik Rp 2.000, padahal saya tahu ini adalah zona D dan tarif seharusnya adalah Rp 1.500, tapi yasudahlah saya manut saja”. (wawancara tanggal 17 Oktober 2012 )
Dalam Peraturan Daerah tersebut juga dijelaskan
berlakunya tarif progresif bagi pengguna jasa parkir. Tarif
progresif ini berlaku setiap satu kali parkir maksimum 1 jam, dan
kemudian setiap 1 jam kelebihannya akan dikenakan tarif
tambahan sebesar 100% dari besarnya retribusi yang sudah
ditetapkan. Kemudian kelebihan jam parkir kurang dari 1 jam tetap
dihitung 1 jam. Dan khusus untuk sekolah, tempat ibadah, rumah
sakit (Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas) tidak dikenakan
tarif progresif.
Namun pemahaman mengenai berlakunya tarif progresif ini
nampaknya belum banyak dipahami para pengguna jasa. Selain itu
juga para juru parkir kadang melakukan mengenakan tarif progresif
ini tidak sesuai dengan peraturan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menurut Bapak Mudo Prayitno, S.Si.T selaku Koordinator
Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA, Seragam dan Karcis menjelaskan
bahwa :
“Kalau secara umum yang pertama dasarnya ada aturannya di Surakarta kan ada dasar peraturannya tarif parkir bersifat progessif 100% untuk satu jam selanjutnya, dan pengguna jasa parkir tidak tahu , dan petugas parkir karena banyak jadi dalam kurang rinci dalam pemberian tarif parkir dan pengguna jasa parkir itu dipungut tarif yang melebihi ketentuan , dan pengguna jasa parkir di solo ini beragam, banyak yang dari luar wilayah solo yang tidak tahu peraturan tarif parkir di solo mengenai retribusi daerah , yang kedua alasan- alasan tarif parkir melebihi ketentuan ya karena namanya juga manusia yang membutuhkan uang untuk kepentingan pribadi ” (wawancara tanggal 19 Juli 2012 )
Hal senada mengenai adanya masalah tarif progresif ini
juga diungkapkan oleh salah seorang pengguna jasa parkir Kurnia
Setyaning Hidayah, yang mengatakan bahwa :
“Saya pernah parkir motor disamping Solo Grand Mall dan langsung ditarik tarif Rp 2.000, padahal pada karcisnya itu tuliannya Rp 1.500. Saya bingung, setiap saya parkir disanapasti langsung ditarik Rp 2.000, padahal saya tahu ini adalah zona D dan tarif seharusnya adalah Rp 1.500. Katanya sih ada tarif progesif tapi kok belum 1 jam saya sudah kena Rp 2000 pada awal parkir ”. (wawancara tanggal 17 Oktober 2012 )
Meski tarif parkir di Kota Surakarta dinaikkan sesuai
dengan Perda No 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, namun
manajemen penerbitan karcisnya masih belum bisa teratur dan
masih kacau. Sejumlah warga pengguna jasa parkir masih bingung,
karena mereka kadang masih mengalami masalah mengenai kartu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
parkir/karcis. Kadang karcis parkir yang diterima tidak sesuai
dengan kendaraan yang dibawa atau karcis yang diterima masih
menggunakan karcis lama.
Seperti halnya dengan yang diungkapkan oleh salah
seorang pengguna jasa parkir di Pasar Depok, Bapak Budiman,
yang mengatakan bahwa :
“Saya memang tahu ada kenaikan parkir, jika memang di lokasi ini menjadi Rp 1.000 ya tak masalah. Tetapi kok ini karcis yang saya dapat adalah karcis untuk mobil, padahal saya kan bawa motor. Meskipun memang karcis itu bertuliskan tarif Rp 1000 kalau pakai karcis lama seperti itu, jangan-jangan uangnya malah gak masuk kas daerah?”(wawancara tanggal 2012 )
Pelaksanaan Perda ini dinilai masih belum bisa efektif
karena dianggap masih banyak masalah-masalah yang terjadi
mengenai perparkiran di Kota Surakarta ini. Setelah dilakukan
penelitian, masih banyak masalah yang timbul di lapangan. Banyak
para pengguna jasa parkir yang mengeluhkan masalah perparkiran
mulai dari pelayanan parkir, tarif parkir, kesemrawutan parkir dan
sebagainya.
c. Tahap Pengendalian
Pelaksanaan pengawasan yang disertai dengan penegakan
hukum yang tegas merupakan langkah yang penting dalam
pengendalian parkir untuk mempertahankan kinerja lalu lintas
Dalam proses pengendalian peraturan terkait perparkiran di Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Surakarta, pihak dari UPTD Perparkiran melaksanakan tahap
pengendalian/ pengawasan. Agar pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat maka diadakan pengendalian/
pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan retribusi parkir di
tepi jalan umu supaya tujuan dapat tercapai.
Pengawasan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir
perlu dilakukan agar pelaksanaan proses pemungutan retribusi
parkir dan perencanaan awal proses pemungutan retribusi parkir
dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
melakukan pelaksanaan dan pengawasan retribusi parkir, petugas
parkir yang memungut kadang sering menemui kendala seperti
adanya gangguan dari premanisme di lapangan. Oleh karena itu
untuk menindak lanjuti masalah tersebut, UPTD Perparkiran ikut
campur tangan dengan melakukan pengawasan terhadap
perparkiran di Kota Surakarta. Pengawasan sangatlah penting
dilakukan agar dapat mengurangi tindakan pelanggaran-
pelanggaran tidak hanya dari pihak luar namu juga dari petugas
parkirnya sendiri. Pengawasan yang sering dilakukan oleh Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran ini disebut operasi
gabungan.
Pengawasan ini dimaksudkan untuk mengurangi
permasalahan yang sering terjadi di laangan dalam proses
pemunguttan retribusi parkir. Sekaligus juga untuk menertibkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kedisiplinan para pengguna jasa parkir dalam menggunakan lahan
parkir serta para petugas parkir dalam memberikan pelayanan jasa
kepada pengguna lahan parkir. Untuk lebih jelasnya, berikut
prosedur mengenai pengawasan, penertiban dan pengendalian di
lpangan :
Gambar 4.2
Prosedur Pengawasan, Penertiban, dan
Pengendalian Lapangan
TIM Operasi
operasi
Sumber Data : UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Dalam pelaksanaan pengawasan, pengelola parkir harus
bertanggung jawab terhadap keamanan kendaraan yang diparkir
termasuk perlengkapannya dan untuk masalah kehilangan
kendaraan yang ditempatkan di pangkalan parkir merupakan
tanggung jawab dari pengusaha parkir sesui dengan peraturan yang
berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk melaksanakan pemungutan, pembayaran, da
penagihan dibutuhkan adanya suatu pengawasan dalam
pelaksanaannya. Pengawasan merupakan proses pengamatan dari
seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin semua pekerjaan
dilakukan sesuan dengan rencana atau aturan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pengawasan tidak ditujukan terhadap orang atau
pejabat, tetapi kepada pekerjaan dan hasilnya. Dalam pelaksanaan
pengawasan ini, pengawasan akan berjalan dengan lancar apabila
proses dasar pengawasan diketahui dan ditaati. Proses dasar
pengawasan yang dimaksud adalah penentuan hasil kerja,
pengukuran hasil pekerjaan dan koreksi terhadap penyimpangan
yang mungkin terjadi.
Di Kota Surakarta, dalam pelaksanaan kegiatan
pemungutan retribusi parkir yang dilakukan oleh petugas parkir
belum dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan.
Proses pengawasan yang dilakukan pihak Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Perparkiran yaitu dengan mengadakan operasi
gabungan untuk menghilangkan premanisme maupun kendala-
kendala lain yang terjadi. Pengawasan ini dilakukan setiap hari
untuk menertibkan perparkiran di Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hal ini sesuai yang diutarakan oleh Bapak Mudo Prayitno
selaku Koordinator Sub Unit Penertban Ijin, KTA, seragam dan
Karcis di UPTD Perparkiran yang mengatakan bahwa :
“Kegiatan rutin operasional yang berkaitan dengan penertiban, kita setiap hari melaksanakan patroli yang dilaksanakan oleh petugas dari UPTD Perparkiran , tiap hari kita mobile pada waktu jam kerja untuk melaksanakan pengawasan untuk penertiban apakah ditemui pelanggaran , kalau ada ya kita tindak sesuai dengan aturan. Untuk operasional secara gabungan yang kita laksanakan 1 bulan 4 kali jadi itu kaitannya karena gabungan kita melibatkan dari unsur kepolisian, satpol pp, kejaksaan, pengadilan, asosiasi parkir kota Surakarta”. (Hasil wawancara tanggal 19 Juli 2012).
Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memantau setiap
aktivitas yang dijalankan oleh petugas parkir sekaligus untuk
mengawasi tindakan-tindakan atau pelanggaran-pelanggaran yang
tidak diinginkan. Pelaksanaan operasi gabungan ini dilaksanakan
oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Perparkiran (UPTD) Perparkiran
Kota Surakarta beserta pihak- pihak yang terkait dalam mengatasi
masalah- masalah yang terkait dengan pelanggaran- pelanggaran
perparkiran. Dengan demikian, pelanggaran- pelangggaran yang
terjadi akan dapat teratasi.
Apabila dalam pelaksanaan pengawasan dalam operasi
gabungan tersebut mereka menemukan masalah, maka akan
ditindak lanjuti oleh pihak terkait. Hal tersebut seperti yang
diungkapkan oleh Bapak oleh Bapak Mudo Prayitno selaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Koordinator Sub Unit Penertban Ijin, KTA, seragam dan Karcis di
UPTD Perparkiran yang mengatakan bahwa :
“Jadi dilihat dulu masalahnya seperti apa, misalkan petugas parkir yang keliru memungut tarif yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada nanti ya kita panggil kesini, KTA Parkir kita ambil nanti kesini kita bina dan kita beri peringatan tertulis agar tidak mengulangi lagi. Apabila ditemukan pelanggaran lain yang berkaitan dengan parkir misalnya ada parkir yang ada dilokasi yang bukan diperuntukkan untuknya kita akan memberikan pada pengguna jasa pembinaan pada ketua parkirnya kalaumomennya di pihak gabungan ya ditilang sama pihak” (Hasil wawancara tanggal 19 Juli 2012).
Namun proses pengawasan ini tidak hanya dilakukan oleh
pihak Unit Pelaksana Tekins Dinas (UPTD) Perparkiran Kota
Surakarta saja, tetapi juga oleh pengelola parkir yang langsung
menangani petugas parkir atau juru parkir dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi parkir.
Namun hal yang tidak senada diungkapkan salah seorang
pengguna jasa parkir, Erma Widhia di kawasan Jalan Slamet
Riyadi yang menyatakan bahwa :
“Menurut saya proses pengawasan yang dilakukan piahk terkait masih sangat sangat kurang. Buktinya saya masih banyak melihat praktek kecurangan yang dilakukan para tukang parkir. Tarif yang diminta itu kadang gak sesuai”. (wawancara tanggal 16 Juli 2012 )
Pelaksanaan pengawasan perparkiran yang dilakukan pihak
UPTD Perparkiran dengan phak-pihak terkait ini dinilai masih
belum bisa dilaksanakan secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Mendukung Implementasi
Perda No 9 Tahun 2011 Kota Surakarta
a. Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan pada pelaksanaan implementasi
Perda No 9 Tahun 2011 ini baik mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan dan pelaksanaan serta tahap pengendalian adalah
komunikasi yang terjalin antara aparat pemerintah dengan para juru
parkir. Komunikasi yang dijalin adalah komunikasi vertikal dan
komunikasi horisontal. Untuk komunikasi horisontal yaitu komunikasi
dalam arti ke atas, di sini komunikasi yang terjalin yaitu komunikasi
antara Dinas Perhubungan sebagai atasan dan dinas terkait misalnya
kepolisian, denpom,satpol pp, dinas tata ruang kota. Untuk komunikasi
ke awah atau vertikal, dalam hal ini komunikasi yang terjalin adalah
antara pengelola prkir dengan petugas parkir.
Adapun bentuk komunikasi yang dilakukan pada tahap
sosialisasi adalah pemberian pengarahan, penjelasan dan pemahaman
mengenai kebijakan Peraturan Daerah mengenai retribusi parkir ini
melalui beberapa forum, baik melalui media massa, maupun sosialisasi
langsung kepada pengelola parkir kepada instansi terkait, dan kepada
petugas parkir di lingkungan Kota Surakarta. Komunikasi yang
terbentuk pada tahap sosialisasi program sudah baik karena
pemahaman para petugas parkir dan instansi terkait sudah cukup
paham dan jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Komunikasi petugas dengan juru parkir ini d inilai sudah
terjalin dengan baik, hal ini sesuai yang diungkapakan Bapak Mudo
Prayitno, S.Si.T selaku Koordinator Sub Unit Penerbitan Ijin, KTA,
Seragam dan Karcis :
“Komunikasi terjalin baik, seluruh petugas parkir yang resmi pasti pernah ke kantor dan kita beri pemahaman , sebelum bertugas, setiap tahun pasti ke kantor untuk membuat atau memperpanjang KTA , dan petugas juga tahu karena di KTA nya itu ada zonanya ada diskripsi lokasinya. Karcis bisa dicetak sendiri , tetapi kita membuat aturannya, ini lho karcis ini yang harus dipakai dan harus diporporasi”. (wawancara tanggal 19 juli 2012 )
b. Sumber Daya
Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia
merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan
keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi
menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan
pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
Komponen dari sumberdaya manusia ini meliputi jumlah staf, keahlian
dari para pelaksana . Sumberdaya manusia yang tidak memadahi
(jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya
pelaksanaan kebijakan secara sempurna karena mereka tidak bisa
melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana
kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan yaitu meningkatkan
skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan
kinerja program.
Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial juga
menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi
kebijakan. Sumber daya non manusi ini meliputia fasilitas-fasilitas
pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program
seperti dana dan sarana prasarana
Dalam Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No 9 Tahun
2011 ini faktor Sumber Daya sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pelaksanaan kebijakan, baik dalam tahap sosialisasi,
perencanaan dan pelaksanaan serta tahap pengawasan/pengendalian.
Sumber daya dalam tahap sosialisasi ini terdiri dari kesiapan sumber
daya manusia dan sumber daya non manusia/finansial. Adapun faktor
sumber daya yang paling dominan dalam tahap sosialisasi adalah
sumber daya manusia yaitu petugas UPTD Perparkiran Kota Surakarta.
Dalam tahap sosialisasi, banyak sumber daya non manusia yang
diperlukan, hal ini diungkapkan oleh Bapak oleh Bapak Mudo Prayitno
selaku Koordinator Sub Unit Penertban Ijin, KTA, seragam dan Karcis
di UPTD Perparkiran yang mengatakan bahwa :
“Untuk pembiayaan Perda, kita bekerja berdasarkan pem, anggaran ya dari pemerintah dari APBD Kota Surakarta. Untuk sarana dan fasilitas, sarana nya jelas kita memerlukan SDM untuk melaksanakan Perda tersebut, kendaraan, kantor, kita bekerja untuk melaksanakan Perda, jadi ya kantor ini ada untuk melaksanakan Perda. Kalau untuk sosialisasi, sarana langsung kita membutuhkan tempat untuk sosialisasi, kita membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
komputer untuk mempresentasikan dan sarana lainnya”. (waancara tanggal 19 juli 2012 )
Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana
yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat berjalan.
c. Dukungan Publik
Selain komunikasi dan sumber daya, faktor lain yang
mendukung dalam Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No 9
Tahun 2011 di Kota Surakarta ini adalah dukungan publik/
masyarakat. Dalam menerima kebijakan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah daerah, masyarakat dituntut dapat memahami dan
melaksanakanya sebagaimana yang diharapkan. Dengan kata lain,
keterlibatan atau partisipasi masyarakat amatlah dibutuhkan demi
terciptanya tujuan pembangunan yang telah ditetapkan
Adapun dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan Peraturan
Daerah tentang retribusi perparkiran ini dapat dilihat dari masukan-
masukan dari masyarakat/ para penguna jasa parkir.
Di Kota Surakarta, dalam pelaksanaan Perda Nomor 9 Tahun
2011 Tentang Retribus Daerah ini sangat memerlukan dukungan
masyarakat sebagai masukan untuk UPTD Perparkiran Kota Surakarta
agar bekerja lebih baik sehingga keberhasilan pelaksanaan Perda
tersebut dapat dicapai. Bapak oleh Bapak Mudo Prayitno selaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Koordinator Sub Unit Penertban Ijin, KTA, seragam dan Karcis di
UPTD Perparkiran yang mengatakan bahwa :
“Jadi proses- proses di dalam menerbitkan atau menetapkan suatu Perda itu kan ada prosesnya yang pertama ada public hearing semua orang atau stake holder terkait itu diundang untuk memberikan masukan, saran untuk membuat suatu perda khususnya perparkiran, dari public hearing kita simpulkan dan kemudian kita membuat naskah akademik Perda nya, setelah itu ada FGD (Forum Group Discussion) dan membentuk kelompok-kelompok kecil yang berkaitan dengan perda parkir, setelah itu nanti dibawa ke dewan ke DPRD dan disana nati ada public hearing lagi, apakah ada kekurangan yang harus ditambahi atau ada kesalahan yang harus dibenarkan , jelas kalau perda sudah ditetapkan jelas ada dukungan dari masyarakat khususnya masyarakat solo, karena Perda ini berlaku di kota Solo , masyarakat di luar kota solo otomatis kalau dateng ke solo dia terkena aturan main di kota solo” (wawancara tanggal 19 juli 2012 ).
Setelah menerima masukan-masukan dari masyarakat, maka
masukan-masukan ini akan menjadi pertimbangan terhadap
pelaksanaan Peraturan Daerah yang berlaku di Kota Surakarta. Ini akan
menjadi pertimbangan pemerintah daerah, apakah ada kekurangan yang
harus ditambahi atau ada kesalahan yang harus dibenarkan.
d. Sikap Pelaksana
Disamping faktor-faktor di atas, sikap pelaksana juga
menjadi faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Sikap
pelaksana dimaksudkan sebagai kecenderungan, keinginan atau
kesepakatan para pelaksana (implementor) untuk melaksanakan
kebijakan. Semua itu dapat terwujud jika pelaksana mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tujuan kebijakan. Sebaliknya sikap pelaksana yang cenderung
menolak kebijakan, akan menyebabkan mereka gagal melaksanakan
kebijakan.
Dalam meyikapi kebijakan yang telah ada, para pelaksana di
sini salah satunya pihak UPTD Perparkiran, sudah melaksanakan
tugas sesuai dengan peraturan yang ada. UPTD Perparkiran
Surakarta melakukan kegiatan rutin untuk penertiban guna mencegah
terjadinya masalah perparkiran. Hal ini juga disampaikan oleh Bapak
Mudo Prayitno selaku Koordinator Sub Unit Penertban Ijin, KTA,
seragam dan Karcis di UPTD Perparkiran :
“Kegiatan rutin operasional yang berkaitan dengan penertiban, kita setiap hari melaksanakan patroli yang dilaksanakan oleh petugas dari UPTD Perparkiran , tiap hari kita mobile pada waktu jam kerja untuk melaksanakan pengawasan untuk penertiban apakah ditemui pelanggaran , kalau ada ya kita tindak sesuai dengan aturan. Untuk opersional secara gabungan yang kita laksanakan 1 bulan 4 kali jadi itu kaitannya karena gabungan kita melibatkan dariunsur kepolisian, satpol pp, kejaksaan, pengadilan, asosiasi parkir kota Surakarta”. (Wawancara, 19 Juli 2012 )
Sikap dari pelaksana kebijakan Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2011 in i akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya
kinerja implementasi kebijakan tersebut. Pelaksana kebijakan tidak
hanya dituntut kemampuan dan kemauannya secara sungguh-
sungguh dalam melaksanakan kebijakan, tetapi juga dituntut untuk
mampu membawa kebijakan tersebut kearah yang diinginkan atau
diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari berbagai keterangan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa sikap pelaksana mulai tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan
serta tahap pengendalian/ pengawasan dalam implementasi Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2011 di Kota Surakarta ini cukup baik dan
positif serta sangat memberikan manfaat bagi keberhasilan
kebijakan.
e. Struktur Birokrasi
Keberadaan birokrasi dalam sistem administrasi modern
sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan
organisasi. Dalam pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2011 ini, UPTD Perparkiran memiliki struktur organisasi
yang membagi semua tugas dan fungsi kepada anggota. Kewenangan
yang ada dalam struktur organisasi membuat pelaksana bekerja
dengan optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya
Sesuai dengan struktur birokrasi yang ada, maka para
pelaksana kebijakan disini pihak UPTD melakukakan tugas sesuai
dengan kebijakan yang ada sesuai dengan Peraturan Daeah No 9
Tahun 2011. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mudo Prayitno
selaku Koordinator Sub Unit Penertban Ijin, KTA, seragam dan
Karcis di UPTD Perparkira :
“Pengelolaan parkir di kota Surakarta ini khususnya yang dilakukan oleh UPTD Perparkiran ini ada 2 macam yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
retribusi perparkiran untuk tepi jalan umum dan khusus yang dimiliki oleh pemerintah daerah, perencanaan yang kita lakukan mengenai pengelolaan yaitu setiap tahun kita mengadakan apa yang disebut kerjasama dengan kerjasama pihak ketiga dan sebelum ada kerjasama harus dilakukan terleb ih dahulu survey- survey lokasi parkir di setiap titik di kota Surakarta di tepi jalan umum dan tempat khusus kota Surakarta yang nantinya akan dijadikan dasar sebagai pendapatan asli daerah”. (Wawancara, 19 Juli 2012)
Kemudian beliau juga menjelaskan :
“Untuk perencanaan- perencanaan teknis kita setiap tahun juga melaksanakan lokasi- lokasi tertentu yang harus dirubah sudut parkirnya, melalui manajemen dan tata lalu lintas , ada lokasi di tepi jalan umum apakah sudah mengganggu lalu lintas secara umum, seperti di jln Slamet Riyadi, Jln Gatot Subroto, Yos Sudarso itu kan ada sudut2 parkir, kemiringannya itu setiap tahun kita evaluasi untuk merencanakan kedepannya apakah kondisi saat ini sudah baik dalam arti mengganggu lalu lintas secara umum atau apakah sudah perlu dievaluasi untuk dirubah siklusnya, dihapus atau tetap”. (Wawancara, 19 Juli 2012)
Birokrasi suatu organisasi mempunyai peranan yang besar
untuk mencapai tujuan organisasi secara optimal. Birokrasi sebagai
organisasi mempunyai struktur yang membagi semua tugas dan
fungsinya. Pembagian tugas kepada semua anggota organisasi
memberikan kemudahan mengadakan pencapaian tujuan seperti
yang telah direncanakan sebelumnya. Struktur yang ada dalam
birokrasi membuat adanya kesamaan persepsi terhadap misi dan visi
organisasi. Adaya struktur birokrasi maka dapat diketahui siapa
mengerjakan apa dan bagaimana prestasi yang dicapainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Hambatan dalam Implementasi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2011 Kota Surakarta
Dalam pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2011 di Kota Surakarta ini, masih banyak ditemui berbagai masalah dalam
perparkiran yang menghambat implementasi kebijakan Perda.
Ketidakberesan dalam masalah tersebut belum bisa sepenuhnya
ditindaklanjuti sehingga pada akhirnya membudaya dan tertanam dalam
pikiran masyarakat. Masyarakat kemudian tidak ambil pusing dengan
membiarkan hal tersebut setiap kali mereka menggunakan jasa parkir. Hal
ini menjadi reaksi berantai yang dapat merusak integritas tukang parkir
dan pengguna jasa parkir.
Integritas dapat dibangun apabila budaya ketidakberesan masalah-
masalah parkir tersebut diperangi. Memang budaya seperti itu tidak dapat
langsung hilang, namun tetap harus ada inisiatif mencoba sedikit demi
sedikit lewat mental maupun perbaikan sistem.Ada beberapa contoh
masalah-masalah perparkiran yang sering ditemui yang sudah menjadi
budaya dan masih belum bisa dihilangkan seperti :
a. Munculnya Parkir Liar
Dalam pelaksanaan retribusi parkir tidak lepas dari adanya
tempat parkir yang diperbolehkan, artinya tempat parkir yang
mendapatkan ijin dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran Kota Srakarta. Karena hanya tempat parkir yang
memiliki ijin resmi atau diperbolehkan untuk parkir yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dipungut. Namun, saat ini banyak bermunculan tempat- tempat
parkir liar yang tidak berijin resmi dari UPTD Perparkiran, hal ini
sangat mengganggu dalam pelaksanaan pemungutan retribusi
parkir. Munculnya parkir liar biasanya pada acara- acara insidental
seperti pasar malam, dan tempat- tempat yang ramai pengunjung
seperti gedung pertemuan hotel, restoran atau mall.
Permasalahan parkir liar sangat meresahkan masyarakat,
selain keberadaannya yang ilegal atau tanpa ijin, seringkalli
mereka melakukan pemaksaan pada konsumen. Adanya parkir liar
ini sangat mengganggu karena mereka menarik retribusi parkir
namun tidak menyetorkan kepada pihak yang berwenang. Adanya
parkir liar yang tidak mengantongi ijin dari Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Perparkiran ini bisa didakwa melakukan tindak
pidana.
Keberadaan parkir liar khususnya di Kota Surakarta ini
memang sangat mengganggu dalam proses pemungutan retribusi
parkirnya. Hal ini d ikrenakan bila pengguna jasa parkir memarkir
kendaraannya di luar tempat yang diperbolehkan secara otomatis
dari pihak pengelola parkir tidak bisa memungut karena lahan liar
tersebut bukan merupakan tanggung jawab dari pengelola parkir
dan pemungutan retribusi parkir bisa berkurang.
Salah satu contoh masih timbunya parkir liar di Kota Solo ini
adalah masih dapat ditemukan adanya parkir liar di kawasan Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Klewer. Semakin bertambahnya pengunjung di Pasar Klewer membuat
konsumen melakukan parkir di sembarang tempat. Terlihat munculnya
parkir liar yakni di sisi selatan dan utara pasar yang terletak di
Kecamatan Pasar Kliwon. Sebenarnya, kawasan tersebut digunakan
untuk para pedangan, namun banyak konsumen yang memilih parkir di
arean tersebut.
Pasar Klewer ( 9 Juli 2012 )
Penertiban parkir liar harus dilakukan agar pengunjung
Pasar Klewer nyaman. Keberadaan parkir liar tentunya membuat
pengunjung enggan parkir di lahan yang sudah disediakan.
Alasannya, mereka yang melakukan parkir liar merasa lebih aman
jika parkir di dekat pasar. Maka dari itu, UPTD Perparkiran harus
melakukan sosialisasi secara maksimal terutama pada para pengguna jasa
parkir agar bisa paham terhadap peraturan
Sudah seringkali masyarakat mendesak kepada Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta untuk
terus melakukan langkah penertiban terhadap munculnya parkir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
liar dan juru parkir (jukir) di Kota Surakarta. Penertiban yang
dilakukan UPTD Perparkiran selama in i justru di tempat resmi
yang telah ditetapkan UPTD , yang seharusnya penertiban itu
merupakan kewajiban kontraktor yang bersangkutan, namun
UPTD Perparkiran justru tidak melakukan penertiban ke lokasi
yang selama ini belum terdaftar dan belum ditetapkan oleh UPTD
Perparkiran. Secara kelembagaan, para juru parkir liar berdiri
sendiri, para juru parkir liar juga tidak menyetorkan hasil
pungutannya kepada Pemerintah Kota Surakarta. Selain itu, pada
umunya juru parkir liar juga memungut tarif di atas tarif resmi
yang sudah diberlakukan.
b. Karcis parkir, atribut parkir, dan tarif parkir
1) Karcis Parkir
Permasalahan yang ada kaitannya dengan masalah
pemungutan retribusi parkir yaitu pemberian karcis parkir atau
tanda bukti parkir. Menurut ketentuan, karcis parkir harus
diberikan kepada konsumen sebagai tanda pengguna jasa
parkir, tapi kenyataannya di lapangan kadang kala tidak
diberikan pada pengguna jasa parkir. Pemberian karcis ini
sangat penting dalam mmberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang tarif parkir yang benar dan menjadi dasar
kebijakan yang digunakan pemerintah dalam menarik retribusi
parkir serta membuktikan bahwa penarikan itu resmi dan sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan peraturan daerah. Petugas parkir di Surakarta sering
tidak memberikan karcisnya kepada pengguna jasa parkir , hal
ini untuk menghemat karcis.
Dalam setiap kartu parkir, sudah tertera jelas pembagian
zona dan besarnya retribusi tarif masing-masing. Namun masih
saja ditemukan banyak masalah terkait karcis itu sendiri
maupun retribusinya.
Bentuk karcis parkir sepeda motor untuk zona D
Salah satu masalah yang dialami penulis disini sebagai
pengguna jasa parkir yaitu masalah tarif parkir yang diminta
yang tidak sesuai dengan tarif yang tertera pada karcis. Di
kawasan Pasar Klewer tepatnya pada zona E, yang seharusnya
tarif parkir untuk sepeda motor Rp 1.000, namun petugas parkir
menarik tarif sebesar Rp 1.500. Penulis juga melihat
kecurangan yang dilakukan oleh para juru parkir, dengan
mengganti tarif yang tertera pada karcis, yang seharusya Rp
1.000 namun diganti menggunakan bolpoint menjadi Rp 1.500.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Bentuk kecurangan pada karcis parkir
Karcis merupakan bukti tertulis untuk pengguna jasa
parkir yang menandakan bahwa pengguna telah menggunakan
fasilitas parkir untuk meletakkan kendaraannya. Jadi pemberian
karcis kepada pengguna jasa parkir sangatlah penting, karena
dapat sebagai jaminan untuk mendapatkan fasilitas dan
kenyamanan dalam menitipkan kendaraannya. Pengawasan dari
pihak pengelola dan UPTD Perparkiran Kota Surakarta sangat
berpengaruh untuk menindak masalah tersebut.
2) Atribut dan seragam petugas parkir
Permasalahan yang lain yaitu mengenai atribut parkir,
kadang atribut yang digunakan tidang lengkap, mereka tidak
menggunakan peluit, tidak ada badge, nama, id card, dan
bahkan ada yang tidak menggunakan seragam yang seharusnya
berwarna orange. Sebenarya penggunaan atribut ini penting
untuk menunjukkan identitas petugas parkir atau juru parkir.
Menurut Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 Tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, disebutkan bahwa
pengusaha atau pengelola parkir wajib memberikan seragam
kepada juru parkir, pengelola parkir juga diwajibkan mematuhi
dan melaksanakan hubungan ketenagakerjaan sesuai Peraturan
Perundangan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan.
Petugas parkir di tepi jalan umum harus dilengkapi
pakaian seragam dengan diberi tanda- tanda yang jelas sebagai
seorang petugas, antara lain nama petugas, badge, peluit,dan id
card. Petugas parkir yang tidak memakai perlengkapan sesuai
ketentuan, dilarang melaksanakan tugas atau memungut biaya
parkir, dan bagi pemegang kendaraan yang diparkir tidak wajib
membayar biaya parkir kepada petugas parkir yang tidak
memakai perlengkapan.
Contoh masalah yang paling sering ditemui yaitu masih
banyak ditemui para juru parkir yang tidak menggunakan id
card saat bertugas di beberapa lokasi parkir. Mereka
kebanyakan hanya mengenakan seragam parkir tanpa
mengenakan id card yang telah diwajibkan.
Beberapa petugas parkir yang tidak mengenakan atribut
lengkang selama bertugas di beberapa lokasi parkir :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Petugas parkir di Jalan Slamet Riyadi tanpa atribut
lengkap
Petugas parkir di Pasar Gede tanpa atribut lengkap
Untuk mengatasi masalah karcis dan atribut tersebut
pihak UPTD Perparkiran melaukan pengawasan terhadap
pelaksanaan perparkiran secara rutin untuk mengetahui
pelanggaran- pelanggaran yang terjadi, Selain itu UPTD
Perparkiran mengadakan razia secara rutin, juru parkir yang
terjaring razia dibawa ke kantor untuk mengisi surat pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang berisi kesanggupan untuk melengkapi atribut kerjanya,
apabila dalam kurun waktu seminggu juru parkir tidak
memenuhi ketentuan ada peringatan keras yaitu pencabutan
izin kerja.
3) Tarif parkir yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah
Permasalahan mengenai tarif parkir merupakan
permasalahan yang sering dialami dan dikeluhkan oleh para
pengguna jasa parkir. Tarif parkir atau biaya parkir adalah
biaya yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang dipungut
oleh petugas parkir terhadap pengguna jasa parkir. Mengenai
tarif parkir sebenarnya sudah diatur dalam Peraturan Daerah ,
tetapi kenyataannya di lapangan para juru parkir menarik tarif
parkir melebihi ketentuan, padahal dalam Peraturan Daerah
sudah dilarang untuk menaikkan tarif parkir yang telah
disepakati.
Penarikan tarif parkir yang tidak sesuai ketentuan sering
terjadi, namun tidak semua petugas parkir melakukan hal
demikian, tidak sedikit petugas parkir yang mengetahui
mengenai peraturan daerah yang baru, sehingga d ia dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Sesuai Peraturan Daerah
yang baru yaitu Perda Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi
Daerah, untuk pemungutn retribusi parkir berdasarkan
pembagian zona parkir. Untuk program kegiatan zona parkir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau zoning parkir in i merupakan salah satu bentuk kegiatan
yang dilakukan oleh UPTD Perparkiran Kota Surakarta dalam
menarik tarif retribusi parkir sesuai dengan zona titik parkir
yang telah ditentukan. Setiap zona parkir memiliki tarif yang
berbeda- beda dan tarif parkir yang baru jug bersifat progressif,
jadi satu kali parkir maksimum1 jam, tiap satu jam
kelebihannya dikenakan tarif tambahan sebesar 100% dari
besarnya retribusi yang ditetapan. Kelebihan jam parkir kurang
dari satu jam dihitung satu jam.
c. Perilaku petugas parkir dan masyarakat dalam berlalu lintas masih
rendah
Selama in yang menjadi kendala masalah pemungutan
retribusi parkir di Kota Surakarta melihat di lapangan yang selalu
menjadi masalahnya adalah perilaku dari petugas parkir itu sendiri
dan pengguna jasa parkir. Tidak dipungkiri bahwa petugas parkir
menjadi salahsatu faktor yang menghambat dalam pelaksanakan
pemungutan retribusi parkir di Kota Surakarta. Selain itu pengguna
jasa parkir maupun masyarakat sendiri juga sangat berpengaruh
dalam pemungutan retribusi parkir di Kota Surakarta.
Faktor dari perilaku petugas parkir dan pengguna jasa
parkir sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan pemungutan
retribusi parkir. Perilaku yang melanggar dari petugas parkir yang
memungut retribusi tidak sesuai aturan dapat menghambat proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pemungutan retribusi itu sendiri, selain itu juga kurangnya
kesadaran dari masyarakat dalam berlalu lintas juga berpengaruh
terhadap pemungutan retribusi parkir. Seperti kursng disiplinnya
masyarakat dalam mematuhi aturan rambu- rambu yang sudah
disediakan. Misalnya tempat yang dilarang untuk parkir tetapi
masih nekat untuk digunakan parkir dengan alasan tempat parkir
sudah penuh dan masih banyak lagi.
d. Kesejahteraan Juru Parkir
Dalam pemungutan retribusi parkir, masalah kesejahteraan
juru parkir juga sangat berkaitan erat dengan masalah perparkiran.
Karena masalah ini merupakan akar yang menimbulkan beragam
permasalahan di lapangan yang berkaitan dengan masalah parkir.
Mereka juga pasti ingi memberikan kesejahteraan yang layak bagi
keluarganya, namun bila keejahteraan juru parkir sendiri tidak
baik, d ia jug tidak akan bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Hal ini bisa memicu tindakan yang kurang baik dari juru parkir
untuk dapat memperoleh penghasilan yang lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri dari melakukan pemungutan
parkir, misalnya seperti penarikan tarif parkir yang tidak sesuai.
Dengan adanya masalah tersebut, Pemerintah Kota Surakarta harus
lebih memperhatikan kesejahteraan juru parkir.
Sesuai Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang
Retribusi Parkir d i Tepi Jalan Umum yang menyebutkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
petugas parkir berhak untuk mendapatkan jaminan sosial dari
pengelola. Sehingga pengelola tidak hanya memerintah saja untuk
melakukan pemungutan retribusi parkir, namun juga memberikan
kesejahteraan yang layak bagi petugas parkir atau juru parkir.
Dalam melakukan pemungutan retribusi parkir tidak hanya
mementingkat peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) saja,
namun juga peningkatan bagi kesejahteraan juru parkirnya.
Masalah moral dan etika ini tidak jauh dari penegakan
hukum/peraturan. Apabila peraturan benar-benar ditegakkan pasti para
pelanggar akan segan berbuat semena-semena. Namun jika masalah-
masalah ini berlangsung terus menerus dan sudah alih generasi maka akan
menjadi budaya. Perlu ada sosialisasi, karena budaya tidak tertib dan sadar
hukum adalah salah satu masalah yg cukup berat, disamping masalah
penegakkan hukum yang masih belum bisa maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan,
dapat diketahui bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2011 Tentang Retribusi Daerah khusunya mengenai retribusi parkir adalah
mulai tahun 2012 untuk retribusi parkir di Kota Surakarta mengalami
kenaikan tarif. Retribusi parkir di tepi jalan umum didasarkan pada
pembagian zona yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan.
Pengelolaan retribusi parkir di tepi jalan umum di Kota Surakarta meliputi
tahap sosialisasi, pelaksanaan, dan pengendalian/pengawasan. Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta melakukan
upaya sosialisasi tersebut dengan tujuan untuk memberikan kemudahan
informasi bagi para juru parkir untuk melaksanankan tugasnya. Sosialisasi
dilakukan melalui 2 macam yaitu sosialisasi langsung yang dilaksanakan
langsung kepada pengelola parkir, instansi terkait, dan kepada petugas
parkir dan sosialisasi tidak langsung yaitu melalui iklan di televisi lokal,
melalui surat kabar, melalui pamflet. Dan adanya peraturan mengenai tarif
progresif juga muliai diberlakukan.
Kemudian untuk tahap pelaksanaannya, UPTD Perparkiran mulai
bulan Januari 2012 mulai menerapkan tarif baru untuk parkir di kota
Surakarta. Tarif parkir sesuai dengan zona yang sudah ditetapkan sesuai
dengan peraturan. Dalam tahap pengeawasan/pengendalian pihak UPTD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Perparkiran Kota Surakarta membentuk operasi gabungan yang
melibatkan dari pihak kepolisian, ,satpol pp, kejaksaan, pengadilan,
asosiasi parkir kota Surakarta. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk
memantau setiap aktivitas yang dijalankan oleh petugas parkir sekaligus
untuk mengawasi tindakan- tindakan atau pelanggaran- pelanggaran yang
tidak diinginkan.ppendukung faktor penghambatnya. Untuk faktor yan
mempengaruhi sekaligus mendukung pelaksanaan Perda ini yaitu adanya
unsur komunikasi, sumber daya baik sumber daya manusia dan non
manusia kemudian dukungan publik. Sedangkan untuk faktor
penghambatnya antara lain yaitu munculnya parkir liar, petugas yang
tidak menggunakan atribut lengkap, masalah karcis parkir, tarif parkir
yang tidak sesuai aturan, perilaku petugas parkir dan masyarakat dalam
berlalu lintas masih rendah dan kesejahteraan juru parkir yang masih
kurang.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa
saran terhadap implementasi Perda oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Perparkiran Kota Surakarta sebagai berikut :
1. Perlu adanya sosialisasi yang lebih mendalam mengenai Peraturan
Daerah yang baru tentang tarif retribusi parkir di tepi jalan umumyang
baru berdasarkr Perda Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah.
2. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta
untuk lebih tegas dalam memberikan sanksi terhadap para petugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
parkir yang melakukan pelanggaran-pelangaran. Selama ini petugas
parkir yang melakukan pelanggaran-pelanggaran belum menerima
sanksi secara tegas, jadi masih sering dijumpai banyak pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi dalam perparkiran. Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta harus memberikan sanksi
yang lebih tegas lagi agar para pelaku pelanggaran jera dan tidak
mengulasi kesalahan.
3. Pemerintah Daerah melalui UPTD Perparkiran Kota Surakarta perlu
lebih sering memberikan pembinaan-pembinaan terhadap petugas
parkir dalam menjalankan tugasnya agar dapat mengurangi
permasalahan yang sering kali d ikeluhkan oleh masyarakat/pengguna
jasa parkir. Selain itu juga Pemerintah Daerah juga harus lebih
memperhatikan kesejahteraan para juru parkir.