implementasi pemenuhan hak konstitusional perempuan dalam peraturan perundang-undangan...

70
IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA ( Skripsi ) Oleh DINARTI ANDARINI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: ledan

Post on 22-Jul-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

( Skripsi )

Oleh

DINARTI ANDARINI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Oleh

DINARTI ANDARINI

Hak konstitusional perempuan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang

terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mana secara khusus terdapat

pula dalam peraturan perundang-undangan dan memberikan konstribusi dalam

kehidupan kaum perempuan di berbagai aspek. Kajian mengenai pemenuhan hak

konstitusional perempuan semakin berkembang, tetapi tidak terlalu

mempengaruhi banyak regulasi, dalam substansi atau implementasinya. Untuk itu

kajian ini hendak menelusuri apakah hak konstitusional perempuan terdapat dalam

konstitusi dan telah terealisasi di mdalamk peraturan perundang-undangan di

Indonesia?

Kajian ini menggunakan teori peraturan perundang-undangan dalam konteks

hukum tata Negara. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

normatif. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang terdiri dari bahan

hokum primer, bahan hokum sekunder, dan bahan hokum tersier. Pengambilan

data dilakukan ddeengan cara studi pustaka.

Studi ini menunjukan bahwa telah cukup banyak peraturan perundang-undangan

yang ada dim Indonesia, khususnya ditingkat nasional yang merupakan bagian

dari upaya pengimplementasian hak konstitusional perempuan, namun masih

banyak pula peraturan perundang-undangan yang justru menghambat

pengimlementasian hak konstirtusional perempuan.

Kata Kunci: Hak konstitusional perempuan, Peraturan perundang-

undangan, Implementasi.

Page 3: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

constitution in Indonesia and implementation?

This study used the theory of the regulation function in the context of the law of

the country. This research used juridical approach. The data was done by

executing the study pustaka.

This study aslo found implementation of women’s constitutional rights have many

progress, but not deny that many legislation, in substation or implementation.

Keyword: Women’s constitutional, legislation, Implementation

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI NINDONESIA

Oleh

DINARTI ANDARINI

Women’s constitusional rights are human rights base on Constitusion of 1945

which specific regulation and influence women’s life in every aspect. The

implementation of women’s constitutional right have many progress, but can not

deny that many legislation, in substantion or implementation, mainly in local

government precisely discrimination against women. Because the stusy was about

to explore whether women’s constitutional rights are human rights base on

Page 4: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Oleh

DINARTI ANDARINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Tata Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN
Page 6: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN
Page 7: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

RIWAYAT HIDUP

30 September 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara,

pasangan orang tua Bapak Darmansyah Ghazali dan Ibu Dini

Stemawiyati.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Kota Serang Provinsi

Banten pada tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di

SMP Negeri 1 Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2006, dan

Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 2 Kota Serang

Provinsi Banten pada tahun 2009.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung tahun

2009 melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Didik Khusus (PMDK). Selama

menjadi Mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi, diantaranya

sebagai Angkatan Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung pada

tahun 2009, sebagai Sekretaris Departemen Kaderisasi Forum Silaturahim & Studi

Islam (FOSSI) FH pada tahun 2010-2011, dan sebagai Staf Ahli Departemen

Hukum, Advokasi, dan Perundang-Undangan BEM U KBM UNILA pada tahun

2010-2011.

Penulis dilahirkan di Kota Serang, Provinsi Banten, Pada tanggal

Page 8: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

Dalam masa studinya, penulis juga pernah mengikuti berbagai pelatihan baik yang

diselenggarakan didalam kampus maupun yang diselengarakan diluar kampus

antara lain, Latihan Kepemimpinan Manajemen Islam Tingkat Dasar (LKMI-TD)

pada tahun 2009, Self Development Program (SDP) pada tahun 2010, Latihan

Kepemimpinan Manajemen Islam Tingkat Menengah (LKMI-TM) pada tahun

2011, Pelatihan Indonesia Young Enterpreneur di Universitas Indonesia pada

tahun 2012 dan berbagai pelatihan lainnya yang tidak dapat diuraikan satu-persatu.

Penulis juga banyak menorehkan prestasi selama menjalankan masa studinya,

diantaranya sebagai Juara 1 lomba Proposal Bisnis katagori kuliner di Universitas

Lampung Indonesia tahun 2011, Juara Harapan I Lomba Karya Tulis Ilmiah

Mahasiswa Piala Gubernur Lampung, Juara II Lomba Proposal Bisnis BEM

Unila, serta mendapatkan hibah wirausaha pada Program Mahasiswa Wirausaha

(PMW) dengan usaha Jasa Kuliner Sehat di Bandar Lampung pada tahun 2011

Penulis pernah mendapatkan kesempatan beasiswa diantaranya Beasiswa

Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2010-2013, Beasiswa Lampung

Peduli tahun 2012, Beasiswa Dataprint tahun 2012, dan Beasiswa FULLO

pada tahun 2012.

Page 9: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

MOTTO

“....Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang

menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah

sekali-kali kebencinmu terhadap suatu kaum, mendorong untuk kamu berbuat tidak

adil. Berlaku adilah karna adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah

kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan....”

(QS. Al-Maidah: 8)

“…Ingatlah sesungguhnya dengan mengingat Allah

hati menjadi tenang…”

(QS. Ar-Radu: 45)

“Hidup itu cari tantangan bukan ketenangan

dengan melawan tantangan maka kita akan

meraih kemenangan”

(Ahmad Saleh)

“Bukan karena kita sempurna semata-mata karena Allah tutup aib

kita. Bukan karena kita hebat semata-mata karena Allah mudahkan

urusan kita”

(Dinarti Andarini)

Page 10: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

PERSEMBAHAN

Semua Nikmat dan Anugerah yang kumiliki

Tak pernah lepas dari kuasa Mu, wahai Rabb pemilik Jiwa ini

Segala Puji dan Syukur hanyalah kepada Mu

Sebuah karya kecil yang bergoreskan pemikiran ini kupersembahkan kepada

inspirasi terbesar dalam hidupku

Ibuku Dini dan Ayahku Darmansyah

Adik-adikku tercinta

Della Adhiani Utari dan Fasihul Arman Adiansyah

Sahabat seperjuangan dan pergerakan

serta

Almamater Tercinta,

Fakultas Hukum Universitas Lampung

Page 11: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

SAN WACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam, yang Maha Agung, dan

menjadikan apapun yang ada dibumi dan dilangit atas kehendak-Nya. Shalawat

teriring salam tak lupa saya hanturkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad

SAW, sebagai suri tauladan terbaik, dan semoga syafaat beliau dapat

menyelamatkan para hambanya diyaumil akhir nanti, Amin.

Sebuah penghantar dan persembahan bagi tiap-tiap orang yang telah banyak

memberikan inspirasi, tenaga, bantuan dan pemikiran dalam penyelesaian tulisan

sederhana tentang Implementasi Pemenuhan Hak Perempuan dalam Peraturan

Perundang-Undang di Indonesia. Sehingga penulis pada akhirnya mampu

menyelesaikan dan merasakan keberhasilan yang membuatnya dirinya kini merasa

bangga dan bahagia. Seberapapun kalimat yang ditulis ini takkan mampu mewakili

ungkapan haru yang sebenarnya, namun tak ada cara lain selain mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Yulia Netta, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Utama, terima kasih

atas bimbingan serta nasihat yang telah Ibu berikan selama ini, selain telah

menjadi pembimbing Utama penulis, ibu juga telah banyak mengajarkan nilai

tentang kehidupan agar tidak mudah menyerah kepada diri penulis.

Page 12: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

2. Bapak Ahmad Saleh, S.H.,M.H. selaku Dosen pembimbing II selama ini

telah menjadi pembimbing penulis dan banyak memberikan motivasi serta

arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Rudy, S.H., L.LM., L.LD., selaku Pembahas utama penulis. Terima

kasih atas masukan dan saran selama ini, selain telah menjadi seorang pembahas

yang cermat dan kritis, bapak juga telah banyak mengajarkan nilai kejujuran

serta nilai moral kepada diri penulis.

4. Bapak Iwan Satriawan, S.H., M.H., selaku Pembahas II, yang telah banyak

memberikan kritik dan komentar kritis bagi penulis untuk terus

memperbaiki penulisan skripsi ini.

5. Bapak A r m e n Y a s i r , S.H., M.hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

6. Bapak Budiyono, S.H. M.H., DR., selaku ketua bagian Hukum Tata Negara

yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis, dan sebagai tempat

berkonsultasi tentang segala hal terimakasih atas ilmunya selama ini.

7. Bapak Eddy Rifai, S.H., M.H., DR., dosen pembimbing akademik penulis.

Terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya selama ini.

8. Dosen-dosen Hukum Bagian Hukum Tata Negara Pak Yusdianto, Pak

Muhtadi, Pak Zulkarnain, Bu Chandra, Bu Siti Asiah, Bu Erna Sari, Bu Yusnani

dan Yunda Martha yang telah berbagi ilmu kepada penulis. Telah memberikan

wawasan baru kepada penulis. Terima kasih sebesar-besarnya.

9. Bapak Prof. DR. I Gede Arya Bagus Wiranata, S.H., M.H., selaku Pembantu

Dekan III sekaligus dosen yang selama ini banyak memberikan bantuan

kepada penulis, Terima kasih sebesar-besarnya.

Page 13: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

10. Dosen-dosen Fakultas Hukum yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan di

Fakultas Hukum Unila.

11. Pak Marjiyono,S.Pd, Pak Sujarwo, dan Pak Supendi yang telah

menjadi bapak dan teman bagi penulis, yang selalu bisa diajak

berdiskusi.

12. Kedua Orangtuaku, penyemangat sekaligus guruku selama ini,

yang telah banyak memberikan ketauladanan dan membentuk karakter

didalam diriku, kalianlah sosok yang paling menginspirasi diriku,

segala keberhasilan dan prestasi yang aku dapat, aku persembahkan

untuk kalian, demi mengharapkan simpul senyum bangga diwajah

kalian wahai Ayah dan Ibu.

13. Adik-adikku, Della Adhiani Utari dan Fasihul Arman Adiansyah,

yang selama ini telah menjadi teman bermain dan bercanda dalam

keluarga kecil kita yang bahagia. Kalau kakak sarjana kelak kalian

harus sarjana juga.

14. Uwa Dadan dan Uwa Heni yang selalu menasihati dan memberi

petuah berharga dalam setiap hari-hariku serta selalu sabar

mengarahkanku kalian orang tua keduaku

15. Keluarga besarku Perkumpulan Jakarta dan Sekitarnya terimakasih

atas kasih sayangnya selama ini, semoga kelak aku selalu dapat

membanggakan kalian.

16. Saudara Sepupuku Tetha Murti, Tike Dwi, Puji Ayu, Akmal, Syeilani,

Dara Puspita, Salsabila, Nisrina Triandani, Adia Tursina, terimakasih

Page 14: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

atas dukungan dan semangat yang telah kalian berikan, kelak kita akan

terus berjuang mengarungi masa muda ini dengan karya dan prestasi.

17. Temanku yang telah berjuang bersama mengarungi suka dan duka

perjalanan kampus bersama Fenni Ayu Novereza.

18. Teman-temanku yang telah berjuang bersama mengarungi pahit dan

manisnya perjalanan kampus dan dakwah bersama Lembaga Dakwah

Kampus FOSSI FH Unila sekaligus awak Mabes. SM Munawar Harun,

Muhammad Faisal, Pimal Ibrahim, Andhika Prayoga, Saputro

Prayitno, Muhammad Yudho S, Muhammad Amin Putra, Riki

Indra, Gigih Suci, Raden Permata, Syukri Ramadhan, Roni Septian

M, Hidayat Fadilah, Andry Rahman Arif, Garda Arian, Handi

Alifta, Harmawan Pranayudha, Adam Tiansyah, Tajudin, Rafli, Rivan,

Malicia, Winda, Cicha, Denty, Uci.

19. Rekan-rekanku di HIMA HTN, Amin Putra, Muhammad Yudho, Riki

Indra, Zulqadri Anand, Mushab Rabbani, Malicia, Reisa, Sofyan, Nico

Noviansah, terimakasih atas bantuannya dan kebersamaan selama ini.

20. Rekan-rekanku di BEM Universitas Lampung Departemen Hukum,

Advokasi, dan Perundang-undangan, terimakasih atas semangat dan

kebersamaannya selama ini.

21. Rekan-rekankuy di Caca yang telah memberikan warna keceriaan pada

penulis.

22. Guru-guruku di SDN 2 Kota Serang, SMPN 1 Muara Enim, SMAN 2

Kota Serang, yang telah memberikan ilmu serta tauladan, segala jasa

yang telah kalian berikan begitu berharga, akan selalu kuingat

Page 15: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

sepanjang hayatku.

23. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung,

yang telah memperlancar semua urusan akademik penulis.

24. Almamaterku tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung.

25. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan dorongan

dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunianya

kepada Bapak, Ibu, serta rekan-rekan semua. Sangat penulis sadari bahwa

berakhirnya masa studi ini hanyalah separuh perjalanan dalam menempuh

kehidupan.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Bandar Lampung, 29 Desember 2017

Penulis

Dinarti Andarini

Page 16: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

63

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup……………………… 8

1.2.1 Rumusan Masalah……………………................. 8

1.2.2 Ruang Lingkup………………………………….. 8

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian…………………. 9

1.3.1 Tujuan Penelitian……………………………….. 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian…………………………….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………. 10

2.1 Gender………………………………………………………. 10

2.1.1 Definisi Gender………………………................ 10

2.1.2 Teori Gender……………………………………. 15

2.2 Feminisme…………………………………………………… 18

2.2.1 Definisi Feminisme……………............................ 18

2.2.2 Gerakan Feminisme…………………………….... 21

2.2.2.1 Gerakan Feminisme di dunia Internasional… 21

2.2.2.2 Gerakan Feminisme di Indonesia…………… 34

Page 17: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

64

3.4.1 Prosedur Pengumpulan Data…………………….. 45

3.4.2 Prosedur Pengelolahan Data……………………... 46

3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………… 47

3.6 Analisa Data………………………………………………….. 47

BAB IV PEMBAHASAN……………………………………… 48

4.1 Hak Konstitusional Perempuan dalam Konstitusi…………… 48

4.2 Implementasi Hak Konstitusional Perempuan dalam Peraturan

BAB V PENUTUP……………………………………………… 61

5.1 Kesimpulan………………………………………………….. 61

5.2 Saran…………………………………………………………. 62

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 63

BAB III METODE PENELITIAN…………………………… 41

3.1 Jenis Penelitian………………………………………………. 41

3.2 Pendekatan Masalah…………………………………………. 41

3.3 Sumber Data…………………………………………………. 42

3.4 Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data……….. 45

Perundang-Undangan Di Indonesia…………………………….. 55

Page 18: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi dalam sebuah negara yang dijadikan

dasar dalam penyelenggaraan negara. Salah satu fungsi dari konstitusi adalah

untuk membatasi kekuasaan dan menjamin hak asasi dan kebebasan warganya.

Indonesia sebagai sebuah negara yang menyatakan bahwa dirinya adalah negara

hukum,1 jaminan hak asasi mutlak ada dalam konstitusinya, termasuk pula dalam

hal ini jaminan terhadap hak asasi perempuan.

Istilah hak asasi perempuan muncul seiring dengan kesadaran masyarakat dunia,

yakni PBB2akan perlunya perhatian khusus dan perlindungan khusus bagi kaum

perempuan sebagai bagian dari masyarakat dalam suatu negara yang juga wajib

mendapatkan jaminan atas hak-hak asasinya.

1Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

2Perserikatan Bangsa-bangsa atau biasa disingkat PBB adalah sebuah organisasi internasional yang

anggotanya hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Lembaga ini dibentuk untuk

menfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi,

perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia.

Page 19: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

2

Salah satu produk hukum PBB adalah konvensi, yaitu perjanjian antara beberapa

negara atau perjanjian multilateral, sehingga konvensi ini tergolong hukum

Internasional. Ketentuan atau aturan yang ada dalam konvensi mengikat kepada

negara atau pihak yang mengikatkan diri terhadap konvensi tersebut. Konvensi

yang mengatur tentang hak asasi manusia pada umumnya mengikat secara

langsung secara umum, artinya langsung mengikat kepada aparat dan warga

negaranya tanpa memerlukan adanya peraturan pelaksanaan.

Salah satu bentuk perwujudan kepedulian PBB terhadap perlindungan hak asasi

manusia adalah kepedulian terhadap segala bentuk diskriminasi. Diskriminasi

adalah suatu perlakuan yang berbeda terhadap seseorang atau suatu kelompok

tertentu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Deklarasi Universal tentang Hak

Asasi Manusia (DUHAM) yang menyatakan semua orang berhak atas semua hak

dan kebebasan tanpa pembedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin,

bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal usul kebangsaan atau

kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 tidak secara tersurat

menyatakan tentang jaminan hak asasi terhadap kelompok perempuan secara

khusus, tetapi dalam pasal 2 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan

bahwa hak dan kebebasan perlu dimiliki oleh setiap orang tanpa diskriminasi,

termasuk tidak melakukan berdasarkan jenis kelamin.3

3Saprinah, Hak Aasi Perempuan dalam Hak Asasi Manusia.(Jakarta: Refika Aditama,2016),hlm.7.

Page 20: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

3

PBB mengamati banyak terjadi tindakan diskriminatif terhadap perempuan,

terutama tentang perlakuan yang tidak sama baik dalam hukum yakni perundang-

undangan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kelompok warga

negara yang karena kondisinya membutuhkan perlakuan khusus adalah

perempuan. Hal ini terlihat dari banyaknya persoalan dan permasalahan yang

dialami kaum perempuan seperti Marginalisasi atau kemiskinan, Subordinasi atau

penomorduaan status sebagai manusia diberbagai bidang kehidupan baik dalam

kebijakan pemerintah, keyakinan tradisi, kebiasaan budaya, bahkan juga asumsi

ilmu pengetahuan yang menyebabkan ketertinggalan kaum perempuan di berbagai

bidang kehidupan, Steorotype atau pelabelan dalam kehidupan budaya yang erat

kaitannya dengan tugas dan peranan berdasarkan gender atau jenis kelamin, dan

Violence atau tindakan kekerasan baik dalam bentuk fisik maupun psikis yang

dialami oleh kaum perempuan.

Persoalan dan permasalahan yang dialami oleh kaum perempuan menjadi alasan

kaum perempuan dalam beberapa kajian dan pengaturan, dimasukan dalam

kelompok yang vulnerable, bersama dengan anak, kelompok minoritas, dan

kelompok rentan lainnya yang semua itu bermuara dari adanya tindakan

diskriminasi atas dasar gender terhadap perempuan, terutama tentang perlakuan

yang tidak sama baik dalam hukum yakni perundang-undangan maupun dalam

lingkup yang lebih luas yakni di dalam kehidupan sehari-hari.4

4 Dalam pasal 1 CEDAW yang dimaksud diskriminasi adalah :“Setiap pembedaan, pengucilan,

pembatasan, yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk

untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi

manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau

apapun lainnya oleh perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka atas dasar persamaan

antara laki-laki dan perempuan”.

Page 21: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

4

Hukum seharusnya berkeadilan atau sensitif gender untuk menjamin terpenuhinya

hak asasi perempuan. Dengan mengikuti prinsip persamaan hak dalam segala

bidang. Maka baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak atau kesempatan

yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Maka apabila terjadi diskriminasi terhadap perempuan, hal itu

merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi perempuan. Maka secara

khusus, pada tahun 1947 PBB membentuk Komisi kedudukan wanita yang

menjadi cikal bakal penyusunan dan lahirnya konvensi wanita oleh PBB.

Sehingga pada 18 Desember 1979 PBB mensahkan Konvensi5 tentang

penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang dikenal dengan

istilah CEDAW singkatan dari The Convention the Elimination of all Form of

Discriminationagaint Women. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa

memberlakukan Konvensi tersebut mulai 3 Desember 1981 setelah 20 negara

meratifikasinya. Negara yang meratifikasi konvensi tentang penghapusan segala

bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang biasa dikenal dengan istilah

CEDAW berarti secara resmi mengikat diri menyelaraskan hukum negaranya

dengan CEDAW dan secara terencana melakukan upaya penghapusan segala

bentuk diskriminasi atas dasar gender dan peningkatan kesederajatan dan

kesamaan hak kaum perempuan. Adapun latar belakang pemikiran lahirnya

CEDAW antara lain:

5Salah satu produk hukum PBB adalah konvensi, yaitu perjanjian antara beberapa negara atau

perjanjian multilateral, sehingga konvensi ini tergolong hukum Internasional. Ketentuan atau

aturan yang ada dalam konvensi mengikat kepada negara atau pihak yang mengikatkan diri

terhadap konvensi tersebut.

Page 22: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

5

1. Memperhatikan bahwa dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

menegaskan adanya asas tidak diterimanya diskriminasi dan menyatakan

bahwa semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak,

dan bahwa tiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang dimuat

di dalamnya tanpa perbedaan apapun termasuk perbedaan jenis kelamin.

2. Mempertimbangkan konvensi-konvensi internasional yang ditandatangani

di bawah naungan PBB dan badan-badan khususnya yang menganjurkan

persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

3. Memperhatikan resolusi-resolusi, deklarasi-deklarasi dan rekomendasi-

rekomendasi yang disetujui oleh PBB dan badan-badan khususnya yang

menganjurkan persamaan hak antara pria dan wanita. Tetapi walaupun

dokumen-dokumen tersebut sudah ada, tetapi diskriminasi terhadap

perempuan masih terjadi.

4. Bahwa diskriminasi terhadap perempuan melanggar asas-asas persamaan

hak dan rasa hormat terhadap martabat manusia, yang merupakan

halangan bagi partisipasi perempuan atas dasar persamaan dengan laki-laki

dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Hal ini bisa

menghambat perkembangan kemakmuran dan menambah sulitnya

perkembangan dari potensi perempuan dalam pengabdiannya terhadap

negara dan umat manusia.

5. Menyadari bahwa diperlukan perubahan pada peranan tradisional laki-laki

dan perempuan dalam masyarakat dan keluarga untuk mencapai

persamaan sepenuhnya antara keduanya.

Page 23: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

6

6. Sumbangan besar kaum perempuan terhadap kesejahteraan keluarga dan

pembangunan masyarakat yang selama ini belum sepenuhnya diakui.

7. Bertekat untuk melaksanakan asas-asas yang tercantum dalam deklarasi

penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, dan untuk itu diperlukan

membuat peraturan untuk menghapus diskriminasi dalam segala bentuk

dan perwujudan.

konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

yang biasa dikenal dengan istilah CEDAW, secara umum konvensi ini dapat

dimanfaatkan untuk tujuan:

1. Menekan pemerintah agar lebih sensitif dalam hukum dan kebijakan yang

menyangkut gender.

2. Menagih tanggung jawab pemerintah atas komitmen yang mereka

jalankan.

3. Menjadi landasan yang sah dalam penetapan peraturan baru.

4. Menciptakan suatu kerangka hak asasi manusia yang lebih luas untuk

perempuan dari pada apa yang diperbolehkan dalam budaya atau sistem

hukum mereka sendiri.

5. Memberi legitimasi bagi kampanye yang menentang pelanggaran hak asasi

perempuan berdasarkan budaya maupun agama.

6. Menyediakan jalur ke komunitas hak asasi manusia yang lebih besar

termasuk kelompok-kelompok advokasi dan perlindungan hukum.

7. Menyediakan pedoman umum lintas nasional demi perkembangan strategi

dan pertukaran pengalaman dengan memakai bahasa dan pemahaman

yang sama tentang konvensi nasional.

Page 24: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

7

8. Menawarkan jalur ke badan-badan hukum internasional dan prosedur

menganjukan petisi.

9. Menyediakan tolok ukur untuk menilai kinerja pemerintah supaya

memerintah dengan adil.

CEDAW menetapkan secara universal prinsip-prinsip menetapkan persamaan hak

untuk perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, disemua bidang baik

politik, ekonomi, sosial, budaya dan sipil. Konvensi mendorong diberlakukannya

perundang-undangan nasional yang melarang diskriminasi dan mengadopsi

tindakan tindakan khusus, sementara untuk mempercepat kesetaraan de facto

antara laki-laki dan perempuan termasuk merubah praktek kebiasaan dan budaya

yang didasarkan pada inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau

peran stereotype untuk perempuan dan laki-laki.

Hak asasi perempuan adalah hak asasi manusia. Perempuan adalah manusia,

sehingga apa yang diterapkan untuk manusia sepatutnya juga diterapkan pada

kaum perempuan tanpa adanya diskriminasi atas dasar gender atau jenis kelamin.

Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-undang nomor 7 tahun 1984 tentang

ratifikasi CEDAW. Konsekuensi logis dari ratifikasi konvensi ini antara lain

Indonesia berkewajiban melaksanakan semua ketentuan yang ada dalam konvensi

tersebut. Sedangkan tujuan utama dari implementasi ini adalah untuk

meningkatkan kualitas hidup perempuan, baik di ranah publik maupun domestik.

Implementasi tersebut antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk menyelaraskan

aturan-aturan hukum nasional dengan isi konvensi tersebut. Maka peneliti merasa

perlu kajian lebih mendalam mengenai apasaja bentuk hak-hak konstitusional

Page 25: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

8

perempuan yang dijamin dalam hukum dan bagaimana pemenuhan hak

perempuan dalam peraturan perundang-undangan di Indoneisa. Berdasarkan hal

tersebut peneliti kemudian akan menyampaikan analisis penelitian dalam bentuk

skripsi yang berjudul, “Implementasi Hak Konstitusional Perempuan Dalam

Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, peneliti merumuskan

permasalahan yang akan dibahas didalam penelitian ini, yaitu:

1. Apasajakah bentuk hak konstitusional perempuan yang dijamin dalam

konstitusi?

2. Bagaimanakah pemenuhan hak perempuan dalam Peraturan Perundang-

Undangan yang ada di Indonesia?

1.2.2 Ruang Lingkup

Penelitian ini berada didalam bidang Hukum Tata Negara pada umumnya, dan

pada khususnya lagi pada lingkup Peraturan Perundang-undangan yang akan

membahas mengenai jaminan perlindungan dan pemenuhan hak konstitusional

perempuan dalam konstitusi dan implementasi pemenuhan hak konstitusional

Perempuan dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.

Page 26: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

9

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakuakan dalam rangka menambah ilmu pengetahuan

Ketatanegaraan khususnya bertujuan untuk mengetahui:

1. Bentuk hak-hak konstitusional perempuan yang dijamin dalam konstitusi.

2. Implementasi pemenuhan hak konstitusional perempuan dalam peraturan

perundang- undangan di Indonesia.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian

ilmu pengetahuan hukum, khususnya di dalam Hukum Tata Negara, dalam

rangka memberikan penjelasan mengenai jaminan hak konstitusional

perempuan dalam konstitusi dan pemenuhan hak konstitusional

perempuan dalam peraturan perundang- undangan yang ada di Indonesia.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

bagi rekan-rekan mahasiswa selama mengikuti program perkuliahan

Hukum Tata Negara pada Fakultas Hukum Universitas Lampung

mengenai pemenuhan hak konstitusional perempuan dalam peraturan

perundang-undangan yang ada di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan

dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah dalam mengharmonisasikan

seluruh produk hukum dan kebijakan agar relevan dan sejalan dengan

prinsip- prinsip konvensi sebagai bentuk komitmen penegakan hukum dan

penghapusan diskriminasi gender.

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Page 27: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gender

2.1.1 Definisi Gender

Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan

perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan

Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan

sejak kecil. Pembedaan ini sangat penting, karena selama ini sering sekali

mencampur adukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat

bukan kodrati. Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk

memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah

melekat pada manusia perempuan dan laki-laki untuk membangun gambaran

relasi gender yang dinamis dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada

dalam masyarakat.6

Kata gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan

tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan

sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan antar

6Iwan Satriawan, Hak Asasi Perempuan dalam Perspektif Pluralisme Hukum: Sintesis Jurnal

Intelektualisme Islam, ( Malang: Universitas Brawijaya, 2009).

Page 28: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

11

manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari

satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu kewaktu berikutnya. Gender

tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia

satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat. Berikut

definisi gender menurut berbagai pustaka adalah sebagai berikut:

1. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran,

fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai

sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat

berubah menurut waktu serta kondisi setempat. Tanggung jawab dan

perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat

dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta

kondisi setempat. 7

2. “Gender refers to the economic, social, political, and cultural

attributes andopportunities associated with being female and male.

The social definitions of what itmeans to be female or male vary

among cultures and changes over time. (Gender merujuk pada atribut

ekonomi, sosial, politik dan budaya serta kesempatan yang dikaitkan

dengan menjadi seorang perempuan dan laki-laki. Definisi sosial

tentang bagaimana artinya menjadi perempuan dan laki-laki beragam

menurut budaya dan berubah sepanjang jaman).8

3. “Gender should be conceptualized as a set of relations, existing in

social institutionsand reproduced in interpersonal interaction”

7Cedaw Working Group Initiative. Implementasi CEDAW di Indonesia. (Jakarta: CWGI,2007),

hlm.19. 8Hillary Lips, Sex and Gender: En Introduction,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 10.

Page 29: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

12

(Gender diartikan sebagai suatu set hubungan yang nyata di institusi

sosial dan dihasilkan kembali dari interaksi antar personal).9

4. “Gender is not a property of individuals but an ongoing interaction

between actorsand structures with tremendous variation across mens

and womens lives“individually over the life course and structurally in

the historical context of race andclass”.10

(Gender bukan merupakan

property individual namun merupakan interaksi yang sedang

berlangsung antar aktor dan struktur dengan variasi yang sangat besar

antara kehidupan laki-laki dan perempuan secara“individual sepanjang

siklus hidupnya dan secara struktural dalam sejarah ras dan kelas”).

5. “At the ideological level, gender is performatively produced” (Pada

tingkat ideologi, gender dihasilkan).“Gender is not a noun- a

„being‟–but a „doing‟. Gender is created and reinforceddiscursively,

through talk and behavior, where individuals claim a gender

identityand reveal it to others”11

. (Gender bukan sebagai suatu kata

benda menjadi seseorang namun suatu perlakuan. Gender diciptakan

dan diperkuat melalui diskusi dan perilaku, dimana individu

menyatakan suatu identitas gender dan mengumumkan pada yang

lainnya).

6. “Gender theory is a social constructionist perspective that

simultaneously examinesthe ideological and the material levels of

9 Hans Pangabean, Gender of expression and conceptualized, (Jakarta: Kanisius, 2010), hlm. 26.

10Miftahul Aini, Story of Gender: the historical context of race and class, (Jakarta: PT Buana

Ilmu Populer Kelompok Gramedia, 2014), hlm. 167. 11

Ibid.

Page 30: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

13

analysis”12

. (Teori gender merupakan suatu pandangan tentang

konstruksi sosial yangsekaligus mengetahui ideologi dan tingkatan

analisis material).

7. Women’s studies encyclopedia menjelaskan bahwa gender adalah

suatu konsep cultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal

peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki

dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Membahas permasalahan gender berarti membahas permasalahan perempuan dan

juga laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Gender menyangkut aturan sosial

yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan perempuan. Perbedaan

biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang

membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda. Jenis kelamin biologis

inilah merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat

dipertukarkan dan berlaku sepanjang zaman. Namun demikian, kebudayaan yang

dimotori oleh budaya patriarki menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi

indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung pada pembatasan

hak, akses, partisipasi, kontrol dan menikmati manfaat dari sumber daya dan

informasi.Pembahasan mengenai gender termasuk kesetaraan dan keadilan

gender dikenal adanya dua teori yaitu teori nurture dan teori nature. Namun

demikian dapat pula dikembangkan satu konsep teori yang diilhami dari dua

konsep teori tersebut yang merupakan kompromistis atau keseimbangan yang

disebut dengan teori equilibrium.

12

Ibid.

Page 31: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

14

Tabel 2.1.1 Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender

Jenis Kelamin (Seks)

Contoh kodrati

Gender

Contoh Bukan Kodrati

Peran reproduksi kesehatan berlaku

sepanjang masa.

Peran sosial bergantung pada waktu

dan keadaan.

Peran reproduksi kesehatan pada

diri manusia ditentukan oleh Tuhan

atau kodrat.

Peran sosial bukan kodrat Tuhan tapi

buatan manusia.

Menyangkut perbedaan organ-organ

biologis laki-laki dan perempuan

khususnya pada bagian alat-alat

reproduksi. Sebagai konsekuensi

dari fungsi alat-alat reproduksi,

maka perempuan mempunyai fungsi

reproduksi seperti menstruasi,

hamil, melahirkan dan menyusui;

sedangkan laki-laki mempunyai

fungsi membuahi (spermatozoid).

Menyangkut perbedaan peran, fungsi,

dan tanggungjawab laki-laki dan

perempuan sebagai hasil kesepakatan

atau hasil bentukan dari masyarakat.

Sebagai konsekuensi dari hasil

kesepakatan masyarakat, maka

pembagian peran laki-laki adalah

mencari nafkah dan bekerja di sektor

publik, sedangkan peran perempuan di

sektor domestik dan bertanggung jawab

masalah rumah tangga.

Peran reproduksi tidak dapat

berubah sekali menjadi perempuan

dan mempunyai rahim, maka

selamanya akan menjadi

perempuan; sebaliknya sekali

menjadi laki-laki, mempunyai penis,

maka selamanya menjadi laki-laki

Peran sosial dapat berubah: Peran istri

sebagai ibu rumahtangga dapat berubah

menjadi pekerja atau pencari nafkah,

disamping masih menjadi istri juga.

Membuahi Bekerja di dalam rumah dan dibayar

seperti jualan masakan, pelayanan

kesehatan, membuka salon kecantikan,

menjahit, mencuci pakaian, mengasuh

dan mendidik anak orang lain.

Sumber: Dianalisis dari Miftahul Aini, Story of Gender: the historical context of

race and class, (Jakarta: PT Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, 2014), hlm

173-181

Page 32: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

15

2.1.2 Teori Gender

1. Teori Nature

Secara etimologi nature diartikan sebagai karakteristik yang melekat atau

keadaan bawaan pada seseorang atau sifat dasar manusia. Nature juga dapat

diartikan sebagai suatu faktor kepribadian tentang kekuatan biologis yang

mengatur perkembangan manusia. Nature dapat diartikan sebagai faktor

kepribadian yang terkembang secara alami dan dipengaruhi oleh genetic.13

Teori nature diartikan sebagai teori atau argumen yang menyatakan bahwa

perbedaan sifat antar gender tidak lepas dan bahkan ditentukan oleh perbedaan

biologis. Dinyatakan sebagai teori nature karena perbedaan antara laki-laki

dan perempuan adalah natural dan dari perbedaan alami tersebut timbul

perbedaan bawaan berupa atribut maskulin dan feminim yang melekat pada

laki-laki dan perempuan secara alami.14

Teori nature berpandangan adanya pembedaan laki – laki dan perempuan

adalah kodrat, sehingga harus diterima. Perbedaan biologis itu memberikan

indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis kelamin tersebut memiliki

peran dan tugas yang berbeda. Ada peran dan tugas yang dapat dipertukarkan,

tetapi ada yang tidak bisa karena memang bebeda secara kodrat alamiahnya

umat manusia.

Page 33: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

16

2. Teori Nurture

Secara etimologi nurture berarti kegiatan perawatan atau pemeliharaan,

pelatihan, serta akumulasi dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi

kebiasaan dan ciri-ciri yang nampak. Nurture dapat diartikan sebagai suatu

faktor kepribadian tentang kekuatan lingkungan yang mengatur perkembangan

manusia. Nurture dapat berupa lingkungan keluarga, masyarakat bahkan

faktor ekonomi dan budaya.15

Teori nurture sebagai teori atau argumen yang menyatakan bahwa perbedaan

sifat maskulin dan feminim bukan ditentukan oleh perbedaan biologis,

melainkan konstruk sosial dan pengaruh faktor budaya. Dinyatakan sebagai

teori nurture Karena faktor-faktor social dan budaya menciptakan atribut

gender serta membentuk steorotype dari jenis kelamin tertentu, hal tersebut

terjadi selama masa pengasuhan orang tua atau masyarakat terulang secara

turun-temurun.16

Teori nurture berpandangan adanya perbedaan perempuan dan laki – laki

adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas

yang berbeda. Perbedaan itu membuat perempuan selalu tertinggal dan

terabaikan peran dan kontribusinya dalam kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konstruksi sosial menempatkan

perempuan dan laki-laki dalam perbedaan kelas. Laki-laki diidentikkan

dengan kelas borjuis, dan perempuan sebagai kelas proletar.

13

Skolnick Anderson, Some feminists denounced the family as a trap that turned women into

slaves, (Jakarta: Balai Pustaka, 2013). hlm. 37. 14

Ibid. 15

Ibid, hlm 41.

Page 34: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

17

3. Teori Equilibrium

Teori keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan

dan keharmonisan dalam hubungan antara kaum perempuan dengan kaum

laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan

laki-laki, karena keduanya harus bekerja sama dalam kemitraan dan

keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.

Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka dalam setiap kebijakan dan

strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran perempuan

dan laki-laki secara seimbang. Hubungan diantara kedua elemen tersebut

bukan saling bertentangan tetapi hubungan komplementer guna saling

melengkapi satu sama lain. R.H. Tawney menyebutkan bahwa keragaman

peran apakah karena faktor biologis, etnis, aspirasi, minat, pilihan, atau

budaya pada hakikatnya adalah realita kehidupan manusia.17

Hubungan laki-laki dan perempuan bukan dilandasi konflik dikotomis, bukan

pula struktural fungsional, tetapi lebih dilandasi kebutuhan kebersamaan guna

membangun kemitraan yang hamonis, karena setiap pihak memiliki kelebihan

sekaligus kelemahan yang perlu diisi dan dilengkapi pihak lain dalam

kerjasama yang setara.18

16

Ibid, hlm 45.

Page 35: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

18

2.2 Feminisme.

2.2.1 Definisi Feminisme.

Dalam buku Encyclopedia of Feminism, yang ditulis Lisa Tuttle pada tahun 1986,

feminisme dalam bahasa Inggrisnya feminism, yang berasal dari bahasa Latin

femina, secara harfiah artinya “havingthe qualities of females”. Istilah ini awalnya

digunakan merujuk pada teori tentang persamaan seksual dan gerakan hak-hak

asasi perempuan, menggantikan womanism pada tahun 1980.19

Feminisme yang memiliki artian dari femina tersebut, memiliki arti sifat

keperempuan, sehingga feminisme diawali oleh presepsi tentang ketimpangan

posisi perempuan dibanding laki-laki di masyarakat. Akibat presepsi ini, timbul

berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan tersebut untuk

mengeliminasi dan menemukan formula penyetaraan hak perempuan dan laki-laki

dalam segala bidang, sesuai dengan potensi mereka sebagai manusia.20

Maggie Humm dalam bukunya “Dictionary of Feminist Theories” menyebutkan

feminisme merupakan ideologi pembebasan perempuan karena yang melekat

dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan mengalami

ketidakadilan disebabkan jenis kelamin yang dimilikinya.21

Bahsin dan Night dalam bukunya “Some Question of Feminism and its Relevance

in South Asia” pada tahun 1986 mendefinisikan feminisme sebagai suatu

kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan di masyarakat,

17

Ibid, hlm 51. 18

Ibid, hlm. 52. 19

Arimbi Heroepoetri dan R. Valentina, Percakapan Tentang Feminisme VSNeoliberalisme

(Jakarta: debtWACH Indonesia, 2004), hlm 8. 20

Ibid, hlm 10. 21

Syarif Hidayatullah, Teologi Feminisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),hlm 5.

Page 36: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

19

tempat kerja, dan keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan dan laki-laki

untuk mengubah kesadaran tersebut. Maka hakikat dari feminisme masa kini

adalah perjuangan untuk mencapai kesetaraan, harkat, serta kebebasan perempuan

untuk memilih dalam mengelola kehidupan dan tubuhnya, baik di dalam maupun

di luar rumah tangga.22

Pemikiran Kamla Bashin dan Nighat Said Khan terhadap feminisme tersebut

tentunya memiliki alasan kuat, sebab keduanya menyaksikan banyak perempuan

tertindas dalam berbagai hal dalam masyarakatnya sejak beabad-abad. Sebagian

dari perempuan mengalami langsung penindasan terhadap dirinya, mungkin oleh

tradisi yang mengutamakan laki-laki, mungkin sikap egois dan sikap macho laki-

laki, mungkin oleh pandangan bahwa perempuan adalah objek seks. Sehingga dari

kesemua kemungkinan tersebut telah melahirkan penindasan terhadap kaum

perempuan.23

Seiring berjalannya waktu, feminisme bukanlah sekedar sebuah wacana

melainkan sebuah idelogi yang hakikatnya perlawanan, anti, dan bebas dari

penindasan, dominasi, hegemoni, ketidakadilan, dan kekerasan yang dialami

kaum perempuan.24

Dengan dipahami dari ideologi tentang perlawanan, ini

mengindikasikan bahwa dalam feminisme harus ada aksi untuk membebaskan

perempuan dari semua ketidakadilan, sehingga feminisme juga memiliki artian

gerakan-gerakan intelektual yang muncul dan tumbuh secara akademis maupun

22

Arimbi Heroepoetri dan R. Valentina, Percakapan..., 11. 23

Wardah Hafid, “Feminisme sebagai Budaya Tandingan”, “dalam” “ MembincankanFeminisme”,

“ed”. Dadang S. Anshori, dkk (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997),hlm 37. 24

Arimbi Heroepoetri dan R. Valentina, Percakapan..., hlm 15.

Page 37: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

20

bentuk upaya-upaya politik dan sosial perempuan untuk mengakhiri penindasan

yang dialami.25

Mansour Fakih juga menjelaskan bahwa feminisme merupakan gerakan yang

berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya

ditindas dan dieksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri penindasan dan

eksploitasi tersebut.26

Dengan beragamnya arti feminisme, maka akan sulit

mendapatkan definisi feminisme dalam semua ruang dan waktu. Hal ini terjadi

karena feminisme tidak mengusung teori tunggal, akan tetapi menyesuaikan

kondisi sosiokultural yang melatarbelakangi munculnya paham itu serta adanya

perbedaan tingkat kesadaran, presepsi, dan tindakan yangdilakukan oleh para

feminis.27

Contohnya di Amerika, gerakan feminisme pada mulanya lebih

dipandang sebagai suatu sudut pandangan yang mencoba membantu melihat

adanya ketimpangan-ketimpangan perilaku terhadap tindakan kaum perempuan,

baik yang bersifat struktual maupun kultural maka pada perekembangannya yang

lebih lanjut nilai yang diperjuangkan gerakan ini dikonsektualisasi sesuai dengan

kepentingan sejarah dan tempat gerakan itu mucul. Yakni dari penolakan perilaku

menjadi upaya pembebasan hak-hak perempuan yang cenderung radikal.28

25

Syarif Hidayatullah, Teologi…, hlm 15. 26

Mansour Fakih, Menggeser Konsepsi Gender dan Tranformasi Sosial (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1996), hlm.82. 27

Umul Barorah, “Feminisme dan Feminis Muslim”, “dalam” Pemahaman Islam dan

Tantangan Keadilan Jender, “ed”. Sri Suhandjati Sukri (Yogayakarta: Gama Media, 2002), hlm

183-184.

Page 38: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

21

atau dalam istilahnya biasa disebut gerakan feminisme terbagi menjadi empat

aliran besar dengan teori yang dimunculkan sebagai landasan bagi upaya

pembongkaran dominasi laki-laki terhadap perempuan.

Gerakan feminisme merupakan gerakan konflik sosial yang dimotori oleh para

pelopor feminisme dengan tujuan mendobrak nilai-nilai lama yakni nilai

patriarkhi yang selalu dilindungi oleh kokohnya tradisi struktural fungsional.

Gerakan feminisme yang berdasarkan model konflik berkembang menjadi

gerakan-gerakan feminism liberal, radikal, sosialis atau Marxism, dan feminism

Islam.

Pertama, Aliran feminisme liberal, aliran ini mulai berkembang pada abad ke 18,

di dasari pada prinsip-prinsip liberalisme, yaitu semua orang baik itu laki-laki atau

perempuan dengan kemampuan rasionalitasnya diciptakan dengan hak yang sama

dan setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama untuk memajukan

dirinya.29

Adapun awal lahirnya aliran feminisme liberal adalah tentang konsepsi

nalar, yakni keyakinan bahwa nalar membedakan manusia dengan makhluk lain

tidak memberikan informasi apapun. Sebab perempuan walau sama-sama manusia

yang bernalar, perempuan tidak memiliki kesadaran untuk bebas dari

keterpurukannya.

28

Eriyanti Nurmala Dewi, Feminisme Kontemporer VS Feminisme Islam”, “dalam”

“Membincangkan Feminisme”, “ed”. Dadang S. Anshori, dkk. (Bandung: Pustaka Hidayah,

1997), hlm 45. 29

Arimbi Heroepoetri dan R. Valentina, Percakapan...,hlm. 16.

2.2.2 Gerakan Feminisme

2.2.2.1 Gerakan Feminisme di dunia Internasional

Perjuangan akan pemenuhan hak asasi perempuan atau gerakan kesetaraan gender

Page 39: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

22

Aliran ini dinamakan feminisme liberal karena memiliki perhatian khusus tentang

pentingnya kebebasan individu tantang hak-hak yang didapat dan kewajiban yang

dilakukan. Yakni setiap individu perempuan atau laki-laki memiliki hak-hak yang

harus dilindungi dari penindasan, sehingga perhatian utama dari aliran ini adalah

tentang persamaan hak, khususnya hak-hak perempuan.

Feminisme liberal mengisyaratkan bahwa manusia baik laki-laki dan perempuan

adalah sama, seimbang, dan serasi dihadapan publik. Laki-laki memiliki

kekhususan tertentu, begitu pula dengan perempuan. Namun, tidak boleh

dijadikan suatu alasan untuk melakukan penindasan. Perempuan tidak bisa

diletakkan lebih rendah dari laki-laki dalam setiap bidang, sebab laki-laki dan

perempuan memliki kesanggupan dalam melakukan segala sesuatu diruang

khusus dan publik.

Niken Savitri dalam buku Perempuan dan Hukum menjelaskan bahwa setiap

orang memiliki otonomi, termasuk perempuan. Lebih lanjut karena aliran ini

sangat menekankan pada adanya kesetaraan maka aliran ini berpendapat bahwa

perempuan dan laki-laki secara rasional setara, jadi mereka harus mendapatkan

kesempatan yang sama untuk menerapkan pilihan rasional meraka.30

Feminisme

liberal melihat sumber penindasan bagi perempuan karena belum terpenuhinya

hak-hak perempuan, seperti diskriminasi hak, kesempatan, dan kebebasan hanya

karena berjenis kelamin perempuan. Namun aliran feminism liberal tetap menolak

persamaan secara keseluruhan antara laki-laki dan perempuan.

30

Niken Savitri, “Feminist Legal Theory dalam Teori Hukum”, “dalam” Perempuan danHukum:

Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan, “ed” Sulistyowati Irianto (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2006), hlm. 43.

Page 40: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

23

Aliran ini masih tetap memandang perlu adanya pembedaan antara laki-laki dan

perempuan, Aliran ini masih tetap memandang perlu adanya perbedaan antara

laki-laki dan perempuan, seperti yang berhubungan dengan fungsi reproduksi.31

Aliran feminisme liberal beranggapan bahwa tidak harus dilakukan perubahan

struktural secara menyeluruh diberbagai sektor kehidupan, tetapi cukup

melibatkan kaum perempuan di dalam berbagai peran dalam sektor kehidupan.

Adapun Salah satu tokoh aliran feminisme liberal adalah:

a. Mary Wollstonecraft

Mary Wollstonecraft lahir pada tanggal 27 April 1759 di Hoxton, Inggris.

Wollstonecraft dikenal sebagai seorang penulis, filusuf, dan tokoh

feminisme liberal pada akhir abad ke-18. Sebagai seorang feminis,

Wollstonecraft memperjuangkan hak-hak perempuan agar memiliki hak

setara dengan kaum laki-laki di bidang politik, pendidikan, dan lapangan

pekerjaan. Sehingga kaum perempuan tidak hanya terkurung di dalam

rumah mengerjakan pekerjaan yang bersifat motherhood saja dan sekedar

alat atau instrumen untuk kesenangan, kebahagiaan, dan kesempurnaan

kaum laki-laki.32

Mary Wollstonecraft terkenal dengan bukunya A Vindicationof the Rights

of Woman, dalam bukunya tersebut Wollstonecraft menulis bahwa

perempuan secara alami tidak lebih rendah dari laki-laki, tetapi terlihat

31

Syarif Hidayatullah, Teologi...,hlm. 19. 32

Naning Pranoto, Her Story: Sejarah Perjalanan Payudara (Yogyakarta: Kasinus. 2010), hlm 84.

Page 41: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

24

rendah karena mereka memiliki sedikit pendidikan. Wollstonecraft

mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap pandangan publik masa itu

yang mengatakan kondisi alami perempuan menyebabkan perempuan

kurang memiliki intelektualitas dan kemampuan fisik yang setara dengan

laki-laki.33

Menghapus stigma miring tentang perempuan tersebut perlu

diperjuangkan perubahan hukum dan pandangan, serta mereformasi

keadaan sosial yang ada agarmem buka kesempatan yang seluas-luasnya

bagi perempuan. Sebagaimana akar munculnya feminisme liberal adalah

karena persoalan nalar, yakni diyakini bahwa manusia dalam kapasitasnya

memiliki nalar sebagai pembeda dengan makhluk lain, maka manusia baik

laki-laki dan perempuan memiliki kapasitas dan kemampuan yang sama.

Sehingga masyarakat wajib memberikan pendidikan kepada perempuan

seperti juga kepada laki-laki karena semua manusia berhak mendapatkan

kesempatan yang setara untuk mengembangkan kapasitas nalar dan

moralnya. Sehingga perempuan dapat menjadi manusia yang utuh.34

feminis liberal bahwa setiap laki-laki maupun perempuan mempunyai hak

mengembangkan kemampuan dan rasionalitasnya secara optimal, tidak

ada lembaga atau individu yang membatasi hak itu, sedangkan negara

diharapkan hanya untuk menjamin agar hak tersebut terlaksana.

pembaruan-pembaruan hukum yang tidak menguntungkan perempuan dan

33

Id.m.wikipedia.org/wiki/ MarryWollstonecraft.Pada tanggal 8 Mei 2017. Pukul 14.56. 34

Rosemarie Pytnam Tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Konperhemsif kepadaAliran

Utama Pemikiran Feminisme (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), hlm. 21.

Page 42: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

25

mengubah hukum menjadi peraturan-peraturan baru yang memperlakukan

perempuan setara dengan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme liberal

memfokuskan perjuangan pada perubahan segala undang-undang dan

hukum yang dianggap dapat melestarikan institusi keluarga yang patriarki.

Kedua, Aliran feminisme radikal yang berkembang sekitar tahun 1960, kata kunci

dari aliran ini adalah radikal yakni mengakar dan menghendaki adanya

perombakan pada suatu sistem. Sumber masalah bagi aliran feminisme radikal

adalah ideologi patriarki, yakni bentuk organisai rumah tanggadi mana ayah

adalah tokoh dominan dalam rumah tangga, menguasai anggotanya, dan

menguasai reproduksi rumah tangga.35

Aliran feminism radikal berpandangan penindasan pada perempuan sejak awal

adalah karena peran dominasi laki-laki atas perempuan. Sistem kekuasaan pada

keluarga merupakan bagian kecil dari penindasan dan menyebabkan

keterbelakangan perempuan. Hal ini mengindikasikan penindasan terhadap

perempuan terjadi karena sistem seks atau gender. Sehingga untuk dapat

dikualifikasikan sebagai seorang feminis radikal, maka seorang feminis harus

yakin bahwa sistem seks atau gender adalah penyebab fundamental dari

penekanan perempuan.36

Menurut Alison Jaggar dan Paula Rothenberg Klain hal

tersebut dapat diinterprestasi bahwa perempuan secara historis dan kelompok

mendapatkan penindasan yang pertama, bahwa penindasan tehadap perempuan

adalah yang paling menyebar dan ada dalam setiap masyarakat yang diketahui,

bahwa penindasan terhadap perempuan merupakan penindasan yang paling sulit

35

Ibid hlm 31. 36

Ibid hlm 35.

Page 43: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

26

untuk dihapus, dan bahwa peninadasan terhadap perempuan memberikan model

konseptual untuk memahami bentuk penindasan lain.37

Feminis radikal berpandangan ayah dalam keluarga adalah pembuat semua

keputusan penting. Idelologi dan sistem ini tidak hanya telah melestarikan

suprioritas kaum laki-laki atas perempuan, namun juga telah menciptakan

keistimewaan laki-laki atas ekonomi.38

Sistem keluarga bagi aliran feminisme

liberal dianggap sebagai perpanjangan dari sistem patriarki. Sehingga aliran ini

menggugat sistem ayah sebagai kepala keluarga, bahkan menolak lembaga

institusi keluarga. Feminisme radikal juga mempercayai pada pentingnya otonomi

dan gerakan perempuan. Perempuan dapat menolak perkawinan atau memilih

tidak menggunakan alat kontrosepsi.

Rekontruksi sosial feminis radikal bukan hanya dilatar belakangi oleh sikap

kepemimpinan dan kekuasaan laki-laki selama ini, namun jelmaan dari kehendak

otoritas perempuan untuk menjadi penguasa yang sejajar dengan laki-laki.

Gerakan ini ditandai dengan gerakan kemandirian oleh kelompok perempuan

dalam segala segmentasi kehidupan. Pembongkaran radikal dilakukan pula

terhadap norma-norma keluarga antara suami dan istri. Suami tidak harus menjadi

kepala rumah tangga dalam pandangan aliran ini. Bahkan keluarga tidak harus

didefinisikan sebagai organisasi yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, melainkan

bisa terdiri atas ibu dan anak. Kehadiran ayah tidak menjadi keharusan.

37

Ibid, hlm 70. 38

Ibid. hlm 71.

Page 44: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

27

Dalam posisi inilah praktik-praktik aborsi dihalalkan, melainkan memandang

bahwa mengandung dan melahirkan adalah hak preogatif seorang perempuan dan

perempuan berhak menentukan sikap untuk menolak.39

Aliran ini juga mengupayakan pembenaran rasional gerakannya dengan

mengungkapkan fakta-fakta bahwa laki-laki adalah masalah bagi perempuan.

Laki-laki selalu mengeksploitasi fungsi reproduksi perempuan dengan berbagai

dalih.40

Feminisme mencoba membela perempuan yang dianggap merasa sama-sama

merasakan enak saat diperkosa. Bagi aliran ini ketika seorang perempuan sudah

menolak dan mengatakan “tidak” untuk melakukan hubungan badan, tetapi laki-

laki tetap memaksa untuk bersetubuh maka tindakan itu dianggap tindak

pemerkosaan.41

Aliran ini berpandangan perempuan tidak harus bergantung pada laki-laki, bukan

saja dalam hal lahiriyah melainkan dengan hal batiniyah juga. Perempuan dapat

merasakan kehangatan, kemesraan, dan kepuasan seksual tidak hanya dari

perempuan melainkan juga dari sesama perempuan. Sepanjang perempuan

meneruskan hubungannya dengan laki-laki, maka akan sulit bahkan tidak

mungkin untuk berjuang melawan laki-laki. Salah satu tokoh feminisme radikal

yang menganut faham ini adalah Elsa Gidlow, ia berteori bahwa menjadi lesbi

adalah terbebas dari dominasi laki-laki, baik intern maupun eksternal.42

Dari

39

Engkos Kosasih. Membincangkan Feminisme (Bandung: Pustaka Hidayah,1997),hlm 71. 40

Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender (Jakarta: Paramadina, 1999), hlm. 65. 41

Arimbi Heroepoetri dan R. Valentina, Percakapan..., hlm. 41. 42

Siti Muslikatin, Feminisme dan Pemberdayaan dalam Timbangan (Jakarta: Gema Insani Perss,

2004), hlm 36.

Page 45: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

28

pemahaman inilah feminis radikal mendapat tantangan besar dari dunia, bahkan

dari sesama aliran feminis lainnya. Salah satu tokoh aliran feminis radikal adalah:

a. Kate Millet

Kate Millett memiliki nama lengkap Katherine Murray Millett, lahir di

St. Paul Minnesota pada tanggal 14 September1934. Kate Millett

dikenal sebagai seorang tokoh feminis radikal lewat bukunya Sexual

Politics pada tahun 1970.

Ketiga, Aliran Feminisme Marxisme, kata kunci dari aliran ini adalah Marxis,

yakni berlandaskan pada teori konfliknya Karl Marx tentang kepemilikan pribadi.

Bagi Marx kepemilikan pribadi akan menimbulkan kehancuran pada system

keadilan dan kesemaan kesempatan yang pernah dimiliki masyarakat. Dari

kepemilikan tersebut sejatinya telah menciptakan sistem kelas yang eksploitatif.

Dalam pandangan aliran feminisme marxis, bahkan dalam keluarga sekalipun

tercermin sistem private property, yakni kepemilikan suami atas keluarganya.

Suami adalah cerminan kaum borjuis yang menguasai nafkah dan materi dari

keluarga, sehingga memiliki kekuasaan dan posisi yang kuat dalam keluarga

dibanding istri dan anak-anak yang ditempatkan menjadi kaum proletar.

Selain itu, perempuan bagi aliran ini dalam keluarga ditempatkan hanya dalam

sektor domestik untuk mengurus rumah tangga. Perempuan dalam rumah tangga

sekalipun dalam pekerjaannya tidak diperhitungkan dalam perhitungan ekonomi,

sosial, dan politik. Dengan tidak adanya nilai ekonomis, sosial, dan politik dalam

kehidupan berumahtangga maka perempuan dianggap tidak lebih bernilai

dibanding laki-laki. Laki-laki dianggap lebih bernilai karena memiliki pekerjaan

Page 46: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

29

yang ekonomis dan memberi masukan nafkah kepada keluarga. Oleh karena itu,

perjuangan feminis marxis adalah menuntut agar pekerjaan rumah tangga dihargai

dan bernilai ekonomis. Sebab pekerjaan rumah tangga adalah produktif dan

menciptakan surplusvelue atau nilai tambah dalam kehidupan berumah tangga.

Dengan cara itu, laki-laki dan perempuan berkedudukan sama karena secara

ekonomis keduanya mempunyai pekerjaan yang sama nilai ekonomis.43

Beberapa

tokoh:

a. Margaret Benston

Margaret Benston lahir di di Inggris pada tanggal 16 Juni 1865. Dalam

pandangan Margaret Benston perempuan harus diberi pekerjaan yang

bernilai ekonomi dalam ranah publik, tetapi apabila tugas rumah tangga

masih dibebankan sepenuhnya kepada perempuan maka hal ini akan

menambah beban pekerjaannya. Sehingga feminis marxis memiliki solusi

lainnya, yaitu pekerjaan rumah tangga tidak dilakukan secara sendiri oleh

perempuan. melainkan dilakukan secara bersama-sama atau pembagian

tugas pada anggota rumah tangga.44

Keempat, Aliran Feminisme Islam, yang mana secara konseptual, ide kesetaraan

laki-laki dan perempuan telah ada dalam sistem etika Islam. Sistem etika islam

menjelaskan bahwa manusia antara laki-laki dan perempuan mempunyai tabiat

kemanusiaan hampir sama. Allah telah menganugerahkan sesuatu kepada

perempuan sebagaimana menganugerahkan sesuatu kepada laki-laki. Keduanya

dianugerahi potensi dan kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab.

43

A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup (Jakarta: Penerbit buku Kompas, 2010), hlm 150. 44

Ibid.

Page 47: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

30

Hal ini menjadikan kedua jenis kelamin dapat melaksanakan berbagai aktivitas

yang bersifat publik ataupun domestik. Karena itu hukum-hukum syari‟at pun

meletakkan keduanya dalam satu kerangka. Di satu pihak laki-laki menjual dan

membeli, melanggar dan dihukum, menuntut dan menyaksikan, demikian juga

pada perempuan, dapat menjual dan membeli, melanggar dan dihukum, maupun

menuntut dan menyaksikan. Kemudian dengan berkembangnya zaman,

pembahasan gerakan perempuan secara terbuka didiskusikan di Timur tengah.

Untuk pertama kali topik tentang perempuan naik kepermukaan sebagai

konsekuensi dari karya-karya intelektual muslim laki-laki Mesir yang

pergerakannya dikenal sebagai Tahrirul al Mar’ah.45

Melalui pergerakan Tahrirul al Mar’ah lahirlah sosok Qasim Amin yang lebih

dikenal sebagai bapak feminis di Mesir. Qasim Amin lahir pada tanggal 1

Desember 1863 di perkampungan Mesir. Dalam perjalanan hidupnya Qasim Amin

berguru pada Muhammad Abduh dan berteman baik dengan Rasyid Ridlo, serta

bergaul dengan komunitas al Azhar.46

Qasim Amin menyatakan tidak ada perbedaan dalam perasaan dan pikiran antara

laki-laki dan perempuan bila ditinjau dari segi kemanusiaannya. Jika ada laki-laki

kuat dan unggul di dalam fisik dan akalnya, karena sudah lama berkecimpung

dengan latihan fisik dan akal. Sebaliknya, menurut Qasim Amin langkah

perempuan seperti disengaja untuk melakukan hal-hal yang dapat menjadikan

perempuan maju.47

45

Syafiq Hasyim, Hal-Hal yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-Isu Keperempuanan dalamIslam

(Bandung: Mizan, 2001), hlm 48. 46

Ida Rochmawati, “Qosim Amin dalam Diskursus Feminisme di Mesir”, Jurnal StudiIslam dan

Masyarakat, Volume VIII Edisi 13 Nomor 1 (Januari-Juni, 2004), hlm 6. 47

Juwairiyah Dahlan, Qasim Amin dan Reformis Mesir (Surabaya: Alpha, 2004), hlm 116.

Page 48: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

31

Kesadaran ketertindasan perempuan pada akhirnya menjadikan Qasim Amin

memperjuangkan hak-hak perempuan di Mesir. Artikel Qasim Amin tentang

perempuan awalnya belum berupa buku-buku, melainkan hanya berupa artikel

seperti problematika hijab, poligami, pendidikan, akses pekerjaan, serta pergaulan

perempuan dalam masyarakat, yang ditulis lepas dalam majalah “al Mua’ayyad”.

karya terpenting lain dari Qasim Amin adalah Tahriral Mar’ah yang berarti

emansipasi perempuan dan al Mar’ah al Jadidah yang berarti Perempuan

Modern. Kedua buku tersebut membahas tentang kekebabasan dan pengembangan

daya perempuan untuk lebih maju lagi. Pemikiran Qasim Amin ini

dilatarbelakangi oleh kondisi sosial Mesir pada saat itu yang memandang

perempuan rendah. Ruang gerak perempuan Mesir lebih dibatasi oleh tradisi

setempat. Sehingga menurutnya, Mesir akan tetap tertinggal apabila perempuan di

tempatkan menurut perspektif tradisi yang berlaku dan tidakakan dapat mengejar

ketertinggalan dunia48

Qasim Amin merupakan salah seorang dari tokoh feminisme Mesir. Qasim Amin

memfokuskan pemikiran tentang perempuannya dengan akar masalah tradisi yang

mengengkang perempuan di Mesir, sebab menurutnya adat dan tradisi yang

mengengkang perempuan bukanlah berasal dari ajaran Islam.49

Ajaran Islam pada dasarnya menempatkan perempuan pada posisi yang tinggi,

bahkan sederajat dengan laki-laki. Ajaran Islam yang tertuang jelas dalam Al

48

Ibid. 49

Ibid.

Page 49: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

32

Quran telah banyak menggambarkan tentang Islam yang ramah terhadap kaum

perempuan.50

Kisah Asyiyah istri Firaun, digambarkan sebagai perempuan pemberani, mandiri,

berpendirian kuat, dan orang yang menomersatukan pendidikan, bahkan ia berani

melakukan perlawanan atas kedhaliman sekalipun kepada suaminya sendiri,

hingga dirinya mampu mempertahankan keimanan dan kehormatannya.51

Kisah Ratu Bilqis penguasa di negerinya digambarkan sebagai perempuan yang

mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam wilayah sosial politik, yang tidak

akan tunduk kepada siapapun kecuali kepada kebenaran.52

Figur Maryam sebagai contoh perempuan yang ahli ibadah, bahkan Maryam

disebut sebagai Ummul Siddiqin dan teladan bagi orang-orang yang beriman, yang

melakukan perlawanan terhadap budaya Yahudi pada saat itu, bahwa perempuan

tidak boleh atau tidak pantas melakukan ritual ibadah di tempat ibadah mihrab,

karena tempat ibadah hanya milik laki-laki.53

Kisah Siti Khodijah dikenal sebagai pebisnis yang handal dan konglomerat yang

sukses pada zamannya. Siti Khodijah dikenal sebagai wanita mandiri, ulet

berkepribadian tinggi dan mempunyai kepekaan sosial. Setelah menikah, ia pun

ikut andil berjuang bahkan tidak segan-segan mendanai misi rasulullah, dan selalu

50

Ibid. 51

Ibid 52

Ibid 53

Ibid

Page 50: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

33

mendampingi beliau dalam keadaan apapun, memberikan inspirasi dan solusi

yang harus dilakukan Rasulullah.54

Rasulullah selalu mengajak perempuan diberbagai peperangan untuk ikut

berperan, baik sebagai ahli medis, tentara dan lain sebagainya. Seperti halnya

dalam kitab Thobaqat-nya Ibnu Saad dijelaskan bahwa banyak perempuan yang

mati syahid dalam peperangan, misalnya Ummu Imarohbinti Ka‟ab yang mati

syahid bersama suaminya dalam peperangan uhud. bertempur dan terluka tusukan

tombak. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan perempuan untuk berjuang dalam

segala kehidupan sangat didukung Rasulullah.55

Kisah Khafsah juga terkenal sebagai intelek, ia terlibat dalam kegiatan sosial

politik bersama Aisyah. Begitu juga Ummu Salamah sangat pemberani dan kritis.

Ketika Nabi menghadapi situasi kritis ketika umat Islam kecewa dengan

perjanjian Hudaibiyah tidak mau bertahallul, ia tampil memberi saran yang

argumentatif kepada Nabi agar bersikap tegas dan mulai bertahallul, yang

kemudian sarannya itu dikuti oleh nabi dan sahabat lain, dan masih banyak lagi

perempuan pada masa Nabi yang patut dijadikan model pergerakan perempuan

Islam.56

Qasim Amin menyakini dari banyak kisah yang tertuang dalam kitab suci

sebenarnya ajaran Islam pada dasarnya menempatkan perempuan pada posisi yang

tinggi dan memiliki derajat dan peranan yang sama dengan laki-laki. Sehingga

Mesir bila ingin maju haruslah mengembalikan paradigma berfikir masyarakatnya

54

Ibid. 55

Ibid. 56

Ibid.

Page 51: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

34

kembali kepada ajaran agama Islam yang murni, yakni menempatkan perempuan

pada kedudukan tinggi dan mengakui kemerdekaan serta kebebasan perempuan.57

Sejak beberapa abad yang lalu sebenarnya perempuan Indonesia sudah

mempunyai peran strategis dalam masyarakat. Pada abad 14 ada tiga kerajaan

Islam yang dipimpin perempuan, yaitu Sultanah Khodijah, Sultanah Maryam dan

Sultanah Fatimah. Pada zaman Majapahit, sejarah mencatat pula ratu Tribuana

Tungga Dewi yang kemudian melahirkan raja Majapahit Hayam Wuruk. Sejarah

juga mengisahkan Aceh pernah dipimpin seorang perempuan Sultanah Seri Ratu

Tajul Alam Safiatuddin Johan. Ia dinobatkan sebagai raja Aceh sejak tahun 1641-

1699. Sulawesi Selatan, Siti Aisyah We Tenriolle menjadi ratu Tanette tahun

1856. DiKutai pernah pula berkuasa seorang ratu, yaitu Ratu Aji Sitti.58

Ketika bangsa ini tengah berjuang dengan senjata melawan penjajah, tidak asing

di telinga kita nama-nama pejuang perempuan. Sejumlah pahlawan perempuan

seperti Tjut Nya‟ Dien yang tetap tegar memimpin perlawanan mengusir penjajah

meski dibelit penyakit dan kebutaan, begitu pula dengan Tjut Meutia, Laksamana

Malahayati, semuanya memimpin laki-laki dalam peperangan di Aceh. Mereka

ikut andil dalam mengatur strategi dan taktik sekaligus ikut mengangkat senjata

dalam berbagai peperangan.59

Awal abad ke-20 merupakan satu periode penting dalam sejarah Indonesia,

termasuk dalam gerakan perempuan. Sejalan dengan kebijakan pemerintah

57

Ibid. 58

Gamal Komandoko, Kisah 124 Pahlawan & Pejuang Nusantara, Cet. II Jakarta

PustakaWidyatama, hlm. 245.

2.2.2.2 Gerakan Feminisme di Indonesia

Page 52: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

35

kolonial dengan politik etisnya, terutama melalui institusi pendidikan modern,

telah menciptakan masyarakat baru yang akrab dengan modernitas, masyarakat

kelas menengah di perkotaan kemudian tampil dengan terma-terma baru yang

mengekspresikan hasrat kemajuan.

Perubahan mendasar terjadi hampir di semua aspek kehidupan masyarakat

Indonesia, termasuk perubahan sosial politik dan keagamaan, serta gerakan kaum

perempuan. Begitupun dengan perempuan seperti Raden Ajeng Kartini yang gigih

memperjuangkan emansipasi dalam arti pembebasan diri melawan adat, kekolotan

dan keterbelakangan, sehingga ia memelopori emansipasi perempuan. Ia menjadi

saksi munculnya sebuah kesadaran baru di kalangan perempuan Indonesia, dan ia

pun menjadi simbol awal gerakan emansipasi perempuan. Baginya, masalah

pokok yang dihadapi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Pendidikan bukan

hanya ditujukan pada kaum laki-laki tetapi pendidikan bagi kau m perempuan

juga perlu mendapat prioritas, suatu pemikiran yang cukup berani pada

zamannya.60

Dewi Sartika, seorang putri bangsawan dari Raden Somanegara dan Raden Ayu

Permas, sebagaimana Kartini, beliau melanjutkan ide-ide persamaan hak

perempuan setara dengan laki-laki dalam dengan mendirikan sekolah gedis yang

pertama, terkenal dengan nama sekolah keutamaan istri.61

Kartini dan Sartika, berangkat dari kelompok elit bangsawan yang mengusung

pentingnya pendidikan bagi perempuan. Ketertinggalan perempuan, dan

terjadinya diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan dapat diubah

59

Ibid

Page 53: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

36

melalui pemberian kesempatan bagi perempuan dalam bidang pendidikan. Dalam

mengembangkan gagasannya tentang pendidikan bagi perempuan dipengaruhi

oleh gerakan emansipasi di Barat ketika itu sedang berkembang. Berbeda dengan

dua periode sebelumnya menfokuskan pada isu perjuangan kemerdekaan di mana

perempuan terutama dalam konteks lembaga perkawinan. Karena itu semakin

tinggi pendidikan perempuan akan semakin tinggi posisi tawar di hadapan laki-

laki. Perlawanan Kartini terhadap adat Jawa yang sarat dengan mitos, simbol

subordinasi dan marjinalisasi perempuan. berpartisipasi dalam isu yang sama.

Angkatan ini perjuangan menghadapi dua kekuatan besar yaitu melawan penjajah

sekaligus melawan dominasi laki-laki terhadap perempuan. dominasi tersebut

berakar pada budaya patriarkhi dan pemahaman agama yang merugikan

perempuan.

Titik balik perjuangan perempuan terjadi pada tahun 1928, ketika

diselenggarakannya Kongres Perempuan pertama di Yogyakarta. Setelah

Soekarno menjadi pesiden, ia menegaskan bahwa masalah krusial bangsa ini

adalah perjuangan kemerdekaan melawan penindasan Belanda. Pergerakan

perempuan pada angkatan ini berkonsentrasi pada perjuangan kemerdekaan RI

melalui organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok perempuan. Pergerakan

perempuan telah terorganisir dalam sebuah wadah, baik yang menjadi bagian dari

organisasi yang dominan laki-laki maupun secara individu masuk dalam

organisasi atau lembaga di mana dia menjadi bagian dari pengambil keputusan.62

60

Ibid. 61

Ibid. 62

Ibid.

Page 54: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

37

Nyai Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi wanita Muhammadiyah

“SopoTrisno” pada tahun 1917 yang kemudian menjadi “Aisyah”. Dia juga

mendirikan pesantren putri sebagai pusat pelatihan santri dan ulama, mendirikan

sekolah umum dan panti asuhan. Haji Rasuna Said seorang tokoh perempuan

Sumatera Barat pada tahun 1926 menjadi perumus Sarikat Rakyat yang kemudian

menjadi PSII, aktif pada organisasi Persatuan Muslim Indonesia tahun 1930,

pendiri Komite Nasional Sumatera Barat, Dewan Perwakilan Negeri, anggota

KNIP, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera, dan anggota Dewan

Perwakilan Agung. Adapun Rahmah El Yunusiyah mendirikan Diniyah Putri

School di Padang Panjang dengan tujuan membentuk putri Islam dan ibu pendidik

yang cakap, aktif dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarga,

masyarakat dan tanah air. Gerakan yang dia lakukan untuk melawan penjajah

menganut politik non kooperatif. Ia ikut membantu terbentuknya pasukan

Sabilillah dan Hisbullah tahun 1919 hingga kemedekaan. Setelah kemerdekaan, ia

aktif di Tentara Keamanan Rakyat yang menjadi intidari batalyon Merapi. Tahun

1955 Rektor Al Azhar berkunjung ke lembaga pendidikan putri yang ia pimpin,

kemudian Rahmah di undang ke Al Azhar dan mendapatkan gelar “Syaikhah”,

jabatan terakhirnya sebagai anggota DPR 1955.63

Gerakan perempuan pada fase penegakan kemerdekaan yaitu awal orde lama

berdiri. Pemerintah Orde Baru mempunyai agenda penting, yaitu pemberlakuan

kebijakan politik dan ekonomi yang berorientasi pada pembangunan untuk

menggantikan kebijakan orde lama yang menekankan pembangunan ideologi dan

politik. programnya berorientasi persoalan praktis yang berkaitan dengan

63

J.B. Sudarmanta, Jejak-Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia, (Jakarta: Sinar

Page 55: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

38

kebutuhan hidup masyarakat. Kaum perempuan ditempatkan sebagai partner

manis bagi pembangunan, karena perempuan dianggap sebagai sumber daya

pembangunan. Ini terlihat pada blue print pembangunan sebagaimana termaktub

dalam GBHN, bahwa “wanita memiliki hak, kewajiban, dan kesempatan yang

sama dengan laki-laki untuk ikut serta dalam segala kegiatan pembangunan”.

Contoh kebijakan pemerintah Orde Baru adalah dibentuknya kementerian khusus

urusan wanita, dharma wanita yang dipegang langsung oleh presiden dan wakil

presiden sebagai pembina utama dengan istrinya sebagai penasihat utama dan

PKK yang menjadi proyek Menteri Dalam Negeri. Otonomi individu perempuan

dalam menentukan nasib dirinya diabaikan dan kemudian secara berbarengan

disubordinasikan untuk mendukung penuh kepentingan suami.

Gerakan perempuan dilakukan secara mandiri maupun kelompok. Adapun isu

yang diusung masih diseputar bagaimana perempuan menghadapi awal

kemerdekaan, di mana secara umum bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada

mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih dengan segala daya.

Sebagaimana periode sebelumnya bahwa konsentrasi gerakan perempuan belum

menyentuh substansi yang diperlukan spesifik isu perempuan. Presiden Soekarno

lebih menekankan bahwa problem perempuan akan berhasil jika kemerdekaan ini

telah dicapai. Sejumlah tokoh perempuan berbasis pesantren aktif mengasuh santri

putri seperti Aisyiyah, Wanita Islam, Muslimat NU dan gerakan perempuan

berbasis pesantren.

Gerakan perempuan angkatan pembangunan, dimana istilah Women in

Development muncul dipermukaan. Women in Development merupakan

Grafika,2013), hlm. 70.

Page 56: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

39

pendekatan pembangunan dengan mengintegrasikan perempuan dalam sebuah

sistem pembangunan nasional yang ditandai dengan prinsip effisiensi, dan

mengatasi ketertinggalan perempuan dalam pembangunan.

Salah satu strategi Women in Development adalah memberikan akses pada

perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan di bidang-bidang yang masih

beraroma stereotype gender tanpa diikuti penyadaran bagi laki-laki, melahirkan

peran ganda perempuan yang berdampak pada beban berlipat bagi perempuan.64

Organisasi wanita yang lahir pada era ini merupakan organisasi subordinat laki-

laki, sehingga kurang memiliki kemandirian dalam mengelola organisasi.

Pergerakan perempuan Islam berbasis organisasi keagamaan tidak lepas pula dari

pendekatan Women in develovment ini. Keberadaan Aisyiyah Muslimat NU, Al

Hidayah dan organisasi perempuan bebasis pesantren yang telah eksis sejak

angkatan sebelum ini, merupakan underbow dari organisasi induknya di mana

laki-laki mendominasi posisi dan peran tanggungjawab dalam organisasi induk

sehingga intervensi laki-laki atas keputusan penting masih sangat besar.65

Konferensi Perempuan Dunia ke 3 di Naerobi tahun 1985 membahas pendekatan

baru yaitu Gender and Development, di mana perempuan dan laki-laki bersama-

sama dalam mendapatkan akses, partisipasi, kontrol atas sumber daya, dan

penerima manfaat hasil pembangunan secara adil. Kemudian ide pendekatan

Gander and Development dibahas lebih lanjut melalui Konferensi Perempuan

keempat di Beijing tahun 1995. Konferensi ini bertema Persamaan, Pembangunan,

Perdamaian ini telah menghasilkan sejumlah rekomendasi yang harus

64

Ibid.

Page 57: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

40

dilaksanakan oleh negara-negara anggota PBB dalam upaya meningkatkan akses

dan kontrol kaum perempuan atas sumber daya ekonomi, politik, sosial dan

budaya.

65

Ibid.

Page 58: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitin ini adalah penelitian yuridis normatif ( normative legal research)

yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengkajian perundang-

undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum

tertentu.66

3.2 Pendekatan Masalah

Penelitian normative sering disebut juga dengan penelitian doctrinal yaitu objek

penelitiannya adalah dokumen perundang-undangan dan bahan pustaka. Hal yang

paling mendasar dalam penelitian ilmu hukum normative, adalah bagaimana

seseorang peneliti menyususn dan merumuskan masalah penelitiannya secara

tepat dan tajam, serta bagaimana seseorang peneliti memiliki metode untuk

menentukan langkah-langkahnya dan bagaimana melakukan perumusan dalam

membangun teorinya.67

66

Soerjono dan H. Abdurahman, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm.

56. 67

Ibid.hlm. 57.

Page 59: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

42

Pendekatan masalah menggunakan pendekatan dogmatik analitis dengan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengindentifikasi sumber hukum yang menjadi dasar rumusan masalah;

2. Mengindentifikasi pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang bersumber

dari rumusan masalah;

3. Mengindetifikasi dan menginventarisasi sumber data, ketentuan-ketentuan

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder berdasarkan rincian sub

pokok bahasan;

4. Mengkaji secara komprehensif analitis sumber data primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tersier guna menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan;

5. Hasil kajian sebagai jawaban permasalahan dideskripikan secara lengkap,

rinci, jelas, dan sistematis dalam bentuk laporan hasil penelitian atau karya

tulis ilmiah.

3.3 Sumber Data

Data merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian, karena dalam

penelitian hukum normative yang dikaji adalah bahan hukum yang berisi

aturan-aturan yang bersifat normative.68

Data yang diperoleh dan diolah dalam

penelitian hukum normative adalah data sekunder yang berasal dari sumber

kepustakaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dri bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

68

Ibid, hlm. 58.

Page 60: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

43

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum

mengikat,69

adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

Terhadap Perempuan. Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29.

Tambahan Lembarann Negara Tahun 1984 Nomor 3277;

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia. Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 165. Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 3889;

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95. Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4419;

e. Undang- Undang Republik Indonseia Nomor 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63. Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 1453;

69

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), hlm.

52.

Page 61: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

44

f. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pedagangan Orang.

Lembaran Negara republic Indonesia Tahun 2007 Nomor 58.

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 4720;

g. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2Tahun 2008 tentang

Partai Politik. Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 2. Tambahan

Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 4801;

h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008.

tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD. Lembaran Negara Tahun

2008 Nomor 51. Tambahan Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor

4836;

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer,70

antara lain berupa buku-buku literature

ilmu hukum, karya ilmiah dari karagan hukum, makalah dan artikel, serta

bahan lain yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini, antaranya

yaitu:

a. Iwan Satriawan,. Sintesis Jurnal Intelektualisme Islam, Hak Asasi

Perempuan dalam Perspektif Pluralisme Hukum, Malang:

Universitas Brawijaya. 2009.

70

Ibid.

Page 62: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

45

b. Jimmly Asshiddiqie, Makalah Hak Konstitusional Perempuan dan

Tantangan Penegakannya, Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia. 2009.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,71

antaranya

yaitu:

a. Kamus Hukum Belanda-Indonesia;

b. Kamus Hukum Bahasa Inggris-Indonesia;

c. Kamus Besar Bahasa Belanda-Indonesia;

d. Kamus Besar Bahasa Inggris-Indonesia;

e. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

tempuh prosedur sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Library Reasearch)

Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan

cara membqaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literature

yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku,

peraturan perundang-undangan, majalah serta dokumen lain yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas.

3.4.1 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini di

3.4 Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data

Page 63: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

46

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengelolahan

data yang terkumpul diolah melalui pengelolaan data. Adapun data yang

terkumpul diolah melalui pengelolahan data dengan tahap-tahap sebag\ai

berikut:

1. Identifikasi

Identifikasi data yaitu data yang terkumpul kemudian dilakukan

pemeriksaan dan menempatkan data yang berhubungan dengan

pembatasan.

2. Klasifikasi Data

Kalsifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh dalam kelompok-

kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memp[eroleh data yang

diperlukan dan akurat untuk kepentingan penelitian.

3. Editing

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoileh dari keterangan

dari kepustakaan.

4. Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu pen yusunan data secara teratur sehingga dalam

data tersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat.

5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimp[ulan yaitu langkah selanjutnya setelah data

tersususnsecara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu

kesimpulan yang bersifat umum data yang bersifat khusus.

71

Ibid.

3.4.2 Prosedur Pengelolahan Data

Page 64: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

47

Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk membantu dalam

proses penelitian, maka peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data

yaitu menggunakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu

prosedur data dengan cara membaca, memahami, dan mengutip sumber data

berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier

yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.

3.6 Analisis Data

Setelah data-data tersebebut tersusun secara sistematis sesuai dengan pokok-

pokok pembahasaan bidang penelitian, maka data-data tersebut dianalisis

secara kualitatif deskriptif yaitu menginterpretasikan data-data dalam bentuk

uraian kalimat sehingga diharapka dari data-data tersebut didapat penjelasan

mengenai apasaja dan bagaimana bentuk pemenuhan hak konstitusional

perempuan dalam peraturan perundangan di Indonesia.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Page 65: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan di dalam pembahasan,

dapat disimpulan bahwa :

1. Hak konstitusional perempuan di jamim di dalam Undang- Undang dasar

1945.Keberlakukan hak konstitusional bagi kaum perempuan terlihat dari

perumusannya yang menggunakan frasa “setiap orang”, “segala warga

negara”, “tiap-tiap warga negara”, atau „setiap warga negara”, yang

menunjukkan bahwa hak konstitusional dimiliki oleh setiap individu

warga negara tanpa pembedaan, baik berdasarkan suku, agama, keyakinan

politik, ataupun jenis kelamin. Hak-hak tersebut diakui dan dijamin untuk

setiap warga negara bagi laki-laki maupun perempuan.

2. Implementasi pemenuhan hak konstitusional perempuan dalam perundang-

undang terlihat dari telah cukup banyak peraturan perundang-undangan

yang ada responsif gender dan berkeadilan gender. Namun masih banyak

pula peraturan perundang-undangan tidak responsive dan berkeadilan

gender yang justru menghambat pengimplementasian hak konstitusional

perempuan.

Page 66: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

62

5.2 Saran

UUD 1945 sebagai hukum dasar yang memberikan konsekuensi hukum bahwa

setiap materi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berada di

bawahnya tidak boleh bertentangan dengan materi-materi dalam UUD 1945.

Sehingga idealnya peraturan apapun di bawah UUD 1945 harus sesuai dan tidak

boleh bertentangan dengan substansi UUD 1945 tersebut. Sehingga sudah

seharusnya mengharmonisasikan seluruh produk hukum dan kebijakan agar

relevan dan selaras dengan UUD 1945 serta menghapus segala bentuk

diskriminasi berdasarkan jenis kelamin sebagai bentuk komitmen penegakan

hukum dan penghapusan diskrimiasi gender.

Page 67: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra

Aditya Bhakti.

Armen yasir, 2007. Hukum Perundang-Undangan. Bandar Lampung: Pusat Studi

Hukum Tata Negara Universitas Lampung.

Ahmad Sonny Keraf. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas.

Arimbi Heroepoetri dan R. Valentina, 2004. Percakapan Tentang Feminisme VS

Neoliberalisme. Jakarta: debt WACH Indonesia.

Bahder Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Hukum. Bandung: Mandari

Maju.

Cedaw Working Group Initiative. 2007. Implementasi CEDAW di Indonesia.

Jakarta: CWGI.

Eriyanti Nurmala Dewi. 1997. Feminisme Kontemporer VS Feminisme Islam.

Bandung: Pustaka Hidayah.

Gamal Komandoko.2014. Kisah 124 Pahlawan & Pejuang Nusantara, Jakarta:

Pustaka Widyatama.

Hans Pangabean.2010. Gender of expression and conceptualized, Jakarta:

Kanisius.

Hillary Lips. 2015. Sex and Gender: En Introduction, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Iwan Satriawan. 2009. Hak Asasi Perempuan dalam Perspektif Pluralisme

Hukum. Sintesis Jurnal Intelektualisme Islam, Malang: Universitas

Brawijaya.

Ida Rochmawati. 2004. Qosim Amin dalam Diskursus Feminisme di Mesir, Jurnal

Studi Islam dan Masyarakat, Malang : Universitas Brawijaya.

Page 68: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

Jimly Asshidiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah konstitusi.

J.B. Sudarmanta. 2013. Jejak-Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa

Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Juwairiyah Dahlan. 2004. Qasim Amin dan Reformis Mesir. Surabaya: Alpha

press.

Mansour Fakih. 1996. Menggeser Konsepsi Gender dan Tranformasi Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Miftahul Aini. 2014. Story of Gender: the historical context of race and class,

Jakarta: PT Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Naning Pranoto. 2010.Her Story: Sejarah Perjalanan Payudara. Yogyakarta:

Kasinus.

Niken Savitri. 2006. Feminist Legal Theory dalam Teori Hukum. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Pius A Partanton. M. Dahlan Al-Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arloka

Rosemarie Pytnam Tong. 2009. Feminist Thought: Pengantar Paling

Konperhemsif kepada Aliran Utama Pemikiran

Feminisme.Yogyakarta: Jalasutra.

Soerjono dan H. Abdurahman, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta,

2003.

Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia.

Skolnick Anderson. 2013. Some feminists denounced the family as a trap that

turned women into slaves, Jakarta: Balai Pustaka.

Syafiq Hasyim. 2001. Hal-Hal yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-Isu

Keperempuanan dalam Islam. Bandung: Mizan.

Syarif Hidayatullah. 2010. Teologi Feminisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Umul Barorah. 2002. Feminisme dan Feminis Muslim.Yogayakarta: Gama Media.

Wardah Hafid. 1997. .Feminisme sebagai Budaya Tandingan. Bandung: Pustaka

Hida.

Page 69: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

Kamus:

Yan Pramadya Puspa. 1977. Kamus Hukum: Belanda-Indonesia-Inggris, Jakarta:

Aneka Ilmu.

Ibnu Sabil Muhammad. 2016. Kamus Hukum : Belanda-Indonesia, Jakarta: Pilar

Cendikia.

John M. Echols. 2003. Kamus Besar Inggris-Indonesia. Jakarta : PT.Gramedia.

Hassan Sahadily. 2003. Kamus Besar Belanda-Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia

Internet:

http://news.okezone.com/read/2014/01/14/339/926071/feminisme-issue-yang-paling

disorot

http://Id.m.wikipedia.org/wiki/ MarryWollstonecraft

Page 70: IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...digilib.unila.ac.id/31772/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2018-06-26 · DALAM PERATURAN

Peraturan Perundang-undangan:

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.

Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29. Tambahan Lembarann

Negara Tahun 1984 Nomor 3277.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

165. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 3889.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 95. Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4419.

Undang- Undang Republik Indonseia Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia. Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 63. Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 1453.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Pedagangan Orang. Lembaran Negara

republic Indonesia Tahun 2007 Nomor 58. Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4720.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 tentang Partai

Politik. Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 2. Tambahan

Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 4801.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang pengesahan Kovenan

Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang pembentukan Komisi

Nasional Perempuan.

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender.