implementasi model scramble untuk meningkatkan …

26
Khazanah: Jurnal Edukasi Volume 3, Nomor 2, Maret 2021; p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247; 160-185 IMPLEMENTASI MODEL SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA 5 SUB TEMA 2 PEMBELAJARAN 1 KELAS III DI MI DARUS SHOLAH AL UBAIDAH KEDUNGJAJANG LUMAJANG Hadi Husen Nurrohman Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Lumajang, Indonesia Email: [email protected] Putri Ariani Madrasah Ibtidaiyah Darus Sholah Al Ubaidah Lumajang, Indonesia Email: [email protected] Abstrak: Model Scramble adalah model pembelajaran yang berpusat pada pelajar. Scramble merupakan kegiatan belajar sambil bermain. Penelitian ini dilakukan di MI Darus Sholah Al Ubaidah Kedungjajang Lumajang dengan fokus penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana implementasi model Scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Tema 5 Sub Tema 2 Pembelajaran 1 Kelas III di MI Darus Sholah Al Ubaidah. (2) Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi model Scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Tema 5 Sub Tema 2 Pembelajaran 1 Kelas III di MI Darus Sholah Al Ubaidah Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2019-2020. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Prosedur pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Scramble merupakan sebuah model yang sangat cocok digunakan dalam pembelajaran tematik tema 5 sub tema 2 karena model tersebut membuat peserta didik merasakan belajar sambil bermain disamping itu juga dapat memupuk rasa solidaritas antar teman yang akhirnya dapat mempermudah pemahaman materi serta mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dengan hasil kerja peserta didik di atas KKM (kriteria ketuntasan minimal). Selain itu model Scramble bukan hanya mengutamakan pengalaman peserta didik saja namun membuat pengalaman baru yang berkesan pada diri peserta didik dan menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Kata Kunci: Model Scramble, Hasil Belajar Siswa, Tema 5 Sub Tema 2 Pembelajaran 1. Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri peserta didik agar menjadi manusia yang paripurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 1 Begitu pentingnya sebuah pendidikan maka dicantumkan dalam Bab I pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang 1 Kompri, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), 15.

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Khazanah: Jurnal Edukasi Volume 3, Nomor 2, Maret 2021; p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247; 160-185

IMPLEMENTASI MODEL SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA 5 SUB TEMA 2 PEMBELAJARAN 1

KELAS III DI MI DARUS SHOLAH AL UBAIDAH KEDUNGJAJANG LUMAJANG

Hadi Husen Nurrohman

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Lumajang, Indonesia Email: [email protected]

Putri Ariani

Madrasah Ibtidaiyah Darus Sholah Al Ubaidah Lumajang, Indonesia Email: [email protected]

Abstrak: Model Scramble adalah model pembelajaran yang berpusat pada pelajar. Scramble merupakan kegiatan belajar sambil bermain. Penelitian ini dilakukan di MI Darus Sholah Al Ubaidah Kedungjajang Lumajang dengan fokus penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana implementasi model Scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Tema 5 Sub Tema 2 Pembelajaran 1 Kelas III di MI Darus Sholah Al Ubaidah. (2) Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi model Scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Tema 5 Sub Tema 2 Pembelajaran 1 Kelas III di MI Darus Sholah Al Ubaidah Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2019-2020. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Prosedur pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Scramble merupakan sebuah model yang sangat cocok digunakan dalam pembelajaran tematik tema 5 sub tema 2 karena model tersebut membuat peserta didik merasakan belajar sambil bermain disamping itu juga dapat memupuk rasa solidaritas antar teman yang akhirnya dapat mempermudah pemahaman materi serta mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dengan hasil kerja peserta didik di atas KKM (kriteria ketuntasan minimal). Selain itu model Scramble bukan hanya mengutamakan pengalaman peserta didik saja namun membuat pengalaman baru yang berkesan pada diri peserta didik dan menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Kata Kunci: Model Scramble, Hasil Belajar Siswa, Tema 5 Sub Tema 2 Pembelajaran 1.

Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam

menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri peserta didik agar menjadi manusia

yang paripurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.1 Begitu

pentingnya sebuah pendidikan maka dicantumkan dalam Bab I pasal 1 ayat 1

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

1 Kompri, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), 15.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 161

menyatakan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Untuk mencapai proses pembelajaran yang mengarah kepada pembentukan

sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan ketrampilan

peserta didik sesuai kebutuhan maka diperlukan pendidikan yang tidak hanya

mempersiapkan para peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan saja, akan

tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan

sehari-hari.3

Komponen yang selama ini di anggap sangat mempengaruhi proses

pembelajaran adalah komponen guru. Karena guru merupakan ujung tombak yang

berhubungan dengan peserta didik sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun

bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan

prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam

mengimplementasikannya maka semuanya akan kurang bermakna.4 Apalagi pada

zaman sekarang ini guru hanya menjadi fasilitator bagi siswa dalam proses

pembelajaran.

Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap

kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh peserta didik.5 Maka seorang guru

harus memiliki kepekaan terhadap aktifitas peserta didiknya untuk mengetahui

karakteristik peserta didiknya secara personal. Hal ini diperlukan untuk

mempermudah guru dalam pentransferan pengalaman kepada peserta didik dan

memperlancar proses pembelajaran. Seorang guru dalam proses pembelajaran

dituntut untuk menampilkan keahliannya sebaik mungkin dalam menyampaikan

materi pelajaran di depan kelas dan memandang peserta didiknya sebagai manusia

yang mempunyai potensi dalam dirinya yang dapat dikembangkan. Sehingga dalam

2 Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), 7. 3 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Prestasi Pustaka, 2007), 1. 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2009), 13. 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi.., 24.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

162 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

proses pembelajaran tidak hanya sebagai proses pentransferan pengalaman guru

terhadap peserta didiknya, akan tetapi merupakan proses untuk menggali dan

menemukan sesuatu sebagai pengalaman baru bagi peserta didik. Keterampilan

menstransfer tersebut sangat dibutuhkan peserta didik setelah proses pembelajaran,

apalagi dalam pembelajaran tematik.

Model Scramble merupakan model pembelajaran yang berpusat pada pelajar.

Scramble merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian

rupa sehingga pelajar dapat mengusai kompetensi-kompetensi yang harus di capai

dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.6

Pembelajaran tematik yaitu mengaitkan materi dari beberapa mata

pembelajaran dengan alokasi waktu satu hari penuh. Setiap tema pembahasan

dikembangkan menjadi beberapa subtema dan setiap subtema terdiri dari beberapa

pertemuan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun

kelompok aktif mencari, menemukan sendiri konsep pembelajaran secara holistik dan

berkesinambungan sehingga memberikan makna yang utuh kepada siswa.

Pembelajaran tematik bertujuan untuk memudahkan siswa memahami materi

pelajaran karena berpusat pada satu tema tertentu, memberikan peluang kepada siswa

untuk mengembangkan tiga ranah pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik

secara bersama, dan meningkatkan ketertiban siswa secara kreatif dalam kegiatan

pembelajaran.

Dengan begitu peserta didik akan lebih aktif dan mudah paham dalam proses

pembelajaran tersebut, karena guru memilih sebuah model tepat untuk mengaktifkan

kegiatan peserta didiknya dan melibatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh

peserta didik. Seperti halnya guru kelas III di MI Darus Sholah Al Ubaidah

Tempursari Kedungjajang Lumajang, guru tersebut memilih model Scramble. Guru

tersebut berpendapat bahwa model scramble sangat cocok diterapkan, karena dalam

pembelajaran model scramble melibatkan siswa secara aktif membangun konsep-

konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial.

Proses pembelajaran yang demikian akan lebih bermakna dan menjadikan

skema dalam diri siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Hasil-

6 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), 171.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 163

hasil penelitian menunjukkan keberhasilan model ini dalam meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar siswa. Sehingga model ini cocok untuk diterapkan pada

materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu pada

tema 5 sub tema 2 pembelajaran 1 (Tema Cuaca Sub Tema Perubahan Cuaca

Pembelajaran 1).

Artikel ini akan membahas dua fokus masalah yang akan jadi titik tekan

pembahasan, pertama bagaimana implementasi model scramble untuk meningkatkan

hasil belajar siswa serta apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat model

scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Tema 5 Sub Tema 2

Pembelajaran 1 Kelas III di MI Darus Sholah Al Ubaidah Tempursari Kedungjajang

Lumajang. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang

mendeskripsikan fenomena dan bertujuan untuk memberikan gambaran secara

mendetail tentang proses implementasi dari model Scramble dalam meningkatkan hasil

belajar siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,

dan dokumentasi dengan sumber data kepala madrasah, guru, siswa.

Model Scramble

Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi

mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran.7 Dahlan di dalam buku

Isjoni mengemukakan model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau

pola yang di gunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan

memberiri petunjuk kepada pengajar di kelas. Sedangkan pembelajaran menurut

Muhammad Surya merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.8

Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai

7 Daryanto dan Raharjo, Muljo. Model Pembelajaran Inovatif (Yogyakarta: Gava Media. 2012), 241. 8 Isjoni, Cooperativ Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Cet. 7 (Bandung Alfabeta, 2013), 49.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

164 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar.9

Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan tekhnik pembelajaran.10 Dengan kata lain model

pembelajaran yaitu pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru. Ciri-ciri model pembelajaran yaitu:

1) Rasional, teoretis, dan logis yang disusun oleh para pengembang model

pembelajaran.

2) Memiliki landasan pemikiran yang kuat mengenai tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

dengan baik dan berhasil.

4) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Model pembelajaran yang ideal adalah model yang mengekspolarasi

pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang memungkinkan siswa

mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah lingkungan

belajarnya.11

Darsono di dalam bukunya Hamdani mengemukakan pembelajaran menurut

aliran behavioristik adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan

dngan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendifinisikan

pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir

dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari.12

Suparno di dalam bukunya Isjona mengatakan, pembelajaran bermakna

adalah suatu proses pembelajran di mana informasi baru dihubungkan dengan

struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan

fenomena baru dalam struktur pengetahuan mereka.13

9 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2009), 22. 10 Syamsul Hadi, Micro Teaching and Team Teaching (Lumajang: Cendikia Publishing, 2016), 197.

Lumajang: Cendikia Publishing. 11 Ismail Sukardi, Model-Model Pembelajaran Moderen (Palembang: Tunas Gemilang Pres, 2013), 30. 12 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), 23. 13 Isjoni, Cooperativ Learning Efektivitas.., 35.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 165

Jadi dari beberapa kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah seperagkat prosedur yang sistematis sebagai perancang bagi para

pengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran scramble dikembangkan oleh J. Myron Atkin, Robert

Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study) di Universitas

California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1967. Learning Cycle merupakan

model pembelajaran dengan pendekatan berbasis teori konstruktivisme sosial

Vygotsky dan teori meaningful learning Ausubel.14

Teori konstruktivisme sosial Vygotsky berbunyi “Interaksi sosial memainkan

peran penting dalam perkembangan intelektual peserta didi.”15 Teori konstruktivisme

memandang bahwa belajar merupakan suatu proses membangun pengetahuan sedikit

demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan

tidak sekonyongkonyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau

kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengonstruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.16 Teori meaningful

learning Ausubel adalah tentang “kebermaknaan” yang diartikan sebagai kombinasi

dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip bila ditinjau bersama-sama.

Model scramble merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang

diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengusai kompetensi-

kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.17

Model scramble juga merupakan model pengajaran berbasis inquiry yang dapat

bermanfaat bagi guru dalam merancang materi kurikulum dan strategi pembelajaran

dalam sains.

Pembelajaran Model scramble (siklus belajar) merupakan model pembelajaran

terfokus pada siswa. Model scramble adalah suatu perkembangan gerakan (tahapan)

yang dikoordinasikan agar siswa dapat menguasai kemampuan yang harus dicapai

dalam pembelajaran dengan memainkan suatu pekerjaan yang berfungsi.

14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2009), 170. 15 Baharuddin, Psikologi pendidikan: Refleksi Teoritis terhadap Fenomena (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 124. 16 Baharuddin, Psikologi pendidikan.., 126. 17 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran.., 171.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

166 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

Model scramble merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik menemukan konsep sendiri atau memantapkan konsep yang dipelajari,

mencegah terjadinya kesalahan konsep, dan memberikan peluang kepada peserta

didik untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari pada situasi baru.

Implementasi model pembelajaran model scramble dalam pembelajaran sesuai

dengan pandangan kontruktivisme dimana pengetahuan dibangun pada diri peserta

didik.18 Pada awalnya model pembelajaran scramble terdiri dari 3 fase, fase-fase

tersebut adalah eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan

penerapan konsep (concept application).19 Kemudian scramble 3 fase dikembangkan

menjadi scramble 5 fase oleh Lorsbach. Pada scramble 3 fase ditambahkan fase

engagement sebelum fase exploration dan pada fase terakhir ditambahkan fase evaluation.

Fase concept introduction dan concept application pada scramble 3 fase, masing-masing dalam

Scramble “5E” fase disebut sebagai explanation dan elaboration. Sehingga scramble 5 fase

lebih dikenal Scramble “5E.” Fase-fase yang terdapat dalam model pembelajaran

scramble “5E”, yaitu: Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, Evaluation.

Langkah-langkah dalam setiap tahap pembelajaran Scramble 5E dijelaskan oleh

Anthony W. Lorsbach sebagai berikut:20

a. Fase Engagement (Pendahuluan/pembangkitan minat)

Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada

tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan

keingintahuan (curiosity) peserta didik tentang topik yang diajarkan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam

kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan

demikian peserta didik akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban

peserta didik tersebut dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan

awal peserta didik tentang pokok bahasan. Kemudian guru melakukan identifikasi

ada/tidaknya kesalahan konsep pada peserta didik. Dalam hal ini guru harus

18 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., 170. 19 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., 171. 20 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., 171.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 167

membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian peserta didik

dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.21

Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam

menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan

ide-ide mereka, minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang

akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pengetahuan awal peserta didik tentang

penguasaan materi atas kompetensi sebelumnya yang berkaitan dengan

kompetensi yang akan diajarkan digali kembali, minat dan keingintahuan peserta

didik dibangkitkan dengan mengenalkan kompetensi baru dan kaitannya dengan

kompetensi sebelumnya.

Fase ini dapat dilakukan dengan demontrasi, diskusi, membaca atau aktivitas

lain yang dapat digunakan untuk membuka pengetahuan peserta didik dan

mengembangkan rasa keingintahuan peserta didik terhadap materi yang akan

dipelajari.

b. Fase Exploration (Eksplorasi)

Eksplorasi merupakan tahap kedua model pembelajaran scramble “5E.” Pada

tahap eksplorasi dibentuk kelompok kelompok kecil antara 4-5 peserta didik,

kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa

pembelajaran langsung dari guru. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator

dan motivator.

Fase exploration memungkinkan peserta didik menguji prediksi-prediksi yang

peserta didik dapatkan pada fase engagement. Pengujian prediksi tersebut dapat

dilakukan peserta didik dengan bekerjasama mendiskusikan pikiran-pikiran peserta

didik tentang kaitan antar topik perubahan lingkungan dengan sesama teman satu

kelompok. Diskusi tidak hanya seputar kaitan topik ekonomi yang sedang dibahas,

tetapi juga melibatkan masalah kehidupan sehari-hari dan kaitannya dengan

lingkungan sehingga peserta didik aktif dalam melaksanakan diskusi.

Peran guru dalam fase exploration ini adalah sebagai fasilitator dan motivator.

Sebagai fasilitator guru memberikan petunjuk apabila ada peserta didik yang belum

paham dalam menjawab soal yang diberikan yang ada pada LKS. Guru sebagai

21 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., 171.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

168 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

motivator mendorong peserta didik untuk terus mengeksplorasi dirinya dan tidak

mudah menyerah. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan

yang dimiliki peserta didik apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin

sebagian salah, sebagian benar.

c. Fase Explanation (Penjelasan)

Guru harus mendorong peserta didik untuk menjelaskan konsep dengan

kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka.

Guru dituntut mendorong peserta didik untuk menjelaskan suatu konsep dengan

kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan peserta

didik, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar peserta didik atau guru.22

Peserta didik menjelaskan konsep-konsep yang telah peserta didik dapatkan

dalam diskusi, baik dalam hal kaitan antar topik dalam perubahan lingkungan.

Peserta didik menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan cara mempresentasikan

hasil diskusi kepada teman-teman kelompok lain.

d. Fase Elaboration (Perluasan)

Elaborasi merupakan tahap keempat dalam model pembelajaran scramble.

Pada tahap elaborasi peserta didik menerapkan konsep dan keterampilan yang

telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian,

peserta didik akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat

menerapkan/mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru.23

Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan oleh guru secara individu. Soal

yang diberikan pada peserta didik merupakan soal yang berkaitan dengan

lingkungan yang memungkinkan untuk peserta didik mengaitkan konsep yang

telah diketahui peserta didik dahulu dalam menyelesaikan masalah sehingga

peserta didik tetap ingat akan konsep yang dulu pernah peserta didik terima.

e. Fase Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada fase evaluation, guru

dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman peserta didik dalam menerapkan

konsep baru. Guru mendorong peserta didik melakukan evaluasi diri, memahami

kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran.

22 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., 172. 23 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., 172.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 169

Dengan melakukan evaluasi diri, peserta didik dapat mengambil kesimpulan

lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya. Peserta didik mampu melihat dan

menganalisis kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran.24

Pada fase ini, dilakukan pengoreksian bersama terhadap hasil pekerjaan

peserta didik yang telah dikerjakan peserta didik pada fase elaboration. Pengoreksian

hasil pekerjaan peserta didik dilakukan agar peserta didik melakukan evaluasi diri

dan menganalisis kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran.

Guru bersama peserta didik juga melakukan pengambilan kesimpulan untuk

kompetensi yang telah dipelajari. Dengan demikian proses pembelajaran bukan

lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan proses

mendapatkan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan

langsung.

Model pembelajaran scramble patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori

belajar Piaget yang merupakan teori belajar berbasis konstruktivisme. Piaget

menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi:

struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental

tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah

perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi

merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi.

Model pembelajaran scramble “5E” didasari pada pengalaman belajar yang

dimiliki oleh peserta didik. Jean pigeat menyatakan bahwa dalam proses belajar, anak

akan membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui

pengalamannya. Scramble “5E” melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi pebelajar

untuk secara aktif membangun konsepkonsepnya sendiri dengan cara berinteraksi

dengan lingkungan fisik maupun sosial.

Implementasi model pembelajaran scramble “5E” dalam pembelajaran sesuai

dengan pandangan kontruktivis adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari kompetensi secara

bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman

peserta didik.

24 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., 175.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

170 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik.

Informasi baru yang dimiliki peserta didik berasal dari interpretasi individu.

3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan

pemecahan masalah. Proses pembelajaran yang bermakna dan dibangun atas dasar

pengalaman-pengalaman sendiri sesuai pandangan konstruktivisme akan membuat

pemahaman peserta didik lebih lama dan lebih dalam, pembelajaran yang

bermakna dapat membantu peserta didik untuk selalu mengingat konsep-konsep

yang telah peserta didik dapatkan sehingga peserta didik dapat mengaitkan

hubungan antar satu konsep dan konsep lainnya dalam lingkungan.

Model pembelajaran scramble mempunyai faktor pendukung sebagai berikut:25

1) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan aktif dalam proses

pembelajaran.

2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa.

3) Pembelajaran lebih bermakna.

Faktor penghambat dalam penggunaan model pembelajaran learning cycle

dalam pembelajaran di sekolah adalah:

1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-

langkah pembelajaran.

2) Memerlukan pengolaha kelas yang lebih terencana dan terorganiasasi.

3) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan

melaksanakan pembelajaran.

Hasil Belajar

Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat di kenal

secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki

pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing-masing

orang sudah sangat memahami apa yang di maksud belajar tersebut.

Garyy dan Kingsley di dalam buku Nana Sudjana menyatakan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-

25 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran.., 176.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 171

latihan.26 Sedangkan R. Gagne di dalam buku Ahmad Susanto mendefinisikan belajar

sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.27

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.28

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas

yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh

suatu konsep, pemahan atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang

terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun

dalam bertindak.

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang

makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik

yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil dari kegiatan

belajar.

Nawawi mengemukakan definisi belajar di dalam buku Ahmad Susanto hasil

belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.29 Hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.30

Secara sederhana, yang di maksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu

sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh

suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran

atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.31

26 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2010), 5. 27 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 1. 28 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Cet. 5 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), 2. 29 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran.., 5. 30 Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 5. 31 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor.., 5.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

172 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

Di dalam buku Purwanto, Winkel mengemukakan hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.32

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang di capai telah sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal

di dalam buku Ahmad Susanto, bahwa evaluasi merupakan proses proses

penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program

telah memenuhi siswa.33

Dari beberapa pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli di atas

dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang telah dicapai

siswa setelah proses pembelajaran.

a. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman

konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa

(aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskaan sebagai berikut:

1) Pemahaman Konsep (aspek kognitif)

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru

dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan

mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan Proses (aspek psikomotor)

Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan pula

sikap-sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung

jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang

bersangkutan.

3) Sikap (aspek afektif)

Dalam hubungannya dengan hasil belajar, sikap ini lebih diarahkan pada

pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka domain

yang sangat berperan adalah domain kognitif.34

b. Indikator Hasil Belajar

32 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 45. 33 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran.., 5. 34 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran.., 6.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 173

Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menyatakan bahan suatu proses

belajar mengajar dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang

disempurnakan, dan yang saat ini digunakan adalah:

1) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus telah

dicapai sisa baik secara individu maupun kelompok.

Demeikian dua macam tolak ukur yang dapat digunakan sebagai acuan

dalam menentukan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Namun yang

banyak dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari keduanya iaslah daya serap

sisa terhadap pelajaran.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang di capai siswa di pengaruhi dua faktor utama yaitu dari

dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya.35

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan gasil belajar siswa di

sekolah yang garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.

1) Faktor internal

Yang dimaksud faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dalam diri

individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal

ini meliputi fisiologis dan psikologis. Faktor-faktor fisiologis adalah faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini di bedakan dua

macam:

a) Keadaan jasmani

Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bagus akan memberikan pengaruh

positif terhadap kegiatan belajar individu.

b) Keadaan fungsi jasmani

35 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif.., 39.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

174 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh

manusia sangat mempengaruhi hasil belajar. Terutama panca indera yang

berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik

pula.

Sedangkan faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seorang

yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang

utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasaan siswa, motivasi,

minat, sikap dan bakat. Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai

kemampuan psikofisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan melalui cara yang cepat. Dengan demikian, kecerdasaan

bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi nuga organ-organ

tubuh lainnya.

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan

kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa melakukan

kegiatan belajar. Dari beberapa uraian di atas dapat di simpulkan bahwa hasil

belajar siswa di pengaruhi oleh beberapa faktor yang setiap faktor membawa

pengaruh masing-masing terhadap hasil belajar. Adanya pengaruh dalam diri

siswa adalah hal yang logis dan wajar, sebab hakikat belajar adalah perubahan

tingkah laku individu yang diniati dan di sadarinya. Siswa harus mengerahkan

segala daya upaya untuk menanggapinya, di samping itu kualitas pembelajaran

di sekolah harus lebih di utamakan oleh guru di sekolah.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat di golongkan menjadi

dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.36

a) Faktor lingkungan sosial

Faktor yang mempengaruhi lingkungan sosial adalah:

1. Lingkungan sosial sekolah

Lingkungan ini adalah guru, adminisrasi dan teman-teman sekelas yang

mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan manis dari

36 Ismail Sukardi, Model-model Pembelajaran Modern.., 20-22.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 175

ketiganya dapat menjadi motivasi siswa untuk belajar lebih baik di

sekolah.

2. Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan

mempengaruhi hasil belajar siswa. Lingkungan yang kumuh dan banyak

pengangguran akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak dia

akan kesulitan ketika memerlukan teman belajar.

3. Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar, ketegangan

keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),

pengelolaan keluarga, semuanya memberi dampak terhadap aktivitas

belajat siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak

atau adik sangat harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas

belajar dengan baik.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial

baik itu di sekolah, masyarakat maupun keluarga berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar siswa dan jika tiga faktor lingkungan di atas tidak di

kendalikan maka akan berdampak buruk pada anak tersebut.

b) Faktor lingkungan non sosial

Faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:

1. Lingkungan alamiah

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang

tidak terlalu silau/kuat. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar. Sebaliknya apabila

lingkungan tidak mendukung proses beajar akan terganggu.

2. Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat di golongkan dua macam, pertama

hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,

lapangan olahraga. Kedua software, seeperti kurikulum sekolah, peraturan-

peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan sebagianya.

3. Faktor materi pelajaran

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

176 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

Faktor ini hendaknya di sesuaikan dengan usia perkembangan siswa

begitu juga dengan metode mengajar guru di sesuaikan dengan usia

perkembangan siswa. Karena itu agar guru dapat memberikan

konstribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa.37

Dari penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa faktor lingkungan

alamiah, instrumental, dan materi pelajaran adalah hal yang sangat

mempengaruhi proses belajar mengajar. Terutama dalam hal penyampaian

materi pelajaran oleh seorang guru hendaknya guru tersebut mengusai

metodologi pembelajaran dengan baik.

Tematik (Tema 5 Sub Tema 2 Pembelajaran 1)

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan

indikator dari kurikulum/Standar Isi (SI) dari beberapa mapel menjadi satu kesatuan

untuk dikemas dalam satu tema. Dengan adanya kaitan tersebut maka peserta didik

akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran

menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Bermakna di sini memberikan arti bahwa

pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang

saling terkait dari beberapa mapel yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

usia peserta didik. Menurut Tim Pusat Kurikulum (Puskur) 2006, tanda dari

kebermaknaan belajar bagi peserta didik adalah terjadi hubungan antara aspek-aspek,

konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang

relevan di dalam struktur kognitif peserta didik. Proses belajar tidak sekedar

menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan

menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh

sehingga konsep-konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah

dilupakan.

Jika dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang konvensional,

pembelajaran tematik diharapkan lebih menekankan pada pengalaman dan

kebermaknaan dalam belajar, sehingga peserta didik memperoleh pemahaman yang

utuh dalam proses pembelajaran yang mengaitkan antar mapel. Hal ini sejalan dengan

37 Ismail Sukardi, Model-model Pembelajaran Modern.., 25.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 177

panduan dari Depdiknas (2003) yang menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta

didik menempati posisi penting dalam usaha meningkatan kualitas lulusan.Untuk itu

guru dituntut harus mampu merancang dan melakukan program pengalaman belajar

dengan tepat.Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar

dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman

belajar di sekolah. Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin

memberikan bekal kepada peserta didik untuk mencapai kecakapan dalam berkarya.

a. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Menurut Tim Puskur (2006), pendekatan pembelajaran tematik memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada

anak, karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada peserta didik,

baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik diharapkan dapat aktif

mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu

pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

2) Memberikan pengalaman langsung kepada anak.

Pembelajaran tematik diprogramkan untuk melibatkan peserta didik secara

langsung dalam pembelajaran yang mengaitkan antar konsep dan prinsip yang

dipelajari dari beberapa mapel. Sehingga mereka akan memahami hasil

belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang dialami, bukan sekedar

informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang

membimbing ke arah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sedangkan

peserta didik sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan

pengetahuannya.

3) Pemisahan mapel tidak kelihatan atau antar mapel menyatu.

Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian

suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mapel sekaligus, tidak dari sudut

pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan peserta didik untuk

memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

178 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

4) Menyajikan konsep dari berbagai mapel dalam suatu proses pembelajaran

sehingga bermakna.

Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek

yang membentuk semacam jalinan antar pengetahuan yang dimiliki peserta

didik, sehingga berdampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari peserta

didik. Hasil nyata akan didapat dari segala konsep yang diperoleh dan

keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari. Hal ini diharapkan

akan berdampak pada kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah

yang nyata dalam kehidupannya.

5) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan

anak.

Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan Pembelajaran yang

Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang melibatkan peserta

didik secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat, minat, dan

kemampuan sehingga memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar

terus menerus.

b. Manfaat Pembelajaran Tematik

Menurut Tim Puskur (2006), ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari

pelaksanaan pembelajaran tematik:38

1) Banyak materi-materi yang tertuang dalam beberapa mapel mempunyai

keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh.

2) Peserta didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa mapel dikemas

dalam satu tema yang sama.

3) Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi beberapa mapel dalam tema yang sama.

4) Menghemat waktu karena beberapa mapel dikemas dalam suatu tema dan

disajikan secara terpadu dalam alokasi pertemuan-pertemuan yang

direncanakan. Waktu yang lain dapat digunakan untuk pemantapan, pengayaan,

pembinaan keterampilan, dan remidial.

38 Salim Wazdy dan Suyitman, Memahami Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Sukses Offset, 2014), 46.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 179

5) Pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak membuat

hubungan beberapa mapel, sehingga mampu memproses informasi dengan cara

yang sesuai daya pikirnya, dan memungkinkan berkembangnya jaringan

konsep.

c. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Menurut Tim Puskur (2006), ada beberapa rambu yang harus diperhatikan

dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai berikut:39

1) Tidak semua mapel dapat dipadukan atau dikaitkan.

2) KD yang tidak dapat dipadukan atau diintegrasikan jangan dipaksakan untuk

dipadukan. Akan lebih baik bila dibelajarkan secara sendiri-sendiri.

3) KD yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui

tema lain maupun disajikan secara mandiri.

d. Implikasi Pembelajaran Tematik

1) Implikasi bagi guru dan peserta didik

a) Bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam

menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar yang bermanfaat bagi peserta didik,

juga dalam memilih KD dari berbagai mapel, serta mengaturnya agar

pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, dan menyenangkan.

b) Bagi peserta didik

Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual,

kelompok, atau klasikal. Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan

pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya: melakukan diskusi

kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.

2) Implikasi terhadap sarana prasarana, sumber, dan media pembelajaran

a) Pembelajaran tematik dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana

prasarana belajar.

39 Depdiknas, Pembelajaran Tematik di SD, 15.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

180 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

b) Perlu memanfaatkan sumber belajar baik yang sifatnya didesain khusus

untuk keperluan pembelajaran, maupun sumber belajar yang tersedia di

lingkungan sekitar.

c) Dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing

mapel dan dimungkinkan menggunakan buku suplemen khusus yang

memuat bahan ajar yang terintergrasi.

3) Implikasi terhadap pengaturan ruang

Dalam kegiatan pembelajaran tematik perlu pengaturan ruang agar

suasana belajar menyenangkan.

a) Ruang dapat ditata, disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.

b) Susunan bangku peserta didik dapat diubah-ubah disesuaikan dengan

keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.

c) Kegiatan belajar hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam

maupun di luar kelas.

d) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik

dan dimanfatkan sebagai sumber belajar.

e) Alat, sarana, dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan

peserta didik untuk menggunakan dan merapikan kembali.40

Ayo Membaca

Bacalah teks bacaan berikut!

Cuaca

Air mengalami suatu siklus. Oleh karena itu, air tidak akan pernah habis

meskipun di gunakan secara terus-menerus. Akan tetapi, daur air dapat mengalami

suatu gangguan, penyebabnya dapat karena faktor alam maupun karena kegiatan

manusia.

Salah satu faktor alam yaitu di pengaruhi oleh kondisi tanah dan iklim.

Kondisi tanah yang berbatu akan menyebabkan tanah tidak dapat menyimpan air.

Jadi, meskipun hujan turun, kondisi tanah yang demikian tidak dapat menyerap atau

40 Sofan Amri, Implemetasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2015), 54.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 181

menyimpan air. Tanah yang berbatu ini dapat menyebabkan kondisi kekeringan pada

daerah disekitarnya.

Selain itu, iklim juga dapat mempengaruhi siklus air. Saat terjadinya iklim

kemarau, maka cuaca akan sangat panas dan tidak turun hujan. Iklim tersebut dapat

menyebabkan beberapa tempat penampung air mengalami kekeringan.

Selain faktor alam, faktor manusia juga sangat berpengaruh pada siklus air.

Salah satu kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terganggunya siklus air adalah

penebangan pohon di hutan secara berlebihan. Hutan yang gundul karena

penebangan liar menyebabkan air hujan langsung jatuh ke tanah. Hal ini

menyebabkan air tidak dapat di serap dengan baik oleh tanah karena langsung

mengalir ke sungai dan danau. Akibatnya, jumlah air tanah sangat sedikit dan akan

terjadi kekeringan pada musim kemarau selain itu, apabila terjadi hujan terus-menerus

dapat mengakibatkan longsor dan banjir.

Hutan yang gundul menyebabkan daur air menjadi terganggu. Hal ini

disebabkan oleh cadangan air yang berada di dalam tanah makin berkurang, sehingga

air yang berada di sungai dan danau menjadi lebih sedikit. Kegiatan manusia lainnya

yang juga dapat mengakibatkan terganggunya daur air, diantaranya sebagai berikut:

a) Membiarkan lahan kosong tidak ditanami tumbuhan

b) Menggunakan air secara berlebihan untuk kegiatan sehari-hari

c) Mengubah daerah resapan air menjadi bangunan-bangunan lain.

Cuaca merupakan kondidi udara pada saat tertentu dan diwilayah tertentu,

yang relatif sempit serta pada jangka waktu yang singkat. Ada juga yang mengatakan

bahwa cuaca adalah keadaan udara harian pada suatu tempat tertentu yang meliputi

wilayah yang sempit, keadaan cuaca ini bisa berubah sewaktu – waktu.

1. Cuaca Cerah

Saat cuaca cerah, matahari bersinar terik dan udara terasa segar. Pada

umumnya, hujan tidak akan turun saat cuaca cerah. Angin bertiup sepoi – sepoi.

Pada saat siang hari, terlihat awan yang berbaris tipis, seperti kapas yang berwarna

putih bersih. Saat matahari muncul dan tenggelam, terlihat warna merah serta

kuning cerah. Saat malah hari, terlihat bintang tersebar dilangit.

2. Cuaca Panas

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

182 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

Udara terasa kering saat kemarau, alasan yang menyebabkan udara kering

ialah sinar matahari. Pada saat tengah hari, cahaya matahari jauh tegak lurus ke

bumi sehingga akan sangat kering dan panas. Ketinggian juga dapat menimbulkan

udara dibeberapa daerah terasa panas, semakin tinggi suatu daerah, temperature

udaranya akan semakin turun. Inilah sebabnya temperature dilokasi padang pasir

akan terasa sangat panas dan begitupun sebaliknya situasi di pegunungan terasa

dingin atau sejuk

3. Cuaca Berawan

Ketika langit ada beberapa awan, kondidi hal seperti ini dinamakan cuaca

berawan. Cahaya matahari tidak begitu terasa panas karena tertutupi oleh awan.

Beberapa awan dapat bergerombol sehingga akan terbentuknya awan yang sangat

besar. Awan besar dapat berubah menjadi mendung, jika posisi disekitarnya

mendukung, mendung bisa berubah menjadi hujan.

4. Cuaca Sejuk

Suatu daerah akan merasakan cuaca sejuk jika kelembapan udara tinggi, angin

tertiup sangat cepat dan suhu udara rendah

5. Cuaca Hujan

Hujan bersumber dari udara yang mengadung uap air, uap air terbentuk

sebab adanya pemanasan matahari terhadap air dipermukaan bumi, seperti air

kolam, air danau, air sungai, dan air laut. Udara tersebut naik keatas dan

menciptakan awan dan awan menurunkan hujan41

Ayo Kerja Sama

Lakukan tugas berikut dengan kelompokmu!

1. Carilah informasi dan amati cuaca didaerah tempat tinggal kalian!

2. Diskusikanlah hasilnya dengan teman sekelompokmu!

3. Lengkapilah tabel berikut berdasarkan hasil diskusi yang kamu peroleh!

41 Erwin Nugraheni, Buku LKS tema 5 cuaca kelas III MI/SD Semester Genap, (Jakarta: CV Pustaka Persada 2019), 37.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 183

No Kegiatan Manusia Penyebab Manfaat

1. Cuaca Cerah

2. Cuaca Panas

3. Cuaca Berawan

4. Cuaca Sejuk

5. Cuaca Hujan

Ayo Renungkan

Dari materi yang telah kamu pelajari hari ini, maka jawablah

pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan apa yang kamu rasakan!

1. Hal baru apa saja yang kamu peroleh dari pembelajaran hari ini?

Jawab:........................................................................................

2. Apa yang kamu ketahui tentang cuaca?

Jawab:........................................................................................

3. Sudah mampukah kamu menyebutkan macam – macam cuaca yang telah

dipelajari.

Penutup

Berdasarkan pada fokus penelitian dan hasil analisis data peneliti

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi model Scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema 5

sub tema 2 pembelajaran 1 kelas III di MI Darus Al Ubaidah Tempursari

Kedungjajang Lumajang tahun pelajaran 2019/2020 dilakukan beberapa tahap

atau fase, yaitu: a. Fase Engagement (pembangkitan minat/pendahuluan); b. Fase

Exploration (Eksplorasi); c. Fase Explanation (Penjelasan); d. Fase Elaboration

(Perluasan); e. Fase Evaluation (Evaluasi).

2. Faktor pendukung implementasi model Scramble untuk meningkatkan hasil belajar

siswa pada tema 5 sub tema 2 pembelajaran 1 kelas III di MI Darus Al Ubaidah

Tempursari Kedungjajang Lumajang tahun pelajaran 2019/2020 adalah: a. Siswa

aktif dan semangat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

184 | Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021 p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247

guru dalam proses pembelajaran; b. Siswa dapat mengamati permasalahan yang

terjadi dilingkungan sekitar, sehingga siswa terdorong suka bertanya, berfikir kritis

serta melakukan percobaan-percobaan; c. Guru dapat mengaitkan materi yang

dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehingga siswa lebih banyak mengaktifkan

banyak indera dari pada hanya mendengarkan penjelasan guru. Sedangkan faktor

penghambat model Scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema 5

sub tema 2 pembelajaran 1 kelas III di MI Darus Al Ubaidah Tempursari

Kedungjajang Lumajang tahun pelajaran 2019/2020 adalah memerlukan

pengelolaan kelas yang terencana dan terorganisasi agar siswa tidak cepat jenuh

dan bosen ketika proses pembelajaran.

Daftar Pustaka

Amri Sofyan. 2015. Implemetasi Pembelajaran Aktif Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Baharuddin. 2009. Psikologi pendidikan: Refleksi Teoritis terhadap Fenomena. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Daryanto dan Raharjo, Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Hadi, Syamsul. 2016. Micro Teaching and Team Teaching. Lumajang: Cendikia Publishing.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Isjoni. 2013. Cooperativ Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Cet. 7. Bandung Alfabeta.

Iskandar M., Srini. 2015. Pendekatan Pembelajaran SAINS Berbasis Kontruktivitis. Malang: Media Nusa Creative.

Kompri. 2015. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Novita, Farida. 2015. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Scramble dalam Pembelajaran Sains di Kelas V Min Mesjid Raya Banda Aceh”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Darussalam Banda Aceh.

Nugraheni, Erwin. 2019. Buku LKS tema 5 cuaca kelas III MI/SD Semester Genap. Jakarta: CV Pustaka Persada.

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salim Wazdy dan Suyitman. 2014. Memahami Kurikulum 2013. Yogyakarta: Sukses Offset.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Hadi Husen Nurrohman; Putri Ariani Implementasi Model Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Khazanah: Jurnal Edukasi; Volume 3, Nomor 2, September 2021

p-ISSN: 2657-2265, e-ISSN: 2685-6247 | 185

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Cet. 5. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2010. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido.

Sukardi, Ismail. 2013. Model-Model Pembelajaran Moderen. Palembang: Tunas Gemilang Pres.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Prenada Media.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada media Group.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Yogyakarta: Pustaka Widyatam.