implementasi metode tsaqifa dalam memudahkanmetode tsaqifa dalam belajar membaca al-qur’an pada...

102
IMPLEMENTASI METODE TSAQIFA DALAM MEMUDAHKAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA MASYARAKAT DI DESA DOREBARA, KABUPATEN DOMPU NTB SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH NURUL FITRAH ISLAMIAH NIM: 10519214314 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1439 H/ 2018 M

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • IMPLEMENTASI METODE TSAQIFA DALAM MEMUDAHKAN

    BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA MASYARAKAT

    DI DESA DOREBARA, KABUPATEN DOMPU NTB

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama

    Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

    OLEH

    NURUL FITRAH ISLAMIAH

    NIM: 10519214314

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1439 H/ 2018 M

  • vi

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Nurul Fitrah Islamiah

    NIM : 105192143

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Fakultas : Agama Islam

    Kelas : C

    Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyususnan proposal sampai selesai penyusunan skropsi ini,

    saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

    2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

    3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3 saya bersedia

    menerima sangsi sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Demikian perjan perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

    Makassar, 04 Dzulka’dah1439 H

    17 Juli 2018 M

    Yang Membuat Pernyataan

    Nurul Fitrah Islamiah

    NIM: 105192143

  • vii

    ABSTRAK

    Nurul Fitrah Islamiah. 10519214314. Implementasi Metode TsaqifaDalam Memudahkan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Masyarakat DiDesa Dorebara, Kabupaten Dompu, NTB. Dibimbing oleh M IlhamMuchtar, Dan Ahmad Nashir.

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas,yang bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana bentuk implementasimetode tsaqifa dalam belajar membaca Al-Qur’an pada masyarakat didesa Dorebara kabupaten Dompu, NTB. 2) bagaimana hasil implementasimetode tsaqifa dalam memudahkan belajar membeca Al-Qur’an padamasyarakat buta aksara Al-Qur’an di desa Dorebara, kabupaten Dompu.

    Penelitian dilaksanakan di kabupaten Dompu, Desa Dorebara.Yang berlangsung selama 2 bulan dimulai sejak Mei hingga Juni 2018.Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Penggumpulan data dilakukandengan cara observasi, serta evaluasi yang dilakukan sejak awalpenelitian sampai dengan akhir penelitian.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Bentuk implementasimetode tsaqifa yaitu mengenalkan 28 huruf hijaiyah dan perubahannya,bentuk penggabungan huruf, mengenal cara pengelompokkan hurufberdasarkan kemiripan bentuk huruf, posisi tempat keluarnya huruf sertasifat-sifat huruf. Kemudian mengenalkan bunyi vocal atau kharokat,mengenal bunyi tanwin, mengenal tanda baca mad, mengenal huruf matiatau sukun, mengenal huruf tasdid, kemudian dilanjutkan denganmembaca potongan ayat-ayat Al-Qur’an dan terakhir yaitu latihanmembaca Al-Quran sambil memperkenalkan tajwid terapan. 2)implementasi metode Tsaqifa dapat mempermudah dalam belajarmembeca Al-Qur’an pada masyarakat buta aksara Al-Qur’an di DesaDorebara. Hal ini dilihat dari adanya perubahan kemampuan membacapeserta. Dimana dari 10 orang peserta, pada siklus I terdapat 4 pesertayang sudah tuntas, kemudian ketuntasan ini meningkat lagi pada siklus IIhingga mencapai 8 peserta yang telah tuntas, sementara 2 peserta lagimasih belum tuntas. Meski masih ada beberapa masyarakat yang masihbelum bisa memahami bacaan Al-Qur’an secara utuh, akan tetapisebagian besar masyarakat yang belajar membaca Al-Qur’an denganmenerapkan metode Tsaqifa telah mengalami peningkatan dalamkemampuannya membaca Al-Qur’an. Metode Tsaqifa juga tidak akandapat mencerdaskan begitu saja tanpa ada kemauan dan semangatbelajar dari diri individu itu sendiri.

    Kata Kunci: metode Tsaqifa, membaca Al qur’an, buta aksara Al-Qur’an.

  • viii

    viii

    KATA PENGANTAR

    ِ َنْحَمُد هُ وَ ِانَّ اْلَحْمدَ َّ ُرْوِر اَْنفُ ِ ْن ُش ِ ِم ا َهللاَّ ُوُذ ِب َتْغِفُر هُ, َوَنُع اَ ِت َنْسَتِعْیُنُھ, َوَنْس یِّ َنا َوَس ِس

    ُ َفالَ ُمِضلَّ لَُھ, َو ْحَدهُ الَ َشِر ْیَك لَُھ, َو اَ َّ َ دُ اَْعَما لَِنا, َمْن َیْھِدْه ا ًد ا َعْب هُ ْشَھُد اَنَّ ُمَحمَّ

    رً لِْیًما َكِثْی لََّم َتْس ِھ َو َس َحا ِب ِھ َواَْص ى اَلِ ِھ َو َعلَ ُ َعلَْی لَّى َهللاَّ ُھ َص ْو لُ ُد: َوَر ُس ا َبْع ا اَمَّ

    Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji, meminta

    pertolongan dan memohon ampunan-Nya. Kami berlindung kepada Allah

    Subhanahu wa ta’ala dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan amalan kami.

    Barangsiapa yang Allah Subhanahu wa ta’ala beri petunjuk kepadanya, maka

    tidak ada yang mampu menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Allah

    subhanahu wa ta’ala menyesatkannya, maka tidak ada yang bisa memberi

    petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan

    Rasul-Nya. Semoga shalawat dan salam Allah limpahkan untuk Rasulullah,

    keluarga dan para sahabatnya.

    Allhamdulillah, tiada jalan tanpa rintangan, tiada sukses tanpa

    perjuangan, tidak terasa akhirnya sampai pada titik akhir penyelesaian

    skripsi. Namun semua ini tak terlepas dari berbagai pihak lewat dukungan,

    arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan material, maka melalui

  • ix

    ix

    kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang

    terhormat:

    1. Ibu dan bapak tercinta, serta kedua adikku yang selalu memberikan cinta

    dan kasih sayang, setiap waktu bersujud dan berdoa demi kelancaran

    penulisan skripsi ini hingga tercapainya cita-cita penulis.

    2. Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE.MM Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar. Yang telah memberikan kesempatan kepada

    penulis sehingga terselesainya skripsi ini.

    3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag, M.Si Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam di

    Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

    5. Bapak Dr. M Ilham Muchtar, Lc. MA. dan Ahmad Nashir, S.Pd.I,. M.Pd.I

    pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing

    serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat tersusun.

    6. Bapak Kepala desa Dorebara yang telah memberikan izin untuk

    melakukan penelitian

    7. Masyarakat desa Dorebara yang telah sudi meluangkan waktunya untuk

    belajar bersama peneliti

    8. Sahabat-sahabat seperjuangan, teman-teman berlembaga, serta

    saudara-saudara yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

  • x

    x

    persatu, penulis ucapkan banyak timakasih untuk kerja sama dan

    motivasi yang telah kita bagi bersama.

    Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala berkenan memberikan balasan

    yang setimpal kepada beliau-beliau sesuai dengan amal yang telah diberikan

    kepada penulis. Tidak mengurangi rasa hormat dan dengan rendah hati

    penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan terbatasnya

    kemampuan yang penulis miliki, atas kritik dan saran yang bersifat

    membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

    nilai guna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin

    Ya’Robbal’Alamin.

    Makassar, 23 Juli 2018

    Penulis

    Nurul Fitrah Islamiah

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ...............................................................................................i

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................................ii

    PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................................iii

    BERITA ACARA MUNAQASYAH ...........................................................................iv

    PESETUJUAN PEMBIMBING.................................................................................v

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .........................................................vi

    ABSTRAK ...............................................................................................................vii

    KATA PENGANTAR................................................................................................viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................xi

    DAFTAR TABEL .....................................................................................................xiii

    BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................5

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................................5

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................................5

    BAB II KAJIAN TEORITIS .......................................................................................6

    A. Implementasi Metode Tsaqifa .................................................................6

    1. Pengertian Implementasi Metode Tsaqifa..........................................6

    2. Sejarah Metode Tsaqifa.....................................................................8

    B. Belajar Membaca Al-Qur’an ....................................................................9

    1. Pengertian Al- Qur’an ........................................................................9

    2. Belajar Membaca...............................................................................20

    3. Metode-Metode Membaca Al-Qur’an.................................................25

    C. Masyarakat Buta Aksara Al-Qur’an .........................................................27

    xi

  • xii

    BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................29

    A. Jenis dan Objek Penelitian....................................................................30

    B. Desain Penelitian ..................................................................................30

    C. Prosedur Penelitian...............................................................................31

    D. Instrumen Penelitian .............................................................................34

    E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................36

    F. Metode Analisis Data ............................................................................36

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................38

    A. Profil Desa Dorebara.............................................................................38

    1. Sejarah Desa ..................................................................................38

    2. Gambaran Umum Demografis ........................................................40

    3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan ...............................................41

    B. Deskripsi Per Siklus ..............................................................................43

    1. Siklus I .............................................................................................46

    2. Siklus II ............................................................................................52

    C. Implementasi Metode Tsaqifa Dalam Belajar Membaca Al-Qur’an

    Pada Masyarakat Di Desa Dorebara Kabupaten Dompu NTB..............59

    BAB V KESIMPULAN..............................................................................................64

    A. Penutup.................................................................................................64

    B. Saran.....................................................................................................65

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Dorebara pada tahun 2017 .................................40

    Tabel 2. Daftar peserta yang siap belajar bersama membaca Al-Qur’an ................44

    Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran...............................................................48

    Tabel 4. Jadwal pertemuan siklus I .........................................................................51

    Tabel 5.Hasil evaluasi siklus I .................................................................................54

    Tabel 6. Jadwal pertemuan siklus II ........................................................................56

    Tabel 7. Hasil evaluasi siklus II ...............................................................................58

    viii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Al-Qur’an merupakan petunjuk yang diberikan kepada manusia untuk

    dapat selamat dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Namun Allah yang

    menentukan apakah seseorang mendapatkan hidayah atau tidak dari

    kegiatan mempelajari Al-Qur’an atau menelaah petunjuk lainnya.1

    Sebelum menelaah sebuah petunjuk yang terdapat di dalam Al-Qur’an

    tentu seseorang harus mampu terlebih dahulu untuk dapat membaca Al-

    Qur’an. Dapat membaca Al-Qur’an merupakan suatu keharusan bagi setiap

    muslim karena membaca Al-Qur’an adalah bentuk ibadah seorang hamba.

    Membaca Al-Qur’an juga merupakan bagian dari pelaksanaan shalat, yang

    dimana shalat adalah amalan pertama yang akan dihisap di hari akhir nanti.

    Saat melakukan shalat tentu seseorang haruslah terlebih dahulu

    mengetahui apa yang harus dibacanya, seperti surat Al-Fatiha dan surat

    pendek lainnya.

    Menurut Imam al-Ghazali shalat yang dilakukan dengan kesadaran

    harus mengandung paling sedikitnya enam keadaan jiwa dan salah satunya

    yaitu pemahaman yang mendalam mengenai makna yang diucapkan

    sehingga terjadi keselerasian dan kesesuaian antara gerak dan ucapan lisan

    1 Sani Abdulah Ridwan, Sains Berbasis Al-Qur’an,(Jakarta:PT Bumi Aksar,2015)h.ix

    1

  • 2

    lahir dengan getaran perasaan batin.2 Meski masyarakat Indonesia

    merupakan penduduk muslim terbanyak di dunia, mayoritas masyarakat

    Indonesia tidak fasih melafaskan bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-

    Qur’an itu sendiri. Sering kita temukan masyarakat dewasa yang belum

    mampu membaca Al-Qur’an. Banyak di antara mereka yang baru ingin

    mempelajari Al-Qur’an setelah menginjak usia dewasa, namun beranggapan

    bahwa belajar membaca Al-Qur’an pada usia dewasa merupakan hal yang

    cukup sulit. Padahal Allah subhaanahu wa ta’ala telah menjanjikan

    kemudahan dalam mempelajari Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya.

    Terjemahnya:

    “Sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran(peringatan), maka adakah yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar[54]: 17)3

    Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu propinsi di

    Indonsia yang penduduknya terkenal religius, hal ini diamati dari lahirnya

    banyak generasi yang menjadi qari’ atau penghafal Al-Qur’an, bahkan K.H

    TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A yang merupakan gubernur NTB adalah

    seorang penghafal Al-Qur’an.

    Islam akan menjadi kuat apabila ajaran di dalamnya senantiasa

    dijadikan tradisi wajib yang selalu diwarisi pada setiap generasi. Namun

    2 Muhammad Haikal Akbar, Agar Sholat Bisa Khusyu’ (Syaifa Pressindo. 2010) h. 49.3 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)

    h.529

  • 3

    dibalik semua itu penulis masih menemukan masyarakat dewasa yang belum

    mengenali aksara Al-Qur’an. Hal ini diakibatkan oleh kelalaian masa muda,

    pendidikan yang minim, dan kesempatan belajar yang kurang.

    Berbagai metode bermunculan guna membantu seseorang dalam

    mempelajari Al-Qur’an, seperti metode Iqro, Qiroah dan Murojaah. Namun

    beberapa metode ini hanya memungkinkan bagi orang yang memiliki banyak

    waktu luang, misalnya metode Iqro yang memiliki 6 jilid, bagi anak-anak

    biasanya baru mampu menyelesaikan Iqro setelah 6 tahun belajar. Hal ini

    jelas bahwa metode tersebut sangat tidak memungkinkan bagi orang yang

    mememiliki banyak kesibukan. Maka dalam hal ini peneliti mencoba

    menawarkan metode Tsaqifa sebagai salah satu metode baru yang

    ditemukan Umar Taqwim.

    “Tsaqifah adalah sebuah metode baca tulis Al-Qur’an yang sedangberkembang di Indonesia, sebagai salah satu alternatif metode untukmengatasi buta huruf Al-Qur’an di kalangan muslim. Tsaqifa dirancangkhusus untuk orang dewasa yang belum bisa membaca Al-Qur’anTarget metode ini yaitu seseorang diharapkan mampu membaca Al-Qur’an tingkat dasar atau pra tajwid. Bukan tingkat mahir.4

    Metode ini menggunakan pendekatan yang global dalam

    pembelajarannya, dengan maksud anda akan diajak menguasai 28 huruf

    hijaiyah memakai teknik yang sederhana. Metode Tsaqifa terinpirasi dari

    keprihatinan terhadap kondisi buta aksara Al-Qur’an yang masih dialami

    sebagian kecil masyarakat Indonesia. Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa

    buta aksara merupakan sebutan untuk menjelaskan kemampuan membaca

    4 Takwim Umar,Tsaqifa cara cepat dan mudah belajar membaca al-qur’an(PustakaAdz-Dzikir).h.1

  • 4

    dan menulis yang belum cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal

    ini sama dengan buta aksara dalam arti terbatas, yang berarti

    ketidakmampuan untuk membaca atau menulis kalimat sederhana dalam

    bahasa apapun. Jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi buta aksara Al-Qur’an

    merupakan kondisi dimana seseorang tidak mampu membaca atau

    mengenali huruf hijaiyah.

    Melihat dari hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

    dari penerapan metode Tsaqifa pada masyarakat buta aksara Al-Qur’an

    yang ada di NTB, terhususnya di kabupaten Dompu, kecematan Dompu,

    desa Dorebara. Alasan peneliti memilih desa Dorebara karena di desa

    tersebut sering dilaksanakan rutinitas belajar membaca Al-Qur’an pada anak-

    anak dan remaja hingga menghasilkan banyak qari’ dan penghafal Al-Qur’an.

    Namun disisi lain masih ada masyarakat dewasa yang belum mampu

    membaca Al-Quran. Banyak yang memberi alasan, sibuk dengan pekerjaan,

    malu serta tidak nyaman belajar di usia dewasa. Maka dalam hal ini peneliti

    berharap dengan adanya metode Tsaqifa dapat membantu masyarakat

    dewasa untuk mempelajari Al-Qur’an dengan mudah tanpa harus menyita

    banyak waktu. Untuk itu peneliti mengadakan penelitian dengan judul

    “Implementasi Metode Tsaqifa Dalam Belajar Membaca Al-Qur’an Pada

    Masyarakat Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Dorebara, Kecamatan Dompu,

    Kabupaten Dompu, NTB”

  • 5

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Bentuk penerapan metode Tsaqifa dalam belajar

    membaca Al-Qur’an di Desa Dorebara, Kecamatan Dompu,

    Kabupaten Dompu, NTB ?

    2. Bagaimana hasil implementasi metode Tsaqifa pada masyarakat

    dewasa di Desa Dorebara, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu,

    NTB?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui bentuk implementasi metode Tsaqifa di Desa

    Dorebara, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB

    2. Untuk mengetahui hasil implementasi metode Tsaqifa pada

    masyarakat dewasa buta aksara Al-Qur’an di Desa Dorebara,

    Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB.

    D. Manfaat/ Kegunaan Penelitian

    1. Teoritis

    Untuk menambah khasanah pengetahuan tentang masyarakat buta

    aksara Al-Qur’an dan penerapan metode Tsaqifa.

    2. Praktis

    Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para pendidik atau tokoh

    agama, sebagai bahan acuan dalam menerapkan pendidikan Al-

    Qur’an pada masyarakat.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Implementasi Metode Tsaqifa

    Implementasi adalah sebuah tindakan atau pelaksanaan dari

    sebuah rencana yang telah dirancang sebelumnya. Dikutip dalam kamus

    besar bahasa Indonesia (KBBI) bahwa dijelaskan kata implementasi berarti

    pelaksanaan:pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk- dari apa yang

    disepakati.5 Jadi implementasi merupakan betuk aksi nyata dalam

    menjalankan suatu rencana yang telah dirancang dengan matang

    sebelumnya.

    1. Pengertian Metode Tsaqifa

    “Metode secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian umum,metode diartikan sebagai suatu cara atau Prosedur Yang dipakaiUntuk Mencapai Tujuan tertentu.”6

    Jadi metode dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan

    untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode juga memiliki nilai

    strategis dalam sebuah pembelajaran, karena dapat mempengaruhi

    jalanya kegiatan pembelajaran.

    Ada beberapa hal mendasar yang harus diperhatiakn saat memilihmetode yaitu:

    5 KBBI edisi ketiga tahun 2015. Diterbitkan oleh Departeman Pendidikan Nasional,Balai Pustaka. H.441

    6 Fathurrohman.dkk, Stategi Belajar Mengajar.(Bandung.PT Refika aditama)h.55

    6

  • 7

    1) Prinsip motivasi dan tujuan belajar.memotivasi memilikikekuatan sangat dasar dalam proses pembelajaran. Belajar tanpamotivasi seperti badan tanpa jiwa.2) Prinsip kematangan dan perbedaan individual. Belajar memilikimasa kepekaan masing-masing dan tiap orang memiliki tempokepekaan yang tidak sama.7

    Metode Tsaqifa merupakan metode pembelajaran praktis,

    dengan pendekatan yang simple pada pemula yang belum mengenal

    huruf Arab sama sekali. Agar bisa membaca tingkat dasar dengan waktu

    kurang lebih 71/2 jam atau lima kali pertemuan.

    Metode ini menggunakan pendekatan yang global dalam

    pembelajarannya, dengan maksud anda akan diajak menguasai 28 huruf

    hujaiyah memakai teknik yang sederhana. Metode ini tidak akan

    diperkenalkan 28 huruf hijaiyah secara berurutan melainkan huruf

    tersebut dikelompokkan dalam 2 kelompok; pertama, huruf yang

    berkonsonan sama dengan huruf latin (18 huruf) dan kedua, huruf yang

    konsonannya tidak sama dengan huruf latin (10 huruf). Kemudian huruf

    yang sama dengan huruf latin digabungkan menjadi sebuah kalimat yang

    sangat mudah diingat yaitu فَ صَ قَ طَ جَ وَ تَ كَ سَ رَ لَ مَ يَ سَ مَ نَ . Kata-

    kata ini akan dijelaskan secara detail baik harokatnya maupun

    perubahan bentuknya. Begitu pula untuk huruf yang konsonannya tidak

    sama dengan huruf latin akan dijelaskan secara detail dengan teknik

    pendekatan kesamaan bentuk dan pengelompokan letak tempat

    keluarnya huruf.

    7 Fathurrohman.dkk, Stategi Belajar Mengajar.(Bandung.PT Refika aditama)h.57

  • 8

    Bagian pengenalan harokat atau tanda baca (fathah, kasroh,

    dhommah, tanwin, bacaan panjang, sukun dan tasydid) akan dikenalkan

    dengan pola tetap, berkesinambungan dan bervariasi. Pada bagian

    terakhir latihan membaca Al-Qur’an, murid tidak akan diajarkan

    membaca dari surat-surat pendek terlebih dahulu seperti Al- Fatihah, An-

    Naas, Al-Falaq dan seterusnya, akan tetapi langsung dari awal zus 30

    yaitu An-Naba ke bawah, hal itu dimaksudkan agar pertama kali

    membaca murid tidak mengandalkan hafalanya melainkan teori yang

    telah diperoleh.8

    Ada tiga tahapan yang harus dilewati saat belajar membaca Al-

    Qur’an melalui metode Tsaqifa yaitu, menguasai huruf hijaiyah dan

    perubahanya, menguasai tanda baca, dan mempraktekkan hasil

    pembelajaran. Jadi yang dimaksud dengan implementasi metode Tsaqifa

    adalah suatu cara menerapkan metode dalam belajar mengenali huruf

    hijaiyah dengan pembelajaran yang unik dan sederhana.

    2. Sejarah Metode Tsaqifa

    Umar Taqwim, lelaki asal Bojonegoro yang telah menemukan

    metode Tsaqifa menuturkan bahwa, metode yang dikhususkan untuk

    orang dewasa ini lahir dari pengalaman yang dilaluinya di lapangan,

    dimana ia merasa bahwa mengajarkan orang dewasa dalam membaca

    Al-Qur’an memiliki kendala tersendiri.

    8 Takwim Umar, 71/2 Jam Bisa Membaca Al-Qur’an Metode Tsaqifa.( Solo:NurCahaya Ilmu,2011), h. 23

  • 9

    Ketika menjadi pengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)

    di Bekasi daerah Pondok Gede Permai ia mengakui bahwa saat

    mengajarkan anak-anak membaca Al-Qur’an menggunakan metode dari

    Jogja tidak ada masalah, namun masalah itu timbul saat orang dewasa

    belajar membaca Al-Qur’an.

    Umar Taqwim merasa metode tersebut tidak dapat memenuhi

    keinginan orang dewasa yang hanya punya waktu dua kali dalam

    sepekan. Saat menggunakan metode tersebut pada orang dewasa, ada

    anaknya yang sudah mencapai jilit lima sedangkan bapaknya baru jilit

    satu. Jelas hal tersebut akan menimbulkan rasa malu pada sang bapak

    yang akhirnya membuat orang dewasa tersebut tidak konsentrasi lagi

    dalam belajar membaca Al-Qur’an. Inilah salah satu alasan lahirnya

    metode Tsaqifa.

    Nama Tsaqifa sendiri berasal dari kata Tsaqofa yang artinya

    pandai dan cepat di dalam memahami sesuatu. Istilah Tsaqofa kemudian

    disederhanakan penyebutanya menjadi Tsaqifa. Dimana Umar Taqwim

    berharap orang yang belajar melalui metode Tsaqifa dapat

    memaksimalkan otak kanan dan otak kirinya dalam memahami dengan

    mudah.

    B. Belajar Membaca Al-Qur’an

    1. Pengertian Al-Qur’an

    Secara bahasa Al-Quran berasal dari bahasa Arab, yaitu qaraa-

    yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Al-Qur’an adalah kallamullah

  • 10

    yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa

    salam penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara jibril yang

    termaktub dalam mushaf-mushaf, yang dinukil sampai pada kita secara

    mutawatir.9

    “Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam. Al-Qur’an menurutbahasa berarti “Bacaan”. Para ulama mendefinisikan Al-Qur’andengan “Kalam Allah subhaanahu wa ta’ala yang merupakanmukzizat yang diturunkan (diwahyukan) Kepada Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa salam dan membacanya adalah ibadah “10

    Jadi Al-Qur’an Merupakan kitab suci umat islam yang

    diwahyukan kepada nabi terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam

    melalui perantaraan malaikat Jibri. yang dimulai dengan surah Al-Fatihah

    yang ditutup dengan surah An-Nas dan membacanya adalah ibadah.

    Serta berfungsi sebagai panduan kehidupan umat manusia.

    a. Nama Lain Al-Qur’an

    Kitab suci Al-Qur’an memiliki banyak nama. Nama-nama ini

    berasal dari ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an. Adapun nama-

    namanya yaitu antara lain:

    1) Al-Kitab (buku)

    Nama Al-Kitab pertama kali disebutkan dalam surah Al-

    Baqarah[2]:2. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman.

    9 Kurnaedi abu ya’la, Tajwid Lengkap Asy-syafi’I (cetakan ke3.Jakarta: pustaka imam

    syafi’I, 2013) hal.3.10 Takwim Umar, 71/2 Jam Bisa Membaca Al-Qur’an Metode Tsaqifa.( Solo:Nur

    Cahaya Ilmu,2011), hal. 16

  • 11

    Terjemahnya:

    “Kitab (Al-Qur’an) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjukbagi mereka yang bertaqwa.”(Q.S Al-Baqarah[2]:211

    Sebutan Al-Kitab maksudnya ialah bahwa Al-Qur’an ditulis

    atau artinya diperintahkan untuk ditulis. Sedang yang dimaksud

    dengan takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan

    mengikuti segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala

    larangan-larangan-Nya, tidak cukup diartikan dengan takut saja.

    2) Al- Furqan (pembeda benar salah)

    Allah subhaanahu wa ta’ala menyebutkan Al-Furqan

    (pembeda) karena Al-Qur’an merupakan pembeda yang jelas

    antara kebenaran dengan kebatilan. Allah subhaanahu wa ta’ala

    menyebutkan Al-Furqan ini dalam firmannya.

    Terjemahnya:

    “Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (AlQuran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberiperingatan kepada seluruh alam.”(Q.S Al-Furqan[25]:1)12

    11 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014) h

    12 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)h.529

  • 12

    3) Adz-Dzikir (pemberi peringatan)

    Al-Qur’an disebutkan Adz-Dzikir yang artinya pemberi

    peringatan karena dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat

    peringatan pada manusia. Nama ini diambil dari firman Allah

    subhaanahu wa ta’ala.

    Terjemahnya:

    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, danSesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”(Q.S Al-Hijr[15]:9)13

    Ayat Ini juga memberikan jaminan tentang kesucian dan

    kemurnian Al Quran selama-lamanya.

    4) Al-Huda (petunjuk)

    Dikatakan Al-Huda karena Al-Qur’an merupakan petunjuk

    bagi umat manusia, nama ini disebutkan dalam firman Allah

    subhaanahu wa ta’ala yang berbunyi sebagai berikut.

    Terjemahnya:

    “Dan Sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (AlQuran), kami beriman kepadanya. barangsiapa berimankepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan

    13 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)

  • 13

    pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dankesalahan.”(Q.S Al-Jin [72]:13)14

    5) An-Nur (cahaya)

    An-Nur yang artinya cahaya. Dikatakan An-Nur karena

    petunjuk-petunjuknya adalah sebagai penerang hati. Nama ini

    juga disebutkan dalam firman Allah subhaanahu wa ta’ala.

    Terjemahnya:

    “Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu buktikebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya)dan Telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terangbenderang (Al Quran).” (Q.S An-Nisaa’[4]:174.)

    b. Keutamaan Mempelajari dan Mengajarkan Al-Qur’an

    Tidak hanya perintah membaca, Rasulullah SAW juga

    menjelaskan keutamaan orang-orang yang mempelajari dan

    mengajarkan Al-Quraan dengan bersabda:

    بِىِّ -رضى هللا عنھ–َعْن ُعْثَماَن صلى هللا علیھ -َعِن النَّرواه البخاري» َخْیُرُكْم َمْن َتَعلََّم اْلقُْرآَن َوَعلََّمھُ «َقاَل -وسلم

    Artinya:

    “Dari Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “BahwaRasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik

    14 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014) h.

  • 14

    kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.”Hadits riwayat Bukhari.”15

    Ayat di tersebut menjelaskan bahwa orang yang mempelajari

    Al-Qur’an digolongkan menjadi sebaik-baik umat Rasulullah

    shallallahu ‘alaihi wa salam. Hal ini menunjukan bahwa belajar Al-

    Qur’an juga merupakan suatu hal yang sangat penting serta wajib

    dipelajari bagi setiap manusia yang mengaku dirinya muslim.

    Saat membaca AL-Qur’an kita dianjurkan untuk belajar dari

    ahlinya agar dapat memahami cara membaca yang baik dan benar,

    yang sesui tuntunan dalam membaca Al-Qur’an seperti tajwid, hukum-

    hukum dan ilmu-ilmu lainnya. Karena Allah subhaanahu wa ta’ala juga

    telah memerintahkan kepada setiap hamba untuk selalu membaca Al-

    Qur’an sebagai bentuk taqarrub hamba kepada Rabbnya.

    Sebagaimana firma-Nya dalam Al-Qur’an yang berbunyi.

    Terjemahnya:

    “Bacalah Kitab ((Al-Qur’an) yang telah di wahyukan kepadamu(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalatitu menecegah dari perbuatan keji dan mungkar. Danketahuilah mengingat Allah dalam shalat itu lebih besar

    15H.R. Al-Bukhari(no.5027) dari Utsman bin Affan dan Abu Dawud (no.1452).

  • 15

    (keutamaannya dari ibadah lain). Allah mengetahui apa yangkamu kerjakan.”(Q.S Al-kabut:45)16

    Ayat di atas semakin memperkuat bahwa membaca Al-Qur’an

    merupakan suatu keharusan dan wajib. Setiap orang yang mengaku

    muslim haruslah senantiasa belajar Al-Qur’an karena Al-Qur’an

    merupakan kitab pedoman kehidupan umat islam.

    Membaca Al-Qur’an juga akan dibalas pahala oleh Allah SWT.

    Sebagaimana yang dijelaskan hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:

    ُ عنَو َعِن ا ْبِن َمْسُعْو دٍ َِّ َقا َل: َقا َل َر ُسْو ُل ھر ضي هللاَّ ا َّ عصَ ِ َفلَُھ َل ا لیھ و سلم : ( َمن َقَر اَ َحْر ًفا ِمْن ِكَتا ِب هللاَّ

    َحَسَنُة ِبَعْشِر اَ ْمَثا لَِھا, الَ اَ قُو ُل : اَ لٌِف, َو الَ ٌم َحَسَنُة, َو ا لْ َخْر ٌف, َو ِمیٌم َحْر ٌف). (ر و ا ه التر مز ي, و قا ل :

    یح).صحیث حسندح

    Artinya:

    Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah SAW bersabda,“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah,maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dibalasdengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lammim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mimsatu huruf .” (HR.At-Tirmidzi:2910 dan ia berkata bahwahadistnya hasan shahih. Dishahihkan oleh Al-Albani).17

    Hadist tersebut menjelaskan bahwa dalam setiap satu huruf

    yang kita baca dalam Al-Qur’an akan diberi ganjaran pahala sepuluh

    kali lipat. Dan alif lam mim bukan lah satu huruf melainkan alif satu

    huruf, lam satu huruf, mim satu huruf dan seterusnya. Maka dari itu

    tidak adalah ruginya bila lidah dibiasakan untuk selalu membaca Al-

    16 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)h.40117 Imam Nawawiy, Riyadhu Shalihin, ( solo:Insan Kamil, 2017) h.458

  • 16

    Qur’an. Bahkan Al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi para

    pembacanya. Hal ini jelaskan dalam sabda Rasulullah yang ditulis

    Imam An-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin, pada bab

    keutamaan membaca Al-Qur’an.

    َل صَ ْعُت َزَسوَل اَهللاَِّ َقاَل: َسمِ رضى هللا عنھَعْن اَِبي اََما َمةَ ُھ َیاْتِْي َیْوَم الِقَیا اْقرَ (: َیقُلْولُ علیھ و سلمهللاَّ ُؤواالقُراَْن, َفِانَّ

    َملىِة َشِفیًعا ِالَْصَحاِنِھ).(رواه مسلم)Artinya:

    Abu Umamah Rodiyallahu anhu berkata, “Aku mendengarRasulullah salallahu alaihi wa salam bersabda,’Bacalah Al-Qur’an, karena pada hari kiamat ia akan datang sebagaisyafaat untuk para pembacanya’.”(HR.Muslim:804,hadistshahih)18

    Membaca Hadist tersebut jelas merupakan kabar gembira bagi

    kita. Sebab Rasullullah mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah

    syafaat di hari kiamat. Ini merupakan suatu keutamaan bagi para

    pembaca Al-Qur’an, bahkan jikalaupun tidak ada lagi keutamaan

    lainnya, maka cukuplah hadiah syafaat itu sebagai pemompa

    semangat sehingga kita bisa senantiasa membaca Al-Qur’an.

    Begitu banyak keutaaman yang dapat kita temuai dalam

    membaca Al-Qur’an, maka alangkah rugilah kita jika tidak ingin

    berusaha mempelajari Al-Qur’an itu sendiri.

    18 Imam Nawawiy, Riyadhu Shalihin, ( solo:Insan Kamil, 2017) h.456

  • 17

    c. Adab Membaca Al-Qur’an

    Al-Qur’an merupakan kitab yang istimewa dan berbeda

    dengan kitab-kitab buatan manusia. Oleh karena itu dalam

    membacanya haruslah mengikuti adab-adab yang diajarkan oleh

    Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam di antaranya yaitu:

    1) Mengihlaskan niat

    Membaca Al-Qur’an haruslah dengan niat karena Allah semata,

    bukan karena ingin mendapatkan pujian, atau hal lain yang

    berkaitan dengan dunia saja.

    “Imam An-Nawawi berkata:” Hendaklah jangan berniatdengannya untuk mendapatkan dunia baik yang berupa hartabenda, kepemimpinan, kewibawaan, keunggulan di antarakawan-kawan, pujian manusia ataupun yang semisalnya”19

    2) Suci dari hadas besar dan kecil

    Jika ingin membaca Al-Qur’an maka hendaklah seseorang

    dalam keadaan suci atau tidak dalam keadaan berhadas.

    3) Menghadap kiblat

    Dianjurkan bagi pembaca Al-Quran untuk menghadap ke arah

    kiblat. Karena kiblat adalah arah paling utama dimana orang-

    orang shalih menghadap kiblat ketika mendekatkan diri kepada

    Allah subhaanahu wa ta’ala. Sebagaimana firman-Nya:

    19 At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an. Imam an-Nawawi.h. 29

  • 18

    Terjemahnya:

    “Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah kelangit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu kekiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arahMasjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlahmukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram ituadalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidaklengah dari apa yang mereka kerjakan.”(Q.S Al-Baqarah[2]:144 20

    Menegadah ke langit ialah nabi Muhammad sallallahu

    ‘alaihi wasallam sering melihat ke langit berdoa dan menunggu-

    nunggu Turunnya wahyu yang memerintahkan beliau

    menghadap ke Baitullah.

    4) Bersiwak

    Bersiwak yaitu membersihkan mulut dengan siwak untuk

    mendatangkan ridha Allah subhaanahu wa ta’ala, atau dengan

    cara menggosok gigi. Rasulullah SAW bersabda:

    20 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)h.22

  • 19

    ِ َصَل َعْن ْا بِ َّ ُ عنھ اَ نَّ َر ُسْو ُل ا ي ُھَر ْیَر ة ٍد ر ضي هللاََّّ علیھ و سلَم َقا َل : ( لَْو الَ اَ نْ ِتي ا اَ ْو –اَ ُشقَّ َعَل اُ مَّ

    َو ا َك َمَع ُكلِّ َصالَ ٍة). (متفُق -ا لنَّا سِ َعلَ ال َمْر ُتُھْم ِبا لسَِّعلَْیھ)

    Artinya:

    Dari Abu Hurairah rodiallahu anhu, bahwa Rasulullah SAWbersabda, seandainya aku tidak memberatkan atas umatku-atau kepada manusia-aku pasti perintahkan mereka untukbersiwak bersamaan dengan setiap kali sholat.” (Muttafaqun‘alaihi. HR-Bukhari:887 dan Muslim 452)21

    Perintah bersiwak jelas merupakan salah satu bentuk

    kecintaan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa salam pada umatnya,

    mengingat bahwa bersiwak merupakan suatu kebiasaan yang

    dapat mendatangkan banyak kebaikan. Bahkan hampir menjadi

    sesuatu yang diwajibkan, akan tetapi beliau khawtir hal tersebut

    akan memberatkan umatnya.

    5) Membaca istiadzah

    Sebelum membaca Al-Qur’an disyariatkan untuk membaca

    istiadzah. Sebagaimana firman Allah subhaanahu wa ta’ala:

    Terjemahnya:

    “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu memintaperlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”(Q.SAn-Nahl[16]:98)22

    21 Imam Nawawiy, Riyadhu Shalihin, ( solo:Insan Kamil, 2017) h. 50622 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan,(Penerbit Abyan.2014)h.278

  • 20

    6) Membaca basmalah

    Saat membaca Al-Qur’an diperintahkan untuk membaca

    basmallah kecuali pada surah At-Taubah.

    7) Membaca dengan tartil

    Maksudnya yaitu membaca dengan cara pelan-pelan atau tidak

    terburu-buru.

    “Abu Ya’la Kurnaidi menjelaskan bahwa tidak sedikit kaummuslimin yang membaca al-Qur’an dengan isti’jal (cepat danterburu-buru) padahal banyak ulama salaf dari kalangan parasahabat dan generasi setelah mereka yang membencibacaan Al-Qur’an dengan cara demikian. Karena membacasecara isti’jal itu akan menghilangkan kebaikan yang palingbesar dari tujuan diturunkannya, yaitu untuk ditadaburi dandiambil pelajaran”23

    8) Sujud tilawah seusai membaca ayat sajadah

    Saat membaca atau mendengar orang membaca ayat sajadah

    maka kita diperintahkan untuk bersujud.

    2. Belajar Membaca

    Belajar adalah dimana terjadinya perubahan yang membedakan

    potensi atau kondisi perilaku antara sebelum dan sesudah belajar.

    Belajar juga adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,

    berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

    pengalaman. Jadi Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi

    antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan

    23 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap (Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta.2016)h.18

  • 21

    perilaku ke arah yang lebih baik.24 Sedangkan definisi belajar menurut

    para ahli yaitu:

    1) Skiner, mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi ataupenyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

    2) Hilgard & Bower dalam bukunya theories of learning,Mengemukakan bahwa belajar berhubungan denganperubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasitertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidakdapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan,kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

    3) M. Sobry Sutikno dalam bukunya menuju pendidikan bermutu,mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukanoleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan barusebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi denganlingkungannya. Kaki seorang patah karna terkena benda yangberat yang terjatuh di atas loteng, ini tidak bisa disebutperubahan dari hasil belajar. Jadi, perubahan yang mana yangbisa disebut belajar? perubahan yang dimaksud disini adalahperubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertujuuntuk memperoleh sesuatu yang lebih baik sebelumnya25

    Jadi dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

    belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia,

    dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

    dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan,

    pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir,

    dan kemampuan lainnya.

    “Tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari ituberguna dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajarterus dengan cara lebih mudah. Hal ini dikenal dengan transfer

    24 Mulyasa, Kurikulum Berbasisi kopetensi; Konsep Karakteristik dan Implementas,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2003) h. 100

    25 Pupuh Fathurrohman . Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar MelaluiPenanaman Konsep Umum& Konsep Islami( Bandung:PT Refika Aditama,2011) h.5

  • 22

    belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkankita untuk memahami hal-hal yang lain.”26

    Belajar tidak akan terlepas dari kegiatan mengingat, karna pada

    saat individu berpikir suatu hal yang pasti akan memanggil sebagian dari

    informasi yang diketahui sebelumnya. Dalam hal mengingat, ada

    beberapa sifat informasi yang mudah diingat yaitu, unik, suatu hal yang

    unik akan menjadi sesuatu hal yang diperhatikan karena sifatnya yang

    berbeda dari biasanya, kemudian sifat informasi yang mudah diingat

    berikutnya ialah informasi yang memuat emosi, seperti yang melibatkan

    perasaan gembira, marah, sedih, kesal atau bentuk emosi lainnya,

    kemudian yang berkaitan seksualitas, misal saat seseorang tertarik

    dengan lawan jenis, dan sifat informasi yang mudah diingat terakhir yaitu

    kedetailan.27

    Individual manusia memiliki berbagai perbedaan pada tingkat

    kecerdasan. Prespektif Islam, adanya perbedaan antara manusia pada

    tingkat kecerdasan intelektualitasnya. Ada yang belajar cepat, mampu

    memahami sesuatu dan sangup mengajarkan kepada orang lain. Ada

    pula yang sulit menangkap pelajaran dan tidak dapat memahami apa

    yang didengar, ia tidak mampu mengingat apa yang dipelajarinya dan

    26 Prof. Dr. S. Nasution, M.A.,berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar(Jakarta:PT Bumi Aksara,2003) h.3

    27 Yovan P. Putra dkk, Lejitkan memori 1000 % (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,2010) h. 68

  • 23

    tidak mampu pula mengajarkannya.28 Rasulullah sallallahu ‘alaihi

    wasallam mengungkap hal ini dalam hadist sebagai berikut.

    ِبيُّ صلى هللا علیھ :وعن أبي موسى رضي هللا عنھ قال َقاَل النََّغْیٍث َمَثُل َما َبَعَثِنَي هللاُ ِبِھ ِمَن الُھَدى َوالِعْلِم َكَمَثِل “:وسلم

    َبٌة َقِبلَِت الماَء َفأَْنَبَتِت الَكَألَ، أََصاَب أَْرًضا، َفَكاَنْت ِمْنَھا َطاِئَفٌة َطیَِّوالُعْشَب الَكِثیَر وكان ِمْنَھا أََجاِدُب أَْمَسَكِت الماَء، َفَنَفَع هللاُ بَِھا

    ِمْنَھا أُْخَرى النَّاَس، َفَشِرُبوا ِمْنَھا َوَسَقْوا َوَزَرُعوا، َوأََصاَب َطاِئَفًة َما ِھَي ِقیَعاٌن َال ُتْمِسُك َماًء َوَال ُتْنِبُت َكَألً َفٰذلَِك َمَثُل َمْن َفقَُھ في إِنَِّدیِن ِهللا َوَنَفَعُھ ما َبَعَثِنَي هللاُ ِبِھ َفَعلَِم َوَعلََّم، َوَمَثُل َمْن لَْم َیْرَفْع ِبٰذلَِك

    ))متفق علیھ((”أُْرِسْلُت ِبھِ َرْأًسا َولَْم َیْقَبْل ُھَدى ِهللا الذي

    Artinya:

    “Dari pada Abu Musa (Al-Asy’ari) radhiyallahu ‘anhu dia berkata,Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan apa yangaku diutus oleh Allah dengannya dari hidayah dan ilmu adalahbagaikan air hujan yang turun membasahi bumi (tanah), maka adabahagian tanah yang subur yang menyerap air maka iamenumbuhkan rumput dan tumbuhan yang banyak. Ada puladaripadanya tanah yang gersang yang menyimpan (menampung)air kemudian Allah menjadikannya manfaat bagi manusia. Makamereka minum darinya, memberi minum haiwan ternak danmenanam. Dan ada pula tanah lain yang tandus gersang, ia tidakmenyimpan air dan tidak pula bisa menumbuhkan tumbuhan. Itulahperumpamaan orang yang memahami agama Allah lalu diamengambil manfaat dari apa yang aku diutus Allah dengannya,maka dia belajar dan mengajarkannya. Dan perumpamaan orangyang tidak mengangkat kepalanya (tidak menghiraukannya), dantidak mahu menerima hidayah Allah yang aku diutus dengannya.”(Muttafaqun ‘alaih)”29

    Hadis ini mendiskripsikan perbedaan manusia dalam

    kemampuan belajar, tingkat pemahaman dan tingkat ingatannya.

    28 Drs. H. Nasharuddin,M.Ag, akhlak (ciri manusia paripurna),( Jakarta, PTRajaGrafindo Persada, 2015) hal. 91

    29 Imam Nawawiy, Riyadhu Shalihin, ( solo:Insan Kamil, 2017) h.557.

  • 24

    Disamping itu lazimnya dapat kita ketahui bahwa setiap orang memiliki

    kecerdasan intelektual yang berbeda-beda. Ada yang kuat dan cepat

    daya ingatnya, ada yang lambat menangkap pelajaran, ada yang rajin

    kemudian cerdas inteleknya, ada juga yang tidak rajin namun daya ingat

    dan pemahamannya kuat.

    Membaca adalah salah bagian dari rutinitas pembelajaran.

    Dimana Membaca dalam hal ini dapat diartikan sebagai kunci Untuk

    memahami sebuah pesan yang hendak disampaikan dalam sebuah

    bacaan.

    Membaca merupakan aktivitas belajar dimana seseorang

    meresapi dan menganalisis suatu tulisan. Hal tersebut mengingat bahwa

    membaca adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

    pemahaman baru guna memahami dengan jelas makna, maksud dan

    tujuan tertentu.30

    Untuk memahami bacaan tentu seseorang terlebih dahulu harus

    dapat mengenali huruf agar pandai dalam membaca tulisan guna

    mempermudah dalam penerimaan pesan atau informasi tertentu. Dalam

    belajar membaca berkaitan dengan kesiapan membaca yaitu

    mengenalkan huruf, dan mengetahui huruf-huruf dalam bentuk abjad

    sebagai tanda suara atau bunyi, melatih keterampilan untuk mengubah

    huruf dalam kata menjadi suara serta mampu mempraktekannya. Karena

    30 Moh Yamin, Teori dan Metode Pembelajaran (Malang, Madani, 2015)h.7

  • 25

    belajar tujuan membaca adalah untuk dapat membaca kata-kata dan

    kalimat sederhana dengan tepat.

    Membaca adalah proses yang kompleks. Proses ini melibatkan

    sejumlah kegiatan fisik dan mental. Glen menjelaskan bahwa mengajar

    membaca harus dimulai dengan mengeja, dimulai dengan pengenalan

    huruf, kemudian mengenal suku kata, barulah mengenal kata dan

    akhirnya kalimat.31

    Jadi yang dimaksud dengan belajar membaca yaitu sebuah

    kegiatan pembelajaran dimana seseorang belajar untuk mengenali huruf

    yang ingin dibaca agar dapat membaca dengan baik dan lancar.

    3. Metode-Metode Belajar Membaca Al-Qur’an

    a. Metode Iqro’

    Kata Iqro’ berasal dari kata kerja Qara’a yang pada mulanya

    berarti menghimpun. Metode Iqro’ adalah cara belajar baca Al-Qur’an

    yang terdiri dari enam jilid.

    Metode Iqro’ merupakan metode yang membaca Al-Qur’an

    yang lansung menekankan pada latihan membaca.32 Dalam

    pembelajaran melalui metode Iqro’ tidak membutuhkan alat yang

    bermacam-macam, karena hanya ditekankan pada bagaimana

    membaca huruf dengan fasih. Serta siswa belajar lebih aktif dan

    individual.

    31 Ahmad Susanto, Perkembangan Anaka Usia Dini Pengantar Dalam BerbagaiAspeknya. (Jakarta: Kencana: 2011) h. 84

    32 As’ad Human, Buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an , jilid 1-6(Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 2000),h. 20

  • 26

    Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran Iqro’

    maka harus menggunakan strategi dalam mengajar iqro’ antara lain

    yaitu:

    1) Cara Belajar Santri Aktif, Dimana guru hanya sebagai

    penyimak, tidak diperkenankan menuntun serta hanya

    memberikan contoh pokok pembelajaran.33

    2) Asistensi. Yaitu adanya metode belajar yang baik adalah

    dengan mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini

    dianggap sangat membantu peserta didik untuk

    mengejarkan kepada temannya.34

    b. Metode Qiraati

    Metode Qiraati yaitu metode pembelajaran Al-Qur’an yang

    mulai diperkenalkan pada tahun 1963 oleh Dahlan Salim Zarkasyi.

    Diringkas dalam 6 jilid untuk usia TK, 4 Jilid usia SD, 3 jilid usia

    SMP/SMA, dan 2 jilid untuk mahasiswa.

    Seorang pengajar qiraati harus melalui tahab-tahab yaitu

    antara lain, pembinaan yang dilakukan tiap koordinator, tasih guru,

    pembekalan metodologi, hingga PPL. Hal ini dimaksudkan agar guru

    qiraati dapat mengajar sesui kaidah ilmu tajwid. Dalam Qiraati ada

    keharusan bagi guru untuk ujian dan tahsi.35.

    33 As’ad Human, Buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an , jilid 1-6(Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 2000).h. 14

    34 Hisyam Zaimi, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka InsanMadani, 2008). h.22.

    35 Anonim, “Sistem Pengajaran TKQ/TPQ Metode Qiraati”. Kumpulan MateriMetodologi Qiraati, (Semarang: Yayasan pendidikan Al-Qur’an Raudhatil Mujawwidin, 1998)

  • 27

    4. Masyarakat Buta Aksara Al-Qur’an

    a. Masyarakat

    Istilah “Masyarakat” berasal dari kata syarikat dalam bahasa

    Arab yang dalam bahasa indonesia menjadi kata “serikat” yang berarti

    kumpulan atau kelompok yang saling berhubungan.36

    Masyarakat memiliki kecendrungan sosial yaitu seluruh tingkah

    laku berkembang akibat interaksi sosial atau hubungan antara

    manusia. Masyarakat akan selalu berupaya meneruskan

    kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai dengan

    corak zaman.

    Jadi yang dimaksud masyarakat adalah sekelompok orang

    yang hidup bersama dalam suatu wilayah, memiliki hubungan saling

    ketergantungan, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, serta

    mempunyai tatanan norma-morma dan adat yang ditaati di lingkungan

    hidupnya.

    b. Buta aksara

    Buta aksara adalah sebutan yang digunakan untuk

    menjelaskan kemampuan membaca dan menulis yang belum cukup

    untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini sama dengan buta

    aksara dalam artian terbatas, yang berarti ketidakmampuan untuk

    membaca dan menulis kalimat sederhana dalam bahasa apapun.

    36Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi (Jakarta: BulanBintang. 1976) h.11

  • 28

    Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan

    membaca dan menulis baik bahasa Indonesia maupun bahasa

    lainnya. Atau ketidakmampuan untuk menggunakan bahasa dan

    menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan

    perkataaan, mengungkapkanya dalam bentuk tulisan dan berbicara.37

    Jadi yang dimaksud dengan masyarakat buta aksara Al-Qur’an

    adalah sekelompok orang yang masih belum mampu memahami,

    menulis dan membaca huruf Arab yang menjadi tulisan dalam Al-

    Qur’an.

    37 KBBI edisi ketiga tahun 2015. Diterbitkan oleh departemen Pendidikan Nasional,Balai Pustaka. Hal.198

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian tindakan

    kelas (classroom research). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian

    yang dilakukan sebagai sebuah upaya yang ditujukan untuk

    memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang

    dihadapi dalam pembelajaran. Penelitian ini memisahkan kata-kata

    yang tergabung di dalamnya, yakni: Penelitian,Tindakan, Kelas,

    dengan paparan sebagai berikut.

    1. Penelitian

    kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan

    metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

    bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat

    dan penting bagi peneliti

    2. Tindakan

    sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

    tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus

    kegiatan.

    3. Kelas

    dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi

    dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah

    29

  • 30

    kelas adalah sekelompok orang atau siswa yang dalam waktu yang

    sama menerima pelajaran dari seorang pengajar.

    Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

    suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan

    terjadi dalam sebuah kelas.

    B. Objek dan Lokasi Penelitian

    1. Lokasi penelitian : Penelitian ini akan dilaksanakan di desa

    Dorebara, kecamatan Dompu, kabupaten Dompu, propinsi NTB

    2. Subyek penelitian : Adalah kelompok belajar yang dibentuk dari

    perkumpulan laki-laki dan perempuan berjumlah 10 orang yang

    berusia 30 hingga 50 tahun.

    C. Desain Penelitian

    Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian

    tindakan kelas ini yaitu:

    Perencanaan

    Refleksi

    SIKLUS I Perencanaan

    Pengamatan

    Perencanaan

    SIKLUS II

    Pengamatan

    ?

    PerencanaanRefleksi

  • 31

    Dari bagan di atas terlihat bahwa dalam penelitian tindakan

    kelas yang dilakukan oleh peneliti terdapat 4 tahap yaitu tahap

    perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan tahap refleksi38

    D. Prosedur Penelitian

    Dimaksud dengan prosedur penelitian adalah langkah-langkah

    operasional baik yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaa,

    observasi atau evaluasi, maupun refleksi. Langkah-langkah

    operasional tersebut bersumber dari kerangka konseptual yang

    diuraikan pada bagian sebelumnya. Prosedur penelitian yang akan

    dilakukan hendaknya mengacuh pada salah satu model penelitian

    PTK apakah model Kurt Lewis, Sephen Kemmis dan Mc Tanggart,

    Jont Elliont, atau Devve ebbutt. 39

    Adapun tahap pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Siklus 1

    a. Tahap Perencanaan

    Bagian ini berisi uraian langkah-langkah kolaborasi yang

    dilakukan, fakta-fakta empiris yang diperlukan dalam rangka

    tindakan, sosialisasi esensi tindakan dan scenario pembelajaran

    yang akan dilaksanakan, perangkat-perangkat pembelajaran yang

    perlu disiapkan dan dikembangkan, lembaran-lembaran evaluasi

    38 Suharsimi arikunto, penelitian tindakan kelas, (jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 1639 Sri Sulasteri S.SI.,M.Si Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Aplikasi( Desember

    Oleh UIN Alauddin University Press), Hlm 80-81

  • 32

    dan istrumen lain yang akan disiapkan dan dikembangkan. Tahap

    perencanaannya adalah :

    1) Observasi awal melihat kondisi objek penelitian

    2) Mengumpulkan masyarakat menjadi satu kelompok belajar

    3) Membuat jadwal rencana pelaksanaan pembelajaran

    4) Mempelajari bahan yang akan diajarkan selama proses

    pembelajajaran berlangsung

    b. Tahap pelaksanaan

    Tahapan pelaksanaan berisi langkah-langkah pembelajaran

    sesuai dengan scenario yang telah dikembangkan pada rangka

    perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran ini akan sesuai

    dengan hakikat teori yang mendasari strategi pembelajaran, atau

    sesuai dengan model pembelajaran yang diadaptasi. Adapun

    tahapanya yaitu:

    1) Peneliti menerapkan metode Tsaqifa secara interaktif

    dalam belajar membaca Al-Qur’an sesui dengan petunjuk

    buku panduan belajar dengan metode Tsaqifa.

    2) Di akhir pembelajaran peneliti kembali mengecek

    pemahaman masyarakat terhadap materi yang telah

    disampaikan.

    c. Tahap pengamatan (observasi)

    Obsevasi dilakukan terhadap interaksi-interaksi sosial yang

    terjadi sebagai akibat tindakan yang dilakukan. Interaksi-interaksi

  • 33

    yang dimaksud dapat mencakup interaksi antara masyarakat

    dalam kelompok belajar dengan materi pelajaran, interaksi

    antara masyarakat, interaksi antara masyarakat dengan

    pengajar.

    Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan secara

    langsung bagaimana aktivitas masyarakat selama proses

    pembelajaran berlangsung. Dalam tahap ini faktor-faktor yang

    diamati adalah:

    1) Masyarakat yang hadir dalam proses pembelajaran

    2) Bagaimana bentuk antusias masyarakat dalam belajar

    membaca Al-Qur’an dengan metode Tsaqifa.

    3) Masyarakat yang mudah memahami materi yang

    disampaikan

    d. Refleksi

    Hasil observasi dan evaluasi selanjutnya direfleksi tingkat

    ketercapainya baik yang terkait dengan proses maupun terhadap

    hasil tindakan. Refleksi ini bertujuan untuk menginformasikan

    kekuatan-kekuatan yang ditemukan, dan kelemahan-kelemahan

    atau hambatan-hambatan yang mengganjal, upaya dalam

    pencapaian tujuan secara optimal, dan respon masyarakat,

    refleksi ini harus dijelaskan secara rinci. Tujuannya adalah untuk

    melakuakan adaptasi terhadap strategi, pendekatan, metode,

    model dan pembelajaran yang diterapkan, lebih memantapkan

  • 34

    perencanaan, dan langkah-langkah tindakan yang lebih spesifik

    dalam rangka pelaksaan tindakan selanjutnya.

    2. Siklus II

    Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sama dengan

    yang dilaksanakan pada tahap I yaitu tahap perencanaan,

    pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen sangat terkait dengan instrument penelitian,

    utamanya obyek produk. Pada bagian ini uraikan instrument yang

    diperlukan sesuai dengan PTK yang akan dilakukan. Ada beberapa

    instrumen yang dapat digunakan dalam PTK adalah sebagai berikut.

    1. Pedoman Pengamatan

    Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat

    secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan

    tersebut dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan.

    ( format data cek ),catatan lapangan, jurnal harian,observasi

    aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas. pengamatan

    ini sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku,

    aktivitas, dan proses lainya.

    2. Pedoman Wawancara

    Wawancara adalah percakapan yang dilakukan untuk menggali

    informasi pada narasumber yang telah ditentukan. Dimana peneliti

  • 35

    mengajukan pertanyaan dan narasumber memberi jawaban.

    Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

    peneliti ingin mengetahui hal-hal mendalam dari responden yang

    diteliti.40

    Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih rinci dan

    untuk melengkapi data hasil observasi. Wawancara ini digunakan

    untuk mengungkapkan data yang berkaitan dengan sikap, pendapat

    atau wawasan. Pedoman wawancara memuat pokok-pokok

    bahasan sebagai berikut:

    a. Pendahuluan yang memuat pengantar berupa uraian

    tentang wawancara yang dilakukan dalam rangka penelitian

    apa objek dan kegunaanya secara ilmiah dan praktis

    b. Tujuan wawancara

    c. Ruang lingkup

    d. Objek wawancara

    e. Waktu wawancara

    f. Cara melakukan wawancara

    g. Cara mencatat wawancara

    3. Angket atau Kuesioner

    Indikator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari

    permasalahan yang ingin digali.

    40 Prof. Dr.sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan kualitatif,kuantitatif, danR&D (Bandung:Alfabeta, 2017)h.194

  • 36

    4. Tes dan Asesmen Alternatif

    Pengambilan data berupa informasi mengenai pengetahuan,

    sikap, bakat, dan lainya, dapat dilakukan dengan tes atau

    pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur

    asesmen.

    F. Tehnik Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil

    evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan siklus

    tiga bersama mitra kolaborasi.

    Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui

    peningkatan aktivitas siswa dan pemunculan keterampilan kooperatif

    siswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan

    prestasi belajar siswa.

    Pada bagian frefleksi dilakukan analisis data mengenai

    proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan

    dengan refleksi dampak pelaksaan tindakan yang dilaksanakan.

    Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi

    terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.

    G. Metode Analisis Data

    Nasution menyatakan, analisis telah mulai sejak merumuskan

    dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

  • 37

    berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.41 Jadi analisis

    data dilakukan dari sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

    lapangan dan setelah selesai dilapangan.

    Proses awal dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari

    berbagai sumber. Kemudian data yang diperoleh dari hasil

    observasi, wawancara dan dokumentasi tersebut dianalisis dengan

    menggunakan beberapa teknik yaitu, reduksi data, penyajian data

    dan penarikan kesimpulan.

    Reduksi data merupakan proses pemilihan data yang relevan,

    penting dan bermakna. Reduksi data merupakan proses berfikir

    sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keleluasaan serta

    kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam melakukan reduksi data

    peneliti dapat berdiskusi terkait data yang ditemukan bersama orang

    lain.42

    Data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama-sama

    dengan mitra kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian

    pustaka dan pengalaman. Sedangkan hasil belajar (evaluasi)

    dianalisis berdasarkan ketentuan belajar.

    41Sanapiah Faisal, metodologi penelitian pendidikan (Surabaya:UsahaNasional,1982P) h.336

    42Ibid.h 339

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Profil Desa Dorebara

    1. Sejarah

    Desa Dorebara merupakan salah satu Desa dari 9 Desa di

    Kecamatan Dompu yang berada di wilayah kecamatan Dompu,

    kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa Dorebara

    terletak di sebelah selatan pusat kota kecamatan Dompu, yang dimana

    jarak antara Desa Dorebara dengan pusat Kota Kecamatan adalah

    sekitar 5Km

    Terbentuk melalui tata praja pemerintahan yang sah dengan

    luas wilayah 2,5 km2 serta jumlah penduduk 3.656 jiwa, yang terdiri dari

    laki-laki 1.800orang dan perempuan 1.856 orang dan memilki kepala

    keluarga sebanyak 1.045 KK dengan batas-batas wilayah ;

    Sebelah utara : wilayah Kelurahan Kandai I

    Sebelah selatan: wilayah Desa Mbawi

    Sebelah barat : wilayah Desa Wawonduru

    Sebelah timur : Wilayah Desa Lepadi/ Kareke

    38

  • 39

    Desa Dorebara terdiri dari 5 Dusun dimana Penduduknya 85%

    bermata pencaharian di sektor pertanian dan sebagainya di bidang

    peternakan, perdagangan, PNS dan pegawai swasta.

    Sebelum dimekarkan Desa Dorebara tergabung dengan Desa

    Mbawi. Dari tahun ke tahun masyarakat terus bertambah maka, tokoh-

    tokoh masyarakat berkumpul untuk membicarakan pemekaran dari Desa

    Mbawi menjadi Desa Dorebara karena mengingat jumlah penduduk yang

    semakin banyak sehingga pada tahun 1993/1994 Desa Dorebara resmi

    dimekarkan dari Desa Mbawi dengan nama Desa Persiapan Dorebara.

    Menurut sejarah Dorebara terdiri dari dua kata yakni Dore dan

    Bara kemudian arti dari dua kata tersebut yang dimana kata Dore berarti

    Bukit Kecil, sedangkan kata Bara sendiri berasal dari nama sebuah

    pohon Bara. Karena terdapat banyak pohon bara yang mengelilingi

    perbukitan maka Desa tersebut dinamakan Desa Dorebara.

    Untuk penentuan batas Desa maka diundanglah semua

    pimpinan kampung untuk memusyawarahkan batasan Desa. Pada saat

    itu utusan dari masing-masing Dusun melakukan pertemuan atau rapat,

    mulanya hanya ada 2 Dusun namanya Dusun Potu II dan Dorebara

    setelah perkembangan penduduk semakin banyak lama kelamaan

    berkembang menjadi 5 Dusun sampai saat sekarang.

    Desa Dorebara pada periode pertama dipimpin oleh Kepala

    Desa Awahab Ismail Tahun 1994-1997, dilanjutkan Kepala Desa Akarim

  • 40

    H. M. Amin Periode Tahun 1998-2005 1 Periode, pada periode ke tiga

    oleh Kepala Desa Ridwan M. Ilyas Saleh H. Ilyas Periode Tahun 2005 -

    2008, lalu dilanjutkan lagi oleh Pejabat PLT Nurdin M. Saleh mulai Tahun

    2008–2009, kemudian Kepala Desa Drs. Tamzidun Tahun 2009 – 2015,

    lalu Penjabat Kepala Desa Mahmud Subuh, Periode Oktober 2015 -

    April 2017 (Sekretaris Desa), kemudian Penjabat Kepala Desa

    Syarifuddin mulai dari April 2017 – Januari 2018 dari Kasi Pemdes

    Kecamatan Dompu, dan Kepala Desa Syaiful Periode Januari 2018 –

    sekarang.

    2. Gambaran Umum Demografis

    Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Dorebara pada tahun 2017.

    Nama

    Jumlah Penduduk

    Laki-Laki (jiwa)

    Jumlah Penduduk

    Perempuan (jiwa)

    Jumlah

    Dusun Potu II131 189 320

    Dusun Dorebara

    utara

    140 167 307

    Dusun Dorebara

    Selatan

    213 219 432

    Dusun Wera 270 282 552

  • 41

    Dusun Tente 144 153 297

    Total 898 1010 1908

    Sumber: Data desa Dorebara tahun 2017

    Penduduk yang tinggal di Desa Dorebara terdiri dari berbagai

    suku yaitu Suku asli Bima, Penduduk semuanya beragama Islam.

    Hidup dalam suasana tolong-menolong dan gotong-royong

    sudah menjadi ritme kehidupan sehari-hari di Dorebara. Kebiasaan

    sosial itu sering disebut mboloweki, yaitu tradisi kumpul bersama pada

    saat acara hajatan. Nilai-nilai solidaritas sosial dan kebersamaan

    masyarakat seperti saling membantu, gotong-royong untuk

    menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa mengharapkan suatu imbalan

    jasa.

    3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan

    Sesuai dengan Visi Kepala Desa Terwujudkan Masyarakat

    Religius, Maju, Mandiri, sehat dan Sejahtera. Untuk lebih rinci dengan

    uraian Misi desa sebagai berikut :

    a) Mewujudnya kehidupan masyarakat yang religius :

    1) Menciptakan kondisi masyarakat yang religius dengan

    membangun TPA / TPQ, Majelis Ta’lim dan Jum’at Khusu’.

  • 42

    2) Menciptakan masyarakat yang mampu mengimplementasiklan

    nilai-nilai agama dan menjunjung tinggi moralitas dalam

    kehidupan bermasyarakat.

    3) Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kegiatan

    keagamaan.

    b) Mewujudkan masyarakat yang maju, mampu bersaing untuk

    menyongsong era globalisasi :

    1) Meningkatkan dan memberdayakan peran wanita dan pemuda

    serta taraf hidup warga miskin.

    2) Membangun dan mendorong usaha ekonomi produktif

    masyarakat di berbagi sektor.

    3) Pemanfaatan potensi sumber daya lokal untuk kesejahteraan

    masyarakat agar terciptanya masyarakat yang tercukupi

    kebutuhan pokok ( sandang, pangan, papan).

    c) Mewujudkan masyarakat yang Mandiri :

    1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat

    melalui program pelatihan guna meningkatkan sumber daya

    manusia.

    2) Memberikan modal usaha bagi masyarakat untuk menekan

    angka pengangguran dan kemiskinan.

    d) Mewujudkan masyarakat sehat :

    1) Sosialisasi dari dini tentang pentingnya pola hidup sehat dari

    dini di sekolah dasar yang ada di desa.

  • 43

    2) Meningkatkan Program sanitasi agar masyarakat yang belum

    memiliki jamban.

    3) Mengadakan program makanan tambahan bagi ibu hamil dan

    balita guna meningkatkan angka balita sehat.

    e) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat :

    1) Pemberian modal usaha bagi Masyarakat agar terciptanya

    masyarakat yang memiliki penghasilan tetap.

    2) Memberikan dan menyediakan sarana kreatifitas bagi pemuda

    untuk menekan angka kenakalan remaja.

    Visi Misi di atas menggambarkan bahwa, pemerintah juga ingin

    menciptakan masyarakat yang religius, cerdas dan mandiri. Salah

    satunya dengan memperhatikan TPA/TPQ atau majelis ta’lim guna

    menunjang kemajuan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri

    B. Deskripsi Per Siklus

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi awal,

    observasi bertujuan untuk mengetahui kondisi masyarakat. Dalam observasi

    ini peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat yang ditemuai, serta

    melakukan tes membaca huruf Hijaiyah untuk membuktikan kemampuan

    membaca masyarakat. Kegiatan observasi dimulai sejak hari senin tanggal

    14 mei sampai kamis 17 mei 2018.

    Dari hasil observasi peneliti menemukan beberapa warga yang belum

    bisa membaca Al-Qur’an. Kebanyakan belum mengenal huruf hijaiyah

    dengan baik, tidak dapat membedakan pengucapan huruf yang bunyinya

  • 44

    hampir sama, tidak mengerti cara membaca huruf hijaiyah yang disambung,

    serta masih masih sulit membedakan panjang pendeknya suatu bacaan.

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan masyarakat, bahwa

    hal yang membuat mereka tidak belajar Al-Qur’an sehingga kemampuan

    membaca Al-qur’annya kurang karena Banyak dari mereka beranggapan

    bahwa belajar Al-Qur’an di usia tua adalah hal yang sulit, ada pula yang

    mengaku tidak memiliki waktu untuk belajar lantaran kesibukan mengurus

    rumah tangga, bahkan ada juga yang mengaku malu untuk belajar di usianya

    yang menginjak dewasa serta tidak tahu mau belajar dimana.

    Ada yang merasa bahwa metode belajar kerasnya cara mendidik

    orang tua dan guru ngaji saat belajar membaca Al-Qur’an di masa kecil juga

    menjadi faktor yang mempengaruhi sehingga mereka lebih sering absen

    dalam belajar, memilih kabur untuk menghindari kemarahan, sehingga

    menimbulkan penyesalan di usia tua. Dari hasil observasi awal, peneliti

    mendapati 10 responden yang siap berpartisipasi dalam pembelajaran yaitu:

    Tabel 2. Daftar peserta yang siap belajar bersama membaca Al-Qur’an.

    NoNama P/L Umur Alamat Pekerjaan Keterangan

    1.Nur Hendo P 40 RT 007/

    RW 004

    Petani Tidak mengenalsemua hurufhijaiyah

    2.Hairunida P 39 RT 007/

    RW 004

    Petani tidak dapatmembacabentukperubahan huruf

    3.Rohana P 46 RT 007/ Petani Tidak mengenali

    semua huruh

  • 45

    RW 004 hijaiyah

    4.St Hawa P 60 RT 007/

    RW 004

    Petani tidak mengenalsebagian hurufhijaiyah

    5.Mariati P 47 RT 007

    RW 004

    Pedagang tidak mengenalsebagiansebagian hurufhijaiyah

    6.Misba P 50 RT 006/

    RW 003

    Petani tidak dapatmembacabentukperubahan huruf

    7.ST. Nur’aini P 48 RT 007/

    RW 004

    Petani tidak mengenalisemua hurufhijaiyah

    8.Jahria P 32 RT 008/

    RW 005

    Petani tidak mampumenyebutkanbunyi hurufdengan benar,tidak dapatmembedakanhukum tanwin,mad, dansukun

    9.Ridwan L 46 RT 007/

    RW 004

    Petani tidak mampumembedakanpenyebutanhuruf yangbunyinya hampirsama, bunyimad, tanwin,dan sukun

    10.Erna P 39 RT 007/

    RW 004

    Guru SD tidak mampumembedakanpenyebutanhuruf yangbunyinya hampirsama, bunyimad, tanwin,dan sukun

    Sumber: Data dikumpulkan dari hasil observasi peneliti.

  • 46

    Dari hasil pengematan sebelum tindakan didapatin bahwa

    kemampuan membaca sepuluh orang peserta rata-rata belum bisa membaca

    Al-Qur’an dengan baik dan benar.

    Ada pun deskripsi per siklus yaitu:

    1. Siklus I

    a. Tahap Perencanaan

    Kegiatan perencanaan dilakukan pada tanggal 18 mei 2018.

    Peneliti mengumpulkan data masyarakat yang akan mengikuti kelas

    belajar membaca Al-Qur’an dan mengatur jadwal pertemuan yang

    disepakati bersama.

    Peneliti juga menjelaskan gambaran awal metode yang akan

    digunakan dalam pembelajar membaca Al-Qur’an, tentang apa saja

    yang akan dipelajari di dalam setiap pertemuannya. Materi akan

    disampaikan secara bertahap, sedangkan evaluasi dilakukan melalui

    evaluasi proses dan hasil dengan waktu yang digunakan kurang

    lebih satu setengah jam tiap kali pertemuan. peneliti juga merancang

    skenario pembelajaran belajar membaca Al-Qur’an dengan metode

    tsaqifa sebagai berikut:

  • 47

    Skenario Pembelajaran

    Kelompok : Belajar membaca Al-Qur’an

    Waktu : 5 x pertemuan/7 ½ Jam

    A. Kopetensi Dasar

    Peserta dapat membaca Al-Qur’an dengan baik

    B. Indikator Hasil

    1. Peserta dapat mengenali 28 huruf hijaiyah beserta bentuk

    perubahannya.

    2. Peserta dapat mengenal bunyi vocal (fathah/ kasroh/

    dommah;a-i-u) dan mengenal bunyi akhiran “N” (Tanwin; an-in-

    un).

    3. Peserta dapat mengenal vocal panjang (Mad) dan mengenal

    huruf mati (Sukun).

    4. Peserta dapat mengenal huruf dobel (Tasdid) dan bisa

    membaca potongan ayat-ayat Al-Qur’an

    5. Peserta mampu membaca Al-Qur’an sambil menerapkan

    hukum tajwid.

    C. Kegiatan Pembelajaran

    1. Alat atau media pembelajaran : Papan tulis, Spidol, dan alat

    lain yang relevan

    2. Sumber pembelajaran :buku “7 ½ Jam Bisa

    Membaca Al-Qur’an”

    D. Teknik : Ceramah dan tanya jawab

  • 48

    E. Langkah-Langkah pembelajaran:

    Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran

    No.Kegiatan Jenis Kegiatan

    1.Kegiatan Pembuka a. Memberi salam

    pembukab. Berdoa sebelum belajar

    2.Kegiatan Inti Tahap 1

    a. Memperkenalkan 18huruf hijahiya danperubhannya

    b. Memperkenalkan 10huruf hijaiyah danperubahanya

    Tahap 2

    a. Mengenal bunyi vocal(fathah/ kasroh/dommah;a-i-u)

    b. Mengenal bunyi akhiran“N” (Tanwin; an-in-un)

    Tahap 3

    a. Mengenal vocal panjang(Mad)

    b. Mengenal huruf mati(Sukun)

    Tahap 4

    a. Mengenal huruf dobel(Tasdid)

    b. Latihan membacapotongan ayat

  • 49

    Tahap 5

    Latihan membaca Al-Qur’ansambil mengenalkan tajwidterapan

    3.Kegiatan Penutup a. Mereview kembali

    tentang kegiatan yangtelah dilaksanakan

    b. Memberi salam penutup

    F. Evaluasi

    1. Evaluasi Proses: Aktivitas peserta dalam belajar membaca Al-

    Qur’an.

    2. Evaluasi Hasil: tes lisan kemampuan memahami materi yang

    disampaikan

    b. Tahap Pelaksanaan.

    Proses belajar mengajar dilaksanakan di salah satu rumah

    warga, dengan sarana pembelajaran yang disediakan yaitu, papan

    tulis, spidol, tikar, Al-Qur’an, dan buku “7 ½ Jam Bisa Membaca Al-

    Qur’an”. Adapun bahasa pengantar dalam pembelajaran yaitu

    bahasa Bima karena rata-rata peserta yang ikut dalam pembelajaran

    adalah orang berusia 40 an ke atas yang sudah menggunakan

    bahasa bima sebagai bahasa keseharian. Penggunaan bahasa ini

    penting agar masyarakat lebih mudah memahami materi yang

    dijelaskan.

    Tahap pelaksanaan dimulai pada tanggal 19 mei 2018, pukul

    09.00 Wita dan berakhir pada pukul 11.30 Wita. Dalam

  • 50

    Pembelajaran peneliti mengenalkan 28 huruf hijaiyah dan

    perubahannya, dimana materi pertama yaitu mengenalkan 18 huruf

    hujaiyah yang konsonannya sama dengan huruf latin, yang

    kemudian digabung menjadi kalimat قَ طَ جَ وَ تَ كَ سَ رَ لَ مَ يَ سَ مَ نَ

    فَ صَ .

    Setelah mengenalkan huruf hijaiyah kemudian mengenalkan

    lagi bentuk-bentuk penyambungan huruf yaitu di posisi depan,

    tengah dan belakang.

    Materi kedua, mengenalkan 10 huruf hijaiyah yang

    konsonannya tidak sama dengan huruf latin زظ ض ع غ ح خ ذ

    ث ش . Pengenalan dengan cara mengelompokkan huruf-huruf

    tersebut berdasarkan kemiripan bentuk huruf, posisi tempat

    keluarnya huruf dan sifat-sifatnya serta menganalogikannya dengan

    sesuatu yang mudah diingat. Dalam kegiatan pembelajaran ini

    masyarakat ditekankan untuk dapat menghafalkan semua huruf

    dengan cara membacanya berulang-ulang serta menuliskannya.

    Pertemuan kedua tanggal 21 mei 2018 pukul 16.00 Wita

    sampai 17.00 Wita, materi ketiga adalah mengenal bunyi vocal

    fathah, kasroh, dhommah. Pengenalan tanda baca tersebut dengan

    cara menganalogikannya dengan huruf latin a,i,u. Kemudian

    mempraktekannya dengan membaca huruf yang telah diberi tanda

    kharokat tersebut.

  • 51

    Materi ke empat yaitu mengenal bunyi akhiran tanwin atau

    mengenal vocal akhiran an,in,un yang biasa disebut

    fathatain,kasrohtain dan dhommatain.

    Pertemuan ke tiga tanggal 23 mei 2018 pukul pukul 16.00

    Wita sampai 17.30 Wita, ada dua materi yaitu, mengenal vocal

    panjang aa, ii, uu, atau tanda baca mad dan dan mengenal huruf

    mati atau sukun.

    Pertemuan ke empat pada sabtu tanggal 26 mei 2018 pukul

    16.00 Wita sampai 17.30 Wita, materinya yaitu mengenal huruf dobel

    tasydid, kemudian dilanjudkan dengan 30 menit belajar membaca

    potongan ayat-ayat Al-Qur’an.

    Pertemuan ke lima tanggal 28 mei 2018 pukul 09.00 Wita

    sampai 10.00 Wita masyarakat diberi latihan membaca Al-Qur’an

    sambil memperkenalkan tajwid terapan.

    Setiap akhir pembelajaran, peneliti selalu menguji

    kemampuan masyarakat dalam memahami materi yang telah

    disampaikan dengan melakukan tes membaca huruf yang ditulis di

    atas papan secara individu atau kelompok. Untuk lebih jelasnya

    berikut adalah jadwal pembelajaran siklus I.

    Tabel 4. Jadwal pertemuan siklus I

    No Hari Tanggal Waktu Materi1. Sabtu 19 Mei 2018 09.00-11.30 1. Mengenali 18 huruf

    hijaiyah danperubahannya2. Mengenal 10 huruf

  • 52

    hijaiyah danperubahan

    2. Senin 21 Mei 2018 16.00-17.00 1. Mengenal bunyivocal (fathah/ kasroh/dommah;a-i-u)2. mengenal bunyiakhiran “N” (tanwinan-in-un)

    3. Rabu 23 Mei 2018 16.00-17.30 1. mengenal vocalpanjang2. mengenal huruf mati(sukun)

    4. Sabtu 26 Mei 2018 16.00-17.30 1. mengenal hurufdobel (tasdid)2. Latihan membacapotongan ayat

    5. Senin 28 Mei 2018 09.00-10.00 1. Latihan membacaAl-Qur’an.2. mengenal tajwidterapan

    c. Tahap Pengamatan

    Kegiatan pengamatan dilakukan setiap kali proses

    pembelajaran berlangsung. Pengamatan difokuskan pada situasi

    selama pembelajaran. Dimana peneliti saat mengajar dapat

    sekaligus melakukan observasi.

    Pengamatan yang dilakukan terus menerus dari tahap awal

    hingga akhir akan menjadi bahan acuan untuk melakukan tindakan

    selanjutnya. Dari hasil pengamatan pada siklus I peneliti menemukan

    beberapa peserta belajar yang sedikit lambat dalam mengingat

    pembelajaran atau menghafal huruf, lantaran ketidak terbiasanya

    dalam menyebut dan mendengar penyebutan–penyebutan huruf

    hijaiyah.

  • 53

    Mendapati hal tersebut peneliti berusaha memberikan

    perhatian lebih dengan menjelaskannya berulang kali,

    mempraktekkan penyebutan huruf dan memintanya untuk

    mengulang-ulang penyebutan huruf hingga bisa. Peneliti juga

    mengamati bagaimana keaktifan peserta dalam belajar membaca Al-

    Qur’an dengan metode Tsaqifa, bagaimana kemampuan komunikasi,

    serta bentuk kerja sama dan antusiasnya dalam belajar.

    Proses pembelajaran berlangsung, peneliti menemukan

    beberapa peserta yang masih kurang serius, bahkan masih suka

    melempar candaan. Dari hal tersebut peneliti mencoba berbaur agar

    masyarakat tidak merasa kaku, tetapi tetap mengontrol proses

    pembelajaran supaya tidak keluar dari tujuan pembelajaran.

    d. Refleksi

    Berdasarkan hasil pengamatan tes akhir siklus 1 dan

    wawancara informal diperoleh refleksi bahwa setengah dari peserta

    yang mengikuti belajar membaca Al-Qur’an menggunakan metode

    Tsaqifa menunjukan kemampuan membaca yang lebih baik

    dibanding sebelumnya, mereka lebih cepat mengenali huruf. Meski

    sesekali masih mengalami kelupaan.

    Terdapat beberapa faktor pendukung dan penghalang dalam

    proses pembelajaran. Ada pun faktor pendukung yaitu, adanya

    peserta yang masih memiliki kemauan untuk belajar membaca Al-

  • 54

    Qur’an, semangat silahturahim yang membuat peserta suka belajar

    bersama dan adanya buku pengangan “ 71/2 Jam Bisa Membaca Al-

    Qur’an “ yang menjadi panduan dalam pembelajaran.

    Sedangkan faktor penghalangnnya yaitu, sulitnya mengatur

    waktu karena peserta memiliki kesibukan yang berbeda-beda, ada

    beberapa dari mereka yang kurang aktif. Mereka kadang tidak bisa

    hadir dalam proses pembelajaran dikarenakan mengurus rumah

    tangga dan kesibukan lainnya. Kurangnya motivasi belajar atau

    membaca kembali catatan pribadi terkait pembelajaran yang telah

    diberikan setelah kembali ke rumah masing-masing. Barikut hasil

    evaluasi kemampuan membaca peserta pada siklus I:

    Tabel 5 : Hasil evaluasi siklus I

    No. Nama P/LKemampuan membaca Al-

    Qur’anKetuntasan

    Lancar sedang kurang

    1.Nur Hendo P Belum tuntas

    2.Hairunida P Tuntas masih

    perlubimbingan

    3.Rohana P Belum tuntas

    4.St Hawa P Tuntas masih

    perlubimbingan

    5.Mariati P Belum tuntas

    6.Misba P Belum tuntas

    7.ST. Nur’aini P Belum tuntas

    8.Jahria P

    Tuntas

  • 55

    9.Ridwan L

    Belum tuntas

    10.Erna P

    Tuntas

    Hasil tes siklus pertama, didapati bahwa, dari sepuluh orang

    peserta, hanya empat orang yang telah masuk kategori tuntas, dua

    orang dari mereka telah lancar, dan dua orang lagi tuntas sedang

    dan masih memerlukan bimbingan lagi, sedangkan enam orang

    lainnya masih kurang kemampuannya dalam mengenali huruf, serta

    masih tidak bisa mengingat dengan cepat cara membaca huruf

    hijaiyah yang ditulis sambung.

    2. Siklus II

    a. Tahap Perencanaan

    Berdasarkan hasil refleksi siklus I, Maka perencanaan

    tindakan yang dilakukan peneliti antara lain yaitu:

    1) Perbaikan perencanaan pada siklus II terutama pada

    pembagian waktu. Karena pada siklus I perencanaan waktu

    kurang tepat.

    2) Menyiapakan motivasi belajar untuk merangsang semangat

    belajar peserta

    3) Menyiapkan buku “7 ½ Jam Belajar Membaca Al-Qur’an

    Metode Tsaqifa” untuk dibagikan pada peserta, agar setelah

    pulang dari belajar bersama, mereka tetap bisa belajar

  • 56

    secara mandiri di rumah masing-masing. Hal ini bertujuan

    untuk mengasah ingatan.

    b. Tahap Pelaksanaan

    Siklus II dilaksanakan pada tanggal 03 juni 2018, pukul 13.00-

    14.30 Wita. Pertemuan kedua pada tanggal 05 juni 2018, pukul

    16.00-17.00 Wita. Pertemuan ketiga pada tanggal 07 juni 2018,

    pukul 09.00-10.30 Wita. Pertemuan keempat pada tanggal 09 juni

    2018 dimulai pukul 09.00-10.30 Wita. Pertemuan kelima pada

    tanggal 11 juni 2018, pukul 09.10.00 Wita. Untuk lebih jelasnya

    Berikut jadwal pertemuan pada siklus II.

    Tabel 6. Jadwal pertemuan siklus II

    No Hari Tanggal Waktu Materi

    1. Ahad 03 Juni 2018 13.00-14.00

    1. Mengenali 18 hurufhijaiyah danperubahannya2. Mengenal 10 hurufhijaiyah danperubahan

    2. Selasa 05 Juni 2018 16.00-17.00

    1. Mengenal bunyivocal (fathah/ kasroh/dommah;a-i-u)2. mengenal bunyiakhiran “N” (tanwinan-in-un)

    3. Kamis 07 Juni 2018 09.00-10.30

    1. mengenal vocalpanjang2. mengenal hurufmati (sukun)

    4. Sabtu 09 Juni 2018 09.00-10.301. mengenal hurufdobel (tasdid)2. Latihan membacapotongan ayat

    5. Senin 11 Juni 2018 09.00-10.001. Latihan membacaAl-Qur’an.

  • 57

    2. mengenal tajwidterapan

    Semua materi yang disampaikan pada setiap pertemuan

    sama dengan siklus I. Hanya saja pada siklus II peneliti lebih kepada

    memberi motivasi belajar pada peserta setiap kali memulai dan

    mengakhiri pembelajaran dengan menyampaikan pentingnya belajar

    Al-Qur’an, mengajak masyarakat untuk selalu memperbaiki niat

    belajar sebelum memulai pembelajaran.

    Selain itu pada tahap ini, peneliti juga membagikan buku “7 ½

    Jam Belajar Membaca Al-Qur’an Metode Tsaqifa” sebagai pegangan

    masing-masing serta lebih menjalin kedekatan dengan masyarakat

    agar mereka dapat memahami apa yang disampaikan.

    c. Tahap Pengamatan

    Pengamatan situasi pembelajaran dilakukan terus menerus

    selama proses pembelajaran berlangsung. Pada pengamatan siklus

    II peneliti mengamati partisipasi masyarakat dengan melihat

    bagaimana konsentrasi belajarnya, kemandirian serta keaktifannya

    dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan pada siklus II peneliti

    melihat peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Dimana yang

    peneliti amati masyarakat belajar lebih serius dari sebelumnya.

    meskipun masih tetap ada masyarakat yang terkadang tidak bisa

    menghadiri pembelajaran secara utuh karena kesibukannya.

  • 58

    d. Refleksi

    Kebaikan atau kelebihan yang ditemukan pada pelaksanaan

    tindakan siklus II antara lain:

    1) Masyarakat bepartisipasi lebih aktif

    2) Lebih mudah memahami pembelajaran karena sudah

    terbiasa dengan metode Tsaqifa

    3) Hasil tes mengaji menujukan sebagian besar masyarakat

    mengalami peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an

    4) Interaksi antara peneliti dan masyarakat semakin harmonis.

    Adapun kekurangannya berdasarkan hasil refleksi pada siklus

    II bahwa tidak semua masyarakat dapat memahami dengan cepat

    materi yang disampaikan meski telah berulang kali dijelaskan, hal ini

    diakibatkan kurangnya konsentrasi belajar yang dimiliki individu