implementasi kewajiban penyampaian laporan...

25
IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ISTIQAMAH NIM : 100565201231 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Upload: vokhanh

Post on 10-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA

KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) DI LINGKUNGAN

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

ISTIQAMAH

NIM : 100565201231

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

1

IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA

KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) DI LINGKUNGAN

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015

ISTIQAMAH

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2015 tentang

kewajiban penyampaian laporan harta kekayaan aparatur sipil negara di lingkup

instansi pemerintah, memiliki landasan filosofis yaitu dalam rangka pembangunan

integritas aparatur sipil negara dan upaya pencegahan serta pemberantasan korupsi.

Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada pegawai yang enggan

melaporkan harta kekayaannya.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor pendorong dan faktor

penghambat dalam Implementasi Kewajiban Penyampaian Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara (LHKPN) Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2015. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

Deskriptif Kualitatif. Dalam penelitian ini informan berjumlah 7 orang

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Implementasi Kewajiban Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau berjalan

belum optimal, tidak semua pegawai yang tidak mau melaporkan kekayaannya,

masih banyak pegawai juga memahami pentingnya LHKPN tersebut, pegawai yang

tidak memahami tentang pentingnya melaporkan kekayaannya ke negara.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Laporan Kekayaan, Aparatur Sipil Negara

Page 3: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

2

A B S T R A C T

That policy issued through circular letter No. 1 of the year 2015 of the obligation

of submission reports civil apparatus of State treasures in the scope of government

agencies, has a philosophical foundation that is in the order of development of civil

State apparatus and integrity prevention efforts as well as the eradication of

corruption. However it cannot be denied that there are still employees are reluctant

to report treasure his wealth.

The purpose of this research is to know the driving factor and factor inhibitor in

the implementation of the obligation of submission of report of Wealth State

Organizers in the Riau Islands provincial government Environment the year 2015. In

this study the author uses Descriptive types of Qualitative research. In this study

informants amounted to 7 persons

Based on the research results then can be drawn the conclusion that the

implementation of the obligation of submission of report of Wealth State Organizers

in the Riau Islands provincial government Environment running not optimal, not all

employees who do not want to report their wealth, there are still many employees

also understand the importance of the LHKPN, an employee who does not

understand the importance of reporting his wealth to the State.

Keywords: Implementation, Policy, Reports Riches, The Country's Civil Apparatus

Page 4: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencegahan Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme (KKN),

penyalahgunaan wewenang,

membentuk transparansi serta

penguatan integritas Aparatir Sipil

Negara (ASN) saat ini didukung oleh

kewajiban pemerintah menyampikan

harta kekayaannya. Korupsi

merupakan fenomena sosial yang

sudah tua, seiring bersama dengan

peradaban masyarakatnya. Semakin

luasnya kekuasaan negara dalam

mengatur kehidupan bermasyarakat-

negara seperti sekarang ini,

menyebabkan semakin kompleks

pula bentuk dan modus korupsi.

(Zudan Arif Fakrulloh : 2011 : 105)

Secara umum dan sederhana

korupsi dapat diartikan sebagai

penyalahgunaan kekuasan atau

kepercayaan untuk keuntungan

pribadi. Pengertian korupsi juga

mencakup perilaku pejabat-pejabat

sektor publik, baik politisi maupun

pegawai negeri, yang memperkaya

diri mereka secara tidak pantas dan

melanggar hukum, atau orang-orang

yang dekat dengan pejabat birokrasi

dengan menyalahgunakan kekuasaan

yang dipercayakan kepada mereka.

Diagnosis perilaku korupsi

tampaknya semakin endemis dan

seakanakan membudaya dan menjadi

epidemis yang merambah dalam

segala aspek kehidupan (IGM

Nurjana, 2010: 11).

Kebijakan yang dikeluarkan

melalui Surat Edaran Nomor 1

Tahun 2015 tentang kewajiban

penyampaian laporan harta kekayaan

aparatur sipil negara (LHKASN) di

lingkup instansi pemerintah,

memiliki landasan filosofis yaitu

dalam rangka pembangunan

integritas aparatur sipil negara dan

upaya pencegahan serta

pemberantasan korupsi melalui

penyampaian Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara

(LHKPN) sebagaimana diwajibkan

berdasarkan Undang-Undang Nomor

28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggara Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme (KKN) dan Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2002

tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi (KPK).

(Sumber : Menpan.go.id diakses

pada tanggal 7 Mei 2016)

LHKPN adalah laporan harta

penyelenggara negara,

Penyelenggara Negara adalah

Pejabat Negara yang menjalankan

fungsi eksekutif, legislatif, atau

yudikatif dan pejabat lain yang

fungsi dan tugas pokoknya berkaitan

dengan penyelenggaraan negara

sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku,

pada prinsipnya merupakan laporan

yang wajib disampaikan oleh

penyelenggara Negara mengenai

harta kekayaan yang dimilikinya saat

pertama kali menjabat, mutasi,

promosi dan pensiun. Kemudian

LHKASN adalah laporan harta

kekayaan aparatur sipil Negara,

Laporan Harta Kekayaan Aparatur

Sipil Negara (LHKASN) adalah

dokumen penyampaian daftar harta

kekayaan ASN yang dimiliki dan

dikuasai sebagai bentuk transparansi

Aparatur Sipil Negara.

Kebijakan ini muncul dari

Kemenpan dan RB sebagai bagian

pencegahan korupsi oleh aparatur

sipil negara (ASN). Pasalnya,

Page 5: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

4

peluang korupsi dibirokrasi tidak

hanya oleh pejabat, tetapi juga

segenap ASN. Hal ini dimaksudkan

untuk membentengi seluruh pejabat

penyelenggara negara dari tindakan

korupsi, maka ASN coba dibentengi

dengan kewajiban membuat dengan

mengisi formulir LHKASN.

Formulir tersebut diperlukan

beberapa data dari pengawai ASN,

seperti buku tabungan yang harus

dicetak saldo akhirnya, harta

kekayaan bergerak, tidak bergerak,

utang piutang, dan serta penghasilan

lainnya. Akan tetapi dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut tidak

berjalan sesuai yang diharapkan

ketika ada pihak-pihak yang tertentu

tidak menjalankan sesuai mekanisme

atau prosedur pelaksanaan.

Hal ini dimungkinkan karena

sumberdaya dari tiap aparatur sipil

negara yang memiliki keterbatasan

pemahaman. Sehingga memunculkan

sebuah permasalahan saat ini apakah

kebijakan tersebut benar-benar telah

dijalankan pada seluruh instansi

pemerintahan. Bisa jadi dalam tahap

pelaksanaan di lapangan, ada

aparatur sipil negara yang masih

kurang memahami proses pengisian

laporan harta kekayaan tersebut.

Berdasarkan Peraturan

Gubernur Kepulauan Riau Nomor 9

Tahun 2016 Tentang Laporan Harta

Kekayaaan Penyelenggaraan Negara

di Lingkungan Pemerintah Daerah

Provinsi Kepulauan Riau

menjelaskan bahwa dalam rangka

mengefektifkan kewajiban pelaporan

harta kekayaan perlu pengaturan di

lingkungan pemerintah daerah

Provinsi Kepulauan Riau untuk

memperkuat komitmen dan

pencegahan korupsi, kolusi dan

nepotisme. Dalam peraturan ini

dijelaskan adanya sanksi terhadap

penyelenggara Negara dan PNS yang

tidak melaporkan, tidak

mengumumkan dan tidak bersedia di

periksa harta kekayaannya akan

dikenakan sanksi berupa surat

peringatan atau hukuman disiplin

yang dijelaskan pada pasal 5

Peraturan Gubernur Kepulauan Riau

Nomor 9 Tahun 2016 Tentang

Laporan Harta Kekayaaan

Penyelenggaraan Negara di

Lingkungan Pemerintah Daerah

Provinsi Kepulauan Riau.

Surat peringatan terdiri atas

surat peringatan I, dan surat

peringatan II. Kemudian tingkat

hukuman disiplin mulai dari ringan,

sedang dan berat yang di lakukan

dari teguran, penundaaan kenaikan

gaji, penundaaan kenaikan pangkat

sampai dengan penurunan pangkat

setingkat.

Berikut mekanisme pelaporan

Harta Kekayaaan Penyelenggaraan

Negara di Lingkungan Pemerintah

Daerah Provinsi Kepulauan Riau :

1. LHKPN disampaikan kepada

Komisi Pemberantasan

Korupsi melalui Tim

Pengelola LHKPN Provinsi

Kepulauan Riau

2. LHKPN dibuat sebanyak 2

(dua) rangkap, untuk

disampaikan kepada:

a. Komisi

Pemberantasan Korupsi;

b. Penyelenggara Negara

yang bersangkutan.

Tanda terima penyampaian LHKPN

disampaikan kepada :

a. Asli untuk

Penyelenggara Negara;

b. Foto Copy untuk

Inspektorat dan Badan

Kepegawaian dan Diklat

Page 6: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

5

c. Foto Copy untuk

Pengelola LHKPN masing-

masing SKPD

Untuk itu dapat diartikan

Laporan Harta Kekayaan Apratur

Sipil Negara merupakan dokumen

penyampaian daftar harta kekayaan

ASN yang dimiliki dan dikuasai

sebagai bentuk transparansi Aparatur

Sipil Negara.

Dokumen LHKPN berisi data

pribadi dan keluarga; harta

kekayaan; penghasilan; pengeluaran;

dan surat pernyataan.

Sedangkan waktu untuk

penyampaian laporan kekayaan ASN

kepada Pimpinan organisasi melalui

Aparatur Pengawas Instansi

Pemerintah (APIP) adalah 3 Bulan

setelah kebijakan ditetapkan, 1 Bulan

setelah diangkat dalam jabatan dan 1

Bulan setelah berhenti dari jabatan.

Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara (LHKPN)

Provinsi Kepri tergolong baik. Hal

ini sesuai dalam laporan terakhir

tertanggal 12 November 2015.

Sedikitnya ada sekitar 730 laporan

dari Pegawai terkait LHKPN. Namun

memang tidak dapat dipungkiri

bahwa masih ada pegawai yang

enggan melaporkan harta

kekayaannya. Hal ini karena ketidak

pahaman tentang tujuan Laporan

Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) tersebut.

Dari latar belakang diatas,

maka penulis bermaksud meneliti

lebih lanjut dalam bentuk penulisan

usulan penelitian dengan memilih

judul penelitian: “Implementasi

Kewajiban Penyampaian Laporan

Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) Di Lingkungan

Pemerintah Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2015”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar

belakang di atas, maka dari itu yang

menjadi permasalahan di dalam

penelitian ini dirumuskan sebagi

berikut : Bagimana Implementasi

Kewajiban Penyampaian Laporan

Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) Di Lingkungan

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2015?

C. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian.

1. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian

yang dilakukan adalah Untuk

mengetahui Implementasi

Kewajiban Penyampaian

Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara (LHKPN)

Di Lingkungan Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2015.

D. Konsep operasional

Fungsi dari konsep operasional

adalah sebagai alat untuk

mengidentifikasi fenomena atau

gejala-gejala yang diamati dengan

jelas, logika, atau penalaran yang

digunakan oleh peneliti untuk

menerangkan fenomena yang diteliti

atau dikaji. Penelitian ini ingin

melihat pelaksanaan atau

implementasi dari kebijakan tentang

Kewajiban Penyampaian Laporan

Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) Di Lingkungan

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

pemerintah yaitu Model Ripley dan

Franklin. Menurut Ripley dan

Franklin tiga cara yang dominan

untuk mengetahui keberhasilan suatu

implementasi seperti diungkapkan

Page 7: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

6

Ripley dan Franklin, dalam Amri

Yousa (2007 : 82), yaitu :

1. Keberhasilan suatu

implementasi, yang

seharusnya diukur dari

tingkat kepatuhan pada

bagian birokrasi terhadap

birokrasi superior atau

dengan kata lain, dengan

tingkat birokrasi pada

umumnya dalam suatu

mandat khusus yang diatur

dalam undang-undang.

Persepktif kepatuhan ini

semata-mata hanya

membicarakan masalah-

masalah perilaku birokrasi

2. Bahwa keberhasilan

implementasi ditandai dengan

lancarnya rutinitas fungsi dan

tidak adanya masalah-

masalah yang dihadapi;

3. Bahwa keberhasilan suatu

implementasi mengacu dan

mengarah pada implementasi

dan dampaknya yang

dikehendaki dari semua

program-program yang

dikehendaki.

E. Metode Penelitian

Jenis Penelitian ini

adalah penelitian Deskriptif

kualitatif, dalam penelitian

deskriptif ini, peneliti hanya

memberikan suatu gambaran

secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta

yang sesuai dengan ruang

lingkup judul penelitian.

Menurut pendapat Sugiyono

(2012:11) menyatakan bahwa

“penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau

lebih tanpa membuat

perbandingan, atau

menghubungkan antar

variabel”. Sedangkan penelitian

kualitatif adalah Penelitian

kualitatif ialah penelittian yang

bertujuan memahami fenomena

yang sedang terjadi dan

digambarkan dalam bentuk kata

dan tulisan.

Penelitian kualitatif harus

mempertimbangkan metodologi

kualitatif itu sendiri. Metodologi

kualitatif merupakan prosedur

yang menghasilkan data

deskriptif berupa data tertulis

atau lisan di masyarakat bahasa

(Djajasudarma, 2006: 11). Lebih

lanjut dijelaskan bahwa

pendekatan kualitatif yang

menggunakan data lisan suatu

bahasa memerlukan informan.

Pendekatan yang melibatkan

masyarakat bahasa ini diarahkan

pada latar dan individu yang

bersangkutan secara holistik

sebagai bagian dari satu

kesatuan yang utuh.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan

teori Moleong (2011:35) menyatakan

analisa dan kualitatif adalah proses

pengorganisasian, dan penguratan

data kedalam pola dan kategori serta

satu uraian dasar, sehingga dapat

dikemukakan tema yang seperti

disarankan oleh data. Moleong

(2011:35) menyatakan analisa dan

kualitatif adalah proses

pengorganisasian, dan penguratan

data kedalam pola dan kategori serta

satu uraian dasar, sehingga dapat

dikemukakan tema yang seperti

disarankan oleh data. Adapun

langkah – langkah analisa data yang

dilakukan adalah :

Page 8: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

7

1. Reduksi Data Dari

lokasi penelitian,

data lapangan

dituangkan dalam

uraian laporan yang

lengkap dan terinci.

Data dan laporan

lapangan kemudian

direduksi,

dirangkum, dan

kemudian dipilah-

pilah hal yang

pokok, difokuskan

untuk dipilih yang

terpenting kemudian

dicari tema atau

polanya ( melalui

proses

penyuntingan,

pemberian kode dan

pentabelan ).

Reduksi data

dilakukan terus

menerus selama

proses penelitian

berlangsung. Pada

tahapan ini setelah

data dipilah

kemudian

disederhanakan,

data yang tidak

diperlukan disortir

agar memberi

kemudahan dalam

penampilan,

penyajian, serta

untuk menarik

kesimpulan

sementara.

2. Penyajian Data

Penyajian data (

display data )

dimasudkan agar

lebih mempermudah

bagi peneliti untuk

dapat melihat

gambaran secara

keseluruhan atau

bagian- bagian

tertentu dari data

penelitian. Hal ini

merupakan

pengorganisasian

data kedalam suatu

bentuk tertentu

sehingga kelihatan

jelas sosoknya lebih

utuh. Data-data

tersebut kemudian

dipilah-pilah dan

disisikan untuk

disortir menurut

kelompoknya dan

disusun sesuai

dengan katagori

yang sejenis untuk

ditampilkan agar

selaras dengan

permasalahan yang

dihadapi, termasuk

kesimpulan-

kesimpulan

sementara diperoleh

pada waktu data

direduksi.

3. Penarikan

Kesimpulan /

Verifikasi Pada

penelitian kualitatif,

verifikasi data

dilakukan secara

terus menerus

sepanjang proses

penelitian

dilakukan. Sejak

pertama memasuki

lapangan dan

selama proses

pengumpulan data,

peneliti berusaha

untuk menganalisis

dan mencari makna

Page 9: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

8

dari data yang

dikumpulkan, yaitu

mencari pola tema,

hubungan

persamaan,

hipotetsis dan

selanjutnya

dituangkan dalam

bentuk kesimpulan

yang masih bersifat

tentatif.

LANDASAN TEORITIS

A. Kebijakan

Ndraha (2003 : 7) menyatakan

bahwa “Ilmu pemerintahan

merupakan ilmu yang mempelajari

bagai mana memenuhi dan

melindungi kebutuhan dan tututan

setiap orang akan jasa-jasa publik

dan layanan sipil dalam hubungan

pemerintahan (sehingga dapat

diterima) pada saat dibutuhkan oleh

yang bersangkutan”.Ilmu

pemerintahan menurut Ndraha

(2003 : 7) adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana memenuhi

dan melindungi kebutuhan dan

tuntutan tiap orang akan jasa publik

dan layanan civil dalam hubungan

pemerintahan, sehingga dapat

diterima pada saat yang dibutuhkan

oleh yang bersangkutan. Rasyid

(2000 : 59) membagi fungsi-fungsi

pemerintahan menjadi empat, yaitu :

pelayanan (public service),

pembangunan (development),

pemberdayaan (empowering), dan

pengaturan (regulation).

Dari pendapat tersebut

diketahui bahwa ruang lingkup dari

ilmu pemerintahan itu meliputi yaitu

yang diperintah, yang memerintah,

kewenangan dan tanggung jawab

pemerintah, hubungan pemerintah,

pemerintahan yang bagaimana yang

dapat memenuhi kewenangan dan

tanggung jawabnya, bagai mana cara

membentuk pemerintah yang

demikian itu, bagaimana pemerintah

mengunakan kewenangannya.

Pemerintah dalam menjalankan salah

satu fungsinya adalah pengaturan,

membuat sebuah aturan atau

kebijakan untuk kepentingan publik.

Kebijakan itu merupakan

rumusan suatu tindakan yang

dikembangkan dan diputuskan oleh

instansi atau pejabat Pemerintah

guna mengatasi atau

mempertahankan suatu kondisi

dengan memberikan sanksi bagi

yang melakukan pelanggaran. Klein

dan Murphy (Syafarudin 2008:76)

“Kebijakan berarti seperangkat

tujuan-tujuan, prinsip-prinsip serta

peraturan-peraturan yang

membimbing sesuatu organisasi,

kebijakan dengan demikian

mencakup keseluruhan petunjuk

organisasi. Berdasarkan pendapat

tersebut menunjukan bahwa

kebijakan berarti seperangkat tujuan-

tujuan, prinsip-prinsip serta

peraturan-peraturan yang

membimbing sesuatu organisasi.

Kebijakan dengan demikian

mencakup keseluruhan petunjuk

organisasi.

Dwiyanto (2009: 140):

“Proses politik kebijakan adalah

proses melegitimasi kebijakan publik

dengan menyandarkan pada proses

pembahasan kebijakan di lembaga

politik yang diakui sebagai

representative publik. Jika lembaga

politik yang representative dari

kebijakan benar-benar menampung

aspirasi publik, maka kebijakan yang

direkomendasikan tidak mengalami

hambatan untuk dilegitimasikan

menjadi sebuah kebijakan “

Page 10: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

9

Edwards III dan Sharkansky

dalam Hariyoso (2002: 62)

mengartikan bahwa kebijakan publik

adalah pernyataan pilihan tindakan

pemerintah yang berupa tujuan dan

program pemerintah. Sedangkan

Thomas R. Dye (dalam Sumaryadi,

2005 :19). berpendapat bahwa

kebijaksanaan negara ialah pilihan

tindakan apapun yang dilakukan atau

tidak yang dilakukan oleh

pemerintah. Menurut Abidin

(2002:75) menjelaskan Kebijakan

adalah keputusan pemerintah yang

bersifat umum dan berlaku untuk

seluruh anggota masyarakat.

Kebijakan merupakan suatu tindakan

yang mengarah pada tujuan yang

diusulkan dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai tujuan atau mewujudkan

sasaran yang diinginkan.

Pada dasarnya kebijakan publik

dapat berupa aturan atau ketentuan

yang mengatur kehidupan

masyarakat yang mana aturan-aturan

tersebut disusun dalam beberapa

bentuk kebijakan. “Kebijakan publik

mempunyai sifat paksaan yang

secara potensial sah dilakukan,

sehingga kebijakan publik menuntut

ketaatan atau kepatuhan yang luas

dari masyarakat” (Winarno,

2007:21).

Robert Eyestone (dalam

Agustino: 2006 : 6) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai “hubungan

antara unit pemerintah dengan

lingkungannya”. Banyak pihak

beranggapan bahwa definisi tersebut

masih terlalu luas untuk dipahami,

karena apa yang dimaksud dengan

kebijakan publik dapat mencakup

banyak hal. Setiap tahap dalam

pengambilan kebijakan harus

dilaksanakan dan dengan

memperhatikan sisi ketergantungan

masalah satu dengan yang lainnya.

Proses penetapan kebijakan atau

yang sering dikenal dengan policy

making process, menurut Shafrits

dan Russel dalam Keban (2004: 63)

adalah sebagai berikut :

1. agenda setting dimana isu-isu

kebijakan diidentifikasi,

2. keputusan untuk melakukan

atau tidak melakukan

kebijakan,

3. tahap implementasi

kebijakan,

4. evaluasi program dan analisa

dampak,

5. feedback yaitu memutuskan

untuk merevisi atau

menghentikan.

Proses kebijakan diatas bila

diterapkan akan menyerupai sebuah

siklus tahapan penetapan kebijakan.

Dengan demikian kebijakan public

adalah produk dari pemerintah

maupun aparatur pemerintah yang

hakekatnya berupa pilihan-pilihan

yang dianggap paling baik, untuk

mengatasi persoalan-persoalan yang

dihadapi public dengan tujuan untuk

dicarikan solusi pemecahannya

secara tepat, cepat dan akurat,

sehingga benar adanya apa yang

dilakukan ataupun tidak dilakukan

pemerintah dapat saja dipandang

sebagai sebuah pilihan kebijakan.

Hirarki perundang-undangan

menurut Undang-Undang No 12

Tahun 2011 tentang tata urutan

perundang-undangan RI menjelaskan

jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan terdiri atas:

Page 11: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

10

a. Undang-Undang Dasar Negara

Republik IndonesiaTahun 1945;

b. Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dan kekuatan hukumnya ditegaskan

pada pasal 7 ayat 2 :

Kekuatan hukum Peraturan

Perundang-undangan sesuai dengan

hierarki sebagaimana dimaksud pada

ayat (1). Jenis Peraturan Perundang-

undangan ini mencakup peraturan

yang ditetapkan oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Mahkamah

Agung, Mahkamah Konstitusi,

Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi

Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,

badan, lembaga, atau komisi yang

setingkat yang dibentuk dengan

Undang-Undang atau Pemerintah

atas perintah Undang-Undang,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi, Gubernur, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,

Kepala Desa atau yang setingkat.

Suatu undang-undang yang

diduga bertentangan dengan Undang-

Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, maka

pengujiannya dilakukan oleh

Mahkamah Konstitusi. Sedangkan,

suatu Peraturan Perundang-undangan

di bawah Undang-Undang diduga

bertentangan dengan Undang-

Undang, pengujiannya dilakukan

oleh Mahkamah Agung. Secara

khusus Wahab (2002:5-10)

mengemukakan tentang ciri-ciri yang

melekat pada kebijakan yaitu:

1. “Kebijakan itu dirumuskan

oleh orang-orang yang

memiliki wewenang dalam

sistem politik seperti ketua

adat, ketua suku, eksekutif,

legislator, hakim,

administrator, monarkhie,

dan sebagainya.

2. Kebijakan merupakan

tindakan yang mengarah pada

tujuan melalui tindakan-

tindakan yang direncanakan

secara matang.

3. Kebijakan itu hakekatnya

terdiri atas tindakan-tindakan

yang berkait dan berpola

yang mengarah pada tujuan

tertentu yang dilakukan oleh

pejabat pemerintah.

Kebijakan tidak hanya

mencakup keputusan untuk

membuat undang-undang

dalam bidang tertentu tapi

juga diikuti dengan

keputusan-keputusan yang

bersangkutan dengan

implementasi dan pemaksaan

pemberlakuannya

4. Kebijakan bersangkutan

dengan apa yang senyatanya

dilakukan pemerintah dalam

bidang-bidang tertentu baik

berbentuk positif atau

negatif”.

Implementasi kebijakan

merupakan aspek yang penting

dalam keseluruhan proses kebijakan

dan merupakan suatu upaya untuk

mencapai tujuan tertentu dengan

sarana tertentu dan dalam urutan

waktu tertentu. Pada dasarnya

implementasi kebijakan adalah upaya

untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan dengan mempergunakan

Page 12: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

11

sarana dan menurut waktu tertentu,

agar dapat mencapai output/outcome

dan agar policy demands dapat

terpenuhi maka kebijakan harus

dilaksanakan, pelaksanaan kebijakan

dapat pula dirumuskan sebagai

pengguna sarana yang ditentukan

terlebih dahulu.

Suatu kebijakan yang telah

diterima dan disahkan tidaklah ada

artinya jika tidak dilaksanakan.

Pelaksanaan kebijaksanaan itu

haruslah berhasil. Malahan tidak

hanya pelaksanaannya saja yang

harus berhasil, akan tetapi tujuan

yang akan terkandung dalam

kebijaksanaan itu haruslah tercapai.

Menurut Agustino (2006:185)

mengatakan bahwa pelaksanaan

kebijakan itu dapat gagal, tidak

membuahkan hasil, karena antara

lain :

a. Teori yang menjadi dasar itu

tidak tepat. Dalam hal ini

demikian, maka harus

dilakukan reformulation

terhadap kebijaksanaan

pemerintah itu

b. Sarana yang dipilih unutk

pelaksanaan tidak efektif

c. Sarana itu mungkin tidak atau

kurang dipergunakan

sebagaimana mestinya

d. Isi dari kebijakan itu bersifat

samar-samar.

e. Ketidakpastian faktor intern

dan atau faktor ekstern

f. Kebijaksanaan yang

ditetapkan itu mengandung

banyak lubang

g. Dalam pelaksanaan kurang

memperhatikan masalah

teknis

h. Adanya kekurangan akan

tersedianya sumber-sumber

pembantu (waktu, uang dan

sumber daya manusia)

Dari hal-hal yang dapat

menyebabkan kegagalan dalam

pelaksanaan kebijaksanaan

pemerintah itu, dapatlah diketahui

bahwa sejak dalam pembentukan

kebijaksanaan tersebut sudah harus

diperhatikan dan diperhitungkan

faktor-faktor yang disebutkan di atas.

Syafiie (2006:104),

mengemukakan bahwa kebijakan

(policy) hendaknya dibedakan

dengan kebijaksanaan (wisdom)

karena kebijaksanaan merupakan

pengejawantahan aturan yang sudah

ditetapkan sesuai situasi dan kondisi

setempat oleh person pejabat yang

berwenang. Untuk itu Syafiie

mendefenisikan kebijakan publik

adalah semacam jawaban terhadap

suatu masalah karena akan

merupakan upaya memecahkan,

mengurangi, dan mencegah suatu

keburukan serta sebaliknya menjadi

penganjur, inovasi, dan pemuka

terjadinya kebaikan dengan cara

terbaik dan tindakan terarah.

Keban (2004:55) memberikan

pengertian dari sisi kebijakan publik,

yang dikutipnya dari pendapat

Graycar, dimana menurutnya bahwa

public policy dapat dilihat dari

konsep filosifis, sebagai suatu

produk, sebagai suatu proses, dan

sebagai suatu kerangka kerja.

Sebagai suatu konsep filosofis,

kebijakan merupakan serangkaian

prinsip, atau kondisi yang

diinginkan, sebagai suatu produk,

kebijakan dipandang sebagai

serangkaian kesimpulan atau

rekomendasi, dan sebagai suatu

proses, kebijakan dipandang sebagai

suatu cara dimana melalui cara

tersebut suatu organisasi dapat

Page 13: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

12

mengetahui apa yang diharapkan

darinya, yaitu program dan

mekanisme dalam mencapai

produknya, dan sebagai suatu

kerangka kerja, kebijakan merupakan

suatu proses tawar menawar dan

negosiasi untuk merumus isu-isu dan

metode implementasinya.

Proses kebijakan diatas bila

diterapkan akan menyerupai sebuah

siklus tahapan penetapan kebijakan.

Dengan demikian kebijakan public

adalah produk dari pemerintah

maupun aparatur pemerintah yang

hakekatnya berupa pilihan-pilihan

yang dianggap paling baik, untuk

mengatasi persoalan-persoalan yang

dihadapi public dengan tujuan untuk

dicarikan solusi pemecahannya

secara tepat, cepat dan akurat,

sehingga benar adanya apa yang

dilakukan ataupun tidak dilakukan

pemerintah dapat saja dipandang

sebagai sebuah pilihan kebijakan.

Menurut Woll (dalam

Tangkilisan: 2003:2) menyebutkan

bahwa kebijakan publik ialah

sejumlah aktivitas pemerintah untuk

memecahkan masalah di masyarakat,

baik secara langsung maupun

melalui berbagai lembaga yang

mempengaruhi kehidupan

masyarakat. Thomas R Dye

sebagaimana dikutip Islamy (2009:

19) mendefinisikan kebijakan publik

sebagai apapaun yang dipilih

pemerintah untuk dilakukan atau

untuk tidak dilakukan. Kebijakan

publik adalah mengenai perwujudan

“tindakan” dan bukan merupakan

pernyataan keinginan pemerintah

atau pejabat publik semata. Di

samping itu pilihan pemerintah untuk

tidak melakukan sesuatu juga

merupakan kebijakan publik karena

mempunyai pengaruh (dampak yang

sama dengan pilihan pemerintah

untuk melakukan sesuatu).

Terdapat beberapa ahli yang

mendefiniskan kebijakan publik

sebagai tindakan yang diambil oleh

pemerintah dalam merespon suatu

krisis atau masalahpublik.

Sedangkan Ekowati (2005:78)

menyebutkan bahwa kebijaksanaan

adalah suatu taktik dan strategi yang

diarahkan untuk mencapai suatu

tujuan. Oleh karena itu suatu

kebijaksanaan harus memuat 3 (tiga)

elemen, yaitu :

1. Identifikasi dari tujuan yang

ingin dicapai.

2. Taktik atau strategi dari

berbagai langkah untuk

mencapai tujuan yang

diinginkan.

3. Penyediaan berbagai input

untuk memungkinkan

pelaksanaan secara nyata dari

taktik atau strategi.

Begitupun dengan Chandler dan

Plano sebagaimana dikutip

Tangkilisan (2003: 1) yang

menyatakan bahwa kebijakan publik

adalah pemanfaatan yang strategis

terhadap sumberdaya-sumberdaya

yang ada untuk memecahkan

masalah-masalah publik atau

pemerintah. Selanjutnya dikatakan

bahwa kebijakan publik merupakan

suatu bentuk intervensi yang

dilakukan secara terus-menerus oleh

pemerintah demi kepentingan

kelompok yang kurang beruntung

dalam masyarakat agar mereka dapat

hidup, dan ikut berpartisipasi dalam

pembangunan secara luas. David

Easton sebagaimana dikutip

Agustino (2006: 19) memberikan

definisi kebijakan publik sebagai “

Page 14: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

13

the autorative allocation of values

for the whole society”. Definisi ini

menegaskan bahwa hanya pemilik

otoritas dalam sistem politik

(pemerintah) yang secara syah dapat

berbuat sesuatu pada masyarakatnya

dan pilihan pemerintah untuk

melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu diwujudkan

dalam bentuk pengalokasian nilai-

nilai

B. Implementasi Kebijakan

Menurut Nugroho (2012:294)

menjelaskan implementasi kebijakan

pada prinsipnya adalah cara agar

sebuah kebijakan dapat mencapai

tujuannya, untuk itu ada dua langkah

yang ada yaitu langsung

mengimplementasikan dalam bentuk

program dan melalui turunan dari

kebijakan publik tersebut. Adapun

kebiajakn publik yang langsung

operasional yaitu Keputusan Kepala

Daerah, Keputusan Kepala Dinas,

dan sebagainya.

Menurut salah satu ahli

mendefinisikan kaitanya

implementasi kebijakan dengan

muatan politik seperti yang

diungkapkan oleh Hinggis dalam

Pasolong (2010:57) mendifinisikan

implementasi sebagai rangkuman

dari berbagai kegiatan yang

didalamnya sumber daya manusia

mengunakan sumberdaya lain untuk

mencapai sasaran strategi. Dan

Grindle mengungkapkan

implementasi sering dilihat sebagai

suatu proses yang penuh dengan

muatan politik dimana mereka yang

berkepentingan berusaha sedapat

mungkin mempengaruhinya.

Untuk lebih mudah dalam

memahami pengertian implementasi

kebijakan Lineberry (dalam Putra

Fadillah, 2003:81) menspesifikasikan

proses implementasi setidak-

tidaknya memiliki elemenelemen

sebagai berikut :

1. Pembentukan unit organisasi

baru dan staf pelaksana

2. Penjabaran tujuan ke dalam

berbagai aturan pelaksana

(standard operating procedure

/ SOP)

3. Koordinasi berbagai sumber

dan pengeluaran kepada

kelompok sasaran;

4. Pengalokasian sumber-

sumber untuk mencapai

tujuan.

Salah satu komponen utama

yang ditonjolkan oleh Lineberry,

yaitu pengambilan kebijakan

(piolicy-making) tidaklah berakhir

pada saat kebijakan itu dikemukakan

atau diusulkan, tetapi merupakan

kontinuitas dari pembuatan

kebijakan.

Purwanto dan Sulistyastuti

(2012:64) Realitasnya, didalam

implementasi itu sendiri terkandung

suatu proses yang kompleks dan

panjang Proses implementasi sendiri

bermula sejak kebijakan ditetapkan

atau memiliki payung hukum yang

syah. Seorang ahli mengambarkan

kompleksitas dalam upaya

mewujudkan kebijakan dalam proses

impementasi yaitu „‟ it refres to the

process of converting financial,

material, technical, and human

inputs into output – goods and

services ‘’

Hanya setelah melalui proses

yang kompleks tersebut maka akan

dihasilkan apa yang disebut sebagai

policy outcomes : suatu kondisi

dimana implementasi tersebut

menghasilkan realisasi kegiatan yang

berdampak pada tercapainya tujuan-

tujuan kebijakan yang ditetapkan

Page 15: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

14

sebelumnya. Dampak kebijakan yang

paling nyata adalah adanya

perubahan kondisi yang dirasakan

oleh kelompok sasaran, yaitu dari

kondisi yang satu ke kondisi yang

lebih baik.

Menurut Nugroho (2012:711)

implementasi kebijakan dalam

konteks manajemen berada dalam

kerangka organizing-leading-

controlling.Jadi, ketika kebijakan

sudah dibuat, tugas selanjutnya

adalah mengorganisasikan,

melaksanakan kepemimpinan untuk

memimpin pelaksanaan, dan

melakukan pengendalian

pelaksanaan.

Menurut Subarsono

(2011:89) keberhasilan implementasi

kebijakan akan ditentukan oleh

banyak variabel atau faktor, dan

masing-masing variabel tersebut

saling berhubungan satu sama lain.

Berkaitan dengan faktor yang

mempengaruhi implementasi

kebijakan suatu program, menurut

Rondinelli dalam Subarsono (2011 :

60) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi

Implementasi kebijakan program-

program pemerintah yang bersifat

desentralisasi. Faktor-faktor tersebut

diantaranya :

1. Kondisi lingkungan.

Lingkungan sangat

mempengaruhi implementasi

kebijakan, yang dimaksud

lingkungan ini

mencakupsosio cultural serta

keterlibatan penerima

program.

2. Hubungan Antar Organisasi.

Dalam banyak program,

implementasi sebuah

program perlu dukungan dan

koordinasi dengan instansi

lain. Untuk ini diperlukan

koordinasi dan kerjasama

antar instansi bagi

keberhasilan suatu program.

3. Sumberdaya organisasi untuk

implementasi program.

Implementasi kebijakan perlu

didukung sumberdaya baik

sumberdaya manusia (human

resources) maupun

sumberdaya non-manusia

(non human resources).

4. Karakteristik dan

kemampuan agen pelaksana

yang dimaksud karakteristik

dan kemampuan agen

pelaksana adalah mencakup

struktur birokrasi, norma-

norma, dan pola-pola

hubungan yang terjadi dalam

birokrasi, yang semuanya ini

akan mempengaruhi

implementasi suatu program.

Untuk mengidentifikasi unsur –

unsur kapasitas organisasi dalam

Implementasi Sebelum kegiatan

penyampaian berbagai keluaran

kebijakan dilakukan kepada

kelompok sasaran dimulai, perlu

didahului dengan penyampaian

informasi kepada kelompok sasaran,

tujuan pemberian informasi ini

adalah agar kelompok sasaran atau

masyarakat memahami kebijakan

yang akan di implementasikan

sehinga mereka tidak hanya akan

dapat menerima berbagai program

yang diinisialisasi oleh pemerintah

akan tetapi berpartisipasi aktif dalam

upaya untuk mewujudkan tujuan-

tujuan kebijakan. Proses

implementasi sekurang-kurangnya

terdapat tiga unsur yang penting dan

Page 16: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

15

mutlak, seperti dikemukakan oleh

Tarwiyah (2005;11), yaitu:

1. Adanya program atau

kebijakan yang dilaksanakan;

2. Target groups, yaitu

kelompok masyarakat yang

menjadi sasaran, dan

diharapkan dapat menerima

manfaat dari program

tersebut, perubahan atau

peningkatan;

3. Unsur pelaksana

(implementor), baik

organisasi atau perorangan,

yang bertanggungjawab

dalam pengelolaan,

pelaksanaan, dan pengawasan

dari proses implementasi

tersebut

Van Meter dan Van Horn (dalam

Subarsono, 2011;99) mengemukakan

bahwa terdapat enam variabel yang

mempengaruhi kinerja implementasi,

yakni;

1) Standar dan sasaran

kebijakan, di mana standar

dan sasaran kebijakan harus

jelas dan terukur sehingga

dapat direalisir.

2) Sumberdaya, dimana

implementasi kebijakan

perlu dukungan sumberdaya,

baik sumber daya manusia

maupun sumber daya non

manusia.

3) Hubungan antar organisasi,

yaitu dalam banyak

program, implementor

sebuah program perlu

dukungan dan koordinasi

dengan instansi lain,

sehingga diperlukan

koordinasi dan kerja sama

antar instansi bagi

keberhasilan suatu program.

4) Karakteristik agen pelaksana

yaitu mencakup stuktur

birokrasi, norma-norma dan

pola-pola hubungan yang

terjadi dalam birokrasi yang

semuanya itu akan

mempengaruhi implementasi

suatu program.

5) Kondisi sosial, politik, dan

ekonomi. Variable ini

mencakup sumberdaya

ekonomi lingkungan yang

dapat mendukung

keberhasilan implementasi

kebijakan, sejauh mana

kelompok-kelompok

kepentingan memberikan

dukungan bagi implementasi

kebijakan, karakteristik para

partisipan, yakni mendukung

atau menolak, bagaimana

sifat opini public yang ada di

lingkungan, serta apakah

elite politik mendukung

implementasi kebijakan.

6) Disposisi implementor yang

mencakup tiga hal yang

penting, yaitu respon

implementor terhadap

kebijakan, yang akan

mempengaruhi kemauannya

untuk melaksanakan

kebijakan, kognisi yaitu

pemahaman terhadap

kebijakan, intensitas

disposisi implementor, yaitu

preferensi nilai yang dimiliki

oleh implementor.

C. Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara

Sebelum dibentuknya Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK),

penanganan pelaporan kewajiban

LHKPN dilaksanakan oleh Komisi

Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara

Page 17: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

16

Negara (KPKPN). Namun setelah

diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002, maka

KPKPN dibubarkan dan menjadi

bagian dari bidang pencegahan KPK.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka

Penyelenggara Negara berkewajiban

untuk:

1. Bersedia diperiksa

kekayaannya sebelum,

selama dan sesudah

menjabat;

2. Melaporkan harta

kekayaannya pada saat

pertama kali menjabat,

mutasi, promosi dan pension.

3. Mengumumkan harta

kekayaannya.

Adapun Penyelenggara Negara

sebagaimana dimaksud dalam pasal

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1. Pejabat Negara pada

Lembaga Tertinggi Negara;

2. Pejabat Negara pada

Lembaga Tinggi Negara;

3. Menteri;

4. Gubernur;

5. Hakim;

6. Pejabat negara yang lain

sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-

undangan yang berlaku; dan

7. Pejabat lain yang memiliki

fungsi strategis dalam

kaitannya dengan

penyelenggaraan negara

sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang

meliputi

a. Direksi, Komisaris

dan pejabat structural

lainnya sesuai pada

Badan Usaha Milik

Negara dan Badan

Usaha Milik Daerah;

b. Pimpinan Bank

Indonesia;

c. Pimpinan Perguruan

Tinggi Negeri;

d. Pejabat Eselon I dan

pejabat lain yang

disamakan di

lingkungan sipil,

militer dan

Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

e. Jaksa;

f. Penyidik;

g. Panitera Pengadilan;

dan

h. Pemimpin dan

Bendaharawa Proyek

(usul: sebaiknya

dihapuskan)

Dalam rangka untuk menjaga

semangat pemberantasan korupsi,

maka Presiden menerbitkan Instruksi

Presiden Nomor 5 Tahun 2004

tentang Percepatan Pemberantasan

Korupsi. Berdasarkan intruksi

tersebut, maka Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara

(MenPAN) menerbitkan Surat

Edaran Nomor:

SE/03/M.PAN/01/2005 tentang

Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara NegaraTentang

Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara (LHKPN)

yang juga mewajibkan jabatan-

jabatan di bawah ini untuk

menyampaikan LHKPN yaitu:

Pejabat Eselon II dan

pejabat lain yang disamakan

di lingkungan instansi

pemerintah dan atau lembaga

negara;

Page 18: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

17

Semua Kepala Kantor di

lingkungan Departemen

Keuangan;

Pemeriksa Bea dan Cukai;

Pemeriksa Pajak;

Auditor;

Pejabat yang

mengeluarkan perijinan;

Pejabat/Kepala Unit

Pelayanan Masyarakat; dan

Pejabat pembuat regulasi

Masih untuk mendukung

pemberantasan korupsi, MenPAN

kemudian menerbitkan kembali Surat

Edaran Nomor:

SE/05/M.PAN/04/2005 (link) dengan

perihal yang sama. Berdasarkan SE

ini, masing-masing Pimpinan

Instansi diminta untuk mengeluarkan

Surat Keputusan tentang penetapan

jabatan-jabatan yang rawan Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN) di

lingkungan masing-masing instansi

yang diwajibkan untuk

menyampaikan LHKPN kepada

KPK.

Selain itu, dalam rangka

untuk menjalankan perintah undang-

undang serta untuk menguji

integritas dan tranparansi, maka

Kandidat atau Calon Penyelenggara

tertentu juga diwajibkan untuk

menyampaikan LHKPN kepada

KPK, yaitu antara lain Calon

Presiden dan Calon Wakil Presiden

serta Calon Kepala Daerah dan

Calon Wakil Kepala Daerah.

Bagi Penyelenggara Negara

yang tidak memenuhi kewajiban

LHKPN sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun

1999, maka berdasarkan Pasal 20

undang-undang yang sama akan

dikenakan sanksi administratif sesuai

dengan perundang-undangan yang

berlaku. Kewajiban Penyelenggara

Negara untuk melaporkan harta

kekayaan diatur dalam:

Undang-Undang Nomor 28

Tahun 1999 tentang

Penyelenggara Negara Yang

Bersih Dan Bebas Dari

Korupsi, Kolusi Dan

Nepotisme;

Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak

Pindana Korupsi; dan

Keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi

Nomor: KEP.

07/KPK/02/2005 tentang

Tata Cara Pendaftaran,

Pemeriksaan dan

Pengumuman Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara

Negara

Untuk mendukung kelancaran

Penyelenggara Negara dalam

pengisian Formulir LHKPN, maka

Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) memberikan Bimbingan

Teknis Pengisian Formulir LHKPN

tanpa dipungut biaya. Biaya

transportasi dan akomodasi

Narasumber KPK dibebankan

sepenuhnya kepada KPK

Narasumber KPK tidak menerima

honorarium dan/atau hadiah dalam

bentuk apapun. Selain di kantor

KPK, pemberian Bimbingan Teknis

Pengisian LHKPN juga dapat

dilakukan di kantor Instansi

Pemohon, yaitu sebagai berikut:

Pengajuan Permohonan Narasumber

Bimbingan Teknis Pengisian

Formulir LHKPN.

Instansi Pemohon menyampaikan

surat permohonan Narasumber

Bimbingan Teknis Pengisian

LHKPN yang ditujukan kepada

Deputi Bidang Pencegahan KPK.

Page 19: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

18

Surat permohonan tersebut memuat

informasi sebagai berikut:KPK akan

memberikan konfirmasi kepada

Instansi Pemohon (PiC) mengenai

ketersediaan Narasumber.

1. Tempat pelaksanaan kegiatan

2. Waktu pelaksanaan kegiatan

3. Jumlah peserta kegiatan

4. Nama kontak (Person in

Charge /PiC) serta nomor

telepon yang dapat

dihubungi.

KPK memberitahukan Instansi

Pemohon (PiC) nama Narasumber

yang akan memberikan Bimbingan

Teknis Pengisian Formulir LHKPN.

Fasilitas yang perlu disediakan oleh

Instansi Pemohon adalah komputer

dan LCD.

Fotokopi Daftar Hadir Peserta harap

diberikan kepada Narasumber setelah

kegiatan pemberian Bimbingan

Teknis Pengisian Formulir LHKPN

dilaksanakan.

Prosedur Pelayanan Laporan

Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) adalah sebagai

berikut:

Penyelenggara Negara dapat

menyampaikan LHKPN kepada KPK

baik secara langsung maupun lewat

pos. Customer Service LHKPN akan

memberikan bukti tanda terima

terkait penyerahan LHKPN kepada

Penyelenggara yang datang secara

langsung, atau mengirimkan tanda

terima tersebut lewat pos.

KPK akan melakukan

pengecekan terhadap seluruh

LHKPN yang diterima terkait

ketepatan pengisian dan kelengkapan

dokumen pendukung. Apabila

formulir yang diterima tidak tepat

pengisiannya ataupun terdapat

dokumen pendukung yang belum

lengkap, maka KPK akan menyurati

Penyelenggara Negara untuk

mengoreksi isian formulir dan

melengkapi dokumen pendukung.

Perku diperhatikan bahwa dokumen

yang belum lengkap dan tidak tepat

tidak akan diproses. Untuk

melengkapi dokumen dan

memberikan koreksi pengisian,

Penyelenggara Negara dapat

menyampaikannya secara langsung

ke Customer Service ataupun lewat

pos.

Dokumen yang sudah

lengkap akan diproses dan akan

diumumkan pada Tambahan Berita

Negara (TBN) dan diberi Nomor

Harta Kekayaan (NHK).

Penyelenggara Negara wajib

mengingat NHK untuk kebutuhan

pelaporan berikutnya. TBN dan

Poster Pengumuman akan

disampaikan kepada Penyelenggara

Negara melalui instansi masing-

masing Penyelenggara Negara.

Penyelenggara Negara wajib

menempelkan Poster Pengumuman

tersebut pada media pengumuman di

kantor/instansi Penyelenggara

Negara dan menyampaikan lembar

pemberitahuan pengumuman

LHKPN di instansi ke KPK.

Bentuk-bentuk pelayanan LHKPN

adalah sebagai berikut: Permintaan Formulir LHKPN

Permintaan Fotokopi Arsip

LHKPN.

Permintaan atas data ini pada

prinsipnya hanya dapat

diajukan oleh Penyelenggara

Negara atau Pengisi Formulir

LHKPN yang bersangkutan,

dengan tata cara sebagai

berikut:

o Pemohon Data

mengajukan surat

permohonan data

Page 20: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

19

yang ditujukan

kepada Direktur

Pendaftaran dan

Pemeriksaan LHKPN

Surat tersebut

dilampiri dengan

fotokopi identitas diri

(KTP, SIM, atau

Paspor)

o Dalam hal Pemohon

Data bukan

Penyelenggara Negara

yang bersangkutan,

maka Pemohon Data

juga harus

melampirkan Surat

Kuasa dari

Penyelenggara Negara

yang bersangkutan.

Informasi mengenai Nomor

Harta Kekayaan (NHK)

Pemberian Bimbingan Teknis

Pengisian Formulir LHKPN

Penyediaan data harta

kekayaan Penyelenggara

Negara yang telah

diumumkan pada Portal

ACCH

(http://acch.kpk.go.id)

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

Persentase jumlah Pejabat

Negara wajib Lapor LHKPN di

lingkungan Pemerintah Provinsi

Kepulauan yang taat melaporkan

harta kekayaannya. Sebagai tindak

lanjut salah satu Diktum yang

tercantum dalam Instruksi Presiden

Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Percepatan Pemberantasan Korupsi,

Inspektorat Provinsi Kepulauan Riau

menganggarkan sebesar

Rp210.000.000,00 dan realisasi

sebesar Rp204.996.000,00 (97,62%)

untuk Kegiatan Pengelolaan Laporan

Harta Kekayaan Penyelenggaaraan

Negara (LHKPN). Berdasarkan hasil

pendataan sampai dengan tahun 2015

diketahui bahwa jumlah Pejabat

Negara / Penyelenggara Negara

Dilingkungan Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau yang menjadi wajib

lapor LHKPN sebanyak 759 orang,

dan selanjutnya yang telah

melaporkan sebanyak 619 orang

(81,55%) dan telah memiliki NHK,

sedangkan yang belum

menyampaikan formulir LHKPN

sebanyak 140 orang (18,45%).

Pencegahan KKN di Wilayah

Pemerintah Provinsi Kepri, ditempuh

melalui kebijakan memaksimalkan

upaya pencegahan Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme di lingkungan

Pemerintahan Provinsi Kepulauan

Riau dengan melakukan monitoring

kepatuhan pelaporan LHKPN,

LHKASN dan LP2P pegawai

pemerintah provinsi kepulauan Riau,

melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan Reformasi Birokrasi,

Pembangunan Zona Integritas di

lingkungan Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau dan Monitoring dan

Evaluasi Rencana Aksi Daerah

Pencegahan dan Pemberantasan

Korupsi serta terus melakukan

sosialisasi anti KKN kepada semua

stake holder.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

1. Keberhasilan suatu

implementasi

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat dianalisa bahwa masih

banyak ASN yang tidak patuh

terhadap pelaksanaan LHKPN ini,

pelaporannya dianggap rumit

sehingga banyak ASN yang memilih

Page 21: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

20

tidak melaporkan kekayaannya,

padahal untuk pelaksanaannya sudah

diatur dalam UU nomor 28 tahun

1999, SE MENPAN Nomor SE/ 03/

M.PAN/ 01/ 2005, Pergub No. 9

Tahun 2016. Sebagai bagian dari

upaya untuk mewujudkan

penyelenggaraan negara yang bersih

dan bebas dari korupsi, kolusi, dan

nepotisme, Bank Indonesia

mewajibkan pimpinan dan pegawai

Bank Indonesia untuk

menyampaikan Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara

(LHKPN) kepada Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kewajiban pelaporan harta

kekayaan ini merupakan infrastruktur

yang digunakan untuk mencegah

potensi terjadinya penyalahgunaan

jabatan dan kewenangan,

menanamkan kejujuran dan

integritas, serta keterbukaan di

kalangan penyelenggara negara dan

komitmen untuk mewujudkan

penyelenggaraan negara yang bersih

di seluruh jenjang organisasi.

Pegawai yang diwajibkan

melaporkan tidak hanya terbatas

pada pegawai yang berada pada level

pimpinan. Namun, mencakup pula

pegawai pada level pelaksana yang

memiliki tugas yang berhubungan

langsung dengan pihak eksternal

misal pada bidang perizinan,

pengadaan, penerimaan pegawai,

perkasan, dan pengelolaan fisik

uang.

2. Bahwa keberhasilan

implementasi ditandai dengan

lancarnya rutinitas fungsi dan

tidak adanya masalah- masalah

yang dihadapi. Berdasakan hasil penelitian

maka dapat dianalisa bahwa masih

terdapat masalah-masalah dalam

pelaksanaan LHKPN, Mekanisme

LHKPN sudah berjalan dengan baik,

namun pelaksanaannya juga terdapat

banyak celah hukum yang dapat

mengurangi efektivitas berlakunya

mekanisme ini. Salah satu kendala

penyelenggara negara belum

melaporkan LHKPN karena kurang

memahami cara mengisi LHKPN.

Selain itu juga karena belum ada

sanksi yang tegas bagi yang belum

melaporkan LHKPN. Pejabat dan

penyelenggaran negara harus lebih

sadar akan kewajibannya, karena

dapat menjadi aktor pencegah

korupsi dengan menunjukkan

bagaimana dan darimana, serta

berapa besar jumlah kekayaannya.

Pelaporan kekayaan tersebut

merupakan upaya dalam

mewujudkan akuntabilitas dan

transparansi dalam pengelolaan

pemerintahan daerah.

3. Bahwa keberhasilan suatu

implementasi mengacu dan

mengarah pada implementasi dan

dampaknya yang dikehendaki dari

semua program-program yang

dikehendaki.

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat dianalisa bahwa saat ini

LHKPN membawa dampak yang

baik kepada ASN untuk lebih sadar

dan memahami pentingnya

melaporkan kekayaannya, banyak

dampak dan keuntungan dari

LHKPN ini namun permasalahannya

saat ini adalah banyak ASN yang

tidak paham sehingga banyak PNS

yang tidak melaporkan LHKPN.

LHKPN tidak hanya berfungsi dalam

pencegahan dan penindakan, namun

juga dapat dimanfaatkan oleh publik

sebagai salah satu mekanisme untuk

menilai kejujuran dan integritas

ASN. Di samping itu, juga untuk

Page 22: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

21

meningkatkan transparansi dan

kepercayaan masyarakat dalam

penyelenggaraan administrasi

pemerintahan. Pelaporan harta

kekayaan juga berfungsi untuk

mengawasi harta kekayaan calon

kepala daerah, dengan harapan untuk

secara persuasif mencegah mereka

dari penyimpangan perilaku,

melindungi mereka dari tuduhan

palsu, dan juga untuk membantu

memperjelas ruang lingkup atau

aktivitas ilegal lainnya melalui peran

pelaporan harta kekayaan sebagai

bukti pendukung.

Bagi penyelenggara negara

wajib menyampaikan Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara

(LHKPN) kepada Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK),

sesuai dengan amanat UU Nomor 28

Tahun 1999 tentang Penyelenggara

Negara yang Bersih dan Bebas dari

KKN, UU Nomor 30 Tahun 2002

tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, serta

Keputusan KPK Nomor

07/KPK/2/2005 tentang Tata Cara

Pendaftaran, Pengumuman dan

Pemeriksaan LHKPN”. LHKPN

adalah daftar seluruh harta kekayaan

penyelenggara negara beserta

pasangan dan anak yang masih

menjadi tanggungan yang dituangkan

dalam formulir LHKPN yang telah

ditetapkan KPK. Bagi pejabat yang

baru pertama menjabat, maka

mengisi formulir A dari blanko

LHKPN. Sedangkan yang bagi

pejabat yang sudah pernah mengisi

LHKPN sebelumnya, maka mengisi

formulir B dari blanko LHKPN.

LHKPN secara garis besar

mengandung dua manfaat, yaitu

secara pribadi dan

instansi/masyarakat. Secara pribadi

LHKPN bermanfaat untuk: (a).

memenuhi kewajiban selaku

penyelenggara negara, (b).

menanamkan sifat kejujuran dan

tanggungjawab, (c). tertib

adminitrasi negara, (d).

membangkitkan rasa takut untuk

berbuat korupsi, dan (e). terhindar

dari fitnah. Sedangkan secara

instansi/masyarakat, LHKPN

memiliki manfaat sebagai penguji

integritas penyelenggara negara dan

sebagai sarana kontrol bagi

penyelenggara negara itu sendiri.

LHKPN juga diwajibkan

kepada kuasa pengguna anggaran,

pejabat penandatangan surat perintah

membayar, pejabat pembuat

komitmen, pejabat pengadaan barang

/ jasa, bendahara penerimaan,

bendahara pengeluaran dan

bendahara pengeluaran pembantu

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan

bahwa Implementasi Kewajiban

Penyampaian Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara

(LHKPN) Di Lingkungan

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

berjalan belum optimal, disebabkan

beberapa indikator diantaranya:

1. Keberhasilan suatu

implementasi diketahui

bahwa Sejalan dengan

kewajiban yang diamanatkan

dalam undang-undang,

penyampaian LHKPN

dilakukan pada saat pertama

kali pegawai menduduki

pangkat/jabatan, dan

diperbaharui setiap 2 (dua)

tahun dari penyampaian

Page 23: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

22

LHKPN sebelumnya.

Sebelum memasuki batas usia

pensiun, pegawai kembali

diwajibkan untuk

menyampaikan LHKPN.

2. Keberhasilan implementasi

ditandai dengan lancarnya

rutinitas fungsi dan tidak

adanya masalah- masalah

yang dihadapi ditemukan

bahwa masih terdapat

masalah-masalah dalam

pelaksanaan LHKPN,

Mekanisme LHKPN sudah

berjalan dengan baik, namun

pelaksanaannya juga terdapat

banyak celah hukum yang

dapat mengurangi efektivitas

berlakunya mekanisme ini.

Salah satu kendala

penyelenggara negara belum

melaporkan LHKPN karena

kurang memahami cara

mengisi LHKPN. Selain itu

juga karena belum ada sanksi

yang tegas bagi yang belum

melaporkan LHKPN. Pejabat

dan penyelenggaran negara

harus lebih sadar akan

kewajibannya, karena dapat

menjadi aktor pencegah

korupsi dengan menunjukkan

bagaimana dan darimana,

serta berapa besar jumlah

kekayaannya. Pelaporan

kekayaan tersebut merupakan

upaya dalam mewujudkan

akuntabilitas dan transparansi

dalam pengelolaan

pemerintahan daerah.

3. keberhasilan suatu

implementasi mengacu dan

mengarah pada implementasi

dan dampaknya yang

dikehendaki dari semua

program-program yang

dikehendaki ditemukan

bahwa Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat

dianalisa bahwa saat ini

LHKPN membawa dampak

yang baik kepada ASN untuk

lebih sadar dan memahami

pentingnya melaporkan

kekayaannya, banyak dampak

dan keuntungan dari LHKPN

ini namun permasalahannya

saat ini adalah banyak ASN

yang tidak paham sehingga

banyak PNS yang tidak

melaporkan LHKPN.

LHKPN tidak hanya

berfungsi dalam pencegahan

dan penindakan, namun juga

dapat dimanfaatkan oleh

publik sebagai salah satu

mekanisme untuk menilai

kejujuran dan integritas ASN.

4. Faktor penghambat dalam

implementasi ini adlaah

kurangnya sosialisasi dan

sanksi yang tegas terhadap

Implementasi Kewajiban

Penyampaian Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) Di

Lingkungan Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau

sehingga banyak pegawai

yang tidak menjalankannya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya sosialisasi

menyeluruh terhadap ASN

yang ada di Lingkungan

Pemerintahan Provinsi

Kepulauan Riau tentang

pentingnya LHKPN

kemudian mekanisme dan

tata cara dalam pelaporan.

Page 24: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

23

2. Harus ada sanksi yang tegas

bagi ASN yang tidak

melaporkan kekayaannya

seperti mutasi maupun

penurunan jabatan agar lebih

menyadari pentingnya

melaporkan kekayaannya.

3. Kepala daerah sebaiknya

bersama-sama inspektorat

untuk mengawasi

pelaksanaan pelaporan

LHKPN secara rutin agar

ASN lebih patuh terhadap

kewajibannya.

4. Perlu adanya ketegasan

Inspektorat Provinsi

Kepualaun Riau dalam

menerapkan sanksi bagi ASN

yang tidak melaporkan

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan

Publik Edisi Revisi. Jakarta:

Yayasan. Pancur Siwah.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar

Kebijakan Publik. Bandung

: CV Alfabetha

Amri. Yousa. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Laboratorium Pengkajian

Penelitian dan

Pengembangan Administrasi

Negara. FISIP Universitas

Padjajaran, Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Dunn, William N. 2003. Analisis

Kebijakan Publik.

Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press

Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik

Berbasis Dynamic

Analiysis. Gava Media:

Yogyakarta.

Ekowati, Mas Roro Lilik, 2005,

Perencanaan, Implementasi

dan Evaluasi Kebijakan atau

Program, Edisi Revisi, PT

Rosdakarya, Bandung.

IGM Nurjana, 2010, Sistem Hukum

Pidana dan Bahaya Laten

Korupsi , Yogyakarta:Pustaka

Pelajar

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip

Perumusan Kebijaksanaan

Negara. Bumi Aksara:

Jakarta

Keban, Yeremias. T. 2004. Enam

Dimensi Strategis

Administrasi Publik, Konsep,

Teori, dan Isu. Yogyakarta.

Gava Media

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Ndraha, Taliziduhu. 2003.

Kybernologi (Ilmu

Pemerintahan Baru I). PT

Rineka Cipta : Jakarta

Nugroho, Riant D. 2012. Kebijakan

Publik Formulasi Implementasi

dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex

Media Komputindo

Pasolong, Harbani. 2010. Teori

Administrasi Publik.

Bandung: Alfabeta

Page 25: IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Kebijakan yang dikeluarkan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun

24

Purwanto,Erwan, 2012,

Implementasi Kebijakan

Publik Konsep dan

Aplikasinya di. Indonesia,

Yogyakarta : Gava Media.

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma

Kritis dalam Studi Kebijakan

Publik. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Rasyid, Rias. 2000. Pokok-Pokok

Pemerintahan. PT Raja

Grafindo Persada : Jakarta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif, kualitatif dan R

& D. Bandung: ALFABETA

Subarsono, AG.2011. Analisis

kebijakan Publik : Konsep.

Teori dan. Aplikasi.Yogyakarta

: Pustaka Pelajar.

Syafarudin. 2008. Efectivitas

Kebijakan Pendidikan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Syafiie, Inu Kencana. 2006. Sistem

Administrasi publik Republik

Indonesia (SANKRI). Jakarta

: PT Bumi Aksara

Tarwiyah Tuti. 2005. Kebijakan

pendidikan Era 0tonomi

Daerah. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Wahab, Solichin. 2002. Analisis

Kebijaksanaan, Dari

Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Jakarta: PT. Buku Kita.

Jurnal :

Zudan Arif Fakrullah. 2011.

Akuntabilitas Kebijakan Dan

Pembudayaan Perilaku

Antikorupsi. Jurnal Perspektif.

Volume XVI No. 2 Tahun

2011

Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 28 Tahun

1999 tentang Penyelenggara

Negara yang Bersih dan Bebas

dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme (KKN)

Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (KPK).

Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2015

tentang kewajiban

penyampaian laporan harta

kekayaan aparatur sipil negara

(LHKASN) di lingkup instansi

pemerintah