implementasi kebijakan pengelolaan …eprints.uny.ac.id/50659/1/eka rachmad yuliawan...data siswa...

263
i IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH INKLUSI DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI DIY SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Eka Rachmad Yuliawan NIM 12110244022 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2017

Upload: truongquynh

Post on 30-Jun-2018

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

i

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN ASESMEN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH INKLUSI DI DINAS

PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI DIY

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Eka Rachmad Yuliawan

NIM 12110244022

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEI 2017

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

ii

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

iii

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

iv

Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

v

MOTTO

Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga

diri agar tidak tertidur

(Richard Wheeler)

Pendidikan yang benar untuk membuat ketimpangan, ketimpangan

individualis, ketimpangan kesuksesan, dan ketimpangan kejeniusan.

(Felix E. Schelling)

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

1. Orang tuaku yang senantiasa

mendukung dan mendoakan

keberhasilan studiku

2. Almamaterku Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah

memberikanku ilmu.

3. Nusa, bangsa serta agamaku

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

vii

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN ASESMEN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH INKLUSI DI DINAS

PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI DIY

Oleh

Eka Rachmad Yuliawan

NIM 12110244022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1)

implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak berkebutuhan khusus di

sekolah inklusi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY; 2) Faktor

pendukung dan penghambat implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak

berkebutuhan khusus DISDIKPORA DIY.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subyek

penelitian ini adalah Kepala Seksi PLB, Kepala Kursis TK-SD, Kepala sekolah,

guru pendamping khusus, guru kelas, dan orang tua sebagai subyek pendukung.

Setting penelitian berada di DISDIKPORA Prov. DIY, DISDIK Kab. Sleman, dan

SD N Brengosan I. Metode Pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi,

dan observasi. Uji Keabsahan dengan teknik triangulasi. Teknik analisis data

menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Proses implementasi

kebijakan pengelolaan asesmen ini dilakukan dengan membagi pihak yang

berperan dalam mengelola pendidikan di DIY, mengembangkan kerangka kerja

berdasar kebijakan pusat, mengkoordinasikan sumber daya dan pembiayaan antara

Kabupaten/ Kota dengan Provinsi, dan mengaloksikan sumber daya dengan

memperbantukan GPK. Hasil dari implementasi tersebut berupa pengadaan

pelatihan asesmen, menjalin mitra kerja dengan lembaga terkait, dan membentuk

lembaga khusus. SD N Brengosan I sebagai sekolah inklusi sudah dapat

merasakan sarana seperti guru pendamping khusus, pelatihan guru, Puskesmas,

dan pusat sumber yang diberikan Dinas terkait. Meskipun belum secara optimal,

sekolah mampu untuk melaksanakan kebijakan asesmen ini melalui beberapa

tahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut asesmen.

Didukung dengan pelayanan khusus berupa penambahan jam belajar siswa ABK;

2) faktor pendukung implementasi tersebut berupa materi PLB (Pendidikan Luar

Biasa) sudah diberikan pada mata kuliah kependidikan, tingkat pemahaman

masyarakat terhadap pendidikan inklusi sudah meningkat, adanya Puskesmas

sebagai mitra kerja sekolah. Sedangkan faktor penghambatnya adalah pemahaman

guru reguler masih lemah, alokasi tenaga GPK (Guru Pendamping Khusus) yang

terbatas, anggaran pelatihan bagi guru yang terbatas dan belum merata, beberapa

orang tua kurang peduli dan sulit memahami arahan dari sekolah.

Kata Kunci : Implementasi kebijakan, asesmen, anak berkebutuhan khusus

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat- Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi dengan judul

“Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Sekolah Inklusi di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY”

Skripsi yang ditulis sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri penulis,

namun demikian masih tersirat harapan skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa keberhasilan

yang penulis capai ini bukanlah karena kerja individu semata, tetapi berkat

bantuan semua pihak yang ikut mendukung dalam penyelesaianya proposal

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah membantu dalam

memberikan izin atas terealisasikannya penelitian ini.

2. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan atas izin yang

diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Joko Sri Sukardi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini

sehingga dapat terwujud.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Kebijakan Pendidikan yang

telah memberikan ilmu kepada penulis.

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

ix

5. Kepala Seksi Pendidikan Luar Biasa, Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Provinsi DIY yang telah memberikan izin penuiis untuk

melakukan penelitian, memberikan dukungan, kemudahan dan

kelancaran selama proses penelitian.

6. Kepala Bidang Kurikulum dan Kesiswaan TK-SD, Dinas Pendidikan

Kabupaten Sleman yang telah memberikan izin penulis untuk

melakukan penelitian, memberikan dukungan dan data penelitian,

kemudahan dan kelancaran selama proses penelitian berlangsung.

7. Kepala sekolah, guru kelas, guru pembimbing kbusus serta orang tua

siswa berkebutuhan khusus SD N Brengosan I Kabupaten Sleman

yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian,

memberikan dukungan, kemudahan memperoleh data penelitian dan

kelancaran selama proses penelitian.

8. Teman-teman Program Studi Kebijakan Pendidikan yang telah

membantu dalam rangka pelaksanaan penelitian sampai tersusunya

skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sampaikan satu persatu yang telah

membantu dalam proses penyusunan penelitian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna

dan masih mempunyai kekurangan. Oleh karena itu penulis selalu mengharapkan

kritik dan saran kepada semua pihak.

Yogyakarta, 3 Mei 2017

Penulis

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

MOTTO ....................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 7

C. Batasan Masalah .................................................................................... 7

D. Rumusan Masalah .................................................................................. 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi Kebijakan Pendidikan ....................................... 11

1. Rumusan Implementasi ........................................................................ 11

2. Pengertian Kebijakan ........................................................................... 13

3. Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan .......................................... 14

4. Implementasi Kebijakan Pendidikan .................................................... 16

B. Pengertian Sekolah Inklusi ..................................................................... 20

1. Pendidikan Inklusi ................................................................................ 20

2. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi ....................................... 22

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

xi

3. Konsep Pendidikan Inklusi ................................................................... 23

C. Kajian Anak Berkebutuhan Khusus ....................................................... 24

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ............................................... 25

2. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ............................................... 27

D. Kajian Pengelolaan Asesmen ................................................................. 30

1. Kajian tentang Pengelolaan .................................................................. 30

2. Kajian tentang Asesmen ....................................................................... 30

3. Tujuan Asesmen ................................................................................... 37

4. Tindakan dan Strategi Pelaksanaan Asesmen ...................................... 39

E. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 44

F. Kerangka Pikir ........................................................................................ 48

G. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 50

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 52

C. Subjek Penelitian .................................................................................... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 55

E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 57

F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 61

G. Uji Keabsahan Data ............................................................................... 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A . Deskripsi Umum ................................................................................... 65

1. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Yogyakarta .......... 65

2. Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman .................................................. 74

3. Sekolah Dasar Negeri Brengosan I ..................................................... 75

B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 84

1. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen ABK di

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaharaga Prov. DIY ......................... 84

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Pengelolaan Asesmen ABK di DISDIKPORA Prov. DIY ................... 132

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

xii

B. Pembahasan ............................................................................................ 136

1. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen ABK di

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaharaga Prov. DIY ......................... 136

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Pengelolaan Asesmen ABK di DISDIKPORA Prov. DIY ................... 160

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 163

B. Saran ....................................................................................................... 164

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 166

LAMPIRAN ................................................................................................. 168

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Indikator Asesmen ...................................................................... 43

Tabel 2. Realisasi waktu penelitian ........................................................... 53

Tabel 3. Kisi- kisi pedoman wawancara ................................................... 57

Tabel 4. Kisi- kisi pedoman observasi ...................................................... 59

Tabel 5. Kisi- kisi pedoman dokumentasi ................................................ 60

Tabel 6. Rekapitulasi data individu sekolah inklusi dan ABK ................. 73

Tabel 7. Data kepegawaian ....................................................................... 80

Tabel 8. Data ruangan ............................................................................... 81

Tabel 9. Alat peraga/ praktek penunjang .................................................. 81

Tabel 10. Daftar siswa selama 3 tahun ...................................................... 83

Tabel 11. Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 .............. 83

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

xiv

DAFTAR BAGAN

hal

Bagan 1. Relasi Identifikasi dan Asesmen ................................................ 31

Bagan 2. Program Pembelajaran Individual ............................................. 42

Bagan 3. Kerangka Pikir ........................................................................... 49

Bagan 4. Struktur Organisasi ................................................................... 68

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara .............. 169

Lampiran 2. Contoh analisis data .............................................................. 183

Lampiran 3. Catatan lapangan ................................................................... 206

Lampiran 4. Foto dokumentasi ................................................................. 212

Lampiran 5. Dokumen peserta didik ........................................................ 217

Lampiran 6. Surat-surat keputusan ........................................................... 236

Lampiran 7. Surat ijin penelitian .............................................................. 246

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap pelaksanaan kegiatan tidak akan lepas dari sebuah kebijakan

baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya atau pendidikan. Kebijakan

menjadi satu hal yang sangat penting dalam pendidikan, dikarenakan

menyangkut arah pendidikan itu akan dibawa, kemajuan dan pendidikan yang

bermutu, tujuan dari pendidikan serta kepentingan unsur didalamnya. Proses

pembuatan kebijakan tidak akan lepas dari beberapa langkah dalam

merumuskan kebijakan pendidikan yaitu formulasi kebijakan, implementasi

kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

Pada dasarnya kebijakan dapat diungkap sebagai langkah dalam

melakukan ataupun bertindak sesuatu yang disengaja untuk mengatasi

beberapa masalah yang ditemui (Hugh Heclo dalam Arif Rohman, 2009:

108). Kebijakan pendidikan sendiri merupakan bagian dari kebijakan publik

yang didalamnya mengandung acuan atau aturan yang berkaitan dengan

alokasi, penyerapan, dan persebaran sumber, juga pengaturan perilaku dalam

dunia pendidikan (Arif Rohman, 2009: 108). Kebijakan pendidikan ini

merupakan bagian kebijakan publik dalam dunia pendidikan untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

Begitu halnya dengan kebijakan atau program yang ada di

DISDIKPORA (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga) Provinsi

Yogyakarta khususnya Seksi PLB (Pendidikan Luar Biasa) dalam usaha

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

2

peningkatan mutu pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Seksi

Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi Yogyakarta merupakan

sebuah lembaga pendidikan yang bertugas melaksanakan perencanaan,

pengelolaan, monitoring, serta pengawasan seluruh kegiatan pembelajaran

pendidikan luar biasa di Provinsi Yogyakarta. Seksi PLB ini bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan pendidikan SLB (Sekolah Luar Biasa) yang ada

di 5 (lima) kabupaten di Provinsi Yogyakarta.

Seksi PLB tidak hanya bertanggung jawab pada Sekolah Luar Biasa,

namun juga berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan di setiap Kabupaten

terhadap keberlangsungan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi (SPPI).

Hal tersebut dikarenakan persebaran sekolah inklusi di seluruh kabupaten

yang terbilang banyak, sehingga butuh peran dari setiap Dinas Pendidikan

setempat. Seperti halnya DISDIKPORA Kabupaten Sleman yang turut

berperan dalam mengelola pendidikan inklusi di Kabupaten Sleman.

Anak yang dikategorikan sebagai ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

sesuai dengan Permendiknas RI No.70 Tahun 2009 menimbang bahwa ”anak

berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami kelainanan fisik

emosional, mental, sosial, dan/ atau bakat istimewa”. Sebagai manusia, ABK

memiliki hak untuk tumbuh kembang ditengah keluarga, masyarakat, dan

bangsa. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Diperkuat dengan UU

Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 1 yang mengatakan “setiap warga

negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

3

bermutu”. ABK memiliki hak untuk sekolah sama seperti saudara lainnya

yang normal. Setiap ABK diperlukan layanan pendidikan khusus sesuai

dengan keterbatasan pada dirinya. Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar

Biasa (SLB) dan Sekolah umum (TK, SD, SMP, SMA, atau SMK) melarang

ABK untuk masuk ke sekolah tersebut.

Pendidikan inklusi menurut Permendiknas No.70 tahun 2009

didefinisikan sebagai ”sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada semua peserta didik yang mempunyai keterbatasan fisik

atau kelainan dan mempunyai kecerdasan maupun bakat istimewa untuk

mengikuti pendidikan atau pembelajaran didalam lingkungan pendidikan

bersama peserta didik pada umumnya”.Sistem layanan pendidikan

disesuaikan dengan kebutuhan anak yang bersifat khusus. Penyesuain dalam

hal adapatasi kurikulum, pembelajaran, sarana prasarana ataupun penilaian.

Secara sederhana pendidikan inklusi ini untuk memberikan kesempatan yang

sama kepada setiap anak, menghargai keberagaman, tidak diskriminasi

kepada setiap peserta didik.

Suatu proses pendidikan atau pembelajaran tidak akan lepas dari peran

serta guru, murid, kurikulum dan faktor pendukung lainnya. Berdasarkan hal

tersebut, guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Tanpa

adanya guru yang berkompeten dapat menimbulkan kegagalan dalam proses

pembelajaran. Khususunya peran guru dalam proses pembelajaran di Sekolah

inklusi, sehingga dalam menentukan program belajar dan bimbingan anak

terlebih pada anak berkebutuhan khusus diperlukan teknik yang berbeda.

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

4

Didalam menghadapi anak berkebutuhan khsusus tidak serta merta

dapat diamati secara gamblang, sehingga peran guru harus berperan aktif

dalam melihat apa yang menjadi kendala siswa dalam belajar ataupun

mengetahui kebutuhan khusus yang dibutuhkan. Hal tersebut dapat dilakukan

melalui proses identifikasi dan asesmen pada peserta didik ketika ada anak

berkebutuhan khusus masuk ke sekolah.

Identifikasi dan asesmen pada anak berkebutuhan khusus merupakan

dua jenis kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh seorang guru untuk

memahami anak. Hal tersebut sebagai bagian usaha mengembangkan

kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhan khsusus secara dini.

Identifikasi anak berkebutuhan khusus sesuai Permendiknas No.70 tahun

2009 sebagai “proses penjaringan, yang akan menghasilkan peserta didik

yang berkelainan dan perlu mendapat layanan pendidikan”. Asesmen

merupakan “penyaringan, menyusun informasi untuk bahan program

pembelajaran siswa, dengan memahami kelebihan dan kekurangan siswa”.

Dengan demikian identifikasi merupakan tahapan pertama sebelum

dilakukan asesmen, dan proses asesmen hanya dapat dilakukan setelah ada

identifikasi (McLoughlin dan Lewis dalam Budiyanto, 2014: 33). Keduanya

merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan. Pelaksanaan asesmen

terhadap ABK di sekolah inklusi lebih tertuju pada peran guru dalam

mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal sesuai

kebutuhan yang dibutuhkan anak. Pelaksanaan asesmen harus dilakukan

secara mendalam terhadap siswa disekolah inklusi yang telah diidentifikasi

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

5

sebagai anak berkebutuhan khusus. Dilanjutkan dengan memberikan

penanganan secara khusus pada ABK. Berhasil atau tidaknya pembelajaran

juga dipengaruhi oleh pemberian pelayanan anak berkelainan melalui

asesmen ini.

Jika melihat orang yang melakukannya, proses identifikasi dapat

dilakukan oleh guru, ahli yang profesioanal, dapat juga dilakukan oleh orang

terdekat, orang tua ataupun keluarga. Hal tersebut dikarenakan proses

identifikasi lebih menjaring kekurangan atau kelainan yang memang dapat

diamati dan diukur sesuai kriteria yang berlaku, seperti ciri ketunaan, faktor

penyebab, data anak dan sebagainya.

Disisi lain proses asesmen yang ideal merupakan suatu proses yang

harus dilakukan mendalam, berkesinambungan, melibatkan orang terdekat

dan dilakukan oleh pakar atau tenaga ahli yang sesuai bidang kemampuan

yang dimiliki seperti, psikolog, terapis ataupun sosiolog. Hal ini dikarenakan

dalam memahami kekhususan anak, ada anak-anak yang dapat dikenali

dengan mudah sebagai anak berkebutuhan khusus, namun ada juga yang

membutuhkan pendekatan dan peralatan khusus untuk menentukan,

penanganan yang akan diberikan. Anak-anak yang mengalami kelainan fisik

misalnya, dapat dikenali melalui pengamatan guru saja, sedangkan untuk

anak-anak yang mengalami kelainan dalam segi emosional dan intelektual

memerlukan alat khusus, pemahaman lebih serta penelusuran mendalam

untuk dapat menentukan penangan serta pelayanan bagi anak itu. Selain itu

pemaknaan hasil asesmen yang diperoleh tidak hanya berakhir di sekolah

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

6

dalam penyusunan RPP dan pelayanan. Hasil tersebut dapat menjadi modal

orang tua dalam membimbing anaknya dirumah. Berdasarkan proses asesmen

inilah muncul keselarasan antara pemberian pembelajaran disekolah dan

dirumah, sehingga ABK memperoleh pelayanan sesuai kebutuhan, dan

berkesinambungan sampai anak itu mampu mengembangkan diri

Pada kenyataanya dilapangan banyak guru sekolah inklusi yang sukar

untuk mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus, membuat rencana

pembelajaran, atau memberikan pelayanan yang sesuai. Selain itu sulitnya

guru dalam mengajar atau mengarahkan anak berkebutuhan khusus didalam

kelas juga kerap ditemui. Hal ini dapat dipicu karena tidak semua guru di

sekolah inklusi berlatar belakang Pendidikan Luar Biasa sehingga masih

minim pengetahuan terkait penanganan anak berkebutuhan khusus. Tidak

seimbangnya pula guru pendamping khusus dengan sekolah inklusi dan

alokasi waktu yang diberikan. Selain itu adanya hubungan beberapa orang

tua ABK dan sekolah yang tidak selaras dengan yang diharapkan, seperti

beberapa orang tua yang kurang peduli dengan anaknya. Turut memberi

gambaran bahwa sekolahlah yang bertanggung jawab penuh, dan

pelayananannya hanya sebatas di sekolah saja.

Perbedaan penilaian dan pemahaman tersebut membuat pemberian

pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah menjadi kurang tepat sasaran dan

pemenuhan kebutuhan terhadap anak didiknya menjadi terhambat. Hal

tersebut membuat guru sulit untuk mengetahui perkembangan anak dan cara

guru dalam memberikan pelayanan kebutuhan yang sesuai bagi anak.

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

7

Dampaknya justru menghambat bakat, minat, serta intelektual anak

berkebutuhan khusus dalam pembelajaran.

Implementasi kebijakan seharusnya mampu mengatasi permasalahan

yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sebuah proses penerapan

kebijakan, harus ada bentuk pengawasan dan tindak lanjutnya. Apakah

kebijakan tersebut mampu mengatasi permasalahan yang ada atau tidak.

Berdasarkan permasalahan diatas dibentuklah kebijakan pendidikan dalam

pengelolaan asesmen anak berkebutuhan khusus di DISDIKPORA DIY.

Kebijakan pengelolaan asesmen seharusnya ada sinergi antara Dinas

Pendidikan sebagai pemegang kebijakan, pihak-pihak pendukung dan sekolah

sebagai sasaran kebijakan. Dinas Pendidikan seharusnya menindaklanjuti

kebijakan yang diterapkan, tidak hanya sebatas menerapkan. Sehingga

penerapannya tidak hanya sebatas sampai di lembaga saja, namun juga

elemen masyarakat. SD Negeri Brengosan I merupakan salah satu satuan

pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Yogyakarta berbasis inklusi yang

melaksanakan kebijakan pengelolaan asesmen tersebut. Sekolah ini berada di

dusun Kayunan, Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.

Tercatat pada tahun 2015/2016 ini ada sekitar 20 anak yang berkelainan

(ABK) di SD N Brengosan I.

Kenyataannya, sekolah masih mengalami kendala dalam melakukan

asesmen dan pelayanan khusus. Kendala tersebut muncul karena faktor intern

disekolah (SDM) dan ekstern (seperti orang tua). Oleh karena itu penelitian

ini penting diteliti untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi dari

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

8

kebijakan pengelolaan asesmen ABK yang dilaksanakan oleh DISDIKPORA

DIY dan ditindaklanjuti dengan mengetahui penerapannya di sekolah inklusi

tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis lampirkan dapat

diidentifikasi beberapa masalah diantaranya:

1. Anak Berkebutuhan khusus kurang mendapatkan pelayanan dan

penanganan yang sesuai kebutuhan anak.

2. Tidak semua guru berlatarbelakang Pendidikan Luar Biasa

3. Guru sulit mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus

4. Pemenuhan kebutuhan terhadap anak kurang tepat sasaran

5. Terbatasnya guru pendamping khusus di sekolah inklusi.

6. Beberapa orang tua anak berkebutuhan khusus yang kurang peduli.

7. Implementasi kebijakan asesmen di sekolah belum optimal.

C. Batasan Penelitian

Berdasarkan beberapa identifikasi masalah pengelolaan asesmen anak

berkebutuhan khusus yang luas, maka peneliti disini lebih berfokus pada

masalah implementasi kebijakan pengelolaan assesmen anak berkebutuhan

khusus di DISDIKPORA DIY.

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

9

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan penelitian skripsi ini adalah:

1. Bagaimana proses dan hasil implementasi kebijakan pengelolaan

asesmen anak berkebutuhan khusus pada sekolah inklusi di Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY?

2. Faktor Pendukung dan penghambat implementasi kebijakan

pengelolaan asesmen anak berkebutuhan khusus DISDIKPORA DIY?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mendeskripsikan:

1. Proses dan hasil implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak

berkebutuhan khusus di DISDIKPORA DIY meliputi taahapan proses

implementasi, program hasil implementasi kebijakan, pelaksanaan

asesmen di sekolah, peran sekolah, guru kelas, dan guru pendamping

khusus, proses belajar mengajar, evaluasi dan tindak lanjut.

2. Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat proses implementasi

kebijakan pengelolaan asesmen anak berkebutuhan khusus di

DISDIKPORA DIY.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah:

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

10

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan gambaran pengetahuan bagi mahasiswa serta untuk

menambah perbendaharaan kepustakaan bagi kampus.

b. Memberikan gambaran dan wawasan bagi penulis terkait masalah yang

menjadi fokus penelitian.

c. Menjadikan salah satu penggambaran tentang kebijakan pengelolaan

asesmen anak berkebutuhan khsusus di sekolah inklusi yang

dilaksanakan oleh Dinas terkait.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi:

a. Kepala Sie. Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi

Yogyakarta sebagai bahan masukan dalam pengambilan, pelaksanaan,

pengembangan, permasalahan serta evaluasi dalam pengelolaan asesmen

anak berkebutuhan khusus.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala sekolah

dalam penentuan kebijakan pelaksanaaan dan pengelolaan asesmen anak

berkebutuhan khusus, serta pelayanan pendidikan khusus.

c. Guru (guru kelas/ dan guru pendamping khusus) dapat menjadi bahan

masukan dalam meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan

asesmen, serta pemberian pelayanan pendidikan khusus bagi ABK.

d. Mahasiswa tentang kajian yang telah dibuat ini, untuk dapat memperoleh

wawasan dan manfaat yang berguna di kemudian hari.

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi Kebijakan Pendidikan

1. Rumusan Implementasi

Pada dasarnya dalam merumuskan kebijakan bertujuan untuk

mengatasi suatu permasalahan atau hambatan yang ada. Pencapaian

tujuan tersebut dapat dilaksanakan melalui proses implementasi kebijakan

yang tepat sasaran.

Webster (Arif Rohman , 2012: 105) menjelaskan implementasi

sebagai ;

“To provide the means for carrying out (mempersiapkan sarana

untuk melaksanaan sesuatu); to give practical effect to (

mengakibatkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”.

Proses implementasi seperti yang dijelaskan Webster tersebut

bahwasanya implementasi seperti sebuah tindakan dalam melaksanakan

sesuatu yang dapat memunculkan dampak dan akibat. Dampak tersebut

dapat berupa peraturan, kebijakan yang dirumuskan pemerintah atau

lembaga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pandangan lain seperti

diungkapkan Van Meter dan Van Horn dalam Arif Rohman (2009: 134)

bahwa implementasi adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh

pemerintah atau swasta sebagai pemegang kebijakan yang ditujukan untuk

mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, tindakan

implementasi dilakukan oleh pemegang kebijakan untuk mencapai tujuan

yang diharapkan.

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

12

M Grindle dalam Arif Rohman (2009: 134) juga mendefinisikan

implementasi sebagai berikut:

“Implementasi mencakup tugas dalam membentuk suatu ikatan yang

memungkinkan arah suatu kebijakan dapat direalisasikan sebagai

hasil dari aktivitas pemerintah”.

Jadi menurut pendapat tersebut implementasi merupakan keseluruhan

hubungan yang berpengaruh dalam merealisasikan kebijakan yang

dirumuskan pemerintah. Seorang pakar bernama Charles O, Jones (Arif

Rohman, 2009: 135) mendasarkan diri pada konsep aktifasi fungsional,

untuk mengoperasikan program. Tiga pilar tersebut adalah :

a. Pengorganisasian, dengan cara pembentukan atau penataan

kembali sumberdaya, unit, atau metode guna menjalankan

program tersebut.

b. Interpretasi, sebagai aktifitas dalam menafsirkan agar suatu

program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat

diterima dan dilakukan.

c. Aplikasi, meliputi perlengkapan rutin bagi pelayanan,

pembayaran dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan

tujuan atau keperluan program.

Lineberry dalam Sudiyono (2007: 80) menyatakan bahwa

implementasi mencakup beberapa tahap- tahap, yaitu:

a. Membuat dan menyusun staf suatu agen baru guna

melaksanakan sebuah kebijakan baru.

b. Menerjemahkan tujuan legislatif dan secara sungguh – sungguh

memasukkannya dalam aturan pelaksanaan, mengembangkan

panduan atau kerangka kerja bagi pelaksana kebijakan.

c. Melakukan koordinasi terkait sumberdaya dan pembiayaan

untuk kelompok sasaran, pengembangan pembagian tanggung

jawab antar agen.

d. Mengalokasikan sumber daya untuk mendapatkan dampak

kebijakan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat ditegaskan bahwa

implementasi merupakan sebuah proses penerapan suatu kebijakan oleh

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

13

pemerintah atau organisasi tertentu untuk direalisasikan guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengertian Kebijakan

Kebijakan Secara etimologi, istilah kebijakan berasal dari Bahasa

Inggris yaitu “policy”. Istilah kebijakan kadang disamakan dengan makna

kebijaksanaan. Pada dasarnya kebijakan dapat diungkapkan sebagai

langkah dalam melakukan ataupun bertindak sesuatu yang disengaja untuk

mengatasi beberapa masalah yang ditemui (Hugh Heclo dalam Arif

Rohman, 2009: 108). Jadi menurut pendapat tersebut keijakan diartikan

sebagai tindakan untuk mengatasi suatu permasalahan, baik disengaja

ataupun tidak.

James E. Anderson mengatakan jika suatu kebijakan merupakan

tindakan yang mempunyai tujuan, diikuti oleh sekelompok orang,

organisasi atau individu guna menyelesaikan permasalahan yang ditemui

(Sudiyono, 2007: 4). Jadi Sebuah kebijakan dibuat untuk berbagai tujuan

atau menyelesaikan masalah. Syafaruddin (2008: 75) mengatakan jika

sebuah kebijakan atau policy yang menyangkut ide tata kelola, pengaturan

didalam organisasi disebut policy berkenaan dengan gagasan pengaturan

organisasi diterima pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah dibuat.

Dengan demikian kebijakan merupakan ide, atau aturan yang dibuat

organisasi atau pemerintah agar diikuti setiap individu untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

14

Perumusan kebijakan merupakan hal yang penting dan sangat

berpengaruh kedepannya, para pemegang kuasa dalam membuat kebijakan

tentu didasarkan pada aspek yang dihadapi, sarana yang dibutuhkan, serta

pengaruh atau dampak yang dapat timbul. Setiap jenis perumusan

kebijakan berkaitan dengan berbagai aspek seperti sudut pandang

(perspective), menyangkut hakikat (substance), kajian filosofi

(metapolicy), dan perilaku (behaviour) tersembunyi atau nyata dari

pembuat kebijakan (Hodgkinson dalam Arif Rohman, 2009: 113).

Terdapat dua jenis pendekatan dalam merumuskan sebuah kebijakan

menurut Arif Rohman (2009: 114) yaitu:

a. Social Demand Approach

Social demand approach adalah suatu pendekatan dalam

perumusan kebijakan pendidikan yang berlandaskan pada aspek

tuntutan, aspirasi dan apa yang didesakan oleh masyarakat kepada

pemerintah. Pada dasarnya pendekatan ini tidak hanya

menanggapi respon dari masyarakat namun juga tuntutan

masyarakat terkait pelaksanaan pendidikan.

b. Man-Power Approach

Pendekatan man-power ini berfokus pada perumusan

keijakan yang didasarkan pada pertimbangan –pertimbangan yang

dibutuhkan dalam menciptakan ketersediaan sumberdaya manusia

yang cukup di masayarakat. Pendekatan ini lebih memunculkan

seorang pemimpin atau aktor kebijakan yang memiliki pandangan

yang lebih jauh kedepan, tidak menunggu adanya tuntutan dari

masyarakat.

Jadi dua pendekatan kebijakan tersebut didasarkan pada dorongan

atau respon dari masyarakat, serta pendekatan yang berlandaskan pada

pertimbangan kebutuhan di masyarakat. Berdasarkan beberapa penjelasan

tersebut dapat ditegaskan jika kebijakan adalah serangkaian langkah atau

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

15

tindakan yang dibuat oleh pemerintah atau organisasi untuk diterapkan dan

diikuti, yang bertujuan untuk mengatasi suatu permasalahan yang ada.

3. Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan

Terdapat beberapa macam teori yang menjabarkan tentang

implementasi kebijakan pendidikan yang digagas oleh para ahli.

Diantaranya terdapat tiga teori yang paling menonjol. Menurut Arif

Rohman (2009: 136-140) ketiga teori tersebut dikembangkan oleh:

a. Brian W. Hoogwood dan Lewis A. Gunn

Dua ahli ini berpandangan bahwa dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan yang sempurna (perfect

implementation) diperlukan syarat khusus. Syarat tersebut

diantaranya kondisi eksternal yang dihadapi instansi pelaksana

tidak menimbulkan dampak atau kendala serius. Harus tersedia

waktu dan sumber yang cukup bagi pelaksana program. Sumber

–sumber yang dibutuhkan harus tersedia dan terpadu. Kebijakan

yang akan diimplementasikan harus berdasar pada hubungan

kausalitas yang handal. Hubungan kausalitas tersebut harus

bersifat langsung dan minim rantai penghubungnya.

b. Van Metter dan Van Horn

Van Metter dan Van Horn menngembangkan sebuah teori

yang disebut Model Proses Implementasi Kebijakan (A Model of

the Policy Implementation Process). Kedua pakar tersebut

kemudian membuat dua tipologi kebijakan. Pertama, yaitu

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

16

jumlah setiap perubahan yang akan dihasilkan. Kedua, jangkauan

atau ruang lingkup kesepakatan terkait tujuan diantara pihak –

pihak yang turut serta dalam proses implementasi. Berdasar pada

dua indikator tersebut, suatu proses implementasi kebijakan akan

berhasil jika pada sisi segi perubahan yang dikehendaki relatif

sedikit, dan pada segi yang lain terdapat kesepakatan terhadap

tujuan dari para pelaksana dalam mengoperasikan program yang

cukup tinggi.

c. Daniel Mazmanian dan Paul. A Sabatier

Teori yang dikembangkan kedua ahli ini dikenal sebagai a

frame work for implementation anlysis atau Kerangka Analisis

Implementasi (KAI). Peran dari teori KAI ini menunjukkan

bahwa suatu kebijakan pendidikan adalah mengidentifikasi

variabel – variabel yang dapat mempengaruhi terwujud tujuan

formal pada keseluruhan proses implementasi. Variabel yang

berpengaruh terhadap tercapainya tujuan formal implementasi

diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu; (a) tingkat kesulitan

yang akan digarap atau dikendalikan, (b) kemampuan dari

keputusan kebijakan untuk menyusun struktur yang tepat dalam

proses implementasi, (c) pengaruh langsung variabel politik

terhadap keseimbangan dukungan terkait tujuan yang terkandung

dalam keputusan kebijakan tersebut.

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

17

4. Implementasi Kebijakan Pendidikan

Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang sangat

penting dan penuh resiko. Apabila sebuah kebijakan sudah dibuat namun

tidak ada tindak lanjut atas penerapan kebijakan tersebut hanya sia –sia,

hanya menjadi wacana. Peran dari setiap elemen sangat dibutuhkan agar

suatu kebijakan dan terealisasaikan. Terdapat beberapa faktor yang dapat

menjadi sumber keberhasilan atau kegagalan dari proses implementasi

kebijakan, yaitu; (a) faktor yang terletak pada rumusan kebijakan, (b)

faktor yang terletak pada personil pelaksana, dan (c) faktor pada sistem

organisasi pelaksana (Arif Rohman, 2009: 147). Beberapa faktor tersebut

berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam penerapan

sebuah kebijakan.

Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri yang telah

dimulai sejak manusia tersebut dilahirkan hingga mereka meninggal.

Pendidikan akan menuntun seorang anak untuk tumbuh dan

mengembangkan potensinya hingga anak menjadi dewasa. Pendidikan

yang mampu memberikan bekal pengalaman bagi siswa pada masa yang

akan datang. Proses pendidikan di keluarga sebagai bagian awal dari

pembelajaran anak sudah berkembang seiring jaman dengan munculnya

sekolah- sekolah. Saat ini proses pendidikan sudah banyak dilakukan di

berbagai lingkungan baik itu formal, informal, atau non formal.

Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan tersebut dibutuhkan

aturan yang akan mengelola proses pendidikan yang disebut sebagai

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

18

kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan sebagai keseluruhan tatanan

proses dan hasil perumusan langkah strategis pendidikan yang

digambarkan melalui visi, misi pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu tertentu (H.A.R.

Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 140). Kebijakan pendidikan menurut Arif

Rohman (2009: 86) adalah

“ Kebijakan pendidikan sebagai bagian dari kebijakan publik yang

secara khusus mengatur penyerapan sumber, alokasi, perilaku dan

distribusi sumber dalam pendidikan”.

Jadi kebijakan pendidikan dapat dimaknai sebagai aturan tentang

proses pendayagunaan berbagai sumber, alokasi, dan perilaku dalam

pendidikan. Melalui kebijakan pendidikan tersebut maka tujuan dari

lembaga pendidikan dapat tercapai. Implementasi kebijakan pendidikan

sebagai proses yang tidak hanya menyangkut lembaga administratif yang

bertanggung jawab dalam pelaksanaan program serta memunculkan

kepatuhan kepada kelompok sasaran, melainkan faktor hukum, politik,

sosial, ekonomi yang secara langsung maupun tidak dapat berpengaruh

pada perilaku pihak yang ada dalam program (Arif Rohman, 2009: 135).

Tidak jarang munculnya kebijakan juga dipicu oleh adanya

masalah yang terjadi antara kenyataan dan harapan yang berbanding

terbalik. Seperti halnya dalam pemberian pelayanan pendidikan bagi setiap

anak untuk bersekolah, namun memunculkan pandangan diskrimanasi

pada anak berkebutuhan khusus. Harapan untuk meningkatkan

profesionalisme guru di sekolah inklusi yang terbentur pada terbatasnya

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

19

pengetahuan guru terhadap penanganan anak berkebutuhan khusus.

Beberapa hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor adanya kebijakan

pendidikan.

Masalah yang dihadapi oleh suatu daerah atau bangsa tentunya

berbeda- beda. Suryati Sidharto dalam Arif Rohman (2009: 87)

mengatakan jika Indonseia sendiri mempunyai lima pokok masalah yakni

a) Relevansi pendidikan

b) Daya tampung pendidikan

c) Pemerataan pendidikan

d) Kualitas pendidikan

e) Efisiensi dan efektifitas pendidikan

Kelima pokok masalah tersebutlah yang sering dihadapi oleh

Indonesia dan perlu untuk segera diatasi, salah satu nya melalui

perumusan kebijakan pendidikan. Kebijakan tersebut akan menjadi

pedoman yang dapat bersifat sederhana, rumit, khusus atau umum dan

dirumuskan secara proses politik terkait satu arah tindakan, rencana, atau

program tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan (Arif Rohman,

2009: 86). Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa kebijakan

pendidikan dibuat dan dirancang untuk mengatasi suatu masalah dalam

dunia pendidikan, selain itu sebuah kebijakan hanya akan menjadi wacana

jika tidak dimplementasikan dalam suatu program untuk mengatasi

masalah dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

20

B. Pengertian Sekolah Inklusi

1. Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan

terpadu. Pendidikan inklusi ini berbeda dengan pendidikan luar biasa. Pada

sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, seluruh

kebutuhan yang dibutuhkan anak diupayakan agar dapat terpenuhi dengan

baik melalui penyesuaian dalam pembelajaran yang meliputi guru, sarana

dan prasarana, sistem penilaian, bahan ajar, kurikulum yang disesuaikan

dari anak normal ke anak yang memilki kebutuhan khusus tersebut.

Sehingga dalam pendidikan inklusi bentuk penyelenggaraan pendidikan

yang dilakukan dengan menggabungkan anak yang memiliki keterbatasan

dengan anak yang normal pada umumnaya untuk saling belajar. Pendidikan

inklusi ini menjadi cerminan pendidikan yang tidak membedakan karakter

setiap anak (diskriminasi anak) khususnya dengan keterbatasan fisik

seorang anak.

Berdasarkan Permendiknas No.70 pasal 1 tahun 2009 Tentang

Pendidikan Inklusif bagi Peserta didik yang Memiliki Kelainan dan

Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, disebutkan bahwa

pendidikan inklusi adalah :

“Sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan

dan memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa untuk

mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan

pendidikan secara bersama dengan peserta didik pada umumnya”.

Jadi berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa

pendidikan inklusi sebagai sistem penyelenggara pendidikan umum yang

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

21

menerima setiap anak, tanpa memandang latar belakang. Hal tersebut

diperkuat dengan Peraturan Gubernur DIY No.21 pasal 1 tahun 2013

tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi adalah:

“Sistem pendidikan yang memberikan peran kepada semua peserta

didik dalam suatu iklim dan proses pembelajaran bersama dalam

satu lingkungan tanpa membedakan latar belakang sosial, politik,

ekonomi, etnik kepercayaan, kondisi fisik/ mental, sehingga

sekolah merupakan miniatur masyarakat”.

Oleh karena itu sistem pendidikan inklusi memberikan kesempatan

yang sama kepada setiap anak tanpa kecuali, untuk belajar bersama di

sekolah pada umumnya. Konsep pendidikan inklusi ini menjadi bagian

dalam menghilangkan pandangan diskrimnasi terhadap anak berkebutuhan

khusus, serta mampu mengubah sikap masyarakat terhadap anak

berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi dapat disebut pula sebagai sebuah

sistem pelayanan pendidikan yang mengharuskan setiap anak yang

mempunyai keterbatasan untuk dapat bersekolah di lingkungan terdekat

mereka, dikelas reguler (SD, SMP, SMA, dan SMK) bersama siswa lainnya

(O’Neil dalam Muhammad Takdir Illahi, 2013: 27)

Staub dan Peck dalam Budiyanto (2014: 4) menyebutkan bahwa

pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang dan

berat secara penuh di kelas untuk mengikuti pembelajaran dalam lingkungan

pendidikan yang sama. Jadi setiap anak akan mempunyai hak yang sama

dalam mengikuti proses pembelajaran sekolah yang sama.

Tarmansayah (2007: 84) mengemukakan bahwa pendidikan inklusi

adalah hak asai manusia, dimana pelayananan pendidikan harus diterima

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

22

oleh setiap anak tanpa memandang latar belakang anak seperti kondisi fisik,

intelektual, sosial- emosional, linguistik, mencakup anak berkelainan dan

bakat istimewa, kelompok minoritas atau anak dari daerah yang kurang

beruntung. Oleh karena itu, setiap sekolah harus menerima setiap anak tanpa

memandang latar belakang anak, sehingga pelayanan pendidikan dapat

diterima setiap anak.

Berdasarkan beberapa pandangan pendidikan inklusi tersebut dapat

ditegaskan bahwa pendidikan inklusi merupakan bentuk pelayanan

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus

untuk dapat memperoleh pendidikan layak, yang ditempatkan pada kelas

reguler dengan menggabungkan antara anak berkebutuhan khusus dan anak

normal, dengan penyesuaian- penyesuaian yang dibutuhkan.

2. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Berdasarkan Permendiknas No.70 tahun 2009 dijelaskan bahwa dalam

menyelenggarakan pendidikan inklusi berlandaskan pada beberapa aspek

diantaranya, yaitu: a) prinsip pemerataan dan peningkatan mutu; b) prinsip

kebutuhan individual; c) prinsip kebermaknaan; d) prinsip keberlanjutan; e)

prinsip keterlibatan. Secara lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut:

a. Prinsip Pemerataan dan Peningkatan Mutu

Pemerintah mempunyai kuasa dan tanggung jawab didalam

merumuskan kebijakan kaitannya dengan usaha mengatasi masalah

pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu. Pendidikan inklusi

merupakan strategi yang dilakukan pemerintah dengan memberikan

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

23

kesempatan kepada setiap anak untuk bersekolah menggunakan metode

pengajaran yang bervariasi.

b. Prinsip Kebutuhan Individual

Potensi serta kebutuhan setiap anak berbeda, dan pendidikan harus

menyesuaikan dengan keadaan anak.

c. Prinsip kebermaknaan

Pendidikan inklusi sebagai pendidikan dengan lingkungan yang

ramah anak, anti- diskriminasi, menghargai perbedaan.

d. Prinsip Keberlanjutan

Pelaksanaan pendidikan inklusi secara berkesinambungan pada

setiap jenjang pendidikan.

e. Prinsip Keterlibatan

Pelaksanaan pendidikan inklusi melibatkan semua unsur

pendidikan terkait.

Berdasarkan penjelasan aspek- aspek pendidikan inklusi yang ada

dalam Permendiknas RI No. 70 tahun 2009 tersebut dapat dimaknai sebagai

prinsip-prinsip dasar dalam menciptakan lingkungan pendidikan inklusi yang

dapat mengembangkan potensi, memberikan bekal pada anak, dalam upaya

memeratakan pendidikan.

3. Konsep Pendidikan Inklusi

Konsep pendidikan inklusi seperti yang dikemukakan oleh Moh. Takdir

Ilahi (2013: 117-132) yakni: a) konsep anak dan peran orang tua; b) konsep

sistem pendidikan dan sekolah; c) konsep keberagaman dan diskriminasi; d)

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

24

konsep memajukan inklusi; e) konsep sumber daya manusia. Lebih lanjut

dapat dikaji sebagai berikut:

a. Konsep anak dan peran orang tua, konsep anak ini lebih identik

dengan dunia permainan, peran orang tua untuk mendidik dan

membimbing perilaku anak hingga terjun di masyarakat.

b. Konsep Sistem Pendidikan dan sekolah, peran lembaga sangat

menunjang terhadap pengolahan sistem atau cara bergaul dengan

orang lain. Sekolah inilah yang diharapkan dapat memberi skill atau

bekal untuk hidup dimasa yang akan datang.

c. Konsep keberagaman dan diskriminasi, konsep ini mencerminkan

sikap saling menghormati satu sama lain, juga sebagai bentuk

penghargaan terhadap segala perbedaan dalam setiap pribadi anak,

baik normal atau cacat.

d. Konsep memajukan inklusi, berkaitan bagaimana setiap unsur

masyarakat secara bersama memajukan sekolah inklusi demi ABK.

e. Konsep sumber daya manusia, konsep ini berkaitan dengan sumber

daya manusia yang berperan dalam setiap kegiatan pelaksanaan

kegiatan belajar anak didik. Sumber daya untuk mengoptimalkan

potensi ABK.

Dengan demikian konsep pendidikan inklusi menurut Tarmanysah

tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan inklusi harus berpegang pada

kelima konsep tersebut agar pembelajaran dapat berjalan sesuai tujuan.

Hal tersebut diperkuat dengan konsep pendidikan inklusi yang

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

25

dikemukakan oleh Sunaryo (2009:4) yakni konsep sistem pendidikan dan

sekolah diantaranya: a) Pendidikan yang lebih luas dibandingkan

pendidikan formal umumnya; b) lingkungan pendidikan yang ramah

anak; d) sistem yang bersifat responsif; e) perbaikan kualitas sekolah; f)

pendekatan yang menyeluruh serta bekerja sama dengan mitra kerja. Jadi

pendidikan inklusi juga melibatkan peran serta dari berbagai pihak, demi

terwujudnya lingkungan inklusi yang optimal.

Berdasarkan beberapa pandangan konsep pendidikan inklusi

tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan inklusi sebagai

lingkungan pembelajaran yang dekat dengan anak, jauh dari diskriminasi

dan menjunjung keberagaman antar sesama.

C. Kajian tentang Anak Berkebutuhan Khusus

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebtuhan khusus secara sederhana sebagai anak yang

mengalami kelainan dan membutuhkan pelayanan yang disesuaikan

dengan kebutuhan anak, berbeda dengan anak normal pada umumnya.

Berdasarkan Permendiknas No.70 Tahun 2009 menyebutkan jika anak

berkebutuhan khusus adalah:

“ Mereka peserta didik yang mempunyai kelainanan fisik,

emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa yang membutuhkan pelayanan pendidikan yang

tepat sesuai kebutuhan dan hak asasinya”.

Jadi ABK adalah peserta didik yang memiliki kelainan dalam hal

psikis, fisik, atau tingkat kecerdasaran anak, sehingga membutuhkan

pelayanan yang menunjang kebutuhan anak tersebut. Mohammad Takdir

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

26

Illahi (2013: 137) mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah

anak yang memiliki kecacatan ataupun kebutuhan khusus sementara atau

permanen dan memerlukan pelayanan pendidikan yang intens. Sehingga

anak tersebut membutuhkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Oleh karena itu tidak semua kelainan yang ada pada ABK bersifat tetap,

namun ada pula yang dapat disembuhkan melalui pelayanan pendidikan

berupa terapi, sedangkan ABK tetap dapat melalui pengembangan potensi.

Anak berkebutuhan khusus menurut Lynch dalam Lay Kekeh

Marthan (2007: 33) semua anak yang mengalami gangguan fisik, mental,

ataua emosi dari gangguan tersebut sehingga mereka membutuhkan

pendidikan khusus beserta guru dan lembaga khusus baik permanen atau

sementara. Jadi, anak berkebutuhan khusus membutuhkan kebutuhan dan

pelayanan yang bersifat khusus untuk menunjang kemampuan anak.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa

anak berkebutuhan khusus adalah anak- anak yang mengalami kelainan

baik fisik, emosional, sosial yang membutuhkan pelayanan pendidikan

secara khusus menyesuaikan kebutuhan karakter anak. Setiap anak berhak

mendapatkan pendidikan yang layak bagi mereka, begitu pula dengan anak

berkebutuhan khusus. Mereka mempunyai hak yang sama dengan anak

normal lainya untuk dapat mengenyam pendidikan. Pendidikan yang

mampu mengembangkan potensi anak.

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

27

2. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus dapat digolongkan dalam

dua kategori, yakni anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara

serta anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen (Moh. Takdir,

2013: 139). Perbedaan kelompok tersebut dapat dipicu oleh beberapa

faktor yang berasal dari pengaruh luar (eksternal) dan pengaruh dari dalam

(internal) diri anak (Budiyanto, 2014: 37). Anak berkebutuhan khusus

sementara cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pengaruh

tindak kekerasaan, penyalahgunaan narkoba, kerusakan lingkungan,

ekonomi, dan sebagainya sehingga mengalami gangguan dalam

kesehariaannya. Disisi lain anak berkebutuhan khusus permanen

kebanyakan berasal dari faktor dalam diri anak seperti kelainana fisik,

emosi yang sangat sulit untuk disembuhkan cenderung menetap.

Perbedaan tersebut menjelaskan jika dalam penanganan anak

berkebutuhan khusus tersebut juga berbeda, menyesuaikan kebutuhan

anak. Jika pada anak berkebutuhan khusus sementara mereka

membutuhkan pelayanan khusus seperti terapi atau pelatihan yang

bertujuan untuk proses penyembuhan anak menjadi seperti semula.

Sedangkan pada anak yang mengalami kelaianan permanen, penanganan

lebih pada pengembangan potensi, ataupun meminimalisir kekurangan

anak dengan bakatnya. Penanganan tersebut membutuhkan proses

identifikasi dan asesmen agar penanganan dapat sesuai dengan karakter

atau klasifikasi anak.

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

28

Tarmansyah (2012: 82) menjabarkan konsep anak berkebutuhan

khusus berdasarkan jenis ketunaannya seperti: a) anak dengan gangguan

penglihatan; b) anak dengan gangguan pendengaran; c) anak ganagguan

kecerdasan; d) anak dengan intelegensi diatas rata-rata; e) anak dengan

gangguan gerak; f) anak dengan gangguan perilaku; g) autisme; h)

hiperaktif, dan i) anak berkesulitan belajar spesifik. Lebih lanjut dapat

dikaji sebagai berikut:

a). Anak dengan gangguan penglihatan,

- Anak low vision (menggunakan perabaan, mata bergoyang

terus, tidak dapat mengikuti garis lurus)...

- Anak tunanetra total.

b). Gangguan pendengaran dan bicara (tunarungu wicara).

- Anak kurang dengar (hard of hearing), anak sering

memiringkan kepala, tidak ada reaksi terhadap bunyi

disekitarnya, sering menggunakan isyarat, kurang tanggap

dalam berkomunikasi...

- Anak tuli atau tidak dapat mendengar (deaf).

c). Anak gangguan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata

(tunagrahita).

- Anak tunagrahita ringan ( IQ 50 - 70).Kriteria anak ini seperti

dua kali anak tidak naik kelas, tidak mampu berpikir abstrak,

cenderung acuh terhadap lingkungan, sulit berinteraksi sosial.

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

29

- Anak tunagrahita sedang (IQ 25 - 49). Anak hanya mampu

membaca kalimat tunggal, sulit berhitung, sulit beradaptasi

dengan lingkungan baru, kurang mampu mengurus diri...

- Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah). Anak hanya

mampu membaca satu kata, tidak dapat melakukan kontak

sosial, tidak mampu mengurus diri, banyak bergantung pada

bantuan orang lain...

d). Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

- Giffted dan genius, yaitu anak yang memiliki kecerdasan di

atas rata-rata...

e). Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa).

- Anak layuh anggota gerak tubuh (polio). Anak memiliki

anggota gerak yang kaku, lemah, lumpuh dan layu...

- Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy).

Gerak yang ditampilkan cenderung kaku dan tremor.

f) Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras). Anak

cenderung emosional, menentang otoritas, dan agresif.

g) Anak autisisme, memiliki kecenderungan untuk sulit dalam

mengenal dan mersepon emosi dan isyarat sosial, ekspresi emosi

yang kaku, perilaku yang meledak – ledak...

h).Anak Hiperaktif ADHD (Attention Deficit Hyperactivity

Disorders),

i) Anak mengalami kesulitan belajar spesifik

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

30

- Gangguan belajar membaca (disleksia)...

- Gangguan belajar menulis (disgrafia)...

- Gangguan belajar berhitung (diskalkula)...

D. Kajian Tentang Pengelolaan Asesmen

1. Kajian tentang Pengelolaan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 534), kata

pengelolaan berasal dari kata “kelola”. Mendapat imbuhan pe- dan an

sehingga menjadi pengelolaan. Pengelolaan sebagai proses, cara, perbuatan

mengelola atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan

tenaga orang lain, dan atau proses yang membantu perumusanan kebijakan

dan tujuan organisasi. Kata pengelolaan menurut Tatang M. Amirin (2011:

7) dapat diartikan sebagai :

“manajemen mengandung dua substansi, yaitu sebagai proses atau

kegiatan memanajeman dan orang yang melakukan manajemen

menjadi manajer. Manajeman bukan sekedar menyelenggarakan atau

melaksanakan dengan baik, dengan ditata atau diatur. Penataan dan

pengaturan itulah yang kemudian disebut pengelolaan”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditegaskan bahwa

pengelolaan dapat diartikan sebagai manajemen, yang mempunyai makna

sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh

sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dengan lebih tertata

dan teratur dalam mencapai tujan tertentu.

2. Kajian tentang Asesmen

Kata assessment merupakan istilah asing berbahasa Inggris yang

artinya penilaian. Pada akhir suatu program pendidikan dan pengajaran,

pada umumnya diadakan assessment atau penilaian, namun dalam kaitannya

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

31

dengan pendidikan inklusi makna asesmen merupakan satu rangkaian

kegiatan yang diawali dengan identifikasi (penjaringan) dilanjutkan dengan

proses asesmen (penyaringan). Proses asesmen tidak dapat dilakukan jika

kegiatan identifkasi belum dilakukan. Kedua proses tersebut dilaksanakan

saat anak yang berkelainan akan mengikuti pendidikan di sekolah reguler.

Desain relasi identifikasi dan asesmen seperti yang dikemukakan Budiyanto

(dalam Modul Training of Trainer, 2009: 27).

Identifikasi

Diperoleh Data Anak Berkebutuhan

Khusus

Asesmen

Asesmen Non Akademik Asesmen Akademik

Data

1. Kecerdasan, potensi, bakat,

emosi, komunikasi

2. Kondisi Kesiapan Pra

Akademik

Data

Kebutuhan khusus sesuai

kelainan anak

Data

Kemampuan anak di bidang

akademik (kelebihan dan

kekurangan

Pedoman

Penyusunan program layanan

kompensatoris

Pedoman

Penyusunan rencana

pembelajaran

Bagan.1 Relasi Identifikasi dan Asesmen (Budiyanto, 2009: 27)

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

32

a. Hakikat Identifikasi

Identifikasi merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum

dilaksanakan asesmen. Suatu proses yang dilakukan terhadap anak yang

mengalami kelaianan atau gangguan, baik yang akan masuk di sekolah

inklusi dan yang tidak bersekolah. Kegiatan identifikasi anak berkelaianan

menurut Permendiknas RI No.70 tahun 2009 adalah ;

“Teknik penjaringan, dengan kata lain proses identifikasi

dimaksudkan sebagai upaya seseorang baik guru, orang tua atau

tenaga kependidikan untuk melaksanakan proses penjaringan

terhadap anak yang mengalami gangguan atau kelaianan fisik,

emosional, sosial, intelektual dalam rangka pemberian pelayanan

pendidikan yang sesuai”.

Jadi identifikasi merupakan proses penjaringan yang dilakukan

guru atau orang tua terkait gangguan atau kelainan pada anak agar

pemberian pelayanan dapat sesuai. Proses identifikasi sebagai tahap pertama

sebelum melakukan asesmen, cenderung melihat karakter atau kelaianan

yang dimiliki anak. Identifikasi menurut Budiyanto (2014: 34) adalah usaha

sesorang (orang tua, keluarga, guru, atau tenaga kependidikan) untuk

mengetahui seorang anak mengalami kelainan baik fisik, emosional, sosial,

neuorolgis, intelektual dalam tumbuh kembang anak diluar dari konteks

anak normal. Oleh karena itu, identifikasi dapat dilakukan oleh orang

terdekat untuk mengetahui anak yang diduga mengalami gangguan atau

penyimpangan dibandingkan anak normal seusianya.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa

identifikasi adalah proses menemukan dan mengenali anak berkebutuhan

khusus, seperti kondisi, perilaku atau kebiasaan anak berkebutuhan khusus.

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

33

Proses ini harus dilakukan dengan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman

dalam menghimpun atau menafsirkan informasi, demi ketepatan tindak

lanjut yang akan dilakukan.

b. Tujuan Identifikasi

Pada dasarnya kegiatan identifikasi untuk memperoleh data terkait

kondisi anak sebagai bahan pertimbangan pelayanan kebutuhan dan rencana

pembelajarannya. Menurut Lerner dalam Budiyanto (2014: 35)

mengelompokkan identifikasi dalam lima keperluan, yaitu:

1) Penjaringan (screening), yaitu kegiatan identifikasi yang

berfungsi untuk menetapkan anak yang mempunyai kondisi

gangguan atau kelaianan fisik, emosional, intelektual, sosial

beserta gejala tingkah laku menyimpang atau berlaianan dengan

kondisi anak normal. Jadi proses ini merupakan pengamatan

terhadap perilaku anak yang berbeda dengan anak normal, dan

diduga mengalami gangguan.

2) Pengalihtanganan (referal), yaitu kegiatan yang dilakukan untuk

mengalihtangankan ke tenaga ahli yang berkompeten di

bidangnya seperti, seperti psikolog, terapis, dokter, konselor

terhadap gejala yang diamati dengan teliti. Oleh karena itu untuk

memastikan temuan yang ada, perlu dipastikan melalui tenaga

ahli sesuai dibidangnya.

3) Klasifikasi (classification), yaitu kegiatan identifikasi yang

dilakukan untuk menetapkan anak yang diidentifikasi termasuk

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

34

dalam anak berkebutuhan khusus yang memang mempunyai

kelainan fisik, emosional, gejala menyimpang lain, sehingga

dibutuhkan penanganan khusus. Jadi anak yang sudah ditetapkan

menjadi ABK membutuhkan pelayanan khusus sesuai kebutuhan

anak agar dapat berkembang.

4) Perencanaan Pembelajaran (instructional planning), kegiatan

identifikasi yang dilakukan untuk bahan penyusunan program

pengajaran individu yang bersangkutan berdasarkan hasil dari

klasifikasi. Jadi kegiatan ini bertujuan untuk memetakan setiap

penyusunan rencana belajar sesuai kebutuhan anak yang telah

diklasifikasikan.

5) Pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress),

kegiatan untuk mengetahui keberlangsungan program

pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak dalam

meningkatkan kemampuan anak. Jadi berhasil atau tidaknya

progam pembelajaran yang diberikan, akan terlihat melalui

kegiatan pemantauan belajar seperti tes, atau ulangan anak.

c. Sasaran identifikasi

Setiap anak dalam kehidupan sehari hari seperti dalam

pembelajaran pasti mengalami hambatan dan kesulitan, namun kesulitan

tersebut dapat diatasi dengan penanganan, pelayanan pendidikan pada

umumnya. Berbeda dengan anak yang mengalami kelainan mereka

cenderung hanya dapat diatasi dengan pelayanan pendidikan khusus.

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

35

Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan dari

dua faktor, menurut Budiyanto (2014: 37) yakni faktor internal sebagai

faktor yang berasal dari dalam diri anak seperti kelaianan fisik, sosial,

emosi yang cenderung berifat susah disembuhkan. Sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang berasal dari luar anak, seperti korban

bencana alam, narkoba, lingkungan. Oleh karena itu, ada ABK yang

dapat disembuhkan karena ketunaannya sementara, namun ABK tetap

sulit disembuhkan dan hanya diberi pelayanan pengembangan potensi.

Sasaran dalam pelaksanaan identikasi anak berkebutuhan khusus ini

sendiri dibatasi pada faktor internal sesuai dengan Munawar Yusuf

dalam Budiyanto (2014: 37) seperti:

1) Anak yang mengalami gangguan belajar spesifik

- Gangguan belajar membaca (disleksia)

- Gangguan belajar menulis (disgrafia)

- Gangguan belajar berhitung (diskalkula)

2) Anak lamban belajar

3) Anak dengan gejala Under Achiever

4) Anak memiliki gejala gangguan emosional (tunalaras)

5) Anak memiliki gangguan komunikasi

6) Anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra)

7) Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu)

8) Anak dengan gangguan kesehatan

9) Anak dengan gangguan anggota tubuh (tunadaksa)

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

36

10) Anak autisme

11) Anak korban penyalahgunaan narkoba

d. Hakekat Asesmen

Kegiatan asesmen merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan

identifikasi pada anak berkebutuhan khusus. Pelaksanaan asesmen hanya

dapat dilakukan oleh pakar atau ahli yang ada dibidangnya. Asesmen pada

anak berkebutuhan khusus berbeda dengan asesmen pada umumnya.

Asesmen pada tingkatan sekolah khusus adalah penghimpunan informasi

yang rinci, baik kelemahan, potensi dan perilaku anak untuk penetapan

penyusunan rencana pembelajaran.

Kegiatan Asesmen menurut Permendiknas RI No.70 Tahun 2009

adalah :

“Proses pengumpulan informasi sebelum disusun program

pembelajaran bagi siswa berkelainan. Asesmen ini ditujukan

untuk memahami keunggulan dan hambatan belajar siswa,

sehingga diharapkan program yang disusun benar- benar sesuai

dengan kebutuhan belajar siswa”.

Berdasarkan pengertian tersebut, asesmen dapat diartikan sebagai

proses pengumpulan berbagai informasi tentang potensi, hambatan belajar

sebelum disusun program pembelajaran. Lerner dalam Budiyanto (2014:

55) mengartikan asesmen sebagai langkah menghimpun informasi terkait

anak berkebutuhan khusus yang dtujukan sebagai bahan pertimbangan dan

keputusan terhadap anak tersebut. Jadi asesemen, adalah langkah menggali

informasi secara rinci terkait ABK sebagai bahan dasar pertimbangan

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

37

keputusan anak tersebut. Serupa dengan Roger Pierangelo (2009: 9)

menyatakan bahwa:

“ assessment is a complex process that needs to be conducted by

a multidiciplinary team of trained professionals and involved both

formal and informa methods of collecting informatian about

students.”

Jadi asesmen sebagai suatu proses kompleks yang membutuhkan

peran dari para ahli dalam team serta menggunakan formal dan informal

metode asesmen untuk menggali informasi tentang siswa secara rinci.

Tarmansyah (2007: 183) mengungkapkan jika kegiatan asesmen

merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya

memperoleh informasi terkait hambatan belajar, kebutuhan pelayanan

yang harus terpenuhi, serta potensi yang dimiliki, sehingga dapat menjadi

dasar pembuatan rencana pembelajaran sesuai kemampuan anak. Jadi hasil

dari asesmen ini menjadi bahan dalam menyusun program belajar anak.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai asesmen tersebut dapat

ditegaskan bahwa asesmen sebagai suatu proses menggali informasi

tentang karakter, potensi dan kelemahan pada anak yang dilakukan oleh

seorang pakar dibidangnya, sebagai bahan kajian dalam penetapan dan

penyusunan rencana belajar yang optimal serta pelayanan khusus yang

sesuai dengan kebutuhan anak.

3. Tujuan Asesmen

Proses asemen merupakan tahapan penting dalam memberikan

pelayanan khusus dan rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru dapat

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

38

sesuai dengan kondisi pada anak. Mereka dapat mengikuti proses belajar

mengajar di sekolah inklusi sesuai kondisi dan kebutuhan anak, sehingga

anak dapat mengoptimalkan potensi yang ada dan meminimalisir

kekurangan yang ada pada anak. Secara sederhana tujuan dari kegiatan

asesmen (Sunardi dan Sunaryo dalam Budiyanto, 2014: 56) memaparkan

tujuan utama dari proses asesmen ini sebagai berikut:

1) Mendapatkan informasi yang akurat, obyektif, relevan tentang

keadaan anak berkebutuhan khusus.

2) Mengetahui data anak yang lengkap, seperti potensi dalam

diri anak, hambatan dalam belajar, keadaan lingkungan,

kebutuhan pelayanan khusus, serta kondisi lingkungan yang

dapat mendukung anak.

3) Menetapakan pelayanan khusus yang sesuai dengan kondisi

anak sesuai kebutuhannya, secara berkala dipantau kemajuan

perkembangan anak.

Marit Holm (Tarmansyah, 2007: 184) lebih lanjut mengatakan

jika tujuan yang akan dicapai dalam melakukan asesmen adalah

a) Menemukan jenis gangguan, apakah siswa memiliki

gangguan akademik , maupun gangguan lain .

b) Menganalisa pekerjaan siswa, hasil yang diperoleh dari

kegiatan yang dilakukan siswa yang mengalami gangguan,

cara kerja, pemahaman, dan merefleksikan kemampuan

c) Menganalisa bagaimana cara siswa bekerja, melihat

bagaimana siswa memecahkan masalah, memecahkan

soal, hubungan sosial, berinteraksi dengan lingkunannya.

d) Menganalisa penyebabnya, bertujuan untuk memahami

apakah anak mengalami gangguan saat pra natal, lahir atau

setelahnya.

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

39

e) Merumuskan hipotesa, dengan memberikan kesimpulan,

cara siswa bekerja, dan masalah yang dialami siswa.

f) Mengembangkan rencana intervensi, menyusun rencana

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, monitoring,

evaluasi dan rekomendasi pelayanan.

Hasil dari asesmen tersebut berguna dalam membuat pendidkan

khusus untuk mengembangkan potensi yang dimilik anak. Dengan

demikian, pelaksanaan asesmen menentukan bagaimana menciptakan

lingkungan pembelajaran dan pelayanan yang sesuai dengan anak.

Ditujukan agar potensi yang ada dapat lebih menonjol, dan meminimalisir

kelemahan yang ada pada diri anak. Selain itu asesmen dilakukan

berkesinambungan, tidak dalam waktu singkat agar informasi yang

diperoleh akurat dan efektif.

4. Tindakan dan Strategi Pelaksanaan Asesmen

a. Tindakan Asesmen

Pelaksanaan asesmen, pada dasarnya merupakan tahap penyaringan

setelah dilakukan penjaringan pada anak berkebutuhan khusus. Sasaran

pelaksanaan asesmen ini ditujukan pada anak – anak yang ada disekolah

reguler, khususnya anak yang telah teridentifikasi mengalami kelaianan atau

berkebutuhan khusus dan membutuhkan pelayanan khusus. Penanganan

tersebut diharapkan dapat mengembangkan potensi yang ada dalam anak.

Didalam proses ini para pelaku asesmen dilakukan oleh seorang yang

kompeten dibidangnya seperti sosiolog, terapis, psikolog, dokter. Walaupun

sebenarnya dapat juga dilakukan oleh guru, namun ada beberapa hal yang

harus didampingi oleh tenaga ahli. Proses asesmen ini bertujuan untuk

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

40

menggali informasi tentang kondisi anak berkebutuhan khusus

sesungguhnya untuk kemudian dapat menjadi acuan penaganan khusus.

Didalam pelaksanan asesmen tersebut, informasi yang dibutuhkan dapat

didapat melalui media tes. Tes tersebut dapat berupa tes yang dibuat oleh

guru, tes yang ada didalam buku, atau observasi sistemik. Marit Holm

(Tarmansyah, 2007: 185) juga membagi asesmen dalam dua rangkaian

prosedur yang berbeda, diantaranya:

1) Static Assessment Procedure (SAP), kegiatan ini lebih proses

asesmen konvensional, terkait aspek yang telah ada pada diri anak,

maupun sesuatu yang telah didapat. Dilakukan berdasarkan waktu

yang telah direncanakan atau ditetapkan.

2) Dynamic Assessment Procedure (DAP), kegiatan asesmen yang

lebih berfokus pada perkembangan yang telah ada atau dicapai

siswa saat itu sampai ke depannya. Asesmen ini tidak terikat waktu

pelaksanaan.

b. Strategi Pelaksanaan Asesmen

Pelaksanaan asesmen dilakukan untuk mengumpulkan informasi

terkait keadaan anak yang teridentifikasi sebagai anak berkebutuhan

khusus, yang meliputi kondisi anak, kelebihan, kekurangan dengan tepat.

Hal ini penting sebagai bahan dasar dalam membuat rencana pembelajaran

dan pelayanan khusus yang akan diberikan kepada anak. Sehingga

pelaksanaan pembelajaran yang diberikan oleh guru nantinya dapat tepat

guna. Munawir Yusuf dalam Budiyanto (2014: 58) mengungkapkan jika

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

41

prosedur pelaksanaan asesmen ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah

diantaranya:

1) Observasi, proses ini sebagai tahap mengukur melalui pengamatan

langsung terhadap perilaku dan keseharian anak berkebutuhan

khusus.

2) Analisa sampel kerja, pengukuran informal yang dilakukan

menggunakan hasil kerja siswa, seperti hasil tes, hasil praktek

kesenian dan sebagainya.

3) Analisis tugas, sebagai kegiatan pemisahan, pengurutan, dan

penguraian komponen.

4) Inventory informal, mengumpulkan informasi terkait aspek non

akademik siswa, contohnya seperti perilaku, keseharian,

komunikasi siswa.

5) Daftar cek (Check list)

6) Skala Penilaian (Rating Scale), teknik assessmen ini untuk

mendapatkan informasi tentang opini dan penilaian.

7) Wawancara, sebagai metode tanya jawab yang akan dilakukan

kepada anak yang bersangkutan.

Secara garis besar strategi pelaksanaan tersebut umum dilakukan

terutamanya oleh guru, namun lebih berfokus pada cara memperoleh

informasi terkait karakter anak. Menjadi bahan pertimbangan pembuatan

rencana pembelajaran, baik dilaksanakan pada kelas reguler, teman seusia,

atau individu melalui Program Pengajaran Individual (PPI). Namun dalam

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

42

menyusun atau menyimpulkan hasil tersebut butuh peran dari pakar di

bidangnya. Berikut skema kegiatan identifikasi dan asesmen yang dibuat

Loughlin (dalam Budiyanto, 2014: 65) tentang penyususnan PPI tersebut:

c. Indikator Asesmen Akademik dan Non Akademik

Pada dasarnya asesmen dapat dikelompokkan pada dua jenis yakni,

asesmen akademik dan asesmen perkembangan. Asesmen akademik

Penjaringan dan Identifikasi ABK

Rujukan ke Tim PK

Pertemuan Tim PK

Pertemuan Tim Asesmen

PPI

Asesmen

Positif

Positif

Pelaksanaan PPI

Evaluasi

Negatif

Negatif

Kelas Reguler

Bagan. 2 PPI (Budiyanto, 2014:65)

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

43

dilakukan guna mengukur pencapaian prestasi belajar yang dilakukan

siswa seperti baca tulis atau berhitung. Asesmen perkembangan

menekankan pada keterampilan prasyarat yang dibutuhkan untuk

keberhasilan bidang akademik (Budiyanto, 2014: 59). Asesmen

perkembangan ini akan mengumpulkan informasi yang diperlukan atau

dapat memacu prestasi akdemik seorang siswa.

Terdapat tiga tingkatan dalam belajar yang dapat digunakan

sebagai acuan melakukan asesmen yakni, tingkatan motorik (doing level),

tingkat persepsi (matching level), dan tingkatan konseptual

(categorization) yang menunjukkan tingkatan proses belajar (Modul

Training of Trainer, 2009: 50). Ketiga tingkatan tersebut dijelaskan dalam

matrik yang dibuat oleh Mangungsong dalam Modul Training of Trainer

(2009: 50- 51), diantaranya sebagai berikut;

Tabel.1 Indikator Asesmen

Tingkatan Proses

Belajar

Indikator Asesmen Uraian

Tingkat Motorik

(Doing level)

Diferensiasi

Kemampuan memilih dan

menggunakan sendiri bagian

tubuh secara terkontrol

Keseimbangan

Kesadaran serta kemampuan

mempertahankan suatu hubungan

ketitik pusat dari gaya tarik bumi

Hubungan

keruangan

Kesadaran tubuh, lateeralitas (dua

sisi bagian tubu) dan arah

memproyeksikannya

Ritme Jarak atau kombinasi dari interval

waktu

Mata- tangan

Kemampuan menggabungkan apa

yang dilihat melalui gerakan

motorik halus

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

44

Tingkatan persepsi

(Matching level)

Diskrimnasi Kemampuan membedakan bentuk

Bentuk dan latar

Kemampuan memfokuskan atau

membedakan bentuk utama

dengan latarnya

Closure Kemampuan menambah

detailyang hilang

Ingatan Kemampuan mengingat dari

panca indra

Sekuens Kemampuan mengatur sesuai

urutan yang diamati oleh indra

Integrasi

Penggunaan dua saluran input

atau lebih serta

menghubungkannya

Tingkatan Konseptual

( Caategorization)

Kemampuan anak dalam

membuat kategori serta klasifikasi

pengalaman yang diperoleh

Sumber: Mangunsong (Modul Training of Trainer, 2009: 50-51)

E. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian relevan I: Hasil penelititan yang dilakukan Herdina Tyas Leylasari

dari Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi yang beralmamater Universitas

Katolik Widya Mandala Madiun dengan judul Pengembangan Panduan

Identifikasi dan Asesmen Siswa Berkebutuhan Khusus di SDN Inklusi X

Surabaya tahun 2015.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

pengembangan (research and development) yang merupakan suatu proses

atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pada tahap asesmen partisipan penelitian adalah wakil kepala sekolah, lima

orang guru kelas (kelas 1-5), dan tiga orang guru kelas khusus. Sedangkan

pada tahap intervensi partisipan penelitian adalah lima guru kelas (kelas 1-5)

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

45

dan tiga guru kelas khusus. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengumpulan data untuk

asesmen dan pengumpulan data untuk intervensi.

Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua yakni Analisis Hasil Penelitian

Tahap Asesmen dan intervensi. Untuk tahap assessmen diantaranya

pelaksanaan identifikasi dan asesmen siswa berkebutuhan khusus di sekolah

masih belum memahami cara-cara melakukan identifikasi dan asesmen yang

tepat. Pihak sekolah juga selama ini belum mempunyai panduan yang baku

dalam melakukan identifikasi dan asesmen. Sarana dan prasarana yang

menunjang pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus terbatas.

Pengelolaan kelas guru terutama pada siswa berkebutuhan khusus masih

disamakan dengan siswa reguler. Guru juga tidak menempatkan posisi duduk

siswa secara strategis berdasarkan gangguannya. Pendidik dan tenaga

profesional lain yang mendukung layanan pendidikan bukan berasal dari

pendidikan luar biasa.

Sekolah memiliki psikolog namun psikolog di sekolah ini belum

berperan dalam proses identifikasi dan asesmen. Tugas psikolog hanya

membantu guru dalam menangani siswa berkebutuhan khusus. Kurikulum,

proses dan penilaian pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus

menggunakan kurikulum modifikasi bagi siswa berkebutuhan khusus.

Program Pembelajaran Individual (PPI) baru dibuat tiga guru khusus saat ada

penilaian kinerja dari Diknas dan modelnya belum sesuai dengan Program

Pembelajaran Individual (PPI) yang sebenarnya.

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

46

Analisis studi kedua tentang intervensi menunjukkan hasil dari angket

evaluasi buku panduan yang diberikan saat proses diseminasi buku panduan

maka diperoleh hasil seluruh partisipan (100%) mengatakan bahwa buku

panduan menarik. Alasan dikatakan menarik karena dapat digunakan semua

guru yang menangani siswa berkebutuhan khusus (45,45%). Ada yang

tertarik membaca karena isinya yang memberi banyak informasi tentang

langkah-langkah identifikasi dan asesmen untuk siswa berkebutuhan khusus

(27,27%) dan ada pula yang tertarik membaca buku panduan itu karena

terdapat checklist atau contoh-contoh cara melakukan identifikasi dan

asesmen untuk siswa berkebutuhan khusus (27,27%).

2. Penelitian relevan II : Hasil Penelitian skripsi Imam Yuwono dari FKIP

UNLAM Banjarmasin, dengan judul Penerapan Identifikasi, Asesmen, dan

Pembelajaran pada Anak Autis di Sekolah Inklusif. Implementasi dari

identifikasi, asesmen dan pembelajaran dalam pendidikan inklusif di

Kalimantan Selatan masih memiliki kendala yang dihadapi. Kurangnya

pengetahuan guru dan tidak adanya pedoman pelaksanaan identifikasi

menjadi alasan penting.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu guru dan satu kepala

sekolah dari Banua Hanyar 8 Banjarmasin bahwa ada anak-anak dengan

autisme. Sekolah ini sudah enam tahun penyelenggaraan pendidikan inklusif.

Pengambilan data menggunakan metode tes, observasi, wawancara dan

dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif yang

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

47

dikembangkan oleh Miles dan Huberman dengan tiga prosedur reduksi data,

penyajian data dan verifikasi.

Temuan penelitian 1) bagaimana mengidentifikasi anak autis di SD

Banua Hanyar 8 menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh DSM IV,

identifikasi dilakukan oleh guru untuk mengidentifikasi anak-anak dengan

autisme; 2) asesmen guru dipahami untuk mengambil keputusan di membuat

program pembelajaran. Yang dilakukan oleh guru dengan cara anak-anak

mengumpulkan data, dan kemudian dianalisis untuk dipertimbangkan

bersama-sama program pembelajaran; 3) dalam pembelajaran anak-anak autis

dengan guru diperlukan memodifikasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan

anak-anak autisme; 4) kendala yang dialami oleh guru dalam identifikasi dan

asesmen pemahaman guru dari mereka tidak memadai, pendidikan inklusif

hanyalah menerima anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Relevansi dengan dari kedua penelitian diatas adalah sama- sama meneliti

tentang implementasi pengelolaan asesmen ABK yang dlaksanakan di

sekolah inklusi, dan berfokus pada penggambaran penerapan pelaksanaan

identifikasi dan asesmen di sekolah. Sedangkan yang membedakan antara

peneliti dengan penelitian diatas adalah fokus peneliti yang ingin

menggambarkan pula proses implementasi kebijakan pengelolaan asesmen

anak berkebutuhan khusus sekolah inklusi yang diterapkan Dinas Pendidikan.

Sumbangsih dari kedua penelitian diatas terhadap penelitian ini adalah dapat

memberikan gambaran tentang penerapan asesmen disekolah, permasalahan

yang dihadapi dan faktor yang menyertainya.

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

48

F. Kerangka Pikir

Setiap sekolah reguler saaat ini harus menerima anak berkebutuhan

khusus dalam pembelajarannya. Pendidikan inklusi memberikan kesempatan

bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat memperoleh pendidikan dengan

baik. Pelaksanaan pendidikan inklusi sendiri memerlukan perubahan dalam

pembelajaranya yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya khususnya

anak berkebutuhan khusus.

Guru sebagai pelaku utama dalam menjadi tenaga pendidik pada suatu

sekolah yang mempunyai tugas membimbing, mengajar anak didik di sekolah.

Oleh karena itu dalam memberikan pembelajaran secara maksimal pada anak

didiknya, guru di sekolah inklusi harus mempunyai kemampuan khusus dalam

membimbing anak didiknya sesuai dengan kebutuhan anak.

Pada dasarnya tindakan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan

deteksi. Kegiatan ini berguna untuk menelusuri keadaan perkembangan anak,

potensi, kelemahan dan kebutuhannya sehingga dapat diduga anak tersebut

diklasifikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus, serta cara penanganannya.

Informasi tersebut akan menjadi acuan dalam pembuatan rencana

pembelajaran. Banyak ditemui guru sulit mengelola asesmen didalam kelas

sesuai kebutuhan anak didiknya atau guru yang mengganggap anak

berkesulitan belajar sebagai anak berkebutuhan khusus atau sebaliknya. Selain

itu ada pengklasifikasian ABK dengan pengamatan panca indra saja, namun

ada yang membutuhkan alat dan strategi khusus, maupun pakar dibidangnya.

Sulitnya guru untuk mengklasifikasikan anak berkebutuhan khsusus

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

49

berdampak pada pemenuhan kebutuhan anak yang tidak tepat sasaran.

Sehingga anak justru sulit untuk mengembangkan bakat, minat serta

intelektualitasnya.

Berdasaarkan kajian teoritis diatas penulis dapat mengemukakan

anggapan dasar atau kerangka pikir bahwa dengan melakukan penelitian

tentang implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak berkebutuhan

khusus sekolah inklusi, sehingga dapat mengetahui tahapan penerapan

kebijakan dan pelaksanaan asesmen tersebut.

Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009

Pergub. DIY No.21 Tahun 2013

- Pengelola Kebijakan

Asesmen ABK

- Kepala Sekolah, GPK,

Guru Kelas, Wali Siswa

Implementasi Kebijakan Pendidikan

Pengelolaan Asesmen Anak Berkebutuhan

Khusus

- Faktor Pendukung

- Faktor Penghambat

- Penyusunan Rencana

Belajar

- Pemberian Pelayanan

Pendidikan khusus

-

Bagan.3. Kerangka pikir

- Penerapan Pengelolaan

Asesmen di SD N

Brengosan I

- Hasil Asesmen

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

50

G. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian dalam hal ini sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah- langkah implementasi kebijakan pengelolaan

asesmen anak berkebutuhan khusus sekolah inklusi ?

2. Bagaimana hasil implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak

berkebutuhan khusus sekolah inklusi ?

3. Bagaimana langkah sekolah dalam melaksanakan pengelolaan

asesmen anak berkebutuhan khusus ini?

4. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran ABK di sekolah inklusi?

5. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak berkebutuhan

khusus sekolah inklusi ini?

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian menurut Arikunto (2006: 12) memiliki dua

jenis, yaitu pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan

penelitian kualitatif adalah penelitian naturalistic (alami), peneliti tidak

menggunakan penafsiran terhadap hasil dan data angka, jika pun ada hanya

sebagai penunjang dalam mengumpulkan. Metode penelitian kuantitatif,

banyak menuntut penggunaan data angka, baik dari pengumpulan,

penafsiran data, hingga penampilan hasilnya.

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif, dengan mengumpulkan data berdasarkan fakta di lapangan.

Peneliti bermaksud menggambarkan data yang diperoleh dari penelitian

baik berupa data tertulis atau lisan melalui wawancara, dan pengamatan

berdasarkan narasumber yang diteliti.

Jenis penelitian ini adalah deskripsif kualitatif. Deskriptif menurut

Moh Nazir (2005: 23) yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan berusaha menggambarkan suatu subjek/ objek penelitian (gejala,,

fakta,lembaga, masyarakat, atau peristiwa), apa adanya sesuai yang terjadi

di lapangan. Menjelaskan keterkaitan antara suatu kejadian dengan makna,

terlebih menurut pandangan partisipan. Data yang dikumpulkan berwujud

kata-kata, gambar bukan angka, jika terdapat data angka sifatnya hanya

sebatas data pendukung dalam penelitian.

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

52

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Seksi Pendidikan Luar Biasa Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga D.I Yogyakarta dan Bidang Kurikulum

dan Kesiswaan TK-SD Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, dilanjutkan

dengan memilih sekolah inklusi SD N Brengosan I. Alasan pemilihan

tempat penelitian tersebut adalah :

a. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY khususnya di bidang

PLB yang membawahi pelaksanaan pendidikan luar biasa

diseluruh wilayah Provinsi Yogyakarta. Dinas Pendidikan Kab.

Sleman yang mengelola sekolah inklusi di Kabupaten Sleman. Hal

tersebut untuk mendukung dan memperoleh informasi terkait

bentuk implementasi kebijakan pengelolaan asesmen ABK.

b. SD Negeri Brengosan I, dipilih oleh peneliti karena menjadi

sekolah inklusi dan menjadi anggota dari Seksi PLB dan Kursis

TK-SD, mempunyai jumlah murid ABK yang cukup banyak

sejumlah 20 siswa, Guru kelas di SD Brengosan I ini juga pernah

mengikuti program pelatihan pengelolaan asesmen guru sekolah

inklusi yang dilaksanakan oleh Seksi PLB DISDIKPORA DIY.

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

53

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2016 – Maret 2017

Tabel 2. Realisasi Waktu Penelitian

No Kegiatan Waktu

1 Perencanaan Penelitian

a. Pra observasi penelitian April 2016

b. Penyusunan Proposal penelitian April - Agustus 2016

c. Mengurus pengajuan ijin penelitian Agustus 2016

2 Pelaksanaan Penelitian

a. Penelitian di Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY

September 2016

b. Penelitian di Dinas Pendidikan

Kabupaten Sleman

September 2016

c. Penelitian di SD Negeri 1 Brengosan September – November 2016

3 Analisis Data November 2016 – Januari 2017

4. Penulisan Laporan Penelitian Januari – Maret 2017

5 Penyusunan artikel jurnal Maret 2017

C. Subjek Penelitian

Didalam penelitian kualitatif, Arikunto (2006: 88) menjelaskan jika

subjek dalam penelitian kualitatif yaitu manusia sebagai hal, benda, maupun

individu yang menjadi salah satu sumber data sebagai fokus dalam variabel

penelitian yang dikaji. Penentuan subjek penelitian berdasarkan keterlibatan

narasumber terhadap masalah penelitian yang akan diteliti. Pemilihan subjek

penelitian menggunakan teknik purposive yakni teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015: 52). Berikut

karakteristik narasumber dalam penelitian:

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

54

1. Kepala Seksi Pendidikan Luar Biasa (PLB) DISDIKPORA DIY selaku

kepala bidang pendidikan luar biasa yang mengetahui dan mengelola

kebijakan atau program yang berkaitan dengan ke-PLBan di lingkup

Provinsi DIY. Pihak pembina bagi setiap Dinas Kabupaten/ Kota di

Provinsi DIY.

2. Kepala Kurikulum dan Kesiwaan TK-SD DISDIK Kab. Sleman selaku

pimpinan bidang penyelenggara pendidikan tingkat TK- SD, sekaligus

pihak yang turut mengelola pelaksanaan pendidikan inklusi tingkat TK-

SD di Kabupaten Sleman. Pihak pelaksana dari kebijakan Dinas

Pendidikan Provinsi DIY.

3. Kepala SD N Brengosan I selaku pimpinan sekolah dan konsultan bagi

guru- guru dalam melakukan identifikasi dan asesmen. SD N Brengosan

I sebagai sasaran kebijakan dari Dinas Pendidikan terkait.

4. Guru kelas sebagai pihak yang berhubungan langsung terhadap anak –

anak saat proses pembelajaran dikelas, serta pihak yang mengelola proses

identifikasi dan asesmen pada anak disekolah.

5. Guru Pendamping Khusus (GPK) sebagai pihak pendamping bagi

sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi, mendampingi

ABK ( anak berkebutuhan khusus) serta pihak yang mengelola proses

identifikasi dan asesmen pada ABK di sekolah. SDM yang diperbantukan

Dinas Pendidikan Provinsi DIY.

6. Wali siswa ABK sebagai pihak yang mempunyai hubungan dengan siswa

ABK dalam keluarga, menjadi informan terkait perkembangan anak, dan

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

55

berpengaruh dalam pembelajaran anak dirumah. Elemen masyarakat

yang merasakan dampak pembelajaran disekolah.

D.Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan bentuk pendekatan kualitatif dan sumber data yang

digunakan, serta untuk memperoleh data yang objektif dan dapat

dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik wawancara, observasi dan analisis dokumen.

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknis dalam upaya menghimpun data yang

akurat berdasarkan permasalahan dalam penelitian tertentu. Wawancara

adalah proses peneliti yang akan mengetahui hal – hal mendalam tentang

partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi,

yang belum bisa ditemukan melalui teknik observasi (Stainback dalam

Sugiyono, 2015: 72).

Data yang diperoleh dari teknis ini adalah dengan tanya jawab secara

lisan dan bertatap muka langsung antara pewawancara dengan subjek

penelitian diantaranya Kepala Bidang sie. Pendidikan Luar Biasa, Kepala

Kursis TK-SD, Kepala Sekolah, Guru Pendamping Khusus, guru kelas

sekolah inklusi dan wali siswa. Agar wawancara dapat berjalan lancar dan

tidak keluar dari pokok permasalahan dan tujuan dari penelitian ini maka

diperlukan pedoman wawancara sebagai pedoman dan acuan dalam proses

wawancara.

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

56

Pedoman wawancara dibuat berdasarkan masalah penelitian.

Permasalahan akan dijabarkan dalam sub- masalah, yang berisikan butiran

pertanyaan terkait fokus penelitian yang dilakukan. Wawancara yang

digunakan untuk mendapat informasi dari subjek penelitian.

2. Observasi

Pengumpulan data dengan teknik observasi menuntut peneliti terjun

langsung dalam merasakan kegiatan sehari- hari yang diamati sebagai

sumber data penelitian (Sugiyono, 2015: 64). Peneliti dalam melakukan

penelitian akan mengamati secara langsung dan mencatat setiap aktivitas

kehidupan subjek yang diteliti sehingga data yang akan didapat lebih

lengkap dan valid dari setiap perilaku yang terjadi. Peneliti hanya akan

melihat keberlangsungan pelaksanaan pengelolaan kebijakan asesmen di SD

Brengosan I terkait situasi dan kondisi sekolah, sarana prasarana, keadaan

guru dan siswa, faktor pendukung dan penghambat.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah dilakukan pada

masa lalu, yang dapat berwujud gambar, tulisan, atau karya dari seseorang

(Sugiyono, 2015: 82). Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan

menganalisa dokumen seperti sarana prasarana, sejarah lembaga pendidikan,

keadaan guru, siswa, karyawan, atau laporan pertanggunggjawaban.

Pada penelitian ini peneliti akan mengkaji dokumen dari sejarah

lembaga pendidikan, surat keputusaan, rekapitulasi SPPI dan laporan

pertanggunggjawaban program pada Sie. PLB. Sedangkan studi dokumen di

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

57

SD Brengosan I akan mencari data terkait rekap sarana prasarana, keadaan

guru dan siswa, visi misi, instrumen identifikasi/ assessmen, hasil asesmen,

RPP, dan sejarah sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2006: 151) mengatakan instrumen penelitian

adalah alat pada waktu penelitian untuk mengumpulkan data. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat

yang dipergunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penelitian.

Didalam penelitian ini untuk memperoleh data yang dapat digunakan

untuk mengungkap permasalahan yang ada maka akan digunakan pedoman

wawancara dan pedoman observasi.

1. Pedoman Wawancara

Pada penelitian ini akan menggunakan pedoaman wawancara dengan

kisi – kisi sebagaimana berikut :

No Komponen Indikator Sumber data

1.

Implementasi Kebijakan

Pengelolaan Asesmen

ABK

a. Proses implementasi kebijakan

pengelolaan asesmen ABK

b. Bentuk implementasi kebijakan

pengelolaan asesmen ABK

yang dihasilkan

1. Kepala Seksi

Pendidikan Luar

Biasa

DISDIKPORA Prov.

DIY.

2. Kepala Kursis TK -

SD DISDIK Kab.

Sleman.

Tabel. 3 Kisi Pedoman Wawancara

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

58

No Komponen Indikator Sumber Data

2.

Pengelolaan Asesmen

ABK di sekolah inklusi

a. Kebijakan sekolah dalam

memberikan pengetahuan

terkait asesmen ABK

b. Kebijakan sekolah dalam

merencanakan pelaksanaan

asesmen, sarana dan prasarana

yang digunakan dalam

pelaksanaan asesmen

c. Metode dan strategi yang

digunakan dalam pelaksanaan

asesmen ABK di sekolah

d. Penyusunan pelayanan

pendidikan khusus dan

rencana pembelajaran bagi

ABK.

e. Pelaksanaan pembelajaran di

SD N Brengosan I

f. Peran sera orang tua dalam

pengelolaan asesmen dan anak

1. Kepala Sekolah

2. Guru kelas

3. Guru pendamping

khusus (GPK)

4. Wali siswa

3. Faktor pendukung dan

penghambat dalam

implementasi kebijakan

pengelolaan assessmen

ABK sekolah inklusi

a. Faktor Pendukung

b. Faktor Penghambat

1. Kepala Seksi PLB

DISDIKPORA Prov.

DIY.

2. Kepala Kursis TK-

SD DISDIK Kab.

Sleman .

3. Kepala Sekolah,

4. Guru kelas,

5. GPK

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

59

2. Pedoman Observasi

Observasi ini dilakukan di SD Brengosan I, dikarenakan untuk melihat

dampak kebijakan dari Sie. PLB DISDIKPORA DIY dan Kursis TK-SD

DISDIK Kab.Sleman terhadap pelaksanaan asesmen ABK khususnya di

sekolah.

No Komponen Indikator Sumber Data

1

Kondisi dan Lokasi

Sekolah

1. Lokasi sekolah dan

lingkungan sekitar

sekolah

2. Akses transportasi

sekolah

3. Melihat keadaan guru,

karyawan, dan siswa

1. Kepala Seksi PLB

DISDIKPORA

Prov. DIY.

2. Kepala Kursis TK-

SD DISDIK Kab.

Sleman .

3. Kepala Sekolah,

4. Guru kelas,

5. GPK

6. Wali siswa

2 Kegiatan

Pembelajaran dan

PPI (Program

Pembelajaran

Individual)

1. Persiapan dalam proses

pembelajaran

2. Pelaksanaan proses

pembelajaran, teknik

mengajar.

3. Pendampingan dan

bimbimbingan pada anak

berkebutuhan khusus

4. Pengelolaan kelas, bahan

ajar, siswa, waktu,

sumber belajar

3

Pelayanan Kebutuhan

Khusus 1. Persiapan

2. Penyampaian materi

3. Keaktifan ABK

4. Kesesuaian dengan

kebutuhan anak

Tabel. 4 Kisi Pedoman Observasi

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

60

3. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan di SD Brengosan I dan lingkup Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga, data tersebut dapat berupa data tertulis,

catatan, laporan, arsip, rekap data, maupun foto untuk melengkapi kebutuhan

data yang berhubungan dengan implementasi kebijakan pengelolaan asesmen.

Adapun kisi pedoman dokumentasi tersebut adalah:

No Komponen Indikator Sumber data

1 Data

sekolah

Inklusi dan

Kebijakan

Asesmen

1. Rekapitulasi data sekolah Inklusi

2. Surat Keputusan Pembentukan

Lembaga Khusus

3. Kegiatan Pelatihan Asesmen

Guru Reguler

4. Surat Keputusan Sekolah Inklusi

1. DISDIKPORA

Provinsi DIY

2. DISDIK Kabupaten

Sleman

2 Profil

Sekolah

1. Data Siswa Berkebutuhan Khusus

2. Sejarah Sekolah

3. Visi dan Misi Sekolah

4. Sarana dan Prasarana

5. Data Guru dan Karyawan

1. SD Negeri Brengosan

I

3

Pengelolaan

Asesmen

ABK

1. Form Isntrumen Identifikasi/

Asesmen ABK

2. Hasil Asesmen ABK

3. Rencana Pembelajaran (RPP)

4. Standar Evaluasi Belajar

1. SD Negeri Brengosan

I

Tabel. 5 Kisi Dokumentasi

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

61

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari serta menyusun sistematis data yang

diperoleh setelah melakukan wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.

Dilakukan dengan mengorganisasikan data dalam kategori, dijabarkan dalam

unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilah data yang dianggap

penting, dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2015: 89). Upaya ini dilakukan

guna sebagai jalan bekerja dengan data, mengorganisasikannya, memilah data,

mensintesiskan, mencari dan menemukan data yang dianggap penting, serta

memutuskan hal yang perlu disampaikan pada orang lain (Bogdan dalam

Moelong, 2005: 248).

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini akan diolah dan

dikalsifikasikan guna menjawab pertanyaan permasalahan yang diteliti. Data

akan diolah menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif

untuk memberikan interpretasi terkait data hasil penelitian yang diperoleh,

untuk disampaikan dalam bentuk kalimat, kemudian ditarik kesimpulan yang

menggambarkan fakta di lapangan.

Kegiatan analisis data dilakukan dengan menggunakan interactive model,

berlangsung secara terus menerus hinggga data menjadi jenuh (Miles dan

Huberman dalam Sugiyono, 2015: 91-99). Proses analisis data dalam

penelitian kualitatif ialah sebagai berikut, antara lain:

1. Data Reduction (reduksi data), yang dimaksudkan dalam hal ini adalah

merangkum. Memilah hal/ data yang pokok, memfokuskan pada yang

pokok atau dianggap penting, serta dicari tema dan polanya. Sehingga

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

62

data yang direduksi akan lebih jelas dalam memberikan gambaran.

Tujuan dari reduksi data ini untuk merangkum yang penting,

membuang yang tidak diperlukan, mengarahkan, menajamkan,

membuat kategorisasi, sehingga dapat diinterpretasikan. Peneliti akan

menyederhanakan data hasil wawancara agar lebih fokus.

2. Display data (penyajian data), penyajian dapat dilakukan dengan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart atau sejenisnya. Data yang diperoleh akan terorganisasikan

dan memudakan dalam memahami yang terjadi. Penelitian ini akan

menyajikan uraian mengenai implementasi kebijakan pengelolaan

asesmen anak berkebutuhan khusus sekolah inklusi yang dibuat Dinas

Pendidikan terkait dan penerapannya di sekolah.

3. Conclusion drawing (penarikan kesimpulan) yaitu berupa kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang masih bersifat sementara, dan

dapat berubah jika bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan

data berikutnya tidak ditemukan. Jadi, kesimpulan dalam penelitian

kualitatif ini akan mengaitkan benang merah antara data temuan satu

dengan lainnya, sehingga memungkinkan muncul temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan yang dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek yang remang – remang, dan nampak jelas

setelah diteliti.

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

63

G. Keabsahan Data

Pada penelitian kualitatif, data yang diperoleh dapat dinyatakan valid jika

tidak ada perbedaan antara yang disampaikan peneliti dengan fakta di

lapangan. Untuk menetapkan keabsahan data dapat dilakukan teknik

pemeriksaan. Menurut Lexy J. Moelong (2005: 324) terdapat empat kriteria

dalam teknik pemeriksaan data, yaitu: 1) derajat kepercayaan (credibility); 2)

keteralihan (transferability); 3) kebergantungan (dependability); dan 4)

kepastian (confirmability).

Peneliti dalam mengecek keabsahan data menggunakan credibility

(derajat kepercayaan) untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil

penemuan dengan jalan pembuktian peneliti, sehingga data tersebut benar –

benar mengandung nilai kebenaran. Teknik yang akan dilakukan

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untk

keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Lexy J.

Moelong, 2005: 330). Teknik yang digunakan adalah teknik triangulasi

sumber dan triangulasi metode.

Triangulasi sumber pada penelitian ini melibatkan subyek penelitian.

Subyek penelitian yang pertama adalah Kepala Sie. PLB DISDIKPORA

Provinsi DIY, dan Kepala Kursis TK – SD DISDIK Kab. Sleman sebagai

pengelola kebijakan asesmen. Subyek penelitian kedua yaitu kepala sekolah,

guru kelas, dan GPK sebagai pihak sekolah yang melaksanakan pengelolaan

asesmen. Subyek penelitian ketiga sebagai subyek pendukung yaitu wali

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

64

siswa ABK. Ketiga subyek di atas diharapkan dapat memberikan hasil yang

bersifat kredibel.

Triangulasi data dalam penelitian ini juga dilakukan pada teknik

pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Triangulasi pada teknik pengumpulan data diharapkan dapat meningkatkan

keabsahan data yang diperoleh dari penelitian, sehingga data yang diperoleh

berifat valid dan sesuai dengan keadaan di lapangan.

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum

1. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DISDIKPORA) sebagai salah satu instansi pemerintah yang

memiliki wewenang dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan

pada lima kabupaten di provinsi DIY melalui hubungan dengan Dinas

Pendidikan disetiap Kabupaten/ Kota. DISDIKPORA DIY sendiri berada di

Jl.Cendana No.9 Yogyakarta berdekatan dengan Inspektorat Provinsi DIY

dan Universitas Ahmad Dahlan. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga

DIY dibentuk berdasar Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 6 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi DIY.

Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 41 tahun 2008,

sebagaimana disebutkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY

mempunyai tanggung jawab dalam melakukan urusan atau kepentingan

Pemerintah Daerah di bidang pendidikan, pemuda, olahraga dan kewenangan

dekonsentrasi serta tugas pembantuan yang dilimpahkan pemerintah.

Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 41 Tahun 2008, Dinas

Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY mempunyai tugas melaksanakan

urusan Pemerintah Daerah di bidang pendidikan, pemuda dan olahraga dan

kewenangan dekonsentrasi serta tugas pembantuan yang diberikan oleh

Pemerintah. Guna melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendidikan, Pemuda,

dan Olahraga DIY mempunyai fungsi :

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

66

a) Penyusunan program dan pengendalian pendidikan, pemuda, dan

olahraga.

b) Perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan, pemuda dan

olahraga.

c) Pelaksanaan koordinasi perijinan di bidang pendidikan.

d) Pemberdayaan mitra kerja dan sumber daya yang ada di bidang

pendidikan, pemuda dan olahraga.

e) Pelaksanaan kewenangan daerah yang berkaitan dengan pembiayaan,

kurikulum, sarana prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan,

pengendalian mutu pendidikan, pemuda, dan olahraga.

f) Pelaksanaan pelayanan umum sesuai dengan kewenangannya.

g) Pemberian fasilitasi penyelenggaraan bidang pendidikan, pemuda, dan

olahraga Kabupaten/Kota.

h) Pelaksanaan evaluasi pendidikan.

i) Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan.

j) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur atu pemerintah

daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Didalam pelaksanaannya sendiri DISDIKPORA terbagi dalam beberapa

bidang seperti Bidang Pendidikan Luar Biasa dan Dasar (Bid. PLB- DIKDAS),

Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi (Dikmenti), Bidang Pendidikan Non

Formal dan Informal (PNFI), Bidang Standarisasi dan Perencanaan, serta

UPTD.Dimana setiap bidang tersebut di kepalai oleh Kepala Bidang atau

Kepalas Seksi beserta staff dan jajarannya yang bertanggung jawab terhadap

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

67

pelaksanaan pendidikan sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan yang

dibutuhkan untuk mewujudkan pendidikan yang optimal di provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Adapun susunan struktur organisasi Dinas Pendidikan,

Pemuda, dan Olahraga DIY yaitu sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat

3. Bidang Perencanaan dan Standarisasi

4. Bidang Pendidikan Luar Biasa dan Pendidikan Dasar

5. Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi

6. Bidang Non Formal dan Informal

7. Kelompok Jabatan Fungsional

8. UPTD yang terdiri dari:

a. Balai Pelatihan Pendidikan Teknik

b. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

c. Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan

d. Balai Pemuda dan Olahraga.

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

68

Bagan 4. Struktur Organisasi

Sumber:http://pendidikan-iy.go.id/dinas_v4/index.php?view=baca_isi_lengkap&id_p=3

a. Visi dan Misi

Berdasarkan pada kondisi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang

kaya akan keunggulan komparatif, budaya, serta julukan kota pendidikan yang

melekat, ditandai dengan bermacam pilihan pendidikan di semua jenjang, jenis

dan jalur pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut tidak lepas dari adanya

modal budaya dan modal sosial serta komitmen dari berbagai daerah untuk

memajukan dan mengunggulkan pendidikan. Bertolak dari pandangan tersebut,

serta berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJPM) DIY dan perkembangan lingkungan strategis, harapan ini dituangkan

dalam Visi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY tahun 2012/2017

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

69

yaitu mewujudkan kualitas pendidikan, pemuda, dan olahraga yang

menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya.

Nilai-nilai luhur budaya yang dimaksud adalah nilai luhur budaya DIY

yang beragam dan diperkaya dengan nilai luhur budaya nasional dalam

perkembangan budaya global. Visi diatas sebagai upaya dalam mewujudkan

visi pembangunan jangka panjang tahun 2005/ 2025 dan jangka menengah

2012/2017 Provinsi DIY. Penempatan nilai luhur budaya dalam pendidikan

diletakkan pada tiga hal yaitu, pertama: nilai luhur budaya sebagai aspek

penguat tujuan pendidikan, kedua: nilai luhur budaya sebagai pendekatan baik

dalam pembelajaran maupun pengelolaan pendidikan, ketiga: nilai luhur

budaya sebagai isi atau muatan pendidikan.

Upaya untuk mewujudkan Visi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga

DIY tersebut dilakukan dengan merumuskan suatu misi yaitu:

1) Menyediakan pendidikan berkualitas untuk semua dan nondiskriminatif

2) Mengembangkan pendidikan karakter berbasis budaya

3) Mengembangkan pusat-pusat unggulan mutu pendidikan

4) Mengembangkan peran sinergis pendidikan terhadappembangunan

5) Mengembangkan pembinaan pemuda dan olahraga yang berkualitas dan

berkarakter

6) Mengembangkan tatakelola pendidikan, pemuda, dan olahraga berbasis

budaya

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

70

Dengan demikian tingkat ketercapaian misi pendidikan di DIY tetap

bersumber dari kondisi daerah masing- masing, yang mempunyai peran

besar dalam pembangunan pendidikan nasional.

b. Tujuan dan Sasaran

1) Tujuan Jangka Menengah

Tujuan Jangka Menengah Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga

DIY Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan pendidikan DIY

dirumuskan tujuan strategis pembangunan pendidikan DIY sebagai

berikut:

a) Mengembangkan pendidikan berkualitas yang merata untuk semua,

berdaya saing, dan nondiskriminatif;

b) Menghasilkan generasi muda berkarakter yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan YME, cinta tanah air dan bangsa, berjiwa

luhur, berbudaya, menjadi teladan, rela berkorban, kreatif, inovatif,

serta profesional;

c) Mewujudkan peran DIY dalam menciptakan inovasi pendidikan;

d) Mewujudkan pendidikan yang responsif terhadap kebutuhan

pembangunan;

e) Mewujudkan pemuda dan olahraga yang berkualitas, berdaya saing,

dan berbudaya;

f) Meningkatkan layanan pendidikan, pemuda, dan olahraga yang

akuntabel dan berbudaya.

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

71

2) Sasaran Jangka Menengah

Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan, Pemuda, dan

Olahraga DIY untuk mewujudkan tujuan strategis pembangunan

pendidikan DIY dirumuskan sasaran strategis sebagai berikut:

a) Terwujudnya pendidikan berkualitas untuk semua, berdaya saing dan

nondiskrimatif

b) Terwujudnya pendidikan karakter yang mengedepankan kemajuan

dan kedamaian dalam kemajemukan;

c) Terwujudnya inovasi pendidikan yang handal;

d) Terwujudnya pendidikan yang sinergis dengan kebutuhan

pembangunan;

e) Terwujudnya kapasitas pemuda dan olahraga yang berkualitas,

berdaya saing dan berbudaya;

f) Terwujudnya layanan pendidikan, pemuda, dan olahraga yang

akuntabel dan berbudaya.

Salah satu bidang yang mejadi setting pada penelitian ini adalah

Bidang PLB dan Dikdas, khususnya pada Seksi Pendidikan Luar Biasa

(PLB). Seksi PLB bertanggung jawab dalam usaha peningkatan mutu

pendidikan luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus. Seksi Pendidikan

Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi Yogyakarta merupakan sebuah

lembaga pendidikan yang bertugas melaksanakan perencanaan,

pengelolaan, monitoring, serta pengawasan seluruh kegiatan pembelajaran

pendidikan luar biasa di Provinsi Yogyakarta. Dimana Seksi PLB ini

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

72

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan SLB (Sekolah Luar

Biasa) yang ada di 5 (lima) kabupaten di Provinsi Yogyakarta yang

berjumlah 76 SLB baik itu SLB Negeri dan Swasta. Sekolah Luar Biasa

(SLB) merupakan lembaga pendidikan formal yang yang melayani

pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, baik secara fisik,

mental maupun kemampuan sosialnya. Adapun rincian SLB di Kota

Yogyakarta berjumlah 9 SLB, Kabupaten Bantul berjumlah 18 SLB,

Kabupaten Kulonprogo berjumlah 8 SLB, Kabupaten Gunung Kidul

berjumlah 11 SLB, dan, dan Kota Sleman dengan 18 sekolah.

Disamping SLB, Seksi PLB juga berwewenang sebagai pembina

untuk membantu Dinas Kabupaten/ Kota dalam mengelola sekolah inklusi

yang ada di lima kabupaten Provinsi Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan

Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota sebagai pelaksana yang bertanggung

jawab penuh terhadap pengelolaan sekolah inklusi. Sekolah inklusi sendiri

adalah pendidikan yang menempatkan anak berkebutuhan khusus dan anak

normal dalam satu kelas reguler baik itu Taman Kanak- Kanak, Sekolah

Dasar, Menengah dan sebagainya. Pembelajaran yang diberikan terhadap

anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, seluruh kebutuhan yang

dibutuhkan anak diupayakan agar dapat terpenuhi dengan baik melalui

penyesuaian. Adapun beberapa sekolah inklusi tersebut sebanyak 156

sekolah yang ada di Provinsi DIY pada tahun ajaran 2015/2016, dengan

rincian sebagai berikut:

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

73

Tabel. 6 Rekapitulasi data individu sekolah inklusi dan ABK

No Kabupaten/Kota Jumlah

Sekolah SD/MI SMP/Mts

Jumlah Siswa ABK

SD/MI SMP/ Mts

1 Yogyakarta 11 7 4 200 50

2 Bantul 39 36 3 580 50

3 Gunungkidul 47 41 6 689 120

4 Kulonprogo 26 22 4 236 16

5 Sleman 33 28 5 426 81

Total 156 134 22 2131 317

Sumber : Sie. PLB data per Februari 2015

Program Sie PLB yang dijadwalkan pada tahun pelajaran 2016 yaitu

program pembinaan forum masyarakat peduli pendidikan, pengembangan

kurikulum, pemberian layanan kesehatan siswa, pelatihan pendidikan

kesehatan reproduksi, penyununan dan penulisan soal ujian SLB, koordinasi

dan pembinaan guru SLB/ SPPI, koordinasi dan pembinaan kepala SLB,

Pengembangan dan pembinaan forum penyelenggaraan pendidikan SLB,

supervisi pengawas SLB, pembinaan minat bakat dan kreatifitas siswa,

seleksi, pembinaan, dan pengiriman SOINA, jambora PK-PLK, dan pelatihan

pengelolaan assessmen guru SPPI. Program tersebut ditujukan untuk

mendukung terlaksananya pendidikan khusus dan pelayanan pendidikan

khusus di provinsi DIY. Salah satu bentuk implementasi kebijakan terkait

pengelolaan assessmen anak berkebutuhan khusus yang dilakukan oleh

DISDIKPORA Provinsi DIY adalah dengan mengadakan suatu pelatihan

pengelolaan assessmen anak berkebutuhan khusus kepada guru – guru SPPI di

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

74

DIY. Pada tahun ini dilakukan pada tanggal 5-9 September 2016 di

University Hotel, dengan mengundang berbagai narasumber.

2. Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman merupakan Satuan Kerja

Pemerintah Daerah (SKPD) yang yang melaksanakan urusan pemerintahan

dengan memperhatikan kebutuhan, potensi, cakupan tugas, jumlah dan

kepadatan penduduk, kemampuan keuangan, serta sarana dan prasarana

daerah. Hal itu berdasarkan Peraturan Bupati Sleman No.9 Tahun 2009

terkait Organisasi Pemerintah Daerah di Kabupaten Sleman. Berdasarkan

uraian tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mempunyai tugas untuk

menjalankan pemerintahan daerah khususnya di bidang pendidikan,

kepemudaan dan olahraga. Dinas Pendidikan (DISDIK) Sleman berada di Jl.

Parasamya, Beran, Tridadi, Kecamatan Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Lokasi ini berada di satu kompleks pemerintahan daerah Sleman

berjajar dengan BKD (badan Kepegawaian Daerah), DPKAD (Dewan

Pengelola Keuangan Anggaran Daerah) dan DPRD (Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah) Sleman. Berhadapan dengan Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi serta Bapedda Sleman.

Visi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman adalah: “Terwujudnya

Pendidikan yang Berkualitas Berlandaskan Budaya Bangsa” Makna dari Visi

Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman adalah adanya harapan agar pendidikan

yang berkualitas itu dapat terwujud secara nyata yang berdasar pada budaya

bangsa. Budaya bangsa dijadikan dasar dalam upaya menciptakan pendidikan

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

75

yang berkualitas dalam rangka menciptakan insan pendidikan berkualitas

yang tidak meninggalkan budaya bangsa. Untuk mencapai visi tersebut,

Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman menetapkan misi sebagai berikut:

a) Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan.

b) Menciptakan iklim pendidikan yang kompetitif berdasarkan potensi

dan budaya bangsa.

c) Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, organisasi pemuda dan

olahraga serta peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang

pendidikan.

Didalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat

Daerah (Renstra SKPD) Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, memiliki

kebijakan–kebijakan sebagai berikut :

a) Mempertahankan Wajar 9 tahun dan merintis Wajar 12 tahun.

b) Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kependidikan.

c) Melaksanakan dan mengembangkan kurikulum nasional maupun

lokal dalam proses pembelajaran di sekolah.

d) Rehabilitasi, pemeliharaan, dan pengadaan sarana prasarana

pendidikan.

e) Meningkatkan prestasi siswa, pemuda, dan olahraga.

3. SD Negeri Brengosan 1

a) Profil Sekolah

Nama Sekolah : SD Negeri Brengosan 1

Kabupaten : Sleman

Page 91: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

76

Propinsi : D I Y

Alamat Sekolah : Kayunan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman,

Status Sekolah : Negeri

NSS : 101040213003

NPSN : 20401387

Tahun didirikan : 1951

Nama Lengkap Kep Sek : A.Sarjiyo, S.Pd

Pendidikan Terakhir : S1

Jurusan : PGSD

TMT Menjabat : 05 Agustus 2011

b) Tinjauan Sekolah

SD Negeri Brengosan 1 berada di Dusun Kayunan, Desa

Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Walaupun berada di

Dusun Kayunan tetapi namanya SD Negeri Brengosan 1 bukan SD Negeri

Kayunan, hal itu terjadi karena pada awalnya sekolah berada di Dusun

Brengosan tetapi tidak mempunyai gedung permanen sehingga

menumpang di salah satu rumah milik warga dusun Brengosan.

Selanjutnya kedudukan sekolah pernah pindah dari rumah ke rumah dan

ahirnya oleh pemerintah Desa Donoharjo, diberi tempat tanah kas desa

yang berada di Dusun Kayunan dengan hak pakai. Nama sekolah tetap

menggunakan nama SD Brengosan1. Sedangkan angka 1 dibelakang nama

sekolah karena di Dusun Brengosan ada dua Sekolah Dasar, yaitu SD

Negeri Brengosan 1 dan SD Negeri Brengosan 2.

Page 92: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

77

Sekolah berdiri pada tahun 1951, dan sampai saat ini mengalami

berbagai perubahan, mulai dari kondisi sarana prasarana yang sangat

sederhana dan sampai saat ini telah memiliki gedung permanen walaupun

belum memenuhi standar. Sekolah Dasar Negeri Brengosan 1 ditetapkan

sebagai SD inti Gugus 1 Kecamatan Ngaglik. Mulai tahun pelajaran

2006/2007 menjadi sekolah inklusi.Tahun pelajaran 2011/2012 ini ada 14

anak berkebutuhan khusus yang menuntut ilmu bersama –sama dengan

teman sebaya yang normal.

Sekolah Dasar Negeri Brengosan 1 saat ini memiliki 6 rombongan

belajar, dengan jumlah siswa 169 siswa, pembimbingnya ada 15 orang

dengan rincian satu orang kepala sekolah, enam orang guru kelas, satu

orang guru olahraga, satu orang guru agama Islam, satu orang guru mapel

Bahasa Inggris, satu orang guru karawitan, satu orang guru inklusi, satu

orang petugas tata usaha, satu orang pustakawan, dan satu orang penjaga

sekolah. Walaupun kondisi pendidik dan tenaga kependidikan baru

sebagian yang memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan

namun diharapkan dapat mengikuti perkembangan jaman, karena sebagian

besar masih muda dan bersemangat. Dukungan masyarakat terhadap

perkembangan sekolah cukup baik, dan masih memungkinkan untuk

ditingkatkan. Letak geografis SD N Brengosan 1 tepatnya berada :

Sebelah timur : SMP N 1 Ngaglik, Kantor Desa Sardonoharjo

Sebelah Utara : Sawah

Page 93: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

78

Sebelah Barat : Sawah

Sebelah Selatan: Makam, Dusun Kayunan

Lokasi tersebut dirasa cukup strategis karena berdekatan dengan

instansi- instansi terkait seperti Kantor Desa, SMP, SMA, pemukiman

penduduk, serta Puskesmas. Akses jalan juga dekat dengan jalan utama

yaitu jalan Palagan Tentara Pelajar yang hanya berjarak kurang lebih 100

meter. Sedangkan untuk area lalu lintas sendiri tidak terlalu ramai

sehingga memberikan suasana yang nyaman.

Prestasi sekolah juga cukup membanggakan, rata-rata Ujian

Nasional tahun 2010/2011 mencapai 7,28 prestasi non akademik juara III

karawitan tingkat Kecamatan Ngaglik. Prestasi ini tentunya masih perlu

mendapat perhatian untuk ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang.

c) Visi dan Misi Sekolah

Sekolah mempunyai visi yaitu unggul dalam prestasi dan

berbudaya. Hal tersebut menunjukkan dalam mencapai sebuah prestasi

yang diinginkan, tetap harus berpegang pada budaya sendiri, supaya nilai

luhur budaya tidak akan hilang justru semakin berkembang. Dengan

demikian upaya sekolah dalam mewujudkan misi itu adalah dengan

menetapkan beberapa misi diantaranya:

a) Mengembangkan kurikulum yang adaptif dan proaktif

b) Mengintensifkan proses pembelajaran.

c) Melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran.

d) Meningkatkan Profesionalitas Guru dan Tenaga Kependidikan

Page 94: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

79

e) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik

f) Melestarikan budaya bangsa

g) Meningkatkan kerja sama inter dan antar sekolah

h) Meningkatkan Peran serta masyarakat pada kegiatan sekolah.

i) Melaksanakan dan mengembangkan Pendidikan berkarakter dan

berbudaya

Upaya yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan visi dan misi SD

N Brengosan 1 tersebut dengan menetapkan tujuan dalam kurun waktu 4

tahun ke depan 2012 – 2017 sebagai berikut :

1) Mengembangkan KTSP yang sudah ada

2) Melaksanakan tambahan pelajaran

3) Melaksanakan ekstra kurikuler karawitan dan seni tari

4) Melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran

5) Mendorong peningkatan kualifikasi guru dan Tenaga Kependidikan

6) Meningkatkan Nilai rata-rata UN/US dan TKM

7) Meningkatkan prestasi dalam kegiatan lomba MTQ dan Olahraga

8) Menjalin kerja sama yang erat dengan masyarakat

9) Memberikan layanan pada anak berkebutuhan khusus

Hal tersebut mnunjukkan jika SD N Brengosan I tidak hanya

menjunjung atau mengedapankan keakademikan saja namun juga non

akademik. selain itu sekolah tetap berkeinginan memberikan pelayanan

pendidikan yang tidak diskrimansi anak, serta memberikan pelayanan

pendidikan yang sesuai.

Page 95: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

80

d) Kondisi Ketenagaan

Berikut data keadaan tenaga kepegawaian yang ada di SD Negeri

Brengosan I tahun ajaran 2016/2017.

Tabel.7 Data Kepegawaian

No Status Guru Tingkat Pendidikan

SLTA D1 D2 D3 S1 S2 S3

1 Guru Tetap - - 4 - 4 - -

2 Guru Tidak

Tetap

- - 1 - 3 - -

3 Peg. Tidak

Tetap

1 - - - 1 - -

Berdasarkan data diatas dapat diketahui jika data di SD Negeri

Brengosan I , mayoritas guru tetap yang berjumlah 8 (delapan) guru, guru

tidaktetap sebanyak 4 (empat guru), dan pegawai tidak tetap sebanyak 2

(dua) orang. Ditinjau dari status pendidikan terakhir guru yang lulusan

S-1 sebanyak 7 (tujuh) guru dan lulusan D-2 sebanyak 5 (lima) guru,

sehingga guru lulusan S-1 lebih banyak. Sedangan untuk data pegawai

administrasi yang lulusan S-1 ada 1 (satu) orang, dan lulusan

SMA/SLTA ada 1 (satu) orang. Dengan demikian total pegawai dan guru

yang ada di SD Negeri Brengosan tersebut ada 14 (empat belas) tenaga.

e) Kondisi Sarana dan Prasarana

Berikut ini data terkait ruangan dan alat peraga atau penunjang

yang ada di SD Negeri Brengosan I

Sumber: Data Pegawai SD Negeri Brengosan I Tahun 2016

Page 96: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

81

Tabel. 8 Data Ruangan

Jenis Ruang Jumlah Ruang Luas

Ruang Kelas 6 7X8m

Ruang UKS 1 4X2M

Ruang Kepala Sekolah 1 4X5M

Ruang Guru 1 7X8m

Ruang Komputer 1 4X7m

Mushola 1 7X7m

Tempat Parkir Guru 1 6X5m

Sumber: Data kelengkapan sarana di SD N Brengosan I

Berdasarkan data diatas dapat diketahui jika ruangan yang ada di

SD N Brengosan I sebanyak 11 (sebelas) ruangan. Ruang kelas dari

jenjang kelas 1 (satu) hingga kelas 6 (enam) sebanyak 6 (enam) ruangan.

Sedangkan ruang guru, komputer, kepala sekolah,tempat parkir dan

mushola masing- masing satu ruangan.

Tabel. 9 Alat Peraga / Praktek penunjang.

No Jenis Alat Jumlah/Unit Kebutuhan Kekurangan

1 Alat Komputer KBM 1 10 9

2 Alat Olah Raga 25 50 25

3 Alat Kesenian 29 50 21

4 Alat Peraga IPA 8 25 17

5 Alat Peraga IPS 6 15 9

6 Alat Peraga Matematika 6 15 9

7 Mesin Ketik 1 1 -

8 Komputer Kantor 1 5 4

Page 97: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

82

Lanjutan Tabel 9 Alat peraga

No Jenis/ Alat Jumlah/Unit Kebutuhan Kekurangan

9 Televisi 1 3 2

10 Tape Recorder 1 2 1

Sumber: Data kelengkapan sarana di SD N Brengosan I

Berdasarkan data diatas dapat diketahui jika alat peraga kesenian

paling dominan sebanyak 29 (dua puluh sembilan) buah, dan alat olah

raga sebanyak 25 (dua puluh lima) buah. Selian itu masih didukung

dengan beberapa alat peraga/ penunjang lainnya seperti komputer KBM

sebanyak satu buah, alat peraga IPA sebanyak 8 (delapan) buah, alat

peraga IPS dan Matematika sebanyak 6 (enam), mesin ketik, komputer

kantor, televisi, dan tape recorder masing- masing sebanyak satu buah.

Kondisi lainnya adalah sarana penunjang tersebut masih membutuhkan

beberapa tambahan alat, agar proses pembelajaran dan administrasi dapat

berjalan optimal.

f) Kondisi Kesiswaan

Secara keseluruhan siswa yang ada di SD Negeri Brengosan I ini

ada 169 siswa di tahun ajaran 2016/2017. Hal tersebut bisa dikatakan

fluktuaktif jika dilihat selama 3 tahun terakhir ini, dengan rincian

sebagai berikut:

Page 98: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

83

Tabel 10. Daftar Siswa tahun selama 3 tahun

No Tahun Pelajaran Jumlah Siswa per Kelas Jumlah total

I II III IV V VI

1 2014/2015 29 29 32 25 29 23 167

2 2015/2016 28 28 29 32 25 28 170

3 2016/2017 19 27 32 32 27 32 169

Sumber: Data kelengkapan sarana di SD N Brengosan I

SD negeri Brengosan I merupakan salah satu sekolah inklusi yang

ada di kecamatan Pakem, jika melihat data siswa yang dikategorikan ABK

(anak berkebutuhan khusus) jumlah siswanya cukup banyak pada tahun ajaran

2016/2017. Rata – rata siswa tersebut memiliki jenis ketunaan lambat belajar

(slow learner), beberapa siswa ada yang berketunaan tunagrahita. Berikut

rincian data siswa ABK tahun ajaran 2016/2017:

Tabel 11. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Brengosan I Tahun Ajaran

2016/2017

No. Rombongan

Belajar

Ketunaan

H (slow learner)

Ketunaan

C (Tunagrahita) Jumlah

L P L P

1 Kelas I 1 - - - 1

2 Kelas II 2 - - - 2

3 Kelas III 2 1 2 - 5

4 Kelas IV 3 2 1 - 6

5 Kelas V 3 - - - 3

6 Kelas VI 3 - - - 3

Jumlah 14 3 3 - 20

Sumber: Data siswa SD N Brengosan 1 Tahun 2016 dengan pengolahan

Page 99: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

84

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika keadaan siswa

berkebutuhan khusus yang ada di SD Negeri Brengosan I mayoritas

mengalami gangguan atau hambatan pada aspek intelektual dan kecerdasan.

Anak yang mengalami lambat belajar (slow learner) sebanyak 17 siswa dan

anak tunagrahita terdapat 3 siswa. Siswa berkebutuhan khusus lebih banyak di

kelas tiga dan empat berbeda dengan empat kelas lainnya.

B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen Anak berkebutuhan

Khusus di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi

yang terdiri dari lima kabupaten/ kota. Daerah yang kaya akan potensi

budaya, sosial, wisata dan pendidikan yang bernilai tinggi. Pendidikan

merupakan hal yang penting bagi perkembangan moral, kemampuan dan

karakter guna menciptakan masyarakat yang berkualitas. Didalam upaya

memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut dibentuklah Satuan Kerja

Pemerintahan Daerah (SKPD) yang bergerak dibidang pendidikan yang

bertanggung jawab terhadap pengelolaan pendidikian di setiap Kabupaten/

Kota. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga baik di Provinsi DIY dan

kabupaten Sleman merupakan salah satu bagian Satuan Kerja Pemerintahan

Daerah yang bersama – sama bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan. Jikalau DISDIKPORA Provinsi

bertanggung jawab pada pengelolaan pendidikan di lima Dinas Pendidikan

setiap kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DISDIK

Page 100: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

85

Sleman lebih khusus pada pengelolaan pendidikan di Kabupaten Sleman itu

sendiri.

Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak merupakan suatu

kewajiban yang harus diperjuangkan, dipenuhi dan dirasakan oleh setiap

masyarakat tanpa kecuali. Hal tersebut telah diatur dalam UUD 1945 pasal 31

ayat 1 dan UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab IV

pasal 5 yang mengatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang

sama untuk memperoleh pendidikan yang layak. Pernyataan tersebut

menunjukkan jika negara juga berkewajiban untuk memberikan akses

pendidikan yang mencakup semua, serta pelayanan pendidikan yang bermutu

bagi masyarakat tanpa kecuali mereka yang berkebutuhan khusus.

Implementasi kebijakan adalah suatu tindakan yang dilakukan

pemerintah atau pihak yang berwenang untuk mencapai tujuan dari suatu

kebijakan. Implementasi kebijakan mempunyai beberapa tahapan yang dapat

dilakukan agar tujuan kebijakan tercapai. Lineberry menjelaskan terdapat

empat pilar tahapan dalam pelaksanaan kebijakan yaitu membuat dan

menyusun staf atau agen, mengembangkan kerangka kerja, melakukan

koordinasi sumberdaya dan pembiayaan, serta pengalokasian sumber daya.

Berikut hasil penelitian mengenai tahapan yang dilalui Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga di Provinsi DIY dalam implementasi kebijakan

tersebut:

Page 101: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

86

a. Membuat dan Menyusun Staf atau Agen

Tahap ini mempunyai tujuan untuk menyusun agen guna

melaksanakan kebijakan yang akan dilaksanakan. Pemenuhan pelayanan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus merupakan kewajiban dari

pemerintah untuk dapat terpenuhi. Kebijakan terhadap pemenuhan

pendidikan bagi penyandang kebutuhan khusus telah diatur dalam

Peraturan Daerah Provinsi DIY No 4 tahun 2012 tentang perlindungan

penyandang disabilitas. Bahwasanya pendidikan anak berkebutuhan

khusus dilakukan dalam dua pelayanan yaitu pendidikan luar biasa dan

pendidikan inklusif. Berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah maka pengelolaan pendidikan khusus menjadi

kewenangan Daerah Provinsi yang bertugas dalam bidang pendidikan.

Oleh karena itu Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman berupaya

memenuhi pendidikan anak berkebutuhan khusus tersebut melalui

pendidikan inklusi yang mengacu pada Permendiknas No. 70 tahun 2009

dan Peraturan Gubernur DIY No.21 tahun 2013 tentang

penyelenggaraan pendidikan inklusif. Seperti halnya yang dikemukaan

bapak S selaku Kepala Seksi Kurikulum TK-SD Dinas Pendidikan

Kabupaten Sleman pada wawancara tanggal 30 September 2016:

“Peran dikpora sleman adalah sebagai pelaksana dari pemerintah

daerah sleman khususnya di bidang pendidikan, pelayanan kepada

masyarakat dalam dunia pendidikan tanpa terkecuali for all, baik

anak sempurna atau anak yang dilahirkan dalam tanda petik

berkebutuhan khusus. Sehingga anak berkebutuhan khusus jika

secara akademik dia mampu di bina, dilatih, dikembangkan

disekolah umum tetep dapat mengakses di sekolah umum atau

Page 102: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

87

sekolah inklusi. Juga mendasar pada Permendikud No. 70 tahun

2009 kaitannya dengan pendidikan inklusi.”

Pendidikan inklusif merupakan penempatan anak berkebtuhan

khusus pada lingkungan pembelajaran yang sama dengan anak normal,

yang dilakukan di sekolah reguler atau umum. Sekolah inklusi berupaya

mengatasi permasalahan pemerataan pendidikan anak berkebutuhan

khusus untuk dapat bersekolah di sekolah umum. Oleh karena itu

penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Sleman

dilakukan melalui pendidikan inklusi. Dinas Pendidikan Kabupaten

Sleman tidak berwenang menyelenggarakan pendidikan khusus atau

pendidikan luar biasa dikarenakan SLB berada di bawah naungan dan

tanggung jawab Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY.

Seperti halnya yang disampaikan Bapak P selaku Kepala Seksi

Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi

DIY pada wawancara tanggal 6 September 2016 :

“Jadi sekolah inklusi merupakan sekolah reguler seperti SD,SMP,

SMA, yang menerima anak berkebutuhan khusus, sekolah reguler

tersebut berada di kabupaten/kota masing- masing, akan tetapi

memang untuk koordinasinya ada koordinasi dengan kami jika

ada permasalahan. Namun bukan sepenuhnya menjadi tanggungan

kami. Jadi sekolah inklusi tidak berada DISDIKPORA Provinsi,

sedangkan SLB langsung berada dibawah binaan kami. Untuk saat

ini ada sekitar 76 sekolah luar biasa di Jogja. Kalau sekolah

inklusinya ada 150 an sekolah di lima kabupaten, jadi kami juga

mengakomodasi pelaksanaan inklusi di 5 Kabupaten”

Dengan demikian penyusunan agen yang dilakukan di Provinsi

DIY dibagi dalam dua peran. Pengelolaan sekolah inklusi yang berada di

Dinas Pendidikan Kabupaten, dan pengelolaan SLB yang dilakukan oleh

Page 103: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

88

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY. Agen kebijakan

tersebut akan tetap terikat dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.

Pada dasarnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY tetap

berperan dalam mengawasi pendidikan di lima kabupaten. Dengan kata

lain Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY berperan sebagai

pembina di sekolah inklusi, sedangkan Dinas Pendidikan Kabupaten

sebagai pelaksana. Sehingga antara dua lembaga pendidikan tersebut

mempunyai hubungan dalam melaksanakan, mengelola pendidikan yang

ada dari provinsi ke daerah lainnya. Namun tetap yang mengelola secara

penuh pendidikan inklusi adalah Kabupaten/ Kota itu sendiri.

b. Mengembangkan Kerangka Kerja

Tahap ini bermaksud untuk menerjemahkan tujuan legislatif dan

secara sungguh – sungguh memasukkannya dalam aturan pelaksanaan,

mengembangkan panduan atau kerangka kerja bagi pelaksana kebijakan.

Didalam praktek pendidikan inklusi penetapannya dilakukan melalui

penunjukkan yang dikeluarkan olah Kepala Bupati atau Dinas

Pendidikan untuk menjalankan pendidikan inklusi. Keputusan

Penunjukkan Inklusi di Kabupaten Sleman sendiri tertuang dalam Surat

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Sleman No. 245 tahun 2012 menetapkan bahwa dalam rangka

peningkatan kualitas dan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus perlu adanya sekolah pendidikan inklusi. Hal itu menunjukkan

Page 104: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

89

jika penetapan keputusan tersebut menjadi panduan atau petunjuk bagi

sekolah yang melaksanakan pendidikan inklusi.

Berbeda dengan saat ini dimana sudah tidak menggunakan aturan

tentang surat penunjukkan inklusi disekolah- sekolah. Dikarenakan

pemerintahan DIY sudah berkomitmen bahwa setiap sekolah umum di

DIY wajib menerima ABK, sebagai bentuk mewujudkan pendidikan bagi

semua masyarakat khususnya anak yang mengalami kebutuhan khusus

tanpa diskrimanasi. Seperti yang dikemukakan Bapak S pada wawancara

9 September 2016:

“Penunjukan inklusi itu kadangkala membutuhkan surat penetapan

inklusi untuk mendapatkan hibah bantuan dari APBN, contohnya

pengadaan bantuan kursi roda, braile terkadang membutuhkan itu.

Tapi sebenarnya penetapan sekolah inklusi dari kepala SKPD

sebetulnya tidak diperlukan. Karena nanti dikhawatirkan ada

pelemparan tanggung jawab antara sekolah inklusi yang ditunjuk

dengan sekolah umum. Pada prinsipnya sekolah di DIY itu inklusi

jadi wajib menerima abk sejauh anak ini mampu dididik, tapi kalo

anak itu memiliki ketunaan yang serius seharusnya disekolah SLB,

jangan sampai ada tumpang tindih atau overlaping antara SLB dan

inklusi. Tentunya sekolah juga mempunyai standar tersendiri

dalam penerimaan siswa baru “

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak P pada

wawancara 6 September 2016:

“Sekolah inklusi merupakan sekolah umum yang didalamnya ada

anak berkebutuhan khusus, jadi sesuai dengan deklarasi inklusi di

DIY pada bulan September 2014, bahwa semua sekolah di DIY itu

wajib menerima abk dan wajib menjadi sekolah inklusi”

Hal tersebut menunjukkan jika saat ini semua sekolah harus

mampu untuk menerima dan memberikan pelayanan pendidikan tidak

hanya anak normal tapi anak berkebutuhan khusus tetap mendapat hak

Page 105: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

90

yang sama. Setiap sekolah dilarang untuk menolak keberadaan anak

berkebutuhan khusus di sekolah umum. Apabila ada sekolah yang

menerima ABK dia menjadi inklusi, jika tidak ada sekolah hanya

menjadi sekolah umum. Sehingga tidak akan adalagi pelemparan anak

didik yang di sekolah umum ke sekolah inklusi yang telah ditunjuk,

karena hakekatnya semua sekolah di DIY wajib menerima ABK. Apabila

menyangkut tentang Peraturan Daerah tentang pendidikan inklusi di

Sleman untuk saat ini belum ada, seperti pendapat Bapak S pada

wawancara 9 September 2016:

“jika menyangkut regulasi yang dibuat oleh sleman sendriri belum

ada, masih mengacu Pergub dan Permendiknas. Belum ada bukan

berati sekolah inklusi di sleman ini tertinggal, sering juga

melakukan studi bandiing untuk belajar bersama dengan daerah

lain”

Walaupun tidak ada regulasi khusus, namun Sleman tetap

berkomitmen bahwa pendidikan inklusi tetap dapat jalan, karena sudah

mengacu ke kebijakan pusat. Hal tersebut menunjukkan jika kebijakan

yang dibuat pusat menjadi acuan dalam pelaksanaan kerja Dinas

Pendidikan di Provinsi DIY. Acuan tersebut menjadi dasar dalam

menyusun petunjuk teknis yang dikembangkan Dinas Pendidikan di

Provinsi DIY bagi sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi

sebagai sasaran kebijakan. Aturan yang mengatur segala sesuataunya

terkait pendidikan inklusi, seperti pembelajarannya, pengelolaan ABK,

sumber –sumber pendukung, serta proses identifikasi atau asesmennya.

Page 106: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

91

c. Melakukan Koordinasi terkait Sumber Daya dan Pembiayaan

Pada tahap ini dilakukan koordinasi terkait sumberdaya dan

pembiayaan untuk kelompok sasaran, pengembangan dan pembagian

tanggung jawab antar agen. Proses pembelajaran pendidikan inklusi pada

dasarnya sama dengan sekolah reguler lainnya, hanya saja ada perubahan

pada karakter siswanya, modifikasi di kurikulum sesuai kebutuhan anak,

serta guru pendamping khusus. Guru pendampig khusus (GPK)

merupakan sumber daya manusia yang bekerja langsung mendampingi

anak berkebutuhan khusus, memahami karakter anak, dan penanganan

yang baik dan sesuai di sekolah. Sehingga anak dapat mengikuti

pembelajaran di kelas dengan maksimal, idealnya seorang guru

pendamping khusus menangani satu ABK. Alokasi waktu seorang GPK

di sekolah inklusi sendiri hanya dua hari dalam satu minggu. Seiring

perkembangan waktu permintaan GPK dari sekolah inklusi terus

bertambah. Untuk itu dalam pengelolaan GPK di Daerah Sleman

berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY

dalam memenuhi permintaan GPK seperti halnya yang dikemukakan

bapak S pada wawancara 9 September 2016:

“Pengelolaan GPK itu kewenangan Dinas Pendidikan tingkat

Provinsi, Sleman tidak mempunyai kewenangan untuk

mengangkat. Selain itu yang memberi gaji GPK adalah Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY khususnya Seksi PLB”

Jadi Dinas Pendidikan Sleman masih meminta bantuan dari Dinas

Provinsi terkait pemenuhan GPK, belum secara khusus mencari lulusan

PLB untuk ditugaskan menjadi GPK honorer di sekolah inklusi. Dinas

Page 107: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

92

Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY sendiri telah mengirim 138 GPK

ke sekolah inklusi yang sudah lama atau sudah mendapat SK

penunjukkan, dan masih ada beberapa sekolah inklusi belum memiliki

GPK. Hal ini seperti yang dijelaskan bapak P pada wawancara 6

September 2016:

“Jadi kita berupaya memberikan GPK ke sekolah inklusi tetapi

hanya sebagian kecil. Seharusnya Kab/ Kota yang otomatis

memang secara betul-betul mengelola untuk memfasilitasinya

tetapi karena kaitanya dengan adanya anak berkebutuhan khusus,

terkadang mereka lapor ke kami dan kami menindaklanjuti sesuai

kemampuan.”

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

Kabupaten/ Kota masih sangat bergantung dari sumber daya yang ada di

tingkat Provinsi. Tidak semua Kabupaten/ Kota merekrut tenaga guru

PLB yang dapat menjadi GPK di sekolah inklusi. Peran GPK dalam

pendidikan inklusi memang penting, untuk membantu siswa dalam

mengikuti pembelajaran di kelas secara penuh. Seperti pernyataan dari

Ibu Astuti selaku Guru Pembimbing Khusus di SD N Brengosan I pada

wawancara 15 September 2016 yaitu

“Peran yang selama ini saya lakukan jadi karena waktu saya hanya

dua hari ya mas jadi saya membagi setiap kelas yang memang saya

prioritaskan perlu sangat perlu untuk saya dampingi yang abknya

banyak untuk mendampingi pembelajaran, jadi ketika siswa

mengalami ksulitan dalam pembelajaran saya akan membantu

bukan membantu pengajaran tetapi memberikan pemahaman apa

yang dia belum paham. Paling banyak abk ada dikelas 4 dan 3, tapi

kebanyakan disini slow learner atau lambat belajar”

Sebuah sekolah tentu akan membutukan GPK yang lebih jika

mendapati anak didiknya yang mempunyai ketunaan beragam.

Page 108: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

93

Dikarenakan guru kelas bukan lulusan pendidikan luar biasa, dan minim

pengetahuan ABK. Sehingga tetap dibutuhkan alokasi GPK yang lebih di

sekolah inklusi. Upaya yang dilakukan Dinas Pendidikan saat ini dengan

meningkatkan sumber daya manusia yang ada di sekolah melalui

pelatihan- pelatihan.

Selain itu anggaran pembiayaan yang digunakan dalam

pelaksanaan pendidikan inklusi, diantaranya untuk keperluan sarana

prasarana yang dibutuhkan, mengadakan pelatihan atau penguatan SDM,

atau pelaksanaan asesmen disekolah. Pembiayaan yang dikeluarkan

bersumber dari APBD untuk menunjang pelaksanaan pendidikan inklusi

itu. Hal tersebut seperti yang dinyatakan kepala Kursis TK-SD, yang

mengatakan bahwa” pengeluaran APBD untuk sekolah inklusi sama

dengan sekolah umum, bersumber dari BOSNAS, BOSDA, dan

BOSKAB, hanya saja ada pengeluaran khusus APBD seperti anggaran

adanya pelatihan”. Hal itu diperkuat dengan pernyataan kepala seksi

PLB yang mengatakan “Itu yang mengelola dari Dinas Kabupaten atau

Kota seperti BOS dan APBD, kalau dari kami biasanya menggunakan

bantuan APBD untuk mengadakan pelatihan – pelatihan, dan membantu

sarana – sarana untuk sekolah inklusi”. Berdasarkan pernyataan tersebut

dapat ditekankan bahwa Dinas Pendidikan berupaya memaksimalkan

anggaran yang diperoleh untuk menunjang keberlangsungan pendidikan

inklusi, baik dalam penguatan SDM, pemberian bantuan sarpras, maupun

dalam pelaksanaan asesmen.

Page 109: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

94

d. Pengalokasian Sumber Daya

Tahapan dalam mengalokasikan sumber daya ini untuk

mendapatkan dampak kebijakan. Suatu proses pendidikan atau

pembelajarannya tidak akan lepas dari peran serta guru, murid,

kurikulum dan fasilitas. Berdasarkan hal tersebut, guru memegang

peranan penting dalam proses pembelajaran. Guru merupakan tenaga

pendidik yang mempunyai tugas untuk membimbing, membelajarkan,

dan melatih peserta didik. Guru harus mampu untuk memberikan materi

atau bimbingan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak yang

dapat dilakukan melalui proses asesmen baik disekolah umum (inklusi)

atau sekolah luar biasa. Guru kelas akan melaksanakan tugasnya bersama

dengan guru pendamping khusus (GPK).

Hal ini untuk menyeimbangkan pengetahuan tentang kekhususan

pada ABK yang belum secara penuh dipahami beberapa guru kelas.

Pengalokasian GPK tersebut berasal dari tenaga yang ada di SLB, untuk

diperbantukan di sekolah inklusi. Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Provinsi DIY sebagai badan yang bertanggung jawab dan

mengelola SLB di Provinsi DIY mengalokasikan beberapa tenaga guru

SLB untuk menjadi GPK. Sesuai dengan keberadaan sekolah inklusi

yang ada di setiap Kabupaten/Kota. Walaupun Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Provinsi DIY sudah mengirim GPK dari SLB untuk

diperbantukan di sekolah inklusi namun tidak bisa memenuhi semua

permintaan, dikarenakan SLB justru akan kekurangan guru atau bahkan

Page 110: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

95

tutup. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak P pada wawancara 6

September 2016 yang mengatakan:

“...tapi seperti yang disampaikan Kepala Dinas, kami mengirim

GPK kesana dengan jumlah terbatas. Jika kami mengirim GPK

sesuai dengan permintaan yang diharapkan oleh sekolah reguler

dalam artian sekolah inklusi itu habis guru- guru PLB. Nantinya

SLB bisa tutup, karena sekolah SLB jika dibandingkan sekolah

reguler jauh lebih banyak sekolah reguler”

Pernyataan tersebut didukung oleh Bapak S pada wawancara

tanggal 9 September 2016 bahwa:

“....Jadi kebutuhan tenaga GPK saat ini masih terbatas dari Dinas

Pendidikan Provinsi, tetapi kalau sekolah yang mampu mereka

akan mencari GPK sendiri tetapi itu hanya beberapa saja”.

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui jika sumber daya guru

di SLB sendiri terbatas, dan perbandingan antara SLB dengan sekolah

umum sangat jauh. Apabila guru di SLB dipinjamkan ke sejumlah

sekolah inklusi, dampak yang ditimbulkan adalah siswa SLB akan

tertinggal bahkan SLB akan tutup. Dikarenakan kekurangan sumber daya

pengajar di SLB. Sesuai dengan ketetapan pemerintah DIY tentang setiap

sekolah reguler sama dengan inklusi, banyak permintaan GPK yang

diajukan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota.

Peran GPK dalam pelaksanaan pendidikan inklusi sangat penting,

selain bertugas mendampingi ABK, dan guru dalam proses belajar.

Seorang GPK juga memberikan bimbingan yang berkesinambungan, dan

melaksanakan pengelolaan asesmen disekolah bersama guru kelas.

Asesmen menjadi proses awal dari pembelajaran inklusi untuk

mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal

Page 111: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

96

meningkatkan potensi, dan meminimalisir kelemahan pada anak. Hal ini

sebagai bentuk persiapan dalam menyusun rencana pembelajaran,

penanganan, pelayanan dan pembimbingan kepada ABK. Pada

pelaksanaanya asesmen hanya dapat dilakukan oleh orang orang ahli

dibidangnya seperti dokter, psikolog, atau terapis, sehingga hasil dari

asesmen tersebutlah yang menjadi dasar dalam membuat rencana

pembelajaran khusus oleh guru yang bersangkutan.

Didalam pelaksanaannya asesmen dilakukan jika telah dilakukan

proses identifikasi terhadap anak berkebutuhan khusus. Secara khusus

asesmen merupakan penyaringan, dengan mengumpulkan informasi lebih

rinci. Sehingga asesmen ini merupakan proses penting dalam

menyiapkan pemberian pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus di sekolah inklusi. Hal tersebut seperti yang dikemukakan bapak

S pada wawancara tanggal 9 September 2016 :

“Penting, jadi anak itu kekhususannya seperti apa, apakah anak

yang nakal, anak slow learner, ataukah anak yang tidak punya

semangat belajar. Tapi asesmen juga harus diberikan oleh lembaga

yang kompeten, jika asesmen dilakukan oleh orang yang tidak

berkompeten nanti menyangkut harga diri orang tua. Tapi kalau

mengeluarkan salah satu lembaga yang sudah menjadi profesi

seperti rumah sakit, atau psikolog, itu sudah profesional. Jadi guru

hanya menyampikan”

Pendapat tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Bapak P pada

wawancara tanggal 6 September 2016 sebagaiamana berikut:

“Asesmen kalau dikatakan penting ya penting sekali untuk

dilakukan. Jadi memang untuk mengetahui kemampuan dan

ketunaan siswa seperti apa kita harus asesmen, dan itu memang

penting sekali. Jadi setiap ABK yang masuk apakah di sekolah

regular dalam artian sekolah inklusi atau sekolah khusus PLB juga

Page 112: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

97

harus melakukan asesmen, disana harus dilakukan asesmen

tersebut”

Jadi dapat diketahui memang asesmen menjadi salah satu faktor

penentu keberhasilan anak dalam pembelajaran di kelas. Melalui asesmen

inilah kelemahan, potensi dan bentuk pelayanan yang sesuai dapat

ditentukan. Asesmen khususnya bagian psikologis tidak bisa dilakukan

oleh guru kelas, atau guru pendamping kelas (GPK), mereka hanya

menduga, menetapkan sementara, dan menyampaikan saja. Dikarenakan

yang berhak melakukan hanyalah seorang pakar dibidangnya, sekolah

tidak memiliki tolak ukur dalam penanganan ke PLB- an, atau bidang

psikolognya. Seperti yang dkemukakan bapak S pada wawancara 9

September 2016 :

“asesmen tidak bisa dilakukan oleh sekolah, sebab assessmen

hanya dilakukan ahli atau pakar dibidangnya dan sekolah hanya

menduga, memberi tahu saja. Jadi ya asesmen memang harus

dilakukan oleh ahli, karena nantinya itu akan menyangkut harga

diri orang tuanya mas, selain itu sekolah juga tidak mempunyai

psikolog atau tolak ukur psikologisnya.”

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari bapak P pada

wawancara 6 September 2016 :

“Asesmen itu tidak bisa dilakukan oleh guru, seorang guru

pendamping khusus pun tidak bisa melakukan asesmen. Yang bisa

melakukan itu hanya pakar ahli, SLB bisa melakukan assessmen

tetapi yang sudah berstatus sekolah Negeri”

Asesmen dilakukan di sekolah tapi harus bersama pakar seperti

Dokter, Psikolog, selain itu hal tersebut juga menyangkut harga diri orang

tua siswa. Sehingga peran sekolah atau guru hanya menduga sementara

siswa berkebutuhan, merujuk ke pakar yang dianggap mampu,

Page 113: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

98

memberikan hasil asesmen terkait kondisi siswanya. Guru tidak bisa

melakukan asesmen yang menyangkut besaran IQ seorang anak dan

minim pengetahuan PLB. Hal tersebut menunjukkan jika seorang guru

kelas harus mempunyai pengetahuan tentang asesmen ABK, atau

keinklusiannya.

Dengan demikian itu hasil atau dampak dari implementasi

kebijakan pengelolaan asesmen ABK yang diterapkan oleh Dinas

Pendidikan terkait untuk mendukung pelaksanaan disekolah inklusi

dilakukan dengan cara:

1. Mengadakan Pelatihan Guru Kelas Sekolah Penyelenggara Pendidikan

Inklusi Tentang Pengelolaan Asesmen

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY dan Kabupaten/

Kota berupaya mengatasi kelemahan pengetahuan guru- guru tentang

ABK, serta dalam upaya mewujudkan Permendiknas No. 70 Tahun

2009 pasal 10 tentang kewajiban pemerintah provinsi dan Kabupaten/

Kota dalam meningkatkan kompetensi di bidang pendidikan khusus

bagi tenaga pendidik dan tenaga non kependidikan. Salah satu bentuk

kebijakan tersebut adalah melalui pelatihan kompetensi untuk

menguatkan sumber daya manusia yang ada di sekolah-sekolah.

Keberadaan GPK disekolah inklusi sendiri sangat terbatas baik dari segi

waktu dan kemampuan yang dimiliki. Untuk mengatasi hal tersebut

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dengan mengadakan pelatihan

terkait pengelolaan assessmen anak berkebutuhan khusus.

Page 114: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

99

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY dalam rangka

meningkatkan kualitas guru dalam penanganan anak berkebutuhan

khusus mengadakan pelatihan peningkatan pengelolaan asesmen guru

sekolah inklusi. Hal tersebut didasari supaya guru mempunyai

pengetahuan, dan lebih mandiri jika seorang GPK sedang tidak

ditempat atau dipindah tugaskan. Seperti yang dikemukakan bapak P

pada wawancara 6 September 2016:

“Jadi begini sekolah inklusi tidak berada DISDIKPORA,

sedangkan SLB langsung berada dibawah binaan kami,

sedangkan sekolah reguler SD,SMP,SMA, ada

dikabupaten/kota. Jadi terkait implementasi pengelolaan

asesmen di DISDIKPORA DIY yang disekolah itu ada di

Kab/Kota. Memang itu kebijakan kami, jadi Asesmen itu ada

disekolah namun kami hanya memberikan bekal kemampuan

guru reguler disekolah inklusi untuk mampu mengasesmen anak

itu. Tapi kemampuannya seperti apa memang itu lain kita

belum tahu, jadi disana belum tentu tahu tapi paling tidak ada

bekal. Jadi terkait kebijakannya kami hanya memberikan

pelatihan kepada guru reguler kaitannya dengan pembekalan

pengetahuan bagaimana melakukan asesmen kepada peserta

didik, sebatas pengetahuan saja.”

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui jika Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY mengupayakan

memberikan pelatihan terhadap guru terkait pengetahuan pelaksanaan

asesmen secara khusus. Jadi pelaksanaan asesmen berada disekolah,

kebijakan yang diambil Dinas Pendidikan Provinsi dengan memberikan

pelatihan pengelolaan asesmen tersebut. Pelaksanaan diklat ini dapat

menjadi wahana pengembangan, peningkatan dan pelayanan yang

prima dalam pembelajaran terutama dalam pegetahuan pelaksanaan

asesmen guru terhadap ABK dapat sesuai dan pemberian kebutuhan

Page 115: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

100

serta bimbingan anak dapat berjalan optimal. Tujuan dilaksanakan

program pelatihan dan peningkatan pengelolaan asesmen guru sekolah

inklusi adalah

a) Meningkatkan profesionalisme guru dalam membimbing dan

mengajar anak didik

b) Membangkitkan dan mendorong guru agar dalam melaksanakan

tugasnya senantiasa memperhatikan bakat dan minat dan

keterbatasan peserta didik dalam mengembangkan potensinya

c) Mendorong daya upaya guru di sekolah inklusi untuk meningkatkan

dedikasi kerja dan profesionalisme dalam melakukan tugas pedidikan

d) Menyampaikan bekal keterampilan pembelajaran khususnya

membedakan masing anak sesuai kebutuhan kepada guru di sekolah

inklusi

e) Mengimbaskan kepada sesama guru yang menangani anak

berkebutuhan khusus

Jadi setiap pelaksanaan pelatihan perencanaan kegiatan yang

dilakukan dengan mengundang narasumber dari UNY, SLB, Pengawas,

Kepala seksi atau kepala sekolah. Jadi ada kebijakan terkait pelaksanaan

untuk kedinasan yang harus dicapai seperti ini, untuk pelaksanaan

dilapangan terkait dengan penerapan dilapangan oleh SLB, serta

kaitananya dengan bidang akedemiknya dari UNY. Sehingga Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY bersama- sama

melibatkan unsur yang teribat dalam pelaksanakannya. Sedangkan

Page 116: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

101

Penentuan peserta itu tidak memilih –milih harus sekolah ini namun

meminta perwakilan dari kabupaten kota dengan pembagian 30 per

kabupaten, khusus untuk pelatihan asesmen tersebut.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sleman dalam

peningkatan kualitas guru di sekolah inklusi juga mengadakan pelatihan

keinklusian. Namun bentuk pelatihannya, pengelolaan asesmen dberikan

bersama materi pendidikian inklusi. Pemberian materi asesmen tersebut

semata-mata untuk memberikan pengetahuan terhadap tenaga pendidik

yang ada di sekolah, salah sautnya terkait pengelolaan dan penanganan

pendidikan bagi ABK. Hal tersebut seperti yang dikatakan bapak S pada

wawancara 9 September 2016 sebagaimana berikut ini :

“Bentuk pelatihan yang kami berikan berfokus pada materi

penguatan SDM. Hanya saja untuk pelatihan asesmen tersendiri

belum ada, karena materinya sudah disatukan dengan materi

pelatihan pendidkan inklusi, karena juga menyampaikan teori

assessmen juga. Jadi kita ya hanya memberikan pengetahuan

tentang asesmen karena yang punya itu kan para ahli seperti

psikolog gitu mas”

Jadi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaharaga di DIY telah

mengupayakan untuk tetap meningkatkan kualitas SDM di sekolah

inklusi kaitannya dengan pengelolaan asesmen terhadap ABK. Hal

tersebut berguna agar pelayanan pada ABK dapat sesuai, selain itu setiap

guru yang diundang dapat menularkan pengetahuan yang didapat kepada

rekan sejawatnya disekolah. Asesmen memang berada di sekolah, namun

kebijakan Dinas hanya memberikan pengetahuan terkait asesmen atau

inklusi serta kebutuhan dana kepada tiap sekolah. Selain itu untuk

Page 117: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

102

membuat guru reguler tidak tergantung dengan GPK ataupun SLB, dalam

melakukan asesmen. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak A.

Sarjiyo selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Brengosan I pada

wawancara 15 September 2016:

“Kalau dari Dinas kabupaten dan provinsi itu mendukung dan

memberikan bantuan dalam bentuk satu dana dan dua teknis. Jadi

kami sering ada pelatihan ataupun ada kunjngan ke sekolah

inklusi, selain itu ada beasiswa khusus untuk sekolah inklusi”

Pernyataan tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan Ibu

Yuning pada wawancara 29 September 2016:

“Dinas sering melakukan pelatihan inklusi, tapi kalau keabkan

masih banyak di provinsi, kalau kabupaten sekedar diklat

pendidikan inklusi. Kalo di DIKPORA Sleman kemarin juga

pernah ikut, tapi cuman kedua presentasi tentang abk disini. Ya

kelebihannya lebih paham terhadap abk dibandung yang lalu”

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga telah memberikan

fasilitas dalam penguatan SDM di sekolah inklusi. Akan tetapi bentuk

pelatihan menyangkut kekhususan anak berkebutuhan lebih banyak

diberikan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY

dibandingkan dengan Kabupaten. Secara tidak langsung diberikannya

pelatihan tersebut untuk menyiapkan guru kelas agar dapat menangani

ABK, dan tidak tergantung pada GPK.

2. Menjalin Mitra Kerja dengan Lembaga Terkait

Berdasarkan Permendiknas No.70 Tahun 2009 Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusif (PENSIF) pasal 11 bahwasanya satuan pendidikan

penyelenggaraan pendidikan inklusif berhak memperoleh bantuan

Page 118: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

103

operasional sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah, dengan

membentuk jaringan kerja sama dengan organisasi profesi, rumah sakit,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya. Selain

melakukan pelatihan, agar pelaksanaan pengelolaan asesmen dapat

berjalan dengan baik. Pemerintah bekerja sama dengan pihak – pihak

ketiga guna membantu terlaksananya program pelatihan serta

pelaksanaan asesmen disekolah.

Pihak-pihak dalam bidang akademis yang sering terlibat dalam

hal ini seperti Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Pendidikan Luar

Biasa, Universitas Islam Sunan kalijaga, Universitas Gadjah Mada dan

sebagainya. Pihak –pihak tersebut turut menjadi pembina akademik,

kadangkala menjadi konsultan. Selain itu mereka juga sering menjadi

narasumber dalam pelatihan inklusi khususnya asesmen. Hal tersebut

menunjukkan jika Perguruan Tinggi berperan dalam program pelatihan

asesmen, serta menjadi pembina akademik bagi Dinas Pendidikan.

Pelaksanaan asesmen di sekolah inklusi sendiri Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman menjalin kerja sama dengan

lembaga kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas atau Dinas

Kesehatan. Dikarenakan merekalah yang memiliki tolak ukur dalam

melakukan asesmen, dan dipandang lebih berkompeten di bidang

psikiologinya untuk dilakukan asesmen. Hal tersebut sesuai pernyataan

bapak S pada wawancara tanggal 9 September 2016 sebagaimana

berikut:

Page 119: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

104

“Asesmen itukan penilaian, jadi kebijakannya diserahkan

kelembaga yang profesional. DIKPORA Sleman atau sekolah

itu menjalin kerja sama dengan mitra kerja seperti Puskesmas,

RS, atau Psikolog, sekolah menjalin kerja sama dengan instansi

terkait seperti instansi kesehatan tersebut. Dan pelatihan hanya

di penguatan SDM-nya, jadi lebih ke pendekatannya, oh anak itu

harus diasesmen dahululu. Jadi dia itu kekhususnanya itu

dibidang apa, nanti penanaganan nya seperti apa akan lebih

mudah nanti ditanganinya”

Pemberian pelatihan dilakukan untuk memberikan bekal

pengetahuan tentang pengelolaan asesmen, kelemahan yang dimiliki,

serta penangananya. Hal tersebut penting karena, keahlian sekolah untuk

ke PLB-an masih kurang, mereka tidak bisa termasuk didalamnya standar

tes pengukuran psikologi. Selain memberikan pelatihan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga mengupayakan untuk dapat menjalin

kerjasama dengan pihak profesional dalam bidang kesehatan untuk

mendukung terlaksananya asesmen disekolah inklusi. Pihak yang terlibat

dalam pelaksanaan asesmen ABK kebanyakan dari Puskesmas di tiap

Kecamatan. Puskesmas dianggap mempunyai jarak yang tidak terlalu

jauh dengan keberadaan sekolah- sekolah inklusi di Kabupaten Sleman,

dibandngkan dengan Rumah Sakit yang cenderung terpusat di Kota.

Persebaran Puskesmas sendiri saat ini dirasa masih minim yang

mempunyai pakar psikologinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Kepala Kurikulum Siswa Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Sleman, keberadaan Puskesmas di Sleman sekitar 27

puskesmas, dari 27 itu separuh lebih terdapat pakar psikolognya sekitar

15 orang yang dianggap mampu untuk melakukan asesmen. Sehingga

Page 120: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

105

pemenuhan Puskesmas sebagai pelaksanaa asesmen masih belum

mencukupi, jikalau menggunakan jasa Rumah Sakit tentu membutuhkan

biaya yang lebih besar dibandingkan Puskesmas. Oleh karena itu Sleman

berupaya untuk memenuhi Puskesmas dengan psikolog yang profesional,

sehingga jikalaua ada anak yang perlu asesmen tidak perlu menuju ke

RSUD. Hal tersebut dapat memperpendek alur pengelolaannya.

3. Membentuk Lembaga Khusus

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY telah

membentuk Resource Center (Pusat Sumber) dan Sub Pusat Sumber

disetiap kabupaten/ kota. Pusat Sumber ini merupakan lembaga non

struktural yang bersifat ad hoc yang bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Kepala SKPD yang mempunyai tugas pokok di bidang

pendidikan inklusif. Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No. 41

tentang Pusat Sumber dan Surat Keputusan Gubernur DIY No. 91/ Kep/

tahun 2015 tentang Pembentukan Anggota Pusat Sumber Pendidikan

Inklusif. Pusat Sumber bertugas melaksanakan koordinasi, fasilitasi,

penguatan, dan pendampingan pelaksanaan sistem dukungan

penyelenggaraan pendidikan inklusi. Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Provinsi DIY juga membentuk Sub Pusat Sumber disetiap

Kabupaten/ Kota sesuai Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga DIY No. 0131 Tahun 2013 tentang Pembentukan

Sub Pusat Sumber di DIY. Hal tersebut sesuai pernyataan dari Bapak P

pada wawancara tanggal 6 September 2016 :

Page 121: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

106

“Kalau pusat sumber itu ada di SLB N 2 Yogyakarta

berdasarkan SK Gubernur, kalau disetiap kabupaten itu

namanya sub pusat sumber dan pembentukannya dari SK

Kepala Dinas. Jadi dibawah pusat sumber itu ada sub pusat

sumber, itu ada di masing kabupaten/ kota, kebanyakan SLB

yang ditunjuk SLB Negeri, jadi kalo sub pusat sumber yang

dikabupaten/ kota itu biasanya negeri tapi kalau yang

kekhususan, seperti autis ada yang swasta juga.”

Pendapat tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Bapak S

pada wawancara tanggal 9 September 2016 :

“Ada, pusat sumber yang di Kabupaten itu ada di beberapa SLB

namanya RC (resource center) sudah ada sejak tahun 2013.

Surat pemutusannya ada di DIKDAS PLB Dinas Provinsi. SLB

itu dipilih yang mampu sebagai menjadi pusat rujukan artinya

kalo ada permasalahan bisa menjadi sumber pertanyaan

informasi, atau konsultan bagi sekolah inklusi mas”

Hal tersebut menunjukkan jika Dinas Pendidikan terkait telah

berupaya untuk memberikan fasiltas untuk mendukung pendidikan

inklusi atau sebagai rujukan jika sekolah mengalami permasalahan. Hal

tersebut perlu agar penanangan ABK di sekolah dapat efektif. Pusat

Sumber dan Sub pusat sumber ini juga dapat membantu melaksanakan

asesmen bagi ABK. Secara fungsional, tugas dari Sub Pusat Sumber

tersebut adalah sebagai berikut:

Menjalin kemitraan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota,

sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, dan atau lembaga

lain yang bergiat dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi di

masing wilayah

Menyediakan layanan pendidikan khusus bagi sekolah inklusi

Menyediakan layanan asesmen fungsional dan akademik

Page 122: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

107

Menyediakan layanan konsultasi

e. Pengelolaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus di SD Negeri

Brengosan I

Sekolah Dasar Negeri Brengosan I merupakan salah satu sekolah

inklusi yang ada di Kabupaten Sleman tepatnya berada di Kecamatan

Ngaglik. Sekolah ini merupakan sekolah reguler biasa, namun sejak tahun

2012 telah ditetapkan secara resmi menjadi sekolah inklusi. Hal tersebut

secara resmi telah tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga No. 245 tahun 2012 tentang

peningkatan kualitas dan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus. Selain itu adanya faktor prestasi anak didik di SD N Brengosan

dan kondisi anak berkebutuhan khusus disekitar sekolah yang menjadi

dasar sekolah inklusi. Seperti yang diungkapkan bapak A. Sarjiyo selaku

Kepala Sekolah Dasar Negeri Brengosan I pada wawancara 15 September

2016 bahwa:

“Jadi awal mulanya adanya beberapa anak yang selalu tidak naik

kelas, kemudian ada masukan dari SLB terdekat supaya dapat

diajukan menjadi sekolah inklusi, sehingga nanti guru- gurunya

mendapat pengetahuan dasar untuk membina anak- anak

berebutuhan khusus tersebut, sehingga atas saran saran dari SLB

dan adanya ABK maka disini kemudaian dijadikan seklah inklusi.

Sebetulnya kalo kemauan dari sekolah juga tidak tapi karena dari

masyarakat ada ABK, juga saran saran dari SLB, kemudian dari

Dinas juga menunjuk sekolah juga dan sudah ada SK dari Dinas

Kota.”

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Ibu Yuning selaku

Guru Kelas IV SD Brengosan I pada wawancara 15 September 2016

yaitu:

Page 123: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

108

“Pada mulanya itu ada anak di lingkungan sekitar SD yang

memiliki kebutuhan khusus, dan siswa yang tidak naik kelas juga

cukup banyak. Kebetulan ada guru SLB setelah bermusyawarah

dengan kami kemudian menyarankan kita untuk menjadi sekolah

inklusi. Kemungkinan beliau laporan dan tahu-tahu disini sudah

menjadi inklusi. “

Latar belakang SD N Brengosan I yang semula reguler menjadi

inklusi cenderung dipengaruhi oleh keadaan peserta didik serta adanya

saran dari guru SLB. Dikarenakan adanya siswa yang setelah masuk

mengalami hambatan dalam pembelajaran dan ada ABK yang akan masuk,

maka diajukan menjadi sekolah inklusi. Penetapan itu supaya sumber daya

manusia di SD N Brengosan I mempunyai pengetahuan penanganan ABK.

Hingga saaat ini kebanyakan siswa di sekolah tersebut

kecenderungan hambatan kecerdasan, untuk siswa yang berkebutuhan

pada panca indra beberapa tahun lalu ada, namun disarankan untuk ke

SLB. Hal tersebut dilakukan karena keterbatasan SDM dan perkembangan

anak. Diketahuinya siswa ABK tersebut melalui sebuah proses yang

disebut identifikasi dan assessmen, untuk memastikan kondisi anak,

kelemahan, potensi anak, serta rencana pembelajaran yang akan diberikan.

1) Perencanaan Pengelolaan Asesmen

Sekolah dalam memutuskan seorang anak ketunaan dan

pelayanananya didahului dengan proses asesmen. Sekolah telah

merencanakan pelaksanaan asesmen setiap tahun ajaran baru dimulai

tepatnya saat masuk kelas I (satu). Hal tersebut seperti pernyataan dari

ibu A selaku Guru Pendamping Khusus pada wawancara tanggal 15

September 2016 yang mengatakan:

Page 124: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

109

“Perencanaan pelaksaanaan asesmen yang dilakukan sekolah, kita

merencanakan pelaksanaan asesmen tiap tahunnya, nanti ada

instrumen pelaksanaan asesmen, kemudian saya memberikan

instrumen itu ke guru kelas, nanti guru kelas mengadakan

asesmen. bahkan ada yang dilakukan setiap satu semester. Jadi

tetap kita pantau perkembangannya. Selain itu ada instrumen

untuk ke orang tua, itu biasanaya lebih ke riwayat anak, kelahiran,

riwayat pertumbuhan dan lainnya”.

Pendapat tersebut diperkuat oleh bapak SA pada wawancara 15

September 2016 yaitu:

“Kalau diharuskan walaupun tidak diharuskan kami sekolah inklusi

tetap melaksanakan di awal tahun pelajaran, karena akan

menentukan anak tersebut berkebutuhan atau tidak. Jadi asesmen

tetap diadakan di awal tahun pelajaran. Karena kami menyadari

kalo sekolah inklusi ya harus ada asesmen”

Hal tersebut menunjukkan jika perencanaan pelaksanaan asesmen

dilakukan sejak kelas rendah, dan dilakukan secara berkesinambungan

dari kelas rendah ke kelas yag lebih tinggi. Sehingga perkembangan

anak akan terus teramati apakah anak masih mengalami hambatan

belajar atau tidak, apabila tidak anak tersebut tidak akan diberikan

asesmen lagi. Selain itu pada penerimaan peserta didik baru sekolah

juga melakukan pengamatan terhadap calon siswa yang diduga

mengalami kebutuhan khusus. Secara teknis sekolah mempunyai tim

pelaksana yang secara tidak langsung terlibat. Seperti halnya yang

dikatakan bapak Sa pada wawancara tanggal 15 September 2016 yaitu:

“Pertama, ada guru kelas mereka yang mengerti dan mengenal

siswanya sendiri, GPK yang lebih tahu tentang anak

berkebutuhan khusus, kepala sekolah, lalu orang tua siswa yang

mengetahui perkembangan anak dari lahir, dan pihak Puskesmas

Ngaglik I yang mampu melakukan tes IQ”

Page 125: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

110

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat ibu A pada

wawancara tanggal 15 September 2016 yang mengatakan:

“Guru kelas nanti saya beri instrumen untuk pengamatan siswa

karena guru kelas yang setiap hari bertatap muka dengan siswa,

lalu saya sebagai GPK mendampingi guru kelas bersama dengan

kepala sekolah sebagai konsultan. Peran orang tua kita libatkan

untuk mencari riwayat anaknya, dan bantuan dari Puskesmas

Ngaglik, karena disana sudah ada psikolognya”

Jadi secara tak langsung pihak yang terlibat dalam proses

identifikasi dan asesmen anak cukup beragam dan mempunyai perannya

masing masing. Pihak tersebut akan terlibat mulai dari proses identifikasi

hingga pelayanan pendidikan khusus.

2) Pengelolaan Asesmen di Sekolah

Pelaksanaan asesmen dapat dilakukan setelah dilakukan

identifikasi, pelaksanaan identifikasi untuk menentukan dugaan ketunaan

pada anak dan penanganan dini. Strategi pelaksanaan asesmen yang

dilakukan SD Negeri Brengosan sebagai berikut:

a. Tahap Identifikasi

SD N Brengosan I melakukan identifikasi terlebih dahulu sebelum

tahap asesmen dilakukan. Identikasi tersebut dilakukan dengan

menghimpun data anak, menganalisa data anak, pertemuan konsultasi

dengan kepala sekolah, dan menyelenggarakan pertemuan kasus, untuk

kemudian melakukan perekapan data yang diperoleh. Identifikasi

dilakukan terhadap anak – anak di sekolah yang diduga mengalami

kelainan berdasarkan pengamatan guru, hasil belajar, dan perilaku

Page 126: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

111

siswa. Seperti halnya pendapat dari Ibu Y pada wawancara tanggal 29

September 2016 bahwa:

“Dilihat dari prestasinya bagaimana, perilakunya, kepribadiannya

juga. Kalau prestasinya jauh dari temen lainnya, Oh anak ini

kemungkinan ABK, nanti saya lapor ke GPK baru GPK yang

menindak lanjuti”

Pendapat tersebut didukung dengan pernyataan dari Bapak SA

pada wawancara 15 September 2016 bahwa:

“Pertama, ada pengamatan yang dilakukan guru kelas dan

dikonsultasikan ke GPK dan Kepala Sekolah. Selanjutnya baru

ditindaklanjuti dengan wawancara atau pengisian instrumen/

blangko untuk penentuan ketunaan sementara. Tahapan

selanjutnya dengan membawa anak itu untuk diasesmenkan di

Puskesmas”

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Ibu Andini Lestari

selaku Guru Kelas III pada wawancara 15 September 2016 yakni:

“Kalau saya menilai dengan cara lisan, dan mengamati

perkembangan belajar anak seperti keakftifan anak, hasil belajar

dan nanti berdiskusi dengan GPK”

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui pelaksanaan identifikasi

dilakukan guru kelas melalui pengamatan, dan instrumen. Kriteria yang

menjadi acuan penetapan sementara ABK biasanya berupa faktor

prestasi, perilaku,dan kepribadian anak. Identifikasi tersebut dilakukan

untuk menentukan dugaan sementara bahwa anak tersebut memiliki

ketunaan dan sebagai dasar tindak selanjutnya. Pelaksanaan sendiri

dilakukan dengan menggunakan instrumen identifikasi dengan bentuk 5

Form Identifikasi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Ibu A

pada wawancara 19 Oktober 2016 yaitu:

Page 127: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

112

“Jadi pelaksanaan identifikasi sudah ada intrumennya. Jadi

setelah diidentifikasi nanti kita rekap. Berdasarkan hasil dari

identifikasi nanti bisa kita lihat oh ternyata anak ini treatmentnya

harus seperti ini, oh ternyata anak ini perlu dites IQ, ternyata ada

beberapaa indikator dari identifikasi ini yang menunjukkan dia

ada permasalahan dalam belajar. Nah setelah itu misallkan anak

terdeteksi slow learner nanti kita putuskan untuk Tes IQ di

Puskesmas, jadi saya tidak saya ngejudge saya gak berani. Jadi

identifikasi dilakukan oleh guru kelas dulu, nanti saya baru

mendampingi”

Berdasarkan hal tersebut diketahui jika pelaksanaan identifikasi

hanya menduga sementara, yang dilakukan oleh guru kelas. Sekolah

tidak bisa menetapkan seorang anak sebagai ABK, sebelum dilakukan

asesmen. Form Identifikasi yang digunakan SD Negeri Brengosan I

untuk menghimpun data anak diantaranya sebagai berikut:

- Form I : instrumen berisikan penggalian informasi terkait

perkembangan anak mulai dari anak lahir hingga masuk

pendidikan terakhir anak.

- Form II : bertujuan untuk memperoleh informasi terkait data

orang tua atau wali murid siswa yang diduga anak

berkebutuhan khusus.

- Form III : instrumen tentang AI ABK, yang bertujuan untuk

mengidentifikasi atau mengamati anak yang diduga

berkebutuhan khusus dikelas, dengan melihat gejala- gejala

yang nampak pada anak sesuai dengan tolak ukur yang ada

pada instrumen.

- Form IV : instrumen ini memuat tentang uraian kasus atau

masalah yang ditemui pada anak yang terindikasi berkelainan

Page 128: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

113

dan membutuhkan pelayanan khusus. Penemuan kasus

berdasarkan hasil pengamatan guru kelas.

- Form V : memuat laporan hasil pertemuan kasus anak yang

memerlukan pelayanan khusus.

Instrumen identifikasi yang dilaksanakan oleh guru kelas tersebut

diberikan kepada wali siswa khusu untuk Form 1 dan II, sedangkan

form III, IV, dan V berdasarkan pengamatan guru kelas serta diskusi

dengan GPK. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Y pada

wawancara 29 September 2016 bahwa:

“Saya hanya menyerahkan blangko atau instrumen ke orang tua.

Jadi nanti GPK memberi blangko itu untuk diserahkan ke wali

murid. Sebagai bahan pertimbangan rujukan ke puskesmas. Tapi

itu juga lama, anaknya sering lupa memberikannya. Bahkan diberi

blangko kadang hilang”

Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari Ibu A pada

wawancara tanggal 15 September 2016 bahwa:

“...Jadi instrumen saya tujukan ke orang tua, tetapi kadang orang

tua itu mengisikan instrumen itu tidak sesuai kenyataan,

terkadang orang tua itu malu atau bagaimana, mereka cenderung

menutupi. Kadang saat saya memberikan intrumen itu, orang tua

mengisi tidak seperti apa yang saya lihat gitu lho mas. Itu

menghambat pengumpulan informasi, ada lagi orang tua yang

pemahamanya juga kurang untuk memahami apa maksud dari

yang saya inginkan, jadi terkait assessmen itu juga perlu

pemahaman mas, kalo orang tua tidak mampu ya bagaimana lagi”

Hal tersebut diperkuat pernyataan dari Ibu Ika Pratiwi selaku wali

siswa berkebutuhan pada wawancara tanggal 6 November 2016 bahwa:

“Kalau dulu itu ada angket – angket kesaya, isinya pertanyaan itu

seperti anak anda kelahiran normal atau tidak, bisa berjalan umur

berapa, saat di TK bagaimana, semacam pendataan gitu mas. Tapi

itukan sudah lama jadi sedikit lupa keadaan saat itu”

Page 129: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

114

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui jika pembuatan

instrumen masih tergantung pada pemberian GPK, guru kelas lebih

pada menyampaikan pada orang tua dan proses pengamatan saja. Selain

itu adanya kendala yang ditemui di SD Negeri Brengosan I dalam

menghimpun data anak cukup beragam mulai dari adanya instrumen

yang hilang, anak yang tidak memberikan ke orang tua, orang tua yang

kurang mengetahui maksud dari instrumen, dan orang tua yang

cenderung menutupi keadaan anaknya.

Setelah data diperoleh, data yang diperoleh akan direkap oleh

guru kelas bersama GPK dan melihat perkembangan anak yang diduga

ABK tersebut. Selain itu sebagai bahan pertimbangan sebelum

berkonsultasi ke Kepala Sekolah,dan bahan data rujukan. Jadi sebagai

tindak lanjut identifikasi ABK untuk dapat diberikan pelayanan

pendidikan bagi anak yang tepat, maka tindak lanjut yang dilakukan

adalah melaksanakan asesmen.

b. Tahap Asesmen ABK

Asesmen ini merupakan proses penyaringan terhadap anak yang

telah teridentifikasi sebagai ABK, proses ini penting dalam menyiapkan

pembelajaran yang sesuai bagi anak. Selain itu untuk lebih dapat

melihat kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri anak. Proses

Asesmen yang dilakukan SD Negeri Brengosan I menggunakan teknik

asesmen psikolgi yang bekerja sama dengan Psikolog di Puskesmas

Ngaglik II. Puskesmas dipilih sekolah sebagai pihak yang berkompeten

Page 130: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

115

melakukan asesmen dikarenakan sudah mempunyai ahli psikolog Strata

2 (S2) yang mampu melakukan tes IQ. Perencaanaan Puskesmas

Ngaglik II sebagai mitra di sarankan oleh GPK setelah berkonsultasi ke

Puskesmas. Seperti halnya pernyataan dari Ibu A pada wawancara 19

Oktober 2016 bahwa:

“Asal mulanya saya sendiri, jadi saya datang ke puskesmas, saya

tanyakan disana apakah ada psikolognya, jadi saya kan memang

mencari psikolog yang sudah S-2 karaena yang mempuyai

wewenang melaksanakan tes IQ kan pskolog Strata 2, kalau S1

kan belum ada, jadi karena sudah terjalin, nanti sewaktu saya

akan tes IQ disana saya tingga menghubungi nanti pihak

Puskesmas yang akan menyiapkan persiapan dan jadwalnya”

Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Bapak SA pada

wawancara 19 Oktober 2016 yang mengatakan :

“Puskemas II Ngaglik itu yang memilihkan itu dari GPK,

karena disana sudah ada Psikolog yang berstrata S-2 dan mampu

untuk melakukan tesIQ pada siswa, selain itu lokasinya pun

cukup dekat dari sekolah hanya beberapa meter saja”

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui jika peran GPK

selain sebagai pendamping juga mencarikan mitra Puskesmas sebagai

mitra yang mempunyai pakar psikologinya, selain itu sekolah juga

mengupayakan untuk memilih mitra yang dapat melakukan tes IQ.

Lokasi yang dekat juga dapat mempersingkat alur pengelolaan asesmen

di sekolah. Tes IQ dianggap mampu menunjukkan tingkat intelegensi

anak yang bersangkutan, selain itu karena kebanyakan siswa yang

dianggap ABK berparas seperti anak normal. Setelah mengikuti

pembelajaran baru diketahui jika anak mempunyai hambatan

kecerdasan. Jadi dapat diketahui jika alur pengelolaan asesmen yang

Page 131: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

116

dilakukan di SD N Brengosan I mulai dari tahap identifikasi,

perujukan, pemberian arahan dan pembahasan hasil asesmen dari

Puskesmas. Seperti pernyataan dari Ibu A pada wawancara 15

September 2016 bahwa:

“Kalau metode asesmen kita pertama melakukan wawancara

pada orang tua atau mulai dari lahir selama perkembangan

bagaimana. Kemudian jika saya berdiskusi dengan guru kelas

kita lihat bagaimana perkembangan anak selama pertama

masuk mungkins setelah satu bulan nanti bisa kelihatan apakah

anak itu kita curigai sebagai abk, setelah itu kita konsultasi,

dan memberi tahu ke orang tua bahwa ini anak ibu seperti ini,

kemudain kita ke Puskesmas untuk dites IQ. Kalau sudah ada tes

IQ kita tahu dan memastikan bagaimana kondisi anak, kemudian

orang tua tahu kita beri arahan kalo dia memang tidak bisa

berkembang secara akademik kita arahkan ke SLB. Tapi itu

kembali ke orang tuanya lagi mas, apakah orang tua tidak mau

dipindah anaknya akan dikeluarkan kan juga eman- eman dan

tidak boleh kan mas, dan tetap itu tanggung jawab kita

bersama”.

Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari Ibu I pada

wawancara tanggal 6 November 2016yaitu:

“Kalau tes IQ sudah pernah di tes IQ kan satu kali, hasilnya

diberikan kesekolah. Dari surat itu dikasih tahu anak ibu itu

usianya berkisar 4 tahun 6 bulan, kemudian diberikan saran

harus belajar rutin dan dipantau terus menerus, ada saran untuk

dileskan namun kami sedikit kesulitan, jadi hanya saya ajari saja

dirumah”

Hal tersebut menunjukkan jika asesmen dilakukan secara

sistematis, mulai pengumpulan informasi, pengamatan, konsultasi, dan

tes IQ. Peran orang tua juga dilibatkan dan berpengaruh pada

perkembangan anak selanjutnya. Jikalau orang tua tidak begitu peduli

Page 132: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

117

dengan hasil dan arahan, anak akan sulit berkembang. ABK yang sulit

berkembang akan disarankan untuk dirujuk ke SLB.

Sedangkan besar anggaran untuk melakukan tes IQ yang

digunakan berasal dari dana BOS yang diterima oleh sekolah.

Pernyataan tersebut berdasarkan wawancara dengan Bapak SA pada

tanggal 15 September 2016 yaitu:

“Anggaran khusus itu hanya saat proses asesmen itu kami

ambilkan dari BOS, jadi dari bos ini ada melakukan asesmen,

jadi alokasi bos itu kami gunakan untuk keperluan proses

pelaksanaan Asesmen”

Pendapat tersebut didukung oleh Ibu A pada wawancara tanggal

15 September 2016 bahwa:

“Biaya dari sekolah, karena itu kebijakan Puskesmas sekarang.

Pembiayaanya biasanya sekitar Rp 20.000, itupun tergantung

jenis tesnya seperti Wyse atau BINe, dan itu tergantung usia

anak. Jadi kalau dia kelas 1-2 biasanya tes dengan model SPM/

Bine. Tetapi kalau sudah pindahan dari sekolah lain

menggunakan tes Wyse, karena yang diamati lebih luas, berbeda

dengan SPM dia lebih berfokus pada kesiapan anak masuk

sekolah”.

Berdasarkan peryataan tersebut biaya asesmen pada orang tua

digratiskan. Sekolah bertanggung jawab dalam pengelolaan biaya

yang dibutuhakan selama proses asesmen. Tes yang digunakan

bergantung dari kebijakan Puskesmas dan melihat usia anak yang

akan dites IQ. Proses identifikasi dan asesmen ini akan tetap berlanjut

dikelas yang lebih tinggi, jika anak yang sebelumnya mengalami

gangguan dan masuk kelas selanjutnya sudah tidak mengalami

gangguan. Anak tersebut sudah dilepas dari kategori ABK yang ada di

SD Negeri 1 Brengosan.

Page 133: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

118

c. Pembahasan Hasil Asesmen

Setelah asesmen dilakukan oleh Puskesmas, akan diketahui

karakter anak yang menjadi klien mulai dari kelemahan, kelebihan,

dan bentuk pelayanan yang dianggap cocok diberikan pada anak.

Sekolah dapat memastikan ketunaan anak, dan pelayanananya. Bentuk

hasil tes IQ yang dikeluarkan oleh Puskesmas berupa skor tingkat

intelegensi yang didapat anak dan saran. Hal seperti itu diungkapkan

oleh Ibu A pada wawancara 19 Oktober 2016 bahwa:

“Saran yang diberikan Pukesmas itu ada, seperti gambaran anak

itu seperti apa, kelemahan anak sepertai apa, kelebihanya, terus

yang bisa dikembangkan seperti apa itu ada. Jadi biasanaya

kalau orang tuanya kooperatif nanti juga saya ajak untuk

diberikan penyuluhan dari Puskesmas”.

Selain itu terdapat rincian pengukuran yang disertakan

diantaranya dalam kemampuan pengetahuan umum, visual motorik,

penalaran aritmatik, konsentrasi dan memori, kemampuan kata dan

verbal, dan evaluasi dan penalaran. Tindakan selanjutnya yang

dilakukan sekolah adalah melakukan pembahasan terhadap hasil yang

didapat serta meneruskan memberikan arahan kepada orang tua.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Bapak SA pada wawancara 19

Oktober 2016 bahwa:

“Pembahasan hasil identifikasi.asesmen biasanya dilakukan oleh

GPK, guru kelas dan orang tua, untuk digunakan sebagai

perumusan rancangan pembelajaran, kalau orang tua untuk

memberikan hasil assessmen dan apa –apa saja yang perlu

diberikan kepada anak saat dirumah. Karena kalau hanya dari

pihak sekolah sendiri, nantinya anak akan sulit berkembang”.

Page 134: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

119

Pernyataan tersebut didukung dengan pendapat dari Ibu A pada

wawancara 19 Oktober 2016 yang mengatakan:

“Jadi antara saya dan guru kelas setelah diadakan identifikasi,

asesmen dan tes IQ nanti ada pembahasan, oh anak ini

mengalami masalah seperti ini, maka pemecahan masalahnya

seperti ini, pembelajarannya seperti ini. Dan kemudaian guru

kelas yang meneruskan ke orang tua, jadi saya hanya membantu

saja atau mendampingi saja agar guru itu bisa mandiri, ataupun

saat nanti saya ditarik mereka sudah siap. Jadi setelah di

asesmen ini ada pembahasan antara GPK, guru kelas, orang

tua”.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Ibu I pada

wawancara tanggal 1 Oktober 2016 bahwa:

“Dulu pernah disuruh Ibu wali kelas sama Ibu Astuti untuk

memantau belajar anak dan perutinan belajar, dan dulu pernah

saya leskan ke tempat wali kelas tapi karena anaknya dulu tidak

penuh berangkat, kemudian saya stop, karena hanya membuang

biaya”.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat diketahui

bahwa setelah dilakukan tes IQ dilakukan pembahasan hasil untuk

mencari solusi memecahkan masalah atau kelemahan pada anak, serta

menyampaikan arahan kepada wali siswa terkait hasil dan penanganan

anak dirumah. Selain memberikan hasil dari tes IQ tertulis, Psikolog

di Puskesmas II Ngaglik juga memberikan saran kepada guru atau

orangtua. Beberapa hal tersebut yang menjadi dasar dalam

pertimbangan pembuatan RPP oleh guru. Selain itu menyiapkan

pelayanan pembelajaran yang dapat sesuai dengan anak. Seperti

halnya pernyataan dari Ibu Y pada wawancara tanggal 29 eptember

2016 yaitu:

Page 135: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

120

“Setelah diasesmen saya menanangi anak tergantung saran dari

Puskesmas, contohnya kalau anak slow learner nanti ditambahi

atau membutuhkan pendampingan khusus, jadi kalo saya diberi

tugas pada teman lain bisa jalan tapi nanti saya mendampingi

terus abk itu. Juga ada diskusi dengan GPK dalam membuat

RPP,sama pemberitahuan ke wali siswanya”.

Hal tersebut didukung pernyataan dari Ibu AL pada wawancara

tanggal 15 September 2016 bahwa:

“Setelah dites IQ saya berdiskusi dengan GPK berdasarkan hasil

dan saran dari Puskesmas, kemudian memberi tahu orang tua

anak”.

Dengan demikian pembahasan yang dilakukan sekolah dalam

menanggapi hasil asesmen yang diperoleh anak dilaksanakan oleh

Guru Kelas, Guru Pembimbing Khusus dan Orang tua anak. Selain

sebagai dasar pertimbangan dalam membuat rencana pembelajaran

dan pelayanan bagi anak, namun juga mengupayakan agar selain

mendapatkan pembelajaran di sekolah, peran orang tua dirumah dalam

memberikan pengajaran tetap diutamakan agar anak tersebut benar –

benar dapat berkembang. Berdasarkan data di sekolah, dikarenakan

banyak anak yang mengalami gangguan kecerdasan maka upaya yang

sering dilakukan dengan meningkatkan jam pembelajaran, dan

penyesuaian pada RPP.

3) Tindak Lanjut Asesmen

Tujuan utama asesmen adalah untuk kepentingan penyusunan

program belajar ABK. Jika sekolahtelah mendapati gambaran dari

hasil asesmen, kemudian guru membuat rancangan pembelajaran bagi

ABK.

Page 136: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

121

a). Perencanaan Pembelajaran

Pada tahap ini SD N Brengosan I akan menganalisa hasil

asesmen untuk menyesuaian dengan kurikulum yang digunakan.

Dikarenakan faktor hambatan yang ditemui sekolah adalah hambatan

pada kecerdasan, maka kurikulum yang digunakan menggunakan

model modifikasi sesuai karakter anak meyesuaikan tingkat

intelegensi anak. Jadi kurikulum yang digunakan sekolah sama

dengan kurikulum pada umumnya, hanya dimodifikasi saja.

Penyusunan RPP sendiri dilakukan oleh guru kelas dan GPK, namun

GPK hanya mendampingi. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ibu

A pada wawancara 19 Oktober 2016 bahwa:

“Rencana pembelajaran itu saya dan guru kelas, jadi saya

hanya membimbing dan mendampingi guru kelas dalam

membuat RPP, karena kecenderungan RPP di sini

menurunkan indikator kesulitan, dilihat dari banyak ABK

yang mengalami hambatan kecerdasannya”.

RPP yang digunakan oleh guru kelas di SD N Brengosan I

kebanyakan menggunakan model terintegrasi. Hal tersebut

diungkapkan oleh Ibu Y pada wawancara tanggal 29 September

2016 yaitu:

“Kalau penyusunan RPP terintegrasi, RPPnya masih sama

jika yang saya buat, belum disendirikan. Karena kalau saya

sendirikan nanti repot mas”.

Peryataan tersebut didukung pernyataan dari Bapak SA pada

wawancara tanggal 15 September 2016 bahwa:

“...kami dalam perencanaan RPP, ada RPP yang di

modifikasi jadi RPPnya itu tujuannya sudah dibagi dua

Page 137: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

122

untuk ABK dan reguler, dan itu sudah ada penurunan tingkat

kesukaran materi, dari kelas satu sampai kelas 5. Untuk kelas

6 kami tidak menurunkan kesukaran materi, karena agar kelas

enam bisa mengikuti ujian nasional semua. Karena untuk

naik masuk ke SMP inklusi itu disini masih jauh, kasihan

orang tua mereka. Karena kan jika sekolah sendiri yang

membuat ujian nanti anak tidak punya ijazah hanya STTD.

Dan saat mau melanjutkan ke SMP harus SMP inklusi dan itu

jauh, jadi kami justru takut kalau anak itu bisa putus sekolah.

Jadi kelas enam kami paksakan untuk sama rata, hanya kami

menurunkan nilai KKM sehingga mendekati ABK itu bisa

lulus, bisa KKM itu skor 2. Jadi ada mata pelajaran tertentu

itu kami menerapkan KKM itu bisa 1-2 karena untuk

mengawekani ABK itu agar bisa lulus”.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil dokumen berupa RPP yang

dibuat oleh Ibu AL selaku guru Kelas III dan wawancara dengan

beliau pada tanggal 15 September 2016 bahwa :

“Saya menggunakan RPP yang terintegrasii. Tapi RPP yang

saya buat saya rasa belum mampu meningkatkan kemampuan

anak, jadi jika saya setarakan dengan anak nomal

kemungkinan gak bisa mengikut. Kalau RPP khusus ABK

juga dirasa belum mampu juga. Terkadang saya buat soal dua

macam yang satu normal dan satu abk. Tapi kadang

matematika saya turunkan angkanya”.

Hal ini menunjukkan kebanyakan guru mempunyai satu RPP

namun didalamnya memuat dua rumusan perencanaan yaitu untuk

siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus. Terdapat komponen

pembelajaran yang tidak dimodifikasi seperti rumusan Standar

Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan alokasi waktu.

Komponen yang dimodifikasi terletak pada indikator pembelajaran,

tujuan pembelajaran, kegiatan inti, dan instrumen penilaian.

Modifikasi yang dilakukan pada penurunan tingkat kesukaran.

Page 138: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

123

Kebijakan yang diterapkan sekolah adanya pengecualian

modifikasi RPP di kelas 6, agar semua anak baik reguler atau umum

dapat mengikuti ujian nasional dan mendapatkan ijazah. Selain itu

untuk memberikan akses yang luas dalam melanjutkan sekolah.

b) Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap setelah menyusun RPP, guru melaksanakan

pembelajaran dan mengorganisasikan siswa berkebutuhan sesuai

rencana yang telah dibuat. Berdasarkan observasi yang dilakukan

diketahui jika proses belajar mengajar pada umumnya sama dengan

pengajaran reguler. Semua siswa berada dalam satu kelas dan

menerima penyampaian topik yang sama, ruang dan waktu yang sama,

namun untuk ABK ada pengurangan materi, pengulangan, dan

pendampingan baik oleh guru kelas atau GPK jika sedang masuk

kekelas. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Ibu A pada wawancara

tanggal 15 September 2016 yaitu:

“Pelaksanaan pembelajaran lebih ke guru kelas, dan saya

hanya mendampingi saja jika ada kesulitan”.

Pernyataan terebut didukung pendapat dari Ibu AL pada

wawancara tanggal 15 September 2016 bahwa:

“Kalau yang saya lakukan pengajaran dilakukan seperti pada

RPP yang saya buat, kadang diskusi, ceramah, atau dikte.

GPK kadang masuk kekelas III, biasanya mendampingi anak

yang tunagrahita. Kalau penempatan tempat duduknya saya

pisah antara ABK dan yang biasa, namun tetap tempat

duduknya berputar setiap minggunya”.

Page 139: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

124

Pendapat tersebut diperkuat pernyataan dari Ibu Y pada

wawancara 29 September 2016 yakni:

“Kalau pengelolaan didalam kelas itu diajarkan sama dengan

yang umum, tapi ada tambahannya supaya tidak ketinggal

jauh dari temannya diberi jam tambahan. Dan tempat

duduknya dicampur tapi disendirikan yang ABK-nya.

Prestasi belajarnya juga jauh dibandingkan dengan anak

normal. Kalau ada tugas tetap kita dampingi tidak ditinggal”.

Hal tersebut diperkuat oleh hasil observasi yang dilakukan

peneliti pada tanggal 15 September 2016 bahwa pelaksanaan belajar

dilakukan dengan ceramah dan pendampingan oleh GPK terhadap

anak yang mempunyai hambatan kecerdasan cukup berat yaitu

tunagrahita. Sebelum memulai pembelajaran guru hanya menanyakan

kepada siswa apakah sudah siap, serta menyiapkan materi belajar.

Sedangkan saat usai pembelajaran terkadang guru akan memberikan

PR, dan anak akan melakukan bersih – bersih ruang kelas.

Penempatan tempat duduk antara siswa berkebutuhan dan reguler

diletakkan secara terpisah. Siswa ABK kelas III diposisikan dengan

siswa ABK dikelompokkan tersendiri, dan tetap ada rolling tempat

duduk. Sedangkan anak tunagrahita berada didepan meja guru dan

duduk sendiri untuk mempermudah pendampingan. Penempatan

tempat duduk ABK di kelas IV pun sama, dan menggunakan sistem

pergeseran tempat duduk setiap minggunya.

Pelaksanaan pembelajaran dikelas yang dilakukan oleh guru

sendiri juga mengalami kesulitan. Hal tersebut memang tidak dapat

Page 140: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

125

dipungkiri karena, faktor anak berkebutuhan yang mempunyai

hambatan kecerdasan harus pelan- pelan khusunya slow learner.

Namun untuk tunagrahita dirasa sulit karena kemampuan anak akan

seperti itu terus. Banyak guru yang mengatakan jika kesulitan yang

dialami banyak dari segi prestasi dan memfokuskan anak, selain itu

juga terbatasnya GPK masuk kelas, membuat guru kelas kesulitan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak SA pada wawancara 15

September 2016 yakni:

“Kekuranganya itu prestasi anak sulit untuk naik karena

terbebani oleh ABK itu. Guru-guru menjadi terkonsen ke

sana karena bercabang dua. Karena dalam itukan di katakan

anak inklusi harus mendapat perlakuan yang lebih banyak

atau khusus, jadi waktunya ya agak terserap kesana, sehingga

prestasinya yang lain agak terbebani, dan KKMnya juga

turun”.

Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Ibu AL pada

wawancara 15 September 2016:

“Kekurangannya karena GPK hanya satu dan seminggu

hanya dua hari, jadi guru kelas itu tidak bisa mengikuti, fokus

anak yang ABK karena membaur kan dengan anak yang

normal. Jadi ya tidak bisa fokus untuk memberikan

pengajaran. Kaau saya memegang yang ABK nanti anak yang

normal akan ketinggalan”.

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Ibu Y pada

wawancara 29 September 2016 bahwa:

“kalau kekurangannya prestasi, jadikan jika sekolah umum

dan sekolah inklusi itukan disamakan hasilnya. Jadi sekolah

inklusi yang banyak abknya tidak bisa meraih prestasi seperti

sekolah lain, karena sekolah inklusi lebih mengutamakan

pelayanan pada prinsipnya”.

Page 141: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

126

Keadaan seperti itu merupakan hal yang umum dialami oleh

sekolah, dan menjadi tanggung jawab bersama dalam meningkatkan

kemampuan anak. Disamping kendala tersebut sekolah juga telah

berperan dalam memberikan pendidikan bagi anak yang

membutuhkan, dan sekolah sudah memaklumi. Hal tersebut

diungkapkan bapak SA pada wawancara tanggal 15 September 2016

yang mengatakan :

“Kemudian untuk kelebihannya kita bisa menolong mendidik

anak yang ditolak disana sini, biasanya anak yang ABK jika

disekolah umum atau tidak naik anak itu akan keluar dan

ditolak dibebrapa sekolah, nah disini kami bisa menerima.

Jadi kita bisa bersyukur kita bisa menolong anak yang

berkebutuhan khusus, kemudian kita juga bisa lebih

menghargai, tidak diskrimansi, memberikan pengetahuan

kepada anak anak lain untuk bisa lebih menghargai pada

ABK sehingga kita dengan adanya itu ya toleransi kita guru

dan anak bisa lebih tinggi”.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Ibu Y pada

wawancara tanggal 29 September 2016 bahwa:

“Kalau kelebihan itu bisa menolong anak yang tidak bisa

diterima disekolah lain”

Proses pembelajaran yang dilakukan SD N Brengosan I dapat

dikatakan berjalan baik, banyak guru yang takut prestasi sekolah

turun. Salah satu upaya mengatasi dengan memberikan pengarahn

pada orang tua, penambahan jam belajar, memang pembelajaran

pada ABK di sekolah harus pelan- pelan. Salah satu kebijakan yang

diambil sekolah karena keterbatasan tenaga dan sarana adalah

menyarankan ABK yang memiliki ketunaan sedikit berat untuk

Page 142: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

127

pindah ke SLB. Namun itu membutuhkan proses dan persetujuan

orang tua.

c) Pelaksanaan Evaluasi Belajar

Setelah proses pembelajaran untuk dapat memantau

perkembangan belajar anak dilakukan evaluasi atau melalui ulangan.

Evaluasi ini dilakukan setiap pembelajaran telah selesai dilakukan.

Standar dan alat penilaian yang diterapkan oleh guru menyesuaikan

kebutuhan anak terutama ABK. Evaluai ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai, serta tindak

lanjut selanjutnya. Hal tersebut yang dikemukakan Ibu Y pada

wawancara 29 September 2016 bahwa:

“Model evaluasi yang dilakukan sendiri, contohnya kalau

misalnya matematika, MTK jika perkalian kalau yang anak

normal bilangannya besar tapi kalo ABK masih rendah

bilangannya. jika belum ada peningkatan nanti ada perbaikan,

itupun masih tetap saya dampingi, karena anaknya sulit

membaca dan tidak bisa memahami isi bacaan belum tahu

maksudnya. Nanti kalo dibiarkan nilainya bisa nol- nol terus

mas”.

Pernyataan trsebut didukung pernyataan dari Ibu AL pada

wawancara 15 September 2016 yaitu:

“...yang khusus inklusi hanya lisan, sedangkan saat pas

ulangan ya saya bacakan tapi kadang juga tidak bisa dan sulit

nyambung. Ada juga yang suruh milih pilihan ganda abc, itu

disilang semua. Evaluasinya saya kasih soal sendiri untuk yang

normal kalau yang abk ya lisan, jawabanya nanti saya tulis

baru bisa saya lakukan penilaian. Kalau lisan dia bisa

jawabnya, tapi kalau nulis itu disilang semua. hal itu dialami

oleh anak abk yang tunagrahita”.

Page 143: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

128

Hal tersebut menunjukkan jika pelaksanaan evaluasi

disesuaikan dengan kondisi siswanya, terkadang siswa juga

mendapat pendampingan saat mengerjakan soal. Dikarenakan untuk

mengatasi ABK yang sulit membaca, menulis, atau yang terlalu

aktif. Hasil dari evaluasi akan diberitahukan kepada orang tua untuk

dapat melihat perkembangan yang diperoleh anak mulai dari tahap

identifikasi hingga evaluasi. Biasanya akan ada saran tindakan yang

diberikan oleh sekolah. Jadi terkadang orang tua ada yang berperan

aktif dalam proses identifikasi dan asesmen namun tidak semua

orang tua turut kooperatif dalam menangani anak. Hal tersebut

disampaikan Ibu AL pada wawancara 15 September 2016 bahwa:

“Orang tua itu tidak peduli dengan ABK-nya, dianjurkan ke

SLB orang tua masih tidak mau mendukung, pokoknya saya

titip anak saya gak naik tidak papa asalkan tidak ke SLB.

Tapikan kemampuan anak itu ya seperti itu terus dinaikkan ke

kelas empat pun juga sama, soalnya ingatannya supa lupa”.

Pendapat didukung oleh pernyataan dari Ibu Y pada

wawancara 29 September 2016 yang mengatakan:

“Sebenarnya orang tua dilibatkan, tapi orang tauanya tidak

mau tahu. Sudah diberitahu kalo anaknya dibimbing dirumah,

tapi nyatanya tidak dibimbing katanya kula nderek ibu mawon

saya sudah tobatme ngajari. Jadi semuanya diserahkan ke

sekolah. Jadi kalau dirumah tidak ada bantuan orang tua

manabisa berkembang”.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Bapak SA pada wawancara

tanggal 15 September 2016 bahwa:

“Sudah,orang tua itu sudah mendukung hanya mendukungnya

itu dalam bentuk kerjasamanya yang bagus, hanyasaja untuk

diarahkannya karena misalnya hasil asesmen guru- guru itu

anak itu sudah diberi pelajaran inklusi itu sulit diarahkan untuk

Page 144: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

129

dipindahkan ke SLB itu sulit itu susah. Jadi kalau diajak

wawancara itu mudah, hanya saat diarahkan disuruh

menyesuaikan kemampuan anak untuk pindah ke SLB itu sulit,

bilangnya sudah disini aja, tidak naik tidaak apa-apa begitu.

Jadi mungkin dari orang tua itu imagenya jika sekolah di SLB

itu kurang. Kami sarankan kalau yang banget –banget itu untuk

ke SLB tapi orang tuanya susah atau tidak mau, tapi ada juga

orang tua yang mau untuk pindah tapi itu butuh proses

panjang. Pemberitahuan hanya kami wawancara lisan dan

menunjukkan hasil ulangan anak, kemudian kemungkinan

perkembangan kedepan anak, dan kami beri waktu jika

sekarang belum berkenan, satu dua bulan atau beberapa tahun

lagi, jika hasilnya masih kurang ya bagaimana lagi harus

kesana tapi ya prosesnya itu sulit”

Hal tersebut menunjukkan jika karakter orang tua berbeda-

beda, pengarahan yang dilakukan sekolah setelah mendapat hasil

assessmen dan evaluasi ini untuk mengetahui dan menyesuaikan

kemampuan anak. Namun ada beberapa anak yang sudah mendapati

perkembangan dari proses belajar mengajar di SD N Brengosan I

kemajuan yang diperoleh rendah. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu

I pada wawancara 6 November 2016 bahwa:

“Saya rasa nilai anak saya sekarang tidak beda jauh dengan

nilai anak lainnya, dan perkembangan yang saya rasakan

sekarang anak sudah lebih peka, bisa membaca, menulis dan

tanggungg jawab”.

Perkembangan yang dirasakan orang tua sudah lebih baik

setelah diberikan pengajaran dan pendampingan di sekolah. Anak

yang diputuskan mengalami slow learner kini sudah mulai

berkembang, hanya kurang di pelajaran matematika. Pembelajaran

untuk anak slow learner meang harus pelan, namun untuk anak yang

tunagrahita atau ketunaan yang cukup berat sekolah mempunyai

Page 145: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

130

kebijakan sendiri. Dilihat dari keterbatasan tenaga serta hasil tes

yang diperoleh anak, jika anak sulit berkembang akan ada arahan

untuk dirujuk ke SLB. Akan tetapi karena berbagai alasan ada orang

tua yang tidak berkenan, dan upaya sekolah dalam menanggapinya

dengan menunggu serta tetap menerima keadaan anak. Guru akan

tetap memantau secara berkala perkembangan ABK dikelas. Hal

tersebut untuk mengantisipasi jika anak keluar sekolah justru putus

sekolah.

4) Pelayanan Pendidikan Khusus

Sekolah mengupayakan setelah dilakukan identifikasi/asesmen

dan pembelajaran di kelas, membentuk sebuah pelayanan khusus

berupa jam tambahan belajar bagi ABK. Didasarkan pada keberadaan

ABK yang belajar kebanyakan mengalami gangguan kecerdasan,

selain memberikan pengajaran bersama dengan teman lainnya.

Sekolah tetap memberikan waktu tambahan belajar khusus bagi ABK

pascapembelajaran kurang lebih 30 sampai 60 menit untuk mengulang

dan menguatkan materi yang diterima dan sulit dipahami anak. Hal ini

disampaikan bapak SA pada wawancara 15 September 2016 bahwa:

“Sebatas pengulangan materi, tambahan kalau disinag hari

sekitar 1-1/2 jam ada pengulangan materi pada ABK supaya

tidak kebingungan dan diakhir pelajaran. Itu hanya tinggal ABK

yang mendapat pendalaman materi”.

Hal tersebut didukung pendapat Ibu A pada wawancara 15

September 2016 yakni:

Page 146: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

131

“Pelayanan pendidikan khusus hanya pemberian tambahan jam

belajar, dan guru kelas ada yang seperti itu mas, tapi ya itu

kesadaran sih mas, kalau saya ingin ngopyak opyak tidak enak

gitu mas”.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ibu Y pada wawancara 29

September 2016 yang mengatakan:

“Pelayanan pendidikan khusus hanya penambahan jam belajar,

dan pelaksanaanya tidak tentu tapi setelah pulang pelajaran

khusus ABKnya. Tapi kadang kalau teman ABK lainnya sudah

pulang , mereka ikut gelisah ingin pulang. Jadi hanya sebentar.

Itupun responya, ada satu anak yang tidak mau dengan pelajaran

yang diberikan, responya sulit. Dia itu mudah lupa, suka

bengong, kalau ditanya atau diingatkan menunduk”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui jika sekolah

tetap mengupayakan pelayanan pendidikan yang maksimal bagi anak.

Salah satunya dengan memberikan pelayanan khusus berupa

penambahan jam belajar siswa. Sehingga pembelajaran yang diperoleh

anak tidak akan lupa. Selanjutnya peran orang tua dirumah yang akan

turut memantau belajar anak. Sehingga pembelajaran tidak akan

berjalan disekolah saja, namun dirumah anak tetap berjalan. Senada

dengan yang diungkapkan Ibu I selaku wali yang turut memantau dan

mengelola belajar anak dirumah pada wawancara tanggal 6 November

2016 bahwa:

“Kalau saya, sekarang setiap hari tetap saya ingatkan harus

belajar, sudah ada perkembangan dibanding kemarin. Kemudian

kita lihat juga hasil ulangan anak,untuk saat ini sudah lumayan

bisa menulis, dibanding dahulu kelas satu yang tidak mau

menulis, tapi kalau matematika masih pelan-pelan, yang penting

membaca menulis itu dulu mas. Kalau pengelolaan dirumah

kadang saya paksa, tapi tergantung juga dari mod anak sendiri,

kadang dia yang meminta untuk diajari. Tanggung jawab

sekolah sekarang sudah tinggi dibanding sebelumnya.”

Page 147: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

132

Dengan demikian hubungan antara orang tua dan sekolah dalam

memantau perkembangan belajar anak sudah berjalan, namun tidak

semua. Jam tambahan belajar yang dilakukan sekolah belum semua

guru menjalankan setiap harinya, oleh karena itu peran orang tua

dirumah tetap diperlukan. Hal itu untuk menghindari proses

pembelajaran yang hanya berakhir saat disekolah selesai, sehingga

ABK dapat lebih berkembang.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Pengelolaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY.

Didalam penerapan kebijakan pengelolaan asesmen ABK yang

dilakukan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga hingga pada

pengelolaannya disekolah tentu tidak lepas dari berbagai kendala dan

dukungan. Banyak faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan

tersebut. Seperti halnya yang dikemukakan Bapak P pada wawancara 6

September 2016 yang mengatakan:

“Kemampun guru atau kekurangan guru itu sendiri pertama kurang,

kedua mereka belum tahu dan perlu dilatih. Seperti yang pernah

disampikan bapak Rochmat Wahab sekarang ini ada materi PLB

sekian SKS masuk dalam mata kuliah di setiap prodi UNY juga

menjadi faktor pendukungnya. GPK alokasi waktunya hanya 2 hari,

dengan 4 hari di SLB. Itupun di slb ditinggal 2 hari juga kewalahan.

Faktor penghambat lainnya seperti jumlah sekolah inklusi kan sekian

banyak, jadi kendala yang sering ditemui di penganggarannya.

Mungkin juga kendalanya jumlah sekolah itu sekian dan kita hanya

bisa melaksanakannya tidak semua kena hanya sekitar 80 saja.

Selain itu termasuk didalamnya pengalokasikan pembinaan sekolah

oleh dinas kota dalam membina sekolah inklusi belum maksimal” .

Hal tersebut didukung dengan pernyataan dari bapak S pada

wawancara 9 September 2016 bahwa:

Page 148: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

133

“Faktor penghambatnya itu pemahaman terhadap kebijakan

pendidikan inklusi belum semua dipahami guru reguler. Jadi mereka

beranggapan jika siswa inklusi itu akan menghambat prestasi

sekolah. Perumpamaanya seperti ini anak lambat belajar ini kalau

diiterima disekolah akan mengurangi rata rata prestasi sekolah kami.

Padahal kebijakan di pemerintah pusat itu ada peningkatan mutu /

kualitas akademik dan non akademik dan peningkatan akses, semua

warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Dan dua kebijakan

itu yang kadangkala belum sinkron, jadiyaa bukan penghambat

cuman butuh pemahaman saja. Kalau pendukungnya pemahaman

tentang pendidikan inklsui sudah mampu diaksses oleh setiap

masyarakatnya”.

Faktor penghambat yang dirasakan Dinas Pendidikan mengacu pada

permasalahan dalam peningkatan akses dan mutu. Berdasarkan beberapa

pernyataan tersebut dapat diketahui jika kendala yang dialami kebanyakan

dari faktor kemampuan guru dalam hal pendidikan dan pelayanan ABK masih

kurang, diperbantukan GPK dari Dinas juga dirasa belum mampu.

Dikarenakan sekolah inklusi yang ada berbanding terbalik dengan

ketersediaan GPK yang diambil dari SLB. Upaya yang dilakukan oleh Dinas

dengan membentuk pelatihan juga belum mampu diterima oleh guru- guru

reguler. Hal tersebut membuat kemampuan guru reguler dalam melayani

ABK khususnya proses identifikasi dan asesmen cukup terganggu dan

tergantung pada keberadaan GPK. Kebanyakan sekolah hanya terbatas

mengikuti pelatihan yang disediakan oleh Dinas terkait.

Faktor pendukung dalam implementasi kebijakan asesmen ini dalam

penerapannya di sekolah inklusi sudah mendapat dukungan dengan adanya

pemberian materi PLB pada perkuliahan yang mencetak tenaga guru.

Sehingga masalah pemahaman guru kedepannya dapat lebih luas dan siap jika

menangani ABK. Apabila GPK terbatas guru sudah mampu menangani ABK

Page 149: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

134

tersebut. Pemahaman masyarakat terkait pendidikan inklusi saat ini sudah

dapat diketahui serta diakses setiap masyarakat.

Selain faktor pendukung dan penghambat pada tingkatan Dinas

Pendidikan, implementasinya disekolah sendiri tidak lepas dari berbagai

macam hal. Pernyataan tersebut diutarakan oleh pendapat Bapak SA pada

wawancara tanggal 15 September 2016 yaitu :

“Kalau faktor pendukungnya yaitu orang tua siswa kooperatif bisa

diajak untuk bermusyawarah, gurunya juga sabar, pihak puskesmas

juga bisa menerima kami dengan enak, kalau kekurangannya kami

sebatas pengetahuannya, kami guru –guru tidak lulusan SLB,

kebanayakan hanya PGSD. Jadi untuk keabkan hanya diberikan saat

ada pelatihan. Jadi ya hanya tahu sedikit sebatas mengisii blangko

untuk membuat hasil atau menentukan dari isian itu diputuskan

kebkan anak itu mungkin kurang maskimal. Jadi pengetahuan tentang

keabkan hanya sebatas jika ada pelatihan”

Faktor pendukung pelaksanaan asesmen di SD N Brengosan

Idiantaranya sudah terbantu dengan adanya Puskesmas. Ketersediaan tenaga

yang profesional dan jarak yang dekat membantu sekolah dalam

melaksanakan assessmen bagi anak didik. Selain itu pemahaman masyarakat

terkait pendidikan inklusi sudah tinggi, dalam bekerja sama pelaksanaan

asesmen disekolah sudah terlibat.

Faktor yang menjadi penghambat banyak dalam bentuk kerjasama

yang diberikan orang tua, tidak semua orang tua mengisi instrumen yang

diserahkan oleh sekolah sesuai kenyataan. Beberapa orang tua cenderung

menutupi keadaan siswanya, dan menyulitkan guru dan sekolah dalam

mengumpulkan informasi terkait proses identifikasi dan asesmen. Hal

Page 150: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

135

tersebut seperti yang diungkapakan Ibu A pada wawancara 15 September

2016 bahwa:

“Kalau faktor pendukungnya yaitu instrumen sudah ada, sedangkan

kalau faktor penghambat kadang orang tua itu mengisikan instrumen

itu tidak sesuai apa kenyataan kadang orang tua itu yang malu atau

bagaimana, cenderung menutupi. Jadi instrumen saya tujukan ke

orang tua. Kadang saat saya memberikan intrumen itu, orang tua

mengisi tidak seperti apa yang saya lihat gitu lho mas. Itu

menghambat pengumpulan informasi, ada lagi orang tua yang

pemahamanya juga kurang untuk memahami apa maksud dari yang

saya inginkan, jadi terkait assessmen itu juga perlu pemahaman mas,

kalau orang tua tidak mampu ya bagaimana lagi”.

Pernyataan tersebut didukung oleh Ibu AL pada wawancara tanggal

15 September 2016 yang mengatakan:

“Pendukungnya hanya dari pihak puskesmas sudah kooperatif

dengan sekolah, dan pemerolehan informasi oleh orang tua saya rasa

cukup baik walaupun ada beberapa yang belum sesuai dengan

kenyataaan. Kalau penghambatnya itu peran orang tuanya, jadi orang

tuanya itu yang kurang peduli dengan kemampuan anaknya, dan ada

orang tua yang sama dengan kemampuan anaknya”.

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Ibu Y pada wawancara 29

September 2016 bahwa:

“Kalau penghambatnya ini orang tua itu hanya sesuatunya itu

menyerahkan pada sekolah. Dirumah tidak ditangani bagaimnanya

tidak. Soalnya diberi PR tetap berangkat masih utuh, tidak diajari oleh

orang tua. Kan orang tuanya banyak yang kurang mampu, banyak

yang SD, dan kalau pelajaran dikelas tinggi kurang mampu. Kalau

mengisi blangko itu tidak disi semua, ngisinya tidak sesuai

pengamatan saya dan diiisi yang bagus bagus saja kebanyakan.

Pendukungnya pihak Puskesmas yang kooperatif”’.

Melihat keadaan yang dialami beberapa guru dalam menerapkan

proses identifikasi dan asesmen tersebut, akan menghambat pengumpulan data

sebagai dasar penetapan ABK sementara dan rujukan ke Puskesmas. Peran

Page 151: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

136

guru kelas atau sekolah dalam hal ini perlu untuk meningkatkan komunikasi

dan arahan kepada orang tua agar dapat lebih kooperatif. Jika melihat dari hal

tersebut banyak faktor yang mempengaruhi implemantasi kebijakan

pengelolaan asesmen ABK di sekolah inklusi baik oleh Dinas maupun sekolah

itu sendiri.

C. Pembahasan

1. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen ABK sekolah inklusi di

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY

Kebijakan menurut pendapat James E. Anderson (dalam Sudiyono,

2007: 4). mengatakan jika suatu kebijakan merupakan tindakan yang

mempunyai tujuan, diikuti oleh sekelompok orang, organisasi atau individu

guna menyelesaikan permasalahan yang ditemui. Implementasi kebijakan

merupakan seluruh tindakan yang dilakukan untuk merealisasikan tujuan

kebijakan. Implementasi kebijakan memiliki beberapa tahapan yang harus

dilakukan agar sesuai dengan tujuan kebijakan, Lineberry (dalam Sudiyono ,

2007: 80) menyatakan bahwa implementasi mencakup beberapa tahap-

tahap, yaitu membuat dan menyusun staf , menerjemahkan tujuan legislatif

dan secara sungguh – sungguh memasukkannya dalam aturan pelaksanaan,

mengembangkan panduan atau kerangka kerja bagi pelaksana kebijakan.,

melakukan koordinasi terkait sumber daya dan pembiayaan, dan

mengalokasikan sumber daya untuk mendapatkan dampak kebijakan.

Dinas Pendidikan tentu saja harus melewati tahapan tersebut untuk

dapat mengatasi permasalahan dan menerapkan kebijakan pengelolaan

Page 152: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

137

asesmen yang ada disekolah inklusi melalui beberapa penerapan. Berikut

pembahasan dari hasil penelitian tentang tahapan, hasil, dan penerapananya.

a. Membuat dan Menyusun Staf atau Agen

Tahap ini mempunyai tujuan untuk menyusun agen guna

melaksanakan kebijakan yang akan dilaksanakan. Memeprsiapkan agen

pelaksana kebijakan yang dibuat. Pada tahap ini setiap lembaga dibagi

kewenangannya dalam mengelola pendidikan reguler dan khusus.

Kebijakan terhadap pemenuhan pendidikan bagi penyandang kebutuhan

khusus telah diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi DIY No 4 tahun

2012 tentang perlindungan penyandang disabilitas. Berdasarkan UU

No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka pengelolaan

pendidikan khusus merupakan kewenangan Provinsi, yang bertugas

dalam bidang pendidikan. Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman berupaya

memenuhi pendidikan anak berkebutuhan khusus tersebut melalui

pendidikan inklusi yang mengacu pada Permendiknas No. 70 tahun 2009

dan Peraturan Gubernur DIY No.21 tahun 2013 tentang

penyelenggaraan pendidikan inklusif. Hal itu juga mengacu pada

kewajiban Kabupaten/ Kota yang harus mengelola pendidikan reguler di

wilayahnya.

Penerapanya di Provinsi DIY dibagi dalam dua bagian.

Pengelolaan sekolah inklusi yang berada di Dinas Pendidikan Kabupaten,

dan pengelolaan SLB yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Provinsi DIY. Agen kebijakan tersebut akan tetap terikat

Page 153: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

138

dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Provinsi DIY sebagai pembina bagi Dinas Pendidikan

Kabupaten serta lebih mengetahui tentang kebijakan PLB.

Sedangkan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman sebagai

pelaksana, yang akan meneruskan kebijakan daripusat dan mengelola

pendidikan diwilayahnya, untuk dapat dilaksanakan sekolah sebagai

sasaran kebijakan. Sehingga antara dua lembaga pendidikan tersebut

mempunyai hubungan dalam melaksanakan, mengelola pendidikan yang

ada dari provinsi ke daerah lainnya. Namun tetap yang mengelola secara

penuh pendidikan inklusi adalah Kabupaten/ Kota itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas penyusunan agen yang dilakukan

Dinas Pendidikan terkait sudah sesuai dengan teori Lineberry. Pada tahap

tersebut dijelaskan bahwa dilakukan dengan cara membuat dan

menyusun staf suatu agen baru guna melaksanakan sebuah kebijakan

baru (Lineberry dalam Sudiyono, 2007:80). Sehingga dalam

penerapannyadapat meminimalisir terjadinya miss atau kurang persiapan

b. Mengembangkan Kerangka Kerja

Tahap ini menurut Lineberry adalah untuk menerjemahkan tujuan

legislatif dan secara sungguh – sungguh memasukkannya dalam aturan

pelaksanaan, mengembangkan panduan atau kerangka kerja bagi

pelaksana kebijakan. Tahap ini mencoba untuk menjabarka setiap tujuan

kebijakan untuk dapat dikembangkan lagi menjadi sebuah pedoman

kerja.

Page 154: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

139

Didalam penerapannya dilakukan melalui penunjukkan yang

dikeluarkan olah Kepala Bupati atau Dinas Pendidikan untuk

menjalankan pendidikan inklusi dan menyebarkan petunjuk teknisnya

melalui modul. Keputusan Penunjukkan Inklusi di Kabupaten Sleman

sendiri tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman No. 245 tahun 2012

menetapkan bahwa dalam rangka peningkatan kualitas dan akses

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus melalui sekolah pendidikan

inklusi. Penetapan keputusan tersebut menjadi panduan atau petunjuk

bagi sekolah sebagai sasaran kebijakan yang melaksanakan pendidikan

inklusi.

Aturan tersebut kemudian dikembangkan menjadi bentuk

komitmen bersama di Provinsi DIY, bahwa setiap sekolah umum di DIY

wajib menerima ABK sebagai kota anti-diskriminasi. Didalam

pelaksanaanya Surat Keputusan tetap digunakan sebagai acuan

pelaksanaan dan syarat dalam mengajukan bantuan operasional.

Walaupun tidak ada regulasi secara khusus, namun Sleman tetap

berkomitmen bahwa pendidikan inklusi tetap dapat jalan, karena sudah

mengacu ke kebijakan pusat. Setiap kebijakan pusat merupakan pedoman

dalam mengembangkan aturan pelaksanaan yang dibuat Dinas

Pendidikan di Provinsi DIY terhadap sekolah sebagai sasaran kebijakan.

Aturan pendidikan inklusi yang mengatur tentang seperti

Page 155: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

140

pembelajarannya, pengelolaan ABK, sumber –sumber pendukung, serta

proses identifikasi atau asesmennya.

Berdasarkan penjelasan diatas penyusunan kerangka kerja yang

dilakukan Dinas Pendidikan terkait sudah sesuai dengan teori Lineberry

(dalam Sudiyono, 2007:80) Pada tahap tersebut dijelaskan bahwa

dilakukan dengan cara mengembangkan kerangka kerja berdasarkan

kebijakan pusat agar dapat dilakukakn pelaksana dan sasaran kebijakan.

Panduan tersebut sudah digunakan menjadi acuan dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusi.

c. Melakukan Koordinasi terkait Sumber Daya dan Pembiayaan

Pada tahap ini dilakukan koordinasi terkait sumberdaya dan

pembiayaan untuk kelompok sasaran, pengembangan dan pembagian

tanggung jawab antar agen. Proses pembelajaran pendidikan inklusi pada

dasarnya sama dengan sekolah reguler lainnya, hanya saja ada perubahan

pada karakter siswanya, modifikasi di kurikulum sesuai kebutuhan anak,

serta guru pendamping khusus. Guru pendampig khusus (GPK)

merupakan sumber daya manusia yang bekerja langsung mendampingi

anak berkebutuhan khusus, memahami karakter anak, dan penanganan

yang baik dan sesuai di sekolah. Seiring perkembangan waktu

permintaan GPK dari sekolah inklusi terus bertambah. Pengelolaan GPK

di Daerah Sleman berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga DIY dalam memenuhi permintaan GPK.

Page 156: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

141

Jadi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sleman masih

meminta bantuan dari Dinas Provinsi terkait pemenuhan GPK, belum

secara khusus mencari lulusan PLB untuk ditugaskan menjadi GPK

honorer di sekolah inklusi. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY

sendiri telah mengirim 138 GPK ke sekolah inklusi yang sudah lama atau

sudah mendapat SK penunjukkan, dan masih ada beberapa sekolah

inklusi belum memiliki GPK. Hal tersebut menunjukkan jika Dinas

Pendidikan Kabupaten/ Kota masih ada yang belum berupaya untuk

merekrut tenaga guru PLB yang dapat menjadi GPK di sekolah inklusi.

Peran GPK dalam pendidikan inklusi memang penting, untuk membantu

siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas secara penuh.

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa anggaran

pembiayaan yang digunakan dalam pendidikan inklusi bersumber dari

APBD, BOSNAS, BOSDA, dan BOSKAB. Anggaran tersebut

dipergunakan untuk mengadakan pelatihan – pelatihan, dan membantu

sarana – sarana untuk sekolah inklusi. Hal tersebut sudah sesuai dengan

tahapan implementasi kebijakan yang dinyatakan oleh Lineberry dalam

tahap koordinasi sumber daya dan pembiayaan, bahwa Dinas Pendidikan

berupaya memaksimalkan anggaran yang diperoleh untuk menunjang

keberlangsungan pendidikan inklusi, pemberian bantuan sarpras, maupun

dalam pelaksanaan asesmen, serta penguatan SDM untuk mengatasi

minim.

Page 157: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

142

Berdasarkan penjelasan diatas koordinasi SDM dan pembiayaan

sudah dilakukan Dinas Pendidikan terkait sudah sesuai dengan teori

Lineberry. Koordinasi terkait sumberdaya dan pembiayaan untuk

kelompok sasaran, pengembangan dan pembagian tanggung jawab antar

agen. Koordinasi dilakukan antara Dinas Pendidikan Provinsi dengan

Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota.

d. Pengalokasian Sumber Daya

Tahapan dalam mengalokasikan sumber daya ini untuk

mendapatkan dampak penerapan kebijakan. Suatu proses pendidikan atau

pembelajarannya tidak akan lepas dari peran serta guru, murid,

kurikulum dan fasilitas. Berdasarkan hal tersebut, guru memegang

peranan penting dalam proses pembelajaran. Guru merupakan tenaga

pendidik yang mempunyai tugas untuk membimbing, membelajarkan,

dan melatih peserta didik. Guru harus mampu untuk memberikan materi

atau bimbingan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak yang

dapat dilakukan melalui proses asesmen baik di sekolah umum (inklusi)

atau sekolah luar biasa. Guru kelas akan melaksanakan tugasnya bersama

dengan guru pendamping khusus (GPK).

Hal ini untuk menyeimbangkan pengetahuan tentang kekhususan

pada ABK yang belum secara penuh dipahami beberapa guru kelas.

Kebijakan terkait GPK masih bersumber dari DISDIKPORA Provinsi

DIY, sehingga pengalokasian GPK tersebut bersumber dari tenaga yang

ada di SLB, untuk diperbantukan di sekolah inklusi, namun tidak bisa

Page 158: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

143

memenuhi semua permintaan sekolah inklusi, dikarenakan SLB justru

akan kekurangan guru atau bahkan tutup.

Jadi sumber daya guru di SLB sendiri terbatas, perbandingan

antara SLB dengan sekolah umum sangat jauh, dan tidak semua sekolah

inklusi mampu. Apabila guru di SLB dipinjamkan ke sejumlah sekolah

inklusi, dampak yang ditimbulkan adalah siswa SLB akan tertinggal

bahkan SLB akan tutup. Kabupaten/ Kota sendiri beberapa saja yang

sudah memapu memberikan GPK ke tiap sekolah, sedangkan dari

Kabupaten Sleman masih bergantung pusat, sehingga sulit terpenuhi.

Seorang GPK berperan dalam memberikan bimbingan yang

berkesinambungan, dan melaksanakan pengelolaan asesmen disekolah

bersama guru kelas. Asesmen menjadi proses awal dari pembelajaran

inklusi untuk mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus dengan

anak normal meningkatkan potensi, dan meminimalisir kelemahan pada

anak. Hal ini sebagai bentuk persiapan dalam menyusun rencana

pembelajaran, penanganan, pelayanan dan pembimbingan kepada ABK..

Didalam pelaksanaannya asesmen dilakukan jika telah dilakukan

proses identifikasi terhadap anak berkebutuhan khusus. Secara khusus

asesmen merupakan penyaringan, dengan mengumpulkan informasi lebih

rinci. Asesmen harus diberikan oleh lembaga yang kompeten, jika

asesmen dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten nanti menyangkut

harga diri orang tua. Namun jika dikeluarkan salah satu lembaga yang

Page 159: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

144

sudah menjadi profesi seperti rumah sakit, atau psikolog, itu sudah

profesional.

Jika asesmen khususnya bagian psikologis tidak bisa dilakukan

oleh guru kelas, atau guru pendamping kelas (GPK). Sedangkan alokasi

GPK masih terbatas dan pengetahuan guru reguler juga terbatas, maka

pelayanan pendidikan inklusi akan kurang optimal. Disisi lain yang

berhak melakukan hanyalah seorang pakar dibidangnya, sekolah tidak

memiliki tolak ukur dalam penanganan ke PLB- an. Guru tidak bisa

melakukan asesmen yang menyangkut besaran IQ seorang anak dan

minim pengetahuan PLB. Hal tersebut menunjukkan jika seorang guru

kelas harus mempunyai pengetahuan tentang asesmen ABK, atau

keinklusiannya.

Langkah kebijakan yang diambil Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Provinsi DIY dalam mengatasi dampak yang ada, maka hasil

dari kebijakan pengelolaan asesmen ABK yang diterapkan oleh Dinas

Pendidikan terkait adalah:

1) Mengadakan Pelatihan Asesmen

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di DIY berupaya

memberikan pelatihan bagi guru reguler untuk mengikuti pelatihan

yang berkaitan dengan pengelolaan asesmen dan keinklusian. Khusus

pelatihan assessmen masih dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Provinsi DIY, sedangkan pelatihan asesmen di

Kabupaten Sleman terintegrasi dengan materi inklusi. Pelatihan

Page 160: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

145

tersebut dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada guru

reguler dalam mengelola pelaksanaan asesmen di sekolah, namun

bukan asesmen pada tingkat psikologinya. Pelatihan tersebut untuk

meminimalisir kekurang mampuan guru dalam bidang pelayanan

ABK karena guru reguler kebanyakan dari jurusan PGSD bukan PLB.

Selain itu untuk mempersiapkan guru agar tidak tergantung dengan

GPK, dan dapat memberikan apa yang didapat kepada rekan guru

lainnya.

2) Menjalin mitra kerja dengan lembaga rerkait

Pemerintah DIY bekerja sama dengan pihak – pihak terkait

guna membantu terlaksananya program pelatihan serta pelaksanaan

asesmen disekolah. Baik dari bidang akademis seperti Perguruan

Tinggi, dan bidang Kesehatan seperti Puskesmas, Dinas Kesehatan.

Sesuai Permendiknas No.70 Tahun 2009 Penyelenggaraan Pendidikan

Inklusif (PENSIF) pasal 11 bahwasanya satuan pendidikan

penyelenggaraan pendidikan inklusif berhak memperoleh bantuan

operasional sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah, dengan

membentuk jaringan kerja sama dengan organisasi profesi, rumah

sakit, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya.

Pihak akademis tersebut berperan sebagai pembina akademik,

konsultan, atau narasumber.

Pihak kesehatan yang menjalin kerja dengan Dinas Pendidikan

Kabupaten Sleman umumnya Puskesmas ditiap kecamatan. Sebagai

Page 161: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

146

pihak yang memiliki tolak ukur dalam melakukan asesmen, dan

dipandang lebih berkompeten di bidang psikiologis dalam melakukan

asesmen. Pemberian pelatihan dilakukan untuk memberikan bekal

pengetahuan tentang pengelolaan asesmen, kelemahan yang dimiliki,

serta penangananya. Hal tersebut penting karena, keahlian sekolah

untuk ke PLB-an masih kurang, mereka tidak bisa termasuk

didalamnya standar tes pengukuran psikologi.

Puskesmas dianggap mempunyai jarak yang tidak terlalu jauh

dengan keberadaan sekolah- sekolah inklusi di Kabupaten Sleman,

dibandingkan dengan Rumah Sakit yang terpusat di Kota. Persebaran

Puskesmas sendiri saat ini dirasa masih minim yang mempunyai pakar

psikologinya. Hanya 15 Puskesmas dari 27 Puskesmas di Kabupaten

Sleman yang mampu melakukan asesmen psikologis. Pemilihan

Puskesmas dirasa lebih ringan dibandingkan Rumah Sakit dalam hal

pengeluaran biayanya dan dapat memperpendek alur pengelolaan

asesmen.

3) Membentuk Lembaga Khusus

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di DIY membentuk

sebuah lembaga khusus yang bertujuan membantu pelaksanaan

pendidikan inklusi ditiap daerah melalui Pusat Sumber dan Sub Pusat

Sumber. Pembentukan lembaga tersebut berdasarkan Surat Keputusan

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY No. 0131 Tahun

2013 tentang Pembentukan Sub Pusat Sumber di DIY. Beserta Surat

Page 162: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

147

Keputusan Gubernur DIY No. 41 tentang Pusat Sumber dan Surat

Keputusan Gubernur DIY No. 91/ Kep/ tahun 2015 tentang

Pembentukan Anggota Pusat Sumber Pendidikan Inklusif. Tujuan dari

lembaga tersebut adalah untuk

- Menjalin kemitraan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/

Kota, sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, dan atau

lembaga lain yang bergiat dalam penyelenggaraan

pendidikan inklusi di masing wilayah

- Menyediakan layanan pendidikan khusus bagi sekolah

inklusi

- Menyediakan layanan assessmen fungsional dan akademik

- Menyediakan layanan konsultasi

Pusat Sumber dan sub pusat sumber tersebut dapat membantu

mengatasi permasalahan di sekolah inklusi, baik berupa konsultasi,

bantuan sarpras, pelatihan, dan pelaksanaan asesmen. Lembaga ini

dapat menjadi rujukan jika sekolah akan mengadakan asesmen bagi

ABK. Namun saat ini Pusat Sumber dan Sub Pusat Sumber belum

mampu dimanfaatkan oleh sekolah inklusi, dikarenakan kurang

adanya sosialiasasi dan letaknya yang berjauhan.

Berdasarkan penjelasan diatas pengalokasian SDM untuk

mendapatkan dampak dari penerapan kebijakan yang dilakukan Dinas

Pendidikan terkait sudah sesuai dengan teori Lineberry (dalam Sudiyono, 2007:

80). Pengalokasian GPK yang terbatas memunculkan kebijakan baru yaitu : 1)

Page 163: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

148

pengadaan pelatihan guru SPPI; 2) menjalin mitra kerja dengan lembaga

terkait; dan 3) membentuk lembaga khusus. Hal tersebut untuk mendukung

pelaksanaan asesmen dan pembelajaran di sekolah inklusi, dikarenakan

terbatasnya GPK.

e.Pengelolaan Asesmen di Sekolah Inklusi

Implementasinya di sekolah sendiri sudah dapat dilakukan, SD Negeri

Brengosan I sebagai salah satu sekolah inklusi di Sleman sudah menerapkan

kebijakan inklusi dan pengelolaan asesmen ini. Namun masih belum bisa

maksimal dan memenuhi target. Secara pembelajaran, setiap anak di sekolah

sudah ditempatkan pada ruangan yang sama antar anak yang lain. Hal tersebut

sesuai dengan Staub dan Peck dalam Budiyanto (2014: 4) menyebutkan bahwa

pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang dan

berat secara penuh di kelas untuk mengikuti pembelajaran dalam lingkungan

pendidikan yang sama. Sedangkan upaya dalam memenuhi kebutuhan belajar

anak sudah dilakukan melalui beberapa penyesuaian dalam pembelajaran,

yang dihasilkan dari proses sistematis melalui identifikasi dan assessmen.

Pengelolaan asesmen yang dilakukan SD N Brengosan dilakukan

melalui beberapa tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan asesmen, tindak

lanjut, dan pemberian pelayanan khusus.

a. Perencanaan Pelaksanaan Asesmen

Proses Perencanaan asesmen yang dilakukan sekolah dengan

mengkoordinasikan beberapa pihak yang akan terlibat didalamnya serta

waktu pelaksanaan. Pihak yang terlibat diantaranya seperti Kepala

Page 164: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

149

Sekolah, Guru Kelas, Guru Pendamping Khusus, Orang tua dan Psikolog.

Sekolah telah merencanakan pelaksanaan asesmen setiap tahun ajaran baru

dimulai tepatnya saat masuk kelas I (satu). Proses tersebut akan berlanjut

hingga kelas selanjutnya dan dirasa sudah tidak mengalami hambatan

belajar lagi.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa strategi asesmen yang

diterapkan sekolah adalah Static Assessment Procedure (SAP), sebagai

proses asesmen yang konvensional karena terkait aspek yang telah ada

pada diri anak, maupun sesuatu yang telah didapat, serta dilaksanakan

sesuai waktu yang telah ditetapkan diawal tahun ajaran (Marit Holm

dalam Tarmansyah, 2007: 185).

b. Pelaksanaan Pengelolaan Asesmen

Pada pelaksanaan di sekolah, asesmen ABK dilakukan setelah

dilaksanakan proses idnetifikasi.

1) Proses Identifikasi

Budiyanto (2014: 34) mengatakan identifikasi adalah usaha

sesorang (orang tua, keluarga, guru, atau tenaga kependidikan) untuk

mengetahui seorang anak mengalami kelainan baik fisik, emosional,

sosial, neuorolgis, intelektual dalam tumbuh kembang anak diluar dari

konteks anak normal. SD N Brengosan I melakukan identifikasi

terlebih dahulu sebelum tahap asesmen dilakukan. Identikasi tersebut

dilakukan dengan menghimpun data anak, menganalisa data anak,

pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah, dan menyelenggarakan

Page 165: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

150

pertemuan kasus, untuk kemudian melakukan perekapan data yang

diperoleh.

Tolak ukur yang digunakan guru dalam melihat anak umumnya

dilihat dari prestasi belajar, perilaku, dan keaktifan saat disekolah.

Selain itu sekolah juga dengan mengkaitkan pernyataan dari orang tua

siswa yang diduga ABK. Jadi metode yang digunakan sekolah selain

pengamatan menggunakan instrumen form identifikasi yang

digunakan SD Negeri Brengosan I untuk menghimpun data anak

diantaranya sebagai berikut:

- Form I : instrumen berisikan penggalian informasi terkait

perkembangan anak mulai dari anak lahir hingga masuk

pendidikan terakhir anak.

- Form II : bertujuan untuk memperoleh informasi terkait data

orang tua atau wali murid siswa yang diduga anak

berkebutuhan khusus.

- Form III : instrumen tentang AI ABK, yang bertujuan untuk

mengidentifikasi atau mengamati anak yang diduga

berkebutuhan khusus dikelas, dengan melihat gejala- gejala

yang nampak pada anak sesuai dengan tolak ukur yang ada

pada instrumen.

- Form IV : instrumen ini memuat tentang uraian kasus atau

masalah yang ditemui pada anak yang terindikasi berkelainan

Page 166: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

151

dan membutuhkan pelayanan khusus. Penemuan kasus

berdasarkan hasil pengamatan guru kelas.

- Form V : memuat laporan hasil pertemuan kasus anak yang

memerlukan pelayanan khusus.

Form tersebut diberikan kepada guru (Form III, IV, V) dan

beberapa kepada orang tua (Form I, II) siswa. Hal yang sering dialami

sekolah adalah orang tua yang mengisi form tersebut tidak sesuai

dengan apa yang dirasakan guru, terkadang form tidak diisi sehingga

menyulitkan pengumpulan informasi dari orang tua. Setelah data

diperoleh, data yang diperoleh akan direkap oleh guru kelas bersama

GPK dan melihat perkembangan anak yang diduga ABK tersebut.

Selain itu sebagai bahan pertimbangan sebelum berkonsultasi ke Kepala

Sekolah,dan bahan data rujukan.

2) Tahap Asesmen ABK

Tarmansyah (2007: 183) mengungkapkan jika kegiatan asesmen

merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya

memperoleh informasi terkait hambatan belajar, kebutuhan pelayanan

yang harus terpenuhi, serta potensi yang dimiliki, sehingga dapat

menjadi dasar pembuatan rencana pembelajarn sesuai kemampuan

anak. Proses Asesmen yang dilakukan SD Negeri Brengosan I

menggunakan teknik assessmen psikologi yang bekerja sama dengan

Psikolog di Puskesmas Ngaglik I. Asesmen ini merupakan proses

penyaringan terhadap anak yang telah teridentifikasi sebagai ABK

Page 167: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

152

untuk menyiapkan pembelajaran yang sesuai bagi anak. Selain itu

untuk lebih dapat melihat kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri

anak. Puskesmas dipilih sekolah sebagai pihak yang berkompeten

melakukan assessmen dikarenakan sudah mempunyai ahli psikolog

Strata 2 (S2) yang mampu melakukan tes IQ. Perencanaan Puskesmas

Ngaglik II sebagai mitra disarankan oleh GPK setelah berkonsultasi ke

Puskesmas.

Tes IQ dianggap mampu menunjukkan tingkat intelegensi anak

yang bersangkutan, selain itu karena kebanyakan siswa yang dianggap

ABK berparas seperti anak normal. Tes dilakukan tergantung dari

kebijakan Puskesmas dan usia anak, umumnya menggunakan tes Byne

dan Wyse. Peran GPK di SD Negeri Brengosan I lebih beragam karena

selain memberikan pendampingan dikelas juga mencari Puskesmas.

Pemilihan Puskesmas sesuai dengan yang disampaikan Dinas

Pendidikan Kabupaten Sleman, karena lebih dekat dan alur yang

praktis. Besaran anggaran yang dikeluarkan sekolah diambil dari dana

BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan memakan Rp 20.000, 00

untuk operasional tes IQ di Puskesmas.

Hasil dari asesmen itu akan diberitahukan kepada sekolah dan

diteruskan ke orang tua, atau dengan mengikutsertakan orang tua untuk

datang ke Puskesmas dan berdiskusi dengan GPK serta pihak Psikolog.

Kebijakan SD Negeri Brengosan I yang telah dilaksanakan, jika anak

berkebutuhan khusus yang ada di sekolah sudah tidak mengalami

Page 168: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

153

hambatan akan dilepas dari status ABK dan tidak dilakukan identifikasi

dan asesmen padanya.

3) Pembahasan Hasil Asesmen

Sekolah telah mampu melaksanakan proses identifikasi dan

asesmen pada anak yang terindikasi ABK bekerja sama dengan

psikolog di Puskesmas. Setelah asesmen dilakukan oleh Puskesmas,

akan diketahui karakter anak yang menjadi klien mulai dari kelemahan,

kelebihan, dan bentuk pelayanan yang dianggap cocok diberikan pada

anak. Sekolah dapat memastikan ketunaan anak, dan pengembangan

anak bagaimana. selain itu peran orang tua diutamakan untuk

memberikan bimbingan di rumah berdasarkan saran dari sekolah dan

Puskesmas. Bentuk hasil tes IQ yang dikeluarkan oleh Puskesmas

berupa skor tingkat intelegensi yang didapat anak dan saran. Jika orang

tua kooperatif akan diberikan penyuluhan secara khusus dari psikolog.

Rincian pengukuran yang dicari dalam tes IQ tersebut berupa

kemampuan pengetahuan umum, visual motorik, penalaran aritmatik,

konsentrasi dan memori, kemampuan kata dan verbal, dan evaluasi dan

penalaran. Tindakan selanjutnya yang dilakukan sekolah adalah

melakukan pembahasan terhadap hasil yang didapat serta meneruskan

memberikan arahan kepada orang tua. Sehingga peran orang tua

dituntut aktif dalam membimbing anak dilingkungan keluarga agar

ABK dapat berkembang. Selain memberikan pengarahan, upaya

selanjutnya dengan mempersiapkan penyesuaian – penyesuaian

Page 169: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

154

pembelajaran yang akan dilakukan dikelas. Jika kebanyakan anak yang

terindikasi ABK mengalami hambatan kecerdasan, arahan yang

diberikan berupa penambahan jam belajar, penyesuaian RPP,

pengajaran pendampingan, dan perutinan belajar dirumah.

Dengan demikian pembahasan yang dilakukan sekolah dalam

menanggapi hasil asesmen yang diperoleh anak dilaksanakan oleh Guru

Kelas, Guru Pembimbing Khusus dan Orang tua anak. Guru

mempersiapkan penyesuaian pembelajaran atau rencana belajar sesuai

karakter anak. SD N Brengosan I tetap mengutamakan agar perhatian

dan bimbingan orang tua di keluarga harus berjalan, namun hal tersebut

kurang dapat berjalan karena masih banyak wali siswa yang kurang

peduli. Hal tersebut menunnjukkan jika pelaksanaan yang dilakukan

sekolah sesuai dengan teori konsep pendidikan inklusi Moh. Takdir

Ilahi (2013: 117-132) yakni konsep memajukan sekolah inklusi dan

konsep sumber daya, bahwa setiap sumber daya manusia bergerak

bersama untuk mengoptimalkan potensi anak. Oleh karena itu, SD N

Brengosan I mengupayakannya melalui pelaksanaan tambahan jam

pembelajaran khusus ABK, dan penyesuaian pada RPP.

c. Tindak Lanjut Asesmen

1). Perencanaan Pembelajaran

Proses ini SD N Brengosan I akan menganalisa hasil asesmen

untuk menyesuaian dengan kurikulum yang digunakan. Kurikulum

yang diterapkan sama pada umumnya hanya terdapat beberapa

Page 170: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

155

modifikasi. Penyesuaian tersebut dilakukan oleh guru kelas dengan

didampingi GPK. Kebanyakan guru membuat RPP satu jenis, tidak

dipisahkan antara siswa ABK dan anak normal. Hanya diberikan

penyesuaian seperti arah, tujuan, materi pembelajaran ataupun

tingkatatan evaluasi belajar. Sedangkan Standar Kompetensi (SK),

Kompetensi Dasar (KD),dan alokasi waktu tetap disamakan. Hal

tersebut menunjukkan kesesuaian dengan teori dari Budiyanto (2009:

27) terkait alur identifikasi dan asesmen bahwa data yang diperoleh dari

proses asesmen menjadi pedoman dalam penyusunan rencana belajar.

Kebijakan lain yang dibuat SD N Brengosan I adalah

menyamakan RPP pada tingkatan kelas VI baik siswa ABK dan normal.

Hal tersebut didasarkan agar semua anak dapat mengikuti ujian nasional

dan mendapatkan ijazah. Selain itu untuk memberikan akses yang luas

dalam melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Sesuai dengan

Permendiknas RI No. 70 tahun 2009 bahwa pendidikan inklusi

menjunjung prinsip keberlanjutan, berkesinambungan pada setiap

jenjang pendidikan

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Proses belajar mengajar dikelas sama dengan sekolah lainnya

pada saat penulis mengikuti proses belajar di kelas III dan IV,

umumnya guru menggunakan metode ceramah dan dikte dengan

sesekali menghampiri tiap siswa. Khusus untuk ABK mereka mendapat

porsi pendampingan lebih sering oleh guru kelas maupun GPK. Tahap

Page 171: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

156

setelah menyusun RPP, guru melaksanakan pembelajaran dan

mengorganisasikan siswa berkebutuhan sesuai rencana yang telah

dibuat. Semua siswa berada dalam satu kelas dan menerima

penyampaian topik yang sama, ruang dan waktu yang sama.

Kunjungan GPK masuk kekelas setiap harinya dijadwal sesuai

kesepakatan sekolah dan GPK selama dua hari di sekolah. GPK lebih

fokus mendampingi anak yang mempunyai hambatan kecerdasan cukup

berat seperti tunagrahita. Penempatan tempat duduk antara siswa

berkebutuhan dan reguler diletakkan secara terpisah.

Hal yang umum dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran

guru hanya menanyakan kesiapan belajar siswa, serta menyiapkan

materi belajar. Sesudah usai pembelajaran terkadang guru akan

memberikan PR, dan anak akan melakukan bersih – bersih ruang kelas

serta meletakkan kursi daiatas meja. Kegiatan tersebut teramati sama

untuk kelas III dan kelasIV di SD N Brengosan I.

Selain itu guru banyak mengalami kesulitan mengajar pada ABK

khususnya tunagrahita. sedangkan anak slow learner beberapa guru

masih sanggup untuk memberikan pengajaran walau pelan. kebanyakan

guru merasa sulit dalam memfokuskan siswa dan cara agar ABK

tersebut tidak tertinggal dalam prestasi. Namun tetap sekolah berupaya

memberikan pelayanan terbaik agar anak dapat berkembang, sesuai

dengan prinsip pendidikan inklusi. Sesuai dengan Permendiknas RI

No.70 tahun 2009 tentang prinsip kebermaknaan, sekolah mampu

Page 172: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

157

memberikan pelayanan pendidikan dengan lingkungan yang ramah

anak, anti- diskriminasi, menghargai perbedaan.

Salah satu upaya yang dilakukan sekolah dengan memberikan

pengarahan pada orang tua, dan penambahan jam belajar. Hal tersebut

menunjukkan jika sekolah berupaya untuk memberikan pelayanan

pendidikan pada anak, meskipun pelan- pelan. Sesuai dengan

Tarmansayah (2007: 84) bahwa pendidikan inklusi adalah hak asasai

manusia, dimana pelayananan pendidikan harus diterima oleh setiap

anak tanpa memandang latar belakang anak seperti kondisi fisik,

intelektual, sosial- emosional, linguistik, mencakup anak berkelainan

dan bakat istimewa.

3) Pelaksanaan Evaluasi Belajar

Setelah dilakukan proses identifikasi dan asesmen, serta

diberikan pembelajaran dari hasil temuan- temuan. Dilaksanakan

evaluasi belajar untuk dapat memantau perkembangan belajar anak

dilakukan melalui ulangan.. Standar dan alat penilaian yang diterapkan

oleh guru menyesuaikan kebutuhan anak terutama ABK. Evaluai ini

dengan sekolah lainnya sama bentuknya, hanya berbeda pada indikator

khusus ABK.

Model evaluasi yang dilakukan sekolah disesuaikan dengan

kondisi siswanya, terkadang siswa juga mendapat pendampingan saat

mengerjakan soal. Hal itu untuk membantu ABK yang lemah dalam

membaca maupun menulis, selain itu tingkatan kesukaran soal juga

Page 173: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

158

dibedakan. Penyesuaian lebih pada tingkat indikator soal ABK yang

lebih rendah dibanding anak normal, serta nilai KKMnya. Sesuai

dengan Permendiknas RI No.70 tahun 2009 tentang prinsip kebutuhan

individual bahwa potensi serta kebutuhan setiap anak berbeda, dan

pendidikan harus menyesuaikan dengan keadaan anak

Hasil ulangan yang didapat akan diberikan kepada orang tua

sekaligus pengarahan. Jika siswa ABK mengikuti ulangan dan sudah

mendapatkan hasil yang bagus, kelemahan yang ada telah hilang. Anak

akan dilepas dari status anak berketunaan, namun jika anak masih

mengalami hambatan. Pihak sekolah tetap memberikan pelayanan

khusus bagi ABK dan dikemudian hari proses identifikasi dan asesmen

tetap berlanjut. Siswa yang mengalami gangguan ringan banyak

dirasakan wali murid di SD N Brengosan I sudah mengalami perubahan

perlahan. Akan tetapi jika ditemukan ABK tersebut sulit untuk

berkembang (ABK berat) dan terbatasnya sarana dan tenaga. SD N

Brengosan I akan mengarahkan ABK tersebut untuk pindah ke SLB.

Orang tua akan diberikan pengarahan kondisi anak didiknya.

pengarahan yang dilakukan sekolah setelah mendapat hasil asesmen

dan evaluasi ini untuk mengetahui dan menyesuaikan kemampuan anak.

Orang tua yang kooperatif akan menerima arahan sekolah untuk

memindahkan anaknya ke SLB. Namun jika bersikeras, sekolah tetap

bersedia menampung ABK berat tersebut. Guru akan tetap memantau

secara berkala perkembangan ABK dikelas. Kebijakan tersebut

Page 174: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

159

dilakukan pihak SD N Brengosan I tersebut untuk mengantisipasi jika

anak keluar sekolah justru putus sekolah.

Berdasarkan data yang diperoleh pelaksanaan pembelajaran di

SD N Brengosan I belum semua dilaksanakan sesuai dengan pedoman

PPI yang dinyatakan Loughin (Budiyanto, 2014: 65). Dikarenakan

dalam prakteknya PPI masih dilakukan secara tertulis saja.

d. Pelayanan pendidikan khusus

Tindakan dalam mengoptimalkan hasil dari asesmen yang

dilakukan sekolah dilakukan dengan mengadakan penambahan jam

tambahan belajar bagi ABK sebagai wujud dari pelayanan khusus. Sekolah

memberikan waktu tambahan belajar khusus bagi ABK pascapembelajaran

kurang lebih 30 sampai 60 menit perkelas untuk mengulang dan

menguatkan materi yang diterima anak. Hal tersebut berkaitan dengan

kebanyakan kelemahan siswa yang lemah intelegensi, sehingga perlu

disokong dengan perutinan belajar. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari

dilaksanakan asesmen yang disampaikan oleh Sunardi dan Sunaryo

(Budiyanto, 2014: 56) yaitu: 1) untuk mendapatkan informasi yang

akurat, obyektif, relevan tentang keadaan anak berkebutuhan khusus; 2)

untuk mengetahui data anak yang lengkap, seperti potensi dalam diri anak,

hambatan dalam belajar, keadaan lingkungan, kebutuhan pelayanan

khusus; dan 3) untuk menetapakan pelayanan khusus yang sesuai dengan

kondisi anak sesuai kebutuhannya, secara berkala dipantau kemajuan

perkembangan anak.

Page 175: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

160

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Pengelolaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga DIY.

Didalam setiap penerapan sebuah kebijakan terdapat faktor yang

mendorong dan ada pula yang menghambat. Faktor pendorong yang

dirasakan pihak Dinas Pendidikan dengan adanya materi PLB dalam mata

kuliah jurusan kependidikan, serta pemahaman masyarakat terkait akses

pendidikan inklusi yang sudah berkembang. Hal tersebut menunjukkan jika

kedepannya lemahnya pemahaman guru terkait asesmen dapat

diminimalisir. Sedangkan akses pendidikan bagi setiap anak dapat lebih

luas. Anak yang dikategorikan ABK dapat belajar bersama dengan anak

lainnya.Sehingga tindakan pendiaman ABK dirumah, atau rasa malu yang

kerap diasakan orang tua dapat berkurang.

Selain faktor pendukung tersebut, kendala yang kerap ditemui pihak

Dinas Pendidikan diantaranya lemahnya pemahaman terhadap kebijakan

pendidikan inklusi dapat dipahami guru reguler, serta alokasi GPK yang

tidak bisa mencakup semua, Sehingga pelayanan pendidikan inklusi baik

proses identifikasi dan asesmen menjadi kurang maksimal. Alokasi waktu

dan tenaga GPK yang terbatas sering dikeluhkan sekolah. Salah satu upaya

mengatasi minim GPK dengan memberikan pelatihan bagi guru reguler,

namun juga terbentur akan beberapa hal. Faktor anggaran dan pemerataan

guru untuk mengikuti pelatihan asesmen guru reguler tidak dapat setiap

tahun diadakan dan dirasakan semua guru – guru.

Page 176: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

161

Penerapan kebijakan asesmen di sekolah tidak lepas dari faktor

pendukung dan penghambat. Adanya Pusksesmas yang menyediakan jasa

kesehatan psikologis dan tenaga profesional dirasa membantu pelaksanaan

asesmen di SD N Brengosan I. Sehingga memudahkan alur identifikasi dan

asesmen disekolah. Selain itu bentuk kerjasama orang tua dalam

pelaksanaan asesmen sudah baik. Mereka sudah berkenan untuk

bekerjasama dengan pihak sekolah.

Faktor penghambat yang dihadapi sekolah adalah beberapa orang tua

yang kurang kooperatif dengan tidak mengisi instrumen dari sekolah.

Kadangkala hal tersebut membuat pihak sekolah kesulitan dalam

mengumpulkan informasi guna melengkapi data yang diperlukan dalam

proses asesmen dan identifikasi. Kurangnya perhatian orang tua dirumah

membuat pelayanan belajar yang diterima ABK disekolah menjadi terbuang.

Keadaan ini dianggap kurang sinkron dengan upaya yang diberikan

sekolah. Beberapa faktor tersebut yang dirasa mengahambat pelaksanaan

asesmen dan pendidikan inklusi dirasa kurang maksimal. Namun hal itu

wajar terjadi karena karakter setiaporang tua berbeda- beda, dan sekolah

hanya dapat melayani, menerima dan mengarahkan saja.

Berdasarkan paparan data tersebut dapat diketahui jika implementasi

kebijakan pengelolaan asesmen terhadap ABK mulai sesuai dengan teori

Lineberry yang dimulai dari tahap membuat dan menyusun staf agen, menyususn

kerangka kerja, melakukan koordinasi terkait sumber daya dan pembiayaan, dan

mengalokasikan sumber daya. Hasil dari implementasi kebijakan pengelolaan

Page 177: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

162

asesmen ABK yang diterapakan Dinas Pendidikan dilaksanakan melalui tiga

bentuk yaitu dengan memberikan pelatihan, menjalin mitra kerja dan membentuk

lembaga khusus. Semua itu untuk meningkatkan profesionalitas guru dan

memberikan sarana/ upaya pendukung terhadap pelaksanaan asesmen disekolah.

SD N Brengosan I sendiri telah mampu dan merasakan bentuk kebijakan yang

diberikan Dinas Pendidikan. Sekolah melaksanakan pengelolaan asesmen melalui

tahap perencanaan, pelakasanaan, dan tindak lanjut. Tindak lanjut ini dimulai dari

penyusunan RPP, proses pembelajaran, hingga evaluasi dari pemberian pelayanan

dan pembelajaran. Serta memberikan pelayanan pendidikan khusus berupa jam

tambahan belajar bagi ABK yang mengalami hambatan belajar.

Page 178: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

163

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak berkebutuhan khusus

pada sekolah inklusi di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi

dilakukan melalui empat tahapan dengan membagi pihak yang berperan

dalam mengelola pendidikan di DIY, mengembangkan kerangka kerja

berdasar kebijakan pusat, mengkoordinasikan sumber daya dan pembiayaan

antara Kabupaten/ Kota dengan Provinsi, dan mengaloksikan sumber daya

dengan memperbantukan GPK. Dampak atau hasil dari penerapan tersebut

adalah; 1) diadakannya pelatihan asesmen atau pengetahuan PLB; 2)

menjalin mitra kerja dengan lembaga terkait; 3) serta membentuk lembaga

khusus. Untuk meningkatkan kinerja, pemahaman guru, dan pengelolaan

asesmen di SD N Brengosan I sebagai sekolah inklusi sudah dapat

merasakan apa yang diberikan Dinas terkait. Meskipun belum secara

optimal, sekolah mampu untuk melaksanakan kebijakan asesmen ini melalui

beberapa tahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, tindak lanjut

asesmen, dan pemberian pelayanan khusus jam tambahan belajar. Dimana

sekolah turut bekerja sama dengan pihak Puskesmas II Ngaglik sebagai

mitra kerja sekolah. Dengan demikian bentuk implementasi yang dilakukan

Dinas berupa program pendukung pelaksanaan asesmen di sekolah inklusi.

Page 179: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

164

2. Faktor Pendukung dalam implementasi kebijakan pengelolaan assessmen

ABK sekolah inklusi di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY ini

adalah: 1) materi PLB (Pendidikan Luar Biasa) sudah diberikan pada mata

kuliah kependidikan; 2) tingkat pemahaman masyarakat terhadap

pendidikan inklusi sudah meningkat; 3) adanya Puskesmas sebagai mitra

kerja sekolah. Sedangkan faktor penghambat implementasi kebijakan

pengelolaan asesmen ini diantaranya: 1) pemahaman guru reguler masih

lemah; 2) alokasi tenaga GPK (Guru Pendamping Khusus) yang terbatas; 3)

anggaran pelatihan bagi guru yang terbatas dan belum merata; 4) beberapa

orang tua kurang peduli dan sulit memahami arahan dari sekolah.

B. Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian yang didapat, maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY seharusnya dapat

meningkatkan upaya pembinaaan dan pengarahan kepada Dinas Pendidikan

Kabupaten dalam mengelola pelaksanaan pendidikan inklusi. Mengadakan

musyawarah bersama antar setiap Dinas Pendidikan di Provinsi DIY dalam

mendukung pelaksanaan pendidikan inklusi. Selain itu dapat melakukan

studi banding antara sekolah inklusi dengan SLB, sehingga dapat saling

bertukar pemahaman dan pengetahuan.

2. Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman untuk dapat memanfaatkan tenaga

lulusan PLB untuk dapat diangkat menjadi tenaga GPK di sekolah inklusi.

Page 180: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

165

Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan inklusi di

Kabupaten Sleman.

3. Kepala Sekolah untuk dapat lebih meningkatkan hubungan sekolah dengan

orang tua agar dapat bersinergi dengan kebijakan yang dibuat sekolah.

Lebih mendekatkan kepada orang tua siswa ABK secara perlahan. Dapat

melakukan sosialisasi terhadap orang tua terkait penanganan ABK.

4. Guru Kelas agar lebih meningkatkan keterlibatan siswa normal dalam

memotivasi ABK agar lebih memupuk rasa percaya diri dan kemauan

belajar Selain itu guru untuk dapat lebih aktif dalam keikutsertaan

pengelolaan identifikasi dan asesmen, tidak bergantung pada posisi GPK.

Serta memperhatikan kebutuhan ABK dengan pembelajaran yang

disampaikan.

5. Orang Tua diharapakan mampu untuk mengarahkan dan mendampingi anak

dalam belajar. Rasa keterbukaan pada orang tua untuk lebih terbuka, agar

proses identifikasi dan asesmen dapat berjalan optimal disekolah.

Page 181: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

166

DAFTAR PUSTAKA

Arif Rohman. (2009). Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang

Mediatama.

(2012). Kebijakan Pendidikan (Analisis Dinamika Formulasi dan

Implementasi).Yogyakarta: Aswaja Presindo.

Budiyanto, dkk. (2014). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi. Jakarta: Direktorat

Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar.

dkk & TIM MCPM-AIBEP. (2009). Modul Training of Trainers

Pendidikan Inklusif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

H.A.R.Tilaar & Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan (Pengantar Untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai

Kebijakan Publik). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasan Alwi. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Herdina Tyas Leylasari. (2015). Pengembangan Panduan Identifikasi dan

Assessmen Siswa Berkebutuhan Khusus Di SD N Inklusi X Surabaya.

Diakses dari laman

http://portal.widyamandal.ac.id/jurnal/index.php/warta/article/view/238/0.

Pada hari Kamis 28 Juli 2016 pukul 21.40 WIB.

Imam Yuwono. (2015). Penerapan Identifikasi, Assessmen dan Pembelajaran

pada Anak Autis di Sekolah dasar Inklusif. Diakses dari

http://eprints.unlam.ac.id/318/1/JURNAL%201.pdf. Pada hari Kamis 28

Juli 2016 pukul 20.49 WIB.

Lay Kekeh Marthan. (2007). Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta: DIRJEN

DIKTI.

Lexy J. Moelong. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mohammad Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Moh. Takdir Illahi. (2013). Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi).

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

M. Tatang Amirin dkk. (2011). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Peraturan Daerah Provinsi DIY No. 4 tahun 2012 tentang Perlindungan

Penyandang Disabilitas.

Page 182: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

167

Peraturan Gubernur DIY No. 21 pasal 1 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusi.

Peraturan Gubernur DIY No. 41 tentang Pusat Sumber dan Surat Keputusan

Gubernur DIY No. 91/ Kep/ tahun 2015 tentang Pembentukan Anggota

Pusat Sumber Pendidikan Inklusif.

Permendiknas RI No.70 pasal 1 tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif.

Pierenglo, Roger. (2009). Assessment in Special Education (a Practical

Approach). United States: Pearson Education.

Sudiyono. (2007). Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Pendidikan.

Yogyakarta:UNY Press.

Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharsim Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta:Rinneka Cipta.

Sunaryo. (2009). Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan

Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa). Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195607221

985031-SUNARYO/Makalah_Inklusf. Pada hari Senin, 1 Agustus 2016

pukul 23.00 WIB.

Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY No. 0131

Tahun 2013 tentang Pembentukan Sub Pusat Sumber di DIY.

Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Sleman

No. 245 tahun 2012 tentang Penetapan Sekolah Penyelenggara Pendidikan

Inklusi Kabupaten Sleman.

Syafarudin. (2008). Efektifitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Rinneka Cipta.

Tarmansyah. (2007). Inklusi Pendidikan untuk Semua. Jakarta: DEPDIKNAS.

UUD 1945 pasal 31 ayat 1 tentang Pendidikan dan Kebudayaan.

UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Page 183: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

168

LAMPIRAN

Page 184: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

169

PEDOMAN OBSERVASI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN ASESMEN ABK SEKOLAH

INKLUSI

NO KOMPONEN HAL YANG DIAMATI KEADAAN KETERANGAN

YA TIdak

1 Kondisi Lokasi dan

Keadaan Sekolah

Keadaan dan lingkungan

sekitar

√ Sekolah berada disekitaran

lingkungan SMP, dan SMA.

Lokasi cukup kondusif untuk

aktivitas belajar

Akses Transportasi √ Lalu lintas transportasi cukup

aman tidak padat, sekolah

berdekatan dengan jalan

sehingga tetap membutuhkan

pengawasan. Kurang adanya

zona penyeberangan sekolah.

Keadaan guru dan karyawan √ Sekolah mempunyai ruangan

tersendiri namun masih kurang

begitu luas. Data guru dan

karyawan sudah ada di ruang

guru

Kesiswaan √ Sekolah mempunyai 6 kelas,

dengan keberadaan ABK

sebanyak 20 anak. Sudah

tersedia papan informasi

kesiswaan di ruang guru

Fasilitas sekolah √ Mempunyai ruang Mushola,

tempat Parkir, UKS, dan tempat

rapat hanya belum ada

perpustakaan. Sarana prasaranan

cukup memadai, hanya untuk

ABK dengan kekhususan

pancaindra atau gerak masih

belum.

Lampiran I

Page 185: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

170

Lanjutan Lampiran 1. Pedoman Observasi

NO KOMPONEN HAL YANG DIAMATI

KEADAAN

KETERANGAN

Ya Tidak

2 Kegiatan pembelajaran Kegiatan awal √ Guru menanyakan kesiapan

siswa dalam belajar, memimpin

doa dan menerangkan materi

yang akan diberikan

Kegiatan Inti √ Materi belajar sering

menggunakan metode ceramah/

dikte. Beberapa saat

mendampingi ABK di kelas

Pengelolaan ruang kelas √ Siswa ABK duduk didepan,

bersama siswa ABK lainnya.

khusus ABK berat duduk

disendirikan

Pengelolaan bahan ajar √ Bahan ajar yang digunakan

antara ABK dan anak normal

sama, menggunakan LKS

(Lembar Kerja SISwa)

Pengelolaan siswa √ Siswa dituntut untuk tidak

berisik, dan jika kesulitan

bertanya. sesekali guru kelas

mendampingi ABK

Pengelolaan waktu √ Waktu belajar sama dengan

kelas lainnya. 1 jam pelajaaran

selama 40 menit.

Tingkat pemahaman siswa √ Biasanya dilakukan dengan

tanya jawab atau mencocokan

hasil jawaban siswa berasama.

Kegiatan Penutup √ Guru kelas memberikan PR,

ditutup dengan doa dan siswa

membersihkan kelas.

Selanjutnya dilakukan

penambahan jam belajar khusus

ABK

Page 186: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

171

NO KOMPONEN HAL YANG DIAMATI KEADAAN

KETERANGAN

Ya Tidak

3. Pelayanan kebutuhan

khusus

Persiapan √ Siswa ABK diinstruksikan

untuk tinggal dikelas, mengikuti

penguatan materi

Kesesuaian Pembelajaran √ Penguatan materi diberikan

sesuai dengan kesulitan yang

dialami siswa saat belajar

Keaktifan ABK √ ABK cukup aktif mengikuti

tambahan belajar dan menerima

arahan guru, walaupun sesekali

meminta pulang

Penutup √ Guru memberikan tugas

tambahan kepada ABK untuk

mempelajari materi yang

dianggap lemah oleh anak.

Lanjutan lampiran 1. Pedoman Observasi

Page 187: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

172

PEDOMAN DOKUMENTASI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN ASESMEN ABK SEKOLAH

INKLUSI

NO KOMPONEN DATA YANG

DIBUTUHKAN

KEADAAN KETERANGAN

Ya Tidak

1. Data SPPI dan

Kebijakan Asesmen

Data Sekolah Inklusi di

Provinsi DIY

√ Rekap data SPPI berjumlah

156 sekolah, DIY sekitar 11

sekolah, Sleman sejumlah 33

sekolah, Kulon Progo terdapat

26 sekolah, Bantul sejumlah

39sekolah, dan Gunungkidul

berjumlah 47 sekolah

Surat Keputusan

Pembentukan Lembaga

Khusus

√ Peraturan Gubernur DIY No.

41 tentang Pusat Sumber dan

Surat Keputusan Gubernur

DIY No. 91/ Kep/ tahun 2015

tentang Pembentukan

Anggota Pusat Sumber

Pendidikan Inklusif. Beserta

Surat Keputusan Kepala

Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga DIY No. 0131

Tahun 2013 tentang

Pembentukan Sub Pusat

Sumber di DIY

Kegiatan Pelatihan Asesmen

Guru Reguler

√ Pelatihan Asesmen bagi guru

reguler diadakan Seksi PLB

DISDIKPORA DIY pada

tanggal 11 September 2016.

Surat Keputusan Sekolah

Inklusi

√ SK Kepala Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Sleman Nomor:

245/KPTS/ 2012 tentang

penetapan SPPI di Kabupaten

Sleman

Page 188: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

173

Lanjutan Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi

NO KOMPONEN DATA YANG

DIBUTUHKAN

KEADAAN

KETERANGAN

Ya Tidak

2 Profil Sekolah Data Siswa Berkebutuhan

Khusus

√ Rekap Data ABK berjumlah

20 siswa ABK. 17 siswa

berketunaan slow learner

(lambat belajar), dan 3 siswa

berketunaan tuangrahita.

Sejarah Sekolah √ Sekolah beridiri tahun 1951,

berada di Dusun Kayunan,

Desa Kayunan, Kecamatan

Ngaglik, Kab. Sleman.

Berstatus Negeri .

Visi dan Misi Sekolah √ Sekolah mempunyai Visi

unggul dalam prestasi dan

berbudaya dan diwujudkan

dalam 9 Misi untuk tujuan

Sarana dan Prasarana √ Sekolah mempunyai 7

Ruangan, dan 10 alat peraga

untuk membantu

pembelajaran.

Data Guru dan Karyawan √ Rekap data guru berjumlah 12

orang, dan karyawan

sebanyak 2 orang

3 Pengelolaan

Asesmen ABK

Form Isntrumen Identifikasi/

Asesmen ABK

√ Instumen terdiri dari 5 Form

isian, 3 Form untuk guru kelas

dan 2 form untuk orang tua .

Hasil Asesmen ABK √ Hasil asesmen berdasarkan

hasil tes IQ berupa skor dan

surat keterangan kelemahan

dan kelebihan siswa. Serta

arahan dari Puskesmas.

Page 189: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

174

Lanjutan Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi

NO KOMPONEN DATA YANG

DIBUTUHKAN

KEADAAN

KETERANGAN

Ya Tidak

Rencana Pembelajaran

(RPP)

√ Rencana Pembelajaran atau

silabus sama dengan

peserta didik reguler hanya

disesuaikan dengan kondisi

dan kemampuan ABK

ketika proses KBM

berjalan

Page 190: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

175

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pedoman Wawancara Kepala Seksi PLB DISDIKPORA Provinsi DIY

1. Bagaimana peran DIKPORA Provinsi dalam memenuhi kebutuhan

pendidikan ABK sekolah inklusi?

2. Bagaimana Pengelolaan GPK yang dibutuhkan sekolah inklusi?

3. Bagaimana dasar penetapan sekolah reguler menjadi sekolah inklusi?

4. Menurut Anda, apakah asesmen penting untuk dilakukan?

5. Adakah Juknis tentang pendidikan inklusi, adakah juknis pelaksanaan

asesmen?

6. Bagaimana Implementasi Kebijakan pengelolaan asesmen abk di

DIKPORA Sleman?

7. Mengapa kegiatan tersebut dianggap penting diberikan kepada guru

sekolah inklusi?

8. Apakah Fakultas Ilmu Pendidikan UNY turut berperan dalam

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen ABK?

9. Apa yang diharapkan terhadap implementasi pengelolaan asesmen

tersebut?sudahkah tercapai dengan yang diharapkan?

10. Sudahkah setiap sekolah inklusi mampu untuk melakukan asesmen

tersebut?

11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari Implementasi Kebijakan

pengelolaan asesmen ABK di DISDIKPORA Provinsi DIY?

12. Setelah sekolah melaksanakan asesmen dan dapat diketahui jenis

pelayanannya apakah perlu untuk dilaporkan ke Disdik Sleman?

13. Adakah Resource center di setiap kabupaten?

Page 191: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

176

B. Pedoman Wawancara Kepala Kursis TK-SD DISDIK Kabupaten Sleman

1. Bagaimana peran DIKPORA Provinsi dalam memenuhi kebutuhan

pendidikan ABK sekolah inklusi?

2. Bagaimana Pengelolaan GPK yang dibutuhkan sekolah inklusi?

3. Bagaimana dasar penetapan sekolah reguler menjadi sekolah inklusi?

4. Menurut Anda, apakah asesmen penting untuk dilakukan?

5. Adakah Juknis tentang pendidikan inklusi, adakah juknis pelaksanaan

asesmen?

6. Bagaimana Implementasi Kebijakan pengelolaan asesmen abk di

DIKPORA Sleman?

7. Mengapa kegiatan tersebut dianggap penting diberikan kepada guru

sekolah inklusi?

8. Apakah Fakultas Ilmu Pendidikan UNY turut berperan dalam

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen ABK?

9. Apa yang diharapkan terhadap implementasi pengelolaan asesmen

tersebut?sudahkah tercapai dengan yang diharapkan?

10. Sudahkah setiap sekolah inklusi mampu untuk melakukan asesmen

tersebut?

11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari Implementasi Kebijakan

pengelolaan asesmen ABK di DISDIKPORA Provinsi DIY?

12. Setelah sekolah melaksanakan asesmen dan dapat diketahui jenis

pelayanannya apakah perlu untuk dilaporkan ke Disdik Sleman?

13. Adakah Resource Center di setiap kabupaten?

Page 192: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

177

C. Pedoman Wawancara Kepala SD Negeri Brengosan I

1. Latar belakang berdirinya sekolah inklusi di SD Brengosan I seperti apa?

2. Apa kelebihan dan kekurangan adanya pendidikan inklusi di SD N

Brengosan I?

3. Bagaimana implementasi kebijakan pengelolaan asesmen yang ada di SD

N Brengosan I?

4. Bagaimana peran DISDIK Sleman dan DISDIKPORA Provinsi terkait

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen ABK sekolah inklusi?

5. Adakah kebijakan sekolah yang berhubungan tentang pemberian

pengetahuan terkait pengelolaan asesmen ABK terhadap guru - guru?

6. Adakah kebijakan teknis waktu diharuskan dilaksanakan asesmen ABK?

7. Bagaiaman pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam

pengelolaan asesmen di sekolah? sudahkah efektif?

8. Strategi atau metode asesmen ABK yang digunakan di SD N Brengosan I?

9. Siapa yang terlibat dalam alur pelaksanaan identifikasi dan asesmen ABK

di sekolah?

10. Dasar penetapan Puskesmas II Ngaglik sebagai mitra sekolah dalam

melakukan asesmen seperti apa?

11. Apa ada proses pembahasan hasil identifikasi/asesmen ABK? Pihak yang

terlibat?

12. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat terlaksananya

pengelolaan asesmen ABK di SD N Brengosan I

13. Apa saja kesulitan yang dihadapi guru terkait penanganan dan

pembelajaran ABK di kelas ? solusinya seperti apa?

14. Bentuk pelayanan pendidikan khusus apa yang diberikan oleh sekolah?

15. Apakah pelayanan pendikikan khusus dan rencana pembelajaran pada

ABK sudah mampu mendukung kemampuan pembelajaran ABK yang

bersangkutan

16. Adakah anggaran khusus bagi pendidikan ABK?

17. Apakah peran orang tua dilibatkan dalam implementasi pengelolaan

asesmen ABK?

Page 193: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

178

D. Pedoman Wawancara untuk Guru Pembimbing Khusus

1. Apa peran guru pendamping khusus dalam pembelajaran ABK di kelas

inklusi?

2. Teknik pendampingan apa yang digunakan dalam proses pembelajaran

ABK di kelas?

3. Apa saja tugas dan fungsi guru pendamping dalam pembelajaran Anak

Berkebutuhan Khusus di kelas ?

4. Adakah kesulitan yang ditemui dalam menangani ABK di kelas?

Solusinya seperti apa?

5. Apakah alokasi waktu yang ada sudah mencukupi dalam memberikan

pendampingan ABK?

6. Bagaiamana implementasi kebijakan pengelolaan asesmen yang dilakukan

di SD N Brengosan I?

7. Adakah kebijakan sekolah yang berhubungan tentang pemberian

pengetahuan terkait pengelolaan asesmen ABK terhadap guru – guru?

8. Siapa yang terlibat dalam proses identifikasi dan asesmen ABK?

9. Bagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam mengamati dugaan ABK di

kelas?

10. Strategi atau metode asesmen ABK yang digunakan di SD N Brengosan I?

11. Apakah guru kelas melakukan pengelolaan asesmen di kelas?

12. Bagaiamana pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam

pengelolaan asesmen di kelas? sudahkah efektif

13. Tolak ukur seperti apa yang dicari dalam melakukan asesmen kepada

anak? Slow learner seperti apa?tunagrahita seperti apa

14. Dasar pemilihan mitra Puskesmas II Ngaglik sebagai pihak pelaksana

asesmen seperti apa?

15. Apa ada proses pembahasan hasil identifikasi/asesmen ABK? Pihak yang

terlibat

16. Saran yang diberikan oleh Puskesmas seperti apa?

17. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat terlaksananya

pengelolaan asesmen ABK di kelas?

Page 194: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

179

18. Didalam perencanaan pembelajaran ABK sekolah melibatkan siapa?

19. Bentuk pelayanan pendidikan khusus apa yang diberikan oleh sekolah?

20. Apakah pelayanan pendikikan khusus dan rencana pembelajaran pada

ABK sudah mampu mendukung kemampuan pembelajaran ABK yang

bersangkutan?

21. Apakah peran orang tua dilibatkan dalam implementasi pengelolaan

asesmen ABK?

Page 195: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

180

E. Pedoman Wawancara untuk Guru Kelas

1. Latar belakang berdirinya sekolah inklusi SD Brengosan I seperti apa?

2. Apa kelebihan dan kekurangan dengan adanya pendidikan inklusi di SD N

Brengosan I?

3. Bagaimana langkah dalam melakukan identifikasi pada ABK di kelas?

4. Bagaimana implementasi kebijakan pengelolaan asesmen yang ada di SD

N Brengosan I?

5. Bagaimana peran DISDIK Sleman dan DISDIKPORA Provinsi terkait

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen ABK sekolah inklusi?

6. Adakah kebijakan teknis waktu yang diharuskan dalam pelaksanaan

asesmen ABK?

7. Adakah kebijakan sekolah yang berhubungan tentang pemberian

pengetahuan terkait pengelolaan asesmen ABK terhadap guru - guru?

8. Alat seperti apa yang dibutuhkan dalam pengelolaan asesmen di kelas?

9. Apa strategi pelaksanaan asesmen ABK yang digunakan di kelas?

10. Adakah kerajasama dengan pihak luar(pakar) dalam pengelolaan asesmen?

11. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam terlaksananya implementas

kebijakan pengelolaan asesmen ABK di sekolah?

12. Setelah anak dilakukan assessmen oleh pakar, tindak lanjut yang dilakukan

guru seperti apa?

13. Ada 4 model kurikulum pendidikan inklusi yaitu, duplikasi, modifikasi,

substitusi, dan omisi. Model kurikulum apa yang digunakan di SD

Brengosan I?

14. Pada penyusunan RPP menggunakan format RPP pembelajaran inklusi

yang seperti apa? (terintegrasi atau individual)

15. Bagaimana pengelolaan pembelajaran yang Anda lakukan saat dikelas?

16. Model Evaluasi yang dilakukan dalam kelas inklusi di SD N Brengosan I

seperti apa?

17. Apa saja kesulitan yang dihadapi guru terkait proses pembelajaran ABK di

kelas ? solusinya seperti apa?

18. Adakah bentuk pelayanan pendidikan khusus yang diberikan oleh sekolah?

Page 196: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

181

19. Apakah pelayanan pendikikan khusus dan rencana pembelajaran pada

ABK sudah mampu mendukung kemampuan pembelajaran ABK yang

bersangkutan?

20. Apakah peran orang tua dilibatkan dalam implementasi pengelolaan

asesmen ABK? Sudahkah berperan aktif?

Page 197: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

182

F. Pedoman Wawancara untuk Orang Tua

1. Apakah Anda tahu jika anak Anda sebagai anak berkebutuhan khusus? (

sebelum disekolahkan atau sesudah disekolahkan)

2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan adanya pendidikan inklusi di SD N

Brengosan I?

3. Mengapa anda memilih SD Brengosan I sebagai tempat memperoleh

pendidikan bagi anak Anda?

4. Menurut anda sudahkah anak Anda diasesmen?

5. Apakah Anda ikut berperan dalam proses pelaksanaan identifikasi yang

dilakukan pihak sekolah?

6. Pada saat sekolah memberikan blangko identifikasi/asesmen, apakah

pernyataan yang ada mudah untuk dipahami?

7. Bagaiamana pengelolaan assessmen yang ada di SD Brengosan I sudahkah

berjalan dengan baik?

8. Adakah himbauan terhadap penanagan anak yang diberikan sekolah?

9. Adakah sosialisasi tentang pembelajaran inklusi dan perkembangan berkala

anak yang diberikan sekolah kepada Anda ?

10. Adanya kebijakan sekolah dalam menyesuaikan rencana pembelajaran

dalam hal ini seperti tingkat kesukaran, KKM, atau pendampingan oleh

GPK sudah mampu memberikan dampak yang positif bagi anak Anda?

11. Apakah pembelajaran yang diberikan sekolah sudah mampu meningkatkan

kemampuan belajar anak Anda?

12. Apakah cara kerja yang diberikan oleh guru kelas, guru pendamping khusus

sudah baik selama membimbing anak Anda, memberikan pengarahan dan

informasi kepada orang tua?

13. Apakah anak Anda pernah diperiksa oleh tenaga ahli selama disekolah?

14. Potensi yang menonjol menurut orangtua seperti apa? Serta perkembangan

anak yang ditunjukkan saat ini bagaimana?

15. Apakah orang tua turut memantau perkembangan belajar anak? Pengelolaan

anak dirumah seperti apa?

Page 198: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

183

CONTOH ANALISIS DATA WAWANCARA

1. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen Anak Berkebutuhan

Khusus Sekolah Inklusi di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Provinsi DIY

a. Menyusun Staf Agen

Informan Display Data

S Peran dikpora sleman adalah sebagai

pelaksana dari pemerintah daerah

sleman khususnya di bidang pendidikan,

pelayanan kepada masyarakat dalam

dunia pendidikan tanpa terkecuali for

all, baik anak sempurna atau anak yang

dilahirkan dalam tanda petik

berkebutuhan khusus. Sehingga anak

berkebutuhan khusus jika secara

akademik dia mampu di bina, dilatih,

dikembangkan disekolah umum tetep

dapat mengakses di sekolah umum atau

sekolah inklusi. Juga mendasar pada

Permendikud No. 70 tahun 2009

kaitannya dengan pendidikan inklusi

P Jadi sekolah inklusi merupakan sekolah

reguler seperti SD,SMP, SMA, yang

menerima anak berkebutuhan khusus,

sekolah reguler tersebut berada di

kabupaten/kota masing- masing, akan

tetapi memang untuk koordinasinya ada

koordinasi dengan kami jika ada

permasalahan. Namun bukan

Lampiran II

Page 199: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

184

sepenuhnya menjadi tanggungan kami.

Jadi sekolah inklusi tidak berada

DISDIKPORA Provinsi, sedangkan

SLB langsung berada dibawah binaan

kami. Untuk saat ini ada sekitar 76

sekolah luar biasa di Jogja. Kalau

sekolah inklusinya ada 150 an sekolah

di lima kabupaten, jadi kami juga

mengakomodasi pelaksanaan inklusi di

5 Kabupaten

Kesimpulan Pengelolaan sekolah inklusi yang berada

di Dinas Pendidikan Kabupaten, dan

pengelolaan SLB yang dilakukan oleh

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Provinsi DIY. Dinas pendidikan

Pemuda dan Olahraga DIY berperan

sebagai pembina di sekolah inklusi,

sedangkan Dinas Pendidikan Kabupaten

sebagai pelaksana.

b. Mengembangkan Kerangka Kerja

Informan Display Data

S Penunjukan inklusi itu kadangkala

membutuhkan surat penetapan inklusi

untuk mendapatkan hibah bantuan dari

APBN, contohnya pengadaan bantuan

kursi roda, braile terkadang

membutuhkan itu. Tapi sebenarnya

penetapan sekolah inklusi dari kepala

SKPD sebetulnya tidak diperlukan.

Karena nanti dikhawatirkan ada

Page 200: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

185

pelemparan tanggung jawab antara

sekolah inklusi yang ditunjuk dengan

sekolah umum. Pada prinsipnya sekolah

di DIY itu inklusi jadi wajib menerima

abk sejauh anak ini mampu dididik, tapi

kalo anak itu memiliki ketunaan yang

serius seharusnya disekolah SLB,

jangan sampai ada tumpang tindih atau

overlaping antara SLB dan inklusi.

Tentunya sekolah juga mempunyai

standar tersendiri dalam penerimaan

siswa baru

P Sekolah inklusi merupakan sekolah

umum yang didalamnya ada anak

berkebutuhan khusus, jadi sesuai

dengan deklarasi inklusi di DIY pada

bulan September 2014, bahwa semua

sekolah di DIY itu wajib menerima abk

dan wajib menjadi sekolah inklusi

Kesimpulan Kebijakan yang dibuat pusat menjadi

acuan dalam pelaksanaan kerja Dinas

Pendidikan di Provinsi DIY. Acuan

tersebut menjadi dasar dalam menyusun

petunjuk teknis yang dikembangkan

Dinas Pendidikan di Provinsi DIY bagi

semua sekolah umum yang

menyelenggarakan pendidikan inklusi

sebagai sasaran kebijakan.

Page 201: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

186

c. Mengkoordinasikan Sumber Daya dan Pembiayaan

Informan Display Data

S Pengelolaan GPK itu kewenangan

Dinas Pendidikan tingkat Provinsi,

Sleman tidak mempunyai kewenangan

untuk mengangkat. Selain itu yang

memberi gaji GPK adalah Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY

khususnya Seksi PLB

P Jadi kita berupaya memberikan GPK

ke sekolah inklusi tetapi hanya sebagian

kecil. Seharusnya Kab/ Kota yang

otomatis memang secara betul-betul

mengelola untuk memfasilitasinya

tetapi karena kaitanya dengan adanya

anak berkebutuhan khusus, terkadang

mereka lapor ke kami dan kami

menindaklanjuti sesuai kemampuan

Kesimpulan Pengelolaan GPK di Daerah Sleman

berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga DIY dalam

memenuhi permintaan GPK. Dinas

Pendidikan Pemuda Sleman masih

meminta bantuan dari Dinas Provinsi

terkait pemenuhan GPK,

Page 202: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

187

d. Mengalokasikan sumber daya

Informan Display Data

S Jadi kebutuhan tenaga GPK saat ini

masih terbatas dari Dinas Pendidikan

Provinsi, tetapi kalau sekolah yang

mampu mereka akan mencari GPK

sendiri tetapi itu hanya beberapa saja

P tapi seperti yang disampaikan Kepala

Dinas, kami mengirim GPK kesana

dengan jumlah terbatas. Jika kami

mengirim GPK sesuai dengan

permintaan yang diharapkan oleh

sekolah reguler dalam artian sekolah

inklusi itu habis guru- guru PLB.

Nantinya SLB bisa tutup, karena

sekolah SLB jika dibandingkan sekolah

reguler jauh lebih banyak sekolah

reguler

Kesimpulan Alokasi GPK dari DISDIKPORA Prov.

DIY merupakan guru SLB yang

dipinjamkan ke sejumlah sekolah

inklusi, dampak yang ditimbulkan

adalah siswa SLB akan tertinggal

bahkan SLB akan tutup. Dikarenakan

kekurangan sumber daya pengajar di

SLB. Perbandingan sekolah inklusi dan

SLB yang tidak sepadan.

Page 203: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

188

e. Hasil/ dampak implementasi kebijakan

1) Mengadakan Pelatihan Asesmen

Informan Display Data

P Jadi begini sekolah inklusi tidak berada

DISDIKPORA, sedangkan SLB

langsung berada dibawah binaan kami,

sedangkan sekolah reguler

SD,SMP,SMA, ada dikabupaten/kota.

Jadi terkait implementasi pengelolaan

asesmen di DISDIKPORA DIY yang

disekolah itu ada di Kab/Kota. Memang

itu kebijakan kami, jadi Asesmen itu ada

disekolah namun kami hanya

memberikan bekal kemampuan guru

reguler disekolah inklusi untuk mampu

mengasesmen anak itu. Tapi

kemampuannya seperti apa memang itu

lain kita belum tahu, jadi disana belum

tentu tahu tapi paling tidak ada bekal.

Jadi terkait kebijakannya kami hanya

memberikan pelatihan kepada guru

reguler kaitannya dengan pembekalan

pengetahuan bagaimana melakukan

asesmen kepada peserta didik, sebatas

pengetahuan saja

Page 204: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

189

S Bentuk pelatihan yang kami berikan

berfokus pada materi penguatan SDM.

Hanya saja untuk pelatihan asesmen

tersendiri belum ada, karena materinya

sudah disatukan dengan materi

pelatihan pendidkan inklusi, karena

juga menyampaikan teori assessmen

juga. Jadi kita hanya memberikan

pengetahuan tentang asesmen karena

yang punya para ahli seperti psikolog

gitu mas

Y Dinas sering melakukan pelatihan

inklusi, tapi kalau keabkan masih

banyak di provinsi, kalau kabupaten

sekedar diklat pendidikan inklusi. Kalo

di DIKPORA Sleman kemarin juga

pernah ikut, tapi cuman kedua presentasi

tentang abk disini. Ya kelebihannya

lebih paham terhadap abk dibandung

yang lalu

Kesimpulan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

telah memberikan fasilitas dalam

penguatan SDM di sekolah inklusi.

bentuk pelatihan menyangkut

kekhususan anak berkebutuhan lebih

banyak diberikan oleh Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY

dibandingkan dengan Kabupaten.

Page 205: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

190

2) Menjalin mitra kerja dengan lembaga terkait

Informan Display Data

S Asesmen itukan penilaian, jadi

kebijakannya diserahkan kelembaga

yang profesional. DIKPORA Sleman

atau sekolah itu menjalin kerja sama

dengan mitra kerja seperti Puskesmas,

RS, atau Psikolog, sekolah menjalin

kerja sama dengan instansi terkait

seperti instansi kesehatan tersebut. Dan

pelatihan hanya di penguatan SDM-nya,

jadi lebih ke pendekatannya, oh anak itu

harus diasesmen dahululu. Jadi dia itu

kekhususnanya itu dibidang apa, nanti

penanganannya seperti apa akan lebih

mudah nanti ditanganinya

Kesimpulan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

mengupayakan untuk dapat menjalin

kerjasama dengan pihak profesional

dalam bidang kesehatan untuk

mendukung terlaksananya asesmen

disekolah inklusi. Pihak yang terlibat

dalam pelaksanaan asesmen ABK

kebanyakan dari Puskesmas di tiap

Kecamatan

Page 206: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

191

3) Membentuk Lembaga Khusus

Informan Display Data

P pusat sumber itu ada di SLB N 2

Yogyakarta berdasarkan SK Gubernur,

kalau disetiap kabupaten itu namanya

sub pusat sumber dan pembentukannya

dari SK Kepala Dinas. Jadi dibawah

pusat sumber itu ada sub pusat sumber,

itu ada di masing kabupaten/ kota,

kebanyakan SLB yang ditunjuk SLB

Negeri, jadi kalo sub pusat sumber yang

dikabupaten/ kota itu biasanya negeri

tapi kalau yang kekhususan, seperti autis

ada yang swasta juga.

S Ada, pusat sumber yang di Kabupaten

itu ada di beberapa SLB namanya RC

(resource center) sudah ada sejak tahun

2013. Surat pemutusannya ada di

DIKDAS PLB Dinas Provinsi. SLB itu

dipilih yang mampu sebagai menjadi

pusat rujukan artinya kalo ada

permasalahan bisa menjadi sumber

pertanyaan informasi, atau konsultan

bagi sekolah inklusi mas.

Kesimpulan Dinas Pendidikan terkait telah berupaya

untuk memberikan fasiltas untuk

mendukung pendidikan inklusi atau

sebagai rujukan jika sekolah mengalami

permasalahan, dengan memilih SLB

yang mampu menjadi pusat rujukan.

Page 207: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

192

f. Pengelolaan Asesmen di Sekolah Inklusi

1) Perencanaan Pengelolaan Asesmen

Informan Display Data

A Perencanaan pelaksaanaan asesmen

yang dilakukan sekolah, kita

merencanakan pelaksanaan asesmen tiap

tahunnya, nanti ada instrumen

pelaksanaan asesmen, kemudian saya

memberikan instrumen itu ke guru

kelas, nanti guru kelas mengadakan

asesmen. bahkan ada yang dilakukan

setiap satu semester. Jadi tetap kita

pantau perkembangannya. Selain itu ada

instrumen untuk ke orang tua, itu

biasanaya lebih ke riwayat anak,

kelahiran, riwayat pertumbuhan dan

lainnya

SA Kalau diharuskan walaupun tidak

diharuskan kami sekolah inklusi tetap

melaksanakan di awal tahun pelajaran,

karena akan menentukan anak tersebut

berkebutuhan atau tidak. Jadi asesmen

tetap diadakan di awal tahun pelajaran.

Karena kami menyadari kalo sekolah

inklusi ya harus ada asesmen

Kesimpulan Perencanaan pelaksanaan asesmen

dilakukan sejak kelas rendah, dan

dilakukan secara berkesinambungan dari

kelas rendah ke kelas yang lebih tinggi,

dengan melibatkan berbagai pihak.

Page 208: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

193

2) Pengelolaan Asesmen di Sekolah

a) Tahap Identifikasi

Informan Display Data

Y Dilihat dari prestasinya bagaimana,

perilakunya, kepribadiannya juga. Kalau

prestasinya jauh dari temen lainnya, Oh

anak ini kemungkinan ABK, nanti saya

lapor ke GPK baru GPK yang menindak

lanjuti

SA Pertama, ada pengamatan yang

dilakukan guru kelas dan

dikonsultasikan ke GPK dan Kepala

Sekolah. Selanjutnya baru

ditindaklanjuti dengan wawancara atau

pengisian instrumen/ blangko untuk

penentuan ketunaan sementara. Tahapan

selanjutnya dengan membawa anak itu

untuk diasesmenkan di Puskesmas

AL Kalau saya menilai dengan cara lisan,

dan mengamati perkembangan belajar

anak seperti keakftifan anak, hasil

belajar dan nanti berdiskusi dengan

GPK

Page 209: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

194

Kesimpulan Pelaksanaan identifikasi dilakukan guru

kelas melalui pengamatan, dan

instrumen. Kriteria yang menjadi acuan

penetapan sementara ABK biasanya

berupa faktor prestasi, perilaku,dan

kepribadian anak. Identifikasi tersebut

dilakukan untuk menentukan dugaan

sementara bahwa anak tersebut memiliki

ketunaan dan sebagai dasar tindak

selanjutnya.

b) Tahap Asesmen

Informan Display Data

A Kalau metode asesmen kita pertama

melakukan wawancara pada orang tua

atau mulai dari lahir selama

perkembangan bagaimana. Kemudian

jika saya berdiskusi dengan guru kelas

kita lihat bagaimana perkembangan

anak selama pertama masuk mungkins

setelah satu bulan nanti bisa kelihatan

apakah anak itu kita curigai sebagai

abk, setelah itu kita konsultasi, dan

memberi tahu ke orang tua bahwa ini

anak ibu seperti ini, kemudain kita ke

Puskesmas untuk dites IQ. Kalau sudah

ada tes IQ kita tahu dan memastikan

bagaimana kondisi anak, kemudian

orang tua tahu kita beri arahan kalo dia

memang tidak bisa berkembang secara

Page 210: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

195

akademik kita arahkan ke SLB. Tapi itu

kembali ke orang tuanya lagi mas,

apakah orang tua tidak mau dipindah

anaknya akan dikeluarkan kan juga

eman- eman dan tidak boleh kan mas,

dan tetap itu tanggung jawab kita

bersama

I Kalau tes IQ sudah pernah di tes IQ kan

satu kali, hasilnya diberikan kesekolah.

Dari surat itu dikasih tahu anak ibu itu

usianya berkisar 4 tahun 6 bulan,

kemudian diberikan saran harus belajar

rutin dan dipantau terus menerus, ada

saran untuk dileskan namun kami

sedikit kesulitan, jadi hanya saya ajari

saja dirumah

Kesimpulan asesmen dilakukan secara sistematis,

mulai pengumpulan informasi,

pengamatan, konsultasi, dan tes IQ.

Peran orang tua juga dilibatkan dan

berpengaruh pada perkembangan anak

selanjutnya, dengan pengarahan dari

sekolah atau Puskesmas.

Page 211: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

196

c) Pembahasan Hasil Asesmen

Informan Display Data

A Saran yang diberikan Pukesmas itu ada,

seperti gambaran anak itu seperti apa,

kelemahan anak sepertai apa,

kelebihanya, terus yang bisa

dikembangkan seperti apa itu ada. Jadi

biasanaya kalau orang tuanya kooperatif

nanti juga saya ajak untuk diberikan

penyuluhan dari Puskesmas

SA Pembahasan hasil identifikasi.asesmen

biasanya dilakukan oleh GPK, guru

kelas dan orang tua, untuk digunakan

sebagai perumusan rancangan

pembelajaran, kalau orang tua untuk

memberikan hasil assessmen dan apa –

apa saja yang perlu diberikan kepada

anak saat dirumah. Karena kalau hanya

dari pihak sekolah sendiri, nantinya

anak akan sulit berkembang

AL Setelah dites IQ saya berdiskusi dengan

GPK berdasarkan hasil dan saran dari

Puskesmas, kemudian memberi tahu

orang tua anak

I Dulu pernah disuruh Ibu wali kelas

sama Ibu Astuti untuk memantau belajar

anak dan perutinan belajar, dan dulu

pernah saya leskan ke tempat wali kelas

tapi karena anaknya dulu tidak penuh

berangkat, kemudian saya stop, karena

Page 212: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

197

hanya membuang biaya

Kesimpulan Pembahasan hasil untuk mencari solusi

memecahkan masalah atau kelemahan

pada anak, serta menyampaikan arahan

kepada wali siswa terkait hasil dan

penanganan anak dirumah. Pembahasan

tersebut melibatkan peran dari guru

kelas, GPK, dan orang tua anak.

g. Tindak Lanjut Asesmen

1) Perencanaan Pembelajaran

Informan Display Data

A Rencana pembelajaran itu saya dan guru

kelas, jadi saya hanya membimbing dan

mendampingi guru kelas dalam

membuat RPP, karena kecenderungan

RPP di sini menurunkan indikator

kesulitan, dilihat dari banyak ABK yang

mengalami hambatan kecerdasannya

SA kami dalam perencanaan RPP, ada RPP

yang di modifikasi jadi RPPnya itu

tujuannya sudah dibagi dua untuk ABK

dan reguler, dan itu sudah ada

penurunan tingkat kesukaran materi,

dari kelas satu sampai kelas 5. Untuk

kelas 6 kami tidak menurunkan

kesukaran materi, karena agar kelas

enam bisa mengikuti ujian nasional

semua. Karena untuk naik masuk ke

SMP inklusi itu disini masih jauh,

Page 213: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

198

kasihan orang tua mereka. Karena kan

jika sekolah sendiri yang membuat ujian

nanti anak tidak punya ijazah hanya

STTD. Dan saat mau melanjutkan ke

SMP harus SMP inklusi dan itu jauh,

jadi kami justru takut kalau anak itu bisa

putus sekolah. Jadi kelas enam kami

paksakan untuk sama rata, hanya kami

menurunkan nilai KKM sehingga

mendekati ABK itu bisa lulus, bisa

KKM itu skor 2. Jadi ada mata pelajaran

tertentu itu kami menerapkan KKM itu

bisa 1-2 karena untuk mengawekani

ABK itu agar bisa lulus

Y Kalau penyusunan RPP terintegrasi,

RPPnya masih sama jika yang saya

buat, belum disendirikan. Karena kalau

saya sendirikan nanti repot mas

AL Saya menggunakan RPP yang

terintegrasii. Tapi RPP yang saya buat

saya rasa belum mampu meningkatkan

kemampuan anak, jadi jika saya

setarakan dengan anak nomal

kemungkinan gak bisa mengikut. Kalau

RPP khusus ABK juga dirasa belum

mampu juga. Terkadang saya buat soal

dua macam yang satu normal dan satu

abk. Tapi kadang matematika saya

turunkan angkanya

Page 214: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

199

Kesimpulan guru mempunyai satu RPP namun

didalamnya memuat dua rumusan

perencanaan yaitu untuk siswa reguler

dan siswa berkebutuhan khusus.

Terdapat komponen pembelajaran yang

tidak dimodifikasi seperti rumusan

Standar Kompetensi (SK), Kompetensi

Dasar (KD) dan alokasi waktu.

Modifikasi yang dilakukan pada

penurunan tingkat kesukaran, namun

untuk kelas VI disamaratakan.

b) Pelaksanaan Pembelajaran

Informan Display Data

A Pelaksanaan pembelajaran lebih ke guru

kelas, dan saya hanya mendampingi saja

jika ada kesulitan”.

AL Kalau yang saya lakukan pengajaran

dilakukan seperti pada RPP yang saya

buat, kadang diskusi, ceramah, atau

dikte. GPK kadang masuk kekelas III,

biasanya mendampingi anak yang

tunagrahita. Kalau penempatan tempat

duduknya saya pisah antara ABK dan

yang biasa, namun tetap tempat

duduknya berputar setiap minggunya

Y Kalau pengelolaan didalam kelas itu

diajarkan sama dengan yang umum, tapi

ada tambahannya supaya tidak ketinggal

jauh dari temannya diberi jam

tambahan. Dan tempat duduknya

Page 215: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

200

dicampur tapi disendirikan yang ABK-

nya. Prestasi belajarnya juga jauh

dibandingkan dengan anak normal.

Kalau ada tugas tetap kita dampingi

tidak ditinggal

Kesimpulan Pelaksanaan pembelajaran dilakukan

seperti kelas reguler pada umumnya,

GPK hanya mendampingi ABK.

Sedangkan tempat duduk ABK

disendirikan bersama ABK atau

didekatkan dengan meja guru, agar guru

mudah memantau dan mendampingi

anak.

d) Evaluasi Belajar

Informan Display Data

Y Model evaluasi yang dilakukan sendiri,

contohnya kalau misalnya matematika,

MTK jika perkalian kalau yang anak

normal bilangannya besar tapi kalo

ABK masih rendah bilangannya. jika

belum ada peningkatan nanti ada

perbaikan, itupun masih tetap saya

dampingi, karena anaknya sulit

membaca dan tidak bisa memahami isi

bacaan belum tahu maksudnya. Nanti

kalo dibiarkan nilainya bisa nol- nol

terus mas

Page 216: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

201

AL yang khusus inklusi hanya lisan,

sedangkan saat pas ulangan ya saya

bacakan tapi kadang juga tidak bisa dan

sulit nyambung. Ada juga yang suruh

milih pilihan ganda abc, itu disilang

semua. Evaluasinya saya kasih soal

sendiri untuk yang normal kalau yang

abk ya lisan, jawabanya nanti saya tulis

baru bisa saya lakukan penilaian. Kalau

lisan dia bisa jawabnya, tapi kalau nulis

itu disilang semua. hal itu dialami oleh

anak abk yang tunagrahita.

I Saya rasa nilai anak saya sekarang tidak

beda jauh dengan nilai anak lainnya,

dan perkembangan yang saya rasakan

sekarang anak sudah lebih peka, bisa

membaca, menulis dan tanggungg jawab

Kesimpulan Model evaluasi yang dilakukan

mengikuti kebutuhan siswa,

disendirikan dengan siswa reguler.

Beberapa orang tua sudah merasakan

perkembangan belajar anak meningkat.

h. Pelayanan Pendidikan Khusus

Informan Display Data

SA Sebatas pengulangan materi, tambahan

kalau disinag hari sekitar 1-1/2 jam ada

pengulangan materi pada ABK supaya

tidak kebingungan dan diakhir

Page 217: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

202

pelajaran. Itu hanya tinggal ABK yang

mendapat pendalaman materi

A Pelayanan pendidikan khusus hanya

pemberian tambahan jam belajar, dan

guru kelas ada yang seperti itu mas, tapi

ya itu kesadaran sih mas, kalau saya

ingin ngopyak opyak tidak enak gitu

mas

Y Pelayanan pendidikan khusus hanya

penambahan jam belajar, dan

pelaksanaanya tidak tentu tapi setelah

pulang pelajaran khusus ABKnya. Tapi

kadang kalau teman ABK lainnya sudah

pulang, mereka ikut gelisah ingin

pulang. Jadi hanya sebentar. Itupun

responya, ada satu anak yang tidak mau

dengan pelajaran yang diberikan,

responya sulit. Dia itu mudah lupa, suka

bengong, kalau ditanya atau diingatkan

menunduk

Kesimpulan Pelayanan pendidikan khusus hanya jam

tambahan belajar seusai pembelajaran

reguler berakhir, untuk menguatkan

materi.

Page 218: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

203

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Pengelolaan

Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Provinsi DIY.

a. Faktor Pendukung

Informan Display Data

P Kemampun guru atau kekurangan guru

itu sendiri pertama kurang, kdua mereka

belum tahu dan perlu dilatih. Seperti

yang pernah disampikan bapak Rochmat

Wahab sekarang ini ada materi PLB

sekian SKS masuk dalam mata kuliah di

setiap prodi UNY juga menjadi faktor

pendukungnya.

S Kalau pendukungnya pemahaman

tentang pendidikan inklsui sudah

mampu diakses oleh setiap

masyarakatnya

SA Kalau faktor pendukungnya yaitu orang

tua siswa kooperatif bisa diajak untuk

bermusyawarah, gurunya juga sabar,

pihak puskesmas juga bisa menerima

kami dengan enak,

Kesimpulan Faktor pendukung dalam implementasi

kebijakan asesmen ini dalam

penerapannya di sekolah

inklusidiantaranya pemberian materi

PLB pada perkuliahan yang mencetak

tenaga guru. Sehingga masalah

pemahaman guru kedepannya dapat

lebih luas dan siap jika menangani

Page 219: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

204

ABK. Pemahaman masyarakat terkait

pendidikan inklusi saat ini sudah dapat

diketahui serta diakses setiap masarakat.

Orang tua anak mulai kooperatif dalam

bermusyawarah.

b)Faktor Penghambatnya

Informan Display Data

P GPK alokasi waktunya hanya 2 hari,

dengan 4 hari di SLB. Itupun di slb

ditinggal 2 hari juga kewalahan. Faktor

penghambat lainnya seperti jumlah

sekolah inklusi kan sekian banyak, jadi

kendala yang sering ditemui di

penganggarannya. Mungkin juga

kendalanya jumlah sekolah itu sekian

dan kita hanya bisa melaksanakannya

tidak semua kena hanya sekitar 80 saja.

Selain itu termasuk didalamnya

pengalokasikan pembinaan sekolah

oleh dinas kota dalam membina sekolah

inklusi belum maksimal

S Faktor penghambatnya itu pemahaman

terhadap kebijakan pendidikan inklusi

belum semua dipahami guru reguler.

Jadi mereka beranggapan jika siswa

inklusi itu akan menghambat prestasi

sekolah. Perumpamaanya seperti ini

anak lambat belajar ini kalau diiterima

disekolah akan mengurangi rata rata

Page 220: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

205

prestasi sekolah kami. Padahal

kebijakan di pemerintah pusat itu ada

peningkatan mutu / kualitas akademik

dan non akademik dan peningkatan

akses, semua warga negara berhak

mendapatkan pendidikan

Kesimpulan Faktor penghambat yang dirasakan

Dinas Pendidikan mengacu pada

permasalahan dalam peningkatan akses

dan mutu. Kendala yang dialami

kebanyakan dari faktor kemampuan

guru dalam hal pendidikan dan

pelayanan ABK masih kurang,

diperbantukan GPK dari Dinas juga

dirasa belum mampu. Dikarenakan

sekolah inklusi yang ada berbanding

terbalik dengan ketersediaan GPK yang

diambil dari SLB, serta pelatihan dan

terbatas anggaran yang ada.

Page 221: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

206

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan I

Hari/ Tanggal : Selasa, 6 September 2016

Pukul : 12. 39 WIB

Pada hari tersebut peneliti berkunjung ke Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Provinsi DIY pada pukul 12. 39 WIB untuk menemui Bapak Purwadi

selaku Kepala Seksi Pendidikan Luar Biasa untuk wawancara penelitian. Suasana

yang sibuk nampak dalam ruangan tersebut. Selain itu mengingatkan kembali

masa – masa saat melakukan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan ) dahulu.

Penulis menyampaiakan proposal penelitian dan maksud dari penelitian tersebut.

Selain mewanancarai beliau, penulis juga mencari data – data pendukung dalam

penelitian, seperti program-program, rekap data SPPI, serta SK pembentukan

Pusat Sumber dan Sub Pusat Sumber. Penulis juga disarankan untuk mengikuti

pelatihan pengelolaan assessmen guru SPPI yang sedang berlangsung saat itu.

Tepatnya Hotel UIN Yogyakarta selama 5 hari mulai dari tanggal 5 September

hingga 10 September 2016. Selepas itu penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan berpamitan.

Lampiran III

Page 222: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

207

Catatan Lapangan II

Hari/Tanggal : Jum’at, 9 September 2016

Pukul : 08. 54 WIB

Pagi itu sekitar pukul 08.54 WIB penulis datang ke Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman, untuk melakukan wawancara lanjutan.

Sebelumnya penulis telah datang namun gagal bertemu dengan Kepala Seksi

Bidang Kurikulum dan Kesiswaan TK dan SD, Bapak Subardi. Dinas Pendidikan

Kabupaten Sleman dianggap turut berperan dalam pelaksanaan dan pengelolaan

sekolah inklusi di Kabupaten Sleman, selain itu dikarenakan sekolah yang

menjadi subjek penelitian selanjutnya berada di Sleman. Di hari itu penulis

bertemu dengan beliau, bercengkrama terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan

menjabarkan maksud dan tujuan kedatangan. wawancara berlangsung sekitar

setengah jam. Beliau akan bertemu dengan tamu sehingga proses wawancara kami

percepat. Setelah wawancara selesai dilakukan saya berpamitan dan mengucapkan

terima kasih, selain itu juga memohon jika masih ada kekurangan untuk dapat

bertemu dengan beliau.

Pada hari pula penulis berkunjung ke SD Negeri Brengosan I sekitar pukul

09.30 WIB dan disambut dengan suasana sekolah yang asri. Saat itu penulis

bermaksud untuk menyampaikan ijin penelitian dan proposal penelitian, serta

memohon bantuan dari sekolah dalam proses penelitian tersebut. Janji antara

kedua belah pihak telah disepakati untuk melakukan wawancara pada hari kamis

tanggal 15 September 2016.

Page 223: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

208

Catatan Lapangan III

Hari/Tanggal : Kamis, 15 September 2016

Pukul : 08. 47 WIB

Setelah hari yang disepakati tiba, penulis datang ke SD N Brengosan I

untuk melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan

terhadap 3 narasumber diantaranya Kepala Sekolah yaitu bapak Sarjiyo, Ibu Guru

Pendamping Khusus yakni Ibu Astuti, dan Ibu guru kelas atas nama Ibu Andri

Lestari. Wawancara berlangsung sekitar 70 menit dengan rata –rata durasi 22

menit. Ketiga pihak tersebut dapat bekerjasama dengan kooperatif. Setelah

melakukan wawancara, penulis meminta dokumen pendukung berupa rekap data

siswa, guru dan karyawan, riwayat sekolah, RPP (rencana pembelajaran), serta

instrumen identifikasi/ assessmen. Dokumen tersebut dapat terpenuhi, namun

belum semua karena untuk instrumen identifikasi/ assessmen belum dibawa GPK.

Selain itu penulis ikut bergabung dalam kegiatan belajar di kelas III, sebagai kelas

yang memiliki ABK cukup banyak. Anak berketunaan lambat belajar sebanyak 3

siswa, dan 2 siswa berketunaan tunagrahita. Proses belajar mengajar dilakukan

seperti kelas pada umumnya, namun ada peran GPK yang turut mendampingi

siswa ABK di Kelas. GPK lebih sering mendampingi anak tunagrahita. Selepas

itu peneliti mengajukan pamit dan berterimakasih.

Page 224: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

209

Catatan Lapangan IV

Hari/Tanggal :Kamis, 29 September 2016

Pukul : 10.29 WIB

Selang beberapa hari peneliti kembali berkunjung ke SD N Brengosan I

untuk melengkapi tambahan narasumber untuk guru kelas, sebagai pembanding

antara guru kelas rendah dan tinggi. Saat itu peneliti memilih perwakilan dari guru

kelas IV, dikarenakan jumlah ABK di kelas tersebut lebih banyak dibandingkan

kelas V dan VI. ABK yang ada berjumlah 6 siswa, 5 siswa berketunaan lambat

belajar dan 1 siswa berketunaan tunagrahita. Wawancara dilakukan selama 38

menit, dan dilanjutkan dengan observasi mengikuti proses KBM di kelas IV.

Suasana pengajaran dilakukan seperti biasa, guru kelas mengajar sendiri tanpa

GPK. Sesekali mengajari siswa yang berketunaan, nampak kesulitan sekali adalah

siswa ABK tunagrahita. Setelah selesai peneliti mengajukan untuk pergi dan

berterima kasih.

Page 225: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

210

Catatan Lapangan V

Hari/Tanggal : Jum’at, 30 September 2016

Pukul : 14.52 WIB

Peneliti kembali menemui bapak Subardi selaku Kepala Seksi Kurikulum

dan Kesiswaan Dinas Pendidikan Sleman untuk melakukan wawancara tambahan.

Untuk melengkapi wawancara terdahulu yang terpotong dikarenakan kesibukan

beliau. Wawancara dilakukan santai namun tetap fokus pada masalah. Kurang

lebih 20 menit peneliti dan narasumber saling berbincang.

Page 226: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

211

Catatan Lapangan VI

Hari/Tanggal : Rabu, 19 Oktober 2016

Pukul : 10.03 WIB

Peneliti datang ke SD Negeri Brengosan I untuk melakukan wawancara

tambahan, sekaligus mengumpulkan dokumentasi instrumen Identifikasi dan

assessmen, serta mendokumentasikan proses jam tambahan belajar dan

ekstrakurikuler. Hal ini dikarenakan sebelumnya data instrumen tersebut belum

ada, dan dapat diterima peneliti pada hari itu. Kurang lebih 23 menit peneliti dan

narasumber berbincang- bincang dengan GPK yakni Ibu Astuti. Peneiliti juga

meminta bantuan dari GPK untuk menghubungkan kepada wali murid ABK yang

dapat diwawancarai. Kemudian GPK akan memberi tahu peneliti jika ada

walimurid yang bersedia diwawancarai. Selepas itu peneliti menunggu jam

pulang sekolah untuk dapat mengikuti jam tambahan belajar bagi Kelas I,

dikarenakan untuk kelas lainnya terbentur jadwal ekstrakurikurikuler Pramuka.

Jam tambahaan belajar diikuti oleh 3 siswa, 2 siswa dianggap lemah dan satu

siswa diikutsertakan sebagai teman tambahan. Materi yang diajarkan saat itu

pembelajaran huruf dan membaca, siswa sangat terpengaruh kepada teman

lainnya yang sudah pulang sehingga sulit fokus. Kgiatan tersebut berlangsung

sekitar 20 menit karena siswa sudah tidak kerasan, sehingga guru hanya memberi

tugas bagi siswa ABK. Selepas jam tambahan belajar usai peneliti juga

berkesempatan untuk mendokumentasikan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, baik

anak normal dan ABK semua wajib mengikuti Pramuka.

Page 227: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

212

Catatan Lapangan VII

Hari/Tanggal : Minggu, 6 November 2016

Pukul : 16.40 WIB

Setelah mendapat informasi dari GPK bahwa ada wali murid yang

bersedia diwawancarai, peneliti menghubungi beliau Bapak Sihomo sesuai saran

dari GPK. Beberapa hari peneliti sulit menemui, hingga pada akhirnya peneliti

dapat bertemu dengan beliau pada hari tanggal 6 November 2016 pukul 16. 40

WIB. Sore itu peneliti datang berkunjung kerumah beliau untuk melakukan

wawancara, dan disambut oleh walimurid. Siswa yang dianggap ABK juga sedang

bermain disekitar rumah. Nampak dari wajah anak tersebut seperti anak normal

pada umumnya, hanya sedikit hiper. Peneliti berbincang – bincang dengan wali

murid berdasarkan fokus yang dicari, nampak pula ABK tersebut memberikan

makanan dan minuman kepada kami. Sekitar 60 menit kami berbincang- bincang

dengan bapak Sihomo bersama istrinya, setelah dirasa data yang diperoleh telah

mencukupi. Peneliti berterimakasih dan memohon pamit.

Page 228: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

213

DOKUMENTASI

Gambar 1. Proses pelaksanaan pelatihan

asesmen ABK guru SPPI tahun 2016

Gambar 2. Materi pelatihan Alphabet Braile

saat pelatihan asesmen ABK guru SPPI

Lampiran IV

Gambar 3. Plang penampang identitas SD N

Brengosan I Gambar 4. Piala – piala dan prestasi yang

diperoleh SD N Brengosan I

Page 229: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

214

Gambar 5. Struktur organisasi pengurus (guru & karyawan) sebagai SDM

pelaksanaan pengelolaan asesmen dan pendidikan inklusi SD N Brengosan I selaku

sasaran kebijakan Dinas Pendidikan terkait

Page 230: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

215

Gambar 6.Pelayanan khusus ABK berupa

Pendampingan oleh guru reguler saat KBM

dikelas IV

Gambar 7. Pelayanan ABK berupa

pendampingan oleh GPK terhadap ABK

kategori berat di kelas III

Gambar 8. Ekstrakurikuler kesenian tari pada

kelas II yang diikuti siswa normal dan ABK

dalam rangka pengembangan potensi anak

Gambar 9. Pelayanan Pendidikan Khusus

berupa jam tambahan belajar untuk siswa

ABK

Page 231: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

216

Gambar 10. Wawancara dengan Kepala Sie.

PLB DISDIKPORA Prov. DIY selaku agen

kebijakan (Pembina)

Gambar 11. Wawancara dengan Kepala

Kursis TK- SD DISDIK Kab. Sleman selaku

agen kebijakan (Pelaksana)

Gambar 12. Wawancara dengan Kepala SD N

brengosan I yaitu Bapak SA Gambar 13. Wawancara dengan GPK SD N

brengosan I yaitu Ibu A

Gambar 14. Wawancara dengan Ibu Y selaku

Guru kelas IV Gambar 15. Wawancara dengan Ibu I sebagai

wali siswa ABK (slow learner)

Page 232: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

217

A. Instrumen Identifikasi SD N Brengosan I

Lampiran V

Page 233: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

218

Page 234: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

219

Page 235: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

220

Page 236: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

221

Page 237: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

222

Page 238: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

223

Page 239: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

224

Page 240: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

225

Page 241: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

226

Page 242: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

227

Page 243: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

228

Page 244: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

229

B. Hasil Asesmen Siswa ABK

Page 245: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

230

Page 246: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

231

Page 247: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

232

Page 248: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

233

C. Rencana Pembelajaran Siswa (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SD Negeri Brengosan 1

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : III/1

Waktu : 2 X 35 menit (2 JP)

Tahun Pelajaran : 2015/2016

Standar Kompetensi

1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka

Kompetensi Dasar

1.1. Menentukan letak bilangan pada garis bilangan

Indikator

Umum ABK

1.1.1. Membilang secara urut

1.1.2. Mengurutkan bilangan dan

menentukan posisinya pada garis

bilangan

1.1.3. Membandingkan bilangan

1.1.1. Membilang secara urut bilangan 2

angka

1.1.2. Mengurutkan bilangan dan

menentukan posisinya pada garis

bilangan dari bilangan 2 angka

1.1.3. Membandingkan bilangan dari

bilangan 2 angka

Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa

- Disiplin

- Jujur

- Kerja keras

Tujuan Pembelajaran

Umum ABK

1. Siswa dapat membilang bilangan tiga

angka secara urut

2. Siswa dapat mengurutkan bilangan tiga

angka dan menentukan posisinya pada

garis bilangan

3. Siswa dapat membandingkan bilangan

tiga angka “kurang dari” atau “lebih

dari” dan “sama dengan” dengan tanda

<, >, =

1. Siswa dapat membilang bilangan 2

angka secara urut dengan bimbingan

guru

2. Siswa dapat mengurutkan bilangan 2

angka dan menentukan dengan

bimbingan guru

3. Siswa dapat membandingkan bilangan

2 angka “kurang dari”, atau ” lebih

dari”, dan “sama dengan” dengan tanda

<, >, = dengan bimbingan guru

Page 249: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

234

Materi Ajar

Operasi Hitung Bilangan

Metode Pembelajaran

- Diskusi

- Penugasan

- Ceramah

Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal ( 5 menit)

Berdoa, salam, menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengabsensi siswa

Apersepsi

- Tanya jawab tentang materi yang lalu

- Menyampaikantujuan yang hendakdicapai

2. Kegiatan Inti (55 menit)

Umum ABK

Eksplorasi

Siswa diminta membaca lambang

bilangan 3 angka

Eksplorasi

Siswa diminta membaca lambang

bilangan 2 angka

Elaborasi

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok

Siswa diminta membuat garis bilangan

Siswa diminta membandingkan bilangan

Elaborasi

Siswa dibimbing guru membuat garis

bilangan dan membandingkan

bilangan dari 2 angka

Konfirmasi

Siswa diberikan tugas mengerjakan soal

latihan

Guru bertanya jawab tentang hal-hal

yang belum diketahui siswa

Guru bersama siswa bertanya jawab

memberikan penguatan dan

penyimpulan

Konfirmasi

Siswa diberikan tugas mengerjakan

soal latihan

Guru bertanya jawab tentang hal-hal

yang belum diketahui siswa

Guru bersama siswa bertanya jawab

memberikan penguatan dan

penyimpulan

2. Kegiatan Penutup (10 menit)

Membuat rangkuman materi yang telah disampaikan

Memberikan pekerjaan rumah

Menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya

NB : Jika siswa ABK masih mengalami kesulitan dalam memahami materi,

diberikan tambahan waktu diluar jam pelajaran

Alat/Bahan dan Sumber Belajar

- Nur Fajariyah, Devi Triratnawati, Cerdas Berhitung Matematika SD kelas 3

- Kartu angka

- Gambar kubus

- Garis bilangan

- Kartu tanda <, >, =

Page 250: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

235

- Lembar kerja siswa

Penilaian

1. Teknik Penilaian : Pengamatan, dan tertulis

Bentuk tes : Isian singkat

2. Penugasan

Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan ke siswa dapat

terselesaikan dengan baik atau tidak

Instrumen Penilaian :

Umum ABK

Kerjakan soal berikut ini !

1. Urutkan bilangan 374, 375, 381, 377, 378,

376, 379, 380 pada garis bilangan!

2. Tulislah bilangan antara :

a. 227 dan 235

b. 233 dan 238

3. Bandingkan angka di bawah ini dengan

tanda < , >, atau = :

a. 252 ... 249

b. 356 ... 360

Kerjakan soal berikut ini !

1. Urutkan bilangan 27, 29,

30,31,25, 28, 24, 26 pada garis

bilangan !

2. Tuliskan bilangan antara :

a.30 dan 35

b.23 dan 29

3. Bandingkan angka di bawah ini

dengan tanda <, >, atau = :

a. 28 ... 15

b. 34 ... 40

Kunci jawaban

1.

2. a. 227,228,229,230,231,232,233,234,235

b. 233,234,235,236,237,238,

3. a. >

b. <

Kunci jawaban

1.

2. a. 30,31,32,33,34,35

b. 23,24,25,26,27,28,29

3. a. >

b. <

Nilai

Jumlah benar X 20 Nilai

Jumlah benar X 20

Mengetahui , Brengosan 1, 28 Agustus 2015

Kepala Sekolah Guru Kelas III

A. Sarjiyo, S.Pd. Andy Lestari, S.Pd

NIP. 19580811 197803 1 009 NIP. -

Page 251: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

236

A. Surat Keputusan Pembentukan Anggota Pusat Sumber

Lampiran VI

Page 252: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

237

Page 253: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

238

Page 254: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

239

Page 255: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

240

Page 256: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

241

B. Surat Keputusan Pembentukan Sub Pusat Sumber

Page 257: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

242

Page 258: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

243

Page 259: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

244

C. Surat Keputusan Penetapan Sekolah Inklusi

Page 260: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

245

Page 261: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

246

A. Surat Ijin Penelitian

Lampiran VII

Page 262: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

247

Page 263: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN …eprints.uny.ac.id/50659/1/Eka Rachmad Yuliawan...Data siswa ABK SD N Brengosan I Thn. 2016/2017 ..... 83 xiv DAFTAR BAGAN hal Bagan 1. Relasi

248