implementasi ibadah pasca haji dan qurban dalam kehidupan bermasyarakat: dr. afifi
DESCRIPTION
Bahan Kajian Sosial dan Keberagamaan, Pusat Pembinaan Rohani Pegawai (BAPINROH) Badan Kepegawaian Daerah Pemda DKI Jakarta, Balai Agung Propinsi DKI Jakarta Senin 31 Januari 2005TRANSCRIPT
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
1
IMPLEMENTASI IBADAH PASCA HAJI
DAN QURBAN DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT 1
1 Bahan Kajian Sosial dan Keberagamaan, Pusat Pembinaan Rohani Pegawai (BAPINROH)
Badan Kepegawaian Daerah Pemda DKI Jakarta, Balai Agung Propinsi DKI Jakarta Senin 31
Januari 2005
Oleh : Afifi Fauzi Abbas
I
Lebih kurang sepuluh hari yang lalu bertepatan dengan tanggal 9 Zulhij jah
tahun 1425 H, lebih kurang dua setengah juta kaum muslimin yang berdatang an dari
seluruh penjuru dunia, termasuk lebih kurang 205.000 kaum muslimin dari Indonesia,
berbaur bersama melakukan wuquf di Arafah, dengan seragam putih yang tidak
berjahit, sama untuk semua, sehingga tidak dapat dibedakan mana yang pejabat dan
mana pula rakyat kebanyakan, mana majikan dan mana pula para pekerja, mana raja
dan mana pula rakyat jelata, semuanya merasa setingkat, merasa sederajat, merasa
sama-sama sebagai hamba Allah yang sedang berhadap an dengan Sang Khalik Yang
Maha Kuasa, Penguasa jagad raya ini.
Tentu saja efek dan kesan yang ditimbulkan oleh suasana itu mudah-mu
dahan juga akan membekas di hati sanubari para Hujjaj dan kita semua, sehingga ia
akan memantul dalam kehidupan sehari-hari , dan itu akan terlihat dalam kehi dupan
bermasyarakat , bernegara dan berbangsa kita. Ia akan menembus sekat-se kat karena
perbedaan status sosial dan tingkat ekonomi, ia akan mencairkan gejo lak-gejolak
karena perbedaan visi dan sikap politik, dan itu semua secara esensial akan membantu
untuk menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa ini yang telah mu lai terkoyak-koyak
oleh sikap-sikap ta’asub primor dialisme sempit akhir-akhir ini.
Sedangkan mulai pada tanggal 10 Zulhijjah (dan hari-hari tasyri’) para Huj jaj
dan kaum muslimin di seluruh dunia menyembelih hewan kurban dan memba
gikannya kepada para mustahiq. Ini memang tidak pernah disyariatkan kepada na bi
Adam AS., tetapi merupakan sunnah nabiyullah Ibrahim AS. dan Muhammad SAW.
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
110
Hukum menyembelih hewan kurban tersebut adalah sunnah muakkad, ter utama bagi
mereka yang diberi kelebihan rezki oleh Allah SWT., artinya mereka memiliki
kemampuan secara finansial, dan amat tercelalah mereka yang mampu tapi tidak
tergerak hatinya untuk berkurban.
II
Haji dan Qurban adalah adalah syari’at yang dibawa oleh Nabiyullah Ibrahim
AS, dan dilestarikan oleh nabi Muhammad SAW. Secara teologis kedua nya
mengandung makna dan nilai-nilai Tauhid, dimana ia menyiratkan kepatuhan, keimanan
dan kepasrahan nabi Ibrahim AS atas segala yang diperintahkan oleh Allah SWT. Hal
ini mengisyaratkan kepada kita, bahwa satu-satunya tempat ber gantung dan
berpasrah diri bagi umat manusia yang paling absolut adalah Allah SWT (Allahu al-
Shomad).
Rekaman peristiwa tersebut terutama tentang Qurban kita temukan rekaman
nya di dalam al-Quran surat al-Shofat ayat 99 – 111 :
– فبشرناه بغالم حليم – رب هبلى من الصاحلني –وقال انى ذاهب اىل رىب سيهدين فلما بلغ معه السعى قال يابىن انىارى ىف املنام أنى اذحبك فانظر ماذا ترى قال يآبت افعل ما
قد – وناديناه ان يا ابرهيم – فلما أسلما وتلّه للجبني–تؤمر ستجدىن ان شآءاهللا من الصابرين – وفديناه بذبح عظيم – انّ هذا هلو البآلؤا املبني –صدقت الرءيآ انا كذالك جنزى احملسنني
انه من عبادنا املؤمنني – كذالك جنزى احملسنني – سالم على ابراهيم –وتركنا عليه ىف اآلخرين .
Peristiwa yang dialami oleh Ibrahim AS dan keluarganya tersebut, sesung
guhnya merupakan simbol pengorbanan sebuah keluarga. Ia penuh dengan simbol
ritual dan teologis yang mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa tertentu yang
dialami oleh Nabi Ibrahim AS, istrinya Siti Hajar, serta anaknya Ismail AS.
Bila peristiwa tersebut kita refleksikan ke dalam berbagai peristiwa yang
dilakukan oleh para Hujjaj saat melaksanakan manasik haji, maka kita akan dapat
melihat bahwa :
KEGIATAN RITUAL MAKNA SOSIAL
Ihram/memak
ai pakaian
ihram
Niat untuk memulai
melak sanakan ibadah
Haji/Um rah dengan
cara memakai pakaian
putih-putih yang tidak
> bentuk pensucian diri dari tanda-
tanda lahiriah yang menunjukkan
diferensiasi sosial
> menanggalkan egoisme serta status
sosial – berbagai nafsu egoistik
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
111
berjahit ditekan sampai ke titik nol
> menghindari dan menghilangkan
sekat-sekat kehidupan hanya karena
perbedaan status sosial, ekono mi
dsb
> melahirkan sikap tawadlu’
> melahirkan kesatuan kemanusiaan
antar sesama
Thawaf Mengelilingi Ka’bah
seba nyak tujuh kali
sambil membaca
talbiyah
> adalah simbol perjuangan mengajak
manu sia secara bersama-sama
mencapai tujuan yang satu, yaitu
berada dan lebur dalam lingkungan
Allah SWT
> dimata Allah Allah status sosial
tidak pu nya implikasi apa-apa,
kecuali hanya nilai taqwa
> memupuk sikap kepatuhan pada
tatanan/ aturan/ sistem yang
berlaku – yang tidak mau mengikuti
sistem akan celaka dan juga dapaty
mencelakakab orang lain
Sa`i Berlari-lari kecil
dimulai dari bukit
Shafa ke Mar wah
sebanyak 7 kali
> lambang kasih sayang ibu yang
dengan segala pengorbanan
berusaha untuk mem bahagiakan
anak二
> untuk mengenang perjuangan tanpa
lelah Siti Hajar yang berlari dari
Shafa ke Mar wah sekedar menda
patkan air bagi Ismail yang masih
二 Perhatikan surat Lukman ayat 14 – 15 ووصينا االنسان بوالديه محلته امه وهنا على وهن
وفصاله ىف عامني ان اشكرىل ولوالديك اىل املصري وان جاهداك على ان تشرك ىب ماليس لك به
علم فال تطعهما وصحبهما ىف الدنيا معروفا
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
112
kecil dan menangis karena kehausan
> sikap optimis dalam hidup, tidak
kenal pu tus asa, meskipun dalam
kesendirian
> bahwa di balik kerja keras itu akan
ada bu ah atau hasil yang akan
diperoleh
> memupuk Need of achievment –
sema ngat berprestasi tinggi
Wukuf di
Arafah
Berada di Arafah pada
tanggal 9 Zulhijjah
> untuk mengingatkan kita pada
pertemuan Adam dan Hawa di Jabal
Rahmah (bukit kasih sayang), di
Padang Arafah
> melepas kebahagiaan dan
kebanggaan ke duniaan – meditasi,
merenungkan eksis tensi dan posisi
kemanusiaan kita di hadapan Sang
Pencipta
> pengakuan dosa kepada Allah dan
pasti diampuni-Nya三 - sehingga kita
kembali menjadi manusia baru yang
penuh kearif an hidup
> dalam hidup ini perlu ada
kontemplasi, pe renungan : dari
mana kita, mau kemana kita, untuk
apa kita hidup dan apa tujuan
hidup四
三 Dalam hadis yang bersumber dari Aisyah yang diriwayatkan Muslim NABI mengatakan
tiada hari yang lebih“ ما من يوم اكثر من ان يعتق اهللا فيه عبدا من النار من يوم عرفة :banyak Allah membebaskan seorang hamba dar neraka dar pada har Arafah” 四
Kita dapat mencermati bagaimana arahan yang diberikan oleh Rasulullah pada hadis
berikut
عن عمره : يوم القيامة حتى يسأل عن اربع ال يزول قدما عبد: قال رسول اهللا ص م . فيما افناه وعن علمه ما عمل به وعن ماله اين اكتسبه وفيما انفقه وعن جسمه فيما اباله
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
113
Melempar
jumrah
Melontar dengan batu
keri kil yang mengenai
marma dan batu tsb
masuk ke dalam lobang
marma, yang dilkukan
pada hari Nahr dan
hari tasyri’
> adalah simbol perjuangan melawan
goda an syetan yang menyesatkan,
> kapanpun dan dimanapun dalam
hidup ini selalu ada godaan,
karenanya godaan itu harus
dilawan五
> selalu berjuang dengan gigih
melawan kemungkaran
kurban Menyembelih hewan
kurban
> memperingati sekaligus mengikuti
kesa baran dan keikhlasan Nabi
Ibrahim mengi kuti perintah Allah
SWT
> harus ada upaya maksimal pada diri
setiap muslim untuk menyembelih
hawa nafsu, menyembelih gengsi,
menyembelih kese rakahan dan
hubbud dunya lainnya六
Semuanya itu memberikan pelajaran kepada kita betapa cinta kepada Allah
itu haruslah melebihi cinta kita kepada yang lainnya, apakah itu cinta kepa da anak,
cinta kepada istri dan cinta kepada harta benda. Ini pulalah yang sangat sulit kita
dapatkan akhir-akhir ini, apalagi disaat gelombang kehidupan menampak an gejala
sekularisme, materialisme, hedonisme dan yang semacamnya. Kita sangat cendrung kepada
hal-hal yang mendewakan materi, memberhalakan uang, mencintai kenikmatan
sesaat, memburu fasilitas, membanggakan pangkat, bahkan mungkin telah
memberhalakan diri sendiri.
五 Iblis akan menggoda manusia dimanapun dan kapanpun juga, dan Tuhan telah
memberikan kesempatan itu kepada Iblis seperti terekan dalam surat al-Hijr ayat 39-40. قال رب Iblis “ مبا اغويتىن ألزينن هلم ىف االرض والغوينهم امجعني اال عبادك منهم املخلصني
mengatakan : Tuhanku, karena Engkau telah menilaiku sesat, niscaya akan kuhiasi kehidupan
manusia di bumi, dan akan akau sesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas
dan mentaati petunjuk-petunjuk-Mu 六 Nilai dari berkurban itu bukanlah pada penyembelihan atau membagi-bagikan daging
kurban tersebut, akan tetapi lebih pada upaya untuk membangun sikap solidaritas sosial,
kesetiakawanan sosial dan menegakan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini tercermin dari firman Allah
sbb : 37: احلج (لن ينال اهللا حلومها وال دماؤها ولكن يناله التقوى منكم( “bukan
dagingnya dan bukan pula darah yang ditumpahkan itu yang sampai kepada Allah, akan tetapi
yang sampai kepada Allah adalah sikap ketulusanmu untuk berkurban”
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
114
Inilah gejala umum yang tampak di tengah gelombang kehidupan kita saat ini.
Ini terlihat dari betapa banyaknya orang-orang yang mengaku sebagai orang beriman
dan beragama Islam, bahkan kadangkala memposisikan dirinya sebagai tokoh Islam,
tetapi secara substansial sesungguhnya nilai-nilai Islam sangat tipis tampak dalam diri
mereka, sehingga tuhannya tidak lagi sama dengan Tuhan Allah yang kita sembah.
Jalan hidupnya tidak lagi sama dengan jalan hidup yang telah dilalui dan dicontohkan
nabiyullah Muhammad saw.
Secara formal mungkin saja mereka telah melaksanakan shalat, tetapi haki kat
dan makna shalat yaitu amar makruf dan nahi mungkar tidak hadir dalam kese
hariannya, tidak mampu mengontrol dirinya, meskipun mereka sering dengan lan
tang meneriakan amar makruf nahi mungkar itu. Akan tetapi menghujat, meneli
kung dan membuka aib saudaranya sendiri bahkan menjadi retorika dan kendara an
politiknya.
Secara formal mungkin saja ia telah berpuasa bahkan mungkin rajin melak
sanakan puasa sunnah Senin Kamis, tetapi hakikat dan makna puasa yaitu mengen
dalikan diri dan hawa nafsu tidak nampak menghiasi dirinya.
Secara formal mungkin ia telah menunaikan zakat, tetapi hakikat dan mak na
zakat masih jauh dari kehidupannya, yaitu hidup hemat, sederhana dan memili ki
keperdulian sosial yang tinggi.
Secara formal mungkin saja mereka telah melaksanakan umrah dan haji, tetapi
dalam kehidupannya tidak tercermin bahwa ia telah menjadi manusia yang paripurna,
manusia seutuhnya, manusia yang memiliki sikap hidup tauhid yang total, tetapi
mereka masih terlihat mencintai dirinya, atau kelompoknya melebihi cintanya kepada
Allah SWT.
III
Maka berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan di atas maka akan da pat
dilihat bagaimana nilai/hikmah Haji dan Qurban itu pada waktu pelaksanaan nya
(nilai substantif-normatif) dan bagaimana pula pasca pelaksanaannya (nilai sosiologi-
implementatif) :
Nilai Subtantif-Normatif Nilai Sosiologis-Implementatif
Dimensi spiritua-transsendental sebagai
konsekwensi kepatuhan kepada Allah
Dimensi sosial-humanis dalam rangka
refleksi ketaqwaan sebagai perwujud an
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
115
> Tauhidullah
> Rihlah muqaddasah
> Ukhwah Islamiyah
> Ta’dhim Syi’ar Allah
> Taqarrub/Penyerahan diri secara
total pada Allah
kepedu lian dengan sesama
> Tauhid Sosial
> Solidaritas Sosial
> Melawan berbagai rintangan dalam
amar makruf nahi mungkar yang
berdi mensi sosial, sehingga terdis
tribusikannya nilai-nilai kemanusia
an secara universal
> Menegakan nilai-nilai kemanusia an
> Menghilangkan differensiasi sosial
> Menegakan sikap toleran dg
sformasi budaya dan adat istiadat
(ukhwah wathoniyah)
> Secara psikologis simbolis adalah
membantai sifat hewani yang mele
kat pada diri manusia ( egois-sera
kah-kejam dll)
> Desakralisasi dunia dan alam
Jika formalitas ritual haji dan kurban
nya yang menonjol maka yang kita da pat
baru kembang/asapnya dari syariat Islam
dan maksimal hal tersebut hanya akan
mampu melahirkan Kesalehan individual
Jika yang ditangkap adalah nilai-nilai
sosial-implementatifnya maka yang kita
tangkap adalah apinya Islam, ia ibarat
pohon yang perlu dipelihara, dipupuk
dan dijauhkan dari hama, ma ka ia akan
dapat melahirkan Kesaleh an sosial
DIALOG ALI ZAINAL ABIDIN DENGAN AS-SYIBLI
TENTANG HAKIKAT HAJI
MIQAT Berhenti dan menanggalkan
semua pakaian yang berjahit dan
mandi untuk memulai
pelaksanaan haji
> Meneguhkan niat untuk juga
berhenti dan menanggalkan
semua pakaian maksiat dan
menggantinya dengan pakaian
ketaatan dan kepatuhan
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
116
> Menanggalkan semua sifat riya,
nifaq, dan segala bentuk
syubhat
> Membersihkan diri dari segala
pelanggaran dan dosa
> Membersihkan diri dengan ca
haya taubat yang tulus kepada
Allah
IHRAM Memakai pakaian tidak berjahit
dan berniat melaksanakan Haji
atau Umrah
> mengharamkan pada diri sen
diri segala yang diharamkan
oleh Allah
> melepaskan seluruh ikatan ke
cuali ikatan Allah
> memulai perjalanan menuju
keridlaan Allah
THAWAF Mengelilingi Ka’bah dan
melaksanakan segala rukun-
rukunnya
> berjalan dan berlari menuju
keridlaan Allah
> menghindaripembangkangan
terhadap berbagai ketentuan
Allah
> menetapkan niat untuk senan
tiasa berdiri di atas jalan keta
atan kepada Allah
> berniat mengikuti teladan nabi
Irahim
SA’IY Berlari-lari kecil antara bukit
Safa dan Marwah
> meneguhkan jiwa antara hara
pan akan rahmat Allah dan
kecemasan akan siksa-Nya
WUQUF
DI
ARAFAH
Bertafakkur dan memperbanyak
doa dan zikir
> menghayati makrifah tentang
kebesaran Allah
> selalu mendambakan rahmat
Allah
> meneguhkan dalam diri sendi ri
bahwa amr ma’ruf dan nahi
munkar itu harus dimulai dari
Afifi Fauzi Abbas, Implementasi Ibadah Pasca Haji dan Qurban
117
diri sendiri
MELONT
AR
JAMARAT
Mabit dan mengambil kerikil di
Muzdalifah, bermalam di Mina
dan melontar Jamarat
> berniat melempar jauh-jauh se
gala macam maksiat
> mengisyaratkan pada diri sen
diri akan mensyiarkan agama
Allah
> mencukur habis segala kenista
an dan selalu memperbaharui
iman
MEMOTO
NG
HEWAN
KURBAN
Menyembelih dan membagikan
daging kurban
> memotong segala urat
ketamakan dan kerakusan
THAWAF
IFADLAH
Thawaf perpisahan > berifadlah (bertolak) dari pusat
rahmat Allah menuju ketaatan
kepada-Nya
> berpegang teguh pada kecinta
an pada-Nya
> menunaikan segala sesuatu
yang diperintahkannya
> selalu mendekatkan diri pada-
Nya
Wallahu A’lam bi al-shawab
Ciputat, 30 Januari 2005