implementasi harkat dan martabat manusia

12

Click here to load reader

Upload: onyhondd-liebling

Post on 05-Jul-2015

77 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

IMPLEMENTASI HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA

(HMM) DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS

NO.20.THN 2003, Pasal 1 ayat 1

Rodi Hartono “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”. Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955). Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

manusaia kearah yang lebih baik, yang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap serat

keterampilannya. Pendidikan menyangkut hati nurani,nilai- nilai,perasaan, pengetathuan dan

keterampilan. Dengan pendidikan manusia berusaha untuk mengembangkan sertai memperbaiki

nilai nilai,hati nurani, perasaan, pengetahan dan keteramplannya. Dalam Undang-Undang

Repubik Indonesia Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 1

dicantumkan bahwa,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar danproses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.”

Dalam arti sempit pendidikan adalah merupkan usaha untuk mencapai keberhasilan peserta didik

dalam menguasai atau berkompetensi terhadap pengetahuan,nilai dan sikap, serta keterampilan,

sedangkan dalam arti luas keberhasilan pendidikan ditentukan oleh sejauh mana kompetensi yag

dimiliki itu dapat diterapkan atau dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dimana manusia itu

hidup. Manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi diantara ciptaan Tuhan lainnya. Manusia

memiliki sifat hakekat yang merupakan karakteristik manusia IMPLEMENTASI HARKAT

DAN MARTABAT MANUSIA

Page 2: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

(HMM) DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS

NO.20.THN 2003, Pasal 1 ayat 1

Rodi Hartono “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”. Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955). Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

manusaia kearah yang lebih baik, yang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap serat

keterampilannya. Pendidikan menyangkut hati nurani,nilai- nilai,perasaan, pengetathuan dan

keterampilan. Dengan pendidikan manusia berusaha untuk mengembangkan sertai memperbaiki

nilai nilai,hati nurani, perasaan, pengetahan dan keteramplannya. Dalam Undang-Undang

Repubik Indonesia Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 1

dicantumkan bahwa,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar danproses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.”

Dalam arti sempit pendidikan adalah merupkan usaha untuk mencapai keberhasilan

peserta didik dalam menguasai atau berkompetensi terhadap pengetahuan,nilai dan sikap, serta

keterampilan, sedangkan dalam arti luas keberhasilan pendidikan ditentukan oleh sejauh mana

kompetensi yag dimiliki itu dapat diterapkan atau dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dimana

manusia itu hidup. Manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi diantara ciptaan Tuhan

lainnya. Manusia memiliki sifat hakekat yang merupakan karakteristik manusia

IMPLEMENTASI HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA

(HMM) DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS

NO.20.THN 2003, Pasal 1 ayat 1

Page 3: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

Rodi Hartono “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”. Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955). Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

manusaia kearah yang lebih baik, yang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap serat

keterampilannya. Pendidikan menyangkut hati nurani,nilai- nilai,perasaan, pengetathuan dan

keterampilan. Dengan pendidikan manusia berusaha untuk mengembangkan sertai memperbaiki

nilai nilai,hati nurani, perasaan, pengetahan dan keteramplannya. Dalam Undang-Undang

Repubik Indonesia Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 1

dicantumkan bahwa,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar danproses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.”

Dalam arti sempit pendidikan adalah merupkan usaha untuk mencapai keberhasilan

peserta didik dalam menguasai atau berkompetensi terhadap pengetahuan,nilai dan sikap, serta

keterampilan, sedangkan dalam arti luas keberhasilan pendidikan ditentukan oleh sejauh mana

kompetensi yag dimiliki itu dapat diterapkan atau dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dimana

manusia itu hidup. Manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi diantara ciptaan Tuhan

lainnya. Manusia memiliki sifat hakekat yang merupakan karakteristik manusia

IMPLEMENTASI HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA

(HMM) DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS

NO.20.THN 2003, Pasal 1 ayat 1

Rodi Hartono “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”. Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955).

Page 4: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

manusaia kearah yang lebih baik, yang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap serat

keterampilannya. Pendidikan menyangkut hati nurani,nilai- nilai,perasaan, pengetathuan dan

keterampilan. Dengan pendidikan manusia berusaha untuk mengembangkan sertai memperbaiki

nilai nilai,hati nurani, perasaan, pengetahan dan keteramplannya. Dalam Undang-Undang

Repubik Indonesia Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 1

dicantumkan bahwa,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar danproses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.”

Dalam arti sempit pendidikan adalah merupkan usaha untuk mencapai keberhasilan

peserta didik dalam menguasai atau berkompetensi terhadap pengetahuan,nilai dan sikap, serta

keterampilan, sedangkan dalam arti luas keberhasilan pendidikan ditentukan oleh sejauh mana

kompetensi yag dimiliki itu dapat diterapkan atau dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dimana

manusia itu hidup. Manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi diantara ciptaan Tuhan

lainnya. Manusia memiliki sifat hakekat yang merupakan karakteristik manusia

anca Daya •

Kelima dimensi kemanusiaan itu saling terkait dan berpengaruh. Kelimanya pada dasarnya

menyatu, berdinamika dan bersinerji sejak awal kejadian individu dalam perkembangan dirinya

dari waktu ke waktu sampai akhir kehidupannya. Kelimanya menuju kepada perkembangan

individu menjadi manusia seutuhnya.

Page 5: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

Untuk memungkinkan perkembangan individu ke arah yang dimaksud itu, manusia dikaruniai

lima jenis bibit pengembangan, yaitu: daya taqwa, daya cipta, daya karsa, daya rasa dan daya

karya.

Implementasi HMM dalam Udang-Undang Sisiknas No.20 thn 2003,pasal 1 1. Kekuatan Spiritual Keagamaan

Tujuan Pendidikan diarahkan kepada upaya pembentukan sikap takwa. Dengan demikian

pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik

secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang takwa. Di antara ciri mereka yang takwa adalah

beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki anugerah Allah,

beriman kepada al-Quran dan kitab-kitab samawi sebelum alQuran, serta keyakinan kehidupan akhirat

(QS. 2:3).Takwa kemudian secara umum dapat dirumuskan sebagai kemampuan untuk memelihara

diri dari siksaan Allah, yakni dengan cara mematuhi dan melaksanakan segala perintah-Nya secara

ajeg, lalu diimbangi dengan usaha semaksimal mungkin untuk menjauhkan dan menghin- dari diri

dari perbuatan yang melanggar.segala bentuk larangan-Nya. Ketakwaan dikaitkan dengan dimensi

tauhid, karena sifat ketakwaan mencerminkan ketauhidan secara menyeluruh, yaitu mematuhi

sepenuhnya perintah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sejalan dengan perintahnya agar manusia

bertakwa (QS.4:131).

Manusia adalah mahluk religius. Sejak zaman dahulu nenek moyang manusia meyakini akan

adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk mendekatkan diri

dan berkomunikasi dengan kekuatan tersebut ditempuh dengan ritual agama.Beragama

merupakan kebutuhan manusia, karena manusia adalah mahluk yang lemah memerlukan tempay

bertopang demi keselamatan hidupnya. Agama sebagai sandaran vertikalmanusia. Penanaman

sikap dan kebiasaan beragama dimulai sedini mungkin, yang melaksanakan dikeluarga dan

dilanjutkan melalui pemberian pendidikan agama di sekolah.

Kekuatan Spritual dan Keagamaan yang termaktub didalam Undang-undang Sisdiknas No.

20 thn 2003 pada pasal 1 ayat 1, sangat erat hubungannya dengan hakikat Manusia yang merupakan

Page 6: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

cerminan dari penciptaan, yang berawal dari tujuan penciptaan manusia, memenuhi

kebutuhan,berpikir, kemampaun mengendalikan diri serta kemampuan spritual dan ketakwaannya

terhadap Tuhan yang Maha Esa, yang didalamnya terkandung Harkat dan Martabat Manusia

(HMM),baik itu tentang hakikat manusia,dimensi Manusia,maupun daya cipta yang dimiliki oleh

manusia itu sendiri. Hal ini adalah merupakan upaya untuk memanusiakan manusia yang sesuai

dengan tujuan Pendidikan Nasional yang belandaskan HMM.

2. Pengendalian Diri

Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu

pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan.

Didalam situiasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak utuh, hanya menjadi makhluk

berperilaku individual dan/atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh

saja dan dapat diterima terbatas pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar

mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan

tetapipada latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar pribadi yang

menjadi syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi terlaksananya mendidik dan mengajar, yaitu

kegiatan pendidikan yang berskala mikro. Hal itu terjadi mengingat pihak pendidik yang

berkepribadiaan sendiri secara utuh memperlakukan peserta didiknya secara terhormat sebagai

pribai pula, terlpas dari factor umum, jenis kelamin ataupun pembawaanya. Jika pendidik tidak

bersikap afektif utuh demikian makaa menurut Gordon (1975: Ch. I) akan terjadi mata rantai

yang hilang (the missing link) atas factor hubungan serta didik- pendidik atau antara siswa-guru.

Dalam hubungannya dengan HMM, pendidik dan peserta didik dituntut

untuk dapat mengendalikan diri dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Hal ini adalah

merupakan perwujudan dari dimensi kemanusiaan, yang tidak memberlakukan seseorang dengan

semena-mena dalam situasi pendidikan. Karena setiap individu memliki hak dan kewajiban

dalam menjelankan perannya,baik itu sebagai pendidik maupun peserta didik.

3. Kepribadian

Page 7: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

Kepribadian yang mencakup seluruh aspek-aspeknya, yakni baik tingkah laku luar, kegiatan

jiwa, filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian

kepada Tuhan dan penyerahan diri

kepada-Nya

(Marimba:1989:76). Kepribadian sebagai sosok menyeluruh dari kehidupan lahir dan batin seseorang

yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sebagai individu.

Berbagai istilah digunakan untuk menggambarkan tentang kepribadian. Setidaknya ada empat istilah yang Bering digunakan Jalaluddin, 1993,:87), yaitu: 1. Mentality, merupakan ciri dan situasi mental seseorang yang dihubungkan dengan kegiatan intelektualnya. 2. Personality, adalah ciri seseorang yang dengan adanya ciri tersebut menyebabkan ia dapat dibedakan dari orang lain, berdasarkan seluruh sikap yang ditampilkannya. 3. Individuality, ialah sifat khas yang dimiliki masing-masing individu sehingga secara individu, manusia memiliki perbedaan (individual diffrencies). Setiap individu mempunyai ciri khas dan keunikan masing-masing. 4. Identity, yakni kecenderungan mempertahankan sifat khas diri, terhadap

pengaruh lain yang datang dari luar. Pada diri setiap orang ada upaya untuk mempertahankan

identitas atau jati diri, untuk membedakan dirinya dengan orang lain.

Berangkat dari pemahaman tersebut, maka kepribadian dapat dirumuskan sebagai penampilan ciri khas manusia dalam sikap lahiriah dan sikap mental yang dimiliki, serta berupaya untuk mempertahankan keberadaan perbedaan itu sebagai jati diri masing-masing individu. Upaya tersebut akan lebih efektif apabila dilakukan melalui bimbingan dan pengarahan. Jadi pembentukan kepribadian harus melalui proses yang cukup panjang, sepanjang kehidupan manusia itu sendiri. Dalam mengembangkan kepribadian

4. Kecerdasan

Prayitno, (2008) menyebutkan ada lima kecerdasan yang dimiliki manusia,yaitu,

Kecerdasan Rasional (Spatial Ability) yang berhubungan dengan kemampuan bilangan

angka,bahasa dan istilah,Kecerdasan emosional adalah kemampuan dalam mengendalikan

Page 8: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

emosioanal atau perasaan,Kecerdasan spritual,yang berhubungan dengan iman dan ketakwaan,

kecerdasan Sosiol merupakan kemampuan menjalan kehidupan beramasyarakat, serta kecedasan

instrumental,yaitu kemampuan untuk memberikan solusi. Kelima kecerdasan ini disingkatkan

denganK R ESSI.

Kecerdasan yang dalam Pancadaya juga disebut dengan Daya Cipta, dimana hal ini

bersangkut paut dengan kemampuan akal,pikiran,fungsi kecerdasan, dan fungsi otak

(Prayitno,2008:28). Dalam sistim pendidikan dan pengajaran, daya cipta ini sering disebut

dengan komponen kognitif.

Komponen atau domain kognitif merupakan bagian dari taksonomi tujuan pendidikan.

Dalam domain kognitif ini ada tingkatan proses berpikir dari tingkatan yang terendah ke

tingkatan yang lebih tinggi. Bloom dalam Hamalik (2003:120-121) mengklasifikasikannya

sebagai berikut;

1. Pengetahuan,merupakan penyajian hasil belajar yang paling rendah tingkatannya dalam kerangka matra kognitif 2. Pemahaman, penguasaan pengertian atau makna 3.

penerapan, menggunakan materi yang sudah dipelajari dalam situasi yan konkret yang meliputi

penerapan aturan,konsep,teori.

4. Analisis, menggambarkan tingkat intelektual yang lebih tinggi dari pemahaman dan pnerapan. 5. Sintesis, menitik beratkan pada tingkah aku kraeatif yang dapat membentuk pola-pola baru. 6. Evaluasi, merupakan tingkatan pemikiran yang lebih tinggi dalam matra kognitif5. Akhlak Mulia

Page 9: Implementasi Harkat Dan Martabat Manusia

Manusia adalah mahluk susila. Dritarkara mengatakan manusia susila, yaitu manusia

yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan mewujudkan dalam perbuatan.Nilai-nilai adalah

sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia, mengandung makna kebaikan, keluhuran kemuliaan

dan dijadikan pedoman hidup. Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesediaan memikil

kewajiban disamping hak.

Daya Rasa 6. Keterampilan Keterampilan Adalah merupakan aspek domain/ komponen psikomotor dalam taksonomi tujuan pendidikan

Bibliograpi

Gordon, Thomas ,1974. Teacher Effectiveness Training. NY: Peter h. Wydenpub

Jalaluddin ,1993. Agama dan Keshatan Mental. Jakarta:Bulan Bintang

Marimba, D Ahmad ,1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al- Ma’arif Pokja Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan, 2005. Peta Keilmuan Pendidikan. Jakarta; Depdiknas. Prayitno, 2005. Sosok Keilmuan Ilmu Pendidikan. Padang: UNP. Prayitno, 2008. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan Padang: UNP.