implementasi akad mudharabah serta...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN
DANA DI BANK SYARI’AH MANDIRI KUDUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Ekonomi Islam
Disusun Oleh:
Fariq Falahi
052411072
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
MOTTO
zΝ Î=tæ βr& ãβθä3 u‹ y™ Ο ä3Ζ ÏΒ 4© yÌó £∆ tβρ ã yz# u™uρ tβθç/ Î ôØtƒ ’ Îû
Ç Úö‘ F{ $# tβθäótGö6 tƒ ⎯ ÏΒ ≅ ôÒsù «!$# tβρ ã yz# u™uρ tβθè=ÏG≈ s) ム’Îû È≅‹ Î6 y™ «!$#
Dia mengetauhi bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit; dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang lain yang berperang di jalan Allah (al-Muzzammil: 20)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang
yang saya cintai dan banggakan yang senantiasa
mengiringi setiap langkah saya dalam menggapai cita-
cita.
Almamaterku & Pengelola Jurusan Ekonomi Islam
IAIN Walisongo Semarang.
Pembimbingku Ibu Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag,
dan Bapak H.M. Fauzi, SE, M.M
Semua keluargaku Abah Afif Rifa’i dan Umi Hanik
Mursyidah serta mas Faiq dan mas Iful.
Semua keluarga yang ada di Kudus dan di Tayu mbah
Kah, de Lis, lek Er, de Munir, de Miftah, de
Anis, dan sumuanya yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.
Special untuk seseorang yang telah mengisi hatiku
dan selamanya akan ada dalam hatiku (Lusi
Handayani).
Semua kawan kawan MAWAPALA terutama angkatan
Jenggala Atmaja.
Temen-temenku Jono, Ncek, Bambang, Sobri, Amin,
Tino dll.
Serta temen-temen seperjuangan Paket EI A
angkatan 2005 : Ulin, Naelus, Asiyah, Alex,
Munadin, Aris, Edi, Ciblek, Ulya,Dolwaris, Abu
dkk.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis
menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang
telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-
pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 03 Juni 2010
Deklarator
Fariq Falahi
Nim : 052411072
ABSTRAK PENELITIAN
Fariq Falahi (Nim : 052411072). Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk Penghimpunan Dana di Bank Syariah Mandiri Kudus (studi kasus di Bank Syari’ah Mandiri Kudus). Skripsi Fakultas Syari’ah Jurusan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Bagaimana penerapan serta dampaknya dari akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus; (2) Faktor- faktor apa saja yang mendukung dan menghambat penerapan akad mudharabah terhadap perkembangan produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan analisis deskriptis, yaitu mendeskripkan data-data yang peneliti kumpulkan baik dari hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi, selama mengadakan penelitian di bank Syari’ah Mandiri Kudus tentang implementasi akad mudharabah serta dampaknya terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syariah Mandiri kudus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penerapan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana di BSM Kudus hanya diterapkan pada produk tabungan dan deposito. Hal ini dibuktikan dengan adanya produk tersebut dapat menarik minat para nasabah yang selama ini takut menyimpan kekayaanya di perbankan konvensional.
Dalam penerapan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana di BSM Kudus ada faktor-faktor pendukung dan penghambat. Faktor- faktor pendukung tersebut diantarany: Adanya prinsip syari’ah Islam yang dijadikan acuaan di BSM untuk menerapkan sistem bagi hasil pada semua produknya terutama pada produk penghimpunan dananya, Adanya sarana prasarana dalam perusahaan yang cukup lengkap, BSM membawa brand (merek) dari Bank Mandiri dikarenakan Bank Mandiri bertindak selaku pemilik mayoritas BSM. Sementara Bank Mandiri sendiri merupakan sebuah bank ternama dan dikenal luas dikalangan masyarakat sehingga keberadaan BSM lebih mudah diterima di tengah- tengah masyarakat. Sedangkan faktor-faktor penghambat diantaranya : Tidak adanya pengetahuan dari masyarakat apa itu penerapan sistem bagi hasil, sehingga diperlukanya sistem edukasi ke masyarakat secara lebih proporsional sehingga semakin banyak masyarakat yang mengerti tentang sistem bagi hasil tersebut, Benturan dengan sistem nilai dan tradisi masyarakat desa yang masih puas menyimpan uang dibawah bantal.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menerapkan akad mudharabah pada produk pendanaan tersebut, selain itu juga dapat memberikan pembelajaran yang berimplikasi pada terwujudnya perbankan syari’ah yang berkualitas.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim...................
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelasaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan Salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
para sahabat dan para pengikutnya.
Berkat taufik, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul: Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya
Terhadap Produk Penghimpunan Dana Di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
sebagai suatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) pada
Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Dengan tersusunya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini, yang terhormat:
1. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah Intitut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
2. Bapak Dede Rodin M.ag, selaku wali studi yang mempunyai peran besarnya
dalam menyelesaikan perkulian di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Kajur Ekonomi Islam beserta jajaranya bpk Saefullah, bpk Rahman, serta bpk
Ratno.
4. Ibu Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.ag, selaku pembimbing I dan Bapak
Muhammad Fauzi, MM, selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
5. Semua dosen Fakultas Syari’ah Intitut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang yang telah membimbing dan mengajar penulis selama belajar di
bangku perkuliahan.
6. Pihak Bank Syari’ah Mandiri Kudus yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
7. Abah Rifa’i dan Umi Hanik serta kakak-kakakku mas Faiq dan mas Iful yang
telah memberikan motivasi hingga terselesainya skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Kemudian atas jasa mereka, penulis sampaikan ucapan terima kasih
semoga amal baik mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak
kekurangannya, namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Semarang, 9 April 2010
Penulis
Fariq Falahi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN MOTTO............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................v
HALAMAN DEKLARASI...................................................................................vi
HALAMAN ABSTRAK......................................................................................vii
HALAMAN KATA PENGANTAR...................................................................viii
HALAMAN DAFTAR ISI....................................................................................ix
BAB I : PENDAHALUAN
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................8
C. Tujuan Penelitian.....................................................................8
D. Manfaat Penelitian...................................................................9
E. Tinjauan Pustaka....................................................................10
F. Metodelogi Penelitian............................................................13
G. Sistematika Penulisan............................................................16
BAB II : TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH DAN PRODUK
PENGHIMPUNAN DANA
A. Prinsip Operasional Bank Syari’ah.........................................19
B. Pengertian Akad Mudharabah.................................................32
C. Macam-Macam Akad Mudharabah .......................................35
D. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil.................................41
E. Pengertian Produk Penghimpunan Dana................................42
F. Macam-Macam Produk Penghimpunan Dana........................47
BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BSM Indonesia.........................................53
B. Gambaran Umum BSM Kudus..............................................57
C. Profil Kabupaten Kudus.........................................................65
D. Penerapan Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap
Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus.........................67
E. Faktor- Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan
Akad Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk
Penghimpunan Dana di BSM Kudus.....................................78
BAB IV : ANLISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN
DANA DI BSM KUDUS
A. Analisis Penerapan Akad Mudharabah Terhadap Produk
Penghimpunan Dana di BSM Kudus....................................81
B. Analisis Dampak Penerapan Akad Mudharabah Pada
Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus
......................................................................................... .87
C. Analisis Faktor- Faktor Pendukung Dan Penghambat
Akad Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk
Penghimpunan Dana di BSM Kudus.....................................88
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................93
B. Saran-Saran............................................................................94
C. Penutup .................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank Syari’ah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa
keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem Islam, khususnya
yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif dan perjudian
(maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan,
dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal yang kesemuanya
merupakan prinsip-prinsip perbankan syari’ah. Bank Syari’ah sering
dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga merupakan
konsep yang lebih sempit dari bank syari’ah, dimana sejumlah instrumen
atau operasinya bebas dari bunga. Bank syari’ah selain menghindari
bunga, juga secara aktif ikut berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan
tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial.1
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2003 tentang
Perbankan, Bank adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syari’ah yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa dalam
lalulintas pembayaran.
Sedangkan menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
Bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
1Muhammad Fauzi, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan Migrasi Nasabah Bank Umum Syari’ah di Kota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2008, hlm. 11.
2
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam fungsinya bank sebagai intermediasi antara deposan dengan
kreditur, maka bank harus melakukan kegiatan penghimpunan dana dari
pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada kreditur. Tujuan dari
kegiatan penghimpunan dana adalah untuk memperbesar modal,
memperbesar asset dan memperbesar kegiatan pembiayaan sehingga
nantinya dapat mendukung fungsi bank sebagai lembaga intermediasi.2
Kajian penerapan prinsip syari’ah dalam operasi perbankan
syari’ah merupakan agenda penting bagi perbankan nasional. Bank
Indonesia telah mengkaji standarisasi akad produk perbankan syari’ah,
diawali dari akad Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah, yang
ditujukan untuk mengidentifikasi penerapan prinsip syari’ah dan
kemungkinan variasinya dalam praktek di sisi lain, masyarakat telah
memiliki persepsi bahwa Bank Syari’ah berbeda, lebih tinggi kualitas
moralnya, etika dan bisnisnya dibanding dengan bank konvensional3.
Dalam literatur ekonomi dan perbankan syari’ah yang di
publikasikan dengan rentang waktu antara 1960an hingga 1970an,
dijelaskan bahwa bank-bank Islam di konsep sebagai "Lembaga
Keuangan", dimana keseluruhan pinjaman bisnis yang di berlakukan
kepada pengusaha (partner) berdasarkan prinsip bagi hasil (profit and lost
sharing).
2http://blog.keuanganpribadi.com 3Muhammad Fauzi, Implementasi Prinsip Syari’ah Pada Perbankan Syari’ah di
Kota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2007, hlm. 1-4.
3
Meskipun demikian bank-bank Islam sejauh ini tidak bisa di
pungkiri lagi murni menggunakan prinsip bagi hasil (profit and lost
sharing), namun memperluas pembiayaanya dengan menggunakan yang
lainya, seperti leasing terhadap permodalan barang-barang atau
meningkatkan jaringan perdagangan. Bank-bank tersebut mendapatkan
kepercayaan yang luar biasa dari orang-orang, namun tidak adanya hukum
dalam negara Islam yang mengatur hubungan antara investor dan
mudharib berakibat tidak menghalangi mudharib dari penyalahgunaan
dana dengan seribu macam cara yang tidak sah menurut hukum. Dampak
negatifnya adalah penggunaan bank Islam dari metode pembiayaan ini
menjadi turun secara drastis dan mengalokasikan kedalam pembiayaan
lainya yang sebenarnya tidak akan membantu merealisasikan tujuan dari
syari’at4.
Bank Syari’ah Mandiri adalah salah satu bank Islam yang
menerapkan dual banking sistem dari Bank Mandiri yang menjadikan
kekawatiran akan tercampurnya dana dari syari’ah dengan dana dari
konvensional. Namun perbankan sendiri meyakinkan nasabah bahwa
pengelolaan unit syari’ah akan dibuat terpisah dari sistem informasi
teknologi hingga pengelolaan dananya.5
Usaha yang dilakukan oleh Bank Syari’ah Mandiri untuk
merealisasikan tujuan dari masyarakat adalah dengan menerapkan prinsip
4Addullah Saed, Bank Islam Dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004,
hlm.125. 5www. ekonomy okezone.com
4
bagi hasil dalam hal pemdanaan yang dapat dilakukan dalam empat akad
salah satunya diantaranya dengan menggunakan akad mudharabah.
Bagi hasil dengan akad mudharabah ini merupakan ciri utama dari
lembaga keuangan tanpa bunga atau bank Islam. Akan tetapi bagi hasil
dengan akad mudharabah tersebut sering juga disebut pengganti nama
”bunga”.6
Sedangkan tujuan utama dari akad mudharabah ini adalah
memperoleh hasil investasi dimana dana yang telah dikumpulkan oleh
bank Islam dari titipan dana pihak ketiga atau titipan lainya, perlu dikelola
penuh dengan amanah dan istiqomah. Dengan harapan dana tersebut
mendatangkan keuntungan yang besar, baik untuk nasabah maupun bank
Islam. Prinsip utama yang harus dikembangkan bank Islam dalam kaitan
dengan manajemen dana adalah bahwa bank Islam harus memberikan bagi
hasil bagi penyimpan dana minimal sama dengan atau lebih besar dari
suku bunga dari bank konvensional, dan mampu menarik bagi hasil dari
debitur lebih rendah dari pada bunga yang berlaku di bank konvensional.7
Dalam dunia perbankan al-Mudharabah biasanya diaplikasikan
pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti pembiayaan modal kerja.
Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan
barjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat
6Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1989,
hlm. 109. 7Ibid, hlm 106-107.
5
dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah
untuk usaha tetentu.8
Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan tersebut, Bank
Syari’ah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank
konvensional. Secara umum piranti-piranti yang digunakan Bank Syari’ah
terdiri atas tiga kategori, yaitu produk penghimpunan dana, produk
penyaluran dana dan produk jasa9.
Prinsip operasional Bank Syari’ah yang di terapkan dalam produk
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan
bertindak sebagai shohibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai
mudharib (pengelola)10.
Sama halnya dengan produk perbankan konvensional, produk
perbankan syari’ah di bidang penghimpunan dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank bardasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan atau bentuk
lainya yang dipersamakan dengan itu.
Implementasi prinsip syari’ah dalam produk giro menggunakan
akad wadi’ah maupun akad mudharabah dan deposito hanya
menggunakan akad mudharabah (bagi hasil) karena produk deposito ini
8Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005, hlm.184-185. 9Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta :
Ekonisia 2004, hlm.56. 10Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004, hlm. 97.
6
memang di tujukan sebagai sarana investasi. Sedangkan tabungan nasabah
bisa memilih untuk menggunakan akad wadi’ah atau mudharabah (bagi
hasil)11.
Produk penghimpunan dana dengan menerapkan akad mudharabah
tersebut telah diterapkan di Bank Syari’ah. Di mana dalam penerapan
produk ini dapat mendatangkan manfaat bagi bank dan nasabah. Bank
dapat memperluas nasabah dan atau memperoleh loyalitas nasabah di
samping mendapatkan keuntungan atau margin. Sedangkan nasabah akan
mendapatkan mata uang yang di perlukan untuk kepentingan
bertransaksi.12
Bank Syari’ah Mandiri hadir di kota Kudus karena melihat pangsa
pasarnya yang besar. Bank Syari’ah Mandiri sendiri hadir sebagai bank
yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang
melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri,
juga sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia13.
Akan tetapi ada asumsi sebagian masyarakat di wilayah Kudus
yang masih meragukan dengan adanya penerapan akad mudharabah
terhadap produk penghimpunan dananya apakah memang penerapan
tersebut tidak akan tercampur dengan produk dari bank konvensional,
apalagi dalam sejarahnya Bank Syari’ah Mandiri (BSM) Divisi Usaha
11Adbul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syari’ah Dalam Lembaga
Keuangan Lembaga Pembiayaan Dan Perusahaan Pembiayaan, Jogyakarta : Putaka Pelajar, 2008, hlm. 19-23.
12Ibid, hlm.33. 13Http://syariahmandiri.co.id
7
Syari’ah bahkan ikut dalam kredit sindikasi proyek Indosat Multimedia
Mobil (IM3) dan akan memperoleh bunga atas pembiyaan tersebut 19%
per-tahun (RepublikaOnline, 8/8/2002). Padahal, transaksi yang terkait
dengan bunga adalah suatu transaksi yang tidak dapat dilakukan oleh
sebuah bank syari’ah14.
Dengan adanya permasalahan di atas apakah Bank Syari’ah
Mandiri mampu mengembangkan dan merealisasikan produk syari’ahnya,
terutama Bank Syari’ah Mandiri yang ada di kota Kudus apalagi di sisi
lain kota Kudus dikenal sebagai kota santri yang bernuansa Islami, dalam
hal ini bagaimana Bank Syari’ah Mandiri Kudus mampu menerapkan akad
mudharabah terhadap produk penghimpunan dananya serta bagaimana
dampak dari akad tersebut, selain itu bagaimana Bank Syari’ah Mandiri
mampu menarik kepercayaan dari masyarakat bahwa di Bank Syari’ah
Mandiri pada umumnya dan Bank Syari’ah Mandiri yang ada di kota
Kudus pada khususnya, semua produknya benar-benar menerapkan akad
yang sesuai dengan Syari’ah Islam.
Berdasarkan perspektif diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap
Produk Penghimpunan Dana Di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
14Http://Economy okezone.com
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan identifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan akad mudharabah terhadap produk
penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
2. Bagaimana dampak dari akad mudharabah terhadap produk
penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
3. Faktor- faktor apa saja yang mendukung dan menghambat penerapan
akad mudharabah terhadap perkembangan produk penghimpunan dana
di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memberikan bukti empiris bagaimana penerapan akad
mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah
Mandiri Kudus.
2. Untuk memberikan bukti empiris Bagaimana dampak dari akad
mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah
Mandiri Kudus.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
penerapan akad mudharabah serta bagaimana perkembangan produk
penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
9
Manfaat dari penelitian ini adalah:
A. Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Instasi (Bank Syari’ah Mandiri Kudus)
Kegunaan bagi instasi hasil dari analisis ini akan dapat
memberikan pengertian kepada masyarakat luas bahwa Bank
Syari’ah Mandiri Kudus adalah salah satu bank yang benar-benar
bebas dari unsur riba karena Bank Syari’ah Mandiri Kudus ini
menerapkan sistem bagi hasil untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan pelayanan kepada masyarakat karena dalam
setiap kegiatan usaha di Bank Syari'ah Mandiri Kudus berdasarkan
prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran masyarakat tanpa adanya unsur riba karena
Bank Syari’ah Mandiri Kudus ini hanya menggunakan sistem
kerjasama dengan akad bagi hasil dan menjadikan masyarakat
lebih mengenal nilai-nilai dari ajaran agama Islam.
10
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa karya yang penulis jumpai yang membahas
tentang bagaimana penerapan dalam pembiayaan di bank syari'ah
menggunakan akad mudharabah (bagi hasil) Diantaranya yaitu dalam
penelitianya Muchammad Fuuzi, SE,MM denagan judul penelitianya “
Implementasi Prinsip Syari’ah Pada Perbankan Syari’ah Di Kota
Semarang “. Bahwa Bank Indonesia telah mengkaji standarisasi produk
perbankan syari’ah, diawali dari akad mudharabah, musyarakah dan
murabahah, yang ditujukan untuk mengidentifikasi penerapan prinsip
syari’ah dan kemungkinan variasinya dalam praktek, yang hasil
kesimpulan dijelaskan bahwa implementasi prinsip syari’ah kurang efektif
diterapkan dalam praktek pembiayaan bank syari’ah.15
Dalam buku Masalah Besar Bank Syari’ah karya Hendy Hendarto
bahwasanya prinsip syari’ah dalam operasi perbankan syari’ah merupakan
agenda yang sangat penting bagi perbankan nasional. Standarisasi produk
produk perbankan syari’ah di awali dengan mengkaji akad mudharabah,
musyarakah dan murabahah yang di tujukan untuk mengidentifikasi
penerapan prinsip syari’ah, dalam penerapan prinsip syari’ah tersebut
perbankan syari’ah menerapkan pada semua produknya diantaranya
dalam produk penghimpunan dananya.16
Dalam skripsi saudari Aenul Mardiyah Nim. 2101239 Fakultas
Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006 judul " Tinjauan Hukum Islam
15Muhammad Fauzi, Loc cit, hlm. 50 16Hendy Hendarto, Masalah Besar Bank Syari’ah, Republika: 2005, hlm. 15.
11
Terhadap Agunan Tambahan Dalam Pembiayaan Mudharabah Analisis
Terhadap Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998". Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan: Bahwa ciri khas pembiayaan mudharabah adalah adanya
saling percaya yang tinggi antara nasabah pembiayaan dan bank. Pada
prinsipnya pembiayaan mudharabah orang yang menerimanya tidak
berkewajiban untuk menjamin kerugian atau kehilangan dari harta modal
mudharabah bila tidak ada unsur kesengajaan. Namun bila kerugian terjadi
karena karakter buruk nasabah maka shohibul maal tidak perlu
menanggung kerugian.17
Dalam skripsi saudara Widiyanto Nim. 2101200 Fakultas Syari'ah
IAIN Walisongo Semarang 2006 judul " Praktek Bagi Hasil Dalam
Investasi Mudharabah Studi Kasus BMT Tumang Boyolali ". Hasil
penelitiannya dapat disimpulkan: Bahwa dengan adanya BMT yang
mempraktekkan akad mudharabah dalam hal investasinya menjadikan
masyarakat sekitar Tumang tidak kawatir lagi dengan lembaga keuangan
syari’ah yang memberikan modal usahanya, hal ini di buktikan dengan
adanya beberapa nasabah yang memulai usahanya melalui modal dari
BMT.18
Dalam penelitianya Hardiwinoto 2004 dengan judul analisis
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Perusahaan Terhadap
17Aenul Mardiyah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Agunan Tambahan Dalam
Pembiayaan Mudharabah Analisis Terhadap Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006.
18Widiyanto, Praktek Bagi Hasil Dalam Investasi Mudharabah Studi Kasus BMT Tumang Boyolali, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006.
12
Beroperasinya Perbankan Syari’ah Di Kota Semarang”. Dengan hasil
penelitianya dapat di simpulkan : Bahwa dalam perbankan syari’ah produk
penghimpunan dana harus bebas dari unsur riba, unsur gharar dan maisir
yang mengakibatkan unsur meragukan (subhat), akan tetapi harus sesuai
dengan akad mudharabahnya (profit loss sharing) yang mendasari dalam
setiap transaksi kerjasamanya. Pada Pembiayaan di Bank Syari’ah didasari
prinsip bagi hasil (Profit and Lost Sharing Principle) yang penerapannya
pada produk pembiayaan dan pendanaan. Karena penerapan prinsip bagi
hasil apabila dibandingkan dengan penggunaan prinsip bunga yang ada
selama ini memiliki perbedaan yang signifikan. Salah satunya yaitu
menyangkut resiko yang timbul dari penerapan prinsip itu sendiri.19
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa di dalam
bank syari'ah itu lebih berorientasi pada pemenuhan kemaslahatan hidup
umat manusia, selain itu bank syari’ah juga sebagai badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada
kedekatan judul dengan judul penelitian yang peneliti lakukan. Letak
perbedaanya ada pada titik tekan yang peneliti rumuskan. Peneliti menitik
beratkan pada upaya untuk mengimplementasikan akad mudharabah serta
dampaknya terhadap produk penghimpunan dana di perbankan syari’ah.
19Hardiwinoto, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Perusahaan Terhadap Beroperasinya Perbankan Syari’ah Di Kota Semarang, Tesis Progam Magister Akuntansi Undip 2004, Tidak di Publikasikan.
13
E. Metodelogi Penelitian
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka peneliti
akan fokuskan penelitianya pada:
1. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada seputar penerapan akad
mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah
Mandiri Kudus sekaligus mengetahui faktor-faktor yang mendukung
dan menghambat untuk menerapakan akad mudharabah terhadap
perkembangan produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri
Kudus.
2. Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari segi metodologik, penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Lexy J.
Moleong adalah: Suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh).20
Metode penelitian kualitatif juga sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting)21.
20Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002, Cet. XVII, hlm. 3. 21Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta, 2008, Cet. IV, hlm. 14.
14
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti akan
menggunakan beberapa metode yaitu :
a. Observasi
Metode ini diartikan sebagai suatu aktivitas yang sempit,
yakni memperhatikan sesuatu dengan mata22. Dalam kaitannya
dengan pengumpulan data, metode ini akan dilakukan dengan
pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada
obyek penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar
BSM, proses pelayanan pada nasabah, serta fasilitas yang ada di
BSM tersebut.
b. Wawancara (Interview)
Menurut Esterberg (2002), dalam Sugiyono23 “ Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik.” Ia juga mengemukakan beberapa macam wawancara,
yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
Dalam wawancara ini peneliti menggunakan Wawancara
semiterstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.24 Dalam wawancara
22Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1986, hlm128. 23Sugiyono, Op,cit., hlm. 317. 24Ibid., hlm. 320.
15
ini peneliti langsung melakukan tanya jawab dengan nara sumber,
antara lain kepada pengelola seperti Manajer dan Back Office yang
ada di Bank Syari’ah Mandiri Kudus beserta sebagian nasabah
BSM Kudus.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah catatan peristiwa baik
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental.25
Metode ini digunakan untuk menguatkan data-data yang telah
didapatkan. Adapun dokumen-dokumen tersebut diperoleh dari
Bank Syari’ah Mandiri Kudus berupa dokumen-dokumen tertulis
serta gambar kegiatan yang ada di BSM Kudus.
4. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dalam Sugiyono26 “Analisis Data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain”.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data
deskriptif dan teknik analisis SWOT, dimana peneliti menggambarkan
tentang kekuatan, kelemahan, peluang juga ancaman yang ada di Bank
Syari’ah Mandiri Kudus. Sedangkan teknik analisis data deskriptif
25Ibid., hlm. 329. 26Ibid., hlm. 334.
16
yaitu suatu analisis yang bersifat mendeskripsikan makna data atau
fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan menunjukkan
bukti-buktinya.27
Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang
peneliti kumpulkan baik data hasil wawancara, observasi maupun
dokumentasi, selama mengadakan penelitian di Bank Syari'ah Mandiri
Kudus.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bagian awal, meliputi : Halaman judul, nota pembimbing,
halaman pengesahan, halaman motto,
halaman kata pangantar, halaman daftar
isi, dan halaman daftar lampiran.
2. Bagian isi, meliputi :
Bab I : Pendahuluan yang meliputi ; alasan
pemilihan judul, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Pembahasan umum tentang topik atau
pokok bahasan yang berisi ; prinsip
27Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993,
cet.10, hlm. 161.
17
operasional Bank Syari’ah, pengertian
akad mudharabah, macam-macam akad
mudharabah, faktor yang mempengaruhi
bagi hasil, Pengertian produk
penghimpunan dana, serta Macam-
macam produk penghimpunan dana.
Bab III : Gambaran umum objek penelitian yang
meliputi: Gambaran Umum BSM
Indonesia, Gambaran Umum BSM
Kudus, Profil Kabupaten Kudus,
Penerapan Akad Mudharabah Serta
Dampaknya Terhadap Produk
Penghimpunan Dana di BSM Kudus,
Faktor-Faktor Pendukung Dan
Penghambat Penerapan Akad
Mudharabah Terhadap Perkembangan
Produk Penghimpunan Dana di BSM
Kudus.
Bab IV : Pembahasan bab ini meliputi: Analisis
Penerapan Akad Mudharabah Serta
Dampaknya Terhadap Produk
Penghimpunan Dana di BSM Kudus,
Analisis Faktor-Faktor Pendukung Dan
18
Penghambat Penerapan Akad
Mudharabah Terhadap Perkembangan
Produk Penghimpunan Dana di BSM
Kudus.
Bab V : Dalam bab ini berisi Kesimpulan, Saran-
saran dan Penutup
3. Bagian akhir : Pada bagian akhir skripsi ini berisi :
Daftar Pustaka, Daftar lampiran-
lampiran, serta Daftar riwayat hidup
penulis.
19
BAB II
TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH DAN PRODUK
PENGHIMPUNAN DANA
A. Prinsip Operasional Bank Syari’ah
Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-
nilai Islam. Dengan demikian mengatur prilaku manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan sistem Islam.
Tidak seperti pada ekonomi konvensional ilmu ekonomi Islam di
ilhami dengan nilai-nilai ketuhanan. Keyakinan akan Tuhan ini membuat
ekonomi Islam ini tidak bebas nilai. Orientasi waktunya tidak terbatas
hanya di dunia saja, melainkan sampai di akhirat. Oleh karenanya ilmu
ekonomi Islam, mempertanggung jawabkanya didunia dan akhirat.1
Bank Syari’ah Mandiri (BSM) adalah salah satu bank umum milik
pemerintah yang beroperasi sesuai dengan nilai ajaran agama Islam.
Dalam menjalankan usahanya, BSM tidak dapat dipisahkan dari prinsip-
prinsip syari’ah yang mengatur produk dan operasionalnya. Sebagai suatu
bank yang berlandaskan pada syari’ah Islam, Bank Syari’ah dalam
menjalankan kegiatan usaha tersebut tidak menggunakan teknik-teknik
finansial dengan sistem bunga (interest free) seperti pada bank
konvensional, melainkan dengan sistem bagi hasil atau yang disebut
1Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syari’ah Indonesia, Yogyakarta: UII
Press, 2005, hlm. 25.
20
dengan profit and loss sharing principle, dengan teknik-teknik finansial
yang semata-mata didasarkan pada prinsip agama Islam.2
Adapun prinsip dari agama Islam dalam menjalankan aktivitas
keuangan dan perbankan Islam dapat di pandang sebagai wahana bagi
masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan dua
ajaran al-Qur’an yaitu:
1. Prinsip at-Taawun, yaitu prinsip saling membantu dan saling
bekerjasama diantara anggota masyarakat untuk kebaikan,
sebagaimana telah dinyatakan dalam al Qur’an:
$pκ š‰ r'̄≈ tƒ t⎦⎪ Ï% ©! $# (#θãΖ tΒ# u™ Ÿω (#θ=Ït éB u È∝̄≈ yè x© «!$# Ÿωuρ t öκ ¤¶9 $# tΠ# t pt ø:$# Ÿωuρ
y“ô‰ oλù; $# Ÿωuρ y‰Í× ¯≈ n=s) ø9 $# Iωuρ t⎦⎫ ÏiΒ!# u™ |M øŠ t7 ø9 $# tΠ# t pt ø:$# tβθäótGö6 tƒ WξôÒsù ⎯ ÏiΒ öΝ Íκ Íh5 §‘
$ZΡ≡ uθôÊ Í‘ uρ 4 # sŒ Î) uρ ÷Λ ä⎢ ù=n=ym (#ρߊ$sÜ ô¹ $$sù 4 Ÿωuρ öΝ ä3 ¨Ζ tΒÌ øg s† ãβ$t↔ oΨ x© BΘöθs% βr&
öΝ à2ρ‘‰|¹ Ç⎯ tã ωÉfó¡yϑø9 $# ÏΘ# t pt ø:$# βr& (#ρ߉tG÷ès? ¢ (#θçΡuρ$yès? uρ ’ n? tã Îh É9ø9 $#
3“uθø) −G9 $# uρ ( Ÿωuρ (#θçΡuρ$ yès? ’ n? tã ÉΟ øO M}$# Èβ≡ uρô‰ãèø9 $# uρ 4 (#θà) ¨?$# uρ ©!$# ( ¨βÎ) ©!$# ߉ƒ ωx©
É>$s) Ïèø9 $# .
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
2Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama
Dan Mahkamah Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 68.
21
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (al Maidah : 2)
2. Prinsip menghindari al-Ikhtinas yaitu menaha uang atau dana dan
membiarkanya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi
yang bermanfaat bagi masyarakat umum sebagaimana telah dinyatakan
dalam al-Qur’an:
$yγ •ƒ r'̄≈ tƒ š⎥⎪ Ï% ©! $# (#θãΨ tΒ# u™ Ÿω (# þθè=à2ù's? Ν ä3 s9≡ uθøΒr& Μ à6 oΨ ÷ t/ È≅ ÏÜ≈ t6 ø9$$Î/
HωÎ) βr& šχθä3 s? ¸ο t≈ pg ÏB ⎯ tã <Ú# t s? öΝ ä3Ζ ÏiΒ 4 Ÿωuρ (# þθè=çFø) s? öΝ ä3 |¡àΡr& 4 ¨βÎ) ©!$#
tβ% x. öΝ ä3 Î/ $VϑŠ Ïmu‘
“… hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memekan
harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” (Q.S. an Nisaa’ : 29)
Perbedaan pokok antara perbankan Islam dengan perbankan
konvensional adalah adanya larangan riba (bunga) bagi perbankan Islam.
Bagi Islam, riba dilarang, sedangkan jual beli (al bai) dihalalkan.3
Dalam menjalankan usahanya, BSM menggunakan prinsip-prinsip
yang sesuai dengan ketentuan Bank Syari’ah antara lain sebagai berikut:
1. Prinsip Bagi Hasil
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.
3Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2006, hlm. 11-12.
22
pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan
dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.4
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam dua akad utama, yaitu mudharabah dan musyarakah.
a. Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti
memukul atau berjalan. Sedang yang dmaksud dengan memukul
atau berjalan, yaitu seseorang yang memukulkan tangannya untuk
berjalan dimuka bumi dalam mencari karunia Allah SWT.5
Secara umum landasan dasar Syari’ah tentang al-
Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha.
Hal ini tampak dalam ayat berikut ini :
zΝ Î=tæ βr& ãβθä3 u‹ y™ Ο ä3Ζ ÏΒ 4© yÌó £∆ tβρ ã yz# u™uρ tβθç/ Î ôØtƒ ’ Îû
ÇÚ ö‘ F{ $# tβθäótGö6 tƒ ⎯ ÏΒ ≅ ôÒsù «!$# tβρ ã yz# u™uρ tβθè=ÏG≈ s) ム’ Îû È≅‹ Î6 y™ «!$#
Dia mengetauhi bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit; dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang lain yang berperang di jalan Allah (al-Muzzammil: 20)6 Dalam ayat tersebut terdapat kata yadribun yang asal katanya
sama dengan mudharabah, yakni dharaba yang berarti mencari
pekerjaan atau menjalankan usaha.
4Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 1987,
hlm. 85. 5Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta:
UII Pres, 2004, hlm. 96. 6Depag RI., Al-quran dan Terjemahnya, Jakarta: 1971, hlm. 29.
23
Dalam surat al-Jumuah: 10 adalah sebagai berikut:
# sŒ Î* sù ÏM uŠ ÅÒè% äο 4θn=¢Á9 $# (#ρã ϱtFΡ$$sù ’ Îû ÇÚ ö‘ F{ $# (#θäótGö/ $# uρ ⎯ ÏΒ
È≅ ôÒsù «!$# (#ρã ä. øŒ $# uρ ©!$# # Z ÏW x. ö/ ä3 ¯=yè©9 tβθßsÎ=ø è?
Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT ( Q.S al-Jumuah: 10) Dalam surat al-Baqarah 198: juga telah di jelaskan:
}§øŠ s9 öΝ à6 ø‹ n=tã îy$ oΨ ã_ βr& (#θäótGö; s? WξôÒsù ⎯ ÏiΒ öΝ à6 În/ §‘
Tidak ada dosa (halangan) bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu (Q.S al-Baqarah: 198) Dalam ayat tersebut surat al-Jumuah: 10 dan surat al-Baqarah
198 di jelaskan bahwa Mudharib sebagai enterpreneur adalah
sebagian dari orang-orang yang melakukan (dharb) perjalanan
untuk mencari karunia Allah SWT.7
b. Musayarakoh-Syirkah
Musyarakoh atau Syirkah adalah kerjasama antara kedua
belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.8
7Warkum sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait Bamui & Takaful Di Indonesia, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2004, hlm .33.
8M. Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006, hlm. 29.
24
Landasan dasar al Musyarakah terdapat dalam ayat sebagai
berikut:
¨βÎ) uρ # Z ÏV x. z⎯ ÏiΒ Ï™!$sÜ n=èƒ ø:$# ‘ Éóö6 u‹ s9 öΝ åκ ÝÕ÷èt/ 4’ n? tã CÙ÷èt/ ωÎ) t⎦⎪ Ï% ©! $#
(#θãΖ tΒ# u™ (#θè=Ïϑtã uρ ÏM≈ ysÎ=≈ ¢Á9 $# ×≅‹ Î=s% uρ $̈Β öΝ èδ 3
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh” (Q.S Shaad : 24)9 Menurut fiqh ada dua bentuk Musyarakah, yaitu:
1) Terjadinya secara otomatis disebut Syarikah Amlak.
2) Terjadinya atas dasar kontrak disebut Syarikah Uqud.
Syarikah Uqud ada 5 jenis:
a) Syarikah Inan, dengan ciri-ciri:
1. Besarnya penyertaan modal dari masing-masing
anggota harus sama.
2. Masing-masing anggota berhak penuh aktif dalm
pengelolaan perusahaan.
3. Pembagian keuntungan bisa dilakukan menurut
basarnya pangsa modal dan bisa berdasarkan
persetujuan.kerugian ditanggung sesuai dengan bsarnya
pangsa modal masing-masing.
9Depag RI, Loc cit, hlm. 735.
25
b) Syirkah Mufadhah, dengan ciri-ciri:
1. Kesamaan penyertaan modal masing-masing anggota.
2. Setiap anggota harus aktif dalam pengelolaan usaha.
3. Pembagian keuntungan maupun kerugian di bagi
menurut pangsa modal masing-masing.
c) Syirkah Wujuh, dengan ciri-ciri:
1. Para anggota hanya mengandalkan wibawa dan nama
baik mereka, tanpa menyertakan modal.
2. Pembagian keuntungan maupun kerugian ditentukan
menurut persetujuan.
d) Syirkah Adnan, dengan ciri-ciri:
1. Sekerja atau usahanya berkaitan.
2. Menerima pesanan dari pihak ketiga.
3. Keuntungan dan kerugian dibagi menurut perjanjian
e) Syirkah Mudharabah,10 bentuk syirkah ini keuntungan dan
kerugian sesuai dengan akad yang telah di tentukan
sebelumnya.
2. Sistem Jual Beli
Jual beli secara etimologi berarti menukar harta dengan harta,
sedangkan secara terminologis berarti transaksi penukaran selain
fasilitas dan kenikmatan.11
10Warkum Sumitro, Loc cit, hlm 35-36. 11Ahmad Sumiyanto, Menuju Koperasi Modern, Yogyakarta: PT ISES
Consulting Indonesia, 2008, hlm.154.
26
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan
di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi
jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahan barang.
š⎥⎪ Ï% ©! $# tβθè=à2ù'tƒ (# 4θt/ Ìh9 $# Ÿω tβθãΒθà) tƒ ωÎ) $yϑx. ãΠθà) tƒ ”Ï% ©! $#
çµ äÜ ¬6 y‚tFtƒ ß⎯≈ sÜ ø‹ ¤±9 $# z⎯ ÏΒ Äb§yϑø9 $# 4 y7 Ï9≡ sŒ öΝ ßγ̄Ρr'Î/ (#þθä9$s% $yϑ̄ΡÎ) ßì ø‹ t7 ø9 $# ã≅ ÷W ÏΒ (# 4θt/ Ìh9 $#
3 ¨≅ ymr& uρ ª!$# yì ø‹ t7 ø9 $# tΠ § ymuρ (# 4θt/ Ìh9 $#
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata”sesunguhnya jual beli itu sama dengan riba” padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (al-Baqarah : 275)12
Ada beberapa jenis akad jual beli yang telah banyak
dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan yaitu:13
a. Murabahah
Murabahah adalah menjual dengan harga asal atau harga
pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.
Dalam prinsip Murabahah ini bank membiayai pembelian barang
yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran kemudian.
Dalam pelaksanaanya dilakukan dengan cara bank membeli atau
mamberi surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang
yang diperlukan atas nama bank. Selanjutnya pada saat yang sama
12Depag RI, Op.cit, hlm. 69. 13Ahmad Sumiyanto, Opcit, hlm.154.
27
bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok
ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up untuk dibayar oleh
nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan.14
b. Bai’ as-Salam
Bai’ as-Salam adalah pembelian barang yang di serahkan
kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Prinsip
yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dahulu jenis,
kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus
dalam bentuk uang.
c. Bai’ al-Istisna
Bai’ al-Istisna adalah bentuk khusus dari bai’ as-Salam,
oleh karena itu ketentuan dalam Bai’ al-Istisna mengikuti
ketentuan dan aturan bai’ as-Salam. Pengertian Bai’ al-Istisna
adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen
(pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau
sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran.
Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem
pembayaran dapat dilakukan dimuka atau secara angsuran perbulan
atau dibelakang.15
14Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonisia, 2002,
hlm. 100. 15Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2005, hlm. 187-188.
28
d. Bai Bitsaman Ajil
Pengertian Bai Bitsaman Ajil secara tata bahasa dapat
diartikan sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan
atau angsuran. Prinsip Bai Bitsaman Ajil merupakan
pengembangan dari prinsip Murabahah. Jadi dalam hal ini pihak
bank membiayai pembelian barang yang diperlukanya atas nama
bank. Selanjutnya pada saat yang sama bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah
keuntungan atau mark-up, dimana jangka waktu serta besarnya
angsuran berdasarkan kesepakatan bersama antara bank dengan
nasabah.16
3. Sistem Sewa (al-Ijarah)
Ijarah adalah lease contract di mana suatu bank atau lembaga
keuangan menyewakan peralatan (equipment) kepada salah satu
nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan
secara pasti sebelumnya.17
Prinsip ini secara garis besar terbagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Ijarah, sewa murni
Seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk
lainnya (operating lease). Dalam teknis perbankan, Bank dapat
membeli dahulu equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian
16Martono, Op cit, hlm. 102 17M. Sholahuddin, Loc cit, hlm. 29.
29
menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepada
nasabah.18
b. Ijarah al muntahiya bit tamlik
Merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si
penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa
sewa (finansial lease).19
4. Prinsip simpanan murni (al-Wadi’ah)
Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak
ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki.20
Landasan hukum dalam al-Qur’an adalah :
÷βÎ* sù z⎯ ÏΒr& Ν ä3 àÒ÷èt/ $VÒ÷èt/ ÏjŠ xσ ã‹ ù=sù “Ï% ©! $# z⎯ Ïϑè?øτ$# … çµ tFuΖ≈ tΒr& È, −Gu‹ ø9 uρ ©!$#
… çµ −/ u‘
“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya”(Q.S al-Baqarah: 283)
a. Wadi’ah Yad Amanah
Adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak
penerima tidak di perkenankan menggunakan barang atau uang
yang di titipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
18Muhammad, Loc cit, hlm. 85. 19 Ibid, hlm. 85. 20Ibid, hlm. 26.
30
kehilangan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian
penerima titipan.
b. Wadi’ah Yad Dhamanah
Adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak
penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang atau uang
dapat memanfaatkan barang atau uang titipan dan harus
bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang
atau uang titipan. Semua manfaat yang diperoleh dalam
penggunaan barang atau uang tersebut menjadi hak penerima
titipan.21
5. Sistem non-profit
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini
merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial.
Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja.
Jenis prinsip ini yaitu al-Qardh adalah pemberian harta kepada
orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata
lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. 22
Dalam literatur fiqh klasik, qardh dikategorikan tathwawwu
atau saling membantu dan bukan transaksi komersial.
21Wirdyaningsih, et al. Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 103.
22Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah: Beberapa Permasalahan dan Alternatif Solusi, Yogyakarta: UII Press, 2002, hlm. 86.
31
Landasan hukum dalam al-Quran adalah:
∅̈Β # sŒ “Ï% ©! $# ÞÚ Ì ø) ム©!$# $·Ê ö s% $YΖ |¡ym … çµ x Ïè≈ ŸÒã‹ sù … çµ s9 ÿ… ã&s! uρ
Ö ô_r& ÒΟƒÌ x.
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”. (Q.S. al-Hadid :57 : 11)
Qard adalah pinjaman uang. Aplikasi qard dalam perbankan
biasanya dalam empat hal yaitu:
a. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji
diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran
biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum
keberangkatannya ke haji.
b. Sebagai pinjaman tunai (Cash Advented) dari produk kartu kredit
syari’ah, dimana nasabah diberi kelaluasaan untuk menarik uang
tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikanya
sesuai waktu yang ditentukan.
c. Sebagai pinjaman kepada penusaha kecil, dimana menurut
perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan
pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank
menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya
32
kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikan
dana pinjaman ini secara cicilan melalui potongan gaji.23
B. Pengertian Akad Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, bararti memukul atau
berjalan, pengertian memukul atau barjalan ini lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukulkan kakinya dengan menjalankan usaha.
Secara teknis al Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
apabila kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si
pengelola harus bertanggunga jawab atas kerugian tersebut.24
Dalam literatur fiqh Mudharabah adalah kontrak antara dua pihak
dimana satu pihak yang disebut rob al-mal (Investor) mempercayakan
uang kepada pihak kedua, yang disebut mudharib, unntuk tujuan
menjalankan usaha dagang. Mudharib menyumbangkan tenaga dan
waktunya dan mengelola kongsi mereka sesuai dengan syarat-syarat
kontrak. Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa keuntungan,
jika ada, akan dibagi antara investor dan mudharib berdasarkan proporsi
23Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 106.
24Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, hlm. 95.
33
yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian, jika ada, akan di tanggung
sendiri oleh investor.25
Menurut Imam Saraksi, salah seorang pakar perundangan Islam
yang dikenal dalam kitabnya “Al Mabsut” telah memberikan devinisi
mudharabah dan keterangan sebagai berikut.
Perkataan mudharabah adalah diambil dari perkataan “qard”
(usaha) diatas bumi. Dinamakan demikian karena mudharib (pengguna
modal orang lain) berhak untuk bekerjasama bagi hasil atas jerih payah
dan usahanya. Selain mendapatkan keuntungan ia juga berhak berhak
untuk mempergunakan madal dan menentukan tuuanya sendiri.
Menurut istilah Syarak, mudharabah dikenal sebagai suatu akad
atau perjanjian atas sekian uang untuk di pertindakan oleh amil
(pengusaha) dalam perdagangan, kemudian keuntungan dibagikan diantara
keduanya menurut syarat-syarat yang di tetapkan terlebih dahulu, baik
dengan sama rata maupun dengan kelabihan yang satu atas yang lain.26
Dalam transaksi dengan prinsip mudharabah harus dipenuhi
dengan rukun mudharabah yang meliputi:
1. Shahibul maal atau rabul maal (pemilik dana atau nasabah),
2. Mudharib (pengelola dana atau pengusaha atau bank),
3. Amal (usaha atau pekerjaan),
25Abdullah Saed, Menyoal Bank Syari’ah Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank
Kaum Neo-Revivalis, Jakarta: Paramadina, 2004, hlm. 77. 26Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah,
Jakarta: PT Grasindo 2005, hlm. 33-34.
34
4. Ijab Qobul.27
Secara umum landasan dasar syari’ah tentang al-Mudharabah
lebih mencerminkan ajaran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak
dalam ayat-ayat dan hadist berikut ini :
a. Al-Qur’an
Ayat yang berkenaan dengan mudharabah adalah sebagai berikut:
tβρ ã yz# u™uρ tβθç/ Î ôØtƒ ’ Îû ÇÚ ö‘ F{ $# tβθäótGö6 tƒ ⎯ ÏΒ È≅ ôÒsù «!$#
Artinya :”… dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…..” (Q.S al-Muzammil:20)
Yang menjadi wajhud-dilalah ( وجه الداللة ) atau
argumen dari surah al-Muzammil: 20 adalah adanya kata
yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti
melakukan suatu perjalanan usaha.
b. As-Sunnah
Diantara hadist yang berkaitan dengan mudharabah adalah
hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Shuhaib bahwa Nabi
SAW bersabda:
البيع إلى أجل والمقارضة وخلط البر : ثالث فيهن البرآة )رواه ابن ماجه عن صهيب(بالشعير للبيت ال للبيع
Artinya: “Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli
yang di tangguhkan, melakukan qiradh (memberi modal kepada orang lain), dan yang mencampurkan gandum
27 Ibid, hlm. 35.
35
dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk di perjualbelikan.” (HR. ibn Majah dari Shuhaib).
c. Ijma’
Diantara Ijma’ dalam mudharabah, adanya riwayat yang
menyatakan bahwa jama’ah dari sahabat menggunakan harta anak
yatim untuk mudharabah. Perbuatan tersebut tidak di tentang oleh
sahabat yang lainya.
d. Qiyas
Mudharabah di qiyaskan kepada al-Musyaqah (menyuruh
seseorang untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia ada
yang miskin dan ada pula yang kaya. Disatu sisi lain, tidak sedikit
orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal.
Dengan demikian adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk
memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas, yakni untuk
kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
mereka.28
C. Macam-Macam Akad Mudharabah
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum
dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Secara
syari’ah prinsipnya berdasarkan kaidah al-Mudharabah. Berdasarkan
prinsip ini bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung
28Rahmat Syafei, Fiqh Muammalah, Bandung: Pustaka Ceria, 2001, hlm. 224-
225.
36
maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank
bertindak sebagai mudharib ‘ pengelola’, sedangkan penabung bertindak
sebagai shahibul maal ‘penyandang dana’. Antara keduanya diadakan
akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-
masing pihak.29
Prinsip bagi hasil dengan akad mudharabah ini dibedakan menjadi
dua jenis, yakni yang bersifat tidak terbatas (muthlaqah, unrestricted) dan
bersifat terbatas (muqayyadah, restricted).30
1. Al-Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak
pengusaha diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa
larangan atau gangguan apapun urusan yang berkaitan dengan proyek
itu dan tidak terkait dengan waktu, tempat, jenis, perusahaan dan
pelanggan. Investasi tidak terkait ini pada Bank Syari’ah diaplikasikan
pada tabungan dan deposito.31
Dari penerapan mudharabah muthlaqah ini dikembangkan
produk tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jenis produk
penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah.
Adapun ketentuan umum dalam produk ini adalah:
a) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai
nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau
29Muhammad Syafi’i Antonio, op.cit, hlm. 137. 30Ibid hlm. 138. 31Wiroso, Loc cit, hlm. 35.
37
pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari
penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal
tersebut harus dicantumkan dalam akad.
b) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku
tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau
alat penarikan lainya kepada penabung. Untuk deposito
Mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda
penyimpan (bilyet) deposito kepada deposan.
c) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung
sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak
diperkenakan mengalami saldo negatif.
d) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah
jatuh tempo skan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi
bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka
tidak perlu dibuat akad baru.
e) Ketentuan- Ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan
dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syari’ah.32
32Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004, Cet 2, hlm. 99-100.
38
2. Al-Mudharabah Muqayyadah
Jenis Mudharabah Muqayyadah ini dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (investasi terikat)
Mudharabah muqayyadah On Balance Sheet (investasi
terikat) yaitu pemilik dana (shahibul maal) membatasi atau
memberi syarat kepada mudharib dalam penglolaan dana seperti
misalnya hanya melakukan mudharabah bidang tertentu, cara,
waktu dan tempat tertentu saja.33
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus
(restricted investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan
syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya,
disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan
digunakan untuk nasabah tertentu.
Adapun kerakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai
berikut:
1) Pemilik dana wajib menerapkan syarat-syarat tertentu yang
harus diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang
mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.
2) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai
nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau
pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan
33Ibid, hlm. 36.
39
dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan,
maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.
3) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti
simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari
rekening lainya.
4) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat
atau tanda penyimpan (bilyet) deposito kepada deposan.34
b. Al Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet
Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet ini merupakan
jenis mudharabah dimana penyaluran dana mudharabah langsung
kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai
perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana
dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari
kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.35
Adapun kerakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai
berikut:
1) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti
simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari
rekening lainya. Simpanan khusus dicatat pada pos tersendiri
dalam rekening administrative.
34Op cit. hlm 100-101. 35Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta :
Ekonisia 2004, hlm. 60.
40
2) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung
kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.
3) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak.
Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku
nisbah bagi hasil.
Untuk mempermudah pelaksanaan dalam penghimpunan
dana, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad pelangkap ini
tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini bank
diperbolehkan untuk meminta biaya-biaya pengganti yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Basarnya pengganti
biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul.
Salah satu akad yang benar-benar boleh dipakai untuk
penghimpunan dana adalah akad Wakalah.
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang. 36
36 Op cit. hlm 101-102.
41
D. Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil
1. Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah
dana yang tersedia, dan nisbah bagihasil (profit sharing ratio).
a) Investment rate merupakan persentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan invesment
sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana
dialokasikan untuk memenuhi liquiditas.
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Dana tersebut bias dihitung menggunakan salah satu metode ini:
1) Rata-rata saldo minimum bulanan,
2) Rata-rata saldo harian.
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan, akan menghasilkan jumlaah dana aktual yang
digunakan.
c) Nisbah (profit sharing ratio)
1) Salah satu ciri al-Mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
2) Nisbah antara satu bank dan bank lainya dapat berbeda.
42
3) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu kewaktu dalam satu
bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan.
4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account
lainya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
2. Faktor Tidak Langsung
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagihasilkan
merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.
2) Jika semua biaya ditanggung bank hal ini disebut revenue
sharing.
b) Kebijakan Akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh
berjalanya aktifitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan
pengakuan pendapatan dan biaya.37
E. Pengertian Produk Penghimpunan Dana
Penghimpunan Dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan
bank untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan
disalurkan kepada pihak kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya
sebagai intermediasi antara pihak deposan dengan pihak kreditur.
37Muhammad Syafi’i Antonio, Loc cit, hlm. 139-140.
43
Dalam Bank Syari’ah, klasifikasi penghimpunan dana yang utama
tidak didasarkan atas nama produk melainkan atas prinsip yang digunakan.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana
yang digunakan dalam Bank Syari’ah ada dua yaitu prinsip wadi’ah dan
prinsip mudharabah.38
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya menghimpun dana masysrakat, baik berskala kecil
maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga
keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa dana yang
cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank
menjadi tidak berfungsi sama sekali.39
Pada dasarnya bank mempunyai empat alternatif untuk
menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:
1. Dana Sendiri
Meskipun untuk suatu usaha bank sendiri proporsi dana sendiri
ini relatif kecil apabila dibandingakan dengan total dana yang
dihimpun ataupun total aktivanya. Begitu penting proporsi dana sendiri
ini dibuktikan dengan adanya ketentuan dari bank sentral yang
mengtur tentang proporsi minimal modal sendiri dibanding dengan
total nilai Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Proporsi ini
lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal (capital adequacy
ratio-CAR). Apabila CAR suatu bank terlalu rendah maka kemampuan
38http://blog.keuanganpribadi.com/prinsip-dasar-produk-perbankan-syariah/ 39Zainul Arifin, Loc cit, hlm. 47.
44
bank tersebut untuk bertahan pada saat mengalami kerugian juga
rendah. Modal sendiri akan dengan cepat habis untuk menutup
kerugian, dan ketika kerugian telah melebihi modal sendiri maka
kemampuan bank tersebut untuk memenuhi kewajiban kepada
masyarakat akan semakin diragukan. Kemampuan untuk
mengembalikan dana simpanan dari masyarakat juga menjadi
diragukan.
Penurunan kemampuan ini sangat mungkin untuk menurunkan
tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut, dan penurunan
tingkat kepercayaan terhadap suatu bank ini selanjutnya sangat
membahayakan kelangsungan usaha bank itu. Seperti halnya badan
usaha lain penghimpun dana sendiri ini antara lain dapat berupa modal
disektor, dana dari penjualan di bursa efek, akumulasi laba ditahan,
cadangan-cadangan dan agio saham.
2. Dana dari Deposan
Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa giro
(demand deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito berjangka
(time deposit) yang berasal dari nasabah perorangan atau badan.
3. Dana Pinjaman
Dana pinjaman yang diperoleh bank dalam rangka
menghimpun dana antara lain dapat berupa:
45
a) Call Money
Call money merupakan yang dapat diperoleh bank berupa
pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call
money market.
b) Pinjaman Antar Bank
Berbeda dengan call money, pinjaman ini dilakukan bukan
untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek,
melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yag lebih
terencana dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan
penerimaan bank.
c) Kredit Liquiditas Bank Indonesia
Seperti dengan namanya Kredit liquiditas bank Indonesia
(KLBI) adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama
kepada bank yang sedang mengalami liquiditas.
4. Sumber Dana lain
Selain dapat berasal dari dana sendiri, dana dari deposan, dan
dana pinjaman, sumber penghimpunan dana dapat juga barasal dari
sumber-sumber lain yang tidak dapat digolongkan dalam jenis dana
diatas. Sumber dana lain yang berkembang sesuai dengan
perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum.
Sumber-sumber tersebut antara lain:
46
a) Setoran Jaminan
Setoran Jaminan atau sering disingkat dengan storjam
merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah
yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Nasabah tersebut perlu
menyerahkan storjam karena jasa-jasa yang diberikan oleh bank
mengandung resiko financial yang ditanggung oleh pihak bank.
Dengan adanya storjam, nasabah diharapkan mempunyai sikap
komitmen untuk berprilaku positif sehingga dikemudian hari bank
tidak harus mengalami kerugian karena menanggung resiko yang
timbul.
b) Dana Transfer
Salah satu yang diberikan bank adalah pemindahan dana.
Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening,
dari uang tunai kesuatu rekening, atau dari suatu rekening untuk
kemudian ditarik tunai.
c) Surat Berharga Pasar Uang
Salah satu akibat dari serangkaian paket deregulasi
perbankan sejak tahun 1980an adalah diperkanalkanya Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu instrumen yang
dipergunakan pihak bank untuk menghimpun dana.
47
d) Diskonto Bank Indonesia
Fasilitas diskonto adalah penyediaan janka pendek oleh
Bank Indonesia dengan cara pembelian promes yang diterbitkan
oleh bank-bank atas dasar diskonto.40
F. Macam-Macam Produk Penghimpunan Dana
Pada bank konvensional penghimpunan dana dari masyarakat yang
dilakukan dalam bentuk Tabungan, Deposito dan Giro yang lazim disebut
dana pihak ketiga. Dalam Bank Syari’ah penghimpunan dana dari
masyarakat yang dilakukan tidak membedakan nama produk, tetapi
melihat pada prinsip, yaitu prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah.
Apapun nama produk, yang diperhatikan adalah prinsip yang
dipergunakan atas produk tersebut, karena hal ini sangat terkait dengan
besaran hasil usaha yang akan diperhitungkan dalam pembagian hasil
usaha yang akan diperhitungkan dalam pembagian hasil usaha yang akan
dilakukan antara pemilik dana atau deposan (shahibul maal) dengan Bank
Syari’ah sebagai mudharib. 41
Implementasi akad mudharabah pada produk penghimpnan dana
dalam produk giro, deposito, sertifikat deposito, dan tabungan adalah
sebagai berikut:
40Sigit Triandaru Dan Totok Budi Santoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain,
edisi2, Jakarta: Salemba Empat, 2006, hlm. 96-100. 41Wiroso, Loc cit, hlm. 19-20.
48
1. Giro
Produk Giro ini dapat menggunakan akad wadi’ah maupun
mudharabah. Giro yang menggunakan akad wadi’ah didalamnya,
maka pihak bank selaku penerima titipan dana dapat menggunakan
dana titipan tersebut yang dipakai akad wadiah ad-dhamanah, sehigga
biasanya bank akan memberkan imbalan kepada nasabah penyimpan
sejumlah bonus yang besarnya sesuai dengan kebijakan bank dan tidak
diperjanjikan diawal. Sedangkan dalam hal bank menggunakan akad
mudharabah dalam operasionalnya maka didalamnya terdapat
penentuan nisbah bagi hasil antara bank dan nasabah diawal perjanjian.
Pada Giro Wadi’ah nasabah terhindar resiko kehilangan atau
berkurangnya dana yang disimpan jadi lebih sefety, sedangkan pada
Giro Mudharabah nasabah menanggung resiko berkurangnya dana
yang disimpan dan sekaligus peluang untuk mendapatkan keuntungan
financial dengan mendapatkan kompensasi berupa bagi hasil yang
besarnya sesuai dengan nisbah sebagaimana telah diperjanjikan diawal.
2. Deposito
Produk Deposito karena memang ditujukan sebagai sarana
investasi, maka dalam praktik perbankan syari’ah hanya digunakan
akad mudharabah. Melalui akad mudharabah ini pada awal perjanjian
sudah ditentukan berapa nisbah bagi hasil baik bagi pihak nasabah
maupun bagi pihak Bank Syari’ah sendiri.
49
3. Tabungan
Seperti halnya pada produk giro, maka dalam produk tabungan
ini nasabah dapat memilih untuk menggunakan akad wadi’ah atau
mudharabah. Keuntungan maupun resiko yang ada sama halnya
dengan giro, sedangkan perbedaanya terletak pada mekanisme
pengambilan dana yang disimpan oleh nasabah.42
Dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 02/DSN-
MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang Tabungan memberikan
landasan syari’ah dan ketentuan tentang Tabungan Mudharabah adalah
sebagai berikut:
A. Landasan Syari’ah Tentang Tabungan Mudharabah
Firman Allah Q.S Annisa : 29
$yγ •ƒ r'̄≈ tƒ š⎥⎪ Ï% ©! $# (#θãΨ tΒ# u™ Ÿω (# þθè=à2ù's? Ν ä3 s9≡ uθøΒr& Μ à6 oΨ ÷ t/ È≅ ÏÜ≈ t6 ø9$$Î/
HωÎ) βr& šχθä3 s? ¸ο t≈ pg ÏB ⎯ tã <Ú# t s? öΝ ä3Ζ ÏiΒ 4
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesame dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu. 43
42Adbul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syari’ah Dalam Lembaga
Keuangan Lembaga Pembiayaan Dan Perusahaan Pembiayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 19-20.
43Wiroso, Loc cit, hlm.47.
50
B. Adapun Ketentuan Tentang Tabungan Mudharabah, yakni sebagai
berikut:
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal
atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkanya termasuk mudharabah dengan
pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai
dan bukan piutang
4. Pembagian piutang harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan
Tabungan mudharabah merupakan tabungan dengan akad
mudharabah diman pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan
dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang di sepakati sejak awal.44
44Ibid. hlm. 49.
51
Sedangkan dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang Deposito
memberikan landasan syari’ah dan ketentuan tentang Deposito
Mudharabah adalah sebagai berikut:
A. Landasan Syari’ah Tentang Deposito Mudharabah
Firman Allah Q.S al-Baqarah : 283
÷βÎ* sù z⎯ ÏΒr& Ν ä3 àÒ÷èt/ $VÒ÷èt/ ÏjŠ xσ ã‹ ù=sù “Ï% ©! $# z⎯ Ïϑè?øτ$# … çµ tFuΖ≈ tΒr& È, −Gu‹ ø9 uρ ©!$#
… çµ −/ u‘ 3
Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah.45
B. Adapun Ketentuan Tentang Deposito Mudharabah, yakni sebagai
berikut:
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkanya termasuk mudharabah dengan
pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
45Ibid, hlm. 54-55.
52
4. Pembagian piutang harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.
Deposito ini dijalankan dengan prinsip mudharabah muthlaqah
karena pengelolaan dana deposito sepenuhnya menjadi tanggung jawab
mudharib (bank).
Deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad
mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan
dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang disepakati sejak awal.
Semua permintaan pembukaan deposito mudharabah harus
dilengkapi dengan suatu akad atau kontrak atau perjanjian yang berisi
antara lain, nama dan alamat shohibul maal, jumlah deposito, jangka
waktu, nisbah pembagian keuntungan, cara pembayaran bagi hasil dan
pokok pada saat jatuh tempo serta syarat-syarat lain deposito mudharabah
yang lain.46
46Ibid, hlm. 56-57.
53
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BSM Indonesia
1. Sejarah Berdirinya BSM Indonesia
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul
dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam
perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan
perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional
mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut
menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan
untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di
Indonesia.
Dengan adanya tindakan pemerintah untuk merestrukturisasi
dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia, maka lahirnya
Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-
Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-
bank syari’ah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan
bank beroperasi sepenuhnya secara syari’ah atau dengan membuka
cabang khusus syari’ah.
Salah satu bank yang mulai merintis kegiatanya berdasarkan
prinsip syari’ah adalah PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti)
yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank
54
Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis
1997 – 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah
menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi Bank
Syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara,
Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT Bank
Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT
Bank Susila Bakti menjadi Bank Syariah dengan nama Bank Syariah
Sakinah dan diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero).
PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung
sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti
menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri
(Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan
merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi
PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani
M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta
No. 23 Tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT
Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah
Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP.BI/1999 telah
memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila
55
Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999,
Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila
Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau bertpatan dengan tanggal 1
November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank
Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah
usaha bersama dari para perintis Bank Syariah di PT Bank Susila Bakti
dan Manajemen PT Bank Mandiri yang memandang pentingnya
kehadiran Bank Syariah dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero).
PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang
melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah
Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
2. Profil dan Kepemilikan Saham BSM Indonesia
Adapun profil dan kepemilikan saham dari BSM sendiri adalah
sebagai berikut:
a. Profil
Nama : PT Bank Syariah Mandiri
Alamat : Gedung Bank Syariah
Mandiri Jl. MH. Thamrin
No. 5 Jakarta 10340 –
56
Indonesia
Telepon : (62-21) 2300509, 39839000
Faksimili : (62-21) 39832989
Situs Web : www.syariahmandiri.co.id
Tanggal Berdiri : 25 Oktober 1999
Tanggal Beroperasi : 1 Nopember 1999
Modal Dasar : Rp1.000.000.000.000,-
Modal Disetor : Rp558.243.565.000,-
Kantor Layanan : 328 kantor, yang tersebar di
24 provinsi di seluruh
Indonesia
Jumlah jaringan ATM BSM : 118 ATM Syariah Mandiri,
ATM Mandiri 3.746 unit,
ATM Bersama 14.758 unit
(include ATM Mandiri dan
ATM BSM), ATM Prima
10.647 unit dan Malaysia
Electronic Payment System
(MEPS) 6.505 unit
Jumlah Karyawan : 3493 orang (Per Desember
2008)
57
b. Kepemilikan Saham :
PT Bank Mandiri Tbk.(Persero) : 111.658.712 lembar saham
(99,999999%)
PT Mandiri Sekuritas : 1 lembar saham (0,000001%).1
B. Gambaran Umum BSM Kudus
1. Letak geografis
BSM Kudus adalah salah satu Bank Umum Syari’ah yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Secara geografis
BSM Kudus terletak di lingkungan perkotaan, tepatnya di ruko Ahmad
Yani No. 9 Jl. Ahmad Yani Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah.
Tepatnya cukup strategis sebab dekat jalan raya perkotaan Kudus,
yang juga dilewati oleh angkutan umum sehingga mudah untuk
dijangkau dengan menggunakan angkutan dan juga kendaraan pribadi.
Adapun lingkungan sekitarnya adalah:
Sebelah utara : Terdapat jalan raya kearah barat menuju Makam
Sunan Kudus, ke timur menuju Gor Kudus.
Sebelah barat : Terdapat jalan raya Kudus-Demak. Kearah utara
menuju Simpang Tujuh Kudus, kearah selatan
menuju Demak.
1Dokumentasi BSM Kudus pada hari Senin tgl 08 Maret 2010.
58
2. Latar Belakang Historis
BSM Kudus merupakan bank yang berada dibawah naungan
PT.Bank Mandiri. BSM Kudus ini Berdiri pada tanggal 5 September
2005 karena Menurut Kepala Cabang BSM Semarang, Priyono,
terbuka potensi yang besar di Kudus untuk penyaluran kredit ke sektor
kecil dan menengah. Sektor industri kecil dan industri besar di
samping beberapa industri yang juga menjadi salah satu alasan BSM
membuka kantor cabangnya di Kudus.
Selain itu berdirinya BSM Kudus juga tidak lepas dari kedaan
masyarakat dikota Kudus yang bernuansa Islami, karena di Kudus
memang belum ada Bank Umum Syariah yang beroperasi pada waktu
itu. Dengan adanya Bank Syariah Mandiri Kudus ini akan lebih
membantu masyarakat sekitar untuk tidak lagi kawatir menggunakan
jasa perbankan. Sehingga dengan dorongan itulah kota Kudus menjadi
kantor cabang pembantu Bank Syariah Mandiri (BSM) yang ada di
Semarang.
3. Visi dan Misi BSM Kudus
a) Visi
Menjadi Bank Syari’ah terpercaya pilihan mitra usaha.
b) Misi
1) Menciptakan suasana pasar perbankan ayari’ah agar dapat
berkembang dengan mendorong terciptanya syari’at dagang
yang terkordinasi dengan baik.
59
2) Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang
berkesinambungan melalui sinergi dengan mitra strategis agar
menjadi Bank Syari’ah terkemuka di Indonesia yang mampu
meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas.
3) Memperkerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya
mengerti operasional syari’ah.
4) Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional
perbankan dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta
memegang teguh prinsip keadilan, keterbukaan dan kehati-
hatian.
5) Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan
masyarakat menengah dan ritel, memperbesar portofolio
pembiayaan untuk skala menengah kecil, serta mendorong
terwujudnya manajemen ZIS yang lebih efektif sebagai
cerminan kepedulian sosial.
6) Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang
perbankan lain, segenap lapisan masyarakat dan investor asing.
4. Budaya BSM Kudus
Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran
pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang
baru dan disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai
BSM. Shared value perusahaan ini disingkat “ETHIC”. Yaitu :
60
a) Excellence
Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang
terpadu.
b) Teamwork
Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.
c) Humanity
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan relegius.
d) Integrity
Mentaati kode etik profesi dan berfikir serta berprilaku terpuji.
e) Customer Vocus
Mamahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan
BSM sebagai mitra terpercaya dan menguntungkan.2
Selain dengan adanya ETHIC tersebut, budaya dari BSM
Kudus sebagai bank yang beropersi atas dasar prinsip syari’ah Islam
juga menetapkan budaya perusahaan yang mengacu pada akhlakul
karimah (budi pekerti mulia) yang terangkum dalam lima pilar yang di
simgkat SIFAT, yaitu:
a. Siddiq (Integritas)
Menjaga martabat dengan integritas, awali dengan niat dan hati
tulus, berfikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan prilaku
teladan.
2Observasi di BSM Kudus pada hari Rabu , tanggal 10 Maret 2010
61
b. Istiqomah (Konsisten)
Konsisten adalah kunci menuju sukses. Pegang teguh komitmen,
sikap optimis, pantang meyerah, kesabaran dan percaya diri.
c. Fathonah (Profesionalisme)
Profesionalisme adalah gaya kerja bsm kudus. Semangat kerja
berkelanjutan, cerdas inovatif dan trampil.
d. Amanah (Tanggung Jawab)
Terpercaya dengan penuh tanggung jawab menjadi terpercaya
cepat tanggap, obyektif, akurat dan disiplin.
e. Tabkigh (Kepemimpinan)
Kepemimpinan berlandasan kasih sayang selalu transparan
membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan.
5. Sistem BSM Kudus
a) Islam mamandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan
atau amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkanya harus sesuai dengan ajaran Islam.
b) BSM Kudus mendorong nasabah untuk mengupayakan
pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai dengan ajaran Islam.
c) Adanya kesempatan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip
keadilan, kesedrajatan dan sistem ketentraman antara pemegang
saham, pengelola bank dan nasabah atas jalanya usaha Bank
Syari’ah.
d) Prinsip bagi hasil.
62
e) Penentuan besarnya bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.
f) Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh.
g) Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan.
h) Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.
i) Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan.
Jika proyek itu tidak mendapat keuntungan maka kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
6. Prinsip Operasi BSM Kudus
Prinsip Operasi BSM Kudus mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a) Prinsip Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi
hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati
bersama antara Bank dan Nasabah.
b) Prinsip Kemitraan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana,
nasabah pengguna dana, maupun Bank pada kedudukan yang
sama dan sederajat dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam
hak, kewajiban, resiko dan keuntungan yang berimbang di antara
nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.
63
Dalam hal ini bank berfungsi sebagai intermediasi institution
lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya.
c) Prinsip Keterbukaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara
berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan
dana dan kualitas manajemen bank
d) Universalitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-
bedakan suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat
dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil'alamiin.3
7. Struktur Organisasa BSM Kudus
Dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan maka diperlukan struktur organisasi yang baik dan jelas,
sehingga dapat diketahui tugas masing-masing dan kesimpangsiuran
dalam menjalani tugas dapat dihindari.
Adapun struktur organisasi BSM Kudus adalah sebagai berikut:
3Wawancara dengan Pelaksana Back Office, Dedi Yulianto pada Hari Senin, Tanggal 15 Maret 2010.
64
65
C. Profil Kabupaten Kudus
Kabupaten Kudus adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang Terletak 51 Km sebelah utara Kota Semarang. Sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati, Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati, Timur
berbatasan dengan Kabupaten Pati, Barat berbatasan dengan Kabupaten
Demak dan Kabupaten Jepara. Letak secara astronomis 110 36'-110 50'
BT dan 6 51'-7 16' LS. Terletak pada ketinggian rata-rata ± 55 m diatas
permukaan air laut, dengan iklim Tropis, Temperatur sedang, intensitas
hujan ± 2000 mm/tahun atau ± 97 hari/tahun.
Secara administrasi di kabupaten Kudus terdiri dari 9 Kecamatan
yaitu Kecamatan Kota, Kaliwungu, Jati, Undaan, Mejobo, Jekulo, Gebog,
Bae dan Dawe. Total desa berjumlah 124 desa. Dahulu ke sembilan (9)
kecamatan di bagi menjadi 3 Kawedanan yang masing-masing Kawedanan
membawahi beberapa kecamatan. Ketiga (3) Kawedanan itu adalah
Kawedanan Kudus, Cendono, Tenggeles. Kawedanan Kudus meliputi
Kota, Jati dan Undaan, Kawedanan Cendono meliputi Bae, Gebog, Dawe
dan Kaliwungu, Kawedanan Tenggeles meliputi Jekulo dan Mejobo. Tiap
kawedanan itu karena sebagai struktur diatas kecamatan maka mempunyai
kantor kawedanan. Dan karena sistem kawedanan di hapus, sekarang
bangunan tiap kantor kawedanan di alih fungsikan, sampai sekarang masih
bisa kita lihat bangunannya.
66
Adapun hari jadi Kota Kudus di tetapkan pada hari Senin Pahing 1
Ramadhan 956 H atau Tanggal 23 September 1549 M dan diatur dalam
Peraturan Daerah (PERDA) No. 11 Tahun 1990 tentang hari jadi Kudus
yang di terbitkan tanggal 6 Juli 1990 yaitu pada era Bupati Kolonel
Soedarsono. Kemudian Perda tersebut di sahkan oleh Gubernur KDH
Tingkat 1 Jawa Tengah Nomor: 1883/278/1990 Tanggal 7 September
1990.
Kabupaten Kudus sejak kolonial sampai sekarang dipimpin
seorang bupati mulai dari KR. Adipati Ario Padmonegoro (Putera menantu
Sunan Paku Buwono III), KRT Tjokrohadinegoro, Kanjeng Kyai Adipati
Ario Tjondronegoro III (1812-1837) sampai sekarang H. M. Mustofa
(2008-2013).
Seperti halnya kabupaten atau kota lainnya Kabupaten Kudus
mempunyai semboyan KUDUS SEMARAK yang artinya Kudus Sehat,
Maju, Rapi, Aman dan Konstitusional.
Kudus juga terkenal dengan sebutan kota industri, selain itu juga
mendapat sebutan kota kretek karena banyak pabrik rokok yang berdiri di
Kudus, seperti Djarum, Sukun, Nojorono, Jambu Bol, Langsep dan masih
banyak pabrik-pabrik rokok kecil lainnya yang jumlahnya mencapai
puluhan.4
4http://akhirudins.multiply.com, Tanggal 09 Mei 2010
67
D. Penerapan Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk
Penghimpunan Dana Di BSM Kudus
1. Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Tabungan
a) Tabungan BSM
Tabungan BSM adalah Simpanan dalam mata uang rupiah
yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama
jam kas dibuka di kounter BSM atau melalui ATM.
Adapun karakteristik Tabungan BSM adalah sebagai
berikut:
1) Berdasarkan prinsip syari’ah dengan akad mudharabah
muthlaqah. Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak
pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib)
untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan
sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank)
diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau
menentukan arah investasi sesuai syari’ah
2) Tabungan dengan bagi hasil yang menarik, aman dan terjamin
3) Dapat ditarik/setor setiap saat diseluruh cabang Bank Syari’ah
Mandiri
4) Dilengkapi degan kartu ATM sekaligus Kartu Debet
5) Dilengkapi fasilitas BSM Mobile Banking GPRS dan BSM Net
Banking
68
6) Nasabah dapat menyalurkan zakat, infaq dan sedekah melalui
Tabungan BSM.
Manfaat dari Tabungan BSM adalah sebagai berikut:
1) Dana aman dan tersedia setiap saat
2) Transaksi online di seluruh cabang BSM
3) Mendapatkan kartu ATM sekaligus debet
4) Mendapat bagi hasil yang kompetitif
5) Kebebasan bertransaksi dengan Fasilitas BSM Mobile Banking
GPRS dan BSM Net Banking.
Adapun Peruntukan dari Tabungan BSM adalah hanya
untuk Perorangan. Sedangkan persyaratan dari Tabungan BSM
adalah sebagai berikut:
Dokumen Perorangan
Kartu Identitas KTP/SIM/Paspor nasabah
Min. setoran awal Rp80.000,- dengan kartu ATM
Min. setoran berikutnya Rp10.000,-
Saldo Minimum Rp50.000,-
Biaya tutup rekening Rp20.000,-
Biaya Adm/bln Sesuai ketentuan BSM
Contoh Perhitungan:
Saldo rata-rata tabungan Pak Syarman bulan Agustus 2008
adalah Rp10.000.000,- Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara
Bank dan Nasabah adalah 60 : 40. Bila saldo rata-rata tabungan
seluruh nasabah Bank Syari’ah Mandiri pada bulan Agustus 2008
69
adalah Rp2.000.000.000,- dan pendapatan Bank yang
dibagihasilkan untuk nasabah tabungan adalah Rp123.000.000,-
maka bagi hasil yang diperoleh Pak Rahman adalah =
Rp10.000.000,-
Rp2.000.000.000,-
x Rp123.000.000,- x 40 % = Rp246.000,-
(Sebelum dipotong pajak)
b) Tabungan Berencana BSM
Tabungan Berencana BSM adalah simpanan berjangka
yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian
pencapaian target dana yang telah ditetapkan.
Karakteristik Tabungan berencana BSM adalah sebagai
berikut:
1) Berdasarkan prinsip syari’ah mudharabah muthlaqah
2) Periode Tabungan: min. 1 tahun sampai dengan 10 tahun
3) Usia nasabah: min. 18 tahun dan maksimal 60 tahun saat jatuh
tempo
4) Setoran bulanan: min. Rp100.000,- atau sebesar target dana
dibagi periode (bulan)
5) Target dana: min. Rp1.200.000,- dan maks. Rp200 juta.
Ketentuan Umum Tabungan BSM adalah sebagai berikut:
1) Saldo tabungan tidak bisa ditarik dan tabungan tidak boleh
ditutup hingga jatuh tempo (akhir masa kontrak), kecuali
dalam keadaan mendesak atau darurat.
70
2) Penutupan rekening sebelum jatuh tempo dengan kondisi
tersebut di atas akan dikenakan biaya administrasi
3) Penabung telah memiliki tabungan BSM sebagai rekening asal
(Source Account)
4) Jumlah setoran bulanan dan periode Tabungan tidak dapat
diubah
5) Tidak dapat menerima setoran di luar setoran bulanan.
Persyaratan dari Tabungan Berencana BSM adalah dengan
menunjukan Kartu identitas (KTP/SIM/Paspor).
Manfaat Tabungan BSM adalah sebagai berikut:
1) Mendapat bagi hasil yang kompetitif
2) Membantu perencanaan keuangan nasabah jangka panjang
3) Keikutsertaan Asuransi secara otomatis, tanpa pemeriksaan
kesehatan
4) Perlindungan asuransi bebas premi
5) Nasabah dapat memiliki lebih dari satu rekening
6) Kepastian pencapaian target dana.
Adapun Manfaat Asuransi Tabungan BSM untuk
memberikan Santunan tunai yang bertujuan untuk memenuhi
kekurangan target dana. Manfaat asuransi ini dihitung dengan cara
sebagai berikut: Manfaat asuransi = Target dana – Saldo saat
klaim.
71
c) Tabungan BSM Investa Cendekia
Tabungan BSM Investa Cendekia adalah tabungan
berjangka dalam valuta rupiah dengan jumlah setoran bulanan tetap
(installment) yang dilengkapi perlindungan asuransi.
Karakteristik Tabungan BSM Investa Cendekia adalah:
1) Berdasarkan prinsip syari’ah mudharabah muthlaqah
2) Periode Tabungan : min. 1 tahun sampai dengan 20 tahun
3) Usia nasabah : min. 17 tahun dan maks. 55 tahun (Catatan: usia
masuk ditambah periode kontrak sama atau tidak melebihi 60
tahun)
4) Saldo minimal : Rp1.000.000,-
5) Setoran bulanan : min Rp100.000,- s/d Rp4.000.000,-.
Ketentuan Umum Tabungan BSM Investa Cendekia
adalah:
1) Saldo tabungan tidak bisa ditarik dan tabungan tidak dapat
ditutup hingga jatuh tempo (akhir masa kontrak), kecuali dalam
keadaan mendesak atau darurat.
2) Penarikan sebagian saldo dengan kondisi tersebut di atas dapat
dilakukan sampai dengan saldo minimal.
3) Penabung telah memiliki tabungan BSM sebagai rekening asal
(Source Account).
4) Jumlah setoran bulanan dan periode Tabungan tidak dapat
diubah.
72
Adapun Persyaratan dari Tabungan BSM Investa Cendekia
adalah Kartu identitas (KTP/SIM/Paspor).
Manfaat Tabungan BSM Investa Cendekia adalah:
1) Mendapat bagi hasil yang kompetitif.
2) Membantu perencanaan program investasi nasabah khususnya
perencanaan pendidikan kepada putera/puteri.
3) Keikutsertaan Asuransi secara otomatis, tanpa pemeriksaan
kesehatan.
Manfaat Asuransi Tabungan BSM Investa Cendekia
adalah:
1) Tahun Pertama kepesertaan:
a) Meninggal dunia karena sakit (bukan karena kecelakaan):
Santunan Meninggal sebesar 50x Setoran Bulanan. (setelah
3 bulan kepesertaan dan maksimal Rp50 juta).
b) Meninggal dunia atau Cacat Tetap Total karena kecelakaan:
o Santunan Manfaat Takaful sebesar 50x Setoran
Bulanan.
o Pembayaran sisa Setoran Bulanan untuk masa yang
belum dijalani.
2) Tahun kedua kepesertaan dan seterusnya:
a) Meninggal dunia karena sakit (bukan karena kecelakaan):
o Santunan Manfaat Asuransi sebesar 100x Setoran
Bulanan.
73
o Pembayaran sisa Setoran Bulanan untuk masa yang
belum dijalani.
b) Meninggal dunia atau Cacat Tetap Total karena kecelakaan:
o Santunan Manfaat Asuransi sebesar 100 kali Setoran
Bulanan
o Pembayaran sisa Setoran Bulanan untuk masa yang
belum dijalani.
Adapun Ketentuan Tentang Premi Asuransi pada Tabungan
BSM Investa Cendekia adalah sebgai berikut:
1) Premi asuransi akan didebet secara otomatis dari setoran
bulanan Tabungan
2) Premi asuransi ditentukan berdasarkan periode produk:
Jangka Waktu Menabung Besarnya Premi
1 - 5 tahun 2,50%
6 - 10 tahun 3,75%
11 - 15 tahun 5,00%
16 - 20 tahun 6,50%
2. Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Deposito
Deposito BSM adalah produk investasi berjangka waktu
tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip
Mudharabah Muthlaqah.
Adapun karakteristik Deposito BSM adalah sebagai berikut:
1) Jangka waktu yang fleksibel antara 1, 3, 6 dan 12 bulan
74
2) Deposito tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo
3) Fasilitas Automatic Roll Over
4) Bagi hasil dapat menambah pokok deposito, ditransfer, atau
dipindahbukukan ke rekening tabungan atau giro.
Manfaat dari Deposito BSM adalah sebagai berikut:
1) Dana aman dan terjamin, sesuai penjaminan pemerintah
2) Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif
3) Dapat dijadikan jaminan dana talangan/pembiayaan.
Peruntukkan Deposito BSM adalah sebagai berikut:
1) Individu/Perorangan
2) Badan Usaha/Badan hukum.
Sedangkan Persyaratan dari Deposito BSM adalah sebagai
berikut:
Dokumen/Biaya Perorangan Perusahaan/Badan
Hukum
Kartu Identitas KTP/SIM/Pas
por Nasabah
1. KTP Pengurus
2. Akte Pendiri
3. SIUP
4. NPWP
Min setoran awal Rp2.000.000,
-
Rp2.000.000,-
Biaya
Administrasi
Break Deposito
Rp30.000,- Rp30.000,-
Biaya Materai Rp6.000,- Rp6.000,-
75
Contoh Perhitungan:
Deposito Ibu Fitri Rp1.000.000,- berjangka waktu 1 bulan.
Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara bank dan nasabah adalah
48:52. Bila dianggap total saldo deposito semua deposan adalah
Rp200.000.000,- dan pendapatan bank yang dibagi-hasilkan untuk
deposan adalah Rp3.000.000,- maka bagi hasil yang didapat oleh
Ibu Fitri adalah:
Rp1.000.000,-
Rp200.000.000,-
X Rp3.000.000,- X 52 % = Rp7.800,-
(sebelum dipotong pajak)
Dari beberapa kriteria yang ada pada akad mudharabah terhadap
produk penghimpunan dana diatas dapat menarik minat nasabah untuk
menginvestasikan dananya sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini terbukti
dengan adanya Motivasi dari nasabah dalam memilih menyimpan dana di
BSM Kudus, terpenuhinya kebutuhan nasabah yang beranekaragam dalam
bentuk pembelian atau mengkonsumsi suatu produk (barang dan jasa)
yang diperlukan. Misalnya ketika nasabah membutuhkan biaya untuk
memenuhi kebutuhan maka nasabah dapat mengambil uang secara tunai
melalui ATM dimanapun dan kapanpun.5
Terpenuhinya kebutuhan dalam memilih menyimpan dana di BSM
Kudus yaitu dengan adanya produk bank yang ditawarkan, yang telah
memberi kepuasan bagi nasabah secara menyeluruh dan
5Observasi pada pelayanan BSM pada hari Rabu tanggal 17 Maret 2010
76
berkesinambungan, serta dalam penarikan bisa dilakukan melalui ATM
dimanapun dan kapanpun untuk memenihi kebutuhanya, menurut
pendapat dari bapak Agus.6 Sedangkan menurut bapak Sabar salah seorang
nasabah BSM Kudus juga memaparkan bahwa BSM sudah sesuai dalam
pemenuhan kebutuhan, melalui produk-produk yang ditawarkan. Adanya
produk tersebut dapat memberikan kemudahan untuk memenuhi
kebutuhan dalam pengambilan dana atau penyetoran dana yang bisa
dilakukan sewaktu-waktu.7
Sedangkan menurut pendapat nasabah dari ibu Nurul bahwa
keamanan yang dilakukan oleh BSM Kudus terhadap penyimpanan dana
sudah cukup aman. Karena dalam memberikan perlindungan dana nasabah
pihak BSM Kudus memberikan No PIN (sesuai aturan BI) yaitu enam
digit angka pada nasabah yang memiliki rekening di BSM Kudus, agar
tidak terjadi pencurian dana.8 Tidak hanya enam digit angka saja, dalam
pengambilan dana tidak boleh diwakilkan meskipun itu keluarganya
sendiri, hal ini menjamin keamanan dari dana nasabah. Menurut pendapat
nasabah dari bpk. Sulyadi.9
Adapun pendapat nasabah dari bpk Budiono dalam memilih
menyimpan dana di BSM Kudus, merupakan dorongan (motivasi) diri
6Wawancara dengan bpk Agus, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Rabu tanggal 17 Maret 2010
7Wawancara dengan bpk Sabar, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Rabu tanggal
17 Maret 2010 8Wawancara dengan Ibu Nurul, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Kamis tanggal
18 Maret 2010. 9Wawancara dengan bpk Sulyadi, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Kamis
tanggal 18 Maret 2010.
77
sendiri. Hal itu dikarenakan BSM Kudus adalah bank yang hadir sebagai
bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani
yang melandasi operasinya. adanya unsur syari’ah Islam dalam
operasional dari BSM Kudus serta tidak adanya unsur bunga (riba) dalam
bagi hasilnya dan mengacu pada ketentuan- ketentuan al Qur’an dan al
Hadits.
Selain itu pemenuhan kebutuhan tersebut diatas seperti yang
diterapkan dalam salah satu struktur organisasi BSM Kudus dengan
adanya Customer Focus yaitu memenuhi dan memahami kebutuhan
nasabah untuk menjadi BSM Kudus sebagai mitra terpercaya dan
menguntungkan.10
3. Dampak Penerapan Akad Mudharabah Di BSM Kudus
a. Dampak Positif
1) Adanya perkembangan jumlah investasi mudharabah yang
meningkat setiap tahunya.
2) Adanya perkembangan jumlah nasabah mudharabah yang
meningkat setiap tahunya.
3) Serta adanya perkembangan kenaikan nominal mudharabah
yang meningkat setiap tahunya.
10Observasi BSM Kamis tanggal 18 Maret 2010.
78
b. Dampak Negatif BSM
1) Kurang efektifnya dual banking sistem yang dapat membuat
dana dari bank syari’ah dapat tercampur dengan dana di bank
konvensional.
2) Adanya kekhawatiran penyalahgunaan di perbankan syari’ah
yang masih melakukan praktek riba.
E. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan Akad
Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk Penghimpunan Dana
Di BSM Kudus
1. Faktor-Faktor Pendukung
a) Adanya prinsip syari’ah Islam yang dijadikan acuan di BSM untuk
menerapkan sistem bagi hasil pada semua produknya terutama
pada produk penghimpunan dananya.
b) Adanya sarana prasarana dalam perusahaan yang cukup lengkap.
c) BSM membawa brand (merek) dari bank mandiri dikarenakan
bank mandiri bertindak selaku pemilik mayoritas BSM. Sementara
bank mandiri sendiri merupakan sebuah bank ternama dan dikenal
luas dikalangan masyarakat sehingga keberadaan BSM lebih
mudah diterima di tengah- tengah masyarakat.
2. Faktor-Faktor Penghambat
a) Kurang adanya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan BSM.
b) Tingkat efektivitas keterlibatan masyarakat muslim dalam bank
syari’ah tergantung pada pola pikir masyarakat muslim itu sendiri.
79
c) Benturan dengan sistem nilai dan tradisi masyarakat desa yang
masih puas menyimpan uang dibawah bantal.
d) Semakin banyaknya pesaing dilingkup perbankan syari’ah.
3. Perkembangan Produk Penghimpunan Dana Di BSM Kudus
Data tabel perkembangan nasabah yang menginvestasikan
dananya pada akad mudharabah di BSM Kudus mulai tahun 2005-
2009:
Tahun Jumlah Investasi Mudharabah
Jumlah Nasabah Mudharabah
Persentase Kenaikan Nasabah
Mudharabah 2005 2 1546 0% 2006 3 1965 27% 2007 4 2651 35% 2008 4 3964 50% 2009 4 6301 59%
Di lihat dari tabel diatas menunjukkan jumlah nasabah
meningkat setiap tahunya terutama pada tahun 2009 jumlah nasabah
meningkat 59% dari tahun sebelumnya. Dari sisi jumlah nominal
keseluruhan produk penghimpunan dana BSM Kudus juga mengalami
perkembangan setiap tahunya, hal ini dapat dijelaskan pada tabel
berikut:
Tahun Jumlah Nominal Penghimpunan
Dana Mudharabah Presentase Kenaikan
2005 15,943,210,100.00 0% 2006 18,892,002,765.00 18% 2007 22,914,265,020.00 21%
80
2008 29,039,605,320.00 27% 2009 41,186,301,396.00 42%
Di lihat dari tabel diatas menunjukkan jumlah nominal produk
penghimpunan dana mudharabah meningkat setiap tahunya.
Perkembangan terbesar pada tahun 2009 sebesar 42% dari tahun
sebelumnya.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
nasabah dan produk penghimpunan dana mudharabah BSM Kudus
mengalami peningkatan setiap tahunya.
81
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA
DI BANK SYARI’AH MANDIRI KUDUS
A. Analisis Penerapan Akad Mudharabah Terhadap Produk
Penghimpunan Dana Di BSM Kudus
1. Analisis Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Tabungan
Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya,
bahwa produk dana simpanan merupakan dana pihak ketiga atau dana
masyarakat yang dititipkan dan disimpan oleh bank, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih
dulu kepada bank dengan media penarikan tertentu. Sebagaimana
karakter simpanan yang ada pada perbankan lainnya, dana simpanan
pada perbankan syariah mampu dimanfaatkan oleh bank untuk
kegiatan operasional bank. Dengan demikian dapat dianalisis bahwa
karakteristik dari produk ini, motif utama nasabah adalah simpanan
atau titipan bukan investasi yang dapat ditarik sewaktu-waktu bisa
dimanfaatkan oleh bank.
Dengan karakter yang demikian, maka prinsip yang digunakan
dalam produk ini adalah prinsip mudharabah. Konsekuensi dari
penggunaan prinsip mudharabah ini adalah sistem bagi hasil dari bank
untuk nasabah. Namun nasabah mendapat bagi hasil yang
diperjanjikan di awal akad. Di antara produk yang menggunakan
82
prinsip ini adalah produk tabungan mudharabah sebagai salah satu
sumber pendanaaan bagi operasional bank.
Secara umum yang dimaksud dengan tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat
lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Adapun yang dimaksud
dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan sesuai
dengan syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah Nasional telah
mengeluarkan Fatwa bahwa tabungan yang dibenarkan yaitu tabungan
yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadiah.
BSM Kudus merupakan salah satu motor penggerak produk
yang berdasarkan prinsip syariah telah mampu memberikan layanan
yang baik bagi masyarakat. Selain itu produk tabungan yang ada di
BSM Kudus sebagai sarana investasi yang murni sesuai syariah yang
memungkinkan nasabah melakukan penyetoran dan penarikan tunai
dengan sangat mudah dan juga memperoleh bagi hasil yang menarik
berdasarkan prinsip atau akad mudharabah. Perbedaan utama dengan
sistem tabungan konvensioal terletak pada sistem perhitungan laba
yang dalam tabungan konvensional menggunakan perhitungan bunga
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai syariah Islam.
Dalam penerapan semua produk tabungan yang ada di BSM
Kudus ini pihak bank menggunakn akad mudharabah muthlaqah.
Berdasarkan analisis dari peneliti bahwa dengan adanya penerapan
83
akad mudharabah pada produk tabungan ini dikarenakan antara pihak
pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) sama
sama mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan, yang
kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini,
mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal
atau menentukan arah investasi sesuai syariah.
Selain itu dengan menabung di BSM Kudus ini relatif lebih
aman dan dana juga tersedia setiap saat dan dapat juga mengambil
BSM Investa Cendekia yang bermanfaat untuk membantu perencanaan
program investasi nasabah khususnya perencanaan pendidikan kepada
putera puterinya dan keikutsertaan Asuransi secara otomatis, tanpa
pemeriksaan kesehatan.
Dari kreteria tabungan mudharabah diatas maka dalam hal ini
DSN memberikan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 02/DSN-
MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang ketentuan Tabungan
Mudharabah tercantum dalam al-Qur’an Surat Annisa : 29 yang
artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling
memakan (mengambil) harta sesame dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu”.
Oleh karena itu dalam fatwa ini DSN hanya memperbolehkan
dua jenis tabungan yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip
mudarabah dan wadi’ah. Dalil-dalil yang disampaikan dalam fatwa
tentang tabungan mencakup kutipan-kutipan dari ayat Al-Qur’an dan
84
Hadis, serta alasan menurut akal pikiran. Dalil akal pikiran bagi fatwa
tentang tabungan pihak dinyatakan oleh para ulama bahwa perlu
adanya kerjasama antara pihak yang kelebihan dana tetapi tidak bisa
memproduktifkan dengan pihak yang kekurangan dan tetapi
mempunyai kemampuan dalam memproduktifkannya.
Dari beberapa keterangan diatas maka penulis dapat
menganalisis bahwa dengan adanya produk-produk yang ditawarkan
oleh BSM Kudus sangat bermanfaat bagi pihak nasabah dan pihak
bank, karena di BSM Kudus ini semua produk yang ditawarkan
berdasarkan kepastian sesuai akad yang telah disepakati. Selain itu
Ditinjau dari perspektif Islam, hal ini juga tidak bertentangan dengan
syariat Islam karena prinsip yang diterapkan didalam produk ini sesuai
dengan prinsip syariah Islam yang panarapannya menggunakan prinsip
bagi hasil yang dihasilkan dari produk yang halal.
2. Analisis Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Deposito
Selain tabungan mudharabah yang juga termasuk produk bank
dalam bidang Penghimpunan Dana (founding) adalah Deposito.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan
atas undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang
dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu
menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
85
Adapun yang dimaksud dengan Deposito Syariah adalah
deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini,
Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah.
Dengan adanya keterangan sebelumnya maka dapat dianalisis
bahwa produk deposito mudharabah ini samahalnya dengan produk
tabungan mudharabah, akan tetapi dalam deposito mudharabah ini,
Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan
nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam
kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah
dengan pihak ketiga.
Dengan demikian, Bank Syariah dalam kapasitasnya sebagai
mudharib memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee), yakni harus
bertindak hati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau
kelalaiannya. Di samping itu, Bank Syariah juga bertindak sebagai
kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat
memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar aturan
syariah.
86
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan
membagikan hasil keuntungan kepada pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati di awal akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab atas kerugian
yang terjadi bukan akibat kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah miss management (salah urus), maka bank bertanggung jawab
penuh atas kerugian tersebut.
Selain itu produk deposito di BSM Kudus ini penerapanya
menggunakan akad mudharabah muthlaqah. Dan dari keterangan pada
bab sebelumnya dapat dianalisis bahwasanya dengan deposito
mudharabah yang ada di BSM Kudus ini dapat memberikan fasilitas
dana aman dan terjamin, sesuai penjaminan pemerintah, mendapatkan
bagi hasil yang kompetitif dan dapat dijadikan jaminan dana talangan
atau pembiayaan untuk deposito BSM.
Hal ini sudah nampak jelas bahwa dalam penerapan akad
mudharabah di BSM Kudus sudah sesuai dengan nilai ajaran agama
Islam dan sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah
mengeluarkan peraturan dan batasan-batasan dalam pengoprasian
Bank Syariah.
87
B. Analisis Dampak Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk
Penghimpunan Dana Di BSM Kudus
Setelah mengamati dampak positif pada penerapan akad
mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di BSM Kudus, adanya
perkembangan jumlah investasi mudharabah yang meningkat setiap
tahunya, adanya perkembangan jumlah nasabah mudharabah yang
meningkat setiap tahunya, serta adanya perkembangan kenaikan nominal
mudharabah yang meningkat setiap tahunya.
Dari keterangan dalam bab sebelumnya sudah nampak jelas bahwa
dalam menerapkan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana
BSM Kudus sudah menerapkanya sesuai dengan prinsip syari’ah. Karena
dengan adanya penerapan dari prinsip syari’ah ini yang dapat memberikan
akad mudharabah pada produk penghimpunan dananya meningkat setiap
tahunya.
Dengan adanya keterangan tersebut maka dapat dianalisis
bahwasanya BSM Kudus ini memang bank yang benar-benar beroperasi
sesuai dengan ketentuan syari’ah Islam, dan dampak positif itu ada karena
adanya kepastian dalam menerapkan produk perbankan yang sesuai
dengan ketentuan fatwa dari DSN serta adanya Undang-Undang tentang
perbankan syari’ah yang berlaku. Selain itu adanya mutu dan kualitas
pelayanan BSM Kudus yang selalu meningkat yang menjadi salah satu
faktor utama barkembangnya BSM Kudus hingga saat ini.
88
Selain dampak positif dampak negatif juga tidak dapat dihindari
diantaranya Kurang efektifnya dual banking sistem yang dapat membuat
dana dari bank syari’ah dapat tercampur dengan dana di bank
konvensional. Selain itu Adanya kekawatiran penyalahgunaan di
perbankan syari’ah yang masih melakukan praktek riba.
Dengan keterangan tersebut maka dapat dianalisis bahwa dampak
negatif itu ada karena Bank Syari’ah Mandiri adalah bagian dari Bank
Mandiri yang memungkinkan masih adanya ketercampuran antara produk
dari Bank Syari’ah Mandiri dengan produk dari Bank Mandiri sendiri.
B. Analisis Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan
Akad Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk Penghimpunan
Dana Di BSM Kudus
1. Analisis Faktor-Faktor Pendukung
Setelah mengamati faktor-faktor pendukung yang ada, peneliti
menilai bahwa faktor-faktor tersebut memang sangat penting
keberadaanya. Adanya prinsip syari’ah Islam yang dijadikan acuan di
BSM Kudus untuk menerapkan sistem bagi hasil pada semua
produknya terutama pada produk penghimpunan dananya merupakan
nilai plus tersendiri. Karena tidak akan ada artinya Bank Syariah
Mandiri ini jika pengoperasian dananya masih menyimpang dari
prinsip dan ajaran syariah Islam.
Adanya sarana prasarana dalam perusahaan yang cukup
lengkap dengan mobilitasnya BSM yang memiliki fasilitas office
89
chanelling dengan Bank Mandiri yang melakukan kontrol khusus
kepada pihak BSM guna memenuhi keinginan nasabah yang
menginginkan pelayanan syari’ah. Dan kelengkapan sarana prasarana
tersebut juga sangat mempengarui keberhasilan perusahaan.
Selain itu Sebagai bank syari’ah terbesar dengan jaringan
terluas ditanah air BSM memiliki 256 outlet yang tersebar di 24
provinsi di indonesia. BSM memiliki layanan perbankan yang real
time dan online disemua outlet dan juga dengan adanya publikasi
media yang terdapat dimedia massa, dimana pada saat media
mengupas tentang perbankan syari’ah pihak BSM selalu ikut
dilibatkan. Hal tersebut juga sangat penting karena dengan adanya
publikasi media maka BSM Kudus akan lebih mudah dikenal
dikalangan masyarakat.
Dengan demikian peneliti dapat menganalisis bahwa dengan
adanya faktor religiusitas, sarana prasarana serta fasilitas yang ada di
BSM ini sangat berperan penting terhadap perkembangan BSM Kudus.
2. Analisis Faktor-Faktor Penghambat
Selain adanya faktor-faktor yang mendukung dalam penerapan
prinsip syari’ah Islam yang dijadikan acuan di BSM untuk menerapkan
sistem bagi hasil, ada juga faktor-faktor yang menghambat. Dari
faktor-faktor penghambat yang ada hendaknya tidak dijadikan
penghalang dalam menerapka prinsip syari’ah di BSM Kudus tersebut.
90
Kurang adanya pengetahuan dari masyarakat tentang
keberadaan BSM, serta Tingkat efektivitas keterlibatan masyarakat
muslim dalam bank syari’ah tergantung pada pola pikir masyarakat
muslim itu sendiri yang masih meragukan penerapan prinsip syariah
merupakan hal yang dapat dimaklumi, karena masyarakat sudah
terbiasa dengan adanya prinsip yang ada di bank konvensional.
Masih adanya sistem nilai dan tradisi masyarakat desa yang
masih puas menyimpan uang dibawah bantal juga termasuk hal yang
perlu diperhatikan khusus. Karena keberhasilan dari penerapan prinsip
syariah pada BSM Kudus ini tergantung dari pola pikir masyarakat.
Dengan demikian peneliti dapat menganalisis bahwa dengan
adanya kultur budaya masyarakat yang masih gemar menyimpan uang
dibawah bantal, bertambahnya pesaing, minimnya SDM di perbankan
syari’ah, serta minimnya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan
bank syari’ah. Untuk itu BSM Kudus masih harus memberikan
pendidikan ketrampilan agar masyarakat lebih mudah memahami
adanya prinsip syari’ah yang ada di BSM Kudus tersebut. Selain itu
BSM harus melihat dari faktor penghambat untuk dijadikan acuan
kedepan agar BSM lebih bisa semaksimal mungkin untuk melayani
kebutuhan masyarakat.
3. Analisis Perkembangan Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus
Perkembangan penerapan produk penghimpunan dana di BSM
Kudus cukup menggembirakan ini disebabkan karena jumlah nasabah
91
dari investasi mudharabah dan nominalnya produk penghimpunan
dana selalu bertambah setiap tahunya. Mulai dari tahun berdirinya
sampai sekarang BSM Kudus sudah dapat menunjukkan prestasinya.
Dilihat dari tabel pada bab sebelumnya bahwa jumlah nasabah
dan produk penghimpunan dana mudharabah BSM Kudus mengalami
perkembangan setiap tahunya. Pada tahun 2009 jumlah nasabah
meningkat hingga lebih dari 50% dan ini merupakan perkembangan
terbesar di BSM Kudus. Hingga saat ini jumlah nasabah dari produk
penghimpunan dana mudharabah mencapai 6301 orang nasabah.
Dari keterangan diatas dapat dianalisis bahwasanya
perkembangan jumlah nasabah itu ada dikarenakan BSM Kudus
merupakan Bank Umum Syari’ah pertama di Kudus yang
menggunakan produk yang sesuai dengan syari’ah Islam.
Begitu pula dengan perkembangan produk penghimpunan dana
mudharabah BSM Kudus mengalami perkembangan setiap tahunya.
Perkembangan terbesar pada tahun 2009 jumlah Jumlah nominal
penghimpunan dana mudharabah menjadi 41 milyar lebih.
Dari tabel 1 dan 2 dapat dianalisis bahwa presentase jumlah
nasabah dan nominal dari produk penghimpunan dana meningkat
setiap tahunya akan tetapi jumlah tersebut masih relatif kecil
dibandingkan dengan jumlah masyarakat Kudus yang mayoritas
penduduknya beragama Islam yang masih banyak menggunakan jasa
perbankan konvensional.
92
Dengan keterangan diatas peneliti hanya bisa menambah
masukan kepada pihak BSM Kudus agar bisa menjaga kestabilan dan
meningkatkan kualitas pada BSM Kudus supaya bisa selalu
meningkatkan manajemen promosi ke daerah terpencil sekalipun yang
ada di Kudus. Karena diawal tahun 2010 ini BSM mulai mendapat
pesaing dari Bank Umum Syari’ah yang mulai beroperasi dikota
Kudus.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian bab terdahulu
yang penulis arahkan untuk menjawab pokok-pokok permasalahan yang
telah terangkai pada bab sebelumnya.
Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Penerapan akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di
BSM Kudus ini dengan menggunakan akad mudharabah muthlaqah.
adapun produk penghimpunan dana yang menerapkan akad
mudharabah muthlaqah ini adalah produk tabungan dan deposito.
2. dalam penerapan akad mudharabah terhadap produk penghimpunan
dana di BSM Kudus ini berdampak positif bagi perusahaan dengan
mengalami perkembangan pada jumlah investasinya, jumlah nasabah
serta jumlah nominal produk penghimpunan dana setiap tahunya.
Disamping itu dampak negatif juga tidak bisa dihindarkan, hal ini
diakibatkan karena kurang efektifnya dual banking sistem yang dapat
membuat dana dari bank syari'ah dapat tercampur dengan dana dari
bank konvensional, selain itu adanya kekhawatiran penyalahgunaan di
perbankan syari'ah yang masih melakukan praktek riba.
3. Adanya faktor pendukung yang membuat akad mudharabah di BSM
Kudus dapat diterima oleh masyarakat salah satu faktor pendukungnya
95
adalah BSM membawa brand (merek) dari bank mandiri dikarenakan
bank mandiri bertindak selaku pemilik mayoritas BSM. Sementara
Bank Mandiri sendiri merupakan sebuah bank ternama dan dikenal
luas dikalangan masyarakat sehingga keberadaan BSM lebih mudah
diterima di tengah- tengah masyarakat. Selain faktor pendukung faktor
penghambat juga tidak bisa dihindarkan salah satu faktor
penghambatnya adalah kurangnya publikasi dari pihak perusahaan
sehingga masyarakat tidak mengetahui keberadaan dari BSM itu
sendiri.
B. Saran-saran
Dengan dilandasi oleh kerendahan hati setelah menyelesaikan
pembahasan skripsi ini penulis memberi saran-saran. Hal ini dimaksudkan
sebagai kritik konstruktif yang dilihat dilapangan. Adapun saran-saran
yang dapat penulis berikan antara lain:
1. Adanya peningkatan mutu sumber daya insani pengelola melalui
pendidikan dan pelatihan yang mendalami masalah fikih terutama yang
berkaitan dengan praktik penghimpunan dana BSM Kudus.
2. Lebih meningkatkan kualitas pengawasan terhadap beroperasinya
BSM agar tidak terjadi penyimpangan di BSM.
3. Lebih meningkatkan publikasi kepada masyarakat mengenai
keberadaan BSM.
96
C. PENUTUP
Dengan kebesaran serta kekuasaan Allah SWT , akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir dari studi penulis. Tetapi skripsi ini tidak
dapat dikatakan sebagai hasil karya penulis sendiri. Karena tanpa
bimbingan dan terkabulnya do’a skripsi ini tidak akan pernah
terselesaikan. Penulis yakin, Allah SWT Maha Mendengar semua do’a dan
Maha Menyayangi semua makhluk-Nya. Jadi minimalitas pengetauhan
yang dimiliki penulis adalah sebuah anugerah dan ciptaan Allah SWT,
yang jauh lebih besar dan agung.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun pembaca. Amin…..
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993,
cet.10 Ansori, Adbul Ghofur, Penerapan Prinsip Syari’ah Dalam Lembaga
Keuangan Lembaga Pembiayaan Dan Perusahaan Pembiayaan, Jogyakarta : Putaka Pelajar, 2008.
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani, 2001. Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2006. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1986. Basir, Cik, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama
Dan Mahkamah Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2009. Depag RI., Al-quran dan Terjemahnya, Jakarta: 1971.
Dokumentasi BSM Kudus pada tgl 4 dan 26 Maret 2010.
Fauzi, Muhammad, Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan Migrasi Nasabah Bank Umum Syari’ah Dikota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2008.
, Implementasi Prinsip Syari’ah Pada Perbankan Syari’ah
Dikota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2007.
Http://Akhirudins. Com, 09 Mei 2010
Http://blog.keuanganpribadi.com, 15 Febuari 2010
Http://syariahmandiri.co.id, 15 Febuari 2010
Hendarto, Hendy, Masalah Besar Bank Syari’ah, Republika: 2005.
Hardiwinoto, Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Perusahaan Terhadap Beroperasinya Perbankan Syari’ah Di Kota Semarang, Tesis Progam Magister Akuntansi Undip 2004, Tidak di Publikasikan.
Ilmi, Makhalul, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah: Beberapa
Permasalahan dan Alternatif Solusi, Yogyakarta: UII Press, 2002. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
,Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005. , Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2005. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002, Cet.XVII. Mardiyah, Aenul, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Agunan Tambahan Dalam
Pembiayaan Mudharabah Analisis Terhadap Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006).
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonisia, 2002.
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, Jogyakarta: UPP AMP YKPN, 1987.
Ridwan, Muhammad, Konstruksi Bank Syari’ah Indonesia, Yogyakarta: UII Pres, 2005.
,Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Pres, 2004.
Saed, Abdullah , Menyoal Bank Syari’ah Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank
Kaum Neo-Revivalis, Jakarta: Paramadina, 2004.
, Bank Islam Dan Bunga, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Sholahuddin, M, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006.
Sudarsono, Heri , Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jogyakarta :
Ekonisia 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta, 2008, Cet. IV. Sumitro, warkum, Asas-Asas Perbankan Islam Dan Lembaga-Lembaga
Terkait BMI & Takaful Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait Bamui & Takaful Di Indonesia, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2004.
Sumiyanto, Ahmad , Menuju Koperasi Modern, Yogyakarta: PT ISES Consulting Indonesia, 2008.
Syafei, Rahmat ,Fiqh Muammalah, Bandung: Pustaka Ceria, 2001.
Triandaru, Sigit dan Budi Santoso, Totok, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, edisi2, Jakarta: salemba empat, 2006.
Wawancara dengan bpk Agus, bpk Sabar, Ibu Nurul, bpk Sulyadi, ibu Sri
Indah dan bpk Soberi, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Jum’at Tanggal 26 Maret 2010.
Wawancara dengan Pelaksana Back Office, Dedi Yuniar pada Hari Senin,
Tanggal 08 Maret 2010. Widiyanto, Praktek Bagi Hasil Dalam Investasi Mudharabah Studi Kasus
BMT Tumang Boyolali, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006).
Wirdyaningsih, dkk, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2005. Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah,
Jakarta: PT Grasindo 2005.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Lengkap : Fariq Falahi
Tempat Tanggal Lahir : Kudus, 17 Oktober 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Desa Kedungdowo Rt.01 Rw. 02 Kec. Kaliwungu
Kab. Kudus
Jenjang Pendidikan :
1. MI. Ittihadul Falah Kedungdowo Lulus Tahun 1998
2. MTs NU TBS Kudus Lulus Tahun 2002
3. MA NU TBS Kudus Lulus Tahun 2005
4. Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2010
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 02 Juli 2010
Penulis
Fariq Falahi Nim. 052411072
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Waktu Jenis Kegiatan Keterangan
1 Rabu
06/01 2010
Survei lokasi bank yang
akan dijadikan obyek
penelitian yaitu Bank
Syari’ah Mandiri Kudus
Diterima oleh ibu Dina dan
dipersilahkan untuk menemui bpk
Dedi Yulianto selaku Back Officer
2 Kamis
07/01/2010
Menemui bpk Dedi Yulianto
dan menyatakan tentang
proses penerapan akad
mudharabah di BSM Kudus
Dalam penerapan akad mudharabah di
BSM Kudus pada produk pendanaan
sudah sesuai dengan ketentuan
perbankan syari’ah
3 Senin
01/03/2010
Mengajukan ijin penilitian
kepada pimpinan BSM
Kudus
Diijinkan dengan catatan tidak
mengganggu aktivitas dan kinerja dari
BSM Kudus
4 Selasa
02/03/2010
Menemui bpk Dedi Yulianto
untuk menyatakan kapan
penelitian dapat dimulai
Penelitian dapat dimulai pada hari
Senin Tanggal 08/03/2010
5 Senin
08/03/2010
Wawancara Dengan
Manajer BSM Kudus.
Menanyakan tentang sejarah BSM
Kudus, Keadaan Karyawan, Jumlah
Nasabah, Lingkungan Sekitar, Faktor
Pendukung dan Penghambat di BSM
Kudus
6 Rabu Observasi tentang akad Produk pendanaan yang menggunakan
10/03/2010 mudharabah pada produk
pendanaanya
akad mudharabah saat ini produk
Tabungan BSM, Tabungan Berencana
BSM, dan Tabungan Investia
Cendekia BSM Serta Produk Deposito
BSM
7 Senin
15/03/2010
Menggali data yang
berkaitan dengan penilitian
di Back Officer
Back officer menberikan data yang
dibutuhkan untuk melengkapi
penelitian
8 17/03/2010 Observasi proses kegiatan di
bagian pelayanan nasabah
Pelyanan terhadap nasabah sangat
baik dengan keramah tamahan para
pegawai untuk selalu memberikan
yang terbaik untuk nasabah
9 Senin
29/03/2010
Wawancara dengan Dedi
Yulianto selaku Back
Officer
Menyatakan pelayanan, kendala-
kendala dalam penerapan akad
mudharabah pada produk pendanaan
10 Kamis
01/04/2010
Observasi Lingkungan BSM
Kudus
Ruang tunggu nasabah, kenyamanan
dalam ruang dan fasilitas yang ada
diruangan
11 Senin
05/04/2010
Meminta surat keterangan
telah melakukan penelitian
Tidak diperoleh karena Back Officer
sedang ada acara dan disarankan untuk
lain waktu
12 Senin
12/04/2010
Meminta surat keterangan
telah melakukan penelitian
Mendapat surat keterangan telah
melakukan penelitian
Pedoman Observasi
Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk
Penghimpunan Dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus
Lokasi Penelitian : Bank Syariah Mandiri Kudus
Sobyek penelitian : Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap
Produk Penghimpunan Dana
No Kemampuan
BSM Kudus
Proses Transaksi Cek list Keterangan
1 Merancang
dan mengelola
dana
masyarakat
Menyediakan
produk yang
dibutuhkan nasabah
Adanya
kesepakatan dari
nasabah
2 Memberikan
kesempatan
untuk nasabah
untuk memilih
produk
Memberiakan
kesempatan
bertanya untuk
nasabah
Membantu
nasabah untuk
pilihan yang
tepat sesuai
dengan
kemampuanny
Menerangkan
tentang produk
produknya
a
3 Memajang
hasil
penghargaan
yang diperoleh
BSM
Piagam
Penghargaan
BSM di pajang
diruangan
Adanya
pajangan
beberapa
keunggulan
BSM
Adanya
ketentuan
besarnya
nisbah bagi
hasil pertahun
Pajangan ruangan
berisi besarnya
nisbah bagi hasil
dari tahun
ketahun,
penghargaan yang
diperoleh bsm
serta visi misi
BSM dll
4 Bank
mensetting
ruangan secara
variatif dan
dinamis
Penetaan kursi
tunggu ditata secara
rapi sesuai
kebutuhan
Bentuk kursi
nyaman untuk
menunggu
5 Membuat
sudut baca
diruangan
Adanya sudut baca
diruangan
Ruangan sudah
penuh dengan
kursi tunggu
6 Adanya
pelayanan
yang baik
Bank
memberikan
pelayanan yang
sesuai kebutuhan
nasabah
Satpam
mengawal
nasabah
bertransaksi
Adanya mutu
pelayanan yang
berkualitas
Kudus, 14 April 2010
Observer
Fariq Falahi
PEDOMAN WAWANCARA
1. Kapan berdirinya Bank Syari'ah Mandiri Kudus?
2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Bank Syari'ah Mandiri Kudus?
3. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan kehadiran Bank Syari'ah Mandiri
Kudus?
4. Berapa banyak nasabah di Bank Syari'ah Mandiri Kudus?
5. Produk apa sajakah yang di kelola Bank Syari'ah Mandiri Kudus?
6. Bagaimana penerapan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana di
Bank Syari'ah Mandiri Kudus?
7. Bagaimana perkembangan Bank Syari'ah Mandiri Kudus?
8. Apa Saja Dampak Positif dan Negatif Dari Produk Penghimpunan Dana di BSM
Kudus?
9. Apa Saja Fasilitas yang ada di BSM Kudus?
10. Bagaimana Struktur Organisasi BSM Kudus?
Perkembangan Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus Mulai Tahun 2005 – 2009
Tahun Jumlah Nasabah
Presentase Kenaikan Nasabah
Jumlah Investasi
Mudharabah
Jumlah Nominal Penghimpunan
Dana
Presentase Kenaikan
Penghimpunan Dana
2005 1546 0% 2 15,943,210,100.00 0%
2006 1965 27% 3 18,892,002,765.00 18%
2007 2651 35% 4 22,914,265,020.00 21%
2008 3964 50% 4 29,039,605,320.00 27%
2009 6301 59% 4 41,186,301,396.00 42% Rumus :
%100)1(
)1(×
−−−
ttt
Kenaikan Jumlah Nasabah Tahun 2006 = %1001546
15461965×
−
= %1001546419
×
= 0.27102 x 100% = 27.102% → 27%
Kenaikan Jumlah Nasabah Tahun 2007 = %1001965
19652651×
−
= %1001965686
×
= 0.349109 x 100%
= 34.9109% → 35%
Kenaikan Jumlah Nasabah Tahun 2008 = %1002651
26513961×
−
= %10026511313
×
= 0.495285 x 100%
= 49.5285% → 50%
Kenaikan Jumlah Nasabah Tahun 2009 = %1003964
39646301×
−
= %10039642337
×
= 0.589556 x 100%
= 58.9556% → 59%
Kenaikan Jumlah Penghimpunan Dana = %100,10015,943,210
,10015,943,210-,76518,892,002×
Tahun 2006 = %100,10015,943,2106652,948,792,
×
= 0.184956 x 100% = 18.4956% → 18%
Kenaikan Jumlah Penghimpunan Dana = %100,76518,892,002
,76518,892,002-,02022,914,265×
Tahun 2007 = %100,76518,892,0022554,022,262,
×
= 0.212908 x 100% = 21.2908 → 21%
Kenaikan Jumlah Penghimpunan Dana = %100,02022,914,265
,02022,914,265-,32029,039,605×
Tahun 2008 = %100,02022,914,2653006,125,340,
×
= 0.267316 x 100% = 26.7316→ 27%
Kenaikan Jumlah Penghimpunan Dana = %100,32029,039,605
,32029,039,605-,39641,186,301×
Tahun 2009 = %100,32029,039,605,07612,146,696
×
= 0.41828 x 100% = 41.828 → 42%
Struktur Organisasi BSM Cabang Kudus
1. Satpam
2. Massenger 3. Driver 4. Office boy
*) Sesuai dengan SK DIR No.8/188-KEP/DIR, Tanggal 13 September 2006, tentang penetapan Struktur Organisasi Cabang PT Bank Syari’ah Mandiri.
Kepala Kantor Cabang Pembantu
Agung Wibowo
Account Officer
Roni Irawan
Opperation Officer
Arief Yanuar
Pelaksana Marketing Support
Iqbal Fazza
Customer Service
Dina Noor Amalia
Teller
Amalia Herdiana
Anis Musthofa
Pelaksana Back Officer
Dedi Yulianto
Dokumentasi Foto Dari Kegiatan Penelitian di BSM Kudus: