implementasi ahimsa dalam perjuangan...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI AHIMSA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN
INDIA
(STUDI PEMIKIRAN MAHATMA GANDHI)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Studi Agama-Agama (S.Ag)
Oleh:
TOLHAH REZA PAHLEFI
10520009
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
v
MOTTO
“Cinta tidak pernah meminta, ia selalu memberi”
Mahatma Gandhi
vi
PERSEMBAHAN
Untuk Ayah Ibu tercinta: Wasin & Tuti Umarni
Kakak-kakakku tersayang: Novi Awalul Putro & Herman Felani
vii
ABSTRAK
Penjajahan adalah hal yang tidak pernah diinginkan oleh setiap bangsa.
Sejarah telah membuktikan betapa penjajahan lebih banyak menimbulkan
penderitan akibat penindasan. Perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh
bangsa yang terjajah menjadi sangat penting guna menghilangkan kegiatan
kolonialisasi tersebut. Berbagai cara pun dilakukan untuk merebut kemerdekaan,
baik dengan cara yang diplomatik maupun secara frontal. Tujuan yaitu
memperjuangkan hak atas tanah kelahiran. Mahatma Gandhi merupakan tokoh
yang kontrofersial yang memperjuangkan kemerdekaan India. Dalam perjuangan
kemerdekaan India, Gandhi tidak menggunakan senjata perangkat keras seperti
yang dilakukan para pejuang kemerdekaan pada umumnya. Mahatma Gandhi
menghendaki supaya memakai cara-cara pantang kekerasan atau ahimsa.
Penelitian ini hendak menggali bagaimana konsep ahimsa Mahatma Gandhi serta
bagaimana implementasi dari ahimsa dalam memperjuangkan kemerdekaan India.
Penelitian ini bersifat kepustakaan murni (library research) yang
didasarkan pada karya-karya Mahatma Gandhi sebagai sumber data primer dan
buku-buku lain yang berkaitan sebagai sumber data sekunder. Sedangkan metode
yang dipakai adalah pendekatan historis filosofis yang berupaya memaparkan
pemikiran Gandhi secara jelas, akurat dan sistematis.
Hasil penelitian ini diperoleh beberapa jawaban, pertama, konsep ahimsa
Mahatma Gandhi menuntut setiap orang untuk tidak menyakiti mahluk apa pun,
baik dengan perkataan, pikiran, ucapan, dan tindakan sekalipun untuk kepentingan
manusia. Konsep ahimsa Mahatma Gandhi lahir sebagai respon terhadap
penindasan dan diskriminasi yang diterima oleh Gandhi dan rakyat India. Dalam
bidang ekonomi semangat ahimsa diimplementasikan dalam swadesi, yakni
menggerakkan rakyat India untuk mencintai produk dalam negeri. Dalam bidang
sosial Gandhi mencoba mengangkat orang-orang yang diluar kasta dengan
menyebut mereka sebagai harijan atau anak-anak Tuhan. Dalam bidang politik,
implementasi ahimsa dilakukan dengan bersikap nonkooperatif terhadap
pemerintah Inggris, gerakan nonkooperatif ini disebut dengan civil disobedience
atau ketidakpatuhan sipil. Dalam kehidupan beragama, semangat ahimsa
diimplementasikan Gandhi dengan cara berpuasa saat terjadi pertikaian antar
orang Islam dan Hindu.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis persembahkan kepada Allah SWT sang Maha
Cinta yang karena limpahan kasih serta sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, pembawa kabar gembira, rahmat
untuk semsta alam. Semoga kita semua mendapat syafa’atnya kelak di hari
kiamat. Aamiin.
Suatu keniscayaan dan sebuah realitas objektif, bahwa tidak ada manusia
yang sempurna. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, penulis pribadi
dengan terbuka membuka ruang dan wilayah saran dan kritik bagi segenap
pembaca. Secara optimis skripsi ini tidak akan mencapai harapan ideal dan
sempurna, sehingga dengan menjunjung tinggi kebenaran Al-Qur’an, penulis
mengucapkan syukur dan terima kasih kepada berbagai pihak yang berjasa atas
lahirnya skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Dr. Alim Roswantoro, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ustadi Hamzah, S.Ag, M.Ag, selaku Ketua Jurusan dan bapak
Khairullah Zikri, S.Ag, MA.St.Rel, selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-
Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
3. Bapak Drs. M. Rifai Abduh, MA, selaku Penasehat Akademik.
4. Bapak Prof. Dr. H. Djam’annuri, MA selaku Pembimbing yang selalu
membimbing dengan tulus, sabar, dan memberikan motivasi.
ix
5. Seluruh dosen Studi Agama-Agama yang sudah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat dan memberikan inspirasi untuk
penulisan skripsi ini.
6. Segenap stap TU yang memberikan pelayanan terbaik dan ramah demi
kelancaran segala urusan penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua saya, Ayahanda Wasin dan Ibunda Tuti Umarni yang
tercinta. Cinta, doa, dan didikan melalui sentuhan kasih sayang kalian lah
akhirnya penulis bisa selalu kuat berdiri seperti ini. Kakak-kakaku Novi
Awalul Putro dan Herman Felani. Terima kasih atas dukungannya selama ini.
8. Teman-teman satu Angkatan Studi Agama-Agama 2010 (Zulfikar, Imam, Ita,
Tami, Hari, Aris, Rama, Linda, Hani, Mahfud, Rifqi, Nifa, dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu di sini) dan teman-teman lain selingkup Fakultas,
terimakasih atas semua yang telah kalian berikan, kalian akan selalu saya
kenang dalam mengarungi hidup ini. Semoga persahabatan kita abadi dan
diridhai Allah sampai kapanpun.
9. Teman-teman Pesantren Kaliopak (Imam, Gus Baha, Mas Munir, Brili, Gus
Zahid, Mas Tanto, Atip, Farid, Rojikin, Sofa), khususnya untuk Kyai M. Jadul
Maula, terimakasih atas olah laku, olah pikir, dan olah rasa yang diajarkan
kepada kami.
10. Teman-teman Jawara (Narso, Eghy, Awal, Agam, Hanif, Epri, Latif, Awang,
dan yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu), terimaksih atas semua
kebaikan yang telah kalian berikan, kalian adalah teman bercanda ria.
x
11. Teman-teman asrama Diva Press (Yusuf, Ozi, Nor, dan yang lain yang tidak
bisa disebutkan satu persatu), terimaksih atas semua motivasi yang kalian
berikan.
12. Teman-teman HMI yang senantiasa memberikan pencerahan dalam bergerak
dan bertindak.
13. Teman-teman IKAPMAWI Yogyakarta (Gus Azky, Kang Rohman, Nuri,
Kang Husni, Trio, Awal, Tupe, Faiz, Eko, Mba Resta, Mba Ela, dan yang lain
yang tidak bisa disebutkan satu persatu) terimakasih atas semua kebaikan dan
perhatiannya.
Semoga curahan Allah tetap melimpah kepada kita semua, aamiin. Akhir
kalam, semoga skripsi yang sederhana ini dapat diambil manfaatnya.
Yogyakarta, 31 Oktober 2016
Penulis,
Tolhah Reza Pahlefi
NIM. 10520009
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ..................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR .......... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 6
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7
E. Kerangka Teori....................................................................... 9
F. Metode Penelitian................................................................... 13
G. Sistematika Pembahasan ........................................................ 17
BAB II. MENGENAL MAHATMA GANDHI
A. Riwayat Pribadi ...................................................................... 18
B. Dunia Intelektual Mahatma Gandhi ....................................... 23
C. Perjuangan Hidup Mahatma Gandhi ...................................... 29
xii
D. Karya-karya Mahatma Gandhi ............................................... 38
BAB III. AHIMSA MAHATMA GANDHI
A. Pengertian Ahimsa .................................................................. 42
B. Latar Belakang Lahirnya Ahimsa Mahatma Gandhi .............. 45
C. Ahimsa Mahatma Gandhi ....................................................... 47
D. Nilai-Nilai Ahimsa Mahatma Gandhi..................................... 52
1. Non-Violence (Nir-Kekerasan) ........................................ 52
2. Kebenaran ........................................................................ 54
3. Love (Cinta) ..................................................................... 58
4. Peace (Perdamaian) .......................................................... 59
BAB IV. IMPLEMENTASI AHIMSA MAHATMA GANDHI
A. Implementasi Ahimsa Dalam Bidang Ekonomi ..................... 61
B. Implementasi Ahimsa Dalam Bidang Sosial .......................... 67
C. Implementasi Ahimsa Dalam Bidang Politik ......................... 74
D. Implementasi Ahimsa Dalam Kehidupan Beragama.............. 77
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 83
B. Saran-saran ............................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 85
CURRICULUM VITAE .................................................................. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penjajahan adalah hal yang tidak pernah diinginkan oleh setiap
bangsa. Sejarah telah membuktikan betapa penjajahan lebih banyak
menimbulkan penderitan akibat penindasan. Perjuangan kemerdekaan
yang dilakukan oleh bangsa yang terjajah menjadi sangat penting guna
menghilangkan kegiatan kolonialisasi tersebut. Berbagai cara pun
dilakukan untuk merebut kemerdekaan, baik dengan cara yang diplomatik
maupun secara frontal. Tujuan jelas, yaitu memperjuangkan hak atas tanah
kelahiran.
Salah satu negara yang pernah di bawah bayang-bayang kolonialisasi
adalah India. Sebelum India merdeka, India merupakan tanah jajahan
Inggris. India berada di bawah pengaruh kekuasaan organisasi
perdagangan British East India Company (BEIC). BEIC menghisab habis
kemakmuran India dan memberikannya ke tangan-tangan pribadi tertentu.
Industri-industri yang asli berasal dari India tertekan, tanah dikenakan
pajak, dan banyak desa-desa di India yang tidak mampu bertahan. Jutaan
rakyat kelaparan karena penjajahan tersebut. Inggris mendominasi India
secara utuh.1
1 Eknath Easwaran, Gandhi The Man, ter. Yendhi Amalia & Hari Mulyana (Bandung:
Mizan, 2014), hlm. 200
2
Berbicara tentang India, memang tidak bisa dilepaskan dari sosok
penting pendukung pergerakan kemerdekaan seperti Jawaharlal Nehru dan
Ali Jinna. Namun sosok penting yang dimaksud di sini adalah dia yang
mampu untuk memobilisasi dan mengorganisir rakyat untuk bangkit
melawan ketidakadilan yang ada. Di India, banyak tokoh penting yang
posisinya sentral dalam mendukung upaya memerdekakan India. Tetapi
melihat keberadaannya, mungkin hanya ada satu sosok yang dianggap
menjadi pembeda dari yang lain. Dialah Mohandas Karamchand Gandhi,
atau yang lebih dikenal dengan Mahatma Gandhi.
Mohandas Karamchand Gandhi atau yang lebih dikenal dengan
Mahatma Gandhi lahir di Porbandar, India, pada 2 Oktober 1896.2
Seseorang dengan perawakan kurus, memakai kacamata bulat, yang
kemana-mana pergi hanya dilapisi dengan selembar kain putih panjang
yang membalut tubuhnya, dan berjalan tanpa menggunakan alas kaki.
Gandhi bisa dikatakan sebagai sosok yang kontrofersial dalam perjalanan
hidupnya dan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Tingkah
laku perbuatan maupun pemikirannya, bisa dikatakan keluar dari pola pikir
orang pada zamannya.
Dalam perjuangan kemerdekaan India, Gandhi tidak menggunakan
senjata perangkat keras seperti yang dilakukan para pejuang kemerdekaan
pada umumnya. Gandhi menghendaki supaya memakai cara-cara pantang
kekerasan atau ahimsa. Perjuangannya untuk merebut kemerdekaan India
2 M. K. Gandhi, Mahatma Gandhi Sebuah Otobiografi; Kisah Eksperimen-eksperimen
dalam Mencari Kebenaran, ter. Andri Tenri W (Yogyakarta: Narasi, 2009), hlm. 6.
3
bukan didasarkan pada kebencian terhadap Inggris. Menurut Gandhi kita
harus membenci dosanya, tetapi bukan orang yang melakukan dosa
tersebut. Bagi Gandhi patrotisme sama dengan berperikemanusiaan.3
Pilihan Gandhi berjuang dengan cara ahimsa bukan dilakukan tanpa
pertimbangan. Sebagai penganut Hindu yang taat, Gandhi benar-benar
berusaha menerapkan ajaran agamanya untuk menginspirasi dunia agar
meninggalkan kekerasan, menjunjung tinggi hak asasi manusia. Gandhi
selama hidupnya berjuang agar rakyat India terlepas dari belenggu
penjajahan Inggris. Gandhi yang dikenal sebagai pejuang yang tagguh,
ternyata bukan senjata yang ia gunakan sebagai alat perjuangannya. Secara
luar biasa, Gandhi memilih dengan cara ahimsa.4
Ketaatan Gandhi terhadap ahimsa tumbuh dari pengalamannya bahwa
ahimsa merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah
konflik secara permanen. Ia merasa kekerasan hanya akan membuat solusi
tipuan dan menanamkan benih kegetiran dan permusuhan yang akhirnya
hanya akan mengacaukan situasi.5 Prinsip ahimsa merupakan pandangan
hidup Gandhi sejak awal perjuangannya hingga akhir hidupnya. Bagi
Gandhi, apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan
melahirkan kebencian dan bibit-bibit permusuhan baru.
3 Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara; Kehidupan dan Gagasan Mahatma
Gandhi Sebagaimana Diceritakannya Sendiri, ter. Kustiniyati Mochtar (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Gramedia, 1988), hlm. xvi. 4 J. Ferdinand Setia Budi, Berpikir Ala Einstein & Bertindak Ala Gandhi (Yogyakarta:
Diva Press, 2016), hlm. 110-111. 5 Eknath Easwaran, Gandhi The Man, hlm. 235-236.
4
Gandhi menyadari betapa kuatnya cengkraman Inggris dalam
menguasai India. Namun Gandhi tetap berpegang teguh pada prinsip
ahimsa sebagai senjata untuk melawan Inggris, dan Gandhi enggan
menggunakan cara-cara kekerasan untuk mewujudkan tekadnya. Dengan
spirit ahimsa tersebut, Gandhi melawan penjajah Inggris dengan cara yang
lain yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa terjajah
pada umumnya.
Gandhi memberi teladan hidup yang amat sederhana. Dia telah
memimpin beribu rakyat India menentang dengan jalan ahimsa kekuasaan
kerajaan Inggris yang ketika itu merupakan kekuasaan yang terbesar di
dunia. Dia telah masuk keluar penjara. Gandhi juga melakukan tindakan
protes dan melakukan perlawanan, jika perlu sampai mati dalam tahanan
Inggris, dan selalu akhirnya dia berhasil secara moral menekan orang
Inggris untuk mundur selangkah demi selangkah. Inggris pun merasa tidak
berdaya dan seakan kehilangan akal bagaimana menghadapi Gandhi.6
Ahimsa yang menjadi prinsip perjuangan Gandhi dimulai dari sejarah
panjang yang didapatnya di Afrika Selatan selama menjalankan tugas
sebagai pengacara. Sebagai seorang pengacara muda yang haus akan
pekerjaan, Mahatma Gandhi pergi ke Afrika selatan atas saudagar kaya
India yang sedang berselisih. Gandhi diundang sebagai pengacara untuk
membantu penyelesaian kasus tersebut. Dari kesempatan ini, Gandhi
memulai karirnya sebagai pelayan masyarakat sekaligus terjun untuk
6 Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara, hlm. viii.
5
pertama kalinya dalam bidang sosial ketika ia menjumpai ketidakadilan
dan diskriminasi yang diterimanya dan orang-orang India yang berada di
Afrika Selatan.
Gandhi merupakan negosiator dan penggerak yang tekun dan sabar,
dia juga menjadi juru bicara bagi kepentingan para pedagang India.
Gandhi melangkah setapak demi setapak untuk menemukan obat
ketidakadilan, pertama untuk masyarakat elit India, kemudian untuk
seluruh masyarakat termasuk para pekerja kelas rendah dan mantan budak,
melalui perjuangan Ahimsa.
Afrika Selatan menjadi bumi pembuktian landasan kemunculan
Gandhi sebagai pemimpin utama komunitas India. Hingga tiba waktunya
kembali ke India, dia telah berubah total dalam berpakaian dan tata krama
sehari-hari, berfikir, dan berbicara. Gandhi menyebut tahun pertamanya di
Afrika Selatan sebagai pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya,
kerja publiknya diluncurkan, dan semangat keagamaannya menjadi tenaga
hidupnya. Melalui semangat ahimsa Gandhi berjuang melawan penjajahan
Iggris atas India. Berbagai bentuk pergerakan perjuangan kemerdekaan
yang dilakukan Gandhi dengan semangat ahimsa membuahkan hasil yang
positif.
Mahatma Gandhi adalah orang pertama dalam sejarah manusia yang
memperluas prinsip ahimsa dari tinggat perorangan ke tingkat sosial dan
politik. Ia masuk politik dengan tujuan melakukan percobaan atas ahimsa
dan telah membuktikan kebenarannya serta menjadikan ia orang yang
6
dikagumi dan disegani oleh para pengikut dan bahkan oleh lawan
politiknya. Prestasi yang paling diakui oleh dunia adalah mundurnya
Inggris dari India dengan damai.7
Sebelum diajarkan oleh Mahatma Gandhi, dalam agama Hindu
ahimsa tidak pernah dipakai sebagai sebuah gerakan. Karena itu penulis
tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana pemikiran Mahatma
Gandhi tentang ahimsa. Penulis juga tertarik untuk mengetahui bagaimana
implementasi dari ahimsa Mahatma Gandhi yang digunakannya sebagai
prinsip perjuangannya untuk melawan penjajahan Inggris atas India dalam
wilayah politik, sosial, ekonomi, dan juga agama.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep ajaran ahimsa Mahatma Gandhi?
2. Bagaimana implementasi dari ajaran ahimsa Mahatma Gandhi dalam
perjuangan kemerdekaan India?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penyusunan proposal skripsi ini bertujuan untuk:
1. Tujuan
a. Mengetahui konsep ahimsa Mahatma Gandhi.
b. Mengetahui implementasi dari ajaran ahimsa Mahatma Gandhi
dalam perjuangan kemerdekaan India.
7 Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara, hlm. xiv.
7
2. Kegunaan
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna baik secara teoretis
maupun praktis.
a. Kegunaan secara teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaca dan khasanah ilmu pengetahuan mengenai
agama Hindu, khususnya mengenai konsep ahimsa Mahatma
Gandhi.
b. Kegunaan secara Praktis
Sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya dan digunakan untuk
memperoleh gelar S. Ag
D. Tinjauan Pustaka
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Faiqotul Himmah
(Mahasiswa Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2001),
dengan judul Dimensi Spiritualitas Satyagraha Mahatma Gandhi.8
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dimensi spiritual dalam
ajaran satyagraya Mahatma Gandhi merupakan nilai-nilai manusiawi yang
inheren yang bersifat non material seperti keindahan, kebaikan, cinta kasih
yang menagcu pada perasaan dan emosi religius dan intelektual yang
kemudian diaktualisasikan dalam perlawanan tanpa kekerasan.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (Mahasiswa
Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
8 Faiqotul Himmah, Dimensi Spiritualitas Satyagraha Mahatma Gandhi, Skripsi, Fakultas
Ushuluddhin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001, hlm. v.
8
Yogyakarta Tahun 2003) dengan judul skripsinya Perempuan Dalam
Agama Hindu (Studi Pemikiran Mahatma Gandhi).9 Skripsi ini
menjelaskan tentang bagaimana perempuan India pada masa Mahatma
Gandhi. Melalui ajaran Ahimsa dan Satyagraha Mahatma Gandhi mampu
menumbuhkan kesadaran dan kepercayaan diri kaum perempuan.
Mahatma Gandhi mampu melepaskan kaum perempuan dari belenggu
tradisionalisme sehingga kaum perempuan menjadi kaum yang kuat dan
mandiri dalam segala aspek kehidupan.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Fuad Husni Amfloh
(Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2005) Dengan judul Dimensi Politis
Ajaran Ahimsa Mahatma Gandhi.10
Dalam skripsi ini ahimsa dijadiakan
sebagai asas dan teknik politik perjuangan India dalam mengusir
penjajahan Inggris. Mahatma Gandhi mampu membuktikan kepada dunia
bahwa rakyat India mampu mencapai kemerdekaan dengan jalan tanpa
kekerasan.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Rizki Amalia (Mahasiswa
Jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta Tahun 2016), dengan judul Ajaran Ahimsa dan Satyagraha
Mahatma Gandhi Serta Relevansinya Dengan Permasalahan Kelas
9 Kurniasih, Perempuan Dalam Agama Hindu (Studi Pemikiran Mahatma Gandhi),
Skripsi, Fakultas Ushuluddhin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003, hlm.
v. 10
Fuad Husni Amfloh, Dimensi Politis Ajaran Ahimsa Mahatma Gandhi, Skripsi,
Fakultas Ushuluddhin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005, hlm. v.
9
Sosial.11
Dalam skripsi ini dibahas relevansi ahimsa dan satyagraha
Mahatma Gandhi dengan permasalahan kelas sosial. Ahimsa dan
satyagraha dijadikan sebagai salah satu obat untuk menyembukan dan
mengobati permasalahan kelas sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Penulisan-penulisan penelitian tersebut sengaja penulis kemukakan
sebagai pertimbangan bahwa dalam penulisan skripsi ini menjadi penting,
karena belum ada penelitian yang mengupas secara eksplisit tentang ajaran
ahimsa serta bagaimana implementasi dari ajaran ahimsa Mahatma
Gandhi tersebut. Karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti lebih
lanjut penelitian ini.
E. Kerangka Teori
Definisi implementasi mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan studi implementasi itu sendiri. Pressman dan Wildavsky
sebagai pelopor studi implementasi memaknai implementasi dengan
beberapa kata kunci sebagai berikut: untuk menjalankan kebijakan (to
carry out), untuk memenuhi janji-janji sebagimana dinyatakan dalam
dokumen kebijakan (to fulfill), untuk menghasilkan output sebagaimana
dinyatakan dalam tujuan kebijakan (to produce), untuk menyelesaikan
misi yang harus diwujudkan dalam tujuan kebijakan (to complete).12
Riant Nugroho dalam bukunya yang berjudul Publik Policy
menuliskan bahwa implementasi pada prinsipnya adalah cara agar sebuah
11
Rizki Amalia, Ajaran Ahimsa dan Satyagraha Mahatma Gandhi Serta Relevansinya
Dengan Permasalahan Kelas Sosial, Skripsi, Fakultas Ushuluddhin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016, hlm. v. 12
Erwan Agus Purwanto Ph.D & Dyah Ratih Sulistyastuti, M.SI, Implementasi Kebijakan
Publik: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia (Yogyakarta: Gava Media, 2012), hlm. 20.
10
kebijakan dapat mencapai tujuannya.13
Intinya implementasi adalah
kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy
output) yang dilakukan oleh para implementer kepada kelompok sasaran
(target group) sebagi upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan. Tujuan
kebijakan diharapkan akan mencul manakala policy output dapat diterima
dan dimanfaatkan dengan baik oleh kelompok sasaran sehingga dalam
jangka panjang hasil kebijakan akan mampu diwujudkan.14
Selanjutnya, dalam rangka mempertahankan eksistensinya, sebuah
bangsa memerlukan pemahaman tentang geostrategi dan perlu
mengimplementasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Geostrategi yakni metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita
dan tujuan melalui proses pembangunan dan keputusan yang terukur dan
terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman
dan bermartabat.15
Di Indonesia geostrategi diwujudkan dalam rumusan ketahanan
nasional. Istilah ketahanan nasional dalam bahasa Inggris bisa disebut
sebagai national resillience. Dalam terminologi Barat dikenal dengan
istilah national power (kekuatan nasional). Ketahanan nasional pada
hakikatnya merupakan suatu konsepsi dalam pengaturan, penyelenggaraan
13
Dr. Riyant Nugroho, Public Polycy: Implemtasi kebijakan, Analisis Kebijakan, Proses
Kebijakan, Perumusan, Implemtasi, Revisi Risk Management dalam kebijakan Publik, Kebijakan
Sebagai The Fifth Estate, Metode Penelitian Kebijakan (Jakarta: PT Elek Media Kompotindo,
2009), hlm. 491. 14
Erwan Agus Purwanto Ph.D & Dyah Ratih Sulistyastuti, M.Si, Implementasi Kebijakan
Publik, hlm. 21 15
H. Kaelan, M. S. & H. Achmacd Zubaidi, M.Si, Pendidikan Kewarganegaraan
(Yogyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 143.
11
kesejahteraan, kemakmuran, pertahanan, dan keamanan di dalam
kehidupan nasional.16
Untuk dapat mencapai suatu tujuan nasional suatu bangsa harus
mempunyai kekuatan, kemampuan, daya tahan, dan keuletan. Dengan
demikian jelaslah bahwa ketahanan nasional harus diimplementasikan
dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan, maupun pendekatan
keamanan. Kehidupan nasional tersebut dapat dibagi ke dalam beberapa
aspek. Pertama, aspek alamiah yang meliputi letak geografis negara,
keadaan dan kekayaan alam, keadaan dan kemampuan penduduk. Kedua,
aspek kemasyarakatan yang meliputi idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam, pertahanan dan keamanan.17
Konsepsi ketahanan nasional tidak memandang aspek-aspek alamiyah
dan kemasyarakatan secara terpisah-pisah. Melainkan meninjaunya secara
korelatif, di mana aspek yang satu senantiasa berhubungan erat dengan
lainnya, sedangkan keseluruhannya merupakan konfigurasi yang
menimbulkan daya tahan nasional sebuah bangsa.18
Selanjutnya, hadirnya agama di dunia memiliki esensi mendasar yakni
untuk menyelamatkan umat manusia dari segala bentuk penderitaan di
dunia.19
Agama harus mampu mengentaskan manusia dari belenggu
16
Budi Juliardi, S. H., M.Pd., Pendidikan Kewarganegaraan: Untuk Perguruan Tinggi
(Jakarta: PT RajaGrafindo Prasada, 2014), hlm. 181. 17
H. Kaelan, M. S. & H. Achmacd Zubaidi, M.Si, Pendidikan Kewarganegaraan, hlm.
148-149. 18
H. Kaelan, M. S. & H. Achmacd Zubaidi, M.Si, Pendidikan Kewarganegaraan, hlm.
149. 19
Wasisto Raharjo Jati, Agama dan Politik: Teologi Pembebasan Sebagai Arena
Profetisasi Agama, Walisongo, Walisongo, Volume 22, Nomor 1 (Mei 2014), hlm. 138.
12
kemiskinan dan diskriminasi. Dengan demikian agama juga bermakna
sebagai pembebas, yakni membebaskan manusia dari kondisi-kondisi
ketidakadilan.
Agama harus dijadikan sebagai alat perubahan, agama harus menjadi
senjata yang ampuh bagi kelompok masyarakat yang dieksploitasi. Agama
harus diformalisasikan sebagai teologi pembebasan sehingga dapat
memainkan peran yang sentral sebagai praksis yang revolusioner.20
Agama sebagai pembebas atau teologi pembebasan merupakan paham
tentang peranan agama dalam ruang lingkup lingkungan sosial. Dengan
kata lain teologi pembebasan adalah suatu usaha kontekstualisasi ajaran-
ajaran dan nilai keagamaan pada masalah kongkret di sekitarnya. Teologi
pembebasan yakni upaya berteologi secara kontekstual. Teologi
pembebasan lahir sebagai respons terhadap situasi sosial yang dinilai
menyengsarakan rakyat seperti penindasan, rasisme, kemiskinan, atau pun
penjajahan.21
Salah satu tokoh teologi pembebasan yakni Gustavo Guitterez. Istilah
teologi pembebasan menurut Gustavo mngandung makna penyelamatan
manusia dari ketidakadilan dalam bidang sosial, politik dan ekonomi.
Agama bukanlah sebatas ritus, pemuas batin, upacara-upacara keagamaan,
20
Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan Pen. Agung Prihantoro
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 3. 21
A. Suryawarsita, Teologi Pembebasan Gustavo Guitterz (Yogyakarta: Jendela, 2001),
hlm. 15
13
dan do’a tetapi sebagai pembimbing, kontrol sosial dan agen perubahan
untuk kemajuan masyarakat dan bangsa.22
Berdasarkan penjelasan di atas, ahimsa sebagai salah satu ajaran dari
agama Hindu ditafsirkan kembali oleh Mahatma Gandhi. Ahimsa
digunakan sebagai senjata untuk melawan penjajahan Inggris. Ahimsa
dijadikan oleh Gandhi sebagai benteng pertahanan nasional bangsa India
yang diimplementasikan dalam beberapa aspek kehidupan kemasyarakatan
yang meliputi ekonomi, sosial, politik, dan kehidupan beragama.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kepustakaan murni (Library Reseach)23
,
yaitu cara kerja yang bermanfaat untuk mengetahui penegtahuan
ilmiah dari suatu dokumen tertentu atau berupa literatur lain yang
dikemukakan oleh para ilmuan terdahulu dan ilmuan di masa sekarang.
Dalam arti bahwa data-data dalam kajian ini berasal dari sumber-
sumber kepustakaan baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah,
surat kabar, dan sebagainya.
2. Metode pengumpulan data
Karena penelitin ini tergolong penelitian kepustakaan maka objek
material penelitian adalah kepustakaan dari karya-karya Mahatma
Gandhi baik berupa buku-buku maupun dokumen-dokumen lain yang
22
A. Suryawarsita, Teologi Pembebasan Gustavo Guitterz, hlm. 18 23
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 45.
14
berkaitan dengan konsep ahimsa Mahatma Gandhi.24
Upaya
penegmpulan data ini merupakan langkah awal dalam penggarapan
skripsi ini. Pengumpulan dan penelitian dilakukan dengan
membedakan antara data primer dan sekunder.
a. Data primer, yaitu data yang berupa pemikiran-pemikiran
Mahatma Gandhi secara langsung yang telah tertuang dalam
bentuk tulisan-tulisan, berupa buku, jurnal, novel, cerpen, dan
kumpulan esai. Adapun data yang menjadi sumber primer
dalam penulisan skripsi ini adalah pertama, All Man Are
Broters: LifeAnd Thouhts Of Mahatma Gandhi As Told In His
Words, buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan judul Semua Manusia Bersaudara:
Kehidupan Dan Gagasan Mahatma Gandhi Sebagaimana
Diceritakannya Sendiri.Kedua, An Auobiography OR The Story
of my Experiment whit truth, buku ini juga sudah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Mahatma Gnadhi;
Sebuah Autobiografi, Kisah tentang Eksperimen-eksperimen
Saya terhadap Kebenaran.
b. Data sekunder, yaitu data yang berupa bahan pustaka yang
memiliki kajian yang sama yang dihasilkan oleh pemikir lain
berupa tulisan-tulisan yang membahas tentang Mahatma
Gandhi. Seperti, karya Ved Metha dengan judul Mahatma
24
Kaelan, M. S, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma,
2005), hlm. 250.
15
Gandhi And His Apostles, karya Ekhnath Easwaran dengan
judul Gandhi The Man
3. Metode Pengolahan Data
Teknik pengelolaan data ini dilakukan penulis melalui bebrapa proses
berikut:
a. Mengumpulkan data dan mengamatinya terutama aspek
kelengkapan, validitas serta relevansi data dengan tema
bahasan.
b. Mengklarifikasikan dan mensistemasikan data, kemudian
memformulasikan sesuai dengan pokok-pokok permasalahan.
c. Melakukan analisis lanjutan terhadap data yang telah
diklasifikasikan dan disistemasikan dengan beberapa bukti,
kaidah, teori, dan konsep pendekatan yang sesuai, untuk
memperoleh kesimpulan yang valid.
Secara singkat dalam pengelolaan data tersebut adalah setelah data
terkumpul kemudian dianalisis denga mengatur, mengurutkan,
mengkelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan
data sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja
berlandaskan data tersebut dengan langkah mencari muatan tentang
konsep dan implementasi ahimsa Mahatma Gandhi.
16
4. Metode Analisis Data
Penilitian skripsi ini bersifat analisis deskripstif.25
Analisis
deskriptif adalah uraian secara teratur mengeni seluruh konsep
pemikiran.26
Dengan analisis ini akan dilukiskan seluruh konsepsi
Mahatma Gandhi tentang ahimsa secara tepat, jelas, akurat, dan
sistematis. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan historis dan filosofis. Pendekatan hitoris,
yaitu untuk mengkaji, mengungkap biografi, karya serta corak
perkembangan pemikiran (tokoh yang dimaksud) dari kacamata
kesejarahan, yakni dilihat dari kondisi sosial, politik, dan budaya pada
masa itu, dikaji secara kritis dan mendalam terhadap keadaan,
perkembangan masa lalu, berdasarkan urutan waktu analisa yang
berangkat dari sejarah.27
Pendekatan ini digunakan oleh peneliti sebagi
media penelusuran secara aktual dan autentik mengenai biografi
Mahatma Gandhi. Sedang pendekatan filosofis, yakni pendekatan yang
mendasari konsep-konsep pemikiran dengan cara memahami dengan
menangkap arti dan nuansa mengenai konsep ahimsa Mahatma Gandhi
dan implementasi dari ahimsa tersebut dalam bidang sosial, ekonomi,
serta politik.
25
Anton Baker dan Zubair, Metodelogi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1994)
hlm. 62 26
Winarto Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik (Bandung:
Tarsito, 1980) hlm. 139 27
Muhammad Nur, Metodologi Penelitan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998) hlm. 55.
17
G. Simtematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab, yang di dalamnya berisi
sub-sub bab. Kelima bab ini disusun dengan sitematika sebagai berikut:
Bab pertama, adala pendahuluan yang di dalamnya meliputi latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka,
dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, menguraikan tentang biografi Mahatma Gandhi secara
menyeluruh, dari masa kanak-kanak sampai wafatnya. Dalam bab ini juga
akan diuraikan latar belakang pendidikan Mahatma Gandhi, perjuangan
hidup Mahatma Gandhi dan karya-karyanya.
Bab ketiga, membahas tentang pengertian ahimsa secara umum dan
pengertian ahimsa Mahatma Gandhi, serta latar belakang munculnya
ahimsa, dan nilai-nilai yang terkandung dalam ahimsa Mahatma Gandhi.
Bab keempat, membahas tentang bagaimana implementasi dari ajaran
ahimsa Mahatma Gandhi dalam bidang sosial, politik, ekonomi, serta
dalam kehidupan beragama.
Bab kelima, merupakan penutup dari penulisan skripsi ini yang berisi
kesimpulan, dan saran-saran. Penulis akan berusaha menyimpulkan hasil
sebagai jawaban atas rumusan masalah.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ahimsa mempunyai arti yang luas, ahimsa tidak hanya larangan untuk
tidak membunuh. Ahimsa adalah kasih sayang. Ahimsa adalah cinta.
Ahimsa adalah pengorbanan. Ahimsa merupakan suatu sikap tidak
menyaiti kepada semua makhluk, baik dalam ucapan, pikiran, dan
tindakan.
2. Dalam bidang ekonomi semangat ahimsa diimplementasikan dalam
swadesi, yakni menggerakkan rakyat India untuk mencintai produk
dalam negeri. Dalam bidang sosial Gandhi mencoba mengangkat orang-
orang yang diluar kasta dengan menyebut mereka sebagai harijan atau
anak-anak Tuhan. Dalam bidang politik, implementasi ahimsa
dilakukan dengan bersikap nonkooperatif terhadap pemerintah Inggris,
gerakan nonkooperatif ini disebut dengan civil disobedience atau
ketidakpatuhan sipil. Dalam kehidupan beragama, semangat ahimsa
diimplementasikan Gandhi dengan berpuasa saat terjadi perkelahian
antara orang Islam dan Hindu. Menurut Gandhi semua agama itu benar,
semua agama bagi Gandhi sama berharganya dengan agamanya sendiri.
Setiap agama itu mengajarkan cinta, setiap agama mengajarkan kasih
sayang. Tidak ada agama manapun yang memperbolehkan umatnya
untuk saling benci, dan memusuhi.
84
B. Saran-saran
1. Ajaran ahimsa Mahatma Gandhi merupakan fenomena sosial, budaya,
dan politik yang sangan mengesankan dunia, karena membawa pesan-
pesan moral kemanusiaan yang luhur dan berperadaban. Maka dari itu,
patut untuk diikuti dan diteruskan perjuangnnya.
2. Ajara ahimsa merupakan bagian kecil dari ajaran-ajaran Mahatma
Gandhi, sehingga kajian pemikiran terhadap ajaran-ajaran Gandhi
masih terbuka lebar untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
85
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Rizki. Ajaran Ahimsa dan Satyagraha Mahatma Gandhi Serta
Relevansinya Dengan Permasalahan Kelas Sosial. Skripsi. Fakultas
Ushuluddhin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2016.
Amfloh, Fuad Husni, Dimensi Politis Ajaran Ahimsa Mahatma Gandhi. Skripsi.
Fakultas Ushuluddhin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2005.
Baker, Anton dan Zubair. Metodelogi Penelitian Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius. 1994.
Budi, J. Ferdinand Setia. Berpikir Ala Einstein & Bertindak Ala Gandhi.
Yogyakarta: Diva Press. 2016.
Easwaran, Eknath. Gandhi The Man, ter. Yendhi Amalia & Hari Mulyana.
Bandung: Mizan. 2014.
Engineer Asghar Ali. Islam dan Teologi Pembebasan Pen. Agung
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.
Gandhi, M. K. Mahatma Gandhi Sebuah Otobiografi; Kisah Eksperimen-
eksperimen dalam Mencari Kebenaran. Alih bahasa Andri Tenri W.
Yogyakarta: Narasi. 2009.
. Non-Violence in Peace and War. Volume I. Ahmedabad: Navijan
Publishing House. 1942.
. Semua Manusia Bersaudara; Kehidupan dan Gagasan Mahatma
Gandhi Sebagaimana Diceritakannya Sendiri. Alih bahasa Kustiniyati
Mochtar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Gramedia. 1988.
Himmah, Faiqotul. Dimensi Spiritualitas Satyagraha Mahatma Gandhi. Skripsi.
Fakultas Ushuluddhin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2001.
Jati, Wasisto Raharjo, Agama dan Politik: Teologi Pembebasan Sebagai Arena
Profetisasi Agama, Walisongo, Walisongo, Volume 22, Nomor 1, Mei 2014.
Juliardi, Budi, S. H., M.Pd. Pendidikan Kewarganegaraan: Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT RajaGrafindo Prasada. 2014.
Kaelan, M. S. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Paradigma. 2005.
Keene, Michae. Agama-Agama Dunia. Alih bahasa E. A. Soeprapto.
Yogyakarta: Kanisius. 2006.
86
Kurniasih. Perempuan Dalam Agama Hindu (Studi Pemikiran Mahatma Gandhi).
Skripsi. Fakultas Ushuluddhin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. 2003.
Mehta, Ved. Ajaran-Ajaran Mahatma Gandhi; Kesaksian dari para
Pengikut dan Musuh-musuhnya. Alih bahasa Siti Farida. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2011.
Merton, Thomas. Gandhi: Tentang Pantang kekerasan. Jakarta: Yayasan
Obor. 1992.
Mulia, T. S. G. India: Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan.
Jakarta: Balai Pustaka. 1959.
Nugroho, Riyant. Public Polycy: Implemtasi kebijakan, Analisis Kebijakan,
Proses Kebijakan, Perumusan, Implemtasi, Revisi Risk Management dalam
kebijakan Publik, Kebijakan Sebagai The Fifth Estate, Metode Penelitian
Kebijakan . Jakarta: PT Elek Media Kompotindo. 2009.
Nur, Muhammad. Metodologi Penelitan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1998.
Nusantara, A. Ariobimo & R. Masri Sareb Putra. Masyarakat dan
Keadilan Sosial. Yogyakarta: Kanisius. 2007.
Purbasari, Agnes Sri. “Nasionalisme Humanistis Mahatma Gandhi”.
Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya. Volume 9. No. 2. Oktober 2007.
Purwanto, Erwan Agus Ph.D & Dyah Ratih Sulistyastuti, M.SI.
Implementasi Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Yogyakarta: Gava Media. 2012.
Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. 1989.
Solikin, Nur AR. Agama dan Problem Mondial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2013.
Suhardana, Komang. Ahimsa dan Vegetarian. Surabaya: Paramita. 2010.
Surahmad, Winarto. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik.
Bandung: Tarsito. 1980.
Suryawarsita A. Teologi Pembebasan Gustavo Guitterz. Yogyakarta:
Jendela. 2001
Wegig, R. Wahana. Dimensi Etis Ajaran Gandhi. Yogyakarta: Kanisius.
1986.
Wisarja, I Ketut. Gandhi dan Masyarakat Tanpa Kekerasan. Yogyakarta:
Logung Pustaka. 2005.
87
Wolpert, Stanley. Mahatma Gandhi: Sang Penakluk Kekerasan,
Hidupnya, dan Ajarannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2001.
Zaehner, Robert C. Kebijaksanaan dari Timur; Beberapa Aspek Pemikiran
Hinduisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993.
Zubaidi, H. Kaelan, M. S. & H. Achmacd, M.Si. Pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Paradigma. 2010.
88
CURRICULUM VITAE
Nama : Tolhah Reza Pahlefi
TTL : Banyumas, 9 Juli 1992
Alamat : Kebarongan RT02/08, Kemranjen, Banyumas
Telp./Hp : 085726516451
Alamat Jogja : Perum Polri D2/177 Gowok Depok Sleman Yogyakarta
Ayah : Wasin
Pekerjaan : Tani
Ibu : Tuti Umarni
Pekerjaan : Wiraswasta
No. HP : 081327404274
Riwayat Pendidikan:
1. SD N Sidamulya 1 (1998-2004)
2. MTs WI Kebarongan, Banyumas (2004-2007)
3. MA WI Kebarongan, Banyumas (2007-2010)
4. Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam/Jur. Studi Agama-Agama /UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Pengalaman Organisasi
1. IKAPMAWI Yogyakarta.
2. HMI Ushuluddin.