imam supriyanto - madinah indonesia, sebuah cita-cita imajiner 89y07

Upload: simonsapala

Post on 09-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Imam Supriyanto - Madinah Indonesia, Sebuah Cita-Cita Imajiner 89y07

    1/4

    Madinah Indonesia, Sebuah Cita-Cita Imajiner*

    Stigma yang melekat pada Gerakan ini sangat buruk: pemberontak, gerombolan pengacau,gerombolan perampok, dan yang senada dengan itu. Kesan sosok asli SMK yang sejatinya seorang

    aktivis-intelektual pun sirna. Kesan yang hidup berkembang justru kesan SMK sebagai sosok yang

    misterius, revolusiener, dan pemimpin para-militer.

    Imam Supriyanto

    Beberapa tempo lalu, media massa di Indonesia tiba-tiba hiruk pikuk dengan pemberitaan tentang

    NEGARA ISLAM INDONESIA. Kesimpangsiuran pun terjadi. Satu per satu, orang-orang mulai

    bertanya: apakah Negara Islam Indonesia atau NII itu memang masih ada?

    Kesimpangsiuran itu semakin menjadi ketika kemudian publik disuguhi informasi separuh hati

    bahwa ternyata di Nusantara ini NII ternyata punya banyak wajah. Ada NII Fillah, ada NII Fisabilillah.

    Belakangan, disebut-sebut spesies NII baru yang terkenal sebagai NII KW-9.

    Kesimpangsiuran itu jelas sebuah kewajaran. Betapa tidak, NII (apapun jenisnya) adalah sebuah

    produk gerakan bawah tanah. Sejak pendiri gerakan ini, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (SMK),

    tertangkap pada tahun 1962, Gerakan NII sesungguhnya memulai fase barunya sebagai sebuah gerakan

    klandestein. Bergerak tanpa hiruk pikuk, ambisi para pengikut SMK untuk memiliki sebuah Negara

    Islam ternyata tak padam. Terlepas dari konspirasi gagal intelijen yang akhirnya membuat Gerakan NII

    menjadi hidup kembali, yang jelas cita-cita NII akhirnya terjaga dari generasi ke generasi hingga detik ini.Jadi, salah besar jika ada manusia Indonesia yang beranggapan bahwa Gerakan NII di negeri ini telah

    padam.

    Nah, ketika produk gerakan bawah tanah ini kemudian tiba-tiba mendadak terkenal di ruang

    publik yang terjadi adalah publik menjadi gagap informasi tentang gerakan ini. Betapa tidak, yang publik

    tahu, NII atau DI/TII telah lumpuh pada empat dekade lalu. Publik tak percaya bahwa aksi penggalangan

    kader gerakan ini masih berlangsung. Publik juga tak mudah percaya bahwa isu cuci otak punya

    keterkaitan langsung dengan gerakan ini. Publik jelas punya hak untuk tidak percaya. Namun, percayalah

    Gerakan NII adalah sebuah keniscayaan di tengah-tengah kita. Ia ada, meski tak tampak. Ia seperti udara,

    yang terkadang berbau terkadang tidak, tapi nyata terasa.

    Dalam kesimpangsiuran itu, pertanyaan yang paling sering muncul di masyarakat tentang

    fenomena NII. Belakangan, bahkan, Gerakan NII mulai dikaitkan dengan berbagai peristiwa teror.

    Pertanyaan lain yang juga menggelayut di benak publik adalah: apa motivasi seseorang terlibat dalam

    gerakan ini, bagaimana sistem keyakinan yang dikembangkan, bagaimana gerakan ini membiayai dirinya,

    dan sebagainya. Semoga, makalah singkat ini bisa sedikit mengurangi kadar kesimpangsiuran itu.

    GENERASI BARU

    NII diproklamasikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (SMK) pada 7 Agustus 1949.

    Oleh karena faktor pemilihan diksi pada buku-buku sejarah menjadi acuan pengajaran di sekolah,

    masyarakat Indonesia lebih mengenal gerakan ini sebagai Darul Islam/Tentara Islam Indonesia atau

    DI/TII.

    *Untuk bahan diskusi Akar Terorisme: Sejarah, Ideologi dan Jaringan di Komunitas Salihara, Kamis 12 Mei

    2011.Makalah ini hanya untuk bahan diskusi tidak untuk dimuat di mana pun.

  • 7/22/2019 Imam Supriyanto - Madinah Indonesia, Sebuah Cita-Cita Imajiner 89y07

    2/4

    SMK tertangkap pada tahun 1962 oleh sebuah Operasi Militer yang terkenal sebagai Operasi

    Pagar Betis. Salah satu pimpinan operasi militer ini adalah Kolonel Ibrahim Adjie. Di kalangan NII,

    istilah Pagar Betis kemudian diplesetkan sebagai Pasukan Gabungan Rakyat Berantas Tentara

    Islam.

    Perjalanan NII tak berhenti dengan penangkapan Sang Imam. Estafeta kepemimpinan Gerakan ini

    terus berlanjut kepada Abdul Qahhar Muzakar dan Daud Beureuh. Oleh sebagian komunitas NII, AbdulQahhar Muzakar disebut sebagai Buya Sulawesi, sedangkan Daud Beureuh disebut sebagai Buya

    Sumatera. Memang, ada begitu bermacam versi tentang estafeta kepemimpinan NII. Tapi, setidaknya,

    izinkan saya untuk sedikit bercerita tentang versi yang saya pahami.

    Kemunculan kembali para aktivis pelopor NII terjadi pada tahun 1971. Ketika itu, sebuah

    lembaga intelijen mensponsori sebuah reuni kecil yang mengumpulkan para dedengkot NII. Ada

    keyakinan bahwa reuni kecil ini sesungguhnya hanya sebuah kedok intelijen. Banyak aktivis yakin,

    lembaga intelijen tersebut hendak memanfaatkan jaringan NII untuk kepentingan Golongan Karya.

    Pertemuan tersebut belakangan ternyata justru kembali menghidupkan bom waktu yang selama

    hampir 10 tahun dorman. Betapa tidak, sebuah reuni ternyata kembali menggairahkan cita-cita untuk

    kembali menghidupkan NII. Bahkan, pertemuan tersebut mengindikasikan sebuah hasrat untuk

    mengangkat salah satu di antara mereka sebagai Imam NII, penerus kepemimpinan SMK.

    Dua tahun kemudian, 1973, terjadi sebuah pertemuan penting yang bermuara pada pengangkatan

    Daud Beureuh sebagai Imam NII. Tengku sekaligus Ulama kharismatik asal Aceh ini dibaiat sebagai

    Imam NII ke-2 (meski sebagian komunitas NII lebih percaya bahwa Daud Beureuh merupakan Imam NII

    ke-3 setelah Abdul Qahhar Muzakar).

    Pada tahun 1975, sebagai Imam Negara, Daud Beureuh kemudian mulai melakukan eskalasi

    ritme gerakan dalam bentuk penyempurnaan struktur organisasi. Sebelum Daud Beueruh diangkat

    menjadi Imam NII, ketika itu NII terdiri dari 8 (delapan) Komandemen Wilayah. Nah, dalam

    kepemimpinan Buya Sumatera, dibentuk sebuah Komandemen Wilayah baru yang kemudian terkenal

    sebagai Komandemen Wilayah 9 atau (KW-9). Ketika itu, seorang kader bernama Ghazin Syarief

    diangkat sebagai Panglima atau Komandan KW-9. KW 9 ini meliputi daerah Jakarta dan Banten. Daerahini dianggap strategis karena pusat pemerintah Indonesia, yang menjadi musuh, berada di Jakarta. Kota

    itu di mata orang DI saat itu diibaratkan sebagai Mekah pada zaman Nabi Muhammad yang merupakan

    pusat pemerintahan Kafir Quraisi.

    Lantaran perpaduan berbagai macam faktor, semangat untuk kembali menghidupkan NII tadi

    berdampak pada kemunculan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kader-kader NII. Ada keyakinan,

    aksi-aksi kekerasan itu di luar komando Daud Beueruh sebagai Imam NII. Akibatnya, pada tahun 1977,

    Pemerintah Orba mulai melakukan kebijakan tegas dengan menangkapi para kader NII yang diyakini

    terlibat aksi teror. Menurut versi Harian Pikiran Rakyat, di masa itu ada sekitar 800 kader NII yang

    ditangkap. Meski begitu, beberapa kader utama NII selamat dari operasi penangkapan.

    Singkat cerita untuk mengisi kekosongan kepemimpinan, sebuah pertemuan digelar pada tahun

    1977. Pertemuan ini dikenal sebagai Pertemuan Pasarsindang. Pertemuan Pasarsindang kemudian

    dilanjutkan dengan Pertemuan Rajapolah pada November 1978. Dalam pertemuan ini, belum ada

    keputusan tentang siapa figur yang akan memegang tampuk keimaman pasca penangkapan Daud

    Beuereuh. Tapi yang jelas, dalam pertemuan di Rajapolah tersebut Seno alias Basyar diangkat sebagai

    Panglima atau Komandan KW-9 menggantikan Ghazin Syarif, yang juga tertangkap. Sebagai catatan,

    sejak itu peran KW-9 mulai tampak. Salah satu faktor penting keberhasilan Seno mengembangkan

    embrio keberhasilan KW-9 adalah figur H. Abdul Karim Hassan atau lebih dikenal sebagai Abi Karim. Ia

  • 7/22/2019 Imam Supriyanto - Madinah Indonesia, Sebuah Cita-Cita Imajiner 89y07

    3/4

    adalah seorang tokoh Muhammadiyah di wilayah Tangerang. Ia pula yang kemudian menjadi KW-9,

    yang kemudian bermetamorfosa menjadi NII yang disebut sebagai NII KW-9 yang kini dipimpin oleh

    AS. Panji Gumilang.

    Penjelasan tentang perihal AS. Panji Gumilang, yang kemudian diangkat menjadi Imam NII jelas

    sangat panjang. Akan sangat mubazir jika forum ini habis hanya untuk menjelaskan proses tersebut. Tapi

    yang jelas, seperti ditulis di Vivanews oleh Solahudin, Panji Gumilang mulai menjadi Imam NII padatanggal 20 Februari 1998 dalam sebuah Sidang Majelis Syuro NII yang dihadiri oleh beberapa petinggi

    kelompok ini, Adah Djaelani, Ules Sujai dan Abu Toto, hadir di sana. Suasana pertemuan itu tak seperti

    pertemuan kaum radikal. Tak ada peserta yang mengenakan celana cingkrang dan berbaju koko.

    Semuanya mengenakan jas dan dasi, rapi jali. Pertemuan pun tak diadakan di mesjid tapi di sebuah

    tempat yang mirip hotel. Semua peserta duduk di meja dan kursi yang disusun rapi dan dihiasi vas bunga.

    Orang biasa bisa kecele, menduga acara ini rapat pimpinan perusahaan. Dalam even tersebut, Adah

    Djaelani yang menjadi Imam sejak 1979 lengser dan menyerahkan kepemimpinan kepada Abu Toto alias

    Panji Gumilang yang kini memimpin Mahad Al-Zaytun, Indramayu. Jadi, NII itu ada.

    Sistem Keyakinan NII

    a. Madinah IndonesiaSistem keyakinan NII linier dengan keyakinan aktivis kelompok ini yang menterjemahkan Madinah

    sebagai Negara Islam. Karena itu, dalam naskah Proklamasi NII, kata Madinah Indonesia menjadi kata

    keterangan tempat pelaksanaan proklamasi. Bukan Malangbong, atau Tasikmalaya, yang secara de-facto

    merupakan tempat Proklamasi NII.

    Bagi komunitas NII, penerjemahan kata Madinah sebagai kota adalah sebuah pengerdilan makna

    lughawi atas kata tersebut. Komunitas NII percaya bahwa kata "madinah" punya akar kata "din" (terdiri

    dari tiga huruf hijaiyah: dal, ya, dan nun). "Din" dalam konteks ini bukan "agama" sebagai yang

    dipercayai khlayak ramai.

    Menurut DR. Hamid Fahmi Zarkasyi, kata "din" itu sendiri telah membawa makna susunan

    kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat yang mentaatihukum dan mencari pemerintah yang adil. Artinya dalam istilah "din" itu tersembunyi suatu sistem

    kehidupan.

    Oleh sebab itu ketika din Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di

    suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Artinya, madinah merupakan tempat

    dilaksanakannya din Allah. Seperti halnya, kata "masjid", yang berasal dari kata sujud, diberi imbuhan

    "ma" menjadi bermakna "tempat sujud".

    Dari akar kata "din" dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun,

    mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.

    Dari akar kata "madana" itu kemudian lahir kata benda "tamaddun" yang secara literal berarti

    peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau

    kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan kalau

    tidak salah untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-

    Islami (Sejarah Peradaban Islam), terbit 1902-1906.

    Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam. Di dunia Melayu,

    tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan

    istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turkey orang dengan menggunakan akar madinah atau

    madana atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada

  • 7/22/2019 Imam Supriyanto - Madinah Indonesia, Sebuah Cita-Cita Imajiner 89y07

    4/4

    masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak

    diterima ummat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di anak benua Indo-

    Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah

    tahdhib.

    Nah, bagi komunitas NII, terminologi tentang Madinah menjadi begitu sakral begitu Imam SMK

    menjadikan kata Madinah Indonesia sebagai redaksi keterangan tempat proklamasi. Melalui definisiyang sakral tersebut, SMK ingin menggaris bawahi bahwa "madinah" berarti tempat dilaksanakannya

    din Allah tadi, yang terdiri dari elemen-elemen Hukum Islam, Negara Islam, dan Ummat Islam. Melalui

    redaksi Proklamasi tersebut, Kartosuwiryo bervisi bahwa Indonesia merupakan "madinah" berikutnya

    dari "madinah-madinah" terdahulu yang sudah pernah ada.

    Komunitas NII yakin bahwa madinah bukan semata tentang kota. Dan, madinah juga pernah ada

    jauh sebelum Nabi Muhammad ada. Jika pun kemudian ada perubahan nama Yastrib menjadi Madinah,

    itu karena Nabi Muhammad berkaca dari sejarah kemilau tegaknya din Allah oleh Nabi-Nabi terdahulu.

    Begitu kata komunitas NII, yang selalu menjadikan sebuah ayat di surat Yasin sebagai argumen ("wa ja a

    min aqshal madinati rajulun yas'a...."). Melalui penafsiran tertentu, gerakan NII yakin bahwa di masa

    Musa pun terminologi madinah sudah ada.

    b. Tauhid RMUSalah satu konsep keyakinan di NII adalah Tauhid RMU, yang merupakan kependekan dari tiga tauhid:

    (i) Tauhid Rububiyah, (ii) Tauhid Mulkiyah, dan (iii) Tauhid Uluhiyah/Ubudiyah. Di NII kelompok KW-

    9, konsep ini dibakukan oleh Abi Karim melalui sebuah buku berjudul Mabadi al-Tsalasa. Salah satu

    jasa utama dari Abi Karim adalah menyusun ulang ajaran DI yang dikenal dengan sebutan tauhid RMU

    (Rububiyah-Mulkiyah-Uluhiyah) itu. Tauhid Rububiyah adalah pengakuan atas Undang-Undang Allah

    (syariat Islam), sementara Tauhid Mulkiyah adalah pengakuan atas kerajaan Allah yaitu NII. Sedangkan

    Tauhid Uluhiyah adalah warga negara kerajaan Allah alias umat NII. Ketiganya tak bisa dipisahkan.

    Contohnya, tak ada Negara Islam bila syariat Islam tidak ditegakkan. Juga mustahil syariat Islam bisa

    tegak di negara bukan Islam. Di mata NII, tauhid ini merupakan hal ushul (pokok) dalam agama. Sebab,tauhid inilah yang menentukan seseorang itu muslim atau kafir.

    Imam Supriyanto adalah mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia (NII)