ilum kesehatan masarakat

9
Latar Belakang Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya. Sedangkan kebersihan lingkungan hanya dapat diciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Bantuan dana dalam jumlah besar serta program-program tidak dapat menghasilkan perubahan tanpa keikutsertaan masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar. Kebersihan lingkungan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam, salah satunya adalah bergotong royong. Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. 1 Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dengan melakukan gotong royong, antara lain dengan bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan tentu masyarakat akan terhindar dari berbagai macam penyakit, seperti wabah diare. Selain itu juga, gotong royong dapat menciptakan semangat kebersamaan, persatuan, dan kesatuan yang merupakan sikap dan karakter bangsa Indonesia. Suatu kegiatan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal dan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat bila dikerjakan secara individu. Oleh karena itu, gotong royong sangat diperlukan untuk memperoleh keduanya. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumahnya membuat lingkungannya terlihat begitu kumuh dan kotor. Situasi ini dapat kita temui di daerah yang dipadati oleh penduduk, yang memiliki jarak antara satu rumah ke rumah lainnya sangat dekat, serta hanya menyisakan sedikit lahan yang bisa dijadikan jalan untuk bisa dilewati oleh kendaraan beroda empat. Begitu juga daerah di RW 08, kelurahan Petojo Utara, terlihat begitu kumuh dan tidak terjaga kebersihannya. Padahal menurut Sadaton (1960: 43), syarat-syarat halaman rumah yang sehat apabila jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain tidak boleh terlalu dekat, rumah-rumah yang terletak di daerah

Upload: anasrinst

Post on 08-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gotong royong

TRANSCRIPT

Page 1: ilum kesehatan masarakat

Latar Belakang      Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini

dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya. Sedangkan

kebersihan lingkungan hanya dapat diciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Bantuan dana dalam

jumlah besar serta program-program tidak dapat menghasilkan perubahan tanpa keikutsertaan

masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar. Kebersihan lingkungan ini dapat dilakukan

dengan berbagai macam, salah satunya adalah bergotong royong.

      Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara

bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. 1 Banyak manfaat yang dapat kita

peroleh dengan melakukan gotong royong, antara lain dengan bersama-sama menjaga kebersihan

lingkungan tentu masyarakat akan terhindar dari berbagai macam penyakit, seperti wabah diare.

Selain itu juga, gotong royong dapat menciptakan semangat kebersamaan, persatuan, dan

kesatuan yang merupakan sikap dan karakter bangsa Indonesia. Suatu kegiatan tidak akan

memperoleh hasil yang maksimal dan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat bila dikerjakan

secara individu. Oleh karena itu, gotong royong sangat diperlukan untuk memperoleh keduanya.

      Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumahnya

membuat lingkungannya terlihat begitu kumuh dan kotor. Situasi ini dapat kita temui di daerah

yang dipadati oleh penduduk, yang memiliki jarak antara satu rumah ke rumah lainnya sangat

dekat, serta hanya menyisakan sedikit lahan yang bisa dijadikan jalan untuk bisa dilewati oleh

kendaraan beroda empat. Begitu juga daerah di RW 08, kelurahan Petojo Utara, terlihat begitu

kumuh dan tidak terjaga kebersihannya. Padahal menurut Sadaton (1960: 43), syarat-syarat

halaman rumah yang sehat apabila jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain tidak boleh

terlalu dekat, rumah-rumah yang terletak di daerah yang rendah lebih baik memiliki langit-langit

yang aga tinggi, dan tidak membiarkan sampah berserakan dihalaman.

      Selain lingkungan rumah yang tidak memenuhi persyaratan, MCK (Mandi Cuci Kakus) di

daerah tersebut pun tidak terawat dan kotor. Masyarakat setempat tidak lagi memperhatikan

kebersihan MCK yang sering mereka gunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti

mandi, mencuci, dan buang air besar maupun kecil. Mereka “seenaknya” menggunakan sandal

yang kotor ke dalam MCK, serta tidak adanya jadwal kebersihan untuk mengontrol kebersihan

MCK tersebut. Kumuhnya lingkungan di RW 08 tersebut menyebabkan banyaknya balita yang

menderita penyakit DBD (Demam Berdarah Dangue) dan diare.

      Melihat sudah tidak terjaganya lagi lingkungan di daerah RW 08 tersebut, maka disusun

berbagai macam program yang diharapkan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan untuk

Page 2: ilum kesehatan masarakat

melakukan gotong royong. Melalui kegiatan gotong royong ini masyarakat akan melakukannya

secara bersama-sama, sehingga diharapkan mempermudah pekerjaan masyarakat setempat untuk

membersihkan lingkungan sekitar, menjaganya agar tetap bersih dan dapat mengurangi jumlah

balita yang terkena penyakit DBD dan diare. Selain itu juga, masyarakat diharapkan bisa

menyadari akan pentingnya kebersamaan dalam menjalankan suatu kegiatan sehingga dapat

terjadinya perubahan perilaku, dari yang terbiasa melakukan secara individu, beralih

melakukannya secara bersama-sama.

Rumusan Masalah

      Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka ada dua masalah pokok

yang akan diteliti dalam penulisan ini, yaitu:1. Bagaimanakah perubahan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah melakukan gotong

royong?

2. Apa sajakah kendala yang dihadapi oleh para petugas RW ketika berusaha menumbuhkan

semangat bergotong royong masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

      Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui perubahan perilaku masyarakat RW 08, Kelurahan Petojo Utara,

Jakarta Pusat, sebelum dan sesudah melakukan gotong royong.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi petugas RW 08 ketika berusaha

menumbuhkan semangat bergotong royong masyarakat RW 08.

1.4 Manfaat Penelitian

1.      Untuk memberikan gambaran tentang perubahan perilaku yang dihasilkan melalui kegiatan

gotong royong.

2.      Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kendala apa sajakah yang dihadapi para

petugas RW 08 dalam usaha mereka untuk menumbuhkan semangat gotong royong masyarakat.

BAB II

2.1  Pengertian Gotong Royong      Gotong royong memiliki pengertian bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan

dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Sikap gotong royong

Page 3: ilum kesehatan masarakat

harus dimiliki oleh setiap elemem atau lapisan masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat

RW 08, Kelurahan Potojo Utara, Jakarta Pusat. Hal ini disebabkan, segala sesuatu yang

dikerjakan secara bersama-sama dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat selesai, dan

pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, dengan

menerapkan kebiasaan gotong royong, dapat membangun hubungan persaudaraan atau

silaturahmi yang semakin erat.

      Sedangkan pekerjaan yang dilakukan secara individu, pekerjaan akan terasa lebih sulit dan

membutukan waktu yang lama, serta memeperlambat pambangunan di daerah tersebut. Suatu

pekerjaan yang dilakukan secara individu akan menimbulkan kesenjangan sosial diantara

masyarakat di daerah tersebut.

      Menurut Susi (http://elcom.umy.ac.id), setiap individu yang melakukan suatu kegiatan secara

bersama-sama memiliki alasan bahwa manusia membutuhkan sesamanya untuk mancapai

kesejahteraan, baik jasmani maupun rohani, manusia sebagai makhluk yang berbudi luhur yang

memiliki rasa saling mengasihi, dan tenggang rasa terhadap sesamanya, dasar keimanan kepada

Tuhan yang Maha Esa yang mengharuskan setiap manusia untuk bekerja sama untuk

mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta kesadaran bahwa suatu usaha yang dilakukan

secara bersama-sama akan lebih terasa mudah, ringan, dan cepat selesai.

      Dalam gotong royong terdapat nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya, seperti yang di

jelaskan oleh Susi (http://elcom.umy.ac.id), nilai-nilai norma yang terkandung  itu antara lain

kebersamaan, saling membantu dan mengutamakan kepentingan umum, usaha pemenuhan

kesejahteraan, dan usaha penyesuaian antara kepentingan pribadi dan umum.

2.2  Perubahan Sosial dan Kebudayaan      Pada zaman dahulu, masyarakat Indonesia hampir tidak terlepas dari kegiatan bergotong

royong, namun semakin berkembangnya zaman yang memaksa manusia untuk melakukan

aktivitas diluar rumah, maka kegiatan bergotong royong sudah jarang dilakukan oleh sebagian

masyarakat. Setiap masyarakat, disadari atau tidak disadari, akan mengalami perubahan.

Soerjono (1982: 258) mengungkapkan perubahan-perubahan masyarakat ini dapat mengenai

nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, dan lain sebagainya.

      Para ahli telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsp perubahan sosial, ada yang

berpendapat bahwa perubahan itu terjadi dikarenakan unsur-unsur yang mempertahankan

keseimbangan masyarakat, seperti unsur-unsur kebudayaan. Ada pula yang berpendapat bahwa

perubahan sosial itu bersifat periodik dan non periodik. Namun, Pitirim A. Sorokin (dalam

Page 4: ilum kesehatan masarakat

Soerjono Soekanto, 1982: 263) meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran

perubahan sosial tersebut. Akan tetapi, perubahan-perubahan itu akan tetap ada, dan lingkaran

yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial itu harus tetap dipelajari agar dapat diperoleh

suatu generalisasi.

      Kingsley Davis (dalam Soerjono Soekanto, 1982: 266) berpendapat bahwa perubahan sosial

merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari tidak

mudah untuk menemukan perbedaan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, karena

tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan

yang tidak terjelma oleh masyarakat.

      Pada dewasa ini perubahan sosial dapat diketahui dengan ciri-ciri bahwa tidak ada

masyarakat yang berhenti perkembangannya, suatu perubahan pada suatu lembaga tertentu akan

diikuti perubahan pada lembaga sosial lainnya, perubahan sosial yang terjadi dengan cepat akan

menyebabkan disorganisasi yang bersifat sementara karena terdapat proses penyesuaian diri di

dalamnya, yang dimana disorganisasi ini akan diikuti oleh reorganisasi yang memantapkan

kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru, serta perubahan-perubahan sosial tersebut tidak

dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja. (Soerjono, 1982: 267-268)

      Perubahan-perubahan sosial akan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Perubahan itu

mungkin akan bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru atau bergerak kearah suatu bentuk

yang sudah ada pada masa lampau.

2.3  Gotong Royong Dalam Psikologi Sosial      McDavid dan Harari (1968) (dalam Sarlito, 2002: 9) mendefinisikan psikologi sosial sebagai

studi ilmiah tentang pengalaman dan perilaku individual dalam kaitan dengan individu lain,

kelompok dan kebudayaan. McDavid dan Harari mencoba untuk memperhitungkan pengaruh

masa lampau di dalam definisinya, karena mereka mencoba untuk mengaitkan antara

pengalaman dan perilaku individu tersebut, yaitu individu lain, kelompok, dan kebudayaan.

      Dalam psikologi sosial, Myers (1996) (dalam Sarlito, 2002: 328) menjelaskan bahwa hasrat

untuk menolong orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri

disebut altruisme. Altruisme memiliki berbagi teori, namun teori yang mendekati alasan

masyarakat melakukan gotong royong adalah teori empati dan teori norma sosial.

      Batson (1991,1995) mengatakan bahwa egoisme dan simpati berfungsi dalam perilaku tolong

menolong. Bila egoisme dan simpati digabungkan, maka keduanya dapat menjadi empati, yaitu

Page 5: ilum kesehatan masarakat

ikut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaannya sendiri. Dalam teori ini Miller dan

Eisenberg (1988) menitik beratkan pada usaha menolong ini terletak pada penderitaan orang lain,

bukan pada penderitaannya sendiri, karena jika orang lain dapat terlepas dari penderitaannya,

maka si penolong pun akan terbebas dari penderitaanya juga. (dalam Sarlito, 2002: 329-330)

      Menurut teori norma sosial, orang menolong karena diharuskan oleh norma-norma sosial.

Ada tiga macam norma sosial yang biasa dijadikan pedoman, yaitu (a) norma timbal balik

(reciprocity norm), kita membalas pertolongan dengan pertolongan, (b) norma tanggung jawab

sosial (social responsibility norm), kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan

apa pun di masa yang akan datang, dan (c) norma keseimbangan (harmonic norm), norma ini

berlaku di dunia Timur. Teori ini menjelaskan bahwa seluruh alam semesta harus berada dalam

keadaan yang seimbang, serasi, dan selaras. Manusia harus membantu untuk mempertahankan

keseimbangan itu, antara lain dalam bentuk perilaku menolong. (Sarlito, 2002: 330-331)

 

2.4 Kesehatan masyarakat      Kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. Kesehatan pribadi dan kesehatan

masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dikarenakan, semakin banyak orang

yang memperhatikan kesehatan dirinya sendiri, maka makin baik kesehatan masyarakatnya.

Begitu juga sebaliknya, semakin buruk kesehatan masyarakatnya, maka akan berpengaruh

kepada kesehatan pribadi warga masyarakatnya.

      Menurut Indan (1994: 20), faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang itu antara lain

penyebab penyakit, manusia sebagai tuan rumah, dan lingkungan hidup. Jelas sekali bahwa

lingkungan hidup berperan penting dalam kesehatan. Lingkungan hidup itu sendiri diartikan

sebagai segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang dapat mempengaruhi kesehatan

masyarakat (Indan, 1994: 22).

      Indan membagi lingkungan hidup ini ke dalam empat golongan, yaitu lingkungan biologi,

fisik, ekonomi, dan mental sosial. Keempat golongan lingkungan ini saling mempengaruhi, yang

dimana bila kemiskinan disertai dengan sifat-sifat anti sosial akan menyebabkan keruntuhan

akhlak secara total

     ANALISIS

            Gotong royong merupakan salah satu cara untuk merubah perilaku masyarakat. Dengan

terbentuknya perubahan perilaku masyarakat, maka kepedulian masyarakat terhadap

lingkungannya akan terjaga dengan baik, khususnya bagi masyarakat dikawasan padat peduduk,

Page 6: ilum kesehatan masarakat

yang identik dengan kekumuhan. Namun, usaha gotong royong ini bukanlah suatu yang mudah

diterima kembali oleh masyarakat zaman sekarang yang mulai mementingkan kepentingan

dirinya sendiri.

            Usaha untuk mengembalikan kembali semangat gotong royong ditengah-tengah

masyarakat yang mulai memiliki aktivitas dan kesibukan yang berbeda bukanlah sesuatu yang

mudah untuk dilakukan. Berbagai aspek harus diperhitungkan dengan jelas, seperti pemilihan

waktu yang tepat untuk melakukan gotong royong, hal ini dikarenakan jam kerja setiap individu

yang berbeda-beda.

            Begitu juga para petugas RW 08, Kelurahan Petojo Utara, berusaha keras untuk

membangkitkan semangat gotong royong masyarakatnya. Oleh karena itu, mereka berusaha

untuk menyusun berbagai macam program yang diharapkan melalui program-program ini dapat

membangkitkan semangat gotong royong masyarakat untuk menjaga kelestarian dan kebersihan

lingkungan tempat tinggal mereka. Program-program itu antara lain adalah:

1.      Program Penghijauan

      Program ini merupakan kegiatan menanam tanaman hias dan pohon di sekitar rumah untuk

menambah asri lingkungan rumah. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 2004. Atas semangat

bersama untuk memberikan penghijauan di lingkungan RW 08, saat ini sudah ada satu warga

yang berhasil membudidayakan tanaman anthurium dan adenium.

2.      Program Komposing

      Program ini merupakan kegiatan memilah sampah yang dimulai dari rumah tangga. Sampah

organik ini dimanfaatkan untuk kompos dan sampah plastk di daur ulang. Saat ini kader

posyandu sedang mengembangkan kompos “Takakura”, dan melalui program ini volume sampah

telah berkurang 10-15%. Sampah yang didaur ulang oleh para kader posyandu tersebut telah

mengikuti pameran di berbagai instansi pemerintah atau lembaga lainnya, serta pameran di

Monas. Melaui program ini juga kader posyandu berhasil menyumbangkan dana untuk kas RW

08 sebesar Rp. 7.800.000,-.

3.      Program Kali Bersih

      Melalui program ini pengurus RW 08 mengajak masyarakat, khususnya bapak-bapak dan

para pemuda, untuk membersihkan kali krukut. Program ini dilaksanakan tiga bulan sekali

(dimulai sejak Mei 2004). Akan tetapi, program ini memiliki kendala, yaitu banyaknya lumput

yang terdapat di dalam kali Krukut dan masih kurangnya  kesadaran masyarakat, sehingga hasil

yang diperoleh melalui program ini tidak maksimal.

Page 7: ilum kesehatan masarakat

4.      Program Pengelolaan Air Bersih

      Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan warga melalui pentingnya

air minum yang bebas dari kuman dan wadah penyimpanan yang aman dari rekontaminasi.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan hingga saat ini adalah melakukan diskusi cara-cara

pengelolaan air yang dilakukan secara rutin, 2 kali seminggu, yang dihadiri oleh setiap

perwakilan warga sejak tahun 2006. Akan tetapi pada saat ini, kegiatan ini hanya dimonitoring

oleh ibu-ibu PKK.

Program pengelolaan air bersih ini lebih dikenal dengan sebutan “air rahmat”, yang dimana

melalui program ini juga mulai merubah perilaku masyarakat RW 08. Masyarakat sudah mulai

mengerti untuk menggunakan air bersih untuk kegiatan sehari-hari, terutama untuk kebutuhan

memasak dan air minum. Selain itu juga, jumlah penduduk yang terjangkit penyakit DBD dan

diare sudah  mulai berkurang. Pada tahun 2007, jumlah penduduk yang terjangkit penyakit DBD

sekitar 9 orang dan yang terjangkit wabah diare sekitar 2 orang. Akan tetapi perubahan drastis

terjadi pada tahun 2008, tidak ada satu penduduk pun yang terjangkit penyakit-penyakit tersebut.

Ini merupakan hasil dari perubahan perilaku masyarakat yang patut dibanggakan. Perubahan

perilaku ini tidak akan terjadi tanpa ada kerjasama antara pengurus RW 08 dan masyarakat

sekitar.