ilmu logika

23
Nama : Daniel Datu Talu Semester : VIII/Genap Prodi : Pendidikan Agama Kristen Mata kuliah : Logika Dosen : Dr. Samuel Talahatu A. Defenisi Logika Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos, berarti mengenal kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutrakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. 1 Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Logika logika di devinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus dan tepat. Devinisi ini menekankan dua hal, Pertama : logika sebagai ilmu pengetahuan, kedua logika sebagai kecapan. Sebagai ilmu pengetahuan, logika sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga membentuk suatu kesatuan serta memberi penjelasan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip pemikiran yang tepat. 2 1 Rafael Laga Maran” Pengantar Logika”(Jakarta, Grasindo,2007)hal.1. 2 Ibid.Hal.4. Daniel Datu Talu

Upload: anonymous-wp4bhr

Post on 07-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MORIAH

TRANSCRIPT

Page 1: ILMU LOGIKA

Nama : Daniel Datu Talu

Semester : VIII/Genap

Prodi : Pendidikan Agama Kristen

Mata kuliah : Logika

Dosen : Dr. Samuel Talahatu

A. Defenisi Logika

Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari

kata benda logos. Kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal

(pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos, berarti mengenal kata,

mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan

demikian, dapatlah dikatan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang

diutrakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. 1

Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Logika logika di devinisikan sebagai ilmu

pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus dan tepat. Devinisi ini menekankan dua hal,

Pertama : logika sebagai ilmu pengetahuan, kedua logika sebagai kecapan. Sebagai ilmu

pengetahuan, logika sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga

membentuk suatu kesatuan serta memberi penjelasan tentang metode-metode dan prinsip-

prinsip pemikiran yang tepat. 2

Logika Menurut Beberapa para ahli :

1. Menurut Alex Lanur, Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir

lurus (tepat).3

2. Sedangkan Poespoprojo menuliskannya sebagai ilmu dan kecakapan menalar, berpikir

dengan tepat.

3. Menurut Mundiri Logika mendefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan

hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran

yang salah.

1 Rafael Laga Maran” Pengantar Logika”(Jakarta, Grasindo,2007)hal.1.2 Ibid.Hal.4.3 Alex Lanur OFM “ Logika Selayang Pandang” (Yogjakarta, Kanisius, 2012) Hal.7.

Daniel Datu Talu

Page 2: ILMU LOGIKA

4. Jan Hendrik Rapar, (1996 : 5) Logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang

diatur lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.4

5. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso. (2006: 13) Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar,

berpikir dengan tepat.W.

6. Soekadijo, (1983-1994: 3) Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk

meneliti ketepatan nenalar.

7. Aristoteles : logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan

bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran.

8. William Alston : logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih ceramat usaha

untuk mennetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak

sah.5

B. Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Logika Sebagai Ilmu Logika.

a. Latarbelakang Logika

Nama logika pertama kali muncul pada Filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum Masehi) tetapi

dalam arti “seni berdebat”. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah

Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang

menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.

Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk

memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak

jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi

yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi

juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.

4 Ibid.Hal.9.5 Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Logika"Tgl.30-Jan-15.

Daniel Datu Talu

Page 3: ILMU LOGIKA

Masa Yunani kuno

Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang

meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada

akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama

alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica

scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe

alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles

disimpulkan dari:

Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)

Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia

Air jugalah uap

Air jugalah es

Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.

Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai

dikembangkan. Kaum Sofis6 beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan

memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan

analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang

benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi

6

Daniel Datu Talu

Page 4: ILMU LOGIKA

yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Buku

Aristoteles to Organon (alat) berjumlah enam, yaitu:

1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian

2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan

3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.

4. Analytica Priora tentang Silogisme.

5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.

6. De sophisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin

Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh

Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa

Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang

mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.Porohyus (232 - 305) membuat

suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.Boethius (480-524)

menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar-

komentarnya.Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.

Masa Abad pertengahan dan logika modern

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge

oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-

kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokoh-

tokoh seperti:Petrus Hispanus 1210 - 1278). Roger Bacon 1214-1292. Raymundus Lullus (1232 -

1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan

semacam aljabar pengertian. William Ocham (1295 - 1349)

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas

Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay

Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika

induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 -

1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of

Daniel Datu Talu

Page 5: ILMU LOGIKA

Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti: Gottfried

Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus

Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam

kepastian. Menyusul kemudian tokoh-tokoh pengembang logika seperti George Boole (1815-

1864), John Venn (1834-1923) dan Gottlob Frege (1848 - 1925). Lalu Chares Sanders Peirce

(1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins

University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil

Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general

theory of signs)

Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya

Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861

- 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970). Logika simbolik lalu diteruskan oleh

Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan

lain-lain.7

b. Perkembangan Logika Sebagai Ilmu Logika

Kaum Stoa adalah yang mengembangkan bentuk-bentuk argumen disyungtif dan

hipotesis. Ketika kaum Chrysippus (280 – 207 SM) menjadi pemimpin kaum Stoa, lahir

ungkapan “Tanpa Crhysippus, Stoa tidak akan pernah ada”. Lalu kemudian Chrysippus

mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran yang sistemastis. Dua orang dokter

medis, Galenus (130 – 200 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M), mengembangkan

logika dengan menerapkan metode geometri. Pada abad ke 13 – 15 muncul logika modern

dengan tokoh Petrus Hispanus (1210 – 1278), Roger Bacon (1214 – 1292), Raymundus

Lullus (1232 – 1315), dan Willian Ockham (1285 – 1349). Meskipun logika modern telah

7 Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Logika"Tgl.1-jan-15.

Daniel Datu Talu

Page 6: ILMU LOGIKA

ditemukan, namun tetap saja logika Aristoteles yang digunakan dan dikembangkan secara

murni. Francis Bacon (1561 – 1626) mengembangkan logika induktif.

Filsuf besar Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce (1839 – 1914) yang pernah

mengajar logika di John Hopkins University melengkapi logika simbolik lewat karya tulisnya

yang sangat banyak. Ia menafsirkan “logika selaku teori umum mengenai tanda dan

melahirkan dalil yang disebut Dalil Peirce (Peirce Law)”.

Permasalahan-permasalahan Seputar Studi Berpikir Logis.

1. Kesalahan penggunaan sesuatu (gelar sarjana) yang tidak pada tempatnya.

Contoh:

Banyak undangan pernikahan yang mencantumkan gelar sarjana calon pengantinnya.

Padahal gelar sarjana harus digunakan untuk kegiatan yang ada hubungannya dengan

kegiatan ilmiah atau profesi. Pernikahan bukanlah kegiatan ilmiah maupun profesi.

2. Kesalahan berlogika di dalam pemakaian gelar sarjana

Contoh:

Sesudah lulus S-1, lantas meneruskan ke jenjang S-2. Lantas, gelar S-1 dan S-2 nya

dipakai semua. Padahal, gelar S-2 merupakan kelanjutan dari S-1. Seharusnya, S-2

saja yang dipakai. Ibaratnya di militer, kalau dari Letkol ya Kol (Kol-nya saja yang

dipakai) dan bukan LetkolKol.

3. Kasalahan berlogika karena hal yang dibicarakan belum diketahuinya.

Contoh:

Seorang sarjana mengatakan, untuk apa belajar logika, toh semua orang bisa

berlogika. Yang benar, logika dan ilmu logika itu berbeda. Logika, semua orang bisa.

Daniel Datu Talu

Page 7: ILMU LOGIKA

Tetapi, ilmu logika adalah sebuah ilmu yang harus dipelajari.Tidak semua orang

belajar ilmu logika. Tidak semua orang mengerti ilmu logika.

4. Kesalahan berlogika akibat ketidaktahuannya tentang ilmu bahasa.

Contoh:

Ketika BBM dinaikkan pertama kalinya, Aa Gym muncul di berbagai TV dalam

iklan layanan masyarakat. Dia mengucapkan dua kalimat. Pertama, kenaikan BBM

adalah sebuah keputusan pemerintah yang tidak bisa dihindarkan. Kedua, Tuhan tidak

akan memberikan cobaan kepada manusia melebihi kemampuannya. Kedua kalimat

itu diucapkan beruntun. Akibatnya, pemirsa punya kesan bahwa naiknya BBM

merupakan cobaan dari Tuhan. Padahal, itu bukan cobaan dari Tuhan.

5. Kesalahan berlogika karena melihat sesuatu dari alternatif yang terbatas.

Contoh:

Ketika ada sarjana menjadi alumni 6 PTN/PTS, maka dia dinilai sebagai seorang

generalis. Padahal alternatifnya cukup banyak. Antara lain:general-general,general-

generalist,generalist-general,generalist-generalist,general-sepecial,special-

general,special-special,special-specialist,specialist-special,specialist-specialist,dll.

(Dibahas dalam artikel khusus “Matrik Logika”).

6. Kesalahan berlogika karena ada sesuatu yang belum diketahui.

Contoh:

Si A adalah seorang sarjana.Sejak diwisuda tidak pernah memakai gelar. Maka orang

berkesimpulan bahwa Si A bukan sarjana. Padahal, dia sarjana.

7. Kesalahan berlogika karena salah menepatkan wilayah pemikiran

Daniel Datu Talu

Page 8: ILMU LOGIKA

Contoh:

Si A adalah seorang penulis artikel. Di koran-koran atau di blog sering menulis artikel

tentang golput. Maka orang menganggap Si A adalah golput. Padahal, Si A menulis

berdasarkan hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat. Sedangkan Si A sendiri tidak

golput.

8. Kesalahan berlogika karena tidak memahami profesi seseorang.

Contoh:

Si A adalah seorang kritikus. Hampir tiap hari menulis kritik di koran. Lantas ada

orang mengatakan bahwa Si A itu bisanya cuma mengritik.Ya, di negara manapun

yang namanya kritikus tugasnya ya mengritik. Yang namanya penyiar radio tugasnya

ya bicara saja. Yang namanya ustadz kerjanya ya berceramah saja.

9. Kesalahan berlogika karena tidak ditentukan jumlah maksimalnya.

Contoh:

Berapa maksimal provinsi,kabupaten dan kota dalam proses pemekaran wilayah?

Berapa jumlah maksimal mobil yang dibolehkan di Jakarta dan kota-kota besar

lainnya? Berapa jumlah maksimal parpol dan capres yang dibolehkan? Kalau tidak

ada batasnya, maka suatu saat bisa menimbulkan kekacauan atau masalah yang

krusial.

Daniel Datu Talu

Page 9: ILMU LOGIKA

C. Metodelogi Riset

a) Sistem Berpikir Logika.

Kata sistem berasal dari bahasa latin (systēma) dan bahasa yunani (sustēma). Sistem adalah

suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk

memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem juga

merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah

serta memiliki item-item penggerak atau bisa juga Sistem itu adalah sebuah struktur konseptual

yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan

organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien yang dapat

diterima secara logis/masuk akal.

Dalam dasar penalaran logika tedapat dua jenis yang perlu diketahui yakni penalaran

deduktif dan penalaran induktif.

Pertama kita adalah penalaran deduktif yang kadang disebut logika deduktif, penalaran

ini membangun atau mengevaluasi argumen secara deduktif. Dimana, argumen ini dinyatakan

deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-

premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah

argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi

logis dari premis-premisnya.

Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang menggunakan argumen-

argumen deduktif untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap benar, kepada

kesimpulan-kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar. Contoh klasik

dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah Semua manusia fana (pasti akan

mati). (premis mayor) Sokrates adalah manusia. (premis minor) Sokrates pasti (akan) mati.

(kesimpulan) Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat,

lihat Logika. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam

matematika, lihat logika matematika.Penalaran deduktif seringkali dikontraskan dengan

Daniel Datu Talu

Page 10: ILMU LOGIKA

penalaran induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil

kesimpulan umum

Logika deduktif

Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif.

Misalnya:

Apel adalah buah.

Semua buah tumbuh di pohon.

Karena itu semua apel tumbuh di pohon.

Atau Apel adalah buah.

Sebagian apel berwarna merah.

Karena itu sebagian buah berwarna merah.

Premis yang pertama mungkin keliru, namun siapapun yang menerima premis ini dipaksa untuk

menerima kesimpulannya.

Contoh lain:

Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung

Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia

Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung

Selanjutnya yang kedua yaitu induktif atau kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang

berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:

Daniel Datu Talu

Page 11: ILMU LOGIKA

Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung

Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung

Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung

Premis 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung

Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung

Untuk mudah mengidentifikasi maupun mengenali perbedaan antara penalaran induktif maupun

deduktif, dapat lihat dibawah ini :

Penalaran Deduktif

– Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar

– Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam

premis.

Penalaran Induktif

–Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.

– Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

b) Hukum-hukum Berikir Logis

Hukum Identitas

Hukum identitas menyatakan bahwa kalau satu pernyataan benar, maka pernyataan itu

benar; atau, setiap proposisi berimplikasi/berarti dirinya sendiri: a berimplikasi a. Mungkin

kelihatannya hal ini sepele, tetapi seperti dicatat Gordon Clark, alangkah anehnya dunia jika

Daniel Datu Talu

Page 12: ILMU LOGIKA

hukum ini tidak berlaku, karena dunia ini akan menjadi dunia yang tidak memiliki konsep

identitas atau kesamaan.

Hukum Tidak ada Jalan Tengah

Hukum Tidak Ada Jalan Tengah menyatakan bahwa segala sesuatu haruslah apa adanya atau

tidak; atau segala sesuatu adalah a atau bukan-a. Dengan kata lain, misalnya, sebuah batu

haruslah keras atau tidak keras; diam atau tidak diam. Namun bagaimana dengan penumpang

pesawat yang berada dalam pesawat yang sedang terbang? Apakah dia sedang diam atau

bergerak? Apakah dia sedang bergerak dan sekaligus diam pada saat yang sama? Apakah hukum

ini telah dilanggar? Tidak sama sekali, karena tidak mungkin keduanya terjadi secara bersama

pada saat dan tempat yang sama, atau dalam hubungan yang sama – dan untuk memahami hal ini

diperlukan sedikit refleksi. (Dalam contoh ini, si penumpang sedang diam dalam kaitan dengan

pesawat, tetapi sedang bergerak dalam kaitan dengan bumi).

Hukum Kontradiksi

Hukum kontradiksi (juga dikenal dengan hukum non-kontradiksi) menyatakan bahwa tidak

ada pernyataan yang sekaligus benar dan salah; atau a dan bukan-a [sekaligus] adalah

kontradiksi (selalu salah). Karena itu, tidak mungkin sekaligus a dan bukan-a. Hukum ini

menyatakan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat sekaligus benar dan salah pada saat

yang sama dan tempat yang sama.

Sebagai contoh bebek itu tidak sekaligus itik dalam waktu yang bersamaan.

Rumusan Aristoteles terhadap hukum ini menyatakan bahwa satu atribut tidak dapat dimiliki

dan tidak dimiliki oleh satu subyek pada saat yang sama dan dalam hubungan yang sama: tidak

mungkin a dan bukan-a (sekaligus). Sekali lagi, setiap pernyataan yang berbentuk a dan bukan-a

pasti salah. Setiap pernyataan jamak yang memiliki struktur seperti itu pasti bersifat kontradiksi.

Sebagai contoh, pernyataan “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang

ada di dalam Kristus Yesus” (Roma 8:1) tidak mungkin sekaligus benar dan salah. Adalah

sebuah kontradiksi dan kekonyolan untuk menyatakan bahwa pernyataan tersebut dan

Daniel Datu Talu

Page 13: ILMU LOGIKA

penyangkalan terhadapnya sama-sama benar dan sama-sama salah pada saat yang sama dengan

hubungan yang sama.

Hukum kontradiksi adalah hukum yang terutama karena mencakup kedua hukum lainnya.

Formulasinya sebagai tidak mungkin a dan bukan a mengasumsikan Hukum Identitas sebagai

benar karena proposisi “a” selalu berimplikasi (berarti) dirinya sendiri (a berimplikasi a).

Sebagai sebuah disjungsi, hukum ini mengungkap Hukum Tiada Jalan Tengah yaitu a atau

bukan-a. Lebih lanjut, Hukum Kontradiksi adalah sesuatu yang tidak terelakkan bagi diskursus

yang bermakna, karena tanpa Hukum Kontradiksi maka pembedaan antara kebenaran dan

kesalahan akan lenyap dan seiring dengan hilangnya pembedaan itu, maka makna juga lenyap.

John Robbins menyatakan demikian:

“Hukum kontradiksi memiliki makna yang lebih jauh dari pada itu. Hukum ini berarti bahwa

setiap kata dalam kalimat “Garis itu adalah garis lurus” memiliki arti spesifik. Kata itu tidak

berarti semua, atau bukan. Kata garis tidak berarti anjing, bakung, atau donat. Kata adalah tidak

berarti bukan. Kata lurus tidak berarti putih, atau kata lain. Setiap kata memiliki arti khusus.

Agar memiliki arti khusus, maka satu kata bukan hanya harus memiliki arti tertentu tetapi juga

harus tidak memiliki arti yang lain. Kata garis berarti garis, tetapi tidak berarti bukan garis –

seperti anjing, matahari terbit, atau Yerusalem, misalnya. Jika kata garis bisa berarti apa saja,

maka kata itu tidak bermakna apa-apa. Tidak ada seorangpun yang mempunyai gambaran

apapun di benaknya ketika mendengar kata garis. Hukum kontradiksi berarti bahwa agar sebuah

kata memiliki makna, maka kata itu tidak boleh memiliki arti yang lain.

Daniel Datu Talu

Page 14: ILMU LOGIKA

c) Macam-macam Logika

Logika dapat dibedakan beberapa macam. Meskipun demikian tidak dapat dipisahkan satu sama

lain. Di antaranya yaitu :

1. Logika alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus

sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang

subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan

memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.

Artinya sejauh manusia itu memiliki rasio maka dia dapat berpikir. Atau dengan akal budi

manusia dapat bekerja menurut hukum-hukum logika entah secara spontan atau disengaja.

Misalnya manusia dapat berpikir secara spontan bahwa si A berada dengan si B atau “makan”

tidak sama dengan “tidur”. Jadi tanpa belajar logika ilmiah pun orang dapat berpikir logis dengan

mendasarkan pikirannya pada akal sehat saja. Contoh yang lain misalnya, seorang pedagang

tidak perlu belajar logika ilmiah untuk maju di bidangnya. Namun apabila hal yang dipikirkan itu

bersifat rumit dan kompleks akal sehat saja tidak mencukupi untuk menjamin prosedur

pemikiran yang tepat sebab akal sehat saja tidak dapat diuji sepenuhnya secara kritis dan ilmiah.

Di sinilah kita ditantang untuk berpikir tentang caranya kita berpikir. Bagaimana kita mengetahui

hukum-hukum kodrat pemikiran secara tegas dan eksplisit, agar kita dengan sadar

menerapkannya sehingga kita mempunyai kepastian akan kebenaran proses berpikir dan juga

kepastian atas kesimpulannya. Tuntutan itu lebih terasa apabila kita harus menggeluti jalan ilmu

pengetahun yang  panjang, berliku-liku, dan penuh kesukaran. Pada tataran ini kita

membutuhkan logika ilmiah sebagai penyempurnaan atas logika alamia.

2. Logika ilmiah

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi

ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat

pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih

mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau,

Daniel Datu Talu

Page 15: ILMU LOGIKA

paling tidak, dikurangi. Logika ilmiah membentangkan metode yang menjamin kita bernalar

secara tepat/semestinya. 8

Menurut Mundiri macam-macam logika antara lain :

1. Berdasarkan segi kualitasnya, Logika/Mantiq dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) dan Logika Artifisialis/Ilmiah (Mantiq As-Suri).

Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal

bawaan manusia. Akal manusia yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai hukum-hukum

logika dasar. Sedangkan Logika Artifisialis/Ilmiah (Mantiq al-Suri) yang bertugas membantu

Mantiq al-Fitri. Mantiq ini memperhalus, mempertajam serta menunjukkan jalan pemikiran agar

akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman.

2. Dilihat dari metodenya, dibedakan atas Logika Tradisional (Mantiq al-Qadim) dan

Logika Modern (Mantiq al-Hadis).

Logika Tradisional adalah Logika Aristoteles, dan Logika dari pada Logikus yang lebih

kemudian, tetapi masih mengikuti sistem Logika Aristoteles. Para Logikus sesudah Aristoteles

tidak membuat perubahan atau mencipta sistem baru dalam Logika kecuali hanya membuat

komentar yang menjadikan Logika Aristoteles lebih elegan dengan sekedar mengadakan

perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari Logika Aristoteles.

Logika Modern tumbuh dan dimulai abad XIII. Mulai abad ini ditemukan sistem baru, metode

baru yang berlainan dengan sistem Logika Aristoteles. Saatnya dimulai sejak Raymundus Lullus

menemukan metode baru Logika yang disebut Ars magna.

3. Dilihat dari objeknya, terdapat Logika Formal (Mantiq As-Suwari) dan Logika Material

(Mantiq al-Maddi).

8 Ibid.hal. 4-5.

Daniel Datu Talu

Page 16: ILMU LOGIKA

Cara pertama disebut berpikir deduktif (berpikir dari umum ke khusus) dipergunakan dalam

Logika Formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam

pemikiran dengan menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan berpikir benar.

Cara berpikir induktif (berpikir dari khusus ke umum) dipergunakan dalam logika material, yang

mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan

Logika Formal dan menguji benar tidaknya dengan keadaan empiris. Cabang Logika Formal

disebut juga Logika Minor, Logika Material disebut juga Logika Mayor.

d) Manfaat Logika

Diantaranya yaitu:

a) Membantu setiap orang untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,tepat, dan metodis.

b) Meningkatkan kemampuan berpkir secara abstrak, cermat dan objektiif.

c) Menambahkan kecerdasan dan meningkatkan kemampuanberpikir secara tajam dan

mandiri

d) Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.

e) Membuat seseorang menjadi mampu meletakka sesuatu pada tempatnya dan

mnegajarkan sesuatu pada waktunya.

Daniel Datu Talu