ilmu kesehatan masyarakat mbk reni jadi dah
TRANSCRIPT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MILLENIUM DEVELOPMENT GOLD’S 2015
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN IBU
Disusun oleh:
1. Desi meliana
2. Maulia Isnaini
3. Reni Sitoresmi
PRODI DIV KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia Nya lah penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat ini tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik
dari segi pengumpulan materi dan teknik penulisan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
proses menyusun laporan ini, antara lain kepada:
1. Ibu Elva Meyta SST, selaku pembimbing sekaligus Dosen Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
2. Teman-Teman yang sudah memberikan masukan dan juga saran yang
berguna untuk laporan ini
Akhir kata, penuis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
mahasiswa kebidanan. penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna baik dari segi pengumpulan materi dan teknik penulisan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Pringsewu , Mei 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Millenium Development Golds 2015 .................1
B. Latar Belakang Meningkatkan Kesejahteraan Ibu .......................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Millenium Development Golds 2015 ...........................................3
a. Apa itu MDGS 2015 ...............................................................3
b. Targetnya ................................................................................3
c. Visi, Misi, MDGS ..................................................................5
d. Arah, Tujuan, dan Sasaran Serta Kebijakan MDGS ...............6
e. Strategi MDGS .......................................................................7
f. Program MDGS ......................................................................8
g. Rencana MDGS ......................................................................8
h. Indikator Keberhasilan MDGS ...............................................9
i. Peran Bidan Tergantung Target ............................................10
B. Meningkatkan Kesejahteraan Ibu...............................................11
a. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
Perempuan ............................................................................11
b. Problem Mendasar Pemberdayaan Perempuan ....................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................14
B. Saran ..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Millenium Development Golds 2015
Pemerintah telah menunjukkan komitmen untuk mencapai target yang
ditetapkan dalam Millenium Development Goals/MDGs 2015. Sejumlah
kebijakan dan program nasional pemberdayaan masyarakat, penguatan
keluarga, pemerataan pendidikan dasar, jaminan sosial dan jaminan kesehatan,
dan peningkatan kesehatan lingkungan telah diluncurkan.
Tujuan pembangunan milenium yang disepakati anggota PBB 2015 mencakup
delapan komponen besar.
Delapan tujuan khusus negara berkembang, antara lain :
(i) mengurangi setengah dari total jumlah orang miskin dan kelaparan,
(ii) mencukupi kebutuhan pendidikan dasar,
(iii) menghapuskan ketidaksetaraan gender,
(iv) mengurangi 2/3 angka kematian balita,
(v) mengurangi 3/4 rasio kematian ibu akibat melahirkan,
(vi) menghentikan penularan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya,
(vii) menghentikan perusakan lingkungan dan mendorong pembangunan
berkelanjutan.
(viii) Membangun kemitraan global untuk pembangunan
Tujuan kedelapan ialah mengenai peran negara maju untuk membantu negara-
negara berkembang melaksanakan ketujuh target MDGs.
Tapi kendala pencapaiannya memang tidak kecil. Di Indonesia, selain
keterba- tasan pembiayaan, kesiapan dan partisipasi pemerintah daerah masih
potensial menjadi faktor penghambat. Tingkat kesiapan dan partisipasi
pemerintah daerah akan sangat menen- tukan sejauh mana program MDGs
dapat terlaksana dan mencapai target yang ditetapkan.
1
B. Latar Belakang Meningkatkan Kesejahteraan Ibu
Dalam konstruksi budaya patriarkhi yang masih kental saat ini, kelompok
perempuan masuk ke dalam kelompok termiskin dari masyarakat miskin.
Selain termiskinkan oleh kebijakan,mereka juga termiskinkan oleh stereotip
dan kultur yang masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki
sehingga termarjinalkan dari segala akses sumber daya. Namun pemerintah
belum peka atas masalah ini. Kebijakan yang berjalan terbukti masih jauh dari
kepekaan jender, sehingga melahirkan ketidakadilan bagi perempuan.
Dampak dari ketimpangan jender dapat dilihat dari data BPS tahun 2000,
dimana perbedaan kemampuan membaca menulis antara laki-laki dan
perempuan masih tinggi berbanding 56,9% : 88,1%.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Millenium Development Golds 2015
a. Apa itu MDGS
Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris
MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun
2015 merupakan tantangan tantangan utama dalam pembangunan
diseluruh dunia. Tantangan-tantangan ini sendiri diambil dari seluruh
tindakan dan target yang dijabarkan dalam Deklarasi Milenium yang
diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala
pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000.
Pada September 2000, Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189
negara lain, berkumpul untuk menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di
New York dan menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi
sebagai komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional
untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini
(MDG), sebagai satu paket tujuan terukur untuk pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini merupakan
komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari
separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua
anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan
kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian
anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang
yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
3
b. Targetnya
Target 1 : Menurunkan hingga setengahnya Penduduk yang hidup
dibawah garis kemiskinan ekstrim hingga 50%
Target 2 : Mengurangi Jumlah penduduk yang menderita kelaparan
hingga setengahnya.
Target 3 : Pada 2015, semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun
prempuan, akan dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Target 4 : Mengurangi hingga dua pertiga-nya , tingkat kematian anak
dibawah usia 5 tahun
Target 5 : Menurunkan ¾-nya Tingkat Kematian Ibu di Indonesia
Target 6 : Menghentikan dan mulai menurunkan kecenderungan
penyebaran HIV/AIDS di Indonesia
Target 7 : Menghentikan dan menurunkan kecenderungan penyebaran
Malaria dan penyakit menular lain di Indonesia
Target 8 : Mengintergrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
kedalam kebijakan dan program pemerintah Indonesia, serat
mengembalikan sumberdaya yang hilang
Target 9 : Mengurangi hingga setengahnya proporsi masyarakat
Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum
yang aman dan sanitasi dasar.
Target 10: Meningkatkan secara signifikan kehidupan masyarakat yang
hidup di daerah kumuh.
Target 11: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang
terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak
diskriminatif
Target 12: Mengatasi persoalan khusus dari negara-negara paling
tertinggal. Hal ini termasuk akses bebas tariff dan bebas
kuota untuk produk eksport mereka, meningkatkan
pembebasan utang untuk negara berutang besar,
penghapusan utang bilateral resmi dan memberikan ODA
4
yang lebih besar kepada Negara yang berkomitmen
menghapuskan kemiskinan.
Target 13: Mengatasi kebutuhan khusus di negara-negara daratan dan
kepulauan kecil
Target 14: Menangani hutang negara berkembang melalui upaya
nasional maupun Internasional agar pengelolaan hutang
berkesinambungan dalam jangka panjang.
Target 15: Bekerja sama dengan negara berkembang mengembangkan
pekerjaan yang layak dan produktif untuk kaum muda
Target 16: Bekerjasama dengan Perusahaan Farmasi, memberikan
akses untuk penyediaan obat-obatan penting dengan harga
terjangkau di negara berkembang
Target 17: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi
baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.
c. Visi, Misi MDGS
Visi dari MDGs 2015 adalah yaitu sehat 20015 dengan upaya peningkatan
derajat kesehatan lewat berbagai upaya kesehatan mencapkup kuratif,
rehabilitatif, prefentif, dan promotif.
Sedangkan Misi dari MDGs itu sendiri yaitu :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat
madani dalam pembanguinan kesehatan melalui kerjasama nasional
dan global
2. Meningkatkan pelayanan kes yang merata, bermutu dan berkeadilan
sserta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promotif dan
prefantif
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengebangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu
5
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keaamanan khasiat kemanfaatan dan
mutu kesediaan farmasi alat kesehatan dan makanan
6. Meningkatkan menejemen kesehatan yang akuntabel, transparan,
berdaya guna dan berhasil guna untuk memantapkan desentrlisasi
kesehatan yang bertanggung jawab
d. Arah, Tujuan dan Sasaran MDGS
Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut mengadopsi kesepakatan
MDGs juga menetapkan target-target pencapaian tujuan MDGs di tahun
2015 sebagai berikut :
1. Penghapusan kemiskinan
2. Pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
3. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
4. Penurunan angka kematian anak:
5. Meningkatkan kesehatan ibu;
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;
7. Menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan;
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan
Sasaran serta Kebijakan MDGS
Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian
diharapkan membuat laporan MDGs. Pemerintah Indonesia
melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenas dibantu dengan
Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDG pertamanya
yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan rasa kepemilikan pemerintah
Indonesia atas laporan tersebut.
Laporan Sasaran Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal
pemerintah untuk menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang
6
terkait dengan pencapaian sasaran MDGs, mengukur, dan menganalisa
kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini
menjadi kenyataan, sekaligus mengidenifikasi dan meninjau kembali
kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah yang dibutuhkan
untuk memenuhi sasaran-sasaran ini.
Dengan tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan
dibawah upah minimum regional antara tahun 1990 dan 2015, Laporan
ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk mencapai
tujuan tersebut. Namun, pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.
e. Strategi MDGS
Setiap negara deklarator mempunyai kewajiban melaporkan progres
pencapaian MDG setiap tahun. Hampir sebagian besar indikator untuk
mengevaluasi pencapaian tujuan MDG ini dapat diperoleh dari data-data
Badan Pusat Statistik (BPS), namun tidak dapat dipungkiri, bahwa data
dari berbagai sumber lain tetap sangat diperlukan.
7
MDG mempunyai 8 (delapan) tujuan dengan 18 target, mulai dari
mengurangi kemiskinan, penuntasan pendidikan dasar baik untuk anak
laki-laki maupun anak perempuan, menurunkan angka kematian balita,
meningkatkan kesehatan ibu serta memastikan kelestarian lingkungan
hidup. Setiap negara yang mendeklarasikan MDG ini wajib membuat
laporan tahunan. Pengurangan maupun penuntasan berbagai kondisi tadi
menggunakan landasan tahun 1990 sebagai tahun pijakan dan tahun 2015
sebagai tahun akhir tercapainya semua tujuan tadi
f. Program MDGS
Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan
MDGs adalah sebagai berikut:
Pertama, MDGs bukan tujuan PBB, sekalipun PBB merupakan lembaga
yang aktif terlibat dalam promosi global untuk merealisasikannya. MDGs
adalah tujuan dan tanggung jawab dari semua negara yang berpartisipasi
dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara bersama antar
pemerintahan.
Kedua, tujuh dari delapan tujuan telah dikuantitatifkan sebagai target
dengan waktu pencapaian yang jelas, hingga memungkinkan pengukuran
dan pelaporan kemajuan secara obyektif dengan indikator yang sebagian
besar secara internasional dapat diperbandingkan. Ketiga, tujuan-tujuan
dalam MDGs saling terkait satu dengan yang lain.
g. Rencana MDGS
Jakarta, 30/5/2007 (Kominfo-Newsroom) – Ketua delegasi United Nation
untuk Asia dalam bidang kampaye Millennum Development Goals
(MDGs), Erna Witoelar, mengatakan pemerintah saat ini sudah
mempunyai komitmen yang tinggi dalam merealisasikan 8 poin MDGs
yang telah ditargetkan pada 2015.
8
Pernyataan itu disampaikan Erna Witoelar kepada Kominfo-Newsroom di
Jakarta, Rabu (30/5) dalam acara peluncuran program Yappika Life. Ia
sendiri menyatakan keyakinannya bahwa pemerintah Indonesia bisa
merealisasikan 8 poin konsep MDGs pada tahun 2015 mendatang yang
sudah disepakati negara-negara berkembang di dunia.
Ada indikator keberhasilan langkah maju yang sudah dilaksanakan
pemerintah untuk MDGs, seperti program nasional pemberdayaan
masyarakat, asuransi bagi masyarakat miskin dan pendidikan gratis di
daerah.
Namun di samping ada langkah maju, ada juga langkah mundur yang
dilakukan pemerintah saat ini, yaitu bencana nasional yang terus melanda
Indonesia. Mungkin untuk tahun ini banyak langkah mundurnya dan
untuk persentasinya, ia mengaku belum tahu pasti.
Dia juga menyampaikan harapannya, agar ke depan pemerintah tidak
hanya berupaya melibatkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
MDGs, akan tetapi bisa membuat iklim pada masyarakat untuk
menumbuhkan semangat inisiatif untuk merealisasikan MDGs, seperti
pengentasan kemiskinan dan membuka lapangan pekerjaan dalam rangka
mengurangi angka pengangguran.
h. Indikator Keberhasilan MDGS
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan
Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama
pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat
besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan,
kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan
pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen
9
Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia
terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari
Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang
sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru
menurun drastis (2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi
pengurangan jumlah pembayaran utang Luar Negeri, Indonesia akan
gagal mencapai tujuan MDGs.
Untuk mencapai tujuan MDG tahun 2015 diperlukan koordinasi,
kerjasama serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, utamanya
pemerintah (nasional dan lokal), masyarakat sipil, akademia, media,
sektor swasta dan komunitas donor. Bersama-sama, kelompok ini akan
memastikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai tersebar merata di
seluruh Indonesia.Pemerintah Indonesia tetap memegang komitmenya
untuk melaporkan kemajuan pencapaian MDGs.
i. Peran Bidan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ibu
Peran bidang dalam meningkatkan kesejahteraan ibu salah satunya
adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
karena pada saat ini kelompok perempuan masih masuk dalam kelompok
termiskin dalam kelompok masyarakat.
Selain miskin oleh kebijakan mereka yang juga termiskin oleh
stereotip dan kultur yang masih memandang rendah kaum perempuan.
B. Meningkatkan Kesejahteraan Ibu
a. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
10
Dalam konstruksi budaya patriarkhi yang masih kental saat ini, kelompok
perempuan masuk ke dalam kelompok termiskin dari masyarakat miskin.
Selain termiskinkan oleh kebijakan,mereka juga termiskinkan oleh
stereotip dan kultur yang masih memandang mereka sebagai subordinat
laki-laki sehingga termarjinalkan dari segala akses sumber daya. Namun
pemerintah belum peka atas masalah ini. Kebijakan yang berjalan terbukti
masih jauh dari kepekaan jender, sehingga melahirkan ketidakadilan bagi
perempuan. Dampak dari ketimpangan jender dapat dilihat dari data BPS
tahun 2000, dimana perbedaan kemampuan membaca menulis antara laki-
laki dan perempuan masih tinggi berbanding 56,9% : 88,1%.
Ketimpangan ini secara tidak langsung telah memberikan konstribusi
terhadap timpangnya perbandingan laki-laki perempuan yang bekerja pada
sektor informal dengan perbandingan 29,6% : 39,2%. Partisipasi sejajar
antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan publik merupakan salah
satu prinsip mendasar yang diamanatkan di dalam konvensi Penghapusan
Segala Bentuk 13 diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW). Data
Susenas dalam laporan per 25 agustus tahun 2005, untuk jenjang SD/MI
rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan terhadap laki-laki selalu
di sekitar angka 100. Namun rasio APM perempuan terhadap laki-laki
untuk jenjang SMP/MTs tahun 2004 sebesar 103,4. Adanya rasio Angka
Partisipasi Kasar (APK) perempuan terhadap laki-laki tampak, partisipasi
perempuan pada jenjang SMP/MTs lebih tinggi dibandingkan laki-laki
dengan rasio sebesar 103,1 pada tahun 2003.
Kesenjangan tingkat melek aksara laki-laki dan perempuan juga semakil
kecil, yang ditunjukkan oleh meningkatnya rasio angka melek aksara
penduduk perempuan terhadap penduduk laki-laki usia 15-24 tahun dari
97,9 persen pada tahun 1990 menjadi 99,7 persen pada tahun 2004.
Apabila kelompok penduduk usia diperluas menjadi 15 tahun ke atas,
maka tingkat kesenjangan melek aksara penduduk laki-laki dan perempuan
11
menjadi semakin lebar dengan rasio melek aksara perempuan terhadap
laki-laki sebesar 92,3 persen. Data tahun 2004, menunjukkan rasio melek
aksara perempuan terhadap laki-laki sebesar 99,2 untuk kelompok
termiskin dan sebesar 99,9 untuk kelompok terkaya.
b. Problem Mendasar Pemberdayaan Perempuan
Pelaksanaan pengarusutamaan gender masih sulit dilaksanaan walupun
telah memiliki Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2000. Hal ini disebabkan
karena kendala struktural dan persoalan birokrasi yang dianggap menjadi
penghalang besar. Menempatkan isu perempuan dalam kementerian
khusus adalah bentuk memarjinalkan perempuan yang cara
penyelesaiannya menjadi parsial. Namun yang menjadi perhatian adalah
sejauh mana pemerintah telah memberikan kebijakan terhadap
kementerian dalam memberikan kewengan penuh untuk meningkatkan
penanganan lintas bidang dan sektor dengan desain kebijakan nasional
yang menempatkan isu perempuan sebagai arus utama sehingga
keberadaan kementerian PP bukan hanya sebagai pelengkap atau hanya
sekedar hiasan saja. Pening katan Kualitas Hidup dan Perlindungan
Perempuan.
Kebijakan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan setengah hati
diimplementasikan, hal ini terlihat adanya beberapa problem mendasar
yang muncul, antaralain: Pemerintah Setengah Hati Terhadap Isu
Perempuan. Kebijakan yang diberikan oleh pemerintahan masa
kepemimpinan 2005 – 2009 untuk isu perempuan sangat
menyedihkan.Terlihat dalam 5 tahun anggaran untuk KPP hanya berputar
antara 0,02% dari total APBN. Anggaran untuk Kualitas Hidup dan
Perlindungan untuk Perempuan. Berdasarkan temuan komnas perempuan,
angka kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan setiap tahun.
Menunjukkan jumlah kasus terakhir adalah 34.665 (2007), dan mengalami
kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, jumlah
12
kekerasan dalam rumah tangga adalah 74% kasus (tertinggi, kekerasan
dalam komunitas 23% (termasuk kasus buruh migran dan trafiking),
kekerasan negara 0,1% dan 2% lainnya sulit dikategorikan jenisnya.
diantaranya adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Data tersebut
merupaka komplasi dari 258 lembaga di 32 propinsi dan rata-rata
menangani sekitar 40 hingga 95 kasus kekerasan.
Peran kementerian PP yang bergerak dalam isu perempuan memang perlu
dievaluasi. Jika dicermati, memang belum ada keseriusan dari pemerintah
khususnya KPP untuk dapat meningkatkan perlindungan terhadap
perempuan terlihat kebijakan anggaran yang hanya dialokasikan seputar
160 - 200 miyar, dan itu pun hanya diimplementasikan dalam program
seputar pelatihan dan sosialisasi bukannya pada sebuah intervensi pada
sebuah kebijakan.
1. Koordinasi Instansi Lemah. Disisi lain adalah lemahnya sistem
koordinasi internal maupun eksternal di tubuh KPP sehingga
memberikan kendala dalam mengimplementasikan visi pemberdayaan
perempuan, hal ini berdampak terhadap pelaksanaan program selama 5
tahun berjalan yang hanya berputar pada tataran sosialisasi saja.
2. Data Tidak Berbicara. Lemahnya data di tingkat nasional dan daerah,
sehingga terdapat duplikasi program yang berjalan dan target yang tak
terukur merupakan cermin kegagalan kinerja KPP dalam menjalankan
fungsinya.
BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs)
adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun 2015
merupakan tantangan tantangan utama dalam pembangunan diseluruh dunia.
Kebijakan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan setengah
hatidiimplementasikan, hal ini terlihat adanya beberapa problem mendasar
yang muncul, antaralain: Pemerintah Setengah Hati Terhadap Isu Perempuan.
Kebijakan yang diberikan oleh pemerintahan masa kepemimpinan 2005 –
2009 untuk isu perempuan sangat menyedihkan.Terlihat dalam 5 tahun
anggaran untuk KPP hanya berputar antara 0,02% dari total APBN. Anggaran
untuk Kualitas Hidup dan Perlindungan untuk Perempuan. Berdasarkan
temuan komnas perempuan, angka kekerasan terhadap perempuan yang
dilaporkan setiap tahun. Menunjukkan jumlah kasus terakhir adalah 34.665
(2007), dan mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan
jenisnya, jumlah kekerasan dalam rumah tangga adalah 74% kasus (tertinggi,
kekerasan dalam komunitas 23% (termasuk kasus buruh migran dan trafiking),
kekerasan negara 0,1% dan 2% lainnya sulit dikategorikan jenisnya.
diantaranya adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Data tersebut
merupaka komplasi dari 258 lembaga di 32 propinsi dan rata-rata menangani
sekitar 40 hingga 95 kasus kekerasan.
B. Saran
Untuk mencapai tujuan MDGS tahun 2015 diperlukan koordinasi, kerjasama
serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, utamanya pemerintah
(nasional dan lokal), masyarakat sipil, akademia, media, sektor swasta dan
komunitas donor. Bersama-sama, kelompok ini akan memastikan kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai tersebar merata di seluruh Indonesia.Pemerintah
Indonesia tetap memegang komitmenya untuk melaporkan kemajuan
pencapaian MDGs.
DAFTAR PUSTAKA
14
Mansjoer, arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius. 2001.
Manuba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana . Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
http://www.MDGsIndonesiaexpo&forum2011.com
http://www.sasaran pembangunan milenium.com
http://www.MDG dan data pengukur.com
http:// www.Tujuan pembangunan millenium.com
http://www. Indonesia mencapai target MDGS tahun 2015.com
http://www.medicalstore.com
http://www.memerangi HIV/AIDS Jawa Timur.com
http://www.Siaksoft.net [update : Januari 2008].
15