ikm

53
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja menyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. Perlindungan utamanya ditujukan pada Penyakit Akibat Kerja/Akibat Hubungan Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja (1) . Perkembangan industri mengubah pola penyakit yang ada di masyarakat khususnya bagi pekerja. Pekerja menghabiskan sepertiga waktunya tiap hari di tempat kerja dimana lingkungan kerja berbeda dengan lingkungan sehari-hari. Pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan kesehatan (2) . Data International Labour Organization (ILO) tahun 2003 didapatkan setiap hari 6000 orang meninggal karena pekerjaan, 1 orang tiap 15 detik dan 2,2 juta per tahun akibat penyakit atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Jumlah pria 5

Upload: ermayhayupuspitasari

Post on 05-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas ilmu masyarakat

TRANSCRIPT

Page 1: ikm

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23

tentang Kesehatan Kerja menyatakan bahwa kesehatan kerja

diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh

produktivitas yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga

kerja. Perlindungan utamanya ditujukan pada Penyakit Akibat

Kerja/Akibat Hubungan Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja(1).

Perkembangan industri mengubah pola penyakit yang ada di

masyarakat khususnya bagi pekerja. Pekerja menghabiskan sepertiga

waktunya tiap hari di tempat kerja dimana lingkungan kerja berbeda

dengan lingkungan sehari-hari. Pajanan dan proses kerja menyebabkan

gangguan kesehatan(2).

Data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

didapatkan setiap hari 6000 orang meninggal karena pekerjaan, 1 orang

tiap 15 detik dan 2,2 juta per tahun akibat penyakit atau kecelakaan yang

berhubungan dengan pekerjaan. Jumlah pria yang meninggal dua kali

lebih banyak daripada wanita. Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari

27 negara. Data di Indonesia jumlah pekerja berdasarkan Biro Pusat

Statistik tahun 2000 adalah 95 juta orang, 50% bekerja di sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan, 70-80% angkatan kerja bergerak di

sektor informal. Pekerja di sektor itu umumnya bekerja dalam

lingkungan kerja yang kurang baik, manajemen kurang terorganisasi,

perlindungan kerja tidak optimal, dan tingkat kesejahteraan yang kurang.

Populasi pekerja terus meningkat. Berdasarkan Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2004, jumlah tenaga kerja di Indonesia kini lebih dari

142 juta jiwa(2).

5

Page 2: ikm

Data tahun 2003 menunjukkan bahwa jumlah perusahaan besar

yang belum menerapkan K3 sebesar 14.726 buah (98%), yang sudah

menerapkan sebesar 317 buah (2%). Jumlah kasus kecelakaan ringan

45.234 kasus (87%), cacat sebagian 5.400 kasus (10%), cacat total 317

kasus (1%) dan kematian 1.049 kasus (2%)(2).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan program upaya kesehatan kerja di

Puskesmas Tawangsari dari bulan Januari – Agustus tahun 2015 ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum :

a. Mengetahui program UKK di Puskesmas Tawangsari bulan Januari

– Agustus tahun 2015.

2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui angka kejadian penyakit akibat kerja di Puskesmas

Tawangsari

b. Mengidentifikasi masalah – masalah yang ada pada program UKK

di Puskesmas Tawangsari

c. Merencanakan tindakan untuk meningkatkan program Upaya

Kesehatan Kerja di Puskesmas Tawangsari.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah wawasan mengenai upaya kesehatan kerja pada penyakit

akibat kerja di Puskesmas Tawangsari

2. Bagi Puskesmas

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan untuk meningkatkan program upaya kesehatan

kerja di Puskesmas Tawangsari.

6

Page 3: ikm

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyakit Akibat Kerja

A. Definisi dan Istilah

Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1, peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi nomor PER.01/MEN/1981) tentang kewajiban melapor

penyakit akibat kerja. Definisi yang digunakan dalam keputusan Menteri

Tenaga Kerja No.KEPTS.333/MEN/1989 tentang Pelaporan Penyakit

Akibat Kerja merujuk pada ketentuan Permen Nakertrans

No.PER.01/MEN/1981(3).

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Pasal 1, Keputusan

Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena

Hubungan Kerja(3).

Terdapat 3 istilah untuk suatu kelompok penyakit yang sama yaitu

penyakit yang timbul karena hubungan kerja, penyakit yang disebabkan

karena pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit akibat kerja. Ketiga

istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing

memiliki dasar hukum perundang-undangan yang menjadi landasannya(2).

B. Kondisi yang Berhubungan dengan Penyakit Akibat Kerja

Kondisi yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja antara lain:

a. Peraturan perundang-undangan mengenai penyakit akibat kerja telah

cukup banyak. Ketentuan tersebut terdapat dalam undang-undang

yang mengatur keselamatan kerja dan undang-undang yang mengatur

jaminan sosial tenaga kerja beserta peraturan-peraturan

pelaksanaannya. Substansi yang diatur mencakup hal-hal mendasar

seperti pengertian penyakit akibat kerja, cara diagnosis serta

7

Page 4: ikm

penggolongan penyakit dan ketentuan-ketentuan yang dengan tegas

wajib dilaksanakan yaitu kewajiban melapor penyakit akibat kerja,

jaminan sosial terhadap penyakit dimaksud, sanksi-sanksi, dan lain-

lain. Masalah yang dihadapi adalah kepatuhan melaksanakan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Upaya sosialisasi telah sering dilakukan, berbagai upaya penyuluhan

dan pendidikan telah dilakukan. Upaya ini masih terbatas dan

hasilnya tidak serta merta menjadikan perusahaan, pengusaha dan

pekerja sepenuhnya patuh kepada ketentuan yang berlaku. Program

sosialisasi bukan aktivitas sesaat melainkan harus terus dilaksanakan

secara berkelanjutan. Masih banyak institusi yang bisa berpartisipasi

dalam program sosialisasi serta demikian pula aneka media masih

terbuka luas guna dimanfaatkan. Dari semua potensi dapat dipilih

cara yang lebih efektif agar diraih hasil upaya yang sebaik-baiknya.

c. Data mengenai penyakit akibat kerja yang bersumber kepada

aktivitas pengawasan dan juga pelaksanaan jaminan sosial terhadap

penyakit akibat kerja sebagai suatu aspek dari jaminan kecelakaan

kerja relatif sangat minim. Pertahun tercatat sekitar 100.000

kecelakaan kerja, angka kecelakaan ini pada umumnya terus

meningkat, korban meninggal sebagai akibat kecelakaan kerja

pertahunnya berkisar antara 1500 sampai 2000 orang. Data penyakit

kerja relatif sangat minim yaitu kurang dari 1% dari jumlah kasus

kasus kecelakaan kerja. Hal ini berbeda dengan temuan penelitian

yang menunjukkan angka sakit dan keparahan yang jauh berbeda

dengan data statistik operasional.

d. Profesi kedokteran kerja adalah dengan kompetensi khusus terhadap

penyakit akibat kerja, yaitu okupasi. Kedokteran okupasi memiliki

kolegium yang mempunyai mengatur kedokteran okupasi.

e. Penyakit akibat kerja masih sangat jarang dilaporkan karena

keengganan pihak perusahaan atau pengurus perusahaan untuk

melaporkannya. Perusahaan juga kuatir akan konsekuensi hukum

8

Page 5: ikm

yang mungkin dihadapi apabila yang bersangkutan melaporkan

penyakit akibat kerja yang dialami oleh tenaga kerja atau pekerja di

perusahaan tersebut.

f. Perlunya koordinasi antara otoritas pengawasan yang menjalankan

penegakan hukum (law enforcement) dan institusi atau organisasi

yang melakukan fungsi-fungsi pelayanan, penyuluhan, pelatihan,

pendidikan dan penelitian sehubungan dengan penyakit akibat

kerja(2).

Agar pencegahan terhadap penyakit akibat kerja dan semua

ketentuan yang berlaku bagi penyakit akibat kerja dapat diselenggarakan

dengan baik serta penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja yang

berkaitan dengan penyakit yang disebabkan karena pekerjaan atau

lingkungan kerja dapat terlaksana dengan baik pula, perlu terwujud

kesepahaman dan pemahaman secara benar mengenai pengertian penyakit

akibat kerja, metoda diagnosis penyakit yang disebabkan karena pekerjaan

atau lingkungan kerja, jenis penyakit akibat kerja, deteksi dini terhadap

penyakit dimaksud, pencegahan serta penatalaksanaannya. Selain itu

sangat penting peranan koordinasi yang sebaik-baiknya diantara unsur

pengawasan dan penelitian yang bersangkutan. Di atas segalanya

pendekatan inovatif dari semua pihak terkait dituntut untuk meningkatkan

perannya dalam upaya promotif, preventif, kuratif,dan rehabilitatif medis

terhadap penyakit akibat kerja serta juga dalam upaya sehubungan dengan

pelaksanaan jaminan kecelakaan kerja yang penyakit akibat kerja termasuk

dalam cakupannya(5).

Upaya sosialisasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan

penyakit akibat kerja kepada semua pihak yang bersangkutan dan juga

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tentang penyakit aibat kerja

terutama bagi dokter pemeriksa atau dokter yang merawat tenaga kerja

yang terkena penyakit akibat kerja, dokter penasehat dan pegawai

pengawas ketenagakerjaan merupakan syarat mutlak guna mencapai

sukses penanganan penyakit akibat kerja. Juga sangat penting masuknya

9

Page 6: ikm

penyakit akibat kerja dalam pendidikan dokter dan berkembangnya profesi

kedokteranyang secara khusus berfokus kepada efek pekerjaan dan

lingkungan kerja terhadap kesehatan. Peran penelitian atau survei lapangan

merupakan pintu masuk bagi diketahuinya problema penyakit akibat kerja

yang sebenar-benarnya, temuan yang dihasilkan oleh penelitian/survei

perlu dimanfaatkan seefektif mungkin bagi penatalaksnaan penyakit akibat

kerja(5).

C. Faktor Penyebab

Faktor Penyebab terjadinya Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan

Akibat Kerja antara lain faktor manusia (pekerja), jenis pekerjaan yang

dilakukan dan proses kerja (bahan baku, peralatan kerja dan lingkungan

tempat kerja)(6).

Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:

a. Golongan fisik

Contohnya: suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang

sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

b. Golongan kimiawi

Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang

terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas,

larutan dan kabut.

c. Golongan biologis

Bakteri, virus atau jamur

d. Golongan fisiologis

Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja

e. Golongan psikososial

Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

D. Penggolongan Penyakit Akibat Kerja

Penggolongan Penyakit Akibat Kerja menurut Keputusan Presiden

Nomor 22 tahun 1993 diatur menurut jenis Penyakit Akibat Kerja. Secara

teoritis penggolongan Penyakit Akibat Kerja dapat pula dibuat atas dasar

10

Page 7: ikm

faktor penyebab yaitu faktor fisik, biologis, fisiologis/ergonomis dan

mental psikologis.

Keputusan Presiden RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang

timbul akibat hubungan kerja:

1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk

jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan siliko

tuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab

cacat atau kematian.

2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronchopulmoner) yang

disebabkan oleh debu logam keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronchopulmoner) yang

disebabkan oleh debu kapas, vlas, hennep dan sisal (bissinosis).

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5. Alvolitis allergika yang disebabkan faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang

beracun.

7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang

beracun.

8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang

beracun.

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang

beracun.

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang

beracun.

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang

beracun.

12. Penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yang

beracun.

11

Page 8: ikm

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang

beracun.

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang

beracun.

15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang

beracun.

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena

atau homolognya yang beracun.

19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat

lainnya.

20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol dan keton.

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau

keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen

sulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan

otot, urat tulang, persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).

24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang

bertekanan lebih.

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi mengion.

26. Penyakit yang disebabkan oleh penyebab-penyebab fisik, kimiawi

atau biologis.

27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic,

bitumen, inyak mineral, antrasena atau persenyawaan produk atau

residu dari zat tersebut.

28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

12

Page 9: ikm

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang

didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi

khusus.

30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas

radiasi atau kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan

obat.

E. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di

lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama ( World Health Organization

(WHO), 1997) yakni :

a. Pengenalan lingkungan kerja

Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat

dan mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan langkah dasar

yang pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.

b. Evaluasi lingkungan kerja

Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi

bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas

dalam mengatasi permasalahan.

c. Pengendalian lingkungan kerja

Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau

menghilangkan pemajanan terhadap agen berbahaya di lingkungan

kerja .Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat

menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai

dengan teknologi pengendalian yang memadai untuk mencegah efek

kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja(5).

2. Pusat Kesehatan Masyarakat

A. Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat

13

Page 10: ikm

yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian

dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan

geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan

pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata

30.000. penduduk. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka

puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih

sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.Pelayanan

kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang

meliputi pelayanan pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif),

peningkatan kesehatan (promotif) dan pemullihan kesehatan (rehabilitatif)

yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis

kelamin dan golongn umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai

tutup usia(8).

B. Fungsi Puskesmas

Menurut rangkuman dari berbagai sumber informasi, ada 3 (tiga)

fungsi utama yang diemban puskesmas dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target sasaran masyarakat di

wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut :

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah

kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan

kesehatan. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat:

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan

masyarakat:

14

Page 11: ikm

a. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat

b. Berperan aktif dalam. memperjuangkan kepentingan kesehatan

termasuk pembiayaan

c. Ikut Menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan

program kesehatan

d. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam

rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat

e. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan

kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.

f. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana

menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif

dan efisien.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (kontinyu)

mencakup :

a. Pelayanan kesehatan perorangan

b. Pelayanan kesehatan masyarakat.

c. Melihat fungsi puskesmas yang sangat strategis sebagai penggerak

pembangunan kesehatan terdepan di tengah masyarakat, maka

diperlukan kebijakan umum seperti dukungan dana, anggaran,

sarana dan tenaga yang berkompeten, dari para penentu kebijakan

berwenang yang dapat memberdayakan pelayanan puskesmas

secara maksimal.

C. Program Kegiatan Puskesmas

1. Program kesehatan dasar :

a. Promkes

b. Kesling

c. KIA termasuk KB

d. Perbaikan gizi

15

Page 12: ikm

e. P2M

f. Pengobatan

Mengacu kapada Standar Pelayanan Minimal

2. Program kesehatan pengembangan :

a. Merupakan program yang sesuai masalah kesmas setempat dengan

pertimbangan ketersediaan dana dan kemampuan sumberdaya yang

tersedia serta dukungan masyarakat

b. Dana sehat

c. Posyandu lansia/ balita

3. Program Puskesmas Lainnya

a. KESLING

b. Pengobatan termasuk Yandar kecelakaan

c. Kes olah raga

d. PHN

e. Kesehatan kerja

f. Kesehatan gigi dan mulut

g. Kesehatan Jiwa

h. Kesehatan Mata

i. Sp2TP

j. Kesehatan Lansia

k. Pembinaan pengobatan tradisional

l. Upaya kesehatan darurat ( wabah,bencana alam )(8)

4. Upaya Kesehatan Kerja

A. Pengertian Upaya Kesehatan Kerja

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja,

beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara

sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar

diperoleh produktifitas kerja yang optimal(9).

B. Ruang Lingkup Upaya Kesehatan Kerja

16

Page 13: ikm

Ruang lingkup upaya kesehatan kerja meliputi berbagai upaya

penyerasian antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik

secara fisik maupun psikis dalam cara / metode kerja, proses kerja dan

kondisi kerja yang bertujuan untuk :

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja

di semua lapangan pekerjaan yang setinggi tingginya baik secara

fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan

oleh keadaan / kondisi lingkungan kerja.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam melakukan

pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor –

faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan

yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaan(9)

C. Tujuan Upaya Kesehatan Kerja

1. Tujuan Umum

Meningkatnya kemampuan pekerja untuk menolong dirinya sendiri

sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan peningkatan

produktifitas kerja melalui upaya kesehatan kerja

2. Tujuan Khusus

a. Peningkatan kemampuan masyarakat pekerja dalam upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja,

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

b. Peningkatan keselamatan kerja dengan mencegah pemajanan

bahan bahan yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan

masyarakat serta penerapan prinsif - prinsif ergonomic

c. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan

keluarganya yang belum terjangkau pelayanan kesehatan kerja (

underserverd)

17

Page 14: ikm

d. Meningkatkan kemitraan melalui kerjasama lintas program, lintas

sektor dan LSM dalam upaya kesehatan kerja.

D. Sasaran Upaya Kesehatan Kerja

1. Sasaran langsung

Sebagai sasaran langsung dari upaya kesehatan kerja di Puskesmas

adalah mayarakat pekerja di sektor kesehatan, antara lain :

Puskesmas, Balai Pengobatan, Laboratorium Kesehatan, Pos UKK

dan Jaringan dokter perusahaan bidang kesehatan kerja.

2. Sasaran tidak langsung

Sasaran tidak langsung diberikan kepada masyarakat pekerja

diberbagai sektor pembangunan, dunia usaha dan LSM

E. Strategi Upaya Kesehatan Kerja

1. Upaya kesehatan kerja bagi pekerja dan keluarganya dikembangkan

secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan

Puskesmas dan rujukan

2. Upaya kesehatan kerja dilakukan melalui pelayanan kesehatan

paripurna, yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit akibat kerja, penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan melalui peran

serta aktif masyarakat dengan menggunakan pendekatan PKMD(9)

5. Pos Upaya Kesehatan Kerja

A. Definisi

Pos UKK adalah bentuk pemberdayaan masyarakat di kelompok

pekerja informal utamanya di dalam upaya promotif, preventif untuk

melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan

kesehatan serta pengaruh yang disebabkan oleh pekerja(10).

B. Tahap-Tahapan Pembentukan Pos UKK

Pembentukan pos UKK melalui tahap-tahapan sebagai berikut :

18

Page 15: ikm

1. Pertemuan tingkat desa bertujuan untuk meningkatkan kepedulian

masyarakat pekerja terhadap pentingnya kesehatan bagi pekerja

dengan melibatkan perangkat desa, pekerja, pengusaha, lintas sektor

terkait, LSM, Ormas dll

2. Survey Mawas Diri (SMD) bertujuan untuk melakukan identifikasi

masalah kesehatan kerja

3. Musyawarah Masyarakat Desa bertujuan untuk menetapkan prioritas

masalah dan menetapkan rencana pemecahan masalah

4. Pelatihan kader pos UKK bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan kader dalam pelayanan kesehatan kerja

5. Pembentukan pos UKK bila langkah 1-4 sudah dilakukan.

6. Pembinaan pos UKK

C. Persyaratan menjadi Kader Pos UKK

Kader Pos UKK ini harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Dipilih dari dan oleh masyarakat pekerja setempat.

2. Dapat membaca dan menulis huruf latin.

3. Tinggal di lingkungan tempat kerja tersebut

4. Mau dan mampu bekerja untuk masyarakat pekerja di lingkungannya

secara sukarela.

5. Mempunyai waktu untuk bekerja bagi masyarakat pekerja.

6. Sudah dilatih dan paham prinsip-prinsip kesehatan kerja

7. Setiap pekerja yang ingin menjadi kader Pos UKK diharuskan untuk

mengikuti pelatihan kader Pos UKK

D. Dasar Hukum Pembentukan Pos UKK

1. Undang undang dasar 1945 Pasal 28

2. Undang undang No. 1/1970 Tentang tenaga kerja

3. Undang undang No. 23 tahun 1992 pasal 23 tentang Kesehatan Kerja

4. Undang undang No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah

5. Kepmenkes 128/2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas

6. Permenaker 1758/2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan Dasar

7. Kermennaker tentang kewajiban melapor PAK/PAHK

19

Page 16: ikm

E. Tujuan Pembentukan Pos UKK

1. Tujuan Umum

Mewujudkan masyarakat pekerja yang sehat dan produktif.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan kerja

b. Meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja, untuk menolong

dirinya sendiri

c. Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh

kader, masyarakat pekerja dan tenaga kesehatan yang terlatih

kesehatan kerja.

d. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat

pekerja terhadap resiko dan bahaya akibat kerja yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan.

e. Meningkatnya dukungan dari pengambil kebijakan terhadap Pos

UKK

f. Meningkatnya peran aktif lintas program dan lintas sektor terkait

dalam penyelenggaraan Pos UKK(10).

6. Kader Pos Upaya Kesehatan Kerja

A. Definisi

Kader Pos UKK adalah pekerja yang mempunyai kesadaran dan

mau bekerja sukarela untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan diri

sendiri dan kelompoknya agar bekerja dengan aman, sehat dan produktif

dalam bekerja(10).

B. Peran dan Fungsi Kader Pos UKK

1. Membuat perencanaan upaya kesehatan kerja

2. Melaksanakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K),

Pertolongan Pertama pada Penyakit (P3P) atau Pengobatan Sederhana

3. Merujuk penderita ke puskesmas atau sarana kesehatan terdekat

4. Mengelola penyediaan alat pelindung diri (APD)

5. Pembinaan lingkungan kerja dan cara kerja yang baik dan benar.

6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

20

Page 17: ikm

C. Ukuran Keberhasilan upaya kesehatan kerja di Pos UKK

Ukuran keberhasilan kegiatan upaya kesehatan kerja di Pos UKK adalah :

1. Ukuran keberhasilan keterjangkuan :

Digunakan standar untuk setiap pos UKK menjangkau 10 – 50 pekerja

dan setiap Pos UKK dikelola oleh 1 – 5 kader.

2. Ukuran keberhasilan pelayanan :

Jumlah dan jenis kegiatan kesehatan yang dilakukan

3. Ukuran tingkat perkembangan :

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

1. P3K Kit 1 kit > 5

orang

1 Kit = 30-

50 orang

1 Kit = 10-

20 orang

1 Kit +

<10 orang

2. Jenis Obat < 5 jenis 5-10 jenis > 10 jenis

3. Ergonomi < 5 jenis 5-10 jenis > 10 jenis

4. Sarasehan

Intervensi

2 kali/tahun 2-3

kali/tahun

> 4 kali/tahun

5. Penggunaan

APD

< 30% 30%-60% > 60%

Keterangan :

1. P3K Kit adalah perbandingan antara jumlah P3 Kit yang dipunyai

dengan banyaknya anggota yang ada.

2. Jenis obat adalah banyaknya jenis obat-obatan yang dijual bebas

yang ada di Pos UKK.

3. Ergonomi adalah banyaknya cara bekerja sehat dan benar yang

diterapkan pada suatu kelompok pekerja.

4. Sarasehan intervensi adalah banyaknya pertemuan yang dilakukan

oleh anggota pos UKK dalam rangka menjalankan dan

meningkatkan upaya kesehatan kerja.

5. Penggunaan APD adalah presentasi dari anggota pos UKK yang

telah menggunakan APD sewaktu bekerja

21

Page 18: ikm

D. Kegiatan Kader Pos UKK

Setelah menjadi Kader Kesehatan Kerja, maka kader tersebut

diharapkan melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan dan melaksanakan pertemuan tingkat desa

2. Mempersiapkan dan melaksanakan serta membahas Survey Mawas

Diri bersama petugas Puskesmas/kesehatan dan Lembaga Masyarakat

Desa (LMD)

3. Menyajikan hasil survey mawas diri dalam kelompok pekerja didesa

dalam musyawarah masyarakat desa

4. Menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan kerja dan kegiatan

penanggulangan yang dipilih pekerja dalam musyawarah pekerja

5. Menentukan lokasi Pos UKK

6. Melaksanakan kegiatan sehari-hari Pos UKK yaitu:

a. Membuat perencanaan upaya kesehatan kerja

b. Kegiatan penyuluhan peningkatan kesehatan kerja dan

pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja

c. Memberikan pertolongan pertama pada penyakit dan kecelakaan

akibat kerja

d. Merujuk penderita yang memerlukan perawatan lebih lanjut ke

Puskesmas

e. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan

f. Membina hubungan baik dengan pekerja binaanya, LMD, Petugas

PPL dan Petugas Puskesmas

g. Mengelola keuangan Pos UKK dan Upaya Pemberdayaan

Masyarakat Pekerja(10)

7. Analisa SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal

suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk

22

Page 19: ikm

merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian

terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara,

analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan

(ThreathS)(11).

Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:

A. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Pendekatan kualitatif

matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns

menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak

faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak

sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan).

Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang

timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal

dan eksternal.

Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan

pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga

memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa

berkembang lebih cepat.

Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara

ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya

mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan

organisasi untuk Comparative Advantage

Divestment/Investment Damage Control Mobilization

memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan

kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

23

Page 20: ikm

Sel C: Divestment/Investment Sel ini merupakan interaksi

antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi

seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang

kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun

tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak

cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang

diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk

dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan

menggarap peluang itu (investasi).

Sel D: Damage Control Sel ini merupaka kondisi yang

paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan

antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan

karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana

yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil

adalah Damage Control (mengendalikan kerugian)

sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang

diperkirakan(11).

B. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara

kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang

dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui

secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan

yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor

setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada

setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing

point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap

sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau

mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan

rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian

namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan

24

Page 21: ikm

asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti

skor yang peling tinggi.

Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor

dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian

terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan

tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga

formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat

(rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi

dengan banyaknya jumlah point faktor).

2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan

W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x)

selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara

perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik

pada sumbu Y;

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y)

pada kuadran SWOT.

25

Page 22: ikm

Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi

yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam

kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan

untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan

dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi

Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun

menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan

roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar

bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya,

organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam

strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi

strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi

disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab,

strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap

peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

26

Page 23: ikm

Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,

artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan

dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk

meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja

internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini

dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri(11).

27

Page 24: ikm

BAB III

PENGKAJIAN PROGRAM UKK PUSKESMAS TAWANGSARI

A. Gambaran Umum Puskesmas Tawangsari

1. Letak Geografi

Wilayah Puskesmas Tawangsari terletak di Kecamatan Tawangsari

Kabupaten Sukoharjo sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Bulu, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Karangdowo

Kabupaten Klaten, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan

Sukoharjo, sebelah Selatan dengan Kecamatan Weru.

Luas wilayah kerja Puskesmas Tawangsari kurang lebih 40 km2

yang merupakan 8,57% dari luas wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Kecamatan Tawangsari terdiri dari 12 desa. Desa yang mempunyai

wilayah paling luas adalah desa Watubonang dengan luas wilayah 4,59

km2 (11,48% dari luas wilayah Kecamatan Tawangsari) dan desa

dengan wilayah paling kecil adalah desa Tambakboyo dengan luas

wilayah 2,4 km2 (6% dari luas wilayah Kecamatan Tawangsari).

Gambar 2. Letak geografis Puskesmas Tawangsari

28

Page 25: ikm

2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Tawangsari tahun 2014 sebanyak 59.553

jiwa.

a) Struktur Penduduk menurut Golongan Umur

Kelompok umur 0-4, 45-64 dan >65 tahun jumlah penduduk laki-

laki hampir sama banyak dengan jumlah penduduk perempuan.

Tahun KELOMPOK UMUR

0-14 tahun 15-64 tahun >65 tahun

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

2013 5724 5688 20700 19822 3121 2918

Jumlah 11412 (19,68%) 41895 (69,89%) 6039 (10,41%)

2014 5527 5989 20761 21071 3179 3026

Jumlah 11516 (19,33%) 41832 (70,14%) 6205 (10,41%)

Tabel 1. Status Penduduk menurut golongan Umur

b) Sarana dan tenaga kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Tawangsari

adalah sebagai berikut:

- Dokter 3 orang : 2 dokter umum, 1 dokter gigi.

- Bidan 39 orang : 16 bidan desa, 23 bidan puskesmas.

- Perawat 16 orang : 14 perawat umum, 2 perawat gigi.

- Hiperkes : 1 orang.

- Farmasi : 4 orang.

- Sanitarian : 1 orang.

- Staf : 10 orang.

- Petugas Laborat : 2 orang.

- Petugas Gizi : 1 orang.

- Petugas Fisioterapi : 1 orang.

- Perekam Medik : 1 orang.

- Radiografer : 1 orang

29

Page 26: ikm

B. Hasil dan Indikator Program UKK bulan Januari - Agustus tahun 2015

1. Hasil Program Program UKK bulan Januari - Agustus Agustus tahun

2015 di Wilayah Kerja Puskemas Tawangsari

30

Page 27: ikm

PELAYANAN KESEHATAN KERJA

PADA PEKERJA FORMAL & INFORMAL

PUSKESMAS TAWANGSARI

JANUARI-APRIL 2015

NO DESANAMA PERUSAHAAN/

PENGRAJINPOS UKK

JUMLAH KADER

PELAYANAN KESEHATAN KERJA

JML PEKERJA FORMALJML YG

DILAYANI%

JML PEKERJA FORMAL

JML YG DILAYANI

%

L P JML L P JML1 Pojok - Sarung Dunia Indah Pojok

- Sarung Goyor Feriyal Pojok

- Sarung Goyor Wisana Lorog

-

-

-

2

-

30

46

50

30

67

50

60

113

100

0

36

0

0

31,8

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2 Lorog - Yusuf Collection Tangkisan - - 1 40 41 0 0 0 0 0 0 0

3 Tangkisan - Krasikan Barokah

- Sarung Goyor Keden

- Konveksi Septy Dalangan

-

-

-

-

5

5

15

1

35

20

16

40

35

17

0

0

17

0

0

100

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

4 Dalangan Tenun Sarung Goyor Keden √ - 16 20 36 31 86,1 0 0 0 0 0

5 Watubonang Tenun Lurik Bonang Kdgjambal - - 15 55 70 0 0 0 0 0 0 0

6 Ponowaren Kifa Bakery √ 2 1 14 15 17 100 0 0 0 0 0

179 333 527 101 19 0 0 0 0 0

PELAYANAN KESEHATAN KERJA

31

Page 28: ikm

PADA PEKERJA FORMAL & INFORMAL

PUSKESMAS TAWANGSARI

MEI- AGUSTUS 2015

NO DESANAMA PERUSAHAAN/

PENGRAJINPOS UKK

JUMLAH KADER

PELAYANAN KESEHATAN KERJA

JML PEKERJA FORMALJML YG

DILAYANI%

JML PEKERJA FORMAL

JML YG DILAYANI

%

L P JML L P JML1 Pojok - Sarung Dunia Indah Pojok

- Sarung Goyor Feriyal Pojok

- Sarung Goyor Wisana Lorog

-

-

-

2

-

30

46

50

30

67

50

60

113

100

0

35

0

0

31,8

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2 Lorog - Yusuf Collection Tangkisan √ 2 1 40 41 38 100 0 0 0 0 0

3 Tangkisan - Krasikan Barokah

- Sarung Goyor Keden

- Konveksi Septy Dalangan

-

-

-

-

5

5

15

1

35

20

16

40

35

17

0

0

17

0

0

100

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

4 Dalangan Tenun Sarung Goyor Keden √ - 16 20 36 31 86,1 0 0 0 0 0

5 Watubonang Tenun Lurik Bonang Kdgjambal - - 15 55 70 0 0 0 0 0 0 0

6 Ponowaren Kifa Bakery √ 2 1 14 15 15 100 0 0 0 0 0

179 333 527 121 19 0 0 0 0 0

32

Page 29: ikm

BAB IV

HASIL DAN ANALISA SWOT

A. HASIL DAN ANALISA SWOT PELAKSANAAN PROGRAM UKK

1. Strength

a. Adanya program pemerintah daerah yang mendukung program UKK

b. Tersedianya buku pedoman penyelenggaraan upaya kesehatan kerja

puskesmas

c. Adanya petugas Puskesmas yang telah dilatih untuk program UKK

d. Tersedianya alat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan

UKK

2. Weakness

a. Minimnya tenaga kesehatan yang mengelola program UKK

b. Jumlah tenaga kader kesehatan yang masih terbatas

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit akibat kerja

d. Terdapat banyak perusahaan industri yang masih sulit bekerjasama

dalam pelaksanaa UKK

3. Opportunity

a. Terdapatnya banyak perusahaan industri di daerah Tawangsari

b. Banyaknya pekerja sektor industri yang berobat ke puskesmas

c. Terdapat kegiatan penyuluhan di masyarakat yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan puskesmas Tawangsari

d. Mulai efektifnya beberapa petugas kesehatan dalam meningkatkan

program UKK

4. Threat

a. Kurang minatnya masyarakat untuk mendpatkan informasi kesehatan

dari berbagai media atau petugas kesehatan

b. Banyak perusahaan menimbulkan gangguan kesehatan para pekerja

c. Perusahaan tidak menyediakan alat pelindung diri

d. Perusahaan tidak memperhatikan kesehatan para karyawannya

33

Page 30: ikm

Hasil :

Selisih Total Kekuatan – Total Kelemahan = S – W = x = -9,4 – -9,6 = -0,8

Selisih Total Peluang – Total Tantangan = O – T = y = 9,4 – 9,2 = 0,2

B. SKORING SWOT

Strength Weakness

Poin

NomerSkor Bobot Total

Poin

NomerSkor Bobot Total

1 10 0,4 4 1 10 0,3 3

2 8 0,2 2,6 2 8 0,2 1,6

3 8 0,2 1,6 3 8 0,2 1,6

4 6 0,2 1,2 4 10 0,3 3

9,4 9,6

Opportunity Threat

Poin

NomerSkor Bobot Total

Poin

NomerSkor Bobot Total

1 10 0,4 4 1 6 0,1 0,6

2 8 0,2 1,6 2 10 0,3 3

3 8 0,2 1,6 3 10 0,4 4

4 6 0,2 1,2 4 8 0,2 1,6

9,4 9,2

Tabel 20. Skor SWOT

34

Page 31: ikm

Opportunity

4

3

2

(-0.8, 0,2) 1

Weakness Strength

-4 -3 -2 -1 1 2 3 4

-2

-3

-4

-5

Threath

Tabel 22. Grafik Hasil skor SWOT

C. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS

Dari hasil secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang

dikembangkan oleh Pearce dan Robinson program UKK di puskesmas

Tawangsari berada di kuadran III. Posisi ini menandakan bahwa

organisasi program UKK di Puskesmas Tawangsari masih lemah namun

sangat berpeluang.

1. Menggunakan Strength untuk Menghindari Threath :

a. Kerjasama dengan perusahaan industri

b. Melakukan kerjasama lintas sektor

c. Melakukan penyuluhan tentang penyakit akibat kerja

2. Minimalkan Weakness dan hindari Threath

35

Page 32: ikm

a. Kunjungan intensif ke perusahaan

b. Melakukan promosi aktif ke perusahaan

c. Dokter dapat terjun langsung ke pos UKK

3. Menggunakan Strength untuk memanfaatkan Opportunity

a. Meningkatkan dukungan terhadap program UKK

b. Meningkatkan pengetahuan dan kerjasama

c. Mengadakan pelatihan berjenjang untuk petugas kesehatan maupun

kadernya

4. Atasi Weakness dengan memanfaatkan Opportunity

a. Meningkatkan manajemen Puskesmas

b. Bekerjasama dengan banyak pihak perusahaan

c. Memasarkan prigram UKK

36

Page 33: ikm

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari 100% target program UKK, yang telah tercapai adalah sebesar 19%

sejak bulan Januari-Agustus 2015. Beberapa perusahaan industri tidak mau

bekerjasama dalam program UKK dikarenakan tidak ingin mengalami

kerugian akibat pemakaian jam kerja.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penyuluhan atau pengetahuan kesehatan kepada

masyarakan maupun perusaahn industri di wilayah Puskemas Tawangsari

tentang pentingnya program UKK, serta memberikan penjelasan tentang

penyakit akibat kerja, sehingga program UKK dapat tercapai sesuai target

dan dapat mencegah terjadinya penyakit akibat kerja di wilayah kerja

Puskesmas Tawangsari.

2. Perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan secara berkala.

37

Page 34: ikm

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Dasar

Puskesmas. Jakarta.kkkncaqeicebv

2. Harington. 2005. Buku saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

3. KepMenaKer. No. 51. Tahun 1999. Diunduh dari: http//www.iips-

online.com/kepMenaKer1999.pdf, 20 September 2015.

4. Kementerian Kesehatan RI, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 1758 Tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja

Dasar. Jakarta.

5. Suma’mur. 1990 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta:

CV Haji Masagung

6. Buqhari. 2007 Manajement Kesehatan Kerja & Alat Pelindung Diri. USU

REPOSITORI.

7. Blog Dorin Mutoif, Jurusan Kesling Poltekkes Yogyakarta.Perundang-

undangan keselamatan dan kesehatan kerja.

8. Depkes RI. 1991. Pedoman Kerja Puskesmas III tahun 1991/1992.

Jakarta: Depkes RI.

9. Suroyo, 2007. Pengembangan Pola Manajemen Pengelolaan Upaya

Kesehatan Kerja di Puskesmas Kota Tasikmalaya. Tesis. Magister Ilmu

Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.

10. Yuwirna, 2009. Gambaran Karakteristik dan Perilaku Kader dalam

Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di Kota Tebing Tinggi

Tahun 2009. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

11. Freddly Rangkuti, (1997), “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus

Bisnis” PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

38