ikm

42
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS PERMASALAHAN PADA PROGRAM KESEHATANLINGKUNGAN DI PUSKESMAS RAWALO Disusun Oleh : Syifa Generosa Sam G1A209098 Happy Muthia Devi G1A210022 Ega Dwi Putranto G1A210031 KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS JURUSAN KEDOKTERAN

Upload: fbindonesia

Post on 09-Aug-2015

81 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: ikm

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PERMASALAHAN PADA PROGRAM KESEHATANLINGKUNGANDI PUSKESMAS RAWALO

Disusun Oleh :

Syifa Generosa Sam G1A209098

Happy Muthia Devi G1A210022

Ega Dwi Putranto G1A210031

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PEBRUARI 2011

Page 2: ikm

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PERMASALAHAN PADA PROGRAM KESEHATANLINGKUNGANDI PUSKESMAS RAWALO

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dariKepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas /

Ilmu Kesehatan MasyarakatJurusan Kedokteran

Fakultas Kedokteran dan Ilmu – ilmu KesehatanUniversitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh :

Syifa Generosa Sam G1A209098

Happy Muthia Devi G1A210022

Ega Dwi Putranto G1A210031

Telah dipresentasikan dan disetujui

Tanggal _______________

Preseptor Lapangan

dr. Hendro Harjito

NIP. 19700914.2002012.1.002

2

Page 3: ikm

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus

dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan

masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Berdasarkan Kepmenkes no. 128 tahun 2004 Puskesmas adalah

penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat

pertama. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan

yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang

melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu. Wilayah

kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan satu kecamatan, kemudian dengan

semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh pemerintah

untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas ditetapkan

berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan mobilitasnya.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/

kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan

memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah

mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan

pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk

kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Kecamatan

Rawalo maka Puskesmas Rawalo menetapkan visi yaitu sebagai berikut :

“DENGAN PELAYANAN PARIPURNA KITA WUJUDKAN

MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT”. Supaya visi

3

Page 4: ikm

yang telah ditetapkan dapat tercapai maka Puskesmas Rawalo menetapkan

misi sebagai berikut :

a. Mulailah suatu pekerjaan dengan senantiasa berdoa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

b. Selalu menjalin hubungan yang baik dengan lintas program

maupun lintas sektoral.

c. Meningkatkan SDM sesuai dengan bidangnya dengan

pelatihan-pelatihan

d. Melengkapi sarana dan prasarana puskesmas.

e. Optimalisasi sarana pelayanan kesehatan yang ada.

f. Meningkatkan kesejahteraan karyawan untuk menunjang

pelayanan paripurna.

Menuju terlaksananya visi dan misi tersebut perlu dilakukan analisis

situasi kesehatan khususnya di Puskesmas Rawalo sebagai puskesmas rawat

inap satu-satunya di wilayah Rawalo dan sekitarnya. Disamping letaknya

sangat strategis, dukungan lintas sektoral dan dukungan wilayah sekitar

Rawalo menjadikan pengembangan Puskesmas Rawalo diharapkan mampu

melaksanakan misi tersebut dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Rawalo

dan sekitarnya dibidang kesehatan.

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat,

dalam pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok

Puskesmas. Namun pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum

dapat dilaksanakan secara optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik di

Puskesmas maupun masyarakat dalam pelaksanaan program pokok Puskesmas

maka untuk mengatasinya harus berdasarkan skala prioritas sesuai

permasalahan yang ada, dengan memanfaatkan potensi yang ada di

masyarakat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat.

Dalam tatanan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan, Sistim

Informasi Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting artinya bagi

suatu wilayah itu sendiri misalnya di Kecamatan Rawalo, yaitu sebagai sarana

penyedia indikator-indikator yang menunjukkan tercapai atau tidaknya

kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.

4

Page 5: ikm

Salah satu hal yang menjadi masalah di puskesmas Rawalo adalah

program Kesehatan Lingkungan (Kesling). Pemilihan program Kesehatan

Lingkungan sebagai salah satu masalah dalam program Puskesmas Rawalo

adalah karena kurang tercapainya target standar pelayanan minimal di bidang

kesehatan lingkungan untuk tahun 2010 (tabel 2.1) dan dengan analisis

(lampiran 1), program Kesehatan Lingkungan muncul sebagai program

dengan prioritas masalah no 2. Program Kesehatan Lingkungan memiliki

tujuan menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan

sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko

timbulnya penyakit menular di masyarakat.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia berpedoman

pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan pada tahun 1992.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menggambarkan keadaan dan masalah

kesehatan. Di Indonesia dalam dua dekade terakhir sampai menjelang tahun

2000 secara menyeluruh dan mencakup berbagai segi yang sangat luas dan

komplek, yang di kelompokan dalam beberapa kategori prioritas sebagai

berikut :

a. Peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektoral.

b. Pendidikan kesehatan masyarakat.

c. Angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi.

d. Manajemen dan pelaksanaan upaya kesehatan.

e. Sumber daya, terutama tenaga dan dana yang masih terbatas.

f. Hal-hal yang dapat menyebabkan cacat fisik dan gangguan jiwa.

B. PERMASALAHAN PROGRAM PUSKESMAS

Berdasarkan hasil data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas

Banyumas tentang 6 program pokok Puskesmas Banyumas pada tahun 2009,

maka diperoleh masalah sebagai berikut :

1. Pelayanan KIA tahun 2009, ibu hamil yang mendapatkan pelayanan K-4

83,35%. Standar pelayanan minimal untuk cakupan kunjungan ibu hamil,

K-4 sebesar 95%. Dengan demikian kecamatan rawalo masih belum

memenuhi SPM yang diharapkan.

5

Page 6: ikm

2. Program P2M, dalam hal penemuan kasus ISPA kurang dari target ( 10 %

x jumlah balita(3.770) = 377 )

3. Program pembinan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, pelayanan

kesehatan lingkungan pada tahun 2009 baru mencapai 65,3 % dan belum

mencapai SPM yang seharusnya 70%.

4. Program pelayanan gizi masyarakat, ibu yang mendapat tablet Fe (90

tablet) adalah 83,3 % , dibandingkan dengan SPM (90 %), berarti belum

mencapai SPM.

Dari data sekunder yang didapatkan, kami mengangkat permasalahan

tentang program Kesehatan Lingkungan sebagai salah satu masalah dalam

program Puskesmas Rawalo, oleh karena kurang tercapainya target standar

pelayanan minimal di bidang kesehatan lingkungan untuk tahun 2009.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan

prioritas masalah dari 6 program pokok Puskesmas Rawalo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah

Kecamatan Rawalo.

b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas Rawalo

sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas

Rawalo.

d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan

di Puskesmas Rawalo Kabupaten Banyumas.

e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program-

program Puskesmas Rawalo.

f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada

program-program kesehatan di Puskesmas Rawalo Kabupaten

Banyumas.

6

Page 7: ikm

D. MANFAAT PENULISAN

1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan

yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas Rawalo.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi

dalam kinerja Puskesmas.

3. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna

mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan

individu pada khususnya.

4. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan yang masih dimiliki oleh

Puskesmas

7

Page 8: ikm

BAB II

ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

(ANALISA SISTEM PADA PROGRAM KESEHATAN)

I. ANALISIS POTENSI

A. INPUT

1. Man

Staf Puskesmas terdiri dari 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 18 Bidan,

5 perawat, staf administrasi sebanyak 7 orang, petugas obat sebanyak 2

orang, petugas gizi sebanyak 1 orang, petugas promosi kesehatan sebanyak

1 orang, petugas P2M sebanyak 1 orang, petugas KIA dan KB sebanyak

2 orang petugas kesehatan lingkungan sebanyak 1 orang, petugas

laboratorium sebanyak 1 orang, dan sopir ambulans 2 orang. Beberapa staf

mempunyai dua pekerjaan yang berbeda seperti petugas loket dan petugas

obat.

2. Money

Dana untuk kegiatan program Puskesmas Rawalo berasal dari

APBD 1 dan 2 Kabupaten Banyumas, dan APBN. Dana untuk kegiatan

program Kesling sendiri berasal dari APBD 2.

3. Material

Logistik, obat, vaksin berasal dari pihak kantor dinas kesehatan

tingkat II dan BKKBN Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya

disesuaikan dengan perencanaan yang telah diajukan oleh Puskesmas.

Alat-alat kedokteran :

1 unit mobil ambulans, 1 unit kulkas penyimpan vaksin, 7 termos

penyimpan vaksin, dan alat laboratorium sederhana. Alat-alat program

kesehatan lingkungan: register klinik sanitasi, status klinik sanitasi, alat

peraga penyaringan Fe dan Mn, alat pengambilan sampel air (botol

sampel, pinset, dan bubuk kaporit), formulir kegiatan pelaporan bulanan,

inventarisasi tahunan (Sarana Sanitasi Dasar/SARSANDAS, Tempat-

8

Page 9: ikm

Tempat Umum/TTU, Tempat Pengolahan Makanan/TPM, Industri Rumah

Tangga/IRT), dan kendaraan pribadi petugas Penyehatan Lingkungan

puskesmas Rawalo.

4. Metode

Ketrampilan petugas Penyehatan Lingkungan (PL) diperoleh dari

pendidikan perguruan tinggi dan dari pelatihan-pelatihan yang diadakan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan secara

insidensil yang hanya berfungsi sebagai refreshing ilmu-ilmu baru.

Prosedur kerja dilakukan berdasarkan kasus yang dilaporkan dari

masyarakat ke Balai Pengobatan Puskesmas atau pasien rawat inap untuk

kemudian dilaporkan ke klinik sanitasi, seperti penyakit menular (Diare,

ISPA, cacingan, cacar air, DBD, Malaria, dan TB Paru). Bisa juga,

dilaporkan langsung dari perorangan atau per instansi ke klinik sanitasi

tanpa melalui perantara BP puskesmas. Kasus yang dilaporkan ini akan

ditinjau langsung oleh petugas Penyehatan Lingkungan untuk di cari

penyebab dan solusi/penanganan masalah yang muncul pada hari yang

sama dengan hari pelaporan kasus atau pada keesokan harinya, paling

lambat 2 hari setelah pelaporan kasus. Kebijaksanaan Puskesmas terhadap

laporan mayarakat (kasus) bekerja sama dengan dinas kesehatan wilayah

Banyumas.

5. Minute

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program dilaksanakan sesuai

jadwal yang telah direncanakan dari petugas PL (Pengawas Lingkungan)

dan Dinkes (Dinas Kesehatan), yaitu perbulan untuk register bulanan. Dan

harian untuk kasus rawat inap atau kasus Balai Pengobatan Puskesmas

Rawalo yang dilaporkan ke klinik sanitasi.

6. Market

Sasaran masyarakat pada program Kesehatan Lingkungan

(Kesling) tentang eradikasi penyakit yang berhubungan dengan Kesling

(Diare, ISPA, cacingan, cacar air, DBD, Malaria, dan TB Paru) ditujukan

kepada seluruh masyarakat wilayah kerja Puskesmas Rawalo.

9

Page 10: ikm

B. PROSES

1. Perencanaan (P1) :

Arah: sesuai dengan visi Puskesmas Rawalo 2010, yaitu “Dengan

Pelayanan Paripurna Kita Wujudkan Masyarakat Dan Lingkungan Yang

Sehat”. Untuk mempermudah mencapai visi tersebut, perencanaan

mengacu pada Standart Pelayanan Minimal (SPM) untuk program

Kesehatan Lingkungan yang sudah ditetapkan di tingkat Provinsi.

Tabel 2.1. Standart Pelayanan Minimal Program Kesehatan Lingkungan

No Jenis Pelayanan

Kedehatan

Lingkungan dan

Sanitasi Dasar

SPM Pencapaian

Target

pada tahun

2009

Indikator Kerja Target 2009

1. Pelayanan

Kesehatan

Lingkungan

Institusi yang dibina 70% 65,3%

2. Pelayanan Higiene

Sanitasi di tempat

umum

Tempat umum yang

memenuhi syarat 80% 48,60%

2. Pengorganisasian (P2)

Pengorganisasian terdiri dari kegiatan berikut:

a. Pertemuan dengan para kader Penyehatan Lingkungan di Posyandu

untuk menggalang kerjasama dan mengupdate informasi terbaru.

b. Rakor Puskesmas Rawalo setiap hari senin pagi.

c. Penggalangan kerjasama lintas sektoral dengan Dinas Peternakan

dan Dinas Pertanian.

d. Menyusun kesepakatan tentang pengambilan sampel lingkungan

yang hanya boleh dilakukan oleh sanitarian/Penyehatan Lingkungan

Puskesmas Rawalo.

10

Page 11: ikm

3. Penggerakan dan pelaksanaan program

Tim Penyehatan Lingkungan Puskesmas Rawalo bekerjasama

dengan masyarakat guna menidaklanjuti penyakit menular yang berbasis

lingkungan (Diare, ISPA, cacingan, cacar air, DBD, Malaria, dan TB

Paru), tetapi pergerakan dan pelaksanaan program kesehatan lingkungan

kurang optimal walaupun dari segi petugas penyehatan lingkungan sudah

maksimal. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat masih kurang akibat

keterbatasan ekonomi.

Jumlah frekuensi penyuluhan tentang kesehatan lingkungan masih

kurang akibat petugas penyehatan lingkungan yang masih sangat terbatas

yaitu hanya 1 orang, sehingga mengakibatkan penyampaian informasi

kurang maksimal. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kesadaran

masyarakat akan kesehatan masih kurang.

4. Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan

a. Dinas Kesehatan wilayah Bayumas

b. Petugas Penyehatan Lingkungan Puskesmas Rawalo

c. PWS = Pemantauan wilayah setempat

d. Kader Penyehatan Lingkungan Kecamatan Rawalo

e. Perangkat desa setempat

f. Dinas Peternakan Kabupaten Banyumas (untuk membantu

memantau wilayah peternakan atau Rumah Pemotongan Hewan)

g. Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas (untuk membantu memantau

Tempat Penyimpanan dan Penjualan Pestisida/TP4, dan memantau

kadar Cholinesterase/AChe

C. OUT PUT

Jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan

kesehatan puas pada petugas Penyehatan Lingkungan walaupun dari Standar

Pelayanan Kesehatan Komprehensif, belum melakukan 1 aspek, yaitu

preventif. Proses yang mengarah pada preventif belum dapat dilakukan karena

faktor keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Rasa puas dari masyarakat

ini timbul karena petugas Penyehatan Lingkungan di Puskesmas Rawalo aktif

11

Page 12: ikm

menindaklanjuti setiap laporan yang masuk baik laporan yang datang dari

Balai Pengobatan atau rawat inap Puskesmas Rawalo, maupun laporan dari

perorangan atau per instansi di wilayah kecamatan Rawalo.

D. EFFECT :

Dapat lebih menarik minat masyarakat kecamatan Rawalo untuk lebih

berperan aktif dalam menjaga kesehatan lingkungan, menanggulangi dan

menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan

yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular di

masyarakat.

E. OUTCOME (IMPACT)

Dampak program yang harapkan adalah menurunnya angka kejadian

penyakit yang berbasis pada lingkungan Diare, ISPA, cacingan, cacar air,

DBD, Malaria, dan TB Paru). Untuk mempermudah menilai outcome

digunakan indikator, yaitu: tingkat dan jenis morbiditas (kejadian sakit), dan

mortalitas (tingkat kematian spesifik berdasarkan sebab penyakit tertentu).

II. IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

Apabila kita menggunakan analisa SWOT mengenai masalah

Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Rawalo maka didapatkan informasi dan

hasil sebagai berikut :

1. Strenght

a. Sumber daya petugas Kesehatan Lingkungan

Untuk program Kesling Puskesmas Rawalo memiliki seorang tenaga

kesehatan yang bertugas sebagai petugas Kesehatan Lingkungan.

b. Sarana dan prasarana

Alat pengambilan sampel air (botol sampel, pinset, dan bubuk

kaporit), formulir kegiatan pelaporan bulanan, kendaraan pribadi

petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Rawalo, dan kendaraan

dinas Puskesmas Rawalo.

12

Page 13: ikm

c. Motivasi

Petugas Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Rawalo memiliki

motivasi yang kuat, loyal, dan mau bekerja keras untuk mengatasi

masalah pada penyakit yang berbasis lingkungan.

d. Pengetahuan dan Keterampilan

Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas Penyehatan Lingkungan

baik, tanggap, terampil, dan peduli terhadap informasi-informasi yang

didapat dari masyarakat mengenai permasalahan penyakit berbasis

lingkungan.

e. Lokasi

Puskesmas Rawalo memiliki letak yang strategis, yaitu di tepi jalur

utama Purwokerto-Cilacap-Bandung-Jakarta, sehingga memudahkan

akses pelayanan kesehatan dan penyampaian informasi dari

masyarakat mengenai adanya kasus-kasus penyakit yang berbasis

lingkungan.

2. Weakness

Hambatan pada sumber daya petugas Penyehatan Lingkungan:

1. Tenaga petugas Penyehatan Lingkungan kurang, mengakibatkan:

a. Sistem pendataan kurang efisien, karena petugas

yang terbatas maka tidak mungkin mendata semua institusi yang

akan dibina di wilayah kerja Puskesmas Rawalo yang luas

cakupannya.

b. Mobilitas petugas kesehatan terbatas karena hanya

mengandalkan tenaga seorang petugas Kesling saja.

c. Pembinaan institusi, pemantauan rumah sehat, dan

pelayanan hygiene sanitasi tempat-tempat umum terbatas.

d. Pemantauan Perilaku Hidup Sehat (PHBS) sangat

terbatas dan hanya dapat dilakukan secara acak yang dianggap

mampu mewakili wilayah tersebut.

e. Kurangnya frekuensi penyuluhan tentang

kesehatan lingkungan sehingga penyampaian informasi kurang

13

Page 14: ikm

maksimal. Hal ini kurang bisa mengajak masyarakat agar lebih

peduli terhadap kesehatan lingkungan di sekitarnya.

f. Ketidakefektifan klinik sanitasi di Puskesmas

Rawalo karena petugas Kesling tidak hanya mengurus hal ini saja.

2. Keterbatasan dana mengakibatkan:

a. Reward yang kurang sehingga minimnya tenaga

pembantu (kader-kader kesehatan) dalam program kesehatan

lingkungan.

b. Pembinaan institusi, pemantauan rumah sehat, dan

pelayanan hygiene sanitasi tempat-tempat umum terbatas.

c. Ruang gerak petugas Penyehatan Lingkungan

lebih terbatas sehingga mobilisasi petugas Penyehatan Lingkungan

untuk mencapai daerah-daerah yang jauh kurang terfasilitasi.

d. Peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung

program Kesling di wilayah kerja Puskesmas Rawalo terbatas.

e. Frekuensi penyuluhan program Kesling di wilayah

kerja Puskesmas Rawalo yang terbatas.

f. Minimnya dokumentasi kegiatan program Kesling

di wilayah kerja Puskesmas Rawalo.

g. Ketidakefektifan klinik sanitasi di Puskesmas

Rawalo karena kurangnya publikasi kepada masyarakat.

3. Hambatan yang terjadi pada lingkungan :

a. Sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Rawalo yang masih kurang.

b. Tingkat pendidikan yang masih rendah di Kecamatan Rawalo,

dimana ingkat pendidikan terbanyak adalah tidak tamat SD yaitu

sebesar (26,45 %).

c. Tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat Kecamatan Rawalo

yang masih kurang.

3. Opportunity

Pemantauan dari dinas kesehatan berupa feed back yang kurang.

Seharusnya feed back datang rutin setiap bulan, namun pada kenyataannya

terkadang feed back dari pusat tidak ada atau tidak rutin diberikan sehingga

14

Page 15: ikm

petugas Penyehatan Lingkungan Puskesmas kurang mengetahui tanggapan

dan prioritas program dari pusat yang harus dilaksanakan oleh petugas

Penyehatan Lingkungan Puskesmas.

4. Threat

Wilayah di Rawalo tidak semua mudah dijangkau dan ada yang

jaraknya sangat jauh, sehingga mengakibatkan sulit untuk melakukan

koordinasi. Namun yang lebih penting masyarakat kurang peduli diajak

bekerja sama dalam kegiatan pemberantasan penyakit menular ataupun

penyakit lainnya yang berbasis lingkungan. Hal ini mungkin diakibatkan

karena kesadaran dan sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang masih

kurang.

Kesimpulan :

Dari hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi

adalah masih belum tercapainya Standar Pelayanan Minimal (SPM) program

Kesling di wilayah kerja Puskesmas Rawalo. Kurangnya tenaga petugas kesehatan

yang bergerak di bidang Kesling, pendanaan yang terbatas, dan kurangnya

partisipasi masyarakat ditengarai sebagai penyebab belum tercapainya Standar

Pelayanan Minimal tersebut. Selain itu feedback dari dinas pusat terkait yang

kurang berjalan sebagaimana mestinya ikut mempengaruhi kurangnya pencapaian

standar minimal yang seharusnya dapat dicapai Puskesmas Rawalo.

15

Page 16: ikm

BAB III

PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF

PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Kesehatan Lingkungan

Paradigma Kesehatan Lingkungan pada hakekatnya juga merupakan

model patogenesis kejadian penyakit. Program kesehatan lingkungan meliputi:

(a) melaksanakan kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan, (b)

melakukan pemeriksaan tempat-tempat umum (TTU), tempat pengelolaan

makanan (TPM), tempat penjualan dan penyimpanan pestisida, (c) melakukan

pembinaan/penyuluhan kepada masyarakat tentang sarana air minum dan

jamban keluarga (SAMIJAGA), (d) membantu kepala puskesmas dalam

membuat perencanaan, dan (e) membantu kepala puskesmas membuat

laporan.

Sesuai dengan health reform, fungsi puskesmas yang tadinya lebih

berorientasi kepada upaya kuratif dan rehabilitatif, bergeser kepada upaya

preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Fungsi puskesmas juga makin kompleks yakni sebagai pusat pemberdayaan

masyarakat, serta pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama yaitu

meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private good) dengan tujuan utama

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mencegah

penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Tetapi sayangnya,

aspek preventif belum dapat dilaksanakan pada program Kesehatan

Lingkungan Puskesmas Rawalo karena jumlah tenaga Penyehatan Lingkungan

yang masih minim.

Tenaga kesehatan masyarakat, jenis tenaga yang termasuk adalah

sanitarian, entomolog kesehatan, penyuluhan kesehatan, epidemiolog

kesehatan dan tenaga gizi, asisten apoteker dan analis laboratorium. Sanitarian

16

Page 17: ikm

adalah tenaga yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara

penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengamatan,

pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka perbaikan kwalitas

kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan

cara-cara hidup bersih dan sehat. Di puskesmas Rawalo, semua tugas tenaga

kesehatan masyarakat tersebut hanya dibebankan pada 1 orang sehingga

kinerja program Kesehatan Lingkungan menjadi kurang maksimal.

Indonesia Sehat 2010 merupakan salah satu program pembangunan

kesehatan berupa visi tentang mewujudkan masyarakat Indonesia yang secara

mandiri mampu menjaga maupun meningkatkan derajat kesehatan pribadi

maupun keluarganya. Ditetapkan 50 indikator (terbagi dalam 6 program

pembangunan kesehatan) yang harus dicapai untuk bisa disebut Indonesia

Sehat 2010, yaitu : (1) Lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan

masyarakat, (2) Upaya kesehatan, (3) Perbaikan gizi masyarakat, (4) Sumber

daya kesehatan, (5) Obat, makanan dan bahan berbahaya, dan (6) Kebijakan

dan manajemen pembangunan kesehatan. Apabila kita kaji lebih jauh, tujuan

yang ingin dicapai pemerintah untuk menuju Indonesia Sehat 2010 yaitu :

1. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang berkualitas,

terjangkau masyarakat (baik dari segi tempat maupun pembiayaannya),

serta berfungsi secara efektif dan efisien. (kuratif dan rehabilitatif).

2. Terbentuknya kemandirian masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap

masalah kesehatan (baik untuk dirinya, keluarga, maupun masyarakat di

sekitarnya) serta ikut berperan aktif bersama petugas kesehatan di

wilayahnya dalam rangka mencegah timbulnya penyakit (promotif dan

preventif).

3. Mampu menggalang dukungan dari berbagai pihak (terutama pemerintah

daerah) dalam hal penyediaan anggaran maupun penerbitan Perda bidang

kesehatan.

Tetapi ini tidak akan berarti apabila masyarakat masih belum memiliki

kemandirian untuk mewujudkan kesehatannya pribadi maupun keluarganya.

Rendahnya kesadaran untuk menjaga kesehatan lingkungan, pola makan yang

tidak sehat, kebiasaan untuk mencemari lingkungan, serta kurangnya

17

Page 18: ikm

kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan yang ada di sekitarnya,

secara signifikan telah meningkatkan angka kesakitan di wilayahnya.

Penyuluhan kesehatan oleh petugas maupun program-program kesehatan

lingkungan yang sudah dianggarkan (jamban sehat, warung sehat, jumat

bersih, dan lain sebagainya) tidak bisa memberikan hasil maksimal. Padahal,

di sisi inilah pokok masalah yang sebenarnya. Pada tataran promosi dan

pencegahan, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat secara aktif.

Masyarakat diharapkan mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan

kesehatan yang berkesinambungan termasuk dalam menjaga kesehatan

lingkungan di sekitarnya. Tetapi, kesadaran masyarakat di kecamatan Rawalo

akan kesehatan lingkungan masih kurang karena status sosial ekonomi yang

masih di bawah rata-rata sehingga kurang mendukung untuk tercapainya

untuk meningkatkan kesehatan lingkungan.

Tugas rangkap adalah beban beberapa tugas yang diberikan pada 1

orang, artinya petugas melaksanakan tugas pokok dan juga malaksanakan

tugas lain yang diberikan pada hari yang sama seperti posyandu, promosi

kesehatan, kesehatan lingkungan, P2M. Dengan beban tugas ganda

pencapaian tugas di lapangan akan kurang maksimal, sehingga membutuhkan

tenaga pembantu seperti kader. Tetapi, dana di puskesmas Rawalo masih

kurang sehingga untuk pembiayaan kader tidak ada, dan ini berimbas kepada

tugas lapangan yang tidak bisa mencakup wilayah kecamatan Rawalo secara

keseluruhan

B. Alternatif Pemecahan Masalah

Melihat hasil analisis SWOT pada BAB II, didapatkan isu strategis

yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kurangnya jumlah petugas

kesehatan lingkungan di Kecamatan Rawalo. Strategi ini berdasarkan analisis

SWOT dianggap paling realistis, mengingat jika orientasi pemecahan masalah

ini lebih ke arah interna Puskesmas, maka lebih banyak kesulitan, terutama

masalah terbatasnya tenaga kesehatan lingkungan dan luasnya wilayah kerja

Kecamatan Rawalo yang membawahi 9 desa.

Melihat hasil analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat

dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi :

18

Page 19: ikm

1. Penambahan tenaga petugas Penyehatan Lingkungan, agar:

a. Sistem pendataan lebih efisien, karena bisa menghemat waktu bila

dikerjakan dengan jumlah tenaga yang lebih banyak dan juga lebih

memperluas ruang gerak pendataan.

b. Dapat menambah frekuensi penyuluhan tentang kesehatan lingkungan

sehingga penyampaian informasi lebih maksimal yang berimbas

kepada peningkatan kesadaran masyarakat akan Kesehatan

Lingkungan.

c. Pembinaan institusi, pemantauan rumah sehat, dan pelayanan hygiene

sanitasi tempat-tempat umum dapat terlaksana secara merata dan

mencakup semua wilayah kerja Puskesmas Rawalo.

d. Pemantauan terhadap Perilaku Hidup Sehat (PHBS) masyarakat dapat

tercakup semua sesuai wilayah kerja Puskesmas Rawalo, dan tidak lagi

karena keterbatasan tenaga kerja sehingga hanya dilakukan secara acak

yang dianggap mewakili populasi suatu wilayah.

e. Memaksimalkan pelayanan klinik sanitasi.

f. Perekrutan kader kesehatan lingkungan.

2. Penambahan dana program Kesehatan Lingkungan, agar:

a. Dapat memberi reward pada tenaga pembantu dalam program

Kesehatan Lingkungan, yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja

petugas Penyehatan Lingkungan.

b. Dapat memfasilitasi pergerakan dan pelaksanaan program Kesehatan

Lingkungan untuk mencapai daerah-daerah yang jauh sehingga

memperluas ruang gerak pendataan.

c. Dapat memfasilitasi proses pembinaan institusi, pemantauan rumah

sehat, dan pelayanan hygiene sanitasi tempat-tempat umum sehingga

dapat dilakukan secara merata sesuai wilayah kerja Puskesmas

Rawalo.

d. Dapat memfasilitasi pemantauan Perilaku Hidup Sehat (PHBS)

masyarakat Rawalo sehingga dapat terpantau semua lapisan

masyarakat di Rawalo secara keseluruhan.

19

Page 20: ikm

e. Dapat membuat dokumentasi kegiatan sehingga kegiatan program

Kesehatan Lingkungan lebih terpublikasi dan dapat dijadikan pedoman

pelaksanaan program Kesling selanjutnya.

f. Dapat menambah frekuensi penyuluhan dengan dana yang mencukupi.

g. Meningkatkan jumlah peralatan sehingga dapat lebih mempermudah

kinerja petugas Kesehatan Lingkungan.

3. Peningkatan efektifitas klinik sanitasi yang sudah ada di Puskesmas

Rawalo guna melayani masyarakat yang menginginkan untuk mencari

informasi atau atau berkonsultasi mengenai penyakit yang berhubungan

dengan kesehatan lingkungan. Peningkatan efektifitas klinik sanitasi dapat

dilakukan dengan cara promosi kepada masyarakat mengenai pentingnya

klinik sanitasi sebagai upaya preventif penyakit berbasis lingkungan.

4. Pembuatan poster mengenai kesehatan lingkungan, contoh : rumah sehat,

jamban sehat, perilaku hidup sehat, pencegahan infeksi menular, hingga

upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan sehingga masyarakat

sadar dan tahu apa saja penyakit yang disebabkan karena lingkungan yang

tidak sehat beserta cara pencegahannya.

20

Page 21: ikm

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pemilihan program Kesehatan Lingkungan sebagai salah satu masalah

dalam program Puskesmas Rawalo adalah kurang tercapainya target

standar pelayanan minimal di bidang kesehatan lingkungan untuk tahun

2009.

2. Dampak program yang harapkan adalah menurunnya angka kejadian

penyakit yang berbasis pada lingkungan antara lain Diare, ISPA,

cacingan, cacar air, DBD, Malaria, dan TB Paru.

3. Beberapa hal yang menjadi dasar kurang tercapainya program Kesehatan

Lingkungan di Puskesmas Rawalo adalah :

a. Tenaga petugas Kesehatan Lingkungan kurang.

b. Keterbatasan dana.

c. Kesadaran masyarakat yang masih kurang.

d. Ketidakefektifan klinik sanitasi di Puskesmas Rawalo.

4. Kekuatan yang paling mendukung program Kesehatan Lingkungan di

Puskesmas Rawalo adalah :

a. Petugas kesehatan lingkungan memiliki motivasi yang kuat.

b. Lokasi Puskesmas Rawalo yang strategis yang memungkinkan akses

pelayanan kesehatan dan pelaporan kejadian penyakit berbasis

lingkungan berjalan lancar.

c. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas Kesehatan Lingkungan

baik, tanggap, terampil, dan peduli.

5. Alternatif pemecahan dapat berupa :

a. Penambahan tenaga petugas Penyehatan Lingkungan.

b. Penambahan dana program Kesehatan Lingkungan.

c. Peningkatan efektifitas klinik sanitasi di Puskesmas Rawalo.

d. Peningkatan promosi program Kesling pada masyarakat wilayah kerja

Puskesmas Rawalo.

21

Page 22: ikm

B. SARAN

1. Meningkatkan kinerja program Kesehatan Lingkungan yang telah ada di

Puskesmas Rawalo, karena walau hanya dengan tenaga 1 orang dengan

beban tugas yang begitu banyak, namun diharapkan mampu memperbaiki

pembangunan kesehatan masyarakat Rawalo terutama di bidang promotif

dan preventif menjadi sebuah paradigma sehat .

2. Tetap mengupayakan program promotif dan preventif guna melengkapi

program comprehensive health care lainnya yang telah ada, seperti

kuratif dan rehabilitatif.

3. Lebih mengenalkan dan membudidayakan klinik sanitasi lingkungan

kepada masyarakat Rawalo dan sekitarnya.

22

Page 23: ikm

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC.

Notoatmojo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip- Prinsip Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Profil Kesehatan Puskesmas Rawalo Tahun 2009.

Rencana Pelaksanaan Kegitan (RPK) Puskesmas Rawalo Tahun 2010.

23

Page 24: ikm

Lampiran

ANALISIS MASALAH

A. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas

Banyumas tentang 6 program pokok Puskesmas Banyumas pada tahun 2009,

maka diperoleh masalah sebagai berikut :

1. Pelayanan KIA tahun 2009, ibu hamil yang mendapatkan pelayanan K-4

83,35%. Standar pelayanan minimal untuk cakupan kunjungan ibu hamil,

K-4 sebesar 95%. Dengan demikian kecamatan rawalo masih belum

memenuhi SPM yang diharapkan.

2. Program P2M, dalam hal penemuan kasus ISPA kurang dari target ( 10 %

x jumlah balita(3.770) = 377 )

3. Program pembinan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, pelayanan

kesehatan lingkungan pada tahun 2009 baru mencapai 65,3 % dan belum

mencapai SPM yang seharusnya 70%.

4. Program pelayanan gizi masyarakat, ibu yang mendapat tablet Fe (90

tablet) adalah 83,3 % , dibandingkan dengan SPM (90 %), berarti belum

mencapai SPM.

B. Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah di Kecamatan Banyumas dengan

menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Untuk keperluan ini digunakan 4

kelompok kriteria, yaitu:

1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah

2. Kelompok kriteria B : kegawatan masalah, penilaian terhadap

dampak, urgensi dan biaya

3. Kelompok kriteria C : kemudahan dalam penanggulangan,

yaitu penilaian terhadap tingkat kesulitan

penanggulangan masalah

4. Kelompok kriteria D : PEARL faktor, yaitu penilaian terhadap

propriety, economic, acceptability,

resources availability, legality

24

Page 25: ikm

Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah di

Puskesmas Rawalo adalah sebagai berikut :

D.1. Kriteria A (besarnya masalah)

Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari besarnya

penduduk yang terkena efek langsung.

Tabel 1. Kriteria A (besarnya masalah)

Masalah

kesehatan

Besarnya masalah dari data sekunder Puskesmas

Banyumas (%)

Nilai

0-20

(1)

21-40

(2)

41-60

(3)

61-80

(4)

81-100

(5)

Pelayanan KIA X 5

Program P2M X 1

Program

pembinan

kesehatan

lingkungan dan

sanitasi dasar

X 4

Program

pelayanan gizi

masyarakat

X 5

D.2. Kriteria B (kegawatan masalah)

Kegawatan : (paling cepat mengakibatkan kematiaan)

1. Tidak gawat

2. Kurang gawat

3. Cukup gawat

4. Gawat

5. Sangat gawat

25

Page 26: ikm

Urgensi : (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat

menyebabkan kematian)

1. Tidak urgen

2. Kurang urgen

3. Cukup urgen

4. Urgen

5. Sangat urgen

Biaya : (biaya penanggulangan)

1. Sangat murah

2. Murah

3. Cukup mahal

4. Mahal

5. Sangat mahal

Tabel 2. Kriteria B (kegawatan masalah)

Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Nilai

Pelayanan KIA 4 4 4 12

Program P2M 3 4 4 10

Program pembinan

kesehatan lingkungan

dan sanitasi dasar

2 4 2 7

Program pelayanan gizi

masyarakat

1 3 4 7

D.3. Kriteria C (penanggulangan masalah)

Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang harus

dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia mampu

menyelesaikan masalah: makin sulit dalam penanggulangan, skor yang

diberikan makin kecil.

1. Sangat sulit di tanggulangi

2. Sulit ditanggulangi

3. Cukup bisa ditanggulangi

26

Page 27: ikm

4. Mudah ditanggulangi

5. Sangat mudah ditanggulangi

Pada tahap ini dilakukan pengambilan suara dari 4 orang yang

kemudian dirata-rata untuk menentukan skor, dimana skor tertinggi

merupakan masalah yang paling mudah ditanggulangi.

Adapun hasil konsensus tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan KIA = (3+3+3)/3= 3

2. Program P2M = (3+4+5)/3= 4

3. Program pembinan kesehatan lingkungan dan

sanitasi dasar = (4+5+5) = 4,7

4. Program pelayanan gizi masyarakat = (3+4+3)/3 =

3,3

D.4. Kriteria D (PEARL faktor)

1. Propriety : kesesuaian (1/0)

2. Econimic : ekonomi murah (1/0)

3. Acceptability : dapat diterima (1/0)

4. Resources availability : tersedianya sumber daya (1/0)

5. Legality : legalitas terjamin (1/0)

Tabel 3. Kriteria D (PEARL faktor)

Masalah P E A R L Hasil

Perkalian

Pelayanan KIA 1 1 1 1 1 1

Program P2M 1 1 1 1 1 1

Program pembinan

kesehatan

lingkungan dan

sanitasi dasar

1 1 1 1 1 1

Program pelayanan

gizi masyarakat

1 0 1 1 1 0

27

Page 28: ikm

Penetapan nilai

Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai tersebut

dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :

Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C

Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D

Tabel 4. Penetepan nilai

Masalah A B C D NPD NPT Urutan

prioritasP E A R L

Pelayanan KIA 5 12 3 1 1 1 1 1 51 51 II

Program P2M 1 10 4 1 1 1 1 1 44 44 III

Program

pembinan

kesehatan

lingkungan dan

sanitasi dasar

4 7 4,7 1 1 1 1 1 51,7 51,7 I

Program

pelayanan gizi

masyarakat

5 7 3,3 1 0 1 1 1 39,6 0 IV

Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan

prioritas masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Program pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar

2. Pelayanan KIA

3. Program P2M

4. Program pelayanan gizi masyarakat

Dari hasil penentuan prioritas masalah dengan metode Hanlon kuantitatif maka

diperoleh prioritas masalah kesehatan pertama di kecamatan Rawalo yaitu

Program pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.

28