ikm kb final
TRANSCRIPT
Mata Ujian : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Hari / Tanggal Pengambilan Data : Jumat 12 november 2010 – Selasa 16 november 2010
Puskesmas : Kecamatan Tanjung Priok
Tempat Ujian : FK Unika Atma Jaya
Nama mahasiswa : Vivian Gunawan Tanda tangan
NIM : 2008-61-017 -------------------
JUDUL TUGAS
EVALUASI KINERJA PUSKESMAS KECAMATAN TANJUNG PRIOKUNTUK
PELAKSANAAN PROGRAM KB
PERIODE Agustus 2010 – Oktober 2010
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan Keluarga Berencana di Puskesmas adalah bagian dari pelayanan medis yang
perencanaannya berdasarkan analisis data dan kebutuhan setempat, hasil pelayanan tahun
sebelumnya serta arah kebijaksanaan pembangunan kesehatan yang ditetapkan kabupaten
setempat. Pelayanan KB yang menyeluruh terpadu dan merupakan implementasi dari program
Keluarga Berencana Nasional dengan jalan pengaturan kehamilan baik jumlah kehamilan
maupun jarak antar kehamilan.
1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana
Fakta-fakta yang melatarbelakangi pentingnya gerakan KB nasional sebagai program
nasional, antara lain:
1. Jumlah penduduk yang besar.
Jumlah penduduk Indonesia menduduki urutan keempat terbesar di dunia sesudah
RRC, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang besar merupakan modal bagi
pembangunan, tetapi pembangunan membutuhkan kualitas manusia yang tinggi. Jumlah
penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah dapat menjadi bebean pembangunan
dan bisa menjadi ancaman pembangunan yang perlu diwaspadai.
2. Laju pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan di Indonesia tergolong tinggi, menurut sensus penduduk tahun
1980 jumlah penduduk Indonesia 147,4 jiwa. Sedangkan sensus penduduk tahun 1990
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia 179,9 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,97%
3. Struktur umur yang kurang menguntungkan
Struktur umur penduduk Indonesia menunjukkan bahwa kelompok usia muda relatif
besar. Berdasarkan sensus 1990 sekitar 36,49% dari penduduk Indonesia berada pada
kelompok usia di bawah 15 tahun dan sekitar 3,88% berusia diatas 65 tahun, sedangkan
kelompok usia kerja sekitar 59,62%. Berdasarkan proyeksi penduduk yang ada,
tambahan pasangan usia subur tiap tahun masih tinggi sekitar 700-800ribu orang. Jumlah
PUS berkembang menjadi sekitar 25% dari seluruh penduduk yang ada.
4. Persebaran penduduk yang kurang seimbang
Hasil sensus tahun 1990, menunjukkan bahwa sekitar 60% penduduk Indonesia
berdiam di pulau Jawa dan Bali. Persebaran penduduk yang kurang menguntungkan ini
berdampak pada perthananan keamanan, ekonomi, sosial budaya dan politik serta
pembangunan pada umumnya.
Maka daripada itu program Keluarga Berencana mempunyai tujuan umum yaitu
meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam rangka terwujudnya norma keluarga kecil, bahagia,
sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian pertumbuhan penduduk. Dan tujuan khusus berupa :
1. Tercapainya peningkatan status kesehatan ibu
2. Tersedianya pelayanan kontrasepsi yang berkualitas
3. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kontrasepsi
4. Terpenuhinya kebutuhan keluarga dan calon pengantin akan pelayanan konseling
Keluarga Berencana
5. Tersedianya pelayanan infertilitas
1.2 Tujuan Evaluasi Program Keluarga Berencana
Tujuan Umum Evaluasi Program/ Keluarga Berencana
Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan dan hasil kegiatan program
Keluarga Berencana dalam periode tiga bulan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan yang
telah dicapai dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana dan permasalahan dalam program
keluarga berencana.
Tujuan Khusus EvaluasiProgram Keluarga Berencana
1. Mengevaluasi tercapainya target Jangkauan pelayanan yaitu:
a. Jumlah akseptor baru yaitu 70% dari target daerah yang telah ditentukan oleh
BKKBN
b. Jumlah seluruh peserta aktif yang dibina yaitu 58% dari PUS
c. Jumlah peserta yang menggunakan MKET 51,6% dari standart PA
d. Efek samping MKET yang dilayani ≤12,6/1000 dari jumlah yang menggunakan
MKET
e. Komplikasi MKET yang dilayani ≤3,7/1000 dari jumlah yang menggunakan
MKET
f. Kegagalan MKET yang dilayani ≤1,9/1000 dari jumlah yang menggunakan
MKET
2. Mengevaluasi tercapainya target Pembinaan peserta KB
a. Target peserta aktif yang menggunakan MKET adalah 70% dari peserta aktif
b. Target Drop Out untuk metode KB (IUD,MOP,MOW, Implan, suntik, pil,
kondom) sebesar 0%
1.3 Kegiatan Program Keluarga Berencana
Kegiatan program keluarga berencana meliputi:
1. Pelayanan KB pada calon pengantin
2. Pelayanan KB pada PUS yang belum mengikuti KB
3. Pelayanan KB untuk pasangan yang pernah mengikuti KB
4. Pelayanan KB untuk pasangan yang sedang mengikuti KB
5. Pelayanan KB bagi pasangan wanita yang akan memasuki masa menopause
Program KB yang ada di Puskesmas Kelurahan Kebon Bawang I, antara lain:
1. Pelayanan KB pada calon pengantin
2. Pelayanan KB pada PUS yang belum mengikuti KB
3. Pelayanan KB untuk pasangan yang pernah mengikuti KB
4. Pelayanan KB untuk pasangan yang sedang mengikuti KB
Sasaran Keluarga Berencana:
1. Pasangan calon pengantin yang ingin merencanakan jumlah anggota keluarganya
2. Pasangan usia subur yang belum mengikuti program KB
3. Pasangan usia subur yang pernah mengikuti progaram KB dan karena alasan tertentu
berhenti mengikuti program ini
4. Pasangan usia subur yang merupakan peserta aktif KB
5. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki akhir masa kesuburannya
(menopause)
1.4 Kontribusi Program Keluarga Berencana
Manfaat program keluarga berencana adalah tercapainya status kesehatan ibu, tersedianya
pelayanan kontrasepsi yang berkualitas, terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan
kontrasepsi, terpenuhinya kebutuhan keluarga dan calon pengantin akan pelayanan konseling
KB, dan tersedianya pelayanan infertilitas.
Dengan dijalankan program keluarga berencana sumbangsih yang akan diberikan adalah
permasalahan mengenai jumlah penduduk yang besar, laju pertumbuhan penduduk yang pesat,
struktur umur yang kurang menguntungkan serta persebaran penduduk yang kurang seimbang
dapat diatasi.
BAB II
KERANGKA EVALUASI
Kerangka Pikir
Keterangan:
1. Keluaran :
a. Jangkauan pelayanan
b. Pembinaan peran serta masyarakat
2. Proses :
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Pencatatan dan Pelaporan
Pengawasan
3. Masukan :
Tenaga
Dana
Sarana (medis & non medis)
Metode (medis & non medis)
4. Umpan Balik :
Lingkungan
Umpan Balik
Masukan Proses Keluaran Dampak
4
5
6
321
a. Rapat membahas laporan kegiatan
b. Rapat membahas laporan dari instansi lain atau masyarakat
5. Lingkungan :
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan non fisik
Dalam evaluasi program keluarga berencana, penulis menggunakan kerangka pikir untuk
mengevaluasi pelaksanaan program keluarga berencana di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
yaitu:
1. Data mengenai output dibandingkan target
2. Data primer dan sekunder dibandingkan dengan target
3. Menyusun prioritas masalah
4. Menyimpulkan penyebab masalah dan mampu memberi saran mampu laksana.
BAB III
ANALISA SITUASI
Cara pencarian data:
Pengumpulan data dalam laporan evaluasi ini dilakukan pada tanggal 12 November 2010 – 16
November 2010 di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok.
Jenis dataCara
pengambilan
Instrumen
yang
digunakan
Variabel
Data primer
Pemegang program keluarga
berencana (Bd. Arzunetri)
Wawancara Cek list - Metode medis dan non
medis pelayanan Keluarga
Berencana
- Perencanaan penyuluhan,
pelayanan medis,
pembinaan peran serta
masyrakat dalam program
Keluarga Berencana
- Pelaksanaan kegiatan
progran Keluarga
Berencana
- Cakupan program
Keluraga Berencana
- Pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan
program Keluarga
Berencana
- Pencatatan dan Pelaporan
program Keluarga
Berencana
- Pendanaan Program
PPLKB Kecamatan Tanjung
Priok : Ibu Wiwi
Observasi puskesmas
Observasi puskesmas
Wawancara
Observasi
kegiatan
puskesmas
Observasi
kegiatan
puskesmas
Cek List
Cek list
Keluarga Berencana dan
kendalanya.
- Rujukan kasus komplikasi
atau efek samping yang
tidak dapat ditangani
- Metode medis dan non
medis pelayanan Keluarga
Berencana
- Perencanaan penyuluhan,
pelayanan medis,
pembinaan peran serta
masyarakat dalam program
Keluarga Berencana
- Pelaksanaan kegiatan
progran Keluarga
- Pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan
program Keluarga
Berencana
- Pencatatan dan Pelaporan
program Keluarga
Berencana
- Kendala-kendala dalam
program KB
- Pencatatan dan pelaporan
program Keluarga
Berencana
- Pelayanan program
Sampel Peserta KB
Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok dan Puskesmas
Kelurahan Kebon Bawang II
Pengambilan
sampel secara
random
Status Peserta
KB periode
Agustus 2010
-Oktober
2010
Keluarga Berencana
- Penyuluhan program
Keluarga Berencana
- Poster program Keluarga
Berencana
- Umur peserta KB
- Jumlah anak peserta KB
- Metode KB
- Konseling/penyuluhan
perorangan KB
- Komplikasi KB
- Kegagalan KB
Data sekunder
Data geografi Kecamatan
Puskesmas Tanjung Priok
Laporan Kependudukan dan
Catatan Sipil Kecamatan
Tanjung Priok
Laporan tahunan Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok
Laporan bulanan pelayanan
-
-
-
-
-
-
Data umum berupa geografi
Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok
Data umum berupa distribusi
penduduk menurut jenis
kelamin,golongan umur,jenis
pekerjaan.
Data khusus berupa struktur
organisasi dan data umum
berupa jumlah fasilitas
kesehatan dan jumlah kader
aktif
Data khusus berupa jumlah
KB pada Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok dan
Puskesmas Kelurahan Kebon
Bawang II periode Agustus
2010-oktober 2010
Laporan bulanan
pengendalian lapangan
program Keluarga Berencana
pada Puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok dan Puskesmas
Kelurahan Kebon Bawang II
periode Agustus 2010-oktober
2010
-
-
-
-
peserta KB baru serta
kegagalan,komplikasi,efek
samping KB
Data khusus berupa jumlah
peserta KB aktif dan data
umum berupa jumlah WUS
dan PUS
DATA UMUM
1. Data geografis Alamat Puskesmas : Jl. Bugis No. 63, Kelurahan Kebon Bawang, Kecamatan
Tanjung Priok, Jakarta Utara. Luas Wilayah : 25,1255 Km² , membawahi 14 puskesmas, 103 RW dan
1272 RT. Batas Wilayah :
Utara : Pantai Laut Jawa Selatan : Jl. Raya Sunter Kemayoran, Kecamatan Kemayoran Barat : Kecamatan Pademangan Timur : Jl. Yos Sudarso, Kecamatan Koja, dan Kelapa Gading
Kondisi Geografis :
Topologi : Wilayah dengan ketinggian 0,5 - 1 M di atas permukaan laut.
Geologi : Lapisan tanah yang membentuk daratan adalah batuan kedap (sedimen) yang berada 50 M di bawah permukaan tanah. Batuan ini tidak compact (padat) tetapi permeabel sehingga air tanahnya terpengeruh intrusi oleh air laut.
Suhu udara rata-rata : 25 - 33 ºC
Lokasi dan transportasi Puskesmas :
Transportasi menuju Puskesmas relatif mudah didapat bagi penduduk sekitar yaitu dengan menggunakan motor, bajaj, becak atau angkutan umum. Lokasi Puskesmas berada di samping jalan besar. Puskesmas juga berada di lingkungan penduduk dengan tipe rumah sangat sederhana dan sederhana yang biasanya dihuni oleh beberapa kepala keluarga.
2. Data demografis Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Priok pada berdasarkaan hasil Survei Inventarisasi
Kelurahan Tahun 2009 sebanyak 312.349 jiwa dengan jumlah KK adalah 82.653 dan kepadatan penduduk 128.235 Jiwa/Ha
Perincian Luas Wilayah, Jumlah RT dan RW, Jumlah KK serta Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tanjung Priok Tahun 2009.
Distribusi penduduk :o Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Tanjung Priok tahun 2009
o Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan di Kecamatan Tanjung Priok tahun 2009
Data sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok tahun 2009
Perincian Luas Wilayah, Jumlah RT dan RW, Jumlah KK serta Kepadatan Penduduk di
Kecamatan Tanjung Priok Tahun 2009
No Kelurahan Luas Wilayah
(Ha)
Jumlah Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Kepadatan
RT RW
1 Sunter Agung 707 279 20 62.845 22.292 8.949
2 Sunter Jaya 468 222 14 58.515 13.325 12.710
3 Kebon Bawang 173 196 16 57.505 15.332 33.298
4 Papanggo 272 125 13 28.916 8.561 10.321
5 Warakas 109 183 14 50.007 11.588 45.945
6 Sungai Bambu 236 104 10 29.331 4.986 12.407
7 Tanjung Priok 559 157 16 25.511 6.569 4.605
Jumlah 2.524 1.266 103 312.349 82.653 128.235Sumber: hasil Survei Inventarisasi Kecamatan Tahun 2009
Distribusi Penduduk per Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Pada
Tahun 2009
No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Populasi 1. Sunter Agung 31.829 31.016 62.8452. Sunter Jaya 30.174 28.060 58.2343. Kebon Bawang 30.645 26.860 57.5054. Papanggo 13.560 15.356 28.9165. Warakas 25.432 24.575 50.0076. Sungai Bambu 14.893 14.436 29.3297. Tanjung Priok 12.081 13.430 25.511
Jumlah 158.614 153.733 312.347Sumber: hasil Survei Inventarisasi Kecamatan Tahun 2009
11%
20%
20%21%
23%5%
Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SDTamat SLP Tamat SLA Tamat Akademi/ PT
Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tanjung
Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Kecamatan Tanjung Priok Tahun 2009
No Kelurahan RS RB Poliklinik BKIA Puskesmas Jumlah
1 Sunter Agung 4 1 2 3 3 13
2 Sunter Jaya 0 2 3 4 2 11
3 Kebon Bawang 0 1 2 2 3 8
4 Papanggo 1 1 3 4 2 11
5 Warakas 0 1 2 1 1 5
6 Sungai Bambu 1 1 3 3 2 10
7 Tanjung Priok 2 1 4 3 1 11
Jumlah 8 8 19 20 14 69 (Sumber: Data Kesehatan Lingkungan Kecamatan Tanjung Priok tahun 2009)
DATA KHUSUS
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS KECAMATAN TANJUNG PRIOK
KEPALA PUSKESMASdr. Clara Fransisca
KASIE PENUNJANG DAN KESMAS
dr. Hanafi
UNIT FARMASIDra. Fince
UNIT LABORATORIUM.Kadek Lia Dwijanthy
UNIT RADIOLOGIRahmat Eko Mulyadi
UNIT PEMEL ALKESKaatje SW Patinama
UNIT GIZIRosdelina
UNIT FISIOTERAPI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
dr.Teddy D Mardjuki
PKM Kelurahan
KASIE PELAYANANdr. Teddy D Mardjuki
UNIT KES UMUMdr.Setio Indriatin
UNIT KES GILUTdrg. Yunita Setiawati
UNIT PEL 24 JAM AMBEngki Sukiah
UNIT PEL KBArzunetri
UNIT SPESIALISdr.Albert
UNIT KES KI – KAElis Mulyati
UNIT RBHerning Suprobowati
UNIT RAWAT INAP
UNIT OPERASI
KA SUBAG TATA USAHA DAN KEUANGAN
Mujiman,S.Sos.MM
Jumlah wanita usia subur Kecamatan Tanjung Priok periode Agustus – Oktober 2010
Bulan Jumlah wanita usia subur
Agustus 1012
September 1012
Oktober 1012
Jumlah pasangan usia subur Kecamatan Tanjung Priok periode Agustus - Oktober2010
Bulan Jumlah pasangan usia subur
Agustus 693
September 693
Oktober 693
Peserta KB baru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
Periode Agustus – Oktober 2010.
BULAN(2010)
SARANA KESEHATANJUMLAH
KLINIK KB POSYANDU SWASTA
IUD
IM
S P K OP
IUD
Im
S P K OP
IUD
Im
S P K OP
IUD
Im
S P K OP
Agustus 1 3 21 5 - - - - 1 2 - - - 1 15 2 - - 1 4 37 9 - -
September
- 4 20 6 3 - - - 2 5 - - 5 1 18 - - - 5 5 40 11 3 -
Oktober 4 - 24 8 1 - - - 2 2 - - 3 14 1 - - 7 - 40 11 1 -
TOTAL
5 7 65 19 4 - - 5 9 - - 8 2 47 3 - - 13 9 117 31 4 -
174
Peserta KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Periode Agustus –
Oktober 2010.
Bulan Jumlah
PUS
Jumlah Peserta KB Aktif Jumlah
IUD MO
P
MOW Im-
plan
Sun-
tik
Pil Kon-dom
Agustus 793 8 1 3 9 137 23 2 183
September 793 10 1 3 11 150 21 7 203
Oktober 793 18 1 3 3 159 30 2 216
Samping, Komplikasi, dan Kegagalan MKET Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kebon
Bawang I Periode Agustus 2010- Oktober 2010
Bulan Efek Samping Komplikasi Kegagalan
Agustus (–) (–) (–)
September (–) (–) (–)
Oktober (–) (–) (–)
PERHITUNGAN
Perhitungan Keluaran:
1. Jangkauan Akseptor Baru
Target dari BKKBN untuk Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok adalah 578
Peserta Baru dari bulan Agustus 2010 – oktober 2010 = 174
= 174/ 578 x 100% = 30,10 %
2. Peserta aktif
= 216/693 x 100% = 31,16 %
3. Jumlah yang menggunakan MKET
Akseptor baru = PB (peserta baru) / target x 100%
Peserta aktif = PA (peserta aktif) / PUS x 100%
= Jumlah kasus komplikasi MKET dlm 1 thn___ x 1000‰ Jumlah seluruh peserta MKET dalam tahun yang sama)
= 58 % x 693 = 401
= 27 /401 x 100 % = 6,73 %
4. Efek samping MKET yang dilayani
= 0 / 27x 1000 ‰ = 0 ‰
5. Komplikasi MKET yang dilayani
= 0 /27 x 1000 ‰ = 0 ‰
6. Kegagalan MKET yang dilayani
= 0 / 601 x 1000 ‰ = 0 ‰
=0 /27 x 1000 ‰ = 0 ‰
I. Persentase peserta aktif MKET
= 27/ 216x 100% = 12,5 %
II. D.O :
Standart PA : 58% x PUS
% = Jumlah seluruh pengguna MKET / St.PA x 100%
= Jumlah kasus efek samping MKET dlm 1 thn ___ x 1000‰ Jumlah seluruh peserta MKET dalam tahun yang sama
= Jumlah kasus kegagalan MKET dlm 1 thn___ _ x 1000‰ (Jumlah seluruh peserta MKET dalam tahun yang sama)
PA th sebelum + PB tahun penilaian – PA tahun penilaian x 100%
PA th sebelum + PB tahun penilaian
= Jumlah peserta aktif MKET _ x 100 % Jumlah seluruh peserta aktif KB
a. Akseptor IUD
8+13-18 x 100% = 14,28%
8+13
b. Akseptor implant
9+9-3 x 100% = 83 %
9+9
c. Akseptor suntik
137+117-159 x 100% = 37,4 %
137+117
d. Akseptor pil
23+31-30 x 100% = 44,44 %
23+31
e. Akseptor MOP
1+0-1 x 100% = 0%
1+0
f. Akseptor MOW
3 +0 – 3 x 100% = 0 %
3 + 0
g.Akseptor kondom
2+4-2 x 100% = 66,66%
2+4
No Variabel Hasil Yang Didapatkan Tolak Ukur Keberhasilan Variabel
ini
1. KELUARAN
a. Jangkauan
pelayanan
Jumlah
akseptor
baru
Jumlah
seluruh
peserta
aktif yang
dibina
Jumlah
peserta
aktif yang
mengguna
kan
MKET
Efek
samping
MKET
yang
dilayani
Komplikas
i MKET
yang
dilayani
Kegagalan
MKET
yang
30,10% dari target BKKBN
31,16% dari pasangan usia subur
6,37% dari target peserta aktif
0 / 1000 dari jumlah peserta
MKET.
0 / 1000 dari jumlah peserta
MKET.
0 / 1000 dari jumlah peserta
MKET
70% dari target daerah yang telah
ditentukan oleh BKKBN untuk
masing-masing puskesmas
58% dari PUS
51,6% dari peserta aktif
≤ 12,6/1000 dari jumlah yang
menggunakan MKET
≤ 3,7/1000 dari jumlah yang
menggunakan MKET
≤ 1,9/1000 dari jumlah yang
menggunakan MKET
dilayani
b. Pembinaan
peserta KB
1. % Peserta
aktif MKET
2. % DO
peserta KB
IUD
3. %DO
peserta KB
MOP
4. % DO
peserta KB
MOW
5. %DO
peserta KB
implant
6. % DO
peserta KB
suntik
7. % DO
peserta KB
pil
8. % DO
peserta KB
Kondom
% dari target peserta aktif
12.5 0%
14,28%
0%
0%
83%
37,4%
44,44%
66,66%
70 % dari jumlah peserta aktif
0 %
0 %
0 %
0 %
0 %
0%
0%
3. PROSESa. Perencanaan Ada rencana kerja yang
tertulis dan diketahui oleh
petugas
Ada rencana kerja tertulis dan
diketahui petugas
Perencanaan penyuluhan :
ada.
- Penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi
dilakukan
- Penyuluhan tentang
hamil dan melahirkan
dilakukan
- Penyuluhan tentang
resiko tinggi kehamilan
dilakukan
- Penyuluhan tentang
metode dan alat
kontrasepsi serta
Perencanaan penyuluhan : ada
Penyuluhan kesehatan
reproduksi
- Dilakukan di posyandu
dan puskesmas secara
berkelompok, kepada
wanita usia subur
- Dilakukan oleh bidan atau
PLKB dan kader pada saat
diadakan kegiatan
posyandu
Penyuluhan tentang hamil dan
melahirkan
- Dilakukan di posyandu
dan puskesmas secara
perorangan oleh bidan,
kepada ibu hamil saat
kunjungan
Penyuluhan tentang risiko
tinggi kehamilan
- Dilakukan di posyandu
dan puskesmas secara
berkelompok, kepada
wanita usia subur
- Dilakukan oleh bidan atau
PLKB dan kader pada saat
diadakan kegiatan
posyandu
Pengenalan metode dan alat
KB serta keuntungan dan
kerugiannya
keuntungan dan
kerugiannya
- Penyuluhan tentang
menopause dan penyakit
degeneratif ada
Perencanaan pelayanan
medis : ada
Pemberian imunisasi TT
kepada calon pengantin
Deteksi dini masalah
kesehatan yang dapat
menjadi resiko tinggi
kehamilan dan persalinan
Deteksi dini masalah
kesehatan reproduksi lain
Deteksi dini komplikasi,
efek samping dan
kegagalan penggunaan
alat kontrasepsi
Pemasangan / pemberian
alat kontrasepsi
- Dilakukan di posyandu
dan puskesmas secara
berkelompok, kepada
wanita usia subur
- Dilakukan oleh bidan atau
PLKB dan kader pada saat
diadakan kegiatan
posyandu
Perencanaan pelayanan medis :
ada
Pemeriksaan status kesehatan
pasangan calon pengantin
setiap hari kerja dan
pemberian imunisasi TT
kepada calon pengantin
Deteksi dini masalah kesehatan
yang dapat menjadi risiko
tinggi kehamilan dan
persalinan
Deteksi dini masalah kesehatan
reproduksi lainnya
Deteksi dini komplikasi, efek
samping, dan kegagalan
penggunaan alat kontrasepsi
Pemasangan / pemberian alat
kontrasepsi
B.Pengorgani-
sasian
C. Pelaksanaan
Deteksi dini masalah
kesehatan yang dapat
menjadi penyakit
degeneratif
Rujukan masalah
kesehatan yang tidak
dapat ditangani
Puskesmas
Perencanaan pembinaan
akseptor KB: ada
Perencanaan pembinaan
peran serta masyarakat ada
o Pembinaan PLKB
kepada PPKB, BKB,
BKR, UPPKS dan BKL
Struktur organisasi tertulis
ada
Pembagian tugas pegawai
ada
Seluruh kegiatan program
KB dilaksanakan oleh bidan
di bawah pengawasan
dokter Puskesmas
Pelaksanaan penyuluhan
KB hanya saat kunjungan
pasien dan ada keluhan
Frekuensi pembinaan
Rujukan maslah kesehatan
yang tidak dapat ditangani
puskesmas
Perencanaan pembinaan akseptor
KB : ada
Perencanaan pembinaan peran
serta masyarakat : ada
Pembinaan PPLKB ke PLKB,
BKB, UPPKS
Struktur organisasi tertulis : ada
Pembagian tugas pegawai jelas
dan tertulis
Seluruh kegiatan program KB
dilaksanakan oleh bidan di bawah
pengawasan dokter puskesmas
Pelaksanaan penyuluhan KB
minimal 12 kali/th
Frekuensi pembinaan peserta KB
akseptor IUD hanya ada jika
pasien datang untuk
kegiatan Posyandu dan jika
ada keluhan
Frekuensi pembinaan
akseptor implan hanya ada
jika pasien datang ke Klinik
KB dan jika ada keluhan
Frekuensi pembinaan
akseptor suntikan hanya ada
jika pasien datang ke Klinik
KB dan jika ada keluhan
Frekuensi pembinaan
akseptor kontap hanya ada
jika pasien datang ke Klinik
KB dan jika ada keluhan
Pelaksanaan pelayanan
medis hanya dilakukan
setiap hari Rabu dan Jumat
Pelaksanaan pemeriksaan
status kesehatan pasangan
calon pengantin / akseptor
baru hanya dilakukan setiap
hari Rabu dan Jumat
Pelaksanaan pemberian /
pemasangan alat kontrasepsi
hanya dilayani setiap hari
Rabu dan Jumat
Pelaksanaan rujukan kasus
yang tidak dapat ditangani
Puskesmas ada
IUD 2 kali/th
Frekuensi pembinaan peserta KB
implant 2 kali/th
Frekuensi pembinaan peserta KB
suntik 3 bulan,4 kali/th
Frekuensi pembinaan peserta KB
kontap 1 kali/th
Pelaksanaan pelayanan medis
setiap hari kerja
Pelaksanaan pemeriksaan status
kesehatan peserta KB baru setiap
hari kerja
Pelaksanaan pemberian /
pemasangan alat kontrasepsi
setiap hari kerja
Pelaksanaan rujukan kasus yang
tidak dapat ditangani puskesmas
d. Pencatatan
dan Pelaporan
e. Pengawasan
Pelaksanaan pembinaan
peran serta masyarakat tidak
dilakukan
Pencatatan akseptor KB
(baru dan aktif) secara
harian, bulanan, dan
tahunan : ada tetapi tidak
lengkap
Pencatatan dan pelaporan
alat kontrasepsi secara
harian, bulanan, dan
tahunan : ada
Pencatatan dan pelaporan
kegiatan secara harian,
bulanan, dan tahunan : ada
Ada supervisi dari kepala
puskesmas secara berkala
1x/bulan
Pelaksanaan pembinaan peran
serta masyarakat minimal 12
kali/tahun
Pencatatan peserta KB baru dan
aktif secara harian, bulanan,
tahunan : ada
Pencatatan dan pelaporan
kegiatan secara harian, bulanan,
dan tahunan : ada
Pencatatan dan pelaporan
kegiatan secara harian, bulanan,
dan tahunan : ada
Ada supervisi dari kepala puskesmas
secara berkala
4. MASUKAN
A. Tenaga Dokter : 4 orang dokter
umumWaktu kerja Senin–Kamis, pukul 07.30-16.00 WIB; Jumat pukul 07.30-16.30 WIB Tugas : 1. Melakukan kegiatan pelayanan kesehatan
1. Melayani rujukan dari KIA
2. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan
4.Melakukan rujukan keluar.
Bidan : 5 orangWaktu kerja Senin–Kamis, pukul 07.30-16.00 WIB; Jumat pukul 07.30-16.30 WIB
Tugas :1. Memberikan
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, menyusui dan nifas
2. Memberikan pelayanan KB, posyandu
3. Imunisasi bayi dan ibu hamil
4. Mengambil tindakan pertolongan pertama dalam kebidanan
5. Membuat laporan dan Pencatatan
6. Sebagai penanggung jawab program
Perawat/pembantu bidan : tidak ada
Dokter umum : 1 orang Waktu kerja Senin – Jumat, pukul 07.30 – 16.00 WIB
Tugas :
- Sebagai Kepala Puskesmas- Koordinator dan penanggung
jawab program- Melakukan pemeriksaan dan
pengobatan
Bidan : 2 orang Waktu kerja Senin – Jumat, pukul 07.30 – 16.00 WIB
Tugas :
- Pelaksanaan pelayanan KIA (ANC, KB, Imunisasi)
- Gizi - Posyandu
Perawat/Pembantu Bidan : 1 orangTugas : Membantu bidan dalam memberikan pelayanan KIA
Petugas Administrasi : 2 orang
Waktu kerja Senin–Kamis, pukul 07.30-16.00 WIB; Jumat pukul 07.30-16.30 WIB
Tugas :melaksanakan kegiatan administratif (berupa pencatatan, pelaporan data, dan sebagainya) dan Sistem Informasi Kesehatan
Hari dan jam kerja : Senin – Jumat 07.30-16.00, Sabtu sesuai piket jam 07.30-12.00
Puskesmas Kecamatan tidak mempunyai posyandu binaan, tidak ada kader.
Puskesmas Kelurahan Kebon Bawang II membawahi 6 posyandu. Memiliki 46 kader, dan diantaranya 40 orang merupakan kader aktif.
Petugas laboratorium : ada
Pembina PLKB Jumlah : 1 orang
dikantor Kecamatan Tanjung Priok
Waktu kerja : Senin – Jumat: 08.00-16.00
Tugas : membina dan mengkoordinasi PLKB
PLKB Jumlah : 2 orang di setiap
Petugas administrasi : 1 orangTugas : Melakukan kegiatan pencatatan
Kader : 5 orang / PosyanduTugas :Menjalankan program PosyanduMelaksanakan kunjungan rumahDeteksi dini gejala anemiaPencatatan dan pelaporanMendukung program Puskesmas
Petugas Laboratorium : 1 orang
Pembina PLKB Jumlah : 1 orang Waktu kerja :
Senin – Jumat, pk.08.00-16.00 Tugas : membina dan
mengkoordinasi PLKB
PLKB Jumlah : 1 orang Waktu kerja :
Senin – Jumat, pk.08.00-16.00Tugas : memberikan pembinaan
b. Dana
c.Sarana
1. Sarana Medis
SM
Inventaris
SM Habis
Dipakai
puskesmas kelurahan Kebon Bawang
Waktu kerja : Senin – Jumat: 08.00-16.00
Tugas : memberikan pembinaan tentang KB kepada masyrakat
Dana berasal dari APBN, APBD, dan swadana masyarakat, ada dan mencukupi
Ruang tindakan yang baik Bidan kit : 1 set, ada,
lengkap dan berfungsi baik Meja ginekologis : 1 buah,
ada dan berfungsi baik Implan kit : 2 set, ada,
lengkap dan berfungsi baik IUD kit : 2 set, ada, lengkap
dan berfungsi baik Tensimeter : 2 buah, ada dan
berfungsi baik Stetoskop : 1 buah, ada dan
berfungsi baik Timbangan dewasa : 1 buah,
ada dan berfungsi baik
IUD : jenis Cu-T, Lippes-loop,stoknya ada dan tidak pernah kosong
Implan : stok kosong.
Pil KB : jenis kombinasi stoknya ada dan tidak pernah kosong
Hormon untuk KB suntik : jenis Depo Progestin dan Cyclofem, stoknya ada dan tidak pernah kosong
Kondom : tersedia cukup dan kualitas baik
Alat suntik : jenis Dispossible tersedia cukup
tentang KB kepada masyarakat
Tidak diperlukan dana
Ruang tindakan yang mendukung Bidan kit : 1 set, ada, lengkap dan
berfungsi baik Meja ginekologis : 1 buah, ada
dan berfungsi baik Implant kit : 1 set, ada, lengkap
dan berfungsi baik IUD kit : 1 set, ada, lengkap
danberfungsi baik Tensimeter : 1 buah, ada dan
berfungsi baik Stetoskop : 1 buah, ada dan
berfungsi baik Timbangan dewasa : 1 buah, ada
dan berfungsi baik
IUD, jumlahnya cukup dan kualitasnya baik
Implan, jumlahnya cukup dan kualitasnya baik
Pil KB, jumlahnya cukup dan kualitasnya baik
Hormon untuk KB suntik, jumlahnya cukup dan kualitasnya baik
Kondom, jumlahnya cukup dan kualitasnya baik
Alat suntik, tersedia cukup dan dalam keadaan baik
Kapas, tersedia cukup dan dalam keadaan baik
Cairan antiseptik tersedia cukup
2.Sarana Non
Medis
SNM
Inventaris
SNM
Habis
Dipakai
D.Metode
1.Metode Medis
Kapas tersedia cukup dan dalam keadaan baik
Cairan antiseptik tersedia cukup
Poster tentang kesehatan reproduksi ada
Poster tentang kesiapan untuk hamil dan melahirkan ada
Poster tentang resiko tinggi kehamilan ada
Poster tentang metode dan alat kontrasepsi tidak ada
Poster tentang tindak lanjut dari metode kontrasepsi yang dipilih tidak ada
Panduan tentang pelayanan KB pada calon pengantin ada
Panduan tentang pelayanan infertilitas ada
Panduan tentang pelayanan KB ada
Alat transportasi (sepeda motor dan ambulance) ada dan berfungsi
Ruangan khusus / gedung ada
Alat administrasi ada, cukup dan kualitas baik
Kartu akseptor KB ada dan cukup
Kertas resep ada dan cukup
Metode pemeriksaan status kesehatan pasangan calon pengantin / akseptor KB ada
Metode deteksi dini masalah kesehatan yang dapat menjadi resiko tinggi
Poster tentang kesehatan reproduksi : ada
Poster tentang kesiapan untuk hamil dan melahirkan : ada
Poster tentang risiko tinggi kehamilan : ada
Poster tentang metode dan alat kontrasepsi : ada
Poster tentang tindak lanjut dari metode kontrasepsi yang dipilih : ada
Panduan tentang pelayanan KB kepada calon pengantin : ada
Panduan tentang pelayanan infertilitas : ada
Panduan tentang pelayanan KB : ada
Alat transportasi : ada
Ruangan khusus / gedung : ada
Alat administrasi : ada, cukup dan kualitasnya baik
Kartu akseptor KB : ada dan cukup
Kartu resep : ada dan cukup
Metode pemeriksaan status kesehatan pasangan calon pengantin / peserta KB : ada
Metode deteksi masalah
2.Metode Non
Medis
kehamilan dan persalinan ada
Metode deteksi dini masalah kesehatan reproduksi lain ada
Metode deteksi dini komplikasi, efek samping dan kegagalan penggunaan alat KB ada
Metode pemberian/ pemasangan KB ada, yaitu :
Metode sederhana : pantang berkala, kondom, tissue vagina
Metode efektif : suntik, pil
Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih : IUD, implan.
MOP dan MOW tidak dilakukan di Puskesmas Kelurahan Kebon Bawang II karena tidak ada sarana dan tenaga ahli yang mengerjakannya.
Metode rujukan masalah kesehatan untuk mencegah adanya resiko tinggi kehamilan ada
Metode rujukan kasus yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi ada
Metode rujukan kasus masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani ada
Metode penyuluhan tentang kesehatan reproduksi ada
Metode penyuluhan tentang kesehatan untuk hamil dan melahirkan ada
Metode penyuluhan tentang resiko tinggi kehamilan ada
Metode pengenalan alat KB beserta keuntungan dan
reproduksi lain : ada
Metode deteksi dini komplikasi,efek samping dan kegagalan penggunaan alat kontrasepsi : ada
Metode pemberian/pemasangan alat kontrasepsi : ada
Metode rujukan masalah kesehatan untuk mencegah adanya risiko tinggi kehamilan : ada
Metode rujukan kasus yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi : ada
Metode rujukan kasus masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani : ada
Metode penyuluhan tentang kesehatan reproduksi : ada
Metode penyuluhan tentang kesiapan untuk hamil dan melahirkan : ada
Metode penyuluhan tentang risiko tinggi kehamilan : ada
Metode pengenalan metode dan alat KB beserta keuntungan dan kerugiannya : ada
kerugiannya ada5. UMPAN BALIK Rapat koordinasi pengawas
PLKB dan KIE 1 kali/bulan Rapat koordinasi PLKB 1
kali/bulan Rapat koordinasi TKBK 1
kali/bulan Pertemuan kelompok
UPPKS, BKB, dan Posyandu 1 kali per bulan
Rapat koordinasi seluruh staf yang membahas laporan pelaksanaan program KB 1 kali/bulan
Rapat Koordinasi PPLKB dan PLKB 1 kali/bulan
Rapat Koordinasi PLKB 1 kali / bulan
Rapat Koordinasi TKBK 1 kali / bulan
Pertemuan kelompok UPPKS, BKB dan Posyandu 1 kali / bulan
Rapat Koordinasi seluruh staf yang membahas laporan pelaksanaan program KB 1 kali / bulan
6.LINGKUNGANa. Fisik
b. Lingkungan
Non Fisik
Lokasi mudah dijangkau dengan berjalan kaki dan kendaraan umum.
Transportasi mudah didapat, cepat dan murah
Fasilitas kesehatan lain ada dan bisa bekerjasama dengan baik. Pelayanan KB selain di puskesmas juga dilayani di bidan swasta
Tingkat pendidikan penduduk sebagian besar tamatan SMA, membuat penyuluhan program-program Puskesmas cukup dapat dimengerti.
Sosial ekonomi penduduk menjadi faktor penghambat terlaksananya program. Dimana kebanyakan penduduk adalah keluarga prasejahtera
Agama tidak menjadi faktor penghambat terlaksananya program.
Lokasi mudah dijangkau dengan berjalan kaki dan kendaraan umum
Transportasi mudah didapat, cepat dan murah
Fasilitas kesehatan lainnya bisa bekerja sama
Pendidikan : tidak menjadi faktor penghambat terlaksanannya program
Sosial ekonomi : tidak menjadi faktor penghambat terlaksananya program
Agama : tidak menjadi faktor penghambat terlaksananya program
Pandangan tertentu sebagian besar masyarakat mengenai KB menghambat jalannya program KB, seperti misalnya adanya ketakutan para istri akan ketidaksukaan suami terhadap penggunaan metode IUD
Adat istiadat : tidak menjadi faktor penghambat terlaksananya program
BAB IVPERUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah yang dijumpai di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dalam rangka
pelaksanaan program KB adalah:
1. Target jumlah akseptor baru hanya tercapai 30,10%, dari target semula yaitu 70% dari
target yang telah ditetapkan oleh BKKBN untuk puskesmas.
2. Jumlah peserta aktif 31,16% dari jumlah PUS dari target semula 58% dari jumlah PUS.
3. Target jumlah pengguna MKET dari target semula 51,6 %, hanya tercapai 6,73 %.
4. Tidak terpenuhinya target peserta aktif MKET dari target semula yaitu 70 % dari jumlah
peserta aktif, hanya tercapai 12,5 %
5. Persentase DO peserta KB jenis IUD yang lebih tinggi (14,28 %) dari target semula 0%.
6. Persentase DO peserta KB jenis suntik yang lebih tinggi (37,4 %) dari target semula 0%.
7. Persentase DO peserta KB jenis pil yang lebih tinggi ( 44,44%) dari target semula 0%
8. Persentase DO peserta KB jenis implan yang lebih tinggi ( 83 %) dari target semula 0%
9. Persentase DO peserta KB jenis kondom yang lebih tinggi ( 6%) dari target semula 0%
BAB VPEMBAHASAN MASALAH
Berdasarkan pengumpulan data-data yang ada pada Puskesmas dengan tolak ukur keberhasilan
program didapatkan masalah pada variabel keluaran yaitu :
1. Target jumlah akseptor baru hanya tercapai 30,10%, dari target semula yaitu 70% dari
target yang telah ditetapkan oleh BKKBN untuk puskesmas. Penyebab masalah,
diantaranya :
Menurut variabel proses:
- Pelaksanaan penyuluhan KB, pembinaan akseptor IUD, pembinaan akseptor ,
pembinaan akseptor suntikan, dan pembinaan akseptor kontap hanya dilakukan
jika pasien datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien. Hal ini
menyebabkan kurangnya pengetahuan pasien mengenai hal-hal tersebut diatas,
sehingga ia tidak dapat memilih kontrasepsi yang tepat untuk dirinya.
- Pelaksanaan pelayanan medis dan pemberian / pemasangan alat kontrasepsi hanya
dilayani setiap hari Rabu dan Jumat
- Pelaksanaan pemeriksaan status kesehatan pasangan calon pengantin / akseptor
baru hanya dilakukan setiap hari Rabu dan Jumat
- Pelaksanaan pembinaan peran serta masyarakat tidak dilakukan
- Pencatatan akseptor KB (baru dan aktif) secara harian, bulanan, dan tahunan : ada
tetapi tidak lengkap.
Menurut variabel lingkungan:
- Pandangan tertentu sebagian besar masyarakat mengenai KB menghambat
jalannya program KB, seperti misalnya adanya ketakutan para istri akan
ketidaksukaan suami terhadap penggunaan metode IUD
- Sosial ekonomi penduduk menjadi faktor penghambat terlaksananya program.
Dimana kebanyakan penduduk adalah keluarga prasejahtera
Menurut variabel masukan:
- Kurangnya sarana promosi kegiatan KB, seperti: poster tentang metode dan alat
kontrasepsi, poster tentang tindak lanjut dari metode kontrasepsi yang dipilih,
poster pelayanan KB pada calon pengantin dan panduan tentang pelayanan
infertilitas. Hal ini mengakibatkan upaya pengenalan masyarakat terhadap
metode-metode kontrasepsi tidak maksimal.
- Waktu pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas kecamatan Tanjung Priok hanya
dilakukan pada hari Rabu-Jumat. Hal ini menyulitkan calon peserta KB untuk
mengakses pelayanan KB di puskesmas setiap hari.
- Kosongnya stok implan atau susuk yang mempersulit calon akseptor yang ingin
memakai implan/susuk.
2. Jumlah peserta aktif 31,16% dari jumlah PUS dari target semula 58% dari jumlah PUS.
Menurut variabel proses:
- Pelaksanaan penyuluhan KB, pembinaan akseptor IUD, pembinaan akseptor ,
pembinaan akseptor suntikan, dan pembinaan akseptor kontap hanya dilakukan
jika pasien datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien. Hal ini
menyebabkan kurangnya pengetahuan pasien mengenai hal-hal tersebut diatas.
- Pelaksanaan pelayanan medis dan pemberian / pemasangan alat kontrasepsi hanya
dilayani setiap hari Rabu dan Jumat
- Pencatatan akseptor KB (baru dan aktif) secara harian, bulanan, dan tahunan : ada
tetapi tidak lengkap.
Menurut variabel lingkungan:
- Pandangan tertentu sebagian besar masyarakat mengenai KB menghambat
jalannya program KB, seperti misalnya adanya ketakutan para istri akan
ketidaksukaan suami terhadap penggunaan metode IUD
- Sosial ekonomi penduduk menjadi faktor penghambat terlaksananya program.
Dimana kebanyakan penduduk adalah keluarga prasejahtera
Menurut variabel masukan:
- Kurangnya sarana promosi kegiatan KB, seperti: poster tentang metode dan alat
kontrasepsi, poster tentang tindak lanjut dari metode kontrasepsi yang dipilih,
poster pelayanan KB pada calon pengantin dan panduan tentang pelayanan
infertilitas. Hal ini mengakibatkan upaya pengenalan masyarakat terhadap
metode-metode kontrasepsi tidak maksimal.
- Waktu pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas kecamatan Tanjung Priok hanya
dilakukan pada hari Rabu-Jumat. Hal ini menyulitkan calon peserta KB untuk
mengakses pelayanan KB di puskesmas setiap hari.
3. Target jumlah pengguna MKET dari target semula 51,6 %, hanya tercapai 6,73 %.
Menurut variabel proses:
- Pelaksanaan penyuluhan KB, pembinaan akseptor IUD, pembinaan akseptor ,
pembinaan akseptor suntikan, dan pembinaan akseptor kontap hanya dilakukan
jika pasien datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien. Hal ini
menyebabkan kurangnya pengetahuan pasien mengenai hal-hal tersebut diatas.
- Pelaksanaan pelayanan medis dan pemberian / pemasangan alat kontrasepsi hanya
dilayani setiap hari Rabu dan Jumat
- Pencatatan akseptor KB (baru dan aktif) secara harian, bulanan, dan tahunan : ada
tetapi tidak lengkap.
Menurut variabel lingkungan:
- Pandangan tertentu sebagian besar masyarakat mengenai KB menghambat
jalannya program KB, seperti misalnya adanya ketakutan para istri akan
ketidaksukaan suami terhadap penggunaan metode IUD
- Sosial ekonomi penduduk menjadi faktor penghambat terlaksananya program.
Dimana kebanyakan penduduk adalah keluarga prasejahtera
Menurut variabel masukan:
- Sarana yang mendukung promosi MKET, seperti: poster tentang metode MKET
dan tindak lanjut MKET tidak ada. Sehingga upaya pengenalan tentang metode-
metode MKET (IUD, implant, dan kontrasespsi mantap) tidak maksimal dan
akibatnya banyak pasangan yang tidak/kurang tahu mengenai pentingnya MKET.
- Waktu pelaksanaan program KB yang hanya dilayani pada hari Rabu-Jumat. Hal
ini menyulitkan peserta MKET untuk mengakses pelayanan KB di puskesmas.
4. Tidak terpenuhinya target peserta aktif MKET dari target semula yaitu 70 % dari jumlah
peserta aktif, hanya tercapai 12,5 %.
Menurut variabel proses:
- Pelaksanaan penyuluhan KB dan pembinaan akseptor kontap hanya dilakukan
jika pasien datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien, sehingga
pengetahuan pasien akan kontap sangat kurang
- Kurangnya pembinaan akseptor IUD, implan, dan kontrasepsi mantap sehingga
peserta tidak tahu pasti keuntungan dan kerugian MKET
Menurut variabel lingkungan:
- Timbulnya persepsi yang salah di masyarakat tentang MKET, seperti IUD
gampang lepas jika bekerja keras , IUD sering menimbulkan perdarahan dan
dapat mengganggu hubungan suami istri., Sementara kontap dianggap dapat
membuat impoten (pria) maupun menopause (wanita). Hal ini dikarenakan.
minimnya pembinaan terhadap akseptor.
Menurut variabel masukan:
- Kurangnya sarana yang mendukung promosi MKET, seperti: poster tentang
metode MKET dan tindak lanjut MKET tidak ada. Sehingga upaya pengenalan
tentang metode-metode MKET (IUD, implant, dan kontrasespsi mantap) tidak
maksimal.
- Waktu pelaksanaan program KB yang hanya dilayani pada hari Rabu-Jumat. Hal
ini menyulitkan peserta MKET untuk mengakses pelayanan KB di puskesmas.
5. Persentase DO peserta KB jenis IUD yang lebih tinggi (14,28 %) dari target semula 0%.
Menurut variabel proses:
- Pelaksanaan penyuluhan KB dan pembinaan akseptor IUD hanya dilakukan jika
pasien datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien. Hal ini
menyebabkan kurangnya pengetahuan pasien mengenai hal-hal tersebut diatas.
- Pelaksanaan pelayanan medis hanya dilayani setiap hari Rabu dan Jumat
- Pencatatan akseptor KB (baru dan aktif) secara harian, bulanan, dan tahunan : ada
tetapi tidak lengkap.
Menurut variabel lingkungan:
- Timbulnya persepsi yang salah di masyarakat tentang MKET, seperti IUD
gampang lepas jika bekerja keras , IUD sering menimbulkan perdarahan dan
dapat mengganggu hubungan suami istri., Sementara kontap dianggap dapat
membuat impoten (pria) maupun menopause (wanita). Hal ini dikarenakan.
pembinaan terhadap akseptor umumnya hanya dilakukan secara perorangan jika
mereka datang ke Puskesmas atau ketika kegiatan Posyandu, selain itu media
promosi seperti poster dan panduan pelayanan KB juga tidak tersedia dalam
jumlah cukup.
6. Persentase DO peserta KB jenis suntik yang lebih tinggi (37,4 %) dari target semula 0%.
Menurut variabel proses
- Belum dilibatkannya kaum pemuka agama dan tokoh masyarakat secara
formal dan rutin dalam penyuluhan kelebihan dan kekurangan metode KB
suntik .
- Penyuluhan kelompok tentang pengenalan metode, kelebihan maupun
kekurangan penggunaan KB suntik belum rutin dilakukan. Penyuluhan
perorangan sudah dilakukan setiap akseptor KB suntik datang namun kurang
maksimal.
Menurut variabel masukan:
- Waktu pelayanan KB di puskesmas yang hanya dilaksanakan pada hari Rabu-
Jumat dan di posyandu yang hanya 1 bulan sekali, mengakibatkan akseptor
KB suntik kesulitan untuk mengakses pelayanan ini. Padahal metode KB
suntik menuntut kedisiplinan para akseptornya untuk datang tepat waktu
7. Persentase DO peserta KB jenis pil yang lebih tinggi ( 44,44%) dari target semula 0%.
Menurut variabel proses
- Belum dilibatkannya kaum pemuka agama dan tokoh masyarakat secara
formal dan rutin dalam penyuluhan kelebihan dan kekurangan metode pil KB.
- Penyuluhan kelompok tentang pengenalan metode, kelebihan maupun
kekurangan akibat penggunaan pil KB belum rutin dilakukan. Penyuluhan
perorangan sudah dilakukan setiap akseptor pil KB datang namun kurang
maksimal.
Menurut variabel lingkungan
- Timbulnya persepsi yang salah di masyarakat tentang pil KB, seperti pil KB
menambah nafsu makan, membuat haid tidak lancar. Hal ini dikarenakan
minimnya pembinaan terhadap akseptor
Menurut variabel masukan
- Waktu pelayanan KB di puskesmas yang hanya dilaksanakan pada hari Rabu-
Jumat dan di posyandu yang hanya 1 bulan sekali, mengakibatkan akseptor
KB pil kesulitan untuk mengakses pelayanan ini. Padahal metode KB pil
menuntut kedisiplinan para akseptornya untuk datang tepat waktu
8. Persentase DO peserta KB jenis implan yang lebih tinggi ( 83 %) dari target semula 0%
Menurut variabel proses:
- Pelaksanaan penyuluhan KB dan pembinaan akseptor kontap hanya dilakukan jika pasien
datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien, sehingga pengetahuan pasien akan kontap
sangat kurang
- Kurangnya pembinaan akseptor implan sehingga peserta tidak tahu pasti keuntungan dan
kerugiannya
- Belum dilibatkannya kaum pemuka agama dan tokoh masyarakat secara
formal dan rutin dalam penyuluhan kelebihan dan kekurangan metode pil KB.
- Penyuluhan kelompok tentang pengenalan metode, kelebihan maupun
kekurangan akibat penggunaan pil KB belum rutin dilakukan. Penyuluhan
perorangan sudah dilakukan setiap akseptor pil KB datang namun kurang
maksimal.
Menurut variabel lingkungan
- Timbulnya persepsi yang salah di masyarakat tentang pil KB, seperti pil KB
menambah nafsu makan, membuat haid tidak lancar. Hal ini dikarenakan
minimnya pembinaan terhadap akseptor
Menurut variabel masukan:
- Kurangnya sarana yang mendukung promosi MKET, seperti: poster tentang
metode MKET dan tindak lanjut MKET tidak ada. Sehingga upaya pengenalan
tentang metode-metode MKET (IUD, implant, dan kontrasespsi mantap) tidak
maksimal.
- Waktu pelaksanaan program KB yang hanya dilayani pada hari Rabu-Jumat. Hal
ini menyulitkan peserta MKET untuk mengakses pelayanan KB di puskesmas.
- Kosongnya stok implan atau susuk yang mempersulit calon akseptor yang ingin
memakai implan/susuk.
9. Persentase DO peserta KB jenis kondom yang lebih tinggi ( 6%) dari target semula 0%
Menurut variabel proses:
- Pelaksanaan penyuluhan KB dan pembinaan akseptor kondom hanya dilakukan
jika pasien datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien. Hal ini
menyebabkan kurangnya pengetahuan pasien mengenai hal-hal tersebut diatas.
- Pelaksanaan pelayanan medis hanya dilayani setiap hari Rabu dan Jumat
- Pencatatan akseptor KB (baru dan aktif) secara harian, bulanan, dan tahunan : ada
tetapi tidak lengkap.
Menurut variabel lingkungan:
- Pandangan tertentu sebagian besar masyarakat mengenai kondom menghambat
jalannya program KB, seperti misalnya adanya ketakutan para istri akan
ketidaksukaan suami terhadap penggunaan metode kondom.
PROBLEM TREE
Waktu pelayanan KB hanya hari Rabu dan Jumat
PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah disini ditetapkan melalui sistem skoring, dimana semakin tinggi skor suatu
masalah berarti masalah tersebut semakin diprioritaskan. Adapun parameter yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Besarnya masalah dilihat dari kesenjangan terhadap standard :
0 - 19,99% : 1
20% - 39,99% : 2
40% - 59,99% : 3
60% - 79,99% : 4
80% - 100% : 5
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan :
Tidak berat : 1
Kurang berat : 3
Berat sekali : 5
Jika ragu antara 1 dan 3 : beri nilai 2
Jika ragu antara 3 dan 5 : beri nilai 4
3. Apakah dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang tersedia?:
Tidak dapat mengatasi : 1
Kurang dapat mengatasi : 3
Dapat mengatasi : 5
Jika ragu antara 1 dan 3 : beri nilai 2
Jika ragu antara 3 dan 5 : beri nilai 4
4. Keuntungan sosial yang diperoleh (kecendungan masyarakat untuk melaksanakan
program) :
Keuntungan sosial rendah : 1
Keuntungan sosial sedang : 3
Keuntungan sosial tinggi : 5
Jika ragu antara 1 dan 3 : beri nilai 2
Jika ragu antara 3 dan 5 : beri nilai 4
Penjelasan Penentuan Sistem Skoring
1. Besarnya masalah dilihat dari kesenjangan terhadap standar
Rumus yang digunakan:
G = Gap ( kesenjangan )
E = Expected (target yang ingin dicapai)
O = Outcome (data yang didapat dari lapangan)
a. Standar jumlah akseptor baru = 70% dari target yang ditetapkan oleh BKKBN,
sedangkan hasil yang dicapai sebesar 30,10 %. Kesenjangan antara pencapaian dan target
sebesar 39,90% maka skornya 2
b. Standar jumlah seluruh peserta yang aktif dibina = 58% dari PUS, sedangkan hasil yang
dicapai sebesar 31,16 %. Kesenjangan antara pencapaian dan target sebesar 26,84 %,
maka skornya 2.
c. Standar jumlah peserta aktif yang menggunakan MKET dari seluruh jumlah peserta aktif
= 51,6%, sedangkan hasil yang dicapai sebesar 6,73 %. Kesenjangan antara pencapaian
dan target sebesar 44,87 %, maka skornya 3.
d. Standar persentase peserta aktif yang menggunakan MKET = 70% dari target yang
ditetapkan BKKBN, sedangkan hasil yang dicapai sebesar 12,5 %. Kesenjangan antara
pencapaian dan target sebesar 57,5 %, maka skornya 3.
e. Standar DO peserta IUD = 0%, tetapi hasil yang dicapai sebesar 14,28 %. Kesenjangan
antara pencapaian dan target = 14,28 %, jadi diberi skor 1.
G = E – O
f. Standar DO peserta KB implan = 0%, tetapi hasil yang dicapai sebesar 83 %.
Kesenjangan antara pencapaian dan target = 83 %, jadi diberi skor 5.
g. Standar DO peserta KB suntik = 0%, tetapi hasil yang dicapai sebesar 37,4 %.
Kesenjangan antara pencapaian dan target = 37,4 %, jadi diberi skor 2.
h. Standar DO peserta KB pil = 0%, tetapi hasil yang dicapai sebesar 44,44 %. Kesenjangan
antara pencapaian dan target = 44,44 %, jadi diberi skor 3.
i. Standar DO peserta KB kondom = 0%, tetapi hasil yang dicapai sebesar 66,66 %.
Kesenjangan antara pencapaian dan target = 66,66 %, jadi diberi skor 4.
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan :
Jumlah akseptor baru di suatu wilayah kerja puskesmas merupakan indikator penting
tercapainya program puskesmas. Jumlah WUS di wilayah kerja puskesmas Kecamatan
Tanjung Priok yang terus bertambah menyebabkan target cakupan peserta KB juga akan
meningkat. Apabila target tersebut tidak tercapai akan mengakibatkan dampak yang tidak
dikehendaki. Karena dampak yang besar akibat jumlah akseptor baru yang tidak
memenuhi target maka diberi skor 4.
Jumlah peserta KB yang aktif di suatu wilayah kerja puskesmas juga merupakan
indikator penting tercapainya program KB. Pertumbuhan jumlah WUS dan PUS yang
cepat menyebabkan sasaran peserta KB terus meningkat. Apabila tidak terpenuhi, maka
akan mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar. Pertumbuhan
penduduk yang besar dapat menimbulkan berbagai macam masalah sosial. Maka diberi
skor 5.
MKET merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif karena mempunyai tingkat
kegagalan yang nyaris nol dan mempunyai jangka waktu yang lama atau permanen.
Dalam panduan metode kontrasepsi terpilih, MKET diprioritaskan untuk pasangan usia
subur dengan usia di atas 30 tahun atau sudah memiliki anak 2 atau lebih (tidak ingin
punya anak lagi). Kurangnya persentase peserta aktif dapat memberikan dampak negatif
yang besar terhadap keberhasilan program KB karena efeknya yang jangka panjang,
tingkat keberhasilan yang tinggi serta efek samping yang minimal. Maka diberi skor 4.
Untuk angka DO IUD yang cukup besar, maka dampak yang dihasilkan juga cukup
besar, maka diberi skor 4
KB suntik dan pil merupakan salah satu metode kontrasepsi yang cukup efektif yang
mempunyai jumlah peminat yang banyak, sehingga jumlah DO akseptor KB suntik dan
pil mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap program KB. Dinilai dari akibat
yang ditimbulkan dari DO KB suntik dan pil maka diberi skor 5.
KB kondom dan implan tidak merupakan pilihan metode kontrasepsi yang banyak
diminati. Sehingga jumlah DO akseptor KB implan dan kondom tidak terlalu
menimbulkan pengaruh yang besar terhadap program KB. Dinilai dari akibat yang
ditimbulkan dari DO KB implan dan kondom, maka diberi skor 2
3. Sumber daya yang tersedia
- Upaya penjaringan peserta KB baru dan peserta aktif dengan sosialisasi melalui
poster-poster sulit dicapai karena minimalnya sumber daya, dalam hal ini dana,
untuk kegiatan KB. Selain itu perlu disadari juga bahwa promosi melalui poster
kurang efektif dalam menjaring peserta baru. Sedangkan untuk sosialisasi kepada
masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan mengenai KB sulit dilakukan, baik
penyuluhan berkelompok maupun penyuluhan perorangan. Hal ini disebabkan
karena sangat terbatasnya tenaga yang terdapat di puskesmas. Masalah ini diberi
skor 2
- Upaya meningkatkan cakupan MKET tidak dapat dicapai dengan cepat. Hal ini
dikarenakan berbagai keterbatasan dalam variabel masukan terkait MKET. Upaya
meningkatkan cakupan perlu diawali dengan sosialisasi dan promosi ke
masyarakat sehingga masyarakat benar-benar mengerti keuntungan dan kerugian
metode tersebut, dan tidak ragu untuk memilihnya. Upaya promosi tersebut
membutuhkan tenaga bidan, PLKB maupun kader yang mampu mencakup semua
PUS yang dalam hal ini merupakan sasaran. Dari masalah ini dapat dilihat adanya
keterbatasan tenaga dan sarana untuk pelaksanaan MKET. Masalah ini diberi skor
2.
- Untuk masalah Drop Out yang begitu tinggi, diperlukan untuk dilakukan
sosialisasi kembali tentang cara- cara KB yang benar. Untuk itu, diperlukan
promosi kesehatan kembali dan follow up peserta sehingga peserta semakin
mengerti dan yakin dengan pilihannya untuk memilih metode KB yang paling
cocok dengannya. Yang menjadi masalah adalah, kurangnya tenaga untuk
melakukan promosi ini seperti halnya yang dihadapi oleh masalah MKET, dimana
puskesmas mengalami kesulitan dalam penanganan masalah ini. Masalah ini
diberi skor 2.
4. Keuntungan sosial yang diperoleh
- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai KB dan pentingnya KB,
menyebabkan laju pertumbuhan masyarakat yang tinggi. Laju pertumbuhan yang
tinggi tentu saja menyebabkan berbagai masalah sosio ekonomi seperti
pengangguran dan masalah kepadatan penduduk. Terutama bagi masyarakat yang
memiliki sosio ekonomi yang rendah. Masalah-masalah tersebut akhirnya
mempunyai dampak menurunnya angka MMR dan IMR yang merupakan tolak
ukur dari kesejahteraan masyarakat suatu bangsa. Maka diberi skor 5.
- MKET sangat menguntungkan untuk PUS yang sudah memiliki cukup anak (tidak
ingin anak lagi), karena efektifitasnya tinggi, dan mempunyai efek jangka
panjang sehingga tidak perlu sering bolak-balik puskesmas untuk mengambil obat
atau disuntik. Metode ini juga tidak bergantung pada kepatuhan akseptor semata.
Efek samping yang ditimbulkan pada akseptor dapat dijelaskan terlebih dahulu
sehingga dapat diterima. Dari segi biaya MKET menguntungkan karena biaya
keseluruhan yang dikeluarkan akan lebih kecil dibandingkan dengan biaya
metode kontrasepsi non-MKET. Namun, metode ini tetap masih kurang dipilih
(bahkan dipilih paling terakhir) disebabkan kurangnya pengetahuan, rasa kurang
nyaman, dan anggapan keliru masyarakat mengenai MKET. Maka diberi skor 2.
- KB suntik cukup diminati dan disukai masyarakat karena dapat melakukan
penyuntikan KB ulangan tiap 3 bulan sekali maka diberi skor 5.
- KB pil cukup disukai masyarakat, tetapi masyarakat harus disiplin dan tekun
dalam meminum pil setiap harinya maka diberi skor 2
- KB implan dan kondom kurang diminati masyarakat, maka diberi skor 1.
Tabel 13. Prioritas masalah
No. ParameterMasalah
A b c D e f g h i
1Besarnya
masalah2 2 3 3 1 5 2 3 4
2Berat ringannya
akibat yang
ditimbulkan
4 5 4 4 4 2 5 5 2
3Sumber daya
yang tersedia2 2 2 2 2 2 2 2 2
4Keutungan
sosial yang
diperoleh
5 5 2 2 2 1 5 2 1
Jumlah 13 14 11 11 9 10 14 12 9
Keterangan
a : Jumlah akseptor baru
b : Jumlah peserta KB aktif
c : Jumlah peserta aktif yang menggunakan MKET
d : % peserta aktif MKET
e : DO IUD
f : DO Implan
g : DO Suntik
h : DO Pil
i : DO Kondom
Penyelesaian masalah
Berdasarkan parameter yang ada dan besar jumlah skor, maka terdapat masalah yang menjadi
prioritas masalah yang harus diselesaikan, yaitu:
1. Jumlah peserta KB aktif masih rendah (31,16%)
2. Angka Drop Out Peserta KB suntik lebih dari 0% (37,4%)
Penyebab masalah
1. Jumlah peserta KB aktif masih rendah
Menurut variabel masukan:
- Kurangnya sarana promosi kegiatan KB, seperti: poster tentang metode dan alat
kontrasepsi, poster tentang tindak lanjut dari metode kontrasepsi yang dipilih,
poster pelayanan KB pada calon pengantin dan panduan tentang pelayanan
infertilitas.
Menurut variabel proses:
- Pelaksanaan penyuluhan KB, pembinaan akseptor IUD, pembinaan akseptor ,
pembinaan akseptor suntikan, dan pembinaan akseptor kontap hanya dilakukan
jika pasien datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien.
- Pelaksanaan pelayanan medis dan pemberian / pemasangan alat kontrasepsi hanya
dilayani setiap hari Rabu dan Jumat
- Pencatatan akseptor KB (baru dan aktif) secara harian, bulanan, dan tahunan : ada
tetapi tidak lengkap.
Menurut variabel lingkungan:
- Pandangan tertentu sebagian besar masyarakat mengenai KB menghambat
jalannya program KB, seperti misalnya adanya ketakutan para istri akan
ketidaksukaan suami terhadap penggunaan metode IUD
- Sosial ekonomi penduduk menjadi faktor penghambat terlaksananya program.
Dimana kebanyakan penduduk adalah keluarga prasejahtera
3. Angka Drop Out Peserta KB suntik lebih dari 0%
Menurut variabel masukan:
- Waktu pelayanan KB di puskesmas yang hanya dilaksanakan pada hari Rabu-
Jumat dan di posyandu yang hanya 1 bulan sekali, mengakibatkan akseptor
KB suntik kesulitan untuk mengakses pelayanan ini. Padahal metode KB
suntik menuntut kedisiplinan para akseptornya untuk datang tepat waktu
Menurut variabel proses
- Belum dilibatkannya kaum pemuka agama dan tokoh masyarakat secara
formal dan rutin dalam penyuluhan kelebihan dan kekurangan metode KB
suntik .
- Penyuluhan kelompok tentang pengenalan metode, kelebihan maupun
kekurangan penggunaan KB suntik belum rutin dilakukan. Penyuluhan
perorangan sudah dilakukan setiap akseptor KB suntik datang namun kurang
maksimal.
Berdasarkan penyebab-penyebab yang terdapat di puskesmas kecamatan Tanjung Priok, maka
terdapat beberapa saran dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah yang dialami puskesmas
kecamatanTanjung Priok.
- Meningkatkan upaya promosi kesehatan dengan cara mengoptimalkan pelaksanaan
penyuluhan. Penyuluhan dilakukan pada saat kunjungan PUS dan WUS ke
puskesmas secara pribadi atau berkelompok, bisa juga disisipkan saat penyuluhan
kelompok di posyandu, arisan, PKK. Penyuluhan dalam skala besar harus lebih
sering dilakukan, supaya cakupan PUS dan WUS yang menerima informasi KB
semakin besar. Untuk mengatasi masalah keterbatasan tenaga yang ada, dapat
dengan cara memanfaatkan tenaga dokter muda dan akbid yang sedang bertugas
di puskesmas. Caranya dengan mengumpulkan mereka dalam satu hari khusus
dan diberi pelatihan singkat mengenai materi konseling KB (khususnya KB
SUNTIK) dan hari selanjutnya mereka sudah dapat terjun langsung dalam
pelayanan konseling dalam pengawasan oleh bidan. Untuk penyediaan sarana
poster dapat dilakukan membuat surat permohonan kepada puskesmas Kecamatan
untuk memberikan tenaga tambahan serta poster-poster dan panduan-panduan
KB. Poster-poster tersebut nantinya akan ditempel di puskesmas sehingga
ketertarikan dan pengetahuan masyarakat mengenai KB dapat meningkat.
- Waktu pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas kecamatan Tanjung Priok yang
hanya dilakukan pada hari Rabu-Jumat sulit diubah, karena pada hari lain bagian
KIA telah memiliki pembagian jadwal dengan imunisasi dan ANC. Hal ini
dapat disiasati dengan mengadakan piket bergiliran antara bidan, dokter, dan
tenaga medis yang berkompeten untuk tetap menerima konsultasi mengenai KB
setiap hari, namun segala macam tindakan seperti pasang IUD, kontrol IUD,
dan suntik harus tetap dilakukan pada hari pelayanan KB dengan sebelumnya
membuat perjanjian. Namun, apabila peserta KB datang dengan keluhan akibat
metode KB yang ia pakai ataupun komplikasinya, maka harus dilayani saat
itu juga.
- Pencatatan peserta KB baru dan aktif harus dilakukan secara cermat. Petugas yang
bertugas melakukan pencatatan pelaksanaan KB harus mengikuti pelatihan
sehingga dapat mengetahui sistematis pencatatan yang baik dan mengurangi
kesalahan-kesalahan pencatatan. Selain itu juga harus dilakukan monitoring yang
ketat pada proses pencatatan.
- Melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan agama setempat, dan
menjelaskan kepada mereka mengenai pentingnya KB, dan meminta mereka
untuk berperan serta secara aktif memberikan informasi mengenai KB kepada
masyarakat sekitar .
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber mengenai
Pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
periode Agustus – Oktober 2010, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok untuk pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) belum
berjalan dengan baik. Masih terdapat banyak masalah, seperti jumlah peserta baru yang tidak
memenuhi target BKKBN, jumlah peserta aktif yang masih cukup rendah, jumlah peserta
aktif yang memakai MKET masih cukup rendah, persentase peserta MKET masih rendah,
serta angka DO peserta KB suntik, pil, implan, kondom, dan IUD yang masih cukup tinggi.
Dari semua daftar masalah itu, dengan mempertimbangkan besarnya masalah, akibat yang
ditimbulkan, tenaga yang ada serta keuntungan sosial, maka ditetapkan dua masalah yang
diprioritaskan yaitu jumlah peserta aktif masalah DO akseptor KB suntik.
Dalam evaluasi ini, yang menjadi prioritas masalah adalah:
1. Jumlah peserta KB aktif masih rendah (31,16%)
2. Angka Drop Out Peserta KB suntik lebih dari 0% (37,4%)
Berbagai penyebab masalah sudah ditelaah dalam pembahasan sebelumnya dan
telah disertakan beberapa saran untuk penyelesaian kedua masalah tersebut. Upaya tersebut
ditilik dari ketiga bidang utama program kesehatan yaitu promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan peran serta masyarakat. Diharapkan upaya yang diusulkan dapat dijalankan
dan berdampak dengan meningkatnya jumlah peserta KB aktif dan menurunnya angka DO
akseptor KB suntik di Kecamatan Tanjung Priok. Namun dalam pelaksanaan upaya
penyelesaian masalah tersebut membutuhkan komitmen dan kerja keras dari tenaga
kesehatan di puskesmas sehingga pada akhirnya dapat mendukung keberhasilan program KB
secara keseluruhan.
Diharapkan evaluasi program ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi berbagai
pihak di Wilayah Kecamatan Tanjung Priok terutama dalam hal pengembangan pelaksanaan
“Program Keluarga Berencana”.
6.2 Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan untuk upaya perbaikan pelayanan KB di Kecamatan
Tanjung Priok adalah
- Meningkatkan upaya promosi kesehatan dengan cara mengoptimalkan
pelaksanaan penyuluhan dan penyediaan sarana promosi
- Menyiasati keterbatasan waktu pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas
kecamatan Tanjung Priok yang hanya dilakukan pada hari Rabu-Jumat dengan
mengadakan piket bergiliran antara bidan, dokter, dan tenaga medis yang
berkompeten untuk tetap menerima konsultasi mengenai KB setiap hari.
- Pencatatan peserta KB baru dan aktif harus dilakukan secara cermat dan
dilakukan monitoring yang ketat pada proses pencatatan.
- Melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan agama
setempat dan meminta kesediaan mereka untuk berperan serta secara aktif
memberikan informasi mengenai KB dengan masyarakat sekitar .
Rangkuman
Masalah yang ditemui:
1. Target jumlah akseptor baru hanya tercapai 30,10%, dari target semula yaitu 70% dari target
yang telah ditetapkan oleh BKKBN untuk puskesmas.
2. Jumlah peserta aktif 31,16% dari jumlah PUS dari target semula 58% dari jumlah PUS.
3.Target jumlah pengguna MKET dari target semula 51,6 %, hanya tercapai 6,73 %.
4. Tidak terpenuhinya target peserta aktif MKET dari target semula yaitu 70 % dari jumlah
peserta aktif, hanya tercapai 12,5 %
5. Persentase DO peserta KB jenis IUD yang lebih tinggi (14,28 %) dari target semula 0%.
6. Persentase DO peserta KB jenis suntik yang lebih tinggi (37,4 %) dari target semula 0%.
7. Persentase DO peserta KB jenis pil yang lebih tinggi ( 44,44%) dari target semula 0%
8. Persentase DO peserta KB jenis implan yang lebih tinggi ( 83 %) dari target semula 0%
9. Persentase DO peserta KB jenis kondom yang lebih tinggi ( 6%) dari target semula 0%
Dengan prioritas masalah:
1. Jumlah peserta KB aktif masih rendah (31,16%)
2. Angka Drop Out Peserta KB suntik lebih dari 0% (37,4%)
Dengan penyebab masalah:
- Kurangnya sarana promosi kegiatan KB, seperti: poster tentang metode dan alat
kontrasepsi, poster tentang tindak lanjut dari metode kontrasepsi yang dipilih,
poster pelayanan KB pada calon pengantin dan panduan tentang pelayanan
infertilitas.
- Pelaksanaan penyuluhan KB, pembinaan akseptor IUD, pembinaan akseptor ,
pembinaan akseptor suntikan, dan pembinaan akseptor kontap hanya dilakukan
jika pasien datang ke Klinik KB dan jika ada keluhan dari pasien.
- Pelaksanaan pelayanan medis dan pemberian / pemasangan alat kontrasepsi hanya
dilayani setiap hari Rabu dan Jumat
- Pencatatan akseptor KB (baru dan aktif) secara harian, bulanan, dan tahunan : ada
tetapi tidak lengkap.
- Pandangan tertentu sebagian besar masyarakat mengenai KB menghambat
jalannya program KB, seperti misalnya adanya ketakutan para istri akan
ketidaksukaan suami terhadap penggunaan metode IUD
- Sosial ekonomi penduduk menjadi faktor penghambat terlaksananya program.
Dimana kebanyakan penduduk adalah keluarga prasejahtera
- Belum dilibatkannya kaum pemuka agama dan tokoh masyarakat secara formal
dan rutin dalam penyuluhan kelebihan dan kekurangan metode KB suntik .
Dengan penyelesaian masalah:
- Meningkatkan upaya promosi kesehatan dengan cara mengoptimalkan
pelaksanaan penyuluhan dan penyediaan sarana promosi
- Menyiasati keterbatasan waktu pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas
kecamatan Tanjung Priok yang hanya dilakukan pada hari Rabu-Jumat dengan
mengadakan piket bergiliran antara bidan, dokter, dan tenaga medis yang
berkompeten untuk tetap menerima konsultasi mengenai KB setiap hari.
- Pencatatan peserta KB baru dan aktif harus dilakukan secara cermat dan
dilakukan monitoring yang ketat pada proses pencatatan.
- Melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan agama setempat
dan meminta kesediaan mereka untuk berperan serta secara aktif memberikan
informasi mengenai KB dengan masyarakat sekitar .