ikm fika

24
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi kesehatan bayi dan anak Indonesia belum optimal. Dari 1000 bayi yang lahir 85 orang akan meninggal sebelum berusia 5 tahun, sebagian besar sebelum mencapai satu tahun. 1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita. Pneumonia menyebabkan 4 juta kematian pada anak balita di dunia dan ini merupakan 30% dari seluruh kematian yang ada. Di negara-negara berkembang pneumonia merupakan penyebab kematian utama. Keadaan ini berkaitan erat dengan berbagai kondisi yang melatarbelakanginya seperti malnutrisi, kondisi lingkungan juga polusi di dalam rumah seperti asap, debu, dan sebagainya. 2 Upaya pencegahan ISPA di Indonesia merupakan upaya yang sulit disebabkan adanya kepadatan penduduk dan

Upload: indra-maulana-sulaeka

Post on 02-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

Page 1: IKM fika

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Situasi kesehatan bayi dan anak Indonesia belum optimal. Dari 1000 bayi

yang lahir 85 orang akan meninggal sebelum berusia 5 tahun, sebagian besar sebelum

mencapai satu tahun.1

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya pneumonia

masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita.

Pneumonia menyebabkan 4 juta kematian pada anak balita di dunia dan ini

merupakan 30% dari seluruh kematian yang ada. Di negara-negara berkembang

pneumonia merupakan penyebab kematian utama. Keadaan ini berkaitan erat dengan

berbagai kondisi yang melatarbelakanginya seperti malnutrisi, kondisi lingkungan

juga polusi di dalam rumah seperti asap, debu, dan sebagainya.2

Upaya pencegahan ISPA di Indonesia merupakan upaya yang sulit disebabkan

adanya kepadatan penduduk dan kondisi lingkungan fisik (khususnya pada golongan

masyarakat miskin).2

Penyakit ISPA menyebabkan beban morbiditas yang tinggi disertai beban

biaya yang tinggi pula, baik untuk pengobatan yang memang sangat dibutuhkan

maupun pada pemberian pengobatan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.2

Bila penyakit pneumonia dapat dideteksi lebih dini dan diobati secara tepat,

maka dari berbagai pengalaman negara-negara di dunia kematian karena ISPA-

pneumonia dapat diturunkan secara drastis.2

Page 2: IKM fika

Oleh karena itu World Health Organization (WHO) merekomendasikan

bahwa menjadi sangat penting bagi negara untuk memiliki strategi penanggulangan

ISPA nasional yang berintegrasi dalam Strategi Kesehatan Anak Nasional yang

menyeluruh, termasuk di dalamnya intervensi untuk anak seperti Imunisasi Anak,

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).2

Salah satu upaya pemberantasan dan penanggulangan pneumonia adalah

dengan melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri

dalam bidang kesehatan dalam melaksanakan hidup sehat dan berperan serta aktif

dalam upaya kesehatan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.3

1.2 Permasalahan

Bagaimana menanggulangi pneumonia pada bayi-balita melalui optimalisasi

peran serta masyarakat dengan melakukan promosi kesehatan dalam rangka

menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi-balita akibat pneumonia.

Page 3: IKM fika

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran

atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,

rongga telinga tengah dan pleura. ISPA dapat disebabkan oleh infeksi jasad renik

bakteri, virus maupun ricketsia.2,4

Pneumonia adalah radang parenkim (alveoli) paru dimana asinus berisi cairan

dan sel radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam rongga

interstitium. Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda

asing.5,6

Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya

proses infeksi akut pada bronkus yang disebut bronkopneumonia. Dalam

penatalaksanaan pemberantasan penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik

pneumonia dan bronkopneumonia) disebut “Pneumonia saja.” 2

2.2 Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Stafilococcus,

Pneumococcus, Haemopylus, Bordetella dan Corynebacterium. Virus penyebab ISPA

antara lain adalah golongan mixovirus, adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,

Mixoplasma, Herpes Virus dan lain-lain.2

Page 4: IKM fika

Tabel 1. Etiologi dan kekerapannya Pneumonia menurut umur

Agen Kelompok Umur

<2 Minggu 2 minggu-3

bulan

4 bulan-5 th 6tahun-

18tahun

Bakteri +++++ ++ ++ +

Mikoplasma ++ ++++ ++++ ++

Klamidea - - + ++++

Pneumococcus - +++ - -

Tuberkulosa - - + +

Fungus + - - -

Keterangan : +++++ : Paling sering

Selain itu pneumonia juga dapat disebabkan oleh aspirasi makanan an atau

asam lambung, benda asing, hidrokarbon dan baan lipoid.6

Etiologi pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar

diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang

memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Hanya

biakan dari aspirat paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan

untuk membantu penetyapan etiologio pneumonia. Meskipun pemeriksaan spesimen

aspirat paru merupakan cara yang sensitif untuk menapatkan dan menentukan bakteri

Page 5: IKM fika

peyebab pneumonia pada balita akan tetapi punksi paru merupakan prosedur yang

berisiko dan bertentangan dengan etika jika hanya dimaksudkan untuk penelitan.2

Karena alasan tersebut maka penetapan etiologi pneumonia di indonesia

masih berdasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Untuk menentukan

penyebab pneumonia seringkali sulit dilakukan,tetapi umur pasien akan dapat

mengarahkan kemungkinan penyebabnya. Menurut publikasi WHO, penelitian

diberbagai negara juga menunjukkan bahwa di negara berkembang Streptococcus

pneumonia dan Haenaphylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan

pada 2/3 dari hasil isolasi (73,9% aspirat paru dan 69,1% dari spesimen darah). Oleh

karena besarnya probabilitas bakteri sebagai penyebab pneumonia dan dengan bukti-

bukti empiris yang kuat, sehingga terapi standar pneumonia menggunakan

antimikroba/antibiotika. Sedangkan di negara maju dewasa ini pneumonia pada anak

umumnya disebabkan oleh virus.2

2.3 Patogenesis

Pneumococcus masuk kedalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan

(droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia yaitu : (1) Stadium

kongesti : kapiler melebar dan kongeti serta di dalam alveolus terdap[at eksudat

jernih, bakteri dalam jumlah banak, beberapa neutrofil dan makrofag. (2) satdium

hepatisasi merah : lobus dan lobulus yang terkea menjadi padat dan tidak

mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaaan seperti hepar. Dalam

alveolus dsidapatkan fibrin, leukosit neutrofil, rksudat dan banyak sekali eritroit dan

kuman. Stadium ini berrlangsung sangat pendek. (3) stadium hepatisasi kelabu : lobus

Page 6: IKM fika

masih tetap padat an warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram

karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi

fagositosis pneumococcus, kapiler tidak lagi kongestif. (4) stadium resolusi : Eksudat

berkurang dalam alveolus makrofag bertambah an leukosiot mengalami nekrosis dan

degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang.6

2.4 Klasifikasi

Klasifikasi pneumonia berdasarkan kelompok umur :2

Kelompok Umur Klasifikasi

>2bulan-<5 tahun Pneumonia berat

Pneumonia

Bukan Pneumonia

<2 bulan Pneumonia berat

Bukan Pneumonia

Tanda dan Klasifikasi Pneumonia :7

Tanda Klasifikasi

-ada tanda bahaya umum atau

-tarikan dinding dada ke dalam atau

-stridor

PNEUMONIA BERAT

Atau

PENYAKIT SANGAT BERAT

- napas cepat PNEUMONIA

-tidak ada tanda pneumonia atau penyakit

sangat berat

BATUK :

BUKAN PNEUMONIA

Page 7: IKM fika

Tanda bahaya umum berdasarkan MTBS :7

- Tidak bisa minum atau menetek

- Memuntahkan semuanya

- Kejang

- Letargis atau tidak sadar

2.5 Gambaran klinis

Bronkopneumonia didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama

beberapa hari. Suhu dapat naik sangat menadak ampai 39-40o C dan mungkin disertai

kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat

dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis disekitar hidung dan

mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan

pada permulaan penakit, munkin terdapat batuk seyelah beberapa hari, mula-mula

kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis

dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan

cuping hidung dan sianosis disekiar mulut dan hidung harus dipikirkan kemugkinan

pneumonia. Pada bronkopneumonia hasil pemeriksaan fisik terantung dari luas yang

terkena. Pada perkusi thorak sering tidak diemukan kelainan. Pada auskultasi

mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus aau sedang. Pada sadium resolusi

ronki tidak terdengar lagi. Tanpa pengobaan biasanya pemnyembuhan dapat teradi

sesudah 2-3 minggu.6

2.6 Komplikasi

Pneumonia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

Page 8: IKM fika

Bronkiektasis

Pneumonia nekrotik

Empiema

Abses paru

Gagal nafas

ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom

Kematian.8

2.7 Faktor Risiko Pneumonia

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termasuk Indonesia dan

berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor risiko baik yang meningatkan

insiden (morbiditas) maupun kematian (mortalitas) akibat pneumonia.

A. Faktor Risiko yang Meningkatkan insiden Pneumonia

Umur < 2 bulan

Gizi kurang

Berat badan lahir rendah

Tidak mendapat ASI memadai

Polusi udara

Kepadatan tempat tinggal

Imunisasi yang tidak memaai

Defisiensi vitamin A

Pemberian makanan ambahan terlalu dini

Ventilasi rumah kurang memadai

Page 9: IKM fika

B. faktor Risiko yang meningkatkan angka kematian Pneumonia

tingkat sosial ekonomi rendah

kurang gizi

berat badan lahir rendah

Tingkat pendidikan ibu yang rendah

Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah

Kepaatan tempat tinggal

Imunisasi yang tidak memadai

Menderita penyaklit kronikl

Aspek kepercayan setempat dalam praktek pencarian pengobaan

yang salah.2

2.8 Penatalaksanaan

Pada tatalaksana pederita terdiri dari empat bagian :

- Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan

mengajukn beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak.

Bagan anamnesis dan pemeriksaan fisik :

Tanyakan :

- Berapa umur anak ?

- Apakah anak batuk ?Berapa lama ?

- Apakah anak dapat minum ?

Lihat dengarkan :

(anak harus tenang)

- Apakah tarikan dinding dada ke

dalam ?

Page 10: IKM fika

- Apakah bayi (<2bln) kurang bisa

minum?

- Apakah anak demam badannya ?

- Apakah anak kejang ?

- Adakah terdengar stridor ?

- Adakah terdengar wheezing ?

- Lihat anak, apakah

kesadarannya menurun ?

- Raba, apakah anak demam ?

- Apakah ada tanda-tanda gizi

buruk ?

- Ada atau tidaknya tanda bahaya umum pada pneumonia

- Klasifikasi pneumonia

- Pengobaan

Pengobatan pneumonia terdiri atas :

1. Pemberian antibiotika

Umur atau

berat badan

Kotrimoksazol (Trimetoprim + Sulfametoksazol)

Beri 2 x sehari selama 5 hari

Amoksisilin

3 x sehari

selama 5 hari

Tablet dewasa

80 mg

trimetoprim +

400 mg

sulfametoksazol

Tablet anak

20 mg

trimetoprim+

100 mg

sulfametoksazol

Sirup/5 ml 40

mg trimetoprim

+ 200mg

sulfametoksazol

Sirup `125

mg/5 ml

Page 11: IKM fika

2bln-4 bln

(4-<6kg)

1/4 1 2,5 ml 2,5 ml

4bln-12bln

(6-<10kg)

1/2 2 5 ml 5 ml

12bln-5thn

(10-<19 kg)

1 3 7,5 ml 10 ml

2. Petunjuk perawatan di rumah bagi ibu-ibu

Perawatan di rumah sangat penting dalam pentalaksanan anak dengan

pneumonia. Perawatan yang baik bagi ibu-ibu :

- Memberi makan pada anak untuk menghindari penurunan berat badan

- Menambah pemberian minum aau cairan untuk menghindari dehidrasi

- Meredakan sakit tenggorokn dn batuk pada anak

- Mengenali tanda bahaya yang mungkin timbul dan mengetahui kapan

harus membawa kembali anak ke petugas kesehatan

3. Pengobatan demam

Bagan pengobatan demam :

Page 12: IKM fika

Demam > 39oC Demam < 39oC

- Berilah parasetamol

- Nasehati ibu agar memberi cairan

lebih banyak

-Nasehati ibu gar memberi cairan lebih

banyak

DOSIS PRASETAMOL (TABLET 500 mg) Pemberian setiap 6 jam selama 2 hari

UMUR ANAK DOSIS

2bln-<6bln 1/8

6bln-<3thn ¼

3th-5th 1/2

4. Pengobatan Wheezing

Berikan bronkodilator cukup 5 hari denagn pemberian 3 kali sehari.

Salbutamol dan epinefrin merupakan bronkodilator yang efektif dan paling banyak

dipakai.

Epinefrin (adrenalin) sub kutan 1:1000=0,1 % dosisnya 0,01ml/kgBB

SALBUTAMOL ORAL

3 x sehari selama 5 hari

Umur/BB Tablet 2mg Tablet 4 mg

2bln-12bln

(<10 kg)

½ ¼

Page 13: IKM fika

1thn-5thn

(10-19 kg)

1 1/2

2.9 Optimalisasi Peran Serta Masyarakat melalui Promosi Kesehatan Untuk

Menaggulangi Pneumonia pada Bayi-Balita

2.9.1 Promosi Penanggulangan Pneumonia pada Bayi-Balita

Sebagaimana program-program pembangunan pada umumnya, unsur

komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam program-progam

pembangunan kesehatan. Berhasil tidaknya suatu interpensi atau perubahan di

masyarakat pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap, kebiasaan dan

gaya hidup individu atau kelompok atau masyarakat secra keseluruhan.3

Penyuluhan kesehatan keada masyarakat merupakan salah satu upaya

kesehatan yang sangat menujang dan sangat berperanan menentukan keberhasilan

upaya penanggulangan maalah kesehatan di masyarakat.

2.9.2 Strategi Optimaliasi Peran Serta Masyarakat Melalui Promosi Kesehatan

a. Tujuan

Tujuan Promosi Kesehatan :

o Meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan dan peran serta mayarakat dalam

upaya penanggulangan pneumonia

o Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas untuk melakukan

promosi penanggulangan pneumonia pada bayi-balita

Page 14: IKM fika

b. Sasaran

o Primer

Ibu dan ayah bayi-balita merupakan sasaran utama.

o Sekunder

1. Petugas dan tenga kesehatan

2. kader posyandu

3. pengmbilan keputusan, perencanaan dan pengeloan

program P2 ISPA

4. Pihak lain yaitu kalangan program atau sektor yang

terkait

5. tokoh agama, pemuka masyarakat atau individu,

kelomp[ok organiasi masyarakat.

c. Metode dan Media Promosi Kesehatan

I. Metode tatap muka

Misalnya melalui :

1. Pada sat ibu berkonsultasi atau berobat pada tenaa kesehatan

Dapat digunakan metode MTBS melalui konseling bagi ibu yang meliputi :

- Kapan melakukan kunjungan ulang, untuk pneumonia setelah 2 hari

- Kapan ibu harus kembali

Page 15: IKM fika

Pada pneumonia atau buka pneumonia bila ibu melihat napas cepat an sukar

bernapas.<2 bln :60 x/menit ;2 bln-12 bln : 50 x/menit; 12 bln-5 thn :40

x/menit.Dan juga ibu harus kembali jika ada tanda bahaya umum.

- Menasehati ibu tentang masalah pemberian makanan selama anak sakit.Untuk

setiap anak sakit : berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali

menetek, Tingkatkan pemberian cairan, menasehati ibu untuk melakukan

perawatan di rumah.

2. pada saat kunjungan ke rumah baik oleh tenaga kesehatan atau kader

posyandu

3. Melalui penyuluhan kelompok, ceramah ,pelatihan dan seminar

II. Media Cetak yang dapat digunakan : Poster, brosur, Leaflet, Lembar nalik,

media cetak lainnya.

III. Media Elektronik : Radio,televisi, tayangan film/video, media elektronik

lain

d. media Promosi Kesehatan

a. Sasaran Primer :

Penyampaian pesan pada ibu dan ayah bayi-balita :

1. Pengertian tentang apa itu Pneumonia ¿

2. tanda-tanda Pneumonia

3. Bagaimna mencegah pneumonia

4. Tindakan yang dilakukan untuk pneumoia berat

5. Tindakan balita batuk pilek

Page 16: IKM fika

b. sekunder

> Kegiatan pengembangan progran P2 ISPA

> kerjasama lintas program dan Sektoral untuk Mengurangi Pneumonia

e. Perubahan Perilaku Masyarakat

Sasaran Primer :

1. mampu mengenali napas cepat jika anak batuk atau mengalami sukar bernapas

2. mampu mengenalik sesak napas yang ditandai dengan tarikan dinding ada ke

dalam

3. mau merujuk anaknya ke tenaga kesehatan atau srana kesehatan jika anaknya

menunjukkan gejala sesak napas dan apas cepat

4. Ibu tahu dan mau melaksanakan pengobatan di rumah

Saaran Sekunder :

> Mampu dan mau melaksanakan tatalaksana pneumonia sesuai program P2ISPA

> Mampu dan mau melaksanakan kegiatan-kegiatan P2 ISPA.