ikm fika
DESCRIPTION
ikmTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Situasi kesehatan bayi dan anak Indonesia belum optimal. Dari 1000 bayi
yang lahir 85 orang akan meninggal sebelum berusia 5 tahun, sebagian besar sebelum
mencapai satu tahun.1
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya pneumonia
masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita.
Pneumonia menyebabkan 4 juta kematian pada anak balita di dunia dan ini
merupakan 30% dari seluruh kematian yang ada. Di negara-negara berkembang
pneumonia merupakan penyebab kematian utama. Keadaan ini berkaitan erat dengan
berbagai kondisi yang melatarbelakanginya seperti malnutrisi, kondisi lingkungan
juga polusi di dalam rumah seperti asap, debu, dan sebagainya.2
Upaya pencegahan ISPA di Indonesia merupakan upaya yang sulit disebabkan
adanya kepadatan penduduk dan kondisi lingkungan fisik (khususnya pada golongan
masyarakat miskin).2
Penyakit ISPA menyebabkan beban morbiditas yang tinggi disertai beban
biaya yang tinggi pula, baik untuk pengobatan yang memang sangat dibutuhkan
maupun pada pemberian pengobatan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.2
Bila penyakit pneumonia dapat dideteksi lebih dini dan diobati secara tepat,
maka dari berbagai pengalaman negara-negara di dunia kematian karena ISPA-
pneumonia dapat diturunkan secara drastis.2
Oleh karena itu World Health Organization (WHO) merekomendasikan
bahwa menjadi sangat penting bagi negara untuk memiliki strategi penanggulangan
ISPA nasional yang berintegrasi dalam Strategi Kesehatan Anak Nasional yang
menyeluruh, termasuk di dalamnya intervensi untuk anak seperti Imunisasi Anak,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).2
Salah satu upaya pemberantasan dan penanggulangan pneumonia adalah
dengan melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan dalam melaksanakan hidup sehat dan berperan serta aktif
dalam upaya kesehatan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.3
1.2 Permasalahan
Bagaimana menanggulangi pneumonia pada bayi-balita melalui optimalisasi
peran serta masyarakat dengan melakukan promosi kesehatan dalam rangka
menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi-balita akibat pneumonia.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. ISPA dapat disebabkan oleh infeksi jasad renik
bakteri, virus maupun ricketsia.2,4
Pneumonia adalah radang parenkim (alveoli) paru dimana asinus berisi cairan
dan sel radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam rongga
interstitium. Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda
asing.5,6
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya
proses infeksi akut pada bronkus yang disebut bronkopneumonia. Dalam
penatalaksanaan pemberantasan penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik
pneumonia dan bronkopneumonia) disebut “Pneumonia saja.” 2
2.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pneumococcus, Haemopylus, Bordetella dan Corynebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan mixovirus, adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Mixoplasma, Herpes Virus dan lain-lain.2
Tabel 1. Etiologi dan kekerapannya Pneumonia menurut umur
Agen Kelompok Umur
<2 Minggu 2 minggu-3
bulan
4 bulan-5 th 6tahun-
18tahun
Bakteri +++++ ++ ++ +
Mikoplasma ++ ++++ ++++ ++
Klamidea - - + ++++
Pneumococcus - +++ - -
Tuberkulosa - - + +
Fungus + - - -
Keterangan : +++++ : Paling sering
Selain itu pneumonia juga dapat disebabkan oleh aspirasi makanan an atau
asam lambung, benda asing, hidrokarbon dan baan lipoid.6
Etiologi pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang
memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Hanya
biakan dari aspirat paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan
untuk membantu penetyapan etiologio pneumonia. Meskipun pemeriksaan spesimen
aspirat paru merupakan cara yang sensitif untuk menapatkan dan menentukan bakteri
peyebab pneumonia pada balita akan tetapi punksi paru merupakan prosedur yang
berisiko dan bertentangan dengan etika jika hanya dimaksudkan untuk penelitan.2
Karena alasan tersebut maka penetapan etiologi pneumonia di indonesia
masih berdasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Untuk menentukan
penyebab pneumonia seringkali sulit dilakukan,tetapi umur pasien akan dapat
mengarahkan kemungkinan penyebabnya. Menurut publikasi WHO, penelitian
diberbagai negara juga menunjukkan bahwa di negara berkembang Streptococcus
pneumonia dan Haenaphylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan
pada 2/3 dari hasil isolasi (73,9% aspirat paru dan 69,1% dari spesimen darah). Oleh
karena besarnya probabilitas bakteri sebagai penyebab pneumonia dan dengan bukti-
bukti empiris yang kuat, sehingga terapi standar pneumonia menggunakan
antimikroba/antibiotika. Sedangkan di negara maju dewasa ini pneumonia pada anak
umumnya disebabkan oleh virus.2
2.3 Patogenesis
Pneumococcus masuk kedalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan
(droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia yaitu : (1) Stadium
kongesti : kapiler melebar dan kongeti serta di dalam alveolus terdap[at eksudat
jernih, bakteri dalam jumlah banak, beberapa neutrofil dan makrofag. (2) satdium
hepatisasi merah : lobus dan lobulus yang terkea menjadi padat dan tidak
mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaaan seperti hepar. Dalam
alveolus dsidapatkan fibrin, leukosit neutrofil, rksudat dan banyak sekali eritroit dan
kuman. Stadium ini berrlangsung sangat pendek. (3) stadium hepatisasi kelabu : lobus
masih tetap padat an warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram
karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi
fagositosis pneumococcus, kapiler tidak lagi kongestif. (4) stadium resolusi : Eksudat
berkurang dalam alveolus makrofag bertambah an leukosiot mengalami nekrosis dan
degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang.6
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan kelompok umur :2
Kelompok Umur Klasifikasi
>2bulan-<5 tahun Pneumonia berat
Pneumonia
Bukan Pneumonia
<2 bulan Pneumonia berat
Bukan Pneumonia
Tanda dan Klasifikasi Pneumonia :7
Tanda Klasifikasi
-ada tanda bahaya umum atau
-tarikan dinding dada ke dalam atau
-stridor
PNEUMONIA BERAT
Atau
PENYAKIT SANGAT BERAT
- napas cepat PNEUMONIA
-tidak ada tanda pneumonia atau penyakit
sangat berat
BATUK :
BUKAN PNEUMONIA
Tanda bahaya umum berdasarkan MTBS :7
- Tidak bisa minum atau menetek
- Memuntahkan semuanya
- Kejang
- Letargis atau tidak sadar
2.5 Gambaran klinis
Bronkopneumonia didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik sangat menadak ampai 39-40o C dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat
dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis disekitar hidung dan
mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaan penakit, munkin terdapat batuk seyelah beberapa hari, mula-mula
kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis
dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan
cuping hidung dan sianosis disekiar mulut dan hidung harus dipikirkan kemugkinan
pneumonia. Pada bronkopneumonia hasil pemeriksaan fisik terantung dari luas yang
terkena. Pada perkusi thorak sering tidak diemukan kelainan. Pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus aau sedang. Pada sadium resolusi
ronki tidak terdengar lagi. Tanpa pengobaan biasanya pemnyembuhan dapat teradi
sesudah 2-3 minggu.6
2.6 Komplikasi
Pneumonia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Bronkiektasis
Pneumonia nekrotik
Empiema
Abses paru
Gagal nafas
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom
Kematian.8
2.7 Faktor Risiko Pneumonia
Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termasuk Indonesia dan
berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor risiko baik yang meningatkan
insiden (morbiditas) maupun kematian (mortalitas) akibat pneumonia.
A. Faktor Risiko yang Meningkatkan insiden Pneumonia
Umur < 2 bulan
Gizi kurang
Berat badan lahir rendah
Tidak mendapat ASI memadai
Polusi udara
Kepadatan tempat tinggal
Imunisasi yang tidak memaai
Defisiensi vitamin A
Pemberian makanan ambahan terlalu dini
Ventilasi rumah kurang memadai
B. faktor Risiko yang meningkatkan angka kematian Pneumonia
tingkat sosial ekonomi rendah
kurang gizi
berat badan lahir rendah
Tingkat pendidikan ibu yang rendah
Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
Kepaatan tempat tinggal
Imunisasi yang tidak memadai
Menderita penyaklit kronikl
Aspek kepercayan setempat dalam praktek pencarian pengobaan
yang salah.2
2.8 Penatalaksanaan
Pada tatalaksana pederita terdiri dari empat bagian :
- Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan
mengajukn beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak.
Bagan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
Tanyakan :
- Berapa umur anak ?
- Apakah anak batuk ?Berapa lama ?
- Apakah anak dapat minum ?
Lihat dengarkan :
(anak harus tenang)
- Apakah tarikan dinding dada ke
dalam ?
- Apakah bayi (<2bln) kurang bisa
minum?
- Apakah anak demam badannya ?
- Apakah anak kejang ?
- Adakah terdengar stridor ?
- Adakah terdengar wheezing ?
- Lihat anak, apakah
kesadarannya menurun ?
- Raba, apakah anak demam ?
- Apakah ada tanda-tanda gizi
buruk ?
- Ada atau tidaknya tanda bahaya umum pada pneumonia
- Klasifikasi pneumonia
- Pengobaan
Pengobatan pneumonia terdiri atas :
1. Pemberian antibiotika
Umur atau
berat badan
Kotrimoksazol (Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 x sehari selama 5 hari
Amoksisilin
3 x sehari
selama 5 hari
Tablet dewasa
80 mg
trimetoprim +
400 mg
sulfametoksazol
Tablet anak
20 mg
trimetoprim+
100 mg
sulfametoksazol
Sirup/5 ml 40
mg trimetoprim
+ 200mg
sulfametoksazol
Sirup `125
mg/5 ml
2bln-4 bln
(4-<6kg)
1/4 1 2,5 ml 2,5 ml
4bln-12bln
(6-<10kg)
1/2 2 5 ml 5 ml
12bln-5thn
(10-<19 kg)
1 3 7,5 ml 10 ml
2. Petunjuk perawatan di rumah bagi ibu-ibu
Perawatan di rumah sangat penting dalam pentalaksanan anak dengan
pneumonia. Perawatan yang baik bagi ibu-ibu :
- Memberi makan pada anak untuk menghindari penurunan berat badan
- Menambah pemberian minum aau cairan untuk menghindari dehidrasi
- Meredakan sakit tenggorokn dn batuk pada anak
- Mengenali tanda bahaya yang mungkin timbul dan mengetahui kapan
harus membawa kembali anak ke petugas kesehatan
3. Pengobatan demam
Bagan pengobatan demam :
Demam > 39oC Demam < 39oC
- Berilah parasetamol
- Nasehati ibu agar memberi cairan
lebih banyak
-Nasehati ibu gar memberi cairan lebih
banyak
DOSIS PRASETAMOL (TABLET 500 mg) Pemberian setiap 6 jam selama 2 hari
UMUR ANAK DOSIS
2bln-<6bln 1/8
6bln-<3thn ¼
3th-5th 1/2
4. Pengobatan Wheezing
Berikan bronkodilator cukup 5 hari denagn pemberian 3 kali sehari.
Salbutamol dan epinefrin merupakan bronkodilator yang efektif dan paling banyak
dipakai.
Epinefrin (adrenalin) sub kutan 1:1000=0,1 % dosisnya 0,01ml/kgBB
SALBUTAMOL ORAL
3 x sehari selama 5 hari
Umur/BB Tablet 2mg Tablet 4 mg
2bln-12bln
(<10 kg)
½ ¼
1thn-5thn
(10-19 kg)
1 1/2
2.9 Optimalisasi Peran Serta Masyarakat melalui Promosi Kesehatan Untuk
Menaggulangi Pneumonia pada Bayi-Balita
2.9.1 Promosi Penanggulangan Pneumonia pada Bayi-Balita
Sebagaimana program-program pembangunan pada umumnya, unsur
komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam program-progam
pembangunan kesehatan. Berhasil tidaknya suatu interpensi atau perubahan di
masyarakat pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap, kebiasaan dan
gaya hidup individu atau kelompok atau masyarakat secra keseluruhan.3
Penyuluhan kesehatan keada masyarakat merupakan salah satu upaya
kesehatan yang sangat menujang dan sangat berperanan menentukan keberhasilan
upaya penanggulangan maalah kesehatan di masyarakat.
2.9.2 Strategi Optimaliasi Peran Serta Masyarakat Melalui Promosi Kesehatan
a. Tujuan
Tujuan Promosi Kesehatan :
o Meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan dan peran serta mayarakat dalam
upaya penanggulangan pneumonia
o Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas untuk melakukan
promosi penanggulangan pneumonia pada bayi-balita
b. Sasaran
o Primer
Ibu dan ayah bayi-balita merupakan sasaran utama.
o Sekunder
1. Petugas dan tenga kesehatan
2. kader posyandu
3. pengmbilan keputusan, perencanaan dan pengeloan
program P2 ISPA
4. Pihak lain yaitu kalangan program atau sektor yang
terkait
5. tokoh agama, pemuka masyarakat atau individu,
kelomp[ok organiasi masyarakat.
c. Metode dan Media Promosi Kesehatan
I. Metode tatap muka
Misalnya melalui :
1. Pada sat ibu berkonsultasi atau berobat pada tenaa kesehatan
Dapat digunakan metode MTBS melalui konseling bagi ibu yang meliputi :
- Kapan melakukan kunjungan ulang, untuk pneumonia setelah 2 hari
- Kapan ibu harus kembali
Pada pneumonia atau buka pneumonia bila ibu melihat napas cepat an sukar
bernapas.<2 bln :60 x/menit ;2 bln-12 bln : 50 x/menit; 12 bln-5 thn :40
x/menit.Dan juga ibu harus kembali jika ada tanda bahaya umum.
- Menasehati ibu tentang masalah pemberian makanan selama anak sakit.Untuk
setiap anak sakit : berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali
menetek, Tingkatkan pemberian cairan, menasehati ibu untuk melakukan
perawatan di rumah.
2. pada saat kunjungan ke rumah baik oleh tenaga kesehatan atau kader
posyandu
3. Melalui penyuluhan kelompok, ceramah ,pelatihan dan seminar
II. Media Cetak yang dapat digunakan : Poster, brosur, Leaflet, Lembar nalik,
media cetak lainnya.
III. Media Elektronik : Radio,televisi, tayangan film/video, media elektronik
lain
d. media Promosi Kesehatan
a. Sasaran Primer :
Penyampaian pesan pada ibu dan ayah bayi-balita :
1. Pengertian tentang apa itu Pneumonia ¿
2. tanda-tanda Pneumonia
3. Bagaimna mencegah pneumonia
4. Tindakan yang dilakukan untuk pneumoia berat
5. Tindakan balita batuk pilek
b. sekunder
> Kegiatan pengembangan progran P2 ISPA
> kerjasama lintas program dan Sektoral untuk Mengurangi Pneumonia
e. Perubahan Perilaku Masyarakat
Sasaran Primer :
1. mampu mengenali napas cepat jika anak batuk atau mengalami sukar bernapas
2. mampu mengenalik sesak napas yang ditandai dengan tarikan dinding ada ke
dalam
3. mau merujuk anaknya ke tenaga kesehatan atau srana kesehatan jika anaknya
menunjukkan gejala sesak napas dan apas cepat
4. Ibu tahu dan mau melaksanakan pengobatan di rumah
Saaran Sekunder :
> Mampu dan mau melaksanakan tatalaksana pneumonia sesuai program P2ISPA
> Mampu dan mau melaksanakan kegiatan-kegiatan P2 ISPA.