ikh a l edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun...

12
Media Komunikasi Pendidikan Dasar di Jawa Barat IKH A L LA M S - B E R A Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Asep Hilman, dan Kepala Sub Direktorat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kemenag Pusat, Kidup Supriadi, melakukan penyerahan bantuan hibah buku bacaan berjenjang (B3) secara simbolik di Cirebon, (15/3). Hibah jutaan buku dari USAID tersebut diserahkan Kadisdik Asep Hilman kepada para Kepala dinas pendidikan, dan oleh Kidup Supriadi kepada para kepala Kantor Kemenag dari 12 kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat. Kata Hilman, sumbangan jutaan buku dan pelatihan puluhan ribu guru dari USAID ini menjadi modal strategis menumbuhkan minat baca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki makna penting bagi tumbuhnya literasi siswa sebagai dasar pengembangan kemampuan akademik. “Kami ingin guru lebih inovatif dan kreatif mendorong anak-anak menumbuhkan kemampuan membaca,” ujar Toto Marwoto, kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, saat menerima hibah buku. “Dengan masyarakat yang literat, kita menyiapkan generasi muda yang kreatif dan inovatif. Generasi seperti inilah yang mampu memenangi persaingan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN,” kata Wakil Bupati Bandung Barat Yayat T. Soemitra saat membuka pelatihan guru dalam penggunaan buku bacaan berjenjang di Kota Baru Parahyangan (27/1). Kepala Sub Bidang Sosisal Budaya Bappeda Kota Bogor, Martini, mengaku tertarik dengan cara USAID tanamkan minat baca dan kemampuan literasi (18/2). Martini berniat mengembangkan bahan buku bacaan berjenjang yang lebih bersifat kontekstual dengan nilai-nilai kearifan lokal Bogor. [DS] Edisi 14 ISSN 2460 - 3996 Januari - Maret 2016 PRIORITASkeun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar. Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat. Buku Bacaan Berjenjang Tingkatkan Literasi Asep Hilman (gambar kiri) serahkan secara simbolis hibah buku bacaan berjenjang (B3) kepada para kepala dinas pendidikan, dan Kidup Supriadi (gambar kanan) serahkan buku kepada para kepala kemenag kab/kota se-Jawa Barat. Dengan masyarakat yang literat, kita menyiapkan generasi muda yang kreatif dan inovatif. Generasi seperti inilah yang mampu memenangi persaingan MEA. Yayat T. Soemitra Wakil Bupati Bandung Barat Seismograf Karya Siswa Nunung, guru kelas V SDN Hegarmukti I Kabupaten Bekasi, menjelaskan bahwa setelah minggu lalu siswa mengidentifikasi gejala alam dan bencana yang terjadi di Indonesia, hari ini siswa membuat alat pendeteksi gempa dari bahan sederhana. “Topiknya terkait kompetensi dasar memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya,” kata Nunung. Alat dan bahan yang digunakan adalah kayu dan papan untuk rangka dan alas, tali rafia, botol bekas air mineral ukuran 600ml yang diisi kerikil atau pasir, spidol kecil, jarum, kertas, dan pisau. Langkah pembuatan seismograf sebagai berikut: 1) buat rangka penyangga dan alas dari kayu; 2) lubangi tutup botol bekas sehingga bisa dimasukkan spidol; 3) lubangi juga bagian bawah botol lalu masukkan tali; 4) isi botol dengan kerikil, lalu tutup kembali; 5) gantung botol dengan spidol ke bawah, tepat di atas alas kertas HVS putih. Cara kerja seismograf ini sederhana. Ketika terjadi gempa, getaran gempa akan mengayun botol berisi kerikil. Ujung botol yang sudah dipasangi spidol akan berayun bolak-balik membentuk garis-garis. Semakin besar getaran gempa, semakin panjang garis yang terbentuk. Pola garis- garis bentukan spidol itu mencerminkan tingkat skala gempa. Naila Alifium, salah seorang siswi mengatakan, “Dengan membuat seismograf dan mempraktikkan penggunaannya, aku merasa lebih memahami materi pembe- lajaran dan senang melakukannya”. [SMD] Seismograf karya salah satu kelompok siswa kelas V.

Upload: dinhkiet

Post on 01-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Media KomunikasiPendidikan Dasar

di Jawa Barat

IKH ALLA MS - BERA

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Asep Hilman, dan Kepala Sub Direktorat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kemenag Pusat, Kidup Supriadi, melakukan penyerahan bantuan hibah buku bacaan berjenjang (B3) secara simbolik di Cirebon, (15/3). Hibah jutaan buku dari USAID tersebut diserahkan Kadisdik Asep Hilman kepada para Kepala dinas pendidikan, dan oleh Kidup Supriadi kepada para kepala Kantor Kemenag dari 12 kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat.

Kata Hilman, sumbangan jutaan buku dan pelatihan puluhan ribu guru dari USAID ini menjadi modal strategis menumbuhkan minat baca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki makna penting bagi tumbuhnya literasi siswa sebagai dasar pengembangan kemampuan akademik.

“Kami ingin guru lebih inovatif dan kreatif mendorong anak-anak menumbuhkan kemampuan membaca,” ujar Toto Marwoto, kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, saat menerima hibah buku.

“Dengan masyarakat yang literat, kita menyiapkan generasi muda yang kreatif dan inovatif. Generasi seperti inilah yang mampu memenangi persaingan pada Masyarakat

Ekonomi ASEAN,” kata Wakil Bupati Bandung Barat Yayat T. Soemitra saat membuka pelatihan guru dalam penggunaan buku bacaan berjenjang di Kota Baru Parahyangan (27/1).

Kepala Sub Bidang Sosisal Budaya Bappeda Kota Bogor, Martini, mengaku tertarik dengan cara USAID tanamkan minat baca dan kemampuan literasi (18/2). Martini berniat mengembangkan bahan buku bacaan berjenjang yang lebih bersifat kontekstual dengan nilai-nilai kearifan lokal Bogor. [DS]

Edisi 14

ISSN2460 - 3996

Januari - Maret 2016

PRIORITASkeun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar.Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

Buku Bacaan Berjenjang Tingkatkan Literasi

Asep Hilman (gambar kiri) serahkan secara simbolis hibah buku bacaan

berjenjang (B3) kepada para kepala dinas pendidikan, dan Kidup Supriadi

(gambar kanan) serahkan buku kepada para kepala kemenag

kab/kota se-Jawa Barat.

Dengan masyarakat yang literat, kita menyiapkan generasi muda

yang kreatif dan inovatif. Generasi seperti inilah yang mampu

memenangi persaingan MEA.

Yayat T. SoemitraWakil Bupati Bandung Barat

Seismograf Karya Siswa Nunung, guru kelas V SDN Hegarmukti I Kabupaten Bekasi, menjelaskan bahwa setelah minggu lalu siswa mengidentifikasi gejala alam dan bencana yang terjadi di Indonesia, hari ini siswa membuat alat pendeteksi gempa dari bahan sederhana. “Topiknya terkait kompetensi dasar memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya,” kata Nunung.

Alat dan bahan yang digunakan adalah kayu dan papan untuk rangka dan alas, tali rafia, botol bekas air mineral ukuran 600ml yang diisi kerikil atau pasir, spidol kecil, jarum, kertas, dan pisau.

Langkah pembuatan seismograf sebagai berikut: 1) buat rangka penyangga dan alas dari kayu; 2) lubangi tutup botol bekas sehingga bisa dimasukkan spidol; 3) lubangi

juga bagian bawah botol lalu masukkan tali; 4) isi botol dengan kerikil, lalu tutup kembali; 5) gantung botol dengan spidol ke bawah, tepat di atas alas kertas HVS putih.

Cara kerja seismograf ini sederhana. Ketika terjadi gempa, getaran gempa akan mengayun botol berisi kerikil. Ujung botol yang sudah dipasangi spidol akan berayun bolak-balik membentuk garis-garis. Semakin besar getaran gempa, semakin panjang garis yang terbentuk. Pola garis-garis bentukan spidol itu mencerminkan tingkat skala gempa.

Naila Alifium, salah seorang siswi mengatakan, “Dengan membuat seismograf dan mempraktikkan penggunaannya, aku merasa lebih memahami materi pembe-lajaran dan senang melakukannya”. [SMD]

Seismograf karya salah satu kelompok siswa kelas V.

Page 2: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Pelatihan untuk pelatih (TOT) tingkat Jawa Barat bagi fasilitator daerah (fasda) bergulir sepanjang bulan Maret 2016. TOT untuk fasda kelas awal SD/MI diikuti oleh 90 orang fasda (17-20/3), pembelajaran SMP/MTs 50 orang (21-24/3), manajemen SMP/MTs 30 orang (25-28/3), dan pembelajaran SD/MI 45 orang (28-31/3) dari empat daerah mitra USAID PRIORITAS.

Ai Meryani, guru di SMPN 2 Singaparna, Tasikmalaya, menjelaskan bahwa tingkat literasi siswa sangat bergantung pada kualitas pembelajaran yang kuncinya dimainkan dirinya sebagai guru. “Dari pelatihan ini, saya mendapat banyak strategi mendorong siswa mencari informasi dan menulis berdasarkan hasil bacaan,” ujarnya.

Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Indramayu Adung Suteja menegaskan komitmen untuk menyukseskan program buku bacaan berjenjang (B3) USAID PRIORITAS (17/2). Menurutnya, dari kelas awal budaya baca dapat tumbuh dengan baik di tengah masyarakat luas dan dapat meningkatkan literasi masyarakat Indramayu. Adung menyebut, sebanyak Rp 200 juta dana APBD telah dialokasikan untuk penerapan program. “Kami ingin dengan program ini para guru dapat memungkinkan siswa tumbuh dengan baik dalam hal kemampuan literasi,” tuturnya.

Kepala Disdikpora Karawang Dadan Sugardan mengaku antusias menggulirkan program B3 karena, menurutnya, program ini dapat merangsang gairah membaca di kalangan masyarakat Karawang (28/1). Pihaknya telah mengalokasikan anggaran APBD untuk implementasi program B3.

Kepala Disdikpora Bandung Barat Agustina Piryanti mengaku masih banyak siswa yang belum memiliki kebiasaan dan kemampuan membaca. Mereka lebih senang menonton televisi, daripada membaca buku. Agustina mengaku antusias dengan program B3 berikut sumbangan buku untuk 140 SD dan MI di Bandung Barat. [DS]

Daerah Siapkan Dana untuk B3

2

Setiap guru muda di Jawa Barat, didorong untuk mengembangkan keprofesian diri dengan meningkatkan daya abstraksi dan komitmen serta menumbuhkan soft skills yang meliputi integritas, kecerdasan, inovasi, inisiatif, idealisme, kemandirian, empati, kesabaran, dan sifat positif lainnya. Hal itu diungkapkan Asep Hilman, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, pada lokakarya perencanaan strategis pengembangan keprofesian berkelanjutan guru (PKB) di Cirebon (15/3).

Sediono Abdullah, Kepala P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) Jawa Barat, mengatakan, pihaknya mengembangkan keprofesian guru berdasar pada baseline guru, agar jelas pembinaan yang dibutuhkan guru untuk lebih kompeten, bermartabat, dan sejahtera.

Rina Mutaqinah, perwakilan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Jabar, menyatakan bahwa program USAID PRIORITAS sejalan dengan pendekatan LPMP dalam pengembangan keprofesian guru. LPMP membina sekolah rujukan sebagai sekolah model, rutin melakukan pemetaan mutu dan analisis kebutuhan sekolah dalam rangka menyusun program pelatihan guru yang sesuai kebutuhan sekolah.

M. Ali Ramdhani, Wakil Rektor bidang kerja sama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, membuka peluang kerjasama UIN dengan pemerintah kabupaten/kota dalam program PKB. “Fakultas Tarbiyah dan Keguruan memiliki SDM yang baik untuk membantu daerah kab/kota meningkatkan kompetensi guru,” katanya. [DS]

Siapkan Guru Profesional

Pembelajaran, Manajemen, dan Tingkat Literasi

Sediono Abdullah (tengah) sebut program PKB USAID PRIORITAS sejalan dengan program P4TK Jabar (15/3).

Siswa SMPN 1 Plered asyik bekerjasama mengembangkan laporan kegiatan saat mengikuti

praktik pembelajaran TOT (23/3).

Upaya guru membangun literasi siswa seharusnya didukung oleh manajemen sekolah. Gunawan, Kepala SMPN 1 Warungkiara Sukabumi, mengaku telah terlebih dahulu menerapkan MBS modul 3 di sekolahnya, yang diakuinya sangat membantu dirinya mendorong guru kembangkan literasi siswa. “Para guru telah berhasil mendorong siswa menulis sehingga ruang kelas kami dihiasi dengan pajangan karya tulis siswa yang membanggakan,” tuturnya.

Rudaya, Kepala MTsN Sukasari, Cimahi, mengaku sangat tertarik dengan strategi pengembangan

literasi siswa pada TOT ini. “Di madrasah saya memang sudah tumbuh budaya baca, tetapi untuk mendorong budaya menulis, saya masih butuh strategi pengelolaan seperti yang saya ikuti pada pelatihan ini,” katanya. [DS]

Nomor 14

Kabar Utama

Page 3: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Bogor--Jajaran pimpinan Research Triangle Institute (RTI) dari Amerika, yang dipimpin Jim Gibson, wakil presiden eksekutif dan kepala kantor RTI, serta Lisa May, wakil presiden sumber daya manusia RTI, mengunjungi SMPN 8 Bogor, sekolah mitra USAID PRIORITAS. "Sekolah-sekolah di Amerika, bisa belajar penerapan pembelajaran aktif dari SMPN 8 Bogor," kata Jim Gibson, yang terkesan setelah melihat proses pembelajaran aktif di SMPN 8 Kota Bogor (7/3).

Memasuki ruang kelas VII saat pembelajaran IPA, mereka mendapati siswa tengah bekerja kelompok menyusun rantai makanan, dengan mengidentifikasi ekosistem tempat rantai makanan berada, membangun hipotesa apa yang terjadi bila salah satu organisme

Sebagai kota kecil yang terdiri atas tiga kecamatan, Kota Cimahi harus memfokuskan program utamanya pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). Inti sumber daya manusia adalah wawasan pengetahuan. Sementara keluasan wawasan pengetahuan tentu saja bertumpu pada tingkat literasi. Sebab itu, pemerintah dan warga masyarakat Cimahi menempuh beragam cara untuk menumbuhkan kesadaran literasinya.

Ena Laksana, Kepala SMPN 8 Cimahi, mengaku pihaknya telah mengembangkan sejumlah program literasi di sekolahnya. Yang sudah berjalan diantaranya membaca senyap harian 15 menit, membuat resume bacaan, menceritakan hasil bacaan, taman baca, majalah dinding, jam belajar di perpustakaan, dan wajib baca koran setiap hari untuk semua warga sekolah. Sekolahnya juga rutin menambah koleksi buku bacaan dan membuat pelatihan jurnalistik bagi guru dan siswa. Mereka juga berpartisipasi pada deklarasi budaya baca tingkat kota.

Irma Rahayu, guru yang bertindak menjadi ketua tim pengembang budaya baca SDN Utama Mandiri 1 Cimahi, mengaku sekolahnya kembangkan literasi dalam bentuk membaca bersama, membaca terbimbing, membaca mandiri, perpustakaan sekolah bagai taman baca dan bekerja sama dengan Perpusda untuk mendapat kunjungan

Geliat Literasi di Kota Cimahi

3

Sekolah Amerika Bisa Belajar dari Bogor

Kabar Daerah

tidak tersedia di alam, dan memprediksi apa yang akan terjadi jika produsen dalam suatu ekosistem punah.

Di kelas VIII, mereka melihat para siswa sedang berdiri antri menulis di papan tulis tentang kata atau frase dalam bahasa Inggris yang terkait pengalaman liburan mereka untuk bahan membuat laporan dalam bahasa Inggris. Di kelas VIII lainnya, tampak para siswa sedang belajar matematika dalam kelompok kecil untuk menemukan jaring-jaring kubus dan menghitung luas kubus dari kalender bekas dan kotak bekas pembungkus balsem. Di perpustakaan, siswa kelas IX terlihat sedang asyik membaca buku bacaan seperti novel dan buku cerita. Usai membaca, siswa secara bergantian meceritakan hasil bacaannya.

"Pembelajaran ini sangat menarik. Siswa tampak terbiasa memecahkan masalah dan bekerja sama dalam kelompok. Siswa juga tampak terlatih dan percaya diri berpresentasi," puji Lisa May.

Rombongan tamu, yang didampingi direktur program USAID PRIORITAS Stuart Weston, terkesan melihat dampak pelatihan guru yang terjadi di kelas. Semua pembelajaran di SMPN 8 Bogor sudah menerapkan pembelajaran aktif, seperti siswa dibentuk dalam kelompok kecil, memanfaatkan media pembelajaran kontekstual, menghasilkan karya kreatif, mempresentasikan karya, dan memajangkannya. "Kami bangga dengan komitmen para guru di sekolah dalam memandu pembelajaran yang bermutu bagi siswa," tukas Stuart Weston memberi apresiasi kepada para guru.

Yuliani Triningsih kepala SMPN 8 Bogor, menyampaikan komitmennya untuk terus menjaga dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. [AH/DS]

perpustakaan keliling, pojok baca, koridor baca, taman baca, story telling, menulis kreatif, kerja sama orangtua dan masyarakat dalam infak buku, hadiah siswa berprestasi berbentuk buku bacaan, serta mendaulat siswa jadi 'Duta Baca.'

Budi Anwar, Kasi Perpustakaan KAPPDE, menyatakan, pihaknya telah mempublikasikan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kota Cimahi melalui media sosial, menerbitkan surat edaran tentang membaca buku dan Al Quran sebelum KBM, mengadakan kegiatan lomba membaca dan menulis, meningkatkan sinergi komunitas masyarakat untuk penguatan budaya baca, meningkatkan keterampilan masyarakat melalui lokakarya berbasis bahan pustaka, mengadakan penobatan Duta Baca, dan menyediakan hadiah bagi pencapaian membaca siswa. [DS/Pri]

Jim Gibson amati kelompok siswa yang sedang menyusun rantai makanan dengan mengidentifikasi ekosistemnya (7/3).

Para kepala SMP/MTs berbagi praktik pengembangan literasi di sekolah masing-masing untuk disebarluaskan ke sekolah lain.

Januari - Maret 2016

Page 4: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Daerah Terus Dorong Keprofesian Guru

4

Pemerintah daerah kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS melakukan serangkaian langkah strategis pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) untuk guru. Setiap daerah melibatkan para pemangku kepentingan pendidikan yaitu dinas pendidikan, kemenag, Bappeda, dewan pendidikan, PGRI, UPTD, kepala sekolah, pengawas pendidikan, dan guru.

Program PKB di kab/kota mitra meliputi perintisan 400 orang fasilitator daerah (fasda) sebagai tambahan atas 30 orang fasda yang sudah ada. Mereka diproyeksikan untuk melatih semua guru SD/SMP. PKB dijalankan berbasis gugus dan komunitas profesi, yakni dalam bentuk perintisan gugus rujukan dan MGMP rujukan.

Komitmen

Dadan Sugardan, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Karawang, menyatakan pihaknya telah menyiapkan anggaran Rp1,5 M untuk pelatihan dan pendampingan guru seiring dengan program USAID PRIORITAS. Dana itu juga digunakan untuk pelatihan fasda tambahan untuk jenjang SD sebanyak 336 orang untuk melatih 10.069 orang guru dan jenjang SMP sebanyak 135 orang untuk melatih 4.046 orang guru.

Maman Abdurrahman, Kepala Dinas Pendidikan Kab Sukabumi, menjelaskan dana tersebut akan digunakan untuk merancang training of trainers (TOT) guna menambah jumlah fasilitator daerah (fasda) menjadi 411. Target pemda Sukabumi adalah melatih seluruh 1.061 guru TK (ditangani oleh 26 orang fasda), 10.915 guru SD (oleh 273 orang fasda), dan 4.455 guru SMP (oleh 112 orang fasda).

Sementara untuk pelatihan guru, Disdik Sukabumi memanfaatkan dana BOS dan mendorong guru untuk memanfaatkan sebagian kecil dana tunjangan sertifikasi. “Bila guru menyisihkan 2,5% dana tunjangan sertifikasi, akan terkumpul dana mandiri sebesar 7,4 M untuk PKB,” kata Maman.

Martini, Kepala Sub Bidang Sosial Budaya Bappeda Kota Bogor, mengapresiasi inisiatif guru untuk menyisihkan tunjangan sertifikasi bagi PKB. Para kepala UPTD sangat setuju dengan peraturan bupati untuk mendorong PKB dengan beragam sumber dana, termasuk dana mandiri guru. Guru harus menyadari tunjangan profesi adalah untuk menunjang pengembangan keprofesian.

“Untuk mendukung program PKB, pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menyiapkan dana sebesar 900 juta rupiah,” ujar Wawan Herawan, Sekretaris Dinas Pendidikan Tasikmalaya.

PKB Lewat Komunitas Belajar

Asep Taufik Rohman, Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kuningan, berupaya memaksimalkan KKG/MGMP sebagai dapur penempaan profesionalitas guru. “Di komunitas belajar itu guru mengembangkan 'cara' mendidik yang berbasis pada khazanah teori dan kekayaan praktik yang baik,” ujarnya.

Suharso, Kabid Pendidikan Dasar Disdikpora Kuningan, menyebutkan ada 65 MGMP dan 109 KKG di Kuningan. “Komunitas belajar ini merupakan potensi besar bagi para guru untuk mengembangkan diri,” katanya.

Agus Sutisna, Kasubag Sosbud Bappeda Tasikmalaya, mengaku kegiatan para guru di komunitas belajar sudah berjalan cukup baik. Dalam rangka PKB, ujar Agus, kegiatan di KKG/MGMP/KKM/MKKS dalam komunitas belajar lainnya akan lebih didorong agar pengembangan keprofesian para guru lebih intensif lagi.

Untuk guru madrasah, kelompok kerja madrasah (KKM) merupakan komunitas belajar yang penting bagi pengembangan keprofesian guru. Rusdi Saleh, Ketua KKM Mts Garut, menyebut kegiatan KKM dirancang sesuai modul pelatihan USAID PRIORITAS.

PKB Lewat Lembaga Profesi

Wakil Bupati Bandung Barat Yayat T. Somitra mengatakan, untuk menempa dan mengasah profesionalitas, setiap guru harus aktif dalam organisasi profesional seperti PGRI. Fokus utama pengembangan keprofesian, sebagai tenaga pendidik profesional, adalah upaya terus–menerus mengasah kompetensi diri. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru bagus dilakukan secara terpadu, yakni upaya mandiri guru mengembangkan diri dan upaya kolektif organisasi profesional. “Sesungguhnya pengembangan profesi diri guru dan pengembangan organisasi profesi guru bisa dilakukan secara sinkron, sinergis, dan saling mengembangkan keprofesian,” ujarnya.

Berbagai Aspek dan Berkelanjutan

Asdullah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, mengungkapkan komitmen pemerintah daerah dalam mengupayakan peningkatan keprofesian guru. Pihaknya terus meningkatkan kinerja guru dengan memperhatikan guru dalam hal pengalaman mengajar, beban mengajar, kesejahteraan, disiplin, kreativitas, kepemimpinan belajar, dan keteladanan.

Toto Marwoto, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ciamis, berkomitmen, saat program USAID PRIORITAS berakhir, esensi program harus tetap berjalan. Tahap-tahap pelatihan guru model USAID yang teratur dan jelas diyakini Toto mampu mendorong guru jadi mandiri, penuh inisiatif, berintegritas, inovatif, dan profesional.

Ahmad Sanukri, Kepala Kantor Kemenag Ciamis, merasa perlu mendiseminasikan program USAID karena ingin profesionalitas guru madrasah meningkat seperti guru-guru madrasah mitra USAID di dua KKM mitra. Sanukri berkomitmen untuk mempertahankan substansi program PRIORITAS selepas 2017 sebagai upaya pengembangan keprofesian guru madrasah. [DS]

Para pemangku kepentingan pendidikan Kabupaten Ciamis tengah mengkaji strategi PKB pada acara lokakarya konsultasi publik pengembangan keprofesian berkelanjutan (28/4).

Kabar Daerah

Nomor 14

Page 5: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Praktik yang Baik

5

Kemampuan membaca siswa di kelas awal sangat penting karena memengaruhi kemajuan belajar siswa selanjutnya. Pembelajaran literasi di kelas awal memerlukan alat yang dapat membantu siswa mengoptimalkan keterampilan menulis dan membacanya. Karakteristik siswa kelas awal yang memiliki rentang konsentrasi pendek membutuhkan dukungan agar mereka memiliki ketertarikan terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Untuk itu diperlukan media pembelajaran seperti gambar, grafik/diagram atau objek yang menarik perhatian siswa sehingga dapat membantu mengoptimalkan proses belajar membaca dan menulis siswa.

Untuk menarik minat baca siswa kelas awal, guru SDN 2 Sukasari menggunakan media big book (buku besar) dalam pembelajaran. Big book digunakan guru saat melakukan pemodelan membaca atau membaca bersama. Big book adalah buku bacaan yang memiliki ukuran, tulisan, dan gambar yang besar.

Big book yang baik memiliki cerita singkat (10-15 halaman), pola kalimat jelas, gambar bermakna, jenis dan ukuran huruf jelas terbaca, serta jalan cerita yang mudah dipahami sehingga guru dan siswa dapat melakukan kegiatan membaca bersama dengan baik.

Penggunaan big book dalam pembelajaran membaca memberi siswa pengalaman membaca, membantu siswa memahami buku, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, mengenalkan kepada siswa berbagai jenis bahan bacaan, memberi peluang kepada guru memberi contoh bacaan yang baik, dan menyediakan contoh teks yang baik. Big book

digunakan di kelas awal karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas awal. Guru dapat memilih big book yang isi cerita dan topiknya sesuai dengan minat siswa atau sesuai dengan tema pelajaran. “Guru dapat membuat sendiri big book sesuai karakteristik dan kebutuhan siswa,” ujar Edi, Kepala SDN 2 Sukasari. [SW]

Cetak Big Book Sesuai Kebutuhan Siswa

Susi Widiawati dan siswa pamerkan Big Book pada showcase USAID PRIORITAS nasional di Jakarta (28/10/2015).

Sejumlah siswa berseragam batik merah berkerumun mengelilingi seorang pedagang di samping gedung SDN Sosial 1 Kota Cimahi (17/10). Para siswa tersebut bukan sedang jajan atau berbelanja. Mereka sedang mewawancarai Mang Ade, penjual aneka macam jajanan dan alat-alat keperluan sekolah.

Para siswa kelas V tersebut sedang belajar keterampilan informasi dengan topik Kegiatan Ekonomi. Para siswa tersebut mendapat tugas dari Bapak Dani Sopian, guru SDN Cibabat 5, yang sedang praktik mengajar pada pelatihan Modul III. Pak Dani menugaskan siswa untuk melakukan wawancara untuk mengetahui ragam pekerjaan. Wawancara itu merupakan tugas kelompok. Sebelum melakukan wawancara, siswa diminta menentukan narasumber, merumuskan pertanyaan penting dan sesuai yang akan ditanyakan, serta menuliskannya menjadi pedoman wawancara.

Secara bergantian mereka mengajukan pertanyaan kepada narasumber, kemudian

mencatatnya. Catatan hasil wawancara mereka susun dalam sebuah transkrip wawancara. Setelah itu barulah mereka melakukan presentasi.

“Saya puas karena ternyata kegiatan ini mampu mengaktifkan siswa, melatih merumuskan dan mengajukan pertanyaan, melatih keberanian dan kepercayaan diri serta kerja sama tim. Selain itu siswa juga mengenal ragam pekerjaan seperti wartawan dan pedagang. Bahkan mereka pun jadi tahu istilah pedagang eceran, grosir, dan distributor. Para siswa pun nampak gembira dan menikmatinya,” tuturnya.

Ketika ditanya tentang kesan dan pengalaman

wawancara, siswa pun menjawab, “Senang, sih! Yang sulit itu pas membuat daftar pertanyaan wawancara. Tapi karena bekerja dalam kelompok, akhirnya beres juga. Yang seru waktu mewawancarai Mang Ade, kadang kami bertanya bareng-bareng, sampai Mang Ade-nya pusing. Untung aja Mang Ade-nya suka bercanda, jadi gak tegang.” [SMD]

WawancaraMengenal Profesi dan Kegiatan Ekonomi

Mang Ade (tengah) sedang diwawancarai siswa.

Susi Widiawati, Guru SDN 2 Sukasari, Ciamis

Januari - Maret 2016

Page 6: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

6

Setiap tahun, saat menjelaskan pembela-jaran “menulis puisi” pada siswa kelas VII semester 2, siswa spontan mengeluh kesulitan. Kali ini saya mengajarkan puisi menggunakan pohon kata untuk mengatasi permasalahan kesulitan dan ketidakbera-nian siswa menulis puisi.

Langkah pembelajarannya sebagai berikut:

1. Dalam apersepsi saya membangun motivasi siswa dengan bermain kata melalui larik berantai. Saya mengatakan satu larik tentang puisi bertema keindahan alam sesuai kompetensi dasar yang akan dipelajari. Lariknya sebagai berikut “Rembulan penuh// .......//Merenda kisah. Mentari tersenyum//..........//Dalam dekap//.......

Kunci jawabannya: “Rembulan penuh// Malam bertabur bintang// Merenda kisah”

Puisi kedua kuncinya “Mentari tersenyum// Bersanding awan// Dalam dekap// Menghangat. Dari kegiatan memotivasi siswa hasil dibahas tentang pola puisi Haiku (5-7-5 suku kata per barisnya), Sonian(6-5-4-3 suku kata tiap barisnya) dan siswa akan mempelajari puisi bebas yang tidak terikat pola tertentu.

2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, masing- masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa.

3. Selanjutnya siswa mengamati gambar yang berhubungan dengan keindahan alam dalam LK 1 lalu mengisi matrik yang disediakan dengan pilihan kata yang

baru sepanjang empat larik dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik), Sonian (jenis puisi baru puisi), dan puisi bebas beserta tiga contohnya. Dengan berbekal pilihan kata yang ada dalam pohon kata siswa diminta menulis puisi minimal tiga buah.

11. Terakhir, menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, refleksi siswa, dan memberikan tugas terstruktur mandiri berlatih menulis puisi lalu dikirim kepada guru melalui sms untuk dikomentari.

Hal yang berharga dari pengalaman pembelajaran ini, menulis puisi memerlukan pilihan kata yang tepat dan memiliki nilai keindahan. Dengan pohon kata tersebut secara tidak langsung anak belajar diksi dan kosa kata yang sangat berguna saat menulis sebuah puisi.

Melalui kegiatan ini siswa sampai tidak menyadari bahwa kegiatan yang dilakukannya ujung-ujungnya harus menulis puisi. Salah satu siswa bertanya, “Bu, bagaimana lagi permainannya?” Dari pertanyaan itu saya sadar bahwa pada pertemuan ini siswa benar benar terhanyut sedang bermain bukan sedang belajar.

Tetapi ada hal yang perlu diperbaiki, terutama dalam pengelolaan waktunya. Pembelajaran ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebaiknya dibuat dalam tiga kali pertemuan karena harus ada proses perenungan saat menuangkan dari pohon kata ke dalam puisi.

Dampak perubahan dari menulis puisi melalui “Pohon Kata” siswa aktif mengumpulkan kosa kata dengan pilihan kata yang tepat, siswa juga menganggap bahwa menulis puisi tidak sulit terbukti dengan hasil refleksi mereka banyak yang menulis, “Saya senang menulis puisi melalui pohon kata.”

Ketuntasan untuk kompetensi dasar ini pun 90 persen di atas kriterai ketuntasan minimal (KKM). Alhamdulillah, sampai saat ini untuk mewadahi minat menulis puisi, saya membuat grup di Facebook, Sonian MTsN Garut yang beranggotakan guru bahasa Indonesia di MTsN Garut sebagai pengelola grup sekaligus memberikan komentar dan apresiasi terhadap postingan siswa. Satu tahun ke depan dari berdirinya grup ini kami bercita-cita menerbitkan Antologi Puisi.***

terinspirasi dari gambar dalam LK 1, dalam hal ini siswa sudah memiliki pemahaman kata abstrak dan kata konkret.

4. Setiap anggota kelompok adu cepat menyebutkan satu kata dilanjutkan searah jarum jam, dan siswa selanjutnya tidak boleh menyebutkan kata yang sama. Masing-masing

anggota minimal mengumpulkan 10 kata untuk satu objek gambar yang diamati.

5. Kelompok yang tercepat menyelesaikan mengerjakan LK 1 diberi tanda bintang se-suai rangking. LK 1 diisi dalam matrik yang diperbesar menggunakan kertas plano.

6. Sebelumnya siswa ditugaskan membuat daun-daun kecil yang sesuai kreasinya. Langkah berikutnya siswa diminta menuliskan kata-kata yang ada di matrik ke daun. Kata-kata konkret yang ditulis dapat membangun imajinasi siswa sehingga memiliki nilai rasa tertentu yang dapat dinikmati oleh panca indra baik penglihatan, pendengaran, perabaan, ataupun perasaan. Siswa juga diperboleh-kan mencantumkan turunan katanya. Misalnya “desir, desiran, berdesir, mendesir. Diharapkan dengan ini siswa lebih kaya akan kosa kata.

7. Selesai menuangkan kata-kata dalam daun, siswa adu cepat kembali merangkai daun tersebut dalam pohon yang disusun di kertas plano. Masing-masing siswa dalam kelompok memiliki jenis daun dan warna daun yang berbeda sehingga mereka mengenali pilihan kata yang dimilikinya.

8. Selanjutnya window shopping atau belanja hasil karya. Dalam searah jarum jam, siswa diminta berbelanja pilihan kata yang tidak dimiliki untuk menambah koleksinya.

10. Tugas kelompok selesai, tibalah pada tugas yang sesungguhnya, yakni menulis puisi bertema keindahan alam dan pengalaman yang pernah dialami. Peserta didik mengerjakan LK 2 yang di dalamnya ada informasi tentang Haiku (bentuk puisi

Inspirasi Puisi dari Pohon KataSulit Memulai Lebih Sulit Mengakhiri

Pohon kata buatan guru untuk media membuat puisi.

Rina Rosmayana, Guru MTsN Garut

Nomor 14

Praktik yang Baik

Page 7: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Praktik yang Baik

7

Berbekal pelatihan Modul III Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI, saya memasuki kelas V SDN I Sindangkasih untuk mempraktikkan materi pelatihan tentang mengajarkan keterampilan informasi dalam mata pelajaran IPS.

“Pekerjaan” adalah tema pelajaran IPS kali ini. Langkah pertama adalah menentukan topik bahasan. Pada langkah ini siswa tidak mengalami kesulitan, namun perlu bimbingan dalam merumuskan pertanyaan yang relevan dengan tema. Gambar berbagai macam pekerjaan dan tanya jawab dapat dijadikan inspirasi dalam merumuskan pertanyaan. Siswa diajak mengungkapkan secara lisan sebanyak mungkin pertanyaan menggunakan kata tanya W5+1H .

Ananda seorang siswi kelas VB menuliskan tiga pertanyaan di kertas post it: “Apa pekerjaan orang itu? Mengapa dia memilih pekerjaan itu? Bagaimana cara dia bekerja?”

Kemudian guru memandu siswa menelaah dan memilah pertanyaan sesuai topik bahasan dalam kelompok. Selanjutnya menentukan cara menggali informasi, yaitu wawancara. Siswa membuat pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan untuk narasumber yang sudah ditentukan, yaitu kepala sekolah, pustakawan, dan pedagang di sekitar sekolah.

Siswa menyebar per kelompok menemui narasumber untuk melakukan wawancara. Meskipun para narasumber terkejut karena tidak diberitahu sebelumnya akan diwawan-carai, tetapi mereka tidak keberatan dan mengaku senang. Wawancara berlangsung seru, penuh canda dan gelak tawa.

“Saya gemeteran pas harus bertanya kepada kepala sekolah. Apalagi wawancaranya di ruangan kepala,” ucap Salma, siswa kelas VB, bercerita pengalaman wawancaranya.

Pengalaman berbeda dirasakan Asep dan teman sekelompoknya yang harus membujuk pedagang cireng (makanan dari bahan aci yang digoreng) yang awalnya tidak bersedia diwawancarai.

Siswa menulis laporan secara individu setelah berbagi pengalaman, membacakan kembali pertanyaan pada pedoman wawancara sekaligus jawaban yang diberikan narasumber, dan diskusi dalam kelompok. Secara umum siswa mampu mengikuti setiap tahapan tugas dengan baik. Laporan

Tak Sulit, Namun Butuh Kreativitaswawancara ditulis cukup panjang dan terstruktur. Dengan menggunakan langkah keterampilan informasi (menentukan tema/topik bahasan, mengumpulkan pertanyaan, memilah pertanyaan, menentukan sumber informasi, mengolah informasi yang didapat, menyajikan informasi) terbukti siswa mampu melakukannya dengan baik.

Setelah selesai praktik mengajar saya menyimpulkan, “Ternyata tak sulit mengajarkan keterampilan informasi, namun butuh kreativitas guru”.***

Zebra, Jerapah, dan Pembelajaran MembacaBekasi - Rina Purwati, guru SDN Tambun 04 Bekasi, dan Saida Safitri, guru SDN Wanasari 12 Bekasi, praktik mengajar di SDN Pasindangan 02 Kota Cirebon, dengan strategi membaca bersama menggunakan big book berjudul Kebun Binatang. Rina berkreasi membuat sejumlah kartu bergambar hewan dan sejumlah kartu kata bertuliskan nama hewan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang hewan sekaligus kemampuan memahami isi bacaan.

Setelah selesai membaca big book, Rina membagikan kartu kata kepada siswa dan menempelkan kartu bergambar hewan di papan tulis. Kemudian, ia meminta siswa untuk memasangkan kartu kata yang dipegang siswa di sisi kanan berdampingan sesuai dengan kartu bergambar hewan.

Pada sesi menjodohkan kata dengan gambar tersebut, salah satu siswa bernama Asep menempelkan kartu-kata 'zebra' pada gambar jerapah. Guru mendekati Asep,

memuji keberaniannya, dan memintanya memeriksa kembali kecocokan kartu dan gambar. Asep tampak yakin dengan keputusannya. Teman-temannya memberi saran untuk memindahkan kartu kata ke gambar jerapah.

Rina mengajak Asep dan seluruh siswa untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan fisik antara jerapah dan zebra. Satu per satu siswa menyebutkan ciri-ciri kedua hewan tersebut. “Jerapah, lehernya panjang Bu,” ujar Budi.

Asep tersenyum dan memindahkan kartu-kata 'zebra' dari gambar jerapah ke gambar zebra. Rina, Saida, dan seluruh siswa bertepuk tangan.

Praktik mengajar membaca menggunakan buku bacaan berjenjang ini merupakan salah satu sesi dari TOT tingkat Provinsi Jawa Barat yang diselenggarakan di Cirebon (17-20/3). Pelatihan diikuti 85 fasilitator daerah perwakilan kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat. [DS]

Siswa memberikan komentar pada hasil karya siswa lain

Ibu Rina mendampingi siswa yang presentasi di depan kelas.

Januari - Maret 2016

Acu Sucio, MIS PUI Cibadak Caimis

Page 8: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Media dan Rubrik

Penilaian Sederhana

Picu Gairah Belajar Siswa

NurhidayatiSMPN Weru, Cirebon

8

Sering penilaian guru terhadap siswa hanya menggunakan tebak-menebak, tidak melalui penilaian sikap, ketrampilan, maupun pengetahuan. Saya merasakan hal yang sama sebagai guru bahasa Inggris kelas IX yang terkendala pada penilaian di akhir semester atau ketika memberikan nilai ujian praktik atau ujian semester kelas IX. Hasil riil dengan hasil yang diminta berbanding terbalik, banyak yang tidak sesuai dengan hati nurani ketika memberikan nilai yang tidak seharusnya.

Melihat itu saya mencoba membuat media sederhana dan membuat rubrik yang sederhana pula di SMPN 2 Weru, yang bukan sekolah mitra USAID PRIORITAS tetapi mencoba mengikuti konsepnya. Sekolah ini merupakan sekolah baru yang fasilitasnya masih terbatas.

Saya menggunakan media yang murah dibuat dan mudah didapat yaitu media gambar berbentuk boneka yang dibuat dari kain panel dan diisi dakron, gambar-gambar cetak, menggambar di papan tulis, menyanyikan resep ataupun benda-benda

yang riil lainnya. Saya membuat media seperti itu agar setiap siswa bisa mengenal langsung setiap benda dan makna bahasa Inggrisnya. Media- media yang disebutkan tadi digunakan dalam pembelajaran Narrative Text dan Procedure Text di mana siswa merasa lebih tertarik untuk melakukan kegiatan yang saya sajikan baik secara individu, berpasangan, maupun kelompok.

Narrative Text dilakukan dengan menceritakan Collin Things Big sambil menggambar di papan tulis atau mengurutkan cerita bergambar dengan gambar cetak, menceritakan Why The Sun and The Moon Live in The Sky dengan gambar dari kain panel berisi dakron.

Procedure Text dilakukan dengan menyanyi-kan resep dengan nada lagu yang mudah dihafalkan sambil mengurutkan setiap bahan dan langkah, bisa juga dengan memeragakan bagaimana membuat sesuatu dengan benda-benda riil sambil bernyanyi, dengan kalimat sederhana yang mudah dipahami siswa tanpa terpaku pada teks

yang ada pada buku paket atau teks tertentu. Semua itu membuat siswa lebih tertarik dibandingkan hanya mendengar cerita sambil membaca teks atau meminta siswa membaca bergiliran. Hal ini membuat siswa melakukannya dengan senang, lebih aktif, dan mengurangi rasa takut maju ke depan atau malu kalau salah.

Untuk memudahkan penilaian, saya mencoba membuat rubrik yang sederhana. Rubrik penilaian ini adalah rubrik hasil diskusi dengan teman-teman guru bahas Inggris dari sekolah mitra USAID PRIORITAS. Rubrik penilaian sederhana ini juga saya diskusikan dengan teman-teman guru di SMPN 2 Weru, di mana mereka juga mencoba untuk melakukan penilaian dengan rubrik penilaian ala USAID dan tidak lagi tebak menebak nilai secara subjektif.

Siswa juga diberitahu kriteria penilaian yang digunakan untuk menilai hasil karya pembelajarannya sehingga mereka menjadi lebih termotivasi untuk melakukan yang terbaik. ***

ASPEKTINGKATAN

95 75 50 25

Generic Structure

Ada tiga aspek generic structure

Ada dua aspek generic structure

Ada satu aspek generic structure

Tidak ada aspek generic structure

FunctuationTidak ada kesalahan tanda baca

Ada 1-3 kesalahan Ada 4-10 kesalahanAda 11 kesalahan atau lebih

Vocabulary 40-50 kata 30-39 kata 20-29 kata 10-19 kata

Grammar Tidak ada kesalahan Ada 1 kesalahan Ada 2 kesalahan Ada 3 kesalahan

Rubrik Penilaian Procedure Text

Media yang sederhana tetapi menarik dan rubrik penilaian yang relevan ternyata dapat meningkatkan gairah belajar siswa.

Praktik yang Baik

Nomor 14

Page 9: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Praktik yang Baik

9

Menulis karya ilmiah identik dengan suasana yang serius hening sehingga dan siswa bisa konsentrasi menuangkan pemikirannya ke dalam karya ilmiah.

Akan tetapi, hal yang berbeda saya temukan saat mendampingi pembelajaran di SMP Laboratorium Percontohan yang menjadi mitra UPI dalam program USAID PRIORITAS. Suasana belajar justru begitu ramai dan meriah oleh aktivitas para siswa. Merek sibuk dengan beragam kegiatan akelompoknya. Ada yang membaca teks, menulis, menggunting, membolak balik atau kertas. Posisi belajar mereka pun bermacam-macam. Ada yang berdiri dekat bangku, dekat papan tulis da yang , dan aduduk di bangku di lantai. atau

Kegiatan menulis mereka pun rupa-rupa. Ada yang di bangku, beralaskan dinding, papan tulis, di lantai. etode dan Mpembelajaran yang digunakan ketika itu adalah dengan berbasis copy the masterkerja sama kelompok ( ).cooperative learning

Di dalam kondisi belajar tercipta demikiankerja sama kelompok sikap saling bantu, , toleransi, saling menghargai, dan sikap sosial lainnya. al itu secara tidak langsung Hmembentuk karakter yang akan berimbas pula pada kecakapan hidup di masa depan.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi terlihat nyata selama aktivitas belajar Melalui .komentar siswa, tampak kegiatan saling menanggapi atas kegiatan dan karya yang sedang garap. Kemampuan berpikir dianalitis dan evaluatif berkembang baik

ketika mereka menanggapi karya temannya. Daya kreasi mereka terwujud berupa karya ilmiah pada akhir pembelajaran.

Penyebab Perbedaan Perbedaan-perbedaan suasana belajar yang tampak selama kami melakukan pengamatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kehadiran lebih dari satu guru menghidupkan suasana, organisasi siswa lebih terkontrol serta perhatian dan pelayanan kepada siswa lebih merata.

Kedua, fasilitas dan sumber belajar yang lebih lengkap seperti guntingan informasi dari surat kabar oleh guru praktikan USAID mendorong siswa untuk membaca dan melakukan beragam aktivitas lainnya. Penyediaan kertas plano, alat tulis yang berwarna-warni, gunting, lem, dan sejenisnya membantu siswa melakukan aktivitas belajar.

Ketiga, penyediaan lembar kerja siswa pada setiap tahapan pembelajarannya. Hal itu menyebabkan pembelajaran berjalan lebih sistematis dan terarah.

Namun masih ada beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki yaitu, jam belajar yang kurang memadai. Empat jam pelajaran ternyata tidak cukup sehingga kegiatan kunjung karya (presentasi karya ilmiah siswa) dipercepat. Akibatnya, hasil yang diharapkan tidak secara optimal.

Masih ada siswa yang tidak belajar. Hal itu ditunjukkan oleh kurangnya partisipasi dalam kegiatan kelompok. Perhatian guru sangat diperlukan untuk menangani siswa semacam itu, misalnya dengan pemberian tugas yang lebih jelas di kelompoknya. ***

E. Kosasi, Dosen UPI Bandung

Asyiknya Siswa Belajar Menulis Karya Ilmiah Sederhana

“Mirip di supermarket ya...” Kata-kata itu meluncur dari mulut Tegar siswa Kelas V MIS PUI Cibadak ketika pembelajaran matematika hampir selesai. Suasana kelas didesain menyerupai super market. Banyak barang-barang dijual, yang menarik adalah semua barang di-discount.

Salah satu indikator penting dalam kompetensi dasar mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan adalah menentukan nilai pecahan persen. Saya terinspirasi dengan tema yang diusung modul III, yaitu Matematika dalam Kehidupan.

Saya melatihkan topik itu melalui kegiatan nyata dalam kehidupan sehari- hari, yaitu berbelanja di Supermarket. Sebelum kegiatan dimulai saya tugaskan siswa kelas V untuk menempelkan harga pada barang-

barang mereka, terutama alat tulis dan tas. Semua barang dikumpulkan sesuai jenis. Sebagian siswa menata dan menentukan besaran diskon setiap barang. Setelah semua tertata, setiap kelompok diberi lembar kerja (LK).

LK berisi penugasan belanja dan mencatat barang belanjaan pada tabel. Kolom tabel meliputi nomor, nama barang, harga barang, persentase diskon, jumlah nominal diskon, dan harga barang bersih.

Setiap kelompok saya beri uang mainan 2 lembar nominal 100.000-an dan 1 lembar nominal 50.000-an. Mereka asyik ber-belanja dan menghitung jumlah belanjaan-nya. Setelah beres menghitung mereka diminta membayar ke kassa. Ada 3 kassa yang disediakan, yaitu kassa A, B dan C. Kasirnya adalah perwakilan satu orang dari

setiap kelompok. Satu kassa 2 orang kasir. Kasir ini tugasnya memeriksa jumlah belanjaan dan memberikan kembalian dengan uang mainan juga.

Supermarket di KelaskuNina Nur Inayah, Guru MIS PUI Cibadak Ciamis

Siswa sedang berbelanja di ‘supermarket kelas’ untuk praktik matematika dalam kehidupan.

Setiap siswa mendapat kesempatan untuk memeriksakan hasil karya tulisnya secara individual dengan guru

Januari - Maret 2016

Page 10: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

Kelas I A SDN Pasirtanjung 03 tampak heran melihat kertas origami warna warni yang sudah ditempeli angka-angka. Kertas origami bertuliskan angka tersebut digantung secara berurutan di atas tali yang membentang di depan kelas menyerupai jemuran.

Melihat reaksi para siswa yang penasaran, saya menjelaskan, “Ini namanya gantungan angka. Alat ini akan dipakai untuk materi hari ini yaitu membilang loncat.”

Saya mendapat ide membuat gantungan angka ini karena masih ada siswa yang bingung mengerjakan soal membilang loncat setelah dijelaskan secara konvensional. Setelah mengamati sekeliling kelas, mata pun tertuju ke arah gantungan huruf di dinding yang menumpuk karena sering tertiup angin. Kemudian muncul ide untuk membuat potongan angka-angka di atas kertas origami. Agar lebih tebal dan mudah digunakan, kertas angka itu ditempel di kertas bufalo bekas sehingga jadilah gantungan angka. Selain dapat membantu siswa membilang loncat dengan mudah dan menyenangkan, media ini juga membantu siswa mengenal warna.

Cara menggunakan: siswa yang telah dibagi ke dalam beberapa kelompok maju ke

Praktik yang Baik

Membilang Loncat dengan Gantungan Angka

depan bergiliran. Masing-masing kelompok mendapat kata kunci, yaitu berupa angka awal dan membilang loncat berapa yang harus dikerjakan kelompoknya. Misalnya, membilang loncat 2 dimulai dari angka 2, yaitu 2, 4, 6, 8, 10. Bilangan tersebut diperoleh dengan menambahkan 2 bilangan sebelumnya.

Berbekal instruksi dan kata kunci, siswa bekerja sama memposisikan angka awal kemudian menghitung loncatan sekaligus menumpuk angka. Angka yang berada di posisi paling depan merupakan bilangan loncat. Setelah selesai, mereka mencatat

hasil di kertas kerja kelompok.

Setelah semua soal selesai dikerjakan, salah satu anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Dia menunjukkan dan menjelaskan hasil bilangan loncat yang ditulis di kertas kerja kelompok.

Ketika saya tanya kesan siswa tentang media pembelajaran untuk membilang loncat ini, siswa menjawab, “Membilang loncat jadi gampil (mudah).” Media ini bisa menjadi pengingat yang memudahkan siswa ketika mendapat soal membilang loncat. ***

Ida Suryani, SDN Pasirtanjung 03 Cikarang Pusat, Bekasi

SDN 2 Purwasari, Kuningan, memiliki beberapa siswa yang berkebutuhan khusus (ABK). Di antaranya tuna daksa (1 orang) dan tuna ganda (10 orang). Guru kelas yang mengajar, melibatkan peran serta masyarakat (PSM) untuk mendampingi siswa ABK di kelas. Sekolah ini mengajak orang tua siswa berperan aktif untuk membantu meningkatkan prestasi belajar siswa ABK.

Salah satu fokus kerja sama dengan orang tua adalah mendampingi siswa ABK membaca buku. Karena ternyata di antara mereka ada yang belum bisa membaca. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak siswa ABK tidak nyaman belajar bersama guru di kelas, karena ini adalah sekolah umum, bukan sekolah khusus ABK.

Siswa ABK yang sulit menerima pelajaran, selalu tertinggal dari siswa lain, serta sulit membaca dan menulis, harus didampingi orang tua, sebagai bukti bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama masyarakat, itu yang menjadi kesepakatan sekolah

dengan orangtua.

Upaya sekolah ini selaras dengan pemerintah daerah. Bupati Kuningan menetapkan sekolah-sekolah umum menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Beliau juga memiliki kebijakan mengangkat PNS difabel untuk menduduki posisi penting dalam pemerintahan. Elon Carlan, M.Si, misalnya, penyandang tuna netra yang menjadi Kasubbag kesejahteraan pada Bagian Kesra Setda Kab. Kuningan.

Selain Elon Carlan, ada 28 orang PNS difabel lain di lingkungan Pemkab Kuningan. Bupati berpendapat para penyandang difabel dengan kemampuan layak dapat menduduki jabatan strategis. Bupati Kuningan juga menerbitkan perbup No. 421.9/KPTS.121-Kesra/2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Pendidikan Inklusif. [ASB]

Orangtua Dampingi ABK

Siswa menunjukkan angka-angka bilangan kelipatan 2 yang digantung di tali untuk belajar membilang loncat.

Orangtua dampingi ABK belajar membaca di sela-sela waktu istirahat bersama siswa lain.

Nomor 1410

Page 11: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

11Januari - Maret 2016

Statistika merupakan satu di antara beberapa pokok bahasan matematika di semester ganjil yang sering membuat siswa pusing karena rumitnya penghitungan. Namun di balik itu materi statistika

Senangnya Belajar Statistikadigunakan berbagai kalangan, dari data secara nasional, regional, bahkan di kelas. Selain itu belajar sambil bekerja dan bermain dapat membuat siswa senang dan berakibat pada tingginya daya serap siswa

akan materi yang diberikan. Hal itu yang melatarbelakangi saya melakukan pembelajaran statistika kelas IX SMPN 1 Ciba-rusah melalui praktik lapangan.

Siswa dibentuk beberapa kelompok dan diberikan tugas untuk mencari data yang dibutuhkan pada sebuah lingkungan RT yang berlokasi tepat di belakang sekolah. Data yang diambil di antaranya adalah mencari data jumlah anak di sebuah keluarga, nomor sepatu

anak, tahun lahir anak, dan tahun lahir kepala keluarga. Setelah kembali ke kelas, kondisi langsung ramai dan kondusif dalam belajar, siswa yang biasa diam dalam belajar matematika terlihat begitu antusias dalam melakukan tugas yang diberikan.

Setelah data terkumpul siswa langsung

membuat tabel frekuensi dan berbagi tugas untuk membuat diagram gambar, diagram batang, dan diagram garis sesuai dengan yang ditugaskan. Sebelumnya mereka menyiapkan alat dan bahan untuk menyelesaikan tugasnya, di antaranya kertas karton warna, spidol, gunting dan lem. Kelompok yang telah selesai berteriak kegirangan, dengan bangganya mereka memamerkan hasil kerja kelompoknya kepada kelompok yang lain.

Begitu seluruh kelompok selesai mengerjakan tugasnya, secara bergantian mereka dengan antusias dan bangganya mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan. Setelah itu secara bersama-sama seluruh kelompok menempelkan hasil karyanya di dinding kelas .

Hasil pekerjaan siswa seluruhnya tidak ada yang keliru, semuanya mengerjakan sesuai dengan yang diinstruksikan dan guru memberikan nilainya dengan sempurna. Siswa senang karena nilainya baik dan gurupun senang karena target kurikulum terpenuhi. Terbukti bahwa siswa senang belajar matematika pada pokok pembelajaran statistika. ***

Tedy Mulyana, SMPN 1 Cibarusah, Bekasi

Pada pembelajaran IPA Kelas VIIc SMPN 1 Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, tentang pencemaran lingkungan, Danengsih S.Pd menayangkan video dan foto-foto kawasan yang tercemar limbah rumah tangga.

Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dengan menuliskan pertanyaan secara individu pada kertas post it dan mendiskusikan pertanyaan mana yang akan dijawab secara kelompok. Setelah masing-masing kelompok menyepakati satu pertanyaan, perwakilan kelompok membacakan pertanyaan tersebut dan menuliskannya. “Pertanyaan yang kalian tulis tadi dinamakan rumusan masalah,” jelas Ibu Danengsih.

Selanjutnya guru meminta tiap kelompok merumuskan jawaban dari pertanyaan berdasarkan pendapat siswa sendiri, dan menuliskan jawabannya di bawah pertanyaan. “Apa yang kalian lakukan tadi adalah kegiatan merumuskan jawaban sementara yang disebut hipotesis,” papar Ibu Danengsih setelah siswa selesai menuliskan jawaban.

Untuk membuktikan jawaban sementara, guru mempersilakan siswa merencanakan kegiatan pengamatan. Setelah siswa

menuliskan rumusan langkah-langkah rencana pengamatan, guru menjelaskan bahwa apa yang mereka tulis disebut rancangan pengamatan. Setelah itu, guru mempersilakan tiap kelompok untuk melakukan pengamatan lingkungan sesuai dengan rancangan pengamatan kelompok.

Semua kelompok ke luar kelas untuk mengamati kondisi pencemaran lingkungan yang terjadi. Ada yang ke tempat pembuangan sampah, melihat got, dan ke kantin sekolah. Mereka menuliskan hasil pengamatannya.

Saat siswa kembali ke kelas, guru menjelaskan bahwa kegiatan yang baru mereka lakukan adalah mencari informasi. Kemudian guru memfasilitasi setiap kelompok untuk mengolah informasi yang sudah didapat dan merumuskan kesimpulan (mengolah informasi) dan diminta untuk membuat laporan hasil pengamatan secara individu dan mempresentasikannya di depan kelas (mengomunikasikan).

Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa membuat Ibu Danengsih merasa takjub, karena siswa mampu menghasilkan karya yang bagus dan terstruktur.

“Unit pelatihan tentang pendekatan saintifik dan keterampilan informasi telah menginspirasi saya merancang rencana pembelajaran yang membuat siswa belajar lebih aktif,” ujar Ibu Danengsih.

“Saya senang dengan pembelajaran hari ini karena kita sudah tahu apa yang harus dituliskan tadi, sudah ada rumusan masalah, hipotesis, dan rancangan pengamatan,” kata salah seorang siswa kelas VII C. ***

Telaah Pencemaran LingkunganWati Rosanah, Pengawas SMP Indramayu

Siswa sedang mengamati kondisi pencemaran lingkungan yang terjadi di dekat lingkungan sekolah.

Hasil karya siswa belajar statistika.

Praktik yang Baik

Page 12: IKH A L Edisi 14 - prioritaspendidikan.org filebaca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. Bagi madrasah, kata Kidup, bantuan buku ini memiliki

12

Buletin PRIORITASkeunDewan Penasehat:Penanggung Jawab:Pemimpin Redaksi:

Dewan Redaksi:

TI & Fotografi:Koordinator Daerah:

Tata Usaha:Bendahara:

Distributor:

Stuart Weston, Anwar HolilErna IrnawatiDindin SolahudinDindin Solahudin, Yeti Heryati, Seno M Daud, Makinuddin, Rudi SopianaDanang Tri Mulyanto, Irwan RudiansyahPribadi, Fery Apriadi, Ipin Rohana, A.Syaeful Bahri,Iin Rahmawati, H. Firdaus, Asep Iryanto, E. SulaemanIka Prasari CessnarsiEka Rosmitalia Kastam Yanto, Deby Riyanto, Aji Waluyo

Alamat: GRHA Commonwealth Life Lt 3 Jl. Sindang Sirna No. 38 Bandung 40153 Tlp 022-2003133 Fax 022-2007266 Email: [email protected] www.prioritaspendidikan.org

USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students) merupakan program lima tahun yang didanai oleh USAID dan dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas. Program USAID PRIORITAS dirancang berdasarkan pengalaman dan pelajaran yang dipetik dari program Decentralized Basic Education (DBE) yang telah dilaksanakan pada tahun 2005-2010. Di Jawa Barat, USAID PRIORITAS meneruskan dukungan terbatas terhadap kabupaten/kota mitra DBE menyatakan kesediaan dan terpilih untuk menjadi mitra program. USAID PRIORITAS memberikan dukungan dan pembinaan secara penuh kepada kabupaten/kota baru di Jawa Barat selama 2012-2017.

Inspirasi

Nomor 14

Para kepala UPTD Kabupaten Sukabumi serius bahas strategi pengembangan keprofesian guru berbasis gugus (29/2).

Guru SMP Lab binaan UPI dan MTs binaan UIN Bandung rancang skenario pembelajaran Matematika yang melibatkan peningkatan kemampuan literasi siswa pada

pelatihan guru di Bandung (8/3). Neni Rohaeni, guru di SMPN 1 Cilimus Kuningan, dampingi kelompok siswa menyusun laporan kerja kelompok, saat praktik mengajar di MTs Negeri I Cirebon, bagian dari

rangkaian TOT tingkat provinsi di Cirebon (23/3).

SDN 2 Rajamandalakulon Bandung Barat kembangkan budaya baca dalam berbagai bentuk program dan melibatkan segenap warga sekolah. Tampak sejumlah siswa tengah asyik manfaatkan taman baca untuk membaca sebaya di sela-sela waktu

istirahat (17/2).

Para fasilitator daerah kelas awal SD/MI se-Jawa Barat aktif mengikuti pelatihan untuk pelatih modul tiga tentang pembelajaran membaca di kelas awal (17/3).Siswa SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi tampak serius mendiskusikan draf laporan

sebuah proyek kegiatan yang mereka susun (28/1).