iii -...

200
 

Upload: truongnhan

Post on 24-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

 

Page 2: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

 

Page 3: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

iii

KOMUNIKASI ISLAM BUYA HAMKA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Sosial (M.Sos)

Oleh:

M.Haqqi Anna Zilli

NIM: 21160510000002

Pembimbing

Dr. H.A Ilyas Ismail, MA

NIP: 19630405 199403 1 00 1

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018

 

Page 4: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M.Haqqi Anna Zilli

NIM : 21160510000002

Jenjang : Magister (S2)

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Dengan ini menyatakan bahwa tesis berjudul “Komunikasi Islam

Buya Hamka” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak

melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan

yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber

kutipannya dalam tesis. Saya bersedia melakukan proses yang

semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika

ternyata tesis ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari

karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 30 Juli 2018

Saya yang menyatakan,

M.Haqqi

NIM: 21160510000002

 

Page 5: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M.Haqqi Anna Zilli

NIM : 21160510000002

Jenjang : Magister (S2)

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa naskah Tesis berjudul ““Komunikasi Islam Buya

Hamka” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian karya sendiri,

kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Jakarta, 30 Juli 2018

Saya yang menyatakan,

Materai 6000

M.Haqqi

NIM: 21160510000002

 

Page 6: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

vi

PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TESIS

Tesis yang berjudul Komunikasi Islam Buya Hamka telah diujikan

dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 27

Juli 2018. Tesis ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sosial (M.Sos) pada Program Studi

Magister Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 27 Juli 2018

Sidang Munaqasah

Ketua Sekretaris

Dr. Sihabuddin Noor, MA. Kiki Rizky, M.Si.

NIP 196902211 99703 1 001 NIP 19730321 200801 1 002

Penguji 1 Penguji 2

Dr. Suhaimi, M.Si. Dr. Armawati Arbi, M.Si.

NIP 19670906199403 1 002 NIP 19650207 199103 2002

Pembimbing

Dr. H.A Ilyas Ismail, MA.

NIP 19630405 199403 1 00 1

 

Page 7: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

vii

ABSTRAK

Muhammad Haqqi Anna Zillli. Komunikasi Islam Buya Hamka.

2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana komunikasi

Islam Buya Hamka. Mengemukakan sejauh mana urgensi komunikasi

dakwah Islam dalam proses pembinaan, memberikan solusi, serta

mewujudkan kerukunan antar umat beragama, mengingat banyaknya

masalah atau konflik yang muncul sedang dihadapi oleh umat. Idealnya

seorang da’i ketika berdakwah harus menerapkan prinsip-prinsip

dakwah Islam. Agar tercapainya efektivitas dalam berdakwah. Namun

realitasnya, ternyata masih ada da’i yang belum menerapkan prinsip-

prinsip berdakwah. Sehingga efektivitas dalam berdakwah belum

tercapai. Dengan munculnya fenomena-fenomena seperti itu, timbul

suatu pertanyaan. Mengapa da’i atau ulama saat ini belum bisa

menerapkan prinsip-prinsip dakwah Islam? Hal ini tentunya berbeda

dengan ulama terdahulu seperti Buya Hamka. Dari sekian banyaknya

ulama yang muncul saat itu, mengapa hanya nama Buya Hamka yang

masih bertahan untuk dikenang dan tak terlupakan hingga sekarang?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan jenis

penelitian kualitatif. Pengumpulan data dengan dokumentasi dan

kepustakaan. Dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif

eksploratif. Temuan penelitian menunjukkan: Prinsip komunikasi Islam

Hamka ada tiga yaitu berdakwah dilakukan dengan menggunakan

prinsip rasionalitas, teguh dalam memegang prinsip-prinsip keIslaman,

serta keteladanan dan nyata dalam melaksanakan amal saleh. Serta

Hamka telah menerapkan semua unsur-unsur dakwah. Hamka menjadi

da’I atau komunikator dakwah yang sukses. Hamka dikenal tidak hanya

bisa memberikan pesan-pesan keislaman sesuai dengan Al-Qur’an dan

hadits, namun juga memiliki banyak talenta/bakat dalam berbagai

bidang serta sebutan yang disematkan kepadanya. Bisa menjadi seorang

penulis yang produktif, sastrawan, ulama besar, budayawan, sejarawan

public, dan mufassir. Materi dakwah yang jelas, menggunakan

beberapa media, metode dakwah, dan efek dakwah yang dapat

menambah keyakinan dan keimanan umat.

Kata Kunci: Komunikasi, Dakwah, Islam, Buya Hamka, Tokoh

Dakwah.

 

Page 8: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

viii

ABSTRACT

Muhammad Haqqi Anna Zillli

COMMUNICATION OF ISLAMIC BY BUYA HAMKA

This study aims to uncover the communication of Buya Hamka Islam.

Expressing the extent of the urgency of the communication of Islamic

da'wah in the coaching process, providing solutions, and realizing inter-

religious harmony, given the many problems or conflicts that arise are

being faced by the people. Ideally a preacher when preaching must

apply the principles of Islamic da'wah. In order to achieve effectiveness

in preaching. But the reality is that there are still da'i who have not

applied the principles of preaching. So that effectiveness in preaching

has not been achieved. With the emergence of such phenomena, a

question arises. Why can't the da'i or ulama currently apply the

principles of Islamic da'wah? This is certainly different from previous

scholars such as Buya Hamka. Of the many scholars who appeared at

that time, why did the name Buya Hamka still survive to be

remembered and forgotten until now? To answer this question,

researchers used a type of qualitative research. Data collection with

documentation and literature. In analyzing the data using descriptive

exploratory method. Research findings show: There are three Islamic

communication principles of Hamka: preaching is done by using the

principle of rationality, firm in holding Islamic principles, and

exemplary and real in carrying out righteous deeds. And Hamka has

applied all the elements of da'wah. Hamka is a successful da'i or

missionary communicator. Hamka is known not only to be able to

provide Islamic messages in accordance with the Qur'an and hadith, but

also has many talents / talents in various fields as well as the

designations that are pinned on him. Can be a productive writer, writer,

great scholar, cultural observer, public historian, and exegete. Clear

da'wah material, using several media, methods of da'wah, and the

effects of da'wah that can increase the faith and faith of the people.

Keywords: Communication, Dakwah, Islam, Buya Hamka, Da'wah

Characterist.

 

Page 9: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas berkat Rahmat-Nya

sempurnalah segala kebajikan. Salawat serta salam semoga tetap tercurah

atas utusan Allah, sebagai rahmat untuk semesta alam pada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya

yang setia hingga akhir zaman.

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master

Sosial (M.Sos) Progam Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan Tesis hingga terselesaikannya, peneliti mendapat bantuan

moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Dr. Arief Subhan MA sebagai Dekan di Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H.A Ilyas Ismail, MA yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk membimbing Tesis ini hingga dapat diselesaikan dengan baik.

4. Dr Sihabuddin Noor, MA selaku ketua Program Magister Komunikasi

dan Penyiaran Islam di di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Rully Nasrullah, M.Si selaku Sekretaris Progam Magister

Komunikasi dan Penyiaran Islam di di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Prof. H. Andi Faisal Bakti, MA.,Ph,D sebagai Penasehat Akademik.

7. Dr. Suhaimi, M.Si sebagai penguji sekaligus penyempurnaan tesis

8. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai penguji sekaligus penyempurnaan

tesis

9. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan mendukung atas

kesuksesan peneliti

10. Bapak dan Ibu dosen di Prodi Magister KPI yang telah mengajar

dan membimbing serta memberikan berbagai ilmunya dengan

penuh keikhlasan

 

Page 10: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

xi

11. Staf dan karyawan di FIDKOM yang telah memberikan pelayanan

yang baik dalam hal admininistrasi

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian tesis ini.

Dalam penyusunan tesis ini peneliti menyadari bahwa banyak

terdapat kesalahan, kelemahan, dan kekurangan dari berbagai sisi.

Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya saran dan kritik

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tesis ini, semoga

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kepentingan

yang lainnya, amiin ya rabbal alamin.

Tangerang, 22 Mei 2018

M. Haqqi

 

Page 11: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

xi

DAFTAR ISI

Pernyataan Bebas Plagiasi ............................................................................ iv

Pernyataan Keaslian ....................................................................................... v

Lembar Pengesahan ...................................................................................... vi

Abstrak ......................................................................................................... vii

Abstrak (English) ........................................................................................ viii

Kata Pengantar .............................................................................................. ix

Daftar Isi ....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 13

C. Pernyataan Penelitian .................................................................. 13

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 13

E. Studi Pustaka ............................................................................... 14

F. Landasan Teoritis......................................................................... 17

G. Metodologi Penelitian ................................................................. 22

1. Paradigma penelitian .............................................................. 22

2. Jenis Penelitian ....................................................................... 23

3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 24

4. Sumber Data ........................................................................... 25

5. Teknik Analisis Data .............................................................. 26

BAB II KAJIAN TEORITIS..................................................................... 28

A. Hakikat Komunikasi ................................................................. 28

B. Hakikat Dakwah Islam ............................................................... 32

C. Hakikat Komunikasi Islam ......................................................... 38

 

Page 12: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

xi

BAB III BIOGRAFI HAMKA .................................................................. 46

A. Riwayat Hidup Buya Hamka ................................................... 46

B. Setting Pendidikan dan Sosial Hamka ..................................... 62

C. Buya Hamka Sebagai: .............................................................. 66

1. Sastrawan dan Wartawan ...................................................... 66

2. Pendidik ................................................................................ 70

3. Politisi ................................................................................... 72

4. Ulama .................................................................................... 74

D. Karya-Karya Buya Hamka ....................................................... 77

BAB IV ANALISA MODEL KOMUNIKASI ISLAM BUYA

HAMKA ...................................................................................... 86

A. Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam Buya Hamka .................... 86

1. Dakwah Dilakukan Dengan

Menggunakan Prinsip Rasionalitas................................... 88

2. Teguh dan Kuat Dalam Memegang

Prinsip-Prinsip KeIslaman ............................................... 118

3. Keteladanan ..................................................................... 122

B. Analisa Penerapan Unsur-Unsur Dakwah Buya Hamka ...... 138

BAB V PENUTUP.................................................................................... 170

1. Kesimpulan ............................................................................... 170

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………173

 

Page 13: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini membahas dan mengkaji bagaimana komunikasi Islam

Buya Hamka. Siapa yang tidak mengenal sosok ulama berkaliber

internasional seperti Buya Hamka? Indonesia cukup beruntung, memiliki

seorang ulama yang bisa berkontribusi di nasional maupun dunia

internasional. Tidak banyak ulama yang berasal dari Indonesia hingga

bisa dikenal sampai ke dunia internasional. Sangat sedikit sekali, dari

yang sedikit itulah salah satu di antaranya adalah Buya Hamka.

Dari berbagai sumber, Nama lengkap dari Buya Hamka adalah Prof.

DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, atau biasa dikenal dengan nama

Buya Hamka. Hamka dilahirkan pada tanggal 17 Februari 1908 (14

Muharram 1326 H) di Sungai Batang, Tanjung Raya, Maninjau, Sumatera

Barat.1

Pada usia yang masih belia yaitu 16 tahun (1924), Hamka merantau

ke Jogjakarta dan Jawa Tengah. Disana, ia belajar langsung dengan Haji

Omar Said (H.O.S) Tjokroaminoto. Ia mengikuti kursus-kursus yang

diadakan oleh Organisasi Sarekat Islam, bahkan masuk menjadi anggota

organisasi yang kemudian menjadi partai politik. Buya Hamka juga

belajar kepada Soerjopranoto tentang ilmu Sosiologi. Selain itu, ia juga

belajar filsafat dan sejarah (Islam) dari K. H. Mas Mansyur, dan tafsir dari

Ki Bagus Hadikusumo.

Hamka juga sempat mengembara ke Bandung, bertemu tokoh

Masyumi, A. Hassan dan M. Natsir yang memberinya kesempatan belajar

1 James R.Rush, “HAMKA’S GREAT STORY A Master Writer’s Vision of Islam for

Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2017), Hlm. Ix

 

Page 14: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

2

menulis dalam majalah “Pembela Islam”.2 Selama di Yogjakarta, Buya

Hamka juga aktif sebagai anggota Muhammadiyah. Dia juga berkenalan

dan rajin mengikuti pengajian yang diberikan oleh pemimpin-pemimpin

Muhammadiyah seperti KH. Mochtar, KH. Fachruddin, dan lain-lain.

Pada juli 1925, beliau pulang ke Padang, dan membawa buku

berharga karangannya, yakni „Islam dan Nasionalisme‟ serta „Islam dan

Materialisme‟. Buku berjudul, „Islam dan Nasionalisme‟ merupakan

manifestasi dari kumpulan pidato H.O.S Cokroaminoto. Sedangkan, buku

berjudul, „Islam dan Materialisme‟ merupakan salinan A.D Hani atas

karangan Sayid Jamaluddin al-Afghani sebagai seorang pembaharu Islam

terkenal.3

Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau

menyempatkan diri untuk bekerja diperusahaan percetakan-penerbitan

milik Tuan-Hamid, putra Majid Kurdi yang merupakan mertua Syeikh

Ahmad Khatib Minangkabaui, Imam dan Khatib Masjidil Haram, guru

besar ayahnya. Ia banyak belajar dari Syeikh Ahmad Khatib.

Beruntungnya, selama di Mekkah ia bertemu dengan H. Agus Salim.

Tokoh Muhammadiyah itu menyarankan agar Hamka segera pulang ke

tanah air. Agus Salim mengatakan bahwa, “Banyak pekerjaan yang jauh

lebih penting menyangkut pergerakan, studi, dan perjuangan yang dapat

engkau lakukan. Karenanya, akan lebih baik mengembangkan diri di

tanah airmu sendiri”.4

Sekembalinya dari menunaikan ibadah haji pada 1927, ia pergi ke

Medan. Disana, beliau mulai mengirimkan tulisan-tulisannya untuk Surat

2 Shobahussurur dkk, „Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah‟,

(Jakarta, YPI al-Azhar, 2008), Hlm. 20 3 Natsir Tamara. Hamka di Mata Hati Umat. Jakarta: Sinar Harapan, 1983, Hlm.

240. 4 Hamka, “Kenang-Kenangan Hidup”, Jilid I Cet. III, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), Hlm.111

 

Page 15: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

3

Kabar Pembela Islam di Bandung dan berkorespondensi dengan M.

Natsir, A. Hassan dan tokoh pembaharuan Islam lainnya. Hamka juga

bekerja di Koran Harian Pelita Andalas dan menuliskan laporan-laporan

perjalanan, terutama perjalanannya ke Mekkah. Tulisannya diminati

banyak orang, diantaranya adalah Muhammad Ismail Lubis, pemilik

majalah Seruan Islam. Hamka kerap mengirimkan tulisannya ke Suara

Muhammadiyah yang dipimpin H. Fakhruddin di Yogyakarta.5

Setelah merasa cukup pengalaman dalam dunia tulis-menulis, pada

saat menetap di Medan, Hamka mengeluarkan majalah mingguan Islam

yang mencapai puncak kemasyhuran sebelum perang, yaitu “Pedoman

Masyarakat”. Majalah Keislaman ini dipimpinnya mulai tahun 1936

sampai tahun 1943, yaitu ketika bala tentara Jepang masuk.

Di zaman itulah banyak terbit karangan-karangannya dalam bidang

agama, filsafat, tasawuf, dan roman. Beberapa ada yang ditulis di

“Pedoman Masyarakat”. Dan waktu itulah keluar romannya

“Tenggelamnya kapal Van Der Wijck”, dan “Di Bawah Lindungan

Ka’bah”. Adapun beberapa novelnya yaitu, “Merantau ke Deli”,

“Terusir”, “Keadaan Ilahi”, dan lain-lain.

Untuk bisa menghargai jasa-jasanya dalam komunikasi dakwah dan

penyiaran Islam dengan pengunaan bahasa Indonesia. Maka pada tahun

1958, Hamka diundang pemerintah Mesir dan dengan pidatonya yang

berjudul “Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia”. Hamka

mendapatkan gelar Ustaziyah Fakhiriyah (Doctor Honoris Causa) dari

Majelis Tinggi University al-Azhar Kairo.

Satu-satunya silsilah keluarga di Indonesia antara anak dan ayah,

yang bisa mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa adalah hanya dari

5 Rahmas, “Makna Shalawat Dalam al-Qur‟an Menurut Buya Hamka”, (Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), hlm. 44.

 

Page 16: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

4

generasi Buya Hamka. Pasalnya, ayahnya Hamka yaitu Haji Rasul pernah

mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari al-Azhar. Dan, selepas itu

tidak pernah muncul lagi tokoh atau ulama dari Indonesia yang

mendapatkan gelar tersebut.

Lalu pada tahun 1974, Hamka mendapat gelar Doktor Honoris Causa

lagi di Universitas Kebangsaan Malaysia.6 Dan ini merupakan gelar kedua

yang diperoleh Hamka dalam masa jaya-jayanya di bidang keilmuan.

Disamping jabatan lain yang tidak kalah pentingnya dalam memajukan

bangsa Indonesia, terutama dalam aspek sosial dan keagamaan. Tahun

berikutnya, 1975, Musyawarah Alim Ulama seluruh Indonesia

dilangsungkan. Hamka pun dilantik dan menjabat sebagai Ketua Umum

Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada tanggal 26 Juli 1975 bertepatan

dengan 17 Rajab 1395. Jabatan ini dipegangnya sampai tahun 1981, yaitu

sampai mendekati akhir hidupnya. Hamka meninggal pada tanggal 24 Juli

1981, dan masih dalam kedudukannya sebagai penasehat Pimpinan pusat

Muhammadiyah.7

Buya Hamka bisa menjadi seorang ulama yang besar sampai akhir

hayatnya (Jum‟at tanggal 24 Juli 1981), bukan karena memiliki minat

belajar dan ketekunan yang sangat tinggi saja. Melainkan juga karena

memiliki garis keturunan dan silsilah keluarga yang sangat luar biasa.

Pada buku berjudul “Hamka’s Great Story” karangan James R. Rush

dijelaskan bahwa Kakek-Nenek buyut Hamka bernama Abdullah Saleh,

beliau adalah seorang ulama yang amat besar perhatiannya kepada ilmu

tasawuf dan mengikuti ajaran Sufi al-Ghazali.8 Abdullah Saleh

6 Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”, (Jakarta, CV.Puspita

Sari Indah,1993), hlm. 7 7 H. Rusydi, “Pribadi dan Martabat Buya Prof.Dr.Hamka”, (Jakarta,: Pustaka

Panjimas, 1983), Hlm. 7 8 James R.Rush, “HAMKA’S GREAT STORY A Master Writer’s Vision of Islam for

Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2017), Hlm. 46

 

Page 17: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

5

merupakan kakek buyut Hamka menikah dengan putri dari Tuanku

Pariaman, karena Abdullah Saleh merupakan murid kesayangan dari

Tuanku Pariaman.

Beberapa tahun kemudian, lahirlah putra Abdullah Saleh yang

bernama Muhammad Amrullah, yang merupakan kakek dari Hamka. Lalu

pada generasi selanjutnya, lahirlah pula Ayah dari Hamka yaitu Haji

Rasul pada tanggal 1879. Untuk membentuk generasi selanjutnya, maka

Haji Rasul pun menikah dengan Safijah, lalu dari pernikahan itu lahirlah

seorang anak laki-laki bernama Hamka.

Sekarang kita mengetahui mengapa Buya Hamka bisa menjadi sosok

yang sangat luar biasa? karena ada perpaduan antara bakat alamiah yang

bersumber dari silsilah keluarga ulama, beserta kerja keras dan niat

belajar yang gigih. Maka lahirlah seorang tokoh nasional dan ulama yang

bisa membawa harum nama bangsa Indonesia di kancah internasional.

Buya Hamka terlahir sebagai tokoh yang belajar secara otodidak,

muncul sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu multidimensi dan

multitalenta. Pastinya banyak menimbulkan pertanyaan, baik dari

kalangan akademisi maupun dari kalangan lainnya. Hamka yang

pendidikan formalnya saja tidak pernah selesai, hanya sampai kelas dua

Sekolah Desa. Namun mengapa dia bisa memiliki banyak kualitas?, dan

bisa melahirkan anak-anak muda bergelar sarjana, master, ataupun doktor

di Perguruan Tinggi, setelah menyusun tugas akhir mereka tentang

pemikirannya. Seharusnya ini menjadi bahan renungan, Hamka saja

mampu untuk melakukannya artinya kita juga mampu.

Hamka dikenal oleh publik karena memiliki banyak kualitas. Ada

lima kualitas yang dimilikinya yaitu sebagai pengarang, sastrawan,

budayawan, sejarawan publik, dan sebagai seorang mufassir. Semua

kualitasnya menyatu dalam pribadi Hamka seperti yang dapat ditelusuri

 

Page 18: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

6

dari berbagai karya tulis dan ceramahnya yang selalu memikat dan

memukau.

Hamka merupakan salah satu alim ulama Indonesia yang produktif

dalam hal mengarang dan menulis. Pada saat berumur 17 tahun, sudah

mulai menulis buku yang berkaitan dengan agama Islam, Nasionalime,

dan Materialisme. Tidak hanya itu, Hamka juga rajin mengarang cerita-

cerita roman yang enak dibaca oleh siapa saja. Mengapa hal ini bisa dia

lakukan?, Hamka sewaktu kecil memang sangat rajin membaca. Dia

sering pergi ke taman bacaan dan menyisihkan uang jajannya untuk

membaca/meminjam buku. Semasa hidupnya Hamka telah melahirkan

karangan buku sebanyak 118, baik itu karya fiksi ataupun ilmiah.

Selain sebagai seorang pengarang buku, Hamka dikenal sebagai

seorang sastrawan dan pujangga. Karya-karya sastranya memberikan

pengaruh dan menginspirasi orang lain. Tulisannya tidak hanya cerita

yang indah, tetapi juga membawa amanat. Kebanyakan buku-buku

Hamka memang bernuansa sedih, namun mengunggah perasaan orang

untuk terharu.9

Orang menyebutnya sebagai seorang sastrawan karena karya

sastranya yang terkenal diantaranya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,

Di Bawah Lindungan Ka’bah, Merantau ke Deli, dan belasan cerpen yang

terkumpul dalam di Di Dalam Lembah Kehidupan dan lain-lain. Tulisan

Hamka banyak terinspirasi dari pengarang yang berasal dari luar negeri.

Di dalam buku berjudul “Hamka sebagai pengarang roman” karya dari

Yunus Amir Hamzah, disebutkan beberapa pengarang yang

mempengaruhi Hamka, seperti Manfaluthi, Abduh, Mustafa, Sadik Rafi‟i,

Zaki Mubarak, Husain Haikal Pasya, Pierre Lotti, hingga Sokrates dan

9 Rusydi dan tim (ed.), “Perjalanan terakhir Buya Hamka”, Jakarta: Panji

Masyarakat, 1981, Hlm. 100

 

Page 19: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

7

plato.10

Gondokan pengaruh itulah yang membentuk diri Hamka lincah

dan produktif dalam karya sastranya.

Hamka dikenal pula sebagai budayawan yang cukup aktif dalam

berkegiatan, bukan hanya lewat artikel-artikelnya di banyak media saat

menyorot masalah kebudayaan, tapi juga terutama ketika Hamka tampil

memukau di hadapan publik di forum-forum resmi maupun seminar yang

membahas masalah-masalah mendalam yang menyangkut kebudayaan.

Ketika menjadi Pegawai Tinggi Kementerian Agama di tahun 50-an,

Hamka sering memimpin delegasi RI ke Manca Negara selaku ulama

yang konsern di bidang kebudayaan.11

Hamka pun juga diakui sebagai sejarawan publik, menurut H.M

Yunan Nasution (sahabat Hamka selama puluhan tahun), “Beliau sangat

„luar kepala‟ sejarah lama-lama, hubungan riwayat dari satu kurun ke

kurun yang lain, riwayat hidup ulama-ulama dan pejuang-pejuang Islam

dahulu kala; ingat tali-temalinya dan sambungannya, bahkan kadang-

kadang sampai tanggal dan bagaimana detail terjadinya sesuatu

peristiwa.”12

Dengan ingatan kuat dan tajam ini, maka Hamka menjadi

seorang yang ahli debat ulung. Suaranya serak-serak parau telah

menambah bobot tersendiri bagi penampilannya. Jadi, tidaklah berlebihan

kalau misalnya ada salah seorang sejarawan berasal dari Amerika Serikat,

yaitu James R.Rush, yang menulis dan mengukuhkan karyanya dengan

judul “Hamka Great Story”13

yang terbit pada 2017. Buku karya Hamka

yang cukup tebal, yaitu Sejarah Umat Islam, Ayahku, Jamaluddin Al

10

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”, (Jakarta,

CV.Puspita Sari Indah,1993), hlm. 4 11

Afif Hamka, dan kawan-kawan, “ BUYA HAMKA”, ( Jakarta, Uhamka Press,

2008). 12

Rusydi dan tim (ed.), “Perjalanan terakhir Buya Hamka”, Jakarta: Panji

Masyarakat, 1981, Hlm. 107 13

James R.Rush, “HAMKA’S GREAT STORY A Master Writer’s Vision of Islam for

Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2017)

 

Page 20: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

8

Afgani dan Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao, memberi alasan yang

kuat pada kita untuk menyebut Hamka menjadi seorang peminat dan

analisis sejarah yang serius.

Hamka memang sangat pantas disebut alimun abqariy, ulama jenius

yang pernah dimiliki dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia di

masanya.14

Hamka tidak hanya pernah mendapatkan gelar Doktor Honoris

Causa dari 2 kampus terkenal yaitu dari Kebangsaan University, Kuala

Lumpur Malaysia dan dari Al-Azhar University, Cairo Mesir. Hamka juga

bisa disebut sebagai seorang mufassir yang menulis karya masterpiece

dan monumental, yaitu Tafsir Al Azhar 30 Juz.

Ketika pada tahun 1964 saat rezim orde lama, Soekarno

menjebloskan Hamka ke penjara. Hamka dituduh melakukan perencanaan

pembunuhan terhadapnya. Musibah yang berat ini diterimanya dengan

tabah dan penuh tawakkal. Menurut Hamka, ini adalah sebuah anugerah,

karena selama di penjara Hamka bisa menyelesaikan karya besarnya,

Tafsir Al-Azhar. Karya tulis yang tidak mungkin dia selesaikan dalam

waktu singkat, mengingat kesibukannya sehari-hari. Apakah Hamka

dendam kepada Soekarno atas perbuatan yang pernah dilakukan

terhadapnya?, ternyata tidak sedikitpun ada rasa dendam yang

diperlihatkan. Bahkan, ketika Soekarno meninggal dunia, Hamka hadir

memimpin langsung shalat jenazah Soekarno. Sebuah Akhlaq dan suri

tauladan yang baik diperlihatkan oleh Hamka kepada kita semua. Hamka

tidak pernah menjadi pendendam, meskipun banyak orang yang

menzaliminya. Begitulah Hamka sampai akhir hayatnya tetap kokoh

sebagai ulama dan segala kualitas dimilikinya. Peneliti pun berharap

muncul Hamka-Hamka yang lain di Indonesia, tidak saja memiliki

14

Afif Hamka, dan kawan-kawan, “ BUYA HAMKA”, ( Jakarta, Uhamka Press,

2008).

 

Page 21: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

9

multitalenta dan ilmunya multidimensi, namun juga memilki akhlaqul

karimah yang baik.

Selain karena karya-karya tulis dan kualitas yang dimilikinya, Hamka

juga meninggalkan jejak dalam sejarah modern Islam di Indonesia.

Hamka termasuk pelopor jurnalisme Islam, yang berdakwah melalui

majalah pengetahuan dan kebudayaan Islam, yaitu Pedoman Masyarakat,

Gema Islam, dan tentunya Panji Masyarakat.

Hamka juga termasuk sebagai tokoh pengembangan gerakan dakwah

bagi kalangan masyarakat urban perkotaan, Imam Besar Masjid Agung

Al-Azhar yang mempelopori berdirinya sekolah-sekolah Islam Al-Azhar

yang sekarang menjadi model Lembaga Pendidikan Islam modern.

Hamka menjadi Imam Besar Masjid Agung Al-Azhar sampai akhir

hayatnya. Masjid diisi dengan pengajian rutin, yaitu pengajian setelah

subuh. Lalu dibangun pula tradisi pengajian untuk jemaah shalat Taraweh

di bulan Ramadhan yang pada masa itu belum ada model dakwah seperti

itu. Belakangan dakwah dari Hamka diminati berbagai lapisan

masyarakat, mulai dari kalangan pebisnis, karyawan, kuli, dan pendatang

baru. Pada awalnya banyak masyarakat tidak banyak melaksanakan

shalat, karena belum disentuh pesan-pesan dakwah. Namun masyarakat

mendengar kabar, bahwa ada Hamka yang sedang berdakwah, mereka

pun penasaran dan ingin melihat Hamka.15

Sejak saat itulah banyak dari

kalangan muslim datang ke Masjid Al-Azhar untuk mendengarkan

ceramah dan dakwah Hamka.

Masjid Agung Al-Azhar memang diakui sebagai pusat kegiatan

dakwah Buya Hamka. Dakwah Hamka sampai pula gaungnya ke daerah-

daerah pelosok di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Hamka

15

Wawancara dengan Afif Hamka di Universitas Al-Azhar Indonesia, pada tanggal

30 Oktober 2017. Pukul 10.00-12.00 Wib.

 

Page 22: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

10

menjadi pelopor dakwah gedongan/metropolitan berawal dari kawasan

kebayoran yang disebut sebagai kota satelit.16

Sehingga hal itu menjadi

model dakwah bagi masjid-masjid yang dibangun di kota-kota besar di

Indonesia.

Hamka diakui sebagai da‟i penyejuk umat yang menjadikan agama

bermakna di tengah arus sekularisme, sampai liberal. Meskipun secara

formal menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, yang akhirnya

mengundurkan diri lantaran teguh mempertahankan prinsipnya, ia adalah

“ayah” spiritual bagi segala lapisan masyarakat.

Dalam kiprah perjalanan hidupnya, Hamka tidak hanya menjadi ayah

dari tujuh putera dan tiga puterinya, anak-anak kandungnya. Namun ia

juga merupakan ayah bagi jutaan jemaahnya, umat pada umumnya. Di

mata anak kandungnya, Irfan Hamka, Hamka adalah sosok yang

menginspirasi. “Banyak prinsip hidup Ayah yang bisa menjadi pegangan

moral bagi masyarakat sekarang.”.17

Banyak tokoh-tokoh nasional yang memberikan pendapatnya atas

kiprah yang dilakukan oleh Hamka selama ini, terutama dalam dunia

dakwah dan perjuangannya untuk Bangsa Indonesia. Bagi Komaruddin

Hidayat, Hamka adalah seorang Ayah bagi negeri ini. “Ayah bukan hanya

dilihat secara biologis, tapi dia juga ayah bagi anak-anak didiknya, ayah

spiritualitas.”

Bagi Jusuf Kalla, Hamka merupakan ulama dan muballigh yang

hebat. Banyak ulama besar, tapi tidak menjadi muballigh yang besar.

“Ceramah beliau tidak pernah sama, bahkan lebih dari 36 kali, sangat

hebat.”

16

Wawancara dengan Afif Hamka di Universitas Al-Azhar Indonesia, pada tanggal

30 Oktober 2017. Pukul 10.00-12.00 Wib. 17

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa, menjadi ulama,

sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal menjemputnya. Jakarta. Republika

Penerbit. 2016. Hlm. 320

 

Page 23: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

11

Menurut mantan Ketua MUI Amidhan, Hamka adalah tokoh yang

menjunjung tinggi integritasnya sebagai manusia yang beriman. Hamka

tidak pernah berkompromi pada masalah aqidah. Bagi mantan Menko

Kesra Azwar Anas, Hamka adalah seseorang yang meneduhkan dan

mampu mendampingi serta memberi kekuatan saat ia berasa di titik

terbawah dalam hidup, termasuk saat kehilangan putrinya.18

Buya Hamka adalah sebuah nama yang memiliki berjuta catatan

sejarah yang sudah tertoreh pada setiap umat muslim di Indonesia. Baik

bagi mereka yang pernah hidup semasa dengan Buya, atau mereka yang

ketika Buya hidup masih kecil atau remaja sehingga belum mengenal

siapa Buya Hamka, bahkan juga mereka yang sama sekali tidak mengenal

Buya Hamka.19

Hamka merupakan sosok cendekiawan Indonesia yang memiliki

pemikiran membumi dan bervisi masa depan. Pemikiran, gagasannya

tidak hanya berlaku pada zamannya, namun masih sangat kontekstual di

masa kini. Produktivitas gagasannya di masa lalu sering menjadi sumber

inspirasi dan rujukan gagasan-gagasan kehidupan di masa kini.

Nasihat dan dakwahnya begitu sejuk, membumi, meneduhkan, dan

aktual. Pendengar RRI, Pemirsa TVRI, dan para jemaah lain yang sering

menghadiri taklim-taklim yang diisi oleh Hamka, setiap subuh seantero

tanah air sambil menyeruput nikmatnya seduhan kopi. Masyarakat

mendengarkan Kuliah Subuh-nya lewat siaran RRI, yang jadwalnya

tampil setiap Selasa subuh, pemandu siaran itu membacakan surat-surat

pendengar yang bertanya tentang berbagai hal, Buya menjawab langsung

18

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa, menjadi ulama,

sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal menjemputnya. Jakarta. Republika

Penerbit. 2016. Hlm. 320 19

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa, menjadi ulama,

sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal menjemputnya. Jakarta. Republika

Penerbit. 2016. Hlm. vii

 

Page 24: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

12

dengan bahasa nan sejuk. Dengan senyuman khas yang dimilikinya,

Hamka sebagai seorang ayah berjuta umat ini menyampaikan pesan-pesan

Ilahi yang menyejukkan di hati umat, lewat tutur bahasa yang santun dan

mudah dicerna.

Yang menjadi permasalahan bagi peneliti adalah mengapa dari

banyaknya ulama pada angkatan atau zaman Hamka, hanya nama Hamka

yang dikenal oleh masyarakat sehingga muncul sebuah pertanyaan faktor-

faktor apa saja yang membuat Hamka dikenang dan masih menjadi

rujukan sampai sekarang ini? Apa yang menjadi penyebab Hamka bisa

seperti itu? Peran Hamka sebagai ulama memang sangat besar, memiliki

fungsi yang sangat penting dalam rangka pembinaan umat Islam di

Indonesia, dakwah Hamka disampaikan melalui majelis ta‟lim, media

cetak maupun media elektronik. Hamka bertindak sebagai komunikator,

dan jamaah atau mad‟u sebagai komunikan, agar dapat memahami dan

mempelajari agama Islam yang turut membangun keimanan dan

ketaqwaan serta melatih amal saleh di kalangan umat Islam.

Komunikasi yang dipaparkan Hamka mengikuti keinginan dan selera

masyarakat yang selalu mengalami perubahan konteks sesuai dengan

zamannya. Dalam hal ini bagaimana gaya komunikasi Hamka dalam

penyampaian ceramah atau pidatonya dapat diterima dan diamalkan oleh

jama‟ahnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlu adanya

komunikasi antara Hamka dengan para jama‟aahnya. Hamka

menggunakan gaya komunikasi yang baik, yaitu komunikasi yang khusus

disebut komunikasi antarpribadi. Bagaimana cara mempengaruhi orang

lain dengan kata-kata yang diucapkan oleh Hamka, agar pesan dakwah

yang disampaikan secara efektif kepada komunikan. Maka yang menjadi

perhatian peneliti yaitu pada aspek personal Hamka itu sendiri, yang

menyampaikan dakwahnya menggunakan gaya komunikasi antarpribadi

 

Page 25: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

13

yang selalu sukses hingga bisa menarik perhatian dan mampu

mempengaruhi sikap serta tingkah laku mad‟u yang mendengarkannya.

Dengan mencermati fenomena-fenomena di atas, Peneliti tertarik

untuk menganalisa lebih mendalam bagaimana gaya komunikasi yang

diterapkan oleh Buya Hamka ketika berdakwah, sehingga penyampaian

dakwahnya bisa menyejukkan hati umat, mempengaruhi dan meyakinkan

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Tidak hanya itu, konsep atau

asumsi-asumsi tersebut menimbulkan „kegelisahan‟ akademik bagi

Peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul, “Komunikasi Islam

Buya Hamka”

B. Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang menjadi fokus kajian selanjutnya, yaitu:

1. Bagaimana Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam Buya Hamka?

2. Bagaimana Penerapan Unsur-Unsur Dakwah Buya Hamka?

C. Pernyataan Penelitian

Penelitian ini berasumsi bahwa komunikasi Islam yang dilakukan

oleh Buya Hamka telah menonjolkan hal-hal yang menarik dan dianggap

penting bagi dunia dakwah di Indonesia, melalui upayanya

mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, menetapkan standar

moral, dan menekankan solusi hingga merekomendasikan saran atas

masalah keimanan.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menjelaskan serta menggambarkan bagaimana komunikasi Islam yang

dilakukan oleh Buya Hamka. Dan bagaimana penerapan unsur-unsur

dakwah Buya Hamka?

 

Page 26: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

14

1. Manfaat Akademis

Secara teoritis untuk memperkaya khazanah dalam bidang ilmu

dakwah dan ilmu komunikasi terutama dalam pengembangan dan

memajukan dakwah Islamiyah. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat

untuk dapat menjadi sumber pengetahuan dalam bidang teori komunikasi,

bidang dakwah, bidang politik, bidang sosial, serta bidang lain yang

berkaitan dengan penelitian ini sehingga dapat memberikan pemahaman

khususnya bagi peneliti dan bagi pembaca. Dan peneliti juga berharap

penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi ilmuan yang tertarik

untuk melakukan penelitian atau pengembangan dalam bidang keilmuan

yang sama, serta diharapkan mampu memberikan sumbangsih dan

kontribusi terhadap studi komunikasi secara komprehensif, dan

pengetahuan guna melengkapi penelitian sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumbangan bagi para pelaku dakwah (da‟i), baik secara perorangan

maupun kolektif dalam merumuskan strategi yang paling tepat untuk

mengatasi problematika dakwah, serta untuk bisa mengetahui sejauh

mana komunikasi dakwah Buya Hamka yang akan diterapkan dalam

masyarakat. Dan tidak kalah penting penelitian ini dapat menjadi sumber

bagi institusi atau lembaga-lembaga baik politik maupun keagamaan

untuk dapat memberikan pemahaman, informasi dan sosialisasi agar

masyarakat semakin cerdas di era demokrasi dan informasi ini.

E. Studi Pustaka

Telah ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan

baik dalam aspek objek penelitian, subjek penelitian, bahkan pendekatan

dan teori serta metode penelitian yang menjadi referensi bagi peneliti

untuk menjadikannya sumber bacaan namun dari sumber tersebut peneliti

 

Page 27: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

15

berusaha mengkaji lebih dalam sehingga menjadikan konteks penelitian

ini berbeda dari penelitian sebelumnya.

Banyak peneliti yang menggali lebih dalam butir- butir tentang

Buya Hamka. Adapun yang menjadi kajian terdahulu dalam penelitian

ini sebagai berikut:

Penelitian yang pertama adalah tesis dengan judul “Jihad Menurut

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar”.20

Tesis ini ditulis oleh Khairil

Saleh, yang membahas dan berisikan tentang pengertian jihad menurut

Hamka, ayat-ayat yang berkaitan dengan jihad dan cara Hamka

memberikan penafsiran tentang ayat itu, objek jihad menurut Qur‟an serta

aplikasi jihad dalam sejarah Islam dan urgensi jihad pada zaman modern.

Adapun persamaan antara penulisan Tesis ini dengan Tesis Khairil Saleh

yaitu sama-sama membahas dari sisi personal Hamka. Sedangkan

perbedaannya dari isi atau konteks yang akan diteliti. Khairil Saleh

membahas bagaimana pengertian jihad menurut Hamka lewat tafsir Al-

Azhar, dan peneliti membahas bagaimana komunikasi yang diterapkan

Buya Hamka ketika berdakwah.

Penelitian yang kedua adalah tesis dengan judul “Konsep

Spiritualisasi Islam dalam Tafsir Al-Azhar, (telaah tentang pemikiran

Hamka dalam kesehatan mental).21

Tesis ini ditulis oleh sujiat yang

berisikan tentang konsep dasar spiritual Islam dalam kesehatan mental,

hakekat spritualisasi, sarana dan prasarana penunjang spiritualisasi Islam

menurut Hamka.

20

Khairil Saleh, “Jihad Menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar”, Tesis S2

Program Pascasarjana UIN Suska Riau, 2000. 21

Sujiat, “konsep spiritualisasi Islam dalam Tafsir Al-Azhar, (telaah tentang

pemikiran Hamka dalam kesehatan mental)”. Tesis S2 Program Pascasarjana UIN Suska

Riau, 2002.

 

Page 28: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

16

Penelitian berikutnya adalah tesis dengan judul “Metode Dakwah Bil-

Hikmah KH.Ahmad Dahlan.22

Tesis ini ditulis oleh Siti Marfu‟ah yang

membahas tentang bagaimana metode dakwah yang digunakan oleh

KH.Ahmad Dahlan dalam kegiatan berdakwahnya.

Penelitian ini berkaitan dengan dakwah bil-Hikmah sebagai sebuah

metode dakwah yang dimiliki oleh seorang tokoh yaitu KH. Ahmad

Dahlan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan historis, karena meneliti peristiwa-peristiwa

yang sudah berlalu yaitu perjalanan Dakwah tokoh KH.Ahmad Dahlan.

Adapun tekhnik pengumpulan data metode adalah dokumentasi.

Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif yaitu berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai,

atau makna terdapat di balik fakta. Kualitas, makna, dan nilai hanya bisa

diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa atau kata-kata.

Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa didalam dakwahnya

KH. Ahmad Dahlan menggunakan metode dakwah bil-hikmah sebagai

salah satu metode dakwah. Persamaan antara penelitian tesis ini dengan

penelitian Siti Marfuah, yaitu ingin melihat bagaimana cara penyampaian

dakwah dari masing-masing tokoh yang akan diteliti. Sedangkan

perbedaannya adalah mulai dari jenis penelitian, metode pengumpulan

data, dan teknik analisis datanya.

Pada penulisan tesis ini peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif eksploratif

yakni menggambarkan atau melukiskan secara jelas dan terinci mengenai

22

Siti Marfu‟ah. “Metode Dakwah Bil-Hikmah KH.Ahmad Dahlan”, Tesis S2

Magister Pemikiran Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta,

2016.

 

Page 29: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

17

suatu keadaan yang terjadi di lapangan secara objektif, sehingga

didapatkan fakta-fakta yang akan diselidiki.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan di atas, peneliti belum

melihat ada yang mengkaji bagaimana gaya komunikasi yang diterapkan

oleh Buya Hamka saat menyampaikan dakwahnya. Secara keseluruhan

apa yang mereka sajikan lebih mengarah kepada pendekatan metode dan

analisis data (buku). Terlebih lagi kepada Tafsîr al-Azhar, hukum Islam,

beserta pemikiran, pembaharuan, dan pendidikan Buya Hamka.

F. Landasan Teoritis

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa lepas dari

kehidupan manusia. Effendi menjelaskan bahwa untuk memahami

tentang komunikasi, kita harus melihat konsep tersebut dari dua

perspektif, yakni perspektif umum dan perspektif paradigmatik.23

Perspektif umum, manusia secara kodrati, akan selalu terlibat

dalam komunikasi. Komunikasi dapat terjadi sebagai konsekuensi logis

dari adanya hubungan sosial (social relations). Dalam kehidupan

masyarakat, manusia selalu berhubungan, sekalipun hanya 2 orang.

Bertolak dari hubungan tersebut maka timbullah interaksi sosial (social

interaction). Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya

interkomunikasi (intercommunication) di antara individu yang

bertemu. Dari perspektif umum, komunikasi dapat dilihat dari 2 segi,

yakni pengertian secara etimologis dan pengertian secara

terminologis.

Pengertian secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa

latin Communicatio. Kata Communicatio bersumber dari kata

Communis, yang berarti “sama”, yakni “sama makna”. Jadi sama

23

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung: Remadja Karya.

 

Page 30: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

18

makna tentang sesuatu hal. Dengan mengacu pada etimologis, Effendi

menjelaskan bahwa komunikasi akan berlangsung apabila terdapat

kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Jadi,

berlangsung atau tidaknya suatu komunikasi antar manusia, tergantung

pada seberapa jauh orang mengerti pernyataan-pernyataan yang

disampaikan oleh lawan bicaranya.24

Sedangkan pengertian secara terminologis, komunikasi berarti

proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang

lain.25

Pengertian ini membawa kita pada suatu kesimpulan bahwa

komunikasi dapat terjadi apabila terlibat sejumlah orang, dan ada

seseorang yang menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Perspektif yang selanjutnya adalah paradigmatik. Secara

paradigmatik, komunikasi mengandung tujuan-tujuan tertentu. Oleh

karena itu, komunikasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti

secara lisan, tulisan, tatap muka, melalui radio, televisi, surat kabar,

film, bahkan dapat pula melalui surat, telepon, papan pengumuman,

poster, spanduk, internet, faksimile, intranet, dll. Jelas kiranya bahwa

komunikasi dalam pengertian paradigmatik bersifat intensional,

memiliki tujuan.

Berdasarkan pengertian paradigmatik, Effendi memberi batasan

komunikasi sebagai berikut. “Komunikasi adalah proses suatu pesan

oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan

maupun secara langsung melalui media”.26

24

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung: Remadja Karya. 25

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung: Remadja Karya 26

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung: Remadja Karya

 

Page 31: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

19

2. Dakwah Islam

Dakwah adalah sesuatu yang integral dalam Islam. Apabila

seseorang menyebut kata „dakwah‟ kata itu tidak perlu lagi ditambah

dengan kata „Islam‟, sebab yang dimaksudkan adalah „dakwah Islam‟.

Dalam kamus antara lain, Lisan al-Arab karya ibn Manzur jamal al-Din

Muhammad bin Mukarram Al-Ansari, ketika memberikan penjelasan

tentang arti kata da’a, hanya dikemukakan dengan dua pengertian saja,

yaitu dengan arti permohonan do‟a (ishtighotsah) dan pengabdian

(ibadah) kepada Allah SWT.27

Dakwah menurut pengertian bahasa

(lughawi) berasal dari bahasa Arab: da’a, yad’a, da’watan, yang

berarti memanggil, menyeru, dan mengajak.28

Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan

menciptakan masyarakat yang Islami sesuai dengan ajaran Islam.

Secara tidak langsung (dakwah=komunikasi) mempunyai perangkat-

perangkat komunikasi yang disebutkan oleh Dr. Harold D Lasweel,

seorang professor dalam bidang ilmu hukum pada universitas Yale,

Amerika Serikat. “Bahwa Komunikasi merupakan jawaban, who

(siapa), say what (menyatakan apa), in which channel (melalui media

apa), to whom (kepada siapa). With what effect (berdampak apa)‟.29

Menurut dia ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi berjalan

dengan lancar, yakni:

27

Lihat ibnu Manzur jamal al-Din Muhammad bin Mukarram al-Ansari, lisan Al-

Arab (Kairo: Dar al-Mishriyah li al-taklif wa al-tarjamah), selanjutnya disebut Lisan

al”Arab-Julid 18,hlm. 281 28

Muhammad Fath al-Bayanuni, Al-Madkhal Ha‟Ilmi Dakwah, (Madinah:

Muassah al-Risalah,1994), hlm. 200 29

D.Jamalil Abidin Ass., Komunikasi dan Bahasa Dakwah: (Jakarta: Gema Insani

Press, 1996), cet ke-1 hlm. 16-17

 

Page 32: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

20

1. Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender

(pengirim komunikasi)

2. What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan

komunikasi.

3. Whom (kepada siapa) yang kemudian disebut komunikasi atau

receiver (khalayak)

4. Channel (media apa) yang kemudian disebut sebagai sarana atau

media

5. Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau

efek komunikasi yang di implementasikan dalam umpan

balik(feed back).

Buku komunikasi dakwah lebih lanjut menjelaskan bahwa

komunikasi itu bukan hanya antara manusia, melainkan juga antara

makhluk lainnya, antara manusia dengan penciptanya (transdental

Communication), atau antara manusia dengan dirinya. Artinya apa?

Bahwa komunikasi itu sangat universal tidak hanya pada manusia

semata tetapi lingkungan dan isinya.

3. Komunikasi Antarpribadi

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai

suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling

berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan

tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi

antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan

menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan

makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah

kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi

terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.30

30

S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi ( Jakarta : Universitas Terbuka, 1994)

 

Page 33: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

21

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah

proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2

orang atau lebih di dalam suatu kelompok manusia kecil dengan

berbagai efek dan umpan balik (feed back).31

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu prosesional

di mana orang-orang yang terlibat di dalamya saling mempengaruhi.

Sebagaimana diungkapkan oleh Devito (1976) bahwa, komunikasi

antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan

diterima oleh orang yang lain, atau kelompok orang dengan efek dan

umpan balik yang langsung.32

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung

dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara

terorganisasi maupun pada kerumunan orang.33

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah

penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang

lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan

dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.34

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap

reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal.

Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua

31

W. A. Widjaja,komunikasi dan hubungan masyarakat (Jakarta : Bumi

Aksara,1993). 32

Alo Liliweri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi (Bandung : PT.

Aditya Bakti, 33

Wiryanto. 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo. 34 Joseph, A, DeVito. 1989. The Interpersonal Communication Book, Professional

Book, Jakarta.

 

Page 34: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

22

orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid

dan sebagainya.35

G. Metodologi Penelitian

Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah,

maka metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat

memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode

penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang

digunakan dalam suatu kegiatan penelitian.36

Pada metodologi penelitian

ini, Peneliti akan menjabarkan tentang paradigma penelitian, jenis

penelitian, jenis dan sumber data, prosedur/teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data. Sebagaimana Peneliti uraian berikut ini:

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang

menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan

sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma

penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu

masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab

masalah penelitian.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma kontruktivis ini lebih

menekankan pada suatu realita dari yang paling umum hingga yang

paling khusus. Paradigma ini memandang komunikasi sebagai suatu

proses produksi dan pertukaran makna. Dua hal yang menjadi

karakteristik penting dari paradigma ini adalah politik pemaknaan dan

35 Deddy Mulyana dan Jalalludin Rakhmat. 2005. Ilmu Komuniasi Suatu

Pengantar.Bandung PT. Remaja Rosdakarya. 36

Afifi Fauzi Abbas : Metode Penelitian, cet.I, Jakarta: 2010

 

Page 35: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

23

proses seseorang membuat gambaran tentang realitas dan komunikasi

sebagai sebuah kegiatan yang dinamis.37

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk sebagai penelitian kualitatif. Rancangan

penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan, seperti orang yang mau

piknik, sehingga ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi tentu belum

tahu pasti apa yang di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki obyek,

dengan cara membaca berbagai informasi terlebih tertulis, gambar-

gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktivitas orang yang ada di

sekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya.38

Proses penelitian

kualitatif juga dapat diibaratkan seperti orang asing yang mau melihat

pertunjukkan wayang kulit atau kesenian, atau peristiwa lain. Ia belum

tahu apa, mengapa, bagaimana wayang kulit itu. Ia akan tahu setelah ia

melihat, mengamati, dan menganalisis dengan serius.

Ada dua pertimbangan mengapa peneliti menggunakan paradigma

tersebut: Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda, dan data yang digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah data kualitatif (data yang tidak berupa angka-

angka)39

. Dan Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dengan yang diteliti. Dengan memilih metode

kualitatif ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap

dan akurat.

37

Eriyanto, Analisis Framing :Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta : LKIS,

2005), hal 42. 38 Sugiyono, Memahami Penelitian kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2014), hlm.

16 39

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, “ hlm. 6

 

Page 36: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

24

3. Teknik Pengumpulan data

Salah satu pekerjaan dalam penyusunan karya ilmiah adalah

pengumpulan data. Sebab itu, peneliti mencari data ke perpustakaan yang

satu kepada perpustakaan lainnya. Dalam mengumpulkan data-data yang

saat penelitian, peneliti menggunakan tiga teknik, yaitu:

a. Observasi, adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala

subyek yang diselidiki.40

Artinya observasi itu adalah suatu

metode pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian

langsung ke tempat yang dijadikan objek penelitian. Disini peneliti

akan langsung datang dan mengamati secara langsung bagaimana

model komunikasi dakwah dari Buya Hamka melalui buku-buku

karangan Hamka, ataupun dari karangan orang lain yang berkaitan

dengan Hamka. Selain itu ditambah dengan segala sesuatu yang

dapat dijadikan sebagai rujukan, seperti ceramah Buya Hamka di

TVRI dan RRI, ataupun ceramah para pakar terkait dengan objek

pembahasan yang didownload dari laman Youtube.

b. Wawancara (Interview), yaitu cara yang digunakan kalau

seseorang untuk tujuan sesuatu tertentu mencoba mendapatkan

keterangan secara lisan dari seseorang responden dengan

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.41

Wawancara

dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan

para pihak-pihak yang berkaitan, seperti putra-putri dari Buya

Hamka yaitu Afif Hamka, Fathiyah Hamka, dan Shaqib Hamka.

40

Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi

Ilmiah), Bandung: C.V Tarsito, 1975. 41

Koentjaraningrat : Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT

Gramedia, 1985

 

Page 37: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

25

Beserta orang-orang yang sudah bertemu dengan Buya Hamka

secara langsung, ataupun hanya mendengar cerita dari orang lain.

c. Dokumentasi, merupakan pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen.42

Dalam hal ini penulis mengambil

dokumen dan arsip-arsip laporan yang ada seperti foto, artikel,

dll. Sebagai objek penelitian serta data-data dari literatur dan

referensi yang berhubungan dengan judul penelitian ini.

4. Sumber Data

Sumber data adalah segala keterangan (informasi) mengenai ha-hal

yang berkaitan dengan tujuan penelitian.43

Jadi dengan demikian tidak

semua informasi atau keterangan merupakan data. Adapun jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 macam yaitu jenis data

primer dan data sekunder.44

Adapun yang menjadi sumber data dari penelitian ini dapat

digolongkan kepada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan data utama untuk melihat bagaimana media dakwah

yang digunakan oleh Buya Hamka. Data ini diperoleh dengan

mengumpulkan buku-buku, peninggalan yang berkaitan dengan media

dari Buya Hamka.

Kemudian ada data sekunder, yakni data yang diperoleh dari sumber

lain selain sumber utama. Maksudnya adalah data-data yang mendukung

atau pelengkap dalam penelitian ini. Data yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara yang dapat dimanfaatkan sebagai salah

satu sumber tambahan, misalnya hasil wawancara, literatur- literatur,

dokumen-dokumen, buku-buku pengetahuan, artikel dan lain- lain. Data

42

Husaini Usman dkk : Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara, 2008 43 Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Kualitatif, “ hlm.26. 44

Tatang M.Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, Cet.Ke 3, (Jakarta : Raja

Grafindo Persada,1995), hlm. 30

 

Page 38: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

26

sekunder pada umumnya berbentuk catatan atau laporan data

dokumentasi yang diperoleh dari tempat penelitian yang dipublikasikan

atau data-data yang diperoleh dari literatur dan pustaka yang

berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder ini terutama sangat

penting untuk membangun kerangka pembahasan. Yang dimaksud dapat

berupa buku Tasawuf Modern, Tafsîr al-Azhar, Falsafah Hidup dan

berbagai karangan beliau yang lainnya, seperti Dari Lembah Cita-cita,

Pribadi, Dari Perbendaharaan Lama, Lembaga Budi, Iman dan Amal

Shaleh, Ghirah dan Tantangannya terhadap Islam, Pandangan Hidup

Muslim dan lain sebagainya. Biografi dapat berupa tulisan orang lain

maupun anaknya sendiri, seperti Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr.

Hamka karya Rusydi Hamka, dan buku karya Irfan Hamka,

Ayah…Kisah Buya Hamka Masa Muda, Dewasa, Menjadi Ulama,

Sastrawan, Politisi, Kepala Rumah Tangga, Sampai Ajal

Menjemputnya.45

5. Teknik Analisis Data/ Langkah-Langkah Penelitian

Analisis data adalah suatu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.46

Setelah seluruh data yang peneliti peroleh baik seperti observasi,

interview, maupun studi dokumentasi. Data tersebut lalu dianalisa dengan

analisa kualitatif, yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara

45

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa, menjadi ulama,

sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal menjemputnya. Jakarta. Republika

Penerbit. 2016. 46

Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya 2014), cet. Ke 11, hlm .248

 

Page 39: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

27

tertulis serta lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu

yang utuh47

. Lalu di interpretasikan sedemikian rupa dengan metode

deduktif. Adapun metode yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif

eksploratif yakni menggambarkan atau melukiskan secara jelas dan

terperinci mengenai suatu keadaan yang terjadi dilapangan secara

objektif, sehingga didapatkan fakta-fakta yang diselidiki.48

47

Sugiono : Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif R&D, Cetakan ke VII,

Jakarta, CV Alfabeta, 2009 48

Husaini Usman dkk : Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara, 2008.

 

Page 40: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

28

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa

lepas dari kehidupan manusia. Effendi menjelaskan bahwa

untuk memahami tentang komunikasi, kita harus melihat

konsep tersebut dari dua perspektif, yakni perspektif umum

dan perspektif paradigmatik.69

Perspektif umum, manusia secara kodrati, akan selalu

terlibat dalam komunikasi. Komunikasi dapat terjadi sebagai

konsekuensi logis dari adanya hubungan sosial (social

relations). Dalam kehidupan masyarakat, manusia selalu

berhubungan, sekalipun hanya 2 orang. Bertolak dari

hubungan tersebut maka timbullah interaksi sosial (social

interaction). Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya

interkomunikasi (intercommunication) di antara individu yang

bertemu. Dari perspektif umum, komunikasi dapat dilihat dari

2 segi, yakni pengertian secara etimologis dan pengertian

secara terminologis.70

Pengertian secara etimologis, komunikasi berasal dari

bahasa latin Communicatio. Kata Communicatio bersumber

dari kata Communis, yang berarti “sama”, yakni “sama

makna”. Jadi sama makna tentang sesuatu hal. Dengan

69

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung: Remadja

Karya. 70

Soleh Soemirat, Hidayat Satari, Asep Suryana, 2007, “ Komunikasi

Persuasif”, Jakarta: Universitas Terbuka

 

Page 41: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

29

mengacu pada etimologis, Effendi menjelaskan bahwa

komunikasi akan berlangsung apabila terdapat kesamaan

makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Jadi,

berlangsung atau tidaknya suatu komunikasi antar manusia,

tergantung pada seberapa jauh orang mengerti pernyataan-

pernyataan yang disampaikan oleh lawan bicaranya.71

Sedangkan pengertian secara terminologis, komunikasi

berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang

kepada orang lain.72

Pengertian ini membawa kita pada suatu

kesimpulan bahwa komunikasi dapat terjadi apabila terlibat

sejumlah orang, dan ada seseorang yang menyatakan sesuatu

kepada orang lain.

Perspektif yang selanjutnya adalah paradigmatik. Secara

paradigmatik, komunikasi mengandung tujuan-tujuan tertentu.

Oleh karena itu, komunikasi dapat dilakukan melalui berbagai

cara, seperti secara lisan, tulisan, tatap muka, melalui radio,

televisi, surat kabar, film, bahkan dapat pula melalui surat,

telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, internet,

faksimile, intranet, dll. Jelas kiranya bahwa komunikasi dalam

pengertian paradigmatik bersifat intensional, memiliki tujuan.

Berdasarkan pengertian paradigmatik, Effendi memberi

batasan komunikasi sebagai berikut. “Komunikasi adalah

proses suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau

71

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung: Remadja

Karya. 72

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung: Remadja

Karya

 

Page 42: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

30

perilaku, baik langsung secara lisan maupun secara langsung

melalui media”.73

Dalam buku Teori Komunikasi Littlejohn & Foss tahun

2009, komunikasi adalah sebuah sistem (misalnya telepon atau

telegraf) untuk menyampaikan sebuah informasi dan

perintah.74

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

komunikasi merupakan suatu proses penyampaian suatu

informasi, baik berupa pesan, simbol, ide atau gagasan yang

dilakukan oleh komunikator atau pengirim pesan kepada

komunikan atau penerima pesan.

Dari pengertian komunikasi yang telah diuraikan di atas,

terdapat beberapa unsur yang menjadi prasyarat terjadinya

suatu komunikasi. Adapun unsur-unsur komunikasi menurut

H. A. W. Widjaja, adalah sebagai berikut:75

1) Sumber (Source)

Sumber dasar yang digunakan dalam rangka penyampaian

pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu

sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan

sejenisnya.

73

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung: Remadja

Karya 74 Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta:

Salemba Humanika.

75 H.A Widjaja, (2010). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan

Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Page 43: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

31

2) Komunikator

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,

menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti

radio, surat kabar dan lain sebagainya. Dalam penyampaian

pesan terkadang komunikator dapat menjadi komunikan

dan begitu pula sebagainya.76

3) Komunikan

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam

tiga jenis yaitu personal, kelompok dan massa.77

4) Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan

oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan

(tema) sebagai perintah di dalam usaha mencoba mengubah

sikap dan tingkah laku komunikan.78

5) Saluran (Channel) atau media

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat

diterima melalui panca indera atau menggunakan media.

6) Hasil (Effect)

Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap

dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita

inginkan. Jadi apabila sikap atau tingkah laku orang lain

76 H.A Widjaja, (2010). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan

Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

77 H.A Widjaja, (2010). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan

Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

78 H.A Widjaja, (2010). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan

Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Page 44: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

32

tersebut sesuai dengan keinginan kita, berarti komunikasi

dapat dikatakan berhasil demikian pula sebaliknya.

Dari unsur-unsur komunikasi di atas, dapat dikatakan

berlangsungnya proses komunikasi yang dilakukan oleh

komunikan dan komunikator, komunikator menyampaikan

pesan atau keinginan kepada komunikan yang mempengaruhi

komunikan sehingga komunikan menyampaikan tanggapan

atau feedback. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses

komunikasi terdapat unsur-unsur yang mendukung terjadinya

proses komunikasi antara lain yaitu sumber, komunikator,

komunikan, pesan, saluran dan hasil.

B. Hakikat Dakwah Islam

Secara etimologis atau bahasa, kata dakwah berasal dari

bahasa Arab, yang berarti seruan, ajakan, atau jamuan. Bentuk

kata tersebut dalam bahasa Arab دعوة disebut masdar, diambil

dari kata kerja دعا يدعو yang berarti menyeru, memanggil,

mengajak atau menjamu.79

Dalam Kamus Kontemporer Arab-

Indonesia yang disusun oleh Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi

Muhdlor, dakwah diambil dari kata دعا يدعو دعوة – yang berarti

panggilan atau seruan. Selain itu kata dakwah berasal dari

bahasa Arab, yaitu da’a-yad’u-da’watan, artinya mengajak,

menyeru, memanggil.80

Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan

disebut da’i (isim fail), artinya orang yang menyeru. Tetapi

79

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Hidakarya

Agung, 1990). 80

Tabik Ali, Ahmad Zudli Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-

Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1998).

 

Page 45: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

33

karena perintah memanggil atau menyeru adalah suatu proses

penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka

pelakunya dikenal juga dengan istilah muballigh, artinya

penyampai atau penyeru.

Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, kata dakwah

dalam Alquran dan kata-kata yang terbentuk darinya tidak

kurang dari 213 kali.81

Terlepas dari beragamnya makna istilah

ini, pemakaian kata dakwah dalam masyarakat Islam, terutama

di Indonesia, adalah sesuatu yang tidak asing. Arti dari kata

dakwah yang dimaksudkan adalah “seruan” dan “ajakan”.

Kalau kata dakwah diberi arti “seruan”, maka yang

dimaksudkan adalah seruan kepada Islam atau seruan Islam.

Demikian juga hal nya kalau diberikan arti “ajakan”, maka

yang dimaksud adalah ajakan kepada Islam atau ajakan Islam.

Kecuali itu “Islam” sebagai agama disebut “agama dakwah”,

maksudnya adalah agama yang disebarluaskan dengan cara

damai, tidak lewat kekerasan.82

Dengan demikian, secara etimologi dakwah dan tabligh

merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-

pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan

agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.

Sedangkan secara terminologi atau secara istilah, para

ulama memberikan beberapa definisi yang bervariasi, antara

lain:

81

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Amzah, 2013). 82

M.Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, ( Jakarta:

Kencana, 2006)

 

Page 46: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

34

a. Nasarudin latif menyatakan, bahwa dakwah adalah suatu

aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat

menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk

beriman dan menaati Allah SWT. Sesuai dengan garis-

garis akidah dan syariat serta akhlak islamiyah.83

b. Toha Yahya oemar mengatakan bahwa, dakwah adalah

mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan

yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan

akherat.84

c. Menurut A.Hasjmy, dakwah islamiyah yaitu mengajak

orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan

syariah islamiyah yang terlebih dahulu telah diyakini dan

diamalkan oleh pendakwah sendiri.85

Ketika dakwah dinyatakan sebagai ilmu, pertanyaan

mendasar yang membedakan ilmu dakwah dengan ilmu yang

lainnya adalah berkaitan dengan ontologi dakwah atau

menanyakan tentang hakikat dakwah yang berbeda dengan

aktivitas lainnya. Pembahasan tentang hakikat dakwah Islam

berarti pembahasan tentang hakikat dakwah yang membahas

tentang makna dasar dari istilah dakwah dan sinonimnya.

Dengan mengkaji makna dasar itulah akan terungkap hakikat

83

A.Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2010, hlm. 9 84

Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1997, Cet. Ke-

1, hlm. 1 85

A.Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, Jakarta, Bulan

Bintang, 1884, hlm.18

 

Page 47: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

35

dakwah yang sesungguhnya dan dapat dijadikan sebagai

landasan untuk pengembangan epistemologi dakwah.86

a. Prinsip-prinsip Dakwah Islam

Dakwah yang baik adalah dakwah yang dibangun di atas

prinsip-prinsip dasar yang benar. Prinsip dakwah menjadi

pedoman dasar dalam pelaksanaan dakwah di lapangan.

Prinsip-prinsip tersebut diturunkan dari Al-Qur’an dan praktik

dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah serta para sahabat,

Tabiin dan para ulama. Sebagai generasi penerus aktivis

dakwah pada masa sekarang. Meskipun problem dan tantangan

dakwah pada masa sekarang berbeda dengan generasi

sebelumnya, namun prinsip-prinsip dakwah yang mereka

terapkan tetap relevan untuk dikembangkan pada masa

sekarang. Adapun prinsip-prinsip dakwah Islam yang

dimaksud adalah sebagai berikut:87

1. Tidak Ada Pemaksaan dalam Menyebarkan Dakwah Islam

2. Mulai dari Diri Sendiri ( Ibda’ Binafsik)

3. Dakwah Dilakukan dengan Menggunakan Prinsip

Rasionalitas

4. Dakwah Ditujukan untuk Semua Manusia dan Melepaskan

Diri dari Fanatisme

5. Memberikan Kemudahan Kepada Umat

6. Memberi Kabar Gembira dan Bukan Kabar yang Membuat

Umat Lari

86

Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

September 2013). 87

Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

September 2013).

 

Page 48: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

36

7. Jelas dalam Pemilihan Metode Dakwah

8. Memanfaatkan Berbagai Macam Media

9. Mempersatukan Umat dan Tidak Menceraiberaikan Umat

Hamka telah menerapkan beberapa prinsip-prinsip dalam

dakwah Islam. Dakwah yang dilakukannya dengan

menggunakan prinsip rasionalitas (Pemikiran yang tersusun

secara sistematis). Kuat dalam memegang prinsip-prinsip

keislaman. Seperti memberikan kemudahan pada umat, dan

memberi kabar gembira dan bukan kabar yang membuat umat

lari. Serta memiliki keteladanan diantaranya adalah jelas

dalam memilih metode dakwah, ada tiga metode dakwah yang

dilakukan oleh Hamka, yaitu metode dakwah bil lisan, dakwah

bil qalam, serta dakwah bil hal. Memanfaatkan berbagai

macam media.

b. Dakwah yang Sistematik

Secara teoritik, dakwah merupakan sebuah sistem yang

tersusun dari subsistem-subsistem da’i, objek dakwah, metode

dakwah, materi dakwah, dan tujuan dakwah. Dalam kegiatan

dakwah tidak bisa dilakukan oleh satu subsistem saja. Minimal

ada tiga subsistem yang saling terkait yaitu orang yang

mengajak (subjek dakwah), orang yang diajak (objek dakwah),

dan materi yang disampaikan.88

Sebagai contoh, suami

mengajak istrinya untuk shalat. Aktivitas semacam ini

merupakan aktivitas dakwah. Suami sebagai da’I (subjek

dakwah), istri sebagai objek dakwah, dan shalat sebagai materi

88

Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

September 2013).

 

Page 49: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

37

dakwah. Kegiatan dakwah akan semakin baik dan efektif

apabila didukung oleh subsistem lainnya seperti metode,

media, tujuan dan evaluasi dakwah.89

Dalam praktik di lapangan, kegiatan dakwah hendaknya

dilakukan secara sistematik. Karenanya dakwah membutuhkan

gerakan atau pengorganisasian. Manusia terbatas dengan

berbagai kelemahan dan kekurangan, akan tetapi apabila

bersatu dalam sebuah penataan, kekurangan satu dengan yang

lainnya akan tertutupi dan terlengkapi.

Untuk menggerakkan dakwah, selain membutuhkan tenaga

profesional, dakwah juga membutuhkan wahana atau situasi

yang memungkinkan dakwah bisa berkembang dengan baik.

Dalam tataran realitas dakwah belum dijadikan sebagai bagian

dari sistem kehidupan bermasyarakat. Dakwah masih

diposisikan secara marginal untuk urusan-urusan akhirat.

Dakwah tidak pernah diperhitungkan sebagai bagian yang bisa

menyumbang atau merusak tatanan masyarakat. Oleh karena

itu, memosisikan dakwah secara sistematik dan terstruktur

dapat meningkatkan peran dakwah dalam kehidupan

bermasyarakat dan berbangsa.90

89

Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

September 2013). 90

Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

September 2013).

 

Page 50: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

38

C. Hakikat Komunikasi Islam

Keilmuan komunikasi telah mencapai proses publikasi yang

signifikan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan dalam

kajian secara ilmiah, eksistensinya telah menjadi suatu

kebutuhan pengkajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan

secara spesifik. Dengan demikian, komunikasi tidak terlepas

dari keilmuan filsafat untuk memberikan penjelasan tentang

keberadaan manusia dengan bentuk komunikasi yang berlaku

pada dirinya.

Ada dua macam bentuk pengetahuan, pengetahuan yang

yang bukan berasal dari usaha aktif manusia, dan pengetahuan

yang berdasarkan dari hasil aktif manusia. Pengetahuan yang

pertama didapatkan manusia dari wahyu, sedangkan

pengetahuan yang kedua adalah diperoleh melalui indra dan

akal pikiran. Pengetahuan dalam bentuk kedua bisa disebut

sebagai pengetahuan ilmu (sains). Dan pengetahuan filsafat.91

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara

manusia baik individu atau kelompok. Dalam kehidupan

sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari

kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah

berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang

pertama kali pada saat ia dilahirkan adalah suatu tanda

komunikasi.92

91

Sirajuddin Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, (Cet. IV

Jakarta: Rajagrafindo persada, 2010). 92

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

(Cet.XXII: Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009).

 

Page 51: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

39

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka

Harold D.Lasswell mengemukakan fungsi dari komunikasi

antara lain:

1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya

2. Manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat

mereka berada

3. Dapat melakukan transformasi warisan sosial kepada

generasi berikutnya.93

Dari proses komunikasi yang dikemukakan di atas, terdapat

cendikiawan muslim yang banyak terpublikasi keilmuan dan

pemikirannya dalam disiplin bidang ilmu komunikasi.

Jalaludin Rahmat, banyak memberikan pemikirannya tentang

dunia komunikasi.

Dalam bukunya berjudul “Psikologi Komunikasi”94

yang

ditulisnya, memaparkan bahwa komunikasi ada di mana-mana,

di rumah, di kampus, di kantor, di masjid, bahkan di bioskop.

Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah

penelitian mengatakan bahwa 70% waktu bangun kita

digunakan untuk berkomunikasi.

Kualitas hidup kita bisa meningkat dengan kita bisa saling

memahami dan mengerti. Kita dapat mempelajari berbagai

tinjauan tentang komunikasi, tetapi penghampiran psikologi

yang menarik. Psikologi melihat komunikasi sebagai perilaku

93

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Cet.XII Jakarta:

Rajagrafindo persada, 2011). 94

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Cet.XXVII:

Bandung”Remaja Rosdakarya, 2009).

 

Page 52: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

40

manusiawi, menarik, dan melibatkan siapa saja dan dimana

saja.95

Dunia komunikasi telah pada pencapaian dominasi segala

aspek kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan

tersebut, komunikasi pada sisi Islam sedianya telah menjadi

suatu ilmu pengetahuan yang mengarah pada nilai-nilai ajaran

agama, meskipun dalam pandangan keilmuan terdapat sudut

pemikiran yang berbeda.

Keilmuan komunikasi Islam dipandang perlu untuk

diperbincangkan. Wacana komunikasi Islam masih sangat

muda dibandingkan dengan komunikasi konvensional yang

telah mapan dan dikenal selama ini. Komunikasi Islam

mendapat perhatian yang serius ketika muncul buku berjudul

“Communication Theory”, “Islamization Of Communication

Theory” oleh Mohd. Yusof Hussain tahun 1986, dan liputan

komunikasi Islam pada tahun 1993 melalui jurnal media.

Culture dan Society yang terbit di London.96

Seperti apa dan bagaimana hakikat komunikasi Islam itu?

Menurut A.Muis, bahwa teori komunikasi Islam tergolong

dalam kelompok teori komunikasi teokrasi seperti halnya

komunikasi religius lainnya. Ihwal yang membedakan

komunikasi Islam dengan teori komunikasi umum adalah latar

belakang filosofi (Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah) dan aspek

etikanya yang dilandaskan filosofi tersebut. Etika komunikasi

95

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Cet.XXVII:

Bandung”Remaja Rosdakarya, 2009). 96

Andi A.Muis, Komunikasi Islami, (Cet.1: Bandung:Remaja

Rosdakarya, 2001)

 

Page 53: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

41

Islami secara umum kurang lebih sama dengan etika

komunikasi umum. Isi perintah dan larangan sama, yang

membedakan cuma sanksi dan pahala.97

Dalam khazanah ilmu komunikasi menurut Deddy

Mulyana, komunikasi transendental merupakan salah satu

bentuk komunikasi di samping komunikasi antarpesona,

komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Komunikasi

transendental adalah komunikasi antara manusia dengan

Tuhan. Dalam komunikasi transendental para partisipannya

adalah manusia dan Allah.98

Eksistensi komunikasi Islam senantiasa harus berpedoman

atau merujuk pada nilai-nilai ajaran Islam, sumbernya adalah

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Menurut

Wahyu Ilaihi tentang potensi komunikasi dalam Al-Qur’an.

Komunikasi adalah sesuatu yang urgen dalam kehidupan umat

manusia. Oleh karenanya, kedudukan komunikasi dalam Islam

mendapat tekanan yang cukup kuat bagi manusia sebagai

anggota masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan. Terekam

dengan jelas bahwa tindakan manusia tidak hanya pada

lingkungan hidup saja, melainkan juga kepada Tuhannya.99

Dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat yang

menggambarkan tentang komunikasi. Salah satunya adalah

97

Andi A.Muis, Komunikasi Islami, (Cet.1: Bandung:Remaja

Rosdakarya, 2001) 98

Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, (Cet.III: Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2005). 99

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, ( Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010).

 

Page 54: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

42

dialog antara Allah SWT, malaikat, dan manusia. Dialog

tersebut dapat dibaca dalam Q.S Al-Baqarah (2:31-33):

31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

mamang benar orang-orang yang benar!"

32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami

ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami;

Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-

nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-

nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu,

bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan

mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"100

Ayat di atas menginformasikan kepada kita bahwa

komunikasi itu adalah proses komunikasi dalam memperoleh

pengetahuan dan mengenali benda-benda di sekitar kita.101

100

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 2 Surat

Al-Baqarah Ayat 31-33,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006) 101

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, ( Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010).

 

Page 55: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

43

Komunikasi Islam versi dakwah dalam proses penyampaian

pesan kepada komunikan, maka dalam komunikasi Islam ada

tiga unsur, yaitu:

a. Sumber primer, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan

pada komunikasi umum informasi bersifat primer

didapatkan dari pemegang otoritas langsung atau first

hand information seperti tesis, surat, jurnal, dll.

b. Sumber sekunder, berasal dari Ijma, Qias, fatwa sahabat,

amal pendudukan madinah. Sedangkan umum didapatkan

dari tulisan atau perkataan menjelaskan sumber primer.

c. Sumber tertier, berasal dari pesan-pesan atau informasi

yang memunculkan ilmu yang baru, sedangkan pada

komunikasi umum berasal dari informasi-informasi yang

lainnya.102

Sudut pandang komunikasi Islam dalam frame dakwah,

tidak sekedar menyiarkan informasi yang bersifat informatif

akan tetapi dapat harapan besar dari komunikator (da”i) untuk

adanya perubahan ke arah lebih baik terhadap komunikan

untuk hidup yang bahagia dunia dan akherat, baik sifat dan

perilaku berdasarkan ajaran agama.103

Al-Qur’an sebagai sumber utama telah memberikan

prinsip-prinsip komunikasi yang dapat dijadikan sebagai

kerangka berfikir dalam keilmuan komunikasi. Komunikasi

102

Syukur Kholil, komunikasi dalam perspektif Islam, dalam Hasan

Basri & amroeni drajat (ed) Antologi Kajian Islam ( Bandung: cita pustaka

media. 103

Andi A.Muis, Komunikasi Islami, (Cet.1: Bandung:Remaja

Rosdakarya, 2001)

 

Page 56: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

44

sepanjang merujuk kepada Al-Qur’an adalah sebagai proses

penyampaian pesan Qur’an dengan prinsip Al-Qur’an itu

sendiri.104

Komunikasi Islam harus berdiri di atas prinsip-prinsip yang

diambil dari sumber Islam. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.

Dalam suatu hadits Rasul SAW bersabda, “sampaikanlah

walaupun satu ayat”. Tetapi jangan sampai kita menyampaikan

sesuatu namun tidak dilaksanakan amal saleh tersebut.

Pada hakekatnya ideologi jurnalis muslim senantiasa harus

disearahkan kepada dakwah Islam yang merupakan aktualisasi

iman (teologis), yang dimanfestasikan dalam sistem. Kegiatan

jurnalis muslim merupakan wujud dari realisasi manusia

beriman dalam bidang kemasyarakatan, yang dilaksanakan

secara teratur dan terencana untuk mempengaruhi cara merasa,

berfikir, bersikap serta bertindak dalam rangka mengusahakan

terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan yang

menggunakan cara tertentu.105

Secara hemat menurut peneliti komunikasi Islam adalah

suatu proses pertukaran makna yang dilaksanakan oleh

seorang da’i atau komunikator kepada mad’u atau komunikan

yang sedang berkomunikasi. Tujuan dari pertukaran makna

adalah untuk memunculkan suatu perubahan dan tindakan

yang berlangsung secara terus menerus. Pesan-pesan yang

104

Mohd Yusof Hussain, “ dua lima soal jawab mengenai komunikasi

Islam” dalam Zulkiple Abd Ghani, Islam, komunikasi dan teknologi maklumat

(Selangor: Utusan Publications & distributors SDN BHD, 2001). 105

Amrullah Ahmad, Dakwah dan Perubahan Sosial (Jakarta,

PLP2M, 1985)

 

Page 57: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

45

disampaikan harus merujuk kepada syariat Islam, yaitu Al-

Qur’an dan hadits.

 

Page 58: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

46

BAB III

BIOGRAFI HAMKA

A. Riwayat Hidup Buya Hamka

Dari berbagai sumber, Nama lengkap dari Buya Hamka

adalah Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, atau

biasa dikenal dengan nama Buya Hamka. Buya Hamka lahir

pada hari ahad, pada tanggal 17 Februari 1908 (14 Muharram

1326 H) di Desa Sungai Batang, Tanjung Raya, Maninjau,

Sumatera Barat.96

Hamka meninggal dunia pada hari Jum‟at, tanggal 24

Juli 1981 pada usis 73 tahun. Beliau dikebumikan di TPU

Tanah Kusir dengan meninggalkan 10 orang anak

diantaranya adalah 7 laki-laki dan 3 perempuan. Dari

kesepuluh anak-anak tersebut, saat ini jumlah cucu Hamka

dikisarkan lebih dari 31 orang dan cicit sebanyak 44 orang.97

Hamka tergolong dari kalangan keluarga yang taat

beragama. Ayahnya bernama Haji Abdul Karim Amrullah,

namun sering disebut dengan nama Haji Rasul bin Syekh

Muhammad Amarullah (gelar tuanku kasai) bin Tuanku

Abdullah Saleh. H. Rasul. Haji rasul adalah seorang ulama

yang pernah mendalami ilmu Agama di Mekkah, beliau juga

seorang aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat

96

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,

2017), Hlm. Ix 97

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa,

menjadi ulama, sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal

menjemputnya. Jakarta. Republika Penerbit. 2016

 

Page 59: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

47

terkenal di alam Nusantara serta seorang pelopor

kebangkitan kaum mudo. Sementara ibunya Hamka bernama

Siti Syafiyah Tanjung binti H. Zakaria.

Sejak kecil Hamka sudah menerima dasar-dasar agama

dan membaca Al-Qur‟an langsung dari ayahnya setiap

malam sampai khatam. Pada usia 6 tahun (1914), Hamka

pergi ke Padang Panjang, setahun kemudian pada usia 7

tahun Hamka dimasukkan ke sekolah desa oleh Haji Rasul.

Dari tahun 1916 sampai tahun 1923, Hamka belajar agama

pada sekolah-sekolah “Diniyah School” dan “Sumatera

Thawalib” di Padang Panjang dan di Parabek. Adapun guru-

gurunya waktu itu adalah Syaikh Ibrahim Musa Parabek,

Engku Mudo Abdul Hamid, dan Zainuddin Labay.98

Sejak

kecil pula Hamka memang suka menonton film, film yang

paling disukainya waktu itu adalah Eddie Polo dan Marie

Walcamp. Kebiasaannya menonton terus berlanjut karena

menurutnya dengan menonton film banyak inspirasi yang ia

dapatkan untuk mengarang karya-karya tulis nantinya seperti

cerpen, novel, dan roman.99

Ketika Hamka berusia 12 tahun kedua orang tuanya

bercerai, perceraian kedua orang tuanya merupakan

pengalaman pahit baginya maka tidak heran kalau kita

membaca fatwa- fatwa Hamka sangat menentang tradisi

98

Hamka, “Tasawuf Modern”, ( Jakarta, Republika Penerbit,2015),

Hlm. iii 99

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Pendidikan Hamka Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada

Media Group 2008).

 

Page 60: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

48

kaum laki-laki Minangkabau yang kawin lebih dari satu,

sebab hal itu menurutnya akan dapat merusak ikatan dan

keharmonisan rumah tangga.100

Pendidikan yang dilaluinya memang sangat sederhana,

mulai tahun 1916 sampai dengan tahun 1923. Pelaksanaan

pendidikan pada waktu itu masih bersifat tradisional dengan

menggunakan sistem halaqah. Pada tahun 1916, sistem

klasikal baru diperkenalkan di Sumatera Thawalib

jembatan besi. Hanya saja, pada saat ini sistem klasikal yang

diperkenalkan belum memiliki bangku, meja, kapur dan

papan tulis. Materi pendidikan masih berorientasi pada

pengajian kitab-kitab klasik, seperti nahwu, sharaf, manthiq,

bayan, fiqh, dan yang sejenisnya. Pendekatan pendidikan

dilakukan dengan menekankan pada aspek hafalan. Pada

waktu ini, sistem hafalan cara yang paling efektif bagi

pelaksanaan pendidikan. Meskipun kepadanya diajarkan

membaca dan menulis huruf Arab dan latin, akan tetapi yang

lebih diutamakan adalah mempelajari dengan membaca

kitab-kitab arab klasik dengan standar buku-buku pelajaran

sekolah agama rendah di Mesir. Pendekatan pelaksanaan

pendidikan tersebut tidak diiringi dengan belajar menulis

secara maksimal. Akibatnya banyak diantara teman-

temannya yang fasih membaca kitab, akan tetapi tidak bisa

menulis dengan baik. Meskipun tidak puas dengan sistem

100

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Pendidikan Hamka Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada

Media Group 2008).

 

Page 61: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

49

pendidikan waktu itu, namun ia tetap mengikutinya dengan

seksama.101

Diantara metode yang digunakan oleh guru-gurunya,

Hamka sangat menggemari metode pendidikan yang

digunakan oleh Engku Zainuddin Labay Al-Yunusy.

Pendekatan yang dilakukan Engku Zainuddin, bukan hanya

mengajar (Transfer Of Knowledge), akan tetapi juga

melakukan proses “mendidik” (Transformation Of Value).

Melalui Diniyah School (suatu sekolah yang mengkaji

ilmu-ilmu agama islam, yang didirikan oleh syekh

zainuddin labay)102

di Padang panjang yang didirikannya, ia

telah memperkenalkan bentuk lembaga pendidikan islam

modern dengan menyusun kurikulum pendidikan yang lebih

sistematis, memperkenalkan pendidikan klasikal dengan

menyediakan kursi dan bangku tempat duduk siswa,

menggunakan buku-buku di luar kitab standar, serta

memberikan ilmu-ilmu umum seperti bahasa, matematika,

sejarah dan ilmu bumi.103

Adapun demikian luasnya Ilmu dan wawasan yang

dimiliki oleh Engku Zainuddin telah membuka cakrawala

intelektual Hamka tentang dunia luar, bersama dengan

Engku Dt. Sinaro, Engku Zainuddin, mereka memiliki

101

Deliar Noer, Dkk, Administrasi Islam di Indonesia, Jakarta,

Rajawali pers, 1984. 102 Nur hamim, Manusia dan pendidikan elaborasi pemikiran HAMKA,

(Sidoarjo: Qisthos, 2009) 103 Hamka, Ayahku, Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah

dan perjuangan, (Jakarta: Pustaka widjaja, 1958).

 

Page 62: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

50

percetakan dan perpustakaan sendiri dengan nama Zinaro.

Pada awalnya Hamka hanya diajak untuk membantu

melipat-lipat kertas pada percetakan tersebut, sambil bekerja

ia diizinkan untuk membaca buku-buku yang ada di

perpustakaan, kesempatan itupun tidak disia-siakannya,

disanalah Hamka membaca bermacam-macam buku seperti

buku agama, filsafat dan sastra. Melalui kemampuan

berbahasa Arab dan daya ingatnya yang tinggi, ia mulai

berkenalan dengan buku-buku karya filsafat dari Aristoteles,

Plato, Pythagoras, Plotinus, Ptolemaios dan ilmuan lainnya,

melalui bacaan tersebut membuat cakrawala pemikirannya

semakin luas.104

Dalam memahami berbagai informasi dari karya-karya

ilmuan non muslim ia menunjukkan kehati-hatiannya, sikap

yang demikian dilatar belakangi oleh dua faktor.105

Pertama,

dalam bidang sejarah ia melihat banyak kesalahan data dari

fakta yang sesungguhnya, kesalahan ini perlu dicurigai

bahwa penulisan tersebut sengaja ditulis bagi kepentingan

kolonialisme. Kedua dalam bidang keagamaan terhadap

upaya mendeskripsikan Islam, tidak sedikit para penulis

tersebut membawa pesan-pesan misionaris. Agar

objektifitasnya tetap terjaga dengan baik dan orisinil maka

dipandang perlu adanya upaya untuk melakukan penulisan

ulang terhadap persolan-persoalan tersebut, kehati-hatiannya

104 Hamka, Antara Fakta dan Khayal “Tuanku Rao”, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1974). 105

Antony Ried dan David Marr, Dari Raja Ali Haji Hingga Hamka,

Indonesia dan masa Lalunya, ( Jakarta: Grafiti Perss, 1983).

 

Page 63: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

51

terhadap ilmu umum bukan berarti ia tidak menyenangi

karya-karya yang ditulis oleh para pemikir Barat. Bahkan ia

sangat menganjurkan agar umat Islam tetap bekerja sama

dengan setiap pemeluk antar agama dan mengambil hal-hal

yang bersifat positif bagi membangun dinamika umat

(Islam).106

Sistem pendidikan tradisional yang demikian

membuatnya merasa kurang puas dengan pelaksanaan

pendidikan yang ada waktu itu, kegelisahan intelektual yang

dialaminya menyebabkan hasratnya untuk merantau guna

menambah wawasan. Tujuannya adalah Jawa, pada awalnya

ia tinggal dengan kakak iparnya di Pekalongan,

kepergiannya sebenarnya kurang mendapat persetujuan dari

ayahnya dikarenakan khawatir terpengaruh oleh paham

komunis yang mulai berkembang di Jawa.107

Akan tetapi

karena keinginannya yang begitu besar lalu ia diizinkan

untuk pergi, maka ia ditumpangkan kepada seorang

saudagar Minang yang hendak ke Yogyakarta dan

Pekalongan.108

Masuk usia ke 16 tahun (1924), akhirnya Hamka

merantau ke Jogjakarta dan Jawa Tengah. Sesampainya di

Yogyakarta ia tidak langsung ke Pekalongan, untuk

sementara waktu ia tinggal bersama adik ayahnya yaitu

106

Samsul nizar, Memperbincangkan dinamika intelektual dan

pemikiran HAMKA tentang pendidikan islam, (Jakarta; Kencana, 2008). 107

Hamka, Kenang-kenangan Hidup, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979),

hal 93. 108

Hamka, Islam dan Adat, ( Padang Panjang: Anwar Rasyidy, 1969), hal 187.

 

Page 64: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

52

Ja‟far Amarullah di desa Ngampilan. Disana, Hamka belajar

langsung dengan Haji Omar Said (H.O.S) Tjokroaminoto

(Islam dan sosialisme), Ia mengikuti kursus-kursus yang

diadakan oleh Organisasi Sarekat Islam, bahkan masuk

menjadi anggota organisasi yang kemudian menjadi partai

politik. Hamka diajak untuk mempelajari kitab-kitab klasik

dengan beberapa ulama yang ada disana seperti Ki Bagus

Hadiku Sumo (ahli tafsir), R.M. Soeryopranoto (Ahli

Sosiologi), K.H. Mas Mansur (ahli filsafat dan tarikh

Islam), H. Fakhruddin, Mirza Wali Ahmad Baig, dan Sutan

Mansur.

Selama di Yogyakarta ia merasa sangat beruntung

karena bisa berkenalan dan sering melakukan diskusi

dengan teman-teman seusianya yang memiliki wawasan luas

dan cendikia, seperti Muhammad Natsir,109

disanalah ia

mulai berkenalan dengan pembaharu-pembaharu berbagai

gerakan-gerakan pembaharuaan Islam seperti Nahdlatul

Ulama dan Muhammadiyah.

Pada juli 1925, beliau pulang ke Padang, dan membawa

buku berharga karangannya, yakni „Islam dan

Nasionalisme‟ serta „Islam dan Materialisme‟. Buku

berjudul, „Islam dan Nasionalisme‟ merupakan manifestasi

dari kumpulan pidato H.O.S Cokroaminoto. Sedangkan,

buku berjudul, „Islam dan Materialisme‟ merupakan salinan

109 Ahmad Syafi‟i Ma‟arif. “Islam dan Masalah Kenegaraan Studi

tentang Percaturan dalam Konstituante”, ( Jakarta: LP3ES, 1996).

 

Page 65: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

53

A.D Hani atas karangan Sayid Jamaluddin al-Afghani

sebagai seorang pembaharu Islam terkenal.110

Dengan berbekal pengalaman dan pengetahuan yang

Hamka miliki baik agama maupun umum ia telah berani

tampil berpidato dimuka umum, untuk membuka

wawasannya ia mulai berlangganan dengan surat kabar dari

jawa, melalui surat kabar tersebut ia banyak berkenalan

dengan ide-ide pembaharuan dan pergerakan ummat Islam

baik di Indonesia maupun luar negeri seperti H. Agus Salim,

Ir. Soekarno, Mustafa Kemal Attaturk, Ibnu Sa‟ud, sa‟ad

Zaglul Pasya, Syarif Husein dan lain sebagainya.

Untuk memperkenalkan semangat modernis tentang

wawasan Islam tersebut ia awali dengan membuka kursus

pidato yang diberi nama “Tabligh Muhammadiyah” pada

tahun 1925 pelaksanaannya dilakukan sekali dalam

seminggu dan mengambil tempat di surau Jembatan Besi

Padang panjang, naskah pidato teman-temannya banyak

dibuat oleh Hamka dan teman-temannya sendiri, maka

semua naskah pidato itu kemudian ia cetak dalam sebuah

buku dengan judul Khatib Al-ummah.

Pada tahun 1927 Hamka berangkat ke Mekkah untuk

menunaikan ibadah haji sambil menjadi koresponden pada

harian “Pelita Andalas” di Medan.111

Sekembalinya dari

Mekkah untuk beberapa waktu ia tinggal di Medan ia

110

Natsir Tamara. Hamka di Mata Hati Umat. Jakarta: Sinar Harapan,

1983, 111

Mark R. Woordward, Jalan Baru Islam;Mematahkan Paradigma

Mutakhir Islam di Indonesia,( Bandung: Almizan, 1998).

 

Page 66: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

54

menulis beberapa artikel dan majalah disana seperti majalah

“ Seruan Islam” di Tanjung Pura, pembantu redaksi “

Bintang Islam” dan “Suara Muhammadiyah” di Yogyakarta.

Atas desakan Iparnya A.R. St. Mansur ia kemudian diajak

pulang ke Padang Panjang untuk menemui ayahnya yang

telah merindukannya.

Pada tanggal 5 April 1929, Hamka menikah dengan

Siti Raham binti Endah Sutan (anak mamaknya). Dari

perkawinannya itu ia dikarunia 11 orang anak, diantaranya ;

Hisyam (meninggal usia 5 tahun), Zaky, Rusydi, Fakhri,

Azizah, Irfan, Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif, dan Syakib.

Setelah sekian lama ia beristrikan dengan Siti Raham, maka

Siti Raham pun dahulu berpulang meninggal dunia pada

tanggal 1 Januari 1971, pada saat usia 56 tahun. Kurang

lebih 6 tahun kemudian, Hamka menikah lagi dengan

perempuan asal Cirebon yaitu, Hajah Siti Khadijah.112

Kreatifitas jurnalistiknya mulai kelihatan melalui

beberapa karya tulisnya. Adapun novel pertama yang ditulis

oleh Hamka yaitu “Si Sabariyah”, (dalam bahasa

Minangkabau), diterbitkan pada tahun 1926.113

waktu itu

Hamka juga memimpin majalah “Kemajuan Zaman” di

Medan. Pada tahun 1929 hadir pula bukunya “Sedjarah

Sajjidina Siddiq, ringkasan Tarikh Ummat Islam, Agama

112

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa,

menjadi ulama, sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal

menjemputnya. Jakarta. Republika Penerbit. 2016 113

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 67: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

55

dan Perempuan, Pembela Islam, Adat Minangkabau, Agama

Islam, Kepentingan Tabligh, Ayat-ayat Mi‟raj dan lain

sebagainya.114

Karirnya di Muhammadiyah mulai diperhitungkan,

terutama ketika ia menjadi pembicara sebagai narasumber

makalah “ Agama Islam dan Adat Minangkabau” pada

kongres Muhammadiyah ke-19 di Bukit Tinggi tahun 1930,

melalui makalah tersebut telah menempatkannya sebagai

pembicara yang pertama sekali mencoba mepertalikan

antara adat dan agama.115

Tahun 1931 ia kembali menjadi

narasumber pada kongres Muhammadiyah ke-20 dengan

judul “Muhammadiyah di Sumatera” dengan kemampuan

retorikanya dalam menyampaikan makalah telah menarik

perhatian seluruh peserta kongres bahkan sampai peserta

banyak yang menangis.116

Pada tahun 1934 ia kembali ke Padang Panjang untuk

meneruskan cita-citanya dalam mengelola kembali Kulliyat

Muballighin, tujuan lembaga itu adalah mencetak para

muballig yang tangguh sambil ia mengajarkan beberapa

mata pelajaran penting seperti Ilmu Mantiq, Ushul Fikih,

Bidayatul Mujtahid, Tafsir Al-Manar dan Ilmu „Arud tetapi

karena honoriumnya kurang mencukupi untuk keluarganya

maka bulan Januari tahun 1936 ia memutuskan untuk ke

Medan, di Medan ia bertemu dengan M. Yunan Nasution,

114

Hamka, Kenang-kenangan Hidup, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979). 115

Hamka, Kenang-kenangan Hidup, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979). 116

Hamka, Kenang-kenangan Hidup, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

 

Page 68: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

56

Hamka mendapat tawaran dari H. Asbiran Ya‟kub dan

Mohammad Rasami (bekas sekretaris Muhammadiyah

Bengkali) untuk memimpin sebuah majalah mingguan

“Pedoman Masyarakat”.117

Majalah mingguan Islam yang

mencapai puncak kemasyhuran sebelum perang. Majalah ini

dipimpinnya mulai tahun 1936 sampai tahun 1943, yaitu

ketika bala tentara Jepang masuk.

Melalui rubrik “Tasawuf Moderen” telah menarik hati

masyarakat awam dan kaum intelektual, mereka selalu

menanti dan bahkan membaca setiap terbitan pedoman

masyarakat. Pemikiran-pemikirannya yang cerdas

dituangkan di pedoman masyarakat yang sekaligus telah

menjadi alat penghubung antara dirinya dengan kaum

intelektual seperti Natsir, Hatta, Agus Salim dan

Muhammad Isa Anshari.

Pada masa pemerintahan Jepang majalah Pedoman

masyarakat dilarang oleh Jepang sehingga banyak

masyarakat yang merasa kehilangan dan selanjutnya diganti

dengan “Semangat Islam”, di tengah-tengah kekecewaan

masyarakat terhadap kebijakan Jepang, Hamka malah

memperolah kedudukan istimewa dari pemerintah Jepang

sebagai anggota Syu Sangi Kai (Dewan Perwakilan Rakyat)

tahun 1944, sifat kompromistis Jepang dan kedudukannya

sebagai “anak emas” telah menyebabkannya terkucil dan

117

Hamka, Islam dan Adat, ( Padang Panjang: Anwar Rasyidy,

1969),

 

Page 69: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

57

dibenci dan bahkan dipandang sinis oleh masyarakat.118

Kondisi yang tidak menguntungkan ini membuat ia resah

dan akhirnya ia melarikan diri pada tengah malam dari kota

Medan menuju Padang Panjang pada tahun 1945.119

Sesampainya di Padang Panjang ia dipercayakan untuk

memimpin kembali kulliyatul muballighin, disini ia

mempunyai waktu yang cukup banyak untuk menyalurkan

jurnalistiknya dengan menghasilkan beberapa karya tulis

diantaranya; Negara Islam, Islam dan Demokrasi, Revolusi

Pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi

Revolusi dan dari Lembah Cita-cita.120

Pada tahun 1950, memasuki usia 42 tahun Hamka

berangkat ke Jakarta, sesampainya disana ia menjadi

koresponden pada majalah Pemandangan dan Harian

Merdeka kemudian ia membuat beberapa buku diantaranya

adalah otobiografinya Kenang-Kenangan Hidup, “Ayahku”,

“Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad”, “Urat

Tunggang Pancasila”. Riwayat perjalanan ke negeri-negeri

Islam. “Di tepi Sungai Nyl”, “Di Tepi Sungai Dajlah”,

“Mandi Cahaya di Tanah Suci”, “Empat Bulan di Amerika,

dan lain-lain.121

118

Hamka, Kenang-kenangan Hidup, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979). 119

Fakhry Ali, Hamka dan Masyarakat Islam Indonesia, dan Rusydi

Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, ( Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1983). 120

M. Yunan Nasution, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-azhar, (

Jakarta: Panjimas, 1990), 121

Hamka, “Tasawuf Modern”, ( Jakarta, Republika Penerbit,2015)

 

Page 70: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

58

Disamping itu Hamka juga aktif di partai politik seperti

Masyumi.122

Bersama-sama dengan tokoh Masyumi lainnya

mereka mendukung gagasan untuk mendirikan negara

Indonesia yang berlandaskan Islami.123

Bersama K.H. Faqih

dan M. H. Yusuf Ahmad pada tanggal 15 Juli 1959 ia

menerbitkan majalah Islam bulanan Panji Masyarakat.124

Majalah ini tidak berumur panjang karena tidak berkenan

dihati pemerintah, karena di dalam majalah pernah memuat

tulisan Mohammad Hatta selaku wakil Presiden Indonesia

yang berjudul “Demokrasi Kita” dalam tulisan itu

Mohammad Hatta mengkritis konsep demokrasi terpimpin

dan memaparkan pelanggaran-pelanggaran konstitusi yang

telah dilakukan oleh Soekarno. Tulisan ini telah membuat

pemerintah Soekarno tersinggung yang akibatnya bulan mei

tahun 1960 kontiniunitas majalah itu terpaksa ditutup.125

Tahun 1962, Hamka turut mendirikan majalah Gema

Islam, majalah pengetahuan dan kebudayaan Islam. Akan

tetapi majalah ini juga tidak lama hanya sampai tahun 1964,

karena pada waktu itu beliau ditangkap dengan tuduhan

melanggar Penpres Anti Subversif.126

Hal ini membuat

122

Hamka, Doktrin Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan dan

Keberanian, ( Jakarta: Yayasan Idayu, 1983). 123

Azyumardi Azra, Prof. Dr. Hamka,Pribadi MUI, ( Jakarta:

Litbang Depag RI dan PPIM, 1998) 124

Mohammad Natsir, Dua Kali kami Berjumpa”, dalam Kenang-

kenangan 70 tahun Buya Hamka 125

Azzumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani;Gagasan Fakta

dan Tantangan, ( Bandung: Remaja Rosyda Karya, 1999). 126

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 71: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

59

Hamka mendekam pada tahanan hingga tahun 1966.

Setahun kemudian pada tahun 1967, akhirnya majalah

Panji Masyarakat kembali lagi diterbitkan setelah tegaknya

Orde Baru pada masa Pemerintahan Soeharto. Hamka pada

saat itu duduk sebagai pimpinan umumnya. Pada

perkembangannya majalah “Panji Masyarakat” berkembang

dengan pesat sekali, hal ini terbukti pernah mereka

mencetak sebanyak 50.000 eksamplar.

Karirnya mulai kelihatan dari tahun 1952 sampai 1981,

berbagai jabatan yang pernah ia pangku, diantaranya;

memenuhi undangan Pemerintah Amerika Serikat (1852),

anggota komisi kebudayaan di Muangtai (1853),

memperingati hari mangkatnya Budha ke-2500 di Burma

(1954), menghadiri konferensi Islam di Lahore (1958),

Imam masjid Al-Azhar (Kebayoran Baru), konferensi

Negara-negara Islam di Rabat (1968), Muktamar Masjid di

Mekkah (1976), seminar tentang Islam dan peradaban di

Kuala Lumpur, memperingati seratus tahun Muhammad

Iqbal di Lahore dan konferensi ulama di Kairo (1977),

Badan Pertimbangan Kebudayaan Kementrian PP dan K,

guru besar Perguruan Tinggi Islam dan Universitas Islam di

Makassar, Penasihat Kementrian Agama, Ketua Dewan

Kurator PTIQ, Ketua MUI (1975-1981).127

Hamka tidak hanya aktif dalam soal keagamaan dan

politik, pernah juga menjadi seorang wartawan, penulis,

127

Hamka. Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka, ( Jakarta:

Pustaka Panjimas, 1983).

 

Page 72: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

60

editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi

wartawan beberapa buah surat kabar semacam Pelita

Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan

Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor

majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau

menjadi editor dan menerbitkan majalah Al-Mahdi di

Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah

Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.

Hamka banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan

karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah

terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-

novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku

teks sastra di Malaysia dan Singapura termasuklah

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan

Ka‟bah dan Merantau ke Deli.

Pada tahun 1958, Hamka diundang oleh pemerintah

Mesir dan dengan pidatonya yang berjudul “Pengaruh

Muhammad Abduh di Indonesia” beliau dihadiahkan gelar

doctor honoris Causa oleh Universitas Al-Azhar Mesir. Lalu

pada tahun 1974, Hamka mendapat gelar Doktor Honoris

Causa lagi di Universitas Kebangsaan Malaysia.128

Dan ini

merupakan gelar kedua yang diperoleh Hamka dalam masa

jaya-jayanya di bidang keilmuan. Disamping jabatan lain

yang tidak kalah pentingnya dalam memajukan bangsa

128

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 73: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

61

Indonesia, terutama dalam aspek sosial dan keagamaan.

Lalu Hamka juga mendapatkan gelaran Datuk Indono dan

Pengeran Wiroguno dari kerajaan Indonesia.

Tahun 1975, Musyawarah Alim Ulama seluruh

Indonesia dilangsungkan. Hamka pun dilantik dan menjabat

sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada

tanggal 26 Juli 1975 bertepatan dengan 17 Rajab 1395.

Jabatan ini dipegangnya sampai tahun 1981, yaitu sampai

mendekati akhir hidupnya. Hamka meninggal pada tanggal

24 Juli 1981, dan masih dalam kedudukannya sebagai

penasehat Pimpinan pusat Muhammadiyah.129

Demikianlah Hamka sampai akhir hayatnya tetap kokoh

menjadi seorang yang multitalenta, tidak hanya satu bidang

saja yang dikuasai. Hamka tidak hanya dikenal sebagai

seorang ulama dan bergerak dalam bidang dakwah, namun

Hamka dikenal juga sebagai seorang sastrawan, mufassir,

pengarang, budayawan, dan sejarawan publik. Dari uraian di

atas dapat dilihat bagaimana peranan dan ide-ide

pembaharuan modern yang dilakukannya telah ikut andil

secara langsung dalam pengembangan dakwah, sastra,

budaya, sosial, dan pendidikan Islam baik di Minangkabau,

Sulawesi Selatan maupun bagi ummat Islam Indonesia,

dengan model pendidikan yang ditawarkannya

menempatkannya sebagai seorang yang termasuk reformis

muslim Indonesia bahkan melalui ide-ide pembaharuannya

129

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 74: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

62

ia telah membuka wawasan intelektual muslim dan

mensejajarkan pendidikan Islam dengan pendidikan yang

dikelola oleh Kolonial Belanda.

Melalui pembabakan tersebut terlihat proses yang

begitu panjang telah ikut membentuk pemikirannya yang

sarat dengan nuansa dan informasi, tumbuh dan

berkembangnnya wawasan pemikirannya tidak bisa lepas

dari latar belakang pendidikan dan pengalaman kehidupan

yang dilaluinya baik secara formal maupun nonformal dan

secara autodidak.

B. Setting Pendidikan dan Sosial Hamka

Sewaktu kecil Hamka mendapat pendidikan rendah di

Sekolah Dasar Maninjau sehingga Darjah Dua. Ketika usia

Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan

Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka

mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka

juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid

yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa

Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid dan Zainuddin Labay.130

Hamka di waktu kecil tergolong anak nakal karena suka

memberontak dan seorang preman karena hobinya waktu

remaja mengadu ayam dan jadi joki dalam pacuan kuda.

Menurut penuturan Zen Hasan yang merupakan sahabat dekat

Hamka waktu kecil menuturkan Pergaulan Hamka lebih

130

. M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 75: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

63

banyak dengan preman dari pada dengan kalangan

terpelajar,131

karena itu pendidikan yang dilaluinya tidak

begitu berjalan dengan baik.

Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada

tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan jadi

guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka

kemudian dilantik sebagai dosen Universitas Islam di Jakarta

dan Universitas Muhammadiyah Padang Panjang dari tahun

1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi

Rektor Perguruan Tinggi Islam Jakarta dan Profesor

Universitas Mustopo Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun

1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh

Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu

ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi

pegawai negeri atau bergeliat dalam politik Majlis Syura

Muslimin Indonesia (Masyumi).

Hamka menimba ilmu pengetahuan melalui otodidak

dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat,

sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun

Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau

dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur

Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad,

Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa

iggris yang dimilikinya beliau meneliti karya sarjana

Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William

131

Ridwan Saidi, Zamrud, Nuansa Baru Kehidupan dan Pemikiran Bung Karno, ( Jakarta: LPIP, 1993).

 

Page 76: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

64

James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre,

Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan

bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta

seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjoparonoto, Haji

Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo

sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli

pidato yang handal.132

Hamka aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi

Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah

mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bida‟ah, tarekat

dan kebatinan waktu beliau bermukim di Padang Panjang.

Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah

di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan

pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun

kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di

Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majelis

Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi

Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada

tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam

Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun

1950.

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat

pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977 Menteri

Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka

132

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 77: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

65

sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia tetapi beliau

meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak

dipedulikan oleh pemerintah Indonesia. Kegiatan politik

Hamka bermula pada tahun 1925 pada waktu beliau menjadi

anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau

membantu menentang pemerintahan Belanda yang masuk

kembali ke indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan

gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka

dilantik sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional Indonesia.

Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi

pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi

kemudian diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun

1960. Dari tahun 1964 hingga tahun1966, Hamka telah

dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-

Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mula menulis

Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya.

Setelah keluar dari penjara, Hamka dilantik sebagai ahli

Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota

Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga

Kebudayaan Nasional, Indonesia.133

Hamka telah berpulang ke-rahmatullah pada 24 Juli

1981, namun semua jasa, pengorbanan, dan pengaruhnya

masih terasa hingga sekarang dalam peradaban Islam. Beliau

bukan saja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan

133

Ridwan Saidi, Zamrud, Nuansa Baru Kehidupan dan Pemikiran

Bung Karno, ( Jakarta: LPIP, 1993).

 

Page 78: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

66

sastrawan di negara kelahirannya, bahkan banyak orang yang

mengatakan sifat kenegaraannya sangat tinggi sehingga

pantaslah dikatakan beliau juga seorang negarawan dan

pemikir pendidik Islam, malah jasanya di seluruh alam

Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura turut dihargai.

Jadi, tidak berlebihan ketika sejarawan berasal dari Amerika

Serikat, James R. Rush, mengukuhkan karyanya yang

menuliskan kisah hidup Hamka dengan judul “Hamka‟s

Great Story” yang terbit pada tahun 2017.134

C. Buya Hamka Sebagai:

1. Sastrawan dan Wartawan

Adapun alasan kenapa pembahasan ini digabungkan

secara bersamaan. Karena selain dari kedua kegiatan itu

berawal dari tulis-menulis juga kebanyakan hasil karya Buya

Hamka selalu dituangkan dalam surat kabar majalah Pedoman

Masyarakat. Sebenarnya, apa yang akan dibahas ini semuanya

saling berkaitan, sebab yang dibahas adalah perjalanan

seorang tokoh.

Karier Buya Hamka dalam sastra berawal dari

kegemarannya membaca buku cerita dan hikayat dari

perpustakaan yang ada di kampungnya, berjam-jam Hamka

tahan di dalamnya. Pulang dari sekolah Diniyah jam sepuluh

pagi ia langsung berangkat ke perpustakaan dan pulang ke

rumah jam satu siang. Dari satu buku ke buku lain ia

134

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,

2017).

 

Page 79: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

67

tamatkan, kadang-kadang ia meminjam buku yang menarik

baginya untuk dibaca di rumah.135

Begitulah kebiasaan Buya Hamka kecil sebelum memulai

petualangannya dalam bidang sastra ini. Kesukaan membaca

dari sejak dini, membuat berbagai imajinasinya bertambah

luas. Selain itu, adat juga ikut berperan membentuk jiwa

sastra menjadi tumbuh subur, kebiasaan mendengarkan

pantun, sajak/syair-syair, pidato adat ikut berperan besar

dalam melancarkan mata penanya, sehingga dengan mudah

saja ia merangkai kata-kata indah.

Nama besar seperti Hamka secara kultural tidak mungkin

dipisahkan dari lingkungan Ranah Minang yang indah dengan

lirik gurindam, pantun, pepatah petitih, dan syair. Ranah ini

juga dikenal sebagai sebutan Alam Minangkabau. Dalam

sebuah pidato kebudayaan di Padang pada 2007, Ahmad

Syafii Maarif memberikan julukan lain untuk ranah ini

sebagai “Pabrik Kearifan kata yang kaya”.136

Sebelum

Indonesia merdeka, dari Alam Minangkabau ini telah banyak

bermunculan pengarang, cendikiawan, pemikir, sastrawan,

ulama, dan yang lainnya. Namun nama Hamka adalah salah

satu yang paling populer di antara mereka dan yang paling

banyak menghasilkan karya-karya tulisnya.

135

Hamka, Kenang-Kenangan Hidup, Jilid. I (Jakarta: Bulan-Bintang,

cet. 3, 1974). 136

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,

2017).

 

Page 80: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

68

Tidak jarang, dari berbagai pengalaman yang ia dapatkan

dalam kehidupan sehari-hari memunculkan ide untuk

dijadikan sebagai isi cerita novel. Contoh ringan adalah novel

pertamanya Si Sabariah yang sebenarnya adalah kisah nyata

yang ia lihat pada umur sembilan tahun di kampungnya

sendiri.137

Kemudian nama dan alur sedikit disamarkan serta

sedikit dibumbu-bumbui dari berbagai buku yang telah

dibacanya. Istilah yang sering dipakai Hamka dalam hal

seperti ini dengan kalimat “…diperpautkan dengan pikiran

kita, hingga layaklah itu disebut sebagai karangan sendiri,

bukan plagiasi.138

Adapun Hamka pernah berpendapat ciri-ciri penulis

terbaik adalah seperti berikut:

“Luas pandangannya tentang bangsa-

bangsanya, sebab dengan bahasa itulah dia

akan menyampaikan semuanya sampai ke

sudut hati mereka. Tahu undang- undang

bahasa itu, akan rasanya, rahasianya, halus

dan kasarnya. Setelah diketahui dan

diperdalamnya, lalu menjadi darah

dagingnya, masuk ke dalam seluruh tulang

sum-sumnya. Ditambahnya pengetahuannya,

dicukupkannya alat perkakasnya buat

ilmunya, pengalamannya, pergaulannya dan

137

Si Sabariah adalah perempuan muda anak Sariaman. Suaminya

bernama Pulai yang merantau ke negeri orang. Sudah berbulan-bulan merantau

ternyata hasilnya hanya lepas untuk makan saja. 138

Hamka, “Tasawuf Modern”, ( Jakarta, Republika Penerbit,2015).

 

Page 81: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

69

lapang pula dadanya. Kaya simpanan

otaknya, lidahnya fasih, keterangannya jelas,

pandai membelok dan membalikkan bahasa

itu menurut aliran yang dianutnya, tidak sukar

mencari perkataan untuk menyatakan sedih

dan rayunya, riang dan gembiranya.”139

Dalam bidang jurnalistik, Hamka juga telah belajar

sejak anak-anak, mulai mengurus sekaligus jadi editor

majalah Khâṭibul „Ummah.140

Kadang-kadang, jika ada

kawannya yang belum mampu membuat tulisan berupa

pidato, Hamka kecil yang menulisnya dan memuat naskah

tersebut atas nama sahabatnya. Ketika remaja, sering mengisi

berita di majalah Kemajuan Islam, surat kabar Pelita

Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan

Muhammadiyah. Begitu juga sesudah pindah ke Makassar

juga menerbitkan majalah Al-Mahdi, di Medan menjadi

pengisi rubrik khusus sekaligus pimpinan majalah Pedoman

Masyarakat, Gema Islam dan yang sempat penulis temui

adalah Panji Masyarakat.141

Dari keterangan tersebut, Buya

Hamka memiliki karier yang cukup panjang dalam dunia

jurnalistik, ia dapat menjadi seorang penulis, editor maupun

sekaligus jadi penerbit. Tidak heran apabila Hamka disebut

139

Hamka, Lembaga Budi (Jakarta: Pustaka Panjimas,1983). 140

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014) 141

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 82: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

70

sebagai bapak jurnalistik Islami di Indonesia.

2. Pendidik

Setelah dipaparkan Buya Hamka sebagai sastrawan dan

wartawan, maka yang selanjutnya adalah Buya Hamka

sebagai pendidik. Hamka menjadi pendidik dijumpai ketika

kematangan beliau sempurna/umur dewasa. Hal ini dapat

dilihat dari sejarah hidupnya bagaimana peran Hamka yang

mengarahkan sahabatnya jika ingin tampil pidato,

mempersiapkan naskah pidato dan mengedit ulang naskah

pidato tersebut hingga diterbitkan dalam majalah yang

mereka sendiri rintis.

Begitu juga ketika umur beliau 19 tahun, peranannya

sebagai pendidik semakin tampak. Tepatnya ketika

melaksanakan ibadah haji, Buya Hamka dan beberapa

pemuda asal Indonesia mencoba membuat sebuah wadah

perkumpulan pemuda yang disebut sebagai Pemuda Hindia

Timur. Pengajaran manasik haji digiatkan di dalamnya

bagi para jamaah Nusantara dan Buya Hamka tampil sebagai

salah satu pendidik dalam kasus tersebut.

Bertolak dari Makkah, pada tahun 1927 Buya Hamka

menjadi salah satu pendidik sekolah Islam di sebuah

perkebunan yang terdapat di antara Tebing-Tinggi dan

Pematang Siantar.142

Lebih dari tiga bulan lamanya beliau

mengajar di sana hingga datang panggilan dari ayahnya untuk

142

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 83: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

71

segera meninggalkan kota tersebut. Hasil dari mengajar

selama tiga bulan tersebut Buya Hamka belanjakan untuk

keperluan sebagai seorang tenaga pendidik, yaitu beberapa

buku dan sisanya ia belanjakan untuk menyalurkan

hobbinya sebagai seorang pemuda yang ahli sastra berupa

menonton bioskop.

Begitu juga setelah tiba di Padang Panjang pasca

melaksanakan ibadah rukun Islam ke lima. Pada tahun 1929,

Hamka dipercaya sebagai salah satu tenaga pendidik di

sekolah Tabligh School. Di Makasar beliau sebagai juru

dakwah, intinya juga sebagai pendidik yang membimbing

masyarakat setempat. Sedangkan di Jakarta beliau sempat

memimpin sekolah Islam yang bernama Al-Azhar dan beliau

mengajar di sana. Bahkan, untuk beberapa perguruan tinggi

Hamka juga mendapatkan beberapa mata kuliah. Kemudian

Hamka dilantik sebagai dosen Universitas Islam di Jakarta

dan Universitas Muhammadiyah Padang Panjang dari tahun

1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi

Rektor Perguruan Tinggi Islam Jakarta dan Profesor

Universitas Mustopo Jakarta.143

Pasca meninggalnya beliau, ada beberapa sekolah maupun

perguruan tinggi yang mengaitkan namanya dengan sekolah

maupun perguruan tinggi tersebut. Contohnya adalah

Universitas Muhammadiyah Prof. DR Hamka (UHAMKA)

letaknya di pasar rebo Jakarta timur, dan Pesantren Buya

143

Ridwan Saidi, Zamrud, Nuansa Baru Kehidupan dan Pemikiran

Bung Karno, ( Jakarta: LPIP, 1993).

 

Page 84: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

72

Hamka di Padang. Pesantren ini ada dua, namun yayasannya

saja yang berbeda.144

Dari uraian tersebut, sangat tepat jika dikatakan Buya

Hamka termasuk dalam salah satu tokoh aktif yang bergerak

di dunia pendidikan khususnya Indonesia. Hampir seluruh

hidup beliau tidak terlepas dari yang namanya pendidikan,

baik dalam kategori formal, nonformal maupun informal.

3. Politisi

Kursi politik digambarkan Hamka sebagai kursi yang

dipenuhi oleh aliran listrik, jika diduduki akan

mengakibatkan sengatan mematikan dan jika dibiarkan rakyat

yang mendapatkan imbas panasnya politik tersebut.145

Karier

Hamka dalam bidang ini dimulai sejak ia masih remaja,

tepatnya umur enam belas tahun. Awalnya, ia masuk anggota

organisasi Syarekat Islam ketika berada di Kota Yogyakarta.

Pada dasarnya, untuk dapat ikut ambil bagian dalam

pembelajaran/kursus yang diadakan haruslah masuk anggota

lebih dahulu, masa itu umur beliau baru enam belas tahun

sedangkan syarat untuk dapat masuk anggota minimal

delapan belas tahun, terpaksalah umur Buya Hamka remaja

ditambahkan dua tahun lagi.146

Dalam organisasi ini Hamka sangat banyak mendapatkan

penerangan jiwa, baik itu dalam bidang agama, sosial, sejarah

144

Yayasan tersebut terletak di bukit tinggi, bernama Insan Karimah

Cendikia, Yayasan ini bekerja sama dengan Al Azhar. 145

H. Rusydi, “Pribadi dan Martabat Buya Prof.Dr.Hamka”,

(Jakarta,: Pustaka Panjimas, 1983). 146

Hamka, Kenang-Kenangan Hidup, Jilid. I (Jakarta: Bulan-Bintang,

cet. 3, 1974).

 

Page 85: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

73

dan filsafat, itu semua didapatkan ketika di Yogyakarta

sekaligus dilanjutkan di Kota Pekalongan. Para pembicara

ketika itu termasuk tokoh yang paling besar dan sering

Hamka lihat dalam majalah-majalah yang ada di rumah

kawannya atau sering juga diceritakan oleh ayahnya sendiri.

Seperti Cokroaminoto, M.Suryopranoto dan Fakhruddin.147

Dari orang-orang inilah mulai timbul jiwa, pendirian serta

pandangan hidup serta arah ke mana yang harus Buya Hamka

tuju serta dari mereka juga ia mengetahui bahwa

sesungguhnya Islam itu sebenarnya sesuatu yang hidup dan

itulah yang tidak ia dapatkan di Padang Panjang ketika itu.

AR. St. Sutan Mansur, abang iparnya sendiri banyak

memberikan penerangan, terutama pada bidang sejarah dan

filsafat Islam. Dari beliau ini banyak bermunculan ide-ide

karangan tentang Islam. Buya Hamka semakin kagum kepada

beliau sehingga banyak inspirasi yang dapat dipelajari dari

abang iparnya tersebut.

Adapun berbagai jabatan yang pernah diraih oleh Hamka

dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Tahun 1943 M. sebagai Konsul Muhammadiyah Sumatera

Timur.

b. Tahun 1946 M. hingga akhir 1949 M. sebagai Konsul

Muhammadiyah Sumatera Barat.

147

Hamka, Kenang-Kenangan Hidup, Jilid. I (Jakarta: Bulan-Bintang,

cet. 3, 1974).

 

Page 86: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

74

c. Tahun 1947 M. sebagai Ketua Front Pertahanan Nasional,

bersama dengan empat orang lainnya, Khatib Sulaiman,

Rasuna Said, Karim Halim dan Oedin.

d. Tahun 1948 M. sebagai Ketua Sekretariat Bersama

Badan Pengawal Negeri dan kota.

e. Tahun 1950 M. menjadi Pegawai Negeri Departemen

Agama Republik Indonesia

f. Tahun 1955 M. sampai 1957 M. terpilih menjadi Anggota

Konstituante Republik Indonesia dari Partai Masyumi.

g. Tahun 1960 M. Dipercaya sebagai Pengurus Pusat

Muhammadiyah sampai akhir hayatnya.

h. Tahun 1975 M. Sebagai ketua Umum Majelis Ulama

Indonesia Pusat dua periode sampai dengan 1981 M.

i. Tahun 1979 M. Sebagai Ketua Umum Yayasan Pesantren

Islam Al-Azhar selama dua periode.148

4. Ulama

Penguasaan Hamka dalam bidang kajian keagamaan,

satupun tidak ada yang meragukan. Retorikanya dalam

menyampaikan dakwah menggunakan tema-tema yang

menarik, lalu ditambah lagi penampilan fisik yang selalu

melekatkan peci hitam di kepalanya, pangkal kain sarung

selalu terbalut dalam pinggang, baju jas lengkap dengan

tongkat yang selalu dibawa ke mana-mana, membuat khas

kharismatik sebagai ulama semakin bertambah saja. Belum

148

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa,

menjadi ulama, sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal

menjemputnya. Jakarta. Republika Penerbit. 2016.

 

Page 87: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

75

lagi ketika ia berpidato pada perhelatan acara-acara resmi

(instansi, rapat) maupun dalam berbagai undangan, seperti

ceramah di RRI, TVRI, seminar, maulid Nabi saw. dan

khutbah Jumat. Kajian keislaman yang begitu mendalam

beliau ulas dalam berbagai buku karangannya, bidang

tasawuf, tafsir, uṣhûl fikih sudah dapat mewakili dari

khazanah keilmuan seorang Buya Hamka.

Secara gen, Buya Hamka sudah termasuk digolongkan

kepada keturunan ulama yang memiliki sifat-sifat mulia. Pada

buku berjudul “Hamka‟s Great Story” karangan James R.

Rush dijelaskan bahwa Kakek-Nenek buyut Hamka bernama

Abdullah Saleh, beliau adalah seorang ulama yang amat besar

perhatiannya kepada ilmu tasawuf dan mengikuti ajaran Sufi

al-Ghazali.149

Abdullah Saleh merupakan kakek buyut

Hamka, dan menikah dengan putri dari Tuanku Pariaman,

karena Abdullah Saleh merupakan murid kesayangan dari

Tuanku Pariaman.

Beberapa tahun kemudian, lahirlah putra Abdullah Saleh

yang bernama Muhammad Amrullah, yang merupakan kakek

dari Hamka. Muhammad Amrullah sudah hafal Al-Qur‟an

sejak muda dan mendapat ijazah untuk mengajar tafsir, fiqih,

149

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,

2017).

 

Page 88: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

76

tasawuf, dan ilmu bahasa Arab, (nahwu, sharaf, mantiq, dll)

pada umur yang masih sangat muda yaitu 26 tahun.150

Lalu pada generasi selanjutnya, lahirlah pula Ayah dari

Hamka yaitu Haji Rasul pada tanggal 1879 di desa ibunya

Andung Tarwasa, di tepi danau maninjau.151

Haji Rasul

berperan sebagai pembawa paham-paham pembaharuan Islam

di Minangkabau. Untuk membentuk generasi selanjutnya,

maka Haji Rasul pun menikah dengan Safijah, yang

merupakan adik dari Raihanah (Istri pertama Haji Rasul yang

telah meninggal karena sakit). Lalu dari pernikahan itu

lahirlah seorang anak laki-laki bernama Hamka. Dimana

suatu saat nanti akan menjadi sosok yang hebat seperti yang

dikenal hingga saat ini.

Sekarang kita mengetahui mengapa Buya Hamka menjadi

sosok yang sangat luar biasa? karena ada perpaduan antara

bakat alamiah yang bersumber dari silsilah keluarga ulama,

dan kerja keras beserta niat belajar yang gigih. Maka lahirlah

seorang tokoh nasional dan ulama yang membawa harum

nama bangsa Indonesia di kancah internasional. Walaupun

begitu, Buya Hamka tetap merendah hati, terutama ketika

diangkat menjadi Ketua Umum MUI pusat. Sebagaimana

yang diungkapkan dalam pidato sambutan sebagai ketua

umum mengatakan “Kepopuleran dalam mengarang bukanlah

150

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,

2017). 151

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,

2017).

 

Page 89: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

77

menunjukkan bahwa saya yang patut, hanya saja kebetulan

saya yang ditetapkan jadi Ketua Umum kepengurusan MUI

dalam sidang para ulama dan telah mendapat persetujuan dari

saudara-saudara.”152

D. Karya-Karya Buya Hamka

Hamka adalah seorang penulis yang sangat produktif

dibanding dengan para pemikir pada zamannya, lewat goresan

tinta penanya yang mengalir begitu deras, ia terus menulis

buku dengan berbagai judul dan pembahasan yang sampai

saat ini tulisan-tulisan tersebut masih diminati dan beberapa

karya romannya yang terkenal diangkat ke layar kaca televisi

atau film, terbukti dari banyaknya buku Hamka yang dicetak

ulang kembali. Kurang lebih 118 karya Hamka yang

diterbitkan dan banyak diminati antara lain:

1. Auto Biografi.

1) Kenang-kenangan Hidup, Jilid I, II, III, IV. Jakarta: Bulan

Bintang 1979153

2. Biografi.

1) Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Amrullah dan Perjuangan

Kaum Agama di Sumatera, Jakarta, Ummida 1982.154

152 Rusydi Hamka, Pribadi, Lampiran II, h. 258. Untuk susunan

kepengurusan, lihat, Majelis Ulama Indonesia (Jakarta: Sekretariat MUI Mesjid Agung Al-Azhar, 1976).

153 Samsul Nizar, Hamka Tokoh Pembaharu di Indonesia, Depag

1999. 154

Samsul Nizar, Hamka Tokoh Pembaharu di Indonesia, Depag

1999

 

Page 90: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

78

3. Filsafat dan Keagamaan.

1) 1001 Tanya Jawab Tentang Islam, Soal-soal Hidup,

Jakarta, Bulan Bintang 1966.

2) Bebarapa Tantangan terhadap Ummat Islam di Masa

Kini, Jakarta Bulan Bintang 1973.

3) Bohong di Dunia, Medan, Cerdas, 1939.

4) Cita-cita Kenegaraan dalam Islam, 1970, tp

5) Didalam Lembah Cita-cita, Jakarta, Bulan Bintang, 1982

6) Doktrin Islam Menimbulkan Kemerdekaan dan

Keberanian, Jakarta, Yayasan Idayu, 1983

7) Ekspansi Ideologi (al-gazwul Fikri) 1963, Bulan Bintang

8) Falsafah Hidup, Jakarta, Pustaka Panji Masyarakat, 1994

9) Falsafah Ideologi Islam, Jakarta, Widjaja, 1950,

(sekembali dari Mekkah)

10) Filsafat Ketuhanan,, Surabaya, Karunia, 1985

11) Giran dan Tantangan Hidup terhadap Islam, Jakarta,

Pustaka Panjimas, 1982.

12) Hikmah Isra‟ Mi‟raj, 1946, Tp

13) Islam dan Era Informasi, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1984

14) Islam, Revolusi dan Keadilan Sosial, Jakarta, Pustaka

Panjimas, 1984

15) Islam dan Kebatinan, Jakarta, Bulan Bintang, 1972

16) Islam dan Demokrasi, 1946, Tp

17) Keadilan Ilahi, Medan, Cerdas, 1949

18) Keadilan Sosial dalam Islam, Jakarta, Pustaka Antara,

1985

 

Page 91: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

79

19) Kedudukan Perempuan dalam Islam, Jakarta, Pustaka

Panji masyarakat, 1973

20) Lembaga Hikmah, Bulan Bintang, Jakarta. 1966

21) Lembaga Hidup, Jakarta, Djajamurni, 1962

22) Lembaga Budi, Jakarta, Djajamurni, 1985

23) Muhammadiyah di Minang Kabau, Jakarta, Nurul Islam,

1974

24) Mengembalikan Tashawuf ke-Pangkalnya, Jakarta,

Pustaka Panji masyarakat, 1993

25) Negara Islam, 1946, Tp

26) Pandangan Hidup Muslim, Jakarta, Bulan Bintang,

1992.155

27) Pedoman Muballig Islam, Medan, Bukhandel Islamiyah,

1941.156

28) Pelajaran Agama Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1984

29) Perkembangan Tashawuf dari Abad ke Abad, Jakarta,

Pustaka Islam, 1957

30) Pengaruh Ajaran M. Abduh di Indonesia, Jakarta,

Tintamas, 1965

31) Prinsip dan Kebijakan dakwah Islam, Kuala Lumpur,

Pustaka Melayu Baru, 1982

32) Revolusi Pikiran 1946, Tp

155

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993). 156

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 92: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

80

4. Adat dan Kemasyarakatan.

1) Pedoman Mubaligh Islam, cetakan kedua penerbit

“Bukhandel Islamiyah”, Medan 1941.

2) Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, penerbit

Anwar Rasyid, Padang Panjang, 1946.157

3) Adat Minang Kabau dan Agama Islam, Jakarta, Tekad,

1963.

5. Ketatanegaraan.

1) Negara Islam, penerbit Anwar Rasyid, Padang Panjang,

1946.

2) Urat Tunggang Pancasila, penerbit Keluarga, Jakarta 1952

6. Kisah Perjalanan

1) Tinjauan di Lembah Nil, Usaha penerbitan N.V. Gapura,

Jakarta, 1951.

2) Di Tepi Sungai Dajlah, penerbit Tintamas Jakarta, 1953.

3) Mandi cahaya di Tanah Suci, penerbit Tintamas, Jakarta,

1953

4) Empat Bulan di Amerika, penerbit Tintamas, Jakarta,

1954.158

7. Novel

1) Si Sabariah, (dalam bahasa Minangkabau), diterbitkan

pada tahun 1926

2) Laila Majnun, Balai Pustaka, Jakarta, 1939

157

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993). 158

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 93: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

81

3) Salahnya Sendiri, penerbit Cerdas, Medan 1939.

4) Keadilan Illahi, penerbit Cerdas, Medan, 1940

5) Dijemput Mamaknya, cetakan ke-3, penerbit Mega

Bookstore, Jakarta 1962

6) Angkatan baru, penerbir Cerdas, Medan 1949

7) Cahaya Baru, Pustaka Nasional, Medan 1950

8) Menunggu Beduk Berbunyi, penerbit Firma Pustaka

Antara, 1950.

9) Terusir, penerbit Pustaka Antara, Jakarta, 1950

10) Merantau ke Deli, cetakan ketiga, penerbit Jayabakti,

1959

11) Tuan Direktur, penerbit Jayamurni, Jakarta, 1961.

8. Roman

1) Di Bawah Lindungan Ka‟bah, cetakan ke-7 Dinas

penerbitan Balai Pustaka, Jakarta 1957.

2) Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, cetakan ke-8,

N.V.Nusantara, Bukit Tinggi, 1956.159

9. Sejarah Islam

1) Arkanul Islam, di Makasar, 1932

2) Ringkasan Tarekh Ummat Islam, Medan, Pustaka

Nasional,1929

3) Sejarah Islam di Sumatera, Medan, Pustaka Nasional,1950

4) Sejarah Ummat Islam, jilid Jilid 1,2, 3 dan 4, Jakarta,

Bulan Bintang, 1975

159

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 94: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

82

5) Dari Perbendaharaan Lama, Medan, Madju,1963

6) Pembela Islam ( Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq) ,

Medan, Pustaka Nasional, 1929

10. Cerita Pendek

1) Dalam Lembah Kehidupan, (kumpulan cerita pendek),

cetakan ke-5, Dinas perbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1958.

2) Cermin Kehidupan, Penerbit Mega Bookstore, Jakarta,

1962.

11. Terjemahan

1) Margaretha Gauthier, Karangan Alexander Dumas Jr;

diterjemahkan dari Bahasa Arab, cetakan ke-4, penerbit

N.V. Nusantara, Bukit Tinggi, Jakarta, 1960.

12. Artikel

1) Kepentingan Melakukan Tablig, 1929.

2) Majalah Tentera ( 4 Nomor) di Makasar, 1932

3) Majalah Al-Mahdi ( 9 Nomor) Makasar, 1932

Kalau dihitung jumlah karya tulis dari Hamka

diperkirakan lebih dari 118.160

Beberapa bukunya dengan

mudah kita dapatkan di toko-toko buku terdekat. Sebagian

lagi bukunya memang sudah langka dan susah untuk

mencarinya. Beberapa bukunya yang sudah mulai langka

karena ada beberapa alasan misalnya seperti bukunya sudah

mulai usang/lapuk, banyaknya tulisan dari Hamka yang

pernah tercecer mulai dari dipinjam oleh teman-temannya dan

buku itu tidak pernah dikembalikan. Maka untuk bisa

160

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 95: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

83

menghitung seberapa banyak karya tulis dari Hamka itu agak

sulit, beberapa yang berpendapat bahwa karya tulisnya ada

sekitar 100 buku, lebih dari 118 buku, banyak spekulasi dan

teori yang bermunculan, namun selepas itu berapa pun

banyaknya buku Hamka tersebut menurut peneliti Hamka

adalah seorang pengarang yang ulung, produktif, kreatif, dan

konten tulisannya mengikuti zaman seolah-olah Hamka

sepertinya tahu persis akan bagaimana selera pasar, atau

keinginan minat baca masyarakat Indonesia. Mulai dari

bidang agama, filsafat, sastra, politik, sosial, bahkan budaya.

Tidak ada bidang yang luput dari penglihatan dan

pengawasan Buya Hamka. Dari banyaknya karya tersebut,

sangat wajar jika dikatakan oleh Arneis dan Noer, Buya

Hamka sebagai pengarang yang paling produktif serta

karyanya itu berbobot semua.161

Sepengetahuan peneliti,

satu orang pun tidak ada yang menyanggah pernyataan itu.

Lebih hebat lagi adalah itu semua didapatkan secara otodidak

tanpa pembelajaran maupun kursus tertentu dari seorang guru,

hanya dengan kemauan dan cita-cita besarlah yang menjadi

andalan serta modal utama Buya Hamka. Sungguh, sangat

jarang didapatkan orang seperti itu zaman sekarang. Ulama

yang berdakwah dengan lisan dan tulisan, dan kedua

keahlian ini dapat dilakukan Buya Hamka dan dijalankan

secara bersamaan.

161 Arneis Teeuw, Modern Indonesia Literature (Leiden: University

of Leiden, 1967), h. 69. Dan Noer. Aku, h. 530

 

Page 96: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

84

Berikut beberapa karya Hamka yang fenomenal dan

menjadi abadi:

Genre Judul Gambar Keterangan

Roman Di Bawah

Lindungan

Ka‟bah

Halaman; 84

ISBN:

9839422413

Penerbit:Pustak

a Dini Sdn Bhd

Roman Tenggelamny

a Kapal Van

Der Wijck

Halaman: 286

ISBN :

98337077294

Penerbit:Pustak

a Dini Sdn Bhd

Novel Terusir

Halaman: 112

ISBN:

978983370710

2

Penerbit:Pustak

a Dini

Kumpulan

Cerpen

Di Dalam

Lembah

Kehidupan

Halaman : 207

ISBN:

0839422758

Penerbit:Pustak

a Dini Sdn Bhd

 

Page 97: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

85

Esei Falsafah

Hidup

Halaman : 489

ISBN:

9839422480

Penerbit:

Pustaka Dini

Sdn Bhd

Esei Islam & Adat

Minangkabau

Halaman: 356

ISBN:

9839422774

Penerbit:

Pustaka Dini

Sdn Bhd

Esei Lembaga

Budi

Halaman : 224

ISBN:

9839422529

Penerbit:

Pustaka Dini

Sdn Bhd

Esei Kesepaduan

Iman dan

Amal Salih

Halaman: 198

ISBN:

9839422537

Penerbit:

Pustaka Dini

Sdn Bhd

 

Page 98: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

86

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

ANALISA MODEL KOMUNIKASI ISLAM BUYA

HAMKA

A. Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam Buya Hamka

Setiap ulama atau da‟i ketika ingin menyampaikan dakwah,

mengajak kepada kebaikan, serta melaksanakan aqidah dan

syariat Islam, tentunya mempunyai prinsip-prinsip, cara dan

jalan tersendiri. Pembicaraan mengenai bagaimana karakteristik

da‟i dengan sendirinya membicarakan bagaimana dakwah itu

disampaikan, seperti apa metode penyampaiannya, materinya,

medianya, tujuan apa yang diharapkan dari keseluruhan dakwah

tersebut serta sejauh mana pengaruh (efek) yang diserap menjadi

sebuah sikap bagi para mad‟u atau pendengarnya.

Komunikasi dakwah Islam merupakan salah satu bagian dari

ilmu sosial yaitu ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.149

Menurut

Harsoyo seperti yang dikutip oleh Wahyu Ilaihi disebutkan

bahwa kriteria ilmu haruslah:150

1) Rasional: Sifat kegiatan pemikiran yang tersusun secara

sistematis.

2) Empiris: Dari setiap permasalahan komunikasi dakwah

tunduk pada pemeriksaan atau verifikasi pancaindera

manusia.

149

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, ( Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010). 150

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, ( Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010).

 

Page 99: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

87

3) Umum: Komunikasi Dakwah Islam dapat ditampilkan

lewat definisi-definisi yang telah dikemukakan.

4) Akumulatif: Dapat ditelusuri bahwa komunikasi dakwah

Islam merupakan perkembangan bagian dari ilmu

komunikasi dan ilmu dakwah.151

Dengan demikian ketika mengkaji mengenai komunikasi

Islam perlu mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan

mengenai komponen-komponen dakwah, obyek kajian dakwah

serta ilmu yang bersangkutan agar lebih mengkerucut dan

terinci. Bagi seorang ulama dan cendikiawan muslim yang

berintelektual tinggi maupun berkaliber internasional seperti

Buya Hamka, semua aktivitas dakwah yang dilakukannya tidak

bisa dilepaskan dari konsep dan model berkomunikasi, adapun

model komunikasi yang digunakan olehnya untuk mengubah

keyakinan dan mempengaruhi orang lain adalah menggunakan

model komunikasi antarpribadi. Namun kita belum mengetahui

secara keseluruhan bagaimana sebenarnya kekuatan dan ciri

khas Buya Hamka saat berdakwah. Sehingga Hamka disebut

sebagai seorang ulama dan cendikiawan muslim yang

intelektualnya membumi dan juga bervisi ke depan. Dalam point

ini akan dibahas bagaimana prinsip-prinsip komunikasi Islam

Hamka.

Adapun ini merupakan beberapa prinsip-prinsip komunikasi

Islam Buya Hamka:

151

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, ( Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010).

 

Page 100: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

88

1. Dakwah Dilakukan Dengan Menggunakan Prinsip

Rasionalitas.

Almarhum Haji Abdul Malik bin Haji Abdul Karim

Amrullah atau biasa diringkas dengan nama singkatan yaitu

Buya Hamka, beliau adalah seorang ulama pujangga, yang

dikenal bukan saja di ranah serantau Asean, namun juga di

seluruh dunia. Ketokohannya sebagai ulama tidak diragukan

lagi, hal itu terlihat dari munculnya kepercayaan bangsa

Indonesia kepada Hamka telah menempatkannya sebagai Ketua

umum Majelis Ulama Indonesia tahun 1977 hingga akhir

hayatnya pada tahun 1981. Ribuan umat bertakziah dan

berdatangan untuk mengantar kepergian Hamka, seorang ulama

besar Indonesia yang pernah hadir pada masa kita.

Beliau dilahirkan di sebuah desa bernama Tanah Sirah, dalam

Nagari Sungai Batang, di tepi Danau Maninjau, Minangkabau

Sumatera Barat, pada tanggal 17 Februari 1908M.152

Ayahnya,

Syekh Abdul Karim Amrullah, adalah ulama besar yang

mempunyai keinginan besar pula agar anaknya kelak mengikuti

jejak dan langkah yang telah diambilnya sebagai seorang ulama.

Hamka mengisahkan hal itu dalam autobigrafinya, “tatkala ia

dilahirkan, ayahnya, Syekh Abdul Karim Amrullah bergumam,

“sepuluh tahun.” Ketika sang ayah ditanya apa makna sepuluh

tahun itu, beliau menjawab, “Sepuluh tahun dia akan dikirim

belajar ke Mekkah, supaya kelak dia menjadi orang alim seperti

152

Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah), Kenang-

Kenangan Hidup, Jilid 1, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

 

Page 101: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

89

aku pula, seperti neneknya, seperti nenek-nenek yang

dahulu”.153

Keulamaan, predikat yang telah diwarisi Hamka secara

geneologis, ikut ditanamkan oleh anduang (nenek) kepadanya,

semasa cerita “sepuluh tahun” menjelang tidur. Cerita “sepuluh

tahun” itu serta aktivitas ayahnya sebagai seorang ulama besar

di masanya, telah memasuki alam bawah sadar Hamka.

Keulamaan ini pulalah yang dipilih oleh Hamka sebagai

kawasan, di mana ia memanifestasikan dirinya dalam berbagai

ragam kebolehan, yakni sebagai pujangga, budayawan, ilmuwan

Islam, muballigh, pendidik, bahkan menjadi seorang politisi.

Menurut penuturan Hamka sendiri, ia berasal dari keturunan

Abdul Arif, bergelar Tuanku Pauh Pariman atau Tuanku Nan

Tuo, salah seorang pahlawan Padri. Abdul Arif menyiarkan

Islam ke Padang Darat, termasuk Maninjau. Abdul Arif menikah

di Maninjau yang melahirkan dua orang anak, masing-masing

bernama Lebai Putih Gigi dan Siti Saerah. Siti Saerah

dinikahkan dengan Abdullah Saleh, bergelar Tuanku Guguk

Katur, salah seorang murid yang paling disayang oleh Abdul

Arif Tuanku Nan Tuo. Perkawinan ini melahirkan anak bernama

Muhammad Amrullah, bergelar Fakih Kisai. Muhammad

153

Hamka berkisah di dalam autobigrafinya: Akupun sudah ingat

lagi, entah berapa kali sudah hal itu diceritakannya kepadaku, karena

acapnya. Bila pekerjaannya telah habis, bila padi yang ditumbuknya telah

ceruh, bila tikar yang dikanyamnya (dianyamnya) telah selesai, bila damar

kecil telah dipudurkannya, dan aku tidur di sisinya, cerita “sepuluh tahun” itu

senantiasa diulang-ulangnya juga kepadaku, sebagai suatu hakekat yang

indah dari kelahiranku.” Lihat : Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul Karim

Amrullah), Kenang-kenangan Hidup, Jilid I.

 

Page 102: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

90

Amrullah menikah dengan Siti Salamah yang melahirkan Abdul

Karim Amrullah, ayah Hamka.

Hamka memiliki cakrawala intelektualisme kosmopolitan dan

luas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dikarenakan

begitu luasnya cakupan aspek ilmu pengetahuannya, Hamka

mengkhidmatkan diri membawa beliau bisa diterima oleh

banyak pihak di dalam masyarakat. Hal ini membuat Hamka

menjadi ulama yang dikagumi dan dihormati oleh siapa saja.

Bukan hanya di tanah kelahirannya di Minangkabau, Indonesia,

bahkan sampai ke tanah serantau Nusantara dan ke belahan

Mancanegara.154

Lalu, muncul sebuah pertanyaan dalam benak kita,

bagaimana Hamka bisa memiliki cakrawala intelektualisme

kosmopolitan dan luasnya dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan yang dikuasainya?, padahal Hamka sama sekali

tidak pernah menyelesaikan pendidikan formalnya, hanya

sampai kelas 2 SD (Sekolah Desa). Banyak spekulasi dan teori

yang bermunculan, namun menurut peneliti Hamka mengapa

bisa memiliki cakrawala pengetahuan yang sangat luas karena

Hamka sendiri adalah seorang pembelajar yang otodidak,

memiliki kemauan yang keras, serta ingin belajar kepada

siapapun tanpa pandang bulu.

Sebelum kita membahas secara lebih jauh tentang bagaimana

Hamka bisa memiliki cakrawala intelektualisme kosmopolitan.

Ada baiknya kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan

154

Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah), Kenang-

Kenangan Hidup, Jilid 1, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

 

Page 103: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

91

sebutan kosmopolitan tersebut. Menurut KBBI (Kamus Besar

Bahasa Indonesia), kosmopolitan adalah memiliki wawasan dan

ilmu pengetahuan yang luas, dan terdiri dari orang-orang atau

unsur-unsur dari pelbagai bagian dunia.155

Secara etimologi atau

bahasa kosmopolitan berasal dari kata kosmos yang berarti

jagat raya, sedangkan kosmopolitan itu sendiri merupakan

penduduknya dari berbagai penjuru; yang memiliki wawasan

atau pengetahuan yang luas.156

Menurut pandangan dari KH.

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur konsep kosmopolitan ini

secara praksis menghilangkan batasan etnis, dalam kuatnya

pluralitas kebudayaan.157

Sehingga yang tercermin dari

budaya kosmopolitan ini adalah penanaman ajaran-ajaran

Islam dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam

yang menanamkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran universal

kemanusiaan, keadilan, kemaslahatan, kerahmatan, kesetaraan,

dan persaudaraan yang dilandasi wahyu ketuhanan dan

tauhid.

Dalam pandangan Fethullah Gülen memandang bahwa

kosmopolitanisme pada dasarnya memberi ruang penting pada

peran individu dalam membentuk komunitas. Dengan dampak

globalisasi pada relasi-relasi sosial, kosmopolitanisme

menegaskan bahwa perbedaan kultur individu, kelompok dan

155

https://kbbi.web.id/kosmopolitan diakses pada tanggal 13 Maret 2018

156Pius aportanto, M Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer,

(Surabaya: Arkolla. 2001). 157

Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan; Nilai-Nilai

Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institut.

2007).

 

Page 104: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

92

bangsa, dan dialog antar kelompok tersebut, sebagai batu

pijakan dalam membangun tatanan komunitas global.158

Adapun menurut penuturan dari Azyumardi Azra CBE, pada

acara Seminar Internasional dengan tema “Membedah Adicerita

Buya Hamka‟s Great Story: A Master Vision of Islam for

Modern Indonesia” di Universitas Muhammadiyah Profesor DR

Hamka (UHAMKA) Jakarta, pada tanggal 22 November 2017.

Beliau mengatakan bahwa sebagai intelektual publik, bagi saya

Hamka sangat distingtif. Hamka memiliki cakrawala

intelektualisme kosmopolitan, karena banyak bacaannya dan

melalui bacaan atas karya sastrawan besar, filsuf, sejarawan,

ideolog seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Akkad,

Mustafa al-Manfaluthi, Hussain Haikal Pasya, Albert Camus,

William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul

Sartre, Karl Max, Pierre Loti dan masih banyak lagi.159

Hamka melalui bacaannya sangat luas dan terbuka

memberikan contoh tentang keragaman bacaan, yang kemudian

dia refleksikan secara kritis. Sikap intelektual Hamka ini jelas

sangat relevan dan kontekstual dengan tantangan kaum

intelektual dan ulama Indonesia masa kini dan mendatang yang

harus terus membuka perspektif dan horizon tanpa kehilangan

intelektualisme kritis mereka di tengah lingkungan yang terus

158

Harold Caparne Baldry, The Unity of Mankind in Greek

Thought (Cambridge: Cambridge University Pr ess, 1965). 159

Penyampaian Materi oleh Azyumardi Azra, CBE, pada acara

Seminar Internasional dengan tema “Membedah Adicerita Buya Hamka‟s

Great Story: A Master Vision of Islam for Modern Indonesia” di Universitas

Muhammadiyah Profesor DR Hamka (UHAMKA) Jakarta, pada tanggal 22

November 2017.

 

Page 105: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

93

berubah sangat cepat. Hamka tidak pernah menutup diri apalagi

mengharamkan bacaan yang mengandung pemikiran dan

wacana tertentu,kalau hal demikian terjadi maka itu hanya akan

membuat kemandegan intelektualisme Islam Indonesia.

Sebagai intelektual „organik‟ Hamka menghasilkan berbagai

karya sangat distingtif. Karya-karyanya sarat dengan pesan

keislaman, sekaligus merupakan refleksi imajinatif dan kritis

terhadap lingkungan keagamaan, sosial, budaya dan politik yang

mengitarinya. Oleh karena itulah pemikiran Hamka masih

sangat relevan untuk meresponi tantangan kian rumit yang terus

berubah sangat cepat dari waktu ke waktu dewasa ini.160

Tidak diragukan sama sekali, kenapa Hamka bisa begitu

semangatnya dalam membaca berbagai macam pemikiran dan

wacana apapun itu. Karena sejak kecil Hamka pun memang

terbukti suka membaca dan itu termasuk hoby juga sebagian

menjadi pelampiasannya. Semenjak dia berada di Sekolah

Diniyah dan belajar di Thawalib, membolos sekolah adalah

protes awal terhadap perceraian orangtuanya dan menikahnya

sang ayah dengan perawan yang lain. Hingga, pada puncak

kemarahan ayahnya, Hamka pun dengan terpaksa kembali ke

sekolah, menyibukkan diri, dan memilih untuk menyedikitkan

waktunya di rumah. Hamka sering tidak hadir dan tidak masuk

kelas karena merasa jenuh, dan ketika seorang guru dari

160

Penyampaian Materi oleh Azyumardi Azra, CBE, pada acara

Seminar Internasional dengan tema “Membedah Adicerita Buya Hamka‟s

Great Story: A Master Vision of Islam for Modern Indonesia” di Universitas

Muhammadiyah Profesor DR Hamka (UHAMKA) Jakarta, pada tanggal 22

November 2017.

 

Page 106: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

94

sekolahnya yaitu Zainudin Labay El Zunusy, membuka

bibliotek, tempat penyewaan buku atau bisa dibilang

perpustakaan umum.161

Seusai sekolah Hamka lebih memilih

untuk menetap di sana, Hamka leluasa untuk membaca buku dan

bahkan beberapa buku ia pinjam pulang. Adapun beberapa buku

yang ia baca diantaranya adalah karangan-karangan terbitan

Balai Pustaka, cerita Cina, dan karya terjemahan Arab.162

Karena beberapa buku yang dipinjamnya tidak ada hubungannya

dengan pelajaran, Hamka sempat dimarahi oleh ayahnya.

Misalnya, ketika Hamka membaca Kaba Cindua Mato.163

Ayahnya berkata, “Apakah engkau akan menjadi orang alim

nanti, atau menjadi orang tukang cerita?”164

Hamka menjadi kreatif karena bacaan-bacaannya. Suatu

ketika Hamka mengirim surat cinta kepada perempuan-

perempuan yang disukainya dengan surat-surat yang terinspirasi

dari bacaannya. Hamka adalah seorang Sastrawan tentu pandai

merangkai kata dan pandai memikat wanita.165

Buya Hamka adalah sosok multitalenta, multisebutan,

ilmunya multidimensi, banyak keahliannya, dan pengetahuannya

luas dalam berbagai bidang. Hamka bisa disebut sebagai seorang

ulama, sastrawan/pujangga, sejarawan publik, budayawan,

161

Emhaf, “Retorika Sang Buya” (Yogyakarta: Sociality, 2017). 162

Emhaf, “Retorika Sang Buya” (Yogyakarta: Sociality, 2017). 163

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014) 164

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014) 165

Emhaf, “Retorika Sang Buya” (Yogyakarta: Sociality, 2017).

 

Page 107: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

95

pengarang, pemikir, politisi, aktivis, jurnalis pernah menjadi

seorang wartawan dan koreponden, bahkan menjadi mufassir.

Berbagai “predikat” itu pun memunculkan ragam penilaian.

A.Syaikhu dalam “HAMKA: Ulama-Pujangga-Politikus”

menyebut HAMKA sebagai sosok ulama pujangga sekaligus

politisi andal yang memberikan kontribusi berupa solusi-solusi

khusus terhadap permasalahan nasional.166

Ada pendapat yang lain dikemukakan oleh Abdurrahman

Wahid. Wahid mengemukakan dan mengakui bahwa HAMKA

memang intelektual yang mempunyai pengetahuan yang banyak,

baik pengetahuan agama maupun umum. Tetapi, catatnya,

Hamka bukanlah seorang politisi terkemuka, karena tidak dapat

memecahkan masalah politik aktual ketika memimpin Majelis

Ulama Indonesia (MUI).167

Dalam hal politik, penilaian tentang

sosok Hamka memang beraneka ragam. Ini dapat dipahami,

karena politik sangat dinamis jelang pasca kemerdekaan, bahkan

hingga masa Orde Baru pun, sehingga mundurnya Hamka dari

MUI pun tak lepas dari tafsir politik.

Sebagai seorang politisi, Hamka aktif di partai politik

Masyumi dan bergelut dalam dinamika politik demokrasi

parlementer dan menjadi korban politik pula pada era

Demokrasi Terpimpin. Buya Hamka merupakan aktifis partai

Masyumi sejak awal berdirinya, 7 November 1945. Pada pemilu

166

A.Syaikhu. “Hamka: Ulama-Pujangga-Politikus” dalam Nasir

Tamara, Bantuan Sanusi, dan Vincent Djauhari (Ed), Hamka di Mata Hati

Umat, Jakarta: Sinar Harapan, 1984. 167

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 108: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

96

1955, Hamka terpilih menjadi anggota Badan Konstituante dan

terlibat dalam berbagai perdebatan ideologis dengan lawan-

lawan politiknya.168

Membaca buku-buku nonpolitik Hamka, dimaksudkan untuk

memperkaya wawasan selain menangkap semangat dan

ketulusan Hamka dalam mengungkapkan gagasan dan petunjuk

praktis Islam sehari-hari. Masih dalam hal berpolitik, ulasan dari

Ridwan Saidi berikut perlu disimak pula, bahwa:

“Hamka bukan seorang politikus murni, meskipun

pernah bergerak dalam partai politik Masyumi.

Kehadirannya di situ terlebih untuk memberikan

sumbangan atas kehadiran sejumlah seniman dan

budayawan dalam partai lain. Oleh karena itu

ketika Masyumi bubar, dan pada tahun 1966

diadakan usaha untuk membentuk wadah politik

baru bagi umat Islam yang belum tersalur kegiatan

politiknya pada ketiga partai Islam (NU-PSII-Perti)

yang ada, Hamka tidak pernah merasa tertarik.

Pada suatu hari Hamka pernah berkata bahwa

partainya Cuma Masyumi, setelah Masyumi bubar

tidak ada lagi partai baginya”.

Dapatlah dikatakan bahwa Hamka tidak pernah terlibat

sebagai “aktivis” dalam arti orang yang berkecimpung dalam

aktivitas pengarahan dan penggunaan kekuatan massa. Tatkala

menjadi seorang Masyumi, Hamka pun tidak pernah melibatkan

diri dalam polarisasi yang ada, baik ketika dalam tubuh

Masyumi ada “kubu” Sukiman dan “kubu” Natsir. Mungkin

karena itu namanya tidak tercantum dalam dewan redaksi yang

168

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 109: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

97

terdiri dari sejumlah ulama dalam majalah Daulah Islamiyah

(1957) yang dipimpin oleh Isa Anshary.169

Tentu saja kini, banyak ulama dan cendikiawan Muslim

terdidik yang memiliki pengalaman pendidikan yang jauh lebih

kaya ketimbang Hamka sendiri. Generasi pasca Hamka adalah

generasi terdidik, atau setidaknya mengenyam pendidikan yang

jauh lebih tertib. Mereka kebanyakan jebolan-jebolan pesantren

modern yang bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih

tinggi. Akses-akses ke berbagai lembaga pengetahuan dan buku-

buku pada masa kini juga jauh lebih mudah ketimbang zaman

Hamka dahulu. Ulama yang rajin menulis dan bahkan menyusun

Tafsir Al-Qur‟an, pada masa kini antara lain M.Quraish Shihab.

Semuanya punya kekhasannya masing-masing. Semua perlu kita

baca untuk memperkaya khazanah keagamaan kita.

Syiar Islam memang sudah demikian semakin marak di

Indonesia. Meminjam kalimat Moeslim Abdurahman almarhum,

“semarak Islam, semarak demokrasi”.170

Perkembangan bacaan

keagamaan pun berkembang pesat pula. Dan Hamka mungkin

tinggal kenangan saja. Buku-bukunya semakin jarang dijumpai.

Seiring berjalannya waktu, entah kenapa karya-karya Buya

Hamka tak lagi menghiasi toko-toko buku. Jarak generasi

Hamka dengan kita pun semakin jauh.

169

Ridwan Saidi, “HAMKA” Konflik dan Keikhlasan” dalam

Ridwan Saidi, Zamrud Khatulistiwa, Nuansa Baru Kehidupan dan Pemikiran

Bung Karno, M.Husni Thamrin, H.Agus Salim, Buya Hamka, Jakarta: LSIP,

1993. 170

Lihat, Moeslem Abdurrahman, Semarak Islam, Semarak

Demokrasi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

 

Page 110: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

98

Dalam dunia tulis-menulis, sesungguhnya kritik kepada

Hamka juga sering mengemuka. Misalnya Hamka tidak

mengenal disiplin kutipan, sebagaimana para penulis akademik.

Dalam tafsir Al-Azhar, misalnya betapapun disebutkan referensi

atau bacaan yang dipakai, tetapi tidak secara detil mana yang

dikutipnya dalam catatan kaki. Kita juga mafhum adanya,

karena Hamka itu otodidak, dan Hamka lebih memilih untuk

gaya penulisan populer.

Metode Hamka ketika menulis cukup unik, terutama saat

menulis tasawuf modern, buku-buku lain dan banyak artikelnya

cenderung bergaya menceritakan kembali dengan bahasanya

sendiri. Hamka menangkap dasar dan inti pokok pendapat

penulis lain dan kemudian dituliskan kembali dengan bahasan

Hamka.

Dalam tasawuf modern, kita mendapati bahwa bagaimana

Hamka cukup percaya diri memaparkan ulang pandangan-

pandangan dari beberapa filosof besar semacam Aristoteles

hingga Bertrand Russel.171

Adapun kelebihan dari metode ini

karangan dan tulisan Hamka menjadi lancar mengalir, dengan

bahasa tutur yang enak dibaca. Memang ada beberapa kritik dari

sudut akademis, pendekatan Hamka ini cukup lemah, karena ia

akan berurusan dengan akurasi, apa yang ditangkap dan

dituliskan kembali oleh Hamka dari pendapat orang lain, namun

171

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 111: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

99

substansinya tidak jauh berubah. Justru itu menjadi ke khasan

dari tulisan Buya Hamka.

Rosihan Anwar punya pendapat tentang Hamka, seperti

berikut:

“Buya Hamka memiliki banyak keahlian. Dia

ulama besar, pujangga, sastrawan, dan wartawan.

Seandainya dia hidup dalam zaman Renaisans

Eropa, maka sesuai dengan cita-cita masa itu orang

menamai dia Homo Universale, insan universal,

yang luas cakrawala tinjuannya, yang dalam

timbaan ilmu pengetahuannya. Jika dipikir

pendidikan formal Buya sumir belaka, maka hal itu

sangat mencengangkan. Namun, prestasi Buya

tercapai karena tak henti-hentinya belajar sendiri,

banyak membaca, dan suka berbincang.

Buya Hamka dicatat dalam sejarah

kewartawanan sebagai wartawan besar, walaupun

tak pernah magang di Fleet Street di London atau

membahas buku-buku teks jurnalistik karya

professor-professor Universitas Columbia di New

York.172

Buya Hamka sebagai wartawan memiliki gaya

bahasa, style yang bercorak tersendiri, khas, sukar

dicari taranya. Karena dia bukan wartawan-tulis,

melainkan juga wartawan-bicara, artinya ahli

pidato- tidak semua wartawan merangkap kedua

sifat itu pada dirinya- maka terlebih-lebih arus

diperhatikan gaya bahasa Buya Hamka. Saya

termasuk yang mempelajari ilmu mengarang Buya

Hamka. Buya Hamka memiliki bahasa yang jernih,

mudah dipahami. Kecuali jika dipakainya ungkapan

khas Minangkabau dan ketika itu Cuma urang awak

saja yang tersenyum-senyum. Kadang-kadang

bahasanya mengingatkan dengan sastra klasik

172

Rosihan Anwar, “Buya Hamka Ulama Besar” dalam Rosihan

Anwar, Sejarah Kecil (Petite Histoire) Jilid 6: Sang Pelopor Anak Bangsa

dalam Pusaran Sejarah, Jakarta: Kompas, 2012

 

Page 112: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

100

Melayu. Lain kali bahasanya bersifat modern, lugas,

kalimatnya pendek-pendek, mirip gaya staccato.

Tetapi, kalau Buya Hamka sudah hanyut oleh arus

perasaan dan emosinya, maka bahasanya

mengingatkan kepada “tukang-tukang kaba” yang

bercerita di Ranah Minangkabau tentang Si Bujang

Rancak di Labuah dan lain-lain.

Peran Buya Hamka sebagai wartawan, peran

yang sungguh besar. Peran sebagai juru atau

komentator di zamannya, sebagai pendidik

masyarakat, sebagai juru kunci atau penjaga nilai-

nilai budaya dan ajaran agama, sebagai penghibur

terhadap mereka yang ditimpa duka nestapa dan

memerlukan pegangan hidup, sebagai pembawa visi

yang luas dan jauh jangkauannya. Buya Hamka

melaksanakan semua peran tersebut menurut situasi

dan kondisi yang berbeda-beda, tetapi dengan selalu

setia kepada integritas pribadinya.173

Melihat produktivitas Hamka dalam hal menulis dan

mencerahkan pendapatnya lewat tulisan, tentunya ini menjadi

spirit bagi anak-anak generasi milenial, karena zaman dimana

Hamka hidup bukanlah zaman yang dipenuhi dengan segala

kemudahan teknologi seperti saat sekarang ini. Zaman Hamka

adalah zaman dimana fasilitas dan sumber daya serba terbatas

dan mengetik tulisan dengan menggunakan mesik tik yang

notabene hanya mengandalkan satu jari. Tentu jauh sekali

perbedaan kemudahan dan kecanggihan teknologi yang kita

nikmati, antara zaman sekarang dengan zaman Hamka berada.

Dengan fasilitas dan sumber daya tidak terbatas yang kita miliki

173

Rosihan Anwar, “Buya Hamka Ulama Besar” dalam Rosihan

Anwar, Sejarah Kecil (Petite Histoire) Jilid 6: Sang Pelopor Anak Bangsa

dalam Pusaran Sejarah, Jakarta: Kompas, 2012.

 

Page 113: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

101

sekarang, artinya kita bisa lebih semangat untuk menulis, dan

semangat menulis itu harus selalu dijaga dan dibiasakan.

Dalam hal ini, Nurcholish Madjid berpendapat bahwa,

Hamka memiliki kelebihan atas “kesanggupannya menyatakan

pikiran dalam ungkapan-ungkapan modern dan kontemporer”.

Oleh karena itu, lanjut Nurcholish, “Buya Hamka berhasil

menjalin komunikasi intelektual dengan kalangan terpelajar

tanpa canggung dan tanpa hambatan. Pikiran-pikirannya

diterima oleh kalangan luas, khususnya kalangan Islam

Indonesia yang sering diidentifikasi sebagai kaum modernis atau

kaum pembaru”.174

Selain itu, Nurcholish mencatat Hamka

sebagai apa yang oleh Fazlur Rachman disebut “Neo Sufisme”,

yakni “penghayatan hidup kerohanian yang mendalam melalui

ibadah-ibadah ortodoks, diiringi dengan aktivisme sosial.175

Pada masanya, terutama di awal Orde Baru hingga wafatnya,

Hamka adalah „kiblat‟ para intelektual Muslim modern

Indonesia. Nurcholish Madjid pun pernah terlibat dalam

aktivitas dengan Buya Hamka di Masjid Al-Azhar.176

Ketika itu,

Hamka memang sebagai sosok yang fenomenal, terutama karena

punya majalah Panji Masyarakat yang dihidup-hidupi oleh anak-

anak muda Muslim (santri) yang terpelajar dan kritis.

Sebagaimana kita catat, Panji Masyarakat telah melambungkan

174

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014) 175

Budhy Munawar Rachman (Ed), Ensiklopedia Nurcholish

Madjid. 176

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 114: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

102

para cendikiawan Muslim yang kemudian tidak asing lagi,

seperti: Ali Audah, Ahmad Mansyur Suryanegara, M.Amien

Rais, Nurcholish Madjid, Endang Saifuddin Anshari, M. Dawam

Rahardjo, Azyumardi Azra, Fachry Ali, Komaruddin Hidayat,

Bahtiar Effendy, Hadimulyo, Emha Ainun Nadjib, Ridwan

Saidi, Ahmad Tohari, Ayip Bakar, Rusydi Hamka, dan

sebagainya.177

Bagaimana pula karir Hamka sebagai aktivis organisasi?

Hamka aktif di kepengurusan Muhammadiyah cabang

Minangkabau, yang cikal bakalnya bermula dari perkumpulan

Sendi Aman yang didirikan oleh ayahnya pada 1925 di Sungai

Batang. Selain itu, Hamka sempat memimpin Tabligh School

yang didirikan Muhammadiyah pada 1 Januari 1930.

Pada 1928, Hamka menghadiri Muktamar Muhammadiyah

di Solo, dan sejak itu ia tidak pernah absen hadir pada

muktamar-muktamar berikutnya. Sekembalinya dari Solo,

Hamka memangku beberapa jabatan, sampai akhirnya ia

diangkat sebagai Ketua Muhammadiyah cabang Padang

Panjang. Usai Muktamar Muhammadiyah ke-19 di Bukittinggi

pada 1930, disusul dengan muktamar berikutnya di Yogyakarta.

Hamka memenuhi undangan untuk mendirikan cabang

Muhammadiyah di Bengkalis.

Kariernya di Muhammadiyah semakin menanjak sewaktu di

pindah ke Medan. Pada 1942, bersamaan dengan jatuhnya

177

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 115: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

103

Hindia-Belanda oleh Jepang, Hamka terpilih sebagai pimpinan

Muhammadiyah wilayah Sumatera Timur menggantikan H

Mohammad Said. Namun, pada Desember 1945, ia memutuskan

kembali ke Minangkabau dan melepaskan jabatan tersebut.

Tahun berikutnya, Hamka terpilih menjadi Ketua Majelis

Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Barat menggantikan SY

Sutan Mangkuto, hingga 1949. Pada 1953, Hamka terpilih

sebagai pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada

Muktamar Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto. Sejak saat itu,

Hamka selalu terpilih sebagai pengurus muktamar-muktamar

Muhammadiyah selanjutnya, sampai pada 1971 ia memohon

agar tidak dipilih kembali karena merasa uzur. Akan tetapi,

Hamka tetap diangkat sebagai penasihat Pimpinan Pusat

Muhammadiyah sampai akhir hayatnya.178

Itulah pembahasan mengenai Hamka sebagai ulama yang

memiliki cakrawala intelektualisme kosmopolitan karena

banyaknya bacaannya, Hamka juga memiliki ilmu dalam

berbagai bidang ilmu pengetahuan. Hamka itu multisebutan, kita

bisa mengenalnya sebagai ulama, pujangga, penulis, pengarang,

wartawan, politisi, bahkan sebagai aktivis organisasi, terutama

yaitu Muhammadiyah.

Buya Hamka dikenal sebagai sosok seorang ulama,

cendekiawan, dan intelektual muslim Indonesia yang memiliki

pemikiran membumi dan bervisi masa depan. Keilmuan dan

178

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 116: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

104

pemikirannya tidak hanya berlaku di zamannya, namun masih

sangat kontekstual di masa kini. Produktivitas gagasannya di

masa lalu sering menjadi inspirasi dan rujukan gagasan-gagasan

kehidupan di masa kini. Pemikirannya demikian konsisten dan

concern terhadap berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam.

Hamka merupakan salah seorang intelektual muslim yang

sangat produktif. Kajian pemikirannya bukan hanya berkisar

pada persoalan-persoalan keagamaan belaka, akan tetapi juga

menyangkut persoalan kehidupan sosial kemasyarakatan dan

sastra. Pemikiran-pemikirannya telah memberikan kontribusi

yang sangat besar bagi pengembangan intelektual umat

Islam.179

Hamka adalah sosok ulama yang dengan gigih

berupaya mengubah pola hidup umat yang tradisional ke arah

proses modernisasi intelektual. Dalam mempertahankan

kemerdekaan pemikirannya, Hamka seringkali berhadapan

dengan berbagai tantangan. Hidup di jeruji besi merupakan

bagian dari hidup yang harus dilaluinya.180

Adapun di bawah

ini merupakan beberapa pemikiran-pemikiran dari Hamka yang

pernah di kemukakan semasa hidupnya:

a. Pemikiran Hamka dalam Bidang Pendidikan Islam

Bagi sebagian intelektual, membahas pemikiran Hamka

tentang pendidikan Islam merupakan sesuatu yang “asing”.

diragukan, dan perlu dipertanyakan keberadaannya. Persoalan

179 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam,( Jakarta: Prenada Media Group,

2008). 180

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2008).

 

Page 117: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

105

ini menjadi pertanyaan besar, kontroversial, dan

“aneh”karena sosoknya yang kurang dikenal dalam wacana

pendidikan nasional. Melalui beberapa analisis yang pernah

dilakukan, para peneliti berbeda pendapat dalam

memosisikan kecendrungan intelektualitasnya. Di antaranya

ada yang memposisikannya sebagai sosok mufasir melalui

Tafsir al-Azhar-nya,181

sastrawan melalui roman-

romannya,182

sejarawan melalui sejarah Islamnya,183

“sufi”

melalui Tasawuf Modern-nya,184

, atau da‟i dengan

kemampuan retorikanya yang baik.

Meskipun para intelektual (peneliti) mengagumi dan

mengakui kontribusi yang telah diberikannya, namun banyak

kalangan yang masih “meragukan” posisinya sebagai

pendidik dan pemikir pendidikan Islam. Fenomena ini dapat

dilihat dari pandangan Abdurahman Wahid misalnya yang

mengatakan bahwa “meskipun bukan sebagai pendidik dalam

arti guru professional, Hamka merupakan prototipe pendidik

yang berhasil dan sangat meyakinkan pada zamannya.185

Meskipun begitu masih banyak orang yang meragukan

dan menafikan apakah benar sosok Hamka adalah seorang

181

Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz I-XXX, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1998) 182

Hamka, Di bawah Lindungan Ka‟bah, (Jakarta: Balai Pustaka,

1957), pertama kali ditulis tahun 1938; Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,

(Jakarta; NV. Nusantara, 1956), pertama kali ditulis tahun 1939. 183

Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid I, II, III, IV, ( Jakarta: Bulan

Bintang, 1975). Buku ini ditulisnya pada tahun 1951. 184

Hamka, “Tasawuf Modern”, ( Jakarta, Republika Penerbit,2015), 185

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2008).

 

Page 118: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

106

pendidik dan juga pemikir dalam bidang pendidikan Islam?,

tentu untuk menjawab pertanyaan itu adanya pembuktian

yang secara detail dan mendalam, disertai dengan data-data

yang valid. Namun, kalau kita telusuri lintas sejarah hidupnya

maka jelas Hamka adalah seorang pendidik dan pemikir yang

konsisten dan cukup berhasil dalam bidang pendidikan Islam.

Hal itu dilihat bagaimana perannya dalam memperkenalkan

sistem pembaharuan pendidikan di Indonesia dengan

melakukan kolaborasi antara modernisasi kelembagaan

dengan orientasi materi pendidikan Islam, yaitu ketika

mengelola Tabligh School dan Kulliyatul Muballighin, baik

ketika di Padangpanjang ataupun saat di Makasaar.186

Tidak

hanya batas itu sepak terjang Hamka dalam bidang

pendidikan Islam, ternyata pengembangan juga terhadap

masjid al-Azhar (Kebayoran Baru) menjadi sebuah institusi

pendidikan Islam yang berbasis modern. Mulai dari Tk

sampai dengan lembaga kampus. Sementara kalau kita

cermati bahwa latar belakang pendidikan Hamka merupakan

asli produk pendidikan tradisional (surau). Akan tetapi hal itu

tidak membuat pemikiran Hamka juga ikut tradisional, justru

pandangan serta pemikirannya dinamis, inovatif,

186

Di antaranya: Tabligh School dan Kulliyatul Muballighin di

Padang Panjang, serta Tabligh School dan Kulliyatul Muballighin

Muhammadiyah di Makassar. Lihat Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat

Buya Prof. Dr.Hamka, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), Hlm. 4 H. Agus

Salim “Kulliyatul Muballighin, Muhammadiyah, dan Buya Hamka“. Dalam

panitia peringatan 70 tahun Buya Prof. Dr. Hamka, Kenang-kenangan 70

Tahun Buya Hamka, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 86-87;

Mardanas Safwan dan Sutrino Kutoyo, (eds), sejarah pendidikan daerah

Sulawesi Selatan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI .,

1980/ 1981 hlm. 90.

 

Page 119: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

107

revolusioner, melampaui zamannya, bahkan berseberangan

dengan tradisi sosial masyarakat saat itu.

Hamka merupakan salah seorang tokoh pembaharu

Minangkabau yang berupaya mengunggah dinamika umat

dan mujaddid yang unik. Meskipun hanya sebagai produk

pendidikan tradisional, namun ia merupakan seorang

intelektual yang memiliki wawasan generalistik dan modern.

Upaya yang dilakukannya merupakan sebuah gerakan

pembaharuan Islam, bukan saja di Minangkabau bahkann

Indonesia secara luas pada awal sampai paroh ketiga abad

XX.187

Suatu bidang kajian yang sangat menantang dan tidak

sederhana.

Jika diteliti secara seksama, ternyata Hamka cukup

concern memberikan perhatiannya terhadap dinamika dan

persoalan pendidikan Islam. Meskipun dalam bentuk

penyajian yang tidak utuh dan spesifik, pemikirannya tentang

komponen pendidikan Islam (meliputi komponen pendidik,

peserta didik, materi, tujuan pendidikan, klasifikasi ilmu

pengetahuan, metode pendidikan, fungsi dan bentuk

hukuman dalam pendidikan, dan model lembaga pendidikan

Islam yang ideal).

Warisan pemikirannya tentang komponen pendidikan

Islam, merupakan wacana yang sangat potensial untuk diteliti

dan dikembangkan dalam rangka memperkaya konsep

187

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2008).

 

Page 120: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

108

pendidikan nasional. Menurut Hamka, pada diri setiap anak

(manusia), terdapat tiga unsur utama yang dapat menopang

tugasnya sebagai khalifah fi al ardh maupun abd Allah.

Ketiga unsur utama tersebut adalah akal, hati atau kalbu

(roh), dan pancaindra (penglihatan dan pendengaran) yang

terdapat pada jasadnya. Perpaduan ketiga unsur tersebut

membantu manusia (peserta didik) untuk memperoleh ilmu

pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami

fungsi kekhalifahannya, serta menangkap tanda-tanda

kebesaran Allah.

Secara umum, penafsirannya tentang fitrah manusia tidak

jauh berbeda dengan pendapat para mufassir. Dalam konteks

pendidikan umpamanya, ia memaknai kata fitrah manusia

sebagai potensi (kemampuan) dasar yang mendorong

manusia untuk melakukan serangkaian aktivitas sebagai alat

yang menunjang pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di

muka bumi. Alat tersebut adalah potensi jiwa (al-qalb), jasad

(al-jism), dan akal (al- aql). Ketiganya merupakan satu

kesatuan yang saling berkaitan guna menunjang eksistensi

manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam hendaknya

bertujuan membentuk peserta didik (manusia) yang beriman

dan memelihara berbagai komponen potensi yang

dimilikinya, tanpa mengorbankan salah satu di antaranya.188

188

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2008).

 

Page 121: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

109

Menurutnya, jasad (jism) manusia merupakan tempat di

mana jiwa (al-qalb) berada. Meskipun jiwa merupakan tujuan

utama bagi manusia, tanpa jism, jiwa tidak akan berkembang

secara sempurna. Untuk itu, manusia hendaknya senantiasa

memelihara jasad (jism) dengan sebaik-baiknya. Ada dua

cara yang bisa dilakukan untuk memelihara tubuh, yaitu;

Pertama, sederhana dalam makan dan minum. Kedua,

mengetahui ilmu kesehatan. Jika tubuh tidak sehat, hanya

akan mempengaruhi kesehatan akal dan akhirnya berdampak

pada kesehatan budi (akhlak).189

Sedangkan pandangannya

tentang pendidikan jiwa (al-qalb) dan jasad (jism), Hamka

mengutip pendapat Plato yang menyebutkan, bahwa dalam

melaksanakan pendidikan, maka ada dua latihan yang perlu

dikembangkan, yaitu: Pertama, melatih tubuh dengan

gymnastik supaya tubuh kuat dan sehat. Kedua, melatih jiwa

dengan musik, agar jiwa memperoleh ketenteraman dan

mampu merasakan sesuatu. Dalam pandangannya tentang

akal, Hamka kelihatannya terpengaruh pada pandangan

Huizinga, seorang filsuf Belanda, yang dicernanya melalui

Mohammad Amir dalam sebuah seminar di Medan, secara

substansial pendekatan yang dilakukan telah mengalami

reduksi dan penyaringan sesuai dengan kerangka ajaran

Islam. Untuk itu jika ditelusuri, pandangannya telah

bernuansa Islami.

189

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2008).

 

Page 122: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

110

Setidaknya ada dua unsur dasar yang menjadi sasaran

proses pendidikan Islam, yaitu pengembangan daya jasmani

dan kualitas mental. Melalui potensi unsur-unsur tersebut

menjadikan manusia yang dinamis, ingin tahu, mau lekas

tahu, dan berusaha menimba ilmu yang telah dimilikinya.

Dengan penjelasan di atas, terlihat bahwa ketiga unsur

kekuatan utama yang ada dalam diri peserta didik (al-qalb,

al-jism, dan al-aql), merupakan unsur penggerak dan

sekaligus memberikan arti bagi keberadaannya di muka

bumi. Menurut Hamka, setiap anak memiliki fitrah (potensi)

yang dinamis. Fitrah tersebut merupakan kekuatan bagi anak

untuk berkembang. Kekuatan tersebut antara lain adalah;

kekuatan berfikir, merasa, dan kemauan. Pada dasarnya,

fitrah senantiasa menuntun manusia untuk berbuat kebajikan

dan tunduk terhadap aturan Khaliknya.190

Melalui pendidikan, peserta didik akan memperoleh ilmu

pengetahuan yang dapat dipergunakannya memilah baik dan

buruk, serta menciptakan berbagai kebudayaan yang

berfungsi mempermudah dan memperindah kehidupannya.

Dengan ilmu yang dimilikinya maka ia akan bisa menetralisir

perkembangan fitrahnya yang hanif dari pengaruh negatif.

Melalui pendidikan, manusia dapat mengetahui nilai

kebenaran, menentukan cara berfikir, menyatakan diri dalam

seluruh kehidupan pada sebuah kesatuan sosial, dan sekaligus

190

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2008).

 

Page 123: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

111

mengembangkan fitrahnya baik fitrah fisik maupun psikis

secara optimal.191

Pada dasarnya, pendidikan Islam merupakan proses

mentransfer sejumlah ilmu dan sekaligus membentuk watak

pribadi peserta didik, sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Melalui ilmu yang dibalut dengan akhlak, peserta didik akan

menciptakan berbagai bentuk kebudayaan (teknologi) yang

bermanfaat bagi seluruh alam semesta. Di sinilah letak fungsi

kekhalifahan manusia sebagai rahmatan li al-alamin. Dengan

pendidikan manusia dapat menata kebudayaan secara

proporsional. Dari sini jelas bisa kita ketahui bahwa Hamka

lebih menekankan pemikiran pendidikannya pada aspek

pendidikan jiwa (al-qalb) atau akhlaq al-karimah (moralitas)

Islam.

b. Pemikiran Hamka dalam Bidang Agama

Hamka, dari segi tinjauan ilmu agama ia telah berhasil

sebagai pembaharu pemikiran keagamaan di Indonesia.

Pertama, Konsentrasi Hamka mengenai perkembangan

tasawuf di Indonesia. Sebagai ulama yang aktif di Pergerakan

Muhammadiyah, Hamka menolak hal-hal yang tidak rasional

dan yang hanya melemahkan tauhid.192

Ajaran tasawuf

termasuk di dalamnya tarekat, seringkali dijadikan kambing

hitam sebagai kemunduran umat Islam, selalu saja dianggap

191

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2008). 192

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2008).

 

Page 124: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

112

mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran-ajaran lain di

luar Islam. Ajaran tasawuf banyak yang disinyalir hanya

melemahkan gairah untuk meraih kemajuan sehingga

dianggap tidak relevan untuk dipratikkan untuk saat ini.

Padahal menurut peneliti ajaran tasawuf justru sangatlah

relevan untuk problematika zaman sekarang yang mana

semakin kompleks dan beragam. Ajaran tasawuf pada

dasarnya adalah jalan yang mengutamakan pembersihan jiwa

berdasarkan ajaran Islam, dan diartikan pula sebagai

kehendak memperbaiki budi dan men-shifa-kan

(membersihkan) batin. Tasawuf adalah salah satu filsafat

Islam, yang maksud awalnya hendak zuhud dari dunia yang

fana. Tetapi lantaran banyaknya bercampur gaul dengan

negeri dan bangsa lain, banyak sedikitnya masuk jugalah

pengkajian agama dari bangsa lain itu ke dalamnya.

Karenanya tasawuf bukanlah agama, melainkan suatu ikhtiar

yang setengahnya diizinkan oleh agama, melainkan suatu

ikhtiar yang setengahnya diizinkan oleh agama dan

setengahnya pula dengan tidak sadar, telah tergelincir dari

agama, atau terasa enaknya pengajaran agama lain dan terikut

tanpa terasa.

Hamka memberikan formulasi bagi perkembangan ajaran

tasawuf dengan pemikiran modern Islam. Hamka memiliki

darah dari kakeknya Syekh Amrullah seorang sufi dan Haji

Rasul yang merupakan seorang modernis Islam. Pemikiran

itu menunjukkan kematangan sikap, tidak lain datang dari

pengetahuan bahwa tirakatan itu sendiri bukanlah sesuatu

 

Page 125: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

113

yang harus ditolak, selama tidak bertentangan dengan ajaran

agama Islam.193

Persepsi Muhammadiyah yang simplistis mengenai

tasawuf dan tarekat, memang sulit dibantah bahwa pada

tingkatan massa, tasawuf dan tarekat sering berubah menjadi

semacam “folk religion” (agama rakyat), yang melibatkan

praktek-praktek yang berbau khurafat dan syirik. Kita

memang bisa melihat bahwa orang-orang tertentu yang

mengklaim atau dipercayai kalangan masyarakat atau syekh,

mursid, atau guru yang melakukan praktek perdukunan dan

hal-hal gaib yang lainnya. Tetapi kebanyakan masyarakat

melihat hanya pada sisi negatifnya saja, padahal sisi positif

tentunya jauh lebih banyak, jelas terlalu terburu-buru untuk

mengeneralisasikan bahwa tasawuf dan tarekat secara

keseluruhan hanyalah praktek-praktek keislaman yang

menyimpang. Sejarah perkembangan doktrin tasawuf dan

tarekat menunjukkan kepada kita bahwa dimensi Islam ini

kaya akan dinamika, perubahan, dan pembaruan. Maka dari

itu bentukan awal dari praktek-praktek tasawuf adalah

individual lalu kemudian diorganisasikan menjadi lembaga

tarekat, sehingga lebih mudah untuk dikontrol. Dalam

perkembangannya, lembaga tarekat ini tidak hanya menjadi

wahana spiritual namun juga menjadi kegiatan Islamisasi,

semisalnya untuk usaha-usaha ekonomi, perlawanan terhadap

kolonialisme, dan sebagainya.

193

Abdurahman Wahid, “Benarkah Hamka Seorang Besar? Sebuah

Pengantar,” dalam Tamara, Hamka.

 

Page 126: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

114

Dengan demikian, tasawuf dan tarekat bukannya pasivis,

seperti halnya dugaan orang banyak melainkan justru sangat

aktivis.194

Para sufi mengatakan bahwa orang yang berfikih

namun tidak bertasawuf maka dia disebut sebagai orang yang

fasik, orang yang hanya bertasawuf tapi tidak berfikih disebut

sebagai orang kafir, dan adapun orang yang melakukan

keduanya berfikih dan bertasawuf merupakan orang Islam

sebenarnya.195

Pemikiran Hamka yang kedua dalam bidang agama adalah

toleransi dalam beragama. Menurut peneliti Buya Hamka

adalah salah satu ulama besar yang tidak hanya cara

komunikasi atau dakwahnya yang menyejukkan untuk umat,

melainkan cara bergaulnya terhadap sesama muslim ataupun

non muslim, etika komunikasinya, dan cara berorganisasi

sungguh sangat mulia, menyejukkan hati dan fikiran umat

bagaikan oase di tengah gurun atau padang pasir yang

gersang. Tidak banyak ulama Indonesia yang seperti Hamka,

apalagi pada zaman sekarang ini tentunya kita harus belajar

banyak tentang kebijaksanaan terhadap Hamka.

Sikap Hamka terhadap antar organisasi, yang dilakukan

dengan organisasi sosial maupun keagamaan lain yang

berlainan mazhab dan juga pemikiran-pemikiran. Hamka

sangat mengedepankan toleransi, akan tetapi kita harus

194

Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani. Gagasan, Fakta,

dan Tantangan, (Bandung: ROSDA, 1999). 195

Syahrul A‟dam, “Potret Pemikiran dan Gagasan Tasawuf

(Tarekat) di Indonesia Kontemporer, Mimbar Agama dan Budaya, vol.23, no

3 (2006)

 

Page 127: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

115

mengetahui mana yang kepunyaan kita dan yang kepunyaan

orang lain. Sosok Hamka tidak hanya menjadi inspirasi etika

politik, intelektual, dan dakwahnya di Muhammadiyah.

Tetapi telah menginspirasi masyarakat Indonesia dengan

kepribadian dan karya-karyanya yang monumental.196

Kedekatan dan toleransi Hamka pada kaum Nahdiyin juga

menjadi kenangan budayawan Betawi, Alwi Shahab. Shahab

menuturkan pada tahun 1970-an Gerakan Pemuda Anshor

menggelar peringatan milad. Waktu itu Hamka hadir dan

duduk bersebelahan dengan Tokoh NU yaitu KH Idham

Chalid. Hamka tidak segan dan canggung sama sekali, saat

itu Hamka berdiri dan membacakan asrakal pada Maulud

Diba.197

Dalam kehidupan berorganisasinya, Hamka yang seorang

Muhammadiyah sangat mengutamakan silaturahmi daripada

meributkan sebuah perbedaan tak berprinsip. Misalnya, suatu

ketika KH Abdullah Syafi‟I Jum‟atan di Masjid Al-Azhar.

Waktu itu sudah terjadwal Hamka yang menjadi Khatib hari

itu. Melihat kedatangan KH Abdullah Syafi‟i, Hamka

langsung tergerak memaksa Si Macan Betawi untuk naik

mimbar menggantikan dirinya. Hamka juga meminta adzan

dikumandangkan dua kali sebagaimana tradisi Nahdiyin yang

di anut KH Abdullah Syafi‟i.

196

Samsuri dan Sopidi, “Paradigma Baru Menghadapi Pluralitas,

Lektur, Vol.X, No.2 (Juli-Desember 2004). 197

Shobahussurur dkk, „Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik

Karim Amrullah‟, (Jakarta, YPI al-Azhar, 2008)

 

Page 128: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

116

Sejak dibukanya Masjid Al-Azhar, Hamka selalu

mengedepankan tasamuh (toleransi). Saat dilaksanakannya

shalat tarawih pertama kali di Masjid Al-Azhar, Hamka saat

itu tidak egois langsung melaksanakan saja shalat tarawihnya,

namun Hamka menawarkan kepada jamaah untuk shalat

tarawih yang 11 atau 23 rakaat termasuk shalat witir. Waktu

itu Hamka di minta yang 23 rakaat, tetapi besoknya para

jamaah meminta delapan rakaat (witir dilakukan di rumah),

sampai sekarang ini shalat tarawih di Masjid Al-Azhar

menggunakan 11 rakaat.

Jika saat Hamka mengimami shalat subuh Hamka juga

bertanya kepada jamaa‟ah apakah akan menggunakan qunut

atau tidak, dan ketika jamaah menjawab pakai qunut, maka

tokoh Muhammadiyah ini mengimami shalat subuh

menggunakan qunut. Tetapi kalau berbeda dalam masalah

pokok, seperti paham Ahmadiyah yang berbeda dalam

masalah ke-Nabian, beliau hadapi dengan gigih mengatakan

bahwa ajaran itu sesat. Hamka juga sangat merindukan

Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Al-Jamiyatul

Washliyah, Persis, Darud Dakwah wal Irsyad bersatu,

walaupun mereka masing-masing mempunyai kelemahan

akan tetapi mereka juga kelebihan masing-masing.198

Hamka mengatakan bahwa perbedaan cara sembahyang

atau cara ibadah adalah hal yang lumrah dan biasa bagi

berbagai macam ragam pemeluk agama, karena syariat

198

E.Z. Muttaqien, “Biarlah Saya Berhenti.” Dalam Tamara, Hamka

di mata.

 

Page 129: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

117

berubah sebab perubahan zaman. Tetapi manusia tidak boleh

membeku pada suatu tempat, dengan tidak mau menambah

penyelidikannya, sehingga bertemu dengan hakikat yang

sejati, lalu menyerah kepada Tuhan dengan sepenuh hati.

Menyerah dengan hati puas itulah dia Islam.

Hamka bisa didengarkan dan bisa menarik perhatian minat

massa, karena telah menerapkan salah satu prinsip dalam

dakwah Islam, yaitu Dakwah Dilakukan dengan

Menggunakan Prinsip Rasionalitas (pemikiran yang tersusun

secara sistematis). Hamka memiliki cakupan keilmuan yang

tinggi, dan pemikirannya tidak hanya berlaku pada

zamannya.

Pemikirannya dan keilmuannya dituangkan dalam sebuah

karyanya yang menjadi fenomenal dan masterpiece yaitu

tafsir Al-Azhar sampai jilid ke 9. Hamka menggunakan

metode tahlili (analitis), tafsir Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an,

tafsir Al-Quran dan hadits, pendapat sahabat dan tabiin.

Tafsir dengan tafsir muktabar, penggunaan syair,

menggunakan analisis bil-matsur, menganalisis dengan

kemampuan sendiri, dan disusun tanpa membawa pertikaian

antar madzhab.

Hamka menjelaskan makna-makna yang dimaksud Al-

Qur‟an dengan bahasa yang indah dan menarik, dan

menghubungkan antara realitas sosial dan sistem budaya

yang ada. Maka sudah sewajarnya apabila Hamka banyak

didengarkan, disenangi, dan disukai oleh banyak orang.

Karena memiliki cakrawala, pemikiran dan keilmuan yang

 

Page 130: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

118

mumpuni. Yang peneliti temui adalah bahwa Hamka

menggunakan keilmuan yang tersusun secara sistematis

(Rasionalitas) saat menyampaikan dakwahnya dengan

menggunakan Tafsir Al-Azhar.

199

Pemikiran Hamka yang rasionalitas tertuang di beberapa

penafsirannya dalam Tafsir Al-Azhar. Salah satu contoh

penafsirannya Hamka dalam Q. S. 4: 59 (ayat 59 surat An-

Nisa') dengan "Ketaatan kepada Penguasa".

199

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 1,2,3, (Jakarta: Pustaka Panjimas.

1982)

 

Page 131: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

119

Dengan penebalan tema tersebut, dapat dipahami bahwa

Hamka menekankan ketaatan kepada penguasa merupakan

fokus sentral dari pada ayat 59 surat an-Nisa'. Hamka sedikit

menjelaskan tentang pengertian ulil amri, kemudian

menceritakan sejarah singkat sejak dari Nabi hingga masa

kekhalifahan. Hamka menutup uraian tentang pemimpin

tersebut dengan mengatakan: Tetapi semua perkembangan ini

tidaklah terlepas dari tinjauan ahli-ahli pikir Islam. Terutama

ulama-ulama fiqh dan ahli-ahli Ushuluddin. Niscaya

pendapat mereka pun dipengaruhi oleh keadaan atau suasana

ketika mereka hidup. Dengan kata lain, Hamka pun meyakini

tidak ada penafsiran terhadap nash yang tidak dipengaruhi

oleh factor yang terdapat pada diri penafsir, yaitu latar

belakang pendidikan serta pola pikir, disamping juga

pengaruh lingkungan di mana serta kapan seorang penafsir

itu hidup.

Dalam simpulannya, Hamka kembali memberikan

isyarat taat kepada pemimpin ada batasnya, yaitu selama

tidak memerintahkan kepada kemaksiatan, kesesatan,

kehancuran dan hal-hal yang tidak logis untuk dilaksanakan.

Namun demikian, Hamka pun menegaskan bahwa jiwa

seorang pemimpin yang adil memberikan perintah kepada

rakyatnya dalam hal-hal yang memang wajar dan sesuai

dengan hukum dan undang-undang, maka haram

meninggalkan perintah tersebut. Hal ini juga tersirat dalam

sabab al-nuzul bahwa para sahabat sangat teguh memegang

 

Page 132: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

120

perintah Allah dan Rasulullah agar mereka selalu taat kepada

pemimpin.

Oleh karena itu, tidak mengherankan hampir saja para

sahabat mengikuti perintah pemimpin secara totalitas,

padahal ada perbedaaan antara perintah taat kepada Allah dan

Rasul dengan perintah taat kepada pemimpin. Perintah taat

kepada Allah dan Rasul adalah mutlak, sedangkan taat

kepada pemimpin tidak mutlak.200

Dari uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa secara umum penafsiran Hamka terhadap

ayat yang berkenaan dengan perintah taat kepada pemimpin,

sejauh analisis peneliti dipengaruhi oleh kondisi dan

perkembangan sosial masyarakat ketika itu, dalam konteks

global, yaitu pengarang tersebut menjelaskan secara panjang

lebar beberapa khalifah yang ada di dunia Islam.

Dalam konteks perkembangan sosial masyarakat

Indonesia, sejauh pengamatan peneliti tidak memberi

pengaruh kepada penulis kitab Tafsir al-Azhar. Hal ini

menurut peneliti, dapat dikatakan demikian karena Hamka

tidak menghubungkan penafsirannya dengan perkembangan

masyarakat Indonesia ketika itu, tetapi adanya pengaruh yang

berhubungan dengan kondisi kekhalifahan umat Islam yang

terakhir yaitu Turki Utsmani. Penafsiran yang demikian,

menurut pemahaman ahli tafsir, sudah dianggap melenceng

dari tafsir atau condong kepada adanya dakhil, yaitu dalam

hal ini Hamka menafsirkan al-Quran dengan cara

200

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz V, (Jakarta: Pustaka Panjimas.

1982)

 

Page 133: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

121

menghubungkan ayat yang ditafsirkan dengan sejarah

perkembangan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di dunia

Islam.

Lebih jauh, Hamka tidak menyinggung secara langsung

bagaimana pandangan Islam terhadap kondisi masyarakat

Islam ketika itu, terutamanya dalam hal menaati pemimpin,

Hamka tidak menjelaskan secara nyata, kepada siapa umat

Islam Indonesia harus taat, setelah Allah dan Rasul. Hanya

saja, di akhir penafsiran Hamka mengatakan bahwa yang

disampaikannya dalam penafsiran ayat 59 surat an-Nisa'

tersebut adalah beberapa hal penting yang harus diperhatikan

bagi kemajuan pembangunan bangsa Indonesia ketika itu.

Hamka menghubungkan dengan konteks global, dan tidak

menghubungkan dengan konteks sosial keindonesiaan ketika

itu, dapat saja sebagai upaya menjaga diri dari perlakuan

yang tidak baik dari penguasa. Namun dapat juga dikatakan

sebagai upaya Hamka menjaga kemurnian penafsirannya,

sehingga tidak menjauh dari koridor tafsir.201

2. Teguh dan Kuat Dalam Memegang Prinsip-Prinsip

keIslaman

Saat ini kita banyak melihat ulama-ulama populer yang

menghiasi layar kaca televisi maupun di dunia maya. Di antara

mereka banyak yang tampil jenaka, lucu, kebadut-badutan, serta

hanya mementingkan materi dakwah yang bisa membuat para

201

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz V, (Jakarta: Pustaka Panjimas.

1982)

 

Page 134: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

122

pendengar tertawa terbahak-bahak.202

Jelas ini sudah jauh dari

prinsip-prinsip keIslaman dan prinsip-prinsip dalam berdakwah.

Banyak ulama zaman sekarang yang karakternya kurang kuat,

mudah takluk terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dunia

seperti uang dan kekuasaan.

Pasca Hamka muncul seorang ulama yang fenomenal disebut

dengan Da‟i sejuta umat, yaitu KH. Zainuddin MZ. Selain

Zainuddin, muncul pula da‟i yang langganan tampil di depan

televisi sebut saja nama mentereng seperti Ustadz Yusuf

Mansyur, M.Arifin Ilham, Aa Gym, atau Ustadz Muhammad

Nur Maulana. Pada generasi milenial ini, dikenal pula Da‟i yang

disebut sebagai Da‟i Sejuta Followers, yaitu Ustadz Abdul

Somad. Mereka sudah menjadi da‟i selebritas penghias

panggung televisi dan dunia maya saat sekarang ini.

Tetapi, seiring dengan itu muncul kritik atas hadirnya ustadz-

ustadz instan yang tidak memiliki pengetahuan yang dipandang

cukup. Kalau saja Hamka masih hidup, mungkin dia akan

sarankan seperti saran dari ayahnya, agar penceramah-

penceramah memperdalam dulu ilmu dan wawasan

keagamaannya, termasuk penguasaan bahasa Arabnya.203

Jelaslah Hamka itu berbeda, Hamka adalah ulama yang

benar-benar hidup di tengah-tengah umat. Hampir setiap hari

banyak yang berbondong-bondong datang ke rumah Hamka.

202

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014) 203

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014).

 

Page 135: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

123

Mereka datang untuk berbagai keperluan, termasuk meminta

nasihat urusan pribadi dan rumah tangga. Semua diterima oleh

Hamka dengan baik dan tanpa bayaran sepersen pun. “Ini harus

kita lakukan lillahi ta‟ala karena Allah semata,” demikian

Hamka menekankan.204

Bagaimana mungkin Hamka tidak mengkomersialisasikan

dengan banyaknya masyarakat yang hadir ke rumahnya itu, dan

memberi konsultasi gratis begitu saja?, Hamka memang pantas

disebut sebagai ulama pejuang, yang benar-benar berjuang untuk

membela agama Allah, tanpa meminta imbalan sedikit pun.

Hamka bukanlah “ulama bisnis” alias yang memiliki “otak

bisnis” yang mana memiliki tarif yang besar sekali tampil di

depan jemaah. Tentu saja, ulama atau da‟i macam Hamka ini

sangat langka dan jarang kita temui untuk ukuran generasi

milenial. Hamka memang sering masuk televisi dan rekaman

ceramahnya dikasetkan, tetapi tampaknya tidak semata-mata

hanya untuk orientasi bisnis yang berlebihan. Hamka tidak

menjadikan umat sebagai pangsa pasar ceramah dan

konsultasinya. Dalam konteks ini, maka Taufik Abdullah

mencatat bahwa:

“Buya seolah-olah mengingatkan kembali

bahwa “ulama tidak bisa dibeli”. Jika akal

telah tertumbuk, akhirnya harus kembali kepada

fitrah yang sesungguhnya – ulama adalah

“pewaris Nabi”. Benar atau salah dari sudut

kebijaksanaan, hal ini berarti bahwa nurani

204

Rusydi Hamka, “PRIBADI DAN MARTABAT BUYA

HAMKA”, (Jakarta, Penerbit Noura (PT Mizan Publika), Cetakan I, Januari

2017).

 

Page 136: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

124

keulamaan adalah kata akhir. Mudah-mudahan

ulama tak bisa dibeli karea ia telah terjual. Ia

telah terjual kepada Allah”.205

Hamka memang dikenal Sebagai Seorang Ulama Pejuang,

dan bukan sebagai Ulama Bisnis.206

Hamka adalah seorang

ulama yang berkarakter kuat, tegas, dan teguh dalam memegang

prinsip-prinsip keislaman. Hamka telah memberikan kemudahan

kepada umat dengan membuka konsultasi gratis serta

memberikan kabar gembira dan bukan kabar yang membuat

umat lari. Hamka tidak mudah terlena dan takluk pada hal-hal

yang berkaitan dengan dunia. Karakter inilah yang membuat

Hamka disenangi dan disukai banyak orang.

Ada salah satu kejadian atau konflik yang menyedihkan

terjadi dalam kehidupan pribadi Hamka, namun justru itu yang

menandakan bahwa Hamka adalah benar-benar ulama yang kuat

dan teguh dalam memegang prinsip keislaman. Ketika pada

tahun 1964 saat rezim orde lama, Soekarno menjebloskan

Hamka ke penjara. Hamka dituduh melakukan perencanaan

pembunuhan terhadapnya. Musibah yang berat ini diterimanya

dengan tabah dan penuh tawakkal. Menurut Hamka, ini adalah

sebuah anugerah, karena selama di penjara Hamka bisa

menyelesaikan karya besarnya, Tafsir Al-Azhar. Karya tulis

yang tidak mungkin dia selesaikan dalam waktu singkat,

205

Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014). 206

Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014).

 

Page 137: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

125

mengingat kesibukannya sehari-hari. Apakah Hamka dendam

kepada Soekarno atas perbuatan yang pernah dilakukan

terhadapnya?, ternyata tidak sedikitpun ada rasa dendam yang

diperlihatkan. Bahkan, ketika Soekarno meninggal dunia,

Hamka hadir memimpin langsung shalat jenazah Soekarno.207

Konflik yang lainnya adalah saat Hamka difitnah secara keji

oleh salah satu surat kabar yang pro-PKI yaitu bintang timur.

Ruang seni yang bertajuk Lentera adalah yang paling lantang

suaranya. Pemimpin dari lentera adalah Pramoedya Ananta Toer

Malau. Beberapa roman dan karya tulis Hamka di tuduh telah

melakukan plagiat pada karya orang lain. Hamka habis-habisan

dibabat Pram dengan bahasa yang tidak pantas.

Berikut di bawah ini contoh cover surat kabar bintang timur

yang mengatakan bahwa Hamka adalah seorang plagiat:

207

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa,

menjadi ulama, sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal

menjemputnya. Jakarta. Republika Penerbit. 2016.

 

Page 138: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

126

Suatu hari Pram pernah menyarankan calon menantunya

yaitu Daniel Setiawan untuk belajar agama secara langsung

dengan Hamka. Karena Daniel seorang non Muslim keturunan

Tionghoa. Lantas apa reaksi dari Hamka ketika mendengar

menantunya Pram ingin belajar agama dengannya? Apakah

Hamka marah ataupun mendendam dengan Pram? Ternyata

tidak sama sekali, itu terlihat dimana dengan ikhlasnya Hamka

mengajari agama Islam serta melemparkan senyuman kepada

Daniel tanpa sedikitpun perasaan dendam kepada Pram.

Sebuah Akhlaq dan suri tauladan yang baik diperlihatkan

oleh Hamka kepada kita semua. Hamka tidak pernah menjadi

pendendam, meskipun banyak orang yang menzaliminya.

Begitulah Hamka sampai akhir hayatnya tetap kokoh sebagai

ulama dan segala kualitas dimilikinya. Peneliti pun berharap

muncul Hamka-Hamka yang lain di Indonesia, tidak saja

 

Page 139: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

127

memiliki multitalenta dan ilmunya multidimensi, namun juga

memilki akhlaqul karimah yang baik. Itulah contoh bahwa

Hamka kuat sebagai ulama dalam memegang prinsip-prinsip

keislaman melalui penderitaan dan permasalahan yang

dihadapinya.

3. Keteladanan

Selama ini Hamka telah menjadi salah satu sosok ulama

besar dan cendikiawan muslim yang pernah dimiliki oleh

Indonesia. Dan Hamka telah berhasil menjadi Uswatun

Hasanah (suri tauladan yang baik) dikarenakan tiga hal yaitu,

jelas dalam pemilihan dan metode dakwah, memanfaatkan

berbagai macam media. Serta beribadah dimulai dari diri

sendiri.

Metode dakwah yang digunakan oleh Hamka ketika

berdakwah itu beragam dan bervariasi, tidak terbatas hanya

menggunakan lisannya, namun juga menggunakan cara yang

lain seperti keteladanan dan dengan karya-karya tulisnya. Tidak

 

Page 140: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

128

banyak ulama yang bisa menulis dan mengarang buku seperti

Hamka, kebanyakan ulama Indonesia menyampaikan dakwah

menggunakan lisan atau berdakwah di atas mimbar. Ada 3

macam metode dakwah yang digunakan oleh Hamka, yaitu

Dakwah bil lisan, Dakwah bil hal, dan tentunya Dakwah bil

qalam. Pada point ini akan dijelaskan satu per satu bagaimana

pendekatan atau metode yang digunakan Hamka saat

menyampaikan dakwahnya.208

a. Karyanya Abadi Melalui Lisan

Corak gerakan dakwah Buya Hamka salah satunya adalah

Dakwah bil-Lisan. Hamka memang mampu untuk bisa

mempengaruhi Mad‟u melalui bahasa pidatonya, hal ini bisa

dilihat dari kepiawaiannya dalam beretorika. Hamka tidak hanya

berdakwah melalui khotbah di atas mimbar, namun juga

berceramah melalui radio dan stasiun televisi. Tidak hanya

pandai beretorika, namun Hamka juga mampu untuk memikat

hati massa melalui syair-syairnya, tidak heran jika beliau

merupakan ulama pujangga.

Salah satu metode dakwah bil lisan Hamka adalah

melaksanakan kegiatan Pengajian rutin dan kuliah subuh di

Masjid Al-Azhar yang terletak di Kebayoran Baru. Hamka

tampaknya sudah sangat identik dengan Masjid Agung Al-

Azhar, konon untuk mudah dalam penyebutannya ketika saat

melintas ke Masjid ini, masyarakat banyak menyebutnya Masjid

Agung Al-Azhar, Masjid Al-Azhar, atau Masjidnya Hamka.

208

Toto Tasmara, “Komunikasi Dakwah”, Gaya Media Pratama,

Jakarta, 1997.

 

Page 141: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

129

Memang tidak salah penyebutannya, mengingat Buya Hamka

pernah menjadi Imam Masjid Al-Azhar.209

Hamka menjadi Imam Besar Masjid Agung Al-Azhar sampai

akhir hayatnya. Hamka yang rumah tempat tinggalnya

berhadapan dengan Masjid, memang sejak awal telah tampil

mengimami shalat rawatib di sana. Secara berangsur-angsur tapi

pasti, dibangunnya jemaah masjid itu yang pada awalnya terdiri

dari seluruh penghuni rumahnya, para kuli bangunan masjid dan

beberapa keluarga yang tinggal dekat masjid. Diisinya

pengajian-pengajian rutin, bermula dari pengajian setelah subuh.

Belakangan berkembang menjadi kelompok-kelompok

pengajian yang lain. Dibangunnya pula tradisi pengajian untuk

jemaah shalat Taraweh di bulan Ramadhan yang pada masa itu

belum pernah ada model dakwah seperti itu. Pengajian-

pengajian Hamka pada intinya terfokus pada penanaman rasa

kecintaan kepada Allah SWT. Belakangan dakwah Hamka

banyak diminati berbagai kalangan masyarakat, terutama ke

masyarakat “muslim gedongan” yang pada awalnya belum

tersentuh pesan-pesan dakwah.210

Tak dapat kita pungkiri bahwa Masjid Agung Al-Azhar

menjadi pusat kegiatan dakwah Buya Hamka. Keahlian dan

kemasyhuran dakwah Buya Hamka yang berpusat di masjid ini

sampai pula gaungnya ke daerah-daerah di Indonesia, bahkan ke

209

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014) 210

Afif Hamka, dan kawan-kawan, “ BUYA HAMKA”, ( Jakarta,

Uhamka Press, 2008).

 

Page 142: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

130

luar negeri. Adapun model dakwah Buya Hamka banyak

dicontoh dan diikuti oleh masjid-masjid yang dibangun di kota-

kota besar di Indonesia.

Metode dakwah bil-lisan Hamka kedua adalah berdakwah

melalui media elektronik, yaitu RRI dan TVRI. Selama ini

mungkin kita beranggapan bahwa Hamka adalah ulama yang

hanya menyampaikan pesan-pesan keagamaan di atas mimbar,

anggapan itu tidak benar sama sekali karena ternyata Hamka

juga pernah melanglang buana berdakwah melalui radio dan

televisi. Setiah Subuh masyarakat di seantero tanah air, sambil

menikmati kopi pagi, masyarakat duduk dan sangat asyik untuk

mendengarkan Kuliah Subuh-nya lewat siaran RRI, terjadwal

setiap Selasa subuh pemandu siaran itu membacakan surat-surat

pendengar yang bertanya tentang berbagai hal, dan Hamka

langsung menjawabnya dengan bahasa yang sejuk, tidak

konfrontasi, seperti seorang ayah yang menjawab atas

pertanyaan anak-anaknya. Senyuman khas Hamka sebagai

seorang ayah yang ramah juga selalu tampil ketika mengunjungi

pemirsa TVRI dengan acara bertajuk “Mimbar Jum‟at” lewat

layar kaca. Dengan bahasanya yang lembut ayah berjuta umat

ini menyampaikan pesan-pesan Ilahi yang menyejukkan di hati

umat lewat tutur bahasa yang santun dan mudah dicerna. Hamka

ternyata juga memiliki jadwal manggung di kalangan

masyarakat muslim Melayu di Malaysia, Singapura, dan bahkan

di Thailand. Sekurang-kurangnya, setahun ada dua kali Hamka

berkunjung ke sana untuk berceramah langsung di hadapan

ribuan massa di berbagai tempat di Negara-negara Bagian di

 

Page 143: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

131

Malaysia, termasuk di Malaysia Timur, Kalimantan Utara. Saat

itu, Hamka diminta untuk mengisi beberapa rekaman siaran

televisi sebagai stok simpanan untuk beberapa kali tayangan

dalam acara “Syarahan Agama Islam” di Radio Televisi

Malaysia (RTM) yang diminati dan ditunggu-tunggu khalayak di

sana. Bagi Hamka, berkunjung ke Malaysia dan Singapura

ternyata bukan hanya urusan dakwah bagi umat, tapi juga

kesempatan untuk urusan bisnisnya dengan para penerbit buku-

bukunya, baik di Kuala Lumpur maupun di Singapura.211

b. Buya Hamka Organisatoris Handal

Dalam konteks Dakwah bil hal, Hamka banyak terlibat dalam

dunia organisasi. Hamka pernah menjadi Ketua Umum Yayasan

Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar dari tahun 1976 sampai beliau

wafat 24 Juli 1981. Periode kepemimpinannya kemudian

dilanjutkan oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara sampai 1983.212

Melalui Yayasan Pesantren Islam (YPI) inilah, Masjid

bernama Agung Al-Azhar yang terletak di Kebayoran baru bisa

didirikan. Yayasan sendiri berdiri pada 7 April 1952 oleh 14

tokoh Islam dan pemuka masyarakat Jakarta, dengan nama

“Yayasan Pesantren Islam”. Salah seorang pencetus gagasan

pendirian yayasan ini adalah dr. Syamsuddin, selaku Menteri

Sosial RI ketika itu, dan didukung oleh Sjamsuridjal sebagai

Walikota Jakarta Raya. Atas bantuan dari beliau, yayasan

211

Afif Hamka, dan kawan-kawan, “ BUYA HAMKA”, ( Jakarta,

Uhamka Press, 2008). 212

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 144: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

132

memperoleh sebidang tanah di Kebayoran. Di atas tanah itulah

pada 1953 mulai dilakukan pembangunan sebuah masjid besar

dan rampung pada 1958, yang dinamakan Masjid Agung

Kebayoran.213

Hamka ternyata telah membuat pusat kajian Islam

yang terkemuka saat itu.

Pada 1961, Mahmoud Syaltout, Syekh Al-Azhar Kairo

sebagai tamu negara menyempatkan diri singgah di Masjid

Agung Kebayoran. Kedatangan beliau disambut sahabatnya,

yaitu Buya Hamka sebagai Imam Masjid Agung Kebayoran,

yang dua tahun sebelumnya dianugerahi gelar Doctor Honoris

Causa (Ustadziyah Fakhriyah) dari Universitas Al-Azhar,

Kairo. Dalam kesempatan itu Syekh Prof. Dr. Mahmoud

Syaltout memberikan nama Al- Azhar untuk masjid tersebut,

sehingga menjadi Masjid Agung Al-Azhar.214

Hamka telah

menjadi organisatoris yang sangat handal dalam berbagai

organisasi, terutama yayasan pesantren Islam.

c. Tipologi Karya-Karya Tulis Buya Hamka

Namun demikian, dakwah Hamka tidak hanya tertumpu pada

metode dakwah bil lisan, maupun dakwah bil hal, tapi beliau

juga mampu berdakwah dengan tulisan, atau dikenal dengan

istilah dakwah bil qalam. Hal tersebut dibuktikan dengan

berbagai karya ilmiah maupun fiksi yang mempunyai corak dan

substansi nilai-nilai Islam yang dominan. Terdapat lebih dari

213

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014) 214

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 145: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

133

118 karya tulis Hamka. Salah satu karyanya dalam bidang ke-

Islaman adalah terbitnya Tafsir al-Azhar.

Terkait Tafsir al-Azhar, 1962, Hamka mulai memberikan

pelajaran tafsir di Masjid Agung al-Azhar. Pada waktu itu beliau

mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi majalah “Gema

Islam”. Melalui majalah itu, beliau mampu menyebarkan konsep

dan penafsiran al-Qur‟an kepada khalayak luas. Rangkaian

pelajaran tafsir ba‟da Subuh yang dimuat dalam “Gema Islam”

itu oleh Hamka diberi judul Tafsir al-Azhar. Nama Tafsir al-

Azhar berasal dari tempat dimana Hamka menafsirkan Al-

Qur‟an secara rutin, yakni Masjid Agung Al-Azhar (Kebayoran

Baru). Sebagaimana Hamka dalam tulisannya menyebutkan:

“Atas usul dari tata usaha majalah di waktu

itu, yaitu saudara Haji Yusuf Ahmah, segala

pelajaran „Tafsir‟ waktu Subuh itu dimuatlah di

dalam majalah Gema Islam tersebut. Langsung

saya berikan nama baginya Tafsir al-Azhar,

sebab „Tafsir‟ ini timbul di dalam Masjid Agung

al-Azhar, yang nama itu diberikan oleh Syeikh

Jami‟ al-Azhar sendiri. Merangkaplah dia

sebagai alamat terimakasih saya atas

penghargaan yang diberikan oleh al-Azhar

kepada diri saya.”215

Terkait dengan metode penulisan, Hamka mengakui

mencontoh gaya Tafsir al-Mannar. Sebagaimana diketahui,

bahwa Tafsir al-Mannar disusun oleh Muhammad Abduh dan

Rasyid Ridha. Adapun kesamaan antara Tafsir al-Mannar dan

Tafsir al-Azhar dalam proses kelahirannya. Pertama, keduanya

215

Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu I-II, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1982)

 

Page 146: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

134

lahir dari ceramah-ceramah dihadapan jama‟ah yang kemudian

disusun dalam bentuk tulisan. Oleh karenanya, tafsir itu terkesan

komunikatif dan dekat dengan suasana dan problematika yang

sedang dihadapi masyarakat. Al-Farmawi menyebut tentang

gaya penafsiran Hamka adalah tafsir al-adab al-ijtima‟i.216

Sedangkan, terkait sumber penafsiran, Hamka menggunakan

metode al-Tafsir bi al-Ma‟tsur.217

Meskipun latar dan settingnya

berbeda, namun tidak menghilangkan esensi dan pemaknaan

dari tafsir tersebut.

Menariknya, tafsir ini diselesaikan oleh Hamka saat beliau

mendekap di penjara. 27 Januari 1964, siang itu usai

memberikan tausyiah di Masjid Agung Al-Azhar, Buya

„dijemput‟ oleh empat orang berpakaian preman beserta Surat

Perintah Penahanan Sementara. Hamka diduga melakukan

kejahatan sesuai dengan Penetapan Presiden (PenPres) Nomor

11 Tahun 1963. Berangkat dari hal itu, secara keseluruhan,

Hamka ditahan selama dua tahun empat bulan. Adapun tempat-

tempat dimana Hamka ditahan, antara lain; Cimacan (Puncak,

Bogor), Sukabumi, Megamendung. Adapun dugaan-dugaan

yang menyebabkan Hamka dipenjara adalah; Pertama,

melakukan rapat-rapat gelap untuk menentang Presiden

Soekarno dan Pemerintah Republik Indonesia yang sah. Kedua,

216

Tafsir al-adab al-ijtima‟i merupakan pendekatan dalam

menafsirkan al-Qur‟an melalui pendekatan sejarah, antropologi, dan sosiologi

guna memperkaya penafsiran. 217

Al-Tafsir bi al-Ma‟tsur merupakan metode dalam menafsirkan al-

Qur‟an dengan menafsirkan ayat dengan ayat yang lain, juga ayat dengan

hadits.

 

Page 147: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

135

diduga mengadakan rapat gelap di Tangerang pada 11 Oktober

1963 untuk merencanakan pembunuhan terhadap Menteri

Agama waktu itu H. Saifuddin Zuhri dan melakukan kudeta. Hal

ini, Hamka menegaskan bahwa:

“Melihat tanggal mulai Pen.Pes itu

diundangan, beratlah persangkaan saya bahwa

Pen.Pes ini yang terutama ditujukan ialah

kepada diri saya sendiri. Sebab saya dituduh

mengadakan rapat gelap di Tangerang pada 14

Oktober 1963, sedang Pen.Pes itu diundang-

undangkan pada tanggal 14 Oktober 1963.”218

Pesan-pesan dakwah Hamka melalui tulisan tidak terbatas

hanya pada judul Tafsir Al-Azhar. Melainkan masih banyak lagi

karangan Hamka dalam bidang agama. Karena memang Hamka

tidak hanya seorang ulama yang mengikut arus pasar, karena

banyak ulama menyampaikan dakwah secara lisannya. Hamka

mencoba menggabungkan keduanya. Hamka adalah seorang

ulama plus, karena produktivitasnya dalam menulis buku. Maka

Dawam Rahardjo pernah mengatakan “Hamka memang

membangun reputasinya sebagai pengarang yang menulis

berbagai soal umum, sebagai editor berbagai majalah, seorang

penulis cerita pendek dan novelis yang romantis di masa-masa

sebelum perang.219

Adapun beberapa karya Hamka dalam

bidang agama diantaranya yaitu Tasawuf Modern (1939).

Falsafah Hidup (1939), Lembaga Hidup (1940), Lembaga Budi

218

Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu I-II, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1982) 219

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014)

 

Page 148: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

136

(1940), Sejarah Umat Islam Jilid 1-4 (ditulis dari tahun 1938-

1955), Perkembangan Tasawuf dari abad ke abad (1952), serta

masih banyak lagi karangan-karangan Hamka dalam bidang

agama.

Selama ini banyak masyarakat yang beranggapan Hamka

dikenal hanya sebatas dalam negeri saja. Namun anggapan ini

sedikit keliru, pasalnya aspek ethos (kredibilitas atau

kemampuan) dan keilmuan yang dimiliki Hamka itu kuat serta

luas. Maka peneliti berpendapat Hamka adalah seorang ulama

dan da‟I yang berkaliber Internasional serta ekspansi dakwahnya

hampir ke seluruh penjuru negeri.220

Adapun di bawah ini adalah beberapa Negara-Negara yang

pernah dikunjungi oleh Hamka dalam rangka memperluas

jangkauan dakwahnya, sebagai berikut:

a. Atlas Perjalanan Buya Hamka Tingkat Asia Tenggara

Atlas perjalanan Buya Hamka. Pertama kali ke Malaysia,

Singapura, dan Brunei Darussalam. Antara buku-buku yang

dibawa dari Indonesia ialah Tafsir al Azhar karangan Hamka

dan beberapa karya beliau seperti, Sejarah Umat Islam,

Falsafah Hidup dan Tasawuf Moden. Haji Abdul Malik

Karim Amrullah dipanggil sebagai Buya Hamka amat

dikenali sebagai ulama, pendakwah dan sastrawan unggul di

Malaysia. Keakrabannya dengan Malaysia digambarkan

daripada pengakuan beliau:

220 Rumaizuddin Ghazali, “Hamka Namamu Tetap Abadi”, Minda

Madani Online, 12 Jun 2012.

 

Page 149: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

137

“Sambutan ke atas diri saya, manusia yang

dha‟if ini, dari rakyat di kedua negara itu, sama

mengharukan saya, kerana cinta saya kepada

rakyat di kedua negara itu pun sama, tidak

berlebih tidak berkurang dan tidak berat

sebelah. Cinta saya menghadapi rakyat di

Ujung Pandang sama dengan cinta menghadapi

rakyat di Kota Kinabalu. Mahasiswa

mengerumuni saya di Universiti Kebangsaan

meminta tandatangan sama dengan kerumunan

mereka di Universiti Gadjah Mada. Membaca

khutbah Jumaat di Masjid Negara di Kuala

Lumpur sama membaca khutbah di Masjid al-

Azhar Jakarta. Berziarah di Slembah Indah Sri

Menanti sama dengan pulang ke Batu Sangkar.

Dan semua, saya hadapi dengan bahasa yang

satu.”221

Hamka yang juga merupakan mantan Presiden Majelis

Ulama Indonesia (MUI) dan Penasihat Muhammadiyah

Indonesia amat dekat dengan masyarakat Melayu Islam

kerana sentuhan tintanya yang menyentuh jiwa tentang tujuan

hidup sebagai Muslim, kepentingan akhlak mulia, perjuangan

bahasa Melayu-Jawi dan kepentingan iman dan budi. Hamka

juga menyakini bahwa Islamlah yang mempengaruhi

kebangkitan Islam di Indonesia dan Alam Melayu umumnya.

Islam menjadi teras kekuatan Melayu dan alat yang

menyatukan bangsa. Sepanjang hayatnya, Hamka telah

meninggalkan khazanah ilmu yang begitu besar

sumbangannya kepada umat Islam daripada sejumlah 118

buah buku. Tafsir karangan Hamka ini masih dijadikan bahan

221 Rumaizuddin Ghazali, “Hamka Namamu Tetap Abadi”, Minda

Madani Online, 12 Jun 2012.

 

Page 150: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

138

usrah oleh sebagian organisasi dakwah dan gerakan Islam di

Malaysia seperti, Partai Islam Se-Malaysia dan Jemaah Islah

Malaysia yang kini dikenali sebagai IKRAM Malaysia.222

b. Atlas Perjalanan Buya Hamka ke Timur Tengah

Hamka ke Tmur Tengah meliputi dari beberapa Negara

yaitu Arab Saudi, Syria, Iraq, Iran, Mesir, Suriah, dan

Lebanon.

Pada tahun 1950, Hamka menunaikan ibadah Haji untuk

kedua kalinya, sebagai Anggota Majelis Perjalanan Haji

Indonesia. Selesai melaksanakan Haji, Hamka melawat ke

beberapa negara Arab yang disponsori oleh Penerbit Gapura,

saat itu Hamka menulis beberapa karyanya seperti, Mandi

Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, Di Tepi

Sungai Dajlah.223

Itulah pengalaman pertama Hamka

melawat ke luar negeri.

Pada 1958, Hamka diundang oleh Universitas Punjab di

Lahore, Pakistan, untuk menghadiri sebuah seminar Islam.

Usai mengikuti seminar, beliau langsung ke Mesir atas

undangan Mu‟tamar Islamy, oleh Sayid Anwar Sadat sebagai

Sekretaris Jenderal. Mu‟tamar Islamy dan As-Syubbanul

Muslimun serta al-Azhar University lantas bersepakat

mengundang Hamka pada sebuah muhadharah di Gedung as-

222 Mashitah Sulaiman Mohammad Redzuan Othman. ISLAMISASI

DAN KAITANNYA DENGAN HUBUNGAN SERANTAU MALAYSIA –

Indonesia Jurnal Sejarah Vol. 22 No. 1 June 2014 203. Hal. 215 223

Rusydi Hamka, “PRIBADI DAN MARTABAT BUYA

HAMKA”, (Jakarta, Penerbit Noura (PT Mizan Publika), Cetakan I, Januari

2017).

 

Page 151: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

139

Syubbanul Muslimun. Buya menghadiri undangan tersebut

dengan menyiapkan makalah berjudul, “Pengaruh Faham

Muhammad Abduh di Indonesia dan Malaya”. Implikasinya,

beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa.224

c. Atlas Perjalanan Buya Hamka di Dunia Barat

Pada 1952, Hamka mendapat undangan dari State

Department atau Departemen Luar Negeri Amerika untuk

mengunjungi paman sam, sebutan untuk nama Amerika

selama empat bulan. Perjalanan dimulai melalui Eropa dan

kembali lagi ke Australia. Inilah perjalanan pertama kali

Hamka ke dunia Barat. Dan, tidak lupa pula kebiasaan

Hamka saat mengunjungi tempat yang baru, Hamka menulis

hasil perjalanannya itu dalam sebuah buku berjudul: 4 Bulan

di Amerika.225

Hamka berhasil menjadi Da‟I yang berkaliber Internasional

meliputi Malaysia, Arab Saudi, Syria, Iraq, Iran, Lebanon,

bahkan ke dunia barat.

Jadi, dalam posisi atau predikat apa Hamka dikenang dan

diteladani? Sebagai Politisi? Sastrawan? Atau sebagai seorang

Ulama? Saat-saat akhir perjalanan hidupnya, agaknya Hamka

dikenang, dikenal, diteladani sebagai tokoh ulama. Bukan hanya

sekedar tokoh ulama biasa, namun seorang ulama plus-plus,

ulama multitalenta, multisebutan, dan multidimensi ilmunya.

224 Shobahussurur dkk. Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik

Karim Amrullah. Jakarta, YPI al-Azhar, 2008. 225

Rusydi Hamka, “PRIBADI DAN MARTABAT BUYA

HAMKA”, (Jakarta, Penerbit Noura (PT Mizan Publika), Cetakan I, Januari

2017).

 

Page 152: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

140

Keulamaannya tidak hanya dikukuhkan saat menjadi Ketua

Majelis Ulama Indonesia saja, namun saat Hamka menjadi

Imam Besar dan mengisi materi-materi Pengajian yang

dilaksanakan di Masjid Agung Al-Azhar.

Hamka memang dikenal sebagai pendakwah melalui

tulisannya, salah satu karya terbesarnya adalah Tafsir Al-Azhar.

Tidak banyak ulama yang bisa berkarya dan menulis buku

keagamaan sebanyak Hamka, Hamka mempunyai misi pribadi

dalam hidupnya yaitu “Kesanggupan lisan dan kesanggupan

tulisan untuk menyadarkan kaum muslimin di Indonesia

terhadap Islam”.226

Citra Hamka sebagai pendakwah melalui tulisan agak sedikit

kabur, karena kebanyakan ulama saat itu adalah ulama yang

tidak banyak mengarang buku, melainkan hanya mengajar di

pesantren, madrasah, bertabligh secara lisan, tanpa adanya

tulisan. Coba kita hitung, ada berapa banyak ulama yang seperti

Hamka, berdakwah melalui lisan dan tulisan? tentunya sedikit,

dari yang sedikit itulah Hamka muncul ke permukaan.

Masyarakat banyak menyebut Hamka sebagai seorang

cendikiawan Muslim yang hoby menulis tentang keagamaan.

Hamka jelas dalam pemilihan metode dakwahnya. Tidak

hanya berdakwah melalui lisan, namun juga melalui tulisan,

memanfaatkan berbagai macam media, serta melalui

keteladanannya Hamka benar-benar melaksanakan amal saleh,

226

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka

Utama, 2017).

 

Page 153: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

141

tidak hanya disampaikan secara lisan, namun juga dilaksanakan

mulai dari diri sendiri ( Ibda‟ Binafsik).

Hamka memang pantas menjadi teladan bagi kita semua.

Pertama, karena Hamka tidak hanya menjadi ayah teladan secara

biologis bagi anak-anak kandungnya, namun juga menjadi ayah

secara spiritualitas bagi jutaan umat muslim.227

Kedua, Sikap

saling menghargai yang ditonjolkan olehnya walaupun berbeda-

beda organisasi, berlainan mazhab dan juga pemikiran. Ketiga,

cara dan sikap Hamka untuk menjaga kerukunan umat

beragama.

Hamka sangat mengedepankan toleransi antar umat

beragama. Kedekatan dan toleransi Hamka pada kaum Nahdiyin

juga menjadi kenangan budayawan Betawi, Alwi Shahab.

Shahab menuturkan pada tahun 1970-an Gerakan Pemuda

Anshor menggelar peringatan milad. Waktu itu Hamka hadir

dan duduk bersebelahan dengan Tokoh NU yaitu KH Idham

Chalid. Hamka tidak segan dan canggung sama sekali, saat itu

Hamka berdiri dan membacakan asrakal pada Maulud Diba.

Sikap toleransi yang lainnya juga ditunjukkan oleh Hamka

adalah ketika suatu hari KH Abdullah Syafi‟I Jum‟atan di

Masjid Al-Azhar. Waktu itu sudah terjadwal Hamka yang

menjadi Khatib hari itu. Melihat kedatangan KH Abdullah

Syafi‟i, Hamka langsung tergerak memaksa Si Macan Betawi

untuk naik mimbar menggantikan dirinya. Hamka juga meminta

227

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa,

menjadi ulama, sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal

menjemputnya. Jakarta. Republika Penerbit. 2016. Hlm. 320

 

Page 154: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

142

adzan dikumandangkan dua kali sebagaimana tradisi Nahdiyin

yang di anut KH Abdullah Syafi‟i.

Jika saat Hamka mengimami shalat subuh Hamka juga

bertanya kepada jamaa‟ah apakah akan menggunakan qunut atau

tidak, dan ketika jamaah menjawab pakai qunut, maka tokoh

Muhammadiyah ini mengimami shalat subuh menggunakan

qunut.

Itulah beberapa sikap dan keteladanan yang ditunjukkan oleh

Hamka kepada umat. Salah satunya yang membuat dia berbeda

dengan ulama sekarang adalah sikap tasamuh (toleransi) yang

memang sangat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga tidak ada perdebatan yang muncul hanya karena

perbedaan madzhab atau pendapat.

Ridwan Saidi pernah berkomentar tentang kelebihan Hamka

dalam menyampaikan dakwahnya, bahwa:

“Dakwah Hamka segar, tanpa menjurus ke

arah tabligh “badut-badutan” yang semakin

menggejala, sehingga syiar Islam disamakan

begitu saja dengan bercandaan. Dakwah

Hamka itu membangkitkan ghirah yang oleh

Hamka diterjemahkan sebagai kecemburuan

beragama.

Pengetahuan Hamka sangat dalam tentang

Sejarah Islam, menjadi ilustrasi yang hidup

sehingga khalayak menjadikannya i‟tibar.

Semua itu dibawakan dengan keahlian retorika

yang tinggi. Volume suaranya yang penuh,

intonasi yang ritmis, vibrasi dan warna suara

 

Page 155: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

143

yang khas, gerakan tangan yang efisien, serta

air muka dan sorotan mata yang membapak.”228

B. Analisa Penerapan Unsur-Unsur Dakwah Buya Hamka

1. Pendakwah Yang Multitalenta Dan Multisebutan

Buya Hamka telah berhasil menjadi seorang komunikator

dakwah/da‟i. Hamka dikenal tidak hanya bisa memberikan

pesan-pesan keislaman sesuai dengan Al-Qur‟an dan hadits,

namun juga memiliki banyak talenta/bakat dalam berbagai

bidang serta sebutan yang disematkan kepadanya.

Hamka dikenal memang ahli dalam berbagai bidang,

terutama dalam bidang dakwah, menjadi seorang ulama dan

imam besar di Masjid Agung Al-Azhar yang terletak di

Kebayoran Baru. Tidak hanya dalam bidang dakwah, banyak

bidang yang ditekuni oleh Hamka, diantaranya adalah bidang

politik, sejarah, budaya, sastra, tafsir bahkan bidang

jurnalistik. Sehingga peneliti menyebut Hamka sebagai ulama

yang multitalenta. Sukar sekali menemukan ulama yang

memiliki banyak talenta seperti Hamka, walaupun banyak

bidang ia kuasai namun tetap saja masyarakat mengenalnya

sebagai seorang pendakwah dan ulama besar.229

228

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru Ilmu, Cetakan ke-1,

2014). 229

Irfan Hamka. Ayah... Kisah Buya Hamka masa muda, dewasa,

menjadi ulama, sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal

menjemputnya. Jakarta. Republika Penerbit. 2016.

 

Page 156: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

144

Berikut di bawah ini beberapa sebutan yang disematkan

oleh Hamka:

a. Penulis Yang Produktif.

Semasa hidupnya Hamka telah banyak menghasilkan

karya-karya tulis. Ada sekitar 118 karya tulisnya. Baik yang

bersifat fiksi ataupun ilmiah. Beberapa tulisan dan karangan

Hamka diantaranya adalah dalam bidang Auto Biografi,

berjudul “Kenang-kenangan Hidup”, Jilid I, II, III, IV.

Jakarta: Bulan Bintang 1979”.230

Dalam bidang Biografi,

“Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Amrullah dan Perjuangan

Kaum Agama di Sumatera”, Jakarta, Ummida 1982.231

Kemudian dalam bidang Sejarah Islam, yaitu “Arkanul

Islam, di Makasar”, 1932, “Ringkasan Tarekh Ummat

Islam”, Medan, Pustaka Nasional,1929, “Sejarah Islam di

Sumatera”, Medan, Pustaka Nasional 1950, “Sejarah Ummat

Islam”, Jilid 1,2, 3 dan 4, Jakarta, Bulan Bintang, 1975,

“Dari Perbendaharaan Lama”, Medan, Madju,1963,

“Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq) “,

Medan, Pustaka Nasional, 1929.232

Dalam bidang Tafsir Al-

Qur’an, yaitu Tafsir Al-Azhar. Serta masih banyak lagi

seperti filsafat, adat, kemasyarakatan, negara, dan kisah

perjalanan.

230

Samsul Nizar, Hamka Tokoh Pembaharu di Indonesia, Depag

1999. 231

Samsul Nizar, Hamka Tokoh Pembaharu di Indonesia, Depag

1999 232

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 157: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

145

b. Sastrawan

Karier Buya Hamka dalam sastra berawal dari

kegemarannya membaca buku cerita dan hikayat dari

perpustakaan yang ada di kampungnya, berjam-jam Hamka

tahan di dalamnya. Pulang dari sekolah Diniyah jam sepuluh

pagi ia langsung berangkat ke perpustakaan dan pulang ke

rumah jam satu siang. Dari satu buku ke buku lain ia

tamatkan, kadang-kadang ia meminjam buku yang menarik

baginya untuk dibaca di rumah.

Begitulah kebiasaan Buya Hamka kecil sebelum

memulai petualangannya dalam bidang sastra ini. Kesukaan

membaca dari sejak dini, membuat berbagai imajinasinya

bertambah luas. Selain itu, adat juga ikut berperan

membentuk jiwa sastra menjadi tumbuh subur, kebiasaan

mendengarkan pantun, sajak/syair-syair, pidato adat ikut

berperan besar dalam melancarkan mata penanya, sehingga

dengan mudah saja ia merangkai kata-kata indah.

Nama besar seperti Hamka secara kultural tidak mungkin

dipisahkan dari lingkungan Ranah Minang yang indah

dengan lirik gurindam, pantun, pepatah petitih, dan syair.

Ranah ini juga dikenal sebagai sebutan Alam Minangkabau.

Dalam sebuah pidato kebudayaan di Padang pada 2007,

Ahmad Syafii Maarif memberikan julukan lain untuk ranah

ini sebagai “Pabrik Kearifan kata yang kaya”. Sebelum

Indonesia merdeka, dari Alam Minangkabau ini telah

banyak bermunculan pengarang, cendikiawan, pemikir,

sastrawan, ulama, dan yang lainnya. Namun nama Hamka

 

Page 158: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

146

adalah salah satu yang paling populer di antara mereka dan

yang paling banyak menghasilkan karya-karya tulisnya.

Tidak jarang, dari berbagai pengalaman yang ia dapatkan

dalam kehidupan sehari-hari memunculkan ide untuk

dijadikan sebagai isi cerita novel. Contoh ringan adalah

novel pertamanya Si Sabariah yang sebenarnya adalah kisah

nyata yang ia lihat pada umur sembilan tahun di

kampungnya sendiri.233

Kemudian nama dan alur sedikit

disamarkan serta sedikit dibumbu-bumbui dari berbagai

buku yang telah dibacanya. Istilah yang sering dipakai

Hamka dalam hal seperti ini dengan kalimat

“…diperpautkan dengan pikiran kita, hingga layaklah itu

disebut sebagai karangan sendiri, bukan plagiasi.234

Orang menyebutnya sebagai seorang sastrawan karena

karya sastranya yang terkenal diantaranya Tenggelamnya

Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka‟bah,

Merantau ke Deli, dan belasan cerpen yang terkumpul dalam

di Di Dalam Lembah Kehidupan dan lain-lain. Tulisan

Hamka banyak terinspirasi dari pengarang yang berasal dari

luar negeri. Di dalam buku berjudul “Hamka sebagai

pengarang roman” karya dari Yunus Amir Hamzah,

disebutkan beberapa pengarang yang mempengaruhi Hamka,

seperti Manfaluthi, Abduh, Mustafa, Sadik Rafi‟i, Zaki

Mubarak, Husain Haikal Pasya, Pierre Lotti, hingga Sokrates

233

Si Sabariah adalah perempuan muda anak Sariaman. Suaminya

bernama Pulai yang merantau ke negeri orang. Sudah berbulan-bulan

merantau ternyata hasilnya hanya lepas untuk makan saja. 234

Hamka, “Tasawuf Modern”, ( Jakarta, Republika Penerbit,2015).

 

Page 159: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

147

dan plato.235

Gondokan pengaruh itulah yang membentuk diri

Hamka lincah dan produktif dalam karya sastranya.

Berikut di bawah ini beberapa karangan-karangan dan

tulisannya Hamka yang berbentuk fiksi sehingga disebut

sebagai seorang sastrawan:

235

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993), hlm. 4

 

Page 160: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

148

 

Page 161: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

149

c. Ketua MUI Dan Ulama Besar

Tahun berikutnya, 1975, Musyawarah Alim Ulama

seluruh Indonesia dilangsungkan. Hamka pun dilantik dan

menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia

(MUI), pada tanggal 26 Juli 1975 bertepatan dengan 17 Rajab

1395. Jabatan ini dipegangnya sampai tahun 1981, yaitu

sampai mendekati akhir hidupnya. Hamka meninggal pada

tanggal 24 Juli 1981, dan masih dalam kedudukannya sebagai

penasehat Pimpinan pusat Muhammadiyah.236

Ketika menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia

(MUI). Hamka sangat tegas terhadap bahaya Kristenisasi

kembali ia sampaikan di hadapan penguasa Orde Baru.

236

H. Rusydi, “Pribadi dan Martabat Buya Prof.Dr.Hamka”,

(Jakarta,: Pustaka Panjimas, 1983), Hlm. 7

 

Page 162: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

150

Dalam rapat dengan Presiden Soeharto pada 1975, Buya

Hamka menerangkan di hadapan Presiden tentang fakta-fakta

Kristenisasi yang bergeliat setiap hari di masyarakat, dengan

berbagai bujukan dan iming-iming materi yang menggiurkan.

Hamka juga menyampaikan keprihatinannya tentang

berdirinya Rumah Sakit Baptis di Bukittinggi, sebagai upaya

terang-terangan dalam mengkristenkan masyarakat minang

lewat cara pengobatan. Kepada Presiden Soeharto, Hamka

mengusulkan agar rumah sakit itu dibeli dan diambil alih

pemerintah agar bisa dikelola dengan semestinya. Soeharto

setuju dengan usulan tersebut, bahkan dengan terang-

terangan menyatakan tidak sukanya pada Kristenisasi

tersebut. 237

Sikap tegas Buya Hamka yang melegenda adalah ketika

ia mengeluarkan fatwa haram perayaan natal bersama. Pada

saat itu di lingkungan birokrat yang sudah dikuasai jejaring

Kristen memang digagas acara “Natal Bersama”. Buya

sebagai Ketua MUI merasa perlu memberikan fatwa agar

umat Islam tidak terjebak menggadaikan akidah hanya

semata-mata takut dibilang tidak toleran. Saat berkhutbah di

Masjid Al-Azhar, Buya Hamka mengingatkan kaum

Muslimin, bahwa kafir hukumnya jika mereka mengikuti

perayaan natal bersama. “Natal adalah kepercayaan orang

Kristen yang memperingati hari lahir anak Tuhan. Itu adalah

237

https://myrepro.wordpress.com/2016/06/22/buya-hamka-dan-

sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi/. Diakses tanggal 3-8-2018

 

Page 163: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

151

akidah mereka. Kalau ada orang Islam yang turut

menghadirinya, berarti dia melakukan perbuatan yang

tergolong musyrik,” terang Hamka. “Ingat dan katakan pada

kawan yang tak hadir di sini, itulah akidah kita!” tegasnya di

hadapan massa kaum Muslimin.

Keteguhannya dalam memegang fatwa haramnya natal

bersama inilah yang kemudian membuatnya mengundurkan

diri dari Ketua Majelis Ulama Indonesia. Tak berapa lama

setelah fatwa itu dikeluarkan, pada 24 Juli 1981, Buya

Hamka wafat menghadap Allah Subhanahu wa Ta‟ala.

Allahyarham Mohammad Natsir, teman karib seperjuangan

yang menyaksikan detik-detik wafatnya Buya Hamka

kemudian memanjatkan doa tulus bagi seorang pejuang dan

pengawal akidah umat.

d. Budayawan

Hamka dikenal pula sebagai budayawan yang cukup aktif

dalam berkegiatan, bukan hanya lewat artikel-artikelnya di

banyak media saat menyorot masalah kebudayaan, tapi juga

terutama ketika Hamka tampil memukau di hadapan publik di

forum-forum resmi maupun seminar yang membahas

masalah-masalah mendalam yang menyangkut kebudayaan.

Ketika menjadi Pegawai Tinggi Kementerian Agama di tahun

50-an, Hamka sering memimpin delegasi RI ke Manca

Negara selaku ulama yang konsern di bidang kebudayaan.238

238

Afif Hamka, dan kawan-kawan, “ BUYA HAMKA”, ( Jakarta,

Uhamka Press, 2008).

 

Page 164: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

152

e. Sejarawan Publik

Hamka pun juga diakui sebagai sejarawan publik,

menurut H.M Yunan Nasution (sahabat Hamka selama

puluhan tahun), “Beliau sangat „luar kepala‟ sejarah lama-

lama, hubungan riwayat dari satu kurun ke kurun yang lain,

riwayat hidup ulama-ulama dan pejuang-pejuang Islam

dahulu kala; ingat tali-temalinya dan sambungannya, bahkan

kadang-kadang sampai tanggal dan bagaimana detail

terjadinya sesuatu peristiwa.” Dengan ingatan kuat dan tajam

ini, maka Hamka menjadi seorang yang ahli debat ulung.

Suaranya serak-serak parau telah menambah bobot tersendiri

bagi penampilannya. Jadi, tidaklah berlebihan kalau misalnya

ada salah seorang sejarawan berasal dari Amerika Serikat,

yaitu James R.Rush, yang menulis dan mengukuhkan

karyanya dengan judul “Hamka Great Story”239

yang terbit

pada 2017. Buku karya Hamka yang cukup tebal, yaitu

Sejarah Umat Islam, Ayahku, Jamaluddin Al Afgani dan

Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao, memberi alasan yang

kuat pada kita untuk menyebut Hamka menjadi seorang

peminat dan analisis sejarah yang serius.

239

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka

Utama, 2017)

 

Page 165: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

153

f. Mufassir

Hamka memang sangat pantas disebut alimun abqariy,

ulama jenius yang pernah dimiliki dan menjadi kebanggaan

masyarakat Indonesia di masanya.240

Hamka tidak hanya

pernah mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 2

kampus terkenal yaitu dari Kebangsaan University, Kuala

Lumpur Malaysia dan dari Al-Azhar University, Cairo Mesir.

Hamka juga bisa disebut sebagai seorang mufassir yang

menulis karya masterpiece dan monumental, yaitu Tafsir Al

Azhar 30 Juz.

Begitulah Hamka telah sukses menjadi seorang da‟i yang

multitalenta dan multisebutan. Tidak hanya ahli dalam satu

bidang, melainkan ada bidang-bidang yang lain dikuasainya.

Hamka pun tidak disebut hanya sebatas sebagai seorang

ulama, namun juga disebut sebagai penulis yang produktif,

sastrawan, budayawan, sejarawan publik, serta mufassir.

g. Pimpinan Redaksi Majalah-Majalah Islam

Ketika Hamka pergi mengajar ke Makassar

diterbitkannya majalah Al-Mahdi (1932). Pengenalan Hamka

terhadap masyarakat Makassar/Bugis memberikan bahan

cerita yang kemudian dijalinnya dengan indah dalam

romannya yang kedua berjudul Tenggelamnya Kapal Van der

Wijck. Tahun itu dia juga pergi ke Medan. Pengalamannya

selama di Medan ini nanti melahirkan novelnya yang

berjudul Merantau ke Deli. Di Medan bersama dengan

240

Afif Hamka, dan kawan-kawan, “ BUYA HAMKA”, ( Jakarta,

Uhamka Press, 2008).

 

Page 166: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

154

kawan-kawannya Hamka menerbitkan majalah mingguan

Islam yang mencapai puncak kemasyhuran sebelum perang,

yaitu Pedoman Masyarakat. Majalah itu dipimpinnya setelah

setahun diterbitkan, mulai tahun 1936 sampai tahun 1943,

yaitu sampai tentara Jepang masuk. Di jaman itulah banyak

karangan melalui majalah tersebut, meliputi: lapangan

agama, filsafat, tasawuf, dan cerita pendek, novel dan

roman.241

Setelah pecah revolusi beliau pindah ke Sumatera Barat:

dikeluarkannya buku-buku yang menggemparkan seperti

Revolusi Pikiran, Revolusi Agama dan lain-lain. Pada tahun

1950 beliau pindah ke Jakarta. Disini banyak pula ia menulis.

Selama 25 tahun telah ditulisnya tidak kurang dari 60 buah

buku.242

Tahun 1959, beliau memimpin majalah tengah bulanan

Panji Masyarakat, majalah pengetahuan dan kebudayaan

Islam, sampai majalah tersebut diberhentikan penerbitannya

oleh penguasa perang Jakarta Raya 1960, karena memuat

tulisan Dr. Moh. Hatta yaitu “Demokrasi Kita”

Tahun 1962, Hamka turut mendirikan majalah Gema

Islam, majalah pengetahuan dan kebudayaan Islam. Akan

tetapi ini juga tidak lama hanya sampai tahun 1964. Pada

tahun 1967, setelah tegaknya orde baru dalam kepemimpinan

241

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993), 242

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993),

 

Page 167: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

155

Soeharto, majalah “Panji Masyarakat” kembali diterbitkan

dan duduk sebagai pimpinan umumnya.243

2. Pesan-Pesan Buya Hamka di berbagai Media

Seperti yang dijelaskan di atas, Hamka adalah seorang

ulama yang multitalenta dan multisebutan. Begitu pula

dengan pesan-pesan yang akan disampaikannya, tidak hanya

menggunakan satu media saja namun berbagai macam media

juga dimanfaatkannya. Mulai dari majalah, novel, roman,

koran (Media Cetak), serta melalui radio dan tv (Media

Elektronik). Sehingga peneliti bisa simpulkan, Hamka ketika

menyampaikan pesan memanfaatkan berbagai macam media

atau disebut multimedia, tidak cukup satu media saja yang

digunakan.

Hamka seringkali menyisipkan pesan-pesan keislaman

yang tersirat lewat karya-karya tulis fiksinya terutama

melalui novel dan romannya. Kalau kita membaca roman-

roman Hamka yaitu Di bawah Lindungan Ka‟bah dan

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, maka sering kita temui

pernyataan-pernyataan, baik melalui tokoh-tokoh utamanya

maupun secara langsung tentang soal-soal yang berhubungan

dengan takdir.

Untuk itu di bawah ini terlebih dahulu akan disajikan

kutipan-kutipan kalimat yang berisi pikiran-pikiran tentang

takdir, kadar dan nasib dari roman-roman Hamka yang telah

disebutkan di atas.

243

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993),

 

Page 168: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

156

“Memang saya harap Tuan simpan cerita

perasaan ini selama hidup, tetapi jika saya lebih dahulu

meninggal daripada Tuan, siapa tahu ajal di dalam

tangan Allah, saya izinkan Tuan membaca hikayat ini

baik-baik mudah-mudahan ada orang yang akan

meratap memikirkan kemalangan nasib saya, meskipun

mereka tidak tahu siapa saja.”244

Pada halaman yang lain:

“…setiap saya datang bertambah sukanya

melihat kelakuan saya dan belas kasihan akan nasib

saya.”245

“…Bukan demikian sahabat‟, jawabnya,‟ buat

diriku sendiri Tuhan telah mentakdirkan berlainan

dengan orang.”246

Kutipan di atas dinukil dari Roman Di Bawah Lindungan

Ka‟bah. Kutipan selanjutnya dari Tenggelamnya Kapal Van

der Wijck.

“Tetapi… ya, tetapi kehendak yang Maha Kuasa

atas diri manusia berbeda dengan kehendak manusia itu

sendiri. Zainuddin telah jemu di Minangkabau, dan dia

tidak akan jemu lagi karena tarich penghidupan

manusia, bukan manusia yang membuatnya, hanya

menjalani yang tertulis.”247

Pada halaman lain:

244

Hamka, Di Bawah Lindungan Ka‟bah ( Jakarta: Balai Pustaka,

1975, cet ke -7 245

Hamka, Di Bawah Lindungan Ka‟bah ( Jakarta: Balai Pustaka,

1975, cet ke -7 246

Hamka, Di Bawah Lindungan Ka‟bah ( Jakarta: Balai Pustaka,

1975, cet ke -7 247

Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, (Jakarta,

N.V.Nusantara, Bukittinggi), cet. Ke-8

 

Page 169: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

157

“Memang sudah suratan nasib sejak kecil, akan

selalu dibesarkan oleh sengsara, digedangkan oleh

keluhan.”248

“…bahwa telah berlaku kadar Allah atas

hambanya yang dha‟if dan lemah….”249

Persoalan ajal, nasib, takdir, tarich kehidupan manusia

sudah tertulis, kadar Allah, bagi Hamka merupakan kaidah

yang menentukan yang harus diterima oleh manusia. Dengan

kata lain, bagi Hamka, sejak manusia itu lahir, besar, kawin,

beranak, tua dan kemudian mati, semuanya sudah tertulis,

sudah ditentukan oleh Tuhan dan itu berlaku dengan

sepenuh-penuhnya. Dan terhadap takdir Tuhan itu manusia

tidak mempunyai kekuasaan untuk menolaknya dan tidak ada

satu manusia pun yang dapat menentukan hasil tindakannya

walau, “Manusia itu diberi akal, tetapi kebebasan dan

kemerdekaan akal itu amat terbatas. Kekuasaan tertinggi dan

mutlak tetaplah di tangan Tuhan. Kalau Tuhan berkehendak,

ditunjukkanlah akal manusia itu kepada suatu jurusan atau

dicabutnya dari jurusan lain. Tuhan sudah menyediakan

patokan-patokan, yaitu patokan baik (kadar baik) dan patokan

tidak baik (kadar jelek). Manusia diberi aka;, dengan akal

itulah orang dapat memilih. Kalau dia memilih kadar yang

baik, maka surge balasannya. Tetapi kalau memilih kadar

yang tidak baik, balasannya ialah neraka di hari kebangkitan

248

Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, (Jakarta,

N.V.Nusantara, Bukittinggi), cet. Ke-8 249

Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, (Jakarta,

N.V.Nusantara, Bukittinggi), cet. Ke-8

 

Page 170: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

158

nanti. Ukuran baik ialah bila diridhoi dan diperintahkan oleh

Tuhan dan Rasul-nya. Ukuran tidak baik adalah bila dicegah

dan dilarang oleh Tuhan dan Rasul-Nya.

“Kadang-kadang manusia tidak sadar akan hal

itu. Itulah sebabnya maka didatangkan Tuhan Rasul-

Rasul, Nabi-nabi dan Kitab-kitab buat menuntun

kesadaran manusia tadi bahwasannya akal itu adalah

pemberian Allah kepadanya dan manusia dijadikan oleh

Allah menjadi alatnya, buat mencari rahasia „sunnah

Allah‟ yang Maha Besar dan Maha Luas. (Oleh sebab

itu) pergunakanlah akal itu sebaik-baiknya.250

Hamka juga terkenal sebagai da‟i yang menyampaikan

dakwah melalui media elektronik yaitu radio dan tv. Hamka

sering terlihat berdakwah melalui RRI dan TVRI. Selama ini

mungkin kita beranggapan bahwa Hamka adalah ulama yang

hanya menyampaikan pesan-pesan keagamaan di atas

mimbar, anggapan itu tidak benar sama sekali karena ternyata

Hamka juga berdakwah melalui radio dan televisi. Setiap

Subuh masyarakat di seantero tanah air, sambil menikmati

kopi pagi, masyarakat duduk dan sangat asyik untuk

mendengarkan Kuliah Subuh-nya lewat siaran RRI, terjadwal

setiap Selasa subuh pemandu siaran itu membacakan surat-

surat pendengar yang bertanya tentang berbagai hal, dan

Hamka langsung menjawabnya dengan bahasa yang sejuk,

tidak konfrontasi, seperti seorang ayah yang menjawab atas

pertanyaan anak-anaknya. Senyuman khas Hamka sebagai

seorang ayah yang ramah juga selalu tampil ketika

250

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 171: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

159

mengunjungi pemirsa TVRI dengan acara bertajuk “Mimbar

Jum‟at” lewat layar kaca. Salah satu tema dakwah yang

pernah peneliti dengar melalui youtube adalah tema

“berhaji”. Dengan bahasanya yang lembut ayah berjuta umat

ini menyampaikan pesan-pesan Ilahi yang menyejukkan di

hati umat lewat tutur bahasa yang santun dan mudah dicerna.

Hamka ternyata juga memiliki jadwal manggung di kalangan

masyarakat muslim Melayu di Malaysia, Singapura, dan

bahkan di Thailand. Sekurang-kurangnya, setahun ada dua

kali Hamka berkunjung ke sana untuk berceramah langsung

di hadapan ribuan massa di berbagai tempat di Negara-negara

Bagian di Malaysia, termasuk di Malaysia Timur, Kalimantan

Utara. Saat itu, Hamka diminta untuk mengisi beberapa

rekaman siaran televisi sebagai stok simpanan untuk

beberapa kali tayangan dalam acara “Syarahan Agama Islam”

di Radio Televisi Malaysia (RTM) yang diminati dan

ditunggu-tunggu khalayak di sana. Bagi Hamka, berkunjung

ke Malaysia dan Singapura ternyata bukan hanya urusan

dakwah bagi umat, tapi juga kesempatan untuk urusan

bisnisnya dengan para penerbit buku-bukunya, baik di Kuala

Lumpur maupun di Singapura.251

Rupanya sebagai seorang sastrawan, dalam karya-karya

puisinya Hamka juga menyisipkan pesan-pesan keislaman

kepada para pembaca dan pendengar setianya.

251

Afif Hamka, dan kawan-kawan, “ BUYA HAMKA”, ( Jakarta,

Uhamka Press, 2008).

 

Page 172: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

160

Kategori pesan-pesan di atas yang sering diulang oleh

Hamka tentang takdir, nasib, syukur, cinta kepada Allah, dan

berhaji. Tema-tema tersebut terkait dengan komunikasi

intrapribadi. Tema tersebut juga berkaitan dakwah pada diri

sendiri.

Berikut beberapa puisi Hamka yang peneliti ambil dari

berbagai sumber:

Contoh puisi Hamka yang diambil dari internet.252

252

https://contohpantunpuisicerpen.blogspot.com/2016/09/5-contoh-

puisi-buya-hamka.html. Di Akses tanggal 4-8-2018

 

Page 173: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

161

Contoh puisi Hamka yang diambil dari internet.253

Puisi nya

Hamka berisi tentang komunikasi intrapribadi dan persaudaraan

terhadap sesama muslim.

3. Tetap Abadi Dan Selalu Dikenang Di Multimedia

Sepanjang Massa

Hamka dari dulu hingga sekarang namanya tetap abadi

dan tidak akan terlupakan. Meskipun dia telah lama

meninggalkan kita, namun pengaruh yang ditinggalkannya

masih saja terlihat dengan jelas. Hamka memang telah tiada,

namun bukan berarti jejak rekamnya hilang dan tidak bisa

ditemukan. Justru peneliti ingin membuktikan bahwa Hamka

namanya tetap akan abadi sampai kapanpun karena karya-

karya yang telah ditinggalkannya sampai ke generasi

selanjutnya.

253

http://cintasejatihamba.blogspot.com/2012/11/kata-kata-dan-

puisi-buya-hamka.html. Di Akses tanggal 4-8-2018

 

Page 174: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

162

Berikut beberapa alasan serta tindak tanduk Hamka

mengapa namanya tetap abadi dan tidak terlupakan:

a. Karya Dan Ucapannya Di Media Cetak

Pada tahun 1967 setelah tegaknya Orde Baru dalam

kepemimpinan Soeharto, majalah “Panji Masyarakat”

kembali diterbitkan dan Hamka duduk sebagai pimpinan

umumnya.254

Saat Hamka menjabat sebagai Ketua Majelis

Ulama Indonesia, di hadapan penguasa, Hamka bicara tegas

menolak upaya-upaya Kristenisasi. Ia juga tegas melarang

umat Islam mengikuti perayaan “Natal Bersama” yang

menggunakan kedok toleransi.

Suatu hari menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun 1969,

dua orang perwira Angkatan Darat datang menemui Buya

Hamka. Keduanya membawa pesan dari Presiden Soeharto,

agar Hamka bersedia memberikan khutbah Ied di Masjid

Baiturrahim, komplek Istana Negara, Jakarta. Hamka

terkejut, karena disamping permintaan tersebut mendadak, ia

heran mengapa istana memilihnya menjadi khatib, padahal

pada waktu itu ia dikenal sebagai ulama yang dalam setiap

ceramahnya selalu tegas mengeritik upaya-upaya

Kristenisasi. Maklum, pada masa-masa awal Orde Baru,

gurita Kristenisasi mulai membangun jejaringnya. Baik di

tingkat elit kekuasaan, maupun aksi-aksi di lapangan.

Atas saran dan dukungan umat Islam, Buya Hamka

akhirnya bersedia memenuhi permintaan istana. Umat ketika

254

Yunus Amir Hamzah, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

 

Page 175: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

163

itu berharap, ulama asli Minangkabau ini bisa menyampaikan

pesan-pesan dakwah kepada para pejabat, terutama dalam

menyikapi maraknya Kristenisasi. Inilah kali pertama

Hamka, seorang mantan anggota Partai Masyumi, berkhutbah

di Istana. Dari atas mimbar, ulama yang juga sastrawan ini

menguraikan tentang bagaimana toleransi dalam pandangan

Islam. Islam sangat menghargai agama lain, dan tak akan

pernah mengganggu akidah agama lain.255

Di hadapan Presiden Soeharto dan para pejabat Orde

Baru, Buya Hamka menegaskan secara lantang, “Tapi kalau

ada usaha orang supaya kita berlapang dada, jangan fanatik,

lalu tukarlah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu

dengan tuhan yang maha tiga, atau berlapang dadalah dengan

mengatakan bahwa Nabi kita adalah nabi palsu dan perampok

di padang pasir, atau kepercayaan kita kepada empat kitab

suci; Taurat, Zabur, dan Injil dan Al-Qur‟an, lalu disuruh

berlapang dada dengan mendustakan Al-Qur‟an, maaf, seribu

kali maaf, dalam hal ini kita tidak ada toleransi!” tegasnya.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah alias Buya Hamka

juga menyampaikan bahaya Kristenisasi ia sampaikan di

mimbar-mimbar dakwah dan media massa. Melalui Majalah

Panji Masyarakat, Buya Hamka membahas bahaya

Kristenisasi, modernisasi dan sekularisasi. Dalam rubrik

255

https://myrepro.wordpress.com/2016/06/22/buya-hamka-dan-sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi/. Diakses tanggal 3-8-2018

 

Page 176: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

164

“Dari Hati ke Hati” yang dikelolanya, Buya Hamka juga

menjelaskan soal prinsip toleransi dalam Islam.256

Dalam setiap kesempatan khutbah, Buya Hamka yang

prihatin dengan gurita kristenisasi yang sedang menggeliat

ketika itu, bersuara lantang di hadapan umat agar

mewaspadai sepak terjang kelompok Kristen yang berusaha

memurtadkan kaum Muslimin. “Modernisasi bukan berarti

westernisasi, dan bukan pula Kristenisasi,” demikian

ketegasan yang sering diulang-ulang oleh Hamka ketika

ditanya para wartawan. Dalam setiap khutbah di Masjid Al-

Azhar, Jakarta, Hamka juga menegaskan bahwa misi zending

Kristen yang sedang bergeliat pada masa itu telah dirasuki

dendam Perang Salib untuk menghabisi umat Islam. “Kristen

lebih berbahaya dari Komunis,” ujar Hamka.

b. Karya Hamka Yang Menyebar di New Media

Pada zaman yang serba modern yang dirasakan sampai

sekarang ini, banyak sekali hal-hal yang baru diciptakan oleh

para penemu untuk membantu dan memudahkan aktivitas

manusia. Salah satunya adalah dengan munculnya media

baru, diantaranya adalah akses sambungan internet atau

online.

Hamka memang telah meninggalkan kita, namun

ternyata namanya hidup kembali lebih panjang daripada

hidupnya di masa sekarang dengan menggunakan media

baru. Sangat sulit untuk menemukan rekaman-rekaman hasil

256https://myrepro.wordpress.com/2016/06/22/buya-hamka-dan-

sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi/. Diakses tanggal 3-8-2018

 

Page 177: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

165

ceramah dari Hamka tanpa adanya sambungan internet atau

online. Dengan adanya new media yaitu internet maka

dengan mudahnya kita bisa melihat rekaman ceramah Buya

Hamka di salah satu stasiun yaitu TVRI. Dengan bantuan

situs youtube maka peneliti bisa melihat secara langsung

bagaimana rupa serta wajah Hamka ketika berdakwah.

Selama penelusuran peneliti di dunia maya terutama youtube,

hanya rekaman ini yang bisa peneliti temukan, seperti di

bawah ini:

Ceramah Hamka tidak hanya sebatas di dalam rekaman

video saja. Namun juga melalui rekaman suara di radio RRI.

Peneliti telah mendapatkan beberapa suara rekaman Buya

Hamka yang dikonversikan menjadi sebuah video di youtube:

 

Page 178: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

166

Gambar di atas merupakan hasil rekaman suara Hamka

di radio yang sudah di convert menjadi video, peneliti

dapatkan dari situs youtube. Sampai detik ini, rekaman

tausyiah serta ceramah Hamka masih bisa didengarkan di

Radio Silaturahim AM 720Khz yang berlokasi di Cibubur.

Seperti gambar di bawah ini:

 

Page 179: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

167

 

Page 180: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

168

Bukti bahwa ceramah dan tausiyah Hamka masih bisa

didengarkan di Radio Silaturahim. Bisa didengarkan secara

streaming atau didengarkan secara langsung257

4. Beragamnya Penikmat Karya-Karyanya

Untuk kalangan remaja banyak yang suka untuk

membaca novel dan romannya yaitu, tenggelamnya kapal van

derwijck dan karya-karya yang lainnya.

Keilmuan, pemikiran, serta karya-karya Hamka tidak

hanya dinikmati oleh masyarakat Indonesia, tapi ternyata

Hamka juga diperhatikan di dunia Internasional. Hal ini

terbukti dimana salah seorang ahli sejarah dari Arizona State

University yaitu James R. Rush menulis buku tentang Buya

Hamka berjudul Hamka‟s Great Story.258

Pada tanggal 22 November 2017 diadakan seminar

Internasional untuk membedah Buku dari James R.Rush,

dengan tema “Membedah Adicerita Buya Hamka: Hamka

Great Story A Master Writer‟s Vision of Islam For Modern

Indonesia”. Acara ini juga dihadiri oleh Guru Besar UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, serta narasumber yang lainnya.

257

http://www.radiosilaturahim.com/podcast/rekaman-tausiyah-

buya-hamka/. Di akses pada tanggal 5 Agustus 2018. 258

James R.Rush, “HAMKA‟S GREAT STORY A Master Writer‟s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka

Utama, 2017), Hlm. Ix

 

Page 181: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

169

Berikut di bawah ini merupakan foto peneliti saat

menghadiri acara seminar Internasional yang dilaksanakan di

Universitas Muhammadiyah Profesor DR Hamka

(UHAMKA).259

Acara ini tidak hanya mengundang

masyarakat Indonesia saja, tapi turut juga mengundang

Negara-Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

259

Peneliti menghadiri acara Seminar Internasional dengan tema

“Membedah Adicerita Buya Hamka‟s Great Story: A Master Vision of Islam

for Modern Indonesia” di Universitas Muhammadiyah Profesor DR Hamka

(UHAMKA) Jakarta, pada tanggal 22 November 2017.

 

Page 182: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

170

Keilmuan, karya-karya tulis, dan pemikiran Hamka juga

dinikmati sampai ke Negara Malaysia. Hal itu terbukti saat

Hamka mendapatkan gelar DR. HC dari Universitas

Kebangsaan Malaysia pada tahun 1974. Seperti yang

digambarkan di bawah ini:

 

Page 183: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

171

Gambar Hamka ketika mendapatkan Gelar Doktor

Honoris Causa dari UKM.260

Selama ini mungkin kita menganggap keilmuan serta

pemikiran Hamka hanya di akui dalam negeri saja. Tapi

dengan beberapa bukti serta gambar di atas menandakan

Hamka telah abadi di nasional, dan di akui secara dunia

Internasional. Setelah Hamka, jarang ada ulama yang berasal

dari Indonesia mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa.

Mungkin Hamka adalah ulama yang terakhir pernah

mendapatkannya. Akan tetapi peneliti berharap suatu saat

nanti ada ulama yang bisa mengikuti jejak Hamka bisa

dikenal sampai dunia Internasional.

5. Efek Yang Masih Dirasakan

Hamka adalah seorang ulama yang multitalenta,

multisebutan, serta multimedia. Sudah tidak diragukan lagi

kualitas pesan-pesan yang akan disampaikannya pasti akan

menimbulkan suatu atsar (efek) serta dampak yang besar

kepada para mad‟u, pembaca, serta pendengar setianya.

Atsar ( efek) sering disebut juga dengan feed back (umpan

balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak

banyak menjadi perhatian para da'i. Kebanyakan mereka

menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka

selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam

penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.261

260

http://seminarhamka-ikmm.blogspot.com/2008/11/tahun-1974-ukm-menganugerahkan-gelar-dr.html. Di Akses tanggal 5 Agustus 2018

261 M.Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, hlm.34

 

Page 184: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

172

Dalam proses komunikasi atau dakwah, efek (atsar)

merupakan unsur terakhir, sebagai perwujudan dari

kerjasama seluruh unsur lain. Justru itu efek (atsar)

merupakan ujung dari proses dakwah. Sedangkan proses

komunikasi atau dakwah adalah hubungan rohaniah pesan

dari saat mulai dilontarkan hingga saat pesan itu diterima

oleh komunikan (mad‟u). Efek (atsar) terjadi pada diri

komunikan atau khalayak (mad‟u) dengan seluruh aspek nya.

Efek (atsar) sangat penting sekali artinya dalam proses

komunikasi, terutama bagi dakwah yang berisi ajakan atau

panggilan untuk berbuat baik, melakukan kebajikan dan

mencegah kemungkaran berdasarkan ajaran Islam.262

Efek

(atsar) merupakan suatu ukuran tentang keberhasilan atau

kegagalan suatu proses komunikasi atau proses dakwah. Jika

efek (atsar) itu menunjukkan suatu gejala yang sesuai tujuan

komunikasi terutama dakwah, maka hal itu berarti efektif.

Dengan demikian suatu dakwah yang efektif akan

menimbulkan efek (atsar) yang positif atau efek (atsar) yang

sesuai dengan tujuan dakwah, yaitu manusia selalu setia atau

kembali pada fitrah, beriman, berilmu, dan beramal saleh.

Dalam psikologi komunikasi dijelaskan bahwa ada tiga

jenis efek yang bisa timbul pada diri individu khalayak, yaitu:

1. efek kognitif, 2. efek afektif, dan 3. efek behaviora. Ketiga

efek itu merupakan juga efek ( atsar) dakwah yang terwujud

pada diri individu-individu khalayak dakwah yang menjadi

262

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) hlm. 178

 

Page 185: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

173

sasaran ( mad‟u), yaitu kualitas beriman, berilmu, dan

beramal saleh. Telah dijelaskan bahwa manusia akan

mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi jika beriman

(aspek afektif). Berilmu ( aspek kognitif), dan beramal saleh (

aspek behavioral).263

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh, maka dakwah

memberi perhatian yang pertama dan sentral kepada efek

afektif yaitu aspek kemanusiaan yang berkaitan dengan

keyakinan, moral, etika, perasaan, emosi, kasih sayang, cinta

kasih, sikap, dan spirit yang secara potensial dimiliki oleh

manusia secara lahir. Dakwah bertujuan mengembalikan

manusia kepada fitrahnya yang hanif, yaitu kecenderungan

kuat yang selalu berpihak kepada kebaikan, keadilan, serta

kesucian bersifat universal. Manusia secara kodrati dan

prinsipil adalah makhluk yang berbudi atau makhluk yang

berakhlak. Namun, manusia juga memiliki kecenderungan

negatif yaitu zalim dan kafir, bakhil, bodoh dan berbuat dosa,

namun kecendrungan manusia lebih kuat kepada fitrah dan

kehanifaannya. Selain itu, dakwah juga memberi perhatian

kepada efek kognitif, yaitu aspek kemanusiaan yang berkaitan

dengan akal, pikiran, penalaran, pengetahuan, persepsi dan

pemahaman. Dalam hal ini, dakwah memberikan peringatan,

penyadaran, kabar gembira dan bertambah nya keimanan

para khalayak.

Firman Allah SWT:

263

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi,

hlm.179

 

Page 186: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

174

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman

adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar

hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,

bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Rabb mereka

bertawakkal. (QS. Al-Anfal (8) : 2)”.264

Demikian juga dakwah sangat mengharapkan efek

behavioral, yaitu aspek kemanusiaan yang berkaitan dengan

tingkah laku (perilaku), tindakan, dan amal perbuatan. Hal ini

diwujudkan oleh individu-individu yang serasi dan harmonis

dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam. Hal ini

bersumber dari iman sebagai efek afektif dan ilmu

pengetahuan terutama pengertian dan pemahaman tentang

Islam sebagai efek kognitif dari seluruh proses dakwah.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka jelas, bahwa efek (

atsar) dakwah yang diharapkan kepada manusia dan

kehidupannya meliputi semua jenis efek (atsar) dalam

komunikasi manusia, yaitu efek kognitif yaitu pengertian dan

pemahaman tentang Islam sebagai agama atau peraturan

hidup yang berasal dari Tuhan, dan dibawa oleh Rasulullah

SAW, efek afektif yaitu beriman dengan sikap penyerahan

264

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Juz 9 Surat

Al-Anfal Ayat 2, hlm. 59.

 

Page 187: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

175

diri secara mutlak kepada-Nya atau Islam, dan efek

behavioral yaitu beramal saleh. Dengan ke tiga jenis efek

(atsar) yang ditimbulkan oleh dakwah itu, akan terwujud

kualitas manusia seutuhnya dan manusia mencapai martabat

yang tinggi, serta memiliki kehidupan yang Islami, damai,

selamat, bahagia dan sejahtera.265

Jelas pasti ada efek yang besar dari dakwahnya Hamka.

Yang pasti efeknya adalah banyaknya masyarakat yang

bertambah ilmu agamanya, bertambah keyakinan dan

keimanannya, memberikan pencerahan kepada umat, serta

berubah akhlak ke arah yang lebih baik lagi. Salah satu

karyanya yaitu Tafsir Al-Azhar menjadi acuan umat dan

masih dibaca sampai saat sekarang ini.

Ini terlihat di saat peneliti mengecek salah satu website

disana banyak komentar-komentar positif dari para netizen.266

265

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi,

hlm.180 266

https://www.goodreads.com/book/show/25995640-tafsir-al-azhar-

jilid-1. Diakses pada tanggak 5-Agustus 2018.

 

Page 188: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

176

Banyak komentar-komentar positif dari pembaca setia

Tafsir Al-Azhar, dan hal itu menimbulkan efek yang besar

terhadap mereka. Diantaranya ada yang menulis dan

berkomentar akan tercerahkan pemikirannya, dan bertambah

ilmu agama. Dampak yang terasa tidak hanya kepada

masyarakat sewaktu di zamannya, namun bisa sampai

generasi ke depan bahkan sampai beberapa abad kemudian

lamanya. Buktinya, 110 tahun yang lalu Hamka telah

meninggalkan kita namun tetap saja sampai detik ini di tahun

(2018). Masih banyak orang yang ingin meneliti tentang

Hamka. Baik karena pemikiran, keilmuan, ataupun karena

kekuatan komunikasi Islamnya. Bukan tidak mungkin 50 atau

100 tahun kemudian nama Hamka akan tetap saja dikenang

dan menjadi rujukan bagi umat Islam tentunya.

 

Page 189: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

170

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, analisis, serta

pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam Buya Hamka

sebagai berikut:

Dakwah Hamka unik, segar, berbeda daripada yang

lain, serta tanpa menjurus ke arah tabligh badut-badutan

atau syiar yang membuat tawa terpingkal-pingkal. Salah

satu prinsip komunikasi dakwah Islamnya adalah dakwah

dilakukan dengan menggunakan prinsip rasionalitas

(pemikiran yang tersusun secara sistematis). Hamka

memiliki cakrawala intelektualisme kosmopolitan atau

luas dalam berbagai bidang, keilmuan serta pemikirannya

tidak hanya berlaku pada zamannya. Namun juga sangat

kontekstual pada zaman ini. Pemikirannya yang sistematis

dituangkan dalam sebuah karyanya yang menjadi

fenomenal dan masterpiece yaitu tafsir Al-Azhar

Prinsip komunikasi dakwah Islamnya yang kedua

adalah Hamka memiliki keteguhan dalam memegang

prinsip-prinsip keIslaman. Hamka seorang ulama yang

berkarakter kuat, tegas, dan teguh dalam memegang

prinsip-prinsip dakwah Islam. Hamka telah memberikan

kemudahan kepada umat dengan membuka konsultasi

 

Page 190: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

171

secara gratis serta memberikan kabar gembira dan bukan

kabar yang membuat umat lari. Hamka dikenal sebagai

seorang ulama pejuang, dan bukan sebagai ulama bisnis.

Hamka tidak mudah terlena dan takluk pada hal-hal yang

berkaitan dengan duniawi.

Adapun prinsip yang ketiga adalah memiliki

keteladanan. Hamka telah berhasil menjadi Uswatun

Hasanah (suri tauladan yang baik) dikarenakan tiga hal

yaitu, jelas dalam pemilihan dan metode dakwah, yaitu

metode dakwah bil lisan, bil qalam, dan bil hal,

memanfaatkan berbagai macam media. Serta benar-benar

melaksanakan amal saleh, tidak hanya disampaikan secara

lisan, namun juga dilaksanakan mulai dari diri sendiri (

Ibda’ Binafsik) terlebih dahulu.

2. Penerapan Unsur-Unsur Dakwah Buya Hamka

Buya Hamka telah berhasil dalam menerapkan unsur-

unsur dakwah. Sehingga komunikasi yang berisikan

pesan-pesan keislaman yang disampaikannya bisa efektif

dan tercapainya tujuan dari komunikasi Islam tersebut.

Buya Hamka sukses menjadi seorang komunikator

dakwah/da’i. Hamka dikenal tidak hanya bisa

memberikan pesan-pesan keislaman sesuai dengan Al-

Qur’an dan hadits, namun juga memiliki banyak

talenta/bakat dalam berbagai bidang serta sebutan yang

disematkan kepadanya. Bisa menjadi seorang penulis

yang produktif, sastrawan, Ulama besar, budayawan,

sejarawan public, dan mufassir.

 

Page 191: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

172

Pesan-pesan yang akan disampaikannya, tidak hanya

menggunakan satu media saja namun berbagai macam

media dimanfaatkannya. Mulai dari majalah, novel,

roman, koran (Media Cetak), serta melalui radio dan tv

(Media Elektronik). Sehingga bisa simpulkan, Hamka

menyampaikan pesan itu menggunakan multimedia, tidak

cukup satu media saja yang digunakan.

Hamka dari dulu hingga sekarang namanya tetap

abadi dan tidak terlupakan. Pengaruh yang

ditinggalkannya masih terlihat dengan jelas. Hamka

memang telah tiada, namun bukan berarti jejak rekamnya

hilang dan tidak bisa ditemukan. Keilmuan, pemikiran,

serta karya-karya Hamka tidak hanya dinikmati oleh

masyarakat Indonesia, tapi ternyata Hamka juga

diperhatikan di dunia Internasional. Selama ini mungkin

kita menganggap keilmuan serta pemikiran Hamka hanya

di akui dalam negeri saja. Tenyata Hamka juga di akui

secara dunia Internasional. Setelah Hamka, jarang ada

ulama yang berasal Indonesia mendapatkan gelar Doktor

Honoris Causa. Jelas pasti ada efek yang besar dari

dakwahnya Hamka. Yang pasti efeknya adalah banyaknya

masyarakat yang bertambah ilmu agamanya, bertambah

keyakinan dan keimanannya, memberikan pencerahan

kepada umat, serta berubah akhlak ke arah yang lebih baik

lagi. Salah satu karyanya yaitu Tafsir Al-Azhar menjadi

acuan umat dan masih dibaca sampai saat sekarang ini.

 

Page 192: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

173

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Afifi Fauzi, Metode Penelitian, cet.I. Jakarta: 2010.

Abdurrahman Moeslem, Semarak Islam, Semarak Demokrasi,

Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

Abdul Muis Andi, Komunikasi Islami, (Cet.1: Bandung:Remaja

Rosdakarya, 2001)

Aripudin Acep, 2011, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada).

Arifin Anwar, 2011, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi

Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu) A’dam Syahrul, “Potret Pemikiran dan Gagasan Tasawuf

(Tarekat) di Indonesia Kontemporer, Mimbar Agama dan

Budaya, vol.23, no 3 (2006)

Ali, Fakhry, Hamka dan Masyarakat Islam Indonesia, dan

Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr.

Hamka, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983).

Ali Tabik, Ahmad Zudli Muhdlor, 1998. Kamus Kontemporer

Arab-Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum

Amin, Samsul Munir. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah

Antony Ried dan David Marr, Dari Raja Ali Haji Hingga Hamka,

Indonesia dan masa Lalunya, ( Jakarta: Grafiti Perss,

1983).

Anwar Rosihan, “Buya Hamka Ulama Besar” dalam Rosihan

Anwar, Sejarah Kecil (Petite Histoire) Jilid 6: Sang

Pelopor Anak Bangsa dalam Pusaran Sejarah, Jakarta:

Kompas, 2012

 

Page 193: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

174

Afif Hamka, dan kawan-kawan, “ BUYA HAMKA”, ( Jakarta,

Uhamka Press, 2008).

A.Syaikhu. “Hamka: Ulama-Pujangga-Politikus” dalam Nasir

Tamara, Bantuan Sanusi, dan Vincent Djauhari (Ed),

Hamka di Mata Hati Umat, Jakarta: Sinar Harapan, 1984

Ahmad Amrullah, Dakwah dan Perubahan Sosial (Jakarta,

PLP2M, 1985)

Arifin, Tatang, M. Menyusun Rencana Penelitian, Cet.Ke 3,

(Jakarta : Raja Grafindo Persada,1995).

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta Pustaka Belajar.

Azra, Az-yumardi, Tokoh dan Pemimpin Agama; Biografi Sosial

Intelektual, Jakarta, Litbang Depag RI dan PPIM, 1998.

Azra Azyumardi, Menuju Masyarakat Madani. Gagasan, Fakta,

dan Tantangan, (Bandung: ROSDA, 1999).

Budyatna, Muhammad, Teori Komunikasi Antarpribadi, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011

Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Cet.XII Jakarta:

Rajagrafindo persada, 2011).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 3 Surat

Ali Imran Ayat 159,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2006).

D.Jamalil Abidin Ass., Komunikasi dan Bahasa Dakwah:

(Jakarta: Gema Insani Press, 1996).

De Vito, Joseph A. 2011. “Komunikasi Antarmanusia”, Edisi

Kelima. Jakarta: Karisma Publishing Group.

 

Page 194: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

175

Effendi, Onong Uchjana. 2009. “ Human Relation & Public

Relation. Bandung: Mandar Maju.

Effendi, Onong Uchjana, “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”,

(Bandung: Rosdakarya, 1994).

Effendi, O.U. (1986). “Dinamika Komunikasi”. Bandung:

Remadja Karya.

Emhaf, “Retorika Sang Buya” (Yogyakarta: Sociality, 2017).

E.Z. Muttaqien, “Biarlah Saya Berhenti.” Dalam Tamara, Hamka

di mata.

Ghazali Rumaizuddin, Hamka Namamu Tetap Abadi”, Minda

Madani Online, 12 Juni 2012.

Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz I-XXX, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1998)

Hamka, Irfan. Ayah… Kisah Buya Hamka Masa Muda, Dewasa,

Menjadi Ulama, Sastrawan, Politisi, Kepala Rumah

Tangga, Sampai Ajal Menjemputnya. Jakarta: Penerbit

Republika, 2013.

Hamka, “Tasawuf Modern”, ( Jakarta, Republika Penerbit,2015).

Hamka, Ayahku, Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah

dan perjuangan, (Jakarta: Pustaka widjaja, 1958).

Hamka, Antara Fakta dan Khayal “Tuanku Rao”, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1974).

Hamka, Kenang-kenangan Hidup, Jilid I, II, III, IV. Jakarta,

Bulan Bintang, 1979.

Hamka, Islam dan Adat, ( Padang Panjang: Anwar Rasyidy,

1969).

 

Page 195: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

176

Hamka, Doktrin Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan dan

Keberanian, ( Jakarta: Yayasan Idayu, 1983).

Hamka. Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka, ( Jakarta:

Pustaka Panjimas, 1983).

Hamka, Lembaga Budi (Jakarta: Pustaka Panjimas,1983).

Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid I, II, III, IV, ( Jakarta: Bulan

Bintang, 1975).

Hamim, Nur, Manusia dan pendidikan elaborasi pemikiran

HAMKA, (Sidoarjo: Qisthos, 2009).

Hamzah Yunus Amir, “Hamka Sebagai Pengarang Roman”,

(Jakarta, CV.Puspita Sari Indah,1993).

Hasjmy, A. 1983. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an. Jakarta:

Bulan Bintang.

Ilaihi Wahyu, Komunikasi Dakwah, ( Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010).

Hussain Yusof Mohd, “ dua lima soal jawab mengenai

komunikasi Islam” dalam Zulkiple Abd Ghani, Islam,

komunikasi dan teknologi maklumat (Selangor: Utusan

Publications & distributors SDN BHD, 2001).

Jumantoro Totok, “Psikologi Dakwah dengan Aspek-Aspek

Kejiwaan yang Qur’ani”, Yogyakarta, Amzah, 2001.

Kafie Jamamluddin, “Psikologi Dakwah”, Surabaya, Indah, 1993.

Kartono, K. (1987). Kamus Psikologi. Bandung: Pioneer

Jaya.ung

Liliweri, Alo. 2011. “Komunikasi serba ada dan serba makna”.

Jakarta: Kencana.

 

Page 196: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

177

Liliweri, Allo M.S, 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori Komunikasi.

Jakarta: Salemba Humanika.

Mark R. Woordward, Jalan Baru Islam;Mematahkan Paradigma

Mutakhir Islam di Indonesia,( Bandung: Almizan, 1998).

M. Alfian Alfian, “HAMKA DAN BAHAGIA: REAKTUALISASI

TASAUF”, (Pondok Gede, Bekasi: Tim design Penjuru

Ilmu, Cetakan ke-1, 2014)

Muhammad Fath al-Bayanuni, Al-Madkhal Ha’Ilmi Dakwah,

(Madinah: Muassah al-Risalah,1994).

Mulyana, Deddy. “Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma

Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung,

Remaja Rosdakarya, 2006.

Munir, M dan Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta :

Kencana Prenada Media Group.

Muriah Siti, 2000, Metode Dakwah Kontemporer, Yogyakarta:

Mitra Pustaka

Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

M. Yunan Nasution, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-azhar, (

Jakarta: Panjimas, 1990).

Natsir Mohammad, Dua Kali kami Berjumpa”, dalam Kenang-

kenangan 70 tahun Buya Hamka.

 

Page 197: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

178

Nizar, Samsul, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan

Pemikiran Pendidikan Hamka Tentang Pendidikan Islam,

(Jakarta: Prenada Media Group 2008).

Nizar, Samsul, Hamka Tokoh Pembaharu di Indonesia, Depag

1999.

Noer, Deliar, Dkk, Administrasi Islam di Indonesia, Jakarta,

Rajawali pers, 1984.

Onong U.Effendy. (2004). “Dinamika Komunikasi”. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Oemar Toha Yahya, 1997. Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, Cet.

Ke-1

Pius aportanto, M Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer,

(Surabaya: Arkolla. 2001).

Rachman Budhy Munawar (Ed), Ensiklopedia Nurcholish

Madjid.

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Cet.XXVII:

Bandung”Remaja Rosdakarya, 2009).

Rachmat Jalaluddin. Metode Penelitian Kualitatif.

Rahmas. Makna Shalawat Dalam al-Qur’an Menurut Buya

Hamka. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014.

Riyanto & Mahmud, Waryani Fajar & Mokhammad. 2012

Komunikasi Islam I (Perspektif Integrasi-interkoneksi).

Yogyakarta: Galuh Patria.

Rush James R, , “HAMKA’S GREAT STORY A Master Writer’s

Vision of Islam for Modern Indonesia”, (Jakarta, PT

 

Page 198: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

179

Gramedia Pustaka Utama, 2017).

Rusydi Hamka, “PRIBADI DAN MARTABAT BUYA

HAMKA”, (Jakarta,Penerbit Noura (PT Mizan Publika),

Cetakan I, Januari 2017).

Rusydi dan tim (ed.), “Perjalanan terakhir Buya Hamka”,

Jakarta: Panji Masyarakat, 1981.

Satori, Djam’an, dan Aan komariah, Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: ALFABETA, cv.

Saifudin Azwar, 1995. Sikap Manusia: Teori dan

Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Belajar

Saidi, Ridwan, Zamrud, Nuansa Baru Kehidupan dan Pemikiran

Bung Karno, Jakarta, LPIP, 1993.

Saidi Ridwan, “HAMKA” Konflik dan Keikhlasan” dalam

Ridwan Saidi, Zamrud Khatulistiwa, Nuansa Baru

Kehidupan dan Pemikiran Bung Karno, M.Husni Thamrin,

H.Agus Salim, Buya Hamka, Jakarta: LSIP, 1993

Samsuri dan Sopidi, “Paradigma Baru Menghadapi Pluralitas,

Lektur, Vol.X, No.2 (Juli-Desember 2004).

Sarwono, S.W. (1984). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta:

Rajawali.

Sholeh, A.Rosyad, 2010. Manajemen Dakwah islam. Yogyakarta:

Suara Muhammadiyah.

Shobahussurur dkk. Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik

Karim Amrullah. Jakarta, YPI al-Azhar, 2008

Simons, H.W. 1976. Persuasion: Understanding, Practice, and

 

Page 199: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

180

Analysis. New York: Random House.

Severin & Tankard, Werner & James. 2011. “Teori Komunikasi:

Sejarah, Metode, Dan Terapan Di Dalam Media Massa”.

Jakarta: Kencana.

Suprayogo, Imam. 2003. Metodologi Penelitian Sosial-Agama.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Surachmad, Winarno, Dasar dan Teknik Research (Pengantar

Metodologi Ilmiah), Bandung: C.V Tarsito, 1975.

Sugiyono, Memahami Penelitian kualitatif, (Bandung: CV

Alfabeta, 2014).

Sugiyono, Memahami Penelitian kualitatif, (Bandung: CV

Alfabeta, 2014).

Syafi’i, Ma’arif, Ahmad “Islam dan Masalah Kenegaraan Studi

tentang Percaturan dalam Konstituante”, ( Jakarta: LP3ES,

1996).

Kholil Syukur, komunikasi dalam perspektif Islam, dalam Hasan

Basri & amroeni drajat (ed) Antologi Kajian Islam (

Bandung: cita pustaka media.

Tamara, Natsir. Hamka di Mata Hati Umat. Jakarta: Sinar

Harapan. 1983.

Taufiq SN, Jatuh Bangun Steve Jobs, cet ke.1 2017

Teeuw, Arneis, Modern Indonesia Literature (Leiden: University

of Leiden, 1967), h. 69. Dan Noer. Aku.

Tasmara Toto, “Komunikasi Dakwah”, Gaya Media Pratama,

Jakarta, 1997.

 

Page 200: iii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44399/1/MUHAMMAD... · Pada tahun 1927, saat Hamka pergi berhaji ke Mekkah. Beliau ... Mengenang 100

181

Usman, Husaini, dkk., Metode Penelitian Sosial,Jakarta: Bumi

Aksara, 2008.

Wahid, Abdurrahman, Islam Kosmopolitan; Nilai-Nilai

Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The

Wahid Institut. 2007).

Wahid Abdurrahman, “Benarkah Hamka Seorang Besar? Sebuah

Pengantar,” dalam Tamara, Hamka.

Widjaja, H. A. (2010). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan

Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiryanto. 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.

Grasindo.

Yunus

Mahmud, 1990. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT.

Hidakarya Agung.

Zar Sirajuddin, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, (Cet. IV

Jakarta: Rajagrafindo persada, 2010).

Sumber Sekunder dari Internet:

https://kbbi.web.id/kosmopolitan diakses pada tanggal 13 Maret

2018

http://seminarhamka-ikmm.blogspot.com/2008/11/tahun-1974-

ukm-menganugerahkan-gelar-dr.html. Di Akses tanggal 5

Agustus 2018

https://www.goodreads.com/book/show/25995640-tafsir-al-azhar-jilid-

1. Diakses pada tanggak 5-Agustus 2018

http://www.radiosilaturahim.com/podcast/rekaman-tausiyah-

buya-hamka/. Di akses pada tanggal 5 Agustus 2018.

https://myrepro.wordpress.com/2016/06/22/buya-hamka-dan-

sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi/. Diakses tanggal 3-8-2018