iii kerangka pemikiran - repository.ipb.ac.id · american society for quality control dalam render...
TRANSCRIPT
17
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep
mutu, Total Quality Management (TQM), sensitivitas harga, serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Adapun secara lengkap dapat dijelaskan dalam sub-bab
berikut :
3.1.1 Konsep Mutu
Mutu merupakan istilah yang artinya berbeda-beda bagi setiap orang dan
organisasi, dalam upaya memahami konsep mutu suatu produk, maka berikut ini
dikemukakan beberapa definisi mutu menurut para ahli dan organisasi.
Crosby dalam Muhandri (2008) mendefinisikan mutu sebagai
“Conformance to Requirment”. Dengan definisi ini Crosby menitikberatkan
kegiatan mutu perusahaan untuk (1) mencoba mengerti harapan-harapan
konsumen, (2) memenuhi harapan-harapan tersebut sehingga, (3) perlu pandangan
eksternal mengenai mutu agar penyusunan sasaran mutu lebih realistis dan sesuai
dengan permintaan atau keinginan.
American Society for Quality Control dalam Render dan Heizer (2001)
mendefinisikan bahwa mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Menurut Oakland (1993) mutu
adalah memenuhi persyaratan pelanggan sedangkan menurut Deming dalam
Oakland (1993) mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, sekarang
dan yang akan datang. Mutu adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa
sesuai dengan standar mutu (Marimin 2004).
Dari berbagai definisi mutu yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa mutu adalah kesesuaian serangkaian karakteristik produk atau
jasa dengan standar yang ditetapkan perusahaan berdasarkan syarat, kebutuhan
dan keinginan konsumen (Gambar 1). Mutu harus berorientasi kepada kepuasan
pelanggan. Hal ini membawa dampak pada persaingan yang semakin ketat (akibat
18
kemajuan teknologi informasi, produksi dan transportasi) menyebabkan
persaingan antar industri benar-benar ditentukan oleh kemampuan mutu mereka.
Gambar 1. Pemahaman mengenai Mutu Sumber : Tjahja Muhandri dan Darwin Kadarisman (2008)
Namun usaha pemenuhan spesifikasi mutu yang diinginkan oleh
konsumen kadang-kadang sulit untuk dilakukan oleh perusahaan. Hal ini
disebabkan oleh konsumen sulit untuk mendefinisikan spesifikasi keinginannya
secara benar, jelas, dan lengkap dan produsen tidak mudah menerjemahkan
kebutuhan konsumen ke dalam spesifikasi produk yang terukur. Sehingga
perusahaan harus melakukan penelitian, baik di lingkungan perusahaan maupun di
lapangan (di sisi konsumen). Kemampuan perusahaan untuk menangkap
keinginan konsumen (lebih sering tidak terungkapkan oleh konsumen sendiri)
akan memudahkan produsen untuk menyusun konsep mutu yang sesuai dengan
keinginan konsumen.
Garvin dalam Nasution (2001) mengidentifikasikan delapan dimensi yang
dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu produk, yaitu :
1. Kinerja (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin
membeli suatu produk. Karakteristik ini tidak dapat ditawar lagi (harus
dipenuhi) jika ingin diterima konsumen. Contoh : karakteristik dari teh botol
adalah antara lain rasa manis, warna asli seduhan teh, bebas mikroba dan
bahan tambahan berbahaya.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan aspek kedua dari
performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan
Perusahaan Konsumen Produk / Jasa
Standard
Karakteristik • Syarat • Kebutuhan • Keinginan
19
dan pengembangannya. Hal ini menjadi ciri khas dan keunggulan yang
ditawarkan oleh produk yang bersangkutan. Contoh : ciri khas pada minuman
teh yang memiliki rasa buah.
3. Kehandalan (reliability) didefinisikan sebagai konsistensi kinerja produk
pada periode waktu tertentu. Semakin lama produk dapat digunakan tanpa ada
perubahan fungsi maka produk tersebut semakin disukai konsumen.
4. Kesesuaian (conformance) merupakan tingkat kesesuaian produk yang
dihasilkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan atau direncanakan
sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
digunakan.
6. Kemampuan pelayanan (serviceability) merupakan tingkat kemudahan
produk untuk diperbaiki. Termasuk dalam karakteristik ini adalah tersedianya
suku cadang dan tersebarnya bengkel resmi untuk perbaikan serta penanganan
keluhan yang memuaskan.
7. Estetika (esthetics) yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Contohnya
adalah bentuk mobil yang indah dan warna yang menarik perhatian mata.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) berkaitan dengan perasaan
pelanggan dalam mengkonsumsi produk dan juga berkaitan dengan reputasi.
3.1.2 Konsep Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management (TQM) menekankan pada komitmen
manajemen untuk memiliki keinginan yang berkesinambungan bagi perusahaan
untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi
konsumen (Render dan Heizer 2001). Menurut Kotler (2005) TQM adalah
pendekatan organisasi secara menyeluruh untuk secara berkesinambungan
memperbaiki mutu semua proses, produk, dan pelayanan organisasi. Jika
perusahaan ingin bertahan dalam persaingan dan memperoleh laba, maka
perusahaan tersebut harus menjalankan TQM.
Menurut Goetsch dan Davis dalam Nasution (2001) TQM adalah suatu
pendekatan untuk menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia,
20
proses, dan lingkungannya. Pendekatan TQM hanya akan tercapai dengan
memperhatikan karakteristik TQM sebagai berikut :
1. Fokus pada Pelanggan
Dalam TQM baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan driver.
Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan
kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam
menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan
dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas
Dari kualitas yang telah ditentukan oleh pelanggan internal dan eksternal,
organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang telah
ditentukan.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk
mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok
duga (bencmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen Jangka Panjang
Komitmen jangka panjang sangat penting dalam penerapan TQM, agar
penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerjasama Tim (teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan
hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan
pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitar.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang
ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat
semakin meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
21
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong
untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupaka
proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan
belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan
teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting.
Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki dan
tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun
demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan
tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana
dengan baik.
9. Kesatuan Tujuan
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki
kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan
yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu
ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan,
misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Usaha untuk melibatkan karyawan membawa dua manfaat utama. Pertama,
hal ini akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik,
rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup
pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan
dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan karyawan juga meningkatkan rasa
memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang
yang harus melaksanakannya. Pemberdayaan karyawan bukan sekedar
melibatkan karyawan, melainkan juga melibatkan mereka dengan
memberikan pengaruh yang sungguh berarti.
Sasaran utama yang ingin dicapai TQM adalah kepuasan pelanggan,
memastikan mutu kepada pelanggan, menumbuhkan kerjasama yang baik dari
22
seluruh karyawan dari semua tingkatan serta kelangsungan hidup dan
perkembangan perusahaan (Marimin, 2004).
3.1.3 Fokus Kepuasan Konsumen / Pelanggan
1) Identifikasi Pelanggan
Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk
memenuhi standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh
pada performa kita atau perusahaan. Menurut L.L Bean dalam Nasution 2001,
pelanggan adalah orang yang tidak bergantung pada kita, tetapi kita yang
tergantung padannya; pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada apa
keinginanya, pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
Pada dasarnya, dikenal tiga macam pelanggan dalam sistem kualitas
modern (Gaperrz, 2008), yaitu :
1. Pelanggan Internal
Pelanggan internal adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki
pengaruh kepada performansi pekerjaan (perusahaan). Bagian-bagian
pembelian, produksi, penjualan, pembayaran gaji, rekrutmen, dan karyawan
merupakan contoh dari pelanggan internal.
2. Pelanggan Antara
Pelanggan antara adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagai
perantara, bukan sebagai pemakai akhir produk.
3. Pelanggan Eksternal
Pelanggan eksternal adalah pembeli atau pemakai akhir produk, sering
disebut sebagai pelanggan nyata. Pelanggan eksternal merupakan pelanggan
yang membayar untuk menggunakan produk yang dihasilkan.
Menurut Kotler (2005) pelanggan adalah orang yang menyampaikan
keinginannya kepada kita atau perusahaan. Kunci utama mempertahankan
pelanggan adalah kepuasan pelanggan.
2) Prinsip Dasar Kepuasan Pelanggan
23
Menurut Kotler (2005) kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil)
produk yang diperkirakan terhadap kerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja di
bawah harapan, maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi atau melebihi
harapan, maka pelanggan puas. Pelanggan yang sangat puas akan tetap setia
dalam waktu yang lebih lama dan membeli lebih banyak.
Kepuasan dapat didefinisikan secara sederhana yaitu suatu keadaan
dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui
produk yang dikonsumsi. Karena kepuasan pelanggan sangat tergantung pada
persepsi dan ekspektasi mereka, kita sebagai pemasok produk perlu mengetahui
beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi dan harapan pelanggan adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan dan keinginan yang dirasakan pelanggan ketika sedang melakukan
transaksi dengan produsen / pemasok produk (perusahaan). Jika pada saat itu
kebutuhan dan keinginannya besar, maka harapan atau ekspektasi pelanggan
akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
2. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun
pesaing-pesaingnya.
3. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan kualitas
produk yang akan dibeli oleh pelanggan. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi
pelanggan, terutama pada produk-produk yang dirasakan berisiko tinggi.
4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran. Kampanye yang berlebihan dan
secara aktual tidak mampu memenuhi ekspektasi pelanggan akan
mengakibatkan dampak negatif terhadap persepsi pelanggan terhadap produk.
Kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau
hasil yang dirasakan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil
pekerjaan (produk) seseorang, maka pelangganlah yang menentukan kualitas
suatu produk.
3) Proses Mengetahui Harapan Pelanggan
Apabila pelanggan telah dapat diidentifikasi dalam segmen pasar yang
menjadi target dari suatu perusahaan untuk suatu produk tertentu, maka harapan
24
pelanggan dapat ditentukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut
(Gasperz, 1997 dalam Nasution, 2001) :
1. Apa karakteristik produk yang diinginkan pelanggan?
2. Berapa tingkat performa yang dibutuhkan untuk memenuhi harapan
pelanggan?
3. Bagaimana kepentingan relatif (urutan prioritas) dari setiap karakteristik?
4. Bagaimana kepuasan pelanggan terhadap performa yang ada sekarang?
Penjelasan keempat pertanyaan untuk mengetahui harapan pelanggan
diuraikan berikut ini.
1. Karakteristik Produk yang Diinginkan Pelanggan
Pada umumnya, pelanggan menginginkan produk yang memiliki
karakteristik lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik. Dalam hal ini terdapat tiga
dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu dimensi waktu, dimensi biaya, dan dimensi
kualitas. Karakteristik lebih cepat biasanya berkaitan dengan dimensi waktu yang
menggambarkan kecepatandan kemudahan atau kenyamanan untuk memperoleh
produk itu. Karakeristik lebih murah biasanya berkaitan dengan dimensi biaya
yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan
oleh pelanggan. Karakteristik lebih baik berkaitan dengan dimensi kualitas produk
yang dalam hal ini paling sulit untuk digambarkan dengan tepat. Sebagaimana
telah dijelaskan diawal mengenai delapan dimensi mutu yaitu kinerja produk,
features, keandalan, konformitas, daya tahan, pelayanan, estetika, dan kualitas
yang dipersepsikan. Dengan mengetahui delapan dimensi mutu tersebut, maka
dapat diketahui apa karakteristik produk yang diinginkan pelanggan.
2. Tingkat Performa yang Dibutuhkan untuk Memenuhi Harapan Pelanggan
Karakteristik produk yang diharapkan pelanggan dapat dipandang sebagai
hierarki progresif dari tiga tingkat, yaitu harapan dasar, spesifikasi dan kebutuhan,
serta kesenangan / kegembiraan. Ketiga tingkat ekspektasi pelanggan ini sering
dikenal sebagai harapan implisit, harapan eksplisit, dan harapan tersembunyi.
Harapan dasar dari pelanggan merupakan tingkat tersendah dalam model
hierarki harapan pelanggan (tingkat 1) dan mencakup tingkat performa minimum
yang selalu diasumsikan ada (implicit), sehingga apabila karakteristik produk ini
hilang, pelanggan akan selalu tidak puas. Harapan tingkat kedua dari pelanggan
25
mencakup spesifikasi dan kebutuhan yang terdiri atas pilhan-pilihan dan
pertukaran yang tersedia untuk dipilih oleh pelanggan (eksplicit). Pada tingkat ini,
spesifikasi dan kebutuhan ditentukan dan dinegosiasikan antara pelanggan dan
pihak penjual atau pembuat produk.
Harapan pelanggan pada tingkat tertinggi (tingkat 3) merupakan nilai
tambah dan features yang tidak diketahui sebelumnya oelh pelanggan (harapan
tersembunyi), sehingga apabila karakteristik ini ada pada produk tersebut, maka
pelanggan akan sangat senang atau gembira. Performa pada tingkat ini (tingkat 3)
dapat mencakup semua kebutuhan yang eksplisit dan implisit (tersembunyi).
Kebutuhan tersembunyi biasanya tidak jelas atau tidak diketahui oleh pelanggan,
tetapi pelanggan akan merasakan manfaatnya apabia ada. Ketiga tingkat harapan
pelanggan tersebut dapat dikemukakan dalam gambar berikut (Gambar 2).
Tingkat 3 :
Nilai tambah dari karakteristik dan features yang diketahui
sebelumnya oleh pelanggan
(Ekspektasi tersembunyi)
Tingkat 2 :
Pilihan-pilihan dan trade-offs yang tersedia untuk dipilih
oleh pelanggan
(Harapan Eksplisit)
Tingkat 1 :
Tingkat performa minimum yang selalu diasumsikan ada
(Harapan Implisit)
Gambar 2.Tingkat Harapan Pelanggan Sumber : Nasution (2001)
3. Kepentingan Relatif (Urutan Prioritas) dari Setiap Karakteristik
Setelah memahami harapan pelanggan terhadap karakteristik kualitas
produk, kita dapat melanjutkan pertanyaan ketiga tentang bagaimana kepentingan
relatif (urutan prioritas) dari setiap karakteristik? Untuk menjawab pertanyaan ini,
Senang
Spesifikasi dan
Kebutuhan
Harapan Dasar
26
kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa ini, yaitu “penyebaran
fungsi kualitas” (quality function deployment = QFD), yang akan diuraikan pada
bagian berikutnya.
Dalam kenyataan, karakteristik kualitas yang diinginkan oleh pelanggan,
tingkat harapan pelanggan, dan kepentingan relatif (urutan prioritas) dari setiap
kriteria dapat saling bertentangan. Contoh pertentangan tersebut adalah pada
kasus mobil dengan akselerasi cepat dan hemat dalam penggunaan bahan bakar
merupakan karakteristik yang diinginkan pelanggan, namun memiliki trade-offs di
antara kedua karakteristik ini. Mengingat adanya karakteristik kualitas yang
diinginkan pelanggan yang saling bertentangan ini, kita perlu melakukan
pemeringkatan terhadap setiap karakteristik itu agar dapat menentukan
kepentingan relatif dari masing-masing karakteristik yang diinginkan pelanggan
tersebut.
4. Kepuasan Pelanggan Berdasarkan Performa Sekarang
Perbandingan antara karakteristik produk yang diinginkan pelanggan dan
performa sekarang yang ditawarkan atau diberikan kepada pelanggan, dapat
memberikan informasi mengenai kepuasan pelanggan berdasarkan tingkat tingkat
performa produk yang ada sekarang. Kita akan dapat mengidentifikasi apakah
pelanggan akan puas atau tidak puas dalam mengkonsumsi produk yang
ditawarkan berdasarkan tingkat performa sekarang. Dari sini kita akan mampu
menjawab pertanyaan tentang bagaimana kepuasan pelanggan dengan tingkat
performa produk yang ada sekarang. Melalui jawaban yang diperoleh ini, berbagai
strategi perbaikan kualitas dapat diambil guna meningkatkan kepuasan pelanggan
dalam mengkonsumsi produk kita.
3.1.4 Konsep Quality Function Deployment (QFD)
1) Pengertian Quality Function Deployment (QFD)
Tugas menerjemahkan permintaan-permintaan pelanggan sasaran menjadi
prototipe yang berfungsi dibantu beberapa metode yang dikenal sebagai
penyebaran fungsi mutu Quality Function Deployment (QFD). Metodologi ini
mengambil daftar atribut pelanggan Customer Attribute (CA) yang diinginkan,
yang dihasilkan riset pasar, dan mengubahnya menjadi daftar atribut rekayasa
27
Engineering Attribute (EA) yang dapat digunakan oleh para insinyur. Sumbangan
utama QFD adalah bahwa metode tersebut meningkatkan komunikasi antara para
pemasar, insinyur, dan orang-orang bagian produksi (Kotler, 2005).
Gaspersz (2008) mendefinisikan QFD sebagai suatu proses atau
mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan
menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam kebutuhan teknis yang
relevan, dimana masing-masing area fungsional dan level organisasi dapat
mengerti dan bertindak.
Subagyo dalam Marimin (2004) Quality Function Deployment adalah
suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami
kebutuhan konsumen, lalu menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk
menghasilkan barang atau jasa di tiap tahap pembuatan barang atau jasa yang
dihasilkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan QFD merupakan suatu
pendekatan disiplin namun fleksibel terhadap pengembangan produk. Titik awal
(Starting Point) dari QFD adalah pelanggan serta keinginan dan kebutuhan dari
pelanggan itu. Hal ini dalam QFD disebut sebagai suara dari pelanggan.
2) Struktur Quality Function Deployment (QFD)
Matriks House of Quality (HOQ) adalah istilah yang sering digunakan
untuk menggambarkan struktur QFD (Gambar 3). Tembok rumah sebelah kiri
(komponen 1) merupakan masukan dari pelanggan. Pada langkah ini, perusahaan
berusaha menentukan segala persyaratan pelanggan yang berhubungan dengan
penentuan produk. Agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan, perusahaan
mengusahakan spesifikasi kinerja tertentu dan mensyaratkan pemasoknya untuk
melakukan hal yang sama. Langkah ini terdapat pada bagian langit-langit rumah
(komponen 2).
Tembok rumah sebelah kanan (komponen 3) adalah matriks perencanaan.
Matriks ini merupakan komponen yang digunakan untuk menerjemahkan
persyaratan pelanggan menjadi rencana-rencana untuk memenuhi atau melebihi
persyaratan yang ditentukan pelanggan. Matriks ini meliputi langkah-langkah
seperti menggambarkan persyaratan pelanggan pada suatu matriks dan proses
pemanufakturan pada matriks lainnya, memprioritaskan persyaratan pelanggan,
28
dan mengambil keputusan mengenai perbaikan yang dibutuhkan dalam proses
pemanufakturan.
Pada bagian tengah rumah (komponen 4) adalah temapt dimana
persyaratan pelanggan dikonversikan ke dalam aspek-aspek pemanufakturan.
Pada bagian bawah rumah (komponen 5) merupakan daftar prioritas proses
pemanufakturan. Pada bagian atap (komponen 6), langkah yang dilakukan adalah
mengidentifikasi pertukaran yang berhubungan dengan persyaratan manufaktur.
Pertanyaan yang akan dijawab dalam komponen 6 adalah apa yang terbaik yang
dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbangkan persyaratan pelanggan dan
kemampuan pemanufakturan organisasi (Nasution, 2001).
Gambar 3. Matriks Struktur QFD Sumber : Nasution (2001)
3) Proses Quality Function Deployment (QFD)
Titik awal (starting point) dari QFD adalah pelanggan serta keinginan dan
kebutuhan dari pelanggan, hal ini disebut sebagai suara dari pelanggan. Inti dari
5. Daftar prioritas dari persyaratan proses penting bagi perusahaan
3. Matriks Perencanaan :
• Pemeringkatan Kepentingan
• Pemeringkatan Persaingan
• Nilai Sasaran • Skala
Kenaikan yang dibutuhkan
• Poin Penjualan
Bobot Perencanaan (dikalkulasikan)
2. Tuntunan atau spesifikasi terkini pengusaha perusahaan terhadap pemasok
6. Identifikasi pertukaran yang berhubungan dengan persyaratan produksi
4. Hubungan :
• Apa arti tuntutan pelanggan bagi proses pabrikasi? • Dimana ada interaksi antar hubungan?
1. Masukan Pelanggan
29
QFD adalah suatu matriks besar yang menghubungkan apa keinginan pelanggan
(what) dan bagaimana suatu produk akan didesain dan diproduksi agar memenuhi
keinginan pelanggan tersebut (how).
Menurut Besterfield et al. (1999), proses QFD secara lengkap terdiri dari
empat fase yang dinyatakan dalam empat matriks, yaitu :
1. Matriks Perencanaan Produk
Fase ini dimulai dari persyaratan pelanggan, untuk setiap persyaratan
pelanggan harus ditentukan persyaratan desain yang dibutuhkan, dimana jika
memuaskan akan membawa hasil dalam pemenuhan persyaratan pelanggan.
2. Matriks Pengembangan Bagian
Persyaratan desain dari matriks pertama dibawa ke matriks kedua untuk
menentukan karakteristik kualitas bagian.
3. Matriks Perencanaan Proses
Operasi proses kunci ditentukan oleh karakteristik kualitas bagian dari
matriks sebelumnya.
4. Matriks Perencanaan Produksi
Persyaratan produksi ditentukan dari operasi proses kunci. Pada fase ini
dihasilkan prototipe dan peluncuran produk.
Proses QFD dimulai dari riset segmentasi pasar untuk mengetahui siapa
pelanggan produk kita dan karakteristik serta kebutuhan pelanggan, kemudian
mengevaluasi tingkat persaingan pasar. Hasil dari riset pasar diterjemahkan ke
dalam desain produk secara teknis dan karakteristik teknis yang sesuai atau cocok
dengan apa yang dibutuhkan pelanggan. Setelah desain produk dilanjutkan dengan
desain proses, yaitu merancang bagaimana proses pembuatan produk sehingga
diketahui karakteristik dari setiap bagian atau tahapan proses produksi. Kemudian
ditentukan proses operasi atau produksi dan arus proses produksi. Akhirnya,
disusun rencana produksi dan pelaksanaan produksi yang menghasilkan produk
sesuai dengan kebutuhan pelanggan (Nasution, 2001).
30
Tim Umpan Balik
Gambar 4. Proses QFD Sumber : Nasution (2001)
4) Manfaat Quality Function Deployment (QFD)
Menurut (Nasution, 2001), QFD memberikan sejumlah manfaat bagi
organisasi yang mencoba untuk meningkatkan daya saingnya dengan
memperbaiki secara kontinu kualitas dan produktivitasnya. Manfaat dari QFD
antara lain :
1. Fokus pada pelanggan
QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik dari pelanggan.
Informasi kemudian diterjemahkan ke dalam sekumpulan persyaratan
pelanggan yang spesifik.
2. Efisiensi waktu
QFD dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan produk
karena memfokuskan pada persyaratan pelangga yang spesifik dan telah
didefinisikan dengan jelas.
3. Orientasi kerjasama tim
Produk Pelaksanaan Produksi
Rencana Produksi
Arus Proses Produksi
Proses Operasi
Karakteristik Bagian
Desain Proses Kesesuaian dengan Kebutuhan Pelanggan
Karakteristik Teknis
Evaluasi Tingkat Persaingan
Karakteristik Pelanggan
Riset Segmentasi Pasar
31
QFD merupakan pendekatan orientasi kerjasama tim. Semua keputusan
dalam proses didasarkan atas konsensus dan dicapai melalui diskusi
mendalam dan brainstorming.
4. Orientasi pada dokumentasi
Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen
komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses
yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan.
3.1.5 Analisis Sensitivitas Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk
mendapatkan manfaat dari penggunaan barang dan jasa. Dalam proses pembelian,
harga dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi konsumen sedangkan dari
segi produsen harga merupakan satu-satunya komponen yang menghasilakn
pendapatan (Simamora, 2002).
Analisis sensitivitas harga diperkenalkan pertama kali oleh Van
Wesrenrdrop pada awal 1970-an. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah konsumen selalu mengaitkan antara harga dengan kualitas dari produk.
Analisis ini digunakan untuk melihat harga dari sisi konsumen. Konsumen
melakukan penilaian terhadap harga berdasarkan kategori harga sangat murah,
harga murah, harga mahal, dan harga sangat mahal (Blamires, 1998 dalam Sinaga
2006).
Menurut Hiam dan Shewe dalam Sinaga 2006, dalam menentukan harga
optimum perusahaan perlu mempertimbangkan seluruh biaya yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk, permintaan konsumen,
dan posisi persaingan dalam industri. Berdasarkan pertimbangan harga-harga
pokok produksi ditambah profit, perusahaan dapat melakukan analisis sensitivitas
harga. Dua hal yang dapat dideteksi menggunakan pendekatan ini adalah
elastisitas harga dan ekspektasi harga konsumen.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Permintaan beras semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk Indonesia. Implikasinya, padi sebagai bahan pokok dari beras akan
selalu menjadi sorotan dan agenda utama dalam pembangunan pertanian di
32
Indonesia guna meningkatkan produksi dan produktivitasnya untuk memenuhi
kebutuhan beras penduduk. Salah satu bentuk program yang dilakukan pemerintah
dalam upaya meningkatkan produksi beras adalah Program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN). Program ini memiliki target utama, yaitu peningkatan
produksi beras 2 juta ton setara beras atau 3,6 juta ton setara gabah kering giling
(GKG) pada tahun 2007, dan peningkatan sebesar lima persen pada tahun-tahun
selanjutnya sampai dengan tahun 2009 (Departemen Pertanian, 2007) yang di
dalamnya terdapat sosialisasi penggunaan teknologi padi hibrida di tingkat petani.
Padi hibrida di Indonesia memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan.
Keunggulan dari padi hibrida antara lain hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan padi inbrida, vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma,
keunggulan dari aspek fisiologis seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area
fotosintesis yang lebih luas, keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi
seperti sistem perakaran yang lebih kuat, anakan yang lebih banyak, jumlah gabah
per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi.
Kekurangan yang dimiliki padi hibrida antara lain adalah harga benih yang tinggi
dibanding padi inbrida, benih hanya dapat dipakai untuk sekali penanaman,
produksi benih yang rumit, dan memerlukan areal pertanaman dengan syarat
tumbuh tertentu (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian 2007)
Petani sebagai konsumen benih padi hibrida hanya sebagai pengguna tanpa
diikutsertakan dalam kegiatan pemuliaan varietas benih padi hibrida yang
berakibat cukup banyak kasus petani yang tidak puas terhadap kinerja benih padi
hibrida dalam pengembangan benih padi hibrida karena tidak sesuai dengan
keinginan para petani tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk menyesuaikan preferensi petani dengan persyaratan teknik yang
dimiliki produsen terhadap atribut benih padi hibrida dengan tujuan untuk
menghasilkan benih padi hibrida yang bermutu tinggi dan sesuai dengan
keinginan konsumen.
Salah satu cara untuk menghasilkan varietas benih padi hibrida yang sesuai
dengan keinginan petani adalah dengan menerapkan metode Quality Function
Deployment (QFD). Metode QFD ini mencoba menyesuaikan antara apa yang
33
diinginkan konsumen dengan persyaratan teknik yang dimiliki produsen.
Persyaratan teknik merupakan hasil pendapat dari pakar ahli pemulia di lembaga
penelitian, dalam hal ini salah satu lembaga penelitian yaitu Balai Besar Penelitian
Padi.
Penerapan metode QFD diawali dengan penyusunan matriks House Of
Quality (HOQ). Matriks HOQ yang disusun adalah matriks perencanaan produk.
Langkah-langkah dalam penyusunan matriks ini terdiri dari penyusunan
persyaratan pelanggan (what), menyusun persyaratan teknik (how),
mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan
teknik, mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan teknik, penilaian
konpetitif yang terdiri dari penilaian kompetitif pelanggan dan penilaian
kompetitif teknik, mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan yang terdiri
dari kepentingan bagi pelanggan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin
penjualan dan bobot absolut. Langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas
persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan
bobot relatif.
Pengembangan padi hibrida juga memerlukan penelitian dalam hal harga
karena harga merupakan salah satu hal yang sangat penting dan diperhatikan oleh
konsumen dalam hal ini petani. Semakin tinggi harga benih maka semakin besar
biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani, sehingga kemungkinan petani tidak
akan membeli benih yang harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga
benih yang ada di pasaran. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian untuk
mengetahui rentang harga benih padi hibrida yang dapat diterima oleh petani.
Analisis sensitivitas harga dapat membantu produsen untuk mengetahui dan
mengukur pada tingkat harga berapa benih padi hibrida dapat diterima oleh petani,
sehingga dapat menentukan harga benih padi hibrida yang sesuai dengan rentang
harga yang dapat diterima oleh konsumen dalam hal ini petani.
Matriks HOQ dan analisis sensitivitas harga yang telah disusun ini
digunakan untuk merumuskan perencanaan pengembangan varietas padi hibrida
dan sebagai bahan masukan bagi Balai Besar Penelitian Padi. Kerangka
operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
34
Keterangan : : Bahan masukkan bagi Balai Besar Penelitian Padi
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional
• Kebutuhan beras secara nasional masih terbilang besar. • Peningkatan jumlah penduduk • Peningkatan jumlah permintaan tidak diimbangi dengan
peningkatan jumlah persediaan pangan. • Upaya peningkatan produksi beras dengan Program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) untuk memenuhi peningkatan jumlah permintaan beras.
• Pengembangan padi hibrida di tingkat petani
Permasalahan dan kendala pengembangan padi hibrida di tingkat petani di Indonesia
Ideotipe varietas benih padi hibrida yang ada saat ini belum dapat
memenuhi keinginan dan harapan petani
Tingkat harga benih padi hibrida yang masih terbilang tinggi atau di
atas daya beli petani
Balai Besar Penelitian Padi
Kegiatan pemuliaan dan pengembangan varietas padi hibrida
Implementasi Metode Quality Function Deployment (QFD)
Membangun matriks House of Quality (HOQ)
Sensitivitas Harga benih padi hibrida
Perencanaan Pengembangan Varietas Padi Hibrida