iii. kerangka pemikiran 3.1 kerangka pemikiran teoritis 3 ... · proses penciptaan nilai tambah...

18
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik. Tuntutan ini merupakan bagian dari permintaan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dikonsumsi, nilai gizi dan nutrisi produk yang terjamin, serta jaminan akan mutu dan pengiriman produk yang tepat waktu. Tuntutan ini yang menyebabkan perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang diinginkan konsumen, maka timbulah persaingan di dalam usaha dalam berbagai hal. Persaingan terjadi dalam berbagai bentuk, dimulai dari persaingan harga produk, persaingan kualitas produk, persaingan pelayanan terhadap kosumen, persaingan, hingga kepada persaingan dengan pesaing baru yang muncul di dalam usaha sejenis. Ketika persaingan terjadi, perusahaan dituntut untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing dalam persaingan yang ada. Salah satu solusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam persaingan usaha dengan menggunakan supply chain management (SCM) atau manajemen rantai pasokan, SCM berkonsentrasi dalam pengelolaan rantai pasokan. Dengan menerapkan SCM diharapkan perusahaan mampu menyediakan produk yang diinginkan konsumen tepat tempatnya, tepat waktunya, tepat harganya dan tepat kualitasnya. Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan palayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan (Anatan & Ellitan, 2008). Lee & whang (2000) dalam Anatan & Ellitan (2008) mendefiniskan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir

Upload: phambao

Post on 08-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Supply Chain Management

Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis,

dituntut untuk menghasilkan suatu produk dengan harga yang relatif murah tapi

dengan kualitas produknya yang baik. Tuntutan ini merupakan bagian dari

permintaan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dikonsumsi, nilai

gizi dan nutrisi produk yang terjamin, serta jaminan akan mutu dan pengiriman

produk yang tepat waktu. Tuntutan ini yang menyebabkan perusahaan-perusahaan

berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang diinginkan konsumen, maka

timbulah persaingan di dalam usaha dalam berbagai hal.

Persaingan terjadi dalam berbagai bentuk, dimulai dari persaingan harga

produk, persaingan kualitas produk, persaingan pelayanan terhadap kosumen,

persaingan, hingga kepada persaingan dengan pesaing baru yang muncul di dalam

usaha sejenis. Ketika persaingan terjadi, perusahaan dituntut untuk meningkatkan

keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing dalam persaingan yang ada.

Salah satu solusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam persaingan

usaha dengan menggunakan supply chain management (SCM) atau manajemen

rantai pasokan, SCM berkonsentrasi dalam pengelolaan rantai pasokan. Dengan

menerapkan SCM diharapkan perusahaan mampu menyediakan produk yang

diinginkan konsumen tepat tempatnya, tepat waktunya, tepat harganya dan tepat

kualitasnya.

Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan

merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi

ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui

pengurangan biaya operasi dan perbaikan palayanan konsumen dan kepuasan

konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang

mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya

operasional perusahaan (Anatan & Ellitan, 2008).

Lee & whang (2000) dalam Anatan & Ellitan (2008) mendefiniskan

manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir

17

melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi dan bahkan

peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Sederhananya, manajemen

rantai pasokan adalah jaringan dari berbagai organisasi yang berhubungan dan

saling terkait yang mempunyai tujuan sama, yaitu menyelenggarakan penyaluran

barang dari pemasok hingga ke konsumen dengan efisien, jaringan ini dikelola

menjadi satu kesatuan yang utuh. Melalui manajemen rantai pasokan, perusahaan

dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang

berhubungan agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahan baku dan produk

akhir terintegrasi dengan baik dan benar.

Melalui definisi diatas didapat konsep dari SCM, konsep SCM

menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen

tidak hanya sekedar menyediakan barang. Supply Chain Management merupakan

proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan

efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi

merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan, karena dengan

adanya aliran informasi maka pihak pemasok dapat menjamin tersedianya

material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih cepat dengan

kuantitas yang tepay sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai

pasokan secara keseluruhan (Anatan & Ellitan, 2008).

Berdasarkan hal tersebut, menurut Said et al (2006) maka prinsip dasar

SCM seharusnya meliputi 5 hal, yaitu :

1. Prinsip Integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian

SCM berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya

saling ketergantungan.

2. Prinsip Jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang

selaras.

3. Prinsip Ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen

pemasok yang paling hulu sampai konsumen paling hilir.

4. Prinsip Saling Tergantung. Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa

untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang saling

menguntungkan.

18

5. Prinsip Komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam

jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan material.

Melihat definisi dan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa SCM

merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari

pemasok hingga ke konsumen akhir. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain

utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan

yang sama. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), pemain utama tersebut

diantaranya suppliers, manufacture, distributor, retail outlets, dan customers.

Penjelasannya sebagai berikut :

Rantai 1 : Suppliers

Jaringan bermula dari suppliers, yang merupakan sumber penyedia bahan

pertama dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa

juga dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan,

sub suku cadang, suku cadang, dan sebagainya.

Rantai 1 – 2 : Suppliers ► Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang

melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan,

ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan rantai pertama

tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghemetan.

Rantai 1 – 2 – 3 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh pabrik sudah mulai disalurkan

kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke

pelanggan, yang umumnya adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh

oleh sebagian besar rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudangnya

disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar, dan pada waktunya

pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer.

Rantai 1 – 2 – 3 – 4 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor► Retail

Outlets

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau juga

dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang

sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk

memperoleh penghematan dalam jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan

19

cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang

pabrik maupun ke toko pengecer (retail outlets).

Rantai 1 – 2 – 3 – 4 – 5 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor►

Retail Outlets ► Custumers

Retailers menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pembeli

atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko

serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya.

Aplikasi manajemen rantai pasokan pada dasarnya memiliki tiga tujuan

utama, yaitu penurunan biaya, penurunan modal dan perbaikan pelayanan.

Penurunan biaya bisa dicapai dengan meminimalkan biaya logistik, misalnya

dengan memilih alat atau model transportasi, pergudangan, standar layanan yang

meminimalkan biaya. Untuk mencapai penurunan modal yang diperlukan dalam

aktivitas bisnis adalah perusahaan harus mampu meminimalkan tingkat investasi

dalam dalam bidang logistik. Sedangkan perbaikan pelayanan sangat penting

dilakukan secara proaktif karena pelayanan atau jasa logistik yang dilakukan

perusahaan sangat mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas perusahaan

(Anatan & Ellitan, 2008).

Analisis rantai pasokan dapat dievaluasi dalam konteks jaringan rantai

pasokan makanan yang kompleks, disebut juga sebagai Food Supply Chain

Network (FSCN). Dalam FSCN, beberapa perusahaan yang berbeda berkolaborasi

secara strategis dalam satu atau lebih area, sementara menjaga identitas dan

otonominya sendiri (Lazzarini dalam Vorst, 2005). Ketika peneliti dan atau

manajer mendiskusikan pengembangan jaringan dan rantai pasok yang potensial,

dibutuhkan suatu kerangka kerja (framework) untuk mendeskripsikan rantai

pasok, pelakunya, prosesnya, produk-produknya, sumberdaya dan manajemen,

hubungan antara pelaku rantai pasokan dan jenis atribut terkait, dalam upaya

untuk memungkinkan pelaku rantai pasokan saling mengerti perannya secara jelas

(Vorst, 2005). Empat elemen yang dapat digunakan untuk menjelaskan,

menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan dalam

FSCN antara lain struktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai dan

sumberdaya rantai. Kerangka analisis manajemen rantai pasokan yang digunakan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

20

Gambar 1. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van der Vorst, 2005)

Empat elemen yang digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau

mengembangkan secara spesifik rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dengan

FSCN ini nantinya akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi nyata yang

terjadi dalam rantai pasokan tersebut. Untuk menjamin penerapan SCM optimal,

faktor kunci yang harus diperhatikan adalah dengan menciptakan alur informasi

yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai

tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan

kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).

3.1.2 Kemitraan

Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki

tingkat kemampuan berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni dalam

upaya memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kemitraan juga dapat

didefiniskan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih

dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip

saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan dari strategi bisnis

tersebut sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara pihak yang bermitra

dalam menjalankan etika bisnis. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara

perusahaan dengan pihak lain yang mendukung berkembangnya perusahaan.

Kemitraan telah banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan, termasuk di

dalam sektor agribisnis. Beberapa unsur penting dalam kemitraan agribisnis antara

Kinerja

Rantai

Proses Bisnis

Rantai

Manajemen

Rantai

Sumber Daya

Rantai

Sasaran

Rantai

Struktur Rantai

Pasokan

Siapa saja anggota rantai

dan apa perannya?

Konfigurasi peraturannya?

Manajemen struktur apa

yang digunakan?

Bagaimana kontraknya?

Struktur Pengelolaanya?

Siapa pelaku bisnis dan

proses apa dalam MRP?

Bagaimana tingkat integrasi dari setiap proses?

Sumberdaya apa saja yang digunakan di setiap proses

dalam rantai?

21

lain adanya komitmen untuk menjadi mitra dan adanya transfer teknologi diantara

kedua belah pihak, dimana hal ini ditujukan untuk meningkatkan kuantitas

maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kerjasama kemitraan dapat dilihat

sebagai integrasi vertikal atau koordinasi vertikal antara dua atau lebih perusahaan

berjalan pada tingkatan yang berbeda. Integrasi vertikal berarti kemitraan yang

terjadi dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran yang masih bersatu di

bawah satu manajemen atau kepemilikan, sedangkan dikatakan koordinasi vertikal

jika kemitraan yang terjalin berupa kontrak produksi atau kontrak pemasaran

dengan pihak di luar perusahaan.

Tujuan dari sebuah kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan,

kesinambungan usaha, adanya jaminan sumlah pasokan, peningkatan kualitas

produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta

penciptaan kemandirian kelompok mitra. Oleh karena itu, hubungan kemitraan

yang dibangun antara kedua belah pihak haruslah saling menguntungkan, saling

membutuhkan dan saling memperkuat. Saling menguntungkan bukan berarti

partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan

yang sama, tetapi yang lebih penting adalah adanya posisi tawar yang setara

berdasarkan peran masing-masing. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk

mendorong terciptanya integrasi yang lebih baik dalam suatu kerangka rantai

pasokan.

Pelaksanaan kemitraan yang terjadi dalam rantai pasokan sayuran pada

Frida Agro akan diukur kinerjanya dengan menggunakan analisis kesesuaian

atribut. Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan

dengan kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003). Tingkat kepentingan merupakan

tingkat harapan pelaku rantai akan suatu pelaksanaan manajemen rantai pasokan

yang diharapkan, sedangkan tingkat kinerja merupakan segala tindakan yang telah

dilakukan untuk mengelola dan menjalankan rantai pasokan. Tujuan dari

penggunaan analisis kesesuaian atribut adalah mengukur sejauh mana atribut

dalam pelaksanaan kemitraan telah memuaskan pihak yang bermitra. Selain itu,

analisis kesesuaian atribut digunakan untuk mengevaluasi keadaan rantai pasokan

dalam persepsi pelaku rantai pasokan, serta menemukan atribut apa yang belum

memuaskan pelaku rantai pasokan.

22

Keunggulan dari analisis ini adalah pelaku rantai dapat mengetahui tingkat

kepuasan secara keseluruhan dari atribut-atribut kemitraan. Penilaian ini biasanya

dijadikan acuan untuk evaluasi kinerja kemitraan dalam rantai pasokan, dengan

melihat ini pihak yang bermitra dapat memantau bagaimana kinerja kemitraan

dalam rantai pasokan setelah perbaikan. Kelemahan dari analisis ini yaitu hanya

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari

kinerja kemitraan dalam rantai pasokan. Pelaku rantai tidak dapat membuat

perumusan strategi yang tepat hanya dari nilai kesesuaian atribut, tapi dengan

analisis ini dapat dilakukan evaluasi yang menyeluruh.

Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan

penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung

berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh

berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum

ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak Frida Agro untuk

menyempurnakan hasil penelitian. Atribut-atribut yang digunakan dalam

pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dapat

dilihat pada Tabel 2.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Perubahan gaya hidup khususnya pada konsumen di beberapa daerah di

Jawa Barat telah mengarahkan permintaan untuk produk khususnya sayuran agar

masih segar pada saat sampai ke tangan konsumen, sayuran dikemas sesuai

dengan kebutuhan konsumen dan sayuran aman untuk dikonsumsi. Permintaan

konsumen terhadap sayuran yang demikian mengindikasikan bahwa semakin

kritisnya konsumen dalam hal penentuan proses konsumsi produk, hal ini

mengakibatkan perubahan paradigma industri dan persaingan yang berorientasi

pada pemenuhan kepuasan dan permintaan pasar (consumer driven). Permintaan

konsumen terhadap sayuran yang berkualitas, dikemas dalam kemasan yang

higienis, mudah diakses dan terjamin keamanannya menjadi salah satu contoh

consumer driven.

Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang juga menghadapi

perubahan paradigma tersebut. Pada awal berdirinya perusahaan ini dan mulai

melakukan pemasaran sayurannya di beberapa supermarket, seringkali produk

23

yang ditawarkan tidak dapat diterima oleh pihak supermarket dengan alasan

bahwa produk yang dihasilkan oleh Frida Agro tidak sesuai dengan permintaan

konsumen. Mulai sejak itu, pelaku usaha sayuran di Lembang ini menyadari

pentingnya memanfaatkan berbagai potensi yang ada maupun permintaan

konsumen. Hal itu ditunjukkan oleh adanya suatu komitmen kerjasama serta

melakukan koordinasi diantara pelaku usaha sayuran dalam rangkaian rantai

pasokan sayurannya, yakni petani mitra Frida Agro, Frida Agro dan supermarket.

Komitmen kerjasama yang tertulis dalam suatu kontrak tersebut merupakan suatu

upaya menciptakan pengelolaan rantai pasokan sayuran secara terintegrasi atau

manajemen rantai pasokan.

Upaya manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro yang baru

berjalan sekitar dua tahun tersebut masih menghadapi berbagai kendala dan

permasalahan. Permasalahan yang terkadang muncul antara lain berupa petani

mitra Frida Agro terkadang mengalami kesulitan dalam mendapatkan tambahan

modal usaha, penanggungan resiko yang masih belum merata atau belum adil di

dalam rantai pasokan, dan kesepakatan yang terjalin antara petani dan Frida Agro

belum dituangkan dalam kontrak tertulis. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan

konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang menjadi salah satu strategi

perusahaan dalam bersaing dengan pesaingnya.

Konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang telah digunakan bertujuan

untuk menciptakan kolaborasi serta kerjasama di antara pelaku rantai pasokan

sayuran. Penerapan MRP sayuran tersebut bertujuan untuk menciptakan kepuasan

anggota rantai pasokan dan memenuhi permintaan konsumen. Pengkajian rantai

pasokan pada produk sayuran membutuhkan penelusuran informasi dan

investigasi yang menyeluruh. Metode analisis deskriptif penerapan MRP secara

komprehensif yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka

pengembangan rantai pasokan FSCN yang dimodifikasi oleh Van der Vorst

(2005). Metode pengembangan rantai pasokan tersebut mengkaji enam aspek

yang terstruktur yakni sasaran rantai pasokan, struktur rantai pasokan,

sumberdaya pasokan, manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan kinerja rantai

pasokan. Pembahasan atas enam aspek tersebut diharapkan dapat menghasilkan

gambaran utuh mengenai penerapan manajemen rantai pasokan sayuran pada

24

Frida Agro. Pembahasan secara spesifik mengenai kinerja rantai pasokan yang

akan dibahas meliputi kinerja dalam hal kemitraan. Kinerja kemitraan akan

dievaluasi secara deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan analisis

kesesuaian atribut kemitraan.

Informasi mengenai kondisi kinerja kemitraan dan integrasi rantai

pasokan diharapkan dapat diketahui dari analisis yang dilakukan. Hal tersebut

kemudian dapat dijadikan suatu input bagi perumusan alternatif kebijakan untuk

mengembangkan rantai pasokan sayuran. Hasil dari analisis tersebut diharapkan

dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangan manajemen rantai pasokan

sayuran. Kerangka pemikiran operasional penelitian selengkapnya dapat dilihat

pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan perubahan

paradigma persaingan yang berorientasi kepada consumer driven

Penerapan Manajemen Rantai Pasokan sayuran pada Frida Agro

Analisis Pengelolaan Rantai Pasokan sayuran secara Komprehensif

dengan metode FSCN dan penilaian kinerja

Analisis Deskriptif MRP :

1. Sasaran Rantai

2. Struktur Rantai

3. Sumberdaya Rantai

4 .Manajemen Rantai

5. Proses Bisnis Rantai

Analisis Kinerja Rantai :

1. Kinerja Kemitraan

Analisis Kesesuaian Atribut

Kondisi dan Kinerja Penerapan MRP pada Frida Agro

Alternatif Kebijakan Pengembangan MRP pada Frida Agro

Kondisi dan permasalahan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di

Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

pertimbangan bahwa Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang

mempunyai potensi untuk berkembang. Selain itu, Pengumpulan data

dilaksanakan bulan Juli hingga Agustus 2009.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer, berupa informasi tentang Frida Agro yang diperoleh

dengam memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada pihak Frida Agro

beserta pihak yang terkait dalam rantai pasokannya. Sedangkan data sekunder

dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku tentang sayuran dan

tentang Supply Chain Management, internet, Badan Pusat Statistika, perpustakaan

IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni dengan

metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuisioner

dan studi literatur. Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan

responden dengan harapan agar peneliti memperoleh informasi secara langsung

mengenai karakteristik responden, jenis usaha yang dilakukan dan peran

responden dalam rantai pasokan. Pengumpulan data dengan cara ini akan dibantu

menggunakan kuisioner yang berisikan daftar-daftar pertanyaan yang relevan

dengan tujuan penelitian, Kuisioner ini diberikan kepada pihak-pihak yang terkait

dengan Frida Agro dalam menjalankan kegiatan rantai pasokannya. Pemilihan

responden dalam kuisioner ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling)

untuk responden dari petani mitra Frida Agro, pihak Frida Agro dan pihak

supermarket. Kuisioner yang dibahas berdasarkan karakteristik maupun profil

pelaku rantai pasokan sayuran dan persepsi anggota rantai pasokan mengenai

26

kinerja kemitraan yang berlangsung. Penggunaan kuisioner bermanfaat sebagai

pemandu agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai

dengan tujuan penelitian. Teknis penggunaan atau pengisian kuisioner oleh

responden akan dipandu oleh peneliti. Data sekunder yang akan dikumpulkan

meliputi teori dari berbagai literatur yang mendukung penelitian ini, internet,

statistik yang berhubungan dengan penelitian ini dari Badan Pusat Statistika, dan

lain-lain.

Pihak-pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain

petani yang menjadi mitra dari Frida Agro (30 responden), pihak Frida Agro (tiga

responden), pihak supermarket (satu responden dari satu supermarket). Jumlah 30

petani dirasakan dirasakan penulis cukup mewakili karakteristik total populasi

petani yang menjadi mitra Frida Agro dalam rantai pasok sayuran ini, total petani

yang menjadi mitra Frida Agro adalah sebanyak 46 petani.

Responden dari Frida Agro adalah pemilik perusahaan, manajer

operasional dan kepala divisi pemasaran dari Frida Agro, sedangkan responden

dari pihak supermarket adalah salah satu staf pemasaran supermarket. Pemilihan

secara purposive sampling tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa

responden tersebut merupakan pihak-pihak yang paling mengetahui perspektif

perusahaan dan supermarket terhadap kondisi pelaksanaan kemitraan dalam rantai

pasok.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis data

Kajian manajemen rantai pasokan membutuhkan suatu pendekatan metode

analisis yang mampu menjabarkan permasalahan secara komprehensif. Penjabaran

permasalahan rantai pasokan meliputi beberapa hal antara lain mengenai model

rantai pasokan, kinerja rantai pasokan, hambatan yang dihadapi rantai pasokan

serta alternative kebijakan bagi pengembangan rantai pasokan. Oleh karena itu,

dalam penelitian mengenai manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro

ini akan dilakukan kajian yang meliputi deskripsi model rantai pasokan sayuran

yang terjadi saat ini. Analisis kinerja rantai pasokan dalam hal kemitraan, serta

alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan.

27

4.4.1 Model Rantai Pasokan Sayuran pada Frida Agro

Model rantai pasokan yang terjadi dibahas dengan analisis deskriptif

menggunakan metode pengembangan yang mengikuti kerangka proses Food

Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper (2000), dan

kemudian telah dimodifikasi oleh Van der Vorst, 2005. Selain dijelaskan secara

deskriptif, model rantai pasokan juga dianalisis secara kuantitatif yakni terkait

dengan pengukuran kinerja rantai pasokan. Gambar kerangka analisis manajemen

rantai pasokan dapat dilihat pada Gambar 3 :

Gambar 3. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van der Vorst, 2005)

A. Sasaran Rantai

(i) Sasaran Pasar

Menjelaskan bagaimana model suatu rantai pasokan berlangsung terhadap

produk yag dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan dengan jelas, seperti siapa

pelanggannya, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran

pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam (1) upaya segmentasi pasar,

(2) kualitas yang terintegrasi, (3) optimalisasi rantai, atau kombinasi diantara tiga

hal tersebut.

(ii) Sasaran Pengembangan

Bagian ini mejelaskan target atau objek dalam rantai pasokan yang hendak

dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran

Struktur Rantai

Pasokan

Kinerja

Rantai

Proses Bisnis

Rantai

Manajemen

Rantai

Sumber Daya

Rantai

Sasaran

Rantai

28

pengembangan rantai pasokan sayuran dirancang secara bersama-sama oleh

pelaku rantai pasokan yakni petani, Frida Agro dan supermarket. Bentuk sasaran

pengembangan dapar berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau

pengembangan penggunaan tekonologi informasi serta prasarana lain yang dapat

meningkatkan kinerja rantai pasokan.

B. Struktur Rantai Pasokan

Struktur jaringan menjabarkan batasan dari jaringan rantai pasokan

sayuran pada Frida Agro dan pelaku utama dari jaringan, menandai peranan yang

dilakukan, dan seluruh konfigurasi dalam jaringan. Kuncinya adalah untuk

mengetahui anggota mana yang memegang peranan krusial terhadap keberhasilan

perusahaan dan rantai pasok (sesuai dengan tujuannya) sehingga harus

dialokasikan perhatian manajerial dan sumberdaya. Aspek ini menjelaskan

mengenai anggota atau pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasokan dan

peranannya masing-masing. Struktur jaringan akan dijelaskan dalam dua bagian,

yakni (i) anggota rantai dan aliran komoditas dan (ii) entitas rantai pasokan,

penjelasan kedua bagian tersebut sebagai berikut:

(i) Anggota rantai dan aliran komoditas

Pada bagian ini dijelaskan siapa saja yang menjadi anggota rantai pasokan

yang terlibat di dalamnya, dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasokan.

Aliran komoditas mulai dari hulu sampai ke hilir serta penyebarannya ke berbagai

lokasi dijelaskan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan serta

bentuk kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak.

(ii) Entitas Rantai Pasokan

Entitas rantai pasokan dijelaskan sebagai elemen-elemen di dalam rantai

pasokan yang mampe menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemen-

elemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder dan situasi persaingan.

C. Manajemen Rantai

Manajemen rantai menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur

manajemen dalam jaringan MRP yang memfasilitasi proses pengambilan

keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasokan, dengan memanfaatkan

sumberdaya yang dimiliki dalam rantai pasokan guna meningkatkan kinerja rantai

29

pasokan. Aspek khusus yang menjadi perhatian antara lain komponen manajerial

dan perilaku (budaya) setiap pelaku rantai pasokan yang berbeda-beda sehingga

dapat menghambat pengembangan kepercayaan, komitmen dan keterbukaan

diantara pelaku rantai pasokan. Beberapa aspek khusus tersebut harus dikelola

dengan baik agar tidak menghambat kinerja MRP secara keseluruhan. Beberapa

hal yang akan dikaji dalam manajemen rantai antara lain :

(i) Pemilihan Mitra

Dijelaskan bagaimana prosedur dan syarat apa saja yang digunakan untuk

memilih mitra kerjasama dan bagaimana prakteknya dilapangan. Selain itu,

dijelaskan pula mengenai bagaimana proses kemitraan itu terbentuk dan

bagaimana prakteknya di lapangan.

(ii) Kesepakatan Kontraktual dan Sistem transaksi

Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual yang disepakati

dalam membangun hubungan kerjasama disertai dengan sistem transaksi yang

dilakukan diantara berbagai pihak yang bekerjasama. Penjelasan kesepakatan

kontraktual dalam pelaksanaan manajemen rantai pasokan sayuran akan dikaitkan

dengan komitmen bersama yang telah disepakatai antar pelaku rantai.

(iii) Dukungan Pemerintah

Bagian ini menjelaskan peran pemerintah sebagai pihak yang mengambil

kebijakan dalam mengatur dan mendukung proses di sepanjang rantai pasokan.

(iv) Kolaborasi Rantai Pasokan

Koordinasi kerjasama dalam suatu rantai pasokan sayuran dijelaskan

secara lengkap meliputi tingkatan kolaborasi yang terjadi, perencanaan

kolaboratif, penelitian kolaboratif serta proses trust building.

D. Sumber Daya Rantai

Mengkaji potensi sumber daya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan

adalah penting guna mengetahui potensi-potensi apa saja yang mendukung upaya

pengembangan rantai pasokan. Sumber daya yang dikaji meliputi sumber daya

fisik, teknologi, sumber daya manusia, dan permodalan.

30

E. Proses Rantai Bisnis

Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai

pasokan untuk mengetahui apakaha keseluruhan alur rantai pasokan sudah

terintegrasi dan berjalan dengan baik atau tidak, dan menjelaskan bagaimana

melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasokan yang

mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai ditinjau berdasarkan aspek hubungan

proses bisnis antar anggota rantai pasokan, pola distribusi serta jaminan identitas

merk.

4.4.2 Analisis Kinerja Rantai Pasokan

Setelah melakukan pengkajian dari aspek-aspek yang sebelumnya

dijelaskan, rantai pasokan kemudian dinilai berdasarkan kinerjanya dalam

memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang

terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran menggunakan beberapa

pendekatan yakni terkait kinerja kemitraan.

A. Kinerja Kemitraan

Kemitraan menjadi aspek yang sangat penting dalam kerangka

pengembangan manajemen rantai pasokan suatu produk. Kemitraan yang terjalin

akan sangat mendukung terjadinya koordinasi dan kolaborasi dari rantai pasokan

secara terintegrasi. Oleh karena itu kinerja kemitraan dari suatu rantai pasokan

sangat penting untuk dievaluasi secara berkelanjutan guna perbaikan kinerja rantai

pasokan.

Pelaksanaan kemitraan antara pelaku dalam rantai pasokan sayuran dievaluasi

secara deskriptif. Indikator kinerja kemitraan dari rantai pasokan sayuran

diukur dengan melihat tingkat kepuasan setiap pelaku rantai pasokan (petani,

perusahaan dan supermarket) terhadap pelaksanaan kemitraan. Analisis yang

dilakukan menggunakan metode analisis kesesuaian atribut, Analisis ini

digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja

kemitraan (Rangkuti, 2003), yakni membandingkan antara skor total tingkat

kepentingan (harapan) dari beberapa atribut kemitraan dengan skor total tingkat

kinerja atribut yang dipersepsikan (dirasakan) oleh pelaku rantai pasokan. Rumus

yang digunakan adalah :

31

Nilai Kesesuain Atribut = Nilai Kinerja Total Skor Atribut

Nilai Kepentingan Total Skor Atribut X 100%

Nilai kesesuaian atribut didapatkan dari pembagian antara nilai kinerja

total skor atribut dengan nilai kepentingan total skor atribut dan dikalikan dengan

100 persen, hasilnya dalam bentuk persentase. Atribut dengan nilai sama dengan

atau lebih dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan oleh

pelaku rantai pasok telah memuaskan dan sesuai dengan harapannya. Sebaliknya,

jika nilai kesesuaian kurang dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau

dipersepsikan tidak memuaskan oleh pelaku rantai pasok karena tidak sesuai

dengan apa yang diharapkan dalam kemitraan ini.

Hasil dari penilaian terhadap kepentingan dan kinerja setiap atribut

kemitraan tersebut ditabulasi untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan

secara umum apakah kemitraan yang selama ini berjalan telah memberikan

kepuasan bagi anggota rantai pasok. Sebagai pedoman pengambilan data dan

sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut

yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut

tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di

lapangan. Sebelum ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak

Frida Agro untuk menyempurnakan hasil penelitian.

Keberhasilan pelaksanaan kemitraan dinilai meliputi 12 atribut diantaranya

adalah harga jual sayur, tingkat penjualan, tingkat keuntungan, kualitas sayuran,

keterbukaan informasi pasar, efisiensi biaya pengelolaan resiko dan lain-lain.

Secara lengkap atribut kemitraan yang akan dinilai dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Atribut kemitraan dalam Rantai Pasokan Sayuran pada Frida Agro

No Atribut Kemitraan 1 2 3 4 1 Harga Jual sayuran 2 Penanggungan resiko secara adil 3 Tingkat keuntungan 4 Keterbukaan informasi 5 Upaya peningkatan keterampilan 6 Komitmen dalam kerjasama 7 Penelitian kolaboratif 8 Akses permodalan 9 Tingkat Penjualan

10 Kualitas produk sayuran 11 Penerapan standar budidaya 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran

32

Penilaian kepentingan dan kinerja atribut kemitraan menggunakan metode

skala ordinal. Skala ordinal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

jawaban yang diberi skor sesuai dengan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja.

Pada penelitian ini skor yang digunakan hanya empat dan tidak menggunakan

jumlah skor yang biasa digunakan pada skala likert yaitu lima. Hal tersebut

bertujuan untuk menghindari adanya kecenderungan pemilihan respon cukup atau

netral oleh responden. Skor dan respon yang digunakan dalam penelitian ini ada

dua, pertama skor dan respon untuk tingkat kepentingan yang ditunjukkan oleh

Tabel 3 dan kedua skor dan respon untuk tingkat keinerja yang ditunjukkan oleh

Tabel 4.

Tabel 3. Skor dan respon Tingkat Kepentingan Atribut Kemitraan Rantai Pasokan

Respon Tingkat Kepentingan Skor

Sangat Penting 4

Penting 3

Tidak Penting 2

Sangat Tidak Penting 1

Tabel 3 menunjukkan skor dan respon tingkat kepentingan atribut

kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kepentingan atau harapan

dari pelaku rantai dalam pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap

atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan

empat respon, yaitu sangat tidak penting (skor 1), tidak penting (skor 2), penting

(skor 3) dan sangat penting (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan

pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12

atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang

kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kepentingan total skor atribut.

Respon sangat tidak penting, berarti pelaku rantai pasokan menilai atau

mempersepsikan salah satu atribut sangat tidak penting atau tidak diharapkan

pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Sebaliknya,

respon sangat penting berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan

salah satu atribut sangat penting atau sangat diharapkan pengaruhnya dalam

pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Bagian berikutnya akan dilanjutkan

dengan Tabel 4.

33

Tabel 4. Skor dan Respon Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Rantai Pasokan

Respon Tingkat Kinerja Skor

Sangat Baik 4

Baik 3

Tidak Baik 2

Sangat Tidak Baik 1

Tabel 4 menunjukkan skor dan respon tingkat kinerja atribut kemitraan

rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kinerja atau hasil dari pelaksanaan

kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai

atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak baik

(skor 1), tidak baik (skor 2), baik (skor 3) dan sangat baik (4). Tiap respon yang

dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai

dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan

pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai

kinerja total skor atribut.

Respon sangat tidak baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau

mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau

hasilnya sangat tidak baik atau tidak memberikan pengaruh terhadap pelaku rantai

pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini. Sebaliknya, respon sangat baik

berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu

atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat baik atau memberikan

pengaruh yang besar kepada pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan

kemitraan ini.