repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1215/2/bab ii.docx · web viewbab ii landasan teori 2.1...
TRANSCRIPT
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Boiler
Boiler adalah salah satu peralatan utama dari PLTU yang berfungsi untuk
merubah air menjadi uap superheat yang bertemperatur dan bertekanan tinggi.
Proses memproduksi uap ini disebut Pembuat Uap (Steam Raising). Unit atau alat
yang digunakan untuk membuat uap disebut Boiler atau lebih tepat Pembangkit
Uap (Steam Generator).
Klasifikasi Boiler secara umum dibagi dua yaitu, boiler pipa api dan boiler
pipa air. Jenis boiler pipa api banyak digunakan oleh industri yang memerlukan
tekanan uap yang relatif rendah, misalnya pabrik-pabrik gula. Sedangkan jenis
pipa air digunakan oleh industri atau pembangkit listrik yang memerlukan tekanan
uap yang tinggi, misalnya pada pusat-pusat listrik tenaga uap. (Yendri. 2011).
2.2 Jenis-jenis Boiler
a) Boiler Pipa Api
Pada jenis Boiler pipa api, gas panas hasil pembakaran (flue gas) mengalir
melalui pipa-pipa yang di bagian luarnya diselimuti air sehingga terjadi
perpindahan panas dari gas panas ke air dan air berubah menjadi uap. Gambar
boiler pipa api dapat dilihat pada gambar 2.1.
4
5
Gambar 2.1 Boiler pipa api(Sumber: Yendri, 2011)
Keterbatasan dari boiler pipa api adalah tekanan uap tidak dapat dibuat
terlampau tinggi karena ketebalan drum akan sedemikian tebalnya sehingga tidak
menguntungkan. Boiler seperti ini banyak digunakan di pabrik-pabrik gula karena
tidak memerlukan tekanan uap yang tinggi.
b) Boiler Pipa Air
Pada boiler jenis ini, air berada di dalam pipa sedangkan gas panas berada
di luar pipa. Boiler pipa air dapat beroperasi dengan tekanan sangat tinggi (lebih
dari 100 Bar). Gambar Boiler pipa air dapat dilihat pada gambar 2.2.
6
Gambar 2.2 Boiler pipa air(Sumber: Yendri, 2011)
c) Boiler Jenis Stoker
Pada boiler Stoker pembakarannya ditempatkan di atas rantai seperti rantai
tank yang berjalan, serta bentuk-bentuk modifikasinya. Boiler jenis ini
mempunyai efisiensi antara 80%–85%.
Gambar 2.3 Boiler jenis stoker(Sumber: Yendri, 2011)
7
d) Boiler Jenis Pulverizer
Boiler jenis pulverizer, sering disebut PC (Pulverizer Combustion) Boiler.
Batu bara ditepungkan terlebih dahulu kemudian disemprotkan ke ruang bakar
sehingga mengapung dan terbakar di tengah-tengah ruang bakar. Boiler jenis ini
mempunyai efisiensi sekitar 90%.
e) Boiler Jenis CFB
Boiler jenis Circulating Fluidize Bed (CFB), boiler ini ukuran diameter
batu baranya sekitar 30 mm dan dilengkapi dengan cyclone diantara ruang bakar
dan outlet asapnya. Fungsi cyclone untuk memisahkan (separator) gas untuk
dibuang melalui cerobong asap dan partikel yang tidak terbakar untuk
dikembalikan ke ruang bakar. Boiler jenis ini efisiensinya sekitar 92%.
Gambar 2.4 Boiler jenis CFB(Sumber: Saputro, 2014)
8
Prinsip kerja dasar CFB boiler yaitu batu bara dan desulfurizer (limestone)
yang disuplai ke dalam furnace kemudian dibakar, dan pada saat itu terjadilah
proses desulfurisasi. Batu bara dan desulfurizer ikut terbawa ke atas bersama flue
gas dan melepaskan panas ke water wall dan pemukaan penyerap panas yang lain.
Partikel-partikel yang berukuran besar, jatuh kembali ke furnace karena beratnya
sendiri, sedangkan partikel yang berukuran kecil masuk ke dalam cyclone
separator. Campuran zat padat dan gas yang masih berukuran besar akan jatuh ke
bawah cyclone separator dan dikembalikan lagi ke dalam furnace untuk dibakar
kembali. Sedangkan partikel-partikel halus akan terbang bersama flue gas menuju
back pass/heat recovery area untuk memanaskan superheater, economizer dan
air heater. Setelah itu flue gas akan dibuang ke udara atmosfer setelah melewati
electrostatic presipitator. (Djokosetyardjo. 2006).
2.3 Bagian-bagian Boiler dan Alat Bantunya
a) Ruang Bakar
Ruang bakar adalah bagian dari Boiler yang berfungsi untuk tempat
berlangsungnya proses pembakaran antara bahan bakar dan udara. Tekanan gas
panas yang berada di dalam ruang bakar (Furnace) dapat lebih besar dari pada
tekanan udara luar (tekanan ruang bakar positif) dan dapat juga bertekanan lebih
kecil dari tekanan udara luar (tekanan ruang bakar negatif) atau bertekanan
seimbang (Balance Draught).
b) Soot Blower (Pembersih Jelaga)
Boiler-boiler modern dilengkapi dengan pembersih jelaga (soot blower)
yang dapat dioperasikan dari jarak jauh (remotely operated) dan dikendalikan
9
secara bergantian dan berurutan. Fungsi dari soot blower adalah untuk
membersihkan abu, debu atau jelaga yang menempel pada pipa-pipa boiler,
superheater, economizer dan pada elemen air heater. Tujuan dari pembersihan
tersebut adalah untuk menaikkan efisiensi dari boiler dan menghindari kerusakan
pipa-pipa pada boiler atau superheater. Biasanya soot blower menggunakan uap
untuk membersihkan pipa-pipa boiler atau superheater.
Uap yang digunakan untuk pembersihan abu biasanya diambil langsung
dari boiler, dari sisi keluar pemanas lanjut primer atau dari sisi masuk cold
reheater, namun uap dari boiler bantu (auxilary boiler) pun dapat digunakan.
Tekanan uap yang menuju kemasing-masing blower diturunkan seperlunya oleh
plat-plat orifis (orifice plate). Pada pusat pembangkit lain, udara bertekanan juga
digunakan sebagai media pembersih. Sistem sootblowing dengan udara
bertekanan ini memerlukan tambahan modal dan biaya untuk kompressor yang
berkapasitas besar.
c) Burner
Burner adalah alat yang dipakai untuk memasukkan bahan bakar minyak
kedalam ruang bakar dan menghasilkan pengabutan yang memudahkan reaksi
pembakaran.
d) Fan
Penggunaan fan pada PLTU batubara lebih dari satu jenis, yaitu ID fan,
FD fan, PA fan dan ada pula yang dilengkapi dengan GR fan. FD fan berfungsi
sebagai pemasok udara pembakaran kedalam ruang bakar. ID fan berfungsi
10
menarik atau mempertahankan tekanan di ruang bakar (pengendali tekanan ruang
bakar).
GR Fan berfungsi menarik kembali sisa gas panas yang dikembalikan ke ruang
bakar, yang bertujuan meningkatkan efisiensi boiler.
Gambar 2.5 Fan Sentrifugal(Sumber: Yendri, 2011)
2.4 Sirkulasi Air dan Uap
Air dipompakan ke dalam boiler dengan menggunakan pompa air pengisi
Boiler Feed Pump (BFP) melalui katup pengatur. Sebelum masuk ke dalam boiler
drum, air dipanaskan terlebih dahulu di Low Pressure Heater juga dipanasi di
High Pressure Heater dan terakhir dipanasi di Economizer sehingga temperatur
air mendekati titik didihnya.
Dari dalam boiler drum air bersirkulasi melalui down comer dan riser
sehingga dengan adanya pemanasan dari ruang bakar terbentuklah uap air.
11
Sirkulasi ini dapat terjadi secara alami (natural circulation) ataupun sirkulasi yang
dibantu (assited circulation) dengan menggunakan pompa sirkulasi. Sirkulasi
alami pada Boiler dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Sirkulasi Air dan Uap di Boiler(Sumber: Yendri, 2011)
Salah satu bagian dari boiler adalah down comer. Down comer ini berada
di luar ruang bakar, menghubungkan antara boiler drum dengan bagian bawah
tube wall (Riser). Down comer tidak mendapat pemanasan dari ruang bakar
boiler. Karena air di dalam riser mendapat pemanasan dari ruang bakar maka
akan timbul uap air. Campuran air dan uap yang berada di dalam riser berat
jenisnya akan lebih kecil dari pada air yang ada di dalam down comer, karena air
di dalam down comer tidak menerima pemanasan. Selanjutnya air dan uap yang
12
ada di dalam riser akan naik sedangkan air yang ada di dalam down comer akan
turun. Dengan demikian terjadilah sirkulasi air di dalam boiler secara alami. Uap
yang dihasilkan ditampung di dalam boiler drum kemudian dialirkan menuju
turbin melewati superheater. Komponen utama boiler dalam sirkulasi air adalah
ekonomizer, drum boiler, heater, riser dan down comer.
a) Economizer
Economizer adalah Heat Exchanger (penukar kalor) yang dipasang pada
saluran air pengisi sebelum air masuk ke boiler drum. Konstruksi Economizer
berupa sekelompok pipa-pipa kecil yang disusun berlapis-lapis. Di bagian dalam
pipa mengalir air pengisi yang dipompakan oleh Boiler Feed Pump dan di bagian
luar pipa mengalir gas panas hasil pembakaran yang terjadi di ruang bakar.
Karena temperatur gas panas lebih tinggi dari temperatur air pengisi maka gas
panas menyerahkan panas kepada air pengisi sehingga temperatur air pengisi
menjadi naik dan diharapkan mendekati titik didihnya, tapi jangan melampaui titik
didih karena akan menyebabkan terbentuknya uap di dalam pipa economizer
dengan akibat lebih lanjut terjadi overheating pada pipa tersebut.
b) Boiler Drum
Boiler Drum adalah bejana tempat menampung air yang datang dari
economizer dan uap hasil penguapan dari tube wall (Riser). Kira-kira separuh dari
drum berisi air dan separuhnya lagi berisi uap. Seperti terlihat pada gambar di
bagian dalam boiler drum terdapat peralatan-peralatan screen dryer (pengering
uap) dan steam separator (pemisah uap).
13
Level air di dalam drum harus dijaga agar selalu tetap kira-kira separuh
dari tinggi drum. Banyaknya air pengisi yang masuk ke dalam drum harus
sebanding dengan banyaknya uap yang meninggalkan drum, sehingga level air
terjaga konstant. Uap yang dihasilkan dari dalam tube wall (riser), terkumpul di
dalam boiler drum. Uap akan mengalir ke arah puncak boiler drum melewati
steam separator dan screen dryer lalu keluar dari dalam drum dalam keadaan
kering menuju separator dan akhirnya ke turbin. Butir-butir air yang terpisah dari
uap akan jatuh dan bersirkulasi kembali bersama air yang baru masuk.
Gambar 2.7 Boiler Drum(Sumber: Yendri, 2011)
c) Superheater
Sirkulasi uap yang menuju ke superheater dapat dilihat pada gambar 2.8.
14
Gambar 2.8 Sirkulasi Uap Menuju Superheater(Sumber: Yendri, 2011)
Aliran sirkulasi uap yang terjadi adalah sebagai berikut :
a. Uap jenuh dari steam drum dialirkan ke primary superheater. Primary
superheater terletak di bagian belakang dari boiler dan menerima gas relatif
dingin. Pipa-pipa biasanya diatur dengan konfigurasi horizontal.
b. Uap yang dipanaskan ini selanjutnya mengalir ke secondary superheater yang
terletak pada bagian gas sangat panas. Sebagian dari superheater terletak tepat
di atas ruang bakar dan menerima panas radiasi langsung dari ruang bakar.
Kemudian dari secondary superheater, uap mengalir ke turbin tekanan tinggi.
2.5 Bahan Bakar Batu Bara
Bahan bakar batu bara pada PLTU batu bara adalah sebagai bahan bakar
utama. Persediaan batu bara ditampung di lapangan terbuka (coal stock area) dan
15
untuk melayani kebutuhan pembakaran di boiler, batu bara ditampung pada
bunker (silo) di tiap boiler. Pemasokan batu bara dari bunker ke burner ruang
bakar dilakukan melalui coal feeder, mill pulveriser, dan coal pipe. Pengaturan
dan pencatatan jumlah aliran batu bara dilakukan dengan coal feeder. Mill
pulveriser berfungsi untuk menggerus batu bara sehingga menjadi bubuk. Sedang
untuk membawa bubuk batu bara ke burner, dihembuskan udara primer ke mill.
Udara primer dihasilkan oleh primary air fan (PAF) dan dipanaskan pada
pemanas udara primer sehingga cukup untuk mengeringkan bubuk batu bara.
Tabel 2.1 Spesifikasi ASTM Untuk Bahan Bakar Padat
(Sumber: eprints.polsri.ac.id)
Berdasarkan smart book PT. PLN Persero Pembangkitan Sumatra Bagian
Utara Sektor Pembangkitan Nagan Raya terbitan tahun 2014, low calorific power
untuk spesifikasi batu bara yang dipakai PLTU Nagan Raya adalah sebesar 3620
Kcal/Kg. (Saputro. 2014)
16
2.6 Sistem Udara Pembakaran dan Gas Buang
Bersama-sama dengan bahan bakar, udara berfungsi untuk menghasilkan
pembakaran. Fungsi lainnya adalah untuk mengatur bentuk nyala api, dan sebagai
pendingin. Pada ketel batu bara, udara dibedakan menjadi udara primer dan udara
sekunder. Udara primer berfungsi untuk mengeringkan dan membawa bubuk batu
bara ke ruang bakar. Sedangkan udara sekunder sebagai udara pembakaran.
Proses pembakaran menghasilkan produk utama berupa panas, hasil lainnya
adalah gas dan abu. Sebagian gas yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dibuang ke
udara luar melalui cerobong.
2.6.1 Penanganan Gas Buang
Gas buang mengandung gas atau senyawa kimia yang bersifat menggangu
lingkungan dan abu atau debu. Untuk mengurangi pencemaran terhadap
lingkungan sekitarnya, maka cerobong dibuat tinggi. Gas yang terkandung dalam
gas buang antara lain adalah karbon dioksida, asam nitrogen dioksid, dan asam
sulfat. Pada ketel batu bara dilengkapi dengan electrostatic precipitator untuk
menangkap abu dalam gas buang, dan pada ketel minyak dipasang dust collector.
2.7 Efisiensi Boiler
Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat.
Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja atau tingkat unjuk kerja
boiler yang didapatkan dari perbandingan antara energi yang dipindahkan ke atau
diserap oleh fluida kerja di dalam furnace dengan masukan energi kimia dari
bahan bakar. Untuk tingkat efisiensi pada boiler tingkat efisiensinya berkisar
antara 70% hingga 90%. (Yendri:2011).
17
Efisiensi termal boiler didefinisikan sebagai perbandingan antara energi
output berguna dengan input panas dari proses pembakaran bahan bakar. Energi
output berguna berasal dari input panas dari proses pembakaran bahan bakar
dikurangi dengan rugi–rugi panas (losses). Terdapat dua metode pengkajian
efisiensi boiler, yaitu metode langsung (Direct Method) dan metode tak langsung
(Loss Method). Metode Langsung adalah energi yang didapat dari fluida kerja (air
dan steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar
boiler, sedangkan metode tak langsung adalah cara menghitung efisiensi boiler
dari perbedaan antara kehilangan dan energi yang masuk.
Perhitungan dengan cara Direct Method sulit dilaksanakan pada PLTU
berbahan bakar batu bara, karena coal weigher (alat penimbang batu bara) bukan
merupakan bagian dari Milling Plant sehingga jumlah berat batu bara dibakar sulit
untuk diketahui dengan akurat. Disamping itu untuk mendapatkan nilai kalor batu
bara terlebih dulu diambil sampel dan dianalisa di laboratorium. Karena lamanya
perbedaan waktu antara pengambilan sampel dengan mendapatkan hasil analisa,
nilai kalor batu bara yang dibakar mungkin berbeda dengan yang dianalisa. Cara
perhitungan yang lebih baik adalah menggunakan Loss Method, yaitu terlebih
dulu menghitung Losses (seperti yang sudah dijelaskan terdahulu), kemudian
dihitung besarnya output dan input. Menurut (Yendri:2011), Uraian rumusannya
adalah sebagai berikut:
Losses total = Dihitung dan dijumlahkan dari setiap Loss
¿ Lmoist+L fuel+L flue gasdry+Lunburned+ Lrad+Lunaccounted
Efisiensi termal (ηt ) = 100% - Ltotal
18
2.8 Neraca Panas
Parameter kinerja boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan, berkurang
terhadap waktu disebabkan buruknya pembakaran, kotornya permukaan penukar
panas dan buruknya operasi dan pemeliharaan. Bahkan untuk boiler yang baru
sekalipun, alasan seperti buruknya kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat
mengakibatkan buruknya kinerja boiler. Neraca panas dapat membantu dalam
mengidentifikasi kehilangan panas yang dapat atau tidak dapat dihindari. Uji
efisiensi boiler dapat membantu dalam menemukan penyimpangan efisiensi boiler
dari efisiensi terbaik dan target area permasalahan untuk tindakan perbaikan.
Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk
diagram alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana
energi masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai
kegunaan dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal
menunjukan jumlah energi yang dikandung dalam aliran masing-masing.
Gambar 2.9 Diagram neraca energi boiler(Sumber: http://www.scribd.com/doc/35222816/Efisiensi-Boiler-CRM)
Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler
terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut
19
memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan
steam.
Gambar 2.10 Kehilangan panas pada boiler (Sumber: Asmudi. 2008)
Pembakaran terjadi secara proses kimia antara bahan-bahan yang mudah
terbakar dengan oksigen dari udara untuk menghasilkan energi panas yang dapat
digunakan untuk keperluan lain. Komponen utama bahan-bahan yang mudah
terbakar adalah karbon, hidrogen, dan campuran lainnya. Dalam proses
pembakaran komponen ini terbakar menjadi karbon dioksida dan uap air.
Sejumlah sulfur juga terdapat pada sebagian besar bahan bakar. Pada proses
pembakaran jumlah oksigen yang digunakan dapat mempengaruhi kualitas
pembakaran. Oksigen merupakan salah satu elemen udara yang jumlahnya
mencapai 20.9% seluruh komponen dari udara. Bahan bakar akan terbakar pada
keadaan normal jika terdapat udara yang cukup.
2.9 Losses pada Boiler
Menurut (Yendri. 2011) Idealnya, semua panas yang dihasilkan dari
proses pembakaran diserap oleh ketel untuk pemanasan dan penguapan air, akan
20
tetapi dalam kenyataannya tidak semua panas dapat diserap oleh ketel, karena
sebagian kecil terbuang sebagai losses, di antaranya:
1. Kerugian karena kandungan moisture dalam udara (Lmoist); Kandungan air
dalam bahan bakar, terutama pada bahan bakar batubara biasanya diakibatkan
oleh penimbunan batubara yang kurang baik, misalnya terkena hujan.
Rumusnya adalah:
Lmoist=mH 2 o× Cp ×T g out−T 0
HHV
dimana:
mH 2 o = massa uap air dalam udara
Cp = panas jenis air pada tekanan konstan
Tg out = temperatur gas asap meninggalkan air heater
To = temperatur refensi (temperatur udara sekitar)
HHV = High Heating Value
2. Kerugian karena uap air pada bahan bakar (Lfuel); Hydrogen dalam bahan bakar
akan membentuk air, dan air ini menyerap panas untuk penguapan. Rumusnya
adalah:
Lfuel=m' H 2 o × H tg ×h¿
HHV
dimana:
m' H2 o= mH 2 o + mh
Htg = Enthalpi uap air pada temperatur 134 ℃ dan pada tekanan 1 atm
hto = Enthalpi air pada temperatur
21
3. Kerugian pada flue gas (Lflue gas dry), panas terbuang oleh flue gas ke cerobong
(stack). Gas asap yang keluar ke cerobong terutama terdiri dari CO2 , Nitrogen,
udara lebih dan uap air. Banyaknya panas yang terbuang ke cerobong
tergantung dari temperatur dan volume flue gas. Persentase CO2 tidak dapat
dikurangi karena gas tersebut merupakan unsur utama produk pembakaran.
Udara lebih masih memungkinkan untuk dikurangi dengan catatan tidak
menyebabkan pembakaran menjadi tidak sempurna, karena udara lebih ini
diperlukan untuk sempurnanya pembakaran. Sebagian besar dari Udara adalah
Nitrogen, jadi dengan mengurangi udara lebih berarti mengurangi volume
hydrogen. Uap air yang terbentuk dari proses pembakaran hydrogen sulit untuk
dikurangi, sedangkan yang masih memungkinkan adalah mengurangi kadar air
dalam bahan bakar.
Kondisi lain yang mempengaruhi besarnya panas terbuang ke cerobong adalah
temperatur flue gas, oleh karena itu temperatur flue gas harus dibuat serendah
mungkin dalam batas amannya agar tidak terjadi pengembangan sulphur yang
akan menyebabkan korosi. Rumusnya adalah:
Lflue gas ,dry=mgdry × Cp ×(T gout−T0 )
HHV
dimana:
mg dry = massa gas asap kering
Cp = panas jenis gas pada tekanan konstan
4. Kerugian bahan bakar yang tidak terbakar (Lunburned); Pembakaran yang tidak
sempurna dapat diakibatkan oleh pengabutan bahan bakar tidak baik, butir
22
batubara serbuk terlalu besar, percampuran bahan bakar dengan udara tidak
homogen, kekurangan udara lebih dan lain sebagainya.
Akibat dari pembakaran tidak sempurna mungkin terjadi adanya serbuk atau
butir-butir cairan bahan bakar terbawa ke cerobong, atau jatuh ke bagian bawah
ruang bakar (furnace).
Pembakaran tidak sempurna juga dapat menghasilkan gas CO yaitu gas yang
masih dapat terbakar. Gas CO ini akan terbuang ke cerobong. Baik adanya
bahan bakar yang belum terbakar maupun gas CO akan mengurangi jumlah
panas yang dihasilkan oleh proses pembakaran. Rumusnya adalah:
Lunburned=losses karbon tidak terbakar (%fuel input )× 14500
HHV
dengan asumsi losses karbon tidak terbakar adalah sebesar 0,5 % dari fuel
input.
5. Kerugian bahan bakar yang tidak terbakar (Lunburned); Walaupun proses
pembakaran diusahakan sempurna, ternyata masih sering dijumpai adanya
unsur Carbon (C) didalam abu atau debu. Carbon adalah unsur yang
menghasilkan panas, sehingga dengan tertinggalnya carbon dalam abu atau
debu akan mengurangi panas dari proses pembakaran. Untuk menghitungnya
harus diketahui terlebih dahulu kalor yang dibutuhkan untuk mengubah air
menjadi uap superheat. Kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan dan
mengubah air menjadi uap superheat dirumuskan sebagai berikut:
Qoutput=ms ×(hs−hw )
23
dimana,
ms = flowrate steam
hs = enthalpy superheated
hw = enthalpy feedwater
6. Kerugian yang tidak dapat dihitung (Lunaccounted); Kerugian ini diakibatkan oleh
radiasi (pancaran panas) dari ketel. Perhitungan panas radiasi sulit dilakukan
dan umumnya mempunyai nilai kecil apabila boiler di isolasi dengan baik.
Kerugian ini biasanya dimasukkan dalam perhitungan heat balance untuk
memberikan batas toleransi atau angka keamanan didalam menentukan
efisiensi. American Boiler Manufactures Association (ABMA) telah
menetapkan kerugian ini sebesar 1,5 % (Yendri. 2011).
Agar panas yang diserap oleh boiler maksimal, maka kerugian-kerugian
tersebut diatas harus dibuat minimal. Untuk menghitung nilai setiap losses perlu
terlebih dahulu ditentukan Nilai Kalor Teratas atau Higher Heating Value (HHV)
dan dapat pula dinyatakan dalam Nilai Kalor Terendah atau Lower Heating Value
(LHV).
Bahan bakar yang digunakan adalah batu bara. Pada reaksi pembakaran
bahan bakar dengan oksigen dilepaskan sejumlah panas yang besarnya tergantung
dari nilai kalor bahan bakar dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Nilai
kalor bahan bakar dapat dinyatakan dalam Nilai Kalor Teratas atau Higher
Heating Value (HHV) dan dapat pula dinyatakan dalam Nilai Kalor Terendah atau
24
Lower Heating Value (LHV). Menurut (Yendri. 2011) untuk menghitung HHV
dan LHV adalah sebagai berikut:
High Heating Value (HHV) berdasarkan formula Dulong yaitu:
HHV = 14.544 C + 62.028 [(H2-(O2/8)] + 4050 S
dengan,HHV = high heating value
C = fraksi massa karbon dalam bahan bakar
H2 = fraksi massa hidrogen dalam bahan bakar
O2 = fraksi massa oksigen dalam bahan bakar
S =fraksi massa sulfur dalam bahan bakar
Sedangkan untuk Low Heating Value (LHV) adalah:
LHV = HHV – 10,30 (H2 x 8,94)
dengan,
HHV = high heating value
LHV = lower heating value
H2 = persen massa hidrogen dalam bahan bakar
2.10 Entalpi spesifik (Specific Enthalpy)
Entalpi spesifik (h) dinyatakan sebagai h = u + P v, dimana u adalah energi
dalam spesifik (Btu/lbm), P tekanan (lbf/ft2) dan v volume spesifik (ft3/lbm ) dari
suatu sistem. Biasanya entalpi digunakan dalam kaitannya dengan persoalan
sistem terbuka (open system) dalam termodinamika. Entalpi juga merupakan salah
satu sifat (property) dari suatu zat, seperti halnya, tekanan, temperatur, dan isi
25
atau volume, akan tetapi tidak dapat diukur secara langsung. Biasanya entalpi
ditentukan dengan berdasarkan pada suatu nilai unjuk tertentu, harga entalpi
spesifik air atau uap air ditentukan berdasarkan nilai atau harga nol unjuk entalpi
spesifik air pada temperatur .01℃ pada tekanan udara luar (atm. Pressure).
Dalam kenyataannya, nilai absolut dari entalpi spesifik tak dapat diketahui, tidak
menjadi masalah, karena secara praktis yang diperlukan adalah perubahan nilai
entalpi spesifik ∆h bukannya harga absolutnya. (PT. PLN (Persero) Pusat
Pendidikan dan Pelatihan. 2011).