ii. tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id · ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi...

12
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai merupakan sumber air bagi kehidupan manusia. Sungai dicirikan dengan arus yang searah dan relatif kencang dengan kecepatan berkisar antara 0,1-1,0 m/detik dan sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai terjadi percampuran massa air secara menyeluruh, kecepatan arus, erosi dan sedimentasi adalah tiga faktor yang mempengaruhi kehidupan flora fauna di dalamnya (Effendi 2003). Umumnya aliran sungai dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir. Bagian hulu adalah aliran yang melalui lembah- lembah di daerah pegunungan, aliran tengah adalah bagian hilir setelah turun dari daerah pegunungan ke daerah yang mulai datar sehingga alirannya mulai lambat geraknya. Sedangkan bagian hilir adalah bagian dengan aliran air yang tidak deras lagi dan volume air tergolong besar (Prawirodihardjo 2003). Ekosistem sungai mencakup segala sesuatu komponen yang berkaitan dengan sungai tersebut. Adanya daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS) sangat mempengaruhi ekosistem sungai dari kuantitas dan kualitasnya. Menurut Suripin (2002) DAS merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam seperti punggung, bukit atau gunung maupun batas buatan seperti jalan, tanggul yang menerima hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke laut, didalamnya terjadi interaksi antara faktor biotik, abiotik dan manusia. Secara sederhana Verbist et al. (2009) mendefenisikan DAS sebagai suatu daerah yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang melaluinya. DAS sebagai suatu wadas besar membentuk sistem yang kompleks untuk memproses input air dan mengeluarkannya dalam bentuk air pula melalui muara sungai, mata air, sumur arthesis dan lainnya (Suryanta 2007). Komponen masukan DAS adalah curah hujan sedangkan komponen keluarannya adalah debit air dan muatan sedimen. Wilayah DAS ini terbagi tiga yaitu DAS bagian hulu, bagian tengah dan hilir. Kualitas dari masing-masing DAS tersebut tergantung dari interaksi berbagai

Upload: truongdung

Post on 07-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sungai merupakan sumber air bagi kehidupan manusia. Sungai dicirikan

dengan arus yang searah dan relatif kencang dengan kecepatan berkisar antara

0,1-1,0 m/detik dan sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada

perairan sungai terjadi percampuran massa air secara menyeluruh, kecepatan arus,

erosi dan sedimentasi adalah tiga faktor yang mempengaruhi kehidupan flora

fauna di dalamnya (Effendi 2003).

Umumnya aliran sungai dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hulu,

bagian tengah dan bagian hilir. Bagian hulu adalah aliran yang melalui lembah-

lembah di daerah pegunungan, aliran tengah adalah bagian hilir setelah turun dari

daerah pegunungan ke daerah yang mulai datar sehingga alirannya mulai lambat

geraknya. Sedangkan bagian hilir adalah bagian dengan aliran air yang tidak deras

lagi dan volume air tergolong besar (Prawirodihardjo 2003).

Ekosistem sungai mencakup segala sesuatu komponen yang berkaitan

dengan sungai tersebut. Adanya daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai

(DAS) sangat mempengaruhi ekosistem sungai dari kuantitas dan kualitasnya.

Menurut Suripin (2002) DAS merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas

alam seperti punggung, bukit atau gunung maupun batas buatan seperti jalan,

tanggul yang menerima hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkan ke

sungai dan seterusnya ke laut, didalamnya terjadi interaksi antara faktor biotik,

abiotik dan manusia.

Secara sederhana Verbist et al. (2009) mendefenisikan DAS sebagai suatu

daerah yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian rupa sehingga merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang melaluinya. DAS sebagai suatu

wadas besar membentuk sistem yang kompleks untuk memproses input air dan

mengeluarkannya dalam bentuk air pula melalui muara sungai, mata air, sumur

arthesis dan lainnya (Suryanta 2007). Komponen masukan DAS adalah curah

hujan sedangkan komponen keluarannya adalah debit air dan muatan sedimen.

Wilayah DAS ini terbagi tiga yaitu DAS bagian hulu, bagian tengah dan hilir.

Kualitas dari masing-masing DAS tersebut tergantung dari interaksi berbagai

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

5

komponen di dalamnya yang mampu mendukung fungsi perlindungan terhadap

DAS tersebut. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air (DKKSA

2004) menyatakan kondisi DAS dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria :

a. Debit sungai konstan dari tahun ke tahun

b. Kualitas air baik dari tahun ke tahun

c. Fluktuasi debit antara debit maksimum dan minimum kecil.

d. Ketinggian muka air tanah konstan dari tahun ke tahun.

2.2 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,

bukan dari kemurniannya (Fardiaz 1992). Pencemaran air menyebabkan

terjadinya gangguan pada kuantitas dan kualitas air tersebut. Pencemaran air dapat

juga didefenisikan sebagai suatu penyimpangan dari keadaan normal perairan

yang terutama disebabkan oleh hasil aktivitas manusia dalam bentuk limbah yang

masuk keperairan. Limbah ini dibedakan oleh Katz 1971 diacu dalam Warouw

(1986) menjadi 4 tipe yaitu:

1. Limbah domestik

2. Limbah industri

3. Limbah pertanian

4. Limbah radioaktif

Tingkat pencemaran dari limbah domestik dapat dikelompokkan

berdasarkan parameter kualitas air seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 1 Klasifikasi tingkat pencemaran dari limbah domestik berdasarkan

parameter kualitas air

No Parameter Tingkat pencemaran

Berat Sedang Ringan 1 Padatan total (mg/l) 1000 500 200

2 Bahan padatan terendapkan (mg/l) 12 8 4

3 BOD (mg/l) 300 200 100

4 COD (mg/l) 800 600 400

5 Nitrogen total (mg/l) 85 50 25

6 Amonia-nitrogen (mg/l) 30 30 15

7 Klorida (mg/l) 175 100 15

8 Alkalinitas(mg/l CaCO3) 200 100 50

9 Minyak dan lemak 40 20 0

Sumber: Rump dan Krist 1992, diacu dalam Effendi 2003

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

6

Keadaan normal air masih tergantung pada kegunaan air itu sendiri dan

asal sumber air. Ukuran air disebut bersih dan tidak tercemar tidak ditentukan

oleh kemurnian air (Wardhana 2001).

Pencemaran air menurut Darmono (2006) terdiri dari beberapa jenis,

antara lain pencemaran mikroorganisme dalam air, pencemaran air oleh bahan

inorganik nutrisi tanaman, pencemaran oleh limbah organik, pencemaran oleh

bahan kimia organik dan inorganik, pencemaran oleh sedimen, bahan tersuspensi

dan substansi radioaktif. Mulyanto (2007) menyatakan bahwa pencemaran air

dapat berasal dari sumber terpusat yang membawa pencemar dari lokasi-lokasi

khusus seperti pabrik-pabrik, instansi pengolah limbah dan tanker minyak dan

sumber tak terpusat yang ditimbulkan jika hujan dan salju cair mengalir melewati

lahan dan menghanyutkan pencemar-pencemar diatasnya, sumber ini berperan

utama menimbulkan pencemaran pada sungai-sungai.

Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air

dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran. Fardiaz (1992)

mengelompokkan polutan air atas 9 grup berdasarkan perbedaaan sifat-sifatnya,

polutan tersebut yaitu :

1. Padatan

2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen

3. Mikroorganisme

4. Komponen organik sintetik

5. Nutrien tanaman,

6. Minyak

7. Senyawa anorganik dan mineral

8. Bahan radioaktif

9. Panas.

2.3 Parameter Kualitas Air

Kelayakan suatu sumber air untuk digunakan dapat dilihat dan diuji dari

kualitas airnya. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap

penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (Suripin 2002).

Kualitas air juga dapat didefenisikan sebagai sifat air dan kandungan makhluk

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

7

hidup, zat,energi, atau komponen lain di dalam air yang dinyatakan dalam tiga

parameter yaitu parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi (Effendi,

2003).

Artiola et al. (2004) menyatakan kriteria yang bisa digunakan untuk ketiga

parameter tersebut adalah 1) parameter fisika terdiri dari parameter utama

(temperatur dan Total Suspensi Padatan/TSS) dan proses utama (aliran arus

berupa aliran limbah/buangan masuk dan infiltrasi, perubahan keadaan oleh

proses evapotranspirasi, kondensasi, solidfikasi dan sublimasi, serta campuran

dari beberapa proses tersebut), 2) parameter kimia terdiri dari parameter utama

{pH, total padatan terlarut (TDSs), kesadahan (total Ca+Mg), alkalinitas, total

oksigen terlarut, kation terlarut(Ca, Mg, Na, K, NH4), anion terlarut (Cl, So4,

HCO3, CO3, PO4, H2S, NO3), total karbon organik, dan BOD}, Bahan kimia

inorganik {anion (Se,As,Cr (VI),V,Mo,B), kation (Fe, Al,Cu, Zn, Mn, Ba, Be,

Co, Ni, Cd, Hg, Pb, Cr (III), Li, Sn, Th), netral (Si) dan radionuklida (U, Ra,

Rn)}, 3) Fraksi karbon organik terdiri dari substansi alami (lignin, asam humik,

klorofil, asam amino, asam lemak jenuh, fenol, poliaromatik dan hidrokarbon

alifatik), proses utama (oksidasi, reduksi, disolusi, presipitasi) dan substansi

antropogenik (hidrokarbon terklorisasi, Volatil organik hidrokarbon dan semi

volatil hidrokarbon), 3) Parameter biologi dilihat dari indikator berupa

mikrooganisme seperti bakteri, virus, protozoa, helmint, dan alga.

Fardiaz (1992) menyebutkan bahwa sifat-sifat air yang umum diuji dan

dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air antara lain : nilai pH,

keasaman, suhu, warna, bau dan rasa, total padatan, nilai BOD dan COD,

pencemaran mikroorganisme patogen, kandungan minyak, kandungan logam

berat, dan kandungan bahan radioaktif.

2.3.1 Parameter fisika

2.3.1.1 Suhu

Suhu air menentukan kelarutan oksigen dan secara tidak langsung

mempengaruhi komposisi dan produktivitas ekosistem budidaya air (Lee 1988).

Air buangan dari industri yang dibuang ke sungai dapat meningkatkan suhu air

sungai. Fardiaz (1992) menyatakan kenaikan suhu air akan menimbulkan:

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

8

1. Jumlah oksigen terlarut dalam air akan menurun

2. Kecepatan reaksi kimia meningkat

3. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya akan terganggu

4. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan

mati.

Suhu air sungai yang tinggi dapat ditandai dengan munculnya ikan dan

hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen. Suripin (2002)

menyatakan suhu air tergantung dari sumbernya, untuk sistem air bersih suhu

ideal berkisar antara 5°C sampai 10°C.

2.3.1.2 Warna, bau, dan rasa air

Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya pencemaran.

Warna air dibedakan menjadi dua yaitu warna sejati yang disebabkan oleh bahan-

bahan terlarut dan warna semu yang selain disebabkan oleh bahan terlarut juga

disebabkan oleh bahan tersuspensi (Fardiaz 1992). Wardhana (2001) menyatakan

bahan buangan dan limbah pabrik dapat memyebabkan perubahan warna air dan

menimbulkan bau yang menyengat pada hidung. Secara umum bau air ini

tergantung dari sumbernya. Air yang normal umumnya tidak mempunyai rasa.

Timbulnya rasa yang menyimpang sering dikaitkan dengan bau yang tidak normal

yang secara langsung menunjukkan adanya pencemaran.

2.3.1.3 Total padatan

Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami

evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA 1976 diacu dalam Effendi

2003). Bahan padatan ini secara keseluruhan mempengaruhi kualitas air dalam

proses koagulasi dan filtrasi (Suripin 2002). Menurut Fardiaz (1992) air yang

tercemar selalu mengandung padatan dimana Fardiaz membedakannya atas empat

kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya terutama

kelarutannya yaitu: padatan terendap (sedimen), padatan tersuspensi dan koloid

(TSS), padatan terlarut (TDS), minyak, dan lemak.

Padatan terendap (sedimen) terjadi akibat proses erosi yang mengangkut

tanah lapisan atas yang subur yang mengalami sedimentasi dibagian hilir badan

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

9

air sehingga mengakibatkan pendangkalan. Kebanyakan sungai dan DAS selalu

membawa endapan lumpur yang disebabkan oleh erosi alamiah dari pinggir

sungai. Namun untuk kandungan sedimen yang terlarut selalu terjadi peningkatan

pada sungai akibat erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan

pertambangan (Darmono 2006). Hal ini mempengaruhi kualitas air berupa

penurunan nilai kecerahan serta peningkatan nilai kekeruhan.

Total Padatan Terlarut (TDS)

Zat padat terlarut (TDS) adalah zat organik dan anorganik serta ion-ion

terlarut dalam air (DTLH 2003). Rao (1992) diacu dalam Effendi (2003)

menambahkan bahwa TDS adalah bahan terlarut yang berdiameter < 10-6

mm dan

koloid yag berdiameter 10-6

mm-10-3

mm yang berupa senyawa-senyawa kimia

serta bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 μm. Nilai

TDS dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan tanah dan pengaruh

antropogenik. Baku mutu untuk nilai TDS pada suatu perairan berdasarkan SK.

Gub. KDH TK./Jabar No. 38/1991 diacu dalam DTLH (2003) adalah 1000 ppm.

Total Padatan Tersuspensi (TSS)

Jenis padatan lainnya adalah zat padat tersuspensi (TSS). Padatan

tersuspensi didefenisikan oleh Effendi (2003) sebagai bahan tersuspensi yang

berdiameter > 1μm yang terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik

yang disebabkan oleh kikisan tanah dan erosi yang terbawa oleh badan air.

Zamrin (2007) menambahkan bahwa padatan ini menyebabkan kekeruhan air,

tidak larut dan tidak dapat mengendap lansung, adanya peningkatan penggunaan

lahan untuk pemukiman, menurunnya luasan hutan dapat meningkatkan erosi

yang berdampak pada peningkatan padatan tersuspensi. Klein (1971) menyatakan

bahwa padatan tersuspensi mengandung bahan organik yang dapat mengalami

pemubusukan, mudah mengendap dan menutupi dasar sungai sehingga dapat

mengganggu tumbuhan dan kehidupan hewan aquatik seperti tidak sesuainya

dasar sungai untuk tempat bertelur ikan. Berdasarkan SK. Gub. KDH TK./Jabar

No. 38/1991 diacu dalam DTLH (2003) baku mutu untuk nilai TSS di perairan

adalah sebesar < 200 ppm.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

10

2.3.2 Parameter kimia

2.3.2.1 pH

Nilai pH untuk air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan adalah

berkisar antara 6,5-7,5 (Wardhana 2001). Sedangkan nilai pH untuk air yang

tercemar menurut Fardiaz (1992) berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya.

Umumnya bakteri tumbuh baik pada pH netral dan alkalis sedangkan jamur lebih

menyukai pH rendah (Effendi 2003). Selain itu Lee (1988) menyatakan sungai-

sungai yang mengalir dari kawasan dimana batuan-batuan tahan terhadap

pelapukan dan miskin akan ion penyebab alkalinitas maka penambahan asam

terhadap sungai tersebut akan mengakibatkan pengurangan pH secara serius.

2.3.2.2 BOD

William Dibdin (1882) diacu dalam Mayer (2001) menyatakan variabel

BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah mg oksigen yang dibutuhkan

untuk mengoksidasi bahan organik yang dinyatakan dalam satu liter sampel air.

Bahan organik tersebut adalah bahan biologis yang membusuk atau mengalami

dekomposisi menjadi substansi sederhana oleh dekomposer seperti bakteri dan

jamur.

Peningkatan jumlah bahan organik dalam lingkungan aquatik

menstimulasi pertumbuhan populasi dekomposer. Sejak dekomposer

membutuhkan oksigen untuk respirasi, tumbuh menjadi jumlah yang besar

sehingga meningkatkan permintaan untuk oksigen terlarut. Pengaruh dari BOD di

sungai berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai DO dari nilai limbah yang

ditambahkan. Perairan alami memiliki nilai BOD antara 0,5-7,0 mg/l (Jeffries dan

mills 1996, diacu dalam Suripin 2002). Perairan yang memiliki nilai BOD lebih

dari 10 mg/liter dianggap telah mengalami pencemaran.

Sementara itu Hill (2004) menyatakan bahwa BOD yang sifatnya alami

seperti sisa tumbuhan dan kotoran satwa liar hampir selalu ada. Sedangkan

sekarang, tingginya nilai BOD sering diindikasikan dengan tingginya hasil

aktivitas manusia seperti kotoran ataupun limbah. Aktivitas manusia yang mudah

menimbulkan limbah dan berpengaruh terhadap BOD meliputi pengolahan limbah

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

11

di perkotaan, industri makanan, pengolahan kimia tumbuhan, industri pulp dan

kertas, penyamak kulit dan rumah pemotongan hewan.

Nilai BOD yang tinggi bisa mengurangi ketersediaan oksigen dalam air

yang secara umum dapat mempengaruhi ekosistem aquatik bahkan dapat

menyebabkan kematian pada organisme aquatik. Hasil penelitian Zamrin (2007)

tentang kualitas air sungai Cisadane juga menjelaskan bahwa penduduk dan

peternakan memiliki peranan yang cukup signifikan terhadap peningkatan nilai

BOD. Dengan asumsi bahwa semua penduduk di DAS Cisadane menggunakan

septic tank maka diduga penduduk menyumbangkan bahan buangan yang

meningkatkan BOD sebesar 9.442 ton/tahun, ternak sapi 3.939,2 ton/tahun, ternak

kambing 2.162,9 ton/tahun, ayam 5.164,7 ton/tahun.

2.3.2.3 COD

COD adalah jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

bahan organik secara kimiawi baik yang terdegradasi secara biologis maupun

yang sukar terdegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O (Effendi 2003).

Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan

perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan tidak tercemar biasanya kurang

dari 20 mg/liter, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/liter

dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/liter (UNESCO/WHO/UNEP

1992, diacu dalam Effendi 2003).

2.3.2.4 Oksigen terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting sebagai

indikator dalam kemurnian air. Konsentrasi DO di air ini juga merupakan

kebutuhan dasar bagi organisme aquatik untuk keberlangsungan hidupnya.

Organisme air seperti ikan biasanya memerlukan DO sebesar 5,8 mg/l (Palmeri

2001, diacu dalam Kurniawan 2005). Menurut Klein (1971), faktor-faktor yang

mempengaruhi konsentrasi DO secara signifikan antara lain jumlah dan sifat

bahan organik, temperatur, aktivitas bakteri, pengenceran, fotosintesis dan

reaeration dari atmosphere. Klasifikasi kualitas air sungai berdasarkan konsentrasi

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

12

DO dalam % saturasi (tingkat kejenuhan oksigen dikaitkan dengan suhu) dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Klasifikasi kualitas air sungai berdasarkan konsentrasi DO

Sumber: Klein 1971

2.3.2.5 Fosfat

Fosfat merupakan senyawa yang mengandung unsur fosfor. Menurut

Mahida (1984) diacu dalam Pribadi (2005), fosfor merupakan komponen yang

sangat penting dalam permasalahan air, sumber-sumber fosfor berupa pencemaran

industri, hanyutan dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik dan

mineral-mineral fosfat. Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil

dengan kadar lebih sedikit dari nitrogen karena sumber fosfor lebih sedikit

dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan. Berdasarkan kadar fosfat total,

perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu perairan oligotrofik yang memiliki

kadar fosfat total berkisar antara 0-0,02 mg/l; perairan mesotrofik yang memiliki

kadar fosfat total 0,0021-0,005 mg/l; dan perairan eutrofik yang memiliki kadar

fosfat total 0,051-0,2 mg/l (Effendi 2003).

2.4 Kriteria dan Baku Mutu Air

Baku mutu air adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain yang harus ada atau unsur pencemar yang masih diperbolehkan

dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukannya (Effendi 2003). Baku

mutu air dapat dilihat pada PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Mutu air diklasifikasikan menjadi 4 kelas,

yaitu

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut;

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

Tipe air sungai DO (% saturasi)

Bagus >90

Sedang 75-90

Agak tercemar 50-75

Jelek/tercemar <50

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

13

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut;

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan

air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain

yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

2.5 Pemanfaatan Sumberdaya Air

Pemanfaatan sumberdaya air berkembang seiring dengan meningkatnya

jumlah dan pengetahuan penduduk. Dalam perkembangannya terjadi variasi

dalam penggunaan air berdasarkan jenis aktivitas manusia. Awalnya air hanya

digunakan untuk kebutuhan minum dan pertanian. Namun dewasa ini air juga

digunakan untuk keperluan perikanan, rekreasi, industri, pelayaran dan

sebagainya. Air permukaan digunakan di kawasan insitu untuk rekreasi,

perikanan, pelayaran, pembangkit listrik dan apresiasi estetika.

Pemanfaatan air untuk berbagai macam akivitas ini dapat menimbulkan

limbah/sumber pencemar yang mempengaruhi kualitas air. Berdasarkan penelitian

Pramesti (2007) juga dijelaskan bahwa menurunnya kualitas air disebabkan oleh

beberapa sumber pencemar diantaranya penduduk, ternak, industri, lahan kritis

yang berupa erosi dan zat organik dan pertanian, semakin tinggi jumlah penduduk

yang ada di suatu DAS maka semakin tinggi pula pencemar yang dihasilkan oleh

penduduk tersebut.

Wardhana (2001) menyatakan dalam pemanfaatan sumberdaya air

diperlukan adanya standar air bersih guna menentukan kualitas air yang layak

untuk berbagai keperluan. Namun hal ini tergantung pada faktor penentu berupa

kegunaan air dan asal sumber air sebagai berikut :

a. Kegunaan air

1. Air untuk minum

2. Air untuk keperluan rumah tangga

3. Air untuk industri

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

14

4. Air untuk mengairi sawah

5. Air untuk kolam perikanan, dan lain-lain

b. Asal sumber air

1. Air dari mata air di pegunungan

2. Air danau

3. Air sungai

4. Air sumur

5. Air hujan, dan lain-lain

Air bersih harus mempunyai kualitas tinggi secara fisik, kimiawi maupun

biologi.

2.6 Perubahan Tutupan Lahan

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan

lahan juga meningkat. Hal ini mendorong terjadinya pemanfaatan lahan yang

berupa eksploitasi atau konversi lahan secara berlebihan di beberapa tempat tidak

terkecuali wilayah DAS. Arwindrasti (1997) menyatakan bahwa pemanfaatan

lahan di DAS Cisadane dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu pertanian,

industri dan pemukiman. Kondisi ini menunjukkan terjadinya perubahan tutupan

lahan di wilayah DAS yang awalnya berupa hutan menjadi lahan dengan beragam

jenis tutupan sepeti lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, industri, lahan

kosong dan lain-lain.

Kondisi tutupan lahan ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi

kuantitas dan kualitas air di DAS tersebut. Marsono (2004) menyatakan bahwa air

yang dihasilkan oleh suatu DAS sangat ditentukan oleh karakteristik ekosistem

dan dipengaruhi oleh teknik pemanfaatan lahannya. Keberadan hutan dengan

beragam vegetasi adalah suatu jenis tutupan lahan yang terdapat di DAS yang

secara langsung mendukung fungsi suatu ekosistem DAS.

2.6.1 Pengaruh perubahan tutupan/penggunaan lahan terhadap kualitas air

Hasil penelitian (Rasyidin 1995) menjelaskan bahwa perubahan tata guna

lahan atau tanah mempengaruhi kualitas air pada musim hujan dan musim

kemarau. Berkurangnya hutan dan bertambahnya penggunaan lahan menyebabkan

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ciri-ciri air yang tercemar ini sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan pencemaran

15

peningkatan parameter kualitas air seperti TSS, BOD dan COD pada musim

penghujan dan musim kering. Hal yang serupa juga diperoleh Zamrin (2007)

bahwa perubahan tutupan lahan mengakibatkan terjadinya peningkatan laju erosi

yang berdampak pada nilai kekeruhan dan TSS air sungai.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspaningsih (1997) jenis

tutupan lahan memiliki laju erosi yang berbeda tergantung pada persen tutupan

tanah dan vegetasi. Laju erosi di tipe penggunaan lahan berupa kebun campuran

lebih kecil daripada tipe penggunaan lahan berupa pemukiman karena banyaknya

lahan pemukiman dengan tanah yang ditutupi bangunan dan jaringan jalan yang

menyebabkan aliran permukaan besar. Prediksi erosi di hutan lindung, sawah dan

kebun campuran dengan kerapatan tinggi lebih kecil daripada nilai erosi yang

masih diperbolehkan tetapi tingkat erosi di semak belukar, tegalan, hutan tanaman

dan pemukiman lebih besar daripada nilai erosi yang diperbolehkan.

Sementara itu Lee (1988) mengemukakan bahwa adanya kegiatan konversi

hutan berupa penggundulan, pemangkasan, pembalakan dan penebangan hutan

akan cenderung mengurangi produksi air, meningkatkan erosi, pemakaian bahan

kimia untuk kegiatan tersebut akan mempengaruhi kualitas air. Perubahan tutupan

lahan tersebut juga akan berakibat buruk pada pola hidrologi DAS Cisadane

(Arwindrasti 1997). Senada dengan hal tersebut, Marsono (2004) menyimpulkan

secara umum bahwa jika ekosistem DAS tidak mengalami kerusakan akibat

pemanfaatan yang berlebihan, maka jumlah, sebaran air dan kualitas airnya

sepanjang tahun akan berjalan normal dan optimal sesuai dengan karakteristik

DAS yang bersangkutan.