ii. tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/51004/3/bab ii.pdf · konsumen buah...
TRANSCRIPT
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Chrysanthini et al (2017) menganalisis variabel keputusan pembelian sayuran
organik berupa promosi, sumber informasi, mengkonsumsi untuk kesehatan,
manfaat bagi kesehatan, harga, dan pembelian berulang. Norma subjektif berupa
promosi dilakukan dan persepsi pengendalian perilaku. Metode analisis yang
digunakan adalah regeresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan konsumen
sayuran organik memperoleh informasi tentang sayuran organik melalui media
cetak yaitu koran dan majalah. Sumber informasi yang paling ampuh dan
berpengaruh dalam memilih sayuran organik adalah teman dan kemudian informasi
dari internet (media sosial). Sebagian besar konsumen menyatakan tidak
dipengaruhi oleh kelompok acuan dalam memilih sayuran organik. Konsumen
melakukan evaluasi pasca pembelian sayuran organik. Hal lainnya yang ditunjukan
sebagian besar konsumen menyatakan puas dengan manfaat setelah mengkonsumsi
sayuran organik. Alasan konsumrn membeli ulang, mayoritas konsumen
melakukan pembelian ulang sayuran organik karena merasakan manfaat yang baik
bagi tubuh. Responden menyatakan apabila sayuran organik yang dibeli tidak ada,
akan membeli sayuran lain dan setia membeli sayuran organik, walaupun harga
sayur organik mengalami kenaikan responden tetap membeli sayuran organik.
Tingkat kepuasan yang tinggi pada sayuran organik diiringi dengan tindakan
merekomendasikan orang lain untuk ikut mengkonsumsi sayuran organik, dimana
mayoritas konsumen menyarankan orang lain mengkonsumsi sayuran organik.
Variabel yang sama adalah sumber informasi, pembelian berulang, mengkonsumsi
6
untuk kesehatan dibagi menjadi tiga variabel baru yaitu aktivitas hidup sehat,
makanan sehat, dan kondisi kesehatan diri. Manfaat bagi kesehatan menghasilkan
variabel baru yaitu motivasi kesehatan. Analisis yang sama menggunakan analisis
deskriptif.
Rochaeni (2013) menganalisis variabel harga, kualitas, rasa, mudah
diperoleh, dan kesadaran dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif.
Hasil analisis menunjukan sebagian besar skor konsumen untuk preferensi
konsumen buah lokal yang juga sebagian besar berada pata kategori rendah yaitu
60,0%. Hanya 8,0 persen konsumen yang memiliki preferensi tinggi untuk
mengkonsumsi buah lokal. Besar jawaban terpusat pada pilihan setuju dalam
kemudahan memperoleh buah impor sebesar 38,0%. Kualitas buah lokal dengan
nilai setuju sebesar 48,0%. Rasa buah lokal dengan nilai tertinggi setuju sebesar
52,0%. Konsumen memilih setuju terhadap harga buah lokal terbesar 50,0%.
Kesadaran konsumen memilih buah lokal dikatakan cukup baik dengan 30%
konsumen tergolong dalam kategori tinggi. Kesadaran ini diharapkan dapat
berlanjut menjadi adopsi yang terus menerus. Variabel dan analisis yang sama
adalah mudah diperoleh dan analisis deskriptif.
Dian Puspasari et al (2017) menganalisis variabel rasa dan kemasan, serta
memformulasikan strategi pemasaran yang tepat pada produk baru puree bayam
organik dengan metode analisis deskriptif, analisis conjoin, dan analisis hirarki.
Hasil analisis menunjukan bahwa kemasan merupakan yang paling penting bagi
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian, konsumen lebih menyukai
kemasan sachet. Kombinasi terbaik dalam pilihan atribut didapatkan hasil yaitu
7
puree bayam organik dengan rasa melon. Menurut hasil AHP yang telah dilakukan,
strategi memperkuat kerjasama atau hubungan antar mitra bisnis merupakan
alternatif strategi yang menjadi prioritas pada pemasaran puree bayam organik.
Variabel yang sama adalah kemasan dan menggunakan analisis deskriptif.
Rahardjo (2016) menganalisis variabel rasa, merek, kemasan, kesesuaian
harga, kualitas, dan praktis dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Hasil
analisis menunjukan bahwa yang memperngaruhi preferensi konsumen dalam
pembelian produk frozen food berurut-urut adalah rasa, kesesuaian harga,
kemasan, dan merek. Rasa menjadi faktor pertama yang konsumen evaluasi untuk
menilai apakah produk sudah sesaui dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Konsumen menjadikan kesesuaian harga menjadi tolak ukur dari kualitas produk
yang dijual, sehingga konsumen membeli produk dengan harga yang sesuai
dengan preferensi mereka terhadap kualitas suatu produk. Kemasan mempunyai
beberapa kegunaan lain seperti melindungi, memfasilitasi penggunaan, media
promosi, dan juga menyediakan informasi mengenai suatu produk. Kemasan yang
menarik membuat konsumen tertarik mencoba sebuah produk. Merek merupakan
hasil evaluasi melalui pengalaman konsumsi masa lalu dengan produk tersebut
untuk menemukan produk yang memuaskan kebutuhan. Variabel yang sama
adalah kesesuaian harga dan menghasilkan variabel baru yaitu pendapatan.
Sudrajad & Andriani (2015) menganalisis variabel kemasan, kualitas, harga,
dan merek dengan metode analisis Cochran Q dan regresi berganda. Hasil dari
penelitian ini adalah keempat atribut produk yang dianalisis, (kemasan, kualitas,
harga, dan merek) berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
8
produk abon jamur Ailani, kecuali atribut merek. Atribut harga memiliki pengaruh
paling besar terhadap keputusan pembelian. Presepsi konsumen terhadap merek
tidak terlalu diperhatikan, dikarenakan tulisan Ailani yang cukup kecil dan lebih
menonjol tulisan “Abon Rasa”. Kemasan menggunakan alumunium foil yang bisa
dibuka dan ditutup sehingga memudahkan dalam penyimpanan setelah produk
jamur dibuka. Harga abon jamur tidak terlalu tinggi dan dapat dijadikan produk
subtitusi abon lain. Variabel yang sama adalah kemasan menjadi salah satu
keputusan pembelian sayuran organik.
Rahayu et al (2012) menganalisis variabel harga, warna, takstur, ukuran, dan
kemasan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan conjoin. Hasil dari
penelitian menunjukan bahwa atribut preferensi konsumen dalam membeli buah
apel impor adalah harga, warna, tekstur, ukuran dan kemasan. Penelitian ini
menghasilkan bahwa harga yang murah berkisar Rp.13.000 sampai Rp.19.000/kg
dengan warna buah merah serta tekstur daging buah yang renyah berair, ukuran
buah yang berkisar 125 gram sampai 150 gram/bh dan tidak memakai spons jarring
yang merupakan atribut buah apel impor yang menjadi preferensi konsumen atau
yang lebih disukai konsumen. Selain itu yang menjadi pertimbangan utama sampai
terakhir adalah konsumen pada saat membeli buah apel impor adalah faktor harga,
warna buah, ukuran, tekstur, dan kemasan yang menjadi faktor terakhir dalam
penelitian. Variabel yang sama adalah kemasan dan menggunakan analisis
deskriptif.
Wardhani (2015) menganalisis variabel produk, fasilitas, citra pengembang,
metode pembayaran, ramah lingkungan, harga, promosi, dan faktor sosial
9
menggunakan analisis Partial Least Square (PLS). Hasil dari penelitian adalah
dilihat dari sisi persepsi konsumen sebanyak enam variabel structural yang
dianalisis menggunakan PLS, dimana variabel persepsi konsumen mempengaruhi
keputusan pembelian antara citra pengembang, produk, dan fasilitas. Variabel
preferensi konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah pengaruh
ramah lingkungan dan metode pembayaran. Penilaian terhadap keputusan
pembelian menunjukkan hasil survei bahwa faktor yang memiliki nilai faktor
muatan tertinggi adalah merekomendasikan kepada pihak lain untuk melakukan
pembelian, hal ini merupakan nilai positif yang ditunjukkan konsumen terhadap
perusahaan. Variabel yang sama adalah ramah lingkungan yang menjadi salah satu
preferensi konsumen dalam keputusan pembelian sayuran organik.
Syafani et al (2015) menganalisis variabel harga, tekstur, aroma, rasa, selera,
pengetahuan gizi dan kemudahan memperoleh berdasarkan jarak dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis verifikasi, hasil
dari penelitian ini adalah preferensi tiwul oleh konsumen di warung makan berada
pada kategori sedang. Atribut tiwul yang diinginkan oleh konsueman di warung
makan adalah harga murah kurang lebih Rp.5000, warna coklat kehitaman, tekstur
kenyal, aroma yang kuat, sedikit rasa, dan jarak yang tempuh dekat. Pola konsumsi
tiwul adalah frekuensi konsumsi sekali dua kali per bulan, biasanya dikonsumsi
tiwul murni dengan jumlah konsumsi rata-rata 932,52 gram, dan alasan memakan
tiwul adalah freserensi. Faktor yang secara siginifikan mempengaruhi permintaan
tiwul adalah konsumen warung makan di Provinsi Lampung adalah harga ayam
10
rempela, harga tempe, dan etnis. Variabel yang sama adalah selera, pengetahuan
gizi, dan mudah diperoleh. Analisis yang sama menggunakan deskriptif kuantitatif.
Jundurabbi & Suryaningsih (2015) menganalisis variabel cita rasa,
kehalalan, kebersihan produk, kebersihan tempat, daya tarik, pelayanan, harga, dan
potongan ayam menggunakan analisis Cochran Q dan costumer satisfaction indeks
(CSI). Hasil dari penelitian adalah faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
konsumen pada saat memilih, membeli dan mengkonsumsi fried chicken organik di
Hefchik antara lain cita rasa, kehalalan, kebersihan produk, kebersihan tempat, daya
tarik, kualitas pelayanan, harga, dan potongan ayam. Sedangkan nilai indeks
kepuasan konsumen terhadap rumah makan fried chicken organik sebesar 78,8%
yang artinya nilai tersebut berada di rentang 0,61-0,80 yang termasuk dalam
kategori kepuasan konsumen. Variabel yang sama adalah kebersihan produk,
kebersihan tempat, dan pelayanan.
Muzdalifah (2012) menganalisis variabel harga, rasa, warna, kesegaran,
aroma, ukuran, dan kadungan vitamin yang tinggi dengan menggunakan metode
analisis deskriptif. Hasil dari penelirian adalah konsumen percaya bahwa atribut
harga, rasa, warna, kesegaran, aroma, ukuran, dan kadar vitamin merupakan salah
satu faktor yang menjadi preferensi konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi
buah lokal. Urutan tingkat kepentingan terhadap atribut buah lokal yang dinilai
konsumen adalah rasa yang manis, kesegaran buah, kandungan vitamin yang tinggi,
ukuran buah yang besar, harga yang murah, aroma yang harum, dan warna buah.
Secara umum buah impor memiliki daya saing yang lebih unggul dibandingkan
produk buah lokal, dari segi rasa, warna, aroma, ukuran, dan kandungan vitamin.
11
Sedangkan produk buah lokal unggul dari segi harga dan kesegaran. Variabel yang
sama adalah kesegaran dan kandungan vitamin. Analisis yang sama menggunakan
deskritif.
Budiman et al (2014) menganalisis variabel promosi, kejelasan harga, akses
lokasi, tempat penjualan, motivasi, sosial, tingkat kehidupan, pribadi, psikologi,
kesesuaian harga, daya saing harga, kultur, gaya hidup, dan preferensi yang
menggunakan analisis deskritif regresi berganda dan analisis faktor. Hasil dari
penelitian adalah preferensi konsumen terhadap pembelian madu sebanyak 64,0%
konsumen lebih suka membeli madu untuk menjada kesehatan dan stamina ataupun
sebagai obat. Sebanyak 53,33% konsumen memilih kemasan produk madu yang
berukuran 570ml karena berukuran besar dan lebih efisien. Sebanyak 42,67%
konsumen lebih menyukai jenis madu Sono. Hasil dari faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian madu di Kota Blitar adalah promosi kejelasan
harga, akses lokasi, tempat penjualan, motivasi, sosial, tingkat kehidupan, pribadi,
psikologi, kesesuaian harga, daya saing harga, kultur, gaya hidup, preferensi dan
pekerjaan seperti wiraswasta dan ibu rumah tangga. Variabel yang sama adalah
lokasi dan kesesuaian harga. Analisis yang sama menggunakan analisis faktor.
Sungkawa et al (2015) menganalisis variabel persepsi seperti harga, rasa,
warna, bentuk, kandungan gizi, kesegaran, aroma, preferensi seperti ketersediaan
buah, harga buah, dan kualitas menggunakan analisis deskriptif. Hasil dari
penelitian adalah adanya hubungan positif nyata antara persepsi kosumen dengan
pengambilan keputusan pembelian buah lokal dan variabel antara persepsi dan
preferensi konsumen terkait erat dengan pengambilan keputusan buah lokal adalah
12
kualitas. Variabel yang sama adalah kandungan gizi dan kesegaran menggunakan
analisis deskriptif.
Berdasarkan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
menganalisis preferensi konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian.
Perbedaan metode analisis yang digunakan penelitian terdahulu ialah metode
kualitatif, regresi, uji Cochran Q, PLS, CSI, dan konjoin. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, faktor dan variabel yaitu aktivitas
hidup sehat, makanan sehat, kondisi kesehatan diri, pendapatan, ketertarikan,
pengetahuan gizi, ramah lingkungan, kesegaran, kebersihan produk, kemasan,
kesesuaian harga, lokasi, pelayanan, kebersihan tempat, selera, motivasi kesehatan,
ketersediaan produk, mudah diperoleh, sumber informasi, dan pembelian berulang.
2.2 Tinjauan Agribisnis Sayuran Organik
2.2.1 Sayuran Organik
Inovasi produk dapat terjadi dimana saja, salah satu bidang yang mengalami
kemajuan pertanian di Indonesia adalah dengan munculnya inovasi produk yaitu
sayuran organik. Sayuran organik memiliki harga yang relatif lebih mahal dan
penampilannya juga kurang menarik, namun memiliki manfaat bagi kesehatan
karena diproduksi dengan tidak menggunakan bahan kimia. (Sutanto, 2002)
Sayuran organik memberikan manfaat yang jauh lebih baik dari pada sayuran non
organik (konvensional) yaitu keunggulan nutrisi.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sayuran organik
masih kurang diminati oleh konsumen dari pada sayuran non organik karena lebih
mahal, kemasan yang kurang menarik dan penjualannya sedikit dipasaran.
13
Melakukan penelitian preferensi konsumen tehadap pembelian sayur organik akan
menunjukkan tingkat kepuasan atau kesukaan konsumen terhadap sayuran organik
melalui beberapa variabel yaitu aktivitas hidup sehat, makanan sehat, kondisi
kesehatan diri, pendapatan, ketertarikan, pengetahuan gizi, ramah lingkungan,
kesegaran, kebersihan produk, kemasan, harga, lokasi, pelayanan, kebersihan
tempat, selera, motivasi kesehatan, ketersediaan produk, mudah diperoleh, sumber
informasi, dan pembelian berulang.
2.2.2 Preferensi Konsumen
Menurut Kotler (2000) ada tiga komponen preferensi yang mempengarui
konsumen pangan dimana komponen tersebut berkaitan satu sama lain yaitu:
1. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,
dan pengetahuan gizi.
2. Karakteristik produk meliputi rasa, aroma, kemasan, dan tekstur.
3. Karakteristik lingkungan meliputi jumlah keluarga, tingkat sosial, musim dan
mobilitas.
Preferensi adalah pilihan-pilihan yang dibuat oleh para konsumen atas
produk-produk yang dikonsumsi. Preferensi tersebut juga akan menentukan
produk-produk apa yang akan dibeli konsumen untuk memenuhi kebutuhannya
(Vebitia & Bustaman, 2017). Disimpulkan preferensi konsumen merupakan sikap
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai jenis barang dan
manfaat dari objek tersebut. Sikap juga menjelaskan suatu kepuasaan pada objek.
Motivasi untuk memiliki objek tersebut, perasaan emosional, dan proses kognitif
14
kepada suatu aspek. Preferensi lebih ke cara kita berpikir, merasa, bertindak,
dipengaruhi oleh aspek lingkungan.
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa preferensi konsumen salah satu
yang terpenting dalam pemasaran karena adanya hubungan erat yang menjadikan
keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu keputusan pembelian
yang dilakukan oleh konsumen didasari dengan preferensi konsumen. Namun, bila
konsumen ingin mengkonsumsi produk yang sumbernya sedikit maka alangkah
baiknya konsumen mulai mengganti dengan produk alternative lain.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Sangadji & Sopiah (2013) menjelaskan ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi konsumen untuk mengambil keputusan, yaitu faktor psikologis,
faktor situasinonal, dan faktor sosial.
1. Faktor Psikologis
Faktor psikologis mencangkup persepsi, motivasi, pembelajaran, sikap, dan
keperibadian. Sikap dan kepercayaan merupakan faktor psikologis yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Sikap adalah suatu
kecendrungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk
dalam situasi dan kondisi tertentu secara konsisten. Keperibadian adalah pola
individu untuk merespons stimulus yang muncul dari lingkungan.
2. Faktor Situasional
Faktor situasional mencangkup keadaan sarana dan prasarana tempat belanja,
waktu belanja, penggunaan produk, dan kondisi saat pembelian. Keadaan
sarana dan prasarana tempat belanja mencangkup tempat parkir, gedung,
15
eksteror dan interior, tempat ibadah dan sebagainya. Waktu belanja bisa pagi,
siang, sore atau malam hari. Kondisi pembelian konsumen saat melakukan
pembelian mempengaruhi pembuatan keputusan konsumen.
3. Faktor Sosial
Faktor sosial mencangkup undang-undang atau peraturan. Sebelum
memutuskan untuk membeli produk, konsumen mempertimbangkan apakah
pembelian produk tersebut diperbolehkan atau tidak oleh undang-
undang/peraturan yang berlaku. Faktor sosial mencangkup keluarga terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Anak yang baik tentu melakukan pembelian produk jika
ayah dan ibunya menyetujui. Faktor sosial mencangkup kelompok referensi
untuk ibu-ibu misalnya kelompok pengajian, PKK dan arisan. Sedangkan
untuk bapak-bapak misalnya kelompok pengajian, penggemar motor besar
hingga kelompok pecinta ikan. Faktor sosial mencangkup kelas sosial
masyarakat dan budaya.
Disimpulkan bahwa pengaruh dari faktor-faktor tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh pemasar atau perusahaan, tetapi faktor-faktor tersebut dapat
berguna dalam memahami para konsumen. Oleh karena itu, sebuah perusahaan
perlu menyesuaikan produk mereka dengan sikap konsumen yang sudah ada.
Faktor-faktor eksternal yang utama adalah faktor sosial dan situasional, sedangkan
faktor-faktor internal yang utama adalah faktor psikologis atau pribadi.
Faktor sosial mempengaruhi perilaku konsumen seperti kelompok acuan
yaitu seseorang yang dianggap sebagai panutan, keluarga yang sangat berperan di
dalam pembentukan perilaku konsumen serta peran dan status sosial merupakan
16
masalah yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk mengetahui perilaku
konsumen sehingga produk barang atau jasa yang dihasilkan dapat laris di pasaran.
Faktor situasional dapat mempengaruhi perilaku konsumen dengan terjadinya
kegiatan-kegiatan jual beli dan keadaan lokasi disekitar sarana dan prasarana.
Faktor psikologis mempengaruhi perilaku konsumen karena menimbulkan
keinginan dan motivasi dalam diri konsumen untuk memiliki produk atau jasa.
2.2.4 Perilaku Konsumen
Sangadji & Sopiah (2013) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah:
1. Disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok, atau organisasi
dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk menggunakan produk
pelayanan, seleksi, keinginan konsumen, pengalaman untuk memuaskan
kebutuhan, dan dampak dari proses-proses tersebut pada konsumen serta
masyarakat.
2. Tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai dengan
merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha untuk
mendapatkan produk yang diinginkan, mengkonsumsi produk tersebut, dan
berakhir dengan tindakan-tindakan pascapembelian, yaitu perasaan puas atau
tidak puas.
3. Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan memenuhi
kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengonsumsian, maupun menghabiskan
barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang
menyusul.
17
Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan perilaku pembelian
barang atau jasa, sehingga konsumen mendapat kepuasan terhadap barang atau jasa
tersebut, dan disesuaikan dengan pendapatan konsumen. Konsumen di seluruh
dunia sangat berbeda dalam hal umur, pendapatan, tingkat pendidikan, dan selera.
Mereka juga membeli jenis barang dan jasa. Konsumen membeli barang dan jasa
setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perbedaan tingkat kebutuhan atau
selera setiap konsumen berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendapatan,
umur, pendidikan, dan jenis kelamin.
2.2.5 Tahap-Tahap dalam Proses Pembelian
Sunyoto (2014) melakukan pembelian dari sebelum membeli sampai setelah
melakukan pembelian, proses pembelian konsumen melewati tahap-tahap membeli,
yang dikonseptualisasikan dalam model lima tahap sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah
Masalah timbul dari dalam diri konsumen yang berupa kebutuhan, yang
digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli dari luar. Berdasarkan
pengalaman yang telah lalu, seorang belajar bagaimana mengatasi dorongan ini
kea rah satu objek yang dapat menjenuhkannya. Semua rangsangan yang ada
pada diri konsumen menyebabkan ia mengenal satu masalah, sehingga
perusahaan perlu mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah masalah yang
dirasakan, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan bagaimana kebutuhan
atau masalah ini menyebabkan semua itu muncul dan bagaimana kebutuhan
atau masalah ini menyebabkan seseorang mencari produk tertentu.
18
2. Pencarian Informasi
Setelah timbul suatu masalah berupa kebutuhan yang digerakkan oleh
rangsangan dari luar, dan didorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
konsumen akan mencari informasi tentang objek yang bisa memuaskan
keinginannya. Pencarian informasi tergantung oleh kuat lemahnya kebutuhan
banyaknya yang telah dimiliki kemudian mengadakan penilaian terhadap
informasi yang diperoleh.
3. Penilaian Alternatif
Informasi yang diperoleh konsumen digunakan untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapi serta daya tarik
masing-masing alternatif. Mengetahui proses evaluasi yang dilakukan
konsumen terlebih dahulu dipahami beberapa konsep dasar yaitu atribut
golongan produk, keyakinan merek dagang, pembeli kemungkinan besar
beranggapan bahwa kepuasan dapat diperoleh dari tiap produk berubah-ubah,
dan konsumen menentukan sikap terhadap merek melalui proses evaluasi.
4. Keputusan Membeli
Tahap evaluasi berakibat bahwa konsumen membentuk preferensi diantara
alternatif-alternatif merek barang. Biasanya barang dengan merek disukai
adalah barang yang akan dibeli. Di samping sikap, masih ada dua faktor yang
memenuhi nilai seseorang untuk membeli yaitu faktor sosial dan faktor situasi.
5. Perilaku Setelah Pembelian
Setelah melakukan pembelian konsumen dapat merasakan kepuasan atau
mungkin ketidakpuasan sehingga menarik bagi produsen untuk memerhatikan
19
tindakan konsumen setelah melakukan pembelian. Konsumen dalam
memenuhi pembelian, mempunyai pengharapan agar bisa terpuaskan.
Pengharapan konsumen timbul dari pesan-pesan yang diterima dari penjual,
teman dan sumber lain bahkan dari perusahaan sendiri.
Proses pembelian konsumen dapat menganalisa kebutuhan pokok beserta
keinginannya, menilai atau mencari beberapa sumber, menetapkan tujuan
pembelian, mengidentifikasi alternatif pembelian, mengambil keputusan untuk
membeli, dan dilakukan perilaku sesudah pembelian. Tahapan ketika seseorang
ingin membeli sesuatu seperti beberapa jenis sayuran organik apakah itu sawi,
bayam, kubis, kangkung dan lainnya dapat melewati tahapan ini. Konsumen
menimbulkan rasa sadar terhadap kebutuhan produk, mendorongnya mencari
informasi lebih banyak dari berbagai sumber yang dipercaya. Setelah itu konsumen
yakin terhadap kebutuhannya membeli produk. Konsumen mencari preferensi mana
yang disukai dan pada akhirnya konsumen lebih meyakinkan diri untuk membeli
produk tersebut.
2.3 Kerangka Berfikir
Pertanian organik saat ini makin popular dikalangan masyarakat, seiring
dengan meningkatnya pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan gizi masyarakat
terhadap pola hidup sehat yang aman dari zat-zat kimia. Pertanian organik tidak
hanya memberikan manfaat sehat dan aman bagi penggunanya, namun dapat
memberikan manfaat bagi keberlanjutan sumber daya pertanian dan lingkungannya
(Sustainability). Pertanian organik di Kota Malang sudah berkembang dengan
20
pesat, maka dapat di analisis banyaknya konsumen yang memutuskan membeli
sayuran organik.
Sayuran memiliki kandungan vitamin yang sangat tinggi. Sayuran organik
mengandung lebih banyak mineral, fosfor, kalsium dan magnesium dari sayuran
non organik. Tekstur sayuran organik lebih renyah, rasa manis dan tahan lama.
Sedangkan sayuran non organik memiliki kadar air lebih tinggi sehingga
kurang manis dan cepat busuk. Pembudidayaan sayuran non organik menggunakan
pestisida dan campuran zat kimia lainya. Tampilan sayuran non organik lebih baik
dari sayuran organik, namun tidak menyehatkan bagi tubuh manusia. Sayuran
organik cenderung mahal dari non organik tetapi banyak orang yang memilih
mengkonsumsi sayuran organik. Sayuran organik aman bagi tubuh dan
menyehatkan karena terhindar dari zat kimia.
Konsumen saat memutuskan membeli sayuran organik meliputi beberapa
hal yaitu rasa ingin tahu, pengetahuan, dan pengalaman. Konsumen yang baru
termotivasi mengkonsumsi sayuran organik melakukan pencarian informasi lebih
banyak sebelum memutuskan membeli produk. Seorang konsumen memiliki
kemampuan masing-masing dalam memutuskan membeli suatu produk karena
pengetahuan yang berbeda-beda. Pengetahuan yang banyak dapat memudahkan
konsumen dalam memutuskan membeli sayuran organik sehingga menjadi
pengalaman dan terbiasa mengkonsumsi sayuran organik.
Teori Kotler (2002) tentang keputusan pembelian konsumen adalah pribadi,
persepsi terhadap produk, dan psikologis, sosial, motivasi, dan gaya hidup akan
21
dibagi kedalam variabel yang sudah ditentukan. Variabel yang sudah diteliti adalah
pengetahuan gizi, ramah lingkungan, kesegaran, selera, kemasan, kebersihan
produk, kesesuaian harga, selera, pelayanan, ketertarikan, lokasi, kemudahan,
pembelian berulang, ketersediaan produk, sumber informasi, kesehatan, konsumsi
dan kebersihan.
Variabel yang menjadi preferensi dalam keputusan pembelian sayuran
organik adalah ketersediaan produk, sumber informasi, kemudahan, dan pembelian
berulang menggunakan analisis deskriptif. Variabel konsumsi atau mengkonsumsi
untuk kesehatan memunculkan variabel baru yaitu makanan sehat, dan kesehatan
diri. Variabel kesehatan atau manfaat bagi kesehatan memunculkan variabel baru
yaitu motivasi kesehatan dan aktivitas hidup sehat. Variabel kesesuaian harga
memunculkan variabel baru yaitu pendapatan yang belum pernah diteliti
sebelumnya. Variabel yang sudah dikelompokkan selanjutnya dilakukan analisis
menggunakan analisis faktor sehingga menghasilkan preferensi konsumen dalam
keputusan pembelian sayuran organik.
22
Bagan 1. Kerangka Berfikir.
Sayuran Organik di Kota Malang
Analisis Faktor
1. Pribadi.
a. Pendapatan
b. Ketertarikan
c. Ramah lingkungan
d. Pengetahuan gizi
2. Persepsi produk:
a. Kesesuaian harga
b. Kesegaran
c. Kebersihan
d. Kemasan
e. Pelayanan
f. Lokasi
g. Kebersihan tempat
3. Gaya hidup:
a. Aktivitas hidup sehat
b. Makanan Sehat
c. Kondisi kesehatan diri
4. Psikologis
a. Selera
5. Motivasi:
a. Motivasi kesehatan
Preferensi konsumen dalam keputusan
pembelian sayuran organik
Teori Kotler (2002)
Model Keputusan Pembelian:
1. Pribadi
2. Persepsi produk
3. Gaya Hidup
4. Psikologis
5. Motivasi
Penelitian Terdahulu
Variabel Preferensi Konsumen
1. Pengetahuan Gizi 10. Selera
2. Pembelian Berulang 11. Pelayanan
3. Ramah Lingkungan 12. Lokasi
4. Kebersihan Produk 13. Kemasan
5. Kebersihan Tempat 14. Kesegaran
6. Kesesuaian Harga 15. Kemudahan
7. Sumber Informasi 16. Ketertarikan
8. Persediaan Produk 17. Konsumsi
9. Kesehatan
Variabel preferensi
konsumen:
1. Kemudahan
2. Persediaan Produk
3. Sumber Informasi
4. Pembelian Berulang
Analisis Deskriptif
23
2.5 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga yang menjadi preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian
sayur organik adalah variabel kemudahan, ketersediaan produk, sumber
informasi, dan pembelian berulang.
2. Faktor pribadi seperti variabel pendapatan, ketertarikan, pengetahuan gizi, dan
ramah lingkungan.
3. Faktor produk seperti variabel kesesuian harga, kesegaran, kebersihan,
kemasan, lokasi, pelayanan, dan kebersihan tempat.
4. Faktor gaya hidup seperti variabel aktivitas hidup sehat, makanan sehat, dan
kesehatan diri.
5. Faktor psikologis seperti variabel selera.
6. Faktor Motivasi seperti variabel motivasi kesehatan.